33
LAPORAN HASIL PENELITIAN PELAKSANAAN KEGIATAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT PETROKIMIA GRESIK OLEH : TITIEK IREWATI (NIP : 920311) DINI WAHYUNI (NIP : 991144) UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA AGUSTUS 2013

LAPORAN HASIL PENELITIAN PELAKSANAAN KEGIATAN

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAPORAN HASIL PENELITIAN PELAKSANAAN KEGIATAN

LAPORAN HASIL PENELITIAN

PELAKSANAAN KEGIATAN

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

PT PETROKIMIA GRESIK

OLEH : TITIEK IREWATI (NIP : 920311) DINI WAHYUNI (NIP : 991144)

UNIVERSITAS GUNADARMA

JAKARTA

AGUSTUS 2013

Page 2: LAPORAN HASIL PENELITIAN PELAKSANAAN KEGIATAN

PELAKSANAAN KEGIATAN

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

PT. PETROKIMIA GRESIK

Abstraksi

Perusahaan BUMN sebagai kepanjangan tangan pemerintah mempunyai kewajiban untuk melaksanakan kegiatan Corporate Social Responsibiity (CSR) secara menyatu tidak hanya sebagai kejadian temporer yang bersifat charity saja seperti yang banyak dilakukan oleh perusahaan Indonesia. Penelitian kualitatif dengan metode studi kasus ini untuk mengetahui pelaksanaan CSR oleh PT Petrokimia Gresik. Berdasarkan penelusuran dokumen dan fakta survei, diketahui pelaksanaan CSR oleh PT Petrokimia Gresik dijalankan dengan arah tujuan, visi dan misi perusahaan untuk memajukan ketahanan pangan sehingga mempunyai titik berat di sektor pertanian yaitu 54,78 % disalurkan melalui sektor agro. Prinsip pengembangan lingkungan dengan memanfaatkan sistem kelompok dan koperasi. Sistem kelompok ini memudahkan pembinaan dan pengawasan terutama karena sistem pembayaran kredit melalui “yarnen”/ bayar panen. Respons mitra binaan PT. Petrokimia Gresik tergolong baik dengan tingkat kolektibilitas 90,4% dan tumbuhnya kemampuan mitra untuk melakukan pengembnagan teknologi, sistem atau produk.

Kata kunci : mitra binaan, kredit yarnen, CSR

Page 3: LAPORAN HASIL PENELITIAN PELAKSANAAN KEGIATAN

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan suatu

bentuk nyata kepedulian kalangan dunia usaha terhadap lingkungan di

sekitar usaha tersebut. Kegiatan CSR dapat dilakukan perusahaan

pada berbagai bidang. Konsep CSR sebagai bentuk tanggung

jawabperusahaan sudah dimulai sejak tahun 1970-an namun

kegiatannya di Indonesia baru berkembang pesat pada dekade 2000-

an. Pada saat ini diyakini pelaksanaan CSR adalah bagian dari

pelaksanaan untuk mencapai status Good Corporate Governance

(GCG) oleh suatu perusahaan. Di Indonesia kegiatan CSR

dilaksanakan dalam berbagai pendekatan antara lain : pemberian

amal perusahaan ( charity), kedermawanan perusahaan

(philanthrophy), relasi kemasyarakatan (public relation) dan

pengembangan masyarakat (community development). Kegiatan

community development atau comdev merupakan kegiatan CSR yang

banyak dilaksanakan oleh perusahaan di Indonesia bahkan CSR

sering diidentikkan dengan community development. Kegiatan

Comdev dalam beberapa aspek sebenarnya bersifat “melakukan

sesuatu untuk nampak baik” dan bersifat sementara (Ambadar, 2008).

Pada masa sekarang, selayaknya kegiatan CSR yang hanya bersifat

sementara sudah mulai ditinggalkan dan berganti dengan implementasi

CSR yang lebih bersifat jangka panjang sehingga akibat positif yang

dirasakan masyarakat atau perusahaan akan lebih mapan. Penerapan

CSR tidak lagi hanya dapat dianggap sebagai pengeluaran atau biaya

semata melainkan menjadi investasi jangka panjang perusahaan yang

bersangkutan.

Page 4: LAPORAN HASIL PENELITIAN PELAKSANAAN KEGIATAN

Idealnya memang setiap perusahaan dapat melaksanakan

kegiatan CSR secara keseluruhan pada setiap aspek serta tentunya

kegiatan dapat memberikan dampak positif yang nyata untuk perbaikan

dan kemajuan masyarakat. Sayangnya tidak semua perusahaan

berwawasan untuk melakukan kegiatan CSR dan tidak semua

perusahaan yang melaksanakan CSR dapat dianggap berhasil. Kondisi

ini membuat pemerintah merasa perlu mengatur tanggung jawab sosial

perusahaan melalui regulasi atau perundangan. Gagasan CSR itu

terwujud secara eksplisit dalam bentuk UU no 25 / 2007 tetntang

Penanaman Modal, UU no 40 tentang Perseroan Terbatas dan UU

BUMN no 19/2003.

Dunia usaha lebih menilai kegiatan CSR dari aspek bisnis.

Kegiatan CSR ini juga masih dianggap sebagai suatu kegiatan yang

bersifat sukarela (voluntary) yang dilaksanakan dalam bentuk

kedermawanan (philanthrophy), kemurahan hati (charity) dan promosi

perusahaan yang dikemas dalam bentuk pemberian bantuan.

Penelitian yang dilakukan oleh Suprapto dan Adiwoso (2005) terhadap

375 perusahaan di Jakarta menghasilkan kenyataan sebanyak 44,27 %

perusahaan sampel tidak melakukan kegiatan CSR sedangkan

sebanyak 55,79% dengan cara : a). Kegiatan kekeluargaan (misalkan

:”Family Gathering”; 116 perusahaan / 30,9%). b). Sumbangan pada

lembaga agama ( oleh 50 perusahaan / 13,33 %). c). sumbangan pada

yayasan sosial (39 perusahaan / 10,4%) dan d). pengembangan

komunitas (4 perusahaan / 1,07%).

Pelaksanaan CSR tidaklah lepas dari dorongan internal perusahaan

yang sangat dipengaruhi oleh kondisi atau kategori perusahaan

tersebut. Pada perusahaan kecil yang masih mengedepankan profit,

pelaksanaan CSR menjadi sulit dilakukan dan hanya sebatas bila ada

tuntutan karyawan. Bagi perusahaan menengah atau besar,

sewajarnya bila melakukan kegiatan CSR dengan motif keberlanjutan

usaha. Penelitian oleh Young et al (2012) menyatakan bahwa pada

perusahaan berskala besar, tekanan masyarakat supaya perusahaan

melakukan CSR menjadi lebih kuat. Kepentingan ini terwakili oleh

adanya direktur yang berasal dari pihak luar dalam dewan direksi.

Walaupun perusahaan telah berskala besar, pelaksanaan CSR tidaklah

Page 5: LAPORAN HASIL PENELITIAN PELAKSANAAN KEGIATAN

mudah. Deming (1994) menyatakan CSR berkaitan dengan iklim

organisasi dan menunjukkan kualitas etis perusahaaan.

Perusahaan BUMN sebagai kepanjangan tangan pemerintah, tentunya

mempunyai kewajiban yang lebih kuat untuk melaksanakan kegiatan

CSR secara terintegrasi. Pelaksanaan kegiatan CSR diharapkan tidak

hanya karena terpaksa / diatur oleh perundangan ataupun untuk suatu

pencitraan. Pelaksanaan CSR berdasarkan ketulusan perusahaan

yang menyadari posisinya di lingkungan dan masyarakat bahwa tanpa

dukungan lingkungan dan masyarakat, suatu perusahaan tidaklah

berarti. Gambaran dan pemahaman bagaimana pelaksanaan CSR

pada perusahaan-perusahaan BUMN dapat memberi inspirasi bagi

perusahaan lain untuk dapat merancang strategi, konsep dan

melaksanakan kegiatan CSR yang berhasil. Hal ini akan

menghindarkan perusahaan dari kegiatan CSR yang tidak tepat

sasaran. Perusahaan yang baik pada hakikatnya harus bermanfaat

bagi masyarakat sehingga pelaksanaaan CSR yang sukses sangat

berperan dalam pencapaian posisi Good Corporate Governence (GCG)

perusahaan.

1.2. Pertanyaan Penelitian

Penelitian ini mengkaji dan memahami aktivitas CSR pada suatu

perusahaan BUMN yaitu PT. Petrokimia Gresik. Kegiatan perusahaan

yaitu menghasilkan pupuk dengan ragam terlengkap di Indonesia

tentunya berada pada posisi mampu mempengaruhi lingkungan secara

fisik maupun sosial. Pertanyaan yang diajukan pada penelitian ini

adalah :

1). Apa sajakah kegiatan yang telah dilakukan perusahaan dalam aspek

lingkungan dan kemasyarakatan / komunitas ?

