Upload
adingendut
View
161
Download
12
Embed Size (px)
DESCRIPTION
PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI II
Citation preview
BAGIAN 1
THIN LAYER CHROMATOGRAPHY (TLC)
Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran didasarkan atas
perbedaan distribusi dari komponen-komponen campuran tersebut diantara dua
fase, yaitu fase diam (padat atau cair) dan fase gerak (cair atau gas). Kegunaan
dari kromatografi lapisan tipis (TLC) adalah mampu menganalisa senyawa
berwarna dan tak berwarna, membutuhkan waktu yang relative cepat.
Fase diam : SiO2, Al2O3, selulosa.
Fase mobil: pelarut (1 atau campuran)
Dasar pemisahan interaksi selektif antara:
- absorpsi permukaan
- kelarutan relatif komponen dg fase diam maupun fase mobil
Salah satu contoh penggunaan alat ini adalah untuk mengetahui asam amino
tertentu pada campuran asam amino, dan masih banyak lainnya.
Beberapa keuntungan dari kromatografi lapis tipis ini:
1. Kromatografi lapis tipis banyak digunakan untuk tujuan analisis.
2. Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi warna,
fluorosensi atau dengan radiasi menggunakan sinar ultra violet.
3. Metode pemisahan senyawa yang cepat, mudah dan menggunakan
peralatan sederhana dalam menentukan kadar.
4. Dapat digunakan sampel yang sangat kecil (mikro).
Prinsip Kerja :
Sampel ditotolkan di atas fase diam (plat silica atau alumina) baik secara
manual maupun otomatis
Pelarut polar dan senyawa hidrofilik akan diabsorpsi dan tereluasi lebih
baik ke dalam fase diam dari pada pelarut non polar dan senyawa
hidrofilik.
Laporan Analisis Farmasi I Kelompok 4/Kelas A/Rabu Siang 1
Fase mobil (fase yang mengeluasi) membantu “menarik” or mengeluasi
senyawa baik ke arah bawah dari kolom (untuk CC) atau ke atas dari
sebuah plat/lempeng (untuk TLC)
Konsep dasar dari Kromatografi adalah polarity and lipophility
Alat-alat yang digunakan :
1. TLC CAMAG Linomat 5
Pada TLC CAMAG Linomat 5, penotolat terjadi secara otomatis.
Microsyringe kapasitas 100µL dicuci dengan pelarut (methanol, etil asetat, dll.).
Lalu microsyringe tersebut diisi dengan larutan yang akan dianalisa secaa manual.
Microsyringe yang berisi lautan ditempatkan paga tempatnya dan dengan bantuan
gas N2 totolan dihamburkan keluar.
Ada 2 jenis bentuk totolan yang dapat dibuat yaitu :
a. Bentuk Pita, untuk kadar larutan yang cukup besar
b. Bentuk Bulat, untuk kadar larutan yang relative kecil
2. Automatic Development Chamber (CAMAG ADC2)
Laporan Analisis Farmasi I Kelompok 4/Kelas A/Rabu Siang 2
Pada Automatic Development Chamber (CAMAG ADC2) ini, terjadi
3 proses sekaligus yang terjadi secara otomatis, yaitu :
a. Proses Penjenuhan
b. Proses Eluasi
c. Proses Pengeringan
Proses peletakan plat pada chamber ini harus pas, jika tidak
pas/miring sedikit saja maka detector tidak dapat memproses plat di dalam
chamber.
3. TLC Scanner 4 CAMAG
Lebar plat yang ditentukan untuk masuk scanner ini telah ditentukan
yaitu sebesar 9.25 cm. Untuk plat bekas atau kotor, secara otomatis tidak dapat
diproses dalam scanner.
