Upload
danang-herdaru
View
888
Download
19
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN PRAKTIKUMBUDIDAYA TANAMAN TAHUNAN (AGT 312)
Semester Gasal Tahun Akademi 2010/2011
KUNJUNGAN LAPANG BUDIDAYA KARETDI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA IX JAWA TENGAH
KEBUN KRUMPUT-BANYUMAS
ACARA PENYADAPAN
Oleh :
Kelompok A-4
KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIANPURWOKERTO
2011
DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK A-4
Oktavianita : A1L008149
Syams Pradana : A1L008150
Moh Aditya Rahman : A1L008151
Danang Herdaru : A1L008152
Baskara Edi Nugraha : A1L008153
Ahmad Sekhudin : A1L008154
Eka Sugiharti : A1L008155
Firda Nur Fitriani : A1L008156
Rifqi Adisonda : A1L008157
Janiti : A1L008160
A. PENDAHULUAN
Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang
menduduki posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi
Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Oleh sebab itu upaya
peningkatan produktifitas usahatani karet terus dilakukan terutama dalam
bidang teknologi budidayanya.
Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi
di dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor Karet Indonesia
selama 20 tahun terakhir terus menunjukkan adanya peningkatan dari 1.0
juta ton pada tahun 1985 menjadi 1.3 juta ton pada tahun 1995 dan 1.9 juta
ton pada tahun 2004. Pendapatan devisa dari komoditi ini pada tahun 2004
mencapai US$ 2.25 milyar, yang merupakan 5% dari pendapatan devisa
non-migas.
Sejumlah lokasi di Indonesia memiliki keadaan lahan yang cocok untuk
pertanaman karet, sebagian besar berada di wilayah Sumatera dan
Kalimantan. Luas area perkebunan karet tahun 2005 tercatat mencapai lebih
dari 3.2 juta ha yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Diantaranya
85% merupakan perkebunan karet milik rakyat, dan hanya 7% perkebunan
besar negara serta 8% perkebunan besar milik swasta. Produksi karet secara
nasional pada tahun 2005 mencapai angka sekitar 2.2 juta ton. Jumlah ini
masih akan bias ditingkatkan lagi dengan memberdayakan lahan-lahan
pertanian milik petani dan lahan kosong/tidak produktif yang sesuai untuk
perkebunan karet. (Anwar,2001)
Tujuan mengetahui cara-cara penyadapan tanaman karet.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Karet alam adalah salah satu komoditas utama sub sektor
perkebunan di Indonesia. Data tahun 2006 menunjukkan luas areal tanaman
karet di Indonesia adalah seluas 3,31 juta hektar (ha) dan menempati areal
perkebunan terluas ketiga setelah kelapa sawit (pertama) dengan luas 6,07
juta ha dan kelapa (kedua) dengan luas 3,82 juta ha. Setelah karet, kopi
adalah tanaman perkebunan yang menempati posisi keempat dengan areal
penanaman seluas 1,26 juta ha dan kakao (kelima) seluas 1,19 juta ha.
Produksi nasional karet pada tahun 2006 adalah sebesar 2,27 juta ton karet
kering (KK) dengan produksi terbanyak berasal dari Sumatera (termasuk
Bangka-Belitung dan Riau Kepulauan) dengan total produksi sebesar 1,66
juta ton. Produktivitas karet nasional pada tahun tersebut mencapai 868 kg
KK / ha dan telah mengalami peningkatan yang signifikan bila dibandingkan
dengan satu dekade yang lalu yang hanya mencapai 575 kg KK / ha (tahun
1996) (Deptan, 2006).
Menurut prakiraan bahwa potensi produksi karet dapat ditingkatkan
mencapai 5.000 – 7.000 kg/ha/th. Klon-klon karet unggul yang dihasilkan
sampai saat ini, mampu mencapai potensi produksi dengan rata-rata
produksi selama 15 tahun sadap berkisar 1.500 – 1.800 kg/ha/th dalam
penanaman skala komersial. Usaha untuk mendapatkan klon-klon yang lebih
unggul terus diupayakan melalui program pemuliaan dan seleksi, untuk
menghasilkan klon-klon unggul modern dengan produktivitas mencapai
lebih dari 2.500 kg/ha/th pada tahun 2005 (Aidi-Daslin, 1995).
