View
167
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Difusi adalah peristiwa mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam pelarut
dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Contoh
yang sederhana adalah pemberian gula pada cairan teh tawar. Lambat laun cairan
menjadi manis. Contoh lain adalah uap air dari cerek yang berdifusi dalam udara
(Kimball, 1983).
Osmosis pada hakekatnya adalah suatu proses difusi. Secara sederhana
dapat dikatakan bahwa osmosis adalah difusi air melaui selaput yang permeabel
secara differensial dari suatu tempat berkonsentrasi tinggi ke tempat
berkonsentrasi rendah. Tekanan yang terjadi karena difusi molekul air disebut
tekanan osmosis. Makin besar terjadinya osmosis maka makin besar pula tekanan
osmosisnya. Menurut Kimball (1983) bahwa proses osmosis akan berhenti jika
kecepatan desakan keluar air seimbang dengan masuknya air yang disebabkan
oleh perbedaan konsentrasi. Gaya per unit luas yang dibutuhkan untuk mencegah
mengalirnya pelarut melalui membran permeabel selektif dan masuk ke larutan
dengan konsentrasi yang lebih pekat sebanding dengan tekanan turgor. Tekanan
osmotik merupakan sifat koligatif, yang berarti bahwa sifat ini bergantung pada
konsentrasi zat terlarut, dan bukan pada sifat zat terlarut itu sendiri.
Imbibisi adalah peristiwa migrasi molekul-molekul air ke suatu zat lain
yang berpori cukup besar untuk melewatkan molekul-molekul air kemudian
molekul-molekul air tersebut menetap di dalam suatu zat. Salah satu contoh dari
proses imbibisi adalah perkecambahan suatu biji yang ditandai dengan semakin
2
membesarnya biji dan keluarnya radikula suatu biji. Imbibisi sebenarnya
merupakan proses osmosis melalui dinding sel-sel kulit maupun protoplas dari
biji. Peristiwa imbibisi sebenarnya bukan suatu proses difusi belaka karena sel-sel
biji mempunyai nilai osmosis yang tinggi dan oleh karena itu mempunyai defisit
tekanan osmosis yang besar pula. Jadi molekul air berdifusi dari konsentrasi
rendah ke konsentrasi yang tinggi (Kimball, 1983).
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui terjadinya peristiwa
Difusi, Osmosis dan Imibisi pada biji tanaman.
TINJAUAN PUSTAKA
Difusi merupakan proses perpindahan atau pergerakan molekul zat dari
konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Difusi melalui membran dapat
berlangsung melalui tiga mekanisme, yaitu difusi sederhana (simple difusion),
difusi melalui saluran yang terbentuk oleh protein transmembran dan difusi
difasilitasi. Difusi melalui membran berlangsung karena molekul-molekul yang
berpindah atau bergerak melalui membran bersifat larut dalam lemak (lipid)
sehingga dapat menembus lipid bilayer pada membran secara langsung. Membran
sel permeabel terhadap molekul larut lemak seperti hormon steroid, vitamin A, D,
E, dan K serta bahan-bahan organik yang larut dalam lemak, Selain itu, membran
sel juga sangat permeabel terhadap molekul anorganik seperti O, CO2, dan H2O
(Suradinata, 1993).
Beberapa molekul kecil khusus yang terlarut dalam berserta ion-ion
tertentu, dapat menembus membran melalui saluran atau chanel. Saluran ini
terbentuk dari protein transmembran, semacam pori dengan diameter tertentu
yang memungkinkan molekul dengan diameter lebih kecil dari diameter pori
tersebut dapat melaluinya. Sementara itu, molekul-molekul berukuran besar
seperti asam amino, glukosa dan beberapa garam-garam mineral, tidak dapat
menembus membrane secara langsung, tetapi memerlukan protein pembawa atau
transporter untuk dapat menembus membran. Proses masuknya molekul besar
yang melibatkan transporter dinamakan difusi difasilitasi, yaitu pelaluan zat
melalui rnembran plasma yang melibatkan protein pembawa atau protein
transporter. Protein transporter tergolong protein transmembran yang memiliki
4
tempat perlekatan terhadap ion atau molekul yang akan ditransfer ke dalam sel
(Suradinata, 1993).
