Upload
agus-umar-faruq
View
50
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
maaf belum begitu tau ini apa
Citation preview
LAPORAN
ADELAIDE, AUSTRALIA 15-20 DESEMBER 2013
Oleh:
DIREKTORAT PENDIDIKAN MADRASAHDIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM
KEMENTERIAN AGAMA RI
Nama : Drs. Moch. Syaechu NasirudinAlamat Email : [email protected] : MI Nahdlatul Mujtama’Alamat Kantor : Tembeling, Kec. Kasiman Kab. Bojonegoro
Jawa Timur
CAPACITY BUILDING TRAINING
TAHUN 2013
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah berkat Rahmat dan hidayah Allah s.w.t saya diperkenankan
mengikuti study banding yang dilaksanakan oleh UPPAM (Unit Pelaksana Program
Akreditasi Madrasah) Direktorat Jendral Kementerian Agama RI Di Adelaide, South
Australia pada tanggal 15 s.d 20 Desember 2013.
Bagi saya khususnya, keikut sertaan dalam program ini merupakan pengalaman sangat
berharga dan seharusnya dapat disampaikan kepada pemangku jabatan lain yang
berkepentingan pada dunia pendidikan; mengingat banyaknya pelajaran untuk
disampaikan kepada peserta didik dalam praktek kehidupan sehari-hari dan diharapkan
mamapu memunculkan kepribadian yang disiplin, jujur, tanggung jawab serta kepribadian
lain senada sebagaimana tersurat dalam program pendidikan yang berkarakter.
Akhirnya, saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
suksesnya pelaksanaan program ini; mudah-mudahan akan memeberikan motivasi
tersendiri untuk peningkatan mutu pendidikan dimasa mendatang; tidak lupa saran
maupun kritik membangun sangat saya harapkan terutama dalam penulisan laporan ini
yang merupakan bagian tanggung jawab saya sebagai peserta.
Terima kasih
Adelaide, 20 Desember 2013
Drs. Moch. Syaechu Nasirudin
DAFTAR ISI
KATA PENGATAR
DAFTAR ISI
i. PENDAHULUAN
ii. TUJUAN TRAINING
iii. MUATAN TRAINING
a. Secara Umum
b. Kerangka Program
c. Penjelasan Proses Training
Iv. TINDAK LANJUT ATAU RENCANA KE DEPAN
a. Rencana Jangka Pendek
b. Rencana Jangka Panjang
v. KESIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan
b. Saran
i. PENDAHULUAN
Dalam rangka meningkatkan kemampuan individual guru, kepala madrasah dan
para pengambil kebijakan di lingkungan Kementerian Agama, diperlukan pelatihan
Capacity Building Training atau pelatihan peningkatan kapasitas pegawai dalam bentuk
study banding, atau study lain yang mampu membangkitkan semangat baru kepada
pemangku jabatan di lembaga pendidikan, dan diharapkan dapat memperkuat pelayanan
pendidikan madrasah yang bermutu terutama dalam ketepatan dalam pengambilan
kebijakan sesuai dengan kebutuhan yang ada.
Unit Pelaksana Program Akreditasi Madrasah (UPPAM) sebagai salah satu
lembaga yang bertanggung jawab sesperti statemen diatas, merasa terpanggil dan
mengadakan kerja sama dengan Austraining (sebuah lembaga milik negara bagian
Australia Selatan) untuk mengadakan training kepada para guru, kepala madrasah, dan
pengambil kebijakan di lingkungan Direktorat Pendidikan Madrasah yang berasal dari
beberapa propinsi.
Dalam pelaksanaanya, pelatihan ini dilakukan tidak hanya pada satu tempat melainkan
pada beberapa lokasi yang berkenaan dengan pendidikan di Australia Selatan yang
dipandang tepat untuk dipelajari oleh para peserta training. Oleh karena itu, pelatihan
peningkatan kapasitas ini lebih pada standard benchmarking antara pendidikan di
Australia dengan pendidikan di Indonesia.
ii. TUJUAN TRAINING
1. Memperkaya pengetahuan dan pengalaman para guru, kepala madrasah, dan
pengambil kebijakan di lingkungan Direktorat Pendidikan Madrasah.
2. Menerapkan materi yang sudah disampaikan peserta didik dalam bentuk inovasi
baru bidang pendidikan dengan cara mempelajari kemajuan yang telah dicapai oleh
pendidikan di Australia.
