87
Laporan Akhir Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah Direktorat Pengembangan Wilayah Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS 2009

Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Laporan AkhirKoordinasi dan Kerjasama Perencanaan

Pengembangan Wilayah

Direktorat Pengembangan Wilayah

Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi DaerahKementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS

2009

Page 2: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Laporan Akhir KOORDINASI DAN KERJASAMA PERENCANAAN

PENGEMBANGAN WILAYAH

PENGARAH Ir. Max H. Pohan, CES, MA

PENANGGUNG JAWAB Ir. Arifin Rudiyanto M.Sc, Ph.D

TIM PENYUSUN Drs. Sumedi Andono Mulyo, MA, Ph.D

Awan Setiawan, SE, MM, ME Uke Mohammad Hussein, S.Si. MPP

Supriyadi, S.Si, MTP Rudi Alfian, SE

Yudianto, ST, MT, MPP Agung Widodo, SP, MIDEC

Fidelia Silvana, SP, M.Int.Econ & F Anang Budi Gunawan, SE Ika Retna Wulandary, ST

TIM PENDUKUNG Anna Astuti

Eni Arni Sapto Mulyono

Tri Supriyana Setya Rusdianto

Selenia Ediyani P.

Komentar, saran dan kritik dapat disampaikan ke : 

 

Direktorat Pengembangan Wilayah 

Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah  

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) 

Jl. Taman Suropati No. 2  Jakarta Pusat 10310 

Telp/Fax. (021) 3193 4195 

Page 3: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

KATA PENGANTAR

Penerapan penganggaran berbasis kinerja ditujukan untuk mendukung perbaikan efisiensi dan efektivitas pemanfaatan sumber daya dengan memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan hasil yang diharapkan.

Kegiatan koordinasi dan kerjasama perencanaan pengembangan wilayah bertujuan untuk Meningkatkan dan memantapkan komunikasi dalam proses perencanaan pembangunan wilayah dengan stakeholder terkait ditingkat pusat dan daerah, Memantapkan koordinasi antara Pusat dan Daerah dalam pelaksanaan pembangunan wilayah, Mendapatkan data dan informasi akurat dari stakeholder terkait yang dapat mendukung pelaksanaan pembangunan wilayah, Mengembangkan konsultasi dan diskusi yang lebih efektif antara stakeholder terkait dengan perencanaan dan pelaksana pembangunan wilayah ditingkat pusat dan daerah. Dari kegiatan koordinasi ini, diharapkan dapat diperoleh rekomendasi untuk penyusunan kebijakan dan program, khususnya yang terkait dengan pengembangan wilayah, pada tahun-tahun selanjutnya.

Namun, seperti kata pepatah “tidak ada gading yang tak retak”, tentu laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan komentar, masukan, saran dan kritik yang membangun dalam laporan akhir ini.

Akhir kata kami mengucapkan terima kasih kepada mitra kerja, baik di pusat maupun daerah, serta pihak-pihak terkait lainnya yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat.

Jakarta, Desember 2009

Direktorat Pengembangan Wilayah

ii

Page 4: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Tujuan 6

1.3 Sasaran 7

1.4 Keluaran 7

1.5 Ruang Lingkup 8

1.6 Sistematika Penulisan 8

BAB 2 LANDASAN TEORI 10

2.1 Definisi Koordinasi 10

2.2 Keterkaitan antara Perencanaan, Manajemen, dan Koordinasi 11

2.3 Koordinasi dalam Perencanaan Pembangunan Nasional 20

BAB 3 METODOLOGI 23

3.1 Kerangka Pemikiran 23

3.2 Teknik Pelaksanaan 24

3.3 Kegiatan-Kegiatan Yang Dikoordinasikan 25

BAB 4 Rencana Kerja 27

4.1 Rencana Kerja 27

4.2 Struktur Organisasi/Tim Pelaksana 29

4.3 Jadwal dan Penugasan Personil 29

iii

Page 5: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

iv

BAB 5 Pelaksanaan Kegiatan dan Pembahasan 30

5.1 Koordinasi dengan Mitra Kerja K/L (Bakosurtanal) 31

5.2 Koordinasi Kegiatan-kegiatan Direktorat Pengembangan Wilayah 41

5.3 Koordinasi dan Integrasi program Pengembangan Infrastruktur

Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW)l 48

5.4 Koordinasi Kegiatan Harmonisasi Kebijakan dan Informasi dalam

Pelaksanaan Kerjasama Riset Analyzing Pathways to Sustainability

in Indonesia ( APSI )

59

5.5 Temu Konsultasi Bappenas – Bappeda Provinsi 65

5.6 Koordinasi Kegiatan Prakarsa Strategis Pengembangan Pulau

Dalam Rangka Penyusunan Buku III RKP 2010 dan RPJMN 2010-

2014 Berdimensi Kewilayahan

71

5.7 Koordinasi Kegiatan Capacity Building for Regional Development

Policy Formulation (DSF)

75

BAB 6 Kesimpulan

Page 6: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025, memberikan

arah pembangunan jangka panjang tahun 2005-2025 khususnya dalam rangka

mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan adalah melalui

pengembangan wilayah. Pelaksanaan pengembangan wilayah tersebut dilakukan

secara terencana dan terintegrasi dengan semua rencana pembangunan sektor dan

bidang. Rencana pembangunan dijabarkan dan disinkronkan ke dalam rencana tata

ruang yang konsisten, baik materi maupun jangka waktunya.

Penekanan secara khusus terhadap pendekatan regional dalam rencana

pembangunan juga termuat dalam rencana pembangunan jangka menengah

(RPJM) tahap I (2004-2009). Tahapan dan skala prioritas dalam RPJM Tahap II

(2010-2014) adalah meningkatnya kualitas perencanaan tata ruang serta

konsistensi pemanfaatan ruang dengan mengintegrasikannya ke dalam dokumen

perencanaan pembangunan terkait dan penegakan peraturan dalam rangka

pengendalian pemanfaatan ruang. Seperti yang tercantum dalam UU 26/2007

tentang penataan ruang, bahwa tata ruang disusun berdasar pola terpadu melalui

pendekatan wilayah dengan memperhatikan sifat lingkungan alam dan lingkungan

sosial. Diharapkan bahwa diantara masyarakat dan lingkungan terjadi interaksi

yang serasi, selaras dan seimbang, diimplementasikan dalam pengembangan

kegiatan di semua sektor secara terpadu.

Pada prinsipnya pengembangan wilayah dengan pendekatan regional

selayaknya merupakan kesatuan konsepsi strategi pengembangan wilayah yang

tidak terlepas dari konsepsi NKRI. Di mana konsepsi tersebut mampu menjamin

efektifitas dan efisiensi pengelolaan sumber daya lokal. Lebih jauh, strategi dan

pelaksanaan prioritas dalam pengembangan wilayah diharapkan mampu

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 1

Page 7: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

memberikan dampak multiplier terhadap kawasan sekitarnya serta menjamin

keberlanjutan arah pembangunan (sustainability development).

Pendekatan pengembangan wilayah, prinsisp-prinsip dari dimensi-dimensi

spasial menjadi suatu syarat penting yang perlu dipahami. Pada dasarnya terdapat

2 dimensi spasial penting yang perlu dipahami yaitu: (1) local specificity, yang

merujuk pada pengertian bahwa setiap lokasi dalam suatu ruang pasti mempunyai

kekhasan. Kekhasan ini bisa diartikan sebagai kekhasan alamiah seperti kandungan

sumberdaya, dan bisa diartikan pula sebagai kekhasan buatan seperti wilayah

sentra produksi kerajinan, wilayah sentra bisnis dan sebagainya, dan (2) spatial

interaction, yang merujuk pada pengertian bahwa harus terjadi interaksi antara

wilayah-wilayah dengan local specificity agar bisa meningkatkan efisiensi dan

keberlanjutan pembangunan dari masing-masing wilayah yang terlibat. Sedangkan

konsep pembangunan wilayah pada intinya mempunyai lima arah. Pertama,

menciptakan suasana atau iklim usaha yang memungkinkan berkembangnya

potensi masyarakat di berbagai wilayah. Kedua, meningkatkan akses masyarakat

terhadap sumber-sumber kemajuan ekonomi seperti modal, teknologi, informasi,

lapangan kerja dan pasar. Ketiga, menciptakan kebersamaan dan kemitraan antara

yang sudah maju dengan yang belum berkembang. Keempat, memperkuat

kerjasama antar daerah dengan memperhatikan keterkaitan pembangunan lintas

wilayah dan lintas sektor. Kelima, mempercepat pembangunan wilayah-wilayah

tertinggal dan wilayah perbatasan.

Sejak diberlakukannya UU No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah dan

UU N0 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Daerah dan yang telah

dirubah menjadi UU No. 32/2004 dan UU No. 33/2004, telah terjadi perubahan

dalam pola hubungan antara pusat dan daerah. Sebelum diberlakukannya undang-

undang tersebut, pola hubungan masih bersifat sentralistik yang ditandai oleh

ketatnya kontrol pusat atas daerah, seperti dalam alokasi pembiayaan

pembangunan dan terbatasnya kewenangan daerah. Implementasi otonomi daerah

melalui payung undang-undang tersebut telah memberikan keleluasan bagi daerah,

sehingga pola hubungan saat ini dibangun dalam konteks desentralisasi.

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 2

Page 8: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 3

Pergeseran pola hubungan tersebut membuka peluang bagi pusat maupun

daerah untuk memperoleh manfaat yang lebih besar. Secara teoritis, manfaat yang

diterima dari desentralisasi antara lain: (i) mengurangi bertumpuknya pekerjaan di

pusat, (ii) dalam menghadapi masalah mendesak dan membutuhkan tindakan

cepat daerah tidak perlu menunggu instruksi dari pusat, (iii) mengurangi biaya

birokrasi, dan (iv) dari segi psikologi, desentralisasi memberikan kepuasan bagi

daerah1. Pada akhirnya, penerapan otonomi daerah diharapkan mencapai tujuan

berupa efisiensi penyediaan sarana dan prasarana serta pelayanan kepada

masyarakat sesuai kapasitas pemerintah daerah dan keinginan masyarakat

dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat

yang semakin baik, pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan dan

pemerataan, serta pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah

serta antar daerah dalam rangka menjaga keutuhan negara kesatuan. Namun

demikian, untuk mengambil manfaat dari implementasi otonomi daerah tidaklah

mudah. Pergeseran pola hubungan pusat dan daerah telah berdampak antara lain

pada koordinasi dan kerjasama perencanaan pengembangan wilayah, terutama

dalam konteks koordinasi dan kerjasama pembangunan sektoral dan daerah.

Dengan pembagian kewenangan yang jelas koordinasi dan kerjasama seharusnya

lebih mudah dilaksanakan. Pada kenyataannya antara sektoral dan daerah belum

mengoptimalkan koordinasi pembangunan secara menyeluruh.

Pada tataran sistem, pelaksanaan otonomi daerah membawa perubahan

yang cukup signifikan terutama berhubungan dengan kerjasama antarpelaku

pembangunan, pengambilan keputusan dalam perencanaan, pelaksanaan,

pengendalian, dan pengawasan pembangunan. Aspek-aspek itu sebelumnya sangat

ditentukan oleh lembaga eksekutif dan lebih terfokus pada pendekatan sektoral

yang terpusat sehingga pemerintah daerah kurang mendapat kesempatan untuk

mengembangkan kapasitas dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan

dan pelayanan masyarakat secara optimal. Di samping itu pembangunan sektoral

yang terpusat cenderung kurang memperhatikan keragaman kondisi sosial ekonomi

daerah yang selanjutnya telah mengakibatkan ketergantungan pemerintah daerah

1 Josef Riwu Kaho, Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta, 1991, hal 12-13.

Page 9: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

kepada pemerintah pusat, lemahnya pertanggungjawaban kinerja pemerintah

daerah kepada masyarakat.

Pada tataran kelembagaan, saat ini mekanisme perencanaan pembangunan

dipandang kurang efektif dalam menjembatani koordinasi pembangunan sektoral

dan daerah. Berbagai program pembangunan yang dalam berbagai dokumen

perencanaan pembangunan seringkali tidak sesuai dengan rencana pembiayaan

pembangunan baik RAPBN maupun RAPBD. Masalah ini menyiratkan lemahnya

koordinasi dan kerjasama antar lembaga perencanaan, baik pusat maupun di

daerah dengan para pelaku pembangunan. Selain itu, masalah kelembagaan yang

muncul adalah kurangnya komunikasi antar pelaku pembangunan, baik antar

pemerintah pusat dengan pemerintah daerah maupun antar pemerintah daerah

dengan masyarakat madani dan sektor swasta.

Pada tataran operasional, berbagai program pembangunan sektoral dan

daerah seringkali boros, tidak mencapai sasaran, dan tidak memberikan manfaat

yang optimal. Selain ketidakjelasan pada tataran sistem dan kelembagaan,

permasalahan ini juga bersumber dari penyimpangan akibat sikap mental yang

masih lemah.

Dalam pemanfaatan sumber daya alam di sektor kehutanan dan

pertambangan, misalnya, masih terdapat tumpang tindih pengaturan yang

menunjukkan lemahnya koordinasi antarsektor maupun sektoral dengan daerah.

Padahal kerjasama yang melibatkan stakeholders terkait dibawah koordinasi yang

terpadu akan menghasilkan nilai tambah yang lebih besar.

Selain itu, banyak pemerintah daerah saat ini berusaha mengoptimalkan

sumber daya yang dimilikinya untuk memajukan daerahnya. Tetapi tidak jarang

peran-peran yang dimainkan oleh daerah dilakukan tanpa koordinasi dengan

daerah lain atau dengan pusat. Eksternalitas ekonomi yang dihasilkan oleh suatu

daerah tidak jarang diabaikan, sehingga membuka peluang untuk terjadinya konflik

antar daerah maupun dengan pusat. Eksklusifitas daerah semacam ini akan

menimbulkan ketidakefisienan pembangunan, sehingga sebenarnya diperlukan

kerjasama pembangunan sektoral dan daerah.

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 4

Page 10: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

Konsekuensi lain dari otonomi daerah adalah ketidakserasian perkembangan

setiap daerah yang disebabkan oleh perbedaan dalam penguasaan sumber daya.

Ketimpangan antar daerah yang ada, akan semakin memperparah keadaan. Dalam

konteks penyelesaian persoalan ini, koordinasi dan kerjasama perencanaan

pengembangan wilayah dalam upaya untuk mengoptimalkan proses pelaksanaan

pembangunan sektoral dan daerah akan menciptakan keserasian pembangunan.

Fenomena-fenomena tersebut menjadi isu krusial yang sepantasnya

mendapat perhatian secara serius untuk mencapai tujuan pembangunan nasional.

Masih banyak isu-isu strategis dalam konteks koordinasi sektoral dan daerah. Oleh

karenanya untuk meletakkan isu-isu tersebut dalam kerangka koordinasi

pembangunan sektoral dan daerah diperlukan kajian yang mendalam. Hal ini

didasarkan oleh pertimbangan sebagai berikut:

Pertama, pembangunan pada masa lalu sarat dengan sentralisme karena

semua otoritas pembangunan berada di tangan dan diatur sepenuhnya oleh

pemerintah pusat. Saat ini sebagian otoritas tersebut telah didelegasikan kepada

dan berada di tangan pemerintah daerah. Delegasi otoritas yang dimaksud lebih

diarahkan dalam kerangka burden-sharing dengan tetap mengacu pada semangat

negara kesatuan. Dengan demikian, apapun yang dilakukan oleh pusat (sektoral)

maupun daerah adalah kerangka kerjasama yang saling melengkapi untuk

menciptakan nilai tambah yang lebih besar.

Kedua, disadari bahwa kelembagaan koordinasi dan kerjasama

pengembangan wilayah dalam upaya meningkatkan pembangunan sektoral dan

daerah memiliki urgensi yang tinggi, akan tetapi koordinasi dan kerjasama

pembangunan sektoral dan daerah yang dijalankan selama ini sebenarnya belum

memiliki format yang ideal. Oleh karena itu, konstruksi model koordinasi

pembangunan sektoral dan daerah yang disesuaikan dengan pergeseran

paradigma pembangunan di era otonomi perlu dicermati dengan tajam dan

mendalam. Pengalaman masa lalu mengenai koordinasi sektoral dan daerah tidak

sedikit yang memiliki keberhasilan dan manfaat yang besar. Selain itu kemungkinan

model koordinasi pembangunan sektoral dan daerah yang melibatkan stakeholders

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 5

Page 11: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

terkait telah diterapkan di berbagai tempat. Pola yang telah diterapkan dapat

dijadikan dasar untuk pengembangan lebih lanjut dengan penyesuaian yang

didasarkan pada pola hubungan baru.

Ketiga, kegagalan koordinasi dan kerjasama pembangunan sektoral dan

daerah dapat menghambat terwujudnya integrasi wilayah (sosial, ekonomi, budaya

dan politik nasional). Oleh karenanya, pengembangan pola atau model koordinasi

dan kerjasama pembangunan sektoral dan daerah merupakan bagian integral

dalam mengisi ruang otonomi daerah serta mewujudkan hubungan yang harmonis

antara pusat dan daerah dalam proses pembangunan secara khusus dan

pemerintahan secara keseluruhan.

1.2. Tujuan

Adapun tujuan dari kegiatan Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan

Pengembangan Wilayah, yaitu:

1. Meningkatkan dan memantapkan komunikasi dalam proses perencanaan

pembangunan wilayah dengan stakeholder terkait ditingkat pusat dan

daerah (Perguruan Tinggi, LSM, Organisasi Profesi, Lembaga Kajian dan

lainnya).

2. Memantapkan koordinasi antara pusat dan daerah dalam pelaksanaan

pembangunan wilayah.

3. Mendapatkan data dan informasi akurat dari stakeholder terkait yang dapat

mendukung pelaksanaan pembangunan wilayah.

4. Mengembangkan konsultasi dan diskusi yang lebih efektif antara stakeholder

terkait dengan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan wilayah

ditingkat pusat dan daerah.

1.3. Sasaran

Sementara itu, sararan kegiatan Koordinasi Dan Kerjasama Perencanaan

Pengembangan Wilayah ini adalah untuk mencapai kesepakatan dan kesepahaman

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 6

Page 12: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

bersama stakeholder terkait dalam upaya untuk mencapai keserasian dan

keseimbangan pembangunan antardaerah dan antarsektor agar sesuai dengan

tujuan pembangunan nasional dalam RPJM 2004-2oo9. Diharapkan penerima

manfaat dari hasil koordinasi adalah semua pihak yang terlibat dalam

pembangunan antara lain BAPPENAS dan pemerintah daerah (khususnya

Bappeda).

1.4. Keluaran

Keluaran kegiatan Koordinasi Dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan

Wilayah ini adalah sebagai berikut:

1. Terlaksananya dialog intensif dengan stakeholder terkait ditingkat pusat dan

daerah (Bappeda).

2. Terkumpulnya data dan informasi berkaitan dengan pelaksanaan

pembangunan wilayah ditingkat pusat dan daerah.

3. Terfasilitasinya pertemuan koordinasi dan konsultasi secara intensif antara

pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

4. Adanya masukan dan rekomendasi terhadap model koordinasi dan

kerjasama yang efektif dalam mendukung pelaksanaan pengembangan

wilayah.

1.5. Ruang Lingkup

Ruang lingkup kegiatan Koordinasi Dan Kerjasama Perencanaan

Pengembangan Wilayah ini adalah:

1. Penyusunan Kerangka Acuan Kerja (KAK);

2. Pengumpulan data sekunder melalui tinjauan pustaka serta tinjauan

dokumen perencanaan;

3. Diskusi;

4. Pertemuan/Rapat;

5. Kunjungan Lapangan.

Dalam rangka melakukan koordinasi dan kerjasama perencanaan pembangunan

kami melakukan koordinasi dengan direktorat-direktorat lain di Bappenas,

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 7

Page 13: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

Departemen terkait serta pemerintah daerah. Daerah yang menjadi kunjungan

dalam koordinasi dan kerjasama perencanaan pengembangan wilayah meliputi

Provinsi Sumatera Utara, Bengkulu, Kalimantan Tengah, Jawa Timur, dan Nusa

Tenggara Barat, sebagai perwakilan dari masing-masing wilayah.

1.6. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Laporan Akhir Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan

Pengembangan Wilayah adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat Latar Belakang, Tujuan dan Sasaran, Keluaran, Ruang Lingkup,

dan Sistematika Penulisan Laporan ini.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini memaparkan pengertian dan landasan teori koordinasi dalam perencanaan

pembangunan.

BAB III METODOLOGI

Bab ini memaparkan mengenai metodologi yang akan digunakan baik dalam

tahapan pelaksanaan kegiatan maupun dalam melakukan analisis.

BAB IV RENCANA KERJA

Bab ini memaparkan mengenai rencana kerja yang telah disusun, struktur

organisasi dalam kajian, jadwal dan penugasan personil dalam melaksanakan

koordinasi program pengembangan wilayah.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan tentang pelaksanaan kegiatan koordinasi program

pengembangan wilayah dan hasil-hasil dari pelaksanaan tersebut.

