Upload
ririn-sutharini
View
292
Download
31
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Laporan
Citation preview
LAPORAN PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA DAN FARMAKOKINETIKA
FITING DATA DARAH SECARA ORAL SECARA MANUAL UNTUK
KOMPARTEMEN 1
KELOMPOK IV
GOLONGAN I
Ni Kadek Ariani 1308505022
A. A. Ngurah Wisnu Wardhana 1308505023
Made Ririn Sutharini 1308505024
Wayan Agus Wijaya 1308505026
Puput Rhamadani Harfa 1308505027
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2015
I. TUJUAN
I.1. Mengetahui persamaan farmakokinetika dari pemberian obat secara per-oral.
I.2. Mengetahui besaran dari masing-masing parameter farmakokinetika rute oral
kompartemen 1.
II. DASAR TEORI
II.1.Pemodelan Farmakokinetika Absorpsi Obat Model Satu Kompartemen
Absorpsi sistemik suatu obat dari saluran cerna atau tempat ekstravaskulaer yang lain
bergantung pada bentuk sediaan, anatomi, dan fisiologi tempat absorpsi. Faktor-faktor seperti
luas permukaan dinding usus kecepataan pengosongan lambung, pergerakan saluran cerna,
dan aliran darah ke tempat absorbsi, semuanya mempengaruhi laju dan jumlah absorpsi obat.
Walaupun ada variasi, keseluruhan laju absorpsi obat dapa0t digambarkan secara matematik
sebagai suatu proses orde kesatu atau orde nol. Sebagian besar model farmakokinetik
menganggap absorpsi mengikuti orde kesatu, kecuali apabila anggapan absorpsi orde ke nol
memperbaiki model secara bermakna atau telah teruji dengan percobaan (Shargel dan Yu,
2005).
Model kompartemen yang digunakan berupa kompartemen tunggal yang merupakan
kompartemen sentral (plasma). Berikut skema penggambaran farmakokinetika kompartemen
tyang menunjukkan perubahan jumlah obat yang dapat diserap pada extravaskular.
Berdasarkan model diatas, persamaan 2.1. menggambarkan perubahan jumlah obat
yang diserap ( ) ditempat pemejanan atau saluran cerna (Jambhekar and Breen, 2009).
Gambar 1. Absorpsi obat kompartemen satu dengan laju eliminasi orde pertama. Dimana merupakan jumlah obat tersisa yang dapat diserap dalam saluran
cerna atau tempat pemejanan pada waktu . adalah jumlah obat dalam darah
pada waktu ; adalah jumlah obat yang diekskresikan pada waktu .
merupakan konstanta laju absorpsi obat orde pertama dan ( ) merupakan
Dimana menunjukkan berkurangnya obat di tempat kontak per unit waktu;
adalah tetapan laju absorbsi obat; jumlah obat tersisa untuk penyerapan pada waktu .
Penurunan rumus diatas menjadi :
Namun, seperti yang diketahui bahwa sejumlah dosis yang diberikan tidak seluruhnya
selalu terabsorbsi, melainkan berupa sejumlah fraksi dari dosis pemberian, maka nilai
merupakan jumlah fraksi dosis obat yang diserap, yaitu ( : fraksi obat diabsorpsi; :
dosis obat). Persamaan menjadi (2.2.) :
(Jambhekar and Breen, 2009)
Sedangkan, laju perubahan obat dalam tubuh (plasma) dinyatakan dalam persamaan
2.3. berikut :
Dari perasmaan diatas menunjukkan bahwa perubahan jumlah obat dalam tubuh
merupakan perbedaan antara laju absorpsi dan eliminasi obat. Pada masa-masa awal
pemberian obat, laju absorpsi obat jauh lebih besar dari laju eliminasinya. Kemudian
perbedaan ini akan semakin kecil seiring berjalannya waktu sampai selisih keduanya sama
dengan 0 pada (waktu saat tercapainya jumlah obat terbesar dalam tubuh, ). Setelah
itu, pada masa-masa akhir pemberian obat, laju eliminasi obat menjadi jauh lebih besar dari
Gambar 2. Ilustrasi profil jumlah obat dalam tubuh ( ), dengan laju absorpsi
dan eliminasi mengikuti orde pertama (Jambhekar and Breen, 2009).
(2.2)
laju absorpsi obat, yang ditunjukkan dengan profil jumlah obat dalam tubuh yang menurun.
