Upload
trinhtram
View
223
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN AKHIR TAHUN 2010
PENINGKATAN PADI IP 400 MENGGUNAKAN VARIETAS DODOKAN DAN INPARI-1 SERTA PUPUK ORGANIK 2 TON/HEKTAR
PADA LAHAN SAWAH IRIGASI TEKNIS SPESIFIK BENGKULU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI 28 TON/HEKTAR/TAHUN DAN
EFISIENSI PUPUK AN-ORGANIK 20%
Oleh:
Sri Suryani M.Rambe Wahyu Wibawa Umi Pudji Astuti Ahmad Damiri
Yahumri Johan Safri
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN
2010
NOMOR : 26.3.RPTP.00323.A
2
LAPORAN AKHIR TAHUN 2010
PENINGKATAN PADI IP 400 MENGGUNAKAN VARIETAS DODOKAN DAN INPARI-1 SERTA PUPUK ORGANIK 2 TON/HEKTAR PADA LAHAN SAWAH IRIGASI TEKNIS SPESIFIK BENGKULU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI 28
TON/HEKTAR/TAHUN DAN EFISIENSI PUPUK AN-ORGANIK 20%
Oleh:
Sri Suryani M.Rambe Wahyu Wibawa Umi Pudji Astuti Ahmad Damiri
Yahumri Johan Safri
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN
2010
3
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul Kegiatan : Peningkatan IP padi 400 menggunakan varietas
Dodokan dan Inpari-1 serta pupuk organik 2 ton/ha pada lahan sawah irigasi teknis spesifik Bengkulu untuk mencapai produksi 28 ton/ha/tahun dan efisiensi pupuk an-organik 20%
2. Unit kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu
3. Alamat Unit Kerja : Jln Irian km. 6,5 Bengkulu 30119
PO Box 1010 Bkl. 38001
4. Penanggung Jawab Kegiatan
a. Nama : Ir. Sri Suryani M.Rambe, M.Agr.
b. Pangkat / Golongan : Pembina Tk.I ( IV/b )
c. Jabatan
c1. Struktural : -
c2. Fungsional : Penyuluh Pertanian Madya
5. Lokasi Kegiatan : Kabupaten Seluma dan Bengkulu Utara
6. Status Kegiatan : Lanjutan
7. Tahun Dimulai : 2009
8. Tahun ke : I. 2009
II. 2010
9. Biaya : Rp. 123.585.000,- (Seratus dua puluh tiga juta lima ratus delapan puluh lima ribu rupiah)
10. Sumber Dana : Satker Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, TA. 2010
Mengetahui; Kepala BPTP Bengkulu, Penanggung Jawab Kegiatan,
Dr. Tri Sudaryono, MS
Nip. 19580820 198303 1 002
Ir. Sri Suryani M.Rambe, M.Agr
Nip. 19630805 198703 2 007
4
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa dan atas rahmat dan karunia-Nya,
Laporan Akhir Tahun Kegiatan Pengkajian IP padi 400 dapat diselesaikan. Laporan ini
dibuat sebagai salah satu pertanggung jawaban terhadap hasil pelaksanaan kegiatan
mulai bulan Januari sampai dengan bulan Desember tahun 2010. Laporan ini meliputi
kegiatan pengkajian yang dilaksanakan di Kabupaten Seluma dan Kabupaten Bengkulu
Utara. Dari rencana tanam 4 kali setahun, baru dapat dilaporkan data dari pelaksanaan
dua kali tanam padi dan panen (pertengahan Mei hingga akhir Desember 2010).
Pelaksanaan akan dilanjutkan hingga pertanaman keempat).
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang ikut berpartisipasi
dan membantu pelaksanaan kegiatan ini. Saran dan masukan kami harapkan untuk
menyempurnakan laporan ini.
Bengkulu, Desember 2010
Penanggung Jawab,
Ir. Sri Suryani M.Rambe, M.Agr
Nip. 19630805 198705 2 007
5
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN........................................................................... iii KATA PENGANTAR ................................................................................ iv DAFTAR ISI .......................................................................................... v DAFTAR TABEL...................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... viii I. PENDAHULUAN................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang .......................................................................... 1 1.2. Tujuan....................................................................................... 2 1.3. Keluaran.................................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 3 III. METODE PELAKSANAAN .................................................................. 7
3.1. Lokasi Kegiatan.......................................................................... 7 3.2. Cakupan Kegiatan....................................................................... 7 3.3. Metode Pengkajian...................................................................... 7 3.4. Pengumpulan Data...................................................................... 8 3.5. Metode Analisis .......................................................................... 8 3.6. Parameter Yang Diukur................................................................ 9 3.7. Bahan dan Alat yang dibutuhkan.................................................. 9
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................... 10 4.1. HASIL......................................................................................... 10 4.1.1. Introduksi varietas padi super genjah dan genjah untuk Pergiliran varietas…………………………………............................ 10 4.1.2. Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)………...................... 10 4.1.3. Peningkatan efisiensi pupuk dengan Penggunaan Pupuk Organik ………………………………………………….......................... 12 4.1.4. Peningkatan Produktivitas dan Pendapatan Petani………………. 14 4.2. PEMBAHASAN.............................................................................. 15 4.2.1. Karakteristik petani dan usahatani padi................................ 15
4.2.2. Introduksi varietas padi super genjah dan genjah untuk Pergiliran varietas…………………………………............................ 16 4.2.3. Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)………...................... 17 4.2.4. Peningkatan efisiensi pupuk dengan Penggunaan Pupuk Organik ………………………………………………….......................... 18 4.2.5. Peningkatan Produktivitas dan Pendapatan Petani………………. 20
4.2.6. Paket Teknologi Budidaya padi Menuju IP 400...................... 20 V. KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................... 21 VI. KINERJA HASIL PENGKAJIAN............................................................... 23 VII.DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 24 LAMPIRAN............................................................................................... 26
6
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Komponen teknologi PTT padi sawah dengan IP padi 400 yang
diterapkan di lokasi pengkajian................................................ 8
2. Pergiliran varietas padi super genjah dan genjah untuk pergiliran
varietas .................................................................................. 10
3. Distribusi curah hujan di Kabupaten Seluma dan Kerkap pada tahun
2010.......................................................................................... 11
4. Serangan hama penyakit pada pertanaman padi sawah di lokasi
pengkajian................................................................................ 11
5. Status hara tanah sawah berdasarkan PUTS di Kab. Seluma dan
Bengkulu Utara.......................................................................... 12
6. Rata-rata tinggi tanaman dan jumlah anakan maksimum pada pertanaman padi
sawah varietas Inpari 1 di Kab.bengkulu Utara
dan Seluma................................................................................ 12
7. Komponen hasil padi sawah Inpari 1, Dodokan dan Cigeulis di
Kab. Seluma dan Bengkulu Utara................................................. 13
8. Efisiensi pupuk kimia dengan pemberian pupuk organik pada lahan
sawah lokasi pengkajian di Kab. Bengkulu Utara dan Seluma........ 13
9. Analisis usaha tani padi sawah pengkajian IP padi 400 di
Desa Rimbo Kedui, Kecamatan Seluma Kanan Kab.
Seluma Tahun 2010.................................................................... 14
10. Analisis usaha tani padi sawah pengkajian IP padi 400 di
Desa Talang Pasak, Kecamatan Kerkap, Kab. Bengkulu Utara ........ 14
11. Peningkatan produktivitas dan pendapatan petani kooperator
di Kab. Seluma dan Bengkulu Utara ............................................. 15
7
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Rangkaian foto kegiatan Pengkajian IP Padi 400 di Kabupaten
Seluma............................................................................... 26
2. Rangkaian foto kegiatan Pengkajian IP Padi 400 di Kabupaten
Bengkulu Utara.................................................................... 27
3. Diskripsi varietas padi sawah Tahun 2006 sampai 2009 (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi).................. 28
8
ABSTRAK
Komoditas padi merupakan komoditas tanaman pangan utama di Provinsi Bengkulu, akan tetapi tetapi produktivitasnya belum optimal. Permasalahannya antara lain penerapan teknologi yang belum sesuai amjuran dan pemanfaatan lahan yang belum optimal. Upaya untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani dapat dilakukan antara lain melalui intensifikasi (penerapan teknologi budidaya padi sawah melalui pendekatan pengelolaan tanaman terpadu) dan ekstensifikasi (peningkatan indeks pertanaman padi). Tujuan pengkajian ini adalah mengintroduksikan varietas padi super genjah dan genjah untuk pergiliran varietas mendukung pengembangan IP padi 400 pada lahan sawah irigasi teknis, mengkaji efisiensi penggunaan pupuk an-organik dan meningkatkan pendapatan petani. Pengkajian dilaksanakan tahun 2009 s/d 2010 di Desa Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan Kabupaten Seluma dan di Desa Talang Pasak dan Desa Salam Harjo Kecamatan Kerkap Kabupaten Bengkulu Utara masing-masing seluas 1 ha. Pendekatan yang digunakan melalui pengelolaan tanaman terpadu (PTT) padi sawah. Pergiliran varietas yang dilakukan yaitu varietas genjah 3 kali dan varietas super genjah 1 kali. Varietas yang digunakan adalah Inpari 1, Cigeulis, Inpari 7 dan Dodokan. Pada tahun 2010 penanaman ke-1 pertengahan Mei 2010 dan pada akhir Desember 2010 sudah melaksanakan tanam ke-3. Masalah yang ditemui dalam penerapan IP padi 400 antara lain benih genjah/super genjah tidak selalu tersedia, tenaga kerja terbatas, tingginya intensitas hujan (anomali iklim) dan tingginya tingkat serangan hama penyakit, terutama tungro. Dari hasil pelaksanaan dua kali panen, perlu di perkenalkan varietas-varietas lain terutama yang tahan terhadap curah hujan yang tinggi dan tahan penyakit tungro. Efisiensi pupuk kimia dilakukan dengan aplikasi pupuk organik 2 ton GKP/ha dan pengurangan dosis pupuk kimia. Produktivitas padi berkisar 3,65 s/d 5,07 pada pertanaman tanpa pupuk organik dan 4,20 s/d 5,93 t GKP/ha pada pertanaman dengan aplikasi pupuk organik. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa aplikasi pupuk organik mampu mengurangi dosis pupuk kimia NPK dan Urea hingga 4 s/d 16,7% dan meningkatkan produktivitas padi sawah hingga 13,1 s/d 26,98% serta pendapatan 12,92 s/d 44,11%. Paket teknologi budidaya padi menuju IP 400 masih dalam proses, khususnya mengenai pergiliran varietas.
Kata kunci: IP padi 400, PTT padi sawah, varietas genjah, varietas super genjah
9
EXECUTIVE SUMMARY
Paddy is the main food crops in the province of Bengkulu, however the productivity has
not optimal yet. The problems are technology application which is not suitable and land
uses of rice fields that has not been optimal. Efforts to increase productivity and incomes
of farmers can be done through the intensification (the application of wetland rice
cultivation technology through integrated crop management approach) and extension
(increasing rice cropping index.). The purpose of this study is (1) to introduce very-early
and early maturing rice varieties for the rotation of rice to support the development of IP
400 in irrigated land, (2) to assess the efficiency of the use of inorganic fertilizer and (3)
to improve farmer incomes. The assessment has been conducted from 2009 until 2010 in
Rimbo Kedui village, South Seluma District and the Village of Talang Pasak and Salam
Harjo, North Bengkulu District. The approach is used through integrated crop
management (ICM) of rice. The varieties used were Inpari 1, Cigeulis, Inpari 7 and
Dodokan. The first planting on May 2010 and at the end of December 2010 had been
carrying out the 3rd
planting. Problems encountered in implementation of rice planting
index 400, are unavailable early maturing seed / very-early maturity, limited manpower,
the high intensity of rainfall (climate change) and the high intensity of pest attack,
especially tungro. From the results of two times planting, it seems that introducing other
varieties, especially resistant varieties for high rain and tungro disease is needed. The
efficiency of chemical fertilizers assessment consists of 2 treatments : 1) application of 2
tons per ha of organic fertilizer with reduction of chemical fertilizer and 2) application of
chemical fertilizers without organic fertilizer. The productivity of paddy ranged 3.65 to
5.07 with no organic fertilizer application and 4.20 to 5.93 t GKP / ha with organic
fertilizer application. The assessment indicated that the application of organic fertilizers
can reduce the dose of chemical fertilizers (NPK and urea) in the range of 4 to 16,
7% and increase the productivity of paddy 13.1 up to 26.98% and increase farmer
income 12.92% up to 44.11%.