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 8

Page 14: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 9

Bab ini memuat kesimpulan dari hasil pelaksanaan, serta rekomendasi untuk

pelaksanaan kegiatan koordinasi pengembangan wilayah pada tahun-tahun

selanjutnya.

Page 15: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

LANDASAN TEORI 2

II.1 Definisi Koordinasi

Kata koordinasi, secara harfiah merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa

Inggris. Menurut Webster’s New Collegiate Dictionary, koordinasi berasal dari kata

“to coordinate” yang berarti “to put in the same order or rank” atau “to bring into

a common action, movement, or condition”. Tersirat dalam makna kata kerja

tersebut adalah kesamaan keteraturan dan derajad, dan kesamaan aksi, gerakan

ataupun kondisi. Koordinasi adalah kegiatan memadukan fungsi-fungsi dan

sumber-daya yang ada dalam sistem atau organisasi, sehingga dapat dicapai hasil

yang optimal dalam upaya pencapaian dan sasaran dan tujuan organisasi.

Koordinasi merupakan kata benda, sedangkan kata kerjanya adalah berkoordinasi

atau mengkoordinasikan.

Koordinasi pada umumnya dapat diidentifikasi melalui berlangsungnya interaksi

secara horisontal. Kadang dapat juga terjadi interaksi diagonal maupun vertikal.

Dalam hubungan vertikal, subyek koordinasi adalah koordinator, sedangkan

obyeknya adalah yang dikoordinasikan. Dalam kaitan komunikasi sosial, koordinasi

sangat diperlukan untuk dapat tercapainya keterpaduan dalam kegiatan- kegiatan

yang dilakukan sehingga langkah atau tindak lanjutnya dapat mengarah kepada

pencapaian hasil yang optimal. (www.hangtuah.ac.id/Sapto/kiss.htm)

Definisi koordinasi juga dikemukakan oleh Malone dan Crowston. Definisi

koordinasi yang dikemukakan oleh Malone dan Crowston adalah sebagai berikut

"Coordination is managing dependencies between activities". Menurut Malone

dan Crowston koordinasi adalah cara mengelola saling ketergantungan diantara

kegiatan-kegiatan. Macam-macam ketergantungan yang harus diatur tersebut

adalah :

1. Berbagai sumber daya,

2. Hubungan produser / konsumer,

3. Hambatan yang terus menerus ada,

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 10

Page 16: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

4. Penugasan.

Koordinasi berdasarkan perspektif Malone dan Crowston cenderung mengarah

pada definisi koordinasi yang terkait dengan kegiatan perekonomian khususnya

ekonomi mikro. Oleh karena itu, koordinasi melibatkan aspek sumber daya,

produser, konsumer, dan penugasan. Sedangkan dalam kegiatan Koordinasi dan

Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah, kata koordinasi mengandung

pengertian kesetaraan, kesesuaian, saling mengisi, dan saling mendukung.

Kegiatan koordinasi dan kerjasama dalam perencanaan pengembangan wilayah

merupakan suatu kegiatan yang dilakukan sebagai suatu usaha untuk

mempertemukan dan memahami berbagai kepentingan dalam suatu tujuan dan

sasaran yang sama dalam suatu komunikasi timbal balik antar berbagai pelaku

sehingga suatu kegiatan dapat dilakukan seara terintegrasi, efisien, efektif dan

memiliki tingkat kepuasan yang tinggi di antara para stakeholder.

Dalam hal ini peranan lembaga-lembaga perencanaan seperti Bappenas dan

Bappeda, maupun Departemen atau Kementerian/Lembaga lainnya sangat

diperlukan dalam pengkoordinasian perencanaan pengembangan wilayah,

terutama dalam pengalokasian sumber-sumber daya pembangunan, mengingat

masalah yang semakin kompleks, dan semakin banyaknya aktor pembangunan

yang terlibat dan memiliki peranan masing-masing secara sub-nasional atau sub-

regional, tidak saja aktor pemerintah, tetapi juga masyarakat secara luas termasuk

dunia usaha.

II.2 Keterkaitan antara Perencanaan, Manajemen, dan Koordinasi

Undang-undang RI Nomor 25 Tahun 2004, menyebutkan bahwa perencanaan

adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui

urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Sedangkan

pembangunan nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara. Undang-undang tersebut juga

mendefinisikan sistem perencanaan pembangunan nasional sebagai satu kesatuan

tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana

pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 11

Page 17: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat Pusat

dan Daerah.

Sistem perencanaan pembangunan nasional berkaitan erat dengan manajemen

penyelenggaraan pemerintahan, dimana manajemen penyelenggaraan

pemerintahan yang baik memiliki peran penting untuk mewujudkan tujuan

bernegara. Hal ini dikarenakan perencanaan merupakan salah satu unsur penting

dalam suatu manajemen. Beberapa unsur yang terkandung dalam suatu

manajemen antara lain :

1. Tujuan yang akan dicapai.

2. Adanya proses kegiatan bersama.

3. Adanya pemanfaatan sumber daya.

4. Adanya kegiatan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan

terhadap sumber daya yang ada.

John D. Milst mengatakan “Management is the process of directing and

fasilitating the work of people, utilizing in each both science and art and follow in

order to accomplish predetermined objectives”.

George R Terry : “Management is a distinct process consisting of planning

organizing, actuating, controlling, utilizing in each both science and art and

follow in order to accomplish predetermined objectives”.

Dari dua definisi tersebut dapat kita simpulkan adanya dua unsur manajemen :

- Manajemen selalu diterapkan dalam hubungannya dengan suatu kelompok

orang yang bekerja bersama;

- Ada tujuan tertentu yang akan dicapai.

Di samping itu, dapat pula dikatakan bahwa dalam manajemen terjadi serangkaian

kegiatan utama yang juga dapat kita sebut proses manajemen. Tentang proses

manajemen ini beberapa ahli manajemen mengemukakan beberapa macam

misalnya :

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 12

Page 18: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

a. Luther Gullich menyebut : planning, organizing, staffing, directing,

coordinating, reporting, budgeting

b. Henry Fayol : planning, organizing, commanding, coordinating, controlling.

c. Linda F. Urwick : forecasting, planning, organizing, commanding,

coordinating, controlling.

1. Perencanaan (Planning).

Perencanaan dapat didefinisikan sebagai “persiapan yang teratur dari setiap

usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”. Perencanaan adalah

suatu proses kegiatan penentuan tindakan atau langkah-langkah yang akan

dilakukan secara terkoordinasi dan terarah dalam rangka mencapai tujuan

pembangunan dalam waktu tertentu dengan mempertimbangkan potensi,

peluang, dan kendala yang mungkin timbul. Perencanan yang baik hendaknya

mengandung unsur-unsur sebagai berikut :

a. Planning (perencanaan) yang dirumuskan secara jelas dan dijabarkan

secara operasional.

b. Policy yaitu cara atau kebijaksanaan untuk mencapai tujuan dalam garis

besarnya.

c. Prosedur pembagian tugas serta hubungannya antara anggota kelompok

masing-masing.

d. Progress (kemajuan) yaitu penetapan standard kemajuan yang hendak

dicapai.

e. Program yaitu langkah-langkah kegiatan untuk mencapai tujuan

Syarat-syarat Perencanaan:

Luther Gullich menyebutkan syarat-syarat sebagai berikut :

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 13

Page 19: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

1. Tujuan harus dirumuskan secara jelas.

2. Perencanaan harus sederhana dan realistis.

3. Memuat analisis-analisis dan penjelasan-penjelasan terhadap usaha-usaha

yang direncanakan.

4. Bersifat fleksibel.

5. Ada keseimbangan baik ke luar maupun ke dalam

6. Ke dalam berarti seimbang antara bagian-bagian dalam perencanaan

tersebut. Sedangkan ke luar berarti seimbang antara tujuan dan fasililtas

yang tersedia.

7. Efisien dan efektif dalam penggunaan biaya, tenaga dan sumber daya yang

tersedia.

Fungsi Perencanaan:

Menjelaskan secara tepat tujuan-tujuan serta cara-cara mencapai tujuan.

Sebagai pedoman bagi semua orang yang terlibat dalam organisasi pada

pelaksanaan rencana yang telah disusun.

Merupakan alat pengawasan terhadap pelaksanaan program.

Meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan segala sumber daya

yang dimiliki organisasi.

Memberikan batas-batas wewenang dan tanggung jawab setiap

pelaksanaan, sehingga dapat meningkatkan kerja sama/koordinasi.

Menetapkan tolok ukur (kriteria) kemajuan pelaksanaan program setiap

saat.

Dalam perencanaan harus jelas adanya visi dan misi, program, tujuan,

kegiatan yang akan dilaksanakan, kriteria keberhasilan, jadwal pelaksanaan,

sumber daya yang diperlukan, anggaran serta penanggungjawab/pelaksana

kegiatan. Karena dalam perencanaan juga terkandung unsur penganggaran

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 14

Page 20: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

maka dalam penyusunan anggaran harus dipertimbangkan beberapa faktor

seperti :

a. Prioritas kegiatan, dapat dibuat skala prioritas kegiatan.

b. Bobot kegiatan, dilihat dari jumlah person yang terlibat, lama waktu

kegiatan dan sumber daya yang diperlukan.

c. Produktifitas kegiatan, yang dapat dilihat dalam target kegiatan

(kuantitatif atau kualitatif).

d. Efektifitas biaya yang dikeluarkan dengan manfaat kegiatan yang

dilaksanakan.

e. Efisiensi pembiayaan, diukur dari perbandingan antara pencapaian

target secara nyata dan yang seharusnya.

2. Pengorganisasian (Organizing)

Setelah perencanaan dilakukan, maka dilakukan kegiatan mengorganisasikan

(organizing), yaitu membagikan dan menetapkan tugas-tugas kepada anggota

kelompok, mendelegasikan kekuasaan dan menetapkan hubungan-hubungan

antara kelompok kerja yang satu dengan yang lain.

Pengorganisasian di sini berarti proses pembagian tugas-tugas dan tanggung

jawab serta wewenang sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat

digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka mencapai tujuan yang telah

ditentukan. Jadi pengorganisasian meliputi penciptaan struktur, mekanisme

dan prosedur kerja, uraian kerja serta penempatan personil pada posisi yang

sesuai dengan kemampuannya. Karena organisasi merupakan alat Manajemen

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka susunan, bentuk serta

besar kecilnya organisasi harus disesuaikan dengan tujuan yang telah

ditetapkan tersebut.

Di dalam pengorganisasian ada dua asas pokok yang perlu kita perhatian

yaitu :

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 15

Page 21: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

- Asas Koordinasi.

Asas koordinasi adalah sistem pengaturan dan pemeliharaan tata hubungan

agar tercipta tindakan yang sama dalam rangka mencapai tujuan bersama.

Agar koordinasi ini dapat berjalan dengan mulus maka diperlukan tiga syarat

pokok :

a. Adanya wewenang tertinggi, yang berfungsi sebagai pemberi arah.

b. Adanya kesediaan bekerja sama antara anggota karena merasa adanya

tujuan bersama yang ingin dicapai.

c. Adanya filsafat serta keyakinan yang sama yang dihayati oleh semua

anggota.

- Asas Hirarki.

Asas hirarki adalah suatu proses pewujudan koordinasi dalam organisasi.

Didalam usaha itu akan terjadi suatu tingkatan tugas, wewenang dan

tanggung jawab. Di dalam hirarki ini diperlukan adanya kepemimpinan,

pendelegasian wewenang dan pembatasan tugas.

a. Kegiatan menggerakan (actuating), yaitu kegiatan pemimpin dalam

menggerakan kelompok secara efektif dan efisien ke arah pencapaian

tujuan.

b. Kegiatan pengawasan (controlling) yaitu pengawasan dan pengendalian

agar organisasi dapat berjalan sesuai dengan rencana, dan tidak

menyimpang dari arah semula.

3. Penggerakan (Actuating)

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 16

Page 22: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

Menurut George R Terry actuating ialah tindakan untuk mengusahakan agar

semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai saran-sasaran sesuai

dengan perencanaan manajerial dan usaha-usaha organisasi.

Masalah penggerakan ini sangat erat hubungannya dengan unsur manusia,

sehingga keberhasilannya juga ditentukan oleh kemampuan pemimpin dalam

berhubungan dengan manusia yang dipimpinnya. Dengan kata lain usaha

penggerakan ini berkaitan erat dengan usaha memberi motivasi kepada

anggota organisasi. Dalam rangka memberi motivasi ini maka diperlukan

adanya pengarahan yang jelas, berupa perintah, penugasan, petunjuk maupun

pembimbingan. Supaya dalam menjalankan tugas dapat berjalan dengan baik

maka harus selalu ada koordinasi dari pimpinan, mulai dari pimpinan

tertinggi maupun pimpinan unit kerja.

Agar seorang pemimpin mampu melaksanakan fungsi ini dengan baik maka

dituntut padanya kemampuan berkomunikasi, memiliki daya kreasi serta

inisiatif yang tinggi dan mampu mendorong semangat stafnya.

4. Pengawasan (Controlling)

Pengawasan perlu dilakukan agar pekerjaan atau kegiatan dapat berlangsung

sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Kegiatan pengawasan dapat

berbentuk pemeriksaan, pengecekan serta usaha pencegahan terhadap

kesalahan yang mungkin terjadi, sehingga bila terjadi penyelewengan atau

penyimpangan dapat ditempuh usaha-usaha perbaikan.

Jadi pengawasan mempunyai tiga fungsi yaitu :

a. Mengkoordinasikan kegiatan yang dilakukan masing-masing unit, agar

tidak terjadi tumpang tindih kegiatan atau bahkan mencegah adanya

kesalahan atau penyimpangan dari rencana yang telah disusun.

b. Membandingkan dan mengevaluasi hasil yang telah dicapai dengan

rencana yang telah ditetapkan.

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 17

Page 23: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

c. Mencatat semua hasil pengawasan untuk dijadikan bahan-bahan

pertimbangan dan pelaporan, seperti digambarkan dalam bagan berikut:

Kriteria

Perencanaan Pengawasan

Gambar 2.1

Bagan Fungsi Pengawasan

Di dalam melakukan pengawasan orang harus menggunakan tolok ukur

(kriteria) tertentu. Perencanaan sudah merupakan kriteria yang dapat dipakai

dalam pengawasan.

Ada beberapa prinsip pengawasan yang harus diperhatikan :

a. Pengawasan harus bersifat menyeluruh. Pengawasan harus meliputi

seluruh aspek program : personel, pelaksanaan program, material,

hambatan-hambatan dll.

b. Pengawasan dilakukan oleh semua orang yang terlibat dalam program

Pengawasan bukan hanya dilakukan oleh pimpinan atau petugas-petugas

yang ditunjuk tetapi semua petugas pelaksanaan program mempunyai

tanggung jawab melakukan pengawasan.

c. Pengawasan harus bersifat diagnostik.

Pengawasan tidak bertujuan untuk mencari kesalahan-kesalahan personel,

tetapi untuk menemukan kelemahan-kelemahan atau penyimpangan-

penyimpangan program yang dapat menghambat tercapainya tujuan. Dari

penemuan ini kemudian dilakukan perbaikan dan penyempurnaan.

Penyempurnaan

Pelaksanaan

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 18

Page 24: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

Dari rangkaian kegiatan ini dapat kita simpulkan bahwa proses manajemen

meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan, yang

dapat kita gambarkan sebagai berikut :

Pengawasan

Perencanaan

Pengarahan

Pengorganisasian

Gambar 2.2

Bagan Proses Manajemen

II.3 Koordinasi dalam Perencanaan Pembangunan Nasional

Indonesia merupakan negara yang besar baik dalam cakupan geografis maupun

dalam jumlah dan ragam populasi. Oleh karena itu upaya dan proses pembangunan

untuk memperbaiki kesejahteraan rakyatnya pasti menghadapi berbagai

permasalahan dan kendala yang kompleks. Pentingnya peranan perencanaan

pembangunan dan lembaga perencana menjadi bagian yang tidak terhindarkan,

sebagai suatu kebutuhan untuk menyusun rancangan kebijakan, program, dan

kegiatan yang akan secara konsisten menuju pada cita-cita yang disepakati. Fungsi

perencanaan juga untuk menjelaskan dan memberikan mekanisme pengambilan

keputusan yang rasional dan bertanggungjawab atas berbagai pilihan-pilihan

terutama yang bersifat (trade-off) dari kebijakan dan strategi pembangunan yang

tidak selalu mudah dan menyenangkan.

Saat ini, Indonesia dihadapkan dengan era demokrasi, globalisasi, desentralisasi

dan otonomi daerah. Hal ini mengakibatkan semakin dirasakan pentingnya

koordinasi perencanaan dalam menangani isu-isu pembangunan yang bersifat

lintas sektor, lintas waktu, maupun lintas wilayah. Seperti yang telah disebutkan

pada sub bab sebelumnya, perencanaan merupakan salah satu bagian yang penting

dalam manajemen. Demikian pula dengan perencanaan pembangunan yang

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 19

Page 25: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

merupakan suatu fungsi utama dari manajemen pembangunan, mutlak diperlukan,

mengingat proses pembangunan memiliki kebutuhan yang besar terhadap sumber

daya yang tersedia. Melalui perencanaan pembangunan yang lebih baik dapat

dirumuskan kegiatan pembangunan yang lebih efisien dan efektif dengan hasil yang

optimal dalam pemanfaatan sumber daya yang ada. Perencanaan pembangunan

terkait dengan kemampuan pemerintah atau perencana dalam menghasilkan

sebuah visi dan misi strategis pembangunan dan kemudian merealisasikannya

dalam sebuah rencana aksi dan atau rencana kerja. Perencanaan pembangunan

merupakan salah satu proses dari rangkaian atau siklus penyelenggaraan

pembangunan yang secara umum meliputi perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan (pengembangan, penggunaan/pemanfaatan, perlindungan, dan

pengendalian), pemantauan dan evaluasi.

Koordinasi, dalam hal ini, merupakan bagian dari kegiatan mengorganisasi

(organizing) dan pengawasan (controlling). Koordinasi sebagai unsur dalam

organisasi berfungsi sebagai sistem pengaturan dan pemeliharaan tata hubungan

agar tercipta tindakan yang sama dalam rangka mencapai tujuan bersama. Dalam

hal ini dibutuhkan hirarki wewenang yang jelas, kesediaan bekerja sama, dan

kesamaan tujuan semua pihak. Sedangkan koordinasi sebagai unsur dalam

pengawasan berfungsi mengkoordinasikan kegiatan yang dilakukan masing-masing

unit, agar tidak terjadi tumpang tindih kegiatan atau bahkan mencegah adanya

kesalahan atau penyimpangan dari rencana yang telah disusun.

Koordinasi dalam perencanaan pembangunan perlu dilakukan secara vertikal dan

horisontal. Koordinasi perencanaan pembangunan secara vertikal terkait dengan

fungsi koordinasi sebagai sistem pengaturan dan pemeliharaan tata hubungan yang

membutuhkan hirarki kewenangan yang jelas. Sedangkan koordinasi perencanaan

pembangunan secara horisontal terkait dengan fungsi koordinasi sebagai kegiatan

kerjasama untuk mengatur kegiatan yang dilakukan masing-masing unit agar tidak

terjadi tumpang tindih dan mencegah kesalahan/penyimpangan dari rencana yang

telah disusun. Upaya koordinasi perencanaan pembangunan tersebut dilakukan

dengan mempertimbangkan permasalahan dan keperluannya. Selama ini upaya

koordinasi perencanaan pembangunan telah dilakukan baik secara berkelompok

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 20

Page 26: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 21

(beberapa instansi) maupun secara bersama-sama berupa rapat-rapat koordinasi

pembangunan.

Berdasarkan pengertian tersebut maka koordinasi dalam perencanaan

pembangunan sangat penting dan perlu dilakukan secara terus menerus, karena

dengan koordinasi dapat dilakukan sinergi dan efisiensi penggunaan sumber daya.

Selain itu, koordinasi perencanaan pembangunan penting dilakukan mengingat

banyak hal yang harus dipertimbangkan dalam pelaksanaan perencanaan, seperti

adanya trade-off atau konsekuensi dan kepentingan yang berbeda antara berbagai

tujuan pembangunan. Hal tersebut menjadi semakin rumit dengan terlibatnya

berbagai stakeholders dalam pembangunan. Pentingnya koordinasi sendiri terkait

dengan tingkat partisipasi publik dalam perencanaan pembangunan.

Page 27: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

3 METODOLOGI

3.1 Kerangka Pemikiran

Metode yang akan digunakan adalah metode desk study dan metode

kualitatif. Adapun rincian penggunaan ketiga metode tersebut adalah sebagai

berikut.

a. Desk Study

Desk study merupakan teknik yang dilakukan untuk mengidentifikasi, menyusun,

dan mendeskripsikan aspek mekanisme dan kelembagaan program–program

pengembangan wilayah yang akan didiskusikan dengan daerah. Tehnik ini

dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: (a) mengumpulkan literatur/pustaka

yang berkaitan dengan koordinasi suatu program, baik dalam bentuk teksbooks

maupun hasil-hasil penelitian yang relevan; (b) melakukan pembahasan

terhadap hasil pengumpulan literatur/pustaka yang berkaitan dengan desain

koordinasi; dan (c) memformulasikan usulan desain koordinasi, khususnya

aspek mekanisme dan kelembagaan program–program pengembangan wilayah.