2). Mengapa perusahaan melakukan kegiatan semacam itu ?

3). Bagaimana strategi, proses dan pengembangan ke depan kegiatan

tersebut ?

4). Bagaimana persepsi dan penerimaan masyarakat atau stakeholder

terhadap kegiatan tersebut, apakah sudah menimbulkan perubahan

sosial ekonomi ?

Page 6: LAPORAN HASIL PENELITIAN PELAKSANAAN KEGIATAN

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1). Mengetahui jenis kegiatan dan kesungguhan perusahaan dalam

melakukan kegiatan CSR pada aspek lingkungan dan kemasyarakatan.

2). Memahami dasar pemilihan kegiatan-kegiatan tersebut untuk

menjadi kegiatan pelaksanaan CSR

3). Mengetahui bagaimanakah strategi, proses saat ini dan

perencanaan terhadap pengembangan ke depan kegiatan CSR

tersebut.

4). Memahami penerimaan masyarakat dan stakeholder lainnya

terhadap kegiatan yang dilakukan perusahaan. Untuk mengetahui

apakah kegiatan tersebut sudah berhasil mengadakan perubahan sosial

ekonomi pada masyarakat

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat memberi manfaat untuk semakin mengetahui

teori kekuatan hubungan antara pelaksanaan aspek-aspek CSR

dengan kemampuan suatu perusahaan untuk dapat bertahan hidup,

adaptif dan diterima oleh lingkungannya dalam tata laksana usaha yang

baik

1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian berupaya dapat memberi manfaat kepada perusahaan

yang diamati, yaitu : perusahaan dapat mengetahui bagaimana

keberhasilan kegiatan CSR yang telah dilakukan selama ini, apakah

sudah sesuai dengan harapan masyarakat dan para stakeholder.

Pengetahuan ini membuat perusahaan dapat menyusun strategi lebih

baik dalam pelaksanaan CSR.

Page 7: LAPORAN HASIL PENELITIAN PELAKSANAAN KEGIATAN

BAB 2. KAJIAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

Apakah Corporate Social Responsibility itu ? Ada beberapa

definisi yang sampai saat ini pemahamannya masih berlaku. Ishikawa,

seorang ahli manajemen kualitas menyatakan kepentingan utama suatu

perusahaan adalah tercapainya kebahagiaan semua orang yang

berhubungan (pemangku kepentingan / stakeholder) dengan

perusahaan itu. Apabila para pemangku kepentingan itu tidak bahagia,

pada hakikatnya perusahaan itu tidaklah ada ! (Deming, W.E., 1994).

Definisi menurut Lingkar Studi Indonesia, CSR merupakan upaya

bersungguh-sungguh entitas bisnis meminimalkan dampak negatif

operasinya terhadap seluruh pemangku kepentingan dalam ranah

ekonomi, sosial, dan lingkungan agar mencapai tujuan pembangunan

berkelanjutan. Menurut Humble (1985), tanggung jawab sosial

merupakan bidang yang amat penting dan strategis karena menyangkut

bidang-bidang pokok sasaran perusahaan yaitu ; - usaha - profitabilitas

- pembaharuan - kedudukan pasar - produktivitas – sumber keuangan

dan fisik - prestasi dan pengembangan manajer - tanggung jawab

sosial.

Pengertian terkini yang menjadi landasan pelaksanaan perusahaan

adalah pengertian CSR dari ISO 26000. Perilaku CSR adalah

pertanggungjawaban organisasi terhadap adanya dampak dalam

masyarakat atau lingkungan yang disebabkan keputusan atau aktivitas

organisasi. Pertanggungjawaban ini dinyatakan dalam tindakan terbuka

dan etis yang dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan

kesehatan, kemakmuran, kesejahteraan masyarakat. Pelaksanaan

CSR ini dengan harapan dan keinginan pemangku kepentingan ,

sejalan dengan regulasi yang berlaku, konsisten dengan norma etis

internasional dan terintegrasi secara menyeluruh dalam organisasi

(Anonim, 2012).

Page 8: LAPORAN HASIL PENELITIAN PELAKSANAAN KEGIATAN

2.2. ASPEK – ASPEK CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

The United Nation Global Impact menyatakan 4 aspek bisnis beserta 10

prinsip utama sebagai penjabaran pelaksanaan CSR, yaitu :

- Hak Azasi Manusia : dengan prinsip :

1. Pelaku bisnis mendukung dan menghormati perlindungan terhadap hak

azasi manusia yang diakui secara internasional.

2. Memastikan perusahaannya tidak terlibat dalam pelanggaran hak azasi

manusia

- Ketenagakerjaan : dengan prinsip :

3. Pelaku bisnis harus menjunjung tinggi kebebasan para karyawan untuk

berserikat dan mengadakan perundingan.

4. Menghapus segala bentuk kerja paksa dan kerja wajib

5. Menghapus secara efektif adanya pekerja anak

6. Menghapus diskriminasi yang terjadi pada pekerjaan dan jabatan

- Lingkungan : dengan prinsip :

7. Pelaku bisnis harus mendukung tindakan pencegahan terhadap

pengrusakan lingkungan

8. Memiliki inisiatif dalam promosi lingkungan

9. Mendorong pengembangan dan penyebaran teknologi yang ramah

lingkungan

- Anti korupsi dengan prinsip :

10. Pelaku bisnis harus melawan korupsi dalam segala bentuk termasuk

penyuapan dan pemerasan.

Menurut ISO 26000, karakteristik CSR adalah kemauan organisasi untuk

mempertimbangkan aspek sosial dan lingkungan dalam pengambilan

keputusan dan bertanggung jawab atas dampak dari keputusan serta

aktivitas yang mempengaruhi masyarakat serta lingkungan tersebut.

Dalam ISO 26000, CSR mencakup tujuh aspek utama yaitu :

1). Tata kelola organisasi : menyangkut kepatuhan pada hukum,

transparansi, kode etik dan pengenalan profil pemangku kepentingan. Tata

kelola organisasi yang transparan meningkatkan nilai perusahaan,

kebanggaan dan loyalitas, moral kerja karyawan.

Page 9: LAPORAN HASIL PENELITIAN PELAKSANAAN KEGIATAN

2). Hak Asasi Manusia : hal ini menyangkut jaminan kebebasan dan

keamanan ekonomi, hak bekerja, pilihan pekerjaan, berada dalam kondisi

yang aman, hak sosial budaya dan politik.

3). Ketenagakerjaan : mencakup masalah pekerja dan hubungan antar

pekerja, kondisi kerja dan perlindungan sosial, dialog sosial, kesehatan dan

keamanan kerja serta sumber daya manusia.

4). Lingkungan : menyangkut pencegahan polusi, konsumsi berkelanjutan,

adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Terdapat usaha perusahaan untuk

meminimalkan dampak negatif yang terjadi di lingkungan, tindakan untuk

mengurangi timbulnya polutan melalui peningkatan efisiensi penggunaan

bahan mentah, energi, air atau sumber lainnya.

5). Praktek bisnis yang adil : anti korupsi dan anti suap, kompetisi yang fair.

Biasanya korupsi dan penyuapan merupakan tantangan yang dihadapi oleh

perusahaan / organisasi.

6). Isu konsumen : sistem pemasaran yang jujur, praktik perjanjian ,

perlindungan dan kesehatan konsumen, pengembangan produk yang

memberi manfaat lingkungan dan sosial, layanan konsumen, penyelesaian

perselisihan dan akses pada produk.

7). Keterlibatan dalam pengembangan masyarakat : melibatkan komunitas,

kontribusi pada pengembangan ekonomi dan sosial. Kontribusi pada

komunitas atau masyarakat sekitar merupakan salah satu bentuk partisipasi

perusahaan dalam merespons dampak sosial, ekonomi dan lingkungan yang

terjadi. Hal ini sebagai akibat proses operasional perusahaan di lingkungan

masyarakat itu berada. Peran perusahaan adalah meningkatkan kinerja dan

ekonomi masyarakat sekitar dalam membangun usaha-usaha yang

menguntungkan masyarakat dan lingkungannya.

(Rachman, N.M., Asep Efendi, dan Emir Wicaksana, 2012).

