97
LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2017

LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

LAPORAN AKHIR

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

2017

Page 2: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

i

KATA PENGANTAR

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh sebagai institusi penghasil

dan penyedia teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi, senantiasa berupaya

untuk terus melakukan terobosan-terobosan perakitan teknologi pertanian spesifik

lokasi melalui kegiatan penelitian/pengkajian dan diseminasi yang mampu menjawab

tantangan yang sedang dan akan dihadapi di Provinsi Aceh. BPTP Aceh sebagai unit

pelaksana teknis Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen

Pertanian bertanggung jawab kepada Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan

Teknologi Pertanian (BBP2TP), di Bogor.

Dalam tahun anggaran 2016 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

Aceh telah melaksanakan berbagai kegiatan diseminasi hasil penelitian sebagai

dukungan bagi pencapaian sasaran pembangunan pertanian, Laporan ini menyajikan

berbagai ringkasan informasi mengenai hasil kegiatan pengkajian/penelitian,

organisasi, kerjasama dan diseminasi yang dilaksanakan dalam tahun anggaran 2017.

Untuk semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini

diucapkan terima kasih, saran-saran untuk perbaikan pembuatan laporan di masa

mendatang sangat diharapkan, semoga laporan ini bermanfaat bagi yang

memerlukan.

Banda Aceh, Desember 2017 Kepala BPTP Aceh,

Ir. Basri AB, M.Si. NIP. 19600811 198503 1 001

Page 3: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

ii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii DAFTAR TABEL iv DAFTAR GAMBAR v I.PENDAHULUAN 1

II. PROGRAM PENGKAJIAN DANDISEMINASI 2.1. Visi dan Misi 2.2. Tujuan 2.3. Sasaran

3 3 3 3

III. PELAKSANAAN KEGIATAN PENGKAJIAN DAN DISEMINASI 3.1. Kegiatan Pengkajian dengan Sumber Dana DIPA BPTP Aceh 3.1.1. Perbaikan Budidaya Jagung Di Lahan Kering Di Provinsi Aceh.

Penanggung Jawab Fenty Ferayanti, SP., M.Si 3.1.2. Kajian Model Desa Pertanian Organik Berbasis Padi-Ternak Di

Provinsi Aceh. Penanggung Jawab: Ir. Elviwirda, M.Si 3.1.3. Teknologi Peningkatan Produktivitas Padi di Lahan Pasang

Surut di Provinsi Aceh. Penanggung Jawab Idawanni, SP., M.Si 3.1.4. Pengembangan Kawasan Pertanian Bio-industri Berkelanjutan

Berbasis Kopi Arabika di Dataran Tinggi Gayo. Penanggung Jawab: Dr. drh. Iskandar Mirza

3.1.5. Pengembagan Media Informasi Pertanian. Penanggung jawab:

Nazariah, SP, M.Si 3.1.6 Pengembangan Pola Tanam Tanaman Pangan Di Provinsi Aceh.

Penanggung Jawab M. Amin, SP.

3.1.7. Visitor Plot. Penanggung jawab: Ratnawati, SP, M.Si

3.1.8. Dukungan Agro-Inovasi Teknologi Di Daerah Perbatasan Di Provinsi Aceh. Penanggung Jawab: Dr. Rachman Jaya

3.1.9. Pemberdayaan Kelembagaan Penyuluh Kecamatan (KPK)

Penyuluh dan Petani. Penanggung Jawab: Ir. Nani Yunizar 3.1.10 Pendampingan UPSUS Siwab di Provinsi Aceh (Penjab: Dr. Yenni Yusriani, S.Pt, M.P)

4 4 4

9

13

16

19

22

25

27

31

33

Page 4: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

iii

3.1.11 Diseminasi Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Komoditi Peternakan Berbasis Sapi Potong. Penanggung Jawab: Dr. drh. Iskandar Mirza, M.P)

3.1.12 Analisis Kebijakan Peningkatan Produksi Padi dengan

Pendekatan Sistem Dinamik di Kabupaten Nagan Raya Aceh. Penanggung Jawab: Firdaus, SP., M.Si

3.1.13 Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Tanaman

Pangan (Padi, Jagung dan Kedelai). Penanggung Jawab: Cut Nina Herlina, SPi., M.Si

3.1.14 Dukungan Inovasi Pertanian untuk Peningkatan Indeks

Pertanaman Padi (Lahan Kering dan Sawah Tadah Hujan) di Provinsi Aceh. Penanggung jawab: Muhammad Ismail, S.P, M.Si

3.1.15 Produksi Benih Sumber. Penanggung jawab: Ir. T. Iskandar,

M.Si 3.1.16 Koordinasi dan Dukungan Teknologi Inovasi UPSUS Mencapai

Swasembada Padi, Jagung, Kedelai dan Peningkatan Produksi Komoditas Utama KEMENTAN di Provinsi Aceh. Penanggung Jawab: Ir. Basri A. Bakar, M.Si

3.1.17 Kajian Kelayakan Teknis Ekonomis Sosial dan Kelembagaan

Teknologi Instore Dryer Bawang Merah di Provinsi Aceh. Penanggung Jawab: Ir. Nurbaiti, M.Si

3.1.18 Perbenihan Komoditas Hortikultura dan Perkebunan di Provinsi

Aceh. Penanggung Jawab: Ir. M. Ferizal, M.Sc 3.1.19 Pembangunan Taman Teknologi Pertanian (TTP) Kota Jantho.

Penanggung Jawab: Dr. Rachman Jaya

3.1.20 Pendampingan Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura (PKAH) di Provinsi Aceh. Penanggung Jawab: Ahmad Adriani, SP

3.1.21 Eksplorasi, Konservasi dan Pemanfaatan Sumberdaya Genetik Lokal Aceh. Penanggung Jawab: Mehran, SP, M.Si

35

38

41

44

46

52

55

57

59

62

65

IV. ORGANISASI DAN KERAGAAN SDM

4.1. Sumber Daya Manusia

4.2. Keuangan

4.3. Fasilitas

69 69 72 75

Page 5: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

iv

V. KERJASAMA DAN DISEMINASI 5.1. Kerjasama 5.2. Kerjasama Magang Mahasiswa/Praktik Lapang 5.3. Diseminasi/AVA 5.4. Perpustakaan 5.5. Jaringan Informasi 5.6. Laboratorium

80 81 81 81 83 86 87

PENUTUP

89

DAFTAR PUSTAKA 90

Page 6: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

v

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Penyebaran Jumlah PNS Menurut Unit Kerja dan Golongan 70

Tabel 2. Distribusi Jumlah PNS Menurut Golongan dan Ruang 70 Tabel 3. Distribusi Jumlah PNS menurut Pendidikan dan Unit Kerja 70 Tabel 4. Keragaan SDM BPTP Aceh Menurut Usia dan Jenis Kelamin 71 Tabel 5. Distribusi Jumlah Pegawai BPTP Aceh Pendidikan dan Usia 71 Tabel 6. Jabatan Menurut Golongan di BPTP Aceh 72 Tabel 7. Rincian Pagu dan realisasi Menurut Jenis Kegiatan 73 Tabel 8. Target dan Realisasi PNBP Berdasarkan Jenis Kegiatan 74 Tabel 9. Luas, Lokasi dan Pemanfaatan Tanah 76

Tabel 10. Jenis, Luas, Lokasi dan Banyaknya Bangunan 76

Tabel 11. Jenis, Luas dan Jumlah Bangunan Rumah Dinas Berdasarkan Lokasi Unit Kerja

77

Tabel 12. Jumlah dan Alokasi Kendaraan Dinas Berdasarkan Unit Kerja 78 Tabel 13. Jumlah dan Alokasi Peralatan Berdasarkan Unit Keja 79 Tabel 14. Sumberdaya Manusia di Perpustakaan 83 Tabel 15. Rincian Tugas Anggota Perpustakaan 84 Tabel 16. Infrastruktur Perpustakaan 84 Tabel 17. Perkembangan Database Digital 85 Tabel 18. Koleksi perpustakaan 85 Tabel 19. Jumlah pengunjung perpustakaan 86

Page 7: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

vi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Struktur Organisasi BPTP Aceh 69

Gambar 2. Jumlah rumah dinas BPTP Aceh Tahun 2017 77 Gambar 3. Alur Pelayanan Analisi Kimia Tanah di BPTP Aceh 88

Page 8: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

1

II.. PPEENNDDAAHHUULLUUAANN

Kedaulatan pangan (food-sovegrenity) merupakan sasaran yang harus dicapai

untuk program pertanian sampai dengan tahun 2045 yang dideklarasikan Indonesia

sebagai lumbung pangan dunia. Untuk mencapai visi tersebut tentunya dilaksanakan

(program) dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian yang

berlandaskan: keunggulan Sumber Daya Alam (SDA), Sumber Daya Manusia (SDM) yang

berkualitas serta kemampuan IPTEK yang terus meningkat. Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), Kementerian Pertanian Republik Indonesia

merupakan ujung tombak pemerintah untuk meningkatkan pembangunan sistem pertanian

modern.

Dalam 9 program utama (Nawacita) pada sistem pemerintahan Indonesia, Balai

Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh sebagai bagian integral dari sistem pertanian

bangsa ini, memiliki tugas dan fungsi melakukan pengkajian, penyuluhan dan diseminasi

(Litkajibangluh), yang memiliki arti penting bila dilakukan melalui proses yang terencana

dengan baik, dan outputnya dapat memberikan manfaat lebih kepada pihak

sasaran/pengguna secara terukur. Setidaknya terdapat 3 (tiga) aspek penting yang

merupakan titik kritis yang berpengaruh terhadap keberhasilan pelaksanaan tugas dan

fungsi yang diembankan kepada BPTP Aceh. Ketiga aspek penting yang menjadi pokok

perhatian pengkajian dan diseminasi teknologi pertanian, yaitu proses perencanaan,

pelaksanaan pengkajian dan diseminasi serta pemanfaatan output dari pengkajian dan

diseminasi oleh pengguna teknologi tersebut.

Identifikasi teknologi yang dibutuhkan pelaku sistem pertanian di Provinsi Aceh

menjadi sangat penting untuk dapat meningkatkan efektivitas sistem pertanian, melalui

peningkatan produktivitas berbagai sistem usahatani berbasis komoditas unggulan dan

zona agroekosistem, selain itu juga melakukan upaya efisiensi dalam sistem pertanian

tersebut melalui optimalisasi sistem alat dan mesin pertanian (alsintan) agar pendapatan

petani dapat ditingkatkan. Contoh nyata adalah aplikasi sistem pertanaman jajar legowo

super 2:1, yang salah satu komponen teknologinya adalah penggunaan alsintan pada saat

panen dengan combine harvester dan penanaman dengan rice transplanter.

Usahatani tersebut harus dikelola secara modern (precision farming), dengan tetap

memperhatikan kearifan lokal (local wisdom) yang ada pada masing-masing daerah.

Seiring dengan tuntutan pembangunan pertanian di Provinsi Aceh yang semakin kompleks,

maka untuk mengatasi hal tersebut BPTP Aceh yang merupakan lembaga pengkajian dan

Page 9: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

2

diseminasi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian telah dan akan terus

menyediakan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi yang sesuai dengan

agroekosistem di Provinsi Aceh.

Pada tahun 2017, BPTP Aceh juga mendapat mandat tambahan berupa bagian dari

pelaksanaan kegiatan Upaya Khusus (UPSUS) peningkatan produksi komoditas padi,

jagung dan kedelai (Pajale) serta komoditas strategis lainnya, seperti bawang merah,

cabai, tebu dan sapi. Penanggung jawab utama kegiatan ini adalah Direktorat Jenderal

Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian. Secara kedaerahan, BPTP Aceh menjadi

penanggung jawab Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh Timur, Aceh Tenggara, Gayo Lues,

Aceh Singkil, Subussalam dan Simelue. Khusus untuk komoditas sapi, nama program

adalah Sapi Indukan Wajib Bunting (SIWAB). BPTP Aceh menjadi penanggung jawab untuk

Kabupaten Aceh Tenggara, Aceh Tamiang dan Gayo Lues.

Dari sisi anggaran, pada tahun 2017 setelah melalui beberapa kali revisi anggaran

(refocusing), BPTP Aceh mendapatkan anggaran Rp. 17.733.814.000 yang terdiri dari

belanja operasional, belanja non operasional dan belanja modal. Akhir Juli 2017, melalui

mekanisme APBN-P, BPTP Aceh mendapatkan anggaran untuk melaksanakan kegiatan

perbenihan sub sektor perkebunan, yaitu pada komoditas kelapa dalam dan kopi arabika,

sedangkan untuk hortikultura pepaya.

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa pentingnya peran BPTP Aceh

dalam hal: (1) kegiatan penelitian dan pengkajian untuk menghasilkan teknologi terapan

yang bersifat spesifik lokasi pada suatu Zona Farming System dan sesuai dengan kondisi

sosial ekonomi petani atau pelaku lainnya, seperti pedagang pengepul dan pelaku bisnis

berbasis komoditi pertanian; (2) keterkaitan antara para peneliti-penyuluh-petani dalam

proses percepatan dan penerapan teknologi spesifik lokasi; (3) keterkaitan program BPTP

Aceh dengan program pemerintah daerah Provinsi Aceh dalam pembangunan pertanian;

(4) meningkatkan pengetahuan dan kemampuan seluruh sumberdaya manusia lingkup

BPTP Aceh. Laporan tahunan ini merupakan hasil ringkasan pengkajian dan diseminasi dari

sisi fungsionalitas serta keragaan organisasi BPTP Aceh Tahun Anggaran (TA) 2017.

Laporan ini juga dapat digunakan sebagai tolok ukur kinerja BPTP Aceh dalam menjalankan

tugas dan fungsinya pada TA. 2017.

Page 10: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

3

IIII.. PPRROOGGRRAAMM PPEENNGGKKAAJJIIAANN,, DDIISSEEMMIINNAASSII DDAANN PPEENNYYUULLUUHHAANN

22..11.. VViissii ddaann MMiissii

Pelaksanaan kegiatan penelitian/pengkajian dan desiminasi oleh BPTP Aceh tahun 2014 –

2019 disesuaikan dengan rencana operasional, visi dan misi BPTP. Visi BPTP Aceh adalah

“Menjadi Lembaga Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Terkemuka di Dunia Dalam

Mewujudkan Sistem Pertanian Bio-Industri Tropika Berkelanjutan” Adapun misi yang

diemban adalah:

1. Merakit, menguji dan mengembangkan inovasi pertanian tropika unggul berdaya saing

mendukung pertanian bio-industri.

2. Mendiseminasikan inovasi pertanian tropika unggul dalam rangka peningkatan scientific

recognition dan impact recognition.

22..22.. TTuujjuuaann

11.. MMeenniinnggkkaattkkaann kkeetteerrsseeddiiaaaann iinnffoorrmmaassii ppeerrttaanniiaann ssppeessiiffiikk llookkaassii mmeellaalluuii kkeeggiiaattaann

ppeenneelliittiiaann,, ppeennggkkaajjiiaann ddaann ppeerraakkiittaann tteekknnoollooggii ppeerrttaanniiaann ssppeessiiffiikk llookkaassii..

22.. MMeenniinnggkkaattkkaann ddiisseemmiinnaassii tteekknnoollooggii ppeerrttaanniiaann uunngggguullaann hhaassiill ppeennggkkaajjiiaann ddaann mmaatteerrii

ppeennyyuulluuhhaann..

33.. MMeenniinnggkkaattkkaann kkeerrjjaassaammaa//kkeemmiittrraaaann ddeennggaann ssttaakkeehhoollddeerr ddaallaamm ppeellaakkssaannaaaann kkeeggiiaattaann

ppeenneelliittiiaann,, ppeennggkkaajjiiaann ddaann ppeerraakkiittaann tteekknnoollooggii ppeerrttaanniiaann ssppeessiiffiikk llookkaassii..

44.. MMeenniinnggkkaattkkaann kkaappaassiittaass ddaann kkaappaabbiilliittaass iinnssttiittuussii sseerrttaa ssuummbbeerrddaayyaa mmaannuussiiaa BBPPTTPP

AAcceehh..

22..33.. SSaassaarraann

11.. MMeenniinnggkkaattnnyyaa kkeetteerrsseeddiiaaaann iinnoovvaassii tteekknnoollooggii ppeerrttaanniiaann ssppeessiiffiikk llookkaassii yyaanngg sseessuuaaii

ddeennggaann kkeebbuuttuuhhaann ssttaakkeehhoollddeerr..

22.. MMeenniinnggkkaattnnyyaa ddiisseemmiinnaassii tteekknnoollooggii ppeerrttaanniiaann uunngggguullaann hhaassiill ppeennggkkaajjiiaann ddaann mmaatteerrii

ppeennyyuulluuhhaann yyaanngg sseessuuaaii ddeennggaann kkeebbuuttuuhhaann ssttaakkeehhoollddeerr..

33.. MMeenniinnggkkaattnnyyaa kkeerrjjaassaammaa//kkeemmiittrraaaann ddeennggaann ssttaakkeehhoollddeerr ddaallaamm ppeellaakkssaannaaaann

kkeeggiiaattaann ppeenneelliittiiaann,, ppeennggkkaajjiiaann ddaann ppeerraakkiittaann tteekknnoollooggii ppeerrttaanniiaann ssppeessiiffiikk llookkaassii..

44.. MMeenniinnggkkaattnnyyaa kkaappaassiittaass ddaann kkaappaabbiilliittaass iinnssttiittuussii sseerrttaa ssuummbbeerrddaayyaa mmaannuussiiaa BBPPTTPP

AAcceehh..

Page 11: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

4

IIIIII.. PPEELLAAKKSSAANNAAAANN KKEEGGIIAATTAANN PPEENNGGKKAAJJIIAANN DDAANN DDIISSEEMMIINNAASSII

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh melakukan berberapa kegiatan

melalui pendanaan yang dibiayai oleh DIPA Tahun Anggaran (TA) 2017. Pada TA 2017,

secara umum BPTP Aceh melaksanakan kegiatan berbasis penyediaan benih sumber

(UPBS) padi, jagung, kedelai untuk label putih dan biru, benih sebar komoditas padi,

jagung, kedelai untuk label unggu. Pendampingan Kawasan Peternakan berbasis Sapi

potong, kawasan berbasis tanaman pangan (padi, jagung dan kdelai) serta sub sektor

hortikultura yaitu pada komoditas cabai merah, bawang merah, pengembangan bioindustri

berbasis integrasi integrasi kopi dan sapi, inventarisasi sumbedaya genetik (SDG),

beberapa kegiatan diseminasi, penyuluhan dan penyebaran informasi teknologi pertanian

dalam bentuk media cetak dan elektronik. Kegiatan utama lainnya yang dilaksanakan oleh

BPTP Aceh tahun 2017, adalah pembangunan Taman Teknologi Pertanian (TTP) Kota

Jantho dan pendampingan Upaya Khusus (UPSUS) komoditas padi, jagung, kedelai serta

komoditas strategis lainnya.

3.1. Kegiatan Pengkajian dengan Sumber Dana DIPA BPTP Aceh

3.1.1. Perbaikan Budidaya Jagung Di Lahan Kering Di Provinsi Aceh.

Penanggung Jawab Fenty Ferayanti, SP., M.Si

Latar Belakang

Jagung merupakan tanaman pangan strategis sebagai bahan pangan, pakan, dan

bahan baku industri. Produksi jagung terus meningkat setiap tahun 5.6 % seiring dengan

meningkatnya produktivitas dan luas penanaman jagung, namun produksi dalam negeri

ternyata belum mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri, yang meningkat 6.4% per

tahun. Secara umum, jagung ditanam pada lingkungan yang beragam yaitu berdasarkan

agroekologi, kesuburan tanah, ketersediaan pengairan/sumber air, musim tanam, dan

kemampuan modal petani. Keragaman yang sangat besar tersebut mengakibatkan

terjadinya keragaman produktivitas jagung.

Namun pada umumnya petani masih banyak yang berusahatani secara

konvensional (tradisional), belum maksimalnya penerapan pemupukan berimbang serta

pengaturan jarak tanam yang belum optimal. Peningkatan produktivitas jagung terus

dilakukan dengan upaya-upaya penerapan teknologi budidaya yang tepat spesifik lokasi.

Salah satu teknologi yang diterapkan untuk meningkatkan produktivitas jagung adalah

penggunaan varietas unggul, rekomendasi pemupukan dan pengaturan jarak tanam

(sistem jajar legowo) dengan pendekatan PTT.

Page 12: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

5

Dalam budidaya jagung komponen teknologi penggunaan varietas unggul,

rekomendasi pemupukan dan pengaturan jarak tanam diperlukan untuk mendapatkan hasil

yang maksimal. Pemilihan varietas unggul yang akan ditanam harus mempertimbangkan

aspek tanah dan iklim (lingkungan), minat petani, potensi hasil tinggi, tahan hama penyakit

dan kekeringan serta berumur genjah. Varietas unggul mempunyai peran besar dalam

upaya peningkatan produktivitas karena berpotensi memberikan hasil tinggi, tahan

terhadap hama penyakit serta potensi produksi pakan ternak (tebon) tinggi yang dapat

dimanfaatkan sebagai pakan ternak.

Dengan berkembangnya jagung hibrida dan komposit, petani cenderung

menggunakan pupuk urea lebih banyak dari yang direkomendasi. Karena itu sudah

selayaknya jumlah pupuk yang digunakan oleh para petani harus berdasarkan jumlah

pupuk yang diperlukan tanaman untuk mencapai hasil sesuai potensi hasil varietas yang

digunakan. Varietas dengan potensi hasil yang rendah (berumur genjah) kebutuhan

pupuknya akan lebih sedikit dibanding dengan jenis hibrida ataupun bersari bebas dengan

potensi hasil 6 yang tinggi. Dengan demikian diperlukan uji tanah baik ditinjau dari kondisi

fisik (physical properties) dan dari segi kesuburan kimia (chemical properties). Demikian

pula penggunaan pupuk organik pada tanaman jagung sudah perlu mendapatkan

perhatian, dan biomas tanaman jagungpun dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak bagi

petani yang memelihara ternak.

Tujuan

- Penerapan teknologi VUB jagung hibrida di lahan kering suboptimal di Provinsi Aceh.

- Mengkaji beberapa paket teknologi sistem olah tanah dan mulsa sampah kota yang

optimal pada lahan kering dan spesifik lokasi.

- Rekomendasi sistem olah tanah dan mulsa sampah kota yang adaptif spesifik lokasi dan

berkelanjutan.

- Data usahatani budidaya VUB hibrida dengan penerapan teknologi pada lahan kering

suboptimal di Provinsi Aceh

Keluaran

- Meningkatnya produktivitas jagung hibrida melalui penerapan teknologi VUB jagung di

lahan kering di Propinsi Aceh.

- Meningkatnya produksi dan produktivitas Jagung di lahan kering spesifik lokasi serta

berkelanjutan.

- Tersedianya paket teknologi sistem olah tanah dan mulsa sampah kota spesifik lokasi

dan berkelanjutan.

Page 13: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

6

- Data usahatani budidaya VUB jagung dengan penerapan teknologi pada lahan kering

suboptimal di Propinsi Aceh .

Metodologi

Pendekatan (Kerangka Pemikiran)

Kajian ini merupakan kegiatan lapangan yang bersifat partisipatif dan kemitraan

antara peneliti/penyuluh BPTP Aceh, PPL, petani, kelompok tani serta melibatkan instansi

terkait yaitu Dinas Pertanian dan Hortikultura Kabupaten Aceh Utara, BPP Kecamatan serta

lembaga desa lainnya.

Pengkajian ini dilaksanakan pada lahan milik petani di Kabupaten Aceh Utara

dengan luas ± 7 ha yang dimulai dari bulan Maret hingga Desember 2017.Metode

pengkajian menggunakan rancangan split plot design dan RAK faktorial. Teknologi yang

diintroduksikan meliputi : penggunaan VUB jagung, jarak tanam, penggunaan bahan

organik (sampah kota), pemupukan berdasarkan status hara tanah melalui uji tanah,

pengendalian gulma, hama dan penyakit secara PHT (Badan Litbang Pertanian 2007).

Untuk pengkajian yang menggunakan rancangan split plot design, varietas merupakan

petak utama/main plot sedangkan 2 (dua) paket pemupukan sebagai anak petak. Varietas

yang digunakan yaitu :

V1 = Bima 15 V5 = Sukmaraga

V2 = Bima 19 V6 = Pioner

V3 = Bima 20 V7 = Bisi

V4 = Lamuru

Sedangkan 2 (dua) paket pemupukan yang akan digunakan yaitu :

P1 = rekomendasi pemupukan petani setempat

P2 = rekomendasi pemupukan berdasarkan status hara tanah (PUTK)

Masing-masing kombinasi perlakuan diulang sebanyak 3 (tiga) kali.

Page 14: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

7

Hasil

Kegiatan Perbaikan Budidaya Jagung Di Lahan Kering Di Provinsi Aceh diawali

dengan melakukan koordinasi dan survey calon lokasi kegiatan dan calon petani

kooperator yang akan terlibat dalam kegiatan ini. Koordinasi dilakukan dengan dinas terkait

dalam hal ini Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab. Aceh Utara. Dari hasil survey lokasi di

beberapa kecamatan sentra penanaman jagung, ditetapkan Desa Tanjong Keumala,

Kecamatan Sawang sebagai lokasi kegiatan dan kelompok tani Bungong Tanjong sebagai

kelompok tani pelaksana kegiatan ini.

