23
BAB I PENDAHULUAN Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup dengan sendiri. Antara manusia satu dengan manusia lainnya dalam berinteraksi tentunya ada yang namanya komunikasi baik komunikasi langsung ataupun tidak langung, baik lisan ataupun tertulis. Begitu juga kita sebagai warga negara indonesia yang tingkat sosialnya sangat tinggi sehingga bahasa adalah alat yang paling utama dalam berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya. Dalam kesempatan kali ini, saya sebagai mahasiswa akan sedikit menguraikan tentang bahasa dan cakupannya yang isinya kami adalah ringkasan atau laporan buku karya lamuddin finoza, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Fungsi dan Ragam Bahasa 2. Bentuk dan Makna 3. Pilihan Kata Uraian tersebut mudah-mudahan bermanfaat untuk para pembaca semuanya baik calon pendidik, politikus, seniman dan lain sebagainya yang tentunya sangat membutuhkan bahasa dalam kehidupan sehari-hari. 1

LAPORAN BUKU bahasa

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAPORAN BUKU bahasa

BAB I

PENDAHULUAN

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup dengan

sendiri. Antara manusia satu dengan manusia lainnya dalam berinteraksi tentunya

ada yang namanya komunikasi baik komunikasi langsung ataupun tidak langung,

baik lisan ataupun tertulis. Begitu juga kita sebagai warga negara indonesia yang

tingkat sosialnya sangat tinggi sehingga bahasa adalah alat yang paling utama

dalam berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya.

Dalam kesempatan kali ini, saya sebagai mahasiswa akan sedikit

menguraikan tentang bahasa dan cakupannya yang isinya kami adalah ringkasan

atau laporan buku karya lamuddin finoza, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Fungsi dan Ragam Bahasa

2. Bentuk dan Makna

3. Pilihan Kata

Uraian tersebut mudah-mudahan bermanfaat untuk para pembaca

semuanya baik calon pendidik, politikus, seniman dan lain sebagainya yang

tentunya sangat membutuhkan bahasa dalam kehidupan sehari-hari.

1

Page 2: LAPORAN BUKU bahasa

BAB II

ISI LAPORAN

1. FUNGSI DAN RAGAM BAHASA

A. Pentingnya Bahasa

Betapa pentingnya bahasa bagi manusia kiranya tidak diragukan

lagi.politisi mempelajari bahasa agar dapat menemukan ciri kata atau kalimat dan

gaya bahasa yang dapat mengentuh hati nurani orang-orang yang disekitarnya

sehingga dapat mempengaruhi mereka.para ahli ilmu jiwa (psikolog dan psikiater)

mempelajari bahasa agar dapat menemukan kata-kata atau kalimat yang dapat

berperan dalam penyembuhan pasiennya.dengan anggapan bahwa speech therapy

mempunyai daya sugestif terhadap hilangnya pengakit.Dokter-dokterpun perlu

mempelajari bahasa.

B. Fungsi Bahasa

Dalam literatur bahasa,para ahli umumnya merumuskan fungsi

bahasa bagi setiap orang ada empat,yaitu

1) Sebagai alat berkomunikasi

2) Sebagai alat mengekspresikan diri

3) Sebagai alat berintigrasi dan beradaptasi sosial

4) Sebagai alat kontrol sosial( keraf 1994: 3-6)

C. Ragam Bahasa

Ragam bahasa adalah varisi bahasa yang terjadi karena pemakaian

bahasa.ragam bahasa dapat dibedakan berdasarkan media pengantar dan situasi

pemakaiannya.Berdasarkan media pengantarnya,ragam bahasa dapat dibagi atas

dua macam:

1) Ragam Formal

2) Ragam Semiformal

3) Ragam Nonformal.

2

Page 3: LAPORAN BUKU bahasa

Berdasarkan dalam praktik pemakaian, para penutur bahasa tentu

dapat merasakan perbedaan antara ragam lisan dan ragam tulis.Perbedaan itu

dapat dirinci sebagai berikut:

1) Ragam lisan menghendaki adanya lawan bicara yang siap mendengar apa

yang diucapkan oleh seseorang,sedangkan ragam tulis tidak selalu

memerlukan”lawan bicara” yang siap membaca apa yang dituliskan oleh

seseorang.

