Upload
nadira
View
419
Download
17
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Mata Kuliah Ekologi Tumbuhan
Citation preview
Laporan Praktikum Ekologi Tumbuhan
EVAPO - TRANSPIRASI
Disusun oleh :
KELOMPOK 1
Yanuar Saputra (130210103001)
Nadhira Adelina Safitri (130210103005)
Maulidiana Dwi Arini (130210103018)
Inayatul Maula (130210103052)
Rizka Alif Fitrahnia (130210103060)
Retno Dwi Purwaningsih(130210103076)
Anisya’ Miftahul Husna (130210103091)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
BAB I. PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Air sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup
tumbuhan. Air berfungsi sebagai media transportasi unsur hara dan terlibat
dalam reaksi biokimia dalam sel tumbuhan. Air diperoleh dari banyak cara.
Di bidang pertanian, air diperoleh dari hujan atau irigasi. Sebagian air juga
berasal dari bawah tanah yang bergerak ke atas secara lambat sebagai
pengganti kehilangan air pada tanaman.
Salisbury (1992) menyatakan bahwa secara alamiah tumbuhan
mengalami kehilangan air melalui penguapan. Proses kehilangan air pada
tumbuhan ini disebut transpirasi. Sedangkan peristiwa berubahnya air
menjadi uap dan bergerak dari permukaan tanah dan permukaan air ke udara
disebut evaporasi (penguapan). Dengan demikian, maka terdapat dua jenis
proses penguapan air, yaitu oleh tumbuhan dan oleh tanah yang kemudian
keduanya disebut dengan evapotranspitasi.
Evapotranspirasi merupakan air yang hilang berupa uap air akibat
terjadinya penguapan oleh tanah dan penguapan melalui aktivitas tumbuhan
(transpirasi). Tim Pembina Ekologi Tumbuhan (2013:28) menyatakan bahwa
dalam ekonomi air, evapotranspirasi ini memegang peranan yang cukup
penting.
Dari latar belakang di atas, maka penulis melakukan percobaan
mengenai evapotranspirasi dan menyusun laporan hasil percobaan yang telah
dilaksanakan.
1. 2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan evapotranspirasi?
2. Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh dalam proses evapotranspirasi?
1. 3 Tujuan
1. Untuk mempelajari evapotranspirasi.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi evapotranspirasi.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Evapo-transpirasi adalah air yang hilang berupa uap air akibat terjadinya
penguapan oleh tanah dan penguapan melalui aktivitas tumbuhan (transpirasi).
Dalam ekonomi air, evapo-transpirasi ini memegang peranan yang cukup penting
(Tim Pembina Ekologi Tumbuhan, 2015). Transpirasi adalah hilangnya air dalam
bentuk uap dari tubuh tumbuhan melalui penguapan. Pada musim panas,
transpirasi meningkat dengan cepat pada pagi hari, puncak laju transpirasi terjadi
pada siang hari. Semakin sore laju transpirasi semakin menurun. Pada malam hari
laju transpirasi dapat dikatakan nol. Bahwa semakin tinggi suhu udara dan
semakin besar perbedaan suhu, maka laju pe geringan akan semakin cepat
(Perdhana, 2013).
Transpirasi akan meningkat seiring dengan peningkatan defisit tekanan
uap dari udara kering. Konduktansi stomata yang rendah merupakan indikator tipe
tanaman toleran kekeringan. Tingginya resistensi mengindikasikan penurunan
kehilangan air, yang penting untuk menjaga status air. Resistensi transpirasi
membantu potensial air tanaman yang berperan dalam menjaga turgiditas
(Adisyahputra, 2011 : 74).
Banyak faktor yang mempengaruhi proses transpirasi. Salah satunya yaitu
musim dan suhu. Pada musim panas, transpirasi meningkat dengan cepat pada
pagi hari, puncak laju transpirasi terjadi pada siang hari. Semakin sore laju
transpirasi semakin menurun. Pada malam hari laju transpirasi dapat dikatakan
nol. Oleh karenanya, semakin tinggi suhu udara dan semakin besar perbedaan
suhu, maka laju pengeringan akan semakin cepat (Treays, 2008)
Namun, jika tumbuhan melakukan proses transpirasi yang berlebihan, juga
akan menimbulkan akibat pada tumbuhan itu sendiri. Contohnya yaitu tumbuhan
akan kehilangan air berlebih sehingga pengangkutan unsur hara dari akar menuju
ke bagian-bagian lain tumbuhan menjadi terganggu. Kekurangan air di dalam
jaringan tanaman dapat disebabkan oleh kehilangan air yang berlebihan pada saat
transpirasi melalui stomata dan sel lain seperti kutikula atau disebabkan oleh
keduanya. Namun lebih dari 90% transpirasi terjadi melalui stomata di daun.
