129
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2008 Nomor : 38a/HP/XIV/4/2009 Tanggal : 30 April 2009

Laporan BPK 2008 - POLRI

  • Upload
    smaquis

  • View
    2.269

  • Download
    11

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan BPK 2008 - POLRI

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2008

Nomor : 38a/HP/XIV/4/2009 Tanggal : 30 April 2009

Page 2: Laporan BPK 2008 - POLRI

BPK LHP – LK Polri Tahun 2008 i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI..................................................................................................... i

SISTEMATIKA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2008 ...................................................................................................................

ii

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN ....... 1

LAPORAN KEUANGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2008

1 NERACA

2 LAPORAN REALISASI ANGGARAN

3 CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

GAMBARAN UMUM PEMERIKSAAN......................................................... 4

Page 3: Laporan BPK 2008 - POLRI

BPK LHP – LK Polri Tahun 2008 ii

SISTEMATIKA

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TAHUN 2008

Hasil Pemeriksaan Laporan Keuangan Kepolisian Negara Republik Indonesia Tahun 2008 terdiri dari 3 (tiga) laporan sebagai berikut:

1. Laporan I: Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan

Laporan I berisi (a) Hasil Pemeriksaan yang memuat opini BPK-RI atas kewajaran Laporan Keuangan Kepolisian Negara RI Tahun 2008, (b) Gambaran umum pemeriksaan yang berisi dasar hukum pemeriksaan, tujuan pemeriksaan, sasaran pemeriksaan, standar pemeriksaan, metode pemeriksaan, waktu pemeriksaan, obyek pemeriksaan, dan batasan pemeriksaan, dan (c) Laporan Keuangan Kepolisian Negara RI Tahun 2008

2. Laporan II: Laporan Hasil Pemeriksaan Sistem Pengendalian Intern

Laporan II berisi (a) Resume hasil pemeriksaan, dalam pencatatan dan pelaporan keuangan instansi, (b) Tindak lanjut temuan pemeriksaan Sistem Pengendalian Intern (SPI) Tahun 2005,2006, dan 2007 (c) Temuan pemeriksaan SPI Tahun 2008.

3. Laporan III: Laporan Hasil Pemeriksaan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-Undangan Laporan III berisi (a) Resume hasil pemeriksaan, (b) Tindak lanjut temuan pemeriksaan kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan Tahun 2005, 2006, dan 2007 (c) Temuan pemeriksaan kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan Tahun 2008.

Page 4: Laporan BPK 2008 - POLRI

BPK LHP – LK Polri Tahun 2008 1

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 01 Berdasarkan Pasal 30 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan

Undang-Undang terkait lainnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah menerbitkan Surat Tugas No.07/ST/III-XIV.2/02/2009 tanggal 6 Februari 2009 untuk memeriksa. Laporan Keuangan Kepolisian Negara Republik Indonesia.tahun 2008. Laporan Keuangan tersebut terdiri dari Neraca per 31 Desember 2008 dan 2007, Laporan Realisasi Anggaran untuk Periode Tahun 2008, serta Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan Keuangan tersebut merupakan tanggung jawab Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia.

02 Sebagaimana dijelaskan dalam Catatan C.2.2 atas Laporan Keuangan Polri Tahun 2008, Polri melaporkan saldo aset tetap per 31 Desember 2008 sebesar Rp69.880 milyar atau 98.86% dari nilai total aset. Saldo aset tetap yang disajikan dalam Neraca tersebut disusun secara manual berdasarkan rekapitulasi laporan Biro Logistik (Rolog) Polda dan Staf Deputi Logistik (Sdelog) Polri karena Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN) belum sepenuhnya berjalan. Beberapa permasalahan terkait dengan pencatatan dan pelaporan aset tetap antara lain: (1) Inventarisasi dan revaluasi aset tetap belum sepenuhnya dilaksanakan, dimana dari total 31 Polda baru 14 Polda (45,16%) yang telah melaksanakan inventarisasi bersama DJKN Departemen Keuangan dengan nilai koreksi sebesar Rp1,78 trilyun, sedangkan untuk Satker Mabes dari total 50 satker, baru 33 satker (66%) yang telah melaksanakan inventarisasi dengan nilai koreksi sebesar Rp102 milyar, (2) Hasil inventarisasi aset tetap oleh DJKN Depkeu belum dimanfaatkan dalam penyusunan Laporan BMN dan Neraca Polri, sehingga masih banyak aset Polri yang belum dilaporkan/belum disajikan dengan akurat di Neraca per 31 Desember 2008, (3) Rekonsiliasi antara UAKPA dengan UAKPB belum berjalan dengan optimal, sehingga masih ditemukan adanya perbedaan nilai aset tetap yang dilaporkan di Neraca Satker dengan Laporan BMN satker yang sulit ditelusuri, (4) Perbedaan nilai antara saldo aset tetap neraca UAPPA-W (Polda) dengan gabungan Neraca UAKPA (satker), (5) Polri tidak memiliki prosedur/mekanisme pengendalian khusus untuk pencatatan kapitalisasi nilai pemeliharaan aset tetap pada SIMAK-BMN.

Karena berbagai kelemahan sistem pengendalian intern tersebut BPK RI tidak dapat menerapkan prosedur pemeriksaan lainnya untuk memperoleh keyakinan yang memadai atas kewajaran penyajian aset tetap.

03 Sebagaimana dijelaskan dalam Catatan C.2.1.4 atas Laporan Keuangan Polri Tahun 2008, Polri melaporkan saldo persediaan per 31 Desember 2008 sebesar Rp775 milyar atau 1,10% dari nilai total aset. Persediaan tersebut terdiri atas persediaan peralatan/bahan habis pakai

Page 5: Laporan BPK 2008 - POLRI

BPK LHP – LK Polri Tahun 2008 2

berupa material SIM, STNK, STCK, BPKB, plat TNKB, amunisi, dan obat-obatan. Nilai Persediaan yang disajikan dalam Neraca tersebut didasarkan pada kompilasi laporan manual Biro Logistik (Rolog) Polda dan Staf Deputi Logistik (Sdelog) Polri. Hasil pemeriksaan uji petik terhadap satker-satker pada jajaran Mabes Polri dan Polda menunjukkan beberapa permasalahan antara lain: (1) Belum seluruh satker melaporkan nilai persediaan yang dimiliki secara lengkap, (2) Hampir seluruh satker di jajaran Polri tidak melakukan pencatatan persediaan secara memadai, antara lain ditunjukkan dengan tidak adanya buku persediaan, kartu stock barang, (3) Laporan Persediaan pada akhir tahun 2008 disusun tanpa didahului dengan stock opname (perhitungan fisik persediaan) per 31 Desember 2008 yang dituangkan dalam Laporan/Berita Acara Hasil Stock Opname Persediaan, (4) Nilai persediaan obat-obatan dan alkes habis pakai tidak valid karena sebagian persediaan obat belum dilaporkan (hanya diukur kuantumnya tanpa disertai dengan nilai rupiahnya), belum mencakup persediaan obat-obatan dan alkes habis pakai yang dikelola oleh Apotik Rumah Sakit serta poliklinik-poliklinik yang ada di Polres, dan belum mencakup persediaan berupa bahan baku obat dan obat hasil produksi yang belum didistribusikan, (5) Persediaan materiil SSB hasil pengadaan tahun 2008 yang belum didistribusikan ke satwil-satwil tidak dicatat ke dalam Laporan persediaan, (6) Penilaian persediaan Kaporlap tidak didasarkan harga perolehan barang yang terakhir (FIFO) melainkan didasarkan pada harga perolehan saat barang persediaan tersebut masuk (historical cost).

Karena berbagai kelemahan sistem pengendalian intern tersebut BPK RI tidak dapat menerapkan prosedur pemeriksaan lainnya untuk memperoleh keyakinan yang memadai atas kewajaran penyajian persediaan.

04 Selain melaksanakan penatausahaan BMN, Polri juga mengelola barang bukti yang terkait dengan fungsi penegakan hukum. Pengujian atas mekanisme pengelolaan barang bukti menunjukkan bahwa sistem pengendalian intern pengelolaan barang bukti di lingkungan Polri belum memadai. Hal ini ditandai dengan: (1) Belum seluruh satuan reserse dan kriminal di jajaran Polri melakukan penatausahaan/pencatatan atas barang bukti yang diperoleh/disita dalam suatu proses penyidikan, (2) Tidak adanya petugas khusus yang ditunjuk untuk menyimpan barang bukti serta tidak adanya ruangan khusus untuk menyimpan barang bukti, (3) Daftar barang bukti yang ada di Bareskrim Polri tidak mencakup data-data mengenai barang bukti yang ada di Ditreskrim Polda-Polda dan Satreskrim Polres-Polres, (4) Keterangan mengenai barang-barang bukti yang dikelola di jajaran Polri belum diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan Polri Tahun 2008. Pengelolaan barang bukti merupakan bagian dari keuangan negara sehingga dapat berdampak timbulnya potensi kewajiban bagi negara jika terdapat penyimpangan dalam tata kelolanya.

05 Sebagaimana dijelaskan dalam catatan D.2 atas Laporan Keuangan Polri Tahun 2008, selain mengelola dana APBN, Polri juga mengelola dana Non APBN yang tersimpan dalam beberapa rekening dengan saldo per 31 Desember 2008 senilai Rp223,031 milyar. Saldo tersebut merupakan kompilasi dari laporan dana non APBN yang dikelola Pusku dan Bidku Polda-Polda. Penilaian SPI pencatatan dan pelaporan dana-dana tersebut di Pusku menunjukkan bahwa Pusku tidak melakukan verifikasi atas kebenaran penerimaan dan penggunaan dana-dana dan tidak memiliki mekanisme untuk menguji kelengkapan laporan dari sattama kewilayahan (Polda).

Karena kelemahan sistem pengendalian intern tersebut BPK RI tidak dapat menerapkan

Page 6: Laporan BPK 2008 - POLRI

BPK LHP – LK Polri Tahun 2008 3

prosedur pemeriksaan lainnya untuk memperoleh keyakinan yang memadai atas kewajaran penyajian dana non APBN.

06 Karena permasalahan yang diuraikan dalam paragraf 02 sampai dengan 05 dan BPK tidak dapat melakukan prosedur lain, lingkup pemeriksaan BPK tidak cukup memungkinkan untuk menyatakan pendapat, dan BPK tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan Polri.

07 Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan tersebut, BPK melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern dan Kepatuhan terhadap Ketentuan Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan 38b/HP/XIV/04/08 tanggal 30 April 2009 dan Nomor 38c/HP/XIV/04/08 tanggal 30 April 2009, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan ini.

Page 7: Laporan BPK 2008 - POLRI

BPK LHP – LK Polri Tahun 2008 4

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN KEUANGAN

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TAHUN 2008

Page 8: Laporan BPK 2008 - POLRI

LAPORAN KEUANGAN (AUDITED)

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TAHUN 2008

Page 9: Laporan BPK 2008 - POLRI

1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PER 31 DESEMBER 2008

(dalam rupiah)

URAIAN Ref Anggaran Realisasi

REALISASI DIATAS

(DIBAWAH) ANGGARAN

% REAL. ANGG.

1 2 3 4 5 6

A. PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH B.1.1

A.1 PENERIMAAN DALAM NEGERI 1,525,322,457,000 1,723,093,118,476 197,770,661,476 112.97%

A.1.a Penerimaan Negara Bukan Pajak B.1.1 1,525,322,457,000 1,723,093,118,476 197,770,661,476 112.97%

JUMLAH PENDAPATAN DAN HIBAH (A.1+A.2) 1,525,322,457,000 1,723,093,118,476 197,770,661,476 112.97%

B. BELANJA

B.1 BELANJA NEGARA (B.1.1 + B.1.2 + B.1.3) B.1.2

B.1.a Belanja Pegawai 14,192,538,531,000

15,283,370,025,717 1,090,831,494,717 107.69%

B.1.b Belanja Barang 5,325,223,111,000

4,968,523,092,083 (356,700,018,917) 93.30%

B.1.c Belanja Modal 1,687,703,365,000

848,066,674,393 (839,636,690,607) 50.25%

JUMLAH BELANJA (B.1.a + B.1.b + B.1.c) 21,205,465,007,000

21,099,959,792,193 (105,505,214,807) 99.50%

 

 

 

 

 

 

 

Page 10: Laporan BPK 2008 - POLRI

2. NERACA

NERACA

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PER 31 DESEMBER 2008

(dalam rupiah)

JUMLAH Kenaikan (Penurunan) NAMA PERKIRAAN Ref.

2008 (audited) 2007 (audited) Jumlah % 1 2 3 4 5

ASET C.2

ASET LANCAR C.2.1 Kas di Bendahara Pengeluaran C.2.1.1 6,447,790,456 78,512,750,048 (72,064,959,592) (91.79) Kas di Bendahara Penerimaan C.2.1.2 22,498,919,402 38,181,921,707 (15,683,002,305) (41.07) Piutang Bukan Pajak C.2.1.3 4,122,882,330 - 4,122,882,330 - Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi C.2.1.3 62,046,772 45,594,238 16,452,534 36.08 Persediaan C.2.1.4 764,035,950,048 437,011,904,156 327,024,045,892 74.83 JUMLAH ASET LANCAR 797,167,589,008 553,752,170,149 243,415,418,859 43.96

ASET TETAP C.2.2 Tanah C.2.2.1 28,799,914,598,816 32,199,237,635,374 (3,399,323,036,558) (10.56) Peralatan dan Mesin C.2.2.2 14,081,896,117,347 35,833,523,963,308 (21,751,627,845,961) (60.70) Gedung dan Bangunan C.2.2.3 27,056,999,583,200 20,505,985,440,302 6,551,014,142,898 31.95 Jalan, Irigasi dan Jaringan C.2.2.4 334,191,997,153 235,694,286,476 98,497,710,677 41.79 Aset Tetap Lainnya C.2.2.5 62,912,998,138 40,288,214,935 22,624,783,203 56.16 Konstruksi Dalam Pengerjaan C.2.2.6 477,907,955,886 117,639,225,000 360,268,730,886 306.25 JUMLAH ASET TETAP 70,813,823,250,540 88,932,368,765,395 (18,118,545,514,855) (20.37) ASET LAINNYA C.2.3

Tagihan Tuntutan Perbendaharaan / Tuntutan Ganti Rugi

C.2.3.1 247,670,720 215,276,488 32,394,232 15.05

Aset Lain-lain C.2.3.1 3,521,493,000 - 3,521,493,000 - JUMLAH ASET LAINNYA 3,769,163,720 215,276,488 3,553,887,232 1,650.85

JUMLAH ASET 71,614,760,003,268 89,486,336,212,032 (17,871,576,208,764) (19.97)

KEWAJIBAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK C.2.4 Utang kepada pihak ketiga C.2.4.1 208,577,944,182 16,557,102,589 192,020,841,593 1,159.75 Uang Muka dari KPPN C.2.4.2 6,447,790,456 78,512,750,048 (72,064,959,592) (91.79) Pendapatan yang Ditangguhkan C.2.4.3 22,498,919,402 38,181,921,707 (15,683,002,305) (41.07)

JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

237,524,654,040 133,251,774,344 104,272,879,696 78.25

JUMLAH KEWAJIBAN 237,524,654,040 133,251,774,344 104,272,879,696 78.25

Page 11: Laporan BPK 2008 - POLRI

JUMLAH Kenaikan (Penurunan) NAMA PERKIRAAN Ref.

2008 (audited) 2007 (audited) Jumlah % 1 2 3 4 5 EKUITAS DANA EKUITAS DANA LANCAR C.2.5 Cadangan Piutang C.2.5.1 4,184,929,102 45,594,238 4,139,334,864 9,078.64 Cadangan Persediaan C.2.5.2 764,035,950,048 437,011,904,156 327,024,045,892 74.83

Dana yang harus disediakan untuk pembayaran Utang Jk Pendek

C.2.5.3 (208,577,944,182) (16,557,102,589) (192,020,841,593) 1,159.75

JUMLAH EKUITAS DANA LANCAR

559,642,934,968 420,500,395,805 139,142,539,163 33.09

EKUITAS DANA INVESTASI C.2.6 Diinvestasikan Dalam Aset Tetap C.2.6.1 70,813,823,250,540 88,932,368,765,395 (18,118,545,514,855) (20.37) Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya C.2.6.2 3,769,163,720 215,276,488 3,553,887,232 1,650.85

JUMLAH EKUITAS DANA INVESTASI

70,817,592,414,260 88,932,584,041,883 (18,114,991,627,623) (20.37)

JUMLAH EKUITAS DANA 71,377,235,349,228 89,353,084,437,688 (17,975,849,088,460) (20.12) JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA

71,614,760,003,268 89,486,336,212,032 (17,871,576,208,764) (19.97)

 

3. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) menguraikan dasar hukum, metodologi penyusunan Laporan Keuangan, dan kebijakan akuntansi yang diterapkan. Selain itu, dalam CaLK dikemukakan penjelasan pos-pos laporan keuangan dalam rangka pengungkapan yang memadai. Dalam penyajian Laporan Realisasi Anggaran, pendapatan, dan belanja diakui berdasarkan basis kas, yaitu pada saat kas diterima atau dikeluarkan oleh dan dari Kas Umum Negara (KUN). Sementara itu, dalam penyajian Neraca, aset, kewajiban, dan ekuitas dana diakui berdasarkan basis akrual, yaitu pada saat diperolehnya hak atas aset dan timbulnya kewajiban tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dikeluarkan oleh dan dari KUN. Dalam CaLK ini diungkapkan pula kejadian penting setelah tanggal pelaporan keuangan serta informasi tambahan yang diperlukan.

A. Penjelasan Umum

A.1. Dasar Hukum

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; 3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan

Tanggung Jawab Keuangan Negara; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan;

Page 12: Laporan BPK 2008 - POLRI

5. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah;

6. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2002 Tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

7. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat;

8. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER 51 /PB/ tahun 2008 tentang penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga.

A.2. Kebijakan Teknis Polri

Pendapatan Polri Pendapatan adalah semua penerimaan kas negara yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun yang bersangkutan yang menjadi hak Pemerintah dan tidak perlu dibayar kembali oleh Pemerintah. Pendapatan diakui pada saat kas diterima oleh kas negara. Akuntansi pendapatan dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah nettonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).

TABEL 1 PERBANDINGAN PENDAPATAN TA 2008 DAN TA 2007

Belanja Polri Sumber pendanaan untuk pelaksanaan program dan kegiatan Polri seluruhnya dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pada TA. 2008 memperoleh dukungan anggaran sebesar Rp.21.205.465.007.000,00 dan Realisasi Belanja Sebesar Rp. 21.109.366.560.069,- terdiri dari : - Alokasi dalam DIPA BA 060 / RM sebesar Rp19.217.070.894.000,00 - Alokasi dalam DIPA BA 60 / KE sebesar Rp1.062.550.274.000,00 - Alokasi dalam DIPA BA 60/RM Pendamping sebesar Rp200.000.000.000,00 - Alokasi dalam DIPA BA 60 / PNBP sebesar Rp725.843.839.000,00 - Realisasi BA 60 / RM sebesar Rp19.966.344.285.148,00 - Realisasi BA 60 / KE sebesar Rp319.557.224.189,00 - Realisasi BA 60 / RM Pendamping sebesar Rp114.650.804.763,00 - Realisasi BA 60 / PNBP sebesar Rp708.814.245.969,00.

KOD E P EN D A P A T A N P EN D A P A T A N KEN A IKA N /M A P T A 2008 (audited) T A 2007 (audited) (P EN UR UN A N )

423 P N B P LA IN N YA 1,723,093,118,476 1,481,079,422,385 242,013,696,091 16.34%4231 P end.P enjualan & Sewa 12,707,020,355 11,790,930,889 916,089,466 7 .77%4232 P end.Jasa 1,705,397,369,904 1,462,474,522,627 242,922,847,277 16.61%4233 P end.B unga 261,863 5 ,482,652 (5 ,220,789) -95.22%4234 P end.Kejaksaan & P eradilan 12,251,400 - 12 ,251,400 0 .00%4237 P end.Iuran & D enda 832,077,150 1,306,331,437 (474,254,287) -36.30%4239 P end.Lain- lain 4,144,137,804 5 ,502,154,780 (1,358,016,976) -24.68%

UR A IA N %

Page 13: Laporan BPK 2008 - POLRI

TABEL 2 DIPA TA 2008 PER JENIS BELANJA

TABEL 3 REALISASI TA 2008 PER JENIS BELANJA

Tabel 4 RINCIAN ANGGARAN DAN REALISASI

BELANJA PER PROGRAM

URAIAN JUMLAHBEL PEGAWAI 14,192,538,531,000 BEL BARANG 5,325,223,111,000 BEL MODAL 1,687,703,365,000

JUMLAH 21,205,465,007,000

URAIAN JUMLAHBEL PEGAWAI 15,286,466,379,521 BEL BARANG 4,974,833,506,155 BEL MODAL 848,066,674,393

JUMLAH 21,109,366,560,069

ANGGARAN REALISASIREVISI BELANJA

1 2 3 4 5 601 RUPIAH MURNI51 BEL PEGAWAI 14,095,040,183,000 15,202,781,953,367 107.86 (1,107,741,770,367) 52 BEL BARANG 4,708,580,320,000 4,360,315,179,290 92.60 348,265,140,710 53 BEL MODAL 413,450,391,000 403,247,152,491 97.53 10,203,238,509

JUMLAH PROG 01 19,217,070,894,000 19,966,344,285,148 103.90 (749,273,391,148) 02 PINJAMAN LN53 BEL MODAL 1,062,550,274,000 319,557,224,189 30.07 742,993,049,811

JUMLAH PROG 02 1,062,550,274,000 319,557,224,189 30.07 742,993,049,811 04 RM PENDAMPING53 BEL MODAL 200,000,000,000 114,650,804,763 57.33 85,349,195,237

JUMLAH PROG 04 200,000,000,000 114,650,804,763 57.33 85,349,195,237 05 PNBP51 BEL PEGAWAI 97,498,348,000 83,684,426,154 85.83 13,813,921,846 52 BEL BARANG 616,642,791,000 614,518,326,865 99.66 2,124,464,135 53 BEL MODAL 11,702,700,000 10,611,492,950 90.68 1,091,207,050

JUMLAH PROG 05 725,843,839,000 708,814,245,969 97.65 17,029,593,031 21,205,465,007,000 21,109,366,560,069 99.55 96,098,446,931 JUMLAH BELANJA

URAIAN SISA ANGGARANKODE %

Page 14: Laporan BPK 2008 - POLRI

TABEL 5

DAFTAR DIPA PER PROGRAM TA 2008 PER JENIS BELANJA SUMBER DANA

 

TABEL 6 REALISASI PER PROGRAM TA 2008

PER JENIS BELANJA SUMBER DANA  

Pengembalian Belanja Pengembalian belanja (penerimaan kembali belanja) atas belanja yang terjadi pada tahun anggaran berjalan dibukukan sebagai kontra pos belanja pada periode pelaporan. Sedangkan pengembalian belanja atas belanja yang terjadi pada tahun anggaran yang lalu dibukukan sebagai pendapatan lain-lain.

TABEL 7 RINCIAN REALISASI PENGEMBALIAN BELANJA PER JENIS BELANJA

PENERAPAN KEPEMERINTAHAN YANG BAIK 14,157,982,277,000 1,010,873,043,000 - PENGEMBANGAN SDM KEPOLISIAN 34,556,254,000 289,655,550,000 - PENGEMB.SARANA DAN PRASARANA KEPOL. - 101,389,784,000 1,687,703,365,000 PENGEMB.STRATEGI KAMTIB - 64,694,827,000 - PEMBERDAYAAN POTENSI KEAMANAN - 154,517,277,000 - PEMELIHARAAN KAMTIBMAS - 3,151,825,115,000 LIDIK SIDIK TINDAK PIDANA - 524,657,963,000 - KERJASAMA KEAMANAN DAN KETERTIBAN - 27,609,552,000 -

JUMLAH 14,192,538,531,000 5,325,223,111,000 1,687,703,365,000

PROGRAM BEL PEG BEL MODALBEL BARANG

PENERAPAN KEPEMERINTAHAN YANG BAIK 15,282,111,899,478 3,946,732,440,598 412,920,363,491

PENGEMBANGAN SDM KEPOLISIAN 4,354,480,043 30,496,466,895 -

PENGEMB.SARANA DAN PRASARANA KEPOL. - 12,814,979,653 435,146,310,902

PENGEMB.STRATEGI KAMTIB - 14,157,690,750 -

PEMBERDAYAAN POTENSI KEAMANAN - 53,676,726,150 -

PEMELIHARAAN KAMTIBMAS - 762,596,299,417 -

LIDIK SIDIK TINDAK PIDANA - 152,471,755,492 -

KERJASAMA KEAMANAN DAN KETERTIBAN - 1,887,147,200 -

JUMLAH 15,286,466,379,521 4,974,833,506,155 848,066,674,393

BEL MODALBEL BARANGPROGRAM BEL PEG

KODEBELANJA

51 BEL PEGAWAI 3,096,353,804 52 BEL. BARANG 6,310,414,072 53 BEL. MODAL -

9,406,767,876

URAIAN JUMLAH

JUMLAH

Page 15: Laporan BPK 2008 - POLRI

A.3. Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan

Laporan Keuangan Polri Tahun 2008 merupakan laporan yang mencakup seluruh aspek keuangan yang dikelola oleh Polri, termasuk di dalamnya jenjang struktural di bawah Polri seperti kantor wilayah dan satuan kerja yang bertanggung jawab atas otorisasi kredit anggaran yang diberikan kepadanya. Laporan Keuangan Polri disusun berdasarkan kompilasi data/laporan keuangan satuan kerja Polri. Untuk tahun 2008, satuan kerja yang dicakup dalam Laporan Keuangan Polri meliputi 2 Bidku Mabes Polri dan 31 Bidku Polda. Jumlah satuan kerja di lingkup Polri adalah 1.052 satker. Dari jumlah tersebut satker yang menyampaikan laporan keuangan sejumlah 1.052 satker (100 %).

TABEL 8 REKAPITULASI JUMLAH SATKER

1 2 31 KUMABES I 272 KUMABES II 233 NAD 384 SUMUT 465 SUMBAR 366 RIAU 287 BENGKULU 258 JAMBI 279 SUMSEL 3310 LAMPUNG 2711 METROJAYA 3312 JABAR 4713 JATENG 6514 DIY 2315 JATIM 6916 BALI 3017 NTT 3318 NTB 2619 KALBAR 2920 KALSEL 3021 KALTENG 3122 KALTIM 3023 SULSEL 5324 SULTRA 2725 SULTENG 2726 SULUT 2627 MALUKU 2528 PAPUA 4229 BABEL 2030 BANTEN 1831 GORONTALO 1832 MALUT 2133 KEPRI 19

JUMLAH 1,052

NO. POLDA JUMLAH SATKER

Page 16: Laporan BPK 2008 - POLRI

Laporan Keuangan dihasilkan melalui Sistem Akuntansi Instansi (SAI), yang terdiri dari Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK BMN). Sistem Akuntansi Instansi dirancang untuk menghasilkan LK yang terdiri dari: 1. Laporan Realisasi Anggaran

Laporan Realisasi Anggaran disusun berdasarkan kompilasi Laporan Realisasi Anggaran seluruh entitas akuntansi yang berada di bawah Polri Laporan Realisasi APBN terdiri dari Pendapatan Negara dan Hibah dan Belanja.

2. Neraca Neraca disusun berdasarkan kompilasi neraca entitas akuntansi yang berada di bawah Polri dan disusun melalui SAI.

3. Catatan atas Laporan Keuangan Catatan atas Laporan Keuangan menyajikan informasi tentang pendekatan penyusunan laporan keuangan, penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca dalam rangka pengungkapan yang memadai.

Data BMN yang disajikan dalam neraca ini belum seluruhnya diproses melalui SIMAK-BMN. Jumlah satuan kerja di lingkup Polri adalah 1.052 satker terdiri dari 986 satker mantap dan 66 satker pengembangan. Dari 1.052 satker, yang telah melaksanakan inventarisasi aset Barang Milik Negara sejumlah 562 satker dan sisanya sebanyak 490 satker sedang dalam proses pelaksanaan inventarisasi. Rincian satuan kerja tersebut dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 9

Rekapitulasi Jumlah Satuan Kerja

SUDAH DLM PROSES1 2 3 4 51 NAD 38 8 302 SUMUT 42 4 383 SUMBAR 36 36 04 RIAU 28 7 215 BENGKULU 24 24 06 JAMBI 26 26 07 SUMSEL 32 11 218 LAMPUNG 26 0 269 BABEL 8 8 010 KEPRI 11 11 011 METRO JAYA 33 7 2612 JABAR 47 28 1913 JATENG 62 41 2114 DIY 22 14 815 JATIM 69 51 1816 BANTEN 27 27 017 BALI 30 13 1718 NTB 26 26 019 NTT 32 12 2020 KALBAR 29 28 121 KALTENG 30 30 022 KALSEL 29 13 1623 KALTIM 29 25 424 SULUT 26 26 025 SULTENG 26 0 2626 SULSEL 52 13 3927 SULTRA 26 26 028 GORONTALO 6 0 629 MALUKU 24 17 730 MALUT 9 0 931 PAPUA 34 0 3432 KU MABES I 26 18 833 KU MABES II 21 12 9

Satker Persiapan 66 0 661,052 562 490JUMLAH

NO JUMLAH SATKERPELAKSANAAN INVENTARISASI

POLDA

Page 17: Laporan BPK 2008 - POLRI

A.4. Kebijakan Akuntansi

Laporan Realisasi Anggaran disusun menggunakan basis kas yaitu basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima pada Kas Umum Negara (KUN) atau dikeluarkan dari KUN. Penyajian aset, kewajiban, dan ekuitas dana dalam Neraca diakui berdasarkan basis akrual, yaitu pada saat diperolehnya hak atas aset dan timbulnya kewajiban tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dikeluarkan dari KUN. Penyusunan dan penyajian LK Tahun 2008 telah mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang telah ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Dengan demikian, dalam penyusunan LK telah diterapkan kaidah-kaidah pengelolaan keuangan yang sehat di lingkungan pemerintahan. Prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan dalam penyusunan LK Polri adalah: (1) Pendapatan

Pendapatan adalah semua penerimaan KUN yang menambah ekuitas dana lancer dalam periode tahun yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah pusat dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah pusat. Pendapatan diakui pada saat kas diterima pada KUN. Akuntansi pendapatan dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran). Pendapatan disajikan sesuai dengan jenis pendapatan.

(2) Belanja Belanja adalah semua pengeluaran KUN yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah pusat. Belanja diakui pada saat terjadi pengeluaran kas dari KUN. Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran, pengakuan belanja terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN). Belanja disajikan di muka (face) laporan keuangan menurut klasifikasi ekonomi/jenis belanja, sedangkan di Catatan atas Laporan Keuangan, belanja disajikan menurut klasifikasi organisasi dan fungsi.

(3) Aset

Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non-keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. Dalam pengertian aset ini tidak termasuk sumber daya alam seperti hutan, kekayaan di dasar laut, dan kandungan pertambangan. Aset diakui pada saat diterima atau pada saat hak kepemilikan berpindah. Aset diklasifikasikan menjadi Aset Lancar, Investasi, Aset Tetap, dan Aset Lainnya. a. Aset Lancar

Aset Lancar mencakup kas dan setara kas yang diharapkan segera untuk direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu 12 bulan sejak tanggal pelaporan. Aset lancar ini terdiri dari kas, piutang, dan persediaan. Kas disajikan di neraca dengan menggunakan nilai nominal. Kas dalam bentuk valuta asing disajikan di neraca dengan menggunakan kurs tengah BI pada tanggal neraca.

Page 18: Laporan BPK 2008 - POLRI

Piutang dinyatakan dalam neraca menurut nilai yang timbul berdasarkan hak yang telah dikeluarkan surat keputusan penagihannya. Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. Persediaan dicatat di neraca berdasarkan: - harga pembelian terakhir, apabila diperoleh dengan pembelian, - harga standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri, - harga wajar atau estimasi nilai penjualannya apabila diperoleh dengan cara

lainnya seperti donasi/rampasan. b. Aset Tetap

Aset tetap mencakup seluruh aset yang dimanfaatkan oleh pemerintah maupun untuk kepentingan publik yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Aset tetap dilaporkan berdasarkan neraca kementerian negara/lembaga per 31 Desember 2008 pada harga perolehan. Pengakuan aset tetap yang perolehannya sejak tanggal 1 Januari 2002 didasarkan pada nilai satuan minimum kapitalisasi, yaitu: (1). Pengeluaran untuk per satuan peralatan dan mesin dan peralatan olah raga

yang nilainya sama dengan atau lebih dari Rp. 300.000,- (tiga ratus ribu rupiah), dan

(2). Pengeluaran untuk gedung dan bangunan yang nilainya sama dengan atau lebih dari Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah). Pengeluaran yang tidak tercakup dalam batasan nilai minimum kapitalisasi tersebut di atas, diperlakukan sebagai biaya kecuali pengeluaran untuk tanah, jalan/irigasi/jaringan, dan aset tetap lainnya berupa koleksi perpustakaan dan barang bercorak kesenian.

Menurut PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap, aset tetap disajikan berdasarkan biaya perolehan aset tetap dikurangi akumulasi penyusutan (depresiasi). Namun, dalam LK Tahun 2008, seluruh aset tetap yang dikelola belum disusutkan/didepresiasi. Hal ini disebabkan antara lain belum dilakukannya inventarisasi dan penilaian kembali (revaluasi) atas aset tetap tersebut.

c. Aset Lainnya Aset Lainnya adalah aset pemerintah selain aset lancar, investasi jangka panjang, dan aset tetap. Termasuk dalam Aset Lainnya adalah Tagihan Penjualan Angsuran (TPA), Tagihan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) yang jatuh tempo lebih dari satu tahun, Kemitraan dengan Pihak Ketiga, Dana yang Dibatasi Penggunaannya, Aset Tak Berwujud, dan Aset Lain-lain. TPA menggambarkan jumlah yang dapat diterima dari penjualan aset pemerintah secara angsuran kepada pegawai pemerintah yang dinilai sebesar nilai nominal dari kontrak/berita acara penjualan aset yang bersangkutan setelah dikurangi dengan angsuran yang telah dibayar oleh pegawai ke kas negara atau daftar saldo tagihan penjualan angsuran. TGR merupakan suatu proses yang dilakukan terhadap bendahara/ pegawai negeri bukan bendahara dengan tujuan untuk menuntut penggantian atas suatu kerugian yang diderita oleh negara sebagai akibat langsung ataupun tidak langsung dari suatu perbuatan yang melanggar hukum yang dilakukan oleh bendahara/pegawai tersebut atau kelalaian dalam pelaksanaan tugasnya. TPA dan TGR yang akan jatuh tempo 12 (dua belas) bulan setelah tanggal neraca disajikan sebagai aset lancar. Kemitraan dengan pihak ketiga

Page 19: Laporan BPK 2008 - POLRI

merupakan perjanjian antara dua pihak atau lebih yang mempunyai komitmen untuk melaksanakan kegiatan yang dikendalikan bersama dengan menggunakan aset dan/atau hak usaha yang dimiliki. Dana yang Dibatasi Penggunaannya merupakan kas atau dana yang alokasinya hanya akan dimanfaatkan untuk membiayai kegiatan tertentu seperti kas besi perwakilan RI di luar negeri, rekening dana reboisasi, dan dana moratorium Nias dan Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Aset Tak Berwujud merupakan aset nonkeuangan yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan barang atau jasa atau digunakan untuk tujuan lainnya termasuk hak atas kekayaan intelektual. Aset Tak Berwujud meliputi software komputer; lisensi dan franchise; hak cipta (copyright), paten, goodwill, dan hak lainnya; hak jasa dan operasi Aset Tak Berwujud dalam pengembangan. Aset Lain-lain merupakan aset lainnya yang tidak dapat dikategorikan ke dalam TPA, Tagihan TGR, Kemitraan dengan Pihak Ketiga, maupun Dana yang Dibatasi Penggunaannya. Aset lain-lain dapat berupa aset tetap pemerintah yang dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah, dikelola pihak lain seperti aset pemerintah eks BPPN yang dialihkan kepada PT Perusahaan Pengelola Aset (PT PPA) dan Tim Koordinasi, dan aset pemerintah yang digunakan oleh Kontraktor Kontrak Kerja sama (KKKS) BP MIGAS. Di samping itu, piutang macet kementerian negara/lembaga yang dialihkan penagihannya kepada Departemen Keuangan juga termasuk dalam kelompok Aset Lain-lain.

