Upload
fanny-amelia-part-ii
View
319
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
penyuluhan merupakan pembelajaran bagi msyarakat dan bagimana untuk memberdayakan masyarakat untuk mau dan mampu berubah agar dapat meningkatkan kesejahteraan petani.
Citation preview
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Penyuluhan merupakan proses pendidikan diluar sekolah yang
diselenggarakan secara sistematis ditujukan pada orang dewasa (masyarakat) agar
mau, mampu dan berswadaya dalam memperbaiki atau meningkatkan
kesejahteraan keluarganya dan masyarakat luas. Dengan kata lain, penyuluhan
merupakan usaha untuk mengubah pengetahuan, sikap, kebiasaan dan
keterampilan dengan membantu, mempengaruhi dan memotivasi masyarakat
sehingga dapat meningkatkan taraf hidupnya. Pada hakekatnya penyuluhan adalah
suatu kegiatan komunikasi. Proses yang dialami mereka yang disuluh sejak
mengetahui, memahami, mentaati, dan kemudian menerapkannya dalam
kehidupan yang nyata, adalah suatu proses komunikasi.
Komunikasi penyuluhan banyak digunakan oleh lembaga atau instansi
baik pemerintah maupun nonpemerintah, untuk menyampaikan dan mempersuasi
masyarakat menuju ke arah modernisasi dalam segala bidang atau sektor, yang
berdampak langsung pada peningkatan ekonomi mereka secara khusus dan
menekan laju pembangunan secara umumnya. Salah satu bidang yang sering dan
erat kaitannya dengan komunikasi penyuluhan adalah bidang pertanian.
Perkembangan pembangunan pertanian saat ini sudah mulai tampak
dengan mulai berkembangnya pola atau teknik bertani yang dikembangkan oleh
para petani, sehingga perlu dilihat seberapa efektif penyuluhan pertanian yang
dilakukan terhadap kelompok tani, apakah sudah tercapai tujuan penyuluhan,
apakah program yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan masayarakat dan dapat
memberikan solusi atas permasalahn yang dihadapi oleh petani.
I.2 Tujuan Penulisan
Adapaun tujuan penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui dan
memperoleh informasi seberapa efektif penyuluhan yang dilakukan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku
usaha agar mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dalam mengakses
informasi informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumber daya lainnya
sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan
kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi
lingkungan hidup (Undang-undang No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem
Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan ( SP3K)
1) Penyuluhan Sebagai Proses Perubahan Perilaku
Penyuluhan adalah proses perubahan perilaku di kalangan masyarakat agar
mereka tahu, mau dan mampu melakukan perubahan demi tercapainya
peningkatan produksi, pendapatan/keuntungan dan perbaikan kesejahteraanya.
Dalam perkembangannya, pengertian tentang penyuluhan tidak sekadar diartikan
sebagai kegiatan penerangan, yang bersifat searah (one way) dan pasif. Tetapi,
penyuluhan adalah proses aktif yang memerlukan interaksi antara penyuluh dan
yang disuluh agar terbangun proses perubahan “perilaku” (behaviour) yang
merupakan perwujudan dari: pengetahuan, sikap, dan ketrampilan seseorang yang
dapat diamati oleh orang/pihak lain, baik secara langsung (berupa: ucapan,
tindakan, bahasa-tubuh, dll) maupun tidak langsung (melalui kinerja dan atau
hasil kerjanya).
Dengan kata lain, kegiatan penyuluhan tidak berhenti pada “penyebar-
luasan informasi/inovasi”, dan “memberikan penerangan”, tetapi merupakan
proses yang dilakukan secara terus-menerus, sekuat-tenaga dan pikiran, memakan
waktu dan melelahkan, sampai terjadinya perubahan perilaku yang ditunjukkan
oleh penerima manfaat penyuluhan (beneficiaries) yang menjadi “klien”
penyuluhan”.
2) Penyuluhan Sebagai Proses Belajar/Proses Belajar
Penyuluhan sebagai proses pendidikan atau proses belajar diartikan
bahwa, kegiatan penyebar-luasan informasi dan penjelasan yang diberikan dapat
merangsang terjadinya proses perubahan perilaku yang dilakukan melalui proses
pendidikan atau kegiatan belajar. Artinya, perubahan perilaku yang
terjadi/dilakukan oleh sasaran tersebut berlangsung melalui proses belajar. Hal ini
penting untuk dipahami, karena perubahan perilaku dapat dilakukan melalui
beragam cara, seperti: pembujukan, pemberian insentif/hadiah, atau bahkan
melalui kegiatan-kegiatan pemaksaan (baik melalui penciptaan kondisi ling-
kungan fisik maupun social-ekonomi, maupun pemaksaan melalui aturan dan
ancaman-ancaman).
