Upload
ibnu-riyadhie-prayanda
View
152
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
laporan kandungan C-organik
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar BelakangTanah adalah lapisan yang menyeliputi bumi antara litosfer (batuan yang membentuk
kerak bumi) and atmosfer. Tanah adalah tempat tumbuhnya tanaman dan mendukung hewan dan manusia. Tanah berasal dari pelapukan batuan dengan bantuan tanaman dan organisme, membentuk tubuh unik yang menyelaputi lapisan batuan. Proses pembentukan tanah dikenal sebagai pedogenesis. Proses yang unik ini membentuk tanah sebagai tubuh alam yang terdiri atas lapisan-lapisan atau disebut sebagai horizon. Setiap horizon dapat menceritakan mengenai asal dan proses-proses fisika, kimia dan biologi yang telah dilalui tubuh tanah tersebut.
Tanah adalah produk transformasi mineral dan bahan organik yang terletak dipermukaan sampai kedalaman tertentu yang dipengaruhi oleh faktor-faktor genetis dan lingkungan, yakni bahan induk, iklim, organisme hidup (mikro dan makro), topografi, dan waktu yang berjalan selama kurun waktu yang sangat panjang, yang dapat dibedakan dari cirri-ciri bahan induk asalnya baik secara fisik kimia, biologi, maupun morfologinya (Winarso, 2005).
Tanah merupakan elemen dasar yang tidak terpisahkan dalam dunia pertanian. Tanpa adanya tanah mustahil kita bisa menanam padi, palawija, sayuran, buah-buahan maupun kehutanan meskipun saat ini telah banyak dikembangkan sistim bercocok tanam tanpa tanah, misalnya Hidroponik, Airoponik dan lain-lain, tetapi apabila usaha budidaya tanaman dalam skala luas masih lebih ekonomis dan efisien menggunakan media tanah. Mengingat pentingnya peranan tanah dalam usahatani, maka pengelolaan tanah untuk usahatani haruslah dilakukan sebaik mungkin guna menjaga kesuburan tanahnya. Tanah yang memenuhi syarat agar pertumbuhan tanaman bisa optimal tentulah harus memiliki kandungan unsur hara yang cukup,mengandung banyak bahan organik yang menguntungkan.
Tanah yang semula subur dapat berkurang kualitasnya oleh beberapa faktor. Salah satu diantaranya adalah dengan seringnya tanah tersebut dimanfaatkan tanpa mengalami proses istirahat. Dengan seringnya kita memanfaatkan tanah, maka unsur hara yang terkandung di dalamnyapun sedikit demi sedikit akan berkurang. Tanah yang subur dan mudah di olah sangat menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Tanah yang baik merupakan tanah yang mengandung hara. Unsur yang terpenting dalam tanah agar dapat mendukung kesuburan tanah salah satunya adalah kandungan c-organik. Dimana kandungan c-organik merupakan unsure yang dapat menentukan tingkat kesuburan tanah.
1.2 Tujuan dan Manfaat1.2.1 Tujuan Untuk mengetahui definisi C-Organik, karakter (rendah, sedang, tinggi) dari C-Organik dan fungsi pengukuran dari C-organik.1.2.2 Manfaat
Mahasiswa dapat mengetahui definisi dari C-Organik, karakter (rendah, sedang, tinggi) dari C-Organik dan fungsi pengukuran dari C-organik.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Winarso, (2005) Tanah adalah produk transformasi mineral dan bahan organik yang terletak dipermukaan sampai kedalaman tertentu yang dipengaruhi oleh faktor-faktor genetis dan lingkungan, yakni bahan induk, iklim, organisme hidup (mikro dan makro), topografi, dan waktu yang berjalan selama kurun waktu yang sangat panjang, yang dapat dibedakan dari cirri-ciri bahan induk asalnya baik secara fisik kimia, biologi, maupun morfologinya.
Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu system kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman atau binatang yang terdapat di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena dipengaruhi oleh faktor biologis, fisika, dan kimia. Bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik didalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus. Kadar C-organik tanah cukup bervariasi, tanah mineral biasanya mengandung C-organik antara 1 hingga 9%, sedangkan tanah gambut dan lapisan organik tanah hutan dapat mengandung 40 sampai 50% C-organik dan biasanya < 1% di tanah gurun pasir. (Fadhilah, 2010)
Budidaya organik nyata meningkatkan kandungan karbon tanah. Karbon merupakan komponen paling besar dalam bahan organik sehingga pemberian bahan organik akan meningkatkan kandungan karbon tanah. Tingginya karbon tanah ini akan mempengaruhi sifat tanah menjadi lebih baik, baik secara fisik, kimia dan biologi. Karbon merupakan sumber makanan mikroorganisme tanah,s ehingga keberadaan unsur ini dalam tanah akan memacu kegiatan mikroorganisme sehingga meningkatkan proses dekomposisi tanah dan juga reaksi-reaksi yang memerlukan bantuan mikroorganisme, misalnya pelarutan P, fiksasi N dan sebagainya (Utami dan Handayani, 2003).
Tabel 2. Pengaruh perlakuan terhadap kandungan Asam Humat, Asam Fulfat, N Total, dan K tersediaNo. Perlakuan Asam
humat (%) Asam fulfat
(%) N total (%) K tersedia
(mg/100 gr) 1 Pertanian Organik 1 0,33 a 0,35 a 0,23 a 1,78 b
2 Pertanian Organik 2 0,24 d 0,31 b 0,21 cd 1,17 c
3 Pertanian Non organik 1 0,16 f 0,22 de 0,22 b 2,12 a
4 Pertanian Non organik 2 0,26 c 0,22 de 0,21 cd 0,83 d
5 Pertanian Non organik 3 0,26 c 0,17 f 0,19 e 0,66 e
6 Pertanian Non organik 4 0,17 e 0,25 c 0,17 f 0,60 f
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak ada beda nyata dengan jenjang 95%
Kandungan c-organik menurut tipe fisiogami yakni kedalaman 0-10 cm memiliki kandungan C-organik 4 %, kedalaman 10-20 cm adalah 3,38 % dan kedalaman 20-30 cm adalah 2,52 % dengan harkat sedang sampai tinggi. Fisiognomi II kedalaman 0-10 cm kandungan C-organik adalah 5,00 %, kedalaman 10-20 cm adalah 2,67 % dan kedalaman 20-30 adalah 2,38 % dengan harkat sedang sampai tinggi. Fisiognomi III pada kedalaman 0-10 cm kandungan C-organik adalah 5,63 %, kedalaman 10-20 cm adalah 3,89 % dan kedalaman 20-30 cm adalah 3,56 % dengan harkat tinggi hingga sangat tinggi. kandungan C-organik cenderung menurun dengan semakin dalamnya tanah. Hal ini dapat disebabkan oleh
akumulasi bahan organik yang berasal dari dekomposisi seresah lebih banyak di bagian atas (supriono dkk, 2009).
BAB 3. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat Pengambilan sampel dilaksanakan pada Hari Rabu, 23 November 2011. Tempat praktikum di Laboratorium Kimia Jurusan Tanah Fakultas Pertanian
3.1. Alat dan Bahan3.2.1 Alat1. kolorimeter2. Labu ukur 100 ml3. Pendingin4. Pipet volume5. Karet penghisap
3.2.2 Bahan1. Sampel tanah kering angin2. Asam sulfat pekat3. Kalium dikromat 2 N4. H2O
3.3 Cara Kerja1. Menimbang 0,5 g contoh tsnsh ukuran < 0,5 mm, masukkan ke dalam labu ukur 100 ml2. Tambahkan 5 ml K2Cr2O7 2N, lalu kocok. Tambahkan 7,5 ml H2So4 pekat, kocok dan
diamkan selama 30 menit.3. Encerkan dengan air murni, dinginkan dan impitkan.4. Keesokan harinya ukur extensionnya dengan kolorimeter dengan panjang gelombang 561 nm5. Untuk pembanding, buat deret standart 0-250 ppm, dengan interval 50 ppm, sehingga
diperoleh deret 0 ppm, 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm, 200 ppm, dan 250 ppm.6. Langkah untuk memperoleh deret tersebut, gunakan pipet untuk mengukur 0; 0,5; 1; 2; 3; 4;
dan 5 ml dari standar 5000 ppm glukosa 5000 ppm ke dalam labu ukur 100 ml dengan tiap deret sendiri-sendiri dan diperlakukan sam dengan pengerjaan contoh yaitu ditambahkan K2Cr2O7 2N lalu kocok.