(4) Kewajiban Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah. Dalam konteks pemerintahan, kewajiban muncul antara lain karena penggunaan sumber pembiayaan pinjaman dari masyarakat, lembaga keuangan, entitas pemerintahan lain, atau lembaga internasional. Kewajiban pemerintah juga terjadi karena perikatan dengan pegawai yang bekerja pada pemerintah. Setiap kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebagai konsekuensi dari kontrak yang mengikat atau peraturan perundang-undangan. Kewajiban pemerintah diklasifikasikan kedalam kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang. a. Kewajiban Jangka Pendek

Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek jika diharapkan untuk dibayar atau jatuh tempo dalam waktu dua belas bulan setelah tanggal pelaporan. Kewajiban jangka pendek meliputi Utang Kepada Pihak Ketiga, Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK), Bagian Lancar Utang Jangka Panjang, Utang Bunga (accrued interest) dan Utang Jangka Pendek Lainnya.

b. Kewajiban Jangka Panjang

Kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang jika diharapkan untuk dibayar atau jatuh tempo dalam waktu lebih dari dua belas bulan setelah tanggal pelaporan. Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal, yaitu sebesar nilai kewajiban pemerintah pada saat pertama kali transaksi berlangsung. Aliran ekonomi sesudahnya seperti transaksi pembayaran, perubahan penilaian karena

Page 20: Laporan BPK 2008 - POLRI

perubahan kurs mata uang asing, dan perubahan lainnya selain perubahan nilai pasar, diperhitungkan dengan menyesuaikan nilai tercatat kewajiban tersebut.

(5) Ekuitas Dana Ekuitas dana merupakan kekayaan bersih pemerintah, yaitu selisih antara aset dan utang pemerintah. Ekuitas dana diklasifikasikan Ekuitas Dana Lancar dan Ekuitas Dana Investasi. Ekuitas Dana Lancar merupakan selisih antara aset lancar dan utang jangka pendek. Ekuitas Dana Investasi mencerminkan selisih antara aset tidak lancar dan kewajiban jangka panjang.

B. Penjelasan Atas Pos-Pos Laporan Realisasi Anggaran

B.1. Penjelasan Umum Laporan Realisasi APBN

Pada Tahun Anggaran 2008 Polri menerima anggaran/revisi anggaran sebesar Rp21.205.465.007.000,00 yang direalisasikan sampai dengan 31 Desember 2008 sebesar Rp21.109.366.560.096,00 (99,55 %) sehingga terdapat sisa anggaran yang tidak terserap sebesar Rp96.098.440.691,00.

Tabel 10

Daftar Laporan Realisasi Anggaran

B.1.1. Pendapatan Negara dan Hibah

Pendapatan Negara Polri hanya terdiri dari PNBP Lainnya yang pada TA. 2008 terealisasi sebesar Rp. 1.723.079.483.530,00 meningkat sebesar Rp.242.000.061.145,00 atau 16,34 % dari realisasi TA. 2007 yang hanya sebesar Rp1.481.079.422.385,00.

ANGGARAN REALISASIREVISI BELANJA

1 2 3 4 501 RUPIAH MURNI51 BEL PEGAWAI 14,095,040,183,000 15,202,781,953,367 107.86 52 BEL BARANG 4,708,580,320,000 4,360,315,179,290 92.60 53 BEL MODAL 413,450,391,000 403,247,152,491 97.53

JUMLAH PROG 01 19,217,070,894,000 19,966,344,285,148 103.90 02 PINJAMAN LN53 BEL MODAL 1,062,550,274,000 319,557,224,189 30.07

JUMLAH PROG 02 1,062,550,274,000 319,557,224,189 30.07 04 RM PENDAMPING53 BEL MODAL 200,000,000,000 114,650,804,763 57.33

JUMLAH PROG 04 200,000,000,000 114,650,804,763 57.33 05 PNBP51 BEL PEGAWAI 97,498,348,000 83,684,426,154 85.83 52 BEL BARANG 616,642,791,000 614,518,326,865 99.66 53 BEL MODAL 11,702,700,000 10,611,492,950 90.68

JUMLAH PROG 05 725,843,839,000 708,814,245,969 97.65 21,205,465,007,000 21,109,366,560,069 99.55

%

JUMLAH BELANJA

KODE URAIAN

Page 21: Laporan BPK 2008 - POLRI

B.1.1.1. Penerimaan Negara Bukan Pajak Lainnya

Penerimaan Negara Bukan Pajak Lainnya memberikan kontribusi bagi pendapatan negara. Realisasi PNBP Lainnya dari penerimaan penjualan, sewa, jasa, bunga, kejaksaan dan peradilan, iuran dan denda, serta lain-lain pada TA. 2008 sebesar Rp1.723.079.483.530,00 atau 112,96 % dari anggarannya. Sedangkan bila dibandingkan dengan PNBP yang dicapai TA.2007 sebesar Rp1.481.079.422.385,00 mengalami kenaikan sebesar Rp242.000.061.145,00 atau 16,34 %.

TABEL 11 PERBANDINGAN PENDAPATAN TA 2008 DAN 2007

B.1.2. Belanja Negara

Sumber pendanaan untuk pelaksanaan program dan kegiatan Polri seluruhnya berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pada Tahun anggaran 2008 memperoleh dukungan anggaran sebesar Rp21.205.465.007.000,00 dan Realisasi Belanja Sebesar Rp21.109.366.560.069,00 terdiri dari: - Alokasi dalam DIPA BA 060 / RM sebesar Rp. 19.217.070.894.000,00. - Alokasi dalam DIPA BA 60 / KE sebesar Rp. 1.062.550.274.000,00. - Alokasi dalam DIPA BA 60 / RM Pendamping sebesar Rp. 200.000.000.000,00. - Alokasi dalam DIPA BA 60 / PNBP sebesar Rp. 725.843.839.000,00. - Realisasi BA 60 / RM sebesar Rp. 19.966.344.285.148,00. - Realisasi BA 60 / KE sebesar Rp. 319.557.224.189,00. - Realisasi BA 60 / RM Pendamping sebesar Rp. 114.650.804.763,00. - Realisasi BA 60 / PNBP sebesar Rp. 708.814.245.969,00.

Realisasi Belanja terdiri dari (i) Belanja Rupiah Murni, (ii) Belanja Pinjaman Luar Negeri, (iii) Belanja Rupiah Murni Pendamping dan (iv) Belanja PNBP.

KOD PENDAPATAN PENDAPATAN KENAIKAN /MAP TA 2008 (audited) TA 2007 (audited) (PENURUNAN)423 PNBP LAINNYA 1,723,093,118,476 1,481,079,422,385 242,013,696,091 16.34%

4231 Pend.Penjualan & Sewa 12,707,020,355 11,790,930,889 916,089,466 7.77%4232 Pend.Jasa 1,705,397,369,904 1,462,474,522,627 242,922,847,277 16.61%4233 Pend.Bunga 261,863 5,482,652 (5,220,789) -95.22%4234 Pend.Kejaksaan & Peradilan 12,251,400 - 12,251,400 0.00%4237 Pend.Iuran & Denda 832,077,150 1,306,331,437 (474,254,287) -36.30%4239 Pend.Lain-lain 4,144,137,804 5,502,154,780 (1,358,016,976) -24.68%

URAIAN %

Page 22: Laporan BPK 2008 - POLRI

TABEL 12 DAFTAR PERBANDINGAN DIPA DAN REALISASI TA 2008 DAN TA 2007

PER JENIS BELANJA DAN SUMBER DANA

Belanja Pegawai Rincian realisasi Belanja Pegawai adalah sebagai berikut :

Tabel 13

Perbandingan Belanja Pegawai TA 2008 dan TA 2007 Uraian 30 Des 2008 (audited) 31 Des 2007 (audited) %

Belanja Gaji dan Tunjangan PNS 658,977,432,384Rp 525,405,437,627Rp 25.42%Belanja Gaji dan Tunj.TNI/Polri 14,485,587,485,484Rp 11,087,739,846,373Rp 30.65%Belanja Honorarium 122,817,229,549Rp 113,203,258,000Rp 8.49%Belanja Lembur 11,231,216,066Rp 13,096,709,000Rp -14.24%Belanja Vakasi 4,756,662,234Rp 3,764,604,000Rp 26.35%

Jumlah 15,283,370,025,717Rp 11,743,209,855,000Rp 30.15%

Tabel 14 Daya Serap Anggaran Belanja Pegawai TA 2008

ANGGARAN REALISASIREVISI BELANJA

1 2 3 4 5 601 RUPIAH MURNI51 BEL PEGAWAI 14,095,040,183,000 15,202,781,953,367 107.86 (1,107,741,770,367) 52 BEL BARANG 4,708,580,320,000 4,360,315,179,290 92.60 348,265,140,710 53 BEL MODAL 413,450,391,000 403,247,152,491 97.53 10,203,238,509

JUMLAH PROG 01 19,217,070,894,000 19,966,344,285,148 103.90 (749,273,391,148) 02 PINJAMAN LN53 BEL MODAL 1,062,550,274,000 319,557,224,189 30.07 742,993,049,811

JUMLAH PROG 02 1,062,550,274,000 319,557,224,189 30.07 742,993,049,811 04 RM PENDAMPING53 BEL MODAL 200,000,000,000 114,650,804,763 57.33 85,349,195,237

JUMLAH PROG 04 200,000,000,000 114,650,804,763 57.33 85,349,195,237 05 PNBP51 BEL PEGAWAI 97,498,348,000 83,684,426,154 85.83 13,813,921,846 52 BEL BARANG 616,642,791,000 614,518,326,865 99.66 2,124,464,135 53 BEL MODAL 11,702,700,000 10,611,492,950 90.68 1,091,207,050

JUMLAH PROG 05 725,843,839,000 708,814,245,969 97.65 17,029,593,031 21,205,465,007,000 21,109,366,560,069 99.55 96,098,446,931 JUMLAH BELANJA

URAIAN SISA ANGGARANKODE %

Page 23: Laporan BPK 2008 - POLRI

Uraian DIPA REALISASI % SISA

Belanja Gaji dan Tunjangan PNS 647,164,308,000Rp 658,977,432,384Rp 101.83% (11,813,124,384)Rp

Belanja Gaji dan Tunj.TNI/Polri 13,385,812,992,000Rp 14,485,587,485,484Rp 108.22% (1,099,774,493,484)Rp Belanja Honorarium 141,898,780,000Rp 122,817,229,549Rp 86.55% 19,081,550,451Rp Belanja Lembur 12,710,796,000Rp 11,231,216,066Rp 88.36% 1,479,579,934Rp Belanja Vakasi 4,951,655,000Rp 4,756,662,234Rp 96.06% 194,992,766Rp

Jumlah 14,192,538,531,000Rp 15,283,370,025,717Rp 107.69% (1,111,587,617,868)Rp

Belanja Barang

Rincian realisasi Belanja Barang adalah sebagai berikut :

Tabel 15 Perbandingan Belanja Barang TA 2008 dan TA 2007

Uraian 30 Des 2008 (audited) 31 Des 2007 (audited) % Naik/(Turun)Belanja Barang Operasional 3,483,433,843,232Rp 4,309,707,320,799Rp -19.17%Belanja Barang Non Operasional

802,229,503,499Rp -Rp 0.00%

Belanja Jasa 351,131,956,239Rp 364,739,137,525Rp -3.73%Belanja Pemeliharaan 212,119,857,954Rp 219,655,988,533Rp -3.43%Belanja Perjalanan DN 110,368,814,034Rp 110,840,835,422Rp -0.43%Belanja Perjalanan LN 9,239,117,125Rp -Rp 0.00%

Jumlah 4,968,523,092,083Rp 5,004,943,282,279Rp -0.73%

Tabel 16 Daya Serap Anggaran Belanja Barang TA 2008

Uraian DIPA REALISASI SISA %

Belanja Barang Operasional 3,620,684,663,000Rp 3,483,433,843,232Rp 137,250,819,768Rp 96.21%

Belanja Barang Non Operasional 819,080,752,000Rp 802,229,503,499Rp 16,851,248,501Rp 97.94%

Belanja Jasa 536,006,170,000Rp 351,131,956,239Rp 184,874,213,761Rp 65.51%

Belanja Pemeliharaan 220,014,236,000Rp 212,119,857,954Rp 7,894,378,046Rp 96.41%

Belanja Perjalanan DN 119,806,468,000Rp 110,368,814,034Rp 9,437,653,966Rp 92.12%

Belanja Perjalanan LN 9,630,822,000Rp 9,239,117,125Rp 391,704,875Rp 95.93%

Jumlah 5,325,223,111,000Rp 4,968,523,092,083Rp 356,700,018,917Rp 93.30%

Belanja Modal

Rincian realisasi Belanja Modal adalah sebagai berikut :

Tabel 17 Perbandingan Belanja Modal TA 2008 dan TA 2007

Page 24: Laporan BPK 2008 - POLRI

Uraian 30 Des 2008 (audited) 31 Des 2007 (audited) % Naik/(Turun)

Belanja Modal Tanah -Rp 3,352,300,000Rp -100.00%

Belanja Modal Peralatan dan Mesin 843,723,914,543Rp 2,668,606,634,000Rp -68.38%

Belanja Modal Gedung dan Bangunan 4,342,759,850Rp 733,018,848,000Rp -99.41%

Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan -Rp 14,209,765,000Rp -100.00%

Belanja Modal Fisik Lainnya -Rp 11,164,858,000Rp -100.00%

Jumlah 848,066,674,393Rp 3,430,352,405,000Rp -75.28%

C. Penjelasan Atas Pos-Pos Neraca

C.1. Penjelasan Umum Neraca

Komposisi Neraca per 31 Desember 2008 adalah sebagai berikut :

TABEL 18 PERBANDINGAN NERACA TA 2008 DAN 2007

Jumlah Aset per 31 Desember 2008 sebesar Rp71.614.760.003.268,00. terdiri dari:

Aset Lancar sebesar Rp. 797.167.589.008,00 Aset Tetap sebesar Rp. 70.813.823.250.540,00 Aset Lainnya sebesar Rp. 3.769.163.720,00

Jumlah Kewajiban per 31 Desember 2008 sebesar Rp237.524.654.040,00 merupakan kewajiban jangka pendek. Jumlah ekuitas dana per 31 Desember 2008 sebesar Rp71.377.235.349.228,00 terdiri dari:

Ekuitas dana lancar sebesar Rp. 559.652.934.968,00 Ekuitas dana investasi sebesar Rp. 70.817.592.414.260,00

Jumlah Kewajiban + ekuitas Dana sebesar Rp. 71.614.760.003.268,00.

Uraian 31 Desember 2008 31 Desember 2007% Kenaikan/ (penurunan)

Aset 71,614,760,003,268Rp 89,486,336,212,032Rp (19.97)

Kewajiban 237,524,654,040Rp 133,251,774,344Rp 78.25

Ekuitas Dana 71,377,235,349,228Rp 89,353,084,437,688Rp (20.12)

Page 25: Laporan BPK 2008 - POLRI

TABEL 19 Perbandingan Neraca TA 2008 dan 2007

Uraian 31 Desember 2008 31 Desember 2007 Kenaikan/ (penurunan)

Aset 71,614,760,003,268Rp 70,684,693,968,205Rp 930,066,035,063Rp

Kewajiban 237,524,654,040Rp 50,542,784,040Rp 186,981,870,000Rp

Ekuitas Dana 71,377,235,349,228Rp 70,634,151,184,165Rp 743,084,165,063Rp

TABEL 20 NERACA TA 2008 dan 2007

Page 26: Laporan BPK 2008 - POLRI

Kenaikan (Penurunan)2008 (audited) 2008 (unaudited) Jumlah

2 3 4

ASET LANCARKas di Bendahara Pengeluaran 6,447,790,456 6,447,790,456 - Kas di Bendahara Penerimaan 22,498,919,402 22,498,919,402 - Piutang Bukan Pajak 4,122,882,330 - 4,122,882,330 Bagian Lancar TGR 62,046,772 62,046,772 - Persediaan 764,035,950,048 775,266,365,544 (11,230,415,496) JUMLAH ASET LANCAR 797,167,589,008 804,275,122,174 (7,107,533,166)

ASET TETAPTanah 28,799,914,598,816 28,654,013,368,316 145,901,230,500 Peralatan dan Mesin 14,081,896,117,347 13,681,762,408,003 400,133,709,344 Gedung dan Bangunan 27,056,999,583,200 27,017,658,646,200 39,340,937,000 Jalan, Irigasi dan Jaringan 334,191,997,153 334,191,997,153 - Aset Tetap Lainnya 62,912,998,138 67,862,221,638 (4,949,223,500) Konstruksi Dalam Pengerjaan 477,907,955,886 124,682,534,001 353,225,421,885 JUMLAH ASET TETAP 70,813,823,250,540 69,880,171,175,311 933,652,075,229

ASET LAINNYATGR 247,670,720 247,670,720 - Aset Lain-lain 3,521,493,000 - 3,521,493,000 JUMLAH ASET LAINNYA 3,769,163,720 247,670,720 3,521,493,000 JUMLAH ASET 71,614,760,003,268 70,684,693,968,205 930,066,035,063

KEWAJIBAN JANGKA PENDEKUtang kepada pihak ketiga 208,577,944,182 21,596,074,182 186,981,870,000 Uang Muka dari KPPN 6,447,790,456 6,447,790,456 - Pendapatan yang Ditangguhkan 22,498,919,402 22,498,919,402 - JML KEWAJIBAN JK PENDEK 237,524,654,040 50,542,784,040 186,981,870,000 JUMLAH KEWAJIBAN 237,524,654,040 50,542,784,040 186,981,870,000

EKUITAS DANA LANCARCadangan Piutang 4,184,929,102 62,046,772 4,122,882,330 Cadangan Persediaan 764,035,950,048 775,266,365,544 (11,230,415,496) Dana yhd utk Utang Jk Pendek (208,577,944,182) (21,596,074,182) (186,981,870,000) JML EK DANA LANCAR 559,642,934,968 753,732,338,134 (194,089,403,166)

EKUITAS DANA INVESTASIDiinvestasikan Dlm Aset Tetap 70,813,823,250,540 69,880,171,175,311 933,652,075,229 Diinvestasikan Dlm Aset Lainnya 3,769,163,720 247,670,720 3,521,493,000 JML EK DANA INVESTASI 70,817,592,414,260 69,880,418,846,031 937,173,568,229 JUMLAH EKUITAS DANA 71,377,235,349,228 70,634,151,184,165 743,084,165,063

JML KEWAJIBAN & EKUITAS DANA 71,614,760,003,268 70,684,693,968,205 930,066,035,063

EKUITAS DANA

NAMA PERKIRAANJUMLAH

1ASET

KEWAJIBAN

C.2. PENJELASAN PER POS NERACA

Page 27: Laporan BPK 2008 - POLRI

C.2.1. Aset Lancar

C.2.1.1. Kas di Bendahara Pengeluaran

Kas di Bendahara Pengeluaran merupakan kas yang dikuasai, dikelola, dan di bawah tanggung jawab Bendahara Pengeluaran yang berasal dari sisa UP yang belum dipertanggungjawabkan atau disetorkan kembali ke Kas Negara per tanggal neraca. Kas di Bendahara Pengeluaran mencakup seluruh saldo rekening bendahara pengeluaran, uang logam, uang kertas, dan lain-lain kas (termasuk bukti pengeluaran yang belum dipertanggungjawabkan) yang sumbernya berasal dari dana kas kecil (UP) yang belum dipertanggungjawabkan atau belum disetor kembali ke Kas Negara per tanggal neraca. Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran per 31 Desember 2008 sebesar Rp. 6.447.790.456,00. Rincian saldo Kas di Bendahara Pengeluaran per satuan kerja adalah sebagai berikut :

Tabel 21

Perbandingan Kas Bendahara Pengeluaran TA 2008 dan 2007

C.2.1.2. Kas di Bendahara Penerimaan

NO. Satuan Utama TA. 2008 TA. 2007 % naik / ( turun )1 2 3 4 51 KUMABES I - 76,600,000 (100.00)2 KUMABES II - 5,801,928,600 (100.00)3 NAD 64,407,258 16,455,950 291.394 SUMUT 92,500,000 32,085,851 188.295 SUMBAR 187,752,994 109,541,394 71.406 RIAU 65,762,461 34,735,860 89.327 BENGKULU 210,436,695 49,748,095 323.008 JAMBI 174,035,950 18,011,589 866.249 SUMSEL 16,618,500 12,572,400 32.1810 LAMPUNG 11,163,200 5,196,791,400 (99.79)11 METROJAYA 108,389,499 60,405,009,767 (99.82)12 JABAR 20,493,850 65,924,690 (68.91)13 JATENG 23,495,985 55,032,947 (57.31)14 DIY 50 50,748,890 (100.00)15 JATIM 303,531,450 489,344,915 (37.97)16 BALI 20,536,500 6,089,300 237.2617 NTT 145,513,937 168,967,776 (13.88)18 NTB - 2,250,082,800 (100.00)19 KALBAR 274,137,783 100,209,517 173.5620 KALSEL 12,142,000 - 0.0021 KALTENG 43,433,250 618,863,395 (92.98)22 KALTIM 225,415,900 200 112707850.0023 SULSEL 153,537,638 125,366,160 22.4724 SULTRA 62,855,000 1,804,900 3382.4625 SULTENG 370,529,150 730,292,281 (49.26)26 SULUT 3,511,213,268 1,182,499,805 196.9327 MALUKU - 27,650 (100.00)28 PAPUA 4,306,100 17,963,400 (76.03)29 BABEL 153,382,642 325,262,125 (52.84)30 BANTEN 24,011,006 - 0.0031 GORONTALO 2,130,640 1,980,000 7.6132 MALUT 163,523,250 47,170,506 246.6633 KEPRI 2,534,500 91,062,894 (97.22)34 GARBIA PUSKU - 411,778,023 (100.00)

6,447,790,456 78,493,953,080 (91.79)JUMLAH

Page 28: Laporan BPK 2008 - POLRI

Kas di Bendahara Penerimaan mencakup seluruh kas, baik itu saldo rekening di bank maupun saldo uang tunai, yang berada di bawah tanggung jawab bendahara penerimaan yang sumbernya berasal dari pelaksanaan tugas pemerintahan (Penerimaan Negara Bukan Pajak). Saldo kas ini mencerminkan saldo yang berasal dari pungutan yang sudah diterima oleh bendahara penerimaan selaku wajib pungut yang belum disetorkan ke kas negara. Besarnya Saldo Kas di Bendahara Penerimaan per 31 Desember 2008 Rp22.498.919.402,00.

Tabel 22 Perbandingan Kas Bendahara Penerimaan TA 2008 dan 2007

C.2.1.3. Piutang Bukan Pajak

No. Satuan Utama TA. 2008 TA. 2007 % naik / ( turun )1 KUMABES I 522,864 76,600,000 (99.32)2 KUMABES II 987,916 5,801,928,600 (99.98)3 NAD 52,948,440 16,455,950 221.764 SUMUT 167,150,966 32,085,851 420.955 SUMBAR 383,253,211 109,541,394 249.876 RIAU 298,706,706 34,735,860 759.947 BENGKULU 46,797,884 49,748,095 (5.93)8 JAMBI 106,078,447 18,011,589 488.959 SUMSEL 123,008,999 12,572,400 878.4110 LAMPUNG 20,644,225 5,196,791,400 (99.60)11 METROJAYA - 60,405,009,767 (100.00)12 JABAR 558,536 65,924,690 (99.15)13 JATENG 693,025,201 55,032,947 1159.2914 DIY 881,222 50,748,890 (98.26)15 JATIM 3,323,240,218 489,344,915 579.1216 BALI 443,870,528 6,089,300 7189.3517 NTT 49,492,073 168,967,776 (70.71)18 NTB 23,040,000 2,250,082,800 (98.98)19 KALBAR - 100,209,517 (100.00)20 KALSEL 342,380,000 - 0.0021 KALTENG 52,548,221 618,863,395 (91.51)22 KALTIM 25,137,361 200 12568580.5023 SULSEL 190,140,371 125,366,160 51.6724 SULTRA 780,218 1,804,900 (56.77)25 SULTENG 164,273,577 730,292,281 (77.51)26 SULUT 28,416,242 1,182,499,805 (97.60)27 MALUKU 241,647 27,650 773.9528 PAPUA 174,521,180 17,963,400 871.5429 BABEL 766,069 325,262,125 (99.76)30 BANTEN 162,499 - 0.0031 GORONTALO - 1,980,000 (100.00)32 MALUT 14,571,081 47,170,506 (69.11)33 KEPRI 1,690,000 91,062,894 (98.14)34 GARBIA PUSKU 15,769,083,500 411,778,023 3729.51

JUMLAH 22,498,919,402 78,493,953,080 (71.34)

Page 29: Laporan BPK 2008 - POLRI

Piutang Bukan Pajak sebesar Rp. 4.122.882.330,- yang terdapat pada Satker Sdelog Polri merupakan denda keterlambatan penyerahan kapal patroli polisi sesuai dengan Skep Delog Kapolri No. Pol. : Skep/7/I/2008 tanggal 22 Januari 2008 tentang Denda Keterlambatan. Denda tersebut disetor tanggal 9 Februari 2009 (Skep dan SSBP terlampir).

C.2.1.3. Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi (TGR)

Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) per 31 Desember 2008 sebesar Rp62.046.772,00

C.2.1.4. Persediaan

Perbandingan Nilai persedian per 31 Desember 2008 sebesar Rp764.035.950.048,00 terdiri dari:

Tabel 23 Rincian Persediaan TA 2008 per Polda

1 KUMABES I 379,692,046,985 61,286,768,834 81,476,069,908 359,502,745,911 2 KUMABES II 27,478,108,934 - - 27,478,108,934 3 NAD 16,925,405,681 - - 16,925,405,681 4 SUMUT 13,822,770,467 - - 13,822,770,467 5 SUMBAR 5,096,594,902 6,052,880,778 - 11,149,475,680 6 RIAU 16,225,744,515 - - 16,225,744,515 7 SUMSEL 18,005,465,455 - - 18,005,465,455 8 BENGKULU 5,589,418,283 - - 5,589,418,283 9 JAMBI 2,089,754,294 2,899,088,800 - 4,988,843,094

10 LAMPUNG 7,657,382,034 - - 7,657,382,034 11 METROJAYA 30,580,741,735 - - 30,580,741,735 12 JABAR 28,296,647,386 6,916,000 - 28,303,563,386 13 JATENG 34,548,161,685 - - 34,548,161,685 14 DIY 10,016,884,296 - - 10,016,884,296 15 JATIM 41,821,745,614 - - 41,821,745,614 16 KALBAR 2,639,461,308 - - 2,639,461,308 17 KALSEL 7,023,495,274 - - 7,023,495,274 18 KALTENG 5,189,491,187 - - 5,189,491,187 19 KALTIM 24,313,979,873 - - 24,313,979,873 20 BALI 11,799,017,048 - - 11,799,017,048 21 NTB 6,048,836,087 - - 6,048,836,087 22 NTT 7,743,461,313 - - 7,743,461,313 23 SULSEL 23,927,982,550 - - 23,927,982,550 24 SULTENG 4,205,837,551 - - 4,205,837,551 25 SULTRA 5,556,453,016 - - 5,556,453,016 26 SULUT 10,611,958,431 - - 10,611,958,431 27 MALUKU 2,870,155,924 - - 2,870,155,924 28 PAPUA 9,006,317,620 - - 9,006,317,620 29 MALUT 2,726,960,077 - - 2,726,960,077 30 BABEL 2,613,900,213 - - 2,613,900,213 31 GORONTALO 2,769,295,498 - - 2,769,295,498 32 BANTEN 4,138,763,241 - - 4,138,763,241 33 KEPRI 4,234,127,067 - - 4,234,127,067

JUMLAH 775,266,365,544 70,245,654,412 81,476,069,908 764,035,950,048

PENGURANGAN TA. 2008 (audited)NO. POLDA TA. 2008 (unaudited) PENAMBAHAN

Page 30: Laporan BPK 2008 - POLRI

C.2.2. Aset Tetap

Posisi aset tetap dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 24 Posisi Aset Tetap per 31 Desember 2008

1 2 3 4 5

1 KUMABES I 16,572,399,953,409 747,879,860,963 17,320,279,814,372

2 KUMABES II 16,889,153,950,475 329,427,456 16,889,483,377,931

3 NAD 3,318,487,905,985 - 3,318,487,905,985

4 SUMUT 1,672,606,708,426 - 1,672,606,708,426

5 SUMBAR 4,152,742,597,272 178,495,842,810 4,331,238,440,082

6 RIAU 736,819,871,110 - 736,819,871,110

7 SUMSEL 1,133,076,759,539 - 1,133,076,759,539

8 BENGKULU 304,163,473,396 - 304,163,473,396

9 JAMBI 498,333,011,429 6,946,944,000 505,279,955,429

10 LAMPUNG 279,356,292,018 - 279,356,292,018

11 METROJAYA 3,535,185,402,908 - 3,535,185,402,908

12 JABAR 2,424,993,185,054 - 2,424,993,185,054

13 JATENG 2,061,968,595,184 - 2,061,968,595,184

14 DIY 431,790,138,654 - 431,790,138,654

15 JATIM 5,842,270,652,782 - 5,842,270,652,782

16 KALBAR 429,135,642,792 - 429,135,642,792

17 KALSEL 571,692,858,089 - 571,692,858,089

18 KALTENG 321,661,618,465 - 321,661,618,465

19 KALTIM 1,018,998,548,192 - 1,018,998,548,192

20 BALI 524,407,459,726 - 524,407,459,726

21 NTB 510,420,297,802 - 510,420,297,802

22 NTT 532,488,548,788 - 532,488,548,788

23 SULSEL 1,309,867,432,559 - 1,309,867,432,559

24 SULTENG 346,905,698,972 - 346,905,698,972

25 SULTRA 349,537,523,186 - 349,537,523,186

26 SULUT 620,553,990,999 - 620,553,990,999

27 MALUKU 885,955,422,198 - 885,955,422,198

28 PAPUA 810,793,079,935 - 810,793,079,935

29 MALUT 426,778,334,960 - 426,778,334,960

30 BABEL 213,990,036,809 - 213,990,036,809

31 GORONTALO 232,744,747,070 - 232,744,747,070

32 BANTEN 595,441,096,054 - 595,441,096,054

33 KEPRI 325,450,341,074 - 325,450,341,074 69,880,171,175,311 933,652,075,229 70,813,823,250,540

NO. POLDA TA. 2008 (audited)

JUMLAH

TA. 2008 (unaudited) KOREKSI AUDIT

Page 31: Laporan BPK 2008 - POLRI

Tabel 25 Perbandingan Aset Tetap per 31 Desember 2008 dan 31 Desember 2007

NO. URAIAN 31 DES 2008 (audited) 31 DES 2007 (audited) SELISIH KENAIKAN/ PENURUNAN

% NAIK / (TURUN)

1 TANAH 28,799,914,598,816Rp 32,199,237,635,374Rp 3,399,323,036,558Rp 111.80 2 PERALATAN & MESIN 14,081,896,117,347Rp 35,833,523,963,308Rp 21,751,627,845,961Rp 254.47 3 GEDUNG & BANGUNAN 27,056,999,583,200Rp 20,505,985,440,302Rp (6,551,014,142,898)Rp 75.79

4JALAN, JEMBATAN, IRIGASI & JARINGAN 334,191,997,153Rp 235,694,286,476Rp (98,497,710,677)Rp 70.53

5 ASET TETAP LAINNYA 62,912,998,138Rp 40,288,214,935Rp (22,624,783,203)Rp 64.04 6 KDP 477,907,955,886Rp 117,639,225,000Rp (360,268,730,886)Rp 24.62

70,813,823,250,540Rp 88,932,368,765,395Rp 18,118,545,514,855Rp 125.59 JUMLAH

Mutasi/perubahan Aset Tetap sebesar Rp.933.652.075.229,00 tersebut adalah sbb:

Saldo Awal 69,880,171,175,311Rp Penambahan :Koreksi Nilai 859,438,223,265Rp Reklasifikasi Masuk 81,476,069,908Rp

940,914,293,173Rp PenguranganKoreksi Nilai 3,559,299,944Rp Reklasifikasi Keluar 3,702,918,000Rp

7,262,217,944Rp Jumlah 70,813,823,250,540

Tabel 26 Perolehan Aset Tetap TA 2008

TANAH LATSIN GEDUNG KDP1 2 3 4 5 81 KOREKSI NILAI 146,836,580,500 320,701,137,380 40,938,437,000 353,225,421,885 2 REKLASIFIKASI MASUK - 84,161,939,908

JUMLAH 146,836,580,500 404,863,077,288 40,938,437,000 353,225,421,885

NO PEROLEHAN JENIS ASET

Tabel 27

Pengurangan Aset Tetap TA 2008

TANAH LATSIN GEDUNG ASET LAIN-LAIN1 2 3 4 5 61 KOREKSI NILAI 935,350,000 1,026,449,944 1,597,500,000 2,263,353,500 2 REKLASIFIKASI KELUAR - 3,369,293,000 - 2,685,870,000

JUMLAH 935,350,000 4,395,742,944 1,597,500,000 4,949,223,500

NO PEROLEHANJENIS ASET

Page 32: Laporan BPK 2008 - POLRI

C.2.2.1 Tanah

Posisi Perbandingan Aset Tanah

31 DES 2008 (audited) 31 DES 2007 (audited) Kenaikan / (penurunan)

Rp28,799,914,598,816 Rp32,199,237,635,374 (Rp3,399,323,036,558)

Tabel 28 Koreksi Audit Atas Aset Tanah

NO. POLDA 31 DES 2008 (unaudited) KOREKSI AUDIT 31 DES 2008 (audited)

1 NAD 2,622,938,049,033 - 2,622,938,049,033 2 SUMUT 874,126,551,896 - 874,126,551,896 3 SUMBAR 874,203,914,600 146,336,230,500 1,020,540,145,100 4 RIAU 387,014,457,405 - 387,014,457,405 6 BENGKULU 74,276,022,500 - 74,276,022,500 7 JAMBI 79,028,841,835 (435,000,000) 78,593,841,835 5 SUMSEL 680,893,007,960 - 680,893,007,960 8 LAMPUNG 60,756,885,910 - 60,756,885,910 9 METRO JAYA 2,203,057,415,256 - 2,203,057,415,256

10 JABAR 849,843,667,575 - 849,843,667,575 11 JATENG 1,299,548,508,370 - 1,299,548,508,370 12 DIY 126,997,158,852 - 126,997,158,852 13 JATIM 1,293,884,736,324 - 1,293,884,736,324 18 BALI 128,852,581,235 - 128,852,581,235 19 N T B 164,664,525,126 - 164,664,525,126 20 N T T 81,179,417,301 - 81,179,417,301 14 KALBAR 153,657,230,164 - 153,657,230,164 15 KALSEL 254,623,047,415 - 254,623,047,415 16 KALTENG 71,104,360,849 - 71,104,360,849 17 KALTIM 694,205,006,642 - 694,205,006,642 21 SULSEL 251,485,010,269 - 251,485,010,269 23 SULTRA 106,897,819,560 - 106,897,819,560 22 SULTENG 29,963,354,000 - 29,963,354,000 24 SULUT 301,432,853,225 - 301,432,853,225 25 MALUKU 606,824,798,438 - 606,824,798,438 26 PAPUA 261,821,939,873 - 261,821,939,873 28 BABEL 57,520,531,446 - 57,520,531,446 30 BANTEN 288,671,000,000 - 288,671,000,000 29 GORONTALO 20,245,110,250 - 20,245,110,250 27 MALUT 123,183,000,000 - 123,183,000,000 31 KEPRI 120,495,380,000 - 120,495,380,000 32 BIDKU I 11,190,312,143,600 - 11,190,312,143,600 33 BIDKU II 2,320,305,041,407 - 2,320,305,041,407

28,654,013,368,316 145,901,230,500 28,799,914,598,816 JUMLAH

Page 33: Laporan BPK 2008 - POLRI

Mutasi/perubahan kenaikan nilai Tanah adalah sbb: Saldo Awal (2008 unaudited) 28,654,013,368,316Rp Penambahan :Koreksi Nilai 146,836,580,500Rp

146,836,580,500Rp PenguranganKoreksi Nilai 935,350,000Rp

935,350,000Rp Saldo Akhir (2008 audited) 28,799,914,598,816

C.2.2.2 Peralatan dan Mesin

Posisi Perbandingan Peralatan dan Mesin

31 DES 2008 31 DES 2007 Kenaikan / (penurunan)

Rp14,081,896,117,347 Rp5,833,523,963,308 Rp8,248,372,154,039

Tabel 29

Koreksi audit atas aset Peralatan dan Mesin

NO. POLDA 31 DES 2008 (unaudited) KOREKSI AUDIT 31 DES 2008 (audited)

1 NAD 485,856,101,280 - 485,856,101,280 2 SUMUT 383,848,890,565 - 383,848,890,565 3 SUMBAR 1,074,539,842,968 102,881,310 1,074,642,724,278 4 RIAU 145,246,025,845 - 145,246,025,845 6 BENGKULU 88,008,201,668 - 88,008,201,668 7 JAMBI 106,967,226,748 1,286,138,000 108,253,364,748 5 SUMSEL 236,132,902,423 - 236,132,902,423 8 LAMPUNG 109,640,239,429 - 109,640,239,429 9 METRO JAYA 543,507,417,171 - 543,507,417,171 10 JABAR 401,904,789,824 - 401,904,789,824 11 JATENG 512,579,284,144 - 512,579,284,144 12 DIY 164,215,691,631 - 164,215,691,631 13 JATIM 2,276,840,674,174 - 2,276,840,674,174 18 BALI 207,245,937,223 - 207,245,937,223 19 N T B 197,273,105,808 - 197,273,105,808 20 N T T 241,520,729,278 - 241,520,729,278 14 KALBAR 176,391,918,005 - 176,391,918,005 15 KALSEL 167,658,852,485 - 167,658,852,485 16 KALTENG 122,053,692,096 - 122,053,692,096 17 KALTIM 146,348,634,154 - 146,348,634,154 21 SULSEL 302,907,326,700 - 302,907,326,700 23 SULTRA 125,185,199,570 - 125,185,199,570 22 SULTENG 153,415,075,957 - 153,415,075,957 24 SULUT 186,173,467,674 - 186,173,467,674 25 MALUKU 127,875,312,598 - 127,875,312,598 26 PAPUA 219,903,615,072 - 219,903,615,072 28 BABEL 61,161,152,870 - 61,161,152,870 30 BANTEN 89,240,908,854 - 89,240,908,854 29 GORONTALO 55,439,830,181 - 55,439,830,181 27 MALUT 90,976,521,960 - 90,976,521,960 31 KEPRI 77,031,607,070 - 77,031,607,070 32 BIDKU I 3,548,108,099,117 397,198,646,578 3,945,306,745,695 33 BIDKU II 856,564,133,461 1,546,043,456 858,110,176,917

13,681,762,408,003 400,133,709,344 14,081,896,117,347 JUMLAH

Page 34: Laporan BPK 2008 - POLRI

Mutasi/perubahan Peralatan dan Mesin sebesar Rp400.133.709.344,00 tersebut adalah sbb: Saldo Awal (2008 unaudited) 13,681,762,408,003 Penambahan :Koreksi Nilai 320,701,137,380Rp Reklasifikasi Masuk 84,161,939,908Rp

404,863,077,288Rp PenguranganKoreksi Nilai 1,026,449,944Rp Reklasifikasi keluar 3,702,918,000Rp

4,729,367,944Rp Saldo Akhir (2008 audited) 14,081,896,117,347

Penambahan peralatan dan mesin tidak sama dengan belanja modal, hal ini disebabkan terdapatnya penambahan dan pengurangan peralatan dan mesin yang tidak dipengaruhi oleh belanja. (Rincian terlampir).

