59
LAPORAN FIELD WORK MODUL 1 MASALAH KESEHATAN KOMUNITAS “ISPA” DI WILAYAH PUSKESMAS KAPASA Tutor : Dr. dr. A.Armyn Nurdin, M.Sc KELOMPOK 18 C11111014 Triani Dhamayanti C11111110 Harrison Randy Bungasalu C11111135 Regi Anastasya M. C11111155 Leuw Terry Frans Toliu C11111174 St. Nursyamsiah Masud C11111195 Ratna Sari C11111254 Elsa Hartina Febrianti C11111272 Ika Hardiyanti B. C11111290 Sinta C11111308 Andi Noviani Babba C11111326 Indah Lestari S.M. C11111344 Jeanne Vibertyn R. C11111362 Nur Chotimah C11111380 Tantri Lestari S. BLOK KEDOKTERAN KOMUNITAS DAN KEDOKTERAN KELUARGA 2

Laporan Field Work Modul 1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Laporan Field Work Modul 1

Citation preview

Page 1: Laporan Field Work Modul 1

LAPORAN FIELD WORK MODUL 1

MASALAH KESEHATAN KOMUNITAS “ISPA”

DI WILAYAH PUSKESMAS KAPASA

Tutor : Dr. dr. A.Armyn Nurdin, M.Sc

KELOMPOK 18

C11111014 Triani Dhamayanti

C11111110 Harrison Randy Bungasalu

C11111135 Regi Anastasya M.

C11111155 Leuw Terry Frans Toliu

C11111174 St. Nursyamsiah Masud

C11111195 Ratna Sari

C11111254 Elsa Hartina Febrianti

C11111272 Ika Hardiyanti B.

C11111290 Sinta

C11111308 Andi Noviani Babba

C11111326 Indah Lestari S.M.

C11111344 Jeanne Vibertyn R.

C11111362 Nur Chotimah

C11111380 Tantri Lestari S.

BLOK KEDOKTERAN KOMUNITAS DAN

KEDOKTERAN KELUARGA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2014

2

Page 2: Laporan Field Work Modul 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam GBHN dinyatakan bahwa pola dasar pembangunan Nasional pada hakekatnya

adalah Pembangunan Manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat

Indonesia. Jadi jelas bahwa hubungan antara usaha peningkatan kesehatan masyarakat

dengan pembangunan, karena tanpa modal kesehatan niscaya akan gagal pula

pembangunan.

Salah satu penyakit yang diderita oleh masyarakat terutama adalah ISPA (Infeksi

Saluran Pernapasan Akut) yaitu meliputi infeksi akut saluran pernapasan bagian atas dan

infeksi akut saluran pernapasan bagian bawah. ISPA adalah suatu penyakit yang

terbanyak diderita oleh anak- anak, baik dinegara berkembang maupun dinegara maju dan

sudah mampu dan banyak dari mereka perlu masuk rumah sakit karena penyakitnya

cukup gawat.

Dari Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan tahun 2013

menyatakan bahwa Lima provinsi dengan ISPA tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur

(41,7%), Papua (31,1%), Aceh (30,0%), Nusa Tenggara Barat (28,3%), dan Jawa Timur

(28,3%), Sedangkan Sulawesi Selatan berada di urutan ke-20 dengan kejadian ISPA

sebanyak 24,9%. Kejadian ISPA paling banyak dialami pada balita usia 1-4 tahun.

Di Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa sendiri, pada tahun 2013 angka kejadian ISPA

merupakan yang terbanyak dan menduduki peringkat pertama dari daftar 10 penyakit

terbanyak di wilayah kerja Puskesmas Kapasa. Hal ini membuat kita perlu memikirkan

lagi beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengurangi terjadinya penyakit ISPA

agar pelayanan kesehatan bagi masyarakat di lingkungan Puskesmas Kapasa dapat

ditingkatkan.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana pelayanan dan penanggulangan masalah penyakit ISPA di wilayah kerja

Puskesmas Kapasa?

C. Tujuan Penelitian

Mengidentifikasi pelayanan dan penanggulangan masalah penyakit ISPA di wilayah

kerja Puskesmas Kapasa.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

3

Page 3: Laporan Field Work Modul 1

1. Bagi Puskesmas

Meningkatkan upaya pelayanan dan penanggulangan penyakit ISPA di wilayah

kerjanya.

2. Bagi Mahasiswa

Memperoleh pengalaman menyusun perencanaan puskesmas (plan of action) dari

masalah kesehatan yang diberikan.

3. Bagi Masyarakat

Memperoleh pengetahuan mengenai cara pencegahan penyakit ISPA.

4

Page 4: Laporan Field Work Modul 1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian ISPA

Infeksi Saluran Pernafasan Akut merupakan sekelompok penyakit kompleks dan

heterogen yang disebabkan oleh berbagai penyebab dan dapat mengenai setiap lokasi di

sepanjang saluran nafas (WHO, 1986).

ISPA merupakan salah satu penyebab utama dari tingginya angka kematian dan angka

kesakitan pada balita dan bayi di Indonesia.

Secara klinis ISPA adalah suatu tanda dan gejala akut akibat infeksi yang terjadi di

setiap bagian saluran pernafasan dan berlangsung tidak lebih dari 14 hari. Adapun yang

termasuk ISPA adalah influenza, campak, faringitis, trakeitis, bronkhitis akut, brokhiolitis,

dan pneumonia

Morbiditas dan mortalitas

Insiden ISPA anak di negara berkembang maupun negara yang telah maju tidak

berbeda, tetapi jumlah angka kesakitan di negara berkembang lebih banyak (WHO, 1992).

Berbagai laporan menyatakan bahwa ISPA anak merupakan penyakit yang paling sering pada

anak, mencapai kira-kira 50% dari semua penyakit balita dan 30% pada anak usia 5-12 tahun.

Kejadian ISPA pada balita lebih sering terjadi di daerah perkotaan dibandingkan pada

balita di daerah pedesaan. Seorang anak yang tinggal di daerah perkotaan akan mengalami

ISPA sebanyak 5-8 episode setahun, sedangkan bila tinggal di pedesaan sebesar 3-5 episode

(WHO,1992).

ISPA merupakan penyakit yang utama dari layanan rawat jalan meliputi 25-40%

balita yang berobat, dan ISPA pula yang merupakan penyebab rawat inap balita di rumah

sakit sekitar 30-35% dari seluruh balita yang dirawat inap.

Angka kematian yang tinggi karena ISPA khususnya pneumonia masih merupakan

masalah di beberapa negara berkembang termasuk Indonesia. WHO (1992) memperkirakan

12,9 juta balita meninggal dunia karena ISPA terutama pneumonia.

Penyebab

Mayoritas penyebab dari ISPA adalah oleh virus, dengan frekuensi lebih dari 90%

untuk ISPA bagian atas, sedangkan untuk ISPA bagian bawah frekuensinya lebih kecil

(WHO, 1984). Dalam Harrison’s Principle of Internal Medicine disebutkan bahwa penyakit

5

Page 5: Laporan Field Work Modul 1

infeksi saluran nafas akut bagian atas mulai dari hidung, nasofaring, sinus paranasalis sampai

dengan laring hampir 90% disebabkan oleh viral, sedangkan infeksi akut saluran nafas bagian

bawah hamper 50% diakibatkan oleh bakteri di mana Streptococcus Pneumonia adalah yang

bertanggung jawab untuk kurang lebih 70-90%, sedangkan Stafilococcus Aureus dan H.

