30
LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI “PEMBUATAN MEDIA KULTUR JARINGAN” Disusun Oleh : Nama : Frelyta A. Z. NIM : 115040201111290 Kelompok : Selasa, (06.00 WIB) Asisten : Dita Pahlevi PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2012

Laporan Bioteknolgi_Pembuatan Media Kultur Jaringan PDF

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Laporan Pembuatan Media Kultur Jaringan

Citation preview

Page 1: Laporan Bioteknolgi_Pembuatan Media Kultur Jaringan PDF

LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI

“PEMBUATAN MEDIA KULTUR JARINGAN”

Disusun Oleh :

Nama : Frelyta A. Z.

NIM : 115040201111290

Kelompok : Selasa, (06.00 WIB)

Asisten : Dita Pahlevi

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2012

Page 2: Laporan Bioteknolgi_Pembuatan Media Kultur Jaringan PDF

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kultur jaringan tanaman merupakan bagian suatu

teknik perbanyakan vegetatif nonkonvensional. Perbedaan

teknik ini dibandingkan dengan teknik perbanyakan

vegetative konvensional biasanya terletak dalam situasi dan

lokasi yang berbeda. Penerapan teknikkultur jaringan

tanaman mensyaratkan kondisi di dalam ruangan

(laboratorium) dan sifatnya aseptik (steril dari patogen).

Media merupakan faktor utama dalam perbanyakan

dengan kultur jaringan. Keberhasilan perbanyakan dan

perkembangbiakan tanaman dengan metode kultur jaringan

secara umum sangat tergantung pada jenis media. Media

tumbuh pada kultur jaringan sangat besar pengaruhnya

terhadap pertumbuhan dan perkembangan eksplan serta bibit

yang dihasilkannya. Oleh karena itu, berbagai komposisi

media kultur telah diformulasikan untuk mengoptimalkan

pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang dikulturkan.

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :

Untuk mengetahui jenis jenis media kultur jaringan dan

aplikasi penggunannya

Untuk mengetahui komposisi dan unsur dalam media

MS

Untuk mengetahui teknik teknik aseptic pembuatan

media

Untuk mengetahui dan memahami rumus perhitungan

larutan stok

Page 3: Laporan Bioteknolgi_Pembuatan Media Kultur Jaringan PDF

1.3 Manfaat

Manfaat yang dapat diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai

berikut :

Agar memahami jenis-jenis media pada kultur jaringan.

Agar memahami Komposisi dan Fungsi Unsur Dalam

media MS

Agar mengetahui teknik-teknik aseptik dalam pembuatan

mediaRumus perhitungan larutan stok

.

Page 4: Laporan Bioteknolgi_Pembuatan Media Kultur Jaringan PDF

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jenis-jenis Media Kutur Jaringan serta Aplikasi

Kegunaannya

Formulasi media kultur jaringan pertama kali dibuat

berdasarkan komposisi larutan yang digunakan untuk

hidroponik, khususnya komposisi unsur-unsur makronya.

Unsur-unsur hara diberikan dalam bentuk garam-garam

anorganik.

Beberapa media dasar yang banyak digunakan antara lain:

a) Media Knop

Dapat juga digunakan untuk menumbuhkan kalus wortel. Kultur

kalus, biasanya ditumbuhkan pada media dengan kosentrasi

garam-garam yang rendah seperti dalam kultur akar dengan

penambahan suplemen seperti glucosa, gelatine, thiamine,

cysteine-HCl dan IAA.

b) Media White

Dikembangkan oleh Hildebrant untuk keperluan kultur jaringan

tumor bunga matahari, ditemukan bahwa unsur makro yang

dibutuhkan kultur tersebut, lebih tinggi dari pada yang

dibutuhkan oleh kultur tembakau. Unsur F, Ca, Hg dan S pada

media untuk tumor bunga matahari ini, sama dengan media

untuk jaringan normal yang dikembangkan kemudian.

Konsentrasi NO3- dan K+ yang digunakan Hildebrant ini lebih

tinggi dari media white, tetapi masih lebih rendah dari pada

media-media lain yang umum digunakan sekarang.

Page 5: Laporan Bioteknolgi_Pembuatan Media Kultur Jaringan PDF

c) Media Knudson dan media Vacin and Went

Media ini dikembangkan khusus untuk kultur anggrek. Tanaman

yang ditanam di kebun dapat tumbuh dengan baik dengan

pemupukan yang hanya mengandung N dari Nitrat. Knudson

pada tahun 1922, menemukan penambahan 7.6 mM NH4+

disamping 8.5 mM NO3-, sangat baik untuk perkencambahan

dan pertumbuhan biji anggrek. Penambahan NH4+ ternyata

dibutuhkan untuk perkembangan protocorm. Media Nitsch &

Nitsch, menggunakan NO3- dan K+ dengan kadar yang cukup

tinggi untuk mengkulturkan jaringan tanaman artichoke

Jerussalem. Penambahan ammonium khlorida sebanyak 0.1

mM, menghasilkan pertumbuhan jaringan yang menurun.