Perlu diingat bahwa baik laju absorpsi dan laju eliminasi selalu berubah seiring berjalannya
waktu (apabila absorpsi dan eliminasi mengikuti orde pertama).Hal ini ditunjukkan pada
gambar profil obat secara rektilinear (Jambhekar and Breen, 2009).
Integral dari persamaan 2.3. memberikan persamaan 2.4. berikut, yaitu:
Dengan mensubtitusi jumlah obat dalam plasma pada waktu dengan , maka :
Dari persamaan tersebut, untuk menentukan dan (tetapan laju eliminasi) dapat
dilakukan dengan membuat profil kadar obat terhadap waktu menggunakan kertas
semilogaritma, dan kemudian ditentukan dari persamaan exponensial pada fase
akhir. Hal ini ditunjukkan dengan gambar berikut.
Gambar 3. Plot semilogaritma dari konstrasi obat dalam plasma terhadap
waktu ( vs. ) pada dosis ekstravaskular; Menggambarkan cara perolehan
(Jambhekar and Breen, 2009).
(2.4)
Cara lainnya, yaitu dengan memplot secara rektilinear hubungan log Cp vs. t, dan
ditentukan slope dari kurva tersebut. Dimana nilai setara dengan ) dan
diperoleh dari (Shargel dan Yu, 2005; Jambhekar and Breen, 2009).
Parameter lain yang penting dalam farmakokinetika absorpsi obat, ialah tetapan laju
absorpsi atau . Metode yang digunakan untuk menentukan dengan model satu
kompartemen terbuka, yaitu:
a. Metode Residual
Disebut juga metode “feathering” atau “curve stripping”, metode ini digunakan dengan
memisahkan profil kadar obat dalam plasma terhadap waktu dalam semilogaritma yang
merupakan profil bieksponensial menjadi dua bagian monoeksponensial absorpsi dan
eliminasi. Langkah-langkah yang diperlukan, yaitu :
1. Gambarkan konsentrasi obat dalam plasma ( ) terhadap waktu ( ) dalam plot
semilogaritma.
2. Dibuat tiga kolom berturut-turut , dan , ditentukan nilai log
berdasarkan data .
3. Tentukan tetapan laju eliminasi ( ) dari slope kurva linear fase akhir terhadap
waktu. Jumlah titik diambil minimal tiga buah atau lebih asalkan linearitas sedekat-
dekatnya dengan 1. Nilai tetapan laju eliminasi, yaitu .
Konstanta regresi linear vs setara dengan . Persamaan regresi linear
fase akhir vs. berupa :
Berikut bentuk persamaan eksponensialnya, yaitu :
dengan merupakan titik potong garis pada sumbu y dalam plot
semilogaritma. Kemudian dientukan nilai ekstrapolasi dengan memasukkan waktu-
waktu ( ) pada fase awal ke dalam persamaan eksponensial fase akhir berikut :
.
4. Dicari nilai , dengan mengurangi setiap titik ekstrapolasi dengan pada data
yang diperoleh. Dan ditentukan nilai .
5. Tentukan tetapan laju absorbsi ( ) dari slope kurva linear terhadap waktu.
Nilai tetapan laju absorbsi, yaitu . Konstanta regresi linear
vs setara dengan . Persamaan regresi linear vs. berupa :
secara eksponensial, yaitu :
dengan merupakan titik potong garis pada sumbu y dalam plot
semilogaritma.
6. sudah diperoleh, sebagai tambahan dipeoleh formula eksponensial kadar plasma
darah pada waktu tertentu :
Lebih jelasnya, metode residual ditunjukkan dengan gambar berikut.
b. Metode Wagner-Nelson
Berdasarkan model 1 kompartemen terbuka (Gambar 1.), jumlah obat dalam tubuh
yang telah diabsorbsi dari jaringan ekstravaskular mengalami dua kinetika dalam tubuh, yaitu
berada dalam plasma dan tereliminasi dari tubuh. Secara matematis sebagai berikut.
Dimana XA merupakan jumlah obat yang terabsorpsi pada waktu t; X merupakan jumlah obat
dalam tubuh (plasma) pada waktu t; dan XE merupakan jumlah obat yang tereliminasi pada
waktu t. Secara diferensial ditulis sebagai :
Diketahui bahwa nilai dan .