2.3. PERANAN COMMUNITY DEVELOPMENT DALAM CSR

Apabila perusahaan melaksanakan kegiatan CSR, sangat dianjurkan

perusahaan untuk melibatkan komunitas setempat sehingga kegiatan CSR

tersebut menghasilkan dampak positif tidak hanya untuk internal

perusahaan tetapi juga untuk kepentingan eksternal perusahaan (Dawkins

Page 10: LAPORAN HASIL PENELITIAN PELAKSANAAN KEGIATAN

and Lewis, 2003). Kegiatan dengan pelibatan secara langsung komunitas

atau masyarakat di sekitar perusahaan ini disebut Community development

(Comdev). Pelaksanaan Comdev pada hakikatnya belumlah cukup dan

perusahaan masih diharapkan untuk melakukan integrasi di pelbagai aspek

sehingga CSR menjadi suatu sistem yang benar-benar menyatu dengan

perusahaan (Anonim, 2012). Jadi pelaksanaan kegiatan CSR berkenaan

dengan Comdev diharapkan lebih bersifat jangka panjang, terintegrasi

dengan aspek – aspek yang lain dan terjadi pelibatan pihak masyarakat atau

lingkungan secara aktif.

2.3.1 TANGGUNG JAWAB SOSIAL LINGKUNGAN dan COMDEV

Kegiatan Community development (Comdev) atau pengembangan

masyarakat merupakan suatu proses yang dirancang untuk menciptakan

kemajuan kondisi ekonomi dan sosial warga masyarakat melalui adanya

peran serta secara aktif warga. Hal ini pada akhirnya akan menumbuhkan

prakarsa dan kemandirian masyarakat itu sendiri. Konsep CSR erat

kaitannya dengan pengembangan masyarakat karena aspek ini merupakan

bagian penting dalam proses pelaksanaan CSR.

Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) merupakan norma

hukum yang harus dijalankan oleh perusahaan sebagaimana termaktub

dalam pasal 74 UU no 40/2007 tentang Perseroan Terbatas. Regulasi ini

mengharuskan perusahaan untuk tunduk pada peraturan sektoral yang

sudah ada. Pelaksanaan TJSL bersifat wajib dan pada pelaksanaannya

perusahaan harus tunduk pada semua peraturan perundangan dan

peraturan lainnya yang berkaitan dengan lingkungan hidup. Antara lain UU

no. 32 / 2009 tentang PPLH, UU no 18 / 2008 tentang pengelolaan sampah

beserta PP yang berkaitan dengan pencemaran (PP no 82 / 2001 :

Pengendalian Pencemaran Air dan PP no 41 tentang Pengendalian

Pencemaran Udara).

2.3.2 TRANSFORMASI SOSIAL EKONOMI dan CSR

Inti dari pelaksanaan CSR adalah dorongan untuk berbagi dengan

sesama, bersama untuk maju dan saling bekerja sama atau

berkolaborasi. Inti dari tanggung jawab sosial ini mempunyai bentuk,

model, dan gaya tersendiri ketika memasuki dunia bisnis. Pandangan

terbaru melihat bahwa antar tujuan bisnis dan tujuan sosial tidak

Page 11: LAPORAN HASIL PENELITIAN PELAKSANAAN KEGIATAN

bertentangan atau saling terpisah. Justru tujuan bisnis dan sosial

tersebut saling bersinggungan. Arah CSR ke masa depan adalah

maksimalisasi manfaat kehadiran perusahaan bagi para stakeholder.

Hakikat dari transformasi adalah perubahan. Menurut Rachman,

Efendi dan Wicaksana (2012) kondisi yang semestinya bertransformasi

adalah :

- Perilaku, strategi , cara berbisnis dan usaha masyarakat

- Pertumbuhan lapis lapis ekonomi dalam masyarakat

- Rangsangan komersialisasi usaha

- Kondisi input usaha : modal, SDM, teknologi, bahan baku - Perilaku dan nilai sosial

Tahapan transformasi sosial ekonomi dalam masyarakat meliputi :

- Proses pemetaan atau riset sosial ekonomi

- Proses perencanaan program penguatan kondisi ekonomi

- Pembentukan lembaga pengawal strategi bersama

- Proses asistensi, pendampingan, pelatihan, implemantasi program

- Proses adopsi teknologi, inovasi dan penguatan bisnis serta mobilisasi

sumber daya lokal - Proses monitoring, pelaporan, evaluasi program

2.4. Dinamika Pelaksanaan CSR

2.4.1 CSR dan Good Corporate Governance (GCG)

Corporate Governance berkaitan dengan pengambilan keputusan yang

efektif, merupakan suatu sistem yang mengarahkan dan mengendalikan

perusahaan dengan tujuan agar mencapai kesetimbangan antar

kewenangan yang diperlukan perusahaan untuk menjamin eksistensinya

dan pertanggungjawaban pada stakeholder. Good Corporate Governance

(GCG) adalah prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat, yang perlu

diterapkan dalam pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan semata-mata

demi menjaga kepentingan perusahaan.

Prinsip penerapan GCG (Tjager, 2002) sbb :

- Keadilan (fairness) : perlakuan yang adil bagi seluruh pemegang saham

Page 12: LAPORAN HASIL PENELITIAN PELAKSANAAN KEGIATAN

- Transparansi (transparency) : keterbukaan, semua stakeholder

memperoleh informasi atau fakta material yang ada.

- Akuntabilitas (accountability) : pengelolaan perusahaan dengan

pedoman strategis perusahaan, berkaitan dengan tanggungjawab

manajemen melalui pengawasan efektif

- Responsibility (responsibility) : pemenuhan kewajiban sosial perusahaan

sebagai bagian dari tatanan kehidupan sosial masyarakat.

Para ahli berpendapat GCG dan CSR bagaikan dua sisi mata uang yang

tidak dapat dipisahkan. Penekanan CSR adalah pada prinsip responsibility

dan lebih mengarah pada stakeholder sedangkan GCG lebih memberi

penekanan pada kepentingan pemegang saham. Berpijak pada konsep

responsibility pada GCG maka terwujudlah gagasan CSR sebagai wujud

tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat. Pada konsep CSR,

perusahaan harus berpijak pada Triple Bottom Line (TBL) yaitu aspek sosial

, keuangan dan lingkungan. Keberlanjutan perusahaan akan terjamin

apabila perusahaan memerhatikan dimensi sosial dan lingkungan tempat

perusahaan melakukan aktivasi.

2.4.2 Pelaksanaan CSR pada Perusahaan-perusahaan di Indonesia

Banyak perusahaan yang menyatakan sadar akan pentingnya CSR

namun perusahaan-perusahaan mengimplementasikan CSR dengan

metode yang berbeda-beda.

- Metode Charity : perusahaan yang mempergunakan metode charity

hanya berusaha sekedar memenuhi kewajiban , menghabiskan

anggaran dan hakikatnya tidak mempedulikan kebutuhan masyarakat

yang sesungguhnya. Model charity mendapat kritik karena model ini

hanya membuat masyarakat bergantung saja pada donasi perusahaan.

- Metode Community Development (Comdev) : model ini dianggap

mampu meningkatkan kualitas dan kapasitas masyarakat dalam upaya

pemberdayaan masyarakat. Banyak perusahaan (misalnya : Exxon,

Holcim) dalam melaksanakan program CSR mendasarkan pada

kebutuhan masyarakat. Program CSR yang berdasarkan Comdev juga

memberikan nilai tambah kepada perusahaan yaitu adanya GCG serta

memberikan citra positif pada perusahaan.

- Metode CSR saat ini adalah dengan adanya standar internasional dalam

ISO 26000. Standar ini memberikan arahan merespon hal-hal yang

Page 13: LAPORAN HASIL PENELITIAN PELAKSANAAN KEGIATAN

berkaitan dengan tanggung jawab perusahaan sehubungan dengan

adanya : dampak akibat keputusan dan aktivitasnya pada masyarakat

dan lingkungan melalui perilaku etis dan pemetaan kondisi berdasarkan

tujuh aspek CSR.

- Pada hakikatnya pelaksanaan standar ini tidaklah mudah. Umumnya

perusahaan hanya sanggup positif pada satu atau beberapa faktor

penentu perubahan ekonomi. Sebuah studi di Kalimantan Timur dengan

mengukur persepsi para stakeholder terhadap perusahaan melalui

program Comdev yang dilakukan. Hasil yang diperoleh adalah adanya

kegagalan proyek tersebut. Biaya Comdev yang besar tidak disertai

dengan perubahan signifikan yang positif pada ekonomi masyarakat.

- Kondisi Kalimantan Timur tentu berbeda dengan Jakarta. Kegiatan CSR

bidang lingkungan yang dilakukan oleh suatu perusahaan consumer”s

good multinasional dengan salah satu programnya “$$$ Green and

Clean” merupakan hasil identifikasi masalah tentang penanganan

limbah domestik. Observasi menunjukkan program ini punya prospek

yang baik dalam pengurangan jumlah sampah di tempat pembuangan

akhir. Evaluasi menyarankan perlunya rancangan lebih strategis dan

pemberdayaan masyarakat lebih kuat (Anonim, 2012)

2.5. Evaluasi Program CSR

Evaluasi merupakan penilaian berkala terhadap relevansi,

penampilan, efisiensi dan dampak proyek di dalam konteks tujuan yang

sudah ditetapkan. Evaluasi biasanya mengambil dari konteks tujuan yang

sudah ditetapkan, mempergunakan perbandingan yang membutuhkan

informasi dari luar proyek yaitu tentang waktu, daerah atau populasi.

