Laporan Full Tbp Kakao

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tentang Kakao dan pengolahannya

Citation preview

  • 5/26/2018 Laporan Full Tbp Kakao

    1/33

    Laporan Praktikum Hari/Tanggal : Selasa/ 19 November 2013

    Teknologi Bahan Penyegar Golongan : P 1

    Dosen : Dr. Indah Yuliasih, S.TP, M.Si

    Asisten : Aldi Maulidiansyah (F34090012)Zakki Mubarok (F34090025)

    KAKAO

    Oleh :

    Kelompok 3

    Cecep Suseno Azis (F34110003)

    Yoseva Anastasia BP (F34110004)

    Irni Indriani Pramesti (F34110015)

    Muhammad Nurdiansyah (F34110022)

    Astridia Permatasari (F34110028)

    Nataliya Sukmawati Putri (F34110031)

    DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

    FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR

    2013

  • 5/26/2018 Laporan Full Tbp Kakao

    2/33

    I. PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

    Kakao merupakan salah satu hasil pertanian yang berpotensi untukmeningkatan devisa Indonesia. Coklat dengan kandungan kakao (biji coklat) lebih

    dari 70% juga memiliki manfaat untuk kesehatan, karena coklat kaya akan

    kandungan antioksidan yaitu fenoldan flavonoid yang dapat meningkatkan sistem

    kekebalan tubuh sangat besar. Dengan adanya antioksidan, akan mampu untuk

    menangkap radikal bebas dalam tubuh. Selain itu kakao memiliki nilai ekonomis

    yang tinggi. Pengolahan kakao, yaitu mulai dari bungkil sampai lemaknya dapat

    dimanfaatkan menjadi produk yang memiliki nilai tinggi.

    Produksi kakao di indonesia meningkat dengan berjalannya waktu, namun

    mutu yang dihasilkan sangat rendah dan beragam. Hal ini yang menyebabkan harga

    produk kakao indonesia relatif rendah dibandingkan dengan negara lain. Rendahnya

    mutu kakao dapat disebabkan karena minimnya sarana pengolahan , cara pengolahan

    yang tidak tepat dan pengawasan mutu yang rendah. Sebagai salah satu penghasil

    kakao, Indonesia harus dapat meningkatkan mutu biji kakao menjadi sebuah produk

    agar dapat bersaing dengan Negara-negara penghasil kakao lainnya. Peningkatan

    nilai produk kakao juga dapat dilakukan dengan pengolahan lanjut produk kakao

    yaitu dengan mengolah bahan baku cocoa liquor, cocoa butter dan cocoa powder.

    Oleh karena itu praktikum teknologi pengolahan kakao ini dilakukan.

    1.2 TujuanPraktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengolahan biji kakao skala kecil

    dengan memanfaatkan peralatan yang sederhana dan mendapatkankan

    karakteristiknya , serta membuat produk olahan lanjut kakao.

  • 5/26/2018 Laporan Full Tbp Kakao

    3/33

    II. METODOLOGI2.1 Alat dan Bahan

    Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah keranjang rotan, pemukul

    kayu, wadah bambu, daun pisang, karung goni, ember, mesin pengering, wajan,spatula, alat kempa, alat penghalus, mortar dan mesin pencuci.

    Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah buah kakao, biji kakao,

    cocoa liquor, cocoa butter, dan cocoa powder.

    2.2 MetodeMulai

    Masukkan buah kakao ke dalam keranjang rotan

    Tutup keranjang dengan daun-daunan dan biarkan

    selama 5-7 hari

    Setelah 5-7 hari, pecah/belah buah kakao dengan

    menggunakan pemukul kayu atau tangan hingga

    didapatkan biji kakao

    Keluarkan biji kakao lalu masukkan ke dalam ember,

    sedangkan empulur yang melekat pada biji dibuang

    Masukkan biji kakao ke dalam besek yang dilapisidengan daun pisang dan ditutup, lalau didiamkan selama

    1-7 hari

    Rendam biji kakao yang telah difermentasi selama 3 jam, lalu

    cuci biji kakao secara manual atau dengan mesin pencuci,

    pencucian jangan terlalu bersih.

  • 5/26/2018 Laporan Full Tbp Kakao

    4/33

    b. Pengolahan cocoa liquor, cocoa butter dan cocoa powder

    Lakukan sortasi terhadap biji kakao kering untuk memisahkan biji

    kakao baik dengan biji kakao yang cacat

    Kemas biji kakao dengan menggunakan karung goni, jangan

    dengan karung plastik

    Selesai

    Keringkan biji kakao dengan mesin pengering pada suhu 55-660C

    selama 20-25 jam

    Mulai

    Bersihkan biji kakao dari kotoran secara manual atau pun secara

    mekanis

    Sangrai biji kakao dalam alat penggorengan (wajan) pada suhu

    116-1210C selama 15-70 menit

    Untuk mendapatkan pasta kakao/cocoa liquor, giling biji kakao

    dengan alat penggilingan sejenis blender sampai kakao berbentuk

    pasta.

    Setelah disangrai, pecah biji kakao untuk memisahkan kulit dengan

    inti biji

  • 5/26/2018 Laporan Full Tbp Kakao

    5/33

    c. Pengolahan produk berbahan baku coca liquor, cocoa butter dan cocoa powder

    Untuk mendapatkan lemak kakao/cocoa butter ,kempa biji kakao

    dengan menggunakan kempa hidrolik yang dindingnya terdapat

    lubang-lubang sebagai penyaring, pada suhu 500C

    Lakukan pengayakan untuk memperoleh ukuran fraksi yang

    seragam

    Selesai

    Mulai

    Cocoa liquor, cocoa butter, cocoa powder

    Lakukan pengolahan menjadi produk cokelat batangan, minumancokelat, dan brownies cokelat berdasarkan komposisi dan cara

    pembuatan masing-masing

    Lakukan analisa mutu produk olahan cokelat secara organoleptik

    terkait tingkat kesukaan panelis terhadap aroma, warna dan rasa.

    Catat hasil uji organoleptik

    Selesai

  • 5/26/2018 Laporan Full Tbp Kakao

    6/33

    III. HASIL DAN PEMBAHASAN3.1 Hasil [ Terlampir]3.2

    Pembahasan

    3.2.1 Jenis KakaoSecara umum jenis kakao terbagi menjadi 3 jenis, yaitu Criolloatau yang

    dikenal sebagai kakao mulia Forastero dan Trinitario (campuran Criollo dan

    Forastero). Criollo merupakan jenis kakao yang menghasilkan biji kakao dengan

    mutu terbaik sehingga dikenal sebagai kakao mulia, fine flavour cocoa, choiced

    cocoadan edel cocoa. Kurang lebih 7% dari produksi kakao dunia dan merupakan

    jenis edel yang dihasilkan di Equador, Venezuela, Trinidad, Grenada, Jamaika,

    Srilangka, Indonesia dan Samoa. Buahnya berwarna merah atau hijau dengan kulit

    buah tipis berbintil-bintil kasar dan lunak. Biji kakao jenis ini berbentuk bulat telur

    dan berukuran besar dengan kotiledon berwarna putih pada saat basah. Kakao

    jenis criollomempunyai rasa yang kompleks dan lembut, tetapi cita rasa coklatnya

    kurang kuat (Pangkalan Ide 2008).

    Jenis kakaoforasteromerupakan jenis kakao dengan mutu kakao sedang atau

    bulkcocoa atau lebih dikenal dengan ordinary cocoa dengan cita rasa coklat yang

    kuat. Buahnya berkulit tebal dan berwarna hijau, sementara biji kakaonya berbentuk

    tipis dengan kotiledon berwarna unggu pada saat basah. Jumlahnya sekitar 93% dari

    produksi kakao dunia dan merupakan jenis bulk yang dihasilkan Afrika Barat, Brazil

    dan Dominika. Sementara jenis kakao Trinitario merupakan hybrida dari jenis

    kakao CriollodanForasterosecara alami sehingga jenis kakao ini sangat heterogen.

    Kakao jenis ini menghasilkan biji kakao fine flavour cocoa dan ada yang termasuk

    dalam bulk cocoa. Bentuknya bervariasi dengan buah berwarna hijau dan merah. Biji

    kakaonya juga bermacam-macam dengan kotiledon berwarna unggu muda sampai

    unggu tua pada saat basah. cita rasa kakao ini kompleks, lembut, dan terasa coklat

    kuat (Pangkalan Ide 2008).

    3.2.2 Kandungan Bahan AktifBiji coklat mengandung lemak 31%, karbohidrat 14% dan protein 9%.

    Protein coklat kaya akan asam amino triptofan, fenilalanin, dan tyrosin. Meski coklat

    mengandung lemak tinggi namun relatif tidak mudah tengik karena coklat juga

    mengandung polifenol (6%) yang berfungsi sebagai antioksidan pencegah

    ketengikan. Di Amerika Serikat konsumsi coklat hanya memberikan kontribusi 1%

    terhadap intake lemak total sebagaimana dinyatakan oleh National Food

    Consumption Survey (1987-1998). Jumlah ini relatif sedikit khususnya bila

    dibandingkan dengan kontribusi daging (30%), serealia (22%), dan susu (20%).

    Lemak pada coklat, sering disebut cocoa butter, sebagian besar tersusun dari lemak

  • 5/26/2018 Laporan Full Tbp Kakao

    7/33

    jenuh (60%) khususnya stearat. Tetapi lemak coklat adalah lemak nabati yang sama

    sekali tidak mengandung kolesterol. Coklat terdiri dari bungkil dan lemak coklat

    (Minifie 1999).

    Lemak kakao merupakan campuran dari beberapa jenis trigliserida.Trigliserida terdiri dari gliserol dan tiga asam lemak bebas. Salah satu diantaranya

    lemak tidak jenuh. Komposisi asam lemak bervariasi, tergantung pada kondisi

    pertumbuhan. Lemak kakao mengandung asam oleat, palmitat dan stearat. Hal ini

    menyebabkan perbedaan karakteristik fisiknya, terutama berpengaruh pada sifat

    tekstur makanan cokelat dan proses pembuatannya. Lemak kakao dari biji yang

    mengandung asam lemak bebas (ffa) tinggi juga cenderung lebih lunak dari pada

    lemak dari biji kakao yang masih utuh. Lemak kakao adalah lemak alami 12 yang

    diperoleh dari nib kakao (kotiledon) hasil proses pemisahan dengan proses

    pengepresan hidraulik atau expeller. Pengepresan bertujuan untuk memisahkan

    lemak atau minyak dari pecahan nib kakao. Banyaknya lemak yang dapat terekstrak

    tergantung dari lamanya pengepresan dan tekanan yang digunakan. Lemak kakao

    memiliki sifat khas yakni bersifat plastis, dan memiliki kandungan lemak padat yang

    relative tinggi. Hasil pengepresan tersebut akan menghasilkan bungkil kakao yang

    akan diolah menjadi bubuk kakao (Wahyudi, 2008).

    Cokelat mengandung alkaloid-alkaloid seperti teobromin, fenetilamina, dan

    anandamida, yang memiliki efek fisiologis yang baik untuk kesehatan. Kandungan-

    kandungan ini banyak dihubungkan dengan tingkat serotonin dalam otak.Keuntungan

    dari coklat yaitu mengandung flavanoids dan sebagai antioksidan.Antioksidan

    melindungi tubuh dari penuaan yang disebabkan oleh radikal bebas, yang bisa

    menyebabkan kerusakan yang mengakibatkan penyakit jantung. Coklat yang

    dimakan dalam jumlah normal secara teratur dapat menurunkan tekanan

    darah.Cokelat mendukung kesehatan bila dikonsumsi dalam jumlah sedang,

    termasuk kandungan anti oksidannya yang dapat mengurangi pembentukan radikal

    bebas dalam tubuh. Katekin adalah antioksidan kuat yang terkandung dalam coklat.