Berbeda dengan perubahan perilaku yang dilakukan bukan melalui
pendidikan, perubahan perilaku melalui proses belajar biasanya berlangsung lebih
lambat, tetapi perubah-annya relatif lebih kekal. Perubahan seperti itu, baru akan
meluntur kembali, manakala ada pengganti atau sesuatu yang dapat
menggantikannya, yang memiliki keunggulan-keung-gulan “baru” yang
diyakininya memiliki manfaat lebih, baik secara ekonomi maupun non-ekonomi.
Lain halnya dengan perubahan perilaku yang terjadi karena bujukan/hadiah atau
pemaksaan, perubahan tersebut biasanya dapat terjadi dalam waktu yang relatif
singkat, tetapi lebih cepat pula meluntur, yaitu jika bujukan/hadiah/pemaksaan
tersebut dihentikan, berhenti atau tidak mampu lagi melanggengkan kegiatannya
3) Penyuluhan Sebagai Proses Perubahan Sosial
SDC (1995) menyatakan bahwa, penyuluhan tidak sekadar merupa-kan
proses perubahan perilaku pada diri seseorang, tetapi merupakan proses
perubahan sosial, yang mencakup banyak aspek, termasuk politik dan ekonomi
yang dalam jangka panjang secara bertahap mampu diandalkan menciptakan
pilihan-pilihan baru untuk memper-baiki kehidupan masyarakatnya.
Perubahan sosial di sini adalah, tidak saja perubahan (perilaku) yang
berlangsung pada diri seseorang, tetapi juga perubahan-perubahan hubungan antar
individu dalam masyara-kat, termasuk struktur, nilai-nilai, dan pranata sosialnya,
seperti: demokratisasi, transparansi, supremasi hukum, dll.
4) Penyuluhan Sebagai Proses Rekayasa Sosial (Social Engineering)
Sejalan dengan pemahaman tentang penyuluhan sebagai proses perubahan
sosial yang dikemukakan di atas, penyuluhan juga sering disebut sebagai proses
rekayasa sosial (social engineering) atau segala upaya yang dilakukan untuk
menyiapkan sumberdaya manusia agar mereka tahu, mau dan mampu
melaksanakan peran sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dalam sistem
sosialnya masing-masing.
Karena kegiatan rekayasa-sosial dilakukan oleh ”pihak luar”, maka
relayasa sosial bertujuan untuk terwujudnya proses perubahan sosial demi
terciptanya kondisi sosial yang diinginkan oleh pihak-luar (perekayasa).
Pemahaman seperti itu tidak salah, tetapi tidak dapat sepenuhnya dapat diterima.
Sebab, rekayasa-sosial yang pada dasar-nya dimak-sudkan untuk memperbaiki
kehidupan dan kesejahteraan kelompok-sasarannya, seringkali dapat berakibat
negatip, manakala hanya mengacu kepada kepentingan perekayasa, sementara
masyara-kat dijadikan korban pemenuhan kehendak perekayasa.
5) Penyuluhan Sebagai Proses Pemasaran Sosial (Social Marketing)
Yang dimaksud dengan “pemasaran sosial” adalah penerapan konsep dan
atau teori-teori pemasaran dalam proses perubahan sosial. Berbeda dengan
rekayasa-sosial yang lebih berkonotasi untuk “membentuk” (to do to) atau
menjadikan masyarakat menjadi sesuatu yang “baru” sesuai yang dikehendaki
oleh perekayasa, proses pemasaran sosial dimaksudkan untuk “menawarkan” (to
do for) sesuatu kepada masyarakat. Jika dalam rekayasa-sosial proses
pengambilan keputusan sepenuhnya berada di tangan perekayasa, pengambilan
keputusandalam pemasaran-sosial sepenuhnya berada di tangan masyarakat itu
sendiri.
6) Penyuluhan Sebagai Proses Pemberdayaan Masyarakat (Community
Empowerment)
Margono Slamet (2000) menegaskan bahwa inti dari kegiatan penyu-luhan
adalah untuk memberdayakan masyarakat. Memberdayakan berarti memberi daya
kepada yang tidak berdaya dan atau mengem-bangkan daya yang sudah dimiliki
menjadi sesuatu yang lebih ber-manfaat bagi masyarakat yang bersangkutan.
