Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN HASIL PENELITIAN
Ketertarikan Anak terhadap Promosi Makanan Cepat Saji ala Barat
Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Metode Penelitian Kualitatif I
Dosen Pengampu:
Tadjuddin Noer Effendi, Prof. Dr., M.A.
Suharko, Dr., S.Sos., M.Si.
Fuji Riang Prastowo, S.Sos., M.Sc
Disusun oleh :
Ekawati Putri Lestari
Fernando Galang Rahmadana
Veronica Isabel Alvionita
Isfan Fajar Sukarno
Nadila Saputri
17/409922/SP/27767
17/409924/SP/27769
17/413265/SP/27982
17/414954/SP/28081
17/414959/SP/28086
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN SOSIOLOGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2018
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2
C. Metodologi Penelitian ..................................................................................................... 2
a. Metode Penelitian ........................................................................................................ 2
b. Data dan Sumber Data................................................................................................. 2
c. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................................... 3
BAB II LATAR ....................................................................................................................... 4
BAB III ANALISIS ................................................................................................................. 6
A. Latar Belakang Anak dan Keluarga Informan ................................................................ 6
B. Bentuk Promosi Makanan Cepat Saji ala Barat yang Paling Diingat Anak ................... 8
C. Pengetahuan Anak terhadap Promosi Makanan Cepat Saji ala Barat ........................... 14
D. Ketertarikan Anak terhadap Promosi Makanan Cepat Saji ala Barat ........................... 19
E. Ketertarikan Anak terhadap Makanan Cepat Saji ala Barat ......................................... 23
F. Konsumsi Makanan Cepat Saji ala Barat pada Anak ................................................... 26
BAB IV PENUTUP ............................................................................................................... 28
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 28
B. Saran ............................................................................................................................. 30
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Definisi makanan cepat saji menurut Panduan Gizi Seimbang adalah makanan yang
tinggi akan gula, garam, dan lemak serta tidak baik bagi kesehatan (Kemenkes, 2014).
Namun, hal tersebut tidak memengaruhi tingkat konsumsi makanan cepat saji pada
masyarakat Indonesia. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilakukan pada
tahun 2010, tingkat konsumsi makanan cepat saji di kalangan masyarakat Indonesia masih
tergolong tinggi (Kemenkes, 2014). Salah satu hal yang melatarbelakangi tingginya tingkat
konsumsi makanan cepat saji di Indonesia adalah masuknya perusahaan-perusahaan
waralaba internasional makanan cepat saji ala Barat. Hasil riset komparatif yang dilakukan
oleh W&S Daring Market tahun 2015 menunjukkan bahwa KFC, Pizza Hut, dan Mc
Donald’s merupakan restoran cepat saji yang paling dikenal oleh masyarakat Indonesia
(W&S, 2015). Dikenalnya restoran cepat saji ala Barat di Indonesia tidak terlepas dari
adanya promosi yang dilakukan oleh waralaba perusahaan-perusahaan makanan cepat saji
internasional dalam usaha menarik perhatian konsumen pada produk-produk makanan
olahan yang mereka tawarkan. Target promosi dari perusahaan makanan cepat saji ala Barat
cukup beragam, seperti anak-anak, remaja, hingga orang dewasa.
Anak-anak dijadikan salah satu target promosi dari perusahaan makanan cepat saji ala
Barat karena pada masa tersebut merupakan periode perkembangan dimana mereka sudah
dapat memilih makanan yang akan mereka makan dan mulai memiliki kebiasaan makan
(Longacre, dkk., 2015). Promosi yang ditujukan untuk anak-anak dibuat semenarik mungkin
agar anak-anak tertarik, seperti dengan iklan di televisi, pembuatan brosur, poster, spanduk,
dan banner yang dibuat dengan mencantumkan karakter-karakter menarik dari film atau
televisi. Bahkan, perusahaan makanan cepat saji ala Barat memberikan hadiah pada produk
makanan yang ditawarkan, yaitu hadiah berupa mainan berseri yang dapat dikoleksi. Hal
tersebut ditujukan untuk meningkatkan keinginan anak-anak untuk datang kembali ke
restoran cepat saji dan mengoleksi seri mainan yang didapat dari produk makanan cepat saji
berhadiah (Longacre, dkk., 2015). Di restoran cepat saji ala Barat juga terdapat tempat
bermain yang didesain agar anak-anak dapat bermain dengan permainan yang disediakan
seusai makan. Adanya area bermain dapat menjadi daya tarik tersendiri untuk anak-anak
karena dunia bermain merupakan dunia anak (Musfiroh, 2014). Ketika anak merasa senang,
diharapkan mereka akan tertarik untuk datang kembali.
2
Dari penjelasan yang telah Penulis paparkan, walaupun makanan cepat saji ala Barat
merupakan makanan yang tidak baik bagi kesehatan, namun hal tersebut tidak menyurutkan
minat masyarakat Indonesia dalam mengonsumsi makanan cepat saji ala Barat. Terlebih
dengan adanya berbagai promosi menarik yang ditujukan untuk anak-anak sehingga mereka
menjadi tertarik untuk mengonsumsi makanan cepat saji ala Barat meskipun merupakan
produk makanan padat energi dan rendah gizi (Longacre, dkk., 2015).
Oleh karena itu, Peneliti hendak mengetahui bagaimana promosi dapat membuat anak-
anak tertarik terhadap makanan cepat saji ala Barat, khususnya anak dengan tingkat
pendidikan sekolah dasar (SD). Anak dengan jenjang pendidikan dasar dipilih karena pada
periode tersebut anak sudah dapat memilih makanan yang akan mereka makan dan mulai
memiliki kebiasaan makan.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana anak tertarik terhadap promosi makanan cepat saji ala Barat?
C. Metodologi Penelitian
a. Metode Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam metode fenomenologi, dimana dalam melakukan
penelitian, Peneliti mengkhususkan pada fenomena dan realitas untuk mengkaji
penjelasan yang ada didalamnya. Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau
mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran
yang terjadi pada beberapa individu (Rahmad, 2009). Penelitian fenomenologi dimulai
dengan memperhatikan dan menelaah fenomena yang akan diteliti. Kemudian Peneliti
melakukan penggalian data dengan cara wawancara mendalam atau melakukan observasi
secara langsung. Informan dalam Penelitian ini yaitu lima anak dengan usia SD yang
dipilih secara acak di Padukuhan Nologaten. Pengambilan data dilakukan selama satu
hari, yakni pada hari Minggu, 15 April 2018.
b. Data dan Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Data Primer: Data primer penelitian ini diambil dari wawancara kepada informan dan
observasi lapangan yang dilakukan secara langsung di Padukuhan Nologaten. Peneliti
3
juga mengambil data dalam bentuk foto dan video yang diambil langsung di lokasi
tersebut.
2. Data Sekunder: Data sekunder dari penelitian ini berupa foto-foto yang diambil dari
internet.
c. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu melalui:
1. Wawancara Semi Terstruktur: Dalam penelitian ini , Peneliti melakukan wawancara
semi terstruktur. Sebelumnya, Peneliti sudah membuat interview guide namun
pertanyaan yang diajukan kepada informan tidak secara ketat mengikuti daftar
pertanyaan yang telah diformalkan.
2. Observasi: Dalam tahap ini, Peneliti melakukan pengamatan di Padukan Nologaten
untuk mengetahui setting masyarakat di lokasi tersebut. Peneliti juga mengamati
lokasi yang banyak terdapat anak-anak usia SD, serta lokasi mereka saat bermain
bersama. Selain itu, Peneliti melakukan observasi di KFC Laksda Adisucipto untuk
mengamati bentuk-bentuk promosi yang dikeluarkan oleh perusahaan makanan cepat
saji ala Barat.
3. Dokumentasi: Peneliti merekam wawancara dengan informan dan melakukan
dokumentasi di Padukan Nologateb guna menunjukkan hasil observasi visual berupa
foto dan video.
4
BAB II
LATAR
Lokasi penelitian yang berjudul Ketertarikan Anak terhadap Promosi Makanan Cepat
Saji ala Barat mengambil tempat di RW 02, Padukuhan Nologaten, Desa Caturtunggal,
Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Gambar 2.1 Gang RW 02, Padukuhan Nologaten
Sumber: https://earth.google.com/web
Padukuhan Nologaten dipilih karena memiliki aksesibilitas yang terjangkau. Lokasi
tersebut strategis karena berdekatan dengan fasilitas publik seperti pusat perbelanjaan hingga
hotel dan restoran. Di lokasi tersebut terdapat banyak tempat yang menyajikan makanan cepat
saji, mulai dari makanan cepat saji lokal hingga makanan cepat saji ala Barat. Tempat yang
menjual makanan cepat saji lokal misalnya “Bisnis Urang Pasundan di Jogjakarta” (Burjo).
Burjo di Padukuhan Nologaten lokasinya berdekatan. Hal itu disebabkan oleh banyaknya kost-
kostan di lokasi tersebut. Selain burjo, di Padukuhan Nologaten juga banyak dijumpai gerai
makanan cepat saji seperti Popeye, Olive, dan D’Ayam Crispy.
