85
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Praktikum 1.1.1 Latar Belakang Proses Penyusunan Arsitektur Hirarki Dalam kehidupan selalu saja timbul persoalan, baik itu persoalan pribadi, organisasi, perusahaan, dan sebagainya. Dalam setiap persoalan tersebut pasti ada jalan keluarnya, namun apakah jalan keluarnya tersebut memperbaiki persoalan tersebut atau malah sebaliknya. Jalan keluar tersebut berupa keputusan tindakan yang akan menyelesaikan persoalan tersebut. Dari satu persoalan dapat menghasilkan beberapa alternatif keputusan yang dihasilkan. Dari beberapa alternatif itulah, kita memilih keputusan yang paling baik untuk menyelesaikan persoalan tersebut. Dalam suatu persoalan, lebih baik jika kita mencoba untuk menguraikan persoalan tersebut menjadi beberapa entitas. Hal ini dapat membantu dalam melakukan pemecahan permasalahan menjadi lebih sederhana. Penyederhanaan ini dilakukan agar persoalan tersebut menjadi lebih terstruktur dan terintegrasi. Selain itu, penyederhanaan ini akan mempermudah dalam memecahkan persoalan yang sedang dihadapi. Agar persoalan tersebut dapat menjadi lebih sederhana, pertama kita tentukan dahulu tujuan dari pemecahan persoalan tersebut. Kemudian, kita tentukan pembatas-pembatas dari persoalan tersebut agar persoalan tidak menjadi lebih besar. Dalam pemecahan persoalan kita juga memerlukan kriteria- Decision Support System 1

Laporan dss

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan dss

UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Praktikum

1.1.1 Latar Belakang Proses Penyusunan Arsitektur Hirarki

Dalam kehidupan selalu saja timbul persoalan, baik itu persoalan pribadi,

organisasi, perusahaan, dan sebagainya. Dalam setiap persoalan tersebut pasti ada jalan

keluarnya, namun apakah jalan keluarnya tersebut memperbaiki persoalan tersebut atau

malah sebaliknya. Jalan keluar tersebut berupa keputusan tindakan yang akan

menyelesaikan persoalan tersebut. Dari satu persoalan dapat menghasilkan beberapa

alternatif keputusan yang dihasilkan. Dari beberapa alternatif itulah, kita memilih

keputusan yang paling baik untuk menyelesaikan persoalan tersebut.

Dalam suatu persoalan, lebih baik jika kita mencoba untuk menguraikan

persoalan tersebut menjadi beberapa entitas. Hal ini dapat membantu dalam melakukan

pemecahan permasalahan menjadi lebih sederhana. Penyederhanaan ini dilakukan agar

persoalan tersebut menjadi lebih terstruktur dan terintegrasi. Selain itu, penyederhanaan

ini akan mempermudah dalam memecahkan persoalan yang sedang dihadapi.

Agar persoalan tersebut dapat menjadi lebih sederhana, pertama kita tentukan

dahulu tujuan dari pemecahan persoalan tersebut. Kemudian, kita tentukan pembatas-

pembatas dari persoalan tersebut agar persoalan tidak menjadi lebih besar. Dalam

pemecahan persoalan kita juga memerlukan kriteria-kriteria dalam persoalan tersebut.

Setelah itu kita tentukan alternatif-alternatif yang sesuai dengan kriteria-kriteria yang

telah kita tentukan.

Dalam penyusunan keputusan atas pemecahan persoalan yang kita hadapi, kita

memerlukan beberapa hal penting, yaitu perspektif yang merupakan cara pandang kita

dalam melihat suatu persoalan. Hirarki, dimana persoalan tersebut dipecah menjadi

beberapa elemen-elemen yang disusun dari satu tingkat ke tingkat yang lain. Tujuan,

maksudnya adalah suatu persoalan memiliki tujuan untuk mengetahui apa yang menjadi

inti dalam persoalan tersebut. Model mental yang ada dalam pemikiran kita yang

mempengaruhi kita dalam melihat, mengamati, dan bertindak. Serta rasionalitas, dimana

kita dihadapkan pada konsekuensi logis dari cara kita melihat, mengamati, dan bertindak

dalam menghadapi persoalan tersebut.

Decision Support System 1

Page 2: Laporan dss

UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

1.1.2 Latar Belakang Outbound Logistics : Warehouse Selection Process

Dunia merupakan suatu sistem yang kompleks dimana elemen-elemen di

dalamnya saling berinteraksi. Dalam sistem dunia yang kompleks ini tentunya banyak

persoalan yang harus kita tanggulangi. Untuk menangani persoalan sosial, ekonomi, dan

politik yang tidak terstruktur kita perlu menyusun tahapan-tahapan dalam menyelesaikan

persoalan tersebut dan perlu menetapkan tujuan kita dalam menyelesaikan persoalan

tersebut.

Begitu pula dalam organisasi atau perusahaan. Setiap organisasi atau perusahaan,

mereka memiliki persoalan-persoalan. Dalam membantu pengambilan keputusan yang

harus diambil untuk menyelesaikan persoalan yang terjadi di perusahaan, kita dapat

menggunakan proses hirarki analitis. Proses hirarki analitis ini memungkinkan kita untuk

mengambil keputusan yang efektif atas persoalan yang kompleks dengan jalan

menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan yang kita alami.

Proses hirarki analitis ini adalah memecah-mecah suatu situasi yang kompleks,

tak terstruktur ke dalam bagian-bagian komponenya, menata bagian atau variabel ke

dalam suatu susunan hirarki, memberi nilai numerik pada setiap variabelnya untuk

menetapkan variabel mana yang memiliki prioritas paling tinggi. Keharusan memberi

nilai numerik pada setiap variabel masalah membantu para pengambil keputusan untuk

mempertahankan pola-pola pikir untuk mencapai kesimpulan.

Dalam proses hirarki analitis untuk mendapatkan nilai prioritas sebagai bahan

pertimbangan pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan cara menghitung matriks-

matriks. Adapun langkah-langkah dalam penghitungan matriks ini adalah kita

menghitung matriks pembanding, matriks normalisasi, matriks sintesis normalisasi, dan

matriks keputusan. Selain dengan perhitungan matriks, ada juga software yang

menyediakan suatu struktur efektif untuk pengambilan keputusan, yaitu sofware Expert

Choice. Dengan menggunakan software tersebut memudahkan kita dalam pengambilan

keputusan untuk menyelesaikan persoalan.

1.1.3 Latar Belakang Inbound Logistics : Supplier Selection Process

Setiap perusahaan pasti memiliki moda transportasi untuk mendistribusikan

produknya. Dalam mendistribusikan barang, moda transportasi harus melakukan

pelayanannya ke titik tujuan layanan. Titik-titik tujuan layanan adalah tempat-tempat

Decision Support System 2

Page 3: Laporan dss

UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

yang harus disinggahi oleh moda transportasi untuk dapat menyelesaikan tugasnya dalam

suatu jaringan jarak tertentu.

Selain perusahaan manufaktur, perusahaan supplier juga memerlukan moda

transportasi untuk mengirimkan bahan baku atau barang ke perusahaan manufaktur.

Supplier dalam mengirimkan bahan baku tidak hanya ke satu perusahaan manufaktur,

tetapi ke beberapa perusahaan yang letaknya tidak hanya di satu tempat. Untuk itulah

perlu dibuat jaringan rute perjalanan dalam mengirimkan bahan baku tersebut agar lebih

efisien dan mengurangi biaya pengiriman.

Untuk menyelesaikan masalah pengiriman bahan baku tersebut digunakan

metode yang disebut dengan Travelling Salesman Problem (TSP). TSP adalah metode

dalam menyelesaikan masalah pencarian perjalanan optimal bagi moda transportasi yang

berkeliling mengunjungi tempat-tempat yang perlu disinggahi yang direncanakan dengan

ketentuan setiap tempat hanya dikunjungi satu kali dan moda transportasi harus kembali

ke tempat semula. Rute optimal adalah rute yang memberikan jarak, waktu, dan biaya

total pengiriman terkecil.

Dalam menggunakan metode travelling salesman problem ini dibantu dengan

software Logware. Software ini dapat membantu dalam menentukan rute-rute yang harus

dilalui oleh suatu moda transportasi dalam setiap pengiriman barangnya agar jarak yang

ditempuh tidak terlalu panjang, waktu yang dibutuhkan tidak terlalu lama, dan biaya

pengiriman yang dikeluarkan hanya sedikit.

1.2 Tujuan Praktikum

1.2.1 Tujuan Proses Penyusunan Arsitektur Hirarki

Dari praktikum ini, praktikan diharapkan mempunyai kemampuan dalam :

1. Memahami konsep pikiran dan dan berpikir sistem bertingkat.

2. Memahami konsep arsitektur kriteria-jamak, penyusunan model pengambilan

keputusan.

3. Memahami konsep penyusunan arsitektur model pengambilan keputusan dan

perencanaan pembobotan pada setiap kriteria dalam model pengambilan keputusan.

4. Memahami penerapan konsep kriteria-jamak, keputusan dan pengambilan

keputusan dalam konteks ilmu logistik.

Decision Support System 3

Page 4: Laporan dss

UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

1.2.2 Tujuan Outbound Logistics : Warehouse Selection Process

Dari praktikum ini, praktikan diharapkan mempunyai kemampuan dalam :

1. Memahami konsep arsitektur kriteria-jamak, penyusunan model pengambilan

keputusan.

2. Melakukan perancangan, perencanan penetapan dalam pemilihan lokasi gudang

(atau fasilitas penyimpanan).

3. Memahami konsep penyusunan arsitektur model pengambilan keputusan dan

perencanaan pembobotan pada setiap kriteria dalam model pengambilan keputusan.

4. Memahami penerapan konsep kriteria-jamak, keputusan dan pengambilan

keputusan dalam konteks ilmu logistik

.

1.2.3 Tujuan Inbound Logistics : Supplier Selection Process

Dari praktikum ini, praktikan diharapkan mempunyai kemampuan dalam :

1. Memahami konsep arsitektur kriteria-jamak, penyusunan model pengambilan

keputusan.

2. Melakukan perancangan, perencanaan penetapan dalam penentuan pemasok

tunggal (single supplier policy) untuk memenuhi bahan baku atau kebutuhan lainnya.

3. Memahami konsep penyusunan arsitektur model pengambilan keputusan dan

perencanaan pembobotan pada setiap kriteria dalam model pengambilan keputusan.

4. Memahami penerapan konsep kriteria-jamak, keputusan dan pengambilan

keputusan dalam konteks ilmu logistik.

Decision Support System 4

Page 5: Laporan dss

UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Proses Penyusunan Arsitektur Hirarki

2.1.1 Penyusunan Keputusan dalam Suatu Persoalan

Seperti kita ketahui bahwa dunia ini penuh dengan persoalan yang terus

berkembang dan dinamis sejalan dengan perkembangan peradaban manusia di dunia.

Manusia secara harfiah selalu dihadapkan kepada persoalan-persoalan dalam hidupnya,

dan pada akhirnya akan berakhir dengan sebuah keputusan. Hal ini menjadi sangat

lumrah mengingat dalam mengarungi hidup ini yang menjadi inti kehidupan adalah

bagaimana kita dapat memilih, karena hidup adalah proses dalam memilih suatu pilihan

(life it’s matter of choices).