Kegiatan pemuliaan karet di Indonesia telah banyak menghasilkan
klon-klon karet unggul sebagai penghasil lateks dan penghasil kayu. Pada
Lokakarya Nasional Pemuliaan Tanaman Karet 2005, telah
direkomendasikan klon-klon unggul baru generasi-4 untuk periode tahun
2006 – 2010, yaitu klon: IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42, IRR 104, IRR
112, dan IRR 118. Klon IRR 42 dan IRR 112 akan diajukan pelepasannya
sedangkan klon IRR lainnya sudah dilepas secara resmi. Klon-klon tersebut
menunjukkan produktivitas dan kinerja yang baik pada berbagai lokasi,
tetapi memiliki variasi karakter agronomi dan sifat-sifat sekunder lainnya.
Oleh karena itu pengguna harus memilih dengan cermat klon-klon yang
sesuai agroekologi wilayah pengembangan dan jenis-jenis produk karet yang
akan dihasilkan (Suhendry, 2002).
Pemungutan hasil tanaman karet disebut penyadapan karet.
Penyadapan merupakan salah satu kegiatan pokok dari pengusahaan
tanaman karet. Tujuan dari penyadapan karet ini adalah membuka pembuluh
lateks pada kulit pohon agar lateks cepat mengalir. Kecepatan aliran lateks
akan berkurang apabila takaran cairan lateks pada kulit berkurang Kulit
karet dengan ketinggian 260 cm dari permukaan tanah merupakan bidang
sadap petani karet untuk memperoleh pendapatan selama kurun waktu
sekitrar 30 tahun. Oleh sebab itu penyadapan harus dilakukan dengan hati-
hati agar tidak merisak kulit tersebut. Jika terjadi kesalahan dalam
penyadapan, maka produksi karet akan berkurang (Santosa, 2007).
Menurut Pendle (1992), lateks mengandung beragam jenis protein
katena lateks adalah cairan sitiplasma, protein ini termasuk enzim-enzim
yang berperan dalam sintesis molekul karet. Sebagian protein hilang
sewaktu pemekatan lateks yaitu karena pengendapan dan karena terbuang
dalam lateks skim. Protein yang tersisa dalam lateks pekat kurang lebih
adalah 1% terhadap berat lateks dan terdistribusi pada permukaan karet
(60%) dan sisanya sebesar 40% terlarut dalam serum lateks pekat tersebut.
C. METODE PELAKSANAAN
1. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
- Pohon karet dewasa siap sadap
2. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah
- Pisau sadap
- Pisau mal
- Mangkuk sadap
- Talang sadap
- Tali cincin
- Cincin mangkuk
- Sigmat
- Quadri
3. Prosedur kerja
Cara kerja praktikum ini adalah
- Dipilih pohon karet yang siap sadap atau memiliki kriteria siap
sadap
- Kemudian dibuat pola sadap :
a. Bukaan sadap ditentukan 90-100 cm dari permukaan tanah
b. Bidang sadapan digambar dengan bentuk spiral dari kiri
atas ke kanan bawah membentuk sudut 20-45˚ terhadap
garis horizontal
- Dilakukan penyadapan :
a. Kulit pohon dibersihkan
b. Kulit pohon diiris dengan tebal irisan 1,5-2,0 mm
c. Kedalaman irisan 1,0-1,5 mm
d. Lateks ditampung dengan mangkuk sadap
D. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Berdasarkan pengamatan dilapang mengenai penyadapan didapatkan
hasil sebagai berikut :
Kriteria pohon yang siap sadap apabila umur rata-rata sudah mencapai
5 tahun atau 60% dari areal 1 hektar sudah mencapai lingkar batang 45 cm
sampai dengan 50 cm sudah bias dimulai buka sadap. Bila belum mencapai
60% sebaiknya diunda dulu buka sadapnya. Pada umur 5 tahun biasanya
ketebalan batang mencapai 5-8 mm dan sudah siap disadap.