Gambar 2.2 Gerai Popeye dan D’ Ayam Crispy di Padukuhan Nologaten
Sumber: https://earth.google.com/web
5
Gambar 2.3 Gerai Rocket Chicken di Padukuhan Nologaten
Sumber: https://maps.google.com/
Sedangkan gerai makanan cepat saji ala Barat yang dekat dengan Padukuhan Nologaten
yaitu gerai KFC yang berada di Amplaz maupun Laksda Adisucipto dan gerai McD di Jalan
Raya Solo – Yogyakarta. Dalam penelitian ini, informan yang dipilih yaitu anak-anak usia
sekolah (SD) karena sesuai dengan judul penelitian yang diangkat oleh Peneliti. Tidak sulit
menemukan informan dengan kriteria anak-anak usia SD di Padukuhan Nologaten karena di
lokasi tersebut terdapat banyak anak-anak dengan usia SD. Peneliti juga melakukan observasi
di gerai makanan cepat saji ala barat, yaitu KFC Laksda Adisucipto yang jaraknya dekat dengan
Padukuhan Nologaten. Di gerai KFC tersebut terdapat berbagai macam bentuk promosi
makanan cepat saji ala Barat, mulai dari pamflet hingga hadiah mainan. Penelitian ini
berlangsung pada tanggal 14-15 April 2018 yang tersebar di empat RW di Padukuhan
Nologaten.
6
BAB III
ANALISIS
Dalam bab ini, Peneliti hendak membahas beragam informasi yang merujuk pada
ketertarikan anak terhadap promosi makanan cepat saji ala Barat. Aspek-aspek yang disajikan
adalah latar belakang anak dan keluarga informan, bentuk promosi makanan cepat saji ala Barat
yang paling diingat anak, ketertarikan anak terhadap promosi makanan cepat saji ala Barat,
pengetahuan anak terhadap promosi makanan cepat saji ala Barat, ketertarikan anak terhadap
makanan cepat saji ala Barat, dan konsumsi makanan cepat saji ala Barat pada anak.
A. Latar Belakang Anak dan Keluarga Informan
Dalam wawancara kali ini, Peneliti berhasil mendapatkan informan anak-anak sekolah
dasar (SD) dengan berbagai variasi tingkat kelas sekolah. Dengan harapan, semakin
banyaknya variasi tingkat kelas sekolah, maka akan banyak juga informasi yang dapat
diperoleh. Untuk informan pokok sendiri ada Arjuna yang duduk di kelas 2, Fian kelas 3,
Devan kelas 4, Mufid kelas 5, serta Fatah kelas 6. Selain itu, kenyataannya di lapangan ada
beberapa informan anak lainnya yang turut serta memberikan informasi kepada Peneliti. Itu
berarti informasi yang diperoleh lebih bervariasi karena perbedaan umur dan tingkatan kelas
sekolah di setiap informan. Tentu akan berbeda cara berpikir dan pandangannya dalam
melihat fenomena makanan cepat saji ala Barat ini.
Selain dari latar belakang pendidikan informan, faktor status sosial ekonomi (SSE)
juga memiliki kontribusi dalam mendorong pemahaman konsumsi makanan cepat saji ala
Barat, baik itu pada level individu maupun level kelompok. Walaupun begitu, uang saku
anak yang secara tingkat kelas sekolah berbeda tadi pun tidak begitu memberikan dampak
secara besar nominalnya. Misalnya, pada kenyataannya justru Arjuna yang masih duduk di
kelas 2 mendapatkan uang saku sampai 20 ribu. Ini memperlihatkan tingkatan kelas sekolah
tidak begitu berdampak terhadap uang saku yang diberikan anak, tetapi lebih kepada kondisi
ekonomi keluarga yang memengaruhinya. Pada level individu, pembelian makanan cepat
saji berasosiasi dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah, penghasilan yang lebih
rendah, dan pekerjaan yang bersifat blue collar (Thornton, Bentley, dan Kavanagh, 2011).
Namun, pada kenyataannya justru makanan cepat saji ala Barat di Indonesia dianggap
sebagai makanan orang kelas menengah ke atas. Penggunaan uang saku ini pun bervariasi,
mulai dari diperuntukkan untuk les, bermain, sampai membeli makanan-makanan
tradisional yang sudah menjadi kebiasaannya (contoh: nasi teri). Melihat makanan cepat
7
saji ala Barat sebagai produk mahal dan murah acapkali kami temukan di lapangan. Hal ini
bukan lain karena dari faktor ekonomi keluarga. Bagi keluarga yang tergolong kelas
menengah ke atas akan memandang makanan cepat saji ala Barat sebagai makanan yang
murah di luar konteks resiko kesehatannya. Sebaliknya, bagi keluarga yang tergolong kelas
menengah ke bawah akan mengatakan makanan cepat saji ala Barat ini sebagai makanan
yang mahal. Definisi murah dan mahal ini pun bisa dikonstruksikan dalam beberapa hal,
seperti dari sisi kepraktisannya, risiko kesehatannya, lingkungan keluarga itu sendiri, dan
lain sebagainya.
Story Box 3.1
Arjuna menceritakan bahwa sering kali setelah pulang sekolah membeli makanan-makanan
tradisional. Dikatakan oleh Arjuna, makanan tradisional yang dibelinya jauh lebih enak ketimbang
makanan cepat saji. Tetapi, Arjuna tidak mengelak semisalnya dibelikan makanan cepat saji ala
Barat juga mau memakannya.
Kerawanan pangan sebagai hasil dari ketidakmampuan akan berujung pada gaya
hidup yang tidak sehat (Gundersen dan Zilliak, 2014). Masalah keuangan menjadi penyebab
utama kurangnya akses terhadap makanan yang memadai. Anggapan makanan tradisional
dan makanan cepat saji lokal lebih enak dan murah muncul di benak informan. Ini karena
kebiasaan yang sudah dialaminya sejak kecil di lingkungan sosialnya. Setiap hari
dihadapkan dengan makanan-makanan lokal yang membentuk pola pikir informan. Ada
anggapan pula bahwa makanan cepat saji ala Barat merupakan makanan enak dan murah,
ini terjadi karena bentuk sosialisasi yang berbeda di tingkatan keluarga maupun lingkungan
sosialnya yang lebih luas. Karakteristik keluarga juga memainkan peran penting. Pola kerja
orangtua, terutama ibu, diketahui memiliki pengaruh besar dalam konsumsi anak. Orangtua
yang bekerja memiliki waktu yang lebih sedikit untuk menyiapkan makanan sehat (Kaushik
dkk, 2018). Menyediakan makanan di rumah oleh orangtua bisa dikatakan sebagai bentuk
perhatian terhadap anak. Dari apa yang diceritakan oleh ke lima informan, bahwa mereka
tidak pernah mengonsumsi makanan cepat saji ala Barat dengan sering karena di rumah
sudah disediakan makanan. Sesekali informan-informan ini mengonsumsi makanan cepat
saji ala Barat kalau dibelikan oleh orangtuanya atau ada acara tertentu (contoh: ulang tahun
temannya). Dengan disediakannya makanan di rumah ini juga rupanya mengkonstruksi
persepsi informan yang beranggapan bahwa makanan cepat saji ala Barat tergolong
makanan yang mahal, tidak enak, serta tidak sehat.
Aksebilitas dianggap sebagai jauh dekatnya lokasi responden terhadap gerai makanan
cepat saji ala Barat, sehingga anak yang tinggal di daerah kota dengan densitas gerai yang
8
jauh lebih tinggi akan lebih sering mengonsumsi makanan cepat saji ala Barat daripada anak
yang tinggal di daerah perbatasan atau desa (Song dkk, 2005). Lokasi rumah yang tidak jauh
dari restoran-restoran baik makanan cepat saji lokal maupun ala Barat pun cukup
memberikan pengaruh dalam beberapa hal, misalnya frekuensi konsumsi, pengetahuan
tentang makanan cepat saji, serta profesi orang tua. Misalnya, di daerah Nologaten ini
terdapat beberapa gerai makanan cepat saji lokal yang membuat persepsi makanan cepat saji
yang dimaksud Peneliti dengan para informan rupanya berbeda. Selain itu, sebenarnya di
dekat daerah Nologaten ini sendiri terdapat salah satu mall besar yang ada di Yogyakarta,
yaitu Ambarukmo Plaza atau sering disebut amplaz yang di dalamnya terdapat beberapa
gerai makanan cepat saji ala Barat. Pengetahuan tentang makanan cepat saji dari para
informan ini sendiri pun rupanya tidak terlepas dari kondisi geografis rumahnya. Mengingat
banyaknya gerai makanan cepat saji lokal yang ada di dekat rumahnya membuat konstruksi
perbedaan pengetahuan tentang makanan cepat saji itu sendiri. Hal ini tentu akan
berpengaruh lebih lanjut kepada frekuensi dalam konsumsi makanan cepat saji itu sendiri.
