113

LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …
Page 2: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

LAPORAN AKHIR

HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR PERGURUAN TINGGI

(PEKERTI)

POTENSI MUTACIN STREPTOCOCCUS MUTANS SEBAGAI INHIBITOR

COLLAGEN BINDING PROTEIN PADA SEL ENDOTEL KAITAN

DENGAN STROKE HAEMORAGIK DAN ENDOCARDITIS

KETUA DAN ANGGOTA

Ketua TPP : Drh. Basri, M.Si (0007037504)

Anggota TPP : Drh. Abdillah Imron Nasution, M.Si (0014047704)

Ketua TPM : Prof. Drg. Boy M. Bachtiar, MS., Ph.D (0024055202)

Anggota TPM : Drg. Nurtami, Ph.D (0015067405)

Dibiayai oleh Universitas Syiah Kuala, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Dalam Rangka Pelaksanaan Penelitian

Hibah Pekerti Tahun Anggaran 2014 Nomor :496.a /UN11/S/LK-BOPT/2014 Tanggal 26 Mei 2014

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

NOPEMBER 2014

Page 3: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …
Page 4: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

3

RINGKASAN

Latar Belakang. Streptococcus mutans dilaporkan sebagai agen utama penyebab karies dan

dapat bersifat bakterinemia dapat dapat menginfeksi endocardium jantung (endokarditis)

dan pembuluh darah serebrum otok (stroke haemoragi). Selain itu S. mutans menghasilkan

antibiotik mutacin yang dapat menghambat sejumlah golongan bateri streptococci, termasuk

perlekatan protein Cnm S. mutans pada Collagen binding protein sel endothel pembuluh

darah serembrum dan jantung, potensi tersebut memberikan informasi bahwa mutacin dapat

mencegah perlekatan S. mutans pada sel endothel, sehingga dapat mencegah infeksi

endocarditis dan infeks strok haemoragik. Tujuan penelitian mengevaluasi kemampuan S.

mutans menginfeksi jantung dan lapisannya serta otak dan pembuluh darah serembrum dan

menguji kepekaaan rekatifitas mutacin terhadap sel endotel pada berbagai konsentrasi.

Metode Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode kultur bakteri, histopatologi,

spektrofotometer, dan ELISA, selain itu metode purifikasi mutacin dan kultur sel endothel.

Hasil Penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada pH 5 dan 6 dan suhu 40°C

pertumbuhan sel bakteri S. mutans lebih rendah dibandingkan dengan pH 8 dan suhu 37°C

berdasarkan absorbansi spektrofotometer pada hari ke 7, 14, 21, dan 30, secara histopatologi

jantung dan katup jantung menunjukkan perubahan histopatologis berupa infiltrasi sel

radang, hiperemi hemoragi, cloudy swelling dan nekrosis sel yang ditandai dengan piknosis

mulai pada hari ke-7 hingga pada akhirnya jaringan menjadi lisis pada hari ke-30 hal yang

sama juga terjadi pada endokardium, miokardium, epikardium dan katup jantung juga terjadi

hipertrofi otot jantung dan infiltrasi sel fibroblas pada epikardium. Sedangkan pada otak

secara histopatologis pada pembuluh darah serebrum menujukkan terjadi perubahan susunan

sel endotel, nekrosis sel endotel dan destruksi tunika media, nekrosis sel endotel dan tunika

intima dan media menjadi lisis selanjutnya pada hari ke-30 terlihat sel endotel hilang dan

rupturnya pembuluh darah. Begitu juga pada otak serebrum terjadi hiperemi dan infiltrasi sel

radang pada semua kelompok perlakuan dan pada fase infeksi hari ke 30 terjadi peningkatan

hemoragi dan nekrosis sel dan ruptur pembuluh darah. Pada uji reaktifitas mutacin S.

mutans mampu bereaktifitas dengan sel endotel pada berbagai konsentrasi. Pembahasan.

Streptococcus mutans isolate darah lebih bagus pertumbuhan pada kondisi lingkungan

alkalis, dibandingkan isolat labaoratorium, khususnya pada pH 8 dan pada suhu 37 0C dan

40 0C dan S. mutans sebagai penentu terjadinya infeksi pada jantung dan otak besar

(serebrum) dengan intensitas yang meningkat seiring lama infeksi. Infeksi oleh S. mutans

pada jantung dan pembuluh darah otak, dengan sasaran merusak sel endotel dan jaringan

host, yang merupakan media untuk melakukan infeksi. Sedangkan mutacin S. mutans dapat

bereaksi baik dengan sel endotel pembuluh darah otak dan jantung pada berbagai

konsentrasi. Kesimpulan. Streptococcus mutans mampu menginfeksi jantung dan pembuluh

darah otak, sekaligus mutacin S. mutans mampu berinteraksi dengan sel endotel pembuluh

darah otak dan jantung.

Kata Kunci: Streptococcus mutans, mutacin, jantung, serebrum, dan sel endothel

Page 5: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

4

PRAKATA

Bismillahirrahmanirrahim

Puji beserta syukur penulis panjatkan kepada sang Khalik Ilahi Rabbi yang telah

memberikan penghidupan yang layak bagi umatNya. Atas kudrah dan IradahNyalah penulis

telah diberikan kemampuan untuk menyelesaikan penelitian beserta laporannya dengan

judul Potensi Mutacin Streptococcus Mutans Sebagai Inhibitor Collagen Binding Protein

Pada Sel Endotel Kaitan dengan Stroke Haemoragik Dan Endocarditis. Laporan ini terdiri

dari laporan hasil penelitian dan draf artikel ilmiah.

Laporan penelitian ini sejatinya telah memberikan kontribusinya dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pengetahuan tentang kedokteran gigi lebih

spesifik sebagai upaya untuk penvegahan penyakit karies gigi. Selain itu, laporan penelitian ini dibuat sebagai bentuk tanggungjawab peneliti atas hibah dana penelitian yang telah

dibiayai oleh Dibiayai oleh Universitas Syiah Kuala, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Dalam Rangka Pelaksanaan

Penelitian Hibah Pekerti Tahun Anggaran 2014 Nomor :496.a /UN11/S/LK-BOPT/2014 Tanggal 26 Mei 2014.

Penulis megucapkan terimaksih kepada semua pihak yang telah membantu

terlaksananya penelitian dan penulisan laporan ini, terutama kepada tim peneliti serta

keluarga yang telah berperan aktif untuk menyelesaikan laporan penelitian. Penulis sungguh

mengharapkan masukan, saran serta kritikan untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Akhirnya penulis mengharapkan kepada pembaca kiranya tulisan ini dapat bermanfaat baik

sebagai referensi penelitian maupun untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan.

Amin.

Darussalam, November 2014

Penulis

Page 6: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

5

DAFTAR ISI

HALAMA PENGESAHAN .......................................................................... ii

A. LAPORAN HASIL PENELITIAN

RINGKASAN ........................................................................................ iii

SUMMARY ........................................................................................... iv

PRAKATA ............................................................................................. v

DAFTAR ISI .......................................................................................... vi

DAFTAR TABEL DAN SKEMA .......................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................. viii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... ix

BAB I. PENDAHULUAN .................................................................... 1

BAB II. PERUMUSAN MASALAH ...................................................... 3

BAB III. TINJAUAN PUSTAKA........................................................... 5

BAB IV. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ............................ 25

BAB V. METODE PENELITIAN .......................................................... 26 BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................... 33

BAB VII. SIMPULAN DAN SARAN .................................................... 47 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 48

LAMPIRAN ........................................................................................... 51

B. DRAFT ARTIKEL ILMIAH

Page 7: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

6

DAFTAR TABEL

Tabel 1.Nilai Reaktifitas konsentrasi Mutacin S.mutans terhadap sel endotel berdasarkan uji anova ...................................................................... 29

Page 8: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

7

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.Model mekanisme bakteriocin dalam tanpa imunitas ..................... 7

Gambar 2. Grafik perbandingan pertumbuhan S. mutans ATCC 31987 Dengan isolate darah berdasarkan pH ........................................... 16

Gambar 3. Grafik perbandingan pertumbuhan S. mutans ATCC 31987 Dengan isolate darah berdasarkan suhu ........................................ 17

Gambar 4. Gambaran Histopatologis lapisan jantung ..................................... 20

Gambar 5. Gambaran Histopatologis endocardium dan katup jantung............ 23

Gambar 6. Gambaran histopatologi otak tikus setelah di infeksi dengan

S. mutans ..................................................................................... 25

Gambar 7. Gambaran histopatologi sel endotel pembuluh darah .................... 27

Gambar 8. Derajat Reatifitas Mutacin S. mutans ........................................... 15

Page 9: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

8

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I. Hasil Penelitian .......................................................................... 40

Lampiran II.Instrumen Penelitian .................................................................. 56 Lampiran III. Personalia Peneliti ................................................................... 58

Lampiran IV. Draf Publikasi ......................................................................... 78

Page 10: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Stroke haemoragik terjadi terjadi akibat aliran darah yang masuk ke otak terganggu

karena penyumbatan pembuluh darah dalam otak sehingga mengakibatkan pembuluh darah

pecah, dan suplai darah, makanan dan oksigen sel saraf dalam otak terganggu dan

menyebabkan kelumpuhan pada anggota gerak, gangguan bicara bahkan sampai penurunan

kesadaran. Hampir 70% kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita hipertensi yang

berakhir dengan kelumpuhan. Penyakit ini dilaporkan sebagai penyebab cacat nomor satu

dan penyebab kematian nomor dua di dunia serta telah menjadi masalah kesehatan yang

mendunia sehingg perlu penanganan secara serius (Adam, 2003). Berdasarkan data dari

Yayasan Stroke Indonesia jumlah penderita Stroke di Indonesia terbanyak dan menduduki

urutan pertama di Asia sedangkan organisasi stroke dunia mencatat hampir 85% orang

sangat rentan terhadap resiko sehingga perlu upaya penanganan secara serius (Aliah, 2007).

Beberapa penelitian stroke melaporkan bahwa stroke dapat dipicu oleh faktor

perlilaku dan medis termasuk infeksi mikroorganisme. Kejadian stroke tersebut sangat

berhubungan dengan gangguan jantung, karena jantung selain berfungsi sebagai suplai

aliran darah, juga sebagai pengontrol tekanan darah keseluruh tubuh sekaligus mensuplai

oksigen tubub termasuk ke otak. Gangguan jantung seperti jantung koroner dan infeksi

endocarditis terutama pada pasien dengan kelainan kongenital pada jantungnya (Arif, 2009).

Di negara berkembang insiden endokarditis dapat mencapai 1,6 – 4,3 diantara 100.000

penduduk. Angka kematian mencapai 20%-40%, meskipun diberikan antibiotik yang cukup.

Komplikasi neurologis endokarditis dapat berkisar 20%-40%, hal ini akan mempertinggi

angka kematian (41%-86%), biasanya kematian tersebut terjadi secara mendadak (Alwi,

2007).

Endokarditis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme berupa

golongan jamur (Candida sp dan Aspergillus sp) maupun bakteri berupa Streptococcus

viridans alpha hemolytic paling sering dan disusul dengan staphylococcus koagulase positif

(Fauci, 2008). Streptococcus mutans dilaporkan berperan pada kasus stroke haemoragik

(Nakano, 2011) dan juga berperan pada endocarditis (Abrances, 2011). Kejadian ini

dipengaruhi oleh aktivitas faktor virulensi yang dimiliki S. mutans salah satunya adalah

collagen binding protein atau protein Cnm memiliki berat molekul 120 kDa dengan

Page 11: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

10

mengikat komponen extraceluler matrix (ECM) yang terdiri dari fibronectin, collagen,

laminin, dan elastin (Nakano 2010, dan Nomura, 2006).

Selain itu, S. mutans juga memproduksi bacteriocin (mutacin) yang merupakan

protein atau peptides anti microbial terhadap beberapa bakteri seperti Enterococcus faecalis,

Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Escherichia

coli dan mycobacteria (Kamiya, 2008). Secara umum mutacin berfungsi sebagai

bakteriosidal melalui jalur adhesin molekuler dengan menghambat pembentukan biofilm

sebagai inisiasi pertama invasi mikrobial terhadap host (Kamiya, 2011) yang melibatkan

protein ektraseluler seperti collagen binding protein sebagai unsur bioaktivator adhesin

terhadap host, khusunya pada kejadian infeksi S. mutans baik pada infeksi karies gigi

maupun perannya pada infeksi stroke hemoragik dan endocarditis.

Penelitian ini mengeksplorasi potensi S. mutans yang dapat menyebabkan stroke

haemoragi dan endocarditis, sekaligus menguji kepekaan mutacin terhadap terhadap perlekatan S.

mutans pada sel endotel. Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi upaya penentuan mutacin

sebgai inhibitor perlekatan S. mutans pada sel endotel yang dapat mencegah terjadinya infeksi

endocarditis dan stroke haemoragik.

Page 12: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Streptoccus mutans

Streptococcus mutans dilaporkan sebagai floral normal rongga mulut yang memiliki

sifat α-hemolitik dan oportunistik (Basri, 2010). Bakteri ini pertama kali diisolasi dari plak

gigi oleh Clark pada tahun 1924 berbentuk kokus dengan formasi rantai panjang apabila

ditanam pada medium BHI sedangkan pada media agar lainnya memperlihatkan rantai

pendek dengan bentuk sel tidak beraturan selain tumbuh dalam suasana fakultatif anaerob,

S. mutans juga dianggap sebagai oral mikrobiota patogen yang paling penting pada

patogenesis karies gigi, karena kemampuannya membentuk polisakarida ekstraseluler dan

memfermentasi karbohidrat menjadi asam laktat. (Basri, 2006). Streptococcus mutans terdiri

dari serotipe c, e, f, dan k sedangkan. Keempat serotipe ini, yang paling sering dijumpai

pada infeksi karies gigi adalah serotipe c (70%) dan e (20%) dan kurang dari 5% serotipe k

(Nakano, 2004). S. mutans Serotipe k menurut Nakano (2004) berperan pada patogenesis

stroke hemoragik (Nakano, 2011) dan endocarditis (Nakano, 2010).

Dengan demikian, S. mutans yang dikenal sebagai patogen untuk karies gigi tetapi

juga sebagai bakteremia. Penelitian yang dilakukan oleh Eishi (1995) memperlihat S.

mutans berperan pada infeksi penyakit sistemik lainnya seperti endokarditis dan infeksi

komplikasi intraserebral di pada beberapa penderita stroke hemoragik di Jepang. Indikasi S.

mutans serotipe k terlibat pada infeksi tersebut adalah ditemukan bakteri ini dalam darah

penderita stroke hemoragik dan penderita endocarditis (Fujiwara, 2001). Hasil penelitian

Nakano (2011) menunjukkan bahwa infeksi pada stroke hemoragik berhubungan erat

dengan infeksi S. mutans dan dianggap sebagai faktor risiko potensial pada pendarahan otak

dan virulensi S. mutans serotipe k sangat penting pada penyakit sistemik (Nakano, 2009).

Selain itu, S. mutans juga memproduksi mutacin (bakteriocin) untuk membantu kolonisasi

pada proses pembentukan biofilm (Merritt, 2012). Sekaligus dapat menghambat

pertumbuhan bakteri lainnya. Peran mutacin menjadi penting ketika proses infeksi terjadi,

selain itu dilaporkan juga mutacin mampu menghambat beberapa protein binding yang

dimiliki golongan bakteri streptoccus, termsuk S. mutans (Dramsi, 2010).

Page 13: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

12

2.2. Mutacin

Streptococcus mutans dapat menghasilkan mutacin (bacteriocins) untuk

mempertahankan dirinya dengan lingkungan sekitar. Terdapat dua mutacin S. mutans

berdasarkan karakteristik yaitu lantibiotic secara umum bersifat spektrum luas dan non-

lantibiotics secara umum jenis mutacin ini cendrung digunakan sebagai target atraktif bahan

antimikrobial. Secara moleculer interaksi dari protein mutacin ini diperantarai oleh dua

komponen protein ComCDE dari protein LytTR yang difasilitasi oleh sistem regulasi

protein HdrRM dan BrsRM. Dua sistem ini berperan mengasilkan mutacin untuk menjaga

kelangsungan hidup S. mutans dari pengaruh lingkunganya (Merrit, 2012).

Mutacins pertama kali dipelajari oleh Kelstrup dan Gibbons pada tahun 1969 dan

kata 'mutacin' diciptakan oleh Hamada dan Ooshima pada tahun 1975. Mota-Meira (2000)

dan Morency (2001) melaporkan bahwa bakteri penghasil mutacin dapat menghambat

bakteri patogen yang berhubungan dengan makanan, seperti L. monocytogenes, B. cereus,

C. perfringens, S. aureus dan Campylobacter jejuni. Mutacin juga dapat menghambat

berbagai streptococus dan enterococci, termasuk beberapa strain resisten multi-obat

(Kreth,2005) juga terhadap Helicobacter pylori dan Neisseria gonorrhoeae (Mota-Meira,

2005).

Mutacin B-Ny266 memiliki aktivitas penghambatan terhadap banyak nisin-A strain

resisten (L. monocytogenes Scott A, Pediococcus acidilactici), strain yang resisten oksasilin

(Enterococcus faecalis, S. aureus dan S. epidermidis) dan strain resisten vankomisin (N.

gonorrhoeae , E. faecalis) Mota-Meira (2000). Mutacins I dan III telah terbukti memiliki

potensi lebih dari nisin untuk menghambat methicilin-resistant S. aureus (MRSA),

vancomycin-resistant Enterococcus (VRE) dan S. epidermidis, memperlihatkan

konsentrasi hambat minimum lebih rendah dari 10 mg / ml (Qi, 1999)). Mutacins I, II, III

dan IV dapat menghambat kelompok A streptococcus (GAS) dan penisilin-tahan S.

pneumoniae dengan MIC bawah 1µg/ml (Qi, 2000).

Mutacins Lantibiotic menunjukkan aktivitas terhadap berbagai bakteri gram positif,

sedangkan mutacins non-lantibiotic (NLM) terutama aktif terhadap bakteri terkait erat.

Sejauh ini, enam mutacins lantibiotic telah ditandai yang meliputi mutacin I, mutacin II,

mutacin III/mutacin 1140 (Hilman, 1998), mutacin B-NY266, mutacin K8 (Robson, 2007)

dan mutacin SMB (Yonezawa, 2005). Di sisi lain, mutacins non-lantibiotic terdapat dalam

berbagai serotipe S. mutans.

Page 14: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

13

2.3. Collagen Binding Protein Sebagai Potensial Stroke dan Endocarditis

Kemampuan infeksi S. mutans pada kasus stroke hemoragik dan endocarditis tidak

terlepas dari faktor viruensi yang dimiliki S. mutans untuk menginvasi host. Nakano (2010)

melaporkan bahwa protein 120-kDa (protein Cnm) dianggap molekul protein yang berperan

penting pada kasus stroke hemoragik dan endocarditis selain itu protein 190-kDa (Nakano

2008). Protein Cnm ini mengikat kolagen tipe I host untuk selanjutnya menetap pada

jaringan, berkoloni dan menginfeksi host yang pada akhirnya melemahkan aktivitas sel

endotelium yang merupakan langkah penting pada infeksi endocarditis (Nomura, 2012).

Menurut Sato (2004) sekuen asam amino yang telah dideduksi oleh protein Cnm

memperlihatkan kesamaan yang akurat dengan collagen-binding adhesins dan setelah

dikonfirmasi ternyata protein Cnm termasuk dengan Cbp yang merupakan protein

permukaan yang memfasilitasi S. mutans untuk melekat pada jaringan sel endotel dan

kolagen host untuk. Nakano (2011) melaporkan bahwa Streptococcus mutans serotipe k

mengekspresikan Cbp yang merupakan faktor risiko potensial pada stroke hemoragik, hasil

ini juga diperjelas kembali oleh ia bahwa frekuensi S. mutans mengekpresikan Cbp pada

pasien stroke hemoragik secara signifikan lebih tinggi dibanding dengan kontrol, dengan

demikian secara langsung Cbp S. mutans terlibat dalam haemoragik stroke dan endocarditis.

2.4. Stroke Hemoragik dan Endocarditis

Stroke adalah gangguan fungsional otak fokal maupun global akut, lebih dari 24 jam,

berasal dari gangguan aliran darah otak dan bukan disebabkan oleh gangguan peredaran

darah otak, tumor otak, stroke sekunder karena trauma maupun infeksi mikroorganisme

seperti streptococcus mutans (Nakano 2011). Patogenesis stroke haemoragik terjadi akibat

tekanan darah yang sangat tinggi dapat mengakibatkan terjadinya gangguan peredaran darah

otak. Stroke haemoragik dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu, perdarahan subarachnoid

dan perdarahan intraserebral (Sutrisno, 2007).

Perdarahan subaraknoi yaitu darah keluar dari dinding pembuluh darah menuju ke

permukaan otak dan tersebar dengan cepat melalui aliran cairan otak ke dalam ruangan di

sekitar otak. Perdarahan sering kali berasal dari rupturnya aneurisma di basal otak atau pada

sirkulasi willisii. Perdarahan subaraknoid timbul spontan pada umumnya dan sekitar 10 %

disebabkan karena tekanan darah yang naik danterjadi saat aktivitas. Sedangkan perdarahan

intraserebral, adalah akibat rusaknya struktur vaskular yang sudah lemah akibat aneurisma

yang disebabkan oleh kenaikan darah atau pecahnya pembuluh darah otak akibat tekanan

darah, atau pecahnya pembuluh darah otak akibat tekanan darah yang melebihi toleransi

(Aliah, 2007).

Page 15: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

14

Endokarditis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme pada

endokardium atau katub jantung. Infeksi endokarditidis biasanya terjadi pada jantung yang

telah mengalami kerusakan yang didahului dengan endokarditis, biasanya berupa penyakit

jantung bawaan, maupun penyakit jantung yang didapat seperti infeksi oleh bakteri yang

disebut dengan endokariditis bakterial. Endokarditis paling banyak disebabkan oleh

streptococcus mutans, Staphilococcus aureus E. faecalis dan jamur Candida albicans (Eisi,

1995; Nomura 2006)

2.5. Peran Streptococcus mutans Pada Stroke Hemoragik dan Endocarditis

Nakano (2010) melaoprkan bahwa S. mutans merupakan bakteri yang paling sering

ditemukan dalam jaringan katup jantung dari penderita endocarditis. Selanjutnya Nakano

(2011) juga melaporkan bahwa S. mutans juga berperan pada kasus stroke hemoragik.

Selain itu, S. mutans serotipe k berperan pada infeksi vaskular intraserebral, dengan

demikian, S. mutans yang dikenal sebagai patogen pada karies gigi tetapi juga bersifat

bakteremia karena terlibat pada patogenesis penyakit intraserebral (Fujiwara, 2001).

Streptococcus mutans selain sebagai penyebab utama karies gigi juga dilaporkan

sebagai sumber infeksi endokarditis, kejadian ini diawali dengan trauma seluler (Banas,

2004).

Kira-kira 20% kasus endokarditis disebabkan oleh S. mutans (Chia, 2000).

Streptococcus mutans disebut sebagai penyebab endokarditis, karena memiliki protein

permukaan yang spesifik (Antigen I/II) dan protein Cbp terhadap reseptor matrik

ektraseluler sel epitel rongga mulut. Fibrinogen, kolagen, dan fibronektin termasuk dalam

matrik ekstraselluler (Well, 1993). Fibronektin (Fn), selain berperan dalam proses

pembekuan darah, embriogenesis, perbaikan jaringan, juga secara umum berperan sebagai

molekul adhesin pada dinding sel melalui interaksi antara reseptor fibronektin dengan

reseptor permukaan dinding sel antigen lainnya (Ward, 2001)

Patogenesis endokarditis sampai terjadi bakteremia dan kolonisasi S. mutans pada

katup jantung, diawali dengan terjadinya interaksi antara protein Cbp dengan fibronectin

binding protein (Fbp-130). Fibronektin insoluble glycoprotein dimer mengikat S. mutans

untuk melekat pada komponen matrik ekstraselluler. Selanjutnya S. mutans dibawa ke darah

melalui perlekatan Fibronectin Soluble disulphide yang terdapat di dalam plasma darah.

Komponen plasma darah seperti integrin, kolagen fibrin, gelatin, dan heparin mengikat S.

mutans dalam darah dan melalui sistem sirkulasi darah, S. mutans dibawa ke katup jantung,

menetap dan membentuk kolonisasi yang menyebabkan infeksi endokarditis. Sedangkan Gtf

dan Gbp tidak memperantarai perlekatan S. mutans pada sel epitel rongga mulut, hal ini

berhubungan dengan kemampuan reseptor Fbp-130 fibronektin mengenal antigen Gbp dan

Page 16: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

15

Gtf. Gtf lebih berperan pada sintesis glukan dari sukrosa, sedangkan Gbp berperan dalam

perlekatan S. mutans pada pelikel gigi.(Hiroshi, 1997; Beg, 2002)

2.6. Target Reseptor Bakteriocin (Mutacin)

Sejumlah penelitian melaporkan bahwa bakteriosin merupakan peptida aktif yang

dapat menyebabkan gangguan permeabisasi dinding sel bakteri dan sampai membunuh

bakteri. Sasaran reseptor dari kerja bakteriocin (mutacin) lantibiotics mampu mengganggu

sintesis dinding sel melalui afinitas yang tinggi dengan mengikat molekul lipid II, sebuah

molekul yang berperan peran penting dalam sintesis lapisan peptidoglikan Bonelli (2006),

Breukink (2006). Ikatan molekul lipid II dapat membentuk pori-pori pada membran

sitoplasma sel target. Mekanisme ini sangat penting dalam membunuh mikroorganisme

seperti juga peptida lantibiotic lacticin 3147 (Wiedemann, 2006). Sedangkan mekanisme

aksi lantibiotics dari streptococcu belum dilaporkan perannya dalam menghambat atau

membunuh mikroorganisme patogen, namun beberapa lantibiotics, seperti mutacin I, 1140

dan B-Ny266, juga menggunakan lipid II sebagai molekul target (Chatterjee, 2005)

Gambar. 1. Model mekanisme bakteriocin dalam tanpa imunitas (A) dan dengan imunitas

(B) dari classIIa bakteriosin. (A) bakteriosin (merah) sebagai target reseptor (oranye) sebagai target reseptor sel (1). kemudian mengikat komponen IIC (C) dan IID (D) dari

mannose-PTS (2) dan menyebabkan membran sitoplasma sel (3) dan kematian akhirnya sel. (B) kekebalan sel sebagai penghasil nonbacteriocin (1), protein kekebalan (pink)

terkait dengan protein reseptor. Ketika bakteriosin secara eksogen ditambahkan atau diproduksi oleh bakteri sendiri (2), protein kekebalan erat kaitan dengan reseptor untuk

mencegah bakteriosin terikat pada reseptor dan mencegah pembentukan pori-pori dan

membran sitoplasma tidak bocor (3). Dalam semua kasus, komponen IIAB sitoplasma

(AB) berada dalam kontak dengan mitranya membran-terletak, tetapi tanpa terlibat

langsung dalam fungsi reseptor atau dalam fungsi imunitas. (Gravesen, 2002).

Page 17: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

16

2.7.Keterkaitan Usulan Penelitian dengan Penelitian Sebelumnya

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan tentang pemanfaatan S. mutans

sebagai agen infeksi yang menguntungkan. Penelitian sebelumnya oleh TPP menggunakan

telah S. mutans sebagai injuser atau subjek untuk memproduksi IgY anti S. mutans sebagai

penyebab karies gigi. Penelitian ini dilaksanakan juga di laboratorium TPM dan

Laboratorium Mikrobiologi FKH IPB yang didanai melalui program RUUI 2006-2007.

Selanjutnya penelitian yang sama menggunakan S. mutans sebagai ukuran kontrol biologi

perubahan pH rongga mulut untuk mencegah karies gigi dan infeksi oral candidiasis yang di

danai DIPA Unsyiah tahun 2011. Penggunaan S. mutans sebagai subjek penelitian untuk

kaitannya memproduksi antibodi anti karies gigi masih sejalan dengan penelitian yang

pernah dilakukan TPM. Penelitian yang telah dilakukan tersebut, khususnya terkait dengan

IgY anti S. mutans telah memproduksi IgY clone ComD S. mutans anti karies gigi dan dari

penelitian tersebut TPM telah menghasilkan paten Caries DNA Vaccine pcDNA-ComD (Co

inventor). Penelitian yang diusulkan melalui program Pekerti ini merupakan keterkaitan S.

mutans sebagai bakterinemia penyebab endocarditis dan stroke hemoragik disamping

penyebab karies gigi. Ide dan gagasan penelitian ini memberikan temuan baru untuk

mengeksplorasikan keberadaan S. mutans selain penyebab karies gigi juga menyebabkan

endocarditis dan strok hemoragik.

Page 18: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

17

BAB III

TUJUAN DAN MANFAAT

3.1. Tujuan Penelitian

3.1.1. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi kemampuan S. mutans sebagai pemicu infeksi

stroke haemoragik dan endocarditid, serta kemampuan mutacin S. mutans

berinteraksi dengan sel endothel. Sedangkan tujuan khusus mengevaluasi berbagai

kerusakan bagian jantung dan otak besar tikus model setelah diinfeksi dengan S.

mutans serta menguji kepekaaan rekatifitas mutacin terhadap sel endotel pada

berbagai konsentrasi.

3.1.2. Tujuan tahun kedua, menguji efektifitas antibiotik mutacin yang dihasilkan oleh

Streptococcus mutans secara spesifik menghambat aktivitas adhesin dan interaksi

collagen binding protein pada sel endhothel untuk mencegah terjadinya stroke

hemoragik dan endocarditis.