Influenza sekitar 10-20%

Faktor resiko

Menurut WHO (1992) beberapa faktor yang telah diketahui mempengaruhi

pneumonia dan kematian ISPA adalah malnutrisi, pemberian ASI kurang cukup, imunisasi

tidak lengkap,defisiensi vitamin A, BBLR, umur muda, kepadatan hunian, udara dingin,

jumlah kuman yang banyak di tenggorokan, terpapar polusi udara oleh asap rokok, gas

beracun dan lain-lain.

Faktor-faktor resiko yang berperan dalam kejadian ISPA pada anak adalah sebagai

berikut:

1. Faktor host (diri)

a. Usia

Kebanyakan infeksi saluran pernafasan yang sering mengenai anak usia dibawah 3

tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak

pada usia muda akan lebih sering menderita ISPA daripada usia yang lebih lanjut (Koch

et al, 2003).

b. Jenis kelamin

Meskipun secara keseluruhan di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia

masalah ini tidak terlalu diperhatikan, namun banyak penelitian yang menunjukkan

adanya perbedaan prevelensi penyakit ISPA terhadap jenis kelamin tertentu. Angka

kesakitan ISPA sering terjadi pada usia kurang dari 2 tahun, dimana angka kesakitan

ISPA anak perempuan lebih tinggi daripada laki-laki di negara Denmark (Koch et al,

2003)

c. Status gizi

Interaksi antara infeksi dan Kekurangan Kalori Protein (KKP) telah lama dikenal,

kedua keadaan ini sinergistik, saling mempengaruhi, yang satu merupakan predisposisi

yang lainnya (Tupasi, 1985). Pada KKP, ketahanan tubuh menurun dan virulensi

pathogen lebih kuat sehingga menyebabkan keseimbangan yang terganggu dan akan

6

Page 6: Laporan Field Work Modul 1

terjadi infeksi, sedangkan salah satu determinan utama dalam mempertahankan

keseimbangan tersebut adalah status gizi anak.

d. Pemberian suplemen vitamin A

Pemberian vitamin A pada balita sangat berperan untuk masa pertumbuhannya, daya

tahan tubuh dan kesehatan terutama pada penglihatan, reproduksi, sekresi mukus dan

untuk mempertahankan sel epitel yang mengalami diferensiasi.

e. Pemberian air susu ibu (ASI)

ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi terutama pada bulan-bulan pertama

kehidupannya. ASI bukan hanya merupakan sumber nutrisi bagi bayi tetapi juga sebagai

sumber zat antimikroorganisme yang kuat, karena adanya beberapa faktor yang bekerja

secara sinergis membentuk sistem biologis.

ASI dapat memberikan imunisasi pasif melalui penyampaian antibodi dan sel-sel

imunokompeten ke permukaan saluran pernafasan atas (William and Phelan, 1994).

2. Faktor lingkungan

a. Rumah

Rumah merupakan stuktur fisik, dimana orang menggunakannya untuk tempat

berlindung yang dilengkapi dengan fasilitas dan pelayanan yang diperlukan, perlengkapan

yang berguna untuk kesehatan jasmani, rohani dan keadaan sosialnya yang baik untuk

keluarga dan individu (WHO, 1989).

Anak-anak yang tinggal di apartemen memiliki faktor resiko lebih tinggi menderita

ISPA daripada anak-anak yang tinggal di rumah culster di Denmark (Koch et al, 2003).

b. Kepadatan hunian (crowded)

Kepadatan hunian seperti luar ruang per orang, jumlah anggota keluarga, dan

masyarakat diduga merupakan faktor risiko untuk ISPA. Penelitian oleh Koch et al

(2003) membuktikan bahwa kepadatan hunian (crowded) mempengaruhi secara bermakna

prevalensi ISPA berat.

c. Status sosioekonomi

Telah diketahui bahwa kepadatan penduduk dan tingkat sosioekonomi yang rendah

mempunyai hubungan yang erat dengan kesehatan masyarakat. Tetapi status keseluruhan

tidak ada hubungan antara status ekonomi dengan insiden ISPA, akan tetapi didapatkan

korelasi yang bermakna antara kejadian ISPA berat dengan rendahnya status

sosioekonomi (Darmawan,1995).

7

Page 7: Laporan Field Work Modul 1

d. Kebiasaan merokok

Pada keluarga yang merokok, secara statistik anaknya mempunyai kemungkinan

terkena ISPA 2 kali lipat dibandingkan dengan anak dari keluarga yang tidak merokok.

Selain itu dari penelitian lain didapat bahwa episode ISPA meningkat 2 kali lipat akibat

orang tua merokok (Koch et al, 2003)

e. Polusi udara

Diketahui bahwa penyebab terjadinya ISPA dan penyakit gangguan pernafasan lain

adalah rendahnya kualitas udara didalam rumah ataupun diluar rumah baik secara

biologis, fisik maupun kimia.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh pusat penelitian kesehatan

Universitas Indonesia untuk mengetahui efek pencemaran udara terhadap gangguan

saluran pernafasan pada siswa sekolah dasar (SD) dengan membandingkan antara mereka

yang tinggal di wilayah pencemaran udara tinggi dengan siswa yang tinggal di wilayah

pencemaran udara rendah di Jakarta. Dari hasil penelitian tidak ditemukan adanya

perbedaan kejadian baru atau insiden penyakit atau gangguan saluran pernafasan pada

siswa SD di kedua wilayah pencemaran udara.

Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pencemaran menjadi tidak berbeda dengan

wilayah dengan tingkat pencemaran tinggi sehingga tidak ada lagi tempat yang aman

untuk semua orang untuk tidak menderita gangguan saluran pemafasan. Hal ini

menunjukkan bahwa polusi udara sangat berpengaruh terhadap terjadinya penyakit ISPA.

Adanya ventilasi rumah yang kurang sempurna dan asap tungku di dalam rumah

seperti yang terjadi di Negara Zimbabwe akan mempermudah terjadinya ISPA anak

(Mishra, 2003).

Klasifikasi ISPA

Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:

1. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam

(chest indrawing).

2. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.

3. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa

tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan

tonsillitis tergolong bukan pneumonia.

8

Page 8: Laporan Field Work Modul 1

Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA.

Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan

umur 2 bulan sampai 5 tahun.

Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :

1. Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada bagian

bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu

60 kali per menit atau lebih.

2. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding

dada bagian bawah atau napas cepat.

Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :

1. Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian

bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus

dalam keadaan tenang tldak menangis atau meronta).

2. Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan

adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit

atau lebih.

3. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada

bagian bawah dan tidak ada napas cepat.

Manifestasi Klinis

Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-keluhan

dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala menjadi

lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernapasan dan

mungkin meninggal. Bila sudah dalam kegagalan pernapasan maka dibutuhkan

penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu

diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih berat. Tanda-tanda bahaya dapat dilihat

berdasarkan tanda-tanda klinis dan tanda-tanda laboratoris.

Tanda-tanda klinis

1. Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi dinding

thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting

expiratoir dan wheezing.

2. Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan

cardiac arrest.

9

Page 9: Laporan Field Work Modul 1

3. Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, papil

bendung, kejang dan coma.

4. Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.

Tanda-tanda laboratoris yang ditemukan yaitu hipoksemia, hiperkapnea, dan asidosia

baik secara metabolik atau repsiratorik.

Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah: tidak

bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk, sedangkan tanda bahaya

pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah: kurang bisa minum (kemampuan

minumnya menurun ampai kurang dari setengah volume yang biasa diminumnya), kejang,

kesadaran menurun, stridor, Wheezing, demam dan dingin.