Selain menggunakan desk study, juga dilakukan eksplorasi empirik di mana

narasumber daerah diminta memberikan data/informasi berkaitan dengan

pelaksanaan koordinasi di daerah.

b. Metode Kualitatif

Metode kualitatif dipergunakan untuk memperdalam dan menganalisis data dan

informasi tentang pengalaman narasumber daerah dalam melaksanakan

koordinasi suatu program maupun desain tentatif dari peneliti. Secara lebih rinci,

metode kualitatif dipergunakan untuk memperdalam informasi yang difokuskan

kepada hal-hal penting dan perlunya sebuah fokus kajian pada penelitian yang

menggunakan metode kualitatif.

D I r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s

22

Page 28: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

3.2 Teknik Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan koordinasi, dilakukan teknik pengumpulan data dan

teknik analisa data yang diuraikan sebagai berikut :

a. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan, sesuai dengan sumber datanya

sebagaimana diuraikan di atas, akan digunakan beberapa teknik pengumpulan data

sebagai berikut:

Pertemuan/Rapat/FGD

Pertemuan dilakukan dengan menggunakan agenda rapat. Agenda tersebut

memberi kesempatan kepada narasumber untuk berdiskusi dengan lebih

leluasa sesuai dengan topik atau isu yang sedang dibahas. Informasi yang

diperoleh dengan teknik ini akan menunjukkan pandangan-pandangan dan

pengalaman nara sumber mengenai persiapan, pelaksanaan, dan kendala-

kendala yang dihadapi. Agenda pertemuan memuat hal-hal pokok saja dari

fokus yang dikaji.

Dokumentasi

Merupakan kegiatan pengumpulan data sekunder, hal ini dilakukan dengan

jalan: mengumpulkan literatur/peraturan yang berkaitan dengan isu,

melakukan pembahasan terhadap hasil pengumpulan literatur/pustaka yang

berkaitan dengan fokus pelaksanaan kegiatan, dan memformulasikan berbagai

persoalan dan aspek suatu program ke dalam bentuk format laporan yang

dapat menyajikan informasi dan data-data mengenai pelaksanaan kegiatan

koordinasi. Data dan informasi tersebut disusun berdasarkan analisis singkat

dari berbagai hasil laporan pelaksanaan kegiatan.

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s

23

Page 29: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

b. Teknik Analisis Data

Metode analisis dalam kegiatan ini menggunakan metode kualitatif. Dalam

setiap tahap analisis data akan senantiasa diuji silang dengan tahap lainnya yang

dimaksudkan untuk mempertahankan kelengkapan dan konsistensi data.

3.3 Kegiatan – Kegiatan yang Dikoordinasikan

Berdasarkan Keputusan Presiden No. 4 Tahun 2002, Deputi Bidang Otonomi

Daerah dan Pengembangan Regional sebagai salah satu unit kerja di instansi

Bappenas mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan, koordinasi dan

sinkronisasi serta evaluasi perencanaan pembangunan nasional di bidang otonomi

daerah dan pengembangan regional. Dengan demikian, tugas Deputi Bidang

Otonomi Daerah dan Pengembangan Regional sangat relevan dengan

perkembangan pembangunan nasional saat ini yang menjunjung asas

desentralisasi. Akan tetapi kondisi Indonesia yang sangat luas dan sangat beragam

potensi dan tingkat perkembangannya ini, memerlukan strategi pembangunan

nasional, yang di samping komprehensif, juga berdimensi kewilayahan. Strategi

pengembangan wilayah ini dilakukan disamping untuk mencapai kemajuan sosial

dan ekonomi, tetapi juga dalam rangka memperkuat konsep negara kesatuan.

Untuk mengawal pelaksanaan strategi pembangunan nasional yang

berdimensi kewilayahan, Direktorat Pengembangan Wilayah menyelenggarakan

berbagai rapat koordinasi dengan berbagai mitra terkait. Kegiatan tersebut juga

merupakan salah satu fungsi Direktorat Pengembangan Wilayah untuk

memfasilitasi koordinasi dan kerjasama dalam rangka pengembangan wilayah dan

antar wilayah, terkait kerjasama pengembangan sub-regional, kerjasama antar

daerah propinsi dan kabupaten, serta antar institusi, untuk mendorong

pengembangan wilayah dan antar wilayah. Dalam hal ini, Direktorat

Pengembangan Wilayah bermitra kerja dengan instansi Badan Koordinasi Survey

dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal). Berdasarkan hubungan kemitraan tersebut

Direktorat Pengembangan Wilayah mendapat penugasan untuk mengkoordinasikan

kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh (Bakosurtanal) termasuk dalam penyiapan

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s

24

Page 30: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

RKP untuk kegiatan yang dilakukan Bakosurtanal. Program kerja dan kegiatan yang

dilaksanakan Bakosurtanal adalah untuk mencapai visi "Menyediakan infrastruktur

data spasial sebagai dasar bagi pengembangan data dan informasi sumber daya

alam dan lingkungan". Penyediaan infrastruktur data spasial ini penting bagi

kepentingan pembangunan baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun

masyarakat, apalagi wilayah geografis Indonesia terdiri dari banyak pulau. Seiring

dengan perkembangan teknologi informasi, diharapkan juga Bakosurtanal dapat

meningkatkan pelayanan akan kebutuhan informasi spasial kepada masyarakat.

Dengan tersedianya informasi spasial tersebut, diharapkan dapat lebih mendukung

perencanaan pengembangan wilayah.

Di lingkungan Kedeputian Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah

pelaksanaan kegiatan koordinasi yang dilakukan oleh Direktorat Pengembangan

Wilayah dalam bentuk mengikuti beberapa agenda pertemuan yang dilaksanakan

oleh setiap direktorat dilingkungan kedeputian regional terutama terkait dengan

pelaksanaan program dan kegiatan untuk mendorong peningkatan pembangunan

wilayah. Kegiatan serupa juga dilaksanakan dengan beberapa direktorat terkait di

Bappenas diluar kedeputian regional dan otonomi daerah.

Selain itu ada beberapa kegiatan Ad-hoc dalam rangka mendukung

penguatan konsep perencanaan yang didalam pelaksanaannya dibawah koordinasi

Direktorat Pengembangan Wilayah ;

Pertama, kegiatan kerjasama dengan World Bank dan AusAid dalam rangka

penyelengaraan program dan kegiatan riset mengenai “Analyzing Paths to

Sustainability in Indonesia” . Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan

skenario menuju pembangunan yang berkelanjutan di Indonesia melalui

pengembangan instrumen analisis dampak kebijakan makro terhadap

perekonomian, lingkungan hidup, dan kemiskinan. Adapun instrumen analisis yang

dikembangkan terdiri dari Model Keseimbangan Umum (Computable General

Equilibrium / CGE ) dan model Agent Based Model (ABM).

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s

25

Page 31: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s

26

Kedua, kegiatan Program Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi

Wilayah (PISEW) yang bertujuan untuk membantu mempercepat pembangunan

ekonomi masyarakat perdesaan dengan berbasis pada sumber daya lokal untuk

mengurangi kesenjangan (disparitas) antar wilayah, pengentasan kemiskinan ,

memperbaiki pengelolaan pemerintahan daerah di tingkat kabupaten, kecamatan

dan desa, serta penguatan institusi lokal ditingkat desa. Dalam pelaksanaan

kegiatan Bappenas bertindak sebagai Ketua Tim Pengarah Tim Koordinasi Tingkat

Pusat.

Ketiga, koordinasi kegiatan bersama Bakosurtanal tidak hanya mencakup

penyiapan RKP tetapi juga termasuk program kerja dan kegiatan Bakosurtanal

yang bersumber dana dari PHLN/hibah/bantuan. Salah satunya yaitu program kerja

dan kegiatan yang dilaksanakan Bakosurtanal bersumber dana dari JBIC (Japan

Bank for International Cooperation). Program ini disebut National Spatial Data

Infrastructure (NSDI) atau Infrastuktur Data Spasial Nasional (IDSN). Selain itu,

dilakukan pula kajian Regional Development Planning (RDP) dengan menggunakan

model Spatial Dynamic, yang bermanfaat dalam perencanaan pembangunan

wilayah.

Keempat, koordinasi kegiatan Capacity Building for Regional Development

Policy Formulation yang bertujuan untuk melakukan tinjauan historis secara singkat

tentang pembangunan daerah sejak tahun 1967 (mulai dari rencana pembangunan

lima tahun pertama di zaman Orde Baru). Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi

Bappenas, khususnya karena output dari kegiatan ini akan mendukung upaya

untuk memperbaiki kebijakan pembangunan terkait dengan pembangunan daerah.

Page 32: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Rencana Kerja 4

IV.1 Rencana Kerja

Rencana kerja dapat dibagai dalam dua tahap yaitu tahap persiapan dan tahap

pelaksanaan. Masing-masing tahap di jabarkan secara rinci sebagai berikut:

a. Tahap Persiapan

Kegiatan koordinasi diawali dengan menyiapkan hal-hal penting yang harus

dilakukan sebelum koordinasi dilaksanakan. Tahap persiapan meliputi:

1) Penyusunan Kerangka Acuan Kerja

Suatu kegiatan koordinasi, baik yang dilakukan membutuhkan adanya

Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang jelas. Secara umum KAK memberikan

panduan mengenai pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh koordinator

dalam kajian koordinasi, termasuk sejumlah aspek yang menjadi fokus

kegiatan dan jadwal pelaksanaannya.

2) Tinjauan pustaka serta tinjauan dokumen perencanaan dan anggaran

dilaksanakan untuk melihat kesesuaian baik dilihat aspek akademis dan

kesepakatan-kesepakatan yang tertuang dalam dokumen perencanaan den

anggaran yang dapat memeberikan gambaran mengenai pentingnya kegiatan

koordinasi dilaksanakan.

3) Penyusunan Laporan Pendahuluan

Laporan Pendahuluan mencakup: Pendahuluan, Landasan Teori, Metodologi,

serta Rencana Kerja, Struktur Organisasi, Jadwal, dan Penugasan Personil.

b. Tahap Pelaksanaan

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 27

Page 33: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

Tahap pelaksanaan meliputi :

1) Diskusi Kelompok Terfokus

Hasil yang diharapkan dari kegiatan Diskusi Terfokus ini antara lain: (1)

Inventaris program pengembangan wilayah yang dilakukan mitra

pelaksana; (2) Identifikasi sasaran program; (3) Penyelesaian pengisian

kuesioner oleh mitra pelaksana; (4) Identifikasi hasil yang dicapai dalam

pelaksanaan program pengembangan wilayah; (5) Identifikasi kekuatan,

kelemahan, peluang dan hambatan dalam pelaksanaan program

pengembangan wilayah; dan (6) Masukan/rekomendasi dari stakeholder

terkait mengenai kebijakan dan program pengembangan wilayah ke

depan.

2) Kompilasi data dan informasi

Berdasarkan hasil proses pengambilan data dan informasi yang diperoleh

dari hasil pertemuan diskusi dengan stakeholder terkait, kunjungan

lapangan dan data literatur, kemudian dilakukan kompilasi data dan

informasi dengan tujuan untuk mengsinkronkan antara data dan

informasi dengan tujuan pelaksanaan kegiatan.

3) Analisis data dan informasi

Kegiatan analisis data dan informasi diharapkan dapat memberikan

gambaran yang terfokus dari data dan informasi yang sudah diperoleh

dan diharapkan dapat memberikan masukan/rekomendasi mengenai

kebijakan dan program pengembangan wilayah ke depan.

4) Penyusunan Laporan Akhir

Hasil dari setiap tahapan pelaksanaan kegiatan disusun dalam bentuk

laporan pelaksanaan kegiatan yang terdiri dari laporan pendahuluan,

laporan perkembangan (laporan tengah) dan laporan akhir.

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 28

Page 34: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 29

IV.2 Struktur Organisasi/Tim Pelaksana

Kegiatan ini dilaksanakan oleh Direktorat Pengembangan Wilayah dengan

melibatkan staf perencana Bappenas lintas direktorat. Struktur organisasi yang

menangani kegiatan ini meliputi Penanggung Jawab, Tim Pelaksana, serta

Narasumber yang memiliki kemampuan untuk memberikan masukan serta

masukan dalam penyusunan dan penyempurnaan kegiatan koordinasi dan

kerjasama perencanaan pengembangan wilayah direktorat pengembangan wilayah.

IV.3 Jadwal dan Penugasan Personil

Pelaksanaan kegiatan Koordinasi Program Pengembangan Wilayah diharapkan

dapat diselesaikan dalam jangka waktu 12 (dua belas bulan) dalam periode tahun

anggaran 2009 oleh semua Anggota Tim Pelaksana.

Tabel 4.1

Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan

Pengembangan Wilayah 2009

Bulan

I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII No. Kegiatan

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

I PERSIAPAN DAN PENYUSUNAN

1 Penajaman Kerangka Acuan Kerja

2 Tinjauan Pustaka serta Dokumen Perencanaan dan Anggaran

3 Pembuatan Agenda Rapat/ Pertemuan

4 Penyusunan Laporan Pendahuluan

II PELAKSANAAN

1 Diskusi

2 Pengumpulan data

3 Lokakarya

III PELAPORAN

1 Pelaporan

2 Penyusunan Laporan Akhir

Page 35: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

VI.1 Kesimpulan

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai salah satu unit organisasi di

Bappenas, Direktorat Pengembangan Wilayah pada tahun 2009 ini masih

melaksanakan kegiatan koordinasi. Tujuan dari dilaksanakannya kegiatan

Koordinasi Program Pengembangan Wilayah Tahun 2009 ini adalah untuk

meningkatkan dan memantapkan komunikasi dalam proses perencanaan

pembangunan wilayah dengan stakeholder terkait ditingkat pusat dan daerah

(Perguruan Tinggi, LSM, Organisasi Profesi, Lembaga Kajian dan lainnya);

memantapkan koordinasi antara Pusat dan Daerah dalam pelaksanaan

pembangunan wilayah; mendapatkan data dan informasi akurat dari stakeholders

terkait yang dapat mendukung laksanaan pembangunan wilayah; dan

mengembangkan konsultasi dan diskusi yang lebih efektif antara stakeholder

terkait dengan perencanaan dan pelaksana pembangunan wilayah ditingkat pusat

dan daerah.

Pelaksanaan tugas dan fungsi koordinasi kegiatan yang dilakukan Direktorat

Pengembangan Wilayah pada tahun 2009 ini masih banyak terkait dengan kegiatan

koordinasi tahun sebelumnya, diantaranya adalah koordinasi substansi program

dan kegiatan dengan Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional

(Bakosurtanal) yang merupakan mitra kerja langsung dari Direktorat

Pengembangan Wilayah. Koordinasi yang dilakukan terutama terkait dengan

kegiatan – kegiatan di Direktorat Pengembangan Wilayah untuk menunjang

analisis kesenjangan wilayah, antara lain koordinasi substansi program dan

kegiatan Bakosurtanal dalam rangka penyusunan RPJMN 2010-2014 dan RKP

2010, restrukturisasi program dan kegiatan dalam penyusunan Renstra K/L

Bakosurtanal, koordinasi kegiatan Harmonisasi Kebijakan dan Informasi

Pemanfaatan Infrastruktur Data dan Informasi Geo-Spasial Nasional (IDSN), serta

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 72

Page 36: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

koordinasi kajian Regional Development Planning (RDP) dengan menggunakan

model Spatial Dynamic. Selain itu, juga dilakukan koordinasi kegiatan – kegiatan

yang dilaksanakan oleh Direktorat Pengembangan Wilayah, koordinasi

pelaksanaan program Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah

(PISEW), koordinasi kegiatan Harmonisasi Kebijakan dan Informasi dalam

Pelaksanaan Kerjasama Riset Analyzing Pathways to Sustainability in Indonesia

(APSI), Temu Konsultasi Bappenas – Bappeda Provinsi, koordinasi pelaksanaan

kegiatan Prakarsa Strategis Pengembangan Pulau yang dilaksanakan oleh

Kedeputian Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah, terkait dengan

penyusunan Buku III RPJMN 2010-2014, serta kegiatan Capacity Building for

Regional Development Policy Formulation.

Secara umum, kegiatan koordinasi yang telah dilakukan untuk mendukung

pelaksanaan kegiatan-kegiatan pengembangan wilayah tersebut antara lain

meliputi serangkaian rapat koordinasi teknis, baik dalam bentuk diskusi, konsultasi

maupun konsinyasi. Selain itu, dilakukan pula kegiatan-kegiatan lokakarya,

seminar, workshop dan kunjungan daerah dalam rangka pengumpulan data dan

informasi, penyusunan laporan hasil kegiatan, dan diseminasi atau sosialisasi hasil

kegiatan. Kegiatan koordinasi dilakukan secara internal (Direktorat Pengembangan

Wilayah) dan juga secara eksternal, baik dengan tenaga ahli, Kementrian/Lembaga,

pemerintah daerah dan stakeholders terkait.

VI.2 Rekomendasi

1. Perlu dilakukan sinkronisasi jadwal pelaksanaan antara kegiatan yang satu

dengan yang lain untuk mencegah terjadinya tumpang tindih atau

pelaksanaan dua kegiatan dalam waktu yang sama.

2. Perlu adanya pembagian tugas dan distribusi disposisi yang jelas sesuai

dengan kapasitas dan tanggung jawab yang telah ditentukan untuk

melaksanakan koordinasi serta menjalin hubungan baik terhadap mitra

kerja.

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 73

Page 37: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 74

3. Pengaturan jadwal perjalanan dinas atau kunjungan ke daerah sesuai

dengan kebutuhan yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan

masing-masing kegiatan.

4. Peningkatan frekuensi komunikasi dengan mitra terkait untuk mengetahui

sejauh mana kegiatan telah dilaksanakan.

Page 38: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 30

Direktorat Pengembangan Wilayah mempunyai tugas melaksanakan penyiapan

data dan informasi regional, kajian sosial dan ekonomi regional, serta penyiapan

perumusan kebijakan, koordinasi, sinkronisasi perencanaan dan pelaksanaan

rencana pengembangan wilayah dan antar wilayah serta pemantauan dan penilaian

atas pelaksanaannya. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat

Pengembangan Wilayah menyelenggarakan fungsi: (a) penyiapan data, informasi,

dan program-program pembangunan sektoral baik wilayah maupun antar wilayah;

(b) analisis dan pengkajian sosial dan ekonomi regional termasuk kesenjangan

antar wilayah; (c) perumusan kebijakan pengembangan wilayah dan antar wilayah;

(d) fasilitasi, koordinasi, dan kerjasama dalam rangka pengembangan wilayah dan

antar wilayah, terkait kerjasama pengembangan sub-regional, kerjasama antar

daerah propinsi dan kabupaten, serta antar institusi; (e) pemantauan, evaluasi, dan

penilaian kinerja atas pelaksanaan rencana, kebijakan, dan program

pengembangan wilayah dan antar wilayah; (f) penyusunan rencana kerja

pelaksanaan tugas dan fungsinya, serta evaluasi dan pelaporan pelaksanaannya;

dan (e) melakukan koordinasi pelaksanaan kegiatan-kegiatan pejabat fungsional

perencana di lingkungan direktoratnya.

Koordinasi yang dilaksanakan oleh Direktorat Pengembangan Wilayah pada tahun

2009 sebagian besar tetap melanjutkan koordinasi yang dilaksanakan pada tahun-

tahun sebelumnya. Adapun koordinasi yang dilakukan oleh Direktorat

Pengembangan Wilayah antara lain koordinasi terkait kegiatan-kegiatan Direktorat

Pengembangan Wilayah sesuai dengan tugas, pokok dan fungsinya, koordinasi

dengan mitra kerja Direktorat Pengembangan Wilayah, yaitu Badan Koordinasi

Survey dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL). Koordinasi dilakukan dalam

upaya penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2010, khususnya yang terkait

dengan program dan kegiatan survei dan pemetaan nasional, serta Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 Bidang Survei dan

PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

5

Page 39: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

Pemetaan Nasional. Terkait dengan penyusunan dokumen perencanaan, koordinasi

dilakukan sehubungan dengan adanya restrukturisasi program dan kegiatan

Kementerian/Lembaga (K/L) untuk tahun 2010, diikuti dengan penyusunan

Rencana Kerja (Renja) K/L 2010 dan Rencana Strategis (Renstra) K/L 2010-2104.

Lebih lanjut, koordinasi dengan Bakosurtanal dilakukan dalam kegiatan

Harmonisasi Kebijakan dan Informasi Pemanfaatan Infrastruktur Data dan

Informasi Geo-Spasial Nasional (IDSN), serta kajian Spasial Dynamic.

