Upload
scott-hendricks
View
1.272
Download
163
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Isoniazid
Citation preview
ANALISIS KUALITATIF ISONIAZID SEBAGAI SENYAWA AKTIF
OBAT
Qualitative Analysis Of Isoniazid As Active Pharmaceutical Ingredient
Atmedi Surendra, Putri Arumingtias, Helda Purba, Meta Z.K
Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran
Abstrak
Isoniazid merupakan komponen sintesis yang menghambat kerja sintesa mycolic
acid lewat hambatan pada enzym mycolase sintetase, yang berperan dalam
pembentukan dinding sel Mycobacyerium, sehingga sangat efektif melawan
multiplikasi yang cepat dari kuman M. Tuberkulosa yang ada dalam kavitas lesi
paru, juga cukup efektif melawan multiplikasi lambat kuman M. Tuberkulosa
Intraseluler. Karena penggunaannya yang luas di masyarakat harus dilakukan
langkah awal penjaminan mutu isoniazid sebagai bahan baku obat yaitu dengan
analisis kualitatif yang meliputi pemeriksaan organoleptis, pemeriksaan kelarutan
berdasarkan kriteria kelarutan isoniazid berdasarkan literatur, nilai ph, reaksi
warna spesifik, dan pemeriksaan gugus fungsi menggunakan spektroskopi
inframerah. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, hasil uji organoleptik
isoniazid berbentuk serbuk hablur berwarna putih, tidak berbau, rasa pahit, terurai
perlahan-lahan oleh cahaya dan udara. Dalam pengujian kelarutan sampel yang
didapatkan sesuai dengan rujukan yaitu mudah larut dalam air; agak sukar larut
dalam etanol (95%), sukar larut dalam kloroform P dan eter. Pemeriksaan
organoleptis dan kelarutan ini sesuai dengan kriteria yang ada di Farmakope
Indonesia edisi III untuk senyawa isoniazid. Pada pemeriksaan pH, nilai pH
isoniazid untuk pelarut air adalah 6, hal ini sesuai dengan nilai pH isoniazid
berdasarkan literatur. Pada pemeriksaan gugus fungsi menggunakan reaksi warna
spesifik menggunakan reagensia Nessler, CuSO4, Iodium, FeCl3, KMnO4, AgNO3
serta identifikasi gugus fungsi menggunakan spektroskopi inframerah hasilnya
sesuai dengan literatur yang ada.
Kata kunci : isoniazid, analisis kualitatif, organoleptis, kelarutan, ph, reaksi
warna, spektroskopi infra merah
Abstract
Isoniazid is a component that inhibits the synthesis of mycolic acid synthesis
work through obstacles in mycolase synthetase enzymes, which play a role in the
formation of cell walls Mycobacyerium, so it is very effective against the rapid
multiplication of M. tuberculosis bacteria present in the lung lesion cavity, is also
quite effective against slow multiplication Intracellular M. tuberculosis germs.
Due to its extensive use in the community should be the first step of quality
assurance as a raw material drug isoniazid is the qualitative analysis include
organoleptic examination, examination isoniazid solubility solubility criteria
based on the literature, the value of pH, specific color reaction, and the
examination of functional groups using infrared spectroscopy. Based on the
analysis conducted, the results of organoleptic tests isoniazid shaped white
crystalline powder, odorless, bitter taste, decomposes slowly by light and air. In
the solubility test samples obtained in accordance with the referral that is easily
soluble in water; slightly soluble in ethanol (95%), soluble in chloroform and
ether P. The solubility organoleptic examination and according to the same
criteria in the third edition of the Pharmacopoeia Indonesia for compounds
isoniazid. At pH probe, the pH value of isoniazid for solvent water is 6, which is
in line with isoniazid pH value based on the literature. On examination of the
functional groups using a specific color reaction using Nessler reagent, CuSO4,
iodine, FeCl3, KMnO4, AgNO3 and identification of functional groups using
infrared spectroscopy results are in accordance with existing literature.
