Upload
vannhi
View
223
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013
DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR Page III- 18
BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA
Akuntabilitas Kinerja dalam format Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(LAKIP) Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur tidak terlepas dari rangkaian mekanisme fungsi
perencanaan yang sudah berjalan mulai dari Perencanaan Strategis (Renstra) dan Penetapan
Kinerja (PK), juga tidak terlepas dari pelaksanaan pembangunan itu sendiri sebagai fungsi
tindakan dari berbagai piranti perencanaan yang sudah dibuat tersebut, hingga kemudian
sampailah pada saat pertanggung jawaban pelaksanaan pembangunan yang mengerahkan
seluruh sumber daya manajemen pendukungnya.
Pertanggungjawaban kinerja pelaksanaan pembangunan sifatnya terukur, terdapat standar
pengukuran antara yang diukur dengan piranti pengukurannya. Pertanggung jawaban
pengukuran yang diukur adalah kegiatan, program, dan sasaran, yang prosesnya adalah sejauh
mana kegiatan, program, dan sasaran dilaksanakan tidak salah arah dengan berbagai piranti
perencanaan yang telah dibuat.
3.1. PENGUKURAN CAPAIAN KINERJA TAHUN 2013
Adapun pengukuran Kinerja dilakukan dengan cara membandingkan target setiap Indikator
Kinerja Sasaran dengan realisasinya. Setelah dilakukan penghitungan akan diketahui selisih
atau celah Kinerja (peformanca gap). Selanjutnya berdasarkan selisih Kinerja tersebut
dilakukan evaluasi guna mendapatkan strategi yang tepat untuk peningkatan Kinerja dimasa
yang akan datang (performance improvement).
Dalam memberikan penilaian tingkat capaian Kinerja setiap sasaran, menggunakan skala
pengukuran 4 (empat) kategori sebagai berikut :
Tabel 3.1
Skala Pengukuran Capaian Sasaran Kinerja Tahun 2013
NO PERSENTASE CAPAIAN KATEGORI CAPAIAN
1 Lebih dari 100 % Sangat Baik
2 75 % sampai 100 % Baik
3 55 % sampai 75 % Cukup
4 Kurang dari 55 % Kurang
3.2. EVALUASI DAN ANALISIS CAPAIAN KINERJA
Pengukuran kinerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur tahun 2013 menggunakan
metode yang diatur dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 29 tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan
pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Hasil pengukuran kinerja beserta evaluasi
setiap tujuan dan sasaran disajikan sebagai berikut :
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013
DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR Page III- 19
3.2.1. Tujuan meningkatkan produksi ternak dengan pendayagunaan sumber daya lokal
Tujuan meningkatkan produksi ternak dengan pendayagunaan sumber daya lokal
dijabarkan kedalam 1 sasaran strategis dengan 2 indikator. Capaian sasaran strategis dan
indikatornya tersebut akan diuraikan sebagai berikut :
Sasaran meningkatnya populasi ternak dan produksi hasil peternakan diukur melalui 2
indikator, yaitu (1) persentase peningkatan populasi ternak dan (2) persentase peningkatan
produksi hasil peternakan. Indikator kinerja, target, dan realisasi dari sasaran ini disajikan dalam
Tabel 3.2 sebagai berikut :
Tabel 3.2.
Capaian Kinerja Sasaran Meningkatnya Populasi Ternak dan Produksi Hasil Peternakan
TUJUAN 1 SASARAN 1
meningkatkan produksi ternak dengan pendayagunaan sumber daya lokal
Meningkatnya populasi ternak dan produksi hasil peternakan.
NO INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %
(1) (2) (3) (4) (5)
1
Persentase peningkatan populasi ternak
sapi potong 6,18% -20,34% -329,14%
sapi perah 4,53% -23,04% -508,69%
Kambing 1,50% 2,04% 135,70%
Domba 1,50% 8,90% 593,24%
Ayam buras 1,50% 5,17% 344,97%
Ayam ras petelur 2,50% 6,95% 277,91%
Ayam ras pedaging 2,50% 0,59% 23,61%
Itik 1,50% 9,35% 623,30%
Entok 1,50% 8,13% 542,30%
2 Persentase peningkatan produksi hasil ternak
Daging 4,39% -0,23% -5,31%
Telur 3,35% 7,10% 211,99%
Susu 3,28% -25,94% -790,96%
Rata – Rata Persentase Capaian Sasaran 93,24%
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013
DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR Page III- 20
Populasi ternak merupakan modal dasar untuk mencapai produksi hasil peternakan.
Peternakan Provinsi Jawa Timur cukup berpengaruh secara nasional. Pada tahun 2013,
populasi sapi potong Jawa Timur mencapai 28,30% dari populasi nasional. Sapi potong Jawa
Timur diekspor ke beberapa Provinsi lain, seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Kalimantan
Selatan. Produksi hasil peternakan Jawa Timur juga menjadi andalan di tingkat nasional.
Produksi susu segar di Jawa Timur pada tahun 2013 mencapai 57,09% dari total produksi
nasional; produksi telur 19,29% dari produksi telur nasional; dan produksi daging 12,93% dari
produksi nasional. Perbandingan komoditas utama peternakan Jawa Timur dengan nasional
dan Provinsi Jawa Tengah sebagai saingan terdekat dapat dilihat pada tabel 3.3.