7. Menambahkan 7,5 ml H2So4 pekat, kocok dan diamkan selama 30 menit.8. Mengencerkan dengan air murni, dinginkan dan impitkan untuk masing-masing deret.
BAB 4. PEMBAHASAN
4.1 Definisi C-Organik Bahan organik merupakan bahan-bahan yang dapat diperbaharui, didaur ulang, di
rombak oleh bakteri-bakteri tanah menjadi unsur yang dapat digunakan oleh tanaman tanpa mencemari tanah dan air (Anonim, 2010).
Bahan organik adalah kumpulan beragam senyawa-senyawa organik kompleks yang sedang atau telah mengalami proses dekomposisi, baik berupa humus hasil humifikasi maupun senyawa-senyawa anorganik hasil mineralisasi dan termasuk juga mikrobia heterotrofik dan ototrofik yang terlibat dan berada didalamnya (Nabilussalam, 2010).
Terdapat beberapa pengertian mengenai c-organik yakni C-Organik (Bahan organik)
merupakan bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem kompleks dan dinamis, yang
bersumber dari sisa tanaman dan atau binatang yang terdapat di dalam tanah yang terus
menerus mengalami perubahan bentuk, karena dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika, dan
kimia. C-Organik juga merupakan bahan organik yang terkandung di dalam maupun pada
permukaan tanah yang berasal dari senyawa karbon di alam, dan semua jenis senyawa
organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan,
biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang stabil
atau humus (Triesia, 2011).
4.2 Karakter C-Organik
Tanah Titik I memiliki kandungan bahan organik yang lebih tinggi dibandingkan
dengan Titik II. Hal ini terjadi karena Titik I merupakan Titik permukaan, dimana pada Titik
ini tidak terjadi proses pencucian yang dapat menyebabkan tingginya bahan organik yang
dikandungnya dan selain itu proses humufikasi berlangsung pada Titik ini. Kandungan bahan
organik tertinggi adalah tanah berada pada Titik I, karena adanya proses pelapukan sisa-sisa
mikroorganisme yang mati dan berakumulasi diTitik ini.
Tanah Titik II, memiliki kandungan bahan organik yaitu 0,0879 %,ini menunjukkan
kandungan bahan organiknya lebih rendah daripada Titik I. Hal ini terjadi karena pada Titik
II tidak terdapat humus, dimana humus ini merupakan polimer dari bahan organik. Lagipula
Titik II bukan merupakan Titik permukaan. Tanah yang mengandung bahan organik adalah
tanah Titik atas atau top soil, karena semakin ke bawah suatu Titik tanah maka kandungan
bahan organiknya semakin berkurang sehingga tanah menjadi keras.
Titik III memiliki kandungan bahan organik lebih rendah dibandingkan Titik I, II. Hal
ini terjadi karena Titik III merupakan Titik paling dalam dimana semakin dalam tanah
semakin kurang kandungan bahan organiknya. Hal ini juga disebabkan karena tingginya
kandungan liat tanah Titik terdalam. Karena terjadi pencucian dan akibatnya bahan
organiknya kurang tersedia. Jumlah kandungan bahan organik sangat ditentukan oleh faktor
kedalaman tanah dan tekstur tanah itu, dan semakin tinggi kandungan liat suatu Titik tanah
maka semakin rendah kandungan bahan organiknya. Semakin dalam suatu Titik tanah dan
semakin tinggi kandungan liatnya maka kandungan bahan organiknya semakin rendah pula.