Keywords: Rice planting index 400, PTT rice, early maturing varieties, very
early maturing varieties.
10
I. PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Berdasarkan agroekosistem dan kesesuaian lahannya, tanaman padi mempunyai
potensi dan peluang yang tinggi untuk dikembangkan di Provinsi Bengkulu. Provinsi
Bengkulu memiliki lahan sawah seluas 99.905 ha dengan produksi dan produktivitas
yang relatif rendah, yang berturut-turut adalah 406.117 ton dan 4,06 t/ha (BPS Provinsi
Bengkulu, 2009). Permasalahannya adalah adanya senjang hasil (yield gap) ditingkat
petani yang cukup besar. Penyebabnya antara lain adalah penggunaan varietas unggul
dan benih bersertifikat di tingkat petani masih relatif rendah, penggunaan pupuk yang
belum berimbang dan efisien, penggunaan pupuk organik yang belum populer dan
budidaya spesifik lokasi masih belum terdifusi secara baik.
Peluang untuk meningkatkan produksi padi di Provinsi Bengkulu masih terbuka
melalui intensifikasi dan ekstensifikasi. Intensifikasi dilaksanakan dengan penerapan
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi sawah. Teknologi yang disusun dengan PTT
bersifat spesifik lokasi dan mempertimbangkan keragaman sumberdaya, iklim, jenis
tanah, sosial-ekonomi-budaya masyarakat, serta menjaga kelestarian lingkungan (Dirjen
Tanaman Pangan, 2008) . Komponen teknologi PTT adalah: penggunaaan varietas
unggul, benih bermutu, bibit muda, tanam dengan sisitem jajar legowo, jumlah bibit 1-3
batang/lubang tanam, pemupukan N berdasarkan Bagan Warna Daun (BWD),
pemupukan spesifik lokasi, penggunaan bahan organik, pengairan berselang,
pengendalian gulma terpadu, pengendalian hama dan penyakit terpadu (PHT) dan
panen beregu atau penggunaan alat perontok (Sembiring dan Abdulrahman, 2008).
Hasil penelitian Balai Besar Penelitian Tanaman Padi menunjukkan bahwa dengan
teknologi PTT hasil padi dapat ditingkatkan sebesar 7-38% (Balasubramaniam et al.,
2006). Penggunaan varietas unggul merupakan komponen yang paling penting dalam
penerapan PTT padi sawah. Umur panen, potensi hasil, dan keinginan pasar merupakan
aspek yang penting dalam penentuan varietas. Varietas super dan ultra genjah dengan
potensi hasil yang tinggi merupakan tuntutan yang mendesak bagi pengembangan padi
sawah. Saat ini tersedia berbagai varietas unggul yang dapat dipilih sesuai dengan
kondisi wilayah dan keinginan pasar.
11
Penggunaan bahan organik merupakan komponen teknologi yang penting untuk
meningkatkan produksi dan pendapatan petani. Kelangkaan pupuk bersubsidi di sentra
produksi padi merupakan salah satu faktor penghambat peningkatan produksi.
Ketergantungan petani terhadap pupuk anorganik perlu dikurangi. Salah satu caranya
adalah memanfaatkan jerami yang melimpah sebagai sumber pupuk organik.
Peningkatan produktivitas padi secara parsial, dengan pendekatan PTT, belum
mampu meningkatkan pertumbuhan dan stabilitas produksi padi nasional, sehingga
diperlukan terobosan dalam peningkatan produksi padi. Salah satu terobosannya adalah
dengan meningkatkan IP dari IP 200 ke IP 300-400. IP 400 merupakan implementasi
dari efisiensi penggunaan lahan (Balai Besar Padi, 2009).
1.2. TUJUAN
a. Tujuan Umum
1. Memperoleh paket teknologi budidaya padi menuju IP 400
2. Meningkatkan pendapatan petani
b. Tujuan Tahunan
1. Mengintroduksikan Varietas padi super genjah dan genjah (Dodokan dan Inpari-
1) untuk pergiliran varietas mendukung pengembangan IP padi 400 pada lahan
sawah irigasi teknis spesifik Bengkulu
2. Mengkaji efisiensi penggunaan pupuk an-organik 20%.
3. Memperoleh produksi padi 28 t/ha/th
1.3. KELUARAN
1. Rekomendasi varietas padi Dodokan dan Inpari -1 mendukung pengembangan IP
padi 400 pada lahan sawah irigasi spesifik Bengkulu
2. Tercapainya efisiensi penggunaan pupuk an-organik hingga 20 %
3. Tercapainya produksi 28 ton/ha/tahun
12
II. TINJAUAN PUSTAKA
Ketahanan pangan mempunyai fungsi yang sangat penting dan strategis, karena
ketahanan pangan adalah martabat suatu bangsa (Darmadjati, 2006; Dirjen Tanaman
Pangan, 2008; Sembiring dan Abdulrahman, 2008). Sub sektor tanaman pangan tetap
mendapat perhatian besar dan merupakan kegiatan utama dalam pembangunan
perekonomian Provinsi Bengkulu. Kontribusi subsektor tanaman dan bahan makanan
terhadap PDRB sektor pertanian sebesar 47,59%, sedangkan terhadap total PDRB
Provinsi Bengkulu kontribusinya sebesar 19,44%.
Produksi padi sawah di Provinsi Bengkulu tahun 2008 adalah 484.900 ton
dengan produktivitas 3,8 ton/ha (BPS, 2009). Produksi padi dapat ditingkatkan melalui
peningkatan produktivitas dan luas panen. Peningkatan produktivitas padi secara parsial
dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) mampu
meningkatkan produksi secara signifikan (Fagi, 2003; Balasubramaniam et al., 2006),
tetapi belum mampu menjamin stabilitas produksi padi nasional (Simatupang, 2001).
Peningkatan indeks pertanaman (IP) merupakan salah satu cara yang efisien untuk
meningkatkan luas panen jika dibandingkan dengan pencetakan sawah baru.
PTT adalah model atau pendekatan dalam budidaya yang mengutamakan
pengelolaan tanaman, lahan, air, dan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) secara
terpadu. Hasil penelitian (Las et al., 2003) menyimpulkan bahwa terdapat lima pilihan
komponen teknologi budidaya untuk meningkatkan produktivitas padi sawah, yaitu: (1)
penanaman bibit muda, (2) pemberian pupuk organik pada saat pengolahan tanah, (3)
irigasi berselang, (4) pemupukan P dan K berdasarkan status hara tanah, dan (5)
pemupukan N menurut tingkat kehijauan daun tanaman dengan mengacu kepada bagan
warna daun (BWD). Untuk mencerminkan kebutuhan alternatif paket teknologi spesifik
lokasi, teknologi budi daya tersebut dilengkapi dengan delapan komponen teknologi
lainnya, yaitu: (1) penggunaan varietas unggul baru, (2) penggunaan benih bermutu
dengan daya tumbuh tinggi, (3) penanaman 1-3 bibit per lubang, (4) peningkatan
populasi tanaman melalui sistem tanam tegel 20 cm x 20 cm atau sistem tanam jajar
legowo 2:1 dan 4:1, (5) penyiangan menggunakan rotary weeder atau landak, (6)
pengendalian OPT berdasarkan pendekatan PHT, (7) panen tepat waktu, dan (8)
perontokan gabah menggunakan thresher (Las et al., 2003; Zaini et al., 2003).
13
Teknologi yang disusun dengan PTT bersifat spesifik lokasi dan mempertimbangkan
keragaman sumberdaya, iklim, jenis tanah, sosial-ekonomi-budaya masyarakat, serta
menjaga kelestarian lingkungan (Sembiring dan Abdulrahman, 2008).
Penggunaan varietas unggul merupakan komponen yang paling penting dalam
penerapan PTT padi sawah. Umur panen, potensi hasil, dan keinginan pasar merupakan
aspek yang penting dalam penentuan varietas (Balasubramaniam et al., 2006). Varietas
super dan ultra genjah dengan potensi hasil yang tinggi merupakan tuntutan yang
mendesak bagi pengembangan padi sawah. Saat ini tersedia berbagai varietas unggul
yang dapat dipilih sesuai dengan kondisi wilayah dan keinginan pasar.
Terdapat beberapa komponen teknologi dalam PTT yang bersifat sinergis satu
dengan lainnya. Selain sebagai penciri PTT, teknologi tersebut mudah diterapkan,
beradaptasi luas, dan besar pengaruhnya terhadap kenaikan hasil dan pendapatan
petani. Evaluasi terhadap implementasi model PTT di 26 propinsi di Indonesia
menunjukkan bahwa inovasi teknologi yang dikembangkan dengan model PTT mampu
meningkatkan produktivitas padi rata-rata 1 t/ha. Hasil penelitian Balai Besar Penelitian
Tanaman Padi menunjukkan bahwa dengan teknologi PTT hasil padi dapat ditingkatkan
sebesar 7-38%.
Selain meningkatkan hasil, model PTT juga hemat dalam penggunaan benih,
pupuk, dan air irigasi. Dalam model PTT, benih yang diperlukan hanya 24 kg, sedangkan
dalam usaha tani padi non-PTT 40 kg/ha (Puslitbangtan, 2006). Takaran pupuk N, P,
dan K dalam model PTT masing-masing 15%, 5%, dan 75% lebih efisien daripada
usaha tani padi non-PTT. Meskipun biaya produksi padi 8% lebih besar, keuntungan
yang diperoleh dari penerapan model PTT 35% lebih tinggi daripada usaha tani padi
non-PTT (Puslitbangtan, 2006). Pemberian pupuk N yang didasarkan pada skala BWD
dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk N 10−53% dibanding takaran
rekomendasi (Wahid, 2003).
Pelaksanaan PTT dalam pengelolaan hara spesifik lokasi untuk tanaman padi,
selain penggunaan pupuk kimia juga mengikutsertakan pupuk organik dari kompos
jerami sebagai sumber K dan bahan organik dari pupuk kandang sebagai sumber N, P,
K, dan Ca. Hal ini dipertegas dengan SK Mentan No.40/Permentan/OT.140/4/2007
mengenai rekomendasi pemupukan padi sawah spesifik lokasi. Konsep revolusi hijau
lestari, agroekoteknologi, pengelolaan tanaman dan sumber daya terpadu (PTT), dan
14
ecofarming yang diketengahkan akhir-akhir ini semuanya menekankan pentingnya
penggunaan bahan organik di samping pupuk anorganik dalam usaha tani padi (Zaini
dan Las, 2004).
Rekomendasi pemupukan spesifik lokasi untuk tanaman padi sawah tertuang
dalam Peraturan Menteri Pertanian No. 40/Permentan/OT.140/4/2007 sebagai perbaikan
dari Keputusan Menteri Pertanian No.01/Kpts/SR.130/1/2006. Dalam rekomendasi
tersebut dinyatakan perlunya penggunaan bahan organik 2 t/ha di samping pupuk
anorganik untuk padi sawah. Penggunaan bahan organik/pupuk organik akan
menghemat pemakaian urea, SP36, dan KCl masing-masing 25-50 kg/ha (Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2007).
Penggunaan bahan organik melalui PTT di tingkat petani di 26 provinsi mampu
meningkatkan hasil rata-rata 1 t GKG/ha. Di lahan sawah irigasi pada jenis tanah
hidromorf kelabu, pemberian bahan organik melalui pendekatan PTT meningkatkan hasil
padi 14,8% (Pirngadi et all., 2002a). Pemberian pupuk kandang 5 t/ha di lahan sawah
Alluvial serta 250 kg N/ha meningkatkan hasil padi walik jerami 7,3% (Pirngadi et et al.,
2002b).
Teknologi yang dikembangkan untuk mengendalikan hama dan pertanaman padi
didasarkan kepada konsep pengendalian hama terpadu (PHT) dengan
mempertimbangkan ekosistem, stabilitas, dan kesinambungan produksi sesuai dengan
tuntutan praktek pertanian yang baik (Departemen Pertanian, 2003). Hama tanaman
padi tidak akan meledak sepanjang musim dan peningkatan populasinya hanya terjadi
pada musim hujan (Baehaki, 1992).