C.2.2.3 Gedung dan Bangunan

Posisi Perbandingan Gedung dan Bangunan

31 DES 2008 (audited) 31 DES 2007 (audited) Kenaikan / (penurunan)

Rp27,056,999,583,200 Rp20,505,985,440,302 Rp6,551,014,142,898

Tabel 30 Koreksi audit atas aset Gedung dan Bangunan

NO. POLDA 31 DES 2008 (unaudited) KOREKSI AUDIT 31 DES 2008 (audited)1 NAD 203,369,819,668 - 203,369,819,668 2 SUMUT 404,748,470,965 - 404,748,470,965 3 SUMBAR 2,198,505,826,704 32,056,731,000 2,230,562,557,704 4 RIAU 202,045,874,860 - 202,045,874,860 6 BENGKULU 140,467,473,632 - 140,467,473,632 7 JAMBI 310,992,649,846 7,284,206,000 318,276,855,846 5 SUMSEL 210,063,993,969 - 210,063,993,969 8 LAMPUNG 107,900,516,679 - 107,900,516,679 9 METRO JAYA 657,268,797,480 - 657,268,797,480 10 JABAR 1,131,877,088,075 - 1,131,877,088,075

Page 35: Laporan BPK 2008 - POLRI

NO. POLDA 31 DES 2008 (unaudited) KOREKSI AUDIT 31 DES 2008 (audited)11 JATENG 244,580,412,370 - 244,580,412,370 12 DIY 137,651,577,271 - 137,651,577,271 13 JATIM 2,259,432,668,874 - 2,259,432,668,874 18 BALI 185,668,260,642 - 185,668,260,642 19 N T B 143,493,285,516 - 143,493,285,516 20 N T T 200,266,438,181 - 200,266,438,181 14 KALBAR 95,923,458,483 - 95,923,458,483 15 KALSEL 147,412,031,064 - 147,412,031,064 16 KALTENG 126,837,924,609 - 126,837,924,609 17 KALTIM 175,685,686,396 - 175,685,686,396 21 SULSEL 746,427,588,144 - 746,427,588,144 23 SULTRA 115,405,845,555 - 115,405,845,555 22 SULTENG 162,672,773,556 - 162,672,773,556 24 SULUT 131,685,930,100 - 131,685,930,100 25 MALUKU 148,795,745,702 - 148,795,745,702 26 PAPUA 324,511,503,288 - 324,511,503,288 28 BABEL 95,087,504,493 - 95,087,504,493 30 BANTEN 206,144,847,200 - 206,144,847,200 29 GORONTALO 156,975,306,639 - 156,975,306,639 27 MALUT 212,280,813,000 - 212,280,813,000 31 KEPRI 101,016,142,004 - 101,016,142,004 32 BIDKU I 1,743,810,767,049 - 1,743,810,767,049 33 BIDKU II 13,588,651,624,186 - 13,588,651,624,186

27,017,658,646,200 39,340,937,000 27,056,999,583,200 JUMLAH

Mutasi/perubahan Gedung dan Bangunan sebesar Rp39.340.937.000,00 tersebut adalah sbb:

Saldo Awal (2008 unaudited) 27,017,658,646,200 Penambahan :Koreksi Nilai 40,938,437,000Rp

40,938,437,000Rp PenguranganKoreksi Nilai 1,597,500,000Rp

1,597,500,000Rp Saldo Akhir (2008 audited) 27,056,999,583,200

C.2.2.4 Jalan, Jembatan, Irigasi dan Jaringan

Posisi Perbandingan Jalan, Jembatan, Irigasi dan Jaringan

31 DES 2008 31 DES 2007 Kenaikan / (penurunan)

Rp334,191,997,153 Rp5,833,523,963,308 (Rp5,499,331,966,155)

Page 36: Laporan BPK 2008 - POLRI

Tabel 31 aset Gedung dan Bangunan TA 2008

NO. POLDA 31 DES 2008 (audited)

1 NAD 4,128,200,000 2 SUMUT 1,048,955,000 3 SUMBAR 2,662,295,000 4 RIAU 651,635,000 6 BENGKULU 1,000,804,596 7 JAMBI 49,200,000 5 SUMSEL 4,506,214,598 8 LAMPUNG 313,450,000 9 METRO JAYA 11,747,317,000

10 JABAR 39,424,652,227 11 JATENG 1,190,100,000 12 DIY 2,755,440,900 13 JATIM 5,817,407,375 18 BALI 524,198,100 19 N T B 3,623,557,352 20 N T T 9,138,125,578 14 KALBAR 2,508,421,900 15 KALSEL 1,260,844,000 16 KALTENG 1,294,193,411 17 KALTIM 771,240,000 21 SULSEL 7,404,512,112 23 SULTRA 877,468,501 22 SULTENG 367,000,000 24 SULUT 504,500,000 25 MALUKU 1,161,500,000 26 PAPUA 3,197,151,702 28 BABEL 82,828,000 30 BANTEN 11,030,500,000 29 GORONTALO - 27 MALUT 338,000,000 31 KEPRI 25,980,542,000 32 BIDKU I 80,140,272,753 33 BIDKU II 108,691,470,048

334,191,997,153 JUMLAH

C.2.2.5 Aset Tetap Lainnya

Posisi Perbandingan Aset Tetap Lainnya

31 DES 2008 31 DES 2007 Kenaikan / (penurunan)Rp62,912,998,138 Rp40,288,214,935 Rp22,624,783,203

Page 37: Laporan BPK 2008 - POLRI

Tabel 32 Koreksi audit atas Aset Tetap Lainnya

NO. POLDA 31 DES 2008 (unaudited) KOREKSI AUDIT 31 DES 2008 (audited)

1 NAD 2,145,736,004 - 2,145,736,004 2 SUMUT 1,843,060,000 - 1,843,060,000 3 SUMBAR 2,830,718,000 - 2,830,718,000 4 RIAU 1,861,878,000 - 1,861,878,000 6 BENGKULU 410,971,000 - 410,971,000 7 JAMBI 1,295,093,000 (1,188,400,000) 106,693,000 5 SUMSEL 1,480,640,589 - 1,480,640,589 8 LAMPUNG 745,200,000 - 745,200,000 9 METRO JAYA 1,962,702,000 - 1,962,702,000

10 JABAR 1,942,987,353 - 1,942,987,353 11 JATENG 4,070,290,300 - 4,070,290,300 12 DIY 170,270,000 - 170,270,000 13 JATIM 6,295,166,035 - 6,295,166,035 18 BALI 2,116,482,526 - 2,116,482,526 19 N T B 1,365,824,000 - 1,365,824,000 20 N T T 383,838,450 - 383,838,450 14 KALBAR 654,614,240 - 654,614,240 15 KALSEL 738,083,125 - 738,083,125 16 KALTENG 371,447,500 - 371,447,500 17 KALTIM 1,987,981,000 - 1,987,981,000 21 SULSEL 1,642,995,334 - 1,642,995,334 23 SULTRA 1,171,190,000 - 1,171,190,000 22 SULTENG 487,495,459 - 487,495,459 24 SULUT 757,240,000 - 757,240,000 25 MALUKU 1,298,065,460 - 1,298,065,460 26 PAPUA 1,358,870,000 - 1,358,870,000 28 BABEL 138,020,000.00 - 138,020,000.00 30 BANTEN 353,840,000 - 353,840,000 29 GORONTALO 84,500,000 - 84,500,000 27 MALUT - - - 31 KEPRI 926,670,000 - 926,670,000 32 BIDKU I 10,028,670,890 (2,544,207,500) 7,484,463,390 33 BIDKU II 14,941,681,373 (1,216,616,000) 13,725,065,373

67,862,221,638 (4,949,223,500) 62,912,998,138 JUMLAH

Mutasi/perubahan Gedung dan Bangunan sebesar Rp4.949.223.500,00 tersebut adalah sbb:

Saldo Awal (2008 unaudited) 67,862,221,638 PenguranganKoreksi Nilai 4,949,223,500Rp

4,949,223,500Rp Saldo Akhir (2008 audited) 62,912,998,138

Page 38: Laporan BPK 2008 - POLRI

C.2.2.6 Konstruksi Dalam Pengerjaan

Posisi Perbandingan Konstruksi Dalam Pengerjaan

31 DES 2008 31 DES 2007 Kenaikan / (penurunan)

Rp477,907,955,886 Rp117,639,225,000 Rp360,268,730,886

Tabel 32 Koreksi audit atas Konstruksi Dalam Pengerjaan

NO. POLDA 31 DES 2008 (unaudited) KOREKSI AUDIT 31 DES 2008 (audited)

1 NAD 50,000,000 - 50,000,000 2 SUMUT 6,990,780,000 - 6,990,780,000 3 METRO JAYA 117,641,754,001 - 117,641,754,001 4 BIDKU I - 353,225,421,885 353,225,421,885

124,682,534,001 353,225,421,885 477,907,955,886 JUMLAH

Mutasi/perubahan Konstruksi Dalam Pengerjaan sebesar Rp353.225.421.885,00 tersebut adalah sbb:

Saldo Awal (2008 unaudited) 124,682,534,001 Penambahan :Koreksi Nilai 353,225,421,885Rp

353,225,421,885Rp Saldo Akhir (2008 audited) 477,907,955,886

C.2.3. Aset Lainnya

C.2.3.1 Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi

Posisi Perbandingan Tuntutan Ganti Rugi

31 DES 2008 31 DES 2007 Kenaikan / (penurunan)

Rp247,670,720 Rp215,276,488 Rp32,394,232

Page 39: Laporan BPK 2008 - POLRI

C.2.3.2 Aset Lain-Lain

Aset Lain-lain merupakan penambahan dari :

salah catat /reklasifikasi nilai sebesar Rp. 795.762.000,00

kurang catat /koreksi sebesar Rp. 2.725.731.000,00

C.2.4. Kewajiban Jangka Pendek

Kewajiban jangka pendek TA 2008 sebesar Rp50.542.734.040,00 terdiri dari Utang kepada Pihak Ketiga, Uang Muka dari KPPN dan Pendapatan yang Ditangguhkan.

Posisi Perbandingan Kewajiban Jangka Pendek

31 DES 2008 31 DES 2007 Kenaikan / (penurunan)

Rp237,524,654,040 Rp215,276,488 Rp237,309,377,552

C.2.4.1 Utang Kepada Pihak Ketiga

Utang pada pihak ketiga merupakan kewajiban jangka pendek pada pihak ketiga. Utang pada pihak ketiga saat ini adalah Utang Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal.

Utang pada pihak ketiga per 31 Desember 2008 sebesar Rp.208.577.944.182,00 terdiri dari :

Utang Belanja Pegawai sebesar Rp. 290.120.760,00

Utang Belanja Barang sebesar Rp. 206.352.190.802,00

Terdiri dari :

- Utang Pembuatan Material SSB Rp186.697.813.500,00 (Satker Ditlantas Babinkam Polri / Ku Mabes I)

- Utang Pembelian Tanah Rp. 177.200.000,00 (Polda Jabar) - Utang Wattah Rp. 8.956.704.050,00 - Utang Telepon Rp. 4.546.964.779,00 - Utang Listrik Rp. 4.288.198.378,00 - Utang Gas/ Air Rp. 1.685.310.095,00

Hutang Belanja Modal sebesar Rp. 1.935.632.620,00

Page 40: Laporan BPK 2008 - POLRI

C.2.4.2 Uang Muka dari KPPN

Uang muka KPPN merupakan akun penyeimbang dari akun Kas di Bendahara Pengeluaran. Sebagian besar nilai rupiah pada akun ini merepresentasikan jumlah belanja pegawai (gaji) bulan Januari 2009 yang telah diterima oleh Bendahara Pengeluaran dari KPPN pada tanggal 31 Desember 2008 dan telah dibayarkan kepada Personel Polri pada tanggal 5 Januari 2009.

Uang Muka dari KPPN TA 2008 Rp. 6.447.790.456,00

Uang Muka dari KPPN TA 2007 Rp. 78.512.750.048,00

C.2.4.3 Pendapatan Yang Ditangguhkan

Pendapatan yang ditangguhkan merupakan akun penyeimbang dari akun Kas di Bendahara Penerimaan. Nilai Rupiah pada akun ini merepresentasikan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari SSB yang sudah dipungut dari masyarakat pada tanggal 28, 28, 30 dan 31 Desember 2008 tetapi belum disetor ke kas negara pada tanggal pelaporan karena Bank persepsi tidak menerima setoran sejak tanggal 27 Desember 2008. Pendapatan tersebut telah disetorkan ke kas negara pada bulan Januari 2009 sebagaimana bukti SSBP dan R/C terlampir.

Pendapatan yang ditangguhkan TA 2008 Rp. 22.498.919.402,00

Pendapatan yang ditangguhkan TA 2007 Rp. 38.181.921.707,00

C.2.5. Ekuitas Dana Lancar

Ekuitas dana lancar TA 2008 sebesar Rp. 559.642.934.968,00 terdiri dari Cadangan Piutang, Cadangan Persediaan dan Dana yang harus disediakan untuk pembayaran Utang Jangka Pendek.

C.2.5.1 Cadangan Piutang

Cadangan Piutang merupakan akun penyeimbang dari akun Bagian Lancar TGR.

Cadangan Piutang TA 2008 Rp. 4.184.929.102,00

Cadangan Piutang TA 2007 Rp. 45.594.238,00

Page 41: Laporan BPK 2008 - POLRI

C.2.5.2 Cadangan Persediaan

Cadangan Persediaan merupakan akun penyeimbang dari akun Persediaan

Cadangan Persediaan TA 2008 Rp. 764.035.950.048,00

Cadangan Persediaan TA 2007 Rp. 437.011.904.156,00

C.2.5.3 Dana yang harus disediakan untuk Pembayaran Hutang jk pendek

Dana yang disediakan untuk pembayaran hutang jangka pendek adalah akun penyeimbang hutang jangka pendek.

TA 2008 (minus) Rp. 208.577.944.182,00

TA 2007 (minus) Rp. 16.557.102.589,00

C.2.6 Ekuitas Dana Investasi

Ekuitas dana investasi TA 2008 sebesar Rp. 70.817.592.414.260,00 terdiri dari Dana diinvestasikan dalam Aset Tetap dan Dana diinvestasikan dalam Aset Lainnya.

C.2.6.1 Dana Diinvestasikan Dalam Aset Tetap

Dana diinvestasikan dalam aset tetap adalah akun penyeimbang aset tetap.

TA 2008 Rp. 70.813.823.250.540,00

TA 2007 Rp. 88.932.368.765.395,00

C.2.6.2 Dana Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya

Dana diinvestasikan dalam aset lainnya adalah akun penyeimbang aset lainnya.

TA 2008 Rp. 3.769.163.720,00

TA 2007 Rp. 215.276.488,00

Page 42: Laporan BPK 2008 - POLRI

D. Pengungkapan Penting Lainnya

D.1. Rekening Pemerintah

Dalam rangka penertiban rekening atas nama pejabat/rekening di lingkungan Polri, maka disosialisasikan kepada seluruh Kasatker dan Bendahara Pengeluaran serta Bendahara Penerimaan di lingkungan Polri tentang :

- Peraturan Menteri keuangan RI nomor 56/PMK.05/2007 tanggal 26 Juni 2007 tentang Pengenaan sanksi dalam rangka pengelolaan dan penertiban rekening pada kementerian pada Kementerian Negara/ Lembaga/Kantor/Satuan Kerja.

- Peraturan Menteri Keuangan RI nomor 57/PMK.05/2007 tanggal 13 Juni 2007 tentang Pengelolaan Rekening Milik Kementerian Negara/ Lembaga/Kantor/Satuan Kerja.

- Peraturan Menteri Keuangan RI nomor 58/PMK.05/2007 tanggal 13 Juni 2007 tentang Penertiban Rekening Pemerintah pada Kementerian Negara/Lembaga.

- Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan nomor 35/PB/2007 tanggal 27 Juni 2007 tentang Petunjuk Kementerian Negara/Lembaga/ Kantor/Satuan Kerja.

- Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan nomor 36/PB/2007 tanggal 27 Juni 2007 tentang Tindak lanjut atas Penertiban Rekening Pemerintah pada Kementerian Negara/Lembaga/Kantor/Satuan Kerja.

Dalam rangka memenuhi surat Menteri Keuangan nomor S-713/MK/2008 tanggal 16 Desember 2008 tentang investigasi terhadap rekening Kementerian Negara/Lembaga oleh Inspektorat Jenderal di Kementerian/Lembaga (yang diklarifikasikan oleh TPTP sebagai penyimpangan ringan), maka Polri telah membentuk Tim penyelesaian yang terpadu dari Itwasum Polri dan Pusku Polri untuk segera melaksanakan melaksanakan penertiban dengan mengambil langkah :

- Inventarisasi rekening.

- Pengisian questioner dan permintaan dokumen.

- Melaksanakan pendalaman untuk memperoleh penjelasan yang akurat.

Hasil investigasi akan disampaikan kepada Tim Penertiban Rekening Pemerintah (TPRP) disajikan dalam Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2008.

D.2. Dana Non APBN

Pelaporan seluruh sisa dana non APBN yang ada pada rekening atas nama Kapusku dan Kabidku sebagai berikut :

Page 43: Laporan BPK 2008 - POLRI

D.3. Pengembalian Belanja

Adanya kekurangan pencatatan pada kas bendahara pengeluaran sebesar Rp1.034.433.664,00 dan sisa dana tersebut telah disetor ke kas negara setelah tanggal pelaporan.

Tabel 33

Rekening Lain-Lain Polda

1 DANA SAMSAT 8,818,781,676.66 42,321,391,470.80 42,282,383,841.50 9,270,337,807.59 2 TSP 212,812,160.78 7,365,839,318.51 7,233,663,605.79 648,090,786.50 3 DSP 3,198,526,167.62 2,033,064,438.50 1,221,202,033.95 4,010,388,572.17 4 CATUR SAKTI 3,055,702,279.36 6,757,887,436.44 6,012,440,927.38 2,305,883,412.31 5 RUMKIT 778,773,710.28 102,303,790,953.56 93,734,152,333.28 9,381,841,365.56 6 PON - 13,193,673,293.77 13,159,240,720.00 34,432,573.77 7 HIBAH - 26,154,854,453.00 4,998,551,052.00 21,156,303,401.00 8 PILKADA - 334,844,561,848.00 328,660,618,570.00 5,869,623,978.00 9 PEMDA 31,831,394.00 41,041,557,362.00 40,089,009,386.00 984,379,370.00

10 SAMSAT LANTAS 81,819.00 1,837,417,847.21 1,823,840,848.00 13,658,818.21 11 DPK 68,016,862,658.06 375,080,397,727.28 309,483,168,591.57 94,499,870,888.38 12 MESJID 1,391,221.69 14,212,804.28 15,603,000.00 1,025.97 13 KPR BTN 14,599,618.34 5,729,585.49 11,639,000.00 8,690,203.83 14 ABB - 163,306,990.00 163,303,750.00 3,240.00 15 MAJALAH - 922,028,069.00 922,028,069.00 - 16 MAPAN 73,463,581.00 2,927,911.00 372,000.00 76,019,492.00 17 LAHAN PARKIR - 156,316,790.00 156,316,790.00 - 18 SEWA GEDUNG - 59,945,180.00 59,945,180.00 - 19 AKDA - - - - 20 PUSKU 57,695,084,185.91 32,590,466,360.50 16,555,611,426.84 73,729,939,119.57 21 PENAMPUNGAN - 3,143,520,212.20 - -

22 LAIN-LAIN - - - - a. Penggantian uang Pagar - 412,474,400.00 20,293,720.00 392,180,680.00 b. Korem /Premanisme - 193,000,000.00 193,000,000.00 - c. Babinkam /Premenisme - 364,490,000.00 364,490,000.00 - d. Deops - 19,848,082,040.00 19,197,962,280.00 650,119,760.00 f. dll - - - -

141,897,910,472.70 1,010,810,936,491.54 886,358,837,125.31 223,031,764,494.86

PENGELUARAN SALDO

JU M L A H

NO JENIS SALDO AWAL PENERIMAAN

Untuk dana Pilkada Pemda telah disetorkan kembali ke Pemda, sedangkan untuk dana Deops sisanya telah disetorkan kembali ke kas negara.

Page 44: Laporan BPK 2008 - POLRI

BPK LHP – LK Polri Tahun 2008 4

GAMBARAN UMUM PEMERIKSAAN

1. Dasar Hukum Pemeriksaan

a. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Pasal 30; b. Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Pasal 55; c. Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan

Tanggung Jawab Keuangan Negara, Pasal 2; d. Undang-Undang No. 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, Pasal

1.

2. Tujuan Pemeriksaan

Tujuan pemeriksaan laporan keuangan Polri adalah pemberian opini atas kewajaran laporan keuangan Polri dengan memperhatikan:

a. Kesesuaian Laporan Keuangan yang diperiksa dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP);

b. Kecukupan pengungkapan informasi keuangan dalam Laporan Keuangan sesuai dengan pengungkapan yang seharusnya dibuat seperti disebutkan dalam SAP;

c. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan terkait dengan pelaporan keuangan dan

d. Efektivitas Sistem Pengendalian Intern (SPI).

3. Sasaran Pemeriksaan

Untuk mencapai tujuan pemeriksaan di atas, pemeriksaan atas laporan keuangan Polri menilai asersi pemerintah yang meliputi keberadaan dan keterjadian, kelengkapan, penilaian, hak dan kewajiban dan pengungkapan. Pengujian asersi tersebut dilakukan dengan memperhatikan:

a. Tindak lanjut hasil pemeriksaan sebelumnya; termasuk rekening atas nama instansi/pejabat.

b. Rekonsiliasi realisasi APBN antara Polri dengan Departemen Keuangan/KPPN. c. Penganggaran dan realisasi belanja modal dan pencatatan aset tetapnya; d. Pelaporan dan pengelolaan aset tetap; e. Sistem Pengendalian Intern; f. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.

4. Standar Pemeriksaan

Standar Pemeriksaan adalah Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) Tahun 2006

5. Metode Pemeriksaan

Metodologi pemeriksaan atas Laporan Keuangan Polri TA. 2008 meliputi persiapan, pelaksanaan, dan pelaporan hasil pemeriksaan. Persiapan meliputi kegiatan pemahaman tujuan dan harapan penugasan, pemantauan tindak lanjut, penyusunan kebutuhan pemeriksa, pemahaman entitas, penilaian resiko, penetapan materialitas

Page 45: Laporan BPK 2008 - POLRI

BPK LHP – LK Polri Tahun 2008 5

dan metode uji petik, pelaksanaan prosedur analitis awal, serta penyusunan program pemeriksaan terinci dan program kerja perorangan.

Pelaksanaan pemeriksaan meliputi pelaksanaan pengujian analitis terinci, pengujian pengendalian, pengujian substantif atas transaksi dan saldo, penyelesaian penugasan, penyusunan ikhtisar koreksi, penyusunan konsep temuan pemeriksaan, pembahasan konsep temuan pemeriksaan dengan pejabat entitas yang diperiksa, perolehan tanggapan resmi dan tertulis dari pejabat entitas yang diperiksa, penyampaian temuan pemeriksaan.

Pemeriksaan juga dilaksanakan secara interim terhadap Laporan Keuangan Polri Semester I Tahun Anggaran 2008.

Pelaporan hasil pemeriksaan meliputi penyusunan konsep laporan hasil pemeriksaan, penyampaian dan pembahasan konsep tersebut kepada pejabat entitas yang diperiksa, dan penyusunan dan penyampaian laporan hasil pemeriksaan.

Laporan Hasil Pemeriksaan Laporan Keuangan Polri Tahun 2008 juga mencakup hasil pemeriksaan interim atas Laporan Keuangan Polri Tahun 2008.

6. Waktu Pemeriksaan

Jangka waktu pemeriksaan yaitu 45 hari mulai tanggal 13 Februari 2009 sampai dengan 16 April 2009. Sedangkan jangka waktu pemeriksaan interim yaitu 25 hari mulai tanggal 9 Desember 2008 sampai dengan 2 Januari 2008.

7. Objek Pemeriksaan

Laporan Keuangan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) Tahun 2008.

8. Batasan Pemeriksaan

Mengingat lingkup wilayah Polri yang cukup luas dengan jumlah satuan yang cukup besar dan tersebar ke seluruh wilayah Indonesia, maka pemeriksaan dalam rangka pengujian substantif akan dilakukan secara uji petik (sampling) terhadap beberapa satuan.

Pemilihan satuan yang akan dipilih sebagai sample didasarkan atas:

1) Jumlah anggaran belanja masing-masing satuan sebagaimana dilaporkan dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA) Tahun 2008.

2) Jumlah aset masing-masing satuan sebagaimana dilaporkan dalam Neraca Polri Tahun 2008.

3) Frekuensi pemeriksaan BPK RI atas Laporan Keuangan satker Sample yang dipilih diharapkan dapat mewakili minimal 30% dari total anggaran belanja Polri TA 2008, minimal 60% dari total aset Polri Tahun 2008 dan 21% dari total satker Polri tahun 2008.

Dengan memperhatikan faktor-faktor di atas, maka satuan-satuan yang dipilih untuk diperiksa adalah sebagai berikut:

Page 46: Laporan BPK 2008 - POLRI

BPK LHP – LK Polri Tahun 2008 6

1) Mabes Polri 2) Polda Jabar 3) Polda Jambi 4) Polda Sumbar 5) Polda Sulut 6) Polda Gorontalo 7) Polda Bangka Belitung

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Page 47: Laporan BPK 2008 - POLRI

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN ATAS LAPORAN KEUANGAN KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2008

Nomor : 38b /HP/XIV/4/2009 Tanggal : 30 April 2009

Page 48: Laporan BPK 2008 - POLRI

BPK-RI LHP SPI- LK POLRI Tahun 2008 Halaman i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI.................................................................................................................................. i

RESUME LAPORAN ATAS PENGENDALIAN INTERN ........................................................ ii

HASIL PEMERIKSAAN ATAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN .................................... 1

A. Tindak Lanjut Temuan Pemeriksaan SPI Tahun 2005, 2006 dan 2007 .................................. 1

B. Temuan Pemeriksaan SPI Tahun 2008.................................................................................... 1

1. Sistem Pengendalian Intern Atas Pencatatan Dan Pelaporan Aset Tetap Pada Neraca Polri Per 31 Desember 2008 Belum Memadai ……………................

1

2. Pengamanan Aset Tanah Polri Melalui Pensertifikatan Belum Berjalan Secara Optimal .............................................................................. 9

3. Sistem Pengendalian Intern Atas Pencatatan dan Pelaporan Persediaan Di Neraca Polri Per 31 Desember 2008 Belum Memadai...

15

4. Pengelolaan Barang Bukti di Lingkungan Polri Belum Transparan dan Akuntabel ........................................................................................................ 18

5. Sistem Pengendalian Intern Pengelolaan Organisasi dan Keuangan Sekretariat Kompolnas Belum Memadai ……………………......................... 23

Lampiran .....................................................................................................................

Page 49: Laporan BPK 2008 - POLRI

BPK-RI LHP SPI- LK POLRI Tahun 2008 Halaman ii

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

RESUME LAPORAN ATAS PENGENDALIAN INTERN

Berdasarkan Pasal 6 Undang-undang No. 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksaan Keuangan dan Pasal 30 Undang-Udang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Presiden menyampaikan rancangan undang-undang tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBN kepada DPR berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan, selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir. Laporan Keuangan dimaksud setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi APBN, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan, yang dilampiri dengan laporan keuangan perusahaan negara dan badan lainnya. Untuk selanjutnya laporan keuangan dimaksud disebut dengan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP).

Dalam penyusunan LKPP tersebut, berdasarkan Pasal 55 ayat 2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri) telah menyusun dan menyampaikan Laporan Keuangan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) Tahun 2008 dan 2007 yang meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan Keuangan Polri tersebut merupakan tanggungjawab Kapolri. Tanggungjawab BPK adalah pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan pemeriksaan BPK.

Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) mengharuskan BPK melaksanakan pengujian atas efektifitas pengendalian intern dan kepatuhan Laporan Keuangan Polri terhadap peraturan perundang-undangan. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan efektifitas pengendalian intern merupakan tanggungjawab Kapolri. Namun, tujuan pemeriksaan BPK atas laporan keuangan adalah tidak untuk menyatakan pendapat atas keseluruhan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan efektifitas pengendalian intern tersebut. Oleh karena itu, BPK tidak menyatakan suatu pendapat seperti itu.

Sistem pengendalian intern Polri terkait dengan laporan keuangan merupakan suatu proses yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai atas keandalan laporan keuangan yang disampaikan kepada Presiden dan Menteri Keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Sistem Pengendalian Intern tersebut meliputi berbagai kebijakan dan prosedur yang menyediakan keyakinan yang memadai bahwa laporan tersebut telah sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan terkait dengan: (1) catatan

Page 50: Laporan BPK 2008 - POLRI

BPK-RI LHP SPI- LK POLRI Tahun 2008 Halaman iii

laporan keuangan; (2) penerimaan dan pengeluaran telah sesuai dengan otorisasi yang diberikan; (3) keamanan aset yang berdampak material pada laporan keuangan.

Kelemahan Sistem Pengendalian Intern atas Laporan Keuangan Polri yang ditemukan BPK adalah sebagai berikut:

1. Sistem pengendalian intern atas pencatatan dan pelaporan aset tetap pada Neraca Polri per 31 Desember 2008 belum memadai

2. Pengamanan aset tanah Polri melalui pensertifikatan belum berjalan secara optimal

3. Sistem pengendalian intern atas pencatatan dan pelaporan persediaan di Neraca Polri per 31 Desember 2008 belum memadai

4. Pengelolaan barang bukti di lingkungan Polri belum transparan dan akuntabel

5. Sistem pengendalian intern pengelolaan organisasi dan keuangan Sekretariat Kompolnas belum memadai

Berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut, BPK menyarankan Kapolri agar:

1. Memerintahkan Deputi Kapolri Bidang Logistik untuk membuat mekanisme rekonsiliasi antara fungsi logistik dengan keuangan di setiap jenjang pelaporan dari tingkat Polres, Polda, hingga Mabes Polri, dan membuat standar format Laporan Hasil Rekonsiliasi Aset Tetap yang berlaku di jajaran Polri serta meningkatkan sarana dan prasarana untuk mendukung kelancaran inventarisasi dan revaluasi aset di jajaran Polri

2. Memerintahkan Deputi Kapolri Bidang Logistik untuk menginventarisasi aset tanah yang masih dalam proses pengurusan sertifikat maupun yang belum di jajaran Polri dan menyusun perkiraan perhitungan anggaran untuk pensertifikatan tanah serta meningkatkan koordinasi dengan Sde Renbang Polri terkait dengan dukungan anggaran pensertifikatan tanah pada anggaran tahun 2010,

3. Memerintahkan Deputi Kapolri Bidang Logistik untuk membuat ketentuan mengenai mekanisme pelaporan persediaan secara berjenjang dari tingkat Polsek, Polres, Polda sampai dengan Mabes Polri dan menetapkan prosedur dan mekanisme stock opname,

4. Membentuk tim teknis terkait dengan usulan Kabareskrim mengenai revisi struktur organisasi Bareskrim dan fungsi reskrim kewilayahan yang menangani barang bukti dan tahanan serta memerintahkan Kabareskrim untuk membuat mekanisme pelaporan atas pengelolaan barang bukti mulai dari tingkat Polsek sampai dengan Mabes Polri,

5. Berkoordinasi dengan Ketua Kompolnas dengan membentuk tim teknis untuk mengkaji ulang Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2005 tentang Komisi Kepolisian Nasional dan Peraturan Kapolri Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Kompolnas sebagai upaya untuk merevitalisasi organisasi, tugas dan fungsi Sekretariat Kompolnas menjadi unit organisasi eselon satu yang berada dan menyatu dengan struktur organisasi Kompolnas.

Atas pemeriksaan tersebut, selain Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern, BPK RI telah menerbitkan Laporan Hasil Pemeriksaan Keuangan atas Laporan

Page 51: Laporan BPK 2008 - POLRI

BPK-RI LHP SPI- LK POLRI Tahun 2008 Halaman iv

Keuangan Kepolisian Negara Republik Indonesia tahun 2008 yang memuat opini Tidak Memberikan Pendapat dengan nomor 38a/HP/XIV/04/08 tanggal 30 April 2009 dan dan Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern dengan nomor 38c/HP/XIV/04/08 tanggal 30 April 2009.

Jakarta, 30 April 2009

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA,

Penanggung Jawab Pemeriksaan,

Hery Subowo, SE.Ak., MPM, CIA, CFE

Akuntan, Register Negara No.D-17.698

Page 52: Laporan BPK 2008 - POLRI

BPK-RI LHP SPI – LK POLRI Tahun 2008 Halaman 1 dari 29

HASIL PEMERIKSAAN ATAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN

A. Tindak Lanjut Temuan Pemeriksaan SPI Tahun 2005, 2006 dan 2007

Hasil pemeriksaan atas Laporan Keuangan Kepolisian Negara Republik Indonesia tahun 2005 mengungkapkan sebanyak 8 (delapan) temuan pemeriksaan SPI. Hasil pemeriksaan atas tindak lanjut diketahui bahwa sebanyak 2 (dua) temuan telah ditindaklanjuti

Hasil pemeriksaan atas Laporan Keuangan Kepolisian Negara Republik Indonesia tahun 2006 mengungkapkan sebanyak 9 (sembilan temuan) temuan pemeriksaan SPI. Hasil pemeriksaan atas tindak lanjut diketahui bahwa sebanyak 6 (enam) temuan telah ditindaklanjuti.

Hasil pemeriksaan atas Laporan Keuangan Kepolisian Negara Republik Indonesia tahun 2007 mengungkapkan sebanyak 8 (delapan) temuan pemeriksaan SPI. Hasil pemeriksaan atas tindak lanjut diketahui bahwa sebanyak 5 (lima) temuan telah ditindaklanjuti.

Rincian tindak lanjut Hasil Pemeriksaan SPI dapat dilihat pada Lampiran 1.

B. Temuan Pemeriksaan SPI Tahun 2008

1. Sistem Pengendalian Intern Atas Pencatatan Dan Pelaporan Aset Tetap Pada Neraca Polri Per 31 Desember 2008 Belum Memadai

Dalam Neraca Polri per 31 Desember 2008 yang disampaikan kepada Departemen Keuangan antara lain dilaporkan nilai aset tetap sebesar Rp69.880.171.175.311,00 dengan rincian sebagai berikut:

a. Tanah : Rp28.654.013.368.316,00

b. Gedung dan Bangunan : Rp27.017.658.646.200,00

c. Peralatan dan Mesin : Rp13.681.762.408.003,00

d. Jalan,Jembatan,Irigasi & Jaringan : Rp 334.191.997.153,00

e. Aset Tetap Lainnya : Rp 67.862.221.638,00

f. Konstruksi Dalam Pengerjaan : Rp 124.682.534.001,00

Berdasarkan hasil pemeriksaan diketahui bahwa data aset tersebut berasal dari Staf Deputi Logistik (Sdelog) Polri melalui proses berikut :

a. Delog Kapolri melalui surat No. Pol. B/3310/XII/2008/Sdelog tanggal 31 Desember 2008 perihal Pelaporan hasil inventarisasi BMN dan laporan aset kekayaan BMN Semester II Tahun 2008 kepada satker Mabes Polri dan Polda dengan melampirkan form yang berisi posisi aset per 31 Desember 2008, mutasi tambah kurang dan saldo akhir per 31 Desember 2008 untuk masing-masing jenis aset.

