57
BAPPEDA KABUPATEN LOMBOK UTARA 2013 FEASIBILITY STUDY KAWASAN GUMANTAR 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mempunyai beranekaragam suku dan budaya yang tersebar diseluruh kepulauan mulai dari Sabang sampai Merauke. Keanekaragam budaya tersebut perlu kita jaga dan dilestarikan karena budaya yang kita miliki itu merupakan identitas kita sebagai bangsa dan negara yang beranekaragam tetapi dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Setiap suku pasti mempunyai kebudayaan yang berbeda, mulai dari rumah adat, pakaian adat, kesenian dan norma. Seiring dengan perkembangan jaman, semakin majunya peradaban dunia dan arus globalisasi. Pengaruh budaya luar terhadap kebudayaan dan kebiasaan bangsa Indonesia sudah mulai terasa. Banyak masyarakat yang sudah mencampuradukan bahkan meninggalkan budaya asli bangsa Indonesia dengan budaya luar yang belum tentu cocok bagi mereka. Pakaian adat sudah banyak ditinggalkan, rumah adat banyak diganti dengan rumah-rumah LAPORAN AKHIR CV. Mega Jaya Mandiri - 1

Laporan kampung adat Gumantar

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Indonesia merupakan negara yang mempunyai beranekaragam suku dan budaya yang tersebar diseluruh kepulauan mulai dari Sabang sampai Merauke. Keanekaragam budaya tersebut perlu kita jaga dan dilestarikan karena budaya yang kita miliki itu merupakan identitas kita sebagai bangsa dan negara yang beranekaragam tetapi dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Citation preview

BAPPEDA KABUPATEN LOMBOK UTARA

BAPPEDA KABUPATEN LOMBOK UTARA2013

FEASIBILITY STUDY KAWASAN GUMANTAR

1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mempunyai beranekaragam suku dan budaya yang tersebar diseluruh kepulauan mulai dari Sabang sampai Merauke. Keanekaragam budaya tersebut perlu kita jaga dan dilestarikan karena budaya yang kita miliki itu merupakan identitas kita sebagai bangsa dan negara yang beranekaragam tetapi dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Setiap suku pasti mempunyai kebudayaan yang berbeda, mulai dari rumah adat, pakaian adat, kesenian dan norma. Seiring dengan perkembangan jaman, semakin majunya peradaban dunia dan arus globalisasi. Pengaruh budaya luar terhadap kebudayaan dan kebiasaan bangsa Indonesia sudah mulai terasa. Banyak masyarakat yang sudah mencampuradukan bahkan meninggalkan budaya asli bangsa Indonesia dengan budaya luar yang belum tentu cocok bagi mereka. Pakaian adat sudah banyak ditinggalkan, rumah adat banyak diganti dengan rumah-rumah modern dan norma-norma adat sudah banyak ditinggalkan. Tetapi ada beberapa suku di Indonesia yang tetap menjaga teguh adat dan kebudayaan mereka, seperti Suku Sasak yang berada di Desa Gumantar, Kecamatan Gangga, Kabupaten Lombok Utara. Mereka menjaga warisan nenek moyang dengan baik sampai sekarang, dan bahkan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menjaga dan melestarikan warisan Suku Sasak tersebut, pemerintah perlu melakukan kebijakan pelestarian Cagar Budaya tersebut. Sehingga generasi dimasa yang akan datang bisa mempelajari sekaligus menjaga warisan yang mereka miliki.Pemerintah Kabupaten Lombok Utara merasa perlu dalam menjaga kebudayaan yang mereka miliki, sebagai bentuk nyata usaha pelestarian tersebut Pemerintah melakukan kegiatan Feasibillity Study Pengembangan Kawasan Gumantar, Kabupaten Lombok Utara. Dengan studi kelayakan ini nantinya kawasan Gumantar akan menjadi kawasan yang dilindungi sebagai warisan Cagar Budaya di kabupaten Lombok Utara.1.2. Maksud, TujuanMaksud, dan tujuan kegiatan Feasibillity Study Pengembangan Kawasan Gumantar, Kabupaten Lombok Utara akan dijabarkan sebagai berikut.1.2.1. Maksud KegiatanMaksud dari kegiatan ini adalah untuk mempelajari kelayakan kawasan kampung adat di Gumantar dan dituangkan dalam bentuk rencana tapak kawasan Gumantar, Kabupaten Lombok Utara.1.2.2. Tujuan KegiatanTujuan yang ingin dicapai dari kegiatan ini adalah untuk merencanakan tapak Pengembangan kawasan Gumantar di Kabupaten Lombok Utara.a. Mengindentifikasi tatanan lanskap kawasan Gumantarb. Mengindentifikasi tatanan lanskap sejarah Kerajaan Islam Mataram pada c. Kawasan Cagar Budaya Gumantar Menganalisis potensi lanskap untuk diberdayakan sebagai Kawasan Cagar Budaya d. Merencanakan Kawasan Cagar Budaya Gumantar sebagai kawasan wisata dengan memanfaatkan potensi yang ada dan turut ikut mensejahterakan masyarakat sekitar kawasan

1.3. Fungsi dan ManfaatFungsi dan manfaat dari rencana teknis penyusunan tata ruang ini adalah untuk merancang suatu tata ruang wisata berbasis risiko bencana serta berkelanjutan dengan mengadaptasi dari teori sustainable development. Sedangkan manfaat dari kegiatan ini adalah sebagai berikut.a. Bagi Kampung adat di GumantarTertatanya kampung adat dan jaminan perlindungan cagar budaya.b. Bagi MasyarakatBagi masyarakat setempat adalah meningkatnya kesadaran akan pentingnya menjaga budaya adat.c. Bagi PemerintahSebagai wujud kebijakan pemerintah untuk melindungi warisan budaya adat khususnya di kampung Adat Desa Gumantar.1.4. Ruang Lingkup dan Lokasi kegiatan1.4.1. Ruang Lingkup Kegiatan1. Mengumpulkan data dari setiap instansi terkait dan menganalisa data tersebut untuk mendukung Pengembangan Kawasan Gumantar. Beberapa aspek yang harus diperhatikan yaitu dalam hal pelaksanaan pengumpulan data dilakukan dengan metode survey primer. 2. Melakukan wawancara kepada masyarakat sekitar kawasan perencanaan, para pemuka adat dan pada setiap instansi terkait untuk mendapatkan data yang lebih akurat dalam menentukan perencanaan wisata di kawasan perencanaan. 3. Melakukan proses analisis kelayakan pengembangan kawasan Gumantar sebagai kawasan Cagar Budaya.