Key word: isoniazid, qualitative analysis, organoleptic, solubility, pH, color
reaction, infrared spectroscopy
PENDAHULUAN
Isoniazid merupakan komponen
sintesis yang menghambat kerja
sintesa mycolic acid lewat hambatan
pada enzym mycolase sintetase,
yang berperan dalam pembentukan
dinding sel Mycobacyerium,
sehingga sangat efektif melawan
multiplikasi yang cepat dari kuman
M. Tuberkulosa yang ada dalam
kavitas lesi paru, juga cukup efektif
melawan multiplikasi lambat kuman
M. Tuberkulosa Intraseluler.
Isoniazid bersifat bakterisidal,
sehingga dapat membunuh 90%
populasi kuman dalam beberapa hari
pengobatan. Obat ini sangat efektif
terhadap kuman dalam keadaan
metabolik aktif, yaitu kuman yang
sedang berkembang (mengadakan
replikasi), MIC nya sekitar 0,025 -
0,05 g/ml. INH mengadakan
penetrasi kedalam dinding sel,
seperti halnya menghentikan
pertumbuhan kuman dalam media
kultur (Arimbi, 2010)
Isoniazid yang memiliki rumus
molekul C6H7N3O dengan Nama
kimia yaitu Asam isonikotinat
hidrazida [54-85-3] dengan Berat
molekul 137,14. Pemerian dari
isoniazid adalah hablur putih atau
tidak berwarna atau serbuk hablur
putih; tidak berbau, perlahan-lahan
dipengaruhi oleh udara dan cahaya.
Dan mempunyai kelarutan mudah
larut dalam air; agak sukar larut
dalam etanol; sukar larut dalam
kloroform dan dalam eter (Hastia,
2010). Monografi isoniazid :
Gambar 1 . Isoniazid
Metode spektroskopi inframerah
merupakan suatu metode yang
meliputi teknik serapan (absorption),
teknik emisi (emission), teknik
fluoresensi (fluorescence).
Komponen medan listrik yang
banyak berperan dalam spektroskopi
umumnya hanya komponen medan
listrik seperti dalam fenomena
transmisi, pemantulan, pembiasan,
dan penyerapan. Penemuan infra
merah ditemukan pertama kali oleh
William Herschel pada tahun 1800.
Penelitian selanjutnya diteruskan
oleh Young, Beer , Lambert dan
Julius melakukan berbagai penelitian
dengan menggunakan spektroskopi
inframerah. Pada tahun 1892 Julius
menemukan dan membuktikan
adanya hubungan antara struktur
molekul dengan inframerah dengan
ditemukannya gugus metil dalam
suatu molekul akan memberikan
serapan karakteristik yang tidak
dipengaruhi oleh susunan
molekulnya. Penyerapan gelombang
elektromagnetik dapat menyebabkan
terjadinya eksitasi tingkat-tingkat
energi dalam molekul. Dapat berupa
eksitasi elektronik , vibrasi, atau
rotasi.
Suatu grafik yang
menghubungkan antara banyaknya
sinar yang diserap dengan frekuensi
(panjang gelombang) sinar
merupakan spektrum absorpsi.
Transisi yang dibolehkan untuk suatu
molekul dengan struktur kimia yang
berbeda adalah tidak sama sehingga
spektra absorpsinya juga berbeda.
Dengan demikian, spektra dapat
digunakan sebagai bahan informasi
yang bermanfaat untuk analisis
kualitatif. Banyaknya sinar yang
diabsorpsi pada panjang gelombang
tertentu sebanding dengan
banyaknya molekul yang menyerap
radiasi, sehingga spektra absorpsi
juga dapat digunakan untuk analisis
kuantitatif (Rohman dkk, 2007).
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Praktikum Analisis Farmasi berjudul
Analisis Kualitatif Bahan Baku I
dilakukan Laboratorium Analisis
pada tanggal 10 Maret 2015 jam
10.00-13.00 WIB.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam
praktikum kali ini adalah plat tetes,
pipet tetes, spatel, neraca analitik,
tabung reaksi, spatel, kertas
perkamen, tes pH.