Untuk mencari jumlah akumulasi obat yang terabsorbsi dari waktu 0 sampai t merupakan
integral persamaan diatas, diperoleh :
Gambar 4. Plot semilogaritma profil konsentrasi obat dalam plasma terhadap waktu. Menggambarkan metode residual (Jambhekar and Breen, 2009).
Mengingat merupakan jumlah akumulasi obat yang terserap selama satuan waktu
pemejanan. Dan nilai merupakan luas area dibawah kurva kadar obat dalam plasma
terhadap waktu dari waktu 0 sampai . Secara teoritis, semakin lama waktu pemejanan obat
pada ekstravaskular, maka semakin banyak obat yang terabsorpsi ke dalam tubuh dan fraksi
obat yang mampu terserap seluruhnya diasumsikan tercapai pada waktu , maka :
Bentuk menyatakan jumlah kadar obat dalam plasma pada waktu yang sangat jauh (
), semakin lama waktu obat dalam tubuh, maka jumlah obat akan semakin sedikit
seiring dengan eliminasi, dan pada waktu yang sangat lama ( ), kadar obat dalam plasma
sudah tidak tersisa ( ). Persamaan menjadi :
Fraksi obat yang terabsorpsi tiap waktu adalah :
Dan fraksi obat tak terabsorpsi tiap waktu adalah :
Disisi lain, jumlah obat tak terabsorpsi setara dengan jumlah obat yang tertinggal pada
jaringan ekstravaskular. Untuk absorpsi orde kesatu berdasarkan pemodelan Gambar 1.,
maka :
Nilai merupakan fraksi obat tak terabsorpsi. Dalam menentukan nilai pertama
terlebih dulu mencari slope kurva hubungan terhadap waktu, sehingga
diperoleh persamaan regresi linear berupa :
Validasi persamaan diamati dengan melihat persamaan regresi linear diatas melalui nilai
. Dimana secara teoritis, nilai ini harus sama dengan 0 mengingat persamaan
dengan nilai konstanta regresi 0, maka semakin nilai
mendekati 0, maka diperoleh pendekatan yang semakin baik terhadap nilai . diperoleh
dengan :
(Jambhekar and Breen, 2009).
II. ALAT
a. Laptop
b. Plot Semilogaritma dan milimeter-blok
c. Kalkulator
d. Penggaris
e. Bolpoint
f. Pensil
III. CARA KERJA
Data 1 (Metode Residual Satu Kompartemen Terbuka)
IV. DATA
1. Data Kompartemen 1 seorang pasien memiliki berat badan dan di berikan obat
siprofloksasin dengan dosis 500 mg. setelah diukur kadar plasmanya beberapa waktu
diperoleh data sebagai berikut :
24 1,2
28 0,81
32 0,54
36 0,36
48 0,1Pertanyaan:
a. Tentukan Orde dari mode absorbs dan parameter farmakokinetiknya!
2. Konsentrasi obat dalam plasma pada seorangpenderita yang menerima dosis oral
tunggal suatu obat (10 mg/kg) dengan bb 55 kg didapatkan sebagai berikut
Waktu (jam) Konsentrasi (µg/ml)
0 0
2 23,7
4 35,4
6 39,6
8 39,6
10 37,2
12 33,7
14 29,7
16 25,8
18 22,1
20 18,7
22 15,8
24 13,2
26 11
28 9,14
Dengan menganggap 80% terabsorbsi, tentukan
a. Tetapan lajuabsorbsi Ka ?
b. T1/2 eliminasi ?
c. T maks ?
d. Volume distribusi penderita ?
3. Suatu obat diberikan per oral dengan dosis tunggal( Dpo = 50 mg) kepada sebjek. Kemudiaan darah
diambil melalui vena kubuti secara serial setiap interval waktu tertentu untuk peneyapan kadar obat
dalam dara. Ternyata diperoleh kadar obat dalam darah terhadap waktu sampling seperti dibawah ini :
Waktu (jam) Konsentrasi (µg/ml)
0 0
0,5 5,36
1 9,95
2 17,18
4 25,75
8 29,78
12 26,63
18 19,4
24 13,26
36 5,88
48 2,56
72 0,49
a. Hitunglah waktu paruh absorbs dan eliminasi obat, C maks , T maks, AUC,Vd dan Cl jika
diketahui ketersediaan hayati obat 0,80!
b. Berapa perkiraan jumlah obat yang tersisa 40 jam setelah pemberian ?