Di lapangan, Peneliti menemukan hal yang menarik tentang bagaimana lokasi rumah ini
turut serta berperan dalam profesi orangtua informan. Disebutkan Arjuna, bahwa
orangtuanya bekerja menjadi tukang parkir di salah satu gerai makanan cepat saji lokal, ada
juga yang menjadi satpam di gerai makanan cepat saji lainnya. Bahkan, Arjuna mengakui
frekuensi seringnya mengonsumsi makanan cepat saji ini dari orangtuanya yang kebetulan
bekerja di gerai makanan cepat saji tersebut.
B. Bentuk Promosi Makanan Cepat Saji ala Barat yang Paling Diingat Anak
Gaya hidup modern saat ini yang semuanya serba praktis dan kemajuan teknologi
yang pesat seringkali membuat kita mengonsumsi makanan cepat saji. Hal ini juga
disebabkan karena padatnya kegiatan dan kesibukan kita. makanan siap saji pun menjadi
makanan yang dipilih karena penyajianya yang praktis dan sekaligus memiliki rasa yang
enak menurut banyak orang.
Promosi Menurut Tjiptono (2007) adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran yang
merupakan aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi,
mempengaruhi/membujuk, dan/atau meningatkan pasar sasaran atas perusahaan dan
produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan
perusahaan yang bersangkutan.
9
Tujuan promosi mengakibatkan keinginan para konsumen untuk membeli produk atau
jasa yang dihasilkan. Oleh sebab itu, perusahaan harus mencari cara supaya dapat
mempengaruhi konsumen agar tertarik terhadap produk yang ditawarkan. Sedangkan kata
promosi harus baik dan menarik, sehingga memberi kesan bahwa pembeli tidak
menghendaki produk yang lain selain dari barang yang ditawarkan kepadanya.
Dalam penelitian kami, terdapat fakta yang menarik perhatian kami. Kebanyakan
masyarakat di daerah Nologaten yang mengkonsumsi makanan cepat saji ala Barat adalah
anak-anak. Dari 5 informan yang kami wawancarai, Mereka mengaku pernah
mengkonsumsi makanan cepat saji ala Barat tersebut. Mereka tertarik terhadap makanan
cepat saji ala Barat karena makanannya enak, fasilitas yang diberikan memadai, dan juga
ada hadiah mainan dari makanan cepat saji ala Barat tetapi harga yang ditawarkan pun juga
cukup mahal.
Story Box 3.2
Seperti yang dikatakan salah satu informan kami. Fian namanya. Dia duduk di kelas 3 di SD
Ambarukmo. Fian mengaku mengenal makanan cepat saji ala Barat yaitu KFC melalui promosi
yang dilakukan restoran cepat saji ala Barat tersebut. Dia juga mengaku senang ketika berada di
sana karena tempatnya rame, makanannya enak dan pernah mendapat hadiah mainan dari restoran
cepat saji ala Barat tersebut. Dia juga mengaku pergi ke restoran cepat saji ala Barat tersebut
bersama ibu dan teman-temannya.
Informan kami mengatakan mereka mengenal makanan cepat saji ala Barat melalui:
1. Pamflet
Adalah selembar kertas yang dikemas dengan cara dilipat yang saling
berhubungan satu sama lain dan tidak dijilid. Pamflet memiliki desain yang
menarik dan memiliki cakupan yang luas sehingga pamflet merupakan media
promosi yang sangat cocok digunakan untuk mempromosikan produk.
10
Bentuk pamflet:
Sumber: Data Primer, 2018
Sumber: Data Primer, 2018
2. Iklan di TV
Adalah sebuah rangkaian tayangan televisi yang dibuat dan dibayar oleh
sebuah badan usaha untuk menyampaikan pesan, biasanya untuk memasarkan
produk atau sekedar mengumumkan.
11
Bentuk iklan di tv:
Sumber: Data Primer, 2018
Sumber: Data Primer, 2018
3. Foto-foto Ayam di KFC
Adalah bentuk promosi dari restoran tersebut agar pengunjung mengetahui
menu apa saja yang ditawarkan dan diskon harga yang ditawarkan pada menu
tersebut.
12
Bentuk foto-foto ayam di KFC:
Sumber: Data Primer, 2018
Sumber: Data Primer, 2018
Informan kami mengatakan mereka tertarik terhadap makanan cepat saji ala Barat
karena ada:
1. Tempat Main
Adalah fasilitas yang diberikan dari restoran tersebut agar anak-anak bisa
menyatap hidangan sambil bermain.
13
Bentuk tempat main:
Sumber: Data Primer, 2018
2. Hadiah mainan
Adalah strategi perusahaan fastfood atau makanan cepat saji untuk menggaet
anak-anak dengan memberi hadiah pada setiap paket menu yang dipesan,
Bentuk hadiah mainan:
Sumber: Data Primer, 2018
14
3. Diskon Harga
Adalah strategi perusahaan makanan cepat saji ala Barat untuk menarik
konsumen dengan cara memberi potongan harga.
Bentuk diskon harga:
Sumber: Data Primer, 2018
Sumber: Data Primer, 2018
C. Pengetahuan Anak terhadap Promosi Makanan Cepat Saji ala Barat
Berdasarkan observasi dan wawancara yang telah dilakukan, dapat diketahui bentuk-
bentuk promosi makanan cepat saji ala Barat yang paling diingat oleh informan. Terdapat
enam bentuk promosi makanan cepat saji ala Barat yang paling diingat oleh informan yaitu
iklan di TV, hadiah mainan, pamflet, tempat bermain, diskon harga murah, dan visual
15
berupa foto-foto. Berdasarkan data yang telah dipaparkan pada sub-bab sebelumnya,
selanjutnya pada sub-bab ini akan dibahas lebih lanjut mengenai pengetahuan anak tentang
promosi makanan cepat saji ala Barat. Pengetahuan menurut KBBI adalah segala sesuatu
yang diketahui; kepandaian. Dalam hal ini yang dimaksud adalah segala sesuatu yang
diketahui anak tentang berbagai macam bentuk promosi makanan cepat saji ala Barat.
Hingga saat ini, banyak anak-anak yang gemar memakan makanan cepat saji
dikarenakan semakin menjamurnya restoran cepat saji di berbagai daerah di Indonesia.
Dengan meningkatnya permintaan konsumen akan makanan cepat saji, mendorong
berkembangnya industri makanan cepat saji ala Barat di Indonesia. Persaingan ketat terjadi
antar perusahaan sehingga mereka berlomba membuat berbagai promosi menarik yang
ditujukan ke seluruh konsumen termasuk anak-anak (Putri, 2017). Seperti dilansir pada
laman detik.com, semakin menjamurnya outlet makanan cepat saji membuat anak mengenali
logo hingga jenis makanannya (lus/ Odi, 2014). Hal tersebut mempunyai keterkaitan pada
pengetahuan anak terhadap promosi makanan cepat saji ala Barat, dikarenakan semakin
anak-anak mengenali logo hingga jenis makanan cepat saji ala Barat tentunya semakin
mengenali berbagai macam bentuk promosi makanan cepat saji ala Barat.
Pada sub-bab ini, dari lima informan yang berhasil diwawancarai hanya terdapat
empat informan yang menyatakan bahwa mereka mengetahui tentang promosi makanan
cepat saji ala Barat. Berdasarkan data yang telah Peneliti paparkan dalam sub-bab
sebelumnya mengenai bentuk promosi makanan cepat saji ala Barat, pada sub-bab ini
Peneliti melakukan pengelompokan menjadi lima bentuk bentuk promosi makanan cepat
saji ala Barat yang diketahui oleh informan. Lima hal tersebut adalah iklan di TV, hadiah
mainan, tempat bermain, banner, dan visual berupa foto-foto makanan cepat saji ala Barat.
1. Iklan di TV
Pengertian iklan berdasarkan pendapat yang di kemukakan oleh Jefkins (1997) bahwa
iklan merupakan media informasi yang dibuat sedemikian rupa agar dapat menarik minat
khalayak, orisinal, serta memiliki karakteristik tertentu dan persuasif sehingga para
konsumen atau khalayak secara suka rela terdorong untuk melakukan sesuatu tindakan
sesuai dengan yang diinginkan pengiklan (Munas, 2012). Menurut staf Yayasan Lembaga
Konsumen Indonesia (YLKI) Sularsi dalam Gea (2014), sebagian besar iklan yang
ditayangkan dalam program acara anak, adalah produk makanan untuk anak- anak yang
berdurasi hampir 60% dari program anak-anak itu sendiri (Putri, 2017). Berdasarkan
literatur tersebut, lamanya durasi penayangan iklan yang cukup tinggi mempunyai indikasi
untuk menarik minat konsumen terutama anak-anak dalam membeli suatu produk. Hal
16
tersebut juga dijelaskan dalam literatur yang sama, dimana menyebutkan bahwa tingginya
frekuensi iklan makanan cepat saji ala Barat yang ditayangkan memunculkan sikap
konsumtif pada anak (Putri, 2017).
Dari empat informan, hanya dua informan yang mengetahui bentuk promosi makanan
cepat saji ala Barat berupa iklan di TV. Dua informan tersebut adalah Devan dan Fatah.