Dalam menghadapi suatu permasalahan, alangkah baiknya jika kita mencoba

untuk mengurai persoalan-persoalan tersebut menjadi beberapa entitas-entitas dalam

persoalan tersebut. Hal ini akan sangat membantu kita dalam melakukan pemecahan

permasalahan menjadi lebih sederhana dan mudah untuk dibaca dan dipahami oleh kita.

Dengan tetap mempertahankan konteks dari permasalahan tersebut, kita dapat melakukan

penyederhanaan (simplified) bukan membuat sederhana (make it simple). Kedua

persoalan tersebut sangat berbeda, sebab dengan melakukan penyederhanaan bukan

berarti kita membuat persoalan menjadi sederhana dengan menghilangkan konteks dari

persoalan yang ada.

Proses penyederhanaan adalah mencoba untuk menguraikan suatu persoalan

menjadi lebih terstruktur dan terintegrasi. Hal ini akan sangat mempermudah dalam

melakukan pemecahan terhadap persoalan yang kita hadapi. Banyak cara untuk

menyusun dan membuat sebuah struktur suatu permasalahan. Adapun yang menjadi

pokok persoalan adalah bagaimana kita mencoba membuat persoalan yang sangat rumit

dan kompleks menjadi lebih sederhana dengan jalan menguraikan persoalan dengan

konteks yang lebih kecil (breakdown).

Berikut ini adalah langkah-langkah dalam penyususnan struktur keputusan, yaitu

sebagai berikut:

a. Tentukan Tujuan dari pemecahan persoalan yang kita alami. (Goal Setting)

b. Tentukan Pembatas dalam persoalan yang dialami.(Constraint Indentification)

Decision Support System 5

Page 6: Laporan dss

UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

c. Tentukan Kriteria dalam permasalahan yang dialami. (Criteria Empowerment)

d. Tentukan Alternatif-alternatif dalam permasalahan. (Alternatives Development)

Keempat landasan di atas akan menjadi landasan dalam penyusunan proses

menemukenali permasalahan yang kita hadapi. Jika kita telah selesai menyusun persoalan

yang ada, maka kita akan mendapatkan gambaran tentang persoalan yang sedang atau

akan kita hadapi. Dengan menjalani keempat langkah di atas, maka diharapkan kita dapat

menjelaskan dan memahami persoalan yang coba kita selesaikan.

2.1.2 Penyusunan Arsitektur Keputusan

Dalam menyelesaikan suatu persoalan, kita diharuskan untuk mengetahui

bagaimana mengenal dan mendalami suatu persoalan agar lebih jelas. Penyusunan suatu

persoalan akan dihadapkan pada suatu hasil keputusan yang jelas dan terarah.

Pembangunan arsitektur keputusan ini berdasarkan kepada keempat langkah dalam

penyusunan struktur keputusan seperti di atas. Dalam penyusunan arsitektur keputusan,

kita harus memperthatikan beberapa hal penting sebagai berikut :

1) Perspektif

Perspektif adalah cara pandang kita dalam ”melihat” suatu persoalan. Memang,

dalam memandang suatu persoalan, kita mempunyai bverbagai macam sudut yang

berbeda, walaupun dalam persoalan yang sama. Perspektif adalah salah satu hal yang

sangat penting dalam penyusunan arsitektur keputusan, karena dengan menggunakan

perspektif kita akan lebih mudah dalam menemukenali persoalan yang ada. Perspektif

adalah kemampuan mendasar yang harus dimiliki jika kita mencoba untuk menemukenali

dan memecahkan persoalan.

2) Hirarki

Sistem yang kompleks dapat dengan mudah dipajami kalau kita memecahkan

menjadi beberapa elemen yang menjadi elemen-elemen pokoknya, menyusun elemen-

elemen tersebut secara hierarkis. Kemudian meyusun atau mensitesis pertimbangan kita

tentang relatif pentingnya elemen-elemen tersebut pada setiap tingkat hirarki ke dalam

seperangkat prioritas menyeluruh. Hirarki merupakan alat dasar dari pikiran manusia.

Mereka melibatkan pengidentifikasian elemen-elemen suatu persoalan, mengelompokkan

Decision Support System 6

Page 7: Laporan dss

UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

elemen-elemen itu ke dalam beberapa kumpulan yang homogen, dan menata kumpulan-

kumpulan liner, yang neik atau turun dari satu tingkat ke tingkat yang lain.

3) Tujuan

Dalam suatu persoalan, tujuan menjadi arahan dalam proses penyelesaian suatu

persoalan. Coba kita bayangkan, bagaimana suatu persoalan yang tidak mempunyai

tujuan. Jika suatu persoalan tidak mempunyai tujuan, ini akan mengakibatkan persoalan

tersebut menjadi bias dan tidak dapat terselesaikan. Persoalan yang tidak mempunyai

tujuan menyebabkan persoalan akan ”berputar” pada persoalan itu saja. Tujuan menjadi

sangat penting ketika kita mencoba untuk mengetahui apa yang menjadi inti dalam suatu

permasalahan. Oleh karena itu, tujuan dalam suatu penyelesaian permasalahan akan

menjadi panduan (guidance) kita untuk mengarahkan kita dalam penyelesaian akhir dari

suatu permasalahan.

4) Model Mental

Model mental adalah bagian dalam pemikiran kita yang telah ”tertanam”

sedemikian rupa sehingga banyak mempengaruhi kita dalam melihat, mengamati, dan

bertindak. Hal ini menjadi sangat penting jika kita dihadapkan kepada persoalan yang

sangat kompleks dan terintegrasi. Model Mental sebenarnya dapat dibagi menjadi

beberapa sub bagian yang perlu diketahui :

Model Mental adalah konsistensi internal : adalah keadaaan dimana kita mempunyai

suatu ”nilai” yang akan membatasi kita dalam melihat, mengamati dan bertindak.

Model Mental adalah selalu stabil dan cenderung menolak suatu perubahan : adalah

keadaan dimana kita akan selalu berusaha untuk menolak suatu nilai baru yang coba

melakukan penetrasi terhadap pola pemikiran kita.

Model Mental adalah proses penyederhanaan dari dunia nyata : adalah keadaan dimana

kita melihat, mengamati dan bertindak untuk menanggulangi dan menghadapi dinamika

kehidupan beserta perubahan-perubahannya.

Model Mental kejadian-kejadian yang sering kita pikirkan : adalah keadaan dimana kita

mempunyai kejadian yang selalu ”menempel” dalam pikiran kita yang pada akhirnya

akan mempengaruhi kita dalam melihat, mengamati dan bertindak.

Decision Support System 7

Page 8: Laporan dss

UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

5) Rasionalitas

Rasionalitas adalah keadaan dimana kita dihadapkan pada suatu konsekuensi

logis dari cara kita melihat, mengamati dan bertindak dalam menghadapi permasalahan di

dunia ini. Dengan menggunakan rasionalitas, maka kita akan mencoba untuk selalu

berpikir akan akibat dari semua cara kita dapat melihat, mengamati dan bertindak.

Rasionalitas digunakan dalam penyusunan arsitektur keputusan ini adalah disaat kita

mencoba untuk mendapatkan alternatif-alternatif yang kita bangun dan harus kita pilih.

2.1.3 Contoh Penggunaan Penyusunan Arsitektur Keputusan

Selagi ilustrasi dapat kita lihat contoh berikut ini: seandainya anda adalah seorang

manajer suatu perusahaan yang bergerak di bidang transportasi. Anda dihadapkan suatu

persoalan untuk menentukan jenis dari moda atau alat transportasi yang harus dipilih

untuk mendistribusikan produk anda ke beberapa lokasi tertentu. Berikut ini adalah

proses dalam penyusunan arsitektur keputusan:

1. Tentukan Tujuan dari pemecahan persoalan yang kita alami. (Goal Setting):

Penerapan Metoda Transportasi

2. Tentukan Pembatasan dalam persoalan yang dialami (constaints identification): Jenis

dari Moda Transportasi yang akan dipilih yaitu:

a. Pesawat Udara

b. Kapal Laut

c. Truk

d. Kereta Api

3. Tentukan Kriteria dalam permasalahan yang dialami (criteria empowerment): faktor-

faktor yang mempengaruhi jenis dari moda transportasi tersebut. Untuk lebih jelasnya

dapat kita lihat seperti di bawah ini:

a. Pesawat Udara: Pesawat Rotari, Pesawat Jet dan Helikopter

b. Kapal Laut: Kapal Uap, Kapal Diesel dan Kapal Hovercraft

c. Truk: Truk Diesel dan Truk Bensin

d. Kereta Api: Kereta Api Uap, Kereta Api Diesel dan Kereta Api Listrik

4. Tentukan Alternatif-alternatif dalam permasalahan (alternatives development)

a. Pesawat Udara: Nama-nama perusahaan Penerbangan seperti Merpati Airlines,

Perkutut Airlines.

b. Kapal Laut: Nama-nama perusahaan Kapal Laut.

Decision Support System 8

Page 9: Laporan dss

UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

c. Truk: Nama perusahaan Ekspedisi Muatan Truk

d. Kereta Api: Nama-nama Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL)

Untuk lebih jelasnya kita harus membangun informasi di saat menjadi sebuah

struktur arsitektur keputusan, seperti dibawah ini:

Gambar 2. 1 Gambar Arsitektur Keputusan

Sebenarnya terdapat perangkat lunak yang dapat digunakan untuk melakukan

proses penyusunan arsitektur keputusan ini yaitu dengan MindMap®, yang dapat anda

gunakan pada komputer masing-masing di laboratorium.

2.2 Outbound Logistics : Warehouse Selection Process

2.2.1 Pengambilan Keputusan dalam Dunia yang Kompleks

Kompleksitas dan Penanggulangannya

Seperti kita ketahui dunia merupakan suatu sistem yang kompleks dari berbagai

elemen yang berinteraksi. Ekonomi, misalnya bergantung pada energi dan sumber daya

yang lain, ketersediaan energi bergantung pada geografi dan politik, polotik bergantung

pada kekuatan militer, kekuatan militer bergantung pada teknologi, teknologi bergantung

pada ide (gagasan) dan sumberdaya, gagasan bergantung pada politik untuk penerimaan

dan dukungannya, dan seterusnya. Dalam jaringan yang sangat rumit dengan banyak

Decision Support System 9

Page 10: Laporan dss

UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

faktor demikian, sebab-sebab awal dan efek-efek akhir tak dapat identifikasi dengan

mudah.

Dalam sistem dunia kita yang kompleks, kita dipaksa menanggulangi lebih

banyak masalah dibandingkan kesanggupan kita untuk menanganinya. Untuk menangani

persoalan sosial, ekonomi dan politik yang tidak terstruktur, kita perlu menyusun tingkat

prioritas, menyepakati bahwa dalam jangka pendek, sasaran yang satu lebih penting

daripada sasaran yang lainnya, dan melakukan pertimbangan/pembobotan demi

kepentingan bersama yang terbesar.