Bahan-bahan yang digunakan dalam
praktikum ini adalah sample obat
isoniazid, aquades, reagen CuSO4,
pereaksi Nessler, pereaksi iodium,
pereaksi FeCl3, pereaksi KMnO4,
dan pereaksi AgNO3.
Prosedur Percobaan
Pada praktikum analisis bahan baku
yaitu senyawa obat Isoniazid,
dilakukan beberapa proses
identifikasi yaitu dengan bentuk
organoleptis, kelarutan, pemeriksaan
pH, reaksi warna yang berdasarkan
gugus fungsi dan analisis kualitatif
infra merah (FTIR). Adapun tahap
yang dilakukan yaitu:
1. Organoleptis
Uji organoleptis ini dilakukan
pengamatan secara fisik yaitu
dengan memperhatikan
bentuk, warna, bau, rasa, dan
sifat fisikanya. Sifat sifat ini
dibandingkan dengan standar
pemerian isoniazid yang
terdapat di farmakope
Indonesia.
2. Kelarutan
Uji kelarutan ini dengan
membandingkan kelarutan
standar dalam farmakope
indonesia, praktikan
melakukan uji klarutan
dengan aquades , etanol, dan
kloroform.
3. Pemeriksaan pH
Uji pH dilakukan dengan
membuat larutan isoniazid
terlebih dahulu dengan
perbandingan 1 gr dengan 10
mL aquades, kemudian
kertas pH dicelupkan
kedalam larutan dan
perubahan warna yang
terbentuk dibandingkan
dengan standar pH yang
terdapat pada cover kemasan
kertas tes pH tersebut.
4. Reaksi warna untuk gugus
fungsi
a. Penambahan CuSO4
Dengan dengan
menggunakan plat
tetes, 10 mg sampel
isoniazid yang
dilarutkan dalam 1 ml
aquades. Kemudian
larutan diberi 3 tetes
reagen CuSO4. Dan
diamati perubahan
yang terjadi.
b. Penambahan reagen
Nessler
Sample isoniazid
ditambahkan 3 tetes
reagen nessler,
kemudian
dihomogenkan. Dan
diamati perubahan
warna yang terjadi.
c. Pereaksi Iodium
Sample isoniazid
ditambahkan 3 tetes
reagen iodium,
kemudian
dihomogenkan. Dan
diamati perubahan
warna yang terjadi.
d. Pereaksi FeCl3
Dengan menggunakan
tabung reaksi, sample
isoniazid ditambahkan
3 tetes reagen FeCl3,
kemudian
dihomogenkan. Dan
diamati perubahan
warna dan endapan
yang terbentuk.
e. Perekasi KMnO4
Sample isoniazid
ditambahkan 3 tetes
reagen KMnO4,
kemudian
dihomogenkan. Dan
diamati perubahan
warna yang terjadi
f. Pereaksi AgNO3
Dengan menggunakan
tabung reaksi, sample
isoniazid ditambahkan
3 tetes reagen nessler,
kemudian
dihomogenkan. Dan
diamati perubahan
warna yang terjadi.
5. Analisis Kualitatif IR
Dengan menimbang KBr
kering sebanyak 250 mg, dan
isoniazid 2 gr, kemudian
keduanya digerus selama 5
menit dan disiapkan alat
pencetakkan. Bagian lempeng
besi dibersihkan dengann tisu
lensa, satu bagian lempeng
dimasukkan dalam cetakkan
menggunakan pinset, dan
bagian yang kasa menghadap
bawah. Kbr dimasukkan
kedalam alat dan
digoyangkan. Bagian
lempeng lain dimasukkan
kedalam alat pencetak.
Kemudian dimasukkan
kedalam silinder kedalam alat
pencetak dan ditekan
perlahan. Alat pencetak
ditimpa diatas penekan
hidrolik dan dihubungkan
dengan selang pompa vakum.
Pompa vakum dinyalakan
dan penekan hidrolik
dipompa sampai 60 kNewton.