1.4.2. Lokasi KegiatanLokasi kegiatan penugasan adalah kawasan kampung adat Gumantar, Kecamatan Gangga, Kabupaten Lombok Utara. Untuk Lebih Jelasnya dapat dilihat pada peta orientasi kawasan wisata kerta raharja terhadap kabupaten lombok utara.

1.5. Kerangka Berpikir

Kampung Adat GumantarPotensi lanskap:Nilai SejarahArsitektur bangunanKebudayaanNormaPendukung Kegiatan Pengembangan:keterjangkauanSarana pendukungSumber daya manusiawisatawanPerlunya upaya pelestarian lanskap yang melindungi aset budaya dan sejarahPerlunya penataan lanskap sebagai kawasan cagar budayaPerlunya upaya pelestarian dan pengembangan kawasan cagar budaya GumantarPerlunya perencanaan lanskap kawasan cagar budaya Gumantar dengan tetap melindungi aset dan sejarahnya

1.6. Sistematika PembahasanBAB I. PENDAHULUANBab ini berisi tentang latar belakang Studi Kelayakan Pengembangan Kawasan Gumantar, Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara, serta tujuan dan sasaran kegiatan.BAB II. STUDI LITERATURBab ini menjabarkan tentang tanggapan/pemahaman konsultan terhadap KAK, di mana kajian yang akan di bahas mengenai pengertian serta jenis-jenis kawasan cagar budaya,BAB III. PROFIL UMUM WILAYAHBab ini berisi tentang gambaran umum wilayah Kabupaten Lombok Utara serta aspek teknis, kondisi fisik dasar wilayah perencanan dan kondisi Kawasan Gumantar di Kecamatan gangga Kabupaten Lombok Utara.BABIV. METODE & PENDEKATANBab ini berisi tentang metodologi dan pendekatan didalam merumuskan kajian terhadap pengembangan kawasan perencanaan.BABV. TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATANBab ini berisi tentang tahapan pelaksanaan kegiatan serta jadwal pelaksanaan kegiatan studi.BABVI. SISTEM & ORGANISASI KERJABab ini berisi tentang struktur organisasi pelaksanaan kegiatan serta kebutuhan tim yang dilibatkan didalam pelaksanaan kegiatan.

