Upload
truongdiep
View
239
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
i
LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN HIBAH BERSAING
PENGEMBANGAN MODEL INOVATIF PEMBELAJARAN SASTRA MELALUI PEMANFAATAN FILM SEBAGAI MEDIA YANG BERKONTRIBUSI TERHADAP PENDIDIKAN KARAKTER :STUDI KASUS DI SEKOLAH
MENENGAH ATAS KABUPATEN SUKOHARJO
Tahun ke 1 dari Rencana 2 Tahun
Ketua : Dr. Farida Nugrahani, M.Hum. NIDN (011066406) Anggota: Drs. Sri Wahono Saptomo, M.Hum.NIDN (0018016101)
UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA SUKOHARJO November 2016
Kode/Nama Rumpun Ilmu:
743/Pendidikan Bahasa (dan Sastra)
Indonesia
ii
iii
RINGKASAN Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model pembelajaran sastra inovatif
berbasis media film yang berkotribusi terhadap pendidikan karakter. Secara khusus tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Menyusun dan mengembangkan modul bahan ajar sastra di SMA berbasis media film yang berkontribusi terhadap pendidikan karakter, sesuai tuntutan kurikulum sehingga dapat digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Modul tersebut memuat buku siswa, dan buku guru yang valid, praktis dan efektif. (2) Mengujicobakan modul bahan ajar yang disusun untuk mengetahui validitas, keefektifan, dan kepraktisannya. (3) Meningkatkan aktifitas, kreatifitas, dan prestasi belajar bahasa (dan sastra) Indonesia siswa SMA di Kabupaten Sukoharjo melalui penerapan pembelajaran sastra berbasis media film yang berkontribusi terhadap pendidikan karakter. Dalam hal ini, film yang dimaksud adalah film dengan content karya sastra, seperti “Laskar Pelangi”, “Ayat-Ayat Cinta”, dan sebagainya, yang diangkat dari novel sastra yang terkenal di kalangan masyarakat. Tahun I penelitian dilakukan penyusunan rancangan model yang dilakukan melalui 4 tahap yaitu: (1) pengkajian awal, (3) perancangan, (3) realisasi (konstruksi), (4) validasi dan revisi. Tahap pengkajian awal dilakukan pengamatan kondisi faktual di lapangan, pengkajian teori belajar dan metode pembelajaran, serta pengkajian tentang proses pembentukan karakter siswa. Pada tahap perancangan model pembelajaran dilakukan perancangan perangkat pembelajaran, pengorganisasian materi pembelajaran dan instrumentnya, serta petunjuk penggunaannya. Tahap realisasi dilakukan penetapan komponen model, meliputi sintaks, sistem sosial, sistem pendukung, dampak instruksional dan pengiring. Perangkat model meliputi rencana pembelajaran, buku siswa, dan buku guru. Pada tahap validasi dan revisi dilakukan validasi dengan meminta pertimbangan kepada ahli pengajaran sastra dan praktisi di lapangan. Luaran penelitian tahun I adalah: (1) makalah tentang model pembelajaran sastra inovatif berbasis media film yang berkontribusi terhadap pendidikan karakter dalam proseding seminar nasional yang ber ISBN, (2) modul bahan ajar sastra sesuai model inovatif yang dikembangkan meliputi Buku Siswa, dan Buku Guru, untuk satu pokok bahasan. Penelitian tahun II direncanakan untuk dilakukan pengembangan modul yang disusun dan uji coba di lapangan untuk keperluan: (1) menguji kevalidan, kepraktisan dan keefektifan modul yang dikembangkan dalam proses pembelajaran, (2) melihat keaktifan dan capaian hasil belajar siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan modul yang dikembangkan. Pada tahun II penelitian akan dilakukan dalam empat tahap yaitu (1) persiapan, (2) pelaksanaan, (3) analisis data dan (4) penulisan laporan. Luaran penelitian tahun II adalah (1) modul bahan ajar sastra berbasis media film yang berkontribusi terhadap pendidikan karakter yang valid praktis, dan efektif, dan teruji penggunaannya di lapangan yang terdiri dari buku siswa, dan buku guru untuk satu pokok bahasan. (2) Artikel tentang pembelajaran sastra inovatif berbasis media film yang diterbitkan dalam jurnal terakeditasi nasional.
Kata kunci: bahan ajar sastra valid, praktis dan efektif, media film, pendidikan karakter
iv
PRAKATA
Alhamdulillah, puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah,Tuhan YME, atas karunia-Nya, maka laporan
penelitian yang berjudul “Pengembangan Model Inovatif Pembelajaran Sastra melalui Pemanfaatan Film
sebagai Media yang Berkontribusi terhadap Pendidikan Karakter: Studi Kasus di Sekolah Menengah Atas
Kabupaten Sukoharjo” pada tahun pertama ini dapat disusun dan dilaporkan.
Ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya disampaikan kepada yang terhormat
1. Direktur Pembinaan Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;
2. Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Universitas Veteran Bangun
Nusantara Sukoharjo;
3. Dekan FKIP Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo;
4. Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Veteran Bangun
Nusantara Sukoharjo;
5. Kepala Sekolah SMA Veteran 1 Sukoharjo; dan
6. Semua pihak yang membantu kelancaran pelaksanaan penelitian ini.
Peneliti telah berusaha melaksanakan penelitian dan menulis laporan kemajuan dengan penuh
kesungguhan, namun tentu saja masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran
yang membangun sangat diharapkan demi penyempurnaan laporan kemajuan pada penelitian ini.
Semoga laporanpenelitian ini memberikan manfaat khususnya kepada pengembangan pendidikan bahasa
dan sastra Indonesia, dan kepada semua pembaca.
Sukoharjo, 25 November 2016
Tim Peneliti
v
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ... ii
RINGKASAN .............................................................................................. ... iii
PRAKATA .................................................................................................... ... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................. ... v
BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 4
BAB 3. TUJUANAN DAN MANFAAT PENELITIAN .......................................... 9
BAB 4. METODE PENELITIAN ......................................................................... 10
BAB 5. HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI ................................................... 14
BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA ..................................................... 17
BAB 7. SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 19
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Makalah dalam Proseding seminar Nasional ber ISBN
2. Draf artikel dalam Jurnal Terakreditasi
3. RPP
4. Buku Siswa
5. Buku Guru
6
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Sampai saat ini pembelajaran sastra di Indonesia secara umum dapat dikatakan
belum berhasil secara optimal, sesuai tujuan dalam kurikulum. Keprihatinan terhadap
mutu pembelajaran sastra di sekolah telah menjadi topik pembicaraan dalam berbagai
forum ilmiah bahasa dan sastra, baik melalui konggres bahasa, seminar, simposium,
workshop, ataupun diklat profesi guru dalam sertifikasi guru bahasa di seluruh Indonesia
(Nugrahani, 2014: 3).
Masalah rendahnya kualitas pembelajaran sastra pada umumnya dipicu oleh faktor
berikut. (1) Kekacauan antara konsep dan praktik pembelajarannya. (2) Ketidaksesuaian
desain pembelajaran dengan kebutuhan siswa dan tuntutan dunia kerja. (3)
Ketidaksesuaian orientasi evaluasi dengan kompetensi yang dituju;dan (4) rendahnya
kompetensi guru dalam menyusun rancangan dan mengelola pembelajaran. Termasuk di
dakamnya adalah rendahnya kemampuan guru dalam menyusun bahan ajar dsn
menerapkan media pembelajaran yang menarik minat siswa.
Sesungguhnya sastra dapat berperan besar dalam mengajarkan nilai-nilai luhur
pada siswa. Namun akibat kemajuan zaman yang lebih beorientasi pada teknologi dan hal
yang bersifat kebendaan, nasib pembelajaran sastra menjadi terabaikan.Sebagian
masyarakatmasih berpandangan, bahwakemampuan anak dalam bidang eksakta lebih
utama daripada bidang sosial humaniora, sehingga sastra dipandang kurang penting untuk
dipelajari. Sebagai pilar utama pembelajaran sastra, diharapkan guru mampu
menumbuhkan minat siswanya untuk membaca karya sastra. Masalahnya,menyediakan
teks sastra ke dalam kelas tidaklah mudah. Untuk itu, diperlukan kreativitas guru dalam
mengembangkan bahan ajar dan medianya agar pembelajaran berjalan efektif dan
berhasil optimal.
Pada dasarnya, karya sastra merupakan karya seni yang bersifat indah dan menarik.
Apabila pembelajaran sastra tidak menarik, sudah barang pasti ada hal yang tidak benar
dalam salah satu komponennya. Menurut Satoto (2006:423), dalam kondisi
bagaimanapun, sudah seharusnya pembelajaran sastra itu menarik apabila disampaikan
oleh guru yang profesional, karena guru merupakan pemegang perana penting dalam
proses pembelajaran, serta agen bagi kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi,
kebudayaan, dan seni bagi sebuah bangsa. Profil guru profesional yang dimaksud tetah
ditetapkan dalam UU RI No.14 Tahun 2005 Bab II, Pasal 6, bahwa kedudukan guru sebagai
tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sitem pendidikan nasional dan
7
mewujudkan tujuan bagi berkembangnya potensi peserta didik menjadi manusia beriman,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab.
Masalahnya, fakta dilapangan menunjukkan bahwa pada umumnya guru sastra di
Indonesia belum profesional dalam menjalankan tugasnya. Sarumpaet (2002:xii),
menyatakam bahwa masih banyak guru sastra yang belum mampu memahami karya
sastra yang akan diajarkan kepada siswanya. Demikian pula penelitian dari Direktorat
Tenaga Kependidikan Depdiknas (dalam Harimansyah, dkk. 2013:1), menemukan bahwa
61,96% guru SD, SMP, SMA, dan SMK tidak menguasai materi yang diajarkan. Sementara
itu, melalui berbagai penelitian yang terdahulu diketahui bahwa penyebab utama
kegagalan pembelajaran sastra pada umumnya adalah karena gurunya tidak berkompeten,
siswanya kurang berminat, dan fasilitas pembelajarannya sangat terbatas.
Pada dasarnya, tugas guru dalam proses pembelajaran meliputi tugas menyusun
perencanaan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan melakukan evaluasi. Dalam
menyusun perencanaan pembelajaran, tugas guru meluti (1) merumuskan tujuan dan
menetapkan kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran, (2) menyusun bahan
ajar/materi yang akan digunakan sebagai sarana mencapai tujuan, (3) menyusun
penjabaran dan urutan logis dari bahan/materi yang akan diajarkan sebagai dasar
pengembangan media, metode, dan teknik evaluasinya.
Berkaitan dengan hal itu telah dilakukan observasi di lapangan, meliputi SMA Negeri
3 Sukoharjo (lokasinya di perkotaan) dan SMA Negeri Nguter Sukoharjo (lokasinya di
pinggiran kota). Hasil observasi menunjukkan bahwa rata-rata prestasi belajar bahasa
(sastra) Indonesia siswa di sekolah tersebut masih rendah, bahkan rata-rata nilai UAN
bahasa Indonesia lebih rendah dari nilai UAN bahasa Inggris. Sementara itu, dalam proses
pembelajaran, guru belum menyajikan bahan/materi yang menarik. Karya sastra belum
dihadirkan dalam kelas untuk diapresiasi siswa, sehingga siswa belajar sastra hanya dari
sinopsis ceritanya saja. Selain itu, karya sastra yang dibahas bukan merupakan karya
terbaru yang isinya (content) sesuai dengan dunia remaja dewasa ini. Para guru belum
menyajikan bahan/materi ajar yang sesuai dengan perkembangan mental siswa remaja
(adolescent), dan perkembangan teknologi informasi yang akrab dengan kehidupan siswa.
Dengan demikian minat siswa untuk belajar sastra menjadi berkurang, demikian pula
kompetensinya dalam bersastra.
8
Melalui penelitian yang pernah dilakukan oleh pengusul proposal ini tentang ”Bahan
Ajar Sastra dan Pengajarannya yang Relevan dengan KBK” (Nugrahani, 2010) dan
”Pembelajaran Sastra yang Apresiatif dalam Perspektif KBK (Studi Evaluasi di SMA
Surakarta)” (Nugrahani, 2011), diketahui bahan ajar sastra yang digemari siswa adalah
novel yang dikemas dalam berbagai komoditas, seperti film, lagu, drama musikal, sinetron,
dan sebagainya. Selain itu, diketahui pula bahwa media berbasis teknologi informasi
sangat digemari siswa, karena member kesempatan untuk bereksplorasi, berimajinasi,
menantang kreativitas, menarik dan mengikuti perkembangan teknologi sesuai
perkembangan zaman. Sementara itu, dengan menyadari adanya fakta tentang rendahnya
kompetensi guru sastra dalam melaksanakan tugasnya, maka dipandang perlu untuk
dilakukan upaya perbaikannya. Upaya itu perlu dilakukan agar rendahnya mutu
pembelajaran dapat ditingkatkan dan minat siswa dapat ditumbuhkan sehingga tujuan
pembelajaran sastra dapat tercapai yang ditandai dengan tercapainya penguasaan
kompetensi siswa dalam bersastra, prestasi yang baik dalam pelajaran sastra, dan
terbentuknya karakter yang terpuji dan mulia dalam diri siswa.
Dari hasil observasi di beberapa sekolah menengah atas di Kabupaten Sukoharjo,
diketahui bahwa pada umumnya pelaksanaan pembelajaran sastra di sekolah masih
dilakukan dengan media tradisional, yaitu papan tulis, buku, dan catatan sinopsis karya
sastra. Sementara itu, dari pengkajian terhadap perencanaan pembelajaranya, diketahui
bahwa buku ajar yang digunakan di sekolah (Kelas VII) disajikan dengan konvensional dan
tidak melibatkan kemajuan teknologi yang sesungguhnya sangat membantu pencapaian
keberhasilan pembelajaran.
Keberadaan media internet dalam pembelajaran sastra atau semua media
audiolingual yang berbasis komputer seperti film, video, sinetron, dan sebagainya, sangat
mudah membantu siswa dalam belajar dan fleksibel dalam ukuran tempat, waktu, serta
biayanya. Sayangnya, media tersebut belum dirancang untuk dimanfaatkan di kelas,
hampir di semua sekolah pada umumnya, dan tidak terkecuali di SMA Kabupaten
Sukoharjo.
Melalui bahan ajar sastra berbasis media film, guru mendapatkan kemudahan dalam
tugasnya menghadirkan karya sastra untuk dinikmati siswa. Sementara itu, para siswa juga
dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan. Selain itu, melalui model pembelajaran
sastra yang ditawarkan disini juga diupayakan adanya peningkatan prestasi belajar sastra
para siswa. Untuk itu pada langkah awal, yaitu tahun I, perlu disusun modul buku ajar
sastra berbasis media film yang berkontribusi terhadap pendidikan karakter. Tahap
9
berikutnya, yaitu tahun II, adalah menguji cobakan modul bahan ajar yang disusun dan
dikembangkan sehingga diperoleh modul bahan ajar yang valid, praktis dan efektif. Pada
akhirnya diharapkan adanya peningkatan aktivitas, kreatifitas, dan prestasi belajar sastra
pada siswa SMA di Kabupaten Sukoharjo, Selain itu juga terbentuk karakternya sesuai
harapan.
Berdasarkan temuan pada penelitian terdahulu dan hasil observasi pendahuluan
yang dilakukan di lapangan, dipandang penting untuk ditemukan model inovatif
pembelajaran sastra yang menerapkan media menarik sesuai kemampuan, kreatifitas, dan
perkembangan intelektual siswa. Model tersebut adalah pembelajaran sastra dengan
bahan ajar berbasis media film, yang valid, praktis dan efektif. Dengan model tersebut
diharapkan siswa dapat belajar dengan aktif dan kreatif serta dengan perasaan senang
(enjoy).
Model inovatif yang akan disusun melalui penelitian ini diharapkan mampu
memberikan informasi ilmiah baru yang bermakna penting bagi pengajaran sastra,
pengambil kebijakan, dan semua pihak yang peduli terhadap pendidikan. Model yang
dikembangkan juga diharapkan dapat memberikan inspirasi dalam mengubah orientasi
pembelajaran sastra dari pemahaman kognitif menjadi pencapaian kompetensi apresiatif
yang menunjang pendidikan karakter. Adapun karakter yang dituju adalah penciri bangsa
Timur yang ramah, santun dan suka bergotong royong. Dengan harapan itulah usulan ini
disusun, semoga melalui penelitian ini model inovatif pembelajaran sastra yang akan
ditemukan mampu mengantarkan siswa mencapai kompetensinya dalam bersastra, dan
menjadi siswa yang berkarakter. Untuk itu, melalui penelitian hibah bersaing ini
ditargetkan ada temuan inovatif dalam pembelajaran sastra yakni model pembelajaran
sastra berbasis bahan ajar dengan media film, yang diwujudkan dalam modul yang berupa
buku siswa, dan buku guru, yang valid, efektif dan praktis.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan berjudul “Pengembangan Model Pembelajaran Menulis
Argumentasi Siswa SMA melalui Dukungan ICT’’ oleh Ahmad Syaifudin, tahun 2012.
Penelitian itu menemukan bahwa penerapan model pembelajaran dengan dukungan ICT
efektif untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis argumentasi (http://journal.
unnes.ac.id/sju/ index.php/seloka).
10
Penelitian lainnya, berjudul ‘‘Penggunaan Film Bisu dengan Teknik Dubbing untuk
Meningkatkan Kemampuan Menyampaikan Dialog dalam Drama Siswa Kelas XI IPA di SMA
Negeri 2 Jepara’’ oleh I Putu Ari Utama Irawan, I Nyoman Sudiana, I Wayan Wendra, tahun
2014. Penelitian itu menemukan bahwa siswa memberikan respons positif terhadap
penggunaan film bisu dengan teknik dubbing. Berdasarkan itu, guru disarankan
menggunakan media berupa film bisu dengan teknik dubbing untuk pelajaran yang
menuntut keterampilan (http://jurnal.fkip. uns.ac.id/index php/tp /article/ view/3662).
Penelian lainnya berjudul “Pemanfaatan Media Video Kehidupan Sosial Orang
Pinggiran untuk Menstimulisasi Pengembangan Ide Cerita dalam Menulis Cerpen pada
Kelas VII E SMPN 18 Malang” oleh Ridwan Saidi, tahun 2015, Penelitian itu menemukan
bahwa media video bermanfaat bagi peningkatan kesadaran sosial dan pengembangan ide
anak dalam masa perkembvangan (http://e_journal.umm.ac.id/index .php/jps/article/
view/1964).
Ketiga penelitian tersebut memberikan informasi bahwa media berbasis teknologi
audiovisual seperti film, video, dan sebagainya, efektif diterapkan dalam pembelajaran.
Dengan demikian peneliti berasumsi bahwa media film dengan content sastra dapat
dimanfaatkan dalam pembelajaran sastra yang inovatif.
2.2 Pembelajaran Sastra di SMA Berbasis Media Film
2.2.1 Bahan Ajar Sastra untuk Usia Remaja (Adolesen)
Pembelajaran merupakan proses interaksi komunikasi antara pengajar dan
pembelajar sebagai komponen utamanya. Menurut Bruner (dalam Sudjana, 1991:137),
dalam pembelajaran, peserta didik melakukan proses belajar, yaitu mengalami, dan
menemukan pengetahuan baru melalui transformasi dan pengkajian pengetahuan.
Menurut Brown (2001:165), dalam pembelajaran terjadi proses komunikasi interaktif, bagi
pertukaran pemikiran dan perasaan, antara dua orang atau lebih yang menghasilkan
pengaruh bagi keduanya.
Sange (dalam Joyoatmojo, 2003:9), menyampaikan bahwa setiap individu yang ingin
memiliki keunggulan pribadi, perlu belajar. Proses itu dilalui dengan merefleksi
pengalaman dan mentransformasikan menjadi pengetahuan yang bermanfaat. Dalam
belajar, terjadi perubahan menuju lebih baik demi peningkatan kapabilitas dan rasa
percaya dirinya. Dalam konteks ini, belajar dipandang sebagai proses sosial, karena
kemampuan belajar seseorang ditentukan oleh kualitas dan sikap keterbukaannya dalam
11
kerjasama. Proses pembelajaran itu dapat berlangsung jika terdapat tujuan, pembelajar,
pengajar, metode, alat bantú, dan penilaian (Djojosubroto (2005:64).
Menurut Bloom (1977:1), tujuan pembelajaran meliputi tiga ranah, yaitu kognitif,
psikomotor, dan afektif, dan menurut Gagne (1979:49), ada lima macam, yaitu
kemampuan intelektual, memecahkan masalah, keterampilan gerak otot, sikap, dan
informasi. Sementara itu, Moody (1971:91), membaginya menjadi empat macam, yaitu
informasi, konsep, perspektif, dan apresiasi. Dari ketiga rumusan tersebut, menurut
Waluyo (2003:171), yang sering dirujuk dalam pembelajaran sastra adalah rumusan dari
Moody. Menurut Moody (1971:91) tujuan pembelajaran sastra adalah untuk: (1)
membantu keterampilan berbahasa, (2) meningkatkan pengetahuan budaya, (3)
mengembangkan daya cipta dan rasa, dan (4) menunjang pembentukan watak terpuji.
Sementara itu kurikulum menegaskan bahwa tujuan dari pembelajaran sastra adalah
mempersiapkan siswa untuk tumbuh menjadi manusia berbudaya, dan berkarakter,
sehingga bermanfaat bagi kehidupannya.
Menurut Piaget (dalam Sunarto & Hartono, 2002:25), pada usia SMA anak berada
pada tingkat perkembangan operasional yang mampu memperkirakan apa saja yang
mungkin terjadi. Siswa mampu menggeneralisasikan permasalahan, berpikir abstrak, dan
memberikan keputusan yang bersangkutan dengan moral (Elkins,1976:4). Pada masa itu
perkembangan kognitif siswa mencapai tingkat yang sempurna bila ditunjang
perkembangan kognitif lain, seperti kematangan, pengalaman fisik, dan interaksi sosial.
Sesuai karakteristis itu, Sayuti (1994:21), menyampaikan bahwa ragam sastra yang dapat
disajikan sebagai bahan ajar di SMA dapat berupa apa saja. Namun mengingat masa
adolesen ditandai dengan kecenderungan perilaku mandiri, idealis, dan moralis, maka
tema yang menarik adalah kepahlawanan, percintaan, persaudaraan, dan keagamaan.
Dikemukakan oleh Lazar (2002:52), bahwa dalam memilih bahan ajar
sastra untuk remaja, perlu mempertimbangkan kemampuan siswa dalam memahami teks
sastra, dan pengalaman belajar yang menyertainya untuk menunjang keterampilannya
dalam bersastra. Selain itu, menurut Moody (dalam Rohmadi, 2005:8), perlu melihat
kesesuaian dan kepantasan bahasa (dalam teks sastra) yang akan diajarkan dengan
perkembangan psikologis dan latar belakang sosial budaya siswa.
2.2.2 Film sebagai Media Pembelajaran
Bovee (1997:3), menjelaskan bahwa media pembelajaran adalah alat yang berfungsi
untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Pesan mudah ditangkap siswa bila
12
disampaikan melalui bantuan sarana penyampai pesan atau media. Menurut Hubbard
(1983:38), media pembelajaran yang baik mampu meningkatkan motivasi siswa untuk
belajar, dan membantu siswa berperan aktif selama pembelajaran.
Media yang kini digemari siswa adalah media berbasis komputer. Menurut Lee
(1996:49), komputer dapat membantu siswa memperoleh materi otentik, dan termotivasi
untuk kreatif belajar dalam suasana menyenangkan. Menurut Mulyasa (2002:73-
76), penggunaan teknologi sebagai media pembelajaran dapat mendorong peningkatan
kesadaran sistem sosial dan belajar (social awareness & learning awareness). Secara
fungsional penggunannya juga membuat lembaga lebih efektif dalam menyelenggarakan
pendidikan, dan meningkatkan citranya sebagai lembaga yang tanggap tuntutan zaman.
Agar penerapan teknologi multimedia tersebut lebih efektif, rancangan program
harus disesuaikan agar (1) mudah navigasinya, (2) sesuai dengan kebutuhan siswa dalam
belajar, (3) tampilannya artistik, dan estetik, agar menarik minat siswa, dan (4) bersifat
fungsional, sesuai rencana guru dan keinginan siswa serta menunjang pencapaian tujuan
sesuai tuntutan kurikulum.
2.2.3 Hasil Belajar Sastra
Kurikulum menuntut pembelajaran sastra yang apresiatif, agar wawasan dan
kepekaan perasaan siswa dapat dikembangkan, sehingga siswa memiliki rasa cinta
terhadap sastra, dan sampai pada kesadaran yang lebih baik terhadap diri dan masyarakat
sekitarnya. Apresiasi sastra dapat diartikan sebagai kegiatan mengenali, memahami, dan
menikmati pengalaman dan bahasa dalam sastra. Langkah-langkah dalam apresiasi sastra
menurut Sayuti (2000:5), adalah: (1) interpretasi atau penafsiran, yaitu upaya memahami
karya sastra dengan memberi tafsiran berdasarkan sifat karya itu; (2) analisis, yaitu
penguraian karya sastra atas bagian atau normanya; dan (3) penilaian, yaitu menentukan
kadar keberhasilan atau keindahan karya sastra yang diapresiasi.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 yang saat ini diberlakukan,
hasil belajar sastra diharapkan terwujud dalam bentuk kompetensi siswa dalam bersastra.
Menurut Finch & Crunkilton (dalam Mulyasa, 2002:38), kompetensi adalah kemampuan
penguasaan tugas, keterampilan, sikap dan apresiasi untuk menunjang keberhasilan,
terkait dengan berbagai ranah kehidupan, termasuk dalam dunia kerja maupun konteks
sosial. Menurut Richards (dalam Nurhadi, 2013), istilah kompetensi mengacu pada
perilaku yang dapat diamati untuk menuntaskan kegiatan sehari-hari dengan berhasil.
Istilah itu didasarkan pada model rancangan kurikulum yang memperhatikan faktor
13
efisiensi ekonomi dan sosial yang memberikan kemampuan kepada siswa untuk dapat
berpartisipasi secara efektif dalam masyarakat.
Dalam kurikulum 2006, istilah kompetensi dimaknai dengan perpaduan antara
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang diharapkan dapat direfleksikan oleh siswa
dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sehingga siswa mampu menemukan jati dirinya,
bersikap, dan berbuat sesuatu yang bermanfaat demi menunjang keberhasilan hidupnya di
tengah masyarakat. Mengacu batasan tersebut, dapat dikatakan bahwa kompetensi siswa
merupakan tolok ukur dalam menentukan kualitas daya saing lulusan dari setiap lembaga
pendidikan untuk berkiprah dalam dunia kerja dan hidup berkualitas di tengah
masyarakat.