2.2.2 Proses Hirarki Analitis

Proses Hirarki Analitis (Analytical Hierarchy Process/AHP) akan memberikan

kerangka dalam mengambil keputusan. Kerangka ini memungkinkan kita dalam

mengambil keputusan yang efektif atas persoalan yang kompleks dengan jalan

menyederhanakan dan mempercepat pengambilan keputusan yang kita alami. Pada

dasarnya, metoda PHA ini adalah dengan memecah-memecah suatu situasi yang

kompleks, tak terstruktur, kedalam bagian-bagian komponennya, menata bagian atau

variabel ini dalam susunan hirarki, memberi nilai numerik pada pertimbangan subjektif

tentang relatif pentingnya setiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini

untuk menetapkan variabel mana memiliki prioritas lebih tinggi dan bertindak untuk

mempengaruhi hasil pada situasi tersebut.

PHA juga menyediakan suatu struktur efektif untuk pengambilan keputusan

secara berkelompok dengan memaksakan disiplin dalam proses pemikiran kelompok itu.

Keharusan memberi nilai numerik pada setiap variabel masalah membantu para

pengambil keputusan untuk mempertahankan pola-pola pikiran yang kohesif dan mencari

kesimpulan. Selain itu, adanya konsensus dalam pengambilan kelompok memperbaiki

konsistensi pertimbangan dan meningkatkan keandalan PHA sebagai alat pengambilan

keputusan.

Dalam memecahkan persoalan yang kompleks dengan analisi logis eksplisit, ada

tiga prinsip utama yaitu:

1. Prinsip Menyusun Hirarki

2. Prinsip Menetapkan Prioritas

3. Prinsip Konsistensi Logis

Decision Support System 10

Page 11: Laporan dss

UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

1) Menyusun Hirarki

Manusia mempunyai kemampuan untuk mempersiapkan benda dan gagasan,

mengidentifikasinya dan mengkomunikasikan apa yang mereka amati. Untuk

memperoleh pengetahuan terinci, pikiran kita menyusun realitas yang kompleks ke dalam

bagian-bagiannya lagi, seterusnya secara hirarki.

2) Menentukan Prioritas

Manusia juga mempunyai kemampuan untuk mempersiapkan hubungan antara

hal-hal yang mereka amati, membandingkan membandingkan sepasang benda atau hal

yang serupa berdasarkan kriteria tertentu, dan membedakan kedua anggota pasangan itu

dengan menimbang intensitas preferensi mereka terhadap hal yang satu dibaningkan

dengan yang lainnya. Lalu mereka mensintesis penilaian mereka melalui imajinasi,

memperoleh pengertian yang lebih baik tentang keseluruhan sistem.

3) Konsistensi Logis

Prinsip ke tiga dari pemikiran analitik adalah konsistensi logis. Manusia

mempunyai kemampuan untuk menetapkan relasi antar-objek atau antar-pemikiran

sedemikian sehingga koheren, yaitu objek-objek atau pemikiran itu saling terkait dengan

baik dan kaitan mereka menunjukan konsistensi berarti dua hal.

1. Aspek Kuantitatif : bahwa pemikiran atau objek yang serupa di kelompokan menurut

homogen dan relevansinya. Misalnya, anggur dan kelereng dapat dikelompokan

dalam satu set homogen jika kriteria relevannya adalah kebulatan, tetapi tidak bila

kriterianya adalah rasa. Arti konsistensi yang kedua adalah bahwa intensitas relasi

antara gagasan atau antar objek yang didsar pada suatu kriteria tertentu, saling

membenarkan secara logis. Jadi, jika kemanisan merupakan kriteria dan madu dinilai

lima kali lebih manis gula pasir, sementara gula pasir dua kali lebih manis dari pada

molasa, maka madu harus dianggap sepuluh kali lebih manis dari pada molasa. Jika

madu dinilai lebih manis dari pada molasa maka penilaian menjadi tidak konsisten

dan proses itu barang kali perlu diulang jika ingin diperoleh penilaian yang lebih

akurat.

2. Aspek Kualitatif : untuk mendefinisikan persoalan dan hirarkinya, dan aspek

kuantitatif untuk mengekpresikan penilaian dan preferensi secara ringkas da padat.

Proses itu sendiri dirancang untuk mengintegrasika dua sifat ini. Proses ini dengan

Decision Support System 11

Page 12: Laporan dss

UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

jelas menunjukan bahwa demi pengambilan keputusan yang lebih baik, segi kuatitatif

merupakan dasar untuk mengambil keputusan yang sehat dalam situasi yang

kompleks, dimana kita perlu menetapkan prioritas dan melakukan perimbangan.

Untuk menghitung prioritas, kita memerlukan suatu metode praktis untuk

menghasilkan skala bagi pengukuran.

Sehingga kita dapat mengambil kesimpulan tentang proses hirarki analisis (PHA)

yaitu : suatu model yang luwes yang memberikan kesempatan bagi perorangan atau

kelompok untuk membangun gagasan-gagasan dan mendefinisikan persoalan dengan

cara membuat asumsi mereka masing-masing dan memperoleh pemecahan yang

dinginkan darinya.

2.2.3 Perancangan Arsitektur Hirarki

Kebanyakan masalah timbul karena kita tidak tahu dinamika internal suatu sitem

secara cukup rinci untuk mengidentifikasi berbagai hubungan sebab-akibat. Kontribusi

yang terpenting dari Proses Hirarki Analisis (PHA) adalah bahwa proses ini

memungkinkan kita untuk menggambarkan keputusan yang praktis, atas dasar

pemahaman “pra-kausal” yaitu atas berbagai perasaan dan pertimbangan kita tentang

pengaruh relatif suatu variabel terhadap variabel lainnya.

Elemen-elemen hendaknya dibagi dalam kelompok-kelompok yang homogen,

agar dapat dibandingkan secara bermakna terdapat elemen-elemen yang berada setingkat

di atasnya. Satu-satunya pembatasan dalam menata elemen-elemen secara hirarki adalah

bahwa setiap elemen yang berada setingkat diatasnya berfungsi sebagai kriteria untuk

menaksir pengaruh relatif elemen-elemen ditingkat bawah itu.

Hirarki tidak perlu dibuat terlalu atau selalu lengkap, artinya suatu elemen di satu

tingkat tertentu tidak terlalu berfungsi sebagai kriteria bagi semua elemen ditingkat

bawah. Jadi, suatu hirarki dapat dibagi menjadi beberapa sub-hirarki dengan hanya satu

elemen yang sama, yaitu apa yang berada di tingkat tertinggi.

2.2.4 Contoh Perancangan Arsitektur Hirarki

Persoalan memilih mobil, baik yang baru maupun lama, disusun dalam bentuk

hirarki tiga tingkat. Ditingkat dua, berbagai faktor biaya maupun manfaat yang maksuk

dalam pertimbangan pengambilan keputusan dibuat prioritasnya. Kemudian, berbagai

Decision Support System 12

Page 13: Laporan dss

UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

alternatif yang spesifik saling dibandingkan berkenaan dengan setiap faktor di tingkat

dua. Prioritas menyeluruh setiap alternatif menunjukan peringkat serta kekuatan

preferensinya menurut pandangan pembeli. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat contoh di

bawah ini :

Gambar 2. 2 Gambar Proses Hirarki Analisis Pemilihan Mobil

2.2.5 Penetapan Rencana Prioritas

Langkah pertama dalam menetapkan prioritas elemen-elemen dalam suatu

persoalan keputusan adalah dengan membuat pembandingan berpasangan, yaitu elemen-

elemen dibandingkan berpasangan terhadap suatu kriteria yang ditentukan. Untuk

pembandingan berpasangan ini, matriks merupakan bentuk yang lebih disukai. Matriks

menguji konsistensi, memperoleh informasi tambahan dengan jalan membuat segala

pembandingan yang mungkin, dan menganalisi kepekaan prioritas menyeluruh terhadap

perubahan dalam pertimbangan.

Untuk memulai proses perbandingan berpasangan ini, mulailah pada puncak

hirarki untuk memilih kriteria C, atau sifat yang akan digunakan untuk melakukan

pembandingan yang pertama. Lalu, dari tingkat tepat dibawahnya, ambil elemen-elemen

yang akan dibandingkan : A1, A2, A3 dan seterusnya. Untuk lebih jelasnya dapat kita

lihat matriks dibawah ini :

Tabel 2. 1 Tabel Contoh Matriks Penetapan Prioritas

Decision Support System 13

Page 14: Laporan dss

UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Dalam matriks di atas, bandingkan elemen A1 dalam kolom di sebelah kiri

dengan elemen A1, A2, A3 dan seterusnya yang terdapat pada baris atas berkenaan

dengan sifat C disudut kiri atas. Lalu ulangi untuk elemen kolom A2 dan seterusnya.

Untuk mengisi matriks banding berpasangan itu, kita menggunakan bilangan

untuk menggambarkan relatif pentingnya suatu elemen di atas yang lainnya, yang sesuai

dengan kriteria yang telah ditentukan. Tabel berikut ini memuat skala banding

berpasangan. Skala itu mendefinisikan dan menjelaskan nilai 1 sampai 9 yang ditetapkan

bagi pertimbangan dalam membandingkan pasangan elemen yang sejenis disetiap tingkat

hirarki terhadap suatu kriteria yang berada setingkat di atasnya. Untuk lebih jelanya dapat

dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2. 2 Tabel Pertimbangan dalam Membandingkan Pasangan Elemen Sejenis

Intensitas

PentingnyaDefinisi Penjelasan

1Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen menyumbangnya sama

besar pada kriteria yang ada

3

Elemen yang satu sedekit lebih

penting ketimbang yang lainnya

Pengalaman dan pertimbangan sedikit

menyokong satu elemen atas yang

lainnya

5

Elemen yang satu esensial atau

sangat penting ketimbang elemen

yang lainnya

Pengalaman dan pertimbangan dengan

kuat menyokong satu elemen atas

elemen yang lainnya

7

Satu elemen jelas lebih penting

dari elemen yang lainnya

Satu elemen dengan kuat disokong dan

didominasinya telah terlihat dalam

praktek

9

Satu elemen mutlak lebih penting

ketimbang elemen yang lainnya

Bukti yang menyokong elemen yang

lainnya memiliki tingkat penegasan

tertinggi yang mungkin menguatkan

2,4,6,8Nilai-nilai antara diantara dua

pertimbangan yang berdekatan

Kompromi diperlukan antara dua

pertimbangan

Decision Support System 14

Page 15: Laporan dss

UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

2.2.6 Langkah-langkah Proses Hirarki Analisis

Untuk dapat melaksanakan proses analisis dengan menggunakan hirarki, ada

beberapa langkah yang harus ditempuh, yaitu sebagai berikut :

1. Definisikan persoalan dan rinci pemecahan yang diinginkan

2. Struktur hirarki dari sudut pandang manajerial menyeluruh (dari tingkat puncak

sampai tingkat dimana dimungkinkan campur tangan untuk memecahkan persoalan

itu).

3. Buatlah matriks banding berpasangan untuk kontribusi atau pengaruh setiap elemen

yang relevan atau setiap kriteria yang berpengaruh yang berada setingkat di atasnya.

