18
Tugas Laporan Fisiologi Blok Muskuloskeletal DISUSUN OLEH : B11 Ketua : Sibro Milsi Sa’dani 1102011259 Sekretaris : Putri Mutiara Sari 1102011161 Anggota : Rachmat Putra P 1102010225 Primastyo Anggata Reskianto 1102010219 Melly Faisha Rahma 1102011161 Nadira Danata 1102011188 Rizky Amalia Shafarina 1102011239 Rizq Felageti Sofiam 1102011241 Widya Amalia Swastika 1102011290 i

Laporan FAAL 2011

  • Upload
    krokrok

  • View
    216

  • Download
    3

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jhjhj

Citation preview

Tugas Laporan Fisiologi

Blok Muskuloskeletal

DISUSUN OLEH:

B11

Ketua: Sibro Milsi Sadani1102011259

Sekretaris: Putri Mutiara Sari1102011161

Anggota:

Rachmat Putra P1102010225

Primastyo Anggata Reskianto1102010219

Melly Faisha Rahma1102011161

Nadira Danata1102011188

Rizky Amalia Shafarina1102011239

Rizq Felageti Sofiam1102011241

Widya Amalia Swastika1102011290

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI 2011

2012-2013

DAFTAR ISI

Daftar isi....................................................................................................................................i

Pendahuluan: Dasar Teori...........................................................................................................1

Pelaksanaan Praktikum: Tata Cara dan Kendala..........................................................................3

Hasil Praktikum: Tabel Data, Grafik dan Analisis Data..................................................................6

Kesimpulan...............................................................................................................................10

Daftar Pustaka...........................................................................................................................ii

PENDAHULUAN

Dasar Teori

Fenomena Listrik dan Aliran Ion

Sifat Listrik Otot Rangka

Peristiwa listrik di otot rangka dan aliran ion yang mendasari peristiwa tersebut serupa dengan yang terjadi pada saraf, meskipun secara kuantitas berbeda dalam hal waktu dan amplitudonya. Potensial membran istirahat otot rangka adalah sekitar -90 mV. Potensial aksi berlangsung selama 2-4 mdet dan dihantarkan disepanjang serabut otot dengan kecepatan kira-kira 5m/det. Masa refrakter absolutnya adalah 1-3 mdet, dan polarisasi ikutan yang berkaitan dengan perubahan ambang terhadap rangsangan listrik, relatif lebih panjang.

Walaupun perbedaan sifat listrik diantara serabut otot tidak cukup besar seperti yang diperlihatkan pada potensial aksi gabungan, tetapi terdapat juga perbedaan ambang rangsang diantara berbagai serabut. Lebih lanjut, pada setiap percobaan perangsangan, beberapa serabut letaknya lebih jauh dari elektroda perangsangan dibandingkan dengan serabut lain. Oleh karena itu, besar potensial aksi yang terekam dari sediaan berkas otot utuh berbeda-beda sesuai dengan kekuatan rangsangan yang diberikan, antara intensitas ambang sampai rangsangan maksimal.

Distribusi dan Aliran Ion

Distribusi ion yang melewati membran serabut otot serupa dengan yang melewati membran sel saraf. Seperti juga pada saraf depolarisasi merupakan manifestasi influks ion Na+, dan repolarisasi terjadi pada efluks ion K+.

Respon Kontraktil

Peristiwa listrik pada otot sangat penting untuk membedakan dengan peristiwa mekaniknya. Meskipun respon yang satu secara normal tidak akan terjadi tanpa respon yang lain, dasar secara fisiologis dan morfologisnya berbeda. Depolarisasi membran serabut otot dalam keadaan normal dimulai di lempang ujung (end-plate) otot rangka, yang merupakan struktur khusus yang terdapat di bawah ujung saraf motorik. Potensial aksi dihantarkan disepanjang serabut otot dan kemudian membangkitkan respon kontraktil.

