57
LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK (PPI) AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI MARCHANTIA POLYMORPHA TERHADAP BAKTERI MICROCOCCUS LUTEUS DAN BACILLUS SUBTILIS Oleh : Susilo, S.Pd., M.Si (NIDN. 0326028502/ Ketua) Mega Elvianasti M.Pd (NIDN. 0320098903/ Anggota) Nomor Surat Kontrak Penelitian : 533/F.03.07/2019 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA 2019

LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK (PPI

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK (PPI

i

LAPORAN AKHIR

PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK (PPI)

AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI MARCHANTIA POLYMORPHA TERHADAP

BAKTERI MICROCOCCUS LUTEUS DAN BACILLUS SUBTILIS

Oleh :

Susilo, S.Pd., M.Si (NIDN. 0326028502/ Ketua)

Mega Elvianasti M.Pd (NIDN. 0320098903/ Anggota)

Nomor Surat Kontrak Penelitian : 533/F.03.07/2019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

2019

Page 2: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK (PPI

ii

HALAMAN PENGESEHAN

PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK (PPI)

Judul Penelitian : Aktivitas Antibakteri dari Marchantia Polymorpha terhadap

Bakteri Micrococcus Luteus dan Bacillus Subtilis

Ketua Peneliti

a. Nama Lengkap : Susilo, S.Pd., M.Si.

b. NPD/NIDN : 0326028502

c. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli/IIIb

d. Fakultas/Program Studi : KIP/Biologi

e. Nomor HP : 0817220185

f. e-mail : [email protected]

Anggota Peneliti I

a. Nama Lengkap : Mega Elvianasti M.Pd

b. NPD/NIDN : 0320098903

c. Fakultas/Program Studi : KIP/Biologi

Lama Penelitian : 1 Tahun

Luaran Penelitian 1. Jurnal Internasional

Biaya Penelitian Rp. 12.000.000;

Mengetahui Jakarta, 24 Agustus 2019

Ketua Program Studi

(Dra. Maryanti Setyaningsih, M.Si)

NIDN. 0022126501

Ketua Peneliti

(Susilo, S.Pd., M.Si)

NIDN. 0326028502

Menyetujui

Dekan FKIP UHAMKA

(Dr. Desvian Bandarsyah, M.Pd)

NIDN. 0317126903

Ka. Lemlitbang UHAMKA

(Prof.Dr. Suswandari, M.Pd

NIDN. 0020116601

Page 3: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK (PPI

iii

Page 4: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK (PPI

iv

Page 5: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK (PPI

v

ABSTRAK

Tumbuhan lumut hati di Indonesia sangat melimpah dan persebarannya dapat dijumpai di area

yang lembab dan basah. Dari kelimpahan yang tinggi tersebut, lumut hati terutama belum banyak

dimanfaatkan secara optimal. Penelitian-penelitian tentang lumut di Indonesia memang sudah ada,

namum masih belum dapat menampilkan manfaat yang jelas, mengingat diversitas jenis lumut di

Indonesia sangat tinggi. Dari beberapa penelitian menyebutkan bahwa tumbuhan lumut

mengandung senyawa metabolit sekunder yang yang dapat berfungsi sebagai antibakteri.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas kandungan ekstrak dari ekstrak Marchantia

Polymorpha terhadap bakteri Micrococcus luteus dan Bacillus subtilis dengan melihat diameter

zona hambat yang terbentuk. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Terapan

Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia. Metode penelitian ini menggunakan Rancangan Acak

Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dan 5 ulangan. Konsentrasi ekstrak Marchantia polymorpha

yang digunakan yaitu 70%, 80%, 90%, dan 100%. Hasil pengukuran diameter daya hambat

menghasilkan nilai rata-rata 70%: 2,8; 80%: 4,4; 90%: 5,8; 100%: 6,6 pada bakteri Bacillus subtilis

dan pada bakteri Micrococcus luteus memiliki nilai rata-rata 70%: 3,6; 80%: 5,6; 90%: 6,4; 100%:

7,8 kemudian nilai rata-rata tersebut di uji dengan analisis statistik uji ANAVA dengan nilai

Fhitung (78,31) > Ftabel (4, 43) pada Bacillus subtilis dan pada bakteri Micrococcus luteus

menunjukkan nilai Fhitung (89,73) > Ftabel (4, 43) dengan taraf signifikansi kedua bakteri uji 0, 01

dilanjutkan dengan uji BNT dengan nilai pada Bacillus subtilis 0,876 dan 0,81 pada Micrococcus

luteus dengan taraf signifikansi 5%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ekstrak lumut hati

Marchantia polymorpha dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen Bacillus subtilis dan

Micrococcus luteus.

Kata Kunci: Ekstrak, Antibakteri, Marchantia polymorpha, Bacillus subtilis, Micrococcus

luteus

Page 6: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK (PPI

vi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL .................................................................................................

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................................

DAFTAR ISI ................................................................................................................

IDENTITAS USULAN PENELITIAN .......................................................................

RINGKASAN .............................................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN ...........................................................................................

A. Latar Belakang .................................................................................................

B. Perumusan Masalah ..........................................................................................

C. Tujuan ..............................................................................................................

D. Urgensi .............................................................................................................

BAB II. KAJIAN PUSTAKA .......................................................................................

A. Marchantia geminata ........................................................................................

B. Micrococcus luteus ………………………………….......................................

C. Bacillus subtilis .................................................................................................

D. Stade of the Art ..................................................................................................

E. Roadmap Penelitian ...........................................................................................

BAB III. METODE PENELITIAN ..............................................................................

A. Waktu dan Tempat Penelitian ……………………………...............................

B. Alat dan Bahan ……………………………………………..............................

C. Cara Kerja ..........................................................................................................

D. Alur Penelitian ..................................................................................................

E. Analisis Data ......................................................................................................

BAB IV. BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN .......................................................

A. Biaya Penelitian ...............................................................................................

B. Jadwal Penelitian .............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................

LAMPIRAN .................................................................................................................

Lampiran 1. Justifikasi anggaran penelitian .................................................................

i

ii

iii

v

vii

1

1

2

2

2

4

4

5

7

10

11

11

11

12

13

13

14

14

14

15

16

16

17

Page 7: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK (PPI

vii

Lampiran 2. Susunan organisasi dan pembagian tugas tim peneliti .............................

Lampiran 3. Biodata Ketua dan Anggota Peneliti ........................................................

Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Peneliti ...............................................................

18

24

30

Page 8: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK (PPI

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Marchatia adalah salah satu anggota dari Bryophyta yang memiliki persebaran yang

sangat luas di daerah tropis. Sebagian besar merupakan tumbuhan yang hidup pada

lingkungan lembab dan terlindung. Dalam satu decade terakhir, jumlah Marchatia berkisar

antara 5.000 hingga 6.000 spesies (Gradstein dan Costa 2003, Gradstein dan Ilkiu-Borges

2009, Heinrichs et al. 2007). Data terbaru oleh Von Konrat (2010) menyebutkan jumlah

kelompok Marchatia berkisar pada 7.500 spesies. Sebagian dari mereka telah digunakan

untuk kepentingan obat-obatan. Beberapa penelitian melaporkan kandungan senyawa

metabolit sekunder dari kelompok Bryophyta dapat digunakan sebagai antibiotik,

antikapang, antipiretik, antitoksin, antiseptik, diuretik dan antihepatitis, antioksidan,

kemoprevensi, sifat antimutagenik, dan antihepatotoksik (Guo, et al. 2008; Huang, et al.

2010; Asakawa, 2012. Bowman, et al. 2016). Lebih lanjut, banyak dari tanaman ini dapat

mensintesis metabolit sekunder aktif seperti senyawa fenolik yang ditemukan dalam

minyak esensial dengan aktivitas insektisida dan antimikroba, yang telah menjadi dasar

untuk aplikasi obat-obatan alternatif dan terapi alami (Wink, 2015). Bibenzil dan

bisbibenzil adalah kelompok zat yang paling penting dari senyawa fenolik yang terdapat

pada Marchantia polymorpha (Adam, 1996).

Menurut Asakawa, dkk (2009) melaporkan bahwa kandungan dari berbagai spesies

Marchantia, menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap Acinetobacter calcoaceticus,

Bacilus cereus, Pseudomonas aeruginosa, Salmonela typhimurium, dan Staphylococcus

aureus. Antibakteri merupakan zat yang dapat menghambat atau membunuh bakteri

penyebab infeksi. Infeksi disebabkan oleh bakteri atau mikroorganisme yang bersifat

pathogen. Namun, dari penggunaan obat modern terlalu lama dapat menyebabkan bakteri

menjadi resisten. Dimana mikroba berkembang biak di dalam jaringan. Bakteri pathogen

pada hewan dan manusia adalah Micrococcus luteus dan Bacillus subtilis.

Bakteri Micrococcus luteus merupakan baketri pathogen yang sering menyebabkan

penyakit pada ikan. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri gram positif yang berbentuk

bulat ini disebut dengan micrococcosis. Ciri yang paling umum dari infeksi bakteri ini

adalah timbulnya luka pada kulit dan organ internal seperti otot, liver, dan limpa yang

diikuti dengan penurunan nafsu makan (Aydin dkk., 2005). Selain bakteri Micrococcus

Page 9: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK (PPI

2

luteus, bakteri pathogen lainnya adalah Bacillus subtilis Bakteri ini sering menginfeksi

organ mata para pencandu heroin, selain itu bakteri ini juga dapat menyebabkan keracunan

pada makanan (Kumar, 2012)

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ingin melakukan suatu penelitian tentang

uji daya hambat ekstrak tumbuhan lumut Marchantia geminata terhadap bakteri

Micrococcus luteus dan Bacillus subtilis.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diambil perumusan masalah penelitian

sebagai berikut:

1. Apakah ekstrak Marchantia geminata memiliki daya hambat terhadap bakteri

Micrococcus luteus dan Bacillus subtilis?

2. Bagaimanakah daya hambat yang dibentuk oleh ekstak Marchantia geminata?

3. Senyawa apa sajakah yang terdapat pada tumbuhan lumut Marchantia geminata?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak lumut hati

Marchantia polymorpha terhadap bakteri Micrococcus luteus dan Bacillus subtilis.

D. Urgensi Penelitian

Tumbuhan lumut hati di Indonesia sangat melimpah dan persebarannya dapat

dijumpai di area yang lembab dan basah. Dari kelimpahan yang tinggi tersebut, lumut hati

terutama belum banyak dimanfaatkan secara optimal. Penelitian-penelitian tentang lumut

di Indonesia memang sudah ada, namum masih belum dapat menampilkan manfaat yang

jelas, mengingat diversitas jenis lumut di Indonesia sangat tinggi. Dari beberapa penelitian

menyebutkan bahwa tumbuhan lumut mengandung senyawa metabolit sekunder yang

berbeda antar spesies lumut. Secara ekologi Marchantia merupakan tumbuhan perintis

dalam menciptakan habitat primer dan sekunder setelah adanya perusakan lingkungan.

Marchantia memiliki peran yang penting dalam menjaga porositas tanah dan mengatur

tingkat kelembaban ekosistem, karena kemampuannya dalam menahan dan menyerap air

(Gradstein, et al. 2010). Marchantia dapat digunakan sebagai indikator pencemaran udara.

Jika udara sudah penuh dengan polutan, lumut tidak dapat tumbuh dengan baik bahkan

dapat mati (Cargill, et al. 2013). Lebih lanjut kajian tentang potensi senyawa fitokimia

Page 10: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK (PPI

3

tumbuhan lumut di Indonesia belum banyak dilakukan, maka penelitian ini akan menjadi

modal penting dalam pengembangan IPTEK.

Melihat masalah seperti diatas, maka peneliti mengharapkan luaran dari penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang manfaat dan kegunaan dari ekstrak

Lumut hati Marchantia polymorpha.

2. Dapat menjadi data bagi peneliti-peneliti untuk menelaah lebih lanjut mengenai

berbagai manfaat khususnya dalam bidang kesehatan.

Page 11: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK (PPI

4

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. State of the Art

Penelitian tentang lumut memang sudah banyak dilakukan. Namum, mengingat

jumlah tumbuhan lumut yang mencapai 9.000 spesies di seluruh dunia (Shaw, et al. 2011),

tentu masih banyak sekali kajian tumbuhan lumut yang perlu diteliti. Dari hasil kajian pustaka dari

berbagai publikasi ilmia nampak jelas bahwa tumbuhan tumut masih merupakan objek yang cukup

luas untuk diteliti. Menurut beberapa hasil penelitian, table berikut menyajikan hasil penelitian yang

merupakan state of the art penelitian ini.

Tabel 1. State of the art penelitian

Judul Penelitian/artikel Hasil peneltian

Flavonoids, Antioxidant Potential, and

Acetylcholinesterase Inhibition Activity

of the Extracts from the Gametophyte

and Archegoniophore of Marchantia

polymorpha L.

Peneliti: Xin Wang, Jianguo Cao, Yuhuan

Wu, Quanxi Wang, dan Jianbo Xiao

Lokasi: China

Tahun: 2016

Nama Jurnal: Molecules

Dalam penelitian tersebut menyebutkan

bahwa Marchantia polymorpha memiliki

kandungan terpenoid dan flavonoid yang

lebih tinggi pada archegoniophore

dibandingkan gametofitnya. Hasil

penelitiannya menyebutkan bahwa

kandungan flavonoid pada

archegoniophore menunjukkan aktivitas

bio lebih kuat dalam menurunkan radikal

bebas saat di analisis dengan LC-MS.

Synthesis and Antimicrobial

Characterization of Half-

Calycanthaceous Alkaloid Derivatives.

Peneliti: Shaojun Zheng, Xinping Zhou,

Shixun Xu, Rui Zhu, Hongjin Bai dan

Jiwen Zhang

Lokasi: China

Tahun: 2016

Nama Jurnal: Molecules

Penelitian Zheng dkk. telah menguji bahwa

29 turunan tetrahydropyrroloindol alkaloid

pada 9 stain bakteri dan beberapa jenis

jamur. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa senyawa alkaloid mempengaruhi

aktivitas bakteri (B. cereus, S. aureus, E.

coli, S. typhimurium, S. flexneri,

Escherichia sp., P. aeruginosa, and R.

solanacearum. dan S. epidermidis) dan

jamur (F. oxysporum, A. sflavu, Cytospora

juglandis, P. citrinum, C. orbiculare,

oxysperium sp., dan A. solani)

Structure and Anti-TB Activity of

Trachylobanes from the Liverwort

Jungermannia exsertifolia ssp. cordifolia

Peneliti: Jochen M. Scher, Andreas

Schinkovitz, Josef Zapp, Yuehong Wang,

Scott G. Franzblau, Hans Becker, David C.

Lankin, dan Guido F. Pauli.

Penelitian ini mengungkap senyawa

diterpenoid derivate baru dari tanaman

Jungermannia exsertifolia subsp. cordifolia

mampu melawan aktivitas bakteri

Mycobacterium tuberculosis (TB) pada

konsentrasi 61-24 μg/mL. Mereka

menekankan bahwa lumut hati

Page 12: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK (PPI

5

Lokasi: University of Illinois at Chicago,

UK

Tahun: 2010

Nama Jurnal: Journal of Natural

Products

Jungermannia exsertifolia subsp. cordifolia

jenis berpotensi menjadi antibakteri.