2.1. Teori Cagar BudayaPengertian Cagar Budaya menutrut UU No 11 tahun 2010 yaitu: Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan.Sedangkan Bangunan Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding dan/atau tidak berdinding, dan beratap. Kawasan Cagar Budaya adalah satuan ruang geografis yang memiliki dua Situs Cagar Budaya atau lebih yang letaknya berdekatan dan/atau memperlihatkan ciri tata ruang yang khas.Benda Cagar Budaya adalah benda alam dan/atau benda buatan manusia, baik bergerak maupun tidak bergerak, berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagiannya, atau sisa-sisanya yang memiliki hubungan erat dengan kebudayaan dan sejarah perkembangan manusia. Benda, bangunan, atau struktur dapat diusulkan sebagai Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, atau Struktur Cagar Budaya apabila memenuhi kriteria:a. berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih;b. mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 (lima puluh) tahun;c. memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan; dand. memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa.Undang-Undang Republik Indonesia no.5 tahun 1992 tentang Benda juga menjelaskan Cagar Budaya dapat dikelompokan berdasarkan :1. Nilai Sejarah , hal-hal yang berkaitan dengan peristiwa atau sejarah politik (perjuangan), sejarah ilmu pengetahuan, sejarah budaya termasuk di dalamnya sejarah kawasan maupun bangunan (yang lekat dengan hati masyarakatnya), tokoh penting baik pada tingkat lokal, nasional maupun internasional.2. Nilai Arsitektur , berkaitan dengan wajah bangunan (komposisi elemenelemen dalam tatanan lingkungan) dan gaya tertentu (wakil dari periode gaya tertentu) serta keteknikan. Termasuk di dalam nilai arsitektur adalah fasad, layout dan bentuk bangunan, warna serta ornamen yang dimiliki oleh bangunan. Juga berkaitan dengan perkembangan ilmu pengetahuan atau menunjang ilmu pengetahuan, misalnya, bangunan yang dibangun dengan teknologi tertentu atau teknologi baru (termasuk di dalamnyapenggunaan konstruksi dan material khusus). Bangunan yang merupakan perkembangan tipologi tertentu.3. Nilai ilmu pengetahuan, mencakup bangunan-bangunan yang memiliki peran dalam pengembangan ilmu pengetahuan.4. Nilai sosial budaya (collective memory), berkaitan dengan hubungan antara masyarakat dengan lokasinya yang memiliki kekhasan dan keunikan yang berkaitan dengan nilai sosial budaya masyarakat setempat. 5. Umur, berkaitan dengan umur kawasan atau bangunan cagar budaya. Umur yang ditetapkan adalah sekurang-kurangnya 50 tahun. Semakin tua bangunan, semakin tinggi nilai sejarahnya.Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, kawasan dan bangunan cagar budaya diklasifikasikan dalam beberapa kelas, yaitu kelas A (Utama), kelas B (Madya), dan kelas C (Pratama). Kelas A (Utama) yaitu bangunan cagar budaya yang memenuhi 4 (empat) kriteria, kelas B (Madya) yaitu bangunan cagar budaya yang memenuhi 3 (tiga) kriteria dan kelas C (Pratama) yaitu bangunan cagar budaya yang memenuhi 2 (dua) kriteria. Kawasan dan bangunan cagar budaya ini digambarkan dalam peta kota dengan batas-batas yang jelas, dimana batas kawasan inti dan dimana batas kawasan pendukung misalnya. Posisi bangunanpun diterakan pada peta, terutama bangunan dengan kelas A (Utama).Penggolongan ini diperlukan untuk menentukan tindakan yang dapat dilakukan ketika muncul kebutuhan untuk mengembangkan kawasan atau bangunan konservasi dalam memenuhi kebutuhan masa kini. Prinsip-prinsip pemugaran disini meliputi keaslian bentuk, penggunaan bahan, penyajian dan tata letak dengan memperhatikan nilai sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Upaya yang dilakukan hendaknya menggunakan prinsip sebanyak mungkin mempertahankan keaslian dan sesedikit mungkin melakukan perubahan.Perlu dipahami bahwa kegiatan pelestarian tidak dimaksudkan untuk menghambat perkembangan pembangunan seperti diperkirakan oleh kebanyakan orang, melainkan dilakukan untuk dapat menyeimbangkan perkembangan kota, dimana kebutuhan pembangunan baru harus tetap berjalan, dengan menghormati keberadaan bangunan cagar budaya. Disini dibutuhkan upaya pengendalian kawasan maupun bangunan cagar budaya agar sesuai dengan rencana kota, dan sebaliknya rencana kota pun harus menunjang pelestarian kawasan maupun bangunan cagar budaya. Jadi pembangunan baru dan pelestarian dapat berjalan bersama-sama dalam keadaan saling menghormati.2.2. Pelestarian Cagar BudayaPengembangan adalah peningkatan potensi nilai, informasi, dan promosi Cagar Budaya serta pemanfaatannya melalui Penelitian, Revitalisasi, dan Adaptasi secara berkelanjutan serta tidak bertentangan dengan tujuan Pelestarian. Oleh karena itu kawasan cagar budaya perlu dilestarikan, Pelestarian Cagar Budaya bertujuan:a. melestarikan warisan budaya bangsa dan warisan umat manusia;b. meningkatkan harkat dan martabat bangsa melalui Cagar Budaya;c. memperkuat kepribadian bangsa;d. meningkatkan kesejahteraan rakyat; dane. mempromosikan warisan budaya bangsa kepada masyarakat internasional.Dalam upaya pelestarian cagar budaya, Cagar Budaya dapat ditetapkan menjadi Cagar Budaya peringkat kabupaten/kota apabila memenuhi syarat:a. sebagai Cagar Budaya yang diutamakan untuk dilestarikan dalam wilayah kabupaten/kota;b. mewakili masa gaya yang khas;c. tingkat keterancamannya tinggi;d. jenisnya sedikit; dan/ataue. jumlahnya terbatas.Pemeringkatan Cagar Budaya sebagaimana dimaksud dalam diatas, untuk tingkat nasional ditetapkan dengan Keputusan Menteri, tingkat provinsi dengan Keputusan Gubernur, atau tingkat kabupaten/kota dengan Keputusan Bupati/Wali Kota.Penyelamatan Cagar Budaya dilakukan untuk:a. mencegah kerusakan karena faktor manusia dan/atau alam yang mengakibatkan berubahnya keaslian dan nilai-nilai yang menyertainyab. mencegah pemindahan dan beralihnya pemilikan dan/atau penguasaanCagar Budaya yang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.2.3. Suku Sasak Gumantar di kabupaten lombok utaraSuku Sasak adalah sukubangsa yang mendiami pulau Lombok dan menggunakan bahasa Sasak. Sebagian besar suku Sasak beragama Islam, uniknya pada sebagian kecil masyarakat suku Sasak, terdapat praktik agama Islam yang agak berbeda dengan Islam pada umumnya yakni Islam Wetu Telu, namun hanya berjumlah sekitar 1% yang melakukan praktek ibadah seperti itu. Ada pula sedikit warga suku Sasak yang menganut kepercayaan pra-Islam yang disebut dengan nama "sasak Boda".Asal nama sasak kemungkinan berasal dari kata sak-sak yang artinya sampan. Dalam Kitab Negara Kertagama kata Sasak disebut menjadi satu dengan Pulau Lombok. Yakni Lombok Sasak Mirah Adhi. Dalam tradisi lisan warga setempat kata sasak dipercaya berasal dari kata "sa'-saq" yang artinya yang satu. Kemudian Lombok berasal dari kata Lomboq yang artinya lurus. Maka jika digabung kata Sa' Saq Lomboq artinya sesuatu yang lurus. banyak juga yang menerjemahkannya sebagai jalan yang lurus. Lombo Mirah Sasak Adi adalah salah satu kutipan dari kakawin Nagarakretagama (Desawarnana ), sebuah kitab yang mnemuat tentang kekuasaan dan kepemerintahaan kerajaan Majapahit, gubanan Mpu Prapanca. kata "lombok" dalam bahasa kawi berarti lurus atao jujur, "Mirah" berarti permata, "sasak" berarti kenyataan dan "adi" artinya yang baik atau yang utama. Maka Lombok Mirah Sasak Adi berarti kejujuran adalah permata kenyataan yang baik atau utama.Adat istiadat suku sasak dapat anda saksikan pada saat resepsi perkawinan, dimana perempuan apabila mereka mau dinikahkan oleh seorang lelaki maka yang perempuan harus dilarikan dulu kerumah keluarganya dari pihak laki laki, ini yang dikenal dengan sebutan merarik atau selarian. Sehari setelah dilarikan maka akan diutus salah seorang untuk memberitahukan kepada pihak keluarga perempuan bahwa anaknya akan dinikahkan oleh seseorang, ini yang disebut dengan mesejati atau semacam pemberitahuan kepada keluarga perempuan. Setelah selesai makan akan diadakan yang disebut dengan nyelabar atau kesepakatan mengenai biaya resepsi.Di Kabupaten Lombok Utara, kampung adat suku sasak ada di daerah Bayan dan Gumantar. Secara umum kampung adat mereka mirip. Suku sasak di bayan terletak di kecamatan Bayan, sedangkan suku sasak Gumantar ini berada di kecamatan Gangga. Suku sasak di Gumantar memiliki ritual adat maulidan. Prosesi ritual Maulid Adat Gumantar tahun ini berlangsung selama dua hari dua malam, dimulai dari Merembun (mengumpulkan) segala hasil bumi (beras,dll) di Bale Beleq (rumah adat). Dalam acara merembun ini dilakukan oleh kaum hawa dengan menggunakan wadah Praras (bakul kecil) dan berpakaian adat,jelas Rinansah.Kegiatan berikutnya,lanjut Rinansah adalah Bisok (cuci) Gong Adat sebelum diturunkan. Setelah itu acara dilanjutkan dengan agenda Bisok Menik (Cuci Beras) yang dilakukan oleh kaum hawa di Lokok Bikuk sekitar 200 meter sebelah barat Dusun Gumantar.Dalam acara bisok menik ini, menurut Rinansah, tidak berdasarkan Purusa.Siapa saja boleh melakukannya,katanya. Sementara menunggu segala sesuatunya siap, di alun-alun Mesjid Kuno Gumantar masih tetap berlangsung tarian yang menurut bahasa Gumantar disebutnya Migel. Bersamaan dengan itu, di bale beleq, praja mulud juga sedang dipersiapkan.Kemudian acara selanjutnya menurut Rinansah adalah Tau Lokak sudah siap diberugak bersama sama dengan Pengancang dan berpakaian adat. Kalau sudah Tau Lokak sudah siap di Berugak bersama dengan Pengancang, ini berarti prosesi ritual Maulid Adat, akan segera digelar,terang Rinansah.Acara dilanjutkan dengan iring-iringan sepasang Praja Mulud menuju Mesjid Kuno, dengan 10 orang laki-laki membawa ancak (dulang terbuat dari bambu) dan 20 pasang wanita mengiring paling depan dengan menggunakan pakaian adat.10 laki-laki pembawa ancak ini, langsung naik ke Mesjid Kuno bersama dengan Praja Mulud, sedangkan 20 wanita sebagai pengiring tadi, hanya sampai diluar Mesjid,kata Rinansah.Puncak akhir dari prosesi ritual Maulid adat Gumantar ini, sama dengan seperti di Bayan, yaitu puncaknya dengan naiknya Praja Mulud ke Mesjid Kuno. Sedangkan kalau di Sesait, puncak Maulid adatnya dengan di naikkannya Nasi Aji di Mesjid Kuno.