Terdapat banyak perbedaan alat yang digunakan pada saat praktikum
analisis farmasi I di FFUA dengan alat yang terdapat pada ULP.
o Alat penotolan pada ULP sudah menggunakan TLC CAMAG
Linomat 5 yangbekerja secara automatis, sedangkan pada
praktikum analisis farmasi I masih menggunakan manual dengan
tangan.
o Chamber yang digunakan pada ULP Pada Automatic Development
Chamber (CAMAG ADC2) yang bisa melakukan 3 proses
sekaligus Proses Penjenuhan, Proses Eluasi, danProses
Pengeringan, sedangkan pada praktikum analisis farmasi I masih
menggunakan manual dengan chamber yang manual.
Laporan Analisis Farmasi I Kelompok 4/Kelas A/Rabu Siang 3
BAGIAN II
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY
(HPLC)
Deskripsi
HPLC adalah istilah yang umum dipakai di dunia internasional yang
merupakan kependekan dari “High Performace Liquid Chromatography” atau
“High Pressure Liquid Chromatograph”. Kadang-kadang HPLC hanya diberi
istilah LC (Liquid Chromatography). Di Indonesia, HPLC dipopulerkan
dengan istilah “KCKT” yang merupakan singkatan dari Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi.
Ditinjau dari sistem peralatannya, HPLC termasuk kromatografi
kolom, karena dipakai fase diam yang diisikan atau terpacking dalam kolom.
Bila ditinjau dari asas pemisahannya, HPLC dapat digolongkan sebagai
kromatografi adsorpsi atau kromatografi partisi atau asas lainnya tergantung
jenis kolom yang dipakai dan kolom yang ditentukan.
HPLC merupakan satu teknik kromatografi cair- cair yang dapat
digunakan baik untuk keperluan pemisahan maupun analisis kuantitatif.
Analisis kuantitatif dengan teknik HPLC didasarkan kepada pengukuran luas
atau area puncak analit dalam kromatogram, dibandingkan dengan luas atau
area larutan standar. Pada prakteknya, perbandingan kurang menghasilkan
data yang akurat bila hanya melibatkan satu standar, oleh karena itu maka
perbandingan dilakukan dengan menggunakan teknik kurva kalibrasi
Kegunaan
HPLC atau KCKT merupakan teknik pemisahan yang diterima
secara luas untuk analisis dan pemurnian senyawa tertentu dalam suatu sampel
pada sejumlah bidang, antara lain : farmasi; lingkungan; bioteknologi;
polimer; dan industri- industri makanan. Kegunaan umum HPLC adalah
Laporan Analisis Farmasi I Kelompok 4/Kelas A/Rabu Siang 4
untuk: pemisahan sejumlah senyawa organik, anorganik, maupun senyawa
biologis ; analisis ketidakmurnian (impurities); analisis senyawa- senyawa
mudah menguap (volatile); penentuan molekul- molekul netral, ionik, maupun
zwitter ion; isolasi dan pemurnian senyawa; pemisahan senyawa-senyawa
yang strukturnya hampir sama; pemisahan senyawa- senyawa dengan jumlah
sedikit (trace elements), dalam jumlah yang banyak, dan dalam skala proses
industri, HPLC merupakan metode yang tidak destruktif dan dapat digunakan
baik untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif
Perbedaan Dengan HPLC di Fakultas Farmasi UA
HPLC yang digunakan adalah HPLC MS/MS Quadrupole Tipe
Triple Quad LC/MS 6410 Agilent Technologies
Dapat mengnalisis hingga senyawa yang memiliki BM lebih dari
4000 karena memilki 2 Mass Analyzer.
HPLC ini dapat mengukur senyawa dengan kadar hingga pg (pico
gram), yaitu memiliki sensitivitas lebih tinggi dibandingkan HPLC yang
berada di ruang praktikum. Tetapi hal ini memilki kekurangan, yaitu dengan
sedikit sekali pengotor dapat mempengaruhi hasil, bahkan membuat alat
rusak.