Kontraksi Kedutan Otot

Potensial aksi tunggal menyebabkan kontraksi singkat yang kemudian diikuti dengan relaksasi. Respon seperti ini disebut respon kedutan otot (muscle twitch). Kedutan timbul kira-kira 2 mdet setelah dimulainya depolarisasi membran, sebelum repolarisasi selesai. Lamanya kontraksi kedutan beragam, sesuai dengan jenis otot yang dirangsang. Serabut otot cepat (fast) yang terutama berperan pada gerakan otot halus, cepat dan tepat, mempunyai lama kedutan 7,5 mdet. Serabut otot lambat (slow), yang terutama berperan pada gerakan kuat, menyeluruh, dan dipertahankan, memiliki lama kedutan sampai 100 mdet.

Hubungan Antara Panjang dengan Tegangan Otot dan Kecepatan Kontraksi

Tegangan yang dihasikan oleh otot bila berkontraksi secara isometrik (tegangan total) maupun tegangan pasif yang terbentuk oleh otot yang tidak dirangsang, berbeda-beda sesuai dengan panjang serabut otot. Panjang otot dapat berbada-beda dengan mengubah jarak antara kedua titik fiksasinya. Pada setiap panjang tertentu tegangan pasif diukur, kemudian otot diberi rangsangan listrik dan tegangan total diukur. Perbedaan antara kedua nilai tersebut untuk tiap panjang otot merupakan besar tegangan yang sebenarnay dihasilkan oleh proses kontraksi (tegangan pasif). Kurva yang sama akan diperoleh dari pengamatan terhadap satu serabut otot. Panjang otot yang bertepatan dengan tegangan akaktif maksimal biasanya disebut sebagai panjang istirahat. Istilah ini sebenarnya diperoleh dari berbagai percobaan yang memperlihatkan bahwa panjang sejumlah besar otot di dalam tubuh pada keadaan istirahat merupakan panjang otot yang menghasilkan tegangan maksimal.

Hubungan panjang tegangan yang tampak pada otot rangka dapat dijelaskan dengan mekanisme pergeseran filamen sewaktu otot berkontraksi. Ketika serabut berkkontraksi secara isometrik, tegangan yang timbul sebanding dengan jumlah ikatan silang yang terbentuk diantara molekul aktin dan miosin. Jika otot diregang, tumpang tindih antara aktin dan miosin berkurang, dan karena itulah, jumlah ikatan silang akan berkurang. Sebaliknya jika otot jauh lebih pendek daripada panjang istirahat, jarak yang akan ditempuh oleh filamen tipis akan berkurang.

Kecepatan kontraksi otot berbanding terbalik dengan besar beban pada otot. Pada pemberian beban, kecepatan kontraksi akan maksimal pada panjang istirahat, dan menurun bila otot lebih pendek atau lebih panjang daripada panjang istirahat.

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

OTOT RANGKA 1

TUJUAN

Pada akhir percobaan ini mahasiswa harus dapat :

1. Membuat sediaan otot katak sesuai dengan petunjuk umum praktikum

2. Menggunakan alat stimulator induksi sehingga dapat merangsang sediaan otot dengan berbagai macam kekuatan : arus tunggal buka dan arus tunggal tutup secara mencatat saat pemberian rangsang dengan menggunakan sinyal magnit.

3. Membuat pencatatan kontraksi otot (mekaniogram) pada kimograf dan memfiksasinya

4. Merangsang otot katak dengan berbagai macam kekuatan rangsang yakni rangsang :

Bawah rangsang (sub threshold )- Submaksial

Ambang (threshold)- Supramaksimal

Masing-masing untuk rangsang buka dan tutup.