Meningkatnya produktivitas padi melalui pendekatan PTT pada berbagai
agroekologi tersebut menunjukkan adanya pengaruh sinergis antar komponen teknologi
yang dianjurkan dalam PTT yang berakibat pada meningkatnya efisiensi pemupukan
(Zaini dan Las, 2004). PTT dengan teknologi hemat benih, hemat pupuk kimia, hemat
air, dan hemat pestisida akan menurunkan biaya produksi per satuan luas. Dengan
menurunnya biaya produksi maka pendapatan petani akan meningkat. Dari hasil
evaluasi di tingkat petani di 26 provinsi, melalui model PTT produktivitas padi meningkat
rata-rata 1 t GKG/ha atau Rp. 2000.000. Tambahan biaya untuk pembelian bahan
organik (2 ton/ha) dan aplikasinya sebesar Rp1.060.000 sehingga pendapatan
meningkat Rp. 940.000/ha dibanding menggunakan teknologi non-PTT (Pirngadi, 2009).
15
Rekayasa teknologi pada IP padi 400 difokuskan pada varietas unggul yang
berumur sangat genjah (90 – 104 hari), teknologi pengairan yang efisien, pesemaian
dapok atau culikan, dan pengembangan sistem monitoring dini baik sebelum tanam,
persemaian, pertanaman dan sesudah panen (BB Padi, 2009).
IP padi 400 perlu dikelola dengan baik karena rawan terhadap ledakan hama dan
penyakit, kekurangan air, dan kekurangan oksigen karena tanah melumpur sepanjang
tahun. Penyerapan hara yang berasal dari tanah meningkat dan dapat mempercepat
terjadinya ketidakseimbangan unsur hara dalam tanah. Untuk meningkatkan
keberhasilan IP padi 400, maka persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi
diantaranya adalah: (a) Waktu yang tersedia harus sama atau kurang dari 12 bulan
untuk 4 musim tanam atau kurang dari 3 bulan/musim, (b) Persediaan air ada
sepanjang tahun, (c) Semua kegiatan perlu dilaksanakan secara cepat bahkan ada
kegiatan yang bersifat tumpang tindih, misalnya penyemaian benih dilakukan sebelum
panen, (d) Padi ditanam dalam satu hamparan secara serentak, karena jika tidak
demikian jenis dan intensitas serangan hama dan penyakit akan meningkat (BB Padi,
2009).
16
III. METODE PELAKSANAAN
3.1. LOKASI PENGKAJIAN
Pada tahun 2009, lokasi pengkajian di Desa Rimbo Kedui Kecamatan Seluma
Selatan, Kabupaten Seluma. Pada tahun 2010 dilakukan pengembangan IP-400 di Desa
Rimbo Kedui. Selain itu juga dilakukan pengkajian IP 400 di di Desa Talang Pasak dan
Salam Harjo, Kecamatan Kerkap, Kabupaten Bengkulu Utara.
3.2. CAKUPAN KEGIATAN
Pengkajian ini dilakukan dalam bentuk percobaan lapangan, analisis laboratorium
dan survei terhadap petani di lokasi pengkajian. Percobaan di lapangan dilaksanakan di
lahan milik petani kooperator. Kegiatan lapangan terdiri dari 3 unit yaitu 1) Kegiatan
pada lokasi lanjutan tahun 2009 (Desa Rimbo Kedui, 1 kelompok tani);
2) Pengembangan IP padi 400 di Desa Rimbo Kedui seluas 1 ha, dan 3) pengembangan
IP padi 400 di Desa Talang Pasak dan Salam Harjo, Kabupaten Bengkulu Utara seluas 2
ha.
3.3. METODE PENGKAJIAN
Tahapan kegiatan diawali dengan kegiatan desk study dan koordinasi dengan
Dinas dan Institusi terkait yang berhubungan dengan sumber–sumber teknologi (BB
Padi, BBSDLP dan BPSB) dan stakeholders di lokasi pengkajian. Percobaan lapangan
dilaksanakan oleh 10 orang petani kooperator. Rencana pola tanam/pergiliran varietas
ada dua yaitu: 1) Inpari – Inpari – Dodokan - Inpari dan 2) Dodokan - Inpari – Inpari -
Inpari. Realisasinya terjadi penambahan varietas selain Inpari 1 dan Dodokan, yaitu
Cigeulis dan Inpari 7. Komponen teknologi yang dilakukan berdasarkan pendekatan PTT
(Tabel 1). Untuk mengetahui kandungan unsur hara dilakukan analisis status hara
dengan menggunakan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS). Untuk mengkaji efisiensi
pemupukan dilakukan 2 kombinasi perlakuan pupuk organik dan an-organik yaitu
1) dosis rekomendasi lengkap tanpa pupuk organik dan 2) pengurangan dosis pupuk
kimia dengan aplikasi pupuk organik 2 t/ha (disesuaikan dengan hasil analisis tanah dan
varietas yang digunakan.
17
Tabel 1. Komponen teknologi PTT dengan IP 400 yang diterapkan dilokasi pengkajian.
Komponen Teknologi
Teknologi PTT dengan Pola Tanam/Pergiliran Varietas IP 400*
Genjah-Genjah- Super Genjah -Genjah
Super Genjah-Genjah-Genjah-Genjah
1. Varietas
2. Pengolahan tanah 3. Sistem tanam 4. Jarak tanam (cm) 5. Umur bibit (HSS) 6. Jumlah bibit per rumpun(btg) 7. Pemupukan (kg/ha)** - N, P, K - Pupuk Organik/Kompos
jerami (ton/ha) 8. Cara Pemupukan 9. Penyiangan 10.Pengendalian hama penyakit 11.Sistem panen
Inpari1 - Inpari1 - Dodokan - Inpari1
Sempurna Jajar legowo 4:1
20x20x10 18-21 2-3
Rekomendasi
2
tebar 2 kali PHT
Sabit bergerigi
Dodokan - Inpari1 -Inpari1 - Inpari1
Sempurna Jajar legowo 4:1
20x20x10 18-21 2-3
Rekomendasi
2
tebar 2 kali PHT
Sabit bergerigi
Sumber: Badan Litbang Pertanian (2007) *: Pertanaman ke-3 menggunakan varietas Inpari 7.
**: Pengkajian efisiensi pemupukan terdiri dari 2 perlakuan, tanpa dan dengan kompos jerami/pupuk kandang dengan dosis pupuk kimia disesuaikan hasil analisis tanah.
3.4. PENGUMPULAN DATA
Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer yang meliputi teknologi petani,
data agronomis (vegetatif dan generatif), perkembangan hama & penyakit padi,
produktivitas tanaman, serta data sosial ekonomi (input-output usahatani, prilaku dan
sikap dan pengetahuan petani, kelembagaan sosial dan usahatani yang ada, harga
saprodi dan harga gabah).
3.5. METODE ANALISIS
Data primer (komponen pertumbuhan, komponen hasil dan produktivitas)
dianalisis secara statistik. Selama pengkajian dilakukan pengamatan terhadap komponen
pertumbuhan, komponen hasil dan produktivitas tanaman padi. Analisis status hara
tanah dilaksanakan secara periodik selama pengkajian. Pengisian form Farm Record
Keeping (FRK) dilakukan untuk penyusunan keragaan finansial.
18
3.6. BAHAN DAN ALAT YANG DIBUTUHKAN
Bahan pengkajian yang digunakan adalah benih padi varietas Inpari, Cigeulis dan
Dodokan, Urea dan NPK, pupuk organik (kompos jerami, pupuk kandang), aktivator
mikroba, dolomit, herbisida, pestisida dan lain-lain. Alat-alat yang dibutuhkan meliputi
hand sprayer, Bagan Warna Daun (BWD), Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS), karung,
jaring dan lain-lain.
3.7. PARAMETER YANG DIUKUR
Parameter yang diukur adalah keragaan agronomis (vegetatif dan
generatif/komponen hasil), hasil riil dan hasil ubinan, kesuburan lahan, perkembangan
hama dan penyakit padi, input produksi, harga output saat pengkajian berlangsung.
19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. HASIL
4.1.1. Introduksi varietas padi super genjah dan genjah untuk pergiliran varietas Pergiliran varietas yang dilaksanakan pada kegiatan IP padi 400 dan produktivitas
padi genjah dan super genjah di Kabupaten Seluma dan Bengkulu Utara disajikan pada
Tabel 2.
Tabel 2. Pergiliran varietas dalam pelaksanaan IP padi 400 di Kab. Bengkulu Utara dan Seluma
Desa/Kabupaten Varietas padi (Produktivitas, ton GKP/ha)
Tanam 1 Tanam 2 Tanam 3 Tanam 4
Desa Rimbo Kedui Kab. Seluma
Inpari 1 (5,93)
Inpari 1 (4,09)
Inpari 7
Dodokan*
Desa Talang Pasak (1) Kab.Bengkulu Utara
Inpari 1 (5,27)
Inpari 1
Inpari 7* Dodokan*
Desa Talang Pasak (2) Kab.Bengkulu Utara
Dodokan (4,3)
Inpari 1
Inpari 7* Dodokan*
Desa Salam Harjo(1) Kab.Bengkulu Utara
Cigeulis (4,2)
Inpari 1
Inpari 7* Dodokan*
Desa Salam Harjo(2) Kab.Bengkulu Utara
Dodokan (puso)
Inpari 1
Inpari 7* Dodokan*
Ket: * belum tanam
4.1.2. Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
Distribusi curah hujan di Kabupaten Seluma dan Bengkulu Utara selama 1 tahun
(2010) disajikan pada Tabel 3.
20
Tabel 3. Distribusi curah hujan di Kabupaten Seluma dan Kerkap pada tahun 2010
Bulan Seluma Kerkap
CH HH CH HH
1 234 14 283 16
2 195 13 511 21
3 179 14 609 20
4 111 11 317 12
5 166 10 245 14
6 287 15 288 15
7 357 14 544 16
8 356 12 429 13
9 256 15 565 16
10 357 18 361 15
11 225 20 555 19
12 186 19 250 10
Jumlah 2809 175 1941 91
Sumber: BP3KP Kab. Seluma, 2010; BP3KP Kab. Bengkulu Utara, 2010
Pada pertanaman ke-1 dan ke-2, OPT yang menganggu pertanaman pada awal
pertumbuhan vegetatif adalah hama adalah wereng hijau, keong mas, ulat grayak,
kepinding tanah. Penyakit yang intensitas serangannya tinggi adalah penyakit tungro.
Saat fase generatif, hama utama yang menyerang adalah walang sangit dan burung
(Tabel 4).
Tabel 4. Serangan hama penyakit pada pertanaman padi sawah di lokasi pengkajian
Lokasi Pengkajian Serangan hama penyakit
Pertanaman ke-1 Pertanaman ke-2
Desa Rimbo Kedui Kab. Seluma
wereng hijau/tungro, hama putih, ulat grayak, walang sangit, burung
wereng hijau/tungro, hama putih, kepinding tanah, walang sangit, burung
Desa Talang Pasak (1) Kab.Bengkulu Utara
wereng hijau/tungro, hama putih, penggerek batang, walang sangit, burung
blas leher malai, hawar daun, tungro, hama putih, walang sangit, burung
Desa Talang Pasak (2) Kab.Bengkulu Utara
wereng hijau/tungro, hama putih, penggerek batang, walang sangit, burung
hama putih, tungro, walang sangit, burung
Desa Salam Harjo(1) Kab.Bengkulu Utara
keong mas, tungro, walang sangit, burung
Desa Salam Harjo(2) Kab.Bengkulu Utara
wereng hijau/tungro, keong mas
21
4.1.3. Peningkatan Efisiensi Pupuk dengan Penggunaan Pupuk Organik
Tingkat Kesuburan Lahan
Hasil analisis tanah dengan PUTS memperlihatkan bahwa di Desa Talang Pasak
dan Salam Harjo Kecamatan Kerkap Kabupaten Bengkulu Utara tingkat kesuburan
lahannya relatif rendah, sedangkan di Desa Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan
Kabupaten Seluma tingkat kesuburan lahannya termasuk sedang.