V. PERHITUNGAN
5.1 Data 1
Tabel 1. Hasil Pengolahan Data dengan Metode Residual
Time Cp ln Cp 1/Cp Ln Cp’ Cp' Cp'-Cp Ln (Cp'-Cp)
0 0 0 0 2,57 13,0658 13,0658 2,57001 3,13 1,1410 0,8764 2,47 11,8224 8,6924 2,16252 4,93 1,5953 0,6268 2,37 10,6974 5,7674 1,7522
3 5,86 1,7681 0,5656 2,27 9,6794 3,8194 1,34014 6,25 1,8326 0,5457 2,17 8,7583 2,5083 0,9196
5 6,28 1,8374 0,5443
6 6,11 1,8099 0,5525
7 5,81 1,7596 0,5683 Intersep T ½
8 5,45 1,6956 0,5898 2,571 13,078
9 5,06 1,6214 0,6168 C0 Ke AUC
10 4,66 1,5390 0,6498 13,078 0,100 6,909
12 3,9 1,3610 0,7348
14 3,24 1,1756 0,8506 Ka Intersept T ½
16 2,67 0,9821 1,0182 0,4141 2,579 1,674
18 2,19 0,7839 1,2757 Co
24 1,2 0,1823 5,4848 13,181
28 0,81 -0,2107 -4,7456
32 0,54 -0,6162 -1,6229
36 0,36 -1,0217 -0,978848 0,1 -2,3026 -0,4343
Pada pengerjaan, dilakukan pembuatan kurva untuk mengetahui apakah farmakokinetika dari
data tersebut mengikuti orde 0 atau orde 1 dan kompartemen 1 atau 2.
Gambar 1. Kurva waktu terhadap Ln Cp
Setelah membuat kurva antara waktu dengan ln konsentrasi, ditarik kesimpulan bahwa data
farmakokinetika ini mengikuti orde 1 dan kompartemen 1. Maka digunakan persamaan-
persamaan dalam mencari faktor-faktor farmakokinetik.
a. Persamaan yang menerangkan perubahan kadar darah terhadap waktu
K absorpsi (Ka)
K absorpsi diperoleh dengan menggunakan 4 data dari tabel 1 hasil pengolahan data. Dibuat
kurva hubungan antara t dan Ln (Cp’-Cp).
Gambar 2. Kurva waktu terhadap Ln (Cp’-Cp)
y= -0,414x + 2,578
b= -0,414
a= 2,578
Maka:
K absorpsi = -b
= - (-0,414)
= 0,414/jam
K eleminasi (Ke)
K eliminasi diperoleh dengan menggunakan 11 data terakhir dari tabel 1 hasil pengolahan
data. Dibuat kurva hubungan antara t dan Ln Cp.
y = - 0,1003x + 2,5709
b = - 1003
a = 2,5709
Maka:
K eliminasi = -b
= - (-0,1003)
= 0,1003/jam
b. Nilai parameter yang menerangkan disposisi obat pada subjek
Waktu Paruh ( ) absorpsi
=
=
= 1,674 jam
Waktu Paruh ( ) Eliminasi
=
=
= 6,909 jam
C0 absorpsi
C0 = e intersep
= e 2,579
= 13,181
C0 eleminasi
C0 = e intersep
= e 2,5709
= 13,078
AUC
-
-
= 6,909 µg jam /mL
5.2 Data 2
Tabel 2. Hasil Pengolahan Data dengan Metode Residual
Time Cp ln Cp 1/Cp Ln Cp’ Cp' Cp'-Cp Ln (Cp'-Cp)
0 0 0 0 0 0 0 0
2 23,73,16547
5048 0,042194 4,586 98,10124 74,40124 4,3094726
4 35,43,56671
182 0,028249 4,404 81,77732 46,37732 3,8368106
6 39,63,67882
9118 0,025253 4,222 68,16969 28,56969 3,3523463
8 39,63,67882
9118 0,025253 4,04 56,82634 17,22634 2,8464398
10 37,23,61630
8761 0,026882 3,858 47,37052 10,17052 2,3194929
12 33,73,51749
7837 0,029674 3,676 39,48813 5,788125 1,7558084
14 29,73,39114
7046 0,03367 3,494 32,91735 3,217354 1,1685593
16 25,83,25037
4492 0,03876 3,312 27,43995 1,639951 0,4946661
18 22,13,09557
7609 0,045249 3,13 22,87398 0,77398-
0,2562098
20 18,72,92852
3524 0,053476 2,948 19,06778 0,36778-
1,0002703
22 15,82,76000
994 0,063291
24 13,22,58021
683 0,075758Ke intercept Co el.
