30
Tanggal Praktikum : 23 April 2012 Penentuan Kadar Vitamin C, Kafein, dan Natrium Benzoat Dalam Sampel Minuman Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (HPLC) A. Tujuan Praktikum 1. Memahami cara kerja instrumen HPLC untuk analisis kuantitatif. 2. Mempreparasi sampel minuman dengan tepat dan akurat, serta dapat mengikuti manual pengoperasian HPLC. 3. Menentukan kadar vitamain C, Kafein, dan Natrium Benzoat dalam sampel minuman. B. Tinjauan Pustaka Teknik HPLC merupakan suatu metode kromatografi cair-cair, yang dapat digunakan baik untuk keperluan pemisahan maupun analisis kuantitatif. Kromatografi sendiri merupakan metode analisis yang didasarkan pada pemisahan komponen-komponen dalam campuran (zat terlarut) karena perbedaan laju migrasi komponen-komponen yang melalui dua fasa berbeda yaitu fasa diam dan fasa gerak. Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) banyak digunakan secara luas untuk berbagai macam keperluan analisis, diantaranya untuk menetapkan kadar senyawa-senyawa tertentu seperti asam-asam amino, asam-asam nukleat dan protein-protein dalam cairan fisiologis, serta untuk

Laporan Hplc Fix

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan Hplc Fix

Tanggal Praktikum : 23 April 2012

Penentuan Kadar Vitamin C, Kafein, dan Natrium Benzoat Dalam Sampel Minuman

Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (HPLC)

A. Tujuan Praktikum

1. Memahami cara kerja instrumen HPLC untuk analisis kuantitatif.

2. Mempreparasi sampel minuman dengan tepat dan akurat, serta dapat mengikuti

manual pengoperasian HPLC.

3. Menentukan kadar vitamain C, Kafein, dan Natrium Benzoat dalam sampel

minuman.

B. Tinjauan Pustaka

Teknik HPLC merupakan suatu metode kromatografi cair-cair, yang dapat

digunakan baik untuk keperluan pemisahan maupun analisis kuantitatif. Kromatografi

sendiri merupakan metode analisis yang didasarkan pada pemisahan komponen-

komponen dalam campuran (zat terlarut) karena perbedaan laju migrasi komponen-

komponen yang melalui dua fasa berbeda yaitu fasa diam dan fasa gerak.

Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) banyak digunakan secara luas untuk

berbagai macam keperluan analisis, diantaranya untuk menetapkan kadar senyawa-

senyawa tertentu seperti asam-asam amino, asam-asam nukleat dan protein-protein

dalam cairan fisiologis, serta untuk menentukan kadar senyawa-senyawa aktif dalam

obat dan lain-lain.

Jenis interaksi antara komponen-komponen dalam suatu sampel diantara fasa

diam dan fasa gerak atau perbedaan distribusi komponen sampel diantara dua fasa

sangat menentukan hasil analisis dari HPLC ini. Terdapat berbagai macam interaksi

atau jenis retensi solut diantara dua fasa yang berbeda, jenis interaksi tersebut

digolongkan kedalam jenis kromatografi sebagai berikut:

1. Kromatografi Adsorpsi

Kromatografi ini sangat cocok untuk memisahkan senyawa-senyawa yang

relatif polar. Biasanya kromatografi jenis ini menggunakan fasa gerak nonpolar

dan fasa diam polar sehingga sering disebut sebagai HPLC fasa normal. Pada

kromatografi jenis ini digunakan fasa diam berupa suatu adsorben, adsorben yang

Page 2: Laporan Hplc Fix

banyak digunakan yakni partikel-partikel silika atau alumina. Untuk mengontrol

retensi solut, biasanya ditambahkan sedikit senyawa polar kepada fasa gerak

sebagai modifier. Modifier akan bersaing dengan molekul-molekul solut untuk

berinteraksi dengan adsorben.

2. Kromatografi partisi

Kromatografi partisi merupakan kromatografi fasa terbalik dimana fasa gerak

lebih polar daripada fasa diamnya. Fasa geraknya harus dijenuhkan dengan zat

cair fasa diam untuk mengurangi erosi lapisan fasa diam. Fasa gerak dan fasa

diam beberapa senyawa sangat kuat atau tidak tertahan sama sekali pada fasa

diamnya.