Pertumbuhan sel dari jaringan suatu organ dibandingkan dengan

jaringan tumor tanaman Venca rosea (Catharanthus roseus),

menunjukkan bahwa penambahan ammonium ke dalam media

White yang sudah dimodifikasi, mempunyai pertumbuhan yang

lebih baik. Konsentrasi NO3-, NH4-, K+ dan H2PO4- yang

diperoleh, hampir sama dengan yang dikembangkan oleh Miller.

d) Media Murashige & Skoog (media MS)

Merupakan perbaikan komposisi media Skoog, terutama

kebutuhan garam anorganik yang mendukung pertumbuhan

optimum pada kultur jaringan tembakau. Media MS

mengandung 40 mM N dalam bentuk NO3 dan 29 mM N dalam

bentuk NH4+. Kandungan N ini, lima kali lebih tinggi dari N

total yang terdapat pada media Miller, 15 kali lebih tinggi dari

media tembakau Hildebrant, dan 19 kali lebih tinggi dari media

White. Kalium juga ditingkatkan sampai 20 mM, sedangkan P,

1.25 mM. Unsur makro lainnya konsentrasinya dinaikkan

sedikit. Pertama kali unsur-unsur makro dalam media MS dibuat

untuk kultur kalus tembakau, tetapi komposisi MS ini sudah

umum digunakan untuk kultur jaringan jenis tanaman lain.

Page 6: Laporan Bioteknolgi_Pembuatan Media Kultur Jaringan PDF

Media MS paling banyak digunakan untuk berbagai tujuan

kultur pada tahun-tahun sesudah penemuan media MS, sehingga

dikembangkan media-media lain berdasarkan media MS

tersebut, antara lain media :

1. Lin & Staba, menggunakan media dengan setengah dari

komposisi unsur makro MS, dan memodifikasi : 9 mM

ammonium nitrat yang seharusnya 10mM, sedangkan KH2 PO4

yang dikurangi menjadi 0.5 Mm, tidak 0.625 mM. Larutan

senyawa makro dari media Lin & Staba, kemudian digunakan

oleh Halperin untuk penelitian embryogenesis kultur jaringan

wortel dan juga digunakan oleh Bourgin & Nitsch (1967 dalam

Gunawan 1988) serta Nitsch & Nitsch (1969 dalam Gunawan

1988) dalam penelitian kultur anther.

2. Modifikasi media MS yang lain dibuat oleh Durzan et alI

(1973 dalam Gunawan 1988) untuk kultur suspensi sel white

spruce dengan cara mengurangi konsentrasi K+ dan NO3-, dan

menambah konsentrasi Ca2+ nya.

3. Chaturvedi et al (1978) mengubah media MS dengan

menurunkan konsentrasi NO3-, K+, Ca2+, Mg2+ dan SO4-2

untuk keperluan kultur pucuk Bougainvillea glabra.

4. Senyawa-senyawa di dalam media MS dapat terjadi

pengendapan persenyawaan, ini terlihat jelas pada media cair.

Kebanyakan dari persenyawaan yang mengendap adalah fosfat

dan besi, kemudian dalam jumlah yang lebih sedikit adalah Ca,

K, N, Zn dan Mn. Senyawa paling sedikit adalah senyawa yang

mengandung unsur C, Mg, H, Si, Mo, S, Ca dan Co. Setelah

tujuh hari dibiarkan, maka kira-kira 50% dari Fe dan 13% dari

PO4+, mengendap (Dalton et al, 1983). Pengendapan unsur-

unsur tersebut mungkin tidak penting, karena unsur-unsur

tersebut masih tersedia bagi jaringan tanaman dan pengaruh

Page 7: Laporan Bioteknolgi_Pembuatan Media Kultur Jaringan PDF

pengendapannya belum diketahui. Untuk mengatasi

pengendapan Fe, Dalton dan grupnya menganjurkan supaya

konsentrasi Fe dikurangi sampai 1/3 dengan EDTA yang tetap.

5.Media Gamborg B5 (media B5)

Pertama kali dikembangkan untuk kultur kalus kedelai dengan

konsentrasi nitrat dan amonium lebih rendah dibandingkan

media MS. Untuk selanjutnya media B5 dikembangkan untuk

kultur kalus dan suspensi, serta sangat baik sebagai media dasar

untuk meregenerasi seluruh bagian tanaman.. Pada masa ini

media B5 juga digunakan untuk kultur-kultur lain. Media ini

dikembangkan dari komposisi PRL-4, media ini menggunakan

konsentrasi NH4+ yang rendah, karena konsentrasi yang lebih

tinggi dari 2 mM menghambat pertumbuhan sel kedelai. Fosfat

yang diberikan setelah 1 mM, Ca2+ antara 1-4 mM, sedangkan

Mg2+ antara 0.5-3 mM (Gamborg et al, 1968).

