24
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN METABOLISME SEL TUMBUHAN “TEKANAN OSMOSIS CAIRAN SEL DAN POTENSIAL AIR” Disusun oleh: KELOMPOK 4A EVI LIANAWATI 10 1434 013 TEGAR YUDHA RESTUTI 10 1434 025 DWI PUTRI PASINGGI 10 1434 039 LUSIANA AYU DAMAR SARI 10 1434 045 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

laporan A1 & A2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: laporan A1 & A2

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHANMETABOLISME SEL TUMBUHAN

“TEKANAN OSMOSIS CAIRAN SEL DAN POTENSIAL AIR”

Disusun oleh:

KELOMPOK 4A

EVI LIANAWATI 10 1434 013

TEGAR YUDHA RESTUTI 10 1434 025

DWI PUTRI PASINGGI 10 1434 039

LUSIANA AYU DAMAR SARI 10 1434 045

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2012

Page 2: laporan A1 & A2

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Setiap makhluk hidup pasti mengalami metabolisme. Metabolisme berasal dari

bahasa Yunani yaitu metabole yang berarti perubahan. Metabolisme diartikan sebagai

pertukaran zat antara suatu sel dengan lingkungannya. Metabolisme pada tumbuhan

multiseluler mencakup masalahpenyerapan air dan senyawa-senyawa anorganik dari

lingkungan, air atau udara, serta transpor zat hara tersebut ke tempat terjadinya

metabolisme.

Pada tumbuhan yang memiliki struktur organisasi yang kompleks diperlukan sistem

transportasi yang khusus, yaitu adanya berkas pengangkut yang terdiri dari xilem dan

floem. Xilem berfungsi untuk mengangkut air dan zat hara dari akar ke tempat sintesis,

sedangkan floem berfungsi mengedarkan hasil fotosintesis ke seluruh bagian tumbuhan

yang memerlukan.

Cairan atau air akan masuk atau keluar dari sel melalui peristiwa yang disebut difusi

dan osmosis. Masuknya cairan tersebut tergantung pada permeabilitas membran

terhadap air dan gradien potensial air. Selain itu kepekatan cairan sel dipengaruhi oleh

umur sel dan jaringan. Pada sel yang muda, cairan selnya lebih pekat daripada sel yang

tua.

Pada praktikum ini, akan dilakukan sebuah pengamatan tentang tekanan osmosis

cairan sel dengan metode plasmolisis dan penentuan potensial air pada tanaman.

Dengan masing-masing data terdiri dari 3 ulangan.

B. PERMASALAHAN

1. Acara 1: tekanan osmosis cairan sel

Bagaimanakah proses osmosis terjadi pada tumbuhan?

Bagaimanakah pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap prosentase sel

yang terplasmolisis?

2. Acara 2: Potensial air

Page 3: laporan A1 & A2

Bagaimanakah potensial air mempengaruhi proses osmosis pada tumbuhan?

Bagaimanakah pengaruh konsentrasi larutan terhadap perubahan berat kentang

setelah direndam?

C. TUJUAN

1. Acara 1 : tekanan osmosis cairan sel

Mengetahui bagaimana proses osmosis dapat terjadi pada tumbuhan

Mengetahui pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap prosentase sel yang

terplasmolisis

2. Acara 2 : Penentuan Potensial air

Mengetahui bagaimana potensial air dapat mempengaruhi proses osmosis

pada tumbuhan

Mengetahui pengaruh konsentrasi larutan terhadap perubahan berat kentang

Page 4: laporan A1 & A2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada makhluk hidup terjadi proses metabolisme, khusus pada tumbuhan meliputi

penyerapan air dan senyawa-senyawa anorganik dari lingkungan serta transpor zat transpor

zat hara tersebut ke tempat terjadinya metabolisme. Pada tumbuhan tingkat rendah (misal

ganggang) penyerapan air dan zat hara yang terlarut di dalamnya dilakukan melalui seluruh