Dalam konsep pember-dayaan tersebut, terkandung pema-haman bahwa
pemberdayaan tersebut diarahkan terwujudnya masyarakat madani (yang beradab)
dan mandiri dalam pengertian dapat mengambil keputusan (yang terbaik) bagi
kesejahteraannya sendiri.
Metode Penyuluhan
Penggunaan panca indera tidak terlepas dari suatu proses belajar
mengajarseseorang karena panca indera tersebut selalu terlibat di dalamnya. Hal
in dinyatakan oleh Socony Vacum Oil Co. Yang di dalam penelitiannya
memperoleh hasil sebagai berikut: 1% melalui indera pengecap, 1,5% melalui
indera peraba,3% melalui indera pencium, 11% melalui indera pendengar dan
83% melalui indera penglihat.
Dalam mempelajari sesuatu, seseorang akan mengalami suatu prose suntuk
mengambil suatu keputusan yang berlangsung secara bertahap melalui
serangkaian pengalaman mental fisikologis sebagai berikut:
1. Tahap sadar yaitu sasaran mulai sadar tentang adanya inovasi
yangditawarkan oleh penyuluh
2. Tahap minta yaitu tumbuhnya minat yang seringkali ditandai oleh keinginan
untuk bertanya atau untuk mengetahui lebih banyak tentang segala sesuatu
yang berkaitan dengan inovasi yang ditawarkan oleh penyuluh.
3. Tahap menilai yaitu penilaian terhadap baik/buruk atau manfaat inovasi
yang telah diketahui informasinya secara lebih lengkap.
4. Tahap mencoba yaitu tahap dimana sasaran mulai mencoba dalam skala
kecil untuk lebih meyakinkan penilaiannya, sebelum menerapkan untuk
skala yang lebih luas.
5. Tahap menerapkan yaitu sasaran dengan penuh keyakinan berdasarkan
penilaian dan uji coba yang telah dilakukan/diamati sendiri.
Jadi tujuan pemilihan metode penyuluhan adalah:
1) Penyuluh pertanian dapat menetapkan suatu metode atau kombinasi
beberapa metode yang tepat dan berhasil guna,
2) Kegiatan penyuluhan pertanian yang dilaksanakan untuk menimbulkan
perubahan yang dikehendaki yaitu perubahan perilaku petani dan anggota
keluarganya dapat berdayaguna dan berhasil guna.
Prinsip-prinsip Metode Penyuluhan Pertanian
Prinsip merupakan suatu pernyataan mengenai kebijaksanaan yang
dijadikan sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan dan dilaksanakan
secara konsisten. Dalam kegiatan penyuluhan, prinsip menurut Leagans (1961)
menilai bahwa setiap penyuluh dalam melaksanakan kegiatannya harus berpegang
teguh pada prinsip-prinsip yang sudah disepakati agar dapat melakukan
pekerjaannya dengan baik.
Mardikanto (1999) menyatakan bahwa merujuk pada pemahaman
penyuluhan pertanian sebagai proses pembelajaran, maka prinsip-prinsip dalam
penyuluhan pertanian sebagai berikut:
1. Mengerjakan; artinya kegiatan penyuluhan harus sebanyak
mungkinmelibatkan masyarakat untuk menerapkan sesuatu.
2. Akibat; artinya kegiatan pertanian harus memberikan dampak yang
memberipengaruh baik.
3. Asosiasi; artinya kegiatan penyuluhan harus saling terkait dengan
kegiatanlainnya. Misalnya apabila seorang petani berjalan di sawahnya
kemudian melihat tanaman padinya terserang hama, maka ia akan berupaya
untuk melakukan tindakan pengendalian.
Lebih lanjut Dahama dan Bhatnagar dalam Mardikanto (1999)
mengemukakan bahwa yang mencakup prinsip-prinsip penyuluhan pertanian:
1. Minat dan kebutuhan; artinya penyuluhan akan efektif jika selalu mengacu
kepada minat dan kebutuhan masyarakat, utamanya masyarakat tani
2. Organisasi masyarakat bawah; artinya penyuluhan akan efektif jika mampu
melibatkan organisasi masyarakat bawah dari setiap keluarga petani.