Menggunakan autosampler yang dapat mengurangi kesalahan dalam
melakukan injeksi, selain itu juga mempraktiskan pekerjaan sehingga pada
saat injeksi dapat ditinggal karena injeksi bersifat otomatis, tetapi dengan
batasan bahan yang digunakan cukup saat ditinggal dalam waktu tertentu dan
suhu ruang yang dapat memenuhi syarat untuk penggunaan HPLC, karena bila
suhu melewati batas maka alat HPLC akan otomatis terhenti. Pada ruang
praktikum,HPLC yang digunakan mungkin sudah memiliki software untuk
autosampler, tetapi hardware atau alat autosamplernya sendiri belum
terpasang. Kecepatan analisis lebih tinggi, yaitu hingga lebihdari 12.500
Da/second
Laporan Analisis Farmasi I Kelompok 4/Kelas A/Rabu Siang 5
HPLC dengan autosampler
LC/MS 6410 Agilent Technologies
LC/MS 6410 Agilent Technologies
Laporan Analisis Farmasi I Kelompok 4/Kelas A/Rabu Siang 6
BAGIAN III
AAS (ATOMIC ABSORPTION SPECTROSCOPY)
DESKRIPSI
AAS adalah prosedur spektroanalisis untuk uji kuantitatif dengan cara mengukur
atom netral bentuk gas dimana elektron dari atom pindah dari tingkat energi dasar
(ground state) ke tingkat energi tereksitasi (exitation state) oleh adanya energi
(panjang gekombang yang sesuai). Pada umumnya AAS ini digunakan untuk
mengukur kadar dari logam berat.
KEGUNAAN/ APLIKASI
Instrumen AAS yang terdapat pada ULP ini dibedakan menjadi 3, berdasarkan
teknik analisisnya, yaitu :
1. Hidrida (Cold Vapour)
Metode ini termasuk dalam Flameless AAS. Metode ini digunakan untuk
bahan-bahan yang mudah menguap, misalnya merkuri (Hg). Proses
analisis dari metode ini adalah dimulai ddengan sampel mekuri disedot
lewat pompa sampel. Kemudian merkuri bereaksi dengan HCl dan
pereduksi, sehingga menghasilkan uap. Uap tersebut akan didorong oleh
gas Argon hingga uap tersebut sampai pada detektor.
2. Grafit Furnace
Metode ini juga termasuk dalam metode flameless AAS, karena metode
ini menggunakan pemanasan elektrik. Proses analisis pada metode ini
yaitu sampel diteteskan ke grafit furnace pada suhu 30000C, dengan suhu
grafit furnace yang sangat tinggi, sampel dapat cepat berubah menjadi
bentuk uap, maka uap tersebut akan dideteksi oleh detektor.
3. Flame AAS
Laporan Analisis Farmasi I Kelompok 4/Kelas A/Rabu Siang 7
Sebelum dianalisis dengan metode AAS, suatu sampel harus di destruksi terlebih
dahulu. Dalam hal ini terdapat dua macam cara destruksi, yaitu destruksi dengan
cara kering dan cara basah. Destruksi cara kering ini suatu sampel di buat menjadi
abu (pengabuan), kemudian dibuat larutan jernih. Sedangkan destruksi cara basah
ini digunakan untuk bahan-bahan yang tidak tahan panas, pada cara ini suatu
sampel langsung dibuat menjadi larutan jernih. Setelah menjadi larutan jernih,
suatu sampel siap dianalisis dengan metode AAS.
PERBEDAAN DENGAN ALAT YANG ADA DI LABORATORIUM
FAKULTAS FARMASI UA
1. Alat yang ada di ULP memiliki kemampuan sebagai Flame AAS dan juga
Flameless AAS (Grafit Furnace AAS dan Cold Vapor Te). Sedangkan yang
ada di lab farmasi hanya bisa sebagai Flame AAS.
2. AAS yang di lab farmasi masih memakai lampu HCL sehingga hanya bisa
digunakan untuk analisis logam berat tertentu sesuai dengan jenis HCL. AAS
yang ada di ULP menggunakan lampu xenon yang dapat digunakan untuk
analisis berbagai macam logam tanpa perlu mengganti lampu.