bagian tubuh. Pada tumbuhan tingkat tinggi (misal spermatophyta) proses pengangkutan

dilakukan pembuluh pengangkut yang terdiri dari xylem dan phloem. Pada prosesnya

melibatkan sel-sel yang terbungkus oleh membran yang bertugas mengatur keluar masuknya

zat secara selektif. Pada dasarnya pengangkutan melalui membrane sel dapat terjadi secara

pasif maupun secara aktif. Tapi kali ini kita hanya membahas transpor pasif. Pengangkutan

secara pasif terjadi jika mengikuti arah gradient konsentrasi, artinya dari larutan yang

memiliki konsentrasi tinggi menuju larutan yang memiliki konsentrasi rendah. Proses ini

terjadi tanpa memerlukan energi hasil metabolisme. Transpor pasif meliputi difusi dan

osmosis.

Difusi adalah peristiwa mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian

berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Perbedaan konsentrasi yang ada

pada dua larutan disebut gradien konsentrasi. Difusi akan terus terjadi hingga seluruh partikel

tersebar luas secara merata atau mencapai keadaan kesetimbangan dimana perpindahan

molekul tetap terjadi walaupun tidak ada perbedaan konsentrasi. Ada beberapa faktor yang

memengaruhi kecepatan difusi, yaitu: ukuran partikel, ketebalan membran, luas suatu area,

jarak, dan suhu.

Osmosis adalah proses perpindahan partikel air dari konsentrasi rendah ke konsentrasi

tinggi melalui membran semipermeabel. Proses osmosis sangat berperan dalam proses

penyerapan air dalam tumbuhan. Terjadinya pengangkutan itu akan menyebabkan tekanan

turgor sel, sehingga mampu membesar dan mempunyai bentuk tertentu. Osmosis juga

memungkinkan terjadinya membuka dan menutupnya stomata. Seperti pernjelasan diatas

dikatakan, osmosis melalui membran semipermeabel, suatu membran dikatakan

semipermeabel jika hanya beberapa molekul yang dapat melewati nya. Perbedaan kepekatan

larutan dalam dan luar sel menyebabkan air merembes dari potensial air tinggi ke rendah.

Page 5: laporan A1 & A2

Masuknya air ke dalam sel ditentukan oleh dua hal yaitu gradien potensial dan permeabelitas

membran terhadap air.

Apabila suatu sel diletakkan dalam larutan hipertonis, maka cairan sel akan

berosmosis keluar sehingga protoplas mengkerut. Kehilangan air lebih banyak menyebabkan

terjadinya plasmolisis yaitu terkelupasnya protoplasma dari dinding sel karena tekanan terus

berkurang. Hal ini menyebabkan adanya jarak antara dinding sel dan membran. Akhirnya

cytorrhysis yaitu runtuh seluruh dinding sel akan terjadi. Tidak ada mekanisme di dalam sel

tumbuhan untuk mencegah kehilangan air secara berlebihan, juga mendapat air secara

berlebihan, tetapi plamolisis dapat dibalikkan jika sel diletakkan di larutan hipotonik, maka

sel akan kembali mengembang. Peristiwa ini disebut deplasmolisis. Pada percobaan osmosis

ini kita menggunakan peristiwa plasmolisis sebagai indikator terjadinya osmosis.

Gambar perbedaan konsentrasi yang menyebabkan perubahan pada dinding sel

Selain osmosis juga potensial air yang terkandung pada tumbuhan. Nilai potensial air

di dalam sel dan nilainya di sekitar sel akan mempengaruhi difusi air dari dan ke dalam sel

tumbuhan. Dalam sel tumbuhan ada tiga faktor yang menetukan nilai potensial airnya, yaitu

matriks sel, larutan dalam vakuola dan tekanan hidrostatik dalam isi sel. Hal ini

menyebabkan potensial air dalam sel tumbuhan dapat dibagi menjadi 3 komponen yaitu

potensial matriks, potensial osmotik dan potensial tekanan (Wilkins, 1992). Komponen

potensial air pada tumbuhan terdiri atas potensial osmosis (solut) dan potensial turgor

(tekanan). Dengan adanya potensial osmosis cairan sel, air murni cenderung memasuki sel.