3.2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah mendukung pemanfaatan bahan asal bakteri sebagai

sumber atau bahan sediaan untuk farmakoterapi stroke dan endocarditis. Selain itu dapat

dijadikan referensi pengembangan ilmu pengetahuan terutama untuk mendukung upaya

pencegahan stroke dan endocarditis. Kaitan lainnya penelitian ini memberikan kontribusi

dalam bentuk penyediaan bahan kits analisis untuk kepentingan penelitian selanjutnya

terkait dan hubungannya dengan penyakit ini. Sedangkan kontribusi dalam pengembangan

ilmu pengetahuan, memberikan kontribusi terhadap upaya mencari solusi untuk penanganan

dan penanggulangan penyakit stroke dan infeksi endocarditis. Selain itu, mengkaji potensi

terkait penggunaan bakteri patogen yang berguna bagi pencegahan penyakit dengan

pendekatan analisis molekuler dan seluler.

Page 19: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

18

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Gambaran Penelitian

Penelitian ini menggunakan subjek bakteri Streptococcus mutans dan tikus model yang telah

dilaksanakan dalam tahun 2014 di Laboratorium mikrobiologi dan patologi FKH dan

laboratorium mikrobiologi FK Unsyiah, selanjutnya menggunakan laboratorium Oral

Biologi FKG Universitas Indonesia selaku mitra kerjasama penelitian, untuk mendapatkan

hasil penelitan, maka menggunakan beberapa pendekatan eksperimental laboratorium,

dimana rincian masing-masing kegiatan penelitian setiap tahunnya sebagai berikut: tahun

pertama mengevaluasi kemampuan S. mutans menginfeksi jantung dan otak sekaligus dan

aktivitas mutacin S. mutans menghambat aktivitas seluler collagen binding protein (Cbp)

pada sel endothel. Sedangkan pada tahun kedua menguji efektifitas antibiotik mutacin yang

dihasilkan oleh Streptococcus mutans secara spesifik menghambat aktivitas adhesin dan

interaksi collagen binding protein pada sel endhothel untuk mencegah terjadinya stroke

hemoragik dan endocarditis.

4.2. Metode Penelitian

1. Kultur Bakteri Streptococcus mutans dan Sel Endothel-Kollagen

Streptococcus mutans isolat klinis yang dikoleksi dari penderita karies gigi, endocarditis,

dan stroke haemorhagic dikultur pada media padat selektif TYS20B dan diinkubasi

selama 12-72 jam pada suhu 370C dalam suasana mikroaerofilik. Satu koloni dari

masing sampel yang dianalisis yang tumbuh pada media padat tersebut diambil dengan

oase untuk selanjutnya dibiakkan dalam media cair TSB selama 24-72 jam pada suhu

370C, dalam suasana suasana mikroaerofilik. Pembuluh darah arteri coronary jantung

dan pembuluh darah cerebral dibersihkan dengan larutan PBS dan diberi larutan

Collagenase. Pemisahan larutan Collagenase dengan melakukan sentrifugasi 1000 rpm

selama 8 menit. Bagian supernatan dibuang, kemudian menambahkan 4 ml medium

kultur dan selanjutnya dipindahkan ke dalam plate well 24. Plate untuk selanjutnya

dimasukkan ke dalam inkubator CO2 sampai mono-layer (membentuk cobblestone)

kurang lebih 3-4 hari dan media diganti setiap 2 hari sekali. Setelah sel tersebut

dikoleksi selanjutnya ditanam secara terpisah pada cawan kultur.

Page 20: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

19

2. Ektraksi dan Preparasi Mutacin dari Streptococus mutans

Streptococcus mutans yang telah dikultur dalam TBS diambil 15 ml dan selanjutnya

dengan pH 2 yang kedalamnya ditambah 4 N HCl 0,5 ml untuk menyerap mutacin yang

diproduksi pada permukaan sel S. mutans (Nicolasa, 2004). Setelah itu, dipanaskan

selama 10 menit pada suhu 70 0C untuk membunuh sel dan menghambat enzim protease.

The supernatants containing the antibacterial activity were obtained after centrifugation

at 10,000 rpm selama 5 menit dan siap digunakan untuk uji mutacin. Tidak semua

ektraksi ini dapat berhasil untuk ditentukan jika semua mutacin dapat dipindahkan dari

sel, untuk memastikannya maka dilakukan pengujian pada triplicate. Satu koloni S.

mutans yang mengandung mutacin diinokulasikan pada media TSBYE dan

diinkubasikan selama 24-48 jam pada suhu 37 0C. A 1% (v/v) dan ditambahkan

kemudian dalam media tersebut 10 ml atau 100 ml fresh medium (Sesuai kebutuhan)

selanjutnya dipersiapkan test optimalisasi produksi mutacin

Metode yang digunakan untuk menentukan ekpresi mutacin dari S. mutans dilakukan

berdasarkan prinsip produksi mutacin berdasarkan Parrot (1989) yang dimodifikasi oleh

Nicolasa(2004) dan Waterhouse (2006). Serial two-fold dilusi dari ektra sel free S.

mutans dibuat 100 µl dalam pengecer yang berbeda dalam 96-well Falcon microtitre

plate (Fisher Scientific, Montre´al, QC, Canada). Aktifitas mutacin yang telah

diekspresikan dinyatakan dalam satuan per ml (AU / ml), hasil yang sesuai dengan

pengenceran terakhir menunjukkan zona hambatan terdeteksi terhadap S. mutans setelah

24 jam inkubasi pada 37 8C dalam kondisi aerobik.

3. Uji Interaksi Mutacin dengan Sel Endothel

Sel endothel dari pembuluh darah cerebelum dan arteri coronary yang telah dikultur

dipersiapkan untuk diinteraksikan dengan mutacin S. mutans berdasarkan prinsip kerja

Dorn (2000) yang dimodifikasi Nakano (2004). Uji proteksi antibiotik ini untuk menilai

kapasitas interaksi mutacin S. mutans dengan sel endhotel. Dimana sebelumnya sel

endhotel dikultur pada basal medium (EBM-2; Lonza) dilengkapi dengan EGM-2MV

single-use aliquots (Lonza). Kemudian diinkubasi 37°C dengan 5% CO2. Selanjutnya

dianalisi hasilnya pada panjang gelombang OD500. Atau kapasitas interaksi S. mutans

dengan sel endothel dinilai dengan cytochalasin D (Sigma) seperti yang dijelaskan oleh

Dorn (2000).

Page 21: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

20

4. Uji Reaktivitas S. mutans Mutacin dengan Collagen Binding Protein Pada Sel

Endothel

Uji rektivitas ini menggunakan prinsip kerja ELISA, dimana interaksi antara mutacin

dengan collagen binding protein pada sel endtothel menjadi indikator untuk

menghambat kerja S. mutans pada kasus stroke hemoragik dan endocarditis. Potensi

reaktifitas mutacin dengan collagen binding protein (Cbp) pada sel endothel pembuluh

darah akan diuji secara imunologis dengan metoda ELISA. Dilusi mutacin paling rendah

yang memberikan OD tertinggi menyatakan reaktifitas mutacin terhadap protein Cbp

tertinggi. Assay akan dilakukan 3 kali secara independent.

5. Pembuatan Suspensi Bakteri, Preparasi Kandang dan Perlakuan Hewan Coba

Suspensi bakteri dibuat dengan cara mengambil 1 ose biakan S. mutans pada media

TYS20B, kemudian dimasukkan ke dalam tabung yang berisi medium TSB 5 ml.

Selanjutnya dimasukkan ke dalam anaerobic jar lalu diinkubasi dalam inkubator selama

24 jam pada suhu 37ºC. Setelah diinkubasi kekeruhannya dibandingkan dengan

kekeruhan Mc Farland 3. Bila kekeruhan S. mutans dalam media TSB sama dengan

kekeruhan Mc Farland 3 maka jumlah S.mutans diperkirakan sebanyak 9 x 108 CFU/ml.

Apabila larutan berisi bakteri lebih keruh dibandingkan larutan Mc Farlan 3 maka

larutan ditambahkan cairan TSB sampai kekeruhannya sama, jika larutan bakteri tidak

sama keruh dengan larutan Mc Farland 3 maka ditambahkan larutan bakteri lagi sampai

kekeruhannya sama.

Sebanyak 24 ekor tikus putih galur wistar (Rattus norvegicus) berjenis kelamin

jantan yang berusia 2-3 bulan dengan berat badan 150-250 gram yang diperoleh dari

FKH Universitas Syiah Kuala diadaptasi selama seminggu untuk proses aklimatisasi

sebelum penelitian dimulai. Selama perlakuan tikus dikandangkan dalam kandang

individual dengan sekam padi yang menutupi lantai dan diberikan pakan standar berupa

pelet dan air secara ad libitum. Ruangan tempat kandang tikus berada di tempat yang

mudah dibersihkan dan disanitasi dengan kondisi standar, siklus gelap dan terang 12/12

jam.

Hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 24 ekor tikus putih

jantan galur wistar yang dikelompokkan dalam 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan

(K(p)) sebanyak 12 ekor tikus dan kelompok kontrol negatif (K(-)) sebanyak 12 ekor

tikus. Kelompok K(-) diinjeksikan NaCl 0,9% dan kelompok K(p) disuntikkan S. mutans

sebanyak 109 CFU/ml. Penyuntikan dilakukan pada vena ekor tikus. Dilatasi vena untuk

memudahkan penyuntikan dapat dilakukan dengan menghangatkan ekor tikus dengan

Page 22: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

21

menggunakan kapas yang dibasahi air hangat kemudian dioleskan pada ekor tikus.

Setelah dilatasi dilakukan penyuntikan melalui vena ekor tikus dengan respirasi terlebih

dahulu.

Sampel darah diambil dari tikus putih galur wistar (Rattus norvegicus) yang

diinfeksi dengan S. mutans. Sampel darah diambil melalui vena ekor tikus menggunaka

spuit 3cc 25 G sebanyak 1 ml. Sampel darah ini dijadikan sebagai kelompok perlakuan

dan pengambilan sampel darah dilakukan pada hari ke 7, 14, 21 dan 30.

6. Penentuan Infeksi Pada Endokardium dan Serebrum dan Kultur Streptococcus

mutans Isolat Darah

Sampel darah yang akan dijadikan kelompok perlakuan diambil dari tikus putih galur

wistar (Rattus norvegicus) yang terinfeksi oleh bakteri S. mutans. Tikus putih galur

wistar (Rattus norvegicus) akan dilakukan pemeriksaan histopatologis jantung dan otak

untuk memastikan bahwa tikus yang diambil sampel darahnya telah terinfeksi pada

endokardium dan serebrum. Pemeriksaan dilakukan dengan cara melihat perubahan

yang terjadi pada histopatologis endokardium dan serebrum pada hari ke-30.

Bakteri S. mutans isolat darah dibiakan dalam cawan petri berisi media selektif

TYS20B. Bakteri S. mutans diambil menggunakan jarum ose kemudian digoreskan pada

permukaan media dengan teknik goresan T. Kemudian dimasukkan ke dalam anaerobic

jar untuk memperoleh suasana anaerob. Untuk mengetahui suasana telah anaerob

digunakan indikator metilen blue dimana indikator ini akan berubah warna dari biru

menjadi putih dalam waktu 1-2 jam lalu diinkubasikan dalam inkubator pada suhu 37ºC

selama 2x24 jam. Selanjutnya dilakukan pewarnaan Gram terhadap bakteri S. mutans

dengan melihat warna, bentuk, dan cirinya di bawah mikroskop.

7. Pembuatan Suspensi Streptococcus mutans Isolat Darah

Suspensi bakteri dibuat dengan cara mengambil 1 ose biakan S. mutans pada media

TYS20B, kemudian dimasukkan ke dalam tabung yang berisi medium TSB 5 ml.

Selanjutnya dimasukkan ke dalam anaerobic jar lalu dinkubasikan dalam inkubator

selama 24 jam pada suhu 37ºC, dan 40ºC serta pH 5, 6 dan 8. pH diatur terlebih dahulu

dengan cara menambahkan NaOH dan HCL, apabila larutan terlalu basa maka

ditambahkan HCL dan jika larutan terlalu asam maka ditambahkan NaOH kemudian

nilai pH diukur, jika pH sudah mencapai nilai yang dinginkan dan diinkubasikan pada

suhu 37ºC.

Page 23: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

22

8. Perbandingan Pertumbuhan S. mutans Isolat Laboratorium (ATCC 31987) dengan

Isolat Darah tikus Rattus norvegicus

Bakteri S. mutans isolat laboratorium (ATCC 31987) diinkubasikan dalam suhu 37

ºC dan 40 ºC serta pH 5, 6 dan 8 selama 24 jam. Selanjutnya bakteri S. mutans yang

diperoleh dari isolat darah infeksi endokardium dan serebrum diinkubasikan dengan

suhu dan pH yang sama dengan S. mutans isolat laboratorium yaitu 37 ºC dan 40 ºC

serta pH 5, 6 dan 8 selama 24 jam. Setelah 24 jam masa inkubasi berdasarkan beberapa

suhu dan pH tersebut bakteri kemudian dibandingkan jumlah pertumbuhannya. Jumlah

bakteri akan dihitung menggunakan Spektrofotometer.

9. Pembuatan Preparat Histopatologis dan Pengamatan Hasil

Setiap tikus putih dari masing-masing kelompok perlakuan dan kontrol dieuthanasia

dengan inhalasi eter 5%. Langkah pertama adalah kranium dibuka dan otak dikeluarkan

lalu difiksasi menggunakan larutan neutral buffered formaline 10% selama 12 jam.

Selanjutnya dibuat sediaan histopatologis sesuai dengan prosedur teknik yang biasa

dilakukan di Laboratorium Patologi FKH Unsyiah. Tahap selanjutnya adalah melakukan

trimming organ dengan memotong organ dengan ukuran 1cm x 1cm x 1cm lalu

dilakukan dehidrasi organ otak dalam larutan aseton sebanyak dua kali masing-masing

dalam waktu 1,5 jam. Lalu dilakukan clearing dengan memasukkan otak ke dalam

larutan xylol sebanyak 2 kali dalam waktu 1.5 jam. Kemudian dilakukan proses infiltrasi

parafin dengan memasukkan organ ke dalam parafin cair sebanyak 2 kali dalam waktu

1,5 jam yang dilakukan di dalam oven pemanas dengan suhu 60 0C. Setelah itu, lakukan

embedding/blok jaringan dengan menanam otak ke dalam blok parafin dan dibiarkan

membeku kemudian diiris dengan ukuran 5µm dengan menggunakan mikrotom rotari.

Hasil irisan dibentangkan dalam air hangat dengan suhu 500 C lalu ditempelkan pada

object glass yang telah diberi perekat albumin Mayers dan dikeringkan di atas hot plate

selama ± 2 menit untuk menghilangkan sisa-sisa air serta dibiarkan pada suhu kamar

selama ± 24 jam.

Langkah selanjutnya adalah pewarnaan hematxylin-eosin dengan merendam jaringan

di dalam xylol sebanyak 2 kali masing-masing selama 2 menit, lalu di dalam alkohol

absolut sebanyak 2 kali masing-masing selama 2 menit, alkohol 96% sebanyak 2 kali

masing-masing selama 2 menit, alkohol 90% sebanyak 2 kali masing-masing selama 2

menit dan air selama 2 menit. Kemudian rendam kembali jaringan ke dalam hematoxylin

dan bilas dengan air sampai menjadi bening. Lalu celup ke dalam acid alkohol sebanyak

2 kali, akuades sebanyak 3 kali, eosin selama 1-2 menit dan terakhir celup ke dalam air

Page 24: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

23

sebanyak 3 kali. Selanjutnya rendam di dalam alkohol 96% sebanyak 2 kali masing-

masing selama 1 menit, alkohol absolut sebanyak 2 kali masing-masing 1 menit dan

xylol sebanyak 2 kali masing-masing selama 2 menit. Proses terakhir adalah jaringan

ditutup dengan cover menggunakan balsem Kanada dan dibiarkan sampai perekat kering

(± 12 jam) dan siap diamati di bawah mikroskop elektrik. Pengamatan histopatologis

dilakukan dengan menggunakan mikroskop elektrik dengan pembesaran 400 kali.

Sasaran pembacaan preparat adalah melihat gambaran histopatologis otak tikus.

Page 25: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

24

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Uji Pertumuhan S. mutans Isolat Darah Tikus (Rattus novergituss) Berdasarkan

Suhu dan pH

Gambar 2. Grafik Perbandingan Pertumbuhan S. mutans ATCC 31987 dengan Isolat Darah Berdasarkan pH

Keterangan :

ATCC : S. mutans ATCC 31987

M1 : S. mutans isolat darah minggu pertama

M2 : S. mutans minggu kedua

M3 : S. mutans minggu ketiga

M4 : S. mutans minggu keempat

0.547

0.257

0.591

0.849

0.435

0.945

0.5690.577

0.017

0.467

0.976

1.105

0.753

0.102

0.591

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

pH 5 pH 5 pH 5 pH 5 pH 5 pH 6 pH 6 pH 6 pH 6 pH 6 pH 8 pH 8 pH 8 pH 8 pH 8

ATCC M 1 M 2 M3 M 4 ATCC M 1 M2 M 3 M 4 ATCC M1 M 2 M 3 M 4

Page 26: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

25

Gambar 3. Grafik Perbandingan Pertumbuhan S. mutans ATCC 31987 dengan Isolat Darah Berdasarkan Suhu

Keterangan :

ATCC : S. mutans ATCC 31987

M1 : S. mutans isolat darah minggu pertama M2 : S. mutans isolat darah minggu kedua

M3 : S. mutans isolat darah minggu ketiga

M4 : S. mutans isolat darah minggu keempat

Berdasarkan hasil analisis statistik menggunakan oneway-ANOVA menunjukkan

bahwa perubahan beberapa tingkatan pH (5, 6 dan 8) pada setiap minggu memiliki

perbedaan yang bermakna terhadap pertumbuhan koloni S. mutans ATCC 31987 dengan S.

mutans isolat darah tikus Rattus norvegicus (p≤0,05). Hasil uji T untuk pertumbuhan koloni

S. mutans ATCC 31987 dengan S. muans isolat darah tikus Rattus norvegicus pada 2

tingkatan suhu yakni 37°C dan 40°C menunjukkan perbedaan yang bermakna pada minggu

pertama dan minggu kedua penghitungan bakteri S. mutans (p≤0,05) sedangkan untuk

minggu ketiga dan keempat hasil uji T penghitungan koloni S. mutans tidak memiliki

perbedaan yang bermakna (p≥0,05).

Pertumbuhan S. mutans isolat darah dan ATCC 31987 pada beberapa suhu ditinjau

berdasarkan absorbansi. Penghitungan jumlah S. mutans isolat darah berdasarkan suhu 37⁰C

pada minggu kedua menunjukan nilai yang lebih baik dibandingkan S. mutans ATCC

31987. Streptococcus mutans diketahui tumbuh dengan baik pada suhu 18 ⁰C-40 ⁰C

(Hidayati, 2010). Penghitungan koloni yang terhitung lebih baik pada suhu 37⁰C

diakibatkan oleh suhu 37⁰C merupakan suhu yang umum digunakan untuk inkubasi bakteri

(Sabir, 2005). Bakteri Gram-positif lain seperti Staphylococcus saprophyticus diketahui

akan tumbuh dengan cepat pada suhu 37⁰C. Bakteri ini memiliki beberapa kesamaan dengan

0.5580.503

0.616

0.109

0.379

0.051 0.0390.096

0.059

0.38

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

Suhu

37ºC

Suhu

37ºC

Suhu

37ºC

Suhu

37ºC

Suhu

37ºC

Suhu

40ºC

Suhu

40ºC

Suhu

40ºC

Suhu

40ºC

Suhu

40ºC

ATCC M 1 M 2 M3 M 4 ATCC M 1 M2 M 3 M 4

Page 27: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

26

bakteri Gram-positif S. mutans yaitu memfermentasi karbohidrat serta mengasilkan asam

seperti asam laktat (Dewi, 2010). Pada suhu 37⁰C S. mutans isolat darah menunjukan nilai

yang lebih baik daripada S. mutans ATCC 31987. Meskipun pada suhu 37⁰C larutan yang

berisi S. mutans isolat darah memiliki nilai yang lebih tinggi pada beberapa minggu

daripada suhu 40⁰C, namun S. mutans masih mampu hidup pada suhu tinggi dimana

diketahui bahwa pada seseorang yang mengalami infeksi akan mengalami kenaikan suhu

tubuh (Meregetthe, 2008).

Penghitungan koloni S. mutans ATCC 31987 dengan S. mutans isolat darah tikus

Rattus Norvegicus pada dua variasi suhu yaitu 37⁰C dan 40⁰C menunjukkan perbedaan yang

bermakna pada minggu pertama dan minggu kedua berdasarkan (p≤0,05). Penghitungan S.

mutans isolat darah dan S. mutans ATCC 31987 pada suhu 40⁰C tidak menunjukan nilai

sebaik suhu 37⁰C pada setiap minggu berdasarkan absorbansi, namun pada minggu keempat

suhu 40⁰C menunjukan nilai yang lebih baik dibandingkan dengan ATCC 31987 maupun

dengan S. mutans isolat darah pada suhu 37⁰C. Kemampuan tumbuh S. mutans pada suhu

tinggi disebabkan oleh kemampuan S. mutans mempertahankan diri terhadap berbagai

perubahan yang terjadi di lingkungan tempat hidup bakteri tersebut. Perubahan suhu

merupakan salah satu hal yang sering terjadi pada perubahan lingkungan, dilaporkan bahwa

bakteri mampu merubah atau memodifikasi paling sedikit 10% dari suhu bakteri tersebut

baik tinggi maupun rendah. Sebagian besar perubahan pada bakteri dipengaruhi oleh

metabolisme, penyesuaian diri, struktur membran bakteri, dan virulensi pada masing-masing

bakteri (Meregetthe, 2008).

Penghitungan koloni S. mutans ATCC 31987 dengan S. mutans isolat darah tikus

Rattus norvegicus yang dikultur pada media TYS20B dan kemudian ditanamkan ke media

cair 5 ml yang diatur pHnya menjadi 5, 6 dan 8, hasil yang didapat menunjukkan tidak ada

perbedaan yang bermakna (p≥0,05). Pada pH 5 pertumbuhan bakteri berdasarkan nilai

absorbansi menunjukan bahwa pertumbuhan S. mutans isolat darah pada minggu ketiga

lebih baik dibandingkan dengan ATCC 31987. Pertumbuhan S. mutans isolat darah pada pH

5 menunjukan peningkatan dari minggu pertama sampai minggu ketiga. Pertumbuhan S.

mutans baik pada pH rendah dikarenakan tiga sifat virulensi S. mutans yang banyak

dilaporkan oleh peneliti yaitu mampu menyebabkan karies gigi melalui pembentukan

biofilm pada gigi, memproduksi asam organik melalui metabolisme karbohidrat dan

kemampuan tumbuh serta memproduksi asam dalam lingkungan dengan pH rendah (Palmer,

2013)

Page 28: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

27

Streptococcus mutans mampu mengasamkan lingkungannya sampai pH 3,5 (Fozo,

2004). Streptococcus mutans merupakan bakteri yang sangat baik bertahan dalam banyak

tingkatan pH dibandingkan Streptococci lain. Mengidentifikasi kemampuan bakteri yang

bisa menghasilkan asam untuk bisa bertahan pada pH basa diketahui bahwa sitoplasma pada

bakteri biasanya akan lebih basa dari lingkungan sekitar tempat bakteri hidup, untuk

menyesuaikannya maka bakteri akan melepaskan proton (H+) dan mengasamkan

sitoplasmanya (Cotter, 2003).

Pertumbuhan S. mutans isolat darah pada pH 6 tidak memiliki nilai yang lebih baik

daripada S. mutans ATCC 31987. Pertumbuhan S. mutans isolat darah pada pH 8

menunjukan nilai yang sangat baik pada minggu pertama dibandingkan dengan S. mutans

ATCC 31987. Pertumbuhan S. mutans isolat darah terus menurun sampai minggu ketiga.

Streptococcus mutans ternyata masih tetap mampu bertahan pada pH basa, Elizabeth (2004)

menyebutkan bahwa pada pH 7 S. mutans masih tetap hidup. Streptococcus mutans yang

tumbuh pada pH 7 memiliki pH intraselular 7,88 sedangkan pada S. mutans yang tumbuh

pada pH 5,5 memiliki pH intraselular 6,22 (Hanh, 1999). Penelitian Elizabeth (2004)

menyatakan bahwa pertumbuhan bakteri yang baik pada pH 8 bisa terjadi karena

kemampuan bakteri untuk hidup dalam tekanan perubahan pH. Jose A. Lemos (2008)

menyebutkan bahwa S. mutans akan tetap tumbuh baik pada pH yang berkisar 5 sampai 7

(Lemos, 2008). Kemampuan biofilm untuk menghasilkan senyawa basa bisa menetralkan

suasana asam dan mencegah timbulnya mikroflora kariogenik. Pada kenaikan pH internal,

diatur dengan memproduksi produksi NH3 dengan kombinasi proton dalam sitoplasma

untuk memproduksi NH4+ (Cotter, 2003).

Page 29: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

28

5.2. Profil Histopatologis Jantung Tikus Setelah di Infeksi dengan S. mutans

5.2.1. Gambaran Histopatologis Lapisan Jantung

Gambar 4. Gambaran histopatologi kelompok perlakuan hari ke-30. A. Endokardium : a. destruksi jaringan,

(HE, 400x), b. infiltrasi sel-sel radang, c. lisis jaringan, d. nekrosis sel (HE, 1000x): B. Miokardium : a.

hemoragi, b. hiperemi (HE, 400x), c. lisis jaringan, d. infiltrasi sel radang, e. pembesaran ruang, f. hipertropi

otot, g. nekrosis sel (HE, 1000x). C. Epikardium : a. hemoragi (HE, 1000x), b. destruksi jaringan (HE, 400x),

c. sel fibroblast, d. lisis jaringan, e. nekrosis sel, f. infiltrasi sel-sel radang, (HE, 1000x).

Hasil pengamatan histopatologis lapisan jantung pada hari ke-30 (Gambar 4).

Menunjukkan kerusakan yang semakin menyebar ditandai dengan jumlah sel nekrosis

meningkat, lisis jaringan dan terjadi destruksi jaringan endokardium. Miokardium jantung

mengalami hemoragi, hiperemi, hipetrofi otot, nekrosis sel, lisis jaringan, pembesaran ruang

dan infiltrasi sel-sel radang. Epikardium mengalami hemoragi, nekrosis sel, destruksi

jaringan, lisis jaringan, infiltrasi sel-sel radang dan sel fibroblas.

Bakteri S. mutans melakukan invasi dalam sirkulasi darah dengan mengeluarkan

eksotoksin berupa peptidoglikan yang dapat menginduksi peradangan dengan tujuan untuk

mengeliminasi bakteri. Proses peradangan menimbulkan perubahan vaskular berupa

hiperemi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Robbin (2007) bahwa peradangan akan

mengalami vasokontriksi dan vasodilatasi yang menyebabkan peningkatan aliran darah dan

Page 30: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

29

penyumbatan lokal (hiperemi). Selanjutnya mikrovaskulatur menjadi lebih permeabel yang

mengakibatkan masuknya cairan kaya protein ke dalam jaringan ekstravaskuler sehingga sel

darah merah menjadi lebih terkonsentrasi dengan baik, terjadi peningkatan viskositas darah

dan memperlambat sirkulasi. Secara mikroskopik memperlihatkan dilatasi pembuluh darah

yang dipadati eritrosit. Neutrofil keluar dari aliran darah dan berakumulasi di sepanjang

endotel dan bermigrasi melewati dinding pembuluh darah menuju jaringan. Toksin S.

mutans menyebabkan kerusakan sel endotel sehingga memicu kebocoran vaskular

(hemoragi) yang dapat berlangsung beberapa jam atau berhari-hari. Hemoragi merupakan

keadaan darah keluar dari sistem kardiovaskular, disertai penimbunan dalam jaringan atau

keluarnya darah dari tubuh (Ayu, 2014, Robbi, 2007)

Bakteri S. mutans dalam aliran darah akan menyebabkan kebocoran pembuluh darah

sehingga menstimulasi faktor pembekuan. Fibrinogen selain merupakan faktor penting

dalam pembekuan darah juga berikatan dengan S. mutans. Hal ini sesuai dengan penelitian

Philip (2004) bahwa S. mutans masuk dalam aliran darah akan menyebabkan kerusakan

pada sel endotel. Kemudian matriks ekstraseluler seperti fibrin, fibronektin dan kolagen

terpapar dan terjadi agregasi platelet untuk proses pembekuan darah. namun fibrin, platelet

S. mutans dan sel-sel inflamasi akan membentuk suatu massa yang disebut vegetasi (Prince,

2005)

Lapisan jantung kelompok perlakuan menunjukkan infiltrasi sel-sel radang yang

berfungsi sebagai imunitas alami untuk mengeliminasi S. mutans. Bakteri ini berada dalam

aliran darah akan mengeluarkan eksotoksin yang mengaktifkan TFN-α dan IL-1 yang akan

meningkatkan neutrofil dan sel-sel radang untuk memfagosit bakteri. Sel-sel radang yang

berperan pada endokarditis berupa komplemen, neutrofil, monosit dan makrofag. Namun

sel-sel radang ini tidak terlalu dominan, hal ini dapat dilihat pada lapisan jantung tikus

kelompok perlakuan gambar 5.2. Keadaan ini sejalan dengan pernyataan Philip (2004)

bahwa S. mutans merupakan bakteri Gram-positif yang resisten terhadap komplemen. Selain

itu S. mutans mempunyai kapsul pada dinding sel sehingga mencegah fagositosis oleh

makrofag pejamu (Damjanov, 1998, Moreiion, 2004)

Infeksi S. mutans dapat menyebabkan nekrosis sel lapisan jantung tikus putih baik

secara langsung maupun tidak langsung. Secara tidak langsung eksotoksin merusak

pembuluh darah sehingga terjadi obstruksi suplai darah yang mengakibatkan terjadinya

nekrosis. Hal ini sesuai dengan pernyataan Alan (2000) bahwa bakteri dalam tubuh akan

menghindari fagosit, berproliferasi dan menyebabkan nekrosis sel. Nekrosis sel ditandai

dengan inti sel menyusut, memiliki batas yang tidak beraturan dan berwarna gelap, proses

ini disebut piknotik. Kemudian sel akan mengalami karioreksis yang ditandai dengan inti sel

Page 31: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

30

hancur dan membentuk fragmen-fragmen yang tersebar dalam sel. Akhirnya, pada beberapa

keadaan inti sel menghilang (kariolisis). Nekrosis akan menyebabkan hilangnya fungsi

daerah yang mati. Selain itu, beberapa daerah nekrotik dapat menjadi fokus infeksi yang

merupakan medium pembiakan yang sangat baik bagi pertumbuhan mikroorganisme

(Junquiera, 2007, Sandritter, 2003)

Infeksi S. mutans menyebabkan kelompok perlakuan PII, PIII, PIV mengalami

nekrosis, kerusakan jaringan dan lisis jaringan semakin meningkat seiring berjalan waktu

seperti yang terlihat pada gambar 5.5. Hal ini dikarenakan bakteri menetap dan

menyebabkan infeksi kronis yang dapat menyebabkan destruksi dan lisis jaringan. Infeksi

akan menstimulasi respon inflamasi untuk menghancurkan antingen namun jaringan sekitar

juga mengalami destruksi. Alan (2000) mengemukakan eksotoksin bakteri Gram-positif

menyebabkan kerusakan jaringan. Gambaran histopatologis miokardium yang mengalami

destruksi jaringan memperlihatkan hilangnya garis melintang. Jika suatu daerah mengalami

nekrosis akan menstimulasi respon peradangan pada jaringan yang berdekatan. Sehingga

jaringan ini akan mengalami nekrosis dan lisis (Gambar 4) (Steven, 2004).

