221
Kementerian Perdagangan RI Jl. M. I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta Pusat Telp: (021) 2352 8441 Fax: (021) 2352 8451 http://www.depdag.go.id Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

 

Kementerian Perdagangan RI 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Jl. M. I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta Pusat Telp:  (021) 2352 8441 Fax:   (021) 2352 8451 http://www.depdag.go.id 

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan

Tahun 2010

Page 2: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  Diterbitkan Oleh:  

BIRO PERENCANAAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERDAGANGAN RI  

   TAHUN 2011 

Page 3: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

KEMENTERIAN PERDAGANGAN  Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5  Jakarta Pusat  Telp  : (021) 2352 8441 Fax  : (021) 2352 8451 http: //www.depdag.go.id 

 

 

 

Page 4: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

 

 

 

Laporan Akuntabilitas Kinerja

 

KEMENTERIAN PERDAGANGAN

TAHUN 2010

Page 5: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

KATA PENGANTAR

Jajaran Kementerian Perdagangan RI bertekad mengerahkan segenap upaya dan sumber daya untuk melaksanakan amanat pembangunan di bidang perdagangan. Amanat tersebut diterjemahkan dalam Rencana Strategis 2010−2014 dan dilaksanakan dengan tujuan utama mencapai visi Kementerian Perdagangan yaitu ”Perdagangan Sebagai Sektor Penggerak Pertumbuhan dan Daya Saing Ekonomi serta Pencipta Kemakmuran Rakyat Yang Berkeadilan”.

Renstra 2010-2014 memiliki sejumlah IKU (Indikator Kinerja Utama) yang relatif lebih komprehensif dan tajam dibandingkan Renstra 2005-2009. Akuntabilitas menunjukkan bahwa kinerja perdagangan menunjukkan peningkatan yang menggembirakan pada tahun 2010 ini. Sasaran pembangunan perdagangan tahun 2010 sebagaimana tercantum pada Renstra Kementerian Perdagangan hampir seluruhnya menunjukkan capaian kinerja optimal. Empat belas kelompok sasaran sebagaimana tercantum pada Renstra 2010-2014, dan telah disempurnakan menjadi 15 kelompok sasaran dalam Kontrak Kinerja(penambahan butir sasaran menyangkut urgensi perlindungan konsumen untuk masyarakat luas), telah dapat dicapai target-targetnya hingga akhir tahun 2010.

Kinerja ekspor Indonesia tumbuh baik disertai membaiknya daya saing produk Indonesia. Posisi Indonesia dalam kancah perdagangan global dan ekonomi dunia juga menunjukkan kinerja yang positif. Saat ini, Indonesia dianggap memegang peranan penting dalam percaturan perdagangan internasional. Sementara di dalam negeri inflasi nasional 2010 relatif berhasil dapat ditekan walaupun sempat bergejolak akibat fluktuasi harga-harga internasional. Tingkat produksi dan harga pasokan bahan pokok relatif stabil, dan program sektor perdagangan umumnya dapat berjalan sesuai arahan rencana strategis.

Berbagai pencapaian pembangunan perdagangan pada tahun 2010 perlu dipertahankan dan beberapa capaian kinerja yang belum mencapai target optimal diharapkan dapat diperbaiki di tahun berikutnya. Misalnya dominasi komoditi primer pada ekspor nonmigas perlu dirubah dengan ekspor produk olahan yang memiliki nilai tambah besar. Tentunya dengan kerja keras pemasaran Indonesia Incorporated, dari tingkat lokal hingga ke luar negeri, dari eksportir UKM hingga Atase Perdagangan dan ITPC (Indonesia Trade Promotion Centre). Di dalam negeri, pembenahan masih perlu dilanjutkan terus menerus untuk menekan ekonomi biaya tinggi, untuk mewujudkan sarana dan prasarana distribusi, sistem logistik, menurunkan disparitas harga antar provinsi, serta pemberdayaan pasar tradisional dan pedagang UKM.

Akhir kata, diharapkan laporan akuntabilitas kinerja membawa manfaat dalam implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Kementerian Perdagangan, dan pada gilirannya akan mendorong pelaksanaan kebijakan pembangunan perdagangan nasional yang tepat dan berkelanjutan, memantapkan sektor perdagangan sebagai penggerak utama perekonomian demi kesejahteraan masyarakat.

Jakarta, Maret 2011.

a.n. MENTERI PERDAGANGAN R.I.

SEKRETARIS JENDERAL

ARDIANSYAH PARMAN

Page 6: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

iv  RINGKASAN EKSEKUTIF | 

 

RINGKASAN EKSEKUTIF  

Peran strategis Kementerian Perdagangan dalam pembangunan perdagangan adalah membangun daya saing yang bernilai tambah dan berkelanjutan di pasar lokal dan global. Penilaian capaian kinerja Kementerian Perdagangan tahun 2010 dapat dilihat dari kontribusi sektor perdagangan terhadap ekonomi nasional. Kontribusi tersebut secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan perekonomian nasional. Walaupun pertumbuhan ekonomi global cenderung mengalami penurunan dan berpotensi menciptakan instabilitas perekonomian nasional, namun kinerja sektor perdagangan terhadap perekonomian nasional relatif tetap stabil, bahkan di beberapa domain mengalami perkembangan positif.

Indikator Makro Sektor Perdagangan

INDIKATOR2005 2006 2007 2008 2009 2010*)

PDBNilai PDB (triliun, harga konstan 2000) 1.750,7 1.846,7 1.964,3 2.082,3 2.177,0 2.310,7 Perdagangan, Hotel, Restoran (triliun, harga konstan 2000) 293,9 311,9 340,4 363,8 367,9 400,6 Peranan Perdagangan, Hotel, Restoran (%) 15,4 14,9 15,0 14,0 13,3 13,7 Peranan Ekspor Barang dan Jasa (%) 33,6 31,0 29,4 29,8 24,2 24,6 Peranan Impor Barang dan Jasa (%) 29,3 25,6 25,4 28,7 21,4 23,0 Pertumbuhan PDB (%) 5,6 5,5 6,3 6,1 4,5 6,1 Pertumbuhan Perdagangan, Hotel, Restoran (%) 8,6 6,1 8,5 7,2 1,1 8,7 Pertumbuhan Ekspor Barang dan Jasa (%) 8,6 9,2 8,0 9,5 (9,7) 14,9 Pertumbuhan Impor Barang dan Jasa (%) 12,4 7,6 8,9 10,0 (15,0) 17,3 Kontribusi Pertumbuhan Perdagangan, Hotel, Restoran (%) n.a 1,0 1,4 1,2 0,2 1,5 PDB per kapita (IDR jt) (harga berlaku) 12,7 15,0 17,5 21,4 23,9 27,0 PDB per kapita (USD) (harga berlaku) 1.320,6 1.663,0 1.942,1 2.245,2 2.349,6 3.004,9 INFLASIUmum 17,1 6,6 6,7 11,1 2,78 6,96 Bahan Makanan 13,9 12,9 11,3 16,4 3,88 15,64 PERKEMBANGAN EKSPOR-IMPOR BARANGPertumbuhan ekspor (%) 19,66 17,67 13,20 20,09 (14,98) 35,38Pertumbuhan ekspor non migas (%) 18,75 19,81 15,61 17,26 (9,66) 33,02Pertumbuhan impor (%) 24,02 5,83 21,96 73,48 (25,03) 40,05Pertumbuhan impor non migas (%) 15,67 4,62 24,79 87,75 (21,06) 39,04Ekspor (juta USD) 85.660 100.799 114.101 137.020 116.490 157.733 Ekspor migas (juta USD) 19.232 21.210 22.089 29.126 19.018 28.053 Ekspor nonmigas (juta USD) 66.428 79.589 92.012 107.894 97.472 129.680 Impor (juta USD) 57.701 61.066 74.473 129.197 96.856 135.606 Impor migas (juta USD) 17.458 18.963 21.933 30.553 18.989 27.363 Impor nonmigas (juta USD) 40.243 42.103 52.541 98.644 77.867 108.243 Neraca Perdagangan (juta USD) 27.959 39.733 39.628 7.823 19.634 22.127 Pertumbuhan neraca perdagangan (%) 11,57 42,11 (0,27) (80,26) 151% 13%CADANGAN DEVISACadangan Devisa (USD juta) 34.724 42.586 56.920 51.639 69.562 96.207POPULASITenaga Kerja Sektor Perdagangan (juta jiwa) 16,7 17,4 14,7 15,3 15,9 16,4Pertumbuhan TK Perdagangan n.a 4,19 -15,52 4,08 3,92 3,14Populasi nasional (juta Jiwa) 220 223 226 229 231 238INVESTASIPMDN Perdagangan (Rp Miliar) 85,7 345,8 143 594,8 29,2 111,2PMDN Hotel dan Restoran (Rp Miliar) 28,4 180,2 127,7 238,6 1,7 306,9PMDN Total (Rp Milliar) 30.724,2 20.649,0 34.878,7 20.363,4 37.799,8 38.334,8PMA Perdagangan (USD juta) 383,6 434,3 482,9 582,2 111,5 461PMA Hotel dan Restoran (USD juta) 180,3 111,2 136,4 156,9 42,6 1.081,7PMA Total (USD juta) 8.911,0 5.991,7 10.341,4 14.871,4 10.815,2 12.150,5

REALISASI 2005-2009

*) Sumber: BPS, BI, PidPres 17-8-2010, Renstra TK Sektor Perdagangan (perkiraan 2010), Data Perkembangan Pananaman Modal (Jan-Sep 2010) Ringkasan pencapaian IKU pembangunan perdagangan tahun 2010 sebagaimana tercantum pada Renstra 2010-2014 dan Kontrak Kinerja Kemendag 2010 disampaikan di bawah ini. Adapun uraian pencapaian sasaran (15 sasaran) pembangunan perdagangan dielaborasi lebih jauh pada Bab III.

Page 7: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

v  RINGKASAN EKSEKUTIF | 

 

Pencapaian Pembangunan Perdagangan 2010 Sesuai Sasaran  

2009 2010 No Indikator Sasaran Capaian Target Realisasi

1 Meningkatnya pertumbuhan ekspor nonmigas • Persentase pertumbuhan ekspor non migas nasional

-9,64%

7%

33,02%

2 Diversifikasi pasar tujuan ekspor yang semakin baik • Concentration ratio pada 5 negara tujuan ekspor

terbesar (CR5)

48%

47%

47%

3 Diversifikasi produk ekspor nonmigas yang semakin baik • Persentase kontribusi ekspor di luar 10 produk utama

49%

53%

52,4%

4

Membaiknya layanan perizinan dan non-perizinan sektor perdagangan luar negeri • Jumlah perizinan online • Jumlah hari waktu pelayanan

26 ijin 8 hari

40 jenis 4 hari

53 jenis 4 hari

5 Meningkatnya keunggulan komparatif produk ekspor Indonesia di pasar global • Jumlah komoditi dengan RCA > 1

589 komoditi 590 komoditi 887 komoditi

6

Perbaikan citra produk ekspor Indonesia di pasar global • Skor dimensi dalam Simon Anholt Nation Brand Index

(NBI)

-

Skor 44

Skor 47,7

7

Meningkatnya kualitas keikutsertaan Indonesia di berbagai forum perdagangan internasional • Jumlah hasil perundingan perdagangan internasional

(Agreement, kerjasama komoditi, MRA, MoU, Agreed Minutes, Declaration, Chair Report)

-

140 perundingan

140 perundingan

8

Membaiknya layanan perizinan dan non-perizinan sektor perdagangan dalam negeri • Jumlah perizinan online perdagangan dalam negeri • Jumlah hari waktu pelayanan penyelesaian

perdagangan dalam negeri

-

7 hari

12 jenis

6 hari

12 jenis

6 hari

9 Meningkatnya output sektor perdagangan • Persentase pertumbuhan PDB sektor perdagangan

- 3,4% 8,7%

10 Meningkatnya kontribusi PDB Industri Kreatif terhadap PDB nasional • Persentase konstribusi industri kreatif pada PDB

-

2%

7,3 %

11 Akumulasi jumlah Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) • Jumlah BPSK yang berfungsi

45 BPSK

50 BPSK

50 BPSK

12 Pengawasan Barang Beredar dan Jasa • Jumlah produk ber SNI wajib yang diawasi

- 14 produk 22 produk

13 Peningkatan kinerja logistik • Peningkatan skor Logistic Performance Index (LPI)

dari tahun 2009

2,76 0,5 poin 0,49

14

Stabilitas sejumlah harga bahan pokok yang terkendali • Persentase rata-rata penurunan koefisien variasi

harga komoditi • Rasio variasi harga komoditi tertentu di dalam dan

luar negeri

2,8%

1,21

5%

< 1

4,5%

0,22

15 Penurunan disparitas harga bahan pokok antarprovinsi • Penurunan disparitas harga antar provinsi & nasional

2,9

1,5

1,8

Perdagangan Luar Negeri

Perbaikan kinerja perdagangan luar negeri itu menghasilkan neraca perdagangan Indonesia yang surplus terus menerus. Ekspor tumbuh cepat melampaui target, bahkan menorehkan sejarah baru dengan capaian sebesar US$ 15,3 miliar pada bulan Nopember 2010, yang merupakan nilai ekspor bulanan tertinggi sepanjang sejarah ekspor Indonesia. Rata-rata pertumbuhan ekspor non migas Januari-Desember 2010 sebesar 33,8%, jauh melampaui target Renstra sebesar 7-8,5%.

Page 8: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

vi  RINGKASAN EKSEKUTIF | 

 

Pencapaian ekspor yang relatif membaik juga dicerminkan dengan perbaikan pada kualitas ekspor, diversifikasi produk dan diversifikasi pasar. Daya saing produk-produk di luar 10 produk utama semakin meningkat. Diversifikasi produk di luar 10 utama kembali terjadi di banyak pasar. Pada periode Januari – Desember 2010, kinerja impor didominasi kelompok bahan baku dan penolong, diikuti barang modal dan barang konsumsi. Hal ini menggambarkan peningkatan investasi dan produksi nasional yang tinggi.

Kinerja Diplomasi Perdagangan

Dalam rangka meningkatkan akses pasar produk ekspor Indonesia dilakukan multitrack strategy di forum multilateral, regional, dan bilateral. Indonesia adalah anggota G-20 yang saat ini menjadi salah satu negara dengan kondisi ekonomi yang semakin diperhitungkan dunia pasca krisis finansial. Posisi Indonesia juga semakin mantap di dalam kelompok CIVITS (China, India, Vietnam, Indonesia, Turkey, South Africa). Pada tahun 2010 telah dihasilkan 140 dokumen hasil perundingan yang terdiri dari 123 hasil perundingan di Luar Negeri dan 17 hasil perundingan berupa agreement, kesepakatan kerjasama komoditi, MRA, MoU, Agreed Minutes, Declaration, Chair Report, dan lainnya dalam memperjuangkan akses pasar. Secara bilateral, kesepakatan penting adalah MoU on Combating Illegal Logging and Associated Trade yaitu perjanjian penanganan pemberantasan illegal logging antara Indonesia dengan Amerika Serikat.

Promosi Perdagangan

Dua puluh lima pameran internasional terkemuka telah diikuti oleh Kementerian Perdagangan dengan membawa produk-produk baru. Pameran Internasional yang terbanyak diikuti adalah pameran di kawasan Afrika dan Timur Tengah. Misi dagang 2010 dilakukan ke negara Belgia, Rusia dan Belarus, Kanada, dan India. Kegiatan instore promotion dilaksanakan di Harrods Department Store, London, Inggris selama sebulan penuh dengan tema kegiatan “Remarkable Indonesia”. Penyelenggaraan Trade Expo Indonesia 2010 berhasil mencapai transaksi US$ 369,3 juta.

Harga Pangan dan Pengawasan Barang Beredar

Target stabilisasi harga pada tahun 2010 adalah rata-rata koefisien variasi harga di dalam negeri berada pada kisaran 5–9%. Koefisien variasi daging ayam merupakan yang tertinggi diantara komoditi yang dilakukan kalkulasi, dengan koefisien variasi 13,2%. Hal tersebut menunjukkan adanya sebaran harga tidak merata selama periode Januari hingga September 2010 dan melampaui target rata-rata koefisien variasi.

Dari pantauan Kementerian Perdagangan terhadap sejumlah komoditi pangan pokok hingga September 2010, stabilitas harga komoditi seperti susu kental manis, kedelai dan tepung terigu tetap terjaga. Namun, fluktuasi harga musiman terjadi pada komoditi beras dan daging terutama pada puncak hari raya lebaran. Di akhir September 2010, harga beras dan daging sapi kembali mengalami penurunan.

Selanjutnya dalam rangka kelancaran arus barang dan mengurangi disparitas harga, Kementerian Perdagangan secara lintas sektoral mengembangkan sistem logistik nasional, menggabungkan sistem transportasi dan pembangunan daerah yang terintegrasi menjadi sebuah konektivitas nasional dalam jalur distribusi intra pulau, antar pulau, dan jalur perdagangan internasional. Target penurunan disparitas harga antar provinsi yang ingin dicapai adalah penurunan rata-rata rasio antara koefisien variasi harga provinsi dibandingkan koefisien variasi harga nasional sejumlah komoditi, pada kisaran 1,5–2,5 di tahun 2010.

Page 9: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

vii  RINGKASAN EKSEKUTIF | 

 

Dari 10 komoditas yang dipantau, komoditas yang disparitas harganya di bawah target minimal (1,5%) ada 4 komoditi yakni: Gula (1,4%), Minyak Goreng (1,3%), Telur Ayam Ras (1,4%) & Daging Ayam Ras (1,3%). Sedangkan komoditas yang disparitas harganya di atas target maksimal (2,5%) ada 2 komoditi yaitu: Tepung Terigu (2,6%) dan Susu Bubuk (3,7%). Sisanya, 4 komoditi disparitas harganya masih berada pada rentang target yakni: Beras (1,6%, Kedelai (1,9%), Jagung Pipilan (1,8%) dan Daging Sapi (1,5%).

Kementerian Perdagangan juga bekerjasama dengan pemda telah melakukan revitalisasi terhadap 128 pasar tradisional, baik fisik maupun manajemen. Pada tahun 2010 ini juga, telah membangun gudang sebanyak 11 buah di 11 kabupaten sentra produksi pangan.Kementerian Perdagangan juga melaksanakan penguatan kelembagaan perlindungan konsumen dengan membentuk Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen dan Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat serta peningkatan pengawasan terhadap alat Ukur Takar Timbang dan Perlengkapannya.

Untuk mengamankan pasar produk dalam negeri (trade defense), Kementerian Perdagangan telah mengenakan tindakan anti dumping terhadap 7 produk impor yang melakukan unfair trade pada. Produk yang telah dikenai Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) adalah aluminium mealdish, polyester staple fiber dan H & I section, sedangkan yang masih menunggu Keputusan Menteri Keuangan adalah wheat flour, hot rolled coil dan uncoated writing paper. Selanjutnya pengawasan terhadap barang beredar dan jasa dilakukan terhadap 15 komoditi SNI Wajib dan 5 produk jasa di 15 daerah, distribusi 3 komoditi, yaitu Gula, Bahan Berbahaya (B2) dan Minuman Beralkohol, serta melakukan proses penarikan terhadap komoditi selang gas, lampu hemat energi, dan semen.

Penciptaan Iklim Usaha yang Kondusif

Upaya penciptaan iklim usaha yang kondusif dilakukan melalui penyederhanaan perijinan impor, peningkatan pelayanan perijinan perdagangan dengan pembentukan Unit Pelayanan Perdagangan (UPP) dan percepatan waktu penerbitan ijin. Pada tahun 2010 telah dilakukan penyederhanaan jenis perijinan impor dari 78 menjadi 53 jenis sehingga total perijinan perdagangan luar negeri turun dari 108 jenis menjadi 89 jenis.Jumlah perijinan perdagangan luar negeri yang dapat diakses melalui UPP (Inatrade) sebanyak 89 perijinan dengan seluruh 53 perijinan impor diantaranya telah online dan rata-rata waktu pelayanan 4 hari, sedangkan perijinan perdagangan dalam negeri telah online sebanyak 12 perijinan dari 21 perijinan dengan rata-rata waktu pelayanan 6 hari.

Pengembangan Citra dan Ekonomi Kreatif

Pengembangan Citra Indonesia secara luas ditujukan untuk meningkatkan rasa cinta dan bangga sebagai Masyarakat dan Bangsa Indonesia diantara bangsa-bangsa lain di dunia. Citra suatu negara di dunia internasional diukur menurut Nation Branding Index (NBI) yang disusun oleh Anholt. Ranking

persepsi estimated Indonesia pada tahun 2010 adalah posisi 38 dimana tercapai perbaikan dari tahun

2009 yang berada di posisi 43, dengan skor 47,7. Dengan skor tersebut maka realisasinya sebesar 108,4

dibandingkan dengan target yang ditetapkan. Berbagai kegiatan yang telah dilakukan, antara lain:

1. Pekan Produk Kreatif Indonesia (PPKI), Wahana Indonesia Is Creative, platform komunikasi digital Ekonomi Kreatif Indonesia.

2. Aktivasi Aku Cinta Indonesia melalui kampanye di berbagai media massa cetak dan elektronika.

3. Partisipasi Indonesia dalam World Expo Shanghai China 2010, sebagai ajang komunikasi produk, budaya dan tujuan wisata Indonesia sekaligus pembangunan nation branding. Paviliun Indonesia juga meraih penghargaan perunggu untuk displai kreatif kategori-A dan menu nasi goreng Indonesia meraih penghargaan kuliner favorit keempat dari 192 negara.

Page 10: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

viii  DAFTAR ISI | 

 

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i

RINGKASAN EKSEKUTIF................................................................................ iv

DAFTAR ISI.............................................................................................. viii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ x

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A.  Latar Belakang dan Peran Strategis Organisasi Kementerian Perdagangan .................. 2 

B.  Struktur Organisasi Kementerian Perdagangan.................................................................. 5 

C.  Isu Strategis Organisasi Kementerian Perdagangan Tahun 2010 ..................................... 6 

BAB II PERENCANAAN DAN KONTRAK KINERJA ..................................................11

A.  Perencanaan Strategis Kementerian Perdagangan .......................................................... 12 

B.  Kontrak Kinerja Kementerian Perdagangan...................................................................... 18 

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 ..................................................22

A.  Capaian Indikator Kinerja Utama Kementerian Perdagangan Tahun 2010 .................23 

B.  Analisis dan Evaluasi Capaian Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010 ..........25 

MISI I: PENINGKATAN KINERJA EKSPOR NONMIGAS BERKUALITAS ..................26

Sasaran 1 Pertumbuhan Ekspor Non Migas .................................................27

Sasaran 2 Diversifikasi Pasar Ekspor ........................................................44

Sasaran 3 Diversifikasi Produk Ekspor.......................................................49

Sasaran 4 Penyederhanaan Perizinan Perdagangan Luar Negeri .......................54

Sasaran 5 Keunggulan Komparatif Produk Ekspor.........................................66

Sasaran 6 Pencitraan Indonesia (Anholt-Export) ..........................................71

Sasaran 7 Peran Indonesia Di Forum Internasional .......................................76

MISI II: PENGUATAN PASAR DALAM NEGERI............................................ 110

Sasaran 8 Penyerdehanaan Perizinan Perdagangan Dalam Negeri ................... 111

Sasaran 9 Pertumbuhan PDB Sektor Perdagangan ...................................... 118

Sasaran 10 Kontribusi Ekonomi Kreatif ................................................... 126

Sasaran 11 Akumulasi Jumlah BPSK Yang Dibentuk .................................... 138

Sasaran 12 Pengawasan Barang Beredar dan Jasa ...................................... 144

Page 11: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

ix  DAFTAR ISI | 

 

MISI III: PENYEDIAAN BAHAN POKOK DAN PENGUATAN JARINGAN DISTRIBUSI NASIONAL ..................................................................................... 150

Sasaran 13 Peningkatan Kinerja Logistik ................................................. 151

Sasaran 14 Gejolak Harga Bahan Pokok Dalam Negeri ................................. 154

Sasaran 15 Disparitas Harga Antar Provinsi .............................................. 173

C.  Akuntabilitas Keuangan Tahun 2010 ................................................................................ 175 

BAB IV PENUTUP..................................................................................... 183

LAMPIRAN.............................................................................................. 187

1.  Struktur Organisasi Kementerian Perdagangan (Struktur Baru).................................188 

2.  Struktur Organisasi Kementerian Perdagangan (Struktur Lama) ................................189 

3.  Lembar Kontrak Kinerja .....................................................................................................190 

4.  Lembar Pengukuran Pencapaian Sasaran (PPS) .............................................................195 

5.  Daftar Peraturan di Bidang Perdagangan Luar Negeri ..................................................202 

6.  Waktu Pelayanan Perizinan Online Berdasarkan Permendag Nomor : 40/M-DAG/PER/10/2010.....................................................................................203 

7.  Rekapitulasi Nilai Penerbitan SKA Tahun 2010 ..............................................................205 

Page 12: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

x  DAFTAR GAMBAR | 

 

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1 KETERKAITAN MISI, TUJUAN, DAN SASARAN PEMBANGUNAN PERDAGANGAN .................................15

GAMBAR 2 EKSPOR NON MIGAS DARI JAN 2009 - DESEMBER 2010.....................................................28

GAMBAR 3 PERAN TERHADAP TOTAL EKSPOR (PANGSA EKSPOR MIGAS DAN NON MIGAS) TAHUN 2004 - 2010 ........30

GAMBAR 4 POSISI EKSPOR INDONESIA DI ASIA (2005 - 2009) ..........................................................32

GAMBAR 5 KECENDERUNGAN PERTUMBUHAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA TAHUN 2004 - 2009 .....................33

GAMBAR 6 EKSPORTIR TERDAFTAR (ET) BERDASARKAN JENIS DAN PENGAJUAN.........................................36

GAMBAR 7 KOMPOSISI SURAT PERSETUJUAN EKSPOR BERDASARKAN JENIS KOMODITI....................................37

GAMBAR 8 PERKEMBANGAN HARGA KARET 2009 - 2010...............................................................39

GAMBAR 9 IMPOR MENURUT PENGGUNAAN BARANG....................................................................43

GAMBAR 10 EKSPOR INDONESIA PADA LIMA NEGARA TUJUAN UTAMA TAHUN 2010 ....................................45

GAMBAR 11 TREN PASAR EKSPOR BARU INDONESIA ....................................................................46

GAMBAR 12 NILAI KONTRAK DAGANG ITPC TAHUN 2006-2010 (JUTA USD) .........................................48

GAMBAR 13 PERTUMBUHAN EKSPOR NON MIGAS PRODUK UTAMA TAHUN 2009 - 2010 ...............................51

GAMBAR 14 NILAI EKSPOR 10 PRODUK POTENSIAL (US$ JUTA)........................................................52

GAMBAR 15 KOMPOSISI EKSPOR PRODUK UTAMA DAN PRODUK LAINNYA TAHUN 2009 - 2010 .........................53

GAMBAR 16 TRADE BALANCE 2010....................................................................................67

GAMBAR 17 KASUS TUDUHAN DUMPING, SUBSIDI DAN SAFEGUARD TERHADAP INDONESIA S.D. DESEMBER 2010........83

GAMBAR 18 JUMLAH IJIN BIDANG PEMBINAAN PASAR DAN DISTRIBUSI S.D. DES 2010 ................................ 112

GAMBAR 19 JUMLAH IJIN BIDANG PEMBINAAN USAHA DAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN S.D. DES. 2010 ............. 113

GAMBAR 20 JUMLAH IJIN BIDANG KEMETROLOGIAN S.D.DES 2010................................................... 113

GAMBAR 21 PERKEMBANGAN PENILAIAN KEMUDAHAN DOING BUSINESS DI INDONESIA SELAMA TAHUN 2008 - 2011 .. 117

GAMBAR 22 KONTRIBUSI SEKTOR PERDAGANGAN TERHADAP PDB 2005 – 2010 ..................................... 120

GAMBAR 23 SUB SEKTOR DALAM EKONOMI KREATIF.................................................................. 129

GAMBAR 24 TRIPLE HELIX EKONOMI KREATIF ........................................................................ 134

GAMBAR 25 PENYELESAIAN KASUS YANG DITANGANI BPSK TAHUN 2009 - 2010 (SEPTEMBER) ...................... 139

GAMBAR 26 ILUSTRASI SISTEM RANTAI PASOK KOMODITAS MINYAK GORENG.......................................... 153

GAMBAR 27 PERKEMBANGAN HARGA KOMODITI TERTENTU JAN-SEPT 2010.......................................... 156

GAMBAR 28 PERKEMBANGAN HARGA BERAS UMUM DAN TERMURAH .................................................. 160

GAMBAR 29 PERBANDINGAN HARGA BERAS UMUM DOMESTIK DAN PARITAS IMPOR ECERAN ........................... 161

GAMBAR 30 PERBANDINGAN HARGA GULA DOMESTIK DAN PARITAS IMPOR TAHUN 2010............................. 163

GAMBAR 31 PERBANDINGAN HARGA MINYAK GORENG KEMASAN DAN CURAH TAHUN 2010 .......................... 164

GAMBAR 32 PERKEMBANGAN HARGA CPO DAN RBD OLEIN INTERNASIONAL S.D. DESEMBER 2010.................... 165

GAMBAR 33 PERKEMBANGAN HARGA TERIGU DOMESTIK DAN PARITAS IMPOR TAHUN 2010 .......................... 166

GAMBAR 34 PERKEMBANGAN HARGA KEDELAI INTERNASIONAL TAHUN 2007 - 2010................................. 169 

Page 13: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

xi  DAFTAR TABEL |  

 

DAFTAR TABEL  

TABEL 1 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA KEMENTERIAN PERDAGANGAN TAHUN 2010 .............................23

TABEL 2 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN 1 .....................................................................27

TABEL 3 KINERJA EKSPOR INDONESIA (2009-2010) ...................................................................29

TABEL 4 PERKEMBANGAN EKSPOR INDONESIA MENURUT SEKTOR TAHUN 2009 - 2010.................................30

TABEL 5 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN 2 .....................................................................44

TABEL 6 PERUBAHAN PASAR TUJUAN EKSPOR..........................................................................46

TABEL 7 NEGARA TUJUAN EKSPOR BARU TAHUN 2009 – 2010 ........................................................47

TABEL 8 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN 3 .....................................................................49

TABEL 9 PERTUMBUHAN GDP ASIA ....................................................................................50

TABEL 10 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN 4....................................................................54

TABEL 11 REALISASI PERIJINAN IMPOR YANG DITERBITKAN MELALUI UPP/INATRADE TAHUN 2010 ..................58

TABEL 12 JUMLAH PERIJINAN DAN WAKTU PENYELESAIAN .............................................................59

TABEL 13 TOTAL DATA CEPT FORM D TERKIRIM KE PORTAL NSW MELALUI INATRADE ..............................62

TABEL 14 PERIJINAN YANG DITERBITKAN MELALUI UPP/INATRADE TAHUN 2010 ....................................63

TABEL 15 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN 5....................................................................66

TABEL 16 PERKEMBANGAN DAYA SAING EKONOMI 2010 ...............................................................66

TABEL 17 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN 6....................................................................71

TABEL 18 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN 7....................................................................76

TABEL 19 JUMLAH HASIL KESEPAKATAN KERJASAMA TAHUN 2010 .....................................................77

TABEL 20 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA HASIL-HASIL PERUNDINGAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL TAHUN 2008-2010 ........................................................................................77

TABEL 21 PERKEMBANGAN HASIL KESEPAKATAN KERJASAMA TAHUN 2008-2010......................................78

TABEL 22 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA PARTISIPASI PERUNDINGAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL TAHUN 2008 - 2010.......................................................................................82

TABEL 23 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN 8.................................................................. 111

TABEL 24 PERKEMBANGAN PELAYANAN/PERIJINAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI TAHUN 2009 - 2010 ............ 111

TABEL 25 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN 9.................................................................. 118

TABEL 26 PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA-NEGARA ASEAN (%) .................................................... 118

TABEL 27 PDB PERDAGANGAN ...................................................................................... 119

TABEL 28 PERKEMBANGAN PENERBITAN RESI GUDANG DARI TAHUN 2008-2010..................................... 122

TABEL 29 PERKEMBANGAN PEMBIAYAAN RESI GUDANG TAHUN 2008 – 2010 ........................................ 122

TABEL 30 PEMBIAYAAN SUBSIDI SISTEM RESI GUDANG (S-SRG)...................................................... 123

TABEL 31 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN 10 ................................................................ 126

TABEL 32 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN 11 ................................................................ 138

Page 14: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

xii  DAFTAR TABEL | 

 

TABEL 33 14 PRODUK SNI WAJIB YANG DIAWASI TAHUN 2010 ...................................................... 141

TABEL 34 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN 12 ................................................................ 144

TABEL 35 INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN INDONESIA..................................... 145

TABEL 36 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN 13 ................................................................ 151

TABEL 37 LOGISTIC PERFORMANCE INDEX INDONESIA ................................................................ 151

TABEL 38 LOGISTIC PERFORMANCE INDEX............................................................................ 152

TABEL 39 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN 14 ................................................................ 154

TABEL 40 KOEFISIEN VARIASI HARGA BAHAN POKOK DALAM NEGERI (%) ............................................. 155

TABEL 41 PERKEMBANGAN REALISASI REVITALISASI PASAR TAHUN 2005 - 2010 ..................................... 156

TABEL 42 RASIO KOEFISIEN VARIASI HARGA KOMODITI DI DALAM DAN LUAR NEGERI JAN-DES TAHUN 2010 ......... 159

TABEL 43 ANDIL BEBERAPA KOMODITI TERHADAP INFLASI/DEFLASI NASIONAL TAHUN 2010 (INFLASI JANUARI - DESEMBER 6,96%) ................................................................... 171

TABEL 44 PERKEMBANGAN HARGA RATA-RATA PANGAN POKOK TAHUN 2010 ....................................... 172

TABEL 45 PERKEMBANGAN TREND HARGA PANGAN POKOK TAHUN 2010............................................ 172

TABEL 46 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN 15 ................................................................ 173

TABEL 47 TARGET DAN REALISASI KOEFISIEN VARIASI PROVINSI DAN NASIONAL TAHUN 2006 – 2010 ................ 173

TABEL 48 REALISASI ANGGARAN KEMENTERIAN PERDAGANGAN MENURUT UNIT ORGANISASI ESELON I TAHUN 2010 . 176

TABEL 49 REALISASI ANGGARAN MENURUT MISI DAN SASARAN STRATEGIS ............................................ 177

TABEL 50 REALISASI ANGGARAN MENURUT PROGRAM TAHUN 2010.................................................. 180

Page 15: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

 

Page 16: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

xiv  DAFTAR TABEL | 

 

Page 17: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

 

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Peran Strategis Organisasi Kementerian Perdagangan  

B. Struktur Organisasi Kementerian Perdagangan   

C. Isu Strategis Organisasi Kementerian Perdagangan    

Page 18: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

2  BAB I PENDAHULUAN 

 

A. Latar Belakang dan Peran Strategis Organisasi Kementerian Perdagangan

Kementerian Perdagangan menyelenggarakan urusan pemerintahan negara di bidang perdagangan

Kabinet Indonesia Bersatu Kedua periode 2009-2014 yang dibentuk berdasarkan Keppres No. 84/P Tahun 2009, semakin menegaskan peran Kementerian Perdagangan sebagai salah satu organisasi yang berperan penting dalam pencapaian target-target nasional. Langkah kemajuan yang dicapai sektor perdagangan dalam periode Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2005-2009 sekaligus mengukuhkan Kementerian Perdagangan sebagai ujung tombak perekonomian nasional, dan sangat mempengaruhi dinamika perekonomian nasional.

Kementerian Perdagangan tetap menjalankan fungsinya secara khusus (terpisah dengan sektor industri) mengingat sektor perdagangan memiliki tingkat kompleksitas permasalahan dan tantangan yang tinggi sehingga memang perlu untuk dikelola oleh menteri yang khusus menangani perdagangan. Sektor perdagangan senantiasa dihadapkan pada tantangan perdagangan global dan dalam negeri, dengan tetap memperhatikan tantangan untuk dapat meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global.

Sejalan dengan Peraturan Presiden RI Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara, serta berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor: 31/M.DAG/PER/7/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perdagangan, maka tugas Kementerian Perdagangan adalah membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan negara di bidang perdagangan.

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Kementerian Perdagangan secara umum menyelenggarakan fungsi menetapkan kebijakan nasional di bidang perdagangan, melaksanakan urusan pemerintahan di bidang perdagangan, mengawasi pelaksanaannya, melaksanakan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan kementerian di daerah, serta mewakili pemerintah dalam berbagai bentuk kerjasama dengan negara dan lembaga internasional. Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi tersebut di atas, maka susunan organisasi Kementerian Perdagangan terdiri atas unsur:

1. Pemimpin, yaitu Menteri; 2. Pembantu Pemimpin, yaitu Sekretariat Jenderal; 3. Pelaksana, yaitu Direktorat Jenderal; 4. Pengawas, yaitu Inspektorat Jenderal; dan 5. Pendukung, yaitu Badan dan/atau Pusat.

Page 19: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

3  BAB I PENDAHULUAN 

 

Postur strategis perdagangan:

Terwujudnya bangsa yang berdaya saing untuk mencapai masyarakat yang lebih makmur dan sejahtera

Sejalan dengan tugas pokok dan fungsinya, peran strategis Kementerian Perdagangan dalam pembangunan perdagangan adalah membangun daya saing yang berkelanjutan di pasar lokal dan global. Membangun daya saing yang berkelanjutan diperlukan optimalisasi pemanfaatan seluruh potensi sumber daya yang dimiliki serta kemampuan memanfaatkan peluang yang ada.

Esensi daya saing yang berkelanjutan terletak pada bagaimana menggerakkan dan mengelola seluruh potensi sumber daya yang dimiliki. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi serta peran serta Kementerian Perdagangan, dalam rangka membangun daya saing tersebut, perlu adanya suatu sistem manajemen yang efektif dan efisien yang berbasis kinerja harus sejalan dan sinergi dengan perkembangan dinamika pembangunan perdagangan.

Selanjutnya, sebagaimana tertuang dalam UU No. 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025, bahwa tugas utama Kementerian Perdagangan adalah terkait dengan misi mewujudkan bangsa yang berdaya saing.1 Dalam UU tersebut, termuat postur strategis Perdagangan nasional yang diharapkan terbangun pada tahun 2025, yaitu: Terwujudnya bangsa yang berdaya saing untuk mencapai masyarakat yang lebih makmur dan sejahtera.

Tiga fokus prioritas Peningkatan Ekspor

Tugas strategis Kementerian Perdagangan merujuk pada postur strategis perdagangan nasional dalam RPJPN 2005−2025 dan telah dijabarkan dalam RPJMN 2010−2014, yaitu meningkatkan ekspor non-migas dan berperan dalam peningkatan daya beli masyarakat.2 RPJMN 2010−2014 menetapkan misi pembangunan nasional yang terkait langsung dengan sektor perdagangan yaitu mewujudkan bangsa yang berdaya saing.

Arah kebijakan pembangunan Perdagangan Nasional ke depan secara konsisten akan mengacu kepada arah pembangunan dalam RPJMN

2010−2014. Arah ini merupakan pedoman dalam menyusun langkah-langkah strategis ke depan untuk mencapai sasaran yang diinginkan.

Mengacu pada tugas strategis tersebut, ada tiga fokus prioritas dalam RPJM 2010-2014 dalam upaya peningkatan ekspor, yaitu (i) Fokus Prioritas Peningkatan Diversifikasi Pasar Tujuan Ekspor, (ii) Fokus Prioritas Peningkatan Kualitas dan Keberagaman Produk Ekspor, dan (iii) Fokus Prioritas Peningkatan Fasilitasi Ekspor.

Tiga fokus prioritas Peningkatan Daya Beli Masyarakat

Dalam rangka peningkatan daya beli masyarakat dan terkait dengan bidang perdagangan dalam negeri, ada tiga fokus prioritas, yaitu: (i) Fokus Prioritas Peningkatan Jaringan Distribusi Untuk Menunjang Pengembangan Logistik Nasional, (ii) Fokus Prioritas Penguatan Pasar Domestik dan Efisiensi Pasar Komoditi, dan (iii) Fokus Prioritas Peningkatan Efektivitas Pengawasan dan Iklim Usaha Perdagangan.

                                                            1 Lihat UU No. 17 tahun 2007, delapan misi pembangunan nasional. 2 Lihat Lampiran Perpres No. 5 tahun 2010, Buku II Bab 3. 

Page 20: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

4  BAB I PENDAHULUAN 

 

Empat program yang mendukung kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi teknis yang diemban Kementerian Perdagangan

Dalam mencapai keberhasilan pelaksanaan fungsi teknis pembangunan perdagangan dalam dan luar negeri, Kementerian Perdagangan memiliki program-program penunjang. Program-program ini didesain khusus untuk memperbaiki dan meningkatkan kapasitas kerja seluruh SDM dan elemen organisasi sehingga dapat mendukung pelaksanaan kegiatan-kegiatan teknis. Program-program tersebut adalah: (1) Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Perdagangan, (2) Program peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian Perdagangan; (3) Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Perdagangan, dan (4) Program Penelitian dan Pengembangan. Program-program ini bertujuan untuk menciptakan tata kelola yang baik dan didalam organisasi Kementerian Perdagangan. Selain itu yang sangat berkaitan dengan penelitian dan pengembangan bertujuan untuk menciptakan arah kebijakan perdagangan dalam dan luar negeri yang inovatif melalui penyediaan hasil kajian penelitian yang mampu menjawab tantangan masa depan.

Program pertama dan kedua yang disebutkan di atas dilaksanakan oleh unit organisasi Sekretariat Jenderal. Unit ini bertanggung jawab terhadap seperti penyusunan dan kepatuhan standard operating procedure (SOP) yang prima, redefinisi visi dan misi serta restrukturisasi berkelanjutan terhadap organisasi Kementerian Perdagangan. Lebih lanjut, pelaksanaan rekrutmen pegawai yang transparan, penegakan disiplin dan regulasi, dan penyusunan laporan yang baik juga menjadi bagian tanggung jawab unit ini. Tahun 2010 ini, Sekretariat Jenderal telah menyelesaikan sebanyak 2.458 SOP dari pekerjaan yang telah dilakukan unit, penyusunan rencana strategi Kementerian Perdagangan 2010-2014, proses rekrumen pegawai CPNS tahun 2010 yang transparan, dan salah satu produk disiplin hukum dan regulasi melalui Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 1028/M-DAG/KEP/8/2010 tentang pembentukan organisasi koordinasi, monitoring dan evaluasi percepatan Pemberantasan Korupsi di Lingkungan Kementerian Perdagangan dalam rangka pengawasan internal.

Program ketiga, yakni yang berkaitan dengan pengawasan dan peningkatan akuntabilitas aparatur pada prinsipnya dikoordinasikan oleh unit Inspektorat Jenderal. Dalam melaksanakan tugasnya, Inspektorat Jenderal melakukan investigasi dan evaluasi terhadap anggaran dan kinerja yang dilaksanakan seluruh unit yang berada dalam internal Kementerian Perdagangan. Tahun 2010 ini, nilai strategis yang telah dicapai Inspektorat Jenderal adalah mengantarkan Kementerian Perdagangan memperoleh opini BPK dengan hasil WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) dan penilaian oleh Kementerian PAN dan RB terhadap Laporan Akuntabilitas Kinerja tahun 2009 yang mendapatkan hasil “CC”. Selaku unit pengawas, untuk tahun 2011, harapannya dapat mempertahankan prestasi yang ada melalui pengawalan dalam penyusunan laporan keuangan dan akuntabilitas dengan melakukan reviu bersama unit-unit secara teratur.

Page 21: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

5  BAB I PENDAHULUAN 

 

Program keempat berkaitan dengan penelitian dan pengembangan dilaksanakan oleh unit Badan Penelitian dan Pengkajian Kebijakan Perdagangan (BP2KP). Dalam kinerja tahun 2010 ini, Kementerian Perdagangan sangat intensif mengkaji perlindungan konsumen, ekonomi kreatif, dan logistik nasional sebagai bagian pembangunan perdagangan dalam negeri dan pengembangan iklim investasi perdagangan. Di lain sisi, unit ini juga aktif untuk mengkaji pengelolaan impor, kerjasama bilateral, regional, maupun multilateral. Hasil kajian-kajian ini memberikan rekomendasi terhadap Kementerian Perdagangan untuk mengeluarkan kebijakan yang berorientasi pada visi-misi 2010-2014.  

B. Struktur Organisasi Kementerian Perdagangan

Tujuh pilar Reformasi Birokrasi untuk good governance and clean government

Langkah Reformasi Birokrasi secara internal telah dilakukan Kementerian Perdagangan melalui penataan struktur organisasi untuk meningkatkan kinerja Kementerian mewujudkan pelayanan prima kepada masyarakat. Kebijakan ini ditetapkan dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 31/M.DAG/PER/7/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja.

Reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian Perdagangan, dilakukan melalui perubahan pola pikir (mind set) dan budaya kerja (culture set) serta sistem manajemen pemerintahan sebagai upaya perwujudan tata pemerintahan yang baik dan bersih, terbebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme/KKN (good governance and clean government). Langkah tersebut dilakukan melalui tujuh pilar untuk meningkatkan kinerja Kementerian Perdagangan, yaitu (i) kepemimpinan, (ii) perencanaan, (iii) organisasi, (iv) manajemen SDM, (v) penganggaran berbasis kinerja, (vi) proses bisnis, dan (vii) pemantauan, evaluasi dan pelaporan.

Unit organisasi baru:

1. Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen,

2. Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional,

3. Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan.

Kementerian Perdagangan telah melakukan redefinisi visi dan misi (Renstra Perdagangan 2010-2014) serta penyempurnaan struktur organisasi melalui Penajaman struktur organisasi dan tupoksi dalam rangka mendukung visi dan misi yang baru dengan menyusun organisasi sesuai dengan fungsi yang diemban masing-masing unit. Perubahan struktur organisasi tersebut dilatarbelakangi dengan tanggung jawab Kementerian Perdagangan yang semakin kompleks, baik di dalam maupun di luar negeri.

Dengan ditetapkannya Permendag Nomor 31/M.DAG/PER/7/2010, sebagai langkah Restrukturisasi organisasi yang dilakukan dengan re-grouping berdasarkan fungsi yang dijalankan Kementerian Perdagangan sehingga terdesain 1 unit eselon I baru yaitu “Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen”, kemudian disempurnakannya Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) menjadi “Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional”, serta penyempurnaan fungsi Badan Penelitian dan Pengembangan Perdagangan menjadi “Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan”.

Page 22: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

6  BAB I PENDAHULUAN 

 

Pembentukan Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen merupakan komitmen Kementerian untuk menguatkan peran pemerintah dalam memberikan perlindungan kepada konsumen sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Perubahan nomenklatur BPEN menjadi “Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional” mengintegrasikan setiap jenis pelayanan kedalam satu unit, sehingga memiliki keunggulan dalam spesialisasi pelayanan dan akumulasi keahlian.

Perubahan nomenklatur Badan Pengembangan dan Penelitian Perdagangan menjadi Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan dalam rangka mewujudkan suatu lembaga analisa kebijakan perdagangan yang lebih fokus dan profesional sehingga memberikan rekomendasi kebijakan yang artikulatif, antisipatif, komprehensif dan tepat waktu serta mampu mendukung perumusan kebijakan perdagangan yang ditetapkan oleh Menteri Perdagangan.

Harapan penajaman fungsi birokrasi melalui struktur organisasi baru

Desain atau struktur organisasi baru Kementerian Perdagangan hasil penajaman fungsi birokrasi sebagaimana dipaparkan di atas, menjadi sebagai berikut:

1. Menteri Perdagangan;

2. Sekretariat Jenderal;

3. Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri;

4. Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen;

5. Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri;

6. Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional;

7. Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional;

8. Inspektorat Jenderal;

9. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi; dan

10. Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan.

Bagan struktur organisasi Kementerian Perdagangan pasca penataan organisasi, dapat dilihat pada Lampiran 1

C. Isu Strategis Organisasi Kementerian Perdagangan Tahun 2010

Sektor perdagangan sebagai mesin perekonomian global

Dinamika perekonomian dunia dan domestik telah mewarnai perjalanan pembangunan perdagangan nasional sepanjang 2010. Kenaikan harga minyak mentah, krisis keuangan global, sampai kepada bencana yang terjadi di berbagai belahan dunia merubah pola suplai dan harga, serta turut mempengaruhi sektor perdagangan nasional. Isu tersebut bahkan sudah dimulai sejak akhir tahun 2009.

Page 23: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

7  BAB I PENDAHULUAN 

 

Dalam tahun berjalan, ekonomi global kembali pulih yang ditandai dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian dunia, meskipun aktifitas perdagangan dunia masih bergerak perlahan. Pemulihan ekonomi global lebih baik dari perkiraan semula, dimana di banyak negara, the strength of the rebound berlangsung moderat dengan akselerasi pemulihannya berbeda-beda. Growth Domestic Product (GDP) dunia tumbuh positif di tahun 2010, dimana tren kinerja negara berkembang sangat berpengaruh positip.

Sektor perdagangan dunia yang menjadi mesin perekonomian global dengan pertumbuhan melebihi pertumbuhan output sempat mengalami penurunan global demand. Negara-negara yang postur ekonominya didominasi oleh kekuatan ekspor terpukul karena pasar di negara-negara tujuan ekspor mengalami kontraksi, penurunan tingkat output, defisit neraca perdagangan, dan transaksi berjalan dan meningkatnya pengangguran. Hal ini berimbas pada lemahnya permintaan. Selain penurunan permintaan ini, negara-negara tujuan ekspor juga memiliki tendensi proteksionis melalui penutupan akses pasar atau pendistorsian kompetisi, sehingga mempersulit akses ke pasar-pasar tujuan ekspor.

Pada masa yang akan datang perkembangan ekspor Indonesia harus berbasis pada peningkatan keragaman produk

Sementara itu, melemahnya pertumbuhan ekonomi dunia yang berakibat pada melemahnya permintaan dunia dan aktivitas produksi global memaksa tingkat persaingan produk ekspor di pasar global semakin ketat dan harga komoditas berfluktuasi. Tantangan lain adalah adanya kemungkinan serbuan produk impor dari negara lain, akibat dari menurunnya permintaan produk di beberapa pasar utama ekspor dunia, yang kemudian dialihkan ke pasar Indonesia. Dengan melemahnya permintaan dunia, harga komoditas di pasar internasional pada 2010 tercatat moderat kecuali minyak bumi dan pangan.

Pada masa yang akan datang perkembangan ekspor Indonesia harus berbasis pada upaya peningkatan keragaman produk dan penciptaan nilai tambah termasuk peningkatan volume. Namun demikian, secara keseluruhan perekonomian dunia di tahun 2010 tetap lebih baik dari tahun 2009. Pada awalnya pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan hanya sebesar 1,9 persen, namun di akhir 2010 tercatat sebesar 3,1 persen. Kinerja perekonomian emerging markets Asia menguat dan terus menguat sehingga menjadi jangkar stabilisasi sekaligus dorongan pemulihan ekonomi bagi negara-negara lain. WTO mencatat pertumbuhan ekspor global 2010 sebesar 1,1 persen, sedangkan IMF secara mengejutkan mencatat angka pertumbuhan ekspor global sebesar 2,47 persen.

Peran sektor perdagangan semakin penting dalam perekonomian nasional, baik secara kuantitas maupun kualitas

Peran sektor perdagangan semakin penting dalam perekonomian nasional, baik secara kuantitas maupun kualitas. Secara kuantitas, pentingnya peran sektor perdagangan terlihat dari peningkatan kontribusi PDB sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Secara kualitas, semakin pentingnya sektor perdagangan terlihat dari kegiatan-kegiatan yang lebih mengedepankan kualitas jasa perdagangan untuk mendukung

Page 24: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

8  BAB I PENDAHULUAN 

 

sektor industri, pertanian, kehutanan, perikanan, turisme, pertambangan, dan lain-lain. Dukungan kegiatan tersebut memberikan pengaruh yang positif terhadap meningkatnya kontribusi sektor perdagangan. Kegiatan-kegiatan ini antara lain meliputi perbaikan pelayanan publik, iklim usaha, infrastruktur terkait ekspor–impor seperti Jakarta International Container Terminal (JICT) berkapasitas 2,5 juta peti kemas twenty-foot equivalent unit per tahun, pembangunan sekaligus revitalisasi dan harmonisasi pasar tradisional-pasar modern, penyediaan kebutuhan pokok, stabilisasi harga, sinergi pengembangan UKM dan petani di bidang perdagangan, dan pengembangan inovasi dagang melalui entrepreneurship kreatif.

Tantangan-tantangan baru pembangunan infrastruktur perdagangan

Infrastruktur perdagangan masih perlu diperbaiki dan ditingkatkan (advancement). Namun hal ini tidak hanya terlepas dari peran Kementerian Perdagangan semata. Dukungan dari instansi terkait perlu diakselerasi, diharmonisasi, termasuk, kebijakan di pusat dan di daerah, lintas regional, lintas geografis, terutama di daerah-daerah tertinggal, perbatasan, pulau-pulau terluar, daerah terpencil (remote area).

Lambatnya pembangunan infrastruktur perdagangan hampir dapat dipastikan berujung pada rendahnya pelayanan suplai barang dan jasa, menambah cost, dan mencederai kepercayaan publik terhadap pemerintah. Sementara itu, lingkungan eksternal yang berkembang secara cepat dapat berdampak positif dengan terciptanya berbagai peluang pasar, tetapi dapat juga berdampak negatif dengan munculnya berbagai tantangan atau ancaman. Kecenderungan bisnis global menunjukkan beberapa hal seperti keterbukaan perdagangan (trade openness), keterkaitan secara global, kecenderungan proteksionistik, liberalisasi perdagangan melalui blok-blok perdagangan; proses transnasionalisasi (multi national corporations-MNCs), perkembangan teknologi informasi yang super cepat diikuti terciptanya gap-gap informasi perdagangan, serta mengedepannya isu lingkungan dan non-perdagangan lainnya.

Tetap mewaspadai proteksionisme melalui instrumen non-tariff barrier (NTB)

Keterkaitan secara global baik dalam aspek produksi, keuangan, pemasaran, dan aspek lainnya dalam berbisnis secara global saat ini memberikan peluang sekaligus ancaman bagi kelangsungan bisnis dalam negeri. Munculnya proteksionisme melalui instrumen non-tariff barrier (NTB), terutama yang dilakukan oleh negara-negara maju namun diikuti oleh sementara Negara berkembang seperti India dan China, menjadi ancaman bagi Indonesia dalam hal akses pasar produk ekspor ke negara-negara tersebut. Sedangkan liberalisasi perdagangan melalui pembentukan blok perdagangan yang terus berlangsung saat ini akan menciptakan peluang dan sekaligus ancaman riil bagi Indonesia dalam upaya peningkatan perdagangan luar negeri. Di satu sisi liberalisasi perdagangan di dunia meningkatkan peluang pasar ekspor Indonesia, namun di sisi lain juga meningkatkan akses pasar produk impor ke pasaran dalam negeri karena Indonesia membutuhkan barang atau bahan

Page 25: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

9  BAB I PENDAHULUAN 

 

baku yang tidak diproduksi di dalam negeri. Hal ini harus diamati secara proporsional sehingga tidak merugikan kepentingan Indonesia.

Munculnya raksasa ekonomi baru seperti China, di satu sisi merupakan peluang bagi Indonesia untuk memperluas serta menganekaragamkan tujuan ekspor, namun di sisi lain membuka kran impor dalam volume dan pertumbuhan yang sangat berbeda dengan masa lalu sehingga menciptakan defisit. Begitu pula munculnya negara-negara dengan perekonomian yang bertumpu pada ekspor yang berkembang pesat seperti Malaysia, Vietnam, dan Thailand merupakan tekanan terhadap produk domestik, baik di pasar internasional maupun di pasar domestik.

Kecenderungan negara-negara dagang meningkatkan hambatan nontarif menuntut aspek kualitas dan standar produk Indonesia, umumnya produk pertanian dan perikanan memperhatikan penjagaan lingkungan dan kesehatan. Sebagai bagian upaya penetrasi ekspor terutama pada pasar nontradisional, peluang masih terbuka peluang pemanfaatan berbagai skema perdagangan seperti imbal dagang atau alternatif perdagangan lainnya, yang perlu lebih dioptimalkan. Sektor penunjang perdagangan seperti perbankan dan asuransi Indonesia diharapkan menyediakan pelayanannya di pasar-pasar berkembang.

Efektifitas sistem logistik, sarana prasarana perdagangan, serta kelancaran arus distribusi

Di sisi perdagangan dalam negeri, isu terbesar yang dihadapi adalah terkait dengan efektifitas sistem logistik, sarana prasarana perdagangan, serta kelancaran arus distribusi antar wilayah di Indonesia. Disamping itu, penguatan kelembagaan perdagangan dalam negeri untuk upaya perlindungan konsumen, kemetrologian, dan persaingan usaha yang sehat masih perlu optimalisasi. Peran sektor perdagangan bertambah penting dengan ditandai munculnya keunggulan Ekonomi Kreatif sebagai pemicu inovasi perdagangan tanpa batas, kontribusi subsektor perdagangan eceran yang semakin signifikan dalam pembentukan PDB dan penciptaan lapangan kerja secara luas. Koridor-koridor ekonomi di bagian timur pulau Sumatera, bagian utara pulau Jawa, poros Jawa-Bali-Nusa Tenggara, wilayah kepala burung Papua, Sulawesi Utara, dan poros Kalimantan-Sulawesi pada umumnya merupakan tantangan strategis pembangunan perdagangan.

Dalam konteks penciptaan lapangan kerja guna mengurangi pengangguran, diharapkan semua sektor atau lapangan usaha termasuk sektor perdagangan mengembangkan dan memperluas kesempatan kerja, sehingga sasaran yang telah ditetapkan pemerintah untuk menekan angka pengangguran sampai pada kisaran 5-6 persen pada akhir tahun 2014 dapat tercapai (sasaran RPJMN 2010-2014).

Kendala sektor perdagangan dan tangan pelayanan publik

Secara umum sektor perdagangan masih menghadapi berbagai kendala, yaitu: tingginya biaya ekonomi yang harus ditanggung oleh dunia usaha yang akhirnya mempengaruhi daya saing produk ekspor, lemahnya sistem

Page 26: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

10  BAB I PENDAHULUAN 

 

jaringan koneksi dan distribusi nasional yang kurang mendukung peningkatan daya saing ekpor, meningkatnya nilai tukar rupiah riil efektif, penurunan investasi, keterbatasan dan penurunan kualitas infrastruktur serta masih belum memadainya perangkat hukum di sektor perdagangan. Berbagai masalah di atas jelas relatif mempengaruhi kinerja sektor perdagangan. Oleh sebab itu berbagai kendala harus dipecahkan sehingga kinerja sektor perdagangan dapat meningkat.

Dari sisi internal kementerian, perbaikan kinerja manajemen Kementerian Perdagangan pada tahun 2010 mengalami akselerasi melalui reformasi birokrasi. Otomasi perizinan dan optimalisasi pelayanan terhadap dunia usaha menjadi tantangan besar yang harus diwujudkan secara berkelanjutan. Hal ini terkait dengan strategi nasional ke arah efektifitas dan efisiensi bisnis yang diharapkan mampu mengangkat performa perdagangan dan investasi nasional, serta membuka kemakmuran masyarakat.

Page 27: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

 

BAB II PERENCANAAN DAN KONTRAK KINERJA

A. Perencanaan Strategis Kementerian Perdagangan   

B. Kontrak Kinerja Kementerian Perdagangan  

Page 28: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

12  BAB II PERENCANAAN DAN KONTRAK KINERJA 

 

A. Perencanaan Strategis Kementerian Perdagangan

VISI Perencanaan strategis Kementerian Perdagangan telah menghasilkan renstra yang menjadi pedoman pencapaian kinerja optimal Kementerian Perdagangan selama 5 (lima) tahun ke depan. Perencanaan strategis mencakup Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Kebijakan, Strategi, dan Program Utama Kementerian Perdagangan, dengan uraian sebagai berikut:

Visi Kementerian Perdagangan adalah:

”Perdagangan Sebagai Sektor Penggerak Pertumbuhan dan Daya Saing Ekonomi serta Pencipta Kemakmuran Rakyat Yang Berkeadilan”

MISI

Dalam rangka mewujudkan Visi tersebut di atas, maka Kementerian Perdagangan menetapkan 3 (tiga) Misi organisasi, yaitu:

1. Meningkatkan kinerja ekspor nonmigas secara berkualitas.

2. Menguatkan pasar dalam negeri.

3. Menjaga ketersediaan bahan pokok dan penguatan jaringan distribusi nasional

TUJUAN

Sebagai penjabaran Visi dan Misi Kementerian Perdagangan, maka tujuan pembangunan perdagangan periode 2010−2014 yang ingin dicapai yaitu:

1. Peningkatan akses pasar ekspor dan fasilitasi perdagangan luar negeri untuk mengurangi ketergantungan pasar tujuan ekspor ke negara-negara tertentu dan meningkatkan kelancaran arus barang ekspor dan impor.

2. Perbaikan iklim usaha perdagangan luar negeri yang berorientasi pada pelayanan publik yang optimal.

3. Peningkatan daya saing ekspor melalui peningkatan kualitas produk ekspor dan peningkatan citra produk ekspor Indonesia di pasar global.

4. Peningkatan peran dan kemampuan diplomasi perdagangan internasional untuk memperjuangkan kepentingan nasional Indonesia dalam forum multilateral, regional, bilateral yang penuh tantangan dan kompleksitas.

5. Perbaikan iklim usaha perdagangan dalam negeri dengan melakukan reformasi birokrasi dan harmonisasi kebijakan perdagangan dalam negeri di pusat dan di daerah.