Kandungan c-organik pada setiap tanah bervariasi, mulai dari kurang dari 1% pada
tanah berpasir, sampai lebih dari 20% pada tanah yang berlumpur. Warna tanah menunjukkan
kandungan c-organik tanah tersebut. Tanah yang berwarna hitam kelam mengandung C-
organik lebih tinggi. Makin cerah warna tanah kandungan C-organik makin rendah (Darliana,
2011)
4.3 Fungsi C-Organik
Kandungan bahan organik dalam tanah merupakan salah satu faktor yang berperan
dalam menentukan keberhasilan suatu budidaya pertanian. Hal ini dikarenakan bahan organik
dapat meningkatkan kesuburan kimia, fisika maupun biologi tanah. Penetapan kandungan
bahan organik dilakukan berdasarkan jumlah C-Organik (Anonim 2009).
Bahan organik tanah sangat menentukan interaksi antara komponen abiotik dan biotik
dalam ekosistem tanah. Musthofa (2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kandungan
bahan organik dalam bentuk C-organik di tanah harus dipertahankan tidak kurang dari 2
persen, Agar kandungan bahan organik dalam tanah tidak menurun dengan waktu akibat
proses dekomposisi mineralisasi maka sewaktu pengolahan tanah penambahan bahan organik
mutlak harus diberikan setiap tahun. Kandungan bahan organik antara lain sangat erat
berkaitan dengan KTK (Kapasitas Tukar Kation) dan dapat meningkatkan KTK tanah. Tanpa
pemberian bahan organik dapat mengakibatkan degradasi kimia, fisik, dan biologi tanah yang
dapat merusak agregat tanah dan menyebabkan terjadinya pemadatan tanah (Anonim 2009).
4.4 Analisis Data
Hasil penelitian mengenai kandungan kimia tanah uang meiliputi kadar air dan c-
organik, dapat diketahui mengenai kadar air dan c-organik tanah sawah, tanah tegalan, tanah
agrotechno park dan tanah tererosi. Tanah sawah memiliki kandungan kadar air sebesar
33,6% dan c-organik 0,03%. Tanah tegalan memiliki kandungan kadar air sebesar 24% dan c-
organik sebesar 0,03%. Sedangkan untuk tanah agrotechno park memiliki kadar air sebesar
25% dan c-organik 0,03%. Dan untuk tanah tererosi kadar air 6,2% dan c-organik 0,02%.
Perhitungan tersebut didapat dari hasil pengovenan sampel masing-masing jenis
tanah. Kemudian sampel yang telah dioven dihitung berdasarkan berat pinggan (wadah
sampel), dan berat tanah awal.
4.5 Rekomendasi Dari Hasil Analisis
Jika kita berupaya untuk menyehatkan kembali di posisi ideal C-Organik minimal yaitu di atas 3 % dibutuhkan pupuk organik yang terfermentasi dengan baik dengan kadar C-Organik yang tinggi. Hal ini butuh volume kubikasi atau tonase yang sangat banyak jumlahnya, untuk memenuhi kebutuhan NPK. Guna menekan tonase pupuk organik tetapi tetap upaya organik maka dibutuhkan pupuk hayati sebagai penambat nitrogen, pelarut phospat dan kalium. Penggunaan pupuk hayati tersebut dapat mempercepat penyehatan lahan pertanian. Pupuk hayati yang mengandung bakteri seperti Azospirrilum, Azoctobacter, Rhizobium dll merupakan pupuk yang mampu menambat nitrogen yang berlimpah ruah di alam bebas yaitu 79%. Phospat dan kalium sangat berlimpah ruah di lahan. Hanya 30 % saja dari pupuk phospat dan kalium yang kita tebar yang larut termanfaatkan oleh tanaman. Sisanya menjadi deposito kita dan sekarang tiba saatnya untuk dinikmati melalui pemakaian pupuk hayati pelarut phospat dan kalium yang mengandung bakteri Pseudomonas, Bacillus dan lain-lain.
