33
LAPORAN AKHIR TAHUN ANGGARAN 2015 PERBANYAKAN BENIH SUMBER KEDELAI DI PROVINSI SUMATERA BARAT Tim Peneliti: Atman Roja Zul Irfan Syahrul Zen Farida Artati Misran Dasmal Zulkifli Syafrial Anwar Fadli Taufik Mulyasdi BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SUMATERA BARAT BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015

LAPORAN AKHIR TAHUN ANGGARAN 2015 PERBANYAKAN …sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/benih2015.pdf · kedelai sampai laporan ini ditulis dapat disimpulkan, antara lain: (1) Kegiatan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAPORAN AKHIR TAHUN ANGGARAN 2015 PERBANYAKAN …sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/benih2015.pdf · kedelai sampai laporan ini ditulis dapat disimpulkan, antara lain: (1) Kegiatan

LAPORAN AKHIR TAHUN ANGGARAN 2015

PERBANYAKAN BENIH SUMBER KEDELAI

DI PROVINSI SUMATERA BARAT

Tim Peneliti:

Atman Roja

Zul Irfan

Syahrul Zen Farida Artati

Misran

Dasmal Zulkifli Syafrial

Anwar Fadli Taufik

Mulyasdi

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SUMATERA BARAT BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

2015

Page 2: LAPORAN AKHIR TAHUN ANGGARAN 2015 PERBANYAKAN …sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/benih2015.pdf · kedelai sampai laporan ini ditulis dapat disimpulkan, antara lain: (1) Kegiatan

ii

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN AKHIR TAHUN 2015

1. Judul Kegiatan : Perbanyakan Benih Sumber Kedelai di

Provinsi Sumatera Barat

2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Sumatera Barat

3. Alamat Unit Kerja : Jln. Raya Padang-Solok KM 40 Sukarami

4. Sumber Dana : DIPA BPTP Sumbar TA 2015

5. Status Kegiatan : Lanjutan

6. Penanggung Jawab

a. N a m a

b. Pangkat/Golongan

c. Jabatan

C1. Struktural

C2. Fungsional

:

:

:

:

:

Ir. Atman Roja, M.Kom

Pembina Utama MudaI/IV c

Ketua Kelji Sumberdaya

Peneliti Utama

7. Lokasi Kegiatan : Sumatera Barat

8. Agro Ekosistem : Lahan kering dan lahan sawah tadah hujan

9. Jangka Waktu : -

10. Tahun Mulai : 2014

11. Tahun Pelaksanaan : 2015

12. Biaya Kegiatan T.A.

2015

:

Rp. 369.000.000,- (tiga ratus enam puluh

sembilan juta rupiah)

Sukarami, Desember 2015 Mengetahui:

Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat,

Dr. Ir. Hardiyanto, M.Sc

NIP. 196005031986031001

Penanggung Jawab RDHP,

Ir. Atman Roja, M.Kom

NIP. 196210151992021001

Page 3: LAPORAN AKHIR TAHUN ANGGARAN 2015 PERBANYAKAN …sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/benih2015.pdf · kedelai sampai laporan ini ditulis dapat disimpulkan, antara lain: (1) Kegiatan

iii

KATA PENGANTAR

Dalam rangka menuju swasembada kedelai, Balai Pengkajian Teknologi

Pertanian (BPTP) Sumatera Barat bertugas menghasilkan benih sumber kelas FS

dan SS sehingga dapat diperbanyak oleh penangkar benih menjadi benih kelas

BR (sebar).

Pada tahun anggaran 2015 ini, BPTP Sumatera Barat yang di danai oleh

APBN telah melakukan kegiatan “PERBANYAKAN BENIH SUMBER KEDELAI

DI PROVINSI SUMATERA BARAT”. Kegiatan ini merupakan lanjutan kegiatan

tahun sebelumnya (2014). Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk memperkuat

sistem perbenihan dan penangkar benih kedelai di Provinsi Sumatera Barat.

Secara terperinci, tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini antara lain untuk:

a. Memproduksi benih sumber varietas unggul kedelai kelas benih dasar (FS)

sebanyak 1,0 ton.

b. Memproduksi benih sumber varietas unggul kedelai kelas benih pokok (SS)

sebanyak 29,97 ton.

Laporan akhir tahun ini merupakan bentuk pertanggungjawaban akhir

kegiatan. Namun, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan

dari laporan yang disajikan ini. Untuk itu, saran dan kritik demi penyempurnaan

sangat kami harapkan.

Tim Pelaksana Kegiatan

Page 4: LAPORAN AKHIR TAHUN ANGGARAN 2015 PERBANYAKAN …sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/benih2015.pdf · kedelai sampai laporan ini ditulis dapat disimpulkan, antara lain: (1) Kegiatan

iv

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................ iii

DAFTAR ISI ...................................................................................... iv

DAFTAR TABEL ................................................................................. v

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. vi

RINGKASAN ...................................................................................... vii

SUMMARY ........................................................................................ viii

I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .................................................................... 1

1.2. Dasar Pertimbangan ........................................................... 2

1.3. Tujuan .............................................................................. 3

1.4. Keluaran Yang Diharapkan .................................................. 3

1.5. Hasil Yang Diharapkan ........................................................ 3

1.6. Manfaat Yang Diharapkan ................................................... 3

1.7. Dampak Yang Diharapkan .................................................... 4

II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 5

III METODOLOGI .......................................................................... 9

3.1. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan ............................................ 9

3.2. Prosedur Pelaksanaan ......................................................... 9

3.3. Parameter yang diamati ...................................................... 13

3.4. Analisis Data ...................................................................... 13

IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 14

4.1. Pelaksanaan Koordinasi ...................................................... 14

4.2. Realisasi Kegiatan .............................................................. 14

4.3. Pelaksanaan Sosialisasi dan Pelatihan .................................. 15

4.4. Pelaksanaan Lapangan ....................................................... 17

4.5. Hasil Calon Benih dan Benih Bersertifikat ............................. 21

4.6. Distribusi Benih Bersertifikat ................................................ 22

V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 23

VI. KINERJA KEGIATAN .................................................................. 24

6.1. Keluaran yang dicapai ........................................................ 24

6.2. Hasil yang dicapai .............................................................. 24

6.3. Manfaat yang dicapai .......................................................... 24

6.4. Dampak yang dicapai ......................................................... 24

6.4. Kisah Sukses ...................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 25

Page 5: LAPORAN AKHIR TAHUN ANGGARAN 2015 PERBANYAKAN …sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/benih2015.pdf · kedelai sampai laporan ini ditulis dapat disimpulkan, antara lain: (1) Kegiatan

v

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Realisasi tanam kegiatan perbanyakan benih sumber kedelai

sampai akhir tahun 2015.

15

2 Hasil calon benih dan benih kedelai bersertifikat pada kegiatan perbanyakan benih sumber kedelai sampai akhir tahun 2015.

21

3 Distribusi benih kedelai bersertifikat pada kegiatan perbanyakan benih sumber kedelai sampai akhir tahun 2015.

22

Page 6: LAPORAN AKHIR TAHUN ANGGARAN 2015 PERBANYAKAN …sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/benih2015.pdf · kedelai sampai laporan ini ditulis dapat disimpulkan, antara lain: (1) Kegiatan

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Kegiatan rapat koordinasi perbenihan lingkup Balitbangtan di

Jakarta.

14

2 Kegiatan sosialisasi dan pelatihan perbanyakan benih sumber kedelai di Sumatera Barat.

16

3 Kegiatan perbanyakan benih sumber kedelai di Keltan Muaro Sikabau, Sawahlunto Sumatera Barat.

17

4 Kegiatan perbanyakan benih sumber kedelai di Keltan Buah

Palo, Sawahlunto Sumatera Barat.