Gambaran histopatologis lapisan jantung menunjukkan adanya hipertropi otot

jantung yang ditandai dengan penambahan ukuran sel, keadaan ini terjadi karena

peningkatan fungsional organ (Gambar 4). Hal ini sesuai dengan yang dikemukanan Silvia

(2006) bahwa endokarditis dapat menyebabkan inkopetensi katup sehingga memaksa

jantung untuk memompa darah lebih banyak untuk menggantikan aliran balik ke atrium.

Sehingga menyebabkan peningkatan tekanan kerja miokardium, pembesaran ruang dan

hipertrofi otot jantung. Endokarditis menyebabkan peradangan pada miokardium, dimana

infeksi menyebar secara langsung dari katup jantung. Respon peradangan menyebabkan

edema interstisium sehingga memisahkan sel-sel miokardium dan sebagian lagi mengalami

nekrosis (Gani, 2006).

Epikardium yang mengalami infiltrasi sel fibroblas, dimana sel ini berfungsi dalam

proses perbaikan jaringan untuk pembentukan protein struktural yang berperan dalam

pembentukan jaringan. Hal ini sejalan dengan yang dikemukan oleh Ivan (1998) bahwa

infeksi pada lapisan epikardium menyebabkan kerusakan sel mesotel dan dilapisi oleh

eksudat yang kaya dengan fibrin, terdapat infiltrasi sel radang dan pembentukan jaringan

fibrosa (Kusyanti, 2010).

Page 32: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

31

5.2.1. Gambaran Histopatologis Endocardium dan Katup Jantung

Gambar 5. Gambaran histopatologis katup jantung tikus A: a: infiltrasi sel radang (HE, 400x); B: a: inti sel

karioreksis, b: inti sel piknotik, c: kariolisis, d: jaringan lisis (HE, 1000x)

Hasil pengamatan histopatologis katup jantung tikus pada kelompok perlakuan yang

dieuthanasia pada hari ke-30 menunjukkan adanya infiltrasi sel radang, inti sel karioreksis,

inti sel kariolisis, inti sel piknotik dan lisis jaringan. Perubahan histopatologis endokardium

dan katup jantung tikus putih setelah diinjeksi S. mutans meliputi hiperemi, hemoragi,

infiltrasi sel radang, cloudy swelling, nekrosis sel serta lisis jaringan. Pada penelitian ini,

perubahan tersebut diamati pada hari ke-7, ke-14, ke-21, ke-30. Hiperemi terlihat pada hari

ke-7 pada lapisan endokardium. Hiperemi terjadi pada fase peradangan akut. Pertama jejas

yang terbentuk akan menyebabkan dilatasi arteri lokal yang didahului vasokonstriksi

singkat, hal ini menyebabkan darah terbendung. Terbendungnya aliran arah disebabkan oleh

beberapa hal. Bila hyperemia terjadi, venula dan kapiler bertambah permeabel

mengakibatkan keluarnya cairan plasma ke dalam jaringan hiperemi yang terus meningkat

menyebabkan perubahan tekanan intravaskular sehingga darah di dalam pembuluh

merembes ke jaringan dan membentuk hemoragi (Robbins, 2010). Hemoragi terlihat pada

hari ke-14 dan ke-30 pada lapisan endokardium, hemoragi disebabkan oleh rupturnya

pembuluh darah sehingga perdarahan masuk ke dalam jaringan (Steve, 2000)

Pada lapisan endokardium, infiltrasi sel radang terlihat pada hari ke-14, ke-21 dan

pada katup jantung terlihat pada hari ke-30. Hal ini diasumsikan akibat toksin yang

dihasilkan oleh S. mutans dapat memicu respon inflamasi berupa sitokin. Pada penelitian

Shun dkk (2005) menyatakan bahwa tikus salah satu protein permukaan yang dimiliki S.

mutans adalah glukosiltransferase (Gtfs) yang diketahui dapat menginduksi produksi

sitokin, seperti interleukin 6 (IL-6) dari monosit, IL-6 terlihat 72 jam stetelah infeksi dan

tidak hanya ditemukan pada infeksi akut saja, tetapi juga pada tahap kronis dari

endokarditis, S. mutans juga dilaporkan dapat menginduksi produksi kemokin IL-8 dan

Page 33: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

32

monocyte chemoattractant protein (MCP-1) yang ikut berperan pada rekrutmen sel-sel

inflamatori (Shu, 2005, Purwanto, 2014).

Degenerasi Cloudy swelling (bengkak keruh) terlihat di lapisan endokardium dan

katup jantung pada hari ke-7 sampai hari ke-30. Degenerasi CS terjadi akibat gangguan

metabolit yang mempertahankan lingkungan ion dari sel. Bila mekanisme regulasi ini gagal,

maka natrium dan air mengalir ke dalam sel dan kalium meninggalkan sel, akibatnya

mitokondria membengkak dan sitoplasma tampak terisi dengan granula protein yang halus

(Sandritter, 1998). Pada hari ke-30 di katup tidak terlihat lagi degenerasi CS karena banyak

jaringan yang telah lisis.

Nekrosis sel sudah mulai terlihat pada hari ke-7, 14, 21, 30 pada lapisan

endokardium dan katup jantung. Nekrosis (kematian sel) terjadi akibat jejas saat individu

masih hidup. Nekrosis bias akut tanpa tahapan kemunduran sel, bila terjadi gangguan fungsi

mendadak baik akibat trauma maupun perdarahan. Secara mikroskopik jaringan nekrotik

seluruhnya berwarna kemerahan dan tidak mengambil zat warna hematoksilin. Perubahan

yang terjadi saat nekrosis tampak pada intinya, yaitu: hilangnya gambaran kromatin, inti

menjadi keriput karena tidak vesikuler lagi, inti tampak lebih padat yang berwarna gelap

hitam (piknotik), inti terbagi atas fragmen-fragmen atau robek disebut karioreksis, inti tidak

lagi mengambil warna banyak sehingga pucat dan tidak nyata (kariolisis). Akhirnya seluruh

jaringan menjadi satu masa amorf, granuler tanpa inti atau meninggalkan bayangan-

bayangan kerangka sel dan akhirnya menghilang, Faktor yang dapat mempengaruhi

kecepatan lisis sel dibagi atas pengaruh eksterna dan interna. Pengaruh eksterna meliputi

mikroorganisme, suhu sekitar, kelembaban udara, sedangkan pengaruh interna meliputi

umur setelah inti sel lisis, maka daerah tersebut akan mengaami kekurangan nutrisi sehingga

akan terjadi lisis jaringan seperti yang terlihat pada hari ke-30 dilapisan endokardium dan

katup jantung (Khrisanti, 2010).

Dari hasil penelitian ini menunjukkan aktivitas S. mutans dapat merusak

endokardium dan katup jantung apabila telah masuk kedalam aliran darah, yang dimulai

dengan adanya peradangan akut, ditandai dengan infiltrasi sel radang dan adanya hiperemi,

karena imun tidak dapat memfagosit S. mutans secara menyeluruh sehingga infeksi berlanjut

ke tahap kronis dengan ditandai adanya hemoragi, degenerasi sel, nekrosis sampai terjadinya

lisis jaringan.

Page 34: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

33

5.3. Profil Histopatologis Otak Tikus Setelah di Infeksi dengan S. mutans

5.3.1. Gambaran Histopatologis Serebrum Tikus Galur Wistar Setelah Diinfeksi

Dengan Streptococcus Mutans

Gambar 6. Gambaran Histopatologis Serebrum Kelompok Perlakuan Hari Ke-30. (A) a. Jaringan nekrosis; b.

Hiperemi pembuluh arteri; c. Hemoragi; d. Infiltrasi sel radang (HE, 400x). (B) a. Nekrosis jaringan; b.

Infiltrasi sel radang (HE, 400x). (C) a. Infiltrasi sel radang; b. Pembuluh arteri ruptur (HE, 400x)

Gambaran histopatologis serebrum tikus putih setelah diinjeksi S. mutans

menunjukkan adanya hiperemi, infiltrasi sel radang, hemoragi, nekrosis sel dan jaringan

serta ruptur pembuluh darah. Hiperemi dan infiltrasi sel radang terlihat pada semua

kelompok perlakuan. Hal ini disebabkan karena meningkatnya jumlah darah dalam kapiler

yang mana merupakan respon inflamasi terhadap infeksi yang disebabkan oleh S. mutans

(Fedi, 2005). Ketika masuk ke dalam darah, S. mutans akan mengeluarkan eksotoksin

berupa peptidoglikan yang akan menginisiasi pelepasan mediator inflamasi seperti sitokin,

histamin dan serotonin (Sudiono, 2003, Myhre, 2004). Zat-zat ini akan tersebar di dalam

jaringan dan menyebabkan terjadinya perubahan vaskular dimana pembuluh darah akan

mengalami vasokontriksi sementara (beberapa detik) lalu terjadi vasodilatasi arteri yang

mengakibatkan peningkatan aliran darah. Melebarnya pembuluh darah ini merupakan

penyebab timbulnya warna kemerahan (eritema) (Kumar, 2004).

Dilatasi pembuluh darah juga akan menimbulkan perubahan pada sel endotel sehingga

permeabilitas dinding pembuluh darah meningkat. Cairan plasma keluar ke jaringan

sehingga tekanan hidrostatik darah menjadi lebih tinggi dan menyebabkan sel darah merah

menjadi lebih lengket dan menggumpal. Akibatnya viskositas darah merah meningkat dan

memperlambat sirkulasi (Sudiono 2003; Kumar, 2004).

Gambaran histopatologis hemoragi dan nekrosis terlihat pada kelompok PII, PIII dan

PIV, yang mana kerusakan tersebut meningkat setiap minggunya. Hemoragi ditandai dengan

adanya darah yang masuk ke jaringan. Hal tersebut terjadi karena tekanan hidrostatik darah

meningkat dan porositas kapiler bertambah besar sehingga menyebabkan sel darah merah

keluar dari pembuluh darah (Sudiono, 20003). Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan Plumb

Page 35: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

34

(1994) bahwa hemoragi dapat disebabkan oleh trauma atau meningkatnya porositas

pembuluh darah yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus atau toksin (cit. Plumb, 1994)

(Asniatih, 2013).

Nekrosis dapat ditandai dengan pengerutan inti (piknosis), fragmentasi inti

(karioreksis) dan penghancuran inti (kariolisis) (Kevin, 2010; Thomas, 1998). Pertama, sel

yang nekrosis akan menunjukkan pengerutan inti, dimana inti sel menjadi kecil dan padat.

Selanjutnya inti sel yang mengalami piknosis akan terbagi menjadi beberapa potongan kecil

(karioreksis) dan berlanjut dengan hilangnya inti sel (kariolisis) (Steve, 2000). Nekrosis sel

dapat terjadi karena adanya kerusakan pada arteri yang bertugas memperdarahi daerah

tertentu. Kerusakan tersebut dapat menyebabkan suplai nutrisi terhambat sehingga

metabolisme sel pada daerah tersebut akan terganggu dan menyebabkan sel menjadi

nekrosis (Janqueira, 2007). Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Prince dan Wilson

(2006) bahwa nekrosis merupakan sel-sel yang mempunyai aktivitas yang sangat rendah dan

akhirnya mengalami kematian sel sehingga menyebabkan hilangnya fungsi pada daerah

yang mengalami nekrosis (Prince, 2006).

Gambaran histopatologis kelompok PIV menunjukkan pembuluh arteri telah ruptur

dan jaringan yang nekrosis semakin luas. Rupturnya pembuluh arteri dapat disebabkan oleh

melemahnya lapisan tunika intima akibat infeksi yang terus terjadi sehingga dinding arteri

akan terus melebar dan melemah (Janqueira, 2007). Selain itu hal ini dapat juga disebabkan

karena S. mutans memiliki protein permukaan berupa collagen binding protein yang akan

menggantikan platelet dalam mengikat kolagen yang terekspos karena cedera sehingga tidak

terjadi proses hemostasis dan perdarahan terus berlanjut. Hal ini sesuai dengan hasil

penelitian Nakano (2011) dimana tikus model stroke hemoragik yang diinfeksi S. mutans

menunjukkan hemisfer ipsilateral serebrum mengalami perdarahan yang lebih parah

dibandingkan pada kelompok kontrol akibat aktivitas collagen binding protein S. mutans.

Ruptur pembuluh darah pada kelompok PIV belum menyebabkan stroke pada tikus

perlakuan, dimana secara histopatologis, walaupun sudah terdapat ruptur pembuluh darah,

hemoragi dan nekrosis jaringan, kerusakan yang disebabkan oleh infeksi S. mutans pada

serebrum belum terlalu luas. Keadaan klinis tikus pada kelompok PIV juga belum

menunjukkan tanda-tanda adanya gejala stroke hemoragik seperti kelumpuhan maupun

hilang kesadaran. Parmet (2004) melaporkan bahwa gejala klinis stroke hemoragik adalah

kehilangan kesadaran, paralisis pada lengan, kaki atau seluruh anggota tubuh, gangguan

pengelihatan dan kesulitan berbicara.

Apabila terdapat tanda-tanda klinis yang menunjukkan stroke hemoragik, maka

diperlukan pemeriksaan CT scan atau MRI. CT scan stroke hemoragik akan menunjukkan

Page 36: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

35

gambaran otak lebih padat dan kelihatan berwarna putih dan dapat ditentukan penyebab dari

kerusakan yang terjadi. Pemeriksaan dengan menggunakan MRI dapat mendeteksi

kerusakan yang terjadi di otak lebih baik daripada CT scan, dimana MRI mampu

mendeteksi perubahan isi jaringan otak. Efek visualisasi MRI dapat memperlihatkan aliran

darah di otak dengan jelas (Sunardi, 2014).

5.3.2. Gambaran Histopatologis Sel Endothel Pembuluh Darah Serebrum Tikus

Galur Wistar Setelah Diinfeksi Dengan Streptococcus mutans

Gambar 7. Gambaran histopatologis sel endotel pembuluh darah tikus pada kelompok (a) sel endotel lisis (b)

lapisan pembuluh darah ruptur (c) sel endotel tidak tersusun rapat dan rapi (d) hemoragi

Hasil pengamatan preparat histopatologis sel endotel pembuluh darah serebrum tikus

putih jantan setelah disuntikkan S. mutans menunjukkan terjadi perubahan susunan sel

endotel pembuluh darah yang ditandai dengan susunan sel endotel tidak rapat dan rapi,

nekrosis sel (inti lisis) dan lapisan pembuluh darah mengalami perubahan histopatologis

berupa destruksi lapisan media.

Perubahan susunan dan nekrosis sel terjadi pada semua kelompok perlakuan.

Perubahan susunan sel endotel diduga terjadi karena S. mutans yang disuntikkan ke sirkulasi

darah dapat menginduksi respons inflamasi. Respon inflamasi ini dapat terjadi karena

produk bakteri S. mutans (peptidoglikan) akan mengaktifkan fagosit agar mensekresi sitokin

dan menginduksi leukosit ke tempat infeksi (Amijaya, 2012). Sitokin merupakan respon

utama tubuh terhadap bakteri ekstraseluler misalnya S. mutans yang diproduksi oleh

makrofag. Makrofag akan memicu sitokin proinflamasi salah satunya adalah TNF-α yang

dapat menginduksi terjadinya kerusakan sel endotel dengan mengaktifkan sitokin

proinflamasi lainnya seperti IL-6 dan IL-1β. TNF-α berpengaruh pada kerusakan sel

endotel, menyebabkan perubahan susunan sel dan abnormalitas struktur sel endotel. Sel

yang semula rapat akibat kerusakan sel endotel menjadi renggang (perubahan susunan)

Page 37: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

36

bahkan menjadi hilang. Hal tersebut sesuai pernyataan Sri Murni dkk bahwa pelepasan

TNF-α dapat mengganggu pelepasan nitric-oxide dan prostacyclin, yang berlanjut terjadinya

perubahan sel endotel (Purwanto, 2014).,

Selain itu, bakteri ini juga dapat merusak sel endotel selama invasi dengan

menghasilkan toksin. Lapisan pembuluh darah mengalami perubahan histopatologis berupa

destruksi lapisan media. Diduga toksin bakteri S. mutans dan keterlibatan sel-sel

inflamatorik dalam mengeliminasi bakteri dapat merusak jaringan di sekitarnya. Hal tersebut

sesuai dengan Karnen GB (2010) bahwa bakteri menghasilkan toksin yang dapat merusak

jaringan (Baratawidjaja, 2010). Nekrosis sel endotel diduga disebabkan karena toksin yang

dihasilkan oleh S. mutans dapat menyebabkan kerusakan pada inti sel, yang ditandai dengan

destruksi inti sel (piknotik), kariolisis, dan karioreksis (Murwani, 2007). Hal tersebut sesuai

dengan pernyataan Alan Steves yang menyatakan bahwa toksin dapat menyebabkan

nekrosis sel endotel pembuluh darah. Selain itu, nekrosis sel juga dapat disebabkan karena

obstruksi suplai darah sehingga suplai nutrisi menjadi berkurang (Steve, 2003). Selain

nekrosis sel dan perubahan susunan sel endotel pada perlakuan III hari ke-21 terlihat juga

lapisan intima lisis dan pada hari ke-30 PIV sudah terjadinya ruptur pembuluh darah

sehingga menyebabkan masuknya darah ke jaringan. Rupturnya pembuluh darah disebabkan

oleh melemahnya tunika intima akibat infeksi yang terus menerus terjadi sehingga dinding

arteri akan terus melebar dan melemah.

Pada kelompok perlakuan (PIV) hari ke-30 terjadi hemoragi (keluarnya darah dari

kardiovaskular). Hal tersebut diduga karena pembuluh darah terinfeksi S. mutans sehingga

menyebabkan ruptur pembuluh darah. Sesuai dengan pernyataan Plumb (1994) bahwa

hemoragi dapat disebabkan oleh trauma, atau meningkatnya porositas yang disebabkan oleh

infeksi bakteri, virus atau toksin (Asmiatih, 2013). Kerusakan yang terjadi pada sel endotel

akan mengakibatkan terjadinya agregasi platelet di sekitar sel endotel yang rusak dan

merangsang timbulnya inflamasi, yang ditandai dengan rubor, tumor, kalor dan dolor.

Segera setelah pembuluh darah rusak, rangsangan dari pembuluh darah rusak tersebut akan

menyebabkan terjadinya vasokontriksi yang akan mengakibatkan aliran darah berkurang.

Ketika S. mutans berakumulasi pada sel endotel pembuluh darah yang rusak, maka bakteri

ini akan mengekspresikan collagen binding protein yang dapat berikatan dengan lapisan

kolagen yang terekspos menggantikan platelet, sehingga menyebabkan area yang

mengalami kerusakan tidak dapat sembuh dan terjadi perdarahan yang terus menerus pada

pembuluh darah otak yang akan mengakibatkan terjadinya stroke hemoragik (Kazuhiko,

2011).

Page 38: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

37

5.4. Derajat Reaktivitas Mutacin S. mutans Terhadap Sel Endotel Pembuluh Darah

Penggunaan teknik ELISA dimaksudkan untuk menentukan tingkat reaktifitas

mutacin S. mutans terhadap sel endotel. Berdasarkan nilai Optikal densitas (OD) yang telah

dibaca dengan Elisa Reader, ada perbedaan nilai konsentrasi mutacin (100, 50, 25, 12,5, dan

6,25 mg/ml) pada semua sampel sel endotel. Perbedaan nilai OD sel endotel dianalisis

menggunakan uji ANOVA one-way dan dilanjutkan dengan Post hoc-Duncan,

menggunakan software SPSS for windows. Hal ini dimaksudkan untuk menentukan nilai

kemaknaan korelasi derajat reaktifitas konsentrasi IgY terhadap berbagai sampel S. mutan.

Gambar 8. Derajat reaktifitas mutacin S. mutans terhadap sel endothel pembuluh darah.

Reaktifitas mutacin terhadap sel endotel berbagai konsentrasi diukur berdasarkan Optikal

Densitas (OD) pada panjang gelombang 450 nm.

Tabel 1. Nilai reaktifitas konsentrasi mutacin S. mutans terhadap Sel endothel berdasarkan

uji ANOVA

Konsentrasi

IgY(mg/ml)

S. mutans Nilai Probalitas

Tingkat Kemaknaan

6.25 Endotel J. 1

Endodet J. 2

Endotel O.1

Endotel O.2

Endotel Lab

0,05

0,05

0,05

0,05

0,05

P≤0,005

12.5 Endotel J. 1

Endodet J. 2

Endotel O.1

Endotel O.2

Endotel Lab

0,05

0,05

0,05

0,05

0.05

P≤0,005

Page 39: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

38

25 Endotel J. 1

Endodet J. 2

Endotel O.1

Endotel O.2 Endotel Lab

0,109

0,100

0,096

0,085 0,072

P>0,005

50 Endotel J. 1 Endodet J. 2

Endotel O.1 Endotel O.2

Endotel Lab

0,109 0,101

0,096 0,084

0,080

P>0,005

100 Endotel J. 1

Endodet J. 2 Endotel O.1

Endotel O.2 Endotel Lab

0,322

0,315 0,310

0,309 0,300

P>0,005

Hasil uji ANOVA ini dikorelasikan dengan nilai OD reaktifitas mutacin S.mutans

dengan sel endotel yang dibaca dengan elisa reader, dimana reaktifitas mutacin terhadap sel

endotel memiliki tendensi yang berbeda. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh konsentrasi

mutacin. Pada konsentrasi 100 mg/ml, mutacin masih menujukkan reaktifitas terhadap sel

endotel lab, sedangkan konsentrasi 6,25 mg/ml, IgY masih mampu memperlihatkan

reaktifitas terbaiknya, sedangkan sel endotel (Kontrol positif) berada pada reaktifitas

terakhir, namun masih mampu melakukan rekatifitas. Hal ini mengindikasikan, mutacin

yang dipakai dalam penelitian ini memiliki tendensi reaktifitas yang sama terhadap semua

sel endotel.

Berbagai laporan hasil penelitian yang disebutkan di atas dapat menjelaskan

informasi tentang potensi mutacin mengenal atau bereaktifitas dengan sel endotel.

Hubungan dengan penelitian ini bahwa mutacin dapat berinteraksi dengan aviditas yang

tinggi terhadap sel endotel walaupun Hasil uji ELISA yang dilakukan dalam penelitian ini

menunjukkan perbedaan bermakna (P<0,05) reaktifitas mutacin terhadap sel endotel mulai

dari konsentrasi tertinggi sampai konsentrasi terendah, khususnya pada konsentrasi yang

terendah (gambar 8). Perbedaan reaktifitas tersebut, selain dipengaruhi oleh konsentrasi

mutacin, juga ditentukan oleh protein permukaan sel entodel (collagen binding protein)

(Nakano, 2011). Dengan demikian penelitian ini mempertegas laporan Abranches (2009),

bahwa mutacin S. mutans yang digunakan dalam penelitian ini bersifat spesifik terhadap sel

endotel. Mota-Meira (2000) dan Morency (2001) melaporkan bahwa bakteri penghasil

mutacin dapat menghambat bakteri patogen yang berhubungan dengan makanan, seperti L.

monocytogenes, B. cereus, C. perfringens, S. aureus dan Campylobacter jejuni. Mutacin

juga dapat menghambat berbagai streptococus dan enterococci, termasuk beberapa strain

Page 40: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

39

resisten multi-obat (Kreth,2005) juga terhadap Helicobacter pylori dan Neisseria

gonorrhoeae (Mota-Meira, 2005).

Kemampuan mutacin S. mutans berinterksi dengan host, karena mutacin S. mutans

dapat berinteraksi dengan protein Cnm sel endotel senagai media untuk memfasilitasi

ikatan dengan kolagen tipe I host untuk selanjutnya menetap pada jaringan, berkoloni dan

menginfeksi host yang pada akhirnya melemahkan aktivitas sel endotelium yang

merupakan langkah penting pada infeksi endocarditis (Nomura, 2012). Nakano (2010)

melaporkan bahwa protein 120-kDa (protein Cnm) dianggap molekul protein yang

berperan penting pada kasus stroke hemoragik dan endocarditis selain protein 190-kDa

(Nakano 2008). Menurut Sato (2004) sekuen asam amino yang telah dideduksi oleh protein

Cnm memperlihatkan kesamaan yang akurat dengan collagen-binding adhesins dan setelah

dikonfirmasi ternyata protein Cnm termasuk dengan Cbp yang merupakan protein

permukaan yang memfasilitasi S. mutans untuk melekat pada jaringan sel endotel dan

kolagen host untuk.

Sejumlah penelitian melaporkan bahwa bakteriosin merupakan peptida aktif yang

dapat menyebabkan gangguan permeabisasi dinding sel bakteri dan sampai membunuh

bakteri. Sasaran reseptor dari kerja bakteriocin (mutacin) lantibiotics mampu mengganggu

sintesis dinding sel melalui afinitas yang tinggi dengan mengikat molekul lipid II, sebuah

molekul yang berperan peran penting dalam sintesis lapisan peptidoglikan Bonelli (2006),

Breukink (2006). Ikatan molekul lipid II dapat membentuk pori-pori pada membran

sitoplasma sel target. Mekanisme ini sangat penting dalam membunuh mikroorganisme

seperti juga peptida lantibiotic lacticin 3147 (Wiedemann, 2006). Sedangkan mekanisme

aksi lantibiotics dari streptococcu belum dilaporkan perannya dalam menghambat atau

membunuh mikroorganisme patogen, namun beberapa lantibiotics, seperti mutacin I, 1140

dan B-Ny266, juga menggunakan lipid II sebagai molekul target (Chatterjee, 2005).

Page 41: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

40

BAB VI

RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

Penelitian ini direncanakan berlangsung selama 2 tahun (2 tahap) yang akan

dilaksanakan di dua tempat yaitu di laboratorium Mikrobiologi dan Imunologi FK dan FKH

Unsyiah serta di Laboratorium Oral biologi dan Molekuler FKG Universitas Indonesia

dalam tahun 2014-2015.

Penelitian tahun berjalan (2014) telah melakukan berbagai pendekatan analisis,

selain mengevaluasi kemampuan S. mutans yang dapat menyebakan terjadinya infeksi

stroke haemoragik dan kemampuan mutacin S. mutans berinteraksi dengan sel endothel.

juga mengevaluasi berbagai kerusakan bagian jantung dan otak besar tikus model setelah

diinfeksi dengan S. mutans dan disamping itu menguji kepekaaan rekatifitas mutacin

terhadap sel endotel pada berbagai konsentrasi. Sedangkan untuk tahun kedua yaitu menguji

efektifitas antibiotik mutacin yang dihasilkan oleh Streptococcus mutans secara spesifik

menghambat aktivitas adhesin dan interaksi collagen binding protein pada sel endhothel

untuk mencegah terjadinya stroke hemoragik dan endocarditis.

Page 42: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

41

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

1. Streptococcus mutans isolat darah lebih bagus pertumbuhan pada kondisi lingkungan

alkalis, dibandingkan isolate labaoratorium, khususnya pada pH 8 dan pada suhu

370C dan 40

0C.