Menurut Suryaman dan Nuradi (2005:15), kompetensi bersastra yang perlu dicapai
siswa dalam proses pembelajaran sastra meliputi (1) kompetensi apresiasi, (2) kompetensi
ekspresi, dan (3) kompetensi kreasi. Kompetensi tersebut diharapkan terwujud dalam
kegemaran siswa mengapresiasi karya sastra. Sementara itu, kompetensi yang diperlukan
guru sastra di SMA antara lain: (1) mampu mengekspresikan konteks historis sastra, (2)
menghubungkan sastra dengan budaya, (3) menganalisis sastra (4) mengapresiasi
perspektif multikultural serta isu global sastra remaja, dan (5) mengapresiasi sastra
remaja. Selain itu menurut Lazar (2002:55), guru sastra di SMA juga perlu memahami
berbagai genre sastra yang berbeda, seperti misteri (horror), fiksi sejarah, ilmiah, dan
multikultural.
2.3 Pendidikan Karakter
Karakter adalah tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dengan orang lain. Membentuk karakter tentu tidak semudah
memberi nasihat, tetapi memerlukan proses pendidikan karakter, yaitu keseluruhan
proses pembentukan kepribadian melalui pemahaman tentang nilai, dilanjutkan dengan
penanaman nilai-nilai yang telah dipahami melalui pembiasaan, pengulangan, dan
pembudayaan, agar tercermin dalam sikap dan perilaku kehidupan sehari-hari.
Pendidikan karakter merupakan proses perkembangan yang melibatkan
pengetahuan, perasaan, dan tindakan, secara koheren dan komprehensif. Oleh karena itu
perlu melibatkan berbagai komponen, yaitu: (1) masyarakatpemegang konsensus tata
krama. (2) pemangku kepentingan,(3) kurikulum terpadu, moral dan etikamenjadi bagian
dalam proses pendidikan, (4) model, dan(5) keterlibatan peserta didik,dalamkegiatan
14
positif.Dengan perhatian khusus serta komitmen dari semua komponen niscaya
pendidikan karakter terlaksana dengan baik.
2.4 Peta Jalan Kegiatan Penelitian (Road Map)
Dari studi pendahuluan yang dilakukan, cukup banyak penelitian mengenai
pembelajaran sastra di sekolah. Misalnya saja, pembelajaran melalui metode inovatif
berbasis pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Dalam hal ini
penelitian banyak ditekankan pada peningkatan kualitas pembelajaran di kelas melalui
Penelitian Tindakan kelas (PTK), seperti yang telah dijelaskan di atas. Masih belum
banyak ditemukan penelitan yang bertujuan mencari model inovatif pembelajaran sastra
dengan memanfaatkan media film melalui studi evaluasi.
Berdasarkan temuan dalam penelian yang telah dilakukan sebelumnya, dan
berdasarkan survey pendahuluan di lapangan, maka penelitian ini dirancang untuk
dilakukan selama dua tahun. Tahun I menyusun bahan ajar berbasis media film yang
berkontribusi terhadap pendidikan karakter. Adapun film yang dimaksud adalah yang
dibuat berdasarkan karya sastra (novel), seperti “Laskar Pelangi”, “Ketika Cinta Bertasbih”,
“Ayat-Ayat Cinta”, “Ronggeng Dukuh Paruk”, “Sang Pemimpi” dan lain-lainnya. Melalui
film siswa dapat memahami nilai-nilai kehidupan tanpa ada tekanan, dan dapat dilakukan
dengan perasaan senang. Penelitian tahun II dilakukan untuk merancang pengembangan
perangkat pembelajaran sastra Berbasis media film yang berkontribusi terhadap
Pendidikan Karakter. Setelah itu, dilakukan uji coba terhadap model inovatif yang
disusun. Uji coba dilakukan untuk melihat validitas, efektivitas dan kepraktisan model
yang disusun dalam penerapannya di lapangan. Road mappenelitian ini divisualisasikan
dalam bentuk fishbone berikut.
PA; PM PR UC
KA 2016 2017 2018 PM (BS,LKS,BG)
R; V/R VP; AH
KA :Kondisi awal PR: Persiapan PM: Prototipe Model PA: Pengkajian awal Model Pembel UC: Uji Coba BS: Buku Siswa PM: Perancangan model Pembel VP: Validasi Pakar LKS: Lembar Kerja Siswa
15
R: Realisasi Model Pembel AH: Analisis Hasil Uji Coba BG: Buku Pegangan Guru RV : Revisi. Model
PengkajianAwal
RPP, Silabus, Bukusiswa, Bukuguru
Penelitia
n
Relevan
2015
2015
2016
Kondisi
Awal
Realisas
Model
Perancang
Model
meliputi:
- Silabus
- RPP
- Buku Siswa
- Buku Guru
Revisi Model
melalui:
- FGD
- Konsultasi Pakar
(Silabus, RPP,
buku siswa, buku
guru)
Validasi
PakarUjicoba
dan
Analisis
2016
2017
Peta Jalan Penelitian
BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model pembelajaran
sastra inovatifberbasis media film yang berkotribusi terhadap pendidikan karakter. Secara
khusus tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
3.1.1 Menyusun dan mengembangkan modul bahan ajar sastra di SMA berbasis media film
yang berkontribusi terhadap pendidikan karakter yang sesuai dengan tuntutan Kurikulum
sehingga dapat digunakan dalam kegiatan belajar mengajar (KBM). Modul tersebut
memuat buku siswa, lembar kerja siswa (LKS), buku pegangan guru yang valid, praktis
dan efektif.
3.1.2 Mengujicobakan modul bahan ajar SMA yang disusun dan dikembangkan untuk
mengetahui validitasnya, keefektifannya, dan kepraktisannya. Uji coba akan dilakukan
hingga diperoleh modul bahan ajar sastra berbasis media film yang berkontribusi
terhadap pendidikan karakter yang memenuhi kriteria valid, efektif, dan praktis.
16
3.1.3 Meningkatkan aktifitas, kreatifitas, dan prestasi belajar bahasa (dan sastra) Indonesia
siswa SMA di Kabupaten Sukoharjo melalui penerapan pembelajaran sastra berbasis
media film yang berkontribusi terhadap pendidikan karakter.
3.2 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan melalui penelitian ini meliputi manfaat teoretis dan manfaat
praktis sebagai berikut.
3.2.1 Manfaat Teoretis
Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan akan dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan khususnya tentang bahan ajar dan media pembelajaran sastra yang efektif.
Selain itu, juga dapat menjadi dasar bagi penelitian semacam lebih lanjut.
3.2.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini akan diharapkan dapat memberikan manfaat praktis dalam hal
berikut. (1) Pengembangan bahan ajar sastra berbasis media film. (2) Peningkatan
kualitas pembelajaran sastra melalui media film. (3) Pendidikan karakter siswa melalui
pembelajaran sastra berbasis media film.
BAB 4. METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian pengembangan. Objek yang dikembangkan
adalah model inovatif pembelajaran sastra berbasis bahan ajar dengan media film yang
berkontribusi terhadap pendidikan karakter, yang valid, praktis dan efektif. Fokus penelitian ini
adalah pengembangan model pembelajaran. Rancangan penelitian pengembangan yang
digunakan mengikuti model rancangan pengembangan Plomp (1997) meliputi tahap
pengkajian awal, tahap perancangan, tahap realisasi/konstruksi dan tahap tes, evaluasi, dan
revisi. Pada tahap tes, evaluasi, dan revisi dapat terjadi pengulangan, sehingga diperoleh
prototipe yang memenuhi persyaratan valid, praktis dan efektif. Untuk keperluan perancangan
model pembelajaran sastra, prototipe yang telah disusun dan dikembangkan diujicobakan
kepada subjek penelitian, yaitu siswa SMA Negeri 3 Sukoharjo (sekolah di kota) dan SMA
Nguter Sukoharjo (sekolah di pinggiran).
Secara umum rancangan penelitian pengembangan sampai memperoleh prototipe
final meliputi tahap pengkajian awal, tahap perencanaan, tahap validasi dan revisi serta tes,
evaluasi, revisi. valid, praktis dan efektif. Prototipe 1, 2, 3, dan selanjutnya merupakan suatu
kesinambungan. Maksudnya, masing-masing ptototipe yang lebih kemudian adalah perbaikan
17
dari prototipe sebelumnya. Demikian penelitian akan terus dilakukan sampai mendapatkan
prototipe final, yaitu model inovatif pembelajaran sastra dengan bahan ajar berbasis media
film yang berkontribusi terhadap pendidikan karakter.
4.2 Penelitian Tahun I
Kegiatan pada tahun I penenelitian meliputi perancangan model yang dilakukan
melalui 4 tahap yaitu: pengkajian awal, perancangan, realisasi (konstruksi), validasi dan revisi.
Dengan jabaran sebagai berikut.
4.2.1 Tahap pengkajian awal.
Tahap ini merupakan langkah awal dengan mengamati kondisi faktual di lapangan.
Mengkaji teori belajar dan metode pembelajaran, serta mengkaji tentang proses
pembentukan karakter.
4.2.2 Tahap perancangan.
Tahap ini meliputi tahapan perancangan model pembelajaran, perancangan perangkat
pembelajaran, dan instrumen. Pada tahapan ini dirancang petunjuk penggunaan model
pembelajaran sastra berbasis media film yang berkontribusi terhadap pendidikan
karakter, dan mengorganisasi materi yang disesuaikan dengan perangkat pembelajaran.
4.2.3 Tahap realisasi.
Tahap ini dilakukan penetapan komponen model, meliputi sintaks, sistem sosial, sistem
pendukung, dampak instruksionaldan dampak pengiring. Perangkat model meliputi
rencana pembelajaran, buku siswa, lembar kerja siswa dan buku pegangan guru.
4.2.4 Tahap validasi dan revisi
Pada tahap ini dilakukan validasi dengan meminta pertimbangan kepada ahli pengajaran
sastra dan praktisi di lapangan. Hasil dari tahap ini apabila sudah valid, disebut
prototipe-1. Jika model sudah valid dan layak tanpa revisi, dilanjutkan dengan uji coba di
lapangan. Revisi dari hasil ujicoba selanjutnya disebut sebagai prototipe-2. Demikian
selanjutnya untuk dilakukan uji coba kembali di lapangan sampai mendapatkan model
yang diinginkan
4.3 Luaran Penelitian
Luaran penelitian tahun I ini adalah: (1) Model Pembelajaran Sastra Berbasis Media
Film yang Berkontribusi terhadap Pendidikan Karakter. (2) Modul bahan ajar untuk model
Pembelajaran Sastra Berbasis Media Film yang Berkontribusi terhadap Pendidikan Karakter,
meliputi buku siswa,dan buku guru untuk satu pokok bahasan.
18
4.4 Data dan Sumber Data
Penelitian untuk mengembangkan model pembelajaran sastra berbasis bahan ajar
dengan media film yang berkontribusi terhadap pendidikan karakter yang memenuhi syarat
valid, praktis dan efektif ini diperlukan data dan sumber data berikut.
4.4.1 Data Penelitian
Data dalam penelitian ini adalah semua informasi yang berkaitan dengan (1) model
pembelajaran sastra inovatif; (2) modul bahan ajar sastra berbasis media film, yang
praktis, valid, dan sfektif; (3) pendidikan karakter.
4.4.2 Sumber Data Penelitian
(1) Untuk menyusun modul bahan ajar sastra diperlukan sumber data Kurikulum 2013
untuk SMA, silabus mata pelajaran bahasa Indonesia untuk SMA, dan buku-buku
serta artikel dan berbagai dokumen dan referensi yang berkaitan dengan
pembelajaran satra dan pendidikan karakter.
(2) Untuk mengetahui validitas konstruksi dari modul yang disusun diperlukan sumber
data pakar pengajaran sastra dan praktisi di lapangan untuk memberikan penilaian
terhadap modul yang disusun, meliputi buku siswa dan buku guru untuk satu pokok
bahasan.
(3) Untuk mengetahui kepraktisan modul yang disusun, diperlukan sumber data pakar
pembelajaran sastra dan guru yang melaksanakan pembelajaran untuk memberikan
(1) pernyataan tentang dapat atau tidaknya model yang disusun diterapkan dalam
pembelajaran sastra di SMA; (2) data hasil pelaksanaan pembelajaran di kelas
dengan model yang disusun.
(4) Untuk mengetahui keefektipan modul yang disusun, maka diperlukan sumber data
siswa untuk dilihat aktivitas dan respon siswa selama proses pembelajaran, dan
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dan menanamkan atau
membentuk karakter kepribadian siswa.
4.5 Teknik Analisis Data
Analisis data kevalidan, kepraktisan dan keefektipan Modul bahan ajar sastra berbasis
media Film yang Berkontribusi terhadap Pendidikan Karakter, dilakukan dengan teknik
berikut.
4.5.1 Analisis Kevalidan Model
Analisis dilakukan dengan cara mencari rata-rata dari penilaian validator. Skor rata-rata
(V) dikonfirmasikan dengan interval penentuan kategori validitas model sebagai berikut.
19
V < 1,5 berarti tidak valid
1,5 V < 2,5 berarti kurang valid
2,5 V < 3,5 berarti cukup valid
3,5 V < 4,5 berarti valid
4,5 V berarti sangat valid
4.5.2 Analisis Kepraktisan Model melalui Kelayakan dan Keterlaksanaan
Analisis kelayakan dilakukan dengan cara mencari rata-rata dari penilaian validator. Skor
rata-rata (L) dikonfirmasikan dengan interval penentuan kategori kelayakan penerapan
model yang disusun berikut.
Analisis keterlaksanan dilakukan dengan cara mencari rata-rata dari observer yang
mengamati proses pembelajaran di kelas. Skor rata-rata (T) dikonfirmasikan dengan
interval penentuan kategori keterlaksanaan penerapan model yang disusun, dengan
criteria sebagai berikut.
T < 1,5 berarti tidak ada yang terlaksana
1,5 T < 2,5 berarti sebagian kecil terlaksana
2,5 T < 3,5 berarti sekitar separuh terlaksana
3,5 T < 4,5 berarti sebagian besar terlaksana
4,5 T berarti seluruhnya terlaksana
4.5.3 Analisis Keefektifan Model
Analisis keefektipan model meliputi analisis hasil belajar siswa, aktifitas siswa, respon
siswa, dan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Analisis hasil belajar siswa
diperoleh dari evaluasi hasil belajar (tes), pengerjaan tugas. Ketuntasan belajar dilihat
dari ketuntasan individu dan klasikal. Ketuntasan individu apabila siswa
memperoleh skor minimal 6. Ketuntasan klasikal tercapai kalau siswa yang memperoleh
ketuntasan belajar individu minimal 80% dari banyaknya siswa. Analisis aktifitas siswa
diperoleh dari pengamatan dalam mengikuti pembelajaran. Pengamatan dilakukan oleh
L < 1,5 berarti sangat tidak layak
1,5 L < 2,5 berarti kurang layak
2,5 L < 3,5 berarti cukup layak
3,5 L < 4,5 berarti layak
4,5 L berarti sangat layak
20
pengamat yang ditentukan. Analisis dilakukan terhadap frequensi rata-rata dari hasil
pengamatan oleh pengamat. Analisis respon siswa dilakukan dengan menentukan
respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran denagan model yang disusun. Model
dikatakan efektif jika siswa yang merespon posistip minimal 80 % dari jumlah siswa yang
ada. Analisis kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dilakukan dengan
mencari rata-rata dari observer yang mengamati proses pembelajaran. Skor rata-rata (K)
dikonfirmasikan dengan interval penentuan kategori keterlaksanaan penerapan model
yang disusun, sebagai berikut.
K < 1,5 berarti sangat rendah
1,5 K < 2,5 berarti rendah
2,5 K < 3,5 berarti sedang
3,5 K < 4,5 berarti tinggi
4,5 K berarti sangat tinggi
BAB 5. HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI TAHUN PERTAMA
5.1 Hasil Penelitian yang berupa Perangkat Pembelajaran
5.1.1 Silabus
Sebelum menyusun modul bahan ajar sastra berbasis media film, dilakukan
pengembangan silabus untuk kelas XI yang sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013 pada
bidang studi bahasa Indonesia untuk SMA. Tampilan silabus dalam kurikulum 2013 untuk SMA
seperti tertera di bawah ini.
Nama Sekolah : SMA N 1 Veteran Sukoharjo Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas : XI Semester :1 (Satu) Alokasi Waktu : 22 X 30 Menit
Kompetensi Inti : Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KOMPETENSI
INTI
KOMPETENSI
DASAR MATERI INDIKATOR PENGALAMAN
BELAJAR
ALOKASI
WAKTU
SUMBER PENILAIAN
21
5.1.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Tugas guru sebelum mengajar adalah membuat perencanan pembelajaran.
Administrasi pembelajaran yang dibuat sebelum mengajar adalah RPP. Komponen RPP
meliputi hal-hal berikut.
(1) Identitas mata pelajaran terdiri dari: satuan pendidikan, kelas, semester, program
studi, mata pelajaran dan jumlah pertemuan.
(2) Kompetensi Inti, yaitu kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang
menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang
diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata
pelajaran.
(3) Kompetensi Dasar, yaitu sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik
dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator
kompetensi dalam suatu pelajaran.
(4) Indikator pencapaian kompetensi, adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau
diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang
menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi
dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan
diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
(5) Tujuan pembelajaran, menggambarkan proses dan hasil belajar yang
diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.
(6) Materi ajar, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan
ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian
kompetensi.
(7) Alokasi waktu, ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan
beban belajar.
(8) Metode pembelajaran, digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau
seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran
disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari
setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran.
(9) Kegiatan pembelajaran, untuk mencapai suatu kompetensi dasar harus
dicantumkan langkah-langkah kegiatan setiap pertemuan. Pada dasarnya,
langkah-langkah kegiatan.
(10) memuat unsur kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. Kegiatan inti
22
terdiri atas, eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
(11) Penilaian hasil belajar, prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil
belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu
kepada Standar Penilaian.
(12) Sumber belajar, penentuan sumber belajar didasarkan pada standar
kompetensi dan kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan
indikator pencapaian kompetensi.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)merupakan dokumen administrasi guru yang
dibuat sebelum mengajar. RPP berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran
di lapangan. Adapun bentuk RPP secara lengkap dapat dilihat dalam lampiran 2.
5.1.3 Buku Siswa
Buku siswa adalah modul bahan ajar yang disusun untuk membantu siswa dalam
belajar. Lembar kerja siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia yang disusun melalui
penelitian ini mencakup 2 kegiatan yaitu kegiatan 1 meliputi pembangunan konteks dan
pemodelan keterkaitan film Tanah Surga Katanya dan Laskar Pelangi. Untuk dapat lebih
memahami masing-masing kegiatan, diuraikan 5 tugas yang harus diselesaikan oleh siswa.
Kelima tugas tersebut terdiri dari soal-soal latihan yang berbentuk uraian panjang dan uraian
singkat. Soal dengan jawaban uraian panjang terdapat pada tugas 2, 3 dan 4. Sedangkan soal
dengan jawaban uraian pendek terdapat pada tugas 1 dan 5.
Buku siswa ini merupakan buku pegangan untuk siswa. Pada buku siswa ini di
dalamnya dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:
(1) Ringkasan materi pelajaran untuk topik yang dipelajari;
(2) Soal-soal latihan
(3) Tugas-tugas untuk siswa sebagai pendalaman materi
(4) Kegiatan pengayaan terhadap materi pelajaran yang disampaikan guru dalam kelas.
Adapun bentuk lengkap buku siswa dapat dilihat dalam lampiran 3
5.1.4 Buku Guru
Buku guru merupakan buku petunjuk untuk guru sebagai patokan dalam proses
belajar mengajar. Buku guru berisi tentang petunjuk umum dan petunjuk khusus. Petunjuk
umum di dalamnya memuat materi, metode, dan evaluasi. Sementara itu petunjuk khusus
memuat kriteria penilaian hasil tugas siswa rekaman kegiatan siswa. Dalam petunjuk umum
diuraikan pendahuluan, konsep materi dan penilaian. Adapun dalam petunjuk khusus
23
diuraikan tentang pembangunan konteks dan pemodelan teks yang didalamnya mencakup
kegiatan yang perlu dilakukan guru dalam proses pembelajaran. Dalam petunjuk khusus
juga diuraikan mengenai bentuk penilaian yang diterapkan. Selain itu, dalam buku guru juga
terdapat informasi tentang silabus dan RPP. Silabus merupakan program pembelajaran yang
akan dijadikan dasar dalam membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Silabus
disusun berdasarkan pedoman yang memuat informasi tentang: nama sekolah, mata
pelajaran, kelas, semester, alokasi waktu dan standart kompetensi.
Buku Guru merupakan buku pegangan guru, yang dapat digunakan sebagai pedoman
bagi guru selama proses pembelajaran. Dalam buku guru terdapat beberapa bagian, sebagai
berikut.
(1) Petunjuk umum, di dalamnya terdapat uraian tentang metode pembelajaran, metode
penilaian, dan evaluasi.
(2) Petunjuk khusus , di dalamnya diuraiak secara terperinci langkah-langkah
pembelajaran, baik yang perlu dilakukan oleh guru maupun siswa.
(3) Kriteria penilaian, meliputi kriteria penilaian hasil tugas siswa.
(4) Teknik Merekam kegiatan siswa.
Adapun Isi buku guru secara lengkap terlihat dalam lampiran 4.
5.2 Luaran Penelitian
Luaran penelitian yang dicapai pada tahun I adalah sebagai berikut.
(1) Tersusunnya perangkat pembelajaran yang dikembangkan meliputi: (1) Silabus mata
pelajaran Bahasa Indonesia SMA Kelas XI; dan (2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk kelas XI . Silabus dan RPP yang
dimaksud telah disusun bersama-sama dengan guru bahasa Indonesia kelas XI dan
dalam pengawasan Kepala Sekolah tempat penelitian di lakukan. Silabus yang disusun
tersebut telah disesuaikan dengan petunjuk dalam Kurikulum 2013, baik format
maupun cakupan materinya.
(2) Tersusunnya modul bahan ajar sastra berbasis media film yang brkontribusi terhadap
pendidikan karakter. Modul yang dimaksud adalah untuk pembelajaran sastra dalam
satu pokok bahasan. Berdasarkan silabus ditetapkan SK dan KD yang dipilih sesuai
dengan tujuan penelitian, lalu disusun Buku guru, dan Buku Siswa.
(3) Disampaikan makalah tentang bahan ajar sastra ini dalam seminar nasional dengan
nama kegiatan “Konferensi Internasional Kesusasteraan oleh Himpunan Sarjana
Kesusasteraan Indonesia (KIK-HISKI) di Universitas Negeri Yogyakarta pada 13-15
24
Oktober 2016.
(4) Diterbitkan makalah yang telah dipresentasikan dalam buku proseding yang ber ISBN
(5) Terkirimnya (submid) artikel untuk jurnal terakrediatasi, pada Jurnal bahasa dan
sastra yang diterbitkan oleh FBS UNY.
BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
6.1 Rencana Penelitian Tahun II
Penelitian tahun II direncanakan untuk mengembangan perangkat pembelajaran
sastra Berbasis media film yang Berkontribusi terhadap Pendidikan Karakter, yang terdiri dari
Rencana Pembelajaran (RPP), dan modul buku ajar, meliputi buku siswa dan buku guru.
Setelah perangkat pembelajaran dikembangkan, langkah selanjutnya adalah melakukan
validasi dengan melaksanakan uji coba di lapangan untuk (1) menguji kevalidan, kepraktisan
dan keefektifan pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang telah
dikembangkan tersebut, (2) melihat keaktifan siswa dalam pembelajaran dan (3) melihat
prestasi/capaian hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan
perangkat modul pembelajaran inovatif yang disusun.
6.1.1 Tahapan Penelitian Tahun ke II
Penelitian pada tahun II direncanakan untuk dilakukan dalam empat tahap yaitu
tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap analisis data dan tahap penulisan laporan.
(1) Tahap Persiapan. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah mengembangkan
perangkat pembelajaran, dan validasi serta revisi perangkat pembelajaran.
(2) Tahap Pelaksanaan. Pada tahap ini kegitan yang dilakukan adalah melaksanakan
pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran sastra berbasis media film,
observasi dan refleksi hingga diperoleh perangkat yang valid, praktis dan efektif.
(3) Tahap Analisis Data. Pada tahap ini kegitan yang dilakukan adalah menganalisis data yang
diperoleh dari tahap pelaksanaan. Model analisis data yang digunakan tahun II, sama
dengan tahun I. Namun ada perbedaan dalam jangkauan keluasan bahan/materi yang
diampaikan dalam pembelajaran.
(4) Tahap Penulisan Laporan. Pada tahap ini kegitan yang dilakukan adalah mendeskripsikan
proses dan hasil penelitian mulai dari tahap persiapan sampai pada tahap hasil analisis
data hingga diperoleh simpulan.
6.1.2 Luaran Penelitian Tahun ke II
Luaran penelitian tahun II ini adalah
25
(1) Model Pembelajaran Sastra Berbasis Media Film yang Berkontribusi terhadap Pendidikan
Karakter.
(2) Modul perangkat pembelajaran yang terdiri RPP, buku siswa, dan buku guru untuk satu
pokok bahasan yang valid, praktis, dan efektif yang diperoleh melalui uji coba di lapangan.
(3) Artikel tentang model pembelajaran sastra inovatif berbasis media film dalam jurnal
nasional terakrediatasi.
BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN
Dari keseluruhan laporan yang telah disusun dapat disampaikan simpulan dan saran
sebagai berikut.
1. Modul bahan ajar sastra yang disusun serta perangkat pembelajarannya meliputi silabus,
RPP, buku siswa, dan buku guru masih perlu direvisi untuk perbaikan dan penyempurnaan
serta penyesuaian dengan kondisi di lapangan dan masukan dari para pakar pengajaran
sastra dan praktisi di lapangan.
2. Mengingat bahwa penelitian ini berkaitan dengan pembelajaran, maka informasi
keberlanjutan perlu di sesuaikan dengan waktu yang tersedia di lapangan, sesuai dengan
alokasi waktu yang tersedia di sekolah.
3. Mengingat bahwa bahan ajar sastra yang disusun hanya untuk satu pokok bahasan saja,
maka sangat baik dan lebih sempurna jika dikembangkan untuk seluruh materi dalam satu
semester, sehingga dapat lebih bemanfat bagi siswa dan guru khususnya dalam
pembelajaran sastra di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Abrams, M.H. 1979. The Mirror and the Lamp: Romantic Theory and the Critical Tradition. New York: Oxford University Press.
Bloom, Benyamin S. 1977. Taxonomy of Educational Objectives.Vol.I Cognitive Domain. New York: Longman
Brown.H.D. 2001.Teaching by Principles: An Interactive Approach to Language Pedagogy. (2 nded.). New York: Addison Wesley Longman, Inc.
Djojosuroto, Kinayati 2005. Puisi Pendekatan dan Pembelajaran, Gestal, Strukrural, Strukturalisme Genetik, Semiotik, Resepsi Sastra, Analisis Wacana. Bandung: Nuansa.