18

5 Kegiatan perbanyakan benih sumber kedelai di Keltan Ujung Tanjung Ngalau, Sawahlunto Sumatera Barat.

18

6 Kegiatan perbanyakan benih sumber kedelai di Keltan Pacicingan, Sijunjung Sumatera Barat.

19

7 Kegiatan perbanyakan benih sumber kedelai di Keltan Jambu Sakato, Sijunjung Sumatera Barat.

19

8 Kegiatan perbanyakan benih sumber kedelai kelas SS di KP Rambatan, Batusangkar Sumatera Barat.

20

9 Kegiatan perbanyakan benih sumber kedelai kelas FS di KP Rambatan, Batusangkar Sumatera Barat.

20

Page 7: LAPORAN AKHIR TAHUN ANGGARAN 2015 PERBANYAKAN …sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/benih2015.pdf · kedelai sampai laporan ini ditulis dapat disimpulkan, antara lain: (1) Kegiatan

vii

RINGKASAN

Salah satu kendala dalam peningkatan produksi kedelai adalah ketersediaan

benih bermutu. Sejak tahun 2007 pemerintah melaksanakan program benih kedelai berbantuan kepada para petani guna mengatasi permasalahan ketersediaan benih bermutu di tingkat petani. Sebagai lembaga penghasil inovasi

teknologi, Balitbangtan dituntut untuk berperan aktif dalam program nasional tersebut melalui penyediaan benih sumber, terutama dalam kaitannya dengan upaya percepatan pengembangan varietas unggul baru. Kegiatan ini diharapkan

dapat memberikan kontribusi dalam peningkatan produksi, produktivitas, dan mutu benih kedelai yang sesuai dengan kebutuhan pengguna. Kegiatan ini bertujuan utama untuk memperkuat sistem perbenihan dan penangkar benih

kedelai di Provinsi Sumatera Barat. Secara terperinci, tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini antara lain untuk: (a) memproduksi benih sumber varietas unggul kedelai kelas benih dasar (FS) sebanyak 1,0 ton; dan (2) memproduksi benih

sumber varietas unggul kedelai kelas benih pokok (SS) sebanyak 29,97 ton. Kegiatan dilaksanakan pada berbagai lokasi di Provinsi Sumatera Barat (Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Sijunjung, dan Kota Sawahlunto) seluas 31,5 ha untuk memproduksi benih kelas SS dan 1,0 ha untuk memproduksi benih

kelas FS. Varietas unggul yang digunakan sebagai sumber benih kelas SS adalah: Anjasmoro, Panderman, Bueangrang, dan Gepak Kuning. Sedangkan untuk benih kelas FS adalah Anjasmoro. Komponen teknologi sesuai anjuran Balitbangtan

diterapkan dalam kegiatan ini. Hasil sementara kegiatan perbanyakan benih kedelai sampai laporan ini ditulis dapat disimpulkan, antara lain: (1) Kegiatan perbanyakan benih kedelai terealisasi seluas 31,5 ha untuk menghasilkan benih

kelas SS varietas Anjasmoro, Panderman, Burangrang, dan Gepak Kuning. Sedangkan untuk kelas benih FS varietas Anjasmoro seluas 1,0 ha; (2) Calon benih kedelai yang dihasilkan sebanyak 8.673 kg. Dari calon benih ini, dihasilkan

benih bersertifikat kelas benih SS sebanyak 4.825 kg; (3) Masih akan dihasilkan lagi benih kelas SS yang saat ini dalam proses pasca panen di tingkat petani dan seleksi benih di UPBS; dan (4) Benih kelas FS saat ini masih stadia mulai

berbunga. Diperkirakan panen pada awal Februari 2016.

Page 8: LAPORAN AKHIR TAHUN ANGGARAN 2015 PERBANYAKAN …sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/benih2015.pdf · kedelai sampai laporan ini ditulis dapat disimpulkan, antara lain: (1) Kegiatan

viii

SUMMARY

One of the obstacles in increasing soybean production is the availability of quality seed. Since 2007 the government implement the program assisted soybean seeds to farmers in order to overcome the problems of availability of quality seed

at the farm level. As an institution and technological innovation, Balitbangtan required to actively participate in the national program through the provision of seed sources, particularly in relation to efforts to accelerate the development of

new varieties. This activity is expected to contribute to increased production, productivity, and quality of soybean seeds according to user needs. The main aim of this activity is to strengthen seed systems and seed soybeans in the

province of West Sumatra. In detail, the purpose of the implementation of these activities, among other things: (a) produce seeds soybean varieties resource class basic seed (FS) as much as 1.0 tons; and (2) produce seeds soybean

varieties resource class staple seeds (SS) as much as 29.97 tons. The event was held at various locations in the province of West Sumatra (Tanah Datar, Sijunjung, and Sawahlunto) covering an area of 31.5 ha to produce seed class SS and 1.0 ha to produce seed FS class. Yielding varieties that are used as seed

sources SS class is: Anjasmoro, Panderman, Bueangrang, and Gepak Yellow. As for FS grade seed is Anjasmoro. Technology components as recommended Balitbangtan applied in this activity. Preliminary results of soybean seed

multiplication activities until the writing of this report concluded, among other things: (1) The activities of soybean seed multiplication realized measuring 31.5 ha to produce seed varieties Anjasmoro SS class, panderman, Burangrang, and

Gepak Yellow. As for the class FS seed varieties Anjasmoro area of 1.0 ha; (2) Prospective soybean seed produced as much as 8673 kg. From the prospective of this seed, certified seed produced seed class SS as much as 4,825 kg; (3) There

will still be produced more seeds SS class that is currently in the process of post-harvest at farm level and the selection of seeds in UPBS; and (4) Seed class stadia FS still start flowering. It is estimated that the harvest in early February

2016.

Page 9: LAPORAN AKHIR TAHUN ANGGARAN 2015 PERBANYAKAN …sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/benih2015.pdf · kedelai sampai laporan ini ditulis dapat disimpulkan, antara lain: (1) Kegiatan

ix

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kedelai termasuk komoditas pangan yang perlu dipercepat upaya

peningkatan produksinya, karena hingga saat ini produksi nasional baru mampu

memenuhi 35-40% dari kebutuhan dalam negeri. Dalam beberapa tahun terakhir,

produksi kedelai dalam negeri hanya mencapai angka 600-700 ribu ton per tahun,

sementara kebutuhan telah mencapai lebih 2,2 juta ton (Balitkabi, 2013). Untuk

menutupi kekurangan produksi, pemerintah harus selalu mengimpor kedelai dan

kondisi ini terjadi sepanjang tahun.

Salah satu kendala dalam peningkatan produksi kedelai adalah

ketersediaan benih bermutu. Alur benih kedelai bersertifikat mulai dari BS – FS –

SS – ES sering bermasalah dan berhenti atau macet tidak sampai pada ES, yang

akibatnya persediaan benih bermutu (bersertifikat) di tingkat petani tidak

mencukupi. Akibatnya, sebagian besar petani menggunakan benih asalan atau

benih sendiri yang kualitasnya tidak dapat dipertanggungjawabkan. Akhirnya,

produktivitas aktual kedelai jauh di bawah potensi genetiknya.

Perbanyakan benih kedelai diawali dari penyediaan benih penjenis (BS)

oleh Balai Penelitian komoditas, sebagai sumber untuk perbanyakan benih dasar

(FS), benih pokok (SS), dan benih sebar (ES). Kesinambungan alur perbanyakan

benih tersebut sangat berpengaruh terhadap ketersediaan benih sumber yang

sesuai dengan kebutuhan produsen atau penangkar benih dan menentukan

proses produksi benih sebar. Kelancaran alur perbanyakan benih juga sangat

menentukan kecepatan penyebaran varietas unggul baru kepada para petani

(Suyamto et al., 2007).

Selanjutnya Suyamto et al. (2007) menyatakan bahwa beberapa

permasalahan yang dihadapi dalam perbenihan kedelai adalah: (1) belum semua

varietas unggul yang dilepas dapat diadopsi petani atau pengguna benih; (2)

ketersediaan benih sumber dan benih sebar secara “enam tepat” (varietas, mutu,

jumlah, waktu, lokasi, dan harga) belum dapat dipenuhi; (3) belum optimalnya

kinerja lembaga produksi dan pengawasan mutu benih; (4) penurunan mutu

benih secara cepat dan harga benih belum kompetitif, serta (5) belum semua

petani menggunakan benih unggul bermutu/bersertifikat.