Penyadapan biasanya dilakukan pada bulan oktober, setelah gugur
daun. Awal penyadapan dilakukan dengan membuat bidang sadap setinggi
130 cm diukur dari pertautan okulasi tertinggi. Ketinggian ini digunakan
karena rata-rata tinggi orang Indonesia sekitar 130an.
Cara penyadapan sebaiknya satu arah atau maju dan jangan dua arah
atau maju mundur. Karena akan menyebabkan pori-pori kulit akan tertutup.
Dalam 1 tahun, penyadapan biasanya menggunakan sebanyak 25 cm kulit
pohon, yang dinamakan panel B.01 yang digunakan selama tahun. Setelah
B.01 habis maka akan pindah ke B.02 dan kembali lagi ke panel B.01
setelah kulit tersebut pulih kembali.
B. PEMBAHASAN
Pemungutan hasil tanaman karet disebut penyadapan karet.
Penyadapan merupakan salah satu kegiatan pokok dari pengusahaan
tanaman karet. Tujuan dari penyadapan karet ini adalah membuka pembuluh
lateks pada kulit pohon agar lateks cepat mengalir. Kecepatan aliran lateks
akan berkurang apabila takaran cairan lateks pada kulit berkurang Kulit
karet dengan ketinggian 260 cm dari permukaan tanah merupakan bidang
sadap petani karet untuk memperoleh pendapatan selama kurun waktu
sekitrar 30 tahun. Oleh sebab itu penyadapan harus dilakukan dengan hati-
hati agar tidak merusak kulit tersebut. Jika terjadi kesalahan dalam
penyadapan, maka produksi karet akan berkurang (Santosa, 2007).
Menurut Pendle (1992), lateks mengandung beragam jenis protein
katena lateks adalah cairan sitoplasma, protein ini termasuk enzim-enzim
yang berperan dalam sintesis molekul karet. Sebagian protein hilang
sewaktu pemekatan lateks yaitu karena pengendapan dan karena terbuang
dalam lateks skim. Protein yang tersisa dalam lateks pekat kurang lebih
adalah 1% terhadap berat lateks dan terdistribusi pada permukaan karet
(60%) dan sisanya sebesar 40% terlarut dalam serum lateks pekat tersebut.
Lateks adalah getah seperti susu dari banyak tumbuhan yang
membeku ketika terkena udara. Ini merupakan emulsi kompleks yang
mengandung protein, alkaloid, pati, gula, minyak, tanin, resin, dan gom.
Pada banyak tumbuhan lateks biasanya berwarna putih, namun ada juga
yang berwarna kuning, jingga, atau merah Untuk memperoleh hasil sadap
yang baik, penyadapan harus mengikuti aturan tertentu agar diperoleh hasil
yang tinggi, menguntungkan, serta berkesinambungan dengan tetap
memperhatikan faktor kesehatan tanaman.
Produksi lateks dari tanaman karet disamping ditentukan oleh keadaan
tanah dan pertumbuhan tanaman, klon unggul, juga dipengaruhi oleh teknik
dan manajemen penyadapan. Apabila ketiga kriteria tersebut dapat
terpenuhi, maka diharapkan tanaman karet pada umur 5 - 6 tahun telah
memenuhi kriteria matang sadap. Kriteria matang sadap antara lain apabila
keliling lilit batang pada ketinggian 130 cm dari permukaan tanah telah
mencapai minimum 45 cm. Jika 60% dari populasi tanaman telah memenuhi
kriteria tersebut, maka areal pertanaman sudah siap dipanen. (Chairil Anwar,
2001)
Hal yang perlu diperhatikan dalam penyadapan antara lain:
- Pembukaan bidang sadap dimulai dari kiri atas kekanan bawah,
membentuk sudut 300.
- Tebal irisan sadap dianjurkan 1,5 - 2 mm.
- Dalamnya irisan sadap 1-1,5 mm.
- Waktu penyadapan yang baik adalah jam 5.00 - 7.30 pagi.
(Setyamidjaya, 1993)
Tanaman karet siap sadap bila sudah matang sadap pohon. Matang
sadap pohon tercapai apabila sudah mampu diambil lateksnya tanpa
menyebabkan gangguan terhadap pertumbuhan dan kesehatan tanaman.