    Salah satu fungsi antioksidan adalah mencegah penuaan dini yang bisa terjadi karena

    polusi ataupun radiasi. Katekin juga dijumpai pada teh meski jumlahnya tidaksetinggi pada coklat. Coklat mempunyai kemampuan untuk menghambat oksidasi

    kolesterol LDL (kolesterol jahat) dan meningkatkan fungsi kekebalan tubuh,

    sehingga dapat mencegah risiko penyakit jantung koroner serta kangker(Anonim,

    2007).

    Mengkonsumsi coklat tidak menimbulkan kecanduan, tetapi bagi sebagian

    orang, rasa coklat yang khas menyebabkan keinginan untuk mengkonsumsinya

    kembali. Ini yang disebut chocolate craving. Dampak coklat terhadap perilaku dan

    suasana hati (mood) terkait erat dengan chocolate craving. Ingin mengkonsumsi

    coklat kembali kemungkinan dikarenakan aromanya, teksturnya, manis-pahitnya dsb.

  • 5/26/2018 Laporan Full Tbp Kakao

    8/33

    Hal ini juga sering dikaitkan dengan kandunganphenylethylamineyang adalah suatu

    substansi mirip amphetanine yang dapat meningkatkan serapan triptofan ke dalam

    otak yang kemudian pada gilirannya menghasilkan dopamine. Dampak dopamine

    adalah muncul perasaan senang dan perbaikan suasana hati. Phenylethylamine jugadianggap mempunyai khasiat aphrodisiacyang memunculkan perasaan seperti orang

    sedang jatuh cinta ( Hatta 1992).

    Selain itu coklat juga memilki khasiat untuk kecantikan. Coklat dapat

    digunakan sebagai masker atau lulur. Lemak coklat atau cocoa butter yang

    terkandung dalam lulur coklat berkhasiat melembutkan, menghaluskan kulit. Lulur

    coklat juga dapat memutihkan/mencerahkan kulit. Selain itu adanya katekin

    (catechin) yang merupakan antioksidan yang kuat yang ada dalam coklat dapat

    mencegah penuaan dini, mencegah keriput, dan melindungi kulit dari polusi

    menjadikan kulit bercahaya dan awet muda.

    3.2.3 Antioksidan KakaoKandungan zat antioksidan dalam kakao cukup tinggi, seperti disebutkan

    sebelumnya. Kandungan antioksidan dalam kakao antara lain, katekin, epikatekin,

    prosianidin. Semua zat tersebut tergolong dalam polifenol. Kandungan polifenol

    dalam kakao sebesar 120-180 g/kg, 37% diantaranya dalam bentuk monomer flavan-

    3-ol, 58% dalam bentuk oligomer dan 5% sisanya berupa antosianin dan polifenol

    lainnya. Epikatekin pada kakao memiliki efek menguntungkan bagi kesehatan

    kardiovaskular. Biji kakao mengandung 12,8-43,2 mg/g (-)-epikatekin bergantung

    pada varietasnya. Pemanasan pada proses fermentasi, pengeringan dan

    pemanggangan dapat menyebabkan berkurangnya kandungan (-)-epikatekin, (+)-

    katekin serta mendorong terbentuknya stereoisomer baru (-)-katekin

    (Rohmatussolihat 2009).

    Senyawa anti oksidan merupakan substansi yang dapat menetralkan radikal

    bebas dengan cara mengorbankan dirinya agar teroksidasi. Senyawa radikal bebas

    merupakan senyawa atau molekul yang mengandung satu atau lebih elektron tidak

    berpasangan pada orbit luarnya. Dengan ketidakberadaan elektron pada sisi luarnya,menyebabkan senyawa ini sangat reaktif mencari pasangan dengan cara mengikat

    elektron molekul dari senyawa yang ada disekitarnya. Cara kerja senyawa radikal

    bebas bersifat labil, artinya jika senyawa ini mengikat elektron maka senyawa radikal

    bebas lain akan terbentuk. Dengan kata lain akan tercipta rantai radikal bebas.

    Senyawa ini dapat mengikat asam nukleat, protein lemak, bahkan DNA atau sel

    hidup lain sehingga dapat menyebabkan penyakit degeneratif seperti kanker.

    Senyawa radikal bebas ini dapat terbentuk dari sisa metabolisme makhluk hidup itu

    sendiri. selain itu, proses pembakaran, dan pemanasan oleh UV juga dapat

    menyebabkan terbentuknya senyawa radikal bebas. Berikut ini gambar ilustrasi

  • 5/26/2018 Laporan Full Tbp Kakao

    9/33

    mengenai pembentukan awal senyawa radikal bebas (inisiasi), proses pembentukan

    radikal bebas baru (propagasi) dan pemutusannya (Soematmaji 1998).

    Gambar 1. Pembentukan senyawa radikal bebas, pembentukan lagi dan

    pemutusan siklus

    Cara kerja senyawa antioksidan dalam menangkal radikal dengan cara

    mengorbankan dirinya sendiri untuk dioksidasi oleh senyawa radikal bebas tersebut.

    Terikatnya senyawa antioksiadan menyebabkan stabilnya senyawa radikal bebas.

    Artinya, siklus radikal bebas terputus dan proses oksidasi kontinu terhenti. Suatu

    jenis antioksidan hanya akan efektif untuk menghentikan senyawa radikal bebas

    tertentu. Oleh sebab itu tidak semua antioksidan efektif menetralkan radikal bebas.

    Bahkan senyawa antioksidan tertentu dapat menimbulkan proses oksidasi yang

    menghasilkan senyawa oksigen membahayakan. Berikut ini reaksi kimia pengikatan

    elektron antioksidan oleh senyawa radikal bebas (Rohmatussolihat 2009).

    Gambar 2. Pengikatan elektron radikal bebas

    Senyawa anti oksidan sendiri dibagi menjadi tiga macam berdasarkan

    fungsinya, yaitu primer, sekunder dan tersier. Antioksidan primer berperan sebagai

  • 5/26/2018 Laporan Full Tbp Kakao

    10/33

    pendonor atom H untuk menghentikan rantai radikal bebas. Dampaknya adalah

    terbentuknya produk yang lebih stabil, artinya reaksi propagasi terhambat. Senyawa

    antioksidan sekunder berperan dalam pengikatan ion logam, penangkal oksigen,

    mengubah hidroperoksida menjadi molekul non-radikal. Antioksidan tersierberfungsi memperbaiki kerusakan sel dan jaringan yang disebabkan oleh radikal

    bebas (Hartanto 2012).

    3.2.4 Proses PengolahanSecara umum proses pengolahan biji kakao menjadi coklat melalui beberapa

    tahapan proses. Tahapan proses pengolahan biji kakao menjadi coklat secara umum

    semuanya sama, yaitu dari mulai proses pembersihan hingga menjadi produk cokelat.

    Masing-masing tahapan proses mempunyai fungsi tertentu dalam pengubahan biji

    kakao menjadi produk-produk bernilai tambah. Tahapan pertama, biji kakao

    dibersihkan untuk menghilangkan semua bahan yang asing. Biji ditumpuk di lantai

    atau wadah (keranjang bambu, kotak kayu) dan difermentasi selama 2 8 hari.

    Secara periodik, dilakukan pengadukan biji agar oksigen yang dibutuhkan untuk

    proses fermentasi bisa masuk dan tersebar merata diseluruh tumpukan biji. Selama

    fermentasi, suhu biji naik menjadi 45 - 50C yang mematikan biji (menghentikan

    germinasi) dan meningkatkan keasaman biji. Selain itu juga terjadi pembentukan

    warna dan flavor serta degradasi parsial komponen penyebab rasa pahit dan kelat.

    Pulp yang menempel pada biji coklat terdekomposisi secara enzimatis menjadi cairan

    yang larut air. Fermentasi dikatakan sempurna jika warna biji kakao berubah dari

    warna terang menjadi coklat gelap yang homogen dan biji mudah dipisah dari kulit

    bijinya. Setelah fermentasi selesai, biji dikeringkan hingga kadar air mencapai 6

    8%. Proses pengeringan bisa dilakukan dengan cara penjemuran atau menggunakan

    oven pengering (55 660 C) (Susanto, 1994). Di beberapa negara, termasuk

    Indonesia, dilakukan pencucian biji sebelum dikeringkan. Walaupun akan

    memperbaiki penampakan biji, tetapi pencucian yang berlebihan beresiko untuk

    meningkatkan kerapuhan biji. Biji kakao kering dibagi dalam beberapa kelas mutu.

    Mutu terbaik adalah biji yang masuk dalam kategori kelas mutu A. Tahapanselanjutnya, biji kakao akan dipanggang/disangrai untuk membawa keluar rasa coklat

    dan warna biji (roasted). Suhu, waktu dan tingkat kelembaban pada saat

    penyangraian (roasted) tergantung pada jenis biji yang digunakan dan jenis cokelat

    atau produk yang akan dihasilkan. Tahapan ketiga, sebuah mesin penampi

    (winnowing machine) akan digunakan untuk memisahkan kulit biji dan biji kakao.

    Tahapn keempat, biji kakao kemudian akan mengalami proses alkalisasi, biasanya

    menggunakan kalium karbonat, untuk mengembangkan rasa dan warna. Tahapn

    kelima, setelah di alkalisasi, biji kakao kemudian memasuki proses penggilingan

    untuk membuat cocoa liquor (kakao partikel tersuspensi dalam cocoa butter). Suhu

  • 5/26/2018 Laporan Full Tbp Kakao

    11/33

    dan tingkat penggilingan bervariasi sesuai dengan jenis mesin penggilingan yang

    digunakan dan produk yang akan dihasilkan. Pembuatan pasta coklat melibatkan

    tahapan proses pembersihan biji, pemisahan kulit dan penyangraian. Pembersihan

    ditujukan untuk mengeluarkan pengotor yang mungkin terbawa, seperti pasir, batu,partikel-partikel tanaman dan sebagainya. Keberadaan pengotor ini tidak diinginkan.

    Jika pengotor yang keras hanya potensial untuk merusak peralatan proses, maka

    pengotor organik juga bisa merusak flavor coklat selama proses penyangraian

    (Wahyudi, 2008).

    Proses penyangraian biji coklat dilakukan pada suhu maksimal 150 0 C,

    selama 1035 menit, tergantung dari tujuan akhir penggunaan biji. Biji yang akan

    diolah menjadi coklat (chocolate), membutuhkan proses sangrai yang lebih intensif

    dibandingkan dengan biji yang akan diolah untuk menjadi coklat bubuk (cocoa

    powder). Apapun metode penyangraian yang dipilih, proses tidak boleh

    menghanguskan kulit karena akan merusak flavor. Selama proses penyangraian,

    kadar air biji turun menjadi sekitar 2% dan terjadi pembentukan flavor coklat. Biji

    akan berwarna lebih gelap dengan tekstur yang lebih rapuh dan kulit menjadi lebih

    mudah dipisah dari daging biji (nib). Penyangraian juga akan mempermudah proses

    ekstraksi lemak. Selain itu, panas selama penyangraian juga berperan untuk

    membunuh kontaminan yang mungkin terikut dari tahapan sebelumnya.

    Biji yang telah disangrai secepatnya didinginkan untuk mencegah pemanasan

    yang berlebihan. Biji selanjutnya dihancurkan dan dipisahkan dari kulit ari dan

    lembaganya dengan menggunakan teknik hembusan udara (menampi secara

    mekanis). Keberadaan kulit ari dan lembaga tidak diinginkan karena akan merusak

    flavor dan karakteristik produk olahan coklat. Setelah penyangraian, biji coklat (nib)

    mengalami proses penggilingan (pelumatan). Proses ini dilakukan secara bertingkat

    sebanyak 23 tahap untuk memperoleh pasta coklat (cocoa liquoratau cocoa mass)

    dengan tingkat kehalusan tertentu. Pada pembuatan pasta coklat, kadang juga

    dilakukan proses alkalisasi sebelum proses penggilingan. Tujuan proses alkalisasi

    adalah untuk melembutkan flavor dengan menetralkan sebagian asam-asam bebas,

    juga untuk memperbaiki warna, daya basah (wettability) dan dispersibilitas coklatbubuk (cocoa powder) sehingga mencegah pembentukan endapan dalam minuman

    coklat. Pada proses alkalisasi, nib sangrai direndam dalam larutan alkali encer

    (konsentrasi 2 2.5%) pada suhu 75 1000 C lalu dinetralkan untuk selanjutnya

    dikeringkan sampai kadar air menjadi 2%, atau di adon (kneading). Proses ini

    menyebabkan penggembungan pati dan menghasilkan massa coklat dengan struktur

    sel berbentuk sponge dan porous.