Tabel 3.3
Perbandingan Komoditas Utama Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Nasional Tahun 2013
No. Komoditas Jawa Timur
Jawa Tengah Nasional
1 Produksi Daging
(ton)
364.204*) 12,93%
259.059*) 9,20% 2.816.033*)
2 Produksi Telur
(ton)
327.299*) 19,29%
270.561*) 15,95% 1.696.764*)
3 Produksi Susu
(ton)
560.398*) 57,09%
107.982*) 11% 981.586*)
4 Populasi sapi
potong (ekor) 3.586.709**) 28,30%
1.500.077**) 11,84% 12.672.236**)
*) Angka sangat sementara 2013
**)Berdasarkan Sensus Tani 2013
Berdasarkan hasil pengukuran sasaran 1 pada Tabel 3.2, dapat disimpulkan bahwa
pencapaian kinerja sasaran meningkatnya populasi ternak dan produksi hasil peternakan
tergolong Baik (rata-rata 93,24%). Secara umum capaian indikator kinerja per jenis ternak
menunjukkan perkembangan yang baik, kecuali komoditas sapi potong dan sapi perah. Jumlah
populasi sapi potong dan sapi perah tahun 2012 adalah hasil registrasi tahunan oleh Dinas
Peternakan Kabupaten/Kota se-Jawa Timur, sedangkan jumlah sapi potong dan sapi perah
tahun 2013 adalah Hasil Sensus Ternak Nasional Tahun 2013 yang dilaksanakan BPS setiap
10 tahun sekali. Penurunan jumlah populasi sapi potong dan sapi perah hasil Sensus Ternak
Nasional tahun 2013 terjadi tidak hanya di Provinsi Jawa Timur tetapi terjadi pada hampir
seluruh provinsi di Indonesia. Hal ini masih menjadi kajian Dinas Peternakan dan Kementerian
Pertanian tentang penyebab penurunan populasi sapi potong dan sapi perah.
Ada indikasi bahwa populasi sapi potong dan sapi perah mengalami kelebihan
penghitungan ketika dilakukan Pendataan Sapi Potong/Perah dan Kerbau (PSPK) di tahun
2011 yang merupakan program Kementerian Pertanian. Hal ini dapat dilihat pada tabel 3.4 yang
menunjukkan lonjakan populasi sangat signifikan pada tahun 2011. Menyikapi hal tersebut,
Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur akan terus berupaya melakukan evaluasi terhadap
kebijakan pengembangan peternakan yang telah dilakukan dan melakukan langkah-langkah
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013
DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR Page III- 21
konkrit pengembangan peternakan ke depan dalam menyikapi hasil ST Nasional Tahun 2013
agar dapat meningkatkan populasi ternak dan produksi hasil peternakan.
Tabel 3.4 Perkembangan Persentase Peningkatan Populasi Ternak dan Produksi Hasil Peternakan
Tahun 2009-2013
N0 Indikator Kinerja
2009 2010 2011 2012 2013
Tahun dasar (ekor)
Capaian Capaian Capaian Capaian
1 Persentase peningkatan populasi ternak :
sapi potong 3.558.948 5,24% 26,21% 4,87% -20,34%
sapi perah 221.743 4,36% 28,06% 4,21% -23,04%
Kambing 2.779.542 1,56% 0,28% 1,71% 2,04%
Domba 740.269 1,44% 25,56% 15,45% 8,90%
Ayam buras 23.596.465 1,74% 22,09% 9,67% 5,17%
Ayam ras petelur
21.369.783 2,63% 68,71% 8,69% 6,95%
Ayam ras pedaging
55.634.580 2,44% -11,80% 3,41% 0,59%
Itik 3.632.813 1,53% 5,31% -0,80% 9,35%
Entok 772.951 1,37% 5,91% 5,46% 8,13%
2 Persentase peningkatan produksi hasil ternak :
Daging 316.713 7,05% 1,86% 1,75% -0,23%
Telur 251.412 2,43% 10,89% 11,24% 7,10%
Susu 516.443 2,26% 7,19% 0,43% -25,94%
Dalam memenuhi kebutuhan daging konsumsi untuk masyarakat Jawa Timur berasal
dari beberapa komoditas yaitu bahan asal ternak berupa daging sapi, kambing, domba, itik dan
ayam (ras dan buras). Penyediaan daging konsumsi ditunjang oleh populasi ternak penyuplai
daging, yang dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 menunjukkan peningkatan, kecuali
komoditas ayam ras pedaging. Ayam Ras Pedaging jika dibandingkan tahun 2012 mengalami
kenaikan namun jika dibandingkan tahun dasar mengalami penurunan. Hal ini disebabkan
kasus Avian Influenza pada ayam yang menyebabkan turunnya populasi cukup drastis pada
tahun 2011.