Antifungal and Antibacterial Potential

of Methanol and Chloroform Extracts of

Marchantia polymorpha L.

Peneliti: Dheeraj Gahtori & Preeti

Chaturvedi

Lokasi: India

Tahun: 2011

Nama Jurnal: Archives of Phytopathology

and Plant Protection

Penelitian ini menguji Ekstrak metanol dan

kloroform dari Marchantia polymorpha

terhadap tiga bakteri gram negatif

(Xanthomonas oryzae pv. Oryzae,

Salmonella enterica dan Pasturella

multocida) dan empat strain jamur (Tilletia

indica Mitra, Fusarium oxysporum f. Sp.

Lini, Sclerotium rolfsii Sacc. dan

Rhizoctonia solani Kuhn. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa ekstrak metanol

mampu menghambat pertumbuhan bakteri

(X. oryzae dan

P. multocida dengan MBC 2.75 and 1.25

mg/mL) dan jamur Rhizoctonia solani dan

F. oxysporum pada konsentrasi MFC 4.50

and 0.65 mg/mL.

B. Marchantia polymorpha

Secara ekologi lumut merupakan tumbuhan perintis dalam menciptakan habitat primer

dan sekunder setelah adanya perusakan lingkungan. Bryophyta memiliki peran yang penting

dalam menjaga porositas tanah dan mengatur tingkat kelembaban ekosistem, karena

kemampuannya dalam menahan dan menyerap air (Gradstein, et al. 2010). Bryophyta dapat

digunakan sebagai indikator pencemaran udara. Jika udara sudah penuh dengan polutan,

lumut tidak dapat tumbuh dengan baik bahkan dapat mati (Cargill, et al. 2013). Selain

sebagai indikator lingkungan, keberadaan lumut di dalam hutan hujan tropis sangat

memegang peranan penting sebagai tempat tumbuh organisme seperti serangga dan waduk

air hujan (Field, et al. 2016). Marchantia polymorpha adalah tanaman yang di distribusikan

secara luas di jurang yang lembab dan di tempat lainnya yang teduh. Sejumlah pengamatan

menunjukan bahwa tanaman ini terdapat di daerah vegetasi yang di hancurkan oleh api,

asalkan tempat tersebut memiliki cukup kelembaban. Dalam kondisi seperti itu tanaman

mungkin berkembang sebagai pertumbuhan kusut yang padat untuk beberapa tahun, secara

bertahap digantikan oleh lumut, rumput dan bibit tanaman kayu. Talus marchantia terkait

Page 13: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK (PPI

6

erat suku tertentu yang luas, bercabang pita, yang tersebar di tanah, berlabuh oleh banyak

rhizoid (Wilson dkk., 1962).

Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa lumut juga berpotensi sebagai

antibakteri dan fungisida yang dapat membunuh serangga dan jamur. Hal lain yang telah

dilakukan dengan lumut adalah menggunakannnya sebagai bahan obat-obatan untuk

mengobati gatal-gatal dan penyakit lain yang disebabkan oleh bakteri dan jamur. Contoh

lain adalah Marchantia polymorpha dan Scapania verrucosa yang telah diteliti mampu

menjadi antioksidan yang mampu meangkal radikal bebas (Krishnan & Murugan 2013;

Zeng, et al. 2011; Wang, et al. 2016). Selanjutnya jenis Ptilidium pulcherrimum dapat

digunakan sebagai anti-leukemia dan anti-kanker (Veljić, et al. 2010).

C. Mekanisme senyawa antimikroba

Suatu antimikroba (AM) memperlihatkan toksisitas selektif, Obat ini lebih toksik

daripada sel-sel hospes. Hal ini dapat terjadi karena pengaruh obat yang selektif terhadap

mikroba atau karena kerja obat pada reaksi biokimia penting dalam sel parasit tebih unggul

dibandingkan dengan pengaruhnya pada sel hospes (Rahardjo, 2009).

Secara umum, kemungkinan situs serangan suatu zat antimikrobial dapat diduga

dengan meninjau struktur serta komposisi sel mikroba. Suatau sel hidup yang normal

memiliki sejumlah besar enzim yang melangsungkan proses-proses metabolik dan juga

protein lainnya, asam nukleat serta senyawa-senyawa lain. Membran semipermeabel

(membran sitoplasmik) mempertahankan integritas kandungan seluler; membran tersebut

secara selektif mengatur keluar-masuknya zat antara sel dengan lingkungan luar. Membran

ini juga merupakan situs beberapa reaksi enzim. Dinding sel merupakan penutup lindung

bagi sel selain juga berpartisipasi di dalam proses-proses fisiologi tertentu. Kerusakan pada

salah satu dari situs ini dapat mengawali terjadinya perubahan-perubahan yang menuju

kepada matinya sel tersebut.

1) Kerusakan pada dinding sel: Struktur dinding sel dapat dirusak dengan cara menghambat

pembentukannya atau mengubahnya setelah selesai terbentuk.

2) Perubahan permeabilitas sel: Membran sitoplasma mempertahankan bahan-bahan

tertentu di dalam sel serta mengatur aliran keluar-masuknya bahan-bahan lain. Membran

memelihara integritas komponen-komponen selular. Kerusakan pada membran ini akan

mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau matinya sel.

3) Perubahan molekul protein dan asam nukleat: Hidupnya suatu sel bergantung pada

terpeliharanya molekul-molekul protein dan asam nukleat dalam keadaaan alamiahnya.

Suatu kondisi atau substansi yang mengubah keadaan ini, yaitu mendenaturisasikan

Page 14: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK (PPI

7

protein dan asam-asam nukleat dapat merusak sel tanpa dapat diperbaiki kembali. Suhu

tinggi dan konsentrasi pekat beberapa zat kimia dapat mengakibatkan koagulasi

(denaturasi) ireversibel (tak dapat balik) komponen-komponen seluler yang vital ini.

4) Penghambatan kerja enzim: Setiap enzim dari beratus-ratus enzim berbeda-beda yang

ada di dalam sel merupakan sasaran potensial bagi bekerjanya suatu penghambat. Banyak

zat kimia telah diketahui dapat mengganggu reaksi biokimiawi. Penghambat ini dapat

mengakibatkan terganggunya metabolisme atau matinya sel.

5) Penghambatan sintesis asam nukleat protein: DNA, RNA dan protein memegang peranan

amat penting di dalam proses kehidupan normal sel hal itu berarti bahwa gangguan apa

pun yang terjadi pada pembentukan atau pada fungsi zat-zat tersebut dapat

mengakibatkan kerusakan total pada sel. Fenol digunakan secara luas sebagai desinfektan

dan antiseptik. Golongan fenol diketahui memiliki aktivitas antimikroba yang bersifat

bakterisidal. Fenol sebagai desinfektan cair tidak dipengaruhi oleh bahan organik,

aktivitasnya rendah terhadap endospora bakteri, efektif pada konsentrasi 2-5% dengan

mendenaturisasi protein dan merusak membran sel bakteri serta aktif pada pH asam.

Senyawa fenolik merusak sel mikroba dengan mengubah permeabilitas membran

sitoplasma sehingga menyebabkan kebocoran bahan-bahan intraseluler, kemudian

mendenaturisasi dan menginaktifkan protein seperti enzim. Senyawa ini juga mampu

memutuskan ikatan silang peptidoglikan oleh usahanya menerobos dinding sel, senyawa

fenol menyebabkan kebocoran nutrient sel dengan merusak ikatan hidrofilik komponen

penghasil membran sel seperti protein dan fosfolipida serta larutnya komponen-komponen

yang berikatan secara hidrofilik yang berakibat meningkatnya permeabilitas membran.

Terjadinya kerusakan pada membran berakibat terhambatnya aktivitas dan biosintesis enzim

spesifik yang diperlukan dalam reaksi metabolisme (Pratiwi, 2008).

D. Bacillus subtilis

Bacillus merupakan bakteri berbentuk batang dan dapat membentuk spora yang erat

hubungannya dengan susu dan produk susu. Mereka mampu memfermentasi gula susu

(laktosa) menjadi asam laktat dan asam lain. dapat berbentuk tunggal atau membentuk

rantai. Termasuk bakteri nonmotil dan masuk ke dalam bakteri gram positif. Bersifat

anaerobik atau anaerobik fakultatif. Bakteri ini dapat ditemukan pada produk persusuan,

produk-produk dari daging, air, limbah, rongga mulut, vagina, serta saluran pencernaan

makanan hewan dan manusia (Pelczar dan Chan, 2013).

Pada berbagai kasus kesehatan Bacillus subtilis dapat mencemari air minum. Selain

itu bakteri jenis ini sering kali ditemukan pada makanan kaleng dan daging yang

Page 15: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK (PPI

8

mengandung nitrat. Jika tidak dapat dihancurkan dengan pemanasan, maka jika suhu

lingkungan sesuai dengan pertumbuhannya, bakteri tersebut akan tumbuh dan

menghasilkan gas berbau busuk. Bakteri ini dapat mengkontaminasi makanan sehingga

dapat menyebabkan keracunan makanan (Rumondor dkk., 2014; Kumalaningsing., 2016;

Sarjono dkk., 2008).

E. Micrococcus luteus

Micrococcus luteus adalah bakteri berbentuk kokus terdapat tunggal ataupun hidup

berkoloni. Merupakan bakteri gram positif, bersifat anaerobic fakultatif atau

mikroaerofilik. Bakteri ini dapat hidup dan menjadi patogen di tanah, air tawar, kulit dan

selaput lendir pada binatang berdarah panas, termasuk manusia (Pelczar dan Chan, 2013).

Bakteri Micrococcus luteus mampu menyebabkan kematian 38% dengan rerata

waktu kematian 110,25 jam pada ikan. Gejala penyakit yang ditimbulkan antara lain ikan

keliatan pucat, hepar pucat dan ada flek pada usus (Herfiani dkk., 2011). Menurut Kordi

(2010), Micrococcus luteus juga merupakan penyabab penyakit cacar pada ikan, gejala

yang ditimbulkan berupa ikan terlihat lemah, nafsu makan hilang, mata menonjol dan

seringkali lepas, kulit kelihatan melepuh yang selanjutnya menjadi borok.

Page 16: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK (PPI

9

F. Roadmap Penelitian

Rencana kegiatan penelitian ini disajikan dalam roadmap penelitian sebagai

berikut:

Gambar 1. Roadmap penelitian

R & D

TECHNOLOGY

PRODUCT

Identification

Uji Antibakteri

analysis

1. didapatkan spesies Marchantia polymorpha 2. Mengidentifikasi spesies yang ditemukan

a. Ekstraksi Marchantia polymorpha b. Bacillus subtilis

c. Micrococcus luteius

zona bening disekitar cakram

Publikasi

Survey lapangan Analisis Morfologi

Metode Difusi

Menghitung cakram uji

Waktu

Page 17: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK (PPI

10

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Alur Penelitian

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini direncanakan akan dilakukan pada bulan Desember 2019 sampai bulan

Februari 2018. Pengambilan sampel tanaman sample lumut yang diambil dari Taman

Lumut Kebun Raya Cibodas. Identifikasi tanaman terong dilakukan di Laboratorium

Mikrobiologi Terapan LIPI, Cibinong.

C. Alat dan Bahan

1. Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian yaitu inkubator, autoklaf, microwave,

laminar air flow lemari pendingin, tabung reaksi dan raknya, cawan petri, erlenmayer,

pipet ependorf dan tipsnya, pinset, lampu Bunsen, penggaris, jas lab, pensil, label nama

dan kertas copy.

2. Bahan

Penelitian yang

telah dilakukan

Daya hambat

Publikasi

Penelitian yang dikerjakan

Penelitian yang akan dikerjakan

Penelitian yang akan dikerjakan

Identifikasi

tanaman Uji Antibakteri

Metabolit sekunder

Ekstraksi Keanekaragaman

Marchantia

Polymorpha

Data Morfologi

Literasi

Survey

Gambar 2. Alur penelitian

Page 18: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK (PPI

11

Lumut Marchantia polymorpha di ekstraksi dengan metode ekstraksi organic

yang diterapkan pada laboratorium mikrobiologi terapan yaitu dengan cara mengambil

senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada Marchantia polymorpha. Bakteri

Micrococcus luteus dan Bacillus subtilis diperoleh dari laboratorium mikrobiologi LIPI,

media NA (Nutrien Agar) media MHB (Mueller Hinton Broth), Etil asetat, Metanol,

Alkohol 70%, Aquades steril, alumunium foil, kapas, pematik api, tissue dan cakram

kertas..

D. Cara Kerja

1. Pengumpulan dan Determinasi Tumbuhan

Lumut hati Marchantia polymorpha yang digunakan dalam penelitian ini adalah

lumut hati yang diperoleh di kawasan wisata curug cibereum dan curug Cilember

sebanyak 500 gram, dan dilakukan determinasi di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun

Raya Bogor, LIPI.

2. Pembuatan Ekstrak Lumut hati Marchantia polymorpha

Lumut hati Marchantia polymorpha yang telah diperoleh di bersihkan dari tanah,

akar dan serat-serat yang melakat sehingga hanya tersisa bagian daunnya saja, kemudian

lumut yang sudah dibersihkan dikeringkan dalam suhu kamar tanpa bantuan sinar

matahari. Lumut yang sudah kering kemudian diblender, selanjunya lumut diekstraksi

dengan menggunkan cara ekstraksi organik halus. Lumut ditimbang sebanyak 3 gram

kemudian tempatkan lumut di Erlenmeyer dan tambahkan etil asetat sebanyak 60 ml, lalu

ditutup dengan alumunium foil dan di shaker selama 24 jam.

Lumut yang sudah di shaker selama 24 jam kemudian disaring dengan

menggunakan kasa dan kertas saring, kemudian hasil saringan tersebut dipindahkan ke

wadah evaporator untuk menghilangkan kandungan etil asetat. Hasil dari evaporator

dibilas dengan menggunkan metanol sebanyak 1ml dan ekstrak Marchantia polymorpha

dengan konsentrasi 100% siap digunakan.

3. Sterilisasi Alat dan Bahan

Seluruh alat dan bahan yang akan digunakan sebelumnya dicuci bersih, selanjutnya

dikeringkan dan dibungkus dengan kertas kopi kemudian disterilisasi di dalam autoclave

selama 15-30 menit dengan mengatur tekanan sebesar 15dyne/cm3 (15 atm) dan suhu

121oC.

4. Pembuatan Media Uji Antibakteri

Page 19: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK (PPI

12

Media untuk mengkultur bakteri dibuat demgan 2 laipsan yaitu Bottom layer dan

upper layer. Lapisan bottom layer berfungsi sebagai penyangga media, sedangkan upper

layer berfungsi sebagai media pertumbuhan bakteri. Lapisan bottom layer dibuat dengan

mencampurkan 4,2 gram MHB dan 3,6 gram Agar kemudian bahan tersebut dilarutkan

dengan 200 ml Aquades. Lapisam upper layer dibuat dengan mencampurkan 0,525gram

MHB dan 0,45gram Agar kemudian dilarutkan 50 ml aquades. Kedua bahan tersebut

dimasukkan kedalam Erlenmeyer, kemudian distreilisasi dengan menggunakan autoklaf

sesuai dengan prosedur sterilisasi.