5. Menarik kesimpulan dari hasil latihan ini tentang pengaruh kekuatan rangsang terhadap kekuatan otot.

Alat dan binatang percobaan yang diperlukan :

1. Kimograf +kertas +perekat

2. Statif +klem+pencatat otot +klem femur+ batang kuningan

3. 2buah sinyal magnit : 1 untuk mencatat waktu

1 untuk mencatat tanda rangsang

4. Stimulator induksi +elektroda perangsang + sakelar + kawat kawat listrik

5. Papan fiksasi +jarum pentul = penusuk katak +katak

6. Benang + kapas +gelas arloji

7. Botol plastik berisi larutan Ringer +pipet +waskom kecil

Tata Kerja

Hubungan antara kekuatan rangsang dan tinggi mekaniogram akibat kerutan otot

1. Pasanglah semua alat sesuai dengan gambar

2. Buatlah sediaan otot menurut petunjuk umum. Sebelum digunakan, bungkuslah sediaan otot tersebut dengan kapas yang dibasahi dengan larutan Ringer dan letakka diatas arloji.

3. Pasanglah sediaan otot sesuai dengan gambar.

P.II.I.I Manakah yang harus diselesaikan lebih dahulu, pemasangan alat atau pembuatan sediaan otot ?

4. Dengan tromol tetap diam, otot diragsang sehingga terdapat suatu kerutan.

P.II.1.2 Bila hasil pencatatan kontraksi otot sangat kecil, bagaimana memperbesarkanya

P.II..1.3 Bila hanya sebagian kontraksi yang tercatat, apa yang harus diperhatikan/diperbaiki ?

5.Pencatatan selalu dilakukan pada tromol yang diam. Berilah waktu istirahat selama 15 detik sesudah tiap perangsangan. Putarlah tromol sepanjang cm pada tiap kali sesudah pemberian rangsang tutup dan 2 cm pada tiap kali sesudah rangsang buka.

P.II,1.4 Mengapa harus diberi waktu untuk istirahat?

6.Rangsanglah sediaan otot dengan rangsang tutup dan rangsang buka berturut turut dengan kekuatan rangsang yang setiap kali diperbesar 0,5 volt, sehingga didapatkan mekaniogram sebagai hasil perangsangan bawah ambang, ambang, submaksimal , maksima, dan supramaksimal.

P.II.1.5 Apa yang disebut rangsang bawah ambang (subthereshold)

P.II.1.6 Mengapa efek fisiologis arus buka lebih besar daripada arus tutup walaupun voltase sama ?

P.II.1.7 Bagaimana kita dapat membedakan rangsang maksimal dengan supramaksimal?

OTOT RANGKA II

TUJUAN

Pada akhir latihan ini mahasiswa harus dapat :

1. Merangsang sediaan otot katak dengan arus faradic dengan pelbagai kekutaan rangsang

2. Membebani sediaan otot katak dengan cara pembebanan langsung dan tidak langsung.

3. Mendemonstrasikan hubungan antara panjang awal otot dengan kekuatan kontraksi.

4. Menghitung kerja sediaan otot katak.

5. Mendemontrasikan hubunan antara pembebanan dengan keija otot.

6. Mengukur kekuatan kontraksi otot ekstensor dan otot fleksor manusia dalam pelbagai sikap tubuh.

Alat dan binatang percobaan yang diperlukan

1. Kimograf+ kertas + perekat

2. Statif + Klem-klem + pencatat otot + klem femur

3. Stimulator induksi + elektroda perangsang

4. Papan fiksasi + jarum-jarum pentul + Penusuk katak + katak.

5. Beban-beban dengan penggantungnya 6. Benang + kapas + gelas arloji 7. Botol plastic berisi Larutan Rinmger + pipet + Waskom = gelas beker 8. Dinamometer.

TATA KERJA

I. Pengaruh panjang awal (Initial length) otot katak terhadap kekuatan kerutan.

1. Pasanglah semua alat sesuai dengan gambar

2. Buatlah sediaan otot menurut petunjuk umum praktikum. Sebelum digunakan, bungkuslah sediaan otot tersebut dengan kapas yang dibasahi dengan larutan Ringer dan letakkan di gelas arloji.

3. Pasanglah sediaan otot sesuai sesuai dengan gambar.

P.II.2.1. Manakah yang harus diselesaikan lebih dahulu, pemasangan alat atau pembuatan sediaan otot?

