13
Jurnal Budidaya Pakan Alami Jurusan Budidaya Perairan Januari 2015 Kultur Pakan Alami / Infusoria (Paramaecium sp.) Dengan Media Yang Berbeda Jinawi Efendi 1) NIM : G1B11202 Laboratorium Nutrisi Fakultas Perikanan Dan Kelautan Universitas Lambung Mangkurat Jl.Unlam III Komplek Gedung Kemahasiswaan Email : [email protected] ABSTRAK Pakan alami ialah makanan hidup bagi larva atau benih ikan dan udang. Beberapa jenis pakan alami yang sesuai untuk benih ikan air tawar, antara lain lnfusoria (Paramaecium sp.), Rotifera (Brachionus sp.), Kladosera (Moina sp.), dan Daphnia sp. Pakan alami tersebut mempunyai kandungan gizi yang lengkap dan mudah dicerna dalam usus benih ikan. Ukuran tubuhnya yang relatif kecil sangat sesuai dengan lebar bukaan mulut larva/benih ikan. Sifatnya yang selalu bergerak aktif akan merangsang benih/larva ikan untuk memangsanya. Pakan alami ini dapat diibaratkan "air susu ibu" bagi larva/benih ikan yang dapat memberikan gizi secara lengkap sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Pakan alami Infusoria dapat dibudidayakan dengan media sayuran, sedangkan pakan alami jenis Moina dan Daphnia dapat dilakukan dengan menggunakan kotoran hewan kering yang ada di sekitar kita. Kata kunci : Pakan, lnfusoria, pertumbuhan, sayuran PENDAHULUAN Pembenihan merupakan titik awal dalam usaha pengembangan 1

Laporan Jurnal (Budidaya Pakan Alami/Infosoria)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

budidaya perairan

Citation preview

Page 1: Laporan Jurnal (Budidaya Pakan Alami/Infosoria)

Jurnal Budidaya Pakan AlamiJurusan Budidaya Perairan

Januari 2015

Kultur Pakan Alami / Infusoria (Paramaecium sp.)

Dengan Media Yang Berbeda

Jinawi Efendi 1)

NIM : G1B11202

Laboratorium Nutrisi Fakultas Perikanan Dan Kelautan

Universitas Lambung Mangkurat

Jl.Unlam III Komplek Gedung Kemahasiswaan

Email : [email protected]

ABSTRAK

Pakan alami ialah makanan hidup bagi larva atau benih ikan dan udang. Beberapa jenis

pakan alami yang sesuai untuk benih ikan air tawar, antara lain lnfusoria (Paramaecium sp.), Rotifera

(Brachionus sp.), Kladosera (Moina sp.), dan Daphnia sp. Pakan alami tersebut mempunyai

kandungan gizi yang lengkap dan mudah dicerna dalam usus benih ikan. Ukuran tubuhnya yang

relatif kecil sangat sesuai dengan lebar bukaan mulut larva/benih ikan. Sifatnya yang selalu bergerak

aktif akan merangsang benih/larva ikan untuk memangsanya. Pakan alami ini dapat diibaratkan "air

susu ibu" bagi larva/benih ikan yang dapat memberikan gizi secara lengkap sesuai kebutuhan untuk

pertumbuhan dan perkembangannya. Pakan alami Infusoria dapat dibudidayakan dengan media

sayuran, sedangkan pakan alami jenis Moina dan Daphnia dapat dilakukan dengan menggunakan

kotoran hewan kering yang ada di sekitar kita.

Kata kunci : Pakan, lnfusoria, pertumbuhan, sayuran

PENDAHULUAN

Pembenihan merupakan titik awal dalam

usaha pengembangan usaha budidaya karena

usaha ini berkaitan erat dengan ketersediaan

faktor produksi yang memegang peranan kunci

agar usaha budidaya dapat berjalan. Salah satu

kendala yang dirasakan cukup serius untuk

mengatasi masalah mortalitas larva ikan adalah

kurangnya ketersediaan pakan alami, baik dalam

jumlah maupun mutunya (jenis, ukuran, nilai gizi

dan kecocokan bagi kultivan). Dalam budidaya

terutama dalam usaha pembenihan, pakan alami

merupakan salah satu faktor pembatas.