Pencapaian sasaran meningkatnya populasi ternak dan produksi hasil peternakan
dilaksanakan dengan Program Peningkatan Kesejahteraan Petani, Program Peningkatan
Produksi Hasil Peternakan, dan Program Pengembangan Agribisnis. Kegiatan-kegiatan yang
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013
DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR Page III- 22
dilaksanakan guna meningkatkan populasi dan produksi baik dari segi fungsi perbibitan,
budidaya, pakan, agribisnis maupun kesehatan hewan, antara lain : (1) Kegiatan
Pengembangan kawasan peternakan dan perbibitan; (2) Peningkatan populasi ternak (integrasi
ternak dan komoditas pertanian lainya); (3) Pengembangan budidaya ternak; (4) Peningkatan
populasi sapi Madura; (5) Pengumpulan dan pengolahan data peternakan; (6) Pengembangan
kawasan peternakan dan perbibitan; (7) Pemberdayaan Laboratorium dan pengembangan alsin
peternakan; (8) Pengembangan kawasan sentra perbibitan ternak di perdesaan; (9) Fasilitasi
pengembangan kawasan agropolitan; peran serta UPTD Perbibitan dan Hijauan Makanan
Ternak yang menyebar di beberapa wilayah Jawa Timur.
Sub kegiatan yang dilakukan dalam mendukung peningkatan populasi dan produksi
antara lain penyediaan bibit ternak berkualitas, pelestarian plasma nutfah ternak Jawa Timur
seperti sapi madura, sapi Jawa, domba ekor gemuk, kambing Peranakan Ettawa (PE), itik
Mojosari, dan Perbaikan kualitas genetic sapi melalui inseminasi buatan, perbaikan
managemen reproduksi, kualitas pakan dan sistem pemeliharaan; pengembangan kemitraan
ayam pedaging serta meningkatkan pengkajian-pengkajian bidang peternakan untuk
memperoleh teknologi tepat guna bagi peternak pedesaan.
3.2.2. Tujuan meningkatkan unit usaha produk hewan yang memenuhi syarat kesmavet
dan kesrawan.
Tujuan meningkatkan unit usaha produk hewan yang memenuhi syarat kesmavet dan
kesrawan dijabarkan kedalam 1 sasaran strategis dengan 1 indikator. Capaian Sasaran
Strategis dan Indikatornya tersebut akan diuraikan sebagai berikut.
Sasaran meningkatnya unit usaha produk hewan yang memenuhi standar hygiene
sanitasi, diukur melalui 1 indikator, yaitu penambahan jumlah unit usaha produk hewan yang
memperoleh sertifikasi Nomor Kontrol Veteriner. Indikator kinerja, target dan realisasi dari
sasaran ini disajikan dalam Tabel 3.5 sebagai berikut :
Tabel 3.5 Capaian kinerja sasaran meningkatnya unit usaha produk hewan yang memenuhi
standar hygiene sanitasi.
NO INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI (%)
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Persentase peningkatan unit usaha produk hewan yang memperoleh sertifikasi Nomor Kontrol Veteriner
20% 19,87%
99,36%
TUJUAN 2 SASARAN 1
meningkatkan unit usaha produk hewan yang memenuhi syarat kesmavet dan kesrawan
Meningkatnya unit usaha produk hewan yang memenuhi standar hygiene sanitasi.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013
DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR Page III- 23
Berdasarkan hasil pengukuran sasaran 2.1 pada Tabel 3.5, dapat disimpulkan bahwa
pencapaian kinerja kesehatan masyarakat veteriner tergolong Baik (rata-rata 99,36%).
Pencapaian sasaran meningkatnya unit usaha produk hewan yang memenuhi standar hygiene
sanitasi dilaksanakan dengan Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak,
melalui kegiatan : (1) Pengawasan peredaran produk pangan asal hewan dan (2) Pengawasan
dan pengendalian kesejahteraan hewan; dan (3) Pengawasan peredaran produk hewan
nonpangan.
Tabel 3.6 Perkembangan persentase peningkatan unit usaha produk hewan yang memperoleh sertifikasi
Nomor Kontrol Veteriner tahun 2009-2013
N0 Indikator Kinerja 2009 2010 2011 2012 2013
Tahun dasar Capaian Capaian Capaian Capaian
1
Penambahan jumlah
unit usaha produk
hewan yang
memperoleh sertifikasi
Nomor Kontrol
Veteriner (unit)
8
175%
413,64%
38,05%
19,87%
Undang-undang Nomor 18 Tahun 2009 mengamanatkan bahwa unit usaha produk
hewan harus bersertifikasi Nomor Kontrol Veteriner (NKV) guna menjamin terpenuhinya standar
produk hewan yang aman, sehat, utuh dan halal. Perkembangan capaian jumlah unit usaha
yang memperoleh NKV dari tahun 2009 hingga tahun 2013 menunjukkan peningkatan. Agar
jumlah unit usaha yang ber-NKV semakin meningkat Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur
sebagai penerbit/ auditor NKV memberikan pembinaan terhadap unit-unit usaha produk hewan
dan pengawasan terhadap produk hewan yang beredar serta mendorong pembangunan dan
revitalisasi Rumah Potong Hewan (RPH) yang memenuhi standar.
3.2.3.Tujuan meningkatkan status kesehatan hewan.