Penatalaksanaan ISPA

Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar pengobatan

penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik untuk kasus-kasus

batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat. Strategi

penatalaksanaan kasus mencakup promosi dan pencegahan termasuk petunjuk tentang

pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting bagi

pederita ISPA .

Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut :

1. Pengobatan pada ISPA

1. Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik melalui jalur infus , di

beri oksigen dan sebagainya.

2. Pneumonia: diberi obat antibiotik melaui mulut. Pilihan obatnya Kotrimoksasol, jika

terjadi alergi atau tidak cocok dapat diberikan Amoksilin, Penisilin, Ampisilin.3. Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di rumah,

untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak

mengandung zat yang merugikan. Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu

parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan

didapat adanya bercak nanah disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher,

dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi

antibiotik selama 10 hari.1

2. Pencegahan dan Pemberantasan

Pencegahan dapat dilakukan dengan :

Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.

10

Page 10: Laporan Field Work Modul 1

Immunisasi.

Menjaga kebersihan prorangan dan lingkungan.

Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.1

Pemberantasan yang dilakukan adalah :

Penyuluhan kesehatan yang terutama di tuj ukan pada para ibu.

Pengelolaan kasus yang disempurnakan.

Immunisasi.

3. Pelaksana pemberantasan

Tugas pemberatasan penyakit ISPA merupakan tanggung jawab bersama. Kepala

Puskesmas bertanggung jawab bagi keberhasilan pemberantasan di wilayah kerjanya.

Sebagian besar kematiaan akibat penyakit pneumonia terjadi sebelum penderita

mendapat pengobatan petugas Puskesmas. Karena itu peran serta aktif masyarakat

melalui aktifitas kader akan sangat membantu menemukan kasus-kasus pneumonia yang

perlu mendapat pengobatan antibiotik (kotrimoksasol) dan kasus-kasus pneumonia berat

yang perlu segera dirujuk ke rumah sakit.

Dokter puskesmas mempunyai tugas sebagai berikut :

1. Membuat rencana aktifitas pemberantasan ISPA sesuai dengan dana atau sarana dan

tenaga yang tersedia.

2. Melakukan supervisi dan memberikan bimbingan penatalaksanaan standar kasus-

kasus ISPA kepada perawat atau paramedis.

3. Melakukan pemeriksaan pengobatan kasus- kasus pneumonia berat/penyakit dengan

tanda-tanda bahaya yang dirujuk oleh perawat/paramedis dan merujuknya ke rumah

sakit bila dianggap perlu.

4. Memberikan pengobatan kasus pneumonia berat yang tidak bisa dirujuk ke rumah

sakit.

5. Bersama dengan staff puskesmas memberi kan penyuluhan kepada ibu-ibu yang

mempunyai anak balita. perihal pengenalan tanda-tanda penyakit pneumonia serta

tindakan penunjang di rumah,

6. Melatih semua petugas kesehatan di wilayah puskesmas yang di beri wewenang

mengobati penderita penyakit ISPA,

7. Melatih kader untuk bisa, mengenal kasus pneumonia serta dapat memberikan

penyuluhan terhadap ibu-ibu tentang penyaki ISPA,

11

Page 11: Laporan Field Work Modul 1

8. Memantau aktifitas pemberantasan dan melakukan evaluasi keberhasilan

pemberantasan penyakit ISPA. menditeksi hambatan yang ada serta

menanggulanginya termasuk aktifitas pencatatan dan pelaporan serta pencapaian

target.

Paramedis Puskesmas pembantu

1. Melakukan penatalaksanaan standar kasus-kasus ISPA sesuai petunjuk yang ada.

2. Melakukan konsultasi kepada dokter Puskesmas untuk kasus-kasus ISPA tertentu

seperti pneumoni berat, penderita dengan weezhing dan stridor.

3. Bersama dokter atau dibawah, petunjuk dokter melatih kader.

4. Memberi penyuluhan terutama kepada ibu-ibu.

5. Melakukan tugas-tugas lain yang diberikan oleh pimpinan Puskesmas sehubungan

dengan pelaksanaan program pemberantasan penyakit ISPA.5

Kader kesehatan

1. Dilatih untuk bisa membedakan kasus pneumonia (pneumonia berat dan pneumonia

tidak berat) dari kasus-kasus bukan pneumonia.

2. Memberikan penjelasan dan komunikasi perihal penyakit batuk pilek biasa (bukan

pneumonia) serta penyakit pneumonia kepada ibu-ibu serta perihal tindakan yang

perlu dilakukan oleh ibu yang anaknya menderita penyakit.

12

Page 12: Laporan Field Work Modul 1

BAB III

GAMBARAN UMUM PUSKESMAS

Puskesmas Kapasa terletak di Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar dengan luas

wilayah kerja kira-kira 4,18 km2. Wilayah kerjanya meliputi 1 kelurahan, yaitu Kelurahan

Kapasa, yang terdiri dari 63 RT dan 13 RW.

Pemanfaatan potensi lahan dan alih fungsi lahan terjadi sedemikian rupa, yang akan

membawa pengaruh terhadap kondisi dan perkembangan sosial ekonomi dan keamanan

masyarakat. Keadaan wilayah di beberapa bagian beralih fungsi menjadi pemukiman

penduduk. Alih fungsi lahan banyak terjadi pada sektor pemukiman dan perumahan yang

menjamur beberapa tahun terakhir. Hal demikian akan membawa pengaruh pada urbanisasi,

status gizi, pola, dan jenis penyakit di wilayah kerja Puskesmas Kapasa.

Adapun letak atau batas-batas wilayah kerja Puskesmas Kapasa sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kelurahan Daya Kecamatan Biringkanaya

Sebelah Barat : Kelurahan Bira & Kel. Parang Loe Kec. Tamalanrea

Sebelah Selatan : Kelurahan Tamalanrea Indah Kecamatan Tamalanrea

Sebelah Timur : Kelurahan Paccerakkang Kecamatan Tamalanrea

VISI, MISI, TUGAS, DAN FUNGSI

PUSKESMAS KAPASA

A. VISI

Mewujudkan masyarakat Kapasa yang sehat secara mandiri dan berkeadilan.

B. MISI

- Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.

- Memelihara dan Meningkatkan kesehatan individu, keluarga, masyarakat serta

lingkungan.

- Memelihara dan meningkatkan pelayanan-pelayanan yang bermutu dan terjangkau.

C. TUGAS POKOK

Memimpin, mengawasi, mengkoordinasikan pelayanan-pelayanan kesehatan

secara paripurna kepada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kapasa.

D. FUNGSI

1. Melaksanakan pengelolaan urusan kepegawaian, surat menyurat serta pencatatan dan

laporan.

13

Page 13: Laporan Field Work Modul 1

2. Melaksanakan kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit menular (P2M)

termasuk imunisasi.

3. Melaksanakan kegiatan KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), KB (Keluarga Berencana),

perbaikan gizi, usaha kesehatan kerja, kesehatan usia lanjut, pengobatan termasuk

pelayanan darurat karena kecelakaan, kesehatan gigi dan mulut.

4. Melaksanakan kegiatan lingkungan usaha kesehatan sekolah, kesehatan olah raga, dan

penyuluhan kesehatan masyarakat.

5. Melaksanakan kegiatan laboratorium dan mengelola obat-obatan.

KEGIATAN PUSKESMAS KAPASA

Kegiatan Puskesmas adalah suatu upaya yang bertujuan untuk memberikan pelayanan

kesehatan secara merata kepada seluruh lapisan masyarakat, sebagai salah satu upaya untuk

meningkatkan status kesehatan penduduk, khususnya pada kelompok rentan yaitu anak balita

(bawah lima tahun), bumil (ibu hamil), bulin (ibu bersalin) dan busui (ibu menyusui). Salah

satu bentuk penjabaran dari strategi pembangunan jangka panjang untuk mencapai derajat

kesehatan yang optimal dilaksanakan melalui Panca Karsa Husada yang meliputi :

Peningkatan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dalam bidang

kesehatan.