3. Kromatografi fasa terikat

Kromatografi ini adalah jenis kromatgrafi yang cukup sering digunakan,

kromatografi fasa terikat memiliki persamaan dengan kromatografi partisi. Pada

kromatografi ini, adsorben fasa terikat terdiri dari partikel silika yang

dimodifikasi secara kimia dengan rantai alkil. Fasa terikat merupakan fasa yang

stabil. Jenis kromatografi ini memiliki keterulangan waktu retensi yang baik.

4. Kromatografi penukar ion

Fasa gerak dalam kromatografi penukaran ion yang sering digunakan adalah

campuran air yang mengandung sedikit metanol atau pelarut organik lain yang

bercampur dengan air. Pelarut ini juga mengandung senyawa-senyawa ionisasi

dalam bentuk buffer. Kekuatan pelarut dan selektivitas ditentukan oleh jenis dan

konsentrasi bahan-bahan tambahan ini. Umunya, ion-ion dari fasa gerak bersaing

dengan ion analit untuk memperebutkan tempat paking panukaran ion. Fasa diam

dalam kromatografi penukaran ion dapat berupa penukaran ion asam sulfonat

untuk kation atau penukar ion amin untuk anion.

Terdpat beberapa hal yang perlu diperhatikan saat pemilihan komponen

penyusun instrumen HPLC, diantaranya:

1. Memilih Fase Diam

Fase diam adalah adsorben dan pemisahan didasarkan pada adsorpsi berulang

dan desorpsi bahan terlarut (analit). Bahan terlarut ditambahkan ke sistem padat

(misal silika) cair atau seton.

Page 3: Laporan Hplc Fix

2. Memilih Fase Gerak

Di dalam kromatografi cair komposisi dari solven atau fasa gerak adalah salah

satu dari variabel yang mempengaruhi pemisahan. Terdapat variasi yang sangat

luas pada solven yang digunakan untuk KCKT, tetapi ada beberapa sifat umum

yang harus dipenuhi, diantaranya :

a. Murni, tidak terdapat kontaminan

b. Tidak bereaksi dengan wadah (packing)

c. Sesuai dengan detektor

d. Melarutkan sampel

e. Memiliki visikositas rendah

f. Bila diperlukan, memudahkan "sample recovery"

g. Diperdagangan dapat diperoleh dengan harga murah (reasonable price)

Umumnya, semua solven yang sudah digunakan langsung dibuang karena

prosedur pemuriannya kembali mahal biayanya.

Penerapan kromatografi cairan kinerja tinggi dapat dilakukan dengan dua

mode oprasional, yaitu :

1. Cara Isokratik

Dimana aliran elusi tetap (konstan) dan ketetapan komposisi dari fase gerak

tetap berlaku.

2. Cara Gradient Elution

Dimana aliran konstan dan perubahan komposisi dari fase gerak terjadi. Elusi

Gradien didefinisikan sebagai penambahan kekuatan fasa gerak selama analisis

kromatografi berlangsung. Efek dari Elusi Gradien adalah mempersingkat waktu

retensi dari senyawa-senyawa yang tertahan kuat pada kolom. Apabila

dibandingkan dengan elusi isokratik, elusi gradien menawarkan beberapa

keuntungan :

a. Total waktu analisis dapat direduksi

b. Resolusi persatuan waktu setiap senyawa dalam campuran bertambah

c. Ketajaman Peak bertambah (menghilangkan tailing)

d. Efek sensitivitas bertambah karena sedikit variasi pada peak

Perlu diperhatikan juga bahwa pada KCKT jenis elusi yang sering digunakan

adalah elusi fase terbalik atau “reverse phase chromatography”. Jenis elusi ini

menunjukkan bahwa fase diam yang digunakan bersifat non-polar dan fase gerak

bersifat polar.

Page 4: Laporan Hplc Fix

Pada analisis menggunakan jenis elusi terbalik akan menyebabkan komponen

yang bersifat polar akan terelusi terlebih dahulu. Hal ini diakibatkan oleh semakin

polar sifat suatu komponen, maka semakin lemah interaksi yang terjadi dengan fasa

diam yang bersifat non polar dan hal ini menyebabkan komponen yang bersifat lebih

polar akan terelusi lebih dulu. Artinya komponen yang lebih polar akan lebih kuat

terdistribusi pada fasa geraknya.

