laporan biokim

Embed Size (px)

DESCRIPTION

biokimia

Citation preview

PRAKTIKUM KARBOHIDRAT, LIPID, PROTEIN, DAN ENZIMBIOKIMIABIOMEDIK II

Nama : Muh. Ikhsan Fadli NanlohyNim : K1A2 14 027Kelompok : V ( lima )Pendamping praktikum : Pranita Aritrina S.si, M.sc

Konsentrasi Ilmu KeperawatanFakultas KedokteranUniversitas Halu OleoKendari2015Praktikum KarbohidratBAB IA. Tinjauan PustakaKarbohidrat tersebar luas dalam tumbuhan dan hewan, senyawa ini memiliki peran structural dan metabolic yang penting. Glukosa adalah karbohidrat kerbohidrat terpenting, kebanyakan kerbohidrat dalam makanan di serap kedalam aliran darah sebagai glukosa, dan gula lain di ubah menjadi glukosa di hati. Glukosa adalah prekusor untuk sintesis semua kerbohidrat lain di tubuh, termaksut glikogen untuk penyimpanan. Ribose dan deoksiribosa dalam asam nukleat, glaktosa dalam laktosa sussu, dalam glikolipid, dan sebagai kombinasi dengan protein dalam glikoprotein dan proteoglikan. Penyakit terkait metabolism karbohidrat antara lain diabetes mellitus, galaktosemia, penyakit penimbun glikogen, dan intoleransi laktosa.karbohidrat adalah turunan aldehida atau keton dari alcohol polihidrat. Karbohidrat di klaqsifikasikan sebagai :Monosakarida adalah karbohidrat yang tidak dapat di hidrolisis menjadi karbohidrat yang lebih sederhana. Disakarida produk kondensasi 2 unit monosakarida contohnya maltose dan sukrosa. Oligosakarida produk kondensasi 3-10 monosakarida. Polisakarida adalah produk kandensasi lebih dari 10 unit manosakarida contohnya pati dan dextrin.Didalam praktikum terdapat beberapa uji percobaab yaitu :I.Uji benedictPrinsip : uji benedict digunakan untuk mengidentifikasi karbohidrat melalui reaksi gula pereduksi. Larutan alkali dari tembaga direduksi oleh gula yang mengandung gugus aldehida atau keton bebas sehingga membentuk kupro oksida berwarna. Larutan benedict dilakukan pada suasana basa, reduksi ion cu2+ dari Cuso4 oleh gula pereduksi akan berlangsung dengan cepat dan membentuk Cu2O yang merupakan endapan merah bata. Pereduksi benedict terdiri dari logam Cu dan larutan basa kuat.II.Uji barfoedPrinsip : uji ini digunakan untuk mendeteksi monosakarida yang terdapat dalam disakarida dan untuk membedakan monosakarida dan disakarida. Uji ini menggunakan larutan asam, berbeda dengan ui benedict. Pereaksi barfoed terdiri dari kupri asetat yang di larutkan kedalam aquades dan di tambahkan dengan asam laktat. Disakarida juga akan memberi hasil positif dengan uji ini jika larutan gula didihkan dalam waktu yang cukup lama sehingga terjadi hidrolisis. Pereaki barfoed dapat bereaksi posotif dengan monosakarida yang memiliki gugus gula pereduksi.uji barfoed dilakukan pada suasana asam reaksi osidasi akan lama terjadi, sehingga hanya monosakarida yang dapat teroksidasi dengan cepat. Pemanasan uji ini harus dilakukan dengan baik agar monosakarida bereaksi positif, sedangkan disakarida tidak. Pereaksi barfoed terdiri dari logam Cu dan larutan asam pekat. Ketosa tidak akan mengalami isomerasi terhadap pereaksi ini. Pereaksi barfoed dalam suasana asam direduksi lebih cepat oleh gula pereduksi monosakarida dari pada disakarida, dan menghasilkan Cu2O (kupro oksida) yang berwarna merah tua..III.Uji iodPrinsip : larutan pati akan bereaksi dengan iod membentuk warna biru, karena iod masuk kedalam kumparan molekul pati. Senyawa ini hanya stabil dalam larutan dingin. Pada pemanasan, warna biru akan hilang karena molekul pati meregang, sehingga iod lepas dari kumparan, tetapi akan kembali menjadi biru bila didinginkan. Amilosa akan memberikan warna yang lebih biru bila dibandingkan dengan amilopektin.B. Tujuan Praktikuma. Uji Benedict : dapat membedakan karbohidrat yang memiliki gugus gula pereduksi (gugus aldehid atau gugus keton), dan karbohidrat yang tidak memiliki gugus gula pereduksi, melalui uji benedict dalam suasana basa.b. Uji Barfoed : dapat membedakan monosakarida dan disakarida yang direkasikan dengan pereaksi barfoed (kupri asetat dilarutkan dalam akuades dan ditambahkan dengan asam laktat), melalui rekasi uji Barfoed dalam suasana asam.c. Uji Iod : dapat memahami reaksi uji pati menggunakan iod.