3. Meningkatakan motivasi semua stakeholders pendidikan khususnya yang menjadi
peserta pelatihan agar melakukan perubahan ke arah perbaikan mutu layanan
pendidikan di Indonesia
4. Meningkatkan kemampuan dalam merencanakan kegiatan tindak lanjut untuk
pengembangan profesi para peserta dimasa yang akan datang.
iii. MUATAN TRAINING
a. Secara Umum
Muatan pelatihan peningkatan kapasitas ini setidaknya mencakup dua hal, yaitu:
1) Penyerapan pengetahuan melalui presentasi dan diskusi dengan para pengelola
pendidikan di Australia Selatan,
2) Melakukan kunjungan ke sejumlah institusi pemerintahan dan Lembaga
Pendidikan di Australia Selatan.
b. Kerangka Program
Agar lebih mudah dipahami, kerangka program pelatihan dijelaskan secara
kronologis sesuai dengan urutan kegiatan yang telah dilaksanakan sebagai berikut:
- Berangkat dari Jakarta dengan pesawat Qantas;
- Bertemu Austraining International Pty Ltd
- Berkunjung ke Konsulat Republik Indonesia
- Berkunjung dan berdiskusi dengan pejabat Departement for Education and Child
Development of SA
- Berkunjung dan berdiskusi dengan pengelola Islamic College of South Australia
- Berkunjung dan berdiskusi dengan Pejabat di Flinders University
- Berkunjung ke Adelaide High School
- Berkunjung dan berdiskusi dengan pengelola Islamic Information Center of South
Australia
- Mengunjungi TAFESA
- Mengunjungi Adelaide Culture Excursion
- Kembali ke Jakarta dengan pesawat Qantas
c. Penjelasan Proses Training
1) Bertemu Austraining International Pty Ltd
Peserta Capacity Building Training tiba Adelaide pada hari senin, 16
Desember 2013 jam 09.40 waktu setempat, namun baru jam 10.55 rombongan
baru bertemu dengan Mr. Peter Calvaresi, beliau adalah Director Development
Programs Austraining International sekaligus yang memandu rombongan selama
di Australia dan langsung mengajak ke Apartemen Mantra (tempat tinggal selama
di Adelaide) untuk ceck in. namun oleh karena pihak Mantra belum mengizinkan
(dengan alasan ceck in diperbolehkan setela jam 15.00), maka Mr. Peter langsung
mengajak ke Austraining International Pty Ltd.
Sekitar Pukul 12.00 Rombongan tiba di Austraining International Pty Ltd dan di
sambut oleh Mr. Breavt dan Mr. David, selaku Pemegang saham; beliau
menjelaskan bahwa Austraining merupakan sebuah perusahaan atau organisasi
yang dan mandiri dan dimiliki oleh pemerintah negara bagian Australia Selatan
(South Australia), yang dalam pelaksanaan programnya tetap dibawah naungan
pemerintah.
Austraining Internasioanal sudah masuk di 27 Negara termasuk Indonesia
dengan mendirikan PT Austraining Nusantara pada tahun 1993 yang pada saat ini
masih ada 120 personal sebagai voolentir yang tersebar di beberapa propinsi
Indonesia. Karena memang Austraining bergerak untuk menyiapkan Voolentir
diberbagai bidang (lebih diutamakan pada lembaga Pendidikan) dengan
memberdayakan orang-orang australia yang berusia antara 17 s.d 72 tahun sesuai
bidangnya masing-masing untuk membantu negara-negara berkembang.
Motivasi program Austrainig itu sendiri adalah untuk membangun kemitraan atau
kerjasama denga beberapa Negara, juga memberikan kesempatan kepada
pemuda (Australia) ke Luar Negeri untuk mengembangkan pendidikannya. Pada
kesempatan ini Austraining memperkenalkan staf-stafnya antara lain : Ms. Juni,
Ms Mora, Mrs Kristin, Mr. John, dan Mrs Amanda yang juga pernah tinggal di
Indonesia dan akan membantu Mr. Peter mendampingi rombongan.
2) Berkunjung ke Konsulat Republik Indonesia
Pukul 14.45 waktu setempat, rombongan berkunjung ke gedung Konsulat
Republik Indonesia, namun karena berbagai hal rombongan tidak bisa ketemu
dengan yang bersangkutan, dan dengan berjalan kaki rombongan menuju
Apartemen untuk ceck in.