Direktorat Pengembangan Wilayah juga terus melakukan koordinasi dengan K/L

terkait serta pemerintah daerah terkait pelaksanaan Program pengembangan

Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW). Temu konsultasi Bappenas-

Bappeda Provinsi juga terus dilakukan setiap tahunnya untuk mengkoordinasikan

perencanaan di tingkat pusat dan daerah. Dalam mendukung perencanaan

pembangunan nasional, dilakukan beberapa kajian yang membutuhkan koordinasi

yang intensif, antara lain kegiatan harmonisasi kebijakan dan informasi kerjasama

riset APSI, kegiatan Prakarsa Strategis Pengembangan Pulau yang dilaksanakan

oleh Kedeputian Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah, serta

kegiatan Capacity Building for Regional Development Policy Formulation.

V.1. Koordinasi dengan Mitra Kerja K/L (Bakosurtanal)

V.1.1 Penyusunan RKP 2010 untuk Program Terkait Survei dan

Pemetaan Nasional

Berdasarkan UU No.25 Tahun 2004, RKP merupakan penjabaran dari RPJM

Nasional, memuat prioritas pembangunan, rancangan kerangka ekonomi makro

yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah

kebijakan fiskal, serta program Kementerian/Lembaga, lintas

Kementerian/Lembaga, kewilayahan dalam bentuk kerangka regulasi dan kerangka

pendanaan yang bersifat indikatif.

Dalam mengupayakan terpenuhinya kebutuhan data dan informasi spatial nasional

bagi proses perencanaan pembangunan, dan sesuai dengan tupoksinya, dalam RKP

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 31

Page 40: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

2010, Bakosurtanal menjalankan 6 program terkait dengan bidang wilayah dan tata

ruang, yaitu:

1. Program Pengembangan Wilayah Perbatasan

2. Program perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam

3. program Difusi dan Pemanfaatan IPTEK

4. Program Penataan Ruang

5. Program Pengembangan dan pengelolaan Sumber Daya Kelautan

6. Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi SDA dan LH

Langkah-langkah koordinasi dalam penyusunan RKP 2010 khususnya yang terkait

dengan program dan kegiatan yang dilakukan oleh mitra kerja (Bakosurtanal)

antara lain:

1. Rapat Koordinasi Teknis (Diskusi);

Rapat Koordinasi Teknis dilakukan baik di Bappenas maupun di

Bakosurtanal untuk melakukan penyelarasan substansi program dan

rencana kegiatan.

2. Arahan Formal;

Diberikan dalam berbagai kesempatan acara seperti arahan kebijakan

dalam pembukaan seminar, tanggapan resmi institusi, serta arahan

dalam workshop (keynote).

V.1.2 Penyusunan RPJMN 2010-2014 Bidang Survei dan Pemetaan

Nasional

RPJM Nasional merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Presiden yang

penyusunannya berpedoman pada RPJP Nasional, yang memuat strategi

pembangunan Nasional, kebijakan umum, program Kementerian/Lembaga dan

lintas Kementerian/Lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka

ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 32

Page 41: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi

dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan kesatuan wadah

yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, dan berupa negara

kepulauan yang luas dan terdiri dari belasan ribu pulau besar dan kecil yang

terbentang dari Sabang hingga Merauke yang menjadikan Indonesia memiliki nilai

strategis. Letaknya yang berada diantara dua lempeng yaitu lempeng Australia dan

Eurasia juga menjadikan Indonesia memiliki kerentanan akan bencana. Selain itu

Indonesia memiliki keberagaman yang tinggi antar wilayah seperti keberagaman

dalam kualitas dan kuantitas sumber daya alam, kondisi geografi dan demografi,

agama, serta kehidupan sosial budaya dan ekonomi, sehingga dalam

penyelenggaraan pembangunan nasional harus memperhatikan dimensi

kewilayahan tersebut. Pentingnya aspek kewilayahan dalam pembangunan nasional

di Indonesia diisyaratkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 yang

mengamanatkan bahwa aspek spasial haruslah diintegrasikan ke dalam kerangka

perencanaan pembangunan, dan juga dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun

2007 tentang Penataan Ruang yang mengamanatkan pentingnya integrasi dan

keterpaduan antara Rencana Pembangunan dengan Rencana Tata Ruang di semua

tingkatan pemerintahan.

Bagi Indonesia yang merupakan negara kepulauan dengan jumlah pulau lebih dari

17.500, luas daratan sekitar 1.910.000 km2, luas lautan lebih kurang 6.279.000 km2

serta berbatasan dengan 10 negara, maka pendataan kondisi dan potensi wilayah

merupakan hal yang mutlak diperlukan. Undang-undang No.25 Tahun 2004

tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional juga telah mengamanatkan

bahwa perencanaan pembangunan harus didasarkan pada data dan informasi yang

akurat dan dapat dipertanggungjawabkan yang mencakup pengertian gambar

visual (images) yang diperoleh baik melalui observasi langsung maupun dari yang

sudah terkumpul, dimana salah satu komponen terpenting di dalamnya adalah data

dan informasi spasial dalam bentuk strategi geospasial nasional.

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 33

Page 42: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

Seiring dengan perkembangan di atas, peran Sistem Informasi Geografis (SIG)

dalam meningkatkan kualitas perencanaan, perumusan kebijakan publik dan

analisis kewilayahan semakin besar baik di pemerintah maupun swasta. Dengan

SIG dimungkinkan yang dapat meningkatkan kualitas hasil perencanaan. Agar

dapat dihasilkan analisis yang mendalam, SIG perlu dilengkapi dengan data-data

digital yang berkualitas dan kompatibel yang didasarkan pada pengumpulan data

yang tidak tumpang tindih, mudah diakses oleh pihak lain, sistem dokumentasi

yang baik, dalam format yang kompatibel satu dengan lainnya, dan sistem jaringan

yang didukung oleh data standar agar dapat meningkatkan optimalisasi

pemanfaatan data.

Survei dan pemetaan yang dilakukan juga menggunakan standar teknis yang

berbeda sehingga hasilnya memiliki tingkat interoperabilitas yang rendah, serta

sulit untuk digunakan instansi lain yang memerlukan data dan informasi spasial

tertentu pada daerah yang sama. Namun demikian upaya melakukan konsolidasi

data dan informasi spasial telah dimulai dengan diterbitkannya Peraturan Presiden

Republik Indonesia (Perpres) No.85 Tahun 2007 tentang Jaringan Data Spasial

Nasional (JDSN). Peraturan Presiden ini dimaksudkan untuk mewujudkan sebuah

sistem yang dapat memfasilitasi dan mengakomodasi kerjasama semua instansi

pembuat dan pengguna data dalam pengumpulan, pengolahan, pemeliharaan,

penyimpanan dan penyebarluasan data dan informasi spasial. Pembangunan JDSN

adalah untuk menyediakan data spasial yang berkualitas, mudah diakses dan

mudah diintegrasikan untuk keperluan pembangunan nasional. Pada tahap awal

telah dirintis pembangunan jaringan data dan informasi spasial terkoneksi pada 14

instansi pemerintah pusat. Pembangunan jaringan tersebut secara bertahap akan

melingkup seluruh pemerintah provinsi sebanyak 33 dan 400 pemerintah

kabupaten, serta 42 pemerintah kota.

Untuk memenuhi kebutuhan nasional dalam menyusun perencanaan

pembangunan saat ini, telah tersedia data dan informasi spasial yang telah

dihasilkan oleh beberapa instansi pusat.

Survei dan pemetaan nasional menjadi basis analisis dalam pembangunan

berdimensi kewilayahan. Namun demikian, salah satu permasalahan terkait

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 34

Page 43: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

koordinasi yaitu Belum optimalnya koordinasi kegiatan survei dan pemetaan

nasional.

Pada saat ini, sesuai dengan Peraturan Presiden No. 85 Tahun 2007 terdapat 14

instansi Pemerintah, dan beberapa satuan kerja di seluruh pemerintah daerah dan

juga instansi swasta yang melakukan kegiatan survei dan pemetaan. Diantara

instansi-instansi tersebut belum terdapat koordinasi yang baik sehingga seringkali

terjadi kegiatan survei dan pemetaan yang tumpang-tindih pada daerah yang sama

dengan metodologi teknis yang juga berbeda sehingga data dan informasi spasial

yang dihasilkan secara nasional memiliki tingkat efisiensi dan efektifitas yang

rendah.

Kegiatan survei dan pemetaan di instansi-instansi, khususnya instansi pemerintah

belum terdefinisi secara jelas sehingga menyulitkan perencanaan anggaran survei

dan pemetaan dan menjadi salah satu penyebab tumpang tindih kegiatan.

Di lingkungan pemerintah daerah, unit kerja yang melaksanakan kegiatan survei

dan pemetaan belum mempunyai legalitas yang tetap dan masih dititipkan di

satuan kerja pemerintah daerah sehingga unit kerja tersebut tidak mempunyai

sumberdaya yang memadai.

Berdasarkan penjabaran permasalahan tersebut diatas, maka salah satu sasaran

pokok pembangunan bidang Wilayah dan Tata Ruang dalam 5 tahun kedepan

terkait koordinasi kegiatan survei dan pemetaan nasional adalah sebagai berikut :

a. Terbentuknya lembaga survei pemetaan yang memadai di semua instansi

pemerintahan terkait dan swasta.

b. Terkoordinasinya kegiatan survei dan pemetaan nasional dalam satu

platform nasional.

Sementara itu, strategi prioritas bidang Survei dan Pemetaan Nasional ke depan,

terkait koordinasi kegiatan survei dan pemetaan nasional terbagi kedalam:

a. Menyusun strategi nasional bidang survei dan pemetaan;

b. Menyusun kerangka peraturan perundang-undangan tentang kegiatan

survei dan pemetaan;

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 35

Page 44: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

c. Membangun kelembagaan survei dan pemetaan di semua instansi

pemerintah dan swasta.

d. Menyusun standar, prosedur, dan manual bidang survei dan pemetaan

nasional;

Dalam upaya penyusunan RPJMN 2010-20104 Bidang Survei dan Pemetaan

Nasional tersebut, dilakukan beberapa kegiatan koordinasi antara Bappenas dan

Bakosurtanal, antara lain sebagai berikut:

1. Rapat Koordinasi Teknis (Diskusi);

Rapat Koordinasi Teknis dilakukan baik di Bappenas maupun di

Bakosurtanal untuk melakukan penyelarasan substansi program dan

rencana kegiatan.

2. Arahan Formal;

Diberikan dalam berbagai kesempatan acara seperti arahan kebijakan

dalam pembukaan seminar, tanggapan resmi institusi, serta arahan

dalam workshop (keynote).

V.1.3 Koordinasi Restrukturisasi Program dan Kegiatan Bakosurtanal

Reformasi perencanaan dan penganggaran diawali dengan diterbitkannya

peraturan perundang-undangan seperti Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003

tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Peraturan perundang-undangan

tersebut telah dilengkapi dengan PP Nomor 20/2004 tentang Rencana Kerja

Pemerintah (RKP), PP Nomor 21/2004 tentang Rencana Kerja dan Anggaran

Kementerian/Lembaga (RKA-K/L), PP Nomor 39/2006 tentang Tata Cara

Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan dan PP Nomor

40/2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional yang

menekankan pada perencanaan dan penganggaran yang berbasis kinerja

(Performance Based Budgeting1), berjangka menengah (Medium Term

Expenditure Framework2) dan sistem penganggaran terpadu (Unified

Budgeting3).

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 36

Page 45: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

Perencanaan dan penganggaran yang berbasis kinerja, berjangka menengah serta

penganggaran terpadu merupakan perwujudan dari pelaksanaan tiga prinsip

pengelolaan keuangan publik (Public Financial Management), yaitu; (i) Kerangka

Kebijakan Fiskal Jangka Menengah (Medium Term Fiscal Framework4) yang

dilaksanakan secara konsisten (aggregate fiscal disciplin); (ii) Alokasi pada

prioritas untuk mencapai manfaat yang terbesar dari dana yang terbatas (allocative

efficiency) yaitu melalui penerapan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah

(Medium Term Expenditure Framework) yang terdiri dari penerapan Prakiraan

Maju (Forward Estimates5), Anggaran Berbasis Kinerja (Performance Based

Budgeting), dan Anggaran Terpadu (Unified Budget); dan (iii) Efisiensi dalam

pelaksanaan dengan meminimalkan biaya untuk mencapai sasaran yang telah

ditetapkan (technical and operational efficiency).

Agar penerapan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM), Anggaran

Berbasis Kinerja, dan Anggaran Terpadu dapat dioptimalkan, diperlukan suatu

upaya untuk menata kembali struktur program dan kegiatan

Kementerian/Lembaga (restrukturisasi program dan kegiatan). Restrukturisasi

program dan kegiatan tersebut bertujuan mewujudkan perencanaan yang

berorientasi kepada hasil (outcome) dan keluaran (output) sebagai dasar; (i)

Penerapan akuntabilitas Kabinet, dan (ii) Penerapan akuntabilitas kinerja

Kementerian/Lembaga. Hasil dari restrukturisasi program dan kegiatan tersebut

akan diimplementasikan dalam penyusunan RPJMN 2010-2014 dan Renstra K/L

2010-2014.

Berdasarkan hasil restrukturisasi program dan kegiatan, Bakosurtanal memiliki

satu program teknis, yaitu Program Survei dan Pemetaan Nasional, serta program

generik, yaitu: (1) Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis

Lainnya Bakosurtanal; dan (2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana

Aparatur Bakosurtanal.

Terkait dengan restrukturisasi program dan kegiatan Bakosurtanal yang

melibatkan Direktorat Pengembangan Wilayah selaku mitra kerja di Bappenas,

Direktorat Pengembangan Wilayah telah menghadiri dan berpartisipasi secara aktif

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 37

Page 46: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

dalam rangkaian acara Sosialisasi Restrukturisasi Program dan Kegiatan yang

diselenggarakan oleh Bappenas dan Depkeu. Direktorat Pengembangan Wilayah

juga berperan sebagai narasumber dalam rapat restrukturisasi program dan

kegiatan yang diselenggarakan oleh Bakosurtanal.

V.1.4 Koordinasi Kegiatan Penyusunan Regional Development

Planning (RDP) terkait

BAPPENAS bekerjasama dengan BAKOSURTANAL telah mengembangkan model

Regional Development Planning (RDP Nasional / perencanaan pembangunan

wilayah nasional) berbasis spasial untuk seluruh Indonesia dengan satuan analisis

pulau-pulau besar, yaitu Pulau Sumatera, Pulau Jawa – Bali, Pulau Kalimantan,

Pulau Sulawesi, Kepulauan Maluku, Kepulauan Nusa Tenggara dan Papua yang

dimulai pada tahun 2007. Serta RDP Regional yaitu RDP Pulau Jawa – Bali dan

RDP Kepulauan Nusa Tenggara pada tahun 2008. Kegiatan tersebut ditujukan

untuk memberikan masukan terhadap penyusunan RPJM 2010-2014, sekaligus

untuk menjawab kritik yang mengidentifikasikan bahwa perencanaan nasional

belum memiliki aspek spasial (keruangan). Dari ke-tujuh pulau-pulau besar

tersebut, baru dua pulau yang telah disusun RDP Regional, seyogyanya ke-tujuh

pulau-pulau besar tersebut dapat disusun RDP Regional-nya untuk kemudian

menjadi masukan bagi penyusunan RPJM 2010-2014.

Memperhatikan kebutuhan tersebut, pada tahun 2009 dilakukan penyusunan RDP

Pulau Sumatera yang berbasis model dinamik spasial dengan basis data provinsi,

yang merupakan bagian dari RDP Regional pulau di Indonesia. Model dinamik

spasial dengan masing-masing variabel terkait dalam suatu sistem di kawasan

tertentu dapat ditentukan hubungannya satu sama lainnya. Kelebihan dinamik

spasial ini adalah perubahan nilai variabel tidak ditentukan oleh nilai histori

variabel namun lebih ditentukan oleh perubahan nilai variabel lainnya. Dengan

demikian proses alamiah yang terjadi menjadi lebih mendekati keadaan

sesungguhnya mengingat dalam kehidupan nyata sebenarnya hubungan antar

variabel tersebutlah yang menentukan perubahan yang terjadi.

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 38

Page 47: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

Secara umum kegiatan ini bertujuan untuk memberi masukan bagi penyusunan

RPJMN 2010-2014, dengan tujuan secara khusus seperti berikut :

1. Membangun model spasial dinamis bagi Pulau Sumatera;

2. Membangun basis data spasial bagi Wilayah Pulau Sumatera;

3. Menyusun Dokumen Perencanaan Pengembangan Wilayah Pulau Sumatera,

yang berisi :

Skenario Pengembangan Wilayah Pulau Sumatera;

Skenario Strategis Pengembangan Wilayah Pulau Sumatera;

Rencana Investasi Pulau Sumatera;

Prosedur dan Mekanisme Monitoring dan Evaluasi.

Terkait dengan penyusunan RDP Pulau Sumatera tersebut, Direktorat

Pengembangan Wilayah telah berperan aktif dalam berbagai kegiatan koordinasi

yang dilakukan, diantaranya:

a. Lokakarya Nasional

Lokakarya Nasional yang dilakukan pada Senin, 6 April 2009, di Ruang 'Timor',

Lobby Level, Hotel Borobudur. Adapun tujuan pelaksanaan lokakarya tersebut

terutama untuk menghasilkan: (1) Konfirmasi dan klarifikasi dari parameter,

variabel, serta indikator dalam model RDP Regional untuk Pulau Sumatera; (2)

Kesepahaman/kesepakatan stakeholder terhadap parameter, variabel serta

indikator yang digunakan dalam model RDP Regional untuk Pulau Sumatera.

b. Lokakarya Provinsi

Lokakarya Provinsi yang memiliki tujuan, yaitu: (1) Pengenalan Model

Pengembangan Wilayah untuk Pulau Sumatera dengan Pemodelan Dinamika

dan Spasial Dinamik; (2) Konfirmasi dan klarifikasi dari parameter, variabel,

serta indikator dalam model RDP Regional untuk Pulau Sumatera. Lokakarya

ini dilakukan dengan melibatkan berbagai stakeholder/ instansi dari daerah

yaitu Provinsi Nangroe Aceh Darussalam (NAD), Sumatera Utara, Riau dan

Provinsi Kepulauan Riau dan instansi lainnya yang terkait dengan pekerjaan

RDP Sumatera tersebut, terutama dilakukan di 3 Provinsi yaitu:

Hari / Tanggal : Jum’at, 5 Juni 2009.

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 39

Page 48: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

Tempat : Ramin Room, Novotel Hotel.

Jl. Duyung, Sei Jodoh, Batam.

Kepulauan Riau.

Hari/Tanggal : Rabu, 22 Juli 2009

Tempat : Metting Room III, Hotel Aryaduta

Jln. POM IX, Palembang Square

Palembang

Hari/Tanggal : Senin, 10 Agustus 2009

Tempat : Hotel Bumi Minang, Ruang Balai Ria Gumarang

Lt. 2,.

Jln. Bundo Kanduang No. 20-28 Padang

Sumatera Barat

c. Regional Training

Untuk mendukung sistem perencanaan pembangunan yang menekankan

pendekatan sektoral maupun kewilayahan secara bersama-sama, maka

dukungan data spasial dan pendekatan yang mengintegrasikan sistem dinamis

(system dinamic) dan spasial dinamis (spatial dynamic) sangat diperlukan.

Oleh karena itu Direktorat Pengembangan Wilayah mengikuti

pelatihan/training sistem dinamis, dengan tujuan untuk mendapatkan

wawasan, pengetahuan dan praktek dasar / transfer knowledge mengenai

Model Aplikasi RDP Sumatera menggunakan System Dynamic dan Spatial

Dynamic. Kegiatan ini diikuti di 3 (tiga) lokasi yaitu di Batam, Palembang, dan

Padang dengan waktu pelaksanaan selama 5 (lima) hari di masing-masing

daerah.

1. Batam, 26-30 Oktober 2009

2. Palembang, 2-6 November 2009

3. Bukitinggi, 9-13 Nopember 2009

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 40

Page 49: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

V.2 Koordinasi Kegiatan-kegiatan Direktorat Pengembangan Wilayah

V.2.1`Pengembangan dan Pemanfaatan Basis Data Regional Dalam

Rangka Mendukung Otonomi Daerah

Dalam proses perencanaan dan perumusan kebijakan pengembangan

wilayah dan pembangunan daerah, ketersediaan data dan informasi yang memadai

sangat dibutuhkan. Agar kualitas kebijakan yang dihasilkan dapat dipertanggung

jawabkan, data-data dan informasi tersebut haruslah memenuhi kriteria standar

(diterima dan dipakai secara luas), relevan (sesuai kebutuhan untuk menjawab

persoalan), dan mutakhir (selalu diperbaharui, terkini). Bagi lembaga perencanaan

di tingkat nasional, urgensi atas data dan informasi ini meliputi: (i) kebutuhan data

dan informasi untuk memantau dan mengevaluasi pembangunan daerah dan

kesenjangan antar wilayah; (ii) kebutuhan data dan informasi untuk proses

identifikasi potensi pengembangan wilayah dan daerah; (iii) kebutuhan data dan

informasi untuk menunjang koordinasi dan atau kerjasama lintas sektor, lintas

wilayah, dan antara pusat dan daerah; dan (iv) kebutuhan data dan informasi untuk

mendukung sistem deteksi dini berbagai persoalan daerah dan masyarakat.