Tujuan meningkatkan status kesehatan hewan dijabarkan kedalam 1 sasaran strategis
dengan 2 indikator. Capaian Sasaran Strategis dan Indikatornya tersebut akan diuraikan
sebagai berikut :
Sasaran meningkatnya status kesehatan hewan diukur melalui 2 indikator, yaitu
persentase penurunan kasus penyakit Brucellosis pada sapi perah dan persentase penurunan
kasus penyakit Avian Influenza (AI) pada unggas. Brucellosis dan AI merupakan penyakit
menular strategis yang dapat menimbulkan kerugian ekonomis skala besar bagi peternak,
disamping itu Jawa Timur belum bebas dari penyakit tersebut. Indikator kinerja, target dan
realisasi dari sasaran ini disajikan dalam Tabel 3.7 sebagai berikut :
TUJUAN 3 SASARAN
Tujuan meningkatkan status kesehatan hewan
Meningkatnya status kesehatan hewan
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013
DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR Page III- 24
Tabel 3.7 Capaian kinerja sasaran meningkatnya status kesehatan hewan
NO INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI (%)
(1) (2) (3) (4) (5)
1
Persentase penurunan kasus penyakit Brucellosis pada sapi perah (%)
10% 71,52%
168,36%
2 Persentase penurunan kasus penyakit Avian Influenza pada unggas (%)
10% -125,81%
-50,90%
Rata-rata Persentase Capaian 58,73%
Berdasarkan hasil pengukuran sasaran pada Tabel 3.7, dapat disimpulkan bahwa
pencapaian kinerja sasaran kesehatan hewan dalam hal pengendalian penyakit Brucellosis
pada sapi perah dan penyakit Avian Influenza pada unggas di tahun 2013 tergolong Cukup
(58,73%). Pencapaian sasaran indikator persentase penurunan kasus penyakit Brucellosis
pada sapi perah menunjukkan hasil yang sangat baik (168,36%), namun kebalikannya
Pencapaian sasaran indikator persentase penurunan kasus penyakit Avian Influenza pada
unggas jauh dari harapan (-50,90%)
Pencapaian sasaran meningkatnya status kesehatan hewan dilaksanakan dengan
Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak, melalui kegiatan : (1)
Pengamatan penyakit hewan menular; (2) Pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan
menular; serta Pemberdayaan Laboratorium Kesehatan Hewan Type B yang ada di Malang dan
Tuban.
Tabel 3.8 Perkembangan kasus penyakit Brucellosis pada Sapi Perah tahun 2009-2013
N0 Indikator Kinerja
2009 2010 2011 2012 2013
Tahun
dasar Capaian Capaian Capaian
Capaian
1
Persentase
penurunan kasus
penyakit Brucellosis
pada sapi perah
139
ekor
8,63%
12,60%
-36,04%
71,52%
Perkembangan capaian Persentase penurunan kasus penyakit Brucellosis pada sapi
perah dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 (table 3.8) menunjukkan penurunan yang
diharapkan. Berbeda dengan AI, indikator kasus Brucellosis diukur dengan satuan jumlah
ternak sapi perah yang terjangkit. Sapi perah biasanya dikumpulkan dalam satu kandang,
Ternak yang terjangkit Brucellosis menulari ternak dalam satu koloni melalui pertukaran cairan
tubuh. Pengendalian penyakit brucellosis dilakukan dengan pemberian vaksin terhadap semua
ternak sapi perah dalam satu kandang baik yang terjangkit maupun ternak sehat. Karena umur
ternak sapi perah cukup lama, mencapai tahunan, maka pemberian vaksin cukup dilakukan
satu kali.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013
DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR Page III- 25
Tabel 3.9 Perkembangan kasus penyakit Avian Influenza pada unggas tahun 2009-2013
N0 Indikator Kinerja 2009 2010 2011 2012 2013
Capaian Capaian Capaian Capaian Capaian
1
Persentase
penurunan kasus
penyakit Avian
Influenza pada
unggas (%)
143
desa
-95,10%
82,08%
38,00%
-125,81%
Berdasarkan hasil pengukuran sasaran pada Tabel 3.9, dapat disimpulkan bahwa terjadi
lonjakan kasus Avian Influenza (AI) di tahun 2013 dibandingkan tahun 2012. Jika pada tahun-
tahun sebelumnya hanya varian AI yang menjangkiti ternak ayam saja, pada tahun 2013
terdapat juga varian AI yang menjangkiti ternak itik dan burung puyuh. Untuk varian AI yang
menjangkiti ayam sebenarnya telah terjadi penurunan kasus. Namun dengan adanya varian AI
yang juga menjangkiti itik dan burung puyuh, maka secara total terjadi kenaikan kasus AI pada
unggas. Masih diteliti asal mula penyebaran (suspect zero) varian AI jenis baru ini, sedangkan
vaksinnya baru dapat diproduksi di tahun 2014.
Komoditas unggas merupakan penyumbang produksi daging terbesar diantara
komoditas lain, Daur hidup ternak unggas potong sangat cepat, hanya dalam hitungan bulan,
Dengan adanya wabah penyakit AI kondisi ternak tersebut sangat kritis baik dari segi populasi,
pemasaran maupun keamanan lingkungan. Penyebaran unggas pada umumnya berada
disekitar lingkungan rumah penduduk. Jika pada suatu wilayah desa ditemukan satu kasus
positif penyakit AI, maka dapat dipastikan unggas sejenis di seluruh desa itu telah terjangkit AI,
karena penularan AI melalui respirasi (udara).
Untuk mencegah semakin meluasnya penyebaran AI dan penularan kepada manusia
dilakukan dengan jalan vaksinasi terhadap ternak sehat, penataan ulang kawasan peternakan,
dan tempat pemotongan unggas (TPU), pengawasan lalu lintas ternak antar provinsi, dan
pencegahan pemasukan unggas dan produk turunannya dari negara suspect AI. Disamping itu
juga surveillance yang dilaksanakan secara rutin untuk deteksi dini penyakit AI.