3. Keraguan budaya; artinya penyuluhan harus memperhatikan
adanyakeragaman budaya.
4. Perubahan budaya; artinya setiap penyuluhan akan mengakibatkan
perubahan budaya.
5. Kerjasama dan partisipasi; artinya penyuluhan hanya akan efektif jika
menggerakkan partisipasi masyarakat untuk selalu bekerjasama dalam
melaksanakan program-program penyuluhan yang telah dicanangkan.
6. Demokrasi dalam penerapan ilmu; artinya dalam penyuluhan harus selalu
memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menawar setiap
alternatif.
7. Belajar sambil bekerja; artinya dalam kegiatan penyuluhan pertanian harus
diupayakan agar masyarakat dapat belajar sambil berbuat, atau belajar dari
pengalaman tentang segala sesuatu yang ia kerjakan.
8. Penggunaan metode yang sesuai; artinya penyuluhan harus dilakukan
dengan penerapan metode yang selalu disesuaikan dengan kondisi
lingkungan fisik, kemampuan ekonomi, dan nilai sosial budaya.
9. Kepemimpinan; artinya penyuluh tidak melakukan kegiatan yang hanya
bertujuan untuk kepuasan sendiri, tetapi harus mampu mengembangkan
kepemimpinan.
10. Spesialis yang terlatih; artinya penyuluh harus benar-benar orang yang telah
mengikuti latihan khusus tentang segala sesuatu yang sesuai dengan
fungsinya sebagai penyuluh
11. Segenap keluarga; artinya penyuluh harus memperhatikan keluarga sebagai
satu kesatuan dari unit sosial.
Selanjutnya, Mardikanto (2006) mengemukakan bahwa prinsip-
prinsipdalam metode penyuluhan pertanian, meliputi:
1. Upaya Pengembangan untuk berpikir kreatif: Prinsip ini dimaksudkan
bahwa melalui penyuluhan pertanian harus mampu menghasilkan petani-
petani yang mandiri, mampu mengatasi permasalahan yang dihadapi dan
mampu mengembangkan kreativitasnya untuk memanfaatkan setiap potensi
dan peluang yang diketahui untuk memperbaiki mutu hidupnya.
2. Tempat yang paling baik adalah di tempat kegiatan sasaran: Prinsip ini akan
mendorong petani belajar pada situasi nyata sesuai permasalahan yang
dihadapi.
3. Setiap individu terkait dengan lingkungan sosialnya: Prinsip ini
mengingatkan kepada penyuluh bahwa keputusan-keputusan yang diambil
petani dilakukan berdasarkan lingkungan sosialnya.
4. Ciptakan hubungan yang akrab dengan sasaran: Keakraban hubungan antara
penyuluh dan sasaran memungkinkan terciptanyaketerbukaan sasaran dalam
mengemukakan masalahnya.
5. Memberikan sesuatu untuk terjadinya perubahan.
Metoda yang diterapkan harus mampu merangsang sasaran untuk selalu
siap(dalam arti sikap dan pikiran) dan dengan sukahati melakukan perubahan-
perubahandemi perbaikan mutu hidupnya sendiri, keluarganya dan
masyarakatnya.
Terjadinya perubahan ” context dan content ” pembangunan pertanian dalam
erareformasi, mengakibatkan terjadi pula perubahan sasaran dalam
penyuluhanpertanian. Perubahan tersebut memberi pengaruh yang sangat besar
karena saat initidak hanya petani dijadikan sebagai sasaran utama (objek) kegiatan
penyuluhan tapi melibatkan pula stakeholder yaitu pelaku agrobisnis.
Jadi, penyuluhan pertanian merupakan suatu upaya atau proses kegiatan
yang dilakukan dalam rangka pemberdayaan masyarakat dan petani. Secara
khusus, penerapan penyuluhanpertanian dalam era disentralisasi (lokalita)
sebagaimana yang diamanatkan oleh UU Nomor 22 Tahun 1999 yang
diperbaharui dengan UU Nomor 32 Tahun 2004, Pusat Pengembangan
Penyuluhan (Pusbangluh) Pertanian mengeluarkan kebijakan tentang pelaksanaan
penyuluhan pertanian spesifik lokalita yang bersifat partisipatif yaitu, pendidikan
nonformal bagi petani dan masyarakat melalui upaya pemberdayaan dan
kemampuan memecahkan masalah sesuai dengan kebutuhan dan kondisi wilayah
masing-masing dengan prinsip kesetaraan dan kemitraan, keterbukaan,
kesetaraankewenangan, dan tanggung jawab serta kerja sama, yang ditujukan agar
merekaberkembang menjadi dinamis dan berkemampuan untuk memperbaiki
kehidupan danpenghidupannya dengan kekuatan sendiri.