Untuk mendukung kebutuhan-kebutuhan tersebut, Direktorat

Pengembangan Wilayah sejak tahun 2006 telah mengembangkan Sistem Informasi

dan Data Base Pengembangan Regional yang mengolah dan menyimpan data-data

yang diperlukan untuk analisis pengembangan wilayah, terutama terkait tujuan

utama mengurangi kesenjangan pembangunan antar wilayah. Sistem ini

memungkinkan pengguna untuk melakukan aplikasi data sesuai dengan tujuan

masing-masing serta menampilkan hasilnya baik dalam bentuk tabel, diagram,

maupun peta spasial. Setiap tahun data dan informasi ini perlu dimutakhirkan

dengan data-data terbaru, baik data-data sekunder yang dikeluarkan oleh BPS

maupun departemen teknis/LPND terkait. Untuk pemutakhiran basis data wilayah

tersebut, akan dibutuhkan proses digitalisasi data, dan integrasi ke dalam struktur

basis data yang ada, sehingga akan terbangun basis data terkini yang sesuai dengan

kebutuhan perumusan kebijakan pembangunan wilayah di masa mendatang.

Selanjutnya data-data yang tersedia tersebut akan dimanfaatkan sebagai

input bagi penyusunan publikasi indikator wilayah. Pencapaian tujuan dan sasaran

pembangunan nasional pada dasarnya ditentukan oleh kinerja pembangunan di

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 41

Page 50: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

setiap wilayah. Pencapaian tujuan dan sasaran pembanguan nasional merupakan

totalitas dari pencapaian tujuan dan sasaran di provinsi, dan totalitas pencapian

tujuan dan sasaran pembangunan di kabupaten/kota.

Kegiatan Pengembangan dan Pemanfaatan Basis Data Regional ini

dimaksudkan untuk memperkuat dukungan sistem database wilayah dalam proses

perencanaan pembangunan, baik perencanaan bentuk kegiatan (sektor),

perencanaan pembiayaan, maupun perencanaan distribusi kegiatan secara spasial.

Sedangkan tujuan dari kegiatan ini adalah untuk pemutakhiran basis data dan

informasi tekstual maupun spasial untuk mendukung perencanaan regional,

pengembangan aplikasi penyajian data dan informasi, dan penyusunan dan

penyebarluasan model pemanfaatan data dan informasi untuk mendukung

kapasitas perencanaan di daerah.

Koordinasi yang sudah dilakukan dalam kegiatan Pengembangan dan Pemanfaatan

Basis Data Regional dalam mendukung Otonomi Daerah ini meliputi:

a. Merumuskan cakupan kebutuhan pemutakhiran data dan informasi dan

identifikasi sumber data;

b. Pengumpulan data, integrasi data terkini ke dalam sistem basis data;

c. Kunjungan lapangan dalam rangka pengumpulan data dan mengidentifikasi

berbagai isu pembangunan di daerah dan Sosialisasi dan diseminasi hasil

sementara model pemanfaatan data dan informasi untuk mendukung

kapasitas perencanaan di Provinsi Kalimantan Selatan, DI. Yogyakarta, dan

Bangka Belitung;

d. Pengolahan dan analisis data;

e. Pemeliharaan dan pengembangan aplikasi penyajian data dan informasi;

f. Penyusunan publikasi PDDA;

g. Penyusunan profil kesenjangan antardaerah kab/kota;

h. Lokakarya / Seminar Akhir;

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 42

Page 51: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

V.2.2 Pemantauan Pelaksanaan Program-Program Pengurangan

Ketimpangan Pembangunan Wilayah

Dalam upaya mengetahui kemajuan pelaksanaan program-program pengurangan

ketimpangan pembangunan wilayah, serta kebutuhan akan sinkronisasi dan sinergi

program dan kegiatan pusat-daerah serta antar sektor, maka dilakukan kegiatan

pemantauan. Dalam hal ini, pemantauan yang dilakukan merupakan pemantauan

terhadap Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2008 khususnya Bab 25 yang

membahas mengenai Program-program Pengurangan Ketimpangan Pembangunan

Wilayah, sebagai berikut:

Tabel 5.1 Program-program Pengurangan Ketimpangan

Pembangunan Wilayah Tahun 2009

No. Program Instansi 1. Pengembangan Keterkaitan Pembangunan Antar Kota DPU, Depdagri 2. Pengembangan Kota Kecil dan Menengah DPU 3. Pengendalian Kota Besar dan Metropolitan DPU

4. Penataan Ruang DPU, Depdagri, DKP, LAPAN, BAKOSURTANAL

5. Pengelolaan Pertanahan BPN

6. Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh Kemenko Perekonomian, Depnakertrans, Depdagri, DPU

7. Pengembangan Wilayah Tertinggal Depdagri, Depnakertrans, DPU 8. Pengembangan Kawasan Tertinggal Kemeneg PDT 9. Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi Kemeneg PDT, BKPM

10. Pengembangan Wilayah Perbatasan Kemeneg PDT, BAKOSURTANAL, Depdagri, Depnakertrans, DPU

Sumber : Lampiran II Perpres 18 Tahun 2007, RKP 2009 Bab 25

Direktorat Pengembangan Wilayah bertugas melaksanakan analisis kebijakan

pengembangan antar wilayah serta penyiapan data dan informasi wilayah, akan

melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan program pengurangan ketimpangan

pembangunan wilayah oleh kementerian/lembaga terkait dan pemerintah daerah

pada tahun 2008. Pelaksanaan pemantauan ini dimaksudkan untuk mendapatkan

informasi langsung tentang perkembangan pelaksanaan program pengurangan

ketimpangan pembangunan wilayah, baik yang dilakukan oleh

kementerian/lembaga terkait maupun oleh pemerintah daerah, dalam upaya

menemukenali permasalahan dan hambatan-hambatan yang terjadi di lapangan,

sehingga dapat dicari dan disarankan alternatif pemecahannya.

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 43

Page 52: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

Koordinasi yang sudah dilakukan dalam kegiatan Pemantauan Pelaksanaan

Program-Program Pengurangan Ketimpangan Pembangunan Wilayah ini yaitu:

1. Konsolidasi berbagai kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang

relevan dengan melakukan koordinasi dengan Kementerian/Lembaga terkait

dan pemerintah daerah;

2. Melakukan koordinasi pembuatan formulir A yang ada dalam PP No.39 Tahun

2006 tentang tata cara pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana

pembangunan;

3. Melakukan Pengiriman Formulir A kepada 18 Departemen dan Kementrian

Lembaga terkait;

4. Melakukan koordinasi untuk meminta hasil formulir A yang sudah di isi oleh

Departemen dan Kementrian Lembaga;

5. Rapat/diskusi, baik rapat/diskusi internal Direktorat Pengembangan Wilayah,

maupun rapat/diskusi dengan kementerian/lembaga terkait;

6. Kunjungan lapang dan diskusi dengan pemerintah daerah, antara lain Sumatera

Selatan, Jawa Tengah, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Barat dan Maluku.

V.2.3 Evaluasi Pelaksanaan Program-Program Pengurangan

Ketimpangan Pembangunan Wilayah

Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk mengurangi ketimpangan

pembangunan antarwilayah, baik secara langsung maupun tidak langsung, dan baik

yang berbentuk kerangka regulasi maupun kerangka anggaran. Sesuai dengan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009 dan

Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2008, pemerintah melakukan kebijakan dan

program untuk mengurangi ketimpangan pembangunan antarwilayah. Program-

program tersebut antara lain Program Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat

Tumbuh, Program Pengembangan Wilayah Tertinggal, Program Pengembangan

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 44

Page 53: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

Wilayah Perbatasan, Program Pengembangan Keterkaitan Pembangunan Antarkota,

Program Pengembangan Kota-kota Kecil dan Menengah, Program Pengendalian

Pembangunan Kota-kota Besar dan Metropolitan, Program Penataan Ruang

Nasional, dan Program Pengelolaan Pertanahan.

Dengan diterapkannya anggaran berbasis kinerja, maka perlu dilakukan

evaluasi kinerja terhadap pelaksanaan program dan kegiatan yang telah dilakukan.

Selain itu, berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional dinyatakan bahwa pimpinan

kementerian/lembaga/kepala satuan kerja perangkat daerah harus melakukan

evaluasi kinerja pelaksanaan rencana pembangunan kementerian/lembaga /satuan

kerja perangkat daerah pada tahun sebelumnya.

Direktorat Pengembangan Wilayah mempunyai tugas melaksanakan analisis

kebijakan pengembangan antar wilayah dan penyiapan data dan informasi wilayah,

analisis dan informasi kewilayahan di Sumatera, Jawa, dan Bali, serta analisis dan

informasi kewilayahan di Kalimantan, Sulawesi, dan Kawasan Timur Indonesia.

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Pengembangan Wilayah

menyelenggarakan fungsi pemantauan, evaluasi, dan penilaian kinerja atas

pelaksanaan rencana, kebijakan, dan program pengembangan wilayah dan antar

wilayah. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, Direktorat Pengembangan Wilayah

memiliki tugas untuk melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan RKP 2008,

khususnya pelaksanaan program-program pengurangan ketimpangan

pembangunan wilayah.

Selain evaluasi terhadap pelaksanaan RKP 2008, dengan telah terlaksananya

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009 sampai

dengan tengah periode perencanaan, Direktorat Pengembangan Wilayah juga

memiliki tugas untuk melakukan evaluasi (mid term review) terhadap pelaksanaan

RPJMN 2004-2009, khususnya Bidang Pengurangan Ketimpangan Pembangunan

Wilayah.

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 45

Page 54: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

Koordinasi yang sudah dilakukan dalam kegiatan Evaluasi Pelaksanaan Program-

Program Pengurangan Ketimpangan Pembangunan Wilayah yaitu:

1. Melakukan koordinasi rapat dengan tim ahli dalam membahas

pengembangan TOR;

2. Melakukan koordinasi rapat dengan tim ahli dalam membahas pematangan

konsep – konsep yang digunakan dalam evaluasi;

3. Pengumpulan data sekunder melalui tinjauan pustaka serta tinjauan

dokumen perencanaan dalam Pelaksanaan Program-program Pengurangan

Ketimpangan Pembangunan Wilayah;

4. Kunjungan lapangan dalam rangka pengumpulan data dan informasi, yaitu

Provinsi Sumatera Barat, Sulawesi Utara, Kalimantan Barat, dan Jawa

Tengah, dalam rangka pengumpulan data primer.

5. Konsinyering analisis hasil evaluasi dan penyusunan laporan akhir

6. Seminar terbatas staf dan tenaga ahli di lingkungan deputi Bidang

Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah.

V.2.4 Kegiatan Updating Model Keterkaitan Regional

Akhir-akhir ini pengembangan model pembangunan wilayah perlu dikaji

dan dievaluasi secara mendalam. Dengan berbagai kelemahan dan kelebihan,

model pembangunan secara luas (broad-based) dilakukan untuk mendorong

pemerataan pembangunan antarwilayah.

Kecermatan dalam penyempurnaan model pembagunan wilayah yang telah

disusun pada tahun-tahun sebelumnya akan berpengaruh terhadap akurasi analisis

keterkaitan pembagunan antar wilayah. Pendekatan pembangunan berbasis

wilayah merupakan jawaban untuk mengkonsolidasikan kekuatan dan potensi lokal

secara lebih efektif guna mendorong keserasian dan keseimbangan pembangunan

wilayah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional.

Contoh model yang telah dikembangkan atau dibangun dan telah dilakukan

dilakukan Bappenas adalah membangun multiregional input-ouput model (MRIO),

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 46

Page 55: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

model ekonometrika dan computable general equilibrium model (CGE). Namun

demikian, perlu disadari bahwa dari ketiga model yang dikembangkan oleh

Bappenas tersebut masih bersifat parsial atau terpisah satu dengan lainnya. Dalam

arti bahwa dari ketiga model tersebut memberikan suatu solusi, dimana

kemungkinan solusi yang dihasilkan dapat sama atau berbeda satu sama lainnya.

Untuk hal tersebut sedapat mungkin model tersebut diintegrasi dalam

sebuah sistem yang saling terkait satu sama lainnya. Misalnya kelemahan dalam

model MRIO dapat diatasi dengan CGE, model CGE yang bersifat black box

(terutama untuk berbagai koefisien patameter yang terdapat dalam model CGE,)

dapat diatasi oleh model ekonometrika. Penyempurnaan model-model yang telah

ada tersebut perlu terus menerus dilakukan dengan harapan temuan-temuan yang

ada dari model dapat memberikan solusi yang lebih komprehensif dan dapat

dituangkan dalam kebijakan yang ada di Indonesia.

Penyempurnaan model keterkaitan pembangunan antarwilayah diharapkan dapat

mengoptimalkan pembangunan antarwilayah dan mengurangi adanya

ketimpangan pembangunan antar-wilayah.

Tujuan dari kegiatan Updating Model Keterkaitan Regional ini adalah untuk

melakukan updating model keterkaitan regional yang telah dibangun dengan

melihat basis model-model yang telah dikembangkan sebelumnya (Model MRIO-

CGE - Ekonometrika), melakukan berbagai simulasi kebijakan pembangunan untuk

perencanaan keterkaitan pembangunan nasional dan regional, menganalisis pola

dampak dari keterkaitan kebijakan nasional, regional, sektoral maupun tata ruang

terhadap perekonomian suatu daerah, dan merumuskan strategi kebijakan,

program pembangunan prioritas, kewenangan serta instrumen kebijakan

berdasarkan hasil model yang dibangun untuk periode jangka pendek, menengah

dan panjang.

Koordinasi yang sudah dilakukan dalam kegiatan Updating Model Keterkaitan

Regional yaitu:

1. Membahas tentang TOR dan Usulan Teknis yang disusun oleh tim pelaksana;

2. Membahas tentang kendala pelaksanaan studi oleh tim pelaksana;

3. Membahas tentang hasil laporan kemajuan Model CGE-Regional;

4. Membahas tentang hasil sementara analisis data;

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 47

Page 56: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

5. Konsinyering Finalisasi laporan akhir yang diikuti antara lain oleh staf dan

tenaga ahli di lingkungan direktorat pengembangan wilayah untuk

memperoleh masukan dalam Updating Model Keterkaitan Regional;

6. Lokakarya/workshop dengan mengundang stakeholders terkait dilingkungan

Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah dan untuk

diseminasi hasil sementara kegiatan serta pengambilan data ke daerah terpilih

khususnya Provinsi Sulawesi Selatan dan Lampung.

V.3 Koordinasi dan Integrasi program Pengembangan Infrastruktur

Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW)

Permasalahan utama yang sedang dialami oleh bangsa Indonesia antara lain

permasalahan yang terkait dengan kesenjangan antarwilayah, masih tingginya

tingkat kemiskinan dan pengangguran. Untuk menanggulangi permasalahan diatas

yang membutuhkan penanganan yang komprehensif dan menyeluruh, Pemerintah

telah melakukan berbagai upaya antara lain mengembangkan Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, dimana salah satu program intinya

adalah Regional Infrastructure for Social and Economic (RISE) Development

Project atau lebih dikenal dengan nama Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat - Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PNPM-

PISEW).

PNPM-PISEW merupakan kelanjutan dan penyempurnaan dari hasil evaluasi

terhadap pelaksanaan program P2D dan pilot project PKP2D, serta penyesuaian

terhadap berbagai isu dan aktual yang berkembang saat ini, termasuk di dalamnya

menjawab berbagai persoalan yang dihadapi oleh daerah dalam penyelenggaraan

otonomi daerah. PNPM-PISEW secara khusus bertujuan untuk mengurangi

kesenjangan wilayah, memperkuat kapasitas kelembagaan pemerintahan daerah

dan institusi lokal di tingkat desa (pemberdayaan masyarakat) serta mengurangi

tingkat kemiskinan dan angka pengangguran. Tujuan-tujuan tersebut akan

diupayakan melalui pendekatan percepatan pembangunan ekonomi masyarakat

yang berbasis sumber daya lokal melalui pembangunan sarana dan prasarana sosial

ekonomi dasar di perdesaan.

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 48

Page 57: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memiliki peran dan fungsi

sebagai Coordinating Agency dalam pelaksanaan PNPM-PISEW yang bertanggung

jawab dalam koordinasi pelaksanaan dan pengendalian subtansi dan

pengembangan program, yang dalam operasionalnya dilaksanakan oleh Direktorat

Pengembangan Wilayah – Kedeputian Pengembangan Regional dan Otonomi

Daerah. Guna mendukung pelaksanaan peran dan fungsi tersebut, maka melalui

operasionalisasi Satuan Kerja Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi

Wilayah (Satker PISEW) dan Sekretariat PNPM-PISEW Nasional untuk

memberikan dukungan kepada Tim Koordinasi PNPM-PUSAT dalam

penyelenggaraan koordinasi dan pengendalian program PNPM-PISEW.

Penyelenggaraan fungsi koordinasi dan pengendalian penting dilakukan mengingat

dalam pelaksanaannya, PNPM-PISEW melibatkan berbagai stakeholders, baik

lintas K/L di Pusat maupun lintas pelaku di Daerah. Koordinasi dan pengendalian

di tingkat pusat maupun daerah dapat mendukung keberhasilan pelaksanaan

program pada TA. 2009 khususnya, serta pelaksanaan PNPM-PISEW secara

keseluruhan.

Dalam menjalankan fungsi sebagai Coordinating Agency PNPM-PISEW di tingkat

pusat, Bappenas bertanggungjawab mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan

masing-masing K/L di Pusat, baik yang terlibat langsung maupun tidak langsung.

Beberapa K/L yang terlibat langsung sebagai unit pelaksana program (Program

Impelentation Unit) antara lain Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat

Desa (Ditjen PMD) dan Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah (Ditjen

Bina Bangda) Depdagri serta Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen

Pekerjaan Umum (Ditjen Cipta Karya Departemen PU). Sementara itu, beberapa

K/L lainnya yang tidak terlibat secara langsung, antara lain Departemen Keuangan,

Departemen Kesehatan, Departemen Pendidikan Nasional, serta Kementerian

Negara Pembangunan Daerah Tertinggal.

Secara umum tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini, dapat diuraikan, sebagai

berikut:

1) Mengkoordinasikan pelaksanaan program PNPM-PISEW pada Tahun

Anggaran 2009 oleh seluruh instansi terkait, baik K/L di tingkat pusat

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 49

Page 58: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

maupun instansi di daerah, khususnya pada tataran kebijakan dan

perencanaan program;

2) Mengkoordinasikan pembentukan Tim Koordinasi dan Sekretariat

PNPM-PISEW di daerah (provinsi dan kabupaten);

3) Mengkoordinasikan dan mengendalikan penyelenggaraan diseminasi dan

pelatihan program PNPM-PISEW di tingkat provinsi; dan

4) Menyusun panduan penyusunan Pemberdayaan Sosial Ekonomi (PSE)

Kabupaten dan panduan penyusunan Program Investasi Kecamatan

(PIK) PNPM-PISEW.

Sasaran dari kegiatan Koordinasi dan Pengendalian Program adalah Tim

Koordinasi PNPM PISEW, Konsultan dan komponen terkait lainnya dalam

mensinkronkan kelancaran pelaksanaan program PNPM-PISEW baik di pusat,

provinsi maupun kabupaten berdasarkan koordinasi dan pengendalian yang efektif.

Ruang lingkup kegiatan Koordinasi dan Integrasi Program PISEW TA. 2009 adalah

sebagai berikut:

1) Koordinasi terhadap pelaksanaan program PNPM-PISEW pada TA 2009

oleh seluruh instansi terkait, baik di tingkat pusat maupun daerah,

khususnya pada tataran kebijakan dan perencanaan program;

2) Koordinasi pembentukan Tim Koordinasi dan Sekretariat PNPM-PISEW

di provinsi dan kabupaten;

3) Koordinasi dan pengedalian penyelenggaraan diseminasi dan pelatihan

program PNPM-PISEW di tingkat provinsi;

4) Pelaksanaan konsinyeering pembahasan panduan penyusunan

Pemberdayaan Sosial Ekonomi (PSE) Kabupaten dan panduan

penyusunan Program Investasi Kecamatan (PIK) PNPM-PISEW.

Kegiatan koordinasi dan pengendalian pelaksanaan program PNPM-PISEW Tahun

Anggaran 2009 secara umum merupakan kegiatan untuk mengkoordinir dan

mengendalikan pelaksanaan Program PNPM-PISEW dari sisi substansi dan

pengembangan program, baik di tingkat pusat maupun daerah, untuk kegiatan

persiapan, pelaksanaan maupun monitoring sampai penyiapan Exit strategy pasca

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 50

Page 59: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

PNPM-PISEW yang didanai dari pinjaman utang luar negeri JBIC dan kegiatan

pendukung program yang di danai dari APBN/APBD sebagai salah satu program

pemberdayaan daerah (RPJMD) berdasar aspirasi masyarakat dalam rangka

mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan mempercepat upaya

kebijakan pengembangan wilayah.