Page 53: Laporan BPK 2008 - POLRI

BPK-RI LHP SPI – LK POLRI Tahun 2008 Halaman 2 dari 29

b. Seluruh satker Mabes Polri dan Polda (Rolog Polda) telah mengisi form tersebut dan mengirimkannya kepada Bagian Infolog Biro Jianstra Sdelog Polri;

c. Data tersebut selanjutnya dievaluasi ketepatan pengklasifikasiannya dan dikompilasi oleh Bagian Infolog Biro Jianstra Sdelog Polri. Evaluasi dilakukan tanpa memperhatikan kewajaran penilaian dan status terkini dari aset-aset yang dilaporkan;

d. Hasil kompilasi tersebut kemudian disampaikan kepada Pusku Polri sebagai dasar pencantuman data Aset Polri pada Neraca Polri Tahun 2008.

Berdasarkan pemeriksaan lebih lanjut secara uji petik pada Satker Mabes Polri dan Polda Jabar, Polda Jambi dan Polda Sumbar diketahui beberapa hal sebagai berikut:

a. Dari monitoring Bagian Infolog Rojianstra Sdelog Polri diketahui bahwa belum seluruh satker di jajaran Polri dilakukan proses Inventarisasi aset tetapnya oleh Tim DJKN sampai dengan akhir tahun 2008. Perbandingan satker-satker yang sudah dilakukan inventarisasi aset tetap dengan yang belum dilakukan inventarisasi aset tetap adalah sebagai berikut:

Dari penjelasan bagian Infolog Rojianstra diketahui hasil inventarisasi nilai aset yang dilaksanakan oleh Tim DJKN Departemen Keuangan untuk di tingkat Polda (wilayah) dan Mabes Polri belum jadikan dasar dalam menyusun laporan nilai aset dalam SABMN.

Dari hasil pemeriksaan pada Poda Jabar diketahui bahwa hasil inventarisasi dan revaluasi Aset Tetap oleh DJKN juga masih terdapat beberapa kelemahan, sebagai berikut:

1) Terdapat beberapa Satker yang belum mendapatkan hasil Inventarisasi dan Revaluasi Aset dari DJKN sehingga belum dapat menggunakan hasil Inventarisasi dan Revaluasi Aset oleh DJKN tersebut dalam penyusunan SIMAK BMN dan Neraca.

2) Hasil pemeriksaan secara uji petik pada beberapa Satker di lingkungan Polda Jawa Barat diketahui bahwa terdapat beberapa Satker yang tidak

No. Satker Jumlah Satker

Menurut DIPA

Satker yg sudah

Inventarisasi

Satker dalam proses di

Inventarisasi

Prosentase

(%)

1 Kewilayahan (Polda) 911 255 656 28%

2 Mabes Polri 50 33 17 66%

Jumlah 961 288 673 30%

Page 54: Laporan BPK 2008 - POLRI

BPK-RI LHP SPI – LK POLRI Tahun 2008 Halaman 3 dari 29

menggunakan nilai Aset Tetap hasil inventarisasi DJKN dalam penyusunan Laporan BMN tingkat UAKPB. Selain itu, dapat diketahui pula bahwa seluruh Satker di lingkungan Polda Jawa Barat tidak menggunakan nilai Aset Tetap hasil revaluasi DJKN dalam penyusunan Laporan BMN tingkat UAKPB.

3) Penilaian DJKN atas barang-barang dengan jenis yang sama dengan tahun perolehan yang sama tidak konsisten. Barang dengan jenis dan tahun perolehan yang sama pada Satker yang berbeda dinilai tidak konsisten (tidak sama nilainya) oleh DJKN.

4) Terdapat barang-barang inventaris yang dianggap tidak ada/hilang oleh Tim Inventarisasi dan Revaluasi dari DJKN karena Satker tidak dapat menunjukkan data-data pendukung kepemilikannya.

Dari hasil pemeriksaan pada Polda Jambi diketahui bahwa hasil inventarisasi yang dilakukan DJKN tidak dapat dimanfaatkan secara optimal dalam membantu penyusunan Neraca per 31 Desember 2008. Hal tersebut antara lain disebabkan karena:

1) Adanya kemungkinan bahwa hasil inventariasi BMN oleh DJKN tersebut tidak akurat dikarenakan proses inventarisasi hanya dilakukan dengan menggunakan metode sampling, sehingga tidak setiap BMN yang dilaporkan dalam Laporan BMN benar-benar dihitung dan dicek keberadaannya.

2) Laporan hasil inventarisasi BMN tersebut baru disampaikan kepada satker terkait pada setelah Laporan BMN semester II Tahun 2008 dan Neraca per 31 Desember 2008 selesai disusun, yaitu pada bulan Februari 2009.

b. Belum dilakukan validasi data aset tanah dan bangunan yang dilaporkan dalam neraca Polda dengan data yang berada pada Biro Faskon Sdelog sebagai pembina fungsi aset tanah dan bangunan. Biro Faskon sebagai pembina fungsi aset tanah dan bangunan mempunyai data tanah dan bangunan dan melaporkan secara lebih detail mengenai luas, status dan lokasi tanah dan bangunan per Polda meskipun belum mencantumkan nilai aset. Hasil pemeriksaan secara uji petik atas Laporan Keuangan Polda diketahui bahwa data luas tanah dan bangunan berdasarkan laporan neraca Rolog Polda ternyata berbeda dengan data luas tanah dan bangunan yang ada pada Bagian Inventarisasi Biro Faskon Sdelog Polri, antara lain:

No. Satker Data luas tanah

Menurut neraca

Data luas tanah

Biro Faskon Delog

Selisih

1 Polda Sumut 3.615.093 m2 1.674.494 m2 1.940.599 m2

2 Polda Jabar 1.400.000 m2 2.652.892 m2 1.252.892 m2

3 Polda Sultra 2.082.548 m2 722.591 m2 1.359.957 m2

Page 55: Laporan BPK 2008 - POLRI

BPK-RI LHP SPI – LK POLRI Tahun 2008 Halaman 4 dari 29

c. Pada satker Mabes Polri belum dilakukan rekonsiliasi antara UAKPA dengan UAKPB sehingga masih terdapat perbedaan nilai aset tetap yang dilaporkan pada Laporan Keuangan satker dan aset tetap pada Laporan SABMN.

d. Pada UAPB-W (Polda) , tidak pernah dilakukan rekonsiliasi antara Subbag Infolog dengan Bagian Peralatan (Pal), Bagian Bekal Umum (Bekum), dan Bagian Fasilitas Konstruksi (Faskon) yang bertugas untuk melakukan pembinaan dalam hal pelaporan dan inventarisasi Aset/BMN Polri. Tidak adanya mekanisme rekonsiliasi tersebut menyebabkan jumlah aset tetap yang dilaporkan oleh masing-masing Bag berbeda dengan jumlah yang dilaporkan oleh Subbag Infolog. Penyebab sulitnya dilakukan rekonsiliasi antara lain dikarenakan data aset yang dilaporkan oleh masing-masing Bag hanya berupa jumlah kuantum tanpa disertai dengan nilai aset yang dinyatakan dalam satuan rupiah.

Hasil prosedur analitis dan pemeriksaan substantif atas saldo perkiraan-perkiraan Aset Tetap pada Neraca Polda Jabar per 31 Desember 2008 dengan membandingkan enam data saldo Aset Tetap yaitu:

1) Saldo Aset Tetap pada Neraca UAPPA-W,

2) Saldo Aset Tetap hasil kompilasi Neraca UAKPA,

3) Saldo Aset Tetap Laporan BMN UAPPB-W,

4) Saldo Aset Tetap hasil kompilasi Laporan BMN UAKPB,

5) Saldo Aset Tetap Polda Sulut pada Catatan atas Laporan Keuangan UAPA,

6) Saldo Aset Tetap dari rincian Laporan BMN UAPB.

diketahui bahwa masih terdapat perbedaan Saldo Aset Tetap dari keenam data tersebut di atas, sebagai berikut:

Neraca Lampiran BMN Akun UAPPA-W Kompilasi

UAKPA

Rincian UAPA UAPPB-W Kompilasi

UAKPB

Rincian UAPB

Tanah 849.843,66 849.843,66 849.843,66 849.843,66 849.843,66 Peralatan & Mesin 401.731,39 401.731,39 401.904,78 401.904,78 401.904,78 Gedung & Bangunan 1.131.877,08 1.131.877,08 1.131.877,08 1.131.877,08 1.131.877,08 Jalan, Irigasi & Jaringan 39.424,65 39.424,65 39.424,65 39.151,15 39.424,65 Aset Tetap Lainnya 1.872,83 1.872,83

2.424.993,18

1.942,98 2.211,48 1.942,98 Diinvestasikan Dlm Aset Tetap 2.424.749,63 2.424.749,63 2.424.993,18 2.453.289,83 2.453.284,83 2.424.993,18

Pada UAPAW Polda Jambi diketahui bahwa Neraca Polda Jambi per 31 Desember 2008 bukan sepenuhnya merupakan hasil kompilasi dari Neraca-neraca yang disusun dan dan dilaporkan secara berjenjang oleh satker-satker yang berada di jajaran Polda Jambi. Hal tersebut antara lain ditunjukkan dengan adanya perbedaan nilai saldo akun-akun Neraca yang disajikan di Neraca Polda Jambi per 31 Desember 2008 dengan hasil kompilasi dari 27 Neraca satker per 31 Desember 2008 yang ada di jajaran Polda Jambi sebagai berikut:

Page 56: Laporan BPK 2008 - POLRI

BPK-RI LHP SPI – LK POLRI Tahun 2008 Halaman 5 dari 29

Nama Perkiraaan Saldo menurut Neraca UAPPA-W

Saldo menurut kompilasi Neraca UAKPA Selisih

Kas di Bendahara Pengeluaran 174.035.950 174.047.999 (12.049) Kas di Bendahara Penerimaan 106.078.447 126.764.550 (20.686.103) Persediaan 2.089.754.294 2.069.104.294 20.650.000 Tanah 79.028.841.835 79.028.841.835 - Peralatan dan Mesin 106.967.226.748 106.967.226.748 - Gedung dan Bangunan 310.992.649.846 311.010.649.846 (18.000.000) Jalan, Irigasi dan Jaringan 49.200.000 49.200.000 - Aset Tetap Lainnya 1.295.093.000 1.277.093.000 18.000.000

Pada UAPAW Polda Sumbar diketahui bahwa Neraca Polda Sumatera Barat per 31 Desember 2008 bukan sepenuhnya merupakan hasil kompilasi dari Neraca-neraca yang disusun dan dan dilaporkan secara berjenjang oleh satker-satker yang berada di jajaran Polda Sumatera Barat.

Hal tersebut antara lain ditunjukkan dengan adanya perbedaan nilai saldo aset tetap yang disajikan di Neraca Polda Sumatera Barat (UAPA-W) per 31 Desember 2008 dengan hasil kompilasi dari 36 Neraca satker (UAKPA) per 31 Desember 2008 yang ada di jajaran Polda Sumatera Barat sebagai berikut:

No. Nama Perkiraan Kompilasi Satker Neraca UAPPA-W Selisih

1 Tanah 874.203.914.600 874.203.914.600 - 2 Peralatan dan Mesin 1.078.607.232.393 1.074.539.842.968 4.067.389.425 3 Gedung dan Bangunan 2.193.840.349.704 2.198.505.826.704 (4.665.477.000) 4 Jalan, Irigasi dan Jaringan 2.662.295.000 2.662.295.000 - 5 Konstruksi dalam Pengerjaan - - - 6 Aset Tetap Lainnya 2.792.018.000 2.830.718.000 (38.700.000) JUMLAH 4.152.105.809.697 4.152.742.597.272 (636.787.575)

e. Seluruh satker di jajaran Polda Sumbar telah menggunakan program aplikasi SABMN dalam menatausahakan BMN yang ada di jajarannya, namun dalam pelaksanaannya masih dijumpai adanya kelemahan-kelemahan yang menyebabkan implementasi SABMN belum sepenuhnya dapat berjalan dengan optimal, antara lain sebagai berikut:

1) Kualitas SDM (Operator SABMN) yang kurang memadai dikarenakan kurangnya sosialisasi dan pelatihan megenai SABMN sehingga apabila ditemukan permasalahan dalam aplikasi SABMN tersebut banyak satker yang tidak dapat menyelesaikannya.

2) Keterbatasan jumlah personil pada suatu satker yang menyebabkan personil yang ditugaskan untuk menangani SABMN seringkali juga harus mengerjakan pekerjaan/tugas rutin lainnya.

Page 57: Laporan BPK 2008 - POLRI

BPK-RI LHP SPI – LK POLRI Tahun 2008 Halaman 6 dari 29

3) Masih sering dijumpainya permasalahan berupa error/kesalahan yang diakibatkan oleh kelemahan sistem sehingga kerap kali output berupa laporan BMN yang dihasilkan dari sistem tersebut tidak sesuai dengan data yang diinput oleh Operator.

4) Para pelaksana (operator) SABMN kerap mengalami kesulitan dalam melaporkan nilai aset yang diperoleh dari hasil pengadaan yang dilakukan secara terpusat dikarenakan Surat Perintah Pengeluaran Material (SPPM) yang disampaikan kepada satker-satker di wilayah hanya mencantumkan kuantum (jumlah unit) barang yang dikirim tanpa disertai dengan nilainya.

5) Kesulitan yang dialami Operator dalam mengelompokkan aset ke dalam kelompok barang yang tepat dikarenakan kodifikasi barang yang disediakan oleh aplikasi SABMN belum mengakomodir seluruh jenis aset yang dimilki/dikuasai Polri terutama untuk alat-alat khusus kepolisian.

6) Belum seluruh satker di jajaran Polda Sumbar didukung dengan fasilitas komputer yang memadai untuk mengoperasikan program aplikasi SABMN, baik dari sisi jumlah maupun spesifikasi teknis komputernya.

7) Minimnya dukungan anggaran dalam pelaksanaan kegiatan SABMN baik dukungan anggaran untuk pemenuhan sarana dan fasilitas yang dibutuhkan dalam pengoperasian SABMN maupun dukungan anggaran untuk insentif bagi para operator/pelaksana penatausahaan BMN agar para personil/petugas tersebut lebih termotivasi untuk bekerja dengan lebih optimal.

f. Prosedur untuk meyakinkan kelengkapan pencatatan aset tetap belum berjalan optimal karena dari hasil pemeriksaan secara uji petik di Satker di jajaran Polri diketahui terdapat beberapa hasil pengadaan Tahun 2008 dan beberapa peralatan pengadaan tahun sebelumnya yang belum dicatat dan dilaporkan dalam Laporan Neraca BMN dan terdapat pembangunan gedung yang belum selesai tetapi belum dilaporkan dalam Laporan Neraca Aset sebagai akun Konstruksi Dalam Pengerjaan

g. Polri tidak memiliki prosedur/mekanisme pengendalian khusus untuk pencatatan kapitalisasi nilai pemeliharaan Aset Tetap. Dengan demikian nilai pemeliharaan Aset Tetap tidak pernah dikapitalisasi ke dalam Nilai Aset tetap pada SIMAK-BMN.

h. Masih terdapat kelemahan dalam penilaian aset tetap:

1) Penilaian aset tanah dan bangunan yang tidak didukung data NJOP (nilai aset Denma mabes Polri berupa tanah Rp10.490.934.000.000 dan bangunan sebesar Rp1.441.080.389.000 belum didasarkan dari nilai NJOP dan hasil konfirmasi bahwa nilai perolehan tersebut hasil survai namun laporan hasil survei belum didapat oleh Tim termasuk aset tanah Sespim Polri dan Secapa Polri.)

2) Terdapat penilaian aset yang tidak sesuai dengan nilai perolehannya.

Page 58: Laporan BPK 2008 - POLRI

BPK-RI LHP SPI – LK POLRI Tahun 2008 Halaman 7 dari 29

3) masih terdapat kesalahan input nilai aset tetap dalam aplikasi SABMN (penilaian Gedung dan Bangunan pda satker Dirtpoludara berdasarkan harga peroleh per unit bukan harga per m2 dengan taksiran harga per unit Rp1.500.000,00).

i. Terdapat prosedur penghapusan aset yang tidak sesuai ketentuan (pada beberapa Satker Mabes Polri diketahui terdapat beberapa kendaraan R4, R6 dan R2 yang masih dalam proses dan belum ada Skep Penghapusan ternyata kendaraan tersebut sudah tidak dilaporkan dalam Laporan SABMN, selain itu kendaraan yang telah dihapuskan sesuai Skep masih tercatat dalam Laporan SABMN pada satker yang bersangkutan)

j. Masih terdapat kesalahan klasifikasi aset tetap berupa peralatan dan mesin ke perkiraan aset tetap lainnya dan sebaliknya. Dan masih terdapat aset yang rusak tetapi belum direklasifikasi ke aset lainnya,

Hal tersebut tidak sesuai dengan:

a. PP No. 24 tahun 2006 tentang Standar Akuntansi Pemerintah, Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah No. 07 tentang Aset Tetap:

1) Paragraf 29. Biaya perolehan suatu aset tetap terdiri dari harga belinya atau konstruksinya, termasuk bea impor dan setiap biaya yang dapat diatribusikan secara langsung dalam membawa aset tersebut ke kondisi yang membuat aset tersebut dapat bekerja untuk penggunaan yang dimaksudkan.

2) Paragraf 31. Tanah diakui pertama kali sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan mencakup harga pembelian atau biaya pembebasan tanah, biaya yang dikeluarkan dalam rangka memperoleh hak, biaya pematangan, pengukuran, penimbunan, dan biaya lainnya yang dikeluarkan sampai tanah tersebut siap pakai. Nilai tanah juga meliputi nilai bangunan tua yang terletak pada tanah yang dibeli tersebut jika bangunan tua tersebut dimaksudkan untuk dimusnahkan.

3) Paragraf 32. Biaya perolehan peralatan dan mesin menggambarkan jumlah pengeluaran yang telah dilakukan untuk memperoleh peralatan dan mesin tersebut sampai siap pakai. Biaya ini antara lain meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya instalasi, serta biaya langsung lainnya untuk memperoleh dan mempersiapkan sampai peralatan dan mesin tersebut siap digunakan.

4) Paragraf 33. Biaya perolehan gedung dan bangunan menggambarkan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh gedung dan bangunan sampai siap pakai. Biaya ini antara lain meliputi harga pembelian atau biaya konstruksi, termasuk biaya pengurusan IMB, notaris, dan pajak.

b. Keputusan Menteri Keuangan No. 01/KM.12/2001 tentang pedoman Kapitalisasi barang kekayaan milik negara dalam sistem akuntansi pemerintah, pasal 3 menyatakan bahwa pengeluaran yang dikapitalisasikan

Page 59: Laporan BPK 2008 - POLRI

BPK-RI LHP SPI – LK POLRI Tahun 2008 Halaman 8 dari 29

dilakukan terhadap pengadaan tanah, pembelian peralatan dan mesin sampai siap pakai, pembuatan peralatan, mesin dan bangunan, pembangunan gedung dan bangunan, pembangunan jalan/irigasi/jaringan, pembelian Aset Tetap lainnya sampai siap pakai, dan pembangunan/pembuatan Aset Tetap lainnya.

Kondisi tersebut mengakibatkan jumlah dan nilai aset tetap yang disajikan dalan Neraca Polri per 31 Desember 2008 tidak akurat dan tidak dapat diyakini kewajarannya.

Hal tersebut disebabkan karena:

a. Kuantitas dan kualitas SDM yang menangani inventarisasi aset Polri belum memadai;

b. Koordinasi antara satker terkait dengan pelaksanaan inventarisasi aset Polri belum berjalan dengan optimal.

c. Pengawasan dan pengendalian atas aset yang dikelola di jajaran Polri masih lemah.

Atas temuan SPI tersebut, pihak Polri menanggapi:

a. Mabes Polri

1) Untuk aset yang belum dilakukan rekonsiliasi akan dilaksanakan rekonsiliasi ulang berdasarkan hasil inventarisasi dari DJKN Depkeu dan akan dimuat dalam laporan Semester I TA 2009.

2) Secara sistem akuntansi yang berlaku belum bisa menampung atau memperlakukan biaya pemeliharaan sebagai pengeluaran kapitalisasi atau menambah harga perolehan aset.

b. Polda Jambi

1) Menerima hasil temuan dan akan ditindaklanjuti dengan melakukan pengecekan dari tingkat UAKPA sehingga akan mendapatkan Necara Polda Jambi secara akurat yaitu nilai neraca seluruh UAKPA sama dengan nilai neraca tingkat UAPPAW.

2) Akan diadakan koreksi ulang atau perbaikan data aset sesuai dengan hasil Inventarisasi DJKN.

c. Polda Jabar

1) Terkait hasil inventarisasi dan revaluasi di beberapa satker jajaran Polda Jabar akan segera dilakukan koordinasi dengan pihak DJKN.

2) Bidku dan Biro Logistik akan menggalakkan seluruh satker di jajararan Polda Jabar untuk menggunakan hasil inventarisasi da revaluasi aset Polda Jabar oleh DJKN dalam penyusunan laporan keuangan Polda Jabar tahun mendatang.

3) Biro logistik akan melaksanakan rekonsiliasi antara SIMAK BMN Subbag Infolog dengan laporan manual aset tetap dari bagian Faskon, bagian PAL, dan bagian Benkum Biro Logistik sehingga terjadi persesuaian data.

Page 60: Laporan BPK 2008 - POLRI

BPK-RI LHP SPI – LK POLRI Tahun 2008 Halaman 9 dari 29

d. Polda Sumbar

Bidku dalam menyusun neraca Polda Sumbar per 31 Desember 2008 selalu melaksanakan koordinasi dengan Biro Logistik selaku pengemban fungsi logistik di lingkungan Polda dan dengan BPKP wilayah sumbar.

BPK-RI menyarankan Kapolri agar memerintahkan Deputi Kapolri Bidang Logistik untuk:

a. Melakukan rekonsiliasi dan koreksi aset tetap antara fungsi logistik dengan fungsi keuangan secara berjenjang mulai dari tingkat Polres, Polda hingga Mabes Polri berdasarkan hasil inventarisasi dan revaluasi dari DJKN Depkeu.

b. Membuat mekanisme rekonsiliasi yang antara fungsi logistik dengan keuangan di setiap jenjang pelaporan dari tingkat Polres, Polda, hingga Mabes Polri, dan membuat standar format Laporan Hasil Rekonsiliasi Aset Tetap yang berlaku di jajaran Polri.

c. Meningkatkan koordinasi dengan jajaran DJKN wilayah dan pusat dalam upaya percepatan inventarisasi dan revaluasi aset tetap di jajaran Polri.

d. Meningkatkan sarana dan prasarana untuk mendukung kelancaran inventarisasi dan revaluasi di jajaran Polri, termasuk meningkatkan kualitas SDM logistik yang menangani inventarisasi aset untuk memperoleh pemahaman yang sama atas mekanisme pelaporan aset.

2. Pengamanan Aset Tanah Polri Melalui Pensertifikatan Belum Berjalan Secara Optimal

Berdasarkan laporan data Barang Tidak Bergerak (BTB) Polri untuk semester II TA. 2008 yang dilaporkan oleh Delog Kapolri sebagai pelaksana UAPB kepada Kapolri selaku UAPB diketahui bahwa rekapitulasi data tanah Polri di tingkat kewilayahan (Polda) maupun di tingkat Mabes seluruhnya seluas 170.871.201 m2 / 8.040 Persil, dari jumlah tersebut yang sudah bersertifikat seluas 28.380.595 m2 / 2.214 Persil atau 16,60%, dengan rincian:

a. Tingkat Polda : Luas 21.736.033 m2 / 2.089 Persil

b. Tingkat Mabes : Luas 6.644.563 m2 / 125 Persil

Sedangkan tanah seluas 142.490.606 m2 / 5.826 Persil adalah tanah yang telah dikuasai Polri namun belum bersertifikat dan tanah dengan status pinjam pakai dengan rincian:

a. Tingkat Polda:

1) Belum sertifikat : Luas 140.041.397 m2 / 5.516 Persil.

2) Pinjam Pakai : Luas 1.055.622 m2 / 286 Persil.

b. Tingkat Mabes:

1) Belum sertifikat : Luas 1.294.395 m2 / 24 Persil.

Page 61: Laporan BPK 2008 - POLRI

BPK-RI LHP SPI – LK POLRI Tahun 2008 Halaman 10 dari 29

2) Tanah yang belum bersertifikat seluas 141.335.792 m2 (140.041.397 m2 + 1.294.395 m2) perolehannya berasal dari:

(a) Hibah seuas 26.685.803 m2 / 766 Persil

(b) Pembelian/swadaya seluas 1.595.953 m2 / 241 Persil

(c) Lain-lain seluas 113.054.036 m2 / 4.533 Persil

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengamanan aset tanah Polri melalui pensertifikatan belum berjalan dengan optimal.

Selain itu dari hasil pemeriksaan diketahui pula bahwa:

a. Terdapat beberapa sertifikat yang asli tanah milik Polri yang tidak ditemukan di Biro Logistik Polda Jabar maupun Subbag Logistik Satwil dan dinyatakan hilang, sebagai berikut:

1) Sertifikat nomor SK/146/DIT/PHT/HP/1978 untuk tanah seluas 20.208 m² yang berlokasi di Jl. Panunggal Blok Bojong Kel/Kec. Cipedes, Kota Tasikmalaya dan digunakan untuk asrama/rumah dinas anggota Polres Kota Tasikmalaya (Aspol Bojong).

2) Sertifikat nomor No. Sertifikat I/1975 untuk tanah seluas 10.145 m² yang berlokasi di Jl. Raya Kedaung Halang Bogor Utara Kota dan digunakan untuk Mapolresta Bogor.

b. Tanah seluas 47.274 m2 yang berada di jajaran Polda Jabar bermasalah, sebagai berikut:

1) Tanah seluas 2.920 m2 yang digunakan oleh Mapolwil Purwakarta sejak tahun 1950 ternyata telah bersertifikat atas nama orang lain (R. Saleh Adikusumah, Sertifikat Hak Milik No. 174 dan No. 810 tahun 1986). Hasil pengecekan pihak Biro Logistik Polda Jabar ke BPN diketahui bahwa Sertifikat Hak Milik tersebut memang tercatat atas nama yang bersangkutan. Pihak pemilik Sertifikat meminta agar tanah yang digunakan oleh Mapolwil Purwakarta tersebut dikembalikan atau dibeli oleh Polri.

2) Tanah dan bangunan seluas 2.789 m2 yang digunakan oleh Rumah Dinas Kapolwil Purwakarta ternyata telah bersertifikat atas nama orang lain (Al-Hilaby, Sertifikat No. 215, Surat Ukur No. 211 Tahun 1903). Pihak pemilik Sertifikat meminta penyelesaian uang sewa tanah dan bangunan dari tahun 1982 s.d. sekarang.

3) Tanah kosong di dalam Aspol Tegalsari Polres Purwakarta seluas 11.890 m2 yang telah dikuasai sejak tahun 1950.

4) Total keseluruhan dari Aspol Tegalsari Polres Purwakarta tersebut adalah 60.600 m2 dan telah disertifikatkan atas nama Polri seluas 44.545 m2, sedangkan sisanya seluas 16.055 m2 belum disertifikatkan. Dari sisa tanah seluas 16.055 m2 yang belum disertifikatkan tersebut terdapat tanah kosong seluas 11.890 m2 yang digugat kepemilikannya oleh pihak yang mengaku sebagai ahli waris atas tanah tersebut yaitu Rd. Siti Roedjimah dengan bukti girik No. 521 Persil 69 D.II dan akta PPAT Camat

Page 62: Laporan BPK 2008 - POLRI

BPK-RI LHP SPI – LK POLRI Tahun 2008 Halaman 11 dari 29

Kecamatan Purwakarta pada tahun 1930. Pihak Polda Jabar dan BPN Purwakarta sepakat bahwa BPN akan membuat Surat Pemberitahuan kepada pihak penggugat untuk membuktikan bukti kepemilikannya. Apabila pihak penggugat tidak dapat membuktikan kepemilikannya maka tanah tersebut akan disertifikatkan atas nama Polri, mengingat sebagian tanah seluas 44.545 m2 telah bersertifikat atas nama Polri. Sampai dengan berakhirnya pemeriksaan belum ada perkembangan terbaru atas penyelesaian gugatan maupun penyelesaian proses pensertifikatan tanah tersebut.

5) Tanah seluas 1.480 m2 yang digunakan Mapolsek Soreang dan dikuasai sejak tahun 1951 digugat oleh pihak yang mengaku sebagai ahli waris atas tanah tersebut yaitu Satjadibrata dengan bukti eks Eigendom Perponding No. 31. Pihak penggugat meminta ganti rugi kepada Polri. Berdasarkan keterangan BPN Kabupaten Bandung, tanah dan bangunan Polsek Soreang merupakan tanah eks hak barat yang telah diajukan Sertifikat Hak Pakai atas nama Polri, namun karena nomor perpondingnya belum ditemukan maka akan diumumkan di media massa dengan batas waktu 30 hari. Kepada masyarakat yang mengaku pemilik akan diminta menunjukkan bukti kepemilikan, apabila sampai batas waktu yang telah ditentukan tidak ada masyarakat yang mengaku sebagai pemilik atau yang mengaku sebagai pemilik tidak dapat menunjukkan bukti kepemilikan maka permohonan sertifikat atas nama Polri akan diproses. Sampai dengan berakhirnya pemeriksaan belum ada perkembangan terbaru atas penyelesaian gugatan maupun penyelesaian proses pensertifikatan tanah tersebut.

6) Tanah seluas 1.884 m² yang digunakan untuk Aspolwil Cirebon dan dikuasai sejak tahun 1951 digugat oleh pihak yang mengaku sebagai pemilik atas tanah tersebut yaitu H. A. Yani/Uci Arusi dengan bukti Sertifikat Hak Milik No. 1970 dan 1971 tahun 1981. Pihak penggugat meminta agar tanah dan bangunan dikembalikan.

Tanah Aspolwil Cirebon tersebut merupakan tanah dan bangunan peninggalan Belanda yang masa Eigendomnya telah habis, tanah tersebut seharusnya menjadi tanah yang langsung dikuasai oleh Negara, namun oleh Kepala Desa setempat telah diperjualbelikan kepada pemohon, selanjutnya BPN berdasarkan Akta Jual Beli tersebut menerbitkan Sertifikat Hak Milik No. 1970 dan 1971.

Terdapat persyaratan administrasi yang tidak dipenuhi dalam proses jual beli maupun penerbitan sertifikat tanah tersebut, mengingat pada saat pengukuran dan dalam persyaratan administrasi berupa pernyataan tidak keberatan Polri yang menguasai tanah tersebut tidak dilibatkan.

7) Tanah seluas 2.800 m² yang eks Mapolsek Kertasmaya yang telah dikuasai sejak tahun 1949 digugat oleh pihak yang mengaku sebagai pemilik atas tanah tersebut yaitu Ny. Rodiah dengan bukti Girik L.564 Persil 6.a.II. Pihak penggugat meminta agar tanah dan bangunan dikembalikan.

Page 63: Laporan BPK 2008 - POLRI

BPK-RI LHP SPI – LK POLRI Tahun 2008 Halaman 12 dari 29

8) Tanah seluas 1.242 m² yang digunakan untuk Aspolwil Cirebon dan dikuasai sejak tahun 1942 digugat oleh pihak yang mengaku sebagai pemilik atas tanah tersebut yaitu Yayasan Pendidikan Kristen dengan bukti HGB No. 246/247 tahun 1989. Pihak penggugat meminta agar tanah dan bangunan dikembalikan.

Proses hukum dalam menyelesaikan sengketa atas tanah ini telah dilakukan sampai ke tingkat Kasasi dan Polri mengalami kekalahan, sehingga tanah dan bangunan tersebut sulit dipertahankan.

9) Tanah dan bangunan seluas 3.629 m² yang digunakan untuk Mapolres Sumedang.

Tanah dan bangunan tersebut merupakan peninggalan hak barat yang sejak tahun 1948 digunakan bersama-sama dengan PT. Pos dan Giro. Pada tahun 1957 PT. Pos dan Giro pidah dan menempati gedung baru, seluruh gedung kemudian digunakan oleh Polri dengan catatan bekas gedung yang digunakan PT. Pos dan Giro dipinjamkan kepada Polri melalui perjanjian pinjam pakai yang ditandatangani oleh Kepala Polisi Kab. Sumedang saat itu (Inspektur Satu Sugeng).

PT. Pos dan Giro meminta kembali tanah dan bangunan tersebut karena PT. Pos dan Giro masih merasa berhak atas tanah dan bangunan tersebut mengingat Polri menggunakan seluruh bangunan melalui pinjam pakai, namun demikian PT. Pos dan Giro tidak mempunyai bukti yuridis yang menguatkan kepemilikannya.

10) Tanah seluas 2.048 m² yang digunakan untuk Aspolres Bogor (Aspol Panaragan) dan dikuasai sejak tahun 1958 telah disertifikatkan secara sepihak oleh 13 orang Purnawirawan Polri.

11) Tanah dan bangunan seluas 3.953 m² yang digunakan untuk Aspolres Kuningan (Aspol Flora) digugat oleh pihak yang mengaku sebagai pemilik atas tanah tersebut dengan bukti HGB No. 59/Kuningan yang telah habis masa berlakunya sejak tahun 1980. Pihak penggugat meminta agar tanah dan bangunan dikembalikan.

12) Tanah seluas 700 m² yang berlokasi di Jl. Bojong Koneng, Cibeunying, Cimenyan, Bandung yang digunakan untuk Mapolsek Cimenyan. Tanah tersebut telah telah memiliki Sertifikat Hak Pakai atas nama Polri Nomor 1/Cibeunying tanggal 29 Juni 1992 seluas 700 m². Atas tanah tersebut juga terbit Sertifikat Hak Milik No. 3839/Cibeunying atas nama Dr. Ir. Iwan Inrawan Wiratmadja tanggal 6 Agustus 2002 seluas 2.985 m².

Sengketa duplikasi sertifikat ini masih dalam proses sidang di Pengadilan Negeri Bale Bandung.

13) Tanah seluas 1.964 m² eks Rumah Dinas Wakapolda Jabar dan dikuasai sejak tahun 1958. qPada tahun 2005 Polri telah mengusulkan pensertifikatan tanah tersebut ke BPN, namun sertifikat atas tanah tersebut tidak dapat diterbitkan karena di atas tanah tersebut telah terbit

Page 64: Laporan BPK 2008 - POLRI

BPK-RI LHP SPI – LK POLRI Tahun 2008 Halaman 13 dari 29

Sertifikat Hak Milik atas nama orang lain (Syech Abdul Hadi Bin Mubuarak).

14) Tanah seluas 238 m² yang digunakan untuk Rumah Dinas Wakapolres Sukabumi saat ini dihuni oleh keluarga Alm. Letkol Purn. M. Sutisna dan telah bersertifikat Hak Milik atas nama Achmad Mauludin. Tanah tersebut tercatat dalam daftar inventaris BMN Polresta Sukabumi.

15) Tanah seluas 1.171 m² yang digunakan untuk Mapolsek Cisarua diminta dikembalikan oleh ahli waris dengan bukti kepemilikan berupa Sertifikat Hak Milik No. 240 tahun 1960 seluas 673 m², Sertifikat Hak Milik No. 245 tahun 1960 seluas 407 m² dan Sertifikat Hak Milik No. 17 tahun 1960 seluas 1.352 m² atas nama Adi Dharma Sumanggala.

16) Tanah dan bangunan seluas 7.138 m² di Jl. Karapitan No. 116 Bandung yang telah bersertifikat Hak Pakai No. 3 atas nama Departemen Pertahanan dan Keamanan/Angkatan Bersenjata Republik Indonesia c.q. Kepolisian Republik Indonesia Kepolisian Daerah Jawa Barat tanggal 25 April 1997. Di atas tanah tersebut berdiri Universitas Langlangbuana yang dikelola oleh BP-PTS Langlangbuana.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Undang-undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (UUPA) Bab II Bagian II perihal Pendaftaran tanah pasal 19 ayat (2) yang menyatakan bahwa pendaftaran tersebut dalam ayat (1) ini meliputi:

1) Pengukuran, perpetaan, dan pembukuan tanah;

2) Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut;

3) Pemberian surat-surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat.

b. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara pasal 49 ayat (1) ditetapkan bahwa barang milik negara/daerah yang berupa tanah yang dikuasai Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah harus disertifikatkan atas nama Pemerintah Republik Indonesia/Pemerintah Daerah yang bersangkutan.

c. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tanggal 8 Juli 1997 tentang Pendaftaran Tanah pasal 3 yang menyatakan bahwa pendaftaran tanah bertujuan untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah, dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan.