Ekins, Deborah. 1976. Teaching Literature. Ohio: Charles Merrill & Publishing Co. Gagne, Robert M.dan Leslie J. Briggs. 1979. Principles of Instructional Design. New York: Holt,
Rinehart and Winston. Harimansyah, Ganjar. Marliana, Lina. dan Widodo, Edi Rakhmat. 2014. “Uji Kompetensi Guru
Bidang Sastra di SMA Perlu atau Tidak?” Makalah dalam Konferensi Internasional Himpunan Sarjana Kesusasteraan (HISKI) di Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin.
Hubbard, Peter. 1983. A Training Course for TEFL, Oxford University Press: Oxford. Irawan, I Putu Ari Utama, I Nyoman Sudiana, I Wayan Wendra 2014.‘‘Penggunaan Film Bisu
dengan Teknik Dubbing untuk Meningkatkan Kemampuan Menyampaikan Dialog dalam
26
Drama Siswa Kelas XI IPA di SMA Negeri 2 Jepara’’ http://jurnal. fkip.uns.ac.id/i ndex.php/tp/article/view/3662) (Diakses 21 April 2015).
Joyoatmojo, Soetarno. 2003. Pembelajaran Efektif: Upaya Peningkatan Kualitas Lulusan Menuju Penyediaan Sumber Daya Insani yang Unggul. Pidato Pengukuhan Guru Besar FKIP Universitas Sebelas Maret. Surakarta: INS Press.
Lazar, Gillian. 1993. Literature and Language Teaching, Answer Guide Teachers and Trainers.United Kingdom: Cambridge University Press.
Miles, M.B. & Huberman, A.M. 1984. Qualitative Data Analysis: A Sourcebook of New Methods. Beverly Hills: Sage Publication.
Moody, H.L.B. 1971. Theaching of Literature. London: Longman. Mulyasa, E. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Implementasinya.
Bandung: Rosda. Nugrahani, Farida. 2009. “Sastra Adolesen: Konsep Pembelajarannya di Sekolah” Dalam
Proseding Panorama Pengkajian Bahasa, Sastra dan Pengajarannya. Surakarta: PPs dan Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS Surakarta
-------. 2010. ”Bahan Ajar Sastra dan Pengajarannya yang Relevan dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004”. Laporan Penelitian LPPM Univet Bantara.
-------. 2011. ”Pembelajaran Sastra yang Apresiatif dalam Perspektif KBK (Studi Evaluasi di SMA Surakarta)” Laporan PenelitianLPPM Univet Bantara.
-------.2014.“Laskar Pelangi Novel By Andrea Hirata as Acreative Industry and Educative Media (A Review of Sociologi Literature)”, Makalah Seminar Antarbangsa Kesusastraan Asia Tenggara (SAKAT) di Dewan Bahasa dan Pustak Berakas Negara Brunai Darussalam, 15-19 Sept 2014
Nurhadi. 2013. “Hakikat Proses Belajar Bahasa”. dalam <http://kompas.com/kompas-cetak/0407/12/didaktika/1140099.htm/> (diakses 12 April 2013)
Popham, James W. 1994. Classroom Assessment. Los Angeles: University of California. Plomp, Tjeerd,1997. Educational and Training System Design . Enschede, The Netherlands:
Univercity of Twente. Rohmadi, Muhammmad. 2005. “Kaderisasi dan Motivasi Menulis dalam Pembelajaran Sastra di
Sekolah/ Kampus”. Makalah dalam Konferensi Internasional Himpunan Sarjana Kesusasteraan (HISKI), 18-21 Agustus 2005 di Swarna Dwipa Palembang.
Saidi, Ridwani. 2015, ‘’Pemanfaatan Media Video Kehidupan Sosial Orang Pinggiran untuk Menstimulisasi Pengembangan Ide Cerita dalam Menulis Cerpen pada Kelas VII E SMPN 18 Malang’’ (http://e- journal.umm .ac.id/index. php/jps/article/view/1964). (Diakses 21 April 2015).
Sarumpaet, Riris K. Toha. 2002. “Bagaimana Sastra Membangun Bangsa” dalam Riris K. Toha-Sarumpaet (Ed). Sastra Masuk Sekolah. Magelang: Indonesiatera.
Satoto, Sudiro. 2006.”Profil dan Profesionalisme Guru Bahasa dan Sastra Indonesia yang Ideal dalam Perspektif Pergaulan Antarbangsa” dalam Kumpulan Makalah Konferensi Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia dalam Perspektif Pergaulan Antarbangsa PIBSI XXVIII Tanggal 2-4 Juli 2006. Semarang: IKIP PGRI.
Sudjana, Nana. 1991. Teori-teori Belajar Untuk Pengajaran. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Sayuti, Suminto A. 2002. “Sastra dalam Perspektif Pembelajaran: Beberapa Catatan”, dalam Riris K. Toha-Sarumpaet (Ed). Sastra Masuk Sekolah. Magelang: Indonesiatera.
Sunarto & Hartono, Agung. 2002. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional dan PT Rineka Cipta.
Suryaman, Maman dan Nuradi, Felicia. 2005. Pedoman Review Buku Teks Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Pusat Perbukuan.
27
Syaefuddin, Ahmad. 2012. ‘’Pengembangan Model Pembelajaran Menulis Argumentasi Siswa SMA Melalui Dukungan ICT’’ (http://journal. unnes.ac.id/sju/index.php/ seloka). (Diakses 21 April 2015).
Waluyo, Herman J. 2003. Drama Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta: Hanindita.
28
Lampiran-lampiran Lampiran 1
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR SASTRA BERBASIS MEDIA FILM YANG
MENDUKUNG PENDIDIKAN KARAKTER
Dr. Farida Nugrahani, M.Hum.
PBSI FKIP, MPBI Pascasarjana Univet Bantara Sukoharjo
dan HISKI Komisariat Univet Bantara Sukoharjo
Pos-El: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengembangkan bahan ajar sastra dengan
media film yang mendukung pendidikan karakter. (2) mengujicobakan bahan ajar yang
disusun untuk mengetahui validitas, keefektifan, dan kepraktisannya. (3)
mendeskripsikan nilai-nilai karakter yang terdapat dalam bahan ajar yang disusun.
Penelitian ini mengikuti model rancangan pengembangan Plomp (1997) meliputi (1)
tahap pengkajian awal, (2) tahap perancangan, (3) tahap realisasi (konstruksi), (4) tahap
validasi dan revisi. Dalam keperluan perancangan bahan ajar sastra ini prototipe yang
telah disusun dan dikembangkan diujicobakan kepada subjek penelitian, yaitu siswa
SMA Veteran 1 Sukoharjo. Penelitian dilakukan sampai mendapatkan prototipe final,
yaitu bahan ajar sastra dengan media film yang valid, praktis, dan efektif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa (1) Bahan ajar sastra dengan media film dapat disusun
dalam bentuk perangkat pembelajaran yang terdiri dari buku siswa dan buku guru sesuai
silabus Bahasa Indonesia dalam Kurikulum. (2) Bahan ajar sastra yang disusun bersifat
valid, praktis, dan efektif digunakan dalam pembelajaran sastra di SMA. (3) Bahan ajar
sastra yang disusun mengandung nilai-nilai karakter yang berkaitan dengan rasa cinta
dan bangga atas lingkungan hidup, serta rasa syukur atas keindahan alam dan seisinya,
dan rasa syukur atas karunia Allah yang diciptakan untuk manusia.
Kata kunci: bahan ajar sastra, media film, pendidikan karakter.
29
1. PENDAHULUAN
Para pakar pada umumnya sepakat bahwa sastra dapat berperan besar dalam
penanaman nilai-nilai luhur pada siswa, demikian pula sudah banyak hasil penelitian
yang mendukung pendapat tersebut. Namun demikian, masih banyak orang yang
meganggap bahwa membaca dan memahami sastra tidak lebih penting dari
mempelajari teknologi dan hal-hal lain yang bersifat kebendaan. Kemampuan anak
dalam bidang eksakta menjadi lebih utama daripada bidang sosial humaniora, yang
dapat dipelajari melalui sastra. Akibat dari pandangan yang menyesatkan itu, maka
pembelajaran sastra masih terpinggirkan. Guru merupakan pilar utama pendidikan,
karena itu diharapkan guru mampu menumbuhkan minat siswanya untuk mempelajari
sastra, agar penanaman nilai-nilai kehidupan yang mendukung pembentukan karakter
mulia dapat dilakukan.
Sesungguhnya tidaklah mudah mengajarkan sastra di sekolah, karena
menyediakan teks sastra sebagai bahan ajar ke dalam kelas itu bukanlah pekerjaan
mudah. Karena mempelajari sastra berarti membaca teks sastra, memahami isinya,
mengapresiasi keindahan ceritanya, dan menghayati nilai-nilai kehidupan yang
disampaikan pengarang, maka membaca karya sastra dalam pembelajaran sastra
adalahsebuah keniscayaan. Untuk itu, sangatlah diperlukan kreativitas guru dalam
mempersiapkan dan mengembangkan bahan ajar yang menarik, agar pembelajaran
dapat berjalan efektif dan berhasil lebih optimal.
Pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, diketahui bahwa pembelajaran
sastra di Indonesia pada umumnya belum berhasil sesuai tujuan dalam kurikulum.
Keprihatinan terhadap rendahnya mutu pembelajaran sastra di sekolah telah menjadi
topik pembicaraan dalam berbagai forum ilmiah bahasa dan sastra, baik melalui
konggres bahasa, seminar, simposium, workshop, ataupun diklat profesi guru dalam
sertifikasi guru bahasa di seluruh Indonesia (Nugrahani, 2014: 3).
Karya sastra merupakan salah satu bentuk karya seni, yang tentunya memiliki
sifat menarik karena mengandung unsur keindahan. Karena itu menurut Satoto
(2006:423), dalam kondisi bagaimanapun, sudah seharusnya pembelajaran sastra itu
menarik apabila disampaikan dengan benar oleh guru yang profesional, yaitu guru yang
mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Sebagaimana yang telah ditetapkan dalam
undang-undang, bahwa tugas guru adalah melaksanakan pendidikan dan pembelajaran
30
yang bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar tumbuh menjadi
manusia beriman, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi
warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Masalahnya, guru sastra di
Indonesia belum semuanya profesional dalam menjalankan tugasnya. Sarumpaet
(2002:xii) menyatakan, bahwa masih banyak guru sastra yang belum mampu
memahami karya sastra yang akan diajarkan kepada siswanya. Demikian pula penelitian
dari Direktorat Tenaga Kependidikan Depdiknas (dalam Harimansyah, dkk. 2013:1),
yang menemukan bahwa 61,96% guru SD, SMP, SMA, dan SMK tidak menguasai
materi yang diajarkan. Lebih lanjut, dari berbagai penelitian yang terdahulu juga
diketahui bahwa penyebab utama kegagalan pembelajaran sastra pada umumnya adalah
karena gurunya tidak berkompeten, siswanya kurang berminat, dan fasilitas
pembelajarannya terbatas. Padahal tugas guru dalam proses pembelajaran meliputi
tugas-tugas yang amat peting, dimulai dari menyusun perencanaan pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran, sampai melakukan evaluasinya. Jika kompetensi guru
rendah, maka tidak akan mampu menjalankan tugas-tugas tersebut dengan baik.
Rendahnya kompetensi guru dalam mengajarkan sastra, pada umumnya tampak
dari cara penyajian materi ajar yang kurang menarik. Para guru belum menyajikan
materi ajar yang sesuai dengan perkembangan mental siswa remaja (adolescent), dan
perkembangan teknologi informasi yang akrab dengan kehidupan siswa, sehingga minat
siswa untuk belajar sastra menjadi berkurang bersastra (Nugrahani, 2011).
Berdasarkan penelitian sebelumnya itulah, maka dipandang penting untuk
dilakukan penelitian tentang pengembangkan bahan ajar sastra yang menarik dalam
pembelajaran sastra yang efektif, valid dan praktis, yang sesuai dengan kemampuan,
kreatifitas, dan perkembangan intelektual siswa, yang mendukung pembentukan
karakter siswa. Melalui bahan ajar sastra yang dimaksud diharapkan siswa dapat
belajar dengan aktif dan kreatif serta dengan perasaan senang (enjoy) dan berhasil
sesuai tujuan yang dirumuskan dalam kurikulum yang diberlakukan.
Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan bahan ajar sastra inovatif yang
diharapkan mampu memberikan informasi ilmiah baru yang bermakna penting bagi
pengajaran sastra yang efektif, juga bermakna bagi pengambil kebijakan, serta semua
pihak yang peduli terhadap pendidikan dan lingkungan. Selanjutnya, melalui hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan inspirasi dalam mengubah orientasi
31
pembelajaran sastra dari pemahaman kognitif menjadi pencapaian kompetensi apresiatif
yang menunjang pendidikan karakter. Adapun karakter yang dituju adalah karakter
mulia, seperti santun dan suka bergotong royong, yang dilandasi rasa cinta dan bangga
atas lingkungan dan segala ciptaan Allah yang dikaruniakan kepada manusia.
Bahan ajar yang dikembangkan dalam penelitian ini diharapkan dapat
digunakan dalam kegiatan belajar mengajar (KBM), sehingga dapat memberikan
urgensi praktis dalam hal-hal berikut. (1) Peningkatan kualitas pembelajaran sastra
melalui bahan ajar satra berbasis media film. (3) Tercapainya tujuan pendidikan
karakter pada siswa melalui pembelajaran sastra berbasis media film.
Lazar (2002:52) menyampaikan, bahwa bahan ajar sastra yang digemari siswa
adalah novel, namun mengangkat novel sebagai bahan ajar di kelas tentu tidak mudah,
sebab jumlah ketersediaan novel di perpustakaan sekolah pada umumnya sangat
terbatas dan tidak mencukupi untuk dibaca siswa secara bersama-sama. Oleh sebab itu
perlu dicari alternatif yang memungkinkannya, misalnya mengajarkan materi novel
yang dikemas dalam berbagai komoditas, seperti film, lagu, drama musikal, sinetron,
dan sebagainya. Disinyalir hal itu merupakan alternatif cerdas sebagai jembatan menuju
apresiasi novel yang dipilih sebagai materi ajarnya. Dengan hadirnya teknologi
informasi yang sangat digemari siswa, maka sastra (dengan komoditas derivasinya)
menjadi lebih dekat dengan siswa meskipun belum langsung melalui teks aslinya. Hal
itu tentu tidak perlu dipermasalahkan mengingat bahwa melalui bantuan teknologi
informasi (seperti film, video, drama musikal, sinetron dan sebagainya), para siswa
berkesempatan untuk bereksplorasi, berimajinasi, dan menantang kreativitasnya untuk
mengapresiasi karya seni yang bersumber pada sastra yang syarat akan nilai-nilai yang
merupakan pesan pengarang yang disampaikan melalui amanat cerita.
Keberadaan media internet dan semua media audiolingual berbasis komputer
seperti film, video, sinetron, dan sebagainya dalam pembelajaran sastra sangat mudah
membantu siswa dalam belajar dan fleksibel dalam ukuran tempat, waktu, serta
biayanya. Melalui bahan ajar sastra berbasis media film, guru mendapatkan kemudahan
dalam tugasnya menghadirkan karya sastra untuk dinikmati siswa. Sementara itu, para
siswa juga dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan.
Moody (1971:91) menyampaikan bahwa tujuan pembelajaran sastra adalah
untuk membantu keterampilan siswa dalam berbahasa, meningkatkan pengetahuan
32
budayanya, mengembangkan daya cipta dan rasa, serta menunjang pembentukan
watak/karakter yang terpuji. Sejalan dengan pendapat Moody tersebut, maka tujuan
pembelajaran sastra adalah mempersiapkan siswa tumbuh menjadi manusia berbudaya,
dan berkarakter, sehingga bermanfaat bagi kehidupannya.
Pembelajaran sastra merupakan proses interaksi komunikasi antara pengajar dan
pembelajar sebagai komponen utamanya. Menurut Bruner (dalam Sudjana, 1991:137),
dalam pembelajaran, peserta didik melakukan proses belajar, yaitu mengalami, dan
menemukan pengetahuan baru melalui transformasi dan pengkajian pengetahuan.
Dalam pembelajaran terjadi proses komunikasi interaktif, bagi pertukaran pemikiran
dan perasaan, antara dua orang atau lebih yang menghasilkan pengaruh bagi keduanya
(Brown, 2001:165).
Piaget (dalam Sunarto & Hartono, 2002:25) menyampaikan bahwa pada usia
remaja (SMA) anak berada pada tingkat perkembangan operasional yang mampu
memperkirakan apa saja yang mungkin terjadi. Disampaikan pula oleh Elkins (1976:4),
bahwa anak usia remaja sudah mampu menggeneralisasikan permasalahan, berpikir
abstrak, dan memberikan keputusan yang bersangkutan dengan moral Pada masa itu
perkembangan kognitif siswa mencapai tingkat yang sempurna bila ditunjang
perkembangan kognitif lain, seperti kematangan, pengalaman fisik, dan interaksi sosial.
Sejalan dengan karakteristis usia remaja tersebut, maka bahan ajar yang sesuai untuk
siswa SMA menurut Sayuti (1994:21), bisa berupa apa saja, namun mengingat masa
adolesen itu ditandai dengan kecenderungan perilaku mandiri, idealis, dan moralis,
maka tema yang menarik adalah kepahlawanan, percintaan, persaudaraan, dan
keagamaan. Dikemukakan pula oleh Lazar (2002:52), bahwa dalam memilih bahan ajar
sastra untuk remaja, perlu mempertimbangkan kemampuan siswa dalam memahami
teks sastra, dan pengalaman belajar yang menyertai untuk menunjang keterampilannya
dalam bersastra. Sementara itu, menurut Moody (dalam Rohmadi, 2005:8), dalam
memilih bahan ajar sastra harus perlu mempertimbangkan kesesuaian dan kepantasan
bahasa (dalam teks sastra) yang akan diajarkan dengan perkembangan psikologis dan
latar belakang sosial budaya siswa. Pada kategori tersebut karya sastra hijau sangat
sesuai untuk dipilih sebagai bahan ajar sastra di SMA.
Berkaitan dengan peran media dalam pembelajaran, Bovee (1997:3),
menjelaskan bahwa media pembelajaran adalah alat yang berfungsi untuk
33
menyampaikan pesan pembelajaran. Pesan mudah ditangkap siswa bila disampaikan
melalui bantuan sarana penyampai pesan atau media. Menurut Hubbard (1983:38),
media pembelajaran yang baik mampu meningkatkan motivasi siswa untuk belajar, dan
membantu siswa berperan aktif selama pembelajaran. Sementara itu, media yang kini
digemari siswa adalah media berbasis komputer. Menurut Lee (1996:49), komputer
dapat membantu siswa memperoleh materi otentik, dan termotivasi untuk kreatif belajar
dalam suasana menyenangkan. Mulyasa (2002:73-76), menjelaskan, bahwa penggunaan
teknologi sebagai media pembelajaran dapat mendorong peningkatan kesadaran sistem
sosial dan belajar (social awareness & learning awareness).
Tujuan akhir pembelajaran sastra adalah penanaman nilai-nilai sebagai
pembentukan karakter anak. Karakter adalah tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak
atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain. Membentuk karakter
tentu tidak semudah memberi nasihat, tetapi memerlukan proses pendidikan karakter,
yaitu keseluruhan proses pembentukan kepribadian melalui pemahaman tentang nilai,
dilanjutkan dengan penanaman nilai-nilai yang telah dipahami melalui pembiasaan,
pengulangan, dan pembudayaan, agar tercermin dalam sikap dan perilaku kehidupan
sehari-hari. Pendidikan karakter merupakan proses perkembangan yang melibatkan
pengetahuan, perasaan, dan tindakan, secara koheren dan komprehensif. Oleh karena itu
perlu melibatkan berbagai komponen, yaitu: (1) masyarakat pemegang konsensus tata
krama. (2) pemangku kepentingan,(3) kurikulum terpadu, moral dan etikamenjadi
bagian dalam proses pendidikan, (4) model, dan (5) keterlibatan peserta didik,
dalamkegiatan positif. Dengan perhatian khusus serta komitmen dari semua komponen
niscaya pendidikan karakter terlaksana dengan baik.
II. METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk jenis penelitian pengembangan. Objek yang
dikembangkan adalah bahan ajar sastra berbasis media film yang berkontribusi terhadap
pendidikan karakter, yang valid, praktis dan efektif. Fokus penelitian ini adalah
pengembangan bahan ajar sastra yang terdiri dari buku siswa dan buku guru. Rancangan
penelitian pengembangan yang digunakan mengikuti model rancangan pengembangan
Plomp (1997) meliputi tahap pengkajian awal, tahap perancangan, tahap
realisasi/konstruksi dan tahap tes, evaluasi, dan revisi. Pada tahap tes, evaluasi, dan
34
revisi dapat terjadi pengulangan, sehingga diperoleh prototipe yang memenuhi
persyaratan valid, praktis dan efektif. Untuk keperluan perancangan bahan ajar, prototipe
yang telah disusun dan dikembangkan diujicobakan kepada subjek penelitian, yaitu
siswa SMA Veteran 1 Sukoharjo.
Secara umum rancangan penelitian pengembangan ini dari awal hingga
memperoleh prototipe final dilakukan dalam berbagai tahap yaitu tahap pengkajian
awal, tahap perencanaan, tahap validasi dan revisi serta tes, evaluasi, dan revisi. Dalam
tahapan penelitian tersebut diperoleh Prototipe 1, 2, 3, dan selanjutnya yang merupakan
suatu kesinambungan. Masing-masing ptototipe yang lebih kemudian merupakan
perbaikan dari prototipe-prototipe sebelumnya. Demikian penelitian terus dilakukan
sampai mendapatkan prototipe final, yaitu bahan ajar berdimensi sastra hijau dengan
media film yang inovatif, efektif dan berkontribusi terhadap pendidikan karakter.
Pada tahap awal, dilakukan kegiatan perancangan dalam 4 tahap yaitu:
pengkajian awal, perancangan, realisasi (konstruksi), validasi dan revisi. Dengan
jabaran sebagai berikut. (1) Tahap pengkajian awal. Tahap ini merupakan langkah awal
dengan mengamati kondisi faktual di lapangan. Mengkaji teori belajar dan metode
pembelajaran, serta mengkaji tentang proses pembentukan karakter. (2) Tahap
perancangan. Tahap ini meliputi tahapan perancangan perangkat pembelajaran, dan
instrumen. Pada tahapan ini dirancang petunjuk penggunaan bahan ajar yang disusun
disesuaikan dengan perangkat pembelajaran. (3) Tahap realisasi. Tahap ini dilakukan
penetapan komponen model, meliputi sintaks, sistem sosial, sistem pendukung, dampak
instruksional dan dampak pengiring. Perangkatnya meliputi rencana pembelajaran, buku
siswa, lembar kerja siswa dan buku guru. (4) Tahap validasi dan revisi. Pada tahap ini
dilakukan validasi dengan meminta pertimbangan kepada ahli pengajaran sastra dan
praktisi di lapangan. Hasil dari tahap ini apabila sudah valid, disebut prototipe-1. Jika
model sudah valid dan layak tanpa revisi, dilanjutkan dengan uji coba di lapangan.
Revisi dari hasil ujicoba selanjutnya disebut sebagai prototipe-2. Demikian selanjutnya
untuk dilakukan uji coba kembali di lapangan sampai mendapatkan model yang
diinginkan. Adapun luaran penelitian ini adalah bahan ajar sastra dengan media film
yang berkontribusi terhadap pendidikan karakter, meliputi buku siswa, lembar kerja
siswa, dan buku guru untuk satu pokok bahasan.
Untuk mendapatkan bahan ajar yang memenuhi syarat valid, praktis dan efektif
35
ini diperlukan data dan sumber data berikut. (1) Data dan sumber data untuk
validasi. Data yang diperlukan untuk mengetahui validitas konstruksi dari buku yang
disusun berupa penilaian para pakar pengajaran sastra dan praktisi di lapangan.
Perangkat yang divalidasi meliputi buku siswa, lembar kerja siswa dan buku guru. (2)
Data dan sumber data tentang kepraktisan bahan ajar yang disusun. Data tentang
kepraktisan ini diperoleh dari berbagai sumber, yaitu (a) pernyataan tentang dapat atau
tidaknya buku yang disusun diterapkan dalam pembelajaran sastra di SMA; (b) hasil
pembelajaran di kelas yang disampaikan oleh para ahli dan guru yang melaksanakan
dengan menerapkan buku yang disusun,. (3) Data dan sumber data tentang
keefektipan bahan ajar yang disusun. Data dan sumber data tentang keefektipan
bahan ajar sastra yang disusun dapat diperoleh dari data aktifitas siswa dan guru selama
proses pembelajaran, kemampuan guru mengelola pembelajaran, dan respon siswa
dalam mengikuti proses pembelajaran dan data hasil belajar siswa serta karakter pribadi
siswa yang terbentuk.
Analisis kevalidan, kepraktisan dan keefektipan bahan ajar sastra dengan media
film yang berkontribusi terhadap pendidikan karakter, dilakukan sebagai berikut. (1)
Analisis Kevalidan. Analisis dilakukan dengan cara mencari rata-rata dari penilaian
validator. Skor rata-rata (V) dikonfirmasikan dengan interval penentuan kategori
validitas model sebagai berikut.
V < 1,5 berarti tidak valid
1,5 berarti kurang valid
2,5 berarti cukup valid
berarti valid
4,5 berarti sangat valid
(2) Analisis Kepraktisan melalui Kelayakan dan Keterlaksanaan. Analisis
kelayakan dilakukan dengan cara mencari rata-rata dari penilaian validator. Skor
rata-rata (L) dikonfirmasikan dengan interval penentuan kategori kelayakan
penerapan bahan ajar yang disusun berikut.
L < 1,5 berarti sangat tidak layak
1,5 L < 2,5 berarti kurang layak
2,5 L < 3,5 berarti cukup layak
3,5 L < 4,5 berarti layak
36
(3) Analisiis keterlaksanan dilakukan dengan cara mencari rata-rata dari observer yang
mengamati proses pembelajaran di kelas. Skor rata-rata (T) dikonfirmasikan dengan
interval penentuan kategori keterlaksanaan penerapan model yang disusun, dengan
criteria sebagai berikut.
T < 1,5 berarti tidak ada yang terlaksana
1,5 T < 2,5 berarti sebagian kecil terlaksana
2,5 T < 3,5 berarti sekitar separuh terlaksana
3,5 T < 4,5 berarti sebagian besar terlaksana
4,5 T berarti seluruhnya terlaksana
(4) Analisis Keefektivan. Analisis keefektivan model meliputi analisis hasil belajar
siswa, aktifitas siswa, respon siswa, dan kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran. Analisis hasil belajar siswa diperoleh dari evaluasi hasil belajar (tes),
pengerjaan tugas. Ketuntasan belajar dilihat dari ketuntasan individu dan klasikal.