3.2.4. Tujuan meningkatkan pendapatan peternak melalui penanganan pasca panen
Tujuan meningkatkan pendapatan peternak melalui penanganan pasca panen
dijabarkan kedalam 1 sasaran strategis dengan 1 indikator. Capaian sasaran strategis dan
indikatornya tersebut akan diuraikan sebagai berikut :
Sasaran meningkatnya pendapatan peternak diukur melalui 1 indikator, yaitu persentase
peningkatan pendapatan peternak. Indikator kinerja, target, dan realisasi dari sasaran ini
disajikan dalam Tabel 3.10. sebagai berikut :
TUJUAN 1 SASARAN 1
meningkatkan pendapatan peternak melalui penanganan pasca panen
Meningkatnya pendapatan peternak
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013
DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR Page III- 26
Tabel 3.10.
Capaian Kinerja Sasaran Meningkatnya Pendapatan Peternak
Karakteristik usaha peternakan di Jawa Timur, sebagian besar didominasi oleh usaha
Rumah Tangga, yang berarti usaha peternakan bukan merupakan mata pencaharian utama tapi
sambilan dengan usaha lain, misalnya pertanian tanaman pangan, perkebunan dan
perdagangan. Selain itu pemeliharaan ternak biasanya dilakukan secara kolektif oleh anggota
rumah tangga/ keluarga, sehingga penghitungan pendapatan secara individual menghasilkan
nilai rupiah yang relatif kecil.
Berdasarkan hasil pengukuran sasaran pada Tabel 3.10, dapat disimpulkan bahwa
pencapaian kinerja sasaran meningkatnya Pendapatan Peternak tergolong Sangat Baik
(141,28%). Pencapaian sasaran meningkatnya pendapatan peternak dilaksanakan dengan
Program Peningkatan kesejahteraan petani, melalui kegiatan : (1) Peningkatan prestasi
kelompok tani ternak, Sumber daya Manusia dan Gemarampai; (2) Pengembangan kemitraan,
peningkatan gizi masyarakat dan peningkatan kualitas hasil peternakan; serta Program
Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Peternakan, melalui kegiatan (1) Promosi pemasaran
hasil gerdu taskin dan koordinasi asosiasi peternakan.
Tabel 3.11 Perkembangan Persentase Peningkatan Pendapatan Peternak Tahun 2009-2013
N0 Indikator Kinerja
2009 2010 2011 2012 2013
Tahun dasar (Rp)
Capaian Capaian Capaian Capaian
1 Persentase peningkatan pendapatan peternak :
NO INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %
(1) (2) (3) (4) (5)
1
Persentase peningkatan pendapatan peternak
sapi potong 19,36% 21,00% 108,47%
sapi perah 5,46% 5,00% 91,58%
Kambing 2,56% 2,70% 105,47%
Domba 2,60% 5,40% 207,69%
Ayam buras 2,02% 2,20% 108,91%
Ayam ras petelur 21,82% 9,00% 41,25%
Ayam ras pedaging 12,21% 2,50% 20,48%
Itik/Entok 1,68% 7,50% 446,43%
Rata-rata Persentase Capaian 141,28%
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013
DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR Page III- 27
sapi potong
3.636.349
-4,92% 1,12% 9,46% 21,00%
sapi perah
3.942.832
1,89% 1,44% 4,36% 5,00%
Kambing
2.370.839
2,40% 0,79% 1,91% 2,70%
Domba
2.234.139
2,26% 0,91% 3,63% 5,40%
Ayam buras
1.823.596
6,31% 4,12% 0,90% 2,20%
Ayam ras petelur
4.796.460
5,71% 3,85% 1,85% 9,00%
Ayam ras pedaging
4.886.125
13,63% 0,49% 0,58% 2,50%
Itik/entok
1.386.034
2,72% 1,04% -0,81% 7,50%
Perkembangan capaian Persentase peningkatan pendapatan peternak dari tahun 2009
sampai dengan tahun 2013 cenderung semakin meningkat. Langkah-langkah konkrit yang
dilakukan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur untuk meningkatkan pendapatan peternak
terutamanya dalam agribisnis pasca panen antara lain :
1) Dalam hal peningkatan permodalan kelompok peternak, melakukan pembinaan
manajemen kelompok agar dapat memenuhi syarat penerima kredit perbankan serta
memfasilitasi aksesbilitas pembiayaan oleh perbankan dengan bunga rendah kepada
kelompok peternak.
2) Memfasilitasi pemasaran produk-produk hasil peternakan olahan dengan
mengikutsertakannya dalam pameran berskala regional dan nasional.