Meningkatnya status gizi masyarakat

Menurunnya angka kesakitan dan kematian

Perbaikan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin kesehatan

Pengembangan keluarga sejahtera.

Peningkatan keberhasilan dari kelima upaya tersebut ditentukan oleh upaya kesehatan

di Puskesmas sebagai pos pelayanan kesehatan terdepan. Oleh karena itu, sesuai dengan

peranan dan fungsi Puskesmas untuk melaksanakan upaya kesehatan secara menyeluruh dan

terpadu dalam wilayah kerja, maka Puskesmas Kapasa berpedoman pada Undang-Undang

Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 48 ayat 1 dengan 17 kegiatan

penyelenggaraan upaya kesehatan, yaitu :

a. pelayanan kesehatan

b. pelayanan kesehatan tradisional

c. peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit

d. penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan

e. kesehatan reproduksi

14

Page 14: Laporan Field Work Modul 1

f. keluarga berencana

g. kesehatan sekolah

h. kesehatan olahraga

i. pelayanan kesehatan pada bencana

j. pelayanan darah

k. kesehatan gigi dan mulut

l. penanggulangan gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran

m. kesehatan matra

n. pengamanan dan penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan

o. pengamanan makanan dan minuman

p. pengamanan zat adiktif; dan/atau

q. bedah mayat

1. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak

A. Pemeriksaan Ibu Hamil

Cakupan pemeriksaan ibu hamil (K1) adalah indikator yang dapat

menggambarkan hal upaya KIA dan tingkat perilaku kesehatan ibu hamil,

pemeriksaan K1 dengan 5T yang meliputi : timbang, tinggi fundus, tensi, Tetanus

Toksoit dan tablet besi sudah dilakukan di Puskesmas Kapasa selama tahun 2012.

Berdasarkan data yang diperoleh dari unit pelayanan KIA sampai akhir tahun

2012, bahwa cakupan pemeriksaan pertama ibu hamil (K1) adalah 299 (90,88%),

sedangkan cakupan pemeriksaan ke-empat ibu hamil (K4) adalah 247 (70,07 %).

B. Pertolongan persalinan

Selama tahun 2012, di wilayah kerja Puskesmas Kapasa proses persalinan yang

mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan adalah 266 (88,96%).

C. Kunjungan Neonatus

Kunjungan Neonatus adalah jumlah kunjungan neonatal minimal 1 kali pada usia

0-7 hari dan 1 kali pada 8-28 hari. Untuk Puskesmas Kapasa cakupan kunjungan

Neonatus sampai bulan Desember 2012 sebesar 226 (75,58%).

2. Keluarga Berencana

Gerakan KB nasional dilakukan melalui unit-unit pelayanan kesehatan, baik

pemerintah maupun swasta. Keberhasilan KB dapat diketahui dari beberapa indikator

15

Page 15: Laporan Field Work Modul 1

yang meliputi cakupan peserta KB baru dan cakupan peserta KB aktif terhadap padangan

usia subur.

a. Cakupan peserta KB Baru

Jangkauan pelaksanaan akseptor baru adalah 600 , sedangkan jumlah

Pasangan Usia Subur (PUS) yang ada adalah 2825 pasangan sehingga persentase

cakupan peserta KB baru adalah 21,2 %. Jumlah peserta yang memakai kontrasepsi

sebanyak 600 orang.

b. Cakupan peserta KB aktif

Cakupan peserta KB aktif dapat diketahui melalui beberapa indikator antara lain :

Cakupan peserta KB aktif terhadap target

Cakupan peserta KB aktif terhadap PUS

Cakupan peserta KB aktif menurut pola penggunaan alat kontrasepsi

Cakupan peserta KB aktif terhadap PUS di Puskesmas Kapasa pada tahun 2012

adalah 1287 peserta ( 45,6 %).

3. Upaya Peningkatan Gizi

a. Cakupan distribusi Vitamin A

Distribusi Vitamin A pada tahun 2012 dilakukan pada bulan Februari dan Agustus

di seluruh wilayah kerja Puskesmas Kapasa dengan sasaran utamanya pada anak bayi

dan balita, sebagai berikut :

Jumlah sasaran bayi (6–11 bulan) vitamin A sebanyak 331bayi dan yang

mendapat vitamin A sebanyak 327 bayi dengan cakupan 98,79 %.

Jumlah sasaran anak balita yang mendapat vitamin A (1–5 tahun) sebanyak 717

balita dan yang mendapat vitamin A sebanyak 695 anak balita dengan cakupan 96,9%

b. Cakupan distribusi tablet besi (Fe)

Pemberian tablet Fe kepada ibu hamil diharapkan dapat menanggulangi anemia

gizi pada ibu hamil. Pemberian tablet Fe kepada ibu hamil di Puskesmas Kapasa

sebanyak 329 bumil selama tahun 2012.

c. Penimbangan bulanan bayi dan balita

Indikator penimbangan bayi dan balita dapat diketahui dari cakupan penimbangan

dan frekuensi penimbangan bayi dan balita. Disamping itu partisipasi masyarakat

dalam

kegiatan penimbangan (D/S) dan keberhasilan program gizi (N/S) dapat dinilai

sebagai salah satu indikator keberhasilan program posyandu.

16

Page 16: Laporan Field Work Modul 1

Adapun pencapaian masing-masing indikator tersebut pada puskesmas Kapasa

tahun 2012, adalah :

Jumlah bayi (0-11 bulan) yang mempunyai KMS : 288 ( 30,2 %).

Rata-rata bayi yang ditimbang ke posyandu tiap bulan : 158 ( 16,3 %).

Jumlah Batita (1-3 tahun) yang mempunyai KMS : 821 ( 86,1 %).

Rata-rata Batita yang ditimbang ke posyandu perbulan : 85 ( 8,9 %).

Jumlah anak balita (3-5 tahun) yang mempunyai KMS : 857 ( 89,8 %).

Rata-rata anak balita ditimbang ke posyandu per bulan : 75 ( %).

Partisipasi masyarakat dalam kegiatan penimbangan (D/S) : 85,2 %.

Keberhasilan program gizi (N/S) ( 72 %).

Jumlah bayi (0-11 bulan) yang status gizi buruk sebanyak 1 orang.

Jumlah anak balita (1-5 tahun) yang status gizi buruk sebanyak 2 orang.

4. Kesehatan Lingkungan

a. Pengaruh Air Bersih

Salah satu bentuk kebutuhan pokok masyarakat adalah tersedianya air bersih,

sehingga penyediaan air bersih terus ditingkatkan. Dalam rangka mencukupi

kebutuhan air bersih masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kapasa telah dibangun

berbagai jenis sarana air bersih, yang meliputi Sumur pompa tangan, sumur gali,

ledeng, sitem pompa dan lain-lain.

Adapun rincian jumlah sarana tersebut dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 2

Jumlah Sarana Air Bersih Diwilayah kerja

Puskesmas Kapasa Tahun 2012

No Sarana Air Bersih Jumlah Persentase

1 Sumur Gali 247 10,9

3 Sumur Gali Plus 312 13,7

4 Ledeng 1704 52,01

5 Sistem Pompa 0 0

Jumlah 2.263 100

Sumber: Petugas Sanitasi Puskesmas Kapasa 2012

17

Page 17: Laporan Field Work Modul 1

b. Sarana Pembuangan Air Limbah

Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kapasa pada umumnya membuang air

limbahnya pada selokan dengan dasar semen sebanyak ____ buah, pembuangan air

limbah pada selokan dengan dasar tanah sebanyak ____ buah sedangkan yang

membuang air limbah pada pipa sebanyak _____.