6. Peningkatan kinerja sektor perdagangan dan ekonomi kreatif melalui fasilitasi promosi dan penciptaan kebijakan perdagangan.

7. Peningkatan perlindungan konsumen dan pengamanan pasar dalam negeri sehingga masyarakat terhindar dari produk-produk yang menyebabkan kerugian, membahayakan kesehatan, keamanan dan keselamatan konsumen serta produsen dalam negeri terhindar

Page 29: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

13  BAB II PERENCANAAN DAN KONTRAK KINERJA 

 

dari praktek perdagangan tidak sehat.

8. Stabilisasi dan penurunan disparitas harga bahan pokok di Indonesia, sehingga daya beli masyarakat terhadap bahan pokok dapat terjaga.

9. Penciptaan jaringan distribusi yang efisien melalui penciptaan sarana dan kebijakan distribusi serta layanan logistik yang mendukung dan sinergis.

SASARAN

Sasaran strategis merupakan penjabaran tujuan organisasi Kementerian Perdagangan yang lebih spesifik dan terukur. Sasaran yang ingin dicapai pada masing-masing tujuan sebagaimana telah dipaparkan di atas dan acuan bagi seluruh pelaksanaan program dan kegiatan, sebagai berikut:

TUJUAN 1

PENINGKATAN AKSES PASAR EKSPOR DAN FASILITASI EKSPOR, sasaran yang ingin dicapai antara lain:

1. Meningkatnya pertumbuhan ekspor nonmigas, sebagai salah satu sumber utama pertumbuhan ekonomi nasional;

2. Diversifikasi pasar tujuan ekspor yang semakin baik, sebagai indikasi berkurangnya ketergantungan ekspor pada suatu negara tertentu, sehingga keberlanjutan pertumbuhan ekonomi semakin baik; dan

3. Diversifikasi produk ekspor nonmigas yang semakin baik, sehingga ketergantungan pada produk ekspor tertentu menjadi berkurang.

TUJUAN 2

MELAKUKAN PERBAIKAN IKLIM USAHA PERDAGANGAN LUAR NEGERI AGAR MENJADI LEBIH KONDUSIF, sasaran yang ingin dicapai antara lain:

4. Membaiknya layanan perizinan dan non-perizinan sektor perdagangan luar negeri, baik dalam hal jumlah perizinan online maupun dalam hal minimasi waktu layanan.

TUJUAN 3

PENINGKATAN DAYA SAING EKSPOR, sasaran yang ingin dicapai adalah:

5. Meningkatnya keunggulan komparatif produk ekspor Indonesia di pasar global, yang menunjukkan semakin banyaknya produk-produk dalam negeri yang mampu bersaing di pasar global; dan

6. Perbaikan citra produk ekspor Indonesia di pasar global, yang pada akhirnya akan mendukung kontinuitas dan pertumbuhan ekspor.

TUJUAN 4

MELAKUKAN PENINGKATAN PERAN DAN KEMAMPUAN KEMENTERIAN PERDAGANGAN DALAM DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL,

Page 30: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

14  BAB II PERENCANAAN DAN KONTRAK KINERJA 

 

sasaran yang ingin dicapai adalah:

7. Meningkatnya intensitas dan kualitas keikutsertaan Indonesia di berbagai forum internasional dan meningkatnya hasil perundingan yang dihasilkan di berbagai forum internasional, yang mampu memberi nilai tambah bagi kepentingan nasional.

TUJUAN 5

PERBAIKAN IKLIM USAHA PEDAGANGAN DALAM NEGERI, sasaran yang ingin dicapai adalah:

8. Membaiknya layanan perizinan dan non-perizinan sektor perdagangan dalam negeri, baik dalam hal jumlah perizinan online maupun dalam hal minimasi waktu layanan.

TUJUAN 6

PENINGKATAN KINERJA SEKTOR PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN, SERTA EKONOMI KREATIF, sasaran yang ingin dicapai adalah:

9. Meningkatnya output sektor perdagangan yang senantiasa tumbuh semakin positif setiap tahunnya.

10. Meningkatnya kontribusi PDB Industri Kreatif terhadap PDB nasional, sebagai salah satu alternatif baru penggerak ekonomi nasional.

TUJUAN 7

PENINGKATAN PERLINDUNGAN KONSUMEN, sasaran yang ingin dicapai adalah:

11. Akumulasi jumlah BPSK yang terbentuk setiap tahun.

12. Pengawasan Barang Beredar dan Jasa

TUJUAN 8

PENCIPTAAN JARINGAN DISTRIBUSI PERDAGANGAN YANG EFISIEN sasaran yang ingin adalah:

13. Peningkatan kinerja logistik Indonesia.

TUJUAN 9

STABILISASI DAN PENURUNAN DISPARITAS HARGA BAHAN POKOK sasaran yang ingin dicapai antara lain:

14. Stabilitas harga bahan pokok yang terkendali, sehingga harga tetap terjangkau sesuai kondisi daya beli masyarakat, dan

15. Penurunan disparitas harga bahan pokok antarprovinsi, sehingga kelangkaan dan penimbunan bahan pokok dapat diminimasi.

 

 

Page 31: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

15  BAB II PERENCANAAN DAN KONTRAK KINERJA 

 

 

 

 

Gambar 1 Keterkaitan Misi, Tujuan, dan Sasaran Pembangunan Perdagangan

Tahun 2010 – 2014

KEBIJAKAN Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMN) 2010−2014 telah menetapkan misi pembangunan nasional yang terkait langsung dengan sektor perdagangan.

Arah kebijakan pembangunan Perdagangan Nasional ke depan secara konsisten akan mengacu kepada arah pembangunan dalam RPJMN

2010−2014. Arah kebijakan perdagangan dapat dijabarkan menjadi lima pokok pikiran, yaitu:

1. Mengembangkan kebijakan dan diplomasi perdagangan di fora internasional dengan senantiasa menjaga kepentingan nasional, integritas wilayah, dan pengamanan kekayaan SDA nasional.

2. Menjaga pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.

Page 32: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

16  BAB II PERENCANAAN DAN KONTRAK KINERJA 

 

3. Menurunnya kesenjangan kesejahteraan antarkelompok masyarakat dan antardaerah.

4. Memantapkan nilai-nilai baru yang positif dan produktif dalam rangka memantapkan budaya dan karakter bangsa.

5. Menata kelembagaan perdagangan yang mendorong prakarsa masyarakat dalam kegiatan perekonomian.

STRATEGI

Berdasarkan lima pokok pikiran tersebut di atas, Kementerian Perdagangan menetapkan beberapa langkah strategis, yaitu:

1. Pengembangan kebijakan dan diplomasi perdagangan dengan senantiasa menjaga kepentingan nasional, integritas wilayah dan pengamanan kekayaan SDA nasional dilakukan melalui:

a. Peningkatan partisipasi dan kepemimpinan dalam forum multilateral dan regional.

b. Peningkatan kemitraan ekonomi dan perdagangan bilateral yang strategis.

c. Peningkatan dan pengamanan akses pasar luar negeri.

d. Pengamanan kebijakan perdagangan dan kebijakan terkait lainnya.

2. Peningkatan Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dilakukan melalui:

a. Peningkatan konsumsi produk dalam negeri.

b. Peningkatan dan pengembangan ekspor.

c. Pengelolaan impor dengan baik.

d. Penciptaan iklim investasi dan perdagangan yang lebih kondusif.

e. Optimalisasi belanja pemerintah.

f. Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) atau kawasan perdagangan bebas seperti kawasan perdagangan bebas Batam, Bintan, dan Karimun.

g. Peningkatan perlindungan konsumen dalam negeri serta pengamanan pasar domestik

3. Pemerataan hasil-hasil pembangunan sehingga dapat menurunkan kesenjangan antarkelompok masyarakat dan antardaerah dilakukan melalui:

a. Penciptaan sistem logistik yang efisien untuk menjaga kelancaran distribusi bahan pokok dan meminimasi disparitas harga antar daerah.

b. Fasilitasi Usaha Mikro Kecil, dan Menengah (UMKM), antara lain melalui: revitalisasi pasar tradisional, pendidikan dan pelatihan ekspor bagi UMKM, fasilitasi produk UMKM untuk masuk dalam distribusi pasar ritel

Page 33: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

17  BAB II PERENCANAAN DAN KONTRAK KINERJA 

 

modern, fasilitasi desain, branding dan kemasan, dan promosi.

4. Pemantapan nilai-nilai baru yang positif dan produktif dalam rangka memantapkan budaya dan karakter bangsa dilakukan melalui:

a. Aktivasi secara intensif gerakan Aku Cinta Indonesia yang akan memacu rasa percaya diri bangsa untuk berkarya serta meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap produk dalam negeri dengan mengkonsumsi produk-produk dalam negeri.

b. Pencitraan Indonesia baik ke dalam maupun ke luar negeri.

c. Pengembangan Ekonomi Kreatif yang mendukung penciptaan nilai tambah terhadap produk-produk dalam negeri dan pengembangan jasa kreatif yang dapat mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia.

5. Penataan dan peningkatan peranan kelembagaan perdagangan dilakukan melalui penataan waralaba, kemitraan usaha, distributor, keagenan, ritel, trading house, eksportir, dan lembaga perlindungan konsumen agar masyarakat dapat terlibat secara luas dalam aktivitas perekonomian perdagangan.

PROGRAM didukung 66 kegiatan

Untuk mengimplementasikan arah kebijakan dan strategi pembangunan perdagangan 2010−2014, maka Kementerian Perdagangan akan melaksanakan sembilan program utama yang didukung oleh 66 kegiatan. Dari 66 kegiatan yang akan diimplementasikan terdapat 27 kegiatan prioritas bidang dengan 5 kegiatan diantaranya akan mendukung prioritas nasional.

Dalam rangka pencapaian visi, misi, tujuan, dan sasaran strategis Kementerian Perdagangan, dengan mempertimbangkan arah kebijakan dan strategi nasional serta arah kebijakan dan strategi Kementerian Perdagangan, maka dilakukan program-program kementerian yang terdiri dari sembilan program utama, yaitu:

1. Peningkatan Perdagangan Luar Negeri;

2. Pengembangan Ekspor;

3. Peningkatan Kerjasama Perdagangan Internasional;

4. Pengembangan dan Pengamanan Perdagangan Dalam Negeri;

5. Peningkatan Efisiensi Pasar Komoditi;

6. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Perdagangan;

7. Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian Perdagangan;

8. Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Negara Kementerian Perdagangan, dan

9. Penelitian dan Pengembangan Perdagangan.

Page 34: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

18  BAB II PERENCANAAN DAN KONTRAK KINERJA 

 

B. Kontrak Kinerja Kementerian Perdagangan

Peningkatan Perdagangan Luar Negeri

Agar kinerja dapat tercapai secara maksimal untuk mencapai tujuan-tujuan strategis, Kementerian Perdagangan menyusun Kontrak Kinerja sebagai acuan dalam mengimplemetasikan kegiatan pada tahun 2010. Rincian Kontrak Kinerja yang meliputi program, indikator kinerja outcome dan output, serta anggaran selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2. Kontrak Kinerja diuraikan sebagai berikut.

1. Peningkatan Perdagangan Luar Negeri

Program ini ditujukan untuk mendorong peningkatan pertumbuhan ekspor barang dan jasa yang menitikberatkan pada fasilitasi perdagangan (trade facilitation) dan peningkatan daya saing. Program ini memiliki sasaran strategis untuk meningkatnya pertumbuhan ekspor non migas, sebagai salah satu sumber utama pertumbuhan nasional dan penyerdehanaan perijinan perdagangan luar negeri.

Pada tahun 2010 ini, Kementerian Perdagangan menargetkan pertumbuhan ekspor non migas sebesar 7%, jumlah perijinan online sebanyak 40 jenis, dan Jumlah hari waktu pelayanan menjadi selama 4 (empat) hari. Selain itu, Kementerian Perdagangan juga menargetkan Jumlah pengguna (hak akses) perijinan ekspor/impor online yang dilayani melalui INATRADE mencapai sebanyak 1500 pengguna.

Pengembangan Ekspor

2. Pengembangan Ekspor

Program ini dilakukan untuk mendukung pertumbuhan ekspor Nasional dengan menitikberatkan pada upaya pengembangan produk yang berdaya saing, promosi dan penyediaan informasi pasar yang akurat dan terpercaya.

Program ini memiliki sasaran strategis yaitu untuk Perbaikan citra produk ekspor Indonesia di pasar global, yang pada akhirnya akan mendukung kontinuitas dan pertumbuhan ekspor. Pada tahun 2010 ini, Kementerian perdagangan menargetkan skor dimensi dalam Simon Anholt Nation Brand Index (NBI) mencapai angka 44 dan Concentration Ratio pada 5 (lima) negara tujuan besar (CR) mencapai 47%, dan jumlah penyelenggaran ITPC menjadi sebanyak 20 ITPC.

Peningkatan Kerjasama Perdagangan Internasional

3. Peningkatan Kerjasama Perdagangan Internasional

Program ini dilaksanakan untuk mendukung pertumbuhan ekspor barang dan jasa yang menitikberatkan pada peningkatan diplomasi perdagangan (trade diplomacy) dan pengamanan perdagangan (trade defense). Beberapa arah program ini ditujukan untuk Peningkatan Peran dan Kemampuan Diplomasi Perdagangan Internasional, Peningkatan kerjasama di bidang perdagangan jasa, Peningkatan kerjasama dan perundingan, dengan mengoptimalkan, Peningkatan pengamanan dan perlindungan akses pasar, dan Peningkatan tatakelola yang baik.

Page 35: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

19  BAB II PERENCANAAN DAN KONTRAK KINERJA 

 

Sasaran strategis program ini yaitu untuk Meningkatnya intensitas keikutsertaan Indonesia di berbagai forum internasional dan meningkatnya hasil perundingan yang dihasilkan diberbagai forum internasional yang mampu memberi nilai tambah bagi kepentingan nasional. Pada tahun 2010 ini, Kementerian Perdagangan menargetkan Jumlah hasil Perundingan Perdagangan Internasional (Agreement, Kerjasama Komoditi, MRA, MOU, Agreed Minutes, Declaration, Chair Report) mencapai 140 perundingan.

Pengembangan dan Pengamanan Perdagangan Dalam Negeri

4. Pengembangan dan Pengamanan Perdagangan Dalam Negeri

Pada program pengembangan dan pengamanan perdagangan dalam negeri ini, Kementerian Perdagangan memiliki 2 (dua) fokus perhatian yakni untuk pertama, menunjang penguatan perdagangan dalam negeri, dan kedua mendukung standarisasi dan perlindungan konsumen.

• Program ini dilakukan untuk mendukung pengembangan dan penguatan perdagangan dalam negeri yang menitikberatkan pada pengembangan sistem distribusi nasional dan penguatan kelembagaan perdagangan serta pengamanan pasar dalam negeri. Program ini memiliki sasaran strategis yakni Penyerdehanaan Perijinan Perdagangan Dalam Negeri. Pada tahun 2010 ini, untuk mendukung program ini, Kementerian Perdagangan menargetkan Jumlah Perijinan Online yang dapat diterbitkan sebanyak 12 Jenis dan Jumlah hari waktu penyelesaian pelayanan selama 6 (enam) hari.

• Program ini memiliki kesamaan dengan program Perdagangan Dalam Negeri yang telah dijelaskan sebelumnya, namum terdapat perbedaan penakanan, yaitu fokus pada aspek Standarisasi dan Perlindungan Konsumen. Program ini memiliki sasaran strategis terbentuknya lembaga yang dapat melindungi konsumen dari praktek perdagangan yang merugikan konsumen. Dengan program ini, Kementerian perdagangan menargetkan pada tahun 2010 ini, Jumlah BPSK yang terbentuk dan berfungsi sebanyak 50 BPSK.

Peningkatan Efisiensi Pasar Komoditi

5. Peningkatan Efisiensi Pasar Komoditi

Program ini dilakukan untuk mendukung penciptaan jaringan distribusi dan pasar komoditi yang efisien melalui optimalisasi pemanfaatan kegiatan pengelolaan resiko dan pembentukan harga bagi dunia usaha; peningkatan efektivitas dan efisiensi sistem resi gudang; dan peningkatan kapasitas pasar lelang dan pasar fisik terorganisir.

Pada tahun 2010 ini, Kementerian Perdagangan menargetkan adanya peningkatan jumlah Gudang yang masuk skema SRG menjadi sebanyak 45 Gudang dan Jumlah cakupan komoditi sebanyak 7 (tujuh) komoditi, daerah menjadi 7 (tujuh) cakupan daerah dan kontributor dalam

Page 36: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

20  BAB II PERENCANAAN DAN KONTRAK KINERJA 

 

sistem informasi harga sebanyak 160 orang.

Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Perdagangan

6. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Perdagangan

Program ini dilaksanakan untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi yang diemban Kementerian Perdagangan. Program ini memiliki (usulan) sasaran strategis yakni Meningkatnya kontribusi PDB Industri kreatif terhadap PDB nasional sebagai salah satu alternatif baru penggerak ekonomi nasional. Untuk mencapai sasaran program ini, Kementerian Perdagangan menargetkan pada tahun 2010 Prosentase kontribusi industri kreatif pada PDB sebesar 2%. Melalui target ini, program ini mengedepankan arah pelaksanaannya pada Pengembangan standar bidang perdagangan, Pemberdayaan Dagang Kecil dan Menengah, dan Pengembangan Ekonomi Kreatif.

Page 37: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

 

Page 38: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

 

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010

A. Capaian Indikator Kinerja Utama Kementerian Perdagangan    

B. Analisis dan Evaluasi Capaian Kinerja Kementerian Perdagangan    

C. Akuntabilitas Keuangan Tahun 2010     

Page 39: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  23  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

A. Capaian Indikator Kinerja Utama Kementerian Perdagangan Tahun 2010

Kinerja perdagangan tahun 2010 menunjukkan hasil yang optimal.

Sebagai pelaksanaan dari Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/09/M.PAN/05/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Instansi Pemerintah, maka Kementerian Perdagangan telah menetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) Tahun 2010 di lingkungan Kementerian Perdagangan. Indikator kinerja utama di lingkungan Kementerian Perdagangan disusun dengan mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, Rencana Strategis Kementerian Perdagangan tahun 2010-2014, serta dengan mengakomodasikan keinginan stakeholder. Kinerja Perdagangan dalam waktu satu tahun menunjukkan hasil pengukuran yang cukup baik terhadap target hampir diseluruh indikator kinerja utama yang menjadi indikator sasaran pembangunan perdagangan tahun 2010. Kilas capaian sasaran kinerja Kementerian Perdagangan dari Oktober 2009 sampai dengan Oktober 2010 sebagai berikut:

Tabel 1 Capaian Indikator Kinerja Utama Kementerian Perdagangan Tahun 2010

No Misi Perdagangan dan Indikator Kinerja Utama Target 2010 Realisasi

2010 Prosentase Capaian (%)

MISI I: Meningkatkan kinerja ekspor nonmigas secara berkualitas

a. Prosentase Pertumbuhan Ekspor Non Migas 7 % - 8.5 % 33,02% *) 471,7%

b. Concentration ratio pada 5 negara tujuan ekspor terbesar (CR5) 43% – 47% 48,80% 96,31%

c. Kontribusi Ekspor diluar 10 produk utama

53%-60% 52,4% 98,8%

d. Jumlah Perijinan online 40 ijin 53 ijin 132,5%

e. Jumlah Komoditi dengan RCA >1 komoditi

590 – 605 komoditi 887 komoditi 146,6%

1

f. Jumlah hasil perundingan internasional 140 Perundingan 140 Perundingan 100%

MISI II: Menguatkan Pasar Dalam Negeri a. Jumlah Perijinan online Perdagangan

Dalam Negeri 9 jin 12 ijin 133%

b. Jumlah hari waktu pelayanan penyelesaian perdagangan dalam negeri 6 hari 6 hari 100%

c. Prosentase Kontribusi Industri Kreatif pada PDB 2% 7,3% 365%

2

d. Jumlah BPSK yang berfungsi 50 BPSK 54 BPSK 108% MISI III: Menjaga Ketersediaan Bahan Pokok dan Penguatan Jaringan Distribusi Nasional

a. Peningkatan skor Logistic Performance Index (LPI) dari tahun 2009 0,5 poin 0,49 poin 99,7%

b. Prosentase Rata-rata Penurunan Koefisien Variasi Harga (KVH) Komoditi 5%-9% 4,3% 86%

c. Rasio variasi harga komoditi tertentu di dalam dan luar negeri < 1 0,3 100%

3

d. Penurunan disparitas harga antar provinsi 1,5 – 2,5 1,74 100%

Page 40: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  24  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Dari capaian indikator kinerja utama tersebut dalam tabel, terlihat bahwa hampir semua indikator kinerja Kementerian Perdagangan sesuai dengan yang ditargetkan pada awal tahun, maupun yang telah ditetapkan dalam Renstra. Capaian indikator kinerja utama ini bersama dengan indikator-indikator kinerja lainnya akan dibahas lebih lanjut di bagian evaluasi.

Kunjungan Menteri Perdagangan di pelabuhan

Kebijakan Kementerian Perdagangan selalu mengupayakan antisipatif terhadap isu-isu perdagangan

Kementerian Perdagangan telah berusaha untuk merumuskan kebijakan yang mengantisipasi perubahan faktor-faktor ekonomi dunia yang terjadi selama tahun 2009 – 2010, serta menampung aspirasi-aspirasi pelaku usaha dalam negeri sehingga dapat mendukung iklim usaha yang kondusif. Pada tabel di atas, diketahui jumlah kebijakan yang diterbitkan kementerian perdagangan melebihi target yang telah ditetapkan. Hal ini memberikan kesan positip, bahwa Kementerian Perdagangan mengupayakan secara teratur dan responsif terhadap isu-isu perdagangan.

Salah satu implementasi kebijakan tersebut adalah dengan menyederhanakan prosedur perijinan bidang perdagangan luar negeri dan perdagangan dalam negeri secara online. Berdasarkan dari target tahun 2010 sebanyak 9 (Sembilan) ijin harus telah online, bahkan capaian yang terlaksana melebihi target yaitu 12 ijin. Seiring dengan konsep penyederhanaan ijin ini, capaian dan target penyelesaian waktu perijinan juga ditetapkan selama 6 (enam) hari telah tercapai. Capaian lain juga juga ditunjukkan adanya target pembangunan 50 BPSK pada tahun 2010 telah tercapai melebihi target yakni 54 BPSK. Pembangunan ini untuk meningkatkan pengawasan dan memberikan perlindungan konsumen yang semaksimal mungkin.

Setelah mengalami penurunan ekspor non-migas pada tahun 2009, rata-rata pertumbuhan ekspor non migas telah kembali meningkat pada Agustus 2009–Agustus 2010 sebesar 26,32 %, melampaui target Renstra sebesar 7-8,5%. Perbaikan kualitas produk ekspor Indonesia mampu meningkatkan daya saing produk ekspor diluar 10 produk utama. Perbaikan kualitas ini mendorong peningkatan persentase jumlah(nilai) produk ekspor diluar 10 produk utama yang mencapai 52,4% pada tahun 2010, dari 52% pada tahun

Page 41: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  25  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

2009. Pencapaian tersebut masih 98,87% dari target yang ditetapkan pada RENSTRA 2010-2014 sebesar 53%-60%, namun lebih tinggi dari capaian 2009.

Sementara itu, Kementerian Perdagangan telah mencatat bahwa pencapaian target koefisien variasi harga (KVH) bahan pokok, yakni indikator disparitas harga bahan pokok, berada mendekati target 5%-9%, yakni 4,3%. Artinya perbedaan harga diupayakan relatif sama antara daerah yang satu dengan yang lain, sehingga dapat mencegah terjadinya ketimpangan pasokan bahan pokok antara daerah yang satu dengan yang lain. Selain itu juga, untuk Logistic Performance Index (LPI) menunjukkan capaian kinerja yang sesuai target yaitu 2,67, sehingga dapat mendukung distribusi perdagangan yang efisien.

Kementerian Perdagangan sangat optimis bahwa target 2014, seperti yang telah tertuang dalam Renstra, akan tercapai melihat kondisi awal kinerja tahun 2010 ini mempunyai kecenderunga yang baik. Dukungan keinginan yang kuat dari Pemerintah secara keseluruhan, memberikan peluang bagi Kementerian Perdagangan untuk mencapai visi-misi pembangunan perdagangan yakni menjadikan perdagangan sebagai sektor penggerak pertumbuhan dan daya saing ekonomi.

B. Analisis dan Evaluasi Capaian Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

Hasil evaluasi indikator kinerja menggambarkan perkembangan capaian sasaran

Analisis dan evaluasi akuntabilitas akan menjabarkan hasil evaluasi capaian indikator-indikator kinerja Kementerian menurut sasaran yang tertuang dalam Rencana Strategis secara lebih terperinci dalam menggambarkan perkembangan setiap sasaran dan indikator-indikatornya. Subbab ini juga mengulas kembali capaian IKU yang telah dijelaskan sebelumnya, sehingga terlihat keterkaitan antara IKU dan indikator lainnya dalam mencapai sasaran yang ditentukan.

Metodologi pengukuran pencapaian dalam indikator kinerja secara umum digunakan dua jenis rumus yang tersedia3, yang dipakai dengan mempertimbangkan karakteristik komponen realisasi yang dihadapi. Penggunaan rumus pertama, akan tepat digunakan apabila kondisi capaian realisasi mencerminkan semakin tinggi/rendah realisasi, menunjukkan pencapaian kinerja yang semakin baik/buruk, hubungan baik/buruk realisasi capaian menunjukkan hubungan linear. Sedangkan rumus kedua akan tepat digunakan apabila kondisi capaian realisasi mencerminkan semakin tinggi/rendah realisasi menunjukkan pencapaian kinerja yang semakin buruk/baik atau mempunyai hubungan terbalik. Adapun Evaluasi dan analisis secara rinci dari masing-masing sasaran yang terdapat di dalam 3 (tiga) misi Kementerian Perdagangan yang diuraikan sebagai berikut.

                                                            3 Diambil dari Pedoman Sakip Kementerian Perdagangan Tahun 2010 

Page 42: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

 

MISI I: PENINGKATAN KINERJA EKSPOR NONMIGAS BERKUALITAS

Page 43: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  27  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Sasaran 1 Pertumbuhan Ekspor Non Migas “Meningkatnya pertumbuhan ekspor nonmigas, sebagai salah satu sumber

utama pertumbuhan ekonomi nasional”

Kinerja pertumbuhan ekspor nonmigas jauh melampaui target

Secara umum, kinerja Kementerian Perdagangan pada sasaran pertama ini telah memberikan capaian yang baik terlihat dari angka realisasi rata-rata yang mendekati target. Bahkan realisasi indikator kinerja pertumbuhan ekspor non-migas sebesar 33,02% atau sekitar 3,5 kali lipat dari yang ditargetkan sebesar 7%. Capaian masing-masing indikator-indikator kinerja sasaran pertama ini -selanjutnya disingkat menjadi IK- dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2 Capaian Indikator Kinerja Sasaran 1

No Indikator Kinerja Rencana Tingkat

Capaian Realisasi

Capaian

(%)

1 % pertumbuhan ekspor non migas nasional 7% 33,02% 471,7%

2 Jumlah rekomendasi kebijakan peningkatan ekspor dan investasi 1 rekomendasi 1 rekomendasi 100%

3 Jumlah PP tentang Kawasan Ekonomi Khusus 1 PP 2 PP 200%

4 Jumlah peraturan perdagangan yang dilimpahkan ke KEK 1 peraturan 0 Peraturan 0%

5 Jumlah penerbitan eksportir terdaftar 243 ET 456 ET 187,65%

6 Jumlah penerbitan surat persetujuan ekspor 900 SPE 887 SPE 98,56%

7 Jumlah partisipasi pada forum kerjasama komoditas ekspor di dalam dan luar negeri

22 partisipasi forum 20 Forum 90,90%

8 Jumlah komoditi yang diberikan bimbingan teknis di bidang ekspor 14 komoditi 13 Komoditi 92,86%

9 Jumlah rumusan kebijakan ekspor dan impor 19 kebijakan 25 kebijakan 131,8%

10 Jumlah penerbitan pengakuan sebagai Importir Produsen (IP) 2000 IP 1593 IP 79,65%

 

 

 

TUJUAN 1: Peningkatan Akses Pasar Ekspor dan Fasilitasi Ekspor 

Comment [c1]: Draft  

Page 44: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  28  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

IK-1

Prosentase Pertumbuhan Ekspor Non-migas Nasional

Posisi ekspor Indonesia pada paruh pertama 2010 lebih tinggi kenaikannya dibanding ekspor dunia, yaitu sekitar 45 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya. Selanjutnya total ekspor 2010 sebesar US$ 157,7 miliar merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah ekspor Indonesia, naik 35% dibanding ekspor 2009 yang hanya sebesar US$ 116,5 miliar. Ekspor nonmigas 2010 mencapai rekor tertinggi sebesar US$ 129,7 miliar, meningkat 33,02% dibanding 2009, yang berarti 3,5 kali lipat di atas target RPJM sebesar 7%-8,5%. Ekspor non migas Desember 2010 mencapai rekor tertinggi untuk ekspor bulanan sebesar US$ 13,5 miliar, meningkat 24,6% dibandingkan Desember 2009.

Rata-rata ekspor non migas bulanan meningkat bila dibandingkan dari tahun 2009 sebesar US$ 9,0 miliar menjadi US$ 10,8 miliar pada tahun 2010. Peningkatan ini tampaknya akan terus cenderung meningkat (lihat Gambar 2), seiring dengan semakin bergairahnya ekonomi dan investasi dalam negeri yang dapat memacu perkembangan ekspor non migas Indonesia.  

Gambar 2 Ekspor Non Migas dari Jan 2009 - Desember 2010

Growth rate (yoy)

-50

0

50

100

150

200

0.0

2.5

5.0

7.5

10.0

12.5

15.0

Jan'09Feb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sept Okt Nov DesJan'10Feb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sept Okt Nov Des

PersenUS$ Miliar p g

Moving p.a growth rate

Rata ‐ rata nilai ekspor non migas bulanan 2008  sebesar   US$ 9,0 miliar

Rata ‐ rata nilai ekspor non migas bulanan 2010  sebesar   US$ 10,8 miliar

Growth rate m to m

               Sumber: BPS (diolah) 

 

Surplus perdagangan 2010 Mencapai US$ 22.0 miliar

Total ekspor selama 2010 adalah sebesar US$ 157,7 miliar dimana dari nilai tersebut Ekspor non-migas mencapai US$ 129,67 miliar. Total impor selama 2010 adalah sebesar US$ 135,6 miliar dengan nilai impor non-migas sebesar US$ 108,24 miliar. Surplus perdagangan 2010 mencapai US$ 22.1 miliar, terdiri dari surplus non-migas US$ 21.4 miliar dan migas US$ 0,6 miliar. Surplus perdagangan non migas tahun 2010 adalah tertinggi sejak memasukkan nilai impor kawasan berikat di tahun 2008. Nilai tersebut juga lebih tinggi dibandingkan dengan surplus perdagangan non-migas 2009 yang mencapai US$ 19,6 miliar.

Pada paruh pertama 2010, neraca perdagangan menunjukkan surplus di atas 1 miliar USD, kecuali pada bulan April dan Juni. Selanjutnya pada paruh kedua, bulan Juli terjadi defisit namun surplus kembali di bulan

Page 45: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  29  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Agustus. Pada bulan September hingga Desember 2010, surplus bulanan menembus 2 miliar USD, dengan catatan bulan Desember 2010 mencapai angka 3,7 miliar USD.Dibandingkan dengan kinerja tahun 2009, surplus perdagangan bulan September dan November masih di bawah 2 miliar USD. Sedangkan di bulan Desember 2009 sekalipun menembus 3 miliar USD namun masih di bawah capaian surplus perdagangan Desember 2010. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ekspor non-migas Indonesia tahun 2010 menunjukkan kinerja yang sangat baik yang akhirnya memiliki dampak positif terhadap neraca perdagangan Indonesia tahun 2010. Meskipun hal ini bukan hanya hasil kinerja Kementerian Perdagangan, namun Kementerian Perdagangan memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekspor non-migas tersebut.

Tabel di bawah menunjukkan neraca perdagangan Indonesia secara bulanan pada tahun 2009 dan 2010.

Tabel 3

Kinerja Ekspor Indonesia (2009-2010) (juta USD)

TAHUN BULAN EKSPOR Ekspor nonmigas IMPOR IMPOR

nonmigas Neraca

Perdagangan Dec 16.783,4 13.511,0 13.089,5 10.496,2 3.693,9 Nov 15.338,2 12.586,3 13.071,0 10.124,0 2.267,2 Oct 14.399,6 11.557,7 12.120,0 9.735,6 2.279,6 Sept 12.181,6 10.098,7 9.654,1 7.653,9 2.527,5 Aug 13.706,2 11.766,1 12.220,8 10.014,0 1.485,4 Jul 12.486,9 10.605,5 12.625,9 10.518,0 (139,0) Jun 12.293,5 10.392,0 11.713,2 9.323,7 580,3 May 12.656,6 10.287,4 9.980,4 8.003,8 2.676,2 April 12.035,2 9.830,6 11.235,8 8.712.8 799,4 Mar 12.774,4 10.605,8 10.972,6 8.720,6 1.801,8 Feb 11.166,5 8.991,2 9.498,1 7.452,6 1.668,4 Jan 11.595,9 9.251,0 9.490,5 1.936,9 2.105,4

2010

Jan-Dec 157.732,6 129.679,9 135.606,1 108.243,2 22.126,5 Dec 13.382,5 10.826,0 10.326,6 8.223,2 3.001,9 Nov 10.775,4 8.438,0 8.814,7 6.983,8 1.960,7 Oct 12.242,7 10.131,2 9.430,1 7.514,0 2.812,6 Sept 9.842,6 8.092,9 8.516,6 6.145,3 1.326,0 Aug 10.545,4 8.913,0 9.297,6 7.818,9 1.247,8 Jul 9.684,1 8.195,2 8.683,3 6.846,5 1.000,8 Jun 9.381,5 7.929,4 7.935,5 6.493,7 1.446,0 May 9.253,0 8.157,3 7.846,7 6.546,1 1.412,3 April 8.454,0 7.200,0 6.706,8 5.474,5 1.747,2 Mar 8.614,7 7.333,1 6.554,1 5.624,1 2.060,6 Feb 7.080,4 6.056,0 5.815,5 5.044,9 1.264,9 Jan 7.153,3 6.206,2 6.600,6 5.319,1 552,7

2009

Jan-Dec 116.510,0 97.491,7 96.829,2 77.848,5 19.680,8 Keterangan Desember 2010 adalah angka sementara Sumber: BPS

Kontribusi ekspor non-migas 2010 mencapai 82,22% terhadap total ekspor Indonesia

Berdasarkan Tabel 4, kontribusi ekspor non-migas rata-rata 2010 sangat tinggi terhadap total ekspor Indonesia, yaitu sebesar 82,22% dibandingkan dengan rata-rata kontribusi ekspor migas 2010 sebesar 17,78%. Kinerja ekspor Indonesia saat ini mengalami diversifikasi dengan mulai

Page 46: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  30  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

meningkatnya ekspor produk non migas tidak hanya produk utama tetapi produk lainnya. Penguatan ekspor non migas selama tahun 2010 didorong oleh peningkatan ekspor dari seluruh sektor. Dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, peningkatan tertinggi terjadi pada sektor pertambangan naik sebesar 35,36% disusul peningkatan ekspor di sektor industri sebesar 33,47%, peningkatan pertanian 14,90% dan di sektor lainnya sebesar -8,33%.  

Tabel 4 Perkembangan Ekspor Indonesia Menurut Sektor

Tahun 2009 - 2010 Peran thd Total

Ekspor (%) Periode 2009 2010 Perub '10/'09

(%) 2009 2010

Migas 19.018,0 28,052.7 47,50 16,32 17,78

- Minyak Mentah 7.820,3 10395.0 32,92 6,71 6,59

- Gas Alam 8.935,7 13706.3 53,39 7,67 8,69

- Minyak Olahan 2.262,3 3951.4 74,66 1,94 2,50

Non Migas 97.491,7 129,679.9 33,02 83,68 82,22

- Pertanian 4.352,8 5,001.3 14,90 3,74 3,17

- Industri 73.435,8 98,013.2 33,47 63,03 62,14

- Pertambangan 19.703,1 26,655.5 35,36 16,91 16,90

Total 116.510,0 157,732.6 35,38 100,00 100,00 Sumber: BPS

Gambar 3 Peran Terhadap Total Ekspor (Pangsa Ekspor Migas dan Non Migas)

Tahun 2004 - 2010

78%

78%

79%

81%

79%

84%

82%

22%

22%

21%

19%

21%

16%

18%

0

20

40

60

80

100

120

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010*

% NONMIGAS % MIGAS

Sumber: BPS, (diolah)

Comment [P2]:  

Page 47: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  31  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Pangsa ekspor nonmigas Indonesia sejak tahun 2004 sampai 2010 terus meningkat

Berdasarkan Gambar 3, Komposisi pangsa ekspor nonmigas dan ekspor migas selama 2004-2010 menunjukkan persentase ekspor nonmigas (dengan pembulatan) berturut-turut 78% (2004), 78% (2005), 79% (2006), 81% (2007), 79% (2008), 84% (2009), dan 82% (2010). Rata-rata pangsa ekspor nonmigas selama tahun 2004 – 2009 adalah 80,14%. Kecenderungannya adalah ekspor non migas akan stabil dan tetap perlu dipertahankan pada perolehan nilai pangsa rata-rata.

Peluncuran ekspor perdana kopi ke Dubai oleh Menteri Perdagangan 

Menteri Perdagangan meninjau pabrik pulp & paper di Riau pada

saat peluncuran ekspor Pulp & Paper

Page 48: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  32  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Indonesia di urutan ke 30 eksportir dunia

Keberhasilan ekspor Indonesia selama ini telah menempatkan Indonesia di urutan ke 30 (berdasarkan nilai ekspor) eksportir dunia dengan kecenderungan mengalami peningkatan sejak tahun 2007. Sedangkan di sektor regional (berdasarkan nilai ekspor), pada tahun 2009 Indonesia berada pada posisi di urutan ke-10 eksportir di Asia dengan nilai US$ 131,68 miliar tumbuh dengan trend sebesar 7.99% selama periode 2005-2009. Posisi pertama (berdasarkan nilai ekspor) ditempati oleh China dengan niai US$ 1,338 miliar trend pertumbuhan sebesar 10.04%. Secara rinci, hal ini dapat dilihat pada Tabel 5 dan Gambar ....

Tabel 1 Posisi Ekspor Indonesia di Asia (2005 - 2009)

Nilai (juta USD) Trend (%) No  Negara 

2005  2006  2007  2008  2009  05‐09 

Perubahan (%) '09/08 

Total  3,507  4,126  4,750  5,524  4,154  6.51  ‐24.80 1  China  976  1,187  1,436  1,643  1,338  10.04  ‐18.58 2  Japan  638  692  765  826  606  0.76  ‐26.57 3  Korea, Rep.  291  341  380  416  337  5.02  ‐18.98 

4 Taiwan, China 

241  276  309  316  247  1.86  ‐21.79 

5  Malaysia  169  192  212  237  188  4.38  ‐20.64 6  Saudi Arabia  159  200  215  320  171  6.47  ‐46.46 7  India  103  125  158  196  150  12.77  ‐23.41 8  Thailand  115  135  158  184  149  8.59  ‐19.20 9  Singapore  137  158  178  190  140  2.26  ‐26.43 10  Indonesia  105  123  141  168  132  7.99  ‐21.49 

Sumber: Kementerian Perdagangan

Gambar 4 Posisi Ekspor Indonesia di Asia (2005 - 2009)

Sumber: Kementerian Perdagangan

Page 49: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  33  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Gambar 5 Kecenderungan Pertumbuhan Ekspor dan Impor Indonesia

Tahun 2004 - 2009

0.6

0.7

0.8

0.9

1.0

1.1

1.2

0.0

3,000.0

6,000.0

9,000.0

12,000.0

15,000.0

18,000.0

2004 2005 2006 2007 2008 2009

(%)

US$ Miliar

Ekspor

Nilai Ekspor Dunia Pangsa Ekspor  Indonesia 

0.5

0.6

0.7

0.8

0.9

1.0

1.1

0.0

3,000.0

6,000.0

9,000.0

12,000.0

15,000.0

18,000.0

2004 2005 2006 2007 2008 2009

(%)

US$ Miliar

Impor

Nilai Impor Dunia  Pangsa Impor  Indonesia   

Sumber: BPS (diolah)

IK-2

Jumlah Rekomendasi Kebijakan Peningkatan Ekspor dan Investasi

Kegiatan Peningkatan Ekspor dan Peningkatan Investasi merupakan kegiatan yang lintas sektoral dan mencakup bidang yang sangat luas Dalam rangka peningkatan ekspor dan peningkatan investasi, kementerian Perdagangan tergabung dalam Tim Nasional Peningkatan Ekspor dan Peningkatan Investasi (Timnas PEPI) yang juga dikoordinir oleh Kemenko Perekonomian. Beberapa hasil yang telah dicapai selama tahun 2010 antara lain terkait dengan perubahan kelembagaan dan penetapan kebijakan yang sifatnya lintas sektoral.

Rekomendasi kebijakan yang telah dihasilkan yaitu yang terkait dengan peningkatan ekspor dan peningkatan investasi. Dalam hal ini terkait dengan koordinasi penetapan kebijakan Bea Keluar Kakao dengan Kementerian Keuangan serta koordinasi penyusunan dan penetapan kebijakan yang terkait dengan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam Bintan Karimun (BBK).

Terkait dengan kelembagaan, perubahan struktur Timnas PEPI yang pada tahun sebelumnya terdiri dari 4 (empat) Pokja menjadi 2 (dua) Pokja yaitu Pokja Ekspor dimana Kementerian Perdagangan menjadi leading sector, dan Pokja Investasi dengan leading sector BKPM.

Dengan demikian, capaian peningkatan ekspor dan peningkatan investasi pada tahun 2010 menghasilkan capaian 100% yang menunjukkan keberhasilan yang cukup baik.

Peningkatan Ekspor dan Peningkatan Investasi juga telah dilaksanakan pada tahun 2009 yang menghasilkan satu laporan kebijakan peningkatan ekspor dan peningkatan investasi. Dengan demikian, maka realisasi dan capaian peningkatan ekspor dan peningkatan investasi pada tahun 2009 dan 2010 menunjukkan kinerja yang sama. Hal ini dapat dibuktikan melalui peningkatan kinerja ekspor Indonesia pada tahun 2009 dan 2010 sebagaimana telah dijelaskan melalui indikator pertumbuhan Ekspor non-migas.

Page 50: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  34  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

IK-3

Jumlah PP tentang Kawasan Ekonomi Khusus

Jika pada tahun 2009, Kementerian Perdagangan di bawah koordinasi Kementerian Perekonomian telah berhasil menyusun Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus, maka pada tahun 2010 ini, masih di bawah koordinasi dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Perdagagan bersama-sama dengan kementerian atau lembaga lainnya (Dewan Nasional KEK) telah berhasil menyusun beberapa peraturan pelaksana tentang KEK. Beberapa peraturan pelaksana yang telah diterbitkan adalah:

1. Keputusan Presiden Nomor 8 Tahun 2010 tentang Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus, dan

2. Peraturan Presiden Nomor 33 tahun 2010 tentang Dewan Nasional dan Dewan Kawasan Kawasan Ekonomi Khusus.

Selain itu, Dewan Nasional KEK juga telah menyiapkan draft peraturan pelaksana lainnya yaitu RPP Tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus. Draft ini memuat ketentuan-ketentuan mendasar tentang pembentukan dan penyelenggaraan KEK seperti persyaratan pengusulan KEK, ketentuan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP), dan pendelegasian kewenangan Pemerintah dan Pemerintah Daerah kepada Administrator KEK dan lain-lain. Draft PP tersebut sudah final di tingkat Dewan Nasional dan telah diajukan kepada Presiden untuk ditandatangani.

Terbitnya beberapa peraturan pelaksana sebagaimana tersebut di atas tentu saja menjadi landasan hukum yang sangat penting dalam kelancaran tugas Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Hal ini juga mencerminkan keberhasilan Dewan Nasional KEK dalam pelaksanaan pengembangan KEK.

Jika pada tahun 2010, indikator pengembangan KEK dalam upaya peningkatan Ekspor non-migas adalah jumlah PP tentang KEK, maka pada tahun 2009, indikator pengembangan KEK adalah terbitnya Undang-Undang tentang KEK yang merupakan dasar hukum awal terbentuknya KEK di Indonesia. Hal ini telah terealisasi melalui terbitnya Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus sehingga menunjukkan capaian kinerja 100%.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa capaian kinerja tahun 2010 sebesar 200% adalah sangat baik jika dibandingkan capaian tahun 2009. Keberhasilan ini tentu saja tidak terlepas dari peran aktif kementerian perdagangan dan instansi lainnya dalam pengembangan KEK.

IK-4

Jumlah Peraturan Perdagangan yang Dilimpahkan ke KEK

Dalam rangka mendukung pengembangan KEK dan menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi sektor investasi, Kementerian Perdagangan pada tahun 2010 menargetkan penetapan 1 (satu) kebijakan yang mengatur tentang pendelegasian kewenangan penerbitan perizinan di bidang perdagangan kepada Administrator KEK.

Kementerian Perdagangan dalam hal ini sangat pro-aktif dalam menyusun konsep peraturan (Permendag) dimaksud dengan melakukan penyusunan

Page 51: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  35  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Draft Permendag sejalan dengan penyusunan konsep RPP Tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus. Penyusunan Draft Permendag tersebut telah final di tingkat Kementerian Perdagangan dan juga sudah dibahas pada rapat sinkronisasi peraturan yang terkait dengan KEK dengan instansi terkait di bawah koordinasi Kementerian Perekonomian.

Draft final peraturan tersebut sebenarnya sudah dapat ditetapkan sebagai peraturan menteri, namun demikian salah satu dasar hukum peraturan tersebut adalah Peraturan Pemerintah Tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus. Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa peraturan tersebut masih dalam bentuk RPP dan belum dapat ditetapkan sebagai PP karena masih menunggu ditandatangani Presiden.

Dengan demikian, maka draft Permendag tersebut belum dapat ditetapkan sebagai Peraturan Menteri Perdagangan. Meskipun realisasi terhadap indikator kinerja ini masih 0 (nol) karena belum ditetapkannya peraturan menteri tersebut, namun kementerian perdagangan telah memiliki final draft yang akan ditandatangani segera setelah ditetapkannya RPP Tentang Penyelenggaraan KEK.

Meskipun capaian ini masih 0% namun tidak dapat katakan bahwa hal ini mutlak kelalaian kementerian, karena hal ini disebabkan oleh faktor eksternal yang ada di luar kendali Kementerian Perdagangan.

Secara keseluruhan, capaian pengembangan KEK selama tahun 2010 lebih baik dibandingkan tahun 2009 mengingat beberapa capaian yang telah diperoleh. Jika pada 2009, capaian yang diperoleh adalah penetapan UU 39 Tahun 2009 Tentang KEK sementara capaian tahun 2010 adalah 2 (dua) peraturan pelaksana yang terkait dengan pengembangan KEK dan 1 (satu) draft peraturan menteri.

IK-5

Jumlah Penerbitan Eksportir Terdaftar

Penerbitan Eksportir Terdaftar (ET) bertujuan untuk menginventarisir, mengawasi pelaku usaha dalam kegiatan ekspor, baik ekspor produk pertanian dan kehutanan serta industri dan pertambangan yang ditataniagakan. Selain itu, penerbitan eksportir terdaftar juga ditujukan untuk mengetahui perkembangan ekspor komoditi yang dianggap sangat strategis. Penerbitan ET terdiri dari ETPIK, ETK/EKS, ETR, ET Timah dan ET Prekursor. Penerbitan ET selama tahun 2010 merupakan penerbitan RT untuk beberapa komoditi yaitu komoditi Timah, Prekursor, Kopi, Rotan dan Kayu serta produk industri kehutanan.

Penetapan ET, selain dikategorikan berdasarkan komoditi juga dikategorikan berdasarkan ET yang baru maupun ET yang sifatnya Perpanjangan. Total Penerbitan ET pada tahun 2010 adalah sejumlah 493 ET. Dari jumlah tersebut 93 % merupakan ET komoditi pertanian dan kehutanan dan 62 % merupakan Penetapan ET baru.

Page 52: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  36  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Gambar 6 Eksportir Terdaftar (ET) Berdasarkan Jenis dan Pengajuan

Sumber: Kementerian Perdagangan

Penerbitan ET sejumlah 456 ET pada tahun 2010 melampaui target yang ditetapkan sebesar 243 ET sehingga capaian kinerja Tahun 2010 adalah sebesar 187,65% yang mencerminkan keberhasilan yang sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan Kementerian Perdagangan dalam menginventarisir dan mengawasi pelaku usaha dalam kegiatan ekspor menunjukkan kinerja yang baik sehingga mampu mendorong upaya peningkatan ekspor non-migas.

Meskipun pencapaian Tahun 2010 sangat baik jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan, namun pencapaian tersebut lebih kecil dibandingkan dengan tahun 2009 yang berjumlah 681 ET.

IK-6

Jumlah Penerbitan Surat Persetujuan Ekspor

Penerbitan Surat Persetujuan Ekspor dilaksanakan dalam rangka pelaksanaan pengawasan ekspor terutama untuk produk sumber daya alam seperti produk pertambangan dan produk pertanian dan kehutanan. SPE merupakan persyaratan bagi para eksportir pada saat melakukan ekspor beberapa komoditi yang diatur.

Pada tahun 2010, realisasi penerbitan SPE berjumlah 1022 SPE dari 900 SPE yang ditargetkan. Hal ini menunjukkan keberhasilan yang cukup baik yang menghasilkan capaian sebesar 98,56%. Dari 887 SPE, 491 SPE (55,4%) diterbitkan untuk komoditi pertanian dan kehutanan dan 396 SPE (44,6) diterbitkan untuk komoditi industri dan pertambangan. Penerbitan SPE pada tahun 2010 sedikit lebih kecil (98,56%) target yang ditetapkan yaitu sejumlah 900 SPE.

Meskipun pencapaian Tahun 2010 cukup baik meskipun sedikit lebih kecil dari target yang ditetapkan. Pencapaian tersebut juga lebih kecil dibandingkan dengan realisasi tahun 2009 yang berjumlah 951 ET. Meskipun jumlah SPE yang diterbitkan pada tahun 2010 lebih kecil dibandingkan dengan penerbitan SPE pada tahun 2009, namun nilai ekspor non-migas tahun 2010 lebih besar dibandingkan dengan tahun 2009. Hal ini mungkin disebabkan perbedaan nilai/harga komoditi ekspor pada tahun tersebut.Hal ini menunjukkan keberhasilan Kementerian Perdagangan dalam memenuhi komitmen dalam peningkatan pertumbuhan ekspor non-migas melalui

Page 53: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  37  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Ekspor produk bernilai tambah tinggi.

Gambar 7 Komposisi Surat Persetujuan Ekspor Berdasarkan Jenis Komoditi

IK-7

Jumlah Partisipasi pada Forum Kerjasama Komoditas Ekspor di Dalam dan Luar Negeri

Pada tahun 2010, Kementerian Perdagangan telah berpartisipasi aktif dalam forum kerjasama komoditi ekspor di dalam dan luar negeri. Kerjasama sebagaimana dimaksud merupakan kerjasama lintas sektoral yang terkait dengan beberapa komoditi ekspor seperti kopi, lada, karet, perikanan, CPO, pupuk, alas kaki, tekstil serta komoditi produk pertambangan seperti timah dan batubara. Forum kerjasama yang diikuti Kementerian Perdagangan pada tahun 2010 ini sebanyak 20 forum dari 22 forum yang ditargetkan dengan tingkat hasil capaiannya sebesar 90,90%.

Forum kerjasama komoditas ekspor yang dilakukan antara lain bertujuan untuk melakukan evaluasi terhadap mekanisme ekspor pupuk urea, timah dan batubara. Terkait dengan produk pertambagan kerjasama ini ditujukan dalam rangka peningkatan nilai tambah ekspor produk pertambangan sesuai amanat Undang-undang No. 4 tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara. Terkait dengan komoditi alas kaki dan tekstil, partisipasi dalam forum kerjasama yang dilakukan bertujuan untuk melakukan brainstorming terhadap kebijakan ekspor di India (Alas Kaki) dan Taiwan (TPT) serta pengembangan desain produk dan teknik produksi. India dan Taiwan merupakan Negara yang sangat maju dalam hal produksi tekstil dan alas kaki. Melalui kegiatan brainstorming ini diharapkan agar para produsen alas kaki dan TPT Indonesia dapat meningkatkan kualitas dan desain produk serta efisiensi produksi kedua komoditi tersebut.

Terkait dengan komoditi pertanian dan kehutanan, partisipasi dalam forum kerjasama ekspor dilakukan antara lain untuk memperbaiki image Indonesia di negara tujuan ekspor CPO terutama Uni Eropa (EU) akibat adanya negative campaign EU terhadap CPO Indonesia. Dengan kata lain Indonesia melakukan positive campaign terhadap produk CPO di Negara tujuan Ekspor Indonesia untuk memperbaiki image negative para pembeli di luar negeri.

Bentuk partisipasi lainnya adalah keterlibatan Indonesia dalam International Tri-Partite Rubber Council (ITRC) bersama dengan Malaysia dan Thailand dalam rangka menjaga kestabilan harga komoditi karet di pasar internasional yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai ekspor

Page 54: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  38  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

non-migas.

Selain itu, Ditjen Perdagangan Luar Negeri juga mengikuti beberapa forum internasional yang terkait dengan peningkatan kualitas mutu komoditi ekspor antara lain Sidang EEE (Electrical and Electronic Equipment) ASEAN, Sidang CODEX, Sidang ISO/TC 45 Rubber and Rubber Product.

Secara total, dengan target sejumlah 22 partispasi forum dan realisasi sebesar 20 partisipasi forum, menunjukkan capaian kinerja sebesar 90,90%. Dalam hal ini, secara garis besar Kementerian Perdagangan sudah dapat dinyatakan berhasil dalam pencapaian sasaran dimaksud, terutama dengan kemampuan menjaga kestabilan harga karet dan image produk CPO Indonesia di pasar global.

Pada tahun 2009, target partisipasi Ditjen Perdagangan Luar Negeri dalam Forum Kerjasama Komoditas Ekspor ditargetkan sebesar 19 negara/forum sedangkan realisasinya adalah 16 negara/forum sehingga capaiannya sebesar 84,2%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa capaian Tahun 2010 lebih baik dibandingkan capaian Tahun 2009.

Hal ini tentu saja merupakan keberhasilan Ditjen Perdagangan Luar Negeri dalam berpartisipasi aktif pada forum komoditas ekspor di dalam dan luar negeri. Hal ini tentu saja untuk memenuhi tuntutan perdagangan global dalam mempertahankan pertumbuhan ekspor Indonesia pasca krisis finansial Tahun 2008.

Keterlibatan dalam ITRC mampu menjaga kestabilan harga dan suplai karet dunia sehingga mampu meningkatkan nilai Ekspor karet Indonesia

ITRC merupakan badan yang bertanggung jawab dalam mengawasi pengurangan ekspor dan supply karet alam melalui mekanisme Agreed Export Tonnage Scheme (AETS) dan Supply Management Scheme (SMS). Sejak tanggal 1 Januari 2002 pengurangan supply karet alam sebesar 4% melalui SMS dan pengurangan ekspor sebesar 10% melalui AETS.

Pelaksanaan AETS dan SMS telah terbukti mampu mengangkat kembali harga karet alam dunia pada saat krisis global yang terjadi pada kuartal ketiga 2008. Harga karet dunia pada Januari 2009 adalah sebesar US$ cents 146.09/kg, bahkan pada Desember 2010 harga karet alam sudah mencapai US$ cents 466,40/kg. Perkembangan harga karet pada 2009 – 2010 dapat dilihat secara rinci pada Gambar berikut.

Kestabilan harga karet sebagaimana dilihat pada 2 (dua) tahun terakhir mencerminkan keberhasilan Kementerian Perdagangan partisipasinya di Forum Kerjasama Komoditas Ekspor (Dalam dan Luar Negeri) dalam meningkatkan ekspor non-migas.

Page 55: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  39  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Gambar 8 Perkembangan Harga Karet 2009 - 2010

Sumber: IRCo.

IK-8

Jumlah Komoditi yang Diberikan Bimbingan Teknis di Bidang Ekspor

Bimbingan teknis di bidang ekspor diberikan kepada para pelaku usaha, dalam hal ini para eksportir. Dalam bimbingan teknis, para pelaku diberikan informasi update tentang kebijakan di bidang ekspor yang dapat menunjang kelancaran proses ekspor. Kebijakan di bidang ekspor tersebut bukan hanya yang terkait dengan regulasi di dalam negeri, tetapi juga ketenetuan di negara tujuan ekspor. Selain itu, melalui bimbingan teknis, Kementerian Perdagangan dapat mengetahui permasalahan ekspor yang ada di masing-masing daerah sehingga dapat dijadikan bahan masukan penyusunan kebijakan yang dapat memperlancar dan meningkatkan nilai ekspor non-migas Indonesia.

Page 56: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  40  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Kegiatan Bimbingan Teknis Kebijakan Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) di Jawa Tengah

Selama Tahun 2010, bimbingan teknis yang telah dilakukan adalah bimbingan teknis untuk komoditi Kulit, Beras, Pala, Kopi, Hasil Hutan, Perikanan, Pelatihan Manajemen Ekspor Produk Makol, alas kaki, TPT, otomotif dan komponen, produk kimia, pertambangan serta kerajinan kulit kayu. Kegiatan ini dilakukan di masing-masing daerah yang dominan melakukan ekspor komoditi. Secara umum, dari 14 komoditi yang ditargetkan, tercapai 13 komoditi. Dengan demikian, capaian keberhasilan indikator ini dalam meningkatkan pertumbuhan ekspor non-migas adalah sebesar 92,86%. Tidak berhasilnya satu komoditi ekspor untuk diberikan bimbingan teknis disebabkan adanya alasan teknis.

Dalam pelaksanaan bimbingan teknis ini diperoleh informasi mengenai kendala yang dihadapi pelaku usaha terkait produksi dan pelaksanaan ekspor. Kendala yang paling banyak dihadapi adalah keterbatasan permodalan khususnya pelaku usaha berskala UKM dan bahan baku khususnya untuk alas kaki kulit. Dengan penyampaian informasi terkait kegiatan ekspor dari Pusat ke daerah dan sebaliknya, tentu saja akan memperlancar kegiatan ekspor yang akhirnya meningkatkan ekspor non-migas Indonesia sebagaimana tercermin pada Tabel Perkembangan Ekspor Indonesia Menurut Sektor Tahun 2009 – 2010.

Bimbingan teknis komoditi ekspor juga dilakukan pada tahun 2009 antara lain terhadap komoditi lada, bahan jamu, ikan dan produk ikan serta beberapa pertemuan teknis lainnya. Kegiatan ini belum dijadikan sebagai indikator pencapaian sasaran pada tahun 2009.

IK-9

Jumlah Rumusan Kebijakan Ekspor dan Impor

Kegiatan yang dilakukan adalah penyusunan dan penetapan 25 Peraturan Menteri Perdagangan. Peraturan ini terdiri dari 12 kebijakan ekspor, dan 13 kebijakan impor.

Kebijakan ekspor yang ditetapkan adalah kebijakan yang terkait dengan Harga Patokan Ekspor (HPE) untuk beberapa komoditi yaitu CPO dan produk turunananya, Rotan, Kayu, Kulit, dan Kakao dengan tujuan sebagai bahan perhitungan dalam penentuan besarnya Bea Keluar. Tujuan dari penetapan Harga Patokan Ekspor (HPE) dilakukan dengan mempertimbangkan :

1. Pemenuhan kebutuhan bahan baku di dalam negeri

2. Kelestarian sumber daya alam

3. Stabilitas harga barang di dalam negeri

Penetapan HPE tahun 2010 mencakup komoditi Kakao yang belum ditetapkan pada tahun 2009. Dengan demikian, kinerja penetapan kebijakan HPE tahun 2010 dapat dikatakan lebih baik dari tahun sebelumnya. Kebijakan HPE ditetapkan secara rutin setiap bulan selama satu tahun.

Penetapan HPE tahun 2010 mencakup komoditi Kakao yang belum ditetapkan pada tahun 2009. Kebijakan HPE ditetapkan secara rutin setiap

Page 57: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  41  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

bulan selama satu tahun. Dapat ditambahkan pula bahwa beberapa kebijakan ekspor masih dalam tahap finalisasi yaitu kebijakan ekspor yang terkait dengan perdagangan timah dan Verifikasi atau Penelusuran Ekspor Produk Pertambangan Tertentu.

Kebijakan impor yang ditetapkan sejumlah 13 kebijakan yang secara garis besar ditujukan untuk kepentingan nasional dengan memperhatikan aspek Kesehatan, Keselamatan, Keamanan, Lingkungan, dan Moral Bangsa (K3LM); mendorong penggunaan produk dalam negeri; meningkatkan ekspor non-migas, serta menciptakan iklim usaha yang kondusif dan tertib administrasi di bidang impor. Secara lebih spesifik, kebijakan yang ditetapkan selama tahun 2010 antara lain terdiri dari kebijakan yang terkait dengan impor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT), API, impor Produk Tertentu dan impor barang modal dan bahan baku. Daftar kebijakan ekspor impor yang telah ditetapkan dapat dilihat secara lebih rinci pada Lampiran 4.