Gambar 5.1: Kedudukan Satuan Kerja PISEW Bappenas

dalam Lingkup Kegiatan Koordinasi PNPM-PISEW

Secara umum kegiatan ini dilaksanakan oleh Tim Koordinasi PNPM-PISEW Pusat

yang meliputi Tim Pengarah, Tim Pelaksana dan Sekretariat Nasional. Ddalam

operasionalisasinya, Tim Koordinasi PNPM-PISEW mendapat dukungan

administrasi dan teknis bagi pelaksanaan kegiatan dari Satuan Kerja PISEW

Bappenas. Secara umum pembagian tugas antar komponen diatas sebagaimana

dalam Gambar 1 diatas.

Sekretariat Nasional PNPM_PISEW bertugas untuk : 1) Merencanakan,

mengendalikan, memantau dan mengevaluasi pelaksanaan program; 2)

Mengkoordinasikan pelaksanaan program dan kegiatan di tingkat pusat dan tingkat

daerah; 3) Menyiapkan data dan informasi sebagai bahan rapat bagi Tim

Koordinasi Tingkat Pusat PNPM-PISEW; 4) Melaksanakan sosialisasi dan publikasi

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 51

Page 60: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

terkait kebijakan program dan perkembangan pelaksanaan kegiatan dalam

program; dan 5) Memberikan laporan perkembangan kerja secara triwulanan

kepada Ketua Tim Pelaksana PNPM-PISEW.

Pelaksanaan kegiatan koordinasi dalam program PNPM-PISEW dilaksanakan

dengan melibatkan aparatur pemerintahan mulai dari tingkat kabupaten, provinsi

sampai dengan pusat, dengan prosedur pelaksanaan sebagai berikut:

1) Kegiatan koordinasi di Kabupaten dilaksanakan melalui Rapat

Koordinasi dan Pengendalian (RKP);

2) Kegiatan koordinasi di Provinsi dilaksanakan melalui Rapat

Koordinasi Teknis Provinsi (RTP); dan

3) Kegiatan koordinasi di Pusat dilaksanakan melalui Rapat Koordinasi

Wilayah (RKW) dan Rapat Koordinasi Pusat (RKP).

Berdasarkan prosedur pelaksanaan diatas, maka jadwal pelaksanaan koordinasi

dapat digambarkan sebagai berikut.

WAKTU/LOKASI Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nov Des

Kabupaten RKP RKP RKP RKP

Provinsi RTP RTP

Pusat RKW RKP RKW` RKP

Keterangan :

RKP = Rapat Koordinasi dan

Pengendalian

RTP = Rapat Koordinasi Teknis

Provinsi

RKW = Rapat Koordinasi Wilayah RKP = Rapat Koordinasi Pusat

Untuk mendukung pelaksanaan koordinasi diatas, maka Satuan Kerja PISEW

Bappenas memberikan dukungan administrasi dan teknis kepada Tim Koordinasi

Tingkat Pusat PNPM-PISEW melalui pelaksanaan perjalanan dinas ke 9 (sembilan)

ibukota provinsi dan penyusunan bahan arahan Bappenas selaku Coordinating

Agency yang akan disampaikan dalam kegiatan koordinasi, baik di Rapat Teknis

Provinsi, Rapat Koordinasi Wilayah dan Rapat Koordinasi Pusat.

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 52

Page 61: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

Selain itu di tingkat pusat juga terdapat rapat koordinasi yang meliputi antara lain :

1) Rapat Tim Pengarah (2 kali/tahun);

2) Rapat Tim Pelaksana (5 kali/tahun); dan

3) Rapat Tim Sekretariat/Rapat Teknis (12 kali/tahun).

Tahapan pelaksanaan koordinasi dan pengendalian secara umum adalah sebagai

berikut :

a. Persiapan

Tahapan persiapan meliputi mobilisasi Tim Koordinasi Tingkat

Pusat PNPM-PISEW (Tim Pengarah, Tim Pelaksana, Sekretariat

Nasional) dan Satuan Kerja PISEW Bappenas berdasarkan surat

keputusan yang ditandatangani oleh Menteri Negara Perencanaan

Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dan Deputi Bidang

Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah. Tahapan persiapan juga

meliputi penyiapan dokumen perencanaan program seperti penyusunan

Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) untuk DIPA PISEW BAPPENAS

TA 2009, penyusunan Handbook Tahun 2009 dan dokumen lainnya.

Guna kelancaran pelaksanaan kegiatan koordinasi dan

pengendalian PNPM-PISEW dibutuhkan dukungan personil pendukung

dengan status tenaga tidak tetap (kontrak) baik yang dimobilisasi dengan

menggunakan pengadaan jasa Tenaga Ahli (TA) Pengembangan Program

melalui tender maupun penunjukan langsung personil seperti Asisten TA

Bidang Sosial Ekonomi, Asisten TA Bidang Administrasi Kesekretariatan,

Tenaga Admninistrasi Keuangan (2 orang), sekretaris, pramubakti,

satuan pengamanan dan pengemudi.

b. Pelaksanaan Rapat-Rapat Koordinasi

Guna mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan koordinasi dan

pengendalian PNPM-PISEW, terutama memfasilitasi kegiatan Tim

Koordinasi Tingkat Pusat PNPM-PISEW, maka dilaksanakan rapata-

rapat koordinasi yang meliputi Rapat Tim Pengarah, Rapat Tim

Pelaksana, dan Rapat Teknis Sekretariat Nasional.

c. Pelaksanaan Konsinyeering

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 53

Page 62: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

Guna mendukung kelancaran proses diseminasi untuk pelaksanaan

kegiatan koordinasi dan pengendalian PNPM-PISEW, maka dibutuhkan

adanya buku-buku panduan bagi pengembangan program PNPM-PISEW.

Pada tahun anggaran 2009 ini Sekretariat Nasional PNPM-PISEW

dengan didukung oleh Satker PISEW Bappenas menyusun dan merevisi

beberapa buku panduan teknis serta melaksanakan kegiatan konsinyasi

sebagai bentuk diseminasi program tersebut. Dalam kegiatan koordinasi

dan pengendalian ini, antara lain dilaksanakan konsinyasi penyusunan

buku panduan teknis penyusunan dokumen Pemberdayaan Sosial

Ekonomi (PSE) Kabupaten dan Program Investasi Kecamatan (PIK),

serta melakukan revisi buku panduan teknis penyusunan dokumen

Renstra Kecamatan dan MPK yang telah disusun pada tahun 2008.

Dalam menjalankan fungsi sebagai coordinating agency PNPM-

PISEW, Bappenas perlu melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi

pelaksanaan PNPM-PISEW untuk memantau dan memastikan program

berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Untuk mendukung kepentingan

diatas, maka Satker PISEW Bappenas akan memberikan dukungan

pelaksanaan perjalanan dinas untuk kepentingan monev bagi Tim

Koordinaasi Tingkat Pusat PNPM-PISEW ke 32 kabupaten penerima

PNPM-PISEW di 9 provinsi.

d. Pencetakan Buku

Dalam mendukung diseminasi program maka perlu dilakukan

sosialisasi melalui penyebaran buku-buku panduan. Untuk itu perlu

dilakukan pencetakan buku-buku panduan teknis yang telah disusun

sebelumnya, seperti buku panduan teknis penyusunan dokumen PSE

Kabupaten dan PIK.

e. Pelaporan

Sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan

koordinasi dan pengendalian program PNPM-PISEW, maka perlu

disampaikan pelaporan mengenai kemajuan pelaksanaan kegiatan yang

meliputi Laporan Pendahuluan, Laporan Antara dan Laporan Akhir.

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 54

Page 63: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

Terkait dengan pelaksanaan rapat-rapat koordinasi, guna mendukung

kelancaran pelaksanaan kegiatan koordinasi dan pengendalian PNPM-PISEW,

maka diselenggarakan rapat-rapat koordinasi yang terdiri atas :

a. Rapat Tim Pengarah

Rapat Tim Pengarah PNPM-PISEW dilaksanakan 2 (dua) kali

dalam setahun, dengan rincian sebagai berikut :

1) Rapat Ke-1 Tim Pengarah, telah dilaksanakan tanggal 9 Juni 2009

bertempat di Executive Club Hotel The Sultan dengan agenda

Laporan Tim Pelaksana PNPM-PISEW. Seharusnya rapat ini

diselenggarakan pada tanggal 6 Mei 2009, namun dijadwalkan ulang

ke tanggal 9 Juni 2009 untuk mengakomodir perubahan jadwal

sejumlah kegiatan yang akan dilaporkan ke rapat ini. Notulensi hasil

rapat dapat dilihat pada Lampiran 6.

2) Rapat Ke-2 Tim Pengarah, diagendakan pada tanggal 25

November 2009 dengan tempat penyelenggaraan ditentukan

kemudian.

b. Rapat Tim Pelaksana

Rapat Tim Pengarah PNPM-PISEW dilaksanakan 2 (dua) kali

dalam setahun, dengan rincian sebagai berikut :

1) Rapat Ke-1 Tim Pelaksana, telah dilaksanakan tanggal 14 Januari

2009 bertempat di Ruang Rapat Lt. 6 Dit. Pengembangan

Permukiman DJCK-Dep. PU dengan agenda Rakor persiapan TOMT,

Diseminasi & TOT Pusat tahun 2009. Notulensi rapat dapat dilihat

pada Lampiran 7.

2) Rapat Ke-2 Tim Pelaksana, telah dilaksanakan tanggal 21 April

2009 bertempat di Ruang Rapat Utama Lt. 2 Ditjen Bina Bangda

Depdagri dengan agenda Progres Pelaksanaan PNPM PISEW

Triwulan I Tahun 2009. Notulensi rapat dapat dilihat pada

Lampiran 8.

3) Rapat Ke-3 Tim Pelaksana, telah dilaksanakan tanggal 28 Mei

2009 bertempat di Ruang Rapat 204 Lt. 4 Gedung Madiun Bappenas

dengan agenda Pembahasan Desain Pilot Kredit Mikro PNPM-PISEW.

Notulensi rapat dapat dilihat pada Lampiran 9.

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 55

Page 64: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

4) Rapat Ke-4 Tim Pelaksana, telah dilaksanakan tanggal 16

September 2009 bertempat di Ruang Rapat SG-3 Bappenas dengan

agenda Pembahasan Progress Pelaksanaan Triwulan III PNPM-

PISEW. Notulensi hasil rapat dapat dilihat pada Lampiran 10.

5) Rapat Ke-5 Tim Pelaksana, akan dilaksanakan tanggal 12 Oktober

2009 bertempat di Ruang Rapat Ruang Rapat Lt. 6 Direktorat

Pengembangan Permukiman DJCK -Departemen PU dengan agenda

Pembahasan Draft Explanatory Notes. .

c. Rapat Teknis Sekretariat Nasional

Rapat Teknis Sekretariat Nasional PNPM-PISEW dilaksanakan 12

kali dalam setahun, dengan rincian sebagai berikut :

1) Rapat Teknis Ke-1 Sekretariat Nasional, telah dilaksanakan

tanggal 4 Maret 2009 bertempat di Ruang Rapat 2 Sekretariat

Nasional PNPM-PISEW dengan agenda Pembahasan Komponen

Kredit Mikro Tahun 2009 dan Persiapan Kunjungan Lapangan.

Notulensi rapat dapat dilihat pada Lampiran 11.

2) Rapat Teknis Ke-2 Sekretariat Nasional, telah dilaksanakan

tanggal 13 Maret 2009 bertempat di Ruang Rapat 2 Sekretariat

Nasional PNPM-PISEW dengan agenda Penyerasian Indikator Monev

PISEW-PNPM & Pemantapan Disain & Rencana Kerja Baseline Study.

Notulensi rapat dapat dilihat pada Lampiran 12.

3) Rapat Teknis Ke-3 Sekretariat Nasional, telah dilaksanakan

tanggal 20 Maret 2009 bertempat di Ruang Rapat 2 Sekretariat

Nasional PNPM-PISEW dengan agenda Persiapan Monev Gabungan

terhadap Pelaksanaan Lokakarya PSE Kabupaten dan Konstruksi

Fisik di Kecamatan. Notulensi rapat dapat dilihat pada Lampiran 13.

4) Rapat Teknis Ke-4 Sekretariat Nasional, telah dilaksanakan

tanggal 7 April 2009 bertempat di Ruang Rapat 2 Sekretariat

Nasional PNPM-PISEW dengan agenda Pembahasan Pemekaran

Kabupaten Labuhan Batu. Notulensi rapat dapat dilihat pada

Lampiran 14.

5) Rapat Teknis Ke-5 Sekretariat Nasional, telah dilaksanakan

tanggal 17 April 2009 bertempat di Ruang Rapat 2 Sekretariat

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 56

Page 65: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

Nasional PNPM-PISEW dengan agenda Persiapan Materi Rapat

Triwulan I Tim Pelaksana PNPM-PISEW. Notulensi rapat dapat

dilihat pada Lampiran 15.

6) Rapat Teknis Ke-6 Sekretariat Nasional, telah dilaksanakan

tanggal 24 April 2009 bertempat di Ruang Rapat 2 Sekretariat

Nasional PNPM-PISEW dengan agenda Persiapan Materi Rapat

Teknis Provinsi Tim Seknas PNPM-PISEW, dan Fungsi KMT dan KM.

Notulensi rapat dapat dilihat pada Lampiran 16.

7) Rapat Teknis Ke-7 Sekretariat Nasional, telah dilaksanakan

tanggal 29 April 2009 bertempat di Ruang Rapat 2 Sekretariat

Nasional PNPM-PISEW dengan agenda Pembahasan dan

Penyepakatan Bagan Alir Tahap Pelaksanaan PNPM-PISEW.

Notulensi rapat dapat dilihat pada Lampiran 17.

8) Rapat Teknis Ke-8 Sekretariat Nasional, telah dilaksanakan

tanggal 11 Mei 2009 bertempat di Ruang Rapat 2 Sekretariat Nasional

PNPM-PISEW dengan agenda Penyiapan Materi Rapat Koordinasi

Wilayah PNPM-PISEW. Notulensi rapat dapat dilihat pada

Lampiran 18.

9) Rapat Teknis Ke-9 Sekretariat Nasional, telah dilaksanakan

tanggal 1 Juni 2009 bertempat di Ruang Rapat 2 Sekretariat Nasional

PNPM-PISEW dengan agenda pembahasan adalah Kesiapan Bahan

Rapat Tim Pengarah dan Kredit Mikro. Notulensi rapat dapat dilihat

pada Lampiran 19.

10) Rapat Teknis Ke-10 Sekretariat Nasional, telah dilaksanakan

tanggal 6 Juli 2009 bertempat di Ruang Rapat 2 Sekretariat Nasional

PNPM-PISEW dengan agenda : (1) Pembahasan Penentuan

Kelompok Masyarakat Penerima Program PNPM-PISEW Terbaik;

dan (2) Pembahasan Penentuan Fasilitator Terbaik di PNPM-PISEW.

Notulensi rapat dapat dilihat pada Lampiran 20.

11) Rapat Teknis Ke-11 Sekretariat Nasional, telah dilaksanakan

tanggal 1 September 2009 bertempat di Ruang Rapat 2 Sekretariat

Nasional PNPM-PISEW dengan agenda : (1) Realisasi Pelaksanaan

Sampai Triwulan III; (2) Status Komponen Untuk Kredit Mikro; (3)

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 57

Page 66: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

Review Proses Diskusi KDS; dan (4) Kebijakan Pusat Terkait KSK.

Notulensi rapat dapat dilihat pada Lampiran 21.

12) Rapat Teknis Ke-12 Sekretariat Nasional, belum dilaksanakan

dan diagendakan pada tanggal 29 Oktober 2009 bertempat di Ruang

Rapat 2 Sekretariat Nasional PNPM-PISEW dengan agenda

pembahasan adalah Pembahasan Hasil Rapat Teknis Provinsi II.

Terkait dengan pelaksanaan konsinyering, guna mendukung kelancaran proses

diseminasi untuk pelaksanaan kegiatan koordinasi dan pengendalian PNPM-

PISEW, maka dibutuhkan adanya buku-buku panduan bagi pengembangan

program PNPM-PISEW. Pada tahun anggaran 2009 ini Sekretariat Nasional

PNPM-PISEW dengan didukung oleh Satker PISEW Bappenas menyusun dan

merevisi beberapa buku panduan teknis yang beberapa diantaranya, seperti buku

panduan teknis penyusunan dokumen Pemberdayaan Sosial Ekonomi (PSE)

Kabupaten dan Program Investasi Kecamatan (PIK), perlu mendapatkan masukan

penyempurnaan dari berbagai stakeholders terkait sebelum disosialisasikan

sebagai bahan diseminasi dan pembelajaran di tingkat pelaksanaan di lapangan.

Untuk itu, Sekretariat Nasional PNPM-PISEW menyelenggarakan kegiatan

konsinyasi di Hotel Bumikarsa Bidakara, Jakarta, pada tanggal 15 Mei 2009 dengan

tema ”Pembahasan Draft Panduan Penyusunan Dokumen PSE Kabupaten dan

PIK” dengan mengundang stakeholders lintas pelaku program pemberdayaan

masyarakat yang berkompeten di tingkat pusat, khususnya dalam lingkup PNPM-

PISEW. Kegiatan konsinyasi ini bertujuan untuk: 1) Membahas draft panduan

penyusunan dokumen Pemberdayaan Sosial Ekonomi (PSE) Kabupaten; dan 2)

Membahas draft panduan penyusunan dokumen Program Investasi Kecamatan

(PIK).

Keluaran dari kegiatan konsinyasi ini adalah: 1) Draft buku panduan penyusunan

dokumen Pemberdayaan Sosial Ekonomi (PSE) Kabupaten; dan 2) Draft panduan

penyusunan dokumen Program Investasi Kecamatan (PIK). Hasil dari kegiatan ini

berupa proseding dan buku-buku panduan sebagaimana termaksud diatas dijilid

dalam bentuk 3 (tiga) dokumen yang terpisah.

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 58

Page 67: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

V.4 Koordinasi Kegiatan Harmonisasi Kebijakan dan Informasi

dalam Pelaksanaan Kerjasama Riset Analyzing Pathways to

Sustainability in Indonesia ( APSI )

Dalam upaya harmonisasi kebijakan pembangunan, Bappenas yang

dikoordinasikan oleh Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah

menjalin kerjasama riset dengan AusAid dan Commonwealth Scientific and

Industrial Research Organization (CSIRO) untuk mengembangkan skenario

menuju pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Skenario yang dikembangkan

didasarkan pada 2 (dua) model, yaitu: (1) Model Keseimbangan Umum

(Computable General Equilibrium) yang akan digunakan sebagai dasar

penyusunan simulasi dampak kebijakan ekonomi makro terhadap pertumbuhan

ekonomi, inflasi, pengangguran, kemiskinan dan penggunaan sumber daya alam di

daerah; dan (2) Model Agent Based Model (ABM) yang akan digunakan untuk

penyusunan simulasi proses penyesuaian masyarakat (agent) terhadap dampak

kebijakan ekonomi makro.

Kerjasama riset ini terdiri dari 4 (empat) komponen kegiatan, yaitu:

(1) pengembangan alat analisis; (2) koordinasi kebijakan dan arus informasi; (3)

peningkatan kapasitas; dan (4) manajemen kegiatan (lihat Tabel 5.1). Keempat

komponen kegiatan tersebut berjalan pararel seiring dengan berjalannya riset.

Kerjasama riset ini diharapkan akan mendukung pelaksanaan tugas pokok dan

fungsi Bappenas terutama dalam konsolidasi penyiapan penyusunan RPJMN 2010-

2014. Selain itu, kerjasama riset tersebut berguna bagi Bappenas dalam menyusun

strategi pengembangan pulau-pulau besar di Indonesia, termasuk (1)

pengembangan Multiregional Input-Output ke dalam Multiregional CGE Model;

(2) membangun jaringan kerja penelitian di Indonesia; dan (3) mewujudkan

kerjasama dan komunikasi antarpembuat kebijakan dalam penyebaran informasi.

Kegiatan harmonisasi kebijakan dan informasi diarahkan untuk mendukung

pelaksanaan kerjasama riset tersebut. Harmonisasi kebijakan dan informasi sangat

diperlukan agar hasil dari kerjasama riset dapat disebarluaskan kepada semua

pemangku kepentingan, mendukung proses alih pengetahuan (knowledge transfer),

dan menjamin keberlanjutan kerjasam riset melalui berbagai pokja-pokja

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 59

Page 68: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

permodelan. Selain itu, kegiatan ini juga diharapkan menghasilkan analisis

sederhana dalam penentuan prioritas lokasi untuk pelaksanaan riset berikutnya

yang didasarkan atas analisis keterkaitan wilayah sebagai masukan dalam

penyusunan RPJMN 2010-2014.

Tabel 5.1 Ringkasan Struktur Kegiatan APSI

Ilustrasi Aktivitas Hasil Yang Diharapkan Komponen 1: Membangun Instrumen Yang Terintegrasi – Untuk mengukur dampak dari perubahan kebijakan makro dari para pengambil kebijakan.

Pengamatan area studi (termasuk kunjungan dan pengamatan),pengumpulan data, mengkonsepkan model, programming, kalibrasi, melakukan tes skenario kebijakan, adanya working group, laporan ringkasan .