6.Media Schenk & Hildebrant (media SH)

Merupakan media yang juga cukup terkenal, untuk kultur kalus

tanaman monokotil dan dikotil. Konsentrasi ion-ion dalam

komposisi media SH sangat mirip dengan komposisi pada media

Gamborg dengan perbedaan kecil yaitu level Ca2+, Mg2+, dan

PO4-3 yang lebih tinggi. Schenk & Hildebrant mempelajari

pertumbuhan jaringan dari 37 jenis tanaman dalam media SH

dan mendapatkan bahwa: 32 % dari spesies yang dicobakan,

tumbuh dengan sangat baik, 19% baik, 30% sedang, 14%

kurang baik, dan 5% buruk pertumbuhannya. Tetapi karena zat

tumbuh yang diberikan pada tiap jenis tanaman tersebut

berbeda. Media SH ini cukup luas penggunaannya, terutama

untuk tanaman legume.

Page 8: Laporan Bioteknolgi_Pembuatan Media Kultur Jaringan PDF

7.Media WPM (Woody Plant Medium)

Yang dikembangkan oleh Lioyd & Mc Coen pada tahun 1981,

merupakan media dengan konsentrasi ion yang lebih rendah dari

media MS. Media diperuntukkan khusus tanaman berkayu, dan

dikembangkan oleh ahli lain, tetapi sulfat yang digunakan lebih

tinggi dari sulfat pada media WPM. Saat ini WPM banyak

digunakan untuk perbanyakan tanaman hias berperawakan

perdu dan pohon-pohon.

8.Media N6

Media N6 mempunyai ciri perbandingan NH₄⁺ dan NO₃⁻ yang

jauh perbandinganya. Amonium yang diberikan dalam bentuk

(NH₄)SO₄ hanya sebanyak 363 mg/l, sedangkan KNO₃ 2830

mg/l. (Suryowinoto, M. 1991)

2.2 Komposisi dan Fungsi Unsur Dalam Media MS (Murashige

& Skogg)

Media Murashige & Skoog (MS) merupakan perbaikan

komposisi media Skoog, terutama kebutuhan garam anorganik

yang mendukung pertumbuhan optimum pada kultur jaringan

tembakau. Media MS mengandung 40 mM N dalam bentuk

NO3 dan 29 mM N dalam bentuk NH4+. Kandungan N ini, lima

kali lebih tinggi dari N total yang terdapat pada media Miller, 15

kali lebih tinggi dari media tembakau Hildebrant, dan 19 kali

lebih tinggi dari media White. Kalium juga ditingkatkan sampai

20 mM, sedangkan P, 1.25 mM. Unsur makro lainnya

konsentrasinya dinaikkan sedikit. Pertama kali unsur-unsur

makro dalam media MS dibuat untuk kultur kalus tembakau,

tetapi komposisi MS ini sudah umum digunakan untuk kultur

jaringan jenis tanaman lain. (Madigan, M.T.2003).

Page 9: Laporan Bioteknolgi_Pembuatan Media Kultur Jaringan PDF

Media MS paling banyak digunakan untuk berbagai tujuan kultur

pada tahun-tahun sesudah penemuan media MS, sehingga

dikembangkan media-media lain berdasarkan media MS tersebut,

antara lain media Lin & Staba, menggunakan media dengan setengah

dari komposisi unsur makro MS, dan memodifikasi : 9 mM

ammonium nitrat yang seharusnya 10mM, sedangkan KH2 PO4

yang dikurangi menjadi 0.5 Mm, tidak 0.625 mM. (Hendaryono

dan Wijayani, 1994).

Adapun kompisisi medium kultur jaringan tanaman adalah

sebagai berikut:

1) Air

Air merupakan komponen yang penting di dalam pengkulturan

eksplan karena 95% dari medium mengandung air. Untuk tujuan

penelitian, digunakan air destilasi, dan untuk penelitian dengan

materi eksplan dari protoplas, meristem dan sel sebaiknya

digunakan aquabides . Dimana air destilasi (air suling) tersebut

telah steril dari kontaminasi mikroorganisme atau substansi

yang dapat merusak proses perkembangan eksplan (Madigan,

M.T.2003).

2) Larutan Garam Anorganik

Tiap tanaman memerlukan setidaknya 6 elemen makronutrien,

yaitu unsur yang diperlukan dalam jumlah besar meliputi N, K,

Mg, Ca, S, P dan 7 elemen mikronutrien, yaitu unsur yang

diperlukan dalam jumlah kecil meliputi Fe, Mn, B, Mo, Cl

(Wetherell, 1976). Unsur-unsur makro biasanya diberikan dalam

bentuk NH4NO3, KNO3, CaCl2.2H2O, MgSO4.7H2O dan

KH2PO4, sedangkan unsur mikro biasanya diberikan dalam

bentuk MnSO4.4H2O, ZnSO4.4H2O, H3BO3, KI, Na2MoO4.