Dengan target 19 kebijakan Ekspor impor dan realisasi sejumlah 25 kebijakan, menunjukkan capaian kinerja sebesar 131,8%. Hal ini menunjukkan keberhasilan yang cukup baik dalam menetapkan kebijakan Ekspor dan impor yang mendukung pertumbuhan Ekspor non-migas. Keberhasilan penetapan kebijakan ini dapat dilihat pada peningkatan pertumbuhan ekspor non-migas sebagaimana telah dibahas pada IK-1.

Dirjen Perdagangan Luar Negeri Pada Saat Press Conference Kebijakan Di Bidang Impor

Dari beberapa indikator yang terkait dengan penetapan kebijakan (IK-6, IK-7, IK-8, dan IK-16) maka dapat dilihat bahwa penetapan maupun koordinasi penyusunan kebijakan yang dilakukan Kementerian Perdagangan dalam meningkatkan ekspor non-migas mencakup sektor yang luas dan bervariasi serta dari level yang lebih tinggi dan bersifat umum seperti Perpres dan PP ke level yang lebih spesifik yaitu Peraturan Menteri. Penetapan kebijakan tersebut juga merupakan kebijakan yang memiliki dampak langsung kepada sektor Perdagangan maupun dampak tidak langsung terhadap sektor-sektor

Page 58: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  42  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

terkait ekonomi lainnya, seperti investasi.

Selain itu, kebijakan yang dikeluarkan juga mencakup kurun waktu jangka pangjang maupun yang sifatnya jangka pendek. Semua kebijakan tersebut mendukung kepada peningkatan ekspor non-migas dalam jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang. Kebijakan-kebijakan tersebut di atas juga diharapkan mampu menciptakan iklim perdagangan luar negeri yang lebih kondusif serta iklim investasi yang mendukung kepada percepatan dan pembangunan sektor perdagangan.

IK-10

Jumlah Penerbitan Pengakuan Sebagai Importir Produsen

Importir Produsen (IP) adalah Perusahaan Pemilik Angka Pengenal Importir Produsen (API-P) yang telah mendapat pengakuan sebagai Importir Produsen untuk mengimpor barang yang hanya dibutuhan dalam proses produksinya dan dilarang diperdagangkan atau dipindahtangankan. Selama tahun 2010, Kementerian Perdagangan melalui Ditjen perdagangan Luar Negeri telah menerbitkan sebanyak 1593 IP yang terdiri dari 14 Jenis IP yaitu:

‐  IP Bahan Berbahaya (B2) 95 - IP Beras 44 ‐  IP Besi atau Baja  305  - IP BPO 5 ‐  IP Etilena  13  - IP Garam 48 ‐  IP Gula  130  - IP Limbah Non B3 168 ‐  IP Nitrocellulose (NC)  2  - IP PCMX 1 ‐  IP Pelumas  15  - IP Plastik 164 ‐  IP Prekursor Non Pharmasi  46  - IP Tekstil 557

Pada tahun 2009, Kementerian Perdagangan telah menerbitkan sejumlah 2955 IP. Dengan demikian maka realisasi penerbitan IP pada tahun 2010 lebih kecil jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2009. Namun demikian, capaian 2010 dapat dikatakan sangat baik meskipun hanya mencapai 79,65 %. Ketidakberhasilan dalam mencapai target 100% tentu saja bukan merupakan kegagalan kementerian, tetapi lebih karena faktor eksternal dimana jumlah produsen yang mengajukan permohonan pengajuan IP tidak sebanyak jumlah yang ditargetkan.

Pelaksanaan tertib administrasi impor melalui penerbitan IP bagi produsen yang mengimpor bahan baku juga dapat dilihat melalui grafik Impor Menurut Penggolongan Barang. Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa impor bahan baku pada 2010 mengalami pertumbuhan yang sangat tinggi yaitu sebesar 33 % dengan nilai impor sebesar US$ 9,4 Miliar. Sedangkan nilai impor bahan baku pada tahun 2009 adalah sebesar US$ 7,0 Miliar.

Page 59: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  43  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Gambar 9 Impor Menurut Penggunaan Barang

0.6

7.0

1.8

1.0

9.4

2.1

Barang Konsumsi

Bahan Baku/Penolong

Barang Modal

Impor Menurut Golongan Penggunaan Barang (US$ Miliar)

Jan'2011

Jan'20103.6

‐2.4

‐16.0

64.8

33.7

15.4

Pertumbuhan (%)

Sumber: BPS (diolah Puska Daglu BP2KP)

Jumlah penerbitan ET, SPE dan IP merupakan ketentuan pemerintah yang ditetapkan dalam rangka tertib administrasi serta pelaksanaan pengawasan kegiatan ekspor dan impor yang mendukung pertumbuhan ekspor non-migas. Kegiatan inventarisir dan pengawasan ekspor bertujuan untuk peningkatan komoditi ekspor yang memiliki nilai tambah (value-added) yang lebih baik sehingga memiliki nilai dagang yang lebih tinggi. Dengan demikian maka ekspor Indonesia bukan lagi merupakan ekspor komoditi yang bernilai tambah rendah. Kegiatan impor yang medukung ekspor non-migas dimaksudkan untuk memudahkan importir produsen dalam hal ini yang berorientasi ekspor untuk melakukan impor bahan baku yang membantu kelancaran dan peningkatan ekspor non-migas.

Hal ini juga tercermin melalui realisasi ekspor non-migas Indonesia menurut sektor sebagaimana tercantum pada Tabel 1 (dari IK-1). Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan ekspor di semua sektor non-migas dengan pertumbuhan di atas 10 %.

Hal ini juga tercermin melalui realisasi ekspor non-migas Indonesia menurut sektor sebagaimana tercantum pada Tabel ... (dari IK-1). Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan ekspor di semua sektor non-migas dengan pertumbuhan di atas 10 %.

Comment [d3]: Tabel akan diurutkan kembali P Salman 

Page 60: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  44  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Sasaran 2 Diversifikasi Pasar Ekspor “Diversifikasi pasar tujuan ekspor yang semakin baik, sebagai indikasi

berkurangnya ketergantungan ekspor pada suatu negara tertentu, sehingga keberlanjutan pertumbuhan ekonomi semakin baik”

Penetrasi pasar tujuan ekspor non tradisional

Sebagai upaya pengembangan dan promosi ekspor, Kementerian Perdagangan terus mengupayakan penajaman strategi penetrasi pasar. Hal tersebut bertujuan untuk terus mengembangkan dan menjaga kesinambungan ekspor dengan memasuki negara tujuan ekspor baru, dalam hal ini, yaitu pasar non tradisional, dengan tentunya tidak meninggalkan dan tetap mengembangkan ekspor di pasar tradisional.

Pangsa ekspor non migas Indonesia terhadap pasar ekspor tradisional tahun 2010 mengalami kenaikan sekitar 1% dibandingkan nilai ekspor non migas pada tahun 2009 yaitu dari 47,87% menjadi 48,80%, dan demikian juga dengan terhadap pangsa pasar ekspor non tradisional yang mengalami penurunan dibandingkan pada tahun 2009. Hal tersebut mengindikasikan bahwa peluang pasar ekspor produk Indonesia baik ke negara tradisional maupun non tradisional masih terbuka dan memiliki potensi untuk ditingkatkan.

Tabel 5 Capaian Indikator Kinerja Sasaran 2

No Indikator Kinerja Rencana Tingkat

Capaian Realisasi

Capaian

(%)

11 Concentration ratio pada 5 negara tujuan ekspor terbesar (CR5) 47% 47,20% 99,57%

12 Jumlah penyelenggaraan ITPC 20 ITPC 19 ITPC 95%

IK-11

Concentration Ratio Pada 5 (lima) Negara Tujuan Ekspor Terbesar (CR5)

Sepanjang 2010 konsentrasi ekspor non migas Indonesia di lima negara tujuan utama yakni Jepang, RRT, Amerika Serikat, Malaysia dan Singapura, mencapai angka 47,20%. Jika dibandingkan dengan target yang ingin dicapai yakni sebesar 47%, realisasi tahun 2010 telah menunjukkan hasil yang cukup baik dengan capaian sebesar 99,57% dari target yang ditetapkan. Namun, realisasi ini telah cukup menunjukkan bahwa sebagian besar ekspor Indonesia tidak terkonsentrasi kepada lima pasar utama tersebut atau dengan kata lain ekspor non migas Indonesia telah terdiversifikasi ke pasar lainnya. Diharapkan tingkat konsentrasi 5 pasar utama tersebut terus menurun hingga 43-47% selama periode 2010-2014.

Konsentrasi ekspor non migas Indonesia di lima negara tujuan utama pada tahun 2010 mengalami penurunan dibandingkan dengan dengan konsentrasi ekspor non migas Indonesia di lima negara tujuan utama pada

TUJUAN 1: Peningkatan Akses Pasar Ekspor dan Fasilitasi Ekspor 

Page 61: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  45  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

tahun 2009 yang besarnya sebesar 48,9%. Adapun untuk perbandingan realisasi dan capaian rasio konsentrasi ekspor nin migas Indonesia di lima negara tujuan utama tidak dapat dilakukan karena pada LAKIP tahun 2009 tidak mencantumkan target dan pencapaian CR5.

Gambar 10 Ekspor Indonesia pada Lima Negara Tujuan Utama

Tahun 2010

   Sumber: BPS (diolah)    

Diversifikasi pasar ekspor Indonesia mengarah pada negara-negara emerging market

Pada tahun 2010, Jepang dan AS masih menjadi negara tujuan utama ekspor non migas Indonesia dengan pangsa pasar masing – masing sebesar 12,72% dan 10,28%. Namun peningkatan pangsa ekspor ke RRT menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik, dari 9,15% pada tahun 2009 menjadi 10,85% pada tahun 2010. Pertumbuhan ini sejalan dengan realisasi Asean – China Free Trade Agreement yang efektif berlaku di awal tahun 2010. Kedepannya, Indonesia menargetkan pengembangan pasar baru sebagai emerging market yaitu beberapa negara antara lain Amerika Latin, Timur Tengah dan Afrika. Selain itu, intensifikasi ekspor ke negara Brasil, Rusia, India dan China perlu untuk lebih ditingkatkan.

Perjalanan perdagangan ekspor-impor dengan transportasi laut

Page 62: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  46  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Tabel 6 Perubahan Pasar Tujuan Ekspor

Nilai: Juta USD  JAN‐NOV Negara Tujuan  2005  2006  2007  2008  2009  2009  2010 

Perub. % 10/09 

Trend %  05‐09 

Jepang   9.562  12.199  13.093  13.795  11.979  10.729  14.779  37,75  5,91 Rep. Rakyat Cina   3.960  5.467  6.664  7.787  8.920  7.713  12.377  60,47  21,87 Amerika Serikat   9.508  10.683  11.311  12.531  10.470  9.426  12.026  27,59  3,59 India   2.865  3.326  4.885  7.061  7.351  6.443  8.712  35,22  30,17 Singapura  7.069  7.824  8.990  10.105  7.948  7.234  8.696  20,21  5,02 Malaysia  3.309  3.790  4.593  5.984  5.636  4.906  6.842  39,47  16,44 Korea Selatan   2.595  3.415  3.746  4.660  5.174  4.475  6.252  39,70  18,42 Thailand  1.918  2.054  2.647  3.215  2.598  2.324  3.683  58,48  11,13 Belanda  2.234  2.518  2.749  3.881  2.903  2.547  3.252  27,66  10,04 Taiwan  1.786  2.285  2.338  2.901  2.875  2.583  2.936  13,67  12,65 Pilipina  1.393  1.377  1.829  2.051  2.357  2.131  2.857  34,10  15,60 Jerman  1.782  2.026  2.316  2.465  2.326  2.059  2.653  28,83  7,57 Hongkong   1.485  1.703  1.687  1.809  2.112  1.874  2.282  21,77  7,94 Italia  1.002  1.213  1.380  1.864  1.651  1.448  2.147  48,26  15,37 Australia  1.126  1.604  1.868  2.107  1.712  1.565  2.143  36,92  11,75 Spanyol   1.205  1.641  1.906  1.665  1.830  1.707  1.900  11,31  8,87 Vietnam  678  1.022  1.355  1.673  1.454  1.298  1.694  30,57  22,37 Inggris  1.291  1.432  1.454  1.547  1.431  1.304  1.547  18,61  2,87 Uni Emirat Arab  904  1.013  1.325  1.651  1.265  1.151  1.332  15,77  12,31 Brasilia  403  626  786  993  888  761  1.320  73,55  22,68 Belgia  997  1.136  1.332  1.349  1.048  945  1.084  14,72  2,75 Saudi Arabia  524  672  944  1.192  956  863  1.071  24,05  19,42 Perancis  624  724  803  939  870  756  1.025  35,54  9,68 Turki   543  724  1.045  872  678  590  957  62,20  6,51 Bangladesh  353  427  633  836  781  674  937  39,10  25,33 Sumber: Kementerian Perdagangan

Tren Pasar Ekspor Baru Meningkat sebagai keberhasilan ekspor Indonesia

Gambar 11 Tren Pasar Ekspor Baru Indonesia

Beberapa pasar tujuan ekspor nonmigas Indonesia khususnya ke negara nontradisional, dalam enam tahun terakhir mengalami tren perubahan di atas 10%. Hal ini menunjukkan keberhasilan diversifikasi ekspor, yang didukung dengan program promosi ekspor tahun 2010 yang lebih memfokuskan pada pasar-pasar ekspor non tradisional. Kemajuan dapat terlihat di pasar-pasar India, Korea Selatan, Thailand,Taiwan, Pilipina, Vietnam, Uni Emirat Arab, Brasilia, Saudi Arabia, dan Bangladesh.

Negara Tujuan Dalam upaya mengurangi konsentrasi ekspor non migas ke lima negara tujuan

Page 63: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  47  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Ekspor Baru upaya mengurangi konsentrasi ekpor ke Negara tujuan utama

utama, pada tahun 2010, Indonesia telah melakukan ekspor ke beberapa negara tujuan baru. Negara-negara tersebut antara lain Vatikan, Chrismast Island, US Minor Outlying, Montserrat, Niue, Kep. Cook dan Kep. Marshall.

Tabel 7 Negara Tujuan Ekspor Baru Tahun 2009 – 2010

Nilai Ekspor (US$ Ribu) Volume Ekspor (Ton)

No Negara Tujuan Ekspor Baru

2009 2010 2009 2010 1 Vatikan 262,7 238,0 121,0 80,6 2 Christmas Islands 219,1 141,9 33,0 37,1 3 US Minor Outlying 37,7 - 5,6 - 4 Montserrat 30,4 31,1 17,2 29,8 5 Niue 11,6 3,6 0,2 0,1 6 Kep. Cook 582,1 701,7 29,4 28,9 7 Kep. Marshall 99,2 1.602,7 88,2 2.118,7

Sumber: BPS (diolah) 

 

IK-12

Jumlah Penyelenggaraan ITPC

Tahun 2010, nilai kontak dagang yang dihasilkan mencapai US$ 183,5 juta

Selama tahun 2010, terselenggara 19 kantor ITPC di berbagai kota dagang dunia, yakni Sidney-Australia, Sao Paulo-Brazil, Vacouver-Canada, Santiago-Chile, Lyon-Prancis, Hamburg-Jerman, Budapest-Hongaria, Chennai-India, Milan-Italian, Osaka-Jepang, Busan-Korea Selatan, Mexico City-Mexico, Lagos-Nigeria, Jeddah-Arab Saudi, Johannesburg-Afrika Selatan, Barcelona-Spanyol, Dubai-PEA, Los Angeles_Amerika Serikat, dan Chicago-Amerika Serikat. Kantor-kantor ITPC di berbagai negara telah berhasil mendorong kunjungan pembeli ke Indonesia melalui partisipasi pada pameran dangan internasional, penyelenggaraan pameran/promosi produk Indonesia di Showroom ITPC dengan mengundang pengusaha setempat, menghubungkan pembeli dengan pengusaha Indonesia (trade inquiries) dan mendiseminasikan informasi peluang-peluang pasar luar negeri baik melalui surat, e-mail maupun secara langsung di daerah-daerah, sehingga mampu menghasilkan nilai kontak dagang sebesar US$ 183.541.993,-; melayani 3.669 permintaan hubungan dagang (inquiries), serta menghasilkan 284 judul informasi pasar.

Hasil kinerja penyelenggaraan ITPC mulai tahun 2006 hingga tahun 2010 menunjukan adanya peningkatan nilai kontak dagang yang signifikan (Gambar 7). Capaian ITPC selama tahun 2010 merupakan yang tertinggi dalam 5 (lima) tahun terakhir. Jika dibandingkan dengan capaian tahun 2009, realisasi tahun 2010 menunjukkan peningkatan sebesar 79,75%. Peningkatan ini salah satunya disebabkan oleh pertumbuhan permintaan ekspor dari negara-negara non tradisional, antara lain dari Persatuan Emirat Arab (PEA), Nigeria, India, dan lain-lain.

Page 64: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  48  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Gambar 12 Nilai Kontrak Dagang ITPC Tahun 2006-2010 (juta USD)

Sumber: Kementerian Perdagangan

Page 65: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  49  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Sasaran 3 Diversifikasi Produk Ekspor “Diversifikasi produk ekspor nonmigas yang semakin baik, sehingga ketergantungan pada produk ekspor tertentu menjadi berkurang”

Tabel 8 Capaian Indikator Kinerja Sasaran 3

No Indikator Kinerja Rencana Tingkat Capaian Realisasi Capaian

(%)

13 % kontribusi ekspor di luar 10 produk utama 53% 52,4% 98,9%

14 Jumlah laporan hasil identifikasi komoditi pertanian dan kehutanan 5 Laporan 5 Laporan 100%

Startegi diversifikasi produk ekspor nonmigas terbukti mampu meningkatkan ketahanan ekspor nonmigas Indonesia

Selain diversifikasi negara tujuan ekspor, Indonesia juga melakukan diversifikasi produk ekspor. Hal ini telah dilakukan Indonesia sejak beberapa tahun terakhir khususnya setelah krisis ekonomi 1998. Diversifikasi produk ekspor ditujukan untuk mengurangi ketergantungan ekspor Indonesia pada produk tertentu sehingga berdampak positif terhadap ketahanan ekspor Indonesia. Semakin banyak pilihan produk Indonesia yang diekspor maka akan semakin menguatkan posisi Indonesia di kancah perdagangan internasional.

Strategi diversifikasi produk ekspor nonmigas ini terbukti mampu menjaga daya saing dan tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada saat krisis di tahun 2008 dan 2009. Indonesia terbukti sebagai salah satu negara dengan tingkat pertumbuhan yang cukup baik dibandingkan negara lainnya pada tahun 2009. Berdasarkan data dari IMF dalam World Economic Forum Asia Outlook (Oktober 2010), pertumbuhan PDB/GDP (Produk Domestik Bruto/Growth Domestic Product) Indonesia pada tahun 2009 adalah sebesar 4.5% dimana rata-rata pertumbuhan ekonomi ASEAN-5 adalah sebesar 1,7%. Untuk tahun 2010, berdasarkan projeksi terakhir dari IMF, pertumbuhan PDB Indonesia adalah sebesar 6,0% dimana pertumbuhan PDB ASEAN adalah sebesar 6,6%.

TUJUAN 1: Peningkatan Akses Pasar Ekspor dan Fasilitasi Ekspor 

Page 66: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  50  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Tabel 9 Pertumbuhan GDP Asia

IK-13

Prosentase Kontribusi Ekspor di Luar 10 Produk Utama

Selain diversifikasi negara tujuan ekspor, Indonesia juga melakukan diversifikasi produk ekspor. Diversifikasi produk ekspor ditujukan untuk mengurangi ketergantungan ekspor Indonesia pada produk tertentu. Semakin banyak pilihan produk Indonesia yang diekspor maka akan semakin menguatkan posisi Indonesia di kancah perdagangan internasional.

Pada tahun 2010, Kementerian Perdagangan menargetkan bahwa kontribusi ekspor di luar 10 produk utama sebesar 53%. Realisasi kontribusi ekspor di luar 10 Produk Utama tersebut hanya 52,5% sehingga capaian kinerjanya hanya 99,05%. Jika dibandingkan dengan capaian tahun 2009, realisasi yang dicapai pada tahun 2010 menunjukkan bahwa kontribusi ekspor di luar 10 produk utama pada tahun 2010 mengalami penurunan tipis dibandingkan dengan tahun 2009 yang berkontribusi sebesar 52,7%. Namun jika ditinjau dari besarnya kontribusi produk ekspor di luar 10 produk utama berturut-turut pada tahun 2009 dan 2010 yang menunjukkan angka lebih dari 52%, hal ini menunjukkan bahwa saat ini kinerja ekspor Indonesia telah cukup terdiversifikasi. Permintaan untuk ekspor produk-produk Indonesia di luar 10 produk utama menunjukkan kontribusi yang cukup baik.

Kontribusi ekspor diluar 10 produk utama pada tahun 2010 mengalami sedikti penurunan dibandingkan dengan kontribusi pada tahun

Page 67: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  51  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

sebelumnya. Namun apabila dilihat dari nilai ekspor produk diluar 10 produk utama periode Januari-November 2010 mengalami kenaikan sebesar 33,18% dibandingkan dengan peride yang sama tahun 2009. Hal ini menunjukkan bahwa program Kementerian Perdagangan sudah tepat sasaran, namun masih perlu untuk ditingkatkan dalam upaya menggenjot ekspor diluar 10 produk utama (produk potensial) untuk mengurangi ketergantungan kepada 10 produk utama.

Angka tersebut menunjukkan pada waktu mendatang, akan semakin banyak komoditi potensial, termasuk produk yang masih tradisional dan belum diolah secara modern yang kompetitif di pasar global seperti makanan olahan, perhiasan, ikan dan produk ikan, kerajinan dan rempah-rempah, kulit dan produk kulit, peralatan medis, minyak atsiri, peralatan kantor dan tanaman obat.

Meskipun capaian kinerja ini tidak mencapai 100%, namun capaian ini dapat dikatakan cukup baik karena mengingat upaya yang telah dilakukan. Upaya yang dilakukan Ditjen Perdagangan Luar Negeri antara lain melakukan identifikasi potensi produk-produk potensial di luar 10 produk utama khususnya untuk komoditi pertanian dan kehutanan. Ditjen Perdagangan Luar Negeri juga memberikan bantuan peralatan antara lain mesin untuk pengembangan komoditi baik secara horizontal maupun secara vertikal sehingga mampu memberikan nilai tambah bagi komoditi tersebut. Selain itu, Ditjen Pengembangan Ekspor Nasional telah berupaya dengan malakukan seminar, workshop dan pelatihan mengenai pengembangan produk maupun pengembanan pasar ekspor kepada para pelaku usaha baik di pusat maupun didaerah. Ditjen PEN juga telah melakukan uapaya untuk mempromosikan produk diluar 10 produk utama dengan mengikutsertakan dalam kegiatan pameran (di dalam maupun di luar negeri), misi dagang, maupun dengan melalui instore promotion.

Gambar 13 Pertumbuhan Ekspor Non Migas Produk Utama

Tahun 2009 - 2010

‐6.1

9.6

18.5

50.1

44.1

31.2

93.9

37.9

22.0

21.0

‐18.7

‐2.5

5.2

37.6

34.1

12.4

16.3

4.3

17.1

13.0

9.6

11.2

23.0

6.3

6.1

17.8

67.3

25.7

3.7

6.6

Pertumbuhan (%)

Nilai Satuan

Volume

Nilai

0.78

0.77

1.17

1.53

1.56

6.00

4.34

8.51

7.94

8.35

0.73

0.85

1.38

2.30

2.24

7.88

8.41

11.73

9.68

10.11

KOPI

UDANG

KAKAO

OTOMOTIF

ALAS KAKI

PRODUK HASIL HUTAN

PRODUK KARET

SAWIT

ELEKTRONIK

TPT

Nilai Ekspor (US$ Miliar)

Januari‐November '10

Januari‐November '09

 Sumber: BPS (Diolah) 

Page 68: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  52  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Produk kulit, medis, herbal, minyak atsiri, ikan, kerajinan, perhiasan, rempah-rempah.

Kontribusi produk ekspor di luar 10 produk utama pada periode Januari – November 2010 salah satunya disumbang oleh 10 produk potensial, yang meliputi kulit & produk kulit, peralatan medis,obat-obatan herbal, makanan olahan, minyak atsiri, ikan & produk perikanan, kerajinan, perhiasan, rempah-rempah, serta peralatan kantor bukan kertas. Produk-produk potensial tersebut berkontribusi sebesar 5,84% dari total ekspor non migas Indonesia dengan nilai ekspor sebesar US$ 6,78 milyar. Nilai tersebut mengalami peningkatan sebesar 22,60% jika dibandingkan dengan nilai ekspor kelompok produk ini pada periode yang sama tahun 2009. Hal ini mengindikasikan bahwa 10 produk potensial tersebut dapat dikembangkan lebih besar pada tahun–tahun mendatang.

Gambar 14 Nilai Ekspor 10 Produk Potensial (US$ Juta)

 Sumber: BPS (diolah)  

IK-14

Jumlah Laporan Hasil Identifikasi Komoditi Pertanian dan Kehutanan

Kegiatan yang dilakukan terkait dengan indikator kinerja ini adalah Monitoring dan Evaluasi, Identifikasi, Verifikasi terhadap komoditi Pisang dan Nanas, Tanaman Obat, Teh, Mete, Karet, Perikanan, Kulit, Kayu Olahan, Rotan. Selain itu, dilaksanakan pula pelaksanaan identifikasi kebijakan ekspor yang terkait dengan komoditi Rumput Laut, Tanaman Hias, Bunga Potong, Issue Dibdg Ekspor, Maniok, Buah Tropis, Sayur Mayur, rempah-rempah di 93 daerah. Hal ini ditujukan sebagai bahan masukan dalam perumusan kebijakan ekspor.

Dalam rangka meningkatkan kontribusi komoditi pertanian dan kehutanan diluar 10 produk utama, Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri melakukan upaya identifikasi potensi-potensi yang mungkin untuk dikembangkan dalam rangka meningkatkan keberagaman jenis produk ekspor.

Komoditi pertanian dan kehutanan yang diidentifikasi adalah komoditi rumput laut, maniok, buah tropis, sayur mayur dan rempah-rempah (jahe). Melalui identifikasi ini dapat diketahui secara lebih rinci tentang kondisi

Page 69: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  53  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

ekspor, daerah penghasil masing-masing komoditi, serta potensi dan peluang ekspor masing-masing komoditi dan daerah penghasil.

Stakeholder terkait dengan diversifikasi produk ekspor nonmigas

Pemilihan komoditi yang akan dilakukan identifikasinya tentu saja disesuaikan dengan sasaran Kementerian Perdagangan untuk meningkatkan diversifikasi produk ekspor non-migas.

Laporan hasil identifikasi ini selanjutnya akan diinformasikan kepada para stakeholders terkait sebagai informasi penting yang dapat membantu para eksportir maupun pejabat pemerintah yang terkait dengan promosi ekspor komoditi, terutama untuk komoditi di luar 10 Produk Utama. Informasi ini terutama diberikan kepada perwakilan perdagangan di luar negeri baik kepada ITPC maupun Atase Perdagangan di negara akreditasi untuk dipromosikan kepada para calon buyer di negara akreditasi. Hasil ini tentu saja mendukung sasaran Kementerian Perdagangan untuk meningkatkan diversifikasi produk ekspor non-migas. Hal ini tercermin dari komposisi ekspor di luar produk utama yang sampai dengan Tahun 2010 adalah sebesar 52,5 % sebagaimana terlihat pada Gambar 15.

Gambar 15 Komposisi Ekspor Produk Utama dan Produk Lainnya

Tahun 2009 - 2010

 

Sumber: BPS (diolah)

Page 70: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  54  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Sasaran 4 Penyederhanaan Perizinan Perdagangan Luar Negeri “Membaiknya layanan perizinan dan non-perizinan sektor perdagangan luar negeri, baik dalam hal jumlah perizinan online maupun dalam hal minimasi

waktu layanan”

Tabel 10 Capaian Indikator Kinerja Sasaran 4

No Indikator Kinerja Rencana Tingkat Capaian Realisasi Capaian

(%) 15 Jumlah perizinan online 40 jenis 53 jenis 132,50% 16 Jumlah hari waktu pelayanan 4 hari 4 hari 100%

17 Jumlah penerbitan kebijakan fasilitasi ekspor dan impor 4 kebijakan 4 kebijakan 100%

18 Jumlah sistem elektronik bidang fasilitasi pelayanan publik 2 sistem 2 sistem 100%

19 Jumlah pengguna (hak akses) perijinan ekspor/impor online yang dilayani melalui INATRADE

1500 pengguna 1536 pengguna 102%

20 Jumlah bimbingan teknis bidang fasilitasi perdagangan

5 bimbingan teknis 5 bimtek 100%

IK-15

Jumlah Perizinan Online

Guna menciptakan iklim usaha yang kondusif maka peningkatan kualitas pelayanan perijinan kepada pelaku usaha di bidang perdagangan luar negeri menjadi perhatian serius Kementerian Perdagangan. Oleh karena itu, Kementerian Perdagangan telah membangun pelayanan perijinan ekspor dan impor secara elektronik (e-licensing) yang disebut dengan “INATRADE” dan telah beroperasi sejak tanggal 17 Desember 2008, yang waktunya bersamaan dengan peluncuran National Single Window (NSW) tahap pertama. Sistem INATRADE merupakan bentuk dukungan Kemententerian Perdagangan terhadap NSW.

TUJUAN 2:   Perbaikan Iklim Usaha Perdagangan Luar Negeri Agar Menjadi Lebih Kondusif

Page 71: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  55  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Presiden RI pada saat peluncuran Sistem NSW

Launching pelayanan perijinan perdagangan baik perijinan luar negeri maupun perijinan dalam negeri secara online dengan sistem elektronik melalui website INATRADE dilakukan oleh Menteri Perdagangan pada tanggal 10 Agustus 2010.

Menteri Perdagangan RI pada saat launching Inatrade

Page 72: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  56  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Pembangunan sistem perijinan secara elektronik (e-licensing) dimaksud adalah sejalan dengan Inpres Nomor 5 tahun 2008 tentang Fokus Program Ekonomi Tahun 2008-2009, serta ketentuan Pasal (16) Perpres Nomor 10 tahun 2008 tentang Penggunaan Sistem Elektronik Dalam Kerangka National Single Window (NSW).

Beberapa pejabat dari kementerian terkait dalam launching INATRADE

Sampai dengan akhir tahun 2010, sistem perijinan ekspor dan impor secara elektronik (e-licensing) telah dapat melayani permohonan sebanyak 53 jenis perijinan impor termasuk pengiriman Surat Pendaftaran Barang (SPB) secara online dan selebihnya sebanyak 36 perijinan ekspor (28 jenis perijinan ekspor yang dikeluarkan Kementerian Perdagangan, 7 berupa Laporan Surveyor (LS) dan 1 Laporan BRIK (Badan Revitalisasi Industri Kehutanan)), proses permohonan perijinannya belum dapat dilaksanakan secara online. Namun demikian, seluruh perijinan tersebut (89 perijinan ekspor dan impor) sudah dapat disampaikan secara elektronik ke Ditjen Bea dan Cukai, untuk selanjutnya diteruskan ke portal NSW.

Hal tersebut tentu sangat membantu dalam kelancaran flow of documents dalam proses customs clearance sehingga sangat membantu pelaku usaha ekspor dan impor. Hal ini juga sangat mendukung tujuan terwujudnya perbaikan iklim usaha perdagangan luar negeri sehingga menjadi lebih kondusif bagi sektor perdagangan. Pada tahun 2010, dari 40 jenis perijinan impor yang ditargetkan dapat dilakukan secara online, realisasi perijinan adalah sebanyak 53 perijinan impor telah dilakukan secara online. Dengan demikian capaian tahun ini adalah sebesar 132,5% yang menunjukkan keberhasilan yang cukup baik. Keberhasilan ini tentu saja merupakan hasil kerja keras seluruh unit kementerian Perdagangan cq. Ditjen Perdagangan Luar Negeri dan tentu saja komitmen yang kuat dari pimpinan beserta jajarannya.

Page 73: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  57  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Perijinan ekspor dan impor yang telah diterbitkan melalui UPP/Inatrade dari tahun 2007 sampai dengan akhir tahun 2010 menunjukan perkembangan yang cukup baik karena mengalami kenaikan jumah penerbitan setiap tahunnya. Diharapkan dengan adanya ketentuan bahwa perijinan secara online dapat diakses oleh seluruh importir dengan terlebih dahulu harus memiliki password dan user-name maka dalam tahun tahun mendatang pengguna sistem Inatrade dan jumlah perijinan melalui INATRADE akan terus meningkat:

IK-16

Jumlah Hari waktu Pelayanan

Pada saat ini, pelayanan perijinan perdagangan luar negeri kepada pelaku usaha dapat dilakukan melalui sistem INATRADE (on line) dan melalui Unit Pelayanan Perdagangan (UPP) Luar Negeri. Kementerian Perdagangan dalam hal ini Ditjen Perdagangan Luar Negeri pada Tahun 2010 telah berhasil menerapkan jumlah hari waktu pelayanan perizinan melalui sistem INATRADE dengan rata-rata waktu penyelesaian selama 4 (empat) hari kerja. Hal ini berarti capaian untuk indikator ini mencapai 100%. Hal ini merupakan keberhasilan yang cukup baik bagi Kementerian Perdagangan dalam meningkatkan pelayanan publik.

Dalam rangka memberikan pelayanan perijinan perdagangan luar negeri yang efisien dan efektif kepada pelaku usaha melalui sistem INATRADE (online) Kementerian Perdagangan telah menerbitkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 40/M-DAG/PER/10/2010 Tentang Jenis Perijinan Ekspor dan Impor, Prosedur Operasi standar (Standard Operating Procedur), dan Tingkat Layanan (Service Level Arrangement). Di dalam Permendag tersebut ditetapkan standar pelayanan untuk 53 perijinan yang telah dapat dilakukan secara online. Waktu penyelesaian perijinan berdasarkan Permendag ini dikategorikan kepada proses secara manual dan proses secara elektronik yang dilakukan oleh Importir Jalur Prioritas (IJP), MITA Non-Prioritas, dan Importir Umum. Secara rinci, janji layanan (SLA) ini dapat dilihat pada Lampiran. Perlu diketahui pula bahwa target waktu penyelesaian perizinan dan pendaftaran melalui UPP ataupun secara elektronik melalui website INATRADE sangat tergantung kepada kelengkapan dari keseluruhan syarat dan ketentuan yang disampaikan oleh pelaku usaha.

Realisasi pelayanan perijinan ekspor dan impor pada tahun 2010 adalah sebagaimana dilihat pada tabel di bawah ini.

Page 74: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  58  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Tabel 11 Realisasi Perijinan Impor yang Diterbitkan

Melalui UPP/INATRADE Tahun 2010

Manual/UPP Online

No Jenis Perijinan Rata-Rata

Hari (Pelayanan Perizinan)

Total Perijinan

Rata-Rata Hari

(Pelayanan Perizinan)

Total Perijinan

1  Importir Produsen Besi atau Baja 

1,92  305  ‐‐‐  ‐‐‐ 

2  Importir Produsen Beras  2  44  ‐‐‐  ‐‐‐ 3  Importir Produsen Gula  2,63  130  ‐‐‐  ‐‐‐ 4  Importir Produsen Pelumas  3  15  ‐‐‐  ‐‐‐ 5  Importir Produsen Tekstil   2  557  ‐‐‐  ‐‐‐ 6  Importir Produsen Etilena  2  13  1  3 7  Importir Produsen Garam  2,25  48  1  3 8  Importir Produsen Plastik  2  164  1  5 9  Importir Produsen Bahan 

Berbahaya  2  95  1  2 

10  Importir Bahan Perusak Ozon  2  5  ‐‐‐  ‐‐‐ 11  Importir Produsen Limbah 

Non B3 2,08  168  1  3 

12  Importir Produsen Nitrocellulose  2  2  ‐‐‐  ‐‐‐ 

13  Importir Produsen Prekursor Non Pharmasi  2  46  ‐‐‐  ‐‐‐ 

14  Importir Produsen PCMX  2  1  ‐‐‐  ‐‐‐ 15  Importir Terdaftar Besi atau 

Baja 2  229  ‐‐‐  ‐‐‐ 

16  Importir Terdaftar Produk Tertentu  2,67  1479  ‐‐‐  ‐‐‐ 

Dst.  Dst.... ‐‐‐  ‐‐‐  ‐‐‐  ‐‐‐ 

53  Daftar Produsen Yang Dapat Mengimpor Barang Jadi  ‐‐‐  ‐‐‐  3  222 

   Rata‐rata Pelayanan  2,40     1,48    

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa rata-rata waktu pelayanan perijinan melalui UPP adalah selama 2,4 hari untuk perijinan melalui UPP dan 1,48 hari untuk perijinan secara elektronik. Hal ini tentu saja menunjukkan keberhasilan yang cukup baik bagi Kementerian Perdagangan khususnya Ditjen Perdagangan Luar Negeri dalam memenuhi komitmen untuk meningkatkan pelayanan perizinan dan non-perizinan kepada para pelaku usaha ekspor dan impor. Secara rinci, realisasi pelayanan perizinan ekspor dan impor pada tahun 2008, 2009, 2010 dan tahun-tahun sebelumnya dapat dilihat pada Lampiran.

Page 75: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  59  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Pada tahun 2009, janji pelayanan perbaikan perizinan di bidang perdagangan luar negeri adalah rata-rata waktu penyelesaian perijinan untuk Importir Jalur Prioritas (IJP) adalah 8 jam (1 hari kerja). Hal ini sudah dapat dilaksanakan dengan baik oleh Ditjen Perdagangan Luar Negeri. Dengan demikian, capaian keberhasilan Ditjen Perdagangan Luar Negeri dalam meningkatkan pelayanan perizinan kepada pelaku usaha pada tahun 2009 dan 2010 menunjukkan kinerja yang sangat baik.

Penyediaan sejumlah perizinan online melalui inatrade yang mendukung NSW dan upaya penyederhanaan waktu pelayanan permohonan perizinan ekspor dan impor memegang peranan yang sangat vital dalam proses de-birokratisasi dan pernyederhanaan perijinan untuk memperbaiki layanan perizinan dan non-perizinan sektor perdagangan luar negeri. Perkembangan capaian jumlah perijinan dan waktu penyelesaian pelayanan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 12 Jumlah Perijinan dan Waktu Penyelesaian

2010 Perbaikan iklim usaha perdagangan

2009 Capaian Target Capaian

Total ijin 108 ijin - 89 ijin Jumlah ijin melalui UPP (INATRADE) 78 ijin - 89 ijin Jumlah perijinan On-line 26 ijin 40 ijin 53 ijin Rata-rata waktu penyelesaian 8 Hari 4 Hari 4 Hari

Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa proses deregulasi dan penyederhaaan perijinan untuk meningkatkan pelayan perijinan berlangsung dengan baik. Terkait dengan penyederhaanaan perijinan, dapat dilihat melalui penurunan jumlah ijin, dari 108 pada tahun 2009 menjadi 89 ijin di tahun 2010 (turun sebesar 17,59%). Yang mengalami peningkatan menggembirakan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya adalah rata-rata waktu penyelesaian, dimana tahun 2009 rata-rata perijinan di bidang perdagangan luar negeri dapat diselesaikan dalam waktu 8 hari maka pada tahun 2010 dapat diselesaikan dalam waktu 4 hari. Hal ini juga didukung dengan meningkatnya jumlah perijinan yang dapat dilayani secara on-line, dimana pencapaian 2010 melebihi target yang ditetapkan sejumlah 40 perijinan dan realisasi perijinan online sebesar 53 perizinan impor. Hal ini menunjukkan keberhasilan yang cukup baik dengan pencapaian sebesar 132,50%.

IK-17

Jumlah Penerbitan Kebijakan Fasilitasi Ekspor dan Impor

Guna meningkatkan kinerja pelayanan perijinan perdagangan luar negeri secara elektronik kepada dunia usaha dengan efektif, efisien, mudah dan transparan melalui Unit Pelayanan Perdagangan (UPP) dan pengajuan/penerimaan permohonan dan pemrosesan perijinan secara elektronik (e-Licensing) sesuai dengan target yang telah ditetapkan maka perlu diterbitkan kebijakan yang mengatur Prosedur Operasi Standar

Page 76: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  60  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

(Standard Operating Procedure) dan Tingkat Layanan (Service Level Arrangement).

Sehubungan dengan hal tersebut, maka pada tahun 2010 Kementerian Perdagangan telah menerbitkan 2 (dua) kebijakan Menteri Perdagangan, yaitu:

1. Kebijakan/Peraturan Menteri Perdagangan Nomor : 32/M-DAG/PER/8/ 2010 tanggal 9 Agustus 2010 tentang Unit Pelayanan Perdagangan (UPP) yang mengatur mengenai tugas dan fungsi dan struktur organisasi UPP guna meningkatkan kinerja layanan UPP kepada dunia usaha.

2. Kebijakan/Peraturan Menteri Perdagangan Nomor : 40/M-DAG/PER/10/2010 tanggal 12 Oktober 2010 tentang Jenis Perijinan Ekspor dan Impor, Prosedur Operasi standar (Standard Operating Procedure), dan Tingkat Layanan (Service Level Arrangement) Dengan Sistem Elektronik Melalui Inatrade Dalam Rangka Indonesia National Single Window.

Demikian pula, dengan memperhatikan perkembangan ketentuan perjanjian internasional dan peraturan perundangan – undangan serta perkembangan teknologi yang dapat digunakan dalam proses penerbitan SKA maka Kementerian Perdagangan telah melakukan penyempurnaan terhadap kebijakan yang terkait dengan penerbitan SKA, yaitu :

1) Kebijakan/Peraturan Menteri Perdagangan Nomor : 24/M-DAG/PER/5/2010 tanggal 24 Mei 2010 tentang Intansi Penerbit Surat Keterangan Asal (Certificate of Origin) Untuk Barang Ekspor Indonesia. Sebagai pengganti Peraturan Menteri Perdagangan Nomor : 43/M-DAG/PER/10/2007 tentang Penerbit Surat Keterangan Asal (Certificate of Origin) Untuk Barang Ekspor Indonesia.

2) Kebijakan/Peraturan Menteri Perdagangan Nomor : 33/M-DAG/PER/8/2010 tanggal 19 Agustus 2010 tentang Surat Keterangan Asal (Certificate of Origin) Untuk Barang Ekspor Indonesia. Penerbitan Peraturan Menteri Perdagangan tersebut merupakan penyempurnaan dari ketentuan penerbitan SKA sebagaimana sebelumnya diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor : 43/M-DAG/PER/10/2007.

Dengan diterbitkannya empat kebijakan ini, maka setiap aktifitas yang mendukung kegiatan fasilitasi ekspor maupun impor telah memiliki landasan hukum. Dari 4 target kebijakan yang ditetapkan, telah diterbitkan 4 kebijakan sehingga capaian indikator ini adalah 100% yang menunjukkan kinerja keberhasilan yang cukup baik. Hal ini tentu saja merupakan kerja keras dari semua pihak dan komitmen yang cukup baik dari pimpinan.

Pada tahun 2009, telah ditetapkan sejumlah 3 (tiga) Peraturan Menteri Perdagangan yang terkait fasilitasi ekspor dan impor. Beberapa peraturan tersebut adalah yang terkait dengan tarif SKA, ketentuan pelayanan perijinan ekspor dan impor melalui Inatrade dan jenis peraturan ekspor dan impor terkait dengan SLA (Service Level Arrangement) dan SOP (Standard Operating Procedure).

Page 77: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  61  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

IK-18

Jumlah Sistem Elektronik Bidang Fasilitasi Pelayanan Publik

Dalam rangka meningkatkan iklim usaha perdagangan luar negeri agar menjadi lebih kondusif, maka Kementerian Perdagangan secara terus menerus melakukan perbaikan dan penyempurnaan terhadap sistem layanan perizinan dan non-perizinan sektor perdagangan luar negeri. Pengembangan terhadap sistem layanan publik secara elektronik tersebut antara lain bertujuan untuk meningkatkan jumlah perizinan yang permohonan dapat di akses secara on line dan berkurangnya waktu layanan kepada pelaku usaha.

Pengembangan yang telah dilakukan sebelumnya adalah terhadap sistem penerbitan SKA atau SKA On Line, yang dimulai sejak tahun 2006 di 23 (dua puluh tiga) IPSKA, dan pada tahun 2007 dikembangkan dengan jumlah IPSKA yang dapat memanfaatkan sistem ini menjadi 28 (dua puluh delapan) IPSKA dari 85 (delapan puluh lima) IPSKA di seluruh Indonesia. Sementara itu, sampai dengan tahun 2009 di 57 Instansi Penerbit SKA (IPSKA) lainnya masih melakukan penerbitan SKA secara manual. Dengan dilakukan pengembangan terhadap sistem penerbitan SKA On Line maka saat ini, seluruh jenis SKA dapat diterbitkan secara elektronik (otomasi) pada 28 IPSKA Otomasi.

Pengembangan terhadap sistem layanan publik yang dilakukan pada tahun 2010 adalah sebagai berikut :

1) Pembangunan sistem penerbitan SKA secara elektronik (On Line) di 57 (lima puluh tujuh) IPSKA yang merupakan kegiatan lanjutan berupa pengembangan sistem sarana perekaman (recording) dan transfer data SKA di 57 (lima puluh tujuh) IPSKA pada tahun 2009. Dengan sistem tersebut, maka data penerbitan SKA di 57 IPSKA tersebut akan dapat disampaikan melalui jaringan publik (internet) ke Kementerian Perdagangan setiap hari untuk melengkapi database SKA Nasional. Database nasional tersebut untuk selanjutnya akan ditukarkan dengan data SKA antar negara ASEAN.

2) Pengembangan sistem dan aplikasi permohonan perijinan ekspor dan impor secara elektronik (e-licensing) antara lain adalah pengembangan sistem inhouse untuk perijinan ekspor-impor di lingkungan Kementerian Perdagangan dan penambahan fasilitas serta fitur-fitur lainnya yang belum berfungsi dengan baik pada tahun 2009. Dengan penambahan fitur document tracking akan memudahkan pelaku usaha yang ingin mengetahui secara real time proses pengurusan dokumennya.

Dengan pengembangan sistem tersebut pada tahun 2010 maka, proses pengajuan dan penerbitan SKA di daerah yang belum memiliki sistem otomasi pada tahun 2011 dapat dilakukan secara melalui website: http://www.e-ska.kemendag.go.id.

Selain itu, terkait dengan SKA, maka dalam rangka mendukung pelaksanaan ASEAN Single Window, melalui sistem Inatrade sejak tanggal 1 Juli 2009 telah dilakukan pertukaran data CEPT Form D dengan Malaysia. Total data CEPT Form D yang telah dikirim ke portal NSW melalui INATRADE selama tahun 2010 adalah sebanyak 36.135 SKA dengan perincian sebagai berikut:

Page 78: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  62  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Tabel 13 Total Data CEPT Form D Terkirim ke Portal NSW Melalui INATRADE

No. Nama Negara Terkirim Proses Kirim Total

1 Brunei Darussalam 143 2 145

2 Cambodia 69 2 71

3 Laos 19 - 19

4 Malaysia 11.181 185 11.366

5 Myanmar 124 1 125

6 Philippines 6.076 132 6.208

7 Singapore 2.896 33 2.929

8 Thailand 8.571 148 8.719

9 Vietnam 6.463 90 6.553

T o t a l 35.542 593 36.135 Sumber: Kementerian Perdagangan

IK-19

Jumlah Pengguna (hak akses) Perijinan Ekspor dan Impor Online yang Dilayani Melalui INATRADE

Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 28/M-DAG/PER/6/2009 Tentang Ketentuan Pelayanan Perijinan Ekspor dan Impor dengan Sistem Elektronik Melalui Inatrade dalam Kerangka Indonesia National Single Window, ditetapkan bahwa pelayanan perijinan perdagangan hanya dapat dilakukan oleh perusahaan yang telah memiliki hak akses (hak pengguna).

Untuk lebih memaksimalkan pelayanan perijinan ekspor dan impor secara on line, maka Kementerian Perdagangan dalam hal ini Ditjen Perdagangan Luar Negeri pada tahun 2010, menargetkan sebanyak 1500 perusahaan telah memiliki pengguna hak akses (hak pengguna). Adapun realisasi perusahaan yang telah memiliki hak akses sampai dengan akhir tahun 2010 adalah sebanyak 1.536 perusahaan/pengguna. Tercapainya target hak akses sebesar 102% ini menggambarkan bahwa baik perusahaan maupun Pemerintah sangat antusias dalam usaha untuk memperbaiki layanan perijinan dan non-perijinan khususnya di bidang perdagangan luar negeri. Disamping itu, tersedia kemudahan berupa fasilitas bagi perusahaan untuk mendapatkan hak akses melalui http://inatrade.depdag.go.id dan mengisi formulir yang tersedia secara lengkap dan benar serta menyampaikan hasil pencetakan kepada petugas INATRADE.

Namun demikian, apabila memperhatikan data yang ada dengan masih kecilnya jumlah perusahaan yang benar-benar memanfaatkan dan menggunakan hak akses dalam rangka permohonan perijinan secara online dibandingkan dengan jumlah perusahaan yang telah memiliki hak akses, maka untuk periode yang akan datang perlu dilakukan telaah/kajian yang lebih mendalam agar pemanfaatan layanan perijinan ekspor dan impor secara on line (e-licensing) oleh perusahaan yang telah

Page 79: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  63  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

memiliki hak akses dapat meningkat secara signifikan.

Kinerja indikator ini tidak dapat dibandingkan dengan tahun sebelumnya karena indikator ini belum dijadikan sebagai indikator sasaran. Selain itu, landasan hukum terkait hak akses (pengguna) baru diterbitkan pada pertengahan tahun 2009. Namun demikian dapat disimpulkan bahwa kinerja Kementerian Perdagangan cq. Ditjen Perdagangan Luar Negeri sangat baik mengingat pada tahun pertama sudah berhasil mensosialisasikan dan meyakinkan 1.536 pelaku usaha untuk memperoleh hak akses (pengguna) online dalam pengajuan permohonan perijinan perdagangan luar negeri khususnya perijinan di bidang impor.

Perijinan elektronik dengan fitur document tracking dan pemenuhan Service Level Arrangement merupakan terobosan yang dilakukan Kementerian Perdagangan untuk memudahkan pelaku usaha yang ingin mengetahui secara real time proses pengurusan dokumennya. Dengan penyederhanaan proses perijinan di bidang perdagangan ini, diharapkan dapat meningkatkan daya saing untuk mendorong laju pertumbuhan ekspor.

Fasilitas ini dapat digunakan oleh pelaku usaha yang telah memiliki hak akses. Untuk mendapatkan hak akses, pelaku usaha dapat melakukan permohonan dengan mendaftar melalui http://inatrade.depdag.go.id dan mengisi formulir yang tersedia secara lengkap dan benar serta menyampaikan hasil pencetakan kepada petugas INATRADE.

Dalam perijinan secara elektronik ini diberlakukan prinsip perijinan ”single entry dan single exit point” sehingga tatap muka antara pemohon dengan pejabat pemroses dapat dihindari dalam proses perizinan khususnya perdagangan luar negeri dan perdagangan dalam negeri.

Hal-hal diatas merupakan upaya penyerderhanaan proses perijinan serta perbaikan fungsi pelayanan perizinan (ekspor dan impor) agar pelayanan yang diberikan dapat dilaksanakan dengan baik, tertib, transparan, dan terprediksi (good governance) kepada publik secara terpadu. Jumlah layanan perijinan ekspor dan impor yang diterbitkan melalui UPP/INATRADE Tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 14 Perijinan yang Diterbitkan Melalui UPP/INATRADE Tahun 2010

No Jenis Perizinan 2010

1 Nomor Pengenal Importir 3.170

2 Importir Terdaftar (IT) 4.338

3 Persetujuan Impor (PI) 3.597

4 Importir Produsen (IP) 1.625

5 API-K 40

6 Pengecualian Persetujuan Impor 30

Page 80: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  64  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

No Jenis Perizinan 2010

7 Persetujuan Ekspor (PE) Produk Pertanian & Kehutanan 513

8 Eksportir Terdaftar (ET) Ekspor Produk Pertanian & Kehutanan 493

9 Perijinan Ekspor (PE) Produk Pertanian & Kehutanan Lainnya 42

10 Persetujuan Ekspor (PE) Produk Industri & Pertambangan 439

11 Eksportir Terdaftar (ET) Ekspor Produk Industri & Pertambangan 20

12 Perijinan Ekspor (PE) Produk Industri & Pertambangan Lainnya 5

13 Surat Pendaftaran Barang (SPB) 10.931

Total Perijinan 23.144

Sumber: Kementerian Perdagangan

IK-20

Jumlah Bimbingan Teknis bidang Fasilitasi Perdagangan

Guna mendukung visi dan misi Kementerian Perdagangan maka pada tahun 2010 telah pula dilaksanakan kegiatan bimbingan teknis. Bimbingan teknis ini diberikan kepada para pelaku usaha di daerah dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai perkembangan penyelenggaraan fasilitasi ekspor dan impor antara lain :

1) Bimbingan teknis skema imbal dagang di 2 (dua) daerah yaitu : Gorontalo dan Nusa Tenggara Barat dengan jumlah peserta sebanyak 140 orang;

2) Bimbingan teknis SKA di 5 (lima) daerah yaitu : Bengkulu, NTB, Jambi, Lampung dan DI. Yogyakarta dengan jumlah peserta sebanyak 375 orang;

3) Bimbingan teknis aplikasi Inatrade di 7 (tujuh) daerah yaitu : Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Batam dan DKI Jakarta dengan jumlah peserta sebanyak 560 orang, khusus untuk Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur merupakan pengulangan dari kegiatan tahun sebelumnya, hal ini dimaksudkan untuk memperdalam materi yang diberikan serta mengakomodir munculnya beberapa isu-isu baru yang terjadi di propinsi;

4) Dalam rangka pemberdayaan UKM khususnya yang berorientasi ekspor melalui kegiatan ini telah pula diberikan pengetahuan mengenai tatacara dan prosedur penyusunan laporan keuangan dan sistem pembiayaan perdagangan (Trade Fiancing) di 12 (dua belas) daerah yaitu : Sumatera Selatan, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Riau, Kalimantan Timur, DI. Yogyakarta, Jawa Tengah, Sulawesi Utara, Bali, Lampung dan Sulawesi Selatan) dengan peserta sebanyak 720 orang.

Page 81: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  65  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Melalui pelaksanaan bimbingan teknis tentang penyelenggaraan fasilitasi ekspor dan impor tersebut, maka pelaku usaha di bidang perdagangan luar negeri dapat memanfaatkan semaksimal mungkin fasilitas dan kemudahan yang diberikan oleh pemerintah maupun pihak negara tujuan ekspor.

Sedangkan pada tahun 2009 jumlah bimbingan teknis yang diberikan berjumlah total 27 Bimbingan teknis dengan perincian sebagai berikut:

1) Bimbingan teknis Penggunaan Aplikasi Inatrade di 9 (sembilan) daerah yaitu Sumut, Pekanbaru, Sumbar, Palembang, DKI, Jateng, Jatim, Batam dan Jabar dengan jumlah peserta 720 orang;

2) Bimbingan teknis verifikasi Pengguna Jasa Inatrade di 5 wilayah Propinsi DKI Jakarta;

3) Bimbingan teknis kebijakan tatacara penerbitan SKA di 6 (enam) daerah;

4) Bimbingan teknis SKA dalam rangka FTA (CEPT-AFTA, ACFTA, AKFTA, IJEPA Dan AANZ) di 8 (delapan) daerah yaitu Ambon, Bengkulu, Gorontalo, Sulteng, Jateng, Batam, Sulsel, dan Kaltim;

5) Bimbingan teknis Penyusunan Dasar-Dasar Laporan Keuangan di 5 (lima) daerah yaitu Bengkulu, Palu, Manado, Aceh dan Jawa Barat.

Perbedaan pada tahun 2009 dengan 2010 terletak pada jenis Bimtek yang dilaksanakan, dimana pada tahun 2009 terdapat 11 Bimtek berfokus pada SKA dan 9 Bimtek berfokus pada pengembangan Inatrade, sedangkan pada tahun 2010 terdapat 12 Bimtek berfokus pada sistem pembiayaan perdagangan (Trade Financing) dan penyusunan laporan keuangan.

Secara umum, seluruh indikator yang terkait dengan penyederhanaan perizinan perdagangan luar negeri adalah untuk membaiknya layanan perijinan dan non-perijinan sektor perdagangan luar negeri, baik dalam hal jumlah perijinan online maupun dalam hal minimasi waktu layanan. Hal ini sebagaimana dilihat pada uraian sebelumnya telah menunjukkan keberhasilan yang sangat baik. Hal ini tentu saja mendukung terhadap tujuan akhir dari sasaran ini adalah untuk perbaikan iklim usaha perdagangan luar negeri agar menjadi lebih kondusif. Hal ini salah satunya dapat dilihat dari iklim investasi yang membaik yang dilihat dari realisasi investasi dari dalam negeri (PMDN=Penanaman Modal Dalam Negeri) maupun realisasi investasi dari luar negeri (PMA=Penanaman Modal Asing) pada tahun 2009.

Selain itu perbaikan iklim usaha perdagangan luar negeri juga dapat dilihat melalui hasil survei yang dilakukan oleh Japan Bank for International Cooperation (JBIC).

Page 82: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  66  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Sasaran 5 Keunggulan Komparatif Produk Ekspor “Meningkatnya keunggulan komparatif produk ekspor Indonesia di pasar global,

yang menunjukkan semakin banyaknya produk-produk dalam negeri yang mampu bersaing di pasar global”

Tabel 15

Capaian Indikator Kinerja Sasaran 5

No Indikator Kinerja Rencana

Tingkat Capaian Realisasi

Capaian

(%)

21 Jumlah komoditi dengan RCA > 1 590 komoditi ekspor 887 150,34%

22 Jumlah komoditi ekspor yang diawasi mutunya melalui preshipment inspection 3 komoditi 1 komoditi 33,3%

23

Jumlah penerbitan Nomor Pendaftaran Barang (NPB) dalam kerangka pengawasan mutu barang impor melalui pengawasan pra-pasar

650 NPB 985 NPB 151,54%

24

Jumlah penerbitan Nomor Regristrasi Produk (NRP) dalam kerangka pengawasan mutu barang produk dalam negeri setara dengan mutu produk impor

100 NRP 695 NRP 695%

25 Jumlah road map kerjasama Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) baik dalam maupun luar negeri

1 road map 0 road map 0%

26 Jumlah Lembaga Penilai Kesesuaian (LPK) yang dipantau 20 LPK 50 LPK 250%

27 Jumlah kerjasama bidang pengujian mutu barang dengan pihak dalam dan luar negeri

11 Kerjasama 15 Kerjasama 136%

28 Jumlah sertifikat mutu barang yang diterbitkan 28 Sertifikat 27 Sertifikat 96,43%

29 Jumlah penambahan ruang lingkup komoditi yang diakreditasi atau disertifikasi

9 komoditi 10 komoditi 101%

IK-21

Jumlah Komoditi Dengan RCA > 1

Tabel 16 Perkembangan Daya Saing Ekonomi 2010

T ra d e B a l a n c e C u rr e n t - a c c o u n t B a la n c e

U S A 2 ,8 Q 4 - 6 4 3 D e c - 4 6 1 Q 3In d o n e s ia 4 ,2 N o v 2 2 D e c 8 , 7 Q 3B rit a i n 3 ,3 N o v - 1 5 0 D e c - 4 2 D e cM a l a y s i a 4 , 2 D e c 3 4 D e c 2 8 , 4 D e cA u s t ra li a 2 , 7 Q 4 4 3 D e c - 4 3 , 4 Q 3T h a i la n d - 2 , 5 D e c 1 8 D e c 1 4 , 8 D e cB ra z il 2 , 7 D e c 2 0 D e c - 4 7 , 5 D e cP h i lip p in e s 2 9 , 2 D e c - 3 ,2 N o v 9 ,6 S e pS i n g a p o re 9 , 0 D e c 4 1 D e c 4 1 , 7 D e cH o n g K o n g 5 , 4 Q 3 - 4 3 D e c 1 4 , 8 Q 3In d ia 2 ,7 N o v - 1 1 6 D e c - 5 3 ,1 Q 3

(l a t e s t 1 2 m o n t h s ) $ B

In d u s tr ia l P ro d u c ti o n (c h a n g e ,% )C o u n t ry

TUJUAN 3: Peningkatan Daya Saing Ekspor 

Page 83: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  67  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Sumber: Economist

Perkembangan daya saing ekonomi pada tabel di atas, di sisi industrial production, trade balance (neraca perdagangan), dan current account balance (neraca pembayaran) sesungguhnya bercerita kekuatan daya saing Indonesia yang tak pernah terbayangkan yang relatif hanya tersaingi oleh Singapura dan Malaysia. Dari bingkai tersebut, (terutama di sisi keunggulan neraca perdagangan dan neraca pembayaran), kekuatan daya saing produk ekspor Indonesia berbicara. Indonesia memiliki surplus perdagangan barang sebesar 22 miliar USD, dan neraca pembayarannya surplus 8,7 miliar USD yang jauh lebih beruntung ketimbang Inggris, AS, India sebagaimana tabel di bawah ini.

Gambar 16 Trade Balance 2010

Diukur dengan RCA (Revealed Comparative Advantage), sebenarnya hingga tahun 2009, komoditi Indonesia yang memiliki keunggulan komparatif di pasar global, atau memiliki RCA>1 sebanyak 887 komoditi dari 5238 komoditi HS-6 tahun 1996. Data ini diperkirakan kuat bertahan di 2010. Dalam menopang peningkatan daya saing itulah, Kemendag terus melakukan pemetaan komoditi, pembinaan kualitas, serta disain produk melalui kerjasama pelaku usaha besar kecil di daerah, pemerintah daerah, asosiasi, dan trade intelligence.