Setiap molekul atau ion memiliki protein transporter yang khusus,
misalnya untuk pelaluan suatu molekul glukosa diperlukan protein transporter
yang khusus untuk mentransfer glukosa ke dalam sel. Protein transporter untuk
glukosa banyak ditemukan pada sel-sel rangka, otot jantung, sel-sel lemak dan sel-
sel hati, karena sel-sel tersebut selalu membutuhkan glukosa untuk diubah
menjadi energi (Suradinata, 1993).
Osmosis adalah perpindahan air melalui membran permeabel selektif dari
bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat. Membran semipermeabel
harus dapat ditembus oleh pelarut, tapi tidak oleh zat terlarut, yang mengakibatkan
gradien tekanan sepanjang membran. Osmosis merupakan suatu fenomena alami,
tapi dapat dihambat secara buatan dengan meningkatkan tekanan pada bagian
dengan konsentrasi pekat menjadi melebihi bagian dengan konsentrasi yang lebih
encer. Gaya per unit luas yang dibutuhkan untuk mencegah mengalirnya pelarut
melalui membran permeabel selektif dan masuk ke larutan dengan konsentrasi
yang lebih pekat sebanding dengan tekanan turgor. Tekanan osmotik merupakan
sifat koligatif, yang berarti bahwa sifat ini bergantung pada konsentrasi zat terlarut
dan bukan pada sifat zat terlarut itu sendiri (Suradinata, 1993)
Imbibisi merupakan salah satu proses difusi yang terjadi pada tanaman.
Imbibisi merupakan masuknya air pada ruang interseluler dari konsentrasi rendah
menuju konsentrasi yang lebih tinggi. Proses imbibisi tidak melibatkan membrane
pada peristiwa osmosis, imbibisi terjadi karena permukaan-permukaan
5
mikroskopik dalam sel tumbuhan, seperti selulosa, butir pati, protein dan bahan
lainnya yang dapat menarik dan memegang molekul-molekul air dengan gaya
tarik antar molekul. Peristiwa imbibisi juga bisa dikatakan sebagai proses
penyusupan atau peresapan air kedalam ruang antar dinding sel, sehingga dinding
selnya akan mengembang misalnya masuknya air saat biji berkecambah dan biji
kacang yang direndam beberpa jam. Perbedaan osmosis dan imbibisi yaitu pada
imbibisi terdapat adsorban, ada dua kondisi yang diperlukan untuk terjadinya
imbibisi adalah adanya gradient potensial air antara permukaan adsorban dengan
senyawa yang diimbibisi. Adapun imbibisi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu
temperatur dan potensial osmosis senyawa yang diimbibisi, sedangkan osmosis
dapat mempengaruhi keduannya (Soedirokoesoemo, 1993).
Transportasi tumbuhan adalah proses pengambilan dan pengeluaran zat-zat
ke seluruh bagian tubuh tumbuhan. Pada tumbuhan tingkat rendah (misal
ganggang) penyerapan air dan zat hara yang terlarut di dalamnya dilakukan
melalui seluruh bagian tubuh. Pada tumbuhan tingkat tinggi (misal
spermatophyta) proses pengangkutan dilakukan pembuluh pengangkut yang
terdiri dari xilem dan floem. Tumbuhan memperoleh bahan dari lingkungan untuk
hidup berupa O2, CO2, air dan unsur hara. Kecuali gas O2 dan CO2 zat diserap
dalam bentuk larutan ion (Soedirokoesoemo, 1993).
Mekanisme proses penyerapan dapat berlangsung karena adanya proses
imbibisi, difusi, osmosis dan transpor aktif. Banyak benda-benda kering atau
benda setengah padat dapat menyerap air (absorpsi) karena benda-benda tersebut
6
mengandung materi koloid yang hidrofil. Hidrofil artinya menarik air. Contoh
pada tumbuhan misalnya biji yang kering (Suradinata, 1993).
Penyerapan air dipengaruhi oleh faktor dalam (disebut pula faktor
tumbuhan) dan faktor luar atau faktor lingkungan (Soedirokoesoemo, 1993).
Menurut Soedirokoesoemo (1993), Faktor dalam terdiri dari:
a. Kecepatan transpirasi : semakin cepat transpirasi makin cepat penyerapan.
b. Sistem perakaran : tumbuhan yang mempunyai sistem perakaran
berkembang baik, akan mampu mengadakan penyerapan lebih kuat karena
jumlah bulu akar semakin banyak.
c. Kecepatan metabolisme : karena penyerapan memerlukan energi, maka
semakin cepat metabolismem (terutama respirasi) akan mempercepat
penyerapan.