2H2O5,CuSO4.5H2O dan CoCl2.6H2O.

Page 10: Laporan Bioteknolgi_Pembuatan Media Kultur Jaringan PDF

(Hendaryono dan Wijayani, 1994).

pereduksi yang berfungsi mereduksi indikator-indikator seperti

ion kupri (Cu2+) menjadi bentuk kupro (Cu+) yang bermanfaat

pada perkembangan dan perbaikan . Vitamin adalah bahan yang

perlu ditambahkan dalam medium kultur in vitro, sebab sel

bagian tanaman yang dikulturkan secara in vitro belum mampu

membuat vitamin sendiri untuk kehidupannya. Vitamin yang

sering ditambahkan ke dalam medium adalah tiamin (vitamin

B1), asam nikotinat (niasin), piridoksin (vitamin B6).

(Indra.2008).

3) Zat-zat organik

Senyawa kimia organik yang biasa dipakai sebagai sumber

energi dalam kultur in vitro adalah karbohidrat. Karbohidrat

tersusun atas unsur-unsur C, H, O sebagai elemen penyusun

utama. Bahan-bahan organik yang termasuk karbohidrat

meliputi gula, pati dan selulosa. Karbohidrat mempunyai dua

fungsi utama yaitu sebagai sumber energi untuk jaringan dan

untuk keseimbangan tekanan osmotik dalam medium.

Karbohidrat yang sering digunakan adalah sukrosa meskipun

kadang-kadang diganti dengan glukosa dan fruktosa dapat

digunakan tetapi harganya lebih mahal hasilnya tidak selalu

lebih baik daripada sukrosa. Konsentrasi sukrosa yang

digunakan berkisar 1 – 5% (10 - 15 g/l), tetapi untuk

kebanyakan pengkulturan konsentrasi optimum sukrosa adalah 2

- 3%. Sedangkan kadar sukrosa untuk keperluan pengkulturan

berkisar antara 2 - 4%. Dan kadar sukrosa yang digunakan

sebagai sumber energi untuk menginduksi pertumbuhan eksplan

dalam medium adalah 2 - 7%. Hendaryanto menyatakan bahwa

sukrosa bersifat labil terhadap suhu tinggi sehingga apabila

disterilkan dalam autoklaf bersama-sama zat lain akan

mengakibatkan penguraian sukrosa menjadi kombinasi antara

Page 11: Laporan Bioteknolgi_Pembuatan Media Kultur Jaringan PDF

sukrosa, D-glukosa, dan D-fruktosa. Keuntungan dari

penguraian ini adalah terbentuknya aldosa (D-glukosa) dan

ketosa (D-fruktosa) yang melimpah ruah. (Hendaryono dan

Wijayani, 1994).

Jadi apabila disimpulkan menjadi seperti berikut :

1. UnsurMakro

NH4NO3 : 14,85 g

KNO3 : 17,1 g Sebagaipembuat 300 ml

MgSO47H2O : 3,33 g media kulturlarutanmakro

KH2PO4 : 1,53 g

CaCl22H2O : 3,96 g Untukmedaikultur (3 ml)

2. UnsurMikro A

H3BO3 : 0,038 g Untukpembuatan 300 ml

MnSO44H2O : 0,2007 g media kulturdiambil 3 ml

ZnSO47H2O : 0,0774 g

3. UnsurMikro B

KI : 0,083 g

Na2MoO47H2O : 0,025 g Untukpembuatan 300 ml

CuSO45H2O : 0,0025 g diambillarutan 0,3 ml

CoCl6H2O : 0,0025 g

4. FeEDTA

FeSO47H2O : 2,503 g Untukpembuatan 300 ml

Na2EDTA : 3,357 g diambillarutan 3 ml

5. Vitamin

TiaminHCl : 0,001 g

PeridoksinHCl : 0,005 g Untukpembuatan 300ml

AsamNikotinat : 0,005 g diambil 0,3 larutan vitamin

Olycine : 0,02 g (Anonymousa, 2012)

Page 12: Laporan Bioteknolgi_Pembuatan Media Kultur Jaringan PDF

2.3 Teknik-teknik Aseptis Dalam Pembuatan Media Kultur

Jaringan

Tahapan yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman dengan

teknik kultur jaringan adalah:

1) Pembuatan media

2) Inisiasi

3) Sterilisasi

4) Multiplikasi

5) Pengakaran

6) Aklimatisasi

Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan

dengan kultur jaringan. Komposisi media yang

digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan

diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari

garam mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu,

diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula, dan

lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang

ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya maupun

jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan

yang dilakukan. Media yang sudah jadi ditempatkan

pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. Media yang

digunakan juga harus disterilkan dengan cara

memanaskannya dengan autoklaf. Inisiasi adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman

yang akan dikulturkan. Bagian tanaman yang sering

digunakan untuk kegiatan kultur jaringan adalah tunas. Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur

jaringan harus dilakukan di tempat yang steril, yaitu

di laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga

steril. Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu

menggunakan etanol yang disemprotkan secara merata

pada peralatan yang digunakan. Teknisi yang melakukan

kultur jaringan juga harus steril. Multiplikasi adalah kegiatan memperbanyak calon

tanaman dengan menanam eksplan pada media. Kegiatan

Page 13: Laporan Bioteknolgi_Pembuatan Media Kultur Jaringan PDF

ini dilakukan di laminar flow untuk menghindari adanya

kontaminasi yang menyebabkan gagalnya pertumbuhan

eksplan. Tabung reaksi yang telah ditanami ekplan

diletakkan pada rak-rak dan ditempatkan di tempat yang

steril dengan suhu kamar. Pengakaran adalah fase dimana eksplan akan

menunjukkan adanya pertumbuhan akar yang menandai

bahwa proses kultur jaringan yang dilakukan mulai

berjalan dengan baik. Pengamatan dilakukan setiap hari

untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan akar serta

untuk melihat adanya kontaminasi oleh bakteri ataupun

jamur. Eksplan yang terkontaminasi akan menunjukkan

gejala seperti berwarna putih atau biru (disebabkan

jamur) atau busuk (disebabkan bakteri). Aklimatisasi adalah kegiatan memindahkan eksplan

keluar dari ruangan aseptic ke bedeng. Pemindahan

dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu dengan

memberikan sungkup. Sungkup digunakan untuk

melindungi bibit dari udara luar dan serangan hama

penyakit karena bibit hasil kultur jaringan sangat rentan

terhadap serangan hama penyakit dan udara luar. Setelah

bibit mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya

maka secara bertahap sungkup dilepaskan dan

pemeliharaan bibit dilakukan dengan cara yang sama

dengan pemeliharaan bibit generatif. Keunggulan inilah

yang menarik bagi produsen bibit untuk mulai

mengembangkan usaha kultur jaringan ini. Saat ini sudah

terdapat beberapa tanaman kehutanan yang

dikembangbiakkan dengan teknik kultur jaringan, antara

lain adalah: jati, sengon, akasia, dll. Bibit hasil kultur

jaringan yang ditanam di beberapa areal menunjukkan

pertumbuhan yang baik, bahkan jati hasil kultur jaringan

yang sering disebut dengan jati emas dapat dipanen

dalam jangka waktu yang relatif lebih pendek

dibandingkan dengan tanaman jati yang berasal dari

benih generatif, terlepas dari kualitas kayunya yang

belum teruji di Indonesia. (Machmud, M. 2008)

Page 14: Laporan Bioteknolgi_Pembuatan Media Kultur Jaringan PDF

2.4 Rumus Perhitungan Larutan Stok

Volume stok untuk setiap pembuatan media q liter.

V1 X M1 = V2 x M2

Ket:

V1 = Volume stok yang dicari.

V2 = Volume larutan stok

M1 = Konsentrasi larutan stok

M2 = Konsentrasi yang diinginkan.

(Hemawan dan Na”em, 2006)

Page 15: Laporan Bioteknolgi_Pembuatan Media Kultur Jaringan PDF

BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat, Bahan dan Fungsi

3.1.1 Alat

1. 4 botol kultur : berfungsi sebagai tempat

media kultur

2. 1 pak karet gelang : berfungsi untuk penutup

atau tali penutup plastik dan alumunium

3. Plastik tahan tanas (untuk 8 botol, dengan ukuran pxl;

12 x 13 cm) : sebagai penutup botol

kultur (perlakuan a)

4. Gelas ukur : untuk mengukur cairan

yang di butuhkan

5. Mikro pipet : untuk mengambil larutan

stok dengan ukuran terkecil mikro meter

6. Beaker glass : untuk tempat pembuatan

larutan stok

7. pH universal (indikator pH) : untuk mengukur pH

larutan

8. sitter : megaduk larutan

9. microwave : untuk memasak larutan

hingga larutan mengental

10. alumanium foil (unutk 6 botol, dengan ukuran pxl; 24 x

15, kertas di lipat/rangkap) : sebagai penutup botol

kultur (perlakuan b)

11. autoclave : sterilisasi botol kultur

sebelum di masukkan ke ruangan pengamatan

12. Timbangan analitik : untuk menimbang berat

bahan yang diperlukan

Page 16: Laporan Bioteknolgi_Pembuatan Media Kultur Jaringan PDF

13. Oven : sterilisasi kering botol

kultur

3.1.2 Bahan

Aquades : 50 ml (bahan tambahan pada larutan stok)

Makro : 30 ml

Mikro A : 3 ml

Mikro B : 0,3 ml sebagai bahan

FeEDTA : 3 ml pembuatan larutan stok

Vitamin : 0,3 ml

CaCl2 : 3 ml

Sukrosa : untuk 300 ml. Larutan media digunakan 9 gram

gula. (untuk membuat larutan menjadi tercampur rata)

Agar-agar : unutk 300 ml. Larutan media digunakan 2,1 gram

agar-agar (untuk mengentalkan larutan)

Page 17: Laporan Bioteknolgi_Pembuatan Media Kultur Jaringan PDF

3.2 Cara Kerja Pembuatan Media Kultur

Ditambahkan aquades (H2O) hingga

300 mL.