3. alat AAS di ULP masih baru dan menggunakan software yang baru sehingga
memudahkan analisis, sedangkan yang di lab farmasi alatnya sedang rusak dan
masih menggunakan software lama untuk analisis.
Laporan Analisis Farmasi I Kelompok 4/Kelas A/Rabu Siang 8
BAGIAN IV
GAS CRHOMATOGRAPHY-MASS SPECKTROMETRY
(GCMS)
Gas Crhomatography-Mass Specktrometry
GCMS merupakan metode pemisahan senyawa organik yang
menggunakan dua metode analisis senyawa yaitu kromatografi gas (GC) untuk
menganalisis jumlah senyawa secara kuantitatif dan spektrometri massa (MS)
untuk menganalisis struktur molekul senyawa analit.
Gas kromatografi merupakan salah satu teknik spektroskopi yang
menggunakan prinsip pemisahan campuran berdasarkan perbedaan afinitas
suatu analit terhadap fase diam maupun fase gerak. Pada GC fase geraknya
berupa gas, misalnya saja helium atau nitrogen. Gas kromatografi biasa
digunakan untuk mengidentifikasi suatu senyawa yang terdapat pada campuran
gas dan juga menentukan konsentrasi suatu senyawa dalam fase gas.
Spektroskopi massa adalah suatu metode untuk mendapatkan berat
molekul dengan cara mencari perbandingan massa terhadap muatan dari ion
yang muatannya diketahui dengan mengukur jari-jari orbit melingkarnya dalam
medan magnetik seragam.
Penggunaan kromatografi gas dapat dipadukan dengan spektroskopi
massa. Paduan keduanya dapat menghasilkan data yang lebih akurat dalam
pengidentifikasian senyawa yang dilengakapi dengan struktur molekulnya.
Aplikasi GCMS
Prinsip kerja GCMS dapat diibaratkan seperti sebuah distilasi fraksi.
Dimana senyawa yang telah mengalami pemisahan melalui gas kromatografi
kemudian dianalisa lebih lanjut ke dalam instrumen mass spektrometer. Pada
dasarnya semua senyawa dapat di analisa menggunakan GC. Namun gas
kromatografi ini lebih diutamakan untuk senyawa-senyawa yang mudah
menguap. Saat diinjeksikan ke dalam alat, suatu analit harus menguap pada
Laporan Analisis Farmasi I Kelompok 4/Kelas A/Rabu Siang 9
suhu yang telah diatur pada alat (umumnya 250-3000C). Senyawa yang sukar
menguap dapat diderivatisasi terlebih dahulu menjadi bentuk yang lebih
menguap. Misalnya saja, senyawa dengan banyak atom OH akan membentuk
ikatan hidrogen anatarmolekul maupun intramolekul, senhingga senyawa ini
sulit menguap pada suhu 200-3000C. Untuk dapat dianalisa menggunakan GC
maka, gugus OH pada senyawa ini diganti dengan gugus meti, sehingga ikatan-
ikatan hidrogennya hilang dan senyawa mampu menguap pada suhu 250-
3000C.
Pengguanaan gas kromatografi dalam rangkaian GCMS lebih kepada
penggunaan instrumen untuk analisa kuantitatif. Dalam analisa kuantitatif
untuk mengatahui kadar suatu analit, diperlukan beberapa larutan baku
pembanding. Larutan baku ini kemudian diukur peak areanya lalu dibuat suatu
kurva regresi hubungan antara kadar vs peak area. Dari kurva baku inilah
nantinya dapat dihitung kadar dari analit yang dianalisa.