2. Streeptcoccus mutans sebagai penentu terjadinya infeksi pada jantung dan otak besar

(serebrum) dengan intensitas yang meningkat dari minggu pertama sampai minggu

ke empat (hari ke-30).

3. Infeksi oleh S. mutans pada jantung dan pembuluh darah otak, dengan sasaran

merusak sel endotel dan jaringan host, yang merupakan media untuk melakukan

infeksi.

4. Mutacin S. mutans dapat bereaksi baik dengan sel endotel pembuluh darah otak dan

jantung pada berbagai konsentrasi.

7.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian ini, maka untuk melengkapi tujuan penelitian ini

adalah perlu dilakukan:

1. Penentuan serotype S. mutans isolat darah tikus.

2. Penentuan molekul protein mutacin S. mutans isolate darah dan protein plasma yang

terpapar dengan S. mutans.

3. Uji menguji efektifitas antibiotik mutacin yang dihasilkan oleh Streptococcus

mutans secara spesifik menghambat aktivitas adhesin dan interaksi collagen binding

protein pada sel endhothel.

7.3. Ucapan Terima Kasih

Penelitian ini dibiayai oleh Universitas Syiah Kuala, Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan, sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Dalam Rangka Pelaksanaan

Penelitian Hibah Pekerti Tahun Anggaran 2014 Nomor :496.a /UN11/S/LK-BOPT/2014

Tanggal 26 Mei 2014.

Page 43: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

42

DAFTAR PUSTAKA

Abranches J, et al. 2009. Invasion of human coronary artery endothelial cells by

Streptococcus mutans OMZ175. Oral Microbiol. Immunol. 24:141–145.

Adams C. 2003. Quality Of Life For Caregivers and Stroke Survivors in the Immediate

Discharge Periode. Elsevier. 16:21;26-130.

Aliah A, Kuswara F F, Limoa A, Wuysang G. 2007. Gambaran umum tentang gangguan

peredaran darah otak dalam Kapita selekta neurology cetakan keenam editor

Harsono. Gadjah Mada university press, Yogyakarta. Hal: 81-115.

Alwi dan Idrus. 2007. Endokarditis dalam Sudoyo, Aru W. Setiyohadi, Bambang. Alwi,

Idrus. Simadibrata K, Marcellus. Setiati, Siti. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid

III Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Amijaya APP, Murwani S, Wardhana AW. Efek ekstrak air daun kelor (moringa oleifera)

terhadap kadar tumor necrosis faktor alpha (tnf-α) dan gambaran histopatologi sel endotel arteri coronaria pada tikus putih (Rattus norvegicus) yang diberi diet

aterogenik. Jurnal Universitas Brawijaya, 2012. Hal.12-16.

Arif M. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular. Jakarta : Salemba Medika.

Asniatih, Idris M, Sabilu K. Studi histopatologi pada ikan lele dumbo (Clarias gariepinus)

yang terinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila. Jurnal Mina Laut Indonesia 2013;

3(12):13-21.

Asniatih, Idris M, Sabilu K. Studi histopatologi pada ikan lele dumbo (Clarias gariepinus)

yang terinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila. Jurnal Mina Laut Indonesia 2013; 3: 13-21

Ayu DS. Induksi S. mutans terhadap aktivitas proteinase netrofil pada degradasi kolagen

tipe IV. Journal pustaka kesehatan 2014;2(1):160-166.

Banas J.A. 2004. Virulence properties of streptococcus mutans. Frontiers in Bioscience (9)

1267-1277.

Baratawidjaja KG, Rengganis I. Imonulogi Dasar. Ed 9. Jakarta: FKUI, 2010. p: 265.

Beg AM, Jones MN, Miller-Torbert T, and Holt RG. 2002. Binding of Streptococcus

mutans to extracellular matrix molecules and fibrinogen. Biochem Biophys Res

Commun 298, 75-79,

Bonelli, R. R., T. Schneider, H. G. Sahl, and I. Wiedemann. 2006. Insights into in vivo

activities of lantibiotics from gallidermin and epidermin modeof- action studies.

Antimicrob. Agents Chemother. 50:1449–1457.

Breukink, E., and B. de Kruijff. 2006. Lipid II as a target for antibiotics. Nat. Rev. Drug.

Discov. 5:321–332.

Chatterjee, C., M. Paul, L. Xie, and W. A. van der Donk. 2005. Biosynthesis and mode of

action of lantibiotics. Chem. Rev. 105:633–684.

Page 44: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

43

Chia JS, Yeh CY, and Chen JY. 2000. Identification of a fibronectin binding protein from

Streptococcus mutans. Infect Immun 68, 1864-1870.

Cotter PD, Hill C. Surviving the acid test: responses of Gram-possitive bacteria to low pH.

Microbiology and Molecular 2003; 67 : 437,445

Damjanov, Ivan. Histopatologi : Buku Teks Dan Atlas Berwarna. Jakarta : Widya Media,

1998.p.91-110.

Dewi FK. Aktivitas antibakteri ekstrak etanol buah mengkudu (Morinda citifloria, linneaus)

terhadap bakteri pembusuk daging segar. Surakarta : Jurusan Biologi Universitas

Sebelas Maret. 2010. Skripsi

Dorn B. R., Burks J. N., Seifert K. N., Progulske-Fox A. 2000. Invasion of endothelial and

epithelial cells by strains of Porphyromonas gingivalis. FEMS Microbiol. Lett. 187:139–144)

Dramsi S, Morello E, Poyart C, Trieu-Cuot P. 2012. Epidemiologically and clinically

relevant Group B Streptococcus isolates do not bind collagen but display enhanced

binding to human fibrinogen. Microbes Infect. Oct;14(12):1044-8

Eishi, K. et al. 1995. Surgical management of infective endocarditis associated with cerebral

complications. Multi-center retrospective study in Japan. J. Thorac. Cardiovasc.

Surg. 110, 1745–1755.

Fauci, A.S. Braunwald, E. Kasper, D.L. Hauser, S.L. Longo, D.L. 2008. Harrison's:

Principles of Internal Medicine 17th Ed. USA: The McGraw-Hill Companies.

Fedi FP, Vernino Ar, Gray JL. Silabus Periodonti. Jakarta: EGC, 2005.

Fozo EM, Quivey RG, Jr. Shifts in the membrane fatty acid profile of Streptococcus mutans

enhance survival in acidic environments. American society For Microbiolgy 2004;

70 : 929

Fujiwara, T. et al. 2001. Biochemical and genetic characterization of serologically untypable

Streptococcus mutans strains isolated from patients with bacteremia. Eur. J. Oral

Sci. 109, 330–334.

Gani BA, Tanzil A, Mangundjaja S. 2006. Molecular aspect of the Streptococcus mutans

virulence properties. Indonesian Journal of Dentistry. 13(2) 107-114. (13)

Gani BA. 2010. Acidogenic and aciduric properties of Streptococcus mutans as the

bacteriostatic against oral microbiota pathogen. Cakradonya Dental Journal. 2:1; 128-136

Gravesen, A., M. Ramnath, K. B. Rechinger, N. Andersen, L. Jansch, Y. Hechard, J. W.

Hastings, and S. Knochel. 2002. High-level resistance to class IIa bacteriocins is

associated with one general mechanism in Listeria monocytogenes. Microbiology

148:2361–2369.

Hahn K, Faustoferri RC, Quivey RG, Jr. induction of an AP endonuclease activity in

Streptococcus mutans during growth a low pH. Molecular Microbiology 1999;

31(5) : 1489

Hamada, S., and T. Ooshima. 1975. Inhibitory spectrum of a bacteriocinlike substance

(mutacin) produced by some strains of Streptococcus mutans. J Dent Res 54:140-5.

Page 45: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

44

Hidayati N. Isolasi dan identifikasi jamur endofit pada umbi bawang putih (Allium sativum)

sebagai penghasil senyawa antibakteri terhadap bakteri Streptococcus mutans dan

Escherichia coli. Malang: Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang. 2010.

Skripsi

Hillman, J. D., J. Novak, E. Sagura, J. A. Gutierrez, T. A. Brooks, P. J. Crowley, M. Hess, A. Azizi, K. Leung, D. Cvitkovitch, and A. S. Bleiweis. 1998. Genetic and

biochemical analysis of mutacin 1140, a lantibiotic from Streptococcus mutans. Infect Immun 66:2743-9.

Hiroshi, M. 1997. Interaction of fibronectin with integrin receptors: evidence by use of

synthetic peptides. Peptides 18:899–907.

Janqueira LC, Carneiro J. Histologi Dasar: Teks dan Atlas Ed. 10. Jakarta: EGC, 2007.

Kamiya RU, Taiete T, Gonçalves RB. 2011. Mutacins of Streptococcus Mutans. Brazilian

Journal of Microbiology 42: 1248-1258

Kamiya, R.U.; Hofling, J.F.; Goncalves, R.B. 2008. Frequency and expression of mutacin

biosynthesis genes in isolates of Streptococcus mutans with different mutacin-

producing phenotypes. J Med Microbiol. 57 (5), 626-635.

Kazuhiko N, Kazuya H, Naho T, Koichiro W, Chiho K, Ryota N, et al. The collagen-

binding protein of Streptococcus mutans is involved in hemorrhagic stroke. Nat.

Commun. 2:485 doi:10.1038/ncomms 1491 (2011).

Kevin T. Uji toksisitas akut monocrotophos dosis bertingkat per oral dilihat dari gambaran

histopatologis otak besar mencit Balb/C. Semarang: Univesitas Diponegoro. 2010.

Skripsi.

Khrisanti P. Perbedaan kecepatan lisis sel ginjal tikus wistar pada media tanah dan air tawar:

berdasarkan gambaran histopatologi. Univ Diponegoro. Skripsi 2010.

Koo H., et al. 2003. Inhibition of Streptococcus mutans biofilm accumulation and

polysaccharide production by apigenin and tt-farnesol. J. Antimicrob. Chemother. 52:782–789

Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Buku Ajar Patologi Robbins Ed. 7 Vol.1. Jakarta: EGC,

2004.

Kusyanti E. Pengaruh supplemen vitamin C terhadap luka insisi pada tikus usia tua.

Universitas Dipeneogoro, 2010. Tesis.

Lemos JA, Burne RA. A model of efficiency: stress tolerance by Streptococcus mutans.

Microbiology 2008; 154 : 3247

Meregetthi L, sitkiewicz I, Green Nm, Musser JM. Remodeling of Streptococcus agalactiae

transcriptome in response to growth temperature. Plos One 2008; 3(7) : 1

Merritt, J., and F. Qi. 2012. The mutacins of Streptococcus mutans: regulation and ecology.

Mol Oral Microbiol 27:57-69.

Moreiion P, Que Y. Infective endocarditis. The Lancet 2004; 363:139-149.

Morency, H., M. Mota-Meira, G. LaPointe, C. Lacroix, and M. C. Lavoie. 2001.

Comparison of the activity spectra against pathogens of bacterial strains producing

a mutacin or a lantibiotic. Can J Microbiol 47:322-31.

Page 46: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

45

Mota-Meira, M., G. LaPointe, C. Lacroix, and M. C. Lavoie. 2000. MICs of mutacin B-

Ny266, nisin A, vancomycin, and oxacillin against bacterial pathogens. Antimicrob Agents Chemother 44:24-9.

Mota-Meira, M.; Morency, H.; Lavoie, M.C. 2005. In vivo activity of mutacin B-Ny266. J.

Antimicrob. Chemother. 56 (5), 869-871.

Murwani S, Hidayati DYN. Identiifkasi protein imunogenik chlamydia pneumoniae

terhadap serum penderita infark mioard akut. Jurnal Kedokteran Brawijaya 2007:

23(2): 100-105

Myhre AE, Strestøl JF, Wang JE. Organ injury and cytokine release caused by

peptidoglycan are dependent on the structural integrity of the glucan chain.

Infection and Immunity 2004; 72(3):1311-1317.

Nakano K, Hokamura K, Taniguchi N, Wada K, Kudo C, Nomura R, et al. The collagen-

binding protein of Streptococcus mutans is involved in hemorrhagic stroke. Nature

Communication 2011; 2:485-294.

Nakano K, Nomura R, Matsumoto M, Ooshima T. 2010. Roles of oral bacteria in cardiovascular diseases--from molecular mechanisms to clinical cases: Cell-surface

structures of novel serotype k Streptococcus mutans strains and their correlation to virulence. J Pharmacol Sci.113(2):120-5.

Nakano K, Nomura R, Nakagawa I, Hamada S, Ooshima T. 2004. Demonstration of

Streptococcus mutans with a cell wall polysaccharide specific to a new serotype, k,

in the human oral cavity. J Clin Microbiol.42(1):198-202.

Nakano K, Nomura R, Nemoto H, Lapirattanakul J, Taniguchi N, Grönroos L, Alaluusua S,

Ooshima T. 2008. Protein antigen in serotype k Streptococcus mutans clinical

isolates. J Dent Res 87(10):964-8.

Nakano K, Nomura R, Taniguchi N, Lapirattanakul J, Kojima A, Naka S, Senawongse P, Srisatjaluk R, Grönroos L, Alaluusua S, Matsumoto M, Ooshima T. 2010.

Molecular characterization of Streptococcus mutans strains containing the cnm gene encoding a collagen-binding adhesin. Arch Oral Biol. 55(1):34-9.

Nakano K, Ooshima T. 2009. Serotype classification of Streptococcus mutans and its

detection outside the oral cavity. Future Microbiol. 4(7):891-902.

Nicolasa G, Augera I, Beaudoina M, Hallena F, Morencya H, LaPointeb G, Lavoiea MC. 2004. Improved methods for mutacin detection and production. Journal of

Microbiological Methods 59;351– 361.

Nomura R, Nakano K, Naka S, Nemoto H, Masuda K, Lapirattanakul J, Alaluusua S,

Matsumoto M, Kawabata S, Ooshima T. 2012. Identification and characterization

of a collagen-binding protein, Cbm, in Streptococcus mutans. Mol Oral

Microbiol.27(4):308-23.

Nomura R, Nakano K, Nemoto H, Fujita K, Inagaki S, Takahashi T, Taniguchi K, Takeda

M, Yoshioka H, Amano A, Ooshima T. 2006. Isolation and characterization of

Streptococcus mutans in heart valve and dental plaque specimens from a patient

with infective endocarditis. J Med Microbiol.55(Pt 8):1135-40.

Nomura, R. 2009. Molecular and clinical analyses of the gene encoding the collagen-

binding adhesin of Streptococcus mutans. J. Med. Microbiol. 58, 469–475.

Page 47: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

46

Palmer SR, Miller JH, Abranches J, Zeng L, Lefebure T, Richards VP, et all. Phenotypic

heterogenecity of genomically-diverse isolates of Streptococcus mutans. Plos One

2013; 8(4) :1

Parmet S, Glass JT, Glass RM. Hemorrhagic stroke. The Journal of the American Medical

Association 2004; 292:1916..

Price, Sylvia A. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. 6 ed. Jakarta : EGC,

2005.p.615-617.

Prince SA, Wilson LM. Patofisiologi Ed. 6 Vol.1. Jakarta: EGC, 2006.

Purwanto, Susilawati ID. Induksi Streptococcus mutans terhadap aktivitas proteinase

neutrofil pada degradasi kolagen tipe IV. E Journal Pustaka kesehatan 2014; 2(1):

160-166

Qi, F., Chen P., Caufield PW. 2000. Comparative studies of peptide antibiotics produced by

the oral bacterium Streptococcus mutans. Interspecies Conference. Antimicrobial

Agents and Chemotherapy. 40:231

Qi, F., P. Chen, and P. W. Caufield. 1999. Functional analyses of the promoters in the

lantibiotic mutacin II biosynthetic locus in Streptococcus mutans. Appl Environ

Microbiol 65:652-8.

Robbins SL, Kumar V. Pathologic Basis of Disease. 8th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier.

2010. p. 566-568.

Robson, C. L., P. A. Wescombe, N. A. Klesse, and J. R. Tagg. 2007. Isolation and partial characterization of the Streptococcus mutans type AII lantibiotic mutacin K8.

Microbiology 153:1631-41.

Sabir A. aktivitas antibakteri flavonoid propolis trigona sp terhadap bakteri Streptococcus

mutans (in vitro). Dental J 2005; 38 : 137

Sandritter, W. Histopatologis. Jakarta : EGC, 2003.hal. 23-49.

Sato Y, Okamoto K, Kagami A, Yamamoto Y, Igarashi T, Kizaki H. 2004. Streptococcus

mutans strains harboring collagen-binding adhesin. J Dent Res. 83(7):534-9.

Shun CT, Lu SY, Yeh CY, Chiang CP, Chia JS, Yen JY. Glucosiltransferase of viridians

streptococci are modulins of ilterleukin-6 induction in infective endocarditis.

Infection and Immunity. 2005; 73 (6).

Steven, Alan. Lone, Jane. Pathology. 2 ed. Philladelphia. Mosby, 2004.p. 185-187.

Steves A. Pathology of The Circulatory System. 2003. p: 45,152.

Sudiono J, Kurniadhi B, Hendrawan A, Djimantoro B. Ilmu Patologi. Jakarta: EGC, 2003.

Sunardi. Computed Tomography Scan (CT Scan) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Pada Sistem Neurologis. http://nardinurses.files.wordpress. com/2008/01/konsep-

ct-scan-mri.pdf. Diakses pada tanggal 15 Juli 2014.

Sutrisno, Alfred. 2007. Stroke? You Must Know Before you Get It!. Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama.Hal: 1-13

Thomas C. Histopatologi : Buku Teks dan Atlas untuk Pelajaran Patologi Umum dan

Khusus Ed. 10. Jakarta: EGC, 1988.

Page 48: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

47

Towbin H, Staehelin T, Gordon J. 1979. Electrophoretic transfer of proteins from

polyacrylamide gels to nitrocellulose sheets: procedure and some applications.

Proc. Natl. Acad. Sci.; 76:4350-4354.

Underwood JCE. Patology Umum dan Sistemik. Jakarta: ECG,1999. hal. 353-369

Vandepitte J. Basic Laboratory Procedures in clinical Bacteriology. 2nd edition. Geneva.

2003 : 20

Ward, M and Marcey D. 2001. Fibronectin, an extracelluler adhesion molecule. Molecular Biology Tutorial. Kenyon College, California Lutheran University, USA; 1-4.

Waterhouse, JC and Russell, RR. 2006. Dispensable genes and foreign DNA in

Streptococcus mutans. Microbiology 152, 1777–1788.

Wells VD, Munro C, Sulavik M, Clewell DB, and Macrina, FL. 1993. Infectivity of a

glucan synthesis-defective mutant of Streptococcus gordonii (Challis) in a rat

endocarditis model. FEMS Microbiol Lett 112, 301-306.

Wiedemann I, Bottiger T, Bonelli RR, Wiese A, Hagge SO, Gutsmann T, Seydel Un,

Deegan L, Hill C, Ross P, and Sahl HG. 2006. The mode of action of the lantibiotic lacticin 3147—a complex mechanism involving specific interaction of two peptides

and the cell wall precursor lipid II. Mol. Microbiol. 61:285–296.

Yonezawa, H., and H. K. Kuramitsu. 2005. Genetic analysis of a unique bacteriocin, Smb,

produced by Streptococcus mutans GS5. Antimicrob Agents Chemother 49:541-8.

Page 49: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

48

LAMPIRAN

Lampiran I: Hasil Penelitian

A. Lampiran Penelitian. Analisis Perbandingan Pertumbuhan Streptococcus Mutans

(Atcc 31987) Dengan Isolat Darah Berdasarkan Pendekatan Suhu Dan Ph (Kajian

Pada Kasus Infeksi Endokardium Dan Serebrum)

Oneway

Descriptives

2 ,4020 ,20506 ,14500 -1,4404 2,2444 ,26 ,55

2 ,7570 ,26587 ,18800 -1,6318 3,1458 ,57 ,95

2 1,0405 ,09122 ,06450 ,2209 1,8601 ,98 1,11

6 ,7332 ,32571 ,13297 ,3914 1,0750 ,26 1,11

2 ,5690 ,03111 ,02200 ,2895 ,8485 ,55 ,59

2 ,7610 ,26022 ,18400 -1,5769 3,0989 ,58 ,95

2 ,8645 ,15768 ,11150 -,5522 2,2812 ,75 ,98

6 ,7315 ,19156 ,07820 ,5305 ,9325 ,55 ,98

2 ,6980 ,21355 ,15100 -1,2206 2,6166 ,55 ,85

2 ,4810 ,65620 ,46400 -5,4147 6,3767 ,02 ,95

2 ,5390 ,61801 ,43700 -5,0136 6,0916 ,10 ,98

6 ,5727 ,42629 ,17403 ,1253 1,0200 ,02 ,98

2 ,4910 ,07920 ,05600 -,2205 1,2025 ,44 ,55

2 ,7060 ,33800 ,23900 -2,3308 3,7428 ,47 ,95

2 ,7835 ,27224 ,19250 -1,6624 3,2294 ,59 ,98

6 ,6602 ,23937 ,09772 ,4090 ,9114 ,44 ,98

pH 5

pH 6

pH 8

Total

pH 5

pH 6

pH 8

Total

pH 5

pH 6

pH 8

Total

pH 5

pH 6

pH 8

Total

Minggu 1

Minggu 2

Minggu 3

Minggu 4

N Mean

Std.

Deviation

Std.

Error

Lower

Bound

Upper

Bound

95% Confidence

Interval for Mean

Minimum Maximum

Page 50: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

49

T-Test

ANOVA

,409 2 ,205 5,073 ,109

,121 3 ,040

,530 5

,090 2 ,045 1,442 ,364

,094 3 ,031

,183 5

,050 2 ,025 ,088 ,918

,858 3 ,286

,909 5

,092 2 ,046 ,708 ,560

,195 3 ,065

,286 5

Between Groups

Within Groups

Total

Between Groups

Within Groups

Total

Between Groups

Within Groups

Total

Between Groups

Within Groups

Total

Minggu 1

Minggu 2

Minggu 3

Minggu 4

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Group Statistics

2 ,5305 ,03889 ,02750

2 ,0450 ,00849 ,00600

2 ,5870 ,04101 ,02900

2 ,0735 ,03182 ,02250

2 ,3335 ,31749 ,22450

2 ,0550 ,00566 ,00400

2 ,4685 ,12657 ,08950

2 ,2155 ,23264 ,16450

Suhu

Suhu 37

Suhu 40

Suhu 37

Suhu 40

Suhu 37

Suhu 40

Suhu 37

Suhu 40

Minggu 1

Minggu 2

Minggu 3

Minggu 4

N Mean Std. Deviation

Std. Error

Mean

Independent Samples Test

17,249 2 ,003 ,48550 ,02815 ,36439 ,60661

17,249 1,095 ,029 ,48550 ,02815 ,19345 ,77755

13,990 2 ,005 ,51350 ,03670 ,35557 ,67143

13,990 1,884 ,006 ,51350 ,03670 ,34585 ,68115

1,240 2 ,341 ,27850 ,22454 -,68760 1,24460

1,240 1,001 ,432 ,27850 ,22454 -2,57022 3,12722

1,351 2 ,309 ,25300 ,18727 -,55276 1,05876

1,351 1,544 ,341 ,25300 ,18727 -,82954 1,33554

Equal variances

assumed

Equal variances

not assumed

Equal variances

assumed

Equal variances

not assumed

Equal variances

assumed

Equal variances

not assumed

Equal variances

assumed

Equal variances

not assumed

Minggu 1

Minggu 2

Minggu 3

Minggu 4

t df Sig. (2-tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference Lower Upper

95% Confidence

Interval of the

Difference

t-test for Equality of Means

Page 51: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

50

Gambar 1. Pengelompokkan dan aklimatisasi tikus.

Gambar 2. Pewarnaan Gram bakteri

Gambar 3. Penyetaraan dengan Mc Farland

3

Gambar 4. Gambar Mikroskop

Page 52: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

51

Gambar 5. Penyuntikan Bakteri

Streptococcus mutans ke tikus

Gambar 6. Isolat Darah

Gambar 7. Suspensi Bakteri Isolat Darah

Gambar 8. Absorbansi Bakteri dengan

Spektrofotometer

Gambar 9. Hasil Kultur S. mutans ATCC

31987

Gambar 10. Hasil Kultur S. mutans Isolat

Darah Minggu 1

Page 53: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

52

Gambar 11. Hasil Kultur S. mutans Isolat

Darah Minggu 2

Gambar 12. Hasil Kultur S. mutans Isolat

Darah Minggu 3

Gambar 13. Hasil Kultur S. mutans Isolat Darah Minggu 4

Page 54: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

53

B. Lampiran Penelitian: Gambaran Histopatologis Lapisan Jantung Tikus Putih

Setelah Diinfeksi Streptococcus mutans Kaitan Dengan Endokarditis

Gambar 1. Proses aklimatisasi tikus Gambar 2. Suspensi bakteri Streptococcus mutans

Gambar 3. Injeksi streptococcus

mutans pada tikus

Gambar 4. Euthanasia tikus

Gambar 5. Nekropsi tikus Gambar 6. Fiksasi organ dalam larutan

formalin 10%

Page 55: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

54

Gambar 7. Organ jantung Gambar 8. Pemotongan organ

jantung

Gambar 9. Dehidrasi menggunakan

aseton

Gambar 10. Blok parafin

Gambar 11. Mikrotom Rotari Gambar 12. Penempatan pita pada

water bath

Page 56: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

55

Gambar.13 Tahapan deperafinisasi

dan pewarnaan secara

keseluruhan

Gambar 14. Preparat histopatologis

Page 57: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

56

C. Lampira Hasil Penelitian: Profil Histopatologis Endokardium Dan Katup Jantung

Tikus Putih Setelah Diinfeksi Streptococcus Mutans

Gambar 1. Aklimatisasi Hewan Coba

Gambar 2. Suspensi S. mutans

Gambar 3. Injeksi S. mutans

Gambar 4. Inhalasi Eter

Gambar 5. Nekropsi Hewan Coba

Gambar 6. Fiksasi Organ

Page 58: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

57

Gambar 7. Trimming Organ

Gambar 8. Blok Parafin

Gambar 9. Pemotongan Blok Parafin

dengan Mikrotom

Gambar 10. Pita Jaringan Dimasukkan

Dalam Waterbath

Gambar 11. Pewarnaan HE

Gambar 12. Hasil Pewarnaan HE

Page 59: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

58

D. Lampiran Hasil Penelitian: Gambaran Histopatologis Serebrum Tikus Putih Galur

Wistar Setelah Diinfeksi Dengan Streptococcus mutans Kaitan Dengan Infeksi Stroke Hemoragik

Gambar 1. Aklimatisasi tikus

Gambar 2. Penyetaraan suspensi S.mutans

dengan larutan Mc Farland 3

Gambar 3. Injeksi S. mutans pada vena

ekor tikus

Gambar 4. Euthanasia tikus dengan

menggunakan ether

Gambar 5. Fiksasi organ tikus dalam larutan formalin 10%

Gambar 6. Pemotongan organ

Page 60: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

59

Gambar 7. Proses dehidrasi

Gambar 8. Infiltrasi parafin

Gambar 9. Blok parafin

Gambar 10. Pemotongan organ menggunakan mikrotom

Gambar 11. Penempatab pita pada

waterbath

Gambar 12. Tahapan pewarnaan secara

keseluruhan

Page 61: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

60

Gambar 13. Preparat hasil penelitian

Gambar 14. Pengamatan gambaran

histopatologis

Page 62: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

61

E. Lampiran Hasil Penelitian: Rofil Histopatologis Sel Endotel Pembuluh Darah

Serebrum Tikus Putih Jantan Setelah Diinfeksi Dengan Streptococcus Mutans

(Pendekatan Pada Stroke Hemoragik).

Gambar 1. Fakultas Kedokteran

Hewan

Gambar 2. Aklimatisasi t ikus

Gambar 3. Suspensi bakteri

Gambar 4. Penyunt ikan hewan coba

Gambar 5. Eutanasia t ikus

Gambar 6. Pembedahan t ikus

Page 63: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

62

Gambar 7. Fikasasi dalam BNF 10%

Gambar 8. Pemotongan Organ

Gambar 9. Dehidrasi dalam larutan

aseton

Gambar 10. Penanaman blok

Gambar 11. Pemotongan organ

dengan microtom rotary

Gambar 12. Penempatan pita

waterbath

Page 64: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

63

Gambar 13. Pewarnaan Hematoxylin

Eosin

Gambar 14. Hasil Pembuatan Preparat

Page 65: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

64

Lampiran 2. Insrumen Penelitian

1. Laboratorium:

No Laboratorium Kemampuan Penunjang

Penelitian

1. Laboratorium Mikrobiologi dan

Immunologi serta laboratorium Patologi

Fakultas Kedokteran Hewan dan

Fakultas Kedokteran Universitas Syiah

Kuala

Melakukan kultur

bakteri dan sel serta

analisis aktivitas uji

immunologi

50%

2. Laboratorium Biologi Oral dan

Molekuler Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Indonesia

Analisis seluler dan

molekuler dengan

teknologi RT PCR, ELISA, dan kultur

Medium

50%

1. Peralatan Utama:

No Alat Tempat Kegunaan Kemampuan

1.