Page 84: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  68  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

IK-22

Jumlah Komoditi Ekspor yang Diawasi Mutunya Melalui Preshipment Inspection

Sampai dengan tahun 2010, sesuai dengan Permendag No. 10/M-DAG/4/2008 tentang Ketentuan Karet Alam Spesifikasi Teknis Indonesia (SIR) yang Diperdagangkan ke Luar Negeri, telah dilakukan pengawasan mutu terhadap 1 (satu) komoditi ekspor yaitu komoditi SIR. Pengawasan mutu tersebut dilakukan melalui preshipment inspenction dengan skema penerbitan Tanda Pengenal Produsen (TPP) terhadap para eksportir produsen karet SIR. Jumlah TPP yang telah diterbitkan pada tahun 2010 adalah sebanyak 6 (enam) TPP. Selain itu, pada tahun 2010 telah disusun 2 (dua) draft kebijakan pengawasan mutu komoditi ekspor untuk kakao dan kopi, dan telah disosialisasikan kepada para stakeholder untuk mendapatkan masukan (Regulatary Impact Assesment).

Capaian untuk jumlah komoditi ekspor yang diawasi mutunya melalui Preshipment Inspection adalah 33,33%. Sebagaimana telah disampaikan diatas pengawasan melalui Preshipment Inspection baru dilakukan untuk komoditi karet melalui skema TPP, sedangkan dua komoditi lainnya, yaitu kakao dan kopi dasar hukumnya masih berbentuk draft kebijakan.

IK-23

Jumlah Penerbitan Nomor Pendaftaran Barang (NPB) dalam kerangka pengawasan mutu barang impor melalui pengawasan pra-pasar

Pengawasan mutu barang impor melalui pengawasan pra pasar telah dilakukan oleh Kementerian Perdagangan dengan skema penerbitan Nomor Pendaftaran Barang (NPB). Pengawasan mutu barang impor tersebut, ditujukan untuk dapat mendukung kenggulan komparatif produk ekspor dengan cara menjaga mutu bahan baku produk impor yang telah diberlakukan SNI-nya secara wajib. Capaian untuk tahun 2009 adalah sebesar 137,8 %, dengan target 500 NPB dan realisasinya adalah 689 NPB. Pada tahun 2010, untuk 54 komoditi yang SNI-nya telah diberlakukan secara wajib, terdapat kenaikan penerbitan NPB sebesar 142,96% yaitu dari 689 NPB pada tahun 2009 menjadi 985 NPB pada tahun 2010. Apabila dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan pada tahun 2010 terdapat kenaikan sebesar 151,54%.

Page 85: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  69  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

IK-24

Jumlah penerbitan Nomor Regristrasi Produk (NRP) dalam kerangka pengawasan mutu barang produk dalam negeri setara dengan mutu produk impor

Sesuai dengan kesepakatan WTO, dimana terdapat ketentuan untuk penerapan non-diskriminasi terhadap standar mutu produk impor dengan produk sejenis yang diproduksi di dalam negeri, untuk itu Kementerian Perdagangan telah melakukan pengawasan mutu produk dalam negeri melalui pengawasan pra pasar dengan skema penerbitan Nomor Registrasi Produk (NRP) baik untuk produk yang akan dipasarkan di dalam negeri maupun yang akan di ekspor. Capaian untuk tahun 2009 adalah sebesar 250 %, dengan target 100 NRP dan realisasinya adalah 250 NRP.Pada tahun 2010, terdapat kenaikan penerbitan NRP sebesar 278% yaitu dari 250 NRP pada tahun 2009 menjadi 695 NRP pada tahun 2010. Apabila dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan pada tahun 2010 terdapat kenaikan sebesar 695%.

IK-25

Jumlah road map kerjasama lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) baik dalam maupun luar negeri

Roadmap kerjasama dengan LPK luar negeri belum dapat terealisasi karena masih adanya kendala dengan pihak LPK luar negeri yang belum siap melakukan kerjasama di bidang sertifikasi dalam rangka mendukung pengawasan mutu barang. Roadmap yang dimaksud dalam indikator ini adalah untuk mewujudkan kerjasama antara LPK di Indonesia dengan LPK di luar negeri melalui Mutual Recognition Arrangement (MRA). Sehubungan dengan hal tersebut diatas maka capaian untuk IK ini adalah 0%, dimana Road Map kerja sama LPK baik dalam maupun luar negeri tidak terealisasi. Meskipun realisasi hanya 0%, namun hal ini dikarenakan hal yang ada di luar kendali Kementerian Perdagangan.

IK-26

Jumlah Lembaga Penilai Kesesuaian (LPK) yang dipantau

Untuk meningkatkan efektivitas dan dukungan pelaksanaan pengawasan mutu barang di daerah, pada tahun 2010 Kementerian Perdagangan telah melakukan pemantauan kompetensi LPK di daerah, dengan jumlah LPK yang telah dipantau adalah sebanyak 50 LPK dari 26 daerah. Capaian untuk tahun 2009 adalah sebesar 100 %, dengan target 20 LPK dan realisasinya adalah 20 LPK. Apabila dibandingkan dengan tahun 2009 maupun target pada tahun 2010, terdapat peningkatan jumlah LPK yang dipantau sebesar 250% yaitu dari 20 LPK di 20 daerah menjadi 50 LPK dari 26 daerah.

IK-27

Jumlah kerjasama bidang pengujian mutu barang dengan pihak dalam dan luar negeri

Hingga tahun 2010, Kementerian Perdagangan telah menandatangani 15 MoU dengan sejumlah instansi baik dari dalam dan luar negeri (LSPro PPMB, LSPro Pustand, Modern Testing Service, LSPro Chempack, LSPro PPMB (CB Test), Intertek Testing Utama, Pasific Indo Dairy, BPSMB Bali, TUV Internastional Indonesia, TUV Nord Indonesia, Raflindo Agung Surveyor, BPSMB Palembang, PT Beckjorindo Paryaweksana, Pasific Jaya Niaga, dan Indo Surya Kencana) guna meningkatkan pelayanan pengujian mutu barang di Direktorat PPMB.

Tercapainya penandatangan 15 MoU tersebut berarti capaian untuk IK ini melampaui target yang direncanakan, dimana pada Tahun 2010 ditargetkan terdapat 11 kerja sama bidang pengujian mutu bang dengan pihak dalam dan luar negeri.

IK-28

Jumlah sertifikat mutu barang yang diterbitkan

Sertifikat mutu Barang/Produk adalah Sertifikat yang dikeluarkan oleh Lembaga Sertifikasi Produk (LSPro) yang mendapat akreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) dan atau yang ditunjuk oleh Kementerian Teknis. LSPro PPMB pada tahun 2010 selain telah memperoleh Akreditasi KAN juga mendapat

Page 86: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  70  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

penunjukan dari Kementerian Perindustrian dan Kementerian ESDM untuk melakukan pelayanan sertifikasi produk.

Sertifikat Produk dikeluarkan setelah melalui proses audit dokumen sistem mutu dan implementasinya dilapangan (pabrik) serta kelulusan hasil uji mutu produk.

Pada tahun 2010 LSPro di Kementerian Perdagangan telah menerbitkan sertifikat sebanyak 23 sertifikat, yang terdiri dari 14 sertifikat produk kelistrikan (kipas angin, lampu hemat energi, tusuk kontak dan kotak kontak serta sakelar), 4 sertifikat produk BAN Kendaraan Bermotor, 3 sertifikat produk Tepung Terigu, 1 sertifikat produk Gula dan 1 sertifikat produk Pupuk. Dengan demikian, capaian untuk IK ini sebesar 82,14%, dari sebanyak 28 sertifikat yang ditargetkan, terdapat 23 sertifikat mutu barang yang mampu direalisasikan.

IK-29

Jumlah penambahan ruang lingkup komoditi yang diakreditasi atau disertifikasi

Hingga tahun 2010, Kementerian Perdagangan telah mengajukan proses penambahan ruang lingkup pengujian untuk 10 komoditi yakni Pupuk Haspramin, Pupuk SP 18, kosmetik, HSD, MFO, batu bara, korek api, helm, korek api kayu, dan sepatu pengaman. Kesembilan komoditi tersebut sedang dalam proses akreditasi di Komite Akreditasi Nasional (KAN). Dengan tercapainya 10 komoditi yang diakreditasi atau disertifikasi dari 9 komoditi yang ditargetkan, maka capaian untuk IK ini sebesar 101%.

Page 87: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  71  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Sasaran 6 Pencitraan Indonesia (Anholt-Export) “Perbaikan citra produk ekspor Indonesia di pasar global, yang pada akhirnya

akan mendukung kontinuitas dan pertumbuhan ekspor”

Tabel 17 Capaian Indikator Kinerja Sasaran 6

No Indikator Kinerja Rencana Tingkat

Capaian Realisasi

Capaian

(%)

30 Skor dimensi dalam Simon Anholt Nation Brand Index (NBI estimated)

Skor 44 Skor 47,7 108,4%

31 Jumlah pameran dagang dalam negeri 21 pameran 21 pameran 100%

32 Jumlah promosi dagang internasional yang diikuti 57 kegiatan 46 kegiatan 80,7%

IK-30

Skor Dimensi Anholt Nation Brand Index (NBI)

Citra suatu negara di dunia internasional biasanya diukur melalui peringkat suatu negara menurut Nation Branding Index (NBI) yang disusun oleh Anholt. Pencitraan Indonesia ke Luar Negeri melalui (a) pengembangan strategi komunikasi Nation Branding yang dilakukan secara holistik; (b) Optimalisasi keikutsertaan Indonesia pada World Expo Shanghai China 2010 (WESC 2010) dan mengupayakan keikutsertaan dalam World Expo berikutnya; dan (c) penguatan posisi Indonesia di pameran dagang internasional potensial.

Ranking persepsi ekspor Indonesia pada tahun 2010 berada pada posisi 38 dimana tercapai perbaikan dari tahun 2008 yang berada di posisi 43, dengan skor 47,7. Dengan skor sebesar 47,7, maka realisasi adalah sebesar 108,4 dibandingkan dengan target yang ditetapkan yakni skor 44. Capaian tersebut paling kurang merefleksikan upaya terpadu yang dilakukan berbagai pihak terkait dalam memperbaiki citra bangsa Indonesia, termasuk melalui keikutsertaan pada berbagai event internasional, salah satunya WESC 2010 tersebut. Adapun mengingat tidak tersedianya data secara regular, maka tidak dilakukan perbandingan dengan capaian tahun-tahun sebelumnya.

TUJUAN 3: Peningkatan Daya Saing Ekspor 

Page 88: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  72  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Paviliun Indonesia pada World Expo Shanghai China (WESC 2010)

Jika dibandingkan dengan negara-negara lain di ASEAN, untuk rangking persepsi Indonesia pada tahun 2008 berada di bawah Singapura (rangking 24), Thailand (rangking 34), dan Malaysia (rangking 39). Hal ini cukup beralasan dikarenakan negara-negara tersebut telah lebih dulu memiliki konsep pencitraan, misalnya Singapura dengan “Uniquely Singapore” (yang kini berubah menjadi “Yours Singapore”), Malaysia dengan “Malaysia Truly Asia” dan Thailand dengan konsep “Amazing Thailand”-nya.

Salah satu upaya Indonesia untuk meningkatkan dan memperbaiki pencitraan terhadap masyarakat global adalah melalui optimalisasi keikutsertaan pada World Expo Shanghai China (WESC) 2010. WESC 2010 merupakan bagian dari World Expo yang telah diselenggarakan dari satu negara ke negara lainnya sejak tahun 1800-an. Pada penyelenggaraan tahun 2010, WESC mengambil tema “BETTER CITY, BETTER LIFE” yang merepresentasikan harapan umum sebagian besar umat manusia untuk dapat hidup lebih baik di lingkungan perkotaan pada masa depan. Untuk itu diharapkan pada Expo 2010 dapat dibangun suatu proyek percontohan dari kehidupan perkotaan yang harmonis dan berkesinambungan.

Selama penyelenggaraan, Paviliun Indonesia telah menarik perhatian jutaan pengunjung World Expo Shanghai China dan telah melampaui target awal sebanyak 3 juta pengunjung selama 6 bulan pelaksanaan. Sampai dengan berakhirnya WESC 2010, Paviliun Indonesia telah dikunjungi oleh 8.15 juta pengunjung yang berasal dari berbagai lapisan masyarakat, baik dari China maupun mancanegara. Selain itu, hal yang sangat membanggakan lainnya adalah Paviliun Indonesia pada penyelenggaraan WESC 2010 adalah Indonesia termasuk dalam tipe A (kategori tertinggi), mendapatkan bronze award categori CREATIVE DISPLAY.

Page 89: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  73  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

IK-31

Jumlah Pameran Dagang Dalam Negeri

Selama tahun 2010, terselenggara sebanyak 21 partisipasi maupun penyelenggaraan pameran dagang dalam negeri. Pameran dagang tersebut adalah Trade Expo Indonesia, Pameran Pangan Nasional "Feed The World" Exhibition & Conference, Agrinex International Expo 2010, Pameran IFFINA 2010, Pameran Adi Wastra Nusantara 2010, Pameran Inacraft 2010, Batam Expo 2010, Pameran Produk Hak kekayaan Intelektual (HKI), Bengkulu Expo 2010, Sriwijaya Fair 2010, International Halal Business and Food Expo 2010, The 6th Texcraft, Sail Banda 2010, NTB Expo 2010, Surabaya International Jewelry Fair 2010, Pekan Batik Nusantara 2010, Pameran International Pelayanan Publik, Cosmobeaute Indonesia 2010, Celebes Expo 2010, SIKIB Expo 2010, dan Pameran Mutumanikam Nusantara 2010.

Adapun dari penyelenggaraan dan partisipasi pada 21 pameran dagang dalam negeri selama tahun 2010 berhasil mengumpulkan transaksi dagang sebesar USD 369,5 juta dan mengikutsertakan 1.034 UKM/perusahaan potensial ekspor. Jika dibandingkan dengan penyelenggaraan dan partisipasi pada pameran dagang dalam negeri di tahun 2009, dari sisi jumlah tidak terdapat perubahan. Pada tahun 2009 juga diselenggarakan dan diikuti sebanyak 21 pameran dagang dalam negeri. Namun, transaksi tahun 2009 hanya sebesar USD 285,77 juta dan mengikutsertakan 926 perusahaan/UKM. Adapun untuk indikator jumlah pameran dalam negeri, capaian tahun 2009 yakni sebesar 100% tidak dapat dibandingkan dengan capaian tahun 2009, mengingat pada tahun 2009 jumlah pameran dalam negeri bukan merupakan salah satu indikator pengukuran kinerja Kementerian Perdagangan.

Peningkatan capaian partisipasi dan penyelenggaraan pameran dagang dalam negeri salah satunya disebabkan oleh semakin meningkatnya apresiasi masyarakat, khususnya masyarakat Indonesia, terhadap produk-produk dalam negeri. Selain itu, pada tahun 2010 minat UKM/perusahaan Indonesia untuk berpartisipasi pada sejumlah pameran dagang dalam negeri melalui Kementerian Perdagangan mengalami peningkatan. 

IK-32

Jumlah Promosi Dagang Internasional yang Diikuti

Selama tahun 2010, tercatat sebanyak 46 kegiatan promosi dagang internasional yang diikuti maupun diselenggarakan oleh Kementerian Perdagangan. Kegiatan tersebut meliputi 41 partisipasi pada pameran dagang luar negeri, 4 kegiatan misi dagang, dan 1 kegiatan in-store promotion.

Adapun kegiatan pameran dagang luar negeri yang diikuti Kementerian Perdagangan selama tahun 2010 yakni China ASEAN Expo (CAEXPO) 2010; Pameran Seoul Food and Hotel 2010; The 6th Fukuoka International Gift Show 2010; Medical Fair Australia 2010; Tokyo International Gift Show 2010; Agri Pro ASIA 2010; Saudi Building and Interior Expo 2010; Tripoli International Fair; Gulf Bid Bahrain 2010; Foire International D’Alger 2010; Dar es Salaam International Trade fair (DITF) 2010; Baghdad International Trade Fair; The 5th International Hotel, Restaurant and Food Exhibition for Qatar (DIYAFA 2010); International Furniture & Design Exhibition and Awards 2010 (INFDEX 2010); The Big Five Show 2010; Pasar Malam Tong

Page 90: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  74  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Tong 2010; Pameran Foire de Paris; Pameran Alimentaria Mexico; Pameran JA Show New York; 41st House & Gift Fair Brasil; Pameran Vicenzaoro Autumn 2010; BNV-Budapest International Fair; World Food Moscow 2010; Accenta – Flanders Expo; Alimentaria Barcelona; International Fisaldo Las Palmas, Spanyol; Fancy Food, New York; Misi Budaya dan Promosi, Istambul – Turki; Gifts Show - Moscow, Rusia; FIM, Madrid – Spanyol; High-Point, Amerika Serikat; Stylemax; Cairo International Fair 2010; Food, Hotel & Propac Arabia; Beautyworld Middle East; Inter Build Egypt 2010; Asian Pacific Food Expo 2010; Korea International Jewellery & Watch Fair 2010; Bangkok International Fashion Fair; The 7th China International Small & Medium Enterprise Fair; dan Pameran Taste of Indonesia & Handicraft. 

Pameran instore promotion di Harrods, London 

Selain partisipasi pada sejumlah pameran dagang internasional, kegiatan promosi dagang yang juga dilakukan oleh Kementerian Perdagangan selama tahun 2010 adalah menyelenggarakan misi dagang di 4 negara yakni Misi Dagang ke Brussel – Belgia (26-27 April 2010), misi dagang Vancouver – Canada (29 Juni 2010), misi dagang Rusia dan Belarus (15-18 September 2010), dan misi dagang India (15-17 Desember 2010). 

Di samping kegiatan promosi berupa partisipasi pada pameran dagang internasional dan misi dagang, salah satu kegiatan promosi lain yang diselenggarakan selama tahun 2010 adalah In-store Promotion yang diselenggarakan pada tanggal 27 Maret – 1 Mei 2010, dengan mengikutsertakan 16 pengusaha bertempat di Harrods, London.

Jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan untuk tahun 2010, jumlah realisasi partisipasi pada kegiatan promosi dagang internasional hanya mencapai 80,7%. Salah satu hal yang menyebabkan tidak tercapainya target sebanyak 57 partisipasi pada kegiatan promosi luar negeri antara lain karena terjadinya penyesuaian kebijakan penetrasi

Page 91: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  75  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

pasar yang lebih dikhususkan kepada pasar-pasar nontradisional, antara lain di wilayah Afrika, Timur Tengah dan Emerging Asia. Penyesuaian kebijakan penetrasi pasar ini merupakan salah satu upaya mengurangi dependensi terhadap pasar-pasar tradisional. Pengalihan target pasar ini juga mengakibatkan penyesuaian pada besarnya biaya-biaya yang dibutuhkan untuk partisipasi pada berbagai kegiatan pameran dagang internasional.

Pada tahun 2009, terdapat sebanyak 25 kegiatan serupa yang dilakukan di berbagai negara terdiri dari 15 pameran luar negeri, 7 kegiatan misi dagang, dan 3 kegiatan instore promotion. Akan tetapi tidak dilakukan perbandingan antara realisasi dan capaian tahun 2010 dengan tahun 2009 dikarenakan pada tahun 2009 jumlah pameran dalam negeri bukan merupakan salah satu indikator pengukuran kinerja Kementerian Perdagangan.

Page 92: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  76  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Sasaran 7 Peran Indonesia Di Forum Internasional ” Meningkatnya intensitas dan kualitas keikutsertaan Indonesia di berbagai forum internasional dan meningkatnya hasil perundingan yang dihasilkan di

berbagai forum internasional, yang mampu memberi nilai tambah bagi kepentingan nasional”

Tabel 18 Capaian Indikator Kinerja Sasaran 7

No Indikator Kinerja Rencana Tingkat Capaian

Realisasi Capaian (%)

33

Jumlah hasil perundingan perdagangan internasional (Agreement, kerjasama komoditi, MRA, MoU, Agreed Minutes, Declaration, Chair Report)

140 hasil perundingan 140 100%

34

Jumlah partisipasi dalam perundingan perdagangan internasional dalam rangka pembukaan, peningkatan dan pengamanan akses pasar

40 perundingan 41 102,5%

35 Jumlah perundingan bidang jasa yang diikuti 10 perundingan 10 100%

36 Jumlah partisipasi perundingan kerjasama multilateral 30 perundingan 30 100%

37 Jumlah partisipasi perundingan kerjasama regional 62 perundingan 62 100%

38 Jumlah partisipasi perundingan kerjasama bilateral di kawasan Asia, Amerika dan Australia

20 perundingan 20 100%

39 Jumlah partisipasi perundingan kerjasama bilateral di kawasan Eropa, Afrika dan Timur Tengah

12 perundingan 12 100%

IK-33

Jumlah hasil perundingan perdagangan internasional (Agreement, kerjasama komoditi, MRA, MoU, Agreed Munutes, Declaration, Chair Report)

Dalam rangka peningkatan peran dan kemampuan diplomasi perdagangan internasional, maka Kementerian Perdagangan melakukan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang kerja sama perdagangan internasional. Pendekatan diplomasi dalam menghadapi perundingan perdagangan internasional tersebut dilakukan melalui 3 (tiga) pilar negosiasi perdagangan yang meliputi: Multilateral yang bertumpu pada sistem perdagangan Multilateral (WTO), Regional yang berfokus pada ASEAN + Mitra Dialog dan APEC, Bilateral yang berorientasi pada penjajakan pengembangan Economic Partnership Agreement (EPA) dan Free Trade Agreement (FTA).

Dengan latar belakang tersebut, maka target yang telah dicapai pada tahun 2010 adalah 140 (seratus empat puluh) hasil perundingan perdagangan internasional, dengan kata lain pencapaian Kementerian

TUJUAN 4:   Peningkatan Peran dan Kemampuan Kementerian Perdagangan Dalam Diplomasi Perdagangan 

Page 93: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  77  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

perdagangan adalah 100%, dan hasilnya berupa Agreement, kesepakatan kerjasama komoditi, MRA, MoU, Agreed Minutes, Declaration, Chair Report, dan dokumen perundingan lainnya (Annotated agenda, Minutes of Meeting, Summary report, Agreed Conclusions, Agreed Record of the Meeting, Joint Statement, Conclusion and Recommendation, Protocol, Record of Discussions, dan Joint Press Release). Berikut adalah tabel jumlah hasil kesepakatan yang telah dicapai Kementerian Perdagangan pada tahun 2010:  

Tabel 19 Jumlah Hasil Kesepakatan Kerjasama Tahun 2010

Tahun No Bentuk Kesepakatan

2010

1 MoU 2

2 Agreement 0

3 Ratifikasi 7

4 MRA 0

5 Agreed Minutes 10

6 Chair Report 3

7 Declaration 1

8 kesepakatan kerjasama komoditi 1

10 Dokumen lainnya 116

TOTAL 140 Sumber: Kementerian Perdagangan

Kinerja Kementerian Perdagangan mengenai hasil kesepakatan yang telah dicapai dapat dilihat secara kumulatif dari tahun ketahun. Berikut adalah bagan perbandingan capaian hasil kesepakatan jika dibandingkan dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010:

Tabel 20 Capaian Indikator Kinerja Hasil-hasil Perundingan Perdagangan Internasional Tahun

2008-2010 Tahun No  Indikator Kinerja 

2008  2009  2010 1  Jumlah hasil‐hasil perundingan 

perdagangan  internasional  50 Hasil 

Perundingan 57 Hasil 

Perundingan 140 Hasil 

Perundingan Sumber: Ditjen Kerjasama Perdagangan Internasional

 

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil-hasil perundingan perdagangan internasional pada tahun 2008, 2009, dan 2010 mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pada tahun 2010 telah dicapai 140 hasil kesepakatan dari beberapa perundingan perdagangan internasional di fora (multilateral, regional, dan bilateral) yang diikuti oleh Kementerian Perdagangan dan telah berjalan secara optimal. Kenaikan hasil kesepakatan

Page 94: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  78  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

pada tahun 2010 dari tahun 2009 dikarenakan pemfokusan Kementerian Perdagangan pada beberapa kesepakatan yang belum mencapai kesepakatan pada tahun-tahun sebelumnya, walaupun timbul konsekuensi dari pemfokusan ini yaitu menurunnya total partisipasi dari 178 menjadi 175. Pada tahun 2009 IK hasil kesepakatan kerjasama perdagangan internasional difokuskan pada 4 (empat) hal, yaitu: MoU, Agreement, Ratifikasi, dan MRA, oleh sebab itu berikut adalah tabel perbandingan beberapa hasil kesepakatan yang telah dicapai pada tahun 2008-2010:

Tabel 21 Perkembangan Hasil Kesepakatan Kerjasama

Tahun 2008-2010

Tahun No Bentuk Kesepakatan

2008 2009 2010

1  MoU  ‐  4  2 

2  Agreement  7  6  0 

3  Ratifikasi  1  3  7 

4  MRA  0  4  0 

MoU yang telah ditandatangani oleh Kementerian Perdagangan

Berdasarkan tabel di atas dapat diuraikan:

a) Pencapaian MoU pada tahun 2010, antara lain:

1. Memorandum of Understanding between the Ministry of Trade the Republic of Indonesia and the Ministry of Industry and Trade of the Republic of Mozambique on Trade Promotion Cooperation ditandatangani pada tanggal 9 Juni 2010 di Jakarta, Indonesia. MoU ini dibentuk dalam rangka kesepakatan untuk mempromosikan perdagangan dan skema investasi termasuk melalui pemrosesan bahan baku. Kerja sama ini akan dibentuk berdasarkan pengaturan preferensi. Kedua pihak sepakat untuk meningkatkan perdagangan melalui kerja sama bahan baku (tekstil dan produk tekstil) dan bidang perbankan.

2. The Memorandum of Understanding between the Ministry of Economic Development of the Russian Federation and the Ministry of Trade of Republic of Indonesia on Mutual Cooperation in the Field of Trade, Investment, and Economy ditandatangani pada tanggal 10 November 2010 di Yokohama, Jepang. MoU ini dilaksanakan untuk meningkatkan kerja sama di bidang perdagangan, investasi dan ekonomi antara Indonesia dan Rusia. Ruang lingkup dari kerangka kerja sama tersebut adalah (i) eksplorasi dan studi mengenai peluang dalam meningkatkan perdagangan, investasi, dan kerja sama ekonomi antara Rusia dengan Indonesia; (ii) memberikan bantuan kepada badan usaha dari kedua negara dalam membangun kerja sama di bidang perdagangan, investasi, dan ekonomi, identifikasi dan harmonisasi

Page 95: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  79  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

bidang perspektif kerja sama; dan (iii) mempersiapkan penyusunan proposal yang bertujuan untuk menghapuskan kendala yang menghambat perkembangan perdagangan, investasi, dan kerja sama ekonomi kedua negara.

Ratifikasi Perjanjian yang telah dilakukan oleh Kementerian Perdagangan

b) Pencapaian ratifikasi:

1. “Framework Agreement on TPS-OIC” (WTO). TPS-OIC adalah kerangka persetujuan pertukaran penurunan konsesi tarif. Dokumen dasar, yang menetapkan atas prinsip-prinsip umum menuju pembentukan sistem preferensial perdagangan di antara negara-negara anggota OKI. Bertujuan untuk meningkatkan perdagangan di antara mereka melalui pertukaran preferensi perdagangan. Preferensi ini meliputi para-tarif dan non-tarif konsesi, dan perlakuan perdagangan lain untuk semua komoditas, termasuk pertanian dan preferensial produk-produk hewani, dan produksi dan semi-produk manufaktur. Sebagai tindak lanjut hasil sidang The Standing Committee for Economic and Commercial Cooperation of The Organization of Islamic Conference (COMCEC) pada tanggal 5-8 Oktober 2010 di Istanbul, Turki, Kementerian Perdagangan telah mengajukan permohonan kepada Presiden RI melalui surat Mendag tertanggal 6 September 2010 dan surat ratifikasi ke Kementerian Luar Negeri melalui tertanggal 2 September 2010.

2. “Preferential Trade Agreement Among D-8 (PTA D-8)”. Dengan adanya ratifikasi PTA D-8, Indonesia akan banyak mengambil manfaat dengan saling memberikan preferensi perdagangan dan memberlakukan tarif dan non tarif secara efektif dengan menurunkan tarif bea masuk bagi barang-barang yang berasal dari Indonesia. Secara progresif membebaskan dan mendorong perdagangan barang dan jasa, menciptakan transparansi, liberalisasi dan memfasilitasi investasi. Dengan disepakatinya kesepakatan preferensi perdagangan diantara negara anggota D-8 dan OKI, banyak manfaat yang diperoleh Indonesia. Pemberian preferensi tarif akan saling melengkapi dan mendukung pertukaran produk di antara negara-negara anggota D-8 dan OKI. Melalui peningkatan perdagangan akan tercipta sejumlah lapangan kerja, peningkatan devisa dan peningkatan investasi. Penciptaan peluang baru dalam bidang perdagangan tersebut pada akhirnya akan meningkatkan taraf hidup masyarakat.  Kementerian Perdagangan telah mengirimkan surat ratifikasi kepada Kementerian Luar Negeri, pada bulan November 2010.

3. “ASEAN-India Free Trade Agreement”. Status entry into force Persetujuan Perdagangan Barang ASEAN-India FTA, aturan-aturan spesifik produk, serta mencapai kesepakatan-kesepakatan lebih lanjut atas berbagai prinsip, modalitas dan elemen-elemen yang akan menjadi dasar perdagangan jasa dan investasi sebagaimana yang dituangkan dalam draft teks Persetujuan Jasa dan Persetujuan

Page 96: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  80  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Investasi AIFTA beserta lampirannya telah berlaku per 1 Januari 2010 untuk Brunei Darussalam, Malaysia, Singapore, Thailand, dan India. Sedangkan Indonesia meratifikasi persetujuan ini pada tanggal 15 Juni 2010 dengan penerbitan legal enactment pada tanggal 24 Agustus 2010 dan telah diimplementasikan sejak 1 Oktober 2010. Komitmen Indonesia memberikan perlindungan cukup signifikan bagi industri nasional karena hanya 46,17% pos tarif Indonesia yang akan dihapuskan pada tahun 2016 (meskipun sesuai kesepakatan akan di-review bersama secara timbal-balik).

4. The Second Protocol to Amend Agreement on Trade in Goods ASEAN-China FTA. Perjanjian ASEAN-China mencakup perjanjian dalam bidang-bidang Perdagangan Barang, Jasa, Investasi dan Penyelesaian Sengketa yang disusun secara terpisah antara satu dan lainnya. Perdagangan Barang saat ini akan melaksanakan perundingan paket ke-2. Protokol pertama merupakan bagian dari proses pengintegrasian sektor jasa di ASEAN secara bertahap, sementara protokol kedua merupakan penyesuaian terhadap beralihnya kesepakatan Common Effective Preferential Tariff for AFTA (CEPT-AFTA) ke perjanjian barang yang lebih komprehensif dan berlaku efektif sejak 17 Mei 2010, yakni ASEAN Trade in Goods Agreement. Kementerian Perdagangan telah mengirimkan surat ratifikasi kepada Kementerian Luar Negeri, pada tanggal 31 Desember 2010.

5. ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA). ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA) merupakan kodifikasi atas keseluruhan kesepakatan ASEAN dalam perdagangan barang (trade in goods), baik dalam CEPT Agreement maupun keputusan-keputusan penting lainnya oleh Kepala Negara/Kepala Pemerintahan ASEAN dan oleh para Menteri Ekonomi ASEAN. ATIGA terdiri dari 11 Bab, 98 Pasal dan 10 Lampiran, yang antara lain mencakup prinsip-prinsip umum perdagangan internasional (non-discrimination, Most Favoured Nations-MFN treatment, national treatment), liberalisasi tarif, pengaturan tarif dan non-tarif, ketentuan asal barang, fasilitasi perdagangan, kepabeanan, standar, regulasi teknis dan prosedur pemeriksaan penyesuaian, SPS (Sanitary and Phytosanitary Measures), dan kebijakan pemulihan perdagangan (safeguards, anti-dumping, dan countervailing measures). Agreement ini telah diratifikasi Kementerian Perdagangan dengan Peraturan Presiden No. 2 Tahun 2010.

6. Trade Agreement Between The Government of The Republic of Indonesia and The Government of Kuwait. Persetujuan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Kuwait tentang Kerja Sama Perdagangan ditanda tangani Menteri Perdagangan Republik Indonesia dengan Menteri Perdagangan dan Industri Kuwait pada tanggal 30 Mei 2007 di Jakarta. Persetujuan perdagangan ini bertujuan untuk memfasilitasi, mempromosikan perdagangan, dan

Page 97: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  81  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

memperkuat kerja sama ekonomi antara kedua negara sesuai dengan ketentuan dan hukum domestik masing-masing negara.

7. Agreement Between The Government of The Republic of Indonesia and The Government of the Arab Republic of Egypt on Economic and Technical Cooperation. Persetujuan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Mesir ini ditanda tangani pada saat sidang komisi bersama ke-5 pada tanggal 3-4 April 2007 di Jakarta. Pelaksanaan diadakan persetujuan ini adalah untuk memaksimalkan kerja sama serta pengembangan potensi masing-masing terutama dalam hubungan ekonomi dan perdagangan, di mana Indonesia sedang menggalakkan usaha untuk menembus pasar-pasar non-tradisional di kawasan Afrika, Timur Tengah sebagai alternatif tujuan pemasaran produk-produk Indonesia, termasuk meningkatkan pangsa pasar Mesir.

IK-34

Jumlah Partisipasi Dalam Perunding-an Perda-gangan Internasio-nal Dalam Rangka Pembukaan, Pening-katan dan Pengaman-an Akses Pasar

Perjuangan Indonesia dalam meningkatkan akses pasar di forum multilateral yang dilakukan melalui kerjasama dan perundingan internasional di forum World Trade Organization (WTO) telah membuat komposisi kekuatan negara-negara berkembang dengan negara maju dalam forum tersebut menjadi berimbang. Kepemimpinan Indonesia dalam berbagai kelompok inti (misal: G33, G20 di WTO dan ASEAN) membuat posisi Indonesia semakin diperhitungkan di forum internasional dan regional. Dalam melakukan negosiasi dan diplomasi perdagangan internasional Kementerian Perdagangan bertindak sebagai koordinator untuk posisi Indonesia dan selalu berpegang kepada prinsip kepentingan nasional.

Perkembangan kerja sama di forum multilateral, bilateral, dan regional perlu mendapatkan perhatian kita tidak saja karena pertumbuhannya yang begitu pesat dalam 10 tahun terakhir, tetapi juga karena komitmennya bersifat WTO-Plus sehingga perlu disikapi dengan hati-hati. Upaya-upaya untuk memajukan kepentingan perdagangan Indonesia dalam hubungannya dengan negara lain adalah dengan diplomasi perdagangan (trade diplomacy).

Partisipasi aktif di perundingan perdagangan internasional sangat penting karena ada kepentingan Indonesia di dunia internasional dalam rangka pembukaan dan peningkatan akses pasar. Pada tahun 2010 ini, Indonesia telah mengikuti sebanyak 175 (seratus tujuhpuluh lima) perundingan lebih besar dari yang sudah kita targetkan sebelumnya yaitu sebesar 174 (seratus tujuhpuluh empat) perundingan baik di dalam negeri maupun di dalam negeri dalam merumuskan strategi dan posisi runding Indonesia baik dalam forum kerjasama multilateral, regional maupun bilateral. Hal ini disebabkan pada akhir tahun ada partisipasi dalam rangka perundingan perdagangan internasional yang belum terjadwal sebelumnya sehingga terjadi penambahan jumlah partisipasi perundingan perdagangan internasional. Berikut adalah bagan perbandingan pencapaian dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010:

Page 98: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  82  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Tabel 22 Capaian Indikator Kinerja Partisipasi Perundingan Perdagangan Internasional

Tahun 2008 - 2010

Tahun No  Indikator Kinerja 

2008  2009  2010 

1  Jumlah partisipasi perundingan perdagangan Internasional 

185 Perundingan  178 Perundingan  175 Perundingan 

Sumber: Ditjen Kerjasama Perdagangan Internasional

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa selama periode tahun 2008-2010 terdapat penurunan jumlah partisipasi perundingan perdagangan Internasional, hal ini disebabkan pada tahun 2010 Indonesia lebih memfokuskan partisipasi pada sidang yang berpotensi lebih besar untuk menghasilkan kesepakatan. Pada tahun 2009 jumlah partisipasi perundingan perdagangan internasional tidak dicantumkan dalam IK Kementerian Perdagangan, sehingga indikator ini tidak dapat dibandingkan.

Kasus tuduhan dumping, subsidi, dan safeguard terhadap Indonesia yang ditangani pada tahun 2010

Selain melakukan perundingan perdagangan internasional Kementerian Perdagangan juga melakukan pembelaan atas tuduhan dumping, subsidi, dan safeguard. Tindakan pembelaan tersebut sangat penting seiring dengan meningkatnya ekspor Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini. Peningkatan terasa dalam satu tahun terakhir karena krisis global dunia yang membuat negara-negara cenderung menjaga pasar dalam negerinya dengan lebih ketat. Indonesia telah menjadi target pengenaan antidumping, subsidi, dan safeguard di pasar negara tujuan ekspor.

Jumlah kasus tuduhan terhadap Indonesia yang ditangani sampai dengan bulan Desember 2010 sebanyak 204 kasus, yang terdiri dari 166 kasus tuduhan dumping, 13 kasus tuduhan subsidi dan 25 kasus tindakan safeguards. Dari berbagai tuduhan tersebut, sekitar 49,51% telah dihentikan karena tidak terbukti melakukan dumping, subsidi dan tindakan safeguard. Namun masih terdapat 94 kasus (46,08%) yang dikenakan, dan sekitar 4,41% masih dalam proses penanganan kasus. Pemerintah memfasilitasi para eksportir menghadapi kasus dumping atau pengenaan safeguard serta melakukan diplomasi perdagangan internasional bila diperlukan.

 

 

 

 

Page 99: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  83  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Gambar 17 Kasus Tuduhan Dumping, Subsidi dan Safeguard

Terhadap Indonesia s.d. Desember 2010

 

Sumber: Kementerian Perdangangan

Dalam rangka melakukan pengamanan pasar di dalam negeri, telah dilakukan beberapa langkah pengamanan yaitu:

1. Sistem peringatan dini dengan melakukan pengawasan dan identifikasi terhadap barang impor.

2. Melakukan penyelidikan anti dumping dan subsidi terhadap produk impor yang merugikan industri sejenis di dalam negeri. Hasil penyelidikan anti dumping dan subsidi pada tahun 2010 adalah: 1 produk aluminium dari Malaysia dinyatakan terbukti dumping dan dikenakan BMAD, 3 produk (polyester staple fiber dari India dan H section dari RRT; Hot Rolled Coil dari Malaysia dan Korea) sudah selesai diproses dan 2 produk (uncoted writing paper dari Finlandia dan hot rolled plate dari RRT) dalam proses penyelidikan.

IK-35

Jumlah perundingan bidang jasa yang diikuti

Di bawah ini adalah beberapa perundingan di bidang jasa yang mengalami perkembangan pada tahun 2010:

Sidang Jasa WTO

Sepanjang tahun 2010, telah diselenggarakan sidang jasa dalam bentuk cluster sidang (services week) di WTO sebanyak 5 kali. Sidang-sidang tersebut terdiri atas Sidang Working Party on Domestic Regulations (WPDR), Working Party on GATS Rules (WPGR), Committee on Specific Commitments (CSC), Committee on Trade in Financial Services (CTFS), Council for Trade in Services (CTS), dan Council for Trade in Services-Special Session (CTS-SS). Kemudian pada sidang cluster jasa pada bulan November 2010, terdapat satu sesi tambahan dari sidang CTS yang membahas khusus mengenai pelaksanaan MFN-Excemption negara-negara anggota WTO.

Page 100: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  84  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Selain dari rangkaian sidang-sidang tersebut, seringkali juga dilakukan beberapa pertemuan bilateral dan plurilateral yang dilakukan dalam rangka membahas akses pasar jasa (mekanisme request-offer). Sepanjang tahun 2010, Indonesia telah melakukan pertemuan bilateral antara lain dengan Jepang, Amerika Serikat, Uni Eropa, Norwegia, Kanada, Swiss, dan Australia.

Beberapa dokumen yang telah dihasilkan sepanjang perundingan jasa pada tahun 2010 antara lain Draft Waiver untuk negara-negara Least Developed Countries (LDC) serta WPDR Chairman Annotated Text on Draft Text of Disciplines on Domestic Regulations. Sementara itu agenda pembahasan yang menjadi kepentingan Indonesia seperti Emergency Safeguard Mechanism (ESM) belum mengalami kemajuan berarti karena pada tahun 2010, negara-negara proponen isu ini (kelompok ASEAN-minus Singapura) masih menunggu pembahasan statistik perdagangan jasa yang background notes-nya akan dikeluarkan oleh Sekretariat WTO pada awal tahun 2011.

ASEAN Coordinating Committee on Services (CCS)

Sidang CCS ke 64 berlangsung pada tanggal 9–11 November 2010 di Manila, Philipina. Sidang membahas isu-isu penting, seperti komitmen ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS) Paket 7 yang membahas penggunaan unbound* pada Schedule of Commitments Philipina. Selain itu juga dibahas mengenai pemenuhan threshold AFAS Paket 8, dan isu-isu pada pertemuan sectoral working groups yang dilaksanakan secara back-to-back dengan pertemuan CCS leaders, yaitu Pertemuan Logistic and Transport Services Sectoral Working Group (LTSSWG), Business Services Sectoral Working Group (BSSWG) dengan fokus pembahasan pada sub sektor arsitektur dan engineering, dan Healthcare Services Sectoral Working Group (HSSWG) dengan fokus pembahasan pada subsektor medical, dental, dan nursing.

Hasil pertemuan Business Services Sectoral Working Group (BSSWG): (1) Pertemuan mencatat kemajuan-kemajuan yang telah dicapai pada MRAs di bawah sektor Business Services. Khusus di sektor akuntan, pertemuan meng-highlighted keputusan mengenai pembentukan Sekretariat ASEAN Federation on Accountant (AFA) secara permanen di Jakarta, Indonesia. Hal ini akan dilakukan secara bertahap, dan diharapkan, proses transisi dimaksud dapat selesai dan difinalisasikan pada pertemuan AFA Council berikutnya di Kuala Lumpur pada bulan November 2010; (2) Pertemuan juga mencatat program-program Professional Exchange di sektor arsitek dan engineer. Dibicarakan pula mengenai kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam implementasi exchange programme ini, terutama yang berkaitan dengan peraturan domestik masing-masing ASEAN Member States (AMS), dan pertemuan mendiskusikan perlu adanya standar akreditasi dan sertifikasi serta harmonisasi dari professional requirement standard khususnya yang terkait dengan program dimaksud; (3) Pertemuan juga menyampaikan pandangan mengenai WTO negotiating proposal on Professional Service, dan disepakati bahwa perlu dilakukan diskusi lebih

Page 101: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  85  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

lanjut mengenai proposal ini pada pertemuan-pertemuan MRA terutama yang terkait dengan impediments to the trade liberalisation. Selain itu ASEAN Architect Council (AAC) Chairman menawarkan kepada pertemuan untuk membantu menyediakan dokumen-dokumen WTO sektor jasa arsitek yang lebih update untuk disirkulasi dan didiskusikan pada pertemuan berikutnya.

Hasil Pertemuan Logistic and Transport Services Sectoral Working Group (LTSSWG): (1) Dalam pertemuan ASEC meminta ASEAN Member States (AMS) yang belum menyerahkan daftar identifikasi Impediment dan Domestic Rules and Regulations sektor logistik karena masih melakukan konsultasi internal untuk dapat menyampaikan laporan hasil konsultasi tersebut sebelum 31 Desember 2010; (2) Pertemuan juga membahas kompilasi dari the Qualification of Profession yang akan digunakan untuk menyusun mekanisme fasilitasi movement of natural person dalam jasa logistik. Pertemuan sepakat untuk menyusun daftar minimum requirements yang diberlakukan bagi sektor jasa logistik, dan AMS diminta untuk menyampaikan daftar dimaksud kepada ASEC sebelum tanggal 31 Desember 2010; (3) Terkait dengan definisi ASEAN mengenai courier services/ express delivery services (EDS), AMS mendapat kesulitan untuk membuat definisi bersama tentang courier services/ express delivery services, karena terdapat perbedaan definisi dan interpretasi di antara AMS. Pertemuan sepakat untuk menggunakan definisi yang ada pada peraturan nasional setiap AMS yang akan disampaikan pada pertemuan LTSSWG ke-5; (4) Indonesia sebagai country coordinator dalam outreach programmes menyampaikan preliminary concept paper tentang program dimaksud. AMS meminta waktu untuk mempelajari concept paper dan akan memberikan feedback kepada Indonesia paling lambat tanggal 17 Desember 2010. Indonesia akan menyampaikan concept paper kepada ASEC pada tanggal 31 Desember 2010. AMS meminta waktu untuk mempelajari concept paper dan akan menyampaikan masukan, serta nominasi pembicara yang merupakan pakar dalam bidang logistik dan transportasi pada tanggal 17 Desember 2010 kepada Filipina.

Hasil Pertemuan Healthcare Services Sectoral Working Group (HSSWG): (1) Pertemuan mengusulkan meng-update kontak detail setiap tiga bulan dan pertemuan juga menyetujui penawaran Indonesia untuk menjadi koordinator komunikasi dalam AMS koordinator HSSWG; (2) Selanjutnya, uploading dan updating website akan dilakukan oleh ASEC, namun meng-update ASEC website merupakan tanggung jawab masing-masing AMS coordinator.

Pada sectoral working groups dibahas antara lain mengenai mutual recognations agreements pada jasa accoutancy, land surveying, architecture, engineering, dental, medical practioners, dan nurse. Selain itu juga dibahas mengenai domestic regulations pada sektor-sektor tersebut.

MRA on Engineering berdasarkan total dari ASEAN Chartered Professional Engineers (ACPEs) saat ini mencapai 346 orang yang berasal dari Indonesia

Page 102: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  86  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

93 orang, Malaysia 104 orang, dan Singapura 149 orang.

MRA on Architectural Services, Indonesia dalam pertemuan menyampaikan mengenai aplikasi ASEAN Architect (AA) baru sebanyak 17 orang, sehingga total AA dari Indonesia berjumlah 27 orang.

MRA on Nursing Services, Indonesia terpilih menjadi koordinator untuk mengumpulkan data dari semua negara anggota ASEAN dan mengirimkannya ke Sekretariat ASEAN.

MRA on Medical Practioners, Indonesia telah menyampaikan peraturan nasional terkait pengaturan tenaga kesehatan khususnya tenaga kesehatan asing.

MRA on Dental Practioners, Indonesia menyatakan sudah mempunyai kode etik dan pedoman-pedoman dalam bahasa (ethical code and guideline) sehingga perlu diterjemahkan. Indonesia juga telah memasukkan daftar regulasi domestik terkait dokter gigi dalam bentuk soft copy. Pertemuan sepakat bahwa perlu dibuat matriks persyaratan masuk (entry requirements) untuk dokter gigi yang akan bekerja di negara ASEAN sebagai bahan perbandingan di antara AMS.

ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP)

Sesuai dengan Chapter 6, Article 50 Persetujuan AJCEP, Sub-Komite Perdagangan Jasa akan dibentuk setahun setelah entry into force AJCEP untuk menegosiasikan aturan dan komitmen liberalisasi perdagangan jasa.

Sub-komite untuk bidang jasa dan investasi telah terbentuk pada tanggal 15 Desember 2009 pada saat seluruh parties telah menyampaikan nama-nama wakilnya.

Pertemuan Sub-Komite Jasa AJCEP dilaksanakan pertama kali di Tokyo, Jepang pada tanggal 7 Juni 2010. Pada pertemuan tersebut Jepang menyatakan bersedia untuk melakukan perundingan jasa di fora regional (AJCEP) dan mengindikasikan akan menggunakan pendekatan negatif dalam perundingan. Enam sektor jasa yang menjadi perhatian Jepang kepada ASEAN adalah : (i) computer-related, (ii) telekomunikasi, (iii) konstruksi, (iv) distribusi, (v) finansial dan (vi) maritim.

ASEAN belum mempunyai common position untuk memulai negosiasi jasa AJCEP, maka dilaksanakan pertemuan Sub-Komite Jasa AJCEP Caucus ASEAN pada tanggal 2-3 Agustus 2010 di Bangkok, Thailand. Beberapa negara ASEAN memberikan indikasi bahwa perundingan AJCEP tidak akan lebih liberal dari kesepakatan EPA dengan Jepang dan Indonesia memotori tingkat ambisi seperti kesepakatan di tingkat ASEAN-China dan ASEAN-Korea (setingkat AFAS IV). Sedangkan Myanmar menyatakan basis perundingan dengan Jepang adalah EPA plus komitmen terkait lainnya.

Pertemuan Sub-Komite Jasa yang ketiga dilaksanakan pada tanggal 5-8 Oktober 2010 di Krabi, Thailand. Pada pertemuan ini ada beberapa hal yang perlu digarisbawahi, yaitu agenda Cost and Benefit untuk melakukan negosiasi jasa AJCEP di tingkat regional dihapus dari pembahasan karena

Page 103: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  87  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

negosiasi ASEAN-Jepang di bidang jasa sudah merupakan mandat dari perjanjian AJCEP, terkait Negotiation general principles, modalities dan procedures, Jepang menyampaikan keinginannya agar AJCEP di bidang jasa memberikan tingkat ambisius yang tinggi melebihi perjanjian bilateral (EPA) Jepang dengan 7 negara ASEAN dengan alasan hal tersebut akan membawa hasil yang lebih baik bagi pelaku bisnis kedua pihak, Jepang menyatakan keinginan untuk menggunakan pendekatan negative list dalam schedulling services committment dan juga tidak menginginkan dimasukkannya chapter of Movement of Natural Persons (MNP) pada agreement. Sementara itu pihak ASEAN menyatakan bahwa pendekatan positive list sudah merupakan mandat dari para Menteri ASEAN dan kesepakatan seluruh AMS dalam modalitas perjanjian yang dilakukan oleh ASEAN dalam seluruh perundingan dengan mitranya. Mengingat hasil dari pertemuan ini belum mencapai kesepakatan secara substantif, untuk itu pihak ASEAN menekankan pentingnya dalam agenda berikutnya untuk menghasilkan kesepakatan dalam principle dan modalities untuk negosisasi ini.

Pada tahun 2009 hingga September 2010 koordinasi perundingan bidang jasa masih terbagi sesuai fora perundingannya, oleh sebab itu Indikator Kinerja ini belum dapat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya karena tidak terdapat dalam Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Perdagangan.

IK-36

Jumlah partisipasi perundingan kerjasama multilateral

Perjuangan Indonesia dalam meningkatkan akses pasar di forum multilateral dilakukan melalui kerjasama dan perundingan internasional di forum World Trade Organization (WTO).

Agriculture

Negosiasi isu pertanian di WTO pada semester I 2010 adalah terkait tentang Special Safeguard Mechanism (SSM) pada Committee on Agriculture Special Session/COA-SS) membahas masalah Draft Modalitas. Pembahasan telah memasuki tahap penyusunan roadmap draft Schedule of Concessions Putaran Doha untuk pilar market access, domestic support, dan export subsidies.

Sepanjang tahun 2010, posisi Indonesia dalam perundingan bidang pertanian membahas dan menyelesaikan seluruh isu pending pertanian, diantaranya adalah Template Schedule of Concession on Market Access, Domestic Support dan Export Competition, Value of Agriculture Production (VOP) & Data, dan isu-isu klarifikasi dalam ”CIA Paper”; Isu-isu pending draft modalitas termasuk SP (Special Product) dan SSM (Special Safeguard Mechanism).

Page 104: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  88  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Kementerian Perdagangan selalu aktif dalam fora perdagangan internasional 

Non-Agricultural Market Access (NAMA)

Sidang NAMA yang dilaksanakan pada tanggal 20-23 September 2010 membahas proposal yang berisi scope, registration, data quality requirement sebagai penerapan good laboratory practice dan akreditasi laboratorium, labelling, assessment, S&D Treatment and Technical Cooperation, and Annex A. Sedangkan untuk pembahasan Proposal NTBs on Remanufactured Goods, difokuskan pada isu definisi remanufactured goods dan kaitannya dengan durability dan warranty.

Kesimpulan Chairman sidang NG NAMA tanggal 26 November 2010 menyatakan bahwa meskipun dapat diterima untuk menyelesaikan masalah secara horisontal, tetapi diskusi secara horisontal terkait lebih dari 4 (empat) sektor yang diindentifikasikan dalam persetujuan tidak dapat diterima. Terkait dengan hal tersebut, maka lebih baik melakukan diskusi secara prosedural untuk membahas tentang proposal tersebut.

Page 105: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  89  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Sebuah sudut kegiatan dari kerjasama perdagangan internasional

Rules

a. Dispute Settlement Body (DSB) Indonesia-AS (Tobacco Act)

Terkait dengan penyelesaian sengketa, pada tanggal 13-14 Mei 2010 telah dilaksanakan konsultasi antara Indonesia dan AS di kantor WTO Jenewa terkait dengan keberatan Indonesia atas dikeluarkannya kebijakan Family Smoking Prevention and Tobacco Act AS.

Pada kesempatan tersebut, Indonesia menyampaikan bahwa industri rokok kretek mempunyai peranan penting bagi perekonomian dan memberikan kontribusi terhadap perekonomian negara, terutama bagi petani tembakau dan cengkeh serta masyarakat yang bekerja pada industri rokok kretek.

Pada tanggal 22 Juni 2010, Indonesia telah menyampaikan request pembentukan panel sidang DSB dan ditolak oleh pihak AS. Selanjutnya Indonesia kembali mengajukan request pada tanggal 20 Juli 2010 yang tidak dapat ditolak pihak AS dan Indonesia sedang melakukan peninjauan terhadap anggota dan pihak ketiga dalam panel DSB untuk kasus Tobacco Act AS.

Untuk mengamankan kepentingan nasional, dalam sidang DSB pada tanggal 20 Juli 2010 di WTO, Jenewa, Indonesia menyampaikan kembali permintaan pembentukan panel untuk yang kedua kalinya. Dalam sidang tersebut, DSB menyetujui permintaan RI untuk membentuk panel guna memeriksa pelanggaran US Family Tobacco Act.

Pada tanggal 9 September 2010, RI dan Amerika Serikat menyetujui komposisi anggota panel. Komposisi panel tersebut telah secara resmi dimuat dalam dokumen WTO WT/DS406/3 yang tidak bersifat rahasia

Page 106: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  90  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

dan dapat diakses oleh semua Anggota WTO.

Pada tanggal 14 Oktober 2010, sesuai dengan proses panel DSB di mana Indonesia sebagai penggugat utama harus menyerahkan executive summary dari gugatannya, maka Indonesia telah mengirimkan First Written Submission yang kemudian disampaikan kepada oleh PTRI Jenewa kepada Panel DSB – WTO tanggal 20 Oktober 2010. First Written Submission tersebut disusun berdasarkan hasil rapat antara Tim dari Kemendag dan Lawyer Indonesia Duane Layton.

Tanggal 13-14 Desember 2010 telah diadakan sidang panel DSB–WTO di Jenewa yang akan menghadirkan Indonesia sebagai penggugat utama, serta pihak AS sebagai tergugat. Agenda sidang antara lain akan membacakan opening statement, membahas written submission kedua belah pihak yang bersengketa, dan Q&A session dari panel terhadap kedua belah pihak serta pandangan third parties.

b. Negotiating Group on Rules (NG on Rules)

Sidang NG on Rules sampai saat ini masih membahas beberapa isu utama, antara lain seperti zeroing, circumvention, dan product underconsideration. Untuk isu ini, Indonesia pada dasarnya keberatan dengan penerapan zeroing dalam menentukan dumping margin. Karena dengan metode ini akan meningkatkan dumping margin dan dianggap merugikan bagi negara-negara berkembang.

Sedangkan untuk fisheries subsidies, Indonesia tengah mempersiapkan proposal baru dengan tetap berbasis pada proposal Indonesia yang lama serta mengakomodir perkembangan perundingan.

Perundingan NG on Rules saat ini terbagi menjadi beberapa sesi, yaitu sesi plurilateral, bilateral dan wrap up. Namun, tidak semua negara diundang dalam sesi plurilateral maupun bilateral. Indonesia juga tidak ikut andil di dalam sesi plurilateral anti dumping dalam sidang dimaksud.

Trade Facilitation

Dalam rangka menindaklanjuti mandat Pertemuan Trade Negotiating Commitee (TNC). Chairperson Negotiating Group on Trade Facilitation (NGTF), Duta Besar Guatemala, Mr. Eduardo Ernesto Spreisen-Yurt melakukan inisiatif dengan mengadakan pertemuan Informal Brainstroming Trade Facilitation pada tanggal 17 Desember 2010 di WTO. Pertemuan tersebut dihadiri oleh para Delegasi/Duta besar negara proponen dalam isu-isu pembahasan NGTF.

Secara khusus Indonesia termasuk dalam proponen bersama dengan China dan Korea terhadap Artikel 7.4 (PCA/Customs Audit). Terkait dengan hal tersebut pada tanggal 29 November-1 Desember 2010, Indonesia telah melakukan trilateral informal meeting dengan Korea dan China sebagai langkah untuk memperjelas posisi dari para proponen mengingat terdapat perbedaan definisi dan implementasi antara ketiga negara proponen.

Page 107: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  91  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Selanjutnya para proponen sepakat untuk melakukan komunikasi lebih lanjut terkait definisi dan implementasi audit yang dilakukan masing-masing customs officer.

Selama ini Indonesia berperan aktif dalam perundingan trade facilitation. Indonesia juga telah lebih maju dengan upaya dan pengalaman dalam memberikan fasilitasi perdagangan. Hal ini yang menjadi pertimbangan bahwa untuk mendapatkan market access yang lebih luas maka Indonesia dapat mendorong terselesaikannya perundingan trade facilitation. Terdapat perkembangan penanganan isu trade facilitation, yaitu: sebelum tahun 2010 dari keseluruhan 60 isu, masih terdapat 33 isu yang belum mempunyai rekomendasi posisi dasar. Selama tahun 2010, penyelesaian 60 isu TF dapat dirinci sebagai berikut:

a. Isu yang sudah memiliki posisi dasar

" 23 isu sudah disetujui oleh instansi terkait, antara lain: internet publication, consultation, notification, detention, dan risk management;

" 26 isu sudah disetujui namun masih perlu klarifikasi dari instansi terkait, antara lain: advance ruling, right of appeal, Coordination of activities and requirements of [all] border agencies, expedited shipment dan use of international standards;

" 1 isu masih belum/ tidak disetujui yaitu test procedur (second confirmatory test).

b. Isu yang belum memiliki posisi

10 isu masih memerlukan kajian lebih lanjut, antara lain: import alerts/rapid alerts, declaration of transhipped goods, consular fees, same borders procedures within a customs union, dan basic freedom of transit.

Hal penting yang memerlukan keputusan dan arahan di tingkat nasional adalah usulan dalam penyusunan Draft Agreement mengenai kewajiban untuk membentuk Komite Nasional/ National Enquiry Point untuk bidang trade facilitation. Anggota tim teknis/ perunding pada umumnya belum memiliki keseragaman gambaran tentang keterkaitan focal point (Komite Nasional/ National Enquiry Point) bidang trade facilitation dengan nofication bodies lainnya khususnya BSN dan Badan Karantina Pertanian. Sementara itu di sisi lain terdapat pemikiran untuk mengintegrasikan kewenangan dengan Tim Nasional Indonesia National Single Window (TIM NAS INSW).

Trade and Environment

Untuk bidang trade and environment, secara spesifik terdapat tiga mandat perundingan dalam kerangka pembahasan di Committee on Trade and Environment–Special Session (CTE-SS) WTO, khususnya terkait dengan para 31 DDA.

Pembahasan paragraf 31 (i) mengenai hubungan antara existing WTO rules

Page 108: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  92  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

dengan Specific Trade Obligations (STOs) yang digariskan oleh Multilateral Environmental Agreements (MEAs) belum terdapat suatu perkembangan yang berarti. Adapun posisi Indonesia adalah:

Pemerintah Republik Indonesia mendukung pandangan bahwa tidak ada konflik antara STOs dalam MEAs dengan aturan WTO;

Pemerintah Republik Indonesia siap untuk memulai pembahasan text-negotiation untuk isu ini.

pembahasan paragraf 31 (ii) mengenai kerja sama pertukaran informasi antara WTO dengan Sekretariat MEAs, hingga saat ini tidak terdapat perkembangan yang berarti. Posisi Indonesia adalah mendukung adanya prosedur pertukaran informasi secara reguler antara Sekretariat MEAs dengan WTO yang selama ini sudah berjalan baik dan memadai.

Perundingan paragraf 31 (iii) mengenai penurunan atau eliminasi environmental goods and services. Perundingan paragraf ini bersifat sangat contentious.

Masalah utama dalam pembahasan isu ini adalah mengenai:

1. Cakupan barang environmental goods(EGs); dan

2. Treatment penurunan/ penghapusan tarif EGs.

Hingga saat ini, belum tercapai kesepakatan diantara anggota WTO dalam menentukan definisi, kriteria, pendekatan, dan kategori EGs. Perdebatan terfokus pada upaya identifikasi EGs, yang apabila dipetakan terdapat tiga pendekatan (approach), yaitu: (1). List Approach; (2). Integrated/Project Approach; dan (3). Request-Offer Approach. Posisi Indonesia adalah menekankan bahwa penetapan EGs tidak dapat dilakukan hanya dengan salah satu approach, tetapi dengan menggunakan multiple approaches yang menurut Indonesia adalah gabungan antara List Approach (barang sangat terbatas dan fungsi barang mayoritas untuk lingkungan hidup) dan pendekatan rekomendasi untuk barang yang memiliki fungsi ganda. Dalam kaitan ini, tim teknis perunding CTE belum dapat menyusun daftar produk dalam EGs, namun mengindikasikan Indonesia tetap pada posisi bahwa kriteria EGs adalah yang single environmental use dan non-production process method (Non-PPM). Pengertian Indonesia adalah bahwa EGs adalah barang yang memiliki kegunaan utama bagi pelestarian lingkungan hidup, bukan barang yang dihasilkan melalui proses yang ramah lingkungan (environmentally product).