Gumantar adalah salah satu desa dari delapan desa yang ada di wilayah Kecamatan Kayangan Lombok Utara. Hingga sekarang, desa ini banyak meninggalkan beberapa situs sejarah yang penuh dengan nuansa adat istiadatnya, terutama yang berpusat di Dusun Dasan Beleq. Secara sosiokultural, masyarakat adat Dasan Beleq berkaitan erat dengan ajaran Islam. Hal ini bisa dilihat dari situs budaya yang ada, terus hidup dan berkembang sejalan dengan ritme kehidupan masyarakat setempat.Pusat aspek keagamaan terdapat di dusun Gumantar, dimana Mesjid Kuno yang ada sekarang adalah dibangun oleh para wali dan ulama penyebar agama Islam terdahulu, sedangkan pusat Pemerintahannya kala itu terdapat di Dusun Dasan Beleq ini. Situssitus sejarah peninggalan para wali penyebar agama Islam yang tedapat di Dusun Dasan Beleq Desa Gumantar Kecamatan Kayangan KLU ini, menurut tokoh adat Dusun Dasan Beleq, Malinom (48), mengatakan bahwa, ada beberapa peninggalan, diantaranya Bale Bangar Gubuq, yang oleh masyarakat setempat disebutnyaPagalan.Bale ini, terletak ditengah-tengah Gubuq Dasan Beleq, dengan ukuran 5x5 m. Bale (rumah) ini, menurut Malinom, keberadaannya diyakini dibuat oleh orang yang pertama kali datang dan menetap di Dusun Dasan Beleq.Kedatangannya dari mana, dan siapa nama nya, itu tidak bisa dipastikan,kata Malinom dengan mimik yang penuh keseriusan. Namun menurut Sahir (40), salah seorang tokoh muda yang disegani di dusun setempat, menceritakan kepada suarakomunitas.net, tentang keberadaan dari seorang wali penyebar agama Islam yang pertamakali datang dan menetap di kampung Dasan Beleq tersebut.Diceritakan, konon katanya, pada sekitar abad 16 Masehi, ketika agama Islam sudah mulai tersebar ke seluruh pelosok tanah air, tak terkecuali para penyebar ajaran Islam sampai juga ke wilayah utara lereng gunung Rinjani. Termasuk di gumi Dasan Beleq ini.Para penyebar agama Islam yang pertama kali datang ke tempat itu (Dasan Beleq), menurut Sahir, diawali dari Gunung Rinjani. Penyebar agama Islam ini, bernama Mak Beleq dan Kendi (menyerupai Kendi) turun dari Gunung Rinjani, yang dikemudian hari, dalam perjalanan sejarah, setelah berkuasa dan menyebarkan agama Islam di daerah Bayan, Mak Beleq dikenal dengan sebutan Datu Bayan.Sedangkan temannya yang bernama Kendi tadi, kala itu,tetap tinggal dan menyebarkan agama Islam di daerah Dasan Beleq dan sekitarnya.Diceritakan, sebelum sampai ke Dasan Beleq, para penyebar ajaran Islam (Mak Beleq dan Kendi) ini berhenti dulu di Pawang Semboya, untuk melihat sekeliling utara lereng gunung Rinjani, kearah mana nantinya tujuannya yang pertama dalam menyebarkan ajaran Islam yang dibawanya. Setelah mantap keteguhan hatinya, maka dipilihlah suatu daerah sebagai tujuannya yang pertama dalam menyebarkan ajaran Islam. Daerah tersebut, sekarang dikenal dengan nama Dusun Dasan Beleq. Karena yang pertama kali datang ditempat itu bernama Mak Beleq, sebelum melanjutkan penyebarannya ke daerah Bayan.Kemudian, situs peninggalan sejarah yang lain di Dusun Dasan Beleq ini adalahBale Adatyang berada di Pawang Gedeng/Pawang Adat, sekitar 400 meter kearah selatan Gubuq Dasan Beleq sekarang. Bale adat yang berada ditengah Pawang Gedeng/Pawang Adat ini, terbuat dari anyaman pohon bambu. Mulai dari atap hingga pagarnya semuanya terbuat dari bambu. Disamping Bale Adat ini, sekitar 5 meter disebelah barat laut dari Bale Adat tersebut, didirikan Berugak Agungsaka enam, sebagai tempat persinggahan para tetua adat sebelum melaksanakan upacara ritual adat di Bale Adat tersebut. Selain sebagai tempat persinggahan para tetua adat sebelum melaksanakan upacara ritualnya, maka Berugak Agung ini, digunakan pula sebagai tempat mempersiapkan sesaji dan segala bentuk hidangan makanan yang disajikan dalam wadah yang disebut dulang, yang diperuntukkan bagi seluruh masyarakat adat yang hadir dalam upacara adat, usai melakukan upacara ritual di Bale Adat tersebut. Ketika ada yang berkunjung ke Bale Adat yang berada di tengah Pawang Gedeng, jika belum sampai waktunya diadakan acara ritual di Bale Adat tersebut, siapa saja tidak boleh masuk atau sekedar melintas didalam arena atau halaman Bale Adat. Bahkan untuk mengambil gambar bale Adat tersebut hanya diperbolehkan dari luar areal pembatas.Nuansa adat di sebuah dusun tradisional yang jauh dari bisingnya kehidupan masyarakat modern ini, masih kental dengan tradisi-tradisi wetu telu, berurat berakar dikalangan sebagian masyarakat Dayan Gunung, yang masih kuat memegang tradisi tersebut. Upacara ritual di Bale Adat yang berada di Pawang Gedeng dilaksanakan secara besar-besaran setiap empat bulan sekali. Upacara tersebut adalah upacaraBuku Beleq. Disebut demikian, karena upacara ini dilaksanakan empat bulan sekali secara besar-besaran dan warga sudah mempersiapkan dua bulan sebelumnya. Namun pelaksanaan upacara ritual adat di Pawang Gedeng tersebut juga dilaksanakan tiap bulan, tetapi hanya sekedar upacara kecil-kecilan.