Tabel 3

Jumlah SPAL Menurut Kondisi Diwilayah kerja

Puskesmas Kapasa Tahun 2012

No Kondisi Jumlah Persentase

1 Dasar semen

2 Dasar tanah

3 Dasar pipa

Jumlah 2.076 100

Sumber: Petugas Sanitasi Puskesmas Kapasa 2010

c. Jamban Keluarga

Penggunaan jamban keluarga pada setiap keluarga smerupakan hal yang

sangat penting, hal ini sangat mempengaruhi tingkat kesehatan masyarakat, akibat

yang akan ditimbulkan akibat buang tinja disembarang tempat adalah menularnya

berbagai penyakit

Penggunaan jamban keluarga pada masyarakat pada wilayah kerja Puskesmas

Kapasa dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4

Jumlah Sarana Jaga Menurut Jenis di Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa

Tahun 2012

No Kondisi Jumlah Persentase

1 LA-ST 184 0,80

2 LA+ST 2101 91,94

Jumlah 2.285 100

Sumber: Petugas Sanitasi Puskesmas Kapasa 2012

d. Perumahan

Perumahan di wilayah kerja Puskesmas Kapasa menurut data pencatatan

satuan kesehatan lingkungan Puskesmas Kapasa terdiri dari Unit rumah, yang

18

Page 18: Laporan Field Work Modul 1

terbagi dalam 3 perumahan yaitu permanent sejumlah _____ rumah, semipermanen

_____ Rumah dan darurat sebanyak _____ rumah. Kondisi dari perumahan tersebut

yaitu dalam kategori memenuhi syarat sebanyak _____ rumah dan tidak memenuhi

syarat sebanyak _____ rumah.

5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2M)

A. Imunisasi Bayi

Kegiatan imunisasi bayi tahun 2011 dimana jenis imunisasi yang diberikan

adalah BCG, DPT, Polio, Campak, Hepatitis B. Jumlah bayi yang menjadi sasaran

program imunisasi sebanyak _299_ bayi, dan jumlah bayi yang telah diimunisasi

selama tahun 2012 dengan perincian sebagai berikut :

BCG sebanyak 208 bayi ( 96,3 %)

DPT -HB1 sebanyak 287 bayi ( 96 %)

DPT-HB3 sebanyak 269 bayi ( 90 %)

Polio 4 sebanyak 269 bayi ( 90 %)

Campak sebanyak 269 bayi ( 90 %)

B. Imunisasi Ibu Hamil

Jumlah saasaran ibu hamil yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Kapasa

_____ orang dan pencapaian cakupan imunisasi TT1 sebanyak 299 orang ( 90,88 %)

dan imunisasi TT2 sebanyak 247 orang ( 75.07 %).

C. Diare

Program diare juga merupakan salash satu kegiatan pada lingkup P2M Puskesmas

Kapasa. Hasil pengumpulan data penyakit diare pada tahun 2012 sebanyak 216

penderita.

D. ISPA

ISPA juga merupakan salah satu kegiatan dilingkup P2M di Puskesmas Kapasa.

ISPA merupakan penyakit yang menduduki urutan pertama pada 10 penyakit terbesar

pada wilayah kerja Puskesmas Kapasa. Pada tahun 2012 jumlah penyakit ISPA

sebanyak 1736 orang.

E. Demam Berdarah Dengue (DBD)

Semua desa/kelurahan mempunyai resiko yang terjangkit DBD, karena nyamuk

Aedes Aegypty tersebar luas di pelosok tanah air kecuali dipegunungan dengan

ketinggian lebih dari 1000 meter diatas permukaan laut. Agar desa/kelurahan bebas

dari ancaman DBD, maka Puskesmas Kapasa telah melaksankan program

19

Page 19: Laporan Field Work Modul 1

pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di rumah penduduk dan dilingkungan masing-

masing. Kegiatan PSN ini meliputi pemeriksaan jentik, kunjungan rumah secara

berkala, penyuluhan dan kerja bakti, kebersihan lingkungan serta penanggulangan

kejadian DBD bersama Dinas Kesehatan Kota Makassar. Selama tahun 2012 jumlah

kasus DBD diwilayah kerja Puskesmas Kapasa sebanyak 7 orang dan telah dilakukan

fooging focus sebanyak 3 kali dengan jumlah rumah kurang lebih 350 telah

dilakukan abatesasi sebanyak 14 rumah yang terletak pada 1 kelurahan.

6. Pengobatan

Selama tahun 2012 jangkauan pengobatan rawat jalan adalah :

Jumlah seluruh kunjungan dalam gedung Puskesmas Kapasa 11489 orang

Jumlah seluruh kunjungan baru dalam gedung Puskesmas Kapasa 3731 orang

Jumlah seluruh kunjungan lama dalam gedung Puskesmas Kapasa 5758 orang

7. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat

Penyuluhan Kesehatan Masyarakat dan penggerakan peran serta masyarakat,

berdasarkan hasil kegiatan Puskesmas Kapasa adalah sebagai berikut :

Peran serta masyarakat melalui pembinaan dan pengembangan PKMD/ Posyandu

(Jumlah Posyandu sebanyak 10 buah), frekuensi pembinaan setiap posyandu 12 kali

pertahun.

Pembinaan dan bimbingan teknik kader, jumlah kader yang dilatih sebanyak 50

orang dan yang aktif sebanyak 50 orang.

Pembinaan kerjasama lintas sektoral melalui rapat koordinasi 2 kali pertahun

8. Upaya kesehatan sekolah

Upaya kesehatan sekolah (UKS) merupakan salah satu kegiatan pokok di Puskesmas

Kapasa dengan hasil pencapaian dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut :

SD dengan UKS sebanyak 3 sekolah

SMP dengan UKS sebanyak 1 sekolah

Frekuensi kunjungan ke sekolah sebanyak 2 kali.

9. Kesehatan Gigi dan Mulut

20

Page 20: Laporan Field Work Modul 1

Upaya kesehatan gigi masyarakat merupakan salah satu program di Puskesmas

Kapasa. Jenis kegiatan/tindakan yang telah dilakukan selama tahun 2012 adalah sebagai

berikut :

Rawat Jalan sebanyak 579 orang

Rawat Gigi Baru sebanyak 495 orang

Penambalan gigi sebanyak 76 orang

Pencabutan gigi sebanyak 126 orang

10. Laboratorium

Puskesmas Kapasa belum memiliki sarana laboratorium.

11. Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas)

Kegiatan Perawatan kesehatan masyarakat pada tahun 2012 telah dilakukan kepada

orang, dan membina keluarga sebanyak 190 KK.

12. Pelayanan Kesehatan Jiwa

Pelayanan dilakukan terhadap target penderita dalam wilayah kerja Puskesmas

Kapasa dengan jumlah yang dilayani sebanyak orang.

13. Pelayanan Kesehatan Mata

Tidak ditemukan adanya kasus penyakit mata pada tahun 2012 baik penderita

conjungtivitas, katarak maupun kelainan refraksi.

14. Pelayanan Usia Lanjut

Dilakukan pembinaan terhadap 2 kelompok usia lanjut dalam wilayah kerja

Puskesmas Kapasa dengan jumlah yang dilayani sebanyak 1130 orang.