Selain berperan sebagai alat untuk penguapan, stomata juga berperan sebagai alat
untuk pertukaran CO2 dalam proses fisiologi yang berhubungan dengan produksi
(Supriyanto, 2013).
Sebaliknya, layu tetap diakibatkan oleh terjadinya kekurangan air yang
berat dalam tanah. Akar tidak dapat mengabsorpsi air, maka tumbuhan akan mati
kecuali jika persediaan air dalam tanah dapat ditingkatkan kembali.Jika jumlah air
yang tersedia dalam tanah sedikit akan menyebabkan tanaman menjadi layu
bahkan mati. Pada saat pasokan air tidak mencukupi kebutuhan evapotranspirasi
atau dengan kata lain tanaman mengalami stress air, maka transpirasi dan
asimilasi cenderung menurun (Nurkhasanah, 2013).
Selain itu, tingkat kelayuan dan kehilangan air yang diperlukan untuk
menimbulkan gejala kelayuan pada tumbuhan sangat beragam. Daun tipis yang
umumnya terdiri dari sel parenkima yang berdinding tipis akan layu dengan cepat.
Kelayuan tumbuhan di atas tanah digolongkan sebagai layu sementara atau layu
permanen. Layu sementara terjadi jika tanah masih mengandung air yang tersedia
bagi tumbuhan. Kelayuan tersebut terjadi akibat kelebihan transpirasi dari
absorpsi yang bersifat sementara. Tumbuhan biasanya menjadi segar kembali
setelah laju transpirasi menurun. Daun yang layu pada siang hari akan segar
kembali pada malam hari atau pagi berikutnya. Daun dapat juga meningkat
turgornya pada siang hari jika transpirasi menurun akibat adanya awan, penurun
suhu atau hujan kecil walaupun air tersebut tidak sampai menembus ke akar
(Kartawinata, 2005).
Cekaman air pada tanaman dapat terjadi karena air pada media tidak cukup
tersedia sedangkan transpirasi tanaman terjadi berlebihan sehingga sel tanaman
kekurangan air dan aktivitas metabolik tanaman menjadi terganggu (Treays,
2008).
BAB III. METODE PENGAMATAN
3.1 Waktu dan Tempat
Waktu : Jumat, 20 dan 27 November 2015
Tempat : Greenhouse Biologi FKIP Universitas Jember
3.2 Alat dan bahan
3.2.1 Alat :
o Gelas plastic bekas minuman 2
o Timbangan
o Cetok
o Gelas ukur
3.2.2 Bahan:
o Tanah
o Air
o Benih jagung
3.3 Desain Percobaan
Desain percobaan pada praktikum kali ini meliputi perlakuan yang
dilakukan pada praktikum yaitu penggunaan pot A dan pot B untuk pengujian.
Keterangan :
1. Pot A yang tidak ditanami benih jagung
2. Pot B yang ditanami 2 benih jagung
A B
3.4 Prosedur Percobaan
1. Mengisi dua buah pot plastic dengan tanah dengan berat yang sama.
Pada pot pertama ditanami 2 benih jagung , sedangkan pot yang lain
tidak ditanami. Setelah satu minggu pilih tanaman jagung yang
mempunyai pertumbuhan yang terbaik dan peliharalah sampai usia 3
minggu.
2. Pada saat 3 minggu setelah tanam, siramlah kedua pot tersebut dengan
sejumlah air tertentu, kemudian timbang.
3. Dalam periode waktu tertentu, seperempat atau setengah jam
timbanglah kedua pot tersebut.
4. Selisih berat dari pot pertama adalah jumalah air yang hilang melalui
evapotranspirasi dan selisih berat pot kedua adalah jumlah air yang
hilang melalui evaporasi.