2) Pada ragam lisan, unsur-unsur fungsi sintaksis seperti subjek, predikat, objek,

tidak selalu dinyatakan dengan isyarat gerak tubuh, mimik muka, atau

langsung menunjuk ( misalnya suatu objek ) dengan jari tangan. Pada ragam

tulis, fungsi-fungsi sintaksis harus dinyatakan secara eksplisit agar orang yang

membaca suatu tulisan-tulisan misalnya dalam surat kabar, majalah, atau buku

–bapat memahami maksud penulisannya.

3) Ragam lisan terikat pada situasi, kondisi, ruang, dan waktu; sedangkan ragam

tulis tidak terikat pada situasi, kondisi, ruang, dan waktu. Isi pembicaraan

dalam suatu rapat, misalnya, baru dapat dipahami oleh seseorang secara penuh

bila ia hadir dan turut terlibat di dalam situasi, kondisi, ruang dan waktu

pengelenggaraan rapat tertentu. Tidak demikian halnya dengan ragam tulis.

Karya tulis seseorang dapat dibaca dan dimengerti oleh orang lain pada

situasi, kondisi, tempat, dan waktu yang berbeda-beda.

4) Pada ragam lisan makna dipengaruhi oleh tinggi rendah dan panjang

pendeknya nada suara, sedangkan pada tulis makna ditentukan terutama oleh

pemakaian tanda baca.

D. Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar

Untuk mengakhiri bab ini perlu dijelaskan secara singkat di sini

arti ungkapan bahasa yang baik dan benar. Bahasa sudah dapat dikatakan baik

apabila maknanya dapat dipahami oleh komunikan dan ragamnya sudah sesuai

dengan situasi pada saat bahasa itu digunakan. Bahasa dengan ragam nonformal

yang dipakai oleh mahasiswa sewaktu mengobrol dengan temannya di kantin, di

pondokan, di lapangan olahraga, adalah salah satu contoh bahasa yang baik.

3

Page 4: LAPORAN BUKU bahasa

Bahasa dikatakan tidak baik kalau maknanya sulit atau tidak dapat dipahami oleh

komunikan.

Apabila mahasiswa memakai ragam formal dalam situasi yang

tidak resmi; atau dosen memakai ragam ninformal dalam situasi yang resmi,

sudah jelas bahasa itu bukan bahasa yang baik. Bahasa yang benar pun bisa

menjadi tidak baikkalau tidak sesuai dengan situasi dan pemakainnya ( misalnya

sesama teman dalam suasana santai memakai ragam formal ).

Jadi bahasa yang baik dan benar adalah yang maknanya dapat

dipahami dan sesuai dengan situasi pemakaiannya serta tidak mengimpang dari

kaidah bahasa baku. Yang perlu dicatat oleh dan dipahami oleh pemakai bahasa

adalah kewajiban mempertimbagkan situasi sebelum menepatkan pilihan ragam

bahasa yang dipakai. Selanjutnya, ragam bahasa akan mengindikasikan bahasa

anda tergolong baik saja, atau baik dan juga benar.

4

Page 5: LAPORAN BUKU bahasa

2. BENTUK DAN MAKNA

A. Pendahuluan

Selain fonem, morfem, dan kata, dalam bab ini juga akan dibahas

tentang frasa. berdasarkan pengamatan penulis, pemahaman para lulusan SLTA

tentang frsa agaknya kurang mendalam. Untuk menyusun kalimat yang kaya

variasi dan makna, frasalah yang akan banyak mengisi subjek, prediket, objek,

pelengkap, dan keterangan. Kelima unsur kalimat itu akan lebih semarak jika

ditampilkan dalam bentuk frasa, dan pada akhirnya akan menyemarakan

penampilan kalimat secara keseluruhan.

B. Bentuk dan Makna

Satuan bentuk terkecil dalam bahasa adalah fonem dan yang

terbesar adalah karangan. Antara satuan bentuk terkecil dan terbesar itu terdapat

deretan bentuk morfem, kata, frasa, dan alinea.

Ketujuh satuan bentuk bahasa itu baru diakui eksistensinya jika mempunyai

makna atau dapat mempengaruhi makna.

1. Fonem, Morfem, Kata, dan Frasa

1) Fonem

Fonem adalah bunyi terkecil yang dapat membedakan makna.