15. Pelayanan Peningkatan Kesehatan Kerja

Memberikan penyuluhan dan pengamatan secara berkala kepada para buruh dan

tenagakerja tentang pentingnya pemakaian dan penggunaan alat pelindung atau pengaman

dalam melaksanakan pekerjaan.

16. Pelayanan Kesehatan Olah Raga

21

Page 21: Laporan Field Work Modul 1

Memberikan penyuluhan dan contoh pada masyarakat tentang pentingnya kesegaran

jasmani atau senam untuk diri sendiri di dalam masyarakat dan penyuluhan tentang

pentingnya makanan yang bergizi seimbang serta dianjurkan istirahat yang cukup agar

badan tetap segar dan fit.

17. Sistem Pencatatan Dan Pelaporan

Salah satu kegiatan dalam program pokok Puskesmas Kapasa adalah pencatatan

pokok Puskesmas, yaitu pencatatan dan pelaporan dalam rangka sistem informasi

kesehatan. Pelaksanaan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP)

merupakan sub sistem dari sistem informasi manajemen Puskesmas. Pencatatan yang

utama adalah :

1. Kartu individu seperti : kartu rawat jalan, kartu ibudan kartu TB

2. Register seperti kunjungan KIA, register posyandu dan sebagainya

3. Laporan kejadian KLB dan laporan bulanan sentinel

Jenis laporan dari puskesmas ke tingkat kota adalah sebagai berikut :

1. Laporan bulanan (LB 1, LB 2, LB 3 dan LB 4)

2. Laporan sentinel (LB1S dan LB2S)

3. Laporan Tahunan (LT1, LT2 dan LT3)

4. Laporan KLB dan wabah

5. Laporan lainnya menurut program yang ada petunjuk khususnya

18. Peran serta masyarakat

Masyarakat mempunyai peranan penting dalam memelihara dan meningkatkan diri

dan lingkungannya, sementara masyarakat maasih merasakan kesepakatan untuk

menunjang pembangunan kesehatan, tanggapan atau taksiran masyarakat mengenai

kewajiban dan tanggungjawabnya tentang kesehatan masih berbeda-beda, hal ini sangat

mempengaruhi keikutsertaan mereka dalam upaya kesehatan.

Dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat perlu diciptakan iklim yang

memungkinkan kemampuan masyarakat untuk tumbuh dan berkembang, untuk itu

diperlukan komunikasi yang sehat antara pengembang upaya kesehatan dengan

masyarakat, tingginya peranserta masyarakat dapat diukur dengan indikator yaitu semakin

berkembangnya usaha-usaha yang dikelola oleh masyarakat, dalam hal ini kaser,

misalnya ratio kader terhadap posyangdu. Jumlah posyandu di wilayah kerja Puskesmas

Kapasa sebanyak 10 posyandu, jumlah kader yang aktif sebanyak 50 orang.

22

Page 22: Laporan Field Work Modul 1

FASILITAS DAN SUMBER DAYA

Upaya kesehatan dapat berdaya guna dan berhasil guna harus ditunjang dengan

pemenuhan sumber daya : dana, tenaga dan sarana kesehatan sesuai dengan kebutuhan.

Sumber daya kesehatan dapat diukur dengan beberapa indikator sebagai berikut :

A. Dana/pembiayaan puskesmas

Pembiayaan kesehatan di Puskesmas Kapasa tahun 2011 berasal dari berbagai sumber

keuangan yang berbeda, secara garis besar dikelompokkan dalam 2 kelompok

pembiayaan dari pemerintah.

1. APBN :

a. Biaya pembangunan meliputi :

DIP Sektoral

Operasional dan Pembangunan Puskesmas

BLN (Bantuan Luar Negeri)

Dan lain-lain

b. Biaya rutin meliputi :

DIK

SBBO (Subsidi Bantuan Biaya Operasional)

2. APBD Tingkat I

Pembangunan (DIPDA I)

Rutin (DIKDA I)

3. APBD Tingkat II

Pembangunan (DIPDA II)

Rutin (DIKDA II)

B. Sarana Kesehatan

Penyediaan sarana kesehatan merupakan kebutuhan pokok dalam upaya peningkatan

derajat kesehatan masyarakat dan menjadi salah satu perhatian utama pembangunan di

bidang kesehatan yang bertujuan agar semua lapisan masyarakat dapat menikmati layanan

kesehatan. Selain Puskesmas Kapasa, di wilayah ini terdapat fasilitas / sarana kesehatan

lainnya, sebagaimana pada tabel berikut

23

Page 23: Laporan Field Work Modul 1

Tabel 5

Sarana Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa

NO Jenis Sarana Jumlah

1 Dokter Praktek Swasta

2 Bidan Praktek Swasta

3 Balai Pengobatan Swasta

4 Balai Kesehatan Ibu Dan Anak

5 Puskesmas Pembantu -

6 Posyandu 10

Jumlah

Sumber Laporan kegiatan Puskesmas Kapasa 2012

C. Tenaga

Jumlah tenaga kesehatan yang bekerja di Puskesmas Kapasa sebanyak 22 0rang

(PNS) dan tenaga sukarela sebanyak 2 orang.dengan rincian jumlah dan jenis tenaga

kesehatan (Paramedis) serta non medis dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 6

Situasi Sumber Daya Manusia

Puskesmas Kapasa

NO Jenis Tenaga Jumlah

1 Dokter Umum 2

2 Dokter Gigi 1

3 Perawat Bidan 2

4 Perawat 8

5 Bidan 2

24

Page 24: Laporan Field Work Modul 1

6 Perawat Gigi 1

7 Rekam Medis 1

8 Sanitasi 1

9 Petugas Gizi 1

10 Laboran 0

11 Juru Imunisasi 1

12 Asisten Apoteker 0

13 Promosi Kesehatan 1

14 Admin Kesehatan 1

Jumlah 22

Sumber Laporan kegiatan Puskesmas Kapasa 2012

BAB IV

25

Page 25: Laporan Field Work Modul 1

PEMBAHASAN

KRITERIA

Kriteria A : Besar masalah (nilai 0-10)

Kriteria B : Kegawatan masalah (nilai 1-5)

Kriteria C : Kemudahan Penanggulangan (nilai 1-5)

Kriteria D: PEARL faktor (nilai 0 atau 1)

1. Besar Masalah

No. MasalahSasaran

%

Cakupan

%

Selisih

%

1 Penemuan dan penanganan penderita

penyakit AFP per 100.000 penduduk100 0 100

2 Penemuan dan penanganan pneumonia

penyakit balita100 0 100

3 Penemuan dan penanganan penderita

penyakit pasien baru TB BTA+100 33,33 66,67

4 Penemuan dan penanganan penderita

penyakit DBD yang ditangani100 0,18 99,82

5 Penemuan dan penanganan penderita

penyakit diare yang ditangani100 100

Penilaian besar masalah dengan menggunakan interval menggunakan rumus sebagai

berikut :

Kelas N = 1 + 3,3 log n (n= jumlah kelompok masalah)

= 1 + 3,3 log 5

= 1 + 3,3 (0,7)

= 1 + 2,31

= 3,31

= 3

Interval= Nilai Tertinggi−Nilai TerendahJumlah Kelas

26

Page 26: Laporan Field Work Modul 1

¿100−66,67

3

¿33,33

3

¿11,11

No

.Masalah

Besar Masalah Terhadap Pencapaian

Program

NilaiInterval

66,67-77,78 77,79-88,9 88,91-100,02

Nilai

3,3 6,7 10

1 Penemuan dan penanganan

penderita penyakit AFP per

100.000 penduduk

X 10

2 Penemuan dan penanganan

pneumonia penyakit balitaX 10

3 Penemuan dan penanganan

penderita penyakit pasien baru

TB BTA+

X 3,3

4 Penemuan dan penanganan

penderita penyakit DBD yang

ditangani

X 10

5 Penemuan dan penanganan

penderita penyakit diare yang

ditangani

X 10

2. Kegawatan Masalah

27

Page 27: Laporan Field Work Modul 1

Merupakan hasil rata- rata pengambilan suara dari 14 anggota kelompok

mengenai 3 faktor tingkat kegawatan dengan bobot nilai :