Gambar 1. Lahan tempat pelaksanaan kegiatan

Keragaan Agronomis

Pertumbuhan vegetatif berpengaruh sangat penting untuk perkembangan pada

fase generatif. Pertumbuhan vegetatif yang optimal akan mendorong pertumbuhan

generatif yang optimal sehingga akan diperoleh hasil yang tinggi. Pengamatan tinggi

tanaman merupakan salah satu parameter utama untuk mengetahui tingkat adaptasi suatu

varietas pada suatu agroekosistem.

Page 15: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

8

Tabel 1. Rata-rata Pertumbuhan Tanaman Jagung Hibrida dan Komposit pada Pola

Introduksi dan Pola Petani kegiatan Penerapan Teknologi VUB Jagung Hibrida Di

Lahan Kering Provinsi Aceh

VARIETAS

POLA PETANI POLA INTRODUKSI

Tinggi Tanaman

(cm)

Diameter Tongkol

(cm)

Tinggi/Jarak Tongkol (cm)

Tinggi Tanaman

(cm)

Diameter Tongkol

(cm)

Tinggi/Jarak Tongkol

(cm)

BIMA 15 169.2a 2.8b 119.0b 200.3b 3.3a 130.0a

BIMA 19 177.6c 2.9b 120.0b 201.3b 3.4a 135.0b

BIMA 20 185.8d 3.1c 121.0b 215.2c 3.6b 139.0c

LAMURU 173.4b 2.2a 119.7b 202.8b 3.1a 138.3c

SUKMARAGA 173.4b 2.2a 112.3a 202.8b 3.0a 138.1c

PIONER 165.3a 2.3a 113.0a 180.0a 3.0a 137.0c

BISI 167.0a 2.2a 118.5b 189.8b 3.0a 133.5a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (uji T 0,05).

Komponen Hasil

Pada pengamatan bobot tongkol dengan kelobot dan bobot tongkol kupasan pada

pola introduksi dan pola petani menunjukkan bahwa varietas berpengaruh nyata, dimana

hasil tertinggi dijumpai pada varietas Bima 20 dan berbeda nyata dengan varietas lainnya.

VARIETAS

POLA PETANI

Tongkol + Klobot (Gr)

Tongkol Kupasan (Gr)

Pipilan Kering (Gr) 1000 Butir (Gr) Hasil (Ton/Ha)

BIMA 15 272.1d 250.1c 112.2a 47.7a 4.4a

BIMA 19 281.3e 259.3c 120.2b 49.5a 4.8a

BIMA 20 326.8f 304.8d 129.2c 50.7a 5.1b

LAMURU 229.5c 207.5b 114.7a 49.5a 4.5a

SUKMARAGA 217.5a 195.5a 115.2a 50.1a 4.6a

PIONER 221.2b 199.2a 118.9b 49.8a 4.7a

BISI 280.6e 258.6c 120.0b 48.2a 4.8a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (uji T 0,05)

Page 16: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

9

POLA INTRODUKSI

Tongkol + Klobot (Gr)

Tongkol Kupasan (Gr) Pipilan Kering (Gr) 1000 Butir (Gr) Hasil (Ton/Ha)

399.1d 377.1c 138.2a 57.7a 5.5a

402.4e 380.4c 146.2b 59.5a 5.8a

469.7f 447.7d 155.2c 65.7c 6.2b

349.5c 327.4b 140.7a 55.5a 5.6a

277.5a 255.5a 141.2a 55.4a 5.6a

261.5a 239.5a 144.9b 54.8a 5.7a

300.0b 278.0a 146.0b 52.9a 5.8

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (uji

T 0,05).

KESIMPULAN

Dari hasil yang diperoleh pada kegiatan Perbaikan Budidaya Jagung Lahan Kering di

Provinsi Aceh menunjukkan bahwa:

- Penerapan teknologi pemupukan spesifik lokasi dalam perbaikan budidaya jagung

hibrida dan komposit di lahan kering dapat meningkatkan produksi jagung hibrida dan

komposit. Varietas Bima 20 menunjukkan produksi paling tinggi (6,2 ton/ha).

- Penambahan bahan organik dalam bentuk kompos limbah sampah kota 10 ton/ha serta

pengolahan tanah minimun dapat meningkatkan produksi jagung hibrida Bima 15 yaitu

4.9 ton/ha.

3.1.2. Kajian Model Desa Pertanian Organik Berbasis Padi-Ternak Di Provinsi

Aceh. Penanggung Jawab: Ir. Elviwirda, M.Si

Latar Belakang

Pertanian organik merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk

meningkatkan kembali daya dukung lahan pada satu kawasan. Menurut FAO (2002),

pertanian organik adalah sebagai sistem manajemen produksi holistik yang meningkatkan

dan mengembangkan kesehatan ekosistem, termasuk siklus biologi dan aktivitas biologi

tanah. Pertanian organik menekankan pada meminimalkan input eksternal seperti

menghindari penggunaan pupuk dan pestisida sintetis.

Pertanian organik pada dasarnya adalah manifestasi dari pembangunan pertanian

berkelanjutan melalui inovasi-inovasi teknologi yang relevan dari Balitbangtan. Jika dilihat

dari aspek inovasi, sudah banyak invensi-invensi dari lembaga-lembaga pencetak teknologi

Page 17: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

10

mengenai pembangunan pertanian berkelanjutan, akan tetapi yang masih kurang adalah

pengembangan pertanian organik berbasis kawasan.

Melihat berbagai permasalahan yang ada, maka diperlukan perhatian khusus

terhadap bagaimana mengelola lahan dengan baik. Sedangkan untuk membangun sebuah

pertanian yang berkonsep pertanian organik membutuhkan waktu yang panjang,

mengingat pencemaran terhadap tanah dan air telah terjadi dalam waktu yang sangat

panjang. Salah satu pendekatan yang dapat diimplementasikan dan sangat relevan untuk

dilaksanakan dalam sistem pertanian organik yang berkelanjutan di provinsi Aceh yaitu

pertanian organik berbasis padi-ternak.

Disisi lain pertanian organik berbasis padi-ternak lebih menekankan pada sumber

daya alam lokal yang dapat diperbarui dan ramah lingkungan, menggunakan teknologi

lokal dan sederhana serta sedapat mungkin mengurangi input eksternal. Dengan

demikian, penerapan pertanian organik akan memangkas biaya produksi, sehingga petani

organik memiliki peluang untuk meningkatkan pendapatannya.

Selain itu hal terpenting dalam menciptakan pertanian organik harus

memperhatikan semua aspek yang ada di suatu desa (kawasan) seperti kondisi tanah,

lahan, dan air serta sosial masyarakat. Hal ini sesuai dengan konsep membangun pertanian

organik adalah menjaga keseimbangan lingkungan, sosial dan ekonomi melalui penerapan

inovasi teknologi.

Tujuan

1. Mengkaji pengelolaan lahan sawah ramah lingkungan secara partisipatif berbasis padi-

ternak spesifik lokasi.

2. Mengkaji model pertanian organik berbasis padi-ternak spesifik lokasi.

Keluaran

1. Adanya pengelolaan lahan sawah ramah lingkungan secara partisipatif berbasis padi-

ternak spesifik lokasi.

2. Adanya model pertanian organik berbasis padi-ternak spesifik lokasi.

Metodelogi

Pengkajian model desa pertanian organik berbasis padi-ternak, dilaksanakan

secara partisipatif, melibatkan stakeholders dan peran aktif kelompoktani. Guna

mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan, perlu melakukan kegiatan observasi lapangan dan

Page 18: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

11

dilanjutkan dengan melaksanakan survey guna memahami kondisi awal lokasi kegiatan,

serta melakukan pendekatan before dan after, yaitu membandingkan kondisi antara

sebelum dan setelah kegiatan pengkajian dilakukan. Kegiatan pengkajian akan

dilaksanakan mulai bulan Pebruari hingga Desember 2017. Lokasi kegiatan berada di desa

Lampakuk kecamatan Kuta Cot Glie kabupaten Aceh Besar.

Metode Analisis

Melakukan perbandingan antara model padi organik dengan padi semi organik dan

anorganik, dimana;

Model

Perlakuan Pupuk

Kompos

Jerami (Ton/Ha)

Pupuk

Organik Padat (Ton/Ha)

Pupuk

Organik Cair (ml/Ha)

NPK

(kg/Ha)

Urea

(Kg/Ha)

Padi Organik 3 5 210 - -

PadiSemi Organik 3 5 210 - 100

Padi an Organik - - - 200 200

Untuk mengetahui besarnya pendapatan bersih petani dari usahatani padi

digunakan “Analisa biaya dan pendapatan” dengan rumus menurut (Bishop dan Toussaint,

1979), yaitu : NR = TR-TC, TR = Tp x P dan TC = FC + VC, dimana:

NR = Net Revenue atau pendapatan bersih

TR = Total Revenue atau pendapatan kotor

TC = Total Cost atau total biaya yang dikeluarkan

Tp = Total Produksi

P = Tingkat Harga,

FC = Fixed Cost atau Biaya Tetap

VC = Variable Cost atau Biaya Variabel

Page 19: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

12

Hasil

Analisis Tanah

Tabel 2. Hasil analisis tanah sebelum dan sesudah pengkajian

Parameter Sebelum Pengkajian*

Sesudah Pengkajian**

Padi Semi Organik Padi Organik

pH H2O C-organik (%)

N total (%) P Bray (ppm)

K Morgan (ppm)

6,45 1,49

0,17 1,05

3,04

6,44 2,03

0,38 1,35

5,78

6,24 1,95

0,38 2,15

6,03

Sumber :Laboratorium Tanah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh (*) dan Universitas Syiah Kuala (**)

Tabel 3. Tinggi tanaman, jumlah anakan maksimum, jumlah malai per rumpun, gabah isi

per malai, persentase gabah hampa per malai, bobot 1000 biji dan hasil gabah

kering panen

Keragaan Komponen Hasil Padi Organik Padi Semi Organik t Hitung Hasil

Tinggi Tanaman (cm) 92,71 103,8 -3,706 S

Jumlah Anakan Maksimum 19,78 23,79 -3,927 S

Jumlah Malai Perumpun 17,18 21,73 -5,608 S

Gabah Isi per Malai 84,76 109,84 -7,375 S

Bobot 1000 biji (gr) 27,07 29,91 -1,672 NS

Hasil Gabah Kering Panen (ton/ha)

7,28 8,779 -8,951 S

t tabel 5% =2,101 S =berbeda nyata NS =Berbeda tidak nyata

Dokumentasi

Page 20: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

13

Kesimpulan

1. Penggunaan pupuk organik padat dan cair dapat meningkatkan C-Organik,

Ketersediaan Nitrogen (N), Posfat (P) dan Kalium (K) tanah.

2. Bobot 1000 biji dan hasil gabah kering panen antara padi organik dengan padi non

organik berbeda tidak nyata.

3. Penerapan model padi organik pada tahun pertama belum menghasikan produktivitas

padi yang optimal.

4. Usahatani padi organik di desa Lampakuk kecamatan Kuta

3.1.3. Teknologi Peningkatan Produktivitas Padi di Lahan Pasang Surut di

Provinsi Aceh. Penanggung Jawab Idawanni, SP., M.Si

Latar Belakang

Provinsi Aceh mempunyai luas lahan pasang surut 491 ha dan luas lahan rawa

lebak 8.015 ha. Dengan luasan tersebut padi rawa diharapkan dapat menyumbangkan

produksi padi yang lumayan besar untuk Provinsi Aceh (BPS, 2011). Pemanfaatan lahan

rawa merupakan salah satu pilihan untuk meningkatkan produksi padi melalui

penambahan luas areal tanaman. Pada kondisi lahan tersebut terdapat berbagai kendala

fisik yang akan menghambat pertumbuhan dan menurunkan tingkat produktivitas padi.

Kendala-kendala tersebut antara lain lahan rawa bersifat masam, miskin unsur hara, dan

mengandung besi (Fe) yang tinggi. Keracunan besi dan ketidakseimbangan kandungan

unsur hara, serta lahan yang selalu tergenang air merupakan permasalahan utama.

Keracunan besi menyebabkan produktivitas padi dilahan rawa relatif rendah (1-2 t/ha) atau

bahkan tidak menghasilkan. Oleh karena itu tanaman padi yang akan dibudidayakan pada

kondisi lahan tersebut harus memiliki sifat toleran terhadap permasalahan tersebut. untuk

mengatasinya, diantaranya adalah dengan menanam varietas yang toleran dan pemupukan

untuk meningkatkan keseimbangan unsur hara.

Tujuan

1. Meningkatkan produktivitas padi di dilahan pasang surut di Provinsi Aceh

2. Menghasilkan paket rekomendasi teknologi budidaya padi lahan pasang surut

Keluaran

1. Meningkatnya produktivitas padi di dilahan pasang surut di Provinsi Aceh

2. Paket rekomendasi teknologi budidaya padi lahan pasang surut

Page 21: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

14

Metodologi

Pengelolaan komoditas padi rawa di suatu wilayah dapat berbeda dengan di

wilayah lain, bergantung pada masalah yang akan diatasi. Langkah pertama dalam

mengembangkan suatu model yaitu: (1) mengidentifikasi masalah di suatu tempat, (2)

mengidentifikasi ketersediaan sumber daya dan lingkungan fisik maupun biologi, (3)

mengidentifikasi teknologi-teknologi yang tersedia untuk suatu ekosistem, dan (4)

mempelajari keterkaitan dan sistem di antara teknologi lain yang tersedia dengan sosial

budaya petani (Kartaatmadja dan Fagi, 2000).

Metodologi yang digunakan berupa petak tanam demontrasi plot menggunakan

rancangan acak kelompok (RAK) dengan 3 ulangan. Teknologi yang diterapkan adalah

teknologi anjuran budidaya padi lahan rawa. Varietas padi lahan rawa yang digunakan

terdiri dari 7 (tujuh ) varietas unggul yaitu, Inpara 2, Inpara 3, Inpara 8 Inpara 9, Inpari 34

dan Inpari 35.

Tabel 1.Teknologi anjuran budidaya padi rawa lahan pasang surut kegiatan peningkatan

produktivitas padi di lahan pasang surut di Provinsi Aceh

Komponen budidaya Pilihan Komponen Teknologi

Varietas - Inpara 2, Inpara 3,Inpara 8, Inpara 9, Inpari 34, Inpari 35

Benih bermutu - Berlebel biru, Uji daya Kecambah

Jumlah benih - Semai, 25 kg/ha

Umur Pindah - 15 hari setelah semai

Jumlah bibit/lubang - 3 batang/lubang

Sistem tanam - Jajar legowo 2 : 1 dan 3 : 1

Pengelolaan air - Secara efektif dan efisien

Pemupukan :

- Urea - SP-36

- KCL

NPK Phonska

- 200 kg/ha

- 50 kg/ha - 50 kg/ha

- 200 kg/ha

* Urea Diberikan 3 kali yaitu pada saat tanam dan umur 25 serta 40 HST

Page 22: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

15

Hasil

Keragaan Pertumbuhan Varietas Unggul Baru Padi Rawa Pasang Surut

Tabel 1. Tinggi Tanaman Beberapa Varietas Padi Inpara pada Umur 3, 6, dan 9 Minggu

Setelah Tanam

No. Kode Varietas 3 MST 6 MST 9 MST

1. V1 Inpara 2 21.9 a 57.1 ab 98.6 b

2. V2 Inpara 3 15.4 ab 62.5 c 101.05 b

3. V3 Inpara 8 17.4 a 59.8 bc 100.5 b

4. V4 Inpara 9 23.5 c 58.8 bc 100.25 b

5. V5 Inpari 34 16.8 b 53.7 a 98.6 b

6. V6 Inpari 35 14.7 a 55.8 ab 94.2 a

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (uji Duncan 0,05).

Kesimpulan

1. Varietas Inpara 2 memberikan hasil tertinggi 5,29 ton/ ha diikuti Inpara 3 dengan hasil

5,1 ton/ha dan Inpari 35 4,85 ton/ha.

2. Dari keenam varietas yang dicobakan varietas Inpara 2, Inpara 3 dan Inpari 35 baik

untuk dikembangkan di lahan sawah pasang surut di Kabupaten Aceh Jaya.

3. Penerapan teknologi dengan menggunakan varietas unggul baru padi Inpara serta

pemberian pupuk yang sesuai rekomendasi sangat dibutuhkan untuk meningkatkan

produktivitas di lahan pasang surut.

Dokumentasi

Page 23: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

16

3.1.4. Pengembangan Kawasan Pertanian Bio-industri Berkelanjutan Berbasis

Kopi Arabika di Dataran Tinggi Gayo. Penanggung Jawab: Dr. drh.

Iskandar Mirza

Latar Belakang

Kopi arabika merupakan salah satu komoditas unggulan daerah Aceh yang

memberikan kontribusi nyata bagi penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan

pendapatan petani. Selain itu kopi merupakan salah satu komoditas ekspor penting yang

mampu memberikan nilai tambah dan penerimaan devisa bagi Negara pada umumnya

maupun daerah sentra produksi utamanya yaitu Provinsi Aceh.

Kulit kopi merupakan limbah yang cukup melimpah, dikarenakan jumlahnya yang

mencapai 50- 60 % dari berat kopi yang dipanen. Kulit buah kopi (ExoCarp) merupakan

limbah agro industri tanaman kopi (coffea) yang berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai

pakan ternak, selama ini kulit kopi hanya dibiarkan disekitar pohon dan dibuat pupuk

organik. Kulit buah kopi segar memliki kandungan nutrisi : protein kasar 8,49, serat kasar

21,40, lemak 1,04, kalsium 0,21 dan phosphor 0,03. Kajian model pertanian bioindustri

berbasis tanaman – ternak diperkirakan akan dapat merubah pola usahatani komoditas

kopi maupun ternak sapi ke pola usahatani multikultur atau integrasi. Pola usahatani ini

diperkirakan dapat meningkatkan produksi kopi dan produksi daging sapi, juga

meningkatkan pendapatan petani dibandingkan sebelumnya. Selain itu pertanian

bioindustri berbasis integrasi tanaman-ternak yang ramah lingkungan, mengelola dan

memanfaatkan secara optimal seluruh sumberdaya hayati atau limbah organik pertanian

bagi kesejahteraan masyarakat.

Tujuan

1. Menghasilkan produk komersial, terbangunnya unit pemasaran produk komersial,

terbangunnya kawasan agribisnis dan optimalisasi model pertanian bioindustri.

2. Memandirikan kelembagaan kelompok tani dalam pengelolaan terpadu komoditas

tanaman-ternak yang berkelanjutan

3. Mengembangkan/mereplikasi bioindustri berbasis tanaman-ternak oleh Pemerintah

Daerah pada agrosistem yang berbeda

Keluaran

1. Dihasilkan produk komersial, terbangunnya unit pemasaran produk komersial,

terbangunnya kawasan agribisnis dan optimalisasi model pertanian bioindustri.

Page 24: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

17

2. Mandirinya kelembagaan kelompok tani dalam pengelolaan terpadu komoditas

tanaman-ternak yang berkelanjutan.

3. Berkembangnya dan tereplikasikannya model pertanian bioindustri berbasis tanaman-

ternak oleh Pemerintah Daerah pada agrosistem yang berbeda.

Prosedur Pelaksanaan

1. Koordinasi antar pemangku kepentingan (Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten,

Badan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten, Pemda Kabupaten dan BP3K Jagong Jeget ).

2. Sosialisasi kegiatan bioindustri berbasis kopi arabika

3. Penentuan calon lokasi dan petani kooperator

4. Penyusunan rencana kegiatan melalui Focus Group Discussion (FGD) dan identifikasi

permasalahan serta merumuskan tindakan dan aksi kegiatan yang mempunyai titik

ungkit tinggi.

5. Penelusuran literatur (desk study).

6. Penyusunan instrumen penggalian data primer.

7. Survei lapang menggunakan metode pengamatan lapangan secara cepat (Rapid Rural

Appraisal/RRA) untuk menggali informasi keragaan atau karakteristik usahatani.

8. Penyusunan desain dan road map model bioindustri berkelanjutan spesifik lokasi di

Provinsi Aceh.

Page 25: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

18

Hasil

Tabel 1. Beberapa Teknologi yang Dihasilkan dari Pembinaan Petani

No Teknologi yang dihasilkan

Bahan dan Alat Aktivator Fermentor

1 Pembuatan Garam

Mineral Blok

Garam dapur 7 kg

Semen 2 kg Ultra mineral sapi 1 kg

Cetakan 14 buah

- -

2 Bio-urine Urine 100 liter, MOL 5 liter, Sere ½ kg

Lengkuas ½ kg Kunyit ½ kg

Jahe ½ kg Rebung bambu muda 2 kg

Poly Tank

Pompa hisap (aerator) Talang air

Selang air Lem paralon

MOL -

MOL Pepaya, nenas, pisang, dan

buah-buahan lainnya Drum plastic, Pisau,

Blender, Tali karet Plastik hitam

Gula

merah

Air kelapa

dan air cucian beras

Pestisida nabati Sere 6 kg, Lengkuas 6 kg

Daun mimba, Sabun colek 10 gr, Air 20 liter, Drum

Blender atau lesung,

Pisau, Ember, Baskom Talenan

- -

Fermentasi kulit kopi

dengan ragur 100

Kulit kopi 1000 kg = 1 ton

Karung plastik hitam ukuran besar

Tali

Ragur 100

Pembuatan pupuk

organik padat

Kotoran sapi 1.000 kg

Urea 2 kg

SP36 4 kg Dolomit 10 kg

Kesimpulan

1. Sudah terbangunnya sistem integrasi tanaman kopi dengan ternak sapi, dimana hasil

samping ternak dalam bentuk pupuk cair dan pupuk padat sudah diaplikasikan pada

tanaman kopi. Demikian juga dengan hasil samping kopi sudah diberikan pada ternak

sapi dalam bentuk silase pakan ternak.

2. Sudah dimanfaatkan hasil samping menjadi produk sekunder yang bernilai ekonomi.

3. Untuk menghasilkan rekomendasi model pengembangan bioindustri pertanian

berbasis kopi Arabika, diperlukan waktu selama 4-5 tahun.

Page 26: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

19

Dokumentasi

3.1.5. Pengembagan Media Informasi Pertanian. Penanggung jawab: Nazariah,

SP, M.Si

Latar Belakang

Dalam konteks percepatan adopsi, diseminasi bukan hanya menyebarluaskan

informasi inovasi, akan tetapi juga menjadi sarana untuk mendapatkan umpan balik bagi

perencanaan litkaji dan diseminasi teknologi dan informasi hasil litkaji, serta bahan

masukan bagi pengambil kebijakan.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) sebagai unit pelaksana teknis Badan

Litbang Pertanian di daerah, melalui pelaksanaan fungsi informasi, komunikasi dan

diseminasi (3-Si) diharapkan menjadi roda penggerak dalam mempercepat dan

memperluas pemanfaatan berbagai inovasi pertanian hasil litkaji oleh pengguna (pelaku

utama dan pelaku usaha sektor pertanian).

Penyebaran teknologi tidak hanya dilakukan pada satu metode diseminasi, tetapi

dilakukan secara multi chanel sehingga diharapkan inovasi teknologi hasil penelitian dan

pengkajian dilingkup Badan Litbang Pertanian dapat didistribusi secara tepat kepada

pengguna melalui berbagai media secara simultan dan terkoordinir. Untuk mempercepat

adopsi teknologi oleh pengguna, Badan Litbang Pertanian melakukan terobosan diseminasi

melalui model yang mampu menjangkau pemangku kepentingan yang luas dengan

memanfaatkan berbagai media dan saluran komunikasi yang sesuai dengan karakteristik

masing-masing pemangku kepentingan. Strategi tersebut Spectrum Diseminasi Multi

Channel (SDMC).

Tujuan

1. Memproduksi media cetak brosur, Leaflet Serambi Pertanian, Buletin Info Teknologi,

poster, banner dan petunjuk teknis teknologi Litbangtan

Page 27: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

20

2. Mempercepat proses penyebaran inovasi teknologi Litbangtan untuk diadopsi dan

diadaptasikan oleh pengguna dalam mendukung pembangunan pertanian di Provinsi

Aceh.

3. Menyebarluaskan inovasi teknologi Litbangtan melalui berbagai saluran diseminasi di

Provinsi Aceh.

Keluaran

1. Produksi media cetak brosur 500 eksemplar, Buletin Info Teknologi Pertanian sebanyak

500 eksemplar, Leaflet Serambi Pertanian satu judul 500 eksempar, poster 500

eksemplar.

2. Tersebarluaskannya inovasi teknologi Litbangtan dengan cepat untuk diadopsi dan

diadaptasikan oleh pengguna dalam mendukung pembangunan pertanian di Provinsi

Aceh.