Membangun model computable general equilibrium (IR-CGE) yang terintegrasi dan dinamis yang dapat digunakan dalam analisis dampak kebijakan makro terhadap berbagai indicator makro. Membangun model ABM agent based model (ABM) yang dapat mendukung analisa dari dampak kebijakan makro terhadap kebijakan mikro.

Komponen 2: Adanya kesepakatan kebijakan dan alur informasi - hasil yang diperoleh digunakan sebagai informasi bagi pengambil kebijakan. Skenario pembangunan, asistensi, kesekretariatan, lokakarya dan kosultasi antar pemangku kepentingan, kerjasama antar instansi, pojok kerja (working group), laporan ringkasan kebijakan, 2 seminar nasional

Adanya alur informasi yang efektif dari hasil kegiatan untuk proses Pemerintah Indonesia, proses kebijakan WB, serta adaptasi kebijakan akan pengetahuan yang baru.

Komponen 3: Membangun Kapasitas (Capacity Building) –Unutk meningkatakan kapasitas dalam mengatasi atau melakukan analisa triple bottom line yang terkait dengan kebijakan makro

Lokakarya pembangunan kapasitas, on the job training, beasiswa dan kursus singkat

Pemerintah Indonesia memberkan penilaian terhadap triple bottom line (TBL) assessment dari kebijakan makro ,meningkatkan kapasitas melakukan analisa TBL, memberikan informasi terkait dengan kebijakan

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 60

Page 69: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 61

Ilustrasi Aktivitas Hasil Yang Diharapkan

Komponen 4: Manajemen Kegiatan (Project Management) –memaksimalkan efisiensi dan efektivitas dari penyelesain proyek (kegiatan)

Laporan kemajuan kegiatan, web site aktive, pertemuan Steering Committee

Effektif dan Efisien dalam pengelolaan kegiatan , laporan yang tepat waktu, website, komunikasi, mobilisasi Sumber Daya.

Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan harmonisasi kebijakan dan informasi

dalam pelaksanaan kerjasama riset antara Pemerintah Indonesia dengan AusAid

dan CSIRO, mendukung koordinasi dan harmonisasi penyusunan skenario

kebijakan pembangunan daerah sebagai masukan dalam penyusunan RPJMN

2010-2014, dan mendukung koordinasi pelaksanaan kegiatan analisis pemilihan

prioritas lokasi pelaksanaan riset ke depan dengan menggunakan metode

sederhana berdasarkan konsep keterkaitan wilayah.

Serangkaian kegiatan koordinasi di dalam pelaksanaan Studi APSI 2009 ini

meliputi:

1. Pembentukan Pokja Permodelan dan Kebijakan yang terdiri dari beberapa

Kelompok Kerja (pokja), yaitu:

a. Pokja model IR-CGE dengan tugas melakukan diskusi terfokus

mengenai data, model, dan hasil dari modelling IR-CGE dinamis.

b. Pokja Model ABM dengan tugas melakukan diskusi terfokus

mengenai data, model dan hasil dari modelling ABM.

c. Pokja Kebijakan dengan tugas melakukan diskusi terfokus mengenai

hasil-hasil modelling IR-CGE dan ABM terkait dengan penjabarannya

dalam skenario kebijakan pembangunan regional, khususnya dalam

dokumen RPJMN 2010-2014.

Setiap Pokja akan melakukan pertemuan koordinasi minimal satu kali

dalam empat bulan dan melakukan konsinyasi untuk penyusunan

Laporan minimal 2 kali dalam 12 bulan.

Page 70: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

2. Koordinasi untuk analisa wilayah untuk pemilihan prioritas lokasi kegiatan

riset ke depan.

a. Metodologi Analisa dalam pemilihan lokasi akan menggunakan

metode analisis SWOT, dan metode analisis keterkaitan wilayah.

b. Pengumpulan Data Sekunder dilakukan dengan memanfaatkan data

dan informasi yangditerbitkan oleh Badan Pusat Statistik,

kementerian/lembaga, pemerintah daerah dan sumber data lainnya.

Hasil analisa tersebut kemudian akan menjadi masukan terhadap

pelaksanaan kegiatan riset ke depan. Sebagai bagian dari koordinasi analisa

hasil, dikembangkan pokja konsultasi dan koordinasi perencanaan

pembangunan pusat dan daerah. Selain itu, juga akan diselenggarakan

sosialisasi pokja konsultasi dan koordinasi perencanaan pembangunan.

Tahap sosialisasi ini antara lain akan dilakukan dalam bentuk lokakarya atau

workshop dalam rangka mendiseminasi draft studi dan hasil akhir studi

kepada seluruh pihak yang terkait dalam proses perencanaan pembangunan.

Sampai saat ini, riset APSI telah menyelesaikan model statis IR-CGE dan model

ABM Kalimantan Timur. Kedua model tersebut telah dapat melakukan simulasi

kebijakan secara nasional (IR-CGE) dan Kalimantan Timur (ABM). Untuk

memastikan keberlanjutan pengembangan kedua model tersebut di Indonesia,

sosialisasi hasil dan pengembangan model perlu dilakukan, baik di tingkat pusat

dan daerah. Kegiatan sosialisasi yang dilakukan meliputi:

1. Pembuatan Panduan Pengembangan Model IR-CGE dan ABM

Untuk mendukung proses sosialisasi model, disusun sebuah buku panduan

pengembangan model IR-CGE dan ABM. Panduan tersebut pada dasarnya berisi 4

hal utama yaitu gambaran umum dari pengembangan model, keterkaitan

perencanaan pembangunan dengan model yang sedang dibangun, user guide

pengembangan model, dan penggunaan model dalam simulasi kebijakan.

2. Sosialisasi Pusat

Sosialisasi akan dilakukan dengan memanfaatkan pokja model yang telah

ada, melalui penyebaran panduan yang telah disusun ke berbagai pihak, yaitu

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 62

Page 71: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

pemerintah, universitas, dan lembaga penelitian. Individu yang terlibat dalam

pokja juga diharapkan akan mensosialisasikan ke instansi masing-masing.

3. Sosialisasi Daerah

Sosialisasi akan dilakukan dengan melakukan kunjungan lapangan ke

berbagai daerah terpilih, dalam hal ini kunjungan di daerah diprioritaskan ke

beberapa provinsi yang mewakili pulau-pulau diluar kedua provinsi yang menjadi

studi kasus dalam riset ini. Beberapa Provinsi yang menjadi tujuan sosialisasi dan

pengembangan model adalah Sumatera Barat (Pulau Sumatera), Sumatera Selatan

(Pulau Sumatera), Bali (Pulau Jawa-Bali), Provinsi Nusa Tenggara Barat (Pulau

Nusa Tenggara), Provinsi Maluku (Pulau Maluku), dan Provinsi Papua (Pulau

Papua). Di daerah, akan dilakukan sosialisasi panduan dan informasi hasil riset

yang telah tersedia. Khusus untuk model ABM, karena bersifat spesifik level

provinsi, maka sosialisasi ke daerah akan lebih menekankan kepada pengembangan

model ABM untuk masing-masing daerah. Selain itu, kunjungan lapangan tersebut

akan dilakukan pemilihan daerah potensial yang akan dijadikan studi kasus

berikutnya.

Selama tahun 2007-2009, telah dilaksanakan beberapa kegiatan dalam rangka

peningkatan kapasitas stakeholder pemangku kebijakan baik daerah maupun pusat

terhadap pengembangan dan penggunaan model. Tahapan-tahapan tersebut adalah

sebagai berikut:

i. Tahap Persiapan

Pada tahap awal ini, Tim CSIRO dan Bappenas memberikan informasi awal

kepada para pemangku kebijakan di daerah mengenai akan dibangunnya

model ABM dengan pilot project di daerah yang bersangkutan. Dalam hal ini

Tim CSIRO berperan sebagai pemapar yang memberikan penjelasan mengenai

kegiatan pengembangan model ABM yang akan diselenggarakan di daerah

terkait. Sedangkan Bappenas sebagai instansi pemerintah berperan sebagai

fasilitator yang menyelenggarakan pertemuan antara Tim CSIRO dan

pemerintah daerah agar dapat dibangun sebuah kesepakatan mengenai isu-isu

penting yang akan menjadi isu utama selain indikator kemiskinan dalam

pembangunan model ABM. Setelah terjadi kesepakatan terhadap isu utama

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 63

Page 72: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

yang akan diangkat, maka dilanjutkan dengan kegiatan survei. Pelaksanaan

kegiatan survei untuk pengembangan model ABM melibatkan Tim CSIRO

yang berperan sebagai tim materi yaitu menyediakan alat survei berupa

kuisioner. Selain Tim CSIRO, kegiatan survei juga melibatkan tim surveyor

yang berasal dari Perguruan Tinggi dengan tugas mendistribusikan kuisioner

yang telah disusun oleh Tim CSIRO. Hasil survei tersebut akan dibahas dan

divalidasi lebih lanjut bersama pemangku kebijakan terkait yaitu pemerintah

daerah dalam hal ini Bappeda Kabupaten.

ii. Tahap Pengembangan dan Konfirmasi

Pada tahap yang kedua ini, dilakukan sosialisasi mengenai perkembangan

penyusunan model yang telah dilakukan. Selain itu, juga dilakukan konfirmasi

dan validasi data terutama menyangkut perihal survei yang telah dilakukan

oleh Tim Perguruan Tinggi setempat kepada para pemangku kebijakan di

daerah (Bappeda Kabupatan/Provinsi dan Badan Pusat Statistik Provinsi).

Dalam tahapan ini diharapkan adanya feedback dari para pemangku kebijakan

sebelum hasil survei yang diperoleh dibangun menjadi sebuah model.

Bappenas sebagai instansi pemerintah pusat dalam hal ini berperan sebagai

fasilitator yang menyediakan tempat bagi pemangku kebijakan di daerah, Tim

CSIRO, dan Tim Surveyor untuk berdiskusi.

iii. Tahap Transfer Knowledge dan Pengenalan Model

Tahap yang terakhir yaitu tahap transfer knowledge dan pengenalan model.

Dalam tahapan ini, dilakukan sosialisasi dan pengenalan model kepada para

pemangku kebijakan di daerah. Dalam pertemuan tersebut, dibangun sebuah

komunitas pemodel ABM dan IRCGE. Meskipun, model yang disosialisasikan

belum merupakan model yang final, namun diharapkan sudah dapat dipahami

oleh pemangku kebijakan di daerah. Sehingga pada akhirnya apabila model

tersebut telah selesai dibangun, para pemangku kebijakan di daerah terkait

dapat menggunakan dan mengaplikasikannya dalam menentukan kebijakan

pembangunan. Pada tahap ini, Tim CSIRO dan Bappenas berperan sebagai

trainer dan presenter yang menyajikan materi dalam upaya transfer

knowledge model ABM kepada pemangku kebijakan di daerah.

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 64

Page 73: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

iv. Pembentukan Pokja Permodelan dan Kebijakan yang terdiri dari

beberapa Kelompok Kerja (pokja).

Pokja model IR-CGE dengan tugas melakukan diskusi terfokus mengenai data,

model, dan hasil dari modelling IR-CGE dinamis. Pokja Model ABM dengan

tugas melakukan diskusi terfokus mengenai data, model dan hasil dari

modelling ABM. Pokja secara intensif mengikuti setiap pelatihan , lokakarya

dan seminar yang diadakan sebagai rangkaian kegiatan. Pokja ini bertugas

menjaga kelangsungan pengembangan dan penggunaaan dari kedua model

tersebut.

v. Koordinasi untuk analisa wilayah untuk pemilihan prioritas lokasi

kegiatan riset ke depan.

Metodologi Analisa dalam pemilihan lokasi akan menggunakan metode

analisis SWOT, dan metode analisis keterkaitan wilayah. Pengumpulan Data

Sekunder dilakukan dengan memanfaatkan data dan informasi

yangditerbitkan oleh Badan Pusat Statistik, kementerian/lembaga,

pemerintah daerah dan sumber data lainnya. Hasil analisa tersebut kemudian

akan menjadi masukan terhadap pelaksanaan kegiatan riset ke depan.

vi. Pelaporan. Terdiri dari Laporan Pendahuluan dan Laporan Akhir.

Laporan pendahuluan merupakan laporan antara pertengahan waktu

operasionalisasi kegiatan. Laporan akhir merupakan laporan yang berisi

semua substansi pekerjaan, dimana pada dasarnya semua tahapan

operasionalisasi pekerjaan koordinasi secara substansial dianggap sudah

selesai, termasuk sosialisasi hasil dari sinkronisadi dan harmonisasi kebijakan

dan informasi dalam pelaksanaan kerjasama riset APSI.

vii. Struktur Organisasi

Kegiatan ini dilaksanakan oleh Deputi Pengembangan Regional dan Otonomi

Daerah-Direktorat Pengembangan Wilayah. Jadwal kegiatan dapat dilihat

sebagai berikut.

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 65

Page 74: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

Pada tahun 2009, tahapan sosialisasi akan difokuskan pada kemampuan pemodel

ABM untuk menggunakan model ABM. Selain itu, tahapan sosialisai juga

difokuskan dalam hal membentuk sebuah skenario kebijakan di daerah yang

didasarkan pada berbagai masalah yang dihadapi oleh daerah. Oleh karena itu,

tahapan sosialisasi ke depan akan banyak melibatkan para pemodel ABM di daerah

dan para pengambil kebijakan di daerah.

V.5 Temu Konsultasi Bappenas – Bappeda Provinsi

Pembangunan daerah sebagai penjabaran dari pembangunan nasional, kinerja

pembangunan nasional merupakan agregat dari kinerja pembangunan seluruh

daerah. Pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan nasional merupakan

agregasi dari pencapaian semua provinsi, dan pencapaian tujuan di tingkat provinsi

merupakan agregasi pencapaian tujuan di tingkat kabupaten/kota. Dengan

demikian tanggungjawab untuk mencapai tujuan dan sasaran-sasaran dalam

pembangunan nasional menjadi kewajiban bersama antara Pemerintah Pusat dan

Daerah. Perencanaan pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari sistem perencanaan pembangunan nasional. Sinkronisasi

kebijakan, program dan kegiatan pembangunan sangat penting untuk

mengoptimalkan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya yang terbatas.

Dalam upaya meningkatkan konsistensi dan keterpaduan kegiatan pembangunan

antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah baik dari sisi perencanaan,

penganggaran, pelaksanaan, pengendalian maupun evaluasi, Bappenas

melaksanakan ‘Temu Konsultasi Bappenas – Bappeda Provinsi”. Koordinasi temu

konsultasi Bappenas – Bappeda Provinsi telah diadakan pada tanggal 22 April

2009 di Bappenas. Dialog dan Konsultasi antara Bappenas-Depkeu-Depdagri dan

Bappeda Provinsi ini membahas tentang “Masalah-Masalah Dalam Pembangunan

Daerah 2005-2009 dan Kebijakan Pembangunan Daerah dalam Rancangan RKP

2010”. Butir-butir kesepakatan dari pertemuan tersebut adalah:

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 66

Page 75: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

1. Dalam hal penyelenggaraan dialog dan temu konsultasi, disepakati bahwa

Dialog dan Konsultasi Triwulanan dipandang penting dan bermanfaat

sehingga perlu dilanjutkan.

2. Dalam hal perencanaan, disepakati untuk:

a) Perlu penerapan perencanaan dan penganggaran berbasis kinerja secara

konsisten termasuk penyiapan standar pelayanan minimum.

b) Perlu konsistensi antara RPJMD, RKPD, KUA dan PPA.

c) Perlu penegasan pembagian kewenangan pusat dan daerah yang lebih jelas

dan operasional.

d) Perlu insentif bagi daerah yang dapat menyiapkan RAPBD secara lebih

cepat, akurat dan tepat.

e) Perlu penegasan batas kewenangan DPRD dalam penyusunan anggaran

daerah.

f) Perlu penyebarluasan sejak awal informasi tentang RKA-K/L menurut

wilayah sebagai acuan dalam sinkronisasi program dan kegiatan dengan

RKA-SKPD.

g) Perlu optimalisasi peran Bappenas dalam perencanaan dan penganggaran.

h) Perlu forum komunikasi Bappenas dan Bappeda

i) Perlu peningkatan kapasitas perencanaan di Bappeda

j) Perlu penataan sistem informasi perencanaan yang terpadu mulai dari

musrenbang desa/kelurahan, musrenbang kecamatan, musrenbang

kab/kota, musrenbang provinsi dan musrenbang nasional sebagai dasar

penganggaran, pemantauan dan evaluasi pembangunan.

3. Sehubungan dengan penganggaran 2009, disepakati hal-hal sebagai berikut:

a) Perlu percepatan pelaksanaan kegiatan Tahun Anggaran 2009 untuk

meningkatkan daya serap anggaran dan menghindari penumpukan

penyerapan di akhir tahun anggaran.

b) Perlu penegasan Pemerintah Daerah untuk mengalokasikan anggaran

pendidikan sesuai ketentuan.

c) Perlu penetapan target pendapatan daerah secara akurat.

d) Perlu optimalisasi anggaran daerah untuk menghindari SILPA.

e) Perlu perbaikan dalam pelaporan dan pertanggungjawaban penggunaan

anggaran daerah.

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 67

Page 76: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

4. Sehubungan dengan penganggaran 2010, disepakati hal-hal sebagai berikut:

a) Perlu perbaikan perencanaan termasuk penetapan RAPBD dan DIPA

untuk mengefektifkan belanja daerah.

b) Perlu peningkatan daya serap anggaran.

c) Perlu perumusan kebijakan dan kegiatan yang bersifat inovatif untuk

menciptakan kesempatan kerja.

d) Perlu langkah-langkah pemerintah daerah dalam penghematan energi.

e) Perlu optimalisasi peran swasta dan kerjasama antardaerah dalam

mempercepat pengembangan wilayah.

f) Prioritas Tahun 2010: (1) pemberdayaan masyarakat dan pengurangan

kemiskinan, (2) infrastruktur, (3) rasionalisasi pajak dan retribusi, (4)

penggunaan produk dalam negeri, dan (5) pembatasan belanja pada jenis

belanja tertentu.

5. Terkait dengan dana transfer daerah 2010, disepakati hal-hal sebagai berikut:

a) RAPBN TA 2010 merupakan baseline agar fleksibel.

b) RAPBN TA 2010 diarahkan menjaga stabilitas nasional, kelancaran

kegiatan penyelenggaraan operasional pemerintahan, dan peningkatan

kualitas pelayanan kepada masyarakat.

c) Kebijakan Transfer ke Daerah Tahun 2010:

Dana Bagi Hasil meningkatkan akurasi realisasi PNBP dan

perhitungan DBH untuk penyaluran, ketepatan jumlah dan waktu

penyaluran, penyaluran DBH Panas Bumi.

Dana Alokasi Umum melanjutkan formula DAU Non Hold harmless,

dengan perhitungan sekurang-kurangnya 26% dari PDN Neto

Dana Alokasi Khusus Besaran alokasi diperkirakan sama dengan

tahun 2009, meningkatkan akurasi pembobotan wilayah dengan

penggunaan data berdasarkan kondisi wilayah, akurasi data

infrastruktur; dan peningkatan besaran DAK berdasarkan kesediaan K/L

mengalihkan anggaran untuk daerah.

6. Terkait dengan pelaksanaan, disepakati hal-hal sebagai berikut:

a) Perlu percepatan proses pengadaan barang dan jasa dengan tetap

mengikuti ketentuan yang berlaku.

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 68

Page 77: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

b) Perlu peningkatan kapasitas dan kompetensi SDM dalam pengelolaan

anggaran daerah.

c) Perlu penataan dan sinkronisasi program pembangunan dekonsentrasi

dan tugas pembantuan sesuai dengan beban SKPD dengan tujuan

menghindari keterlambatan pelaksanaan prorgam dan kegiatan

pembangunan.

d) Penentuan personil dalam pelaksanaan dekon di daerah agar

mengikutsertakan pemerintah daerah

7. Terkait dengan pemantauan dan evaluasi, disepakati hal-hal sebagai berikut:

a) Perlu penataan dan pengembangan data dasar sebagai acuan dalam

pemantauan dan evaluasi kebijakan, program dan kegiatan

pembangunan.

b) Perlu penataan dan harmonisasi sistem pelaporan, dan sistem

pengendalian dan evaluasi yang terpadu.

c) Perlu pelaksanaan mekanisme pelaporan berkala dan berjenjang secara

konsisten.

d) Perlu pemisahan yang jelas tentang pelanggaran administrasi tindak

pidana untuk mencegah ketakutan yang berlebihan bagi aparat daerah

dan mengurangi hambatan pelaksanaan kegiatan pembangunan daerah.

8. Terkait dengan penanggulangan kemiskinan, hal-hal yang disepakati sebagai

berikut:

a) Perlu dukungan dan komitmen Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan

prorgam pengurangan kemiskinan termasuk PNPM, Raskin dan lainnya.

b) Perlu updating data dasar penduduk miskin dan pengembangan sistem

informasi kependudukan oleh Pemerintah Daerah.

c) Perlu koordinasi dan sinkronisasi program dan kegiatan penanggulangan

kemiskinan dengan program pembangunan yang bersumber dari APBD.

d) Perlu pelembagaan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan di

provinsi dan kabupaten/kota

9. Terkait dengan isu strategis wilayah, disepakati hal-hal sebagai berikut:

a) Perlu prakarsa strategis dalam peningkatan daya saing nasional dan

daerah.