Adapun huruf adalah blambang bunyi atau lambang fonem. Yang

membedakan arti kata jahit dan jahat adalah bunyi /i/ yang dilambangkan

dengan huruf i dan bunyi /a/ yang dilambangkan dengan huruf a. Bunyi /i/

dan bunyi /a/ disebut fonem /i/ dan fonem /a/.

Apakah fonem sama dengan huruf? Tentu saja tidak. Fonem adalah

bunyi dari huruf ( untuk didengar ), sedangkan huruf adalah lambang dari

bunyi ( untuk dilihat ).

2) Morfem

Morfem adalah satuan bentuk terkecil yang dapat membedakan

makna dan atau mempunyai makna. Wujud morfem dapat berupa

imbuhan, klitika, partikel, dan kata dasar (misalnya –an, -lah, -kah, -

bawa). Sebagai kesatuan pembeda makna, semua contoh wujud morfem

5

Page 6: LAPORAN BUKU bahasa

tersebut merupakan bentuk terkecil dalam arti tidak dapat lagi menjadi

kesatuan bentuk yang lebih kecil.Jika penggabungan itu menghasilkan

makna baru, berarti unsur yang digabungkan dengan kata dasar itu adalah

morfem.

Contoh:

Morfem –an, -di, -me, -ter, -lah, jika digabungkan dengan kata makanan,

dimakan, memakan, termakan, makanlah. Kata-kata itu mempunyai makna

baru yang berbeda dengan makna kata makan.

Menurut bentuk dan maknanya, morfem dapat dibedakan atas dua macam.

a. Morfem bebas, yaitu morfem yang dapat berdiri sendiri dari segi

makna tanpa harus dihubungkan dengan morfem yang lain. Semua

kata dasar tergolong sebagai morfem bebas.

b. Morfem terikat, yaitu morfem yang tidak dapat berdiri sendiri dari segi

makna. Makna morfem terikat baru jelas setelah morfem itu

dihubungkan dengan morfem yang lain. Semua imbuhan ( awalan,

sisipan, akhiran, serta kombinasi awalan dan akhiran ) tergolong

sebagai morfem terikat. Selain itu, unsur-unsur kecil seperti klitika,

partikel, dan bentuk lain yang tidak dapat berdiri sendiri, juga

tergolong sebagai morfem terikat.

3) Kata

Kata adalah satuan bentuk terkecil ( dari kalimat ) yang dapat berdiri

sendiri dan mempunyai makna.**)

a. Bentuk Kata

Dari segi bentuknya kata dapat dibedakan atas dua macam, yaitu (1)

kata yang bermorfem tunggal, dan (2) kata yang bermorfem banyak.

Kata yang bermorfem tunggal disebut juga kata dasar atau kata yang

tidak berimbuhan.

b. Jenis Kata

Secara tradisional pembagian kelas / jenis kata didalam bahasa-bahasa

yang besar di dunia, termasuk bahasa Indonesia, umumnya terdiri atas

sepuluh jenis kata, yaitu

6

Page 7: LAPORAN BUKU bahasa

a) kata kerja ( verba )

b) kata benda ( nomina )

c) kata sifat (ajektiva )

d) kata ganti ( pronomina )]

e) kata keterangan ( adverbia )

f) kata bilangan ( numeralia )

g) kata sambung ( konjungsi )

h) kata sandang ( artikula )

i) kata seru ( interjeksi )

j) kata depan ( preposisi)

a) Kata Kerja ( Verba )

Kata kerja atau verba adalah kata yang mennyatakan pembuatan

atau tindakan, proses, dan proses, dan keadaan yang bukan

merupakan sifat atau kualitas kata kerja pada umumnya berfungsi

sebagai predikat dalam kalimat berdasarkan definisi itu verba dapat

dipilih menjadi dua kelompok.

verba yang menyatakan perbuatan atau tindakan.Verba ini

merupakan jawaban atas pertanyaan “ Apa yang dilakukan oleh

subjek ?”. Contoh:mandi, membaca, mencuri, mendekat,

membelikan, memukuli, memberhentikan, menakut-nakuti

verba yang menyatakan proses atau keadaan yang bukan

sifat.verba ini merypakan jawaban atas pertanyaan “ Apa yang

trjadi pada subjek?” Contoh: jatuh, mati ( untuk hewan),

mengering, mengecil, meninggal ( untuk manusia ), kebanjiran,

terbakar, terdampar.