3. Tersebarluaskannya inovasi teknologi Litbangtan melalui berbagai saluran diseminasi

di Provinsi Aceh

Prosedur Pelaksanaan

a. Mengidentifikasi inovasi teknologi Litbangtan yang memenuhi syarat untuk

disebarluaskan di Provinsi Aceh

b. Merencanakan, mengolah dan merancang inovasi teknologi Litbangtan berdasarkan

saluran yang akan digunakan (media cetak, media elektronik, demplot, temu lapang

dan lain-lain yang relevan).

c. Pemilihan materi yang tepat untuk media cetak (buletin Info Teknologi Pertanian,

Leaflet Serambi Pertanian, Brosur, Poster, Banner dan Petunjuk Teknis) serta media

elektronik yaitu materi paket teknologi untuk disiarkan ditelevisi lokal (audio visual).

d. Produksi Media Cetak (Buletin Info Teknologi Pertanian, Leaflet Serambi Pertanian,

Brosur, Poster, Banner dan Petunjuk Teknis)

e. Produksi Media Elektronik (berita paket teknologi pada televisi lokal)

Hasil

Kegiatan Penyebaran Inovasi Teknologi Litbangtan di Provinsi Aceh tahun 2017

telah menghasilkan:

1. Buletin Info Teknologi Pertanian sebanyak 1000 eksemplar terbagi atas beberapa

rubrik, seperti; budidaya, hama dan penyakit, serta rubrik-rubrik lainnya yang

mendukung pembangunan pertanian di Aceh.

Page 28: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

21

2. Leaflet Serambi Pertanian 6 judul masing-masing 1000 eksemplar, judul: (1)

Pengembangan Rumput Gajah Sebagai Pakan Ternak, (2) Pestisida Nabati Cabai, (3)

Budidaya Rumput Raja (King Grass), (4) Budidaya Selada hydroponic, (5) Mengenal

varietas unggul padi gogo, Budidaya bawang merah dengan biji.

3. Brosur dua judul, yaitu; sistem tanam jajar legowo beroplah 620 eksemplar dan

budidaya bawang merah berjumlah 600 eksemplar.

4. Poster (kalender 2017) mengusung tema Jarwo Super yang berjumlah 686 eksemplar.

5. Informasi teknologi tepat guna yang dipublikasikan melalui media elektronik TV Lokal

Aceh (Aceh TV) adalah informasi; (1) empat varietas padi rekomendasi Litbangtan, (2)

Pembinaan Kelompok Wanita Tani dan (3) padi inpari 30.

6. Demontrasi plot berupa gelar teknologi budidaya jagung unggul Litbangtan, yaitu Bima

20 dan display budidaya tanaman padi menggunakan empat varietas yaitu; inpari 16,

inpari 30, inpari 32 dan mekongga.

Kesimpulan

1. Kegiatan Penyebaran Inovasi Teknologi Litbangtan di Provinsi Aceh tahun 2017 telah

memproduksi media cetak Buletin Info Teknologi Pertanian, Leaflet Serambi Pertanian,

brosur, poster dan demontrasi plot padi.

2. Leaflet Serambi Pertanian berjudul; Pngendalian penyakit antraknosa pada cabai

merah. Brosur dan Poster mengangkat judul Jarwo Super.

3. Buletin Info teknologi Pertanian berisikan berbagai macam informasi yang diharapkan

dapat berguna atau dimanfaatkan oleh pengguna untuk meningkatkan pengetahuan

dan ketrampilan mereka. Bulletin ini terbagi atas beberapa rubrik, seperti; budidaya,

hama dan penyakit, serta rubrik-rubrik lainnya yang mendukung pembangunan

pertanian di Aceh.

4. Penyebaran informasi teknologi Litbangtan yang dilakukan melalui demontrasi plot

berupa display Varietas Unggul Baru Inpari 16, 30, 32, Situ Patenggang, dilaksanakan

di Desa Geumpa Raya Kecamatan Woyla Kabupaten Aceh Barat.

5. Demontrasi plot (demplot) tanaman padi dilakukan dalam rangka memperkenalkan

varietas Unggul Baru (VUB) kepada masyarakat sekaligus untuk memperkenalkan

teknologi kalender tanam terpadu (KATAM). Teknologi KATAM yang diaplikasikan

adalah sistem tanam dan pemupukan

Page 29: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

22

Dokumentasi

3.1.6 Pengembangan Pola Tanam Tanaman Pangan Di Provinsi Aceh.

Penanggung Jawab M. Amin, SP.

Latar Belakang

Pada tahun 2010, Balitbangtan telah mengembangkan Sistem Imformasi (SI) yang

menyediakan rekomendasi inovasi teknologi tanaman pangan hingga level Kecamatan yaitu

Sistem Imformasi Katam Terpadu, Dalam kaitan dengan pengembangan pola tanam

tanaman pangan, rekomendasi inovasi SI Katam Terpadu dapat di jadikan acuan bagi

pelaku usahatani tanaman pangan. Dalam acuan tersebut meliputi estimasi awal waktu

tanam ke depan berdasarkan prediksi iklim, rekomendasi varietas, benih, rekomendasi

pemupukan berimbang dan organisme pengganggu tanaman (OPT). Penerapan

rekomendasi dalam SI Katam Terpadu diharapkan dapat berkontribusi pada pencapaian

target produksi utama komoditas tanaman pangan (padi, jagung, kedelai). Berdasarkan

Rencana Kerja Pemerintah tahun 2017, sasaran produksi padi 78.132 ribu ton Gabah

Kering Giling (GKG), produksi jagung sebanyak 30.544 ton dan kedelai 1,2 juta ton (Ditjen

Tanaman Pangan).

Dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan pola tanam tanaman pangan dapat

bersinergis dengan kegiatan pendampingan Kawasan Pendampingan Tanaman Pangan,

Peningkatan Indeks Pertanaman (IP) tanaman pangan, atau kegiatan lain yang terkait

pengembangan komoditas tanaman pangan, sehingga hasilnya dapat memberikan

kontribusi dalam mendukung peningkatan produktifitas dan pendapatan petani tanaman

pangan.

Page 30: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

23

Tujuan

1. Untuk memperluas penyebaran inovasi teknologi terkait pengembangan pola tanam

dan memperoleh rekomendasi teknologi pengembangan pola tanam yang spesifik

lokasi.

2. Untuk memperoleh gambaran pola tanam eksisting minimal 3 tahun terakhir pada

beberapa tipe agroekosistem.

3. Untuk memperoleh gambaran penerapan teknologi terkait pola tanam berdasarkan

rekomendasi SI Katam Terpadu.

Keluaran

1. Mendapatkan petunjuk pelaksanaan kegiatan optimalisasi kinerja pengembangan pola

tanam tanaman pangan yang dilaksanakan BPTP dalam rangka mendukung

peningkatan produksi tanaman pangan.

2. Memperoleh rekomendasi paket teknologi pola tanam spesifik lokasi berdasarkan

rekomendasi SI Katam Terpadu yang layak diterapkan secara teknis, social dan

ekonomi.

3. Mendapatkan data dan imformasi penerapan teknologi terkait pola tanam berdasarkan

rekomendasi SI Katam Terpadu pada beberapa tipe agroekosistem.

Prosedur Pelaksanaaan

Pelaksanaan kegiatan pengembangan pola tanam tanaman pangan dilakukan

dengan pendekatan lapang, sosialisasi, verifikasi maupun validasi yang berupa gelar

teknologi dalam rangka diseminasi teknologi pola tanam tanaman pangan yang

berdasarkan pada SI Katam Terpadu di Propinsi Aceh.

a. Diseminasi inovasi teknologi pertanian terkait pengembangan pola tanam dapat

dilakukan melalui penyusunan dan penyebaran materi penyebaran materi diseminasi

dengan menggunakan media tercetak maupun elektronik.

b. Identifikasi kondisi eksisting pola tanam diprioritaskan pada kabupaten lokasi

pengembangan kawasan pertanian komoditas tanaman pangan.

c. Teknologi pengembangan pola tanam, ujicoba teknologi disinergikan dengan kegiatan

pendampingan kawasan pertanian tanaman pangan.

d. Verifikasi rekomendasi teknologi tanaman pangan parameter berbasis luasan tingkat

Kecamatan untuk kesesuaian: (1) luas baku lahan, (2) waktu tanam, (3) varietas dan

rekomendasi pemupukan serta membandingkan yang digunakan petani.

Page 31: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

24

Hasil

Gelar Teknologi

Pelaksanaan gelar teknologi Pengembangan Pola tanam Tanaman Pangan

dilakukan berdasarkan kalender tanam (Katam) terpadu dan sekaligus mensosialisasikan

Kalender Tanam Terpadu yang dilaksanakan di Desa Lamjuhang Kecamatan Lhoong

Kabupaten Aceh Besar. Beberapa teknologi yang diterapkan adalah :

a. Jadwal Tanam

Penanaman jatuh pada musim tanam Musim Kering (MK) 2017 yang berlaku pada

pertengahan April 2017 sampai dengan April 2018.Berdasarkan rekomendasi Kalender

Tanam untuk Kecamatan Lhoong, maka jadwal tanam tepat jatuh pada dasarian April I–II.

Berdasarkan hal tersebut, tetapi validasi jadwal tanam pada lahan demplot tidak dapat

dilakukan karena terjadi musim kemarau panjang, air aliran sungai yang merupakan

sumber air pada lokasi tersebut menjadi kering sehingga jadwal tanam bergeser ke

tanggal 22 bulan Mei 2017.

Penggunaan varietas varietas padi dalam kegiatan ini untuk menvalidasi katam

terpadu di Kecamatan Lhoong adalah Inpari 16 dan Inpari 30. Disekitar lahan padi

pergelaran teknologi seluas lebih kurang 1 Ha, petani menanam varietas mekongga dan

ciherang dan mekongga yang merupakan varietas eksisting daerah tersebut. Pemilihan

inpari 16 dan Inpari 30 berdasarkan kebijakan untuk memperkenalkan varietas padi yang

lebih unggul kepada pengguna, menyikapi kebijakan pembatasan pemakaian varietas

Ciherang dan mekongga yang selama ini digunakan petani Kecamatan Lhoong pada

khususnya.

b. Sistem Tanam

Penanaman dilakukan dengan sistim tanam 2 : 1, jumlah bibit 1-2 batang per

lubang tanam, dengan umur bibit 17 hari setelah semai. Dilakukan sistem Jarwo 2 : 1

karena ini merupakan teknologi sistim tanam padi yang terbaru dan sangat

menguntungkan dari segi peningkatan produksi padi.

Kesimpulan

1. Kegiatan diseminasi inovasi teknologi pengembangan pola tanam tanaman pangan

berdasarkan Sistem Imformasi (SI) Kalender Tanam Terpadu sangat penting diterapkan

kepada pengguna terutama pada daerah-daerah sentra produksi tanaman pangan

terutama padi dan khususnya dalam Provinsi Aceh.

Page 32: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

25

2. Penerapan teknologi pengembangan pola tanam tanaman pangan merujuk pada Sistem

Informasi (SI) Kalender Tanam Terpadu yang merupakan acuan dalam pengelolaan

budidaya komoditas tanaman pangan untuk meningkatkan produktivitasnya.

3. Produktivitas padi yang telah diuji coba pada demplot gelar teknologi pengembangan

pola tanam tanaman pangan di Desa Lamjuhang Kecamatan Lhoong Kabupaten Aceh

Besar untuk varietas Inpari 30 mencapai 8 ton/ha, pada varietas Inpari 16 mencapai 7,5

ton/ha sedangkan perlakuan petani mencapai 5,9 ton/ha. Gelar teknologi ini dilakukan

pada penanaman tahap pertama.

4. Bentuk pola tanam pada gelar teknologi kegiatan pengembangan pola tanam tanaman

pangan di lokasi Desa Lamjuhang Kecamatan Lhoong Kabupaten Aceh Besar yaitu Padi-

Padi-Bera, ini merupakan bentuk pola tanam spesifik lokasi setempat.

Dokumentasi

3.1.7. Visitor Plot. Penanggung jawab: Ratnawati, SP, M.Si

Latar Belakang

Pada sektor pertanian dan peternakan telah banyak dihasilkan paket maupun

komponen teknologi dari berbagai aspek mulai dari budidaya sampai ke pasca panen oleh

Badan Litbang Pertanian. Namun sebagian besar dari teknologi yang dihasilkan tersebut,

ternyata hanya sebagian lapisan masyarakat tani yang merespon dan menerapkan

teknologi anjuran tersebut di lahan usahatani mereka.

Proses adopsi teknologi ini dapat terlaksana melalui penerapan teknologi secara

terfokus, sistematis, sinergi dan terintegrasi baik dari segi pembinaan maupun

pembiayaan. Salah satu kegiatan diseminasi yang dapat mengatasi masalah diatas yaitu

melalui kegiatan visitor plot yang dilaksanakan dilingkungan BPTP Aceh dan di KP. Gayo

serta KP. Paya Gajah.

Page 33: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

26

Tujuan

- Melakukan optimalisasi lahan kantor dan kebun percobaan.

- Menyediakan paket teknologi hasil-hasil Litkaji untuk pengguna teknologi di petak

percontohan.

Keluaran

- Adanya optimalisasi lahan kantor dan kebun percobaan.

- Tersedianya paket teknologi hasil-hasil Litkaji kepada pengguna teknologi.

Prosedur Pelaksanaan

1. Penempatan komoditas dan lay out di lapangan sesuai dengan kaedah-kaedah

penelitian dan pengkajian.

2. Pengolahan lahan pada plot yang telah ditetapkan

3. Pelaksanaan penanaman dan pemeliharaan

4. Pengumpulan data

5. Analisa data dan pelaporan

Hasil

- Tersedianya lima paket teknologi Budidaya (jagung, kacang tanah, kacang hijau,

sayuran dan cabai)

- Kegiatan visitor plot telah memberikan kemudahan dan kesempatan kepada

masyarakat pengguna teknologi untuk digunakan sebagai tempat belajar inovasi

teknologi sehingga terjadi alih pengetahuan dan kemampuan dalam pemanfaatan

teknologi dari peneliti dan penyuluh BPTP.

Kesimpulan

Kegiatan visitor plot telah memberikan kemudahan dan kesempatan kepada

masyarakat pengguna teknologi untuk digunakan sebagai tempat belajar inovasi teknologi

sehingga terjadi alih pengetahuan dan kemampuan dalam pemanfaatan teknologi dari

peneliti dan penyuluh BPTP.

Dokumentasi

Page 34: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

27

3.1.8. Dukungan Agro-Inovasi Teknologi Di Daerah Perbatasan

Di Provinsi Aceh. Penanggung Jawab: Dr. Rachman Jaya

Latar Belakang

Berdasarkan geografis, salah satu wilayah yang memiliki perbatasan langsung

dengan negara lain adalah, Kabupaten Aceh Besar. Dalam hal ini spesifik kepada

Kecamatan Pulo Aceh. Fakta menunjukkan bahwa selain merupakan etalase bangsa, hal

terpenting lainnya adalah faktor kemandirian pangan (localy food security). Hal ini

disebabkan oleh wilayah Kecamatan Pulo Aceh yang terditi dari beberapa pulau dapat

dikatakan terisolir, akibat dari keterbatasan sarana transportasi sehingga sangat

tergantung dari faktor cuaca. Sebagian besar ketersediaan pangan utama didatangkan dari

Banda Aceh, melalui transportasi laut. Jika terjadi iklim eskterm, seluruh kegiatan

transportasi otomatis dihentikan, sehingga sangat berpengaruh kepada sistem ketahanan

pangan di wilayah tersebut. Di lain pihak, kawasan Pulo Aceh memiliki potensi untuk

dikembangkan komoditas padi (tadah hujan), cabai merah, ternak (Sapi Aceh) dan

beberapa komoditas perkebunan seperti cengkeh dan lada.

Untuk mengatasi hal tersebut, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh akan

melakukan kegiatan pendampingan dalam penyediaan teknologi spesifik lokasi berbasis

komoditas hortikultura (cabai) dan padi sawah tadah hujan serta penyediaan pakan ternak

berbasis jerami yang sesuai kebutuhan, selain itu, secara aktif memberikan rekomendasi

untuk pengambil keputusan melalui inisiatif pertemuan dan mengkonsultasikannya kepada

pihak terkait sehingga mampu menumbuhkan pembangunan ekonomi di daerah. Melalui

Pelaksanaan Program dukungan inovasi teknologi di daerah perbatasan diharapkan akan

terjadi peningkatan produktivitas komoditas padi sawah tadah hujan, cabai dan ternak

yang secara eksisting merupakan potensi daerah, sehingga kemandirian pangan lokal di

kawasan Pulau Aceh dapat tercapai.

Tujuan

1. Memberikan dukungan inovasi teknologi tanaman pangan (padi sawah tadah hujan)

sesuai wilayah pembinaan/pendampingan teknologi di Provinsi Aceh.

2. Menghasilkan paket rekomendasi inovasi teknologi pertanian tanaman pangan (padi

sawah tadah hujan) spesifik lokasi.

Page 35: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

28

Keluaran

Terselenggaranya pelaksanaan dukungan inovasi teknologi pada Program dukungan

inovasi teknologi di daerah perbatasan di Propinsi Aceh, yaitu dengan peningkatan

produktivitas tanaman padi sawah tadah hujan dari 3-4 ton/ha menjadi 6 ton/ha dan

peningkatan IP dari 1 menjadi 1.5.

Prosedur Pelaksanaan

Konsep dan Strategi Pengembangan

Program pembangunan lumpangan pangan berorientasi ekspor-wilayah perbatasan,

dalam hal ini fokus kepada Kecamatan Pulo Aceh, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh

pada dasarnya adalah suatu kegiatan usaha tani berbasis kawasan atau yang bersentuhan

langsung dengan berbagai aspek pada sektor pembangunan. Secara teknis pembangunan

wilayah perbatasan tidak hanya pada aspek teknis semata, misalnya peningkatan

produktivitas, pertambahan luas tanam dan luas panen, tetapi juga harus menyentuh

aspek sosial, ekonomi, budaya, regulasi serta arus politik yang ada. Secara khusus dapat

dikatakan bahwa masing-masing aspek tersebut satu sama lain saling beririsan. Terdapat 4

kata kunci dari program ini, yaitu “lumbung”, “pangan”, “ekspor” dan “perbatasan”. Dalam

konteks kewilayahan, yaitu Kecamatan Pulo Aceh dapat kita lihat seperti apa kesesuaian 4

kata kunci tersebut.

Konsepsi Pembangunan LPBE-WP Provinsi Aceh

Pada dasarnya pembangunan lumbung pangan wilayah perbatasan di Provinsi Aceh

adalah upaya mendorong pertumbuhan ekonomi melalui inovasi teknologi pertanian serta

mengurangi kesenjangan pertumbuhan antar wilayah. Dalam konteks program ini,

lumbung pangan dapat dimaknai sebagai konsep swasembada pangan yang diperluas,

artinya bukan hanya pada aspek teknis, tetapi juga menyangkut aspek sosial, ekonomi,

budaya dan politik. Mengacu kepada grand-design LPBE-WP yang diterbitkan oleh

Kementerian Pertanian melalui Badan Litbang Pertanian dapat disimplifikasi konsep

pembangunan lumbung pangan, spesifik Aceh (Gambar 1).

Hasil

Keragaan Budidaya Padi Sawah Tadah Hujan

Kegiatan introduksi VUB padi yang cocok dengan kondisi agro-ekosistem yang

mendominasi Kecamatan Pulo Aceh, yaitu lahan sawah tadah hujan (rainfed lowland) telah

Page 36: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

29

dapat dilaksanakan, walaupun masih berumur 50 hari setalah tanam (HST), karena proses

penanaman (planting) pada tanggal 20 Oktober 2017 (Gambar 19), sedangkan persemaian

pada 3 Oktober 2017. Dalam hal ini umur bibit yang ditanam adalah 17 hari, fakta ini telah

sesuai dengan petunjuk teknis sistem budidaya padi dengan kategori Varietas Unggul Baru

(VUB) yang diterbitkan oleh Balai Besar Penelitian Padi (BB-Padi) Sukamandi. Dengan

menggunakan bibit yang relatif muda, tentunya proses adaptasi bibit lebih baik dengan

bibit yang relatif tua (>21 hari). Pengolahan lahan sawah yang digunakan sepenuhnya

dengan menggunakan alat dan mesin pertanian (alsintan), yaitu dengan traktor kapasitas

sedang 5-11 GT. Total lahan yang digunakan untuk pembuatan demplot adalah 3.5 ha,

yang terbagi menjadi 3 persil lahan. 1 persil diantaranya untuk demplot padi Gogo, karena

hampir seluruhnya lahan yang ada di Kecamatan Pulo Aceh adalah tadah hujan.

Gambar 1. Simplifikasi Konsep Pembangunan Lumbung Pangan

Pada pembuatan demplot padi sawah tadah hujan kegiatan pengembangan wilayah

perbatasan (LPBE-WP) di kecamatan Pulo Aceh, di-introduksi VUB Inpari 30, 32, 38, 39 dan

42 serta Inpago 8. Pemilihan VUB ini dikarenakan karakteristik dari Inpari 30 dan 32 yang

telah relatif dikenal dikalangan petani di Provinsi Aceh, khususnya di Kabupaten Aceh

Besar. Selain itu VUB Inpari 32 memiliki performa yang mirip dengan Ciherang, yang

secara eksisting masih banyak digunakan oleh petani, termasuk juga di Kecamatan Pulo

Swasembada

Kondisi Eksisting:

• Lahan

• SDM

• Teknologi

• Budaya

Lingkungan Strategis: • Pertumbuhan ekonomi

• Perubahan iklim

• Kebijakan Pemda

• Pertumbuhan penduduk

Dukungan Sarana dan Prasarana Pertanian: Tan. Pangan,

Hortikultura, Perkebunan dan Peternakan

Tata Kelola

Air

Jasa Alsintan Agro-input:

benih, pupuk

Revitalisasi

Penyuluhan

Inovasi Tek.

Pertanian

Implementasi Sistem

Kemandirian pangan wilayah dan perdagangan antar pulau

Page 37: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

30

Aceh. Padahal Kementerian Pertanian melalui Balitbangtan telah merekomendasikan untuk

mengganti varietas tersebut dengan VUB, karena secara teknis dan genetic sudah

mengalami degradasi mutu serta rentan terhadap serangan HPT, terutama Blast dan HDB.

Pada sisi yang lain, dalam penelitian ini di-introduksi juga VUB Inpari 38, 39 dan 42 yang

pada dasarnya berkategori VUB Ampibi, pengertian Ampibi didasarkan pada kemampuan

adaptasi dari VUB tersebut pada lahan dan iklim yang relatif kering. Pada konteks dengan

lahan, dapat juga dihubungkan dengan lahan sawah tadah hujan.

Kelambagaan Usahatani

Salah satu aspek yang memegang peranan penting dalam keberhasilan program

pengembangan wilayah perbatasan (LPBE-WP) di Provinsi Aceh adalah kelembagaan yang

secara struktural memiliki tugas dan fungsi (tupoksi) pada bidang pertanian. Dal hal ini

diarahkan kepada lembaga seperti BPP, Kelompok Tani (Poktan), Gabungan Kelompok Tani

(Gapoktan), dan dapat juga dihubungkan dengan Bintara Pembina Desa (Babinsa) yang

merupakan struktur organik dari TNI AD. Lembaga terakhir ini dapat dimasukan karena

adanya perjanjian kerja antara Menteri Pertanian dengan Panglima TNI, tentang peran TNI

dalam membangun sektor pertanian. Selain lembaga tersebut, terdapat juga beberapa

lembaga yang secara struktur tidak langsung pada aktivitas pertanian, tetapi juga berperan

dalam keberhasilan program pertanian, seperti Camat, Perangkat Desa, Tokoh Masyarakat

(Tuha-Peut), Kepemudaan Desa dan Alim Ulama (Tengku).Akan tetapi pada tahap awal

kegiatan hanya difokuskan pada lembaga BPP.

Kesimpulan

1. Dukungan inovasi teknologi pertanian yang di-introduksi pada kegiatan

pengembangan wilayah perbatasan di Kecamatan Pulo Aceh adalah teknologi

budidaya sawah tadah hujan dengan menggunakan VUB berkategori Ampibi seperti

Inpari 30, 32, 38, 39 dan 43, dengan sistem pertanian Jarwo (2:1). Disamping

Inpago 8, karena mayoritas agroekosistem adalah sawah tadah hujan.

2. Paket rekomendasi yang diberikan adalah penggunaan VUB berkategori Ampibi,

sistem pertanaman jarwo (2:1), pengendalian HPT secara terpadu (IPM).

3. Prediksi hasil nyata berdasarkan kondisi pertanaman pada 50 HST adalah 7-8.5

ton/ha, dengan asumsi serangan HPT terkontrol dan tidak ada faktor (force-majure)

yang menyebabkan kegagalan produksi.

Page 38: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

31

Dokumentasi

3.1.9. Pemberdayaan Kelembagaan Penyuluh Kecamatan (KPK) Penyuluh dan

Petani. Penanggung Jawab: Ir. Nani Yunizar

Latar Belakang

Kegiatan penyuluhan sebagai suatu sistem pendidikan non formal dimaksudkan agar

penerima manfaat utama penyuluhan yaitu petani dan keluarganya bersedia merubah

perilaku mereka yang meliputi perubahan pada aspek pengetahuan, sikap dan

keterampilan sehingga mereka mampu memecahkan masalah yang dihadapi dan dapat

menolong dirinya sendiri untuk memperbaiki tarafhidup dan meningkatkan

kesejahteraannya. Dalam hal ini peran penyuluh pertanian dirasa sangat penting, karena

penyuluh bertugas melaksanakan kegiatan penyuluhan di wilayah kerjanya dan

berhubungan langsung dengan petani sehingga penyuluh dapat mengenali masalah-

masalah yang dihadapi petani serta membantu mencari cara pemecahan masalah-masalah

tersebut.Untuk mewujudkan keberhasilan penyuluhan, diperlukan tenaga-tenaga penyuluh

yang handal dan profesional agar dapat melaksanakan kegiatan penyuluhan seperti yang

direncanakan (Wijianto, Arip, 2008). Peran utama bagi penyuluh pertanian adalah

penyuluh sebagai penasehat, penyuluh sebagai teknisi, penyuluh sebagai penghubung

(Dewi dan Siregar, 2010).