Pertahankan penekanan
kurang lebih 5 menit. Alat
pompa dimatikan, penekan
hidrolik dikendurkan
perlahan dan selang vakum
dilepas. Alat pencetak dilepas
dan dibalik. Silinder ditekan
sampai cakram Kbr diambil
menggunakan pinset dan
diletakkan kedalam tempat
sampel dalam alat
spektrometer. Lalu alat
dinyalakan dan spektrum
dapat diamati.
HASIL
Pemerian
Pustaka Pengamatan Kriteria
Hablur
putih atau
tidak
berwarna
atau serbuk
hablur
putih; tidak
berbau; rasa
agak pahit;
terurai
perlahan-
lahan oleh
udara dan
cahaya
Serbuk
hablur
berwarna
putih,
Tidak
berbau,
Rasa
pahit,
Terurai
perlaha-
lahan oleh
cahaya
dan udara.
Sesuai
(Farmakope
Indonesia
III, 1979,
hal. 320).
Kelarutan
Pustaka Pengamatan Kriteria
Mudah larut
dalam air;
agak sukar
larut dalam
etanol
(95%).
Sukar larut
dalam
kloroform P
dan eter
(Farmakope
Indonesia
III, 1979,
hal. 320).
Air : 1
gram
sampel
larut
dalam 10
mL
Gambar :
Etanol: 30
mg larut
dalam 0,1
mL
Gambar :
Sesuai
Kloroform
: 10 mg
larutan
dalam 0,1
mL
Gambar :
Pemeriksaan pH
Pustaka Pengamatan Kriteria
pH larutan
10% b/v 6-
7,5
(Farmakope
Indonesia
III, 1979,
hal. 320).
10 mg
dilarutkan
dalam 0,1
mL
pH = 6
Gambar :
Sesuai
Reaksi warna untuk gugus fungsi
Pustaka Pengamatan Kriteria
1. Pereaksi
Nessler
Sampel
ditambah
kan
pereaksi
Nessler
akan
menghasil
kan
larutan
berwarna
hitam
(Clarke,
2011).
Sampel
ditambahkan
pereaksi
Nessler
terbentuk
larutan
berwarna
hitam dan
terdapat
endapan
berwarna
abu-abu.
Gambar :
Sesuai
2. Pereaksi
CuSO4
10 mg
Isoniazid
dilarutkan
dalam 1
mL
aquadest
kemudian
ditambah
kan 3 tetes
10 mg
sampel
ditambahkan
3 tetes
pereaksi
CuSO4
terbentuk
larutan
berwarna biru
yang
perlahan-
Sesuai
CuSO4
akan
terbentuk
larutan
berwarna
biru yang
perlahan-
lahan
memudar
(Auterhoff
, 1987, hal
135-136).
lahan
memudar.
Gambar :
3. Pereaksi
Iodium
Sampel
ditambah
kan
perekasi
iodium
akan
terbentuk
larutan
berwarna
coklelat
yang lama
kelamaan
warna
akan
memudar.
Sampel
ditambahkan
3 tetes
iodium
larutan
menjadi
berwarna
bening.
Gambar :
Sesuai
4. Reaksi
FeCl3
Sampel
ditambahkan Sesuai
Sampel
ditambah
kan
pereaksi
FeCl3
maka akan
terbentuk
larutan
berwarna
kuning
jingga dan
endapan
berwarna
cokelat
kemerahan
.
3 tetes FeCl3
terjadi
perubahan
warna larutan
mejadi warna
kuning dan
terbentuk
endapan
berwarna
cokelat
merah.
Gambar :
5. Pereaksi
KMnO4
Sampel
ditambah
kan
pereaksi
KMnO4
akan
terbentuk
larutan
berwarna
ungu
kemudian
Sampel
ditambahkan
3 tetes
KMnO4
terjadi
perubahan
warna larutan
dari warna
ungu menjadi
cokelat
kemudian
menjadi
kuning.
Sesuai
menjadi
coklat dan
menjadi
tidak
berwarna.
Gambar :
6. Pereaksi
AgNO3
Sampel
ditambah
kan
pereaksi
AgNO3
akan
terbentuk
endapan
putik
cokelat.
Sampel
ditambahkan
3 tetes
AgNO3,
terbentuk
endapan
putih cokelat
di dalam
tabung
reaksi.