Dengan bentuk dan ukuran mulut yang

kecil, benih ikan sangat cocok diberikan pakan

alami. Untuk tahap awal, pakan yang diperlukan

1

Page 2: Laporan Jurnal (Budidaya Pakan Alami/Infosoria)

Jurnal Budidaya Pakan AlamiJurusan Budidaya Perairan

Januari 2015adalah pakan alami jenis Infusoria/Paramaecium.

Pada tahap selanjutnya sesuai dengan

perkembangan ukuran mulut ikan, jenis pakan

alami yang cocok diberikan yaitu Moina,

sedangkan pada tahap akhir sampai ikan siap tebar

bisa diberikan pakan alami jenis Daphnia.

Budidaya pakan alami yang dilakukan

sendiri oleh petani menjanjikan sejumlah

keuntungan, disamping kualitas kebersihan pakan

terjamin, pakan alami produksi sendiri juga

menghasilkan jenis pakan/kutu air seperti yang

diharapkan. Penghematan waktu, tenaga dan biaya

juga akan diraih apabila produksi pakan alami

dilakukan dengan baik.

Protozoa merupakan binatang yang

paling banyak di dunia. Mereka adalah sebagai

konsumen bagi bakteri (Prokaryotes). Dimana

bakteri memainkan peranan penting dalam

menjaga bumi sebagai tempat yang cocok untuk

tempat tinggal dan protozoa memainkan peranan

penting dalam mengendalikannya.

Istilah Protozoa berasal dari bahasa

Yunani, yaitu protos berarti pertama dan zoon

berarti hewan. Sesuai dengan klasifikasi, Protozoa

termasuk Protista yang menyerupai hewan.

Kelompok ini mulanya “dibentuk” untuk

mengelompokan organisme yang bukan tumbuhan

dan bukan hewan. Itulah sebabnya Protozoa

disebut organisme seperti hewan (animal like).

Sebagian besar Protozoa uniseluler

memiliki ukuran tubuh antara 2µm-1.000µm,

protozoa termasuk eukariot. Biasanya hidup di

dalam air, namun ada juga yang ditemukan di

dalam tanah bahkan di dalam tubuh organisme

lain sebagai parasit. Di perairan laut ataupun air

tawar, Protozoa berperan sebagai zooplankton.

Ciliata atau Infusoria merupakan

kelompok terbesar di Phylum Protozoa, di mana

anggotanya sekitar 8.000 species. Ciri khas classis

ini adalah alat geraknya berupa cilia (rambut

getar). Cilia tersebut ada yang terdapat di seluruh

tubuh, ada pula yang hanya di bagian tertentu.

Selain sebagai alat gerak, cilia pun berguna

membantu mengumpulkan makanan. Habitat

kelompok ini adalah air tawar dan air laut yang

mengandung zat organik tinggi. Ciliata hidup

bebas dan jarang yang parasit. Classis ini pun

sudah mempunyai bentuk tubuh tetap karena

mengandung pelikel.

Infusoria adalah sekumpulan jasad renik

sejenis zooplankton dan umumnya berukuran

sangat kecil antara 40-100 mikron. Infusoria

sebagai pakan alami dapat digunakan sebagai

makanan pertama (first feeding) bagi larva ikan

yang mempunyai bukaan mulut kecil. Secara

visual warna infusoria adalah putih dan hidup

menggerombol sehingga akan tampak seperti

lapisan putih tipis seperti awan.

Infusoria adalah salah satu kelas dari

philum Protozoa. Berdasarkan alat geraknya,

infusoria dibedakan menjadi 2 yaitu ciliata dan

flagellata. Ciliata (latin, cilia = rambut kecil) atau

Ciliophora/Infosoria bergerak dengan cilia

(rambut getar) atau infusoria yang bergerak

2

Page 3: Laporan Jurnal (Budidaya Pakan Alami/Infosoria)

Jurnal Budidaya Pakan AlamiJurusan Budidaya Perairan

Januari 2015menggunakan rambut getar (cilia). Cilia terdapat

pada seluruh permukaan sel atau hanya pada

bagian tertentu. Cilia membantu pergerakan

makanan ke sitostoma. Makanan yang terkumpul

di sitostoma akan dilanjutkan ke sitofaring.

Apabila telah penuh, makanan akan masuk ke

sitoplasma dengan membentuk vakuola makanan.