Salah satu kunci sukses untuk percepatan pembangunan pertanian di suatu wilayah

adalah percepatan transfer inovasi pertanian spesifik lokasi. Transfer inovasi adalah salah

satu cara berperan dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui kemitraan

dengan lembaga pemerintahan dan swasta. Percepatan transfer inovasi yang efektif adalah

melalui pengembangan penelitian yang kontekstual, dan menyerbarluaskan ilmu

Page 39: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

32

pengetahuan, dan teknologi serta mengupayakan pengguna teknologi untuk meningkatkan

taraf kehidupan masyarakat petani.

Untuk mempercepat proses percepatan adopsi inovasi teknologi pertanian, Badan

Litbang Pertanian melalui Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) disetiap provinsi

memiliki tugas pokok pada inovasi teknologi, bagaimana cara penyampaian serat

penerimaannya ditingkat pengguna melalui penjaringan umpan balik guna perbaikan dan

pengembangan kedepan inovasi yang akan dihasilkan (Badan Litbang Pertanian,2011).

Mengacu pada kebutuhan informasi teknologi ditingkat pengguna, penggunaan

berbagai media komunikasi dinilai efektif dalam menyebarluaskan informasi teknologi

tersebut. Keberadaan media komunikasi dalam berbagai bentuk tidak dapat dipisahkan

antara satu dengan yang lain, karena dengan kemampuan dan sifat media masing-masing

akan saling menguatkan dan melengkapi satu sama lain dalam proses transfer informasi.

Tujuan

Meningkatkan intensitas komunikasi diseminasi inovasi teknologi melalui

pemberdayaan kelembagaan penyuluhan, penyuluh lapangan, petani dan meningkatkan

temu koordinasi peneliti dan penyuluh.

Keluaran

Peningkatan intensitas komunikasi diseminasi inovasi teknologi melalui

pemberdayaan kelembangaan penyuluh, penyuluh lapangan, petani dan meningkatkan

temu koordinasi penelitian dan penyuluh serta menjadikan Balai Penyuluhan Kecamatan

sebagai home base/tempat pertemuan, perencanaan, pelaksanaan berbagai kegiatandan

evaluasi kegiatan penyuluhan ditingkat kecamatan.

Prosedur Pelaksanaan

a. Persiapan, penentuan lokasi lokasi workshop, materi penyampaian hasil Litkaji BPTP

Aceh yang berkaitan dengan program strategis Kementerian Pertanian, dan peserta.

b. Pelaksanaan, penyampaian materi dari peneliti BPTP Aceh. Kebijakan Pembangunan

daerah disesuaikan dengan lokasi kegiatan dan peserta yang hadir dari penyuluh dan

petani.

c. Evaluasi diperlukan untuk memperoleh data tentang ; 1) bagaimana tingkat

pemahaman terhadap materi yang disampaikan, 2) bagaimana apresiasi pemerintah

daerah, penyuluh dan petani terhadap penerapan inovasi teknologi dilihat dari segi

kemudahan adopsi oleh pengguna untuk peningkatan pengetahuan.

Page 40: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

33

Dokumentasi

3.1.10 Pendampingan UPSUS Siwab di Provinsi Aceh (Penjab: Dr. Yenni

Yusriani, S.Pt, M.P)

Latar Belakang

Ketergantungan masyarakat terhadap konsumsi daging sapi dan kerbau sangat

dominan, hal ini disebabkan karena kondisi sosial ekonomi masyarakat yang terus

membaik dan sangat menyenangi konsumsi daging sapi dan kerbau terutama pada

saat perayaan acara keagamaan dan perayaan acara ritual adat istiadat. Provinsi

Aceh memiliki potensi dan keunggulan komparatif untuk memperbaiki kelemahan

tersebut diatas, karena mayoritas masyarakat memiliki mata pencarian utama sebagai

petani dan peternak, tidak kurang dari 30 % rumah tangga produktif bekerja pada

sub sektor usaha peternakan.

Selanjutnya potensi lahan untuk pengembangan peternakan rakyat masih

tersedia cukup luas, hasil sampingan produk pertanian yang selama ini dimanfaatkan

oleh masyarakat untuk pakan ternak cukup tersedia sepanjang tahun. Menghadapi

tantangan tersebut, Pemerintah menyusun strategi untuk peningkatan produksi daging

sapi dan kerbau dalam negeri dengan menggunakan pendekatan yang lebih banyak

mengikutsertakan peran aktif masyarakat. Pemerintah mencanangkan UPSUS SIWAB

(Upaya Khusus Percepatan Peningkatan Populasi Sapi dan Kerbau Bunting) pada

Tahun 2017. Dengan Upaya Khusus ini sapi dan kerbau betina produktif milik masyarakat

dipastikan dikawinkan dan menjadi bunting dengan Inseminasi Buatan maupun Kawin

Alam. Sebagai dasar pelaksanaan kegiatan ini, Menteri Pertanian Republik Indonesia

menerbitkan Permentan Nomor 48/Permentan/PK.210/10/2016 tentang Upaya Khusus

Percepatan Peningkatan Peningkatan Populasi Sapi dan Kerbau Bunting. Selanjutnya untuk

mengawal operasionalnya kegiatan tersebut di lapangan, Kementerian Pertanian

menerbitkan Kepmentan Nomor 656/Kpts/OT.050/10/2016 tentang Kelompok Kerja Upaya

Page 41: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

34

Khusus Percepatan Peningkatan Populasi Sapi dan Kerbau Bunting, dan Keputusan Menteri

Pertanian Nomor 7589/Kpts/F/10/2016, tentang Sekretariat Kelompok Kerja Upsus Siwab,

serta Keputusan Menteri Pertanian Nomor 7659/Kpts/OT.050/F/11/2016, tentang Tim

Supervisi Upaya Khusus Percepatan Peningkatan Populasi Sapi dan Kerbau Bunting.

Tujuan

Mengoptimalkan penambahan populasi dengan memaksimalkan tingkat

kebuntingan pada induk ternak dengan peningkatan populasi melalui Inseminasi Buatan

(IB) dan Intensifikasi Kawin Alam (Inka).

Tujuan Jangka Panjang

1. Menginventarisi dan merekap data perkembangan kegiatan reproduksi di

Kabupaten Gayo Lues dan Aceh Tenggara.

2. Meningkatkan produksi dan reproduksi ternak sapi untuk wilayah Aceh.

Keluaran

Terjadinya penambahan populasi ternak sapid dan kerbau melalui Inseminasi

Buatan (IB) dan Intensifikasi Kawin Alam (Inka).

Keluaran Jangka Panjang

1. Terlaksananya pelaksanaan IB pada sapi sebanyak 2. 360 ribu akseptor di 2

(dua) dua kabupaten.

2. Terjadinya kebuntingan sapi sebanyak 1.345 ekor di tahun 2017 pada 2 (dua)

kabupaten.

Prosedur Pelaksanaan

Penentuan status reproduksi dilakukan oleh Tim Pelaksana Kabupaten dan

ditetapkan oleh Dinas Pertanian yang diketuai oleh Koordinator Tim dan anggotanya

terdiri dari unsur medis, paramdis, inseminator, petugas PKb, dan Petugas ATR. Tugas

Tim Pelaksana Kabupaten memeriksa akseptor yang sudah di-SK-kan. Semua akseptor

dicatat kondisi BCS-nya dan diberi kartu ternak serta didaftar dalam ISIKHNAS,

selanjutnya diberi keterangan status reproduksi (normal, bunting sekian bulan, terjadi

gangguan reproduksi/gangrep, atau gangrep permanen. ) Tindak lanjut setelah

menentukan status reproduksi, untuk ternak yang normal diamati birahinya dan

dilakukan IB, selanjutnya untuk ternak bunting diberi keterangan bunting dan

sebutkan bulan kebuntingannya dan terus diamati sampai proses melahirkan.

Kemudian untuk yang mengalami gangrep permanen diarahkan untuk dipotong dan

untuk kondisi yang lainnya menjadi target penanganan gangrep.

Page 42: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

35

Hasil

Kontribusi Aceh terhadap target nasional sebanyak 105.867 akseptor untuk IB dan

60.344 ekor untuk kebuntingan. Dari target tersebut, capaian IB kumulatif Aceh mencapai

66.361 ekor atau 62,68 persen; kebuntingan mencapai 49.317 atau sebesar 94,25 persen

dan kelahiran sebanyak 13.166 ekor. Kontribusi Kabupaten Gayo Lues terhadap target

nasional sebanyak 1.367 akseptor untuk IB dan 676 ekor untuk kebuntingan. Dari target

tersebut, capaian IB kumulatif mencapai 521 ekor atau 38,11 persen; kebuntingan

mencapai 401 atau sebesar 59,32 persen dan kelahiran sebanyak 214 ekor. Kontribusi

Kabupaten Aceh Tenggara terhadap target nasional sebanyak 989 akseptor untuk IB dan

492 ekor untuk kebuntingan. Dari target tersebut, capaian IB kumulatif mencapai 366

ekor atau 37,01 persen; kebuntingan mencapai 286 atau sebesar 58,13 persen dan

kelahiran sebanyak 62 ekor.

Dokumentasi

3.1.11 Diseminasi Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Komoditi

Peternakan Berbasis Sapi Potong. Penanggung Jawab: Dr. drh. Iskandar

Mirza, M.P)

Latar Belakang

BPTP Aceh sebagai salah satu UPT Badan Litbang Pertanian berkewajiban untuk

mendukung keberhasilan program tersebut. Salah satu program utama Badan Litbang

Pertanian untuk sub sektor peternakan adalah perakitan inovasi teknologi untuk

peningkatan produktivitas ternak dan tanaman pakan ternak, dan diseminasi dan promosi

hasil penelitian serta pengembangan peternakan. Badan Litbang Pertanian telah

menghasilkan berbagai teknologi peternakan untuk mendukung keberhasilan program

tersebut. Teknologi dimaksud diantaranya; Peningkatan Mutu Genetik Sapi Potong,

Pengelolaan Kandang Kelompok, Perbaikan Performans Reproduksi Sapi Potong, Model

Integrasi Sapi Sawit, Ransum Sapi Potong Berbasis Limbah Pertanian dan Perkebunan

Page 43: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

36

Ramah Lingkungan, Teknologi Percepatan Penyediaan Bibit dan Bakalan Sapi Potong,

Diseminasi Teknologi Sapi Potong dan Pendampingan PSDSK, Percepatan Penyediaan Bibit

dan Bakalan Sapi Potong untuk Peningkatan Bobot Potong.

Kegiatan pengembangan kawasan pertanian nasional komoditas peternakan berbasis

sapi potong direncanakan di 4 kabupaten yaitu Aceh Besar, Aceh Jaya dan Bener Meriah

dan Aceh Tamiang. Berdasarkan hasil kegiatan pendampingan PSDSK maka kegiatan

pengembangan kawasan sapi potong difokuskan kepada kegiatan diseminasi teknologi

pakan (jerami fermentasi, introduksi rumput unggul dan leguminosa), pemberian mineral,

pemuliabiakan (IB dan INKA) dan pengendalian parasit interna.

Pelaksanaan pendampingan PSDSK di Aceh pada umumnya berjalan sangat baik,

yang dimulai dari koordinasi Dinas/Instansi terkait baik di tingkat Provinsi maupun

Kabupaten/Kota, terutama dalam penentuan/penetapan lokasi. Pada kegiatan

pendampingan telah dilakukan diseminasi beberapa komponen teknologi budidaya sapi

potong yang bersifat opsional. Keluaran yang diperoleh dari kegiatan ini adalah inovasi

dalam mewujudkan swasembada daging sapi dan kerbau. Manfaat dari kegiatan ini adalah

perubahan perilaku pada praktik manajemen pemeliharaan ternak sapi potong ke arah

yang lebih produktif. Namun demikian, dampak dari kegiatan ini baru dapat dilihat pada

tahun-tahun berikutnya.

Tujuan

Tujuan Tahunan

• Mempercepat proses inovasi teknologi peternakan dalam rangka percepatan

pencapaian swasembada daging sapi potong.

• Meningkatkan keterampilan peternak dan penyuluh/petugas lapang yang bersifat

optional.

• Menyediakan hijauan pakan ternak berupa rumput unggul dan leguminosa pohon

serta jerami fermentasi.

• Optimalisasi kelembagaan peternakan sapi potong

Tujuan Jangka panjang

Meningkatkan populasi sapi potong di Provinsi Aceh dengan dukungan IPTEK guna

memenuhi kebutuhan daging sapi potong.

Page 44: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

37

Keluaran

Keluaran Tahunan

• Paket inovasi teknologi peternakan untuk petani dalam rangka percepatan

pencapaian swasembada daging sapi potong.

• Peternak dan penyuluh/petugas lapang yang terampil dalam budidaya sapi potong.

• Terciptanya kawasan ternak dan padang penggembalaan yang memadai

Keluaran Jangka Panjang

Peningkatan populasi sapi potong mendukung program siwab, tercapainya

swasembada daging sapi potong di Provinsi Aceh yang di dukung oleh aspek teknis

(teknologi), manajemen, dan arah kebijakan yang sinergi antara Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah.

Prosedur Pelaksanaan

Tahapan pelaksanaan kegiatan Diseminasi Teknologi Mendukung program

pengembangan kawasan peternakan berbasis sapi potong antara lain: (1) Apresiasi dan

koordinasi kegiatan dengan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten, (2) Pengumpulan data

sekunder tentang sapi potong, (3) Penyedian hijauan pakan ternak (rumput unggul,

leguminosa pohon dan jerami fermentasi), (4) Teknologi pemberian mineral, (5) Teknologi

pengendalian parasit interna, (6) Temu teknis dan temu lapang, (7) Melaksanakan

bimbingan manajemen pemeliharaan, (8) Monitoring dan evaluasi kegiatan, (9) Analisa

data dan Pelaporan.

Kegiatan tersebut berhubungan dengan kegiatan yang telah dilakukan sebelumnya

pada tahun 2013 sampai dengan 2015 dan akan berlanjut hingga tahun 2017.

Hasil

1. Teknologi yang diadopsi oleh petani adalah teknologi yang mudah dilaksanakan dan

low external input.

2. Teknologi yang sudah diadopsi dengan baik adalah teknologi fermentasi jerami

dengan menggunakan starter trichoderma sp.

3. Teknologi garam blok belum diadopsi dengan baik oleh petani

4. Selama pendampingan dari evaluasi melalui kuisioner terjadi peningkatan

pengetahuan sikap dan ketarampilan petani dalam pelaksanaan manajemen

pemeliharaan, manajemen perkawinan dan kesehatan ternak

5. Dari segi kelembagaan kelompoktani sudah melaksanakan administrasi kelompok

dengan baik dan melaksanakan pertemuan rutin

Page 45: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

38

Dokumentasi

3.1.12 Analisis Kebijakan Peningkatan Produksi Padi dengan Pendekatan

Sistem Dinamik di Kabupaten Nagan Raya Aceh. Penanggung Jawab:

Firdaus, SP., M.Si

Latar Belakang

Sistem penyediaan beras melibatkan berbagai sektor dan mencakup berbagai aspek

dan bersifat kompleks, sehingga untuk memecahkan permasalahan yang kompleks

diperlukan pendekatan yang lebih konprehensif dan holistik. Pendekatan yang tepat adalah

pendekatan sistem dinamik (system approach). Pendekatan sistem adalah suatu

pendekatan analisis organisatoris yang menggunakan ciri-ciri sistem sebagai titik tolak

analisis (Marimin, 2004). Menurut Eriyatno (1999) pemikiran sistem selalu mencari

keterpaduan antar bagian melalui pemahaman yang utuh, sehingga diperlukan suatu

kerangka fikir baru yang dikenal sebagai pendekatan sistem. Pendekatan sistem

merupakan cara penyelesaian persoalan yang dimulai dengan dilakukannya identifikasi

terhadap adanya sejumlah kebutuhan-kebutuhan, sehingga dapat menghasilkan suatu

operasi dari sistem yang dianggap efektif. Pendekatan sistem dapat memberi landasan

untuk pengertian yang lebih luas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

sistem dan memberikan dasar untuk memahami penyebab ganda dari suatu masalah

dalam kerangka sistem.

Untuk itu sangat penting diketahui faktor-faktor dominan (key factors) yang paling

berperan dalam sistem penyediaan dan konsumsi beras di Aceh. Hasil identifikasi faktor-

faktor kunci dapat dijadikan bahan untuk menyusun model dan strategi yang harus

diimplementasikan agar sistem dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan. Oleh karena

Page 46: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

39

itu analisis yang komprehensif dan holistik terhadap permasalahan sistem penyediaan dan

konsumsi beras sangat diperlukan.

Tujuan

Menghasikan Kebijakan Peningkatan Produksi Padi dengan Pendekatan Sistem

Dinamik.

Keluaran

Tersedianya Paket Rekomendasi Peningkatan Produksi Padi di Kabupaten Nagan

Raya.

Metodologi

• Cakupan kegiatan penelitian. Penelitian ini bersifat makro pada agregasi Provinsi

Aceh. Menurut Simatupang (2007), untuk tujuan analisis kebijakan, isu ketahanan

pangan dapat dikaji pada tingkat agregasi: rumah tangga dan regional (kabupaten,

provinsi, dan nasional).

• Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan

dengan metode survei melalui teknik wawancara mendalam (in-depth interview) dengan

menggunakan daftar pertanyaan. Pengambilan data primer dilakukan pada tingkat

usahatani padi pada lahan sawah irigasi teknis, semi teknis, tadah hujan dan ladang.

Penentuan lokasi dan responden dilakukan dengan metode multistage stratified random

sampling.

• Data sekunder dikumpulkan secara desk study dari berbagai sumber, antara lain: BPS,

Dinas/Instansi terkait, BMKG, Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitian di daerah serta

publikasi ilmiah, seperti buku, jurnal, disertasi, dan laporan hasil penelitian.

Hasil

SKENARIO SKENARIO PENINGKATAN PRODUKSI DI NAGAN RAYA

Luas sawah baku

A. Luas sawah awal (baku)

B. Luas sawah awal : 16.300 Ha

C. Fraksi cetak sawah : 1%/thn

D. Potensi perluasan lahan : 30.000 Ha

E. Fraksi konversi : 0.5 %/Ha

Indek Penanaman

1. Perbaikan irigasi : 3%/thn

Page 47: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

40

2. Rehabilitasi sawah rusak : 1%/thn

3. IP maksimum : 2

Peningkatan Produktivitas padi

a. VUB : 5%/thn

b. Sistem tanam jarwo : 2 %/thn

c. Pemupukan berimbang : 3% /thn

d. Pengendalian OPT : 2%/thn

e. Produktivitas maksimum : 8 ton /Ha/thn

Beberapa paket rekomendasi dan stretegi pembangunan pertanian untuk peningkatan

produksi padi di kabupaten nagan raya.

• REVITALISASI PERBENIHAN

• PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN PRODUKSI

• PENGUATAN ALSINTAN

• PASCA PANEN /NILAI TAMBAH

• PENINGKATAN PERAN KOORDINASI PENYULUHAN / TENAGA FUNGSIONAL &

KELEMBAGAAN PETANI

Gambar 1. Model Peningkatan produksi padi di Nagan Raya

SUB MODEL KONSUMSI

SUB MODEL RAMAH LINGKUNGAN (GRK)

SUB MODEL NERACA BERAS

Luas Sawah

Cetak sawah

Gap LS

Potensi perluasan

Fraksi cetak

Konversi lahan

fraksi konversi

Program cetak swh

Luas panen

IP

Perbaikan IP

Gap IP

IP maks

Perbaikan irigasi

Rehabilitasi sawahrusak

Luas sawah awal

Pengg VarietasGenjah

Produksi GKG

Produktivitas padi

Prodtvts Ekssting

Peningktn provitas

Gap provitas

Provitas maksJarwo

Pupuk berimbang

Pengendalian OPT

kenaikan var

kenaikan prov vsvar

Losses

Losses eksisting

GHP dan Mektan

Gap lossesfraksi GHP dan

Mektan

GKG ygdiselamatkan

Losses maksGKG total

Beras

Rendemen giling

laju rend

Gap rendmnRevitalisasi

Rendmn exist

Rend max

Penduduk

Laju pertumbuhan

fraksi prtmbhn

konsumsi

konsumsi eksistpenurunankonsumsi

Gap konsumsifraksi penurunankonsm maks

Kebutuhan beras

Neraca Beras

GKG 1

persen kenaikan

Stok Beras

Produksi GKG

Jerami

Sekam

Dedak

fraksi jerami

Fraksi sekam

Fraksi dedak

Stok jerami

Stok sekam

Stok dedak

pemanfaatan jerami

pemanfaatansekam

pemanfaatan dedak

fraksi pemanf jerami

fraksi pemanfsekam

fraksi pemanf dedak

Gas Methan

Produksi Gas Mthan

fraksi gas methan

Mitigasi

Fraksi mitigasi

Page 48: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

41

Dokumentasi

3.1.13 Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Tanaman Pangan

(Padi, Jagung dan Kedelai). Penanggung Jawab: Cut Nina Herlina, SPi.,

M.Si

Latar Belakang

Produksi gabah di Provinsi Aceh pada tahun 2017 mencapai 2,6 juta ton atau

melebihi target yang ditetapkan 2,4 juta ton dengan luas lahan sekitar 307.410 hektare,

jagung ditargetkan mampu mencapai produksi jagung 249 ribu ton dan kedelai 48 juta

ton. Areal paling luas sementara ini adalah tanaman padi mencapai 11.075 hektare.

Sedangkan jagung 1.401 hektare dan kedelai 224 hektare. Angka ramalan sementara,

Aceh dapat menghasilkan padi 2,6 juta ton tahun 2017. Pendampingan pengembangan

kawasan pertanian tanaman pangan yang telah dilakukan sejak tahun 2015 oleh BPTP

Aceh bertujuan agar teknologi Badan Litbang Pertanian dapat diterapkan secara optimal,

sehingga pelaksanaan PTT lebih berkualitas dalam mendukung pencapaian tujuan dan

sasaran peningkatan produksi padi. Sasaran kegiatan pendampingan tahun 2017 ini

difokuskan pada 3 komoditi padi, jagung dan kedelai di kabupaten Aceh Utara. Melalui

penerapan PTT, petani akan mampu mengelola sumberdaya yang tersedia (varietas, tanah,

air dan sarana produksi) secara terpadu dalam melakukan budidaya di lahan usahataninya

berdasarkan kondisi spesifik lokasi sehingga petani menjadi lebih terampil serta mampu

mengembangkan usahataninya dalam rangka peningkatan produksi padi, jagung dan

kedelai.

Page 49: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

42

Tujuan

Tujuan Tahunan

Melaksanakan pendampingan dan pengawalan teknologi pada kawasan sentra

produksi padi, jagung dan kedelai melalui kegiatan : pelatihan, Demplot, display varitas

dan temu lapang di 4 kabupaten.

Tujuan Jangka Panjang

• Meningkatkan adopsi teknologi PTT oleh petani dalam upaya mendukung

swasembada pangan nasional untuk meningkatkan produksi padi, jagung dan

kedelai di provinsi Aceh

• Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani padi, jagung dan kedelai di

provinsi Aceh

Keluaran

Keluaran Tahunan

Terlaksananya kegiatan pendampingan dan pengawalan teknologi pada kawasan

sentra produksi padi, jagung dan kedelai melalui kegiatan: pelatihan petani, demplot dan

display varitas, dan temu lapang.

Keluaran Jangka Panjang

• Meningkatknya penerapan teknologi PTT dalam upaya mendukung swasembada

pangan nasional untuk peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai di provinsi

Aceh

• Meningkatknya pendapatan dan kesejahteraan petani padi, jagung dan kedelai di

provinsi Aceh

Prosedur Pelaksanaan

• Pelatihan petani untuk meningkatkan pengetahuan, dan keterampilan petani guna

mempercepat penerapan komponen teknologi PTT padi, kedelai, jagung dalam

usahataninya.

• Demplot dan display varitas untuk memberi contoh bagi petani/masyarakat tentang

keunggulan dan tata cara penerapan teknologi budidaya padi, jagung dan kedelai

dalam bentuk peragaaan teknologi.

• Temu lapang untuk menginventarisasi permasalahan yang dihadapi petani di wilayah

pendampingan dan menggali umpan balik dari petani/pengguna dan pihak terkait,

terhadap teknologi yang diterapkan

Page 50: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

43

• Evaluasi terhadap pelaksanaan pendampingan untuk mengetahui pengaruhnya

terhadap pengetahuan, ketrampilan dan sikap petani.

Hasil

• Adanya peningkatan pengetahuan petani yang mengikuti pelatihan. Rataan skor pre

test pengetahuan peserta petatihan adalah 12,47 dan skor post test adalah 19,23,

yang berarti skor pengetahuan peserta pelatihan meningkat sebesar 6.77 setelah

mengikuti pelatihan.