3.2 Skema Alur Percobaan
Menimbang tanah untuk masing-masing kelompok seberat 250 g sebanyak dua kali
Memasukkan tanah yang sudah ditimbang ke dalam dua pot plastik, pot A dan pot B
Membiarkan pot A tanpa tanaman sedangkan pada pot B ditanami dua benih jagung
*pada benih jagung yang diambil tidak boleh ada tanah sebelumnya
Membuat lubang pada tiap pot sebanyak 5
Menyiram keduanya dengan jumlah air yang sama sebanyak 30 ml selama 1 minggu 2 hari sekali
Pada saat 1 minggu setelah tanam, menimbang kedua pot tersebut
Meletakkan tanah dari kedua pot di tempat yang panas selama satu jam, kemudian ditimbang
Selisih berat dari pot pertama adalah jumlah air yang hilang melalui evaporasi dan selisih berat pot kedua adlah jumlah air yang hilang melalui evapo-
transpirasi
BAB IV. HASIL dan PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Kategori Berat (gr)
Tanah 249,7
Tanah dan gelas 253,2
Tanah, tumbuhan, gelas 260,6
Tanah, tumbuhan 250,2
Tanah Sebelum dijemur 253,7
Tanah sesudah dijemur 261,1
Tumbuhan 1 4
Tumbuhan 2 2,9
4.2 Pembahasan
Evapotranspirasi berasal dari 2 kata yaitu evaporasi dan transpirasi.
Evaporasi adalah proses hilangnya air dari benda-benda tak hidup contohnya
adalah tanah atau daratan. Sedangkan transpirasi adalah proses kehilangan air dari
benda hidup contohnya adalah tanaman. Evapotranspirasi adalah keseluruhan
proses hilangnya air dalam bentuk uap air baik dari air, tanah, daratan maupun
dari tanaman. Pada praktikum kali ini kami melakukan pengamatan tentang
evapo-transpirasi untuk membuktikan bahwa adanya proses evaporasi dan
transpirasi.
Sehingga dalam praktikum ekologi tumbuhan ini akan dilakukan
percobaan terjadinya evaporasi untuk mengetahui dan membuktikan terjadinya
laju serta proses evapotranspirasi. Percobaan dilakukan dengan melakukan
perbandingan antara tanah yang ditumbuhi vegetasi tertentu dan tanah saja (tanpa
vegetasi). Perbandingan ini mengenai laju penguapan/ kehilangan air dari kedua
faktor yaitu evaporasi dan transpirasi.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan hasilnya adalah
sebagai berikut, berat tanah (tanah saja) sebelum dijemur adalah sebesar 253,7
gram, setelah dijemur beratnya menjadi 253,2 gram. Hal ini menunjukkan bahwa
terjadi penurunan berat tanah sebesar 0,5 gram yang menandakan bahwa
terjadinya penguapan air ke udara. Apalagi pada pot yang hanya berisi tanah saja.
Hasil ini sudah sesuai dengan teori, pada tanah yang tidak bervegetasi, radiasi
sinar matahari yang mengenai tanah akan menyebabkan kelembaban tanah
berkurang. Dengan radiasi sinar matahari mengakibatkan perubahan suhu
menjadi lebih panas sehingga akan menyebabkan molekul-molekul air yang
berada di atas permukaan tanah terlepas ke udara dalam bentuk uap air karena
panas/ kalor tersebut merupakan suatu bentuk energi yang dapat mengubah
molekul air menjadi bentuk gas dan pada akhirnya tanah tersebut akan kekurangan
air, menjadi kering dan berat volumenya berkurang. Proses hilangnya atau
menguapnya air dari tanah disebut dengan evaporasi.
Selanjutnya adalah hasil pada pot yang berisi tanah dengan vegetasi.
Sebelum dijemur berat tanah adalah sebesar 261,1 gram, setelah dijemur selama
10 menit berat tanah dengan tumbuhan menjadi 260,6 gram. Hal ini menunjukkan
bahwa terjadi penurunan berat tanah sebesar 0,5 gram yang menandakan bahwa
terjadinya penguapan air ke udara. Hal ini sudah sesuai dengan teori, proses
kehilangan air terbesar pada tumbuhan adalah melalui stomata daun, pada
transpirasi, terjadi difusi uap air dari udara yang lembab di dalam daun ke udara
kering di luar daun. Kehilangan air dari daun umumnya melibatkan kekuatan
untuk menarik air ke dalam daun dari berkas pembuluh yaitu pergerakan air dari
sistem pembuluh dari akar ke pucuk, dan bahkan dari tanah ke akar. Proses
hilangnya atau menguapnya air dari yumbuhan disebut dengan transpirasi. Oleh
karena itu, tumbuhan juga dapat kehilangan air yang berasal dari tanah keluar
melewati tubuh tumbuhan dan menguap melalui daun.