Ukuran pH larutan stock sampai

5,5-5,8

NB:

+NaOH :apabila terlalu asam

+HCL :apabila terlalu basa

Campur dan stiter (tanpa

dipanaskan) sampai tampak pusaran.

Masukan microwave selama 7 menit

Masukkan ke botol kultur @20 mL.

Di autoclave dengan tekanan 1,5atm, suhu 121°C selama 15

menit

Timbang

agar-agar

2,1 gram

Timbang

sukrosa

9 gram

Pada labu erlenmeyer (diisi dengan :

- makro: 30 mL, CaCl2: 3 mL, -

mikro A: 3 mL, - mikro B: 0,3 mL, -

FeEDTA: 3 mL, - Vitamin: 0,3 mL.

Page 18: Laporan Bioteknolgi_Pembuatan Media Kultur Jaringan PDF

3.3 Analisa Perlakuan

Sebelum pembuatan media hal yang pertama kali dilakukan

adalah mensterilkan semua peralatan yang akan digunakan

dengan alcohol 95% serta diiuti dengan pembakaran kemudian

didinginkan, hal ini bertujuan agar alat tidak terkontaminasi

dengan jamur atau bakteri.

Isi breaker glas dengan larutan aquades kurang lebih 50 ml.

Setelah itu, tambahkan unsur-unsur larutan yang sudah di stok,

yaitu : makro (30 ml), mikro A (3 ml), mikro B (0,3 ml), Fe

EDTA (3 ml), Vitamin (0,3 ml) dan CaCl2 (3 ml). Setelah semua

larutan selesai ditambahkan, tambahkan lagi aquades hingga

volume mencapai 300 ml. Stirer (aduk) larutan dan ukut pH

larutan menggunakan indikator pH hingga mencapai pH sekitar 5

– 6. Masukkan sukrosa (9 gram) dan agar-agar (2,1 gram) yang

bertujuan untuk melarutkan larutan dan mengentalkan larutan.

Stirer kembali sampai larutan berwarna putih bening. Setelah

selesai, tutup breaker glas dengan plastik wrap dan masukkan ke

dalam microwave selama 7 menit setelah selesai, masukkan

larutan ke dalam botol kultur dengan 8 botol di tutup plastik, dan

6 botol ditutup alumunium. Masukkan ke autoclave untuk

sterilisasi akhir, dan amati selama 2 minggu, apakah terjadi

kontaminasi atau tidak, catat hasil.

Page 19: Laporan Bioteknolgi_Pembuatan Media Kultur Jaringan PDF

BAB IV

HASIL dan PEMBAHASAN

4.1 Hasil

a. Tabel Media Kultur Dengan Penutup Plastik

No

Hari

Pengamatan

Ke-

Botol Ke- Jenis

Kontaminan Ket

1 Hari ke-2 (16

Oktober 2012)

1

2

3

4

5

6

7

8

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak

terjadi

kontamina

n dengan

warna

yang

masih

putih dan

sudah

mengental

2 Hari ke 4 (22

Oktober 2012)

1

2

3

4

5

6

7

8

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak

terjadi

kontamina

n dengan

warna

yang

masih

putih dan

sudah

mengental

3 Hari ke 6 (24

Oktober 2012)

1

2

3

4

5

6

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak

terjadi

kontamina

n dengan

warna

yang

Page 20: Laporan Bioteknolgi_Pembuatan Media Kultur Jaringan PDF

7

8

Tidak ada

Tidak ada

masih

putih dan

sudah

mengental

4 Hari ke 8 (25

Oktober 2012)

1

2

3

4

5

6

7

8

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak

terjadi

kontamina

n dengan

warna

yang

masih

putih dan

sudah

mengental

5 Hari ke 10

*(29 Oktober

2012)

1

2

3

4

5

6

7

8

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak

terjadi

kontamina

n dengan

warna

yang

masih

putih dan

sudah

mengental

6 Hari ke 12

(31Oktober

2012)

1

2

3

4

5

6

7

8

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak

terjadi

kontamina

n dengan

warna

yang

masih

putih dan

sudah

mengental

Page 21: Laporan Bioteknolgi_Pembuatan Media Kultur Jaringan PDF

7 Hari ke 14 (2

November

2012)