26 112,39789
5273 0,0909090,091 4,768 117,70
28 9,142,21266
0385 0,109409Ka intercept Co ab.
0.240 4,782 119,34
Pada pengerjaan, dilakukan pembuatan kurva untuk mengetahui apakah farmakokinetika dari
data tersebut mengikuti orde 0 atau orde 1 dan kompartemen 1 atau 2.
Gambar 3. Kurva Waktu terhadap Ln Cp
Setelah membuat kurva antara waktu dengan ln konsentrasi, ditarik kesimpulan bahwa data
farmakokinetika ini mengikuti orde 1 dan kompartemen 1. Maka digunakan persamaan-
persamaan dalam mencari ka, , t ½ eleminasi, T maks, Vd.
a. Persamaan yang menerangkan perubahan kadar darah terhadap waktu
K absorpsi (Ka)
K absorpsi diperoleh dengan menggunakan 4 data dari tabel 1 hasil pengolahan data. Dibuat
kurva hubungan antara t dan Ln (Cp’-Cp).
Gambar 4. Kurva waktu terhadap (Ln Cp’-Cp)
Dari grafik di atas diperoleh persamaan regresi linear -0,24x + 4,782. Maka:
a.K absorpsi = -b
= - (0,24)
= 0,24/jam
b.Penetapan Waktu paruh ( ) Eliminasi
Waktu paruh ( ) Eleminasi
=
=
= 7,615 jam
= 6,50 jam
C. Volume Distribusi Penderita
= 796,16 µg jam / mL
Dosis = 10 mg/kg = 10000
BB = 55 Kg
Dpo = 55.000
Volume Distribusi (Vd)
= 607,31 mL
5.3 Data 3
Tabel 1. Hasil Pengolahan Data dengan Metode Residual
Time Cp ln Cp 1/Cp Ln Cp’ Cp' Cp'-Cp Ln (Cp'-Cp)
0 0 0 - 4,24 69,40785 69,40785 4,240,5 5,36 1,68 0,19 4,206 67,08765 61,72765 4,122732
1 9,95 2,30 0,10 4,172 64,84501 54,89501 4,0054225
217,1
8 2,84 0,06 4,104 60,58213 43,40213 3,77050857
425,7
5 3,25 0,04 3,968 52,87867 27,12867 3,30059102
829,7
8 3,39 0,03 3,696 40,28584 10,50584 2,35193113
1226,6
3 3,28 0,04 3,424 30,69194 4,061938 1,4016600918 19,4 2,97 0,05 3,016 20,40949 1,00949 0,00944548
2413,2
6 2,58 0,0836 5,88 1,77 0,17 slope el. Ke intersep el 48 2,56 0,94 0,39 -
0,0687810,068781 4,24
133
72 0,49 -0,71 2,04slope absorpsi Ka T ½ el.
-0,234 0,234 10,07544t 1/2 ad. C0 el intersep ad.2,961538 69,40785 4,24C0 ad. AUC Tmaks
69,40785 712,497 7,4107253
Vd Cl C maks813,6316
6 56,1405829,5300647
3
Pada pengerjaan, dilakukan pembuatan kurva untuk mengetahui apakah farmakokinetika dari
data tersebut mengikuti orde 0 atau orde 1 dan kompartemen 1 atau 2.
Gambar 4. Kurva waktu terhadap Ln Cp
Setelah membuat kurva antara waktu dengan ln konsentrasi, ditarik kesimpulan bahwa
data farmakokinetika ini mengikuti orde 1 dan kompartemen 1. Maka digunakan persamaan-
persamaan dalam mencari waktu paruh eleminasi dan absorpsi obat, Cmaks, AUC, Vd, Cl serta
persamaan farmakokinetika dengan ketersediaan hayati sebesar 0,80.