Dalam matriks ini, pasangan-pasangan elemen dibandingkan berkenaan dengan suatu

kriteria di tingkat lebih tinggi. Dalam membandingkan dua elemen, kebanyakan

orang lebih suka memberi suatu pertimbangan yang menunjukan dominasi sebagai

suatu bilangan bulat. Matriks ini memiliki satu tempat untuk memasukkan itu dan

satu tempat lain untuk memasukkan nilai resiprokalnya. Jadi jika satu elemen tak

berkontribusi lebih dari elemen lainnya, elemen yang lainnya ini pasti berkontribusi

lebih dari elemen itu. Bilangan ini dimasukkan dalam tempat yang semestinya dalam

matriks itu dan nilai kebalikannya dalam tempat yang lain itu. Menurut perjanjian,

suatu elemen yang disebelah kiri diperiksa perihal dominasinya atas suatu elemen di

puncak matriks.

4. Dapatkan semua pertimbangan yang diperlukan untuk mengembangkan perangkat

matriks di langkah 3. Jika ada banyak orang yang ikut serta, tugas setiap orang dapat

dibuat sederhana dengan mengalokasikan upaya secara tepat, yang akan kita jabarkan

di bab belakang. Pertimbangan ganda dapat disenitesis dengan memakai rata-rata

geometrik.

5. Setelah mengumpulkan semua data banding berpasang itu dan memasukkan nilai-

nilai kebalikkannya beserta entri bilangan 1 sepanjang diagonal utama, prioritas

dicari dan konsistensi diuji.

6. Laksanakan langkah 3, 4 dan 5 untuk semua tingkat dan gugusan dalam hirarki itu.

7. Gunakan komposisi hirarki (sintesis) untuk membobotkan vektor-vektor prioritas itu

dengan bobot kriteria, dan jumlahkan semua entri prioritas terbobot yang

bersangkutan dengan entri prioritas dari tingkat bawah berikutnya, dan seterusnya.

Hasilnya adalah vektor prioritas menyeluruh untuk tingkat hirarki paling bawah. Jika

hasilnya ada beberapa buah, boleh diambil rata-rata aritmetiknya.

Decision Support System 15

Page 16: Laporan dss

UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

8. Evaluasi konsisten untuk seluruh hirarki dengan mengalikan setiap indeks dengan

konsistensi dengan prioritas kriteria bersangkutan dan menjumlahkan hasil kalinya.

Hasil ini dibagi dengan pernyataan sejenis yang menggunakan indeks konsistensi

acak, yang sesuai dengan dimensi masing-masing matriks. Dengan cara yang sama

setiap indeks konsistensi acak juga dibobot berdasarkan prioritas kriteria yang

bersangkutan dan hasilnya dijumlahkan. Rasio konsistensi hirarki itu harus 10 persen

atau kurang. Jika tidak, mutu informasi itu harus diperbaiki, berangkai dengan

memperbaiki cara menggunakan pertanyaan ketika membuat pembandingan

berpasang. Jika tindakan ini gagal memperbaiki konsistensi, ada kemungkinan

persoalan dikelompokkan di bawah suatu kriteria yang bermakna. Maka kita perlu

balik ke langkah 2, meskipun mungkin hanya bagian-bagian persoalan dari hirarki itu

yang perlu diperbaiki.

2.2.7 Contoh Penggunaan Proses Hirarki Analisis

Kita dapat melihat contoh dalam pemilihan mobil di atas. Untuk lebih jelasnya

dapat kita lihat contoh di bawah ini:

Gambar 2. 3 Gambar Contoh Proses Hirarki Analisis Pemilihan Mobil

1. Membuat matriks perbandingan sebagai berikut :

Tabel 2. 3 Tabel Matriks Pembanding Kriteria Mobil

Kriteria Mobil Kenyamanan Harga Mobil

Kenyamanan 1 1/3 

Harga Mobil 3  1

Jumlah 4  1 1/3

Decision Support System 16

Page 17: Laporan dss

UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Tabel 2. 4 Tabel Matriks Pembanding Kenyamanan

Kenyamanan Suzuki Baleno Honda City Toyota Altis

Suzuki Baleno 1 1/3  1/5 

Honda City 3  1 1/2 

Toyota Altis 5  2  1

Jumlah 9  3 1/3  1 7/10

Tabel 2. 5 Tabel Matriks Pembanding Harga Mobil

Harga Mobil Suzuki Baleno Honda City Toyota Altis

Suzuki Baleno 1 1/2  1/4 

Honda City 3  1  1/5

Toyota Altis 5 5   1

Jumlah 9  6 1/2  1 9/20

2. Tentukan nilai kepentingan untuk setiap masing-masing mobil berdasarkan

kenyamanan setiap mobil. Pada contoh di atas, dimana kenyamanan Toyota Altis 5

(esensial dan sangat penting/preferensi) dibandingkan dengan Suzuki Baleno, dan 3

(sedikit lebih penting/preferensi) lebih nyaman dibandingkan dengan Honda City.

Nilai 1 pada diagonal merupakan nilai identitas dari matriks.

3. Berikutnya kita ingin mensintesis berbagai pertimbangan kita untuk memperoleh

suatu taksiran menyeluruh dari prioritas relatif mobil-mobil ini dikaitkan dengan

kenyamanannya. Untuk itu, kita menjumlahkan nilai-nilai setiap kolom, lalu

membagi setiap entri dalam setiap kolom dengan jumlah pada kolom matriks yang

dinormalisasi. Sedangkan nilai prioritas di dapat dengan jalan merat-ratakan setiap

baris untuk setiap kriteria mobil yang ada.

Tabel 2. 6 Tabel Matriks Normalisasi Kriteria Mobil

Kriteria

MobilKenyamanan

Harga

MobilPrioritas

Prioritas

(desimal)

Kenyamanan 1 3/4 1/4 0.25 

Harga Mobil 3  3/4 3/4 0.75 

Jumlah 4  1    

Decision Support System 17

Page 18: Laporan dss

UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Tabel 2. 7 Tabel Matriks Normalisasi Kenyamanan

Kenyamanan Suzuki Baleno Honda City Toyota Altis PrioritasPrioritas

(desimal)

Suzuki Baleno 1/9 1/10 2/17 8/73 0.11

Honda City 1/3 3/10 5/17 17/55 0.31

Toyota Altis 5/9 3/5 10/17 25/43 0.58

Jumlah 1 1 1

Tabel 2. 8 Tabel Matriks Normalisasi Harga Mobil

Harga Mobil Suzuki Baleno Honda City Toyota Altis PrioritasPrioritas

(desimal)

Suzuki Baleno 1/7  1/13   5/29 3/23  0.13 

Honda City 2/7   2/13  4/29  5/26  0.19

Toyota Altis  4/7 10/13   20/29  67/99  0.68

Jumlah  1  1  1    

4. Terakhir, kita merata-ratakan sepanjang baris dengan menjumlahkan semua nilai

dalam setiap baris dari matriks yang dinormalisasikan itu dan membaginya dengan

banyaknya entri dari setiap baris.

Tabel 2. 9 Tabel Matriks Sintesis Normalisasi Kriteria Mobil

Kriteria MobilKenyamanan

(0,25)

Harga Mobil

(0,75)

Suzuki Baleno  0.13 0.11 

Honda City  0.19  0.31

Toyota Altis  0.68  0.58

Setelah mendapatkan tabel di atas, maka kita akan mengalihkan antara prioritas

kenyaman dengan masing-masing kolomnya, sehingga didapatkan hasil tabel di bawah

ini:

Decision Support System 18

Page 19: Laporan dss

UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Tabel 2. 10 Tabel Matriks Keputusan Pemilihan Mobil

Kriteria MobilKenyamanan

(0,25)

Harga Mobil

(0,75)Prioritas Keterangan

Suzuki Baleno  0.03 0.08  0.11  

Honda City  0.05  0.23  0.28  

Toyota Altis  0.17  0.44  0.61 Pilih ini 

Kemudian jumlahkan setiap baris pada tabel di atas, yang kemudian kita sebut

sebagai prioritas pilihan akhir kita. Berdasarkan tabel di atas, maka kita mendapatkan

bahwa prioritas tertinggi adalah jatuh pada Toyota Altis dengan nilai prioritas sebesar

0.61.

2.2.8 Penentuan Rute Terpendek untuk Mencapai Suatu Tujuan

Penentuan rute adalah hal yang sangat penting dalam permasalahan permindahan

barang atau jasa dari suatu titik ke titik yang lain. Seperti yang kita ketahui dimana jarak

terdekat antara dua titik adalah garis lurus. Secara konsep, pemikiran tersebut akan

menjadi landasan dalam penyusunan dan penentuan rute yang terpendek.

Adapun yang di maksud dengan rute terpendek disini adalah jarak yang harus

ditempuh oleh sebuah moda transportasi untuk mencapai suatu tujuan dari titik awal.

Jarak yang ditempuh haruslah singkat dengan kata lain terpendek. Sampai dengan saat ini

metoda yang digunakan masih berdasarkan heuristic dan mengalami stagnansi

perkembangan selanjutnya. Di dalam praktikum ini, metoda yang digunakan masih

berdasarkan heuristic, tetapi dibantu oleh perangkat-lunak LogWare.

2.3 Inbound Logistics : Supplier Selection Process

2.3.1 Penentuan Rute Optimal untuk Melayani Beberapa Lokasi (Travelling

Salesman Problem / TSP)

Pada modul praktikum sebelumnya, kita sudah mengenal tentang rute terpendek

yang harus ditempuh oleh suatu moda transportasi. Sekarang yang kita bahas adalah

tentang bagaimana suatu moda transportasi harus melakukan pelayanan dalam artian

”mengunjungi” beberapa titik tujuan layanan.

Decision Support System 19

Page 20: Laporan dss

UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Adapun yang dimaksud dengan titik tujuan layanan di sini adalah tujuan-tujuan

yang harus disinggahi oleh suatu moda transportasi untuk dapat menyelesaikan tugasnya

dalam suatu jaringan jarak tertentu. Misalnya, seorang salesman yang ingin mengunjungi

beberapa kota untuk menawarkan barang atau jasa dagangannya. Salesman tersebut harus

melalui semua kota yang akan dikunjungi dengan catatan tidak boleh melalui titik yang

sama lebih dari satu kali. Dengan kata lain, setiap node dalam jaringan harus dikunjungi

(jika memang harus disinggahi) satu kali saja. Perlu diperhatikan bahwa salesman

tersebut harus kembali ke titik awalnya dari pertama kali dia berangkat.

Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah Travelling Salesman Problem

(TSP). Metode ini pertama kali dikembangkan oleh seorang salesman di Amerika pada

tahun 1960-an. Salesman tersebut merasa dirinya rugi dalam perjalanannya jika sedang

menawarkan produknya. Maka ia mulai berpikir untuk mencari rute yang paling optimal

untuk dapat menawarkan produknya ke seluruh kota di daerahnya penjualannya dengan

tidak membuang-buang waktu dan dana jika harus melewati suatu kota dari satu kali. Hal

inilah yang melatarbelakangi perkembangan metode ini.