Sebaliknya potensial turgor di dalam sel mengakibatkan air meninggalkan sel. Atau dengan

kata lain jika potensial air dalam sel lebih besar daripada diluar sel, maka air akan masuk

kedalam sel, begitu juga sebaliknya.

Page 6: laporan A1 & A2

BAB III

ALAT, BAHAN DAN CARA KERJA

A. Acara 1: Tekanan osmosis cairan sel

Alat :

1. Mikroskop

2. Tabung Reaksi

3. Gelas Benda

4. Gelas Penutup

5. Silet

6. Pipet ukur

Bahan :

1. Daun Rhoeo discolor

2. Larutan Sukrosa

3. Akuades

Cara kerja:

1. Membuat larutan seri sukrosa dengan konsentrasi:

0,14; 0,16; 0,18; 0,20; 0,22; 0,26; 0,28 M

Timbanglah glukosa 34,2 gr. Setelah itu larutan stok glukosa 1M, dengan cara

melarutkan 34,2 gr glukosa tersebut kedalam 100ml aquades. Selanjutnya

dibuat larutan sukrosa dengan konsentrasi 0,14 ;0,16; 0,18; 0,20; o,22; 0,26;

0,28 M dengan cara mengambil dari larutan stok dan mengencerkannya

dengan aquades. Misalnya akan dibuat larutan sukrosa dengan konsentrasi

0,14 M, diambil 0,14 ml dari stok 1 M dan ditambah dengan aquades sampai

volume 15 ml.

2. Menyiapkan tabung reaksi dan isikan larutan sukrosa ± 5 mL dan diberi label

konsentrasi larutan sukrosa pada setiap tabung reaksi

3. Menyiapkan pula satu tabung reaksi berisi akuades sebagai kontrol

4. Menyayat lapisan epidermis yang berwarna dari tanaman yang disediakan

dengan pisau silet. Sayatlah dengan hati-hati dan teliti. Usahakan menyayat

hanya selapis sel saja.

5. Memeriksa dibawah mikroskop untuk melihat hasil sayatan. Setelah itu

masukkan sayatan ke dalam tabung rekasi dan catat waktu mulai perndaman

6. Setelah 30 menit direndam, sayatan diambil dan diamati dengan mikroskop.

Page 7: laporan A1 & A2

7. Menghitung jumlah total sel dan sel dalam suatu bidang pandang (perbesaran

40x) yang mengalami plasmolisis

Catatan :

Sel yang mengalami plasmolisis yaitu sel yang menunjukkan cenderung

terlepas dari dinding sel terutama sudut.

Masing-masing konsentrasi terdiri dari 3 ulangan.

B. Acara 2 : penentuan potensial air

Alat:

1. Timbangan 3. Silet

2. Gelas Beker 4. Penggaris

Bahan:

1. Umbi Solanum tuberosum

2. Larutan sukrosa

3. Akuades

Cara Kerja:

1. Membuat irisan umbi kentang dengan ukuran 5x 5 mm dengan panjang 50

mm.

2. Menimbang potongan tersebut untuk menentukan berat awal.

3. Membuat larutan seri sukrosa dengan konsentrasi:

0; 0,1; 0,25; 0,50; 1 M

4. Menyiapkan tabung reaksi dan mengisi larutan sukrosa ± 5 mL dan memberi

label konsentrasi llarutan sukrosa pada setiap tabung reaksi.

5. Memasukkan irisan umbi kentang ke dalam larutan sukrosa kemudian

diinkubasi selama 1 jam.

6. Setelah selesai inkubasi, umbi diblot untuk menghilangkan kelebihan larutan.

Selanjutnya menimbang irisan kentang yang telah direndam tersebut sebagai

berat akhir.