Beberapa bentuk evaluasi program CSR yaitu :

- Penilaian sosial dan lingkungan untuk keputusan investasi

- Penilaian dampak sosial dan lingkungan proyek

- Survey data dasar

- Penilaian Kebutuhan Masyarakat

- Pemetaan isu strategis dan pemangku kepentingan

- Kajian kebijakan dan manajemen tanggung jawab sosial perusahaan

(Rachman, Efendi dan Wicaksana, 2012)

Page 14: LAPORAN HASIL PENELITIAN PELAKSANAAN KEGIATAN

Evaluasi adalah pengkajian informasi terhadap kriteria kinerja CSR,

proses ini menilai relevansi, efektivitas, efisiensi, dampak dan keberlanjutan

penerapan sistem. Evaluasi CSR menjawab pertanyaan-pertanyaan :

- Relevansi : apakah sistem telah sesuai persyaratan ?

- Efektivitas : apakah tujuan, sasaran dan program CSR telah tercapai ?

- Efisiensi : berapa besar sumber daya yang dikerahkan ?

- Dampak : perubahan positif / negatif yang terjadi pada para stakeholder

- Keberlanjutan program : apakah program dapat berlanjut secara

mandiri ?

Hasil utama dari evaluasi adalah pembelajaran. Perusahaan dapat

belajar tentang kelebihan dan kekurangann program dan kegiatannya

tersebut serta mengetahui kendala dan tantangan dalam pelaksanaan

suatu program (Anonim, 2012).

2.5. Undang-Undang Badan Usaha Milik Negara

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai salah satu pelaku dalam

sistem perekonomian nasional, ikut berperan menghasilkan barang atau

jasa yang dipergunakan dalam rangka mewujudkan sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat. Untuk itu diperlukan suatu penataan sistem

pengelolaan dan pengawasan melalui ketentuan perundangan tersendiri.

Pemerintah mengemas keterlibatan BUMN dengan penegasan pada pasal

2 ayat 1 huruf e, UU no 19/2003 tentang BUMN :

“turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha

golongan ekonomi lemah, koperasi dan masyarakat”

Hal tersebut diatur pelaksanaannya dalam Peraturan Menteri Negara BUMN

no PER-05/MBU/2007 tentang program kemitraan BUMN dengan usaha

kecil dan program bina lingkungan. Pasal 2 sbb : (1) Persero dan Perum

wajib melaksanakan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan

dengan memenuhi ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Peraturan ini.

(2). Persero Terbuka dapat melkasanakan program kemitraan dan program

bina linkungan dengan berpedoman pada peraturan ini yang ditetapkan

berdasarkan RUPS

Sumber dana berasal dari :

Page 15: LAPORAN HASIL PENELITIAN PELAKSANAAN KEGIATAN

a). Penyisihan laba setelah pajak, maksimal sebesar 2 %

b). Jasa administrasi pinjaman / margin / bagi hasil dari dana Program

Kemitraan setelah dikurangi beban operasional

c). Pelimpahan dana program kemitraan dari BUMN lain, jika ada

Dana program Bina Lingkungan (BL) bersumber dari :

a. Penyisihan laba setelah pajak maksimal 2 %

b. Hasil bunga deposito atau jasa giro dari dana Program Bina Lingkungan

Pasal 11 Peraturan Menteri Negara BUMN, Dana Program Kemitraan

untuk :

a). Pembiayaan modal kerja atau pembelian aktiva tetap dalam rangka

meningkatkan produksi dan penjualan.

b). Pinjaman khusus untuk membiayai kebutuhan dana pelaksana kegiatan

Mitra binaan yang bersifat pinjaman tambahan dan berjangka pendek dalam

rangka memenuhi pesanan dan rekanan usaha Mitra Binaan.

Sedangkan ruang lingkup bantuan bagi Program Bina Lingkungan dalam

lingkungan BUMN meliputi :

a. Bantuan korban bencana alam

b. Bantuan pendidikan atau pelatihan

c. Bantuan untuk peningkatan kesehatan

d. Bantuan pengembangan prasarana dan atau sarana umum

e. Bantuan sarana ibadah, bantuan pelestarian alam

Undang-undang dan Peraturan Menteri Negara BUMN tersebut yang

berkaitan dengan program kemitraan dan bina lingkungan menegaskan

bahwa PKBL sebagai bagian dari CSR tidak lagi sebagai kegiatan yang

bersifat voluntary tetapi menjadi kegiatan yang lebih bersifat mandatory

atau sebagai keharusan bagi perusahaan. Kondisi keharusan ini membuat

perusahaan BUMN memikirkan dan melaksanakan program CSR yang

berkelanjutan.

Page 16: LAPORAN HASIL PENELITIAN PELAKSANAAN KEGIATAN

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Metode / Pendekatan Penelitian

Penelitian mengenai implementasi CSR ini mempergunakan

pendekatan penelitian kualitatif yaitu dengan memakai studi kasus

3.1.1 Penelitian Kualitatif

Penelitian kualitatif dillakukan untuk memperoleh pengetahuan

mendalam tentang obyek. Penelitian kualitatif membantu peneliti untuk

memahami dan menafsirkan apa saja yang ada di balik kejadian,

memahami latar belakang serta bagaimana peletakan makna terjadi. Data

kualitatif membantu peneliti untuk mengikuti alur peristiwa secara kronologis

(Miles and Huberman, 1992). Penelitian kualitatif membuat peneliti dapat

memahami realitas sosial akibat usaha operasional dan kegiatan CSR

perusahaan. Penelitian ini ingin menangkap persepsi dan pemahaman

masyarakat serta stakeholder terhadap kegiatan CSR perusahaan

sehingga harus melakukan observasi pada kondisi sesungguhnya dalam

bentuk studi kasus.

3.1.2 Studi Kasus

Studi kasus merupakan studi terhadap subyek dalam situasi alamiah,

sebagai suatu studi yang berorientasi pada penemuan-penemuan yang

dapat terjadi pada pengamatan. Pemakaian studi kasus pada penelitian ini

memungkinkan peneliti untuk lebih dapat melihat berbagai gejala dari

proses, peristiwa dan hasilnya dari segala yang berkaitan dengan kegiatan i

perusahaan dan keterkaitannya dengan lingkungan, interaksi perusahaan

dengan masyarakat dan segala harapan dan pandangan para pemangku

kepentingan atau stakeholder.

3.2 Subyek Penelitian

Pada penelitian pelaksanaan CSR oleh perusahaan BUMN , penulis

mengambil subyek penelitian PT. Petrokimia Gresik, suatu perusahaan

Page 17: LAPORAN HASIL PENELITIAN PELAKSANAAN KEGIATAN

BUMN yang bergerak di bidang produksi segala jenis pupuk, berkedudukan

di daerah Kebomas, Kabupaten Gresik, Jawa Timur.

PT.Petrokimia berawal dari perusahaan dengan nama Proyek Petrokimia

Surabaya (1954) dan pada tahun 1971 menjadi bentuk Perum dan kini

dengan status perusahaan anggota holding company PT.Pusri (persero).

Sampai bulan Maret 2013, PT Petrokimia Gresik (PKG) memproduksi 2,4

juta ton pupuk NPK, 400 000 ton Urea, 750 000 ton SP dan 700 000 ton ZA

untuk memenuhi kebutuhan pertanian. Petrokimia Gresik telah

melakanakan program pembinaan pengusaha mikro dan kecil sejak tahun

1989 dan dengan daerah binaan yang luas , tidak hanya di daerah Gresik

saja. Aktivitas diharapkan sejalan dengan misi Petrokimia yaitu :

mengembangkan potensi usaha untuk mendukung industri kimia nasional

dan berperan aktif dalam pengembangan masyarakat dengan konsep

pemberdayaan jangka panjang.

3.3 Tahap Penelitian

- Tahap Persiapan : peneliti menyusun daftar pertanyaan dan melakukan

observasi awal.

- Tahap Pelaksanaan : peneliti melakukan serangkaian tanya jawab /

wawancara dengan mitra binaan dan perusahaan. Peneliti mengumpulkan

dokumen yang mendukung penelitian.

- Tahap Laporan : semua data dari wawancara ataupun dokumentasi,

dipilah dan dikumpulkan untuk bahan pengambilan kesimpulan.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

- Wawancara : dilakukan secara berstruktur sehingga mudah dalam

pengelompokan dan analisis data

- Teknik Observasi : peneliti memakai metode non partisipan karena

adanya kendala waktu dan tempat sehingga peneliti tidak dapat ikut

berpatisipasi dalam kegiatan.