    Tahapan selanjutnya, setelah biji kakao menjadi cocoa liquor, biasanya

    produsen akan menambahkan bahan pencampur, seperti kacang untuk menambah

    citra rasa coklat. Umumnya menggunakan lebih dari satu jenis kacang dalam produk

  • 5/26/2018 Laporan Full Tbp Kakao

    12/33

    mereka, yang dicampur bersama-sama dengan formula yang dibutuhkan. Tahapan

    keenam adalah mengekstrak the cocoa liquor dengan cara dipress/ditekan untuk

    mendapatkan lemak coklat (cocoa butter) dan kakao dengan massa padat yang

    disebut cocoa presscake. Persentasi lemak kakao yang dipress disesuaikan dengankeinginan produsen sehingga komposisi lemak coklat (cocoa butter) dan cocoa

    presscakeberbeda-beda. Tahapan selanjutnya dibagi menjadi dua arah yang berbeda.

    Lemak coklat akan digunakan dalam pembuatan coklat. Sementara cocoa presscake

    akan dihaluskan menjadi coklat dalam bentuk bubuk. Bungkil biji hasil dari

    pengepressan dihaluskan dengan menggunakan alat penghalus (breaker) dan diayak

    untuk memperoleh ukuran partikel bubuk yang seragam. Kadar lemak didalam coklat

    bubuk berkisar antara 1022%. Bubuk coklat dengan kadar lemak yang lebih tinggi

    biasanya memiliki warna yang lebih gelap dan flavor yang lebih ringan. Coklat

    bubuk ini digunakan dalam berbagai produk pangan, misalnya untuk membuat

    minuman coklat, inggridient untuk cake, puding, ice cream dan sebagainya.Untuk

    memperoleh coklat bubuk, maka sebagian lemak coklat (cocoa butter) yang ada di

    dalam pasta coklat harus dikeluarkan. Proses pengeluaran lemak dilakukan dengan

    mengepress pasta menggunakan pengepress (hidraulik atau mekanis) pada tekanan

    400500 bar dan suhu 90 1000C. Lemak coklat panas dilewatkan ke filter press

    untuk memisahkannya dari kotoran yang mungkin terbawa, untuk selanjutnya

    dicetak dan didinginkan. Lemak coklat ini digunakan oleh industri coklat.

    Tahapan selanjutnya, lemak coklat (cocoa butter) selanjutnya akan

    digunakan untuk memproduksi coklat melalui penambahan cocoa liquor. Bahan-

    bahan lain seperti gula, susu, pengemulsi agen dan cocoa butter ditambahkan dan

    dicampur. Proporsi bahan akan berbeda tergantung pada jenis cokelat yang dibuat.

    Tahapan selanjutnya, campuran kemudian mengalami proses pemurnian sampai

    pasta yang halus terbentuk (refining). Refining bertujuan meningkatkan tekstur dari

    coklat. Tahapn selanjutnya, dilakukan proses conching, untuk mengembangkan lebih

    lanjut rasa dan tekstur coklat. Conching adalah proses menguleni atau smoothing.

    Kecepatan, durasi dan suhu conching akan mempengaruhi rasa. Sebuah alternatif

    untuk conching adalah proses pengemulsi menggunakan mesin yang bekerja sepertipengocok telur. Tahapan selanjutnya, campuran tersebut kemudian melewati

    pemanasan, pendinginan dan proses pemanasan kembali. Hal ini mencegah

    perubahan warna dan lemak coklat dalam produk tersebut. Hal ini untuk mencegah

    perubahan warna dan melelehnya coklat dalam produk. Tahapan selanjutnya,

    campuran tersebut kemudian dimasukkan ke dalam cetakan atau digunakan untuk

    pengisi enrobing dan didinginkan di ruang pendingin. Tahap terakhir, cokelat yang

    sudah jadi kemudian dikemas untuk distribusi ke outlet ritel (Iswanto, 2004).

    Umumnya cocoa liquor yang akan digunakan dalam pembuatan bubuk

    cokelat atau cocoa powder di-alkalisasi terlebih dahulu, tetapi hanya sedikit liquor

  • 5/26/2018 Laporan Full Tbp Kakao

    13/33

    yang digunakan untuk membuat cokelat diberi perlakuan ini. Hasil praktikum

    menunjukkan bahwa Konssentrasi alkali yang diberikan mempengaruhi secara nyata

    aroma, kenampakan, penerimaan keseluruhan oleh panelis, ukuran yang partikel dan

    kekerasan cokelat. Sedangkan suhu koncing berpengaruh nyata terhadap aroma, rasa,kenampakan, penerimaan keseluruhan dan tekstur cokelat. Pengaruh interaktif

    alkalisasi dan koncing terjadi pada parameter aroma dan penerimaan keseluruhan.

    Hasil percobaan adalah bahwa konsentrasi alkali pada kadar 8-15 g/kg masa kakao

    dengan suhu koncing 74-800C dapat dipakai sebagai kondisi optimum untuk

    menghasilkan cokelat yang bermutu baik, membawa keluar warna cokelat lebih,

    menghasilkan kakao lebih gelap.

    3.2.5 Jenis PenyangraianPenyangraian merupakan salah satu tahap pengolahan pengolahan hilir kakao

    yang akan menentukan mutu akhir produk makanan maupun minuman berbasis

    cokelat (Lopez dan Donald 1981). Penyangraian bertujuan untuk mengembangkan

    rasa, aroma, warna dan mengurangi kadar air. Rasa dan aroma kakao sangat

    ditentukan oleh suhu dan waktu sangrai, kadar air, ukuran biji dan bentuk biji.

    Tujuan lainnya dari penyangraian adalah mengendorkan kulit sehingga mudah

    dilepaskan, mematikan mikroba, serta membuat nib lebih renyah sehingga

    memudahkan penghancuran dan penghalusan (Wahyudi 2008).

    Sebelum melalui penyangraian, keping biji kakao harus melalui pembersihan

    terlebuh dahulu. Kemudian penyangraian dilakukan pada suhu tertentu selama 15-70

    menit tergantung bentuk mesin, banyaknya biji yang disangrai, dan hasil olahan

    cocoa yang diinginkan. Pada penyangraian dengan mesin, terdapat dua tipe

    penyangraian yaitu tipe batch dan tipe kontinyu. Selain dengan mesin, penyangraian

    dapat dilakukan dengan manual yaitu dengan menyangrai biji kakao di atas wajan

    sambil diaduk-aduk agar pemanasannya rata dan tidak gosong. Penyangraian dengan

    wajan ini juga berlangsung selama 15 menit sampai keping biji menjadi berwarna

    kecoklatan dan terbentuk aroma khas coklat.

    Selama proses penyangraian, biji kakao mengalami perubahan fisik maupunkimia. Selama penyangraian, biji kako kehilangan air dan komponen-komponen

    volatil, serta menyebabkan kulit menggembung yang dapat memudahkan proses

    selajutnya (pemisahan kulit dengan inti biji). Selain itu juga menyebabkan warna

    kotiledon menjadi coklat tua. Sementara itu secara kimia, terjadi reaksi browning non

    enzimatis yang meliputi reaksi maillard dan karamelisasi, antara gula pereduksi

    dengan asam amino yang hasil akhirnya adalah melanoidin. Selain itu adanya

    interaksi senyawa-senyawa calon pembentuk citarasa khas coklat. Biji kakao yang

    telah disangrai memiliki aroma coklat khas yang inten dengan rasa sepat, pahit dan

    asam yang rendah. Senyawa pembentuk aroma khas coklat seperti pirazin, karbonil

  • 5/26/2018 Laporan Full Tbp Kakao

    14/33

    dan ester meningkat secara nyata selama penyangraian dari 35-65 menit pada suhu

    140oC sehingga aroma khas coklat menjadi lebih tajam. Keberadaan senyawa

    polifenol pada penyangraian ternyata menjadi kendala pembentukan senyawa

    citarasa khususnya pirazin. Peningkatan konsentrasi polifenol dalam pasta coklatselama penyangraian secara nyata menurunkan citarasa khas coklat, karakter

    viskos dan konsentrasi pirazin (Wahyudi 2008).

    Berdasarkan suhu yang digunakan untuk proses penyangraian, penyangraian

    dibagi menjadi 3 jenis yaitu penyangraian ringan, penyangraian medium dan

    penyangraian gelap. Penyangraian ringan membutuhkan suhu 95-110oC dan

    menghasilkan kakao mulia dengan citarasa yang ringan, aroma yang lembut dan

    warna masih agak kemerahan. Penyangraian ringan ini sesuai untuk biji kakao

    dengan kelembaban relatif setimbang (ERH) 40% dan cocok untuk pembuatan

    permen coklat-susu, atau memproduksi bubuk kakao merah dan lemak kakao yang

    beraroma lembut. Penyangraian medium membutuhkan suhu 106-121oC dan

    menghasilkan kakao mulia dengan citarasa yang sedang, aroma yang lebih tajam

    daripada penyangraian ringan dan warna keping biji coklat. Penyangraian ini sesuai

    untuk biji kakao dengan kelembaban relatif setimbang (ERH) 30% dan merupakan

    penyangraian yang paling umum digunakan untuk memproduksi produk turunan

    coklat. Sementara itu penyangraian gelap membutuhkan suhu di atas 121oC misalnya

    130oC dan menghasilkan kakao mulia dengan citarasa yang pahit, terutama pada

    lemak kakao yang dihasilkan serta warna coklat tua kehitaman. Penyangraian ini

    sesuai untuk biji kakao dengan kelembaban relatif setimbang (ERH) 20% (Wahyudi

    2008).

    Berdasarkan bagian yang disangrai, terdapat 3 macam metode penyangraian

    yaitu whole bean roasting, nib roasting, dan liquor roasting. Whole bean roasting

    adalah metode penyarangaian yang menyangrai seluruh bagian biji kakao, yang

    dilakukan setelah biji kakao dibersihkan. Sedangkan pada nib roastingpenyangraian

    dilakukan hanya terhadap nib biji, yaitu setelah biji kakao di-winnowing dan menjadi

    nib. Dan liquor roasting adalah metode penyangraian terhadap cacao liquor, yaitu

    setelah biji di winnowing dan dipastakan (di-grinding) sehingga menjadi liquor.Biasanya temperatur yang digunakan untuk penyangraian antara 1100C dan 1400C

    saat kadar air berkurang sebanyak 3%. Proses penyangraian total lamanya antara 45

    menit - 1 jam. Setelah penyangraian, produk biasanya didinginkan pada pendingin

    eksternal. Perlakuan suhu tinggi selama roasting diiringi dengan semakin

    berkurangnya kelembaban pada biji kakao mengakibatkan terbunuhnya mikroba

    kontaminan seperti Salmonella yang mungkin terkontaminasi pada biji kakao selama

    pengeringan tanah/di tempat terbuka (Beckett 1994).

