laporan DpT

Embed Size (px)

Citation preview

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Pengertian PHT PHT dapat kita artikan sebagai pengendalian hama yang memadukan semua teknik atau metode pengendalian hama sedemikian rupa, sehingga populasi hama dapat tetap berada di bawah aras kerusakan. (Anonimous,2011) PHT adalah pendekatan ekologi yang bersifat multidisplin untuk pengelolaan populasi hama dengan memanfaatkan beraneka ragam teknik pengendalian secara kompatibel dalam suatu kesatuan kordinasi pengelolaan. (Smith,1978) PHT adalah pemilihan secara cerdik dari penggunaan tindakan pengendalian hama, yang dapat menjamin hasil yang menguntungkan dilihat dari segi ekonomi, ekologi dan sosiologi. (Bottrell ,1979) Pengertian OPT Organisme penganggu tanaman (OPT) merupakan faktor pembatas produksi tanaman

2.2

di Indonesia baik tanaman pangan, hortikultura maupun perkebunan. Organisme pengganggu tanaman secara garis besar dibagi menjadi tiga yaitu hama, penyakit dan gulma. (Mulyaman, 2008). 2.3 Pengertian Ekosistem Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi. (Anonimous,2011) 2.4 Komponen PHT Meskipun PHT mencakup beberapa teknik pengendalian hama standar, empat komponen PHT jelas terpisah dari yang khas pengendalian hama praktek-praktek yang hanya mengandalkan perangkap dan keracunan.Adapun Keempat komponen tersebut adalah:

* Inspeksi: pemeriksaan area indoor dan outdoor untuk mengidentifikasi apa, di mana, dan mengapa hama yang aktif. Sebuah inspeksi yang dilakukan pada awal dari program PHTinspeksi ringan terjadi sepanjang program PHT. * Pemantauan: verifikasi kehadiran atau tidak adanya hama. Pemantauan meliputi pengamatan langsung dari hama; pengamatan langsung dari kotoran hama, noda, kerusakan, dll, dan koleksi hama dalam perangkap. * Pengobatan: tindakan korektif atau intervensi untuk mengurangi jumlah hama. Pendidikan untuk mengubah perilaku masyarakat adalah bagian paling penting dari program PHT yang efektif. Membersihkan, sanitasi, dan menjaga hama keluar yang efektif dalam jangka panjang. * Evaluasi: tindak lanjut untuk menentukan apakah pengobatan yang berhasil dan apa yang harus dilakukan selanjutnya. Evaluasi adalah salah satu komponen paling penting dari rencana PHT.

PHT adalah, sistem yang komprehensif berbasis pendekatan pengelolaan hama dengan tujuan menyediakan obat paling aman, paling efektif, paling ekonomis, dan berkelanjutan untuk infestasi hama 2.5 Komponen Ekosistem

Komponen ekosistem dibagi dua,yaitu komponen dari segi biotik dan abiotik.Komponen Biotik meliputi Komponen Biotik o Produsen : makhluk hidup yg mampu menghasilkan makanan sendiri. Contoh : tumbuhan yg mampu fotosintesis o Konsumen : makhluk hidup yg tdk mampu membuat makanan sendiri. Terdiri dari : konsumen tingkat 1 (memakan langsung tumbuhan) konsumen tingkat 2 (memakan konsumen tingkat 1)

konsumen tingkat 3 (memakan konsumen tingkat 2) Contoh : hewan dan manusia o Pengurai : makhluk hidup yg menguraikan zat-zat yg terkandung dalam sampah dan sisa makhluk hidup mati Komponen Abiotik o Air o Tanah o Udara o Cahaya matahari 2.6 Peran PHT dalam ekosistem pertanian Pengendalian Hama Terpadu dalam bidang pertanian dapat menjaga keragaman organisme pengganggu tanaman tanpa memusnahkan organisme pengganggu tanaman semuanya. pengendalian hama terpadu berbeda dengan pengendalian hama secara konvensional yang saat ini masih banyak dipraktekkan. Dalam PHT, tujuan utama bukanlah pemusnahan, pembasmian atau pemberantasan hama. Melainkan berupa pengendalian populasi hama agar tetap berada di bawah aras yang tidak mengakibatkan kerugian secara ekonomi. Strategi PHT bukanlah eradikasi, melainkan pembatasan (containment). Program