3) Berkunjung dan berdiskusi dengan pejabat Departement for Education and Child
Development of SA
Hari kedua Tanggal 17 Desember 2013 pukul 09.00 - 10.30, Rombongan
berkunjung da berdiskusi di Government of South Australia, atau tepatnya di
Departemen for Education and Child Development (semacam Departemen
Pendidikan). Alhamdulillah kami diterima dengan baik oleh Mrs. Merilyn Director
Internasional Education (karena Australia merupakan Negara federal dan South
Australia menjadi Negara bagian, maka lembaga ini dipimpin oleh Direktur/bukan
menteri Pendidikan) dan Mis. Rebecca Fuss, Manager Internasional Exchanges and
Accreditation. Dalam sambutannya Mis Merilyn mengatakan bahwa pendididikan
di Australia memeiliki Jenjang Primary schools yang terdiri dari umur 1-5 tahun
yaitu masa persiapan sekolah (di Indonesia PAUD) dan usia 5-12 tahun (sekolah
tingkat dasar setingkat MI), dan Secondary Schools yaitu peserta didik usia 13-17
tahun (setingkat MTs dan MA yang ditempuh selama 5 tahun) dan dilanjutkan
dengan Higth Schools (Perguruan Tinggi); Beliau juga menyampaikan bahwa
pendidikan di South Australia lebih menitik beratkan pada peggalian kemampuan
minat bakat peserta didik untuk sepenuhnya diarahkan kepada kemampuan yang
benar-benar profesionalisme
Sementara itu Mis. Rebecca Fuss menyatakan bahwa Kegiatan Belajar
Mengajar dilaksanakan dari pukul 08.30-15.30 tiap hari senin sampai jumat,
sedang Sabtu dan Ahad libur. Tahun Ajaran dimulai bulan Januari – Desember
(sama dengan 46 minggu) terbagi dalam 40 minggu merupakan minggu efektif dan
6 minggu libur karena musim panas. 40 minggu dimaksud dibagi tiap 10 minggu (di
Indonesia sama dengan tri wulan) dengan ketentuan 8 minggu masuk dan 2
minggu libur; meskipun demikian, peserta didik diharuskan menuntaskan materi
yang diterima.
Rebecca mengatakan bahwa tahun depan kurikulum di Adelaide akan berubah
mengikuti aturan pemerintah pusat yang juga berubah. Beliau menambahkan saat
ini Lembaga Pendidikan yang ada terdiri dari :
67 High Schools
11 Primary and Secondary Schools (R-12)
49 Regional schools
418 pre-schools
30 play centres
Sedang data usia wajib sekolah yang sekarang tercatat di lembaga Pendidikan
Adelaide terdiri dari 18.339 Usia persiapan masuk sekolah (1-5 tahun); 103.529
merupakan peserta didik di Primary schools (usia 5-12 tahun setingkat MI) dan
65.795 berada di Secondary Schools (usia 13-17 tahun setingkat MTs dan MA);
Sedang 388 Primary Schools;
4) Berkunjung dan berdiskusi dengan pengelola Islamic College of South Australia
Pada pukul 11.00 – 12. 00 kami berada di Islamic College, yang merupakan
satu-satunya sekolah islam yang formal di Adelaide. Sekolah tersebut didirikan
oleh Mr. Farauk A. Khan dan dibantu oleh Syeh Hasan (Dari Madinah sebagai
pemegang Saham); Farauk menceritakan, ketika Lembaga ini didirikan hanya ada 7
peserta didik dan mencari donator di beberapa Negara Islam (termasuk Indonesia)
yang pada watu itu sama sekali tidak satupun negara yang berkenan untuk
membantu; saat ini jumlah staff berjumlah 60 orang dengan jumlah peserta didik
berjumlah sekitar 800 (berasal dari beberapa Negara) dan sudah memperoleh
pengakuan dari pemerintah dengan diberikanya bantuan pendidikan secara
penuh.
Lembaga ini berada dibawah naungan AFIC (Australian Federal Islamic
Cauncil – semacam Yayasan Pendidikan) merupakan satu-satunya lembaga Islam
di Adelaide yang terbuka bukan saja untuk kalangan umat Islam, namun dalam
pelaksanaan pembelajaran keseharianya menggunakan norma-norma islami, hal
ini di buktikan dengan keberadaan Mrs. Kym sebagai Kepala Sekolah yang ‘nota
bene’ non muslim tapi dalam keseharian di lembaga selalu menggunakan
kerudung.
Kesulitan muncul ketika beberapa peserta didik yang berasal dari beberapa Negara
dan menggunakan bahasa mereka masing-masing, sedang dalam pembelajaran
menggunakan bahasa Inggris sehingga membutuhkan waktu tersendiri (semacam
private) yang memungkinkan peserta didik mampu mengikuti pembelajaran.
Diakhir presentasi, Farouk optimis dengan rencananya yang akan membangun
Islamic College di 6 negara bagian Australia, Adelaide, Sydny, Melbourne,
Brisband, Allice Springs, dan Perth.