Kesanggupan tanaman untuk disadap dapat ditentukan berdasarkan “umur
dan lilit batang”. Diameter untuk pohon yang layak sadap sedikitnya 45 cm
diukur 100 cm dari pertautan sirkulasi dengan tebal kulit minimal 7 mm dan
tanaman tersebut harus sehat. Pohon karet biasanya dapat disadap sesudah
berumur 5-6 tahun. Semakin bertambah umur tanaman semakin
meningkatkan produksi lateksnya. Mulai umur 16 tahun produksi lateksnya
dapat dikatakan stabil sedangkan sesudah berumur 26 tahun produksinya
akan menurun.
Penyadapan dilakukan dengan memotong kulit pohon karet sampai
batas kambium dengan menggunakan pisau sadap. Jika penyadapan terlalu
dalam dapat membahayakan kesehatan tanaman, dan juga untuk
mempercepat kesembuhan luka sayatan maka diharapkan sadapan tidak
menyentuh kayu (xilem) akan tetapi paling dalam 1,5 mm sebelum
kambium. Sadapan dilakukan dengan memotong kulit kayu dari kiri atas ke
kanan bawah dengan sudut kemiringan 30˚ dari horizontal dengan
menggunakan pisau sadap yang berbentuk V. Semakin dalam sadapan akan
menghasilkan banyak lateks. Pada proses penyadapan perlu dilakukan
pengirisan. Bentuk irisan berupa saluran kecil, melingkar batang arah miring
ke bawah.. Melalui saluran irisan ini akan mengalir lateks selama 1-2 jam.
Sesudah itu lateks akan mengental. Lateks yang yang mengalir tersebut
ditampung ke dalam mangkok aluminium yang digantungkan pada bagian
bawah bidang sadap. Sesudah dilakukan sadapan, lateks mengalir lewat
aluran V tadi dan menetes tegak lurus ke bawah yang ditampung dengan
wadah.
Frekuensi sadapan adalah selang waktu penyadapan menurut satuan
waktu dalamhari (d), minggu (w), bulan (m), dan tahun (y) tergantung dari
sistem penyadapan.pada sadapan terus-menerus, penyadapan yang dilakukan
setiap hari ditandai dengan notasi d/1, dua hari sekali d/2, tiga hari sekali
d/3, dan seterusnya.
Frekuensi sadapan adalah selang waktu penyadapan menurut satuan
waktu dalamhari (d), minggu (w), bulan (m), dan tahun (y) tergantung dari
sistem penyadapan.pada sadapan terus-menerus, penyadapan yang dilakukan
setiap hari ditandai dengan notasi d/1, dua hari sekali d/2, tiga hari sekali
d/3, dan seterusnya.
Sistem eksploitasi tanaman karet adalah sistem pengambilan lateks
yang mengikuti aturan-aturan tertentu dengan tujuan memperoleh produksi
tinggi, secara ekonomis menguntungkan dan berkesinambungan, sistem
eksploitasi yang dikenal adalah:
1. Sistem eksploitasi konvensional : merupakan sistem sadap biasa tanpa
menggunakan stimulan. Kelebihannya tergantung pada perangsang
dansesuai dengan keadaan tanaman walaupun kurang baik
pertumbuhannya. Kelemahannya kulit batang akan cepat habis.
2. Sistem sadap stimulasi : sistem sadap kombinasi dengan menggunakan
perangsang. Pemberian perangsang dimakduskan untuk meningkatkan
produksi yang dapat dilakukan pada pohon karet yanng telah berumur
lebih dari 15 tahun.
3. Sistem eksploitasi tusuk atau mikro : sistem tusukan pada jalur kulit
yang diberi perangsang yang dilakukan dengan cara menusuk kulit
batang tanaman denagn jarum. Kelebihan sistem ini adalah produksi
lateks tinggi, pelaksanaannya mudah, kandungan zat gula lateks tetap
tinggi gerakan zat gula dalam kulit tidak terhalangi, kekeringan alur
sadap dapat dihindari dan dapat dilakukan pada tanaman yang berumur
3 tahun.