  • 5/26/2018 Laporan Full Tbp Kakao

    15/33

    3.2.6 Proses AlkalisasiProses alkalisasi merupakan proses penambahan suatu bahan alkalis yang

    sesuai dengan biji kakao dengan tujuan untuk mengatur tingkat keasaman agar

    mencapai tingkat yang diinginkan (Muchdori 2009.Bubuk kakao merupakan salah satu produk olahan dari biji kakao yang telah

    dikenal masyarakat. Kebutuhan akan bubuk kakao yang berkualitas sangat tinggi

    terutama bagi industri makanan dan minuman. Saat ini, permintaan akan bubuk

    kakao untuk industri dalam negeri belum mampu terpenuhi. Hal tersebut disebabkan

    minimnya pasokan bahan baku berupa biji kakao yang telah difermentasi serta

    kualitas dari beberapa bubuk yang dihasilkan kurang memenuhi standar yang telah

    ditetapkan oleh industri mengenai bubuk kakao. Untuk memenuhi permintaan akan

    bubuk kakao tersebut maka kualitas dari bubuk kakao harus ditingkatkan. Salah satu

    cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas dari bubuk kakao adalah

    dengan penggunaan biji kakao sebagai bahan baku dan pengurangan kadar lemak

    dalam bubuk kakao. Disamping itu, modifikasi pada proses pengolahannya juga

    perlu dilakukan, yaitu dengan penambahan proses alkalisasi pada pengolahan bubuk

    kakao. Alkalisasi merupakan suatu metode yang dilakukan untuk meningkatkan

    warna dan citarasa dari bubuk kakao yang dihasilkan.

    3.2.7 Contoh Pengolahan Produk KakaoCoklat dapat diolah menjadi produk yang memiliki nilai yang lebih tinggi.

    Sebagai contohnya yaitu:

    1) Cokelat PralineCoklat praline merupakan coklat yang diberi isi tambahan seperti blue berrydan

    kacang mede sehingga rasanya lebih kearahfruitydan terkesan gurih.

    Bahan Cokelat Praline

    200 gr cokelat batangan putih 200 gram cokelat batangan pekat 1/2 sendok teh pewarna (untuk pewarna ini bisa anda gunakan banyak warna

    misalnya merah, pink, biru, hijau atau warna apa saja kesukaan anda) Cetakan gunakan berbagai macam bentuk misal kotak, hati, bulat, lonjong

    dan seterusnya

    Bahan Untuk Isi Cokelat Praline

    200 ml susu cair bisa juga divariasi dengan kacang mede atau blue berry 200 gram selai (jenis selai yang digunakan juga bisa divariasi mulai dari rasa

    strawberi atau rasa buah yang lain)

    200 gram cokelat batangan putihCara Pengolahan Cokelat Praline

  • 5/26/2018 Laporan Full Tbp Kakao

    16/33

    Lelehkan cokelat dengan cara di-tim. Cara melelehkan dengan teknik timyaitu coklat ditaruh dalam dalam panci kecil kemudian panci tersebut

    dimasukkan ke dalam dalam air mendidih dalam panci besar. Untuk

    memudahkan dalam melelehkan terlebih dulu bisa anda potong kecil-kecilcoklat batangannya. Kemudian tambahkan pewarna sesuai warna kesukaan

    anda

    Cokelat pekat dilelehkan dengan cara di tim Untuk isinya, panaskan susu cair sampai mendidih kemudian dicampur

    dengan selai dan cokelat putih, aduk hingga larut.

    Tuangkan cokelat pekat ke dalam berbagai cetakan yang telah anda siapkandan diamkan sampai dingin dan menjadi keras

    Isilah dengan bahan isian coklat yang sudah anda buat tadi dan kemudiandinginkan di dalam (Anonim 2012)

    2) Brownis CoklatBahan

    200 gram mentega 200 gram dark cooking chocolate 150 gram gula pasir halus sebagai pemanis 120 gram tepung terigu 100 gram kacang almond, panggang, cincang sebagai perenyah brownis 100 gram kacang almond, iris tipis sebagai perenyah brownis 3 butir telur 1/2 sendok teh garam sebagai penetral rasa

    Cara Membuat :

    Lelehkan mentega, kemudian masukkan dark cooking chocolate, aduk hinggacoklat meleleh.

    Masukkan gula pasir halus, aduk rata sampai gula larut. Kemudiantambahkan telur, kocok hingga rata. Masukkan tepung terigu sedikit demi

    sedikit, aduk rata.

    Setelah itu tambahkan cincangan kacang almond, aduk rata. Tuang adonan ke dalam loyang berukuran 20x20x4 cm yang telah diolesi

    margarin dan dialasi dengan kertas roti terlebih dahulu. Lalu taburi bagian

    atas adonan dengan irisan kacang almond.

    Panggang ke dalam oven dengan suhu 180 derajat celcius selama 45 menitatau hingga matang. Angkat dan dinginkan.

    Potong-potong brownies menurut selera. Brownies coklat panggang siap untuk dihidangkan (Anonim 2013).

  • 5/26/2018 Laporan Full Tbp Kakao

    17/33

    3) Eskrim CoklatBahan :

    1/4 mangkok coklat

    1/2 mangkok gula pasir 3 butir telur kuning 1/2 cangkir susu cair 2 sdk mkn tepung maizena vanili secukupnya sebagai citra rasa

    Cara membuat :

    Masak gula pasir, susu dan vanili hingga mendidih. Campurkan dengan tepung maizina, coklat dan air. Masukkan kunung telus dan susu sedikit demi sedikit kemudian rebus lagi

    hingga mendidih.

    Setelah mendidih, angkat dan diamkan hingga panas berkurang. Masukkan kedalam lemari es. Jika sudah keras berarti es krim Anda siap

    dihidangkan

    4) Bolu Kukus CoklatBahan :

    200 gram mentega, lelehkan di atas api sedang

    100 gram gula pasir 100 gram tepung terigu 50 gram coklat bubuk 10 gram 0valet sebagai pelembut kue 5 butir telur ayam 1/2 kaleng susu kental manis coklat sebagai penambah citra rasa selai strawberry secukupnya

    Cara Membuat :

    Kocok gula, telur dan ovalet dengan kecepatan tinggi hingga mengembang.Setelah itu masukkan tepung terigu, coklat bubuk dan susu kental manis,

    aduk hingga rata.

    Kemudian masukkan mentega yang telah dilelehkan, dan aduk lagi hinggarata. Lalu tuang adonan ke dalam loyang persegi yang telah diolesi mentega

    sebelumnya.

    Kukus di atas api sedang selama 30 menit atau tunggu hingga matang, angkatdan dinginkan.

  • 5/26/2018 Laporan Full Tbp Kakao

    18/33

    Keluarkan kue dari cetakan, lalu belah kue menjadi dua bagian dengan rata.Setelah itu olesi dengan selai strawberry pada bagian bawahnya, lalu tutup

    kembali dengan bagian kue yang lain.

    Potong-potong kue menurut selera.

    Kue bolu kukus coklat siap untuk dihidangkan (Anonim 2013).5) Kripik Pisang CoklatBahan

    75 gram gula bubuk. 50 gram coklat bubuk. 2 sendok makan susu bubuk rasa vanila. Minyak untuk menggoreng.

    Bumbu, aduk.

    Bahan 2 (pisang):

    20 buah pisang kepok tua mentah. 4 sendok makan garam. 3 liter air, untuk merendam.

    Cara Membuat Keripik Pisang Coklat:

    Masukkan bahan bumbu ke dalam kantong plastik. Sisihkan. Iris pisang secara memanjang menggunakan mandolin slicer.

    Rendam irisan pisang di dalam air yang sudah bercampur garam hinggalendir pisang hilang ( ... menit). Tiriskan hingga kering.

    Goreng dalam minyak banyak dan panas hingga berwarna kuningkecokelatan. Angkat, tiriskan.

    Setelah tidak lagi panas, masukkan keripik ke dalam plastik isi bumbu, kocokberkali-kali hingga benar-benar tersalut rata. Keluarkan. Sajikan(Anonim

    2013)

    6) Minuman CoklatBahan

    Gula pasir 100 gram Creamer 125 gram Coklat bubuk 25 gram Air 250 ml

    Cara membuat minuman coklat

    Didihkan air sebanyak 250 ml lalu masukkan ke dalam gelas Tambahkan gula pasir 100 gram, coklat bubuk 25 gram dan creamer 125

    gram

  • 5/26/2018 Laporan Full Tbp Kakao

    19/33

    Aduk hingga merata, setelah itu minuman coklat dapat disajikan.7) Coklat BatangBahan

    Susu kental manis 20 gram DarkCoklat 80 gram Cocoa Butter50 gram Gula halus 50 gram

    Cara membuat

    Lelehkan darkcoklat Setelah itu tambahkan cocoa butterdan gula halus Setelah tercampur merata tambahkan susu kental manis Dinginkan coklat di lemari es

    8) Lulur CoklatLemak coklat atau cocoa butter yang terkandung dalam lulur coklat berkhasiat

    melembutkan, menghaluskan kulit, Lulur coklat juga dapat

    memutihkan/mencerahkan kulit. Selain itu adanya katekin (catechin) yang

    merupakan antioksidan yang kuat yang ada dalam coklat dapat mencegah penuaan

    dini, mencegah keriput, dan melindungi kulit dari polusi menjadikan kulit bercahaya

    dan awet muda.Bahan

    Buttercoklat 100 gram Madu 10 gram Air mawar

    Cara pembuatan

    Buttercoklat dicampur dengan air mawar

    Tambahkan madu lalu diaduk Setelah itu gosokkan ke seluruh badan sehingga kotoran pada badan keluar

    (Anonim 2012).

    9) Masker coklatMasker coklat dapat memutihkan/mencerahkan kulit. Selain itu adanya

    katekin (catechin) yang merupakan antioksidan yang kuat yang ada dalam coklat

    dapat mencegah penuaan dini, mencegah keriput, dan melindungi kulit dari polusi

  • 5/26/2018 Laporan Full Tbp Kakao

    20/33

    menjadikan kulit bercahaya dan awet muda. Selain itu putih telur juga dapat

    mengencangkan kulit

    Bahan

    Buttercoklat 20 gram Putih telur 2 butir Air mawar

    Cara pembuatan

    Buttercoklat dicampur dengan air mawar Tambahkan putih telur lalu diaduk Setelah itu oleskan secara merata ke wajah, biarkan selama 15 menit Basuh wajah dengan air (Anonim 2012).10) Pudding coklatBahan

    Bubuk coklat 50 gram Agar-agar Powder Santan 100 ml Air 600 ml Pudding fla powder Gula 200 gram

    Cara pembuatan

    Didihkan air sebanyak 600 ml Tambahkan agar-agar powder, bubuk coklat, gula dan santan Aduk aduk setelah itu tuangkan dalam cetakan, dinginkan Buat fla dengan menyeduhkan pudding fla powder dengan air Setelah pudding dingin, tuangkan fla ke atas pudding Pudding coklat siap dihidangkan.(Anonim 2013).

    3.2.8 Cocoa Butter Subtitute & Cocoa Butter EquivalentBerdasarkan karakteristiknya high grade SFs atau Cocoa Butter Replacer,

    CBR (sering pula disebut sebagai hard butter)bisa dibedakan menjadi 3 kategori;

    yaitu(i) Cocoa Butter Equivalent (CBE), (ii) CocoaButter Substitute (CBS) dan (iii)

    CocoaButter Extender (CBX).