1

2

3

4

5

6

7

8

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak

terjadi

kontamina

n dengan

warna

yang

masih

putih dan

sudah

mengental

*Seharusnya tanggal 26 dan 28 Oktober 2012 ada pengamatan

tetapi hari libur jadi pengamatan dilakukan lebih maju 1 hari tgl

25 oktober dan dimundurkan pada tanggal 29 Oktober 2012.

b. Tabel Media KulturDenganPenutupAlumunium Foil

No

Hari

Pengamatan

Ke-

Botol Ke- Jenis

Kontaminan Ket

1 Hari ke-2 (16

Oktober 2012)

1

2

3

4

5

6

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak

terjadi

kontamina

n dengan

warna

yang

masih

putih dan

sudah

mengental

2 Hari ke 4 (22

Oktober 2012)

1

2

3

4

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak

terjadi

kontamina

n dengan

Page 22: Laporan Bioteknolgi_Pembuatan Media Kultur Jaringan PDF

5

6

Tidak ada

Tidak ada

warna

yang

masih

putih dan

sudah

mengental

3 Hari ke 6 (24

Oktober 2012)

1

2

3

4

5

6

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak

terjadi

kontamina

n dengan

warna

yang

masih

putih dan

sudah

mengental

4 Hari ke 8 (25

Oktober 2012)

1

2

3

4

5

6

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak

terjadi

kontamina

n dengan

warna

yang

masih

putih dan

sudah

mengental

5 Hari ke 10 *(29

Oktober 2012)

1

2

3

4

5

6

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak

terjadi

kontamina

n dengan

warna

yang

masih

putih dan

sudah

Page 23: Laporan Bioteknolgi_Pembuatan Media Kultur Jaringan PDF

mengental

6 Hari ke 12

(31Oktober

2012)

1

2

3

4

5

6

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak

terjadi

kontamina

n dengan

warna

yang

masih

putih dan

sudah

mengental

7 Hari ke 14 (2

November

2012)

1

2

3

4

5

6

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak

terjadi

kontamina

n dengan

warna

yang

masih

putih dan

sudah

mengental

*Seharusnya tanggal 26 dan 28 Oktober 2012 ada pengamatan

tetapi hari libur jadi pengamatan dilakukan lebih maju 1 hari tgl

25 oktober dan dimundurkan pada tanggal 29 Oktober 2012.

4.2 Pembahasan

Pada praktikum kali ini kita kita mencoba membuat media kultur

jaringan dengan bahan-bahan yang sudah dijelaskan di atas, setelah

di autoklaf kita mengamati perkembangan media pada hari kamis

tanggal 20 oktber, disana terlihat bahwa media yang ditutup dengan

plastic dan alumunium poli keadaan semuanya masih baik, dengan

tanda-tanda tidak ada perubahan warna (tetap putih) dan juga masih

Page 24: Laporan Bioteknolgi_Pembuatan Media Kultur Jaringan PDF

kelihatan stabil dengan kata lain tidak terlihat danya jamur pathogen

yang masuk.

Kemudian pada hari kamis tanggal 25 oktober kita mengamati lagi

dan ternyata tidak jauh berbeda dengan yang pengamatan pertama

jadi semua media baik 8 sample yang ditutpi plastic dan 6 sample

yang ditutupi alumunium tidak ada tanda-tanda terkontaminasi, tetapi

disini ada satu media yang tertutupi alumunium yang kelihatan

warnanya agak kekuningan tetapi menurut saya masih dalam

keadaan tidak terkontaminasi karena ketika begitu sample didekatkan

warnanya masih putih sebenarnya cuma memang dari jauh kelihatan

agar sedikit kekuningan, seandainya itu termasuk dalam tanda

kontaminasi tidak mungkin sebab saya melihat sample praktikan lain

ada yang kuning tetapi disitu ada jamur yang menggelembung

(membentuk bundaran) yang berwarna hitam ke abu-abuan,

sedangkan pada sample kami tidak sedemikian itu.

Begitupun pada pengamatan ke-3 pada hari selasa tanggal 29 oktober

2012 kami menyimpulkan tidak ada yang terkontaminasi, begitu juga

pada saat pengamatan ke-4 hari rabu, tanggal 31 oct 2012. Hingga

pada pengamatan yang terakhir pada hari jum’at tanggal 02 nop

2012, ke 8 sample media kultur jaringan yang ditutupi plastic tidak

terlihat adanya kontainasi begitupun ke 6 sample yang ditutupi

alumunium.

Seperti apa yang dikemukakan oleh Andria bin Muhayat bahwa

“eksplan yang terkontaminasi akan menunjukkan gejala seperti

berwarna putih sampai biru (disebabkanjamur) atau busuk

(disebabkan bakteri) (Sriyanti, Daisy P. 1994.)