PHT mengakui bahwa ada suatu jenjang toleransi manusia terhadap populasi hama, atau terhadap kerusakan yang disebabkan oleh hama. Dalam keadaan tertentu, adanya invidu serangga atau binatang kemungkinan berguna bagi manusia. Pandangan yang menyatakan bahwa setiap individu yang ada di lapangan harus diberantas, tidak sesuai dengan prinsip PHT. Pengendalian hama dengan PHT disebut pengendalian secara multilateral, yaitu menggunakan semua metode atau teknik pengendalian yang dikenal. PHT tidak bergantung pada satu cara pengendalian tertentu, seperti memfokuskan penggunaan pestisida saja, atau penanaman varietas tahan hama saja. Melainkan semua teknik pengendalian sedapat mungkin dikombinasikan secara terpadu, dalam suatu sistem kesatuan pengelolaan. Disamping sifat dasar yang telah dikemukakan, PHT harus dapat dipertanggungjawabkan secara ekologi. Dan penerapannya tidak menimbulkan kerusakan lingkungan yang merugikan bagi mahluk berguna, hewan, dan manusia, baik sekarang maupun pada masa yang akan datang. 2.7 Faktor Penyebab Timbulnya Peledakan Hama dan Penyakit.

Sistem penanaman monokultur,pada tanaman monokultur sulit dilakukan pengendalian hayati yang tepat dan efisien karena kurang jelasnya penampakan efektif dari musuh alami dan adanya gangguan beberapa perlakuan dalam sistem ini.Sebaliknya penanaman pada polikultur,sumber-sumber daya tertentu untuk musuh alami telah tersedia karena adanya keragaman tanaman,lebih mudah untuk dimanipulasi dan tidak digunakanya pestisida. Mengganti atau menambah keragaman pada agroekosistem yg ada dapat dilakukan agar musuh alami efektif dan populasinya meningkat.dengan cara: 1.menyediakan inang alternatif dan mangsa pada kelangkaan populasi inang. 2.Menyediakan pakan(Tepung sari dan nektar)parasitoid dewasa. 3.Menjaga populasi hama yg dapat diterima pada waktu tertentu untuk memastikan kelanjutan hidup pada musuh alami. Meningkatnya serangan hama bukan hanya karena penyederhanaan tanaman,tetapi juga

terjadi karena penggunaan pestisida yang tidak bijaksana.

2.8 Metode Pengendalian OPT Pengendalian Hama Organisme pengganggu tanaman ini terdiri dari hama, gulma dll. Untuk cara menanggulangi hama berbeda dengan gulma, untuk mengendalikan hama konsep pengendalian telah mengalami evolusi dari tahun ke tahun makin cangih dan sebagian besar menjadi makin efektif. Metode pertama kali yang digunakan dalam mengendalikan hama yang tidak diragukan lagi adalah menangkap, menapis atau memukul serangga dan invertebrata kecil lainnya. Contoh awal penggunaan konsep pengendalian OPT adalah penggenangan atau

pembakaran lahan untuk memusnahakan gulma serangga dan hama invertebrata lainnya, serta pengunaan boneka sawah untuk mengusir burung-burung. pemanfaatan musuh alami untuk mengendalikan hama sudah dimulai beberapa ribu tahun sebelumnya. Meskipun demikian demonstrasi pentingya pendekatan ini baru terlihat pada pemanfaatan metode pengendalian biologi untuik melawan serangan kutu bersisik (cottony cushion scale). Tetapi kemudian muncul wacana penggunaan pestisida kimia, dengan konsep ini sedikit demi sedikit hama dapat dikendalikan, disamping mempunyai dampak positif terdapat pula dampak negatifnya yaitu penggunaan pestisida kimia pada lahan pertanian yang telah diketahui, diantaranya: mengakibatkan resistensi hama sasaran, gejala resurjensi hama, terbunuhnya musuh alami, meningkatnya residu pada hasil, mencemari lingkungan, gangguan kesehatan bagi pengguna (Oka 1995), bahkan beberapa pestisida disinyalir memiliki kontribusi pada fenomena pemanasan global (global warming) dan penipisan lapisan ozon (Reynolds, 1997). Pengendalian hama dengan menggunakan insektisida, saja, memiliki pertimbangan yang kurang terhadap aspek-