Gambar :
Sesuai
PEMBAHASAN
Pemerian
Uji organoleptik dilakukan
pada sampel isonizid. Sampe
isoniazid berbentuk hablur,
berwarna putih, tidak berbau,
rasa pahit, dan terurai
perlahan-lahan oleh udara dan
cahaya. Terurai oleh cahaya
dibuktikan dengan terjadinya
perubahan warna dari putih
menjadi agak sedikit kuning.
Hasil yang diperoleh sesuai
dengan literatur.
Kelarutan
Menurut Farmakope
Indonesia edisi 3 (1979),
isoniazid mudah larut dalam
air; agak sukar larut dalam
etanol (95%) dan sukar larut
dalam kloroform P dan eter.
Mudah larut diartikan 1 bagain
zat terlarut larut dalam 1-10
bagain pelarut. Isoniazid
sebanyak 1 gram dilarutkan
dalam 10 mL aquadest, diamati
perubahan yang terjadi.
Hasilnya isoniazid larut
sempurna dalam aquadest. Aga
sukar larut diartikan 1 bagian
zat terlarut larut dalam 30-100
bagian pelarut. Isoniazid
sebanyak 30 mg dilarutkan
dalam 0,1 mL etanol, diamati
perubahan yang terjadi.
Hasilnya isoniazid tidak
sepenuhnya larut dalam etanol.
Sukar larut artinya 1 bagian zat
terlarut larut dalam 1000-
10000 bagian pelarut. Isonizid
sebanyak 10 mg dilarutkan
dalam 0,1 mL kloroform,
diamati perubahan yang terjadi.
Hasilnya isonizid tidak larut
dalam kloroform. Hasil yang
diperoleh sesuai dengan
literartur.
Pemeriksaan pH
Pemeriksaan pH dilakukan
dengan menggunkanan pH
indikator universal. Sampel
isoniazid sebanyak 10 mg
dilarutkan dalam 0,1 mL
aquadest di atas pelat tetes
kemudian dicek pH-nya. hasil
yang diperoleh adalah pH
sebesar 6, yang artinya
pengujian pemeriksaan pH
sesuai dengan literatur yaitu
pH antara rentang 6-7,5.
Reaksi warna
Perekasi Nessler
Reaksi warna pada
isoniazid dilakukan dengan
penambahan reagen atau
pereaksi Nessler. Sampel
isoniazid ditambahkan 2 tetes
perekasi Nessler di atas pelat
tetes lalu perubahan yang
terjadi diamati. Perubahan
yang terjadi adalah
terbentuknya larutan berwarna
hitam. Hal ini disebabkan
karena dihasilkan amida
alifatik dan tioamida. Terlihat
ada endapan abu-abu dimana
endapan abu-abu tersebut
hanya terbentuk oleh senyawa
yang mengandung gugus
hidroksil pada posisi oroto dan
para atau senyawa yang
mengandung gugus NH-NH2
dan NH-NH- pada rantai
samping alifatik.
Pereaksi CuSO4
Reaksi warna pada
isoniazid dilakukan dengan
penambahan reagen atau
pereaksi CuSO4. Sampel
isoniazid ditambahkan dengan
3 tetes pereaksi CuSO4 di atas
pelat tetes, diamati perubahan
yang terjadi. Hasil ini sesuai
dengan literarur. Pereaksi
CuSO4 digunakan untuk
mengidentifikasi adanya gugus
aldehid pada suatu senyawa
Apabila senyawa tersebut tidak
mempunyai gugus aldehid,
maka akan terbentuk larutan
berwarna biru yang memudar.
Dari hasil yang didapatkan
terbentuk larutan berwarna biru
, ini menunjukkan bahwa
isonoazid tidak memiliki gugus
aldehid.
Reaksi Iodium
Reaksi warna pada
isoniazid dilakukan dengan
penambahan reggen atau
pereaksi Iodium. Sampel
isoniazid ditambahkan dengan
3 tetes iodium, diamati
perubahan yang terjadi.
Hasilnya terbentuk larutan
bening atau tidak berwarna.