Devan mengatakan “Pernah” melihat iklan makanan cepat saji ala Barat di TV. Tidak jauh
berbeda dengan Devan, Fatah juga turut menyatakan hal yang serupa. Fatah berpendapat
“tau ndelok” (translasi dari bahasa Jawa: Pernah lihat). Pendapatnya menunjukkan bahwa
Fatah pernah melihat iklan makanan cepat saji ala Barat di TV. Bukan hanya sekedar
mengetahui adanya bentuk promosi makanan cepat saji ala Barat berupa iklan di TV, Fatah
juga berpendapat bahwa dari iklan makanan cepat saji tersebut yang paling diingat adalah
adanya diskon harga murah. Hal tersebut berdasarkan pernyataan Fatah “yo diskon harga
murah” (translasi dari bahasa Jawa: Ya diskon harga murah). Dalam hal ini Fatah bukan
hanya mengetahui adanya iklan makanan cepat saji tersebut, tetapi juga mengingat hal yang
menarik dari iklan tersebut yaitu adanya diskon harga murah. Menurut Indiarto (2006) daya
tarik sebuah iklan atau power of impression dari suatu iklan adalah seberapa besar iklan mampu
memukau atau menarik perhatian pemirsanya (Munas, 2012). Sedangkan informan terakhir
yaitu Mufid mengatakan hal yang berbeda. Mufid menyatakan “Hurung” (translasi dari
bahasa Jawa: Belum). Pernyataannya tersebut menunjukkan bahwa Mufid belum pernah
melihat iklan makanan cepat saji ala Barat di TV.
2. Hadiah mainan
Menurut Anom (2006) iklan makanan cepat saji ala Barat yang ditujukan untuk anak-
anak yang menawarkan keuntungan hadiah mainan merupakan trik yang mengharapkan
semakin mereka membeli produk makanan, semakin lengkap koleksi mainan mereka (Putri,
2017). Hal tersebut juga didukung oleh pendapat yang dikemukakan Donahoe (2005)
dimana menyatakan bahwa iklan tak terbatas makanan cepat saji ala Barat yang
berhubungan dengan tokoh kartun terkenal dan dicintai anak-anak, dengan film popular
anak-anak atau mobil sport dan makanan yang mengandung mainan di dalamnya seperti
karakter superhero dalam film berseri, membuat anak-anak ingin membeli terus merupakan
taktik efektif bagi perusahaan makanan cepat saji ala Barat (Putri, 2017).
Informasi mengenai bentuk promosi makanan cepat saji ala Barat berupa hadiah mainan
cukup beragam. Hal tersebut dikarenakan hampir semua informan mengetahui bentuk
promosi makanan cepat saji ala Barat berupa hadiah mainan. Tiga dari empat informan
mengetahui bentuk promosi makanan cepat saji ala Barat berupa hadiah mainan. Ketiga
17
informan tersebut adalah Devan, Mufid, dan Fian. Sedangkan satu informan terakhir yang
bernama Fatah mengetahui bentuk promosi makanan cepat saji ala Barat berupa kaset.
Meskipun hadiah yang diketahui oleh Fatah berupa kaset, akan tetapi hadiah kaset tersebut
masuk dalam kategori yang sama dengan hadiah mainan. Sehingga dimasukkan dalam
analisis yang sama dengan hadiah mainan.
Devan menyatakan mengetahui adanya hadiah mainan di restoran cepat saji ala Barat.
Pernyataan “iya” menunjukkan bahwa Devan mengetahui akan adanya bentuk promosi
makanan cepat saji ala Barat berupa hadiah mainan. Serupa dengan Devan, Mufid juga
menyatakan hal yang sama. Sikap (mengangguk) yang ditunjukkan oleh Mufid
menggambarkan bahwa Mufid mengetahui adanya bentuk promosi makanan cepat saji ala
Barat berupa hadiah mainan. Hampir serupa dengan Devan dan Mufid, Fian bahkan bukan
hanya mengetahui adanya bentuk promosi makanan cepat saji ala Barat berupa hadiah
mainan, akan tetapi juga memiliki salah satu hadiah mainan tersebut. Hadiah mainan yang
didapatkan oleh Fian dari restoran cepat saji ala Barat berupa tempat minum. Lain halnya
dengan Fatah, hadiah yang diketahui oleh Fatah bukan berupa mainan tetapi berupa kaset.
Fatah berpendapat bahwa “yo biasane d tawari nang kasire, tapi yo nggak mbak” (translasi
dari bahasa Jawa: Ya biasanya ditawari di kasirnya, tapi ya enggak mbak). Pendapatnya
menunjukkan bahwa Fatah pernah ditawari hadiah kaset saat berada di kasir restoran
makanan cepat saji ala Barat meskipun akhirnya memilih untuk menolak hadiah kaset
tersebut.
3. Tempat bermain
Informasi mengenai tempat bermain juga cukup beragam, dimana semua informan
mengetahui adanya bentuk promosi makanan cepat saji ala Barat berupa tempat bermain.
Informan bernama Devan mengatakan bahwa di restoran cepat saji ala Barat terdapat tempat
bermain. Devan menyatakan “ada”, hal tersebut berarti Devan mengetahui adanya bentuk
promosi makanan cepat saji ala Barat berupa tempat bermain. Sama seperti Devan, Mufid
juga mengatakan bahwa dia mengetahui adanya tempat bermain di restoran cepat saji ala
Barat. Bukan hanya mengetahui adanya tempat bermain, Mufid bahkan mempunyai
pengalaman pernah bermain di tempat bermain tersebut. Mufid mengatakan “Uwis tau”
(translasi dari bahasa Jawa: Sudah pernah) bermain di tempat bermain yang ada di restoran
cepat saji ala Barat. Bahkan, Mufid berpendapat sangat menyukai bermain di tempat
bermain yang terdapat di salah satu restoran cepat saji ala Barat. Informan selanjutnya yang
bernama Fatah juga mengetahui dan tertarik akan adanya tempat bermain di restoran cepat
saji ala Barat.
18
Story Box 3.3
Muhammad Fatah Nur Aji Saputra, atau biasa dipanggil Fatah oleh teman-temannya. Fatah saat
ini sedang duduk di kelas 6 SD. Dia mempunyai kebiasaan nongkrong di gubuk yang berada di
sawah tidak jauh dari rumahnya. Dia juga sering bermain layang-layang bersama teman-temannya
di sawah. Dia mengatakan tidak senang makan di Amplas, KFC, McD karena menurutnya tidak
sehat. Dia lebih menyukai masakan ibunya karena menurutnya itu lebih sehat dari pada makanan
cepat saji ala Barat. Dia juga menganggap bahwa makan di KFC itu mahal dan hanya menguras
uang.
Berdasarkan Story Box diatas, Fatah menyatakan bahwa dia kurang menyukai makan
makanan cepat saji ala Barat. Hal itu dikarenakan menurutnya makanan cepat saji ala Barat
kurang sehat, sehingga lebih memilih masakan ibunya. Meskipun begitu, dia mengakui
bahwa dia tertarik akan adanya tempat bermain di restoran cepat saji ala Barat. Akan tetapi,
dia mengingat bagaimana perjuangan orangtuanya dengan susah payah mencari uang dalam
kebutuhan hidup. Fatah mengatakan “kadang yo tertarik tapi iling wongtuwo lhe golek dhuwit
angel” (translasi dari bahasa Jawa: Kadang ya tertarik tapi ingat orangtua cari uangnya susah).
Berdasarkan pernyataan tersebut Fatah lebih memilih untuk tidak bermain disana
dikarenakan menginat perjuangan orangtuanya yang kesulitan dalam mencari uang.
Informan terakhir yang bernama Fian juga mengetahui adanya tempat bermain di restoran
cepat saji ala Barat. Fian mengatakan mengetahui tempat bermain berdasarkan
pengalamannya mengunjungi restoran cepat saji ala Barat.
4. Banner
Informasi mengenai pengetahuan anak tentang bentuk promosi makanan cepat saji ala
Barat berupa banner hanya diperoleh dari satu informan. Informan tersebut adalah Fatah.
Fatah berpendapat bahwa “ning ndalan tau nang banner, KFC biasane” (translasi dari
bahasa Jawa: Di jalan pernah lihat di banner, KFC biasanya). Pendapatnya menunjukkan
bahwa Fatah pernah melihat bentuk promosi makanan cepat saji ala Barat berupa banner.
5. Foto-foto di restoran cepat saji ala Barat
Informasi mengenai pengetahuan anak tentang bentuk promosi makanan cepat saji ala
Barat berupa foto-foto di restoran cepat saji ala Barat hanya didapatkan dari satu informan.
Mufid berpendapat bahwa “Hoo, kan ono foto-fotone” (translasi dari bahasa Jawa: Iya,kan
ada foto-fotonya). Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa Mufid
mengetahui adanya bentuk promosi makanan cepat saji ala Barat dalam bentuk visual
berupa foto-foto yang ada di restoran cepat saji ala Barat. Hal tersebut juga didukung oleh
pernyataan Mufid yang menyatakan bahwa pengalamannya dalam mengunjungi restoran
19
cepat saji memberikan pengetahuan akan adanya bentuk promosi makanan cepat saji ala
Barat dalam bentuk visual berupa foto-foto yang terdapat di restoran cepat saji ala Barat.