Tabel 5. Status hara tanah sawah berdasarkan PUTS di Kab. Seluma dan Bengkulu Utara.
Unsur Hara Status hara tanah
Desa Rimbo Kedui Desa Talang Pasak Desa Salam Harjo
Nitrogen
Phosfor
Kalium
pH tanah
ST
S
S
AM
ST
R
R-S
AM
ST
R
R-S
AM
Ket: R= rendah S=sedang ST=sangat tinggi AM-agakmasam
Hasil Pengamatan Vegetatif dan Generatif
Pertanaman pertama dimulai pada pertengahan Mei 2010 di Desa Rimbo Kedui
Kab. Seluma. Benih ditanam pada umur 18 – 21 hari setelah semai (HSS). Tinggi
tanaman dan jumlah anakan maksimum merupakan parameter pertumbuhan vegetatif
yang diamati (Tabel 6).
Tabel 6. Rata-rata tinggi tanaman dan jumlah anakan maksimum pada pertanaman padi sawah varietas Inpari 1 (tanam ke-1) di Kab.Seluma dan Bengkulu Utara
Desa/Kab. Tinggi tanaman (cm) Jumlah anakan maks./ rumpun
Kab. Seluma
Desa Rimbo Kedui (Inpari 1) -Tanpa pupuk organik -Dengan pupuk organik
92,5 94,4
14,9 17,8
Kab. Bengkulu Utara
Desa Talang Pasak (Inpari 1) -Tanpa pupuk organilk -Dengan pupuk organik
84,9 87,4
14,1 15,6
Desa Talang Pasak (Dodokan) -Tanpa pupuk organilk -Dengan pupuk organik
95
101,5
16,7 16,7
Desa Salam Harjo (Cigeulis) -Tanpa pupuk organilk -Dengan pupuk organik
98,3 100,2
16,7 21,5
22
Pada Tabel 7 terlihat bahwa rata-rata komponen hasil padi sawah pada berbagai
varietas menunjukkan bahwa aplikasi pupuk organik memberikan hasil yang relatif lebih
baik dari pada tanpa pemberian pupuk organik.
Tabel 7. Komponen hasil padi sawah varietas Inpari 1, Dodokan dan Cigeulis (tanam ke-1) di Kab.Seluma dan Bengkulu Utara tahun 2010
Desa/Kab. Panjang Malai
Gabah Isi Gabah Hampa
Berat 100 Butir
Kab. Seluma
Desa Rimbo Kedui (Inpari 1) -Tanpa pupuk organik -Dengan pupuk organik
20,6 22,0
62,6 74,8
37,4 25,2
2,6 2,7
Kab. Bengkulu Utara
Desa Talang Pasak (Inpari 1) -Tanpa pupuk organilk -Dengan pupuk organik
16,5 21,7
45,0 51,6
16,8 22,2
2,4 2,5
Desa Talang Pasak (Dodokan) -Tanpa pupuk organilk -Dengan pupuk organik
23,0 24,6
59,3 107,7
35,3 15,3
2,3 2,4
Desa Salam Harjo (Cigeulis) -Tanpa pupuk organilk -Dengan pupuk organik
19,4 20,6
63,4 76,9
36,6 23,1
2,5 2,6
Efisiensi pupuk kimia dengan aplikasi bahan organik ke lahan sawah di
Kabupaten Bengkulu Utara dan Seluma disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Efisiensi pupuk kimia dengan pemberian pupuk organik pada lahan sawah di
lokasi Pengkajian IP Padi 400 di Kab.Bengkulu Utara dan Seluma.
Petani/Teknologi Produktivitas (t GKP/ha)
Efisiensi pupuk (%)
Jumlah pupuk
Biaya pupuk
Kab. Seluma
Desa Rimbo Kedui (Inpari) -Tanpa pupuk organik -Dengan pupuk organik
5,07 5,93
4
5,3
Kab. Bengkulu Utara
Desa Talang Pasak (Inpari 1) -Tanpa pupuk organilk -Dengan pupuk organik
3,87 5,30
10 7
Desa Talang Pasak (Dodokan) -Tanpa pupuk organilk -Dengan pupuk organik
3,65 4,30
16,7 12
Desa Salam Harjo -Tanpa pupuk organilk -Dengan pupuk organik
3,65 4,20
11
12
23
4.1.4. Peningkatan Produktivitas dan Pendapatan Petani
Analisia usahatani padi sawah di Desa Rimbo Kedui Tahun 2010 disajikan pada
Tabel 9.
Tabel 9. Analisa Usahatani Padi Sawah Pengkajian IP Padi 400 di Desa Rimbo Kedui, Kecamatan Seluma Kanan Kabupaten Seluma Tahun 2010.
URAIAN Tek petani Komponen tek. PTT
Aplikasi kompos Tanpa kompos
A. Biaya Produksi (Rp)
Bibit 100.000 100.000 100.000
Pupuk 940.000 824.000 870.000
Pestisida 184.000 262.500 262.500
Tenaga Kerja 3.350.000 3.350.000 3.350.000
Total Biaya Produksi 4.574.000 4.536.500 4.582.500
B. Penerimaan (Rp)
Produksi (kg/ha) 4.000 5.620 5.210
Harga Jual 2.000 2.000 2.000
Total Penerimaan 8.000.000 11.240.000 10.420.000
C. Pendapatan (Rp)
Penerimaan-Biaya Produksi
(B-A) 3.426.000 6.703.500 5.837.500
Analisa usahatani padi sawah di lokasi pengkajian Desa Talang Pasak, Kab.
Bengkulu Utara Tahun 2010 disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Analisa Usahatani Padi Sawah Pengkajian IP Padi 400 di Kab. Bengkulu Utara Tahun 2010.
URAIAN Tek petani Komponen tek. PTT
Aplikasi kompos Tanpa kompos
A. Biaya Produksi (Rp)
Bibit 100.000 100.000 100.000
Pupuk 660.000 824.000 870.000
Pestisida 184.000 262.500 262.500
Tenaga Kerja 3.350.000 3.350.000 3.350.000
Total Biaya Produksi 4.294.000 4.536.500 4.582.500
B. Penerimaan (Rp)
Produksi (kg/ha) 4.000 5.300 3870
Harga Jual 2.000 2.000 2.000
Total Penerimaan 8.000.000 10.600.000 7.740.000
C. Pendapatan (Rp)
Penerimaan-Biaya Produksi
(B-A) 3.706.000 6.063.500 3.157.500
24
Persentase peningkatan produktivitas padi sawah dan pendapatan disajikan pada
Tabel 11.
Tabel 11. Peningkatan produktivitas dan pendapatan petani kooperator di Kab. Seluma dan Bengkulu Utara.
Petani/Teknologi Produktivitas (t GKP/ha)
Peningkatan Produktivitas
(%)
Pendapatan (Rp/ha)
Peningkatan Pendapatan
(%)
Kab. Seluma
Desa Rimbo Kedui (Inpari1) -Tanpa pupuk organik -Dengan pupuk organik
5,07 5,93
14,5
5.837.500
12,92
Kab. Bengkulu Utara
Desa Talang Pasak (Inpari 1) -Tanpa pupuk organilk -Dengan pupuk organik
3,87 5,3
26,98
3.556.000 6.370.000
44,11
Desa Talang Pasak (Dodokan) -Tanpa pupuk organilk -Dengan pupuk organik
3,65 4,30
15,12
3.356.000 4.570.000
26,56
Desa Salam Harjo -Tanpa pupuk organilk -Dengan pupuk organik
3,65 4,20
13,10
3.285.000 5.335.000
38,43
4.2. PEMBAHASAN
4.2.1. Karakteristik petani dan usahatani padi
Pada ketiga lokasi pengkajian di Kabupaten Seluma dan Kabupaten Bengkulu Utara,
sebagian besar petani telah berpengalaman menanam padi secara semi intensif dan
intensif. Teknologi yang diterapkan selama ini adalah panca usaha tani dan hanya 30%
petani mengenal teknologi baru. Dari aspek pembibitan, petani biasa menanam pada
usia bibit 21 s/d 30 hari dengan jumlah bibit 3 – 7 tanaman/lubang. Cara tanam
menggunakan cara tegel dan sudah ada yang menggunakan tandur jajar legowo tetapi
tidak dilakukan penyisipan sehingga jumlah populasi tanaman setiap hektar berkurang.
Penggunaan pupuk sebagian besar belum sesuai anjuran baik dosis pupuk mapupun
waktu pemupukannya. Pengendalian hama penyakit belum nenerapkan konsep PHT.
Produksi yang dihasilkan 3 – 4 ton/ha, gabah langsung dijemur dan dijual dalam bentuk
gabah.
25
Dalam pelaksanaan inovasi kegiatan pengkajian IP padi 400 dilakukan 2 aspek
inovasi yaitu dari aspek teknologi diinovasikan budidaya padi sawah melalui pendekatan
PTT (penggunaan bibit unggul baru Inpari 1 dan Dodokan, penanaman bibit muda
(umur 18 – 20 hari), penanaman 1 – 2 bibit /lubang, tandur jajar legowo dan
pemupukan spesifik lokasi serta penggunaan bahan organik) serta peningkatan indeks
pertanaman. Dari aspek kelembagaan/sosial diinovasikan kerjasama kelompok dan
tanam/panen serentak mendukung peningkatan IP padi menuju IP 400.
4.2.2. Introduksi varietas padi super genjah dan genjah untuk pergiliran varietas
Introduksi varietas padi genjah dan super genjah telah dilaksanakan selama 3
musim tanam yaitu varietas Inpari 7, Cigeulis, Inpari 1 dan Dodokan. Pemilihan varietas
merupakan aspek yang sangat penting dalam peningkatan IP padi karena umur
tanaman serta ketahanan terhadap penyakit pada saat musim hujan dan musim kering
serta penyakit endemik akan sangat mempengaruhi hasil. Varietas IR-64, Ciherang dan
Inpari 1 di Provinsi Bengkulu umumnya terkena serangan tungro. Varietas Cigeulis juga
terkena serangan tetapi masih mendapatkan hasil. Varietas-varietas tahan tungro yang
bisa ditanam antara lain Tukad unda, Kalimas, Bondoyudo, Inpari 6,7, 8, terutama
Inpari 13.
Ketersediaan benih menjadi masalah dalam peningkatan IP padi karena sering
tidak tersedia pada saat yang dibutuhkan. Oleh karena itu diperlukan penumbuhan
penangkar-penangkar padi varietas-varietas unggul baru yang berumur genjah dan
super genjah.
Pergiliran varietas yang dilaksanakan pada kegiatan IP padi 400 dan produktivitas
padi genjah dan super genjah di Kabupaten Seluma dan Bengkulu Utara disajikan pada
Tabel 2. Berdasarkan diskripsi varietas padi sawah, varietas Inpari 1 berumur 108 hari
setelah semai dengan potensi hasil 10 ton GKP/ha. Padi varietas Inpari 1 di Desa Rimbo
Kedui dipanen saat berumur 109 hari atau 91 hari setelah semai dengan produktivitas
5,93 ton GKP/ha (hasil riil). Umur panen melebihi diskripsi varietas karena pada minggu
pertama dan kedua bulan Agustus tersebut turun hujan terus menerus sehingga
menyulitkan petani untuk melaksanakan panen padi.
Berdasarkan diskripsi varietas, varietas padi sangat genjah Dodokan dengan umur
100 hari setelah semai (potensi hasil 5,1 ton GKP/ha) mencapai produktivitas 4,3 ton
26
GKP/ha di Desa Talang Pasak, sedangkan di Desa Salam Harjo Kec. Kerkap terserang
penyakit tungro yang cukup parah sehingga gagal panen (puso). Berdasarkan diskripsi
varietas padi sawah, varietas cigeulis berumur 115-125 hari setelah semai dan
mempunyai potensi hasil 8 ton GKP/ha. Pertanaman padi varietas Cigeulis pada
hamparan sawah yang sama di Desa Salam Harjo terserang penyakit tungro tetapi
masih dapat dikendalikan sehingga masih mencapai produktivitas 4,2 ton/ha.
Penggunaan varietas Cigeulis sebagai pengganti varietas Inpari 1 karena benih tidak
tersedia baik di Balai Besar Padi Sukamandi maupun di Provinsi Bengkulu.