Ketuntasan individu apabila siswa memperoleh skor minimal 6. Ketuntasan klasikal
tercapai kalau siswa yang memperoleh ketuntasan belajar individu minimal 80% dari
banyaknya siswa. Analisis aktifitas siswa diperoleh dari pengamatan dalam mengikuti
pembelajaran. Pengamatan dilakukan oleh pengamat yang ditentukan. Analisis
dilakukan terhadap frequensi rata-rata dari hasil pengamatan oleh pengamat. Analisis
respon siswa dilakukan dengan menentukan respon siswa terhadap pelaksanaan
pembelajaran dengan model yang disusun. Model dikatakan efektif jika siswa yang
merespon posistip minimal 80 % dari jumlah siswa yang ada. Analisis kemampuan guru
dalam mengelola pembelajaran dilakukan dengan mencari rata-rata dari observer yang
mengamati proses pembelajaran. Skor rata-rata (K) dikonfirmasikan dengan interval
penentuan kategori keterlaksanaan penerapan model yang disusun, sebagai berikut.
K < 1,5 berarti sangat rendah
1,5 K < 2,5 berarti rendah
2,5 K < 3,5 berarti sedang
3,5 K < 4,5 berarti tinggi
4,5 L berarti sangat layak
37
4,5 K berarti sangat tinggi
3. TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Sejalan dengan masalah dan tujuan penelitian yang dirumuskan, maka hasil
penelitian ini dikelompokkan menjadi tiga bagian, meliputi: (1) bahan ajar sastra
berbasis media film. (2) hasil uji validitas, efektivitas dan kepraktisan penggunaan
modul yang disusun. (3) nilai-nilai karakter yang terdapat dalam bahan ajar
berdimensi sastra hijau yang disusun.
Bahan ajar yang disusun dan dikembangkan dapat dibedakan menjadi dua
macam bentuk, yaitu buku siswa dan buku guru. Buku siswa adalah modul bahan ajar
yang disusun untuk membantu siswa dalam belajar. Lembar kerja siswa pada mata
pelajaran bahasa Indonesia yang disusun melalui penelitian ini mencakup 2 kegiatan
yaitu kegiatan 1 meliputi pembangunan konteks dan pemodelan keterkaitan film Tanah
Surga Katanya dan Laskar Pelangi. Untuk dapat lebih memahami masing-masing
kegiatan, diuraikan 5 tugas yang harus diselesaikan oleh siswa. Kelima tugas tersebut
terdiri dari soal-soal latihan yang berbentuk uraian panjang dan uraian singkat. Soal
dengan jawaban uraian panjang terdapat pada tugas 2, 3 dan 4. Sedangkan soal dengan
jawaban uraian pendek terdapat pada tugas 1 dan 5.
Sementara itu, buku guru merupakan buku petunjuk untuk guru sebagai
patokan dalam proses belajar mengajar. Buku guru berisi tentang petunjuk umum
dan petunjuk khusus. Petunjuk umum di dalamnya memuat materi, metode, dan
evaluasi. Sementara itu petunjuk khusus memuat kriteria penilaian hasil tugas siswa
rekaman kegiatan siswa. Dalam petunjuk umum diuraikan pendahuluan, konsep materi
dan penilaian. Adapun dalam petunjuk khusus diuraikan tentang pembangunan
konteks dan pemodelan teks yang didalamnya mencakup kegiatan yang perlu
dilakukan guru dalam proses pembelajaran. Dalam petunjuk khusus juga diuraikan
mengenai bentuk penilaian yang diterapkan. Selain itu, dalam buku guru juga
terdapat informasi tentang silabus dan RPP. Silabus merupakan program pembelajaran
yang akan dijadikan dasar dalam membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Silabus disusun berdasarkan pedoman yang memuat informasi tentang: nama sekolah,
mata pelajaran, kelas, semester, alokasi waktu dan standart kompetensi.
Tampilan silabus dalam kurikulum 2013 untuk SMA seperti tertera di bawah ini.
Nama Sekolah : SMA N 1 Veteran Sukoharjo
38
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas : XI
Semester :1 (Satu)
Alokasi Waktu : 22 X 30 Menit
Kompetensi Inti :Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan
faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora
dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,kenegaraan,
dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian,
serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya
untuk memecahkan masalah.
Kompetensi
Dasar
Materi Indikator Pengalaman
Belajar
Alokasi
Waktu
Sumber Penilaian
Tugas guru sebelum mengajar adalah membuat perencanan pembelajaran.
Administrasi pembelajaran yang dibuat sebelum mengajar adalah RPP. Komponen
RPP meliputi hal-hal berikut. (1) Identitas mata pelajaran terdiri dari: satuan
pendidikan, kelas, semester, program studi, mata pelajaran dan jumlah pertemuan.
(2) Kompetensi Inti, yaitu kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang
menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan
dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran. (3) Kompetensi
Dasar, yaitu sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata
pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu
pelajaran. (4) Indikator pencapaian kompetensi, adalah perilaku yang dapat diukur
dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang
menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan
dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang
mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan. (5) Tujuan pembelajaran,
menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta
didik sesuai dengan kompetensi dasar. (6) Materi ajar, memuat fakta, konsep,
prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai
dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi. (7) Alokasi waktu, ditentukan
sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar. (8) Metode
pembelajaran, digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
39
pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat
indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan
situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan
kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran. (9) Kegiatan
pembelajaran, untuk mencapai suatu kompetensi dasar harus dicantumkan langkah-
langkah kegiatan setiap pertemuan. Pada dasarnya, langkah-langkah kegiatan. (10)
memuat unsur kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. Kegiatan inti terdiri
atas, eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. (11) Penilaian hasil belajar, prosedur dan
instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator
pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar Penilaian. (12) Sumber belajar,
penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi
dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.
Berkaitan dengan tujuan penelitian yang kedua, yaitu mendapatkan seperangkan
bahan ajar yang valid dan praktis, maka langkah berikutnya adalah melakukan
validasi pada bahan ajar yang telah dikembangkan, Validasi produk bahan ajar sastra
yang dikembangkan dalam penelitian ini dilakukan oleh ahli yang sesuai dengan
bidangnya. Seperti yang telah direncanakan sebelumnya bahwa validasi dilakukan
atas dasar ketercapaian aspek (1) bentuk/format buku, (2) kesesuaian antara isi buku
dengan kurikulum, ( 3 ) bahasa yang digunakan dan ( 4 ) manfaat bagi proses
pembelajaran. Masing-masing aspek juga terperinci dalam sub-sub aspek.
Hasil validasi yang dilakukan dengan penilaian pakar, dibedakan dalam beberapa
kriteria berikut. (1) Skor 1 artinya tidak baik, (belum dapat dipakai, masih
memerlukan konsultasi). (2) Skor 2, artinya cukup baik (dapat dipakai, tetapi dengan
banyak revisi). (3) Skor 3, artinya baik (dapat dipakai tetapi sedikit revisi). Skor 4,
artinya sangat baik (dapat dipakai tanpa revisi). Adapun, hasil validasi yang
dilakukan terhadap bahan ajar sastra yang disusun menunjukkan bahwa bahan
ajar berdimensi sastra hijau yang disusun termasuk dalam kelompok kriteria
ketiga, yaitu masuk dalam katagori baik, dan dapat dipakai namun masih memerlukan
sedikit revisi.
Selanjutnya, berdasarkan pandangan bahwa sastra dapat berperan besar dalam
penanaman nilai-nilai luhur pada siswa, maka untuk mencapai tujuan itu, dalam
penelitian ini dikembangkan bahan ajar sastra dengan media film yang berdimensi
40
sastra hijau. Melalui media film diharapkan pelajaran lebih dapat menarik minat siswa
dalam mempelajari sastra. Sastra hijau yang juga disebut sebagai ekokeritisisme adalah
konsep kearifan ekologi yang dipadukan ke dalam karya sastra. Sastra hijau membantu
meningkatkan kesadaran akan hidup yang bergantung kepada alam yaitu bumi dan
seluruh isinya. Sastra hijau ditulis untuk melestarikan bumi serta isinya, khususnya
hutan dan lingkungan hidup manusia. Sastra yang sering dikenal khalayak adalah sastra
tertulis seperti novel atau puisi. Untuk novel yang sudah diangkat dalam sebuah film,
maka film tersebut sangat cocok diguanakn sebagai media dalam pembelajarannya.
Berkaitan dengan topik penelitian ini, film yang bersumber pada novel sastra adalah
film yang berjudul “Tanah Surga Katanya” dan film “Laskar Pelangi”.
Kedua film tersebut merupakan film yang termasuk dalan genre sastra hijau.
Keduanya menawarkan inspirasi dan mengajak untuk mengingat keindahan alam
Indonesia. Sastra hijau merupakan sastra yang menginspirasi dan mengajak manusia
kembali ke alam. Tidak hanya novel, puisi ataupun cerpen yang bisa dikaitkan
penulisannya dengan sastra hijau, film juga dapat dijadikan media untuk mengajak umat
manusia kembali kepada alam. Dalam Film terdapat visualisasi dan dialog-dialog tokoh
yang difungsikan sebagai alat untuk menyampaikan pesan kepada penonton. Film
“Tanah Surga Katanya” merupakan film yang menyuguhkan visual yang berlatar
perbatasan Indonesia-Malaysia. Film ini mengajak penontonnya untuk mencintai alam
Indonesia yang kaya akan sumber daya alam. Film ini memberikan gambaran nyata
yang sangat hidup, bahwa Indonesia merupakan negeri dengan sumber daya alam yang
41
begitu kaya. Pesan itu tergambar dalam kutipan dialog antara Haris dan ayahnya yang
bernama Hasyim berikut ini.
“Malaysia Negri yang makmur, yah” (haris).
“Negri kita (indonesia) lebih makmur, ris” (Hasyim).
Melalui visual yang ditampilkan dalam film tersebut, dapat ditangkap pesan
bahwa negeri yang indah dan memiliki kekayaan alam yang melimpah harus disyukuri,
dibanggakan, dan dirawat dengan baik. Melalui pesan inilah maka rasa cinta terhadap
alam semesta dari para siswa dapat dikembangkan dan ditanamkan.
Sementara itu, Film ”Laskar Pelangi” yang diangkat dari sebuah novel yang
berjudul ’’Laskar Pelangi” menceritakan kisah masa kecil anak-anak kampung dari
komunitas Melayu yang sangat miskin di Belitung, yang mencoba memperbaiki masa
depannya. Melalui visual yang ditampilkan oleh film “Laskar Pelangi” itu, semangat
khalayak untuk berperan penuh menjaga alam dapat dibangkitkan. Hal itu terlihat dari
latar film yang menyuguhkan alam Belitong yang sangat asri. Selain itu, ada beberapa
dialog film yang menginspirasi dan mengajak untuk hidup kembali dengan alam seperti
dialog Ikal (salah satu tokoh dalam Laskar Pelangi) sebagai berikut.
“Gambar-gambar ini merupakan bukti tak terbantahkan Belitong salah satu
pulau terkaya di Indonesia. Pulau dengan uat-urat timah yang melimpah ruah,
urat-urat yang mengundang bangsa lain untuk mengambil semua potensi ini”
(Ikal; Prolog Laskar Pelangi).
Tentu masih banyak film-film di Indonesia yang menginspirasi seluruh umat
manusia untuk melestarikan lingkungan dan menjaga alam Indonesia yang sangat kaya
ini. Namun melalui contoh kedua film ini disampaikan pemikiran bahwa film yang
bersumber pada karya sastra sangat bagus digunakan sebagai media pembelajan. Dari
kedua film yang dipilih dalam pengembangan bahan ajar ini dapat dilakukan
penanaman karakter selama proses pembelajaran sastra. Melalui pembelajaran sastra
dengan menerapkan media film sastra dapat dilakukan penanaman jiwa cinta dan
bangga atas lingkungan hidup yang bersih dan sehat serta rasa syukur atas keindahan
alam dan seisinya sebagi karunia Allah untuk manusia.
4. PENUTUP
Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasannya dapat disimpulkan bahwa
42
bahan ajar sastra berbasis media film dapat disusun dalam bentuk perangkat
pembelajaran yang berupa buku siswa dan buku guru yang sesuai dengan silabus
Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013. Kedua bentuk buku yang berisi bahan ajar
yang dikembangkan tersebut telah diuji validitas, kepraktisan dan keefektivitasannya.
Adapun hasil ujinya menunjukkan bahwa bahan ajar sastra berdimensi sastra hijau
yang disusun termasuk dalam katagori baik, dan dapat dipakai namun masih
memerlukan sedikit revisi. Sementara itu, nilai-nilai karakter yang terdapat dalam
bahan ajar yang disusun adalah nilai nilai karakter yang berkaitan dengan rasa cinta
dan bangga atas lingkungan hidup sehat serta rasa syukur atas keindahan alam dan
seisinya sebagi karunia Allah yang diciptakan untuk manusia.
Berdasarkan temuan-temuan seperti yang telah diuraikan di atas, dapat
disimpulkan bahwa bahan ajar sastra berbasis media film yang telah disusun itu
bersifat valid dan praktis, sehingga efektif digunakan dalam pembelajaran sastra di
sekolah menengah atas (SMA). Melalui bahan ajar yang disusun, siswa menjadi lebih
aktif dalam belajar dan dalam suasana yang menyenangkan. Selain itu, bahan ajar
yang disusun juga sangat mendukung pembentukan karakter anak, sesuai dengan
pilar-pilar karakter yang telah ditetapkan dalam pendidikan karakter di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Bovee, Courland. 1997. Business Communication Today, Prentice Hall: New York.
Brown. H.D. 2001. Teaching by Principles: An Interactive Approach to Language Pedagogy. (2 nd
ed.). New York: Addison Wesley Longman, Inc.
Elkins, Deborah. 1976. Teaching Literature. Ohio: Charles Merrill & Publishing Co.
Harimansyah, Ganjar. Marliana, Lina. dan Widodo, Edi Rakhmat. 2005. “Uji Kompetensi Guru
Bidang Sastra di SMA Perlu atau Tidak?” Makalah dalam Konferensi Internasional
Himpunan Sarjana Kesusasteraan (HISKI), 18-21 Agustus 2005 di Swarna Dwipa
Palembang.
Hubbard, Peter. 1983. A Training Course for TEFL, Oxford University Press: Oxford.
Lazar, Gillian. 1993. Literature and Language Teaching, Answer Guide Teachers and Trainers.
United Kingdom: Cambridge University Press.
43
Lee, Kwuang-wu. 2000. “English Teachers’ Barriers to the Use of Computer-assisted
Language Learning”. The Internet TESL Journal, Vol. VI, No. 12, December
2000, dalam <http:/www.aitech.ac.jp/~iteslj/> .
Moody, H.L.B. 1971. Theaching of Literature. London: Longman.
Mulyasa, E. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Implementasinya.
Bandung: Rosda.
Naning, Pranata. 20016. “Peranan-bahasa-ibu-sebagai-pilar-sastra-hijau”.
http://laskarpenahijau .com/index.php/2015/10/13/peranan-bahasa-ibu-
sebagai-pilar-sastra-hijau/
Nugrahani, Farida. 2014. “Laskar Pelangi Novel By Andrea Hirata as Acreative Industry and
Educative Media (A Review of Sociologi Literature)”, Makalah Seminar Antarbangsa
Kesusastraan Asia Tenggara (SAKAT) di Dewan Bahasa dan Pustak Berakas Negara
Brunai Darussalam, 15-19 Sept 2014
Rohmadi, Muhammmad. 2005. “Kaderisasi dan Motivasi Menulis dalam Pembelajaran Sastra di
Sekolah/ Kampus”. Makalah dalam Konferensi Internasional Himpunan Sarjana
Kesusasteraan (HISKI), 18-21 Agustus 2005 di Swarna Dwipa Palembang.
Sarumpaet, Riris K. Toha. 2002. “Bagaimana Sastra Membangun Bangsa” dalam Riris K. Toha-
Sarumpaet (Ed). Sastra Masuk Sekolah. Magelang: Indonesiatera
Satoto, Sudiro. 2006.”Profil dan Profesionalisme Guru Bahasa dan Sastra Indonesia yang Ideal
dalam Perspektif Pergaulan Antarbangsa” dalam Kumpulan Makalah Konferensi
Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia dalam Perspektif Pergaulan Antarbangsa
PIBSI XXVIII Tanggal 2-4 Juli 2006. Semarang: IKIP PGRI.
Sayuti, Suminto A. 2002. “Sastra dalam Perspektif Pembelajaran: Beberapa Catatan”, dalam Riris
K. Toha-Sarumpaet (Ed). Sastra Masuk Sekolah. Magelang: Indonesiatera.
Siswari, Ryke L.S. 2016. “Mencintai Hutan dan Lingkungan Melalui Sastra”.
http://bp2sdmk.dephut.go.id/emagazine/index.php/umum/80-mencintai-hutan-
dan-lingkungan-melalui-sastra.htSudjana, Nana. 1991. Teori-teori Belajar Untuk
Pengajaran. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Sunarto & Hartono, Agung. 2002. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen
44
Lampiran 2
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERDIMENSI SASTRA HIJAU YANG
BERKONTRIBUSI TERHADAP PENDIDIKAN KARAKTER
Dr. Farida Nugrahani, M.Hum.
PBSI FKIP, MPBI Pascasarjana Univet Bantara Sukoharjo
dan HISKI Komisariat Univet Bantara Sukoharjo
Pos-El: [email protected]
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mengembangkan bahan ajar sastra dengan media
film berdimensi sastra hijau. (2) mengujicobakan bahan ajar yang disusun untuk
mengetahui validitas, keefektifan, dan kepraktisannya. (3) mendeskripsikan nilai-nilai
karakter yang terdapat dalam bahan ajar yang disusun. Penelitian ini mengikuti model rancangan pengembangan Plomp (1997) meliputi (1) tahap pengkajian awal, (2) tahap
perancangan, (3) tahap realisasi (konstruksi), (4) tahap validasi dan revisi. Dalam
keperluan perancangan bahan ajar sastra ini prototipe yang telah disusun dan
dikembangkan diujicobakan kepada subjek penelitian, yaitu siswa SMA Veteran 1
Sukoharjo. Penelitian dilakukan sampai mendapatkan prototipe final, yaitu bahan ajar
sastra dengan media film berdimensi sastra hijau yang efektif dan berkontribusi
terhadap pendidikan karakter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Bahan ajar
sastra dengan media film berdimensi sastra hijau dapat disusun dalam bentuk perangkat
pembelajaran yang terdiri dari buku siswa dan buku guru sesuai silabus Bahasa
Indonesia dalam Kurikulum. (2) Bahan ajar sastra yang disusun bersifat praktis, dan
efektif digunakan dalam pembelajaran sastra di SMA. (3) Bahan ajar sastra yang
disusun mengandung nilai-nilai karakter yang berkaitan dengan rasa cinta dan bangga
atas lingkungan hidup yang bersih dan sehat serta rasa syukur atas keindahan alam dan
seisinya sebagi karunia Allah yang diciptakan untuk manusia.
Kata kunci: bahan ajar, sastra hijau, media film, pendidikan karakter, siswa SMA.
45
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pandangan bahwa sastra dapat berperan besar dalam penanaman nilai-
nilai luhur pada siswa, sudah banyak disampaikan oleh para pakar, bahkan tidak
sedikit hasil penelitian yang mendukung pembenaran pandangan tersebut dalam
duni pendidikan. Meskipun demikian, masih banyak orang yang meganggap
bahwa membaca dan memahami sastra tidak lebih penting dari mempelajari
teknologi dan hal-hal lain yang bersifat kebendaan. Kemampuan anak dalam
bidang eksakta menjadi lebih utama daripada bidang sosial humaniora, yang
dapat dipelajari melalui sastra. Akibat dari pandangan yang menyesatkan
seperti itu, maka nasib pembelajaran sastra masih terabaikan di sekolah.
Sebagai pilar utama pembelajaran sastra, diharapkan guru mampu
menumbuhkan minat siswanya untuk membaca karya sastra, agar penanaman
nilai-nilai kehidupan yang mendukung pembentukan karakter mulia dapat
dilakukan. Namun demikian perlu dipahami bahwa tidaklah mudah
mengajarkan sastra di sekolah, karena menyediakan teks sastra sebagai bahan
ajar ke dalam kelas itu bukanlah pekerjaan mudah.
Mempelajari sastra berarti membaca teks sastra, memahami isinya, dan
mengapresiasi keindahan ceritanya serta menghayati nilai-nilai kehidupan yang
disampaikan oleh pengarang untuk menangkap pesan yang disampaikan
melalui karyanya. Untuk mencapai tujuan itu, sangatlah diperlukan kreativitas
guru dalam tugasnya untuk mempersiapkan dan mengembangkan bahan ajar
yang menarik, agar pembelajaran dapat berjalan efektif dan berhasil lebih
optimal.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, diperoleh
hasil yang menunjukkan bahwa pembelajaran sastra di Indonesia pada
umumnya belum berhasil sesuai tujuan yang tertera dalam kurikulum.
Keprihatinan terhadap rendahnya mutu pembelajaran sastra di sekolah telah
menjadi topik pembicaraan dalam berbagai forum ilmiah bahasa dan sastra, baik
melalui konggres bahasa, seminar, simposium, workshop, ataupun diklat profesi
guru dalam sertifikasi guru bahasa di seluruh Indonesia (Nugrahani, 2014: 3).
46
Pembicaraan tentang masalah yang dihadapi dalam pembelajaran sastra pada
umumnya berkaitan dengan hal-hal berikut. (1) Kekacauan antara konsep dan
praktik pembelajarannya. (2) Ketidaksesuaian desain pembelajaran dengan
kebutuhan siswa dan tuntutan dari dunia kerja. (3) Ketidaksesuaian orientasi
evaluasi dengan kompetensi yang dituju dalam pembelajaran yang
dilakukan;dan (4) Rendahnya kompetensi guru dalam menyusun desain, dan
pengelolaan pembelajarannya, termasuk di dalamnya adalah rendahnya
kemampuan guru dalam menyusun bahan ajar dan menerapkan media
pembelajaran yang menarik minat siswa.
Karya sastra merupakan salah satu bentuk karya seni, yang tentunya
memiliki sifat menarik karena mengandung unsur keindahan. Karena itu
menurut Satoto (2006:423), dalam kondisi bagaimanapun, sudah seharusnya
pembelajaran sastra itu menarik apabila disampaikan dengan benar oleh guru
yang profesional, yaitu guru yang mampu menjalankan tugasnya dengan baik.
Sebagaimana yang telah ditetapkan dalam undang-undang, bahwa tugas guru
adalah melaksanakan pendidikan dan pembelajaran yang bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar tumbuh menjadi manusia beriman,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga
negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Masalahnya, guru sastra di
Indonesia belum semuanya profesional dalam menjalankan tugasnya.
Sarumpaet (2002:xii) menyatakan, bahwa masih banyak guru sastra yang
belum mampu memahami karya sastra yang akan diajarkan kepada siswanya.
Demikian pula penelitian dari Direktorat Tenaga Kependidikan Depdiknas
(dalam Harimansyah, dkk. 2013:1), yang menemukan bahwa 61,96% guru
SD, SMP, SMA, dan SMK tidak menguasai materi yang diajarkan. Sementara
itu, melalui berbagai penelitian yang terdahulu diketahui pula bahwa penyebab
utama kegagalan pembelajaran sastra pada umumnya adalah karena gurunya
tidak berkompeten, siswanya kurang berminat, dan fasilitas pembelajarannya
sangat terbatas. Padahal tugas guru dalam proses pembelajaran meliputi tugas-
tugas yang amat peting, dimulai dari menyusun perencanaan pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran, sampai melakukan evaluasinya. Dalam
47
menyusun perencanaan pembelajaran, tugas guru meliputi (1) merumuskan
tujuan dan menetapkan kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran, (2)
menyusun bahan ajar/materi yang akan digunakan sebagai sarana mencapai
tujuan, (3) menyusun penjabaran dan urutan logis dari bahan/materi yang akan
diajarkan sebagai dasar pengembangan media, metode, dan teknik evaluasinya.
Jika guru tidak mampu menjalankan tugas-tugas tersebut dengan baik, niscaya
kualitas pembelajaran yang diselenggarakan juga tidak optimal.
Dari penelitian sebelumnya, diketahui bahwa dalam proses
pembelajaran sastra, pada umumnya guru belum menyajikan materi ajar yang
menarik. Karya sastra belum dihadirkan dalam kelas untuk diapresiasi siswa.
Siswa belajar sastra hanya dari sinopsis ceritanya saja. Selain itu, karya sastra
yang dibahas bukan merupakan karya terbaru yang isinya (content) sesuai
dengan dunia remaja dewasa ini. Para guru belum menyajikan materi ajar yang
sesuai dengan perkembangan mental siswa remaja (adolescent), dan
perkembangan teknologi informasi yang akrab dengan kehidupan siswa.
Dengan demikian minat siswa untuk belajar sastra menjadi berkurang/rendah,
demikian pula kompetensinya dalam bersastra (Nugrahani, 2011). Sebagai
dampak dari rendahnya kemampuan guru sastra dalam menjalankan tugasnya,
maka rata-rata prestasi belajar bahasa (sastra) Indonesia siswa di sekolah pada
umumnya masih rendah, bahkan rata-rata nilai bahasa Indonesia lebih rendah
dari nilai bahasa Inggris atau mata pelajaran yang lain.
Berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian sebelumnya itulah, maka
dipandang penting untuk dilakukan penelitian tentang pengembangkan bahan
ajar sastra yang menarik dalam pembelajaran sastra yang efektif, sesuai
kemampuan, kreatifitas, dan perkembangan intelektual siswa, yang mendukung
pembentukan karakter siswa. Melalui bahan ajar sastra yang dimaksud
diharapkan siswa dapat belajar dengan aktif dan kreatif serta dengan perasaan
senang (enjoy) dan berhasil sesuai tujuan yang dirumuskan dalam kurikulum
yang diberlakukan.
Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan bahan ajar sastra
berdimensi sastra hijau yang diharapkan mampu memberikan informasi ilmiah
48
baru yang bermakna penting bagi pengajaran sastra yang efektif, juga
bermakna bagi pengambil kebijakan, serta semua pihak yang peduli terhadap
pendidikan dan lingkungan. Selanjutnya, melalui hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan inspirasi dalam mengubah orientasi pembelajaran sastra
dari pemahaman kognitif menjadi pencapaian kompetensi apresiatif yang
menunjang pendidikan karakter. Adapun karakter yang dituju adalah karakter
penciri bangsa Timur yang ramah, santun dan suka bergotong royong, yang
dilandasi rasa cinta dan bangga atas lingkungan hidup yang bersih dan sehat,
serta rasa syukur terhadap keindahan alam semesta sebagai ciptaan Allah yang
dikaruniakan untuk manusia. Dengan harapan itulah penelitian ini dilakukan
untuk mampu mengantarkan siswa mencapai kompetensinya dalam bersastra,
dan menjadi siswa yang berkarakter sesuai jatidiri bangsanya. Selanjutnya,
bahan ajar yang dikembangkan dalam penelitian ini diharapkan dapat
digunakan dalam kegiatan belajar mengajar (KBM), sehingga dapat
memberikan urgensi praktis dalam hal-hal berikut. (1) Pengembangan bahan
ajar berdimensi sastra hijau berbasis media film. (2) Peningkatan kualitas
pembelajaran sastra melalui bahan ajar berdimensi sastra hijau dengan media
film. (3) Pendidikan karakter siswa melalui pembelajaran berdimensi sastra
hijau dengan media film.
Lazar (2002:52) menyampaikan, bahwa bahan ajar sastra yang digemari
siswa adalah novel, namun mengangkat novel sebagai bahan ajar di kelas tentu
tidak mudah, sebab jumlah ketersediaan novel di perpustakaan sekolah pada
umumnya sangat terbatas dan tidak mencukupi untuk dibaca siswa secara
bersama-sama. Oleh sebab itu perlu dicari alternatif yang memungkinkannya,
misalnya mengajarkan materi novel yang dikemas dalam berbagai komoditas,
seperti film, lagu, drama musikal, sinetron, dan sebagainya. Disinyalir hal itu
merupakan alternatif cerdas sebagai jembatan menuju apresiasi novel yang
dipilih sebagai materi ajarnya. Dengan hadirnya teknologi informasi yang
sangat digemari siswa, maka sastra (dengan komoditas derivasinya) menjadi
lebih dekat dengan siswa meskipun belum langsung melalui teks aslinya. Hal
itu tentu tidak perlu dipermasalahkan mengingat bahwa melalui bantuan
49
teknologi informasi (seperti film, video, drama musikal, sinetron dan
sebagainya), para siswa berkesempatan untuk bereksplorasi, berimajinasi, dan
menantang kreativitasnya untuk mengapresiasi karya seni yang bersumber pada
sastra yang syarat akan nilai-nilai yang merupakan pesan pengarang yang
disampaikan melalui amanat cerita.
Keberadaan media internet dan semua media audiolingual berbasis
komputer seperti film, video, sinetron, dan sebagainya dalam pembelajaran
sastra sangat mudah membantu siswa dalam belajar dan fleksibel dalam ukuran
tempat, waktu, serta biayanya. Melalui bahan ajar sastra berbasis media film,
guru mendapatkan kemudahan dalam tugasnya menghadirkan karya sastra
untuk dinikmati siswa. Sementara itu, para siswa juga dapat belajar dalam
suasana yang menyenangkan.
Moody (1971:91) menyampaikan bahwa tujuan pembelajaran sastra
adalah untuk membantu keterampilan siswa dalam berbahasa, meningkatkan
pengetahuan budayanya, mengembangkan daya cipta dan rasa, serta menunjang
pembentukan watak/karakter yang terpuji. Sejalan dengan pendapat Moody
tersebut, maka tujuan pembelajaran sastra adalah mempersiapkan siswa
tumbuh menjadi manusia berbudaya, dan berkarakter, sehingga bermanfaat bagi
kehidupannya.
Pembelajaran sastra merupakan proses interaksi komunikasi antara
pengajar dan pembelajar sebagai komponen utamanya. Menurut Bruner (dalam
Sudjana, 1991:137), dalam pembelajaran, peserta didik melakukan proses
belajar, yaitu mengalami, dan menemukan pengetahuan baru melalui
transformasi dan pengkajian pengetahuan. Dalam pembelajaran terjadi proses
komunikasi interaktif, bagi pertukaran pemikiran dan perasaan, antara dua
orang atau lebih yang menghasilkan pengaruh bagi keduanya (Brown,
2001:165).
Piaget (dalam Sunarto & Hartono, 2002:25) menyampaikan bahwa pada
usia remaja (SMA) anak berada pada tingkat perkembangan operasional yang
mampu memperkirakan apa saja yang mungkin terjadi. Disampaikan pula oleh
Elkins (1976:4), bahwa anak usia remaja sudah mampu menggeneralisasikan
50
permasalahan, berpikir abstrak, dan memberikan keputusan yang bersangkutan
dengan moral Pada masa itu perkembangan kognitif siswa mencapai tingkat
yang sempurna bila ditunjang perkembangan kognitif lain, seperti kematangan,
pengalaman fisik, dan interaksi sosial. Sejalan dengan karakteristis usia remaja
tersebut, maka bahan ajar yang sesuai untuk siswa SMA menurut Sayuti
(1994:21), bisa berupa apa saja, namun mengingat masa adolesen itu ditandai
dengan kecenderungan perilaku mandiri, idealis, dan moralis, maka tema yang
menarik adalah kepahlawanan, percintaan, persaudaraan, dan keagamaan.
Dikemukakan pula oleh Lazar (2002:52), bahwa dalam memilih bahan ajar
sastra untuk remaja, perlu mempertimbangkan kemampuan siswa dalam
memahami teks sastra, dan pengalaman belajar yang menyertai untuk
menunjang keterampilannya dalam bersastra. Sementara itu, menurut Moody
(dalam Rohmadi, 2005:8), dalam memilih bahan ajar sastra harus perlu
mempertimbangkan kesesuaian dan kepantasan bahasa (dalam teks sastra) yang
akan diajarkan dengan perkembangan psikologis dan latar belakang sosial
budaya siswa. Pada kategori tersebut karya sastra hijau sangat sesuai untuk
dipilih sebagai bahan ajar sastra di SMA.
Dalam tujuan mendidik anak agar memiliki jiwa cinta terhadap alam
semesta, maka bahan ajar sastra berdimensi sastra hijau sangat tepat digunakan.
Menurut Naning Pranoto (2016:1), istilah sastra hijau (Green Literature),
dicetuskan dan dipopulerkan oleh William Rueckert (1978). Istilah tersebut
sering pula disebut dengan ecocriticismn. Sastra hijau merupakan gerakan
yang dimulai dari negara-negara yang masyarakatnya peduli lingkungan, seperti
Brazil, Australia dan Amerika. Di Indonesia sastra hijau mulai marak dan
dikenal sekitar lima tahun terakhir, dan masih terus berkembang hingga saat ini.
Sastra hijau yang juga disebut sebagai ekokeritisisme yaitu konsep kearifan
ekologi yang dipadukan ke dalam karya sastra. Pembelajaran sastra dengan
materi berdimensi sastra hijau antara lain dapat membantu meningkatkan
kesadaran akan hidup yang bergantung kepada alam yaitu bumi dan seluruh
isinya. Melalui sastra hijau kesadaran untuk melestarikan bumi serta isinya,
dapat ditanamkan kepada para siswa. Dengan materi ajar sastra berdimensi
51
sastra hijau, siswa dapat terbiasa mengamati lingkungan sebagai sumber
inspirasi sehingga muncul kepedulian dan kecintaan untuk merawat dan
melestarikan lingkungan.
Siswari (2016:2) menjelaskan, bahwa karya sastra yang dikelompokkan
dalam sastra hijau pada umumnya memiliki kriteria bahwa bahasa yang
digunakan banyak menggunakan diksi ekologi, isi karya dilandasi ‘rasa cinta
pada bumi’, ‘rasa kepedihan bumi yang hancur’, ungkapan kegelisahan dalam
menyikapi penghancuran bumi, melawan ketidakadilan atas perlakuan
sewenang-wenang terhadap bumi dan isinya, ide pembebasan bumi dari
kehancuran dan implementasinya. Selain itu, sastra hijau memiliki visi dan misi
penyadaran dan pencerahan yang diharapkan dapat mengubah gaya hidup
perusak menjadi pemelihara merawat bumi (go green).
Berkaitan dengan peran media dalam pembelajaran, Bovee (1997:3),
menjelaskan bahwa media pembelajaran adalah alat yang berfungsi untuk
menyampaikan pesan pembelajaran. Pesan mudah ditangkap siswa bila
disampaikan melalui bantuan sarana penyampai pesan atau media. Menurut
Hubbard (1983:38), media pembelajaran yang baik mampu meningkatkan
motivasi siswa untuk belajar, dan membantu siswa berperan aktif selama
pembelajaran. Sementara itu, media yang kini digemari siswa adalah media
berbasis komputer. Menurut Lee (1996:49), komputer dapat membantu siswa
memperoleh materi otentik, dan termotivasi untuk kreatif belajar dalam suasana
menyenangkan. Mulyasa (2002:73-76), menjelaskan, bahwa penggunaan
teknologi sebagai media pembelajaran dapat mendorong peningkatan kesadaran
sistem sosial dan belajar (social awareness & learning awareness).
Tujuan akhir pembelajaran sastra adalah penanaman nilai-nilai sebagai
pembentukan karakter anak. Karakter adalah tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan,
akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain.
Membentuk karakter tentu tidak semudah memberi nasihat, tetapi memerlukan
proses pendidikan karakter, yaitu keseluruhan proses pembentukan kepribadian
melalui pemahaman tentang nilai, dilanjutkan dengan penanaman nilai-nilai
yang telah dipahami melalui pembiasaan, pengulangan, dan pembudayaan,
52
agar tercermin dalam sikap dan perilaku kehidupan sehari-hari. Pendidikan
karakter merupakan proses perkembangan yang melibatkan pengetahuan,
perasaan, dan tindakan, secara koheren dan komprehensif. Oleh karena itu perlu
melibatkan berbagai komponen, yaitu: (1) masyarakatpemegang konsensus tata
krama. (2) pemangku kepentingan,(3) kurikulum terpadu, moral dan
etikamenjadi bagian dalam proses pendidikan, (4) model, dan (5) keterlibatan
peserta didik, dalamkegiatan positif. Dengan perhatian khusus serta komitmen
dari semua komponen niscaya pendidikan karakter terlaksana dengan baik.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk jenis penelitian pengembangan. Objek yang
dikembangkan adalah bahan ajar sastra hijau berbasis media film yang
berkontribusi terhadap pendidikan karakter, yang valid, praktis dan efektif.
Fokus penelitian ini adalah pengembangan bahan ajar sastra yang terdiri dari
lembar kerja siswa (LKS) dan buku guru. Rancangan penelitian pengembangan
yang digunakan mengikuti model rancangan pengembangan Plomp (1997)
meliputi tahap pengkajian awal, tahap perancangan, tahap realisasi/konstruksi
dan tahap tes, evaluasi, dan revisi. Pada tahap tes, evaluasi, dan revisi dapat
terjadi pengulangan, sehingga diperoleh prototipe yang memenuhi persyaratan
valid, praktis dan efektif. Untuk keperluan perancangan bahan ajar, prototipe
yang telah disusun dan dikembangkan diujicobakan kepada subjek penelitian,
yaitu siswa SMA Veteran 1 Sukoharjo.
Secara umum rancangan penelitian pengembangan ini dari awal hingga
memperoleh prototipe final dilakukan dalam berbagai tahap yaitu tahap
pengkajian awal, tahap perencanaan, tahap validasi dan revisi serta tes,
evaluasi, dan revisi. Dalam tahapan penelitian tersebut diperoleh Prototipe 1,
2, 3, dan selanjutnya yang merupakan suatu kesinambungan. Masing-masing
ptototipe yang lebih kemudian merupakan perbaikan dari prototipe-prototipe
sebelumnya. Demikian penelitian terus dilakukan sampai mendapatkan
prototipe final, yaitu bahan ajar berdimensi sastra hijau dengan media film
yang inovatif, efektif dan berkontribusi terhadap pendidikan karakter.
53
Pada tahap awal, dilakukan kegiatan perancangan dalam 4 tahap yaitu:
pengkajian awal, perancangan, realisasi (konstruksi), validasi dan revisi.
Dengan jabaran sebagai berikut. (1) Tahap pengkajian awal. Tahap ini
merupakan langkah awal dengan mengamati kondisi faktual di lapangan.
Mengkaji teori belajar dan metode pembelajaran, serta mengkaji tentang proses
pembentukan karakter. (2) Tahap perancangan. Tahap ini meliputi tahapan
perancangan perangkat pembelajaran, dan instrumen. Pada tahapan ini
dirancang petunjuk penggunaan bahan ajar yang disusun disesuaikan dengan
perangkat pembelajaran. (3) Tahap realisasi. Tahap ini dilakukan penetapan
komponen model, meliputi sintaks, sistem sosial, sistem pendukung, dampak
instruksional dan dampak pengiring. Perangkatnya meliputi rencana
pembelajaran, buku siswa, lembar kerja siswa dan buku guru. (4) Tahap
validasi dan revisi. Pada tahap ini dilakukan validasi dengan meminta
pertimbangan kepada ahli pengajaran sastra dan praktisi di lapangan. Hasil dari
tahap ini apabila sudah valid, disebut prototipe-1. Jika model sudah valid dan
layak tanpa revisi, dilanjutkan dengan uji coba di lapangan. Revisi dari hasil
ujicoba selanjutnya disebut sebagai prototipe-2. Demikian selanjutnya untuk
dilakukan uji coba kembali di lapangan sampai mendapatkan model yang
diinginkan. Adapun luaran penelitian ini adalah bahan ajar sastra dengan media
film yang berkontribusi terhadap pendidikan karakter, meliputi buku siswa,
lembar kerja siswa, dan buku guru untuk satu pokok bahasan.
Untuk mendapatkan bahan ajar yang memenuhi syarat valid, praktis dan
efektif ini diperlukan data dan sumber data berikut. (1) Data dan sumber data
untuk validasi. Data yang diperlukan untuk mengetahui validitas konstruksi
dari buku yang disusun berupa penilaian para pakar pengajaran sastra dan
praktisi di lapangan. Perangkat yang divalidasi meliputi buku siswa, lembar
kerja siswa dan buku guru. (2) Data dan sumber data tentang kepraktisan
bahan ajar yang disusun. Data tentang kepraktisan ini diperoleh dari berbagai
sumber, yaitu (a) pernyataan tentang dapat atau tidaknya buku yang disusun
diterapkan dalam pembelajaran sastra di SMA; (b) hasil pembelajaran di kelas
yang disampaikan oleh para ahli dan guru yang melaksanakan dengan
54
menerapkan buku yang disusun,. (3) Data dan sumber data tentang
keefektipan bahan ajar yang disusun. Data dan sumber data tentang
keefektipan bahan ajar sastra yang disusun dapat diperoleh dari data aktifitas
siswa dan guru selama proses pembelajaran, kemampuan guru mengelola
pembelajaran, dan respon siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dan data
hasil belajar siswa serta karakter pribadi siswa yang terbentuk.
Analisis kevalidan, kepraktisan dan keefektipan bahan ajar sastra
dengan media film yang berkontribusi terhadap pendidikan karakter, dilakukan
sebagai berikut. (1) Analisis Kevalidan. Analisis dilakukan dengan cara
mencari rata-rata dari penilaian validator. Skor rata-rata (V) dikonfirmasikan
dengan interval penentuan kategori validitas model sebagai berikut.
V < 1,5 berarti tidak valid
1,5 berarti kurang valid
2,5 berarti cukup valid
berarti valid
4,5 berarti sangat valid
(2) Analisis Kepraktisan melalui Kelayakan dan Keterlaksanaan. Analisis
kelayakan dilakukan dengan cara mencari rata-rata dari penilaian validator.
Skor rata-rata (L) dikonfirmasikan dengan interval penentuan kategori
kelayakan penerapan bahan ajar yang disusun berikut.
L < 1,5 berarti sangat tidak layak
2,5 berarti kurang layak
2,5 berarti cukup layak
3,5 berarti layak
4,5 berarti sangat layak
55
(3) Analisiis keterlaksanan dilakukan dengan cara mencari rata-rata dari
observer yang mengamati proses pembelajaran di kelas. Skor rata-rata (T)
dikonfirmasikan dengan interval penentuan kategori keterlaksanaan penerapan
model yang disusun, dengan criteria sebagai berikut.
T < 1,5 berarti tidak ada yang terlaksana
1,5 berarti sebagian kecil terlaksana
2,5 berarti sekitar separuh terlaksana
3,5 berarti sebagian besar terlaksana
4,5 berarti seluruhnya terlaksana
(5) Analisis Keefektivan. Analisis keefektivan model meliputi analisis hasil
belajar siswa, aktifitas siswa, respon siswa, dan kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran. Analisis hasil belajar siswa diperoleh dari evaluasi
hasil belajar (tes), pengerjaan tugas. Ketuntasan belajar dilihat dari ketuntasan
individu dan klasikal. Ketuntasan individu apabila siswa memperoleh skor
minimal 6. Ketuntasan klasikal tercapai kalau siswa yang memperoleh
ketuntasan belajar individu minimal 80% dari banyaknya siswa. Analisis
aktifitas siswa diperoleh dari pengamatan dalam mengikuti pembelajaran.
Pengamatan dilakukan oleh pengamat yang ditentukan. Analisis dilakukan
terhadap frequensi rata-rata dari hasil pengamatan oleh pengamat. Analisis
respon siswa dilakukan dengan menentukan respon siswa terhadap pelaksanaan
pembelajaran dengan model yang disusun. Model dikatakan efektif jika siswa
yang merespon posistip minimal 80 % dari jumlah siswa yang ada. Analisis
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dilakukan dengan mencari
rata-rata dari observer yang mengamati proses pembelajaran. Skor rata-rata (K)
dikonfirmasikan dengan interval penentuan kategori keterlaksanaan penerapan
model yang disusun, sebagai berikut.
K < 1,5 berarti sangat rendah
1,5 berarti rendah
2,5 berarti sedang
56
3,5 4,5 berarti tinggi
4,5 berarti sangat tinggi
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Sejalan dengan masalah dan tujuan penelitian yang dirumuskan, maka
hasil penelitian ini dikelompokkan menjadi tiga bagian, meliputi: (1)
bahan ajar sastra dengan media film berdimensi sastra hijau. (2) hasil uji
validitas, efektivitas dan kepraktisan penggunaan modul yang disusun. (3)
nilai-nilai karakter yang terdapat dalam bahan ajar berdimensi sastra hijau
yang disusun.
Bahan ajar yang disusun dan dikembangkan dapat dibedakan menjadi
dua macam bentuk, yaitu buku lembar kerja siswa (LKS) dan buku guru.
Lembar kerja siswa atau LKS adalah modul bahan ajar yang disusun untuk
membantu siswa dalam belajar. Lembar kerja siswa pada mata pelajaran
bahasa Indonesia yang disusun melalui penelitian ini mencakup 2 kegiatan
yaitu kegiatan 1 meliputi pembangunan konteks sastra hijau. Kegiatan 2
meliputi pemodelan keterkaitan film Tanah Surga Katanya dan Laskar Pelangi
dengan konsep sastra hijau. Untuk dapat lebih memahami masing-masing
kegiatan, diuraikan 5 tugas yang harus diselesaikan oleh siswa. Kelima tugas
tersebut terdiri dari soal-soal latihan yang berbentuk uraian panjang dan uraian
singkat. Soal dengan jawaban uraian panjang terdapat pada tugas 2, 3 dan 4.
Sedangkan soal dengan jawaban uraian pendek terdapat pada tugas 1 dan 5.
Sementara itu, buku guru merupakan buku petunjuk untuk guru
sebagai patokan dalam proses belajar mengajar. Buku guru berisi tentang
petunjuk umum dan petunjuk khusus. Petunjuk umum di dalamnya memuat
materi, metode, dan evaluasi. Sementara itu petunjuk khusus memuat kriteria
penilaian hasil tugas siswa rekaman kegiatan siswa. Dalam petunjuk umum
diuraikan pendahuluan, konsep sastra hijau dan penilaian. Adapun dalam
petunjuk khusus diuraikan tentang pembangunan konteks dan pemodelan teks
yang didalamnya mencakup kegiatan yang perlu dilakukan guru dalam
proses pembelajaran. Dalam petunjuk khusus juga diuraikan mengenai
57
bentuk penilaian yang diterapkan. Selain itu, dalam buku guru juga terdapat
informasi tentang silabus dan RPP. Silabus merupakan program pembelajaran
yang akan dijadikan dasar dalam membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP). Silabus disusun berdasarkan pedoman yang memuat informasi
tentang: nama sekolah, mata pelajaran, kelas, semester, alokasi waktu dan
standart kompetensi. Tampilan silabus dalam kurikulum 2013 untuk SMA
seperti tertera di bawah ini.
Nama Sekolah : SMA N 1 Veteran Sukoharjo
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas : XI
Semester :1 (Satu)
Alokasi Waktu : 22 X 30 Menit
Kompetensi Inti :Memahami, menerapkan, dan menganalisis
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan,kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
Kompetensi
Dasar
Materi
Indikator
Pengalaman
Belajar
Alokasi
Waktu
Sumber
Penilaian
Tugas guru sebelum mengajar adalah membuat perencanan
pembelajaran. Administrasi pembelajaran yang dibuat sebelum mengajar
adalah RPP. Komponen RPP meliputi hal-hal berikut. (1) Identitas mata
pelajaran terdiri dari: satuan pendidikan, kelas, semester, program studi,
mata pelajaran dan jumlah pertemuan. (2) Kompetensi Inti, yaitu kualifikasi
58
kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap
kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran. (3) Kompetensi Dasar,
yaitu sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata
pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi
dalam suatu pelajaran. (4) Indikator pencapaian kompetensi, adalah perilaku
yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian
kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran.
Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja
operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan,
sikap, dan keterampilan. (5) Tujuan pembelajaran, menggambarkan proses
dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan
kompetensi dasar. (6) Materi ajar, memuat fakta, konsep, prinsip, dan
prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan
rumusan indikator pencapaian kompetensi. (7) Alokasi waktu, ditentukan
sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar. (8) Metode
pembelajaran, digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau
seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran
disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari
setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata
pelajaran. (9) Kegiatan pembelajaran, untuk mencapai suatu kompetensi
dasar harus dicantumkan langkah-langkah kegiatan setiap pertemuan. Pada
dasarnya, langkah-langkah kegiatan. (10) memuat unsur kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. Kegiatan inti terdiri atas, eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi. (11) Penilaian hasil belajar, prosedur dan
instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator
pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar Penilaian. (12) Sumber
belajar, penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan
kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator
pencapaian kompetensi.
59
Berkaitan dengan tujuan penelitian yang kedua, yaitu mendapatkan
seperangkan bahan ajar yang valid dan praktis, maka langkah berikutnya
adalah melakukan validasi pada bahan ajar yang telah dikembangkan,
Validasi produk bahan ajar sastra yang dikembangkan dalam penelitian ini
dilakukan oleh ahli yang sesuai dengan bidangnya. Seperti yang telah
direncanakan sebelumnya bahwa validasi dilakukan atas dasar ketercapaian
aspek (1) bentuk/format buku, (2) kesesuaian antara isi buku dengan
kurikulum, ( 3 ) bahasa yang digunakan dan ( 4 ) manfaat bagi proses
pembelajaran. Masing-masing aspek juga terperinci dalam sub-sub aspek.
Hasil validasi yang dilakukan dengan penilaian pakar, dibedakan dalam
beberapa kriteria berikut. (1) Skor 1 artinya tidak baik, (belum dapat dipakai,
masih memerlukan konsultasi). (2) Skor 2, artinya cukup baik (dapat dipakai,
tetapi dengan banyak revisi). (3) Skor 3, artinya baik (dapat dipakai tetapi
sedikit revisi). Skor 4, artinya sangat baik (dapat dipakai tanpa revisi).
Adapun, hasil validasi yang dilakukan terhadap bahan ajar sastra yang
disusun menunjukkan bahwa bahan ajar berdimensi sastra hijau yang
disusun termasuk dalam kelompok kriteria ketiga, yaitu masuk dalam
katagori baik, dan dapat dipakai namun masih memerlukan sedikit revisi.
Selanjutnya, berdasarkan pandangan bahwa sastra dapat berperan besar
dalam penanaman nilai-nilai luhur pada siswa, maka untuk mencapai tujuan itu,
dalam penelitian ini dikembangkan bahan ajar sastra dengan media film yang
berdimensi sastra hijau. Melalui media film diharapkan pelajaran lebih dapat
menarik minat siswa dalam mempelajari sastra. Sastra hijau yang juga disebut
sebagai ekokeritisisme adalah konsep kearifan ekologi yang dipadukan ke
dalam karya sastra. Sastra hijau membantu meningkatkan kesadaran akan hidup
yang bergantung kepada alam yaitu bumi dan seluruh isinya. Sastra hijau ditulis
untuk melestarikan bumi serta isinya, khususnya hutan dan lingkungan hidup
manusia. Sastra yang sering dikenal khalayak adalah sastra tertulis seperti novel
atau puisi. Untuk novel yang sudah diangkat dalam sebuah film, maka film
tersebut sangat cocok diguanakn sebagai media dalam pembelajarannya.
60
Berkaitan dengan topik penelitian ini, film yang bersumber pada novel sastra
adalah film yang berjudul “Tanah Surga Katanya” dan film “Laskar Pelangi”.
Kedua film tersebut merupakan film yang termasuk dalan genre sastra
hijau. Keduanya menawarkan inspirasi dan mengajak untuk mengingat
keindahan alam Indonesia. Sastra hijau merupakan sastra yang menginspirasi
dan mengajak manusia kembali ke alam. Tidak hanya novel, puisi ataupun
cerpen yang bisa dikaitkan penulisannya dengan sastra hijau, film juga dapat
dijadikan media untuk mengajak umat manusia kembali kepada alam. Dalam
Film terdapat visualisasi dan dialog-dialog tokoh yang difungsikan sebagai alat
untuk menyampaikan pesan kepada penonton. Film “Tanah Surga Katanya”
merupakan film yang menyuguhkan visual yang berlatar perbatasan Indonesia-
Malaysia. Film ini mengajak penontonnya untuk mencintai alam Indonesia
yang kaya akan sumber daya alam. Film ini memberikan gambaran nyata yang
sangat hidup, bahwa Indonesia merupakan negeri dengan sumber daya alam
yang begitu kaya. Pesan itu tergambar dalam kutipan dialog antara Haris dan
ayahnya yang bernama Hasyim berikut ini.
“Malaysia Negri yang makmur, yah” (haris).
“Negri kita (indonesia) lebih makmur, ris” (Hasyim).
Melalui visual yang ditampilkan dalam film tersebut, dapat ditangkap
pesan bahwa negeri yang indah dan memiliki kekayaan alam yang melimpah
61
harus disyukuri, dibanggakan, dan dirawat dengan baik. Melalui pesan inilah
maka rasa cinta terhadap alam semesta dari para siswa dapat dikembangkan
dan ditanamkan.