7. Menghitung rata-rata perubahan berat sebagai presentase dari berat awal.

8. Membuat grafik yang menunjukkan berat dengan konsentrasi sukrosa.

Sumbu X → konsentrasi sukrosa (M)

Sumbu Y → perubahan berat

BAB IV

Page 8: laporan A1 & A2

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. ACARA A1: TEKANAN OSMOSIS CAIRAN SEL

1. HASIL

Perhitungan untuk pengenceran gula yang akan digunakan sebagai stok

VIMI = V2M2

Keterangan :

V1 = Volume larutan sukrosa stok (1M)

M1 = Molaritas larutan sukrosa (1M)

V2 = Volume larutan sukrosa yang akan dibuat (100ml)

M2 = Molaritas larutan sukrosa yang akan dibuat (0,16M)

1 M C12H22O11 =

grMrL

= gr

3421

1 = gr

342

gr = 342 jika 1 liter

jika 100 ml = 342 x 0,1

= 34,2 gr + 100 ml aquades

Prhitungan prosentase jumlah sel yang terplasmolisis

rata−rata jumlah sel terp lasmolisisrata−rata jumlah total sel

X 100 %

Perhitungan perubahan berat kentang

Berat akhir – berat awal = perubahan berat

Page 9: laporan A1 & A2

Tabel A1. Pengamatan sel epidermis bawah daun Rhoeo discolor yang berplasmolisis dan

yang tidak berplasmolisis

Konsentrasi Sukrosa

Rata-rata Jumlah Total Sel

Rata-Rata jumlah sel Terplasmolisis

Presentase(%)

kelompok

0 M 22 15 68,16 % V

0,14 M 17 16 94,11 % I

0,16 M 16 5 31,25 % II

0,18 M 12 6 50 % II

0,20 M 13 7 53,85 % III

0,22 M 9 9 100 % III

0,24 M 18 13 72,22 % IV

0,26 M 16 11 68,75% IV

0,28 M 19 8 42,10 % V

Gb.1 perbedaan sel terplasmolisis dan tidak terplasmolisis

Sel terplasmolisis sel tak terplasmolisis

2. PEMBAHASAN

a. Klasifikasi tanaman

Berdasarkan litelatur yang didapatkan, deskripsi dari daun Rhoe discolor adalah

sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Sub kingdom : Tracheobionta

Super divisio : Spermatophyta

Page 10: laporan A1 & A2

Divisio : Magnoliophyta

Class : Liliopsida

Ordo : Commelinales

Famili : Commelinaceae

Genus : Rhoeo

Spesies : Rhoeo discolor

Nama daerah : Tanaman Adam dan Hawa

b. Analisis hasil pengamatan

- Sukrosa 0 M

Pada pengamatan ini, digunakan epidermis bawah daun Rhoeo discolor yang

memiliki pigmen warna ungu yang disebut pigmen antosian.larutan yang

digunakan adalah aquades murni sebanyak 100 ml dengan konsentrasi glukosa 0

M yang kemudian di ambil menggunakan gelas ukur sebanyak 5ml untuk

diletakkan di dalam tabung reaksi, disini digunakan 3 ulangan untuk setiap

konsentrasi. Sayatan Rhoeo discolor diletakkan pada tabung reaksi tersebut

selama 30 menit setelah itu diamati dibawah mikroskop,hasil yang didapatkan

adalah rata-rata jumlah sel terplasmolisis sebanyak 15 dari rata-rata jumlah total

sel 22, dengan prosentase sel terplasmolisis adalah 68,16 %. Kenapa hal ini dapat

terjadi padahal konsentrasi sukrosa adalah 0M, hal itu dapat terjadi karena

konsentrasi air didalam Rhoeo discolor lebih rendah daripada konsentrasi

aquades. Sehingga aquades masuk kedalam sel dan protoplas dalam sel

terdorong keluar sehingga terjadi plasmolisis. Selain itu juga karena disebabkan

oleh umur jaringan dari Rhoeo discolor, mungkin karena daun Rhoeo discolor

yang digunakan merupakan daun muda jadi cairan selnya lebih pekat. Dan

menyebabkan aquades mengalami osmosis kedalam sel.