4.2.3. Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
Kondisi iklim yang tidak menentu dan tingginya curah hujan serta
distribusinya yang tidak teratur mendukung perkembangan hama dan penyakit
tanaman padi (Tabel 3).
Serangan OPT pada kedua kabupaten relatif sama. Pada pertanaman ke-1
dan ke-2, OPT yang menganggu pertanaman pada awal pertumbuhan vegetatif
adalah hama adalah wereng hijau, keong mas, ulat grayak, kepinding tanah.
Penyakit yang intensitas serangannya tinggi saat fase vegetatif adalah penyakit
tungro. Pada tanaman padi varietas Dodokan di desa Salam Harjo, serangan
penyakit tungro menyebabkan gagal panen. Untuk pertanaman selanjutnya, varietas
Inpari 1 yang selalu terrserang penyakit tungro diganti dengan varietas lainnya yang
lebih tahan. Varietas Inpari 13 yang direkomendasikan, tetapi karena benihnya tidak
terrsedia di Balai Besar Padi Sukamandi, maka digunakan varietas Inpari 7 yang
relatif agak tahan penyakit tungro strain tertentu.
Saat fase generatif, hama utama yang menyerang adalah walang sangit dan
burung (Tabel 4). Kegiatan tanam 4 kali setahun belum diikuti oleh petani sekitarnya
sehingga seranngan kedua hama tersebut menuju pada pertanaman di lokasi
pengkajian. Jumlah burung hingga ratusan ekor dan dikendalikan dengan berbagai cara,
salah satunya dengan menggunakan jaring. Serangan hama walang sangit juga luar
biasa. Salah satu upaya pengendaliannya dengan penyemprotan pestisida.
Untuk memperoleh tingkat produktivitas yang optimal diupayakan agar tidak
hanya memilih varietas dengan potensi hasil tinggi, tetapi yang lebih penting adalah
27
pemilihan varietas yang tahan terhadap hama penyakit yang endemik di daerah
tersebut.
4.2.4 Peningkatan Efisiensi Pupuk dengan Penggunaan Pupuk Organik
a. Tingkat Kesuburan Lahan
Hasil analisis tanah dengan PUTS memperlihatkan bahwa di Desa Talang Pasak
dan Salam Harjo Kecamatan Kerkap Kabupaten Bengkulu Utara tingkat kesuburan
lahannya relatif rendah, sedangkan di Desa Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan
Kabupaten Seluma tingkat kesuburan lahannya termasuk sedang (Tabel 5). Penggunaan
pupuk kimia masih belum berimbang dan pemanfaatan bahan organik belum banyak
dilakukan petani di ketiga desa tersebut. Limbah dan sisa hasil panen biasanya dibakar.
Secara umum petani di ketiga desa tersebut mengaplikasikan pupuk 2 kali, yaitu
pada saat tanam dan pada saat anakan aktif. Pada pengkajian ini dilakukan pemberian
pupuk NPK 2 kali, yaitu pupuk dasar pada umur 7-14 hari setelah tanam (HST) dan pada
saat inisiasi primordia bunga (40 – 45 HST). Untuk pupuk Urea diberikan 2-3 kali
tergantung dari hasil pengamatan dengan menggunakan Bagan warna Daun. Sebagai
pupuk dasar digunakan Urea 50-75 kg/ha tergantung potensi hasil dari varietas yang
ditanam,
Pemupukan pada pertanaman padi sawah diberikan dengan 2 perlakuan yaitu: 1)
dengan pemberian 2 t/ha pupuk organik (pupuk kandang/kompos jerami) dan 2) tanpa
pupuk organik. Dosis pupuk kimia yang digunakan menjadi lebih rendah dengan aplikasi
bahan organik. Untuk pertanaman padi sawah varietas Inpari 1 (target hasil > 6 t
GKP/ha) di Desa Rimbo Kedui dengan tingkat kesuburan lahan sedang, dosis pupuk
yang digunakan ada dua yaitu: 1) Aplikasi pupuk organik : Urea 200 kg/ha (aplikasi
BWD), NPK 280 kg/ha dan 2) Tanpa pupuk organik: Urea 200 kg/ha (aplikasi BWD) dan
NPK 300 kg/ha.
Untuk pertanaman padi sawah varietas Inpari 1 (target hasil > 6 t GKP/ha) di
Desa Talang Pasak dengan tingkat kesuburan lahan rendah, dosis pupuk yang
digunakan ada dua yaitu: 1) Aplikasi pupuk organik : Urea 200 kg/ha (aplikasi BWD),
NPK 280 kg/ha dan pupuk kandang 2 t/ha dan 2) Tanpa pupuk organik: Urea 200
kg/ha (aplikasi BWD) dan NPK 300 kg/ha. Dosis pupuk untuk pertanaman padi varietas
Dodokan di Desa Talang Pasak lebih rendah disesuaikan dengan target hasilnya (<6 t
28
GKP/ha), dosis pupuk yang digunakan yaitu: 1) Aplikasi pupuk organik : Urea 100 kg/ha
(aplikasi BWD), NPK 200 kg/ha dan kompos jerami 2 t/ha, dan 2) Tanpa pupuk organik:
Urea 170 kg/ha (aplikasi Bagan Warna Daun) dan NPK 250 kg/ha.
Untuk pertanaman padi sawah varietas Cigeulis (target hasil > 6 t GKP/ha) di
Desa Salam Harjo dengan tingkat kesuburan lahan rendah, dosis pupuk yang digunakan
yaitu: 1) Aplikasi pupuk organik : Urea 200 kg/ha (aplikasi Bagan Warna Daun), NPK
250 kg/ha dan kompos jerami 2 t/ha dan 2) Tanpa pupuk organik: Urea 200 kg/ha,
(aplikasi Bagan Warna Daun) dan NPK 250 kg/ha.
b. Efisiensi pemupukan dengan aplikasi pupuk organik
Pertanaman pertama dimulai pada pertengahan Mei 2010 di Desa Rimbo Kedui
Kab. Seluma. Benih ditanam pada umur 18 – 21 hari setelah semai (HSS). Tinggi
tanaman dan jumlah anakan maksimum merupakan parameter pertumbuhan vegetatif
yang diamati disajikan pada Tabel 6. Tabel tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan
vegetatif tanaman padi Inpari pada tiga petani kooperator cukup baik melalui
pendekatan PTT. Pemupukan yang tepat dan pengendalian OPT secara terpadu
berperan terhadap komponen pertumbuhan tanaman. Berdasarkan data tinggi tanaman
dan jumlah anakan/rumpun diharapkan akan dicapai potensi genetik dari varietas Inpari
1 (10 t GKP/ha) (BB Padi, 2006). Pada Tabel 7 terlihat bahwa rata-rata komponen hasil
padi sawah pada berbagai varietas menunjukkan bahwa aplikasi pupuk organik
memberikan hasil yang relatif lebih baik dari pada tanpa pemberian pupuk organik.
Produktivitas padi sawah dengan aplikasi pupuk organik pada ketiga desa dan
pada ketiga varietas yang ditanam mencapai hasil yang lebih tinggi (Tabel 8). Tabel
tersebut menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik pada varietas Inpari 1 di Desa
Rimbo Kedui menyebabkan penggunaan pupuk kimia menjadi lebih rendah 4%, dan
meningkatkan hasil 13%. Pemberian kompos jerami pada varietas Inpari 1 di Desa
Talang Pasak menyebabkan penggunaan pupuk kimia menjadi lebih rendah 10%, dan
meningkatkan hasil 26%. Pemberian kompos jerami pada varietas Dodokan di Desa
Talang Pasak menyebabkan penggunaan pupuk kimia menjadi lebih rendah 16,7%, dan
meningkatkan hasil 15%. Pemberian kompos jerami pada varietas Cigeulis di Desa
Salam Harjo menyebabkan penggunaan pupuk kimia menjadi lebih rendah 11%, dan
29
meningkatkan hasil 12%. Pada seluruh lokasi pengkajian, pemberian bahan organik
dapat meingkatkan hasil dan menghemat biaya pengeluaran pupuk kimia.
Peningkatan produktivitas dengan penggunaan pupuk organik berkisar 13,15 s/d
26,98 dibandingkan tanpa pupuk organik. Peningkatan pendapatan dengan penggunaan
pupuk organik sebesar 5-48% dibandingkan dengan teknologi petani.
4.2.5. Peningkatan Produktivitas dan Pendapatan Petani
Dari hasil analisa usahatani padi sawah terlihat bahwa terjadi peningkatan
pendapatan petani dengan melakukan perbaikan teknologi petani menjadi teknologi
introduksi melalui pendekatan PTT ((Tabel 9 dan 10). Peningkatan pendapatan petani
dari hasil padi sawah pada satu kali musim tanam tercapai di lokasi pengkajian baik di
Kabupaten Seluma maupun Kabupaten Bengkulu Utara. Peningkatan pendapatan yang
cukup besar di Desa Rimbo Kedui, Kecamatan Seluma Kanan , Kab. Seluma dari Rp.
3.426.000 menjadi Rp. 5.837.500 s/d Rp. 6.703.500.
Produktivitas padi sawah varietas Inpari 1 di Desa Rimbo Kedui Kab. Seluma
berkisar antara 5,07 s/d 5,93 ton GKP/ha. Produktivitas padi sawah dengan aplikasi
teknologi petani umumnya berkisar 4-5 ton GKP/ha. Produktivitas padi sawah varietas
Inpari 1 di Desa Talang Pasak Kab. Bengkulu Utara berkisar antara 3,87 s/d 5,30 ton
GKP/ha dan pada varietas Dodokan 3,65 s/d 4,30 ton GKP/ha. Produktivitas padi
varietas Cigeulis di desa Salam Harjo berkisar 3,65 s/d 4,20 ton GKP/ha. Produktivitas
padi sawah dengan aplikasi teknologi petani di lokasi pengkajian di Desa Talang Pasak
Dan Salam Harjo, Kecamatan Kerkap, Kab. Bengkulu Utara umumnya relatif rendah
yaitu 3-4 ton GKP/ha.
Kegiatan pengkajian IP padi tahun 2010 diperkirakan akan dapat mencapai IP
padi 350-400 karena dari pertengahan Mei 2010 hingga Desember 2010 sudah
terlaksana panen 2 x dan tanam 3 x di Kab. Seluma, sedangkan pelaksanaan pengkajian
baru pada tahapan pertanaman ke-2 dan panen ke-2 di Kab. Bengkulu Utara.
30
4.2.6. Paket Teknologi Budidaya Padi Menuju IP 400
Dari hasil pelaksanaan kegiatan pengkajian mulai tahun 2009 s/d 2010 diperoleh
paket teknologi budidaya padi sawah menuju IP 400. Paket teknologi ini disesuaikan
dengan kondisi lapangan baik dari segi teknis maupun dari segi sosial dan ekomoni.
Aspek-aspek yang dperlu diperhatikan dalam pelaksanaan IP padi menuju 400 adalah
pengaturan jadwal tanam, pergiliran varietas, pengolahan lahan, persemaian,
pembuatan kompos, tanam, pemupukan, pengairan, penyiangan, pengendalian hama
penyakit, panen dan pasca panen. Uraian secara rinci disajikan pada Lampiran 4.
Paket teknologi ini akan terus disempurnakan sesuai dengan perkembangan hama
penyakit tanaman maupun distribusi curah hujan selama 4 kali tanam.
31
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Pengkajian peningkatan IP padi di Provinsi Bengkulu telah dilaksanakan sejak
tahun 2009 di Kecamatan seluma Selatan Kabupaten Seluma dan pada tahun 2010
dikembangkan ke Kecamatan Kerkap Kabupaten Bengkulu Utara. Dari hasil pelaksanaan
pengkajian diperoleh hasil sementara bahwa :
1. Introduksi varietas padi genjah dan super genjah untuk pergiliran varietas dalam
mendukung IP padi 400 telah dilaksanakan selama 2 tahun (2009 dan 2010) yaitu
varietas Ciherang, Mekongga, Cigeulis, Inpari 1, Inpari 7, Silugonggo dan Dodokan.