Peralatan sadap menentukan keberhasilan penyadapan. Semakin baik
alat yang digunakan, semakin bagus hasilnya. Menurut Siregar (1995),
berbagai peralatan sadap yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Mal sadap
Mal sadap berfungsi membuat gambar sadapan yang menyangkut
kemiringan sadapannya, biasanya digunakan sebagai pola rencana
penyadapan untuk jangka waktu tertentu (biasanya 6 bulan). Mal sadap
dibuat dari sepotong kayu dengan panjang 130cm yang dilengkapi plat
seng selebar + 4cm dan panjangnya antara 50-60cm. Plat seng dengan
kayu membentuk sudut 120º (Siregar, 1995).
2. Pisau sadap
Pisau sadap ada 2 macam, yaitu pisau untuk sadap atas dan pisau untuk
sadap bawah. Pisau sadap harus mempunyai ketajaman yang tinggi,
karena berpengaruh pada kecepatan menyadap dan kerapihan sadapan.
Pisau sadap atas bertangkai panjang untuk menyadap kulit karet pada
bidang sadap atas dengan ketinggian di atas 130 cm (Nazaruddin, 1998).
Ketajaman pisau berpengaruh pada kecepatan menyadap dan
kerapihan menyadap. Pisau sadap mempunyai tangkai yang panjang
untuk mempermudah penyadapan. Pisau sadap bawah digunakan untuk
menyadap kulit karet pada bidang sadap bawah, ketinggian mulai 130
cm ke arah bawah (Siregar, 1995).
3. Talang lateks (spout)
Talang lateks berfungsi untuk mengalirkan cairan lateks atau getah karet
dari irisan sadap ke dalam mangkok. Talang lateks terbuat dari seng
dengan lebar 2,5 cm dan panjangnya antara 8-10 cm. Pemasangan talang
lateks pada pohon karet dilakukan dengan cara ditancapkan 5 cm dari
titik atau ujung terendah irisan sadapan. Penancapannya hendaknya tidak
terlalu dalam agar tidak merusak lapisan kambium atau pembuluh
empulur karet (Siregar, 1995).
4. Mangkok atau cawan
Mangkok ini berfungsi sebagai penampung lateks yang mengalir dari
bidang irisan melalui talang. Mangkok ini biasanya dibuat dari tanah liat
atau plastik atau aluminium. Paling baik adalah dibuat dari aluminium
karena tahan lama dan bisa menjamin kualitas lateks. Namun sulit dicari
dan harganya yang cukup mahal. Mangkok dipasang 10 cm di bawah
talang (Siregar, 1995).
5. Cincin mangkok
Cincin mangkok berfungsi sebagai tempat meletakkan mangkok sadap
atau cawan. Bahan yang digunakan untuk pembuatan cincin mangkok ini
adalah kawat. Biasanya cincin ini digantungkan atau dicantolkan pada
tali cincin. Diameter cincin dibuat sedikit lebih besar dari ukuran
mangkok sadap agar mangkok bisa masuk ke dalam cincin (Siregar,
1995).
6. Tali cincin
Tali cincin berfungsi sebagai tempat untuk mencantolkan cincin
mangkok sehingga mutlak harus disediakan. Biasanya tali cincin dibuat
dari kawat atau ijuk. Letaknya pada pohon karet disesuaikan dengan
keadaan cincin mangkok, jangan sampai terlalu jauh dari cincin
mangkok. Sebagaimana talang lateks, kedudukan tali cincin juga
berubah tiap periode tertentu (Siregar, 1995).
7. Meteran gulung (rol meter)
Meteran gulungan berfungsi untuk menentukan tinggi bidang sadap
(meteran kayu) dan mengukur lilit batang pohon karet (meteran gulung).
Meteran yang digunakan terbuat dari bahan lunak atau kulit. Meteran
kulit disebut juga meteran gulung dengan panjang 150-200 cm (Siregar,
1995).
8. Meteran kayu
Fungsi meteran kayu ini yaitu untuk mengukur tinggi sadapan.Biasanya
terbuat dari kayu (panjang 130 cm) dan berbentuk panjang pipih .
