11
PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TELEKOMUNIKASI FILTER AKTIF Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Praktikum Elektronika Telekomunikasi Semester 4 PEMBIMBING : Lis Diana M, ST, MT. Kelompok 2 JTD-2A 1 . Abdurrahman Fajri 134116003 5 2 . Devi Amalia Arini 134116005 1 3 . Nora Asteria 134116002 8 4 . Wahyu Nardianto 134116003 0

Laporan 3. Filter Aktif

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan filter pasif

Citation preview

PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TELEKOMUNIKASI

FILTER AKTIF

Disusun untuk memenuhi tugasMata Kuliah Praktikum Elektronika TelekomunikasiSemester 4

PEMBIMBING :Lis Diana M, ST, MT.

Kelompok 2 JTD-2A1.Abdurrahman Fajri1341160035

2.Devi Amalia Arini 1341160051

3.Nora Asteria1341160028

4.Wahyu Nardianto1341160030

JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITALTEKNIK ELEKTROPOLITEKNIK NEGERI MALANG2015

FILTER AKTIF1.1. Tujuan Praktikum1. Untuk mengukur besarnya frekuensi cut-off pada filter aktif Low Pass orde satu.2. Untuk mengukur besarnya frekuensi cut-off pada filter aktif Low Pass orde dua.3. Untuk mengukur besarnya frekuensi cut-off pada filter aktif High Pass orde dua.

1.2. Peralatan yang Digunakan1. Modul Filter Low Pas orde satu & orde dua1 buah2. Modul Filter High Pass orde dua1 buah3. Osiloskop1 buah4. Generator Fungsi1 buah5. Power Supply1 buah6. Passive Probe1 buah7. Multimeter digital1 buah8. Konektor BNC to BNC2 buah9. Konektor BNC to Alligator? buah10. Konektor BNC to Banana? buah11. Konektor Banana to Banana? buah12. Konektor T1 buah13. PlugSecukupnya

Gambar 1. Modul Low Pass Filter Orde Satu dan Orde DuaGambar 2. Modul HighPass Filter Orde Dua

1.3. Teori DasarAda dua tipe rangkaian filter yaitu aktif dan pasif. Filter pasif menggunakan komponen pasif, yaitu: kapasitor dan inductor. Rangkaian filter aktif menggunakan komponen aktif. Komponen aktif yang digunakan pada percobaan ini adalah OP-AMP.Filter PasifGambar 3.1 menunjukkan salah satu bentuk LPF. Pada frekuensi rendah rekatansi induktif dari L1 dan L2 sangat rendah. Reaktansi kapasitif dari C1 dan C2 sangat tinggi. Kita boleh mengatakan bahwa inductor berfungsi sebagai rangkaian hubung singkat, sementara kapasitor berfungsi sebagai rangkaian terbuka, sehingga pada frekuensi rendah: Vout = Vin.Ketika frekuensi input bertambah, inductor mulai menunjukkan XL tinggi dan kapasitor menunjukkan XC rendah. Pada saat frekuensi tinggi, inductor muncul sebagai rangkaian terbuka dan kapasitor berfungsi sebagai rangkaian hubung singkat. Ketika hal ini terjadi maka Vout = 0 V.Gambar 3.1(c) merupakan rangkaian HPF. HPF ini bekerja berlawanan dengan LPF. Jika yang dilewatkan frekuensi tinggi dan meredam frekuensi rendah dinamakan HPF.Gambar 3.1(b) dan (d) menunjukkan hubungan antara keluaran filter dan masukan frekuensi. Pada frekuensi cut0off (fc), fc berada pada titik setengah daya dimana filter keluaran adalah 3 dB turun dari keluaran maksimum (0,707 x puncak output). Mengingat bahwa bandwidth juga diukur dari titik setengah daya.