Hal tersebut mengakibatkan penguasaan Polri atas hak kepemilikan aset tanah seluas 141.335.792 m2 tersebut di atas menjadi lemah.

Page 65: Laporan BPK 2008 - POLRI

BPK-RI LHP SPI – LK POLRI Tahun 2008 Halaman 14 dari 29

Hal tersebut disebabkan karena upaya untuk melakukan pengalihan hak milik tanah belum ada dan alokasi anggaran untuk biaya pensertifikatan tanah tidak tersedia dalam DIPA.

Atas temuan SPI, pihak Polri menanggapi:

a. Mabes Polri

Telah dibuat arahan dengan ST Kapolri No. ST/252/II/2009 tanggal 27 Februari 2009 kepada para Kasatker tingkat Mabes Polri dan para Kapolda untuk:

a. Melaksanakan pendataan tanah yang dikuasai/dimiliki Polri secara cermat dan akurat khususnya terhadap tanah yang belum bersertifikat.

b. Melakukan koordinasi dengan BPN setempat.

c. Terhadap tanah kosong yang memiliki tingkat kerawaan cukup tinggi agar dipasang papan nama peringatan bahwa tanah/bangunan milik Polri.

b. Polda Sumbar

Belum dilaksanakan pensertifikatan tanah dikarenakan ketidak jelasan hak dan dukungan biaya. Rencana tindak lanjut menggunakan biaya pensertifikatan dalam DIPA 2010.

c. Polda Jambi

Masih banyak tanah Polda Jambi yang belum bersertifikat dikarenakan keterbatasan anggaran pensertifikatan tanah dan akan diusulkan biaya pensertifikatan ke Biro Renbang Polda jambi untuk dimasukan dalam RKAKL satker yang bersangkutan.

d. Polda Jabar

Biro Logistik dan biro renbang akan merencanakan melalui rancangan renja tahun 2010 untuk penyiapan anggaran pensertifikatan tanah Polda Jabar dan jajarannya yang belum memilik sertifikat dan untuk sertifikat yang hilang akan dilakukan penelusuran serta mengusuhakan terbitnya sertifikat duplikat apabila sertifikat asli tidak ditemukan.

BPK-RI menyarankan agar Kapolri memerintahkan Deputi Kapolri Bidang Logistik untuk:

a. Menginventarisasi aset tanah yang masih dalam proses pengurusan sertifikat maupun yang belum di jajaran Polri dan menyusun perkiraan perhitungan anggaran untuk pensertifikatan tanah.

b. Meningkatkan koordinasi dengan Sde Renbang Polri terkait dengan dukungan anggaran pensertifikatan tanah pada anggaran tahun 2010.

c. Melakukan pendataan atas sertifikat tanah yang hilang dan menjalin kerjasama dengan BPN terkait untuk segera menerbitkan sertifikat pengganti apabila sertifikat sebelumnya tidak ditemukan, serta melakukan pemeriksaan

Page 66: Laporan BPK 2008 - POLRI

BPK-RI LHP SPI – LK POLRI Tahun 2008 Halaman 15 dari 29

untuk meyakinkan apakah ada unsur kesengajaan atau kelalaian atas hilangnya sejumlah sertifikat tanah.

3. Sistem Pengendalian Intern Atas Pencatatan dan Pelaporan Persediaan Di Neraca Polri Per 31 Desember 2008 Belum Memadai

Salah satu komponen dari aset lancar yang disajikan di Neraca Polri per 31 Desember 2008 adalah Akun Persediaan. Persediaan merupakan aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.

Neraca Polri per 31 Desember 2008 menyajikan perkiraan/akun persediaan dengan saldo sebesar Rp Rp775.266.365.544,00. Persediaan tersebut terdiri atas persediaan peralatan/bahan habis pakai berupa material SIM, STNK, STCK, BPKB, plat TNKB, amunisi, dan obat-obatan yang sampai dengan tanggal 31 Desember 2008 belum terpakai dan masih disimpan di gudang/tempat penyimpanan yang ada di satker-satker di jajaran Polri.

Hasil uji pengendalian dan substantif atas pencatatan dan pelaporan akun persediaan di Neraca Polri per 31 Desember 2008 pada satker-satker di jajaran Mabes Polri, Polda Jabar, Polda Jambi dan Polda Sumatera Barat diketahui bahwa:

a. Hampir seluruh satker di jajaran Polri tidak melakukan pencatatan persediaan secara memadai, antara lain ditunjukkan dengan tidak adanya buku persediaan, kartu stock barang.

b. Laporan Persediaan pada akhir tahun 2008 disusun tanpa didahului dengan stock opname (perhitungan fisik persediaan) per 31 Desember 2008 yang dituangkan dalam Laporan/Berita Acara Hasil Stock Opname Persediaan.

c. Hasil pemeriksaan atas laporan persediaan yang telah dibuat oleh beberapa satker menunjukkan pula bahwa sebagian satker hanya melaporkan persediaan dalam satuan kuantum tanpa disertai dengan nilai rupiahnya.

d. Berdasarkan hasil cek fisik gudang pada beberapa satker Mabes Polri masih ditemukan adanya barang-barang hasil pengadaan tahun 2008 yang belum didistribusikan ke satwil-satwil tetapi barang-barang tersebut tidak dicatat ke dalam Laporan persediaan.

e. Penilaian persediaan tidak didasarkan harga perolehan barang yang terakhir melainkan didasarkan pada harga perolehan saat barang persediaan tersebut masuk.

f. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa terdapat penyajian nilai persediaan yang tidak akurat, dikarenakan sejumlah persediaan tidak dinilai berdasarkan harga per unit barang, melainkan berdasarkan harga per kelompok barang.

g. Laporan persediaan obat-obatan dan alkes habis pakai pada satker Biddokes/Rumkit Bhayangkara Polda hanya memuat persediaan yang berada di gudang penyimpanan obat Biddokes/Rumah Sakit Bhayangkara Polda dan

Page 67: Laporan BPK 2008 - POLRI

BPK-RI LHP SPI – LK POLRI Tahun 2008 Halaman 16 dari 29

belum mencakup persediaan obat-obatan dan alkes habis pakai yang dikelola oleh Apotik Rumah Sakit serta poliklinik-poliklinik yang ada di Polres.

h. Nilai Persediaan yang dilaporkan oleh Satker Pusdokkes Polri belum mencakup persediaan berupa bahan baku obat, embalage dan obat hasil produksi yang belum didistribusikan ke Bidmatfaskes yang ada di Gudang Bidfipol Pusdokkes Polri.

i. Nilai persediaan yang dilaporkan di Neraca Polri per 31 Desember 2008 tidak akurat dikarenakan terdapat kesalahan dalam pengklasifikasian barang ke dalam akun-akun Neraca Polri. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa terdapat sejumlah barang yang seharusnya dicatat ke dalam akun peralatan dan mesin namun dicatat ke dalam akun persediaan, dan sebaliknya terdapat sejumlah amunisi yang seharusnya dikategorikan sebagai Persediaan namun dicatat ke dalam akun peralatan dan mesin.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. PP No. 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, pernyataan No. 5 tentang Akuntansi Persediaan paragraf 16 disebutkan bahwa pada akhir periode akuntansi, persediaan dicatat berdasarkan hasil inventarisasi fisik.

b. Peraturan Dirjen Perbendaharaan No. 40/PB/2006 tentang Pedoman Akuntansi Persediaan BAB II, paragraf 2 menyatakan bahwa …’Persediaan dicatat dalam Buku Persediaan (dalam bentuk kartu) untuk setiap jenis barang. Berdasarkan saldo per jenis persediaan pada Buku Persediaan disusun Laporan Persediaan. Laporan Persediaan disusun menurut Subkelompok Barang dan dilaporkan setiap semester. Laporan Persediaan dibuat didasarkan pada saldo pada akhir periode pelaporan berdasarkan hasil opname fisik. Laporan Persediaan dari UAKPB dikirimkan ke UAPPB-W’.

Hal tersebut mengakibatkan informasi mengenai posisi (nilai) aset persediaan yang disajikan dalam Neraca Polda Sumbar per 31 Desember 2008 tidak akurat dan tidak dapat dinilai kewajarannya.

Hal tersebut disebabkan karena:

a. Lemahnya sistem pengendalian intern atas pengelolaan aset persediaan di lingkungan Polri.

b. SDM/personil yang menangani pengeloaan persedian belum sepenuhnya memahami ketentuan mengenai pencatatan dan pelaporan Persediaan dalam laporan keuangan.

c. Koordinasi antar unit-unit organisasi yang bertanggung jawab atas pelaporan aset dalam laporan keuangan Polri belum berjalan dengan baik.

Page 68: Laporan BPK 2008 - POLRI

BPK-RI LHP SPI – LK POLRI Tahun 2008 Halaman 17 dari 29

Atas temuan SPI, pihak Polri menanggapi:

a. Mabes Polri

a. Temuan BPK akan ditindaklanjuti dengan pelaksanaan stock opname, tapi pada akhir tahun 2008 diakui Berita Acara belum dibuat. Sedangkan untuk hasil pengadaan persediaan tahun 2008 yang belum dimasukkan dalam persediaan karena pada saat pengecekan fisik tidak berada di gudang, termasuk SSB yang belum disalurkan per 31 Desember 2008, namun sudah di salurkan ke wilayah-wilayah bulan Januari Februari 2009.

b. Untuk mengetahui persediaan barang di gudang harus dilakukan rekapitulasi data berdasarkan buku pemasukan dan penerimaan barang.

c. Akan dilakukan evaluasi ulang atas nilai persediaan termasuk memasukan persediaan milik Subsatker Pusdokkes Polri.

b. Polda Jambi

Menerima hasil temuan dan akan menindaklanjuti serta akan melakukan pengecekan terhadap data persediaan, dan kedepannya masing-masing sub bag log akan berkoordinasi dengan Biro logistik untuk memberikan data yang akurat dan selanjutnya disajikan dalam neraca tingkat Polda.

c. Polda Jabar

Akan dilakukan perbaikan penatausahaan bekal kesehatan digudang dengan melakukan stock opname.

d. Polda Sumbar

Terkait penyajian persediaan per 31 Desember 2008, Bidku telah melakukan koordinasi dengan Biro Logistik, Ditlantas, dan Biddokes sebagai bahan perbandingan dalam menyusun Laporan Keuangan Polda Sumbar.

BPK-RI menyarankan agar Kapolri memerintahkan Deputi Kapolri Bidang Logistik untuk:

a. Melakukan rekonsiliasi dan koreksi persediaan antara fungsi logistik dengan fungsi keuangan secara berjenjang mulai dari tingkat Polres, Polda hingga Mabes Polri berdasarkan hasil stock opname yang dibuat oleh unit pengelola persediaan (seperti dokkes/rumkit/klinik untuk persediaan obat dan alkes, lantas untuk persediaan blanko SSB dst).

b. Membuat ketentuan mengenai mekanisme pelaporan persediaan secara berjenjang dari tingkat Polsek, Polres, Polda sampai dengan Mabes Polri, sehingga diperoleh angka yang wajar pada akhir tahun.

c. Membuat prosedur dan mekanisme stock opname dan memberikan sanksi yang tegas secara berjenjang kepada Kasatker dan petugas pengelola persediaan apabila tidak melaksanakan stock opname.

Page 69: Laporan BPK 2008 - POLRI

BPK-RI LHP SPI – LK POLRI Tahun 2008 Halaman 18 dari 29

d. Meningkatkan sarana dan prasarana untuk mendukung kelancaran inventarisasi persediaan di jajaran Polri, termasuk meningkatkan kualitas SDM petugas gudang untuk memperoleh pemahaman yang sama atas mekanisme pelaporan persediaan.

4. Pengelolaan Barang Bukti di Lingkungan Polri Belum Transparan dan Akuntabel

Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) selain mengelola BMN yang menjadi aset/kekayaan Polri juga melakukan pengelolaan atas barang bukti. Barang bukti tersebut merupakan benda sitaan yaitu suatu barang atau benda yang akibat dari perkara baik perkara perdata maupun pidana yang disita oleh aparat penegak hukum sesuai UU No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana Bab I Pasal 7 ayat (1) huruf d. Penyitaan dilakukan pada tahap penyidikan dan benda sitaan tersebut diserahkan oleh pihak penyidik kepada Kejaksaan setelah berkas dinyatakan lengkap (P21) sesuai Pasal 139 Undang-undang tersebut.

Barang bukti yang ada di lingkungan Polri dapat berupa uang maupun barang seperti surat berharga, kendaraan bermotor, alat berat, obat-obatan terlarang dan lain sebagainya.

Hasil review atas pengelolaan barang bukti yang dilakukan oleh Badan Reserse dan Kriminal (Bareskrim) Polri diketahui hal-hal sebagai berikut:

a. Barang bukti yang diperoleh dari hasil penyitaan dalam suatu proses penyidikan diadministrasikan dalam Buku Register No. 13 yang di dalamnya memuat keterangan mengenai jenis dan jumlah barang bukti, tanggal penerimaan barang bukti, nama tersangka dan pemilik barang bukti, tanggal dan pihak-pihak yang menerima penitipan/penyimpanan barang bukti, serta tanggal dan pihak-pihak yang melakukan penyerahan barang bukti.

b. Selama menunggu kelengkapan berkas-berkas penyidikan suatu perkara untuk dapat dilimpahkan kepada kejaksaan (P.21) maka barang bukti tersebut oleh Penyidik yang bersangkutan dapat dititipkan ke Rumah Penyimpanan Barang Sitaan (Rupbasan) dengan membuat Berita Acara Penitipan/Penyerahan barang bukti, atau dapat pula disimpan di Kantor Kepolisian.

b. Apabila barang bukti tersebut dititipkan kepada Rupbasan, maka tanggung jawab fisik atas barang bukti tesebut dilimpahkan dari Penyidik (Polri) kepada Rupbasan, sedangkan apabila barang bukti tersebut disimpan di Kantor Kepolisian, maka tanggung jawab fisik atas barang bukti tersebut berada di tangan personil/anggota Polri yang menyimpan barang bukti tesebut.

c. Bareskrim Polri tidak memiliki ruangan yang khusus disediakan untuk menyimpan barang bukti. Selain itu juga tidak ada personil/anggota Polri yang ditetapkan secara resmi sebagai petugas yang bertanggung jawab untuk

Page 70: Laporan BPK 2008 - POLRI

BPK-RI LHP SPI – LK POLRI Tahun 2008 Halaman 19 dari 29

menyimpan barang bukti yang statusnya masih dalam proses penyidikan atau belum dilimpahkan ke Kejaksaan (P.21).

d. Barang bukti yang disita oleh Bareskrim Polri menjadi tanggung jawab masing-masing Penyidik yang menangani kasus terkait dan pada umumnya tidak disimpan secara khusus di suatu ruang penyimpanan, melainkan disimpan di ruangan kerja bersama dengan barang-barang kantor lainnya setelah sebelumnya dibungkus atau diikat menurut jenisnya masing-masing dan diberi label. Sedangkan untuk barang bukti yang jumlahnya banyak sehingga tidak memungkinkan untuk dipindahkan dari lokasinya semula, maka barang bukti tersebut tetap disimpan di lokasinya semula dan diikat satu sama lain dan diberi cap/stempel sehingga apabila ada perubahan (berkurang jumlahnya) akan mudah diketahui oleh petugas. Khusus untuk barang bukti berupa uang, maka penyimpanan barang bukti dilakukan dengan cara memblokir rekening tempat disimpannya uang yang menjadi barang bukti, atau apabila berupa uang tunai maka dititipkan kepada Bendahara Satker untuk disimpan di Brankas. Dalam hal barang bukti mudah rusak/busuk, misalnya barang bukti berupa kayu, ikan, dsb, maka barang bukti tersebut dilelang, dan hasil lelang disimpan untuk pengganti barang bukti.

e. Daftar barang bukti yang ada di Bareskrim Polri tidak mencakup data-data mengenai barang bukti yang ada di Ditreskrim Polda-Polda dan Satreskrim Polres-polres, melainkan hanya memuat informasi tentang kumpulan daftar barang bukti yang disimpan oleh masing-masing Direktorat yang berada di jajaran Bareskrim Polri.

Hasil review atas pengelolaan barang bukti yang dilakukan oleh fungsi Reskrim di jajaran Polda Jabar, Polda Jambi, Polda Sumatera Barat, Polda Babel, Polda Gorontalo dan Polda Sulut diketahui beberapa hal sebagai berikut:

a. Penerimaan barang bukti belum seluruhnya tercatat dalam Buku Register Serse B-13. Pada saat barang bukti tersebut dikeluarkan/ diserahkan, tidak ada pencatatan pengeluarannya pada Buku Register Serse B-13. Sehingga tidak dapat diketahui secara pasti barang bukti apa saja yang dikelola dan masih ada di Polda pada tanggal tertentu.

b. Belum seluruh satker memiliki tempat/ruangan khusus untuk penyimpanan barang bukti. Untuk satker yang sudah memiliki tempat/ruangan khusus untuk penyimpanan barang bukti, pada umumnya tempat/ruangan tersebut juga belum memadai.

Berikut ini adalah hasil pemeriksaan pada satu sattamawil (Polda Jabar) atas penyimpanan barang bukti :

No Satker Tempat Penyimpanan Barang Bukti

1 Ditreskrim Ada namun belum memadai 2 Ditresnarkoba Di ruang Dir Resnarkoba 3 Satreskrim Polwiltabes Bandung Ada namun belum memadai 4 Satresnarkoba Polwiltabes Bandung Digabung dengan Satreskrim

Page 71: Laporan BPK 2008 - POLRI

BPK-RI LHP SPI – LK POLRI Tahun 2008 Halaman 20 dari 29

No Satker Tempat Penyimpanan Barang Bukti

5 Satreskrim Polresta Bandung Barat Ada namun belum memadai 6 Satreskrim Polresta Bandung Tengah Ada namun belum memadai 7 Satreskrim Polresta Bandung Timur Ada namun belum memadai 8 Subbag Reskrim Polwil Priangan Tidak ada 9 Satreskrim Polres Garut Tidak ada

10 Satreskrim Polres Sumedang Ada namun belum memadai 11 Satreskrim Polresta Cimahi Ada namun belum memadai 12 Satresnarkoba Polresta Cimahi Di ruang Kasat Resnarkoba 13 Satreskrim Polres Bandung Ada namun belum memadai 14 Subbag Reskrim Polwil Purwakarta Ada namun belum memadai 15 Satreskrim Polres Purwakarta Ada namun belum memadai 16 Satresnarkoba Polres Purwakarta Menggunakan Lemari/Loker 17 Satreskrim Polres Subang Ada namun belum memadai 18 Satreskrim Polres Karawang Ada namun belum memadai 19 Satresnarkoba Polres Karawang Menggunakan Lemari/Loker 20 Subbag Reskrim Polwil Bogor Ada namun belum memadai 21 Satreskrim Polres Bogor Ada namun belum memadai 22 Satresnarkoba Polres Bogor Ada namun belum memadai 23 Satreskrim Polresta Bogor Ada namun belum memadai 24 Satresnarkoba Polresta Bogor Ada namun belum memadai 25 Satreskrim Polres Sukabumi Tidak ada 26 Satresnarkoba Polres Sukabumi Tidak ada 27 Subbag Reskrim Polwil Cirebon Tidak ada 28 Satreskrim Polresta Cirebon Tidak ada 29 Satreskrim Polres Cirebon Tidak ada 30 Satresnarkoba Polres Cirebon Menggunakan Brankas 31 Satreskrim Polres Kuningan Tidak ada

Sedangkan untuk barang bukti yang tidak memungkinkan untuk dipindahkan dari lokasinya semula (TKP) dan karena ketiadaan biaya angkut, maka barang bukti tersebut tetap disimpan di TKP.

c. Belum seluruh satker di jajaran Polda Jabar menunjuk petugas khusus untuk pengelolaan barang bukti, sebagai berikut:

d. Hasil pemeriksaan lebih lanjut diketahui terdapat Barang Bukti berupa Ranmor baik R2 maupun R4 yang digunakan untuk mendukung kegiatan operasional (di Polda Jabar dan Polda Sumatera Barat), namun demikian Polda membuat pencatatan/pembukuan tersendiri untuk pengendalian penggunaan Barang Bukti berupa Ranmor di jajarannya.

e. Ditreskrim dan Ditresnarkoba Polda sebagai pembina fungsi reserse dan kriminal di tingkat Polda, tidak memiliki database mengenai jumlah, jenis maupun keberadaan barang bukti dan barang temuan di Polwiltabes/Polwil/ Polresta/Polres jajaran Polda Jabar. Polres dan Polresta juga tidak memiliki database mengenai jumlah, jenis maupun keberadaan barang bukti dan barang temuan di Unit Reskrim Polsek/Polsekta. Ketiadaan data tersebut menyebabkan Polda juga tidak memberikan laporan kepada Bareskrim Polri tentang barang bukti dan barang temuan penyidikan di jajaran Polda.

Page 72: Laporan BPK 2008 - POLRI

BPK-RI LHP SPI – LK POLRI Tahun 2008 Halaman 21 dari 29

Hasil pemeriksaan atas Laporan Keuangan Polri Tahun 2008 menunjukkan bahwa informasi mengenai pengelolaan barang bukti (jenis, jumlah dan nilai barang bukti) yang dikuasai Polri (Bareskrim Polri, Ditreskrim Polda-polda dan Satreskrim Polres-polres) belum diungkap dalam Catatan Laporan Keuangan Polri Tahun 2008, sehingga belum menunjukkan adanya transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan barang bukti.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara pada Pasal 1 angka 1 dan Pasal 2 huruf h menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut yang antara lain meliputi kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum.

b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2005 Tanggal 13 juni 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, Pernyataan No. 4 Tentang Catatan Atas Laporan Keuangan pada Paragraf 13 huruf (f) disebutkan bahwa Catatan atas Laporan Keuangan menyajikan informasi tentang penjelasan pos-pos laporan keuangan dalam rangka pengungkapan yang memadai, antara lain berupa informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.

c. Naskah Sementara Pedoman Penyidikan Tindak Pidana (Lampiran Skep Kabareskrim No. Pol.: SKEP/82/XII/2006/BARESKRIM tanggal 15 Desember 2006 Bab III tentang Pelaksanaan Penyidikan, antara lain menyatakan bahwa:

Point C: Persiapan

Di setiap kesatuan Polri ditunjuk petugas yang melakukan pengawasan terhadap barang-barang yang disita/barang bukti.

Point D: Pelaksanaan Penyitaan

1) Membuat daftar benda-benda yang disita secara terperinci tentang jumlah atau berat menurut jenis masing-masing.

2) Benda yang telah disita harus dicatat dalam Buku Register Barang Bukti.

3) Barang Bukti harus disimpan:

a) Di tempat penyimpanan barang bukti pada Kantor Kepolisian setempat (sebelum adanya Rupbasan).

b) Di Rupbasan, apabila sudah ada Rupbasan.

c) Di tempat penitipan barang pada Bank Pemerintah.

d) Di tempat semula ketika benda disita.

Page 73: Laporan BPK 2008 - POLRI

BPK-RI LHP SPI – LK POLRI Tahun 2008 Halaman 22 dari 29

4) Penyerahan barang bukti kepada Pejabat Rupbasan dilaksanakan dengan surat pengantar yang dilampiri daftar barang bukti yang diserahkan dan dibuat Berita Acara Penyerahan Barang Bukti.

5) Penyimpanan barang bukti di kantor Kepolisian dilakukan oleh petugas yang khusus ditunjuk untuk itu. Untuk setiap penyerahan barang bukti dari Penyidik/Penyidik pembantu yang melakukan pemeriksaan atau dari petugas yang memberikan Surat Tanda Penerimaan. Barang harus disimpan sebaik-baiknya dengan penuh tanggung jawab.

6) Sebelum adanya Rupbasan, pertanggungjawaban fisik atas barang bukti ada pada petugas penyimpanan barang bukti. Untuk keamanan barang bukti siapapun dilarang memakai barang bukti.

7) Setelah ada Rupbasan, pertanggungjawaban fisik ada pada pejabat Rupbasan, sedangkan tanggung jawab yuridis ada pada pejabat yang berwenang sesuai dengan tingkat pemeriksaan dalam rangka proses peradilan pidana.

Hal tersebut mengakibatkan:

a. Barang bukti yang menjadi tanggung jawab Bareskrim Polri rawan untuk hilang atau disalahgunakan.

b. Monitoring/pemantauan atas jumlah barang bukti yang dikelola di jajaran Polri sulit dilakukan.

Hal tersebut disebabkan karena:

a. Polri belum memiliki tempat/ruang khusus untuk menyimpan barang bukti yang menjadi tanggung jawabnya dan belum memanfaatkan adanya Rupbasan sebagai tempat penyimpanan barang bukti.

b. Kurangnya pengawasan Satuan Pusat atas pengelolaan barang bukti yang ada di Satuan-satuan Wilayah.

Atas temuan SPI tersebut, pihak Polri menanggapi:

a. Fasilitas penyimpanan barang bukti yang dimiliki Kepolisian sangat terbatas, Bareskrim Polri telah mengajukan usulan pembangunan rumah penyimpaan/gudang barang bukti sampai ke tingkat Polres kepada pimpinan Polri, namun belum turun sampai saat ini.

b. Belum ada mekanisme pelaporan barang bukti secara berjenjang dari Polres, Polda, sampai Mabes Polri, untuk itu Bareskrim Polri telah mengusulkan pimpinan Polri untuk merevisi struktur organisasi khususnya fungsi reskrim dari mulai tingkat Mabes Polri sampai dengan ujung tombak terdepan (polsek) agar dibentuk kembali unit organisasi yang khusus mengelola masalah tahanan dan barang bukti, sehingga penanganannya akan lebih fokus, termasuk mekanisme sistem pelaporannya.

Page 74: Laporan BPK 2008 - POLRI

BPK-RI LHP SPI – LK POLRI Tahun 2008 Halaman 23 dari 29

c. Tidak adanya pejabat yang ditunjuk untuk bertanggung jawab secara fisik atas pengelolaan barang bukti, dengan terbentuknya unit organisasi yang menangani tahanan dan barang bukti, maka akan jelas bagi personil yang mengawakinya bertanggung jawab tentang pengelolaan barang bukti dan tahanan. Dalam hal ini Bareskrim telah melaksanakan pelatihan penanganan barang bukti pada tanggal 2 s.d. 5 Desember 2008 sebanyak 40 0rang yang terdiri personil bareskrim dan jajarannya, sehingga kedepan personel tersebut yang mengawaki unit organisasi tersebut.

BPK-RI menyarankan Kapolri agar:

a. Menginstruksikan Kabareskrim dan Deputi Kapolri Bidang Renbang berkoordinasi dengan Bappenas dan Departemen Keuangan terkait dengan pembangunan rumah/ruangan tempat penyimpanan barang bukti.

b. Membentuk tim teknis terkait dengan usulan Kabareskrim mengenai revisi struktur organisasi Bareskrim dan fungsi reskrim kewilayahan yang menangani barang bukti dan tahanan.

c. Memerintahkan Kabareskrim untuk membuat mekanisme pelaporan atas pengelolaan barang bukti mulai dari tingkat Polsek sampai dengan Mabes Polri.

5. Sistem Pengendalian Intern Pengelolaan Organisasi dan Keuangan Sekretariat Kompolnas Belum Memadai

Komisi Kepolisian Nasional adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) yang dibentuk berdasarkan Undang-undang nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2005 tentang Komisi Kepolisian Nasional. Pembentukan Kompolnas dilakukan sesuai amanat Ketetapan MPR RI No. VII/MPR/2000 yang menghendaki adanya lembaga pengawasan fungsional yang mengawasi kinerja Kepolisian sehingga kemandirian dan profesionalisme Kepolisian Negara Republik Indonesia dapat terjamin. Kompolnas memiliki 9 (sembilan) Anggota yang meliputi 3 (tiga) orang dari unsur Pemerintah, 3 (tiga) orang pakar kepolisian dan 3 (tiga) orang tokoh masyarakat; merupakan lembaga yang kapabel dan diharapkan menjadi kepanjangan tangan Presiden dalam mengawasi Kinerja Polri.

Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) bertugas membantu Presiden dalam menetapkan arah kebijakan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) dan memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam pengangkatan dan pemberhentian Kapolri. Dalam pelaksanaan tugas tersebut, Kompolnas berwenang untuk: a) mengumpulkan dan menganalisis data sebagai bahan pemberian saran kepada Presiden yang berkaitan dengan anggaran Polri, pengembangan sumber daya manusia Polri, dan pengembangan sarana dan prasarana Polri; b) memberikan saran dan pertimbangan lain kepada Presiden dalam upaya mewujudkan Polri yang profesional dan mandiri; dan c). menerima

Page 75: Laporan BPK 2008 - POLRI

BPK-RI LHP SPI – LK POLRI Tahun 2008 Halaman 24 dari 29

saran dan keluhan dari masyarakat mengenai kinerja kepolisian dan menyampaikannya kepada Presiden.

Dalam kewenangan yang dimiliki tersebut, Kompolnas tidak saja berperan sebagai lembaga pengawas eksternal guna meredam berbagai kekhawatiran atas lemahnya kontrol terhadap kelembagaan Polri, melainkan pula sebagai institusi yang diharapkan mampu merumuskan berbagai kepentingan strategis atas eksistensi Polri selaku pemelihara Kamtibmas, penegak hukum, serta pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat. Pada sisi yang kedua ini Kompolnas, diharapkan dapat memberikan masukan yang akurat dan komprehensif kepada Presiden mengenai berbagai kendala yang dihadapi Polri, baik terkait dengan profesionalisme dan kemandirian Polri (seperti keterbatasan anggaran, sumber daya manusia, sarana dan prasarana) maupun yang berkenaan dengan saran dan keluhan masyarakat mengenai kinerja kepolisian.

Dengan beban tugas serta wewenang Kompolnas yang sedemikian besar, baik aspek pengawasan kinerja dan profesionalisme Polri maupun tanggung jawab moral Kompolnas yang diharapkan dapat menjadi mata hati masyarakat terhadap Polri sekaligus menjadi mata hati Polri bagi masyarakat, maka diperlukan adanya suatu unit kerja, dalam hal ini Sekretariat Kompolnas, yang mampu memberikan dukungan bagi terselenggaranya tugas dan wewenang Kompolnas secara lebih optimal.

Penilaian terhadap Sistem Pengendalian Intern (SPI) atas pengelolaan organisasi dan keuangan Sekretariat Kompolnas mencakup analisis secara terbatas terhadap unsur pengendalian intern yang ditetapkan dan dilaksanakan dalam pengelolaan keuangan dan organisasi menunjukkan kondisi sebagai berikut:

a. Organisasi Sekretariat Kompolnas Belum Sepenuhnya Dirancang Sebagai Satuan Kerja Yang Independen

Sekretariat Kompolnas dibentuk berdasarkan Pasal 34 Peraturan Kompolnas Nomor 1 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kompolnas dan Peraturan Kapolri Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Kompolnas. Berdasarkan ketentuan tersebut, Sekretariat Kompolnas bertugas membantu pelaksanaan tugas Kompolnas di bidang kesekratariatan serta menyusun rencana kerja dan anggaran Kompolnas.

Sekretariat Kompolnas adalah unit kerja yang berada di Lingkungan Markas Besar Kepolisian Negara, karena Kepala Sekretariat Kompolnas diangkat dan diberhentikan oleh Kapolri, namun dalam pelaksanaan tugasnya Kepala Sekretariat Kompolnas bertanggung jawab secara fungsional kepada Kompolnas.

Organisasi Sekretariat Kompolnas saat ini dipandang belum sepenuhnya dirancang dalam mendukung tugas dan wewenang yang seharusnya dimiliki sebagai unit pendukung dari pelaksanaan tugas dan kewenangan yang dimiliki Kompolnas. Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Kompolnas yang ada saat ini lebih menitikberatkan pada tugas-tugas kesekretariatan serta penyusunan program kerja dan anggaran Kompolnas, sehingga unit kerja

Page 76: Laporan BPK 2008 - POLRI

BPK-RI LHP SPI – LK POLRI Tahun 2008 Halaman 25 dari 29

Sekretariat Kompolnas yang ada saat ini dipandang belum dapat sepenuhnya mendukung pelaksanaan tugas dan wewenang Kompolnas.

Embanan tugas Sekretariat Kompolnas dipandang tidak memadai dan tidak memenuhi harapan selaku unit kerja yang dapat membantu tugas dan wewenang Kompolnas, yang dalam aspek pelaksanaannya dihadapkan dengan berbagai kompleksitas yang memerlukan dukungan profesional dari Sekretariat Kompolnas.

Organisasi Sekretariat Kompolnas perlu dikembangkan lebih lanjut dengan merujuk kepada kebutuhan untuk mendukung tugas dan wewenang Kompolnas, yaitu :

1) Tugas untuk membantu Presiden dalam menetapkan arah dan kebijakan Polri.

2) Tugas untuk memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam pengangkatan dan pemberhentian Kapolri.

3) Wewenang untuk mengumpulkan dan menganalisis data sebagai bahan penyusunan dan pemberian saran kepada Presiden berkaitan dengan anggaran Polri, pengembangan SDM Polri serta pengembangan sarana dan prasarana Polri.

4) Wewenang untuk memberikan saran dan pertimbangan lain kepada Presiden dalam upaya mewujudkan Polri yang profesional dan mandiri.

5) Wewenang untuk menerima saran dan keluhan dari masyarakat mengenai kinerja Kepolisian dan menyampaikannya kepada Presiden.

Dengan merujuk kepada rumusan tugas dan wewenang Kompolnas tersebut dan hasil wawancara dengan Sekretariat Kompolnas, maka tugas yang seharusnya dipikul oleh Sekretariat Kompolnas meliputi:

1) Tugas untuk mengumpulkan data, melakukan analisa dan kajian data yang menyangkut kondisi pengalokasian anggaran untuk Polri, sistem penganggaran, tata kelola, penggunaan serta permasalahan terkait dengan kecukupan anggaran.

2) Tugas untuk mengumpulkan serta melakukan analisa dan kajian data yang menyangkut kondisi SDM Polri, disposisi kekuatan pada berbagai satuan fungsi maupun satuan-satuan kewilayahan sampai ketingkat Polsek, rencana penambahan kekuatan dalam rangka kecukupan SDM, sistem dan penyelenggaraan pendidikan Polri, sistem dan pengelolaan pembinaan karier anggota Polri serta penempatan jabatan-jabatan strategis di lingkungan Polri.

3) Tugas untuk mengumpulkan serta melakukan analisa dan kajian data yang menyangkut kondisi Sarana dan Prasarana Polri, dislokasi materiil dan fasilitas, penetapan standar kebutuhan satuan-satuan fungsi maupun kewilayahan Polri yang terutama diorientasikan kepada kebutuhan pelaksanaan tugas pokok Polri, tata cara inventarisasi materiil serta disposalabilitasnya.

Page 77: Laporan BPK 2008 - POLRI

BPK-RI LHP SPI – LK POLRI Tahun 2008 Halaman 26 dari 29

4) Tugas untuk melakukan kajian strategis dalam rangka penyusunan kebijakan umum yang terkait dengan penyelenggaraan operasional Polri baik dibidang represif yustisial maupun preventif pada satuan-satuan fungsi maupun kewilayahan Polri, ketersediaan sistem dan berbagai kendala operasional serta ketersediaan dukungan operasional bagi kelancaran penyelenggaraan operasional Polri.

5) Tugas untuk menghimpun data terkait dengan profile dan kinerja Kapolri dan calon Kapolri.

6) Tugas untuk menghimpun data yang terkait dengan saran dan keluhan masyarakat atas kinerja Polri untuk dianalisa, diklasifikasi dan diklarifikasi serta monitoring perkembangana lanjut serta penyampaian hasilnya kepada masyarakat pelapor dan kepada Presiden.

7) Tugas-tugas pembinaan personel, penatausahaan materiil dan fasilitas Kompolnas, penyiapan program kerja dan anggaran, pengelolaan keuangan satuan kerja, kesekretariatan dan tata urusan dalam serta kegiatan pelayanan lainnya dalam lingkup Kompolnas.

8) Tugas-tugas kehumasan yang diperlukan oleh Kompolnas, diharapkan dapat memperkuat one gate information system, yang akan meminimasi terjadinya misinformasi dan miskomunikasi, sekaligus mampu mencegah kontra produktifnya pelaksanaan tugas dan kewenangan Kompolnas.