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 69

Page 78: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

b) Perlu adanya insentif bagi daerah yang mempunyai kawasan konservasi

sesuai dengan pengaturan tata ruang yang telah ditetapkan.

c) Perlu adanya insentif bagi provinsi kepulauan yang memiliki banyak

pulau kecil dan tersebar.

d) Perlu rencana strategis yang jelas tentang percepatan pembangunan

infrastruktur termasuk berbagai komitmen dalam pembangunan

pelabuhan, jalan dan pembangkit listrik di daerah.

e) Perlu rencana tindak nyata dalam percepatan pembangunan kawasan

perbatasan dengan memperhatikan keseimbangan pembangunan sosial,

ekonomi, dan hankam.

f) 10. Terkait dengan persiapan musrenbangnas, Perlu persiapan sidang

kelompok secara lebih baik terutama menyangkut persandingan antara

Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja-K/L) dengan Usulan

Pendanaan Satuan Kerja Perangkat Daerah (UPSKPD).

g) UPSKPD dari daerah harus masuk paling lambat tanggal 1 Mei 2009.

h) Perlu kehadiran pejabat yang berwenang dari Kementerian/Lembaga

dalam sidang kelompok sehingga dapat mengambil keputusan secara

cepat.

i) Perlu tindak lanjut hasil Musrenbangnas dengan melakukan revisi Renja

K/L untuk menampung usulan dari Pemerintah Daerah yang tekah

disetujui dalam Sidang Kelompok

10. Terkait dengan rencana ke depan, disepakati hal-hal sebagai berikut:

a) Penetapan waktu dan lokasi untuk Dialog dan Konsultasi Triwulanan

berikutnya.

b) Penyiapan isu strategis per wilayah sebagai agenda pembahasan Dialog

dan Konsultasi Triwulanan berikutnya

c) Penyiapan mailinglist dan website sebagai media komunikasi Bappenas,

Depdagri, Depkeu dan Bappeda

d) Dalam hal penyelenggaraan Musrenbangnas 2008, tercapai kesepakatan

yaitu: persandingan Renja-K/L dan Renja-SKPD akan terus diupayakan

semakin baik dan sesuai jadwal; Bappeda Provinsi perlu menentukan

kegiatan paling prioritas sehingga dapat diputuskan dalam Musrenbang

Nasional; hasil Musrenbang Nasional akan disampaikan dalam Trilateral

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 70

Page 79: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

Meeting; dan format sidang kelompok memperhitungkan jumlah

provinsi.

e) Dalam hal penganggaran (sinergi perencanaan belanja K/L dan daerah

tahun 2008), disepakati bahwa Pembahasan mengenai dana

dekonsentrasi yang tidak hanya difokuskan pada non fisik saja akan

dilakukan antara Departemen Dalam Negeri dan Departemen Keuangan;

dan akan disampaikan kepada Departemen Keuangan mengenai DIPA

yang diserahkan tanggal 2 Januari, tapi belum semua anggaran

dekonsentrasi diketahui oleh daerah.

f) Dalam hal penganggaran (dana perimbangan dan percepatan APBD),

disepakati bahwa perlu perubahan peraturan perundang-undangan yang

mengatur tentang pengesahan RAPBD; Depdagri seharusnya hadir dalam

Dialog dan Temu Konsultasi Triwulanan; dan pemberitahuan secepatnya

tentang peralihan tugas BRR.

g) Dalam hal pelaksanaan penanggulangan kemiskinan, disepakati bahwa

profil kemiskinan akan disajikan secara lebih lengkap termasuk

karakteristik penduduk miskinan dan lokasi wilayah miskin; dan

koordinasi program oleh Kantor Menko.

V.6 Koordinasi Kegiatan Prakarsa Strategis Pengembangan Pulau

Dalam Rangka Penyusunan Buku III RKP 2010 dan RPJMN 2010-

2014 Berdimensi Kewilayahan

Pengembangan wilayah di Indonesia mengalami perkembangan untuk terus

mencari pendekatan yang lebih komprehensif, disesuaikan dengan dinamika dan

kebutuhan setiap masa. Regionalisasi perencanaan dengan pendekatan

perencanaan pembangunan berbasis pulau-pulau besar (Sumatera, Jawa–Bali,

Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua) untuk mencapai tujuan

pengembangan wilayah diantaranya dilakukan melalui penataan ruang (sebagai

salah satu alat untuk pengembangan wilayah). Penataan ruang ini dimanfaatkan

sebagai leverage agar pulau-pulau besar tersebut berkembang mencapai tujuan

yang ditetapkan.

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 71

Page 80: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

Regionalisasi dalam pengembangan wilayah nasional mengacu pada

keserasian dan keseimbangan pembangunan ekonomi wilayah dengan kelestarian

lingkungan, sehingga terwujud pembangunan yang berkelanjutan (sustainable

development). Rencana Tata Ruang Pulau (RTRP) harus dapat memberikan arahan

struktur ruang pulau yang menjamin keseimbangan pertumbuhan ekonomi

regional, arahan alokasi pemanfaatan ruang makro yang dapat menjamin

pembangunan berkelanjutan, serta arahan kebijakan pengelolaannya. Aplikasi

regionalisasi RTRP diharapkan dapat menjadi landasan ataupun acuan kebijakan

dan strategi pembangunan bagi sektor-sektor maupun wilayah-wilayah

(provinsi/kabupaten/kota) yang berkepentingan sehingga terwujud kesatuan

penanganan yang sinergis, mengurangi potensi konflik lintas wilayah dan lintas

sektoral, yang pada akhirnya akan memperkuat Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Sementara itu, Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) 2005-2025

telah mengamanatkan pendekatan regional ini sebagai salah satu strategi untuk

mencapai tujuan pembangunan. Dalam RPJP tersebut, tujuan mewujudkan

Indonesia asri dan lestari dengan memperbaiki pengelolaan pelaksanaan

pembangunan yang lebih seimbang antara pemanfaatan, keberlanjutan,

keberadaan, dan kegunaan sumber daya alam dan lingkungan hidup dilakukan

melalui pemanfaatan ruang yang serasi antara penggunaan untuk permukiman,

kegiatan sosial ekonomi, dan upaya konservasi.

Salah satu arah pembangunan jangka panjang 2005 – 2025 dalam rangka

mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan adalah melalui

pengembangan wilayah. Pelaksanaan pengembangan wilayah tersebut dilakukan

secara terencana dan terintegrasi dengan semua rencana pembangunan sektor dan

bidang. Rencana pembangunan dijabarkan dan disinkronkan ke dalam rencana

tata ruang yang konsisten, baik materi maupun jangka waktunya. Oleh karena itu,

peranan Rencana Tata Ruang menjadi bagian yang tak terpisahkan dari

penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahap II (2010-1014) dan

RPJM selanjutnya.

Penekanan secara khusus terhadap pendekatan regional dalam rencana

pembangunan juga termuat dalam rencana pembangunan jangka menengah

(RPJM) tahap II (2010-2014). Tahapan dan skala prioritas dalam RPJM Tahap II

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 72

Page 81: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

(2010 – 2014) adalah meningkatnya kualitas perencanaan tata ruang serta

konsistensi pemanfaatan ruang dengan mengintegrasikannya ke dalam dokumen

perencanaan pembangunan terkait dan penegakan peraturan dalam rangka

pengendalian pemanfaatan ruang.

Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah telah

melaksanakan kajian prakarsa strategis penyusunan strategi pembangunan

berbasis pulau – pulau besar (Sumatera, Jawa-Bali, Kalimantan, Sulawesi, Nusa

Tenggara dan Papua) pada tahun 2007 dan 2008.

Berdasarkan hasil kajian strategi pembangunan berbasis pulau, maka dipandang

perlu untuk menindaklanjuti kajian tersebut dengan upaya sinkronisasi dan

sosialisasi sebagai dasar penyusunan dokumen RPJMN 2010- 2014.

Adapun tujuan dari kegiatan Prakarsa Strategis Rancangan RPJMN 2010-2014

Dalam Dimensi Ruang dan Wilayah: Sinkronisasi Perencanaan Sektoral, Daerah

dan Spasial ini adalah:

1. Melakukan sinkronisasi dan harmonisasi antara perencanaan sektoral, daerah

dan spasial.

2. Melakukan kegiatan sosialisasi hasil penyusunan strategi pembangunan pulau

– pulau besar (Sumatera, Jawa–Bali, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara,

Maluku dan Papua).

3. Melakukan penyempurnaan hasil penyusunan strategi pembangunan pulau –

pulau besar (Sumatera, Jawa–Bali, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara,

Maluku dan Papua).

4. Penyempurnaan dokumen strategi pembangunan pulau – pulau besar dalam

RPJMN 2010-2014.

Dalam rangka kegiatan prakarsa strategis pengembangan pulau, dilakukan

beberapa kegiatan TPRK sebagai berikut:

No Tema Tanggal

1 Persiapan kegiatan dan koordinasi serta review Rabu, 18 Maret 2009

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 73

Page 82: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 74

No Tema Tanggal

dokumen hasil kegiatan prakarsa

pengembangan pulau 2008

2 Perubahan pembahasan matriks dan analisis

pulau

Kamis, 23 April 2009

3 Pembahasan dan penyesuaian matriks sesuai

format RPJMN 2010-2014

Kamis, 28 Mei 2009

4 Pembahasan kerangka penulisan rancangan

buku III RPJMN 2010-2014 Berdimensi

Kewilayahan

Senin, 22 Juni 2009

5 Pembahasan Rancangan Awal RPJMN 2010-

2014 Berdimensi Kewilayahan

Senin, 15 Juli 2009

6 Pembahasan Matriks Buku III perwilayah Selasa, 4 Agustus 2009

7 Pembahasan revisi matriks dan persiapan

lokakarya

Selasa, 11 Agustus 2009

8 Diskusi masukan dan komentar dari lokakarya

perwilayah

Senin, 5 Oktober 2009

9 Pembahasan draft narasi dan matriks buku 3

RPJMN 2010-2014 Berdimensi Kewilayahan

Jum’at, 6 November 2009

10 Finalisasi Draft Akhir Narasi dan Matriks

Buku III RPJMN 2010-2014 Berdimensi

Kewilayahan

Senin, 20 November 2009

Dalam rangka penyusunan Buku III RPJMN 2010-2014, dilakukan:

1. Sosialisasi Penyusunan Rancangan RPJMN 2010-2014 Dalam Dimensi

Ruang dan Wilayah “Sinkronisasi Perencanaan Sektoral, Daerah dan Spasial

2. Workshop Penyusunan Rancangan RPJMN 2010-2014 Berdimensi

Kewilayahan “Sinkronisasi Perencanaan Sektoral, Daerah dan Spasial” yaitu

pada:

a. Rabu, 12 Agustus 2009 untuk wilayah Kalimantan

b. Senin, 7 September 2009 untuk wilayah Jawa-Bali

c. Selasa, 8 September 2009 untuk wilayah Sumatera

d. Kamis, 10 September 2009 untuk wilayah Sulawesi

Page 83: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 75

e. Senin, 14 September 2009 untuk wilayah Nusa Tenggara, Maluku dan

Papua.

V.7 Koordinasi Kegiatan Capacity Building for Regional Development

Policy Formulation (DSF)

Indonesia menghadapi tantangan pengelolaan pembangunan yang sangat besar di

daerah-daerah. Indikator pembangunan di daerah-daerah sangat bervariasi dari

waktu ke waktu. Misalnya, menurut data produk domestik regional bruto (PDRB),

disparitas pendapatan per kapita provinsi tergolong besar di Indonesia. 1

Resosudarmo dan Vidyattama (2006) memperlihatkan bahwa meskipun terdapat

konvergensi PDRB per kapita antara provinsi termiskin dan terkaya dari 1993

sampai 2002, disparitas yang besar terus terjadi. Seperti halnya dengan negara-

negara berkembang lainnya, Indonesia telah menempuh jalur pembangunan yang

berliku-liku selama beberapa dekade terakhir. Di awal tahun 1960an, terjadi krisis

ekonomi dengan tingkat inflasi yang tidak terkendali, namun setelah itu keadaan

relatif stabil. Exploitasi cadangan minyak dan gas bumi yang berbarengan dengan

lonjakan harga minyak dunia menghasilkan pendapatan yang sangat besar untuk

pemerintah dimana hasil tersebut sebagian digunakan untuk membiayai program

pembangunan secara luas sehingga sebagian besar masyarakat Indonesia di seluruh

nusantara dapat menikmati manfaat yang nyata.

Meskipun belum pernah mencapai pertumbuhan yang luar biasa dari apa yang

disebut sebagai perekonomian macan (tiger economies), pertumbuhan terus

berjalan dengan bantuan investasi luar negeri dan dukungan sistem politik.

Guncangan dari luar dan tekanan inflasi pada umumnya memperlambat laju

pertumbuhan yang sedang berlangsung, namun kejadian yang cukup mengganggu

stabilitas ekonomi, politi, dan keamanan adalah sejak terjadinya krisis Asia pada

tahun 1997 di mana hasil-hasil pembangunan ekonomi yang dicapai selama

bertahun-tahun lenyap dalam kurun waktu beberapa bulan.

1 Resosudarmo dan Vidyattama, 2006, ASEAN Economic Bulletin 23.1 (2006) 31-44

Page 84: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

Dengan dimulainya era desentralisasi pada tahun 2001 melalui pelaksanaan

Undang-Undang No. 22/99 maka berbagai tanggung jawab diserahkan kepada

pemerintah daerah. Sampai tahun 2001, pemulihan perekonomian berlangsung

dengan baik dan, pada tahun 2004, agenda desentralisasi tertanam kuat dalam

revisi utama undang-undang desentralisasi. Sumber daya fiskal yang cukup besar

saat ini dikendalikan oleh pemerintah daerah, khususnya di tingkat

kabupaten/kota. 30% dari total belanja negara ditransfer ke daerah-daerah pada

tahun 2008 meskipun belanja daerah jika dilihat dari persentase total belanja

nasional bahkan lebih tinggi karena pendapatan daerah terdiri dari pendapatan asli

daerah dan dana transfer pusat. Total realisasi belanja pemerintah meningkat

cukup besar sejak tahun 2001.

Karena pola pembangunan yang kompleks di seluruh Indonesia dalam beberapa

dekade terakhir ini serta keberhasilan dan kegagalan kebijakan pembangunan dan

masalah disparitas daerah selama ini maka merupakan saat yang tepat untuk

menginventarisasi dan memeriksa kembali lingkungan kebijakan yang terkait

dengan pembangunan daerah menurut perspektif yang baru. Tantangan-tantangan

baru telah muncul, seperti tekanan lingkungan yang menuntut pembangunan

secara ramah lingkungan, keinginan yang umumnya dinyatakan jika pembangunan

melibatkan pemangku kepentingan yang lebih luas dan dampak globalisasi

terhadap daerah-daerah. Tekanan ekonomi, sosial dan politik akan terus berubah

dan memerlukan jawaban kebijakan yang berkelanjutan dan tepat untuk

menghadapi tantangan-tantangan ini. Terkait dengan hal tersebut maka

Diorektorat Pengembangan Wilayah dengan bantuan Program Decentralization

Support Facilities (DSF) melaksanakan kegiatan Capacity Building for Regional

Development Policy Formulation, yang terbagi kedalam 2 tahap, dengan sasaran

utama untuk memberikan kontribusi untuk mengurangi kesengjangan antar-

daerah melalui kebijakan pembangunan daerah yang lebih efektif, melalui beberapa

tujuan yaitu: (1) Melakukan tinjauan historis secara singkat tentang pembangunan

daerah sejak tahun 1967 (mulai dari rencana pembangunan lima tahun pertama di

zaman Orde Baru). Yang menjadi fokus khususnya adalah masa transisi sejak akhir

tahun 1990-an; (2) Mengidentifikasi data yang tersedia saat ini, kesenjangan data

dan melakukan kajian terhadap data yang tersedia dan bagaimana data digunakan

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 76

Page 85: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

untuk pembuatan kebijakan pembangunan daerah; (3) Melakukan kajian terhadap

kebijakan pembangunan daerah dan proses pembuatan kebijakan; (4)

Menyebarluaskan hasil kajian kebijakan agar berguna bagi para pemegang

kebijakan; (5) Mengembangkan kapasitas internal Bappenas untuk mengkaji dan

meningkatkan kebijakan pembangunan daerah dengan meningkatkan

keterampilan staf penting Bappenas; (6) Mengkaji kebijakan, masalah dan prioritas

pembangunan daerah di 7 daerah dan mengembangkan dokumen strategi untuk

setiap daerah yang memerinci bagaimana pembangunan dapat ditingkatkan di

setiap daerah dan memberikan perincian yang cermat tentang implikasi kebijakan.

Secara singkat, program DSF khususnya Pembangunan Kapasitas untuk

Perumusan Kebijakan Pembangunan Daerah, terbagi kedalam 2 tahap yaitu: Tahap

1 mengenai Pembangunan daerah di Indonesia: Suatu Tinjauan terhadap

Pengalaman dan Pencapaian”, dimana akan dilakukan review terhadap berbagai

dokumen kebijakan pembangunan sejak Repelita I hingga RPJMN 2004-2009.

Sedangkan Tahap II terkait dengan perumusan Rencana Strategi Rinci

pengembangan wilayah di Sumatera, Jawa-Bali, Kalimantan, Sulawesi, maluku,

Nusa Tenggara, dan Papua yang rencananya akan dimulai pada awal tahun 2010.

Dalam perkembangannya hingga saat ini telah dilakukan berbagai bentuk

koordinasi untuk menyelaraskan kegiatan pada tahap I tersebut, agar sesuai

dengan tujuan dan output yang ingin dihasilkan. Dalam mendukung kegiatan pada

tahap I tersebut, telah dilibatkan sejumlah tenaga ahli dengan latar beloakang yang

berbeda sesuai dengan keahliannya untuk membantu dalam perumusan dokumen

review Pembangunan daerah di Indonesia: Suatu Tinjauan terhadap Pengalaman

dan Pencapaian”. Bentuk koordinasi yang telah dilakukan antara Tenaga Ahli

Pengembangan Wilayah-DSF, Sekretariat DSF, dan direktorat pengembangan

Wilayah, diantaranya:

1. Diskusi Rutin Dwi Mingguan

Dalam upaya mematangkan kegiatan review dokumen kebijakan

pembangunan daerah yang dimulai pada Repelita I hingga RPJMN 2004-

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 77

Page 86: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

2009, maka dilakukan diskusi rutin dwi mingguan, dengan perkembangan

sebagai berikut:

Diskusi Dwi Mingguan I : 27 Agustus 2009

Deskripsi: Dilakukan untuk memberikan arahan

kajian kedepan bersama tenaga ahli yang

akan dilibatkan dalam perumusan dan

penyelesaian kajian tersebut.

Diskusi Dwi Mingguan II : 6 Oktober 2009

Deskripsi: Pembahasan Draft I penyusunan laporan,

kerangka kerja hingga akhir Desember

2009, penyusunan kerangka berfikir, dan

pembagian tugas diantara masing-masing

tim tenaga ahli.

Diskusi Dwi Mingguan III : 30 Oktober 2009

Deskripsi : Pembahasan kemajuan Draft II

penyusunan laporan, serta

penyempurnaan arahan kajian kedepan

untuk finalisasi draft RPJMN 2010-2014

Dimensi Kewilayahan terutama dengan

memasukkan pusat=pusat pertumbuhan

baru di masing-masing wilayah Sumatera,

Jawa-Bali, Kalimantan, Sulawesi, Maluku,

Nusa Tenggara, dan Papua.

Diskusi Dwi Mingguan IV : 13 Oktober 2009

Deskripsi : Pembahasan kemajuan penyusunan

laporan dan agenda kedepan untuk

finalisasi Draft RPJMN 2010-2014

Dimensi Kewilayahan.

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 78

Page 87: Laporan Akhir - Perpustakaan BAPPENASperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/135512... · dimasing-masing daerah, peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

Koordinasi dan Kerjasama Perencanaan Pengembangan Wilayah

D i r e k t o r a t P e n g e m b a n g a n W i l a y a h B a p p e n a s 79

2. Konsinyering Kegiatan Capacity Building for Regional

Development Policy Formulation (DSF)

Dalam upaya poenyempurnaan draft RPJMN 2010-2014 Dimensi

Kewilayahan (Buku III) yang telah disusun, maka tim expert kajian

terseburt didukung dengan tim lainnya akan memberikan masukan bagi

penyempurnaan Buku III tersebut terutama terkait dengan penentuan

pusat-pusat pertumbuhan baru dimasing-masing wilayah, yang sedianya

akan diarahkan untuk berkembang selama 5 tahun mendatang. Terkait

demngan upaya tersebut, makan Direktorat Pengembangan Wilayah

akan mengadakan konsinyering yang akan dilaksanakan pada Rabu, 18

November 2009, sehungga diharapkan akan dihasilkan dokumen

perencanaan yang komprehensif.