4.1. Metode dan Pendekataan PerencanaanDalam studi kelayakan kawasan Gumantar, pendekatan enggunakan 2 terminologi perencanaan yaitu perencanaan dari atas (top down planning) berupa perencanaan program-program yang merupakan penjabaran dari kebijakan tata ruang oleh pemerintah Kabupaten Lombok Utara. Sedangkan terminologi kedua adalah perencanaan dari bawah (bottom up planning). Perencanan ini memberikan penekanan bahwa kegiatan Penyusunan Feasibility Study Pengembangan Kawasan Gumantar Kabupaten Lombok Utara mengakomodasi aspirasi masyarakat penghuni kampung adat dalam prosesnya. Perencanaan ini merupakan upaya untuk memberdayakan masyarakat dalam perencanaan kerakyatan dan untuk mengembangkan segala potensi, mengurangi dan seoptimal mungkin menyelesaikan permasalahan serta menanggulangi segala ancanaman/tantangan yang muncul dari pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah perencanaan.Tahap kegiatan pada penelitian ini mengacu pada pendekatan sumberdaya (lanskap sejarah) menurut Gold (1980), yaitu mulai dari inventarisasi tapak, analisis data yang dihasilkan, sintesis dari analisis data, dan yang terakhir adalah merencanakan Kawasan Gumantar menjadi kawasan Cagar Budaya. Berikut merupakan tahapan-tahapan penelitian Studi Kelayakan Kawasan Gumantar:1. Inventarisasi Tapak Pada tahap inventarisasi tapak dilakukan kegiatan survei yang meliputi:a. Observasi lapang, survei secara langsung ke lokasi penelitian untuk mendapatkan data tentang kondisi fisik kawasan lanskap sejarah, karakter lanskap yang ada pada kawasan beserta lingkungan sekitarnya, aksesbilitas kawasan lanskap sejarah, dan aspek wisata, yaitu fasilitas yang tersedia pada kawasan sebagai tempat wisata.:b. Wawancara, dilakukan kepada masyarakat sekitar kawasan, pengelola, pedagang lokal pada kawasan wisata, dan pihak terkait lainnya bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai persepsi dan dukungan masyarakat terhadap kawasan serta tentang kebijakan pengelolaan kawasan. Selain dengan wawancara secara langsung informasi dapat dihasilkan melalui kuisioner yang diberikan kepada masyarakat lokal ataupun pengunjung.c. Studi pustaka, mempelajari tentang data sejarah dari tapak, aspek-aspek penting yang ada pada kawasan, dan proses pengembangan yang telah dilakukan pada kawasan lanskap sejarah. Hal ini dilakukan untuk menunjang data dari hasil observasi lapang juga untuk melengkapi data yang belum didapatkan dari observasi lapang dan wawancara.

Tabel 4.1 Kebutuhan Data Studi Kelayakan Kawasan GumantarNoJenis DataBentuk DataSumber Data

1a. Fisik Alami Kualitas visual luar Kondisi

b. Fisik Non Alami Batasan kawasan Penggunaan lahan Bentuk bangunan. estetika

Deliniasi kawasan studi Peta tata guna lahanSurvey lapangan dan studi pustaka BPN, instansi terkait Litbang, survey lapang, wawancara

studi pustaka Survey lapang, Pemda, Bappeda, instansi terkait

2Lanskap Kampung Adata. Sejarah Suku adat

b. Inventarisasi bangunan kampung adataktivitas utama pada masa laluKondisi lanskap kampung adat saat iniMUI Kab. Lombok Utara

Survei lapangan

3Aspek Budayaa. Kebudayaan setempat

Aktivitas dan kegiatan budaya setempatWawancara dan survei

4Persepsi & dukungan masyarakata. Tanggapan masyarakat sekitar kampung adat

Sikap warga terhadap kampung adat

wawancara

5Kebijakan PengelolaanKebijakan pemerintahPeraturan pemerintah daerah.Pemkab KLU

2. AnalisisTahap berikutnya adalah melakukan analisis terhadap data hasil dari inventarisasi. Analisis dilakukan untuk dapat mengetahui kendala dan potensi dari kawasan lanskap sejarah dalam upaya pelestarian. Kegiatan analisis dilakukan metode analisis deskriptif (kuantitatif dan kulitatif) dan metode analisis spasial. a. Metode deskriptif kuantitatif, adalah metode analisis dengan pemberian skor nilai terhadap elemen-elemen sejarah yang ada. Prosedur dari metode ini yaitu penilaian masyarakat mengenai kondisi kawasan lanskap sejarah yang dilihat dari beberapa faktor yang terkait dengan tujuan dari penelitian (Tabel 4.2). Adapun faktor-faktor yang harus dinilai dari suatu lanskap sejarah adalah sebagai berikut: Keaslian lanskap atau objek yang ada Keunikan dari lanskap sejarah Nilai sejarah dari lanskap sejarah Keutuhan lanskap atau objek yang ada Estetika atau arsitekturnya Kejamakan lanskap atau objek yang ada Keistimewaan lanskap atau objek yang adaTabel 4. 2 Skoring dan pembobotan terhadap kriteria yang dimiliki dari lanskap budayaKriteria PenilaianRendahSedangTinggi

Skor(5-15)(15-25)(25-35)

KeaslianTiruanPemugaran tidak serasi atau rekonstruksiMurni atau pemugaran serasi

KeunikanSkala lokalSkala regionalSkala nasional dan internasional

Nilai SejarahSkala lokalSkala regionalSkala nasional dan internasional

Keutuhan 20%20 % - 60%60 100%

EstetikaTidak indahIndahSangat indah

KejamakanTidak mewakili suatu periode sejarahMewakili beberapa periode sejarahMewakili satu periode sejarah