Dari gambaran kondisi di atas dapat disimpulkan bahwa Organisasi Sekretariat Kompolnas belum sepenuhnya dirancang sebagai unit kerja yang siap dan mampu memberikan dukungan bagi pelaksanaan tugas dan wewenang Kompolnas, karena::

1) Adanya Peraturan Kapolri yang membatasi peranan Sekretariat Kompolnas. Sekretariat Kompolnas diposisikan sebagai satuan kerja yang hanya bertugas membantu pelaksanaan tugas Kompolnas di bidang kesekretariatan dan penyusunan rencana kerja dan anggaran Kompolnas. Penjabaran tugas saat ini dipandang belum memadai dalam mendukung tugas dan wewenang Kompolnas sebagaimana yang diatur oleh UU, sehingga OTK Sekretariat Kompolnas perlu ditata kembali dengan memperluas peran serta beban tanggung jawab Sekretariat Kompolnas sehingga diharapkan dapat menunjang upaya penguatan Kompolnas menjadi lembaga yang mampu memberikan kontribusi bagi peningkatan kinerja Kepolisian Negara Republik Indonesia.

2) Sekretariat Kompolnas adalah unit kerja Mabes Polri, sehingga Sekretariat Kompolnas tidak dapat secara leluasa dalam melaksanakan tugasnya. Kepala Sekretariat Kompolnas diangkat dan diberhentikan oleh Kapolri, sehingga Kepala dan Staf Sekretariat Kompolnas dapat sewaktu-waktu dimutasi ke satuan kerja lain.

3) Dalam hal pembinaan SDM, Kompolnas tidak mempunyai peranan secara langsung dalam melakukan pembinaan SDM Sekretariat Kompolnas. Sehingga tidak ada jaminan bahwa Sekretariat Kompolnas

Page 78: Laporan BPK 2008 - POLRI

BPK-RI LHP SPI – LK POLRI Tahun 2008 Halaman 27 dari 29

akan menjadi unit kerja yang benar-benar profesional dalam mendukung kelancaran pelaksanaan tugas dan wewenang Kompolnas.

4) Keperluan akan adanya penataan unit kerja Sekretariat Kompolnas, adalah guna memenuhi harapan itu, yaitu ketersediaan unit kerja yang dapat memenuhi kebutuhan dukungan, utamanya bagi segenap aspek tugas dan wewenang Kompolnas serta bagi urusan kesekretariatan dan urusan perencanaan program lainnya.

5) Pemisahan secara tegas struktur Sekretariat Kompolnas untuk lepas dari organisasi Polri, menjadi unit kerja yang menyatu pada organisasi Kompolnas mutlak diperlukan. Hal itu dimaksudkan agar Sekretariat Kompolnas dapat menjadi satuan kerja yang dapat memberikan kontribusi bagi upaya penguatan peran Komisi Kepolisian Nasional.

6) Untuk memperkuat eksistensi Kompolnas dengan dukungan penuh dari Sekretariat Kompolnas, maka mutlak diperlukan penempatan Sekretariat Kompolnas sebagai unit eselon I, sehingga akan membuka peluang bagi dimungkinkannya penempatan beberapa jabatan eselon II sebagai pelaksana staf yang mengemban fungsi utama staf dari Sekretariat Kompolnas dalam mendukung pelaksanaan tugas dan kewenangan Kompolnas.

b. Pengelolaan Keuangan Kompolnas Tidak Independen

Untuk menunjang pelaksanaan program dan kegiatan Kompolnas, Pemerintah pada tahun 2008 telah mealokasikan anggaran sebesar Rp10.703.433.000,00 dengan realisasi belanja sebesar Rp9.210.573.678,00 atau sebesar 86%.

Hasil pemeriksaan atas pengelolaan keuangan Kompolnas diketahui hal-hal sebagai berikut:

1) Tanah dan Gedung Kantor Kompolnas (di Jl. Trunojoyo No. 3 Kebayoran Baru Jakarta) adalah aset milik Polri yang dipinjampakaikan kepada Kompolnas. Gedung kantor yang digunakan ini cukup representative karena memiliki ruang kerja dan aula yang memadai serta berada di daerah yang relative terjangkau karena berada dilingkungan Mabes Polri. Dengan alasan untuk digunakan oleh Mabes Polri, pada tanggal 13 April 2009 Kantor Kompolnas dipindah ke Komplek Perkantoran PTIK di Jalan Tirtayasa Nomor 6 Jakarta Selatan. Kepindahan gedung kantor ini menghambat kinerja Anggota Kompolnas dalam melaksanakan tugasnya karena pada saat ditempati, gedung baru tersebut belum memiliki jaringan internet dan faksimili. Selain itu, posisi gedung yang ditempati Kompolnas itu berada di depan TK Bayangkari, persis di belakang Masjid PTIK dan tempatnya tidak mudah dijangkau. Posisi gedung seperti ini tidak representative digunakan oleh Kompolnas sebagai lembaga pengawas kinerja Polri. Melihat kondisi seperti ini, Pemerintah perlu menyiapkan dan merelokasi Gedung Kantor yang dapat

Page 79: Laporan BPK 2008 - POLRI

BPK-RI LHP SPI – LK POLRI Tahun 2008 Halaman 28 dari 29

dimiliki Kompolnas (gedung aset Kompolnas), sehingga Kompolnas dapat melaksanakan tugasnya dengan optimal.

2) Anggaran Kompolnas tahun 2008 dialokasikan dalam Bagian Anggaran (BA) 60 yang notabene anggaran milik Polri. Karena masuk dalam BA 60, maka Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) Kompolnas adalah Wakapolri, sehingga pertanggungjawaban dan Laporan Keuangan Kompolnas merupakan bagian dari Laporan Keuangan Polri. Hal ini berdampak pada sistem penganggaran Kompolnas yang menyatu dengan sistem penganggaran Polri, sehingga segala hal yang menyangkut perencanaan, pengelolaan, penggunaan, serta pelaporan anggaran dan keuangan Kompolnas akan mengacu pada ketentuan dan norma penganggaran Polri. Ini jelas mengganggu kinerja dan independensi Kompolnas sebagai lembaga pengawas Polri karena anggaran dan keuangannya diatur oleh Polri.

3) Selama ini dukungan sarana dan prasana Sekretariat Kompolnas, seperti gedung, kendaraan dinas dan bahan bakar minyak, Sekretariat Kompolnas masih harus melakukan koordinasi dan meminta bantuan kepada Mabes Polri dhi. Melalui Denma Mabes Polri.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan: a. Ketetapan MPR RI No. VII/MPR/2000 yang menghendaki adanya lembaga

pengawasan fungsional yang mengawasi kinerja Kepolisian. b. Undang-undang nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik

Indonesia c. Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2005 tentang Komisi Kepolisian

Nasional. d. Peraturan Kompolnas Nomor 1 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Kompolnas. e. Peraturan Kapolri Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Organisasi dan Tata Kerja

Sekretariat Kompolnas. Hal tersebut mengakibatkan: a. Kinerja Kompolnas selaku pengawas eksternal Polri tidak dapat independen. b. Dengan keterbatasan anggaran, sumber daya manusia, dan sarana prasarana

Kompolnas maka kinerja Kompolnas selaku lembaga yang diharapkan dapat merumuskan kepentingan strategis atas eksistensi Polri selaku pemelihara kamtibnas dan memberi masukan yang akurat kepada Presiden atas kendala Polri, menjadi tidak optimal

Hal tersebut disebabkan: a. Anggaran Kompolnas masih menginduk dengan anggaran Polri. b. Sekretariat Kompolnas sebagai unit pendukung operasionalisasi Kompolnas,

adalah satuan kerja Mabes Polri. c. Sarana dan prasana Kompolnas masih meminjam dari Polri selaku obyek

yang diawasi.

Page 80: Laporan BPK 2008 - POLRI

BPK-RI LHP SPI – LK POLRI Tahun 2008 Halaman 29 dari 29

d. Sumber daya manusia masih sangat terbatas dan masih menyatu dalam manajemen personalia Polri.

Atas temuan SPI tersebut, Kepala Sekretariat Kompolnas memberikan tanggapan sebagai berikut:

a. Terkait dengan anggaran Kompolnas yang menginduk dengan Polri diakui hal ini konsekuensi logis status Sekretariat Kompolnas yang merupakan bagian dari organisasi Mabes Polri yaitu sebagai unsur pelaksana staf khusus, sehingga segala hal yang menyangkut perencanaan, pengelolaan, penggunaan dan pelaporan anggaran harus mengikuti dan tunduk pada norma peranggaran Polri. Hal ini menimbulkan beragam kendala antara lain tidak semua kegiatan Kompolnas dapat diusulkan dalam anggaran Polri karena tidak sesuai dengan Norma Indeks Polri.

b. Diakui bahwa sebagian besar sarana dan prasarana Kompolnas adalah pinjaman dari Mabes Polri. Hal ini disebabkan dalam Program anggaran Polri tidak dapat dialokasikan pembangunan gedung perkantoran atau pengadaan sarana mobilitas diluar kebutuhan operasional Polri.

c. Sependapat dengan temuan BPK bahwa tugas dan kewenangan Kompolnas sangat luas dan komplek, namun embanan tugas Sekretariat Kompolnas hanya sebatas melaksanakan tugas kesekretariatan dan menyusun rencana program dan anggaran. Sehingga perlu dilakukan revisi dan tindak lanjut atas Peraturan Kapolri No. 13 Tahun 2007.

BPK-RI menyarankan agar:

a. Kapolri berkoordinasi dengan Ketua Kompolnas dengan membentuk tim teknis untuk mengkaji ulang Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2005 tentang Komisi Kepolisian Nasional dan Peraturan Kapolri Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Kompolnas sebagai upaya untuk merevitalisasi organisasi, tugas dan fungsi Sekretariat Kompolnas menjadi unit organisasi eselon satu yang berada dan menyatu dengan struktur organisasi Kompolnas.

b. Ketua Kompolnas berkoordinasi dengan instansi terkait untuk mengupayakan pembentukan Bagian Anggaran Kompolnas yang mandiri dan terpisah dari Bagian Anggaran Polri, sebagai upaya untuk meningkatkan kemandirian Kompolnas.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

Page 81: Laporan BPK 2008 - POLRI

Halaman 1 dari 10

Lampiran 1 LAPORAN TINDAK LANJUT HASIL PEMERIKSAAN

LAPORAN KEUANGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2004, 2005, 2006 DAN 2007

Status Tindak Lanjut

No. Nomor & Tanggal LHP Temuan Pemeriksaan Rekomendasi Belum

ditindak-lanjuti

Dipantau Selesai

Sistem Pengendalian Intern (SPI)

A. LK 2007 1 06b/S/III-

XIV.2/04/2008 30 April 2008

Sistem Pencatatan dan Pelaporan atas Aset Tetap/Barang Milik Negara Di Lingkungan Polri Belum Memadai

BPK RI menyarankan agar Kapolri melaksanakan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Aset Tetap secara lebih memadai antara lain dengan melakukan inventarisasi, penilaian kembali, rekonsiliasi antar bagian/satker terkait dan melaksanakan SABMN secara lebih baik, serta menyusun rencana aksi (action plan) atas pelaksanaan perbaikan sistem tersebut.

X

2 Sistem Pencatatan dan Pelaporan atas Persediaan di Lingkungan Polri Belum Memadai

BPK RI menyarankan agar Kapolri menginstruksikan kepada seluruh jajaran Polri untuk mencatat seluruh persediaan ke dalam pos Persediaan dalam Neraca Satker sesuai ketentuan terkait.

X

3 Pengelolaan Barang Bukti di Lingkungan Polri Belum Transparan dan Akuntabel

BPK RI menyarankan agar Kapolri mengembangkan Sistem Informasi Pengelolaan Barang Bukti di Jajaran Polri dan menginstruksikan kepada seluruh jajaran Polri untuk mengelola dan mengadministrasikan seluruh barang

X

Page 82: Laporan BPK 2008 - POLRI

Halaman 2 dari 10

Status Tindak Lanjut

No. Nomor & Tanggal LHP Temuan Pemeriksaan Rekomendasi Belum

ditindak-lanjuti

Dipantau Selesai

bukti sesuai ketentuan terkait. 4 Penetapan MAK Dalam DIPA/RKA-KL

dan Realisasi Anggaran Belanja Pada Beberapa Satker di Lingkungan Polri Tidak Sesuai Dengan Klasifikasi Mata Anggaran

BPK RI menyarankan agar Kapolri menginstruksikan kepada seluruh jajaran Polri supaya dalam perencanaan/penyusunan dan pelaksanaan DIPA/RKA-KL selalu memperhatikan dan mematuhi ketentuan terkait.

X

5 Hutang Kepada Pihak Ketiga Dalam Neraca Polri Per 31 Desember 2007 Belum Disajikan Secara Akurat

BPK RI menyarankan agar Kapolri melakukan koreksi atas data hutang yang tercantum dalam Neraca Polri Tahun 2007

X

6 Pencatatan dan Pelaporan Atas Hibah di Lingkungan Polri Belum Akurat, Transparan dan Akuntabel

BPK RI menyarankan agar Kapolri membuat kebijakan tertulis mengenai mekanisme pencatatan dan pelaporan hibah yang diterima Polri, baik dalam bentuk uang maupun barang.

X

7 PNBP Non Fungsional Tidak Dilaporkan Dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA) Pendapatan Dan Hibah Polri Tahun 2007

BPK RI menyarankan agar Kapolri melakukan koreksi atas data pendapatan dalam Laporan Realisasi Anggaran Laporan Keuangan Polri Tahun 2007

X

8 Pengelolaan Anggaran Non APBN Dana SAMSAT TA 2007 Belum Akuntabel dan Transparan

BPK RI menyarankan agar Kapolri memerintahkan Kapolda Sumut dan Kapolda Sultra untuk meningkatkan pengendalian atas penerimaan dan penggunaan dana samsat di lingkungannya antara lain dengan membuat perencanaan secara memadai dan melakukan pengawasan lebih optimal atas penerimaan dana samsat dari Pemprov

X

Page 83: Laporan BPK 2008 - POLRI

Halaman 3 dari 10

Status Tindak Lanjut

No. Nomor & Tanggal LHP Temuan Pemeriksaan Rekomendasi Belum

ditindak-lanjuti

Dipantau Selesai

B. LK 2006 1 61h/S/XI-XI.1/

4/2007 18 April 2007

Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN) Di Lingkungan Polri Belum Berjalan Secara Memadai

BPK RI menyarankan agar Kapolri dapat melaksanakan SABMN secara lebih baik antara lain melalui perbaikan kebijakan SDM, optimalisasi pemenuhan perangkat hardware/software dan intensifikasi pelaksanaan sosialisasi SABMN khususnya kepada para pelaksana

X

2 Data Aset Tetap Berupa Tanah, Gedung, Bangunan Dan Peralatan Mesin Dalam Neraca Polri Tahun 2006 Belum Akurat Dan Belum Menggambarkan Keadaan Yang Sesungguhnya

BPK RI menyarankan agar Kapolri berupaya melaksanakan perbaikan di bidang inventaris dan pelaporan aset melalui : a. Pembentukan tim aset yang antara

lain bertugas untuk melakukan inventarisasi seluruh aset di lingkungan Polri termasuk penilaian atas aset-aset tersebut.

b. Menginstruksikan seluruh satuan di jajaran Polri untuk dapat melakukan inventarisasi dan pelaporan secara lebih akurat; dan

c. Menyusun petunjuk teknis penilaian dan kodifikasi aset di lingkungan Polri

X

X

X 3 Pengamanan Aset Tanah Polri Melalui

Pensertifikatan Belum Berjalan Secara Optimal

BPK RI menyarakan agar Kapolri dapat memaksimalkan pensertifikatan tanah milik Polri melalui optimalisasi pelaksanaan anggaran pensertifikatan tanah yang telah tersedia dan pengajuan anggaran untuk sisa tanah yang belum terdukung anggaran pensertifikatannya

X

Page 84: Laporan BPK 2008 - POLRI

Halaman 4 dari 10

Status Tindak Lanjut

No. Nomor & Tanggal LHP Temuan Pemeriksaan Rekomendasi Belum

ditindak-lanjuti

Dipantau Selesai

4 Neraca Polri Per 31 Desember 2006 Belum Menyajikan Informasi Secara Akurat kewajiban Polri berupa Hutang Kepada Pihak Ketiga

BPK RI menyarankan agar Kapusku Polri melakukan verifikasi atas data hutang TLGA dan Wattah untuk mengetahui jumlah hutang yang sebenarnya dan mencantumkan data tersebut dalam LK Polri revisi

X

5 Sistem Pengendalian Intern Atas Pengelolaan Hutang Biaya Perawatan Tahanan (Wattah) Di Lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia Belum Memadai

BPK RI menyarankan Kapolri agar : a. Menyusun piranti lunak mekanisme

pencatatan dan pengakuan hutang wattah

b. Menginstruksikan kepada seluruh jajaran Polri untuk meningkatkan pengawasan dan pengendalian atas pengelolaan hutang wattah di satuannya

X

X

6 Informasi Mengenai Dana-Dana Non APBN Belum Sepenuhnya Diungkapkan Dalam Catatan Atas Laporan Keuangan Polri Tahun 2006

BPK RI menyarankan agar Kapolri menginstruksikan kepada seluruh jajaran Polri untuk melaporkan ke dalam CALK pada Laporan Keuangan seluruh dana-dana Non APBN yang diterima

X

7 Persediaan Materiil SSB Satpas/Samsat Di Jajaran Polda Jatim Dan Polda Sulsel Belum Dicatat Dalam Neraca Masing-Masing Satker Dan Neraca Polda Per 31 Desember 2006

BPK RI menyarankan agar Kapolri menginstruksikan kepada seluruh jajaran Polri untuk mencatat persediaan SSB ke dalam pos Persediaan dalam Neraca Satker sesuai ketentuan terkait

X

8 Ketidaktepatan Penetapan Mak Dalam DIPA/RKA-KL Dan Realisasi Anggaran Belanja Tidak Sesuai Dengan Klasifikasi Mata Anggaran

BPK RI menyarankan agar Kapolri menginstruksikan kepada seluruh jajaran Polri agar dalam menyusun perencanaan anggaran khususnya dalam

X

Page 85: Laporan BPK 2008 - POLRI

Halaman 5 dari 10

Status Tindak Lanjut

No. Nomor & Tanggal LHP Temuan Pemeriksaan Rekomendasi Belum

ditindak-lanjuti

Dipantau Selesai

mengelompokkan belanja untuk memperhatikan ketentuan terkait

9 Pertanggungjawaban keuangan belanja barang atas beberapa kegiatan di lingkungan Polda Metro Jaya, Polda Jabar dan Polda Jatim tidak sesuai dengan penggunaan sebenarnya

BPK RI menyarankan agar Kapolri memberikan teguran kepada para Kasatker yang mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran secara proforma dan meminta pertanggungjawaban penggunaan dana yang sebenarnya.

X

C. LK 2005

1. 72c/S/III-XI.1/6/2006

Penyusunan Laporan Keuangan Polri Tahun 2005 belum sepenuhnya dilakukan sesuai dengan sistem akuntansi pemerintah pusat

Menyarankan agar Kapolri: 1. Memerintahkan Derenbang Kapolri

untuk mengalokasikan anggaran kegiatan sosialisasi dan pelatihan SAI serta kegiatan tutup buku penyusunan Laporan Keuangan Polri pada DIPA revisi Pusku Polri TA. 2006 dan DIPA Pusku Polri TA. 2007 secara memadai.

2. Memerintahkan Kapusku mengadakan sosialisasi dan pelatihan SAI secara lebih intensif kepada para pelaksana akuntansi di setiap unit akuntansi pada TA. 2006 dan TA. 2007.

3. Memerintahkan De SDM Kapolri dan Ka Lemdiklat Polri untuk memasukkan mata pelajaran tentang keuangan negara pada lembaga-

Page 86: Laporan BPK 2008 - POLRI

Halaman 6 dari 10

Status Tindak Lanjut

No. Nomor & Tanggal LHP Temuan Pemeriksaan Rekomendasi Belum

ditindak-lanjuti

Dipantau Selesai

lembaga pendidikan di jajaran Polri. 4. Menertibkan pelaksanaan

penyusunan Laporan Keuangan di jajaran Polri sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2. SABMN belum berjalan sebagaimana mestinya

Menyarankan agar Kapolri memerintahkan: 1. Derenbang Kapolri untuk

mengalokasikan anggaran kegiatan sosialisasi dan pelatihan SABMN pada DIPA Revisi TA. 2006 dan DIPA TA. 2007 secara memadai.

2. Delog Kapolri untuk mengimplementasikan SABMN pada TA. 2007, mengadakan sosialisasi dan pelatihan SABMN secara intensif kepada para pelaksana akuntansi dan logistik di jajaran Polri pada TA. 2006 dan 2007, serta melaksanakan inventarisasi dan penilaian aset Polri sesuai dengan ketentuan.

3. Kewajiban jangka pendek berupa Utang Listrik, Telepon, Gas dan Air TA. 2005 senilai Rp98.955,14 juta belum dilaporkan dalam Neraca Polri per 31 Desember 2005

Menyarankan agar Kapolri melaporkan kewajiban Polri berupa utang biaya langganan jasa listrik, telepon, gas dan air sebesar Rp98.955,14 juta dalam Laporan keuangan Polri Tahun 2005.

4. Pengungkapan dalam CALK Polri Tahun 2005 belum memadai

Menyarankan agar Kapolri memerintahkan Kapusku dan Delog Kapolri senantiasa mengungkapkan hal-

Page 87: Laporan BPK 2008 - POLRI

Halaman 7 dari 10

Status Tindak Lanjut

No. Nomor & Tanggal LHP Temuan Pemeriksaan Rekomendasi Belum

ditindak-lanjuti

Dipantau Selesai

hal yang secara material dapat mempengaruhi isi Laporan Keuangan Polri dalam menyusun Laporan Keuangan Polri.

5. Pelaksanaan pekerjaan repowering dan replatting 3 unit kapal dan pengadaan senpi glock TA. 2004 Sdelog Polri berlarut-larut dan belum diungkap dalam Laporan Keuangan Polri per 31 Desember 2005

Menyarankan agar Kapolri memerintahkan Delog Kapolri untuk: 1. Menegur dengan keras rekanan agar

segera menyelesaikan pekerjaan. 2. Mempertimbangkan PT. Aneka Bina

Makmur beserta pemiliknya sebagai rekanan Polri.

3. Menjatuhkan sanksi denda keterlambatan kepada rekanan sesuai dengan kontrak yang disepakati.

√ √ √

6. Status aset hasil pengadaan dari dana Non APBN belum jelas dan belum diungkap dalam Laporan Keuangan

Menyarankan agar Kapolri: 1. Membuat ketentuan internal tentang

hibah aset sebagai penjabaran dari PP 24 tahun 2005 tentang SAP.

2. Memerintahkan Delog Kapolri agar mengadakan sosialisasi dan pelatihan terkait pelaksanaan SABMN.

7. Pengawasan dan pelaksanaan atas ketentuan dalam kontrak belum sepenuhnya dijalankan

Menyarankan agar Kapolri memerintahkan Kasatker untuk: 1. Menarik denda dari rekanan yang

terlambat melaksanakan pekerjaan dan menyetorkan ke Kas Negara.

2. Meningkatkan pengawasan dan pengendalian atas proses pelaksanaan pengadaan barang dan jasa.

√ √

Page 88: Laporan BPK 2008 - POLRI

Halaman 8 dari 10

Status Tindak Lanjut

No. Nomor & Tanggal LHP Temuan Pemeriksaan Rekomendasi Belum

ditindak-lanjuti

Dipantau Selesai

8. Realisasi anggaran belanja tidak sesuai

dengan klasifikasi mata anggaran Menyarankan agar Kapolri: 1. Menegur Derenbang Kapolri untuk

senantiasa memperhatikan ketentuan tentang klasifikasi mata anggaran dalam penyusunan dokumen anggaran (RKA-KL) dan otorisasi anggaran satker di lingkungan Polri.

2. Memerintahkan kasatker mentaati ketentuan tentang klasifikasi anggaran belanja dalam pengajuan usulan anggaran dan pelaksanaan anggaran belanja.

√ √

D. LK 2004 04/XI/9/2005 1. Pengendalian intern dalam pelaksanaan

sistem akuntansi dan laporan keuangan Polri belum memadai

Menyarankan agar Kapolri memerintahkan Kapusku Polri untuk: 1. Menertibkan pelaksanaan sistem

akuntansi di jajaran Polri sesuai dengan prosedur yang diatur dalam ketentuan yang ditetapkan.

2. Mengadakan sosialisasi dan pelatihan SAI lebih intensif kepada para pelaksana akuntansi di setiap unit akuntansi

√ √

2. SABMN belum berjalan sebagaimana mestinya

Menyarankan agar Kapolri memerintahkan Delog Kapolri untuk: 1. Mengadakan sosialisasi SABMN ke

seluruh satker di jajaran Polri 2. Menertibkan kembali pelaksanaan

SABMN sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan

√ √

Page 89: Laporan BPK 2008 - POLRI

Halaman 9 dari 10

Status Tindak Lanjut

No. Nomor & Tanggal LHP Temuan Pemeriksaan Rekomendasi Belum

ditindak-lanjuti

Dipantau Selesai

3. Pengungkapan penjelasan dalam CALK

Polri Tahun 2004 belum memadai Menyarankan agar Kapolri memerintahkan Kapusku Polri untuk segera menyempurnakan dan mengungkapkan informasi tambahan yang perlu disajikan dalam CALK.

4. Sebagian besar aset tanah yang dikuasai Polri belum didukung bukti kepemilikan sertifikat tanah

Menyarankan agar Kapolri meningkatkan upaya pensertifikatan atas tanah-tanah yang dikuasai Polri antara lain dengan menambah anggaran untuk kegiatan pensertifikatan tanah

5. Proses penyusunan Neraca Polri Tahun 2004 dilakukan secara terpusat dan belum sesuai dengan ketentuan

Menyarankan agar Kapolri: 1. Memerintahkan Kapusku untuk

segera memperbaiki sistem penyusunan Neraca dan pelaksanaannya di setiap tingkat unit akuntansi sesuai dengan ketentuan.

2. Memerintahkan Delog Kapolri untuk melakukan inventarisasi dan revaluasi terhadap seluruh aset tetap dan persediaan yang dimiliki /dikuasai di seluruh satker jajaran dengan nilai wajar sebaga data neraca awal Polri tahun 2004.

6. Proses pembatalan ruislag mako Lemdiklat, Selapa, dan Sepolwan lambat

Menyarankan agar Kapolri membatalkan kebijakan untuk meruislag Mako Lemdiklat, Selapa, dan Sepolwan.

Page 90: Laporan BPK 2008 - POLRI

Halaman 10 dari 10

Status Tindak Lanjut

No. Nomor & Tanggal LHP Temuan Pemeriksaan Rekomendasi Belum

ditindak-lanjuti

Dipantau Selesai

7. Pelaksanaan tindak lanjut proses penghapusan persediaan bekal BMP di Ditpolair senilai Rp3.117.930.617,00 belum optimal

Menyarankan agar Kapolri memerintahkan Delog Kapolri dan Dir Polair Babinkam Polri untuk segera menyelesaikan proses penghapusan BMP Ditpolair.

Page 91: Laporan BPK 2008 - POLRI

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN KEPATUHAN TERHADAP KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2008

Nomor : 38c/HP/XIV/4/2009 Tanggal : 30 April 2009

Page 92: Laporan BPK 2008 - POLRI

BPK-RI LHP Kepatuhan- LK POLRI Tahun 2008 Halaman i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI .................................................................................................................................. i

RESUME LAPORAN ATAS KEPATUHAN TERHADAP PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN............................................................................................................................. ......

ii

HASIL PEMERIKSAAN ATAS KEPATUHAN TERHADAP PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN.................................................................................................................................

1

A. Tindak Lanjut Temuan Pemeriksaan Kepatuhan Terhadap Peraturan perundang-undangan Tahun 2005, 2006 dan 2007........................................................................................................

1

B. Temuan Pemeriksaan Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-undangan Tahun 2008

1. Pengelolaan Dana Non APBN di Lingkungan Polri Tidak Transparan dan Sebesar Rp897.716.060.301,00 Tidak Terungkap Secara Memadai Dalam CALK Polri Tahun 2008 …………………………………………………………………….........................

1

2. Terjadi Kesalahan Pembebanan Belanja Pemeliharaan (MAK 523xxx) Ke Belanja Non Operasional Lainnya (MAK 521xxx) Sebesar Rp12.310.975.000,00........................................................................................................

7

3. Penerimaan Negara Atas Sanksi Denda Keterlambatan Penyelesaian Pekerjaan sebesar Rp176.122.994,00 Belum Dipungut dan Disetor ke Kas Negara Per 31 Desember 2008...................................................................................................................................

8

4. Pengembalian Belanja Kegiatan Operasi Tahun 2008 yang Melewati Tahun Anggaran Sebesar Rp1.034.433.664,00 Belum Diungkap Dalam CALK Polri Tahun 2008..................................................................................................................................

10

5. Terdapat Potensi Kerugian Negara atas Pelaksanaan Kegiatan tahun 2008 Di Beberapa Satker Polri sebesar Rp285.000.000,00............................................................................

13

6. Terdapat Persediaan Satker Denma Mabes Polri yang Sudah Tidak Terpakai sebesar Rp4.013.830.000,00..........................................................................................................

16

7. Realisasi Anggaran Untuk Kegiatan Operasional di Beberapa Polda Belum Dapat Dipertanggungjawabkan sebesar Rp1.855.508.000,00.....................................................

17

8. Realisasi Penyaluran Belanja BMP Pada Beberapa Satker Belum Dipertanggungjawabkan....................................................................................................

19

Lampiran...........................................................................................................................

Page 93: Laporan BPK 2008 - POLRI

BPK-RI LHP Kepatuhan- LK POLRI Tahun 2008 Halaman ii

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

RESUME LAPORAN ATAS KEPATUHAN TERHADAP

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Berdasarkan Pasal 6 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan dan Pasal 30 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Presiden menyampaikan rancangan undang-undang tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBN kepada DPR berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan, selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir. Laporan keuangan dimaksud setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi APBN, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan, yang dilampiri dengan laporan keuangan perusahaan negara dan badan lainnya. Untuk selanjutnya laporan keuangan dimaksud disebut dengan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP).

Dalam penyusunan LKPP tersebut, berdasarkan Pasal 55 ayat 2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Kapolri selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang menyusun dan menyampaikan laporan keuangan Kepolisian Negara Republik Indonesia yang meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan Keuangan Kepolisian Negara Republik Indonesia tersebut merupakan tanggung jawab pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia. Tanggung jawab BPK RI adalah pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan pemeriksaan BPK RI.

Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) mengharuskan BPK RI melaksanakan pengujian atas kepatuhan Kepolisian Negara Republik Indonesia terhadap kontrak, pasal-pasal tertentu peraturan perundang-undangan serta kepatuhan Kepolisian Negara Republik Indonesia terhadap pengendalian intern. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan pengendalian intern merupakan tanggung jawab pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia. Namun, tujuan pemeriksaan BPK RI atas laporan keuangan adalah tidak untuk menyatakan pendapat atas keseluruhan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan pengendalian intern tersebut. Oleh karena itu, BPK RI tidak menyatakan suatu pendapat seperti itu.

Selain itu, SPKN juga mengharuskan BPK RI untuk melaporkan kepada pihak berwenang yang terkait apabila dalam melakukan pemeriksaan atas laporan keuangan ditemukan ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, kecurangan serta ketidakpatutan.

BPK RI menemukan ketidakpatuhan kepada ketentuan peraturan perundang-undangan, kecurangan serta ketidakpatutan yang material sebagai berikut:

1. Pengelolaan Dana Non APBN di Lingkungan Polri tidak transparan dan sebesar Rp897.716.060.301,00 tidak terungkap secara memadai dalam CALK Polri Tahun 2008.

Page 94: Laporan BPK 2008 - POLRI

BPK-RI LHP Kepatuhan- LK POLRI Tahun 2008 Halaman iii

2. Terjadi kesalahan pembebanan Belanja Pemeliharaan (MAK 523xxx) ke Belanja Non Operasional Lainnya (MAK 521xxx) sebesar Rp12.310.975.000,00.

3. Penerimaan Negara atas sanksi denda keterlambatan penyelesaian pekerjaan sebesar Rp176.122.994,00 belum dipungut dan disetor ke Kas Negara per 31 Desember 2008.

4. Pengembalian belanja kegiatan operasi Tahun 2008 yang melewati tahun anggaran sebesar Rp1.034.433.664,00 belum diungkap dalam CALK Polri Tahun 2008.

5. Terdapat potensi kerugian negara atas pelaksanaan kegiatan Tahun 2008 di beberapa satker Polri sebesar Rp285.000.000,00.

6. Terdapat persediaan satker Denma Mabes Polri yang sudah tidak terpakai sebesar Rp4.013.830.000,00.

7. Realisasi anggaran untuk kegiatan operasional di beberapa Polda belum dapat dipertanggungjawabkan sebesar Rp1.855.508.000,00

8. Realisasi penyaluran belanja BMP pada beberapa satker belum dipertanggungjawabkan

Berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut, BPK-RI menyarankan kepada Kapolri agar memerintahkan:

1. Kapusku Polri berkoordinasi dengan Departemen Keuangan untuk membuat kebijakan atas pengelolaan dana-dana non APBN dan menetapkan format laporan pengungkapan atas pengelolaan dana non APBN dalam laporan keuangan serta menginstruksi kepada seluruh jajaran Polri agar melaporkan seluruh penerimaan dan penggunaan dana-dana non APBN dalam laporan keuangan.

2. Pejabat perencanaan pada Ditlantas Polri untuk menyusun kegiatan dalam MAK, Sub Kegiatan, Kegiatan, dana Program sesuai dengan subtansi atau realisasi kegiatan.

3. Memerintahkan Direktur Telematika dan Kalemdiklat Polri untuk segera menarik sanksi denda keterlambatan dan segera menyetor ke Kas Negara serta bukti setor disampaikan ke BPK RI.

4. Kababinkam Polri dan Dir Poludara untuk mengungkapkan sisa dana kegiatan TA 2008 yang baru disetor ke Kas Negara setelah melewati TA, untuk diungkap dalam Catatan Atas Laporan Keuangan Kasatker, dan secara berjenjang dimasukkan dalam Calk Polri Tahun 2008.

5. Kapolda Sumbar dan Kapolda Jabar untuk segera melakukan penyelidikan secara intensif dan melaporkan hasil perkembangan penyelidikan kepada BPK RI.

6. Kaden Mabes Polri untuk segera mendistribusikan kaporlap tersebut dan melaporkan hasilnya kepada BPK RI.

7. Kapolda mempertanggungjawabkan belanja kegiatan operasional di jajaran Polda Sulawesi Utara, Polda Bangka Belitung dan Polda Gorontalo.

8. Mempertanggungjawabkan realisasi belanja BBM di jajaran Polda Sulawesi Utara, Polda Bangka Belitung dan Polda Gorontalo.

Permasalahan dan saran perbaikan secara rinci dapat dilihat dalam laporan ini.

Atas pemeriksaan tersebut, selain Laporan Hasil Pemeriksaan atas Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-undangan, BPK RI telah menerbitkan Laporan Hasil Pemeriksaan Keuangan atas Kepolisian Negara Republik Indonesia Tahun 2008 yang memuat opini Tidak Memberikan

Page 95: Laporan BPK 2008 - POLRI

BPK-RI LHP Kepatuhan- LK POLRI Tahun 2008 Halaman iv

Pendapat dengan nomor 38a/HP/XIV/04/08 tanggal 30 April 2009 dan dan Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern dengan nomor 38b/HP/XIV/04/08 tanggal 30 April 2009.

Jakarta, 30 April 2009 BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA Penanggung Jawab Pemeriksaan,

Hery Subowo, SE, Ak., MPM, CIA, CFE Akuntan, Register Negara No.D-17.698

Page 96: Laporan BPK 2008 - POLRI

BPK-RI LHP Kepatuhan – LK POLRI Tahun 2008 Halaman 1 dari 21

HASIL PEMERIKSAAN ATAS KEPATUHAN

A. Tindak Lanjut Temuan Pemeriksaan Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-undangan Tahun 2005, 2006 dan 2007

Hasil pemeriksaan atas Laporan Keuangan Kepolisian Negara Republik Indonesia tahun 2005 mengungkapkan sebanyak 13 (tiga belas) temuan pemeriksaan kepatuhan. Hasil pemeriksaan atas tindak lanjut diketahui bahwa sebanyak 3 (tiga) temuan telah ditindaklanjuti.

Hasil pemeriksaan atas Laporan Keuangan Kepolisian Negara Republik Indonesia tahun 2006 mengungkapkan sebanyak 8 (delapan) temuan pemeriksaan kepatuhan. Hasil pemeriksaan atas tindak lanjut diketahui bahwa sebanyak 1 (satu) temuan telah ditindaklanjuti.

Hasil pemeriksaan atas Laporan Keuangan Kepolisian Negara Republik Indonesia tahun 2007 mengungkapkan sebanyak 8 (delapan) temuan pemeriksaan kepatuhan. Hasil pemeriksaan atas tindak lanjut diketahui bahwa sebanyak 2 (dua) temuan telah ditindaklanjuti.

Rincian tindak lanjut Hasil Pemeriksaan kepatuhan dapat dilihat pada Lampiran 1.