Secara umum mekanisme kerja alat HPLC dimulai dengan pelarut sebagai fasa

gerak akan dialirkan dengan menggunakan bantuan pompa bertekanan tinggi,

akibatnya laju alir dari fasa gerak akan bergerak secara cepat. Selanjutnya sampel

akan dinjeksikan pada bagian alat injektor, dengan adanya fasa gerak sampel tersebut

akan terbawa kedalam kolom HPLC. Didalam kolom akan terjadi proses pemisahan

komponen-komponen sampel berdasarkan distribusinya didalam dua fasa yang

berbeda. Kemudian komponen-komponen sampel yang telah dipisahkan dan yang

terelusi terlebih dahulu akan mencapai detektor dan diterjemahkan dalam bentuk

kromatogram. Berikut bagan skematis kerja alat HPLC.

Gambar 1. Bagan skematis kerja alat HPLC secara umum

Page 5: Laporan Hplc Fix

Gambar 2. Skema lengkap alat HPLC

Adapun bagian-bagian dari alat HPLC dijelaskan sebagai berikut:

1. Unit pendorong eluen

Unit ini terdiri dari peralatan reservoir yang berupa pompa bertekanan tinggi.

Uni HPLC ini berfungsi untuk mengalirkan fasa gerak cair malalui kolom yang

berisi serbuk halus. Pompa yang dapat digunakan dalam HPLC harus memenuhi

persyaratan sebagai berikut:

a. Menghasilkan tekanan sampai 600 psi.

b. Kecepatan alir berkisar antara 0,1-10 mL/menit.

c. Bahan tahan korosi.

Biasanya pada alat reservoir tersebut dilengkapi dengan sistem penghilang gas

terlarut. Karena jika adanya gas yang ikut kedalam alat HPLC dapat

menyebabkan gangguan pada sistem kolom sehingga mempengaruhi hasil

pengukuran yang dapat dilihat dari adanya pelebaran puncak (peak)

kromatogram.

2. Sistem pemasukan cuplikan

Kebanyakan pemasukan cuplikan ke dalam kolom dapat menyebabkan band

broadening. Oleh karena itu, cuplikan yang dimasukan harus sekecil mungkin,

Page 6: Laporan Hplc Fix

hanya beberapa puluh mikroliter saja. Teknik pemasukan cuplikan kedalam sistem

HPLC dapat dilakukan dengan cara injeksi srynge, injeksi “stop-flow”, atau kran

cuplikan.

Alat yang sering digunakan untuk memasukkan cuplikan adalah syringe.

Syringe disuntikkan melalui septum (seal karet) dan untuk ini dirancang syringe

yang tahan tekanan sampai 1500 psi.

Injeksi stop-flow adalah jenis injeksi syringe kedua tapi di sini aliran pelarut

dihentikan sementara, sambungan pada ujung kolom dibuka dan cuplikan

disuntikan langsung ke dalam ujung kolom. Setelah menyambungkan kembali

kolom maka pelarut dialirkan kembali.

Injeksi kran cuplikan. Jenis pemasukan cuplikan ini disebut juga loop dan

paling banyak digunakan. Untuk memasukan cuplikan ke dalam aliran fasa gerak

melalui injeksi kran dapat dilakukan dengan cara Sejumlah volume cuplikan

disuntikkan ke dalam loop dalam posisi “load”, cuplikan masih berada dalam

loop. Kemudian Kran diputar untuk mengubah cuplikan “load” menjadi posisi

“injeksi” kemudian sampel diinjeksikan dan fasa gerak membawa cuplikan ke

dalam kolom.

3. Unit Kolom

Sampel yang telah diinjeksikan melalui unit injeksi selanjutnya akan dibawa

oleh fasa gerak kemudian masuk ke unit kolom. Pada unit klom ini terjadi

pemisahan komponen-komponen sampel berdasarkan kekuatan distribusi setiap

komponen pada dua fasa yang berbeda. Pada HPLC biasanya digunakan fasa diam

berupa zat cair yang bersifat non-polar dan fasa gerak berupa zat cair yang bersifat

polar. Komponen-komponen dari sampel yang memiliki sifat lebih non-polar akan

tertahan lebih lama dikolom atau distribusinya lebih banyak pada fasa diam,

sedangkan komponen yang lebih bersifat polar akan terelusi lebih cepat karena

distribusinya lebih banyak pada fasa geraknya. Komponen yang bersifat lebih

polar tersebut akan lebih cepat mencapai detektor. Lamanya suatu komponen

sampel tertahan didalam kolom atau terdistribusi didalam fasa diam disebut waktu

retensi. Waktu retensi ini bersifat spesifik untuk setiap analit. Fasa diam yang

banyak digunakan adalah C-18. Selain C-18 terdapat pula berbagai macam fasa

diam diantaranya C-8 dan cyanopropyl. Inti dari HPLC ini sama dengan

kromatografi GC yakni terlatak pada unit pemisahan pada kolom.