Keganasan Biaya

Sangat ganas : 5 Sangat murah : 5

Ganas : 4 Murah : 4

Cukup berpengaruh : 3 Cukup murah : 3

Kurang ganas : 2 Mahal : 2

Tidak ganas : 1 Sangat mahal : 1

Urgensi

Sangat mendesak : 5

Mendesak : 4

Cukup mendesak : 3

Kurang mendesak : 2

Tidak mendesak : 1

No. Masalah KeganasanTingkat

Urgensi

Biaya yang

DikeluarkanNilai

1 Penemuan dan penanganan

penderita penyakit AFP per

100.000 penduduk

5 4 1 10

2 Penemuan dan penanganan

pneumonia penyakit balita4 5 3 12

3 Penemuan dan penanganan

penderita penyakit pasien baru

TB BTA+

5 4 3 12

4 Penemuan dan penanganan

penderita penyakit DBD yang

ditangani

4 5 2 11

5 Penemuan dan penanganan

penderita penyakit diare yang

ditangani

2 5 4 11

3. Kemudahan Penanggulangan

28

Page 28: Laporan Field Work Modul 1

No. Masalah Kemudahan Penanggulangan

1 Penemuan dan penanganan

penderita penyakit AFP per

100.000 penduduk

2

2 Penemuan dan penanganan

pneumonia penyakit balita3

3 Penemuan dan penanganan

penderita penyakit pasien baru

TB BTA+

3

4 Penemuan dan penanganan

penderita penyakit DBD yang

ditangani

3

5 Penemuan dan penanganan

penderita penyakit diare yang

ditangani

3

4. PEARL faktor

Terdiri dari beberapa faktor yang saling menentukan yaitu :

Propriety : Kesesuaian dengan program daerah/ nasional/ dunia

Economy : Memenuhi syarat ekonomi untuk melaksanakannya

Acceptability : Dapat diterima oleh petugas, masyarakat, dan

lembaga terkait

Resources : Tersedianya sumber daya

Legality : Tidak melanggar hukum dan etika

Skor yang digunakan diambil melalui pengambilan suara 14 anggota kelompok :

1 = Setuju

0 = Tidak Setuju

No. Masalah P E A R L Nilai

1 Penemuan dan penanganan penderita

penyakit AFP per 100.000 penduduk1 1 1 1 1 1

29

Page 29: Laporan Field Work Modul 1

2Penemuan dan penanganan pneumonia

penyakit balita1 1 1 1 1 1

3Penemuan dan penanganan penderita

penyakit pasien baru TB BTA+1 1 1 1 1 1

4Penemuan dan penanganan penderita

penyakit DBD yang ditangani1 1 1 1 1 1

5Penemuan dan penanganan penderita

penyakit diare yang ditangani1 1 1 1 1 1

PENILAIAN PRIORITAS MASALAH

Setelah Kriteria A, B, C, dan D ditetapkan, nilai tersebut dimasukan ke dalam rumus ;

Nilai Prioritas Dasar (NPD) = ( A+B ) x C

Nilai Prioritas Total ( NPT) = ( A+B ) x C x D

1) Penemuan dan penanganan penyakit AFP

NPD = (A + B)C = (10 + 10) x 2= 40

NPT = (A + B)C.D = (10+ 10) x 2x 1= 40

2) Cakupan Penemuan dan Penanganan Pneumonia

NPD = (A + B)C = (10 + 12) x 3 = 66

NPT = (A + B)C.D = (10 + 12) x 3x1 = 66

3) Cakupan Penemuan dan Penanganan TB Paru BTA +

NPD = (A + B)C = (3,3 + 12) x 3= 45,9

NPT = (A + B)C.D = (3,3 + 12) x 3x1= 45,9

4) Penemuan dan Penanganan DBD

NPD = (A + B)C = (10 + 11) x 3= 43

NPT = (A + B)C.D = (10 + 11) x 3x1= 43

5) Penanganan Diare

NPD = (A + B)C = (10 + 11) x 3= 43

NPT = (A + B)C.D = (10 + 11) x 3 x 1= 43

Prioritas Masalah

1. Cakupan Penemuan dan Penanganan Pneumonia

2. Cakupan Penemuan dan Penanganan TB Paru BTA +

3. Penemuan dan Penanganan DBD

30

Page 30: Laporan Field Work Modul 1

4. Penanganan Diare

5. Penemuan dan penanganan penyakit AFP

Identifikasi Penyebab Masalah pendiagnosisan infeksi saluran pernafasan Akut rendah

KOMPONEN KEMUNGKINAN PENYEBAB

INPUT

MAN Petugas kesehatan terlatih dan terampil sedikit

MONEY Tidak ada masalah

MATERIAL Fasilitas Sederhana untuk menunjang diagnosis

kurang

METODE Tidak ada masalah

MARKETING Tidak ada masalah

LINGKUNGAN

Wilayah kerja puskesmas kapasa berada di

lingkungan industri yang memungkinkan

tingginya angka infeksi saluran pernafasan akut

PROSES

P1 Tidak ada masalah

P2 Tidak ada masalah

P3 Tidak ada masalah

Analisis penyebab masalah :

A. Petugas kesehatan terlatih dan terampil sedikit, sehingga system administrasi tidak

berjalan dengan maksimal

B. Kurangnya poster dan pamflet sebagai sarana promosi kesehatan

C. Wilayah kerja puskesmas kapasa berada di lingkungan Industri

D. Kurangnya fasilitas lab sederhana untuk menunjang diagnosis

Tabel Paired Comparison

A B C D TOTAL

HORIZONTAL

A A C D 1

31

Page 31: Laporan Field Work Modul 1

B B D 1

C D 0

D 0

TOTAL VERTIKAL 0 0 1 3

ROTAL HORIZONTAL 1 1 0 0

TOTAL 1 1 1 3 6

Tabel Kumulatif

D 3 3/6X100% 50% 50%

A 1 1/6X100% 17,33% 67.33%

B 1 1/6X100% 17,33% 84.66%

C 1 1/6X100% 17,33% 100%

JUMLAH 6 100%

Analisis Penyebab Masalah

A. Petugas kesehatan terlatih dan terampil sedikit, sehingga system administrasi tidak

berjalan dengan maksimal

B. Kurangnya poster dan pamflet sebagai sarana promosi kesehatan

C. Wilayah kerja puskesmas kapasa berada di lingkungan Industri

D. Kurangnya fasilitas lab sederhana untuk menunjang diagnosis

Berdasarkan nilai kumulatif untuk menyelesaikan suatu masalah yang berupa

rendahnyan kemampuan pendiagnosisan dan penanganan suatu masalah infeksi saluran

pernafasan pada pasien puskesmas kapasa maka yang disarankan menyelesaikan 4 penyebab

karena penyebab tersebut memiliki angka kualitatif yang sama pentingnya agar mencapai

standar minimal 80% tindakan penyelesaian masalah, yaitu :

1. Kurangnya fasilitas lab sederhana untuk menunjang diagnosis

32

Page 32: Laporan Field Work Modul 1

2. Petugas kesehatan terlatih dan terampil sedikit, sehingga system administrasi tidak

berjalan dengan maksimal

3. Kurangnya poster dan pamflet sebagai sarana promosi kesehatan

4. Wilayah kerja puskesmas kapasa berada di lingkungan Industri

Rencana kegiatan :

A. Membagikan masker secara gratis kepada masyarakat apabila kondisi udara disekitar

lingkungan sudah mulai tercemar dan telah mengganggu aktivitas

B. Melakukan penyuluhan atau sosialisasi yang menghadirkan visualisasi serta

manajemen dan sampel yang lebih nyata (real) sehingga dapat membuka wawasan

masyarakat tentang pentingnya keadaan lingkungan dengan tingkat kejadian ISPA

(TB Paru dan Pneumonia) dan juga tentang pentingnya kepatuhan minum OAT secara

teratur agar tidak terjadi resistensi obat pada penderita TB Paru.