3) Dalam usaha untuk meningkatkan pendapatan peternak sapi perah telah dilakukan
langkah-langkah strategi dalam bidang persusuan, yaitu meningkatkan keinginan
masyarakat Jawa Timur untuk mengkonsumsi susu segar produksi lokal melalui promosi
Gerakan Minum Susu bagi anak-anak sekolah SD yang dilaksanakan setiap tahun,
sehingga dapat menciptakan kebutuhan masyarakat untuk mengkonsumsi susu segar
atau pasturisasi produk lokal. Untuk meningkatkan jumlah produksi susu yang sehat dan
berkualitas dilaksanakan penambahan kepemilikan ternak sapi perah per Rumah
Tangga Peternak, penyediaan bantuan sapi perah impor yang berkualitas tinggi untuk
revitalisasi sapi perah agar dapat meningkatkan produksi, meningkatan kepemilikan
peralatan panen (milk cane, alat pemerah) dan pasca panen seperti cooling unit.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013
DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR Page III- 28
3.3. AKUNTABILITAS KEUANGAN
3.3.1. Pengelolaan Keuangan di Dinas Peternakan
Sejak diterapkannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah sebagaimana telah diubah keduakalinya dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun
2008 dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 33
Tahun 2004, dijelaskan bahwa hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur
dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Untuk mendukung pelaksanaan desentralisasi dan otonomi tersebut, sesuai Pasal 156
ayat (1) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Kepala Daerah sebagai pemegang kekuasaan
pengelolaan keuangan daerah diberikan wewenang untuk mengelola keuangan daerah dan
mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan.
Berdasarkan ketentuan tersebut, untuk menunjang penyelenggaraan pemerintahan,
pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat, diperlukan adanya sumber daya dan dana
yang cukup serta memadai diantaranya berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) yang dijabarkan dalam bentuk program dan kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Agar pengelolaan keuangan daerah dapat diselenggarakan secara legal dan akuntabel,
maka perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD harus mengacu dan memperhatikan Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara, Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007, dan untuk mensinkronkan dengan ketentuan
yang lebih tinggi dengan karakter dan kebutuhan daerah secara teknis pengelolaan keuangan
daerah harus dituangkan dalam Pereturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2007
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Provinsi Jawa Timur (Lembaran Daerah Tahun 2007
Nomor 1 Seri E), pengelolaan keuangan daerah yang diatur dalam peraturan daerah ini meliputi
kekuasaan pengelolaan keuangan daerah, asas umum dan struktur APBD, penyusunan
rancangan APBD, pelaksanaan APBD, perubahan APBD, pengelolaan kas, penatausahaan
keuangan daerah, akuntansi keuangan daerah, pertanggungjawaban pelaksanaan APBD,
kerugian daerah, pengelolaan keuangan BUMD, pembinaan dan pengawasan pengelolaan
keuangan daerah serta sistem informasi keuangan daerah.
Wewenang pengelolaan keuangan di SKPD Dinas Peternakan dilaksanakan oleh
Kepala Dinas selaku Pengguna Anggaran. Selanjutnya Pengguna Anggaran melimpahkan
sebagian kewenangannya kepada Kuasa Pengguna Anggaran yang dijabat oleh Sekretaris,
Kepala Bidang dan Kepala UPTD.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013
DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR Page III- 29
3.3.2. Pelaksanaan APBD
Berdasarkan Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran Dinas Peternakan Provinsi
Jawa Timur Nomor 914/284.P/213.2/2013 tanggal 2 Oktober 2013, pelaksanaan APBD dapat
dirinci sebagai berikut :
a. Pendapatan Asli Daerah
Target PAD tahun 2013 sebesar Rp. 4.485.000.000,00 dapat direalisasikan sebesar
Rp.10.278.352.940,96, sehingga capaian kinerja yang diperoleh di tahun 2013 mencapai
229,17%.Target, realisasi dan capaian PAD Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur tahun 2013
dapat dilihat pada Tabel 3.12 .
Tabel 3.12
Perolehan PAD Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur Tahun 2013
NO URAIAN TARGET PAD 2013 REALISASI BERTAMBAH / BERKURANG
%
1 2 3 4 5 6
I RETRIBUSI DAERAH
4.485.000.000,00
6.420.793.213,00 1.935.793.213,00
1
Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah 3.740.000.000,00 5.536.453.443,00 1.796.453.443,00
2
Retribusi Tempat Penginapan/
Pesanggrahan/Villa
5.400.000,00 10.867.500,00 5.467.500,00
3 Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah
739.600.000,00 873.472.270,00 133.872.270,00
II LAIN-LAIN
PENDAPATAN ASLI DAERAH YANG SAH
0,00 3.857.559.727,96 3.857.559.727,96
1 Pendapatan Denda atas Keterlambatan Pelaksanaan/penyelesaian Pekerjaan
0,00 341.188.586,00 341.188.586,00
2 Hasil Eksekusi Jaminan atas Pelaksanaan Pekerjaan
0,00 3.513.869.921,32 3.513.869.921,32
3 Pendapatan Sewa Gedung dan Bangunan
0,00 320.000,00 320.000,00
4 Lain-lain Penerimaan Daerah
0,00 0,33 0,33
5 Hasil Pengelolaan Dana Bergulir
0,00 2.181.220,31 2.181.220,31
JUMLAH 4.485.000.000,00 10.278.352.940,96 5.793.352.940,96 229,17
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013
DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR Page III- 30
Perolehan PAD Dinas Peternakan dari tahun 2009 hingga tahun 2013 terus
menunjukkan peningkatan dan melebihi target yang ditetapkan. Perkembangan capaian PAD
Dinas peternakan tahun 2009-2013 dapat dilihat pada Tabel 3.13
Tabel 3.13
Perkembangan PAD Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2013
b. Belanja Daerah
Belanja Daerah dianggarkan sebesar Rp. 215.122.302.000,00 dapat direalisasikan
sebesar Rp. 201.409.249.068,33 dengan capaian kinerja sebesar 93,63%, dapat dijabarkan
sebagai berikut :
1) Belanja Tidak Langsung (BTL) : dianggarkan sebesar Rp. 17.394.802.000,00 dan
direalisasikan sebesar Rp. 16.672.802.117,00 atau mencapai 95,85% dari yang
dianggarkan.