Dari GC pula dapat diketahiu berapa jumlah senyawa yang ada dalam
suatu campuran sampel. Jumlah senyawa yang terkandung dalam sampel dapat
diketahui dari banyaknya puncak serta waktu retensi yang muncul. Waktu
retensi ini sebenarnya dapat digunakan sebagai parameter analisis kualitatif,
namun hasilnya kurang spesifik. Prinsipnya, suatu senyawa yang sama akan
memberikan hasil waktu retensi yang sama. Namun, apabila waktu retensi
sampel yang ditunjukkan sama dengan baku pembanding, senyawa tersebut
belum tentu sama dengan baku pembanding. Masih ada kemungkinan untuk
sama, tapi belum tentu sama. Sebab waktu retensi itu karakteristik namun tidak
spesifik untuk suatu senyawa.
Maka dari itu untuk analisa kualitatif yang akkurat dan spesifik,
digunakanlah Mass Spektrometri dalam rangkaian GCMS. Saat GC
dikombinasikan dengan MS, akan didapatkan sebuah metode analisis yang sangat
bagus. Umumnya spektrum massa diperoleh dengan mengubah senyawa suatu
sample menjadi ion-ion yang bergerak cepat yang dipisahkan berdasarkan
perbandingan massa terhadap muatan. Spektroskopi massa mampu menghasilkan
berkas ion dari suatu zat uji, memilah ion tersebut menjadi spektum yang sesuai
Laporan Analisis Farmasi I Kelompok 4/Kelas A/Rabu Siang 10
dengan perbandingan massa terhadap muatan dan merekam kelimpahan relatif
tiap jenis ion yang ada.
Setelah melewati rangkaian gas kromatografi, sampel gas yang akan diuji
dilanjutkan melalui rangkaian spekstroskopi massa. Molekul-molekul yang
melewati sumber ion ini diserang oleh elektron, dan dipecah menjadi ionion
positifnya. Pecahan stuktur suatu senyawa sangatlah khas dan berbeda satu sama
lain. Pecahan ion-ion tersebut kemudian melewati filter. Filter ini terus menyaring
ion-ion yang berasal dari sumber ion untuk kemudian diteruskan ke detektor.
Informasi yang diperoleh dari kedua teknik ini yang digabung dalam
instrumen GC/MS adalah tak lain hasil dari masing-masing spektra. Untuk spektra
GC, informasi terpenting yang didapat adalah waktu retensi untuk tiap-tiap
senyawa dalam sampel. Sedangkan untuk spektra MS, bisa diperoleh informasi
mengenai massa molekul relatif dari senyawa sampel tersbut.
Perbedaan GCMS dengan GC-FID (Terdapat di Laboratorium Fakultas
Farmasi UA)
Gas chromatography di unit pelayanan uji FFUA telah dirangkai bersama
instrumen lain yaitu Mass spectrometry. Sehingga analisa kualitatif yang
dihasilkan lebih akurat karena hasil mass spectra sangat spesifik sesuai dengan
analit yang dianalisa. GC yang digunakan dalam praktikum menggunakan
detektor FID (flame ionization detector) dapat digunakan untuk analisa kualitatif
dengan membandingkan waktu retensi sampel dengan waktu retensi baku atau
pustaka. Namun penggunaan waktu retensi sebagai parameter uji kualitatif kurang
spesifik.
Selain itu GCMS di unit pelayanan uji FFUA juga telah menggunakan
autosampler, sehingga penyuntikan sampel ke dalam alat dapat dilakukan secara
otomatis dan secara komputerisasi. Sedangkan GC dalam praktikum,
penyuntikkan sampel masil dilakukan secara manual menggunakan injektor.
Secara umum penggunaan alat dalam unit pelayanan uji FFUA telah
dilakukan secara komputerisasi dan otomatis, sehingga dapat meminimalisir
kesalahan yang mungkin terjadi selama proses analisis.