Gambar 3.1(a) LPF, (b) Kurva respons Low Pass,(c) HPF, (d) Kurva respons High Pass

Desibel.Desibel, 0,1 bel (B) adalah cara menggambarkan penguatan atau peredaman. Desibel juga digunakan pada penguatan tegangan (positif atau negatif).Penguatan dalam desibel pada rangkaian filter adalahA dB = 20 log Avdimana logaritma dasar 10 dan Av merupakan penguatan tegangan (Av = Vout/Vin) pada rangkaian filter. Jika filter mempunyai masukan 1 V pada 1 kHz dan keluaran 0,707 V, penguatan tegangannya adalahAv = Aout/Ain = 0,707/1 = 0,707Rangkaian penguatan desibel adalah:A dB = 20 log Av = 20 log 0,707 = 20 (-0,15) = -3 dBBila peredaman 6 dB, penguatan tegangan terbagi menjadi dua. Untuk masing-masing penambahan 6 dB, penambahan menjadi dua kali lipat lihat Gambar 3.2.

Filter AktifFilter aktif mempunyai beberapa manfaat lebih dari filter pasif. Pada penggunaan OP-AMP sebagai komponen dasar filter aktif. Perubahan penguatan filter dapat dicapai. OP-AMP juga kemungkinan menyetel range filter lebar tanpa merubah respon frekuensi dan dapat memisahkan beban dari sumber karena Zin tingi dan Zout rendah.Tetapi filter aktif tidak sempurna. Ada beberapa kekurangannya. Pertama, respon frekuensi tergantung pada penggunaan tipe OP-AMP dan sebagian besar tidak mempunyai respon frekuensi tinggi yang layak. Kedua, OP-AMP keberadaannya memerlukan daya operasi dimana filter pasif tidak memerlukan daya operasi.Rangkaian LPF aktif terlihat pada Gambar 3.3(a) dan Gambar 3.3(b) menunjukkan respon frekuensinya.

Gambar 3.2 Perbandingan penguatan tegangan dan penguatan dalam dB

Rangkaian ini dianggap filter orde satu karena pengurangan rata-rata 6 dB/oktaf melewati fc. Untuk penambahan frekuensi dua kalinya, terdapat peredaman 6 dB pada sinyal keluaran. Dengan Cin paralel dengan Rf, Xc menjadi factor penentu pada penguatan rangkaian. Pada frekuensi rendah Xc adalah tinggi (terhingga) akan tidak mempengaruhi Rf. Dengan demikian penguatan rangkaian sangat tinggi. Namun pada frekuensi tertinggi Xc menjadi berkurang dan impedansi paralel Xc dan Rf akan menjadi lebih rendah. Sehingga frekuensi masukan mendekati terhingga, Xc mendekati 0 dan penguatan rangkaian pun juga 0. Frekuensi cut-off dari rangkaian dapat dihitung dengan:

Rangkaian pada Gambar 3.3 terdapat pengesetan penguatan dan dapat mengontrol frekuensi cut-off. Pengesetan nilai C menyebabkan nilai fc tercapai. Pengesetan dari R1 digunakan mengubah penguatan rangkaian.

Low Pass FilterLPF mengalami perubahan output pada 12 dB/oktaf. Kurva respon rangkaian ini ditunjukkan pada Gambar 3.4(b). Filteraktif telah dijelaskan pada Gambar 3.4(a). pada rangkaian ini 2 kapasitor mempengaruhi penguatan OP-AMP.

Gambar 3.3(a) LPF orde satu, (b) kurva respon LPF

Salah satu yang digunakan sebagai feedback R, sebagai filter orde satu dan yang lainnya berasal dari masukan input sampai ground. Pada frekuensi rendah, rangkaian Xc tinggi. Oleh karena itu, C1 tidak mempengaruhi masukan dan C2 memberikan nilai Xc tinggi untuk penguatan OP-AMP tinggi. Frekuensi masukan bertambah, C1 menunjukkan Xc rendah. Kemudian sinyal input pada OP-AMP berkurang. Xc pada C2 juga berkurang. Jadi penguatan rangkaian berkurang sementara satu kapasitor sinyal masukan rendah yang lain membatasi penguatan OP-AMP. Hasil keluaran membentuk kurva filter orde satu,Frekuensi filter ini dapat dihitung dengan:

Second order High Pass FilterRangkaiannya menunjukkan pada Gambar 3.5(a) bekerja kebalikan dengan Gambar 3.4(a). pada frekuensi rendah C1 dan C2 mempunyai Xc tinggi dan daerah-daerah sinyal OP-AMP terlihat. Pada frekuensi rendah, filter keluaran adalah 0. Frekuensi tinggi, Xc dari C1 dan C2 menjadi rendah, kebanyakan sinyal input dilewatkan. Pelewatan C1 ini untuk mengendalikan level input dan C2 untuk mengontrol level feedback.

Gambar 3.4(a) LPF orde dua, (b) Kurva rrespons

Gambar 3.5(a) HPF orde dua, (b) Kurva respons

1.4. Prosedur Percobaan:A. LPF orde satu1. Menghubungkan rangkaian sebagai berikut :

Gambar 3.6 Rangkaian LPF orde satu

2. Membesarkan frekuensi generator fungsi ke 200 kHz dan mengukur Vout (kondisi Vin tetap) dan melengkapi Tabel 3.1.3. Mengulangi langkah ke-2 diatas sesuai dengan frekuensi yang ada dalam wasTabel 3.1.4. Menghitung besar penguatan (Av = Vout/Vin) serta dalam bentuk dB (Av dB = 20 log Av).5. Menggunakan hasil pengukuran untuk menggambar kurva respon frekuensi filter (Av dB sebagai fungsi frekuensi).

Tabel 3.1 Pengukuran LPF orde SatuFrekuensi (Hz)Vin (Vpp)Vout (Vpp)AvAv (dB)

100100mVpp11020

200100mVpp11020

500100mVpp11020

1000100mVpp0,8818,06

2000100mVpp0,6615,55

5000100mVpp0,339,5

10000100mVpp0,226,02

B. LPF orde dua1. Menghubungkan rangkaian berikut ini.

Gambar 3.7 Rangkaian LPF orde dua2. Mengatur keluaran generator fungsi sehingga diperoleh keluaran filter sebesar 1 Vpp, frekuensi 100 Hz. Mengukur besar tegangan input dan melengkapi Tabel 3.2.3. Membesarkan frekuensi generator fungsi ke 200 Hz dan mengukur Vout (kondisi Vin tetap) dan melengkapi tabel 3.2.4. Mengulangi langkah ke-3 diatas sesuai dengan frekuensi yang ada dalam Tabel 3.2.5. Menggunakan hasil pengukuran untuk menggambar kurva respon frekuensi filter ( Av dB sebagai fungsi frekuensi).

Tabel 3.2 Pengukuran LPF orde duaFrekuensi (Hz)Vin (Vpp)Vout (Vpp)AvAv (dB)

1001110

2001110

5001110

100010,80,8-1,9

200010,40,4-7,9

500010,060,06-24,4

1000010,020,02-33,9

C. HPF orde dua1. Menghubungkan rangkaian berikut ini.

Gambar 3.8 Rangkaian HPF orde dua2. Mengatur keluaran generator fungsi sehingga diperoleh keluaran filter sebesar 1 Vpp, frekuensi 10 kHz. Mengukur besar tegangan input dan melengkapi Tabel 3.3.3. Mengukur besar Vout dengan keadaan Vin tetap untuk setiap frekuensi diatas.4. Mengulangi langkah ke-3 diatas sesuai dengan frekuensi yang ada dalam Tabel 3.3.5. Menghitung besar penguatan (Av = Vout/Vin) serta dalam bentuk dB (Av dB = 20 log Av).6. Menggunakan hasil pengukuran untuk menggambar kurva respon frekuensi filter (Av dB sebagai fungsi frekuensi).

Tabel 3.3 Pengukuran HPF orde duaFrekuensi (Hz)Vin (Vpp)Vout (Vpp)AvAv (dB)

100100-

200150mVpp0,5-6,02

5001240mVpp0,24-12,3

10001700mVpp0,7-3,09

20001110

50001110

100001110