    Cocoa Butter Equivalent (CBE)

    CBE adalah CBR yang lemak yang susunan asam lemaknya mempunyai

    kemiripan (dalam hal jenis, komposisi dan simetrinya) dengan susunan asal lemak

  • 5/26/2018 Laporan Full Tbp Kakao

    21/33

    pada TAG alami CB. Dalam hal ini, CBE merupakan salah satu SFs yang

    mempunyai nilai ekonomi paling tinggi. Di pasar dunia CBE bisa dihargai sampai

    sekitar US$ 480/ ton CBE. CBE pada dasarnya merupakan high grade SFs, CBRs,

    yang tidak diperoleh dari proses hidrogenasi yang mengandung susunan, distribusidan simetri asam lemak FA dengan karakteristik triasilgliserol (TAG) di-saturated

    mono-unsaturated sebagaimana CB alami. Karena secara kimia dan fisika CBE

    mempunyai kemiripan dengan CB, maka dikatakan bahwa CBE mempunyai

    kompatibilitas (kecocokan) penuh dengan CB dimana keduanya bisa dicampur

    dengan rasio campuran berapa pun. CBE bisa digunakan untuk menggantikan

    seluruhnya atau untuk dicampurkan dengan CB tanpa menyebabkan perubahan

    sensori khususnya yang berkaitan dengan mutu coklat yang terdeteksi. Dengan

    karakteristik yang mirip dan kompatibilitas yang penuh tersebut, maka CBE

    mempunyai keunggulan luar biasa, karena harganya lebih murah dan suplainya yang

    lebih pasti. Namun demikian, CBE tetap saja mempunyai beberapa kekurangan yaitu

    dalam hal: Pertama, mempunyai tolerasi yang lebih rendah terhadap lemak susu.

    Kedua, stabilitasnya rendah pada suhu yang lebih tinggi. Ketiga, mempunyai

    kecenderungan blooming lebih tinggi daripada CB.

    Produksi CBE,High Grade SFs

    Untuk memproduksi anekaspecialtyfats dari minyak sawit (CPO dan PKO),

    proses utama yang perlu dikuasai adalah (i) proses fraksionasi, (ii) hidrogenasi, dan

    (iii) interesterifikasi. Dalam hal ini, proses fraksinasi yang dimaksud adalah proses

    pemisahan minyak ke dalam fraksi padat dan cair. Di industri dikenal 3 macam

    fraksinasi yaitu fraksinasi kering (dryfractionation), fraksinasi dengan deterjen

    (detergent fractionation) dan fraksinasi dengan pelarut (solvent fractionation).

    Sedangkan hidrogenasi adalah proses penjenuhan untuk meningkatkan stabilitas

    oksidatif titik-titik lelehnya. Tergantung dari tingkat hidrogenasinya, minyak dapat

    dimodifikasi menjadi aneka minyak dengan berbagai kekerasan, sehingga berpeluang

    untuk diaplikasi untuk tujuan yang beragam pula. Dengan pengendalian proses

    hidrogenasi PKO (titik leleh sekitar 27-28oC), bisa dihasilkan produk terhidrogenasi

    dengan titik leleh beragam, mulai dari 32-41C. Selain fraksinasi dan hidrogenasi,proses yang belakangan lebih banyak diaplikasikan untuk produksi specialty fats

    adalah interesterifikasi. Interesterifikasi pada dasarnya adalah suatu proses yang

    mengatur kembali posisi dan distribusi asam-asam lemak pada rangka gliserol,

    sehingga bisa menghasilkan lemak (TAGs) dengan titik leleh yang berbeda. Pada

    dasarnya, CBE bisa diproduksi dengan secara tepat mengendalikan proses

    interesterifikasi (directed interesterification). Pada dasarnya, proses yang umum

    dilakukan adalah (i) asidolisis antara minyak alami yang mempunyai asam lemak

    oleat (O) pada posisi sn-2 dengan asam lemak palmitat (P) atau asam stearat (S)

    menggunakan katalis spesifik, enzim lipase dengan spesifitas sn-1,3 atau (ii)

  • 5/26/2018 Laporan Full Tbp Kakao

    22/33

    interesterifikasi minyak alami yang mengandung asam oleat (O) pada posisi sn-2

    dengan tripalmitin atau tristearin menggunakan lipase spesifik sn-1,3. Secara

    skematis reaksi ini dinyatakan pada Gambar 1.Minyak sawit dengan karakteristik

    asam lemaknya yang khas, berpotensi digunakan sebagai substrat (yaitu minyakalami yang mempunyai asam lemak oleat (O) pada posisi sn-2) untuk proses

    produksi CBE. Pada prakteknya, substrat yang banyak digunakan untuk proses

    produksi CBE adalah fraksi tengah sawit (palm mid fraction atau PMF) yang

    diperoleh dengan teknik fraksinasi aseton, yang skema umumnya diperlihatkan pada

    Gambar 2. Dengan teknik fraksinasi aseton dua tahap (Gambar 2), maka bisa

    dihasilkan PMF dengan titik leleh sekitar 30-35oC, bilangan Iod (IV) > 32-36, dan

    kandungan[POP], [POS] dan [SOS] berturut-turut adalah 56%, 10% dan 1%. PMF

    kemudian bisa digunakan sebagai subtrat bagi reaksi enzimatis untuk proses produksi

    CBE.

    Gambar 3. Reaksi asidolisis dan interesterifikasi untuk memproduksiCBEs

    Gambar 4. Skema proses fraksinasi aseton untuk memperoleh Fraksi TengahSawit

    atau Palm Mid Fraction.

  • 5/26/2018 Laporan Full Tbp Kakao

    23/33

    CBS : Lemak Laurat

    Sumber utama adalah dari Palm Kernel Stearine (PKS) dan hydrogenated

    palm kernel oil (HPKO). Namun demikian, untuk keperluan produksi CBS, PKS

    memiliki karakteristik yang lebih baik daripada HPKO, lantaran PKS secara alamisudah mempunyai sifat fungsionalitas yang mirip dengan CB. Kemiripan ini

    terutama terletak pada : (i) ketajaman kurva solid fat content (SFC) atau kurva NMR,

    (ii) sangat mudah dipatahkan (very brittle), dan (iii) mempunyai kisaran suhu leleh

    yang pendek. CBS adalah lemak yang mempunyai karakter fisik yang mirip atau

    bahkan lebih baik jika dibandingkan dengan karakter fisik CB. Namun demikian,

    secara kimia CBS adalah lemak laurat yang tidak mengandung TAG simetri dan

    sebagai akibatnya CBS mempunyai kompatibilitas yang terbatas jika dicampurkan

    dengan CB. Dengan demikian, CBS merupakan pengganti (substitute) untuk CB,

    khususnya untuk produksi coklat yang lebih murah. Pada dasarnya, kelebihan dan

    kekurangan CBS dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini. Sehingga karena memiliki

    asam lemak dengan panjang rantai karbon yang mirip dengan asam lemak pada CB,

    maka CBX mempunyai toleransi terhadap CB lebih baik daripada CBS, yaitu bisa

    dicampur sampai sekitar 25% CB tanpa menemui masalah kompatibilitas. Disamping

    itu, CBX mempunyai kualitas flavor, bau dan warna yang baik, tidak memerlukan

    tempering, tetapi mempunyai kecenderungan mengalami blooming, terutama jika

    disimpan pada waktu yang cukup lama.

    Minyak Inti Sawit (MIS) memiliki karakteristik fisikokimia yang dapat

    dimanipulasi untuk menghasilkan Cocoa Butter Substitute (CBS, pengganti le-mak

    kakao). CBS digunakan sebagai bahan baku produksi cokelat compound yang

    umumnya memerlukan kandungan lemak dengan sifat khusus sekitar 28-35%

    (Basiron, Y., Jalani, B. S. and Weng., C. K. 2000). CBS kompatibel dalam proses

    pembuatan produk cokelat: pencampuran bahan baku, penghalusan, conching,

    tempe-ring, pencetakan, pendinginan dan stabilisasi. CBS dapat diproduksi dari

    minyak dan lemak nabati dengan cara kimia atau fraksinasi maupun enzimatik.

    Teknologi pembuatan CBS dari MIS telah dikembangkan ke skala industri besar

    diantaranya adalah fraksinasi dan hidrogenasi serta kombinasinya.

    Namun teknologiini dalam skala industri kecil belum tersedia (Lipp, M., and Anklam, E., 1998),.

    Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) telah menghasilkan teknologi proses

    hidrogenasi-penuh (full hydrogenation) MIS mentah dan terafinasi skala

    laboratorium tanpa menghasilkan asam lemak trans dalam kondisi temperatur

    moderat dan tekanan tinggi. Menurut Anonim (2006) Pembesaran skala ke 100

    kg/batch perlu dilakukan dan dioptimasi kondisi prosesnya untuk mendukung

    pemanfaatan MIS pada skala industri kecil menengah. Proses hidrogenasi adalah

    suatu proses menggunakan hidrogen untuk menjenuhkan asam lemak tak jenuh

    dengan bantuan katalis, umumnya katalis yang digunakan adalah katalis nikel. [11]

  • 5/26/2018 Laporan Full Tbp Kakao

    24/33

    Kandungan MIS terhidroge-nasi yang bebas asam lemak trans penting karena sifat

    asam lemak ini yang meningkatkan low densisty lipoprotein (LDL) dan menurunkan

    high density lipoprotein (HDL) sehingga menjadi faktor resiko penting pada penyakit

    jantung koroner. MIS terhidrogenasi yang dihasilkan pada skala laboratorium olehPPKS masih memiliki asam lemak (Zock, P.L., Blijlevens, R.A.M.T., de Vries,

    J.H.M. and Katan, M.B. 1993).

    3.2.9 Cocoa Powder di PasaranBerdasarkan warna yang dihasilkannya, terdapat tiga jenis kakao powder

    yaitu kakao powder berwarna coklat muda, coklat tua dan hitam. Kakao powder

    berwarna coklat muda biasanya untuk minuman, sedangkan untuk biskuit

    menggunakan kakao powder berwarna hitam. Untuk cake umumnya menggunakan

    cokelat compound yang lemak kakaonya sudah diganti dengan lemak nabati (Kiki

    2013). Selain itu, berdasarkan kadar lemak yang dikandungnya, cocoa powder juga

    dibedakan lagi menjadi coklat bubuk yang rendah lemak (sebagian besar lemaknya

    telah dihilangkan), coklat bubuk dengan kadar lemak sedang (kandungan lemak

    sekitar 1022%) dan coklat bubuk dengan kadar lemak tinggi (kadar lemak coklat

    diatas 22%). Coklat bubuk dengan kadar lemak tinggi digunakan untuk membuat

    minuman atau sarapan, biasanya digunakan dalam pembuatan susu bubuk coklat.

    Umumnya cacao powder yang dijual di pasaran dibedakan atas cara pembuatannya,

    sehingga terdiri dari 2 jenis utama yaitu natural cocoa powderdan alkalized cocoa

    powder. Namun kebanyakan coklat bubuk yang dijual dipasaran adalah jenis cocoa

    natural.Natural cocoa powderdiperoleh dari biji kakao kering (setelah difermentasi)

    yang dihilangkan kulitnya, disangrai (roasting), dihaluskan, dipres untuk diambil

    lemaknya hingga tersisa sekitar 10-12% lemak dalam cocoa powder atau bubuk

    kakaonya. Cocoa powder natural memiliki rasa pahit dan sedikit asam, berbentuk

    tepung, serta mengandung sedikit lemak. Coklat bubuk jenis ini banyak digunakan

    sebagai bahan campuran untuk membuat kue, cookies, brownies karena memberikan

    citarasa coklat yang pekat dan warna coklat tua. Natural cocoa powder merupakan

    asam sehingga ketika ditambahkan dengan baking soda saat pembuatan kue, akanbereaksi dan membuat kue dapat mengembang saat dipanaskan di dalam oven.