Page 25: Laporan Bioteknolgi_Pembuatan Media Kultur Jaringan PDF

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Media merupakan faktor utama dalam perbanyakan dengan

kultur jaringan. Keberhasilan perbanyakan dan perkembangbiakan

tanaman dengan metode kultur jaringan secara umum sangat

tergantung pada jenis media. Media MS mengandung 40 mM N

dalam bentuk NO3 dan 29 mM N dalam bentuk NH4+. Dan Media

MS inilah yang paling banyak digunakan untuk berbagai tujuan

kultur pada tahun-tahun sesudah penemuan media MS.

Pada praktikum kali ini kita mencoba membuat media tanam

kultur jaringan dengan jenis media MS tersebut, dan akhirnya dapat

ditarik kesimpulan ketika kita sudah melakukan beberapa kali

pengamatan, media kultur jaringan yang ditutup dengan plastic biasa

tepatnya ada 8 sampel dan 6 sampel yang ditutupi alumunium foil

semuanya tidak terkontaminasi, masih putih normal

Dari data hasil praktikum yang telah didapatkan, diketahui

bahwa pembuatan media kultur yang telah dilakukan dapat dikatakan

berhasil. Hal ini diketahui dari pengamatan yang telah dilaksanakan

selama 2 minggu pengamatan (dengan selang waktu 2 hari sekali),

yaitu warna dari larutan yang berada di dalam botol kultur tutup

plastik maupun tutup alumunium berwarna putih dan sudah

mengental.

5.2 Saran

Untuk praktikum saran saya agar mahasiswanya

dikurangi lagi sebab terlalu kebanyakan jadi kaya ga

efektif

Untuk Asisten Good Job.. saya suka gaya mbak mega

mengajar..enak mudah dipahami namun ada 1 yang saya

nilai pas praktikum yaitu yang lebih teliti dalam

melakukan praktikum dan mengajari praktikannya..

Page 26: Laporan Bioteknolgi_Pembuatan Media Kultur Jaringan PDF

DAFTAR PUSTAKA

Anonymousa,2012.http://www.blog.ub.ac.id/fitafitriya/2012/10/06/la

poran-bioteknologi-pembuatan-media-kultur-jaringan/.

Diaksestanggal 30 Oktober 2012.

Gamborg et al, 1968. Molekuler Biotechnology, Principles and

applications of Recombinan DNA. ASM Press. Washinton D.C.

Hendaryono.D.P.S., dan Wijayani 1994.Teknik Kultur Jaringan,

Pengenalan dan Petunjuk Perbanyakan Secara Vegetatif

Modern. Kansius:Yogyakarta.

Herawan, T dan M. Na’iem. 2006. Pengaruh Jenis Media dan

Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Perakaran pada

Kultur Jaringan Cendana (Santalum album Linn.). Jurnal

Agrosains 19(2) : 103-109.

Indra.2008. Media Pengembangan dan media Tanam dan

Pertumbuhan.http://ekmonsaurus.com/data/media.PDF.Diakses

pada tanggal 30 Oktober 2010

Machmud,M,2008. Teknik Penyimpanan dan Pemeliharaan

Mikroba. Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman

Pangan,Bogor. http://anekaplanta.wordpress.com/2008

/03/02/teknik-penyimpanan-dan-pemeliharaan-mikroba/. Diakses

pada tanggal 30 Oktober 2012

Madigan, M.T.2003.Brock Biology Of Microorganism. Pearson

Education, Inc: Amerika

Sriyanti, Daisy P. 1994. Teknik Kultur Jaringan. Kanisius.

Yogyakarta.

Page 27: Laporan Bioteknolgi_Pembuatan Media Kultur Jaringan PDF

LAMPIRAN

Dokumentasi hari ke-2 (16 Oktober 2012)

Plastik Alumunium

Tidak terjadi kontaminasi Tidak terjadi kontaminasi

Dokumentasi hari ke-4 (22 Oktober 2012)

Plastik Alumunium

Tidak terjadi kontaminasi Tidak terjadi kontaminasi

Page 28: Laporan Bioteknolgi_Pembuatan Media Kultur Jaringan PDF

Dokumentasi hari ke-6 (24 Oktober 2012)

Plastik Alumunium

Tidak terjadi kontaminasi Tidak terjadi kontaminasi

Dokumentasi hari ke-6 (24 Oktober 2012)

Plastik Alumunium

Tidak terjadi kontaminasi Tidak terjadi kontaminasi

Page 29: Laporan Bioteknolgi_Pembuatan Media Kultur Jaringan PDF

Dokumentasi hari ke-8 dan 10 (25 Oktober 2012)

Plastik Alumunium

Tidak terjadi kontaminasi Tidak terjadi kontaminasi

Dokumentasi hari ke-12 (31 Oktober 2012)

Plastik Alumunium

Tidak terjadi kontaminasi Tidak terjadi kontaminasi

Dokumentasi hari ke-14 (02 November 2012)

Page 30: Laporan Bioteknolgi_Pembuatan Media Kultur Jaringan PDF

Plastik Alumunium

Tidak terjadi kontaminasi Tidak terjadi kontaminasi