Page 7: Laporan Hplc Fix

4. Detektor

Komponen-komponen sampel yang lebih dahulu terelusi akan mencapai

detektor. Jenis detektor yang digunalkan harus disesuaikan dengan dengan analit

yang akan ditentukan, namun secara umum ada beberapa hal yang menjadi

pertimbangan dalam pemilihan detektor, antara lain:

a. Detektor harus cukup sensitif

b. Stabilitas dan keterulangan tinggi

c. Respon linear terhadap solut

d. Waktu respon pendek sehingga tidak bergantung alir

e. Reliabilitas tinggi dan mudah digunakan

f. Tidak merusak cuplikan.

Terdapat berbagai macam detektor seperti detektor UV, detekot elekrokimia,

dan detektor fluorometrik. Namun yang paling banyak digunakan adalah jenis

detektor UV. Detektor UV terutama digunakan untuk pendeteksian senyawa-

senyawa organik. Detektor UV dilengkapi dengan pengatur panjang gelombang

sehingga panjang gelombang UV yang digunakan dapat dipilih disesuaikan

dengan jenis cuplikan yang diukur.

5. Rekorder

Hasil pembacaan oleh detektor selanjutnya akan diterjemahkan oleh alat

rekorder dalam bentuk kromatogram. Hasil pembacaan alat rekoder dalam bentuk

kromatogram tersebut memuat informasi mengenai waktu retensi dan lebar

puncak tiap analit. Dengan data-data tersebut penentuan secara kuantitaif analit

yang ada didalam sampel dapat dilakukan. Dengan waktu retensi sebagai identitas

dari setiap analit sehingga dapat ditentukan jenis analit secara kaualitatif,

sedangkan lebar puncak tiap analit dapat digunakan dalam perhitungan jumlah

tiap-tiap analit yang terdapat didalam sampel

C. Alat dan Bahan praktikum

Alat:

1. Perangkat alat HPLC 1 set

2. Gelas ukur 50 ml 1 buah

3. Gelas ukur 10 ml 5 buah

4. Spatula 1 buah

Page 8: Laporan Hplc Fix

5. Gelas kmia 100 ml 1 buah

6. Pipet tetes 2 buah

7. Neracaanalitik 1 set

8. Alat vibrator 1 set

9. Membran PTFE

Bahan:

1. Padatan vitamin C 1,4 mg

2. Padatan kafein 5,3 mg

3. Padatan natrium benzoat 2,6 mg

4. Aqudes

5. sampel minuman kratingdeng

D. Prosedur Kerja Praktikum

1. Pembuatan larutan induk vitamin C, kafein, dan asam benzoat

Ditimbang vitamin C sebanyak 1 mg, kafein sebanyak 5 mg, dan natrium

benzoat sebanyak 2,5 mg. Kemudian ketiga nya dicampurkan dalam gelas kimia

100 ml, lalu dilarutkan dengan fasa gerak yang telah disediakan dan diaduk

hingga larutan homogen. Kemudian dimasukan kedalam labu takar 50 ml.

Selanjutnya diencerkan dengan menambahkan fasa gerak sampai tanda batas.

Larutan induk vitamin C, kafein, dan asam benzoat siap digunakan.

2. Pembuatan deret larutan standar

Dipipet larutan induk masing-masing sebanyak 1 ml, 2 ml, 3 ml,4 ml dan 5 ml.

Kemudian masing-masing dimasukan kedalam labu takar 10 ml. Selanjutnya

diencerkan dengan larutan fasa gerak yang telah disediakan hingga tanda batas.

Lalu masing-masing larutan tersebut di saring dengan PTFE dan hasil saringan

dimasukan ke dalam masing-masing botol vial yang telah diberi label. Selanjutnya

larutan deret standar didegassing selama 7 menit. Larutan standar siap ukur.