Penggaris diletakkan dari permukaan tanah ke arah vertikal pada pohon
karet sampai jarak 130 cm (Nazaruddin, 1998).
9. Pisau mal
Pisau mal berfungsi sebagai alat untuk menoreh kulit batang karet saat
akan membuat gambar bidang sadap. Alat ini dibuat dari besi panjang
dengan ujung runcing dan pegangannya terbuat dari kayu atau plastik.
Bagian runcing inilah yang digunakan untuk menoreh kulit batang
pohon karet (Siregar, 1995).
10. Quadri
Alat ini berfungsi untuk mengukur tebalnya kulit batang yang disisakan
saat penyadapan. Tujuannya agar penyadapan tidak sampai melukai
kambium atau pembuluh empulurnya. Alat ini terbuat dari besi, bagian
ujung seperti jarum dengan panjang 1-1,5 mm (Siregar, 1995).
11. Sigmat
Alat ini berfungsi untuk mengukur tinggi sadapan. Ketebalan ± 10 cm.
Sigmat ditempatkan pada bagian pohon yang akan diukur tebal kulitnya,
ditekan sampai terasa keras atau tidak dapat menembus kulit lebih dalam
lagi. Ketebalan kulit pohon diketahui degnan membaca skala
(Nazaruddin, 1998).
E. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Sadap mantap untuk tanaman karet adalah bila lingkar batang
mencapai 50 cm pada tinggi 130 cm diatas permukaan tanah untuk
tanaman asal semai pertautan untuk tanaman asal okulasi.
2. Jumlah tanaman yang memenuhi kriteria tersebut 60-70% dari
jumlah pohon per satuan luas.
3. Kedalaman penyadapan harus diperhatikan jangan sampai mengenai
kambium karena akan mengakibatkan luka pada tanaman, dan juga
tanaman akan susah sembuh.
4. Sistem sadap yang dapat dilakukan adalah sistem eksploitasi
konvensional, sistem eksploitasi stimulan dan sistem eksploitasi
tusuk.
5. Sistem eksploitasi yang baik adalah sistem eksploitasi tusuk karena
dapat dilakukan pada tanaman yang berumur 3 tahun sehingga
memperpanjang umur ekonomis.
Saran
Dalam melakukan penyadapan kelengkapan alat perlu diperhatikan dan
selalu dijaga ketajamannya tertutama pisau sadap, karena ini sangat
menentukan bagi hasil produksi lateks nantinya. Selain kelengkapan alat,
keterampilan si penyadap juga harus dilihat, karena hasil lateks yang
didapat tergantung dengan keahlian si penyadap melakukan penyadapan.
DAFTAR PUSTAKA
Aidi-Daslin, 1995. Pengelolaan Bahan Tanam Karet. Pusat Penelitian Karet. Balai Penelitian Sembawa. Palembang.
Anwar, Chairil. 2001. Manajemen dan Teknologi Budidaya Karet. Pusat Penelitian Karet. Medan.
D. Setyamidjaya, M. Ed. 1993. Budidaya dan Pengolahan Karet. Lembar Info Pertanian (LIPTAN) Balai Pusat Penelitian (BIP). Sumatra. Selatan.
Deptan. 2006. Basis Data Statistik Pertanian (http://www.database.deptan.go.id/). Diakses tanggal 8 Januari 2011.
Pendle. P.D. 1992. The Production, composition, and chemistry of natural latex concentrates in sensitivity to latex in medical device (FDA Ed.). Program and Proceedings of International Latex Conference, Baltimore, November 5-7,13.
Santosa. 2007. Karet. (http://id.wikipedia.org/wiki/karet). Diakses tanggal 8 Januari 2011.
Suhendry, I. 2002. Kajian finansial penggunaan klon karet unggul generasi IV. Warta Pusat Penelitian Karet. 21 : 1- 3
.
LAMPIRAN
Gambar 1. Pisau sadap
Gambar 2. Mangkuk sadap
Gambar 3. Pisau mal
Gambar 4. Mal Sadap
Gambar 5 sigmat
Gambar 6. Meteran
Rifqi Adisonda Danang Herdaru
A1008157 A1L008152