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan dan Saran
5.1.1 Kesimpulan
Dari keempat jenis sampel tanah (tanah sawah, tanah tegalan, tanah agrotchno park
dan tanah tererosi), merupakan jenis tanah yang memiliki kandungan c-organik kurang ideal
(5%). Rata-rata kandungan c-organik dari 4 jenis tanah adalah 0.03%. Sebagai pereaksi untuk
mengetahui c-organik digunakan larutan Asam sulfat pekat dan kalium dikromat 2N.
5.1.2 Saran
Untuk menghasilkan suatu produk pertanian yang maksimal perlu juga
memperhatikan kandungan c-organik dalam tanah, agar dapat diketahui tanaman yang cocok,
dak kapan melakukan pergiliran tanaman untuk menjaga kadar c-organik dalam tanah.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Panduan Praktikum Dasar Ilmu Tanah. Malang. FPUB.
Anonim. 2009. Sifat Kimia Tanah. [on line] http://boymarpaung.wordpress.com/2009/02/19/sifat-kimia-tanah/. Minggu, 27-11-2011
Darliana, 2011. Pengaruh Jenis Bokasi Terhadap Bobot Isi, C-organik, dan KTK Tanah, Serta Hasil Daun Teh pada Andosols Asal Gambung. [on line] http://p4tkipa.org/lihat.php?id=ARTIKEL&hari=UMUM&%20tanggal=1&%20bulan=Pebruari%20&%20oleh=Darliana. Senin, 28-11-2011.
Fadhilah. 2010. Pengertian tanah bertalian. [on line] http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20172/3/Chapter%20II.pdf. Minngu, 27-11-2011
Utami, S.N., dan Handayani, S. 2003. Sifat Kimia Entisol pada Sistem Pertanian Organik.Ilmu Pertanian Vol. 10 No. 2, 2003 : 63-69
Nabilussalam. 2011. C-Organik Dan Pengapuran. Malang. Pesantren Luhur Malang.
Supryono, dkk. 2009. Kandungan C-Organik Dan N-Total Pada Seresah Dan Tanah Pada 3 Tipe Fisiognomi (Studi Kasus Di Wanagama I, Gunung Kidul, Diy). Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 9 No. 1 p: 49-57
Triesia, 2011. Pengertian C-Organik. [on line] http://blog.ub.ac. id/yurike/2011/05/01/c-organik/. Minggu, 27-11-2011
Winarso. 2005. Pengertian dan Sifak Kimia Tanah.. Yogyakarta; GAJAH MADA UNIVERSITY PRESS.
Laporan praktikum DDIT
penetapan C-Organik penitaran Walkley & Black
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah merupakan suatu lapisan permukaan bumi yang paling luar dimana sebagai tempat
naungan bagi mahluk hidup maupun benda mati. dimana proses terbentuknya tanah
memerlukan waktu yang begitu lama dengan membutuhkan jutaan tahun sehingga menjadi
tanah yang murni melalui proses pelapukan fisik, kimiawi, serta pelapukan mekanik
diantaranya dari proses pelapukan bebatuan dan organisme hidup lainnya. Tanah merupakan
unsur yang paling penting dalam aspek kehidupan karna tanah memiliki fungsi yang begitu
kompleks bagi semua unsur kehidupan didalam bumi yaitu tanah dipandang dalam suatu
pertanian sebagai media tumbuh bagi tanaman budidaya sedangkan pada aspek pembangunan
tanah sebagai tempat berdirinya suatu bangunan tempat tinggal serta memiliki banyak fungsi
lainnya.
Kesuburan tanah sangat bergantung pada kandungan organik dalam tanah. Sehingga
ukuran kesuburan tanah dapat diukur melalui kadar organik dalam tanah atau dalam ilmu
tentang tanah disebut juga dengan sebutan kadar C-Organik.Di kalangan para petani,
pemahaman tentang kandungan organik ataupun C-organik kurang dipahami. Namun dalam
dunia pertanian hal tersebut dapat dikatakan sebagia salah satu faktor penting dalam
mempengaruhi hasil produksi. Oleh karena itu perlu melakukan pengukuran atau pengamatan
tentang kadar C-organik dalam tanah agar mengetahui tindakan apa selanjutnya yang akan di
buat untuk kesuburan tanah tersebut yang tujuann utamnya adalah meningkatkan hasil
produksi.