Di samping perundingan CTE-SS, terdapat pula CTE Reguler yang membahas mengenai beberapa paragraf dari Deklarasi Doha, yaitu paragraf 32 mengenai isu eco-labelling untuk tujuan perlindungan lingkungan hidup. Posisi Indonesia adalah mendukung penerapan eco-labelling yang tidak bersifat mandatory (voluntary basis), karena dikhawatirkan akan bisa menjadi penghambat perdagangan

Pada SOM tanggal 7-8 Juli 2010, terdapat perkembangan menarik terutama terjadi pada pembahasan EGs, dalam rangka mengedepankan prinsip triple

Page 109: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  93  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

win: trade, development, environment. Tanpa prejudice terhadap posisi anggota yang bersangkutan, beberapa proposal untuk mendorong perundingan telah disampaikan beberapa negara seperti Singapura (list of Goods), Brasil (biofuel), Argentina (clean development mechanism) dan Argentina-Brasil (development issues).

Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPs)

Sidang Council for TRIPs dan Council for TRIPs-Special Session dilaksanakan pada tanggal 26-28 Oktober 2010. Sidang TRIPs Council membahas isu-isu antara lain: Notifikasi, Non-Violation and Situation Complaints (NVSC), Relationship between TRIPs and CBD, dan Protection of Traditional Knowledge, dan IP Enforcement trends. Council for TRIPs secara khusus pada tanggal 27 Oktober 2010 membahas review atas Implemention of Para 6 System. Untuk Sidang Council for TRIPs-Special Session, dibahas isu yang menjadi mandat perundingan isu TRIPs yaitu pembentukan sistem registrasi dan notifikasi multilateral untuk wines and spirits.

Dalam sidang TRIPs kali ini, delegasi Indonesia menyampaikan beberapa point of intervention, yaitu pada mata agenda Relationship between TRIPs and CBD, dan Protection of Traditional Knowledge, dan IP Enforcement trends dan Review atas Implemention of Para 6 System. Kemudian Indonesia (Kementerian Kesehatan) berkeinginan untuk mengadakan National Workshop terkait Para 6 System dan Public Health. IP Director WTO menyambut baik inisiatif Indonesia dan menyatakan bahwa hal tersebut merupakan prioritas bagi WTO. Untuk tema workshop, diusulkan 2 (dua) tema besar, yaitu: i) pembahasan spesifik mengenai Para 6 System; dan ii) Public Health. Terkait waktu pelaksanaan, pihak WTO mengusulkan workshop dilaksanakan pada bulan Februari 2011.

Indikator Kinerja Utama (IKU) jumlah partisipasi perundingan kerjasama multilateral pada tahun sebelumnya bukan merupakan IKU Kementerian Perdagangan, jadi indikator tersebut pada tahun ini tidak dapat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

IK-37

Jumlah Partisipasi Perundingan Kerjasama Regional

Indonesia berperan dalam implementasi cetak biru AEC mengkonsolidasikan semua perjanjian ASEAN menjadi ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA); ASEAN Comprehensive Investment Agreement (ACIA); ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS ke-7); dan Mutual Recognition Agreement (MRA) di beberapa sektor.

Page 110: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  94  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Kegiatan Sidang KTT ASEAN ke‐16 Tanggal 8 April 2010 di Hanoi, Vietnam

ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA)

ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) merupakan kesepakatan antara negara-negara anggota ASEAN dengan China yang efektif 1 Januari 2010 untuk mewujudkan kawasan perdagangan bebas dengan menghilangkan atau mengurangi hambatan-hambatan perdagangan barang baik tarif ataupun non tarif, peningkatan akses pasar jasa, peraturan dan ketentuan investasi, sekaligus peningkatan aspek kerjasama ekonomi untuk mendorong hubungan perekonomian para Pihak ACFTA dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat ASEAN dan China.

Dalam perdagangan Indonesia-RRT, pemanfaatan preferensi tarif oleh kedua pihak cukup tinggi dan perdagangan antara kedua pihak terus ditingkatkan. Perkembangan perdagangan Indonesia-RRT periode Januari-November 2010, mencatat surplus pada perkembangan ekspor non-migas sebesar 12.377,2 juta

Page 111: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  95  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

USD jika dibandingkan dengan tahun 2009 sebesar 8.920,1 juta USD. (Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Kementerian Perdagangan)

Masih dalam kerangka ACFTA, pada tanggal 7 Januari 2010 di Nanning, RRT dalam Forum on the ASEAN-China Free Trade Area telah diluncurkan ACFTA Business Portal (BIZ Portal). Kemudian pada tanggal 1-2 Juli 2010, di Kunming, China, dilaksanakan seminar dan kunjungan ke host dari ACFTA Business Portal. Indonesia tercatat sebagai pengunjung BIZ Portal keempat terbesar di dunia dengan 63 ribu visitors dan lebih dari 3 juta hits setelah RRT, Amerika Serikat, dan Singapura.

ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP)

ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP) merupakan kesepakatan antara ASEAN dengan Jepang berlaku efektif sejak 1 Desember 2008 untuk mewujudkan kawasan perdagangan bebas. Hingga saat ini Indonesia merupakan satu-satunya Pihak yang belum dapat mengimplementasikan Persetujuan AJCEP karena permasalahan transposisi HS 2002 ke HS 2007. Indonesia dan Jepang sedang dalam proses penyelesaian transposisi HS agar Indonesia dapat segera mengimplementasikan Persetujuan AJCEP. Persetujuan Perdagangan Jasa dan Investasi masih dalam tahap perundingan, dijadwalkan akan diselesaikan pada pertemuan AEM-METI ke-17 bulan Agustus 2011.

ASEAN-Korea Free Trade Agreement (AKFTA)

AKFTA merupakan kesepakatan perdagangan bebas ASEAN dengan Korea. Indonesia telah meratifikasi Persetujuan Investasi AKFTA pada tanggal 18 Maret 2010. Berdasarkan Pasal 31 ayat 3 Persetujuan tersebut, tanggal mulai berlakunya persetujuan investasi AKFTA bagi Indonesia adalah 30 hari setelah tanggal notifikasi kepada seluruh pihak.

Pada tanggal 8-9 Desember 2010 bertempat di Sekretariat ASEAN telah berlangsung pertemuan Special Session of the AKFTA Implementing Committee

Page 112: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  96  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

(AKFTA-IC). Pertemuan ini secara khusus ditujukan untuk mendengarkan laporan sementara dari Joint Impact Study of the ASEAN-Korea Trade in Goods Agreement (Joint Study) yang dilakukan oleh konsultan yang telah ditunjuk. Dalam pertemuan AEM-ROK Consultations di Da Nang, Vietnam pada bulan Agustus 2010 dilaporkan bahwa tingkat utilisasi ASEAN adalah sekitar 50% sementara utilisasi di pihak Korea adalah sekitar 20% dari total perdagangan di antara kedua pihak. Hasil sementara kajian yang terbagi ke dalam dua periode yakni sebelum dan sesudah berlakunya AKFTA-Goods dapat diketahui bahwa ekspor Korea ke ASEAN mengalami peningkatan dari sebelum dan sesudah berlakunya AKFTA-Goods. Khusus untuk periode berlakunya AKFTA-Goods dalam tiga tahun terakhir (2007-2010), ekspor Korea ke ASEAN mengalami penurunan pada periode Juni 2008-Mei 2009 sebelum meningkat kembali pada periode Juni 2009-Mei 2010. Kecenderungan serupa berlaku pula untuk ekspor ASEAN ke Korea untuk periode pengamatan yang sama.

Kecenderungan penurunan ekspor pada tahun 2008-2009 tersebut di atas sejalan dengan kecenderungan ekspor Korea dan ASEAN ke dunia. Hal ini jelas menunjukkan bahwa krisis keuangan dunia pada tahun 2008-2009 mempunyai dampak baik pada perdagangan berbasis MFN maupun perdagangan di bawah skim FTA.

Berdasarkan kajian di atas maka tingkat utilisasi AKFTA-Goods selama tiga tahun implementasi sesungguhnya cukup baik meskipun masih dapat ditingkatkan. Tingkat utilisasi ini merupakan perhitungan jumlah impor yang menggunakan preferensi dibagi dengan total impor yang produk yang "eligible" untuk mendapatkan preferensi.

ASEAN-India Free Trade Agreement (AIFTA)

Entry Into Force (EIF) Persetujuan Perdagangan Barang AIFTA telah dimulai sejak tanggal 1 Januari 2010 untuk negara yang telah menyelesaikan ratifikasinya.

Indonesia meratifikasi persetujuan ini pada tanggal 15 Juni 2010 dengan penerbitan legal enactment pada tanggal 24 Agustus 2010 dan telah diimplementasikan sejak 1 Oktober 2010.

Komitmen Indonesia memberikan perlindungan cukup signifikan bagi industri nasional karena hanya 46,17% pos tarif Indonesia yang akan dihapuskan pada tahun 2016 (meskipun sesuai kesepakatan akan di-review bersama secara timbal-balik).

ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Agreement (AANZ-FTA)

Persetujuan AANZFTA telah berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2010, dan Indonesia merupakan satu dari tiga pihak yang belum mengimplementasikan AANZFTA karena masalah transposisi HS 2002 ke HS 2007 yang belum tuntas.

Selanjutnya telah dibentuk Joint Committee ASEAN Australia-New Zealand Free Trade Area (JCM-AANZFTA). JCM ini sendiri telah mengadakan pertemuan pertamanya pada tanggal 24-28 Mei 2010 di Makati City, Filipina yang membahas isu-isu Persetujuan Perdagangan Barang, Intellectual Property,

Page 113: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  97  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Rules of Origin (RoO).

Pada pertemuan ke-2 FTA Joint Committee of AANZFTA (FJC-AANZFTA) yang dilaksanakan pada tanggal 23-26 November 2010 mencatat bahwa Laos dan Kamboja telah menyelesaikan proses ratifikasinya dan akan enter into force masing-masing pada tanggal 1 dan 4 Januari 2011. Dalam kesempatan ini Indonesia menyatakan telah memasuki fase kedua proses ratifikasi dan diharapkan dapat segera menyelesaikan ratifikasi perjanjian ini. Indonesia juga menambahkan bahwa penyelesaian segera atas masalah transposisi akan ikut mempercepat bergabungnya Indonesia ke dalam AANZFTA, dan untuk itu Indonesia akan terus bekerja sama dengan Australia dan New Zealand menyelesaikan masalah ini.

Pada pertemuan trilateral Indonesia, Australia, dan New Zealand pada tanggal 23 November 2010 (sebelum pelaksanaan Pertemuan ke-2 JCM AANZFTA) membahas masalah transposisi HS 2002 ke HS 2007. Pada Pertemuan dimaksud, Australia, dan New Zealand (ANZ) mengajukan 2 (dua) proposal baru, yaitu (i) pembahasan transposisi di fokuskan pada 20 (duapuluh) pos tarif yang menjadi kepentingan Pihak ANZ; dan (ii) pembulatan pecahan pada submisi Indonesia pada tanggal 22 Oktober 2010.

Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC)

Pertemuan Para Menteri Perdagangan APEC tanggal 5-6 Juni 2010 di Sapporo-Jepang, digelar dengan mengusung tema “Change and Action”. Para Menteri melakukan pertemuan dengan Direktur Jenderal WTO dan sepakat bahwa proses “review” terhadap kebijakan proteksionis tetap perlu dilanjutkan baik di WTO maupun di lingkungan APEC. Selaras dengan hal tersebut, diperlukan dorongan politis yang lebih kuat untuk menggulirkan kembali Perundingan Putaran Doha menuju penyelesaian pada tahun 2011, dan para Menteri sepakat bahwa momentum G20-Summit di Toronto dan Seoul, serta APEC Economic Leaders' Meeting (AELM) di Yokohama, dapat dimanfaatkan untuk memberikan dorongan politik yang diperlukan.

Para Menteri secara intensif juga membahas berbagai program kerja APEC tahun ini yang hasilnya dilaporkan pada AELM 2010, diantaranya Report on the Assessment of Bogor Goal Achievement. Sejumlah bidang kerjasama yang mencatat kemajuan antara lain adalah investasi, standar dan ketentuan teknis, ketentuan asal barang, supply-chain connectivity, fasilitasi perdagangan, Hak Kekayaan Intelektual, environmental goods and services, dan Ease of Doing Business.

Pada tanggal 10-11 November 2010, pelaksanaan APEC Ministerial Meeting ke-22 di Yokohama, Jepang telah membahas beberapa agenda, yaitu Supporting the Multilateral Trading System, Bogor Goals and Regional Economic Integration, the Way Forward of APEC, APEC Leaders’ Growth Strategy, Human Security, ECOTECH, dan APEC Reform.

Pada pembahasan Supporting Multilateral Trading System and Preventing Protectionism dibahas mengenai isu penyelesaian Perundingan Putaran Doha WTO dan langkah yang harus dilakukan dan disepakati untuk tetap berusaha

Page 114: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  98  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

menyelesaikan perundingan pada tahun 2011, mengingat tahun 2012 akan diwarnai oleh political event yang terjadi di berbagai negara termasuk Amerika Serikat.

Untuk pembahasan Bogor Goals, tetap masih relevan dan menjadi prioritas utama bagi terciptanya free and open trade and investment di kawasan Asia Pasifik, dan pada pembahasan ini disepakati bahwa para ekonomi yang dinilai kemajuannya telah mencapai tremendous progress, namun masih banyak hal yang masih harus dilakukan di berbagai bidang, seperti tariff, non-tariff barriers (NTB), investasi, jasa, dan structural reforms. Selain itu, para ekonomi juga menekankan pentingnya peningkatan kerja sama di APEC dan unilateral efforts dari masing-masing ekonomi.

Kemudian, untuk pembahasan Regional Economic Integration (REI), Ekonomi APEC menyepakati bahwa Free Trade Area of the Asia and Pacific (FTAAP) merupakan salah satu cara dalam mencapai REI dengan pathways antara lain melalui kerja sama FTAs/RTAs seperti ASEAN+3, ASEAN+6 dan Trans Pacific Strategic Economic Partnership (TPP), serta sectoral initiatives antara lain di bidang jasa, investasi, structural reforms dan supply-chain connectivity.

Pada pembahasan The Way Forward of APEC, terdapat kesamaan pandangan bahwa APEC perlu memperkuat kerja sama khususnya di bidang trade and investment liberalization and facilitation (TILF), guna melanjutkan amanat Bogor Goals dan mempercepat REI dengan memperhatikan kualitas pertumbuhan di kawasan melalui pengimplementasian Growth Strategy dengan mengedepankan kerja sama ekonomi dan teknis yang berkualitas.

Pada pembahasam APEC Leaders’ Growth Strategy, tiap ekonomi APEC memiliki prioritas masing-masing terkait Growth Strategy, oleh karenanya pengimplementasian tujuan Growth Strategy tersebut diwujudkan dalam action plan yang akan terdiri dari proyek-proyek APEC. Jepang mengusulkan tahun 2015 sebagai target tahap pertama untuk melaporkan kepada Leaders mengenai kemajuan APEC dalam mempromosikan Growth Strategy. Kemudian,Amerika Serikat menyampaikan salah satu key deliverables penyelenggaraan APEC 2011, yaitu reformasi struktural. Pada pertemuan para pemimpin APEC ke-18 di Amerika Serikat, para pemimpin APEC akan menyatakan “pledge” tujuan yang akan dicapai masing-masing ekonomi pada tahun 2015.

Pada pembahasan Human Security, beberapa ekonomi menyampaikan prioritasnya terutama terkait food security dan emergency preparedness dan menyampaikan pentingnya ketersediaan dan akses terhadap pangan, serta membuka sistem perdagangan dan menghindari food export restrictions. Juga disampaikan pentingnya capacity building di bidang teknologi pangan untuk meningkatkan ketersediaan pangan. Selain itu diharapkan bahwa Friends of the Chair on Food Security akan meneruskan inisiatif APEC di bidang ketahanan pangan. Rusia mengindikasikan akan melanjutkan agenda human security terutama food security di tahun 2012 saat Rusia menjadi tuan rumah APEC.

Selain itu Indonesia menggarisbawahi tiga dimensi Human Security yang

Page 115: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  99  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

merupakan prioritas Indonesia. Pertama, terkait Indonesia menyampaikan bahwa isu bencana alam merupakan isu yang dialami oleh beberapa ekonomi APEC. Oleh karenanya, Indonesia menyambut baik pengangkatan isu emergency preparedness ke tingkat working group (Emergency Preparedness Working Group, EPWG). Dalam mengimplementasikan human security, APEC harus mensinergikan dengan forum internasional terkait lainnya, salah satunya adalah ASEAN Regional Forum (ARF) di mana Indonesia dan Jepang menjadi co-chairs ARF Disaster Relief Exercises (ARF DiREX) pada tahun 2011. Kedua, Indonesia menyampaikan dukungannya terhadap keberlanjutan inisiatif APEC di bidang ketahanan pangan. Ketiga, relevansi counter terrorism pada perdagangan dan investasi.

Menteri Perdagangan RI Mari Elka Pangestu bersama para Menteri anggota APEC menghadiri pertemuan tahunan para menteri 

anggota Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) pada tanggal 10‐11 November 2010 di Yokohama, Jepang. 

Pada pembahasan APEC Reform, para Menteri sepakat untuk mengkaji persoalan keanggotaan baru APEC (tidak ada penambahan hingga dicapai konsensus). Rusia mengindikasikan akan mengangkat persoalan keanggotaan APEC pada tahun 2012.

Para Menteri mengeluarkan dua dokumen, yaitu APEC Joint Ministerial Statement 2010 dan AMM’s Standalone Statement on Advancing WTO Doha Development Agenda Negotiations and Resisting Protectionism.

Pada pertemuan tersebut, dilakukan juga pertemuan bilateral dengan Rusia dan Jepang. Pertemuan Bilateral dengan Rusia, kedua negara berupaya untuk meningkatkan hubungan kedua negara, dan membahas beberapa isu yang menjadi agenda utama pembahasan APEC serta menyepakati untuk melakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) on Mutual Cooperation in the Field of Trade, Investment, and Economy dalam bentuk Joint Dialogue. Kedua pihak juga sepakat untuk menindaklanjuti Joint Dialogue tersebut dengan melakukan

Page 116: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  100  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

pertemuan setiap tahunnya melalui kunjungan kerja sama yang dilakukan secara bergantian antara kedua negara.

Pertemuan Bilateral dengan METI Jepang, kedua pihak membahas mengenai East Asia Economic Integration, Comprehensive Economic Partnership in East Asia (CEPEA), Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA), dan isu-isu dalam forum APEC seperti Bogor Goals dan TPP. Indonesia menyatakan mendukung sepenuhnya ERIA dan CEPEA, namun prioritas pertama Indonesia adalah untuk menyelesaikan perundingan WTO-DDA.

Selain pelaksanaan APEC Ministerial Meeting ke-22, di sela-sela pertemuan tersebut juga dilaksanakan APEC Business Advisory Council (ABAC) Dialogue with Leaders pada tanggal 13 November 2010, di Yokohama, Jepang. Pertemuan ini membahas rekomendasi ABAC kepada Para Pemimpin yaitu komitmen untuk merealisasikan kawasan perdagangan bebas di Asia-Pasifik yang menjadi wahana dalam mencapai free and open trade and investment di Asia-Pasifik sebagaimana Bogor Goals; akselerasi pertumbuhan micro and Small and Medium Enterprises (MSME’s) melalui kebijakan peningkatan capacity building dan peningkatan kesejahteraan sosial; dan menjamin pertumbuhan yang berkelanjutan melalui ketahanan pangan dan energi.

Indikator Kinerja Utama (IKU) jumlah partisipasi perundingan kerjasama regional pada tahun sebelumnya bukan merupakan IKU Kementerian Perdagangan, jadi indikator tersebut pada tahun ini tidak dapat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

IK-38

Jumlah partisipasi perundingan kerjasama bilateral di kawasan Asia, Amerika dan Australia

Dalam upaya meningkatkan dan mengembangkan pasar ekspor, Indonesia diharapkan berpartisipasi aktif pada sidang-sidang International, salah satunya adalah melakukan negosiasi secara bilateral yang intensif dengan negara-negara mitra dagang utama dan negara-negara yang menjadi pasar non-tradisional Indonesia.

Hubungan perdagangan bilateral antara Indonesia dengan negara-negara mitra dagang di wilayah Asia Timur dan Tenggara, Amerika Utara, Tengah dan Selatan, Australia dan Pasifik merupakan hal yang sangat penting karena negara-negara di wilayah tersebut adalah negara yang potensial bagi produk Indonesia untuk lebih meningkatkan pasar ekspor. Berikut adalah beberapa negosiasi bilateral yang dilakukan Indonesia sepanjang tahun 2010:

Indonesia telah mengirimkan nurses dan caregivers sebanyak 116 kandidat pada tahun 2010

Indonesia–Jepang

Implementasi Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) saat ini, antara lain pemenuhan akses pasar ke Jepang di bidang kesehatan (nurse dan caregivers). Pengiriman nurses dan caregivers telah dilaksanakan sebanyak 3 kali, tahun 2009 Indonesia mengirimkan sebanyak 368 kandidat (177 nurses dan 191 caregivers), tahun 2010 sebanyak 116 kandidat (39 nurses dan 77 caregivers). Indonesia juga memperoleh program dan bantuan untuk meningkatkan kapasitas daya saing, yaitu

Page 117: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  101  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

antara lain melalui program Manufacturing Industry Development Centre (MIDEC). Sampai saat ini dari 13 bidang kerja sama MIDEC, 11 bidang telah berjalan, yaitu: Metal working; Mold and Dies; Welding; SME; NAFED; Automotive; Electronic; Steel; Textile; Food and Beverages; dan Non Ferrous. Namun, masih terdapat 2 (dua) sektor kerja sama MIDEC yang belum berjalan yaitu: Energy Conservation dan dan Petrochemical & Oleo-chemical.

Sosialisasi IA-CEPA dilakukan untuk meningkatkan hubungan perdagangan dan investasi kedua negara

Indonesia-Australia

Terkait peluncuran negosiasi Indonesia-Australia Free Trade Agreement (IAFTA), dalam pertemuan bilateral di Canberra pada tanggal 10 Maret 2010 disampaikan perubahan format kerjasama bilateral kedua negara menjadi Economic Partnership Agreement (EPA). Hubungan kerja sama perdagangan kini menjadi IA-Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA).

Telah diadakan sosialisasi mengenai IA-CEPA di berbagai kota di Indonesia yang dihadiri oleh instansi pemerintah, swasta dan perguruan tinggi untuk mendapatkan dukungan dan masukan atas rencana IA-CEPA.

Pada tanggal 2 November 2010 di Jakarta, Indonesia, telah dilaksanakan peluncuran IA-CEPA oleh pemimpin kedua negara (Presiden RI dan PM Australia). Kerja sama tersebut mencakup kerja sama dalam bidang ekonomi, perdagangan dan investasi yang diharapkan mampu meningkatkan hubungan perdagangan dan investasi kedua negara yang saling menguntungkan.

Pada tanggal 13-15 Desember 2010, telah diadakan pertemuan antara Chief Negotiator kedua negara serta bilateral meeting pada tingkat Senior Official dalam rangka membahas preliminary discussion on IA-CEPA.

Indonesia-RRT

Komisi Bersama Indonesia–RRT atau Joint Commission Meeting (JCM) merupakan wadah formal bilateral tahunan yang menindaklanjuti Kemitraan Strategis (Strategic Partnership) yang telah ditandatangani oleh kedua Kepala Negara pada tahun 2005, di bidang ekonomi perdagangan dan investasi. JCM terakhir (ke-10) diadakan pada tanggal 3 April 2010 di Yogyakarta.

Kedua pihak telah menyepakati Agreement on Expanding and Deepening Bilateral Economic and Trade yang salah satu isi pentingnya adalah pembentukan Working Group on Trade Resolution dan Working Group on Economic Cooperation.

Pihak RRT sepakat untuk memfasilitasi akses pasar bagi buah-buahan tropis (Pisang, Nanas, Rambutan) dan sarang burung walet dari Indonesia untuk dapat memasuki pasar RRT (saat ini pihak RRT telah mengijinkan masuknya buah Salak dan Manggis Indonesia ke RRT). Selain itu, pihak RRT akan membantu mempercepat proses pembukaan Cabang Bank Mandiri di RRT dengan telah ditandatangani Cross Border Supervision Agreement antara Bank Sentral kedua negara. Untuk menindaklanjuti hal tersebut,

Page 118: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  102  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

maka pada saat kunjungan Wapres RI ke CA Expo pada tanggal 21 Oktober 2010, ditandatangani MoU by and between Indonesia Exim Bank and Industrial and Financial Cooperation between Republic of Indonesia and the People’s Republic of China.

Indonesia dan Amerika Serikat sepakat untuk membina kemitraan yang lebih komprehensif

Indonesia–Amerika Serikat

Sebagai tindak lanjut dari MoU on Combating Illegal Logging and Associated Trade, AS telah memberikan bantuan penyelenggaraan Workshop on the Socialization of Integrated Laws, Regulations and Agreements for Indonesian Provinces Affected by Illegal Logging and Associated Trade. Selain itu, sejak tahun 2009 Indonesia dan AS menyelenggarakan secara bersama (co-host) suatu Regional Dialogue (RD) to Promote Legally Harvested Timber Products, yang diadakan secara bergantian di Indonesia dan AS. RD pertama diselenggarakan pada tanggal 2 September 2009 dan RD kedua pada tanggal 19-21 Juli 2010 di Seattle, Washington.

Indonesia dan Amerika Serikat sepakat untuk membina kemitraan komprehensif di masa mendatang yang akan diwujudkan melalui kerjasama di bidang perdagangan, investasi, pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, kesehatan, perubahan iklim, keamanan serta people-to-people contacts.

Pada pertemuan Trade and Investment Council ke-10 yang diadakan di Bali pada tanggal 30 September–1 Oktober 2010 membahas perkembangan isu kebijakan perdagangan dan investasi pada kedua negara seperti kerjasama Trans Pacific, industri film, Angka Pengenal Impor (API), labelisasi untuk berbagai produk, impor daging sapi AS ke Indonesia dan pemutakhiran daftar negatif investasi.

Indonesia–Argentina

Pada tanggal 21-22 September 2010 telah dilaksanakan Sidang Komisi Bersama (SKB) ke-5 Indonesia-Argentina di Buenos Aires, Argentina.

Dalam pertemuan tersebut dibahas isu-isu penting terkait perkembangan hubungan kerja sama bilateral kedua negara dan upaya untuk meningkatkan kerjasama di berbagai bidang seperti perdagangan, investasi, pertanian, energi (Compressed Natural Gas/CNG), kerjasama teknik, ilmiah dan teknologi, olah raga, pariwisata, pendidikan, farmasi, dan kekonsuleran.

Di antara isu penting yang menjadi concern Indonesia di bidang perdagangan adalah upaya untuk mengurangi defisit perdagangan dengan Argentina selama 5 (lima) tahun terakhir (2005 - 2009) dan permintaan agar Argentina mempertimbangkan kembali dan bekerja sama untuk mengatasi kebijakan dan ketentuan perdagangan yang merugikan Indonesia seperti tuduhan dumping, under invoice dan safeguards measures yang menghambat ekspor Indonesia ke Argentina.

Untuk mengurangi hambatan perdagangan bilateral kedua negara,

Page 119: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  103  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Indonesia mencoba mengadakan persuasi agar Argentina mempertimbangkan penggunaan bahasa Inggris dalam dokumen perdagangan, terutama dalam merespon tuduhan dumping dan under invoice dari yang selama ini menggunakan bahasa Spanyol. Terhadap hal ini Argentina menyatakan akan mempertimbangkannya dan berharap dapat memberikan solusi terbaik bagi meningkatnya hubungan perdagangan bilateral kedua negara di masa yang akan datang.

Indonesia berhasil meyakinkan Argentina untuk membuka pasarnya lebih lebar terhadap jenis produk ekspor Indonesia yang siap masuk pasar Argentina seperti tekstil, elektronik, peralatan listrik, minyak kelapa sawit, produk hortikultura, kertas dan produk kertas, kayu olahan, karet, alas kaki, suku cadang sepeda motor, sepeda motor, coklat, udang, ikan beku, kopi, buah yang diawetkan, mesin pencetak, furnitur, kerajinan tangan, perhiasan, kimia, dan perlengkapan rumah tangga.

Indonesia–Bangladesh

Pada tanggal 8-9 Agustus 2010 telah dilaksanakan Sidang Komisi Bersama (SKB) ke-2 Indonesia-Bangladesh di Bukit Tinggi. Pertemuan telah membahas agenda kerja sama di bidang perdagangan antara lain:

‐ Mendorong pelaku usaha untuk menindaklanjuti hasil Business Match-Making;

‐ Mendorong pertukaran delegasi dagang kedua negara dengan mempertimbangkan pembentukan kebijakan visa on arrival bagi para pelaku usaha kedua negara;

‐ Mendorong Promosi produk masing-masing melalui penyelenggaraan pameran dagang maupun pameran tunggal di kedua negara;

‐ Mengintensifkan fungsi Indonesia-Bangladesh Joint Business Council.

Indikator Kinerja Utama (IKU) jumlah partisipasi perundingan kerjasama bilateral di kawasan Asia, Amerika dan Australia pada tahun sebelumnya bukan merupakan IKU Kementerian Perdagangan, jadi indikator tersebut pada tahun ini tidak dapat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

IK-39

Jumlah Partisipasi Perundingan Kerjasama Bilateral di Kawasan Eropa, Afrika dan Timur Tengah

Berikut ini adalah beberapa hubungan perdagangan bilateral antara Indonesia dengan negara-negara mitra dagang di wilayah Eropa, Afrika, dan Timur Tengah.

Indonesia-Uni Eropa

Dalam rangka meningkatkan potensi perdagangan bilateral Indonesia-Uni Eropa telah dilaksanakan beberapa rangkaian pertemuan bilateral antara Indonesia-UE, yaitu European Union-Indonesia Business Dialogue (EIBD), Working Group Trade and Investment (WGTI) serta Vision Group.

EIBD merupakan forum tahunan yang melibatkan sektor swasta dan pemerintah. Pada pertemuan EIBD yang ke-2 yang dilaksanakan pada tanggal 29-30 November 2010, telah dihasilkan paket rekomendasi kebijakan bagi Pemerintah R.I dan UE untuk memastikan terwujudnya

Page 120: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  104  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

peluang bisnis dan investasi.

WGTI adalah suatu forum pertemuan antara pemerintah Indonesia dan Uni Eropa (EU) yang khusus membahas isu perdagangan dan investasi kedua negara. Forum ini telah dilaksanakan sebanyak 2 (dua) kali, yaitu WGTI ke-1 diadakan pada tanggal 24-25 Maret 2009 di Jakarta, dan WGTI ke-2 pada tanggal 25-26 Maret 2010 di Brussels, Belgia. Dalam WG tersebut dihasilkan Agreed Conclusions and Follow Up Actions yang menjadi kesepakatan kedua negara.

Pada WGTI ke-3 yang dilaksanakan pada tanggal 1 Desember 2010, yang membahas isu Renewable Energy Directive (RED), Registration Evaluation Authorization Restriction of Chemical (REACH), dan market access, namun fokus utama UE antara adalah investasi, Sanitary Phytosanitary (SPS) dan Technical Barriers to Trade (TBT). Kedua pihak sepakat untuk saling bertukar informasi dan mengadakan pertemuan tingkat teknis secara reguler.

Kemudian, pertemuan Vision Group yang berupa pertemuan antara para expert untuk melakukan joint study sebagai bagian dari Long Term Vision antara Indonesia–UE telah dilaksanakan pada tanggal 2 Desember 2010. Vision Group sepakat agar rekomendasi yang dihasilkan bersifat konstruktif dan meningkatkan kerja sama bilateral secara inonvatif. Selain itu implementasi yang efektif dan komitmen politis merupakan sebagai faktor penting dalam menjalankan reformasi kebijakan/aturan.

Suasana sidang kerjasama perdagangan Indonesia-Uni Eropa

Indonesia–European Free Trade Association (EFTA)

Menindaklanjuti “Record of Understanding For A Possible Future Trade Agreement Between Indonesia and The EFTA States” tahun 2005, pada tanggal 24-25 Februari 2010 telah dilakukan perundingan informal mempersiapkan perundingan kerja sama perdagangan antara Indonesia-EFTA.

Pada tanggal 5-9 Juli 2010, disepakati oleh kedua negara untuk memulai proses perundingan dan mengganti nama perjanjian kerjasama tersebut

Page 121: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  105  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

dari Comprehensive EFTA-Indonesia Free Trade Agreement (CEITA) diganti menjadi Indonesia–EFTA Comprehensive Economic Partnership Agreement (IE-CEPA). Kedua pihak juga sepakat bahwa perjanjian yang akan dihasilkan adalah perjanjian kemitraan ekonomi yang bentuknya strategis bagi Indonesia karena lebih komprehensif. Dalam perundingan ini yang ditekankan bukan hanya penghapusan tarif dan pembukaan akses pasar, akan tetapi mencakup penghapusan hambatan non tarif, di mana penekanan diletakkan pada peningkatan kapasitas SDM, investasi dari EFTA dan kerjasama ekonomis/teknis yang merupakan bagian integral dari kemitraan ekonomi ini.

Pada tanggal 28-29 September 2010, telah dilaksanakan konsultasi pra negosiasi oleh Tim Perunding Indonesia kepada Sekretariat EFTA, untuk melakukan pertukaran informasi mengenai perkembangan ekonomi dan hubungan perdagangan, serta membahas isu substansi dan prosedur dalam rangka mempersiapkan perundingan Comprehensive EFTA-Indonesia Trade Agreement (CEITA).

Menteri Perdagangan RI mengharapkan agar Swiss juga dapat bekerja sama dengan Indonesia di sektor infrastruktur, Swiss dalam hal ini memiliki ABB Switzerland, holding company di bidang investasi.

Telah dilaksanakan sosialisasi II-CECA untuk meningkatkan hubungan perdagangan dan investasi kedua negara

Indonesia–India Comprehensive Economic Cooperation Agreement (CECA)

Tim Joint Study Group telah melakukan pertemuan sebanyak 5 kali, dan pertemuan terakhir dilakukan di Jakarta pada tanggal 15 September 2009 untuk menandatangani JSG Report.

Di bidang perdagangan barang, studi tentang II-CECA menunjukkan potensi untuk lebih ditingkatkan mengingat tren perdagangan kedua negara sangat pesat dan dinamis. Dengan simulasi model Detailed Computable General Equilibrium (CGE), bila tarif bea masuk diturunkan sebesar 50%, maka kesejahteraan penduduk India akan meningkat sebesar 0,5% dan penduduk Indonesia sebesar 0,7% dari GDP. Di samping itu, ekspor Indonesia ke India akan meningkat sebesar 16,04% dan ekspor India ke Indonesia juga akan meningkat sebesar 15,49%. Tingkat kesejahteraan dan ekspor akan meningkat dua kali lipat bila tarif bea masuk diturunkan menjadi 100%.

Di bidang perdagangan jasa, studi mengidentifikasi beberapa sektor jasa yang dapat meningkatkan nilai perdagangan kedua negara yaitu antara lain: Teknologi Informasi, Telekomunikasi, Keuangan, Audio Visual, Kesehatan, Pendidikan, Pariwisata, Konstruksi, Jasa Professional dan Transportasi.

Di bidang investasi, terungkap beberapa sektor yang menjadi minat investor Indonesia di India adalah antara lain meliputi Hybrid-seeds, Processed Food, Electrical and Non-electrical machinery, Chemicals, Infrastructure, Hotel, Hospitality and Tourism. Sebaliknya, India berminat pada sektor Food Processing, Textile fibre, Plastics, Wood Products, Agri-biotech, Pharmaceuticals, Light engineering, Audio-visual,

Page 122: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  106  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Telecommunications, IT and Education di Indonesia.

Indonesia dan India telah melaksanakan sosialisasi Indonesia-India CECA. Hal yang dibahas dalam sosialisasi adalah untuk mengevaluasi kemungkinan bagi Indonesia dan India untuk meningkatkan hubungan perdagangan dan investasi dan menghasilkan kesimpulan bahwa antara Indonesia dan India layak untuk meningkatkan hubungan perdagangan dan investasi melalui kerangka II-CECA.

Sosialisasi tersebut merupakan kerja sama Kemendag dengan KADIN Komite India dan Economic Association of Indonesia and India (ECAII).

Indonesia–Iran Comprehensive Trade and Economic Partnership (CTEP)

Pada tanggal 12-15 Oktober 2003, Menteri Perdagangan Iran berkunjung ke Indonesia melakukan pembicaraan bilateral dengan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI. Hasil dari pertemuan tersebut adalah dilakukan penandatanganan Joint Statement dengan salah satu isinya menyebutkan bahwa kedua negara sepakat untuk melakukan pengkajian kemungkinan diadakannya “Gradual Trade Liberalization yang nantinya diharapkan berkembang menjadi Comprehensive Economic Partnership (CEP)”.

Pada tanggal 14-18 Februari 2004, Memperindag RI berkunjung ke Iran untuk menghadiri KTT D-8 di Iran. Dalam kesempatan tersebut Memperindag RI dan Mendag Iran melakukan pertemuan bilateral. Dengan merujuk kepada Joint Statement yang ditandatangani tanggal 13 Oktober 2003 di Jakarta, kedua Menteri sepakat menandatangani MoU on the Establishment of Comprehensive Trade and Economic Partnership (CTEP) Indonesia-Iran. MoU tersebut memuat kesepakatan:

‐ Untuk segera membentuk Tim Teknis guna mengidentifikasi produk-produk yang akan diajukan untuk memperoleh Preferensi Tariff dan melakukan pembahasan draft PTA;

‐ Kedua pihak sepakat paling lambat 3 (tiga) bulan dari sejak penandatanganan MoU akan saling mempertukarkan list of products yang diusulkan untuk memperoleh konsesi tarif dari masing-masing pihak;

‐ Tim Teknis kedua negara paling lambat 3 (tiga) bulan sejak ditandatangani MoU akan melakukan pertemuan untuk membahas list of products dan draft PTA serta Framework Agreement dalam rangka pembentukan FTA yang merupakan tujuan akhir dari CTEP.

Pada saat SKB ke-9 RI-Iran di Teheran 20-21 Juni 2005, draft Framework Agreement tersebut ditandatangani oleh Menteri Perdagangan kedua negara. Sedangkan pada SKB ke-10 RI-Iran yang diselenggarakan pada tanggal 9-11 Juni 2008 di Jakarta, Indonesia telah menyampaikan proposal untuk modalitas penurunan tarif sebagai berikut :

‐ Tarif 0%-15% dikenakan Margin of Preference (MOP) = 25%; ‐ Tarif di atas 15%-25% dikenakan MOP = 50%; ‐ Tarif di atas 25%-75% dikenakan MOP = 75%.

Page 123: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  107  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

The First Trade Negotiating Committee (TNC-1) Indonesia-Iran diselenggarakan pada tanggal 25-26 November 2010 di Medan. Pada TNC-1 disepakati hasil-hasil sebagai berikut: 1. Mengacu pada pasal 13 FACTEP, Indonesia telah meratifikasi CTEP

pada tanggal 12 Desember 2006, untuk itu Indonesia meminta Iran untuk segera meratifikasi FACTEP. Iran akan menginformasikan perkembangan CTEP melalui saluran diplomatik, dan meminta Indonesia untuk mengkomunikasikan instrumen ratifikasi kepada Iran melalui saluran diplomatik;

2. Pada SKB ke-10 Indonesia telah menyampaikan modalitas penurunan tarif dengan Margin of Preference (MOP), sedangkan Irak mengusulkan penurunan tarif dengan menggunakan line by line. Kedua pihak akan membahas modalitas penurunan tarif secara rinci pada pertemuan yang akan datang;

3. Kedua pihak sepakat untuk melengkapi request list dengan kode HS pihak lain. Oleh karena itu, Indonesia akan melengkapi request list sementara dengan HS 8 digit sesuai sistem pengkodean Iran, dan Iran juga akan melengkapi request list dengan HS 10 digit sesuai dengan sistem pengkodean Indonesia. Untuk melakukan hal ini, kedua belah pihak sepakat untuk tukar-menukar buku tarif versi terbaru melalui saluran diplomatik;

4. Indonesia mengusulkan tingkat dasar untuk pengurangan tarif menggunakan tarif MFN Applied per 1 Januari 2009 bagi kedua pihak;

5. Berdasarkan pada Minutes of Meeting of the Second Session of the Iran-Indonesia Consultation Committee on PTA, pihak Iran telah menyampaikan draft PTA dan Indonesia akan menyampaikan counter draft PTA melalui saluran diplomatik;

6. Iran telah menyampaikan draft ROO kepada Indonesia pada tanggal 27 November 2006, dan Indonesia akan segera menyampaikan counter draft ROO tidak lebih dari pertemuan TNC berikutnya pada bulan Maret 2011.

Penandatanganan kerjasama perdagangan Indonesia-Iran

Page 124: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  108  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Pertemuan JSG-TEC Indonesia-Tunisia bertujuan mengkaji perdagangan, investasi, dan hambatan serta peluang peningkatan perdagangan kedua negara

Indonesia-Tunisia

Pembentukan Joint Study Group for Trade and Economic Cooperation (JSG-TEC) didasarkan pada keputusan Joint Commission Indonesia-Tunisia ke-8 yang dilaksanakan di Bali pada 21-23 November 2006. Tugas dari JSG adalah mengkaji peningkatan kerja sama di bidang perdagangan dan investasi serta peluang dan hambatan dalam rangka meningkatkan perdagangan dan investasi di kedua negara. Pertemuan pertama JSG telah dilaksanakan pada tanggal 17-18 Juni 2009 di Tunis, Tunisia.

Kemudian pada tanggal 16-17 Juni 2010 telah dilaksanakan the Second Meeting of Joint Study Group for Trade and Economic Cooperation Indonesia-Tunisia di Denpasar, Bali. Adapun hasil-hasil pertemuan adalah sebagai berikut :

1. Dalam rangka mengintensifkan dan meningkatkan perdagangan bilateral, pihak Tunisia menyampaikan draft rancangan PTA yang akan dinegosiasikan oleh kedua belah pihak. Pihak Indonesia menyambut baik inisiatif Tunisia dan diinformasikan bahwa perjanjian perdagangan harus didasarkan pada studi kelayakan terlebih dahulu untuk menilai manfaat dan berfungsi sebagai pedoman atau acuan untuk proses negosiasi. Keputusan untuk mendirikan PTA akan diambil oleh masing-masing otoritas yang relevan melalui saluran diplomatik;

2. Sehubungan dengan studi kelayakan PTA, pihak Tunisia setuju dengan studi yang dilakukan oleh pihak Indonesia dan hasilnya akan dinilai oleh kedua belah pihak;

3. Kedua pihak telah melakukan pertukaran daftar produk potensial untuk diperdagangkan oleh kedua negara;

4. Kedua pihak telah mendiskusikan kebijakan dan hambatan perdagangan, dan melakukan pertukaran informasi tariff duties yang diterapkan oleh kedua negara. Pihak Tunisia menyampaikan bahwa tarif yang diterapkan pada tahun 2010 akan diturunkan menjadi rata-rata 15% pada tahun 2014;

5. Merujuk pada Agreement on Promotion and Protection of Investment, kedua negara mendorong peningkatan investasi sebagai sarana untuk memajukan perdagangan bilateral. Dengan pembentukan PTA, diharapkan perdagangan bilateral dapat lebih maju lagi. Dalam pertemuan JSG ke-2 Indonesia menyampaikan peraturan investasi kepada pihak Tunisia;

6. Isu lain yang dibahas dalam JSG ke-2, yaitu kedua pihak sepakat untuk mengembangkan kerja sama di bidang investasi, promosi perdagangan, bea cukai, zona ekonomi khusus, perikanan, industry dan handicraft;

7. Pertemuan JSG ke-3 disepakati untuk dilaksanakan di Tunisia pada awal tahun 2011, untuk membahas kerja sama bidang ekonomi dan perdagangan dan studi kelayakan tentang promosi perdagangan.

Page 125: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  109  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Telah ditandatangani MoU on Mutual Cooperation in the Field of Trade, Investment, and Economy

Indonesia–Rusia

Pada tanggal 15-18 September 2010 telah dilaksanakan pertemuan bilateral dengan Chairman of the Russian–Indonesian Business Council and members, President of the Russian Business Academy dan President of Russian Chambers of Commerce.

Dalam pertemuan bilateral tersebut membahas berbagai peluang kerjasama yang mana diharapkan dapat meningkatkan potensi serta peluang sektor perdagangan dan investasi antara kedua negara. Kerjasama ini diusulkan dapat bergerak pada kerja sama eksplorasi dan pengolahan bidang pertambangan untuk biji tembaga dan nikel, pengadaan peralatan militer dan alutsista, perkapalan, perhotelan, kendaraan transportasi, special economic zones, transportasi, energi dan perbankan.

Untuk menangani hal tersebut di atas, diusulkan pembentukan Joint Website Business to Business (B2B) dan mengaktifkan rencana pembentukan Joint Trade and Investment Forum (JTIF).

Terkait perkembangan MoU on the Mutual Cooperation in the Field of Trade, Investment, and Economy antara Indonesia-Rusia, pada tanggal 29 September 2010, Indonesia telah berinisasi untuk menyampaikan draft pertama kepada Rusia dan Rusia telah membahas counter draft dimaksud. Pada tanggal 3 November 2010, draft MoU telah disepakati kedua pihak dan dapat ditandatangani oleh kedua Menteri pada pertemuan APEC Ministerial Meeting di Yokohama.

MoU tersebut merupakan hasil dari pertemuan SKB Indonesia-Rusia VI pada tanggal 18-20 Oktober 2009 di Jakarta, kedua negara menyepakati untuk membentuk forum khusus dalam kerangka Komisi Bersama RI-Rusia untuk membahas bidang perdagangan dan investasi yang lebih fokus dan mendalam.

The Memorandum of Understanding between the Ministry of Economic Development of the Russian Federation and the Ministry of Trade of Republic of Indonesia on Mutual Cooperation in the Field of Trade, Investment, and Economy telah ditandatangani pada tanggal 10 November 2010 di Yokohama, Jepang. MoU ini dilaksanakan untuk meningkatkan kerja sama di bidang perdagangan, investasi dan ekonomi antara Indonesia dan Rusia.

Indikator Kinerja Utama (IKU) jumlah partisipasi perundingan kerjasama bilateral di kawasan Eropa, Afrika dan Timur Tengah pada tahun sebelumnya bukan merupakan IKU Kementerian Perdagangan, jadi indikator tersebut pada tahun ini tidak dapat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Page 126: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

 

MISI II: PENGUATAN PASAR DALAM NEGERI

Page 127: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  111  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Sasaran 8 Penyerdehanaan Perizinan Perdagangan Dalam Negeri “Membaiknya layanan perizinan dan non-perizinan sektor perdagangan dalam

negeri, baik dalam hal jumlah perizinan online maupun dalam hal minimasi waktu layanan”

Perijinan bidang perdagangan dalam negeri berkaitan dengan pembinaan pasar dan distribusi, pembinaan usaha dan pendaftaran perusahaan, dan kemetrologian, serta yang terkait dengan perdagangan berjangka komoditi dan sistem resi gudang.

Tabel 23 Capaian Indikator Kinerja Sasaran 8

No Indikator Kinerja Rencana Tingkat Capaian Realisasi Capaian

(%)

40 Jumlah perizinan online perdagangan dalam negeri 12 jenis 12 jenis 100%

41 Jumlah hari waktu pelayanan penyelesaian perdagangan dalam negeri

6 hari 6 hari 100%

42

Jumlah rumusan kebijakan pembinaan usaha, lembaga perdagangan dan pendaftaran perusahaan yang disusun

10 kebijakan 10 kebijakan 100%

IK-40

Jumlah perizinan online perdagangan dalam negeri

UPP perdagangan dalam negeri memberikan layanan perizinan dengan prinsip ”single entry dan single exit point” sehingga proses perijinan khususnya perdagangan dalam negeri tidak lagi dilakukan secara tatap muka antara pemohon dengan pejabat pemroses.

Saat ini terdapat 21 jenis perijinan yang dilayani oleh Kementerian Perdagangan, dengan 12 jenis perijinan yang sudah dapat dilayani secara online. Target jumlah perijinan perdagangan dalam negeri dapat tercapai sesuai Renstra.

Tabel 24 Perkembangan Pelayanan/Perijinan Perdagangan Dalam Negeri

Tahun 2009 - 2010

No Jenis Perizinan Tahun 2009

Tahun 2010 ∆ % Keterangan

1 Jasa Surveyor 29 30 103 2

Surat Izin Usaha Penjualan Langsung (MLM): 46 - 0 Pindah Ke BKPM

3 SIUP P4 11 101 918 Jasa ini baru dilaksanakan pada akhir tahun 2009

4 STP Waralaba Asing 27 22 (-122)

TUJUAN 5 : Perbaikan Iklim Usaha Perdagangan Dalam Negeri 

Page 128: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  112  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

No Jenis Perizinan Tahun 2009

Tahun 2010 ∆ % Keterangan

5 STP Keagenan/Distributor 1911 1853 (-103) 6 SIUP3A 310 738 238 7 SIUP-Minuman Beralkohol 120 182 151 8 PKAPT 117 122 104 9 PGAPT 119 181 152 10 SPPGAP 338 162 (-208) 11 SPPGRAP 402 451 112 12 Pameran, Konvensi dan Seminar

Int’l 22 29 131

Sumber: Kementerian Perdagangan

Perijinan terkait dengan pembinaan pasar dan distribusi, antara lain: (i) ijin usaha perdagangan minuman beralkohol (SIUP-MB), (ii) ijin distributor importir terdaftar minuman beralkohol, (iii) persetujuan penyelenggaraan pameran dagang, (iv) ijin pedagang kayu antar pulau terdaftar (PKAPT), dan (v) ijin pedagang gula antar pulau terdaftar (PGAPT).

Gambar 18 Jumlah Ijin Bidang Pembinaan Pasar dan Distribusi s.d. Des 2010

 

Seperti yang ditunjukkan pada di atas jumlah ijin bidang pembinaan pasar dan distribusi yang dikeluarkan Kementerian Perdagangan hingga Desember 2010 didominasi oleh Surat Persetujuan Penjualan Gula Rafinasi Antar Pulau (SPPGRAP) , sebanyak 451 ijin usaha. Hal tersebut menunjukkan Permendag yang mengatur tata niaga gula dalam rangka menjaga stabilitas pasokan yang cukup dan harga yang terjangkau bagi masyarakat di seluruh wilayah Indonesia.

Sementara itu, Surat Ijin Usaha Perdagangan-Minuman Beralkohol sebanyak 182 ijin usaha hingga Desember 2010. Hal tersebut menunjukkan Permendag yang mengatur tata niaga impor minuman beralkohol memicu ekspektasi positif dari dunia usaha yang ingin berkecimpung di usaha tersebut.

Page 129: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  113  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Gambar 19 Jumlah Ijin Bidang Pembinaan Usaha dan Pendaftaran Perusahaan s.d. Des. 2010

Sementara itu, jumlah ijin bidang pembinaan usaha dan pendaftaran perusahaan yang dikeluarkan Kementerian Perdagangan hingga Desember 2010 sebanyak 1.853 yang menggambarkan iklim berusaha di Indonesia semakin kondusif, dilihat dari kacamata investor, terutama oleh pelaku usaha perdagangan asing.

Gambar 20 Jumlah Ijin Bidang Kemetrologian s.d.Des 2010

2.494 

986 

171 

557 

1.524 

Kalibrasi alat ukur

Sertifikat kalibrasi

Penelitian UTTP

Tera

Tera ulang

Komposisi ijin bidang kemetrologian hingga September 2010, didominasi oleh ijin kalibrasi sebanyak 2.494 alat ukur, diikuti dengan ijin tera ulang 1.524 alat ukur dan ijin-ijin lainnnya. Indikasi ini menunjukkan bahwa geliat dunia usaha untuk memaksimalkan peran kemetrologian relatif besar dan meningkatnya kesadaran pentingnya berusaha secara jujur (fair trade) sehingga iklim usaha semakin kondusif.

Page 130: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  114  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Indikator kinerja ini baru di terapkan pada 2010 sesuai amanat Renstra Kemendag Tahun 2010 – 2014. Selanjutnya, Kementerian Perdagangan akan terus memantau perkembangan komposisi ijin di bidang kemetrologian ini pada tahun-tahun berikutnya.

IK-41

Jumlah hari waktu pelayanan penyelesaian

Waktu penyelesaian permohonan perijinan menjadi lebih singkat dan tanpa dipungut biaya. Sebelumnya, penyelesaian perijinan memakan waktu antara 5-15 hari kerja, tetapi dengan penerapan sistem online, waktu persetujuan permohonan perizinan menjadi sekitar 1−5 hari kerja. Hal ini menunjukkan bahwa Kementerian Perdagangan telah berhasil mengurangi waktu pelayanan penyelesaian perijinan.

Untuk pengurusan ijin bidang perdagangan berjangka komoditi dan sistem resi gudang , rata-rata waktu penyelesaian permohonan perijinan menjadi lebih singkat, dari sebelumnya memakan waktu 45 hari kerja menjadi 32 hari kerja.

Indikator kinerja ini baru di terapkan pada 2010 sesuai amanat Renstra Kemendag Tahun 2010 – 2014

IK-42

Jumlah Rumusan Kebijakan Pembinaan Usaha, Lembaga Perdagangan dan Pendaftaran Perusahaan yang Disusun

Dalam rangka menciptakan iklim usaha yang sehat dan tertib, Kementerian Perdagangan pembinaan dunia usaha melalui :

‐ Pembinaan kelembagaan dan lembaga perdagangan: eksportir, importir, perdagangan besar (wholesaler), perdagangan eceran (retailer).

‐ Pembinaan terhadap kewajiban pelaku usaha.

‐ Pembinaan dalam peningkatan SDM di bidang perdagangan melalui penyelenggaraan pelatihan, penyusunan standar profesi usaha dan profesi jasa, serta sertifikasi usaha dan profesi jasa.

‐ Kewajiban pendaftaran perusahaan bagi setiap perusahaan,

‐ Kewajiban melaporkan Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan (LKTP) kepada setiap perseroan terbatas (PT), perusahaan asing yang ada di Indonesia, Persero, Perum dan Perusahaan Daerah.

Kesemuanya itu memerlukan rumusan kebijakan di bidang Pembinaan Usaha, Lembaga Perdagangan, dan Pendaftaran Perusahaan. Rumusan kebijakan yang telah disusun Kementerian Perdagangan selama tahun 2010 terdapat 10 kebijakan yang berkaitan dengan Pembinaan Usaha, Lembaga Perdagangan, dan Pendaftaran Perusahaan. Rumusan kebijakan tersebut antara lain :

1. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 28 Tahun 2010 yang merupakan Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 10 Tahun 2006 Tentang Ketentuan Dan Tata Cara Penerbitan Surat Izin Usaha Perwakilan Perusahaan Perdagangan Asing.

Page 131: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  115  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

2. Peraturan Menteri Perdagangan No. 18 Tahun 2010 tentang Penundaan Pelaksanaan Peraturan Menteri Perdagangan 46 Tahun 2009 tentang Penerbitan SIUP bagi Provinsi DKI Jakarta

3. Nota Kesepahaman 3 (Tiga) Menteri, berisikan tentang Sinergi Program Pengembangan Ekonomi dan Penataan Lingkungan Perkotaan melalui Penguatan Sektor Usaha Mikro. Dari segi perdagangan, Kementerian Perdagangan akan mengambil peran untuk melakukan fasilitasi sarana usaha produktif, bimbingan teknis dan pelatihan kewirausahaan kepada usaha mikro dan PKL setelah mendapatkan usulan dari Pemerintah Daerah. Salah satu program pemberdayaan dan pembinaan usaha mikro yang dimiliki Kementerian Perdagangan adalah kemitraan dengan usaha besar dan mikro atau PKL.

4. Rancangan Peraturan Pemerintah Tentang Perizinan di bidang usaha yang terkait dengan lingkungan.

5. Rancangan Instruksi Presiden tentang Peningkatan Daya Saing, Pemanfaatan dan Pemenuhan Komitmen Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN Tahun 2015 Periode 2010 – 2011.

6. Surat Edaran Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Nomor 01 Tahun 2010 Tentang Percepatan Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dan Tanda Daftar Perusahaan (TDP).

7. Surat Edaran Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Nomor 04 Tahun 2010 Tentang Syarat-syarat Perdagangan Antara Pemasok Barang dan Toko Modern.

8. Surat Edaran Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kepada Seluruh Kepala Dinas Propinsi maupun Kabupaten dan Kota yang membidangi Perdagangan, Nomor 104 Tahun 2010, tentang Penjelasan Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Waralaba (STPW)

9. Surat Keputusan Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2010 tentang Pembentukan Tim Identifikasi, Monitoring dan Supervisi Percepatan Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan Memulai Usaha Bidang Perdagangan

Keputusan Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Nomor 123 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Uang Jaminan Perwakilan Perusahaan Perdagangan Asing.

Nota Kesepahaman 3 (Tiga) Menteri, berisikan tentang Sinergi Program Pengembangan Ekonomi dan Penataan Lingkungan Perkotaan melalui Penguatan Sektor Usaha Mikro. Dari segi perdagangan, Kementerian Perdagangan akan mengambil peran untuk melakukan fasilitasi sarana usaha produktif, bimbingan teknis dan pelatihan kewirausahaan kepada usaha mikro dan PKL setelah mendapatkan usulan dari Pemerintah Daerah. Salah satu program pemberdayaan dan pembinaan usaha mikro yang dimiliki Kementerian Perdagangan adalah kemitraan dengan usaha besar dan mikro atau PKL.

Page 132: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  116  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Penandatanganan Nota Kesepahaman 3 (tiga) Menteri tentang Sinergi Program Pengembangan Ekonomi dan

Penataan Lingkungan Perkotaan melalui Penguatan Sektor Usaha Mikro

Berbagai Rumusan Kebijakan Pembinaan Usaha, Lembaga Perdagangan dan Pendaftaran Perusahaan yang disusun oleh Kementerian Perdagangan berdampak positip dan berhasil mengurangi jumlah hari yang dibutuhkan dalam memulai usaha di Indonesia dari 105 hari pada awal tahun 2008, turun menjadi 60 hari di akhir tahun 2009, dan di akhir tahun 2010 menjadi 47 hari.

Sesuai amanat Renstra Kementerian Perdagangan tahun 2010-2014, Indikator kinerja ini baru diterapkan dan dilaksanakan dalam kerangka tugas untuk menyederhanakan perijinan perdagangan. Rumusan dan kebijakan ini disusun dan ditetapkan menyesuaikan perkembangan zaman di tahun-tahun mendatang, agar dapat mendukung penciptaan iklim usaha yang kondusif. Sebagai contoh perkembangan memulai usaha di Indonesia melalui penilaian doing business dapat dilihat pada gambar berikut ini.

 

Page 133: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  117  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Gambar 21 Perkembangan Penilaian kemudahan Doing Business di Indonesia Selama

Tahun 2008 - 2011

Sumber : Doing Business 2011 ,“Making a Difference for Entrepeneurs”

Jumlah Hari Penyelesaian Perijinan Pelaku Usaha PBK & SRG

Sementara itu, terkait dengan perijinan bidang perdagangan berjangka komoditi antara lain: (i) ijin usaha Bursa Berjangka, Kliring Berjangka, Pialang Berjangka, (ii) ijin Wakil Pialang, (iii) Sertifikat Pendaftaran Pedagang Berjangka, dan (iv) Persetujuan Kantor Cabang Pialang Berjangka, Penyelenggara SPA dan Peserta SPA, serta Bank Penjamin.

Bappebti telah berhasil meningkatkan kualitas layanan perizinan dari 45 hari menjadi maksimal 32 hari. Jenis-jenis perizinan yang diterbitkan antara lain:

• 1 Izin Usaha Pialang Berjangka Penanaman Modal Asing (PMA)

• 563 Izin Wakil Pialang Berjangka

• 2 Persetujuan Pialang Berjangka Peserta Sistem Perdagangan Alternatif

• 19 Sertifikat Pendaftaran Pedagang Berjangka

• 41 Penetapan Pembukaan Kantor Cabang Pialang Berjangka

Jumlah Hari Pemrosesan Persetujuan Kontrak Komoditi Yang Diajukan Oleh Bursa

Pada tahun 2010 Bappebti telah berhasil mempercepat jumlah hari pemrosesan persetujuan kontrak komoditi yang diajukan bursa menjadi maksimal 32 hari dengan tahapan-tahapan sebagai berikut: pengajuan proposal kontrak, verifikasi data, masukan penilaian oleh Biro Hukum & Biro Perniagaan, pembuatan rekomendasi untuk Kepala Bappebti, persetujuan kontrak.

Untuk Tahun 2010, Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) mengusulkan 2 kontrak baru yaitu kontrak Mini Emas 250 gram dan kontrak Mini Olein, 2 kontrak untuk direvisi yaitu kontrak Emas dan Olein. Sementara Bursa Komoditi Derivatif Indonesia (BKDI) mengusulkan 4 kontrak baru yaitu kontrak GOLDUD, GOLDID, GOLDTI, GOLDTU, dan 1 kontrak untuk direvisi yaitu CPOTR.