• Hasil evaluasi terhadap petani jagung, 62.86 persen responden memiliki persepsi baik

terhadap penerapan teknologi budidaya jagung speklok sisanya sebesar 37,14 persen

responden memiliki persepsi tidak baik.

• Hasil ini menunjukkan bahwa persepsi dominan terhadap penerapan teknologi ini

adalah persepsi baik. Hasil pelaksanaan demplot padi menunjukan bahwa produksi

padi dengan sistem tanam jajar legowo 2:1 melebihi dari produksi yang ditanam

dengan system tanam jarwo 3:1, 4:1 dan tegel

• Hasil ubinan demplot padi 3 Ha di desa lhok kuyun diperoleh varitas Inpari 16

mencapai 8 ton per Ha, inpari 30 mencapai 8,6 ton dan varitas inpari 32 mencapai 8,8

ton per Ha.

• Angka ini melebihi dari produksi yang dihasilkan oleh petani diluar demplot yaitu rata-

rata berkisar 6 -7 ton/Ha.

Dokumentasi

Page 51: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

44

3.1.14 Dukungan Inovasi Pertanian untuk Peningkatan Indeks Pertanaman Padi

(Lahan Kering dan Sawah Tadah Hujan) di Provinsi Aceh. Penanggung

jawab: Muhammad Ismail, S.P, M.Si

Latar Belakang

Pada konteks pertanian, sebenarnya inovasi yang dihasilkan oleh Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), perguruan tinggi maupun lembaga riset

lainnya sudah cukup memadai. Balitbangtan, melalui inovasi pertanian spesifik lokasi telah

menghasilkan paket teknologi spesifik lokasi yang secara teknis telah sesuai dengan

kebutuhan daerah yang dikaji. Namun fakta di lapangan menunjukkan bahwa inovasi paket

teknologi pertanian spesifik lokasi tersebut belum terlihat nyata walaupun di sentra-sentra

produksi komoditas sekalipun.

Upaya memperbaiki adopsi inovasi teknologi oleh petani Aceh, Balai Pengkajian

Teknologi Pertanian Aceh melakukan kegiatan pendampingan dalam penyediaan teknologi

spesifik lokasi berbasis komoditas padi dan kedelai lahan kering dan tadah hujan yang

sesuai kebutuhan, dan secara aktif sebagai pengambil inisiatif pertemuan dan

mengkonsultasikannya kepada pihak terkait sehingga mampu menumbuhkan

pembangunan ekonomi di daerah. Melalui pelaksanaan program dukungan inovasi

teknologi pertanian diharapkan akan terjadi peningkatan produktivitas komoditas padi

sawah tadah hujan yang secara eksisting merupakan potensi daerah, sehingga

kemandirian pangan lokal di kawasan provinsi Aceh dapat tercapai.

Tujuan

• Memberikan dukungan inovasi teknologi tata kelola air pada komoditas tanaman

pangan (padi dan kedelai) lahan kering dan lahan sawah tadah hujan.

• Memberikan rekomendasi teknologi tata kelola air pada komoditas tanaman pangan

(padi dan kedelai) lahan kering dan lahan sawah tadah hujan spesifik lokasi.

Keluaran

• Terlaksananya dukungan inovasi teknologi tata kelola air pada komoditas tanaman

pangan (padi dan kedelai) lahan kering dan lahan sawah tadah hujan.

• Rekomendasi rekomendasi teknologi tata kelola air pada komoditas tanaman

pangan (padi dan kedelai) lahan kering dan lahan sawah tadah hujan spesifik

lokasi.

Page 52: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

45

Prosedur Pelaksanaan

Guna meluaskan penyebaran inovasi teknologi yang diberikan pada kedua tipe

lahan maka dipilih lokasi strategis yang mudah akses bagi petani sekitar serta dilakukan

pelatihan bagi petani di luar petani kooperator. Analisis dititikberatkan pada pengelolaan

air, usahatani, serta dilanjutkan dengan menganalisis pendapatan, serta rekomendasi

teknologi dari kedua tipe lahan sebagai faktor produksi utama usahatani. Oleh karena itu,

data yang digunakan merupakan data pada tahapan budidaya atau produksi, biaya

produksi, harga input, dan harga jual produk di tingkat petani di lokasi pengkajian.

Pengelolaan air dan rekomendasinya menjadi tujuan dari kegiatan ini, oleh karena

itu juga dilakukan inventarisasi, identifikasi dan verifikasi data pengelolaan sumber daya air

dari tiap kabupaten. Data primer meliputi karakteristik petani, input dan output usahatani.

Data sekunder diperoleh dari instansi pemerintahan yang berkaitan dengan penelitian ini,

seperti Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Balai Penyuluhan Pertanian, Badan Pusat

Statistik, Dinas Pengairan, instansi lainnya serta data baru yang ditemukan langsung di

lapangan.

Hasil

Kegiatan inventarisasi, identifikasi dan survey tata kelola air dari 23

kabupaten/kotamadya di Aceh telah terkumpul 267 titik lokasi dengan luas layanan

mencapai 24.096,01 ha atau 80,32 persen yang berupa lahan sawah tadah hujan dan

lahan sawah irigasi. Jumlah tersebut belum cukup dari target yang ditetapkan BBP2TP

sebesar 30.000 ha untuk tahun 2017.

Adapun bentuk diseminasi inovasi teknologi pertanian yang dilakukan berupa

demplot/demarea peningkatan Indeks Pertanaman pada kering telah panen komoditas

kedelai yang ditanam di desa Teureubeh, Aceh Besar. Rendahnya hasil produksi diduga

karena kesuburan tanah yang rendah dan curah hujan yang tinggi dengan pola yang tidak

teratur mengganggu pertumbuhannya. Sedangkan pada lahan sawah tadah hujan di desa

Lambaro Biluy, kecamatan Darul Imarah kabupaten Aceh Besar kondisi masih akan

dilakukan penanaman pada pertengahan Desember dan akan panen sekitar Maret 2018.

Dengan demikian telah peningkatan IP tanaman pangan (padi dan kedelai) kedua

lokasi display telah ditingkatkan dari 2 menjadi 3 kali tanam pada desa Lambaro Biluy dan

dari nol menjadi 1 pada lahan kering di desa Teureubeh dalam tahun 2017.

Page 53: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

46

Dokumentasi

3.1.15 Produksi Benih Sumber. Penanggung jawab: Ir. T. Iskandar, M.Si

Latar Belakang

Rencana strategis Badan Litbang Pertanian 2010-2014, sasaran yang harus dicapai

antara lain: (1) Meningkatnya tingkat adopsi (>40%) hasil inovasi teknologi dan

rekomendasi kebijakan pertanian yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian, (2) Tersedianya

benih, bibit, pupuk dan alsintan untuk komoditas unggulan tanaman dan ternak dalam

rangka peningkatan produksi dan produktivitas (Kementerian Pertanian, 2010 ; Badan

Litbang Pertanian, 2010).

BPTP ACEH merupakan salah satu lembaga pelayanan teknis dibawah Litbang

Pertanian yang turut berperan dalam menghasilkan inovasi teknologi sekaligus berfungsi

sebagai penyebar informasi teknologi hasil pengkajian kepada pengguna melalui kegiatan

desiminasi. Penelitian/pengkajian yang diimplementasikan dalam bentuk pengembangan

benih sumber bersifat lokal spesifik, dinamis dan partisipatif dimana petani terlibat

langsung sejak perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pengembangannya. Petani dapat

mengadopsi secara parsial atau paket spesifik tergantung kemampuan petani. Dengan

pendekatan seperti ini teknologi hasil penelitian akan cepat sampai dan diadopsi petani

karena paket tersebut sudah teruji langsung dilapangan.

Sasaran yang akan dicapai pada kegiatan perbanyakan benih adalah untuk dapat

meningkatkan ketersediaan benih yang bermutu ditingkat petani, kemudian juga

diharapkan kepada petani penangkar untuk selanjutnya dapat memproduksi benih sendiri

dengan kualitas yang bermutu dan juga dapat menjadi produsen benih untuk wilayah

sekitarnya.

Page 54: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

47

Tujuan

Tujuan kegiatan produksi benih adalah: Tersedianya benih benih padi kelas FS = 4

ton, SS= 5 tondan ES = 28 Ton, Benih Jagung Hibrida = FS 8 ton dan benih kedelai kelas

FS = 2,5 ton, SS = 18 ton.

Keluaran

Keluaran tahunan kegiatan produksi benih adalah: Tersedianya benih benih padi

kelas FS = 4 ton, SS= 5 tondan ES = 28 Ton, Benih Jagung Hibrida = FS 8 ton dan benih

kedelai kelas FS = 2,5 ton, SS = 18 ton.

Prosedur Pelaksanaan

No. Tahapan Kegiatan

1. Menentukan varietas, memilih areal dan konsultasi

Pekerjaan ini dimulai sejak awal atau 9 minggu s/d 11 minggu sebelum tanam. a. Varietasnya disesuai dengan kehendak

penangkar benih dan kebutuhan petani pemakai benih, kelas benih yang ditanam lebih tinggi dari pada kelas benih yang akan dihasilkan, benih yang akan ditanam harus mempunyai label/segel,

b. Areal pertanaman sebaiknya dipilih: pengairannya terjamin,bekas pertanaman yang tidak sejenis dari varietas yang sama.

2. Mengajukan Permohonan Sertifikasi Benih

Penangkar benih harus mengajukan permohonan sertifikasi benih kepada UPTDBalai Perbenihan Pertanian Provinsi Aceh melalui petugas pada masing-masing kabupaten setempat dan paling lambat 10 hari sebelum tabur.

3. Pengolahan tanah Pengolahan tanah baik untuk pertanaman dan/atau untuk persemaian dimulai sejak 6 s/d 8 minggu sebelum tanam. Hal ini bertujuan untuk menghindari pengaruh sampingan dari proses pelapukan bahan organik dan rumput-rumputan yang berakibat buruk terhadap pertumbuhan tanaman.

4. Pemeriksaan lapangan pendahuluan

Pemeriksaan lapangan pendahuluan dilakukan pada waktu sebelum pengolahan tanah sampai dengan sebelum tanam. Pemeriksaan lapangan dilakukan oleh petugas lapangan/pengawasan benih yang ditunjuk/ ditugaskan oleh UPTD Balai Perbenihan Pertanian Provinsi Aceh.

5. Menabur dan memelihara persemaian (khusus untuk tanaman yang tanam pindah)

Penangkar benih dapat menaburkan benihnya (untuk tanaman yang membutuhkan persemaian) pada persemaian kurang lebih 3 minggu sebelum tanam dan selanjutnya persemaian dipelihara sampai cukup waktunya untuk dicabut/dipindahkan ke lapangan. Disini

Page 55: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

48

juga dilakukan pemupukan, pengairan, pemberantasan hama/penyakit, dan seleksi/ roguing.

6. Menanam Bibit/Benih Batas waktu tanam dalam satu blok pertanaman adalah maksimal 7 hari, apabila waktu penanaman lebih dari 7 hari, maka hendaknya blok ini dijadikan sebagai blok yang lain/terpisah.

7. Seleksi atau Roguing Fase Vegetatif

Seleksi dimulai pada umur 12, 48 hari setelah tanam atau disesuaikan dengan masing-masing komoditas tanaman. Seleksi ini didasarkan pada sifat-sifat tanaman antara lain (tergantung komoditi) : bentuk tanaman, warna pangkal batang, warna permukaan daun, warna telinga dan lidah daun, warna hipokotil dan sebagainya.

8. Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan Fase Vegetatif

Penangkar benih harus menyampaikan pemberitahuan untuk pemeriksaan lapangan untuk fase vegetatif kepada UPTD Balai Perbenihan Pertanian Provinsi Aceh melalui petugas lapangan/pengawas benih di Kabupaten setempat pada minggu keempat setelah tanam atau menurut jadwal masing-masing jenis komoditas.

9. Pemeriksaan lapangan fase vegetatif (pertama)

Pemeriksaan lapangan fase vegetatif (pertama) dilakukan pada minggu kelima s/d keenam (sesuai dengan komoditas) setelah tanam. Apabila pada pemeriksaan ini areal pertanaman tidak memenuhi standar, maka dilakukan pemeriksaan lapangan pertama (ulangan) pada minggu kedelapan setelah tanam.

10. Seleksi/Roguing Fase Berbunga

Seleksi dimulai pada umur 9 s/d 10 minggu atau sesuai dengan komoditas masing-masing, yaitu apabila tanaman sudah berbunga. Seleksi fase berbunga dimaksudkan untuk menghilangkan tanaman yang sifat-sifatnya menyimpang dari diskripsi yang telah ditetapkan oleh pemulia tanaman/instansinya, misalnya: tinggi tanaman, berbunga terlalu cepat, bentuk gabah/polong, ukuran gabah/polong /biji, warna polong/ujung gabah dan sebagainya.

11. Pemberitahuan Pemeriksaan Fase Berbunga Termasuk Ulangan

Penangkar benih harus memberitahukan pemeriksaan lapangan fase berbunga pada minggu kesembilan, pemeriksaan lapangan harus tepat pada waktunya, sehingga apabila pada pemeriksaan lapangan tidak memenuhi standar lapangan masih mempunyai kesempatan untuk mengulang.

12. Pemeriksaan lapangan fase berbunga (kedua)

Pemeriksaan lapangan fase berbunga (kedua) dilakukan pada minggu kesepuluh setelah tanam atau sesuai dengan jadwal masing-masing komoditas. Apabila pada pemeriksaan lapangan ini areal pertanaman tidak memenuhi standar

Page 56: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

49

lapangan, maka pemeriksaan lapangan ulangan dilakukan selambat-lambatnya minggu kesebelas setelah tanam atau sesuai dengan jadwal masing-masing komoditas.

13. Seleksi fase masak Seleksi ini dilakukan pada minggu ke-12 sampai 15 setelah tanam tergantung komoditi, seleksi fase masak bertujuan untuk menghilangkan tanaman yang sifatnya menyimpang dari diskripsi seperti : tinggi tanaman, berbunga terlalu lambat, bentuk gabah/polong, ukuran gabah/polong/biji, warna polong/ujung gabah dan sebagainya

14. Pemberitahuan pemeriksaan lapangan fase masak

Penangkar benih harus memberitahukan pemeriksaan lapangan fase masak kepada UPTD Balai Perbenihan Pertanian Provinsi Aceh atau kepada petugas lapangan/pengawas benih kabupaten setempat pada minggu ketiga belas setelah tanam atau 2 sampai 3 minggu sebelum saat panen.

15. Pemeriksaan lapangan fase masak

Pemeriksaan lapangan fase masak dilakukan hanya satu kali. Apabila hasil lapangan memenuhi standar untuk kelas benih yang dimaksud maka pertanaman tersebut dinyatakan lulus/memenuhi standar lapangan. Sedangkan apabila hasil pemeriksaan lapangan ternyata tidak memenuhi standar, maka penurunan kelas benih diizinkan sepanjang data hasil pemeriksaan lapangan memenuhi standar untuk kelas benih yang bersangkutan.

16. Pelaksanaan panen Pelaksanaan panen dilakukan setelah tanaman atau apabila butir-butir/polong benih telah menunjukkan kemasakan di atas 80%.

17. Pengawasan panen Pengawasan panen dilakukan oleh petugas lapangan/pengawas benih UPTD Balai Perbenihan Pertanian di kabupaten setempat pada saat pelaksanaan panen. Pengawasan panen bertujuan untuk memeriksa : benih yang sedang dipanen pada satu blok pertanaman terhindar dari percampuran dengan benih dari blok lainnya, kemudian alat atau wadah untuk panen, bersih dan terhindar dari percampuran dengan varietas lain.

18. Pemberitahuan pemeriksaan alat-alat prosessing/gudang

Penangkar benih harus mengajukan membe-ritahukan pemeriksaan alat-alat prosessing/gudang paling lambat satu bulan sebelum panen.

19. Pemeriksaan alat-alat prosessing/gudang.

Dilakukan sebelum alat-alatprosessing/gudang tersebut digunakan.

20. Pengolahan benih. Pengolahan benih adalah kegiatan perontokan, pengeringan, pembersihan, pemberian obat-obatan pencegah hama/penyakit, pengepakan

Page 57: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

50

benih dan pekerjaan lain sebelum benih dipasarkan. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah benih tersebut tidak tercampur dengan varietas lain, identifikasi kelompok penangkar, seperti nomor kelompok, jenis tanaman/varietas, asal lapangan jumlah benih dan tanggal panen, kadar air yang tepat, benih diusahakan agar seminimal mungkin tidak terdapat gabah yang hampa.

21. Pengawasan pengolahan benih

Pengawasan pengolahan benih dilakukan oleh petugas lapangan/ pengawas benih di kabupaten setempat pada saat pengolahan benih dilaksanakan.

22. Pemberitahuan pengambilan contoh benih

Pemberitahuan pengambilan contoh benih diajukan apabila : a. Benih yang akan diambil contohnya telah

dimasukkan kedalam wadah yang bersih. b. Benih telah diatur dan disimpan sedemikian

rupa sehingga menjadi suatu kelompok benih yang homogen disertai dengan tanda/keterangan mengenai: nomor kelompok benih, jenis tanaman/varietas, areal lapangan, jumlah benih dan tanggal panen.

23. Pengambilan contoh benih Pengambilan contoh benih dilakukan oleh petugas lapangan/pengawas benih yang ditunjuk/ditugaskan oleh UPTD Balai Perbenihan Pertanian di kabupaten setempat atas dasar pemberitahuan dari penangkar benih.

24. Pengujian benih di laboratorium

Pengujian benih dilakukan di laboratorium benih UPTD Balai Perbenihan Pertanian Provinsi Aceh di Banda Aceh.

25. Permintaan label Penangkar benih dapat memesan atau membeli label serta pemasangannya kepada UPTD Balai Perbenihan Pertanian atau melalui petugas lapangan/pengawas benih UPTD Balai Perbenihan Pertanian Kabupaten setempat. Jumlah label sesuai dengan Tonase (volume benih) dari kelompok benih yang telah lulus pengujian laboratorium untuk masing-masing kelas benihnya. Setiap label harus dilegalisir dan mempunyai seri label yang dikeluarkan oleh UPTD Balai Perbenihan Pertanian Provinsi Aceh.

26. Pemasaran benih. Batas waktu maksimum benih tersebut dipasarkan adalah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan untuk masing-masing komoditas tanaman. Lebih dari waktu yang telah ditetapkan tersebut, maka benih harus diuji kembali di laboratorium. Apabila benih yang diuji kembali itu memenuhi standar mutu yang ditetapkan, untuk masing-masing kelas benih

Page 58: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

51

maka benih tersebut dapat dipasarkan kembali. Tetapi apabila tidak memenuhi standar mutu yang ditetapkan, maka penurunan kelas benih diujikan sepanjang benih tersebut memenuhi standar mutu kelas benih yang bersangkutan.

27. Pengawasan pemasaran benih

Pengawasan pemasaran benih dilakukan oleh pengawas benih yang ditunjuk ditugaskan oleh UPTD Balai Perbenihan Pertanian Provinsi Aceh. Benih dipasaran sewaktu-waktu akan datang pengawas benih untuk memeriksa serta mengambil contoh benih dalam rangka pengecekan mutu benih untuk menghindari manipulasi data tercantum pada label.

Hasil

• Produksi benih Sumber padi kelas FS pada tahun 2017 sebanyak 7.995 kg (199,9%),

Kelas SS = 3.000 kg (60 % ) dan Kelas ES sebanyak 29.500 kg (105,0%).

• Produksi benih Sumber Jagung kelas F-1/Setara ES pada tahun 2017 sebanyak 6.000 kg

(75,00 %), varietas Benih jagung hibrida Bima 19 URI dan Bima 20 URI (diperkirakan

sebanyak 3.000 kg kondisi belum panen).

• Produksi benih Sumber Kedelai kelas SS pada tahun 2017 sebanyak 5.000 kg (200 %

dari target produksi) dan kelas ES pada tahun 2017 sebanyak 15.000 kg (83,33 % dari

target produksi).

• Secara keseluruhan target produksi benih UPBS BPTP Aceh Padi FS 4.000 kg, SS 5.000

kg dan ES 28.000 kg, Jagung 8.000 kg F-1/ES dan Kedelai SS 2.500 kg, ES 18.000 kg

total 65.500 kg. Produksi Padi FS = 7.995 kg ,SS = 3.000 dan ES = 29.500 kg, Jagung

6.000 kg, Kedelai SS = 5.000 kg, ES = 15.000 kg, total 65.845 kg (100,53%).

• Terbentuknya Kelompok/petani penangkar benih Padi, Jagung dan kedelai dilakukan

dengan melibatkan kelompok-kelompok tani binaan Balai Pengkajian Teknologi

Pertanian (BPTP) Aceh dengan instansi terkait sebanyak 11 kelompok/petani penangkar

yang tersebar pada Kabupaten Pidie Jaya ada 1 (satu) kelompok, Kabupaten Pidie 2

(dua) kelompok, Kabupaten Aceh selatan 2 kelompok , Kabupaten Aceh Besar 4

(empat) kelompok, Kabupaten Aceh Tengah 2 (dua) kelompok penangkar.

Page 59: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

52

Dokumentasi

3.1.16 Koordinasi dan Dukungan Teknologi Inovasi UPSUS Mencapai

Swasembada Padi, Jagung, Kedelai dan Peningkatan Produksi

Komoditas Utama KEMENTAN di Provinsi Aceh. Penanggung Jawab: Ir.

Basri A. Bakar, M.Si

Latar Belakang

Provinsi Aceh pada tahun 2017 dalam mendukung dan menyukseskan UPSUS

Peningkatan Pajale melaksanakan sasaran luas tanam padi, jagung, kedele masing-masing

522.461ha, 80.000 ha, 30.078 ha dengan luas panen masing-masing 504.382 ha, 76.000

ha, 28.921 ha serta sasaran produksi masing-masing sebesar 2.539.004 ton, 327.256 ton,

44.840. ton (Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Aceh, 2017).

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh sebagai unit pelaksana Badan

Litbang Pertanian yang berada di tingkat provinsi diberi tugas untuk mendukung suksesnya

program UPSUS Pajale dan Komoditas Utama Kementerian Pertanian dengan melakukan

koordinasi, pendampingan teknologi dan diseminasi dalam bentuk demplot maupun

demfarm serta diseminasi dan publikasi.

Di sisi lain peragaan teknologi dan hasil penelitian melalui kegiatan pendampingan

diharapkan lebih meyakinkan pengguna agar teknologi tersebut dapat diterima petani pada

saat yang tepat dan menjadi pembelajaran bagi petugas, petani dan masyarakat pada

umumnya.

Tujuan

Mendukung Program Kementerian Pertanian dalam swasembada padi, jagung,

kedelai dan meningkatkan produksi komoditas utama Kementan melalui pendampingan

teknologi adaptif spesifik lokasi

Page 60: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

53

Keluaran

Peningkatan produksi komoditas utama Kementerian Pertanian (padi, jagung dan

kedelai) melalui pendampingan teknologi adaptif spesifik lokasi.

Prosedur Pelaksanaan

• Koordinasi Program UPSUS di tingkat Provinsi dan Kabupaten

Tim UPSUS melakukan koordinasi dan komunikasi dengan Dinas terkait, dan

pejabat pemerintah setempat sebelum pelaksanaan kegiatan pengawalan dan

pendampingan Program UPSUS Pajale dan Komoditas Unggulan Kementan lainnya.

• Dukungan Teknologi Inovasi: Diseminasi melalui demplot padi sawah dan jagung

Kegiatan demplot tanaman padi tahun 2017 dilaksanakan di Kabupaten Aceh Besar

dan dan Aceh Barat. Sedangkan demplot jagung dilaksanakan di kabupaten Aceh

Tenggara. Kegiatan demplot melibatkan petani kooperator dan penyuluh yang berada di

BP3K kecamatan lokasi demplot.

• Diseminasi melalui publikasi dan penyediaan saprodi serta bahan pendukung

lainnya.

Untuk mendukung pelaksanaan diseminasi pada kegiatan UPSUS diperlukan

publikasi bahan cetakan seperti petunjuk teknis dan penyediaan saprodi serta bahan

pendukung lainnya. Selain itu untuk mendukung pelaksanaan diseminasi pada kegiatan

UPSUS Pajale juga diperlukan publikasi seperti petunjuk teknis Pengelolaan Tanaman

Terpadu Padi Sawah, leaflet dan penyediaan saprodi (benih, pupuk dan obat-obatan) serta

bahan pendukung lainnya (gastrok, dll). Selain itu juga dilakukan publikasi dan diseminasi

melalui Temu lapang, media cetak, elektronik dan media sosial seperti Facebook, WA,

website dan lain-lain.

• Pelatihan bagi Petani dan Penyuluh

Meningkatkan kapasitas petani kooperator dan PPL melalui pelatihan secara teori di

ruangan maupun praktek di lapangan.

• Monitoring dan evaluasi

Monitoring dan evaluasi adalah merupakan sebuah kegiatan yang sangat perlu

dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan ataupun kegagalan dari kegiatan yang

dilakukan.