5) Berkunjung dan berdiskusi dengan Pejabat di Flinders University
Pada pukul 13.15 rombongan kami menuju Flinders University, perguruan
tinggi yang didirikan pada tahun 1966 dan sekarang ini mahasiswanya berjumlah
20.000 terdiri dari 86 % dari orang Australia, dan 14 % dari luar negeri seperti :
China, Saudi Arabia, Singapore, India, Korea, Malaysia , Vietnam ,Hongkong, USA,
dan termasuk dari Indonesia sebanyak 215 siswa.
Melihat lokasinya yang strategis dan lahanya yang sangat luas, memungkinkan
Perguruan Tinggi ini mempunyai sarana dan prasarana yang sangat memadai, dari
mulai Asrama, Perpustakaan, tempat praktikum (IPA/IPS) sampai dengan
laboratorium; bahkan ditempat agak terpisah terdapat gedung yang menampung
peserta didik setingkat MA dan dipersipkan untuk masuk Perguruan Tinggi; yang
menarik disini terdapat University Pendopo yang bentuknya benar-benar rumah
seperti Pendopo dan didalamnya terdapat gamelan lengkap; melihat karya yang
ditempelkan dengan menggunakan bahasa Indonesia, maka dapat dipastikan
bahwa ditempat ini menjadi ajang pembelajaran budaya Indonesia termasuk
bahasa Indonesia.
6) Berkunjung ke Adelaide High School
Hari ketiga Rabo, 18 Desember 2013 sekitar jam 08.30, rombongan menuju
Adelaide High School untuk melihat pembelajaran di sekolah tertua yang berdiri
tahun 1911. Rombongan diterima oleh Mr. Fhilif (Wakil Kepala Sekolah) yang
menjelaskan bahwa semua pembelajaran di sekolah ini menggunakan media
pembelejaran System IT, dan melihat usianya yang tua maka siswa yang berada di
Lembaga ini cukup plural dan menawarkan pilihan kemampuan 7 bahasa asing
(Perancis, Jerman, Jepang, China, Yunani, Italia, dan Sepanyol).
Saat ini lembaga Pendidikan sudah berstandar Internasional, dengan dilengkapi
fasilitas memadai dan mengarah pada kemampuan life skill, fasilitas tersebut
berupa ruang perakitan laptop, gedung theater, peralatan band, pertukangan,
taman yang rapi dan sesekali dimanfaatkan utuk belajar diluar kelas, lapangan
olah raga yang luas, dan fasilitas lain yang mendukung pembelajaran seperti
Perpustakaan lengkap serta ruang belajar yang serba memanfaatkan peralatan
tehnologi komunikasi.
7) Berkunjung dan berdiskusi dengan ke Islamic Information Center of South
Australia
Lembaga merupakan lembaga pendidikan islam swasta yang berdiri sejak
tahun 2009 sebagai bentuk kepedulian umat islam setempat terhadap pendidikan
Islam, sebagaimana dijelaskan Mr Khaleb, pendidikan disini lebih menitikberatkan
pada kemampuan Baca Tulis Quran, Tajwid, Pemahaman terhadap Fiqih, Tauhid
dan Bahasa arab.
Peserta didik di lembaga Pendidikan non Formal mencapai 250 siswa, full time 2
jam per rombel dan masing-masing rombel diikuti 10 peserta didik dengan
didampingi 1 orang pendamping/Tenaga pengajar berasal dari Australia, malaysia,
Indonesia, dan Timur tengah, yang masing-masing pendamping tersebut benar-
banar menjadi relawan (tidak ada honor sama sekali), meskipun peserta didik yang
mendaftarkan diri disana akan dipungut biaya yang biaya tersebut sepenuhnya
digunakan untuk membayar Kontrakan lembaga, biaya operasional dan biaya
pengadaan/penjilidan materi
8) Mengunjungi TAFE-SA
TAFE-SA adalah lembaga pendidikan Vokasional dan training privider
bertarap Internasional. Menurut Mr Khumar (tenaga pengajar) lembaga ini
bergerak dibidang politeknik setingkat SMA menuju persiapan masuk Perguruan
Tinggi. Jumlah siswa lebih dari 80.000 siswa yang berasal dari negara-negara
bagian di Australia. Jurusan yang ditawarkan di lembaga ini terdiri dari : biologi
dan pertanian, seni dan model, arsitek dan dekorasi, bisnis dan marketing,
kesehatan masyarakat, pendidikan dan bahasa, elekto dan perlistrikan, teknik dan
tranfortasi, gizi dan makanan, hukum dan pemerintahan.