Berdasarkan informasi dari keempat informan serta didukung oleh beberapa literatur,
terdapat indikasi bahwasanya hampir semua informan mengetahui tentang berbagai bentuk
promosi makanan cepat saji ala Barat. Diantaranya seperti dalam bentuk iklan di TV, hadiah
mainan, tempat bermain, banner, dan foto-foto di restoran cepat saji ala Barat. Dari keempat
informan, keempatnya menyatakan pendapat yang berbeda-beda atas pengetahuan akan
promosi makanan cepat saji ala Barat. Hal tersebut menunjukkan bahwa keempat informan
tidak berada pada tingkatan kelas yang sama, sehingga informasi yang didapatkan juga
cukup beragam.
D. Ketertarikan Anak terhadap Promosi Makanan Cepat Saji ala Barat
Promosi adalah arus informasi atau persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan
seseorang atau organisasi kepada tindakan yang menciptakan pertukaran dalam pemasaran
(Swastha, 2001). Persuasi dibuat sebaik mungkin untuk membuat orang yang melihat
menjadi tertarik terhadap produk yang ditawarkan. Maka dari itu, promosi yang ditujukan
untuk anak-anak sebagai target pemasaran dibuat beraneka ragam dan menarik. Dalam
penelitian ini, bentuk-bentuk promosi yang beraneka ragam serta pengetahuan tentang
promosi dari perusahaan makanan cepat saji ala Barat mendorong beberapa informan untuk
tertarik terhadap promosi tersebut. Namun, ada pula informan yang tidak begitu tertarik
dengan promosi yang dikeluarkan oleh perusahaan makanan cepat saji ala Barat.
Story Box 3.4
Mufid, seorang siswa sekolah dasar yang duduk di kelas 5. Ia memiliki kebiasaan nongkrong di
depan sekolah seusai pelajaran berakhir. Sembari nongkrong, Mufid membeli sosis goreng yang
dijual di depan sekolahnya. Ia sering bermain layang-layang di sawah dekat rumahnya bersama
dengan teman-temannya. Mufid selalu makan siang di rumah karena ibunya selalu memasak
setiap hari. Namun, kadang-kadang Mufid mengajak orangtuanya untuk mengunjungi gerai KFC.
Ia memilih KFC karena memiliki ketertarikan terhadap promosi yang dibuat oleh KFC.
20
Gambar 3.1 Mufid Saat Sedang Bermain Layang-layang
Story Box dan gambar di atas menunjukkan kegemaran Mufid, yaitu bermain layang-
layang. Ia bermain layang-layang disaat waktu luang bersama dengan teman-temannya.
Ketertarikannya terhadap promosi yang dibuat oleh KFC berawal dari kunjungannya di
gerai KFC. Bahkan, dari sekian promosi yang dikeluarkan oleh perusahaan makanan cepat
saji ala Barat, yang paling Ia ingat adalah foto-foto ayam di gerai KFC. Menurut Mufid,
“Kepengen tuku nek ndelok foto-foto ayam le enak ning KFC” (translasi dari bahasa Jawa:
Ingin beli kalau lihat foto-foto ayam yang enak di KFC). Pendapatnya menunjukkan bahwa
promosi dalam bentuk foto-foto ayam yang dibuat oleh KFC terlihat enak dan dapat
membuat Mufid tertarik untuk melihat promosi tersebut, sehingga timbul keinginan untuk
membeli produk dari KFC. Mufid jarang mengunjungi gerai McDonald’s karena
menurutnya “Enak foto ayame KFC daripada McD” (translasi dari bahasa Jawa: Enak foto
ayam dari KFC daripada McD).
Gambar 4.2 Foto Ayam McD dan KFC
Gambar 4.2 merupakan promosi dalam bentuk foto produk makanan cepat saji dari
KFC dan McD. Promosi berupa foto-foto ayam yang dibuat oleh KFC terlihat enak menurut
21
Mufid dan membuatnya lebih memilih mengunjungi gerai KFC daripada McD karena foto-
foto ayam di gerai McD tidak semenarik di KFC. Mufid sangat tertarik terhadap foto-foto
ayam dari KFC karena baginya “Foto-foto ayame KFC apik-apik, nggawe kepengen”
(translasi dari bahasa Jawa: foto foto ayam dari KFC bagus-bagus, membuat ingin). Menurut
Mufid, selain foto-foto ayamnya tampak enak, foto-foto di gerai KFC juga bagus-bagus,
sehingga Ia merasa tertarik saat melihat foto-foto tersebut hingga timbul keinginan terhadap
produk dari KFC.
Selain promosi dalam bentuk foto-foto ayam yang terlihat enak menurut Mufid,
rupanya promosi dalam bentuk tempat bermain yang disajikan oleh KFC juga membuat
Mufid tertarik untuk kembali mengunjungi KFC. Adanya area bermain dapat menjadi daya
tarik tersendiri untuk anak-anak karena dunia bermain merupakan dunia anak (Musfiroh,
2014). Bagi Mufid, “Nggon le nggo dolanan apik-apik. Seneng prosotane” (translasi dari
bahasa Jawa: Tempat yang untuk mainan bagus-bagus. Suka sama perosotannya). Tempat
bermain yang identik dengan perosotan dari KFC membuat Mufid tertarik dan senang
bermain di sana. Bahkan, menurut Mufid “Tempat mainane nggawe pengen mbalik rono”
(translasi dari bahasa Jawa: Tempat bermainnya membuat ingin kembali ke sana (KFC).
Adanya tempat bermain di KFC dapat membuat Mufid tertarik bermain di sana, sehingga
timbul keinginan untuk mengunjungi KFC kembali. Bahkan, meskipun McD juga
menyajikan tempat bermain di gerainya tetapi tidak membuat Mufid tertarik untuk bermain
dan mengunjungi gerai McD, baginya “Ning McD ono tempat mainane juga, tapi seru ning
KFC” (translasi dari bahasa Jawa: Di McD ada tempat bermainnya juga, tetapi seru di KFC).
Tempat bermain di McD tidak memengaruhi ketertarikannya bermain di McD karena
menurut Mufid di McD tidak terdapat foto-foto ayam semenarik di KFC yang membuatnya
senang saat bermain sambil melihat foto-foto tersebut.
Story Box 3.5
Mufid pernah melihat promosi McD berupa iklan produk yang juga menyertakan hadiah berupa
mainan berseri yang dapat dikoleksi, namun Ia belum pernah mendapatkan hadiah maiann
tersebut. Bahkan Mufid tidak tertarik terhadap hadiah mainan dari McD.
Hadiah mainan berseri bertujuan untuk meningkatkan keinginan anak-anak agar
datang kembali ke restoran cepat saji dan mengoleksi seri mainan yang didapat dari produk
makanan cepat saji berhadiah (Longacre, dkk., 2015). Namun, terlihat pada Story Box 3.5,
meskipun McD mengeluarkan promosi dalam bentuk hadiah mainan, Mufid tidak tertarik
terhadap promosi tersebut, sehingga lebih memilih untuk mengunjungi KFC daripada McD.
22
Menurut Mufid, “ Luwih seneng dolanan ning KFC daripada oleh mainan seko McD”
(translasi dari bahasa Jawa: Lebih senang bermain di KFC daripada mendapat hadiah
mainan dari McD. Bagi Mufid, bermain di area bermain KFC lebih menarik daripada hadiah
mainan yang ditawarkan oleh McD. Hal itu disebabkan ketertarikan Mufid terhadap foto-
foto ayam di KFC yang terlihat enak, serta didukung oleh tempat bermain yang menurutnya
seru karena baginya ”Ning KFC seneng panganane karo seneng dolanane” (translasi dari
bahasa Jawa: Di KFC suka makanannya sama suka mainannya (tempat bermain). Oleh
sebab itu, Mufid berpendapat bahwa “Pengen ning KFC mergo ono tempat dolanane karo
ono gambar-gambar ayam enak, nggawe pengen” (translasi dari bahasa Jawa: Ingin ke KFC
karena ada tempat bermainnya dan ada gambar ayam-ayam enak, membuat ingin (produk
KFC). Maka dari itu, Mufid lebih tertarik terhadap promosi yang disajikan oleh KFC
daripada McD, sehingga dari ketertarikannya terhadap promosi dari KFC membuatnya ingin
mengunjungi KFC kembali.
Story Box 3.6
Fatah merupakan siswa sekolah dasar yang saat ini duduk di kelas 6. Ia jarang sekali mengunjungi
gerai makanan cepat saji ala Barat. Ibunya bekerja di Jakarta, saat ibunya pulang, biasanya ibunya
mengajaknya ke gerai KFC. Namun, Fatah sama sekali tidak tertarik dengan promosi yang
dikeluarkan oleh KFC.