• Temu Lapang

Kegiatan temu lapang merupakan salah satu kegiatan diseminasi yang sangat

penting di dalam proses transfer teknologi ke pengguna, karena pada kesempatan ini

Page 61: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

54

antara pengguna teknologi dan nara sumber dapat bertemu langsung sehingga banyak

permasalahan yang dapat diselesaikan. Bagi nara sumber (peneliti/penyuluh dan

pengambil kebijakan) kegiatan ini merupakan bahan masukan yang cukup berarti untuk

mengukur tingkat keberhasilan penerapan teknologi baru di lapangan.

Hasil

1. Pendekatan Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi sawah yang

dikombinasikan dengan penerapan teknologi Kalender Tanam (KATAM) Terpadu

hasil teknologi inovasi Balitbangtan dapat meningkatkan produktivitas padi secara

nyata.

2. Penerapan teknologi Jarwo salah satu system tanam yang dapat meningkatkan hasil

panen di beberapa wilayah masih rendah ditingkat petani. Salah satu alasan karena

dengan system tanam jarwo, ongkos tanam mejadilebih mahal dan dianggap lebih

rumit. Namun dengan demplot yang dilakukan di beberapa tempat, membuka

wawasan petani bahwa system tanam Jarwo memberikan hasil yang lebih tinggi

dan pendapatan.

3. BPTP melakukan demplot dengan tujuan untuk mendiseminasikan teknologi

budidaya padi dan jagung secara lebih meluas mulai pengenalan benih unggul baru

adaptif, pemupukan berimbang, system tanam, pengendalian hama penyakit dan

lain-lain. Selain itu juga dilakukan diseminasi dan publikasi baik penyuluhan, temu

lapang, mapuun melalui media cetak, elektronik dan media social.

Dokumentasi

Page 62: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

55

3.1.17 Kajian Kelayakan Teknis Ekonomis Sosial dan Kelembagaan Teknologi

Instore Dryer Bawang Merah di Provinsi Aceh. Penanggung Jawab: Ir.

Nurbaiti, M.Si

Latar Belakang

Produksi bawang merah di Aceh adalah 6.706,5 ton dengan produktivitas 7,8

ton/ha. Peningkatan produksi ini disebabkan karena meningkatnya luas panen di

Kabupaten Pidie sebesar 204 ha dan di Kabupaten Aceh Tengah sebesar 128 ha (BPS,

2014). Peningkatan produksi tersebut belum sepenuhnya memberikan keuntungan bagi

petani. Umummya panen raya bawang merah di provinsi Aceh pada bulan Juni - Agustus.

Untuk menghindari kerugian, setelah panen petani langsung menjual bawang merah tanpa

disimpan untuk pembibitan. Hal ini disebabkan karena petani belum mengetahui teknologi

pascapanen bawang merah secara tepat.

Titik kritis kegagalan dalam penanganan pascapanen bawang merah terutama

apabila panen terjadi pada musim penghujan adalah pada tahap pengeringan daun atau

pelayuan dan pengeringan umbi. Kegagalan proses pelayuan daun dapat menyebabkan

infeksi bakteri pembusuk, sedangkan kegagalan pengeringan umbi dapat menyebabkan

rendahnya daya simpan, umbi cepat busuk, bertunas dan keluar akar. Kehilangan hasil

akibat kerusakan ini bisa mencapai 20 – 40%.

Selama ini teknik pengeringan yang dilakukan petani adalah penjemuran di bawah

sinar matahari yang membutuhkan waktu antara 7-9 hari. Pengeringan dengan teknik ini

tentunya sangat tergantung dengan kondisi cuaca saat penjemuran. Untuk mengatasi

masalah yang dihadapi petani bawang merah di Provinsi Aceh maka perlunya

mengintroduksikan suatu teknologi sistem pengeringan-penyimpanan (instore dryer) yang

sudah dihasilkan oleh Balai Pascapanen. Diharapkan dengan adanya instore dryer dapat

meningkatkan ketersediaan benih bawang merah di Aceh.

Tujuan

• Menghasilkan analisis kelayakan instore dryer bawang merah dari aspek teknis,

ekonomis, sosial dan kelembagaan di Provinsi Aceh.

• Meningkatkan ketersedian benih bawang merah di Provinsi Aceh

Keluaran

• Tingkat kelayakan instore dryer bawang merah dari aspek teknis, ekonomis, sosial

dan kelembagaan di Provinsi Aceh

• Peningkatan produktivitas dan pendapatan petani penangkar bawang merah di

Provinsi Aceh.

Page 63: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

56

Prosedur

Pelaksanaan kegiatan introduksi paket teknologi instore dryer meliputi :

• Persiapan proposal

• Koordinasi dengan instansi terkait (BB Pascapanen, Dinas Pertanian dan calon

petani kooperator)

• Identifikasi lokasi

• Pelatihan

• Perakitan instalasi instrore drying (ID)

• Pengawasan dan bimbingan operasional ID

• Analisa awal komponen mutu fisik bawang

• Analisa setelah penyimpanan

• Melaksanakan kegiatan survey dan evaluasi

• Analisa data dan pelaporan

• Kegiatan temu lapang

Hasil

• Instore dryer bawang merah secara ekonomis layak untuk diusahakan karena

mempunyai R/C ratio (2,51) dan B/C ratio (1,51) lebih besar dibandingkan dengan

teknologi cara petani.

• Instore dryer bawang merah secara sosial dapat diterima oleh petani penangkar

bawang merah.

• Instore dryer bawang merah secara kelembagaan mendukung penguatan kelompok

penangkaran bawang merah.

• Dengan penggunaan instore dryer terjadi peningkatan ketersediaan benih bawang

26% jika dibandingkan dengan cara pengeringan dan penyimpanan cara petani.

Dokumentasi

Page 64: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

57

3.1.18 Perbenihan Komoditas Hortikultura dan Perkebunan di Provinsi Aceh.

Penanggung Jawab: Ir. M. Ferizal, M.Sc

Latar Belakang

Target produksi benih hortikultura dan perkebunan pada TA. 2017 berupa benih

sumber maupun benih sebar yang siap disalurkan pada TA. 2018. Pelaksanaan kegiatan

produksi benih tersebut dilakukan oleh Balai Penelitian lingkup Puslitbang dan 33 BPTP di

seluruh Indonesia. Mekanisme produksi benih yang dilakukan oleh Balitbangtan akan

dilakukan melalui peningkatan kerjasama dengan Direktorat Jenderal Hortikultura dan

Direktorat Jenderal Perkebunan, penangkar benih, kelompok tani, BPSB, serta BBI,

sehingga target volume output yang telah ditetapkan dapat tercapai dalam waktu efektif 4

bulan yang tersedia.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh melalui APBN-P TA. 2017

mendapat alokasi dana untuk pembangunan infrastruktur dan pengadaan sarana prasarana

guna mendukung produksi bibit pepaya sebanyak 15.000 batang, bibit kelapa dalam

15.000 batang, dan bibit kopi arabika 21.000 batang. Untuk bibit pepaya ditargetkan

dapat disalurkan pada tahun 2017 sedangkan untuk kelapa dalam dan kopi arabika

diharapkan dapat disalurkan pada tahun 2018.

Tujuan

• Meningkatkan kapasitas BPTP Aceh dalam memproduksi benih/bibit komoditas

hortikultura dan perkebunan.

• Mendukung produksi benih/bibit hortikultura dan perkebunan di Provinsi Aceh,

yaitu pepaya, kelapa dalam, dan kopi arabika.

Keluaran

• Peningkatan sarana prasarana gedung/bangunan dan peralatan mesin pertanian

untuk mendukung produksi benih/bibit hortikultura dan perkebunan.

• Produksi dan distribusi benih/bibit sebar varietas unggul pepaya (15.000 batang),

kelapa dalam (15.000 batang), dan kopi arabika (21.000 batang).

Prosedur Pelaksanaan

Persiapan: (1) Penyusunan Paket Kegiatan Pengadaan Bangunan beserta metode

pemilihan penyedia jasa konstruksi, termasuk konsultan perencana, pelaksana

pembangunan, dan konsultan pengawas; (2) Penyusunan Paket Pengadaan Barang dan

penentuan metode pengadaan seperti pembelian langsung dan e-katalog atau melalui jasa

penyedia; (3) koordinasi dengan Dinas Pertanian dan Perkebunan dan dinas terkait lainnya

di kabupaten/kota untuk menentukan sumber benih, proses sertifikasi, dan lokasi petani

Page 65: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

58

calon penerima; (4) Penyusunan Petunjuk Teknis dan Pembagian tugas berdasarkan

kemampuan dan bidang keahlian dalam mengawal proses produksi benih.

Pelatihan: Pelatihan adalah pembekalan bagi petugas yang akan bertanggung jawab

mengawal dan mendampingi di lapangan dalam proses produksi pembibitan. Pelatihan

diikuti oleh petugas berdasarkan jadwal dan materi yang ditentukan oleh Pusat Penelitian

Komoditas yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan bimbingan teknis pembibitan

komoditas. Untuk masing-masing komoditas tanaman diikuti oleh masing-masing satu

orang dari BPTP Aceh.

Pelaksanaan: Pelaksanaan kegiatan dilakukan secara simultan antara pengadaan gedung

dan bangunan, pengadaan peralatan dan mesin, sarana dan prasarana pendukung, serta

proses pembibitan di lapangan.

Monitoring dan Evaluasi: Dilaksanakan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan

kegiatan dan menilai kesesuaian kegiatan yang telah dilaksanakan dengan perencanaan.

Monitoring dilakukan secara terus menerus. Pelaporan dilakukan setiap seminggu sekali

secara bertahap sesuai dengan perkembangan pelaksanaan kegiatan di lapangan.

Hasil

• Peningkatan kapasitas produksi benih/bibit hortikultura dan perkebunan BPTP Aceh

telah dilaksanakan melalui pengadaan gedung dan bangunan, peralatan dan mesin

pertanian, dan sarana dan prasarana pendukung proses produksi.

• Bibit pepaya Merah Delima telah diproduksi dan distribusikan sebanyak 16.500

batang (110% dari target).

• Pembibitan kelapa dalam unggul lokal sebanyak 18.000 batang dalam tahap

pembesaran (umur 2 bulan).

• Pembibitan kopi arabika Gayo-1 sebanyak 25.000 batang dalam tahap persemaian

(umur 2 minggu).

Page 66: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

59

Dokumentasi

3.1.19 Pembangunan Taman Teknologi Pertanian (TTP) Kota Jantho.

Penanggung Jawab: Dr. Rachman Jaya

Latar Belakang

Pada konteks pertanian, sebenarnya inovasi yang dihasilkan secara oleh institusi

pencetak teknologi seperti Balitbang Pertanian dan perguruan tinggi sudah cukup

memadai. Balitbang Pertanian, melalui inovasi pertanian spesifik lokasi telah menghasilkan

paket teknologi spesifik lokasi yang secara teknis telah sesuai dengan kebutuhan daerah

yang dikaji. Namun fakta di lapangan menunjukkan bahwa inovasi paket teknologi

pertanian spesifik lokasi tersebut belum terlihat nyata pada tataran Industry pertanian

yang berorientasi profit, sehingga diperlukan wadah untuk menyatukan temuan inovasi

tersebut dengan pengguna (entrepreneurs), sehingga dapat dirasakan dampaknya

terhadap perekonomian wilayah.

Taman Teknologi Pertanian (TTP) merupakan suatu kawasan berbasis industri

pertanian yang dikembangkan berdasarkan inovasi-inovasi pertanian (Seonarso 2011)

spesifik lokasi. TTP adalah kawasan Ipteks yang dibangun untuk memfasilitasi percepatan

alih teknologi yang dihasilkan oleh lembaga litbang pemerintah, perguruan tinggi dan

swasta, sekaligus sebagai percontohan pertanian terpadu bersiklus biologi (Tatsuno, 1996;

Bozzo et al. 2002; Vila dan Pages, 2008). Berkaca kepada kesuksesan beberapa negara lain

Page 67: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

60

dalam mengembangkan agro tekno-park, seperti Amerika Serikat dengan Sillicon Valley

high-tech, Daejon di Korea Selatan, Zongguanchun Science Park di Cina, Andalusia techno-

park di Spanyol dan Tsukaba science di Jepang serta Kampung tekno-park di Jepara

(Raharjo, 2002). Tentunya tidak salah jika Indonesia, dalam hal ini adalah Provinsi Aceh

melalui Badan Litbang Pertanian yang di jalankan BPTP Aceh dapat mengembangkan (TTP)

berbasis inovasi-inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi yang telah dimiliki dengan

bekerja sama dengan universitas, pemerintah daerah dan industriawan lokal.

Tujuan

• Membangun Taman Teknologi Pertanian (TTP) Kota Jantho berbasis komoditas padi

sawah, ternak, hortikultura.

• Membangun unit bisnis di kawasan TTP Kota Jantho berbasis penyediaan benih sumber

padi sawah dan jasa alsintan.

• Meningkatkan kapasitas kelembagaan Koperasi Baba Pintoe sebagai pengelola bisnis di

TTP Kota Jantho.

• Meningkatkan pendapatan petani di kawasan TTP Kota Jantho dan Meningkatkan

ekonomi regional.

Keluaran

• Terbangunnya Taman Teknologi Pertanian (TTP) Kota Jantho berbasis komoditas padi

sawah, padi gogo, ternak (sapi) dan hortikultura.

• Terbangunnya bisnis di kawasan TTP Kota Jantho berbasis penyediaan benih sebar padi

sawah dan jasa alsintan oleh Koperasi Babah Pintoe sebagai entitas bisnis TTP Kota

Jantho.

• Menghasilkan wirausaha muda berbasis sektor pertanian di kawasan TTP Kota Jantho.

Prosedur Pelaksanaan

Prosedur pelaksanaan kegiatan TTP Kota Jantho tahun 2017 mengacu kepada

teknik pelaksanaan diseminasi yang telah dilaksanakan oleh Balitbangtan. Prosedur

mencakup hasil evaluasi dan penjaringan umpan balik pelaksanaan kegiatan pembangunan

TTP Kota Jantho tahun 2016. Dalam hal ini dilakukan analisis mendalam terhadap

pelaksanaan dalam rangka pencapaian tujuan. Kemudian dilakukan diskusi mendalam yang

melibatkan seluruh tim dari Balitbangtan dan unsur teknis (dinas) terkait dari Pemerintah

Daerah Kabupaten Aceh Besar. Kemudian menyusun rencana pelaksanaan kegiatan TTP

Kota Jantho.

Page 68: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

61

Mengacu kepada teori dasar manajemen (plan, do, check dan act), setelah

pembentukan purwarupa, tentunya akan dilakukan evaluasi terhadap kegiatan yang telah

dilaksanakan, untuk penyesuaian beberapa kegiatan yang tidak sejalan dengan tujuan

yang dimaksud, agar pada tahap selanjutnya kegiatan dapat lebih fokus dalam pencapaian

tujuan. Beberapa kegiatan yang bersifat ilmiah (scientific based) dilakukan untuk

mengetahui tingkat capaian tujuan kegiatan dengan melihat pencapaian indikator

keberhasilan dari kegiatan TTP itu sendiri.

Pada tahun anggaran 2017, kegiatan pembangunan TTP Kota Jantho lebih

difokuskan kepada penguatan aspek kelembagaan dari TTP, dalam hal ini adalah lembaga

yang berorientasi bisnis yaitu pencapaian profit usaha. Fakta ini merujuk kepada Pedoman

Umum Pembangunan TSTP edisi revisi yang diterbitkan oleh Balitbangtan, bahwa dalam

pembangunan TTP harus berorientasi bisnis berbasis komoditas lokal dan pelaku bisnis

muda (pemuda). Berdasarkan hal tersebut, tim pelaksana pembangunan TTP Kota Jantho

bersama dengan seluruh stakeholder, termasuk juga tokoh masyarakat, menentukan

bahwa bentuk kelembagaan pengelola TTP Kota Jantho adalah koperasi. Filosofi koperasi

dianggap sesuai dengan sistem sosial yang ada di kawasan pembangunan TTP Kota

Jantho.

Hal mendasar yang menjadi insert pembangunan TTP Kota Jantho tahun 2017

adalah fokus kepada pengembangan bisnis yang dikelola oleh Koperasi Babah Pintoe,

karena aset yang telah dibangun dan diadakan harus secara bertahap diserahkan kepada

Pemerintah Daerah Aceh Besar. Hal ini sesuai dengan naskah kesepahaman (MOU) antara

Balitbangtan dan Pemerintah Daerah Aceh Besar (Lampiran 1), serta dengan legalitas

turunan (derivat) dari MOU tersebut, seperti penetapan organisasi pelaksanaan (Lampiran

2) pembangunan TTP Kota Jantho oleh Bupati Aceh Besar.

Secara operasional, untuk aspek teknis pendampingan dilaksanakan oleh tim dari

BPTP Aceh bersama Perguruan Tinggi (Unsyiah), Dinas Pertanian Aceh Besar melalui Balai

Penyuluhan Pertanian (BPP) Kota Jantho. Dari sisi teknis koperasi pendampingan dilakukan

oleh Dinas Koperasi dan UMKM Aceh Besar, dalam hal ini dilakukan oleh Pusat Layanan

Usaha Terpadu (PLUT) Kabupaten Aceh Besar.

Hasil

1. Pada tahun ketiga pembangunan TTP Kota Jantho difokuskan kepada penguatan

kapasitas kelembagaan Koperasi Babah Pintoe, sebagai entitas bisnis TTP Kota Jantho.

Penguatan kapasitas kelembagaan dikaji dari aspek perluasan bisnis pada volume

produksi dan cakupan wilayah pemasaran produk benih sebar komoditas padi sawah.

Page 69: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

62

Pada unit usaha penyediaan jasa alsintan adalah peningkatan utilitas traktor untuk

mencapai nilai ke ekonomian.

2. Dari sisi administrasi dan legalitas hukum telah diselesaikan proses penyerahan aset ke

Pemerintah Daerah Aceh Besar untuk tahun kegiatan 2015 dan 2016, untuk kegiatan

fisik dan pengadaan sarana pendukung menunggu proses audit dari Inspektorat

Kementerian Pertanian.

3. Beberapa tenan yang mengikuti pelatihan teknis telah berhasil mengaplikasikan inovasi

teknologi introduksi.

Dokumentasi

3.1.20 Pendampingan Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura (PKAH)

di Provinsi Aceh. Penanggung Jawab: Ahmad Adriani, SP

Latar Belakang

Ditinjau dari aspek permintaan, prospek permintaan domestik terus meningkat

baik dalam bentuk konsumsi segar maupun olahan, sebagai akibat dari peningkatan

pendapatan masyarakat serta berkembangnya pusat kota industri dan pariwisata.

Sementara itu ditinjau dari aspek produksi potensi pengembangan komoditas hortikultura

terus dapat ditingkatkan baik dari aspek ketersediaan lahan, teknologi budidaya,

pascapanen, maupun pengolahannya (Saptana, et.al. 2005). Potensi lahan untuk

pengembangan komoditas hortikultura di provinsi Aceh mencakup luas lahan tegalan/huma

322.336 ha, luas lahan ladang/huma 246.801 ha dan lahan sementara tidak digunakan

seluas 444.341 ha (BPS, 2013). Beberapa kabupaten di Provinsi Aceh, lahan sawah di luar

musim rendengan juga digunakan sebagai lahan yang potensial untuk budidaya tanaman

hortikultura.

Pendekatan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Komoditi Hortikultura;

Page 70: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

63

cabai merah, bawang merah dan jeruk yang dirancang berdasarkan kesesuaian potensi

daerah dan bersifat multi komoditas, memperhatikan kesesuaian dan kelayakan agro-

ekosistem, keterkaitan antar wilayah pengembangan, kesamaan infrastruktur ekonomi,

serta berorientasi pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat (Badan

Litbang Pertanian, 2012). Kegiatan Dukungan Pengembangan Kawasan Agribisnis

Hortikultura mengacu pada Kepmentan No. 45/Kpts/PD.200/1/2015 tentang penetapan

kawasan Cabai, Bawang Merah, dan Jeruk.

Kawasan pengembangan jeruk di provinsi Aceh yaitu di Kabupaten Aceh Tengah,

Bener Meriah dan Aceh Jaya. Di Aceh Tengah dan Bener Meriah terkenal dengan jeruk

keprok dataran tinggi gayo. Permasalahan yang timbul terjadi penurunan areal akibat

serangan penyakit CVPD, mengakibatkan banyak tanaman jeruk yang mati. Sedangkan di

Aceh Jaya terkenal dengan jeruk siam akibat konflik GAM dengan Pemerintah Indonesia

yang berkepanjangan mengakibatkan tanaman jeruk dibiarkan dan tidak terawat dan

banyak yang mati. Perlu penanganan kembali jeruk siam Aceh jaya terutama teknologi

pembibitan dan budidaya yang berkelanjutan.

Tujuan

• Memberikan dukungan inovasi hortikultura; cabai merah, bawang merah, dan jeruk

sesuai wilayah pembinaan/ pendampingan teknologi di Provinsi Aceh.

• Memberikan rekomendasi teknologi hortikultura spesifik lokasi cabai merah, bawang

merah dan jeruk

Keluaran

Terselenggaranya pelaksanaan dukungan inovasi teknologi pada Program

Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Hortikultura; cabai merah, bawang merah dan

jeruk di Provinsi Aceh.

Prosedur Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan Pendampingan Kawasan Agribisnis Hortikultura (PKAH)

dilakukan berdasarkan adanya program dan kebutuhan daerah terutama dalam

mendukung program pemerintah pusat tentang penerapan GAP sayuran bawang merah,

cabai merah dan Jeruk di kabupaten yang melaksanakan Program Peningkatan Produksi,

Produktivitas dan Mutu Produk Tanaman Hortikultura Berkelanjutan di Provinsi Aceh.

Kegiatan yang akan dilaksanakan PKAH meliputi :

1. Koordinasi dengan instansi terkait

2. Identifikasi lokasi/analisis masalah

Page 71: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

64

3. Pelatihan Agribisnis hortikultura.

4. Pembuatan demplot cabai merah dan bawang merah,

5. Kegiatan temu lapang agribisnis hortikultura.

6. Mendampingi kegiatan sosialisasi dan penerapan Good Agriculture Practice (GAP).

Ruang Lingkup

Kegiatan PKAH mendukung program kementerian pertanian dilakukan melalui

kerjasama petani, penyuluh, dan stake holder terkait, kegiatannya meliputi:

a. Persiapan

Persiapan meliputi : Studi pustaka, mengumpulkan data, Menyusun proposal,

menyusun RODHP, koordinasi dengan instansi terkait.

b. Pelaksanaan

Pendampingan Kawasan Agribisnis Hortikultura meliputi kegiatan pelatihan Agribisnis

hortikultura, Pembuatan demplot cabai merah, bawang merah (temu lapang) dan

pelatihan budidaya jeruk Manis Patek.

c. Pelaporan

Hasil pelaksanaan kegiatan dituangkan dalam laporan tengah tahunan dan laporan

akhir kegiatan.

Hasil

• Hasil Demplot untuk bawang merah TSS Tuk-tuk belum memberikan hasil yang baik

disebabkan pada saat pindah semai umur 45 hst kelahan mengalami gangguan

perubahan iklim yang ekstrim sehingga banyak tanaman bawang yang mati, upaya

preventif sudah dilakukan namun hasilnya tidak memuaskan, untuk pendampingan

kedepan pengawalan tentang Budidaya bawang TSS harus lebih Intensif.

• Hasil Demplot untuk bawang merah umbi varietas Bowji, Mentes, Bima Brebes,

menunjukkan hasil diatas rata-rata produksi bawang merah yang dihasilkan oleh

petani bawang merah Kecamatan Simpang Tiga yang hanya mencapai 6-8 ton/ha,

Varietas Mentes produktivitas mencapai 11,63 ton/ha, Varietas Bima Brebes 9,10

ton/ha dan Varietas Bowji 8,7 ton/ha.

• Untuk Kegiatan Pendampingan Kawasan Agribisnis Hortikultura Jeruk dilaksanakan di

Desa Pajar Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Aceh Jaya dengan memperkenalkan

Teknologi pemupukan tanaman jeruk muda (belum menghasilkan), saat jeruk

Produktif dan tanaman Tua (kurang produktif)

• Untuk Pengendalian OPT yang dominan selama ini di Aceh Jaya adalah Penyakit

Page 72: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

65

Bledok dan Lalat Buah dalam mengatasi masalah tersebut di dalam kegiatan ini

melakukan Pelatihan/praktik dalam mengatasi OPT tersebut serta melakukan

Pemangkasan dan Peremajaan(sambung samping).

Dokumentasi

3.1.21 Eksplorasi, Konservasi dan Pemanfaatan Sumberdaya Genetik Lokal

Aceh. Penanggung Jawab: Mehran, SP, M.Si

Latar Belakang

Pedoman pelestarian dan pemanfaatan sumberdaya genetik (SDG) tanaman telah

ditetapkan melalui Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor:

67/Permentan/OT.140/12/2006. SDG tanaman merupakan kekayaan negara yang tidak

ternilai harganya, keberadaannya tersebar diberbagai tempat, dan merupakan bahan

dasar yang penting untuk dimanfaatkan dalam kegiatan pemuliaan untuk memperoleh

varietas tanaman unggul baru. Untuk keperluan Pelestarian dan pemanfaatan sumber

daya genetik tanaman, mempertahankan keberadaan keanekaragaman dan potensinya

perlu dilakukan kegiatan pencarian, pengumpulan, pemuliaan dan pengembangannya.