Sejak tahun 2007 pemerintah melaksanakan program benih kedelai

Page 10: LAPORAN AKHIR TAHUN ANGGARAN 2015 PERBANYAKAN …sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/benih2015.pdf · kedelai sampai laporan ini ditulis dapat disimpulkan, antara lain: (1) Kegiatan

x

berbantuan kepada para petani guna mengatasi permasalahan ketersediaan

benih bermutu di tingkat petani. Sebagai lembaga penghasil inovasi teknologi,

Balitbangtan dituntut untuk berperan aktif dalam program nasional tersebut

melalui penyediaan benih sumber, terutama dalam kaitannya dengan upaya

percepatan pengembangan varietas unggul baru. Kegiatan ini diharapkan dapat

memberikan kontribusi dalam peningkatan produksi, produktivitas, dan mutu

benih kedelai yang sesuai dengan kebutuhan pengguna. Peran BPTP melalui Unit

Produksi Benih Sumber (UPBS) di masing-masing provinsi dalam hal ini sangat

menentukan.

1.2. Dasar Pertimbangan

Sebagai sarana produksi yang membawa sifat-sifat varietas tanaman,

benih berperan penting dalam menentukan tingkat hasil yang akan diperoleh.

Varietas unggul kedelai umumnya dirakit untuk memiliki sifat-sifat yang

menguntungkan, antara lain: (1) daya hasil tinggi, (2) tahan terhadap hama dan

penyakit, (30 umur genjah, (4) mutu hasil panen sesuai dengan keinginan

konsumen, dan (5) sifat-sifat unggul lainnya yang lebih baik dibanding varietas

lokal atau varietas yang ada sebelumnya.

Keunggulan dari suatu varietas juga ditentukan oleh mutu benih sumber

yang digunakan, yakni benih penjenis (BS), benih dasar (FS), benih pokok (SS),

dan benih sebar (ES). Benih sumber harus menjadi jaminan mutu bagi benih,

baik dari segi genetic dan fisiologis maupun fisik. Dalam penyediaan benih

sumber seyogianya tidak mengorbankan mutu karena akan merusak sistem

perbenihan.

Sistem perbenihan kedelai secara formal belum berjalan sebagaimana

yang diharapkan. Hingga saat ini sedikit sekali petani yang menggunakan benih

kedelai bermutu, sebagaimana yang tercermin dari penggunaan benih

kacang-kacangan bersertifikat yang kurang dari 3%. Untuk memenuhi kebutuhan

benih kedelai bermutu dalam upaya peningkatan produksi dan pendapatan

petani perlu dibangun sistem perbenihan yang kuat dan dibina usaha

penangkaran benih, terutama di daerah sentra produksi kedelai.

Kemampuan industri benih untuk memasok benih bermutu sampai ke

pedesaan merupakan prasyarat dalam mempercepat pengembangan varietas

unggul baru. Sebagaimana halnya sistem perbenihan komoditas pangan lainnya,

sistem perbenihan kedelai juga harus mengacu kepada aspek efisiensi, daya

Page 11: LAPORAN AKHIR TAHUN ANGGARAN 2015 PERBANYAKAN …sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/benih2015.pdf · kedelai sampai laporan ini ditulis dapat disimpulkan, antara lain: (1) Kegiatan

xi

saing, dan kontinyuitas.

Penguatan sistem perbenihan kedelai memiliki aspek yang sangat luas.

Melalui kegiatan ini diharapkan peningkatan produksi benih sumber dengan

menggunakan teknologi baku/standar agar mutu benih yang dihasilkan terjamin.

Benih sumber kedelai yang akan diproduksi meliputi benih dasar (FS) dan benih

pokok (SS). Dalam pelaksanaannya, kegiatan produksi benih berkoordinasi

dengan Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB), Balai Benih Induk (BBI),

dan institusi produsen benih sebar untuk kelancaran proses produksi dan

penyaluran benih sumber

1.3. Tujuan

Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk memperkuat sistem perbenihan

dan penangkar benih kedelai di Provinsi Sumatera Barat. Secara terperinci, tujuan

dari pelaksanaan kegiatan ini antara lain untuk:

c. Memproduksi benih sumber varietas unggul kedelai kelas benih dasar (FS)

sebanyak 1,0 ton.

d. Memproduksi benih sumber varietas unggul kedelai kelas benih pokok (SS)

sebanyak 29,97 ton.

1.4. Keluaran Yang Diharapkan

Keluaran yang diharapkan dapat diperoleh dari kegiatan Perbanyakan Benih

Sumber Kedelai di Provinsi Sumatera Barat ini adalah :

a. Benih sumber varietas unggul kedelai kelas FS sebanyak 1,0 ton.

b. Benih sumber varietas unggul kedelai kelas SS sebanyak 29,97 ton.

1.5. Hasil Yang Diharapkan

Tersedianya benih sumber kedelai sebanyak 1,0 ton kelas FS dan 29,97

ton kelas SS yang akan digunakan penangkar benih kedelai untuk dijadikan benih

sebar (BS) di Provinsi Sumatera Barat atau pun provinsi tetangga.

1.6. Manfaat Yang Diharapkan

Dengan diproduksinya benih sumber kedelai kelas SS sebanyak 29,97 ton

maka kebutuhan benih bagi penangkar benih kedelai, termasuk Satgas BBI,

untuk memproduksi benih sebar kedelai di Provinsi Sumatera Barat akan dapat

terpenuhi dan sistem perbenihan kedelai pun sekaligus akan menjadi lebih kuat.

Peranan UPBS BPTP Sumatera Barat dalam memperkuat sistem perbenihan

kedelai di provinsi ini akan semakin dirasakan oleh pihak-pihak lain yang terkait.

Penggunaan varietas unggul pada kegiatan ini akan mempercepat sosialisasi dan

Page 12: LAPORAN AKHIR TAHUN ANGGARAN 2015 PERBANYAKAN …sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/benih2015.pdf · kedelai sampai laporan ini ditulis dapat disimpulkan, antara lain: (1) Kegiatan

xii

diseminasi varietas unggul kepada penangkar benih dan petani kedelai di daerah

ini.

Dilakukannya pembinaan melalui kerjasama dengan penangkar benih

tentunya diharapkan akan memperkuat atau meningkatkan kapasitas penangkar

benih kedelai di Provinsi Sumatera Barat. Pada awal kegiatan ini penangkar benih

kedelai di Sumatera Barat hanya satu, melalui kegiatan ini jumlah penangkar

benih kedelai diharapkan akan bertambah, karena lokasi penangkaran akan

tersebar pada beberapa kabupaten sentra produksi kedelai di daerah ini.

Keadaan ini akan mempermudah pengembangan usahatani kedelai di masa yang

akan datang.

1.7. Dampak Yang Diharapkan

Produksi benih sumber kedelai dalam jumlah yang besar (benih pokok

29,97 ton) dan sekaligus dilakukannya pembinaan terhadap penangkar benih

kedelai diperkirakan akan menjadi media sosialisasi dan promosi yang bermakna

untuk mengangkat status kedelai sebagai salah satu komoditas pangan utama di

Provinsi Sumatera Barat. Apabila status kedelai meningkat, maka tidak tertutup

kemungkinan bahwa Provinsi Sumatera Barat akan menjadi salah satu dari 17

provinsi pendukung tercapainya swasembada kedelai di Indonesia.

Page 13: LAPORAN AKHIR TAHUN ANGGARAN 2015 PERBANYAKAN …sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/benih2015.pdf · kedelai sampai laporan ini ditulis dapat disimpulkan, antara lain: (1) Kegiatan

xiii

II. TINJAUAN PUSTAKA

Ketahanan pangan berperan penting dalam mewujudkan empat target

utama pembangunan pertanian ke depan, yaitu: (1) pencapaian swasembada

dan swasembada berkelanjutan, (2) peningkatan diversifikasi pangan, (3)

peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor, dan (4) peningkatan

kesejahteraan petani. Pembangunan sistem dan usaha agribisnis membuka

peluang bagi berkembangnya industri sarana produksi dan jasa pelayanan.

Penerapan teknologi yang merupakan komponen utama agribisnis akan

meningkatkan kebutuhan sarana produksi untuk efisiensi produksi, distribusi, dan

pemasaran hasil pertanian.