Berbeda dengan Mufid, Fatah tidak terlalu tertarik terhadap promosi dari perusahaan
makanan cepat saji ala Barat. Menurutnya promosi dalam bentuk iklan yang dikeluarkan
oleh McD maupun KFC “Biasa wae, ra kepengen” (translasi dari bahasa Jawa: Biasa aja,
tidak ingin (produk KFC maupun McD). Dari pendapatnya, Fatah sama sekali tidak tertarik
pada iklan yang dikeluarkan oleh McD maupun KFC karena menurutnya iklan tersebut biasa
saja, sehingga tidak timbul keinginan darinya terhadap produk KFC maupun McD. Bahkan,
pendapatnya mengenai iklan dari McD maupun KFC yang menyajikan paha dan dada ayam
dengan menarik pun Ia tetap pada jawaban “Biasa wae, gak pengen” (translasi dari bahasa
Jawa: Biasa aja, tidak ingin). Namun, meskipun Ia tidak tertarik terhadap iklan KFC maupun
McD, terdapat satu iklan di televisi yang paling dia ingat, Ia menyatakan bahwa iklan yang
paling diingat yaitu iklan di KFC dengan konten “Diskon harga murah”. Meskipun paling
diingat, tetapi hal itu tidak membuatnya tertarik terhadap iklan tersebut. Fatah lebih tertarik
terhadap promosi dalam bentuk tempat bermain di gerai KFC maupun McD, menurutnya
“Kadang yo tertarik tapi iling wong tuwo le golek dhuwit angel” (translasi dari bahasa Jawa:
Kadang ya tertarik tapi ingat orang tua yang mencari uang susah). Sehingga, meskipun Fatah
tertarik terhadap tempat bermain di McD maupun KFC, tetapi tidak membuatnya ingin
23
mengunjungi KFC maupun McD. Ia berasumsi bahwa harga di KFC maupun McD tidak
murah, sehingga Ia merasa kasihan terhadap orang tua yang mencari nafkah untuknya.
Story Box 3.7
Fian yang saat ini duduk di kelas 3 SD sering mengunjungi gerai KFC bersama dengan
keluarganya. Ia memiliki ketertarikan terhadap promosi yang dikeluarkan oleh KFC.
Ketertarikannya berawal saat Ia mendapatkan hadiah berupa tempat minum dari KFC.
Ketertarikan Fian terhadap promosi dari perusahaan makanan cepat saji ala Barat
berbeda dengan Mufid dan Fatah. Terlihat pada Story Box 3.7, Fian justru tertarik dengan
promosi dalam bentuk hadiah berupa tempat minum dari KFC. Ketertarikannya terhadap
hadiah tempat minum dari KFC membuatnya senang untuk mengunjungi KFC, “Iya aku
suka ke KFC”, kata Fian. Oleh karena itu, hadiah tempat minum yang diberikan oleh KFC
menimbulkan ketertarikan Fian terhadap hadiah tersebut, sehingga Ia merasa senang untuk
mengunjungi gerai KFC.
E. Ketertarikan Anak terhadap Makanan Cepat Saji ala Barat
Modernisasi pada saat ini membuat anak-anak lebih memilih makanan cepat saji yang
menurut mereka rasanya enak (Nezu, Nezu & Geller, 2003). Dalam pemilihan makanan,
individu dapat didorong oleh faktor individual maupun kolektif (Raine, 2005). Secara
individual, ketertarikan terhadap makanan (food preferences) didasarkan pada selera, rasa,
maupun pengalaman (Raine, 2005). Secara kolektif, food preferences didasarkan pada
adanya dorongan interpersonal, lingkungan fisik, maupun kondisi sosial ekonomi (Raine,
2005). Dalam penelitian ini, didapati fakta yang menarik perhatian Peneliti, dimana
kebanyakan informan memiliki ketertarikan terhadap produk makanan cepat saji dari KFC
karena menurut mereka rasanya enak. Jarang didapati informan yang memiliki ketertarikan
terhadap produk makanan cepat saji dari McD. Beberapa informan memiliki ketertarikan
terhadap produk makanan cepat saji dari Popeye karena adanya faktor lingkungan fisik yang
menunjukkan kemudahan akses, yaitu lokasi gerai Popeye yang dekat dengan rumah
mereka.
Story Box 3.8
Mufid memiliki ketertarikan terhadap produk makanan dari KFC karena rasanya enak, Ia tidak
terlalu tertarik dengan produk makanan dari McD karena menurutnya lebih enak produk makanan
dari KFC. Selain tertarik pada produk makanan dari KFC, Mufid juga memiliki ketertarikan
24
terhadap produk makanan dari Popeye yang didasari oleh lokasi gerai yang dekat dengan
rumahnya, sehingga mudah untuk mengakses produk makanan dari gerai Popeye.
Story Box 3.8 menunjukkan ketertarikan Mufid terhadap produk makanan cepat saji
ala Barat dari KFC, baginya “Aku seneng karo maemane nggon KFC, enak” (translasi dari
bahasa Jawa: Aku suka sama makanan di KFC, enak). Ketertarikan Mufid terhadap produk
dari KFC membuat Mufid kurang tertarik dengan produk makanan cepat saji dari McD,
menurutnya “McD karo KFC luwih enak KFC” (translasi dari bahasa Jawa: McD dengan
KFC lebih enak KFC). Menurut Raine (2005), rasa dapat menjadi salah satu faktor yang
mendorong food preferences, sehingga karena menurut Mufid KFC lebih lezat daripada
McD, Ia lebih tertarik untuk mengunjungi gerai KFC. Namun, meskipun Mufid tertarik
dengan produk makanan cepat saji dari KFC yang menurutnya enak, Mufid memiliki
ketertarikan terhadap makanan cepat saji yang lainnya. Ia tertarik dengan produk makanan
cepat saji dari Popeye, bahkan frekuensinya dalam mengonsumsi Popeye lebih sering
daripada KFC, “Luwih kerep ning Popeye ketimbang ning KFC” (translasi dari bahasa
Jawa: Lebih sering ke Popeye daripada ke KFC). Raine (2005), menyebutkan bahwa
lingkungan fisik dapat mendorong food preferences, ketertarikan Mufid terhadap produk
makanan cepat saji dari Popeye disebabkan karena lokasi rumahnya yang hanya berjarak
kira-kira 400 meter dari gerai Popeye.
Story Box 3.9
Rumah Fian tidak begitu jauh dari Devan, mereka tinggal di RW yang sama, yaitu RW02. Fian
dan Devan memiliki kesamaan pada ketertarikan terhadap produk makanan cepat saji ala Barat.
Mereka sama-sama menyukai produk makanan dari KFC yang menurut mereka enak. Selain
produk makanan dari KFC, mereka juga sama-sama menyukai produk makanan dari Popeye
karena lokasi gerai Popeye yang dekat dengan rumah mereka.
Story Box 3.9 memperlihatkan ketertarikan Fian dan Devan terhadap produk makanan
cepat saji ala Barat dari KFC. Menurut mereka, produk makanan dari KFC memiliki rasa
yang enak. Pengalaman dalam mencicipi rasa yang menurut mereka enak dari produk
makanan KFC membuat mereka berkeinginan untuk mengunjungi gerai KFC kembali untuk
mengonsumsi produk makanan tersebut. Selain tertarik dengan produk makanan dari KFC,
mereka memiliki ketertarikan terhadap produk makanan dari Popeye. Ketertarikan itu
didorong karena lokasi gerai yang berdekatan dengan rumah mereka, sehingga membuat
mereka mudah dalam mengakses produk makanan dari Popeye.
25
Story Box 3.10
Arjuna juga tinggal di RW02, Padukuhan Nologaten. Ia kerap bermain bersama Fian di sawah
dekat rumah mereka. Sama seperti Fian dan Devan, Arjuna juga tertarik terhadap produk makanan
cepat saji dari Popeye karena lokasi gerai dekat dengan rumahnya.
Dari Story Box 3.10, terlihat adanya kesamaan ketertarikan makanan cepat saji dari
Popeye oleh Fian, Devan, dan Arjuna. Ketertarikan Arjuna dilandasi oleh dekatnya lokasi
gerai dari rumahnya. Selain itu, produk makanan dari Popeye juga membuatnya senang,
“Seneng” (translasi dari bahasa Jawa: Senang) katanya saat memberikan pendapat mengenai
produk makanan cepat saji dari Popeye. Lokasi gerai yang dekat membuatnya dapat dengan
mudah membeli produk makanan dari Popeye, hanya cukup berjalan kaki saja Ia sudah
dapat mengaksesnya. Pengalaman akan kesenangannya terhadap produk dari Popeye juga
membuat food preferences Arjuna cenderung lebih memilih makanan cepat saji dari Popeye.
Sehingga, lokasi gerai dan pengalaman menjadi pendorong Arjuna untuk tertarik terhadap
produk makanan dari Popeye.
Story Box 3.11
Fatah tidak memiliki ketertarikan terhadap produk makanan dari KFC maupun McD.
Menurutnya, produk makanan cepat saji ala Barat dari KFC maupun McD sama-sama tidak sehat.
Meskipun Ibunya bekerja di Jakarta, saat Ibunya kembali pulang, Ia lebih menyukai masakan dari
Ibunya dan menganggap masakan Ibu lebih sehat. Namun, Ia memiliki ketertarikan terhadap
produk makanan dari Popeye karena menurutnya lumayan enak dan lokasinya dekat.