Sementara itu, Film ”Laskar Pelangi” yang diangkat dari sebuah novel
yang berjudul ’’Laskar Pelangi” menceritakan kisah masa kecil anak-anak
kampung dari komunitas Melayu yang sangat miskin di Belitung, yang
mencoba memperbaiki masa depannya. Melalui visual yang ditampilkan oleh
film “Laskar Pelangi” itu, semangat khalayak untuk berperan penuh menjaga
alam dapat dibangkitkan. Hal itu terlihat dari latar film yang menyuguhkan
alam Belitong yang sangat asri. Selain itu, ada beberapa dialog film yang
menginspirasi dan mengajak untuk hidup kembali dengan alam seperti dialog
Ikal (salah satu tokoh dalam Laskar Pelangi) sebagai berikut.
“Gambar-gambar ini merupakan bukti tak terbantahkan Belitong salah
satu pulau terkaya di Indonesia. Pulau dengan uat-urat timah yang
melimpah ruah, urat-urat yang mengundang bangsa lain untuk
mengambil semua potensi ini” (Ikal; Prolog Laskar Pelangi).
Tentu masih banyak film-film di Indonesia yang menginspirasi seluruh
umat manusia untuk melestarikan lingkungan dan menjaga alam Indonesia yang
sangat kaya ini. Namun melalui contoh kedua film ini disampaikan pemikiran
bahwa film yang bersumber pada karya sastra sangat bagus digunakan sebagai
media pembelajan. Dari kedua film yang dipilih dalam pengembangan bahan
ajar ini dapat dilakukan penanaman karakter selama proses pembelajaran sastra.
Melalui pembelajaran sastra dengan menerapkan media film sastra dapat
dilakukan penanaman jiwa cinta dan bangga atas lingkungan hidup yang bersih
dan sehat serta rasa syukur atas keindahan alam dan seisinya sebagi karunia
Allah untuk manusia.
PENUTUP
Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasannya dapat disimpulkan
bahwa bahan ajar sastra berdimensi sastra hijau dapat disusun dalam bentuk
perangkat pembelajaran yang berupa buku siswa atau lembar kegiatan siswa
62
(LKS) dan buku guru yang sesuai dengan silabus Bahasa Indonesia dalam
Kurikulum 2013. Kedua bentuk buku yang berisi bahan ajar yang
dikembangkan tersebut telah diuji validitas, kepraktisan dan
keefektivitasannya. Adapun hasil ujinya menunjukkan bahwa bahan ajar
sastra berdimensi sastra hijau yang disusun termasuk dalam katagori baik,
dan dapat dipakai namun masih memerlukan sedikit revisi. Sementara itu,
nilai-nilai karakter yang terdapat dalam bahan ajar yang disusun adalah nilai
nilai karakter yang berkaitan dengan rasa cinta dan bangga atas lingkungan
hidup yang bersih dan sehat serta rasa syukur atas keindahan alam dan
seisinya sebagi karunia Allah yang diciptakan untuk manusia.
Berdasarkan temuan-temuan seperti yang telah diuraikan di atas, dapat
disimpulkan bahwa bahan ajar sastra berdimensi sastra hijau dengan media
film yang telah disusun itu bersifat valid dan praktis, sehingga efektif
digunakan dalam pembelajaran sastra di sekolah menengah atas (SMA).
Melalui bahan ajar yang disusun, siswa menjadi lebih aktif dalam belajar dan
dalam suasana yang menyenangkan. Selain itu, bahan ajar yang disusun juga
sangat mendukung pembentukan karakter anak, sesuai dengan pilar-pilar
karakter yang telah ditetapkan dalam pendidikan karakter di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Bovee, Courland. 1997. Business Communication Today, Prentice Hall: New
York.
Brown. H.D. 2001. Teaching by Principles: An Interactive Approach to Language
Pedagogy. (2 nd
ed.). New York: Addison Wesley Longman, Inc.
Elkins, Deborah. 1976. Teaching Literature. Ohio: Charles Merrill & Publishing Co.
Harimansyah, Ganjar. Marliana, Lina. dan Widodo, Edi Rakhmat. 2005. “Uji Kompetensi
Guru Bidang Sastra di SMA Perlu atau Tidak?” Makalah dalam Konferensi
Internasional Himpunan Sarjana Kesusasteraan (HISKI), 18-21 Agustus 2005 di
Swarna Dwipa Palembang.
Hubbard, Peter. 1983. A Training Course for TEFL, Oxford University Press: Oxford.
Lazar, Gillian. 1993. Literature and Language Teaching, Answer Guide Teachers and
Trainers. United Kingdom: Cambridge University Press.
63
Lee, Kwuang-wu. 2000. “English Teachers’ Barriers to the Use of Computer-
assisted Language Learning”. The Internet TESL Journal, Vol. VI, No.
12, December 2000, dalam <http:/www.aitech.ac.jp/~iteslj/> .
Moody, H.L.B. 1971. Theaching of Literature. London: Longman.
Mulyasa, E. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan
Implementasinya. Bandung: Rosda.
Naning, Pranata. 20016. “Peranan-bahasa-ibu-sebagai-pilar-sastra-hijau”.
http://laskarpenahijau .com/index.php/2015/10/13/peranan-bahasa-
ibu-sebagai-pilar-sastra-hijau/
Nugrahani, Farida. 2014. “Laskar Pelangi Novel By Andrea Hirata as Acreative Industry
and Educative Media (A Review of Sociologi Literature)”, Makalah Seminar
Antarbangsa Kesusastraan Asia Tenggara (SAKAT) di Dewan Bahasa dan
Pustak Berakas Negara Brunai Darussalam, 15-19 Sept 2014
Rohmadi, Muhammmad. 2005. “Kaderisasi dan Motivasi Menulis dalam Pembelajaran
Sastra di Sekolah/ Kampus”. Makalah dalam Konferensi Internasional
Himpunan Sarjana Kesusasteraan (HISKI), 18-21 Agustus 2005 di Swarna
Dwipa Palembang.
Sarumpaet, Riris K. Toha. 2002. “Bagaimana Sastra Membangun Bangsa” dalam Riris K.
Toha-Sarumpaet (Ed). Sastra Masuk Sekolah. Magelang: Indonesiatera
Satoto, Sudiro. 2006.”Profil dan Profesionalisme Guru Bahasa dan Sastra Indonesia yang
Ideal dalam Perspektif Pergaulan Antarbangsa” dalam Kumpulan Makalah
Konferensi Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia dalam Perspektif
Pergaulan Antarbangsa PIBSI XXVIII Tanggal 2-4 Juli 2006. Semarang: IKIP
PGRI.
Sayuti, Suminto A. 2002. “Sastra dalam Perspektif Pembelajaran: Beberapa Catatan”,
dalam Riris K. Toha-Sarumpaet (Ed). Sastra Masuk Sekolah. Magelang:
Indonesiatera.
Siswari, Ryke L.S. 2016. “Mencintai Hutan dan Lingkungan Melalui Sastra”. http://bp2sdmk.dephut.go.id/emagazine/index.php/umum/80-mencintai-hutan-dan-
lingkungan-melalui-sastra.htSudjana, Nana. 1991. Teori-teori Belajar Untuk
Pengajaran. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.
Sunarto & Hartono, Agung. 2002. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen
64
Lampiran 3
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 1
Satuan Pendidikan : SMA Veteran Sukoharjo Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : XI /1 Tema : Menemukan solusi atas masalah Etika
Persahabatan Materi Pokok : Ulasan/Review Film Alokasi Waktu : 4 x 45 Menit (4 x pertemuan)
A. Kompetensi Inti KI 1
:
Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2
:
Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif
dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
KI 3
:
Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan
faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI 4 : Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan
ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan
mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
B. Kompetensi Dasar dan Indikator
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian
3.1Memahami struktur dan kaidah teks cerita pendek,pantun, cerita ulang, eksplanasi kompleks dan ulasan / reviu flm/ drama baik lisan maupun tulisan
3.1.1 Menentukan solusi atas masalah Etika
Persahabatan dalam film lascar pelangi
dengan tahapan yang benar: Orientasi,
komplikasi, resolusi, dan koda.
3.1.2 Memahami dan menganalisis cerita
dalam film
3.1.3 Membandingkan teks cerita pendek
dengan film
3.1.4 Mengevaluasi, memproduksi, dan
menyunting film menjadi cerpen
65
menggunakan bentuk terikat majas,
perubahan makna, ungkapan, peribahasa.
3.1.5 Menyunting bagian film.
3.1.6 Memproduksi cerita pendek berdasarkan
film yang dilihat
3.1.7 Mengabstraksi dan mengonversi film dan
teks cerita pendek.
C. Tujuan Pembelajaran 1. Selama dan setelah proses pembelajaran, siswa dapat menggunakan
bahasa Indonesia dengan baik dan benar untuk memahami informasi secara lisan dan tulis.
2. Selama dan setelah proses pembelajaran, siswa dapat menunjukkan perilaku jujur dalam menanggapi hal-hal atau kejadian.
3. Selama dan setelah proses pembelajaran, siswa dapat menunjukkan perilaku tanggung jawab dalam menanggapi hal-hal atau kejadian.
4. Setelah mencermati, tanya jawab, dan berdiskusi, siswa dapat memahami struktur dan kaidah bahasa dalam film
5. Setelah mencermati, tanya jawab, dan berdiskusi, siswa dapat menginterpretasi makna film
6. Setelah mencermati, mengevaluasi, memproduksi, dan menyunting film menjadi cerpen menggunakan bentuk terikat majas, perubahan makna, ungkapan, peribahasa.
7. Setelah mencermati, tanya jawab, dan berdiskusi, siswa dapat menyebutkan amanat film
8. Setelah mencermati, tanya jawab, berdiskusi,siswa dapat menceritakan kembali isi film
9. Setelah mencermati, tanya jawab, dan diskusi, siswa memproduksi cerita pendek berdasarkan film yang dilihat
10. Selama dan setelah pembelajaran siswa mengabstraksi dan mengonversi film dan teks cerita pendek.
D. Materi Pembelajaran
Film “Laskar Pelangi, tanah Surga Katanya, Sang Pencerah
E. Metode Pembelajaran Pendekatan : scientific Metode : diskusi, tanya jawab, penugasan
F. Media, Alat, dan Sumber Belajar 1. Media : CD interaktif, LCD 2. Alat dan bahan : Film 3. Sumber Belajar :
Kemdikbud, 2013a. Bahasa Indonesia: Ekspresi Diri dan Akademik
Kelas XI. Jakarta: Kemdikbud.
Kemdikbud, 2013b. Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan: Buku
Guru. Jakarta: Kemdikbud.
66
G. Langkah-langkah Pembelajaran
Bagian Kegiatan Pembelajarn Alokasi Waktu
Penda-huluan
a. Siswa memberi salam hormat kepada guru, berdoa, dan mengkondisikan diri siap belajar.
b. Siswa bertanya jawab (dengan siswa yang lain dan guru) berkaitan dengan materi film review yang akan dipelajari.
c. Siswa menyimak tujuan pembelajaran dan manfaat menguasai materi pembelajaran.
d. Siswa menyimak pokok-pokok/cakupan meteri pembelajaran
8 menit
Inti
Mengamati a. Siswa diberi contoh film yang berjudul “laskar Pelangi” dan
membaca dengan cermat berkaitan dengan struktur,kaidah, isi dan bahasa film,dengan teliti dan tanggung jawab.
10 menit
Menanya b. Siswa secara berkelompok melakukan tanya jawab (antar
anggota kelompok dan kelompok yang lain) tentang stuktur film (tesis, argumen, dan penegasan ulang argumen),dankaidah ( kalimat tunggal, kalimat majemuk, dan konjungsi), serta isi yang belum dipahami dan guru menjelaskan stuktur, kaidah , dan isi teks dengan tutur kata yang santun.
c. Siswa berdiskusi menilaistruktur, kaidah, dan isi pada film yang berjudul “laskar Pelangi”dengan saling menghargai pendapat teman dengan bahasa yang santun.
10 menit
Mengumpulkan Data d. Secara berkelompok siswa mencatat pokok-pokok struktur,
kaidah, dan isi teks cerpen yang berjudul “laskar Pelangi” dengan penuh tanggung jawab.
e. Siswa berduskusi membahas hasil pemahan teks cerpen yang berjudul ” laskar Pelangi” dari kesesuaian struktur,kaidah, dan isi film dengan tutur kata yang santun dan penuh tanggung jawab.
f. Siswa menyimpulkan hasil penilaian film dari kesesuaian stuktur, kaidah, dan isi dengan jujur dan penuh tanggung jawab.
15 menit
Mengasosiasi a. Secara berkelompok siswa diberikan lagi film yang berjudul
“laskar Pelangi” dan lembar kerja untuk dipahami dari aspek kebenaran struktur, kaidah bahasa,dan isi secara jujur dan penuh tanggung jawab.
b. Secara berkelompok siswa menilai struktur, kaidah, isi, dan bahasa teks eksposisi yang berjudul “laskar Pelangi” dengan responsive, jujur ,dan penuh tanggung jawab.
15 menit
Mengomunikasikan a. Siswa secara bergantian mempresentasikan hasil pekerjaan
kelompoknyadengan tutur kata yang santun. b. Siswa dari kelompok lain menanggapi hasil presentasi
kelompok tersebutdengan penggunaan bahasa santun, jujur dan penuh tanggung jawab.
10 menit
Penutup a. Siswa dan guru menyimpulkan materi yang diajarkan tentang 12
67
film berdasarkan struktur dan kaidah. b. Siswa melalukan refleksi terkait pembelajaran yang baru
berlangsung dengan membuat catatan penguasaan materi. c. Siswa mengerjakan evaluasi formatif berkaitan struktur dan
kaidah teks eksposisi. d. Siswa saling bertukar pekerjaan dan mengoreksi pekerjaan serta
memberikan umpan balik hasil evaluasi. e. Siswa memperoleh tugas pengayaan untuk menilai struktur,
kaidah dari film yang dicari
menit
H. Penilaian Proses dan Hasil Belajar
Identitas Materi
Kompetensi Dasar : 3.1 Memahami struktur dan kaidah teks
cerita pendek,pantun,cerita
ulang,eksplanasi kompleks dan
ulasan/reviu flm/ drama baik lisan
maupun tulis
Topik/Materi : Review Film
Sub Topik/ Sub Materi : Memahami struktur dan kaidah Film
1. Instrumen penilaian sikap
a. Penilaian sikap melalui observasi
Mata pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/semester : XI/1
Topik/ subtopik : Mengevaluasi film
Indikator : 1 .Menunjukan perilaku jujur dalam mengevaluasi
film
2. Menunjukkan sikap tanggung jawab dalam
mengevaluasi film
3. Menggunakan pilihan kata yang santun dalam
mengevaluasi film
No Nama
peserta
didik
jujur Tanggung
jawab
Santun Jumlah
skor
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Keterangan Skor
1. Jika tidak pernah berperilaku dalam kegiatan
2. Jika kadang-kadang berperilaku dalam kegiatan
3. Jika sering berperikalu dalam kegiatan
4. Jika selalu berperilaku dalam kegiatan
68
Penilaian sikap untuk setiap pewserta didik dapat menggunakan
rumus berikut
Jumlah Skor
Nilai = 12 X 100
Dengan predikat
PREDIKAT NILAI
Sangat Baik (SB) 80 <AB<100
Baik (B) 70 < B < 79
Cukup (C) 60 , < C < 69
Kurang (K) < 60
2. Penilaian pengetahuan
Tes Penugasan
Topik : Film
KD : 3.4 Mengevaluasi film berdasarkan kaidah-kaidah film
baik melalui lisan maupun tulisan
Indikator : 1. Mengevaluasi struktur isi film
2. Mengevaluasi bahasa film
3. Mengevaluasi ejaan film
A. Tugas kelompok
1. Simaklah film yang berjudul “Tanah Surga Katanya”
2. Secara berkelompok, lakukan penilaian terhadap teks tersebut
dengan memperhatikan struktur isi, bahasa dan ejaan pada teks
tersebut!
B. Tugas Perseorangan
Carilah film, kemudian lakukan penilaian terhadap film tersebut
dengan memperhatikan struktur isi, bahasa dan ejaan pada teks
tersebut!
Rubrik Penilaian
a. Lembar penilaian kelompok
Nama Kelompok :
Kelas :
No Aspek yang dinilai Skor Penilaian
(1- 4)
1. Struktur film
2. Bahasa film
3. Ejaan
Jumlah
Skor
b. Lembar penilaian individu
Nama Siswa :
69
Kelas :
NIS :
Aspek yang dinilai Skor Penilaian
(1-4)
1. Struktur film
2. Bahasa film
3. Ejaan
Jumlah
Skor
Keterangan Skor:
Total Nilai =Jumlah Skor
3 3. Keterampilan
a. Teknik Penilaian : Unjuk Kerja b. Bentuk instrumen :Produk
a. Lembar penilaian individu
Nama Siswa :
Kelas :
NIS :
No Aspek yang dinilai Skor Penilaian
(1-3)
1. Menilai struktur yang terdapat dalam
bacaan.
2. Menilai bahasa yang terdapat dalam
bacaan.
3. Menilai isi yang terdapat dalam
bacaan.
Keterangan Skor:
Total Nilai =Jumlah Skor
3
b. Lembar penilaian Diskusi Kelompok
No Nama Aspek Penilaian Total
Nilai
Prese
ntasi Sikap Keaktifan wawasan Kemamp
uan
mengem
ukakan
pendapat
Kerja
sama
70
C. Tugas Perseorangan
Simaklah film yang telah dilihat, kemudian buatlah cerpen
berdasarkan film yang dilihat memperhatikan struktur isi, bahasa
dan ejaan pada teks tersebut!
Rubrik Penilaian
c. Lembar penilaian kelompok
Nama Kelompok :
Kelas :
No Aspek yang dinilai Skor Penilaian
(1- 4)
1. Struktur film
2. Bahasa film
3. Ejaan
Jumlah
Skor
d. Lembar penilaian individu
Nama Siswa :
Kelas :
NIS :
Aspek yang dinilai Skor Penilaian
(1-4)
1. Struktur film
2. Bahasa film
3. Ejaan
Jumlah
Skor
Keterangan Skor:
Total Nilai =Jumlah Skor
3
4. Keterampilan
c. Teknik Penilaian : Unjuk Kerja d. Bentuk instrumen :Produk
c. Lembar penilaian individu
Nama Siswa :
Kelas :
71
NIS :
No Aspek yang dinilai Skor Penilaian
(1-3)
1. Menilai struktur yang terdapat dalam
bacaan cerpen.
2. Menilai bahasa yang terdapat dalam
bacaan cerpen.
3. Menilai isi yang terdapat dalam
bacaan cerpen.
Keterangan Skor:
Total Nilai =Jumlah Skor
3
d. Lembar penilaian Diskusi Kelompok
No Nama Aspek Penilaian Total
Nilai
Prese
ntasi Sikap Keaktifan wawasan Kemamp
uan
mengem
ukakan
pendapat
Kerja
sama
Sukoharjo,
Juli 2016
Tim Peneliti,
Lampiran 4
72
Lampiran 4
Dr. Farida Nugrahani, M.Hum
Drs. Sri Wahono Saptomo, M. Hum
73
BUKU SISWA
Bahasa
Indonesia SMA
Kelas XI
74
KEGIATAN 1
PEMBANGUNAN KONTEKS SASTRA HIJAU
Sumber: http://www.google.co.id
75
Gambar 1.1 Genre Sastra Hijau
SASTRA HIJAU
Pandangan bahwa sastra dapat berperan besar dalam penanaman
nilai-nilai luhur pada siswa, sudah banyak disampaikan oleh para pakar.
Mempelajari sastra berarti membaca teks sastra, memahami isinya, dan
mengapresiasi keindahan ceritanya serta menghayati nilai-nilai kehidupan
yang disampaikan oleh pengarang untuk menangkap pesan yang
disampaikan melalui karyanya. Untuk mencapai tujuan itu, sastra dengan
media film dapat menarik minat siswa dalam mempelajari sastra. Di
Indonesia begitu banyak genre sastra yang dapat dinikmati oleh khalayak.
baru-baru ini, genre sastra hijau menjadi daya tarik pencinta sastra.
Gerakan sastra hijau mulai gencar ditulis pada tahun 70an, di negara-
negara yang masyarakatnya peduli lingkungan misalnya di Brazil, Australia
dan Amerika. Meskipun sebenarnya sastra hijau telah ditulis sejak puluhan
tahun sebelumnya di berbagai benua. Di Indonesia sastra hijau mulai
marak dan dikenal sekitar lima tahun terakhir, dan masih terus berkembang
hingga saat ini.
Sastra hijau yang juga disebut sebagai ekokeritisisme adalah konsep
kearifan ekologi yang dipadukan ke dalam karya sastra. Sastra hijau
membantu meningkatkan kesadaran akan hidup yang bergantung kepada
alam yaitu bumi dan seluruh isinya. Dengan kata lain genre sastra hijau
ditulis untuk melestarikan bumi serta isinya, khususnya hutan dan
lingkungan hidup manusia.
Sastra yang sering dikenal khalayak adalah sastra tertulis seperti
novel atau puisi. Namun, film juga merupakan bentuk sastra yang menarik
untuk dilihat dan dipahami maknanya. Film yang berjudul Tanah Surga
Katanya dan Laskar Pelangi merupakan dua film yang termasuk dalan
76
genre sastra hijau. Kedua film ini menawarkan inspirasi dan mengajak
untuk mengingat alam Indonesia.
PEMODELAN KETERKAITAN FILM TANAH SURGA KATANYA
DAN LASKAR PELANGI DENGAN SASTRA HIJAU
Gambar 1.2 Gambar 1.3
77
Sastra pada dasarnya berbentuk tulisan seperti novel, puisi ataupun
cerpen. Di Indonesia sendiri berbagai genre sastra telah ditawarkan
sastrawan untuk pencinta sastra, dari mulai romance, nasionalisme, bahkan
baru-baru ini sastra hijau sedang berkembang di negara ini. Sastra hijau
merupakan sastra yang menginspirasi dan mengajak manusia kembali ke
alam. Tidak hanya novel, puisi ataupun cerpen yang bisa dikaitkan
penulisannya dengan sastra hijau. Namun, film juga bisa dijadikan media
untuk mengajak umat manusia kembali kepada alam. Film merupakan
jenis sastra yang menawarkan visual dan dialog-dialog tokoh sebagai alat
untuk menyampaikan pesan kepada penonton.
Film Laskar Pelangi diangkat dari sebuah novel yang berjudul
’’Laskar Pelangi” menceritakan kisah masa kecil anak-anak kampung dari
suatu komunitas Melayu yang sangat miskin Belitung. Anak orang-orang
78
‘kecil’ yang mencoba memperbaiki masa depan mereka. Visual yang
ditampilkan oleh film Laskar Pelangi membangkitkan semangat khalayak
untuk berperan penuh menjaga alam. Hal itu terlihat dari latar film yang
menyuguhkan alam Belitong yang sangat asri. Selain itu, ada beberapa
dialog film yang menginspirasi dan mengajak untuk hidup kembali dengan
alam seperti dialog Ikal (salah satu tokoh dalam Laskar Pelangi):
“Gambar-gambar ini merupakan bukti tak terbantahkan Belitong salah satu pulau
terkaya di Indonesia. Pulau dengan uat-urat timah yang melimpah ruah, urat-urat
yang mengundang bangsa lain untuk mengambil semua potensi ini” (Ikal; Prolog
Laskar Pelangi).
Selain Laskar Pelangi, film Tanah Surga Katanya juga
menyuguhkan visual yang tidak biasa. Berlatar di perbatasan Indonesia-
Malaysia, film ini mengajak bangsa untuk mencintai alam Indonesia yang
kaya akan sumber daya nya. Film ini memberikan gambaran nyata hidup
di Indonesia. Negeri dengan sumber daya alam yang begitu kaya. Seperti
kutipan dialog antara Haris dan ayahnya yang bernama Hasyim:
“Malaysia Negri yang makmur, yah” (haris)
“Negri kita (indonesia) lebih makmur, ris” (Hasyim)
Tentu masih banyak film-film di Indonesia yang menginspirasi
seluruh umat manusia untuk melestarikan lingkungan dan menjaga alam
Indonesia yang sangat kaya ini. Melalui pelajaran ini, siswa diajak untuk
mencintai sastra yang berdimensi sastra hijau sebagai untuk menumbuhkan
sikap sosial humaniora dikehidupan nyata. Sama dengan sastra tulis yang
memiliki struktur/unsur yang membangun teks sastra, film juga memiliki
struktur/unsur yang membangun film tersebut, seperti : Abstrak, Orientasi,
Komplikasi, Evaluasi, Resolusi, Koda. Jika dibagankan akan terlihat
seperti berikut ini:
79
TUGAS 1
Menyaksikan film “Laskar Pelangi” dan “Tanah Surga Katanya”
Guru akan memutarkan dua judul film yakni Laskar Pelangi dan Tanah
Surga Katanya secara bergantian. Siswa diminta untuk menyaksikan
dengan seksama, dan mengerjakan soal berikut secara mandiri.
1. Identifikasilah semua tokoh/penokohan film Laskar Pelangi dan Tanah
Surga Katanya!
2. Identifikasilah latar (tempat, waktu dan suasana) film Laskar Pelangi dan
Tanah Surga Katanya!
3. Identifikasilah alur cerita yang ada di fil Laskar pelangi dan Tanah Surga
Katanya!
TUGAS 2
ABSTRAK
ORIENTASI
KOMPLIKASI
EVALUASI
RESOLUSI
KODA
80
Setelah mengidentifikasi tokoh, latar dan alur. Siswa harus
mengidentifikasi dan menganalisis dialog-dialog tokoh yang membuktikan
bahwa kedua film tersebut berdimensi sastra hijau.
Film “Laskar Pelangi”
No. Tokoh Dialog Alasan
1. Ikal “Gambar-gambar ini
merupakan bukti tak
terbantahkan Belitong salah
satu pulau terkaya di
Indonesia. Pulau dengan uat-
urat timah yang melimpah
ruah, urat-urat yang
mengundang bangsa lain untuk
mengambil semua potensi ini”
Dialog tersebut
menyuarakan
untuk menjaga
kekayaan
Indonesia.
81
Film “Tanah Surga Katanya”
No. Tokoh Dialog Alasan
1. Haris dan
Hasyim
“Malaysia Negri yang makmur,
yah” (haris)
“Negri kita (indonesia) lebih
makmur, ris” (Hasyim)
Dialog tersebut
menyuarakan
bahwa Indonesia
adalah negara
yang makmur.
82
TUGAS 3
Setelah mengklasifikasikan dialog-dialog tokoh, siswa diminta
membandingkan kedua film “Laskar Pelangi” dan “Tanah Surga
Katanya”. Dari kedua film tersebut mana yang lebih berdimensi dengan
sastra hijau, kemudian kemukakan alasan Anda !
Laskar Pelangi Tanah Surga Katanya
……………………………………….
………………………………………
……….
………………………………………
……….
………………………………………
……….
………………………………………
……….
………………………………………
……….
………………………………………
……….