Bahan yang sudah disterilisasi kemudian dituangkan kedalam cawan petri dalam

kondisi suhu yang sttabil atau hangat-hangat kuku. Lapisan bottom layer dituang terlebih

dahulu sampai mengisis setengah cawan petri, kemudian lapisan upper layer yang

suhunya stabil dicampurkan bakteri uji sesuai dengan perhitungan OD, kemudian

tuangkan kedalam cawan petri diatas lapisan penyangga. Pembuatan media tersebut

dilakukan di laminar air flow untuk mencegah kontaminasi.

5. Pembuatan Stok Bakteri

Pembuatan stok bakteri dilakukan untuk memperbanyak bakteri, dengan cara

menginokulasi 100 mikro dari biakan murni bakteri Staphylococcus aureus. Pembuatan

stok bakteri dilakukan di media cair yaitu dengan menggunakan MHB. Sebanyak 0,525

gram MHB di larutkan dengan 50 ml aquades, kemudian dipindahkan kedalam tabung

reaksi sebanyak 5ml/tabung, selanjutnya media tersebut disterilisasi. Media yang telah

disterilisasi telah siap unmtuk digunakan, umtuk pembiakan bakteri 100 mikro bakteri

diambil dari biakan murni bakteri, kemudian dicampurkan kedalam media MHB, setelah

dicampurkan, tabung reaksi yang berisi biakan bakteri tersebut di shaker selama 24 jam.

6. Pembuatan stok variable konsentrasi

Stok ekstrak Marchantia polymorpha dibuat dalam berbagai konsentrasi yaitu

70%, 80%, 90%, 100%. Aquades digunakan sebagai kontrol negative dan tetracycline

digunakan sebagai kontrol positif. Cakram uji kosong diletakkan di cawan petri steril,

kemudian setiap cakram uji diteteskan setiap konsentrasi sebanyak 50 mikro dengan

menggunakan mikropipet. Tunggu sampai seluruh konsentrasi meresap kedalam cakram,

kemudian cakram diletakkan dimedia uji. Pembuatan stok variable konsentrasi dilakukan

dengan cara pengenceran dengan menggunakan aquadest.

7. Uji aktivitas antibakteri ekstrak Marchantia polymorpha

Uji aktivitas antibakteri ekstrak Marchantia polymorpha dimulai dengan

mempersiapkan:

Page 20: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK (PPI

13

a Bakteri uji

Baketri uji disiapkan terlebih dahulu, bakteri yang akan diuji di inokulasi selama

24 jam dalam media cair NB.

b Media uji antibakteri

Media untuk uji antibakteri dibuat dengan menggunakan MHB dan agar. Media

untuk uji antibakteri terdiri dari dua lapisan yaitu buttom layer dan upper layer.

Buttom layer memiliki tekstur yang lebih keras dibandingkan dengan uppper layer,

karena buttom layrer berfungsi sebagai penyangga, sedangkan upper layer

berfungsi sebagai tempat pertumbuhan bakteri. Untuk proses pembuatan dan

perhitungan setiap lapisan sudah dijelaskan pada poin seblumnya.

Media upper layer, sebelum dituangkan kedalam cawan petri terlebih dahulu

diberikan biakan bakteri uji uyang telah di inokulasi selama 24 jam. Banyak bakteri

yang dicampurkan pada media upper layer diseuaikan dengan perhitungan OD

bakteri.

c Meletakkan cakram uji

Setelah lapisan bottom layer dan upper layer dituangkan kedalam cawan petri,

maka selanjutnya adaalah menempatkan cakram diatas lapisan upper layer.

Sebelum cakram diletakkan pada media uji, masing-masing cakram di teteskan

terlebih dahulu konsentrasi uji sebanyak 50 mikro, pemberian ekstrak dilakukan

secara bertahap yaitu 20 mikro, 15 mikro dan 15 mikro. Hal ini dilakukan supaya

seluruh ekstrak yang diberikan terserap sempurna pada cakram. Tunggu hingga

seluruh konsentrasi bahan uji menyerap sempurna pada cakram.

Setelah seluruh konsentrasi menyerap pada cakram, selanjutnya cakram

dipindahkan kedalam media uji. Peletakkan cakram pada media uji harus behati-

hati tidak boleh terjadi kontaminasi. Peletakkan cakram menggunakan pinset yang

telah di sterilisasi. Cakram diletakkan pada bagian masing-masing, peletakkan

cakram sedikit ditekan kedalam untuk menghindari terjadinya pergerakan pada

cakram. Setelah seluruh cakram diletakkan, media disimpan terlebih dahulu

didalam kulkas selama 30 menit. Hal ini berfungsi umtuk konsentrasai ekstrak pada

cakram dapat berdifusi pada media.

d Inkubasi

Media selanjutnya dipindahkam kedalam inkubator bakteri pada suhu 37oC selama

24 jam. Setelah 24 jam media dikeluarkan dan diamati terdapat zona bening

disekitar cakram. Hasil yang didapat dicatat untuk data penelitian.

Page 21: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK (PPI

14

E. Analisis Data

Hasil yang diperoleh di analisis secara deskriptif kualitatif. Analisis data dilakukan dengan

uji ANAVA satu arah untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan dalam uji daya hambat

ekstrak lumut hati (Marchantia polymorpha) dengan konsentrasi 0% kontrol, 100%, 90%,

80%, 70%,, Sebelumnya dilakukan uji normalitas sebagai uji prasyarat, apabila data tidak

normal maka analisis dengan menggunakan uji non parametrik kruskal wallis (Nurgana,

1985).

F. Indikator Capain Hasil Penelitian

Hasil akhir atau target yang diharapkan dari penelitian ini adalah publikasi jurnal

ilmiah internasional sesuai yang telah dikemukan. Hasil penelitian yang dipublikasikan

adalah perbedaan daya hambat ekstrak Marchantia polymorpha terhadap dua jenis bakteri

Bacillus subtilis dan Micrococcus luteus.

G. Fishbond Penelitian

Process

Equipment

Source

Environment

SDM

Persiapan Isolasi DNA

Metode

Anneling Denaturasi

GelAnalyzer

Chemidoc UV

Sarana Prasarana

Variasi Marchantia

Daya dukung data

Banyaknya diversitas

Produck

Gambar 3. Fishbond penelitian

Page 22: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK (PPI

15

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskrispi Wilayah Penelitian

Di Indonesia lumut masih dinggap sebagai tumbuhan gulma oleh beberapa kalangan.

Padahal lumut hati jenis Marchantia polymorpha telah lama dijadikan tumbuhan obat-

obatan di Cina karna diduga dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen. Dalam

menyikapi hal tersebut, penulis melakukan penelitian lebih lanjut tentang uji antibakteri

ekstrak lumut hati Marchantia polymorpha terhadap bakteri Bacillus subtilis dan

Micrococcus luteus.

B. Hasil Penelitian

Hasil uji antibakteri menggunakan ekstrak lumut hati Marchantia polymorpha dengan

konsentrasi yang berbeda yaitu 70%, 80%, 90%, dan 100% menunjukkan adanya aktivitas

antibakteri pada ekstrak . Hal ini dianalisis dari terbentuknya daerah hambat disekitar

kertas cakram yang berisi ekstrak pada media MHA (Muller Hinton Agar). Daerah jernih

yang terbentuk merupakan bukti bahwa ekstrak ekstrak lumut hati Marchantia polymorpha

memiliki kemampuan antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Bacillus

subtilis dan Micrococcus luteus. Pengambilan data diambil dengan mengukur diameter

daerah hambat dengan menggunakan jangka sorong kemudian hasil pengukuran diolah

dengan rumus: diameter zona hambat – diameter kertas cakram dengan satuan mm (David

dan Stout, 1971). Hasil rata-rata daya hambat ekstrak lumut hati Marchantia polymorpha

pada beberapa konsentrasi disajikan pada tabel 1.

Tabel 1. Hasil Rata-Rata Daya Hambat Ekstrak Marchantia polymorpha

Terhadap Pertumbuhan Bacillus subtilis

No. Konsentrasi Rata-rata (mm) Total (mm)

1. A = Kontrol + 9,8 49

2. B = Kontrol - 0 0

3. C = 70% 2,8 14

4. D = 80% 4,4 22

5. E = 90% 5,8 29

6. F = 100% 6,6 33

Page 23: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK (PPI

16

Tabel 2. Hasil Rata-Rata Daya Hambat Ekstrak Marchantia polymorpha

Terhadap Pertumbuhan Micrococcus luteus

No. Konsentrasi Rata-rata (mm) Total (mm)

1. A = Kontrol + 10,6 43

2. B = Kontrol - 0 0

3. C = 70% 3,6 18

4. D = 80% 5,6 28

5. E = 90% 6,4 32

6. F = 100% 7,8 39

Berdasarkan tabel hasil rata-rata daya hambat ekstrak lumut hati Marchantia

polymorpha dengan kosntrasi yang berbda terhadap bakteri Bacillus subtilis dan

Micrococcus luteus menunjukan bahwa adanya perbedaan nilai rata-rata diameter zona

hambat, Nilai rata-rata dari masing-masing konsentrasi pada tabel menunjukkan bahwa

peningkatan nilai rata-rata equivalen dengan peningkatan persentase konsentrasi yang

diberikan. Kontrol positif yang digunakan dalam peneltian ini adalah tetrasiklin dengan

dosis 50 mikro, tetrasikin memiliki diameter zona hambat yang paling besar yaitu 9,8 mm

pada Bacillus subtilis dan pada Micrococcus luteus sebesar 10,6 mm . Meski demikian

tetrasiklin dalam penelitian ini hanya digunakan sebagai pembanding antibiotik alami,

karena tetrasiklin merupakan antibiotik semisintetik yang dijadikan standar untuk

menghambat pertumbuhan bakteri Bacillus subtilis dan Micrococcus luteus, tetrasiklin

memiliki kemampuan resistensi lebih lama dengan toksisitas rendah (Pratiwi, 2008;

Junaedi, 2012).

Kontrol negatif yang diberikan pada penelitian ini adalah aquadest, aquadest diberikan

sebanyak 50 mikro pada tiap bakteri uji. Aquadest memiliki nilai rata-rata 0 mm yang

berarti aquadest tidak membentuk zona hambat pada bakteri dan membuktikan bahwa

aquadest tidak memiki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri Bacillus

subtilis maupun Micrococcus luteus.

Pada bakteri Bacillus subtilis zona hambat yang terbentuk pada ekstrak dengan

konsentrasi 70% memiliki nilai rata-rata 2,8 mm, pada ekstrak dengan konsentrasi 80%

memiliki nilai rata-rata zona hambat sebesar 4,4 mm, pada ekstrak dengan konsentrasi

90% memiliki nilai rata-rata zona hambat 5,8 mm dan pada ekstrak dengan konsentrasi

100% memiliki nilai rata-rata zona hambat 6,6 mm. Selanjutnya, pada bakteri uji

Page 24: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK (PPI

17

Micrococcus luteus zona hambat yang terbentuk pada ekstrak dengan konsentrasi 70%

memiliki nilai rata-rata 3,6 mm, pada ekstrak dengan konsentrasi 80% memiliki nilai rata-

rata zona hambat sebesar 5,6 mm, pada ekstrak dengan konsentrasi 90% memiliki nilai

rata-rata zona hambat 6,4 mm dan pada ekstrak dengan konsentrasi 100% memiliki nilai

rata-rata zona hambat 7,8 mm.

Zona hambat yang terbentuk pada kedua bakteri uji Bacillus subtilis dan Micrococcus

luteus pada media MHA dapat dilihat pada gambar 4:

Gambar 4. Hasil uji antibakteri Bacillus subtilis dan Micrococcus luteus

Pengaruh ekstrak dari lumut hati Marchantia polymorpha terhadap Bacillus subtilis dan

Micrococcus luteus didukung oleh hasil analisis statistik uji ANAVA yang ditemukan

adanya pengaruh ekstrak lumut hati Marchantia polymorpha terhadap pertumbuhan

Bacillus subtilis dan Micrococcus luteus. Dengan ketentuan jika nilai Fhitung > nilai Ftabel

maka dapat disimpulkan adanya pengaruh ekstrak lumut hati Marchantia polymorpha

terhadap pertumbuhan Bacillus subtilis dan Micrococcus luteus. Hasil ANAVA pada

bakteri Bacillus subtilis menunjukkan nilai Fhitung (78,31) > Ftabel (4, 43) dan pada bakteri

Micrococcus luteus menunjukkan nilai Fhitung (89,73) > Ftabel (4, 43) dengan taraf signifikansi

kedua bakteri uji 0, 01 maka Ho ditolak dan H1 diterima. Adanya pengaruh atau perbedaan

dari hasil analisis uji ANAVA dilanjutkan dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) 5% yang

dapat dilihat melalui Gambar 3 di bawah ini.

Page 25: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK (PPI

18

0

2

4

6

8

10

12

B.subtilis

cc

5,8b

4,4

d 9,8

a

Gambar 5. Grafik Nilai Rata- Rata Diameter Daya Hambat Bacillus subtilis Keterangan: Angka dengan superskrip huruf yang sama menyatakan tidak berbeda nyata pada taraf

signifikansi (p<0.05)

Uji BNT dilakukan untuk mengetahui efektivitas urutan dari perlakuan melalui nilai

minimum atau nilai BNT. Konsentrasi diurutkan dari nilai rata-rata diameter daerah hambat

yang terkecil hingga yang terbesar. Selesai diurutkan kemudian selisih antara masing-

masing nilai rata-rata diameter daya hambat dibandingkan dengan nilai minimum atau nilai

BNT yang telah ditetapkan melalui hasil perhitungan yang didapat dari rumus BNT.

Gambar 6. Grafik Nilai Rata- Rata Diameter Daya Hambat Micrococcus luteus

Keterangan: Angka dengan superskrip huruf yang sama menyatakan tidak berbeda nyata

pada taraf signifikansi (p<0.05)

0

2

4

6

8

10

12

M.luteusd

10,d

10,c

7,8

d 10,

b 5,6

d 10,

a

c 7,8b

6,4

Page 26: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK (PPI

19

C. Pembahasan

Pada penelitian uji daya hambat ekstrak lumut hati Marchantia polymorpha terhadap

bakteri Bacillus subtilis dan Micrococcus luteus, menggunakan tujuh perlakuan yaitu

kontrol positif, kontrol negatif , methanol dan ekstrak lumut hati dengan berbagai

konsentrasi 70%, 80%, 90%, dan 100% . Fungsi kontrol positif adalah sebagai

pembanding apakah zat uji bisa berefek sama dengan antibiotik yang digunakan sebagai

kontrol positif, sedangkan fungsi kontrol negatif adalah untuk mengetahui apakah pelarut

yang digunakan sebagai pengencer ekstrak mempunyai efek terhadap bakteri uji (Emrizal

dkk., 2012). Sedangkan methanol yang diujikan berfungsi untuk mengetahui pengaruh

kandungan methanol sebagai pelarut ekstrak terhadap aktivitas pertumbuhan bakteri.