.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
“Kelompok Tani Tuah Sepakat”
1) Kegiatan penyuluhan yang diselenggarakan
Kelompok tani yang dipilih bernama Tuah Sepakat yang mempunyai
anggota 32 orang yang terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, dan anggota.
Ketua kelompok tani ini adalah Agus Idris. Kegiatan penyuluhan yang dilakukan
adalah penyuluhan tentang cara pengendalian penyakit pada tanaman padi.
Penyuluhan kelompok tani tuah sepakat dilakukan setelah adanya suatu
permasalahan yang dihadapi oleh masayarakat dan kelompok tani itu. Kegiatan
penyuluhan dilakukan apabila ketua kelompok tani melaporkan permasalahan
yang terjadi di lapangan kepada camat dan camat akan melaporkannya kepada
Petugas Penyuluh Lapangan (PPL), dan nantinya PPL ini akan mengiriman
penyuluhnya pada kelompok tani ini dan barulah adanya penyuluhan. Penyuluhan
yang dilakukan berjalan dengan rutin. Penyuluhan ini terfokus pada pengendalian
penyakit tanaman pangan seperti padi, jagung, dan kedelai akan tetapi penyuluhan
lebih banyak kepada tanaman padi.
Saat ini, diketahui banyak tanaman padi yang terserang penyakit blast
yang serangannya aan menyebabkan daun, gelang buku, tangkai malai, dan
cabang di dekat pangkal malai membusuk sehingga proses pemasakan makanan
terhambat dan butiran padi menjadi hampa. Selain itu, penyakit yang sering
menyerang tanaman padi selain blast yaitu penyakit garis coklat dan busuk
pelepah daun. Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit garis coklata yaitu adanya
garis-garis atau bercak-bercak sedangkan penyakit busuk pelepah daun yaitu
penyakit ini menyerang daun serta pelepah daun sehingga jumlah gabah akan
menurun.
Berdasarkan masalah yang terjadi di lapangan maka dilakukan penyuluhan
tentang bagaimana cara meminimalisir penyakit tersebut sehingga tida
mengakibatan kerugian baik secaa kualitas maupun kuantitas. Misalnya dengan
menggunakan fungisida atau menanam padi tahan penyakit tersebut.
2) Informasi yang Berkenaaan Dengan Instrument
2.1 Metode
Metode yang dilakukan dalam kegiatan penyuluhan tersebut adalah
metode menggunakan komunikasi langsung (dilakukan di lapangan) serta media
lisan sehingga langsung bertatap muka dengan dengan kelompok tani ini. Tujuan
yang diharapkan dengan adanya penyuluhan ini adalah dapat memberikan solusi
yang tepat dalam mengatasi penyakit pada tanaman padi sehingga diharapkan
kerugian baik secara kualitas maupun kuantitas dapat terkurangi. Selan itu, dapat
meningkatkan produksi tanaman padi. Dengan demikian, kesejahteraan petani
dapat ditingkatkan.
2.2 Narasumber
Narasumber yang akan diundang adalah dari petugas penyuluh lapangan
dinas pertanian atau dosen perguruan tinggi yang telah berpengalaman dalam
mengatasi penyakit pada tanaman padi.
2.3 Waktu
Waktu yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah siang hari. Sasaran
dalam penyuluhan ini tentu adalah kelompok tani dan masayarakat yang juga
mempunyai lahan sawah.
2.4 Materi Penyuluahan
Materi penyuluhan yang diberikan adalah mengenai pengendalian /
pengelolaan penyakit pada tanaman padi. Penyakit yang sering menyerang
tanaman padi antara lain :
1) Penyakit Hawar Daun Bakteri (HDB)
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Xanthomonas campestris pv. Oryzae
dengan gejala penyakit berupa bercak berwarna uning sampai putih
berawal dari terbentuknya garis lebam berair pada bagian tepi daun
terhambat sehingga gejala yang muncul adalah kelayuan yang bersifat
sistemik.