aspek lain dari sistem pertanian. Penyemprotan insektisida sering dilakukan berdasarkan kepada jadwal kalender dan tanpa pengetahuan tentang fenologi hama, kerapatan, dan potensi kerusakan. Penggunaan bahan kimia yang rendah biaya dan berdampak kuat ini telah menekan pengembangan mekanisme lain untuk pengendalian hama. Pendekatan ini juga telah merubah pola pikir petani dari melindungi tumbuhan pertanian menjadi membunuh serangga. Praktek seperti ini hanya bertahan dalam waktu singkat, dan sejalan dengan perjalanan waktu akan muncul resistensi terhadap insektisida dan kemunculan masalah-masalah lain secara bertahap. Jadi, penting sekali untuk dipahami bahwa pengendalian hama pada dasarnya adalah masalah ekologi. Berikut beberapa konsep pengendalian hama yang berkembang dari tahun ke tahun: Pengendalian Secara Bercocok Tanam Pengendalian hama secara bercocok tanam atau pengendalian agronomic bertujuan untuk mengelola lingkungan tanaman sedemikian rupa

sehingga lingkungan tersebut menjadi kurang cocok bagi kehidupan dan pembiakan hama sehingga dapat mengurangi laju peningkatan populasi dan peningkatan kerusakan tanaman. Kecuali itu pengelolaan lingkungan tanaman melalui teknik bercocok tanam ini juga ditujukan agar lingkungan tersebut dapat mendorong berfungsinya musuh alami secara efektif. Istilah pengendalian secara bercocok tanam atau dalam bahasa inggris cultural control sudah lama dikembangkan. Umumnya teknik bercocok tanam yang digunakan adalah teknik bertanam yang sudah ada dan kurang melihat perpaduannya dengan teknik lain seperti pemanfaatan musuh alami. Dalam rangka sistem PHT akhir-akhir ini teknik pengendalian secara bercocok tanam telah dikembangkan menjadi penghertian yang lebih luas yaitu pengelolaan ekologi. (Pedigo,1989). Pengendalian secara bercocok tanam merupakan usaha pengendalian yang bersifat preventif yang dilakukan sebelum serangan hama terjadi dengan harapan agar populasi hama tidak meningkat sampai melebihi ambang pengendaliannya. Oleh karena itu, penerapan teknik ini perlu direncanakan jauh sebelumnya

agar hasilnya memuaskan. Untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi hasil pengendalian teknik pengendalian secara bercocok tanam perlu dipadukan dengan teknik pengendalian hama lainnya sesuai dengan prinsip-prinsip PHT. Karena teknik pengendalian ini merupakan bagian teknik bercocok tanam yang umum untuk memperoleh produktivitas tinggi, petani tidak perlu mengeluarkan biaya khusus untuk pengendalian. Oleh karena itu, teknik pengendalian ini merupakan teknik pengendalian yang murah. Teknik pengendalian ini tidak mengakibatkan pencemaran bagi lingkungan, dan mudah dikerjakan oleh petani baik secara perseorangan maupun secara kelompok. Pengendalian Dengan Tanaman Tahan Lama Pengendalian hama dengan cara menanam tanaman yang tahan terhadap serangan hama telah lama dilakukan dan merupakan cara pengendalian yang efektif, murah dan tidak berbahaya bagi lingkungan. Penggunaan varietas tahan hama akhir-akhir ini berhasil mengendalikan hama wereng coklat padi. Di luar tanaman padi penggunaan varietas tahan hama

di Indonesia masih terbatas karena masih langkanya tersedia varietas atau tanaman yang memiliki ketahanan p. Saat ini lebih dari 80% pertanaman padi di Indonesia yang luas panennya meliputi areal sekitar 10 juta hektar merupakan varietas unggul yang berproduksi tinggi produksi dan tahan terhadap hama wereng coklat. Karena sifatnya yang berproduksi tinggi produksi beras di Indonesia dapat meningkat. Meskipun keberhasilan telah dicapai oleh teknik pengendalian tersebut, tetapi karena terjadinya keseragaman genetik yang besar pada ekosistem persawahan, sifat ketahanan suatu varietas padi seringkali tidak berjalan lama. Hama dalam hal ini wereng coklat karena proses seleksi alami mampu mematahkan sifat ketahanan tersebut. Dalam membicarakan prinsip dan teknik hama dengan tanaman tahan harus mulai mempelajari fenomena evolusioner antara tanaman dan herbivora yang kemudian bagaimana memanfaatkan sifat-sifat ketahanan alami tersebut untuk memperoleh varietas tahan lama yang diinginkan. Ketahanan atau resistensi tanaman yang merupakan pengertian yang bersifat relatif karena untuk melihat ketahanan suatu jenis