2) Belanja Langsung (BL) : dianggarkan sebesar Rp. 197.727.500.000,00 dan
direalisasikan sebesar Rp. 184.736.446.951,33 atau mencapai 93,43% dari yang
dianggarkan.
Rekapitulasi serapan belanja APBD Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran
2013 berdasarkan Program dan kegiatan dapat dilihat pada Tabel 3.14 sebagai berikut :
Tabel 3.14
Realisasi Belanja APBD Dinas Petenakan Provinsi Jawa Timur Tahun 2013
Kode Program/ kegiatan
Uraian Anggaran setelah PAPBD (Rp)
Realisasi (Rp) %
1 2 3 4 5
2.01.0300.01 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
4.134.000.000,00 3.898.276.186,00 94,30
2.01.0300.01.099 Peningkatan Pelayanan Administrasi Perkantoran.
4.134.000.000,00 3.898.276.186,00 94,30
Target dan Realisasi PAD Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur Tahun
2009-2013
NO. TAHUN PAD (Rp) REALISASI (Rp) (%)
1 2 3 4 5
1 2009 1.300.000.000,00 1.470.944.901,33 113,15
2 2010 2.270.000.000,00 5.738.723.216.31 252.81
3 2011 3.795.000.000,00 6.763.953.406,16 178,23
4 2012 4.200.000.000,00 7.418.433.081,00 176,63
5 2013 4.485.000.000,00 10.278.352.940,96 229,17
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013
DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR Page III- 31
Kode Program/ kegiatan
Uraian Anggaran setelah PAPBD (Rp)
Realisasi (Rp) %
2.01.0300.02 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
5.050.000.000,00 4.724.410.822,00 93,55
2.01.0300.02.099 Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
5.050.000.000,00 4.724.410.822,00 93,55
2.01.0300.03 Program Peningkatan Disiplin Aparatur
360.000.000,00 349.320.500,00 97,03
2.01.0300.03.099 Peningkatan Disiplin Aparatur
360.000.000,00 349.320.500,00 97,03
2.01.0300.05 Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur
250.000.000,00 179.771.300,00 71,91
2.01.0300.05.099 Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur.
250.000.000,00 179.771.300,00 71,91
2.01.0300.06 Program Peningkatan Pembangunan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan
306.000.000,00 293.814.100,00 96,02
2.01.0300.06.099 Peningkatan Pembangunan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan.
306.000.000,00 293.814.100,00 96,02
2.01.0300.07 Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pemerintah Daerah
300.000.000,00 295.048.700,00 98,35
2.01.0300.07.098 Penyusunan Database SKPD sebagai Penunjang Pusat Data Provinsi Jawa Timur.
300.000.000,00 295.048.700,00 98,35
2.01.0300.15 Program Peningkatan Kesejahteraan Petani
127.177.500.000,00 121.520.853.013,33 95,55
2.01.0300.15.017 Peningkatan prestasi kelompok tani ternak, Sumber daya Manusia dan Gemarampai.
2.550.000.000,00 2.292.754.293,00 89,91
2.01.0300.15.018 Pengembangan kawasan peternakan dan perbibitan.
3.350.000.000,00 3.192.142.476,00 95,29
2.01.0300.15.019 Pengembangan kemitraan, peningkatan gizi masyarakat dan peningkatan kualitas hasil peternakan
26.650.000.000,00 25.588.494.116,00 96,02
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013
DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR Page III- 32
Kode Program/ kegiatan
Uraian Anggaran setelah PAPBD (Rp)