Page 18: LAPORAN HASIL PENELITIAN PELAKSANAAN KEGIATAN

- Studi dokumen : dokumen yang tersedia memberikan kemampuan

pemahaman terhadap struktur perusahaan, aktivitas dan kegiatan

perusahaan.

Page 19: LAPORAN HASIL PENELITIAN PELAKSANAAN KEGIATAN

BAB 4. PEMBAHASAN

4.1 Faktor-faktor pentingnya CSR bagi perusahaan

Keberhasilan usaha dalam peningkatan usaha yang dicapai

perusahaan harus sejalan dengan pemenuhan aspek sosial yang

dikemas dalam Corporate Social Responsibility (CSR).

Pertumbuhan perusahaan tidak hanya mengejar kepentingan internal

tetapi juga memenuhi aspek sosial. Kemanfaatan keberadaan

korporat tidak hanya dinikmati oleh internal – pemegang saham,

pegawai, supplier, tetapi juga dinikmati oleh lingkungan sosial dan

fisik. Motif yang mendasari suatu perusahaan melakukan tindakan

CSR terutama adalah motif manajemen. Menurut Porter (2006), ada

motif yang mendasari manajemen melakukan tindakan CSR yaitu :

(1) adanya kewajiban moral yaitu memperoleh keberhasilan

komersial dengan menghormati nilai etika (2) keberlanjutan yaitu

memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengabaikan kebutuhan masa

datang (3) reputasi perusahaan yaitu motif pelaksanaan CSR

didasarkan pada keinginan menaikkan merek dan reputasi dalam

pandangan konsumen, investor dan karyawan.

Pelaksanaan CSR dalam perusahaan menjadi sangat penting

karena berkaitan dengan pembangunan reputasi dan citra

perusahaan, membina hubungan baik dengan stakeholder, memberi

sumbangan kemajuan pada negara melalui upaya mendorong

masyarakat mempunyai pemikiran yang inovatif, membangun

kesempatan untuk mengikuti pasar masa depan.

4.2. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PT. Petrokimia

Gresik

Perusahaan dan lingkungan di sekitarnya merupakan bagian

tak terpisahkan serta saling memengaruhi. Hubungan yang

harmonis di antara keduanya tentu menjadi harapan bersama.

Seperti juga PT. Petrokimia Gresik dan masyarakat sekitar,

keduanya sangat berkepentingan menjaga harmonisasi kondisi

Page 20: LAPORAN HASIL PENELITIAN PELAKSANAAN KEGIATAN

tersebut. Hal ini direalisasikan dalam bentuk program-program

kemitraan dan bina lingkungan.

Bagi PT.Petrokimia Gresik, Program Kemitraan dan Bina

Lingkungan (PKBL) sudah merupakan kewajiban yang memang

harus ditunaikan sebagai bentuk tanggung jawab sosial. Program

yang dijalankan tidak hanya sebgai charity tetapi berkembang

menjadi konsep pemberdayaan jangka panjang berkelanjutan.

Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri BUMN nomor PER

05 /MBU/2007 yang menginginkan PKBL berdimensi jangka panjang

dengan melibatkan UKM sebagai fokus pemberdayaan masyarakat.

Sebagai suatu perusahaan BUMN tentunya PT. Petrokimia Gresik

harus memenuhi ketentuan tersebut dan ketentuan tersebut

memang memenuhi kondisi logis adanya peranan BUMN dalam

proses penguatan ekonomi nasional.

4.2.1 Kemitraan dengan Usaha Kecil

Pada program kemitraan ini, PKBL PT. Petrokimia Gresik

menggunakan pola pembinaan sebagai berikut :

A. Pola Pembinaan Langsung : terdiri sebagai

- Pola pembinaan murni : yaitu pengusaha kecil diberi pinjaman modal

untuk biaya modal kerja atau investasi dalam rangka meningkatkan

usahanya.

- Kemitraan : yaitu perusahaan bekerja sama dengan instansi / lembaga/

koperasi yang dapat menampung hasil produksi pengusaha kecil

sekaligus sebagai penjamin terhadap pinjaman yang diberikan oleh

perusahaan kepada pengusaha kecil dengan prinsip saling

menguntungkan.

B. Pola kerjasama antara BUMN pembina dengan BUMN pembina

lainnya : yaitu dengan pembentukan konsorsium, program ini

merupakan bentuk kerjasama antar BUMN dalam pembinaan terhadap

mitra binaan usaha kecil, mikro secara bersamaan.

PT. Petrokimia Gresik menyalurkan dana sesuai keberlakuan yang

tercantum dalam peraturan yaitu dengan ketentuan sbb :

Page 21: LAPORAN HASIL PENELITIAN PELAKSANAAN KEGIATAN

- Garis besar kebijakan untuk penggunaan dana hibah program kemitraan

yaitu :

• Pameran dan promosi di dalam dan di luar negeri, promosi produk

mitra binaan melalui media cetak, elektronik, penyediaan ruang

pamer, membantu/memfasilitasi mitra binaan untuk memperoleh

akses pasar lokal, regional maupun internasional.

• Program pendidikan, pelatihan serta penelitian yang berupa :

pendidikan dan pelatihan, studi banding, seminar, penelitian atau

pengajian yang berkaitan dengan program kemitraan.

- Pola kebijakan berkenaan peminjaman dana :

• Pola 1 : Kontrak perjanjian pinjaman dengan sistem pelunasan

angsuran secara bulanan, yaitu : a). Mitra binaan tahap 1 , jangka

waktu kontrak selama 24 bulan kecuali untuk sektor peternakan sapi

perah dengan masa tenggang 6 bulan b). Mitra binaan lanjutan ,

jangka waktu selama 24 bulan plus masa tenggang 3 bulan kecuali

untuk sektor peternakan sapi dengan 30 bulan dan masa tenggang 6

bulan.

• Pola 2 : Kontrak perjanjian pinjaman dengan sistem pelunasan

secara pembayaran sekaligus, yaitu : a). Untuk sektor usaha tani

dengan pola panen sekaligus jangka waktu tertentu, jangka waktu

kontraknya selama 1 tahun dalam dua musim tanam. b). Untuk

pinjaman khusus, jangka waktu kontrak disesuaikan dengan sistem

pembayaran pesanan antara mitra binaan dengan rekanan mitra

binaan.

Peraturan Menteri BUMN PER 05/MBU/2007 memberi patokan bahwa

kategori mitra binaan adalah omzet penjualan per tahun maksimal 1

milyar rupiah per tahun atau total asset Rp. 200 juta dengan tidak

termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Petrokimia Gresik

menggunakan dasar peraturan tersebut dalam memilih, menyeleksi dan

membina mitra usaha kecil

Pembinaan yang dilakukan berdasarkan kebutuhan dan keinginan.

Persoalan dasar bagi usaha kecil umumnya adalah masalah

permodalan, pemasaran dan teknologi. Permodalan hanya salah satu

aspek yang dibutuhkan oleh mitra binaan. Kebijakan pembinaan yang

dilakukan oleh PT Petrokmia Gresik berwujud : pemenuhan kebutuhan

Page 22: LAPORAN HASIL PENELITIAN PELAKSANAAN KEGIATAN

modal, kebutuhan informasi dan peluang pasar, kebutuhan pengelolaan

untuk peluang usaha, kebutuhan informasi akan akses pada input usaha

yang efisien.

4.2.2 Penyaluran Dana Pinjaman pada Mitra Binaan

Pada tahun 2011, total dana yang disalurkan sebesar 41,7 milyar

dan sebesar 54,78 % dialokasikan pada sektor agro, yaitu dengan

memanfaatkan jaringan kios-kios usaha tani dan penyalur pupuk. PT

Petrokmia Gresik mendukung pola distribusi dan penyebaran dana

melalui koperasi dan kelompok tani. Distribusi pupuk juga dianggap

memiliki infrastruktur dan organisasi yang memudahkan penyaluran

dana kemitraan. Kondisi ini menyebabkan konsentrasi dana

peminjaman melalui ketua kelompok tani yang dapat dipercaya.

Tabel 4.1 Alokasi Total Pinjaman berdasarkan Sektor

Sektor Jumlah (Rp) %

Industri 19 362 297 521 10,1

Perdagangan 26 895 580 000 13,78

Pertanian 72 869 520 450 37,36

Peternakan 58 840 430 000 30,17

Perkebunan 4 879 825 000 2,50

Perikanan 7 447 330 000 3,82

Jasa 4 306 797 000 2,21

Lainnya 407 000 000 0,06

(Sumber : PKBL PT Petrokimia Gresik)

A. Industri

Industri yang dimaksud adalah usaha yang melakukan

perubahan bentuk, baik itu pengolahan massal ataupun kerajianan

dengan produk akhir berbeda bentuknya dari masukan awal.