1.2 Tujuan praktikum
Tujuan dilaksanakan praktikum ini adalah untuk mengetahui c-organik yang terkandung
dalam suatu tanah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bahan organik merupakan bahan-bahan yang dapat diperbaharui, didaur ulang,
dirombak oleh bakteri-bakteri tanah menjadi unsur yang dapat digunakan oleh tanaman tanpa
mencemari tanah dan air. Bahan organik tanah merupakan penimbunan dari sisa-sisa tanaman
dan binatang yang sebagian telah mengalami pelapukan dan pembentukan kembali. Bahan
organik demikian berada dalam pelapukan aktif dan menjadi mangsa serangan jasad mikro.
Sebagai akibatnya bahan tersebut berubah terus dan tidak mantap sehingga harus selalu
diperbaharui melalui penambahan sisa-sisa tanaman atau binatang.
Adapun sumber primer bahan organik adalah jaringan tanaman berupa akar, batang,
ranting, daun, dan buah. Bahan organik dihasilkan oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis
sehingga unsur karbon merupakan penyusun utama dari bahan organik tersebut. Unsur
karbon ini berada dalam bentuk senyawa-senyawa polisakarida, seperti selulosa,
hemiselulosa, pati, dan bahan- bahan pektin dan lignin. Selain itu nitrogen merupakan unsur
yang paling banyak terakumulasi dalam bahan organik karena merupakan unsur yang penting
dalam sel mikroba yang terlibat dalam proses perombakan bahan organik tanah. Jaringan
tanaman ini akan mengalami dekomposisi dan akan terangkut ke lapisan bawah serta
diinkorporasikan dengan tanah. Tumbuhan tidak saja sumber bahan organik, tetapi sumber
bahan organik dari seluruh makhluk hidup.
Sumber sekunder bahan organik adalah fauna. Fauna terlebih dahulu harus
menggunakan bahan organik tanaman setelah itu barulah menyumbangkan pula bahan
organik. Perbedaan sumber bahan organik tanah tersebut akan memberikan perbedaan
pengaruh yang disumbangkannya ke dalam tanah. Hal itu berkaitan erat dengan komposisi
atau susunan dari bahan organik tersebut. Kandungan bahan organik dalam setiap jenis tanah
tidak sama. Hal ini tergantung dari beberapa hal yaitu; tipe vegetasi yang ada di daerah
tersebut, populasi mikroba tanah, keadaan drainase tanah, curah hujan, suhu, dan pengelolaan
tanah. Komposisi atau susunan jaringan tumbuhan akan jauh berbeda dengan jaringan
binatang. Pada umumnya jaringan binatang akan lebih cepat hancur daripada jaringan
tumbuhan. Jaringan tumbuhan sebagian besar tersusun dari air yang beragam dari 60-90%
dan rata-rata sekitar 75%. Bagian padatan sekitar 25% dari hidrat arang 60%, protein 10%,
lignin 10-30% dan lemak 1-8%. Ditinjau dari susunan unsur karbon merupakan bagian yang
terbesar (44%) disusul oleh oksigen (40%), hidrogen dan abu masing-masing sekitar 8%.
Susunan abu itu sendiri terdiri dari seluruh unsur hara yang diserap dan diperlukan tanaman
kecuali C, H dan O.