Decision Support System 20

Page 21: Laporan dss

UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

BAB III

METODOLOGI

3.1 Flowchart Tahapan Penyelesaian Masalah

Decision Support System 21

Page 22: Laporan dss

UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

3.2 Uraian Flowchart Tahapan Penyelesaian Masalah

Sebelum melakukan praktikum setidaknya praktikan harus mengetahui dan

memahami apa yang akan dihadapi dalam praktikum kali ini dengan membaca buku yang

berkaitan dengan materi praktikum decision support system.

Penyusunan Arsitektur Hirarki

Decision Support System 22

Page 23: Laporan dss

UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

1. Menentukan goal setting dari persoalan yang dihadapi.

2. Menentukan constraint dari persoalan yang dihadapi agar persoalan tidak

menjadi besar.

3. Menentukan criteria dari setiap constraint.

4. Menentukan sub criteria dari setiap criteria agar menjadi lebih jelas apa yang

akan dituju.

5. Menentukan alternatif-alternatif untuk menyelesaikan masalah sesuai dengan

tujuan yang ingin dicapai.

Outbound Logistics : Warehouse Selection Process

1. Membuat Proses Hirarki Analisis dari persoalan tersebut.

2. Menggunakan software Expert Choice untuk membantu menyelesaikan masalah.

3. Melakukan perhitungan manual dengan cara membuat matriks pembanding dan

memberinya nilai kepentingan atau pembobotan, membuat matriks normalisasi,

membuat matriks sintesis normalisasi, dan membuat matriks keputusan.

4. Membandingkan hasil perhitungan manual dengan hasil dari software Expert

Choice.

Inbound Logistics : Suuplier Selection Process

1. Membuat Proses Hirarki Analisis dari persoalan tersebut.

2. Menggunakan software Expert Choice untuk menentukan supplier yang dipilih.

3. Menggunakan software Logware untuk membantu dalam menentukan rute

optimal dalam jaringan jalan kota yang harus dilayani.

Setelah semua data selesai diolah, maka praktikan menganalisis data tersebut.

Setelah dianalisis, praktikan membuat kesimpulan dan saran dari praktikum yang telah

dilakukan..

BAB IV

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Decision Support System 23

Page 24: Laporan dss

UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

4.1 Pengumpulan Data

4.1.1 Pengumpulan Data Proses Penyusunan Arsitektur Hirarki

Pembuatan arsitektur untuk permasalahan di bawah ini :

1. Penentuan rencana dalam pembuatan sebuah restaurant.

Petunjuk/ hints :

Lokasi

Tenaga kerja

Ruangan/ room space

Menu

Advertising/ periklanan

2. Penentuan rencana dalam pembelian sebuah motor sebagai kendaraan untuk

mendukung mobilisasi

Petunjuk/ hints:

Kapasitas mesin

Merek

Jenis

Kenyamanan

4.1.2 Pengumpulan Data Outbound Logistics : Warehouse Selection Process

1) Pemilihan Lokasi Gudang

PT. UdaTimEx adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang distribusi

kondom dengan merek HurungWae® dan berlokasi di kota Bandung. Ternyata pada

tahun 2000 sampai dengan 2003 perusahaan mengalami permintaan yang sangat luar

biasa membludak. Hal ini menyebabkan para pemimpin perusahaan harus membuka titik

penjualan (sales-point) di beberapa kota di sekitar Bandung. Setelah dilakukan rapat

terpadu yang dilakukan pimpinan perusahaan, menetapkan 3 kota yang akan menjadi

tujuan titik penjualan. Setelah dirembuk ulang, ternyata perusahaan lebih baik menyewa

gudang sebagai titik distribusi utamanya (main distribution point). Titik distribusi ini

diharapkan dapat menjadi saluran-saluran distribusi ke daerah titik penjualan di sekitar

kota tujuan perluasannya. Adapun ketiga kota tujuan perluasan tersebut adalah sebagai

berikut:

a. Kota Tasikmalaya

Decision Support System 24

Page 25: Laporan dss

UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

b. Kota Ciamis

c. Kota Cianjur

Perusahaan di Bandung harus memilih kota mana yang akan dipilih untuk

dijadikan gudang satelit dalam mendukung perluasan penjulan produknya. Mengingat

perusahaan mempunyai dana yang terbatas, saat ini perusahaan hanya mampu untuk

melakukan perluasan pada satu kota saja.

Menurut hasil penelitian pasar yang telah dilakukan oleh departemen pemasaran

perusahaan tersebut, ternyata didapat empat parameter yang akan menjadi basis dalam

penentuan prioritas penentuan prioritas penentuan lokasi gudang dikota tujuan perluasan

baru. Keempat parameter tersebut adalah sebagai berikut:

a. Jarak terhadap kota Bandung

b. Kapasitas gudang

c. Harga sewa gudang

d. Jumlah permintaan

4.1.3 Pengumpulan Data Inbound Logistics : Supplier Selection Process

1) Kasus Pertama : Pemilihan Pemasok

Pada modul praktikum sebelumnya (modul 2 : outbound logistics), kita telah

dapat menentukan lokasi mana yang akan kita gunakan sebagai perluasan penjualan kita

dengan jalan mempunyai gudang di kota yang telah ditentukan. Seandainya, lokasi telah

dapat kita tentukan, sekarang yang menjadi permasalahan di sini adalah bagaimana

menentukan pemasok untuk kota atau lokasi baru yang telah kita tentukan.

PT UdaTimEx, telah berhasil dan sepakat untuk menentukan lokasi baru untuk

gudang barunya. Sekarang yang menjadi permasalahan dimiliki oleh perusahaan adalah

memilih pemasok mana yang nantinya akan memasok produk kondomnya ke gudang di

lokasi barunya tersebut. Ternyata perusahaan mendapt proposal dari perusahaan pemasok

kondom HurungWae® sebanyak dua perusahaan. Adapun perusahaan tersebut adalah

sebagai berikut:

a. PT. Selepath Selipith, perusahaan pemok yang cukup ternama dan telah berhasil

sebagai pemasok kondom terbesar di Thailand.

b. PT. Tarompah Batha, perusahaan pemasok yang cukup ternama dan telah

berhasil sebagai pemasok kondom terbesar di Filipina.

Decision Support System 25

Page 26: Laporan dss

UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Bagian Pengembangan Pemasaran PT UdaTimEx telah melakukan evaluasi

terhadap proposal yang ditawarkan oleh kedua perusahaan pemasok tersebut, dan ternyata

mereka sepakat untuk menentukan kriteria pemilihan sebagai berikut :

a. Quality (kualitas) adalah kualitas dari pelayanan terhadap pemenuhan permintaan

dalam artian seberapa cepat tingkat responsifitas pemasok dalam memenuhi

permintaan.

b. Cost (harga) adalah harga dari biaya yang ditimbulkan akibat proses pengadaan

produk untuk memenuhi kebutuhan. Biaya di sini adalah besarnya ongkos yang

dibayarkan kepada pemasok oleh PT. UdaTimEx untuk dapat memenuhi kebutuhan

akan produknya.

c. Delivery (pengiriman) adalah waktu yang diperlukan untuk dapat melakukan

pengantaran produknya oleh pemasok untuk memenuhi kebutuhan lokasi di mana

gudang baru tersebut berada.

Berdasarkan parameter yang telah ditentukan di atas, bagian pengembangan

pemasaran PT. UdaTimEx mencoba untuk menentukan pemasok manakah yang akan

dipilih?

Ternyata kedua pemasok tersebut juga memasok beberapa perusahaan distributor

lainnya di beberapa kota. Hal ini mengakibatkan PT. UdaTimEx harus memikirkan rute

optimal yang sebaiknya dilalui oleh pemasok dalam melakukan pekerjaannya.

Bagaimanakah rute optimal yang sebaiknya digunakan oleh para perusahaan pemasok?

2) Kasus Kedua : Penentuan Rute Optimal untuk Melayani Beberapa Lokasi

Jaringan Jalan Kota yang Harus Dilayani

Setelah kita mendapatkan pemasok yang terbaik berdasarkan prioritas yang telah

disepakati seperti di atas. Sekarang saatnya Anda diharuskan menentukan rute pelayanan

yang harus ditempuh untuk mendistribusikan produknya ke lokasi gudang penyimpanan

yang baru.

Berikut ini adalah jaringan yang menghubungkan perusahaan pemasok dengan

kota-kota tujuan yang harus dilayaninya dalam pengiriman barang pasokannya.

Decision Support System 26

Page 27: Laporan dss

UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Gambar 4. 1 Gambar Jaringan Layanan Pemasok PT Selepath Selepith

Gambar 4. 2 Gambar Jaringan Layanan Pemasok PT Tarompah Batha

Berdasarkan kedua jaringan di atas, coba bantu perusahaan pemasok dalam

menentukan rute yang sebaiknya ditempuhnya untuk mengantarkan barang pasokannya

ke gudang baru yang kita miliki.

Dimana:

A adalah kota 1 yang harus dilayani perusahaan pemasok

B adalah kota 2 yang harus dilayani perusahaan pemasok

C adalah kota 3 yang harus dilayani perusahaan pemasok

D adalah kota 4 yang harus dilayani perusahaan pemasok

Decision Support System 27

Page 28: Laporan dss

UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Tentukanlah jalur yang optimal untuk mencapai kota gudang baru yang telah

dipilih pada penentuan lokasi sebelumnya, dimana perusahaan juga harus tetap dapat

memasok ke kota-kota lainnya. Di sini, kita ditugaskan untuk memberikan masukkan

kepada perusahaan pemasok untuk dapat memilih dan menentukan rute yang paling

optimal.

4.2 Pengolahan Data

4.2.1 Pengolahan Data Proses Penyusunan Arsitekture Hirarki

1) Penentuan Bisnis Restaurant

Goal Setting :

Penentuan Bisnis Restaurant

Constraint :

Advertising

Lokasi

Tenaga Kerja

Ruangan

Menu

Criteria :

Media Cetak

Media Elektronik

Pusat Kota

Pinggiran Kota

Koki

Manajer

Pelayan

Smoking Area

Non-smoking Area

Italian Food

Seafood

Fast Food

Sub Criteria :

Decision Support System 28

Page 29: Laporan dss

UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Koran

Majalah

Televisi

Radio

Pusat Pertokoan

Mall

Tempat Wisata

Lulusan Perhotelan

Pria

Lulusan S1 Manajemen

Pekerja keras

Lulusan SMA

Pria/ Wanita

Ruangan Non-AC

Alam Terbuka

VIP

Ruangan ber-AC

Pasta

Pizza

Cumi Saus Tiram

Udang Asam Manis

Burger

Wafel

Alternatif :

Franchise Restaurant

Family Restaurant

Seafood Restaurant

2) Arsitektur Hirarki Proses Penentuan Bisnis Restaurant

Decision Support System 29

Page 30: Laporan dss

UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Gambar 4. 3 Gambar AHP Penentuan Bisnis Restaurant

3) Penentuan Pembelian Motor

Goal Setting :

Decision Support System 30

Page 31: Laporan dss

UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Penentuan Pembelian Motor

Constraint :

Kapasitas Mesin

Merek

Warna

Kenyaman

Criteria :

Besar

Kecil

Podusen Motor

Kualitas

Gelap

Terang

Posisi Tangki Bensin

Jok

Sub Criteria :

500 cc

750 cc

110 cc

125 cc

Buatan Korea

Buatan Jepang

Irit Bensin

Hitam

Biru

Merah

Putih

Di depan

Di bawah jok

Empuk

Decision Support System 31

Page 32: Laporan dss

UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Keras

Alternatif :

Yamaha

Suzuki

Honda

Kymco

4) Arsitektur Hirarki Proses Penentuan Pembelian Motor

Decision Support System 32

Page 33: Laporan dss

UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Gambar 4. 4 Gambar AHP Penentuan Pembelian Motor

4.2.2 Pengolahan Data Oubound Logistics : Warehouse Selection Process

Decision Support System 33

Page 34: Laporan dss

UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

1) Pemilihan Lokasi Gudang

a. Proses Hirarki Analisis Pemilihan Lokasi Gudang

Gambar 4. 5 Gambar Proses Hirarki Analisis Pemilihan Lokasi Gudang

b. Pemilihan Lokasi Gudang Menggunakan Sofware Expert Choice

Berikut ini adalah langkah-langkah untuk memilih lokasi gudang dengan

menggunakan sofware Expert Choice.