Page 11: laporan A1 & A2

- Sukrosa 0,14 M

Pada pengamatan ini, digunakan epidermis bawah daun Rhoe discolor yang

memiliki pigmen warna ungu yang disebut pigmen antosian. Hal ini dimaksudkan

untuk mempermudah proses pengamatan. Selain itu digunakan larutan glukosa

dengan konsentrsai 0,14 M larutan glukosa tersebut yang berperan sebagai

larutan hipertonis terhadap sel pada percobaan ini. Dalam membuat preparat

segar, perlu memperhatikan ketentuan-ketentuan yang telah dijelaskan

sebelumnya, baik dalam menyayat preparat maupun saat meletakkannya pada

gelas benda. Hasil sayatan dari preparat tersebut harus tembus cahaya, karena hal

tersebut merupakan syarat objek dapat diamati di bawah mikroskop.

Larutan sukrosa 0,14 M dibagi dalam 3 tabung reaksi yang masing-masing terdiri

dari 5ml larutan sukrosa 0,14 M. Sayatan Rhoeo discolor dimasukkan dalam

tabung selama 30 menit. Setelah 30 menit kemudian diamati dalam mikroskop,

sel yang berwarna ungu seolah-olah menghilang karena pecah. Dan hasil yang

didapatkan adalah rata-rata sel terplasmolisis adalah 16 dari 17 rata-rata total sel,

dengan prosentase sel terplasmolisis adalah 94,11 %. Sukrosa 0,16 M

Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,16 M ini, terlihat bahwa rata-rata jumlah sel

terplasmolisis hanya 5 dari rata-rata jumlah total sel 16. Dan prosentase untuk

jumlah sel yang terplasmolisis adalah 31,25 %. Hal ini terjadi karena pada saat

sel ditempatkan pada larutan yang hipertonis terhadapnya, maka air keluar dari

sel sehingga membran sitoplasma akan mengerut begitu pula sitoplasma..

Sehingga pigmen antosianin dari dalam sel tidak terlalu jelas terlihat. Saat

sitoplasma mengkerut , kloroplas yang tersebar di dalam sitoplasma akan

merapat sehingga dapat terlihat jelas.

- Sukrosa 0,18 M

Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,18 ini terlihat bahwa rata-rata jumlah sel yang

terplasmolisis sebanyak 6 dari rata-rata jumlah sel total sebanyak 12. Dan

prosentase untukjumlah sel yang terplasmolisis adalah 50 %. Disini terjadi

penambahan sel terplasmolisis karena adanya penambahan konsentrasi larutan

sukrosa sebesar 0,02 M.

- Sukrosa 0,20 M

Pada konsentrasi larutan ini, terlihat bahwa rata-rata jumlah sel yang

terplasmolisis sebanyak 7 dari rata-rata jumlah total sel 13. Dan prosentase untuk

jumlah sel yang terplasmolisis adalah 53,85 %.

Page 12: laporan A1 & A2

- Sukrosa 0,22 M

Pada konsentrasi larutan ini, terlihat bahwa rata-rata jumlah sel yang

terplasmolisis sebanyak 9 dari rata-rata jumlah total sel 9. Dan prosentase jumlah

sel terplasmilosis sebanyak 100 %. Hal ini dikarenakan karena penambahan

konsentrasi gula sebesar 0,02 M . penambahan konsentrasi zat terlarut(glukosa)

sangat mempengaruhi jumlah sel yang berplasmolisis untuk mencapai

konsentrasi isotonic .

- Sukrosa 0,24 M

Pada konsentrasi larutan ini terlihat bahwa rata-rata jumlah sel yang

terplasmolisis sebanyak 13 dari rata-rata jumlah total sel sebanyak 18, dan

prosentase jumlah sel yang terplasmolisis adalah 72,22 %.