Proses penguapan air/ pelepasan molekul air dalam bentuk uap air terjadi
pada tumbuhan dan juga melalui tanah. Proses penguapan air pada
evapotranspirasi melalui suatu rangkaian peristiwa yaitu diawali oleh air yang
terpanaskan oleh sinar matahari, permukaan molekul-molekul air ini memiliki
cukup energi untuk melepaskan ikatan molekul air tersebut dan kemudian terlepas
dan menguap sebagai uap air yang tidak terlihat di atmosfer. Molekul air tersebut
terlepas dari tanah dan dari tumbuhan melalui proses evapotranspirasi.
Proses penguapan yang berasal dari tanah disebut evaporasi. Tanah adalah
unsur heterogen yang di dalamnya memiliki banyak jenis hara, tanah memiliki
pori mikro maupun pori makro. Pori mikro berfungsi mengikat air dalam tanah
sedangkan pori makro berfungsi mengikat udara dalam tanah. Proses evaporasi
melalui permukaan tanah sangat ditentukan oleh faktor iklim dan keadaan
tanahnya. Pancaran sinar matahari yang mengenai tanah akan menyebabkan
kelembaban tanah berkurang. Dengan pancaran sinar matahari mengakibatkan
perubahan suhu menjadi lebih panas sehingga akan menyebabkan molekul-
molekul air yang berada dalam tanah terlepas ke udara dalam bentuk uap air
karena dengan panas/ kalor tersebut merupakan suatu bentuk energi yang dapat
mengubah molekul air menjadi bentuk gas dan pada akhirnya tanah tersebut akan
kekurangan air, menjadi kering dan berat volumenya berkurang.
Sedangkan proses penguapan air yang berasal dari tumbuhan disebut
dengan transpirasi. Tumbuhan melakukan proses transpirasi dimana bertujuan
untuk membentuk daya hisap daun, sehingga menyebabkan transpor air dari akar
ke batang dan pada akhirnya air tersebut dapat sampai ke bagian daun dan
digunakan dalam fotosintesis. Transpirasi membentu penyerapan air dan zat hara
oleh akar, mengurangi air yang terserap secara berlebihan dan mempertahankan
temperatur yang sesuai untuk daun. Selain itu juga, transpirasi berperan pada
fotosintesis dan respirasi karena dengan transpirasi maka stomata dapat membuka
dan menutup. Selain memiliki peranan yang penting, transpirasi juga dapat
membahayakan bagi tumbuhan apabila transpirasi terjadi secara berlebihan
sehingga dapat menyebabkan tumbuhan kekurangan air. Kekurangan air yang
berlebihan dapat menyebabkan tumbuhan tersebut mati. Transpirasi yang besar
juga tidak menguntungkan bagi tumbuhan karena proses transpirasi yang besar
tersebut dapat memaksa tumbuhan untuk mengadakan penyerapan yang besar dan
hal tersebut memerlukan juga energi yang besar sehingga tumbuhan dapat
kekurangan energi. Proses transpirasi ditentukan oleh seberapa besar celah yang
ada pada daun yaitu dua sel penutup, sehingga proses-proses yang menyebabkan
membuka menutupnya stomata menentukan juga besarnya transpirasi. Pancaran
sinar matahari menyebabkan membukanya stomata, dan air yang telah diambil
dari tanah akan keluar dalam bentuk uap air melalui stomata yang dalam hal ini
disebut dengan transpirasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi evapo-trasnpirasi adalah sebagai berikut:
1. Faktor tanaman :
- Tahanan dalam tanaman : diatur oleh tahanan stomata dan tahanan stomata
dipengaruhi oleh suhu daun, cahaya, potensi air dan perbedaan tekanan
uap.
- Pengaruh penutupan tanaman : tanaman yang ditanam dalam barisan
biasanya tidak menutupi permukaan tanah sepenuhnya. Arah barisan
tanaman dapat mempengaruhi evapotranspirasi. Banyaknya bagian
permukaan tanah yang tertutup tanaman menentukan perbandingan antara
evaporasi langsung dari tanah dan transpirasi dari tanama.
- Pengaruh tinggi tanaman: makin tinggi tanaman makin kuat pengaruh
angin yang memberikan energy bagi tarikan air.