Menurut Sundari dan Nugrahaeni (2013), salah satu komponen produksi

yang sangat dibutuhkan oleh petani adalah benih bermutu. Ketersediaan benih

bermutu dinilai strategis karena sangat menentukan keberhasilan budidaya

tanaman. Potensi genetik tanaman juga bergantung pada penggunaan benih

bermutu. Mengingat pentingnya fungsi benih dalam pengembangan agribisnis

dan ketahanan pangan, maka penggunaan varietas unggul yang sesuai dengan

preferensi konsumen dan sistem produksi benih secara berkelanjutan menjadi

semakin penting.

Sebagai sarana produksi yang membawa sifat-sifat varietas tanaman,

benih berperan penting dalam menentukan tingkat hasil yang akan diperoleh.

Varietas unggul kedelai umumnya dirakit untuk memiliki sifat-sifat yang

menguntungkan, antara lain: (1) daya hasil tinggi, (2) tahan terhadap hama dan

penyakit, (3) umur genjah, dan (4) mutu hasil panen sesuai dengan keinginan

konsumen (Suyamto et al., 2007). Dalam pertanaman di lapangan, sifat-sifat

yang menguntungkan tersebut akan muncul apabila benih yang digunakan

bermutu tinggi dengan teknologi budidaya yang optimal.

Menurut Adie (2013), selama kurun waktu 95 tahun (1918 hingga

November 2013), Kementerian Pertanian telah melepas sebanyak 78 varietas

unggul kedelai. Dari 78 varietas kedelai di Indonesia tersebut, sebagian besar

dibentuk melalui persilangan (38 varietas), 19 varietas hasil seleksi dari varietas

introduksi, 11 varietas berasal dari seleksi varietas lokal, 9 varietas asal mutasi,

Page 14: LAPORAN AKHIR TAHUN ANGGARAN 2015 PERBANYAKAN …sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/benih2015.pdf · kedelai sampai laporan ini ditulis dapat disimpulkan, antara lain: (1) Kegiatan

xiv

dan 1 varietas merupakan segregasi alami. Varietas-varietas kedelai yang dilepas

12 tahun terakhir, tidak hanya mempunyai produktivitas tinggi, tetapi telah

direkomendasikan dengan sifat-sifat lain seperti adaptif terhadap lahan kering

masam, adaptif lahan pasang surut, toleran kekeringan, toleran naungan, sesuai

untuk bahan baku industri dan berkandungan nutrisi tinggi, khususnya protein.

Selanjutnya dijelaskan, bahwa sebagai salah satu komponen teknologi dasar,

varietas unggul memiliki berbagai keunggulan dan menjadi komponen teknologi

budidaya yang paling ditunggu kehadirannya dan paling mudah diadopsi oleh

pengguna.

Nugrahaeni (2013) menyatakan bahwa benih bermutu berperan penting

pada keberhasilan usahatani kedelai. Benih bermutu merupakan wahana

pembawa teknologi, termasuk varietas unggul. Prinsip produksi benih adalah

mempertahankan kemurnian genetik. Tenologi produksi benih mencakup

prinsip-prinsip agronomi untuk mempertahan-kan mutu benih yang tinggi. Mutu

benih yang tinggi didapatkan pada pemahaman dan penerapan teknologi

prapanen dan pascapanen yang baik.

Menurut Taufiq (2013), kedelai di Indonesia dibudidayakan pada berbagai

agroekologi, yaitu lahan kering (tegal) dalam pola tanam kedelai-palawija lain

atau palawija lain-kedelai, pada lahan sawah tadah hujan dalam pola tanam

kedelai-padi, pada lahan sawah beririgasi terbatas dalam pola tanam padi-kedelai,

dan pada lahan sawah beririgasi teknis dalam pola tanam padi-padi-kedelai.

Pertumbuhan dan produksi tanaman pada semua agroekologi tersebut sangat

tergantung pada kesuburan tanah. Kekurangan unsur hara menyebabkan

pertumbuhan tanaman tidak normal, gagal menyelesaikan pertumbuhan

vegetatif maupun generatif dengan baik sehingga hasil yang diperoleh tidak

optimal.

Marwoto (2013) menyatakan bahwa salah satu kendala utama dalam

peningkatan produksi kedelai, termasuk pertanaman untuk benih, adalah

gangguan hama. Kerugian akibat serangan hama pada tanaman kedelai dapat

menurunkan hasil sampai 80%, bahkan puso, apabila tidak ada tindakan

pengendalian. Tanaman kedelai sangat disukai oleh hama, terbukti dengan

banyaknya hama yang menyerang yakni hama dalam tanah, hama bibit, hama

daun, hama penggerek batang, dan hama polong kedelai. Dengan kata lain,

tanaman kedelai sejak tumbuh ke permukaan tanah hingga tanaman tua tidak

Page 15: LAPORAN AKHIR TAHUN ANGGARAN 2015 PERBANYAKAN …sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/benih2015.pdf · kedelai sampai laporan ini ditulis dapat disimpulkan, antara lain: (1) Kegiatan

xv

akan luput dari serangan hama.

Selanjutnya dijelaskan bahwa pengendalian hama pada tanaman kedelai

harus berlandaskan strategi penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT), yaitu

suatu cara pendekatan atau cara pengendalian hama yang didasarkan pada

pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan ekosistem

yang berwawasan lingkungan secara berkelanjutan. Strategi PHT adalah

mendukung secara kompatibel semua teknik atau metode pengendalian hama

yang didasarkan pada azas ekologi dan ekonomi.

Tidak hanya hama, kendala dalam usaha peningkatan produksi kedelai

termasuk usaha perbenihan adalah penyakit. Oleh karena itu, menurut Prayogo

(2013), para produsen benih harus lebih memahami tentang diagnosis penyebab

penyakit atau identifikasi patogen yang menginfeksi tanaman kedelai. Hal ini

terkait dengan beberapa hal, sebagai berikut: (1) penyakit utama kedelai

umumnya patogen terbawa benih, kecuali penyakit yang bersifat obligat,

sehingga dalam budidayanya tanaman kedelai harus dilindungi secara maksimal

supaya benih yang dihasilkan terbebas dari patogen, (2) jenis-jenis patogen dan

bioekologinya perlu dipahami supaya teknologi pengendalian yang diterapkan

lebih efektif dan lebih efisien, (3) keberadaan patogen dapat diminimalisasi

dengan cara memahami epidemiologi penyakit sehingga patogen tidak dapat

berkembang normal, dan (4) perlakuan benih (seed treatment) merupakan

tindakan pencegahan dini terhadap berkembangnya suatu penyakit untuk

melindungi produksi benih yang akan dihasilkan.

Sundari dan Nugrahaeni (2013) menjelaskan bahwa sejalan dengan

upaya peningkatan ketersediaan benih bermutu, maka benih sumber menempati

posisi strategis dalam industri perbenihan nasional, karena menjadi sumber bagi

produksi benih kelas di bawahnya yang akan digunakan petani. Oleh karena itu,

ketersediaan dan upaya pengendalian mutu benih sumber perlu ditingkatkan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 39 tahun 2006, mekanisme

pengendalian mutu dalam produksi benih dapat dilakukan melalui: (i) sistem

sertifikasi benih yaitu pengawasan pertanaman dan/atau uji laboratorium oleh

BPSB, atau (ii) penerapan sistem manajemen mutu (quality menegement

system), atau (iii) sertifikasi produk.

Terdapat empat kelas benih berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.

39/Permentan/OT.140/8/2006 dalam sistem sertifikasi benih di Indonesia, yaitu:

Page 16: LAPORAN AKHIR TAHUN ANGGARAN 2015 PERBANYAKAN …sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/benih2015.pdf · kedelai sampai laporan ini ditulis dapat disimpulkan, antara lain: (1) Kegiatan

xvi

1. Benih Penjenis (Breeder seed=BS), yaitu benih yang diproduksi di bawah

pengawasan pemulia yang bersangkutan dengan prosedur baku yang

memenuhi sertifikasi sistem mutu sehingga tingkat kemurnian genetik

varietas terpelihara dengan sempurna, ditandai dengan label kuning.