Ada atau tidaknya pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan bakteri dianalisis

dengan melihat dan mengkur diamter zona hambat yang terbentuk dengan menggunakan

jangka sorong kemudian hasil pengukuran diolah dengan rumus: diameter zona hambat –

diameter kertas cakram dengan satuan mm (David dan Stout, 1971). Penilaian zona

hambat digolongkan menjadi:

1. Tidak ada zona hambat

2. Lemah yaitu zona hambat kurang dari 5mm

3. Sedang yaitu zona hambat 5-10 mm

4. Kuat yaitu zona hambat 11-20 mm

5. Sangat kuat yaitu zona hambat 21-30 mm (Putra dkk., 2017)

Kontrol positif yang digunakan sebagai penguji adalah tetrasikin, tetrasiklin dipakai

sebagai penguji dikarenakan antibiotik ini merupakan antibiotik semisintetis yang

berspektrum luas dan memiliki waktu resistensi lebih lama dibanding antibiotik jenis lain

(Pratiwi,2008).Tetrasiklin memiliki nilai rata-rata zona hambat tertinggi sebesar 9,8 mm

pada Bacillus subtilis dan pada bakteri Micrococcus luteus memiliki nilai rata-rata zona

hambat sebesar 10,6 mm.

Kontrol negatif yang digunakan sebagai penguji adalah aquadest, aquadest

digunakan karena untuk mengetahui apakah aquadest yang digunakan sebagai pengencer

ekstrak mempunyai efek terhadap pertumbuhan bakteri uji. Aquadest memiliki nilai rata-

rata zona hambat sebesar 0 mm, nilai rata-rata zona hambat pada methanol sama dengan

aquadest yaitu 0 mm pada kedua bakteri yaitu Bacillus subtilis dan Micrococcus luteus.

Hal ini membuktikan bahwa aquadest dan methanol tidak memiliki pengaruh dalam

menghambat pertumbahan bakteri.

Page 27: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK (PPI

20

Penelitian ini menggunakan ekstrak lumut hati Marchantia polymorpha dengan

metode ekstraksi pelarut organik etil asetat dan methanol sebagai pembilas rendemen.

Pemilihan pelarut tersebut dilakukan karena memeliki sifat non polar yang berfungsi untuk

mengisolasi senyawa metabolit sekunder pada lumut hati Marchantia polymorpha yang

memiliki sifat non polar (Cairns, 2004).

Ekstrak dibuat dengan dengan konstrasi yang berbeda yaitu 70%, 80%, 90% dan

100% kelima konsentrasi tersebut diujikan pada 2 bakteri patogen yaitu Bacillus subtilis

dan Micrococcus luteus. Hasil uji coba pada bakteri Bacillus subtilis dengan menggunakan

konsentrassi 70% memiliki nilai rata-rata zona hambat sebesar 2,8 mm, pada ekstrak 80%

memiliki nilai rata-rata zona hambat sebesar 4,4 mm, pada ekstrak 90% memiliki nilai

rata-rata zona hambat 5,8 mm dan pada ekstrak 100% memiliki nilai rata-rata zona hambat

6,6 mm membuktikan bahwa semakin besar konsentrasi yang diberikan akan semakin

besar pula zona hambat yang terbentuk.

Selanjutnya, pada bakteri uji Micrococcus luteus zona hambat yang terbentuk pada

ekstrak 70% memiliki nilai rata-rata 3,6 mm, pada ekstrak 80% memiliki nilai rata-rata

zona hambat sebesar 5,6 mm, pada ekstrak 90% memiliki nilai rata-rata zona hambat 6,4

mm dan pada ekstrak 100% memiliki nilai rata-rata zona hambat 7,8 mm. Peningkatan

nilai rata- rata yang diperoleh menunjukan hasil yang sama dengan bakteri uji sebelumnya,

bahwa semakin besar konsentrasi yang diberikan makan semakin besar zona hambat yang

terbentuk . Hasil yang didapat menunjukan bakteri uji Micrococcus luteus memiliki nilai

rata-rata zona hambat lebih besar dibandingkan dengan Bacillus subtilis hal ini diduga

dipengaruhi oleh sensitivitas bakteri, media kultur, kondisi inkubasi, dan kecepatan difusi

agar (Siregar dkk., 2012).

Hasil analisis statistik menunjukan ekstrak lumut hati Marchantia polymorpha

dengan konsentrasi 70%, 80%, 90%, dan 100% dapat menghambat aktivitas mikroba uji

Bacillus subtilis dan Micrococcus luteus yang ditunjukan adanya zona hambat di sekitar

kertas cakram yang mengandung ekstrak lumut hati Marchantia polymorpha. Salah satu

metode yang digunakan dalam uji antibakteri yaitu metode difusi cakram kertas. Metode

ini dilakukan dengan meletakkan cakram kertas yang telah direndam larutan uji di atas

media padat yang telah diinokulasi dengan bakteri uji. Pertumbuhan bakteri diamati

setelah diinokulasi untuk melihat zona bening disekitar cakram. Zona bening yang

terbentuk di sekitar cakram pada konsentrasi antibakteri terendah merupakan nilai KHM

(Mulyadi dkk., 2013).

Page 28: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK (PPI

21

Penghambatan aktivitas mikroba uji oleh ekstrak lumut hati Marchantia

polymorpha diduga berasal dari aktivitas senyawa bioaktif. Komponen-komponen

bioaktif yang berperan penting dalam beragam aktivitas tersebut adalah senyawa terpenoid

(monoterpenoid, diterpenoid, triterpenoid), dan fenolik sederhana. Kandungan fenolik

sederhana pada Marchantia polymorpha sejumlah besar dikarakteristik dalam bentuk

lipofilik dan hidrofilik, termasuk flavon dan flavon glikosida (Asakawa, 2012; Bajaj,

2013).

Kandungan senyawa fenol sederhana yaitu bis (bibenzil) khususnya marchantin A.

Dalam penelitian Marchantin A pada Marchantia polymorpha memiliki potensi untuk

menghambat protozoa jenis Plasmodium falciparum (Asakawa dkk., 2000; Jhensen dkk.,

2012). Tumbuhan menghasilkan banyak produk sekunder yang mengandung gugus fenol.

Beberapa senyawa fenol larut dalam pelarut organik, beberapa adalah glikosida dan asam

karboksilat yang larut air dan sejumlah besar lainnya adalah polimer yang tidak larut

(Mastuti, 2016)

Fenol aktif dalam suasana bahan organik, stabil, dan tahan lama setelah aplikasi.

Mekanisme antibakterinya diperoleh melalui penghancuran dinding sel, dan

mempresipitasi protein sel sehingga menyebabkan koagulasi dan hilangnya fungsi. Fenol

toksik, baik terhadap bakteri maupun sel penjamu. Senyawa fenolik merusak sel mikroba

dengan mengubah permaebilitas membran sitoplasma sehingga menyebabkan kebocoran

bahan-bahan intraseluler, kemudian mendenaturisasi dan menginaktifkan protein seperti

enzim. Senyawa ini juga mampu memutuskan ikatan silang peptidoglikan oleh usahanya

menerobos dinding sel, senyawa fenol menyebabkan kebocoran nutrient sel dengan

merusak ikatan hidrofilik komponen penghasil membran sel seperti protein dan fosfolipida

serta larutnya komponen-komponen yang berikatan secara hidrofilik yang berakibat

meningkatnya permaebilitas membran. Terjadinya kerusakan pada membran berakibat

terhambatnya aktivitas dan biosintesis enzim spesifik yang diperlukan dalam reaksi

metabolisme (Pratiwi, 2008).

Dalam Mewari dkk (2008) Total aktivitas ekstrak terhadap masing-masing

pathogen sensitif juga dievaluasi. Methanol dan ekstrak flavonoid bebas pada

ekstrak Marchantia polymorpha menunjukan aktivitas aktivitas terbaik melawan S.

aureus, P. mirabilis dan C. albicans. Studi saat ini menunjukkan bahwa ekstrak yang diuji

dari Marchantia polymorpha mungkin dieksploitasi untuk obat antimikroba di masa

depan.

Page 29: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK (PPI

22

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data mengenai “Uji Antibakteri Ekstrak

Lumut Hati Marchantia polymorpha L Terhadap Bakteri Bacillus subtilis Dan

Micrococcus luteus” maka dapat di simpulkan:

1. Pemberian ekstrak ekstrak lumut hati Marchantia polymorpha dengan konsentrasi

70%, 80%, 90%, dan 100% berpengaruh sebagai penghambat pertumbuhan bakteri

Bacillus subtilis Dan Micrococcus luteus.

2. semakin besar konsentrasi ekstrak yang diberikan makan semakin besar zona hambat

yang terbentuk pada media.

3. Bakteri Micrococcus luteus memiliki sensitivitas lebih besar pada ekstrak dari pada

bakteri Bacillus subtilis, dibuktikan dengan zona hambat yang lebih besar yaitu 7,8

mm pada bakteri Micrococcus luteus sedangkan nilai rata-rata zona hambat pada

Bacillus subtilis hanya sebesar 6,6 mm .

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan peneliti memberikan saran kepada

pembaca sebagai berikut:

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lajut pada bakteri jenis lain untuk mengetahui aktivitass

antibakteri

2. Berkaitan dengan adanya aktivitas antibakteri yang terlihat maka, perlu dilakukan

penelitian lebih lanjut terhadap kandungan lumut hati Marchantia polymorpha sebagai

antibiotik alami agar dapat dimanfaatkan dalam dunia pengobatan kedepannya.

3. Berkaitan dengan adanya aktivitas antibakteri yang terlihat maka, perlu dilakukan

penelitian lebih lanjut terhadap kandungan lumut hati Marchantia polymorpha sebagai

antibiotik alami agar dapat dimanfaatkan dalam dunia pengobatan kedepannya.

Page 30: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK (PPI

23

BAB VI

LUARAN PENELITIAN

Luaran yang akan dihasilkan dalam penelitian ini adalah artikel ilmiah yang akan

dipublikasikan pada jurnal nasional. Jurnal yang menjadi target publikasi adalah sebagai

berikut:

IDENTITAS JURNAL

1 Nama Jurnal BIOEDUSCIENCE

2 Website Jurnal https://journal.uhamka.ac.id/index.php/bioeduscience/authorDashboard/submission/3616

3 Status Makalah Submited

4 Jenis Jurnal Jurnal Nasional

4 Tanggal Submit 11 Agustus 2019

5 Bukti Screenshot submit

IDENTITAS SEMINAR

1 Nama Jurnal

2 Website Jurnal

3 Status Makalah

4 Jenis Prosiding

4 Tanggal Submit

5 Bukti Screenshot submit

IDENTITAS HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

1 Nama Karya

2 Jenis HKI

3 Status HKI

4 No Pendaftaran

Page 31: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK (PPI

24

DAFTAR PUSTAKA

Adam K.P. (1996) Marchantia polymorpha (Liverwort): Culture and Production of

Metabolites. In: Bajaj Y.P.S. (eds) Medicinal and Aromatic Plants IX. Biotechnology

in Agriculture and Forestry, vol 37. Springer, Berlin, Heidelberg

Asakawa, Yoshinori. 2009. BRYOPHYTES: Bio And Chemical Diversity, Bioactivity And

Chemosystematics. Heterocycles. Vol 77(1): 95-150. DOI: 10.3987/REV-08-SR(F)3.

Asakawa, Yoshinori. 2012. Phytochemical And Biological Studies Of Bryophytes. Tokushima

Bunri University.

Banting, M.D.M., Aquino, D.J.C., David, E.S., Undan, J.R. 2017. Phylogenetic Analysis of

Liverworts (Marchantiophyta) in Imugan Falls, Santa Fe, Nueva Vizcaya, Philippines

Using rbcL Gene Marker. Int. J. Pharm. Res. Allied Sci. Vol.6(1):81-88.

Bowman, J. L., Araki, T. & Kohchi, T. 2016. Marchantia: Past, Present and Future. Plant Cell

Physiol. Vol.57(2):205–209. doi:10.1093/pcp/pcw023.

Bukvicki, D., Gottardi, D., Veljic, M., Marin, P. D., Vaninni, L. & Guerzoni, M.E. 2012.

Identification of Volatile Components of Liverwort (Porella cordaeana) Extracts Using

GC/MS-SPME and Their Antimicrobial Activity. Molecules. Vol. 17: 6982-6995.

doi:10.3390/molecules17066982.

David dan Stout, 1971. Disc Plate Method of Microbiological Antibiotic Assay. Applied

Microbiology. Vol. 22(4): 668

Dey, A. & Mukherjee, A. 2015. Therapeutic Potential of Bryophytes and Derived Compounds

Against Cancer. Journal of Acute Disease. Vol. 4(3): 236–248;

doi:10.1016/j.joad.2015.04.011.

Fahrurrozi, 2015. Microbiological And Biochemical Investigations Of Cocoa Bean

Fermentation. Disertasi. Jerman: University of Hamburg.

Gahtori, Dheeraj & Chaturvedi, Preeti. 2014. Antifungal and Antibacterial Potential of

Methanol and Chloroform Extracts of Marchantia polymorpha L. Archives of

Phytopathology and Plant Protection. Vol. 44(8):726-731.

doi:10.1080/03235408.2010.516083.

Gokbulut, Alper. 2012. Antioxidant activity and luteolin content of Marchantia polymorpha

L. Antioxidant activity and luteolin content of Marchantia polymorpha L. 36:381. DOI:

10.3906/biy-1106-15.

Gradstein SR, Costa DP (2003) The hepaticae and anthocerotae of Brazil. Memoirs of the New

York Botanical Garden 87: 1–316.

Gradstein SR, Ilkiu-Borges AL (2009) Guide to the plants of central French Guiana, part 4.

Liverworts and hornworts. Memoirs of the New York Botanical Garden 76 (4): 1–140.

Gradstein, S. R. et al. 2010. Bryophytes of Mount Patuha, West Java, Indonesia.

Reinwardtia, A journal on Taxonomic Botany Plant sociology and ecology. Vol.

13(2):108-124.

Gradstein S. R. 2011. Guide to the liverworts and hornworts of Java. SEAMEO-BIOTROP.

Bogor.

Page 32: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK (PPI

25

Guo, L., Wu, J.-Z., Ting Han, T., Cao, T., Rahman, K. & Qin, L.-P. 2008. Chemical

Composition, Antifungal and Antitumor Properties of Ether Extracts of Scapania

verrucosa Heeg. and its Endophytic Fungus Chaetomium fusiforme. Molecules.

Vol.13:2114-2125. doi:10.3390/molecules13092114.

Heinrichs J, Hentschel J, Wilson R, Feldberg K, Schneider H (2007) Evolution of leafy

liverworts (Jungermanniidae, Marchantiophyta): estimating divergence times from

chloroplast DNA sequences using penalized likelihood with integrated fossil evidence.

Taxon 56 (1): 31–44. doi: 10.2307/25065733

Jensen, Sophie. 2012. Marchantin A, A Macrocyclic Bisbibenzyls Ether, Isolated From The

Liverwort Marchantia polymorpha, Inhibits Protozoal Growth In Vitro. Phytomedicine.