Varietas Ciherang dan Inpari 1 umumnya terkena serangan tungro. Varietas Cigeulis.
terkena serangan lebih ringan.
2. Pemberian pupuk organik meningkatkan efisiensi pemupukan sehingga mengurangi
dosis pupuk kimia sebesar 4% s/d 16,7% dan mengurangi biaya pupuk sebesar
5,29%. Peningkatan pendapatan petani dari aplikasi pupuk organik berkisar 12,92
s/d 44,11%.
3. Dosis pupuk spesifik lokasi dengan penggunaan bahan organik/kompos
jerami/pupuk kandang di lokasi pengkajian yang dapat disarankan untuk digunakan
petani yaitu NPK 280 kg/ha dan Urea 200 kg/ha (aplikasi Bagan Warna Daun) untuk
varietas dengan potensi hasil lebih besar dari 5 ton GKP/ha dan dosis NPK 250 kg/ha
dan Urea 100 kg/ha (aplikasi Bagan Warna Daun) untuk varietas dengan potensi
hasil lebih kecil dari 5 ton GKP/ha.
4. Produktivitas padi sawah varietas Inpari 1 berkisar antara 4,84 s/d 5,93 ton GKP/ha,
varietas Dodokan 4,30 ton GKP/ha dan Cigeulis 4,20 ton GKP/ha. Peningkatan
pendapatan petani meningkat berkisar dari 12,92% s/d 38,43%.
5. Peningkatan pendapatan petani selama satu tahun melalui peningkatan IP
diperkirakan meningkat, namun belum dapat diukur peningkatannya karena
pelaksanaan tanam baru 6,5 bulan ( tiga kali tanam dan 2 kali panen). Peluang
untuk mencapai IP 350-400 cukup tinggi, tetapi produktivitas lahan sawah/tahun
belum optimal karena keterbatasan persediaan benih dan tenaga kerja, tingginya
intensitas hujan (anomali iklim) dan tingginya tingkat serangan hama penyakit.
32
6. Paket teknologi budidaya padi menuju IP 400 telah diperoleh, kecuali mengenai
pergiliran varietas. Perkiraan pergiliran varietas yang memberikan hasil optimal
adalah penanaman varietas super genjah saat bukan musim tanam raya atau saat
perkembangan hama penyakit tinggi dan penanaman varietas dengan potensi hasil
tinggi saat musim tanam raya.
5.2. Saran
1. Untuk pergiliran varietas dalam mendukung tercapainya IP padi 400 perlu
diintroduksikan varietas-varietas yang lebih tahan terhadap curah hujan tinggi dan
tahan terhadap penyakit khususnya (tungro) seperti Inpari 13.
2. Untuk pengembangan IP padi 400, peranan pemda diperlukan untuk mengawali
gerakan dengan memberi subsidi saprodi ke petani dalam hamparan yang cukup
luas (minimal 25 ha) sehingga pengendalian hama penyakit lebih mudah dilakukan.
33
VI. KINERJA HASIL PENGKAJIAN
Pengkajian IP Padi 400 merupakan impementasi dari upaya untuk meningkatkan
luas panen melalui efisiensi penggunaan lahan dan sumberdaya yang tersedia.
Teknologi budidaya yang diimplementasikan pada pengkajian IP Padi 400 adalah
pendekatan PTT padi sawah irigasi.
Teknologi introduksi mampu meningkatkan produktivitas padi pada kisaran
13,1% – 26,98%. Hal ini membuktikan bahwa teknologi yang diintroduksikan mampu
meningkatkan produktivitas yang cukup tinggi. Peningkatan produktivitas ternyata juga
diikuti dengan peningkatan pendapatan petani. Peningkatan pendapatan petani yang
melaksanakan PTT padi sawah berkisar antara 12,92% – 44,11% dibandingkan
teknologi petani.
Manfaat yang dapat diperoleh dari pengkajian ini adalah meningkatnya
pengetahuan dan kesadaran petani untuk memanfaatkan limbah tanaman padi yang
berupa jerami sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik. Petani yang mempunyai
ternak memanfaatkan je\rami sebagai pakan ternak dan pupuk kandang untuk
menyuburkan lahan. Hal ini mendukung berkembangnya sistem integrasi antara sapi
dengan tanaman padi.
Dampak positif dari kegiatan ini adalah meningkatnya motivasi para petani di
Desa Rimbo Kedui dan sekitarnya untuk meningkatkan produktivitas dan IP padi
mereka. Dampak lain dalam jangka panjang adalah dapat menekan alih fungsi lahan
dari lahan sawah ke lahan sawit.
34
VII. DAFTAR PUSTAKA
Baehaki, S.E. 2009. Strategi Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Padi Dalam Perspektif Praktek Pertanian Yang Baik (Good Agricultural Practices). Pengembangan Inovasi Pertanian 2(1), 2009: 65-78.
Balasubramaniam V., Rajendra, R., Ravi, V dan Las, I. 2006. Integrated Crop Management (ICM): Field Evaluation and Lesson Learn. In Rice Industry, Culture, and Environment. ICCR. ICFORD, IAARD. Jakarta.
BB Padi. 2009. Peningkatan Produksi Padi Melalui Pelaksanaan IP Padi 400. Pedum IP.Padi 400. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Badan penelitian dan Pengembangan Pertanian.
BPS Provinsi Bengkulu. 2009. Provinsi Bengkulu dalam Angka. Badann Pusat Statistik Provinsi Bengkulu.
Damardjati, J.S. 2006. Learning form Indonesia Experiences in Achieve Rice Self Sufficientcy. In Rice Industry, Culture, and Enviroment. ICCR, ICFORD, IAARD. Jakarta.
Departemen Pertanian. 2003. Kebijakan dan Strategi Nasional Perlindungan Tanaman dan Kesehatan Hewan. Departemen Pertanian, Jakarta. 140 hlm.
Dirjen Tanaman Pangan. 2008. Pedoman Umum: Peningkatan Produksi dan Produktivitas Padi, Jagung, dan Kedelai melalui pelaksanaan SL-PTT. Dirjen Tanaman Pangan. 72 p.
Fagi, A.M., I. Las, M. Syam, A.K. Makarim dan A. Hasanuddin. 2002. Penelitian padi menuju revolusi hijau lestari. Balitpa, Sukamandi. 68. hlm.
Las, I., A.K. Makarim, H.M. Toha, A. Gani, H. Pane, dan S. Abdulrachman. 2003. Panduan Teknis Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu Padi Sawah Irigasi. Departemen Pertanian, Jakarta. 30 hlm.
Pirngadi, K., O. Syahromi, dan T.S. Kadir. 2002a. Model pengelolaan tanaman padi pada lahan sawah beririgasi. J. Agrivigor 2 (2): 84-96.
Pirngadi, K., A. Guswara, K. Permadi, dan H. Pane. 2002b. Pengaruh persiapan lahan dan pemupukan terhadap hasil padi walik jerami pada sawah tadah hujan. hlm. 217-224. Dalam J. Soejitno, Hermanto, dan Sunihardi (Ed.). Sistem Produksi Pertanian Ramah Lingkungan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.
Pirngadi, K. 2009. Peran Bahan Organik Dalam Peningkatan Produksi Padi Berkelanjutan Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Pengembangan Inovasi Pertanian 2(1), 2009: 48-64.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. 2006. Sistem Produksi Padi Hemat Input. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 28, No. 2.
Sembiring, H. dan Abdulrahman, H. 2008. Filosofi dan Dinamika Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah. BB Penelitian Padi Sawah. Sukamandi.
Simatupang, P. 2001. Anatomi Masalah Produksi Beras Nasional dan Upaya Mengatasinya. Prosiding Perspektif Pembangunan Pertanian dan Kehutanan Tahun 2001 Ke Depan. Buku I. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Balitbangtan. hlm 119-146.
Wahid, A. S. 2003. Peningkatan Efisiensi Pupuk Nitrogen Pada Padi Sawah Dengan Metode Bagan Warna Daun. Jurnal Litbang Pertanian, 22(4), 2003.
35
Zaini, Z., I. Las, Suwarno, B. Haryanto, Suntoro, dan E.E. Ananto. 2003. Pedoman Umum Kegiatan Percontohan Peningkatan Produktivitas Padi Terpadu 2003. Departemen Pertanian, Jakarta. 25 hlm.
Zaini, Z. and I. Las. 2004. Development of integrated crop and resources management options for higher yield and profit in rice farming in Indonesia. p.252-257. Proc. Training on Agricultural Technology Tranfer and Training. APEC, Bandung-Indonesia, 18-22 July 2004.
36
Lampiran 1. Rangkaian foto-foto Kegiatan pengkajian IP padi 400 di Desa Rimbo Kedui, Kabupaten Seluma
Gambar 2. Keragaan pertanaman padi tanam ke-4 di desa Rimbo Kedui Kab. Seluma (kegiatan lanjutan 2009).
Gambar 1. Panen padi tanam ke-3 di desa Rimbo Kedui Kab. Seluma (kegiatan lanjutan 2009).
Gambar 6. Pertanaman padi menjelang panen ke-2 di Desa Rimbo Kedui Kab. Seluma.
Gambar 5. Serangan hama putih pada pertanaman padi sawah ke-1 di desa Rimbo Kedui Kab. Seluma.
Gambar 5. Pemberian pupuk dasari desa Rimbo Kedui Kab. Seluma.
Gambar 3. Serangan penyakit tungro di Kab. Seluma.
37
Lampiran 2. Rangkaian foto-foto Kegiatan pengkajian IP padi 400 di Kabupaten
Bengkulu Utara
Gambar 2. Pengumpulan bahan kompos tanam di desa Talang Pasak Kab. Bengkulu Utara
Bengkulu .
Gambar 1. Penyemaian benih padi varietas Inpari I tanam ke-1 di desa Talang Pasak Kab. Bengkulu Utara
Gambar 3. Pembuatan kompos untuk pertanaman ke-1 di desa Salam Harjo Kab. Bengkulu Utara
Gambar 4. Keragaan pertanaman ke-1 padi sawah di desa Salam Harjo Kab. Bengkulu Utara
Gambar 6. Pertanaman padi sawah menjelang panen ke-2 di Desa Talang Pasak Kab. Bengkulu Utara
Gambar 5. Pertanaman ke-2 padi sawah di Desa Salam Harjo Kab. Bengkulu Utara
38
Lampiran 3. Diskripsi varietas padi sawah Tahun 2006 sampai 2009 (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi).