2. Benih Dasar (Foundation seed=FS/BD), yaitu keturunan pertama dari benih

penjenis yang memenuhi standar mutu kelas benih dasar, ditandai dengan

label putih.

3. Benih Pokok (Stock seed=SS/BP), yakni keturunan pertama dari benih

penjenis yang memenuhi standar mutu kelas benih pokok, ditandai dengan

label ungu.

4. Benih Sebar (Extention seed=ES/BR), yaitu keturunan pertama dari benih

pokok, benih dasar, atau benih penjenis yang memenuhi standar mutu kelas

benih sebar, ditandai dengan label biru.

Menurut Atman (2014), benih bermutu adalah benih yang mempunyai

kemurnian genetik, kemurnian fisik, dan kemurnian fisiologis yang cukup tinggi.

Karakteristik gabungan mutu genetik, mutu fisik, dan mutu fisiologis diantaranya

adalah: (1) murni dan diketahui nama varietasnya, (2) bernas, tidak keriput,

tidak ada bekas gigitan serangga, serta kering, (3) bersih, tidak tercampur

dengan kotoran, biji gulma atau biji tanaman lain, (4) daya berkecambah dan

vigor tinggi sehingga mampu tumbuh baik, dan (5) sehat, tidak terinfeksi oleh

jamur atau serangga hama (Nugrahaeni, 2013). Selain melalui teknologi

budidaya kedelai untuk benih yang optimal, mutu benih yang dihasilkan juga

dipengaruhi oleh teknik prosesing (panen, pengeringan, perontokan) dan

penyimpanan benih yang dilakukan (Tastra dan Patriyawati, 2013).

Page 17: LAPORAN AKHIR TAHUN ANGGARAN 2015 PERBANYAKAN …sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/benih2015.pdf · kedelai sampai laporan ini ditulis dapat disimpulkan, antara lain: (1) Kegiatan

xvii

III. METODOLOGI

3.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Kegiatan dilaksanakan pada berbagai lokasi di Provinsi Sumatera Barat

(Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Sijunjung, dan Kota Sawahlunto), sebagai

berikut:

a. Perbanyakan benih kelas FS dilakukan di KP Rambatan Kabupaten Tanah

Datar, seluas + 1 hektare, menggunakan varietas Anjasmoro.

b. Perbanyakan benih kelas SS seluas 31,5 hektare dilakukan di KP Rambatan

dan di lahan petani dengan melibatkan penangkar atau kelompok penangkar

benih binaan, yaitu:

1. KP Rambatan, Kabupaten Tanah Datar (seluas + 1 ha, menggunakan

varietas Anjasmoro).

2. Keltan Muaro Sikabau, Kota Sawahlunto (seluas + 6 ha, menggunakan

varietas Panderman).

3. Keltan Buah Palo, Kota Sawahlunto (seluas + 7,5 ha, menggunakan

varietas Burangrang).

4. Keltan Ujung Tanjung Ngalau, Kota Sawahlunto (seluas + 7 ha,

menggunakan varietas Gepak Kuning).

5. Keltan Pacicingan, Kabupaten Sijunjung (seluas + 5 ha, menggunakan

varietas Gepak Kuning).

6. Keltan Jambu Sakato, Kabupaten Sijunjung (seluas + 5 ha, menggunakan

varietas Gepak Kuning).

3.2. Prosedur Pelaksanaan

Pengolahan lahan ditujukan untuk mendukung keserempakan

perkecambahan. Fase perkecambahan benih merupakan fase kritis dalam

pertumbuhan tanaman kedelai. Kelembaban tanah (70-90% kapasitas lapang)

dan kedalaman lubang tanam (lebih kurang 2,5-3 cm) yang tepat perlu

diperhatikan. Lahan sawah bekas tanaman padi tidak perlu diolah (tanpa olah

tanah = TOT), tetapi sebelum tanam lahan harus bersih dari gulma. Jika

menggunakan lahan bekas tanaman palawija lainnya atau lahan tegalan perlu

pengolahan tanah sempurna, yaitu dua kali bajak kemudian diratakan.

Selanjutnya perlu dibuat saluran drainase dengan jarak 3-5 meter sedalam 25-30

Page 18: LAPORAN AKHIR TAHUN ANGGARAN 2015 PERBANYAKAN …sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/benih2015.pdf · kedelai sampai laporan ini ditulis dapat disimpulkan, antara lain: (1) Kegiatan

xviii

cm dan lebar 30 cm. Saluran drainase ini berfungsi untuk mengurangi kelebihan

air dan meratakan air pada waktu pengairan.

Populasi tanaman berperan penting terhadap produksi kedelai. Produksi

benih mensyaratkan jarak tanam yang teratur. Penanaman dengan cara tugal,

1-2 benih per lubang tanam, jarak tanam 40 x 10-15 cm, tidak dilakukan

penyulaman. Setelah tanaman berumur 2 minggu diperjarang dengan

meningggalkan hanya 1-2 tanaman/rumpun. Pada lahan sawah bekas padi,

kedelai dianjurkan ditanam tidak lebih dari lima hari setelah tanaman padi

dipanen, agar tanaman tidak kekurangan air.

Jika sudah diketahui lahan yang digunakan merupakan endemik hama

atau penyakit yang menyerang saat fase kecambah, maka sebaiknya dilakukan

seed treatment. Setelah benih ditanam, tutup lubang dengan abu (kering), pasir,

tanah berpasir, atau pupuk kandang agar benih tumbuh serempak.

Tanaman kedelai dapat tumbuh sehat apabila mendapatkan nutrisi yang

cukup, baik yang berasal dari tanah melalui penambahan. Takaran pupuk untuk

kedelai secara umum adalah 50-75 kg Urea, 100 kg SP36, dan 75-100 kg KCl per

hektar atau menggunakan pupuk majemuk NPK, seluruhnya diberikan pada saat

tanam atau seminggu setelah tanam. Pada lahan sawah yang subur atau pada

bekas tanaman padi sawah yang dipupuk dengan dosis tinggi, tanaman kedelai

tidak memerlukan tambahan pupuk buatan.

Pengendalian gulma dilakukan dengan menggunakan mulsa jerami bila

kedelai ditanam di lahan sawah bekas tanaman padi, dengan penyiangan, dan

dengan herbisida, sebagai berikut:

a. Pengendalian gulma dengan herbisida dilakukan dengan jalan menyemprotkan

herbisida pratumbuh satu hari setelah benih kedelai ditanam.

b. Pengendalian gulma menggunakan mulsa jerami, bila kedelai ditanam di lahan

sawah bekas tanaman padi:

Mulsa jerami diberikan 5 t/ha, dihamparkan merata dengan ketebalan <10

cm di atas permukaan tanah setelah benih kedelai ditanam.

Pengendalian gulma dengan penyiangan, umur 10-15 hari dan 21-28 HST.

c. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan berdasarkan konsep PHT

(pengendalian hama terpadu)

Pemeliharaan mutu genetik di pertanaman dilakukan dengan membuang

tipe simpang (roguing). Pada pertanaman kedelai untuk benih, minimal dilakukan

Page 19: LAPORAN AKHIR TAHUN ANGGARAN 2015 PERBANYAKAN …sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/benih2015.pdf · kedelai sampai laporan ini ditulis dapat disimpulkan, antara lain: (1) Kegiatan

xix

tiga kali roguing, yaitu pada awal pertumbuhan, saat berbunga, dan saat masak

fisiologis.

a. Awal pertumbuhan (fase juvenil)

Roguing pada fase awal pertumbuhan ini dilakukan pada umur 15-20 hari

setelah tanam, didasarkan pada warna hipokoti, ukuran keeping biji, dan bentuk

biji. Kedelai hanya memiliki warna hipokotil hijau dan ungu. Tanaman dengan

warna hipokotil menyimpang langsung dibuang. Parameter lain yang juga perlu

dilihat adalah bentuk dan ukuran daun pertama. Biji berukuran besar memiliki

keeping biji dan daun pertama yang juga berukuran besar. Bentuk biji bulat akan

diikuti oleh bentuk daun yang semakin mendekati bulat.

b. Fase berbunga

Roguing pada fase ini didasarkan pada warna bunga, umur berbunga,

warna dan kerapatan bulu pada tangkai daun, dan bentuk tanaman secara

keseluruhan. Kedelai yang hipokotilnya berwarna hijau akan mempunyai warna

mahkota bunga putih, sedangkan yang warna hipokotilnya ungu akan

mempunyai warna mahkota bunga ungu. Warna ini terlihat jelas pada saat

bunga mekar. Tanaman yang umur berbunganya tidak sama dengan yang lain

atau karakteristik lainnya menyimpang dari deskripsinya lebih baik dicabut dan

dibuang.

c. Fase masak fisiologis

Pada fase ini pertumbuhan tanaman telah mendekati optimal. Hal-hal yang

perlu diperhatikan pada fase ini adalah keragaan tanaman secara keseluruhan,

kerapatan dan warna bulu, umur polong masak, dan tipe tumbuh tanaman.