Gambar 4. 6 Gambar Tampilan Expert Choice Pemilihan Lokasi Gudang

Decision Support System 34

Page 35: Laporan dss

UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Gambar 4. 7 Gambar Tampilan Expert Choice Pembobotan Tiap-tiap Kriteria

Gambar 4. 8 Gambar Tampilan Pembobotan Masing-masing Alternatif Terhadap Kriteria Jarak

terhadap Kota Bandung

Gambar 4. 9 Gambar Tampilan Pembobotan Masing-masing Alternatif Terhadap Kriteria

Kapasitas Gudang

Decision Support System 35

Page 36: Laporan dss

UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Gambar 4. 10 Gambar Tampilan Pembobotan Masing-masing Alternatif Terhadap Kriteria Harga

Sewa Gudang

Gambar 4. 11 Gambar Tampilan Pembobotan Masing-masing Alternatif Terhadap Kriteria Jumlah

Permintaan

Gambar 4. 12 Gambar Tampilan Prioritas Masing-masing Kriteria

Decision Support System 36

Page 37: Laporan dss

UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Gambar 4. 13 Gambar Tampilan Sintesis terhadap Kriteria Jarak terhadap Kota Bandung

Gambar 4. 14 Gambar Tampilan Sintesis terhadap Kriteria Kapasitas Gudang

Gambar 4. 15 Gambar Tampilan Sintesis terhadap Kriteria Harga Sewa Gudang

Decision Support System 37

Page 38: Laporan dss

UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Gambar 4. 16 Gambar Tampilan Sintesis terhadap Kriteria Jumlah Permintaan

Gambar 4. 17 Gambar Tampilan Sintesis terhadap Goal Setting Pemilihan Lokasi Gudang

Berdasarkan hasil perhitungan dengan Expert Choice, maka lokasi gudang yang

dipilih adalah Kota Cianjur dengan nilai prioritas sebesar 0,464 atau 46,4%.

c. Pemilihan Lokasi Gudang dengan Perhitungan Manual

Berikut ini adalah perhitungan matriks untuk mendapatkan nilai prioritas pemilihan lokasi gudang.

Tabel 4. 1 Tabel Matriks Pembandingan Kriteria Lokasi Gudang

Decision Support System 38

Page 39: Laporan dss

UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Tabel 4. 2 Tabel Matriks Pembandingan Jarak terhadap kota Bandung

Tabel 4. 3 Tabel Matriks Pembandingan Kapasitas Gudang

Tabel 4. 4 Tabel Matriks Pembandingan Harga Sewa Gudang

Decision Support System 39

Page 40: Laporan dss

UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Tabel 4. 5 Tabel Matriks Pembandingan Jumlah Permintaan

Tabel 4. 6 Tabel Matriks Normalisasi Kriteria Lokasi Gudang

Tabel 4. 7 Tabel Matriks Normalisasi Jarak terhadap kota Bandung

Decision Support System 40

Page 41: Laporan dss

UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Tabel 4. 8 Tabel Matriks Normalisasi Kapasitas Gudang

Tabel 4. 9 Tabel Matriks Normalisasi Harga Sewa Gudang

Tabel 4. 10 Tabel Matriks Normalisasi Jumlah Permintaan

Decision Support System 41

Page 42: Laporan dss

UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Tabel 4. 11 Tabel Matriks Sistesis Normalisasi

Tabel 4. 12 Tabel Matriks Keputusan

Berdasarkan hasil perhitungan matriks pemilihan lokasi gudang, dipilih di kota

Cianjur dengan nilai prioritas sebesar 0,449 atau 44,9 %.

4.2.3 Pengolahan Data Inbound Logistics : Supplier Selection Process

1) Kasus Pertama : Pemilihan Pemasok

a. Proses Hirarki Analisis Pemilihan Pemasok PT UdaTimEx

Gambar 4. 18 Gambar Proses Hirarki Analisis Pemilihan Pemasok PT UdaTimEx

Decision Support System 42

Page 43: Laporan dss

UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

b. Pemilihan Pemasok PT UdaTimEx Menggunakan Sofware Expert Choice

Berikut ini adalah langkah-langkah untuk memilih pemasok PT UdaTimEx

dengan menggunakan sofware Expert Choice.

Gambar 4. 19 Gambar Tampilan Expert Choice Pemilihan Pemasok PT UdaTimEx

Gambar 4. 20 Gambar Tampilan Expert Choice Pembobotan Tiap-tiap Kriteria Pemilihan

Pemasok

Gambar 4. 21 Gambar Tampilan Pembobotan Masing-masing Alternatif Terhadap Kriteria

Kualitas

Decision Support System 43

Page 44: Laporan dss

UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Gambar 4. 22 Gambar Tampilan Pembobotan Masing-masing Alternatif Terhadap Kriteria Harga

Gambar 4. 23 Gambar Tampilan Pembobotan Masing-masing Alternatif Terhadap Kriteria

Pengiriman

Gambar 4. 24 Gambar Tampilan Prioritas Masing-masing Kriteria Pemilihan Pemasok

Decision Support System 44

Page 45: Laporan dss

UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Gambar 4. 25 Gambar Tampilan Sintesis terhadap Kriteria Kualitas

Gambar 4. 26 Gambar Tampilan Sintesis terhadap Kriteria Harga

Gambar 4. 27 Gambar Tampilan Sintesis terhadap Kriteria Pengiriman

Decision Support System 45

Page 46: Laporan dss

UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Gambar 4. 28 Gambar Tampilan Sintesis terhadap Goal Setting Pemilihan Pemasok

Berdasarkan hasil perhitungan dengan Expert Choice, maka pemilihan pemasok

PT UdaTimEx adalah PT Tarompah Batha dengan nilai prioritas sebesar 0,754 atau

75,4%.

c. Pemilihan Pemasok dengan Perhitungan Manual

Berikut ini adalah perhitungan matriks untuk mendapatkan nilai prioritas pemasok PT UdaTimEx

Tabel 4. 13 Tabel Matriks Pembandingan Kriteria Pemasok PT UdaTimEx

Tabel 4. 14 Tabel Matriks Pembandingan Kualitas

Decision Support System 46

Page 47: Laporan dss

UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Tabel 4. 15 Tabel Matriks Pembandingan Harga

Tabel 4. 16 Tabel Matriks Pembandingan Pengiriman

Tabel 4. 17 Tabel Matriks Normalisasi Kriteria Pemasok PT UdaTimEx

Tabel 4. 18 Tabel Matriks Normalisasi Kualitas

Decision Support System 47

Page 48: Laporan dss

UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Tabel 4. 19 Tabel Matriks Normalisasi Harga

Tabel 4. 20 Tabel Matriks Normalisasi Harga Pengiriman

Tabel 4. 21 Tabel Matriks Sintesis Normalisasi Pemasok PT UdaTimEx

Tabel 4. 22 Tabel Matriks Keputusan Pemasok PT UdaTimEx

Berdasarkan hasil perhitungan matriks, pemilihan pemasok untuk PT UdaTimEx

adalah pemasok PT Tarompah Batha dengan nilai prioritas sebesar 0,756 atau 75,6 %.

Decision Support System 48

Page 49: Laporan dss

UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

2) Kasus : Penentuan Rute Optimal Menggunakan Software Logware

a. Penentuan Rute Optimal PT Selepath Selepith

Gambar 4. 29 Gambar Tampilan Koordinat dan Hubungan antar Node pada Jaringan Rute PT

Selepath Selepith

Gambar 4. 30 Gambar Tampilan Shortest Route Methode Solution Result untuk PT Selepath

Selepith

Decision Support System 49

Page 50: Laporan dss

UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Total Rute Cost 105

Gambar 4. 31 Gambar Peta Lokasi yang Harus Ditempuh Berdasarkan Rute Terpendek untuk PT

Selepath Selepith

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan sofware Logware,

sebaiknya pemasok PT Selepath Selepith melakukan perjalanannya dari PT Selepath

Selepith menuju kota A, lalu ke kota C, kemudian ke gudang baru. Total biaya yang

dikeluarkan hanya sebesar 105.

b. Penentuan Rute Optimal PT Tarompah Batha

Gambar 4. 32 Gambar Tampilan Koordinat dan Hubungan antar Node pada Jaringan Rute PT

Tarompah Batha

Decision Support System 50

Page 51: Laporan dss

UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Gambar 4. 33 Gambar Tampilan Shortest Route Methode Solution Result untuk PT Tarompah

Batha

Total Route Cost 90

Gambar 4. 34 Gambar Peta Lokasi yang Harus Ditempuh Berdasarkan Rute Terpendek untuk PT

Tarompah Batha

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan sofware Logware,

sebaiknya pemasok PT Tarompah Batha melakukan perjalanannya dari PT Tarompah

Batha menuju kota D, kemudian ke gudang baru. Total biaya yang dikeluarkan hanya

sebesar 90.

Decision Support System 51

Page 52: Laporan dss

UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

BAB V

ANALISIS HASIL PENGOLAHAN DATA

5.1 Analisis Proses Penyusunan Arsitektur Hirarki

Dalam setiap pekerjaan kita selalu menemui persoalan dan persoalan-persoalan

tersebut harus segera diselesaikan. Untuk membantu dalam memecahkan persoalan

tersebut dapat digunakan penyusunan arsitektur keputusan. Penyusunan arsitektur

keputusan ini terdiri dari beberapa tahapan, yaitu menentukan tujuan dari pemecahan

persoalan yang sedang dihadapi, menentukan pembatas persoalan agar tidak semakin luas

persoalannya, menentukan kriteria dan sub kriteria, dan terakhir menantukan alternatif-

alternatif dalam memecahkan persoalan tersebut.

Penyusunan suatu persoalan akan menghasilkan suatu keputusan yang jelas dan

terarah jika kita memperhatikan beberapa hal penting, seperti cara pandang kitadalam

melihat suatu persoalan, menyusun pertimbangan-pertimbangan kita secara hirarki,

menetapkan tujuan dari pemecahan persoalannya, dan berpikir secara rasionalitas.