Gas pack (Anaerogen)

(Oxoid Limited,

Basingstoke, Hampshire,

England)

TPP dan

TPM

Medium pertumbuhan

bakteri S. mutans bersifat anaerob

30 sampel/hari

2. Elisa reader (Bio-Rad, Laboratories, Inc).

TPP/ TPM

Untuk membaca hasil elisa

20 sampel/hari

3 Spectrofotometer (Ultraspec 4300 pro)

TPP/ TPM

Untuk mengukur kadar protein

20 sampel/hari

4

Conventional PCR,

iCyclerTM

Thermal Cycler

(Bio-Rad Laboratories, Inc)

Sentrifus mini (Bio-Rad

Laboratories, Inc)

TPM

Untuk mengindentifikasi

protein sampel

sekaligus

memperpanjang rantai

protein sampel agar

dapat dibaca band

protein, dalam

penelitian ini untuk

penentuan serotype S.

mutans berdasarkan

primers

20 sampel/hari

5 Gel Doc (Bio-Rad

Laboratories, Inc) TPM

Untuk membaca hasil

PCR 20 sampel/hari

6 Step One RT-PCR TPM

Untuk menentukan

siknifikansi RNA dan

DNA sampel

20 sampel/hari

7 DNA Eletroforesis TPM Untuk membaca hasil DNA sampel

20 sampel/hari

8

Agarose LE (Low

Electroendosmosis) (Roche

Diagnostics Corporation, Indianapropolis IN, USA)

TPM Media untuk transpor

protein 20 sampel/hari

Page 66: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

65

9 Culture cell medium

(medium DMEM) TPM

Medium kultur sel dan

jaringan 20 sampel/hari

10 Luminometer TPM Untuk pengamatan

aktivitas biofilm 20 sampel/hari

2. Peralatan Pendukung:

1. Inkubator (Memmert, Jerman)

2. Elisa (microplate) reader

3. Sentrifugal (Sorvall).

4. Mini protein glass plates dan casting frame SDS (Bio-Rad Laboratories, Inc).

5. Mini format vertical electrophoresis (Bio-Rad Laboratories, Inc)

6. Penangas air (Certomat® WR).

7. Freezer 40

C (-400 C (Modena, Uni Eropa), -80

0 C (Sanyo Ultra Low, Japan).

8. pH meter MP220 (Mettler Toledo).

9. Fiber pad (sponse) (Bio-Rad Laboratories, Inc)

10. Filter paper mini trans-blot (Bio-Rad Laboratories, Inc)

11. Trans-blot transfer medium nitrocellulose membrane (0-45 µm) (Bio-Rad

Laboratories, Inc) 12. Shaker (Certomat

®U).

13. Thermo-block (N-Biotek, Inc). 14. Western blot apparatus (BioRad)

15. Water bath (Certomat WR) 16. Anaerobic jar

17. Petri dishes 18. Osse

19. Erlemayer 20. Gelas ukur

21. Bunsen

22. Inkubator 370C (Memmert, Germany)

23. Tabung sentrifuge 15 ml

24. Tabung sentrifuge 50 ml

25. Eppendorf tube

26. Blue tips dan Yellow tips

27. Pipet eppendorf

28. Sentrifuge

29. Timbangan miligram

30. Kertas saring (Whatman paper 9,0 cm) (Whatman Limited, England)

31. Plate polysterine (96 well microtiter plate) (Greiner, Germany)

32. Tissue Culture Plate (Greiner, Germany)

33. Thermo-Block NB-305TB (N-Biotek, Inc)

3. Keterangan Tambahan

Ruang peneliti utama TPP dan TPM dilengkapi dengan satu set komputer beserta

printer beserta jaringan internet. Fasilitas ini digunakan untuk analisis data, penelusuran

pustaka dan pelaporan penelitian. Selain itu dilengkapi dengan fasilitas pekerjaan kultur,

ruang pertemuan dan perangkat presentasi hasil penelitian.

Page 67: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

66

Lampiran 3. Personalia Tenaga Peneliti

3.1. Ketua Peneliti TPP

A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap (dengan gelar) Drh. Basri, M.Si

2 Jenis Kelamin Laki-laki

3 Jabatan Fungsional Lektor

4 NIP/NIK/Identitas lainnya 197507032006061002

5 NIDN 0007037504

6 Tempat dan Tanggal Lahir Unoe, Pidie, 3 Juli 1975

7 E-mail [email protected]

9 Nomor Telepon/HP +62 85270894166

10 Alamat Kantor Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala,

Darussaalam Banda Aceh

11 Nomor Telepon/Faks 0651-7551843

12 Lulusan yang Telah Dihasilkan S-1 = 37 orang; S-2 = … orang; S-3 = … orang

13. Mata Kuliah yg Diampu

1. Ilmu Kedokteran Gigi Dasar

2. Ilmu Kesehatan Masyarakat

3. Oral Biologi (Imunologi)

4. Biostatistik Penelitian Ilmu Kesehatan

5. Metodelogi Penelitian

B. Riwayat Pendidikan

S-1 S-2 S-3

Nama Perguruan Tinggi Univ. Syiah Kuala Univ. Indonesia

Bidang Ilmu Pendidikan Dokter

Hewan

Biologi Oral

Tahun Masuk-Lulus 1995-2003 2004-2007

Judul Skripsi/Tesis/Disertasi Prevalensi Parasit

Intestitinal pada primata

di Kebun Binatang

Bukit Tinggi

Analisis Reaktifitas

Immunoglobulin Y (Igy) Anti

Streptococcus mutans

Terhadap Berbagai Serotipe

Mutan Streptococci Dengan

Menggunakan Metode

Western Blot dan Elisa

Nama Pembimbing/Promotor Drh. Muhammad

Hambal, PhD

Drh. I. Wayan. T.

Wibawan, MS, PhD

Page 68: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

67

C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir (Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)

No Tahun Judul Penelitian Pendanaan

Sumber* Jml (Juta Rp)

1 2013 Evaluasi Getah Jarak dan Biduri

Sebagai Stimulator Penyembuhan

Ulser Traumatik secara Klinis dan

Histopatologis

Pribadi 15.000.000

2 2012 Pengaruh Mikrobiota Patogen Rongga

Mulut Terhadap Perubahan pH Saliva

Buatan Secara In-Vitro

Pribadi 15.000.000

3 2011 Pemanfaatan Susu Sapi Sebagai

Minuman Kesehatan Anti Alergi

Ristek

KKP3T

Deptan RI

91.830.000

4 2011 Indentifikasi dan Produksi IgY Anti

Alergi Rhinits Sebagai Kandidat

Vaksin

Hibah

Bersaing

DIKTI

49.000.000

5 2010 Indentifikasi dan Produksi IgY Anti

Alergi Rhinits Sebagai Kandidat

Vaksin

Hibah

Bersaing

DIKTI

38.500.000

6 2009 Analisis Reaktifitas Immunogloblin

Ayam (Igy) Terhadap Protein

Permukaan Streptococcus mutans

Isolat Klinis Sebagai Kandidat

Imunoterapi Pasif

Untuk Pencegahan Karies Gigi

Rusnas DIPA

Unsyiah,

DIKTI

100.000.000

7 2009 Identifikasi Berat Molekul Protein

Cairan Mukos Alergi Rhinitis sebagai

Kandidat Antigen dengan Menggunakan Metode SDS-PAGE

Dosen Muda

Dipa Unsyiah

15.000.000

8 2006-

2007

Evaluasi Penggunaan Imunoglobulin

Ayam (IgY) untuk Imunoterapi Pasif dalam Pencegahan Karies Gigi

RUUI 60.000.000

* Tuliskan sumber pendanaan baik dari skema penelitian DIKTI maupun dari

sumber lainnya.

D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir

No Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Pendanaan

Sumber* Jml (Juta Rp)

1 2012 Panitia Orientasi Belajar Mahasiswa

Fakultas Kedokteran Universitas Syiah

Kuala

FK Unsyiah 50.000.000

2 2011 Aksi Kemanuasiaan Anak Kedokteran

Gigi Unsyiah

Pemerintah

Aceh

250.000.000

3 2011 Bakti Sosial Masyarakat (Tim PSKG) FK Unsyiah 20.000.000

4 2010 Bakti Sosial Masyarakat (Tim PSKG) FK Unsyiah 20.000.000

Page 69: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

68

5 2009 Bakti Sosial Masyarakat (Tim PSKG) FK Unsyiah 20.000.000

6 2009 Pedagogical Training Skill Kepada

Tenaga Medis Aceh Tengah

Handicap

International

30.000.000

7 2008 Sosialisasi Penggunaan Obat Kumur

Untuk Mencegah Pembentukan Karang

Gigi pada Masyarakat di Desa Cot

Karieng Aceh Besar.

Dipa Unsyiah 20.000.000

* Tuliskan sumber pendanaan baik dari skema pengabdian kepada masyarakat

DIKTI

maupun dari sumber lainnya.

E. Publikasi Artikel Ilmiah Dalam Jurnal alam 5 Tahun Terakhir

No Judul Artikel Ilmiah Nama Jurnal Volume/No

mor/Tahun

1 Alteration of Artificial Saliva pH After

Interacted by Streptococcus mutans, Candida

albicans and Aggregatibacter

actinomycetemcpmitans

Dental Journal Vol. 45 ( 4)

2012.

2 Relationship between Fluor Concentration and

Structure Pattern of Enamel Prism in Enamel

Surface after Coffee and Black Tea Exposure.

World J Dent 3(4):284-

289. 2012

3 Keragaman Virulensi Faktor Candida Albicans

Sebagai Penentu Infeksi

Cakradonya Dental

Journal (PSKG FK

Unsyiah)

Vol 3. No.

No. 1

Hal: 323-

331. 2011

4 Virulence Factors of Aspergillus niger and

Candida albicans

DentikaDental

Journal (FKG

USU), Akreditasi

Vol 16 No.

1

Hal 4-8.

2011

5 Sifat Asidogenik dan Asidurik Streptococcus

mutans sebagai bakteriostatik mikrobiota patogen

rongga mulut

Cakradonya Dental Journal (PSKG FK

Unsyiah)

Vol 2(1):128-

136. 2010.

6 Manifestasi Molekuler Biofilm Streptococcus

mutans Sebagai Organisme Utama Penyebab Karies

Cakradonya

Dental Journal (PSKG FK

Unsyiah)

Vol

2(1):140-143. 2010

7 The Ability of IgY to Recognize Surface

Proteins of Streptococcus mutans Using Western Blot

Method

Dental Journal

(FKG UNAIR)/ Akreditasi

Vol. 42. No.

4. 2009 Hal:

191-195.

2009

8 Derajat Reaktifitas Immunoglobulin Ayam

(IgY) terhadap Protein permukaan berbagai

serotype Streptococcus mutans menggunakan

metode ELISA

DentikaDental

Journal (FKG

USU)

Akreditasi

Vol. 14, No.

2. 2009

Hal: 153-

157. 2009

9 Kekuatan Ikatan Antar Lapisan Restorasi

Komposit dengan Teknik Tumpat Inkremental

DentikaDental

Journal (FKG

USU)

Akreditasi

Vol. 14, No.

1. 2009

Hal: 74-77.

2009

Page 70: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

69

10 Molekul Adhesin dan Reseptor Spesifik

Streptococcus mutans

Cakradonya

Dental Journal

(PSKG FK

Unsyiah)

Vol. 1 No.2.

Hal-54-61.

2009

11 Aspek Molekuler Sifat Virulensi Streptococcus

mutans.

Indonesian Journal of

Dentistry (FKG UI)

Akreditasi:

Vol 13(2) Hal

107-114. 2006

13 Profil Antigen Streptococcus mutans yang

dideteksi dengan Immunoglobulin Ayam anti

Streptococcus mutans

Majalah

Kedokteran Gigi

(FKG UGM)

Vol 13(2)

Hal 106-

110. 2006

14 Protein Permukaan Sel Streptococcus mutans yang

dapat dideteksi dengan Immunoglobulin Y

Dentika Dental

Journal (FKG

USU) Akreditasi

Vol 11(2) Hal

188-193. 2006

F. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir

No

Nama Pertemuan

Ilmiah / Seminar

Judul Artikel Ilmiah

Waktu dan

Tempat

1 Manado Dentistry, Sifat Asidogenik dan Asidurik

Streptococcus mutans sebagai

bakteriostatik mikrobiota patogen

Manado, 2010

2 Regional Dental

Meeting and Exhibiton

(RDM-E), FKG USU

Virulence Factors of Aspergillus

niger

and Candida albicans

Medan, 2011

3 Asiah DM -2, PSKG

Unsyiah

Molekul Adhesin dan Reseptor

Spesifik Streptococcus mutans

Banda Aceh, 2009

4 Seminar International Lustrum FKH Unsyiah

Risk Factors of Species Microorganisms Rhinitis as a Potential

Antigen

Banda Aceh, 2011

G. Karya Buku dalam 5 Tahun Terakhir

No

Judul Buku

Tahun Jumlah

Halaman

Penerbit

1 Ilmu Kedokteran Dasar 2011 200 PSKG FK Unsyiah

2 Ilmu Kedokteran Gigi Dasar Untuk Mahasiswa Kedokteran Gigi

2013 200 PSKG FK Unsyiah

H. Perolehan HKI dalam 5–10 Tahun Terakhir

No.

Judul/Tema HKI

Tahun

Jenis

Nomor P/ID

1

I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya dalam 5

Tahun Terakhir

No Judul/Tema/Jenis Rekayasa

Sosial Lainnya yang Telah

Diterapkan

Tahun Tempat

Penerapan

Respon Masyarakat

Page 71: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

70

1 Qanun (Peraturan) Kesehatan

Kabupaten Aceh Besar, Provinsi

Aceh

2008 Aceh Besar

Provinsi Aceh

Telah disahkan

Desember 2008, dan

telah menjadi referensi

untuk masyarakat Aceh

Besar dalam aktivitas

pelayanan kesehatan,

skaligus menjadi

referensi penyusunan

qanun (peraturan)

tentang kesehatan untuk

tingkat Provinsi Aceh

J. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau

institusi lainnya)

No.

Jenis Penghargaan Institusi Pemberi

Penghargaan

Tahun

1 Research Grant Hibah Bersaing Tahun Dikti, Kemdikbud 2010-2011

2 Research Grant KPP3T Litbang, Deptan RI 2011

3 Research Grant Rusnas Dikti, Kemdikbud 2009

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan

dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata

dijumpai ketidak- sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu

persyaratan dalam pengajuan Hibah Penelitian Kerjasama Antar Perguruan Tinggi

(Pekerti)

Banda Aceh, 18 Nopember 2014

Pengusul

,

drh. B a s r i, M.Si

Nip. 197507032006041002

Page 72: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

71

3.2. Anggota Peneliti TPP

A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap (dengan gelar) Drh. Abdillah Imron Nasution, M. Si

2 Jenis Kelamin L

3 Jabatan Fungsional Staff Pengajar

4 NIP/NIK/Identitas lainnya 197704142009121002

5 NIDN 0014047704

6 Tempat dan Tanggal Lahir Tanjung Morawa Deli Serdang Sumatera Utara/ 14 April 1077

7 E-mail [email protected]

9 Nomor Telepon/HP 08126988519

10 Alamat Kantor Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala

Kopelma Darussalam Banda Aceh

11 Nomor Telepon/Faks 0651-7551843

12 Lulusan yang Telah Dihasilkan S-1 = 35 orang; S-2 = … orang; S-3 = … orang

13. Mata Kuliah yg Diampu

1. Pengantar Ilmu Kesehatan dan Kedokteran

Gigi (Blok 2)

2. Ilmu Kedokteran Dasar

3. Ilmu Kedokteran Gigi Dasar

4. Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat

5. Metodelogi Penelitian

6. Disaster Management

B. Riwayat Pendidikan

S-1 S-2 S-3

Nama Perguruan Tinggi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah

Kuala

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Indonesia

Bidang Ilmu Klinik Veteriner Ilmu Kedokteran

Dasar

Tahun Masuk-Lulus 1996-2003 2006-2009

Judul Skripsi/Tesis/Disertasi Feed Intake, Water

Intake, Defekasi, Urinasi,

Gajah Sumatra (Elephas

maximus) pada TPG2L

Saree Aceh Besar

Gambaran

Nanostruktur Kristal

Hidroksiapatit pada

Email Fluorosis

Nama Pembimbing/Promotor 1. Prof. Dr. Abdullah

Ali, M. Sc

2. Drh. Irwandi Yusuf,

M. Sc

1. Dr. drg. Harun

Atjik Gunawan,

MS

2. Drg. Sri Angky

Soekanto, PhD

Page 73: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

72

C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir (Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)

No.

Tahun

Judul Penelitian Pendanaan

Sumber* Jml (Juta

1 2011 Indentifikasi dan Produksi IgY Anti

Alergi Rhinits Sebagai Kandidat

Vaksin

Hibah Bersaing

DIKTI

49.000.000

2 2010 Indentifikasi dan Produksi IgY Anti

Alergi Rhinits Sebagai Kandidat

Vaksin

Hibah Bersaing

DIKTI

38.500.000

* Tuliskan sumber pendanaan baik dari skema penelitian DIKTI maupun dari

sumber lainnya.

D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir

No.

Tahun

Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Pendanaan

Sumber* Jml (Juta

1 2012 Panitia Orientasi Belajar Mahasiswa

Fakultas Kedokteran Universitas Syiah

Kuala

FK Unsyiah 50.000.000

2 2011 Aksi Kemanuasiaan Anak Kedokteran Gigi

Unsyiah

Pemerintah

Aceh

250.000.000

* Tuliskan sumber pendanaan baik dari skema pengabdian kepada masyarakat

DIKTI maupun dari sumber lainnya.

E. Publikasi Artikel Ilmiah Dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir

No.

Judul Artikel Ilmiah

Nama Jurnal Volume/

Nomor/Tah

un 1 Nanostructure of Crystal Hydroxyapatite

from Fluorosis Enamel: Affected enamel

World Journal of

Dentistry

2/4/2011

2 Gambaran Kristalinitas HA Email pada

paparan asam sunti (Averhoa bilimbi. L)

Cakradonya 2/2/2010

3 Anti-angiogenesis Angiostatin pada terapi

Gen Kanker

Majalah ILmiah

Kedokteran Gigi-Scientific Journal in

Dentistry

24/4/2009

F. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir

No Nama Pertemuan Ilmiah /

Seminar

Judul Artikel Ilmiah Waktu dan

Tempat

1

Page 74: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

73

G. Karya Buku dalam 5 Tahun Terakhir

No

Judul Buku

Tahun Jumlah

Halaman

Penerbit

1 Ilmu Kedokteran Dasar 2011 200 PSKG FK

Unsyiah

2 Ilmu Kedokteran Dasar Untuk Mahasiswa

Kedokteran Gigi

2013 200 PSKG FK

Unsyiah

H. Perolehan HKI dalam 5–10 Tahun Terakhir

No.

Judul/Tema HKI

Tahun

Jenis

Nomor P/ID

1

2

I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya dalam 5

Tahun Terakhir

No. Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial Lainnya

yang Telah Diterapkan

Tahun Tempat

Penerapan

Resp

on

Masyara1

J. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau

institusi lainnya)

No.

Jenis Penghargaan Institusi Pemberi

Penghargaan

Tahun

1

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan

dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata

dijumpai ketidak- sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu

persyaratan dalam pengajuan Hibah Penelitian Kerjasama Antar Perguruan Tinggi

(Pekerti)

Banda Aceh, 18 Nopember 2014

Pengusul,

drh. Abdillah Imron Nasution, M.Si

Nip. 197704142009121002

Page 75: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

74

3. 3. Ketua Peneliti TPM

A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap (dengan gelar) Prof. drg. Boy. M. Bachtiar MS, PhD

2 Jenis Kelamin Laki-Laki

3 Jabatan Fungsional Professor/Guru Besar

4 NIP/NIK/Identitas lainnya 19520524197902 1 001

5 NIDN 0024055202

6 Tempat dan Tanggal Lahir Padang, 24 Mei 1952 / 56 tahun

7 E-mail [email protected]

9 Nomor Telepon/HP 08170935434

10 Alamat Kantor Jl. Salemba Raya No. 4 Jakarta Pusat 10430

11 Nomor Telepon/Faks Tel. (62-21) 31930270, 3151035.

Fax. (62-21) 31932412

12 Lulusan yang Telah Dihasilkan S-1 = 57 orang; S-2 = 6 orang; S-3 = 7 orang

13. Mata Kuliah yg Diampu

1. Oral Mikrobiologi

2. Oral Immunologi

3. Metode Penelitian

4. Advance Molecular Teknologi

B. Riwayat Pendidikan

S-1 S-2 S-3

Nama Perguruan Tinggi Fakultas

Kedokteran gigi Univ. Indonesia

Pascasarjana Univ.

Indonesia

RMIT-University

Bidang Ilmu Pendidikan Dokter

Ilmu Kedokteran Dasar

Biotechnology

Tahun Masuk-Lulus 1971-1978 1984-1986 2001-2005

Judul Skripsi/Tesis/Disertasi Peran bakteriodes

pada patogenesis Necrotik dan

Ulseratif

Isolasi Actinomices

israeli dari cavitas karies gigi dan

kalkulus

Camppylobacter

jejuni

Polysaccharides and

thei Role in Host Intaractions

Nama Pembimbing/Promotor Drg. Setya

Atmaja, MS

Prof. Yan Susilo 1. Ben Frwy, PhD

2. Prof. Peter Coloe

Page 76: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

75

C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir (Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)

No Tahun Judul Penelitian Pendanaan

Sumber* Jml (Juta Rp)

1 1998 Analysis of HLA antigen in

Recurrent Stomatitis,

Mininistry of

Research and

Technology, The

Republic of

Indonesia

50.000.000

2 2000 Immunohistochemistry analysis of

rat’s palatal mucosa induced by

Candida albicans,

NISHIKA

Fellowwship

Japan

Yen 240,000

3 2006 Production Imunoglobulin anti

ComD S. mutans by using DNA

vaccine (Co investigator).

Mininistry of

Research and

Technology, The

Republic of

Indonesia

266.000.000

4 2007 Inactivation of Htrb gene A

acetemcomittans and its involvement in bacterial interaction

with macrophages and epithelial cells

Universitas

Indonesia Research Grant

100.000.000

5 2008 Bmp-2 gene transfection to Dental

pulp stem cells (Co investigator),

Universitas

Indonesia

Research Grant

100.000.000

6 2008 Effect of milk suplemented by

chitosan-Ag nanocomposite and

IgY anti S. mutans on malnutrition

Rat.(Co investigator),

Universitas

Indonesia

Research Grant

100.000.000

7 2008 Effect of chitosan on differentiation

of periodontal Ligament Stem cells

into osteoblastic lineage (Co

investigator)

Universitas

Indonesia

Research Grant

100.000.000

8 2009 In vivo study of utilizing anti S.

mutans IgY for caries pasive

immunization (Co investigator)

Universitas

Indonesia

Research Grant

150.000.000

9 2009 Utilizing chitosan and quorum

sensing molecule for development

of anti dental biofilm,

Ministry of

Education The

Republic of

Indonesia

170.000.000

10 2009 Transfection of Gdf11 gene on

periodontal ligament stem cell and

its differentiation into osteoblastic

lineage (Co investigator)

Ministry of

Education The

Republic of

Indonesia

123.000.000

11 2010 Lactoferin gene polymorphism and

CDT activity of A

acetemcommittans in aggresive

Periodontitis,

Ministry of

Education The Republic of

Indonesia

90.000.000

Page 77: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

76

12 2012 Aptamer for detecting C. albicans

and E. Faecalis Genotypic and

Phenotypic characterization of

Enterococcus faecalis in relation to bacterial adaptation in oral niches,

Universitas

Indonesia

Research Grant

TWAA (The Academy of

Sciences for Developing

World) UNESCO

280.000.000

* Tuliskan sumber pendanaan baik dari skema penelitian DIKTI maupun dari

sumber lainnya.

D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir

No.

Tahun

Judul Pengabdian Kepada

Masyarakat

Pendanaan

Sumber* Jml (Juta Rp)

1

* Tuliskan sumber pendanaan baik dari skema pengabdian kepada masyarakat

DIKTI maupun dari sumber lainnya.

E. Publikasi Artikel Ilmiah Dalam Jurnal alam 5 Tahun Terakhir

No Judul Artikel Ilmiah Nama Jurnal Volume/

Nomor/Tahun

1 AI of A. actinomycetemcomitans

Inhibits C. albicans Biofilm

Formation

Submitted into

Journal Dental

Research

2012

2 Combination of Recombinant

Human Bone Morphogenetic

Protein-2 and Dental Pulp Stem

Cells Enhanced Expession of

Alkaline Phosphatase on inflamed

Rat’s pulp

Dentika Dental

Journal

2011

3 Effect of Aggregatibacter

actinomycetemcomitans LuxS

Molecule on Candida albicans

Biofilm

General session

IADR, Barcelona,

Spain

2010

4 The involvement of htrB gene in

Aggregatibacter

actinomycetemcomitans in host

interaction.

General session

IADR, MIAMI-

Florida USA.

2009

5 BA. Gani, S Chismirina, EW

Bachtiar, B M Bachtiar, IWT

Wibawan, The ability of IgY to

recognize surface proteins of

Streptococcus mutans by using

western blot method

Dentika Dental

Journal .

Vol. 42 - No. 4 /

October 2009

6 Expression of BMP2 in transfected

dental pulp cell.

2nd Meeting of

IADR PAPF Wuhan,

China.

2009

7 Alkaline phosphates produced by Makara Health 2009

Page 78: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

77

BMP2-infected cultured dental pulp Sciences Journal,vol

13 Juni 2009

8 Effect of sucrose concentration on

the growth of C. albicans in vitro.

Indonesia Journal of

Dentistry.

Vol.16/No.1/2008:

April 2009

9 Xylitol inhibits C. albicans biofilm,

in vitro.

Indonesia Journal of

Dentistry. ISSN

1693-9697.

Vol.16/No.1/2008:

April 2009.

10 The Role of HLA-antigen in

Periodontal diseases

Dental Journal

University of

Airlangga.

Feb.2006

11 Cross reaction between IgY-anti S.

mutans and S. sobrinus

Indonesian Dental

Journal

Vol. 11, Number

2,2006

12 Producing IgY-anti S. mutans for

immunopreventive of dental caries

Dentika Dental

Journal

Vol.11, Number

2,2006

13 The involvement of quorum

sensing molecule in oral biofilm

Indonesian Dental

Journal

Vol.13/2006 Sept.

2006

14 Knock out mutagenesis of kpsE

gene of C. jejuni 81116 and its involving in bacterium host-

interaction.

FEMS Immunol Med

Microbiol.

2007;49(1):149-54

15 Two methods to inactivate capsule synthesis genes in Campylobacter

jejuni.

Poster presented in IADR ASEAN

regional meeting, Malacca, Malaysia.

2005

16 PCR-RFLP genotyping of

Campylobacter jejuni based on Wla

gene claster

Poster presented in

ASM congress,

Brisbane, Australia

2005

17

Adhesion and Invasion capabilities

of Campylobacter jujuni strains

Poster presented in

ASM congress,

Melbourne, Australia

2002

F. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir

No Nama Pertemuan Ilmiah / Seminar

Judul Artikel Ilmiah Wakt dan

Tempat

1 General session

IADR,

Effect of Aggregatibacter

actinomycetemcomitans LuxS Molecule on Candida albicans

Biofilm

2010, Barcelona,

Spain

2 General session

IADR,

The involvement of htrB gene in

Aggregatibacter actinomycetemcomitans in host

interaction.

2009, MIAMI-

Florida USA.

3 2nd Meeting of

IADR PAPF

Expression of BMP2 in

transfected dental pulp cell.

2009, Wuhan, China.

Page 79: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

78

G. Karya Buku dalam 5 Tahun Terakhir

No

Judul

Buku

Tahun Jumlah

Halaman

Penerbit

H. Perolehan HKI dalam 5–10 Tahun Terakhir

No.

Judul/Tema HKI

Tahun

Jenis

Nomor P/ID

1 Caries DNA Vaccine pcDNA-ComD (Co

inventor)

2009 paten 049.2779

I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya dalam 5

Tahun Terakhir

No. Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial

Lainnya yang Telah

Diterapkan

Tahun Tempat

Penerapan

Respon

Masyarakat

1

J. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau

institusi lainnya)

No.

Jenis Penghargaan

Institusi Pemberi

Penghargaan

Tahun

1 Best paper award for research, National Scientific

Meeting, organized by University of Airlangga,

FKG UNAIR 2006

2 Best paper award for research, National Scientific

Meeting, organized by University of prof. Dr.

FKG MOESTOPO 2006

3 QUE Project for Staff Development (PhD program

at RMIT Univ. Australia)

RMIT University 2006

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan

dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai

ketidak- sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu

persyaratan dalam pengajuan Hibah Penelitian Kerjasama Antar Perguruan Tinggi

(Pekerti).