3. Pembuatan larutan sampel dari sampel minuman

Dipipet sebanyak 5 ml sampel minuman kratingdeng. Kemudian dimasukan

kedalam labu takar 10 ml dan dencerkan dengan larutan fasa gerak hingga tanda

batas. Kemudian disaring dengan PTFE dan hasil saringan ditampung dalam botol

vial. Selanjutnya sampel yang ada dalam botol vial didegassing dengan alat

ultrasobic vibrator selama 7 menit. Larutan sampel siap ukur.

4. Pengukuran dengan alat instrumen HPLC

Page 9: Laporan Hplc Fix

Instrumen HPLC dihidupkan kemudian kondisikan instrument HPLC sesuai

Dengan parameter pengukuran yang dikehendaki. Fasa gerak diatur dengan sistem

elusi gradien. Kolom yang digunakan C-18. Panjang gelombang diatur pada 254

nm. Laju alir sebesar 0,75 ml/menit. Volume injeksi sebanyak 25 mikroliter.

Pastikan kabel penghubung listrik telah tersambung dengan benar. Setelah itu

tekan tombol “ON” pada sakelar listrik. Isi botol fasa gerak dengan volume

memadai dan kosongkan botol penampung. Tekan tombol “ON” pada alat,

berturut-turut untuk power, detektor dan pompa. Lakukan pemograman alat

dengan computer. Ikuti langkahnya sesuai dengan instruksi computer. Pilih mode

yang digunakan sesuai dengan parameter kondisi instrument. Apabila

kromatogram telah menunjukkan base line mendatar, maka instrument siap

digunakan. Injeksikan larutan standar secarea berurutan (mulai dari konsentrasi

terendah) dan larutan sampel. Cetak hasil pengukuran dan catat kondisi

percobaannya.

E. Hasil dan Analisis Data

Hasil percobaan

1. Data hasil analisis larutan standar Vitamin C

Tabel Data Pengukuran Larutan deret Standar Vitamin CC area

2.8 2372515.6 4557828.4 699365

11.2 96123214 1157044

Kurva kalibrasi larutan deret standar Vitamin C

2 4 6 8 10 12 14 160

200000

400000

600000

800000

1000000

1200000

1400000

f(x) = 83617.2597402598 xR² = 0.999678234545798

VITAMIN C

VITAMIN C

Linear (VITAMIN C)

Page 10: Laporan Hplc Fix

Berdasarkan kurva yang dihasilkan, maka persamaan garis yang didapatkan

adalah y = 83617x ; y= luas area Maka,

Maka, y = 83617x

21146= 83617x

X= 0.2528 ppm

Jadi, konsentrasi vit C dalam sampel = 0.2528 ppm

2. Data hasil analisis larutan standar Kafein

TabeldatapengukuranLarutan Derat standar kafein

Kurva kalibrasi larutan deret standar Kafein

0 10 20 30 40 50 600

500000

1000000

1500000

2000000

2500000

f(x) = 40377.5334476844 xR² = 0.999660451255852

KAFEIN

KAFEINLinear (KAFEIN)

Berdasarkan kurva yang dihasilkan, maka persamaan garis yang didapatkan

adalah y = 40378x ; y= luas area Maka,

Maka, y = 40378x

84518= 40378x

X= 20.9317 ppm

Jadi, konsentrasi Kafein dalam sampel = 20.9317 ppm

c area10.6 45801121.2 81294631.8 128028142.4 173677453 2133652

Page 11: Laporan Hplc Fix

3. Data hasil analisis larutan standar Natrium Benzoat

Tabel Data Pengukuran Larutan deret Standar Natrium BenzoatC area

5.2 4098810.4 8795115.6 12897320.8 17783226 215248

Kurva kalibrasi larutan deret standar Natrium Benzoat

0 5 10 15 20 25 300

50000

100000

150000

200000

250000

f(x) = 8361.45804195804 xR² = 0.999718484942364

NATRIUM BENZOAT

NATRIUM BENZOATLinear (NATRIUM BENZOAT)

Berdasarkan kurva yang dihasilkan, maka persamaan garis yang didapatkan

adalah y = 8361.x; y= luas area Maka,

Maka, y = 8361.x

75969= 8361.x

X= 9.0855 ppm

Jadi, konsentrasi Kafein dalam sampel = 9.0855 ppm

Analisis Data

Percobaan yang telah dilakukan adalah penentuan kadar vitamin c, kafein, dan

natrium benzoate dalam sampel minuman Kratingdieng dengan metode HPLC. Tujuan

dari praktikum ini untuk menentukan kadar vitamin c, kafein, dan natrium benzoate dalam

botol minuman kratingdieng dengan teknik HPLC.