Laporan Analisis Farmasi I Kelompok 4/Kelas A/Rabu Siang 11
BAGIAN V
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
Laboratorim Mikrobiologi yang berada di Kampus B Universitas
Airlangga berdiri sejak tahun 2002. Laboratorium Mikrobiologi UA berdasarkan
tingkat keamanannya merupakan laboratorium mikrobiologi yang masuk dalam
tingkat 2 (Bio Safety Level 2). pada laboratorium tersebut digunakan lantai yang
dilapisi dengam epoksi dan ruangannya berada pada suhu 16-20 FFC
Laboratorium mikrobiologi awalnya digunakan sebagai sarana penunjang
diagnosis, semakin majunya ilmu pengetahuan maka fungsi laboratorium semakin
meningkat, tidak hanya untuk diagnosis tetapi mencakup bidang pelayanan,
pendidikan, penelitian bahkan dibidang perlindungan tanaman laboratorium
mikrobiologi diperlukan dalam pengembangan agens pengendali hayati (APH)
untuk mengendalikan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT).
Klasifikasi Laboratorium Mikrobiologi
Berdasarkan resiko infeksi, mikroorganisme diklasifikasikan ke dalam 4 (empat)
kategori.
1. Kategori risiko 1 : tidak menimbulkan resiko/resiko sangat rendah (individu,
masyarakat), tidak menyebabkan penyakit (manusia/ternak).
2. Kategori resiko 2 : menimbulkan resiko sedang (individu), resiko rendah
(masyarakat), dapat menimbulkan sakit akan tetapi tidak menimbulkan bahaya
yang serius. Infeksi yang terjadi dapat dicegah dan resiko penyebaran terbatas.
3. Kategori resiko 3 : menimbulkan resiko tinggi (individu), resiko rendah
(masyarakat), dapat menimbulkan sakit serius tetapi tidak menyebar, tersedia
tindakan pencegahan dan pengobatan efektif.
Laporan Analisis Farmasi I Kelompok 4/Kelas A/Rabu Siang 12
4. Kategori resiko 4 : menimbulkan resiko tinggi (individu, mayarakat), dapat
menimbulkan sakit serius, sangat menular dan belum tersedia tindakan
pencegahan dan pengobatan yang efektif
Berdasarkan Tingkat Keamanan Biologis laboratorium diklasifikasikan sebagai
berikut :
1. Laboratorium Tingkat keamanan Biologis I :
Menyelenggarakan kegiatan dengan kelompok mikroorganisme kategori
resiko1.
2. Laboratorium Tingkat keamanan Biologis II :
Menyelenggarakan kegiatan dengan kelompok mikroorganisme resiko II.
3. Laboratorium Tingkat Keamanan Biologis III :
Menyelenggarakan kegiatan dengan mikroorganisme resiko III.
4. Laboratorium Tingkat Keamanan Biologis IV :
Menyelenggarakan kegiatan dengan kelompok mikroorganisme resiko IV.
Berdasarkan kategori diatas maka laboratorium mikrobiologi untuk
pengembangan APH dapat digolongkan ke dalam kelompok laboratorium tingkat
keamanan biologis I dan II, tergantung dari jenis mikroorganisme yang
dikembangkan.
Persyaratan Laboratorium Mikrobiologi Untuk Pengembangan APH
Dalam mengembangkan APH di laboratorium diperlukan persyaratan
tertentu sesuai dengan standart laboratorium tingkat keamanan Biologis I dan II.
Persyaratan laboratorium tingkat keamanan Biologis I meliputi : pintu
yang dapat digunakan untuk akses masuk dan keluar, terdapat bak cuci tangan,
Laporan Analisis Farmasi I Kelompok 4/Kelas A/Rabu Siang 13
disediakan jas laboratorium dan rak penyimpanannya, ruangan mudah
dibersihkaan, kedap air, perabotan kokoh, jendela dilengkapi saringan debu,
Biological Safety Cabinet (BSL), autoclave untuk sterilisasi alat, bahan maupun
sterilisasi sisa-sisa kultur/isolat yang tidak terpakai sebelum dibuang.