Gambar 5. Kurva waktu terhadap Ln Cp
a. Nilai parameter yang dicari dari data di atas
Waktu Paruh ( ) absorpsi
=
=
= 2,961538 jam
Waktu Paruh ( ) Eliminasi
=
=
= 10,07544 jam
AUC
-
-
= 712,497 µg jam /mL
Vd
Vd =
=
= 813,63166 mL
Cl
Cl =
=
= 56,14058 mL/jam
C maks
C maks = x e-ke x t maks
= x e 0,069 x 7, 41
= 29,53006473 µg
b. Jumlah Sisa Obat Setelah 40 jam
Untuk mengetahui jumlah obat (D) saat t= 40, maka dicari terlebih dahulu konsentrasi obat
(C) saat t= 40
Konsentrasi obat saat t= 40 ( )
= 4,609 µg/mL
Jumlah obat saat t= 40 ( )
= 3,75 mg
VI. PEMBAHASAN
Profil perkembangan kadar obat dalam darah yang diamati pada praktikum ini adalah
profil kinetika dimana obat yang diberikan secara ekstravaskular yaitu oral. Obat akan masuk
ke dalam sistem peredaran darah secara perlahan-lahan melalui suatu proses absorpsi sampai
mencapai puncaknya, kemudian akan turun (Cahyati, 1985). Berikut adalah kurva
perkembangan kadar obat dalam darah menurut model satu kompartemen setelah pemberian
obat secara ekstravaskular oral:
Gambar 1. Kurva perkembangan kadar obat dalam darah menurut model satu kompartemen
setelah pemberian obat secara ekstravaskular oral (Cahyati, 1985).
Berdasarkan kurva tersebut dapat dilihat bahwa pada data ini terdapat dua fase
perubahan farmakokinetika, yaitu fase absorpsi dan fase eliminasi. Hal tersebut menunjukan
bahwa data tersebut mengikuti pemodelan farmakokinetika kompartemen satu terbuka dimana
perubahan kadar obat dalam plasma berubah seiring dengan perubahan laju absorpsi serta laju
eliminasi di setiap waktunya. Dengan penggunaan model inilah maka dari data eksperimental
dapat diperoleh harga-harga: Volume distribusi (Vd), waktu paruh eliminasi (T1/2β),
konsentrasi pada steady state (Css), waktu pencapaian konsentrasi maksimum (Tmaks),
konsentrasi maksimum (Cmaks), konstanta kecepatan absorpsi (Ka), konstanta kecepatan
eliminasi (Kel), dan lain-lain (Cahyati, 1985).
Volume distribusi (vd) menunjukkan volume penyebaran obat dalam tubuh dengan
kadar plasma atau serum. Vd tidak perlu menunjukkan volume penyebaran obat yang
sesungguhnya ataupun volume secara anatomik, tetapi hanya volume imajinasi dimana tubuh
dianggap sebagi 1 kompartemen yang terdiri dari plasma atau serum, dan Vd menghubungkan
jumlah obat dalam tubuh dengan kadarnya dalam plasma atau serum (Setiawati, 2005).
Plasma half-life (T1/2) merupakan ukuran untuk lamanya efek obat, maka t1/2 bersama grafik
kadar-waktu penting sekali sebagai dasar untuk menentukan dosis dan frekuensi pemberian
obat yang rasional, dengan kata lain berapa kali sehari sekian mg. Dosis yang terlalu tinggi
atau terlalu frekuen dapat menimbulkan efek toksis, sedangkan dosis terlampau rendah atau
terlalu jarang tidak menghasilkan efek, bahkan pada kemoterapeutika dapat menimbulkan
resistensi kuman (Waldon, 2008). Pada tmaks absorpsi obat adalah terbesar, dan laju absorpsi
obat sama dengan laju eliminasi obat. Absorpsi masih berjalan setelah tmaks tercapai, tetapi
pada laju yang lebih lambat. Harga tmaks menjadi lebih kecil (berarti sedikit waktu yang
diperlukan untuk mencapai konsentrasi plasma puncak) bila laju absorpsi obat menjadi lebih
cepat (Shargel, 2005). Klirens obat adalah suatu ukuran eliminasi obat dari tubuh tanpa
mempermasalahkan mekanisme prosesnya. Umumnya, jaringan tubuh atau organ dianggap
sebagai suatu kompartemen cairan dengan volume terbatas (volume distribusi) dimana obat
terlarut di dalamnya (Shargel, 2005).