BAB IIA. Prosedur Kerjaa. Uji Benedict : 1. 3 buah tabung reaksi yang bersih dan kering, dimasukan masing-masing 5mL larutan benedict.2. Ditambahkan 8 tetes larutan yang akan diperiksa (2% glukosa, 1% glukosa, 0.5% glukosa, 2% sukrosa, 2% maltose) secara berturut.3. Campur dan didihkan diatas api selama 2 menit atau dalam penangas air mendidih selama 5 menit.4. Amati perubahan warna dan endapan yang terbentuk, perubahan warna tidak menunjukan hasil positif. Hasil positif ditunjukan apabila terdapat endapan berwarana hijau, kuning, atau merah bata.b. Uji Barfoed : 1. 2 buah tabung reaksi bersih dan kering, dimasukan 2 mL pereaksi barfoed masing-masing ke dalam tabung, tambahkan 1 mL larutan yang akan diperiksa (2%sukrosa dan 2% glukosa) secara berturut-turut.2. Siapkan stopwatch/pengukur waktu, panaskan kedua tabung sampai mendidih diatas penangas air mendidih hingga 1 menit. Bila tidak terlihat endapan didihkan pada penangas air panas hingga 15 menit sambil tetap memperhatikan endapan yang terbentuk.3. Disakarida positif dengan terjadinya endapan pada pemanasan setelah 5 menit sedangkan monosakarida positif dengan terjadinya endapan sebelum 5 menit.c. Uji Iod : 1. 1 buah tabung reaksi bersih dan kering, masukan 1 mL larutan pati atau amilum 1 % kedalam tabung rekasi. Tambahkan 2 tetes larutan lugol smbil memperhatikan warna biru yang timbul. Tambahkan beberapa tetes NaOH 10% kocok dan perhatikan perubahan warna yang terjadi.

BAB IIIA. Hasila. Uji Benedict Tabung I, sempel glukosa 2%Terjadi perubahan warna dan terdapat endapan berwarna merah bata. Tabung II, sempel glukosa 1%Terjadi perubahan warna dan terdapat endapan berwarna merah bata, namun endapan yang terdapat lebih jelas terlihat pada glukosa 2% Tabung III, sempel glukosa 0,5%Terjadi perubahan warna dan terdapat endapan berwarna merah bata, namun endapan yang terjadi tidak sepekat endapan yang terdapat pada glukosa 2% dan glukosa 1% Tabung IV, sempel sukrosa 2%Terjadi perubahan warna dan terdapat endapan berwarna merah bata Tabung V, sempel maltose 2%Terjadi perubahan warna dan terdapat endapan berwarna merah batab. Uji Barfoed Tabung I, sampel glukosaKetika dipanaskan di atas penangas air mendidih selama 5 menit, pada menit ke 3 sudah terlihat endapan merah bata, dan ketika waktu menunjukan tepat 5 menit, endapan merah bata semakin jelas terlihat. Tabung II, sampel sukrosaPada sempel ini waktu pembentukan endapan merah bata membutuhkan waktu yang lebih lama, hal ini terlihat jelas ketika endapan sampel glukosa tabung I sudah terlihat pada menit ke 3, tetapi endapan merah bata pada sempel ke dua terbentuk setelah 5 menit kemudian.c. Uji Iodtabung reaksi yang berisi larutanpati 1% yang telah di tambahkan 2 tetes larutan iod setelah dikocok menimbulkan perubahan warna menjadi biru kehitaman. Kemudian ketika di tambahkan NaOH 10% terjadi kembali perubahan warna biru kehitaman menjadi bening tidak berwarna.B. pembahasana. Uji BenedictPada percobaan glukosa dan maltose mengandung gugus gula pereduksi, dan makin tinggi konsentrasinya maka makin banyak endapan yang terbentuk berwarna merah bata. Selain itu sukrosa tidak memiliki gugus gula pereduksi yang secara teori seharusnya tidak memiliki endapan merah bata saat di panaskan (hidrolisis), akan tetapi yang dilakukan lewat dari 5 menit sehingga ikatan glikosidik pada sukrosa dan maltose terputus dan terbentuklah endapan merah bata dari glukosa yang berasal dari sukrosa dan maltose.b. Uji Barfoedkarena glukosa merupakan senyawa monosakarida yang memiliki ikatan gugus pereduksi sehingga pada proses pemanasan endapan lebih cepat terjadi, sedangkan sukrosa senyawa disakarida yang terbentuk dari glukosan dan fruktosa. Ketika di panaskan ikatan glikosidik terputus sehingga glukosa yang memiliki gula pereduksi akan tidak berikatan dan terjadi endapan dalam waktu yang lama.c. Uji Iodketika larutan pati di tetesi dengan larotan iod atau larutan lugol akan menimbulkan warna biru kehitaman karena iod masuk kkedalam kumparan molekul pati. Sedangkan ketika larutan iod dan pati tadi di tetesi oleh NaOH yang merupakan basa akan merubah warna biru kehitaman menjadi bening tak berwarna karena molekul pati meregang sehingga iod lepas dari kumparan.