2) Penyakit Bercak Daun Coklat
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Helminthosporium oryazae. Gejala
menyerang pelepah, malai, buah yang baru tumbuh dan bibit yang baru
berkecambah. Biji berbercak-bercak colat tetapi tetap berisi. Padi dewasa
busuk kering, biji berkecambah busuk dan kecambah mati.
Pengendaliannya dengan merendam benih di dalam air panas, pemupukan
berimbang, menanam padi tahan penyakit, menaburkan serbuk air raksa
dan bubuk kapur.
3) Penyakit Blast
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Pyricularia oryzae. Gejala menyerang
daun, buku pada malai dan ujung tangkai malai. Serangan menyebabkan
daun, gelang buku, tangkai malai, dan cabang di dekat pangkal malai
membusuk. Proses pemasakan makanan terhambat dan butiran padi
menjadi hampa. Pengendalian dengan cara menggenangi sawah, menanam
varietas unggul Santani, IR 48, IR 36; pemberian pupuk disaat
pertengahan fase vegetative dan fase pembentukan bulir.
4) Penyakit Busuk Pelepah Daun
Penyakit ini disebabkan oleh Rhizoctania sp. Gejalanya yaitu menyerang
daun dan pelepah daun. Gejala terlihat pada tanaman yang telah membentu
anakan dan menyebaban jumlah dan mutu gabah menurun. Pengendalian
menanam padi tahan penyakit, menyemprotkan fungisida. Pada saat
pembentuan anakan seperti Manceren 25 WP dan Validacin 3 AS.
5) Penyakit Garis Coklat Daun (Narrow Brown Leaf Spot)
Penyakit ini disebabkan oleh Cercospora oryzae. Gejalanya yaitu
menyerang daun dan pelepah. Tampak garis-garis atau bercak-bercak
sempit memanjang berwarna coklat sepanjang 2 – 10 mm. proses
pembungaan dan pengisian biji terhambat. Pengendalian dengan menanam
padi tahan seperti Citarum, mencelupkan benih e dalam larutan merkuri,
menyemprotkan fungsisda Benlate T20/20 WP atau Delsene MX 200.
6) Penyakit Fusarium
Penyait ini disebabkan oleh jamur Fusarium moniliforme. Gejalanya yaitu
menyerang malai dan biji muda, malai, dan biji ecoklatan hingga coklat
tua, daun terkulai, akar membusuk. Pengendalian dengan melebarkan jarak
tanama, mencelupkan benih pada larutan merkuri.
7)
3) Analisa Kelompok
Kegiatan penyuluhan yang dilakuan kurang banyak sehingga terkesan jika
ada permasalahan baru dilakukan penyuluhan bukan program rutin dari penyuluh
tersebut. Hal ini kurang baik karena dengan demikian program penyuluh tidak
terencana dengan baik, jika ada masalah baru penyuluhan. Sebaiknya, ada
program rutin dari petugas penyuluh lapangan dimana para petugas mencari tahu
masalah-masalah apa yang dihadapi oleh petani dan diharapkan adanya perubahan
pada kelompok tani dan mau diajak untuk mellakuan perubahan kearah yang lebih
baik.
Kelebihan kelompok ini adalah penyuluhan yang dilakukan terfokus pada
masalah pengendalian penyakit tanaman padi yang menyerang pertanaman
masayarakat sehingga dengan adanya penyuluhan ini masalah yang dihadapi dapat
terpecahkan dan dapat memberikan solusi yang tepat, karena penyakit tersebut
dapat mengakibatkan kerugian kualitas maupun kuantitas yang berdampak
menurunnya produksi yang dihasilkan.
Hendaknya, program penyuluhan di kelompok tani ini lebih banyak dan
rutin sehingga penyuluhan dapat membrikan solusi atas masalah-masalah yang
dihadapi.
DAFTAR PUSTAKA
http://penyuluhpi.blogspot.com/2012/03/pengertian-tujuan-dan-prinsip
metode.html diakses tanggal 08 November 2013 pukul 05.00 WIB
http://netisulistiani.wordpress.com/penyuluhan/ diakses tanggal 08 November
2013 pukul 05.00WIB
LAPORAN DASAR-DASAR PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI
“Kelompok Tani Tuah Sepakat”
DISUSUN OLEH :
Imelda Pratiwi (1110211009)
Tri Indah Sitompul (1110211011)
Fanny Amelia (1110211014)
Angga Satria (1110212200 )
Chainur Rahman Nasution (1210211004)
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2013