………………………………………
……….
………………………………………
……….
………………………………………
……………………………………….
………………………………………
……….
………………………………………
……….
………………………………………
……….
………………………………………
……….
………………………………………
……….
………………………………………
……….
………………………………………
……….
………………………………………
……….
………………………………………
83
……….
………………………………………
……….
………………………………………
……….
………………………………………
……….
………………………………………
……….
………………………………………
……….
………………………………………
……….
………………………………………
……….
………………………………………
……….
……….
………………………………………
……….
………………………………………
……….
………………………………………
……….
………………………………………
……….
………………………………………
……….
………………………………………
……….
………………………………………
……….
………………………………………
……….
TUGAS 4
Refleksikan apa yang kalian dapat dari menyaksikan film “ Laskar
Pelangi” dan “Tanah Surga Katanya” kemudian kemukakan pendapat
Anda mengenai manfaat adanya genre sastra hijau bagi kehidupan Anda!
Nama :
Kelas & NIS:
Tanggal :
84
Refleksi
TUGAS 5
I. Bacalah teks ulasan film Laskar Pelangi di bawah ini!
Laskar Pelangi adalah sebuah film karya Riri Riza yang merupakan
salah satu film terbaik Indonesia. Film yang diangkat dari novel dengan judul
85
yang sama karya Andrea Hirata ini diproduksi pada tahun 2008. Semenjak awal
pertama kemunculannya di layar lebar, film ini bernasib sama dengan bukunya,
keduanya mendapatkan antusias yang luar biasa dari para penikmat seni di
Indonesia, khususnya pecinta film. Hal tersebut tidak terlepas dari tangan
dingin seorang produser muda berbakat, Mira Lesmana yang berkolaborasi
dengan Riri Riza, salah satu produser terbaik di negeri ini. Hal yang
menjadikan film ini menarik adalah para pemain yang dipilih merupakan anak –
anak asli Belitung, sebuah daerah yang menjadi latar dari novel aslinya. Mereka
memerankan tokoh – tokoh yang ada di cerita tersebut, seperti Ikal, diperankan
oleh Zulfani, Lintang diperankan oleh Ferdian, Mahar diperankan oleh Verrys
Yamarno, dan begitu juga dengan tokoh – tokoh lainnya. Film ini menceritakan
sebuah kisah 10 orang sahabat. Mereka bersekolah di sebuah sekolah kecil SD
Muhammadiyah di Pulau Belitung.
Pada awalnya sekolah tersebut terancam ditutup karena minimnya
siswa yang belajar. Namun, berkat kegigihan dan keinginan yang kuat dari
kesepuluh anak tersebut sekolah itu tidak jadi ditutup. Hal ini juga berkat
perjuangan seorang guru yang sangat baik, yaitu Bu Muslimah yang
diperankan oleh Cut Mini dan Pak Harfanh yang diperankan dengan apik oleh
Ikranagara. Selain menceritakan kisah persahabatan, Film ini juga
menyuguhkan cerita emosional, mengenai Lintang, seorang anak miskin yang
sangat pintar. Namun, harus bekerja keras demi bertahan hidup demi adik-
adiknya setelah ditinggal mati oleh ayahnya di lautan.
(http://www.kelasindonesia.com)
Berdasarkan teks ulasan film Laskar Pelangi di atas, jawablah pertanyaan berikut
ini!
1. Sebutkan anggota Laskar Pelangi beserta perwatakannya!
2. Sebutkan tokoh lain yang terlibat dalam film Laskar Pelangi!
3. Bagaimana Penggambaran watak tokoh dalama film Laskar Pelangi?
4. Dimanakah setting/latar film Laskar Pelangi?
5. Bagaimanakah alur cerita film laskar pelangi?
86
6. Mengapa sutradara film Laskar Pelangi memilih anak asli Belitong
sebagai pemerannya?
7. Apakah sebutan yang diberikan Bu Muslimah untuk kesepuluh pemain
film Laskar Pelangi?
8. Siapakah penulis novel Laskar Pelangi?
9. Menurut kalian film laskar pelangi mengandung latar sosial, jika ada
jelaskan!
10. Nilai moral apa yang terkandung dalam film Laskar Pelangi?
II. Bacalah teks ulasan film Tanah Surga Katanya di bawah ini!
Film ini mengulas seputar prihatinnya bangsa yang
memperhatikan setanah daerah, yang masih menjadi bagian dari negara.
Berlatar di suatu daerah terpencil yang berada diperbatasan antara Negeri
Indonesia dan Malaysia, tepatnya di pulau Kalimantan yang sepatutnya
hidup di bawah keselamatan negara, namun kenyataannya masih sangat
memperihatinkan dan sangat ironi. Seakan masyarakat didalamnya hidup
tanpa mengenal tanah airnya sendiri. Bahkan mata uang yang digunakan
bukan mata uang Negara Indonesia, melainkan ringgit yang merupakan
mata uang negara tetangga, yaitu Malaysia.
Film Tanah Surga Katanya dimulai dengan kehidupan suatu
keluarga yaitu Hasyim "Fuad Idris salah seorang mantan sukarelawan
Konfrontasi Indonesia Malaysia tahun 1965 yang tinggal bersama kedua
cucunya, Salman (Osa aji santoso) dan Salina (Tissa Biani Azzahra) yang
merupakan anak dari Haris (Ence Bagus). Film Tanah Surga Katanya
(banyak menceritakan tentang kehidupan perekonomian dan nasionalisme
orang-orang perbatasan. Mengenai dilemakehidupan yang dialami oleh
Hasyim ketika ia diajak oleh anaknya untukmeninggalkan desanya yang
berada di daerah pinggiran perbatasan Indonesia-Malaysia di Kalimantan
dan berpindah ke Malaysia. Pilihan ini sendiri diberikan oleh Haris karena
selama ini ia telah mendapatkan rejeki yang melimpah dengan bekerja di
Malaysia sekaligus mengingat fakta bahwa kehidupan masyarakat di
87
daerah pinggiran tersebut sama sekali tidak mendapatkan perhatian yang
layak dari pemerintah republik Indonesia. Sebagai seorang mantan
pejuang kemerdekaan yang masih menggenggam nilai-nilai nasionalisme
yang tinggi, Hasyim jelas menolak ajakan tersebut. Akhirnya, Haris hanya
berhasil membujuk puterinya Salina,untuk berangkat ke Malaysia dan
meninggalkan ayah beserta puteranya, Salman,yang tidak ingin
meninggalkan sang kakek sendirian. (http://www.academia.edu)
Berdasarkan teks ulasan film Tanah Surga Katanya di atas, jawablah
pertanyaan berikut ini!
1. Sebutkan tokoh “Tanah Surga Katanya” beserta perwatakannya!
2. Bagaimana Penggambaran watak tokoh dalama film “Tanah Surga
Katanya”?
3. Dimanakah setting/latar film “Tanah Surga Katanya”?
4. Bagaimanakah alur cerita film laskar pelangi?
5. Mengapa Hasyim menolak ajakan Haris untuk berpindah
kewarganegaraan?
6. Siapa yang menemani Hasyim ketika ditinggal Haris ke Malaysia?
7. Menurut kalian Tanah Surga Katanya mengandung latar sosial, jika ada
jelaskan!
8. Nilai moral apa yang terkandung dalam film Tanah Surga Katanya?
88
Dr. Farida Nugrahani, M.Hum
Drs. Sri Wahono Saptomo, M. Hum
89
Prakata
BUKU GURU
BAHASA INDONESIA
SMA KELAS XI
90
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang berlaku pada saat ini. Kurikulum 2013
tersebut dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mampu mengekspresikan
perasaan dan pemikiran secara estetis dan logis melalui pembelajaran bahasa Indonesia. Dengan
menyadari bahwa peran dan fungsi bahasa sangatlah penting, maka pembelajaran Bahasa
(sastra) Indonesia juga sangat penting.
Buku ini menyajikan materi tentang pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya untuk
jenjang Pendidikan Menengah Kelas XI. Materi yang disajikan dalam buku guru ini disusun
dengan berbasis teks, baik lisan maupun tulis, dengan menempatkan Bahasa Indonesia sebagai
wahana untuk mengekspresikan perasaan dan pemikiran. Muhammad Nuh (2014: 2), menjelaskan bahwa pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia
dalam Kurikulum 2013 menekankan pentingnya keseimbangan kompetensi sikap, pengetahuan
dan keterampilan, kemampuan berbahasa yang dituntut tersebut dibentuk melalui pembelajaran
berkelanjutan: dimulai dengan meningkatkan pengetahuan tentang jenis, kaidah dan konteks
suatu teks, dilanjutkan dengan keterampilan menyajikan suatu teks tulis dan lisan baik
terencana maupun spontan, dan bermuara pada pembentukan sikap kesantunan dan kejelian
berbahasa serta sikap penghargaan terhadap Bahasa Indonesia sebagai warisan budaya
bangsa.Untuk itu, buku ini menjabarkan peran guru dalam memberdayakan peserta didik untuk
dapat melakukan usaha yang harus dilakukan untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.
Sesuai dengan pendekatan yang digunakan dalam Kurikulum 2013, dalam buku ini
diuraikan tentang peran peserta didik dalam mencari sumber belajar lain yang tersedia di
sekitarnya. Selebihnya itu, peran guru adalah meningkatkan dan menyesuaikan daya serap
peserta didiknya melalui sumber daya yang ada.
Menyadari bahwa buku ini dibuat hanya untuk kepentingan pembelajaran sastra di
sekolah, dan hanya untuk satu pokok bahasan, maka sangat penting bagi guru untuk
mengembangkan lagi sesuai potensi dan kreatifitas dan kebutuhan dari peserta didik di masing-
masing sekolah.
Pada akhirnya perlu disampaikan bahwa buku ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu, kritik saran dan masukan yang bersifat membangun dan menyempurnakan sangatlah
diharapkan. Semoga buku pegangan guru sastra ini bermanfaat.
Sukoharjo, Agustus 2016
Penyusun,
Dr. Farida N, M.Hum.
91
Daftar Isi
Halaman i
Prakata ii
Daftar Isi iii
Daftar Gambar ix
Silabus 1
UNIT I
Petunjuk
Umum…………………………………………………………………………................ 4
1.1 Pendahuluan……………………………………………………………………... 4
1.2 Organisasi Penataan Materi Buku Wajib Bahasa ………………………………. 4
1.3 Metode …………………………………………………………………………... 5
1.4 Penilaian ………………………………………………………………………… 6
UNIT II 2.5 Pembelajaran Materi Pelajaran V: Mengulas Secara Kritis Film dan Drama....... 8 2.5.1 Pembangunan Konteks dan Pemodelan Teks Ulasan ........................................... 8
2.5.2 Kerja Sama Membangun Teks Ulasan.................................................................. 8 2.5.3 Kerja mandiri Membangun Teks Ulasan ............................................................. 9
UNIT III EVALUASI .................................................................................................................. 11 3.1 Pengertian ............................................................................................................. ... 12
UNIT IV BAHAN PENGAYAAN .............................................................................................. 30 4.1 Pembelajaran Teks .............................................................................................. 30 4.2 Latihan Pengayaan .............................................................................................. 30 Glosarium .................................................................................................................. ... 31 Daftar Pustaka ............................................................................................................... 31
92
ISILABUS
1
93
KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR MATERI INDIKATOR
PENGALAMAN ALOKASI SUMBER PENILAIAN
INTI BELAJAR WAKTU
1. Menghayati dan 1.1 Mensyukuri 1. Menemukan Solusi 1. Menemukan solusi atas masalah 1. Siswa berpengalaman 1. Buku 1. Lisan
mengamalkan anugerah Tuhan
Atas Masalah Etika
persahabatan dalam
film laskar pelangi
Etika persahabatan dalam novel
laskar pelangi membuat dan Penunjang 2. Tertulis
ajaran agama akan keberadaan dengan tahapan yang benar: menggunakan teks Kurikulum 3. Penugasan
yang dianutnya. bahasa Indonesia dan a. Teks orientasi, komplikasi, resolusi, dan Novel dengan 2013 Mata 4. Portofolio
Menggunakannya novel “Laskar Pelangi” koda. menerapkan struktur 1 minggu = 4 Pelajaran
sesuai dengan kaidah 2. Memahami dan menganalisis teks teks yang tepat dan jam pelajaran Bahasa dan konteks untuk cerita novel yang difilmkan. bahasa Indonesia yang Indonesia
Mempersatukan baik dan benar. 1 pelajaran = 22
b. Teks 3. membandingkan teks cerita
(Wajib)
bangsa.
2. Menerapkan struktur
Novel “Ketika
Cinta Bertasbih” Pendek dengan novel. jam pelajaran 2. Kamus Besar
4. Mengevaluasi, memproduksi, dan
teks novel Bahasa
yang tepat dan bahasa
Indonesia
c. Teks
menyunting teks novel menjadi
novel cerita pendek.
Indonesia yang baik
3. Pengalaman
Novel “ Sang
Pencerah” 5. Menggunakan bentuk terikat,
dan benar.
siswa dan
majas, perubahan makna, guru
ungkapan, peribahasa.
4. Media
6. Menyunting bagian teks novel dan
cerita pendek.
7. Memproduksi teks cerita pendek berdasarkan film sastra yang dilihat.
8. Mengabstraksi dan mengonversi
teks cerita pendek.
94
Petunjuk
Umum
95
1.1 Pendahuluan
Penerapan kurikulum 2013 menggunakan pendekatan ilmiah atau disebut
pendekatan saintifik (scientific aproach). Penerapan pendekatan ini melalui
pengembangan aktivitas siswa yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan
informasi, menegosiasi, mengomunikasikan, dan mencipta. Aktivitas belajar
tersebut merupakan aktivitas dalam mengembangkan keterampilan berpikir siswa.
Siswa diharapkan dapat termotivasi untuk mengamati fenomena yang ada di
sekitarnya, mencatat atau mengidentifikasi fakta, merumuskan masalah yang ingin
diketahuinya dalam pernyataan menanya, lalu memulai kegiatan inti pembelajaran
melalui aktivitas pengamatan. Siswa mengamati fenomena dalam bentuk video,
gambar, kerangka pikir, teks, atau juga fenomena alam maupun sosial . Guru
menyiapkan bahan pelajaran yang akan diamati siswa sebelum melakukan aktivitas
belajar sehingga pembelajaran menjadi kontekstual.
Berikut ini posisi pengembangan keterampilan berpikir dalam aktivitas siswa.
Domain Elemen SD SMP SMA/MA+SMK
Proses
Menerima + menjalankan + menghargai + menghayati +
mengamalkan
Beriman, berakhlak mulia (jujur, disiplin, tanggungjawab,
Sikap
Individu peduli, santun), rasa ingin tahu, estetika, percaya diri, motivasi
Internal
Sosial Toleransi, gotong royong, kerja sama, dan musyawarah
Alam
Pola hidup sehat, ramah lingkungan, patriotik, dan cinta
Perdamaian
Proses
Mengamati + menanya + mencoba + mengolah + menyaji +
menalar + mencipta
Keterampilan Abstrak Membaca, menulis, menghitung, menggambar, mengarang
Konkret
Menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, membuat,
Mencipta
Proses
Mengetahui + memahami + menerapkan + menganalisis +
Mengevaluasi
Pengetahuan
Objek Ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya
Subjek Manusia, bangsa, negara, tanah air, dan dunia
1.2 Pendekatan Ilmiah
Pendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan
melatari pemikiran tentang bagaimana metode pembelajaran diterapkan berdasarkan
teori tertentu. Pendekatan ilmiah berarti konsep dasar yang menginspirasi atau
melatarbelakangi perumusan metode mengajar dengan menerapkan karakteristik yang.
ilmiah. Pendekatan pembelajaran ilmiah (scientific learning) merupakan bagian dari
pendekatan pedagogis pada pelaksanaan pembelajaran dalam kelas yang melandasi
penerapan metode ilmiah.
96
Pengertian penerapan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran tidak hanya berfokus pada
bagaimana mengembangkan kompetensi siswa dalam melakukan pengamatan atau eksperimen,
namun juga bagaimana mengembangkan pengetahuan dan keterampilan berpikir sehingga dapat
mendukung aktivitas kreatif dalam berinovasi atau berkarya. Pembelajaran ilmiah mencakup
strategi pembelajaran siswa aktif yang mengintegrasikan siswa dalam proses berpikir dan
penggunaan metode yang teruji secara ilmiah sehingga dapat membedakan kemampuan siswa
yang bervariasi. Penerapan metode ilmiah membantu guru mengidentifikasi perbedaan
kemampuan siswa.
Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran harus memenuhi tiga prinsip
utama; yaitu: • Belajar siswa aktif, dalam hal ini termasuk belajar berbasis penelitian, belajar
berkelompok, dan belajar berpusat pada siswa. • Assessment berarti pengukuran kemajuan belajar siswa yang dibandingkan dengan
target pencapaian tujuan belajar. • Keberagaman mengandung makna bahwa dalam pendekatan ilmiah mengem
bangkan pendekatan keragaman. Pendekatan ini membawa konsekuensi siswa unik,
kelompok siswa unik, termasuk keunikan dari kompetensi, materi, instruktur,
pendekatan dan metode mengajar, serta konteks.
1.3 Penataan Materi Buku Ajar Bahasa Indonesia
Materi pembelajaran buku wajib bahasa Indonesia untuk siswa SMA disajikan ke
dalam 6 pelajaran, yaitu Menemukan Solusi atas Masalah Kewirausahaan (Pelajaran I),
Menambah Cita Rasa Bahasa melalui Seni Berpantun (Pelajaran II), Membangkitkan
Ingatan tentang Tokoh Dunia (Pelajaran III), Menjelaskan Sebab dan Akibat Peristiwa
Alam dan Sosial (Pelajaran IV), Mengulas Secara Kritis Film dan Drama (Pelajaran V), dan
Teks sebagai Media Adaptasi Sosial (Pelajaran VI). Buku siswa ini terbagi menjadi dua,
yakni buku siswa untuk semester satu dan buku siswa untuk semester dua. B
Buku pegangan guru ini tidak membahas tuntas semua materi dalam pelajaran bahasa
(sastra) Indonesia, namun hanya memajikan materi yang berkaitan dengan Mengulas
Secara Kritis Film dan Drama (Pelajaran V), khususnya film yang berbasis novel sastra
yang di dalamnya sangat penting perannya dalam pendidikan karakter siswa.
1.4 Metode
Metode pembelajaran untuk buku bahasa Indonesia wajib mengutamakan pembelajaran
berkelompok, berpasangan, dan mandiri. Prinsipnya, pembelajaran di kelas hanya
menyampaikan pengetahuan pokok dan memberikan dasar-dasar untuk pendalaman materi
dengan melaksanakan tugas kelompok, berpasangan, dan mandiri.
1.5 Penilaian
97
Setiap suatu program perlu adanya evaluasi. Melalui evaluasi kemajuan dan
keberhasilan suatu program dapat diketahui dan diantisipasi. Evaluasi merupakan suatu
proses sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan, sampai sejauh mana tujuan
atau program telah tercapai (Gronlund, 1985). Pengertian yang sama dikemukakan
Wrightstone, dkk. (1956), bahwa evaluasi pendidikan adalah penaksiran terhadap
pertumbuhan dan kemajuan siswa ke arah tujuan atau nilai-nilai yang telah ditetapkan dalam
kurikulum. Evaluasi merupakan proses menilai sesuatu berdasarkan kriteria atau tujuan
yang telah ditetapkan. Dalam evaluasi perlu diikuti oleh pengambilan keputusan atas objek
yang dievaluasi dan langkah-langkah apa yang perlu ditempuh selanjutnya.
Menurut Sudijono (1996), evaluasi pada dasarnya merupakan penafsiran atau interpretasi
yang bersumber pada data kuantitatif. Data kuantitatif itu merupakan hasil dari pengukuran.
Berbeda dengan evaluasi, penilaian (assessment ) berarti menilai sesuatu. Menilai berarti
mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan mengacu pada ukuran tertentu, seperti menilai
baik atau buruk, tinggi atau rendah.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, evaluasi dilakukan dengan 3 cara sebagai
berikut.
(1) Penilaian terhadap Latihan-Latihan yang dilakukan oleh Siswa
Latihan-latihan yang dikerjakan siswa pada pembelajaran setiap jenis teks terkait dengan
keterampilan yang harus dikuasai siswa (sesuai dengan konteks teks tersebut) dinilai sebagai
tugas nontes. Penilaian dilakukan terhadap kemampuan reseptif dan produktif. Lembar penilaian
setiap jenis teks disertakan dalam buku siswa dan buku guru. Lembar penilaian perlu dipelajari
siswa agar siswa mengetahui tuntutan akademik berupa indikator dan penskoran tiap aspek
penguasaan jenis teks (isi, struktur teks, kosakata, penggunaan bahasa, dan mekanik; diadopsi
dari Teaching ESL Composition: Principles and Techniques; Hughey, Jane B, et al., 1983).
Penilaian ini disebut Sistem Analisis Penskoran (analytical scoring system) karena penilaian
dilakukan secara terperinci bagi setiap aspek dengan rentangan angka sesuai dengan
pembobotan skor bagi tiap aspek tersebut. Penilaian terperinci ini dilakukan selama proses
pembelajaran suatu jenis teks berlangsung agar siswa mengetahui hasil belajar tiap aspek.
Ketika melakukan perbaikan teks yang disusunnya, siswa dapat memusatkan perhatiannya
terhadap indikator yang masih belum maksimal.
Penilaian terhadap setiap jenis teks dalam tugas mandiri memproduksi teks ini dapat
dilakukan oleh siswa secara berpasangan dengan memberikan lingkaran/ garis bawah
pada indikator yang mencerminkan aspek yang dimaksud. Selain itu, pemberian
komentar juga dituliskan pada kolom yang disediakan bagi setiap aspek (lihat Profil
Penilaian Teks). Berikutnya, siswa memberikan komentar umum terhadap karya
temannya dalam bentuk pernyataan tentang kelebihan dan kekurangan karya teman
pada bagian bawah dari paparan skor dan indikator. Kegiatan ini mendidik siswa untuk
menghargai karya teman dan memberikan dukungan bagi upaya perbaikan karya
tersebut. Guru harus mengecek penilaian berpasangan ini untuk mengetahui ihwal
pembentukan sikap, pengetahuan, dan keterampilan dalam setiap pembelajaran jenis
teks. Hasil belajar berpasangan dalam hal kualitas proses dan hasil belajar serta kerja
sama siswa menjadi perhatian utama penilaian.
98
(2) Penilaian Formatif dan Sumatif
Siswa kelas XI mempelajari 5 jenis teks dan pengayaannya. Penilaian tengah semester
dapat dilakukan setelah siswa mempelajari 1-3 jenis teks. Penilaian sumatif pada akhir
semester 1 dan 2 dilakukan setelah siswa mempelajari 2-3 jenis teks. Bentuk tes
diserahkan kepada guru. (3) Penilaian kemajuan belajar siswa dilakukan dengan menggunakan portofolio.
Portofolio dilakukan berdasarkan fungsi pedagogis dan pelaporan.
a. Fungsi pedagogis (portofolio sebagai metode) bertujuan:
b. Fungsi pelaporan (portofolio sebagai bukti karya nyata dan alat penilaian)
Adapun pembobotan penilaian dapat ditentukan sebagai berikut.
No. Jenis Tugas dan Tes Bobot
1 Tugas latihan 25%
2 Tes tengah semester 25%
3 Tes akhir semester 50%
99
Unit II
Petunjuk Khusus
UNIT II
100
2.5 Pembelajaran Materi Pelajaran V Mengulas Secara
Kritis Film dan Drama
2.5.1 Pembangunan Konteks dan Pemodelan Teks Ulasan
No
Kegiatan Guru
1 Sebelum pembelajaran dimulai, guru mengucapkan salam. Setelah itu, guru
memberikan penjelasan tentang tema dan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai dalam materi Pelajaran V, khususnya film dan drama. Guru
memberikan apersepsi. sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai. Guru memberikan penjelasan kepada siswa bahwa Pelajaran V
merupakan bagian pembelajaran terhadap kehidupan nyata yang berbentuk
visual, film dan drama. Namun, dalam Pelajaran V ini pembahasan akan di
arahkan pada teks, berupa teks ulasan film dan drama.
2 Guru memberikan pengertian dan sejarah perkembangan film dan drama
secara singkat. Guru meminta siswa bersikap kritis terhadap kondisi
lingkungan sekitar. Selain itu, guru menjelaskan hakikat ulasan dan
memberikan arahan kepada siswa tentang komposisi teks ulasan yang baik.
3 Guru meminta siswa membaca teks ulasan film dengan tajuk “Laskar
Pelang”. Guru meminta siswa menjawab pertanyaan yang ada pada bagian
akhir setelah teks ulasan tersebut.
4 Tugas 1
1. Guru meminta siswa memahami struktur teks “Laskar Pelangi”.
Sebelumnya, guru menjelaskan struktur teks ulasan.
2. Guru meminta siswa untuk mencatat hal-hal yang terdapat di dalam
teks.
3. Guru meminta siswa untuk menjawab pertanyaan berkaitan dengan isi
teks.
5 Tugas 2
1. Guru meminta siswa memahami kaidah kebahasaan dalam
teks “Laskar Pelangi”.
2. Guru meminta siswa menemukan arti kosakata dan istilah
asing yang terdapat dalam teks.
3. Guru menjelaskan verba yang terdapat dalam teks ulasan, lalu
siswa mengisi kolom yang belum terisi.
4. Guru menjelaskan sinonim dan antonim lalu siswa mengisi
kolom yang belum terisi.
5. Guru menjelaskan nomina dan pronomina lalu siswa mengisi
kolom yang belum terisi.
6. Guru menjelaskan adjektiva lalu siswa mengisi kolom yang
belum terisi.
7. Guru menjelaskan konjungsi lalu meminta siswa mengisi
kolom yang belum terisi.
8. Guru menjelaskan preposisi lalu meminta siswa mengisi
kolom yang belum terisi.
9. Guru menjelaskan artikel lalu meminta siswa mengisi kolom
yang rumpang.
6. Tugas 3
1. Guru meminta siswa menginterpretasi makna teks “Laskar pelangi” lalu
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada tugas 3.
101
2. Guru meminta siswa menjawab pertanyaan yang ada pada tugas 3.
2.5.2 Kerja Sama Membangun Teks Ulasan
Kegiatan Guru
Tugas 1
a. Guru meminta siswa mengevaluasi ulasan cerita dalam film
“Laskas Pelangi” lalu mendiskusikan teks ulasan tersebut
bersama teman-temannya. Selanjutnya guru memberi
penjelasan singkat mengenai penginderaan terhadap
pertunjukan dan meminta siswa menjawab pertanyaan pada
tugas 1.