Menurut Soedirokoesoemo (1993), faktor lingkungan terdiri dari:
a. Ketersediaan air tanah : tumbuhan dapat menyerap air bila air tersedia
antara kapasitas lapang dan konsentrasi layu tetap. Bila air melebihi
kapasitas lapang penyerapan terhambat karena akan berada dalam
lingkungan anaerob.
b. Konsentrasi air tanah : air tanah bukan air murni, tetapi larutan yang berisi
berbagai ion dan molekul. Semakin pekat larutan tanah semakin sulit
penyerapan.
c. Temperatur tanah : temperatur mempengaruhi kecepatan metabolisme.
Ada temperatur optimum untuk metabolisme dan tentu saja ada temperatur
optimum untuk penyerapan.
7
d. Aerasi tanah: adalah pertukaran udara, yaitu maksudnya oksigen dan
lepasnya CO2 dari lingkungan. Aerasi mempengaruhi proses respirasi
aerob, kalau tidak baik akan menyebabkan terjadinya kenaikan kadar CO2
yang selanjutnya menurunkan pH. Penurunan pH ini berakibat terhadap
permeabilitas membran sel.
Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal
dari Amerika Selatan tepatnya adalah Brazillia, namun saat ini telah menyebar ke
seluruh dunia yang beriklim tropis atau subtropis.
Klasifikasi kacang tanah:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Upadivisi : Angiospermae
Kelas : Magnoliophyta
Ordo : Leguminales
Famili : Papilionaceae
Upafamili : Faboidiae
Bangsa : Aeschynomeneae
Genus : Arachis
Spesies : Arachis hypogeae L.
Kacang Tunggak (nagara) (Vigna unguiculata (L) Walp) adalah sejenis
tanaman legum. Tumbuhan ini relatif tahan kering dan biasa ditanam di
pekarangan sebagai cadangan pangan keluarga. Kacang tunggak masih satu jenis
dengan kacang panjang namun berbeda subspesies atau kelompok kultivar.
8
Klasifikasi ilmiah kacang tunggak (nagara):
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Upafamili : Faboideae
Genus : Vigna
Spesiea : Vigna unguiculata (L) Walp.
Kacang Kedelai (Glycine max L.) merupakan tanaman yang semusim,
tumbuhnya tegak, dan juga merupakan tanaman berbentuk semak. Tanaman
kacang kedelai didukung oleh batang, daun, dan polong sehingga memiliki
produksi yang cukup banyak.
Klasifikasi kacang kedelai :
Kerajaan : Plantae
Kelas : Dicotyl
Ordo : Rosales
Famili : Papilion
Genus : Glycine
Spesies : Glycine max L.
BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahan
Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah, Neraca analitik,
digunakan untuk menimbang bahan yang akan dipraktikkan. Spatula/sendok,
untuk mengaduk cairan/larutan aquades dengan garam. Gelas ukur, untuk
mengukur seberapa banyak cairan yang akan digunakan. Gelas plastik, digunakan
sebagai media perendaman. Tisu, untuk mengeringkan bahan sehabis perendaman.
dan Alat tulis, digunakan untuk mencatat hasil data-data hasil pengamatan.
Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah, Garam,
digunakan sebagai bahan yang akan dicampurkan dengan cairan aquades pada
saat perendaman. Air aquades, sebagai bahan untuk merendam. Kacang
tunggak/nagara (Vigna unguiculata (L) Walp), sebagai bahan yang akan diamati.
Kacang tanah (Arachis hypogaea L.), sebagai bahan yang akan diamati. dan
Kacang kedelai (Glycine max L.), sebagai bahan yang akan diamati.
Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari sabtu, 06 April 2013, pada pukul
16.00 - 18.00 Wita, bertempat di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas
Pertanian Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru.
10
Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktikum kali ini adalah :
1. Menyiapkan 6 buah gelas plastik.
2. Masukkan air aquades ke dalam masing-masing gelas plastik sebanyak 100
ml.