Jakarta, 18 Nopember 2014

Pengusul,

Prof. drg. Boy. M. Bachtiar MS, PhD

Nip. 19520524 197902 1 001

Page 80: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

79

3. 4. Anggota Peneliti TPM

A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap (dengan gelar) Drg. Nurtami, Ph.D

2 Jenis Kelamin Perempuan

3 Jabatan Fungsional Asisten Ahli

4 NIP/NIK/Identitas lainnya 19740615 200812 2 002

5 NIDN 0015067405

6 Tempat dan Tanggal Lahir Jakarta, 15 Juni 1974

7 E-mail [email protected]

9 Nomor Telepon/HP 0818776556

10 Alamat Kantor Jl. Salemba Raya No. 4 Jakarta Pusat 10430

11 Nomor Telepon/Faks Tel. (62-21) 31930270, 3151035.

Fax. (62-21) 31932412

12 Lulusan yang Telah Dihasilkan S-1 = 30 orang; S-2 = 2 orang; S-3 = 1 orang 13. Mata Kuliah yg Diampu

1. Oral Mikrobiologi dan Immunologi

2. Genom Fungsi, Forensik Kedokteran Gigi

3. Metode Penelitian

4. Advance Molecular Teknologi

B. Riwayat Pendidikan

S-1 S2 S-3

Nama Perguruan Tinggi Fakultas Kedokteran gigi

Univ. Indonesia

Tokyo Medical and Dental University (TMDU), Japan

Bidang Ilmu Pendidikan

Dokter Gigi

Molecular Pathology

Tahun Masuk-Lulus 1993-1998 2001-2006

Judul Skripsi/Tesis/Disertasi Prakiraan usia dengan metode

radiografis

Evaluation of RANK, RANK-L, OPG

polymorphism on aggressive periodontitis

Nama Pembimbing/Promotor Drg. Gimawati Muljono, Sp.Prost

Prof. Akira Yamaguchi, DDS, PhD

Page 81: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

80

C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir (Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)

No Tahun Judul Penelitian

Pendanaan

Sumber* Jml (Juta

Rp)

1 2007-

2009

Tap73 isoform and p53 gene status

towards hTERT activities in oral

squamous cell carcinoma.

Risbiniptekdok 200

2 2007-

2009

Analysis of α-enolase Streptococcus mutans in caries bottle syndrome patients related to mutacin gene activity.

Risbiniptekdok 200

3 2007-

2010

Identification of novel molecular

targets and prognostic markers in

the 53 pathway for oral cancer

therapy in Indonesia.

JSPS-DGHE 2 juta Yen

4

2008-

2009

Forensic Identification based on saliva analysis.

- -

Development of DNA Database System for Disaster

Victims/Terorists Identification

UI Multidiscipline 200

5 2008-

2010

Effect of coral goniopora and

coral apatit on hard tissue

regeneration.

Fulbright -

6

2009-

2010

Sonic Hedgehog and BMP-2

interaction for osteoblast activity

in bone regeneration.

Risbiniptekdok 200

Dental pulp stem cell and

chitosan biomaterial for hard

tissue regeneration in oral cavity.

Hibah

Pascasarjana-Dikti

(multiyears)

300

Effect of chitosan nanoparticles

as an antiproliferative and

anticarcinogenic agents towards

oral cancer cells.

Hibah

Pascasarjana-Dikti

(multiyears)

300

* Tuliskan sumber pendanaan baik dari skema penelitian DIKTI maupun dari

sumber lainnya.

D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir

No.

Tahun

Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Pendanaan

Sumber Jml (Juta Rp)

1 2013 Peningkatan kompetensi dan partisipasi aktif

personil SAR dalam prosedur DVI fase I dalam upaya keberhasilan identifikasi individu

korban bencana masal

UI 70

* Tuliskan sumber pendanaan baik dari skema pengabdian kepada masyarakat

DIKTI maupun dari sumber lainnya.

Page 82: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

81

E. Publikasi Artikel Ilmiah Dalam Jurnal alam 5 Tahun Terakhir

No Judul Artikel Ilmiah Nama Jurnal

Volume/

Nomor/T

ahun

1 Tooth, an excellent DNA source for forensic identification

International Forensic DNA symposium & workshop:

Identification and medicolegal aspects, (proceedings)

2007

2 DNA Analysis from dentine & pulp using two DNA

extraction methods

International Forensic DNA symposium & workshop:

Identification and medicolegal aspects, 2007 (proceedings)

2007

3 Tooth, an excellent DNA source for forensic identification

International Forensic DNA symposium & workshop:

Identification and medicolegal aspects, (proceedings)

2007

4 DNA Analysis from dentine & pulp using two DNA

extraction methods

International Forensic DNA symposium & workshop:

Identification and medicolegal aspects, 2007 (proceedings)

2007

5 STR-based analysis of dental tissues:enamel, dentine, pulp and

cementum

International Forensic DNA symposium: Now and beyond,

Kuala Lumpur 2007 (proceedings

2007

6 Single Nucleotide Polymorphisms

(SNPs) in Aggressive Periodontitis

The 29th Asia Pacific Dental Congress 2007 (proceedings)

2007

7 The role of forensic odontology in personal

identification: Indonesian Perspective

Indonesian Journal of Legal and Forensic

Sciences 2008

1(1): 21-25.2007

8 DNA Analysis of Dental Tissue as a Tool of Sex and Personal

Identification in forensic cases

Dentsply Table Clinic Competition Indonesia

2007

2007

9 STR-based analysis of dental

tissues: enamel, dentine, pulp and

cementum

Forensic DNA: Now and

beyond, International DNA symposium, Kuala Lumpur

2007

2007

10 The role of forensic

odontology in personal

identification: Indonesian

perspectice.

Indonesian Journal of Legal

and Forensic Sciences,

vol.1,

no.1, Jan

2008

11 Effect of chitosan on osteoclast

proliferation and radical oxygen

product

Regional IADR Manila

(proceedings)

2008

12 Effect of chitosan on

osteoclast proliferation and bone 3rd International Conference On Postgraduate

2008

Page 83: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

82

resorption in the primary

osteoclast culture of mouse

bone marrow

Education, Penang, Malaysia

(proceedings)

13 Bioinformatics approach for

Short Tandem Repeats profile

improvement in DNA Forensic Identification System.

Draft to be submitted to

Forensic Science

International journal

2009

14 Effect of coral goniopora and

coral apatit on dental pulp stem cells.

TIMNAS V, Universitas

Airlangga, 2009 (proceedings)

2009

15 Effect of coral goniopora in comparison with

coral apatite towards human dental pulp stem cells

mineralization activities

Thailand International conference of Oral

Biology, Thailand 2009 (proceedings)

2009

16 Case study of uncovering

suicide bomber of JW Mariott Hotel Bombing in Jakarta 2009

15th Indonesian Scientific

Meeting &

Refresher Course in Dentistry

(KPPIKG XV)

2009 (proceedings)

2009

18 Effect of chitosan on

osteoclast proliferation,

bone resorption, and radical

oxygen product of primary

osteoclast culture of mouse

bone marrow.

5th FDI-IDA Joint Meeting

2009 submitted to

J Dent Mater

2009

F. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir

No Nama Pertemuan Ilmiah / Seminar

Judul Artikel Ilmiah Waktu dan

tempat

1 International Forensic

DNA symposium & workshop:

Identification and medicolegal aspects

DNA Analysis from dentine

& pulp using two DNA

extraction methods

2007

2 International Forensic DNA symposium & workshop: Identification and medicolegal aspects,

Tooth, an excellent DNA

source for forensic identification

2007

3 International Forensic

DNA symposium:

Now and beyond

STR-based analysis of dental

tissues:

enamel, dentine, pulp and

cementum

Kuala Lumpur

2007

4 The 29th Asia Pacific

Dental Congress Single Nucleotide

Polymorphisms

(SNPs) in Aggressive

Periodontitis

2007

Page 84: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

83

5 Indonesian Journal of

Legal and Forensic Sciences

The role of forensic

odontology in

personalidentification: Indonesian

Perspective

Jakarta, 2008

6 Dentsply Table Clinic Competition Indonesia

DNA Analysis of Dental Tissue

as a Tool of Sex and Personal

Identification in forensic cases.

Jakarta, 2007

7 Forensic DNA:

Now and beyond, International DNA

symposium

STR-based analysis of dental

tissues:

enamel, dentine, pulp and

cementum

2007

8 Presented at the 9th

INPALMS Congress on Legal Medicine and

Forensic Sciences

The role of forensic

odontology in personal

identification: Indonesian

perspectice

Jakarta, 2007

9 Regional IADR Manila Effect of chitosan on osteoclast

proliferation and radical oxygen

product

Manila 2008

10 3rd International

Conference On

Postgraduate Education, Penang, Malaysia

Effect of chitosan on

osteoclast proliferation and bone

resorption in the primary

osteoclast culture of mouse

bone marrow

Malaysia,

20008

11 TIMNAS V, Universitas Airlangga

Effect of coral goniopora and

coral apatit on dental pulp stem

cells.

Surabaya 2009

12 Thailand International

conference of Oral

Biology,

Effect of coral goniopora

in comparison with coral

apatite towards human dental

pulp stem cells

mineralization activities

Thailand

2009

13 15th Indonesian Scientific Meeting & Refresher Course in

Dentistry (KPPIKG

XV)

Case study of uncovering

suicide bomber of JW Mariott

Hotel Bombing in Jakarta 2009

Jakarta 2009

14 5th FDI-IDA Joint Meeting 2009

submitted to J Dent Mater

Effect of chitosan on osteoclast

proliferation, bone resorption,

and radical oxygen product of

primary osteoclast culture of

mouse bone marrow.

2009

Page 85: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

84

G. Karya Buku dalam 5 Tahun Terakhir

No

Judul Buku

Tahun Jumlah

Halama

Penerbit

1 Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses

Penyidikan (Abdul Munim Idries)

2008 50 Sagung Seto

H. Perolehan HKI dalam 5–10 Tahun Terakhir

No.

Judul/Tema HKI

Tahun

Jenis

Nomor P/ID

1

I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya dalam 5

Tahun Terakhir

No. Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial

Lainnya yang Telah Diterapkan

Tahun Tempat

Penerapan

Respon

Masyarakat

1

J. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau

institusi lainnya)

No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Penghargaan Tahun

1 PhD scholarship the Japanese Ministry of

Education, Culture, Sports, Science

and Technology

2001-2006

2 Travel Grant Award of the Second Annual McLaughlin Symposium in Infection and Immunity

James W. McLaughlin Endowment

Fund of the University of Texas

Medical Branch at Galveston and

the National Institute of Dental and

Craniofacial Research, National

Institutes of Health, Bethesda,

Maryland

2003

3 Biology Group Representative, Sasakawa Grant Award

The Japan Science Society 2004

4 Japan-Indonesia Joint Research Grant FY

Japan 2007

5 Research grant Indonesian Ministry of Health 2007

Page 86: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

85

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan

dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai

ketidak- sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan Hibah Penelitian Kerjasama Antar Perguruan Tinggi

(Pekerti).

Jakarta, 18 Nopember 2014

Pengusul,

Drg. Nurtami, Ph.D

Nip. 19740615 200812 2 002

Page 87: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

86

Lampiran 4. Draft Artikel Publikasi

POTENSI MUTACIN STREPTOCOCCUS MUTANS SEBAGAI INHIBITOR COLLAGEN

BINDING PROTEIN PADA SEL ENDOTEL KAITAN DENGAN

STROKE HAEMORAGIK DAN ENDOCARDITIS1

Oleh

Basri dan Abdillah Imron Nasution2 Boy M. Bachtiar dan Nurtami

3

ABSTRAK

Latar Belakang. Streptococcus mutans dilaporkan sebagai agen utama penyebab karies dan dapat

bersifat bakterinemia yang dapat menyebabkan menginfeksi endocardium jantung (endokarditis) dan

menginfeksi pembuluh darah serebrum otok (stroke haemoragi). Selain itu S. mutans menghasilkan

antibiotik mutacin yang dapat berperan menghambat sejumlah golongan bateri streptococci,

termasuk S. mutans dengan menghambat perlekatan Collagen binding protein S. mutans dengan

binding site collagen protein sel endothel pembuluh darah serembrum dan jantung, potensi tersebut

memberikan informasi bahwa mutacin dapat menghambat perlekatan S. mutans pada sel endothel,

sehingga dapat mencegah infeksi endocarditis dan infeks strok haemoragik. Tujuan penelitian

mengevaluasi kemampuan S. mutans menginfeksi jantung dan lapisannya serta otak dan pembuluh

darah serembrum dan menguji kepekaaan rekatifitas mutacin terhadap sel endotel pada berbagai

konsentrasi. Metode Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode kultur bakteri, histopatologi,

spektrofotometer, dan ELISA, selain itu metode purifikasi mutacin dan kultur sel endothel. Hasil

Penelitian dan Pembahasan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada pH 5 dan 6 dan suhu

40°C pertumbuhan sel bakteri S. mutans lebih rendah dibandingkan dengan pH 8 dan suhu 37°C

berdasarkan absorbansi spektrofotometer pada hari ke 7, 14, 21, dan 30. secara histopatologi jantung

dan katup jantung menunjukkan perubahan histopatologis berupa infiltrasi sel radang, hiperemi

hemoragi, cloudy swelling dan nekrosis sel yang ditandai dengan piknosis mulai pada hari ke-7

hingga pada akhirnya jaringan menjadi lisis pada hari ke-30 hal yang sama juga terjadi pada

endokardium, miokardium, epikardium dan katup jantung juga terjadi hipertrofi otot jantung dan

infiltrasi sel fibroblas pada epikardium. Sedangkan pada otak secara histopatologis pada pembuluh

darah serebrum menujukkan terjadi perubahan susunan sel endotel, nekrosis sel endotel dan

destruksi tunika media, nekrosis sel endotel dan tunika intima dan media menjadi lisis selanjutnya

pada hari ke-30 terlihat sel endotel hilang dan rupturnya pembuluh darah. Begitu juga pada otak

serebrum terjadi hiperemi dan infiltrasi sel radang pada semua kelompok perlakuan dan pada fase

infeksi hari ke 30 terjadi peningkatan hemoragi dan nekrosis sel dan ruptur pembuluh darah. Pada uji

reaktifitas mutacin S. mutans mampu bereaktifitas dengan sel endotel pada berbagai konsentrasi..

pada infeksi jantung dan otak, S mutans tidak hanya sebagai faktor resiko, namun sebagai penentu infeksi

dengan intensitas yang meningkat seiring lama infeksi dan merusak sasaran merusak sel endotel dan

jaringan host, yang merupakan media interaksi antara S. mutans dengan host. Sedangkan mutacin S.

mutans dapat bereaksi baik dengan sel endotel pembuluh darah otak dan jantung pada berbagai

konsentrasi. Kesimpulan. Streptococcus mutans mampu menginfeksi jantung dan pembuluh darah

otak, sekaligus mutacin S. mutans mampu berinteraksi dengan sel endotel pembuluh darah otak dan

jantung.

Kata Kunci: Streptococcus mutans, mutacin, jantung, serebrum, dan sel endothel

1 Dibiayai oleh Universitas Syiah Kuala, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan

Dalam Rangka Pelaksanaan Penelitian Hibah Pekerti Tahun Anggaran 2014 Nomor :496.a /UN11/S/LK-BOPT/2014

Tanggal 26 Mei 2014 2 Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh

3 Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Darussalam Banda Aceh

Page 88: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

87

PENDAHULUAN

Stroke haemoragik terjadi terjadi akibat aliran darah yang masuk ke otak terganggu

karena penyumbatan pembuluh darah dalam otak sehingga mengakibatkan pembuluh darah

pecah, dan suplai darah, makanan dan oksigen sel saraf dalam otak terganggu dan

menyebabkan kelumpuhan pada anggota gerak, gangguan bicara bahkan sampai penurunan

kesadaran. Hampir 70% kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita hipertensi yang

berakhir dengan kelumpuhan. Penyakit ini dilaporkan sebagai penyebab cacat nomor satu

dan penyebab kematian nomor dua di dunia serta telah menjadi masalah kesehatan yang

mendunia sehingg perlu penanganan secara serius (Adam, 2003). Berdasarkan data dari

Yayasan Stroke Indonesia jumlah penderita Stroke di Indonesia terbanyak dan menduduki

urutan pertama di Asia sedangkan organisasi stroke dunia mencatat hampir 85% orang

sangat rentan terhadap resiko sehingga perlu upaya penanganan secara serius (Aliah, 2007).

Beberapa penelitian stroke melaporkan bahwa stroke dapat dipicu oleh faktor

perlilaku dan medis termasuk infeksi mikroorganisme. Kejadian stroke tersebut sangat

berhubungan dengan gangguan jantung, karena jantung selain berfungsi sebagai suplai

aliran darah, juga sebagai pengontrol tekanan darah keseluruh tubuh sekaligus mensuplai

oksigen tubub termasuk ke otak. Gangguan jantung seperti jantung koroner dan infeksi

endocarditis terutama pada pasien dengan kelainan kongenital pada jantungnya (Arif, 2009).

Di negara berkembang insiden endokarditis dapat mencapai 1,6 – 4,3 diantara 100.000

penduduk. Angka kematian mencapai 20%-40%, meskipun diberikan antibiotik yang cukup.

Komplikasi neurologis endokarditis dapat berkisar 20%-40%, hal ini akan mempertinggi

angka kematian (41%-86%), biasanya kematian tersebut terjadi secara mendadak (Alwi,

2007).

Endokarditis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme berupa

golongan jamur (Candida sp dan Aspergillus sp) maupun bakteri berupa Streptococcus

viridans alpha hemolytic paling sering dan disusul dengan staphylococcus koagulase positif

(Fauci, 2008). Streptococcus mutans dilaporkan berperan pada kasus stroke haemoragik

(Nakano, 2011) dan juga berperan pada endocarditis (Abrances, 2011). Kejadian ini

dipengaruhi oleh aktivitas faktor virulensi yang dimiliki S. mutans salah satunya adalah

collagen binding protein atau protein Cnm memiliki berat molekul 120 kDa dengan

mengikat komponen extraceluler matrix (ECM) yang terdiri dari fibronectin, collagen,

laminin, dan elastin (Nakano 2010, dan Nomura, 2006).

Selain itu, S. mutans juga memproduksi bacteriocin (mutacin) yang merupakan

protein atau peptides anti microbial terhadap beberapa bakteri seperti Enterococcus faecalis,

Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Escherichia

Page 89: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

88

coli dan mycobacteria (Kamiya, 2008). Secara umum mutacin berfungsi sebagai

bakteriosidal melalui jalur adhesin molekuler dengan menghambat pembentukan biofilm

sebagai inisiasi pertama invasi mikrobial terhadap host (Kamiya, 2011) yang melibatkan

protein ektraseluler seperti collagen binding protein sebagai unsur bioaktivator adhesin

terhadap host, khusunya pada kejadian infeksi S. mutans baik pada infeksi karies gigi

maupun perannya pada infeksi stroke hemoragik dan endocarditis.

Penelitian ini bertujuan mengevaluasi kemampuan S. mutans sebagai pemicu infeksi

stroke haemoragik dan endocarditid, serta kemampuan mutacin S. mutans berinteraksi

dengan sel endothel. Sedangkan tujuan khusus mengevaluasi berbagai kerusakan bagian

jantung dan otak besar tikus model setelah diinfeksi dengan S. mutans serta menguji

kepekaaan rekatifitas mutacin terhadap sel endotel pada berbagai konsentrasi,

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan subjek bakteri Streptococcus mutans ATCC dan tikus

model (rattus novergicus) yang telah dilaksanakan dalam tahun 2014 di Laboratorium

mikrobiologi dan patologi FKH Unsyiah dan laboratorium mikrobiologi FK Unsyiah serta

laboratorium Oral Biologi FKG Universitas Indonesia. Penelitian ini telah lulus kelayakan

etik penelitian , untuk mendapatkan hasil penelitan, maka menggunakan beberapa

pendekatan eksperimental yaitu mengevaluasi kemampuan S. mutans menginfeksi jantung

dan otak sekaligus dan aktivitas mutacin S. mutans berinteraksi dengan sel endothel

pembuluh darah jantung dan otak.

1. Kultur Bakteri Streptococcus mutans dan Sel Endothel-Kollagen

Streptococcus mutans isolat klinis yang dikoleksi dari penderita karies gigi, endocarditis,

dan stroke haemorhagic dikultur pada media padat selektif TYS20B dan diinkubasi

selama 12-72 jam pada suhu 370C dalam suasana mikroaerofilik. Satu koloni dari

masing sampel yang dianalisis yang tumbuh pada media padat tersebut diambil dengan

oase untuk selanjutnya dibiakkan dalam media cair TSB selama 24-72 jam pada suhu

370C, dalam suasana suasana mikroaerofilik. Pembuluh darah arteri coronary jantung

dan pembuluh darah cerebral dibersihkan dengan larutan PBS dan diberi larutan

Collagenase. Pemisahan larutan Collagenase dengan melakukan sentrifugasi 1000 rpm

selama 8 menit. Bagian supernatan dibuang, kemudian menambahkan 4 ml medium

kultur dan selanjutnya dipindahkan ke dalam plate well 24. Plate untuk selanjutnya

dimasukkan ke dalam inkubator CO2 sampai mono-layer (membentuk cobblestone)

Page 90: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

89

kurang lebih 3-4 hari dan media diganti setiap 2 hari sekali. Setelah sel tersebut

dikoleksi selanjutnya ditanam secara terpisah pada cawan kultur.

2. Ektraksi dan Preparasi Mutacin dari Streptococus mutans

Streptococcus mutans yang telah dikultur dalam TBS diambil 15 ml dan selanjutnya

dengan pH 2 yang kedalamnya ditambah 4 N HCl 0,5 ml untuk menyerap mutacin yang

diproduksi pada permukaan sel S. mutans (Nicolasa, 2004). Setelah itu, dipanaskan

selama 10 menit pada suhu 70 0C untuk membunuh sel dan menghambat enzim protease.

The supernatants containing the antibacterial activity were obtained after centrifugation

at 10,000 rpm selama 5 menit dan siap digunakan untuk uji mutacin. Tidak semua

ektraksi ini dapat berhasil untuk ditentukan jika semua mutacin dapat dipindahkan dari

sel, untuk memastikannya maka dilakukan pengujian pada triplicate. Satu koloni S.

mutans yang mengandung mutacin diinokulasikan pada media TSBYE dan

diinkubasikan selama 24-48 jam pada suhu 37 0C. A 1% (v/v) dan ditambahkan

kemudian dalam media tersebut 10 ml atau 100 ml fresh medium (Sesuai kebutuhan)

selanjutnya dipersiapkan test optimalisasi produksi mutacin

Metode yang digunakan untuk menentukan ekpresi mutacin dari S. mutans dilakukan

berdasarkan prinsip produksi mutacin berdasarkan Parrot (1989) yang dimodifikasi oleh

Nicolasa(2004) dan Waterhouse (2006). Serial two-fold dilusi dari ektra sel free S.

mutans dibuat 100 µl dalam pengecer yang berbeda dalam 96-well Falcon microtitre

plate (Fisher Scientific, Montre´al, QC, Canada). Aktifitas mutacin yang telah

diekspresikan dinyatakan dalam satuan per ml (AU / ml), hasil yang sesuai dengan

pengenceran terakhir menunjukkan zona hambatan terdeteksi terhadap S. mutans setelah

24 jam inkubasi pada 37 8C dalam kondisi aerobik.

3. Uji Interaksi Mutacin dengan Sel Endothel

Sel endothel dari pembuluh darah cerebelum dan arteri coronary yang telah dikultur

dipersiapkan untuk diinteraksikan dengan mutacin S. mutans berdasarkan prinsip kerja

Dorn (2000) yang dimodifikasi Nakano (2004). Uji proteksi antibiotik ini untuk menilai

kapasitas interaksi mutacin S. mutans dengan sel endhotel. Dimana sebelumnya sel

endhotel dikultur pada basal medium (EBM-2; Lonza) dilengkapi dengan EGM-2MV

single-use aliquots (Lonza). Kemudian diinkubasi 37°C dengan 5% CO2. Selanjutnya

dianalisi hasilnya pada panjang gelombang OD500. Atau kapasitas interaksi S. mutans

dengan sel endothel dinilai dengan cytochalasin D (Sigma) seperti yang dijelaskan oleh

Dorn (2000).

Page 91: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

90

4. Uji Reaktivitas S. mutans Mutacin dengan Collagen Binding Protein Pada Sel

Endothel

Uji rektivitas ini menggunakan prinsip kerja ELISA, dimana interaksi antara mutacin

dengan collagen binding protein pada sel endtothel menjadi indikator untuk

menghambat kerja S. mutans pada kasus stroke hemoragik dan endocarditis. Potensi

reaktifitas mutacin dengan collagen binding protein (Cbp) pada sel endothel pembuluh

darah akan diuji secara imunologis dengan metoda ELISA. Dilusi mutacin paling rendah

yang memberikan OD tertinggi menyatakan reaktifitas mutacin terhadap protein Cbp

tertinggi. Assay akan dilakukan 3 kali secara independent.

5. Pembuatan Suspensi Bakteri, Preparasi Kandang dan Perlakuan Hewan Coba

Suspensi bakteri dibuat dengan cara mengambil 1 ose biakan S. mutans pada media

TYS20B, kemudian dimasukkan ke dalam tabung yang berisi medium TSB 5 ml.

Selanjutnya dimasukkan ke dalam anaerobic jar lalu diinkubasi dalam inkubator selama

24 jam pada suhu 37ºC. Setelah diinkubasi kekeruhannya dibandingkan dengan

kekeruhan Mc Farland 3. Bila kekeruhan S. mutans dalam media TSB sama dengan

kekeruhan Mc Farland 3 maka jumlah S.mutans diperkirakan sebanyak 9 x 108

CFU/ml.

Apabila larutan berisi bakteri lebih keruh dibandingkan larutan Mc Farlan 3 maka

larutan ditambahkan cairan TSB sampai kekeruhannya sama, jika larutan bakteri tidak

sama keruh dengan larutan Mc Farland 3 maka ditambahkan larutan bakteri lagi sampai

kekeruhannya sama.

Sebanyak 24 ekor tikus putih galur wistar (Rattus norvegicus) berjenis kelamin

jantan yang berusia 2-3 bulan dengan berat badan 150-250 gram yang diperoleh dari

FKH Universitas Syiah Kuala diadaptasi selama seminggu untuk proses aklimatisasi

sebelum penelitian dimulai. Selama perlakuan tikus dikandangkan dalam kandang

individual dengan sekam padi yang menutupi lantai dan diberikan pakan standar berupa

pelet dan air secara ad libitum. Ruangan tempat kandang tikus berada di tempat yang

mudah dibersihkan dan disanitasi dengan kondisi standar, siklus gelap dan terang 12/12

jam.

Hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 24 ekor tikus putih

jantan galur wistar yang dikelompokkan dalam 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan

(K(p)) sebanyak 12 ekor tikus dan kelompok kontrol negatif (K(-)) sebanyak 12 ekor

tikus. Kelompok K(-) diinjeksikan NaCl 0,9% dan kelompok K(p) disuntikkan S. mutans

sebanyak 109 CFU/ml. Penyuntikan dilakukan pada vena ekor tikus. Dilatasi vena untuk

memudahkan penyuntikan dapat dilakukan dengan menghangatkan ekor tikus dengan

Page 92: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

91

menggunakan kapas yang dibasahi air hangat kemudian dioleskan pada ekor tikus.

Setelah dilatasi dilakukan penyuntikan melalui vena ekor tikus dengan respirasi terlebih

dahulu.

Sampel darah diambil dari tikus putih galur wistar (Rattus norvegicus) yang

diinfeksi dengan S. mutans. Sampel darah diambil melalui vena ekor tikus menggunaka

spuit 3cc 25 G sebanyak 1 ml. Sampel darah ini dijadikan sebagai kelompok perlakuan

dan pengambilan sampel darah dilakukan pada hari ke 7, 14, 21 dan 30.

6. Penentuan Infeksi Pada Endokardium dan Serebrum dan Kultur Streptococcus

mutans Isolat Darah

Sampel darah yang akan dijadikan kelompok perlakuan diambil dari tikus putih galur

wistar (Rattus norvegicus) yang terinfeksi oleh bakteri S. mutans. Tikus putih galur

wistar (Rattus norvegicus) akan dilakukan pemeriksaan histopatologis jantung dan otak

untuk memastikan bahwa tikus yang diambil sampel darahnya telah terinfeksi pada

endokardium dan serebrum. Pemeriksaan dilakukan dengan cara melihat perubahan

yang terjadi pada histopatologis endokardium dan serebrum pada hari ke-30.

Bakteri S. mutans isolat darah dibiakan dalam cawan petri berisi media selektif

TYS20B. Bakteri S. mutans diambil menggunakan jarum ose kemudian digoreskan pada

permukaan media dengan teknik goresan T. Kemudian dimasukkan ke dalam anaerobic

jar untuk memperoleh suasana anaerob. Untuk mengetahui suasana telah anaerob

digunakan indikator metilen blue dimana indikator ini akan berubah warna dari biru

menjadi putih dalam waktu 1-2 jam lalu diinkubasikan dalam inkubator pada suhu 37ºC

selama 2x24 jam. Selanjutnya dilakukan pewarnaan Gram terhadap bakteri S. mutans

dengan melihat warna, bentuk, dan cirinya di bawah mikroskop.

7. Pembuatan Suspensi Streptococcus mutans Isolat Darah

Suspensi bakteri dibuat dengan cara mengambil 1 ose biakan S. mutans pada media

TYS20B, kemudian dimasukkan ke dalam tabung yang berisi medium TSB 5 ml.

Selanjutnya dimasukkan ke dalam anaerobic jar lalu dinkubasikan dalam inkubator

selama 24 jam pada suhu 37ºC, dan 40ºC serta pH 5, 6 dan 8. pH diatur terlebih dahulu

dengan cara menambahkan NaOH dan HCL, apabila larutan terlalu basa maka

ditambahkan HCL dan jika larutan terlalu asam maka ditambahkan NaOH kemudian

nilai pH diukur, jika pH sudah mencapai nilai yang dinginkan dan diinkubasikan pada

suhu 37ºC.