Rencana kegiatan SDG 2017, sesuai dengan arahan tim monev BB Biogen agar

difokuskan pada komoditi yang mempunyai nilai ekonomi tinggi yaitu padi sigupai,

pengelolaan kebun koleksi in-situ dan ex-situ, serta pendaftaran varietas. Kegiatan untuk

padi sigupai mencakup uji adaptif, pengelolaan kebun ex-situ mencakup perawatan kebun

koleksi dan pengoleksian tanaman langka lainnya yang dianggap penting, serta

pendaftaran varietas lokal.

Sesuai dengan Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang

Perlindungan Varietas Tanaman, disebutkan varietas tanaman adalah sekelompok tanaman

dari suatu jenis atau spesies yang ditandai oleh bentuk tanaman, pertumbuhan tanaman,

daun bunga, biji dan eksperesi karakteristik genotype atau kombinasi genotype yang dapat

Page 73: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

66

membedakan dari jenis atau spesies yang sama oleh sekurang-kurangnya satu sifat yang

menentukan dan apabila diperbanyak tidak mengalami perubahan. Sesuai dengan

pengertian diatas, maka dapat diketahui bahwa varietas tanaman yang dihasilkan harus

berbeda dengan varietas tanaman yang lain yang ditandai dengan perbedaan bentuk fisik

sampai perbedaan karakteristik tanaman.

Tujuan

Tujuan tahunan kajian ini yaitu :

• Mendapatkan data potensi dan tingkat keberagaman padi sigupai sebagai calon varietas

baru.

• Menyelamatkan tanaman SDG tidak hilang/punah.

• Mendaftarkan kepemilikan varietas.

Tujuan jangka panjang kajian ini yaitu :

• Mendapatkan database dan buku katalog padi sigupai

• Menggali informasi, mengembangkan potensi, teknologi budidaya, pasca panen dan

sosial ekonomi dalam Pelestarian dan pemanfaatan tanaman lokal potensial serta

memperbaharui buku katalog SDG.

• Mendapatkan perlindungan varietas.

Keluaran

Keluaran tahunan dari kajian ini yaitu :

• Diperoleh data potensi dan tingkat keberagaman padi sigupai sebagai calon varietas

baru.

• Diperoleh informasi, mengembangkan potensi, teknologi budidaya, pasca panen dan

sosial ekonomi dalam Pelestarian dan pemanfaatan SDG tanaman lokal potensial serta

memperbaharui buku katalog SDG.

• Diperoleh sertifikat kepemilikan varietas

Keluaran jangka panjang dari kajian ini yaitu :

• Diperoleh database dan buku katalog padi sigupai

• Dilindungi varietas lokal

Metodologi

• Menetapkan lokasi, luas areal dan benih.

• Melaksanakan olah tanah sempurna (2 kali), penanaman, pemupukan, pemeliharaan

dan pengendalian hama/penyakit disesuaikan dengan anjuran/rekomendasi setempat.

• Melaksanakan seleksi (rouguing). Bila campuran varietas lain sangat banyak,

dianjurkan untuk melakukan seleksi positif, yaitu memilih tanaman yang memenuhi

Page 74: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

67

kriteria baku/sesuai deskripsi varietas yang bersangkutan. Disamping itu juga

melakukan pengamatan terhadap komponen pertumbuhan, komponen hasil produksi,

deskripsi, serangan hama/penyakit dan kondisi pertanaman.

Analisa data : Parameter yang diamati

• Tinggi tanaman dilakukan pada umur 30, 50 dan 70 HST dilakukan dengan mengukur

dari pangkal sampai daun yang tertinggi.

• Jumah anakan dilakukan pada umur 30, 50 dan 70 HST dilakukan menghitung semua

anak yang produktif maupun tidak produktif.

• Jumlah malai dalam satu rumpun

• Jumlah gabah bernas/malai

• Jumlah gabah hampa/malai

• Bobot kering 1000 butir

• Hasil gabah kering/plot

• Pelaporan

Hasil

Suatu kultivar untuk mendapatkan perlindungan varietas tanaman memiliki

karakteristik yang dapat dideskripsikan dan dibudidayakan turun menurun. Pendaftaran

varietas sebagai perlindungan varietas tanaman menurut UU No. 29 Tahun 2000,

perlindungan khusus yang diberikan Negara, yang dalam hal ini diwakili oleh pemerintah.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh mendaftarkan sebanyak 5 varietas, untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 : Pendaftaran Varietas pada Tahun 2017

No Nama Varietas Lokasi Komoditi Sertifikat

1. Bawang Merah Gayo Aceh Tengah Bawang merah

2. Pisang Awak Taja Aceh Timur Pisang 279/PVL/2017

3. Sambay Simeulue Padi 381/PVL/2017

4. Cantik Putih Pidie Padi 236/PVL/2017

5. Siputih (Room Putih) Aceh Tengah Padi

Page 75: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

68

IV.. OORRGGAANNIISSAASSII DDAANN KKEERRAAGGAAAANN SSDDMM

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh merupakan Unit Kerja Teknis

(UPT) Kementerian Pertanian yang berada di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian (Eselon I), yang selanjutnya bertanggungjawab langsung kepada Balai Besar

Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP) Bogor.

Kelancaran pelaksanaan tugas–tugas yang diemban oleh BPTP Aceh telah

ditetapkan berdasarkan struktur organisasi dan personalia BPTP Aceh. Hal ini telah sesuai

dengan Surat Keputusan (SK) Kepala BPTP Aceh No.01/OT.130/I.12.1/01/2016 tanggal, 7

Desember 2016 yang mengacu kepada Peraturan Menteri Pertanian Nomor:

16/Permentan/OT.140/3/2006. Sebagai gambaran tentang struktur organisasi dapat dilihat

pada Gambar 1.

Untuk mewujudkan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tugas pokok yang telah

ditetapkan, maka sasaran dan tujuan pembentukan BPTP Aceh, di Provinsi Aceh adalah

untuk dapat memperkuat kegiatan penelitian dan pengembangan di daerah, berdasarkan

sumberdaya yang dimiliki dengan mengemban dan menyebarluaskan teknologi pertanian

spesifik lokasi yang berorientasi pasar sesuai kebutuhan pengguna dalam mendukung

pembangunan agribisnis dan agroindustri. Selain itu keberadaan BPTP Aceh diarahkan

untuk menggerakkan pembangunan pertanian sekaligus sebagai pusat informasi inovasi

teknologi pertanian, yang mempunyai tugas/fungsi :

1. Inventarisasi dan idetifikasi kebutuhan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi.

2. Penelitian, pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi.

3. Penyiapan paket teknologi hasil pengkajian dan perakitan untuk bahan penyusunan

materi penyuluhan pertanian. Hal ini mengacu kepada Permentan Nomor:

19/Permentan/OT.020/05/2017, tentang Pengaturan dan Tugas Fungsi BPTP. Dalam

hal ini spesifik pada tugas penyuluh BPTP yang membantu penyuluh di daerah dalam

mempersiapkan materi penyuluhan, spesifik lokasi.

4. Pelayanan teknik kegiatan pengkajian, penelitian dan perakitan teknologi pertanian.

Page 76: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

69

4.1. Sumber Daya Manusia

Keragaan Sumber Daya Manusia (SDM) BPTP Aceh per 31 Desember 2017 jumlahnya

mencapai 4 orang tenaga PNS dan 14 orang tenaga kontrak. Dalam tahun yang sama,

penyebaran tenaga PNS berdasarkan tempat tugas dapat dilihat pada Tabel 3. Persentase

jumlah SDM yang bertugas di BPTP Aceh sebesar 79,6 %, 10,6 % bertugas di KP. Gayo

dan 9,7 % bertugas di KP. Paya Gajah.

Gambar 1. Struktur Organisasi BPTP Aceh.

KP. Gayo

Kelji :

1. Budidaya 2. Sosek Pertanian 3. Pasca Panen 4. Sumberdaya lahan

KP. Paya Gajah

Kelompok Jabatan

Fungsional

Ur. Keu/Perlk.

Ur.Kepeg/ RT

- Lab - UPBS

- Visplot - Alsintan/

Bengkel

Subsi

Jaringan

Infotek

Subsi

Kerjasama

Subsi

Diseminasi Koordinator

Program

Komisi

Teknologi

Kasi Kerjasama

dan Pelayanan

Pengkajian

Sub Bag.TU

KEPALA BPTP

Page 77: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

70

Tabel 1. Penyebaran Jumlah PNS Menurut Unit Kerja dan Golongan

Unit Kerja Golongan

Jumlah % IV % III % II % I %

BPTP ACEH 8 50 20 2 80 79,6

KP. GAYO - - 4 7 - - 11 10,6

KP. PAYA

GAJAH

- - 3 5 2

10 9,7

Total 8 57 29 5 101 100

Berdasarkan golongan, pegawai terbesar adalah golongan III (62,1%), diikuti dengan

urutan distribusi; golongan II (24,3%), golongan IV (10,9%) dan golongan I (2,43%).

Distribusi tenaga PNS menurut golongan dan ruang lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Distribusi Jumlah PNS Menurut Golongan dan Ruang

Golongan Ruang

Jumlah A % B % C % D %

IV 4 55.5 3 33,3 1 11,1 - - 9

III 7 12,0 23 39,6 9 12,5 18 32,7 58

II 4 12,5 6 3,1 13 40,6 9 28,1 32

I - - 1 25,0 2 50,0 1 25,0 4

Total 101

Berdasarkan tingkat pendidikan terakhir yang ditempuh pegawai BPTP Aceh

terbanyak; S3 (2,9 %) diikuti S2 (16,5) S1 (32 %), D4 (2,9 %), D3 ( 6,7 %), SLTA (33,9

%), SLTP (29,1 %) dan SD sebanyak 1,9 %. Distribusi jumlah PNS berdasarkan tingkat

pendidikan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Distribusi Jumlah PNS Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Unit Kerja

Pendidikan Unit Kerja

Jumlah BPTP % KP Gayo % KP. Paya Gajah %

S3 3 100 - - - - 3

S2 17 100 - - - - 17

S1 27 87,8 3 9 1 3 31

D4 3 100 - - - - 3

D3 6 85,7 - - 1 14,2 7

SLTA 21 60 8 22,8 6 17,1 35

SLTP 1 33,3 - - 2 66,3 3

SD 2 100 - - - - 2

Total 80 11 10 101

Page 78: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

71

Keragaan sumberdaya manusia menurut tingkat usia dan jenis kelamin dapat dilihat

pada Tabel 4, sedangkan jumlah PNS menurut tingkat pendidikan dan kelompok usia dapat

dilihat pada Tabel 5.

Tabel 4. Keragaan SDM BPTP Aceh Menurut Tingkat Usia dan Jenis Kelamin

No Tingkat Usia Laki –laki Perempuan Jumlah

1. 20 – 25 Tahun 1 1

2. 26 – 30 Tahun 2 4 6

3. 31 – 35 Tahun 10 2 12

4. 36 – 40 Tahun 7 5 12

5. 41 – 45 Tahun 9 6 15

6. 46 – 50 tahun 12 6 18

7. 51 – 55 tahun 21 7 28

8. 56 – 60 tahun 7 2 11

Jumlah 69 32 101

Tabel 5. Distribusi Jumlah Pegawai BPTP Aceh Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan

Tingkat Usia

No Unit

Kerja

Pendidikan

S3 S2 S1 D4 SM D3 SLTA SLTP SD

1 20-25

Tahun -

2 26-30

Tahun

2 1 4

3 31-35

Tahun

2 3 1 3 1

4 36-40

Tahun

1 5 1 5 -

5 41-45

Tahun

2 2 3 1 6 1 1

6 46-50

Tahun 5 6 7 -

7 51-55

Tahun 1 5 10 3 10 -

8 56-60

Tahun

3 3 3

Jumlah 3 18 32 7 38 1 2

Menurut pendidikan dan usia jumlah pegawai terbanyak pada strata SLTA kisaran

usia 51-55 tahun. Diikuti strata S1 juga pada kisaran usia 51-55 tahun dan pada umumnya

pegawai terdistribusi ke semua tingkatan usia. Pada jenjang S3 terdapat 2 orang yang

berumur antara 41-45 tahun, hal ini menunjukkan masih cukup panjang jenjang karir yang

Page 79: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

72

akan dilalui, walaupun secara kuantitas masih kurang dengan level kerja BPTP Aceh saat

ini.

Untuk meningkatkan motivasi dan prestasi kerja bagi PNS telah ditempuh berbagai

upaya peningkatan kesejahteraan pegawai melalui pemberian uang makan dan Tunjangan

Kinerja (TUKIN)). Sedangkan untuk proses kenaikan pangkat, kenaikan gaji berkala dan

pengusulan karis/karsu, askes dan lain-lain lebih diprioritaskan dan lancar. Pada tahun

2016 pegawai yang pensiun sebanyak 5 orang.

BPTP Aceh merupakan unit pelaksana penelitian, pengkajian dan diseminasi hasil

penelitian yang dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya harus didukung oleh

tenaga fungsional, tenaga struktural dan tenaga administrasi lainnya. Keberadaan tenaga

PNS Lingkup BPTP Aceh dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Jabatan Menurut Golongan di BPTP Aceh

No Jabatan Golongan

Jumlah IV III II I

A Struktural 1 Eselon III 1 - - - 1 2 Eselon IV 1 1 - - 2

Total 2 1 3

B Fungsional 1 Peneliti 1 11 - - 12 2 Penyuluh 3 14 - - 19 3 Pustakawan - 1 - - 1 4 Teknisi/Litkayasa - - 2 - 2

Total 5 25 2 - 34

4.2. Keuangan

a. Anggaran Belanja

BPTP Aceh, pada tahun anggaran 2017 memperoleh alokasi dana APBN sebesar

Rp. 17.733.814.000,- (tujuh belas milyar tujuh ratus tiga puluh tiga delapan ratus empat

belas ribu rupiah). Secara umum, alokasi tersebut mencakup belanja operasional dan

belanja non operasional. Pada tahun ini juga, BPTP Aceh tidak mendapat alokasi untuk

belanja modal, kecuali belanja modal yang diserahkan ke pemerintah daerah atau

masyarakat (526). Gambaran tentang rincian dana untuk masing-masing kegiatan dapat

dilihat pada Tabel 7.

Page 80: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

73

Tabel 7. Rincian Pagu dan Realisasi Menurut Kode dan Jenis Kegiatan TA. 2017

No Kode Uraian Kegiatan Jumlah

Dana/pagu (RP)

Realisasi (Rp) %

1. 1801.201 Teknologi Spesifik

Lokasi Komoditas

Strategis

670.000.000,- 668.550.726,- 99,90

2. 1801.202

Teknologi

Komoditas Strategis

yang Terdesiminasi

ke Pengguna

2.792.500.000,- 2.791.159.722,- 99,95

3. 1801.203

Rekomendasi

kebijakan

pembangunan

pertanian

75.000.000,- 74.894.4 00,- 99,86

4. 1801.204

Model

pengembangan

inovasi pertanian

bioindustri

170.000.000,- 169.836.000,- 99,90

5. 1801.206 Benih Sumber Padi,

Jagung dan Kedelai 1.090.250.000,- 1.088.804.000,- 99,84

6. 1801.209 SDG 90.000.000 89.211.300,- 99.88

7. 1801.208 Taman Teknologi

Pertanian (TTP) 1.000.000.000,- 995.145.000,- 99,51

8. 1801.994 Layanan

perkantoran 8.580.000.000,- 7.984.273.461,- 93,056

9. 1801.995 Layanan Internal 2.834.964.000,- 2.786.071.872,- 98,275

Jumlah 17.733.814.000,- 17.201.580.000 95.85

b. Anggaran dan Realisasi

a. Dalam melaksanakan tupoksinya sebagai unit pelaksana teknis dibidang pengkajian

dan pengembangan Satker BPTP Aceh pada TA. 2017 didukung oleh sumber dana

yang berasal dari Dana APBN dalam bentuk Rupiah Murni (RM), Rupiah Khusus

(RK), serta Rupiah Murni Pendamping (RMP).

b. Anggaran Satker BPTP Aceh dicairkan sesuai dengan Surat Pengesahan DIPA Tahun

Anggaran 2017 dari Kementerian Keuangan Republik Indonesia dan Badan

Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor: SP DIPA-018.09.2.567392/2016,

tanggal 7 Desember 2016. Setelah mengalami beberapa kali revisi, karena adanya

kebijakan penganggaran, jumlah Pagu DIPA Tahun Anggaran 2017 terakhir direvisi

adalah sebesar Rp. 17.733.814.000,-. Alokasi anggaran BPTP Aceh berdasarkan

jenis belanja (menurut DIPA tahun 2017) terdiri dari belanja pegawai, belanja

Page 81: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

74

barang dan belanja modal. Disamping dana DIPA, BPTP Aceh pada tahun 2017 juga

mendapat dana dari kerjasama dengan ACIAR-Australia sebesar Rp. 622.964.000,-

dengan realisasi sebesar 100%.

c. Realisasi belanja dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip

penghematan dan efisiensi, namun tetap menjamin terlaksananya kegiatan-

kegiatan sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Rencana Kerja Anggaran

Kementerian Negara/Lembaga (RKA-KL).

d. Target dan Realisasi Pendapatan

Penerimaan negara bukan pajak (PNBP) yang dihasilkan oleh BPTP Aceh pada

tahun 2017 diperoleh dari penerimaan umum dan penerimaan fungsional. Target

pengembalian PNBP yang dialokasikan pada Satker BPTP Aceh sesuai DIPA tahun anggaran

2017 adalah sebesar Rp. 236.460.000., sedangkan estimasi PNBP sebesar Rp.

253.500.000,-. Realisasinya penerimaan pada akhir tahun anggaran 2017 sebesar Rp.

330.395.930 (130.33%), sehingga dapat dikatakan target PNBP dari Satker BPTP Aceh

pada tahun anggaran 2017 mencapai 130.33 %. Secara lengkap target dan realisasi PNBP

berdasarkan jenis kegiatan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Target dan Realisasi PNBP Berdasarkan Jenis Kegiatan Tahun 2017

AKUN Jenis Peneimaan Target (Rp) Realisasi (Rp) %

423141 Pendapatan Sewa Tanah,

gedung dan bangunan

2.000.000 37.278.240 1863.92

423142 Pendapatan Sewa Peralatan dan

Mesin

0 0 0

423951 Penerimaan Kembali Belanja

Pengawai TAYL

0 90,- 0

423752 Pendapatan Denda

Keterlambatan Penyelesaian

Pekerjaan Pemerintah

0 0 0

423921 Pendapatan Pelunasan Piutang

Non Bendahara

0 0 0

423111 Penjualan Hasil

Pertanian/Perkebunan

250.000.000,- 293.117.600,- 116.55

423216 Pendapatan Jasa Tenaga,

Pekerjaan, Informa

0 5.625.000,- 0

423291 Pendapatan jasa lainnya 1.500.000,- 0 0

Jumlah 253.500.000,- 330.395.930,- 130,33

Page 82: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

75

4.3 Fasilitas

Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh BPTP Aceh tersebar di 3 (tiga) lokasi; (1)

Kantor BPTP Aceh di Banda Aceh ; (2) Kebun Percobaan Paya Gajah Peureulak kabupaten

Barat Aceh Timur dan (3) Kebun Percobaan Gayo Pondok Gajah kabupaten Bener Meriah.

Keadaan sarana dan prasarana yang disajikan dalam laporan ini merupakan gambaran

secara garis besar. Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh BPTP Aceh meliputi: (1)

Tanah; (2) Gedung dan Bangunan; (3) Perumahan; (4) Kendaraan roda dua, empat, dan

roda tiga (5) Peralatan dan mesin; (6) Jalan, Irigasi dan Jaringan, (7) Peralatan UPBS dan

(8) Aset tetap lainnya.

a. Tanah

BPTP Aceh saat ini mempunyai aset tanah seluas 1.665.847 m² yang terletak di 3

(tiga) lokasi yaitu: (1) Kota Banda Aceh; (2) Kabupaten Aceh Timur dan; (3) Kabupaten

Bener Meriah. Status kepemilikan tanah pada kantor BPTP Aceh adalah berstatus sebagai

sertifikat Hak Guna Pakai (HGU) dari Pemerintah Aceh , Hak milik Kementerian Pertanian

dan akta pembebasan/jual beli.

Lokasi Tanah Satker Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh BPTP Aceh

berlokasi: 1) Tanah BPTP Aceh yang setatusnya Hak pakai Pemerintah Aceh dengan luas:

56.100 m² (tidak tercatat dalam SIMAK BMN), sedangkan yang tercatat dalam Simak BMN:

1.609.747 m² yang terdiri dari tanah kebun Visitor Plot, bangunan kantor, perumahan,

bengkel, gudang dan garasi. 2) Kebun Percobaan Paya Gajah dengan luas: 1.410.917 m²

yang terdiri dari kebun percobaan kelapa, bangunan kantor, perumahan, gudang. 3)

sedangkan Kebun Percobaan Gayo dengan luas: 198.830 m². Luas yang terdiri dari: Kebun

plasma nuftah kopi dan SDG lainya, bangunan kantor, perumahan, bengkel, gudang dan

garasi, dengan luas dan keragaan pemanfaatan tanaman Plasma Nutfah Tanaman yang

secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 9.

Page 83: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

76

Tabel 9. Luas, Lokasi dan Pemanfaatan Tanah Tahun 2017

No Uraian

Luas (m²)

Jumlah BPTP

Aceh

KP P. Gajah

(Aceh Timur)

KP. Gayo

(Bener Meriah)

1. Tanah Kebun

Percobaan 0 1.392.817 190.508 1.583.325

2. Tanah Bangunan

Kantor Pemerintah 0 2.100 4.773 6.873

3. Tanah Bangunan

Rumah Negara GOL II/

Guest House/Gudang/

Bengkel/Gerasi

0 16.000 3.550 19.550

Jumlah 0 1.410.917 198.830 1.609.748

b. Bangunan Gedung

Keragaan bangunan gedung yang dimiliki oleh BPTP Aceh per 31 Desember 2016

meliputi gedung kantor, guest house, gudang/bengkel/parkir, garasi, pos jaga, lantai

jemur, gudang benih/UPBS, gedung laboratorium, gedung multimedia dan gedung

perpustakaan serta Pagar pengaman kebun. Jenis, luas, lokasi dan banyaknya bangunan

dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Jenis, Luas, Lokasi dan Banyaknya Bangunan Tahun 2017

No Uraian

Lokasi Jumlah

BPTP Aceh KP. Gajah KP. Gayo

Un

it

Luas

(M2) Unit

Luas

(M2) Unit

Luas

(M2) Unit

Luas

(M2)

1 Kantor 2 1.155,5 1 205 1 784 4 2.144,5

2 Guest House 1 120 1 120 - - 2 240

3 Gudang/

Bengkel/parkir 4 826 5 311 4 2.704 13 3.841

4 Laboratorium 4 480 - - - - 4 480

5 Multimedia 1 120 - - - - 1 120

6 Perpustakaan 1 120 - - - - 1 120

7 Pos Jaga 1 33 - - - - 1 33

Pagar permanen

1 75 1 1.143 - - 2 1,218

6 Lantai jemur 1 210 1 200 - - 1 410

Total 16 3.139,5 9 836 5 3.488 30 8.606,5

Rumah Dinas

Rumah Negara golongan II yang dimiliki oleh BPTP Aceh per 31 Desember 2017

berjumlah 40 unit, golongan I sebanyak 2 unit dan Rumah jabatan sebanyak 1 unit, dan

kondisi rumah yang dimiliki pada saat ini rata-rata masih baik, dan rusak ringan, hanya

rumah dinas yang berada di Kebun Percobaan Paya Gajah sebanyak 7 unit kondisinya

Page 84: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

77

sudah kurang baik, 1 unit sudah rusak berat, dari 11 unit rumah dinas Gol II dalam kondisi

rusak ringan sampai berat karena bangunannya sudah lama. Sedangkan rumah dinas yang

ditinggalkan karena pensium terdapat pada lokasi Kp Paya Gajah sebanyak: 3 Unit dalam

kondisi kosong dan untuk rumah dinas Golongan II yang berlokasi di kebun Percobaan

Gayo pada tahun anggaran 2015 sebanyak: 11 Unit rumah negara Gol II dengan rincian

Rumah Negara Golongan II Type A 1 unit, Type B: 4 Unit, Type C: 4 Unit dan Type D : 2

Unit - jumlah bangunan dapat di lihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Jumlah rumah dinas BPTP Aceh Tahun 2017

Tabel 11. Jenis, Luas dan Jumlah Bangunan Rumah Dinas Berdasarkan Lokasi Unit Kerja

Tahun 2017

No Uraian

Lokasi Jumlah

BPTP Aceh KP. Gajah KP. Gayo

Unit Luas

(M2) Unit

Luas

(M2) Unit

Luas

(M2) Unit

Luas

(M2)

1 Rumah dinas Type A - - - - 1 190 1 190

2 Rumah dinas Type B 2 240 - - 4 360 6 600

3 Rumah Dinas Type C 3 210 - - 4 280 7 490

4 Rumah Dinas Type C Semi permanen

- - 4 204 - - 4 204

5 Rumah Dinas Type D 12 636 4 202 2 112 18 950

6 Rumah Dinas Type E 2 72 3 105 - - 5 177

Jumlah 19 1.158 11 511 11 942 41 2.611

0

2

4

6

8

10

12

BPTP ACEH KP PAYAGAJAH

KP GAYO

RUMAH DINAS TYPE .A

RUMAH DINAS TYPE.B

RUMAH DINAS TYPE.C

RUMAH DINAS TYPE C SEMI

RUMAH DINAS TYPE.D

RUMAH DINAS TYPE.E

Page 85: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

78

a. Kendaraan Dinas

Untuk kelancaran pelaksanaan operasional kegiatan BPTP Aceh didukung oleh sarana

transportasi kendaraan dinas roda dua dan kendaraan dinas roda empat. Kondisi per 31

Desember 2017 Jumlah kenderaan roda dua, empat dan roda tiga terdiri dari Pick Up : 6

unit, Mini Bus : 10 unit, Jeep : 3 unit dan sepeda motor : 36 unit dan Kenderaan Dinas

Roda 3 sebanyak : 4 unit. Kondisi kendaraan roda 2 dan 4 yang baik dan rusak antara lain

BPTP Aceh rusak ringan/berat 17 unit, KP Paya Gajah: 6 unit dan KP Gayo berjumlah 11

unit. Kondisi rusak ringan sampai dengan berat dan direncanakan akan dihapus pada

tahun anggaran 2016. pada tahun 2016 telah diusulkan Penetapan Setatus Pengguna BMN

berupa Kenderaan Roda 4 ,3, dan 2 ke KPKNL Banda Aceh, BBP2TP dan Badan Litbang

Pertanian. Jumlah dan lokasi kendaraan dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Jumlah dan Alokasi Kendaraan Dinas Berdasarkan Unit Kerja Tahun 2017

No Uraian Lokasi

Jumlah BPTP Aceh KP. Paya Gajah KP. Gayo

1. Kendaraan

Dinas Roda 4 16 3 - 19

2. Kendaraan

Dinas Roda 2 22 3 11 36

3. Kenderaan

Dinas Roda 3 2 1 1 4

Jumlah 40 7 12 59

c. Peralatan

Guna menunjang pelaksanaan kegiatan BPTP Aceh juga dilengkapi dengan berbagai

peralatan yang meliputi: (1) peralatan kantor; (2) peralatan pertanian; (3) peralatan

multimedia; (4) peralatan laboratorium dan; (5) peralatan bengkel, pada tahun 2017 telah

diusulkan Penetapan Setatus Pengguna BMN berupa Selain Tanah dan Bangunan berupa

peralatan ke KPKNL Banda Aceh, BBP2TP dan Badan Litbang Pertanian. Pada tahun

anggaran 2017 terjadi penambahan peralatan yang berasal pengadaan belanja modal, dan

trasfer masuk yang terdiri dari:

I. Pembelian : Kendaraan roda 2 (dua) 2 unit, Air Conditioning (AC) 4 unit, Scenner 2

unit, laptop 1 unit, printer 1 unit, dan P.C Unit 3 unit, dan mesin Foto copy 1 unit

II. Transafer masuk Dari Kementerian pertanian 1 unit Laptop, 1 unit Printer, LCD 1

unit, Software untuk ULP 2 paket untuk kegiatan ULP BPTP Aceh.