BAB IVA. Kesimpulana. Uji BenedictDari hasil percobaan larutan benedict menggunakan larutan glukosa 0,5%, glukosa 1%, glukosa 2%, maltose 2% dan sukrosa 2%, terjadi perubahan warna dan terdapat endapan merah bata yang menandakan larutan tersebut positif memiliki gugus gula pereduksi

Sebelum Dipanaskan Sesudah Dipanaskanb. Uji BarfoedPada saat pemanasan monosakarida (glukosa 2%), pada tabung I bereaksi positif dengan menghasilkan endapan merah bata dengan waktu yang lebih cepat, sedangkan disakarida (sukrosa 2%) lebih lama terhidrolisis karena mengandung 2 gugus gula monosakarida sehingga waktu yang di butuhkan untuk menghasilkan endapan lebih lama.c. Uji Iodwarna biru kehitaman terjadi akibat larutan iod berikatan dengan larutan pati. NaOH yang merupakan basa dapat memutus ikatan pati dan iod sehingga warna yang dihasilakn dari penambahan NaOH menjadi bening tak berwara, warna biru kehitaman juga menandakan bahwa larutan pati tersebut merupakan amilosa.

Praktikum lipidBAB IA. Tinjauan PustakaLipid adalah senyawa organic yang terdapat pada tumbuhan hewan dan manusiadan memengang peranan penting dalam struktur dan fungsi selserta merupakan senyawa ester asam lenak dan gliserol yang terdiri atas karbon hydrogen dan oksigen. Lipid tidak larut dala air tetapi larut dalam pelarut organic seperti aseto, alcohol, klorofom, eter dan benzene. Pada suhuruang, lipid berbentuk padat di sebut lemak dan lipid yang berbentuk cair di sebut minyak hasil hidrolisis lipid berupa asam lemak, pembentuk lipid terdiri atas dua yaitu asam lemak jenuh( asam laurat,asam miristat, asam palmitat, dan asam stearat) dan asam lemak tidak jenuh (asam oleat, asam linoleat, asam linolenat, dan asam arakidonat. Lipid di kelompokan menjadi :Lipid sederhana, contohnya lamak dan lili, lipid majemuk contohnya fosfo lipid dan glikolipid. Turunan lipid contohnya trigliserida dan kolesterol. Uji kualitatif dapat di lakukan untuk mengetahui sifat, kelarutan dan jenis lipid dalam satu bahan, sedangkan uji kuantitatif dapat dilakukan untuk mengetahui jumlah kandungan lipid dalam satu bahan.Di dalam praktikum terdapat beberapa percobaab yaitu I.Uji kelarutan lipidPrinsip: lipid tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik seperti alkohol, kloroform, eter, aseton, dan benzena.II.Uji ketidakjenuhanPrinsip: asam lemak tidak jenuh dapat menhilangkan warna iodium atau KmnO4. Hal ini karena adanya adisi ikatan rankap. Berdasarkan sifat ini iodium dapat digunakan untuk menentukan banyaknya ikatan rangkap sejumlah lemak.B. Tujuan Praktikuma. Uji Kelarutan Lipid :.mengidentifikasi daya larut lipid terhadap pelarut organic.b. Uji Ketidak Jenuhan : mengidentifikasi ada atau tidaknya ikatan rangkap dalam lemak.