4. Bebanilah otot denganbeban seberat 20 gram. Kendorkan sekrup penumpu sehingga terjadi pembebanan langsung. Dengan memutar tromol, buatlah garis sepanjang 10 cm dan tulislah : "garis dasar 20" pada ujung akhir garis tersebut.

P.II.2.2. Apa yang dimaksud dengan pembebanan langsung?

5. Angkatlah seluruh pembebanan sehingga otot kembali ke panjang semula. Buatlah sekali lagi garis sepanjang 10 cm tepat diatas garis yang pertama dan tulislah :

garis dasar 0 pada ujung akhir garis tersebut.

P.II.2.3. Mengapa setelah beban diangkat otot kembali lagi ke panjang semula?

6. Gantungkanlah lagi beban 20 gram dan dengan sekrup penumpu kembalikan ujung pencatat otot ke garis dasar 0, sehingga terjadi pembebanan tidak langsung.

P.II.2.4. apa yang dimaksud dengan pembebanan tidak langsung?

7. Dengan melakukan pencatatan pada awal garis dasar 0 carilah kekuatan rangsang faradic maksimal. Rangsangan diberikan paling lama 1 detik. Berilah waktu istirahat selama 30 detik sesudah setiap rangsang.

P.II.2.5. Mengapa harus diberi waktu untuk istirahat?

P.II.2.6. Apa yang dimaksud dengan rangsang faradic maksimal?

8. Gunakan selalu kekuatan rangsang faradic maksimal sub.6. untk perangsangan selanjutnya.

9. Putarlah tromol sejauh 1 cm setiap kali sesudah perangsangan. Carilah besar pembebanan yang pada perangsangan menghasilkan mekanomiogram setinggi l cm. Untuk percobaan selanjutnya tetap digunakan beban ini.

10. Putarlah tromol sejauh 2 cm dan catatlah sekali lagi mekanomiogram yang terakhr.

11. Putarlah tromol sejauh 1 cm dan kemudian turunkanlah ujung pencatat otot sehingga terletak tepat ditengah-tengah antara garis dasar 20 dan garis dasar 0 (gunakan sekrup penumpu). Putarlah lagi tromol sejauh l cm dan ulangilah perangsangan dan pencatatan.

P.II.2.7. Apa yang kita harapkan terjadi akibat tindakan tersebut?

12. Putarlah tromol sejauh 1 cm dan turunkanlah ujung pencatat otot sampai garis dasar 20, putar tromol lagi sejauh 1 cm dan ulangilah sekali lagi perangsangan dan pencatatan.

II. Pengaruh beban terhadap kerja otot.

1. Buatlah garis dasar 0 yang baru sepanjang mungkin.

2. Dengan menggunakan kekuatan rangsang sebesar ad.I.6. buatlah mekanomiogram pada tromol yang diam. Pencatatan selalu dimulai pada garis dasar 0 dengan mengatur sekrup penumpu.

3. Ulangi perangsangan dan pencatatan, dimulai dengan embebanan 10 gram, sehingga dicapai beban maksimal. Setiap kali setelah pencatatan, putarlah tromol sepanjang 1 cm dan berilah otot istirahat selama 30 detik.

P.II.2.8. Apa yang dimaksud dengan beban maksimal?

4. Hitunglah kerja sediaan otot pada setiap pembebanan yang saudara berikan.

P.II.2.9. Bagaimana saudara menghitung besar kerja sediaan otot?

5. Simpulkan pengaruh beban terhadap kerja otot.

III. Pengaruh regangan terhadap kekuatan kerutan otot ekstensor dan fleksor pada manusia.

Untuk latihan ini disediakan sebuah alat dynamometer yang ada dasarnya terdiri atas meja dan timbangan pegas untuk mengukur kekuatan kerutan otot fleksor dan ekstensor pada manusia. Oleh karena hanya ada satu alat saja, maka alat tersebut harus dipakai secara bergilir per regu meja.