Story Box 3.11 memperlihatkan ketidaktertarikan Fatah terhadap produk makanan
cepat saji ala Barat dari KFC maupun McD karena menurutnya tidak sehat, “Ra seneng
aku, ra sehat” (translasi dari bahasa Jawa: Tidak suka aku, tidak sehat). Meskipun Ia pernah
mengonsumsi produk makanan dari KFC, namun baginya KFC bukan merupakan makanan
yang sehat. Ia cenderung lebih menyukai makanan dari Ibunya yang hanya dapat Ia nikmati
saat Ibunya kembali dari bekerja di Jakarta. Menurutnya, masakan Ibunya merupakan
makanan yang menyehatkan dibandingkan KFC dan McD. Namun, Ia memiliki ketertarikan
terhadap produk makanan cepat saji dari Popeye yang menurutnya “Yo enak, lumayan
enak” (translasi dari bahasa Jawa: Ya enak, lumayan enak). Ketertarikannya terhadap
produk makanan cepat saji dari Popeye disebabkan karena lokasi gerai yang dekat dari
rumahnya, serta harga yang murah. Sehingga, rasa dan lokasi yang dekat merupakan faktor
yang mendorong ketertarikan Fatah terhadap produk makanan cepat saji dari Popeye.
26
F. Konsumsi Makanan Cepat Saji ala Barat pada Anak
Makanan cepat saji ala Barat mendapatkan tempat tersendiri bagi anak, menjadikan
ini sebagai salah satu makanan favorit yang cukup banyak di gemari. Dalam penelitian ini
kami memfokuskan kepada ketertarikan anak kepada promosi makanan cepat saji ala Barat
pada anak usia 7 sampai 12 tahun. Kami menemukan fakta di lapangan bahwa promosi yang
dilakukan oleh restoran makanan cepat saji ala Barat menjadi salah satu alat untuk menarik
banyak konsumen terutama dalam rentang usia yang menjadi fokus penelitian kami.
Story Box 3.12
Salah satu informan kami mengaku tertarik saat di lihatkan contoh iklan di restoran makanan cepat
saji ala Barat yang berupa sajian ayam goreng. Setelah itu informan kami merespon dengan
“Seneng ndelok foto - foto ayame KFC, marai pengen” (Suka lihat foto – foto ayamnya, bikin
kepengen). Informan lain saat kami bertanya bagaimana bentuk iklan makanan cepat saji ala Barat
di televisi dia mengungkapkan isi iklan yng ada di televisi “diskon, harga murah”
Fakta yang cukup menarik bahwa pesan – pesan promosi visual dapat menarik minat
beli konsumen usia 7 sampai 12 tahun. Dengan berbagai promosi yang di berikan oleh
restoran makanan cepat saji ala Barat menjadi faktor yang menarik untuk menjaring banyak
konsumen. Story Box di atas juga memberikan penjelasan tentang keterkaitan antara
promosi restoran makanan cepat saji dan konsumsi makanan cepat saji. Perilaku melihat
televisi dan menonton video dapat meningkatkan konsumsi makanan cepat saji, begitu juga
dengan praktik yang di lakukan oleh orang tua (Van Zyl MK 2010). Promosi yang dilakukan
oleh restoran makanan cepat saji ala Barat dengan memasang baliho dan menggunakan
media elektronik seperti televisi untuk memasarkan produknya juga banyak menarik
konsumen anak untuk mengkonsumsi makanan cepat saji ala Barat.
Dalam penelitian kami, terdapat hubungan yang menarik minat anak untuk
mengkonsumsi makanan cepat saji ala Barat. Informan yang kami wawancarai mengaku
pernah mengunjungi restoran makanan cepat saji ala Barat dan semua informan menyatakan
perilaku makan di restoran cepat saji ala Barat dikenalkan oleh orangtua. Paparan iklan yang
menargetkan anak berhubungan dengan konsumsi makanan cepat saji dimana anak sangat
rentan terhadap iklan dan promosi (Dalton 2017).
Story Box 3.13
Informan kami yang lain menyatakan mengkonsumsi makanan cepat saji ala Barat karena di
belikan oleh orang tua. “Aku biasane mangan. Ho'o, bapakku wae kerjo ning kono. Ditukokke”.
(aku biasanya makan. Iya, bapakku kerja di sana. Di belikan). Salah satu informan kami
27
menyatakan bahwa orangtuanya bekerja di restoran makanan cepat saji ala Barat, dan pernah di
belikan.
Informan selanjutnya bercerita bahwa pernah mengkonsumsi karena di ajak oleh ibunya setiap
pulang bekerja di luar kota “yo biasane mung di tukokno ibuk lek pas mulih, mergane ibukku
nang Jakarta”. (ya biasanya Cuma di belikan ibu, kalau pulang, soalnya ibu kerja di Jakarta).
Story Box di atas memperlihatkan pekerjaan orang tua juga memiliki keterkaitan
konsumsi anak terhadap makanan cepat saji. seperti yang di jelaskan pada jurnal konsumsi
makanan cepat saji di Turki menyebutkan bahawa Kebiasaaan mengkonsumsi telah berubah
karena perkembangan teknologi dan perubahan pola hidup, partisipasi wanita terhadap
dunia kerja dan terbatasnya waktu untuk bekerja meningkatkan permintaan terhadap
makanan cepat saji ala Barat (Onurlubaş 2013). Salah satu informan menyatakan bahwa dia
di ajak ke restoran makanan cepat saji oleh ibunya setiap ibunya pulang dari bekerja di
Jakarta. Pengaruh pekerjaan orangtua serta jarak memberikan perlunya pendekatan
persuasif dengan konsumsi makanan cepat saji ala Barat. Peran orang tua dalam
memperkenalkan makanan cepat saji ala Barat kepada anak turut meningkatkan permintaan
konsumsi. Informan yang menjadi objek penelitian kami menyatakan bahwa orang tua
mereka lebih sering mengajak untuk ke restoran makanan cepat saji ala Barat seperti KFC
dan McD.
Konsumsi makanan cepat saji ala Barat pada anak usia 7 sampai 12 tahun juga di
sebabkan oleh keterjangkauan anak untuk membeli makanan tersebut. Mereka yang tinggal
di lingkungan yang memiliki kemudahan keterjangkauan terhadap restoran cepat saji
memiliki frekuensi lebih sering untuk berkunjung ke restoran cepat saji (Song 2015).
Kebanyakan informan kami lebih sering berkunjung ke restoran makanan cepat saji ala
Barat yang bernama Popeye karena dekat dengan tempat tinggal mereka dan memberikan
harga yang lebih murah dari restoran makanan cepat saji ala Barat seperti McD dan KFC.
Sehingga banyak sekali acara misalnya acara ulang tahun teman dari informan kami yang
di selenggarakan di Popeye, harga yang murah memudahkan anak usia 7 sampai 12 tahun
untuk membeli sendiri produk makanan di restoran makanan cepat saji ala Barat. Walaupun
restoran makanan cepat saji ala Barat Popeye tidak memberikan promo dan fasilitas yang
menarik untuk menarik banyak konsumen, aksesibilitas dan keterjangkauan harga
mempengaruhi konsumsi makanan cepat saji ala Barat.
28
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian yang berjudul Ketertarikan Anak terhadap Promosi Makanan Cepat Saji ala
Barat melibatkan anak usia sekolah dasar (SD) sebagai informan karena pada periode
tersebut anak-anak sudah dapat menentukan pilihan makanan sendiri. Terdapat lima
informan yang memiliki latar belakang kelas yang berbeda-beda, yaitu Arjuna yang duduk
di kelas 2, Fian kelas 3, Devan kelas 4, Mufid kelas 5, dan Fatah kelas 6. Mereka tinggal di
RW yang sama, yaitu RW 02 di Padukuhan Nologaten. Terdapat fakta yang unik bagi
Peneliti, dimana tingkat kelas tidak menunjukkan besar kecilnya uang saku, karena justru
Arjuna lah yang memiliki uang saku paling besar diantara yang lainnya, yaitu Rp20.000,00.
Mufid mengetahui bahwa McD memberikan hadiah berupa mainan yang
disertakan pada produk “Happy Meal”, namun pengetahuannya mengenai hadiah tersebut
tidak membuatnya tertarik pada produk dari McD. Ia justru lebih tertarik dengan KFC
karena menurutnya gambar-gambar ayam KFC terlihat menarik dan tempat bermain yang
disediakan lebih seru. Sementara itu, Fian mengetahui hadiah berupa tempat minum dari
KFC, bahkan Ia pernah mendapatkannya dan membuatnya tertarik. Ia juga tahu jika di KFC
terdapat tempat bermain, tetapi Ia tidak menunjukkan ketertarikannya terhadap tempat
bermain tersebut.