Page 134: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  118  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Sasaran 9 Pertumbuhan PDB Sektor Perdagangan ”Meningkatnya output sektor perdagangan yang senantiasa tumbuh semakin

positif setiap tahunnya”

Tabel 25 Capaian Indikator Kinerja Sasaran 9

No Indikator Kinerja Rencana Tingkat Capaian Realisasi Capaian

(%)

43 % Pertumbuhan PDB sektor perdagangan 3,4% 8,7% 255,9%

44

Jumlah waralaba asing yang terdaftar (berdasarkan Surat Tanda Pendaftaran yang dikeluarkan oleh Kemendag)

126 waralaba asing 143 118%

45

Jumlah waralaba lokal/UKM yang terdaftar (berdasarkan Surat Tanda Pendaftaran yang dikeluarkan oleh Disperindag Kab/Kota)

51 waralaba lokal 0 0%

46 Jumlah Gudang Yang Masuk Dalam Skema SRG 45 Gudang 24

53,33 %

47 Jumlah cakupan komoditi, daerah dan kontributor dalam sistem informasi harga

7 komoditi, 7 daerah, 160 orang

7 komoditi, 7 daerah, 160

orang 100 %

IK-43

Prosentase Pertumbuhan PDB sektor perdagangan

Kinerja perdagangan, selain dipengaruhi oleh kondisi perekonomian dunia, juga dipengaruhi oleh dinamika ekonomi Indonesia sendiri. Pertumbuhan PDB ASEAN (regional) tahun 2010 sebesar 7,8%, sedangkan PDB Indonesia tumbuh 6,1% di bawah tetangga terdekat Singapura, Malaysia. Di sisi lain dinamika ekonomi dan faktor geografis Indonesia mempengaruhi kinerja perdagangan, antara lain stabilitas makro, kondisi infrastruktur, kebijakan iklim usaha dan investasi, serta juga climate change.

Tabel 26 Pertumbuhan Ekonomi Negara-Negara Asean (%)

Negara 2006 2007 2008 2009 2010Brun ei 4,4 0,2 -1,9 -1,8 2,0Indon esia 5,5 6,3 6,0 4,6 6,1Sin gapura 8,6 8,8 1,5 -0,8 14,5M alaysia 5,8 6,5 4,7 -1,7 7,2Thailand 5,1 5,0 2,5 -2,3 7,8Vietnam 8,2 8,5 6,3 5,3 6,8Filipina 5,3 7,1 3,7 1,1 7,3Laos 8,1 7,9 7,2 7,3 7,5M yanmar 7,0 5,5 3,6 5,1 5,3Kambo ja 10,8 10,2 6,7 0,1 6,3ASEAN 6,1 6,7 4,2 1,2 7,8  Sumber: ADB

TUJUAN 6:   Peningkatan Kinerja Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, serta Ekonomi Kreatif 

Page 135: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  119  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Secara kualitas, semakin pentingnya sektor perdagangan terlihat dari kegiatan-kegiatan yang lebih mengedepankan kegiatan usaha perdagangan untuk mendukung sektor lain seperti sektor industri, telekomunikasi, transportasi, pertanian, kehutanan, perikanan, turisme, pertambangan, dan lain-lain. Dukungan kegiatan tersebut memberikan pengaruh yang positif terhadap meningkatnya kontribusi sektor perdagangan dalam pembangunan ekonomi secara nasional. Kegiatan-kegiatan ini antara lain meliputi perbaikan pelayanan publik, peningkatan iklim usaha, pembangunan/revitalisasi pasar tradisional, peningkatan kelancaran distribusi bahan kebutuhan pokok dan barang strategis, penurunan disparitas harga antar provinsi serta stabilisasi harga dengan harga yang layak untuk konsumsi masyarakat.

PDB sektor perdagangan pada tahun 2008 sebesar 363,8 triliun (atas harga konstan 2000), namun pada tahun 2010 nilai PDB sektor perdagangan sebesar 400,6 triliun. Sektor perdagangan adalah sumber pertumbuhan ekonomi nasional yang paling besar. Laju pertumbuhan ekonomi 2010 adalah 6,1%, sedangkan sektor perdagangan menyumbang 1,5% atau angka tertinggi dibangdingkan sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan; Pertambangan dan Penggalian; Industri Pengolahan; Listrik, Gas dan Air Bersih; Konstruksi; Pengangkutan dan Komunikasi; Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan; dan Jasa-jasa lainnya yang menyumbang berturut-turut 0,4%; 0,3%; 1,2%; 0,0%; 0,4%; 1,2%; 0,5%;dan 0,6%.

Tabel 27 PDB Perdagangan

Harga Berlaku (triliun rupiah)

Harga Konstan 2000 (triliun rupiah)

2008 2009 2010 2008 2009 2010

Laju (Persen)

Sumber (Persen)

Perdagangan, Hotel dan Restoran

691,5 744,1 881,1 363,8 368,6 400,6 8,7 1,5

Sumber: BPS

Page 136: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  120  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Gambar 22 Kontribusi Sektor Perdagangan Terhadap PDB 2005 – 2010

 

Ket: Termasuk Hotel dan Restoran Sumber: BPS

Kontribusi sektor perdagangan terhadap PDB tahun 2010 mengalami kenaikan sebesar 8,7% dibandingkan tahun 2009

Nilai tambah sektor perdagangan selama periode 2005−2010 menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun, yaitu dari Rp 293,9 triliun pada tahun 2005, Rp 691,5 triliun pada tahun 2008, menjadi Rp 881,1 triliun pada tahun 2010 (harga berlaku). Adapun kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran terhadap PDB selama periode tersebut meningkat. Pada tahun 2010, kontribusi sektor perdagangan terhadap PDB mengalami kenaikan dari tahun 2009 sebesar 8,7%.

Sementara itu, pertumbuhan sektor perdagangan juga mengalami fluktuasi dari tahun 2005-2010. Tingkat pertumbuhan sektor perdagangan mencapai penurunan terendah pada tahun 2009, yaitu sebesar 1,1%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa memburuknya kinerja ekspor juga memberikan pengaruh negatif terhadap dukungan perdagangan terhadap perekonomian. Walaupun tumbuh dengan nilai pertumbuhan kecil, namun hal tersebut tetap menggembirakan karena tetap tumbuh positif, berbeda dengan sejumlah negara maju dan berkembang yang justru mengalami pertumbuhan negatif.

IK-44

Jumlah waralaba asing yang terdaftar (berdasarkan Surat Tanda Pendaftaran yang dikeluarkan oleh Kemendag)

Kementerian Perdagangan hingga akhir tahun 2010 telah menerbitkan Surat Tanda Pendaftaran Waralaba (STPW) dengan jumlah 143 STPW. Hal ini mengambarkan bahwa minat pengusaha dalam berbisnis waralaba memiliki trend yang meningkat setiap tahunnya. Hingga tahun 2009 Kementerian Perdagangan telah mengeluarkan STPW sebanyak 121 STPW. Kenaikan jumlah penerbitan STPW tahun 2010 melebihi target yang ditetapkan sebesar 118% yaitu 126 STPW. Indikator kinerja ini baru di terapkan pada 2010 sesuai amanat Renstra Kemendag Tahun 2010 – 2014.

Page 137: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  121  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

IK-45

Jumlah waralaba lokal/UKM yang terdaftar (berdasarkan Surat Tanda Pendaftaran yang dikeluarkan oleh Disperindag Kab/Kota)

Pada tahun 2010 Kementerian Perdagangan belum menerima laporan penerbitan Surat Tanda Penerbitan Waralaba Lokal yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Hal ini disebabkan belum dapat diimplementasikannya Permendag No.31/M-DAG/PER/8/2008 di daerah. Pemda belum menerbitkan Perda maupun SK Bupati/Walikota yang mengatur mengenai penerbitan STPW, sehingga usaha waralaba lokal belum dapat diberikan STPW. Kementerian perdagangan menyarankan agar selama Peraturan Daerah yang mengatur tentang waralaba belum diterbitkan, Pemerintah Daerah dapat menginisiasi untuk menerbitkan Surat Keputusan Bupati/Walikota yang mengacu kepada Permendag No. 31/M-DAG/PER/8/2008. Indikator kinerja ini baru di terapkan pada 2010 sesuai amanat Renstra Kemendag Tahun 2010 – 2014.

IK-46

Jumlah pengelola Sistem Resi Gudang (SRG)

Sistem Resi Gudang merupakan salah satu instrumen penting dan efektif dalam sistem pembiayaan perdagangan. Di Indonesia, Sistem Resi Gudang ini diatur oleh Undang-Undang Nomor 9 tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang. Pengertian tentang resi gudang menurut undang-undang tersebut adalah "dokumen bukti kepemilikan atas barang yang disimpan di gudang yang diterbitkan oleh pengelola gudang".

Ketentuan tentang pelaksanaan UU Nomor 9 Tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang diatur dalam Peraturan Pemerintah dengan telah diterbitkannya pada 22 Juni 2007 Peraturan Pemerintah Nomor 36 tahun 2007 tentang Resi Gudang.

Disamping peraturan pemerintah tersebut, pada tanggal 29 Juni 2007, telah diterbitkan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No. 26/M-DAG/PER/6/2007 yang telah menetapkan delapan komoditi pertanian sebagai barang yang dapat disimpan di gudang dalam penyelenggaraan Sistem Resi Gudang. Kedelapan komoditi itu adalah: Gabah, Beras, Jagung, Kopi, Kakao, Lada , Karet, Rumput laut.

Pada tahun 2010 jumlah Gudang yang telah masuk dalam skema SRG sebanyak 24 unit atau sebesar 53 % dari target yang telah ditetapkan. Hal ini terjadi dikarenakan dalam pelaksanaan/implementasi SRG di daerah ditemui adanya beberapa ketidaksiapan daerah terutama mengenai masalah kelembagaan dalam SRG, yang meliputi pengelola gudang, LPK, perbankan, serta pelaku usaha di daerah sendiri.

Resi Gudang total telah diterbitkan sebanyak 86 resi dengan volume sebanyak 3.022 ton

Daerah-daerah yang sudah mengimplementasikan Sistem Resi Gudang hingga tahun 2010 yaitu Indramayu, Subang, Karanganyar, Jombang, Banyumas, Banyuwangi, Barito Kuala, Sidrap, Pinrang dan Gowa. Secara total, Resi Gudang yang telah diterbitkan sebanyak 86 resi dengan total volume komoditi sebanyak 3.022 ton (2.896 ton gabah dan 126,25 ton jagung) atau total senilai Rp. 10,67 milyar. Berikut adalah tabel perkembangan penerbitan Resi Gudang dari Tahun 2008 – 2010.

Page 138: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  122  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Tabel 28 Perkembangan Penerbitan Resi Gudang Dari Tahun 2008-2010

PENERBITAN

Resi Gudang Komoditi TAHUN

Jumlah % Volume (ton) % Nilai Barang (Rp) % 2008 16 508.83 1,431,616,200 2009 13 -19% 214.11 -58% 552,962,240 -61% 2010 57 338% 2,299.94 974% 8,678,733,500 1469%

TOTAL 86 3,022.88 10,663,311,940

Sumber: Kementerian Perdagangan

Untuk pembiayaan Resi Gudang hingga saat ini telah dilakukan oleh lembaga keuangan bank seperti BRI, Bank BJB, Bank Jatim, Bank Kalsel, dan lembaga keuangan non-bank seperti BPRS Bina Amanah Satria Purwokerto, Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero) dan Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) Kementerian KUKM. Nilai total pembiayaan yang telah diberikan sejak mulai dilaksanakannya SRG tahun 2008 hingga tahun 2010 sebesar Rp. 4,6 milyar atau rata-rata 70 % dari nilai Resi Gudang yang diagunkan.

Tabel 29 Perkembangan Pembiayaan Resi Gudang Tahun 2008 – 2010

PEMBIAYAAN TAHUN Jumlah RG Nilai % Lembaga Keuangan

2008 6 Rp 313,900,000 BPRS Bina Amanah, BRI, Bank Jatim

2009 5 Rp 136,800,000 44% BRI

2010 33 Rp 4,185,892,350 2960% BRI, Bank Jatim, Bank BJB, Bank Kalsel, PKBL KBI, LPDB

TOTAL 44 Rp 4,636,592,350

Sumber: Kementerian Perdagangan

Untuk meringankan beban bunga bank dalam pemanfaatan SRG, khususnya bagi Petani, Kelompok Tani, Gabungan Kelompok Tani dan Koperasi Tani, pemerintah telah menerbitkan peraturan tentang pemberian Subsidi Bunga Kredit Resi Gudang melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2009 tentang Skema Subsidi Resi Gudang (S-SRG). Untuk pelaksanaan skema Subsidi Resi Gudang tersebut, telah diterbitkan pula Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 66/M-DAG/PER/12/2009 tentang Pelaksanaan Skema Subsidi Resi Gudang. Subsidi Bunga ini akan disalurkan melalui bank-bank pelaksana yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.

Beban bunga kepada peserta (Petani, Kelompok Tani, Gabungan Kelompok Tani dan Koperasi) S-SRG ditetapkan sebesar 6%. Sedangkan selisih tingkat bunga S-SRG dengan beban bunga Peserta S-SRG merupakan subsidi Pemerintah. Subsidi bunga diberikan selama masa jangka waktu S-SRG paling lama 6 bulan. Bank-bank yang saat ini telah ditetapkan oleh

Page 139: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  123  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Kementerian Keuangan sebagai Bank Penyalur S-SRG adalah Bank Jabar dan Bank Jatim, Bank BRI, Bank Jateng, Bank Kaltim sedangkan untuk Bank DIY masih dalam proses Perjanjian Kerjasama Pembiayaan antara Bank tersebut dengan Kementerian Keuangan.

Tabel 30 Pembiayaan Subsidi Sistem Resi Gudang (S-SRG)

NO BANK PENYALUR JUMLAH RESI GUDANG DIBIAYAI S-SRG

NILAI PEMBIAYAAN S-SRG (Rp)

1 Bank BRI 2 775.493.600

2 Bank BJB 7 829.000.000

3 Bank Kalsel 4 119.031.500

4 Bank Jateng 0 -

5 Bank Jatim 4 632.205.000

TOTAL 17 2.355.730.100 Sumber: Kementerian Perdagangan

Sesuai dengan peraturan yang ada, untuk dapat ikut serta sebagai lembaga dalam Sistem Resi Gudang (SRG), maka pelaku Sistem Resi Gudang harus mendapat persetujuan dari BAPPEBTI, adapun Persetujuan Kelembagaan yang telah dikeluarkan hingga saat ini sebanyak 48 persetujuan, terdiri dari:

- Pusat Registrasi : 1 Persetujuan

- Pengeloa Gudang : 6 Persetujuan

- Gudang : 24 Persetujuan

- LPK Inspeksi Gudang : 3 Persetujuan

- LPK Manajemen Mutu : 1 Persetujuan

- LPK Uji Mutu Komoditi : 13 Persetujuan  

Dalam perkembangannya selama 5 tahun terakhir ini Implementasi Sistem Resi Gudang (SRG) belum berjalan seperti yang diharapkan, karena adanya beberapa kendala antara lain:

a) Kurangnya Pemahaman dan Komitmen Masyarakat, Pelaku Usaha, dan Dunia Perbankan Terhadap Mekanisme SRG;

b) Pemanfaatan Gudang Belum Optimal; c) Kualitas Produk Belum Sepenuhnya Memenuhi Standard Mutu Yang

Diharapkan; d) Sinergi Antar Instansi Terkait, Pemda & Sektor Swasta Serta Pelaku

SRG Belum Maksimal; e) Minimnya Pengkajian dan Penelitian tentang Sistem Resi Gudang; f) Pihak yang Memanfaatkan Sistem Resi Gudang masih sangat terbatas; g) Belum ada kesepahaman dalam proses pelaksanaan Skema Subsidi Resi

Gudang (S-SRG) di lapangan sehingga proses pencairan kredit S-SRG relatif lebih lama.

Page 140: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  124  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

IK-47

Jumlah Cakupan Komoditi, Daerah dan Kontributor Dalam Sistem Informasi Harga

Dalam Rangka mendukung Sistem Resi Gudang, kementerian perdagangan melalui Bappebti telah mengembangkan sistem informasi harga komoditi. Latar belakang pengembangan sistem informasi harga ini karena Indonesia sebagai negara produsen utama komoditi primer hingga saat ini belum memiliki referensi harga yang dapat mewakili harga komoditas unggulan Indonesia. Pihak-pihak yang berkepentingan masih mengacu harga komoditasnya kepada pasar Internasional maupun pada Bursa Komoditi yang diharapkan menjadi sarana pembentukan harga. Akan tetapi karena hal tersebut belum sepenuhnya berjalan, maka harga yang terbentuk di bursa saat ini belum mencerminkan harga riil di pasar, sehingga para petani/produsen masih kesulitan untuk mendapatkan harga jual yang wajar bagi komoditi yang akan dipasarkan.

Keberhasilan pengembangan Sistem Resi Gudang tergantung dukungan dari instansi-instansi terkait seperti Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, BUMN dan instansi terkait lainnya dalam meningkatkan jumlah pelaku usaha SRG. Dengan telah dibangunnya 41 gudang SRG melalui Dana Stimulus Fiskal di tahun anggaran 2009 dan 11 gudang lagi di tahun 2010 di beberapa daerah sentra produksi, diharapkan dapat mempercepat penerapan SRG. Dengan meningkatnya jumlah gudang secara tidak langsung akan berdampak pada peningkatan jumlah pelaku usaha, apalagi didukung dengan kegiatan-kegiatan dari Kementerian Perdagangan.

Sistem informasi harga ini telah diterapkan pada 7 komoditi yaitu kakao, kopi, lada putih, gabah, beras, jagung dan kedelai di 8 daerah sentra produksi yaitu Makassar (sentra kakao dan jagung),Lampung(sentra kopi), Pangkalpinang(sentra lada), Indramayu(sentra gabah dan beras), Banyumas(sentra gabah dan beras), Jombang(sentra gabah), Gowa dan Surabaya(sentra kedelai) dengan 20 orang kontributor pada tiap daerah. Empat daerah diantaranya adalah pilot project penerapan sistem resi gudang (makassar, indramayu, banyumas, jombang).

Mekanisme kegiatan ini dapat digambarkan sebagai berikut: para kotributor bertugas mengirimkan informasi harga secara riil yang terjadi pada masing-masing level melalui SMS ke nomor yang telah ditetapkan Bappebti, 2 kali setiap hari, yaitu sesi pagi dan sesi sore. Sesi pagi mulai pukul 8.00 s/d pukul 12.00 WIB. Sedangkan sesi sore mulai pukul 13.00 s/d pukul 17.00. Informasi harga komoditi yang dikirimkan kontributor akan diproses dengan cara verifikasi format SMS dan harga komoditi yang masuk akan dibandingkan dengan indeks harga sesi sebelumnya secara otomatis oleh sistem aplikasi, sehingga dapat terbentuk harga referensi yang valid, reliable, dan transparan baik ditingkat petani/produsen, pedagang pengumpul/perantara dan eksportir. Dari hasil diskusi yang pernah dilakukan dengan konsultan dari IFC, diketahui bahwa harga yang terbentuk dari sistem informasi harga bappebti kementerian Perdagangan memiliki pola (patern) yang tidak jauh berbeda dengan pola harga komoditas secara internasional. Hal ini menunjukkan bahwa harga yang terbentuk adalah wajar sesuai dengan permintaan pasar. Untuk melihat harga yang terbentuk, calon pengguna dapat mengakses ke alamat website: http//infoharga.bappebti.go.id/

Page 141: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  125  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Diharapkan harga referensi yang terbentuk dapat membantu para petani untuk menentukankan harga jual komoditinya, yang secara tidak langsung akan meningkatkan kesejahteraan para mereka melalui peningkatan posisi tawar pada level petani/produsen, sekaligus menjadi harga referensi yang dapat digunakan dalam pelaksanaan Sistem Resi Gudang.

Page 142: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  126  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Sasaran 10 Kontribusi Ekonomi Kreatif “Meningkatnya kontribusi PDB Industri Kreatif terhadap PDB nasional, sebagai

salah satu alternatif baru penggerak ekonomi nasional”

Tabel 31 Capaian Indikator Kinerja Sasaran 10

No Indikator Kinerja Rencana Tingkat Capaian Realisasi Capaian

(%) 48 % Kontribusi industri kreatif pada PDB 2% 7,3 % 300,%

49 Jumlah UKM kreatif yang mengikuti pameran DN dan LN 100 UKM 227 UKM 227%

50

Jumlah pelaku ekonomi kreatif yang diberikan promosi/ pemasaran, kemitraan, fasilitasi, penghargaan dan akses pembiayaan

400 UKM 464 UKM 116%

51 Jumlah brand produk ekonomi kreatif yang dihasilkan 26 brand 26 100%

49 Jumlah UKM kreatif yang mengikuti pameran DN dan LN 100 UKM 227 UKM 227%

50

Jumlah pelaku ekonomi kreatif yang diberikan promosi/ pemasaran, kemitraan, fasilitasi, penghargaan dan akses pembiayaan

400 UKM 464 UKM 116%

51 Jumlah brand produk ekonomi kreatif yang dihasilkan 26 brand 26 100%

52 Jumlah promosi produk dalam negeri 4 kegiatan 67 kegiatan 1.675%

Di Indonesia, Ekonomi Kreatif muncul ketika pemerintah berupaya untuk meningkatkan daya saing produk nasional dalam menghadapi pasar global. Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan bekerja sama dengan Kementerian Perindustrian dan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) serta didukung oleh Kamar Dagang dan Industri (KADIN) kemudian membentuk tim Indonesia Design Power 2006 – 2010 yang bertujuan untuk menempatkan produk Indonesia menjadi produk yang diterima di pasar internasional dengan karakter nasional.

TUJUAN 6:   Peningkatan Kinerja Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, serta Ekonomi Kreatif 

Page 143: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  127  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Produk budaya Indonesia menarik perhatian masyarakat luas

Tampilan halaman rumah website indonesiakreatif.net

IK-48

Prosentase Konstribusi industri kreatif pada PDB

Kontribusi ekonomi kreatif berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS) yang telah diolah oleh tim riset Pengembangan Ekonomi kreatif Kementerian Perdagangan sampai dengan tahun 2008 tercatat sebesar 7,3%. Dari hasil pengolahan data tersebut kontribusi Industri Kreatif (IK) menurut nilai rata-rata 2002-2008: Kontribusi PDB IK (berdasar harga berlaku) Rp 360 trilyun; Penyerapan tenaga kerja 7,68 juta orang; Penciptaan lapangan kerja di bidang kreatif sebesar 3 juta usaha; dan kontribusi terhadap total ekspor Indonesia sebesar 7,5 % (setara dengan Rp 114 triliun).

Page 144: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  128  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Data yang digunakan masih merupakan data tahun 2008, mengingat sampai dengan saat ini belum dilakukan pengolahan data kontribusi IK tahun 2010. Selanjutnya secara periodik akan dilakukan pengolahan data terhadap IK.

Secara umum pencapaian sasaran melebihi target yang telah ditetapkan. Pencapaian ini merupakan indikasi keberhasilan semua Kementerian/Lembaga serta pemangku kepentingan lainnya yang terlibat aktif dalam pengembangan Ekonomi Kreatif, termasuk Kementerian Perdagangan.

IK-49

Jumlah UKM kreatif yang mengikuti pameran DN dan LN

Pada tahun 2010, Kementerian Perdagangan melalui Ditjen PEN telah memberikan fasilitasi berupa kepesertaan pada berbagai pameran dagang di dalam maupun luar negeri kepada 227 UKM yang bergerak di industri kreatif antara lain di Pameran IFFINA, Inacraft, Java Jazz, Pameran Produk Industri Berbasis HKI, Adiwastra, Pameran Foire de Paris (Perancis), Tripoli International Fair (Libya), Fukuoka International Gift Show (Jepang), Bangkok International Fashion Fair (Thailand), dan lain-lain.

Jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan sebanyak 100 UKM, capaian jumlah UKM kreatif yang mengikuti pameran dagang di dalam dan luar negeri mencapai 227% dari target yang ditetapkan. Capaian ini merupakan hasil dari kontinuitas Kementerian Perdagangan dalam melakukan kegiatan-kegiatan promosi yang diharapkan dapat menumbuhkan apresiasi terhadap produk-produk kreatif karya anak bangsa, sehingga produk-produk kreatif Indonesia dapat menjadi pilihan utama konsumen dalam negeri bahkan konsumen mancanegara. Capaian ini sekaligus menunjukkan komitmen yang kuat dari Kementerian Perdagangan untuk terus menerus mendukung pertumbuhan industri kreatif. Akan tetapi untuk indikator jumlah UKM kreatif yang mengikuti pameran di dalam maupun luar negeri, tidak dapat dilakukan perbandingan dengan capaian maupun realisasi dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini mengingat pada tahun 2009, indikator dimaksud tidak menjadi salah satu indikator pengukuran kinerja Kementerian Perdagangan, sehingga tidak tersedia data untuk dapat menjelaskan capaian untuk indikator dimaksud pada tahun-tahun sebelumnya.

Diharapkan perusahaan/UKM kreatif yang mengikuti pameran dalam dan luar negeri dapat memperoleh manfaat berupa perluasan akses pasar dan peningkatan product awareness yang pada akhirnya akan membawa kepada peningkatan skala usahanya. Selain itu dengan semakin banyaknya UKM kreatif yang berpartisipasi pada pameran di dalam dan luar negeri dapat membawa pada peningkatan apresiasi masyarakat terhadap produk kreatif karya anak bangsa.

Salah satu bentuk lain dukungan pengembangan ekonomi kreatif yang dilakukan oleh Kementerian Perdagangan adalah dengan memfasilitasi masyarakat dalam upaya peningkatan ekonomi kreatif melalui Portal Indonesia Kreatif sebagai media informasi, komunikasi dan edukasi tentang ekonomi kreatif di Indonesia dengan menyediakan ruang publik digital bagi para pemerhati ekonomi kreatif Indonesia pada alamat situs www.indonesiakreatif.net. Portal Indonesia Kreatif secara lengkap

Page 145: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  129  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

memberikan informasi tentang pemahaman ekonomi kreatif, Indonesia kreatif, program pengembangan ekonomi kreatif, serta publikasi hasil penelitian dan statistik terkait ekonomi kreatif. Penyediaan akses Indonesia kreatif diharapkan dapat diakses dan dimanfaatkan oleh masyarakat dalam mengembangkan produk-produk ekonomi kreatif Indonesia.

Portal Indonesia Kreatif juga menyediakan microsite kreatif yang berisi antara lain tentang bidang arsitektur, desain, fesyen, kerajinan, periklanan, dan lain-lain. Kementerian Perdagangan juga telah memprakarsai pengembangan Ekonomi Kreatif di Indonesia, dimana telah diluncurkan cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif yang meliputi 14 sub sektor yaitu:

Gambar 23 Sub Sektor Dalam Ekonomi Kreatif

IK-50

Jumlah pelaku ekonomi kreatif yang diberikan promosi/ pemasaran, kemitraan, fasilitasi, penghargaan dan akses pembiayaan

Secara keseluruhan, pada tahun 2010 terdapat 464 UKM potensial ekspor telah memperoleh fasilitasi dari Ditjen PEN Kementerian Perdagangan berupa promosi, pelatihan, workshop, lokakarya dan lain-lain. Jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan untuk jumlah pelaku ekonomi kreatif yang memperoleh fasilitasi promosi/pemasaran, kemitraan, penghargaan dan akses pembiayaan, pada tahun 2010 dapat direalisasikan sebesar 116% dibandingkan dengan target 400 UKM. Capaian ini menjadi salah satu perwujudan komitmen Kementerian Perdagangan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi kreatif di Indonesia dan sekaligus menunjukkan semakin meningkatnya tingkat kepercayaan dan partisipasi pelaku ekonomi kreatif terhadap berbagai program pemerintah.

Selain itu terealisasinya capaian sebesar 116% merupakan hasil dari sosialisasi program kegiatan Kementerian Perdagangan yang dilakukan secara bersamaan dengan program promosi.

Page 146: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  130  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Fasilitasi yang diberikan antara lain Pelatihan Kalkulasi Harga Ekspor & Tehnik Negosiasi Produk Kerajinan, Lokakarya Ekspor "Dukung Creativepreneur utk Menembus Pasar Dunia" (PPKI), Pelatihan Standar Kemasan Mebel dan Handicraft untuk Ekspor, Workshop “Introduction Export to EU for Handicraft Sector”, dan lain-lain.

Selain berbagai kegiatan pelatihan dan workshop, pada tahun 2010 juga telah diresmikan Wahana “Indonesia is Creative” yang merupakan showcase berbagai produk UKM kreatif berbasis seni dan budaya dari berbagai daerah di Indonesia. Wahana “Indonesia is Creative” ini terletak di Terminal 2D Keberangkatan Bandara Internasional Soekarno Hatta. Wahana “Indonesia Is Creative” merupakan bentuk implementasi kerja sama antara Kementerian Perdagangan dengan PT. Bank Negara Indonesia mengenai Kerjasama Pengembangan Kegiatan Ekonomi Kreatif dan Pemberdayaan Pengusaha UKM, dimana dalam perwujudannya juga bekerja sama dengan PT. Angkasa Pura II dan PT. Alun Alun Indonesia Kreasi.

Keberadaan Wahana “Indonesia is Creative” ini dimaksudkan untuk mempromosikan produk-produk unggulan berbasis budaya dan kreativitas anak bangsa Indonesia seperti kerajinan, makanan dan spa yang berkualitas tinggi, berselera dunia, serta dapat mewakili pencitraan Indonesia secara positif, dengan disajikan secara kontemporer, memiliki nilai tambah dan berdaya saing global.

Di samping penyelenggaraan Wahana “Indonesia is Creative”, salah satu kegiatan yang telah diselenggarakan sebagai bentuk dukungan terhadap pelaku ekonomi kreatif adalah penyelenggaraan Pekan Produk Kreatif Indonesia (PPKI) 2010. PPKI 2010 mengangkat tema “Eksplorasi Budaya Nusantara Melalui Keanekaragaman Kreativitas Pemuda Untuk Mendukung Kebangkitan Ekonomi Kreatif Indonesia” diselenggarakan pada tanggal 23 – 27 Juni 2010 di Jakarta Convention Center (JCC). Ruang lingkup kegiatan Konvensi PPKI 2010 merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari Pameran, Konvensi dan Gelar Seni Budaya. Kementerian perdagangan mengemban tugas sebagai ketua pelaksana Konvensi dalam PPKI 2010 dengan tujuan adalah: (1) Meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM Indonesia; (2) Memfasilitasi pelaku kreatif Indonesia agar dapat menjadi creativepreneur; (3) Meningkatkan apresiasi masyarakat Indonesia dan dunia terhadap Ekonomi Kreatif Indonesia; (4) Meningkatkan sinergitas para pemangku kepentingan Ekonomi Kreatif untuk mengembangkan Ekonomi Kreatif di Indonesia; (5)Melakukan aktivasi “Aku Cinta Indonesia”; dan (6)Menciptakan jejaring antar pelaku kreatif di Indonesia.

Terkait dengan pemberian penghargaan terhadap pelaku ekonomi kreatif, pada penyelenggaraan Trade Expo Indonesia (TEI) 2010 diberikan penghargaan Primaniyarta aktegori Barang dan Jasa Ekonomi Kreatif kepada 3 (tiga) perusahaan/UKM.

Perusahaan/ UKM yang memperoleh fasilitasi berupa promosi/ pemasaran, kemitraan, penghargaan dan akses pembiayaan, diharapkan dapat memberikan sejumlah manfaat dalam hal pengembangan usaha. Adapun

Page 147: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  131  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

manfaat yang dapat dirasakan antara lain perluasan akses pasar, peningkatan product awareness, peningkatan daya saing hingga pengembangan kapasitas produksi.

Terkait dengan capaian maupun realisasi di tahun-tahun sebelumnya, realisasi dan capaian indikator jumlah pelaku ekonomi kreatif yang diberikan promosi/ pemasaran, kemitraan, fasilitasi, penghargaan dan akses pembiayaan pada tahun 2010 tidak dilakukan perbandingan. Hal ini mengingat pada tahun 2009, indikator dimaksud tidak menjadi salah satu indikator pengukuran kinerja Kementerian Perdagangan, sehingga tidak tersedia data untuk dapat menjelaskan capaian untuk indikator dimaksud pada tahun-tahun sebelumnya.

Dalam rangka pemberdayaan potensi pelaku kreatif, Kementerian Perdagangan telah memfasilitasi pelaku kreatif dalam beberapa kegiatan antara lain pelatihan kewirausahaan, temu usaha serta fasilitasi pendaftaran HKI dan halal. Kementerian Perdagangan juga memfasilitasi pelaku kreatif dalam event nasional seperti: Festival Musik, Festival Film, penganugerahan award serta event-event lain yang mendukung pengembangan ekonomi kreatif.

Pelaku kreatif yang telah difasilitasi antara lain: bimbingan teknis dan sosialisasi kepada 2000 pelaku kreatif potensial di 4 perguruan tinggi, penganugerahan 10 award festival ekonomi kreatif yang dikuti 1111 peserta, fasilitasi panggung pada 10 musisi Java Jazz dan 5 sineas yang mengikuti Jakarta International Film Festival (JIFFEST).

Berdasarkan indikator yang telah ditetapkan, target Kementerian Perdagangan dalam memfasilitasi 400 pelaku kreatif telah tercapai. Dapat dilihat dari jumlah pelaku kreatif yang telah difasilitasi sebanyak 3126 pelaku kreatif.

IK-51

Jumlah brand produk ekonomi kreatif yang dihasilkan

Nation branding merupakan identitas, ciri yang unik dan khas dari suatu bangsa, sehingga bangsa itu dikenal di dunia internasional, dan yang paling penting menjadi suatu kebanggaan dari rakyatnya sendiri. Dalam rangka membangun citra merek dan memperkuat merek, khususnya merk Indonesia, Kementerian Perdagangan memfasilitasi beberapa produk UKM binaan PDKM yang potensial untuk difasilitasi pengembangan mereknya.

Pengembangan merek produk kreatif telah dilakukan dengan beberapa tahap, yakni identifikasi dan pemilihan merek, penyusunan brand strategy, penyusunan brand Identity, penyusunan buku pengembangan merek, dan pelatihan merek. Saat ini telah dilakukan pencapaian target pada tahun 2010 sebanyak 26 produk dari 325 target yang ditetapkan untuk 5 tahun (periode 2010-2014).

IK-52

Jumlah promosi produk dalam negeri

Sepanjang tahun 2010, telah dilakukan sebanyak 67 kegiatan promosi produk dalam negeri, baik berupa partisipasi pada berbagai pameran dagang skala nasional maupun skala internasional maupun penyelenggaraan Trade Expo Indonesia (TEI) 2010. Kegiatan promosi

Page 148: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  132  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

produk dalam negeri di berbagai ajang, baik berskala nasional maupun internasional dimaksudkan untuk memperkenalkan berbagai produk Indonesia di pasar global sekaligus untuk memperluas akses pasar bagi perusahaan Indonesia. Pada kepesertaan di berbagai pameran dalam dan luar negeri, UKM dan perusahaan Indonesia menampilkan berbagai produk Indonesia yang berkualitas dan berdaya saing tinggi yang tidak kalah dengan produk-produk dari negara-negara maju.

Adapun kegiatan pameran dagang luar negeri yang diikuti Kementerian Perdagangan selama tahun 2010 sebanyak 41 kegiatan yakni China ASEAN Expo (CAEXPO) 2010; Pameran Seoul Food and Hotel 2010; The 6th Fukuoka International Gift Show 2010; Medical Fair Australia 2010; Tokyo International Gift Show 2010; Agri Pro ASIA 2010; Saudi Building and Interior Expo 2010; Tripoli International Fair; Gulf Bid Bahrain 2010; Foire International D’Alger 2010; Dar es Salaam International Trade fair (DITF) 2010; Baghdad International Trade Fair; The 5th International Hotel, Restaurant and Food Exhibition for Qatar (DIYAFA 2010); International Furniture & Design Exhibition and Awards 2010 (INFDEX 2010); The Big Five Show 2010; Pasar Malam Tong Tong 2010; Pameran Foire de Paris; Pameran Alimentaria Mexico; Pameran JA Show New York; 41st House & Gift Fair Brasil; Pameran Vicenzaoro Autumn 2010; BNV-Budapest International Fair; World Food Moscow 2010; Accenta – Flanders Expo; Alimentaria Barcelona; International Fisaldo Las Palmas, Spanyol; Fancy Food, New York; Misi Budaya dan Promosi, Istambul – Turki; Gifts Show - Moscow, Rusia; FIM, Madrid – Spanyol; High-Point, Amerika Serikat; Stylemax; Cairo International Fair 2010; Food, Hotel & Propac Arabia; Beautyworld Middle East; Inter Build Egypt 2010; Asian Pacific Food Expo 2010; Korea International Jewellery & Watch Fair 2010; Bangkok International Fashion Fair; The 7th China International Small & Medium Enterprise Fair; dan Pameran Taste of Indonesia & Handicraft

Selain partisipasi pada sejumlah pameran dagang internasional, kegiatan promosi dagang yang juga dilakukan oleh Kementerian Perdagangan selama tahun 2010 adalah menyelenggarakan misi dagang di 4 negara yakni Misi Dagang ke Brussel – Belgia (26-27 April 2010), misi dagang Vancouver – Canada (29 Juni 2010), misi dagang Rusia dan Belarus (15-18 September 2010), dan misi dagang India (15-17 Desember 2010).

Di samping kegiatan promosi berupa partisipasi pada pameran dagang internasional dan misi dagang, salah satu kegiatan promosi lain yang diselenggarakan selama tahun 2010 adalah In-store Promotion yang diselenggarakan pada tanggal 27 Maret – 1 Mei 2010, dengan mengikutsertakan 16 pengusaha bertempat di Harrods, London.   

      

Page 149: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  133  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

  

 

 

 

 

 

Pameran Adi Wastra Nusantara untuk produk kreatif di dalam negeri 

Kementerian Perdagangan sangat antusias untuk mendukung perkembangan ekonomi kreatif melalui berbagai kegiatan

Selama tahun 2010, terselenggara sebanyak 21 partisipasi maupun penyelenggaraan pameran dagang dalam negeri. Pameran dagang tersebut adalah Trade Expo Indonesia, Pameran Pangan Nasional "Feed The World" Exhibition & Conference, Agrinex International Expo 2010, Pameran IFFINA 2010, Pameran Adi Wastra Nusantara 2010, Pameran Inacraft 2010, Batam Expo 2010, Pameran Produk Hak kekayaan Intelektual (HKI), Bengkulu Expo 2010, Sriwijaya Fair 2010, International Halal Business and Food Expo 2010, The 6th Texcraft, Sail Banda 2010, NTB Expo 2010, Surabaya International Jewelry Fair 2010, Pekan Batik Nusantara 2010, Pameran International Pelayanan Publik, Cosmobeaute Indonesia 2010, Celebes Expo 2010, SIKIB Expo 2010, dan Pameran Mutumanikam Nusantara 2010.

Jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan sebanyak 4 kegiatan, capaian tahun 2010 mencapai 1.250% atau sebanyak 67 kegiatan sepanjang tahun. Keberhasilan pencapaian ini menunjukkan dukungan Kementerian Perdagangan terhadap pengembangan ekspor berbagai produk Indonesia.

Pada prinsipnya, seluruh subsektor ekonomi, termasuk ekonomi kreatif, akan berkembang baik apabila terdapat sinergi dan kerjasama yang baik antara Pemerintah, Akademisi, dan Pelaku Usaha. Pada subsektor ekonomi kreatif dengan ke-khas-annya yang menghasilkan produk atau jasa spesifik/khusus, kerjasama ke-3 pihak tersebut perlu terus terbina sehingga dapat memberikan iklim yang kondusif bagi berkembangnya produk-produk ide kreatif. Gambar dibawah ini memberikan suatu ilustrasi tentang koordinasi yang optimal antara Akademisi, Pelaku Usaha, dan Pemerintah yang didukung oleh infrastruktur fisik dan non-fisik.

Page 150: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  134  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Gambar 24 Triple Helix Ekonomi Kreatif

        Sumber: Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif 2025. 

Kondisi persaingan yang semakin tajam antara produk dalam negeri dan produk impor, diperlukan upaya peningkatan penggunaan produk dalam negeri dengan tujuan menumbuhkan rasa kecintaan dan kebanggaan terhadap produk dalam negeri. Upaya menciptakan pemahaman dan sosialisasi penggunaan produk dalam negeri memerlukan waktu yang lama dan perlu dilakukan secara berkelanjutan karena untuk merubah persepsi masyarakat terhadap produk dalam negeri membutuhkan tahapan yang panjang.

Namun dalam beberapa tahun terakhir, produksi dalam negeri telah menunjukkan peningkatan dari sisi kualitas, kuantitas dan variasi jenis produk. Pencitraan Indonesia di dalam negeri dilakukan melalui strategi: nation branding, kampanye “Aku Cinta Indonesia”, dan ekonomi kreatif. Akan tetapi masih banyak masyarakat yang belum menyenangi produksi dalam negeri. Persepsi masyarakat terhadap produksi dalam negeri masih rendah, selain masyarakat masih didominasi pemikiran bahwa produk impor jauh lebih baik dari produk domestik. Hal tersebut menjadi alasan kuat bagi Kementerian Perdagangan untuk mendukung peningkatan citra Indonesia, sehingga kampanye program “Aku Cinta Indonesia” semakin digiatkan, salah satunya dengan terus melakukan kampanye di 33 propinsi.

Promosi Penggunaan Produk Dalam Negeri pada tahun 2010 yang dilakukan Kementerian Perdagangan melalui berbagai kegiatan diantaranya:

a) Pameran Pangan Nusa (PPN) 2010 diselenggarakan di Jakarta International Expo (JIExpo) Kemayoran pada 13-17 oktober 2010. Tahun ini, PPN mengangkat tema ‘Cita Rasa Bahari’, yaitu menampilkan kekayaan laut Indonesia dalam bentuk beragam pangan olahan. Tujuan

Page 151: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  135  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

pameran ini adalah untuk menciptakan nilai tambah atas sumber daya alam Indonesia yang melimpah baik di darat, laut, dan perairan lainnya yang merupakan bahan dasar produk kuliner dan makanan olahan. Lewat PPN, diharapkan citra produk pangan UKM lebih kompetitif.

Wakil Presiden Budiono didampingi Ibu Herawati, Mari Elka Pangestu Wiliam Wongso (Juri Lomba Kuliner), dan Bondan Winarno (presenter kuliner), melihat hasil kreasi para juru masak daerah dalam mengolah makanan rasa bahari

b) Program Aku Cinta Indonesia (ACI) dan 100% Cinta Indonesia yang dikemas dalam tiga acara yang masing-masing bertajuk “Parade Produk Asli Indonesia”, “Bali Creative Festival”, “Pemecahan Rekor Muri pada Pagelaran Busana 250 Perancang dan 250 Peraga”, merupakan rangkaian kesinambungan programpemerintah dalam mengedepankan perekonomian berbasis kreatifitas. Acara ini berlangsung dari 3 hingga 5 Desember 2010 dan dimaksudkan untuk membangun nilai kebaruan yang berakar pada kekayaan budaya Indonesia dan membangun semangat kewirausahaan yang akan menghasilkan sumber daya yang mandiri, inovatif, serta nilai guna yang berdampak positif bagi kehidupan sosial dan lingkungan.

Page 152: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  136  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Wamendag dalam Acara Aktivasi ACI berphoto dengan Kepala Sekolah SMKN 6 Surabaya sebagai pendukung acara pada

peragaan busana yang mendapatkan Rekor MURI

c) Kementerian Perdagangan bekerjasama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah, Selasa 26 Oktober 2010 menyelenggarakan Forum Temu Usaha UKM dan Toko Modern serta Misi Dagang Lokal di Semarang. Kegiatan Misi Dagang Lokal diikuti oleh 15 pengusaha dari 3 (tiga) provinsi, yaitu Lampung, Kalimantan Timur, dan Jawa Tengah. Diharapkan Forum Temu Usaha UKM dan Toko Modern serta Misi Dagang Lokal UKM dapat memanfaatkan kegiatan ini untuk membuka wawasannya dalam menjalin kemitraan dengan toko modern dan meningkatkan daya saingnya agar dapat lebih kompetitif.

Dirjen PDN sedang memperhatikan produk unggulan UKM yang dipamerkan pada acara Forum Temu Usaha UKM dan

Page 153: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  137  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Toko Modern serta Misi Dagang Lokal di Semarang

d) Festival Ekonomi Kreatif Tingkat SMU dan Sederajat se-Indonesia Tahun 2010 dengan tema: Wujud Penggalian Potensi Ekonomi Kreatif Lokal yang dilaksanakan pada Rabu 22 Desember 2010 di Auditorium Kementerian Perdagangan.

Kegiatan bertujuan untuk menanamkan pondasi awal dari pengembangan pengetahuan ekonomi kreatif sejak dini, sehingga para pelajar SMU dan sederajat dapat memperoleh bekal yang cukup serta wawasan yang memadai dan berkontribusi aktif dalam mengembangkan ekonomi kreatif.

Pelaksanaan FEKSI 2010 secara nasional telah berlangsung dengan lancar, hal ini merupakan refleksi sebuah proses pencerahan dan pemahaman awal bagi para peserta yang notabene pelajar SMU dan sederajat ini, tentang ekonomi kreatif, baik menyangkut aspek kebijakan maupun aspek mikro ekonomi kreatif.

Ajang FEKSI 2010 sekaligus merupakan pengalaman baru bagi para peserta untuk mencoba mengenali sekaligus menggeluti aktivitas ekonomi kreatif, mulai dari sekolah mereka masing-masing. Mulai dari hal kecil, sebelum akhirnya kelak mereka menerjuni profesi di bidang ekonomi kreatif ini seusai tamat sekolah.

Pada Malam Grand Final FEKSI 2010 diadakan penentuan pemenang dari serangkaian lomba, yaitu lomba debat tentang Ekonomi Kreatif dan Lomba menulis artikel tentang Ekonomi Kreatif sekaligus penyerahan piala bergilir Menteri Perdagangan.

Malam Grand Final FEKSI 2010

Page 154: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  138  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Sasaran 11 Akumulasi Jumlah BPSK Yang Dibentuk “Terbentuknya lembaga yang dapat melindungi konsumen dari praktek

perdagangan yang merugikan konsumen”

Tabel 32 Capaian Indikator Kinerja Sasaran 11

No Indikator Kinerja Rencana Tingkat Capaian Realisasi Capaian

(%) 53 Jumlah BPSK yang berfungsi 50 BPSK 50 BPSK 100% 54 Fasilitasi pembentukan BPSK 5 BPSK 9 BPSK 100,%

55 Jumlah rumusan kebijakan dan standar, norma, kriteria dan prosedur di bidang perlindungan konsumen

5 rumusan 5 Rumusan 100%

IK-53

Jumlah BPSK yang Berfungsi

Upaya perlindungan konsumen yang semakin baik dapat dicerminkan adanya lembaga yang dapat melindungi konsumen dari praktek perdagangan yang merugikan konsumen. Oleh karena itu, salah satu indikator yang dapat digunakan sebagai ukuran kinerja peningkatan perlindungan konsumen adalah akumulasi jumlah Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) yang terbentuk setiap tahunnya.

Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, BPSK mempunyai tugas utama untuk menyelesaikan persengketaan konsumen di luar lembaga pengadilan umum. BPSK beranggotakan unsur perwakilan aparatur pemerintah, konsumen dan pelaku usaha atau produsen yang diangkat atau diberhentikan oleh Menteri. BPSK memiliki kewenangan untuk melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan dan keterangan dari para pihak yang bersengketa, melihat atau meminta tanda bayar, tagihan atau kuitansi, hasil test lab atau bukti-bukti lain. Keputusan BPSK bersifat mengikat dan penyelesaian akhir bagi para pihak

BPSK yang semula berjumlah 23 (tahun 2004) meningkat menjadi 45 (tahun 2010) yang tersebar di Kabupaten/Kota. Apabila dikaitkan dengan jumlah Kabupaten/Kota yang ada di Indonesia, maka jumlah BPSK yang ada masih sangat minim yaitu hampir 10 % dari 470 Kabupaten/Kota. Padahal jika melihat peranan dan fungsi BPSK sebagai sarana yang sangat penting bagi konsumen dalam memperoleh haknya, maka jumlah tersebut masih sangat minim.

Target peningkatan perlindungan konsumen pada periode 2010−2014 adalah pembentukan 5 BPSK setiap tahun. Tahun 2010, jumlah BPSK yang terbentuk telah melebih target yaitu mencapai 9 (sembilan) BPSK. Sehingga realisasi pada tahun 2010 akumulasi jumlah BPSK yang terbentuk menjadi 54 BPSK, yang pada tahun 2009 telah terbentuk 45

TUJUAN 7:  Peningkatan Perlindungan Konsumen 

Page 155: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  139  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

BPSK di berbagai Kabupaten dan Kota.

Peranan yang diharapkan dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam peningkatan BPSK yaitu memberikan dukungan baik dalam bentuk dana operasional yang dialokasikan dari APBD setempat, maupun fasilitasi sarana dan prasarana penunjang.

Indikator kinerja ini baru di terapkan pada 2010 sesuai amanat Renstra Kemendag Tahun 2010 – 2014.

Selama tahun 2009-2010, BPSK tercatat telah menyelesaikan kasus sengketa konsumen sebanyak 268 kasus, yang terdiri atas 183 kasus di tahun 2009 dan 85 kasus hingga Agustus 2010. Dari sejumlah kasus tersebut, penyelesaian terbanyak dilakukan melalui mediasi.

 

Gambar 25 Penyelesaian Kasus yang Ditangani BPSK Tahun 2009 - 2010 (September)

Sumber: Kementerian Perdagangan

IK-54

Fasilitasi Pembentukan BPSK

Pada tahun 2009, melalui Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 2009, telah terbentuk 3 (tiga) BPSK di kota Tebing Tinggi dan Binjai, serta Kabupaten Bogor. Sehingga total BPSK yang terbentuk sampai dengan akhir tahun 2009, sebanyak 45 BPSK. Sementara pada tahun 2010, melalui Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 2010 tentang Pembentukan BPSK, terdapat 9 (sembilan) BPSK yang terbentuk di 9 (sembilan) Kabupaten/Kota yakni Kota Serang, Kota Kendari, Kota Bukittinggi, Kota Singkawang, Kota Pontianak, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Karawang, dan Kabupaten Batu Bara. Sehingga sampai tahun 2010, telah terbentuk tambahan 9 (Sembilan) BPSK. Dengan demikian total BPSK yang terbentuk mencapai 54 BPSK di seluruh Indonesia.

Indikator kinerja ini baru di terapkan pada 2010 sesuai amanat Renstra Kemendag Tahun 2010 – 2014.

Page 156: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  140  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Disamping target pembentukan BPSK dapat terpenuhi, diharapkan rasio jumlah BPSK yang telah memiliki anggota dan sekretariat akan meningkat. Pendidikan serta pelatihan teknis baik untuk anggota maupun sekretariat BPSK perlu ditingkatkan, agar kasus yang ditangani lebih cepat terselesaikan sehingga upaya untuk meningkatkan perlindungan konsumen dapat terpenuhi.

IK-55

Jumlah Rumusan Kebijakan dan Standar, Norma, Kriteria dan Prosedur di Bidang Perlindungan Konsumen

Dalam upaya pengembangan perlindungan konsumen, sebagaimana diamanatkan oleh Undang-undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 2001 tentang Badan Perlindungan Konsumen Nasional maka dibentuklah Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN). Namun demikian, operasional lembaga ini baru terlaksana pada 5 Oktober 2004, sesuai Keppres Nomor 150 Tahun 2004.

BPKN yang dibentuk Pemerintah merupakan lembaga independen yang berfungsi memberikan saran dan pertimbangan kepada Pemerintah dalam upaya mengembangkan perlindungan konsumen di Indonesia

Aktivitas BPKN yang menonjol saat ini adalah penyusunan grand scenario kebijakan perlindungan untuk memastikan kecenderungan dan prioritas penanganan perlindungan konsumen yang efektif di masa datang, serta peningkatan dan perumusan amandemen Undang-undang Perlindungan Konsumen, sebagai pertimbangan bagi pemerintah untuk penyempurnaan Undang-undang Perlindungan Konsumen. Hingga Oktober 2010, BPKN telah mengeluarkan 5 (lima) rekomendasi kepada Pemerintah terkait perlindungan konsumen, yaitu:

1. Saran dan rekomendasi perihal pelabelan tabung gas rumah tangga 3 kg dan 12 kg yang ditujukan kepada Menteri Perdagangan

2. Saran dan rekomendasi kepada Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral perihal kebijakan PT. PLN dan sistem Payment Point Online Bank.

3. Saran dan rekomendasi kepada Presiden dan kepada Kepala Eksekutif Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) perihal rekomendasi permasalahan nasabah Bank IFI dengan LPS.

4. Saran dan rekomendasasi perihal pengunaan tabung gas 3 kg yang ditujukan kepada Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat.

Jumlah Produk ber-SNI wajib yang diawasi

Dalam Tahun 2010 ini, Kementerian Perdagangan menargetkan pengawasan terhadap 14 Produk SNI Wajib. Ke-14 Produk SNI Wajib ini telah mendapatkan notifikasi dari World Trade Organization (WTO). Terjadi peningkatan jumlah Produk ber-SNI wajib yang diawasi, dari 9 Produk SNI wajib pada Tahun 2009 menjadi 14 Produk SNI wajib pada Tahun 2010 atau naik 150% terhadap Produk SNI wajib yang diawasi.

Page 157: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  141  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Tabel 33 14 Produk SNI Wajib yang diawasi tahun 2010

Produk SNI Wajib yang diawasi 1 Ban 8 Baja Tulangan Beton 2 Lampu Hemat Energi 9 Semen 3 Tabung Elpiji 10 Air Minum Dalam Kemasan 4 Regulator Gas Elpiji 11 Garam Beryodium 5 Selang Gas Elpiji 12 Baja Lapis Seng 6 MCB / Saklar 13 Kipas Angin 7 Terigu 14 Kompor Gas Satu Tungku

Jumlah Rumusan Kebijakan, Standar, Norma dan Pedoman Pengawasan Barang dan Jasa

Hingga Desember 2010, Kementerian Perdagangan telah mengeluarkan 11 kebijakan terkait Kebijakan, Standar, Norma dan Pedoman Pengawasan Barang dan Jasa, yaitu:

1. Keputusan Menteri Perdagangan tentang Tim Terpadu Pengawasan Barang Beredar.

2. Petunjuk Teknis Pengawasan Produk hasil industri logam.

3. Petunjuk Teknis Pengawasan Produk hasil industri mesin.

4. Petunjuk Teknis Pengawasan Produk hasil industri elektronika dan aneka.

5. Petunjuk Teknis Pengawasan Produk hasil industri kimia.

6. Petunjuk Teknis Pengawasan Produk hasil agro.

7. Petunjuk Teknis Pengawasan Produk hasil hutan.

8. Petunjuk Teknis Pengawasan Jasa Pelayanan Purna Jual Telepon Seluler.

9. Petunjuk Teknis Pengawasan Jasa Perparkiran.

10. Petunjuk Teknis Pengawasan Jasa Periklanan.

11. Petunjuk Teknis Pengawasan Cara Menjual Alat Listrik Rumah Tangga.

Jumlah Kegiatan Pengawasan Barang dan Jasa

Untuk mencegah kerugian yang dialami konsumen dari produk-produk yang tidak dibawah standar mutu serta produk dan jasa yang tidak sesuai ketentuan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, maka Kementerian Perdagangan telah mengadakan beberapa kegiatan yang terkait pengawasan barang dan jasa, antara lainnya:

Meningkatkan efektifitas pengawasan barang beredar, dengan dibentuknya Tim Terpadu Pengawasan Barang Beredar (TPBB) melalui Keputusan Menteri Perdagangan No. 732.1/M-DAG/KEP/5/2010 tentang Pembentukan Tim TPBB sudah ditandatangani tanggal 14 Mei 2010.

Untuk meningkatkan koordinasi antar instansi dalam Tim Terpadu Pengawasan Barang Beredar, telah dilakukan rapat koordinasi perencanaan pelaksanaan Pengawasan Terpadu

Page 158: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  142  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Wujud dari koordinasi pengawasan adalah antara lain telah dilaksanakannya Pengawasan terpadu dengan melibatkan Kementerian Koordinator Perekonomian, Kementerian Koordinator Perekonomian Kesra dan Badan POM.

Telah dilaksanakan Pengawasan Berkala pada beberapa daerah untuk produk yang telah diterapkan SNI Wajib yaitu Lampu Swaballast, Regulator, Tabung Baja, Baja Tulangan Beton, Baja Lapis Seng, Kotak Kontak, Tusuk Kontak, Kipas Angin, Kompor Gas Satu Tungku, Selang Karet, Ban Mobil, Ban Sepedamotor, Air Minum Dalam Kemasan, Tepung Terigu, Semen, dan Garam Beryodium.

Pengawasan berdasarkan Permendag No. 19/M-DAG/PER/5/2009 tentang Pendaftaran Petunjuk Penggunaan (Manual) dan Kartu Jaminan/Garansi pada produk: Televisi, Mesin Cuci, Mesin Multifungsi Berwarna, AC, Telepon Seluler, dan Seterika

Pengawasan terhadap Jasa diantaranya: Pelayanan Purna Jual Telepon Seluler, Perparkiran, Periklanan, Cara Menjual Alat Listrik Rumah Tangga, dan Pasar Moderen.

Page 159: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  143  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Aktivitas pengawasan barang oleh Kementerian Perdagangan 

Page 160: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  144  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Sasaran 12 Pengawasan Barang Beredar dan Jasa “Semakin intensifnya pengawasan terhadap produk yang diharuskan memiliki

SNI wajib, sehingga produk yang dikonsumsi masyarakat semakin terjamin kualitasnya”

Tabel 34 Capaian Indikator Kinerja Sasaran 12

No Indikator Kinerja Rencana Tingkat Capaian Realisasi Capaian

(%)

56 Jumlah produk ber SNI wajib yang diawasi 14 produk 22 produk 157%

57 Jumlah rumusan kebijakan, standar, norma dan pedoman pengawasan barang dan jasa

11 kebijakan/ petunjuk

16 kebijakan/petunjuk

145%

58 Jumlah kegiatan pengawasan barang dan jasa 7 kegiatan 6 kegiatan 86%

Salah satu unsur perlindungan konsumen adalah pengawasan terhadap barang beredar dan jasa. Pertumbuhan ekonomi 2009 dan 2010 banyak dipicu oleh meningkatnya sisi konsumsi masyarakat dan konsumsi rumah tangga perusahaan. Kepercayaan masyarakat terhadap pasar meningkat. Indeks tendensi bisnis selalu meningkat setiap triwulan di tahun 2010. Begitu pula indeks tendensi konsumen 2010 dari 103 pada Triwulan I sampai 107 pada Triwulan IV, khususnya di wilayah Jabodetabek (lihat Tabel 28). Hal demikian harus diikuti upaya menjaga kualitas barang dan jasa demi kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.

Kegiatan-kegiatan pengawasan barang beredar menjadi concern masyarakat umum, wakil masyarakat di DPR dan Pemerintah cq Kementerian Perdagangan. Terlebih memasuki era perdagangan bebas di mana telah tersepakati perjanjian perdagangan regional dan bilateral seperti ASEAN Economic Community, ASEAN plus mitra dialog (al China, Korea Selatan), Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA), yang semuanya dapat membawa implikasi terhadap perubahan impor ke pasar domestik. Peran Kementerian Perdagangan secara regular dan teratur untuk mengawasi peredaran barang dan jasa sehingga dapat diperoleh kepercayaan masyarakat.

Sesuai dengan Renstra Kementerian Perdagangan 2010 – 2014, Indikator kinerja ini baru diterapkan dan dilaksanakan pada tahun 2010.

TUJUAN 7:  Peningkatan Perlindungan Konsumen 

Page 161: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  145  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Tabel 35 Indeks Tendensi Bisnis dan Indeks Tendensi Konsumen Indonesia

2007 2008 2009 2010 INDEKS T-IV T-I T-II T-III T-IV T-I T-II T-III T-IV T-I T-II T-III T-IV

TENDENSI BISNIS 112 104 112 111 102 97 110 113 108 103 104 107 107 TENDENSI KONSUMEN 106 95 94 103 101 102 106 108 105 103 105 111 101

ITB dan ITK berkisar antara 0 sampai dengan 200, dengan indikasi sebagai berikut: a. Nilai ITB/ITK < 100, menunjukkan kondisi bisnis/konsumen pada triwulan berjalan menurun dibanding triwulan sebelumnya. b. Nilai ITB/ITK = 100, menunjukkan kondisi bisnis/konsumen pada triwulan berjalan tidak mengalami perubahan (stagnan) dibanding triwulan sebelumnya. c. Nilai ITB/ITK > 100, menunjukkan kondisi bisnis/konsumen pada triwulan berjalan lebih baik (meningkat) dibanding triwulan sebelumnya.

Sumber: BPS

IK-56

Jumlah produk ber SNI wajib yang diawasi

Untuk mencegah kerugian yang dialami konsumen dari produk-produk yang tidak dibawah standar mutu serta produk dan jasa yang tidak sesuai ketentuan, maka dilaksanakan pengawasan terhadap produk ber SNI Wajib, kartu manual dan garansi, penandaan Botasupal, serta pelayanan jasa yang dilakukan di daerah Jambi, Tanjung Pinang, Batam, Bengkulu, Jogya, Semarang, Denpasar, Padang, Surabaya, Manado, Pekan Baru, Banda Aceh, Lampung, Kupang, Bandung, Medan, Pontianak.