Iodium akan kehilangan
warnanya (larutan coklat)
ketika bereaksi dengan gugus
alkena, dalam struktur
isoniazid terdapat gugus
alkena. Hal ini sesuai dengan
data yang diperoleh dari
literatur.
Perekasi FeCL3
Analisis kualitatif dengan
reaksi warna pada Isonoazid
dapat menggunakan reagen
atau pereaksi FeCl3 .Menurut
literatur jika Sampel
ditambahkan dengan reagen
FeCl3 akan menghasilkan
endapan cokelat merah dan
larutan berubah menjadi
kuning jingga. Dan dari hasil
praktikum yang dilakukan
kriteria memenuhi hasil yang
didapatkan sesuai dengan
literature. Senyawa yang tidak
jenuh mampu mengalami
reaksi adisi. Senyawa yang
tidak jenuh mampu mengalami
adisi oleh oksidator KMnO4
dan FeCl3 . Isoniazid
merupakan senyawa yang tidak
jenuh sehingga perubahan
warna dapat terjadi.
Pereaksi KMnO4
Reaksi warna pada
isoniazid dilakukan dengan
penambahan reagen atau
pereaksi KMnO4 , Sampel
ditambahkan dengan 3 tetes
atau pereaksi KMnO4 terjadi
perubahan warna dari ungu
menjadi cokelat dan kemudian
menjadi bening (tidak
berwarna) hasil yang
didapatkan sesuai dengan
literature. Pereaksi KMnO4
dapat mengoksidasi aldehid.
Jika larutan kalium
manganat(VII) dalam suasana
asam maka akan terjadi
perubahan warna dari ungu
menjadi tidak berwarna.
Isoniazid adalah hidrazid dari
asam isonikotinat sehingga
isoniazid bersifat asam
(Auterhoff,1986).
Pereaksi AgNO3
Reaksi warna pada
isoniazid dilakukan dengan
penambahan reggen atau
pereaksi AgNO3 , Sampel
ditambahkan dengan 3 tetes
atau pereaksi AgNO3 terjadi
perubahan yaitu adanya
terbentuk endapan putih
cokelat dibawah tabung.Ikatan
rangkap C=O yang terdapat
pada Isoniazid mereduksi
AgNO3 sehingga terjadi
perubahan pada saat
penambahan AgNO3. Aldehid
sangat mudah teroksidasi
menjadi asam karboksilat.
Gugus aldehid dapat mereduksi
pereaksi tollens, benedict, dan
fehling. (Fessenden, 1986).
Analisis Kualitatif IR
Analisis kualitatif selain
dengan reaksi warna dapat
dilakukan dengan
menggunakan spektrofotometri
infra red untuk menentukan
gugus fungsi yang terdapat
dalam bahan baku yangdi
analisis Prinsip dari
spektrofotometri inframerah
yaitu radiasi inframerah (2500-
50000 nm atau 4000-200 cm-1
)
dapat menyebabkan terjadinya
vibrasi dan/rotasi suatu gugus
fungsional dalam molekul
sehingga gugus fungsi yang
ada dalam struktur kimia akan
memberikan serapan yang
berbeda beda pada
spektrofotometri IR Sampel
yang digunakan adalah INH
(Isoniazid), Isoniazid memiliki
gugus kromofor dan
auksokrom. Sehinnga isoniazid
memiliki gugus yang tidak
jenuh yang dapat menyerap
radiasi.
Identifikasi suatu zat
dilakukan dengan
membandingkan spektrumnya
dengan spektrum dari zat
standar. Bila zat yang diperiksa
sama dengan standar, maka
posisi dan intensitas relatif dari
puncak-puncak resapan harus
sama. Analisis kualitatif IR
menggunakan KBr, KBr yang
digunakan harus dikeringkan
dan digerus sampai homogen
dalam tempat yang
kelembapannya rendah. Hal ini
dilakukan agar tidak ada
molekul air yang masuk ke
dalam sampel maupun KBr
yang akan mempengaruh
identifikasi gugus fungsi dalam
sampel tersebut. KBr
digunakan karena tidak ada
pita serapannya pada daerah
4000 - 400 cm-1. Keuntungan
menggunakan KBr karena
dapat digunakan dalam waktu
yang lama . Setelah hasil
spectrum didapatkan
selanjutnya dianalisis gugus
fungsinya dan dibandingkan
dengan gugus fungsi yang
terdapat dalam spectrum
sampel yang standar.