Untuk praktikum kali ini kita dihadapkan pada dua persoalan, yaitu menentukan

bisnis restaurant dan menentukan pembelian motor. Untuk menentukan bisnis restaurant,

pembatasan dari persoalan ini adalah advertising/periklanan, lokasi, tenaga kerja,

ruangan, dan menu. Dari pembatasan masalah periklanan yang menjadi kriterianya antara

lain, media cetak dan media elektronik. Dari pembatasan masalah lokasi yang menjadi

kriterianya antara lain, pusat kota dan pinggiran kota. Dari pembatasan masalah tenaga

kerja yang menjadi kriterianya antara lain, koki, manajer, dan pelayan. Dari pembatasan

masalah ruangan yang menjadi kriterianya antara lain, smooking area dan non-smooking

area. Dari pembatasan masalah menu yang menjadi kriterianya antara lain, italian food,

seafood, dan fastfood.

Agar kriteria-kriteria tersebut lebih jelas, maka kita perjelas dengan sub-sub

kriteria dari setiap kriteria yang ada. Dari kriteria media cetak agar lebih jelas lagi, maka

yang dimaksud dari media cetak tersebut seperti koran dan majalah, sedangkan yang

dimaksud dengan media elektronik yaitu radio dan televisi. Dari kriteria pusat kota

diperjelas lagi seperti membuka restaurant di mall atau di pusat pertokoan, sedangkan

untuk pinngiran kotanya kita dapat membuka restaurant di tempat wisata karena tempat

wisata banyak dikunjungi orang, sehingga kemungkinan orang yang akan datang ke

Decision Support System 52

Page 53: Laporan dss

UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

restaurant yang akan kita buka juga makin banyak. Dari masalah tenaga kerja kita pecah

menjadi tiga bagian, yaitu koki, manajer, dan pelayan. Seorang koki harus memiliki

persyaratan seperti lulusan perhotelan dan seorang pria. Untuk posisi manajer harus

memiliki persyaratan lulusan Sarjana Manajemen dan pekerja keras agar bisnis restaurant

yang akan dibuka laku dan banyak pengunjungnya. Untuk posisi pelayan, persyaratan

yang harus dimiliki antara lain, minimal lulusan SMA dan seorang pria atau wanita.

Tata letak ruangan restaurant juga merupakan hal penting yang harus dipikirkan

dalam perencanaan bisnis restaurant. Untuk smooking area, kita buat ruangan yang tidak

ber-AC dan bisa juga bertemakan alam terbuka, sedangkan untuk ruangan yang non-

smooking area, kita buat ruangan yang ber-AC agar pengunjung lebih nyaman dalam

menikmati hidangannya atau ruangan VIP bagi orang yang menginginkan privasinya.

Dalam menentukan perencanaan bisnis restaurant tidak lepas dari masalah menu

yang akan disajikan untuk para pengunjung. Untuk menu yang berbau italian food dapat

kita sajian seperti aneka pasta dan pizza. Untuk menu yang berbau seafood dapat kita

sajikan cumi saus tiram atau udang asam manis. Untuk menu fastfood kita dapat

menyajikan berbagai macam burger dan wafel.

Setelah kita tentukan pembatas, kriteria, dan sub kriteria, maka semakin jelas

arah pemecahan masalah. Untuk alternatif bisnis restaurant kita bisa membuat bisnis

family restaurant, fastfood restaurant, atau seafood restaurant.

Satu lagi persoalan yang sedang dihadapi adalah penentuan pembelian motor

yang akan dibeli. Apalagi saat ini banyak sekali motor-motor yang ditawarkan. Untuk itu

kita menyusun arsitektur keputusan untuk membantu dalam memecahkan persoalan

pembelian motor.

Untuk menentukan pembelian motor, kita membatasi apa saja yang perlu

dipertimbangkan dalam membeli mobil. Pembatasan pembelian motor antara lain,

kapasitas mesin, merek, warna, dan kenyamanan. Dari masing-masing pembatasan

masalah ini kita tentukan kriteria-kriterianya. Untuk kapasitas mesin, yang menjadi

kriterianya adalah motor dengan kapasitas mesin yang besar atau kecil. Untuk merek,

yang menjadi kriterianya yaitu berdasarkan produsen motor dan kualitas motornya. Dari

segi warna, yang menjadi kriterianya yaitu warna gelap atau terang. Dari segi

kenyamanan, yang menjadi kriterianya antara lain posisi tangki bensin dan jok motor.

Agar kriteria-kriteria tersebut lebih jelas dan terarah, maka diperjelas lagi

menjadi sub-sub kriteria. Yang dimaksud dengan kapasitas mesin yang besar yaitu motor

dengan kapasitas 500 cc dan 750 cc, sedangkan motor yang berkapasitas kecil yaitu 110

Decision Support System 53

Page 54: Laporan dss

UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

cc dan 125 cc. Untuk produsen motor, apakah merek motor dengan buatan Korea atau

buatan Jepang. Untuk kualitas motor dilihat dari apakah motor tersebut irit bensin atau

tidak. Motor tentu saja banyak warnanya, untuk warna yang gelap sub kriterianya adalah

warna hitam dan biru, sedangkan warna yang terang misalnya saja warna merah dan

putih. Posisi tangki bensin juga menentukan motor itu nyaman atau tidak, ada yang posisi

tangkinya di depan dan ada juga yang posisi tangkinya di bawah jok, sehingga ketika

mengisi bensin, pengendara harus turun dari motor dan mengangkat jok motornya. Ketika

pengendara motor menaiki motornya, jok juga merupakan hal yang penting, apakah

menginginkan jok yang empuk atau keras.

Setelah kita tentukan pembatas, kriteria, dan sub kriteria, maka semakin jelas

arah pemecahan masalah pembelian motor. Untuk alternatif pembelian motornya kita bisa

memilih motor dari merek Yamaha, Suzuki, Honda, atau Kymco.

5.2 Analisis Outbound Logistics : Warehouse Selection Process

Persoalan dalam perusahaan manufaktur maupun perusahaan logistik sangat

banyak. Salah satunya adalah masalah pergudangan terutama masalah lokasi gudang agar

biaya yang dikeluarkan tidak terlalu banyak, sehingga dapat mengurangi biaya produksi

suatu produk.

PT UdaTimEx adalah sebuah perusahaan yang berlokasi di kota Bandung dan

perusahaan ini akan mengadakan perluasan usahanya. Untuk perluasan usahanya ini,

perusahaan perlu menyewa gudang baru untuk sistem distribusi utamanya. Yang menjadi

permasalahn PT UdaTimEx ini adalah pemilihan lokasi untuk gudang barunya. Untuk

lokasi gudang barunya tersebut, PT UdaTimEx mempertimbangkan beberapa faktor,

yaitu jarak gudang terhadap kota Bandung dimana perusahaan ini berada, kapasitas

gudangnya, harga sewa gudangnya agar tidak mengeluarkan biaya yang besar, dan jumlah

permintaan. Dari beberapa faktor tersebut, maka ada beberapa alternatif lokasi gudang

baru ini antara lain, kota Tasikmalaya, Ciamis, dan Cianjur.

Untuk membantu dalam menentukan pemilihan lokasi gudang tersebut, dibantu

dengan menggunakan software Expert Choice dan perhitungan manual. Berikut ini adalah

perbandingan hasil pemilihan lokasi gudang dengan menggunakan software Expert

Choice dan perhitungan manual.

Decision Support System 54

Page 55: Laporan dss

UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Tabel 5. 1 Tabel Perbandingan Nilai Prioritas antara Expert Choice dengan Perhitungan Manual

Dari tabel di atas kita bisa lihat bahwa ada perbedaan nilai antara

perhitungan menggunakan software Expert Choice dengan perhitungan manual.

Dalam perhitungan Expert Choice, prioritas untuk jarak terhadap kota Bandung

adalah 0.083, sedangkan dengan perhitungan manual nilainya 0.084. Begitu pula

untuk prioritas kapasitas gudang, dalam Expert Choice nilainya 0.192, sedangkan

perhitungan manualnya lebih besar, yaitu 0.196. untuk nilai prioritas harga sewa

gudang yang menggunakan Expert Choice nilainya 0.153, sedangkan dengan

perhitungan manual nilainya 0.155. Dan nilai prioritas jumlah permintaan dengan

Expert Choice bilainya 0.571, sedangkan dengan perhitungan manual nilainya

lebih kecil, yaitu 0.565. Perbedaan nilai prioritas ini dapat terjadi karena

pembulatan niali yang dilakukan Expert Choice dan perhitungan manual yang

tidak sama, sehingga nilainya pun berbeda.

Selain nilai prioritas, perbedaan nilai juga terlihat dalam matriks keputusan

antara Expert Choice dengan perhitungan manualnya. Berikut ini adalah

perbandingan nilai keputusan antara menggunakan Expert Choice dengan

perhitungan manual.

Tabel 5. 2 Tabel Perbandingan Hasil Keputusan Pemilihan Lokasi Gudang

Decision Support System 55

Page 56: Laporan dss

UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Tabel di atas memperlihatkan perbedaan nilai keputusan antara

perhitungan dengan Expert Choice dan perhitungan manual. Dari hasil

perhitungan Expert Choice, kota Tasikmalaya memiliki nilai prioritas sebesar

0.359, sedangkan dengan perhitungan manualnya lebih besar, yaitu sebesar 0.364.

Kota Ciamis memiliki nilai prioritas 0.177 dengan menggunakan Expert Choice,

tetapi dengan perhitungan manualnya 0.187. Dan kota Cianjur dengan Expert

Choice memiliki nilai prioritas 0.464, sedangkan dengan perhitungan manual

nilainya 0.449.

Meskipun nilainya berbeda, namun keputusan pemilihan lokasi gudang

baru untuk PT UdaTimEx jatuh pada kota Cianjur, yaitu sebesar 46.4 % dengan

menggunakan software Expert Choice dan 44.9% dengan perhitungan manual.

5.3 Analisis Inbound Logistics : Supplier Selection Process

Perusahaan manufaktur maupun perusahaan logistik pasti memiliki kerja sama

dengan perusahaan lain yang menyediakan bahan-bahan baku untuk memenuhi

kebutuhan perusahaan tersebut yang disebut sebagai supplier.

Untuk kasus pertama PT UdaTimEx adalah perusahaan tersebut memiliki

permasalahan dalam menentukan pemasok untuk produknya ke gudang barunya tersebut.

Jadi fokus pada persoalan kali ini adalah pemilihan pemasok untuk PT UdaTimEx. Untuk

pemilihan pemasok ini ada beberapa faktor sebagai bahan pertimbangan diantaranya

adalah kualitas, harga, dan pengiriman. Kualitas di sini adalah kualitas dari pelayanan

terhadap pemenuhan permintaan dalam artian seberapa cepat tingkat responsifitas

pemasok dalam memenuhi permintaan. Faktor harga merupakan harga dari biaya yang

ditimbulkan akibat proses pengadaan produk untuk memenuhi kebutuhan. Biaya di sini

adalah besarnya ongkos yang dibayarkan kepada pemasok oleh PT UdaTimEx untuk

dapat memenuhi kebutuhan akan produknya. Faktor pengiriman merupakan waktu yang

diperlukan untuk dapat melakukan pengantaran produknya oleh pemasok untuk

memenuhi kebutuhan ke lokasi di mana gudang baru tersebut berada.