Sel Ciliata memiliki dua inti: makronucle dan

mikronuclei. Makronukleus memiliki fungsi

vegetatif. Mikronukleus memiliki fungsi

reproduktif, yaitu pada konjugasi. Ciliata hidup

bebas dilingkungan berair, baik air tawar maupun

laut. Ciliata dapat hidup secara baik parasit

maupun simbiosis. Contoh dari Ciliata adalah

Balantidium coli, Vorticella, Stentor, Didinium

dan Paramecium.

Ciri-ciri dari Ciliata antara lain, Memiliki

bulu getar (silia) di seluruh tubuh untuk bergerak,

menangkap makanan, menimbulkan arus air untuk

pernafasan; Kosmopolitan, planktonic

(Tintinnidae); Memiliki kantung kitin sebagai

pelindung (lorica) sebagai identifikasi

Tintinnidae; mempunyai 2 inti makronukleus &

mikronukleus; Habitat di lingkungan berair;

Hidup bersimbiosis & parasit; Reproduksi asexual

(pembelahan biner transversal) dan Reproduksi

sexual (konjugasi). Yang termasuk ciliata adalah

Paramaecium caudatum, Didinium narutum,

Calpodium capulum. Flagellata adalah infusoria

yang bergerak dengan menggunakan bulu cambuk

(flagel). Yang termasuk flagellata adalah Euglena

viridis, Pandorina sp, Chilomonas sp.

Infusoria sebagian besar hidup di air

tawar terutama dimana terjadi proses

pembusukan. Makanannya adalah bakteri dan

protozoa lain yang lebih kecil misal ganggang

renik dan ragi. Infusoria berkembangbiak dengan

cara membelah diri dan dengan cara konjugasi.

Infusoria tidak menyukai sinar matahari sehingga

banyak terdapat di perairan yang teduh dan

ditumbuhi tumbuhan air.

BAHAN DAN CARA KERJA

Praktikum ini dilaksanakan pada hari

Jum’at, dan Rabu tanggal 28 November - 03, 05,

10 dan 12 Desember 2014 dari pukul 90.00-11.30

dan 14.00-16.30 Wita dan bertempat di

Laboratorium Nutrisi Perikanan Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas

Lambung Mangkurat Banjarbaru Kalimantan

Selatan.

Alat dan bahan yang digunakan dalam

praktikum ini dapat dilihat pada Tabel.1 berikut:

Tabel 1. Alat dan bahan No Alat dan

BahanKegunaan

1. Ember Tempat dan wadah media yang dibudidayakan

2. Jaring Penutup wadah media3. Mikroskop Melihat mikrooganisme

yang diambil dari media4. Objek dan

cover gellasTempat objek yang diamati di bawah mikroskop

5.Pipet tetes

Mengambil sampel dalam ukuran yang tertentu

6. Panci Tempat merebus bahan7. Kompor Merebus bahan yang akan

digunakan8. Pisau Memutung bahan sesuai

dengan ukuran

3

Page 4: Laporan Jurnal (Budidaya Pakan Alami/Infosoria)

Jurnal Budidaya Pakan AlamiJurusan Budidaya Perairan

Januari 20159. Gellas ukur Mengukur bahan air

selukan10 Bayam Bahan pada media pertama11. Kubis/kul Bahan pada media kedua12. Kulit pisang

talasBahan pada media ketiga

13. Kulit pisang gepok

Bahan pada media keempat

14. Air selukan Bahan Organisme infosuria15. Air Media budidaya

Adapun cara kerja yang dilakukan dalam

praktikum mata kuliah Budidaya Pakan Alami ini

yaitu sebagai berikut :

1. Siapkan bahan-bahan alat yang diperlukan

dalam bubidaya infosuria

2. Potong-potong bahan sesuai dengan ukuran

yang diingginkan

3. Cuci bahan kemudian rebus kurang lebih 25

menit dan tiriskan

4. Setelah itu bahan ditimbang dengan berat 0,5

kg per media atau ember

5. Kemudian bahan dimasukkan kedalam ember

yang telah di isi air sebanyak 5 liter

6. Air selukan diambil sebanyak 1 liter dan

dimasukkan per ember

7. Setelah semua ember dimasukkan bahan dan

air selokan kemudian ditutup dengan jaring dan

dijepit dengan balok kayu.