tanaman, sifat tanaman yang tahan harus dibandingkan dengan sifat tanaman yang tidak tahan atau peka. Tanaman yang tahan adalah tanaman yang menderita kerusakan yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan tanaman yang lain dalam keadaan tingkat populasi hama yang sama dan keadaan lingkungan yang sama. Jadi pada tanaman yang tahan, kehidupan dan perkembangbiakan serangga hama menjadi lebih terhambat bila dibandingkan dengan apabila sejumlah populasi tersebut berada pada tanaman yang tidak atau kurang tahan. Sifat ketahanan yang dimiliki oleh tanaman dapat merupakan sifat asli atau terbawa keturunan (faktor genetik) tetapi dapat juga karena keadaan lingkungan yang menyebabkan tanaman tahan terhadap serangan hama.

Pengendalian Secara Fisik dan Mekanik Dibandingkan dengan teknik pengendalian hama lainnya pengendalian fisik dan mekanik merupakan teknologi pengendalian hama yang paling kuno dilakukan oleh manusia sejak manusia mengusahakan pertanian. Pengendalian

dilakukan dengan mematikan hama yang menyerang dengan tangan atau dengan bantuan peralatan. Meskipun cara pengendalian tersebut merupakan cara yang paling kuno teapi masih dipraktekkan sampai saat ini karena kesederhanaannya dan kemudahannya. Pengendalian fisik dan mekanik merupakan tindakan yang kita lakukan dengan tujuan secara langsung dan tidak langsung mematikan hama, mengganggu aktivitas fisiologi hama yang normal dengan cara lain di luar pestisida dan mengubah lingkungan sedemikian rupa sehingga lingkungan menjadi kurang sesuai bagi kehidupan hama. Perbedaan pengendalian fisik dan mekanik tindakan mengubah lingkungan memang ditujukan khusus untuk mematikan atau menghambat kehidupan hama, dan bukan merupakan bagian dari praktek budidaya atau bercocok tanam yang umum seperti pengendalian secara bercocok tanam. Pengendalian fisik dan mekanik harus dilandasi oleh pengetahuan yang menyeluruh tentang ekologi serangga hama dan adanya kenyataan bahwa setiap jenis serangga memiliki batas toleransi terhadap faktor lingkungan fisik seperti suhu, kebasahan, bunyi, sinar, spektrum

elektromagnetik, dll. Dengan mengetahui ekologi serangga hama sasaran kita dapat mengetahui kapan, dimana, bagaimana tindakan fisik dan mekanik dilakukan agar memperoleh hasil yang efektif dan efisien. Tanpa pengetahuan yang lengkap kemungkinan besar akan memboroskan tenaga, waktu, dan biaya yang besar tetapi populasi hama yang terbunuh atau dihambat kehidupannya hanya sedikit. Meskipun pengendalian ini merupakan yang paling klasik namun tetap memerlukan adanya penelitian dan informasi yang relevan seperti untuk teknik pengendalian yang lain. Pengendalian Hayati Berbeda dengan pendekatan pengendalian hama yang konvensional PHT lebih mengutamakan berjalannya pengendalian hama yang dilakukan oleh berbagai musuh alami hama. Dalam keadaan seimbang musuh alami selalu berhasil mengendalikan populasi hama sehingga tetap berada di bawah aras ekonomik. Dengan memberikan kesempatan sepenuhpenuhnya kepada musuh alami untuk bekerja berarti menekan sedikit mungkin penggunaan pestisida. Pestisida sendiri secara langsung dan

tidak langsung dapat merugikan perkembangan populasi musuh alami. Pengendalian hayati pada dasarnya adalah pemanfaatan dan penggunaan musuh alami untuk mengendalikan populasi hama yang merugikan. Pengendalian hayati sangat dilatarbelakangi oleh berbagai pengetahuan dasar ekologi terutama teori tentang pengaturan populasi oleh pengendali dari parasitoid, predator dan patogen merupakan pengendali utama hama yang bekerja secara density-dependent sehingga tidak dapat dilepaskan dari kehidupan dan perkembangbiakan hama. Adanya populasi hama yang meningkat sehingga mengakibatkan kerugian ekonomik bagi petani disebabkan karena keadaan lingkungan yang kurang memberi kesempatan bagi musuh alami untuk menjalankan fungsi alaminya. Apabila musuh alami diberikan kesempatan untuk menjalankan fungsinya antara lain dengan jalan rekayasa lingkungan seperti introduksi musuh alami, memperbanayak dan melapaskannya, serta mengurangi berbagai dampak negatif terhadap musuh alami, maka musuh alami akan dapat menjalankan fungsinya dengan baik.