3. Menimbang 10 gram garam.
4. Masukkan garam yang sudah ditimbang ke dalam tiga buah gelas plastik yang
sudah terisi air aquades, kemudian mengaduknya sampai homogen.
5. Menimbang berat 10 butir kecang nagara tunggak/nagara, kacang tanah dan
kacang kedelai dengan pengulangan sebanyak satu kali untuk tiap-tiap jenis
kacang.
6. Masukkan tiap jenis kacang ke dalam larutan garam dan air aquades murni,
serta beri kertas label.
7. Diamkan selama 24 jam, angkat kacang, tiriskan menggunakan tisu.
8. Menimbang berat akhir tiap-tiap jenis kacang dan mencatat hasil pengamatan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Dari praktikum dapat diperoleh hasil :
Tabel 1 Hasil Pengamatan.
No BenihBerat awal (gram) Berat akhir (gram)
KeteranganAquades
Aquades + Garam
AquadesAquades + Garam
1Kacang Nagara
1,05 1,05 2,20 1,85
Biji bertambah besar,warna
menjadi terang
2Kacang Tanah
2,75 2,60 4,15 3,30
Berat bertambah,warna
terang dan ada yang gelap
3Kacang Kedelai
0,85 0,70 1,55 1,50
Berat bertambah,warna menjadi kuning
Tabel 2 Hasil selisih (Berat awal – Berat akhir).
No Biji K.Aquades K.Aquades +
GaramKeterangan
1 Kacang Nagara 1,55 0,80Mengalami kenaikan
pada volume
2 Kacang Tanah 1,40 0,70Mengalami kenaikan
pada volume
3Kacang Kedelai
0,70 0,80Mengalami kenaikan
pada volume
12
Pembahasan
Kacang tunggak pada awal sebelum perendaman berwarna agak putih,
teksturnya masih keras ,ukurannya normal, dan beratnya 1,05 gram pada gelas
aquades + garam dan 1,05 gram untuk gelas aquades saja . Pada perendaman
dengan cairan aquades warna biji berubah menjadi terang, tekstur berubah
menjadi lebih keras, ukuran menjadi lebih besar ,dan beratnya manjadi 2,20
gram . Perendaman pada cairan aquades + garam warna biji berubah menjadi
lebih gelap, bertekstur layu atau lembek ,ukurannya jadi lebih besar, dan beratnya
menjadi 1,85 gram. Untuk mengetahui selisih berat dari sebelum perendaman
dengan setelah perendaman jadi berat akhir biji dikurang dengan berat awal biji,
pada percobaan dengan cairan aquades berat akihir setelah direndam 2,20 gram
dikurang dengan berat awal sebelum perendaman 1,05 gram, jadi untuk selisih
dapat diperoleh hasil 1,15 gram. Sedangkan dipercobaan cairan aquades + garam
berat akhir biji setelah direndam 1,50 gram dikurang dengan berat awal sebelum
perendaman 1,05 gram jadi deperoleh hasil 0,80 gram.
Kacang tanah pada awal sebelum perendaman berwarna coklat muda,
teksturnya masih keras ,ukurannya normal, dan beratnya 2,75 gram pada gelas
aquades + garam dan 2,60 gram untuk gelas aquades. Pada gelas aquades setelah
direndam dengan cairan aquades warna biji berubah menjadi terang, tekstur
berubah menjadi lebih keras, ukuran menjadi lebih besar, dan beratnya manjadi
4,15 gram. Perendaman pada cairan aquades + garam warna biji berubah menjadi
lebih gelap, bertekstur layu atau lembek ,ukurannya jadi lebih besar, dan beratnya
menjadi 3,30 gram. Untuk mengetahui selisih berat dari sebelum perendaman
13
dengan setelah perendaman jadi berat akhir biji dikurang dengan berat awal biji,
pada percobaan dengan cairan aquades berat akihir setelah direndam 4,15 gram
dikurang dengan berat awal sebelum perendaman 2,75 gram, jadi untuk selisih
dapat diperoleh hasil 1,40 gram. Sedangkan dipercobaan cairan aquades + garam
berat akhir biji setelah direndam 3,30 gram dikurang dengan berat awal sebelum
perendaman 2,60 gram jadi diperoleh hasil 0,70 gram.
