Upload
susi-susiyanti
View
1.104
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Citation preview
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS INSTRUMEN
“Identifikasi dan Penetapan Kadar Injeksi Sianokobalamin dengan Spektrofotometer UV-Visible”
NAMA : KHILDA FITHRI ARYANI
NIM : 1110096000050
SEMESTER/KELAS: 6/B
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2013 M/ 1434
A. PENDAHULUAN
Salah satu jenis spektrofotometer yang sering digunakan dalam kegiatan analisa adalah
spektrofotometer UV-Visible. Panjang gelombang yang secara maksimal diabsorbsi ditentukan dengan
mengukur absorbansi sampel pada rentang panjang gelombang yang telah ditentukan. Setelah cahaya
melewati larutan uji, energi cahaya yang strike phototube dinyatakan sebagai ratio transmitansi cahaya
IT (cahaya yang melewati sampel) terhadap cahaya incident I0 (intensitas cahaya dari sumber sebelum
melewati sampel). Cahaya yang diterima phototube adalah diukur sebagai persen transmitansi (%T) atau
sebagai log kebalikannya, absorbansi (A).
Dalam pengukuran kadar suatu senyawa dapat dilakukan dengan membandingkan harga
serapan relatifnya. Serapan relative adalah perbandingan harga serapan pada 2 ujung panjang
gelombang tertentu yang untuk zat tertentu besarnya tertentu pula sehingga digunakan untuk
mengidentifikasi zat tersebut.
Untuk larutan berwarna sebenarnya masih dapat diukur dengan colorimeter yang harganya
lebih murah dibandingkan dengan UV-Vis. Akan tetapi, kemampuan UV-Vis lebih luas yaitu mengukur
langsung larutan berwarna maupun larutan yang tidak berwarna. Sebelum melakukan analisa, beberapa
hal yang harus diperhatikan pada pengukuran absorbansi antara lain :
1. Alat harus dikalibrasi dengan baik
2. Harga absorbansi (A) yang digunakan untuk perbandingan adalah yang diperoleh dari alat yang
dugunakan.
Dengan cara ini keunggulan yang kita dapatkan adalah cepat dan tidak perlu baku pembanding.
Vitamin B12 bersifat unik diantara semua vitamin lainnya, yaitu molekulnya tidak hanya
mengandung suatu molekul organik yang kompleks, tetapi juga mengandung unsur mikro yang esensial
yaitu kobalt (Co). Vitamin B12 disebut juga sianokobalamin sebab molekulnya mengandung gugus amino
yang berikatan dengan kobalt, kompleks terkoordinasi serupa dengan sistem cincin porfinin pada heme
dan protein heme pada bentuk koenzim vitamin B12 yang disebut 5 desksiadenosilkobalamin, gugus
siono digantikan oleh gugus S;deoksiadenosil. Bentuk lain dari koenzim B12 adalah metilkobalamin.
Vitamin B12 merupakan vitamin yang memiliki struktur kimia paling komplek dibandingkan
dengan vitamin lainnya. Vitamin B12 tidak dibuat oleh tumbuhan atau hewan, tetapi dapat dijumpai
pada hewan dan mikroorganisme. Vitamin B12 ini hanya dapat disintesis oleh mikroorganisme 50%
vitamin B12 pada orang dewasa dihasilkan oleh bakteri usus. Menurut H.A Baker, vitamin B12
merupakan bagian dari koenzim B12, dengan struktur sebagai berikut :
Vitamin B12 disebut juga antipernisim anemia, karena pertama kali diketemukan sebagai senyawa
yang dapat mengobati penyakit anemia permisiosa, yaitu pembentukan sel-sel darah merah tidak
dewasa dan rapuh, vitamin B12 dikenal sebagai faktor pertumbuhan beberapa bakteri dan protozoa.
B. TUJUAN
1. Memahami prinsip identifikasi dan penetapan kadar sianokobalamin melalui metode
spektrofotometri UV-Vis.
2. Menentukan kadar sianokobalamin dengan alat spektrofotometer UV-Vis.
C. METODOLOGI
1. Bahan-bahan
Sianokobalamin (vitamin B12) kemasan ampul 500 ug/ml, aquadest.
2. Alat-alat
Mortar, tabung reaksi, rak tabung reaksi, vortex, corong, kertas saring, tisu, Spektrofotometer
UV-Vis.