Pengaruh Bahan Organik Terhadap Produksi Tanaman
Bahan organik merupakan perekat butiran lepas dan sumber utama nitrogen, fosfor
dan belerang. Bahan organik cenderung mampu meningkatkan jumlah air yang dapat ditahan
di dalam tanah dan jumlah air yang tersedia pada tanaman. Akhirnya bahan organik
merupakan sumber energi bagi jasad mikro. Tanpa bahan organik semua kegiatan biokimia
akan terhenti
Bahan tersebut dapat berupa pupuk organik, yang proses perubahannya dapat terjadi
secara alami atau buatan. Bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan
kesuburan tanah, baik secara fisika, kimia maupun dari segi biologi tanah. Bahan organik
adalah bahan pemantap agregat tanah yang sangat baik. dan merupakan sumber dari unsur
hara tumbuhan. Disamping itu bahan organik adalah sumber energi dari sebagian besar
organisme tanah. Bahan organik dapat diperoleh dari residu tanaman sepert akar, batang,
daun yang gugur, yang dikembalikan ke tanah. 5% tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat
tanah besar sekali. Fungsi: bahan organik adalah:
1. Sebagai granulator, yaitu memperbaiki struktur tanah.
2. Sumber unsur hara N, P, S, unsur mikro dan lain-lain.
3. Menambah kemampuan tanah untuk menahan air.
4. Menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur- unsur hara (Kapasitas tukar kation
tanah menjadi tinggi).
5. Sumber energi bagi mikroorganisme. (Doeswono, 1983)
Kandungan bahan organik tanah merupakan faktor penentu kualitas tanah untuk tanah
mineral. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah maka kualitas tanah mineral
semakin baik. Penilaian kualitas tanah beradasarkan kandungan bahan organiknya telah
dilakukan. Sampel tanah di ambil pada top dan sub soil pada titik -titik yang telah ditentukan
melalui analisis terrain.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada :
Hari/Tanggal : Kamis/ 29 November 2012
Jam : 10.00-12.00 wib
Tempat : Labolatorium Ilmu Tanah Universitas Jambi
3.2 Alat dan Bahan
Alat
Timbangan
Tabung elenmeyer
Pipet tetes
Bahan
Tanah
serbuk NaF
K2Cr2O7
H2SO4 pekat
air suling
H3PO4
indikator defenilamin
Fero Amino Sulfat.
3.3 Cara Kerja
1. Timbang 0,5 gram tanah dengan kehalusan 0,2 mm (0,05 gram untuk tanah gambut dan 2
gram untuk Tanah yang diperkirakan bahan orgnik < 1%)
2. Masukkan kedalam elenmeyer tambah 10 ml In K2Cr2O7, sambil digoyang.
3. Tambahkan 20 ml H2SO4 pekat dan putar diatas yang lembut diamkan 20-30 menit.
4. Tambahkan 200 ml air suling, dan 10 ml 85 % H3PO4, 0,2 gram NaF, dan 30 tetes indicator
difelamin.
5. Tetes segera dengan 0,5 N fero ammonium sulfat atau 1 N ferosulfat. Kemudian berubah jadi
biru kotor. Titik akhir titrasi adalah hijau terang.
6. Lakukan cara yang sama (1-5) pada waktu yang sama untuk blangko ( tanpa tanah ).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Table hasil praktikum penetapan C-Organik penitaran (Walkley & Black).
No. contoh
Blangko
Titar fero sulfat
( ml )
C-Organik
( % )
Bahan Organik
( % )
1 0,5 ml 2,28 % 3,923 %
2 1,1 ml 5,16 % 8,895 %
3 1 ml 3,72 % 6,43 %
4 1,5 ml 2,7 % 4,68 %
5 0,5 ml 2,524 % 4,351 %
6 0,8 ml 3,56 % 6,14 %
Rata-rata 5,4 ml 19,944 % 34,419 %
4.2 Pembahasan
Dari hasil yang diperoleh kandungan bahan organic tanah yang diteliti termasuk
tinggi dimana kita ketahui kandungan bahan organic umumnya dipermukaan tanah jumlahnya
tidak besar yaitu sekitar 3-5 persen tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah besar sekali.