Page 86: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

79

Tabel 13. Jumlah dan Alokasi Peralatan Berdasarkan Unit Kerja Tahun 2017

No Uraian Luas (m²)

Jumlah BPTP Aceh KP. Paya Gajah KP. Gayo

1. Peralatan

kantor

1.038 98 267 1.403

2. Peralatan

Pertanian

150 11 11 172

3. Peralatan

Multimedia

412 - 26 438

4. Peralatan

Laboratorium

71 - 18 92

5. Peralatan

Bengkel

80 2 10 92

6. Pustaka 575 - - 575

Jumlah 2.326 111 332 2.772

AAsseett LLaannccaarr ((YYaanngg BBeerraassaall DDaarrii BBeellaannjjaa MMaakk 552266 )) YYaanngg DDiisseerraahhkkaann KKeeppaaddaa

MMaassyyaarraakkaatt//PPeemmddaa DDaallaamm KKeeggiiaattaann TTttpp LLookkaassii AAcceehh BBeessaarr TTaahhuunn 22001177 SSeebbaaggaaii BBeerriikkuutt ::

11.. PPEERRAALLAATTAANN DDAANN MMEESSIINN ::

➢➢ KKeennddaarraaaann RRooddaa 33 :: 11 UUNNIITT RRpp.. 2255..000000..000000,,--

➢➢ SSoouunnddssyysstteemm SSttaannddaarr :: 11 UUNNIITT RRpp.. 3300..000000..000000,,--

➢➢ MMoobbiillaaiirr :: 1100 UUNNIITT RRpp.. 5500..00000000..000000,,--

22.. GGEEDDUUNNGG DDAANN BBAANNGGUUNNAANN UUNNTTUUKK DDIISSEERRAAHHKKAANN KKEEPPAADDAA MMAASSYYAARRAAKKAATT//PPEEMMDDAA LLOOKKAASSII

TTTTPP KKAABBUUPPAATTEENN AACCEEHH BBEESSAARR TTAAHHUUNN 22001166

➢➢ BBaanngguunnaann PPooss JJaaggaa :: 11 UUnniitt RRpp.. 8800..000000..000000,,--

➢➢ SSaauunnggttaannii :: 11 UUnniitt RRpp.. 112200..000000..000000,,--

➢➢ LLaannttaaii JJeemmuurr :: 11 UUnniitt RRpp.. 7722..000000..000000,,--

Page 87: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

80

VV.. KKEERRJJAASSAAMMAA DDAANN DDIISSEEMMIINNAASSII

Keberhasilan kegiatan penelitian dan pengkajian pertanian ditentukan oleh tingkat

pemanfaatan hasilnya oleh pengguna sasaran. Penerapan hasil litkaji tersebut diharapkan

dapat mendorong pembangunan pertanian di daerah sehingga sektor pertanian mampu

berfungsi sebagai mesin penggerak perekonomian nasional. Penyampaian informasi

teknologi hasil-hasil penelitian dan pengkajian kepada petani-nelayan, pihak swasta dan

pengguna lain perlu dilakukan melalui media yang tepat dan terus menerus agar petani-

nelayan dapat menerapkan hasil litkaji tersebut dan kesejahteraannya meningkat. Ada tiga

subseksi dalam kegiatan Pelayanan Teknis BPTP Aceh yaitu Kerjasama Pelayanan dan

Pengkajian, Perpustakaan dan Diseminasi/AVA.

Page 88: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

81

5.1. Kerjasama

Tugas pokok dari subseksi Kerjasama adalah melaksanakan kerjasama dengan

stakeholders (pengambil kebijakan) dan beneficiaries (pengguna dan penerima manfaat

jasa teknologi) baik di tingkat daerah maupun nasional, guna mendapatkan input dan

peluang kerjasama untuk menciptakan konsep penelitian/pengkajian paket teknologi usaha

pertanian. Fungsi dari subseksi ini adalah sebagai media perantara yang memberikan

pelayanan prima paket teknologi pertanian dari BPTP Aceh sebagai dapur teknologi kepada

para pengguna jasa teknologi pertanian. Pada TA. 2017, di BPTP Aceh melakukan

kerjasama penelitian/pengkajian dengan instansi lain, dari luar negeri yaitu ACIAR.

5.2. Kerjasama Magang Mahasiswa/Praktik Lapang

Selain kerjasama penelitian, pelatihan dan magang, BPTP Aceh juga melayani

kerjasama dalam bentuk magang dan on job training mahasiswa. Mahasiswa yang

melakukan magang ikut dibimbing oleh salah satu peneliti atau penyuluh sesuai masalah

dan disiplin ilmu (tanaman pangan, peternakan dan sayuran). Selama tahun 2017, jumlah

mahasiswa yang magang dan melakukan penelitian di lahan BPTP Aceh sebanyak 40 orang

yang berasal dari Universitas Syiah Kuala Kota Banda Aceh, Universitas Malikulsaleh Kota

Lhokseumawe, Universitas Al-Muslim Kabupaten Bireuen dan mahasiswa program keahlian

dari program diluar domisili IPB.

5.3. Diseminasi/AVA

Pengembangan informasi pertanian merupakan salah satu bentuk kegiatan

penyuluhan pertanian yang dilakukan dengan menggunakan berbagai media komunikasi.

Penyuluhan pertanian sebagai pendidikan nonformal bagi petani memiliki peranan mengisi

proses transfer teknologi hasil pengkajian untuk terjadinya perubahan perilaku,

meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan sehingga petani mempunyai kedudukan

strategis dalam pembangunan pertanian.

Kegiatan Pengembangan Informasi Pertanian dilakukan dengan tujuan untuk

menyampaikan informasi teknologi pertanian kepada pengguna, dengan menggunakan

beragam media komunikasi yang representatif yang mudah diterima mereka, sehingga

sasaran peningkatan produksi dan produktivitas usahatani tercapai seiring meningkatnya

tingkat adopsi terhadap teknologi yang sesuai yang mereka terima pada saat yang tepat.

Beragamnya media komunikasi yang digunakan disebabkan karena masing-masing

media mempunyai keunggulan sendiri. Secara garis besar, media komunikasi yang

Page 89: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

82

digunakan oleh BPTP Aceh dikelompokkan menjadi dua yaitu media cetak dan media

elektronik.

5.3.1. Pengembangan informasi melalui media cetak berupa:

a. Buletin Info Teknologi Pertanian

Buletin Info teknologi Pertanian diproduksi sebanyak 1000 eksemplar, berisikan

berbagai macam informasi yang diharapkan dapat berguna atau dimanfaatkan oleh

pengguna untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan mereka. Bulletin ini terbagi

atas beberapa rubrik, seperti; budidaya, hama dan penyakit, serta rubrik-rubrik lainnya

yang mendukung pembangunan pertanian di Aceh.

b. Leaflet Serambi Pertanian

Seperti halnya Buletin Info Teknologi Pertanian, media cetak Leflet Serambi

Pertanian juga berisikan informasi yang dibutuhkan oleh pengguna. Akan tetapi isi dari

liptan Serambi Pertanian lebih praktis yang diharapkan dapat di jadikan acuan atau

referensi pengguna untuk teknologi yang diinformasikan. Produksi media cetak Leaflet

Serambi Pertanian Tahun 2017 terbit sebanyak 6 judul, masing-masing berjumlah 1000

lembar (timbal balik), yaitu; (1) Pengembangan Rumput Gajah Sebagai Pakan Ternak, (2)

Pestisida Nabati Cabai, (3) Budidaya Rumput Raja (King Grass), (4) Budidaya Selada

hydroponic, (5) Mengenal varietas unggul padi gogo dan Budidaya bawang merah dengan

biji

c. Poster

Poster (kalender 2017) mengusung tema Jarwo Super yang berjumlah 686 eksemplar.

d. Brosur

Brosur dua judul, yaitu; sistem tanam jajar legowo beroplah 620 eksemplar dan

budidaya bawang merah berjumlah 600 eksemplar.

e. Informasi teknologi tepat guna yang dipublikasikan melalui media elektronik TV Lokal

Aceh (Aceh TV) adalah informasi; (1) empat varietas padi rekomendasi Litbangtan,

(2) Pembinaan Kelompok Wanita Tani dan (3) padi inpari 30.

f. Demontrasi plot berupa gelar teknologi budidaya jagung unggul Litbangtan, yaitu

Bima 20 dan display budidaya tanaman padi menggunakan empat varietas yaitu;

inpari 16, inpari 30, inpari 32 dan mekongga.

Page 90: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

83

5.3.2. Pendistribusian Media

Media cetak Leaflet Serambi Pertanian, Buletin Info Teknologi Pertanian dan poster

disebarluaskan kepada pengguna yang membutuhkan. Sasaran utama pendistribusian

adalah Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura dan Badan Ketahanan Pangan

dan penyuluhan mulai dari propinsi sampai ke kabupaten. Khusus media yang

didistribusikan kepada dinas/instansi terkait di kabupaten diharapkan dapat diteruskan

kepada pengguna selanjutnya baik penyuluh maupun petani. Media yang masih tersisa

akan terus disebarkan kepada pengguna lain yang membutuhkan, baik dari dinas/instansi,

kelompok tani, BPP, mahasiswa, LSM maupun perorangan. Disamping iitu seperti

biasanya media yang diproduksi dalam Kegiatan Pengembangan Informasi Pertanian juga

didistribusikan pada saat pameran pembangunan berlangsung.

5.4. Perpustakaan

Perpustakaan BPTP Aceh merupakan salah satu implementasi dari tupoksi BPTP

Aceh sebagai pelayanan teknologi dan penyebarluasan hasil penelitian/pengkajian,

perpustakaan ini bertujuan menyediakan bahan informasi bagi peneliti, penyuluh dan

pengguna lainnya berupa bahan tercetak maupun elektronik untuk membantu kelancaran

tugas lembaga. Sumberdaya manusia sebanyak dua orang. Jumlah sumberdaya manusia

berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Sumberdaya Manusia di Perpustakaan BPTP Aceh Tahun 2017.

Nama Petugas L/P Pendidikan Mulai

Tugas

Th Pensiun

1. Mardhiah, Amd P D 3 Perpustakaan 1985 Des 2021

2. Suriyani Novita P SMA Biologi 2002 Nov 2034

Tenaga yang menangani perpustakaan BPTP Aceh pada tahun 2017 berdasarkan

dengan jumlah ,bidang tugas dan tupoksi dapat dilihat pada Tabel 15.

Page 91: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

84

Tabel 15. Rincian Tugas Anggota Perpustakaan Tahun 2017.

No Nama Bidang Tugas Tupoksi Keterangan

1 Mardiah, Amd

NIP: 19651231

199103 2 003

Pelayanan - Mengkoordinir kegiatan

Perpustakaan

- Sirkulasi koleksi

- Melayani Peminjaman

buku/publikasi

- Membantu entri database

- Membuat penomoran buku

- menjaga kerapian buku

Pelatihan

2 Suriyani Novita

NIP: 19781108

200812 2 001

Database - Inputing data

- Pelayanan

- Sirkulasi

- Administrasi perpustakaan

- Melaksanakan entri

database

Pelatihan

Dalam menyediakan bahan informasi bagi peneliti, penyuluh dan pengguna lainnya

berbagai infrastruktur dilengkapi di perpustakaan Aceh. Uraian peralatan perpustakaan

Aceh dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Infrastruktur Perpustakaan BPTP Aceh Tahun 2017

No Uraian Peralatan Lama Baru Jumlah

1 AC 2 buah - 2 buah 2 Komputer lengkap + CD/RW 6 set - 6 set 3 Lemari penitipan barang

pengunjung 1 buah - 1 buah

Lemari koleksi Publikasi Baru 2 buah - 2 buah 5 Lemari Arsip 4 buah - 4 buah 6 Locker (15-20 ruang) 2 buah - 2 buah 7 Meja Komputer 4 buah - 4 buah 8 Meja resepsionis 1 buah - 1 buah 9 Meja baca (1,40 x 0,70 cm) 10 buah - 10 buah 10 Printer 1 unit - 1 set 11 Rak koleksi buku & majalah 16 buah - 16 buah 12 Rak Katalog 1 buah - 1 buah 13 Server 1unit - 1 unit 14 Scanner 2 unit - 2 unit 15 Televisi 21 inci 1 buah - 1 buah 16 Provider Telkomsel - 1 unit

Page 92: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

85

Tabel 17. Perkembangan Database Digital Tahun 2017

No Jenis Jumlah record Keterangan

1. Database Buku 1.978 Judul

2. Database Majalah -

3. Database IPTAN 988 Abstrak

4. Database PPTAN (teknologi tepat

guna)

-

5. Database KPTAN (paket

komoditas)

-

6. Database Foto -

7. Databse EJR (Artikel luar negeri) -

8. VCD/ DVD - Koleksi

Perpustakaan

KONDISI TERKINI

Ketersediaan publikasi saat ini sampai akhir tahun 2017 perpustakaan BPTP Aceh memiliki

8.153 koleksi , terdiri atas :

Tabel 18. Koleksi perpustakaan BPTP Aceh Tahun 2016

Jenis 2014 2015 2016

Eksemplar Judul Eksemplar Judul Eksemplar Judul

Buku 3.956 13 4.121 165 4.133 177 Berkala Ilmiah

1.867 206 1.967 100 2.046 179

Berkala Lainnya

1.738 6 1.839 101 1.974 180

TOTAL 7.561 225 7.728 167 8.153 536

Page 93: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

86

PENGUNJUNG PERPUSTAKAAN

Adapun data pengunjung perpustakaan di BPTP Aceh Tahun 2017 dapat dilihat

pada Tabel 19.

Tabel 19. Jumlah pengunjung perpustakaan BPTP Aceh 2017.

No Bulan Jumlah Pengunjung (Orang)

1 Januari 55 2 Februari 19 3 Maret 49 4 April 38 5 Mei 39 6 Juni 77 7 Juli 40 8 Agustus 45 9 September 37 10 Oktober 13 11 November 21 12 Desember 26

T O T A L 460

Data pengunjung perpustakaan BPTP Aceh mulai Januari s/d Desember 2016

banyak terdapat dari kalangan mahasiswa, umum, dan penyuluh dari dinas pertanian

selebihnya adanya pengunjung dari mahasiswa/i dari Universitas Syiah Kuala untuk

membuat Surat Bebas Pustaka dan beberapa kalangan Pegawai Dinas mencari bahan

untuk makalah S2.

Perpustakaan menerima kembali mahasiswi magang sebanyak 2 (dua) orang yang

berasal dari Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Fakultas adab dan Humaniora., Serah

terima mahasiswi dilakukan oleh dosen pembimbing yang bersangkutan, Pada Tanggal 6

September 2016 sampai dengan 1 November 2016 magang, dan ditambah penelitian

selama sebulan mulai tanggal 2 November s/d 5 Desember 2016 Tugas yang dilakukan

yaitu membantu segala aktivitas harian perpustakaan seperti mengentry data SIMPERTAN,

Membuat bundel kliping Koran, mendokumentasikan publikasi yang masuk dan penomoran

serta membuat Leaflet promosi Perpustakaan BPTP ACEH.

5.5. Jaringan Informasi

Salah satu jaringan informasi yang ada di BPTP Aceh sejak 1998 adalah Internet.

Email resmi yang dimiliki ada dua, yaitu [email protected] dan bptp-

[email protected]. Selain itu BPTP Aceh sejak Agustus 2007 telah membuat

Page 94: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

87

website atau homepage khusus yakni www.nad.litbang.pertanian.go.id Untuk mengupdate

homepage tersebut telah ditunjuk tim redaksi terdiri peneliti, penyuluh dan teknisi. Dua

Meskipun belum sempurna, namun website tersebut sudah memiliki rubrikasi seperti

Struktur Organisasi BPTP Aceh, SDM, Hasil-hasil penelitian, Profil, News dan lain-lain.

Dengan demikian, website ini diharapkan menjadi media tercepat dalam mendiseminasikan

hasil kegiatan dan pengkajian kepada khalayak melalui jaringan internet.

5.6. Laboratorium

Laboratorium kimia tanah merupakan unit pelayanan dari BPTP Aceh, berfungsi

untuk melayani permintaan analisis dari para peneliti lingkup sendiri maupun dari luar

seperti perguruan tinggi, perusahaan swasta dan instansi pemerintah lainnnya.

Keberadaannya juga untuk mendukung usaha pertanian dari para pengusaha pertanian

besar maupun petani kecil.

Laboratorium kimia tanah merupakan salah satu sarana pendukung penelitian dasar

dan terapan, melayani permintaan analisis tanah, air dan pupuk organik. Analisis tanah

yang dapat dilayani oleh BPTP Aceh berupa:

− Penetapan kadar air

− Penetapan pH H2O dan CaCl2 (pH tidak bisa analisis lagi karena pH meternya rusak)

− Penetapan salinitas tanah (ECe) dengan EC meter dan ECa (dengan EM-38)

− Penetapan salinitas air (ECw)

− Penetapan Nitrogen metoda penyulingan titrimetri dan kalorimetri

− Penetapan P & K potensial (ekstrak HCl 25 %) kalorimetri

− Penetapan C-Organik metoda walkley and Black

− Penetapan Al-dd metoda tetrimetri

− Analisa N, P dan K dengan Paddy Soil Test Kit

− Penetapan tekstur tiga fraksi

Sedangkan analisis air yang dapat dilakukan baru mencakup penghitungan pH dan EC.

Analisis pupuk organik: pH, N total, C-organik, C/N, P tersedia dan K & P total.

Laboratorium kimia tanah BPTP Aceh dikelola oleh satu orang staf. Laboratorium kimia

tanah BPTP Aceh didukung oleh beberapa instrumen seperti timbangan analitik,

Spectrophotometer, Flamephotometer, Water Destilation Unit, Mikro Kjeldalh dan EM-38.

Berikut ini adalah alur/tahapan pelayan analisis kimia tanah di BPTP Aceh (Gambar 3).

Page 95: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

88

Gambar 3. Alur Pelayanan Analisi Kimia Tanah di BPTP Aceh.

Pelayanan jasa

Pengisian blanko

regestrasi

Pelanggan (Bawa sampel)

Check mutu

Test 1

Analisis

Test 2

Test/Uji Sample

Pengolahan sampel

Terima di laboratorium

Hasil analisis

Selesai

Pengesahan hasil

Hasil analisis

Page 96: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

89

VI. PENUTUP

Secara organisasi, struktur organisasi dan personalia BPTP Aceh sesuai dengan

Surat Keputusan No.01/OT.220/I.12.1/01/2016 tanggal, 2 Januari 2017 berdasarkan

Peraturan Menteri Pertanian No.16/Permentan/OT.140/3/2006, Sumberdaya manusia yang

dimiliki BPTP berjumlah 103 orang. Pada TA. 2016, BPTP Aceh melaksanakan kegiatan

Pengkajian yang dilaksanakan 8 kegiatan, sedangkan kegiatan diseminasi dan

pendampingan 21 kegiatan yang tersebar di Provinsi Aceh. TA. 2017 BPTP Aceh

memperoleh dana APBN sebesar Rp 17.733.814.000,- (Tujuh Belas Milyar Tujuh Ratus Tiga

Puluh Tiga Juta Delapan Ratus Empat Belas Ribu Rupiah) dengan realisasi penggunaan

anggaran sebesar Rp. 16.997.105.118,- (95,85 %).

Sampai dengan tahun 2017, sarana dan prasarana berupa tanah, bangunan gedung,

rumah dinas, kendaraan dinas dan peralatan yang tersebar di 3 (tiga) lokasi, yaitu Kantor

BPTP Aceh di Banda Aceh, Kebun Percobaan Paya Gajah Peureulak, Kabupaten Aceh Timur

dan Kebun Percobaan Gayo Pondok Gajah Kabupaten Bener Meriah sedangkan Kerjasama

magang mahasiswa sebanyak 40 orang yang berasal dari Universitas Syiah Kuala Kota

Banda Aceh, Universitas Malikulsaleh Kota Lhokseumawe, Universitas Al-Muslim Kabupaten

Bireuen dan mahasiswa program keahlian dari program diluar domisili IPB. Untuk kegiatan

diseminasi yang dilakukan untuk menyebarluaskan teknologi pertanian kepada pengguna

melalui berbagai kegiatan, media elektronik dan media cetak, sedangkan perpustakaan dan

laboratorium sebagai fasilitas untuk staf BPTP Aceh dan pihak lain yang memerlukan.

Page 97: LAPORAN AKHIR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/01-Laporan_rev-2017.pdf · laporan akhir balai pengkajian teknologi pertanian aceh balai pengkajian

90

DAFTAR PUSTAKA

Badan Litbang Pertanian. 2002. Panduan Umum. Manajemen Internal dan Komersialisasi

Teknologi Pertanian dan Pengembangan Pertanian. Badan Litbang Pertanian. 44 hal.

Badan Litbang Pertanian. 2003. Panduan Umum Pelaksanaan Pengkajian Serta Program Informasi, Komunikasi dan Diseminasi di BPTP. Badan Litbang Pertanian. 74 hal.

Badan Litbang Pertanian. 2006. Kumpulan Juklak dan Juknis Prima Tani. Departemen Pertanian, Badan Litbang Pertanian.

Badan Litbang Pertanian. 2003. Panduan. Penyusunan dan Mekanisme Perencanaan Program Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Badan Litbang Pertanian. 35 hal.

Badan Litbang Pertanian. 2005. Rencana Strategis Badan Litbang Pertanian 2005-2009. Departemen Pertanian, Badan Litbang Pertanian. 104 hal.

BBP2TP. 2004. Prosiding Lokakarya Sinkronisasi Program Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian. Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Badan Litbang Pertanian. 100 hal.

BBP2TP. 2005. Prosiding Lokakarya Pertemuan Regional BPTP; Peningkatan Kinerja BPTP Dalam Rangka Mendukung Pemantapan Ketahanan Pangan, Pengembangan Agribisnis dan Peningkatan Kesejahteraan Petani. Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BP2TP), Badan Litbang Pertanian. 155 hal.

BBP2TP. 2006. Pedoman Umum Pengkajian dan Diseminasi Inovasi Pertanian, Monitoring dan Evaluasi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.

Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 20/ Permentan/ TU.200/3/2008 Tentang Pedoman Umum Penyusunan dan Evaluasi Proposal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Tahun 2008.