Page 93: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

92

8. Perbandingan Pertumbuhan S. mutans Isolat Laboratorium (ATCC 31987) dengan

Isolat Darah tikus Rattus norvegicus

Bakteri S. mutans isolat laboratorium (ATCC 31987) diinkubasikan dalam suhu 37

ºC dan 40 ºC serta pH 5, 6 dan 8 selama 24 jam. Selanjutnya bakteri S. mutans yang

diperoleh dari isolat darah infeksi endokardium dan serebrum diinkubasikan dengan

suhu dan pH yang sama dengan S. mutans isolat laboratorium yaitu 37 ºC dan 40 ºC

serta pH 5, 6 dan 8 selama 24 jam. Setelah 24 jam masa inkubasi berdasarkan beberapa

suhu dan pH tersebut bakteri kemudian dibandingkan jumlah pertumbuhannya. Jumlah

bakteri akan dihitung menggunakan Spektrofotometer.

9. Pembuatan Preparat Histopatologis dan Pengamatan Hasil

Setiap tikus putih dari masing-masing kelompok perlakuan dan kontrol dieuthanasia

dengan inhalasi eter 5%. Langkah pertama adalah kranium dibuka dan otak dikeluarkan

lalu difiksasi menggunakan larutan neutral buffered formaline 10% selama 12 jam.

Selanjutnya dibuat sediaan histopatologis sesuai dengan prosedur teknik yang biasa

dilakukan di Laboratorium Patologi FKH Unsyiah. Tahap selanjutnya adalah melakukan

trimming organ dengan memotong organ dengan ukuran 1cm x 1cm x 1cm lalu

dilakukan dehidrasi organ otak dalam larutan aseton sebanyak dua kali masing-masing

dalam waktu 1,5 jam. Lalu dilakukan clearing dengan memasukkan otak ke dalam

larutan xylol sebanyak 2 kali dalam waktu 1.5 jam. Kemudian dilakukan proses infiltrasi

parafin dengan memasukkan organ ke dalam parafin cair sebanyak 2 kali dalam waktu

1,5 jam yang dilakukan di dalam oven pemanas dengan suhu 60 0C. Setelah itu, lakukan

embedding/blok jaringan dengan menanam otak ke dalam blok parafin dan dibiarkan

membeku kemudian diiris dengan ukuran 5µm dengan menggunakan mikrotom rotari.

Hasil irisan dibentangkan dalam air hangat dengan suhu 500 C lalu ditempelkan pada

object glass yang telah diberi perekat albumin Mayers dan dikeringkan di atas hot plate

selama ± 2 menit untuk menghilangkan sisa-sisa air serta dibiarkan pada suhu kamar

selama ± 24 jam.

Langkah selanjutnya adalah pewarnaan hematxylin-eosin dengan merendam jaringan

di dalam xylol sebanyak 2 kali masing-masing selama 2 menit, lalu di dalam alkohol

absolut sebanyak 2 kali masing-masing selama 2 menit, alkohol 96% sebanyak 2 kali

masing-masing selama 2 menit, alkohol 90% sebanyak 2 kali masing-masing selama 2

menit dan air selama 2 menit. Kemudian rendam kembali jaringan ke dalam hematoxylin

dan bilas dengan air sampai menjadi bening. Lalu celup ke dalam acid alkohol sebanyak

2 kali, akuades sebanyak 3 kali, eosin selama 1-2 menit dan terakhir celup ke dalam air

Page 94: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

93

sebanyak 3 kali. Selanjutnya rendam di dalam alkohol 96% sebanyak 2 kali masing-

masing selama 1 menit, alkohol absolut sebanyak 2 kali masing-masing 1 menit dan

xylol sebanyak 2 kali masing-masing selama 2 menit. Proses terakhir adalah jaringan

ditutup dengan cover menggunakan balsem Kanada dan dibiarkan sampai perekat kering

(± 12 jam) dan siap diamati di bawah mikroskop elektrik. Pengamatan histopatologis

dilakukan dengan menggunakan mikroskop elektrik dengan pembesaran 400 kali.

Sasaran pembacaan preparat adalah melihat gambaran histopatologis otak tikus.

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Uji Pertumuhan S. mutans Isolat Darah Tikus (Rattus novergituss) Berdasarkan

Suhu dan pH

Gambar 1. Grafik Perbandingan Pertumbuhan S. mutans ATCC 31987 dengan Isolat Darah

Berdasarkan pH

Keterangan :

ATCC : S. mutans ATCC 31987

M1 : S. mutans isolat darah minggu pertama

M2 : S. mutans minggu kedua

M3 : S. mutans minggu ketiga

M4 : S. mutans minggu keempat

0.547

0.257

0.591

0.849

0.435

0.945

0.5690.577

0.017

0.467

0.976

1.105

0.753

0.102

0.591

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

pH 5 pH 5 pH 5 pH 5 pH 5 pH 6 pH 6 pH 6 pH 6 pH 6 pH 8 pH 8 pH 8 pH 8 pH 8

ATCC M 1 M2 M 3 M 4 ATCC M 1 M 2 M3 M 4 ATCC M 1 M 2 M3 M 4

Page 95: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

94

Gambar 2. Grafik Perbandingan Pertumbuhan S. mutans ATCC 31987 dengan Isolat Darah

Berdasarkan Suhu

Berdasarkan hasil analisis statistik menggunakan oneway-ANOVA menunjukkan

bahwa perubahan beberapa tingkatan pH (5, 6 dan 8) pada setiap minggu memiliki

perbedaan yang bermakna terhadap pertumbuhan koloni S. mutans ATCC 31987 dengan S.

mutans isolat darah tikus Rattus norvegicus (p≤0,05) (Gambar 1). Hasil uji T untuk

pertumbuhan koloni S. mutans ATCC 31987 dengan S. muans isolat darah tikus Rattus

norvegicus pada 2 tingkatan suhu yakni 37°C dan 40°C menunjukkan perbedaan yang

bermakna pada minggu pertama dan minggu kedua penghitungan bakteri S. mutans (p≤0,05)

sedangkan untuk minggu ketiga dan keempat hasil uji T penghitungan koloni S. mutans

tidak memiliki perbedaan yang bermakna (p≥0,05) (gambar 2)

Pertumbuhan S. mutans isolat darah dan ATCC 31987 pada beberapa suhu ditinjau

berdasarkan absorbansi. Penghitungan jumlah S. mutans isolat darah berdasarkan suhu 370C

pada minggu kedua menunjukan nilai yang lebih baik dibandingkan S. mutans ATCC

31987. Streptococcus mutans diketahui tumbuh dengan baik pada suhu 18 0C-40

0C

(Hidayati, 2010). Penghitungan koloni yang terhitung lebih baik pada suhu 370C

diakibatkan oleh suhu 370C merupakan suhu yang umum digunakan untuk inkubasi bakteri

(Sabir, 2005). Bakteri Gram-positif lain seperti Staphylococcus saprophyticus diketahui

akan tumbuh dengan cepat pada suhu 370C. Bakteri ini memiliki beberapa kesamaan dengan

bakteri Gram-positif S. mutans yaitu memfermentasi karbohidrat serta mengasilkan asam

seperti asam laktat (Dewi, 2010). Pada suhu 370C S. mutans isolat darah menunjukan nilai

yang lebih baik daripada S. mutans ATCC 31987. Meskipun pada suhu 370C larutan yang

berisi S. mutans isolat darah memiliki nilai yang lebih tinggi pada beberapa minggu

daripada suhu 40⁰C, namun S. mutans masih mampu hidup pada suhu tinggi dimana

0.5580.503

0.616

0.109

0.379

0.051 0.0390.096

0.059

0.38

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

Suhu

37ºC

Suhu

37ºC

Suhu

37ºC

Suhu

37ºC

Suhu

37ºC

Suhu

40ºC

Suhu

40ºC

Suhu

40ºC

Suhu

40ºC

Suhu

40ºC

ATCC M 1 M 2 M 3 M 4 ATCC M 1 M 2 M3 M 4

Page 96: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

95

diketahui bahwa pada seseorang yang mengalami infeksi akan mengalami kenaikan suhu

tubuh (Meregetthe, 2008).

Penghitungan koloni S. mutans ATCC 31987 dengan S. mutans isolat darah tikus

Rattus Norvegicus pada dua variasi suhu yaitu 370C dan 40

0C menunjukkan perbedaan yang

bermakna pada minggu pertama dan minggu kedua berdasarkan (p≤0,05). Penghitungan S.

mutans isolat darah dan S. mutans ATCC 31987 pada suhu 400C tidak menunjukan nilai

sebaik suhu 370C pada setiap minggu berdasarkan absorbansi, namun pada minggu keempat

suhu 400C menunjukan nilai yang lebih baik dibandingkan dengan ATCC 31987 maupun

dengan S. mutans isolat darah pada suhu 370C. Kemampuan tumbuh S. mutans pada suhu

tinggi disebabkan oleh kemampuan S. mutans mempertahankan diri terhadap berbagai

perubahan yang terjadi di lingkungan tempat hidup bakteri tersebut. Perubahan suhu

merupakan salah satu hal yang sering terjadi pada perubahan lingkungan, dilaporkan bahwa

bakteri mampu merubah atau memodifikasi paling sedikit 10% dari suhu bakteri tersebut

baik tinggi maupun rendah. Sebagian besar perubahan pada bakteri dipengaruhi oleh

metabolisme, penyesuaian diri, struktur membran bakteri, dan virulensi pada masing-masing

bakteri (Meregetthe, 2008).

Penghitungan koloni S. mutans ATCC 31987 dengan S. mutans isolat darah tikus

Rattus norvegicus yang dikultur pada media TYS20B dan kemudian ditanamkan ke media

cair 5 ml yang diatur pHnya menjadi 5, 6 dan 8, hasil yang didapat menunjukkan tidak ada

perbedaan yang bermakna (p≥0,05). Pada pH 5 pertumbuhan bakteri berdasarkan nilai

absorbansi menunjukan bahwa pertumbuhan S. mutans isolat darah pada minggu ketiga

lebih baik dibandingkan dengan ATCC 31987. Pertumbuhan S. mutans isolat darah pada pH

5 menunjukan peningkatan dari minggu pertama sampai minggu ketiga. Pertumbuhan S.

mutans baik pada pH rendah dikarenakan tiga sifat virulensi S. mutans yang banyak

dilaporkan oleh peneliti yaitu mampu menyebabkan karies gigi melalui pembentukan

biofilm pada gigi, memproduksi asam organik melalui metabolisme karbohidrat dan

kemampuan tumbuh serta memproduksi asam dalam lingkungan dengan pH rendah (Palmer,

2013)

Streptococcus mutans mampu mengasamkan lingkungannya sampai pH 3,5 (Fozo,

2004). Streptococcus mutans merupakan bakteri yang sangat baik bertahan dalam banyak

tingkatan pH dibandingkan Streptococci lain. Mengidentifikasi kemampuan bakteri yang

bisa menghasilkan asam untuk bisa bertahan pada pH basa diketahui bahwa sitoplasma pada

bakteri biasanya akan lebih basa dari lingkungan sekitar tempat bakteri hidup, untuk

menyesuaikannya maka bakteri akan melepaskan proton (H+) dan mengasamkan

sitoplasmanya (Cotter, 2003).

Page 97: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

96

Pertumbuhan S. mutans isolat darah pada pH 6 tidak memiliki nilai yang lebih baik

daripada S. mutans ATCC 31987. Pertumbuhan S. mutans isolat darah pada pH 8

menunjukan nilai yang sangat baik pada minggu pertama dibandingkan dengan S. mutans

ATCC 31987. Pertumbuhan S. mutans isolat darah terus menurun sampai minggu ketiga.

Streptococcus mutans ternyata masih tetap mampu bertahan pada pH basa, Elizabeth (2004)

menyebutkan bahwa pada pH 7 S. mutans masih tetap hidup. Streptococcus mutans yang

tumbuh pada pH 7 memiliki pH intraselular 7,88 sedangkan pada S. mutans yang tumbuh

pada pH 5,5 memiliki pH intraselular 6,22 (Hanh, 1999). Penelitian Elizabeth (2004)

menyatakan bahwa pertumbuhan bakteri yang baik pada pH 8 bisa terjadi karena

kemampuan bakteri untuk hidup dalam tekanan perubahan pH. Jose A. Lemos (2008)

menyebutkan bahwa S. mutans akan tetap tumbuh baik pada pH yang berkisar 5 sampai 7

(Lemos, 2008). Kemampuan biofilm untuk menghasilkan senyawa basa bisa menetralkan

suasana asam dan mencegah timbulnya mikroflora kariogenik. Pada kenaikan pH internal,

diatur dengan memproduksi produksi NH3 dengan kombinasi proton dalam sitoplasma

untuk memproduksi NH4+ (Cotter, 2003).

5.2. Profil Histopatologis Jantung Tikus Setelah di Infeksi dengan S. mutans

5.2.1. Gambaran Histopatologis Lapisan Jantung

Page 98: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

97

Gambar 3. Gambaran histopatologi kelompok perlakuan hari ke-30. A. Endokardium : a.

destruksi jaringan, (HE, 400x), b. infiltrasi sel-sel radang, c. lisis jaringan, d. nekrosis sel (HE, 1000x): B. Miokardium : a. hemoragi, b. hiperemi (HE, 400x), c. lisis jaringan, d.

infiltrasi sel radang, e. pembesaran ruang, f. hipertropi otot, g. nekrosis sel (HE, 1000x). C. Epikardium : a. hemoragi (HE, 1000x), b. destruksi jaringan (HE, 400x), c. sel

fibroblast, d. lisis jaringan, e. nekrosis sel, f. infiltrasi sel-sel radang, (HE, 1000x).

Hasil pengamatan histopatologis lapisan jantung pada hari ke-30 (Gambar 3).

Menunjukkan kerusakan yang semakin menyebar ditandai dengan jumlah sel nekrosis

meningkat, lisis jaringan dan terjadi destruksi jaringan endokardium. Miokardium jantung

mengalami hemoragi, hiperemi, hipetrofi otot, nekrosis sel, lisis jaringan, pembesaran ruang

dan infiltrasi sel-sel radang. Epikardium mengalami hemoragi, nekrosis sel, destruksi

jaringan, lisis jaringan, infiltrasi sel-sel radang dan sel fibroblas.

Bakteri S. mutans melakukan invasi dalam sirkulasi darah dengan mengeluarkan

eksotoksin berupa peptidoglikan yang dapat menginduksi peradangan dengan tujuan untuk

mengeliminasi bakteri. Proses peradangan menimbulkan perubahan vaskular berupa

hiperemi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Robbin (2010) bahwa peradangan akan

mengalami vasokontriksi dan vasodilatasi yang menyebabkan peningkatan aliran darah dan

penyumbatan lokal (hiperemi). Selanjutnya mikrovaskulatur menjadi lebih permeabel yang

mengakibatkan masuknya cairan kaya protein ke dalam jaringan ekstravaskuler sehingga sel

darah merah menjadi lebih terkonsentrasi dengan baik, terjadi peningkatan viskositas darah

dan memperlambat sirkulasi. Secara mikroskopik memperlihatkan dilatasi pembuluh darah

yang dipadati eritrosit. Neutrofil keluar dari aliran darah dan berakumulasi di sepanjang

endotel dan bermigrasi melewati dinding pembuluh darah menuju jaringan. Toksin S.

mutans menyebabkan kerusakan sel endotel sehingga memicu kebocoran vaskular

(hemoragi) yang dapat berlangsung beberapa jam atau berhari-hari. Hemoragi merupakan

keadaan darah keluar dari sistem kardiovaskular, disertai penimbunan dalam jaringan atau

keluarnya darah dari tubuh (Ayu, 2014)

Bakteri S. mutans dalam aliran darah akan menyebabkan kebocoran pembuluh darah

sehingga menstimulasi faktor pembekuan. Fibrinogen selain merupakan faktor penting

dalam pembekuan darah juga berikatan dengan S. mutans. Hal ini sesuai dengan penelitian

Philip (2004) bahwa S. mutans masuk dalam aliran darah akan menyebabkan kerusakan

pada sel endotel. Kemudian matriks ekstraseluler seperti fibrin, fibronektin dan kolagen

terpapar dan terjadi agregasi platelet untuk proses pembekuan darah. namun fibrin, platelet

S. mutans dan sel-sel inflamasi akan membentuk suatu massa yang disebut vegetasi (Prince,

2006)

Page 99: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

98

Lapisan jantung kelompok perlakuan menunjukkan infiltrasi sel-sel radang yang

berfungsi sebagai imunitas alami untuk mengeliminasi S. mutans. Bakteri ini berada dalam

aliran darah akan mengeluarkan eksotoksin yang mengaktifkan TFN-α dan IL-1 yang akan

meningkatkan neutrofil dan sel-sel radang untuk memfagosit bakteri. Sel-sel radang yang

berperan pada endokarditis berupa komplemen, neutrofil, monosit dan makrofag. Namun

sel-sel radang ini tidak terlalu dominan, hal ini dapat dilihat pada lapisan jantung tikus

kelompok perlakuan gambar 5.2. Keadaan ini sejalan dengan pernyataan Banas (2004)

bahwa S. mutans merupakan bakteri Gram-positif yang resisten terhadap komplemen. Selain

itu S. mutans mempunyai kapsul pada dinding sel sehingga mencegah fagositosis oleh

makrofag pejamu (Damjanov, 1998, Moreiion, 2004)

Infeksi S. mutans dapat menyebabkan nekrosis sel lapisan jantung tikus putih baik

secara langsung maupun tidak langsung. Secara tidak langsung eksotoksin merusak

pembuluh darah sehingga terjadi obstruksi suplai darah yang mengakibatkan terjadinya

nekrosis. Hal ini sesuai dengan pernyataan Beg (2002) bahwa bakteri dalam tubuh akan

menghindari fagosit, berproliferasi dan menyebabkan nekrosis sel. Nekrosis sel ditandai

dengan inti sel menyusut, memiliki batas yang tidak beraturan dan berwarna gelap, proses

ini disebut piknotik. Kemudian sel akan mengalami karioreksis yang ditandai dengan inti sel

hancur dan membentuk fragmen-fragmen yang tersebar dalam sel. Akhirnya, pada beberapa

keadaan inti sel menghilang (kariolisis). Nekrosis akan menyebabkan hilangnya fungsi

daerah yang mati. Selain itu, beberapa daerah nekrotik dapat menjadi fokus infeksi yang

merupakan medium pembiakan yang sangat baik bagi pertumbuhan mikroorganisme

(Junquiera, 2007, Sandritter, 2003)

Infeksi S. mutans menyebabkan kelompok perlakuan PII, PIII, PIV mengalami

nekrosis, kerusakan jaringan dan lisis jaringan semakin meningkat seiring berjalan waktu

seperti yang terlihat pada gambar 5.5. Hal ini dikarenakan bakteri menetap dan

menyebabkan infeksi kronis yang dapat menyebabkan destruksi dan lisis jaringan. Infeksi

akan menstimulasi respon inflamasi untuk menghancurkan antingen namun jaringan sekitar

juga mengalami destruksi. Beg (2002) mengemukakan eksotoksin bakteri Gram-positif

menyebabkan kerusakan jaringan. Gambaran histopatologis miokardium yang mengalami

destruksi jaringan memperlihatkan hilangnya garis melintang. Jika suatu daerah mengalami

nekrosis akan menstimulasi respon peradangan pada jaringan yang berdekatan. Sehingga

jaringan ini akan mengalami nekrosis dan lisis (Gambar 4) (Steven, 2004).

Gambaran histopatologis lapisan jantung menunjukkan adanya hipertropi otot

jantung yang ditandai dengan penambahan ukuran sel, keadaan ini terjadi karena

peningkatan fungsional organ (Gambar 4). Hal ini sesuai dengan yang dikemukanan Silvia

Page 100: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

99

(2006) bahwa endokarditis dapat menyebabkan inkopetensi katup sehingga memaksa

jantung untuk memompa darah lebih banyak untuk menggantikan aliran balik ke atrium.

Sehingga menyebabkan peningkatan tekanan kerja miokardium, pembesaran ruang dan

hipertrofi otot jantung. Endokarditis menyebabkan peradangan pada miokardium, dimana

infeksi menyebar secara langsung dari katup jantung. Respon peradangan menyebabkan

edema interstisium sehingga memisahkan sel-sel miokardium dan sebagian lagi mengalami

nekrosis (Gani, 2006).

Epikardium yang mengalami infiltrasi sel fibroblas, dimana sel ini berfungsi dalam

proses perbaikan jaringan untuk pembentukan protein struktural yang berperan dalam

pembentukan jaringan. Hal ini sejalan dengan yang dikemukan oleh Kusyanti (2010) bahwa

infeksi pada lapisan epikardium menyebabkan kerusakan sel mesotel dan dilapisi oleh

eksudat yang kaya dengan fibrin, terdapat infiltrasi sel radang dan pembentukan jaringan

fibrosa (Kusyanti, 2010).

5.2.1. Gambaran Histopatologis Endocardium dan Katup Jantung

Gambar 4. Gambaran histopatologis katup jantung tikus A: a: infiltrasi sel radang (HE,

400x); B: a: inti sel karioreksis, b: inti sel piknotik, c: kariolisis, d: jaringan lisis (HE,

1000x)

Hasil pengamatan histopatologis katup jantung tikus pada kelompok perlakuan yang

dieuthanasia pada hari ke-30 menunjukkan adanya infiltrasi sel radang, inti sel karioreksis,

inti sel kariolisis, inti sel piknotik dan lisis jaringan. Perubahan histopatologis endokardium

dan katup jantung tikus putih setelah diinjeksi S. mutans meliputi hiperemi, hemoragi,

infiltrasi sel radang, cloudy swelling, nekrosis sel serta lisis jaringan. Pada penelitian ini,

perubahan tersebut diamati pada hari ke-7, ke-14, ke-21, ke-30. Hiperemi terlihat pada hari

ke-7 pada lapisan endokardium. Hiperemi terjadi pada fase peradangan akut. Pertama jejas

yang terbentuk akan menyebabkan dilatasi arteri lokal yang didahului vasokonstriksi

singkat, hal ini menyebabkan darah terbendung. Terbendungnya aliran arah disebabkan oleh

Page 101: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

100

beberapa hal. Bila hyperemia terjadi, venula dan kapiler bertambah permeabel

mengakibatkan keluarnya cairan plasma ke dalam jaringan hiperemi yang terus meningkat

menyebabkan perubahan tekanan intravaskular sehingga darah di dalam pembuluh

merembes ke jaringan dan membentuk hemoragi (Robbins, 2010). Hemoragi terlihat pada

hari ke-14 dan ke-30 pada lapisan endokardium, hemoragi disebabkan oleh rupturnya

pembuluh darah sehingga perdarahan masuk ke dalam jaringan (Steve, 2004)

Pada lapisan endokardium, infiltrasi sel radang terlihat pada hari ke-14, ke-21 dan

pada katup jantung terlihat pada hari ke-30. Hal ini diasumsikan akibat toksin yang

dihasilkan oleh S. mutans dapat memicu respon inflamasi berupa sitokin. Pada penelitian

Shun (2005) menyatakan bahwa tikus salah satu protein permukaan yang dimiliki S. mutans

adalah glukosiltransferase (Gtfs) yang diketahui dapat menginduksi produksi sitokin, seperti

interleukin 6 (IL-6) dari monosit, IL-6 terlihat 72 jam stetelah infeksi dan tidak hanya

ditemukan pada infeksi akut saja, tetapi juga pada tahap kronis dari endokarditis, S. mutans

juga dilaporkan dapat menginduksi produksi kemokin IL-8 dan monocyte chemoattractant

protein (MCP-1) yang ikut berperan pada rekrutmen sel-sel inflamatori (Shu, 2005,

Purwanto, 2014).

Degenerasi Cloudy swelling (bengkak keruh) terlihat di lapisan endokardium dan

katup jantung pada hari ke-7 sampai hari ke-30. Degenerasi CS terjadi akibat gangguan

metabolit yang mempertahankan lingkungan ion dari sel. Bila mekanisme regulasi ini gagal,

maka natrium dan air mengalir ke dalam sel dan kalium meninggalkan sel, akibatnya

mitokondria membengkak dan sitoplasma tampak terisi dengan granula protein yang halus

(Sandritter, 1998). Pada hari ke-30 di katup tidak terlihat lagi degenerasi CS karena banyak

jaringan yang telah lisis.

Nekrosis sel sudah mulai terlihat pada hari ke-7, 14, 21, 30 pada lapisan

endokardium dan katup jantung. Nekrosis (kematian sel) terjadi akibat jejas saat individu

masih hidup. Nekrosis bias akut tanpa tahapan kemunduran sel, bila terjadi gangguan fungsi

mendadak baik akibat trauma maupun perdarahan. Secara mikroskopik jaringan nekrotik

seluruhnya berwarna kemerahan dan tidak mengambil zat warna hematoksilin. Perubahan

yang terjadi saat nekrosis tampak pada intinya, yaitu: hilangnya gambaran kromatin, inti

menjadi keriput karena tidak vesikuler lagi, inti tampak lebih padat yang berwarna gelap

hitam (piknotik), inti terbagi atas fragmen-fragmen atau robek disebut karioreksis, inti tidak

lagi mengambil warna banyak sehingga pucat dan tidak nyata (kariolisis). Akhirnya seluruh

jaringan menjadi satu masa amorf, granuler tanpa inti atau meninggalkan bayangan-

bayangan kerangka sel dan akhirnya menghilang, Faktor yang dapat mempengaruhi

kecepatan lisis sel dibagi atas pengaruh eksterna dan interna. Pengaruh eksterna meliputi

Page 102: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

101

mikroorganisme, suhu sekitar, kelembaban udara, sedangkan pengaruh interna meliputi

umur setelah inti sel lisis, maka daerah tersebut akan mengaami kekurangan nutrisi sehingga

akan terjadi lisis jaringan seperti yang terlihat pada hari ke-30 dilapisan endokardium dan

katup jantung (Khrisanti, 2010).

Dari hasil penelitian ini menunjukkan aktivitas S. mutans dapat merusak

endokardium dan katup jantung apabila telah masuk kedalam aliran darah, yang dimulai

dengan adanya peradangan akut, ditandai dengan infiltrasi sel radang dan adanya hiperemi,

karena imun tidak dapat memfagosit S. mutans secara menyeluruh sehingga infeksi berlanjut

ke tahap kronis dengan ditandai adanya hemoragi, degenerasi sel, nekrosis sampai terjadinya

lisis jaringan.

5.3. Profil Histopatologis Otak Tikus Setelah di Infeksi dengan S. mutans

5.3.1. Gambaran Histopatologis Serebrum Tikus Galur Wistar Setelah Diinfeksi

Dengan Streptococcus Mutans

Gambar 5. Gambaran Histopatologis Serebrum Kelompok Perlakuan Hari Ke-30. (A) a.

Jaringan nekrosis; b. Hiperemi pembuluh arteri; c. Hemoragi; d. Infiltrasi sel radang (HE, 400x). (B) a. Nekrosis jaringan; b. Infiltrasi sel radang (HE, 400x). (C) a. Infiltrasi sel

radang; b. Pembuluh arteri ruptur (HE, 400x)

Gambaran histopatologis serebrum tikus putih setelah diinjeksi S. mutans

menunjukkan adanya hiperemi, infiltrasi sel radang, hemoragi, nekrosis sel dan jaringan

serta ruptur pembuluh darah. Hiperemi dan infiltrasi sel radang terlihat pada semua

kelompok perlakuan. Hal ini disebabkan karena meningkatnya jumlah darah dalam kapiler

yang mana merupakan respon inflamasi terhadap infeksi yang disebabkan oleh S. mutans

(Fedi, 2005). Ketika masuk ke dalam darah, S. mutans akan mengeluarkan eksotoksin

berupa peptidoglikan yang akan menginisiasi pelepasan mediator inflamasi seperti sitokin,

histamin dan serotonin (Sudiono, 2003, Myhre, 2004). Zat-zat ini akan tersebar di dalam

jaringan dan menyebabkan terjadinya perubahan vaskular dimana pembuluh darah akan

mengalami vasokontriksi sementara (beberapa detik) lalu terjadi vasodilatasi arteri yang

mengakibatkan peningkatan aliran darah. Melebarnya pembuluh darah ini merupakan

penyebab timbulnya warna kemerahan (eritema) (Kumar, 2004).

Page 103: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

102

Dilatasi pembuluh darah juga akan menimbulkan perubahan pada sel endotel sehingga

permeabilitas dinding pembuluh darah meningkat. Cairan plasma keluar ke jaringan

sehingga tekanan hidrostatik darah menjadi lebih tinggi dan menyebabkan sel darah merah

menjadi lebih lengket dan menggumpal. Akibatnya viskositas darah merah meningkat dan

memperlambat sirkulasi (Sudiono 2003; Kumar, 2004).

Gambaran histopatologis hemoragi dan nekrosis terlihat pada kelompok PII, PIII dan

PIV, yang mana kerusakan tersebut meningkat setiap minggunya. Hemoragi ditandai dengan

adanya darah yang masuk ke jaringan. Hal tersebut terjadi karena tekanan hidrostatik darah

meningkat dan porositas kapiler bertambah besar sehingga menyebabkan sel darah merah

keluar dari pembuluh darah (Sudiono, 20003). Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan Plumb

(1994) bahwa hemoragi dapat disebabkan oleh trauma atau meningkatnya porositas

pembuluh darah yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus atau toksin (cit. Plumb, 1994)

(Asniatih, 2013).

Nekrosis dapat ditandai dengan pengerutan inti (piknosis), fragmentasi inti

(karioreksis) dan penghancuran inti (kariolisis) (Kevin, 2010; Thomas, 1998). Pertama, sel

yang nekrosis akan menunjukkan pengerutan inti, dimana inti sel menjadi kecil dan padat.