BAB IIA. Prosedur Kerjaa. Uji Kelarutan Lipid :1. 4 buah tabung reaksi masing-masing tabung diisi dengan 2mL pelarut : tabung I diisi 2mL air, tabung II di isi 2 mL alcohol, tabung III diisi 2 mL eter, dan tabung IV diisi 2 mL mlorofrom.2. Teteskan 2-3 tetes minyak kelapa kedalam masing-masing tabung, kocok dan perhatikan kelarutan minyak kelapa.b. Uji Ketidak Jenuhan : 1. 1 buah gelas reaksi, masukan 1 mL kloroform dan 0.5 mL iodium, kemudian tambahkan tetes demi tetes minyak kelapa kedalam larutan tersebut, setiap penambahan dikocok hingga warna iodium hilang. Warna iodium yang hilang menunjukan bahwa minyak mengandung asam lemak tak jenuh. Hitunglah jumlah tetesan minyak kelapa hingga waran iodium benar-banar hilang.

BAB IIIA. Hasila. Uji Kelarutan Lipid :Tabung percobaanHasil pengamatan

Tabung I (aquades)Minyak tidak larut kedalam air

Tabung II (alkohol)Minyak tidak larut sempurna, terdapat endapan

Tabung III (kloroform)Terjadi pelarutan minyak sempurna

Tabung IV (eter)Minyak larut dengan sangat sempurna

b. Uji Ketidak Jenuhan : Setelah tabung reaksi (1 mL kloroform+ 0.5 mL iodium), dan di tetesi minyak sebanyak 200 tetes, warna iodiumnya tidak hilang, itu menendakan minyak yang digunakan tidak mengandung asam lemak tak jenuh.B. pembahasana. Uji Kelarutan Lipid :Pada tabung pertama minyak tidak larut dalam aquades pada tabung pertama menunjukan bahwa minyak bersifat nonpolar, selain itu percobaan ini menunjukan bahwa aquades bukan merupakan pelarut organic. Tabung ke dua yang merupakan alcohol dan minyak tidak larut sempurna karena minyak bersifat semipolar. Tabung ketiga dan keempat terjadi pelarutan minyak dengan sepruna hal ini menunjukan bahwa kloroform dan eter merupakan pelarut organic, dan minyak bersifat polar terhadap pelarut organic.b. Uji Ketidak Jenuhan : Minyak yang digunakan pada percobaan ini merupakan asam lemak tak jenuh sehingga warna iodium yang di tetesi oleh minyak sukar untuk hilang, hal ini terjadi karena minyak yang di uji memiliki ikatan rangkap adisi.

BAB IVA. Kesimpulana. Uji Kelarutan Lipid :sesuai dengan sifatnya lipid tidak larut dalam air/aquades tetapi dadat larut dalam pelarut organic seperti kloroform, eter, dan alkoho. Sehingga dalam percobaan ini aquades tidak dapata melarutkan lemak, sedangkan kloroform dan eter dapat melarutkan minyak, begitu juga dengan alcohol dapat melarutkan minyak tetapi masih terdapat endapan.

Sebelum Uji Kelerutan Setelah Uji Kelerutanb. Uji Ketidak Jenuhan : asam lemak tidak jenuh dapat menghilangkan iodium kerena adanya adisi pada ikatan rangkapnya. Tetapi pada percobaan, minyak yang di gunakan tidak menghilangkan warna iodium, hal ini menunjukan bahwa minyak tersebut tidak mengandung asam lemak tak jenuh.