b) Kata Sifat ( ajektiva )

Kata sifat atau sjektiva adalah kata yang berfungsi sebagai atribut

bagi nomina ( orang, binatang, atau benda lainnya). Atribut berarti

tanda atau ciri,untuk mengenalu suatu benda dan untuk

membedakannya dengan benda lain, kita harus memberikan ciri,

7

Page 8: LAPORAN BUKU bahasa

sifat, keadaan, atau identitas benda-benda itu,misalnya kecil,

bundar, merah, kenyal, panas, agresif.kata-kata itulah antara lain

yang merupakan contoh kata sifat. Dalam pembentukan kalimat,

kata sifat dapat berfungsi sebagai predikat, objek, dan penjelas

subjek yang berupa nomina.

Berdasarkan prilaku semantisnya, ajektiva harus dibedakan atas

dua tipe pokok: (1) ajektiva bertaraf, yaitu ajektiva yang

mengungkapkan sutu kualitas;(2) ajektifa tak bertaraf, yaitu

adjektiva yang mengungkapkan keanggotaannya dalam suatu

golongan( TBBI,2003:172).

Ajektiva bertaraf adalah ajektiva yang dapat menyatakan berbagai

tingkat kualitas dan berbagai tingkat bandingan. Ajekiva tak

bertaraf tidak dapat digabung dengan semua adverbia yang tadi

dipakai sebagai pendamping ajektiva bertaraf.

c) Kata Keterangan ( Adverbia)

Kata keterangan atau adverbia adalah kata yang menerangkan

verba,ajektiva, nomina, adverbia lain, frasa preposisional, dan juga

seluruh kalimat.

d) Rumpun Kata Kata Benda ( Nomina )

Kata benda atau nomina adalah kata yang mengacu kepada sesuatu

benda baik konkret maupun abstrak.

e) Rumpun Kata Tugas ( Partikel )

Kata tugas bukanlah nama jenis kata, melainkan kumpulan kata

dan partikel.

f) Kata depan ( Preposisi )

Kata depan atau preposisi adalah kata tugas yang selalu berada di

depan kata benda, kata kerja, kata sifat, atau kata keterangan.

g) Kata Sambung ( Konjungsi )

Kata sambung atau konjungsi adalah kata tugas yang berfungsi

menghubungkan dua kat kata atau dua kalimat.

8

Page 9: LAPORAN BUKU bahasa

4) Frasa dan Klausa

Frasa adalah kelompok kata yang tidak mengandung predikat dan

belum membentuk klausa atau kalimat. Yang dimaksud dengan predikat

adalah kata atau kelompok kata yang menyatakan perbuatan/tindakan atau

sifat dari subjek.*)kelompok kata yang mengandung predikat adalah

klausa, sedangkan kelompok kata yang tidak mengandung predikat adalah

frasa. Idiom adalah gabungan dua kata atau lebih yang membentuk makna

baru,tetapi cakupan maknanya sudah bergeser jauh dari makna leksikal

kata asal.

a. Frasa Verbal

Frasa verbal atau frasa kerja adalah kelompok kata yang menyatakan

tindakan atau perbuatan.

b. Frasa Nominal

Frasa nominal atau frasa benda adalah kelompok kata yang

menyatakan atau menunjuk suatu benda ( konkret maupun abstrak ).

Inti frasa nominal adalah nomina.

c. Frasa Ajektival

Frasa ajektival atau frasa sifat adalah kelompok kata yang menyatakan

sifat atau keadaan. Kata sifat yang menjadi inti frsa ajektival dapat

diberi pewatas depan atau pewatas belakang.

d. Frasa adverbial

Frasa adverbial atau frasa keterangan adalah kelompok kata yang

berfungsi menerangkan predikat yang berupa verba atau ajektiva.

e. Frasa preposisional

Farasa preposisional adalah kelompok kata yang terdiri dari preposisi

sebagai inti diikuti oleh kata atau kelompok kata lain,terutema nomina.