- Pengaruh morfologi tanaman:
a. Jenis daun, daun lebar lebih banyak mentranspi rasikan air dari pada
daun jarum.
b. Ukuran daun: daun yang lebih lebar lebih banyak mentranspirasikan
air dari pada daun berukuran sempit
c. Daun dapat juga dilapisi dengan lilin, bulu halus, duri
d. Daun memiliki berbagai warna
2. Ketersediaan air
Air di evaporasikan pada permukaan tanah pada laju yang sama dengan
permukaan air bebas selama tanah basah dan tidak dinaungi tanaman. Air tanah
untuk tanaman: kontribusi evaporasi tanah terhadap total evapotranspirasi
menurun sejalan dengan meningkatnya penutupan tanaman.
3. Kondisi meteorologis
Kondisi cuaca sangat menentukan laju evapotranspirasi dan sebaliknya
evapotranspirasi mempengaruhi iklim. Jumlah terbesar dari energi yang
digunakan pada evapotranspirasi disediakan hamper seluruhnya dari dua
sumber: energy radiasi atau sinar matahari dan energy dari udara yang lebih
panas dari pada permukaan tanaman.
Radiasi atau sinar matahari neto adalah sumber energy utama untuk
evapotranspirasi, karena itu radiasi netto berbanding lurus dengan laju
evapotranspirasi. Adveksi panas terasa adalah perpindahan energy dalam arah
horizontal. Waktu tanah basah hamper semua energy dari radiasi neto
digunakan untuk panas laten, jika tanah menjadi kering hanya sedikit radiasi
netto untuk panas laten, mulailah terbentuk panas terasa. Jika panas terasa ini
bertiup diatas permukaan basah maka akan terjadi evapotranspirasi.
Angin memindahkan uap air keudara yang lebih kering sehingga laju
penguapan menjadi cepat. Angin juga menjadi alat memindahkan panas terasa
dari daerah kering kedaerah lembab/basah. Kelembaban udara . Kalau udara
jenuh (penuhuap) evaporasi tidak akan terjadi. Laju evaporasi akan meningkat
jika ada perbedaan kelembaban yang besaran tara permukaan tanaman dan
udara. Suhu udara. Makin tinggi suhu (baik udara mau pun permukaan
tanaman) makin tinggi juga laju evaporasi.
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Evapotranspirasi tanaman (ETc) adalah perpaduan dua istilah yakni evaporasi dan transpirasi. Evapotranspirasi (ETc) adalah proses dimana air berpindah dari permukaan bumi ke atmosfer termasuk evaporasi air dari tanah dan transpirasi dari tanamanmelalui jaringan tanaman melalui transfer panas laten persatuan area.Evaporasi adalah proses penguapan atau hilangnya air dari tanah dan badan-badan air (abiotik), sedangkan transpirasi adalah proses keluarnya air dari tanaman (boitik) akibat proses respirasi dan fotosistesis.
2. Faktor evapotranspirasi tanaman dipengaruhi oleh ketersediaan air, faktor tanaman, dan kondisi meterologis
5.2 Saran
Sebagai praktikan diusahakan kerja secara cepat dan tepat karena
praktikum ini sangat menyita banyak waktu apabila tidak serius.
DAFTAR PUSTAKA
Adisyahputra, dkk. 2011. Pewarisan Sifat Densitas Stomata dan Laju Kehilangan
Air Daun (Rate Leaf Water Loss RWL) pada Kacang Tanah (Arachis
hypogea L.). Jurnal Natur Indonesia. Vol 4 (1) Hal 14-1. Bandar Lampung :
Universitas Lampung. Press
Kartawinata, Kuswata. 2005. Pengantar Ekologi. Surabaya: Remadja Karya CV
Nurkhasanah, Nurul, dkk. 2013. Studi Pemberian Air dan Tingkat Naungan
terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman Cabe Jamu (Piper retrofractum
Vahl.). Jurnal Produksi Tanaman. Vol 1 (4) Hal 34-41. Malang :
Universitas Brawijaya. Press
Perdhana, Gustiansyah, dkk. 2013. Respon Morfologi Benih Karet (Havea
brasiliensis Mull Arg.) tanpa Cangkang terhadap Pemberian PEG 6000
dalam Penyimpanan Pada Dua Masa Pengeringan. Jurnal Online
Agroeteknologi. Vol 2 (1) Hal 145-152. Medan : USU. Press
Supriyanto, Bambang. 2013. Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Padi Gogo Lokal Kultivar Jambu (Oryza sativa
Linn.). Jurnal Agrifor. Vo1 9 (1) Hal 77-82. Kalimantan : Universitas
Mulawarman. Press
Tim Pembina Ekologi Tumbuhan. 2015. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan.
Jember : Universitas Jember. Press
Treays, Rebecca. 2008. Ekologi. Malang: Pakar Raya Pustaka