- Sukrosa 0,26 M

Pada konsentrasi larutan ini terlihat bahwa rata-rata jumlah sel yang

terplasmolisis sebanyak 11 dari rata-rata jumlah total sel sebanyak 16, dan

prosentaseuntuk jumlah sel yang terplasmolisis adalah 68,75 %.

- Sukrosa 0,28 M

Pada konsentrasi ini terlihat bahwa rata-rata jumlah sel yang terplasmolisis

sebanyak 8 dari rata-rata julah total sel sebanyak 19, dan prosentase untuk sel

yang terplasmolisis adalah42,10 %.

Dari data-data di atas, belum dapat dilihat bahwa jika terjadi penambahan

konsentrasi larutan sukrosa akan mempengaruhi jumlah sel yang terplasmolisis

atau tidak (jika konsentrasi bertambah maka jumlah sel terplasmolisis akan ikut

bertambah atau malah berkurang). Hal ini dikarenakan mungkin karena rata-rata

jumlah total sel pada satu bidang pandang itu berbeda-beda. Dan perhitungan

untuk sel yang terplasmolisis juga berbeda-beda (acak), tidak semakin bertambah

atau semakin berkurang.

Jadi disini hanya bisa diketahui pada konsentrasi berapa yang membuat sel

banyak terplasmolisis dan pada konsentrasi berapa sel tidak banyak

terplasmolisis. Dari hasil presentase sel yang terplasmolisis yang mendekati 50%

adalah ketika sukrosa yang digunakan 0,28 M yaitu sebesar 42,10 %. Hal ini

berarti bahwa Inscipient Plasmolisis terjadi saat konsentrasi sukrosa yang

diberikan sebesar 0,28 M.

Page 13: laporan A1 & A2

B. ACARA A2: PENENTUAN POTENSIAL AIR

1. HASIL

Tabel.2 Penentuan potensial air pada Solanum tuberosum

Konsentrasi Sukrosa

Rata-Rata Berat Awal

Rata-Rata Berat Akhir

Perubahan Berat

Kelompok

0 M 0,45 0,55 +0,1 V

0,1 M 1,03 1,10 +0,07 IV

0,25 M 0,98 1,02 +0,04 III

0,50 M 1,23 1,09 -0,14 II

1 M 0,89 0,89 +0,02 I

2. PEMBAHASAN

Pada praktikum acara A2 ini, kami melakukan percobaan untuk melihat

bagaimana potensial air pada tumbuhan. Kami menggunakan umbi kentang sebagai

objek percobaan. Umbi kentang direndam selama kurang lebih satu jam di dalam

larutan sukrosa dengan berbagai konsentrasi , yaitu 0,1; 0,25 ;0,50; 1 M dan akuades

dengan sebagai variabel kontrol. Umbi kentang di iris dengan ukuran 5x5 mm

dengan panjang 50 mm. Sebelum direndam umbi yang telah diiris, ditimbang terlebih

dahulu untuk mengetahui berat awal, begitu pula setelah umbi direndam dalam

larutan sebagai berat akhir.

Data hasil praktikum dapat dilihat pada tabel di atas. Pada data hasil

pengukuran menunjukkan pada umumnya terjadi perubahan berat (perubahan positif)

yaitu pada kentang yang direndam dengan konsentrasi larutan sukrosa 0,1 (perubahan

+ 0,1 gr); 0,25 (perubahan +0,07 gr); dan 1 (prubahan +0,02 gr) M serta pada

akuades (perubahan +0,1 gr), tetapi ada satu rendaman kentang yang mengalami

pengurangan berat (perubahan negatif) yaitu pada konsentrasi 0,50 M (perubahan -

0,14 gr).

Nilai positif di peroleh dari berat akhir umbi kentang (setelah direndam) yang

lebih besar dibandingkan dengan berat awal umbi kentang. Hal ini dapat terjadi

karena potensial air pada sel kentang lebih kecil daripada potensial air larutan.