Pada tahun 2011, PKBL telah menyalurkan dana pada 26 mitra

binaan baru dengan jumlah total Rp. 692,5 juta. Usaha industri

Page 23: LAPORAN HASIL PENELITIAN PELAKSANAAN KEGIATAN

beragam antara lain bakery, sarung tenun, kerajinan tangan, mebel,

konveksi, gerabah, makanan, batik, senapan, yang berlokasi di

Gresik, Sidoarjo, Lamongan sampai Lombok.

B. Perdagangan

Kategori perdagangan adalah usaha yang mendapatkan nilai

tambah dari perubahan tempat dan waktu. Pada tahun 2011,

sebanyak 99 orang mitra binaan memperoleh alokasi dana dengan total

Rp. 3,2 milyar. Jenis usaha yang mendapatkan pinjaman adalah jenis

usaha dagang sembako, toko kelontong, tanaman hias, pewarna batik,

kios pertanian, dll. Wilayah usaha meliputi Gresik, Madiun,

Bojonegoro,Wonogiri, Pamekasan sampai Lombok Tengah. Alokasi

pinjaman terbesar diarahkan untuk pendanaan kios pertanian, dengan

mempertimbangkan hubungan bisnis PT Petrokimia dengan mitra

binaan yang berstatus penyalur pupuk secara resmi. Hal ini

memudahkan pemantauan dan sesuai dengan visi dan misi Petrokimia

dalam pembangunan pertanian.

C. Pertanian

Pinjaman sektor pertanian diberikan PKBL Petrokimia pada 349

kelompok dengan cakupan 3466 mitra binaan. Alokasi dana yang

disalurkan sebesar Rp. 22,8 milyar untuk komoditas jagung, padi, cabe,

dll. Dengan wilayah dari Nganjuk sampai Blitar, Banjarnegara dan

Wonosobo. Pinjaman dana pada sektor pertanian lebih diarahkan pada

pola penyaluran berkelompok dan pembayaran setelah panen (yarnen).

Kebijakan PKBL memang menetapkan sektor pertanian harus

memperoleh dana terbesar karena berkaitan dengan kebijakan

pemanfaatan potensi dan komoditas dalam negeri. Kebijakan ini

dinyatakan dengan Gerakan Peningkatan Produksi Pangan Berbasis

Korporasi (GP3K). Terkait dengan kebijakan pemerintah berupa swa

sembada beras, PKBL Petrokimia mengadakan pembinaan khusus

kepada kelompok tani yang membudidayakan tanaman padi dengan

memberi dana pinjaman untuk pengolahan tanah, pemupukan,

pengadaan benih.

Page 24: LAPORAN HASIL PENELITIAN PELAKSANAAN KEGIATAN

Penerima dana GP3K PT Petrokimia Gresik adalah para petani yang

bergabung dalam kelompok tani yang sudah memenuhi ketentuan umum

yaitu terdaftar dalam Gabungan Kelompok Tani, dijamin oleh

distributor pupuk, membutuhkan dana untuk pengadaan saprodi,

bersedia menandatangani perjanjian pinjaman dan bersedia mengikuti

petunjuk cara budidaya tanaman padi terutama dengan pemakaian

pupuk berimbang. Metode pupuk berimbang yaitu pada 1 ha lahan

dengan formula 5 : 3 : 2 ( Petroganik 500 kg : Phonska 300 kg :

Urea 200 kg). Sampai pada tahun 2011 , penerima dana pinjaman

pada petani dengan lahan seluas 27 054 ha di Jawa Timur dan 16

396 ha di Jawa Tengah.

Sebagai sektor andalan, kinerja program GP3K harus selalu

dipantau. Berdasarkan data sampai tahun 2011, tingkat produktivitas

rata-rata para petani yang mengikuti program GP3K sebesar 7 - 8

ton padi per hektar. Capaian tersebut merupakan hasil yang

memadai karena di tahun tahun sebelumnya, Indonesia banyak

mengalami penurunan hasil pertanian karena mengalami perubahan

cuaca yang ekstrim.

Pembinaan klaster pertanian dengan cara GP3K dapat dijadikan

model yaitu perlunya komponen penting dalam klaster : adanya kios

pertanian, distributor saprodi, petani, penyuluh pertanian dan

lembaga pendana. Harus ada juga institusi Bulog sebagai penjamin

pasar dan produsen pupuk sebagai penjamin saprodi. Pada model

GP3K ini, hubungan antar titik pada klaster tersebut dapat dijelaskan

sbb :

• PT. Petrokimia Gresik -- Binaan Kelompok Tani

Pihak Petrokimia memberi pinjaman pada kelompok tani melalui

PKBL. Pihak Petrokimia memberi pelatihan (kawalan teknologi dan

pembinaan). Pihak Petrokimia membeli gabah melalui K3PG (Koperasi

Keluarga Besar Karyawan Petrokimia Gresik) untuk dijadikan benih

Petroseed (produk benih unggul Petrokimia) dan bentuk beras untuk

konsumsi karyawan

Page 25: LAPORAN HASIL PENELITIAN PELAKSANAAN KEGIATAN

• PT. Petrokimia Gresik -- Mitra Binaan Kios Pertanian

Pihak PT. Petrokimia Gresik memberikan pinjaman kepada

Kios Pertanian melalui PKBL dan menjamin penyediaan pupuk. Pihak

Kios Pertanian melakukan demoplot sistem pemakain pupuk untuk

memberikan contoh kepada para petani.

D. Peternakan

Pada tahun 2011, PKBL menyalurkan dana pinjaman pada 105

mitra kelompok (817 orang mitra binaan) untuk kegiatan peternakan sapi

potong, perah, kambing dan ayam petelor dengan wilayah cakupan yang

meluas sampai Ponorogo dan Magetan. Pendekatan pola kelompok juga

dilakukan pada sektor ini. Pinjaman dengan pola kelompok lebih

terkelola dengan baik. Risiko pinjaman bermasalah hanya terjadi bila

ada perubahan kebijakan pemerintah terutama bila terjadi pelonggaran

impor sapi bakalan, yang berdampak pada harga jual sapi lokal.

Peternak belum mampu mengantisipasi perubahan harga karena

pengelolaan masih terbatas (tumpangsari dengan sektor pertanian).

E. Perkebunan

Usaha perkebunan yang dimaksud adalah usaha budidaya

komoditi nonpangan dan non hortikultura. PKBL lebih memberikan

pinjaman pada petani tebu dengan dasar untuk memperkuat komoditas

gula yang sangat penting. Pada tahun 2011, pinjaman pada 13

kelompok petani tebu. Pinjaman tersebut memberikan ruang pada

petani untuk memenuhi kebutuhan dananya agar mampu melakukan

budidaya pertanian tebu secara tepat. Tingkat rendemen (kadar gula)

yang tinggi hanya bisa dicapai bila petani tebu melakukan budidaya

yang benar. Rata-rata rendemen tebu pada petani binaan sebesar 7,0.

F. Perikanan

Kebijakan PKBL menyalurkan dana pinjaman pada sektor

perikanan darat karena diperlukan substitusi untuk perikanan laut.

Produk perikanan laut terhambat oleh adanya over fishing dan cuaca

Page 26: LAPORAN HASIL PENELITIAN PELAKSANAAN KEGIATAN

buruk. Pada tahun 2011, Petrokimia Gresik melalui program dana PKBL

memberikan pinjaman pada 8 kelompok mitra binaan dengan nilai

pinjaman total Rp. 906,5 juta. Komoditas perikanan darat yang dibina

meliputi jenis lele, bandeng, gurami dengan wilayah penyaluran Gresik,

Lamongan, Nganjuk dan Tulung Agung.

G. Jasa

Usaha jasa yang dibiayai PKBL PT Petrokimia Gresik pada tahun

2011 meliputi usaha perbaikan komputer, penyewaan sound system dan

bengkel motor. Bila dibandingkan sektor lainnya, sektor jasa mendapat

alokasi dana paling sedikit. Beberapa pertimbangan yang menjadi

penyebab kebijakan ini adalah : pembinaan secara individual belum

mampu dilakukan secara optimal karena keterbatasan SDM di unit PKBL

PT. Petrokimia Gresik sendiri. Keterkaitan bisnis dengan PT.Petrokimia

Gresik akan membantu menurunkan risiko terjadinya pinjaman

bermaslah dan usaha jasa pun masih relatif baru sehingga memerlukan

waktu untuk mempelajari pola dan siklus usahanya.