Posisi daun, polong, dan bentuk daun merupakan parameter yang dapat

digunakan untuk konfirmasi terhadap penilaian pada fase sebelumnya. Panjang

pendek, kerapatan, dan warna bulu yang terdapat pada batang dan polong

adalah penilai penting pada fase masak fisiologis. Warna bulu kedelai hanya dua,

yaitu putih dan coklat. Karena itu, yang lebih perlu diperhatikan adalah kerapatan

bulu, baik pada batang maupun polong. Tanaman yang menyimpang, termasuk

umur polong masaknya, dari tanaman dominan harus dicabut.

Panen dilakukan pada saat mutu benih mencapai masimal, yang ditandai

bila sekitar 95% polong telah berwarna coklat atau kehitaman (warna polong

masak) dan sebagian besar daun tanaman sudah rontok. Panen dilakukan

dengan cara memotong pangkal batang. Brangkasan kedelai hasil panen

Page 20: LAPORAN AKHIR TAHUN ANGGARAN 2015 PERBANYAKAN …sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/benih2015.pdf · kedelai sampai laporan ini ditulis dapat disimpulkan, antara lain: (1) Kegiatan

xx

langsung dikeringkan (dihamparkan) di bawah sinar matahari dengan ketebalan

10-15 cm selama 2-3 hari (tergantung cuaca) menggunakan alas terpal plastik,

tikar atau anyaman bambu. Pengeringan dilakukan hingga kadar air benih

mencapai sekitar 14%. Usahakan untuk tidak menumpuk berangkasan basah

lebih dari 2 hari sebab akan menyebabkan benih berjamur dan mutunya rendah.

Mengingat sulitnya pengeringan brangkasan atau polong pada musim

hujan (sinar matahari terbatas), maka brangkasan atau polong perlu

diangin-anginkan dengan cara dihamparkan (tidak ditumpuk). Untuk

mempercepat proses penurunan kadar air benih, disarankan brangkasan

dihembus dengan udara panas dari pemanas buatan (dryer).

Brangkasan kedelai yang telah kering perlu segera dirontok. Perontokan

dapat dilakukan secara manual (dipukul-pukul) pada kadar air biji 12-13% atau

secara mekanis menggunakan pedal thresher atau power thresher pada kadar air

biji 14-15% dengan kecepatan putaran silinder tidak lebih dari 400 rpm. Secara

umum, perontokan benih perlu dilakukan secara hati-hati untuk menghindari

benih pecah kulit, benih retak, atau kotiledon terlepas karena hal itu akan

mempercepat laju penurunan daya tumbuh dan vigor benih selama

penyimpanan.

Benih yang telah dirontok langsung dibersihkan dari kotoran benih, seperti

potongan batang, cabang tanaman, dan tanah. Pembersihan dapat dilakukan

dengan cara ditampi (manual) atau menggunakan blower (cara mekanis).

Selanjutnya akan dilakukan sortasi untuk mendapatkan benih yang berukuran

seragam, benih yang berukran kecil tidak dimasukkan ke dalam lot benih.

Selain memisahkan biji-biji yang berukuran kecil, sortasi juga diperlukan

untuk membuang biji yang ciri-cirinya menyimpang dari sifat-sifat yang

tercantum dalam deskripsi varietas, antara lain warna hilum, warna kulit, dan

bentuk benih. Membuang biji yang ciri-cirinya menyimpang dilakukan dari benih

ke benih (seed-to-seed). Kegiatan ini penting artinya dalam upaya perbaikan

mutu genetik benih dari varietas bersangkutan.

Benih yang sudah bersih dan ukurannya seragam segera dikeringkan

hingga mencapai kadar air 9%. Untuk menghindari timbulnya kerusakan mutu

fisiologis benih akibat lamanya proses sortasi, maka benih dapat dikeringkan

terlebih dahulu hingga kadar air 9% baru kemudian disortasi. Pengeringan benih

dilakukan dengan menjemur di bawah sinar matahari, menggunakan alas terpal

Page 21: LAPORAN AKHIR TAHUN ANGGARAN 2015 PERBANYAKAN …sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/benih2015.pdf · kedelai sampai laporan ini ditulis dapat disimpulkan, antara lain: (1) Kegiatan

xxi

plastik atau tikar pada lantai jemur yang kering, dengan ketebalan benih sekitar

2-3 lapis benih. Pembalikan benih pada saat penjemuran dilakukan setiap 2-3

jam agar benih kering secara merata. Pada saat cuaca cerah, penjemuran dapat

dimulai sejak pukul 8.00 hingga pukul 12.00, selama 2-3 hari berturut-turut.

Hindari sengatan sinar matahari yang terlalu panas pada saat penjemuran.

Benih dikemas menggunakan bahan kedap udara untuk menghambat

masuknya uap air dari luar. Kantong plastik kapasitas 2 atau 5 kg dengan

ketebalan 0,08 mm satu lapis atau 0,05 mm dua lapis cukup baik digunakan. Sak

plastik kapasitas 25 kg dengan terlebih dahulu dilapisi plastik inner dengan

ketebalan 0,08 mm. Kemasan ditutup rapat dengan cara diikat atau delaminating.

Kaleng/blek bertutup rapat dengan kapasitas 10-15 kg dapat juga digunakan.

Benih dalam kemasan dapat disimpan di dalam ruangan beralas kayu atau

pada rak-rak kayu agar kemasan tidak bersinggungan langsung dengan lantai

semen. Benih dalam penyimpanan harus terhindar dari serangan hama tikus atau

hewan pengganggu lainnya yang dapat merusak kemasan maupun benih.

Usahakan menyimpan benih pada ruangan tersendiri yang ber-AC dan memakai

dehumidifier, jangan menyimpan benih bersama bahan-bahan lain yang dapat

menyebabkan ruangan menjadi lembab.

Benih disimpan secara teratur. Selama penyimpanan perlu adanya

pemisahan benih varietas yang satu dari varietas lainnya. Setiap tumpukan benih

dilengkapi dengan kartu pengawasan yang berisi informasi : nama varietas,

tanggal panen, asal petak produksi, kuantitas benih asal (pada saat awal

penyimpanan), kuantitas pada saat pemeriksaan stok terakhir, dan hasil uji daya

kecambah terakhir (tanggal, % daya kecambah).

3.3. Parameter yang diamati

Pengamatan dilakukan terhadap hasil polong kering yang lulus dalam

sertifikasi benih.

3.4. Analisis Data

Data pengamatan di tabulasi dan ditampilkan dalam bentuk tabel.

Page 22: LAPORAN AKHIR TAHUN ANGGARAN 2015 PERBANYAKAN …sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/benih2015.pdf · kedelai sampai laporan ini ditulis dapat disimpulkan, antara lain: (1) Kegiatan

xxii

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pelaksanaan Koordinasi

Koordinasi dilakukan mulai dari tingkat propinsi, kabupaten sampai

dengan kecamatan. Koordinasi ke UPTD BBI TPPH Provinsi Sumatera Barat

dilakukan dalam rangka persiapan turun ke lapangan dan perencanaan

penggunaan BBI Rambatan untuk perbanyakan benih sumber kedelai.

Koordinasi di tingkat kabupaten dilaksanakan dalam rangka CP/CL kelompok tani

penangkar di Kabupaten Tanahdatar, Kabupaten Sijunjung, dan Kota

Sawahlunto.