A. Mengukur kekuatan kerutan otot ekstensor.

1. Suruh o.p duduh dipinggir meja alat tersebut dengan membelakangi timbangan dan dengan tungkai bawahnya tergantung secara bebas.

2. Pasanglah ban kulit pada salah satu pergelangan kaki dan huungkanlah ban kulit tersebut, dengan kawat baja yang dapat menarik timbangan melalui katrol.

3. Suruhlah o.p meluruskan tungkainya sekuat tenaga dan catalah kekuatan kerutan otot ekstensor untuk tiap-tiap sikap berikut ini :

a. Duduk tegak

b. Duduk sambil membungkukkan badan sejauh-jauhnya.

c. Berbaring telentang.

B. Mengukur hekuatan kerutan otot fleksor.

1. Suruhlah o.p. duduk di pinggir meja alat tersebut dengan menghadapi timbangan dan dengan tungkai bawah tergantung secara bebas.

2. Pasanglah ban kulit seperti pada A.2

3. Suruhlah o.p membengkokkan tungkainya sekuat tenaga dan catatlah kekuatan kerutan otot fleksor untuk tiap-tiap sikap seperti pada A.3.

P.II.2.10. Apakah terdapat perbedaan kekuatan kerutan otot ekstensor dan otot fleksor pada sikap tersebut?

Reference:

1. Muscle Physiology in Sherwood : Human Physiology from cell to systems 2004 ; p 257-301

2. The Muscular System http://en.wikibooks.org/wiki/Human_Physiology/The_Muscular System

HASIL PRAKTIKUM

Tabel Data, Grafik dan Analisa Data

I. Hubungan antara Kekuatan Rangsang dan Tinggi Mekanomiogram Akibat Kerutan Otot

a. Tabel Data

Rangsang

Kekuatan Rangsang

Bawah rangsang (sub threshold)

0,09 volt

Ambang (threshold)

0,10 volt

Submaksimal

3,99 volt

Maksimal

4,00 volt

Supramaksimal

4,01 volt

b. Grafik

c. Analisis Data

Sub threshold (bawah rangsang) adalah rangsang sesaat sebelum terjadinya kontraksi. Pada praktikum kali ini sub threshold nya adalah 0,09. Threshold (ambang) adalah rangsang saat pertama kali terjadi kontraksi. Kekuatan rangsang 0,1 volt dapat menyebabkan sedikit kontraksi (gerakan). Hal ini dibuktikan dengan adanya garis yang dibentuk oleh kimograf. Penambahan voltase menyebabkan kontraksi yang lebih besar lagi. Sampai akhirnya pada kekuatan rangsang 4 volt, mencapai kontraksi yang maksimal. Hal tersebut dibuktikan dengan, ketika kekuatan rangsang ditingkatkan menjadi 5 volt, panjang garis yang terbentuk sama dengan kekuatan rangsang 4 volt. Begitu pula dengan penambahan menjadi, 6 hingga 8.

1. Manakah yang harus diselesaikan terlebih dahulu, pemasangan alat atau pembuatan sediaan otot?

Pemasangan alat, karena apabila pembuatan sediaan otot yang lebih dulu dilakukan, otot tersebut sudah tidak fresh lagi. Sehingga otot tidak akan dapat melakukan kontraksi.

2. Bila hasil pencatatan kontraksi sangat kecil, bagaimana memperbesarkannya?

Dengan menaikkan voltasenya. Hal tersebut sesuai dengan prinsip potensial aksi.

3. Bila hanya sebagian kontraksi yang tercatat, apa yang harus diperhatikan atau diperbaiki?

Sediaan otot. Harus selalu diolesi dengan larutan ringer agar bisa berkontraksi. Hal tersebut dikarenakan sediaan otot telah terpisah dari tubuh katak, sehingga akan kaku bila tidak dilumuri larutan ringer. Lagipula larutan ringer berfungsi sebagai cairan synovial.