Tugas 2
Guru meminta siswa membandingkan teks dalam novel
“Laskar Pelangi”, dan filmnya. Sebelumnya, guru meminta
siswa membentuk kelompok kecil yang terdiri atas 3-5 orang
lalu mendiskusikan teks ulasan tersebut dengan anggota
kelompok masing-masing. Selanjutnya guru meminta siswa
menjawab pertanyaan pada tugas 2.
Tugas 3 Guru meminta siswa mengevaluasi dan menyunting teks
ulasan tentang film dannovel “Laskar POelangi”. Selanjutnya
guru meminta siswa menjawab pertanyaan yang ada pada
tugas 3.
Tugas 4
Guru meminta siswa menginterpretasi makna uilasan teks
“Laskar Pelangi”. Selanjutnya guru meminta siswa menjawab
pertanyaan pada tugas 4.
2.5.3 Kerja mandiri Membangun Teks Ulasan
102
No. Kegiatan Guru
1. Tugas 1
Guru meminta siswa mengabstraksi teks “Negeri 5 Menara: Mimpi Beda,
Rasa Sama”.
2. Guru meminta siswa menjawab pertanyaan pada tugas 1
3. Tugas 2 Guru meminta siswa mengonversi teks “Menunggu Godot”.
4. Guru meminta siswa menjawab pertanyaan pada tugas 2 lalu
mendiskusikan hasil pekerjaan tersebut dengan teman lain. Selanjutnya,
siswa diminta untuk menganalisis dan memberikan masukan pada hasil
kerja teman.
5. Tugas 3 Guru meminta siswa memproduksi teks ulasan tentang legenda Gunung
Tangkuban Perahu lalu memeragakan hasil teks tersebut di depan kelas.
Siswa meminta pendapat teman-teman sekelas tentang hasil pekerjaannya
lalu secara bergantian teman yang lain melakukan hal yang sama
103
Unit III
Evaluasi EEEEEE
Evaluasi
30
EVALUASI
UNIT III
104
3.1 Pengertian
Evaluasi adalah suatu proses sistematis untuk menentukan atau membuat
keputusan tentang sampai seberapa jauh tujuan atau program telah tercapai
(Gronlund, 1985). Pengertian yang sama dikemukakan Wrightstone, dkk. (1956)
bahwa evaluasi pendidikan adalah penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan
siswa ke arah tujuan atau nilai-nilai yang telah ditetapkan dalam kurikulum.
Evaluasi dapat juga diartikan sebagai proses menilai sesuatu berdasarkan
kriteria atau tujuan yang telah ditetapkan. Berikutnya, diikuti dengan pengambilan
keputusan atas objek yang dievaluasi dan langkah-langkah apa yang perlu ditempuh
selanjutnya. Hasil dan kegiatan evaluasi bersifat kualitatif.
Sudijono (1996) menyatakan bahwa evaluasi pada dasarnya merupakan penafsiran
atau interpretasi yang bersumber pada data kuantitatif. Data kuantitatif itu merupakan
hasil dari pengukuran. Berbeda dengan evaluasi, penilaian (assessment ) berarti menilai
sesuatu. Menilai itu sendiri berarti mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan
mengacu pada ukuran tertentu, seperti menilai baik atau buruk, tinggi atau rendah.
Terkait pembelajaran siswa dalam proses belajar- mengajar bahasa Indonesia,
dengan menggunakan buku Bahasa Indonesia: Ekspresi Diri dan Akademik,
evaluasi dilakukan dengan tiga cara berikut.
3.1.1 Penilaian terhadap Latihan-Latihan yang Dilakukan oleh Siswa
Latihan-latihan yang dikerjakan siswa pada pembelajaran setiap jenis teks yang terkait
dengan keterampilan yang harus dikuasai siswa (sesuai dengan konteks teks tersebut) dinilai
sebagai tugas nontes. Penilaian dilakukan terhadap kemampuan reseptif dan produktif.
Lembar penilaian setiap jenis teks disertakan dalam buku siswa dan buku guru. Lembar
penilaian perlu dipelajari siswa agar siswa mengetahui tuntutan akademik berupa indikator
dan penskoran tiap-tiap aspek penguasaan jenis teks (isi, struktur teks, kosakata, kalimat, dan
mekanik; diadopsi dari Teaching ESL Composition: Principles and Techniques; Hughey,
Jane B, et al., 1983). Penilaian ini disebut Sistem Analisis Penskoran karena penilaian
dilakukan secara terperinci untuk setiap aspek dengan rentangan angka sesuai dengan
pembobotan skor untuk setiap aspek tersebut. Penilaian terperinci ini dilakukan selama
proses pembelajaran suatu jenis teks berlangsung agar siswa mengetahui hasil belajar tiap
aspek. Ketika melakukan perbaikan teks yang disusunnya, siswa dapat memusatkan
perhatiannya terhadap indikator yang masih belum maksimal.
Penilaian terhadap setiap jenis teks dalam tugas mandiri memproduksi teks ini
dapat dilakukan oleh siswa secara berpasangan dengan memberikan lingkaran/garis
bawah pada indikator yang mencerminkan aspek yang dimaksud. Selain itu, pemberian
komentar juga dituliskan pada kolom yang disediakan untuk setiap aspek (lihat Profil
Penilaian Teks). Berikutnya, siswa memberikan komentar umum terhadap karya
temannya dalam bentuk pernyataan tentang kelebihan dan kekurangan karya teman pada
bagian bawah dari paparan skor dan indikator. Kegiatan ini mendidik siswa untuk
105
menghargai karya teman dan memberikan dukungan bagi upaya perbaikan karya
tersebut. Guru harus mengecek penilaian berpasangan ini untuk mengetahui ihwal
pembentukan sikap, pengetahuan, dan keterampilan dalam setiap pembelajaran jenis
teks. Hasil belajar berpasangan dalam hal kualitas proses dan hasil belajar serta kerja
sama siswa menjadi perhatian utama penilaian.
3.1.2 Penilaian Formatif dan Sumatif
Siswa kelas XI mempelajari lima jenis teks dan pengayaannya. Penilaian tengah
semester dapat dilakukan setelah siswa mempelajari 1—2 jenis teks. Penilaian
sumatif pada akhir semester 1 dan 2 dilakukan setelah siswa mempelajari tiga jenis
teks. Bentuk tes diserahkan kepada guru.
(1) Penilaian kemajuan belajar siswa dilakukan dengan menggunakan
portofolio Portofolio dilakukan berdasarkan fungsi pedagogis dan
pelaporan.
(2) Fungsi pedagogis portofolio (sebagai metode) adalah sebagai berikut.
a. Mempromosikan pentingnya keterampilan dalam pembelajaran seumur
hidup b. Membangkitkan kepedulian meta-linguistik dan metakognitif c. Memperbaiki keterampilan penilaian-diri terkait kebahasaan d. Memotivasi siswa bertanggung jawab terhadap pembelajaran,
kemampuan mengatur, merefleksikan, dan mengevaluasi tujuan
pembelajarannya; dan e. Memberikan pernyataan penilaian-diri sebagai alat persiapan silabus
(3) Fungsi pelaporan portofolio (sebagai bukti karya nyata dan alat penilaian)
adalah sebagai berikut.
a. Membuktikan penguasaan bahasa b. Membuktikan pembelajaran yang sudah atau sedang berlangsung c. Menunjukkan rekaman antarbudaya dan pengalaman belajar bahasa d. Menunjukkan hubungan eksplisit antara tujuan kurikulum dan
keterampilan komunikatif dengan standar penguasaan eksternal yang
dinyatakan dalam skema UKBI (Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia)
atau skema standar lain, seperti Common European Framework of
Reference (CEFR) dan Programme for International Student Assessment
(PISA).
No. Jenis Tugas dan Tes Bobot
1 Tugas latihan 25%
2 Tes tengah semester 25%
3 Tes akhir semester 50%
106
REKAPITULASI PERSENTASE KEGIATAN SISWA
Mendengarkan Membaca Berbicara
Menulis Penguatan
Interaktif Produktif Tata Bahasa
13% 31% 12% 9% 31% 4%
REKAPITULASI PENILAIAN KEGIATAN SISWA
No. Jenis Teks Aspek Penilaian
Isi Struktur Teks
Kosakata Kalimat Mekanik
1. Cerita
30 Abstrak^Orientasi^komplikasi
20 20 20 10 Pendek ^evaluasi^resolusi^koda
2. Pantun 30 Sampiran^isi^rima 20 20 20 10
3. Cerita
30 orientasi^ urutan peristiwa 20
20 20 10 Ulang ^reorientasi
4. Eksplanasi 30 Pernyataan Umum^ urutan
20 20 20 10 sebab-akibat
5. Ulasan 30 Orientasi^tafsiran^evaluasi
20 20 20 10 ^rangkuman
107
PROFIL PENILAIAN KEGIATAN SISWA
Nama : ... ...
... ...
... ... ... ... DALAM............ PELAJARAN TEKS CERITA FILM DAN
NOVEL
Judul : ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ...Tanggal: ... ... ... ... ... ...
... ... ... ...
...
Skor Kriteria Komenta
r
27—
30
Sangat baik—sempurna: menguasai topik tulisan; substantif; pengembangan pernyataan umum atau klasifikasi^anggota/aspek
yang dilaporkan secara lengkap; relevan dengan topik yang dibahas
Cukup—baik: cukup menguasai permasalahan; cukup memadai;
ISI 22—26 pengembangan tesis terbatas; relevan dengan topik, tetapi kurang
Terperinci
17—21
Sedang—cukup: penguasaan permasalahan terbatas; substansi
kurang; pengembangan topik tidak memadai
13—16
Sangat kurang—kurang: tidak menguasai permasalahan; tidak ada
substansi; tidak relevan; tidak layak dinilai
18—
20
Sangat baik—sempurna: ekspresi lancar; gagasan terungkap padat dengan jelas; tertata dengan baik; urutan logis (pernyataan umum
TE
K
S atau klasifikasi^anggota/aspek yang dilaporkan); kohesif
14—
17 Cukup—baik: kurang lancar; kurang terorganisasi, tetapi ide utama
ST
RU
KT
U
R
ternyatakan; pendukung terbatas; logis, tetapi tidak lengkap
10—
13 Sedang—cukup: tidak lancar; gagasan kacau atau tidak terkait;
urutan dan pengembangan kurang logis
7—9
Sangat kurang—kurang: tidak komunikatif; tidak terorganisasi;
tidak layak dinilai
18—
20
Sangat baik—sempurna: penguasaan kata canggih; pilihan kata dan ungkapan efektif; menguasai pembentukan kata; penggunaan
register tepat
KO
SA
KA
TA
Cukup—baik: penguasaan kata memadai; pilihan, bentuk, dan 14—
17 penggunaan kata/ungkapan kadang-kadang salah, tetapi tidak
mengganggu
Sedang—cukup: penguasaan kata terbatas; sering terjadi kesalahan 10—
13 bentuk, pilihan, dan penggunaan kosakata/ungkapan; makna
membingungkan atau tidak jelas
7—9
Sangat kurang—kurang: pengetahuan tentang kosakata, ungkapan,
dan pembentukan kata rendah; tidak layak nilai
18—
20
Sangat baik—sempurna: konstruksi kompleks dan efektif; terdapat hanya sedikit kesalahan penggunaan bahasa (urutan/fungsi kata,
artikel, pronomina, preposisi)
Cukup—baik: konstruksi sederhana, tetapi efektif; terdapat
KA
LIM
AT
14—
17 kesalahan kecil pada konstruksi kompleks; terjadi sejumlah kesalahan
penggunaan bahasa (fungsi/urutan kata, artikel, pronomina,
preposisi), tetapi makna cukup jelas
108
Sedang—cukup: terjadi kesalahan serius dalam konstruksi kalimat 10—
13 tunggal/kompleks (sering terjadi kesalahan pada kalimat negasi,
urutan/fungsi kata, artikel, pronomina, kalimat fragmen, pelesapan;
makna membingungkan atau kabur
7—9
Sangat kurang—kurang: tidak menguasai tata kalimat; terdapat
banyak kesalahan; tidak komunikatif; tidak layak dinilai
Sangat baik—sempurna: menguasai aturan penulisan; terdapat 9—10 sedikit kesalahan ejaan, tanda baca, penggunaan huruf kapital, dan
penataan paragraf
Cukup—baik: kadang-kadang terjadi kesalahan ejaan, tanda baca,
ME
KA
NIK
7—8 penggunaan huruf kapital, dan penataan paragraf, tetapi tidak
mengaburkan makna
Sedang—cukup: Sering terjadi kesalahan ejaan, tanda baca, 4—6 penggunaan huruf kapital, dan penataan paragraf; tulisan tangan
tidak jelas; makna membingungkan atau kabur
Sangat kurang—kurang: tidak menguasai aturan penulisan; terdapat 1—3 banyak kesalahan ejaan, tanda baca, penggunaan huruf kapital, dan
penataan paragraf; tulisan tidak terbaca; tidak layak dinilai
109
KOMENTAR: JUMLAH:
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
PENILAI: ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
110
KOMENTAR: JUMLAH:
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
PENILAI: ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .. . ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .. . ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
111
DAFTAR NILAI HASIL KARYA PORTOFOLIO
Nama
Kelas dan NIS
Tanggal
No. Jenis Skor Skor yang
Maksimal Diperoleh
Pengantar yang berupa ringkasan pernyata- an pribadi
1. tentang diri sendiri (saat ini dan masa depan yang dicita-
citakan) dan ihwal artefak pilihan siswa sebagai materi
portofolio dan paparan proses pembelajarannya
2. Tulisan siswa: teks cerpen
3. Tulisan siswa: teks pantun
4. Tulisan siswa: teks cerita ulang
5. Tulisan siswa: teks eksplanasi
6. Tulisan siswa: teks ulasan
7. Presentasi lisan: teks cerpen
8. Presentasi lisan: teks pantun
9. Presentasi lisan: teks cerita ulang
10. Presentasi lisan: teks eksplanasi
11. Presentasi lisan: teks ulasan
Laporan hasil membaca buku (siswa diwajibkan 12. membaca sejumlah buku dengan menyesuaikan fasilitas
perpustakaan sekolah)
13. Lembar refleksi diri (dipakai untuk setiap kegiatan refleksi
diri)
14. Hasil pembelajaran keterampilan oleh guru
15. Hasil pembelajaran keterampilan oleh siswa (evaluasi diri)
16. Hasil pembelajaran keterampilan berpikir kritis (Formulir)
17. Hasil pembelajaran keterampilan berkomunikasi efektif
(Formulir)
Hasil pembelajaran literasi teknologi (Formulir bagi 18. siswa di sekolah dengan dukungan fasilitas laboratorium
komputer dan akses internet)
Guru, Wali Kelas,
48
112
PERNYATAAN PRIBADI
Nama
Kelas & NIS
Tanggal
Petunjuk: Siswa diminta untuk menjawab pertanyaan di bawah ini dengan penuh kejujuran
dan tanggung jawab.
Pengenalan Diri Sendiri dan Keluarga Uraian Jawaban
Kegiatan sekolah:
a. Manakah bagian kegiatan kelas (tema,
genre, atau jenis teks) yang paling
menantang dalam pembelajaran
bahasa Indonesia?
b. Manakah kegiatan ekstrakurikuler
(kepemimpinan, kegiatan sosial,
dsb.) yang paling menantang
keingintahuan?
Rencana studi lanjut:
a. Apakah bidang yang diinginkan untuk
studi lanjut?
b. Mengapa bidang tersebut dipilih
untuk studi lanjut?
c. Di universitas manakah studi lanjut
tersebut hendak dilakukan?
Rencana karier:
a. Apakah bidang pekerjaan yang
diinginkan setelah lulus studi lanjut?
b. Apakah cita-cita yang diimpikan?
Penutup (Sertakan informasi yang
dianggap relevan)
113
REKAMAN KEGIATAN
Nama
Kelas & NIS
Tanggal
Petunjuk: Siswa diminta untuk menuliskan kegiatan yang telah atau sedang ditempuh dan
diminta untuk memberikan kesan (termasuk dalam hal kebahasaan) selama
keikutsertaannya dalam kegiatan tersebut. Jika mampu berprestasi, siswa diminta
untuk menyebutkan apakah yang dapat membuatnya berhasil? Jika siswa gagal
berprestasi, siswa diminta untuk menyebutkan apakah hambatannya?
No. Nama Kegiatan Prestasi yang Dicapai
50
114
PENILAIAN PRESENTASI LISAN
Nama
Kelas & NIS
Tanggal
No. Aspek Kurang (1) Baik (2) Amat Baik (3)
1. Persiapan Gagasan siswa tidak Gagasan siswa Gagasan siswa
terorganisasi dan terorganisasikan; terorganisasikan,
siswa tidak menguasai siswa tampak terlatih terkembang, dan
isi. dan siap melakukan terkait untuk
presentasi. mendukung tujuan;
tujuan presenstasi
ditunjukkan secara
jelas.
2. Penyam- Penyajian siswa Siswa dapat Presentasi siswa
paian tergantung banyak menyampaikan tampak alami
pada catatan/media dan tidak membaca dan santai tanpa
visual; siswa lebih materi presentasi. mengurangi
banyak membaca keseriusan.
daripada melakukan
presentasi.
3. Penampil-an Pilihan pakaian siswa Pilihan pakaian siswa Pilihan pakaian siswa
dan penampilan diri dan penampilan dan penampilan diri
tidak sesuai dengan diri sesuai dengan sesuai dengan konteks;
konteks; siswa kurang konteks; siswa penampilan sesuai
menghormati siswa menghormati siswa dengan harapan.
lain. lain.
4. Komunikasi Variasi ekspresi siswa Siswa menggunakan Secara konsisten siswa
nonverbal dan kontak mata ekspresi wajah dan menggunakan ekspresi
hanya sedikit. kontak mata untuk wajah dan kontak
menjaga komunikasi mata dengan penuh
dengan siswa lain. makna.
Gerakan siswa Penggunaan Gerakan siswa
mengganggu dan/atau gerakan siswa dapat menghidupkan
tidak tepat. membantu presentasi. presentasi.
115
5. Komunikasi Siswa seolah-olah Pengucapan pada Siswa secara konsisten
verbal berbicara terhadap umumnya dilakukan pengucapan baik
diri sendiri; berbicara baik; jeda terjaga sehingga presentasi
terlalu cepat sehingga dengan baik; volume mudah dipahami; jeda
yang dikatakan tidak suara dijaga sesuai terjaga dengan baik.
dapat dipahami dengan situasi.
dengan baik; dan/atau
tidak terdengar.
6. Pemanfaat Penguasaan peranti Penggunaan peranti Peranti bahasa
peranti bahasa terbatas; bahasa sesuai dengan dimanfaatkan secara
bahasa pesentasi dipenuhi tujuan meskipun jelas, tepat dan
dengan bahasa beberapa bagian canggih.
gaul, jargon; peranti presentasi tidak
kebahasaan yang begitu jelas.
digunakan sangat
membosankan.
7. Alat bantu Penggunaan Siswa memadukan Siswa secara kreatif
visual teknologi visual Penggunaan mengintegrasikan
mengganggu dan/atau teknologi dan/atau teknologi/visual untuk
tidak mendukung audi-visual; presentasi.
presentasi. Penggunaannya
Mendukung
presentasi.
8. Tanggapan Tanggapan terhadap Tanggapan terhadap Tanggapan terhadap
terhadap pertanyaan peserta pertanyaan peserta pertanyaan peserta
pertanyaan kurang dikembangkan pada umumnya terfokus dan
atau tidak jelas. relevan, tetapi relevan; ringkasan
penjelasan masih disampaikan apabila
kurang. diperlukan.
9. Isi Siswa masih kurang Siswa telah Siswa telah menguasai
menguasai topik menguasai topik topik yang sangat
lengkap dengan
perinciannya.
Komentar:
116
LAPORAN BACA BUKU
PELAJARAN V
MENGULAS SECARA KRITIS FILM DAN DRAMA
Judul buku
Nama
Kelas & NIS
Tanggal
PETUNJUK Siswa membaca buku yang bertema “Film” dan “Drama”. Siswa diharapkan dapat
mencari jenis buku atau artikel yang sesuai dengan tema tersebut. Kemudian, siswa
menuliskan pendapatnya mengenai buku tersebut.
Apa yang telah dipelajari dari tugas membaca buku?
Apa yang banyak dipelajari dari buku yang telah dibaca?
Apa yang tidak disukai dari buku yang telah dibaca?
Mengapa memilih pembacaan buku ini sebagai salah satu materi dalam portofolio?
57
117
LEMBAR REFLEKSI DIRI
Nama: Kelas & NIS Tugas Tanggal Buatlah ringkasan dari tugas yang diberikan!
Hasil belajar apakah yang diperoleh?
a) Hal apa yang paling penting dan bermakna selama mengerjakan tugas ini? b) Bagaimana hasil yang kamu peroleh ini dapat dikembangkan lebih jauh?
118
LITERASI TEKNOLOGI
Nama
Kelas dan NIS
Tanggal
Petunjuk: Siswa diminta untuk menggunakan beragam sumber teknologi dengan tanggung
jawab, etika, dan penguasaan yang baik guna melengkapi tugas, antara lain
penyelenggaraan penelitian, evaluasi sumber, penulisan dokumen, penyiapan dan
implementasi proyek, mengelola dan memproses data.
4 3 2 1
0
Kriteria Amat Skor
Amat Baik Baik Cukup Kurang kurang
Pemilihan media Siswa Siswa meng Siswa Siswa meng- Siswa gagal
yang sesuai secara kreatif identifikasi mengiden- gunakan meng-
1) Komputer mengiden- dan meng- tifikasi dan sumber gunakan
2) Mesin pencari tifikasi dan gunakan menggu- teknologi sumber
3) Software: Word, meng- sumber te- nakan sum- yang kurang teknologi
Excel, Power- gunakan knologi yang ber tekno tepat untuk untuk
point, database, sumber te- tepat untuk logi yang menuntaskan menun-
pos-el, portofo- knologi yang menuntaskan tepat dengan tugas dengan taskan
lio digital tepat untuk tugas dengan banyak kreatif dan tugas.
4) LCD menuntaskan pemiki- bantuan dari unik.
5) Scanner tugas dengan ran dan guru.
6) Smartboard kreatif dan kemandirian
7) Kamera digital unik. dengan sedi-
8) Camcoder kit bantuan
digital dari guru. Siswa Siswa Siswa Siswa mem- Siswa tidak
mematuhi mematuhi at- mematuhi at- pelajari atu- peduli terh-
aturan uran sekolah uran sekolah ran sekolah adap aturan
sekolah dan dan hukum dan hukum dan hukum sekolah
hukum yang yang berlaku yang berlaku yang berlaku dan hukum
berlaku ter- terkait terkait pem- terkait pem- yang ber-
kait dengan dengan pem- bajakan. bajakan dan laku terkait
pembajakan. bajakan. memerlukan pembaja-
Tanggung jawab dan
klarifikasi. kan.
Siswa menun- Siswa Siswa Siswa Siswa tidak
etika jukkan keber- menunjuk- menunjuk- memerlukan dapat men- hati-hatian kan keber- kan keber- bimbingan goperasi- yang amat hati-hatian hati-hatian saat pengop- kan piranti
baik saat yang baik yang cukup erasian teknologi
mengoperasi- saat baik piranti dan
kan peranti mengop- saat peng- teknologi materi
teknologi erasikan operasi- kan dan materi terkait.
dan materi peranti peranti terkait.
terkait. teknologi teknologi
dan materi dan materi
terkait. terkait.
119
4 3 2 1
0
Kriteria Amat Skor Amat Baik Baik Cukup Kurang
kurang
Komunikasi Siswa Siswa Siswa men- Siswa tidak Siswa tidak
menunjukkan menunjuk- yampaikan menyampai- menunjuk-
bukti asli dan kan bukti asli beberapa kan sedikit kan bukti
ide kreatif dan ide kre- bukti asli bukti asli dan asli dan
yang signifi- atif melalui dan ide kre- ide kreatif ide kreatif
kan melalui penyampaian atif melalui melalui melalui
penyampaian isi secara penyampaian penyampaian penyam-
isi secara digital. isi secara isi secara paian isi
digital. digital. digital. secara
digital.
Jumlah skor
120
66
Unit IV
67
PENGAYAAN
UNIT IV
121
4.1. Bahan Pengayaan
4.2 Latihan Pengayaan
Guru perlu memperkaya pembelajaran dengan melanjutkan belajar pada aspek teori teks
dalam sumber belajar yang lain. Sebelum melanjutkan pelajaran, jawablah pertanyaan
berikut ini dengan singkat. Berilah contoh untuk memperjelas jawabannya. 1. Apakah yang dimaksud dengan teks?
2. Apakah konteks situasi?
3. Apakah konteks budaya dalam film itu?
4. Ada berapakah fungsi bahasa dalam pengembangan budaya? Jelaskan!
122
DAFTAR PUSTAKA
Cleland, B. dan R. Evans. 1984. Learning English through General Science.
Melbourne: Longman Cheshire. Halliday, M.A.K. 1985. An Introduction to Functional Grammar. London: Edward Arnold. Halliday, M.A.K. dan R. Hasan. 1985. Language, Context, and Text: Aspects of
Language in a Social-Semiotic Perspective. Oxford: Oxford University Press. Halliday, M.A.K. dan C.M.I.M. Matthiessen. 2004. An Introduction to Functional
Grammar (3rd ed.). London: Hodder Education. Indradi, Agustinus. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia. Pedoman Praktis
Penyusunan Karangan Ilmiah. Malang: Dioma. Jordan, R.R. 2003. Academic Writing Course. Harlow: Pearson Education Limited. Luecke, L. 2010. Best Practice Workplace Negotiations. Florida, NY: American
Management Association. Martin, J.R. 1992. English Text: System and Structure. Amsterdam: John Benjamins. Martin, J.R. dan Rose, D. 2003. Working with Discourse. London & Cleland, B. dan
R. Evans. 1984. Learning English through General Science. Melbourne: Longman Cheshire. Halliday, M.A.K. 1985. An Introduction to Functional Grammar. London: Edward Arnold.
Halliday, M.A.K. dan R. Hasan. 1985. Language, Context, and Text: Aspects of
Language in a Social-Semiotic Perspective. Oxford: Oxford University Press. Halliday, M.A.K. dan C.M.I.M. Matthiessen. 2004. An Introduction to Functional
Grammar (3rd ed.). London: Hodder Education. Indradi, Agustinus. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia. Pedoman Praktis
Penyusunan Karangan Ilmiah. Malang: Dioma. Jordan, R.R. 2003. Academic Writing Course. Harlow: Pearson Education Limited. Luecke, L. 2010. Best Practice Workplace Negotiations. Florida, NY: American
Management Association. Martin, J.R. 1992. English Text: System and Structure. Amsterdam: John Benjamins. Martin, J.R. dan Rose, D. 2003. Working with Discourse. London & Oxford
University Press. Wiratno, T. 2003. Kiat Menulis Karya Ilmiah dalam Bahasa Inggris. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. (Diadaptasikan dari Academic Writing Course, 2003: 16).
45