Kacang kedelai pada awal sebelum perendaman berwarna agak putih,
teksturnya masih keras ,ukurannya normal, dan beratnya 0,85 gram pada gelas
aquades + garam dan 0,70 gram aquades saja. Pada gelas aquades setelah
direndam dengan cairan aquades warna biji berubah menjadi terang, tekstur
berubah menjadi lebih keras, ukuran menjadi lebih besar ,dan beratnya manjadi
1,55 gram. Perendaman pada cairan aquades + garam warna biji berubah menjadi
lebih gelap, bertekstur layu atau lembek ,ukurannya jadi lebih besar, dan beratnya
menjadi 1,50 gram. Untuk mengetahui selisih berat dari sebelum perendaman
dengan setelah perendaman jadi berat akhir biji dikurang dengan berat awal biji,
pada percobaan dengan cairan aquades berat akihir setelah direndam 1,55 gram
dikurang dengan berat awal sebelum perendaman 0,85 gram, jadi untuk selisih
dapat diperoleh hasil 0,70 gram. Sedangkan dipercobaan cairan aquades + garam
berat akhir biji setelah direndam 1,50 gram dikurang dengan berat awal sebelum
perendaman 0,70 gram jadi diperoleh hasil 0,65 gram.
Berdasarkan data dapat kita ketahui berapa gram air yang di serap oleh
biji. Dari itu juga kita dapat tahu perbedaan berat biji yang di rendam dengan
menggunakan cairan Aquades dan garam dengan biji yang hanya di rendam
14
dengan Aquades saja. Berat biji hasil perendaman dapat dipengaruhi oleh adanya
garam dalam larutan.
Keadaan ini dampak dari peristiwa osmosis. Jika sel tumbuhan diletakkan
di larutan garam terkonsentrasi, sel tumbuhan akan kehilangan air dan tekanan
turgor, menyebabkan sel tumbuhan lemah. Tumbuhan dengan sel dalam kondisi
seperti ini layu. Kehilangan air lebih banyak akan menyebabkan terjadinya
plasmolisis : tekanan terus berkurang sampai di suatu titik di mana protoplasma
sel terkelupas dari dinding sel, menyebabkan adanya jarak antara dinding sel dan
membran. Akhirnya cytorrhysis ( runtuhnya seluruh dinding sel ) dapat terjadi.
Tidak ada mekanisme di dalam sel tumbuhan untuk mencegah kehilangan air
secara berlebihan, juga mendapatkan air secara berlebihan, tetapi plasmolisis
dapat dibalikkan jika sel diletakkan di larutan hipotonik.
Selain dari pada itu Ketebalan kulit dan tekstur kulit setip biji tanaman
juga dapat mempengaruhi penyerapan cairan, kulit biji yang lebih tipis dan lemah
akan mudah menyerap cairan, itu juga mempengaruhi berat biji setelah
perendaman.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil tersebut dapat diambil kesimpulan :
1. Setelah kacang direndam selama 24 jam dengan menggunakan larutan aquades
+ garam dan aquades saja berat biji pada kacang bertambah dari berat awal
sebelum dilakukan perendaman.
2. Berat kacang pada gelas yang berisikan larutan aquades lebih berat
dibandingkan dengan gelas yang berisikan aquades + garam.
3. Setelah kacang direndam dengan larutan aquades + garam biji kacang yang
awalnya keras berubah menjadi lembek atau layu kerena terjadinya proses
imbibisi didalam kacang.
4. Pada gelas aquades kacang yang paling besar mengalami kenaikan volume
adalah kacang nagara dengan berat selisih 1,55 gram dan kacang yang paling
kecil kenaikkan volumenya adalah kacang kedelai dengan berat selisih 0,70
gram.
5. Pada gelas aquades + garam kacang yang paling kecil volume kenaikkannya
adalah kacang tanah dengan berat selisih 0,70 gram, pada kacang nagara
mengalami kenaikkan volume yang sama dengan kacang kedelai dan berat
selisihnya 0,80 gram.
Saran
Agar praktikum berjalan lancar praktikan harus tepat waktu dan sesuai
prosedur kerja, agar bisa mendapatkan manfaat yang baik dari pratikum tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Kimball, J. W. 1983. Biologi. Erlangga, Jakarta.
Loveless, A. R. 1991. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Soedirokoesoemo, 1993. Materi Pokok Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Suradinata, 1993. Petunjuk Praktikum Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.