9

Page 10: LAPORAN BUKU bahasa

5) Makna dan Perubahannya

Makna adalah hubungan antara bentuk bahasa dengan objek atau

sesuatu (hal) yang diacunya. Ada dua macam makna yang terpenting, yaitu

(1) makna leksikal, (2) makna grametikal .

a. Makna Leksikal

Adalah makna kata secara lepas tanpa kaitan dengan kata lain

dalam sebuah struktur atau makna yang tertera dalam kamus. Contoh:

Belah mempunyai makna celah, jadi dua, di samping dan sebagainya.

b. Makna Grametikal

Adalah makna konotasi yang timnbul akibat proses gramatikal

yaitu makna yang sudah bergeser dari makna leksikal. Misal: hitam yang

artinya pahit, dan lain sebagainya.

10

Page 11: LAPORAN BUKU bahasa

3. PILIHAN KATA ( DIKSI )

A. Pendahuluan

Pilihan kata atau diksi pada dasarnya adalah hasil dari upaya

memilih kata tertentu untuk dipakai dalam suatu kalimat atau wacana. Pemilihan

kata dilakukan untuk dipakai dalam suatu kalimat atau wacana. Pemilihan kata

dilakukan apabila tersedia sejumlah kata yang artinya hampir sama atau

bermiripan.

Pemilihan kata bukan sekedar memilih kata yang tepat, melainkan

juga yang cocok. Sebagai contoh, kata mati bersinonim dengan

mampus,meninggal,wafat,mangkat, tewas, gugur, berpulang, kembali ke haribaan

Tuhan,dan lain sebagainya. Akan tetapi, kata-kata tersebut tidak bebas digunakan.

Mengapa? Ada nilai rasa dan nuansa makna yang membedakannya. Kita tidak

akan mengatakan kucing kesayanganku wafat tadi malam. Sebaliknya, kurang

tepat pula jika kita mengatakan menteri Fulan mati tadi malam.

B. Syarat Ketetapan Pemilihan Kata.

Agar dapat menjadi pemilih kata yang akurat, seseorang harus

menguasai sejumlah persyaratan lagi. Syarat tersebut menurut Keraf ( 1998 :

88 ) ada enam Berikut ini adalah rincian keenam syarat itu beserta contohnya

dan anjuran untuk melatih ketajaman pemahamannya.

1. dapat membedakan antara donotasi dan konotasi

2. dapat membedakan kata-kata yang hampir bersinonim

3. dapat membedakan kata-kata yang hampir mirip dalam ejaannya

4. dapat memahami dengan tepat makna kata-kata abstrak

5. dapat memakai kata yang berpasangan secara tepat

11

Page 12: LAPORAN BUKU bahasa

C. Gaya Bahasa, Idiom, dan Ungkapan Idiomatik

1. Gaya bahasa

Gaya bahasa atau langgam bahasa dan sering juga disebut majas

adalah cara seseorang mengungkapkan maksudnya.

Sebelum menampilkkan gaya tertentu, ada enam faktor yang mempengaruhi

tampilan bahasa seorang komunikator dalam berkomunikasi dengan mitranya,

yaitu

a. cara dan media komunikasi

b. bidang ilmu

c. situasi

d. ruang atau konteks

e. khalayak

f. tujuan

2. Idiom

Idiom adalah ungkapan bahasa yang artinya tidak secara langsung

dapat dijabarkan dari unsur-unsurnya ( Moeliono, 1984 : 177 ). Menurut

Badudu ( 1989 : 47 ), “...idiom adalah bahasa yang teradatkan...”oleh karena

itu setiap kata yang membentuk idiom berarti di dalamnya sudah ada kesatuan

bentuk dan makna.

Sebagian besar idiom yang berupa kelompok kata, misalnya gulung tikar, adu

domba, muka tembok.

3. Ungkapan Idiomatik

Di bawah tingkatan idiom ada pasangan kata byang selalu muncul

bersama sebagai frasa. Kelompok kata bertemu dengan, dibacakan oleh,

misalnya bukan idiom, tetapi berprilaku idiom. Pasangan kelompok kata

semacam ini pantas disebut ungkapan idiomatik.

Jadi dalam pemakaian kata adakalanya kita perlu memperhatikan frasa

tertentu, dalam hal ini kata yang berpasangan tetap karena kedua kata itu

12

Page 13: LAPORAN BUKU bahasa

secara bersama dapat menciptakan ungkapan idiomatik. Beberapa contoh

ungkapan idiomatik di bawah ini.