4. Mengapa harus diberi waktu untuk istirahat?

Agar otot melakukan relaksasi terlebih dahulu, sehingga hasil yang diperoleh lebih akurat. Karena apabila tidak dilakukan arus buka-tutup kontraksi yang terjadi adalah kontraksi yang berkesinambungan, kontraksinya memang akan lebih besar, tapi otot akan cepat lelah. Dalam hal ini karena otot terpisah dari induknya, sediaan otot akan mudah rusak.

5. Apa yang disebut rangsang bawah ambang (sub threshold)?

Rangsang sesaat sebelum otot berkontraksi. Kekuatan rangsang tidak akan menimbulkan kontrkasi.

6. Mengapa efek fisiologis arus buka lebih besar dibandingkan arus tutup meskipun besar voltasenya sama?

Karena pada arus buka otot tidak sempat melakukan relaksasi. Yang terjadi pada arus buka adalah kontraksi yang berkesinambungan. Sehingga kontraksi yang dihasilkan akan lebih besar. tetapi, otot akan menjadi lebih cepat lelah. Hal tersebut menyebabkan sediaan otot akan lebih cepat rusak.

7. Bagaimana kita dapat membedakan rangsang maksimal dan supramaksimal?

Rangsang maksimal adalah suatu rangsang yang dapat menyebabkan kontraksi yang terbesar. Sedangkan rangsang supramaksimal adalah rangsang pasca rangsang maksimal. Sehingga besar kontraksi yang ditimbulkan akan sama dengan rangsang maksimal. Hal tersebut dikarenakan miofibril-miofibril dalam otot sudah melakukan kontraksi semua.

II. Pengaruh Panjang Awal (Initial Length) Otot Katak Terhadap Kekuatan Kerutan

1. Manakah yang harus diselesaikan terlebih dahulu, pemasangan alat atau pembuatan sediaan otot?

Pemasangan alat. Hal tersebut dikarenakan apabila pembuatan sediaan otot yang lebih dulu dilakukan, otot tersebut sudah tidak fresh lagi. Sehingga otot tidak akan dapat melakukan kontraksi.

2. Apa yang dimaksud dengan pembebanan langsung?

Pembebanan langsung adalah pembebanan dimana rangsang (beban) diletakkan langsung pada otot.

3. Mengapa pada saat beban diangkat otot kembali lagi ke panjang semula?

Karena otot tersusun atas serat elastin. Sehingga otot bersifat elastis. Ketika terjadi pembebanan otot akan memulur, namun akan kembali lagi ke panjang semula apabila beban tersebut diangkat.

4. Apa yang disebut rangsang bawah ambang (sub threshold)?

Pembebanan tidak langsung adalah pembebanan dimana rangsang (beban) diletakkan tidak langsung pada otot, melainkan pada saraf.

5. Mengapa harus diberi waktu untuk istirahat?

Agar otot melakukan relaksasi terlebih dahulu, sehingga hasil yang diperoleh lebih akurat.

6. Apa yang dimaksud dengan rangsang faradic maksimal?

Rangsangan yang diberikan dengan menggunakan prinsip potensial aksi (dengan memberikan arus) yang besarnya dapat menghasilkan kontraksi yang maksimal.

7. Apa yang kita harapkan terjadi akibat tindakan tersebut?

Membuktikan bahwa initial length (panjang awal) akan sangat berpengaruh terhadap kekuatan kontraksi otot.

III. Pengaruh Beban Terhadap Kinerja Otot

1. Apa yang dimaksud dengan beban maksimal?

Beban dimana otot tidak dapat lagi melakukan gerakan. Otot berkontraksi, tapi tidak dapat bergerak. Seperti pada orang yang mendorong candi.