Dari beberapa faktor sebagai bahan pertimbangan, alternatif pemasok yang akan

dipilih adalah antara PT Selepath Selepith dan PT Tarompah Batha. Untuk membantu

dalam memecahkan masalah pemilihan pemasok ini dibantu dengan menggunakan

software Expert Choice, namun dihitung juga secara manual untuk bahan perbandingan.

Decision Support System 56

Page 57: Laporan dss

UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Berikut ini adalah perbandingan nilai prioritas antar faktor dalam perhitungan

Expert Choice maupun perhitungan manual.

Tabel 5. 3 Tabel Perbandingan Prioritas Pemilihan Pemasok PT UdaTimEx

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ada perbedaan antara nilai prioritas

perhitungan Expert Choice dengan perhitungan manual. Untuk nilai prioritas kualitas,

perhitungan Expert Choice memiliki nilai prioritas 0.474, sedangkan perhitungan

manualnya hanya 0.472. Untuk nilai prioritas harga dengan Expert Choice nilainya 0.149,

sedangkan perhitungan manualnya lebih besar, yaitu sebesar 0.151. Nilai prioritas

pengiriman dengan Expert Choice nilainya sebesar 0.376, sedangkan perhitungan

manualnya sebesar 0.377. Dilihat dari besarnya nilai prioritas, yang menjadi faktor paling

penting dari pemasok untuk PT UdaTimEx adalah faktor kualitas.

Selain nilai prioritas pada setiap faktor ada perbedaan, nilai prioritas untuk

keputusan juga ada sedikit perbedaan. Berikut ini adalah perbandingan nilai prioritas

keputusan antara menggunakan Expert Choice dengan perhitungan manual.

Tabel 5. 4 Tabel Perbandingan Hasil Keputusan Pemilihan Pemasok PT UdaTimEx

Tabel di atas terlihat adanya perbedaan nilai prioritas keputusan antara hasil

Expert Choice dengan perhitungan manual. Dalam Expert Choice, nilai prioritas untuk

PT Selepath Selepith sebesar 0.246, sdangkan pehitungan manualnya hanya sebesar

0.244. Begitu pula untuk PT Tarompah Batha, dengan Expert Choice nilai prioritas

keputusannya 0.754, sedangkan dengan perhitungan manualnya 0.756. Ada perbedaan

nilai prioritas keputusannya, hal ini dapat terjadi karena masalah pembulatan antara

Expert Choice dengan perhitungan manual tidak sama, sehingga hasil akhirnya juga ada

perbedaan.

Decision Support System 57

Page 58: Laporan dss

UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Meskipun ada perbedaan nilai, namun hasil akhir pemilihan pemasok jatuh pada

PT Tarompah Batha dengan nilai prioritas sebesar 75.4% berdasarkan perhitungan Expert

Choice dan nilai prioritas sebesar 75.6% berdasarkan perhitungan manual.

Untuk kasus kedua yang dimiliki PT UdaTimex adalah masalah rute dari kedua

pemasok ke gudang baru milik PT UdaTimEx. Untuk kasus ini dalam memecahkan

persoalannya dibantu dengan bantuan sofware Logware. Software ini dapat membantu

dalam menentukan rute terpendek dalam jaringan jalan kota yang harud dilayani.

Ada beberapa alternatif rute yang digunakan oleh PT Selepath Selepith dalam

pelayanannya untuk sampai ke gudang baru milik PT UdaTimEx. Berikut ini adalah

beberapa alternatif rute yang harus dilalui PT Selepath Selepith beserta dengan biaya

yang harus dikeluarkannya.

Alternatif 1 : PT Selepath Selepith → kota A → kota C → Gudang Baru

Total Cost = 105

Alternatif 2 : PT Selepath Selepith → kota A → kota C → kota B → Gudang baru

Total Cost = 125

Alternatif 3 : PT Selepath Selepith → kota C → kota B → Gudang Baru

Total Cost = 130

Alternatif 4 : PT Selepath Selepith → kota C → Gudang Baru

Total Cost = 110

Alternatif 5 : PT Selepath Selepith → kota D → Gudang Baru

Total Cost = 135

Dari kelima alternatif di atas yang memiliki biaya total yang paling kecil adalah

alternatif yang pertama. Jadi jika ingin biaya yang lebih kecil, sebaiknya PT Selepath

Selepith melakukan perjalannnya ke kota A, kemudian ke kota C, baru ke gudang baru

PT UdaTimEx dengan total biaya sebesar 105.

Untuk rute yang digunakan PT Tarompah Batha tentunya berbeda dengan PT

Selepath Selepith. PT Tarompah Batha juga memiliki beberapa alternatif rute perjalanan

dalam melayani pelanngannya. Berikut ini adalah beberapa alternatif rute yang digunakan

PT Tarompah Batha untuk sampai ke gudang baru.

Alternatif 1 : PT Tarompah Batha → kota A → Gudang Baru

Total Cost = 110

Alternatif 2 : PT Tarompah Batha → kota B → kota C → Gudang Baru

Total Cost = 135

Alternatif 3 : PT Tarompah Batha → kota C → Gudang Baru

Decision Support System 58

Page 59: Laporan dss

UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Total Cost = 110

Alternatif 4 : PT Tarompah Batha → kota D → Gudang Baru

Total Cost = 90

Dari keempat alternatif di atas yang memiliki biaya total yang paling kecil adalah

alternatif yang keempat. Jadi jika ingin biaya yang lebih kecil, sebaiknya PT Tarompah

Batha melakukan perjalannnya ke kota D, kemudian ke gudang baru PT UdaTimEx

dengan total biaya sebesar 90.

Decision Support System 59

Page 60: Laporan dss

UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

6.1.1 Kesimpulan Penyusunan Arsitektur Hirarki

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum penyusunan arsitektur hirarki ini

antara lain:

Dalam penyusunan arsitektur hirarki kita perlu menentukan tujuan dari

pemecahan masalah, pembatasan masalah, kriteria dalam permasalahan, dan

alternatif-alternatif dalam permasalahan.

Dalam penyusunan arsitektur hirarki juga dapat ditambahkan sub kriteria untuk

lebih memperjelas kriteria yang telah ditentukan, sehingga permasalahan lebih jelas

dan terarah.

Penyusunan arsitektur hirarki perlu memperhatikan cara pandang kita dalam

melihat sebuah persoalan, menyusun elemen-elemen secara hirarki, menentukan

tujuan sebagai arahan dalam proses penyelesaian suatu persaoalan, menggunakan

rasionalitas dalam cara kita melihat, mengamati, dan bertindak dalam menghadapi

suatu persoalan.

Dari hasil proses analisis hirarki, alternatif penentuan bisnis restaurant antara

lain, family restaurant, fastfood restaurant, atau seafood restaurant.

Dari hasil proses analisis hirarki, alternatif penentuan pembelian motor antara

lain, merek Yamaha, Suzuki, Honda, atau Kymco.

6.1.2 Kesimpulan Outbound Logistics : Warehouse Selection Process

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum outbound logistics : warehouse

selection process ini antara lain:

Proses Hirarki Analitis dapat memberikan kerangka dalam pengambilan

keputusan, sehingga memungkinkan kita untuk mengambil keputusan yang efektif.

Penetapan rencana prioritas membantu dalam pengambilan keputusan yang akan

diambil.

Decision Support System 60

Page 61: Laporan dss

UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Pengambilan suatu keputusan dapat dibantu dengan menggunakan software

Expert Choice dan penggunaannya sangat mudah dan sangat membantu.

Dari hasil Expert Choice maupun perhitungan manual, pemilihan lokasi gudang

baru jatuh pada kota Cianjur dengan nilai prioritas sebesar 46.4 % dengan

menggunakan software Expert Choice dan 44.9% dengan perhitungan manual.

6.1.3 Kesimpulan Inbound Logistics : Supplier Selection Process

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum inbound logistics : supplier

selection process ini antara lain:

Untuk kasus pertama PT UdaTimEx dalam memilih pemasok jatuh pada PT

Tarompah Batha dengan nilai prioritas sebesar sebesar 75.4% berdasarkan

perhitungan Expert Choice dan nilai prioritas sebesar 75.6% berdasarkan perhitungan

manual.

Pemilihan rute terpendek dalam suatu jaringan perjalanan dapat dibantu dengan

menggunakan software Logware.

Pemilihan rute terpendek dapat membantu dalam mengurangi total biaya

produksi.

Untuk kasus kedua dalam penentuan rute terpendek, PT Selepath Selepith

melakukan perjalannnya ke kota A, kemudian ke kota C, baru ke gudang baru PT

UdaTimEx dengan total biaya sebesar 105.

Untuk penentuan rute terpendek PT Tarompah Batha melakukan perjalannnya ke

kota D, kemudian ke gudang baru PT UdaTimEx dengan total biaya sebesar 90.

6.2 Saran

6.2.1 Saran Penyusunan Arsitektur Hirarki

Saran yang dapat diberikan untuk praktikum penyusunan arsitektur hirarki ini

antara lain :

Sebaiknya dalam penyusunan arsitektur hirarki ditambahkan sub kriteria agar

permasalahan menjadi semakin jelas dan terarah.

Decision Support System 61

Page 62: Laporan dss

UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Sebaiknya pada saat praktikum penyusunan arsitektur hirarki, dilakukan praktek

pembuatan brainstrorming dengan menggunakan software MindMap agar praktikan

mengerti cara menggunakan software tersebut.

6.2.2 Saran Outbound Logistics : Warehouse Selection Process

Saran yang dapat diberikan untuk praktikum outbound logistics : warehouse

selection process ini antara lain :

Pemberian pembobotan nilai harus dilakukan dengan rasional dalam artian tidak

sembarang dalam memberikan pembobotan nilai.

6.2.3 Saran Inbound Logistics : Supplier Selection Process

Saran yang dapat diberikan untuk praktikum inbound logistics : supplier

selection process ini antara lain :

Sebaiknya dalam software Logware tidak hanya aplikasi Route saja yang

dipelajari, tetapi aplikasi lainnya yang terdapat dalam software Logware tersebut.

Decision Support System 62

Page 63: Laporan dss

UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

DAFTAR PUSTAKA

Prambudia, Yudha dan Didi Teguh Pribadi. 2004. Modul Praktikum Teknik

Industri-3 : Decision Support System. Bandung : Universitas Widyatama

Balle, Michael. 1994. Managing with System Thinking. London : McGraw Hill

Book Company

Saaty, Thomas L. 1994. Analytical Hierarchy Process: Pengambilan Keputusan

untuk Para Pemimpin. Jakarta : PPM

Taha, hamdy. 1985. Operational Research. Edisi 2. New York: Prentice Hall

Decision Support System 63

Page 64: Laporan dss

UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

LAMPIRAN

LEMBAR ASISTENSI

Decision Support System 64