B. Temuan Pemeriksaan Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-undangan Tahun 2008

1. Pengelolaan Dana Non APBN di Lingkungan Polri Tidak Transparan dan Sebesar Rp897.716.060.301,00 Tidak Terungkap Secara Memadai Dalam CALK Polri Tahun 2008

Dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) Polri Tahun 2008 pada bagian pengungkapan informasi penting lainnya, diketahui bahwa Polri selama tahun 2008 mengelola rekening dana-dana Non APBN senilai Rp222.714.899.909,00 dengan rincian sebagai berikut:

No. Nama Rekening Nilai (Rp)

1 SAMSAT 39.050.053.200

2 DSP 5.714.343.433

3 PON 34.432.574

4 DEOPS 91.040.266

5 Pam Pilkada 5.718.510.211

6 Rumkit 2.233.301.211

7 PAJAK 1.301.677

8 Kontinjensi 2.244.112.870

9 Pemda 168.976.950

10 DPK 91.709.555.565

Page 97: Laporan BPK 2008 - POLRI

BPK-RI LHP Kepatuhan – LK POLRI Tahun 2008 Halaman 2 dari 21

No. Nama Rekening Nilai (Rp)

11 TWP 30.592.386.681

12 Catur Sakti 1.845.446.852

13 Jasa Raharja 3.019.293.885

14 Tabungan Mapan 31.242.305

15 Masjid 1.026

16 Penampungan 4.182.191.268

17 Sewa Lahan 1.500.000

18 Bidku 2.438.732.216

19 Operasi Ketupat 59.399

20 Hibah 21.156.303.401

21 Pihak Ketiga 392.180.680

22 AKDA 2.301.709

23 Papua 12.087.632.530

Jumlah 222.714.899.909

Nilai tersebut merupakan saldo per 31 Desember 2008 dari seluruh dana yang dikelola di luar mekanisme APBN oleh satker/satwil di seluruh jajaran Polri.

Hasil pemeriksaan atas pencatatan, pelaporan dan pertanggungjawaban dana-dana tersebut diketahui bahwa pada tahun 2008 terdapat pengelolaan dana-dana non APBN minimal sebesar Rp897.716.060.301,00 dan informasi lainnya yang tidak diungkapkan secara memadai di dalam Catatan atas Laporan Keuangan Polri TA 2008.

Pengungkapan secara memadai setidaknya memuat informasi mengenai perolehan dana, besaran penerimaan dan pengeluaran dana tersebut, bank dan rekening tempat penyimpanan dana tersebut dan otorisasi atas pengeluaran dana tersebut. Berikut ini adalah informasi mengenai dana-dana Non APBN dimaksud:

a. Dana Samsat

Dana Samsat adalah dana yang diberikan oleh Pemerintah Daerah Propinsi kepada Polri sebagai insentif (upah pungut) dari hasil kerja sama antara Polri dan Pemerintah Daerah Propinsi atas penerimaan yang berasal dari pendaftaran kendaraan bermotor, Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Biaya Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) dan Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ).

Berdasarkan laporan penerimaan dan penggunaan Dana SAMSAT yang dikelola oleh Pusku Polri diketahui bahwa pada tahun 2008 Pusku Polri mengelola dana SAMSAT sebagai berikut:

Page 98: Laporan BPK 2008 - POLRI

BPK-RI LHP Kepatuhan – LK POLRI Tahun 2008 Halaman 3 dari 21

Penerimaan : Rp116.351.410.932,00

Penggunaan : Rp56.200.986.051,00

Rekening Penyimpanan: Bank Mandiri No Rek 102.00.9951510-5.

Penggunaan dana Samsat tersebut dilakukan di luar mekanisme APBN dengan berpedoman kepada Surat Keputusan Kapolri No. Pol.: SKEP/1047/XI/2004 tanggak 3 November 2004 tentang Petunjuk Administrasi Pengelolaan Dana Samsat di Lingkungan Polri yang kemudian diatur kembali dalam Peraturan Kapolri No. Pol.: 8 Tahun 2007 tanggal 12 April 2007 tentang Pengelolaan Dana Sistem Administrasi Manunggal di Bawah Satu Atap di Lingkungan Polri.

Dana Samsat yang diterima dari Pemda Propinsi melalui Dir Lantas Polda digunakan untuk mendukung kegiatan yang mendesak yang anggarannya belum dialokasikan dalam DIPA Tahun Anggaran berjalan sesuai dengan kebijakan Pimpinan.

b. Dana Pam Pilkada dan Operasi Kepolisian dari APBD/Pemda/Pihak Lain

Pada tahun 2008, selain mendapatkan dukungan dari APBN untuk melaksanakan operasi kepolisian, Polri juga memperoleh bantuan dari Pemda untuk melaksanakan kegiatan Pengamanan Pilkada dengan rincian sebagai berikut:

Penerimaan : Rp298.066.493.804,00

Penggunaan : Rp291.623.880.555,00

Penerimaan dana dukungan Pam Pilkada tersebut tidak dilaporkan dan dicatat di LRA sebagai pendapatan hibah, melainkan digunakan langsung untuk membiayai kegiatan operasi pengamanan yang dilakukan.

Selain itu dari Catatan atas Laporan Keuangan Polda Jabar TA 2008 diketahui bahwa masih terdapat informasi mengenai pengelolaan dana-dana non APBN pemda minimal sebesar Rp63.693.675.844,00, dengan perincian sebagai berikut:

1) Dana Operasi Ketupat yang diterima Polda Jawa Barat dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebesar Rp2.500.000.000,00.

2) Dana Operasi Lilin yang diterima Polda Jawa Barat dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebesar Rp1.000.000.000,00.

3) Dana Operasi Hutan Lestari TA 2008 yang diterima Polda Jawa Barat dari Perum Perhutani Unit III Jawa Barat sebesar Rp895.050.500,00.

4) Dana Pengamanan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Jawa Barat Tahun 2008 yang diterima Polda Jawa Barat dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebesar Rp27.732.147.244,00 melalui rekening BPD Jabar Banten No. 27-0003-877825-101 atas nama Kabidku dan dana yang diterima Satker Kewilayahan dari Pemerintah Daerah untuk

Page 99: Laporan BPK 2008 - POLRI

BPK-RI LHP Kepatuhan – LK POLRI Tahun 2008 Halaman 4 dari 21

mendukung kegiatan operasional dan kegiatan pengamanan sebesar Rp31.566.478.100,00. Dari jumlah dana pengamanan dari Pemda II tersebut yang diterima melalui rekening non APBN satker di jajaran Polda Jabar berjumlah Rp24.353.511.061,00 sedangkan sisanya berjumlah Rp7.212.967.039,00 diterima secara tunai.

c. Dana DPK

DPK merupakan dana yang dihimpun dari iuran kesehatan personil Polri dan PNS Polri dan langsung dipotong gaji oleh masing-masing Bendaharawan Satuan dan dikelola secara terpusat di Pusku Polri. Penggunaan dana DPK dilakukan dengan cara penerbitan Surat Keputusan Otorisasi Kapolri (SKOK). Hasil pemeriksaan pada Pusku Polri diketahui bahwa pada tahun 2008 terdapat pengelolaan dana DPK sebagai berikut:

Penerimaan: Rp385.665.454.630,00

Penggunaan: Rp309.483.168.591,00

Rekening Penyimpanan: Bank Mandiri No Rek 122.00.8500276-7

d. Dana Pelayanan Kesehatan Masyarakat umum (Yankesmasum)

Dana Yankesmasum Rumah Sakit Bhayangkara merupakan penerimaan yang diperoleh Rumah Sakit Bhayangkara Polri atas pemberian jasa pelayanan kesehatan kepada masyarakat umum. Hasil uji petik di Rumah Sakit Polpus Sukanto Polri dan RS di Polda Jambi dan Sumbar, informasi penerimaan dan penggunaan belum diungkap dalam CALK, informasi tersebut meliputi:

1) RS Polpus Sukanto Polri

a) Jumlah penerimaan Yanmasum RS Polpus Sukanto selama tahun 2008 sebesar Rp33.310.709.816,14.

b) Jumlah pengeluaran dana Yanmasum RS Polpus Sukanto selama tahun 2008 sebesar Rp32.516.097.541,00.

c) Saldo dana Yanmasum RS Polpus Sukanto per 31 Desember 2008 sebesar Rp1.326.902.021,36 ( Rp33.310.709.816,14 - Rp32.516.097.541,00 + saldo awal tahun Rp532.289.746.22).

d) Saldo tagihan kepada pihak ketiga (asuransi) per 31 Desember 2008 sebesar Rp1.619.963.388,00.

e) Saldo hutang kepada pihak ketiga per 31 Desember 2008 sebesar Rp330.844.048,00.

f) Terdapat dua rekening dana Yankesmasum yaitu rekening Bank BRI No Rek 051001000149308 dengan saldo rekening per 31 Desember 2008 sebesar Rp155.421.495,00 dan rekening Bank Mandliri No rek 006-00-9170549-5 dengan saldo per 31 Desember 2008 sebesar Rp768.959.617,77

Page 100: Laporan BPK 2008 - POLRI

BPK-RI LHP Kepatuhan – LK POLRI Tahun 2008 Halaman 5 dari 21

2) RS Bhayangkari Polda Jambi

Saldo kas sebesar Rp41.633.476,00 per 31 Desember 2008 yang terdiri atas saldo tunai di Bendahara sebesar Rp4.719.942,00 dan saldo kas di Bank sebesar Rp36.913.534,00. disimpan di rekening Bank …. No. 0069881386 atas nama RS. Tk IV Polda Jambi.

3) RS Bhayangkari Polda Sumbar

Pada tanggal 31 Desember 2008 terdapat saldo kas sebesar Rp33.429.035,00 yang diperoleh dari saldo awal tahun 2008 sebesar Rp13.748.945,00 ditambah dengan penerimaan rumah sakit selama tahun 2008 sebesar Rp628.315.275,00 dikurangi dengan pengeluaran untuk biaya operasional selama tahun 2008 sebesar Rp608.635.185,00. Sisa Saldo sebesar Rp33.429.035,00 tersebut disimpan oleh Bendahara Rumah Sakit Bhayangkara Polda Sumbar di rekening BRI dengan No. Rekening: 0058-01-017132-50-8 atas nama Bendaharawan Rumkit.

Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa terdapat beberapa kelemahan dalam pengelolaan dana-dana Non APBN tersebut, antara lain sebagai berikut:

a. Legal Standing belum jelas;

b. Pengendalian lemah;

c. Tidak ada verifikasi di Pusku mengenai penerimaan dan penggunaan dana-dana Non APBN;

d. Tidak ada mekanisme untuk menguji kelengkapan pencatatan dan pelaporan seluruh informasi mengenai dana-dana Non APBN tersebut.

e. Penggunaan dana Non APBN dilakukan untuk membiayai kegiatan yang tidak ada kaitannya dengan kegiatan perolehan dana Non APBN tersebut.

f. Informasi mengenai pengelolaan dana Non APBN tersebut tidak diungkapkan secara memadai dalam Laporan Keuangan (minimal CaLK).

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 2005 tentang Stándar Akuntansi Pemerintahan Pernyataan No.04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan:

1) Paragraf 7: Setiap entitas pelaporan keuangan diharuskan untuk menyajikan Catatan atas Laporan Keuangan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari laporan keuangan untuk tujuan umum.

2) Paragraf 12: Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas. Termasuk pula dalam Catatan atas Laporan Keuangan adalah penyajian informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan serta pengungkapan-pengungkapan lainnya yang

Page 101: Laporan BPK 2008 - POLRI

BPK-RI LHP Kepatuhan – LK POLRI Tahun 2008 Halaman 6 dari 21

diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan keuangan, seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen-komitmen lainnya.

3) Paragraf 13: Catatan atas Laporan Keuangan menyajikan informasi tentang penjelasan pos-pos laporan keuangan dalam rangka pengungkapan yang memadai, antara lain:

(a) Menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro, pencapaian target Undang-undang APBN/Perda APBD, berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target;

(b) Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun pelaporan;

(c) Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya;

(d) Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan;

(e) Mengungkapkan informasi untuk pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas;

(f) Menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.

b. Keppres No. 42 Tahun 2002 tentang pelaksanaan APBN

1) pasal 2 menyatakan bahwa APBN meliputi semua penerimaan negara yang berasal dari penerimaan perpajakan, penerimaan bukan pajak serta penerimaan hibah dari dalam dan luar negeri selama tahun anggaran yang bersangkutan.

2) Pasal 10 ayat (2): Pimpinan dan atau pejabat departemen/lembaga/pemerintah daerah tidak diperkenakan melakukan tindakan yang mengakibarkan pengeluaran atas beban anggaran belanja negara, jika dana untuk membiayai tindakan tersebut tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dalam anggaran belanja negara.

3) Pasal 10 ayat (3): Pimpinan dan atau pejabat departemen /lembaga/pemerintah daerah tidak diperkenakan melakukan pengeluaran atas beban anggaran belanja negara untuk tujuan lain dari yang ditetapkan dalam anggaran belanja negara.

4) Pasal 10 ayat (4): Dalam menyediaan anggaran belanja negara diutamakan untuk menyediaan belanja operasional dan pemeliharaan atas barang milik negara.

Page 102: Laporan BPK 2008 - POLRI

BPK-RI LHP Kepatuhan – LK POLRI Tahun 2008 Halaman 7 dari 21

Hal tersebut mengakibatkan pengelolaan dana-dana Non APBN di lingkungan Polri menjadi tidak transparan dan akuntabel.

Hal tersebut disebabkan karena para Kasatker/personil di jajaran Polri belum sepenuhnya memahami dan melaksanakan ketentuan mengenai penyusunan Laporan Keuangan dan pengelolaan keuangan negara.

Atas temuan tersebut, pihak Polri menanggapi bahwa hasil temuan dimaksud telah ditindaklanjuti oleh Pusku Polri dengan merevisi LRA Polri TA 2008 dan selanjutmnya akan segera ditindaklanjuti pada satker terkait.

BPK-RI menyarankan agar Kapolri memerintahkan Kapusku Polri untuk:

a. Berkoordinasi dengan Departemen Keuangan untuk membuat kebijakan atas pengelolaan dana-dana non APBN agar menjadi lebih transparan dan akuntabel.

b. Menetapkan format laporan pengungkapan atas pengelolaan dana non APBN dalam laporan keuangan dan menginstruksi kepada seluruh jajaran Polri agar melaporkan seluruh penerimaan dan penggunaan dana-dana non APBN dalam laporan keuangan.

2. Terjadi Kesalahan Pembebanan Belanja Pemeliharaan (MAK 523xxx) Ke Belanja Non Operasional Lainnya (MAK 521xxx) Sebesar Rp12.310.975.000,00

Laporan Keuangan satker Ditlantas Polri tahun 2008 melaporkan realisasi anggaran sebesar Rp640.216.502.508,00, yang terdiri dari:

Realisasi belanja pegawai Rp 19.832.166.861,00

Realisasi belanja barang Rp 609.979.435.647,00

Realisasi belanja modal Rp 10.404.900.000,00

Dari realisasi belanja barang tersebut di atas, merupakan realisasi belanja yang sumber pembiayaannya dari PNBP. Dalam catatan laporan keuangan Ditlantas Polri dijelaskan bahwa Realisasi belanja barang sebesar Rp606.368.645.680,00 merupakan realisasi belanja barang non operasional lainnya (MAK 521219).

Dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa dari realisasi belanja tersebut, terdapat realisasi belanja yang sebenarnya digunakan untuk kegiatan pemeliharaan, yaitu:

a. Pemeliharaan dan perawatan jaringan satpas SP2D No827615J sebesar Rp9.188.500.000,00

b. Pemeliharan dan perawatan driving simulator SP2D No830139J sebesar Rp1.134.720.000,00

Page 103: Laporan BPK 2008 - POLRI

BPK-RI LHP Kepatuhan – LK POLRI Tahun 2008 Halaman 8 dari 21

c. Pemeliharaan dan perawatan GPS Tracking PJR Ditlantas Polri TA 2008 SP2D No814997J sebesar Rp1.987.755.000,00

Hal tersebut tidak sesuai dengan PSAP No 2 Tentang Laporan Realisasi Anggaran, Paragraf 34 menyebutkan Belanja diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi (jenis belanja), organisasi, dan fungsi. Paragraf 35 menyebutkan Klasifikasi ekonomi adalah pengelompokan belanja yang didasarkan pada jenis belanja untuk melaksanakan suatu aktivitas. Klasifikasi ekonomi untuk pemerintah pusat yaitu belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, dan belanja lain-lain. Klasifikasi ekonomi untuk pemerintah daerah meliputi terdiri dari belanja pegawai, belanja barang , belanja modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, dan belanja tak terduga. Hal tersebut mengakibatkan Laporan Realisasi Anggaran/Catatan atas Laporan Keuangan Ditlantas tahun 2008 belum menyajikan informasi yang akurat. Hal tersebut disebabkan ketidakcermatan Subbagren dan Sderenbang dalam pembebanan MAP/MAK pada saat penyusunan DIPA/RKKL. Atas temuan kepatuhan tersebut, pihak Polri menanggapi bahwa realisasi Belanja Non Operasional lainnya telah sesuai dengan realisasi anggaran DIPA/RKAKL tahun 2008, baik masing-masing program, kegiatan, sub kegiatan, maupun MAK.

BPK-RI menyarankan agar Kapolri memerintahkan pejabat perencanaan pada Ditlantas Polri untuk menyusun kegiatan dalam MAK, Sub Kegiatan, Kegiatan, dana Program sesuai dengan subtansi atau realisasi kegiatan.

3. Penerimaan Negara Atas Sanksi Denda Keterlambatan Penyelesaian Pekerjaan sebesar Rp176.122.994,00 Belum Dipungut dan Disetor ke Kas Negara Per 31 Desember 2008

Selama tahun 2008 beberapa satker di lingkungan Polri melaksanakan kegiatan pengadaan barang yang bersumber dari anggaran Rutin Belanja Barang. Berdasarkan dokumen pertanggungjawaban keuangan pekerjaan tersebut telah selesai dibayar dan diterima sesuai dengan bukti Berita Acara Penerimaan Barang. Berdasarkan pemeriksaan secara uji petik atas dokumen pertanggungjawaban keuangan dan hasil intervew dengan pihak pelaksana diketahui hal-hal sebagai berikut:

a. Lemdiklat

Pengadaan Cetak Buku Pedoman Pelaksanaan Tugas Bintara Polri di Lapangan dengan Kontrak Nomor B-/221/SPPB/VII/2008/Lemdiklat tanggal 14 Juli 2008 sebesar Rp289.976.400,00 dengan pelaksana pekerjaan CV Mus Karya. Jangka waktu penyerahan pekerjaan adalah 60 hari kalender terhitung mulai tanggal Surat Perintah Mulai Kerja atau sampai dengan tanggal 2 September 2008.

Page 104: Laporan BPK 2008 - POLRI

BPK-RI LHP Kepatuhan – LK POLRI Tahun 2008 Halaman 9 dari 21

Dari hasil pemeriksaan atas dokumen Surat Perintah Pengeluaran Materiil (SPPM) diketahui terdapat keterlambatan pendistribusian Buku Pedoman Pelaksanaan Tugas Bintara Polri di Lapangan yaitu:

No Titik Bekal Jumlah buku

(set)

Tgl diterima

1 SPN Jambi 327 25 Nov 2008

2 SPN Kupang 194 26 Nov 2008

3 SPN Singaraja 102 26 Nov 2008

4 SPN Cisarua 369 26 Nov 2008

5 SPN Pekan Baru 306 25 Nov 2008

6 SPN Padang Besi 294 26 Nov 2008

Atas keterlambatan penyerahan/pendistribusian Buku Pedoman Pelaksanaan Tugas di lapangan tersebut pihak rekanan belum dikenakan denda keterlambatan sebesar Rp24,647,994.00.

b. Divisi Telematika Polri

Pekerjaan pengadaan Alkom Radio PAM Capres dan Cawapres Pemilu Tahun 2009 dengan Kontrak Nomor B-SPJB/13/X/ 2008/Divtel tanggal 10 Oktober 2008 sebesar Rp3.029.500.000,00 dengan pelaksana pekerjaan PT. Silfarona Perdana. Jangka waktu penyerahan pekerjaan adalah 45 hari kalender terhitung mulai tanggal Surat Perintah Mulai Kerja atau sampai dengan tanggal 24 November 2008.

Hasil Cek Fisik Tim Pemeriksa BPK-RI pada gudang Harkan Divisi Telematika di Cipinang pada tanggal 24 Februari 2008 menunjukkan masih terdapat Radio Mobile Motorola XTL 1500 hasil pengadaan tahun 2008 sebanyak 3 unit masih berada di gudang (belum diinstall).

Dari uraian di atas menunjukkan bahwa penyelesaian pekerjaan pengadaan Alkom Radio PAM Capres dan Cawapres Pemilu Tahun 2009 mengalami keterlambatan selama 72 hari kalender (tanggal 24 November 2008 sampai dengan tanggal 4 Februari 2009). Atas keterlambatan tersebut pihak Divisi Telematika belum mengenakan sanksi denda keterlambatan atas penyelesaian pekerjaan sebesar denda maksimum 5% yaitu sebesar Rp151.475.000,00.

Hal tersebut tidak sesuai dengan:

a. Pasal 12 ayat (2) Keppres No. 42 Tahun 2002 tentang Pelaksanaan APBN dijelaskan bahwa belanja atas beban anggaran belanja negara dilakukan berdasarkan atas hak dan bukti-bukti yang sah untuk memperoleh pembayaran.

Page 105: Laporan BPK 2008 - POLRI

BPK-RI LHP Kepatuhan – LK POLRI Tahun 2008 Halaman 10 dari 21

b. Pasal 3 ayat (3) Kontrak/78/IX/Robekum/2008/SDelog tanggal 12 September 2008 menyatakan Keterlambatanpenyelesaian pekerjaan karena kelalaian Pihak Kedua, diberikan sanksi finansial berupa denda sebesar 1 o/oo (satu perseribu) dari harga kontrak untuk setiap hari keterlambatan.

Hal tersebut mengakibatkan penerimaan negara atas sanksi denda keterlambatan penyelesaian pekerjaan sebesar Rp176.122.994,00 belum dipungut dan disetor ke Kas Negara per 31 Desember 2008.

Hal tersebut disebabkan Pejabat Pembuat Komitmen tidak sungguh-sungguh melaksanakan beberapa kesepakatan yang telah diatur dalam kontrak, hal ini terbukti belum dikenakan sanksi denda keterlambatan.

Atas temuan kepatuhan tersebut, pihak Polri menanggapi:

a. Pengadaan alkom capres/cawapres sesuai dengan kontrak No. Pol.:B-SPJB/13/X/2008/Divtel tanggal 10 Oktober 2008 sebesar Rp3.029.500.000,00 yang dilaksanakan oleh PT Silfarona Perdana, pada tanggal 24 Februari 2009 alkom memang belum diinstalasi secara keseluruhan. Hal tersebut diatas disebabkan pada akhir masa penyerahan pekerjaan, mobil operasional capres/cawapres belum ditentukan sehingga tidak memungkinkan untuk dilaksanakan instalasi alkom.

b. Atas keterlambatan pekerjaan cetak buku pedoman senilai Rp24.647.994,00 oleh CV Muskarya, dikarenakan keterlambatan koreksi contoh hasil cetakan oleh pihak Lemdiklat Polri, sehingga keterlambatan tersebut bukan kesalahan pihak rekanan dan tidak dikenakan sanksi denda.

BPK-RI menyarankan agar Kapolri memerintahkan Direktur Telematika dan Kalemdiklat Polri untuk segera menarik sanksi denda keterlambatan dan segera menyetor ke Kas Negara serta bukti setor disampaikan ke BPK RI.

4. Pengembalian Belanja Kegiatan Operasi Tahun 2008 yang Melewati Tahun Anggaran Sebesar Rp1.034.433.664,00 Belum Diungkap Dalam CALK Polri Tahun 2008

Dalam Laporan Keuangan Babinkam dan Bareskrim Polri Tahun 2008 diketahui saldo akun kas di Bendahara pengeluaran sebesar nihil. Dari hasil pemeriksaan secara uji petik atas bukti pertanggungjawaban keuangan dan hasil intervew dengan pihak pelaksana diketahui hal-hal sebagai berikut:

a. Babinkam Polri

Pada TA 2008 Satker Babinkam Polri telah memperoleh dukungan dana operasi yaitu operasi Puri agung dan Ketupat, dengan perincian sebagai berikut:

Page 106: Laporan BPK 2008 - POLRI

BPK-RI LHP Kepatuhan – LK POLRI Tahun 2008 Halaman 11 dari 21

1) Operasi Kontinjensi pam ops Puri Agung

Telah direalisasikan Anggaran Operasi Kontinjensi (Pam Ops Puri Agung 2008) sebesar Rp1.989.845.000,00 melalui SPM berikut:

• SP2D No 894228I Rp 40.000.000,00

• SP2D No 919396I Rp1.031.662.458,00

• SP2D No 829694J Rp 918.182.542,00

Dana tersebut digunakan untuk membiayai kegiatan sebagai berikut:

• Disalurkan ke wilayah PAM kenaikan harga BBM Rp40.000.000,00

• Disalurkan ke Ditlantas Rp356.970.540,00

• Kegiatan jaldis supervisi ke wilayah Rp17.900.000,00

• Disalurkan ke Polda Metro Jaya Rp367.955.000,00

• Disalurkan ke Polwiltabes Bandung Rp364.490.000,00

• Disalurkan ke Polwiltabes Surabaya Rp364.490.000,00

• Disalurkan ke Polwiltabes Semarang Rp364.490.000,00

• Jaldis supervisi Rp60.050.000,00

Atas realisasi belanja Anggaran Operasi Kontinjensi (Pam Ops Puri Agung 2008) terdapat pengembalian belanja yang disetor ke kas Negara tanggal 12 Januari 2009 sebesar Rp22.020.000,00 dan tanggal 14 Januari 2009 sebesar Rp31.479.460,00.

Atas dana yang disetorkan pada bulan Januari 2009 sebesar Rp53.499.460,00 (Rp22.020.000,00 + Rp31.479.460,00) tersebut belum diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan Babinkam Polri per 31 Desember 2008.

2) Operasi Ketupat

Pada tanggal 18 Desember 2008 Babinkam menerima dana yang berasal dari SKO untuk Dukgar Operasi Kontinjensi Polri (Ops Ketupat) Tahun 2008 sebesar Rp372.572.000,00.

Dari dana tersebut sebagian dikembalikan ke kas Negara yaitu:

• Tanggal 24 Desember 2008 sebesar Rp 59.721.936,00

• Tanggal 11 Februari 2009 sebesar Rp 4.800.000,00

• Tanggal 7 Januari 2009 sebesar Rp238.082.704,00

Sehingga jumlah anggaran Operasi Kontinjensi yang dikembalikan ke kas Negara setelah tanggal 31 Desember 2008 sebesar Rp242.882.704,00 (Rp4.800.000,00 + Rp238.082.704,00).

b. Dit Poludara Babinkam Polri

Pengadaan BBM Avtur dan pelumas pesawat untuk kegiatan Operasi Jaring dan Operasi Dian dilaksanakan berdasarkan kontrak No.Pol:

Page 107: Laporan BPK 2008 - POLRI

BPK-RI LHP Kepatuhan – LK POLRI Tahun 2008 Halaman 12 dari 21

SPJB/84/AI/RTN/XII/2008 tanggal 4 Desember 2008 dengan nilai sebesar Rp824.220.000,00, sampai dengan akhir tahun masih terdapat sisa dana BBM yang belum terserap sebesar Rp738.051.500,00 dan baru bulan Maret disetor ke Kas negara.

Hal tersebut tidak sesuai dengan:

a. PSAP No 1. Paragraf 38 menyebutkan Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu.

b. Buletin Teknis No.01 tentang Penyusunan Neraca Awal Pemerintah Pusat menyebutkaan Kas di Bendahara Pengeluaran merupakan kas yang dikuasai, dikelola, dan di bawah tanggung jawab Bendahara Pengeluaran yang berasal dari sisa UYHD/UP yang belum dipertanggungjawabkan atau disetorkan kembali ke Kas Negara per tanggal neraca. Kas di Bendahara Pengeluaran mencakup seluruh saldo rekening bendahara pengeluaran, uang logam, uang kertas, dan lain-lain kas (termasuk bukti pengeluaran yang belum dipertanggungjawabkan) yang sumbernya berasal dari dana kas kecil (UYHD/UP) yang belum dipertanggungjawabkan atau belum disetor kembali ke Kas Negara per tanggal neraca. Apabila terdapat bukti-bukti pengeluaran yang belum dipertanggungjawabkan, maka hal ini harus diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

Hal tersebut mengakibatkan pengembalian belanja kegiatan operasi Polri yang melewati tahun anggaran sebesar Rp1.034.433.664,00 belum diungkap dalam CALK Polri Tahun 2008.

Hal tersebut disebabkan:

a. Kurangnya pemahaman petugas dan pejabat dalam penyusunan Laporan Keuangan.

b. Lemahnya Kasatker dalam melakukan pengendalian dan pengawasan kegiatan.

Atas temuan kepatuhan tersebut, pihak Polri menanggapi:

a. Sampai dengan bulan Desember 2008, operasi premanisme masih berjalan, sehingga belum dapat diketahui sisa anggaran, setelah bulan Januari terdapat sisa anggaran sebesar Rp53.499.460,00 dan sudah disetor ke Kas Negara.

b. Sisa dana operasi Ketupat baru diterima dari Ditlantas Polri dan Densus 88 setelah bulan Desember dan baru disetor ke Kas Negara pada bulan Januari 2009 sebesar Rp242.882.704,00.

c. Atas sisa dana BBM sebesar Rp738.051.500,00 akan segera disetor ke Kas Negara.

Page 108: Laporan BPK 2008 - POLRI

BPK-RI LHP Kepatuhan – LK POLRI Tahun 2008 Halaman 13 dari 21

BPK-RI menyarankan agar Kapolri memerintahkan masing-masing Kasatker yaitu Kababinkam Polri dan Dir Poludara untuk mengungkapkan sisa dana kegiatan TA 2008 yang baru disetor ke Kas Negara setelah melewati TA, untuk diungkap dalam Catatan Atas Laporan Keuangan Kasatker, dan secara berjenjang dimasukkan dalam Calk Polri Tahun 2008.

5. Terdapat Potensi Kerugian Negara atas Pelaksanaan Kegiatan tahun 2008 Di Beberapa Satker Polri sebesar Rp285.000.000,00

Penelaahan atas bukti dokumen pertanggungjawaban dan hasil interview dengan pihak pelaksana selama tahun 2008, diketahui terdapat beberapa kegiatan yang berpotensi menimbulkan kerugian negara yaitu:

a. Ditreskrim Polda Sumber

Berdasarkan laporan Barang Milik Negara (BMN) tahun 2008 diketahui bahwa satker Dit Reskrim Polda Sumbar antara lain memiliki aset berupa mobil sedan Ford Laser No.Pol.: 1001-III senilai Rp35.000.000,00. Dari hasil pemeriksaan atas keberadaan aset-aset yang dicatat dalam Laporan BMN satker Ditreskrim tahun 2008 diketahui bahwa aset berupa mobil Sedan Ford Laser tersebut tidak ditemukan/tidak diketahui dimana keberadaannya. Harga perolehan kendaraan tersebut sebesar Rp35.000.000,00. Sampai berakhirnya pemeriksaan belum diajukan penetapan tuntutan ganti rugi.

b. Polwil Purwakarta

Terdapat penyalahgunaan dana hibah dari Pemda Kabupaten Purwakarta sebesar Rp250.000.000,00. Proses hibah berdasarkan surat Perjanjian Belanja Hibah antara Pemerintah Kabupaten Purwakarta dengan Polwil Purwakarta Nomor 180/07A/HUK/2008, No. Pol. B/660/V/2008 tanggal 27 Mei 2008. Penelaahan lebih lanjut diketahui kondisi sebagai berikut:

1) Berdasarkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) yang dikeluarkan oleh Sekretariat Daerah Kabupaten Purwakarta nomor 551/BII.1.5/2008 tanggal 18 Juni 2008 diketahui dana bantuan hibah tersebut diterimakan secara langsung ke rekening rekening BRI Cabang Purwakarta nomor 0075.01.013192.50.0 atas nama Syamsul Bahri.

2) Kapolwil Purwakarta kemudian memberikan kuasa kepada Bensatker Polwil Purwakarta untuk menerima/mencairkan dana hibah sebesar Rp250.000.000,00 dari Pemerintah Kabupaten Purwakarta tersebut melalui rekening Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Purwakarta nomor 0075.01.013192.50.0 atas nama Syamsul Bahri (Bensatker Polwil Purwakarta).

3) Setelah dana hibah tersebut diterima, Kapolwil Purwakarta membentuk panitia pengadaan barang dan jasa sesuai dengan Surat Perintah Kapolwil Purwakarta No. Pol. Sprin/0466/VIII/2008 tanggal 9 Agustus 2008 dan

Page 109: Laporan BPK 2008 - POLRI

BPK-RI LHP Kepatuhan – LK POLRI Tahun 2008 Halaman 14 dari 21

Surat Keputusan Kapolwil Purwakarta No. Pol. Skep/18/VIII/2008 tanggal 9 Agustus 2008.

4) Hasil pemeriksaan lebih lanjut atas buku rekening BRI Cabang Purwakarta nomor 0075.01.013192.50.0 atas nama Syamsul Bahri diketahui bahwa rekening tersebut adalah rekening pribadi milik Syamsul Bahri yang digunakan untuk menerima gaji setiap bulannya.

Hasil penelusuran atas transaksi-transaksi yang ada di buku rekening tersebut diketahui bahwa Syamsul Bahri telah melakukan penarikan tunai sebanyak 11 kali sehingga pada tanggal 16 September 2009 saldo pada rekening tersebut nihil.

5) Hasil konfirmasi lebih lanjut kepada pihak Polwil Purwakarta diketahui bahwa sampai dengan berakhirnya pemeriksaan oleh Tim BPK RI pada Polwil Purwakarta tanggal 11 Maret 2009 kendaraan dinas roda dua dan roda empat tersebut di atas belum diadakan.

6) Penyalahgunaan dana hibah Pemerintah Kabupaten Purwakarta sebesar Rp250.000.000,00 oleh Bensatker Polwil Purwakarta tersebut sampai dengan berakhirnya pemeriksaan oleh Tim BPK RI pada Polwil Purwakarta tanggal 11 Maret 2009 sedang dalam proses penyidikan oleh Subbag Reskrim Polwil Purwakarta.

Hal tersebut tidak sesuai dengan:

a. Peraturan Pemerintah No. 6 tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

1) Pasal 32 ayat (1): Pengelola barang, pengguna barang dan/atau kuasa pengguna barang wajib melakukan pengamanan barang milik negara/daerah yang berada dalam penguasaannya.

2) Pasal 52 ayat (2): Penjualan barang milik negara/daerah selain tanah dan/atau bangunan dilaksanakan oleh pengguna barang setelah mendapat persetujuan pengelola barang untuk barang milik negara.

b. Undang –Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

1) Pasal 59 ayat (2): Bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang karena perbuatannya melanggar hukum atau melalaikan kewajiban yang dibebankan kepadanya secara langsung merugikan keuangan negara, wajib mengganti kerugian tersebut.

2) Pasal 59 ayat (3): Setiap pimpinan kementerian negara/lembaga/kepala satuan kerja perangkat daerah dapat segera melakukan tuntutan ganti rugi, setelah mengetahui bahwa dalam kementerian negara/lembaga/satuan kerja perangkat daerah yang bersangkutan terjadi kerugian akibat perbuatan dari pihak mana pun.

3) Pasal 60 ayat (2): Segera setelah kerugian negara tersebut diketahui, kepada bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang nyata-nyata melanggar hukum atau melalaikan kewajibannya

Page 110: Laporan BPK 2008 - POLRI

BPK-RI LHP Kepatuhan – LK POLRI Tahun 2008 Halaman 15 dari 21

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (2) segera dimintakan surat pernyataan kesanggupan dan/atau pengakuan bahwa kerugian tersebut menjadi tanggung jawabnya dan bersedia mengganti kerugian negara dimaksud.

4) Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 2005 tentang Stándar Akuntansi Pemerintahan Pernyataan No.04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan Paragraf 12: Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas. Termasuk pula dalam Catatan atas Laporan Keuangan adalah penyajian informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan serta pengungkapan-pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan keuangan, seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen-komitmen lainnya..

Hal tersebut mengakibatkan penerimaan negara atas pengembalian aset hilang dan dana hibah belum dipungut dan disetor ke Kas Negara sebesar Rp285.000.000,00.

Hal tersebut disebabkan:

a. Lemahnya pengendalian dan pengawasan Kasatker atas pengelolaan aset dan penggunaan dana hibah.

b. Kurangnya pemahaman para personil mengenai ketentuan penyusunan Laporan Keuangan.