Mekanisme pemisahan yang dilakukan adalah partisi, kerena fasa gerak dan fasa diam

dalam metoda HPLC berupa cair-cair. Sampel yang digunakan adalah minuman

kratingdieng yang mengandung kafein 50 mg dan zat lain dalam tiap sajinya (keterangan

dari botolnya). Jenis HPLC yang digunakan adalah fasa terbalik, yaitu fasa diam non polar

dan fasa gerak bersifat polar. Fasa gerak yang digunakan adalah campuran antara larutan

Page 12: Laporan Hplc Fix

KH2PO4 dan asetonitril dengan perbandingan 60:40. Sedangkan fasa diamnya berupa

cairan yang permukaannya dilapisi okta desil silan (C18) yang bersifa non polar. jadi

senyawa non polar akan tertahan lebih lama di dalam kolom yang non-polar sedangkan

senyawa yang polar akan keluar lebih cepat dan mencapai detector lebih dulu.

Sampel yang akan digunakan disaring terlebih dahulu dengan membrane PTFE untuk

menghindari partikel-partikel kecil/ pengotor yang dapat menyumbat kolom ketika fasa

gerak dialirkan dan akan mengacaukan analisis sampel. Selain melakukan penyaringan ada

juga perlakuan yang lain yaitu larutan didegassing menggunakan ultrasonic vibrator. Hal

ini dilakukan untuk menghomogenkan larutan dan menghilangkan gas-gas yang mungkin

aa dalam larutan. Karena jika terdapat gas dalam larutan yang akan diinjeksikan pada alat

HPLC, gas tersebut akan berkumpul terutama dan detector sehingga akan mengganggu

interpretasi kromatogram.

Didalam larutan sampel terdapat senyawa yang memiliki gugus kromofor berupa

gugus benze, ikatan rangkap dll. Adanya gugus kromofor tersebut menyebabkan senyawa

ini dapat menyerap sinar uv. Dengan menyerap sinar uv akan terjadi transisi electron.

Absorbsi akibat transisi electron inilah yang akan menunjukkan konsentrasi senyawa

tersebut. Hal ini sesuai dengan hokum lambert-Beer. A=ε . b. c dimana absorbansi

sebanding dengan konsentrasi. Karena dapat menyerap sinar uv. Maka detector yang

digunakan detector uv.

Instrument HPLC dapat digunakan untuk analisis kualitatif maupun analisis

kuantitatif. Analisis kuantitatif dapat dilihat dari pengukuran luas puncak/area dari analit

pada kromatogram yang dibandingkan dengan luas area standar dengan menggunakan

kurva kalibrasi, pada percobaan kali ini digunakan dua deret larutan standar. Analisis

Kualitatif dapat dilihat dari waktu retensinya yang dibandingkan dengan standar.

Pada perhitungan konsentrasi vitamin c, kafein dan natrium benzoate, konsentrasi data

yang terhitung secara berturut-turut adalah 0.2528 ppm, 20.9317 ppm, dan 9.0855 ppm.

Dari hasil perhitungan tersebut adanya ketidak sesuaian kadar yang tertera pada botol

minuman tersebut dengan hasil perhitungan yang diperoleh. hal ini kemungkinan terjadi

disebabkan karena beberapa factor, diantaranya adanya unsur kesengajaan dari petugas/

pegawai dalam pembuatan minuman tersebut. Selain itu dimungkinkan kurangnya

ketelitian dalam melakukan pekerjaan pada saat pengujian minuman tersebut.

Page 13: Laporan Hplc Fix

Setelah sampel diukur, didapat kromatogram dari sampel. Kemudian dibuat kurva

kalibrasi dari larutan standar. Setelah dilakukan pengolahan data, maka didapatlah kadar

perhitungan konsentrasi vitamin c, kafein dan natrium benzoate, konsentrasi data yang

terhitung secara berturut-turut adalah 0.2528 ppm, 20.9317 ppm, dan 9.0855 ppm.

F. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan penetuan kadar vitamin c, kafein dan natrium benzooat dalam

sampel minuman kratingdieng menggunakan instrument HPLC, didapatkan kadar vitamin c

dalam sampel sebesar 0.2528 ppm, untuk Kafein 20.9317 ppm, dan untuk natrium benzoate

sebesar 9.0855 ppm

Page 14: Laporan Hplc Fix

G. Daftar Pustaka

Hendayana, Sumar. (1994). Kmia Instrumen Edisi Kesatu. Semarang : IKIP Semarang Press.

Hendayana, Sumar. (2006). Kimia Pemisahan Metode Kromatografi

dan Elektroforensis Modern.Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Putra, Effendy De Lux. (2004). Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dalam Bidang Farmasi.

Sumatera Utara : Jurusan Farmasi FMIPA USU.

Suhanda, Hokcu. (2001). Handout Perkuliahan Kimia Analitik Instrumen :KCKT/HPLC.

Jurusan Pendidikan Kimia UPI : tidak diterbitkan.

Tim Kimia Analitik Instrumen. (2010). Penuntun Praktikum Kimia Analitik  Instrumen

(KI-431).Bandung : Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI

Page 15: Laporan Hplc Fix

H. Lampiran

Perhitungan

1. Pembuatan larutan KH2PO4

Diketahui: [KH2PO4] = 0.01 M

Volume =500 ml=0.5 ml

Ditanya :massa KH2PO4?

Penyelesaian : Mol KH2PO4=Molaritas x volume

=0.01 M x 0.5 L

=0.005 mol

Massa KH2PO4= mol x massa relarif (Mr)

= 0.05 mol x 136 g/mol

=0.68 gram

Jadi, massa untuk pembuatan larutan KH2PO4 sebesar 0.68 gram

2. Perhitungan Konsentrasi Vitamin C, Kafein, Natrium Benzoat

Vitamin C

Diketahui : massa vit.c = 1.4 mg

Volume =50 ml=0.05 L

Ditantanya :konsentrasi vit. C?

Penyelesaian : konsentrasi vit.c = mgl

=1.4 mg0.05 L

=28 ppm

Kafein

Diketahui : massa kafein = 5.3 mg

Volume =50 ml=0.05 L

Ditantanya :konsentrasi Kafein?

Penyelesaian : konsentrasi vit.c = mgl

=5.3 mg0.05 L

=106 ppm

Page 16: Laporan Hplc Fix

Natrium Benzoat

Diketahui : massa Natrium Benzoat = 1.4 mg

Volume =50 ml=0.05 L

Ditantanya :konsentrasi Natrium Benzoat?