VARIETAS CIHERANG
Nomor seleksi : S3383-1D-PN-41-3-1
Asal persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/3*IR19661-131-3-1-3//4*IR64
Golongan : Cere
Umur tanaman : 116 -125 hari
Bentuk tanaman : Tegak
Tinggi tanaman : 107 -115 cm
Anakan produktif : 14-17 batang
Warna kaki : Hijau
Warna batang : Hijau
Warna telinga daun : Tidak berwarna
Warna lidah daun : Tidak berwarna
Warna daun : Hijau
Muka daun : Kasar pada sebelah bawah
Posisi daun : Tegak
Daun bendera : Tegak
Bentuk gabah : panjang ramping
Warna gabah : Kuning bersih
Kerontokan : Sedang
Kerebahan : Sedang
Tekstur nasi : Pulen
Kadar amilosa : 23 %
Indek glikemik : 54
Bobot 1000 butir : 28 g
Rata-rata hasil : 6,0 t/ha
Potensi hasil : 8,5 t/ha
Ketahanan terhadap Hama : Tahan wereng coklat biotipe 2, dan agak tahan biotipe 3
Ketahanan terhadap Penyakit : Tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri strain III dan IV
Anjuran tanam : Baik ditanam pada lahan sawah irigasi dataran rendah sampai 500 meter diatas permukaan laut
Pemulia : Tarjat T, Z. A. Simanullang, E. Sumadi dan Aan A. Draradjat
Dilepas tahun : 2000
39
VARIETAS CIGEULIS
Nomor seleksi : S3429-4D-PN-1-1-2
Asal persilangan : Ciliwung/Cikapundung/IR64
Golongan : Cere
Umur tanaman : 115 -125 hari
Bentuk tanaman : Tegak
Tinggi tanaman : 100 -110 cm
Anakan produktif : 14-16 batang
Warna kaki : Hijau
Warna batang : Hijau
Warna telinga daun : Tidak berwarna
Warna lidah daun : Tidak berwarna
Warna daun : Hijau
Muka daun : Agak kasar
Posisi daun : Tegak
Daun bendera : Tegak
Bentuk gabah : panjang ramping
Warna gabah : Kuning bersih
Kerontokan : Sedang
Kerebahan : Sedang
Tekstur nasi : Pulen
Kadar amilosa : 23 %
Indek glikemik : 64
Bobot 1000 butir : 28 g
Rata-rata hasil : 5,0 t/ha
Potensi hasil : 8,0 t/ha
Ketahanan terhadap Hama : Tahan wereng coklat biotipe 2, dan rentan biotipe 3
Ketahanan terhadap Penyakit : Tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri strain IV,
Anjuran tanam : Baik ditanam pada musim hujan dan kemarau, cocok ditanam pada lokasi di bawah 600 meter di atas permukaan laut
Pemulia : Z.A. Simanullang, Aan A. Daradjat, dan N. Yunani
Tim Peneliti : B. Suprihatno, M.D. Muntono, Ismail B.P., Atito., Baehaki S.E., Triny S. Kadir dan W. S. Ardjasa
Teknisi : Toyib S. M., Edi Suwandi M. K., M. Suherman dan Sail Hanafi
Institusi Pengusul : BALITPA dan BPTP Lampung
Dilepas tahun : 2002
40
VARIETAS MEKONGGA
Nomor seleksi : S4663-5D-KN-5-3-3
Asal persilangan : A2790/2*/IR64
Golongan : Cere
Umur tanaman : 116 -125 hari
Bentuk tanaman : Tegak
Tinggi tanaman : 91 – 106 cm
Anakan produktif : 13-16 batang
Warna kaki : Hijau
Warna batang : Hijau
Warna telinga daun : Tidak berwarna
Warna lidah daun : Tidak berwarna
Warna daun : Hijau
Muka daun : Agak kasar
Posisi daun : Tegak
Daun bendera : Tegak
Bentuk gabah : Ramping panjang
Warna gabah : Kuning bersih
Kerontokan : Sedang
Tekstur nasi : Pulen
Kadar amilosa : 23 %
Indeks glikemik : 88
Bobot 1000 butir : 28 g
Rata-rata hasil : 6,0 t/ha
Potensi hasil : 8,4 t/ha
Ketahanan terhadap Hama : Agak tahan terhadap wereng coklat biotipe 2, dan biotipe 3
Ketahanan terhadap Penyakit : Agak tahan terhadap hawar daun bakteri strain IV
Anjuran tanam : Baik ditanam di lahan sawah dataran rendah sampai ketinggian 500 meter di atas prmukaan laut
Pemulia : Z.A. Simanullang, Idris Hadade, Aan A. Daradjat, dan Sahardi
Tim Peneliti : B. Suprihatno, Y. Samaullah, Atito DS., Ismail B.P., Triny S. Kadir, dan A. Rifki
Teknisi : M. Suherman, Abd. Rauf Sery, Uan D., S.Toyib S. M., Edi S. MK., M. Sailan, Sail Hanafi, Z. Arifin, Suryono, Didi dan Neneng S.
Institusi Pengusuul : BALITPA dan BPTP Sultra
Dilepas tahun : 2004
41
VARIETAS SILUGONGGO
Nomor seleksi : IR39357-71-1-1-2-2
Asal persilangan : IR9129-209-2-2-2/IR19774-23-2-2/IR9729-67-3
Golongan : Cere
Umur tanaman : 85 – 90 hari
Bentuk tanaman : Tegak
Tinggi tanaman : 80 – 85 cm
Anakan produktif : 9 – 11 batang
Warna kaki : Hijau
Warna batang : Hijau
Warna telinga daun : Tidak berwarna
Warna lidah daun : Tidak berwarna
Warna helai daun : Hijau
Muka daun : Bagian atas kasar, bawah permukaan daun halus
Posisi daun : Tegak
Daun bendera : Tegak
Bentuk gabah : Ramping
Warna gabah : Kuning jerami
Kerontokan : Sedang
Kerebahan : Sedang
Tekstur nasi : Agak pulen
Kadar amilosa : 23 %
Bobot 1000 butir : 25 g
Rata-rata hasil : 4,5 t/ha
Potensi hasil : 5,5 t/ha
Ketahanan terhadap Hama : Tahan wereng coklat biotipe 1 dan 2
Ketahanan terhadap Penyakit : Tahan penyakit blas, tidak tahan hawar daun bakteri
Anjuran tanam : Dapat dikembangkan sebagai padi sawah atau gogo. Beradaptasi baik untuk lingkungan tumbuh rawan kekeringan. Dapat tumbuh baik pada tanah regosol, mideteran dengan kahat Kalium dan Fosfat. Cocok di tanam pada daerah di bawah 500 m di atas permukaan laut
Pemulia : Ismail BP., B Suripto, ZA. Simanullang, Y. Samaullah, Atito DS., Hadis S., E. Sumadi, Aan A. Daradjat, Poniman, Taryat T.
Tim Peneliti : D. Suardi, Rasyid M., A. Ichwan, H. Toha, M. Amir, H. Pane dan Irsal L.
Dilepas tahun : 2001
42
VARIETAS DODOKAN
Nomor seleksi : Ir28128-45-3-3-2
Asal persilangan : IR36/IR10154-2-3-3-3-//IR9129-209-2-2-2-1
Golongan : Cere
Umur tanaman : 100 -105 hari
Bentuk tanaman : Tegak
Tinggi tanaman : 80 -95 cm
Anakan produktif : sedang
Warna kaki : Hijau
Warna batang : Hijau
Warna telinga daun : Tidak berwarna
Warna lidah daun : Tidak berwarna
Warna daun : Hijau
Muka daun : Kasar
Posisi daun : Miring
Daun bendera : Miring
Bentuk gabah : Ramping
Warna gabah : Warna Jerami
Kerontokan : Sedang
Kerebahan : Tahan hingga sedang
Rasa nasi : enak
Kadar amilosa : 23 %
Bobot 1000 butir : 23,3 gr
Potensi hasil : 5,1 t/ha
Ketahanan terhadap Hama : Cukup tahan wereng coklat biotipe 1 dan 2
Ketahanan terhadap Penyakit : Cukup tahan terhadap blas (Pyricularia oryzae)
Dilepas tahun : 1987
43
VARIETAS INPARI 1
Nomor seleksi : BP23f-PN-11
Asal persilangan : IR64/IBB-7//IR64
Golongan : Cere Indica
Umur tanaman : 108 hari
Bentuk tanaman : Tegak
Tinggi tanaman : 93 cm
Anakan produktif : 16 anakan
Warna kaki : Hijau
Warna telinga daun : Tidak berwarna
Warna lidah daun : Tidak berwarna
Warna daun : Hijau
Permukaan daun : Kasar
Posisi daun : Tegak
Posisi daun bendera : Tegak
Warna batang : Hijau Kerebahan : Tahan rebah
Leher malai : Sedang
Kerontokan : Sedang
Bentuk gabah : Ramping
Warna gabah : Kuning bersih
Rata-rata hasil : 7,32 t/ha GKG
Potensi hasil : 10 t/ha GKG
Bobot 1000 butir : 27 g
Tekstur nasi : Pulen
Kadar amilosa : 22 %
Ketahanan terhadap Hama : Tahan tehadap Wereng Batang Coklat biotipe 2, agak tahan trhadap Wereng Batang Coklat biotipe 3
Ketahanan terhadap Penyakit : Tahan Hawar Daun Bakteri strain III, IV dan VIII
Keterangan : Baik ditanam pada lahan sawah dataran rendah sampai ketinggian ± 500 m dpl
Pemulia : Bambang Kustianto, Supartopo, Soewito Tj., Buang Abdullah, Sularjo, Aris Hair mansis, Heni Safitri dan Suwarno
Peneliti : Atito D., Anggiani., Santoso, Arifin K., Endang S
Teknisi : Sail Hanafi, Sudarmo, Suryono, Panca Hadi Siwi
Pengusul : Balai Besar Penelitian Tanaman Padi
Alasan Utama dilepas : Lebih tahan BLB, perbaikan dari IR64 atas BLB
Dilepas tahun : 2008
44
VARIETAS INPARI 7 LANRANG
Nomor seleksi : RUTTST96B-15-1-2-2-2-1
Asal persilangan : S3054-2D-12-2/Utri Merah-2
Golongan : Cere
Umur tanaman : 110 – 115 hari
Bentuk tanaman : Tegak
Tinggi tanaman : 104 ±7 cm
Anakan produktif : 16 ± 3 anakan
Warna kaki : Hijau
Warna Batang : Hijau
Warna telinga daun : Putih
Warna lidah daun : Hijau
Warna daun : Hijau
Permukaan daun : Kasar
Posisi daun : Tegak
Daun bendera : Tegak
Bentuk Gabah : Panjang (P=7,06 mm; L=2,20 mm; P/L=3,21) Warnah Gabah : Kuning bersih
Kerontokan : Sedang
Tekstur Nasi : Pulen
Kadar Amilosa : 20,78 %
Bobot 1000 butir : 27,4 g
Rata-rata hasil : 6,23 t/ha
Potensi hasil : 8,7 t/ha GKG
Ketahanan terhadap Hama : Agak Tahan terhadap Wereng Batang Coklat biotipe 1, 2, dan 3
Ketahanan terhadap Penyakit : Agak tahan Hawar Daun Bakteri ras III dan agak rentan ras IV dan VIII ; serta rentan terhadap penyakit virus tungro inokulum no. 073 dan 031, agak tahan penyakit virus tungro inokulum no. 013
Anjuran Tanam : Cocok ditanam di ekosistem sawah dataran rendah sampai ketinggian 600 m dpl
Instansi Pengusul : Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Loka Penelitian Tanaman Tungro, Lanrang dan BPTP Sulawesi Selatan
Pemulia : Aan Andang Daradjat, Nafisah dan Bambang Suprihatno.
Peneliti : I Nyoman Widiarta, Jumanto, Burhanuddin, A. Yasin Said, Sahardi, Ahmad Muliadi, R. Heru Praptana, Baehaki SE, Triny SK, Prihadi Wibowo, Cucu Gunarsih, Ali Imron, Idris H.
Teknisi : Thoyib S. Ma`ruf, Maman Suherman, Meru, Uan Sudjanang, Sukanda, Suwarsa, Dede Munawar, Abd. Rauf Serry dan Abd Hanid.
Dilepas tahun : 2009
45
Lampiran 4. Paket Teknologi Budidaya Padi Menuju IP 400
Paket Teknologi Budidaya Padi Menuju IP 400
Pelaksanaan peningkatan IP padi menggunakan pendekatan Pengelolaan
Tanaman Terpadu (PTT). Aspek-aspek yang dperlu diperhatikan adalah pengaturan
jadwal tanam, pergiliran varietas, pengolahan lahan, persemaian, pembuatan kompos,
tanam, pemupukan, pengairan, penyiangan, pengendalian hama penyakit, panen dan
pasca panen.
1. Pengaturan jadwal tanam dan pergiliran varietas
Jadwal tanam disusun untuk 4 musim tanam agar pengaturan waktu atau tenaga
kerja dapat dilakukan dengan optimal. Perlu dihindari penggunaan tenaga kerja yang
banyak pada saat bulan puasa atau setelah lebaran karena pada umumnya tenaga kerja
tidak tersedia dan bili ada maka biayanya lebih mahal. Pengaturan jadwal tanam
disesuaikan dengan varietas benih padi yang digunakan, genjah atau super genjah.
Varietas padi yang ditanam pada MT II dan MT IV harus berumur sangat genjah
(90-104 hari). Varietas padi yang berumur genjah (>105-124 hari) seperti Inpari 7,
Ciherang, Cigeulis dan Mekongga dapat ditanam pada MT I dan MT III. Varietas padi
berumur sangat genjah yang tersedia antara lain Silugonggo, Dodokan, Inpari 1 .