Realisasi (Rp) %
2.01.0300.15.020 Peningkatan populasi ternak (Integrasi ternak dan komoditas pertanian lainnya).
3.400.000.000,00 3.311.430.506,00 97,40
2.01.0300.15.028 Pengembangan budidaya ternak
3.500.000.000,00 3.171.289.963,33 90,61
2.01.0300.15.058 Penguatan Kelembagaan Petani Tembakau
9.727.500.000,00 9.036.886.950,00 92,90
2.01.0300.15.079 Peningkatan Populasi Sapi di Madura
3.000.000.000,00 2.508.861.050,00 83,63
2.01.0300.15.086 Jalinkesra Penanganan Rumah Tangga Sangat Miskin
75.000.000.000,00 72.418.993.659,00 96,56
2.01.0300.21 Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak
23.221.500.000,00 21.485.844.640,00 92,53
2.01.0300.21.006 Pengumpulan, pengolahan data peternakan.
1.200.000.000,00 969.510.465,00 80,79
2.01.0300.21.009 Pengawasan obat hewan dan residu.
850.000.000,00 800.587.483,00 94,19
2.01.0300.21.010 Pemberdayaan Lab Keswan Type B Malang.
1.170.000.000,00 1.151.812.410,00 98,45
2.01.0300.21.011 Pemberdaya an Lab Keswan Type B Tuban
1.270.000.000,00 1.179.603.065,00 92,88
2.01.0300.21.012 Pengamatan Penyakit Hewan Menular
1.300.000.000,00 1.165.153.036,00 89,63
2.01.0300.21.013 Pengendalian dan penanggulangan penyakit Hewan Menular
9.450.000.000,00 8.777.995.748,00 92,89
2.01.0300.21.018 Pemberdayaan Rumah Sakit Hewan
500.000.000,00 486.970.340,00 97,39
2.01.0300.21.019 Pengawasan peredaran produk pangan asal hewan
2.025.000.000,00 1.811.623.946,00 89,46
2.01.0300.21.020 Pengawasan peredaran produk hewan nonpangan
1.000.000.000,00 921.988.654,00 92,20
2.01.0300.21.021 Pengawasan dan pengendalian kesejahteraan hewan
4.456.500.000,00 4.220.599.493,00 94,71
2.01.0300.22 Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan
25.053.500.000,00 21.930.241.767,00 87,53
2.01.0300.22.010 Optimalisasi Inseminasi Buatan (IB)
2.750.000.000,00 2.526.380.225,00 91,87
2.01.0300.22.011 Pemberdayaan laboratorium dan pengembangan alsin peternakan
3.500.000.000,00 3.388.613.500,00 96,82
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013
DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR Page III- 33
Kode Program/ kegiatan
Uraian Anggaran setelah PAPBD (Rp)
Realisasi (Rp) %
2.01.0300.22.012 Pemberdayaan UPT PT dan HMT Batu
2.054.000.000,00 2.015.216.257,00 98,11
2.01.0300.22.013 Pemberdayaan UPT PT dan HMT Kediri
2.350.000.000,00 2.341.267.005,00 99,63
2.01.0300.22.014 Pemberdayaan UPT PT dan HMT Jember
1.900.000.000,00 1.781.444.664,00 93,76
2.01.0300.22.015 Pemberdayaan UPT PT dan HMT Tuban
2.671.900.000,00 2.616.140.282,00 97,91
2.01.0300.22.016 Pemberdayaan UPT PT dan HMT Magetan
2.360.000.000,00 2.330.868.250,00 98,77
2.01.0300.22.017 Pemberdayaan UPT PT dan HMT Malang
1.300.000.000,00 1.290.650.204,00 99,28
2.01.0300.22.027 Pemberdayaan UPT Pembibitan dan Kesehatan Hewan Madura
1.767.600.000,00 1.637.153.080,00 92,62
2.01.0300.22.028 Sarana dan Peralatan Optimalisasi UPT-D dan Laboratorium Kesehatan Hewan Type B (DAK)
4.000.000.000,00 1.669.526.000,00 41,74
2.01.0300.22.029 Pendampingan Kegiatan (DAK)
400.000.000,00 332.982.300,00 83,25
2.01.0300.23 Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Peternakan
6.900.000.000,00 6.351.016.857,00 92,04
2.01.0300.23.014 Sinkronisasi program perencanaan dan evaluasi pembangunan peternakan dan kesehatan hewan
2.200.000.000,00 1.883.071.551,00 85,59
2.01.0300.23.015 Promosi pemasaran hasil gerdu taskin dan koordinasi asosiasi peternakan
4.700.000.000,00 4.467.945.306,00 95,06
2.01.0300.25 Program Pengembangan Agribisnis
4.975.000.000,00 3.707.849.066,00 74,53
2.01.0300.25.018 Pengembangan Kawasan Sentra Perbibitan Ternak di perdesaan
2.500.000.000,00 1.596.523.286,00 63,86
2.01.0300.25.019 Fasilitasi pengembangan kawasan agropolitan
2.475.000.000,00 2.111.325.780,00 85,31
3.3.3 Pelaksanaan APBN
Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Tahun 2013 yang dikelola Dinas
Peternakan Provinsi Jawa Timur sebesar Rp. 122.662.273.000,00 dan realisasi keuangan
sampai dengan tanggal 31 Desember tahun 2013 sebesar Rp. 105.877.408.614,00 atau sama
dengan 86,32%. Penjabaran pngelolaan belanja APBN sebagaimana Tabel 3.15 berikut.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013
DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR Page III- 34
Tabel 3.15
Target, Realisasi dan Capaian Belanja APBN Tahun 2013
TUGAS PEMBANTUAN
Instansi Pemberi
Dasar Hukum Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) %
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH)
DIPA Nomor : 018.06.059111/2013 Tanggal 5 Desember 2012.
79.553.460.000,00 71.497.595.680,00 89,87
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (PPHP)
DIPA Nomor : 018.07.059023/2013 Tanggal 5 Desember 2012
4.657.265.000,00 3.980.442.500,00 85,47
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP)
DIPA Nomor : 018.08.059024/2012 tanggal 5 Desember 2012
4.835.000.000,00 4.761.659.800,00 98,48
DANA DEKONSENTRASI
Instansi Pemberi
Dasar Hukum Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) %
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH)
DIPA Nomor : 018.06.059111/2013 Tanggal 5 Desember 2012.
31.520.973.000,00 23.999.782.784,00 76,14
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (PPH)
DIPA Nomor : 018.07.059023/2013 Tanggal 5 Desember 2012
1.495.575.000,00 1.129.732.750,00 75,54
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP)
DIPA Nomor : 018.08.059024/2013 Tanggal 5Desember 2012
600.000.000,00 508.195.100,00 84,70