KeistimewaanTidak istimewaIstimewaSangat istimewa

Sumber: Karyono (1997: 28)Penilaian:Rendah: skor 35 - 105Sedang: skor 112 - 175Tinggi: skor 182 245Skoring dilakukan terhadap objek kajian, kemudian dihitung jumlah total dari nilai sekoring per bidang. Dari total nilai skoring nanti dapat diketahui kelayakan objek kajian sebagai kawasan konservasi cagar budaya.b. Metode deskriptif kualitatif, merupakan metode yang bertujuan untuk mendeskripsikan potensi kawasan lanskap sejarah untuk mendapatkan hasil analisis data yang dapat menggambarkan upaya apa saja yang perlu diajukan dalam rangka melestarikan kawasan lanskap sejarah tersebut. Pada metode ini juga dapat menghasilkan cara atau upaya untuk memperbaiki kendala-kendala yang ada. Selain itu, ada beberapa faktor yang harus dianalisis pada metode deskriptif ini, diantaranya: Keberlanjutan lanskap sejarah Upaya pelestarian yang telah dilakukan Potensi dan kendala aspek penunjang kawasan budaya Potensi aspek penunjang kawasan budayac. Metode analisis spasial, merupakan metode yang didalamnya terdapat kegiatan menganalisis tapak dengan memanfaatkan data-data spasial dari beberapa aspek. Setelah dianalaisis, data-data spasial tersebut kemudian dioverlay sehingga dihasilkan analisis spasial yang dapat diolah lagi pada tahap sintesis.3. SintesisTahapan sintesis merupakan proses pencarian alternatif untuk penentuan satuan lanskap sejarah untuk pertimbangan pengembangan menjadi kawasan budaya serta interpretasi sejarah kawasan. Selain itu juga dihasilkan bentuk pengembangan lanskap wisata yang dapat diterapkan pada kawasan tersebut. Bentuk pengembangan tersebut disesuaikan dengan upaya pelestarian dan pengembangan kawasan sebagai lanskap wisata sejarah.4. Konsep dan PengembanganHasil dari sintesis ditentukan konsep dasar yang mencakup pengembangan lanskap sebagai wisata sejarah. Penentuan konsep dasar dilakukan berdasarkan hasil analisis dan sintesis potensi keberlanjutannya yang meliputi: Konsep dasar Konsep ruang Pengembangan jalur interpretasi Peningkatan pelestarian dan kualitas lanskap sejarah sebagai obyek kawasan cagar budaya Peningkatan fasilitas penunjang kegiatan wisata budaya5. PerencanaanPada tahap terakhir ini, yaitu proses perencanaan yang didekati melalui pendekatan sumberdaya (penentuan tipe-tipe serta alternatif aktivitas berdasarkan pertimbangan kondisi dan situasi sumberdaya). Konsep yang telah disusun sebelumnya dikembangkan dalam bentuk tata ruang, tata hijau, tata letak fasilitas dan aktivitas wisata sejarah budaya. Hasil akhir berupa gambar siteplan, gambar rencana ruang (menggambarkan aktivitas dan fasilitas yang dikembangkan), gambar rencana sirkulasi, gambar rencana jalur interpretasi.Gambar 4.1 berikut merupakan gambar dari tahapan alur penelitian dari studi kelayakan kawasan Gumantar, kabupaten Lombok Utara.

Lanskap kawasan Cagar Budaya GumantarKondisi lanskap:Kondisi fisikKondisi non fisikAspek Lanskap sejarah:Sejarah perkembangan kampung adat GumantarInventarisasi bangunan kampung adat GumantarAspek BudayaKebudayaan setempatPersepsi & dukungan masyarakat:Tanggapan masyarakat sekitar kampung adatKebijakan pemerintah Karakter lanskap sejarah yang adaKondisi dan penyebaran obyek/lanskap sejarahFaktor-faktor keberlanjutan sebagai lanskap sejarahPotensi dan kendala dalam pengembangan wisataUsulan Konsep Pelestarian dan Pengembangan Lanskap Kawasan Cagar Budaya Gumantar:Konsep dasarKonsep ruangPengembangan jalur interpretasiPeningkatan pelestarian dan kualitas lanskap sejarah sebagai obyek kawasan cagar budayaPeningkatan fasilitas penunjang kegiatan wisata budayaRencana Tapak / Siteplan Kawasan cagar Budaya Gumantar, Lombok UtaraGambar 4.1 Alur Perencanaan Studi kawasan Gumantar, Lombok Utara

4.2. Dasar Hukum Perencanaan Tata RuangDasar hukum mengenai studi kelayakan kawasan Gumantar adalah:1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya3. Peraturan Daerah Nomer 3 Tahun 2010 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2009-20294. Peraturan Daerah Nomer 9 Tahun 2011 Tentang Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Lombok Utara.

5.1 Inventarisasi TapakInventarisasi tapak digunakan untuk menginventarisir dan mengidentifikasi kelayakan kampung adat yang berada di Desa Gumantar, Kecamatan Kayangan, Kabupaten Lombok Utara. Data ini bersifat kualitatif dan berupa data primer yang diperoleh dari hasil survei lapangan dan wawancara dengan penduduk juga tokoh adat di kawasan Gumantar. , diperoleh data-data sebagai berikut: Tabel 4.1 Hasil identifikasi studi kelayakan kawasan GumantarKriteria PenilaianRendahSedangTinggi

Skor(5-15)(16-25)(26-35)

Keaslian--35

Keunikan--35

Nilai Sejarah--35

Keutuhan --30

Estetika-21-

Kejamakan-23-

Keistimewaan-24-

Total Skor203

Sumber: data primer (survei lapangan)Dari hasil identifikasi studi dan penyekoran terhadap objek kajian diperoleh skor tinggi (203) sehingga kawasan Gumantar layak menjadi Kawasan Cagar Budaya di Kabupaten Lombok Utara. Berikut merupakan penjelasan dari penyekoran:a. KeaslianKampung adat di Desa Gumantar merupakan kampung adat asli setempat yang sudah ada sejak turun temurun hingga sekarang dan keasliannya masih terjaga, penduduk kampung adat setempat juga masih menggunakan kampung adat setempat sebagai tempat tinggal dan interaksi sosial.