2. Bagaimana saudara menghitung besar kerja sediaan otot?

-

IV. Pengaruh Regangan Terhadap Kekuatan Kerutan Otot Ekstensor dan Fleksor Pada Manusia

IV.1 Mengukur Kekuatan Kerutan Otot Ekstensor

a. Tabel Data

Posisi

Kekuatan Kerutan

A

B

Duduk Tegak

106

60

Duduk Membungkuk

70

45

Berbaring Telentang

108

65

b. Analisis Data

Kekuatan kerutan pada otot ekstensor paling tinggi ketika tubuh OP dalam kondisi berbaring telentang. Hal ini dikarenakan, otot ekstesor adalah otot-otot yang melakukan ekstensi (mendekat ke lateral atau arah luar, terbuka). Pada posisi berbaring terlentang otot-otot banyak melakukan ekstensi. Sehingga kekuatan kerutan otot-otot ekstensor pun lebih besar.

Posisi yang kekuatan kerutannya paling sedikit adalah duduk membungkuk. Hal ini dikarenakan gerakan duduk membungkuk yang cenderung mendekati tubuh (fleksi) sehingga akan sedikit menggunakan otot-otot ekstensor.

Pada percobaan kali ini juga terlihat perbedaan yang signifikan antara A dan B. Pada OP A, kekuatan kerutan yang ditimbulkan cenderung lebih sedikit dibandingkan dengan OP B. Hal ini dikarenakan otot-otot pada OP A lebih sedikit melakukan latihan, dibandingkan dengan otot-otot pada OP B yang cukup terlatih. Semakin sering kita melakukan latihan, maka semakin besar kekuatan kerutan yang kita hasilkan. Hal tersebut tentunya berbanding lurus dengan kekuatan yang dihasilkan.

IV.2 Mengukur Kekuatan Kerutan Otot Fleksor

a. Tabel Data

Posisi

Kekuatan Kerutan

A

B

Duduk Tegak

45

45

Duduk Membungkuk

55

55

Berbaring Telentang

25

25

c. Analisis Data

Kekuatan kerutan pada otot fleksor paling tinggi ketika tubuh OP dalam kondisi duduk membungkuk. Hal ini dikarenakan, otot fleksor adalah otot-otot yang melakukan fleksi (mendekat ke arah tubuh atau medial, merapat). Pada posisi duduk membungkuk otot-otot banyak melakukan fleksi. Sehingga kekuatan kerutan otot-otot fleksor pun lebih besar.

Posisi yang kekuatan kerutannya paling sedikit adalah berbaring telentang. Hal ini dikarenakan gerakan berbaring telentang yang cenderung menjauhi tubuh (ekstensi) sehingga akan sedikit menggunakan otot-otot fleksor.

Pada percobaan kali ini juga terlihat perbedaan yang signifikan antara A dan B. Pada OP A, kekuatan kerutan yang ditimbulkan cenderung lebih sedikit dibandingkan dengan OP B. Hal ini dikarenakan otot-otot pada OP A lebih sedikit melakukan latihan, dibandingkan dengan otot-otot pada OP B yang cukup terlatih. Semakin sering kita melakukan latihan, maka semakin besar kekuatan kerutan yang kita hasilkan. Hal tersebut tentunya berbanding lurus dengan kekuatan yang dihasilkan.

KESIMPULAN

Semakin tinggi voltase (kekuatan rangsang) semakin besar kerutan otot yang dihasilkan. Namun, ketika semua otot telah berkerut, setinggi apa pun rangsang tersebut besarnya kontraksi stak disitu (batas maksimum).

Semakin besar panjang awal, maka semakin besar kekuatan kerutan (kontraksi) yang dihasilkan, sampai pada batas maksimum.

Semakin berat beban, semakin sedikit gerak yang ditimbulkan.

Pada otot ekstensor, posisi berbaring telentang memiliki kekuatan kerutan yang paling besar.

Pada otot fleksor, posisi duduk membungkuk memuliki kekuatan kerutan yang paling besar.

DAFTAR PUSTAKA

Buku Penuntun Praktikum Mahasiswa Blok Muskuloskeletal. 2009. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi.

Ganong, WF. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 22. Jakarta: EGC

Sherwood. 2004. Human Physiology From Cells to Systems 5th ed.

Gayton

Kekuatan rangsang0.050.10.20.30.40.511.522.533.544.5567800.10.20.30.40.511.522.533.5444444

xi