    Contoh merk cocoa powder dengan proses natural adalah Nestles Cocoa dan

    Hersheys Cocoa. Sementara itu, alkalized cocoa powder atau yang biasa disebut

    dutch cocoa powder dibuat dengan menambahkan larutan alkali (yang membantu

    menetralkan kepahitan dan keasaman cocoa natural) selama proses roastingsehingga

    dapat diperoleh variasi warna dan rasa untuk berbagai kebutuhan industri pangan

    pemakainya dan menjadi produk yang netral. Cocoa dutch digunakan sebagai bahan

    untuk membuat coklat panas karena aromanya lebih lembut, mudah larut dalam

    liquid dan warnanya coklat kemerahan. Contoh merk cocoa powder dengan proses

  • 5/26/2018 Laporan Full Tbp Kakao

    25/33

    dutch adalah Valrhona Cocoa Powder dan Droste Cocoa. Selain dari dua jenis utama

    tersebut, banyak jenis lainnya yang merupakan variasi atau kombinasi dari kedua

    jenis utama tersebut, di antaranya black cocoa powder, aristocrat cocoa, garnet

    dutch cocoa, dan russet cocoa powder. Sebagai contoh, black cocoa powder ataublack onyx cocoa powder disebut juga super alkalized cocoa powder, yang

    mengalami alkalisasi ekstrim sehingga menghasilkan cocoa powder dengan warna

    kehitaman dan mengandung lemak paling sedikit di antara jenis cocoa powder

    lainnya (Stardley 2004).

    3.2.10 Pembahasan DataFermentasi merupakan inti dari proses pengolahan biji kakao. Proses

    fermentasi sangat berpengaruh terhadap mutu kimia dan organoleptik biji kakao

    maupun produk olahan setengah jadi coklat. Proses ini tidak hanya bertujuan untuk

    membebaskan biji kakao dari pulp dan mematikan biji, namun terutama juga untuk

    memperbaiki dan membentuk citarasa cokelat yang enak dan menyenangkan serta

    mengurangi rasa sepat dan pahit pada biji (Widyotomo dkk 2004). Proses fermentasi

    biji dapat berlangsung baik bila jumlah (volume tumpukan) biji dan waktu fermentasi

    terpenuhi serta pengadukan (pembalikan) tumpukan biji merata (Adi dkk 2006).

    Fermentasi yang sempurna akan menentukan citarasa biji kakao dan produk

    olahannya, termasuk juga karena buah yang masak dan sehat serta pengeringan yang

    baik. Fermentasi sempurna yang dimaksud adalah sesuai dengan penelitian Sime-

    Cadbury, yaitu fermentasi selama 5 hari, fermentasi pada kotak dangkal (42 cm)

    dengan sekali pengadukan setelah fermentasi 2 hari. Jika fermentasi yang dilakukan

    kurang atau tidak sempurna, selain citarasa khas cokelat tidak terbentuk, juga

    seringkali dihasilkan citarasa ikutan yang tidak dikehendaki, seperti rasa masam,

    pahit, kelat, sangit, dan rasa tanah (Atmawinata dkk 1998). Hasil analisis mutu kimia

    menunjukkan bahwa pasta, lemak, dan bubuk cokelat yang dibuat dari biji kakao

    yang difermentasi sempurna (5 hari) memiliki kadar lemak yang lebih tinggi

    dibandingkan produk olahan dari biji kakao yang tidak difermentasi dan yang

    difermentasi kurang sempurna. Pada produk bubuk coklat, proses fermentasi dapatmenurunkan kadar bahan bukan lemak, sehingga secara relatif kadar lemak akan

    meningkat seiring dengan semakin lamanya waktu fermentasi (Yusianto et al1997).

    Secara keseluruhan, panelis juga memberikan rangking tertinggi untuk atribut mutu

    organoleptik pasta dan bubuk cokelat dari biji yang difermentasi sempurna

    (Suharyanto 2007).

    Proses fermentasi juga mengakibatkan penurunan pH yang terus berlanjut

    seiring dengan bertambahnya waktu fermentasi. Perbedaan nilai pH cocoa powder,

    mengakibatkan perbedaan warna dan kegunaannya. Bubuk cokelat dari biji yang

    difermentasi termasuk bubuk natural yang berwarna cenderung lebih terang daripada

  • 5/26/2018 Laporan Full Tbp Kakao

    26/33

    bubuk cokelat dari biji non fermentasi. Bubuk cokelat natural cocok digunakan

    dalam industri roti, sementara bubuk dengan pH di atas 6,0 biasanya digunakan

    untuk pembuatan minuman, puding, dan es krim (Anonim 2005).

    Proses fermentasi menyebabkan penguraian atau degradasi pulp pada kulitbiji sehingga kulit biji menipis (Suharyanto 2007). Akibatnya massa biji kakao

    setelah fermentasi akan berkurang jika dibandingkan dengan sebelum fermentasi.

    Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, fermentasi 3 hari menghasilkan biji

    dengan kadar 9,3% dan 14,08%, fermentasi 5 hari menghasilkan biji dengan kadar

    23,4% dan fermentasi 7 hari menghasilkan biji dengan kadar 8,28%. Berdasarkan

    hasil tersebut, kadar biji tertinggi dihasilkan dari fermentasi 5 hari. Hal ini

    menunjukkan bahwa fermentasi 5 hari dengan 1x pengadukan adalah waktu yang

    paling optimum untuk melakukan fermentasi, sehingga hasilnya sudah sesuai dengan

    literatur penelitian Sime-Cadburry. Pada fermentasi 3 hari, rendemen biji yang

    dihasilkan lebih sedikit daripada yang dilakukan 5 hari. Hal ini kurang sesuai dengan

    literatur, dimana semakin sedikit waktu fermentasi maka pulp yang terdegradasi akan

    semakin sedikit sehingga massa biji masih cukup tinggi. Selain itu, pada fermentasi 3

    hari juga tidak dilakukan pengadukan sehingga fermentasi yang terjadi tidak terlalu

    merata, akibatnya pulp yang terdegradasi tidak merata di semua tempat dan massa

    bijinya seharusnya lebih besar daripada fermentasi dengan waktu yang lebih lama.

    Pada fermentasi 7 hari, terjadi over-fermented sehingga persentase biji yang

    dihasilkan lebih sedikit daripada 5 hari. Hal ini disebabkan waktu untuk

    mendegradasi pulp lebih banyak daripada 5 hari.

    Jika dilihat dari segi rendemen biji, semakin sedikit waktu fermentasi akan

    menghasilkan rendemen yang tinggi namun pada hasil tersebut citarasa khas coklat

    yang enak belum terlalu terbentuk, ditandai dengan belum terdegradasinya zat-zat

    calon pembentuk citarasa menjadi zat-zat pembentuk citarasa. Pada produk pasta

    coklat/cocoa liquor, kurangnya waktu fermentasi dapat menyebabkan kerusakan

    citarasa yang tidak dapat diperbaiki dengan modifikasi pengolahan selanjutnya,

    demikian juga jika fermentasi biji tidak dilakukan, aroma khas cokelat tidak akan

    muncul dan biji kakao memiliki rasa sepat dan pahit yang berlebihan (Misnawi2005). Proses pengadukan pun penting dilakukan untuk membuat fermentasi

    berlangsung secara merata, sehingga tidak terjadi kebusukan. Dengan demikian,

    selain menghasilkan rendemen terbesar karena waktu yang mencukupi

    pendegradasian pulp, citarasa biji dengan fermentasi 5 hari lebih terbentuk dan lebih

    baik daripada 3 atau 7 hari, sehingga disebut sebagai waktu yang optimum.

    Berdasarkan hasil proses pengolahan kakao, diperoleh data neraca massa

    empat kelompok praktikum. Pada pengupasan buah kelompok 1, berat awal kakao

    sebesar 5127 gram dan diperoleh kulit buah dan plasenta serta biji kakao masing-

    masing sebesar 4076,8 gram dan 1050,2 gram. Pada proses fermentasi selama 7 hari,

  • 5/26/2018 Laporan Full Tbp Kakao

    27/33

    biji kakao yang masuk berukuran 853.45 gram. Setelah difermentasi, berat bii kakao

    menjadi 344,5 gram dengan kadar air 34%. Kemudian biji kakao yang direndam dan

    dikeringkan mengalami susut bobot hingga 322,6 gram. Kadar airnya menurun

    hingga 24%. Pada proses sortasi dan penyangraian, biji kakao mengalami penyusutanpula hingga 308,8 gram dengan kadar air sebesar 11,3%. Pada proses pengupasan

    dan pemisahan, NIB yang dihasilkan memiliki berat 287,8 gram (93,8%).

    Selanjutnya proses pengempaan dan penggilingan menghasilkan cocoa butter dan

    cocoa powder. Berat cocoa powder tersebut sebesar 112,26 gram dengan kadar air

    8,3%, sementara hasil data berat cocoa butter tidak dihitung karena kelalaian

    praktikan.

    Hasil pengolahan kakao kelompok 2 diperoleh berat buah kakao sebesar

    5208,3 gram dengan kulit buah dan plasentanya sebesar 3944,5 gram. Setelah

    difermentasi selama 5 hari, biji kakao memiliki berat 445,8 gram.Sementara pada

    proses perendaman dan pengeringan, air yang menguap sebesar 16,3 gram sehingga

    berat akhirnya sebesar 429,5 gram. Setelah itu,biji kakao yang disortasi dan disangrai

    mengalami susut bobot hingga beratnya 403,8 gram. Bobotnya kembali menyusut

    setelah mengalami proses pengupasan dan pemisahan yaitu menjadi 287,8 gram.

    Proses selanjutnya yaitu pengempaan dan penggilingan yang menghasilkan cocoa

    buttersebesar 55,3 gram dan cocoa powder347,9 gram.

    Hasil pengolahan data kelompok 3 diperoleh berat awal buah kakao sebesar

    4819,7 gram dengan berat biji kakao sebesar 1055,9 gram. Biji kakao tersebut

    mengalami fermentasi selama 3 hari. Namun, data berat biji setelah fermentasi tidak

    dicantumkan karena kelalaian praktikan dalam merekap. Setelah mengalami

    perendaman dan pengeringan, bji kakao mengalami penyusutan hingga berat

    akhirnya sebesar 445,8 gram. Kemudian bii kakao disortasi dan disangrai hingga

    beratnya kembali menurun menjadi 387,1 gram. Pada proses pengupasan dan

    pemisahannya, berat NIB nya yaitu 311,8 gram. Hasil akhir biji kakao kelompok ini

    yaitu cocoa liquordengan berat 292,1 gram.

    Pada hasil pengolahan kakao kelompok 4, biji kakao diproses untuk

    menghasilkan cocoa liquordengan melewati proses alkalisasi. Berat awal biji kakaoyang diolah sebesar 1128,2 gram dengan berat buah kakao sebesar 5000 gram.

    Kemudian biji kakao yang difermentasi selama satu hari mengalami penyusutan

    bobot sehingga berat akhir setelah diproses ialah 621,42 gram. Setelah direndam dan

    dikeringkan, bobotnya kembali menyusut menjadi 442,4 gram. Setelah disortasi dan

    disangrai, penyusutan terjadi hingga bobot biji kakao menjadi 373,5 gram akibat

    adanya penguapan air. Pada proses selanjutnya yaitu pengupasan dan pemisahan,

    NIB yang diperoleh bobotnya sebesar 334,23 gram (89,5% dari berat awal dikupas).

    Sementara pada proses penggilingan, diperoleh cocoa liquor dengan bobot akhir

    sebesar 334,2 gram.

  • 5/26/2018 Laporan Full Tbp Kakao

    28/33

    3.2.11 Pembahasan Organoleptik.Uji organoleptik pada praktikum kali ini dilakukan diakhir praktikum

    pengolahan kakao. Uji sensori ini dilakukan terhadap tiga jenis produk akhir olahan

    kakao. Ketiga jenis produk tersebut adalah minuman coklat, brownies coklat, dancoklat batang. Produk-produk tersebut diuji dengan beberapa parameter sesuai

    karakteristik masing-masing produk.