Berbeda dengan Mufid, Devan tidak memperlihatkan ketertarikan terhadap promosi
makanan cepat saji ala Barat meskipun Ia pernah melihat iklan KFC di TV, tahu di KFC ada
tempat bermain, juga mengetahui jika McD memberikan hadiah berupa mainan pada produk
“Happy Meal”. Sama halnya dengan Devan, Fatah juga tidak memperlihatkan
ketertarikannya terhadap promosi makanan cepat saji ala Barat. Ia tidak tertarik meskipun
pengetahuannya mengenai promosi makanan cepat saji ala Barat cukup banyak, Ia pernah
melihat iklan KFC di TV, ingat diskon dari KFC, tahu ada tempat bermain di KFC, pernah
melihat banner promosi dari KFC, bahkan mengetahui hadiah berupa kaset dari KFC.
Namun, Fatah berkata bahwa terkadang Ia tertarik dengan tempat bermain di KFC maupun
McD, namun tetap saja tidak membuatnya ingin mengunjungi gerai KFC maupun McD
karena baginya harga dari produk makanan di kedua tempat tersebut mahal.
29
Mufid, Devan, dan Fian sama-sama tertarik dengan produk makanan cepat Berbeda
dengan Mufid, Devan, dan Fian, Fatah justru tidak tertarik dengan produk makanan cepat
saji dari KFC maupun McD karena menurutnya tidak sehat dan mahal. Namun, terdapat
kesamaan dari kelima informan, yaitu mereka sama-sama tertarik dengan produk makanan
cepat saji yang lokasinya dekat dengan rumah mereka, yaitu Popeye. Mereka tertarik dengan
Popeye karena mudah dalam mengakses gerai, bahkan cukup ditempuh dengan berjalan
kaki.
Gambar 4.1 Maps Jarak dari RW 02 ke Gerai Popeye di Nologaten
Sumber: https://maps.google.com/
Mufid, Devan, dan Fatah memiliki kesamaan, yaitu saat mereka mengunjungi gerai
KFC mereka bersama dengan keluarga. Namun, Mufid hanya kadang-kadang saja, Devan
relatif sering, dan Fatah jarang sekali karena hanya saat Ibunya pulang dari bekerja di
Jakarta, baru Ia diajak mengunjungi gerai KFC. Mereka sama-sama relatif sering
mengonsumsi produk makanan dari Popeye karena aksesbilitas yang mudah karena dekat.
30
Hal itu juga terjadi pada Arjuna, Ia relatif sering mengonsumsi Popeye karena ayahnya
bekerja di gerai Popeye, sehingga sering membawakannya makanan dari sana.
B. Saran
Setelah penelitian dan pengamatan langsung di lapangan dilakukan, serta melihat hasil
penelitian, maka berikut ini beberapa saran yang Penulis ajukan untuk penelitian
selanjutnya. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk menambah intensitas
wawancara agar informasi yang digali dari informan dapat lebih mendalam dan dapat
menjalin kedekatan dengan informan agar mendapatkan trust, sehingga informan dapat
dengan leluasa berbagi informasi dengan Peneliti. Terlebih informan merupakan anak usia
SD, sehingga pendekatan terhadap informan harus lebih mendalam. Mendapatkan trust dari
informan dengan usia SD bisa dengan membelikan mainan sesuai dengan kesenangan
mereka atau makanan yang mereka suka. Sehingga, mereka merasa nyaman dan terbuka
untuk digali informasinya.
Daftar Pustaka
A, D., 2005. America’s Royalty : Burger King & Dairy Queen.
Dalton, M. A., 2017. Child-Targeted Fast-Food Television Advertising Exposure Is Linked.
Public Health Nutrition, p. 1548–1556.
Fadila, D., 2015. Perilaku Konsumen Keluarga Urban Dalam Pemilihan Produk. Proceeding
Sriwijaya Economic and Busimess Conference, pp. 563-573.
Faela Sufa, B. M., 2012. Analisis Pengaruh Daya Tarik Iklan, Kualitas Pesan Iklan, Frekuensi
Penayangan Iklan Terhadap Efektivitas Iklan Televisi Mie Sedap. Diponegoro Journal
Of Management, pp. 226-233.
Gundersen, Zilliak. 2014. Research Report Childhood Food Insecurity in the US: Trends,
Causes, and Policy Options,pp. 1-19.
lus/odi, 2014. Anak-anak yang Hafal Logo Makanan Cepat Saji Cenderung Alami Obesitas.
[Daring]
Tersedia di: https://m.detik.com/food/makanan-dan-gizi-anak/d-2624173/anak-anak-
yang-hafal-logo-makanan-cepat-saji-cenderung-alami-obesitas
[Diakses 06 Mei 2018].
Kaushik, Narang, Parakh. 2011. Fast Food Consumption in Children. Delhi: University
College of Medical Sciences and Guru Tag Bahadur Hospital.
Kemenkes, 2014. Kondisi Pencapaian Program Kesehatan Anak Indonesia, Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Kemenkes, 2014. Pedoman Gizi Seimbang, Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.
Longacre, M. R. dkk., 2015. A toy story: Association between young children's knowledge of
fast food toy premiums and their fast food consumption. Appetite, Volume 96, pp. 473-
80.
Munas, F. S. d. B., 2012. Analisis Pengaruh Daya Tarik Iklan, Kualitas Pesan Iklan, Frekuensi
Penayangan Iklan terhadap Efektivitas Iklan Televisi Mie Sedap. Diponegoro Journal of
Management, pp. 226-233.
Musfiroh, T., 2014. Teori dan Konsep Bermain. [Daring]
Tersedia di: http://repository.ut.ac.id/4699/1/PAUD4201-M1.pdf
[Diakses 15 03 2018].
Nezu, A. M., Nezu, C. M., & Geller, P. A.,2003. Hand book of psychology Health psychology
volume 9. John Wiley & Sons, Inc.
Onurlubaş, E., 2013. Fastfood Comsumption Habits of University Student. Journal of Food
Agriculture and Environment, p. 6.
Putri, I. W., 2017. Dampak Fast Food Advertising terhadap Perilaku Konsumtif Anak-Anak.
Arthavidya Jurnal Ekonomi, pp. 77-88.
Rahmad, P., 2009. Penelitian Kualitatif. Equilibrium 5(9), pp. 1-8.
Raine, K. D., 2005. Determinants of healthy eating in Canada. University of Alberta: Centre
for Health Promotion Studies.
Song, C., 2015. The Impact of Social And Cultural. Community Development Journal , pp.
709–723.
Swastha, B., 2001. Manajemen Pemasaran 1. 3 ed. Yogyakarta: BPFE.
Thornton, Bentley, Kavanagh. 2011. Individual and Area Socioeconomic Associations with
Fast Food Purchasing. Journal of Epidemiology and Community Health, Vol 65, No 10,
pp 873-880.
Van Zyl MK, .. d., 2010. Characteristics and Factors Influencing Fast Food Intake. Original
Research: Characteristics and factors influencing fast food intake of young adult
consumers, pp. 124-130.
W&S, 2015. Comparative report on Fast Food study in Thailand, Indonesia and Vietnam in
2015. [Daring]
Tersedia di:
http://nusaresearch.com/upload/userfiles/files/Comparative%20report%20on%20Fast%
20Food%20Study%20in%20Thailand%2C%20Indonesia%20and%20Vietnam%20in%
202015(1).pdf
[Diakses 07 03 2018].
Lampiran
A. Daftar Informan:
1. Nama : Mufid
Tanggal Wawancara : Minggu, 15 April, 2018
Pewawancara : Veronica Isabel A.
2. Nama : Fian
Tanggal Wawancara : Minggu, 15 April, 2018
Pewawancara : Nadila Saputri
3. Nama : Arjuna
Tanggal Wawancara : Minggu, 15 April, 2018
Pewawancara : Fernando Galang R.
4. Nama : Devan
Tanggal Wawancara : Minggu, 15 April, 2018
Pewawancara : Ekawati Putri L.
5. Nama : Fatah
Tanggal Wawancara : Minggu, 15 April, 2018
Pewawancara : Isfan Fajar S.
B. Daftar Data Kompilasi Individu
Nama Verbatim
Transcript
Reflection
Diary Coding Indexing
Data Networking/
Mind Map
Fernando Galang R. ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
Ekawati Putri L. ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
Veronica Isabel A. ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
Isfan Fajar S. ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
Nadila Saputri ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
C. Poster Kelompok 3 (Design by: Veronica Isabel Alvionita)
D. Mind Map Kelompok 3 (Design by: Ekawati Putri Lestari)
E. Mind MapIndividu
Fernando Galang Rahmadana
17/409924/SP/27769
Nadila Saputri
17/414959/SP/28086
Ekawati Putri Lestari
17/409922/SP/27767
Veronica Isabel Alvionita
17/413265/SP/27982
Isfan Fajar Sukarno
17/414954/SP/28081
F. Data Penulis Bab
1. BAB I (PENDAHULUAN) : Seluruh Penulis.
2. BAB II (LATAR) : Ekawati Putri L. dan Veronica Isabel A.
3. BAB III (ANALISIS) :
4. BAB IV (PENUTUP):
A. Kesimpulan : Veronica Isabel A.
B. Saran : Seluruh Penulis.
G. Foto-Foto di Lapangan