Persyaratan laboratorium tingkat keamanan Biologis II yaitu : pintu dapat
menutup sendiri, tersedia bak cuci tangan (steinless steel), perabotan kokoh,
jendela dilengkapi saringan debu, dilengkapi dengan Biological Safety Cabinet
(BSL)/Laminar flow menggunakan filter udara yang dapat mengalirkan ulang
udara yang tersaring, membuang sebagian udara ke atmosfer dan memasukkan
udara melalui bagian depan cabinet. Cahaya/penerangan cukup, membatasi lalu
lintas orang maupun barang ketika personil laboratorium sedang bekerja
Laboratorium Mikrobiologi di bagi dalam 3 area:
1. Area Preparasi
2. Clean Area
3. Inokulasi Area (Inkubasi)
Standart Operasional Praktek di Laboratorium Mikrobiologi
Selain peralatan pendukung laboratorium, juga diperlukan Standart
Operasional dalam praktek di laboratorium mikrobiologi. Standart operasional
tersebut harus dilakukan oleh setiap personil tanpa terkecuali. Aturan-aturan
standart keamanan dan keselamatan di laboratorium sebagai berikut :
- Mencuci tangan dengan menggunakan sabun disinfektan ketika memasuki dan
meninggalkan ruangan laboratorium.
- Tidak diperbolehkan menyimpan, meletakkan makanan, minuman dilaboratorium,
tidak boleh merokok di area laboratorium.
- Di dalam lokasi laboratorium sebaikknya menggunakan jas
laboratoriumvberlengan panjang dengan kancing di bagian depan agar mudah
dibuka.
Laporan Analisis Farmasi I Kelompok 4/Kelas A/Rabu Siang 14
- Sebaiknya didalam laboratorium menggunakan sepatu kusus, disesuaikan dengan
kondisi laboratorium.
- Singkirkan barang-barang yang tidak perlu dari area kerja. (sebaiknya tas, dompet,
dsb. tempatkan pada rak tersendiri).
- Bersihkan area kerja dengan menggunakan alkohol sebelum maupun setelah
bekerja.
- Pemberian label pada media/isolat/dll harus secara jelas, agar tidak terjadi
kekeliruan.
- Botol-botol reagen, botol kultur (isolat) harus tertutup rapat dan jangan dibuka
kalau tidak diperlukan.
- Peralatan inokulasi disterilisasi terlebih dulu dengan api bunsen sebelum dan
sesudah digunakan.- Perlakukan semua mikroorganisme sebagai pathogen yang
berpotensi (beresiko bagi kesehatan) dan gunakan cara perlindungan yang sesuai.
- Gunakan sarung tangan apabila bekerja dengan mikroorganisme yang berpotensi
menyebabkan penyakit.
- Sterilisasi seluruh bahan dan peralatan laboratorium.
- Jangan pernah menggunakan pipet dengan mulut.
- Pertimbangkan selalu setiap bahaya yang ada, autoclave terlebih dahulu cairan
sisa culture yang tidak terpakai sebelum membuangnya.
- Buang semua materi limbah padat kedalam kantong dan diautoclave sebelum
kemudian dibuang ke tempat sampah.
- Kenali letak alat-alat keselamatan di laboratorium (P3K,shower, pemadam api).
- Laporkan setiap terjadi kecelakaan sekecil apaun di laboratorium (zat kimia,
culture/ isolat tumpah rusak).
Laporan Analisis Farmasi I Kelompok 4/Kelas A/Rabu Siang 15
Sumber
Z, Linar, 2011. Perancangan Laboratorium dan Peralatan Mikrobiologi, RC Chem
Learning Centre.
Randall E.Hicks.Microbiology Lab Practices and Safety Rules diunggah dari
http://www.d.umn.edu/~rhicks1/diversity/Microbiology%20Lab
%20Safety.pdf. Pada hari kamis tanggal 8 November 2012, jam 9.15 wib.
Laporan Analisis Farmasi I Kelompok 4/Kelas A/Rabu Siang 16