Sesuai dengan konsepsi dasar PHT pengendalian hayati memgang peranan yang menentukan karena semua usaha teknik pengendalian yang lain secara bersama ditujukan untuk mempertahankan dan memperkuat berfungsinya musuh alami sehingga populasi hama tetap berada di bawah aras ekonomik. Dibandingkan dengan teknik-teknik pengendalian yang lain terutama pestisida, pengenalian hayati memiliki tiga keuntungan utama yaitu permanen, aman, dan ekonomi. Dikatakan permanen karena demikian pengendalian hayati berhasil, musuh alami telah menjadi lebih mapan dan selanjutnya secara alami musuh alami akan mampu menjaga populasi hama dalam keadaan yang seimbang di bawah aras ekonomi dalam jangka waktu yang panjang. Pengendalian hayati aman bagi lingkungan karena tidak memiliki dampak samping terhadap lingkungan terutama terhadap serangga atau organisme bukan sasaran. Karena musuh alami adalah khas inang. Meskipun pernah terjadi ketahanan suatu jenis hama terhadap serangan musuh alami anatra lain dengan membentuk kapsul dalam tubuh inang, namun kejadian tersebut sangat langka.

Pengendalian hayati juga relatif ekonomik karena begitu usaha tersebut berhasil tidak diperlukan lagi tambahan biaya khusus untuk pengendalian hama yang diupayakan kemudian hanya menghindari tindakan-tindakan yang merugikan perkembangan musuh alami. Pengendalian Kimiawi Pengendalian kimiawi yang dimaksudkan di sini adalah penggunaan pestisida untuk mengendalikan hama agar hama tidak menimbulkan kerusakan bagi tanaman yang diusahakan. Pestisida mungkin merupakan bahan kimiawi yang dalam sejarah umat manusia telah memberikan banayak jasanya baik dalam bidang pertanian, kesehatan, pemukiman, dan kesejahteraan masyarakat yang lain. Berkat pesitisida manusia telah dapat dibebaskan dari ancaman berbagai penyakit yang membahayakan seperti malaria, DBD, dll. Berbagai jenis serangga vektor penyakit manusia yang berbahaya telah berhasil dikendalikan dengan pestisida. Pada mulanya produksi pertanian juga berhasil ditingkatkan karena pemakaian pestisida yang dapat menekan populasi hama dan kerusakan tanaman akibat

serangan hama. Karena keberhasilan tersebut dunia pertanian pestisida seakan-akan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari budidaya segala jenis tanaman baik tanaman pangan maupun perkebunan. Meskipun pestisida memiliki banyak keuntungan seperti cepat menurunkan populasi hama, mudah penggunaannya dan secara ekonomik menguntungkan namun dampak negatif penggunaannya semakin lama semakin dirasakan oleh masyarakat. Dampak negatif pestisida yang merugikan kesehatan masyarakat dan kelestarian lingkungan hidup semakin lama semakin menonjol dan perlu memperoleh perhatian sungguh-sungguh dari masyarakat dan pemerintah. Seperti diuraikan di atas damapak negatif pestisida ini yang mendorong dikembangkannya konsep PHT. Diharapakan dengan PHT dapat meningkatakan efisiensi penggunaan pestisida sehingga secara keseluruhan diperoleh hasil pengelolaan ekosistem yang optimal.

2.9 Konsep Ambang Ekonomi Ambang ekonomi atau ambang pengendalian sering juga diistilahkan sebagai ambang toleransi ekonomik. Ambang ini merupakan ketetapan tentang pengambilan keputusan, kapan harus dilaksanakan penggunaan pestisida. Apabila ternyata populasi atau kerusakan hama belum mencapai aras tersebut, penggunaan pestisida masih belum diperlukan. Untuk menetapkan ambang ekonomi bukanlah pekerjaan yang gampang. Dibutuhkan banyak informasi, baik data biologi dan ekologi, serta ekonomi. Penetapan kerusakan hasil dalam hubungannya dengan populasi hama, merupakan bagian yang penting dalam pengembangan ambang ekonomi. Demikian juga analisis biaya dan manfaat pengendalian, sangat perlu diketahui.