C. Melakukan kunjungan rutin ke setiap rumah masyarakat sebagai dasar kepedulian

penyelenggara Kesehatan tentang pentingnya kesehatan

D. Menyelenggarakan pemasangan pamflet yang dikreasikan dengan gambar-gambar

yang menarik tentang bahaya ISPA (TB paru dan Pneumonia), bagaimana proses

penularannya serta pentingnya kedisiplinan dan kepatuhan dalam meminum obat

OAT pada penderita TB paru, di beberapa tempat seperti puskesmas,warung-warung

serta pos kamling di tempat sekitar.

Kriteria Mutlak :

Kegiata Input Output Keterangan

33

Page 33: Laporan Field Work Modul 1

nMa

n

Mone

y Material Method Marketing

A 1 1 1 1 1 1

Dapat

dilakukan

B 1 1 1 1 1 1

Dapat

dilakukan

C 1 1 1 1 1 1

Dapat

dilakukan

D 1 1 1 1 1 1

Dapat

dilakukan

Berdasarkan kriteria mutlak dan kriteria keinginan , maka ada empat kegiatan yang dapat

dijadikan rencana kegiatan / Plan Of Action (POA), yaitu :

A. Melakukan penyuluhan atau sosialisasi yang menghadirkan visualisasi serta

manajemen dan sampel yang lebih nyata (real) sehingga dapat membuka wawasan

masyarakat tentang pentingnya keadaan lingkungan dengan tingkat kejadian ISPA

(TB Paru dan Pneumonia) dan juga tentang pentingnya kepatuhan minum OAT secara

teratur agar tidak terjadi resistensi obat pada penderita TB Paru.

B. Menyelenggarakan pemasangan pamflet yang dikreasikan dengan gambar-gambar

yang menarik tentang bahaya ISPA (TB paru dan Pneumonia), bagaimana proses

penularannya serta pentingnya kedisiplinan dan kepatuhan dalam meminum obat

OAT pada penderita TB paru, di beberapa tempat seperti puskesmas,warung-warung

serta pos kamling di tempat sekitar.

C. Membagikan masker secara gratis kepada masyarakat apabila kondisi udara disekitar

lingkungan sudah mulai tercemar dan telah mengganggu aktivitas

D. Melakukan kunjungan rutin ke setiap rumah masyarakat sebagai dasar kepedulian

penyelenggara Kesehatan tentang pentingnya kesehatan

No Tujuan Kegiatan Sasaran Waktu PIC

34

Page 34: Laporan Field Work Modul 1

1 Untuk mencegah

penularan dan

menurunkan angka

kejadian penyakit ISPA

(TB Paru dan

Pneumonia) serta

mencegah terjadinya

resistensi OAT terhadap

penderita TB Paru dan

Meningkatkan

pengetahuan serta

kesadaran masyarakat

tentang pentingnya pem

sputum

penyuluhan atau

sosialisasi yang

menghadirkan visualisasi

serta manajemen dan

sampel yang lebih nyata

(real) sehingga dapat

membuka wawasan

masyarakat tentang

pentingnya keadaan

lingkungan dengan

tingkat kejadian ISPA

(TB Paru dan

Pneumonia) serta

menjelaskan pentingnya

pemeriksaan sputum dan

kepatuhan minum OAT

secara teratur agar tidak

terjadi resistensi obat

pada penderita TB Paru

Masyara

kat di

wilayah

Kerja

Puskesm

as

Kappasa

khususn

ya

penderit

a ISPA

(TB

Paru dan

Pneumo

nia)

Bulan

april-

juni

2014

Kepala

puskesmas

dan kepala

program P2M

ISPA (TB

Paru dan

Pneumonia)

di

Puskesmas

Kappasa

2 Untuk mencegah

penularan dan

menurunkan angka

kejadian penyakit ISPA

(TB Paru dan

Pneumonia) serta

mencegah terjadinya

resistensi OAT terhadap

penderita TB Paru dan

Meningkatkan

pengetahuan serta

kesadaran masyarakat

tentang pentingnya pem

sputum

pemasangan pamflet

yang dikreasikan dengan

gambar-gambar yang

menarik tentang bahaya

ISPA (TB paru dan

Pneumonia), bagaimana

proses penularannya

serta pentingnya

pemeriksaan sputum dan

kedisiplinan dan

kepatuhan dalam

meminum obat OAT

pada penderita TB paru,

di beberapa tempat

seperti

Masyara

kat di

wilayah

Kerja

Puskesm

as

Kappasa

khususn

ya

penderit

a ISPA

(TB

Paru dan

Pneumo

Mei-

juli

2014

Petugas

kesehatan dan

Koordinator

Program P2M

ISPA (TB

paru dan

Pneumonia)di

Puskesmas

kappasa

35

Page 35: Laporan Field Work Modul 1

puskesmas,warung-

warung serta pos

kamling di tempat

sekitar.

nia)

3 Untuk mencegah

penularan dan

menurunkan angka

kejadian penyakit ISPA

(TB Paru dan

Pneumonia) serta

mencegah terjadinya

resistensi OAT terhadap

penderita TB Paru dan

Meningkatkan

pengetahuan serta

kesadaran masyarakat

tentang pentingnya pem

sputum

Membagikan masker

secara gratis kepada

masyarakat apabila

kondisi udara disekitar

lingkungan sudah mulai

tercemar dan telah

mengganggu aktivitas

Masyara

kat di

wilayah

Kerja

Puskesm

as

Kappasa

April

Desem

ber

2014

Petugas

kesehatan

puskesmas

Kappasa

4 Untuk mencegah

penularan dan

menurunkan angka

kejadian penyakit ISPA

(TB Paru dan

Pneumonia) serta

mencegah terjadinya

resistensi OAT terhadap

penderita TB Paru dan

Meningkatkan

pengetahuan serta

kesadaran masyarakat

tentang pentingnya pem

Melakukan kunjungan

rutin ke setiap rumah

masyarakat sebagai dasar

kepedulian

penyelenggara

Kesehatan tentang

pentingnya kesehatan

Masyara

kat di

wilayah

Kerja

Puskesm

as

Kappasa

khususn

ya

penderit

a ISPA

(TB

Paru dan

April

oktobe

r 2014

Dokter

umum dan

petugas

kesehatan

Puskesmas

Kappasa

36

Page 36: Laporan Field Work Modul 1

sputum Pneumo

nia)

37

Page 37: Laporan Field Work Modul 1

DOKUMENTASI

38

Page 38: Laporan Field Work Modul 1

39

Page 39: Laporan Field Work Modul 1

40

Page 40: Laporan Field Work Modul 1

41

Page 41: Laporan Field Work Modul 1

42

Page 42: Laporan Field Work Modul 1

43