8. Media didiamkan selama 6 hari dan selanjutnya

diamati pertumbuhannya berturut-turut selama

4 kali sampai penurunan pertumbuhannya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Praktikum Budidaya Pakan alami ini dilakukan

dengan cara melakukan penelitian dan

pengamatan secara berturut-turut selama 4 kali

atau sampai sebagian media infusoria mengalami

penurunan pertumbuhan tapi sebagian juga masih

mengalami peningkatan pertumbuhan. Dalam

praktikum ini disediakan 12 buah ember yang

akan diamati oleh praktikan dan setiap 3 buah

ember di peruntukan untuk perkelompok sehingga

menjadi 4 kelompok dan setiap kelompok yang

akan mengamati pertumbuhan dan penurunan

media budidaya infosuria tersebut dan dengan

setiap kelompoknya menggunakan bahan-bahan

yang berbeda-beda. Bahan-bahan yang digunakan

setiap kelompok yaitu 1). Bayam digunakan pada

bahan kelompok pertama, 2). Kubis atau kul

digunakan pada bahan kelompok kedua, 3). Kulit

pisang talas digunakan pada bahan kelompok

ketiga dan 4). Kulit pisang gepok digunakan pada

bahan kelompok keempat.

Media dengan bahan yang berbeda-beda

menunjukkan adanya perutubuhan infosuria yang

cukup bervariasi, yaitu diantaranya :

1. Kelompok pertama dengan bahan bayam

Kelompok pertama dengan bahan bayam

menunjukkan pertumbuhan yang paling tinggi

dari semua media bahan uji pada hari pengamatan

pertama dengan jumlah rata-rata per tiga buah

media uji yaitu : 11.656.666 jasad

mikroorganisme infosuria. Hasil pengamatan

dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Data peningkatan dan penurunan pertumbuah infusoria pada media bayam

No

Media / wadah

(Ember)

Pengamatan Ke-

1 2 3 4

4

Page 5: Laporan Jurnal (Budidaya Pakan Alami/Infosoria)

Jurnal Budidaya Pakan AlamiJurusan Budidaya Perairan

Januari 2015

1. Media 116.610.000

960.000

6.610.000

40.000

2. Media 215.460.000

280.000

4.510.000

-

3. Media 3900.0

001.040.000

5.180.000

790.000

Rata-rata11.656.666

760.000

5.433.333

276.666

1. Kelompok dua dengan bahan kubis atau kul

Kelompok dua dengan bahan kubis atau

kul menunjukkan pertumbuhan urutan kedua pada

pengamatan hari pertama dan memiliki nilai rata-

rata selama pengamatan adaah menengah

kebawah setelah lebih sedikit dari media yang

berbahan kulit pisang talas. Hasil pengamatan

dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Data peningkatan dan penurunan pertumbuah infusoria pada media kubis

No

Media / wadah

(Ember)

Pengamatan Ke-

1 2 3 4

1. Media 11.470.000

4.120.000

960.000

490.000

2. Media 21.830.000

2.710.000

730.000

60.000

3. Media 33.370.000

1.270.000

1.030.000

680.000

Rata-rata2.223.333

2.700.000

906.000

410.000

2. Kelompok tiga dengan bahan kulit pisang talas

Kelompok tiga dengan bahan kulit pisang

talas menunjukkan pertumbuhan terendah atau

terlambat pada pengamatan pertama, yaitu dengan

nilai rata-rata uji pengamatan adalah hanya

423.333 jasad mikroorganisme infosuria. Hasil

pengamatan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 3. Data peningkatan dan penurunan

pertumbuah infosuria pada media kulit pisang

talas

No

Media/wadah

(Ember)

Pengamatan Ke-

1 2 3 4

1. Media 1630.000

1.570.000

7.510.000

1.100.000

2. Media 2110.000

1.470.000

8.740.000

4.270.000

3. Media 3530.000

980.000

7.360.000

1.620.000

Rata-rata423.333

1.340.000

7.870.000

2.330.000

3. Kelompok empat dengan bahan kulit pisang

gepuk

Kelompok empat dengan bahan kulit

pisang gepok menunjukkan pertumbuhan yang

paling terendah untuk nilai rata-rata pengamatan

dari semua bahan uji yang dilakukan. Hasil

pengamatan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 3. Data peningkatan dan penurunan pertumbuah infusoria pada media kulit pisang gepok

No

Media/wadah (Ember

)

Pengamatan Ke-

1 2 3 4

1.Media

11.280.000

430.000

2.840.000

230.000

2.Media

2420.00

0190.0

0091.000

70.000

3.Media

3940.00

0800.0

001.080.000

150.000

Rata-rata880.00

0473.3

331.610.000

150.000

Selama melakukan pengamatan diperoleh

data dimana media yang mengalami pertumbuhan

tercepat dan terlambat dan mana media yang

mengalami penurunan terlambat dan tercepat.