Adapun pengaruh bahan organic trhadap sifat tanah dan akibatnya juga terhadap tanaman
adalah:
- Sebagai granulator yaitu memperbaiki struktur tanah
- Sumber unsure hara N,S,P, unsur mikro dan lainnya
- Menambah kemampuan tanah untuk menahan air
- Menambah kemamapuan tanah untuk menahan unsure-unsur hara
- Sumber energy bagi mikro organisme
Bahan organic dalam tanah terdiri dari bahan organic kasar dan bahan organic halus
atau humus. Humus terdiri dari bahan organic halus berasal dari hancuran bahan organic
kasar serta senyawa-senyawa baru terbentuk dari hancuran bahan organic tersebut melalui
kegiaaan mikroorganisme didalam tanah. Humus merupakan senyawa yang sangat resisten
berwarna hitam atau coklat dan mempunyai daya menahan unsure hara yang tinggi.
Tingginya kapasitas tukar kation dari humus, karena humus memunyai beberapa gugus
karboksil.
Tanah yang mengandung banyak bahan oganik adalah tanah lapisan atas atau top oil .
semakin kelapisan bawah tanah maka kandungan bahan organic nya semakin berkurang,
sehingga tana semakin kurus. Apabila dalam tanah tersebt kekurangan bahan organic maka
bahan organic tersebut dapat digantikan dengan menggunakan pupuk organic hal ini guna
untuk tetap menjaga unsure hara yang terkandung tetap ada.sealain mempengaruhi sifat fisis
tanah bahan organic juga dapat mempengaruhi Ph tanah.
Dari hasil yang didapat, diketahui hubungan antara C-Organik dan Bahan Organi
berbanding lurus ( semakin tinggi C-Orgaik semakin tinggi pula Bahan Organik yang
terkandung di dalam tanah tersebut. Pada pengaruh Titar fero sulfat jika kita urutkan mulai
dari yang terkecil sampai yang terbanyak volum yang terkandung dari setiap belangko dapat
dilihat bahwa Titatar fero sulfat hubungannya berbandng lurus dengan C-Organik dan Bahan
Organik, yaitu dari blangko bernomor 1, 5, 6, 3, dan 2. Tapi pada blangko no 4 terjadi
kecendrungan dari blanko yang lain.
Kita lihat pada blangko yang bernomor 4 dan 5 terjadi perbedaan volume Titar fero
sulfat sebanyak 1 ml, tapi hasil dari C-Organik dan Bahan Organiknya hampir mendekati
kesamaan. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai factor, mulai dari tanah yang dijadikan sampel
sampai dengan ketelitian dalam pencampuran bahan, melakukan titrasi dan penghitungannya.
Kita ketahui bahwa tanah yang kita jadikan sampel adalah tanah yang berasal dari tempat
yang sama dengan blangko yang lain dan dalam perhitungannyapun setiap kelompok telah
melakukan perhitungan yang benar. Oleh karena itu, kesalahan yang terjadi disini dapat
disebabkan karena adanya kesalahan dalam melakukan titrasi atau kurangnya ketelitian dalam
melakukan titrasi.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa :
Dari hasil pembahasan diatas kami dapat menyimpulkan bahwa kandungan bahan organic
didalam tanah cukup tinggi. Hal ini dipengaruho oleh fakto kandungan bahan organik dalam
tanah adalah kedalaman Titik tanah, iklim (suhu dan curah hujan), tekstur tanah, drainase,
aerasi, aktivitas mikroorganisme, vegetasi. Bahan organic sangat berguna bagi tanaman
karena bahan organic merupakan sumber unsure hara N,S,P dan mikro yang dibutuhkan
tanaman.
Kandungan terbesar pada bahan organik dalam tanah yang dijadikan sebagai objek praktikum
adalah C-Organik yaitu mengandung lebih dari 50 % C-Organik. Tanah yang subur adalah
tanah yang mengandung bahan organik. Bahan organik yang berlebihan dapat menyebabkan
keracunan pada tanaman sebaliknya tanah yang mengandung sedikit bahan organik akan
menyebabkan kurang suburnya tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
http://sriwijaya1012.wordpress.com/2012/07/17/laporan-dasar-dasar-ilmu-tanah/
Hardjowigeno, Sarwono.2010.Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo. Jakarta
http://fandicka.blog.com/2011/03/28/penetapan-c-organik-dan-kebutuhan-kapur-kesawan-
tanah/feed/