Potensial larutan lebih besar karena larutan mengandung banyak gula sehingga

Page 14: laporan A1 & A2

penyerapannya terhambat. Karena potensial air pada kentang lebih rendah maka air

akan lebih mudah masuk ke dalam kentang sehingga kentang akan mengalami

pertambahan berat.(air bergerak dari potensial tinggi ke potensial rendah)

Sedangkan pada perubahan yang bernilai negatif dapat terjadi karena pada

konsentrasi potensial air pada kentang lebih besar daripada potensial air pada larutan,

air akan bergerak dari potensial tinggi ke rendah, sehingga berat kentang akan

berkurang untuk mencapai keseimbangan potensial air dalam sel dengan larutan

sukrosa.

Pada data dapat dilihat bahwa semakin besar konsentrasi sukrosa maka

pertambahan berat pada kentang akan semakin kecil dan berkurang. Tetapi disini

terlihat perubahan pada konsentrasi 0,5 M lebih negatif dari pada 1 M. Seharusnya

perubahan berat pada konsentrasi 0,5 M lebih positif daripada pada konsentrasi 1M.

Mungkin saja disini terjadi kesalahan pada saat proses pengukuran beratnya.

Berikut ini grafik penunjuk perubahan berat dengan konsentrasi sukrosa :

0 M 0,1 M 0,25 M 0,50 M 1 M

-0.4

-0.2

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

berat awalberat akhirperubahan berat

Page 15: laporan A1 & A2

BAB V

KESIMPULAN

A. Acara A1

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Peristiwa osmosis pada tumbuhan dapat terjadi karena adanya perpindahan air

dari luar kedalam maupun dari dalam keluar yang melewati membran sel.

2. Peristiwa plasmolisis adalah peristiwa lepasnya membrane sel dari dinding sel

sebagai dampak dari hipertonisnya larutan dari luar sel, sehingga cairan yang

berada di dalam sel keluar dari sel dan akibatnya tekanan turgor sel menjadi

nol.

3. Sel tumbuhan yang dimasukan dalam larutan glukosa akan mengalami

plasmolisis.

4. Inciepient plasmolysis adalah suatu keadaan dimana setengah sel dari seluruh

jumlah sel menunjukkan tanda-tanda plasmolisis.

5. Inciepient plasmolysis (IP) pada percobaan ini terjadi pada konsentrasi 0,28 M

6. Presentase sel yang terplasmolisis tertinggi pada konsentrasi sukrosa 0,22 M.

Dan presentase sel yang terplasmolisis terendah pada konsentrasi sukros 0,16

M.

B. Acara A2

1. Potensial air itu mempengaruhi proses osmosis pada tumbuhan. Karena jika

potensial air dalam suatu sel tanaman lebih besar daripada di luar sel, maka air

dalam sel akan keluar. Begitu juga sebaliknya, jika potensial air dalam sel

lebih rendah daripada diluar sel, maka air akan masuk kedalam sel. Sampai

konsentrasi mencapai kesetimbangan. Dan proses keluar masuknya air dari

luar atau dalam sel yang melewati membran sel itu disebut dengan osmosis.

2. Pada data dapat dilihat bahwa semakin besar konsentrasi sukrosa maka

pertambahan berat pada kentang akan semakin kecil.

3. Pada konsentrasi 0,5 M lebih negatif dari pada 1 M. Seharusnya perubahan

berat pada konsentrasi 0,5 M lebih positif daripada pada konsentrasi 1M.

Mungkin saja disini terjadi kesalahan pada saat proses pengukuran beratnya.

Page 16: laporan A1 & A2

DAFTAR PUSTAKA

Tim Mata Kuliah Fisiologi Tumbuhan. 2012. Petunjuk Praktikum Fisiologi

Tumbuhan. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma

(http : //id.wikipedia.org/wiki/plasmolisis) diacces tanggal 24 Februari 2012

Novie utami.2011.laporan praktikum plasmolisis. (online)

http://novieutami.blogspot.com/2011/03/plasmolisis.html

diacces tanggal 24 Februari 2012