Kompartemen satu terbuka terdiri atas 2 macam metode yaitu metode residual dan
metode Wagner-Nelson. Metode Wagner-Nelson akan memberikan hasil akhir berupa nilai
konstanta laju eliminasi dan absorpsi (K dan Ka) sedangkan pada praktikum ini ditekankan
agar dapat memberikan persaman farmakokinetika dari pemberian obat secara per-oral. Maka
demi memenuhi tujuan ini, maka metode Wagner-Nelson tidak menjadi pilihan. Sementara
itu, metode residual mampu memberikan persamaan farmakokinetik yang lengkap dalam
bentuk: (Jambhekar dan Breen, 2009)
(Cp)t = Be-Kt- Ae-KA
t
Dari pengolahan data 1 diperoleh persamaan perubahan konsentrasi obat dalam
plasma pada waktu t, sebagai berikut:
dengan konstanta laju absorpsi adalah 0,4141/jam dan konstanta laju eliminasi adalah
0,1/jam. Dengan menggunakan persamaan diatas maka parameter farmakokinetika yang dapat
ditentukan. Waktu paruh absorbsi dan eleminasi yang diperoleh berturut-turut adalah 1,674
dan 6,909 jam. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa waktu yang dibutuhkan agar obat
tereleminasi separuhnya adalah 6,909 jam sehingga frekuensi pemberian obat ini dilakukan 4
kali sehari. Nilai AUC yang diperoleh adalah 6,909 µg jam/mL.
Dari pengolahan data 2 diperoleh persamaan perubahan konsentrasi obat dalam
plasma pada waktu t, sebagai berikut:
dengan konstanta laju absorpsi adalah 0,0912/jam. Parameter farmakokinetika yang
dapat ditentukan menggunakan metode ini adalah waktu paruh ( ) eleminasi, waktu
maksimum ( ), dan volume distribusi (Vd). Waktu paruh eleminasi yang diperoleh
adalah 7,5987 jam. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa waktu yang dibutuhkan agar
obat tereleminasi separuhnya adalah 7,5987 jam sehingga frekuensi pemberian obat ini
dilakukan 3-4 kali sehari. Volume distribusi yang diperoleh adalah 123,33 mL hal ini
menunjukkan Obat yang tertimbun dalam jaringan sehingga kadar dalam plasma rendah sekali
memiliki Vd yang besar.
Dari pengolahan data 3 diperoleh persamaan perubahan konsentrasi obat dalam
plasma pada waktu t, sebagai berikut:
Parameter farmakokinetika yang dapat ditentukan menggunakan metode ini adalah
waktu paruh ( ) absorbsi, konsentrasi maksimum (Cmaks), waktu maksimum ( ), AUC,
volume distribusi (Vd), Clirens (Cl), dan Jumlah obat saat t=40 (D40). Waktu paruh ( )
absorbsi yang diperoleh adalah 2,961538 jam. Konsentrasi maksimum (Cmaks) dan waktu
maksimum ( ) diperoleh berturut-turut adalah 29,53 µg dan 7,4107 jam. Hal ini
menunjukkan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai konsentrasi maksimum setelah
pemberian obat adalah 7,4107 jam dan menghasilkan absorbs obat maksimal. AUC yang
diperoleh adalah 712,497 µg jam /mL, volume distribusi (Vd) 813,6316, Clirens (Cl)
56,14058, dan jumlah obat saat t=40 (D40) adalah 3,57 mg.
VII. Kesimpulan
Data 1, 2 dan 3 menunjukkan pemberian obat secara oral mengikuti permodelan
kompartemen I terbuka. Dengan penggunaan model inilah maka dari data eksperimental dapat
diperoleh harga-harga: Volume distribusi (Vd), waktu paruh eliminasi dan absorbs (T1/2β),
waktu pencapaian konsentrasi maksimum (Tmaks), konsentrasi maksimum (Cmaks), konstanta
kecepatan absorpsi (Ka), konstanta kecepatan eliminasi (Kel), AUC dan Clirens (Cl).
DAFTAR PUSTAKA
Cahyati, Y. 1985. Cermin Dunia Kedokteran. Jakarta: Kalbe Farma
Jambhekar, S., and P. J. Breen. 2009. Basic pharmacokinetics. London; Chicago: Pharmaceutical Press
Setiawati, A. (2005). Farmakokinetik Klinik. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta :
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal. 811-815.
Shargel, L. dan A.B.C.Yu. 2005. Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan. Edisi Kedua. Surabaya : Airlangga University Press
Waldon, D.J. (2008). Pharmacokinetics and Drug Metabolism. Cambridge : Amgen, Inc., One Kendall Square, Building 1000, USA.