Praktikum ProteinBAB IA. Tinjauan PustakaProtein merupakan makro molekul yang secara fisik dan fungsional kompleks yang melakukan beragam peran penting.sebagian protein terdiri dari unsur-unsur karbon hydrogen, oksigen dan hydrogen. Protein terdiri dari bermacam-macam golongan makro malekul yang heterogen namun demikian semuanya merupakan turunandari poli peptide dengan berat molekul yang tinggi. Berdasarkan komposisinya protein dibedakan menjadi single protein dan conjungate protein, sedangkan berdaarkan bentuknya protein di bedakan menjadi protei globuler seperti globulin dan albumin plasma dan protein fribous seperti keratin dan myosin. Sifat-sifat umum protein adalah:1. Protein merupaka suatu makro melekul yang dalam larutan membentuk koloid liofil (emulsoid)2. Hidrolisis protein menghasilkan asam amino L- yang, dapat di lakukan dengan larutan asam, basa , atau enzim proteolitik3. Sebgaiman asam amino, protein juga memiliki gugus asam dan gugus basa serta juga mempunyai pH isoelektrik.Protein juga mengalami denaturasi. Denaturasi adalah perubahan sifat fisik dan faat suatu protein akibat pecahnya ikatan hydrogen dan ikatan nonpolar dalam molekul protein, sehingga terjadi perubahan pada struktur protein (sekunder, tersier, dan quarterner). Denaturasi diakibatkan oleh asam atau basa kuat, logam berat, pemanasan, alcohol, senar x, dan sinar UV.Didalam praktikum terdapat beberapa percobaan yaitu :I.Reaksi biuretPrinsip : reaksi ini merupakan tes umum yang baik terhadap protein. Warna ungu yang terbentuk diduga berasal dari kompleks koordinasi antara ion Cu2+ dengan gugus CO dan NH pada iatan peptida dalam larutan alkalis dengan reaksi ini dapat diketahui adanya iatan peptida linkage (ikatan protein)II.Pengendapan protein dengan logam berat dan pereaksi alkaloidPrinsip : dengan logam berat, protein akan membentuk garam proteinat yang tidak larutB. Tujuan Praktikuma. Uji Reaksi Biuret : mengidentifikasi adanya ikatan peptide.b. Uji Pengendapan Protein Dengan Logam Berat Dan Pereaksi Alkaloid : mengidentifikasi protein berdasarkan pengendapan dengan logam berat pada pereaksi alkaloid.

BAB IIA. Prosedur Kerjaa. Uji Reaksi Biuret : 1. 1 buah tabung reaksi bersih. Masukan 2 mL larutan protein 2% (sampel albumin/larutan putih telur) ke dalam tabung reksi. Tambahkan 2 mL NaOH 10%. Setelah kedua larutan ini bercampur lalu teteskan secara perlahan-lahan CuSO4 0.5% hingga timbul warna tertentu (maksimum hingga 10 tetes).2. Setiap penambahan CuSO4 di lakukan perlahan-lahan dan hatihati agar tidak menimbulkan warna biru.b. Uji Pengendapan Protein Dengan Logam Berat Dan Pereaksi Alkaloid : 1. 2 buah tabung reaksi bersih dan kering. Masukan 5 mL larutan protein 2% yang tersedia, masing-masing kedalam 2 tabung tersebut.2. Tambahkan CuSO4 5% tetes demi tetes kedalam tabung rekasi pertama dan perhatikan pengaruh tipa-tiap tetesan dari pembentukan prespitat.3. Tambahkan asam sulfosalisilat 10% tetes demi tetes ke dalam tabung rekasi ke dua dan perhatikan pengaruh tiap-tiap tetesan dari pembentukan presipitat.

BAB IIIA. Hasila. Uji Reaksi Biuret : tabung rekasi 2 mL larutan protein 2% setelah di teteskan pereaksi biuret (CuSO4 0.5% dan NaOH 10%) akan berubah warna: Tetes ke 5 : belum menunjukan perubahan warna Tetes ke 8 : warna ungu mulai tamapak Tetes ke 10 : warna ungu lembayung mulai tampak jelas terlihatb. Uji Pengendapan Protein Dengan Logam Berat Dan Pereaksi Alkaloid : pada uji pengedapan protein dengan logam berat, CuSO4 5% di teteskan pada putih telur terjadi pengendapan dengan terlihat gumpalan-gumpalan protein berwarana biru, sedangkan pada uji pengendapan protein dengan pereaksi alkaloid, asam sulfosalisilat diteteskan pada putih telur tidak terjadi pengendapan.B. pembahasana. Uji Reaksi Biuret : warna ungu lembayung terjadi kerena semakin banyak teteasan pereaksi biuret maka protein akan terus mengikat pereaksi biuret sehingga menghasilkan warna ungu yang terbentuk dari kompleks koordinasi antara ion Cu2+ dengan gugus CO dan NH pada ikatan peptide dalam larutan alkalisisb. Uji Pengendapan Protein Dengan Logam Berat Dan Pereaksi Alkaloid : gumpalan protein terjadi akibat CuSO4 dalam konsentrasi yang tinggi merupakan logam berat yang dapat membentuk pengendapan sempurna.