3. Prosedur Kerja
Dikeluarkan isi dari ampul injeksi sianokobalamin (vitamin B12) dan dimasukkan ke dalam
beaker glass 50 mL dan dilarutkan dengan 10 mL aquadest. Disaring kemudian diukur serapan
pada kuvet setebal 1 cm pada panjang gelombang 550 nm, 361 nm, dan 278 nm. Dihitung
perbandingan serapan pada :
a. 361 nm / 550 nm
b. 361 nm / 278 nm
Dihitung kadar vitamin B12 ( C63H88CoN14P)
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Nama Sampel
Absorbansi pada λ
550 nm 361 nm 278 nm
Fatigon 1.2583 0.0343 6.0000
IPI 0.0851 0.1061 0.6476
ε untuk vitamin B12 = 0.02
Dari data di atas didapatkan perbandingan serapan sebagai berikut :
Fatigon :
a. 361 nm / 550 nm = 0,0343 / 1,2583 = 0,02725
A = ε.L.C
C = Aε .L =
0,027250,02 X 1
=1,3625
b. 361 nm / 278 nm = 0,0343 / 6,000 = 0,00572
A = ε.L.C
C = Aε .L =
0,005720,02 X1
=0,286
IPI :
a. 361 nm / 550 nm = 0,1061 / 0,0851 = 1,24676
A = ε.L.C
C = Aε .L =
1,246760,02 X 1
=62,338
b. 361 nm / 278 nm = 0,1061 / 0,6476 = 0,16383
A = ε.L.C
C = Aε .L =
0,163830,02 X 1
=8,1915
Pada percobaan penentuan kadar vitamin B 12 dengan spektrofotometer UV-Vis ini dilakukan
pengujian absorbansi terhadap larutan dengan panjang gelombang yang bervariasi, karena vitamin B12
dapat diuji dengan panjang gelombang 278, 361, dan 550.
Sampel vitamin B12 yang kami gunakan adalah obat yang mengandung vitamin B12 yang cukup
tinggi, obat tersebut berbentuk tablet sehingga perlu dilakukan penghalusan atau penggerusan sampel
dengan menggunakan mortar. Setelah halus, serbuk dilarutkan dengan 10 ml aquades dan
dihomogenkan dengan vortex. Proses ini berjalan cukup cepat karena vitamin B12 merupakan jenis
vitamin yang larut dalam air. Namun, karena variasi komposisi dari sampel, homogenisasi ini tidak
terjadi dengan baik, atau dengan kata lain terdapat endapan putih pada larutan merah mudanya
sehingga perlu dilakukan penyaringan agar larutan bersifat bening dan tidak berkoloid. Hal ini juga
menjadi pengaruh penting pada pembacaan serapannya pada alat Spektrofotometer Uv-Vis.
Pada pengukuran serapan ini dilakukan tiga panjang gelombang seperti yang tertulis di atas, hal
ini disebabkan oleh Standar Vitamin B12 murni yang memiliki serapan tinggi pada ketiga panjang
gelombang tersebut sebagaimana tercantum dalam Farmakope.
Hasil yang didapatkan pada percobaan ini dengan perbandingan 361 nm : 550 nm pada sampel
fatigon absorbansi yang didapatkan 0,02725 dan pada sampel IPI 1,24676 dan hasil referensi serapan
relative atau nilai absorbansi dengan berdasarkan referensi farmakope Indonesia dari Vitamin B12
adalah ( 3,15 – 3,45 ) yang dapat diketahui bahwa nilai tersebut atau data yang didapatkan masih jauh
dari hasil referensi yang didapatkan. Dan hasil dari panjang gelombang 361 nm : 278 nm pada sampel
Fatigon hasil yang didapatkan sebesar 0,00572 sedangkan pada sampel IPI sebesar 0,16383. Berdasarkan
referensi serapan relatifnya sebesar ( 1,75 – 1,98 ) sehingga pada panjang gelombang tersebut serapan
relaifnya masih belum maksimal atau masih jauh dari referensi yang didapatkan. Dari hasil pengukuran,
didapatkan nilai absorbansi yang cenderung tidak stabil, ini menunjukkan bahwa sampel yang diujikan
bukan vitamin B12 murni, melainkan memiliki komposisi yang bervariasi atau mengandung zat-zat lain,
karena pada dasarnya metode pengujian ini dikhususkan untuk sampel uji murni.
Kesimpulan
1. Vitamin B12 adalah salah satu jenis vitamin yang larut dalam air dan merupakan bagian dari
vitamin B complex yang mengandung kobalt, sehingga disebut sebagai sianocobalamin.
2. Vitamin B12 memiliki daerah serapan baik pada 3 panjang gelombang, yaitu 278 nm, 361 nm,
dan 550 nm.
3. Dari hasil pengamatan yang dilakukan terjadi perbedaan serapan relative atau absorbansi
dengan referensi yang didapatkan. Karena sampel yang digunakan bukan vitamin B12 murni.
Daftar Pustaka
R.A. Day,JR and Underwood,1986, Analisis Kimia Kuantitatif, Erlangga, Jakarta
Pavia L. Donald, et al. 1995, Introduction to Organic Laboratory Techniques, Saunders Collage,USA.
Skoog, D.A. 1996. Foundamental of Analytical Chemistry, & ed Sauders Collage Publishing
Willerd, H.H et al. 1998. Instrumental Methods of Analysis, Wadsworth.