19: 1191.

Krishnan, R. & Murugan, K. 2013. Polyphenols from Marchantia polymorpha L. A Bryophyta:

A Potential Source as Antioxidants. World Journal of Pharmacy and Pharmaceutical

Sciences. Vol. 2(6):5182-5198.

Kumar, S., Kempinski, C., Zhuang, X., et. al. 2016. Molecular Diversity of Terpene Synthases

in the Liverwort Marchantia polymorpha. The Plant Cell. Vol. 28: 2632–2650.

doi:10.1105/tpc.16.00062.

Manosalva, L., Mutis, A., Urzúa, A., Fajardo, V. & Quiroz, A. 2016. Antibacterial Activity of

Alkaloid Fractions from Berberis microphylla G. Forst and Study of Synergism with

Ampicillin and Cephalothin. Molecules. Vol.21:76. doi:10.3390/molecules21010076.

Mageney, V., Neugart, S. & Albach, D. C. 2017. A Guide to the Variability of Flavonoids in

Brassica oleracea. Molecules. Vol. 22(252):1-16. doi:10.3390/molecules22020252.

Mewari, dkk. 2008. Antimicrobial Activity Of Extracts Of Marchantia polymorpha.

Pharmaceutical Biology. Vol. 46(10-11): 819. DOI: 10.1080/13880200802315725.

Scher, J. M., Schinkovitz, A., Zapp, J., Wang, Y., Franzblau, S. G., Becker, H., Lankin, D. C

and Pauli, G. F. 2010. Structure and Anti-TB Activity of Trachylobanes from the

Liverwort Jungermannia exsertifolia ssp. cordifolia. J. Nat. Prod. Vol.73(4):656–663.

doi:10.1021/np900806j.

Shaw, A.J. Szovenyi, P. & Shaw, B. 2011. Bryophyte Diversity and Evolution: Windows Into

the Early Evolution of Land Plants. American Journal of Botany. Vol. 98(3): 352–369.

doi:10.3732/ajb.1000316.

Shimamura, Masaki. 2015. Marchantia polymorpha; Taxonomy, phylogeny and morphology

of a model system. Department of Biology, Graduate School of Science, Hiroshima

University.

Shimamura, Masaki. 2016. Marchantia polymorpha : Taxonomy, Phylogeny and Morphology

of a Model System. Plant Cell Physiol. Vol. 57 (2): 230-256. doi:10.1093/pcp/pcv192.

Söderström; et al. 2016. World checklist of hornworts and liverworts. Phytokeys. Vol. 59:1–

826. doi:10.3897/phytokeys.59.626.

Subash K. G., Anand S. dan Saurav M. 2015. A review on some species of marchantia with

reference to distribution, characterization and importance. World journal of pharmacy

and pharmaceutical sciences. Vol. 4(4): 1576-1588

Page 33: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK (PPI

26

Tora, A. D. M., Adaboh, R. K., Asomaning, W. A., Harrison, J.J.E.K., et al. 2016. Coumarin

Antifungal Lead Compounds from Millettia thonningii and Their Predicted Mechanism

of Action. Molecules. Vol.21:1369. doi:10.3390/molecules21101369.

Veljić, M., Ćirić, A., Soković, M., Janaćković, P. & Marin, P. D. 2010. Antibacterial and

Antifungal Activity of the Liverwort (Ptilidium pulcherrimum) Methanol Extract. Arch.

Biol. Sci. Belgrade. Vol.62 (2):381-395. doi:10.2298/ABS1002381V.

Wang, A., Wujisguleng, W., Liu, Y., Liu, Y., & Long, C. 2013. Isolation and Characterization

of Polymorphic Microsatellite Loci for the Valuable Medicinal Plant Astragalus

mongholicus. Open Journal of Genetics. Vol.3: 89-92. doi: 10.4236/ojgen.2013.32011.

Wang, X., Cao, J., Wu, Y., Wang, Q. & Xiao, J. 2016. Flavonoids, Antioxidant Potential, and

Acetylcholinesterase Inhibition Activity of the Extracts from the Gametophyte and

Archegoniophore of Marchantia polymorpha L. Molecules. Vol. 21(360):1-13.

doi:10.3390/molecules21030360.

Zeng, P. Y., Wu, J. G., Liao, L. M.,Chen, T.-Q., Wu, J. Z. & Wong, K.-H. 2011. In vitro

antioxidant activities of endophytic fungi isolated from the liverwort Scapania

verrucosa. Genetics and Molecular Research. Vol. 10 (4): 3169-3179. doi:

10.4238/2011.December.20.1.

Von Konrat M, Söderström L, Renner MAM, Hagborg AH, Briscoe L, Engel JJ (2010a) Early

Land Plants Today (ELPT): How many liverwort species are there?. Phytotaxa 9: 22–

40. doi: 10.11646/phytotaxa.9.1.5

Page 34: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK (PPI

27

LAMPIRAN

Lampiran 1. Uji Normalitas Data Diameter Daya Hambat Bacillus subtilis

1. Tujuan

Untuk mengetahui distribusi frekuensi dari tiap perlakuan

2. Hipotesis

Ho: data berdistribusi tidak normal

H1: data berdistribusi normal

3. Perhitungan Statistik

6 7 7 6 7 = 5,88

6 5 6 6 6 Sd = 2,47

4 4 5 5 4 N = 25

3 2 4 2 3

10 11 10 9 9

a. Mencari range (R)

R = Nmax – Nmin

= 11 – 2

= 9

b. Mencari banyak kelas (k)

K = 1 + 3,3 Log n

= 1 + 3,3 Log 25

= 1 + 3,3 (1,398)

= 1 + 4,613

= 5,613 = 5

c. Mencari panjang kelas (p)

P = 𝑹

𝑲 =

𝟗

𝟓 = 1,8 = 2

d. Tabel normalitas

e. Menentukan nilai x2 dari daftar

𝑥2tabel = 𝑥2 0,99 ( k – 3 ) k = 5

x

K Oi/fi Bk Z L Ei chi 2 – 3 4 1,5 – 3,5 -1,773 – -0,963 0,1301 3,2 0,2

4 – 5 7 3,5 – 5,5 -0,963 – -0,153 0,2719 6,7 0,01

6 – 7 9 5,5 – 7,5 -0,153 – 0,655 0,3018 7,5 0,3

8 – 9 2 7,5 – 9,5 0,655 – 1,465 0,1857 4,6 1,46

10 – 11 3 9,5 – 11,5 1,465 – 2,275 0,060 1,5 1,5

Total 3,47

Page 35: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK (PPI

28

= 𝑥2 0,99 ( 2 ) = 9,2

f. Menentukan Normalitas

Kesimpulannya : 𝑥2 hitung (3,47) < 𝑥2 tabel (9,21)

𝑥2hitung lebih kecil dibandingkan nilai χ 2

tabel data berdistribusi normal

4. Kriteria Pengujian

Jika χ 2hitung < χ 2

tabel , maka Ho ditolak

Jika χ 2hitung > χ 2

tabel , maka Ho diterima

5. Kesimpulan

Karena nilai 𝑥2 hitung (3,47) < 𝑥2 tabel (9,21), maka Ho ditolak pada α = 0,01.

Ho ditolak bermakna bahwa data berdistribusi normal.

Lampiran 2. Uji Homogenitas Bacillus subtilis

1. Tujuan

Untuk mengetahui variansi data diameter daerah hambat ekstrak lumut hati dalam

menghambat bakteri Bacillus subtilis.

2. Hipotesis

Ho : µA = µB = µC = µD = µE

H1 : µA ≠ µB

3. Perhitungan Statistik

a. Diameter Daya Hambat (mm) ekstrak Marchantia polymorpha

b. Menentukan Variansi

V = SD2

V1 = 0,299 V3 = 0,299 V5 = 0,698

V2 = 0,199 V4 = 0,698

c. Menghitung Variansi Gabungan (Vg)

Vg =

1

1 1

i

i

n

Vn

Vg = (4 ×0,299) + (4 ×0,199) + (4 ×0,299) + (4 ×0,698) + (4 ×0,698)

20

Vg = 8,772

20 = 0,438

A1 6 7 7 6 7

A2 6 5 6 6 6

A3 4 4 5 5 4

A4 3 2 4 2 3

A5 10 11 10 9 9

Page 36: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK (PPI

29

d. Menghitung Nilai Barlett (B)

B = 1 ig nVLog

= (Log 0,3925) ((5 – 1) + (5 – 1) + (5 – 1) + (5 – 1) + (5 – 1))

= (Log 0,3925) (20)

= -7,16

e. Menghitung Nilai χ2 Hitung

χ2 = 2,3026 {B – Σ(ni – 1) Log Vi}

= 2,3026 {-7,16 – (4 log 0,299 + 4 log 0,199 + 4 log 0,299 + 4 log

0,698 + 4 log 0,698)}

= 2,3026 × -7,16 – { (-2,097) + (-2,804) + (-2,097) + (-0,624) + (-

0,624) }

= 2,3026 {-7,16 – (-8,246)}

= 2,50

f. Menentukan nilai x2 dari daftar

𝑥2tabel = 𝑥2 0,99 ( k – 3 ) k = 5

= 𝑥2 0,99 ( 2 ) = 9,21

g. Menentukan Homogenitas

Kesimpulannya : 𝑥2 hitung (2,50) < 𝑥2 tabel (9,21)

𝑥2 hitung lebih kecil dibandingkan nilai χ 2tabel data homogen

4. Kriteria Pengujian

Jika χ2hitung < χ2

tabel, maka Ho ditolak

Jika χ2hitung > χ2

tabel, maka Ho diterima

5. Kesimpulan

Karena nilai 𝑥2 hitung (2,50) < 𝑥2 tabel (9,21), maka Ho ditolak pada α = 0,01. Ho ditolak

bermakna bahwa kelima data tersebut bervariansi homogen.

Lampiran 3. Uji Analisis Varian Satu Arah (ANAVA) terhadap Bacillus subtilis

1. Tujuan

Untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh perlakuan konsentrasi ekstrak lumut hati

Marchantia polymorpha terhadap pertumbuhan bakteri Bacillus subtilis

2. Hipotesis Ho: tidak terdapat pengaruh perlakuan konsentrasi ekstrak lumut hati Marchantia

polymorpha terhadap pertumbuhan bakteri Bacillus subtilis dan Micrococcus luteus.

H1: Terdapat pengaruh perlakuan konsentrasi ekstrak lumut hati Marchantia polymorpha

terhadap pertumbuhan bakteri Bacillus subtilis dan Micrococcus luteus.

Perhitungan Statistik

a. Tabel Statistik

Stat A1 A2 A3 A4 A5 Total

N 5 5 5 5 5 25

ΣX 33 29 22 14 49 147

ΣX2 219 169 98 42 483 1011

Page 37: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK (PPI

30

X 6,6 5,8 4,4 2,8 9,8 29,4

b. Menghitung Jumlah Kuadrat Total

JKT =

T

T

Tn

XX

2

2

= 1011 − 21609

25

= 1011 – 864,36

= 146,64

c. Menghitung Jumlah Kuadrat Antar Kelompok A

JKA =

T

T

A

A

n

X

n

X22

= 332

5 +

292

5 +

222

5 +

142

5 +

492

5 –

1472

5

= 217,8 + 168,2 + 96,8 + 39,2 + 480,2 – 864,36

= 1002,2 – 864,36

= 137,84

d. Menghitung Jumlah Kuadrat Dalam Kelompok

JKd = JKT − JKA

= 146,64 – 137,84

= 8,8

e. Menghitung Derajat Kebebasan Antar Kelompok A

dbA = a – 1 Ket.: a = jumlah kelompok A

= 5 – 1

= 4

f. Menghitung Derajat Kebebasan Antar Kelompok

dbd = NT – a Ket.: NT = ulangan total

= 25 – 5 a = ulangan

= 20

g. Menghitung Derajat Kebebasan Total

dbT = NT – 1

= 25 – 1

= 24

h. Menghitung Rata-Rata Kuadrat Antar Kelompok A

RKA = A

A

db

JK

= 137,84

4

= 34,46

i. Menghitung Rata-Rata Dalam Kelompok

Page 38: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK (PPI

31

RKd = d

d

db

JK

= 8,8

20

= 0,44

j. Menghitung F

F = d

A

RK

RK

= 34,46

0,44

= 78,31

k. Menentukan Nilai F Dari Daftar

F 0,01 (dbA / dbd) = F 0,01 (4/20) = 4,43

l. Kesimpulan

F hitung (78,31) > F tabel (4,43) berbeda sangat signifikan

2. Kriteria Pengujian

Jika Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima

Jika Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak

3. Kesimpulan

Nilai F hitung (78,31) > F tabel (4,43), maka Ho ditolak pada α = 0,01. Ho ditolak bermakna

bahwa terdapat pengaruh perlakuan konsentrasi ekstrak lumut hati Marchantia

polymorpha terhadap pertumbuhan bakteri Bacillus subtilis.

Lampiran 4. Uji BNT (Beda Nyata Terkecil) pada Bacillus subtilis

1. Tujuan

Untuk mengetahui distribusi perbedaan rata-rata dari pasangan perlakuan apakah tidak

berbeda nyata atau berbeda nyata.