Hasil dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Data peningkatan dan penurunan

pertumbuah infosuria dalam media

5

Page 6: Laporan Jurnal (Budidaya Pakan Alami/Infosoria)

Jurnal Budidaya Pakan AlamiJurusan Budidaya Perairan

Januari 2015N Penga Kelompok (Bahan)

omatan Ke-

BayamKubis/kul

Kulit pisang talas

Kulit pisang gepuk

6

Page 7: Laporan Jurnal (Budidaya Pakan Alami/Infosoria)

Jurnal Budidaya Pakan AlamiJurusan Budidaya Perairan

Januari 2015

1.Pertam

a11.656.666

2.223.333

423.333

880.000

2. Kedua760.00

02.700.000

1.340.000

473.334

7

Page 8: Laporan Jurnal (Budidaya Pakan Alami/Infosoria)

Jurnal Budidaya Pakan AlamiJurusan Budidaya Perairan

Januari 2015

3. Ketiga5.433.333

906.666

7.870.000

1.610.000

4.Keemp

at276.66

6410.0

002.330.000

150.000

Rata-rata4.531.666

1.559.999

2.990.833

778.333

Dapat dilihat dari tabel bahwa sudah jelas

jenis bahan bayamlah yang memiliki nilai

tertinggi rata-rata pertumbuhannya dan ini

menunjukkan bahwa media bayamlah yang paling

tepat untuk media pertumbuhan infusoria. Hal ini

dikarenakan bahan bayam memiliki tekstur yang

paling pas untuk menjadi bahan makan infusoria

dari pada bahan yang lainnya. Pada saat menaruh

semua bahan kedalam media semua bahan masih

berbentuk utuh seperti bentuk awal sewaktu

bahan-bahan dipotong-potong menjadi bagian

yang lebih kecil, tetapi setelah didiamkan selama

5 hari ternyata bahan bayam sebagian besar

mengurai menjadi bahan atau material yang lebih

kecil dan terendap didasar ember, sedangkan

bahan-bahan media yang lainnya masih berbentuk

utuh bahkan dua bahan kulit pisang talas dan

kilut gepok masih berbentuk utuh hingga

pengamatan hari yang terakhir.

Dari reperinsi yang saya ketahui, bahan

bayam memiliki nilai gizi dan nutrisi yang sangat

bagus untuk pertumbuhan terutama masa

pertumbuhan seorang anak, kemungkinan hal

inilah yang menjadikan bahan bayam merupakan

media pertumbuhan pakan alami infusoria lebih

cepat dibandingkan dengan bahan yang lain

seperti kubis, kulit pisang talas dan kulit pisang

gepok. Selain itu kubis, kulit pisang talas dan kulit

pisang gepok kemungkinan kandungan nilai gizi

dan nutrisi lebih rendah dibandingkan dengan

bayam dan bayam memiliki nilai gizi yang sesuai

dengan kebutuhan organisme infusoria tersebut.

KESIMPULAN

Media yang berbahan bayam merupakan

media yang peling cepat tumbuh pakan alami

infusoria sehingga dalam melaksanakan kultur

infusoria lebih baik menggunakan bahan bayam

sebagai media pertumbuhannya. Selain itu bahan

bayam kemungkinan memiliki nilai gizi yang

sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan infusoria.

DAFTAR PUSTAKA

Asia Groups. 2007. Tambak Udang. http://asia.groups.yahoo.com / group / tambakudang_group / message / 124

Bppt.go.id. 2008.http://www.bppt.go.id/index.php ? option = com _ content & task = view & id = 1733&Itemid=30

Irianto, A. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 255 hal

Medicafarma.blogspot. 2009. bahan kul mikrobiologi. http://pharcell.com/ lofiversion/ndex.php?t2617.html

Mujiman, A. 1999. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta. 179 hal

Lampiran

8

Page 9: Laporan Jurnal (Budidaya Pakan Alami/Infosoria)

Jurnal Budidaya Pakan AlamiJurusan Budidaya Perairan

Januari 2015

9