BAB IVA. Kesimpulana. Uji Reaksi Biuret : makin banyak pereaksi biuret yang di teteskan makin menunjukan adanya ikatan peptide yang di tunjukan dengan terciptanya warna ungu lembayung.

Sebelum Uji Biuret Setelah Uji Biuret (10 Tetes)b. Uji Pengendapan Protein Dengan Logam Berat Dan Pereaksi Alkaloid : dari hasil uji dapat di ketahui bahwa logam berat dapat menyebabkan denaturasi pada protein. Dan asam sufosalisilat juga dapat menyebabkan denaturasi protein. Sebelum Uji CuSO4 5% Setelah Uji CuSO4 5%

Penambahan asam sulfosalisilat 3 tetes Penambahan asam sulfosalisilat 8 tetes

Praktikum EnzimBAB IA. Tinjauan PustakaEnzim adalah polimer biologis yang mengkatalisis reaksi kimia yang memungkinkan berlangsungnya kehidupan seperti yang kita kenal. Keberadaan dan pemeliharaan rangkaian enzim yang lengkap dan seimbang merupakan hal yang esensial untuk menguraikan nutrien menjadi energi dan chemial building block (bahan dasar kimiawi); menyusun bahan-bahan dasar tersebut menjadi protein, DNA, membran, sel, jaringan; serta memanfaatkan energi untuk melakukan motilitas sel, fungsi saraf, dan kontraksi otot. Dengan pengecualian moleku RNA katalitik atau ribozom, enzim adalah protein. Kekurangan jumlah atau aktivitas katalitik enzim-enzim kunci dapat terjadi akibat kelainan genetik, kekurangan gizi, atau toksin. Efek enzim dapat disebabkan oleh mutasi genetik atau infeksi oleh virus atau bakteri patogen . parailmuwan kedokteran mengatasi ketidakseimbangan aktivitas enzim dengan menggunakan bahan farmakologis untuk menghambat enzim-enzim tertentu dan sedang meneliti terapi gen sebagai cara untuk mengobati defisiensi jumlah atau fungsi gen.Pada praktikum terdapat beberapa percobaan :I.Pengaruh suhu terhadap aktivitas enzimPrinsip : suhu yang sangat rendah akan menyebabkan terhentinya kerja enzim secara reversibel, karena dalam keadaan tersebut tidak terjadi benturan antara partikel E dan S. akibatnya komlek E dan S yang sangat penting dalam keadaan reaksi enzimatik tidak terbentuk, sehingga P juga tidak terbentuk. Bila suhu dinaikkan sedikit demi sedikit benturan E dan S untuk membentuk komplek E-S akan makin meningkat sehingga P yang terbentuk makin banyak. Keadaan ini terjadi sampai suhu tertentu, yaitu suhu optimum. Suhu yang lebih tinggi dari suhu optimum menyebabkan enzim denaturasi. Akibatnya meskipun benturan E dengan S meningkat, kompleks ES tidak ireversibel terutama bila suhu lingkungan jauh melampaui suhu optimum.II.Pengaruh substraPengaruh subsrat makin meningkat reaksi enzim akan bagus, tetapi jika substrat di tambahkan makin tinggi makan erja enzim akan semakin konstan.III.Pengaruh kadar enzim terhadap aktifitas enzimPrinsip :pada konsentrasi substrat tertentu, penambahan enzim dengan konsentrasi bertingkat akan meningkatkan pembentukan kompleks enzim-substrat, sehingga jumlah produk yang terbentuk akan meningkat.