4.2.4. Pola Angsuran Yarnen

PKBL PT Petrokimia mengambil kebijakan pola angsuran pada

pinjaman sektor pertanian yang disebut “Yarnen” (angsuran bayar

panen). Pada sistem angsuran ini , debitur membayar angsuran ketika

debitur menerima uang hasil panen. Pertimbangan pemilihan ini meliputi

pertimbangan :

a) Ekonomis : yaitu pertimbangan penyesuaian pola pendapatan

debitur. Sektor pertanian bersandar pada pendapatan musiman

yang pemasukan hanya diperoleh ketika panen. Pada saat itu

kemampuan membayar pinjaman terwujud (sistem “matching” antara

pola pemberian pinjaman, pola angsuran, pola usaha yang

dijalankan debitur).

b) Sosiologis : saat panen adalah titik penting dalam kehidupan petani

atau peternak. Kecenderungan konsumsi berlebihan akan berkurang

karena timbulnya kewajiban membayar angsuran.

Page 27: LAPORAN HASIL PENELITIAN PELAKSANAAN KEGIATAN

c) Administrasi : sistem Yarnen menyebabkan pencatatan lebih mudah.

Administrasi pembukuan PKBL akan mencatat angsuran pokok dan

bunga / jasa administrasi pinjaman secara sekaligus.

Pola angsuran ini terkesan sederhana tetapi tetap memerlukan

pendukung kuat yaitu :

- Kelompok tani yang kuat dan mantap, memiliki komitmen usaha untuk

menanggung beban secara bersama

- Orang yang mampu memimpin, memotivasi kelompok secara baik

- Pola monitoring harus langsung di lapangan

- Pola komunikasi yang baik antara ketua kelompok dengan PKBL

- Pola manajemen program yang handal dan sistematis

4.3. Evaluasi Program Kemitraan PKBL PT Petrokimia Gresik

4.3.1 Kinerja Program

Pembinaan usaha kecil merupakan hal yang penting bagi perusahaan

untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan perekonomian nasional.

Struktur ekonomi yang kuat apabila didukung oleh usaha kecil yang tangguh

mandiri. Program kemitraan PT Petrokimia berusaha melaksanakan hal itu

dengan : - memberi dasar bagi pembinaan berkelanjutan dengan posisi

sektor pertanian sebagai sektor utama sesuai visi misi perusahaan -

kegiatan pembinaan non penyaluran dana pinjaman juga telah diarahkan

untuk pengembangan ketrampilan, informasi dan pengetahuan mitra binaan

dalam bentuk pelatihan. Pelatihan juga diarahkan untuk membentuk jejaring

bisnis antar mitra binaan.

PT. Petrokimia Gresik selama tahun 2011 telah menyalurkan dana pinjaman

sebanyak Rp. 41 704 446 000. Dana hibah pameran dan pendidikan

sebesar Rp. 4 941 177 600. Kinerja keuangan program kemitraan tahun 2011 terhitung sbb :

- Efektivitas penyaluran dana sebesar 99,43 % (skor 3)

- Tingkat kolektibilitas sebesar 90,04 % (skor 3)

Page 28: LAPORAN HASIL PENELITIAN PELAKSANAAN KEGIATAN

- Jumlah mitra binaan yang direalisasi pada tahun 2011 : 593 unit usaha (

pada tahun 2010 : 531 unit usaha) sehingga jumlah keseluruhan mitra

binaan : 4 720 unit usaha.

4.3.2 Kinerja UKM berbekal Inovasi Usaha

Inovasi mempunyai ciri baru dan manfaat, artinya ada proses perbaikan,

pengembangan teknologi, produk atau sistem yang memberikan dampak

perubahan nyata. Era persaingan usaha membuat setiap usaha harus

dapat menjalankan QCDS (quality, cost, delivery, service) yang harus

diterapkan secara bersamaan. Pada implementasinya, pelaku usaha akan

memilih aspek yang memperoleh bagian inovasi. Perubahan cara

berbisnisyang inovatif lebih banyak dilatarbelakangi oleh situasi dan kondisi

yang ada di sektor UKM itu. Banyak praktek inovatif yang dilakukan UKM

dan telah memberikan hasil usaha yang lebih baik.

Respons Para Pelaku UKM dengan praktek inovatif

Modernisasi Toko

Toko Otak-otak Bandeng khas Gresik milik keluarga Bu Muzanah

tadinya adalah toko sederhana di depan tempat produksi. Keikut sertaan

pada program kemitraan membuat toko ini membuka tempat penjualan di

lahan yang lebih luas dan memakai konsep toko modern yaitu dengan

sistem swalayan. Tidak hanya berhenti pada pembenahan toko, pengelola

usaha juga melakukan banyak inovasi produk seperti pembuatan abon duri

yang berasal dari limbah duri bandeng. Berbagai inovasi produk dan

kemampuan untuk menjaga kualitas membuat para konsumen semakin

loyal dan berkembang jumlahnya.

                     Toko   pertanian   modern yang dikelola Faikul Muzakin saat ini juga merupakan suatu hasil kerja inovatif.    Berbekal    satu   toko yang diwariskan oleh ibunya, Faikul mengembangkan toko yang diwariskan oleh ibunya , Faikul mengembangkan tokonya menjadi 5 toko di bawah kendalinya. Toko utamanya hanya berlokasi di desa Ngronggot, Nganjuk. Ciri khas toko yang dikelola Faikul punya resep sederhana mengembangkan toko pertaniannya yaitu mencontoh toko eceran modern yang sedang menjadi trend. Beberapa hal yang menjadi fokus Faikul saat mengembangkan toko pertaniannya menjadi lebih baik dibandingkan sebelumnya adalah : branding, pengelolaan barang dagangan, konsep layanan , strategi harga, pengelolaan pelanggan,    promosi agresif, berjaringan, dan pemakaian teknologi informasi.

Page 29: LAPORAN HASIL PENELITIAN PELAKSANAAN KEGIATAN

              Suwono yang mengusahakan Kios Tani Mulyo juga mengakui keleluasaannya untuk berusaha dan berinovasi akibat pengaruh binaan kemitraan Petrokimia Gresik. Pinjaman lunak yang diperolehnya dari PKBL PT. Petrokimia Gresik dipergunakan untuk merenovasi toko dan membangun gudang sehingga memungkinkan perputaran stock lebih baik. Menurut Suwono, semenjak bergabung menjadi mitra binaan PT. Petrokimia Gresik, banyak diperolehnya kemudahan terutama dari sisi permodalan, pembibitan serta pembinaan. “Rasanya berbeda sekali sebelum dan sesudah menjadi mitra. Waktu saya masih berdiri sendiri, jika butuh apa-apa tidak ada perantara. Kini saya merasa didukung serta diberi ilmu tanpa henti oleh PKBL Petro”, demikian komentar Suwono. Suwono merasa ia dapat semakin mantap melaksanakan pertanian organiknya yang dirintis selama ini. Suwono memang tidak hanya menjual produk / sarana produksi pertanian tetapi juga membuat demoplot pengelolaan pertanian hijau dan memperkenalkan pupuk cair nabati pada masyarakat.

Kiprah di Sektor Industri

Ibu Hartono sebagai pengusaha batik “Sari Kenongo” di Sidoarjo merasakan banyak keuntungan dengan kesertaannya pada mitra PKBL PT Petrokimia Gresik. Modal awal yang diperoleh dipergunakan untuk membeli bahan kain (sutera, prima, katun) dan obat batik. Keikut sertaan dalam pelbagai kegiatan pameran yang diselenggarakan oleh PKBL PT Petrokimia Gresik juga mampu membuka pasar bagi produk batik “Sari Kenongo”. Pengembangan pasar membuat ibu Hartono dapat semakin menampilkan desain-desain, corak dan motif batik kreasinya. Inovasi desain yang selalalu baru membuat para pelanggan tetap setia padanya.

Tidak berbeda dengan sang juragan batik Ibu Hartono” , Ibu Kholifah sebagai pimpinan UD Ahida yang memproduksi sarung juga menceritakan pengalamannya berbagi suka duka selama menjadi mitra binaan PKBL PT. Petrokimia Gresik. Usaha produksi sarung dimulai dengan “ modal kenekatan”, 1 pegawai dan 1 mesin tenun pinjaman. Kreativitas dan ketekunannya mengerjakan sarung membuat permintaan pasar terhadap produksinya meningkat. Adanya pinjaman modal dari PKBL membuat ibu Kholifah semakin lancar memenuhi pesanan rekanan dan pelanggan. Ibu Kholifah senantiasa berusaha melakukan terobosan dan inovasi tertentu dalam proses pembuatan sarung. “Mutu, warna dan desain harus selalu berbeda dibandingkan pesaing”, demikian ibu Kholifah menjelaskan. Saat ini ibu Kholifah telah mempunyai 150 karyawan dan 7 cabang ... inovasi dan kreativitas membuat usaha terus maju.