Berasal / berawal dari

Bertemu / berjumpa dengan

Berkenaan dengan

Disebabkan oleh

Sampai ke

Sehubungan dengan

Seirama / sejalan dengan

Sesuai dengan

Berkaitan / bertalian dengan

Dibacakan oleh

Terdiri atas / dari

Bergantung pada

Contoh pemakaian ungkapan idiomatik yang salah dalam kalimat berikut.

Perbaikannya adalah dengan memakai ungkapan idiomatik yang ditempatkan

dalam tanda kurung.

(11) Kemelut ini disebabkan karena kelalaian kita (disebabkan oleh)

(12) Sembako itu diperuntukan untuk rakyat kecil. (diperuntukan bagi)

(13) Sesuai keputusan rapat.......(sesuai dengan)

(14) Dari Jakarta sampai Bogor 60 km. (sampai ke)

4. Kesalahan Pemakaian Gabungan Kata dan Kata

a. Kesalahan Pemakaian Gabungan Kata yang mana, di mana, daripada

Gabungan kata yang dimaksud adalah yang mana, di mana, dan

daripada.ketiga bentuk itu sengaja diangkat di sini karena pemakaiannya

di tengah masyarakat masih banyak yang salah.perhatikan contoh

pemakaian di mana, yang mana, dan daripada yang salah dalam kalimat di

bawah ini.

(18) * Marilah kita dengarkan sambutan yang mana akan disampaikan

oleh Pak Lurah

13

Page 14: LAPORAN BUKU bahasa

(19) * Dalam rapat yang mana dihadiri oleh para Ketua RT dan Ketua

RW telah dibacakan...

(20) * Demikian tadi sambutan Pak Lurah di mana beliau telah

menghimbau kita untuk lebih tekun bekerja.

Kesalahan pertama, dalam sebagian besar kalimat itu terdapat kata yang

berlebih atau mubazir yang mengakibatkan terjadinya polusi bahasa.kata

mana dalam kalimat (18) dan (19) tidak diperlukan.

b. Pemakaian kata dengan dalam kalimat terutama ragam lisan, sering tidak

tepat.

Selain untuk mengungkapkan arti ‘ bersama ‘, kata dengan dapat

difungsinya untuk menyatakan hal berikut ini.

a) adanya alat yang digunakan untuk melakukan sesuatu

b) adanya beberapa pelaku yang mengambil bagian pada peristiwa

yang sama

c) adanya sesuatu yang menyertai sesuatu yang lain

c. Kesalahan Pemakaian Kata Berbahagia

Dalam pertemuan formal di tengah masyarakat, kita sering mendengar

kata berbahagia dipakai secara keliru oleh pembawa acara dan juga oleh

pembicara lain, termasuk para pejabat yang menyampaikan kata sambutan.

Umumnya kata berbahagia itu dimunculkan pada bagian awal auatu acara

ketika pembicara menyapa hadirin, seperti contoh yang keliru berikut ini.

(48) * Selamat malam dan selamat datang di tempat yang berbahagia ini.

(49) *Pada kesempatan yang berbahagia ini, kami mengajak hadirin

untuk........

Mengapa pemakaian kata berbahagia dalam kalimat (48) dan (49)

dikatakan keliru, karena kata berbahagia bukan kata sifat. Jadi kata

berbahagia pada kalimat (48) diisi oleh kata sifat, misalnya aman, bersih,

atau indah, tentu saja kalimatnya benar.

14

Page 15: LAPORAN BUKU bahasa

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat kami simpulkan bahwa bahasa

merupakan alat kmunikasi yang sangat penting. Tanpa bahasa kita tidak sanggup

berkomunikasi dengan siapapun. Kita sebagai bangsa indonesia harus bisa

menguasai bahasa dan ragamnya secara keseluruhan.

B. Saran

Penulis sangat menyadari betul akan kekurangan dalam penulian

laporan buku ini. Maka dari itu, penulis sangat mengharapkan sekali saran dan

kritiknya yang bersifat membangun guna perbaikan dalam penulisan laporan buku

ini atau karya ilmiah selanjutnya.

15