B. Tujuan Praktikuma. Uji Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim : membuktikan bahwa kecepatan reksi enzimatik sampai suhu tertentu sebanding dengan kenaikan suhu, dan reaksi paling cepat berlangsung pada suhu optimum.b. Uji Pengaruh Substrat Terhadap Aktivitas Enzim : membuktikan bahwa pemgaruh substrat dapat mempengaruhi kerja enzim atau kecepatan reaksi enzimatik.c. Uji Pengaruh Kadar Enzim Terhadap Aktivitas Enzim : membuktikan bahwa kecepatan rekasi enzimatik berbanding lurus dengan konsentrasi enzim.

BAB IIA. Prosedur Kerjaa. Uji Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim : 1. 6 pasang tabung reaksi bersih2. Pasangan tabung pertama di tempatkan dalam bejana berisi air yang suhunya dipertahankan tetap 25C3. Pasangan tabung ke dua ditempatkan di rak tabung pada suhu ruang4. Pasabgan tabung ke tiga ditempatkan dalam penangas air yang suhunya dipertahankan tetap 37C5. Pasangan tabung keempatditempatkan dalam penangas air yang suhunya dipertahankan tetap 60C6. Pasangan tabung ke lima ditempatkan dalam penagngas air mendidih 100C7. Tiap pasangan tabung diberi label B untuk blanko dan U untuk uji8. Pipetkan kedalam tiap-tiap tabung :LarutanTabung BTabung U

Larutan pati 0.4 mg/ml1 ml1 ml

Inkubasi pasangan tabung dari tiap suhu minimal selama 5 menit

Liur (diencerkan 100x)-200l

Campurkan baik-baik inkubasi lagi tiap suhu tepat 1 menit

Larutan iodium (untuk suhu 60C dan 100C penambahan dilakukan di luar penagngas)1 ml1 ml

Air suling8 ml8 ml

9. Segera baca serapan (A) pada panjang gelombang 680 nm. Hitung selisih serapan (A) antara tabung B (pada t=0 menit) dengan tabung U dari tiap suhu. b. Uji Pengaruh Substrat Terhadap Aktivitas Enzim : 1. Siapkan 4 pasang tabung reaksi, masing masing pasangan tabung diberi label B untuk tabung blanko dan label U untuk tabung uji.2. Pipetkan kedalam masing-masing tabung :LARUTANTABUNG BTABUNG U

Larutan pati dengan berbagi Ph (3,5,7,9)1 ml1 ml

Inkubasi pasangan tabung pada suhu 37oC minimal selama 5 menit

Liur (diencerkan 100x)-200 l

Homogenkan kemudian inkubasi lagi pada suhu 37oC tepat 1 menit

Larutan iodium1 ml1ml

Air suling 8 ml8 ml

3. Baca absorbansi (A) pada panjang gelombang 680 nm. Hitung selisih serapan (A) pada t=0 menit antara tabung B dan tabung U pada masing masing pH.c. Uji Pengaruh Kadar Enzim Terhadap Aktivitas Enzim : 1. Siapkan 5 pasang tabung reaksi yang bersih. Tiap tabung diberi tanda B untuk blanko dan U untuk uji 2. Masukkan ke dalam tiap tiap tabung :LARUTANTABUNG BTABUNG U

Larutan pati 0,4 mg/ml1 ml1 ml

Inkubasi pasangan tabung pada suhu 37oC minimal selama % menit

Liur dengan pengenceran 100x, 200x, 300x, 400x dan 500x-200 l

Campur, inkubasi lagi pada suhu 37oC selama 1 menit

Larutan iodium 1 ml1 ml

Akuades 8 ml8 ml

3. Segera baca serapan (A) pada panjang gelombang 680 nm. Hitung selisih serapan (A) antara tabung B ( pada t=0 menit) dengan tabung U dari tiap konsentrasi enzim.

BAB IIIA. Hasila. Uji Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim : Abs Blanko (B)Abs Uji(U)

0C000

25C0-0,285-0,285

Suhu ruang (..0C)0-0,285-0,285

37C0-0,284-0,284

60C0-0,283-0,283

100C02,6282,628

- kurva yang menggambarkan hubungan kecepatan reaksi enzimatik (V= ) dengan suhu.

b. Uji Pengaruh Substrat Terhadap Aktivitas Enzim : Pengenceran substratAbs Blanko (B)Abs Uji(U)

0,5%0-0,143-0,143

1%00,0170,017

2%0-0,019-0,019

kurva yang menggambarkan hubungan kecepatan reaksi enzimatik (V= ) dengan konsentrasi substrat.

c. Uji Pengaruh Kadar Enzim Terhadap Aktivitas Enzim :Pengenceran EnzimAbs Blanko (B)Abs Uji(U)

500x0-0,009-0,009

400x0-0,012-0,012

300x0-0,013-0,013

200x0-0,005-0,005

100x0-0,022-0,022

- kurva yang menggambarkan hubungan kecepatan reaksi enzimatik (V= ) dengan konsentrasi enzim.