Koordinasi di tingkat pusat dilakukan dalam kegiatan, yaitu: (1) Rapat

Koordinasi dan Sinergi antar UK/UPT terkait Pengelolaan Sistem Informasi UPBS;

dan (2) Rapat Koordinasi Peningkatan Produksi Benih Sumber dan Penguatan

Penangkar. Pada rapat koordinasi tersebut diantaranya dibicarakan tentang

pelaksanaan kegiatan perbenihan dijajaran Balitbangtan. Kegiatan koordinasi

disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Kegiatan rapat koordinasi perbenihan lingkup Balitbangtan di Jakarta.

4.2. Realisasi Kegiatan

Sampai akhir tahun 2015, realisasi tanam untuk menghasilkan benih kelas

SS telah direalisasikan seluas + 31,5 ha. Sedangkan untuk menghasilkan benih

kelas FS telah direalisasikan seluas 1 ha. Realisasi kegiatan disajikan pada Tabel

1.

Tabel 1. Realisasi tanam kegiatan perbanyakan benih sumber kedelai sampai

Page 23: LAPORAN AKHIR TAHUN ANGGARAN 2015 PERBANYAKAN …sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/benih2015.pdf · kedelai sampai laporan ini ditulis dapat disimpulkan, antara lain: (1) Kegiatan

xxiii

akhir tahun 2015.

No Lokasi Kelas Benih

Varietas Luas Tanam

Tanam

1 KP Rambatan, Kab. Tanahdatar

SS Anjasmoro 1 Maret 2015

2 Keltan Muaro

Sikabau, Kota Sawahlunto

SS Panderman 6 April 2015

3 Keltan Buah Palo,

Kota Sawahlunto

SS Burangrang 7,5 April 2015

4 Keltan Ujung Tanjung Ngalau,

Kota Sawahlunto

SS Gepak Kuning

7 Juli 2015

5 Keltan Jambu Sakato, Kabupaten

Sijunjung

SS Gepak Kuning

5 Agustus 2015

6 Keltan Pacicingan, Kabupaten Sijunjung

SS Gepak Kuning

5 September 2015

Jumlah 31,5

1 KP Rambatan, Kab.

Tanahdatar

FS Anjasmoro 1 November

2015

Jumlah 1

4.3. Pelaksanaan Sosialisasi dan Pelatihan

Pertemuan dengan anggota kelompok tani kooperator dilakukan dalam

bentuk sosialisasi dan pelatihan. Pelaksanaan kegiatan sosialisasi dan pelatihan

tentang topik “Perbanyakan Benih Kedelai” dilakukan sebelum penanaman

kedelai di lapangan. Pelatihan selanjutnya dengan topik “rouging” dilaksanakan

di lapangan. Pada pertemuan ini, juga dihadiri oleh penyuluh, PBT, aparat

nagari/desa, dan lain-lain. Kegiatan sosialisasi dan pelatihan disajikan pada

Gambar 2.

Page 24: LAPORAN AKHIR TAHUN ANGGARAN 2015 PERBANYAKAN …sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/benih2015.pdf · kedelai sampai laporan ini ditulis dapat disimpulkan, antara lain: (1) Kegiatan

xxiv

Keltan Buah Palo, Kota Sawahlunto

Keltan Muaro Sikabau, Kota Sawahlunto

Keltan Ujung Tanjung Ngalau, Kota Sawahlunto

Keltan Pacicingan, Kabupaten Sijunjung

Keltan Jambu Sakato, Kabupaten Sijunjung

Gambar 2. Kegiatan sosialisasi dan pelatihan perbanyakan benih sumber

kedelai di Sumatera Barat.

Page 25: LAPORAN AKHIR TAHUN ANGGARAN 2015 PERBANYAKAN …sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/benih2015.pdf · kedelai sampai laporan ini ditulis dapat disimpulkan, antara lain: (1) Kegiatan

xxv

4.4. Pelaksanaan Lapangan

Pelaksanaan di lapangan dan tampilan tanaman kedelai disajikan pada

Gambar 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9.

Gambar 3. Kegiatan perbanyakan benih sumber kedelai di Keltan Muaro

Sikabau, Sawahlunto Sumatera Barat.

Page 26: LAPORAN AKHIR TAHUN ANGGARAN 2015 PERBANYAKAN …sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/benih2015.pdf · kedelai sampai laporan ini ditulis dapat disimpulkan, antara lain: (1) Kegiatan

xxvi

Gambar 4. Kegiatan perbanyakan benih sumber kedelai di Keltan Buah Palo,

Sawahlunto Sumatera Barat.

Gambar 5. Kegiatan perbanyakan benih sumber kedelai di Keltan Ujung

Tanjung Ngalau, Sawahlunto Sumatera Barat.

Page 27: LAPORAN AKHIR TAHUN ANGGARAN 2015 PERBANYAKAN …sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/benih2015.pdf · kedelai sampai laporan ini ditulis dapat disimpulkan, antara lain: (1) Kegiatan

xxvii

Gambar 6. Kegiatan perbanyakan benih sumber kedelai di Keltan Pacicingan,

Sijunjung Sumatera Barat.

Gambar 7. Kegiatan perbanyakan benih sumber kedelai di Keltan Jambu Sakato,

Sijunjung Sumatera Barat.

Page 28: LAPORAN AKHIR TAHUN ANGGARAN 2015 PERBANYAKAN …sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/benih2015.pdf · kedelai sampai laporan ini ditulis dapat disimpulkan, antara lain: (1) Kegiatan

xxviii

Gambar 8. Kegiatan perbanyakan benih sumber kedelai kelas SS di KP

Rambatan, Batusangkar Sumatera Barat.

Gambar 9. Kegiatan perbanyakan benih sumber kedelai kelas FS di KP

Rambatan, Batusangkar Sumatera Barat.

Page 29: LAPORAN AKHIR TAHUN ANGGARAN 2015 PERBANYAKAN …sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/benih2015.pdf · kedelai sampai laporan ini ditulis dapat disimpulkan, antara lain: (1) Kegiatan

xxix

4.5. Hasil Calon Benih dan Benih Bersertifikat

Hasil sementara calon benih kedelai yang didapatkan dari kegiatan ini

adalah sebanyak 8.673 kg dan yang telah diproses menjadi benih bersertifikat

kelas SS sebanyak 4.825 kg, yang terdiri dari: 795 kg varietas Anjasmoro, 3.050

kg varietas Burangrang, dan 980 kg varietas Gepak Kuning (Tabel 2).

Tabel 2. Hasil calon benih dan benih kedelai bersertifikat pada kegiatan perbanyakan benih sumber kedelai sampai akhir tahun 2015.

No Varietas Kelas

Benih

Calon

Benih (kg)

Benih

Bersertifikat (kg)

Keterangan

1 Anjasmoro SS 990 795 -

2 Burangrang SS 3.658 3.050 Serangan hama ulat grayak

3 Panderman SS 0 0 Kekeringan dan serangan

hama/penyakit polong.

4 Gepak Kuning SS 1.275 980 Kekeringan dan serangan hama

monyet

5 Gepak Kuning SS 2.750 Dalam proses seleksi di UPBS

6 Gepak Kuning SS 1.117 Dalam proses seleksi di UPBS

7 Gepak Kuning SS Dalam proses

pasca panen di tingkat petani

8 Anjasmoro FS Stadia mulai

berbunga

Jumlah 9.790 4.825

Catatan: calon benih kelas SS (Gepak Kuning) yang akan diproses diperkirakan sebanyak + 2 ton, dan kelas FS (Anjasmoro) sebanyak 1,5- 2,0 ton.