Gambar: 5.1 Foto kondisi kampung adat (kampu Penghulu) di Dusun Kebaloan, Desa Gumantar.Bangunan yang berada di kawasan Gumantar ini merupakan bangunan yang sejak turun temurun tidak berubah, terjaga keasliannya. Foto bangunan seperti pada gambar 5.1 diatas.b. KeunikanKampung adat di kawasan Gumantar merupakan suatu kampung adat yang berada di Desa Gumantar. Bentuk bangunan kampung adat di kawasan Gumantar ini memiliki keunikan tersendiri, dimana desain bangunan terlihat tradisional karena bahan yang dipakai untuk kontruksi bangunan merupakan bahan-bahan yang diperoleh langsung dari alam tanpa ada campuran semen. Secara sosiokultural, masyarakat adat Dasan Beleq yang berada di Gumantar berkaitan erat dengan ajaran Islam. Hal ini bisa dilihat dari situs budaya yang ada, terus hidup dan berkembang sejalan dengan ritme kehidupan masyarakat setempat.Keunikan adat istiadatPusat aspek keagamaan terdapat di dusun Gumantar, dimana Mesjid Kuno yang ada sekarang adalah dibangun oleh para wali dan ulama penyebar agama Islam terdahulu, sedangkan pusat Pemerintahannya kala itu terdapat di Dusun Dasan Beleq ini. Situssitus sejarah peninggalan para wali penyebar agama Islam yang tedapat di Dusun Dasan Beleq Desa Gumantar Kecamatan Kayangan KLU ini, menurut tokoh adat Dusun Dasan Beleq, Malinom (48), mengatakan bahwa, ada beberapa peninggalan, diantaranya Bale Bangar Gubuq, yang oleh masyarakat setempat disebutnyaPagalan.Bale ini, terletak ditengah-tengah Gubuq Dasan Beleq, dengan ukuran 5x5 m. Bale (rumah) ini, menurut Malinom, keberadaannya diyakini dibuat oleh orang yang pertama kali datang dan menetap di Dusun Dasan Beleq.c. Nilai SejarahHingga sekarang, kawasan Gumantar ini meninggalkan situs sejarah yang penuh dengan nuansa adat istiadatnya. Terutama yang berpusat di Dusun Dasan Beleq. Dimana masyarakat setempat berkaitan erat dengan ajaran islam. Hal ini bisa dilihat dari situs budaya yang ada terus hidup dan berkembang sejalan dengan ritme kehidupan masyarakat setempat. Pusat keagamaan terdapat di dusun Gumantar, dimana mesjid kunoyang ada sekarang adalah dibangun oleh para wali dan ulama penyebar agama Islam terdahulu, sedangkan pusat pemerintahannya kala itu terdapat di dusun dasan Beleq. Situssitus sejarah peninggalan para wali penyebar agama Islam yang tedapat di Dusun Dasan Beleq Desa Gumantar Kecamatan Kayangan KLU ini, menurut tokoh adat Dusun Dasan Beleq, Malinom (48), mengatakan bahwa, ada beberapa peninggalan, diantaranya Bale Bangar Gubuq, yang oleh masyarakat setempat disebutnyaPagalan.Bale ini, terletak ditengah-tengah Gubuq Dasan Beleq, dengan ukuran 5x5 m. Bale (rumah) ini, menurut Malinom, keberadaannya diyakini dibuat oleh orang yang pertama kali datang dan menetap di Dusun Dasan Beleq. d. Keutuhan Keutuhan bangunan dan sosial budaya kawasan Gumantar sampai sekarang masih terjaga seperti dulu, adat istiadat juga norma yang berlaku di kampung adat ini masih berjalan. Akan tetapi, seiring perkembangan jaman dan tuntutan kebutuhan ekonomi, masyarakat disekitar kampung adat ini mulai meninggalkan sedikit demi sedikit bentuk bangunan. e. EstetikaKeindahan bangunan dan laskap kampung adat di kawasan Gumantar ini terbilang cukup unik dan jarang tidak ditemui di daerah Indonesia lainnya, apalagi di dunia. Sekumpulan bentuk bangunan yang terbuat dari bahan alami yang sederhana membuat estetika kampung adat ini semakin mempesona.f. KejamakanKampung adat di kawasan Gumantar ini juga merupakan representasi dari budaya setempat yang masih terjaga sampai sekarang, bentuk bangunan dan sosiokultural masyarakat merupakan representasi kehidupan masa lalu dalam abad kontemporer seperti sekarang ini.g. KeistimewaanKeistimewaan acara adat kawasan Gumantar yaitu ritual adat setempat, dimana Prosesi ritual Maulid Adat Gumantar rutin untuk setiap tahun pelaksanaannya berlangsung selama tiga hari tiga malam. Prosesi ritual Maulid Adat Ala Gumantar ini terus dipertahankan hingga kini. Keberadaan komunitas Gumantar dalam pelaksanaan Maulid Adat masih menganut system tradisi secara turun temurun.