2. Hipotesis

Ho: tidak terdapat perbedaan nyata antara pasangan perlakuan

H1: terdapat perbedaan yang nyata antara pasangan perlakuan

3. Perhitungan Statistik

a. Mencari nilai BNT

BNT 5% = n

RKt d

dbd

2)(975,0

= t 0,975(20) = 2,09

Fhitung > FTabel berbeda sangat signifikan

Page 39: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK (PPI

32

= 2,09 √2,044

5

= 0,876

b. Membuat Tabel Perbedaan Rata-rata

A1 A2 A3 A4 A5

A2 0,8 - - - -

A3 2,2* 1,4* - - -

A4 3,8* 3* 1,6* - -

A5 3,2* 4* 5,4* 7* -

c. Hasil Uji BNT

Konsentrasi

Diameter Daerah Hambat (mm)

Total Rata-

rata Ulangan Ke -

1 2 3 4 5

A = 70% 3 2 4 2 3 14 2,8a

B = 80% 4 4 5 5 4 22 4,4b

C = 90% 6 5 6 6 6 29 5,8c

D = 100% 6 7 7 6 7 33 6,6c

E = control (+) 10 11 10 9 9 98 9,8d

Keterangan: Angka dengan superskrip huruf yang sama menyatakan tidak

berbeda nyata pada taraf signifikansi (p<0.05)

4. Kriteria Pengujian

Nilai Beda Rata-rata (r) < BNT 5% tidak berbeda nyata

(r) > BNT 5% berbeda nyata

5. Kesimpulan

Pengaruh dari perlakuan A4 (70%) dengan A3 (80%) : berbeda nyata

Pengaruh dari perlakuan A3 (80%) dengan A2 (90%) : berbeda nyata

Pengaruh dari perlakuan A2 (90%) dengan A1 (100%) : tidak berbeda nyata Pengaruh dari perlakuan A5 (kontrol dengan A2 (100%) : berbeda nyata

Pengaruh dari perlakuan A5 (kontrol dengan A1 (100%) : berbeda nyata

Lampiran 5. Uji Normalitas Data Diameter Daya Hambat Micrococcus luteus

1. Tujuan

Untuk mengetahui distribusi frekuensi dari tiap perlakuan

2. Hipotesis

Ho: data berdistribusi tidak normal

Page 40: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK (PPI

33

H1: data berdistribusi normal

3. Perhitungan Statistik

8 7 8 8 8 = 6,8

7 7 7 6 5 Sd = 2,44

5 5 6 6 6 N = 25

4 4 3 4 3

10 11 11 10 11

a. Mencari range (R)

R = Nmax – Nmin

= 11 – 3

= 8

b. Mencari banyak kelas (k)

K = 1 + 3,3 Log n

= 1 + 3,3 Log 25

= 1 + 3,3 (1,398)

= 1 + 4,613

= 5,613 = 5

c. Mencari panjang kelas (p)

P = 𝑹

𝑲 =

𝟖

𝟓 = 1,6 = 2

d. Tabel normalitas

e. Menentukan nilai x2 dari daftar

𝑥2tabel = 𝑥2 0,99 ( k – 3 ) k = 5

= 𝑥2 0,99 ( 2 ) = 9,2

f. Menentukan Normalitas

Kesimpulannya : 𝑥2 hitung (5,889) < 𝑥2 tabel (9,21)

𝑥2 hitung lebih kecil dibandingkan nilai χ 2tabel data berdistribusi normal

4. Kriteria Pengujian

Jika χ 2hitung < χ 2

tabel , maka Ho ditolak

Jika χ 2hitung > χ 2

tabel , maka Ho diterima

x

K Oi/fi Bk Z L Ei chi 3 – 4 5 2,5 – 4,5 -1,762 – -0,942 0,1344 3,3 0,875

5 – 6 7 4,5 – 6,5 -0,942 – -0,122 0,2786 6,9 1,449

7 – 8 8 6,5 – 8,5 -0,122 – 0,696 0,3027 7,5 0,033

9 – 10 2 8,5 – 10,5 0,696 – 1,516 0,1796 4,4 1,309

11 – 12 3 10,5 – 12,5 1,516 – 2,33 0,055 1,3 2,223

Total 5,889

Page 41: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK (PPI

34

5. Kesimpulan

Karena nilai 𝑥2 hitung (5,889) < 𝑥2 tabel (9,21), maka Ho ditolak pada α = 0,01.

Ho ditolak bermakna bahwa data berdistribusi normal.

Lampiran 6. Uji Homogenitas Variansi dengan Uji Barlett pada Micrococcus luteus

1. Tujuan

Untuk mengetahui variansi data diameter daerah hambat ekstrak lumut hati dalam

menghambat pertumbuhan Micrococcus luteus.

2. Hipotesis

Ho : µA = µB = µC = µD = µE

H1 : µA ≠ µB

3. Perhitungan Statistik

a. Diameter Daya Hambat (mm) ekstrak Marchantia polymorpha

b. Menentukan Variansi

V = SD2

V1 = 0,199 V3 = 0,299 V5 = 0,299

V2 = 0,799 V4 = 0,299

c. Menghitung Variansi Gabungan (Vg)

Vg =

1

1 1

i

i

n

Vn

Vg = (4 ×0,199) + (4 ×0,799) + (4 ×0,299) + (4 ×0,299) + (4 ×0,299)

20

Vg = 7,58

20 = 0,379

d. Menghitung Nilai Barlett (B)

B = 1 ig nVLog

= (Log 0,379) ((5 – 1) + (5 – 1) + (5 – 1) + (5 – 1) + (5 – 1))

= (Log 0,379) (20)

= -8,42

e. Menghitung Nilai χ2 Hitung

χ2 = 2,3026 {B – Σ(ni – 1) Log Vi}

= 2,3026 {-8,42– (4 log 0,199 + 4 log 0,799 + 4 log 0,299 + 4 log 0,299

+ 4 log 0,299)}

A1 8 7 8 8 8

A2 7 7 7 6 5

A3 5 5 6 6 6

A4 4 4 3 4 3

A5 10 11 11 10 11

Page 42: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK (PPI

35

= 2,3026 × -8,42– { (-2,804) + (-0,389) + (-2,097) + (-2,097) + (

2,097) }

= 2,3026 {-8,42– (-9,484)}

= 2,449

f. Menentukan nilai x2 dari daftar

𝒙𝟐tabel = 𝒙𝟐 0,99 ( k – 3 ) k = 5

= 𝒙𝟐 0,99 ( 2 ) = 9,21

g. Menentukan Homogenitas

Kesimpulannya : 𝑥2 hitung (2,449) < 𝑥2 tabel (9,21)

𝑥2hitung lebih kecil dibandingkan nilai χ 2

tabel data homogen

4. Kriteria Pengujian

Jika χ2hitung < χ2

tabel, maka Ho ditolak

Jika χ2hitung > χ2

tabel, maka Ho diterima

5. Kesimpulan

Karena nilai 𝑥2 hitung (2,50) < 𝑥2 tabel (9,21), maka Ho ditolak pada α = 0,01. Ho ditolak

bermakna bahwa kelima data tersebut bervariansi homogen.

Lampiran 7. Uji Analisis Varian Satu Arah (ANAVA) pada Micrococcus luteus

1. Tujuan

Untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh perlakuan konsentrasi ekstrak lumut hati

Marchantia polymorpha terhadap pertumbuhan bakteri Bacillus subtilis dan Micrococcus

luteus.

2. Hipotesis

Ho: tidak terdapat pengaruh perlakuan konsentrasi ekstrak lumut hati Marchantia

polymorpha terhadap pertumbuhan bakteri Bacillus subtilis dan Micrococcus luteus.

H1: Terdapat pengaruh perlakuan konsentrasi ekstrak lumut hati Marchantia polymorpha

terhadap pertumbuhan bakteri Bacillus subtilis dan Micrococcus luteus.

Perhitungan Statistik

a. Tabel Statistik

Stat A1 A2 A3 A4 A5 Total

N 5 5 5 5 5 25

ΣX 39 32 28 18 53 170

ΣX2 305 208 158 66 563 1300

X 7,8 6,4 5,6 3,6 10,6 34

b. Menghitung Jumlah Kuadrat Total

JKT =

T

T

Tn

XX

2

2

= 1300 − 28900

25

Page 43: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK (PPI

36

= 1300 – 1,156

= 144

c. Menghitung Jumlah Kuadrat Antar Kelompok A

JKA =

T

T

A

A

n

X

n

X22

= 392

5 +

322

5 +

282

5 +

182

5 +

532

5 –

1702

5

= 304,2 + 204,8 + 96,8 + 156,8 +64,8 +561,8 – 1,156

= 1292,4 – 1,156

= 136,4

d. Menghitung Jumlah Kuadrat Dalam Kelompok

JKd = JKT − JKA

= 144 – 136,4

= 7,6

e. Menghitung Derajat Kebebasan Antar Kelompok A

dbA = a – 1 Ket.: a = jumlah kelompok A

= 5 – 1

= 4

f. Menghitung Derajat Kebebasan Antar Kelompok

dbd = NT – a Ket.: NT = ulangan total

= 25 – 5 a = ulangan

= 20

g. Menghitung Derajat Kebebasan Total

dbT = NT – 1

= 25 – 1

= 24

h. Menghitung Rata-Rata Kuadrat Antar Kelompok A

RKA = A

A

db

JK

= 136,4

4

= 34,1

i. Menghitung Rata-Rata Dalam Kelompok

RKd = d

d

db

JK

= 7,6

20

= 0,38

j. Menghitung F

F = d

A

RK

RK

Page 44: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK (PPI

37

= 34,1

0,38

= 89,73

k. Menentukan Nilai F Dari Daftar

F 0,01 (dbA / dbd) = F 0,01 (4/20) = 4,43

l. Kesimpulan

F hitung (89,73) > F tabel (4,43) berbeda sangat signifikan

m. Kriteria Pengujian

Jika Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima

Jika Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak

2. Kesimpulan

Nilai F hitung (89,73) > F tabel (4,43), maka Ho ditolak pada α = 0,01. Ho ditolak bermakna

bahwa terdapat pengaruh perlakuan konsentrasi ekstrak lumut hati Marchantia polymorpha

terhadap pertumbuhan bakteri Micrococcus luteus.

Lampiran 8. Uji BNT (Beda Nyata Terkecil) pada Micrococcus luteus

1. Tujuan

Untuk mengetahui distribusi perbedaan rata-rata dari pasangan perlakuan apakah tidak

berbeda nyata atau berbeda nyata.

2. Hipotesis

Ho: tidak terdapat perbedaan nyata antara pasangan perlakuan

H1: terdapat perbedaan yang nyata antara pasangan perlakuan

3. Perhitungan Statistik

a. Mencari nilai BNT

BNT 5% = n

RKt d

dbd

2)(975,0

= t 0,975(20) = 2,09

= 2,09 √2×0,38

5

= 0,81

Fhitung > FTabel berbeda sangat signifikan

Page 45: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK (PPI

38

b. Membuat Tabel Perbedaan Rata-rata

A1 A2 A3 A4 A5

A2 1,4* - - - -

A3 2,2* 0,8 - - -

A4 4,2* 2,8* 2* - -

A5 2,8* 4,2* 5* 7* -

c. Hasil Uji BNT

Konsentrasi

Diameter Daerah Hambat (mm)

Total Rata-

rata Ulangan Ke -

1 2 3 4 5

A = 70% 4 4 3 4 3 18 3,6a

B = 80% 5 5 6 6 6 28 5,6b

C = 90% 7 7 7 6 7 34 6,4b

D = 100% 8 7 8 8 8 43 7,8c

E = control (+) 10 11 11 10 10 52 10,6d

Keterangan: Angka dengan superskrip huruf yang sama menyatakan tidak berbeda

nyata pada taraf signifikansi (p<0.05)

4. Kriteria Pengujian

Nilai Beda Rata-rata (r) < BNT 5% tidak berbeda nyata

(r) > BNT 5% berbeda nyata

5. Kesimpulan

Pengaruh dari perlakuan A4 (70%) dengan A3 (80%) : berbeda nyata

Pengaruh dari perlakuan A3 (80%) dengan A2 (90%) : tidak berbeda nyata

Pengaruh dari perlakuan A3 (80%) dengan A1 (100%) : berbeda nyata

Pengaruh dari perlakuan A2 (90%) dengan A1 (100%) : berbeda nyata

Pengaruh dari perlakuan A1 (100%) dengan A5 (kontrol) : berbeda nyata

Page 46: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK (PPI

39

Lampiran 9. Skema Uji Aktivitas Antibakteri

Biakan Murni Bacillus subtilis dan Micrococcus luteus

Sebanyak 100 micro biakan diambil

menggunakan micro pipet kemudian di

teteskan pada media NB

Inokulasi bakteri selama 24 jam pada shaker

OD pada bakteri dihitung

Bakteri pada NB dicampur dengan media up layer

Up layer diguncang agar bakteri tersebar

merata

Upper layer dituang ke media bottom layer

Biarkan memadat

ekstrak diteteskan pada cakram sebanyak 50 mikro

Biarkan hingga kering

Cakram ditanam kedalam media

Media diinkubasi selama 24 jam

Pengamatan dan pengambilan data diameter zona hambat

Page 47: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK (PPI

40

Lampiran 10. Alat penelitian

1. Laminar airflow 2. Spectro

3. Evaporator 4. Mikro pipet

5. Tips

6.

7. Oven

Page 48: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK (PPI

41

Lampiran 11. Bahan penelitian

1. Agar (media pertumbuhan) 2. MHB (media pertumbuhan)

3. Nutrient Broth (media inokulasi

Page 49: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK (PPI

42

Lampiran 12. Bakteri uji, media dan ekstrak

1. Bakteri uji 2. Media steril

3. Ekstrak 4. Lumut kering

Page 50: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK (PPI

BIOEDUSCIENCE 2019, 3(1): xx-xx ISSN: 2614-1558 (Online)

doi:

43

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK Marchantia polymorpha

TERHADAP BAKTERI Bacillus subtilis dan Micrococcus luteus.

Susilo1, Shanti Ratnakomala2, Mega Elvianasti1, Dwi Astuti1

1 Pendidikan Biologi, Universita Muhammaydiyah Prof. Dr. Hamka, Jakarta, Indonesia, 13830

2 Mikrobiologi Terapan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Cibinong, Indonesia, 16911

*Email korespondensi: [email protected]

Received: …………… | Accepted: ……………. | Published: …………………..

Abstrak

Latar Belakang: Marchantia polymorpha banyak tersebar luas di beberapa negara tropis seperti Indonesia.

Karena jumlah lumut yang melimpah, lumut memiliki peluang besar untuk dikaji manfaatnya. Beberapa penelitian

telah mencoba membuktikan manfaat kandungan metabolit sekunder pada lumut. Tujuan: Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui pengaruh antibakteri ekstrak lumut hati Marchantia polymorpha terhadap bakteri Bacillus

subtilis dan Micrococcus luteus. Metode: Penelitian ini dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Terapan LIPI.

Rancangan percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dan 5 ulangan. Kontrol

positif menggunakan Tetrasikin dan kontrol negatif menggunakan aquadest. Konsentrasi ekstrak Marchantia

polymorpha yang digunakan yaitu 70%, 80%, 90%, dan 100% dengan menggunakan uji ANAVA sebagai uji

analisis data. Hasil: Hasil pengukuran diameter daya hambat menghasilkan nilai rata-rata paling kecil 70%: 2,8

mm dan rata-rata paling besar 100%: 6,6 mm pada bakteri Bacillus subtilis dan pada bakteri Micrococcus luteus

memiliki nilai rata-rata paling kecil 70%: 3,6 dan rata-rata paling besar 100%: 7,8 kemudian nilai rata-rata

tersebut di uji dengan analisis statistik uji ANAVA dengan nilai Fhitung (78,31) > Ftabel (4, 43) pada Bacillus subtilis

dan pada bakteri Micrococcus luteus menunjukkan nilai Fhitung (89,73) > Ftabel (4, 43) dengan taraf signifikansi

kedua bakteri uji 0, 01 dilanjutkan dengan uji BNT dengan nilai pada Bacillus subtilis 0,876 dan 0,81 pada

Micrococcus luteus α 5%. Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak lumut hati

Marchantia polymorpha dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen Bacillus subtilis dan Micrococcus

luteus.

Kata kunci: Antibakteri; Bacillus subtilis; Ekstrak; Marchantia polymorpha; Micrococcus luteus

Abstract

Background: Marchantia polymorpha is widely distributed in several tropical countries such as Indonesia.

Because of the abundance of moss, moss has a great opportunity to study its benefits. Several studies have tried to

prove the benefits of secondary metabolites in mosses. Purpose: This research headed to find out the influence

antibacterial of liverworts extract, Marchantia polymorpha towards Bacillus subtilis and Micrococcus luteus.