Atas temuan kepatuhan tersebut, pihak Polri menyatakan bahwa:

a. Proses tuntutan ganti rugi (TGR) telah disampaikan kepada Kabid Propam sesuai dengan nota dinas No. Pol.:B/ND-103/III/2009 tanggl 20 Maret 2009 tentang tindak lanjut temuan wasrik BPK.

b. Terkait dengan penyalahgunaan dana hibah sebesar Rp250.000.000,00 sedang dilaksanakan proses penyelidikan oleh Polwil Purwakarta, apabila yang bersangkutan terbukti bersalah akan dikenakan tuntutan ganti rugi.

BPK-RI menyarankan agar Kapolri memerintahkan Kapolda Sumbar dan Kapolda Jabar untuk segera menindaklanjuti temuan BPK RI dengan melakukan penyelidikan secara intens dan melaporkan hasil perkembangan penyelidikan kepada BPK RI.

Page 111: Laporan BPK 2008 - POLRI

BPK-RI LHP Kepatuhan – LK POLRI Tahun 2008 Halaman 16 dari 21

6. Terdapat Persediaan Satker Denma Mabes Polri yang Sudah Tidak Terpakai sebesar Rp4.013.830.000,00

Pada Laporan Keuangan Satker Denma Mabes Polri Tahun 2008 dilaporkan posisi persediaan adalah sebesar Rp4.029.050.000,00. Barang Persediaan pada satker Denma Mabes Polri tersebut terdiri dari:

No Nama Materiil Satuan Jumlah Harga

1 Sepatu Dishar Pria Pasang 11.243 1.686.450.000

2 Sepatu Halbooth Polwan Pasang 130 26.000.000

3 Monogram Polri Buah 7.581 227.430,00

4 Ikat Pinggang Logo rTiNrata Utas 8.223 411.150.000

5 PDH Polri Pria Stel 4600 460.000.000

6 PDH Sus TwoTone Pria stel 258 51.600.000

7 PDH Sus Two Tone Polwan Stel 485 169.750.000

8 Kaos KakiDishar Pria Pasang 3.228 80.700.000

9 PDHPNS Pria Stel 3;968 595.200.000

10 PDH Polwan Stel 373 111.900.000

11 Sepatu saru tali Polwan pasang 24 3.600.000

12 Tshirt W/Coklat Potong 2.284 57.100.000

13 PDH PNS Wanita Stel 143 21.450.000

14 Baju Hamil PNS Stel 237 35.550.000

15 T-Kewenangan Besar Buah 719 35.950.000

16 T-Kewenangan Kecil Buah 545 27.250.000

17 Ikat Pinggang Korpri Utas 255 12.750.000

4.013.830.000

Dari hasil pemeriksaan diketahui barang persediaan Denma Mabes Polri berupa PDH dan kelengkapannya merupakan hasil pengadaan SDelog Polri yang didropping ke Denma untuk didistribusikan ke satwil-satwil. Persediaan senilai Rp4.013.830.000,00 merupakan sisa pengadaan PDH dan kelengkapan tahun 2005 yang sampai dengan tahun 2008 belum didistribusikan ke satwil-satwil dan sudah tidak sesuai lagi dengan peraturan polri mengenai PDH Polri yang berlaku saat ini.

Hal tersebut tidak sesuai dengan Keppres No.42 Tahun 2002 Pasal 12 ayat (1) menyatakan pelaksanaan anggaran belanja negara didasarkan atas prinsip-prinsip:

a. hemat, tidak mewah, efisien dan sesuai dengan kebutuhan teknis yang disyaratkan.

Page 112: Laporan BPK 2008 - POLRI

BPK-RI LHP Kepatuhan – LK POLRI Tahun 2008 Halaman 17 dari 21

b. efektif, terarah dan terkendali sesuai dengan rencana, program/kegiatan serta fungsi setiap departemen/lembaga/pemerintah daerah.

Hal tersebut mengakibatkan pengadaan PDH dan kelengkapan senilai Rp4.013.830.000 menjadi tidak efektif.

Hal tersebut disebabkan Satker Sdelog Polri pada saat mengadakan PDH dan kelengkapan tidak memperhatikan kebutuhan riil.

Atas temuan kepatuhan tersebut, pihak Polri menyatakan bahwa kaporlap dimaksud, akan didistribusikan kepada anggota di jajaran Mabes Polri sesuai dengan Telegram Kapolri No. Pol.:ST/05/III/2009 tanggal 17 Maret 2009 tentang tidak adanya dukungan anggaran untuk pengadaan kaporlap baik Polri maupun PNS termasuk Dikbang tahun 2009.

BPK-RI menyarankan agar Kapolri memerintahkan Kadenmabes Polri untuk segera mendistribusikan kaporlap tersebut dan melaporkan hasilnya kepada BPK RI.

7. Realisasi Anggaran Untuk Kegiatan Operasional di Beberapa Polda Belum Dapat Dipertanggungjawabkan sebesar Rp1.855.508.000,00

Berdasarkan hasil pemeriksaan Interim Laporan Keuangan Polri pada beberapa Polda diketahui hal-hal sebagai berikut:

a. Polda Sulawesi Utara

Pencairan anggaran untuk kegiatan Binamitra di jajaran Polda Sulawesi Utara dilakukan dengan mekanisme uang persediaan. Secara pertanggungjawaban keuangan (perwabku) diketahui bahwa anggaran kegiatan Binamitra terdiri dari uang saku sebesar Rp5.000,00 uang dana satuan sebesar Rp1.500,00 dan uang sarana kontak sebesar Rp2.500,00 masing-masing perorang perhari. Uang saku merupakan hak dari personil pelaksana kegiatan Binamitra yang merupakan tambahan penghasilan. Dana satuan dan sarana kontak bukanlah hak dari personil yang dapat digunakan sebagai tambahan penghasilan. Dana satuan merupakan dana kegiatan binamitra Poltabes Manado yang dapat digunakan untuk biaya rapat, konsumsi, atk dan sebagainya. Sarana kontak merupakan dana kegiatan yang diperuntukkan sebagai alat atau wadah komunikasi dengan masyarakat yang dapat berupa konsumsi kegiatan bersama, biaya pulsa telepon, souvenir ataupun bantuan untuk masyarakat.

Bukti perwabku menunjukkan bahwa setiap personil babinkamtibmas telah menerima uang saku, dana satuan dan sarana kontak untuk setiap kegiatan Binamitra. Hasil pemeriksaan diketahui bahwa pencairan anggaran kegiatan Binamitra di Polda Sulawesi Utara belum dipertanggungjawabkan yaitu:

Page 113: Laporan BPK 2008 - POLRI

BPK-RI LHP Kepatuhan – LK POLRI Tahun 2008 Halaman 18 dari 21

• Poltabes Manada sebesar Rp113.292.000,00

• Polres Minahasa Selatan sebesar Rp66.196.000,00

• Polres Minahasa sebesar Rp149.360.000,00

b. Polda Bangka Belitung

Hasil pemeriksaan atas bukti-bukti penggunaan dana kegiatan Operasi dan kegiatan Binamitra Kepolisian pada dokumen pertanggungjawaban keuangan di jajaran Polda Bangka Belitung diketahui bahwa terdapat realisasi anggaran untuk Kegiatan tersebut yang tidak jelas pertanggungjawaban keuangannya, sebagai berikut:

• Kegiatan Operasi Biro Operasi sebesar Rp967.557.500,00

• Kegiatan Binamitra Polres Bangka sebesar Rp168.472.000,00

• Kegiatan Binamitra Polresta Pangkal Pinang sebesar Rp89.316.000,00

• Dukungan Operasional Polsek Polres Bangka Tengah sebesar Rp45.000.000,00.

c. Polda Gorontalo

Hasil pemeriksaan atas bukti-bukti penggunaan dana kegiatan Diskresi, Turjawali dan kegiatan Serpas Kepolisian pada dokumen pertanggungjawaban keuangan di jajaran Polda Gorontalo diketahui bahwa terdapat realisasi anggaran untuk Kegiatan tersebut yang tidak jelas pertanggungjawaban keuangannya, sebagai berikut:

• Kegiatan Diskresi Polres Bone Bolango sebesar Rp110.490.000,00

• Kegiatan Diskresi Polres Limboto sebesar Rp46.900.000,00

• Kegiatan Turjawali Satbrimob sebesar Rp42.524.500,00

• Kegiatan Serpas Biro Personalia sebesar Rp56.400.000,00

Hal tersebut tidak sesuai dengan:

a. Keppres No. 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan APBN :

Pasal 12 antara lain menetapkan bahwa :

1) Pelaksanaan anggaran belanja negara didasarkan atas prinsip hemat, tidak mewah, efisien dan sesuai dengan kebutuhan teknis yang disyaratkan, serta fungsi departemen/lembaga.

2) Belanja atas beban anggaran belanja negara dilakukan berdasarkan atas hak dan bukti-bukti yang sah untuk memperoleh pembayaran.

b. Undang-undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendahaaan Negara yaitu :

Page 114: Laporan BPK 2008 - POLRI

BPK-RI LHP Kepatuhan – LK POLRI Tahun 2008 Halaman 19 dari 21

1) Pasal 1 (22) Kerugian Negara/Daerah adalah kekurangan uang, surat berharga, dan barang, yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai.

2) Pasal 54 (2) menetapkan bahwa Kuasa pengguna anggaran bertanggungjawab secara formal dan material kepada Pengguna Anggaran atas pelaksanaan kegiatan yang berada dalam penguasaannya.

3) Pasal 62 (1) Pengenaan ganti kerugian negara/daerah terhadap bendahara ditetapkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan.

Hal tersebut mengakibatkan adanya peluang penyimpangan anggaran negara atas belanja kegiatan operasional Polda sebesar Rp1.855.508.000,00.

Hal tersebut disebabkan

a. Pemahaman pelaksana dalam mempertanggungjawabkan belanja kegiatan operasional Polda belum optimal.

b. Lemahnya sistem pengendalian internal atas penggunaan anggaran belanja barang oleh Kasatker dan Itwasda Polda.

Atas temuan, pihak Kepolisian Daerah menanggapi bahwa:

a. Kelemahan pertanggungjawabkan keuangan atas kegiatan operasional Polda karena kurang pemahaman dari pelaksana dan untuk ke depan kami akan tingkatkan ketertiban pertanggungjawaban keuangan.

b. Akan mempertanggungjawabkan realisasi belanja kegaitan operasional Polda tersebut.

BPK menyarankan Kapolri agar menginstruksikan Kapolda supaya:

a. Mempertanggungjawabkan belanja kegiatan operasional di jajaran Polda Sulawesi Utara, Polda Bangka Belitung dan Polda Gorontalo.

b. Meningkatkan pengawasan dan pengendalian atas pengelolaan keuangan negara.

8. Realisasi Penyaluran Belanja BMP Pada Beberapa Satker Belum Dipertanggungjawabkan

Berdasarkan hasil pemeriksaan Interim Laporan Keuangan Polri Tahun 2008 diketahui beberapa Polda telah merealisasikan sebagian Belanja Barangnya untuk pembelian bekal berupa Bahan Bakar Minyak dan Pelumas (BMP).

Dari hasil pemeriksaan atas pengelolaan BMP pada beberapa satker di jajaran Polda Sulawesi Utara, Polda Gorontalo dan Polda Babel diketahui bahwa satker-satker tersebut tidak mempunyai SPBP maupun tangki timbun sebagai tempat

Page 115: Laporan BPK 2008 - POLRI

BPK-RI LHP Kepatuhan – LK POLRI Tahun 2008 Halaman 20 dari 21

penyimpanan dukungan BMP sehingga jatah BMP dijual kepada pihak ketiga dan hasil penjualannya tetap didistribusikan kepada satuan atau personil pemakai alut/ranmor untuk menunjang kegiatan rutin dan operasional kepolisian untuk mendukung kelancaran kegiatan rutin dan operasional kepolisian.

Kasubbag Log pada masing-masing satker hanya membuat pertanggungjawaban penyaluran dana hasil penjualan BMP tersebut kepada personil sesuai rendis penyaluran bekal BMP tersebut. Tetapi personil yang menerima dana hasil penjualan BMP tersebut tidak membuat pertanggungjawaban atas penggunaan dana yang diterimanya untuk membeli BMP.

Rincian jumlah dana pengelolaan BMP yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. adalah sebagai berikut:

a. Poltabes Manado senilai Rp133.815.000,00

b. Polresta PK Pinang senilai Rp292.275.000,00

c. Polres Bangka Tengah sebanyak 16.000 liter MT88/Premium dan sebanyak 10.500 liter HSD/Solar

d. Polres Gorontalo senilai Rp113.476.500,00

Hal tersebut tidak sesuai dengan:

a. Surat Keputusan Kapolri No. Pol.: Skep/1408/X/2000 tanggal 31 Oktober 2000 mengenai Naskah Sementara tentang Petunjuk Administrasi Tata Cara Pengelolaan Bahan Bakar Minyak dan Pelumas (BMP) di lingkungan Polri.

b. Keputusan Kapolri No. Pol.: Kep/11/XII/2000 tanggal 29 Desember 2000 mengenai Pedoman Pelaksanaan Keppres No. 18 Tahun 2000 di lingkungan Polri Bab V pasal 46 dinyatakan bahwa Kasattama/Kasatker wajib menyelenggarakan pembukuan atas uang yang dikelolanya dan menyelenggarakan penatausahaan barang yang dikuasainya, serta membuat laporan pertanggungjawaban mengenai pengelolaan uang dan barang yang dikuasainya secara berjenjang kepada Kapolri

Hal tersebut mengakibatkan terbuka peluang terjadinya penyalahgunaan dana hasil pengelolaan BMP pada beberapa satker yang belum dipertanggungjawabkan.

Hal tersebut disebabkan

a. Satker tidak memiliki tempat penyimpanan BMP (SPBP);

b. Kasatker dan Kasubbag Log belum sepenuhnya memahami bagaimana membuat pertanggungjawaban pengelolaan dana hasil penjualan BMP.

c. Lemahnya Pengawasan dan Pengendalian dari Kasatker dalam hal pengelolaan BMP.

Page 116: Laporan BPK 2008 - POLRI

BPK-RI LHP Kepatuhan – LK POLRI Tahun 2008 Halaman 21 dari 21

Atas temuan tersebut, pihak Kepolisian Daerah menanggapi bahwa:

a. Kelemahan pertanggungjawabkan keuangan atas pengelolaan BBM Polda karena tidak adanya tempat penyimpanan BMP (SPBP);

b. Akan mempertanggungjawabkan realisasi belanja penyaluran BBM pada Polda tersebut.

BPK menyarankan Kapolri agar menginstruksikan Kapolda supaya:

a. Mempertanggungjawabkan realisasi belanja BBM di jajaran Polda Sulawesi Utara, Polda Bangka Belitung dan Polda Gorontalo.

b. Meningkatkan pengawasan dan pengendalian atas pengelolaan BBM.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

Page 117: Laporan BPK 2008 - POLRI

Halaman 1 dari 13

Lampiran 2 LAPORAN TINDAK LANJUT HASIL PEMERIKSAAN

LAPORAN KEUANGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2004, 2005, 2006 DAN 2007

Status Tindak Lanjut

No. Nomor & Tanggal LHP Temuan Pemeriksaan Rekomendasi Belum

ditindak-lanjuti

Dipantau Selesai

Kepatuhan A. LK 2007 1 06c/S/III-

XIV.2/04/2008 30 April 2008

Penyelesaian Beberapa Kontrak Pengadaan Barang/Jasa Terlambat dan Rekanan Belum Dikenakan Denda Sebesar Rp852.596.944,90

BPK RI menyarankan agar Kapolri memerintahkan Kapusku Polri, Kapolda Banten, Kapolda DIY, Kapolda Sumbar, Kapolda Kalsel, Kapolda Sulteng dan Kapolda Sultra untuk segera menarik denda keterlambatan dari rekanan terkait dan menyetorkannya ke kas negara.

X

2 Terdapat Kelebihan Pembayaran Sebesar Rp2.602.391.805,17 dalam Realisasi Anggaran Belanja Barang dan Modal Tahun 2007

BPK RI menyarankan agar Kapolri memerintahkan Kapolda Banten, Kapolda DIY, Kapolda Sumut, Kapolda Sumbar, Kapolda Kaltim, Kapolda Kalsel, Kapolda Sulteng dan Kapolda Sultra untuk segera mempertanggungjawabkan kelebihan bayar sebesar Rp2.602.391.805,17 dengan menyetorkannya ke kas negara..

X

3 Pertanggungjawaban Keuangan atas Pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa pada Sdelog Polri Senilai Rp20.114.214.767,00 Formalitas

BPK RI menyarankan agar Kapolri menegur Delog Kapolri dan memerintahkan untuk segera menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang belum diselesaikan dan memberikan

X

Page 118: Laporan BPK 2008 - POLRI

Halaman 2 dari 13

Status Tindak Lanjut

No. Nomor & Tanggal LHP Temuan Pemeriksaan Rekomendasi Belum

ditindak-lanjuti

Dipantau Selesai

sanksi tegas kepada para rekanan.

4 Pertanggungjawaban Keuangan Beberapa Satker Mabes Polri, Polda Sumatera Utara, Polda Sumatera Barat, Polda Sumatera Selatan, Polda Kalimantan Timur, Polda Kalimantan Selatan, Polda Sulawesi Tenggara dan Polda Sulawesi Tengah minimal senilai Rp15.994.713.049,00 Tidak Tertib

BPK RI menyarankan agar Kapolri memerintahkan Deops Kapolri, Kadiv. Humas Mabes Polri, Kalemdiklat Polri, Kapolda Sumut, Kapolda Sumbar, Kapolda Sumsel, Kapolda Kaltim, Kapolda Kalsel, Kapolda Sulteng dan Kapolda Sultra untuk memberikan teguran tertulis kepada para pejabat dan petugas terkait atas ketidaktertiban dalam pelaksanaan anggaran.

X

5 Terdapat potongan tunai bulanan atas belanja pegawai anggota Polri dan PNS di Jajaran Polda Sumsel dan Polda Sultra tidak sesuai ketentuan

BPK RI menyarankan agar Kapolri memerintahkan Kapolda Sumsel dan Kapolda Sultra untuk menghentikan potongan-potongan gaji pegawai yang tidak sesuai dengan ketentuan.

X

6 Penyetoran PNBP di Beberapa Polda belum Sepenuhnya Sesuai dengan Ketentuan

BPK RI menyarankan agar Kapolri memerintahkan Kapolda Banten, Kapolda Sumbar dan Kapolda Sumut untuk memberikan teguran tertulis kepada para pejabat terkait atas keterlambatan penyetoran PNBP.

X

7 Pengelolaan Aset Tetap/Barang Milik Negara (BMN) di Lingkungan Polri Belum Sesuai dengan Ketentuan

BPK RI menyarankan agar Kapolri : a. Membuat ketentuan tentang

pengelolaan aset sebagai penjabaran PP No. 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan BMN dan

X

Page 119: Laporan BPK 2008 - POLRI

Halaman 3 dari 13

Status Tindak Lanjut

No. Nomor & Tanggal LHP Temuan Pemeriksaan Rekomendasi Belum

ditindak-lanjuti

Dipantau Selesai

menginstruksikan seluruh jajarannya untuk melaksanakan pengelolaan BMN sesuai ketentuan tersebut.

b. Memerintahkan jajarannya untuk mengupayakan pensertifikatan atas aset tanah yang saat ini dikuasai Polri.

c. Memerintahkan Kapolda terkait untuk

segera menyetorkan ke Kas Negara atas hasil penjualan aset -aset milik Polri

X

X

B. LK 2006 1. 61i/S/XI-XI.1/

4/2007 18 April 2007

Pemanfaatan aset Polri oleh pihak ketiga belum memberikan kontribusi penerimaan bagi penerimaan negara

BPK menyarankan agar Kapolri: a. Membuat ketentuan internal tentang

pemanfaatan aset milik polri sebagai penjabaran Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 470/KMK.01/1994 tanggal 20 September 1994 tentang Tata Cara Penghapusan dan Pemanfaatan Barang Milik/Kekayaan Negara dan Surat Edaran Menteri Keuangan RI No.:S-3985/A/2001 tanggal 11 Oktober 2001 Perihal Pemanfaatan Barang Milik/Kekayaan Negara dengan cara sewa.

b. Memerintahkan kepada para Kapolda agar dalam membuat perjanjian kerjasama pemanfaatan aset senantiasa memperhatikan kepentingan bagi negara

X

X

Page 120: Laporan BPK 2008 - POLRI

Halaman 4 dari 13

Status Tindak Lanjut

No. Nomor & Tanggal LHP Temuan Pemeriksaan Rekomendasi Belum

ditindak-lanjuti

Dipantau Selesai

2. Pelaksanaan penghapusan aset pada

beberapa satker belum dilaporkan dan terdapat hasil penjualan aset yang dihapuskan sebesar Rp41.642.500,00 belum disetor ke kas negara

BPK RI menyarankan agar Kapolri memerintahkan Delog Kapolri untuk: a. membuat teguran tertulis kepada para

Kasatker dan Ketua Penghapusan Barang Milik Negara yang lalai menyampaikan Laporan Hasil Pelaksanaan Penghapusan dan memperingatkan agar dimasa mendatang membuat dan menyampaikan laporan pelaksanaan penghapusan sesuai dengan ketentuan;

b. Memperingatkan Ketua Penghapusan Barang Milik Negara untuk segera menarik dan menyetor ke Kas Negara uang hasil penjual aset penghapusan

X

X

3. Terdapat pertanggungjawaban keuangan pada beberapa satker jajaran Polri sebesar Rp862.410.000,00 tidak dapat diyakini kebenarannya

BPK RI menyarankan agar Kapolri memerintahkan: a. Deops Kapolri, Kapolda Jabar,

Kapolda Jatim dan Ka Sespim untuk menegur secara tertulis kepada Kasatker atas pelaksanaan/penarikan anggaran yang tidak memperhatikan kebutuhan sebenarnya.

b. Irwasum untuk memproses/meneliti lebih lanjut permasalahan tersebut, apabila terbukti terjadi penyimpangan keuangan negara agar yang bersangkutan dikenakan sanksi sesuai

X

X

Page 121: Laporan BPK 2008 - POLRI

Halaman 5 dari 13

Status Tindak Lanjut

No. Nomor & Tanggal LHP Temuan Pemeriksaan Rekomendasi Belum

ditindak-lanjuti

Dipantau Selesai

dengan ketentuan. c. Deops Kapolri, Kapolda Jawa Barat,

Kapolda Jawa Timur, Ka Sespim dan Irwasum untuk meningkatkan pengawasan dan pengendalian atas pelaksanaan anggaran

X

4. Terdapat penggunaan dana yang belum jelas pertanggungjawabannya sebesar Rp3.028.478.000,00

BPK RI menyarankan agar Kapolri: a. Memerintahkan Kapolda Metro Jaya,

Kapolda Jawa Barat, dan Kapolda Jawa Tengah untuk memberi teguran tertulis kepada Kasatker yang tidak mentaati ketentuan pengelolaan keuangan negara.

b. Memerintahkan Irwasum memproses/meneliti lebih lanjut permasalahan tersebut, apabila terbukti terjadi penyimpangan penggunaan keuangan negara, agar yang bersangkutan dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan.

c. Meningkatkan pengawasan dan pengendalian atas pengelolaan keuangan negara

X

X

X

5. Terdapat kelebihan pembayaran pekerjaan yang berindikasi kerugian negara sebesar Rp4.349.083.678,00

BPK RI menyarankan agar Kapolri: a. Memerintahkan Derenbang Kapolri,

Ka Sespim, Kapolda Metro Jaya, Kapolda Jawa Barat, dan Kapolda Jawa Tengah, Kapolda Jawa Timur, Kapolda Sulsel untuk memberi teguran tertulis kepada Kasatker yang

X

Page 122: Laporan BPK 2008 - POLRI

Halaman 6 dari 13

Status Tindak Lanjut

No. Nomor & Tanggal LHP Temuan Pemeriksaan Rekomendasi Belum

ditindak-lanjuti

Dipantau Selesai

tidak mentaati ketentuan pengelolaan keuangan negara.

b. Memerintahkan Irwasum memproses/meneliti lebih lanjut permasalahan tersebut, apabila terbukti terjadi penyimpangan penggunaan keuangan negara agar yang bersangkutan dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan dan menarik kembali serta menyetorkan ke Kas Negara, bukti setor dilampirkan ke BPK-RI.

c. Meningkatkan pengawasan dan pengendalian atas pengelolaan keuangan negara

X

X

6. Terdapat kelebihan perhitungan nilai kontrak pengadaan barang yang berindikasi merugikan negara sebesar Rp2.687.132.260,68

BPK RI menyarankan agar Kapolri: a. Memerintahkan Ka Bareskrim, Ka

Sespim, dan Kapolda Jawa Timur untuk memberi teguran tertulis kepada Panitia Lelang yang tidak mentaati ketentuan pengelolaan keuangan negara.

b. Memerintahkan Ka Bareskrim, Ka Sespim, dan Kapolda Jawa Timur untuk menarik kelebihan pembayaran akibat kelebihan perhitungan nilai kontrak dan menyetor ke Kas Negara

c. Meningkatkan pengawasan dan pengendalian atas pelaksanaan pengadaan barang dan pemborongan

X

X

X

Page 123: Laporan BPK 2008 - POLRI

Halaman 7 dari 13

Status Tindak Lanjut

No. Nomor & Tanggal LHP Temuan Pemeriksaan Rekomendasi Belum

ditindak-lanjuti

Dipantau Selesai

pekerjaan 7. Keterlambatan penyerahan hasil

pekerjaan yang belum dikenakan sanksi denda sebesar Rp490.033.145,20

BPK RI menyarankan agar Kapolri: a. Memerintahkan Deops Kapolri dan

Gubernur PTIK untuk menarik sanksi denda keterlambatan kepada: 1). CV. Gani & Son sebesar

Rp166.594.250,00; 2). PT. Lingga Fidam Indonesia

sebesar Rp43.100.000,00; 3). CV.Mitra Samawa Perkasa

sebesar Rp36,968,845.20; 4). CV.Mitra Samawa Perkasa sebesar

Rp243,370,050.00; dan menyetor ke Kas Negara, bukti setor disampaikan ke BPK-RI.

b. Meningkatkan pengawasan dan pengendalian atas pelaksanaan pengadaan barang dan pemborongan pekerjaan

X

X

8. Dukungan dan pendistribusian BBM secara natura kepada satuan pemakai yang tidak memiliki SPBP cenderung merugikan negara dan terdapat penggunaan BBM yang tidak jelas pertanggungjawabannya

BPK RI menyarankan Kapolri agar : a. Meninjau kembali mekanisme

pendistribusian BMP terhadap satkai III yang tidak memilki SPBP dan mempertimbangkan untuk memenuhi kebutuhan BMP dalam bentuk uang/anggaran yang melekat pada DIPA masing-masing satker.

b. Memerintahkan para Kapolda untuk menginstruksikan pengelola BMP di jajarannya menyelenggarakan

X

X

Page 124: Laporan BPK 2008 - POLRI

Halaman 8 dari 13

Status Tindak Lanjut

No. Nomor & Tanggal LHP Temuan Pemeriksaan Rekomendasi Belum

ditindak-lanjuti

Dipantau Selesai

administrasi dan pertanggungjawaban penggunaan uang hasil penjualan BMP sesuai dengan penatausahaan Keuangan Negara.

C. LK 2005 1. 72c/S/III-

XI.1/6/2006 Pengamanan aset tanah Polri melalui pensertifikatan belum berjalan dengan optimal

Menyarankan agar Kapolri: 1. Menjadikan pensertifikatan tanah

sebagai kegiatan prioritas pada TA. 2007 dengan penetapan target tertentu tanah Polri tersertifikat.

2. Memerintahkan Derenbang dan Delog Kapolri menghitung biaya yang diperlukan sekaligus menganggarkan dalam DIPA TA. 2007 kegiatan pensertifikatan tanah tersebut.

√ √

2. Terdapat sebagian aset tanah Mabes Polri beralih hak kepemilikannya dan dipinjampakaikan ke Yayasan Brata Bhakti Polri

Menyarankan agar Kapolri: 1. Menginventarisasi aset-aset tanah

Polri yang dimanfaatkan oleh pihak Ketiga dan menyampaikan hasilnya kepada BPK-RI.

2. Meneliti tanah Polri yang sudah bersertifikat atas nama Yayasan Brata Bhakti Polri dan menyampaikan hasilnya kepada BPK-RI.

3. Meninjau kembali perjanjian pinjam pakai aset tanah Polri yang dipinjampakaikan oleh pihak ketiga termasuk Yayasan Brata Bhakti Polri.

√ √ √

3. Realiasi pembayaran anggaran belanja Menyarankan Kapolri menegur Dirlantas √

Page 125: Laporan BPK 2008 - POLRI

Halaman 9 dari 13

Status Tindak Lanjut

No. Nomor & Tanggal LHP Temuan Pemeriksaan Rekomendasi Belum

ditindak-lanjuti

Dipantau Selesai

barang untuk kegiatan safari polantas sebesar Rp1.517,14 juta dan pengadaan peralatan khusus lalu lintas sebesar Rp9.667,30 juta pada Dit Lantas Babinkam Polri mendahului penyelesaian pekerjaan.

Polri untuk senantiasa mentaati ketentuan dalam pertanggungjawaban keuangan dan selanjutnya meminta Dit Lantas Polri mengungkapkan hal-hal yang secara material dapat mempengaruhi pembaca dalam menyusun Laporan Keuangan.

4. Pembayaran biaya operasional intelejensi kontinjensi dalam rangka Operasi Peusijuk di wilayah NAD Baintelkam Mabes Polri sebesar Rp541,22 juta dilakukan kepada orang yang tidak berhak.

Menyarankan agar Kapolri memerintahkan Kabaintelkam mempertanggungjawabkan kelebihan pembayaran sebesar Rp541,22 juta dan menyetorkan ke kas negara.

5. Hasil penjualan penghapusan ranmor TA. 2004 dan 2005 belum seluruhnya diterima dan disetorkan ke kas negara

Menyarankan agar Kapolri memerintahkan: 1. Delog Kapolri dan para Kasatker

untuk memperingatkan para personil yang membeli ranmor dinas yang dihapuskan untuk segera membayar kekurangan pembayaran dan Bensatker segera menyetorkan ke kas negara.

2. Kapolda Kalsel untuk menegur panitia penghapusan ranmor dinas atas keterlambatan penyetoran hasil penghapusan.

√ √

6. PNBP yang berasal dari penerbitan STNK, SIM, BPKB, STCK, TNKB, Klipeng, dan Ijin Senpi sebesar Rp17.444,22 juta terlambat disetorkan ke kas negara

Menyarankan agar Kapusku Polri melaporkan kas penerimaan PNBP yang masih ada di rekening Pusku Polri per 31 Desember 2005 dalam Neraca Polri per 31 Desember 2005.

Page 126: Laporan BPK 2008 - POLRI

Halaman 10 dari 13

Status Tindak Lanjut

No. Nomor & Tanggal LHP Temuan Pemeriksaan Rekomendasi Belum

ditindak-lanjuti

Dipantau Selesai

7. PNBP dari pelayanan klinik pengemudi

pada Poltabes Banjarmasin kurang dipungut dan belum disetorkan ke kas negara

Menyarankan agar Kapolri memerintahkan Kapolda Kalsel untuk menegur Kapoltabes Banjarmasin dan Petugas Satpas Poltabes Banjarmasin atas ketidakpatuhan terhadap ketentuan pembuatan SIM dan pemungutan/penyetoran PNBP, dan selanjutnya menyetorkan ke Kas Negara dana klipeng sebesar Rp2.9 juta.

8. Penyetoran PNBP dari penerbitan BPKB pada Polda Kalsel belum tertib

Menyarankan agar Kapolri memerintahkan Dirlantas Polri dan para Kapolda untuk menertibkan penyetoran PNBP dari penerbitan BPKB. Dalam penentuan mekanisme penyetoran PNBP agar senantiasa mengikuti ketentuan yang berlaku.

9. Terdapat pembiayaan Tim Tastipikor Bareskrim Polri sebesar Rp300,00 juta yang tidak ada dasar hukumnya

Menyarankan agar Kapolri: 1. Menegur Derenbang Kapolri atas

ketidakhematan dalam membuat otorisasi anggaran kepada Bareskrim untuk kegiatan Tim Tastipikor yang telah didukung oleh anggaran Kejaksaan Agung.

2. Memerintahkan Kabareskrim untuk menarik kelebihan pembayaran sebesar Rp300,00 juta dan menyetorkan ke Kas Negara.

√ √

Page 127: Laporan BPK 2008 - POLRI

Halaman 11 dari 13

Status Tindak Lanjut

No. Nomor & Tanggal LHP Temuan Pemeriksaan Rekomendasi Belum

ditindak-lanjuti

Dipantau Selesai

10. Pengadaan alsus intel sebesar

Rp42.000,00 juta tidak sesuai dengan ketentuan

Menyarankan agar Kapolri: 1. Menegur Kabaintelkam untuk

senantiasa mengikuti ketentuan yang berlaku dalam proses pengadaan barang/jasa di lingkungannya.

2. Memerintahkan Irwasum Polri

meneliti lebih lanjut indikasi ketidakberesan dalam pengadaan alsus di Baintelkam Polri.

√ √

11. Realisasi anggaran beberapa pekerjaan di jajaran Polri tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya di mana terdapat pencairan anggaran minimal senilai Rp330.728,80 juta menggunakan pertanggungjawaban formalitas

Menyarankan agar Kapolri: 1. Melaporkan kesulitan di lapangan

kepada menteri keuangan terkait dengan alokasi APBN (ABT) dan PNBP Polri yang diturunkan di akhir tahun anggaran.

2. Berkonsultasi dengan menteri keuangan dalam rangka membuat payung hukum terhadap dana-dana yang harus diserap di akhir tahun anggaran. Sebelum adanya payung hukum, agar Kapolri tidak menyerap alokasi dana yang persetujuannya mendekati akhir tahun anggaran.

3. Menegur para Kasatker yang mempertanggungjawabkan keuangan tidak sesuai dengan ketentuan.

4. Senantiasa meningkatkan pengendalian atas pengelolaan

√ √ √

Page 128: Laporan BPK 2008 - POLRI

Halaman 12 dari 13

Status Tindak Lanjut

No. Nomor & Tanggal LHP Temuan Pemeriksaan Rekomendasi Belum

ditindak-lanjuti

Dipantau Selesai

keuangan negara dan tuntutan akan kebenaran material sebagaimana kebenaran formal.

12. Terdapat pencairan anggaran pada

beberapa satker di jajaran Polri menggunakan pertanggungjawaban formalitas minimal senilai Rp65.361,56 juta

Menyarankan agar Kapolri: 1. Melaporkan kesulitan di lapangan

kepada menteri keuangan terkait dengan alokasi APBN (ABT) dan PNBP Polri yang diturunkan di akhir tahun anggaran.

2. Berkonsultasi dengan menteri keuangan dalam rangka membuat payung hukum terhadap dana-dana yang harus diserap di akhir tahun anggaran. Sebelum adanya payung hukum, agar Kapolri tidak menyerap alokasi dana yang persetujuannya mendekati akhir tahun anggaran.

3. Menegur para Kasatker yang mempertanggungjawabkan keuangan tidak sesuai dengan ketentuan.

4. Memerintahkan para Kasatker untuk mempertanggungjawabkan penggunaan senyatanya.

5. Mempertimbangkan kembali sistem dukungan angaran penyidikan melalui sistem indeksasi yang kurang sesuai dengan kebutuhan di lapangan.

6. Senantiasa meningkatkan pengendalian atas pengelolaan keuangan negara dan tuntutan akan

√ √ √ √ √ √

Page 129: Laporan BPK 2008 - POLRI

Halaman 13 dari 13

Status Tindak Lanjut

No. Nomor & Tanggal LHP Temuan Pemeriksaan Rekomendasi Belum

ditindak-lanjuti

Dipantau Selesai

kebenaran material sebagaimana kebenaran formal.

13. Pelaksanaan kegiatan Operasi Kepolisian dan pertanggungjawaban keuangan yang dilakukan oleh Biro Operasi dan Satuan Brimob Polda Kalsel tidak tertib.

Menyarankan Kapolri agar memerintahkan Kapolda Kalsel menegur Kepala Biro Operasi dan Kasat Brimob Polda Kalsel untuk mempertanggungjawabkan keuangan sesuai dengan ketentuan. Selanjutnya agar Kepala Biro Operasi dan Kasat Brimob Polda Kalsel mempertanggungjawabkan penggunaan senyatanya dana operasi dimaksud, apabila terbukti tidak dapat mempertanggungjawabkan agar Kepala Biro Operasi dan Kasat Brimob Polda Kalsel dijatuhi sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku termasuk pengembalian uang operasi ke Kas Negara.

D. LK 2004 1. 04/XI/9/2005 Penghapusan gedung kantor dan fasilitas

pendidikan serta rumah dinas para Pati PTIK Polri belum sepenuhnya berpedoman kepada ketentuan tata cara penghapusan dan pemanfaatan barang milik negara

Menyarankan agar Kapolri menegur Gubernur PTIK atas proses penghapusan bangunan gedung kantor, fasilitas pendidikan, dan rumdin di lingkungan PTIK yang tidak sesuai dengan ketentuan dan keterlambatan penyetoran hasil lelang penghapusan.