B. pembahasana. Uji Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim : Pada percobaan uji pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim, pada suhu 25C-37C reaksi enzimatik atau kecepatan suhu berkerja belum maksimal, hal ini terjadi karena kerja enzim dihambat oleh suhu yang rendah, pada kenaikan suhu lingkungan 60C sebagian enzim mulai bekerja, namun ketika suhu di naikan menjadi 100C kerja enzim menurun dan mengalami denaturasi.b. Uji Pengaruh Substrat Terhadap Aktivitas Enzim : Pada dasarnya reaksi enzimatik bila substrat diperbesar, sedangkan kondisinya tetap maka kecepatan rekasi akan meningkat sampai kecepatan batas maksimum, pada grafik titik maksimum enzim telah jenuh dengan substrat membentuk kompleks enzim-substrat terjadi ketika penambahan substrat 1%. Pada saat kondisi substrat melampaui batas kejenuhan kecepatan reaksi akan berjalan konstan namun pada grafik nenunjukan reaksi tidak berjalan konstan hal ini berarti enzim belum berada dalam bentuk kompleks enzim substrat pada penambahan substrat 2%.c. Uji Pengaruh Kadar Enzim Terhadap Aktivitas Enzim :Konsentrasi enzim mempengaruhi kecepatan reaksi enzimatik. Pengaruh konsentrasi enzim ini yaitu pembentukan produk, dimana makin besar konsentrasi enzim makin banyak pula produk yang dihasilkan sehingga dapat dinyatakan bahwa laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi enzim. Pada percobaan pengaruh konsentrasi enzim ini, konsentrasi enzim amylase dari air liur yang berbeda-beda didapatkan dari pengenceran larutan air liur. Larutan air liur diencerkan menjadi 100x, 200x, 300x, 400x , 500x, dan konsentrasi yang di dapat yaitu -0,005; -0,009;-0,012; -0,013 dan -0,022. Dari konsentrasi ini sebelum praktikum kita dapat memprediksikan jika laju reaksi akan mencapai titik tertinggi pada konsentrasi -0,022 dan titik terendah pada konsentrasi -0,009.

BAB IVA. Kesimpulana. Uji Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim : Dari hasil pratikum dapat di simpulkan bahwa kerja enzim berkerja pada suhu 60C. enzim mulai mengalami denaturasi pada suhu 100C, akibatnya jumlah enzim yang aktif terus berkurang.b. Uji Pengaruh Substrat Terhadap Aktivitas Enzim : Konsentrasi substrat mempengaruhi kerja enzim, semakin banyak jumlah substrat maka semakin cepat kecepatan reaksinya, namun jumlah substrat yang berlebih akan menyebabkan kejenuhan sehingga aktivitas enzim semakin menurun.

Larutan Pati Setelah Liur+Larutan Iodium+Aquadesc. Uji Pengaruh Kadar Enzim Terhadap Aktivitas Enzim :Semakin tinggi konsentrasi enzim, maka kerja enzim pada reaksi akan semakin meningkat. Namun karena pada sat proses inkubasi terjadi proses kesalahan karena adanya beberapa factor penyabab sehingga aktivitas enzim pada percobaan ini mengalami penurunan.

Daftar PustakaSadikin, Mohamad. 2002. Biokimia Enzim. Jakarta : Widya Medika.Soewoto, Hafiz, dkk. 2000. Biokimia Eksperimen Laboratorium. Jakarta: Widya Medika.Anonim. 2014. Penuntun praktikum biokimia biomedik I. bagian Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin: MakasarBintang, Maria 2010. Biokimia Teknik Penelitian. Penerbit Erlangga: JakartaAnonim, 2015. Penuntun praktikum biokimia biomedik II. bagian Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo: Kendari