Awal tahun pelajaran 2014, Lembaga ini berencana menempati bangunan baru
yang luas lahanya mencapai 50 Ha dan bangunannya saat ini masih dalam tahap
penyelesaian, adanya bangunan tersebut diharapkan akan mampu memunculkan
profesionalisme yang mampu menjawab kebutuhan dunia
9) Mengunjungi Adelaide Culture Excursion
Selama si South Australia rombongan belum pernah sekalipun mendengar
suara Adzan, sholawat atau puji-pujian islami, tapi Alhamdulillah pada kesempatan
ini rombongan mendapat kesempatan berkunjung ke Masjid tertua di Adelaide
yang berdiri pata tahun 1.888 oleh pendatang dari Pakistan. Selain itu Tempat-
tempat yang dikunjungi rombongan antara lain : China Town, central market,
victoria square ,mountain smith, kebun binatang Cleland, dan pantai glend.
iv. TINDAK LANJUT DAN RENCANA KE DEPAN
a. Rencana Jangka Pendek
Jargon-jargon Islami seperti “kebersihan sebagian dari Iman”; sering kita
sampaikan peserta didik kita, tapi dalam pelaksanaanya masih belum maksimal atau
bahkan sama sekali belum terlaksana, justru di Adelaide jargon itu dilaksanakan;
berangkat dari pelaksanaan study banding ini, kami berencana dalam waktu dekat
akan benar-benar mengimplementasikan “ketertinggalan” ajaran islami yang sudah
dilaksanakan oleh penganut faham keagamaan lain; sebab dari sini akan
memunculkan kepribadian yang bertanggungjawab, displin, rasa memiliki, dan
tenggang rasa yang nantinya akan terbawa ketika terjun ditengah masyarakat.
Untuk pelaksanaan rencana tersebut diperlukan perangkat kebijakan yang
harus harus didukung oleh semua elemen warga Marasah, dari mulai pengurus,
pendidik, sampai kepada wali murid yang seharusnya turut serta aktif dalam
pelaksanaan rencana program
b. Rencana Jangka Panjang
Ke depan perlu adanya program pembelajaran yang dituangkan dalam
rencana jangka panjang dengan dukungan yang tidak hanya menyertakan seluruh
elemen warga Madrasah, tapi juga pemenuhan sarana dan prasarana yang memadai.
Hal ini penting, mengingat peserta didik tidak hanya dituntut untuk menuntaskan
materi saya, namun juga harus belajar menyelesaikan permasalahan pribadinya yang
diharapkan akhirnya mampu berkiprah/menjawab tantangan masyarakat.
Dilain pihak, guru juga harus benar-benar dipersiapkan untuk tidak hanya
mampu mentransformasi keilmuan melalui metode-metode yang menarik peserta
didik, tapi juga mampu menggali dan mengarahkan minat bakat sebagai persiapan
masa depan mereka.
Guru harus belajar dan selalu belajar agar tidak ada ketertinggalan dengan
perkembangan zaman, oleh karena itu pemenuhan sarana prasarana dan kesiapan
guru selalu menjadi prioritas dalam tiap penyusunan rencana jangka panjang agar
mampu menjawab tantangan zaman
iv. KESIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan
Meskipun hanya beberapa hari mengikuti study banding, tapi sangat
berarti untuk membangun Madrasah lebih bermutu yang bukan saja dibatasi oleh
ketuntasan belajar, tapi lebih dari itu adalah untuk mengembalikan kepribadian-
kepribadian islami yang selama ini sudah terkikis dan sudah diterapkan oleh lembaga
lain yang justru mempunyai atribut non Islam.
Ketertinggalan Informasi dan Tehnologi merupakan permasalahan tersendiri yang
dihadapi oleh lembaga pendidikan di Indonesia, begitu juga dengan kepedulian
masyarakat kita akan pendidikan dan akibat kondisi ekonomi masyarakat serta latar
belakang sejarah masyarakat Indonesia yang terlalu lama dijajah dan secara
keseluruhan menjadi masalah sistemik. Nemun demikian, semuanya menjadi
tantangan perbaikan pendidikan ke masa depan.
b. Saran
Pelaksanaan study banding akan lebih bermakna ketika ada tindak lanjut
dengan peningkatan kapasitas peserta melalui diusakannya study lanjutan yang
berupa pemberian bea siswa. Hal ini menjadi rangsangan tersendiri bagi peserta
untuk lebih aktif mensosialisakan ke lembaga lain atau paling untuk mengadakan
perubahan di lembaganya masing-masing kearah yang lebih baik.