Pergiliran varietas sangat diperlukan pada penerapan pola tanam padi-padi-padi-padi
untuk mencegah ledakan hama dan penyakit tertentu dan juga menyesuaikan kapan
produksi tertinggi didapat. Pada awal MT I harus dipilih varietas padi yang tahan wereng
dan tahan beberapa penyakit. Untuk pertanaman MT III dan MT IV perlu dicari varietas
yang berumur sangat genjah dan relatif tahan kekeringan. Pemilihan varietas perlu juga
memperhatikan keberadaan hama dan penyakit yang endemik. Pada daerah endemik
tungro sebaiknya ditanam varietas Inpari 7, 8, 9 atau 13.
2. Pengolahan Lahan
Jerami dikumpulkan segera setelah panen untuk dicacah dan dibuat kompos.
Untuk mempercepat proses dekomposisi digunakan dekomposer/aktivator (Stardec,
EM-4, Dextro dan lainnya. Cara pengolahan tanah pada pola IP Padi 400 hampir sama
46
dengan pengolahan tanah yang sudah biasa dilakukan. Perbedaannya adalah
pengolahan tanah IP Padi 400 disiapkan 7 -14 hari setelah panen.
Cara pengolahan tanah adalah: 1) tanah ditraktor untuk membalik tanah; 2)
diratakan dan sedikit digenangi kira-kira setinggi 1 cm dan 3) lahan siap ditanami .
3. Persemaian
Pada IP Padi 400 benih disemai 7 hari sebelum panen. Bila tidak tersedia lahan
khusus untuk persemaian, maka dapat dilakukan tanam segera setelah panen. Jika
memungkinkan, persemaian dibuat di luar lahan dilahan sawah, parit dipinggir jalan
atau lahan kering yang diberikan bahan organik seperti kompos atau pupuk kandang.
Cara pembuatan persemaian diluar lahan sawah adalah: 1) persemaian dibuat di
areal pertanaman padi 7 hari sebelum panen; 2) lahan yang digunakan seluas 5% dari
luas rencana penanaman padi berikutnya; 3) lahan diolah sederhana dan 4) diberi
pupuk urea, SP18, dan KCl dengan takaran masing-masing 40 g/m2 serta 5) benih
diberi insektisida dan fungisida bila diperlukan. Cara pembuatan persemaian dalam
kotak (dapog) belum memungkinkan untuk dilaksanakan karena sulit untuk diterapkan
oleh petani.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat persemaian adalah: 1)
gunakan benih yang bersih, dan berlabel; 2) jumlah benih 15-25 kg/ha; 3) masukkan
benih ke dalam ember yang berisi larutan garam/ZA dan buang benih yang mengapung
(seleksi benih awal); 4) pilih lokasi yang terbaik agar mudah diairi/lokasi tidak ternaungi;
5) luas persemaian kira-kira 4% dari luas pertanaman (400 m2 untuk 1 ha pertanaman);
6) lebar persemaian 1,0 - 1,2 m dan panjangnya sesuai petakan antara 10-20 m; 7)
tambahkan sekam padi yang sudah lapuk atau bahan organik atau campuran keduanya
sebanyak 2 kg/m2 untuk memudahkan pencabutan bibit; 8)t taburkan benih yang telah
direndam dan dikering anginkan secara merata di bedang persemaian; 9) untuk tanah
yang kurang subur persemaian diberikan 20-40 gr Urea tau NPK / m2 dan 10) cabut
bibit dengan posisi miring.
4. Pembuatan kompos
Aktivator yang dapat digunakan untuk mempercepat proses pengomposan antara
lain stardec, trichoderma, EM-4, Dextro dan mikro organisme lokal (MOL). Dalam
47
pelaksanaan IP padi 400, kompos dapat dibuat langsung setelah panen. Untuk
mempercepat waktu pengomposan maka dapat ditambahkan aktivator 2 x dosis dan
ditambahkan pupuk kandang 1-2 karung/ton bahan organik dan tambahkan urea
secukupnya.
Cara pembuatan kompos jerami: 1) jerami segar dibasahi hingga lembab atau
direndam selama 1 malam; 2) jerami tersebut ditebarkan setebal 30 cm lalu ditaburi
pupuk kandang, kapur, dan dekomposer secara merata; 3) dipercikkan airyang telah
diberi urea untuk mejaga kelembabannya; 4) setelah itu tumpukkan kembali lapisan
kedua dan taburkan kembali bahan bahan lainnya serta dipercikkan air hinggalembab;
5) demikian seterusnya hingga jerami habis; 6) tinggi tumpukan jerami sebaiknya
kurang dari 1,5 m agar lebih mudah dalam proses pembalikan; 7) tutup tumpukan
dengan plastik agar terlindung dengan hujan dan panas, atau diletakkan ditempat yang
terlindung; 8) lakukan pembalikan tumpukan setiap minggu; 9) kelembaban jerami
dijaga agar kadar airnya 60 – 80 % dengan cara memercikan/menyiram air (kalau
jeraminya diremas air tidak menetes); 10) kompos siap digunakan setelah 2 minggu;
11) untuk mempercepat waktu pengomposan ( < 2 minggu) tambahkan aktivator
menjadi 2 x lipat, tambahkan pupuk kandang 100 kg/ton jerami serta tambahkan urea
1-2 kg/ton jerami.
5. Tanam
Bibit yang ditanam 1-3 batang per lubang berumur 15-21 hari. Jika lokasi
persawahan merupakan daerah endemis keong mas, bibit bisa ditanam lebih tua (< 30
hari). Jarak tanam disesuaikan dengan varietas dan kesuburan tanah (20x20 cm, 22,5-
22,5 cm atau 20x25 cm). Sistem tanam yang dianjurkan adalah tanam pindah jajar
legowo 4 : 1. Penggunaan caplak diperlukan agar legowo yang dibuat dapat teratur.
6. Pemupukan
Untuk mengetahui kandungan unsur hara lahan sawah, terlebih dahulu diambil
sampel tanah dari masing-masing lokasi pada kedalaman 20 cm secara komposit dan
dianalisis unsur hara dan tingkat kemasamannya di laboratorium tanah atau
menggunakan PUTS. Sampel tanah diambil secara periodik pada awal kegiatan dan
setelah panen untuk mengetahui tingkat kesuburan tanah. Untuk memperoleh
48
rekomendasi pemupukan yang spesifik lokasi, diperlukan alat bantu yaitu Bagan Warna
Daun (BWD) dan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS). Sebagai pupuk dasar perlu diberi
50-75 kg/ha urea pada musim hasil rendah, 75-100 kg/ha urea pada musim hasil tinggi
atau 100 kg/ha pada padi hibrida dan padi tipe baru.
Cara pemupukan Phosfor (P) dan Kalium (K) adalah : 1) Pupuk P (SP-36) dengan
dosis 75-100 kg/ha diberikan pada saat pemupukan dasar atau bersamaan dengan
pemupukan pertama N (urea) pada 7-10 HST; 2) Pupuk K dengan takaran 50 kg
KCl/ha, 50% diberikan bersamaan dengan pemupukan urea pertama dan sisanya
diberikan pada saat primordia; 3) Jika SP-36 tidak ada atau harganya mahal, maka
dapat diganti dengan pemberian pupuk NPK (15:15:15). Pemberian dilakukan 2 kali
yaitu sebagai pupuk dasar dan yang kedua umur 42-45 HST dengan dosis sesuai hasil
analisis tanah.
7. Pengairan Berselang
Jika memungkinkan, pengaturan air dilakukan secara berselang (pengaturan
kondisi lahan dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian). Cara pemberian
air adalah : 1) tanam bibit dalam kondisi sawah macak-macak; 2) secara berangsung-
angsur tanah diairi 2-5 cm sampai tanaman berumur 10 hari; 3) biarkan sawah
mengering sendiri, tanpa diairi (biasanya 5-6 hari); 4) setelah permukaan tanah agak
kering sampai retak selama 1 hari, sawah kembali diairi setinggi 5 cm; 5) biarkan sawah
mengering,tanpa diairi (5-6 hari) lalu diairi setinggi 5 cm; 6) ulangi hal di atas sampai
tanaman masuk stadia pembungaan dan 7) sejak fase keluar bunga sampai 10 hari
sebelum panen, lahan terus diairi setinggi 5 cm, kemudian lahan dikeringkan. Jika
pertanaman terserang kepinding tanah atau penyakit tungro maka lahan sawah jangan
dikeringkan.
8. Penyiangan
Penyiangan dapat dilakukan dengan cara mencabut gulma dengan tangan, alat
gosrok/landak atau menggunakan herbisida. Penyiangan dilaksanakan sebanyak 2 (dua)
kali dan dilakukan sebelum pemberian pupuk.
49
9. Pengendalian hama penyakit
Pengamatan perkembangan hama penyakit perlu dilakukan sedini mungkin,
pengamatan harus dilakukan secara intensif. Pengendalian hama penyakit perlu
memperhatikan aspek-aspek berikut; 1) penggunaan varietas tahan hama dan penyakit;
2) tanam tanaman yang sehat; 3) pengaturan pola tanam dan pergiliran tanaman; 4)
menjaga kebersihan lahan; 5) waktu tanam tepat; 6) melakukan pemupukan yang
tepat; 7) mengelola tanah dan pengairan dengan baik; 8) jika diperlukan tanam
tanaman perangkap untuk pengendalian tikus; 9) melakukan pengamatan berkala di
lapangan; 10) memanfaatkan musuh alami; 11) mengendalikan HPT secara mekanik;
12) mengendalikan HPT secara fisik dan 13) menggunakan pestisida seperlunya.
10. Panen dan Pasca Panen
Penanganan panen dan pasca panen padi meliputi beberapa tahap kegiatan yaitu
penentuan saat panen, pemanenan, penumpukan sementara di lahan sawah,
pengumpulan padi di tempat perontokan, penundaan perontokan, perontokan,
pengangkutan gabah ke rumah petani, pengeringan gabah, pengemasan dan
penyimpanan gabah, penggilingan, pengemasan dan penyimpanan beras.
Penentuan saat panen merupakan tahap awal dari kegiatan penanganan pasca
panen padi. Ketidaktepatan dalam penentuan saat panen dapat mengakibatkan
kehilangan hasil yang tinggi dan mutu gabah/beras yang rendah. Penentuan saat panen
dapat dilakukan berdasarkan pengamatan visual dan pengamatan teoritis.
Pengamatan visual dilakukan dengan cara melihat kenampakan padi pada hamparan
lahan sawah. Berdasarkan kenampakan visual, umur panen optimal padi dicapai apabila
90 sampai 95 % butir gabah pada malai padi sudah berwarna kuning atau kuning
keemasan. Padi yang dipanen pada kondisi tersebut akan menghasilkan gabah
berkualitas baik sehingga menghasilkan rendemen giling yang tinggi.
Pengamatan teoritis dilakukan dengan melihat deskripsi varietas padi dan mengukur
kadar air dengan moisture tester. Berdasarkan deskripsi varietas padi, umur panen padi
yang tepat adalah 30 sampai 35 hari setelah berbunga merata. Berdasarkan kadar air,
umur panen optimum dicapai setelah kadar air gabah mencapai 22 – 23 % pada musim
kemarau, dan antara 24 – 26 % pada musim penghujan.
50
Pemanenan padi harus dilakukan pada umur panen yang tepat, menggunakan alat dan
mesin panen yang memenuhi persyaratan teknis, kesehatan, ekonomi dan ergonomis,
serta menerapkan sistem panen yang tepat. Ketidaktepatan dalam melakukan
pemanenan padi dapat mengakibatkan kehilangan hasil yang tinggi dan mutu hasil yang
rendah. Pada tahap ini, kehilangan hasil dapat mencapai 9,52 % apabila pemanen padi
dilakukan secara tidak tepat.
Pemanenan padi harus dilakukan pada umur panen yang memenuhi persyaratan
sebagai berikut: 1) 90 – 95 % gabah dari malai tampak kuning; 2) malai berumur 30 –
35 hari setelah berbunga merata dan 3) kadar air gabah 22 – 26 % yang diukur dengan
moisture tester.
Pemanenan padi harus menggunakan alat dan mesin yang memenuhi
persyaratan teknis, kesehatan dan ekonomis. Alat dan mesin yang digunakan untuk
memanen padi harus sesuai dengan jenis varietas padi yang akan dipanen. Pada saat
ini, alat dan mesin untuk memanen padi telah berkembang mengikuti berkembangnya
varietas baru yang dihasilkan.