Penyelesaian : konsentrasi Natrium Benzoat= mgl

=2.6 mg0.05 L

=52 ppm

3. Pengenceran untuk Vitamin C, Kafein, Natrium Benzoat untuk yang 1 ml

Vitamin C

M1.V1= M2. V2

28 ppm. 1ml= M2. 10 ml

M2=28 ppm .1 ml

10 ml

M2=2.8 ppm

Kafein

M1.V1= M2. V2

106 ppm. 1ml= M2. 10 ml

M2=106 ppm .1ml

10 ml

M2=10.6 ppm

Natrium Benzoat

M1.V1= M2. V2

52 ppm. 1ml = M2. 10 ml

M2=52 ppm .1 ml

10 ml

M2=5.2 ppm

4. Pengenceran untuk Vitamin C, Kafein, Natrium Benzoat untuk yang 2 ml

Vitamin C

M1.V1= M2. V2

28 ppm. 2 ml = M2. 10 ml

Page 17: Laporan Hplc Fix

M2=28 ppm .2 ml

10 ml

M2=5.6 ppm

Kafein

M1.V1= M2. V2

106 ppm. 2 ml= M2. 10 ml

M2=106 ppm .2ml

10 ml

M2=21.2 ppm

Natrium Benzoat

M1.V1= M2. V2

52 ppm. 2 ml = M2. 10 ml

M2=52 ppm .2 ml

10 ml

M2=15.6 ppm

5. Pengenceran untuk Vitamin C, Kafein, Natrium Benzoat untuk yang 3 ml

Vitamin C

M1.V1= M2. V2

28 ppm. 3 ml = M2. 10 ml

M2=28 ppm .3 ml

10 ml

M2=8.4 ppm

Kafein

M1.V1= M2. V2

106 ppm. 3 ml= M2. 10 ml

M2=106 ppm .3 ml

10 ml

M2=31.8 ppm

Natrium Benzoat

M1.V1= M2. V2

52 ppm. 3 ml = M2. 10 ml

M2=52 ppm .3ml

10 ml

M2=15.6 ppm

Page 18: Laporan Hplc Fix

6. Pengenceran untuk Vitamin C, Kafein, Natrium Benzoat untuk yang 4 ml

Vitamin C

M1.V1= M2. V2

28 ppm. 4 ml = M2. 10 ml

M2=28 ppm .4 ml

10 ml

M2=11.2 ppm

Kafein

M1.V1= M2. V2

106 ppm. 4 ml= M2. 10 ml

M2=106 ppm .4ml

10 ml

M2=42.4 ppm

Natrium Benzoat

M1.V1= M2. V2

52 ppm. 4 ml = M2. 10 ml

M2=52 ppm .4 ml

10 ml

M2=20.8 ppm

7. Pengenceran untuk Vitamin C, Kafein, Natrium Benzoat untuk yang 5 ml

Vitamin C

M1.V1= M2. V2

28 ppm. 5 ml = M2. 10 ml

M2=28 ppm .5 ml

10 ml

M2=14 ppm

Kafein

M1.V1= M2. V2

106 ppm. 5 ml= M2. 10 ml

M2=106 ppm .5 ml

10 ml

M2=53 ppm

Natrium Benzoat

M1.V1= M2. V2

Page 19: Laporan Hplc Fix

52 ppm. 5 ml = M2. 10 ml

M2=52 ppm .5 ml

10 ml

M2=26 ppm

Data Pengamatan

1. Data hasil analisis larutan standar Vitamin C

Tabel Data Pengukuran Larutan deret Standar Vitamin CC area

2.8 2372515.6 4557828.4 699365

11.2 96123214 1157044

Kurva kalibrasi larutan deret standar Vitamin C

2 4 6 8 10 12 14 160

500000

1000000

1500000

f(x) = 83617.2597402598 xR² = 0.999678234545798

VITAMIN C

VITAMIN C

Linear (VITAMIN C)

Berdasarkan kurva yang dihasilkan, maka persamaan garis yang didapatkan

adalah y = 83617x ; y= luas area Maka,

Maka, y = 83617x

21146= 83617x

X= 0.2528 ppm

Jadi, konsentrasi vit C dalam sampel = 0.2528 ppm

2. Data hasil analisis larutan standar Kafein

Page 20: Laporan Hplc Fix

TabeldatapengukuranLarutan Derat standar kafein

Kurva kalibrasi larutan deret standar Kafein

0 10 20 30 40 50 600

500000

1000000

1500000

2000000

2500000

f(x) = 40377.5334476844 xR² = 0.999660451255852

KAFEIN

KAFEINLinear (KAFEIN)

Berdasarkan kurva yang dihasilkan, maka persamaan garis yang didapatkan

adalah y = 40378x ; y= luas area Maka,

Maka, y = 40378x

84518= 40378x

X= 20.9317 ppm

Jadi, konsentrasi Kafein dalam sampel = 20.9317 ppm

3. Data hasil analisis larutan standar Natrium Benzoat

Tabel Data Pengukuran Larutan deret Standar Natrium Benzoat

C area5.2 40988

10.4 8795115.6 12897320.8 17783226 215248

Kurva kalibrasi larutan deret standar Natrium Benzoat

c area10.6 45801121.2 81294631.8 128028142.4 173677453 2133652

Page 21: Laporan Hplc Fix

0 5 10 15 20 25 300

50000100000150000200000250000

f(x) = 8361.45804195804 xR² = 0.999718484942364

NATRIUM BENZOAT

NATRIUM BENZOATLinear (NATRIUM BENZOAT)

Berdasarkan kurva yang dihasilkan, maka persamaan garis yang didapatkan

adalah y = 8361.x; y= luas area Maka,

Maka, y = 8361.x

75969= 8361.x

X= 9.0855 ppm

Jadi, konsentrasi Kafein dalam sampel = 9.0855 ppm

Foto Pengamatan

Sampel Sampel dalam labu ukur Fasa Gerak

Larutaan standard dan sampel pada saat melakukan degassing

Set alat HPLC tampak dari luar

Page 22: Laporan Hplc Fix