Dibawah ini merupakan
hasil spectrum IR dari
isoniazid:
(Auterhoff,1987)
Dari hasil spectrum
diatas dapat dilihat bahwa pada
frekuensi 2000 cm-1
ada
overtune yang menunjukkan
bahwa ada cincin aromatic.
Adanya cincin aromatic dapat
juga dilihat dengan
terbentuknya puncak pada
frekuensi antara 3000-3100
cm-1
yang menunjukkan
adanya ikatan C-H pada cincin
aromatic
dengan intensitas
yang medium dan pada
frekuensi 690-900 cm-1
dengan intensitas yang kuat.
Isoniazid memiliki cincin
aromatis dan memiliki gugus
hidrazida. Pada frekuensi 1660
cm-1
dapat dilihat terbentuk
puncak yang menunjukkan
adanya gugus fungsi C=O
dengan intensitas yang kuat
yang dapat dilihat dari bentuk
puncak yang tajam. Ini dapat
menunjukkan bahwa senyawa
yang diidentifikasi memiliki
gugus aldehid atau ketone atau
ester atau asam karboksilat.
Isoniazid memiliki gugus
aldehid sehingga terbentuk
puncak pada frekuensi 1660
cm-1
.
Isoniazid memiliki gugus
amin primer dan sekuder
sehingga akan membentuk
punyak pada frekuensi 3300-
3500 cm-1
dikarenakan adanya
ikatan N-H dan memiliki
intensitas medium. Amin
primer ditunjukkan dengan
terbentuknya 2 puncak
sedangkan amin sekunder
hanya terbneti satu puncak saja
dan juga terbentuk puncak
pada range 1180-1360 cm-1
yang menunjukkan adanya
ikatan C-N , puncak yang
terbentuk kecil dan
kekuatannya tidak terlalu kuat.
Sehingga dengan
menggunakan spektrofotometri
inframerah ini dapat diketahui
bahwa isoniazid memiliki
gugus fungsi C=O, C-H, N-H
(amin primer dan amin
sekunder) (Skoog, 2007).
KESIMPULAN
Isoniazid dapat dilakukan uji
kualitatif degan cara uji pemerian, uji
kelarutan, uji pemeriksaan pH, uji
reaksi warna yang meliputi reaksi
dengan Nessler, CuSO4, Iodium,
FeCl3, KMnO4 dan, AgNO3.
DAFTAR PUSTAKA
Arimbi, M.R. 2010. Tingkat
Konsentrasi Dalam Plasma Antara
Isoniazid Generik Dibandingkan
Isoniazid Non-Generik. Jurnal Ilmiah
Kedokteran Universitas Wijaya
Kusuma Surabaya Vol. 1 No. 2.
Auterkhoff and Kovar. 1987.
Identifikasi Obat Terbitan keempat.
ITB: Bandung: ITB.
Clarke. 2011. Clarke`s Analysis of
Drugs and Poisons 4th
Edition.
London : The Pharmaceutical Press.
Depkes RI. 1979. Farmakope
Indonesia Edisi III. Jakarta: Depkes
RI.
Fessenden, Ralph J. 1986. Organic
Chemistry (Edisi ke-2). Willard
Grant Press Publisher. USA.
Gandjar, I.G. & Rohman A. 2007.
Kimia Farmasi Analisis. Pustaka
Pelajar. Yogyakarta.
Hastia, F. (2010). Penetapan kadar
rifampisin dan isoniazid dalam
sediaan tablet secara multikomponen
dengan metode spektrofotometri
ultraviolet. Medan : Universitas
Sumatera Utara.
Skoog. 2007. Principles of
Instrumental Analysis 6th
Edition.
United States: Thomson Brooks/Cole.