Gambar 5.2 Prosesi ritual adat Maulid di Gumantar

Untuk menyongsong pelaksanaan ritual Maulid Adat Gumantar, satu minggu sebelumnya sudah dilakukan berbagai persiapan. Seperti Meleah Bale Gubuq (membersihkan kampung), memperbaiki penyengker (pembatas/pagar) Mesjid Kuno dan gotong royong membersihkan lokasi sekitar pelaksanaan ritual Maulid Adat, termasuk membersihkan Lokok Bikuk.Menurut A.Sukari, salah seorang tokoh adat Gumantar mengatakan bahwa: kegiatan pendahuluan meleah ini adalah merupakan Saur Sanga (Nasar) sebagai wujud syukur kepada Allah Swt, karena setiap tahun dapat bertemu lagi dengan bulan Maulid. Sehingga masyarakat komunitas Gumantar dapat melaksanakan ritual adat seperti yang dicontohkan oleh para leluhur. Ini adalah tradisi para leluhur, dimana kegiatan pendahuluan yang dilaksanakan sebelum pelaksanaan ritual Maulid adat di wet Gumantar ini adalah meleah atau Saur Sanga,terang A.Sukari, yang dibenarkan juga oleh A.Rupidi yang juga tokoh adat setempat. Sementara itu, tokoh adat Gumantar yang lain, seperti Rinansah menjelaskan kepada penulis tentang rangkaian prosesi ritual Maulid Adat Gumantar, sejak awal persiapan hingga berakhirnya ritual tersebut.Pada hari pertama yang dilakukan oleh masyarakat adat Gumantar menjelang pelaksanaan Maulid adatnya adalah seperti meleah disekitar Bale Gubuq (membersihkan kampung), memperbaiki penyengker (pembatas/pagar) Mesjid Kuno dan gotong royong membersihkan lokasi sekitar pelaksanaan ritual Maulid Adat, termasuk membersihkan Lokok Bikuk. Disamping itu, yang perlu dipersiapkan pada hari pertama itu antara lain membuat Jojor (lampu yang terbuat dari kapas dan buah jarak pagar yang di racik jadi satu),menguluh (ambil padi bulu dari Sambi (Lumbung padi) untuk persiapan nasi ayat dan menentukan praja Mangku dan Praja Penghulu. Praja ini berjumlah 4 orang perempuan, yang terdiri dari 2 orang yang sudah tua (sudah menopause) dan 2 orang lagi yang masih belum aqil balik.Tugasnya adalah sebagai tokoh utama dalam pelaksanaan proses ritual Maulid Adat. Misalnya, praja inilah yang bertugas menumbuk padi bulu untuk dijadikan nasi ayat, praja ini pula yang berada paling depan dalam bisok beras maupun ketika naik ke Mesjid Kuno dalam puncak pelaksanaan Maulid Adat. Sedangkan Praja Maulidnya yang terdiri dari 2 orang berada di belakang dari praja itu.Pada hari kedua, kegiatan adat yang dilakukan adalah mempersiapkan kayu bakar,gong dua di turunkan kemudian mencucinya di lokok Bikuk.Setelah selesai mencuci, gong dua itu kembali ke Bale Beleq untuk dilakukan ritual tabuh selama tiga kali, baru kemudian di bawa ke tempatnya di depan Mesjid Kuno untuk ditabuh selama berlangsungnya prosesi Maulid Adat.Namun sebelum mulai ditabuh, disembelihkan ayam terlebih dahulu diatas gong maupun kelentangnya. Setelah mulai ditabuh, maka pada saat ini, masyarakat adat Gumantar sudah boleh menari menggunakan tarian yang dikenal dengan sebutan Migel.Siang harinya dilakukan kegiatan Merembun (mengumpulkan) segala hasil bumi (beras,dll) di Bale Beleq (rumah adat). Dalam acara merembun ini dilakukan oleh kaum hawa dengan menggunakan wadah Praras (bakul kecil) dan berpakaian adat. Pada sore harinya bisok beras pun dilakukan ke Lokok Bikuk oleh praja Mangku dan Praja Penghulu bersama dengan inan pawon dan diiringi oleh sedikitnya 10 hingga 12 orang perempuan dengan menggunakan pakaian adat khas Gumantar. Dalam acara bisok menik ini, menurut Rinansah, tidak berdasarkan Purusa.Siapa saja boleh melakukannya,kata Rudim.Sementara menunggu segala sesuatunya siap, di alun-alun Mesjid Kuno Gumantar masih tetap berlangsung tarian yang menurut bahasa Gumantar disebutnya Migel. Bersamaan dengan itu, di bale beleq, Ancak untuk wadah membawa nasi ke Mesjid Kuno nantinya pun dipersiapkan, praja mulud juga sedang dipersiapkan.Kemudian acara selanjutnya menurut Rudim (45) adalah Tau Lokak sudah siap diberugak bersama sama dengan Pengancang dan berpakaian adat.Kalau sudah Tau Lokak sudah siap di Berugak bersama dengan Pengancang, ini berarti prosesi ritual Maulid Adat, akan segera digelar.Acara dilanjutkan dengan iring-iringan sepasang Praja Mulud menuju Mesjid Kuno, dengan 10 orang laki-laki membawa ancak (dulang terbuat dari bambu) dan 20 pasang wanita mengiring paling depan dengan menggunakan pakaian adat.Rudin juga menambahkan: 10 laki-laki pembawa ancak ini, langsung naik ke Mesjid Kuno bersama dengan Praja Mulud, sedangkan 20 wanita sebagai pengiring tadi, hanya sampai diluar Mesjid. Acara puncak dari prosesi ritual Maulid adat Gumantar ini, sama dengan seperti di Bayan, yaitu puncaknya dengan naiknya Praja Mulud ke Mesjid Kuno. Sedangkan kalau di Sesait, puncak Maulid adatnya dengan di naikkannya Nasi Aji di Mesjid Kuno. Acara ini merupakan keistimewaan dari kampung adat Gumantar, dimana tidak ditemui di tempat lain.5.1.1 Kondisi Fisik AlamiKondisi fisik alami kampung adat di Kawasan Gumantar merupakan sebuah originalitas dari perdaban secara turun temurun dan masih terjaga sampai sekarang. Kondisi fisik bangunan juga mencerminkan sebuah seni arsitektur masa lampau, untuk tetap mempertahankan originalitas bangunan, secara turun temurun komunitas suku adat di kawasan Gumantar tetap menjaga bentuk bangunan mereka. Hubungan interaksi manusia dengan alam (kearifan lokal) dari komunitas ini juga bisa dilihat bagaimana mereka membangun rumah mereka yang sama seperti yang diwariskan oleh leluhur mereka sampai sekarang.

Gambar 5.4 Rumah adat di Dusun Beleq, Desa Gumantar.

Gambar 5.5 Dinding rumah terbuat dari bambu.

Gambar 5.6 Atap rumah terbuat dari anyaman ilalang\Gambar 5.6 Atap rumah juga difungsikan sebagai tempat menyimpan sesuatu

Gambar 5.7 kondisi di dalam ruangan rumah adat.

Gambar 5.8 Potret keadaan keluarga di kampung adat.5.1.2 Lanskap SejarahLanskap sejarah bangunan dan budaya di kampung adat desa Gumantar berupa bentuk bangunan dan warisan tatanan sosial, adat istiadat, dan ritual keagamaan yang mereka lakukan selama ini. Mereka juga menjaga kelestariannya sampai sekarang ini.

Gambar 5.3 Lanskap kampung adat di Dusun Beleq, Desa Gumantar5.1.3 Aspek Sosial, Ekonomi dan BudayaMata pencaharian penghuni kampung adat di Desa Gumantar ini adalah sebagai bertani, berkebun dan beternak, hasil pertanian mereka menghasilkan bahan pokok untuk makanan seperti padi, kedelai. Kondisi sosial dan budaya kampung adat di Desa Gumantar

5.1.4 Persepsi dan Dukungan MasyarakatPersepsi penduduk kampung adat dan masyarakat setempat tentang keberadaan kampung adat ini merupakan.5.2 Arahan Rencana Pengembangan Kampung Adat Kawasan Gumantar5.3 ............................5.4 ............................

LAPORAN AKHIR CV. Mega Jaya Mandiri - 6