    Pada produk brownies coklat, terdapat 4 parameter yang diujikan, antara lain

    warna, rasa, aroma, dan tekstur. Sampel yang digunakan ada 3 jenis, yaitu 108, 286,

    dan 721. Sampel 108 merupakan brownies yang berbahan baku dari kakao yang

    difermentasi selama 7 hari, 286 berasal dar kakao yang difermentasi selama 1 hari,

    dan 721 dari kakao yang difermentasi selama 3 hari. Pada parameter warna, nilai F

    hitung yang didapat yakni sebesar 28,25. Sementara F pada tabel dengan taraf

    kepercayaan 1% dan 5%, nilai yang didapat sebesar 5,222 dan 3,248. Dari data,

    diketahui bahwa F hasil uji organoleptik lebih besar dibandingkan dengan F pada

    tabel. Artinya, terdapat minimal 1 jenis sampel yang memberikan pengaruh

    perbedaan pada panelis. Setelah dilakuan uji lanjut, warna brownies yang berasal

    dari kakao dengan lama waktu fermentasi yang berbeda memberikan pengaruh

    perbedaan yang nyata terhadap panelis pada taraf kepercayaan 1 %. Parameter

    berikutnya, yakni rasa, aroma, dan tekstur. Kemudian dari hasil olahan data

    organolpetik, nilai F yang didapat yakni sebesar 0,21, 0,34, dan 1,65. Sementara

    nilai F pada tabel taraf kepercayaan 1 % dan 5 % yakni sebesar 5,222 dan 3,248.

    Dari data tersebut, dapat diketahui bahwa nilai F hasil olahan data lebih kecil dari

    nilai F pada tabel. Sehingga dapat diartikan, tidak ada perbedaan nyata pada rasa,

    aroma, dan tekstur brownies yang berasal dari kakao dengan lama waktu fermentasi

    yang berbeda. Namun secara garis besar produk jenis brownis yang paling disukai

    panelis untuk parameter warna adalah sampel dengan kode 108, untuk parameter rasa

    yang paling disukai adalah sampel dengan kode 721, sedangkan parameter aroma

    yaitu sampel 721.

    Produk selanjutnya adalah minuman coklat, parameter yang diuji antara lain

    warna, rasa, dan aroma. Minuman ini berasal dari tiga jenis kakao yang memilkiperbedaan pada lama waktu fermentasi. Sampel A berasal dari kakao dengan lama

    fermentasi 5 hari, sampel B berasal dari kakao dengan lama fermentasi 7 hari, dan

    sampel C berasal dari kakao dengan lama fermentasi 0 hari. Data hasil uji

    organoleptik diolah sehingga didapat nilai F pada masing-masing parameter. Pada

    parameter warna, nilai F yang didapat yakni 0,21. Pada parameter rasa, nilai F yang

    didapatkan yakni sebesar 3,09 %. Terakhir, yakni pada parameter aroma, nilai F

    yang didapat yakni 0,81. Sementara pada tabel statistic, nilai yang ditunjukkan pada

    taraf kepercayaan 1 % yakni 5,12 dan pada taraf 5 % sebesar 3,206. Angka yang

    dihasilkan,baik pada parameter rasa, warna, maupuin aroma menunjukkan angka

  • 5/26/2018 Laporan Full Tbp Kakao

    29/33

    yang lebih kecil daripada nilai F pada kedua taraf kepercayaan. Hal ini menunjukkan

    bahwa pada ketiga parameter, tidak ada perbedaan nyata yang diterima oleh panelis.

    Jadi, pada minuman coklat yang berasal dari kakao fermentasi 0, 5, dan 7 hari, tidak

    ada perbedaan nyata terhadap rasa, warna, dan aroma. Namun secara garis besarproduk jenis minuman coklat yang paling disukai panelis berdasarkan parameter

    warna adalah sampel dengan kode C, untuk parameter rasa sampel dengan kode B,

    sedangkan parameter warna yaitu sampel A dan B.

    Produk olahan lainnya yakni coklat batang. Tiga jenis sampel yang digunakan

    yakni 146, 153, dan 281. Seperti pada produk sebelumnnya, perbedaan pada ketiga

    sampel tersebut terletak pada jenis kakao yang diolah. Sampel 146 berasal dari kakao

    dengan lama fermentasi 3 hari. Sampel 153 berasal dari kakao dengan lama

    fermentasi 5 hari. Sampel 281 berasal dari kakao yang difermentasi selama 0 hari.

    Parameter yang diuji antara lain warna, rasa, aroma, dan tekstur. Pada perhitungan

    hasil olahan data organoleptik, diketahui bahwa tidak ada perbedaan nyata pada

    keempat parameter. Artinya, kakao dengan lama waktu fermentasi yang berbeda

    menghasilkan kualitas organoleptik pada coklat batang yang tidak berbeda nyata.

    Lama waktu fermentasi sangat menentukan kualitas organoleptik biji kakao.

    Kualitas biji kakao ini sangat menentukan kualitas berbagai produk olahan coklat,

    terutama produk dengan coklat sebagai bahanbaku. Parameter yang sangat

    dipengaruhi akibat fermentasi coklat antara lain aroma dan cita rasa. Pada hasil uji

    organoleptik, perbedaan yang nyata hanya terjadi pada warna brownies. Sementara

    pada produk lain, tidak ada perbedaan nyata yang tampak pada berbagai parameter.

    Hal ini disebabkan oleh ketidaksesuaian pelaksanaan prosedur uji organoleptik.

    Meski demikian, produk coklat batang yang paling disukai panelis untuk parameter

    warna sampel 153, untuk parameter rasa sampel 153, dan pada parameter aroma juga

    sampel 153.

    3.2.12 Perusahaan Nasional Pengolahan KakaoPerusahaan coklat domestik yang terkenal salah satunya adalah Coklat

    Monggo yang berada di Yogyakarta. Coklat Monggo diolah dari biji kakao pilihandari perkebunan di Jawa, Sumatra dan Sulawesi. Setiap varian produk memiliki

    keunikan dari cita rasa asli bahan-bahan Indonesia yang merupakan kreasi dari ahli

    cokelat Belgia. Varian rasa dan bentuk coklat Monggo ini di antaranya Monggo bars

    dan Monggo tablet dengan rasa beragam seperti karamel, stroberi, durian, white

    chocolate, milk chocolate, orange, jahe dan sebagainya. Proses pembuatan Coklat

    Monggo ini diawali dengan memfermentasi biji coklat. Biji kakao basah diletakkan

    di dalam keranjang dan ditutup daun pisang. Di sekeliling biji kakao terdapat lapisan

    yang mulai memanas dan menfermentasi. Proses ini dilakukan untuk menghilangkan

    rasa pahit dan memperkuat rasa cokelat itu sendiri. Hasilnya adalah biji kakao

  • 5/26/2018 Laporan Full Tbp Kakao

    30/33

    tersebut menjadi padat dan berwarna cokelat serta siap untuk dikeringkan, biasanya

    dijemur di luar. Dengan cuaca yang sesuai, biasanya pengeringan biji kakao dapat

    dilakukan dalam beberapa hari. Selama proses pengeringan, biji kakao akan

    kehilangan kelembabannya yang berukuran lebih dari setengah berat biji basah.Petani tersebut terus membalikbalik biji kakao tersebut serta memisahkan serpihan

    serpihan biji kakao. Biji kakao dari satu buah kakao standar yang sudah

    dikeringkan apabila ditimbang beratnya tidak lebih dari 55 g, dan biasanya

    dibutuhkan 400 buah kakao untuk membuat 450g cokelat. Biji kakao kering yang

    sudah siap untuk dikirimkan dalam karung mempunyai berat 60 sampai 90

    kg.Setelah kualitas biji kakao diteliti oleh pembeli, coklat diproses sedemikian rupa.

    Langkah pertama dari pengolahan adalah pembersihan. Hal ini dilakukan dengan

    memasukkan biji kakao tersebut kedalam mesin pembersih yang akan memisahkan

    sisa daging dan kulit buah kakao. Ketika biji tersebut sudah dibersihkan secara

    keseluruhan, maka biji kakao tersebut ditimbang dan dihaluskan sesuai dengan

    ukuran dan standar dari perusahaan.

    Untuk mendapatkan cita rasa yang kuat dari biji kakao tersebut, maka buah

    cokelat tersebut dipanggang di dalam sebuah tabung silinder yang besar dan

    berputar. Proses ini dapat berlangsung selama 30 menit sampai 2 jam tergantung dari

    keinginan pembeli. Setelah pemanggangan maka biji kakao tersebut didinginkan dan

    dikupas kulit luarnya yang gosong akibat proses pemanggangan tadi. Pada saat

    bubuk cokelat di buat maka lemak nabati dari biji kakao bernama mentega kakao

    akan dihilangkan, sedangkan untuk membuat cokelat yang dapat dimakan maka

    lemak nabati tadi justru ditambahkan dalam pembuatannya. Cokelat batangan

    berkualitas tinggi memadarkan minimal 25% mentega kakao dari berat cokelat.

    Dengan adanya mentega kakao tersebut, cokelat akan lebih bercita rasa dan akan

    lebih lunak. Campuran kakao massa, mentega kakao, gula dan perasa ini kemudian

    akan memasuki proses conching, proses ini menciptakan pasta cokelat yang halus.

    Proses ini berlangsung selama yang diinginkan, biasanya selama beberapa jam

    sampai dengan 5 hari. Setelah proses penghalusan, campuran cokelat tersebut

    melalui proses pengaturan suhu dengan proses dipanaskan, di dinginkan, dandipanaskan kembali (tempering process). Kemudian campuran cokelat tersebut

    dimasukan ke dalam cetakan dan dibentuk sesuai keinginan. Ketika cokelat sudah di

    cetak, maka cokelat dimasukkan ke tempat pendinginan dengan suhu yang stabil

    untuk menjaga cita rasa cokelat tersebut. Setelah itu, cokelat dilepaskan dari cetakan

    dan dikemas yang kemudian dipasarkan pada distributor dan konsumen. Lapisan tipis

    luar dari biji kakao dipisahkan dengan menggunakan mesin. Selanjutnya daging biji

    kakao digiling sampai dengan mentega kakao mulai mencair akhirnya akan

    berbentuk cairan kental yang di beri nama cokelat liquor dan akan dimasukkan ke

    dalam cetakan dan didiamkan sampai padat.

  • 5/26/2018 Laporan Full Tbp Kakao

    31/33

    IV. PENUTUP4.1 Kesimpulan

    Kakao dapat diolah menjadi produk primer yaitu kokoa liquor, kokoa butterdan kokoa powder. Kakao dikupas dan diambil bijinya kemudian di fermentasi

    dengan perlakuan alkalisasi atau tidak setelah itu dikeringkan. Biji kakao kering

    disangrai dan digiling maka didapatkan kokoa liquor. Jika kokoa liquor dipress maka

    didapatkan kokoa butter dan sisanya dihaluskan maka didapatkan kokoa powder.

    Semua produk primer ini dapat diolah lebih lanjut untuk menjadi produk sekunder.

    Dari hasil pengolahan kakao setiap kelompok, setiap biji kakao mengalami

    penyusutan pada masing-masing prosesnya. Penyusutan ini dapat disebabkan oleh

    adanya penguapan air pada proses fermentasi, pengeringan dan penyangraian.

    Sementara pada proses pengupasan serta penggilingan, terjadi penyusutan bobot

    akibat lost (hilang).

    Berdasarkan hasil pengolahan kakao keempat kelompok, penyusutan bobot

    proses fermentasi terbanyak pada biji coklat yang difermentasi selama 7 hari.

    Sementara penyusutan bobot akibat pengeringan terbanyak pada biji kakao yang

    dialkalisasi, karena air yang menguap mencapai 28,8%. Sementara biji kakao yang

    telah difermentasi selama 3 hari memiliki penyusutan bobot akibat penyangraian

    yang paling banyak yaitu sebesar 13,2%. Kualitas produk primer maupun

    sekundernya ditentukan oleh lama fermentasi dan ada tidaknya alkalisasi. Dari

    neraca massa yang didapat, fermentasi 5 hari memiliki rendemen paling besar. Jadi

    secara neraca massa waktu optimum fermentasi kakao adalah 5 hari.