Selanjutnya inti sel yang mengalami piknosis akan terbagi menjadi beberapa potongan kecil

(karioreksis) dan berlanjut dengan hilangnya inti sel (kariolisis) (Steve, 2000). Nekrosis sel

dapat terjadi karena adanya kerusakan pada arteri yang bertugas memperdarahi daerah

tertentu. Kerusakan tersebut dapat menyebabkan suplai nutrisi terhambat sehingga

metabolisme sel pada daerah tersebut akan terganggu dan menyebabkan sel menjadi

nekrosis (Janqueira, 2007). Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Prince dan Wilson

(2006) bahwa nekrosis merupakan sel-sel yang mempunyai aktivitas yang sangat rendah dan

akhirnya mengalami kematian sel sehingga menyebabkan hilangnya fungsi pada daerah

yang mengalami nekrosis (Prince, 2006).

Gambaran histopatologis kelompok PIV menunjukkan pembuluh arteri telah ruptur

dan jaringan yang nekrosis semakin luas. Rupturnya pembuluh arteri dapat disebabkan oleh

melemahnya lapisan tunika intima akibat infeksi yang terus terjadi sehingga dinding arteri

akan terus melebar dan melemah (Janqueira, 2007). Selain itu hal ini dapat juga disebabkan

karena S. mutans memiliki protein permukaan berupa collagen binding protein yang akan

menggantikan platelet dalam mengikat kolagen yang terekspos karena cedera sehingga tidak

terjadi proses hemostasis dan perdarahan terus berlanjut. Hal ini sesuai dengan hasil

penelitian Nakano (2011) dimana tikus model stroke hemoragik yang diinfeksi S. mutans

menunjukkan hemisfer ipsilateral serebrum mengalami perdarahan yang lebih parah

dibandingkan pada kelompok kontrol akibat aktivitas collagen binding protein S. mutans.

Page 104: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

103

Ruptur pembuluh darah pada kelompok PIV belum menyebabkan stroke pada tikus

perlakuan, dimana secara histopatologis, walaupun sudah terdapat ruptur pembuluh darah,

hemoragi dan nekrosis jaringan, kerusakan yang disebabkan oleh infeksi S. mutans pada

serebrum belum terlalu luas. Keadaan klinis tikus pada kelompok PIV juga belum

menunjukkan tanda-tanda adanya gejala stroke hemoragik seperti kelumpuhan maupun

hilang kesadaran. Parmet (2004) melaporkan bahwa gejala klinis stroke hemoragik adalah

kehilangan kesadaran, paralisis pada lengan, kaki atau seluruh anggota tubuh, gangguan

pengelihatan dan kesulitan berbicara.

Apabila terdapat tanda-tanda klinis yang menunjukkan stroke hemoragik, maka

diperlukan pemeriksaan CT scan atau MRI. CT scan stroke hemoragik akan menunjukkan

gambaran otak lebih padat dan kelihatan berwarna putih dan dapat ditentukan penyebab dari

kerusakan yang terjadi. Pemeriksaan dengan menggunakan MRI dapat mendeteksi

kerusakan yang terjadi di otak lebih baik daripada CT scan, dimana MRI mampu

mendeteksi perubahan isi jaringan otak. Efek visualisasi MRI dapat memperlihatkan aliran

darah di otak dengan jelas (Sunardi, 2014).

5.3.2. Gambaran Histopatologis Sel Endothel Pembuluh Darah Serebrum Tikus

Galur Wistar Setelah Diinfeksi Dengan Streptococcus mutans

Gambar 6. Gambaran histopatologis sel endotel pembuluh darah tikus pada kelompok (a) sel endotel lisis (b) lapisan pembuluh darah ruptur (c) sel endotel tidak tersusun rapat dan

rapi (d) hemoragi

Hasil pengamatan preparat histopatologis sel endotel pembuluh darah serebrum tikus

putih jantan setelah disuntikkan S. mutans menunjukkan terjadi perubahan susunan sel

endotel pembuluh darah yang ditandai dengan susunan sel endotel tidak rapat dan rapi,

nekrosis sel (inti lisis) dan lapisan pembuluh darah mengalami perubahan histopatologis

berupa destruksi lapisan media.

Page 105: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

104

Perubahan susunan dan nekrosis sel terjadi pada semua kelompok perlakuan.

Perubahan susunan sel endotel diduga terjadi karena S. mutans yang disuntikkan ke sirkulasi

darah dapat menginduksi respons inflamasi. Respon inflamasi ini dapat terjadi karena

produk bakteri S. mutans (peptidoglikan) akan mengaktifkan fagosit agar mensekresi sitokin

dan menginduksi leukosit ke tempat infeksi (Amijaya, 2012). Sitokin merupakan respon

utama tubuh terhadap bakteri ekstraseluler misalnya S. mutans yang diproduksi oleh

makrofag. Makrofag akan memicu sitokin proinflamasi salah satunya adalah TNF-α yang

dapat menginduksi terjadinya kerusakan sel endotel dengan mengaktifkan sitokin

proinflamasi lainnya seperti IL-6 dan IL-1β. TNF-α berpengaruh pada kerusakan sel

endotel, menyebabkan perubahan susunan sel dan abnormalitas struktur sel endotel. Sel

yang semula rapat akibat kerusakan sel endotel menjadi renggang (perubahan susunan)

bahkan menjadi hilang. Hal tersebut sesuai pernyataan Sri Murni dkk bahwa pelepasan

TNF-α dapat mengganggu pelepasan nitric-oxide dan prostacyclin, yang berlanjut terjadinya

perubahan sel endotel (Purwanto, 2014).

Selain itu, bakteri ini juga dapat merusak sel endotel selama invasi dengan

menghasilkan toksin. Lapisan pembuluh darah mengalami perubahan histopatologis berupa

destruksi lapisan media. Diduga toksin bakteri S. mutans dan keterlibatan sel-sel

inflamatorik dalam mengeliminasi bakteri dapat merusak jaringan di sekitarnya. Hal tersebut

sesuai dengan Karnen (2010) bahwa bakteri menghasilkan toksin yang dapat merusak

jaringan (Baratawidjaja, 2010). Nekrosis sel endotel diduga disebabkan karena toksin yang

dihasilkan oleh S. mutans dapat menyebabkan kerusakan pada inti sel, yang ditandai dengan

destruksi inti sel (piknotik), kariolisis, dan karioreksis (Murwani, 2007). Hal tersebut sesuai

dengan pernyataan Alan Steves yang menyatakan bahwa toksin dapat menyebabkan

nekrosis sel endotel pembuluh darah. Selain itu, nekrosis sel juga dapat disebabkan karena

obstruksi suplai darah sehingga suplai nutrisi menjadi berkurang (Nakano, 2011). Selain

nekrosis sel dan perubahan susunan sel endotel pada perlakuan III hari ke-21 terlihat juga

lapisan intima lisis dan pada hari ke-30 PIV sudah terjadinya ruptur pembuluh darah

sehingga menyebabkan masuknya darah ke jaringan. Rupturnya pembuluh darah disebabkan

oleh melemahnya tunika intima akibat infeksi yang terus menerus terjadi sehingga dinding

arteri akan terus melebar dan melemah (Eishi, 1995).

Pada kelompok perlakuan (PIV) hari ke-30 terjadi hemoragi (keluarnya darah dari

kardiovaskular). Hal tersebut diduga karena pembuluh darah terinfeksi S. mutans sehingga

menyebabkan ruptur pembuluh darah. Sesuai dengan pernyataan Ward (2001) bahwa

hemoragi dapat disebabkan oleh trauma, atau meningkatnya porositas yang disebabkan oleh

infeksi bakteri, virus atau toksin (Asmiatih, 2013). Kerusakan yang terjadi pada sel endotel

Page 106: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

105

akan mengakibatkan terjadinya agregasi platelet di sekitar sel endotel yang rusak dan

merangsang timbulnya inflamasi, yang ditandai dengan rubor, tumor, kalor dan dolor.

Segera setelah pembuluh darah rusak, rangsangan dari pembuluh darah rusak tersebut akan

menyebabkan terjadinya vasokontriksi yang akan mengakibatkan aliran darah berkurang.

Ketika S. mutans berakumulasi pada sel endotel pembuluh darah yang rusak, maka bakteri

ini akan mengekspresikan collagen binding protein yang dapat berikatan dengan lapisan

kolagen yang terekspos menggantikan platelet, sehingga menyebabkan area yang

mengalami kerusakan tidak dapat sembuh dan terjadi perdarahan yang terus menerus pada

pembuluh darah otak yang akan mengakibatkan terjadinya stroke hemoragik (Kazuhiko,

2011).

5.5. Derajat Reaktivitas Mutacin S. mutans Terhadap Sel Endotel Pembuluh Darah

Penggunaan teknik ELISA dimaksudkan untuk menentukan tingkat reaktifitas

mutacin S. mutans terhadap sel endotel. Berdasarkan nilai Optikal densitas (OD) yang telah

dibaca dengan Elisa Reader, ada perbedaan nilai konsentrasi mutacin (100, 50, 25, 12,5, dan

6,25 mg/ml) pada semua sampel sel endotel. Perbedaan nilai OD sel endotel dianalisis

menggunakan uji ANOVA one-way dan dilanjutkan dengan Post hoc-Duncan,

menggunakan software SPSS for windows. Hal ini dimaksudkan untuk menentukan nilai

kemaknaan korelasi derajat reaktifitas konsentrasi IgY terhadap berbagai sampel S. mutan.

Gambar 7. Derajat reaktifitas mutacin S. mutans terhadap sel endothel pembuluh darah. Reaktifitas mutacin terhadap sel endotel berbagai konsentrasi diukur berdasarkan Optikal

Densitas (OD) pada panjang gelombang 450 nm.

Page 107: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

106

Tabel 1. Nilai reaktifitas konsentrasi mutacin S. mutans terhadap Sel endothel berdasarkan

uji ANOVA.

Konsentrasi

IgY(mg/ml)

S. mutans Nilai Probalitas

Tingkat Kemaknaan

6.25 Endotel J. 1

Endodet J. 2

Endotel O.1

Endotel O.2

Endotel Lab

0,05

0,05

0,05

0,05

0,05

P≤0,005

12.5 Endotel J. 1

Endodet J. 2

Endotel O.1

Endotel O.2

Endotel Lab

0,05

0,05

0,05

0,05

0.05

P≤0,005

25 Endotel J. 1

Endodet J. 2

Endotel O.1

Endotel O.2

Endotel Lab

0,109

0,100

0,096

0,085

0,072

P>0,005

50 Endotel J. 1

Endodet J. 2

Endotel O.1

Endotel O.2 Endotel Lab

0,109

0,101

0,096

0,084 0,080

P>0,005

100 Endotel J. 1

Endodet J. 2

Endotel O.1 Endotel O.2

Endotel Lab

0,322

0,315

0,310 0,309

0,300

P>0,005

Hasil uji ANOVA ini dikorelasikan dengan nilai OD reaktifitas mutacin S.mutans

dengan sel endotel yang dibaca dengan elisa reader, dimana reaktifitas mutacin terhadap sel

endotel memiliki tendensi yang berbeda. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh konsentrasi

mutacin. Pada konsentrasi 100 mg/ml, mutacin masih menujukkan reaktifitas terhadap sel

endotel lab, sedangkan konsentrasi 6,25 mg/ml, IgY masih mampu memperlihatkan

reaktifitas terbaiknya, sedangkan sel endotel (Kontrol positif) berada pada reaktifitas

terakhir, namun masih mampu melakukan rekatifitas. Hal ini mengindikasikan, mutacin

yang dipakai dalam penelitian ini memiliki tendensi reaktifitas yang sama terhadap semua

sel endotel.

Berbagai laporan hasil penelitian yang disebutkan di atas dapat menjelaskan

informasi tentang potensi mutacin mengenal atau bereaktifitas dengan sel endotel.

Hubungan dengan penelitian ini bahwa mutacin dapat berinteraksi dengan aviditas yang

tinggi terhadap sel endotel walaupun Hasil uji ELISA yang dilakukan dalam penelitian ini

Page 108: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

107

menunjukkan perbedaan bermakna (P<0,05) reaktifitas mutacin terhadap sel endotel mulai

dari konsentrasi tertinggi sampai konsentrasi terendah, khususnya pada konsentrasi yang

terendah (gambar 7). Perbedaan reaktifitas tersebut, selain dipengaruhi oleh konsentrasi

mutacin, juga ditentukan oleh protein permukaan sel entodel (collagen binding protein)

(Nakano, 2011). Dengan demikian penelitian ini mempertegas laporan Abranches (2009),

bahwa mutacin S. mutans yang digunakan dalam penelitian ini bersifat spesifik terhadap sel

endotel. Mota-Meira (2000) dan Morency (2001) melaporkan bahwa bakteri penghasil

mutacin dapat menghambat bakteri patogen yang berhubungan dengan makanan, seperti L.

monocytogenes, B. cereus, C. perfringens, S. aureus dan Campylobacter jejuni. Mutacin

juga dapat menghambat berbagai streptococus dan enterococci, termasuk beberapa strain

resisten multi-obat (Kreth,2005) juga terhadap Helicobacter pylori dan Neisseria

gonorrhoeae (Mota-Meira, 2005).

Kemampuan mutacin S. mutans berinterksi dengan host, karena mutacin S. mutans

dapat berinteraksi dengan protein Cnm sel endotel senagai media untuk memfasilitasi

ikatan dengan kolagen tipe I host untuk selanjutnya menetap pada jaringan, berkoloni dan

menginfeksi host yang pada akhirnya melemahkan aktivitas sel endotelium yang

merupakan langkah penting pada infeksi endocarditis (Nomura, 2012). Nakano (2010)

melaporkan bahwa protein 120-kDa (protein Cnm) dianggap molekul protein yang

berperan penting pada kasus stroke hemoragik dan endocarditis selain protein 190-kDa

(Nakano 2008). Menurut Sato (2004) sekuen asam amino yang telah dideduksi oleh protein

Cnm memperlihatkan kesamaan yang akurat dengan collagen-binding adhesins dan setelah

dikonfirmasi ternyata protein Cnm termasuk dengan Cbp yang merupakan protein

permukaan yang memfasilitasi S. mutans untuk melekat pada jaringan sel endotel dan

kolagen host untuk.

Sejumlah penelitian melaporkan bahwa bakteriosin merupakan peptida aktif yang

dapat menyebabkan gangguan permeabisasi dinding sel bakteri dan sampai membunuh

bakteri. Sasaran reseptor dari kerja bakteriocin (mutacin) lantibiotics mampu mengganggu

sintesis dinding sel melalui afinitas yang tinggi dengan mengikat molekul lipid II, sebuah

molekul yang berperan peran penting dalam sintesis lapisan peptidoglikan Bonelli (2006),

Breukink (2006). Ikatan molekul lipid II dapat membentuk pori-pori pada membran

sitoplasma sel target. Mekanisme ini sangat penting dalam membunuh mikroorganisme

seperti juga peptida lantibiotic lacticin 3147 (Wiedemann, 2006). Sedangkan mekanisme

aksi lantibiotics dari streptococcu belum dilaporkan perannya dalam menghambat atau

membunuh mikroorganisme patogen, namun beberapa lantibiotics, seperti mutacin I, 1140

dan B-Ny266, juga menggunakan lipid II sebagai molekul target (Chatterjee, 2005).

Page 109: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

108

KESIMPULAN DAN SARAN

Streptococcus mutans isolat darah lebih bagus pertumbuhan pada kondisi lingkungan

alkalis, dibandingkan isolate labaoratorium, khususnya pada pH 8 dan pada suhu 370C dan

400C. Streeptcoccus mutans sebagai penentu terjadinya infeksi pada jantung dan otak besar

(serebrum) dengan intensitas yang meningkat dari minggu pertama sampai minggu ke empat

(hari ke-30). Infeksi oleh S. mutans pada jantung dan pembuluh darah otak, dengan sasaran

merusak sel endotel dan jaringan host, yang merupakan media untuk melakukan infeksi.

Mutacin S. mutans dapat bereaksi baik dengan sel endotel pembuluh darah otak dan jantung

pada berbagai konsentrasi. Saran dari penelitian ini adalah perlu dilakukan penentuan

serotype S. mutans isolat darah yang diisolasi dari darah tikus, selanjutnya perlu dilakukan

Penentuan molekul protein mutacin S. mutans isolate darah dan protein plasma yang

terpapar dengan S. mutans. Selanjutnya perlu dilakukan pengujian efektifitas antibiotik

mutacin yang dihasilkan oleh Streptococcus mutans secara spesifik menghambat aktivitas

adhesin dan interaksi collagen binding protein pada sel endhothel

UCAPAN TERIMA KASIH

Penelitian ini dibiayai oleh Universitas Syiah Kuala, Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan, sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Dalam Rangka Pelaksanaan

Penelitian Hibah Pekerti Tahun Anggaran 2014 Nomor :496.a /UN11/S/LK-BOPT/2014

Tanggal 26 Mei 2014.

DAFTAR PUSTAKA

Abranches J, et al. 2009. Invasion of human coronary artery endothelial cells by

Streptococcus mutans OMZ175. Oral Microbiol. Immunol. 24:141–145.

Adams C. 2003. Quality Of Life For Caregivers and Stroke Survivors in the Immediate

Discharge Periode. Elsevier. 16:21;26-130.

Aliah A, Kuswara F F, Limoa A, Wuysang G. 2007. Gambaran umum tentang gangguan

peredaran darah otak dalam Kapita selekta neurology cetakan keenam editor

Harsono. Gadjah Mada university press, Yogyakarta. Hal: 81-115.

Alwi dan Idrus. 2007. Endokarditis dalam Sudoyo, Aru W. Setiyohadi, Bambang. Alwi,

Idrus. Simadibrata K, Marcellus. Setiati, Siti. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid

III Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Amijaya APP, Murwani S, Wardhana AW. Efek ekstrak air daun kelor (moringa oleifera)

terhadap kadar tumor necrosis faktor alpha (tnf-α) dan gambaran histopatologi sel endotel arteri coronaria pada tikus putih (Rattus norvegicus) yang diberi diet

aterogenik. Jurnal Universitas Brawijaya, 2012. Hal.12-16.

Page 110: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

109

Arif M. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

Kardiovaskular. Jakarta : Salemba Medika.

Asniatih, Idris M, Sabilu K. Studi histopatologi pada ikan lele dumbo (Clarias gariepinus)

yang terinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila. Jurnal Mina Laut Indonesia 2013;

3(12):13-21.

Asniatih, Idris M, Sabilu K. Studi histopatologi pada ikan lele dumbo (Clarias gariepinus)

yang terinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila. Jurnal Mina Laut Indonesia 2013;

3: 13-21

Ayu DS. Induksi S. mutans terhadap aktivitas proteinase netrofil pada degradasi kolagen

tipe IV. Journal pustaka kesehatan 2014;2(1):160-166.

Banas J.A. 2004. Virulence properties of streptococcus mutans. Frontiers in Bioscience (9)

1267-1277.

Baratawidjaja KG, Rengganis I. Imonulogi Dasar. Ed 9. Jakarta: FKUI, 2010. p: 265.

Beg AM, Jones MN, Miller-Torbert T, and Holt RG. Binding of Streptococcus mutans to

extracellular matrix molecules and fibrinogen. Biochem Biophys Res Commun,

2002. 298, 75-79,

Bonelli, R. R., T. Schneider, H. G. Sahl, and I. Wiedemann. 2006. Insights into in vivo

activities of lantibiotics from gallidermin and epidermin modeof- action studies.

Antimicrob. Agents Chemother. 50:1449–1457.

Breukink, E., and B. de Kruijff. 2006. Lipid II as a target for antibiotics. Nat. Rev. Drug.

Discov. 5:321–332.

Chatterjee, C., M. Paul, L. Xie, and W. A. van der Donk. 2005. Biosynthesis and mode of

action of lantibiotics. Chem. Rev. 105:633–684.

Cotter PD, Hill C. Surviving the acid test: responses of Gram-possitive bacteria to low pH.

Microbiology and Molecular 2003; 67 : 437,445

Damjanov, Ivan. Histopatologi : Buku Teks Dan Atlas Berwarna. Jakarta : Widya Media,

1998.p.91-110.

Dewi FK. Aktivitas antibakteri ekstrak etanol buah mengkudu (Morinda citifloria, linneaus)

terhadap bakteri pembusuk daging segar. Surakarta : Jurusan Biologi Universitas

Sebelas Maret. 2010. Skripsi

Dorn B. R., Burks J. N., Seifert K. N., Progulske-Fox A. 2000. Invasion of endothelial and

epithelial cells by strains of Porphyromonas gingivalis. FEMS Microbiol. Lett.

187:139–144)

Eishi, K. 1995. Surgical management of infective endocarditis associated with cerebral

complications. Multi-center retrospective study in Japan. J. Thorac. Cardiovasc.

Surg. 110, 1745–1755.

Fedi FP, Vernino Ar, Gray JL. Silabus Periodonti. Jakarta: EGC, 2005.

Fozo EM, Quivey RG, Jr. Shifts in the membrane fatty acid profile of Streptococcus mutans

enhance survival in acidic environments. American society For Microbiolgy 2004;

70 : 929

Gani BA, Tanzil A, Mangundjaja S. 2006. Molecular aspect of the Streptococcus mutans

virulence properties. Indonesian Journal of Dentistry. 13(2) 107-114. (13)

Hahn K, Faustoferri RC, Quivey RG, Jr. induction of an AP endonuclease activity in

Streptococcus mutans during growth a low pH. Molecular Microbiology 1999;

31(5) : 1489

Page 111: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

110

Hidayati N. Isolasi dan identifikasi jamur endofit pada umbi bawang putih (Allium sativum)

sebagai penghasil senyawa antibakteri terhadap bakteri Streptococcus mutans dan

Escherichia coli. Malang: Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang. 2010.

Skripsi

Janqueira LC, Carneiro J. Histologi Dasar: Teks dan Atlas Ed. 10. Jakarta: EGC, 2007.

Kamiya RU, Taiete T, Gonçalves RB. 2011. Mutacins of Streptococcus Mutans. Brazilian

Journal of Microbiology 42: 1248-1258

Kamiya, R.U.; Hofling, J.F.; Goncalves, R.B. 2008. Frequency and expression of mutacin

biosynthesis genes in isolates of Streptococcus mutans with different mutacin-

producing phenotypes. J Med Microbiol. 57 (5), 626-635.

Kazuhiko N, Kazuya H, Naho T, Koichiro W, Chiho K, Ryota N, et al. The collagen-

binding protein of Streptococcus mutans is involved in hemorrhagic stroke. Nat.

Commun. 2:485 doi:10.1038/ncomms 1491 (2011).

Kevin T. Uji toksisitas akut monocrotophos dosis bertingkat per oral dilihat dari gambaran

histopatologis otak besar mencit Balb/C. Semarang: Univesitas Diponegoro. 2010.

Skripsi.

Khrisanti P. Perbedaan kecepatan lisis sel ginjal tikus wistar pada media tanah dan air tawar:

berdasarkan gambaran histopatologi. Univ Diponegoro. Skripsi 2010.

Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Buku Ajar Patologi Robbins Ed. 7 Vol.1. Jakarta: EGC,

2004.

Kusyanti E. Pengaruh supplemen vitamin C terhadap luka insisi pada tikus usia tua.

Universitas Dipeneogoro, 2010. Tesis.

Lemos JA, Burne RA. A model of efficiency: stress tolerance by Streptococcus mutans.

Microbiology 2008; 154 : 3247

Meregetthi L, sitkiewicz I, Green Nm, Musser JM. Remodeling of Streptococcus agalactiae

transcriptome in response to growth temperature. Plos One 2008; 3(7) : 1

Moreiion P, Que Y. Infective endocarditis. The Lancet 2004; 363:139-149.

Morency, H., M. Mota-Meira, G. LaPointe, C. Lacroix, and M. C. Lavoie. 2001.

Comparison of the activity spectra against pathogens of bacterial strains producing

a mutacin or a lantibiotic. Can J Microbiol 47:322-31.

Mota-Meira, M., G. LaPointe, C. Lacroix, and M. C. Lavoie. 2000. MICs of mutacin B-

Ny266, nisin A, vancomycin, and oxacillin against bacterial pathogens. Antimicrob

Agents Chemother 44:24-9.

Mota-Meira, M.; Morency, H.; Lavoie, M.C. 2005. In vivo activity of mutacin B-Ny266. J.

Antimicrob. Chemother. 56 (5), 869-871.

Murwani S, Hidayati DYN. Identiifkasi protein imunogenik chlamydia pneumoniae

terhadap serum penderita infark mioard akut. Jurnal Kedokteran Brawijaya 2007:

23(2): 100-105

Myhre AE, Strestøl JF, Wang JE. Organ injury and cytokine release caused by

peptidoglycan are dependent on the structural integrity of the glucan chain.

Infection and Immunity 2004; 72(3):1311-1317.

Nakano K, Hokamura K, Taniguchi N, Wada K, Kudo C, Nomura R, et al. The collagen-

binding protein of Streptococcus mutans is involved in hemorrhagic stroke. Nature

Communication 2011; 2:485-294.

Page 112: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

111

Nakano K, Nomura R, Matsumoto M, Ooshima T. 2010. Roles of oral bacteria in

cardiovascular diseases--from molecular mechanisms to clinical cases: Cell-surface structures of novel serotype k Streptococcus mutans strains and their correlation to

virulence. J Pharmacol Sci.113(2):120-5. Nakano K, Nomura R, Nakagawa I, Hamada S, Ooshima T. 2004. Demonstration of

Streptococcus mutans with a cell wall polysaccharide specific to a new serotype, k, in the human oral cavity. J Clin Microbiol.42(1):198-202.

Nakano K, Nomura R, Nemoto H, Lapirattanakul J, Taniguchi N, Grönroos L, Alaluusua S, Ooshima T. 2008. Protein antigen in serotype k Streptococcus mutans clinical

isolates. J Dent Res 87(10):964-8.

Nicolasa G, Augera I, Beaudoina M, Hallena F, Morencya H, LaPointeb G, Lavoiea MC.

2004. Improved methods for mutacin detection and production. Journal of

Microbiological Methods 59;351– 361.

Nomura R, Nakano K, Nemoto H, Fujita K, Inagaki S, Takahashi T, Taniguchi K, Takeda

M, Yoshioka H, Amano A, Ooshima T. 2006. Isolation and characterization of

Streptococcus mutans in heart valve and dental plaque specimens from a patient

with infective endocarditis. J Med Microbiol.55(Pt 8):1135-40.

Palmer SR, Miller JH, Abranches J, Zeng L, Lefebure T, Richards VP, et all. Phenotypic

heterogenecity of genomically-diverse isolates of Streptococcus mutans. Plos One

2013; 8(4) :1

Parmet SR, Glass JT, Glass RM. Hemorrhagic stroke. The Journal of the American Medical

Association 2004; 292:1916..

Prince SA, Wilson LM. Patofisiologi Ed. 6 Vol.1. Jakarta: EGC, 2006.

Purwanto, Susilawati ID. Induksi Streptococcus mutans terhadap aktivitas proteinase

neutrofil pada degradasi kolagen tipe IV. E Journal Pustaka kesehatan 2014; 2(1):

160-166

Robbins SL, Kumar V. Pathologic Basis of Disease. 8th

ed. Philadelphia: Saunders Elsevier.

2010. p. 566-568.

Sabir A. aktivitas antibakteri flavonoid propolis trigona sp terhadap bakteri Streptococcus

mutans (in vitro). Dental J 2005; 38 : 137

Sandritter, W. Histopatologis. Jakarta : EGC, 2003.hal. 23-49.

Sato Y, Okamoto K, Kagami A, Yamamoto Y, Igarashi T, Kizaki H. 2004. Streptococcus

mutans strains harboring collagen-binding adhesin. J Dent Res. 83(7):534-9.

Shun CT, Lu SY, Yeh CY, Chiang CP, Chia JS, Yen JY. Glucosiltransferase of viridians

streptococci are modulins of ilterleukin-6 induction in infective endocarditis.

Infection and Immunity. 2005; 73 (6).

Steven, Alan. Lone, Jane. 2004. Pathology. 2 ed. Philladelphia. Mosby, 185-187.

Sudiono J, Kurniadhi B, Hendrawan A, Djimantoro B. Ilmu Patologi. Jakarta: EGC, 2003.

Sunardi. Computed Tomography Scan (CT Scan) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Pada Sistem Neurologis. Diakses pada tanggal 15 Juli 2014.

Sutrisno, Alfred. 2007. Stroke? You Must Know Before you Get It!. Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama.Hal: 1-13.

Thomas C. Histopatologi : Buku Teks dan Atlas untuk Pelajaran Patologi Umum dan

Khusus Ed. 10. Jakarta: EGC, 1988.

Ward, M and Marcey D. 2001. Fibronectin, an extracelluler adhesion molecule. Molecular

Biology Tutorial. Kenyon College, California Lutheran University, USA; 1-4.

Page 113: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR …

112

Waterhouse, JC and Russell, RR. 2006. Dispensable genes and foreign DNA in

Streptococcus mutans. Microbiology 152, 1777–1788.

Wiedemann I, Bottiger T, Bonelli RR, Wiese A, Hagge SO, Gutsmann T, Seydel Un,

Deegan L, Hill C, Ross P, and Sahl HG. 2006. The mode of action of the lantibiotic

lacticin 3147—a complex mechanism involving specific interaction of two peptides

and the cell wall precursor lipid II. Mol. Microbiol. 61:285–296.