Secara umum terlihat bahwa jumlah calon benih dan benih bersertifikat

yang dihasilkan relatif rendah. Hal ini dikarenakan adanya deraan lingkungan,

seperti kekeringan, serangan hama/penyakit, kebanjiran, dan saat panen

bertepatan dengan musim hujan. Di Keltan Muaro Sikabau Sawahlunto, tidak

dapat dilakukan panen untuk varietas Panderman kelas benih SS karena deraan

kekeringan dan tingginya serangan hama/penyakit polong. Di Keltan Ujung

Tanjung Sawahlunto, hasil yang didapatkan sangat rendah karena deraan

kekeringan dan serangan hama monyet saat tanaman masih stadia vegetatif

(muda). Di Keltan Buah Palo Sawahlunto, hasil yang didapat relatif rendah

Page 30: LAPORAN AKHIR TAHUN ANGGARAN 2015 PERBANYAKAN …sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/benih2015.pdf · kedelai sampai laporan ini ditulis dapat disimpulkan, antara lain: (1) Kegiatan

xxx

karena pada beberapa lokasi diserang hama ulat grayak. Sementara itu, di Keltan

Pacicingan dan Keltan Jambu Sakato di Sijunjung, rendahnya hasil disebabkan

kebanjiran dan waktu panen yang bertepatan dengan musim hujan sehingga

calon benih tidak bisa diproses menjadi benih karena banyak biji kedelai yang

berwarna hitam akibat serangan cendawan.

4.6. Distribusi Benih Bersertifikat

Sampai laporan ini dibuat, distribusi benih bersertifikat kelas SS yang sudah

distribusikan ke penangkar benih kedelai sebanyak 1.000 kg, yang terdiri dari:

795 kg varietas Anjasmoro dan 205 kg varietas Burangrang (Tabel 3).

Tabel 3. Distribusi benih kedelai bersertifikat pada kegiatan perbanyakan benih sumber kedelai sampai akhir tahun 2015.

No Varietas Kelas

Benih

Jumlah

(kg)

Asal Penangkar

1 Anjasmoro SS 795 Prov. Jambi

2 Burangrang SS 205 Prov. Jambi

Jumlah 1.000

Page 31: LAPORAN AKHIR TAHUN ANGGARAN 2015 PERBANYAKAN …sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/benih2015.pdf · kedelai sampai laporan ini ditulis dapat disimpulkan, antara lain: (1) Kegiatan

xxxi

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil kegiatan perbanyakan benih kedelai sampai laporan ini ditulis

dapat disimpulkan, antara lain:

1. Kegiatan perbanyakan benih kedelai terealisasi seluas 31,5 ha untuk

menghasilkan benih kelas SS varietas Anjasmoro, Panderman, Burangrang,

dan Gepak Kuning. Sedangkan untuk kelas benih FS varietas Anjasmoro

seluas 1,0 ha.

2. Calon benih kedelai yang dihasilkan sebanyak 8.673 kg. Dari calon benih ini,

dihasilkan benih bersertifikat kelas benih SS sebanyak 4.825 kg.

3. Masih akan dihasilkan lagi benih kelas SS yang saat ini dalam proses pasca

panen di tingkat petani dan seleksi benih di UPBS.

4. Benih kelas FS saat ini masih stadia mulai berbunga. Diperkirakan panen pada

bulan Februari 2016.

Page 32: LAPORAN AKHIR TAHUN ANGGARAN 2015 PERBANYAKAN …sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/benih2015.pdf · kedelai sampai laporan ini ditulis dapat disimpulkan, antara lain: (1) Kegiatan

xxxii

VI. KINERJA KEGIATAN

6.1 Keluaran Yang Dicapai

Keluaran sementara yang telah dicapai dari kegiatan Perbanyakan Benih

Sumber Kedelai di Provinsi Sumatera Barat ini adalah: (1) Benih sumber kedelai

varietas Anjasmoro kelas FS sebanyak 0 ton (masih dipertanaman); dan (2)

Benih sumber kedelai varietas Anjasmoro, Burangrang, dan Gepak Kuning

sebanyak 4,825 ton.

6.2. Hasil Yang Dicapai

Tersedianya benih sumber kedelai sebanyak 4,825 ton kelas SS yang

sebagian telah digunakan penangkar benih kedelai untuk dijadikan benih sebar

(BS) di Provinsi Jambi.

6.3. Manfaat Yang Dicapai

Dengan diproduksinya benih sumber kedelai kelas SS sebanyak 4,825 ton

maka kebutuhan benih bagi penangkar benih kedelai, termasuk Satgas BBI,

untuk memproduksi benih sebar kedelai di Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi

Jambi akan dapat terpenuhi dan sistem perbenihan kedelai pun sekaligus akan

menjadi lebih kuat.

6.4. Dampak Yang Dicapai

Dampak yang dicapai dalam kegiatan ini antara lain: (1) meningkatnya

keahlian kelompok penangkar benih dalam memproduksi benih kedelai; (2)

bertambahnya jumlah kelompok penangkar yang mampu memperbanyak benih

kedelai; dan (3) makin banyaknya petani yang berminat bertanam kedelai.

6.5. Kisah Sukses

Kota Sawahlunto mempunyai empat kecamatan, yaitu: Talawi, Barangin,

Lembah Segar, dan Silungkang. Pada awal tahun 2000an, kota ini merupakan

daerah sentra produksi kedelai. Namun, perlahan-lahan petani mulai

meninggalkan komoditas ini. Dengan adanya kegiatan perbanyakan benih

sumber kedelai di Kota Sawahlunto tahun 2015 ini mampu merangsang minat

petani untuk kembali bertanam kedelai. Ada kelompok tani yang bertanam

kedelai secara mandiri di kecamatan yang sama pada tahun 2015 dan banyak

petani yang berminat bertanam kedelai pada tahun-tahun selanjutnya.

Page 33: LAPORAN AKHIR TAHUN ANGGARAN 2015 PERBANYAKAN …sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/benih2015.pdf · kedelai sampai laporan ini ditulis dapat disimpulkan, antara lain: (1) Kegiatan

xxxiii

Tersedianya benih sumber kedelai sebanyak 4,825 ton kelas SS saat ini, dapat

digunakan untuk sumber benih bagi kelompok penangkar di Kota ini.

DAFTAR PUSTAKA

Adie, M.M. 2013. Varietas Unggul Kedelai di Indonesia. Materi Workshop Teknik Produksi Benih Kedelai Bagi Petugas UPBS BPTP dan Penangkar.

Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi, Malang. Atman. 2014. Produksi Kedelai: Strategi Meningkatkan Produksi Kedelai Melalui

PTT. Penerbit Graha Ilmu Yogyakarta; 141 hlm.

Balitkabi. 2013. Panduan dan Materi Workshop Teknik Produksi Benih Kedelai Bagi Petugas UPBS BPTP dan Penangkar. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi, Malang.

Departemen Pertanian. 2006. Peraturan Menteri Pertanian Nomor

39/Permantan/ OT.140/8/2006 tentang Produksi, Sertifikasi, dan Peredaran Benih Bina.

Marwoto. 2013. Hama Kedelai dan Cara Pengendaliannya. Materi Workshop

Teknik Produksi Benih Kedelai Bagi Petugas UPBS BPTP dan Penangkar. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi, Malang.

Musaddad, A. 2012. Teknologi Produksi Kedelai, Kacang Tanah, Kacang Hijau,

Ubi Kayu, dan Ubi Jalar. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang.

Nugrahaeni, N. 2013. Teknik Produksi Benih Kedelai. Materi Workshop Teknik

Produksi Benih Kedelai Bagi Petugas UPBS BPTP dan Penangkar. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi, Malang.

Prayogo, Y. 2013. Identifikasi Penyakit Utama Kedelai dan Cara

Pengendaliannya. Materi Workshop Teknik Produksi Benih Kedelai Bagi Petugas UPBS BPTP dan Penangkar. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi, Malang.

Suyamto, R. Suhendi, Marwoto, Subandi, dan R. Hidayat. 2007. Pedoman Umum Produksi Benih Sumber Kedelai. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta.

Sundari, T. dan N. Nugrahaeni. 2013. Petunjuk Teknis Produksi Benih Sumber Kedelai. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta.

Tastra, I.K. dan N.R. Patriyawaty. 2013. Teknik Prosesing dan Penyimpanan

Benih Kedelai. Materi Workshop Teknik Produksi Benih Kedelai Bagi Petugas UPBS BPTP dan Penangkar. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi, Malang.

Taufiq, A. 2013. Masalah Unsur Hara dan Pemupukan Spesifik Lokasi pada Tanaman Kedelai. Materi Workshop Teknik Produksi Benih Kedelai Bagi Petugas UPBS BPTP dan Penangkar. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi, Malang.