    Dari hasil uji sensori produk brownis, untuk parameter warna adalah sampel

    dengan kode 108, untuk parameter rasa yang paling disukai adalah sampel dengan

    kode 721, sedangkan parameter aroma yaitu sampel 721. Kemudian produk jenis

    minuman coklat yang paling disukai panelis berdasarkan parameter warna adalah

    sampel dengan kode C, untuk parameter rasa sampel dengan kode B, sedangkan

    parameter warna yaitu sampel A dan B. Terakhir, produk coklat batang yang paling

    disukai panelis untuk parameter warna sampel 153, untuk parameter rasa sampel 153,dan pada parameter aroma juga sampel 153. Pada hasil uji organoleptik, perbedaan

    yang nyata hanya terjadi pada warna brownies. Sementara pada produk lain, tidak

    ada perbedaan nyata yang tampak pada berbagai parameter. Hal ini disebabkan oleh

    ketentuan pelaksanaan uji organoleptik kurang memenuhi standar.

    4.2 SaranPraktikum dapat dilaksanakan lebih sistematis. Pembagian tugas atau produk

    yang dilakukan lebih merata. Produk sekunder kakao yang dibuat lebih bervariasi

    lagi sehingga wawasan praktikan akan bertambah.

  • 5/26/2018 Laporan Full Tbp Kakao

    32/33

    Daftar Pustaka

    Anonim. 2005. Biskuit Halal Banyak Ragamnya. Diakses melalui Republika Online,

    15 Desember 2013.Anonim, (2006), Laporan Akhir Tahunan 2006 PPKS: Produksi Specialty Fat dan

    Nutraceutical dari Minyak Sawit dan Fraksi-Fraksinya, Pusat Penelitian Kelapa

    Sawit, Medan.

    Anonim.2007.DarkCokelat.http://www.pacific.net.id/pakar/khomsan/010502.html.(

    18 Desember 2013)

    Anonim.2012 . Coklat Praline. http://www.bolaria.net/2013/02/cara-membuat-

    coklat-pralinecetakbatanga.html (18 Desember 2013).

    Anonim.2013 . Resep Eskrim Coklat. http://resepmasakanku.com/resep-es-

    krim/resep-masakan-es-krim-coklat.html .(18 Desember 2013).

    Anonim.2013 .Resep Coklat Batang.http://resepmasakanku.com/resep-coklat/resep-

    coklat-batang.html.(18 Desember 2013).

    Anonim.2012 . Lulur dan Masker Coklat. http://www.bolaria.net/2013/02/cara-

    membuat-lulur-danmaskercoklat.html (18Desember 2013).

    Anonim.2013 . Resep Pudding Coklat. http://resepmasakanku.com/resep-

    pudding/resep-pudding-coklat.html.(18 Desember 2013).

    Anonim. 2013. Resep Brownis.http://www.likethisya.com/resep-brownies.html ( 18

    Desember 2013)

    Anonim. 2013. Resep Kue Bolu.http://www.likethisya.com/resep-kue-bolu.html

    (18 Desember 2013)

    Anonim. 2013. Resep Kripik Pisang Coklat.

    http://resep69.blogspot.com/2013/04/Cara-Membuat-Keripik-Pisang-

    Coklat.html (18 Desember 2013).

    Atmawinata, O., Sri Mulato, S. Widyotomo, dan Yusianto. 1998. Teknik Pra

    Pengolahan Biji Kakao Segar Secara Mekanis untuk Mempersingkat Waktu

    Fermentasi dan Menurunkan Kemasaman Biji. Pelita Perkebunan, Jurnal

    Penelitian Kopi dan Kakao, Volume 14, Nomor 1, April 1998.Basiron, Y., Jalani, B. S. and Weng., C. K. 2000. Advances Oil Palm Research

    Volume II, Malaysian Palm Oil Board, Malaysia pp. 815-820.

    Beckett, ST. 1994. Industrial Chocolate Manufacture and Use. United Kingdom :

    Chapman and Hall.

    Hatta, Sunanto., 1992. Cokelat Budidaya, Pengolahan Hasil dan Aspek

    Ekonomisnya. Yogyakarta : Kanisius.

    Hartanto, Hondy. 2012. Identifikasi Potensi Antioksidan Minuman Cokelat Dari

    Kakao Lindak (Theobroma Cacao L.) Dengan Berbagai Cara Preparasi:

    http://www.bolaria.net/2013/02/cara-membuat-coklat-pralinecetakbatanga.html%20(18http://www.bolaria.net/2013/02/cara-membuat-coklat-pralinecetakbatanga.html%20(18http://www.bolaria.net/2013/02/cara-membuat-coklat-pralinecetakbatanga.html%20(18http://resepmasakanku.com/resep-es-krim/resep-masakan-es-krim-coklat.htmlhttp://resepmasakanku.com/resep-es-krim/resep-masakan-es-krim-coklat.htmlhttp://resepmasakanku.com/resep-es-krim/resep-masakan-es-krim-coklat.htmlhttp://resepmasakanku.com/resep-coklat/resep-coklat-batang.htmlhttp://resepmasakanku.com/resep-coklat/resep-coklat-batang.htmlhttp://resepmasakanku.com/resep-coklat/resep-coklat-batang.htmlhttp://resepmasakanku.com/resep-coklat/resep-coklat-batang.htmlhttp://www.bolaria.net/2013/02/cara-membuat-lulur-danmaskercoklat.html%20(18http://www.bolaria.net/2013/02/cara-membuat-lulur-danmaskercoklat.html%20(18http://www.bolaria.net/2013/02/cara-membuat-lulur-danmaskercoklat.html%20(18http://resepmasakanku.com/resep-pudding/resep-pudding-coklat.htmlhttp://resepmasakanku.com/resep-pudding/resep-pudding-coklat.htmlhttp://resepmasakanku.com/resep-pudding/resep-pudding-coklat.htmlhttp://www.likethisya.com/resep-brownies.htmlhttp://www.likethisya.com/resep-brownies.htmlhttp://www.likethisya.com/resep-brownies.htmlhttp://www.likethisya.com/resep-kue-bolu.htmlhttp://www.likethisya.com/resep-kue-bolu.htmlhttp://www.likethisya.com/resep-kue-bolu.htmlhttp://resep69.blogspot.com/2013/04/Cara-Membuat-Keripik-Pisang-Coklat.htmlhttp://resep69.blogspot.com/2013/04/Cara-Membuat-Keripik-Pisang-Coklat.htmlhttp://resep69.blogspot.com/2013/04/Cara-Membuat-Keripik-Pisang-Coklat.htmlhttp://resep69.blogspot.com/2013/04/Cara-Membuat-Keripik-Pisang-Coklat.htmlhttp://resep69.blogspot.com/2013/04/Cara-Membuat-Keripik-Pisang-Coklat.htmlhttp://www.likethisya.com/resep-kue-bolu.htmlhttp://www.likethisya.com/resep-brownies.htmlhttp://resepmasakanku.com/resep-pudding/resep-pudding-coklat.htmlhttp://resepmasakanku.com/resep-pudding/resep-pudding-coklat.htmlhttp://www.bolaria.net/2013/02/cara-membuat-lulur-danmaskercoklat.html%20(18http://www.bolaria.net/2013/02/cara-membuat-lulur-danmaskercoklat.html%20(18http://resepmasakanku.com/resep-coklat/resep-coklat-batang.htmlhttp://resepmasakanku.com/resep-coklat/resep-coklat-batang.htmlhttp://resepmasakanku.com/resep-es-krim/resep-masakan-es-krim-coklat.htmlhttp://resepmasakanku.com/resep-es-krim/resep-masakan-es-krim-coklat.htmlhttp://www.bolaria.net/2013/02/cara-membuat-coklat-pralinecetakbatanga.html%20(18http://www.bolaria.net/2013/02/cara-membuat-coklat-pralinecetakbatanga.html%20(18
  • 5/26/2018 Laporan Full Tbp Kakao

    33/33

    Metode Radikal Bebas 1,1 Diphenyl-2-Picrylhydrazil (Dpph). (terhubung

    berkala).http://repository.unhas.ac.id(16 Desember 2013).

    Iswanto, Hadi. 2004. Panduan Lengkap Budi Daya Kakao. Jakarta: AgroMedia

    Pustaka.Kiki. 2013. Fermentasi, Kunci Utama Penghasil Coklat. Berkualitas [Terhubung

    Berkala] http://www.kulinologi.co.id/index1.php?view&id=987885 (14

    Desember 2013).

    Lipp, M., and Anklam, E. 1998. Review on Cocoa Butter and Alternatives for Use in

    Chocolate, Part A: Compositional Data, J. of Food Chemistry, Vol 62 No 1,

    pp 73-79.

    Lopez, AS dan Mc. Donald. 1981. A definition of descriptors to be used for the

    qualification of chocolate flavours in flavor testing, Revista Theobroma, 11,

    209217.

    Minifie, W. Belnard., 1999. Chocolate, cocoa and Confectinery Sains Technology.

    London : An Aspen Publication.

    Misnawi. 2005. Peranan Pengolahan Terhadap Pembentukan Citarasa Cokelat. Warta

    Pusat Penelitian Kopi dan Kakao. Vol. 21 (3). Oktober 2005, Jember.

    Muchdori. 2009. Pemerintah Wajib Terapkan SNI Wajib pada Produk Kakao. [

    terhubung berkala]. http : // www. Kemenperin.go.id// (23 Desember 2013).

    Pangkalan Ide. 2008. Dark Chocolate Healing. Jakarta : PT Elex Media

    Komputindo.http://chocolatemonggo.com (11 Desember 2013).

    Rohmatussolihat. 2009. Antioksidan, Penyelamat sel-sel Tubuh. (terhubung berkala).

    www.lipi.go.id.(16 Desember 2013).

    Soematmaji, D.W. 1998.Peran stress oksidatif dalam Patogenesis Angiopati Mikro

    dan Makro DM. dalam:Medica. 5 (24): 318-325.

    Stardley, L. 2004. Types of Cocoa. [Terhubung Berkala]

    http://whatscookingamerica.net/Q-A/CocoaTypes.htm (15Desember 2013)

    Suharyanto. 2007. Pengaruh Fermentasi Biji Kakao Terhadap Mutu Produk Olahan

    Setengah Jadi Cokelat. [Terhubung Berkala]

    http://ntb.litbang.deptan.go.id/ind/2007/TPH/pengaruhfermentasi.doc Susanto. 1994. Tanaman Kakao. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

    Wahyudi, T, PangabeandanPujiyanto. 2008. Panduan Lengkap Kakao. Jakarta:

    Penebar Swadaya.

    Widyotomo, S, Sri Mulato, dan Handaka. 2004. Mengenal Lebih Dalam Teknologi

    Pengolahan Biji Kakao. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Vol.

    26 No. 2, 2004.

    Zock, P.L., Blijlevens, R.A.M.T., de Vries, J.H.M. and Katan, M.B. 1993. Effects of

    stearic acid and trans fatty acid versus linoleic acid on blood pressure in

    normotensive.

    http://repository.unhas.ac.id/http://repository.unhas.ac.id/http://repository.unhas.ac.id/http://www.kulinologi.co.id/index1.php?view&id=987885http://www.kulinologi.co.id/index1.php?view&id=987885http://chocolatemonggo.com/http://chocolatemonggo.com/http://www.lipi.go.id/http://www.lipi.go.id/http://whatscookingamerica.net/Q-A/CocoaTypes.htm%20(15http://whatscookingamerica.net/Q-A/CocoaTypes.htm%20(15http://ntb.litbang.deptan.go.id/ind/2007/TPH/pengaruhfermentasi.dochttp://ntb.litbang.deptan.go.id/ind/2007/TPH/pengaruhfermentasi.dochttp://ntb.litbang.deptan.go.id/ind/2007/TPH/pengaruhfermentasi.dochttp://whatscookingamerica.net/Q-A/CocoaTypes.htm%20(15http://www.lipi.go.id/http://chocolatemonggo.com/http://www.kulinologi.co.id/index1.php?view&id=987885http://repository.unhas.ac.id/