Pengawasan untuk produk yang telah diterapkan SNI Wajib telah dilaksanakan terhadap produk antara lain Lampu Swaballast, Regulator, Tabung Baja, Baja Tulangan Beton, Baja Lapis Seng, Kotak Kontak, Tusuk Kontak, Kipas Angin, Kompor Gas Satu Tungku, Selang Karet, Ban Mobil, Ban Sepedamotor, Air Minum Dalam Kemasan, Tepung Terigu, Semen, Garam Beryodium.

Selain pengawasan terhadap produk yang telah diberlakukan SNI Wajib, telah dilakukan juga pengawasan berdasarkan Permendag No. 19/M-DAG/PER/5/2009 tentang Pendaftaran Petunjuk Penggunaan (Manual) dan Kartu Jaminan/Garansi terhadap manual, kartu garansi serta penandaan Botasupal yaitu terhadap produk-produk Televisi, Mesin Cuci, Mesin Multifungsi Berwarna, AC, Telepon Seluler, dan Seterika.

Selain pengawasan terhadap produk, pengawasan juga telah dilakukan terhadap jasa yang beredar di masyarakat antara lain pengawasan terhadap Jasa Pelayanan Purna Jual Telepon Seluler, Jasa Perparkiran, Jasa Periklanan, Jasa Cara Menjual Alat Listrik Rumah Tangga, dan Jasa Pasar Modern.

Selama periode renstra sebelumnya, indikator ini belum termasuk sebagai indikator kinerja kementerian perdagangan. Baru setelah tahun 2010 ini, indikator kinerja ini baru diterapkan.

IK-57

Jumlah rumusan kebijakan, standar, norma dan pedoman

Untuk meningkatkan efektifitas pengawasan barang dan jasa maka telah disusun Petunjuk Teknis Pengawasan produk industry logam, mesin, elektronik, aneka, kimia, agro, hasil hutan dan jasa. Petunjuk Teknis yang

Page 162: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  146  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

pengawasan barang dan jasa

disusun pada 2010 adalah:

1. Petunjuk Teknis Pengawasan Tepung Terigu

2. Petunjuk Teknis Pengawasan Helm Pengendara Kendaraan Roda Dua

3. Petunjuk Teknis Pengawasan Produk Perlengkapan Makanan dan Minuman

4. Petunjuk Teknis Pengawasan Sepatu Pengaman

5. Petunjuk Teknis Pengawasan Selang Karet

6. Petunjuk Teknis Pengawasan Jasa Perbengkelan Kendaraan Roda Dua

7. Petunjuk Teknis Pengawasan Jasa Perdagangan Properti

8. Petunjuk Teknis Pengawasan Jasa Pembiayaan Konsumen Kendaraan Bermotor Roda Dua

9. Petunjuk Teknis Pengawasan Jasa Perparkiran

10. Petunjuk Teknis Pengawasan Jasa Perhotelan

11. Petunjuk Teknis Pengawasan Iklan

12. Petunjuk Teknis Pengawasan Mesin Multifungsi

13. Petunjuk Teknis Pengawasan Katub Tabung LPG

14. Petunjuk Teknis Pengawasan Setrika Listrik

15. Petunjuk Teknis Pengawasan Monitor Komputer

16. Petunjuk Teknis Pengawasan Regulator Tabung LPG

IK-58

Jumlah kegiatan pengawasan barang dan jasa

Untuk meningkatkan efektifitas pengawasan barang beredar, Telah dibentuk Tim Terpadu Pengawasan Barang Beredar (TPBB) melalui Keputusan Menteri Perdagangan No. 732.1/M-DAG/KEP/5/2010 tentang Pembentukan Tim TPBB sudah ditandatangani tanggal 14 Mei 2010.

Untuk meningkatkan koordinasi antar instansi dalam Tim Terpadu Pengawasan Barang Beredar, telah dilakukan serangkaian rapat koordinasi perencanaan pelaksanaan pengawasan terpadu. Wujud dari koordinasi pengawasan adalah antara lain telah dilaksanakannya pengawasan terpadu dengan melibatkan Kementerian Koordinator Perekonomian, Kementerian Koordinator Perekonomian Kesra, Badan POM dan Kantor Dinas yang membidangi perdagangan di provinsi dan kabupaten/kota. Adapun kegiatan-kegiatannya sebagai berikut:

1. Pendidikan dan pelatihan Penyidik Pegawai Negeri Sipil - Perlindungan Konsumen (PPNS-PK) dan Pengawas Barang Beredar dan Jasa (PPBJ)

Untuk meningkatkan pengawasan di pusat dan daerah, maka telah dilaksanakan pendidikan dan pelatihan PPBJ untuk 3 (tiga) angkatan (90 orang). Total PPBJ diseluruh Indonesia yang telah dididik sampai

Page 163: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  147  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

dengan saat ini berjumlah 994 orang dan yang masih aktif adalah 710 orang. Telah dilaksanakan pendidikan dan pelatihan PPNS-PK untuk 3 (tiga) angkatan (88 orang). Total PPNS-PK diseluruh Indonesia yang telah dididik sampai dengan saat ini berjumlah 906 dan masih aktif adalah 797 orang.

2. Bimbingan Teknis PPBJ dan PPNS-PK

Bimbingan Teknis PPBJ telah dilaksanakan untuk 3 (tiga) angkatan di Pusat dan Daerah, Bimbingan Teknis PPNS-PK telah dilaksanakan untuk 3 (tiga) angkatan di Pusat.

3. Penanganan Kasus

Untuk meningkatkan kesadaran pelaku usaha dalam mengikuti ketentuan yang berlaku, telah dilaksanakan penanganan kasus terhadap produk dan jasa sebagai berikut Jasa Cara Menjual Alat Listrik Rumah Tangga, Jasa Layanan Purna Jual Telepon Seluler, LHE yang tidak memenuhi SNI Wajib, Printer Berwarna yang tidak memiliki tanda hologram BOTASUPAL, Tabung Baja gas Elpiji, Selang tabung gas, Regulator tabung gas. Pelaksanaan Penegakan Hukum akan dilakukan pada tahun 2010 berkoordinasi dengan Biro Hukum, Kepolisian dan Kejaksaan.

4. Sosialisasi Peraturan Pengawasan Barang dan Jasa

Telah dilaksanakan sosialisasi peraturan/kebijakan dan hasil-hasil pengawasan di beberapa daerah antara lain Bandung, Semarang, Batam, Pekan Baru, Surabaya, Ambon, Gorontalo, Kendari, Manokwari, Bengkulu, Pontianak, Mataram, Medan.

Selain sosialisasi dengan aparatur pemerintah, juga dilaksanakan sosialisasi kebijakan pencantuman label yang bekerjasama dengan beberapa asosiasi seperti: APRINDO, APGAI, ADMINKOM, MATAHARI GROUP, ACE HARDWARE GROUP.

5. Pengawasan Distribusi

Untuk menjamin agar pendistribusian Gula Kristal Rafinasi tidak mengancam industri gula nasional, maka dilaksanakan pengawasan distribusi terhadap Gula Kristal Rafinasi di wilayah Jawa Timur dan Makassar.

6. Penyusunan Petunjuk Teknis Pengawasan Produk

Kemendag telah menyusun petunjuk pengawasan produk industri logam, mesin, elektronik, aneka, kimia, agro, hasil hutan dan jasa.

Page 164: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  148  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Page 165: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

 

Page 166: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

 

MISI III: PENYEDIAAN BAHAN POKOK DAN PENGUATAN JARINGAN DISTRIBUSI NASIONAL

Page 167: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  151  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Sasaran 13 Peningkatan Kinerja Logistik “Peningkatan kinerja logistik Indonesia”

Tabel 36 Capaian Indikator Kinerja Sasaran 13

No Indikator Kinerja Rencana Tingkat Capaian Realisasi Capaian

(%)

59 Peningkatan skor Logistic Performance Index (LPI) dari tahun 2009 0,5 poin 0,49 99,7%

60 Jumlah rekomendasi penataan sistem distribusi 2 rekomendasi 2 100%

IK-59

Peningkatan Skor Logistic Performance Index (LPI)

Sasaran yang ingin dicapai dalam penciptaan jaringan distribusi perdagangan yang efisien adalah peningkatan kinerja logistik Indonesia. Pada tahun 2009, LPI Indonesia berada pada peringkat 75 dari 155 negara yang disurvei, dengan skor 2,76, dimana peringkat di masing-masing pilar logistik yang diukur adalah: kepabeanan 72 (skor 2,43), infrastruktur 69 (skor 2,54),pengiriman internasional 80 (skor 2,82), kompetensi logistik 92 (skor 2,47),ketertelusuran 80 (2,77), dan ketepatan waktu 69 (skor 3,46).

Tabel 37 Logistic Performance Index Indonesia

Tahun Sasaran

2007 2009 Skor berdasarkan publikasi tahun 2013

Skor Logistic Performance Index 3,01 2,76 3,26

Tahun 2009, rata-rata waktu pelayanan perizinan dan non perizinan perdagangan luar negeri adalah 8 hari, yang akan diturunkan menjadi 5 hari di 2010, dan menjadi 1 hari di 2014. Target peningkatan kinerja logistik ditetapkan dengan mempertimbangkan upaya penyederhanaan perizinan perdagangan luar negeri yang akan dilakukan di atas. Target yang akan dicapai pada periode 5 tahun ke depan adalah peningkatan 0,5 basis poin LPI, dari 2,76 (skor LPI 2009) menjadi 3,26 di tahun 2014. Target ini dicapai berdasarkan publikasi LPI pada tahun 2013, mengingat LPI dipublikasikan dalam periode 2 tahunan.

Indikator kinerja ini baru di terapkan pada 2010 sesuai amanat Renstra Kemendag Tahun 2010 – 2014.

 

TUJUAN 8:  Penciptaan Jaringan Distribusi Perdagangan yang Efisien 

Page 168: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  152  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Tabel 38 Logistic Performance Index

Rank  Country  LPI  Customs  Infrastructure International Shipments 

Logistics Competence 

Tracking & Tracing 

Timelinesss 

1  Germany  4.11  4.00  4.34  3.66  4.14  4.18  4.48 2  Singapore  4.09  4.02  4.22  3.86  4.12  4.15  4.23 3  Sweden  4.08  3.88  4.03  3.83  4.22  4.22  4.32 4  Netherland  4.07  3.98  4.25  3.61  4.15  4.12  4.41 5  Luxemberg  3.98  4.04  4.06  3.67  3.67  3.92  4.58 6  Switzerland  3.97  3.73  4.17  3.32  4.32  4.27  4.20 7  Japan  3.97  3.79  4.19  3.55  4.00  4.13  4.26 8  United Kingdom  3.95  3.74  3.95  3.66  3.92  4.13  4.37 9  Belgium   3.94  3.83  4.01  3.31  4.13  4.22  4.29 10  Norway  3.93  3.86  4.22  3.35  3.85  4.10  4.35 18  Australia  3.84  3.68  3.78  3.78  3.77  3.87  4.16 20  Taiwan  3.71  3.35  3.62  3.64  3.65  4.04  3.95 23  Korea, Rep.  3.64  3.33  3.62  3.47  3.64  3.83  3.97 27  China  3.49  3.16  3.54  3.31  3.49  3.55  3.91 29  Malaysia  3.44  3.11  3.50  3.50  3.34  3.32  3.86 33  Lebanon  3.34  3.27  3.05  2.87  3.73  3.16  3.97 35  Thailand  3.29  3.02  3.16  3.27  3.16  3.41  3.73 39  Turkey  3.22  2.82  3.08  3.15  3.23  3.09  3.94 40  Saudi Arabia  3.22  2.91  3.27  2.80  3.33  3.32  3.78 41  Brasil  3.20  2.37  3.10  2.91  3.30  3.42  4.14 44  Philipines  3.14  2.67  2.57  3.40  2.95  3.29  3.83 47  India  3.12  2.70  2.91  3.13  3.16  3.14  3.61 53  Vietnam  2.96  2.68  2.56  3.04  2.89  3.10  3.44 75  Indonesia   2.76  2.43  2.54  2.82  2.47  2.77  3.46 

IK-60

Jumlah Rekomen-dasi Penata-an Sistem Distribusi

Sebagai negara kepulauan, Indonesia membutuhkan sistem distribusi nasional yang terintegrasi guna mampu menjamin ketersediaan bahan kebutuhan pokok masyarakat secara adil dan merata. Dengan sistem logistik yang efektif dan efisien, suatu barang atau jasa akan berada ditangan penguna jasa dalam bentuk dan kondisi yang sesuai dengan keinginan, dalam jumlah yang tepat, pada waktu yang tepat serta harga yang terjangkau. Kenyataan yang ada menunjukkan hal yang berbeda. Sistem logistik nasional di Indonesia belum efisien dan efektif. Berberapa permasalahan distribusi komoditi kerap kali menjadi isu strategis di tingkat nasional, yang memperlihatkan lemahnya dukungan sektor logistik nasional. Permasalahan-permasalahan tentang distribusi pupuk, BBM, beras, dan gula, adalah beberapa contoh distribusi barang di tingkat domestik yang kadang bermasalah.

Kementerian Perdagangan sesuai dengan amanat yang diemban dalam Sistem Logistik Nasional (SISLOGNAS) pada tahun 2010 ini mengeluarkan dua rekomendasi dalam Penataan Sistem Distribusi yaitu Rekomendasi Pengembangan Cetak Biru Sistem Distribusi Nasional dan Rekomendasi Pengembangan Sistem Informasi Distribusi Nasional 7 (tujuh) komoditas penentu. Kedua Rekomendasi tersebut terkait dalam tugas stabilisasi harga dan pasokan, penurunan disparitas harga antar provinsi, peningkatan ekspor dari komoditas terpilih yang juga merupakan bagian dari implementasi Rencana Aksi Cetak Biru Sistem Logistik yang diintegrasikan dalam percepatan pembangunan enam Koridor Ekonomi.

Page 169: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  153  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Gambar 26 Ilustrasi Sistem Rantai Pasok Komoditas Minyak Goreng

Sumber: Kementerian Perdagangan

Penataan sistem distribusi mampu menghubungkan simpul ekonomi secara efisien

Diharapkan melalui penataan sistem distribusi akan mampu memperbaiki sistem distribusi domestik sehingga setiap simpul ekonomi di daerah bisa terhubung secara efisien. Hasil analisis peraturan yang terkait dengan peraturan sistem logistik adalah peraturan-peraturan dalam cluster logistik tidak bermasalah bagi pelaku usaha umum dan pelaku yang terkait dengan ekspor-impor dan logistik. Kedepan diharapkan penentuan nasional gateway akan mempengaruhi rute perdagangan internasional barang-barang ekspor dan impor Indonesia. Biaya logistik akan efisien, sehingga ekspor Indonesia dapat semakin bersaing serta juga harga domestik kebutuhan masyarakat seperti minyak goreng, beras, akan lebih terjangkau.

Untuk menjamin kelangsungan usaha jasa logistik, pemerintah perlu mengeluarkan payung hukum yang tegas untuk freight forwarding. Terkait dengan kegiatan ekspor-impor, kebijakan yang ada telah cukup jelas, namun dari sisi transparansi membutuhkan sosialisasi yang lebih intensif. Terkait dengan karantina dalam sistem logistik, kebijakan yang diperlukan adalah kebijakan yang meningkatkan kompetensi SDM logistik.

Page 170: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  154  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Sasaran 14 Gejolak Harga Bahan Pokok Dalam Negeri ”Stabilitas harga bahan pokok yang terkendali, sehingga harga tetap terjangkau

sesuai kondisi daya beli masyarakat”

Tabel 39 Capaian Indikator Kinerja Sasaran 14

No Indikator Kinerja Rencana Tingkat Capaian Realisasi Capaian

(%)

61 % Rata-rata penurunan koefisien variasi harga komoditi 5% 4,5% 90%

62 Jumlah pengembangan pasar percontohan 13 unit 12 unit 92,31

63 Rasio variasi harga komoditi tertentu di dalam dan luar negeri < 1 0,22

64

Jumlah rumusan kebijakan dan standar, norma, kriteria dan prosedur di bidang pembinaan pasar dan distribusi

6 Jenis

6 100%

IK-61

% Rata-rata Penurunan Koefisien Variasi Harga Komoditi

Kementerian Perdagangan terus mengamati perkembangan harga di seluruh wilayah Indonesia serta memperhitungkan tingkat pergerakan harga komoditas strategis selama kurun waktu tertentu, diantaranya dengan melakukan estimasi dan kalkulasi perkembangan harga komoditi tersebut menggunakan koefisien variasi.

Harga dapat dikatakan stabil jika koefisien variasi harga (persen) (Standar deviasi/rata-rata x 100 persen) berada pada range yang wajar atau koefisien rasio variasi harga di dalam negeri lebih kecil dibandingkan di luar negeri. Oleh karena itu, target stabilisasi harga pada tahun 2010 adalah rata-rata koefisien variasi harga di dalam negeri berada pada kisaran 5–9%. Koefisien variasi daging ayam merupakan yang tertinggi diantara komoditi yang dilakukan kalkulasi, dengan koefisien variasi 13,2%. Hal tersebut menunjukkan adanya sebaran harga tidak merata selama periode Januari hingga September 2010 dan melampaui target rata-rata koefisien variasi.

Harga rata-rata daging ayam mengalami peningkatan mulai dari Rp 21.758/kg hingga Rp 27.315/kg. Peningkatan tersebut utamanya terjadi pada saat liburan sekolah dan secara berkelanjutan datangnya bulan Puasa hingga perayaan Idul Fitri. Demikian halnya dengan daging ayam, telur ayam pun memiliki koefisien variasi yang relatif tinggi diantara komoditi lain, dengan koefisien variasi 8,4. Harga telur ayam selama tahun 2010 menunjukkan kecenderungan meningkat dengan kisaran harga Rp 14.814/kg pada Januari 2010 hingga 16.450/kg pada September 2010.

Hal tersebut menunjukkan adanya keterkaitan tidak langsung antara kedua komoditi tersebut. Pemicu relatif tingginya koefisien variasi tersebut disebabkan oleh tingginya permintaan di dalam negeri.

TUJUAN 9:  Stabilisasi dan Penurunan Disparitas Harga Bahan Pokok 

Page 171: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  155  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Tabel 40 Koefisien Variasi Harga Bahan Pokok Dalam Negeri (%)

No. Komoditas 2006 2007 2008 2009 2010 01. Beras 4,5 2,5 0,7 1,0 4,3 02. Gula Pasir 1,9 2,7 0,8 12,1 4,0 03. Jagung 4,9 3,7 9,8 2,3 4,0 04. Kedelai 1,9 4,7 3,9 1,3 3,0 05. Tepung Terigu 1,6 11,7 3,7 0,4 0,8 06. Minyak Goreng 5,2 15,0 14,3 5,5 5,7 07. Susu Kental Manis 1,7 6,2 1,2 0,5 1,1 08. Susu Bubuk 0,8 7,1 4,8 0,4 0,6 09. Daging Ayam 8,3 9,2 9,7 2,6 8,5 10. Daging Sapi 2,2 3,1 5,8 1,6 2,2 11. Telur 4,2 7,7 9,2 2,9 5,7

Rata-rata koefisien variasi (%) 3,4 6,7 5,8 2,8 3,6

Sumber: Rentra Kemendag Periode 2010-2014, BPS diolah

Namun demikian, terdapat beberapa komoditi yang memiliki koefisien variasi pada kisaran ±1%, seperti susu kental manis, kedelai dan tepung terigu. Relatif stabilnya seluruh komoditi tersebut disebabkan oleh terjaganya pasokan dalam negeri dan stabilnya permintaan konsumen.

Secara keseluruhan, rata-rata koefisien variasi harga komoditi tertentu pada tahun 2010 adalah 4,3% dan berada di bawah target yang ditetapkan dalam Rencana Strategis Kementerian, yaitu kisaran 5-9%. Kondisi perekonomian dan pemerintahan yang stabil mendukung konstelasi perkembangan harga komoditi tertentu di Indonesia untuk tetap terjaga dalam pergerakan yang stabil. Sementara untuk daging sapi, bila dibanding tahun 2009, koefisien variasi daging sapi mengalami sedikit peningkatan. Hal tersebut mengindikasikan adanya kecenderungan kenaikan harga daging sapi selama tahun 2010. Terutama pada bulan Agustus 2010, harga daging sapi sedikit bergerak naik sebagai akibat datangnya hari raya Idul Fitri, yang mencapai harga rata-rata Rp 67.682/kg.

Hal menarik ditunjukkan oleh perolehan nilai koefisien variasi untuk komoditi minyak goreng. Selama tahun 2010, koefisien variasi minyak goreng justru mencapai 2,8% (menurun dibanding tahun 2009 yang mencapai 5,5%, bahkan jauh lebih kecil dibanding tahun 2008 yang mencapai 14,3%). Hal ini mengindikasikan bahwa program pemerintah melalui Kementerian Perdagangan untuk menetapkan harga patokan ekspor komoditi CPO dan turunannya adalah tepat, disamping memang pada saat yang sama harga CPO dan RBD Olein di dunia relatif stabil, meski cenderung meningkat menjelang hari raya Idul Fitri.

 

 

Page 172: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  156  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Gambar 27 Perkembangan Harga Komoditi Tertentu Jan-Sept 2010

 

 

     Sumber: BPS  

IK-62

Jumlah Pengembangan Pasar Percontohan

Pada periode 2005−2010, Kementerian Perdagangan bekerjasama dengan Pemerintah Daerah telah melakukan revitalisasi terhadap 1065 pasar tradisional sebagai pasar percontohan, baik revitalisasi fisik maupun revitalisasi manajemen. Revitalisasi fisik dilakukan melalui pembangunan pasar baru maupun renovasi. Revitalisasi juga mencakup pelaksanaan pelatihan manajemen pengelolaan pasar dan pendampingan terhadap pengelola, konsumen, serta melakukan sosialisasi revitalisasi pasar tradisional. Selain merevitalisasi pasar tradisional, juga dilakukan pembangunan gudang sebanyak 41 buah di tahun 2009

Tabel 41 Perkembangan Realisasi Revitalisasi Pasar Tahun 2005 - 2010

Pembangunan Pasar Pembangunan Gudang Tahun

Unit Anggaran (x Rp1000) Unit Anggaran (x Rp1000) 2005*) 74 20.869.190 - - 2006*) 67 51.025.000 - - 2007*) 70 103.780.000 - - 2008 101 136.850.000 - - 2009**) 473 465.000.000 41 120.000.000 2010**) 280 137.322.500 00 000.000

Jumlah 1065 777.524.190 41 120.000.000 Ket: *)Termasuk   pembangunan   pasar   dalam rangka  pelaksanaan  Inpres No.  6  Tahun 2003 tentang Percepatan Pemulihan Pembangunan Prop. Maluku dan Prop. Maluku Utara Pasca Konflik **)Termasuk pembangunan pasar yang sumber  pembiayaannya   berasal   dari DAK Perdagangan Sumber: Ditjen Perdagangan Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan 

Page 173: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  157  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

 

Kemampuan Kementerian Perdagangan dalam memenuhi Proposal Permohonan Revitalisasi Pasar Tradisional dari daerah sangat dipengaruhi oleh kemampuan Anggaran Pemerintah Pusat melalui APBN. Karenanya Jumlah pembangunan pasar tradisional setiap tahunnya jumlah tidak tetap dan pada tahun 2009 cukup banyak pasar yang dibangun dikarenakan adanya Program Stimulus Fiskal Pemerintah.

Gambar Pasar Bukit Jaya di Kabupaten Lamandau Kalimantan Tengah

Pada tahun 2010, Kementerian Perdagangan bekerjasama dengan pemerintah daerah telah melakukan revitalisasi terhadap 266 pasar tradisional, baik revitalisasi fisik, maupun revitalisasi manajemen. Revitalisasi fisik dilakukan melalui pembangunan pasar baru, maupun renovasi. Revitalisasi manajemen dilakukan dengan melaksanakan pelatihan manajemen pengelolaan pasar dan pendampingan terhadap pengelola, konsumen, serta melakukan sosialisasi revitalisasi pasar tradisional. Revitalisasi dilakukan dalam rangka mengembangkan pasar percontohan sebanyak 12 Pasar dari 13 Pasar yang direncanakan. Pasar yang tidak terbangun adalah Pasar Siteba Kota Padang dimana Pemerintah setempat menyatakan secara resmi perihal ketidaksanggupan dalam pembangunan pasar karena kurangnya waktu yang tersedia sehingga anggaran kemudian dikembalikan ke kas negara

Page 174: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  158  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Diagram Pengalokasian Dana Alokasi Khusus Bidang Perdagangan Tahun 2010

Selain revitalisasi dan renovasi pasar tradisional, Kementerian Perdagangan juga telah mengembangkan inisiatif dan mendukung upaya pemerintah daerah untuk mengembangkan pasar tradisional yang khusus atau spesialis, antara lain pasar wisata kuliner dan pasar bunga. Selain memberdayakan UMKM dan pedagang kecil, pasar khusus yang dikelola dengan baik dapat menarik wisatawan dan bisa menyumbang ke PAD.

Masih dalam rangka revitalisasi pasar tradisional, Kementerian Perdagangan bersama seluruh mitranya sedang menyusun pedoman untuk pembangunan dan pengelolaan pasar tradisional yang “ramah dan segar”. Selain itu, terkait dengan pasar lelang, sebagai bentuk guna memperpendek mata rantai perdagangan dan distribusi, telah dikembangkan 3 Pasar Lelang di Propinsi D.I. Yogyakarta dan Gorontalo.

IK-63

Rasio variasi harga komoditi tertentu di dalam dan luar negeri

Sementara itu, Kementerian Perdagangan juga terus mengamati perkembangan harga komoditi strategis yang terjadi di luar negeri. Pergerakan harga di luar negeri harus senantiasa dimonitor dan dilakukan penghitungan cermat dengan perbandingan kondisi di dalam negeri untuk mengantisipasi kebijakan yang harus diterapkan selanjutnya.

Target indikator rata-rata rasio koefisien variasi harga komoditi tertentu tersebut di dalam negeri dibandingkan dengan di luar negeri adalah lebih kecil dari 1 (<1). Hal itu mengindikasikan sebaran perkembangan harga rata-rata di dalam negeri lebih terjaga volatilitasnya dibanding dengan tingkat fluktuasi yang terjadi di luar negeri untuk komoditi yang sama.

Dari beberapa komoditi strategis yang dilakukan penghitungan, kedelai merupakan komoditi yang koefisien variasinya mendekati 1. Hal tersebut menunjukkan bahwa fluktuasi harga kedelai di dalam negeri hampir menyamai tingkat fluktuasi harga kedelai dunia. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa harga kedelai di dalam negeri terkait langsung dengan perkembangan harga internasional.

Page 175: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  159  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Berbeda dengan beras, gula dan terutama terigu. Rasio koefisien variasi terigu dalam negeri dan terigu luar negeri sangat kecil sekali, yaitu 0,04. Hal tersebut menunjukkan bahwa perkembangan harga terigu di dalam negeri relatif lebih stabil bila dibandingkan dengan harga terigu di luar negeri. juga menggambarkan perbedaan tingkat fluktuasi tersebut, meskipun secara nominal harga terigu di dalam negeri 5% lebih mahal.

Secara keseluruhan, rata-rata rasio koefisien variasi harga komoditi tertentu di dalam negeri dibandingkan dengan di luar negeri adalah 0,22% Hal tersebut menunjukkan bahwa perkembangan harga komoditi tertentu di dalam negeri relatif stabil dan terkendali dibandingkan di luar negeri, dengan tetap memperhatikan terjadinya peningkatan dan penurunan harga komoditi tersebut.

Tabel 42 Rasio Koefisien Variasi Harga Komoditi Di Dalam dan Luar Negeri

Jan-Des Tahun 2010

No. Komoditas 2006 2007 2008 2009 2010

1. Beras 2,07 0,42 0,03 0,07 0,45

2. Gula 0,11 0,61 0,11 6,49 0,15

3. Minyak Goreng 0,47 0,25 0,40 0,14 0,35

4. Terigu 0,13 0,16 0,32 0,11 0,04

5. Kedelai 0,20 0,69 0,48 0,04 0,25

6. Jagung 0,99 3,85 4,47 1,52 0,19

7. Susu 0,64 0,60 0,50 0,07 0,09

Rata-rata rasio koefisien variasi 0,66 0,94 0,90 1,21 0,22

 

Perkembangan Beras

Harga beras dunia pada Desember 2010 mengalami kenaikan dibandingkan dengan bulan November 2010. Hal ini disebabkan antara lain adanya pembelian dari Bulog Indonesia 230.000 ton untuk Thai 5% broken, selain itu Bulog juga bermaksud membeli 1 juta ton sampai akhir tahun ini untuk pengiriman Februari. Selain itu untuk mengantisipasi tingginya permintaan dari Indonesia, Asosiasi Makanan Vietnam menaikkan harga dasar beras kualitas 5% broken sebesar 13,7% menjadi $540/ton, dan beras kualitas 25% broken sebesar 7,87% menjadi $480/ton.

untuk mengantisipasi kenaikan harga beras di daerah, Kementerian Perdagangan meminta Bulog untuk melakukan Operasi Pasar Beras:

a. Surat No. 111 terbit bulan Januari 2010 dengan harga af gudang Rp.5230/kg di Jawa dan Rp. 5400/kg di luar Jawa

b. Surat No. 975 terbit bulan Juli 2010 dengan harga af gudang Rp.5630/kg di Jawa dan Rp. 5730/kg di luar Jawa

c. Surat No. 1095 terbit bulan Agustus 2010 dengan harga af gudang Rp.5100/kg di Jawa dan Rp. 5200/kg di luar Jawa

Page 176: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  160  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

d. Surat No. 1721 terbit bulan November 2010 dengan harga af gudang Rp.5600/kg di Jawa dan Rp. 5700/kg di luar Jawa

e. Surat No. 1756.1 bulan November, Mendag juga sudah meminta Bulog untuk melakukan Operasi Pasar Khusus (OPK) Beras menggunakan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) seharga Rp. 1600/kg dengan mekanisme penyaluran seperti raskin

Persetujuan impor beras oleh BULOG sebanyak 1,5 juta ton dengan Surat Mendag No. 1276/M-DAG/9/2010 tanggal 22 September 2010 yang bertujuan untuk meningkatkan stok beras Pemerintah, karena tahun 2010 adalah merupakan stok terendah selama kurun 5 tahun terakhir.

Berdasarkan Inpres Nomor 7 tahun 2009 ditetapkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP), yakni GKP = Rp. 2640/kg di petani atau Rp. 2685/kg di penggilingan, GKG = Rp. 3.300/kg di penggilingan atau Rp. 3345/kg di gudang bulog, Beras DN Rp. 5060/kg di gudang Bulog.

Gambar 28 Perkembangan Harga Beras Umum dan Termurah

Januari – Desember 2010

Oct-07 Nov 07 Dec-07 Jan-08 Feb-08 Mar-08 Apr-08 May-08 Jun-08 Jul-08 Ags 08 Sep-08 Oct-08 Nov 08 Dec-08 Jan 09 Feb 09 Mar 09 Apr 09 Mei 09 Juni 09 Juli 09 Agst 09 Sept 09 Okt 09 Nov 09 Des 09 Jan 10 Peb 10 Mar 10 Apr 10 Mei'10 Juni'10 Juli'10 Agst'10 Sept'10 Okt'10 Nov'10 Des I Des II Des III

2007 2008 2009 2010

Umum (Kg) 5,981 5,985 6,147 6,405 6,375 6,221 6,132 6,253 6,406 6,405 6,404 6,436 6,440 6,441 6,502 6,594 6,725 6,706 6,643 6,636 6,640 6,640 6,660 6,699 6,705 6,707 6,938 7,495 7,721 7,485 7,393 7,403 7,601 8,037 8,383 8,430 8,493 8,668 9,059 9,098 9,129

Termurah (Kg) 4,766 4,770 4,910 5,105 5,066 4,938 4,876 4,979 5,118 5,123 5,230 5,247 5,247 5,237 5,308 5,396 5,511 5,502 5,471 5,467 5,484 5,487 5,426 5,462 5,451 5,436 5,604 6,079 6,264 6,036 5,951 5,952 6,093 6,417 6,695 6,720 6,756 6,901 7,254 7,279 7,310

4,000

4,500

5,000

5,500

6,000

6,500

7,000

7,500

8,000

8,500

9,000

9,500

10,000

 Sumber: Disperindag seluruh Indonesia harga harian

Page 177: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  161  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Gambar 29 Perbandingan Harga Beras Umum Domestik dan Paritas Impor Eceran

Tahun 2010

Sumber: Reuters (FOB Thailand dan Vietnam)

Perbandingan antar negara sebenarnya disebutkan bahwa produktivitas per hektar gabah di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa, jauh lebih tinggi dari produktivitas negara-negara pengekspor beras seperti Thailand dan Vietnam, namun ketidakmampuan Indonesia bersaing dengan negara-negara tersebut disebabkan oleh inefisiensi dalam proses produksi gabah menjadi beras, seperti masalah infrastruktur, kondisi pabrik penggilingan padi yang sudah tertinggal teknologinya, kondisi keuangan petani, lahan marginal yang terpaksa menjual gabah sebelum kering untuk mengatasi masalah cashflows dsb sehingga Indonesia tidak memiliki kemampuan bersaing dengan negara pengekspor beras

Page 178: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  162  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Menko Ekuin, Mendag dan Kepala Bulog sedang memeriksa Gudang beras Bulog

Perkembangan Gula

Hingga akhir 2009, disaat harga gula dunia bergejolak, harga domestik relatif stabil, namun cenderung meningkat. Stabilitas harga gula tidak terlepas dari peningkatan produksi gula dalam negeri dan terjaganya pasokan serta upaya pemerintah dan pengusaha. Stabilitas harga gula mengalami gangguan memasuki Februari 2010, dan mencapai harga tertinggi dengan harga Rp 11.302/kg. Upaya stabilisasi harga gula berangsur menunjukkan hasil yang menggembirakan. Tren penurunan mulai ditunjukkan mulai dari bulan Pebruari 2010 dan hingga akhir semester-I tahun 2010, harga gula berhasil ditekan, dengan harga rata-rata mencapai Rp 9.958/kg pada Juni 2010, kembali mendekati harga pada bulan Oktober 2009.

Kecenderungan tingginya harga gula di dalam negeri yang pada 2010 disebabkan karena produksi yang tidak tercapai, di samping itu peningkatan harga gula ini juga didukung oleh kondisi hasil panen tebu dan produksi gula di Australia. Curah hujan yang tinggi mengakibatkan kualitas dan kuantitas gula yang dihasilkan menurun. Bahkan sebanyak 18% dari lahan tebu yang ada dibiarkan tidak dipanen akibat curah hujan tinggi. Sementara belum diketahuinya jumlah kerja yang diekspor India, mendorong harga gula dunia terus mengalami peningkatan.

Page 179: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  163  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Gambar 30 Perbandingan Harga Gula Domestik dan Paritas Impor

Tahun 2010

 Sumber BPS, LIFFE, USDA (diolah)

Dalam rangka stabilisasi harga gula dan untuk memenuhi kebutuhan gula dalam negeri, setelah mengintegrasikan dengan perkiraan jumlah produksi tahun 2010, telah diberikan ijin impor Gula Kristal Putih (GKP) sebesar 450 ribu ton untuk mengisi ketersediaan GKP sebelum memasuki musim giling 2011.

Kebijakan yang diterapkan membuat harga gula stabil namun pada level tinggi (di atas Rp. 10.000,-/kg). Hal ini diduga karena tingginya harga lelang gula petani yang mencapai rata-rata Rp. 9.000,- /kg . Disamping itu harga internasional yang juga cenderung mengalami kenaikan turut mempengaruhi kondisi harga gula di dalam negeri.

Perkembangan Minyak Goreng

Gejolak harga dan pasokan minyak goreng di dalam negeri terjadi pada awal tahun 2010 dan Juli 2010 ketika harga minyak kelapa sawit internasional mengalami kenaikan tajam pada kedua waktu tersebut. Kenaikan harga minyak kelapa sawit dunia ini sempat mengakibatkan kelangkaan pasokan minyak kelapa sawit di dalam negeri, yang memicu peningkatan harga minyak goreng. Antisipasi yang dilakukan pemerintah melalui peraturan bea keluar secara progresif, pengurangan harga jual dalam negeri dan pengamanan daya beli masyarakat, menstabilkan harga, dan menjamin kecukupan pasokan di dalam negeri.

Page 180: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  164  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Gambar 31 Perbandingan Harga Minyak Goreng Kemasan dan Curah

Tahun 2010

Harga minyak goreng kemasan relatif stabil, bahkan menunjukkan penurunan, sedangkan minyak goreng curah cenderung fluktuatif dan meningkat. Pada Januari 2010, harga minyak goreng curah mengalami puncak peningkatan sejak pertengahan tahun 2009, dengan harga rata-rata Rp 9.207/kg. Sementara itu, harga minyak goreng kemasan relatif bergerak stabil pada kisaran Rp 11.000/620 mL. Harga estimasi eceran minyak goreng berfluktuasi pada kisaran harga Rp. 9.800/kg-Rp. 11.000/kg dan mendekati harga minyak goreng umum. Upaya Kementerian Perdagangan untuk terus menstabilkan harga minyak goreng terus ditingkatkan, utamanya untuk mencegah kelangkaan pasokan minyak goreng di dalam negeri sehingga dapat mengantisipasi gejolak harga yang mungkin terjadi, selain tentunya turut mengamati perkembangan harga CPO internasional.

Pelaksanaan pasar murah Minyakita di beberapa propinsi dalam rangka menjelang Hari Besar keagamaan tahun 2010 dan dalam rangka stabilisasi harga minyak goreng sekaligus memperkenalkan atau mempromosikan MINYAKITA kepada masyarakat sasaran.

Pasar murah dalam rangka stabilisasi harga dilakukan di beberapa daerah

Page 181: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  165  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

(DKI Jakarta, Bodetabek, Sumut, Sumbar, Jabar, Jateng, Bali, NTB dan NTT), dengan setiap daerah akan melaksanakan Pasar murah di 5 (lima) titik lokasi yang berjumlah minyak goreng sebesar 5.000 liter dengan harga jual Rp. 8.000,-/liter.

Pemberian fasilitas PPN DTP untuk Minyakita tahun 2010 sebesar Rp. 240 Milyar melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 25/PMK/ 011/2010.

Penjualan Minyakita ke pasar komersial oleh beberapa produsen. Dari AIMMI dilaporkan telah dilakukan penjualan Minyakita oleh produsen ke pasar komersial di daerah Lampung, Banten dan beberapa wilayah di DKI Jakarta. Kenaikan harga minyak goreng, yang umumnya dipengaruhi oleh peningkatan harga CPO dunia.

Apabila dilihat perkembangan harga CPO dan RBD Olein dunia tahun 2010, cenderung menunjukkan tren peningkatan harga sepanjang tahun 2010. Cenderung meningkatnya harga CPO, khususnya pada pertengahan tahun 2010, terutama dipicu oleh menjelang datangnya bulan Puasa, yang memicu peningkatan permintaan dari negara-negara muslim dunia. Selain itu, cuaca yang sulit terprediksi dan isu stok CPO yang mengalami titik terendah dalam kurun waktu satu tahun terakhir menjadi faktor lain yang mendorong harga CPO mengalami peningkatan.

Gambar 32 Perkembangan Harga CPO dan RBD Olein Internasional s.d. Desember 2010

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul I Jul II Jul III Jul IV Aug I Aug II Aug III Aug IV Aug V Sep I Sep II Sep III Sep IV Okt I Okt II Okt III Okt IV Nov I Nov II Nov III Nov IV Nov V Des I

2010

CPO (CIF R'dam) 785 794 829 826 815 803 789 808 828 839 885 916 918 908 908 915 908 925 934 943 998 1.011 1.042 1.074 1.145 1.131 1.110 1.159 1.207

RBD Olein (Malaysia) 782 789 815 818 803 787 770 795 824 834 918 918 922 894 892 919 894 913 925 942 1.000 999 1.029 1.060 1.131 1.106 1.083 1.145 1.189

750

850

950

1.050

1.150

1.250

US$/ton

Sumber: Reuters (diolah)

Page 182: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  166  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Perkembangan Terigu Terigu merupakan komoditas yang bahan bakunya masih mengandalkan impor. Dengan demikian, fluktuasi kenaikan harga gandum dunia akan berdampak langsung pada pembentukan harga terigu di dalam negeri.

Hal menggembirakan terlihat dari pergerakan harga terigu sepanjang Oktober 2009 s.d September 2010. Harga terigu periode tersebut relatif stabil bahkan cenderung turun. Harga rata-rata terigu sampai dengan September 2010 masih relatif sama dengan harga pada tahun 2008, dengan kisaran Rp 7.482/kg–Rp 7.664/kg.

Gambar 33 Perkembangan Harga Terigu Domestik dan Paritas Impor

Tahun 2010

 Sumber: Gandum (CBOT) dan Terigu (Unit Value Impor Turki, Pusdata Perdagangan) (diolah) 

Namun, bila dibandingkan dengan harga terigu internasional selama kurun Oktober 2009 hingga September 2010, harga terigu domestik 50% lebih tinggi. Hal tersebut disebabkan masih kurangnya pasokan terigu di dalam negeri. Meskipun harga terigu impor sejak pertengahan tahun 2010 terus mengalami peningkatan, harga terigu di dalam negeri masih relatif stabil. Berbeda dengan harga paritas impor yang justru bergerak naik, dengan tren meningkat sejak Juni 2010. Kementerian Perdagangan terus berupaya untuk menekan harga terigu domestik dengan tetap menjaga keseimbangan pasokan di dalam negeri.

Terdapat penambahan 14 industri baru tepung terigu sehingga mampu menyerap tenaga kerja di sektor industri Tepung Terigu sebesar > 5500 orang

Page 183: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  167  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

PPN impor gandum yang diterima negara ± 1 Trilyun. Hingga akhir 2010, kapasitas terpasang untuk pemenuhan kebutuhan nasional mencapai 7 juta ton dengan kelebihan stok 2 juta ton. Sepanjang 2010, pasokan terigu dari impor sebesar 10 s/d 15%.

UKM domestik menyerap sekitar 70% total produksi tepung terigu domestik, dimana pertumbuhan UKM thn 2010 meningkat sebesar 3-5% dari 30.000 UKM yg sudah ada.

Total investasi industri tepung terigu meningkat menjadi ± 12,9 Trilyun

Keberadaan Terigu impor memberikan dampak terhadap menurunnya total produksi terigu domestik sebesar 8,7% dan Penjualan domestik mengalami penurunan sebesar 2,22%

Dengan terjaminnya stok dan pasokan gandum, maka harga tepung terigu sepanjang 2010 menunjukkan kecenderungan stabil tanpa ada fluktuasi harga

Perubahan iklim di sentra-sentra produksi gandum seperti di Australia, Ukraina, Moscow dan US mengakibatkan berkurangnya tingkat produksi gandum untuk kebutuhan ekspor serta penurunan kualitas gandum.

1. Harga gandum dunia pada bulan Desember 2010 mengalami kenaikan dibandingkan dengan bulan November 2010. Hal ini disebabkan antara lain:

2. Meningkatnya permintaan gandum dunia, seperti permintaan gandum dari Irak sebesar 100.000 ton dan Mesir yang telah melakukan tender sebanyak 110.000 ton U.S hard wheat dan 120.000 ton French soft wheat;

3. Adanya kekhawatiran dari importir akan penurunan tingkat supply gandum di dunia yang diakibatkan oleh tingginya tingkat curah hujan yang terjadi di Australia dan cuaca kering yang melanda sentra produksi gandum di Amerika Serikat;

Cuaca kering yang melanda sentra produksi gandum di Amerika juga telah menurunkan kualitas gandum yang dihasilkan.(Reuters, Desember 2010)

Perkembangan Kedelai

Selama kurun waktu Oktober 2009 s.d September 2010, harga kedelai dalam negeri di tingkat eceran mengalami fluktuasi yang tinggi. Hingga Mei 2010, perkembangan harga kedelai di dalam negeri menunjukkan tren penurunan dengan kisaran Rp 8.617/kg–Rp 8.191/kg. Peningkatan harga kedelai mulai terjadi pada bulan Juni 2010, yaitu sebesar Rp 8.217/kg dan terus belanjut hingga Agustus 2010 yang mencapai Rp 8.902/kg.

Komoditas kedelai merupakan komoditas yang dapat dibudidayakan di Indonesia. Namun hasil produksi yang dihasilkan belum cukup untuk memenuhi kebutuhan dan permintaan pasar dalam negeri. Upaya peningkatan produksi dan produktivitas kedelai nasional terus diupayakan sedangkan kekurangan kebutuhan kedelai selama ini masih dilakukan melalui impor. Hal ini menyebabkan harga kedelai di dalam negeri sangat dipengaruhi oleh fluktuasi harga kedelai dunia.

Page 184: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  168  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Apabila dibandingkan dengan harga kedelai impor selama kurun waktu yang sama, harga kedelai domestik masih jauh lebih tinggi dengan harga rata-rata hampir mencapai Rp 9.000/kg. Harga kedelai impor juga berfluktuasi dengan kisaran harga Rp 4.531/kg–Rp 5.112/kg selama periode Oktober 2009–September 2010. Hingga akhir tahun 2010, diperkirakan harga kedelai impor terus merangkak naik, dan hal tersebut akan mempengaruhi perkembangan harga kedelai di dalam negeri. Tanpa mengabaikan asumsi anomali cuaca yang sedemikian cepat berubah, Kementerian Perdagangan bersama sektor terkait berupaya untuk terus mendorong produksi kedelai.

Harga kedele dunia pada bulan Desember 2010 mengalami peningkatan dibandingkan dengan bulan November 2010. Hal ini disebabkan antara lain:

Berkurangnya panen karena cuaca kering dan temperatur panas yang melanda daerah sentra produksi kedele di Amerika Selatan yaitu Argentina. Rencana pemerintah RRT untuk meningkatkan permintaannya terhadap bahan pokok khususnya kedele dan jagung.(Reuters, Desember 2010).

Stabilitas harga bahan pangan dan kecukupan pasokan selama kurun 2009 hingga paruh pertama tahun 2010 sempat terkendala oleh berbagai gejolak seperti krisis pangan dunia dan efek perubahan iklim yang terjadi di berbagai belahan dunia (kondisi Rusia: musim kering yang paling ekstrim dalam 100 tahun terakhir, kondisi RRT: banjir dan tanah longsor, dan kondisi Pakistan: hujan dan banjir besar melanda). Hal tersebut secara langsung memicu kenaikan harga pangan dunia, khususnya biji-bijian (gandum, kedelai, jagung, dan beras). Meskipun masih jauh dari gejolak harga pangan pada tahun 2008, harga internasional beberapa komoditas pangan mulai merangkak naik. Hal tersebut juga berdampak pada pengetatan kebijakan di hampir semua negara untuk mengamankan pasokan untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya.

Kondisi serupa juga dialami Indonesia. Perubahan iklim yang cukup ekstrim terjadi di sepanjang semester-I tahun 2010 sehingga mempengaruhi produksi pangan dalam negeri. Namun demikian, kendati harga bahan-bahan pangan di dalam negeri berfluktuasi, namun secara umum harga dan kecukupan pasokan bahan pangan dapat dikendalikan. Andil inflasi bahan pangan pun cukup rendah dan stabil.

 

Page 185: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  169  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Gambar 34 Perkembangan Harga Kedelai Internasional

Tahun 2007 - 2010

 Sumber: CBOT (FOB Amerika) dan Pusat Data Perdagangan (Unit Value Impor Kedelai Amerika) (diolah) 

IK- 64

Jumlah Rumusan Kebijakan dan Standar, Norma, Kriteria dan Prosedur di Bidang Pembinaan Pasar dan Distribusi

Dalam penanganan stabilisasi harga bahan pokok, Pemerintah menetapkan kebijakan antisipasi gejolak siklus dan musim dari komoditas pangan dalam negeri, terutama meliputi beras, minyak goreng, kedelai, tepung terigu, dan gula, tapi juga tetap memperhatikan jagung, telur, ayam, dan daging

Salah satu indikator pencapaian stabilisasi harga adalah dengan melihat tingkat inflasi pada periode tertentu. Berkaitan dengan itu, pemerintah menargetkan tingkat inflasi rata-rata tahun 2010-2014 sebesar 4-6%. Hingga bulan September 2010, inflasi nasional mencapai 5,28%, dan diprediksi akan melampaui target pemerintah.

Pengaruh tingkat inflasi bahan makanan sangat mempengaruhi tingkat inflasi secara nasional menunjukkan pergerakan meningkatnya nilai inflasi bahan makanan mendorong tingkat inflasi nasional. Demikian sebaliknya, turunnya inflasi bahan makanan mempengaruhi tingkat inflasi nasional. Hal tersebut mendorong Kementerian Perdagangan untuk semakin ketat dan proaktif mencermati perkembangan harga bahan kebutuhan pokok di dalam negeri, dengan secara bersamaan mencermati kondisi pangan dunia.

Secara umum, selama kurun waktu Oktober 2009 s.d September 2010, angka inflasi bulanan berada pada kisaran yang fluktuatif dengan tingkat tertinggi pada bulan Juli 2010 sebesar 1,57% dan bulan Juni 2010 sebesar 0,97%. Inflasi bahan makanan cenderung tinggi khususnya pada pertengahan tahun 2010 yang sempat mencapai 4,69% pada bulan Juli, namun andil inflasi bahan pangan kembali menurun tajam dan relatif stabil pada bulan-bulan berikutnya.

Page 186: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  170  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Kementerian Perdagangan dengan Bulog berkoordinasi untuk melakukan Operasi Pasar (OP) dalam mengantisipasi dan mengendalikan harga beras

Untuk mengantisipasi kenaikan harga beras, Menteri Perdagangan sudah meminta Bulog untuk melakukan Operasi Pasar (OP) Beras, melalui surat nomor 1721/M-DAG/SD/11/2010 tanggal 19 Nov 2010 dengan harga penjualan beras af Gudang Bulog adalah Rp. 5.600,-/kg di Pulau Jawa dan Rp. 5.700,-/kg di luar Pulau Jawa.

Selain itu juga Menteri Perdagangan sudah meminta Bulog untuk melakukan Operasi Pasar Khusus (OPK) Beras khusus bulan Desember 2010 menggunakan Cadangan Beras Pemerintah dengan mekanisme penyaluran seperti Raskin terhadap Rumah Tangga sasaran (RTS), melalui surat nomor 1756.1/M-DAG/SD/11/2010 tanggal 26 Nov 2010.

Adapun langkah tindak lanjut pelaksanaan kebijakan stabilisasi harga gula dan pemenuhan kebutuhan gula dalam negeri, serta setelah mengintegrasikan dengan perkiraan jumlah produksi tahun 2010, maka telah direncanakan alokasi impor GKP sebesar 450 ribu ton untuk mengisi ketersediaan GKP sebelum memasuki musim giling 2011. Ijin dan alokasi impor diberikan kepada 6 Perusahaan yaitu PTPN IX (70 ribu ton), PTPN X (90 ribu ton), PTPN XI (90 ribu ton), PT. RNI (50 ribu ton), PT. PPI (90 ribu ton)dan BULOG (60 ribu ton). Namun, sampai saat ini importir gula yang ditunjuk belum melakukan transaksi pembelian gula dari luar negeri karena harga internasional untuk penyerahan Desember 2010-Januari 2011 masih tinggi (US$ 709/ton). Diperkirakan harga internasional akan turun untuk penyerahan pada bulan Maret-April 2011 (US$ 677/ton). Berhubung batas waktu importasi GKP adalah 15 April 2011, maka kemungkinan perlu dilakukan batas waktu perpanjangan waktu impor menjadi 30 April 2011.

Pelaksanaan kebijakan stabilisasi harga minyak goreng dilakukan melalui penyaluran MINYAKITA dengan pelaksanaan pasar murah sebagai salah satu upaya memperkenalkan atau mempromosikan MINYAKITA kepada masyarakat sasaran dengan harga jual Rp. 8.000/liter.

Pemerintah telah melanjutkan kebijakan PPN DTP Minyak Goreng untuk Minyakita tahun anggaran 2011 dengan pagu anggaran sebagaimana yang telah ditetapkan dalam APBN 2011 sebesar Rp. 250 Milyar dan atau perubahannya (usulan perubahan pagu sesuai dengan perkiraan realisasi).

Page 187: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  171  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Mendag bersama Para Pabrikan Minyak Goreng dengan PPn DPT

Tabel 43

Andil Beberapa Komoditi Terhadap Inflasi/Deflasi Nasional Tahun 2010 (Inflasi Januari - Desember 6,96%)

No Komoditi JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGST SEPT OKT NOV DES

Bahan Makanan  0.40  0.18  0.24  (0.07)  0.11  0.73  1.08  0.09  0.09  (0.19)  0.38  0.67 1  Beras  0.35  0.13  (0.16)  0.00  0.01  0.13  0.86  0.20  0.02  0.04  0.12  0.23 2  Minyak Goreng  0.02  0.00  0.00  0.00  0.00  0.00  (0.01)  0.02  0.01  0.01  0.04  0.22 3  Daging Sapi   0.00  0.00  0.00  0.03  0.00  0.00  0.01  0.02  0.03  (0.02)  0.00  0.00 4  Daging Ayam Ras  (0.04)  0.01  0.05  0.01  0.01  0.07  0.17  0.03  0.06  (0.10)  0.05  0.03 5  Telur Ayam Ras  (0.02)  (0.01)  0.02  0.00  (0.03)  0.04  0.07  0.00  (0.02)  (0.02)  0.00  0.03 6  Tepung Terigu  0.00  0.00  0.00  0.01  0.00  0.00  0.00  0.00  0.00  0.00  0.00  0.00 7  Cabe Rawit   0.00  0.02  (0.02)  0.01  0.02  0.05  0.08  0.02  (0.04)  (0.03)  0.02  0.12 8  Cabe Merah  0.06  0.00  0.16  0.06  0.05  0.26  0.16  (0.19)  (0.19)  (0.07)  0.10  0.22 9  Bawang Merah  0.00  0.01  0.01  0.02  (0.01)  0.07  0.07  (0.06)  (0.02)  0.10  0.07  0.02 10  Tahu  0.00  0.00  0.00  0.00  0.00  0.00  0.00  0.00  0.00  0.00  0.00  0.00 11  Tempe  0.00  0.00  0.00  0.00  0.00  0.00  0.00  0.00  0.01  0.00  0.00  0.00 

12  Kedelai  0.00  0.00  (0.16)  0.00  0.00  0.00  0.00  0.00  0.00  0.00  0.00  0.00 

Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tambahan  

0.33  0.07  0.05  0.04  0.06  0.08  0.12  0.11  0.10  0.08  0.09  0.07 B 

1  Gula Pasir   0.06  0.01  (0.01)  (0.03)  (0.01)  (0.03)  0.02  0.01  0.00  0.02  0.01  0.01 Sumber: BPS (diolah)

Sementara itu, tingginya andil inflasi bahan makanan periode tersebut lebih disebabkan pada memburuknya kondisi pangan dunia dan pergerakan iklim yang cenderung tidak stabil. Apabila dilihat dari komposisi kelompok bahan makanan yang menjadi penyumbang inflasi, beberapa komoditi seperti beras, cabe merah, cabe rawit, dan daging ayam ras menyumbang andil tertinggi inflasi bahan makanan.

 

Page 188: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  172  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Tabel 44 Perkembangan Harga Rata-rata Pangan Pokok

Tahun 2010 Harga Rata-rata No. Komoditi Satuan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des

1 Beras Umum Kg 7.495 7.721 7.485 7.393 7.403 7.601 8.037 8.383 8.421 8.493 8.668 9.115 2 Beras Termurah Kg 6.079 6.264 6.036 5.951 6.082 6.093 6.417 6.695 6.720 6.756 6.901 7.292 3 Gula Kg 10.661 10.488 10.325 10.012 9.836 9.501 9.669 9.708 9.841 10.217 10.419 10.402 4 Minyak Goreng Kemasan Liter 11.179 11.120 11.072 10.988 10.959 10.950 10.869 10.868 10.915 10.923 11.208 11.610 5 Minyak Goreng Curah Liter 9.207 9.110 9.215 9.238 9.129 9.084 9.125 9.600 9.868 10.024 10.721 11.151 6 Daging Sapi Kg 61.124 61.121 61.008 61.000 60.890 60.876 62.058 65.349 69.109 64.984 64.932 64.884 7 Daging Ayam Kg 20.778 21.118 21.959 21.727 22.407 23.993 26.799 27.081 28.957 25.495 23.863 23.737 8 Telur Ayam Kg 12.403 12.258 12.689 12.925 12.233 13.292 14.891 14.653 14.440 13.805 13.828 14.517 9 Tepung Terigu Kg 7.611 7.592 7.567 7.539 7.440 7.435 7.459 7.462 7.444 7.458 7.494 7.523 10 Cabe Merah Kg 20.787 22.157 13.755 16.264 19.684 30.115 36.504 27.048 21.499 17.393 19.602 36.531 11 Cabe Rawit Kg 15.311 17.095 15.338 13.444 13.412 23.416 29.640 27.467 23.136 21.783 22.160 41.913 12 Bawang Merah Kg 12.554 13.117 13.731 14.996 13.938 16.849 19.495 16.209 16.243 20.831 23.175 21.407

Sumber: BPS

Tabel 45

Perkembangan Trend Harga Pangan Pokok Tahun 2010

Perubahan No. Komoditi Satuan Jan:

Peb Peb:Mar

Mar:Apr

Apr:Mei

Mei:Jun

Jun:Jul

Jul:Agst

Agst: Sept

Sept:Okt

Okt:Nov

Nov:Des Trend

1 Beras Umum Kg 3.0 3.1 1.2 0.1 2.7 5.7 4.3 0.5 0.9 2.1 5.2 1.8 2 Beras Termurah Kg 3.0 3.6 1.4 2.2 0.2 5.3 4.3 0.4 0.5 2.1 5.7 1.7 3 Gula Kg 1.6 1.6 3.0 1.8 3.4 1.8 0.4 1.4 3.8 2.0 0.2 0.2 4 Minyak Goreng Kemasan Liter 0.5 0.4 0.8 0.3 0.1 0.7 0.0 0.4 0.1 2.6 3.6 0.4 5 Minyak Goreng Curah Liter 1.1 1.1 0.3 1.2 0.5 0.5 5.2 2.8 1.6 7.0 4.0 1.8 6 Daging Sapi Kg 0.0 0.2 0.0 0.2 0.0 1.9 5.3 5.8 6.0 0.1 0.1 0.6 7 Daging Ayam Kg 1.6 4.0 1.1 3.1 7.1 11.7 0.8 7.2 12.0 6.4 0.5 1.4 8 Telur Ayam Kg 1.2 3.5 1.9 5.4 8.7 12.0 1.6 1.5 4.4 0.2 5.0 1.6 9 Tepung Terigu Kg 0.3 0.3 0.4 1.3 0.1 0.3 0.0 0.2 0.2 0.5 0.4 0.1 10 Cabe Merah Kg 6.6 37.9 12.2 21.0 53.0 21.2 25.9 20.8 18.8 12.7 86.4 10.5 11 Cabe Rawit Kg 11.7 10.3 12.3 0.2 74.6 26.6 7.3 15.8 5.9 1.7 89.1 13.8 12 Bawang Merah Kg 4.5 4.7 9.2 7.1 20.9 15.7 16.9 0.2 28.2 11.3 7.6 5.7

Sumber: BPS

Sejak awal tahun 2010, peningkatan harga beras yang cenderung tinggi secara konsisten menyumbang tingginya andil inflasi bahan makanan. Bahkan inflasi beras sempat memberikan kontribusi tingkat inflasi 0,35% pada Januari 2010, yang pada saat itu inflasi bahan makanan mencapai 0,40%. Pada pertengahan tahun 2010, harga beras relatif terkendali, namun komoditi cabe merah dan cabe rawit mengalami fluktuasi dengan andil inflasi total sebesar 0,23%, dari laju inflasi bahan makanan hingga semester-1 2010 yang mencapai 1,08%. Perkembangan harga beberapa bahan kebutuhan pokok selama Oktober 2009 s.d September 2010 menunjukkan fluktuasi yang cukup beragam. Peningkatan cukup signifikan ditunjukkan oleh telur ayam ras dengan kisaran harga di atas Rp 16.000/kg. Demikian halnya dengan beras dan kedelai yang menunjukkan tren peningkatan. Sementara itu, beberapa komoditi seperti tepung terigu, susu kental manis, dan minyak goreng curah mengindikasikan tingkatan stabil dan cenderung menurun dalam periode yang sama.

Page 189: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  173  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Sasaran 15 Disparitas Harga Antar Provinsi ”Penurunan disparitas harga bahan pokok antarprovinsi, sehingga kelangkaan

dan penimbunan bahan pokok dapat diminimasi”

Tabel 46 Capaian Indikator Kinerja Sasaran 15

No Indikator Kinerja Rencana Tingkat Capaian Realisasi Capaian

(%)

65 Penurunan disparitas harga antar provinsi 1,5 1,8 120%

66

Jumlah peraturan teknis perdagangan berjangka komoditi (PBK), Sistem Resi Gudang (SRG) dan Pasar Lelang (PL)

15 peraturan 12 Peraturan 80%

IK-65

Penurunan disparitas harga antar provinsi

Indikator yang digunakan untuk mengukur disparitas harga bahan pokok antarprovinsi adalah rata-rata rasio antara koefisien variasi harga provinsi dibandingkan variasi harga nasional (standar deviasi/rata-rata harga). Target penurunan disparitas harga antar provinsi yang ingin dicapai adalah penurunan rata-rata rasio antara koefisien variasi harga provinsi dibandingkan koefisien variasi harga nasional sejumlah komoditi, pada kisaran 1,5–2,5 di tahun 2010 (dan seterusnya hingga tahun 2014).