Methods: This research was conducted in a laboratory of Mikrobiologi Terapan LIPI. It was done by applying

Rancangan Acak Lengkap (RAL) with 6 treatments and 5 repairs The positive control used tetrasiklin, while the

negative control used aquadest. The concentration extract of Marchantia polymorpha that was used was 70%,

80%, 90%, and 100%. Result: The result of measuring the inhibitory power produced an the smallest average

value is 70%: 2.8 mm and the average is 100%: 6.6 mm in Bacillus subtilis and Micrococcus luteus bacteria has

the smallest average value of 70%: 3.6 and flat the biggest 100%: 7,8 furthermore, those values were tested with

statistic analysis ANOVA test with Fcount (78.31)> Ftable (4, 43) in Bacillus subtilis and Micrococcus luteus

bacteria showed Fcount (89.73)> Ftable (4, 43) with a significance level of both test bacteria 0, 01 followed by

test BNT with values in Bacillus subtilis 0.876 and 0.81 in Micrococcus luteus with α 5%. Conclusion: In

conclution the liverwort extract of Marchantia polymorpha could inhibit the growth of pathogenic bacteria

Bacillus subtilis and Micrococcus luteus.

Keywords: Antibacterial; Bacillus subtilis; Extract; Marchantia polymorpha; Micrococcus luteus

© 2018 BIOEDUSCIENCE. ALL RIGHTS RESERVED

Page 51: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK (PPI

1

PENDAHULUAN Lumut merupakan tumbuhan perintis,

secara ekologi lumut memiliki peranan yang

sangat penting dalam menciptakan habitat primer

dan sekunder setelah adanya kerusakan

lingkungan. Lumut dapat tumbuh dengan

berbagai kondisi pertumbuhan di tempat

tumbuhan tingkat tinggi tidak bisa tumbuh. Pada

umumnya lumut banyak tumbuh di tempat yang

basah dan lembab yaitu pada batang pohon, kayu

lapuk, batuan dan tanah. Karena jumlah lumut

yang melimpah, lumut memiliki peluang besar

untuk dikaji manfaatnya. Beberapa penelitian

telah mencoba membuktikan manfaat kanduang

metabolit sekunder pada lumut (Fitantri, 2017).

Seiring dengan perkembangan ilmu biologi

dan sains, lumut mulai diteliti karena dianggap

memiliki kandungan senyawa metabolit sekunder

yang berfungsi menghambat pertumbuhan

mikroorganisme patogen yang dapat merugikan

manusia. Jenis lumut hati Marchantia

polymorpha telah dijadikan tumbuhan obat-

obatan di Cina untuk penyembuhan luka, luka

bakar, memar, TBC, neurasthenia, patah tulang.

Bahkan beberapa masyarakat memanfaatkannya

sebagai obat hepatitis. Beragam aktivitas biologis

yang teramati dari ekstrak lumut tersebut meliputi

antibakteri, antikapang, antipiretik, antitoksin,

antiseptik, duretik, dan anti hepatitis (Asakawa et

al., 2012; Bajaj, 2013).

Methanol dan ekstrak flavonoid bebas pada

ekstrak Marchantia polymorpha menunjukan

aktivitas aktivitas terbaik melawan S. Aureus.

Kandungan marchantin A pada Marchantia

polymorpha memiliki potensi untuk

menghambat protozoa jenis Plasmodium

falciparum. Ekstrak etil asetat lumut hati

mengandung flavonoid, alkaloid dan steroid.

Ekstrak etil asetat pada berbagai konsentrasi

dapat menghambat pertumbuhan mikroba uji

Escherichia coli, Proteus mirabilis,

Staphylococcus aureus dan C. albicans.

(Mewari et al 2008; Jhensen et al 2012;

Junairah, 2015)

Faktor penting senyawa antimikroba dari

ekstrak Marchantia polymoprpha terutama

disebabkan karena kandungan senyawa fenol

sederhana yaitu bis(bibenzil) khususnya

marchantin A. Senyawa fenolik diketahui

merupakan senyawa metabolit sekunder yang

bersifat toksik pada beberapa bakteri. Fenol dapat

merusak sel mikroba dengan mengubah

permaebilitas membran sitoplasma sehingga

menyebabkan kebocoran bahan-bahan

intraseluler, kemudian mendenaturisasi dan

menginaktifkan protein seperti enzim (Asakawa

et al., 2000; Pratiwi, 2008)

Berkaitan dengan adanya aktivitas

antibakteri yang terlihat pada bakteri pathogen

jenis Escherichia coli, Proteus mirabilis,

Staphylococcus aureus dan C. albicans. Perlu

dilakukan penelitian lebih lajut pada bakteri jenis

lain untuk mengetahui aktivitas antibakteri. Maka,

peneliti ingin mencoba melakukan penelitian

menggunakan bakteri pathogen jenis lain yaitu

Bacillus subtilis dan Micrococcus luteus.

Penelitian ini menggunakan ekstrak lumut

hati Marchantia polymorpha yang di ekstaksi

menggunakan metode ekstraksi halus

menggunakan pelarut organik dengan metode uji

anti mikroba menggunakan metode disc diffusion.

METODE

Metode uji antibakteri yang menggunakan

metode disc diffusion yaitu meletakan kertas

cakram yang berisi agen antimikroba pada media

agar yang sudah terdapat mikroorganisme, kertas

cakram yang berisi agen antimikroba perlahan

akan berdifusi pada media agar tersebut. Area

jernih mengindikasikan adanya hambatan

pertumbuhan mikrorganisme oleh agen

antimikroba pada permukaan media agar dan

metode ekstraksi menggunakan metode ekstraksi

halus menggunakan pelarut organik (Pratiwi,

2008). Bahan yang digukana pada penelitian ini

adalah lumut hati Marchantia polymorpha.

Pengambilan sampel lumut hati Marchantia

polymorpha dilakukan di kawasan curug

Cibereum Taman Nasional Gunung Gede

Pangrango dan perumahan warga di kawasan

Page 52: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK (PPI

2

Lembang Bandung. Ekstrak lumut hati

(Marchantia polymorpha) yang diekstraksi di

laboratorium Mikrobiologi Terapan, Puslit

Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia (LIPI), bakteri Bacillus subtilis dan

Micrococcus luteus, media NB (Nutrien Broth)

dan MHB (Mueller Hinton Broth) dan aquadest.

Penelitian ini menggunakan metode

eksperimental dan rancangan percobaan

menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)

Dengan 6 perlakuan. 0% control -, tetrasiklin

kontrol +, ekstrak lumut dengan konsentrasi 70%,

80%, 90%, 100%.

Ekstraksi Marchantia polymorpha Pembuatan ekstrak dengan cara

mengeringkan lumut hati Marchantia polymorpha

dengan cara menjemurnya di suhu ruangan tanpa

sinar matahari, kemudian menghaluskan lumut

dengan cara diblender. Setelah itu melarutkan

serbuk lumut menggunakan pelarut etil asetat

100%. Kemudian menghomogenkan larutan

menggunakan shaker selama 24 jam. lalu larutan

disaring, kemudian menguapkan hasil

penyaringan menggunakan evaporator. Setelah

penguapan kemudian menambahkan endapan

pada filtrat menggunakan metanol 100%.

Mayoritas metabolit sekunder bersifat semi polar

sehingga larut dalam pelarut organik. Metanol dan

asetonitril adalah pelarut organik paling polar.

Terakhir pengenceran ekstrak menggunakan

aquadest hingga mencapai konsentrasi 70%, 80%,

90%, 100% (Saifudin, 2014).

Pembuatan Media Biakan Pembuatan media menggunakan 2 lapisan,

yaitu bottom layer untuk lapisan bawah dan

Upper layer untuk lapisan atas. Pembuatan

bottom layer dengan cara mencampurkan serbuk

Mueller Hinton Broth (MHB) sebanyak 4,2gr

dengan serbuk agar sebanyak 3,6 gam lalu untuk

melarutkannya menggunakan 200ml aquadest.

Pembuatan Upper layer dengan cara

mencampurkan serbuk Mueller Hinton Broth

(MHB) sebanyak 0,525gr dengan serbuk agar

sebanyak 0,45 gam lalu untuk melarutkannya

menggunakan 50 ml aquadest. Setelah media

bottom layer steril, kemudian menuangkan media

bottom layer ke tiap cawan petri.

Persiapan Biakan Bakteri Medium pemeliharaan bakteri

menggunakan NB. Pembuatan media NB dengan

cara melarutkan Serbuk NB sebanyak 0,525gr

dalam 50 ml aquadest. Setelah itu larutan tersebut

diambil sebanyak 5 ml ke dalam tabung reaksi

kemudian di sterilkan. Setelah steril, peneliti

mencampurkan bakteri murni sebanyak 100

mikro dalam media NB kemudian bakteri di

inokulasi selama 24 jam. Hasil inokulasi

kemudian diletakan pada spektro untuk

mengetahui nilai OD bakteri, menghitung OD

pada bakteri bertujuan agar perbandingan volume

bakteri dengan media upper layer seimbang.

Kemudian menuangkan media Upper layer yang

telah di campur dengan bakteri uji pada

permukaan bottom layer yang telah memadat.

Setelah itu media upper layer didiamkan hingga

memadat.

Uji Daya Hambat Bakteri Berikutnya penanaman kertas cakram yang

sudah di teteskan ekstrak 70%, 80%, 90%, 100%,

kontrol negatif aquadest dan kontrol positif

tetrasiklin pada media uji. Kemudian meletakan

media uji pada kulkas selama 3 jam agar ekstrak

berdifusi dengan baik pada media. Terakhir,

meletakan media uji pada inkubator selama 24

jam (Apriliana et al., 2013).

Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan parameter

besarnya diameter daerah hambat Marchantia

polymorpha terhadap pertumbuhan bakteri

Bacillus subtilis dan Micrococcus luteus.

Pengambilan data dengan cara mengukur

diameter daerah hambat dengan menggunakan

jangka sorong kemudian mengolah hasil

pengukuran dengan rumus: Diameter Zona

Hambat – Diameter Kertas Cakram dengan satuan

mm (David & Stout, 1971).

Analisis Data

Analisis data menggunakan uji ANAVA

satu arah untuk mengetahui ada atau tidaknya

perbedaan dalam uji daya hambat ekstrak lumut

Page 53: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK (PPI

3

hati (Marchantia polymorpha) dengan

konsentrasi 0% kontrol, 100%, 90%, 80%, 70%,

Sebelumnya dilakukan uji normalitas sebagai uji

prasyarat terhadap bakteri Bacillus subtilis dan

Micrococcus luteus.

hasil Hasil uji antibakteri menggunakan ekstrak

lumut hati Marchantia polymorpha dengan

konsentrasi yang berbeda yaitu 70%, 80%, 90%,

dan 100% menunjukkan adanya aktivitas

antibakteri pada ekstrak. Hal ini dianalisis dari

terbentuknya daerah hambat disekitar kertas

cakram yang berisi ekstrak pada media MHA

(Muller Hinton Agar). Daerah jernih yang

terbentuk merupakan bukti bahwa ekstrak lumut

hati Marchantia polymorpha memiliki

kemampuan antibakteri yang dapat menghambat

pertumbuhan bakteri Bacillus subtilis dan

Micrococcus luteus. Pengambilan data diambil

dengan mengukur diameter daerah hambat

dengan menggunakan jangka sorong kemudian

hasil pengukuran diolah dengan rumus: diameter

zona hambat – diameter kertas cakram dengan

satuan mm (David & Stout, 1971).

Hasil rata-rata daya hambat ekstrak lumut

hati Marchantia polymorpha pada beberapa

konsentrasi dapat dilihat melalui tabel di bawah

ini.

Tabel 1. Hasil Rata-Rata Daya Hambat Ekstrak

Marchantia polymorpha Terhadap

Pertumbuhan Bacillus subtilis

No. Konsentrasi Rata-rata (mm)

Total (mm)

1. A = Kontrol + 9,8 49

2. B = Kontrol - 0 0

3. C = 70% 2,8 14

4. D = 80% 4,4 22

5. E = 90% 5,8 29

6. F = 100% 6,6 33

Pada bakteri Bacillus subtilis zona hambat

yang terbentuk pada ekstrak dengan konsentrasi

70% memiliki nilai rata-rata 2,8 mm, pada ekstrak

dengan konsentrasi 80% memiliki nilai rata-rata

zona hambat sebesar 4,4 mm, pada ekstrak dengan

konsentrasi 90% memiliki nilai rata-rata zona

hambat 5,8 mm dan pada ekstrak dengan

konsentrasi 100% memiliki nilai rata-rata zona

hambat 6,6 mm.

Tabel 2. Hasil Rata-Rata Daya Hambat Ekstrak

Marchantia polymorpha Terhadap

Pertumbuhan Micrococcus luteus

Selanjutnya, pada bakteri uji Micrococcus

luteus zona hambat yang terbentuk pada ekstrak

dengan konsentrasi 70% memiliki nilai rata-rata

3,6 mm, pada ekstrak dengan konsentrasi 80%

memiliki nilai rata-rata zona hambat sebesar 5,6

mm, pada ekstrak dengan konsentrasi 90%

memiliki nilai rata-rata zona hambat 6,4 mm dan

pada ekstrak dengan konsentrasi 100% memiliki

nilai rata-rata zona hambat 7,8 mm.

lumut hati Marchantia polymorpha dengan

kosntrasi yang berbeda terhadap bakteri Bacillus

subtilis dan Micrococcus luteus menunjukan

bahwa adanya perbedaan nilai rata-rata diameter

zona hambat, Nilai rata-rata dari masing-masing

konsentrasi pada tabel menunjukkan bahwa

peningkatan nilai rata-rata equivalen dengan

peningkatan persentase konsentrasi yang

diberikan. Kontrol positif yang digunakan dalam

peneltian ini adalah tetrasiklin dengan dosis 50

mikro, tetrasikin memiliki diameter zona hambat

yang paling besar yaitu 9,8 mm pada Bacillus

subtilis dan pada Micrococcus luteus sebesar 10,6

mm. Meski demikian tetrasiklin dalam penelitian

ini hanya digunakan sebagai pembanding

antibiotik alami, karena tetrasiklin merupakan

No. Konsentrasi Rata-rata

(mm)

Total (mm)

1. A = Kontrol + 10,6 43

2. B = Kontrol - 0 0

3. C = 70% 3,6 18

4. D = 80% 5,6 28

5. E = 90% 6,4 32

6. F = 100% 7,8 39

Page 54: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK (PPI

4

antibiotik semisintetik yang dijadikan standar

untuk menghambat pertumbuhan bakteri Bacillus

subtilis dan Micrococcus luteus, tetrasiklin

memiliki kemampuan resistensi lebih lama

dengan toksisitas rendah (Pratiwi, 2008; Junaedi,

2012).

Kontrol negatif yang diberikan pada

penelitian ini adalah aquadest, aquadest diberikan

sebanyak 50 mikro pada tiap bakteri uji. Aquadest

memiliki nilai rata-rata 0 mm. Zona hambat yang

terbentuk pada kedua bakteri uji Bacillus subtilis

dan Micrococcus luteus pada media MHA dapat

dilihat pada gambar:

Gambar 1. Hasil uji antibakteri Bacillus subtilis (kiri)

dan Micrococcus luteus (kanan)

Pengaruh ekstrak dari lumut hati

Marchantia polymorpha terhadap Bacillus

subtilis dan Micrococcus luteus didukung oleh

hasil analisis statistik uji ANAVA yang

ditemukan adanya pengaruh ekstrak lumut hati

Marchantia polymorpha terhadap pertumbuhan

Bacillus subtilis dan Micrococcus luteus.