Tidak berbeda dengan ibu Kholifah, ketekunan bapak Nurul sebagai pengrajin juga membuatnya mampu menjadi pengusaha yang membuka lapangan pekerjaan bagi banyak orang.    Jatuh bangun dalam menjalankan usaha telah dialaminya berkali-kali dan akhirnya pada saat membuat aksesoris anak-anak seperti tas, dompet dan boneka, usahanya mulai

Page 30: LAPORAN HASIL PENELITIAN PELAKSANAAN KEGIATAN

berkembang pesat. Walaupun permintaan tinggi, bapak Nurul tetap menjaga kualitas mutu dan menciptakan desain yang selalu berbeda. Bapak Nurul rajin memantau dan mencari tahu perkembangan trend yang sedang mewabah di kalangan konsumennya. “Kita harus selalu tampil beda, mencoba berbagai terobosan baru setiap saatnya ...”, tutur Nurul akan kunci suksesnya.

Kiprah Inovasi di Sektor Perikanan

Kabupaten Gresik sebagai daerah pesisir mempunyai banyak usaha perikanan, salah satunya adalah Bapak Suparto yang mempunyai usaha budidaya tambak bandeng, vannamei dan nila. Budidaya ikan tidaklah mudah, Suparto harus menghadapi serangan hama penyakit namun Suparto tidak putus asa tetapi berusaha terus dengan mengembangkan sistem perikanan terpadu, mina padi. Ternyata sistem mina padi lebih menguntungkan karena menurutnya :

- Tidak perlu memakai pestisida beracun pada perairan karena ikan dapat berfungsi sebagai predator hama tanaman

- Sawah tetap dalam keadaan berair dan sumber air tidak tercemar

Suparto menyatakan, dukungan dana dan pengetahuan selama ia bergabung sebagai mitra pinjaman lunak PKBL PT Petrokimia Gresik sangat berarti baginya untuk senantiasa mengembangkan inovasi dan eksperimen yang ada dalam benak pemikirannya.

Kemitraan PKBL tidak hanya untuk kabupaten Gresik tetapi meluas juga ke daerah lain seperti kemitraan dengan kelompok Mina Lestari, desa Malang sari, kec Tanjung Anom, Kab Nganjuk. Kelompok pembudidayaan ikan air tawar ini selalu melakukan inovasi berusaha, baik dalam teknik perikanan ataupun pengolahan hasil. Kelompok yang beranggotakan 13 pembudidaya ikan ini menyatakan banyak keuntungan yang didapat selama usaha berkelompok ini. Secara ekonomis dan secara manajerial berkelompok memang lebih baik daripada individu, hal ini juga yang menyebabkan PKBL Petrokima Gresik lebih melakukan pembinaan dan kemitraan dalam bentuk kelompok. Budaya Jawa yang secara sosiologis suka berkelompok lebih memungkinkan transfer pengetahuan dan dukungan gotong royong.

Kiprah Inovasi Kelompok Sektor Peternakan

Di desa Bareng, Kec. Sawahan, Kab. Nganjuk terdapat peternak sapi yang menjadi binaan PKBL Petrokimia Gresik, peternak-peternak ini tergabung dalam kelompok LMDH Makmur Jaya. Bapak Purwoko selaku ketua kelompok LMDH Makmur Jaya dan juga lurah desa Bareng selalu berusaha agar anggota kelompoknya lebih makmur dengan cara meningkatkan pendapatan dan menurunkan biaya hidup. Purwoko melihat pemanfaatan kotoran sapi dapat menjadi alat menurunkan biaya hidup. Hal ini dikemukakannya pada PKBL Petrokimia dan mendapatkan sambutan

Page 31: LAPORAN HASIL PENELITIAN PELAKSANAAN KEGIATAN

pembinaan teknis sehingga dapat dibangun reaktor biogas. Pada saat ini instalasi biogas diletakkan di dekat kandang sapi dan dapat memasok energi untuk 15 rumah tangga. Pemanfaatan limbah kotoran sapi ternyata signifikan mengurangi pengeluaran untuk energi dan pupuk pertanian.

Kiprah Inovasi Sektor Pertanian dan Perkebunan

Sebagai BUMN yang berada di sektor pertanian, tentu banyak kelompok pertanian yang berada dalam binaan PKBL Petrokimia Gresik. Salah satu kelompok tani itu adalah kelompok Mekar Sari di Kepanjen, kab. Malang yang berfokus pada bagaimana menghasilkan tebu dengan kuantitas lebih berat untuk pemenuhan standar penerimaan tebu yang akan disalurkan pada PG Kebon Agung dan PG Krebet. Tanaman tebu adalah tanaman yang sangat menginginkan banyak air, angin (penjagaan kelembaban) dan api (sinar matahari untuk fotosintesis). Adanya kelompok tani sangat penting untuk membantu memenuhi kebutuhan budidaya dengan menjadi penghubung antara petani dengan pihak lembaga penyedia dana yaitu PKBL PT Petrokimia Gresik. Pertanaman tebu yang sangat intensif modal memang memerlukan dukungan lebih dulu dalam penyiapan lahan dan saprodi.

Salah satu kunci sukses program kemitraan PT. Petrokimia Gresik adalah peran kios pertanian sebagai penjamin para petani. Salah seorang pemilik kios pertanian yang sukses adalah Bapak Sarno. Bapak Sarno yang berlatar belakang Sarjana Pertanian pula menyatakan ada beberapa pertimbangan yang harus dipahami untuk melaksanakan metode ini.

- Perlu adanya efisiensi lahan dan saprodi : umumnya para petani mempunyai luas lahan kurang dari 1 ha sehingga untuk memudahkan pembinaan dan penyaluran saprodi, harus dilakukan berkelompok.

- Pembinaan yang efektif : pada pola pembinaan harus menempatkan petani sebagai subyek, harus memberikan bukti dan tidak menggurui.

- Proses inovasi bidang pertanian akan lebih mudah terjadi apabila ada kelompok yang mendukung. Perubahan dalam cara budidaya pertanian akan lebih menarik minat petani apabila petani memperoleh sumbangan pikiran, nasehat dan perhatian rekan sekelompok.

Page 32: LAPORAN HASIL PENELITIAN PELAKSANAAN KEGIATAN

BAB V. KESIMPULAN

Pada pelaksanaan kegiatan CSR oleh PT. Petrokimia Gresik secara lingkungan dan komunitas :

- Kemitraan dan pembinaan usaha kecil , yaitu dengana secara langsung kemitraan terhadap usaha kecil / individu dan melalui penjamin (kelompok atau koperasi)

- Pola konsorsium : bantuan pendidikan dan pelatihan serta upaya bantuan pemasaran melalui pameran

Garis kebijakan penggunaan dana hibah program kemitraan berkenaan dengan visi dan misi PT Petrokimia Gresik sebagai produsen pupuk terlengkap dan BUMN yang bertanggungjawab untuk masalah ketahanan pangan berkaitan dengan sistem kontrak peminjaman yang memakai sistem pelunasan sesuai masa panen / tuai hasil (yarnen/bayar panen).

Efektivitas dana peminjaman terlihat secara kuantitatif dari kemajuan usaha yaitu tingkat pengembalian yang 90% serta kemampuan para mitra binaan untuk terus berinovasi dalam sistem teknologi, perdagangan dan produk sehingga keberhasilan peminjaman dana tersebut tidak berhenti hanya ketika pinjaman berhasil dilunasi. Relasi antara PKBL Petrokimia dan para mitranya diupayakan sangat baik sehingga dapat terus memotivasi pengusaha mitra binaan PT Petrokimia untuk selalu berkembang dan meningkatkan kualitas produk / usahanya.

Page 33: LAPORAN HASIL PENELITIAN PELAKSANAAN KEGIATAN

DAFTAR PUSTAKA

Ambadar, J. 2008. CSR Dalam Praktik di Indonesia : Wujud Kepedulian Dunia Usaha. Elexmedia Komputindo, Jakarta.

Anonim, 2012. Pedoman CSR untuk Bidang Lingkungan Hidup. Kementerian Lingkungan Hidup

Anonim, 2012. Laporan Tahunan 2011. Program Kemitraan, PKG Petrokimia Gresik.

Cahyadi, Rahman dan Rosita. 2012. Melangkah Maju Berbekal Inovasi. PKBL PKG, PT. Petrokimia, Gresik. Humble, 1985. The CSR Auditing (terjemahan oleh LPPM), LPPM, Jakarta.

Porter, M .E. 2006. Manajemen Strategik. John Willey sons, NY.

Rachman, N. M,, Asep Efendi dan Emir Wicaksana, 2012. Panduan Lengkap : Perencanaan CSR . Penerbit Swadaya, Jakarta. Suprapto dan Adiwoso, 2005. Pola Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Jakarta. Tjager, I. N. 2004. Kebijakan Prinsip-prinsip Good Corporate Governance pada BUMN. Kompas, Jakarta Young, K.C., Jae C.J., Won Y O dan Jeong Y L. 20 2. Firm Size, and Corporate Social Perform the Mediating Role. Journal at Leadership and Corporation Studies. November 2012 ****************************************