Tabel 47 Target dan Realisasi Koefisien Variasi Provinsi dan Nasional

Tahun 2006 – 2010

No. Komoditas 2006 2007 2008 2009 2010 1. Beras 1,4 2,2 4,5 2,5 1,6 2. Gula Pasir 1,4 1,2 2,7 1,0 1,4 3. Kedelai 3,0 1,4 1,2 4,7 1,9 4. Tepung Terigu 2,4 1,0 1,1 5,4 2,6 5. Minyak Goreng 1,3 1,0 1,1 1,2 1,3 6. Jagung Pipilan 2,2 2,9 1,3 3,3 1,8 7. Susu Bubuk 2,2 1,1 1,1 4,3 3,7 8. Telur Ayam Ras 1,6 1,4 1,2 2,2 1,4 9. Daging Ayam Ras 1,5 1,2 1,4 2,7 1,3 10. Daging Sapi 1,4 1,2 1,1 1,5 1,5

Rata-rata 1,8 1,5 1,7 2,8 1,8 Sumber: Rentra Kemendag Periode 2010-2014, BPS diolah

Meskipun rasio koefisien variasi komoditi kedelai, tepung terigu, jagung dan susu bubuk berada di kisaran nilai 2, namun keduanya masih berada dalam target rata-rata rasio koefisien variasi provinsi dan nasional. Hal

TUJUAN 9:  Stabilisasi dan Penurunan Disparitas Harga Bahan Pokok 

Page 190: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  174  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

tersebut merupakan cerminan semakin membaiknya infrastruktur di daerah dan skala nasional dalam memperlancar distribusi nasional. Selain itu, hal tersebut juga semakin menunjukkan semakin rendahnya disparitas harga antar provinsi di Indonesia.

Disparitas harga yang terjadi selama lima tahun terakhir (2006 – 2010) bergerak antara 1,5% sampai 2,8%. Disparitas terendah terjadi pada tahun 2007 (1,5%) dan tertinggi terjadi pada tahun 2009 (2,8%). Ditargetkan disparitas harga pada 2010 antara 1,5 – 2,5%. Trend yang terjadi bersifat fluktuatif, yakni 1,8% (2006) turun menjadi 1,5% (2007) naik ke kisaran 1,7% (2008) dan naik lagi cukup signifikan menjadi 2,8% pada tahun 2009. Tahun 2010 turun ke angka 1,8% sebagaimana terjadi pada tahun 2006.

Dari 10 komoditas yang dipantau, pada tahun 2010 ini komoditas yang disparitas harganya di bawah target minimal (1,5%) ada 4 komoditi yakni: Gula (1,4%), Minyak Goreng (1,3%), Telur Ayam Ras (1,4%) & Daging Ayam Ras (1,3%). Sedangkan komoditas yang disparitas harganya di atas target maksimal (2,5%) ada 2 komoditi yaitu: Tepung Terigu (2,6%) dan Susu Bubuk (3,7%). Sisanya, 4 komoditi disparitas harganya masih berada pada rentang target yakni: Beras (1,6%, Kedelai (1,9%), Jagung Pipilan (1,8%) & Daging Sapi (1,5%).

IK-66

Jumlah peraturan teknis perdagangan berjangka komoditi (PBK), Sistem Resi Gudang (SRG) dan Pasar Lelang (PL)

Dalam rangka penyelenggaraan pengawasan bursa komoditi, pasar lelang, dan sistem resi gudang diperlukan aturan yang jelas untuk menghindari praktek perdagangan yang illegal dan menciptakan fair business. Pada tahun 2010, Bappebti telah mengeluarkan peraturan teknis di bidang PBK, SRG dan PL sebanyak 12 peraturan dengan perincian sebagai berikut:

a. 9 Peraturan teknis di bidang PBK b. 1 Peraturan teknis di bidang SRG c. 2 Peraturan teknis di bidang PL

Peraturan-peraturan yang telah diterbitkan pada tahun 2010 yaitu:

1. Peraturan Nomor 87/BAPPEBTI/Per/12/2010 Tentang Jenis Perizinan di Bidang Perdagangan Berjangka Komoditi, Prosedur Operasi Standar (Standard Operating Procedure) dan Tingkat Layanan (Service Level Arrangement);

2. Peraturan Nomor 86/BAPPEBTI/Per/12/2010 Tentang Penetapan Daftar Bursa Dan Kontrak Berjangka Luar Negeri;

3. Peraturan Nomor 85/BAPPEBTI/Per/10/2010 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi NOMOR 69/BAPPEBTI/Per/6/2009 Tentang Penggerak Pasar (Market Maker) dan Kewajiban Melakukan Transaksi Kontrak Berjangka di Bursa Berjangka;

4. Peraturan Nomor 84/BAPPEBTI/Per/09/2010 Tentang Penetapan Daftar Bursa Dan Kontrak Berjangka Luar Negeri;

Comment [P4]: Kaitan dengan sasaran? 

Page 191: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  175  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

5. Peraturan Nomor 83/BAPPEBTI/Per/06/2010 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Kegiatan Promosi atau Iklan, Pelatihan. dan Pertemuan di Bidang Perdagangan Berjangka;

6. Peraturan Nomor 82/BAPPEBTI/Per/04/2010 Tentang Tata Cara Penyaluran Amanat Nasabah Ke Bursa Berjangka Luar Negeri;

7. Peraturan Nomor 81/BAPPEBTI/Per/02/2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor 80/BAPPEBTI/Per/01/2010 Tentang Persyaratan Calon Dan Tata Cara Pencalonan Anggota Dewan Komisaris Dan Direksi Bursa Berjangka;

8. Peraturan Nomor 80/BAPPEBTI/Per/01/2010 Tentang Persyaratan Calon Dan Tata Cara Pencalonan Anggota Dewan Komisaris Dan Direksi Bursa Berjangka;

9. Peraturan Nomor 79/BAPPEBTI/Per/01/2010 Tentang Sistem Pengawasan Tunggal (Supervisory System) Dan Sistem Perdagangan Dalam Transaksi Sistem Perdagangan Alternatif.

10. Peraturan Kepala Bappebti Nomor: 14/BAPPEBTI/PER-SRG/12/2010 tentang Jenis Perizinan di Bidang Sistem Resi Gudang, Prosedur Operasi Standar (Standard Operating Procedure) dan Tingkat Layanan(Service Level Arrangement);

11. Peraturan Kepala Bappebti Nomor: 01/BAPPEBTI/PER-PL/08/2010 tentang Persetujuan Penyelenggara Pasar Lelang Dengan Penyerahan Kemudian (Forward);

12. Peraturan Kepala Bappebti Nomor: 02/BAPPEBTI/PER-PL/08/2010 tentang Persetujuan Lembaga Kliring dan Penjaminan Pasar Lelang Dengan Penyerahan Kemudian (Forward).

Dengan diterbitkannya peraturan-peraturan teknis tersebut di atas, maka diharapkan akan semakin meningkatkan kepastian hukum bagi para pelaku usaha di bidang PBK, PL & SRG dan di lain sisi meningkatkan perlindungan terhadap konsumen dengan semakin memperkecil peluang terjadinya penyimpangan.

C. Akuntabilitas Keuangan Tahun 2010

Pagu Anggaran tahun 2010 Kementerian Perdagangan berjumlah sebesar Rp. 1.470.743.558.000,- dengan realisasi sebesar Rp. 1.215.168.778.143,- atau 82,62%. Jika dibandingkan dengan Pagu anggaran belanja anggaran tahun 2009 sebesar Rp. 1.648.481.754.000,-, maka telah terjadi penurunan sebesar Rp. 177.738.196.000,- atau sekitar 10,7%.

Anggaran belanja tersebut dialokasikan ke masing-masing unit eselon I (1) Sekretariat Jenderal sebesar Rp 408 miliar; (2) Ditjen Perdagangan Dalam Negeri Rp 374 miliar; (3) Ditjen Perdagangan Luar Negeri Rp 162 miliar; (4) Ditjen Kerjasama Perdagangan Internasional Rp 67 miliar; (5) Inspektorat Jenderal Rp 22 miilar; (6) Badan Pengembangan Ekspor Nasional Rp 264

Page 192: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  176  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

miliar; (7) Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Rp. 130 miliar, dan (8) Badan Penelitian dan Pengembangan Perdagangan Rp 40 miliar. Secara rinci, anggaran dan realisasi eselon I berikut ini.

Tabel 48 Realisasi Anggaran Kementerian Perdagangan Menurut Unit Organisasi Eselon I Tahun 2010

Realisasi S/D 31 Desember 2010 (dalam Rupiah) No. Unit Organisasi

PAGU Realisasi % Sisa %

1 Sekretariat Jenderal 408.332.894.000 321.255.203.912 78,67 87.077.690.088 21.33

2 DitJen Perdagangan Dalam Negeri

374.012.064.000 342.101.868.628 91.47 31.910.195.372 8.53

3 DitJen Perdagangan Luar Negeri

162.761.600.000 142.975.778.198 87.84 19.785.821.802 12.15

4

DitJen Kerjasama Perdagangan Internasional

67.750.000.000 64.311.837.405 95.81 2.838.162.595 4.19

5 Inspektorat Jenderal 22.726.000.000 21.013.021.846 92.46 1.712.978.154 7.54

6 Badan Pengembangan Ekspor Nasional

264.250 .000.000 189.557.783.814 71.73 74.692.216.186 28.27

7

Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi

130.311.000.000 122.782.420.230 94.22 7.528.579.770 5.78

8

Badan Penelitian dan Pengembangan Perdagangan

40.600.000.000 36.621.862.525 90.20 3.978.137.475 9.80

Total 1.470.743.558.000 1.215.168.778.143 82.62 255.574.779.857 17.38

Dari tabel di atas, realisasi anggaran Kementerian Perdagangan tahun 2010

sebesar 82.62%. Penyerapan anggaran ini berbanding lurus dengan pelaksanaan kinerja yang secara menyeluruh telah dilaksanakan dengan baik. Berdasarkan hal ini, maka terdapat sisa anggaran sebesar 17.38%. Sisa anggaran ini didalamnya terkandung muatan kebijakan penghematan anggaran, namun demikian penghematan anggaran harus tetap memperhatikan mutu dari capaian kinerja.

Realisasi Anggaran Menurut Unit Organisasi Tingkat Eselon I Tahun 2010

Berdasarkan prosentase realisasi anggaran Kementerian Perdagangan menurut Satuan Kerja Eselon I dapat dilihat pada Tabel 37. Penyerapan anggaran selama tahun 2010 tertinggi adalah Satuan Kerja Direktorat Jenderal Kerjasama Perdagangan Internasional (KPI) dengan prosentase sebesar 95,81%. Sebaliknya, yang terkecil adalah Satuan Kera Badan

Page 193: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  177  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) dengan prosentase sebesar 71,73%. Namun perlu diperhatikan besar kecilnya prosentase penyerapan anggaran tergantung dari besaran angka mutlak dari anggaran Satuan Kerja.

Realisasi Anggaran Menurut Pencapaian Misi dan Sasaran Tahun 2006 – 2010

Berdasarkan penggunaan anggaran menurut pencapaian Misi, Kementerian Perdagangan mengalokasikan sebagian anggarannya untuk ke-3 misi yang diemban. Untuk misi Peningkatan Kinerja Ekspor Nonmigas Berkualitas mempunyai anggaran sebesar Rp.102.023.270.000,-, misi Penguatan Pasar Dalam Negeri mempunyai anggaran sebesar Rp. 24.030.725.000,- , dan misi Penyediaan Bahan Pokok dan Penguatan Jaringan Distribusi Nasional mempunyai anggaran sebesar Rp.51.783.145.000,-. Secara rinci, penggunaan anggaran menurut Misi dan Sasaran ini dapat dilihat di Tabel di bawah ini.

Tabel 49 Realisasi Anggaran Menurut Misi dan Sasaran Strategis

Kementerian Perdagangan Tahun 2010

Realisasi S/D 31 Desember 2010 (dalam ribuan Rupiah) 

No.  MISI   SASARAN  INDIKATOR 

PAGU  Realisasi  % 

% pertumbuhan ekspor non migas nasional 

11.733.226  10,630,800  90,60 

Jumlah rekomendasi kebijakan peningkatan ekspor dan investasi 

816,285  800,000  98,00 

Jumlah PP tentang Kawasan Ekonomi Khusus Jumlah peraturan perdagangan yang dilimpahkan ke KEK 

937,800  

930,800  99,25 

Jumlah penerbitan eksportir terdaftar Jumlah penerbitan surat persetujuan ekspor 

1,966,930  

1,900,000  96,00 

Jumlah partisipasi pada forum kerjasama komoditas ekspor di dalam dan luar negeri 

1,035,984  1,000,000  96,53 

Jumlah komoditi yang diberikan bimbingan teknis di bidang ekspor 

2,693,011  2,200,000  81,69 

Jumlah rumusan kebijakan ekspor dan impor 

3,296,883  3,000,000  91,00 

1 Pertumbuhan Ekspor 

Nonmigas 

Jumlah penerbitan pengakuan sebagai Importir Produsen (IP) 

986,333  800,000  81,11 

Concentration ratio pada 5 negara tujuan ekspor terbesar (CR5) 2  Diversifikasi Pasar Ekspor Jumlah penyelenggaraan ITPC 

642.380  572,000  89,04 

% kontribusi ekspor di luar 10 produk utama 3  Diversifikasi Produk Ekspor Jumlah laporan hasil identifikasi komoditi pertanian dan kehutanan 

25.582.920  25,575,000  99,97 

Jumlah perizinan online Jumlah hari waktu pelayanan 

3.315.122  3,210,664  96,85 

Jumlah penerbitan kebijakan fasilitasi ekspor dan impor 

35,962  33,864  94,17 

Jumlah sistem elektronik bidang fasilitasi pelayanan publik 

Peningkatan Kinerja Ekspor 

Nonmigas Berkualitas 

Penyederhanaan Perizinan Perdagangan Luar Negeri 

Jumlah pengguna (hak akses) perijinan ekspor/impor online yang dilayani melalui INATRADE 

1,610,520  1,526,800  94,85 

Page 194: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  178  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Realisasi S/D 31 Desember 2010 (dalam ribuan Rupiah) 

No.  MISI   SASARAN  INDIKATOR 

PAGU  Realisasi  % 

Jumlah bimbingan teknis bidang fasilitasi perdagangan 

1,668,640  1,650,000  98,8 

Jumlah komoditi dengan RCA > 1  7.619.392  7,138,800  93,69 

Jumlah komoditi ekspor yang diawasi mutunya melalui preshipment inspection 

4,030,950  3,997,850  99,13 

Jumlah penerbitan Nomor Pendaftaran Barang (NPB) dalam kerangka pengawasan mutu barang impor melalui pengawasan pra‐pasar 

570,400  471,506  82,66 

Jumlah penerbitan Nomor Regristrasi Produk (NRP) dalam kerangka pengawasan mutu barang produk dalam negeri setara dengan mutu produk impor 

778,740  700,500  89,95 

Jumlah road map kerjasama Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) baik dalam maupun luar negeri 

390,500  275,779  70,62 

Jumlah Lembaga Penilai Kesesuaian (LPK) yang dipantau 

400,400  316,103  78,95 

Jumlah kerjasama bidang pengujian mutu barang dengan pihak dalam dan luar negeri 

34,000  26,747  78,67 

Jumlah sertifikat mutu barang yang diterbitkan 

753,472  663,925  99,51 

5 Keunggulan Komparatif 

Produk Ekspor 

Jumlah penambahan ruang lingkup komoditi yang diakreditasi atau disertifikasi 

14,943  8,500  56,58 

Skor dimensi dalam Simon Anholt Nation Brand Index (NBI) 

40.627.454  40,599,900  99,93 

Jumlah pameran dagang dalam negeri  18,825,150  18,799,900  99,87 6  Pencitraan Indonesia 

Jumlah promosi dagang internasional yang diikuti  

21,802,304  21,800,000  99,99 

Jumlah hasil perundingan perdagangan internasional (agreement, kerjasama komoditi, MRA, MoU, Agreed Munutes, Declaration, Chair Report) 

12.502.776  11.838.988  94,69 

Jumlah partisipasi dalam perundingan perdagangan internasional dalam rangka pembukaan, peningkatan dan pengamanan akses pasar 

11.186.366  11.010.383 98.43 

Jumlah perundingan bidang  jasa yang diikuti 

425.000  400.618 94,26 

Jumlah partisipasi perundingan kerjasama multilateral 

2,350,000  2,324.053 98.90 

Jumlah partisipasi perundingan kerjasama regional 

4.350.000  4.320.455 99.32 

Jumlah partisipasi perundingan kerjasama bilateral di kawasan Asia, Amerika dan Australia 

1.000,000  968.899 96.89 

7 Peran Indonesia di Forum 

Internasional 

Jumlah partisipasi perundingan kerjasama bilateral di kawasan Eropa, Afrika dan Timur Tengah 

1.800.000  1.784.413 99.13 

Jumlah perizinan online 8  Peguatan Pasar Dalam 

Negeri 

Penyederhanaan Perizinan Perdagangan Dalam Negeri  Jumlah hari waktu pelayanan 

penyelesaian 

8.100.377  8,000,000  98,76 

Page 195: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  179  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

Realisasi S/D 31 Desember 2010 (dalam ribuan Rupiah) 

No.  MISI   SASARAN  INDIKATOR 

PAGU  Realisasi  % 

Jumlah rumusan kebijakan pembinaan usaha, lembaga perdagangan dan pendaftaran perusahaan yang disusun % Pertumbuhan PDB sektor perdagangan 

5,528,990  5,445,850  98,50 

Jumlah waralaba asing yang terdaftar (berdasarkan Surat Tanda Pendaftaran yang dikeluarkan oleh Kemendag) 

2,521,608  2,500,000  99,14 

Jumlah waralaba lokal/UKM yang terdaftar (berdasarkan Surat Tanda Pendaftaran yang dikeluarkan oleh Disperindag Kab/Kota) 

1,149,652  1,125,000  97,86 

Jumlah Gudang Yang Masuk Dalam Skema SRG  

2,346,890  2,295,628  97.81 

9 Pertumbuhan PDB Sektor 

Perdagangan 

Jumlah cakupan komoditi, daerah dan kontributor dalam sistem informasi harga 

1,080,480  1,064,529  98,52 

% Konstribusi industri kreatif pada PDB 

40,830,352  39,815,500  97,15 

Jumlah UKM kreatif yang mengikuti pameran DN dan LN 

5,882,060  5,880,000  99,96 

Jumlah pelaku ekonomi kreatif yang diberikan promosi/ pemasaran, kemitraan, fasilitasi, penghargaan dan akses pembiayaan 

1,306,590  1,305,500  99,92 

Jumlah brand produk ekonomi kreatif yang dihasilkan 

800,000  790,000  98,75 

10  Kontribusi Ekonomi Kreatif 

Jumlah promosi produk dalam negeri  32,841,702  31,840,000  96,95 

Jumlah  BPSK yang berfungsi  4.270.438  4,260,000  99,75 

Fasilitasi pembentukan BPSK  2,443,753  2,440,000  99,85 11 Akumulasi Jumlah BPSK yang 

Dibentuk Jumlah rumusan kebijakan dan standar, norma, kriteria dan prosedur di bidang perlindungan konsumen 

1,826,685  1,820,000  99,63 

Peningkatan skor Logistic Performance Index (LPI) dari tahun 2009 12  Peningkatan Kinerja Logistik Jumlah rekomendasi penataan sistem distribusi 

20.000.000  19,900,000  99,50 

% Rata‐rata penurunan koefisien variasi harga komoditi Rasio variasi harga komoditi tertentu di dalam dan luar negeri 

31.783.145   30,776,400  96,83 

Jumlah pengembangan pasar percontohan 

30,000,000  29,000,000  96,67 13 Gejolak Harga Bahan Pokok 

Dalam Negeri Jumlah rumusan kebijakan dan standar, norma, kriteria dan prosedur di bidang pembinaan pasar dan distribusi 

1,783,145  1,776,400  99,62 

Penurunan disparitas harga antar provinsi 

14 

Penyediaan Bahan 

Pokok dan Penguatan Jaringan Distribusi Nasional 

Disparitas Harga Antar Propinsi  Jumlah peraturan teknis perdagangan 

berjangka komoditi (PBK), Sistem Resi Gudang (SRG) dan Pasar Lelang (PL) 

590.900  590,000  99,85 

TOTAL   213,127,472  208,895,914  98,01 

Page 196: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

  180  BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010 

 

 

Realisasi Anggaran Menurut Program Tahun 2010

Efektifitas program mencapai sasaran sangat terkait dari cerminan serapan anggaran yang digunakan sebagai sumber daya keuangan. Pada tahun 2010, Kementerian Perdagangan memiliki 7 (tujuh) program, yakni program-program yang terdapat dalam Kontrak Kinerja tahun 2010. Sementera itu, pada tahun 2009 sebanyak 15 program. Secara perbandingan jumlah program yang dilaksanakan, penurunan jumlah program berbanding lurus dengan penurunan pagu anggaran Kementerian Perdagangan. Penurunan anggaran tersebut sebesar 10,7% terhadap pagu anggaran Tahun 2009 atau setara dengan Rp. 178 milyar.

Pada tabel di bawah ini, disajikan dalam bentuk prosentase realisasi anggaran menurut program yang terdapat dalam kontrak kinerja selama tahun 2010 yang menunjukkan penyerapan anggaran rata-rata diantara angka 86%. Tahun 2010, Penyerapan anggaran tertinggi Kementerian Perdagangan terdapat pada program Pengembangan dan Pengamanan Perdagangan Dalam Negeri. Penyerapan anggaran kedua terbesar adalah program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Perdagangan. Sementara itu, penyerapan anggaran terkecil terdapat pada program peningkatan Kerjasama Perdagangan Internasional.

 

Tabel 50 Realisasi Anggaran Menurut Program Tahun 2010

Realisasi S/D 31 Desember 2010 (dalam ribuan Rupiah)

No. PROGRAM PAGU Realisasi %

1 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Perdagangan 408.332.894 321.255.204 78,67

2 Pengembangan dan Pengamanan Perdagangan Dalam Negeri 374.012.064 342.101.869 91.47

3 Peningkatan Perdagangan Luar Negeri 162.761.600 142.975.778 87,84

4 Peningkatan Kerjasama Perdagangan Internasional 67.750.000 64.311.837 95.81

5 Pengembangan Ekspor 264.250 .000 189.557.784 71.73

6 Peningkatan Efisiensi Pasar Komoditi 130.311.000 122.782.420 94.22

TOTAL 1407.417.558 1.182.984.892 84.05

Keterangan: *hanya untuk program pengembangan ekonomi kreatif ** untuk kedua program pengembangan dan pengamanan perdagangan luar negeri

(lihat Tapkin) Sumber: Kementerian Perdagangan

Page 197: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

 

Page 198: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

182  BAB IV PENUTUP 

 

Page 199: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

 

BAB IV PENUTUP  

 

 

 

   

 

Page 200: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

184  BAB IV PENUTUP 

 

Target Ke-14 sasaran strategis Kementerian Perdagangan telah berhasil dicapai secara optimal pada tahun 2010.

Kinerja perdagangan internasional dan perdagangan dalam negeri secara bertahap semakin membaik dan penuh harapan akhirnya dapat mencapai visi Kementerian Perdagangan. Tahun 2010 ini, sasaran-sasaran yang ditetapkan oleh Rencana Strategis Kementerian Perdagangan menjadi pedoman kerja dan menjadi prinsip dasar pelayanan prima yang harus diberikan oleh institusi Kementerian Perdagangan terhadap seluruh lini aktifitas seperti kemudahan transaksi, investasi, distribusi dan ekspor, serta perlindungan-perlindungan dalam rangka persaingan yang sehat.

Kementerian Perdagangan selaku instansi pemerintah yang sebagian besar aktifitasnya lebih berorientasi pada kegiatan yang bersifat pelayanan, menyadari benar bahwa kinerja sektor perdagangan mengalami banyak tantangan. Termasuk tantangan dalam mengupayakan peningkatan sarana perdagangan, hal-hal penunjang lain seperti peningkatan kemampuan teknis baik aparat dan pelaku usaha sehingga mampu meningkatkan kinerja sektor perdagangan. Berdasarkan rencana strategis Kementerian Perdagangan 2010-2014, telah ditetapkan 15 (lima belas) sasaran dan 66 kegiatan yang capaian kinerjanya telah diuraikan pada Bab 3. Dari hasil analisa dan pengukuran capaian kinerja di tahun 2010, Kementerian Perdagangan telah berhasil mencapai sasaran dimaksud berdasarkan tugas pokok, fungsi dan misi yang diembannya. Bahkan untuk indikator kinerja utama (IKU) Pertumbuhan Ekspor Non-migas telah tercapai sebesar 33,2% dari yang ditargetkan sebesar 7% artinya tingkat capaiannya sebesar 471,7%. Begitu juga dengan IKU jumlah perijinan yang dapat dilayani secara online baik untuk kebutuhan dalam dan luar negeri, kinerjanya telah melebihi target hingga mencapai 133%. Hal tersebut tercermin dari keberhasilan pencapaian sasaran dengan hasil yang dicapai dalam hitungan rata-rata adalah melewati perkiraan target sasaran, dengan nilai hampir 100 persen. Walaupun rata-rata pencapaian sasaran meraih hasil yang baik, namun belum semua indikator menunjukkan hasil sebagaimana yang ditargetkan.

Keberhasilan kinerja perlu dipertahankan, serta meningkatkan kinerja yang targetnya belum tercapai

Ada beberapa sasaran yang capaiannya sesuai dan bahkan melampaui target, namun beberapa sasaran lainnya masih perlu mendapatkan perhatian khusus. Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut terhadap perencanaan dan pelaksanaan program, serta penganggaran agar menjadi lebih baik pada tahun-tahun berikutnya.

Keberhasilan pencapaian sasaran kinerja Kementerian Perdagangan tentunya dikaitkan juga dengan upaya Menteri Perdagangan yang secara bersamaan menetapkan program prioritas yang dapat menjadikan Kementerian Perdagangan sebagai core dalam penguatan perekonomian nasional melalui sektor perdagangan. Permasalahan dalam pencapaian kinerja kualitatif ini adalah dalam pemilihan prioritas, sehingga dampak yang dicapai dari suatu pelaksanaan program, dapat menggerakkan institusi lain (khususnya dunia usaha), sehingga terjadi proses berantai-misalnya dalam peningkatan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan melaksanakan prosedur perdagangan dan sebagainya.

Page 201: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

185  BAB IV PENUTUP 

 

LAK Kementerian sebagai referensi berkaitan dengan keberhasilan dan kegagalan kinerja

Laporan Akuntabilitabilitas Kinerja (LAK) ini semoga bermanfaat dan dapat menjadi referensi penting berkaitan dengan kinerja perdagangan tahun 2010. Metode kuantitatif, penetapan indikator kinerja, serta analisis deskriptif terhadap hasil capaian diharapkan dapat membantu mengarahkan pembaca untuk memberikan penilaian dan masukkan terhadap kesempurnaan LAK ini. Dengan demikian, laporan akuntabilitas ini dapat menjadi alat untuk menginventarisasi keberhasilan dan permasalahan-permasalahan yang ada, dan dengan demikian dapat dimanfaatkan untuk proses perencanaan selanjutnya.

Page 202: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

 

Page 203: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

 

LAMPIRAN

Page 204: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

188  BAB IV PENUTUP 

 

1. Struktur Organisasi Kementerian Perdagangan (Struktur Baru)

Page 205: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

189  BAB IV PENUTUP 

 

2. Struktur Organisasi Kementerian Perdagangan (Struktur Lama)

Page 206: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

190  BAB IV PENUTUP 

 

3. Lembar Kontrak Kinerja (dalam ribuan rupiah)

INDIKATOR KINERJA OUTPUT INDIKATOR KINERJA OUTCOME NO PROGRAM SASARAN

URAIAN TARGET URAIAN TARGET ANGGARAN

- Jumlah rekomendasi kebijakan peningkatan ekspor dan investasi

1 rekomendasi 816,285

- Jumlah PP tentang Kawasan Ekonomi Khusus

1 PP

- Jumlah peraturan perdagangan yang dilimpahkan ke KEK

1 peraturan

937,800

- Jumlah penerbitan eksportir terdaftar

243 ET

- Jumlah penerbitan surat persetujuan ekspor

900 SPE

1,966,930

- Jumlah partisipasi pada forum kerjasama komoditas ekspor di dalam dan luar negeri

22 partisipasi

forum

1,035,984

- Jumlah komoditi yang diberikan bimbingan teknis di bidang ekspor

14 komoditi 2,693,011

- Jumlah rumusan kebijakan ekspor dan impor

19 kebijakan 3,296,883

Meningkatnya pertumbuhan ekspor non migas, sebagai salah satu sumber utama pertumbuhan nasional

- Jumlah penerbitan pengakuan sebagai Importir Produsen (IP)

2000 IP

% pertumbuhan ekspor non migas nasional

7%

986,333

Diversifikasi produk ekspor nonmigas yang semakin baik, sehingga ketergantungan pada produk ekspor tertentu menjadi berkurang

-

Jumlah laporan hasil identifikasi komoditi pertanian dan kehutanan

5 komoditi

% kontribusi ekspor di luar 10 produk utama

53%

642,380

- Jumlah penerbitan kebijakan fasilitasi ekspor dan impor

4 kebijakan Jumlah perizinan online

40 jenis 35,962

- Jumlah sistem elektronik bidang fasilitasi pelayanan publik

2 sistem 1,145,046

- Jumlah pengguna (hak akses) perijinan ekspor/impor online yang dilayani melalui INATRADE

1500 pengguna

Jumlah hari waktu pelayanan

4 hari

465,474

1

Peningkatan Perdagangan Luar Negeri

Penyederhanaan perijinan perdagangan luar negeri

- Jumlah bimbingan teknis bidang fasilitasi perdagangan

5 bimbingan teknis

1,668,640

Page 207: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

191  BAB IV PENUTUP 

 

INDIKATOR KINERJA OUTPUT INDIKATOR KINERJA OUTCOME NO PROGRAM SASARAN

URAIAN TARGET URAIAN TARGET ANGGARAN

- Jumlah komoditi ekspor yang diawasi mutunya melalui preshipment inspection

3 komoditi 4,030,950

- Jumlah penerbitan Nomor Pendaftaran Barang (NPB) dalam kerangka pengawasan mutu barang impor melalui pengawasan pra-pasar

650 NPB

Jumlah komoditi dengan RCA > 1

590 komoditi ekspor

570,400

- Jumlah penerbitan Nomor Regristrasi Produk (NRP) dalam kerangka pengawasan mutu barang produk dalam negeri setara dengan mutu produk impor

100 NRP 778,740

- Jumlah road map kerjasama lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) baik dalam maupun luar negeri

1 road map 390,500

- Jumlah Lembaga Penilai Kesesuaian (LPK) yang dipantau

20 LPK

400,400

- Jumlah kerjasama bidang pengujian mutu barang dengan pihak dalam dan luar negeri

11 Kerjasama

144,600

- Jumlah sertifikat mutu barang yang diterbitkan

28 Sertifikat 753,472

Meningkatnya keunggulan komparatif produk ekspor Indonesia di pasar global, yang menunjukkan semakin banyaknya produk-produk dalam negeri yang mampu bersaing di pasar global

- Jumlah penambahan ruang lingkup komoditi yang diakreditasi atau disertifikasi

9 komoditi 550,330

- Jumlah pameran dagang dalam negeri

21 pameran 18,825,150

2

Pengembangan Ekspor

Perbaikan citra produk ekspor Indonesia di pasar global, yang pada akhirnya akan mendukung kontinuitas dan pertumbuhan ekspor

-

Jumlah promosi dagang internasional yang diikuti

57 pameran

Skor dimensi dalam Simon Anholt Nation Brand Index (NBI)

Skor 44

21,802,304

Page 208: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

192  BAB IV PENUTUP 

 

INDIKATOR KINERJA OUTPUT INDIKATOR KINERJA OUTCOME NO PROGRAM SASARAN

URAIAN TARGET URAIAN TARGET ANGGARAN

Diversifikasi pasar tujuan ekspor yang semakin baik, sebagai indikasi berkurangnya ketergantungan ekspor pada suatu negara tertentu, sehingga keberlanjutan pertumbuhan ekonomi semakin baik

-

Jumlah penyelenggaraan ITPC

20 ITPC

Concentration ratio pada 5 negara tujuan ekspor terbesar (CR5)

47%

25,582,920

- Jumlah partisipasi dalam perundingan perdagangan internasional dalam rangka pembukaan, peningkatan dan pengamanan akses pasar

40 perundingan 4,712,776

- Jumlah perundingan bidang jasa yang diikuti

10 perundingan 1,000,000

- Jumlah partisipasi perundingan kerjasama multilateral

30 perundingan 2,250,000

- Jumlah partisipasi perundingan kerjasama regional

62 perundingan 3,100,000

- Jumlah partisipasi perundingan kerjasama bilateral di kawasan Asia, Amerika dan Australia

20 perundingan 900,000

3

Peningkatan Kerjasama Perdagangan Internasional

Meningkatnya intensitas keikutsertaan Indonesia di berbagai forum internasional dan meningkatnya hasil perundingan yang dihasilkan diberbagai forum internasional yang mampu memberi nilai tambah bagi kepentingan nasional

-

Jumlah partisipasi perundingan kerjasama bilateral di kawasan Eropa, Afrika dan Timur Tengah

12 perundingan

Jumlah hasil perundingan perdagangan internasional (agreement, kerjasama komoditi, MRA, MoU, Agreed Munutes, Declaration, Chair Report)

140 hasil perundinga

n

540,000

Jumlah perizinan online perdagangan dalam negeri

12 jenis 8,100,377

Penyederhanaan perijinan perdagangan dalam negeri

-

Jumlah rumusan kebijakan pembinaan usaha, lembaga perdagangan dan pendaftaran perusahaan yang disusun

10 kebijakan

Jumlah hari waktu pelayanan penyelesaian perdagangan dalam negeri

6 hari

4

Pengembangan dan Pengamanan Perdagangan Dalam Negeri

Meningkatnya output sektor perdagangan yang senantiasa tumbuh semakin positif setiap tahunnya

- Jumlah waralaba asing yang terdaftar (berdasarkan Surat Tanda Pendaftaran yang dikeluarkan oleh Kemendag)

126 waralaba asing

% Pertumbuhan PDB sektor perdagangan

3,4% 2,521,608

Page 209: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

193  BAB IV PENUTUP 

 

INDIKATOR KINERJA OUTPUT INDIKATOR KINERJA OUTCOME NO PROGRAM SASARAN

URAIAN TARGET URAIAN TARGET ANGGARAN

- Jumlah waralaba lokal/UKM yang terdaftar (berdasarkan Surat Tanda Pendaftaran yang dikeluarkan oleh Disperindag Kab/Kota)

51 waralaba lokal

1,149,652

- Fasilitasi pembentukan BPSK

5 BPSK 2,443,753

Terbentuknya lembaga yang dapat melindungi konsumen dari praktek perdagangan yang merugikan konsumen

- Jumlah rumusan kebijakan dan standar, norma, kriteria dan prosedur di bidang perlindungan konsumen

5 rumusan

Jumlah BPSK yang berfungsi

50 BPSK

1,826,685

- Jumlah rumusan kebijakan, standar, norma dan pedoman pengawasan barang dan jasa

11 kebijakan Semakin intensifnya pengawasan terhadap produk yang diharuskan memiliki SNI wajib, sehingga produk yang dikonsumsi masyarakat semakin terjamin kualitasnya

-

Jumlah kegiatan pengawasan barang dan jasa

7 kegiatan

Jumlah produk ber SNI wajib yang diawasi

14 produk

13,306,920

Peningkatan kinerja logistik Indonesia

-

Jumlah rekomendasi penataan sistem distribusi

2 rekomendasi

Peningkatan skor Logistic Performance Index (LPI) dari tahun 2009

0,5 poin

20,000,000

-

Jumlah pengembangan pasar percontohan

13 unit

% Rata-rata penurunan koefisien variasi harga komoditi

5% 30,000,000

Stabilitasi harga bahan pokok yang terkendali, sehingga harga tetap terjangkau sesuai kondisi daya beli masyarakat

- Jumlah rumusan kebijakan dan standar, norma, kriteria dan prosedur di bidang pembinaan pasar dan distribusi

6 jenis Rasio variasi harga komoditi tertentu di dalam dan luar negeri

< 1 1,783,145

5

Pengembangan dan Pengamanan Perdagangan Dalam Negeri

Penurunan disparitas harga bahan pokok antar provinsi, sehingga kelangkaan dan penimbunan bahan pokok dapat diminimasi

- Jumlah peraturan teknis perdagangan berjangka komoditi (PBK), Sistem Resi Gudang (SRG) dan Pasar Lelang (PL)

15 peraturan Penurunan disparitas harga antar provinsi

1,5 590,900

6

Peningkatan Efisiensi Pasar Komoditi

- Jumlah pengelola Sistem Resi Gudang (SRG)

45 pengelola 777,250

Page 210: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

194  BAB IV PENUTUP 

 

INDIKATOR KINERJA OUTPUT INDIKATOR KINERJA OUTCOME NO PROGRAM SASARAN

URAIAN TARGET URAIAN TARGET ANGGARAN

-

Jumlah cakupan komoditi, daerah dan kontributor dalam sistem informasi harga

7 komoditi, 7 daerah, 160

orang

1,080,480

- Jumlah UKM kreatif yang mengikuti pameran DN dan LN

100 UKM 5,882,060

- Jumlah pelaku ekonomi kreatif yang diberikan promosi/ pemasaran, kemitraan, fasilitasi, penghargaan dan akses pembiayaan

400 UKM 1,306,590

- Jumlah brand produk ekonomi kreatif yang dihasilkan

26 brand 800,000

7

Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Perdagangan

Meningkatnya kontribusi PDB Industri kreatif terhadap PDB nasional sebagai salah satu alternatif baru penggerak ekonomi nasional

- Jumlah promosi produk dalam negeri

4 kegiatan

% konstribusi industri kreatif pada PDB

2%

32,841,702

Page 211: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

195  BAB IV PENUTUP 

 

4. Lembar Pengukuran Pencapaian Sasaran (PPS) (dalam ribuan rupiah)

ANGGARAN SASARAN

INDIKATOR PENCAPAIAN

SASARAN

RENCANA TINGKAT CAPAIAN (TARGET)

REALISASI PERSENTASE PENCAPAIAN

TARGET RENCANA REALISASI

1 2 3 4 5 6 7

-

% Pertumbuhan ekspor non migas nasional (Berdasarkan perhitungan moving p.a.growth rate s.d. Oktober 2010)

7% 26,28%

-

Jumlah rekomendasi kebijakan peningkatan ekspor dan investasi

1 rek. 1 rek. 100% 816,285 800,000

-

Jumlah PP tentang Kawasan Ekonomi Khusus

1 PP 1 PP 100%

-

Jumlah peraturan perdagangan yang dilimpahkan ke KEK

1 peraturan 1 peraturan 100%

937,800 930,800

-

Jumlah penerbitan eksportir terdaftar

243 ET 237 ET 97,53%

-

Jumlah penerbitan surat persetujuan ekspor

900 SPE 900 SPE 98,88%

1,966,930 1.900.000

-

Jumlah partisipasi pada forum kerjasama komoditas ekspor di dalam dan luar negeri

22 partisipasi

forum 20 Forum 90,90% 1,035,984 1.000.000

-

Jumlah komoditi yang diberikan bimbingan teknis di bidang ekspor

14 komoditi 13 Komoditi 92,86% 2,693,011 2.200.000

-

Jumlah rumusan kebijakan ekspor dan impor

19 kebijakan 17 Kebijakan 89,47% 3,296,883 3.000.000

Meningkatnya pertumbuhan ekspor non migas, sebagai salah satu sumber utama pertumbuhan nasional

-

Jumlah penerbitan pengakuan sebagai Importir Produsen (IP)

2000 IP 1984 IP 99,20% 986,333 800,000

Page 212: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

196  BAB IV PENUTUP 

 

ANGGARAN SASARAN

INDIKATOR PENCAPAIAN

SASARAN

RENCANA TINGKAT CAPAIAN (TARGET)

REALISASI PERSENTASE PENCAPAIAN

TARGET RENCANA REALISASI

1 2 3 4 5 6 7

-

% kontribusi ekspor di luar 10 produk utama

53% 50%

Diversifikasi produk ekspor nonmigas yang semakin baik, sehingga ketergantungan pada produk ekspor tertentu mjd berkurang

-

Jumlah laporan hasil identifikasi komoditi pertanian dan kehutanan

5 komoditi 5 komoditi 100% 642,380 572,000

- Jumlah perizinan online

40 jenis

- Jumlah hari waktu pelayanan

4 hari

-

Jumlah penerbitan kebijakan fasilitasi ekspor dan impor

4 kebijakan 4 kebijakan 100% 35,962 33,864

-

Jumlah sistem elektronik bidang fasilitasi pelayanan publik

2 sistem 2 sistem 100% 1,145,046 1,137,000

-

Jumlah pengguna (hak akses) perijinan ekspor/impor online yang dilayani melalui INATRADE

1500 pengguna

1278 pengguna 85,20% 465,474 389,800

Penyederhanaan perijinan perdagangan luar negeri

-

Jumlah bimbingan teknis bidang fasilitasi perdagangan

5 bimbingan teknis 5 bintek 100% 1,668,640 1,650,000

- Jumlah komoditi dengan RCA > 1

590 komoditi ekspor 450

-

Jumlah komoditi ekspor yang diawasi mutunya melalui preshipment inspection

3 komoditi 3 komoditi 100% 4,030,950 3,997,000

-

Jumlah penerbitan Nomor Pendaftaran Barang (NPB) dalam kerangka pengawasan mutu barang impor melalui pengawasan pra-pasar

650 NPB 500 NPB 76,92% 570,400 550,000

Meningkatnya keunggulan komparatif produk ekspor Indonesia di pasar global, yang menunjukkan semakin banyaknya produk-produk dalam negeri yang mampu bersaing di pasar global

- Jumlah penerbitan Nomor Regristrasi

100 NRP 95 NPB 95% 778,740 750,000

Page 213: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

197  BAB IV PENUTUP 

 

ANGGARAN SASARAN

INDIKATOR PENCAPAIAN

SASARAN

RENCANA TINGKAT CAPAIAN (TARGET)

REALISASI PERSENTASE PENCAPAIAN

TARGET RENCANA REALISASI

1 2 3 4 5 6 7

Produk (NRP) dalam kerangka pengawasan mutu barang produk dalam negeri setara dengan mutu produk impor

-

Jumlah road map kerjasama lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) baik dalam maupun luar negeri

1 road map 0 road map 0% 390,500 102,000

-

Jumlah Lembaga Penilai Kesesuaian (LPK) yang dipantau

20 LPK 15 LPK 75% 400,400 350,500

-

Jumlah kerjasama bidang pengujian mutu barang dengan pihak dalam dan luar negeri

11 Kerjasama 9 Kerjasama 81,81% 144,600 141,700

-

Jumlah sertifikat mutu barang yang diterbitkan

28 Sertifikat 27 sertifikat 96,43% 753,472 749,800

-

Jumlah penambahan ruang lingkup komoditi yang diakreditasi atau disertifikasi

9 komoditi 7 komoditi 77,78% 550,330 497,800

-

Skor dimensi dalam Simon Anholt Nation Brand Index (NBI)

Skor 44 Skor 44

-

Jumlah pameran dagang dalam negeri

21 pameran 21 pameran 100% 18,825,150 18,799,900

Perbaikan citra produk ekspor Indonesia di pasar global, yang pada akhirnya akan mendukung kontinuitas dan pertumbuhan ekspor

-

Jumlah promosi dagang internasional yang diikuti

57 pameran 57 pameran 100% 21,802,304 21,800,000

-

Concentration ratio pada 5 negara tujuan ekspor terbesar (CR5)

47% 47% 100%

Diversifikasi pasar tujuan ekspor yang semakin baik, sebagai indikasi berkurangnya ketergantungan ekspor pada suatu negara tertentu, sehingga keberlanjutan pertumbuhan ekonomi semakin baik

- Jumlah penyelenggaraan ITPC

20 ITPC 20 ITPC 100% 25,582,920 25,575,000

Page 214: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

198  BAB IV PENUTUP 

 

ANGGARAN SASARAN

INDIKATOR PENCAPAIAN

SASARAN

RENCANA TINGKAT CAPAIAN (TARGET)

REALISASI PERSENTASE PENCAPAIAN

TARGET RENCANA REALISASI

1 2 3 4 5 6 7

-

Jumlah hasil perundingan perdagangan internasional (agreement, kerjasama komoditi, MRA, MoU, Agreed Munutes, Declaration, Chair Report)

140 hasil perundingan

140 hasil perundingan

-

Jumlah partisipasi dalam perundingan perdagangan internasional dalam rangka pembukaan, peningkatan dan pengamanan akses pasar

40 perundingan 41 102,5 11.186.366 11.010.383

-

Jumlah perundingan bidang jasa yang diikuti

10 perundingan 10 100 425.000 400.618

-

Jumlah partisipasi perundingan kerjasama multilateral

30 perundingan 30 100 2,350,000 2,324.053

-

Jumlah partisipasi perundingan kerjasama regional

62 perundingan 62 100 4.350.000 4.320.455

-

Jumlah partisipasi perundingan kerjasama bilateral di kawasan Asia, Amerika dan Australia

20 perundingan 20 100 1.000,000 968.899

Meningkatnya intensitas keikutsertaan Indonesia di berbagai forum internasional dan meningkatnya hasil perundingan yang dihasilkan diberbagai forum internasional yang mampu memberi nilai tambah bagi kepentingan nasional

-

Jumlah partisipasi perundingan kerjasama bilateral di kawasan Eropa, Afrika dan Timur Tengah

12 perundingan

12 Perundingan 100 1.800.000 1.784.413

-

Jumlah perizinan online perdagangan dalam negeri

12 jenis

Penyederhanaan perijinan perdagangan dalam negeri

-

Jumlah hari waktu pelayanan penyelesaian perdagangan dalam negeri

6 hari

Page 215: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

199  BAB IV PENUTUP 

 

ANGGARAN SASARAN

INDIKATOR PENCAPAIAN

SASARAN

RENCANA TINGKAT CAPAIAN (TARGET)

REALISASI PERSENTASE PENCAPAIAN

TARGET RENCANA REALISASI

1 2 3 4 5 6 7

-

Jumlah rumusan kebijakan pembinaan usaha, lembaga perdagangan dan pendaftaran perusahaan yang disusun

10 kebijakan 10 100% 8,100,377 8,000,000

- % Pertumbuhan PDB sektor perdagangan

3,4%

-

Jumlah waralaba asing yang terdaftar (berdasarkan Surat Tanda Pendaftaran yang dikeluarkan oleh Kemendag)

126 waralaba asing 125 100% 2,521,608 2,500,000

-

Jumlah waralaba lokal/UKM yang terdaftar (berdasarkan Surat Tanda Pendaftaran yang dikeluarkan oleh Disperindag Kab/Kota)

51 waralaba lokal 50 98,04% 1,149,652 1,125,000

-

Jumlah Gudang yang Masuk dalam Skema SRG

45 gudang 24 gudang 53,33% 2,346,890 2,295,628

Meningkatnya output sektor perdagangan yang senantiasa tumbuh semakin positif setiap tahunnya

-

Jumlah cakupan komoditi, daerah dan kontributor dalam sistem informasi harga

7 komoditi, 7 daerah, 160 orang

7 komoditi, 7 daerah, 160 orang

100% 1,080,480 1,064,529

- % Konstribusi industri kreatif pada PDB

2% 2%

-

Jumlah UKM kreatif yang mengikuti pameran DN dan LN

100 UKM 100 UKM 100% 5,882,060 5,880,000

Meningkatnya kontribusi PDB Industri kreatif terhadap PDB nasional sebagai salah satu alternatif baru penggerak ekonomi nasional

-

Jumlah pelaku ekonomi kreatif yang diberikan promosi/ pemasaran, kemitraan, fasilitasi, penghargaan dan akses pembiayaan

400 UKM 398 99,5% 1,306,590 1,305,500

Page 216: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

200  BAB IV PENUTUP 

 

ANGGARAN SASARAN

INDIKATOR PENCAPAIAN

SASARAN

RENCANA TINGKAT CAPAIAN (TARGET)

REALISASI PERSENTASE PENCAPAIAN

TARGET RENCANA REALISASI

1 2 3 4 5 6 7

-

Jumlah brand produk ekonomi kreatif yang dihasilkan

26 brand 26 100% 800,000 790,000

- Jumlah promosi produk dalam negeri

4 kegiatan 4 Kegiatan 100% 32,841,702 31,840,000

- Jumlah BPSK yang berfungsi 50 BPSK 50

- Fasilitasi pembentukan BPSK

5 BPSK 5 100% 2,443,753 2,440,000

Terbentuknya lembaga yang dapat melindungi konsumen dari praktek perdagangan yang merugikan konsumen

-

Jumlah rumusan kebijakan dan standar, norma, kriteria dan prosedur di bidang perlindungan konsumen

5 rumusan 5 100% 1,826,685 1,820,000

- Jumlah produk ber SNI wajib yang diawasi

14 produk 14

-

Jumlah rumusan kebijakan, standar, norma dan pedoman pengawasan barang dan jasa

11 kebijakan 11 100%

Semakin intensifnya pengawasan terhadap produk yang diharuskan memiliki SNI wajib, sehingga produk yang dikonsumsi masyarakat semakin terjamin kualitasnya

-

Jumlah kegiatan pengawasan barang dan jasa

7 kegiatan 7 100%

13,306,920 13,300,000

-

Peningkatan skor Logistic Performance Index (LPI) dari tahun 2009

0,5 poin 0,49

Peningkatan kinerja logistik Indonesia

-

Jumlah rekomendasi penataan sistem distribusi

2 rekomendasi 2 100% 20,000,000 19,900,000

-

% Rata-rata penurunan koefisien variasi harga komoditi

5% 4,3%

-

Rasio variasi harga komoditi tertentu di dalam dan luar negeri

< 1 0,3

Stabilitasi harga bahan pokok yang terkendali, sehingga harga tetap terjangkau sesuai kondisi daya beli masyarakat

-

Jumlah pengembangan pasar percontohan

13 unit 12 92,3% 30,000,000 29,000,000

Page 217: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

201  BAB IV PENUTUP 

 

ANGGARAN SASARAN

INDIKATOR PENCAPAIAN

SASARAN

RENCANA TINGKAT CAPAIAN (TARGET)

REALISASI PERSENTASE PENCAPAIAN

TARGET RENCANA REALISASI

1 2 3 4 5 6 7

-

Jumlah rumusan kebijakan dan standar, norma, kriteria dan prosedur di bidang pembinaan pasar dan distribusi

6 jenis 6 100% 1,783,145 1,776,400

Penurunan disparitas harga bahan pokok antar provinsi, sehingga kelangkaan dan penimbunan bahan pokok dapat diminimasi

-

Penurunan disparitas harga antar provinsi

1,5 - 2,5 1,74

-

Jumlah peraturan teknis perdagangan berjangka komoditi (PBK), Sistem Resi Gudang (SRG) dan Pasar Lelang (PL)

15 peraturan 12 80% 590,900 584,456

 

Page 218: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

202  BAB IV PENUTUP 

 

5. Daftar Peraturan di Bidang Perdagangan Luar Negeri

Jumlah Peraturan

12 Peraturan Menteri Perdagangan Tentang Harga Patokan Ekspor

1 Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor : 58/M-DAG/PER/12/2010 Tentang Ketentuan Impor Barang Modal Bukan Baru.

1 Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor : 57/M-DAG/PER/12/2010 Tentang Ketentuan Impor Produk Tertentu.

1 Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor : 54/M-DAG/PER/12/2010 Tentang Ketentuan Impor Besi Atau Baja.

1 Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor : 53/M-DAG/PER/12/2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 43/M-DAG/PER/9/2009 Tentang Ketentuan Pengadaan, Pengedaran, Penjualan, Pengawasan, dan Pengendalian

Minuman Beralkohol.

1 Peraturan Bersama Menteri Perdagangan Republik Indonesia Dan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor: 52/M-DAG/PER/12/2010 Nomor: PB. 02/MEN/2010

Tentang Larangan Impor Udang Spesies Tertentu Ke Wilayah Republik Indonesia.

1 Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 39/M-DAG/PER/10/2010 Tentang Ketentuan Impor Barang Jadi Oleh Produsen.

1 Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 38/M-DAG/PER/10/2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 24/M-DAG/PER/6/2006

Tentang Ketentuan Impor Bahan Perusak Lapisan Ozon.

1 Peraturan Bersama Menteri Perdagangan Republik Indonesia Dan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor: 26/M-DAG/PER/6/2010 Nomor: PB.01/MEN/2010

Tentang Larangan Sementara Impor Udang Spesies Tertentu Ke Wilayah Republik Indonesia.

1 Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 23/M-DAG/PER/5/2010 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 56/M-

DAG/PER/12/2008 Tentang Ketentuan Impor Produk Tertentu.

1 Peraturan Menteri Perdagangan Nomor : 17/M-DAG/PER/3/2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 45/M-DAG/PER/9/2009 Tentang Angka Pengenal

Importir (API).

1 Peraturan Menteri Perdagangan Nomor : 11/M-DAG/PER/3/2010 tentang Ketentuan Impor Mesin, Peralatan Mesin, Bahan Baku, Cakram Optik Kosong dan Cakram Optik Isi.

1 Peraturan Menteri Perdagangan Nomor : 05/M-DAG/PER/2/2010 tentang Pencabutan Permendag Peraturan Menteri Perdagangan Nomor : 16/M-DAG/PER/2/2010 tentang

Larangan Sementara Impor Babi dan Produk Turunannya.

1 Peraturan Menteri Perdagangan Nomor : 02/M-DAG/PER/1/2010 tentang perubahan atas Permendag No. 23/M-DAG/PER/6/2009 tentang Ketentuan Impor Tekstil dan Produk

Tekstil

Page 219: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

203  BAB IV PENUTUP 

 

6. Waktu Pelayanan Perizinan Online Berdasarkan Permendag Nomor : 40/M-DAG/PER/10/2010

 

SLA (Service Level Arrangement = Hari) No Jenis Perijinan

Manual IJP Non Prioritas Umum

1  Importir Produsen Besi atau Baja  7  1  3  5 2  Importir Produsen Beras  5  1  3  5 3  Importir Produsen Gula  10  1  3  5 4  Importir Produsen Pelumas  7  1  3  5 5  Importir Produsen Tekstil   5  1  3  5 6  Importir Produsen Etilena  5  1  3  5 7  Importir Produsen Garam  10  1  3  5 8  Importir Produsen Plastik  7  1  3  5 9  Importir Produsen Bahan Berbahaya  5  4  5  6 10  Importir Bahan Perusak Ozon  10  7  7  7 11  Importir Produsen Limbah Non B3  5  4  5  6 12  Importir Produsen Nitrocellulose  10  4  5  6 

13 Importir Produsen Prekursor Non Pharmasi 

10  4  5  6 

14  Importir Produsen PCMX  7  4  5  6 15  Importir Terdaftar Besi atau Baja  7  1  3  5 16  Importir Terdaftar Produk Tertentu  5  1  3  5 17  Importir Gula Kristal Putih  10  1  3  5 18  Importir Cakram Optik  7  1  3  5 

19 Importir Terdaftar Mesin Multifungsi Berwarna, Mesin Fotokopi Berwarna Dan Mesin Printer Berwarna 

10  1  3  5 

20  Importir Terdaftar Intan Kasar  10  1  3  5 21  Importir Terdaftar Minuman Beralkohol  5  1  3  5 22  Importir Terdaftar Sacharin dan Garamnya  5  1  3  5 23  Importir Terdaftar Garam  10  1  3  5 24  Importir Terdaftar Nitrocellulose (NC)  10  4  5  6 

25 Importir Terdaftar Prekursor Non Pharmasi 

10  4  5  6 

26 Importir Terdaftar Bahan Perusak Ozon (BPO) 

10  4  5  6 

27 Importir Terdaftar Bahan Peledak Industri (Komersial) 

7  4  5  6 

28  Nomor Pengenal Importir Khusus (NPIK)  5  1  3  5 29  Persetujuan Impor Barang Hibah  5  1  3  5 

30 Persetujuan Impor Barang Modal Bukan Baru 

5  1  3  5 

31  Persetujuan Impor Barang Sementara  5  1  3  5 

32 Persetujuan Impor Tidak Re ‐ Ekspor Barang Ex ‐ Impor Sementara 

5  1  3  5 

33  Persetujuan Impor Tabung LPG 3 Kg  10  1  3  5 

Page 220: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

204  BAB IV PENUTUP 

 

SLA (Service Level Arrangement = Hari) No Jenis Perijinan

Manual IJP Non Prioritas Umum

34  Persetujuan Impor Beras  5  1  3  5 35  Persetujuan Impor Cengkeh  10  1  3  5 

36 Persetujuan Impor Gula Kristal Putih (Plantation White Sugar) 

10  1  3  5 

37  Persetujuan Impor Cakram Optik  7  1  3  5 

38 Persetujuan Impor Mesin Multifungsi Berwarna, Mesin Fotokopi Berwarna Dan Mesin Printer Berwarna 

10  1  3  5 

39  Persetujuan Impor Minyak dan Gas Bumi  7  1  3  5 40  Persetujuan Impor Minuman Beralkohol  5  1  3  5 

41 Persetujuan Impor Sacharin dan Garamnya 

7  1  3  5 

42  Persetujuan Impor Pupuk Bersubsidi  7  1  3  5 43  Persetujuan Impor Garam Industri  10  1  3  5 44  Persetujuan Impor Intan Kasar  10  1  3  5 45  Persetujuan Impor Siklamat  10  1  3  5 46  Persetujuan Impor Bahan Berbahaya (B2)  10  4  5  6 

47 Persetujuan Impor Bahan Peledak Industri (Komersial) 

10  4  5  6 

48 Persetujuan Impor Bahan Perusak Ozon (BPO) 

10  4  5  6 

49  Persetujuan Impor Nitro Cellulose (NC)  10  4  5  6 

50 Persetujuan Impor Prekursor Non Pharmasi 

10  4  5  6 

51  Persetujuan Impor Tanpa API  5  1  3  5 

52 Persetujuan Impor Tanpa NPIK Untuk Barang Kiriman 

5  1  3  5 

53 Daftar Produsen Yang Dapat Mengimpor Barang Jadi 

5  1  3  5 

Page 221: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010 

 

205  BAB IV PENUTUP 

 

7. Rekapitulasi Nilai Penerbitan SKA Tahun 2010 (Ribu US$) 

T A H U N 2010 NO IPSKA

Jan-Mar Apr-Jun Jul-Sep Okt-Des Total

1 D.I. Yogyakarta 37,500.13 34,735.89 33,348.03 35,111.84 140,695.89

2 Jakarta Barat 475,497.35 547,905.71 528,246.97 595,210.75 2,146,860.79

3 Jakarta Pusat 641,021.67 651,587.42 697,557.79 821,833.36 2,812,000.24

4 Jakarta Selatan 350,137.23 392,155.85 461,943.74 601,983.71 1,806,220.53

5 Jakarta Timur 419,247.50 438,016.79 489,416.98 591,688.59 1,938,369.86

6 Jakarta Utara 415,673.22 449,380.51 525,891.46 732,116.84 2,123,062.03

7 Kab. Bandung 44,195.36 49,982.65 59,353.83 59,625.39 213,157.24

8 Kab. Bekasi 459,275.31 453,278.52 399,095.84 427,613.25 1,739,262.92

9 Kab. Bogor 111,265.50 131,895.53 113,267.14 131,404.67 487,832.84

10 Kab. Cirebon 41,033.73 56,402.47 58,124.39 48,000.24 203,560.82

11 Kab. Tangerang 211,480.90 237,785.10 251,593.19 356,057.93 1,056,917.12

12 Kbn. Cakung 134,967.12 117,691.33 107,421.11 100,771.69 460,851.25

13 Kbn. T. Priok 22,759.16 19,746.20 19,763.11 24,934.11 87,202.57

14 Kota Batam 16,384.04 16,369.06 13,287.83 13,560.40 59,601.33

15 Kota Surakarta 105,463.63 124,549.63 111,001.89 119,100.82 460,115.98

16 Otorita Batam 272,844.17 316,344.50 345,580.40 395,156.58 1,329,925.65

17 Prop. Bali 189,961.13 101,781.76 97,075.84 90,779.40 479,598.13

18 Prop. DKI Jakarta 1,306,963.13 1,347,315.70 1,231,303.24 1,228,100.32 5,113,682.39

19 Prop. Jabar 328,962.80 339,983.62 337,764.80 342,938.98 1,349,650.20

20 Prop. Jateng 509,154.20 521,718.19 572,784.81 591,394.82 2,195,052.03

21 Prop. Jatim 2,246,745.35 1,872,931.73 1,909,478.29 2,279,464.42 8,308,619.79

22 Prop. Kalsel 1,071,351.28 809,036.71 707,935.35 821,391.44 3,409,714.78

23 Prop. Kalitim 793,819.86 787,543.07 895,964.70 1,019,345.32 3,496,672.95

24 Prop. Lampung 397,814.03 480,529.44 736,935.69 798,674.96 2,413,954.12

25 Prop. Riau 196,072.17 237,758.79 243,356.71 338,212.73 1,015,400.40

26 Prop. Sulsel 212,125.93 121,381.70 274,439.74 165,473.18 773,420.55

27 Prop. Sumbar 369,615.37 554,689.88 418,011.11 547,950.53 1,890,266.89

28 Prop. Sumut 1,540,827.85 2,087,099.47 1,649,674.68 2,368,357.92 7,645,959.91 TOTAL 12,922,159.13 13,299,597.21 13,289,618.69 15,646,254.18