Dengan ketentuan jika nilai Fhitung > nilai

Ftabel maka dapat disimpulkan adanya pengaruh

ekstrak lumut hati Marchantia polymorpha

terhadap pertumbuhan Bacillus subtilis dan

Micrococcus luteus. Hasil ANAVA pada bakteri

Bacillus subtilis menunjukkan nilai Fhitung (78,31)

> Ftabel (4, 43) dan pada bakteri Micrococcus

luteus menunjukkan nilai Fhitung (89,73) > Ftabel (4,

43) dengan taraf signifikansi kedua bakteri uji 0,

01 maka Ho ditolak dan H1 diterima. Adanya

pengaruh atau perbedaan dari hasil analisis uji

ANAVA dilanjutkan dengan uji BNT (Beda

Nyata Terkecil) 5%.

Uji BNT dilakukan untuk mengetahui

efektivitas urutan dari perlakuan melalui nilai

minimum atau nilai BNT. Konsentrasi diurutkan

dari nilai rata-rata diameter daerah hambat yang

terkecil hingga yang terbesar. Selesai diurutkan

kemudian selisih antara masing-masing nilai rata-

rata diameter daya hambat dibandingkan dengan

nilai minimum atau nilai BNT yang telah

ditetapkan melalui hasil perhitungan yang didapat

dari rumus BNT.

pembahasan Hasil analisis statistik menunjukan ekstrak

lumut hati Marchantia polymorpha dengan

konsentrasi 70%, 80%, 90%, dan 100% dapat

menghambat aktivitas mikroba uji Bacillus

subtilis dan Micrococcus luteus yang ditunjukan

adanya zona hambat di sekitar kertas cakram yang

mengandung ekstrak lumut hati Marchantia

polymorpha. Salah satu metode yang digunakan

dalam uji antibakteri yaitu metode difusi cakram

kertas. Metode ini dilakukan dengan meletakkan

cakram kertas yang telah direndam larutan uji di

atas media padat yang telah diinokulasi dengan

bakteri uji. Pertumbuhan bakteri diamati setelah

diinokulasi untuk melihat zona bening disekitar

cakram. Zona bening yang terbentuk di sekitar

cakram pada konsentrasi antibakteri terendah

merupakan nilai KHM (Mulyadi et al., 2013).

Pada penelitian uji daya hambat ekstrak

lumut hati Marchantia polymorpha terhadap

bakteri Bacillus subtilis dan Micrococcus luteus,

menggunakan tujuh perlakuan yaitu kontrol

positif, kontrol negatif, methanol dan ekstrak

lumut hati dengan berbagai konsentrasi 70%,

80%, 90%, dan 100%. Fungsi kontrol positif

adalah sebagai pembanding apakah zat uji bisa

berefek sama dengan antibiotik yang digunakan

sebagai kontrol positif, sedangkan fungsi kontrol

negatif adalah untuk mengetahui apakah pelarut

yang digunakan sebagai pengencer ekstrak

mempunyai efek terhadap bakteri uji (Emrizal et

al., 2012).

Page 55: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK (PPI

5

Sedangkan methanol yang diujikan

berfungsi untuk mengetahui pengaruh kandungan

methanol sebagai pelarut ekstrak terhadap

aktivitas pertumbuhan bakteri.

Ada atau tidaknya pengaruh perlakuan

terhadap pertumbuhan bakteri dianalisis dengan

melihat dan mengukur diamter zona hambat yang

terbentuk dengan menggunakan jangka sorong

kemudian hasil pengukuran diolah dengan rumus:

diameter zona hambat – diameter kertas cakram

dengan satuan mm (David & Stout, 1971).

Penilaian zona hambat digolongkan menjadi tidak

ada zona hambat, lemah yaitu zona hambat kurang

dari 5mm, sedang yaitu zona hambat 5-10 mm,

kuat yaitu zona hambat 11-20 mm, sangat kuat

yaitu zona hambat 21-30 mm (Putra et al., 2017)

Kontrol positif yang digunakan sebagai

penguji adalah tetrasikin, tetrasiklin dipakai

sebagai penguji dikarenakan antibiotik ini

merupakan antibiotik semisintetis yang

berspektrum luas dan memiliki waktu resistensi

lebih lama dibanding antibiotik jenis lain

(Pratiwi,2008). Tetrasiklin memiliki nilai rata-

rata zona hambat tertinggi sebesar 9,8 mm pada

Bacillus subtilis dan pada bakteri Micrococcus

luteus memiliki nilai rata-rata zona hambat

sebesar 10,6 mm.

Kontrol negatif yang digunakan sebagai

penguji adalah aquadest, aquadest digunakan

karena untuk mengetahui apakah aquadest yang

digunakan sebagai pengencer ekstrak mempunyai

efek terhadap pertumbuhan bakteri uji. Aquadest

memiliki nilai rata-rata zona hambat sebesar 0

mm, nilai rata-rata zona hambat pada methanol

sama dengan aquadest yaitu 0 mm pada kedua

bakteri yaitu Bacillus subtilis dan Micrococcus

luteus. Hal ini membuktikan bahwa aquadest dan

methanol tidak memiliki pengaruh dalam

menghambat pertumbahan bakteri.

Hasil uji coba pada bakteri Bacillus subtilis

dengan menggunakan konsentrassi 70% memiliki

nilai rata-rata zona hambat sebesar 2,8 mm, pada

ekstrak 80% memiliki nilai rata-rata zona hambat

sebesar 4,4 mm, pada ekstrak 90% memiliki nilai

rata-rata zona hambat 5,8 mm dan pada ekstrak

100% memiliki nilai rata-rata zona hambat 6,6

mm membuktikan bahwa semakin besar

konsentrasi yang diberikan akan semakin besar

pula zona hambat yang terbentuk.

Selanjutnya, pada bakteri uji Micrococcus

luteus zona hambat yang terbentuk pada ekstrak

70% memiliki nilai rata-rata 3,6 mm, pada

ekstrak 80% memiliki nilai rata-rata zona hambat

sebesar 5,6 mm, pada ekstrak 90% memiliki nilai

rata-rata zona hambat 6,4 mm dan pada ekstrak

100% memiliki nilai rata-rata zona hambat 7,8

mm. Peningkatan nilai rata- rata yang diperoleh

menunjukan hasil yang sama dengan bakteri uji

sebelumnya, bahwa semakin besar konsentrasi

yang diberikan maka semakin besar zona hambat

yang terbentuk. Hasil yang didapat menunjukan

bakteri uji Micrococcus luteus memiliki nilai rata-

rata zona hambat lebih besar dibandingkan

dengan Bacillus subtilis hal ini diduga

dipengaruhi oleh sensitivitas bakteri, media

kultur, kondisi inkubasi, dan kecepatan difusi agar

(Siregar et al., 2012).

Penelitian ini menggunakan ekstrak lumut

hati Marchantia polymorpha dengan metode

ekstraksi pelarut organik etil asetat dan methanol

sebagai pembilas rendemen. Pemilihan pelarut

tersebut dilakukan karena memeliki sifat non

polar yang berfungsi untuk mengisolasi senyawa

metabolit sekunder pada lumut hati Marchantia

polymorpha yang memiliki sifat non polar

(Cairns, 2004).

Penghambatan aktivitas mikroba uji oleh

ekstrak lumut hati Marchantia polymorpha

diduga berasal dari aktivitas senyawa bioaktif.

Komponen-komponen bioaktif yang berperan

penting dalam beragam aktivitas tersebut adalah

senyawa terpenoid (monoterpenoid, diterpenoid,

triterpenoid), dan fenolik sederhana. Kandungan

fenolik sederhana pada Marchantia polymorpha

sejumlah besar dikarakteristik dalam bentuk

lipofilik dan hidrofilik, termasuk flavon dan

flavon glikosida (Asakawa, 2012; Bajaj, 2013).

Kandungan senyawa fenol sederhana yaitu

bis(bibenzil) khususnya marchantin A. Dalam

penelitian Marchantin A pada Marchantia

polymorpha memiliki potensi untuk menghambat

Page 56: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK (PPI

6

protozoa jenis Plasmodium falciparum (Asakawa

et al., 2000; Jhensen et al., 2012).

Tumbuhan menghasilkan banyak produk

sekunder yang mengandung gugus fenol.

Beberapa senyawa fenol larut dalam pelarut

organik, beberapa adalah glikosida dan asam

karboksilat yang larut air dan sejumlah besar

lainnya adalah polimer yang tidak larut (Mastuti,

2016)

Fenol aktif dalam suasana bahan organik,

stabil, dan tahan lama setelah aplikasi.

Mekanisme antibakterinya diperoleh melalui

penghancuran dinding sel, dan mempresipitasi

protein sel sehingga menyebabkan koagulasi dan

hilangnya fungsi. Fenol toksik, baik terhadap

bakteri maupun sel penjamu. Senyawa fenolik

merusak sel mikroba dengan mengubah

permaebilitas membran sitoplasma sehingga

menyebabkan kebocoran bahan-bahan

intraseluler, kemudian mendenaturisasi dan

menginaktifkan protein seperti enzim. Senyawa

ini juga mampu memutuskan ikatan silang

peptidoglikan oleh usahanya menerobos dinding

sel, senyawa fenol menyebabkan kebocoran

nutrient sel dengan merusak ikatan hidrofilik

komponen penghasil membran sel seperti protein

dan fosfolipida serta larutnya komponen-

komponen yang berikatan secara hidrofilik yang

berakibat meningkatnya permaebilitas membran.

Terjadinya kerusakan pada membran berakibat

terhambatnya aktivitas dan biosintesis enzim

spesifik yang diperlukan dalam reaksi

metabolisme (Pratiwi, 2008).

Dalam Mewari et al (2008) Total aktivitas

ekstrak terhadap masing-masing pathogen sensitif

juga dievaluasi. Methanol dan ekstrak flavonoid

bebas pada ekstrak Marchantia polymorpha

menunjukan aktivitas aktivitas terbaik melawan S.

aureus, P. mirabilis dan C. albicans. Studi saat ini

menunjukkan bahwa ekstrak yang diuji dari

Marchantia polymorpha mungkin dieksploitasi

untuk obat antimikroba di masa depan.

kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis

data mengenai uji antibakteri ekstrak lumut hati

Marchantia polymorpha L terhadap bakteri

Bacillus subtilis dan Micrococcus luteus maka

dapat di simpulkan pemberian ekstrak lumut hati

Marchantia polymorpha dengan konsentrasi 70%

menghasilkan nilai rata-rata terkecil 2,8 mm dan

rata-rata terbesar pada konsentrasi 100% sebesar

6,6 mm pada bakteri Bacillus subtilis dan pada

bakteri Micrococcus luteus memiliki nilai rata-

rata pada konsentrasi 70% yaitu 3,6 mm dan rata-

rata terbesar pada konsentrasi 100% yaitu 7,8 mm

berpengaruh sebagai penghambat pertumbuhan

bakteri Bacillus subtilis dan Micrococcus luteus.

Semakin besar konsentrasi ekstrak yang diberikan

makan semakin besar zona hambat yang terbentuk

pada media, dan bakteri Micrococcus luteus

memiliki sensitivitas lebih besar pada ekstrak dari

pada bakteri Bacillus subtilis, dibuktikan dengan

zona hambat yang lebih besar yaitu 7,8 mm pada

bakteri Micrococcus luteus sedangkan nilai rata-

rata zona hambat pada Bacillus subtilis hanya

sebesar 6,6 mm.

UCAPAN TERIMA KASIH Penulis menyampaikan penghargaan dan

ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang

telah membantu selama proses penyusunan jurnal

ini yaitu Pusat Penelitian Mikrobiologi Terapan

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

REFERENSI

Apriliana, Pamella. 2013. Uji Anti Bakteri

Aktinomisetes Terhadap Pertumbuhan Bakteri

Bacillus subtilis INACC B.289, Escherichia coli

INACC B.285, Dan Staphylococcus Aureus

INACC B.286. Prosiding. 472.

Asakawa, Yoshinori. 2000. Chemical structures of

macrocyclic bis (bibenzyls) isolated from

liverworts (Hepaticae). Tokushima Bunri

University.

Asakawa, Yoshinori. 2012. Phytochemical And

Biological Studies Of Bryophytes. Tokushima

Bunri University.

Bajaj. 2013. Biotechnology In Agriculture And

Forestry 37. Thomson press. India.

Cairns, Donald .2004. Intisari Kimia Farmasi.

Pharmaceutical Chemistry. Indonesia.

David & Stout, 1971. Disc Plate Method of

Microbiological Antibiotic Assay. Applied

Microbiology. Vol. 22(4): 668

Page 57: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK (PPI

7

Emrizal. 2012. Isolasi Senyawa Dan Uji Aktivitas

Anti-Inflammasi Ekstrak Metanol Daun Puwar

Kincung (nicolaia speciosa horan).

Fitantri Ranti, 2017. Inventarisasi Dan

Keanekaragaman Tumbuhan Lumut

(BRYOPHYTA) Di Kawasan Giribangun

Wetankali Girilayu Matesih Karanganyar Jawa

Tengah. Skripsi. Solo: Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

Jensen, Sophie. 2012. Marchantin A, A Macrocyclic

Bisbibenzyls Ether, Isolated From The Liverwort

Marchantia polymorpha. Inhibits Protozoal

Growth In Vitro. Phytomedicine. Vol. 19: 1191.

Junaedi, Iskandar. Pedoman Praktis Obat Indonesia

(O.I.) Edisi Revisi. PT Bhuana Ilmu Populer.

Jakarta.

Junairiah, Muhimmatus & Salamun. 2015. Identifikasi

Metabolit Sekunder Dan Aktivitas Antimikrob

Ekstrak Etil Asetat Dumortiera Hirsuta. Identifi

kasi Metabolit Sekunder dan Aktivitas Antimikrob.

Vol. 3(2): 45.

Mastuti, Retno. 2016. Metabolit Sekunder Dan

Pertahanan Tumbuhan. UB Press . Malang.

Mewari, et al. 2008. Antimicrobial Activity Of

Extracts Of Marchantia polymorpha.

Pharmaceutical Biology. Vol. 46(10-11): 819.

DOI: 10.1080/13880200802315725.

Mulyadi, Moh. 2013. Konsentrasi Hambat Minimum

(KHM) Kadar Sampel Alang-Alang (Imperata

Cylindrica) Dalam Etanol Metode Difusi Cakram.

Chem Info. Vol. 1(1): 35.

Pratiwi. 2008. Mikrobiologi Farmasi . Erlangga.

Jakarta.

Putra, Rinaldy. 2017. Uji Daya Hambat Perasan Buah

Jeruk Purut Citrus hytrix Terhadap Bakteri

Staphylococcus aureus Secara In Vitro. Jurnal

Ilmiah Farmasi. Vol. 6(1): 64.

Siregar, Angelina. 2012. Potensi Antibakteri Ekstrak

Rumput Laut Terhadap Bakteri Penyakit Kulit

Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus

epidermis dan Micrococcus luteus. Journal Of

Marine Research. Vol. 1(2): 156.