Laporan Kasus 1 Anakmk

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kk

Citation preview

  • 5/25/2018 Laporan Kasus 1 Anakmk

    1/20

    LAPORAN KEPERAWATAN ANAK

    CASE STUDY 1

    BBLR DENGAN SESAK NAFAS

    BLOK COMPREHENSIVE

    SEMESTER VI

    KELOMPOK 3

    1. Ilham Fachrurozy (G1D011026)2. Sabani Nur Ardliyah (G1D011027)3. Devi Kurnia Sofia (G1D011028)4. Lina Safitri (G1D011029)5. Bakhtiar Nur Abdilah (G1D011030)6. Tika Purwitasari (G1D011031)7. Agung Tri Yuwono (G1D011032)8. Layndo Dheanisa R (G1D011033)9. Dhannu Eko Ariansyah (G1D011034)10.Syfa Handayani (G1D011035)11.Dyah Puspita Rini P (G1D011036)12.Arvitasari Octaviani (G1D011037)13.M. Cakraningrat (G1D010---)

    UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESHATAN

    JURUSAN KEPERAWATAN

    PURWOKERTO

    2014

  • 5/25/2018 Laporan Kasus 1 Anakmk

    2/20

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar BelakangMenurut Kemenkes RI (2012), di dunia sekitar 15 juta bayi lahir prematur setiap

    tahunnya. Lebih dari satu juta bayi prematur meninggal sesaat setelah lahir. Indonesia

    menduduki peringkat ke-5 jumlah bayi prematur terbanyak di dunia dengan jumlah

    675.700. Peringkat pertama kelahiran bayi prematur terbesar di India mencapai

    3.519.100, diikuti China sebanyak 1.172.300, Nigeria sebanyak 773.600, dan Pakistan

    sebanyak 748.100. Masalah kelahiran prematur tidak terbatas pada negara

    berpenghasilan rendah saja. Di negara berpendapatan tinggi, kenaikan jumlah kelahiranprematur terkait dengan usia wanita yang lebih tua saat memiliki bayi, peningkatan

    penggunaan obat kesuburan dan kehamilan kembar yang dihasilkan. Di beberapa negara

    maju, induksi medis yang tidak perlu dan kelahiran caesar sebelum waktunya juga

    meningkatkan kelahiran prematur.

    Bayi prematur adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu

    dan dengan berat lahir kurang dari 2500 gram. Bayi lahir prematur sebagian besar organ

    tubuhnya belum dapat berfungsi secara sempurna, karena kelahirannya yang masih dini.

    Bayi yang sangat prematur dengan gestasi 24-27minggu masih sangat sukar untuk hidup,

    berbeda dengan bayi prematur sedang berat badan 1500-2500 gram, kesanggupan untuk

    hidup jauh lebih baik dan gejala sisa yang dihadapinya dikemudian hari lebih ringan,

    sedangkan bayi borderline premature dengan berat 2500-3250 gram mempunyai sifat-

    sifat seperti bayi matur dan dikelola seperti bayi matur (Proverawati & Ismawati, 2010).

    Gangguan kesehatan yang dialami bayi prematur cukup rentan dan bisa mengancam

    jiwanya. Ancaman yang paling berbahaya adalah kesulitan bernapas, karena sistem

    pernapasannya belum dapat bekerja secara sempurna. Pada bayi prematur sering

    mengalami henti napas saat tidur (sleep apnea) dan melambatnya denyut jantung

    (Proverawati & Ismawati, 2010). Lebih dari 50% bayi prematur menderita perdarahan

    intraventrikuler. Hal ini disebabkan oleh karena bayi prematur sering menderita apnea,

    asfiksia berat dan sindroma gangguan pernafasan. Akibatnya bayi menjadi hipoksia,

    hipertensi dan hiperkapnia. Keadaan ini menyebabkan aliran darah ke otak akan lebih

    banyak lagi karena tidak adanya otoregulas, sereblar pada bayi prematur, sehingga

    mudah terjadi perdarahan dari pembuluh darah kapiler yang rapuh dan iskemia di lapisan

  • 5/25/2018 Laporan Kasus 1 Anakmk

    3/20

    germinal yang terletak di dasar ventrikel lateralis antara nukleus dan ependim. Pada bayi

    prematur ini otot polos vaskuler paru belum terbentuk dengan sempurna sehingga proses

    penurunan tahanan vaskuler paru lebih cepat dibandingkan bayi cukup bulan dan

    akibatnya gagal jantung timbul lebih awal saat usia neonatus. Maka perlu dilakukan

    perawatan 4 khusus untuk membantu bayi prematur dalam merangsang perkembangan

    fisiologisnya, misalnya dengan diberikan terapi-terapi keperawatan (Prawirohardjo,

    Wiknjosastro, & Sumapraja, 2007).

    B. Tujuan

  • 5/25/2018 Laporan Kasus 1 Anakmk

    4/20

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A. Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR)1. Definisi BBLR

    BBLR merupakan neonatus atau bayi yang baru lahir dengan berat badan lahir

    kurang dari 2500 gram tanpa memandang kehamilan sehingga pertumbuhan dan

    pematangan organ- organnya belum sempurna (Arif & Kristiyanisari, 2009).

    2. Klasifikasi BBLRMenurut Arif dan Kristiyanasari (2008) BBLR diklasifikasikan ke dalam

    beberapa katagori yaitu :

    a. Prematuritas Murni merupakan bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk usia kehamilan.

    b. Dismaturitas merupakan bayi dengan berat badan kurang dari beran badanseharusnya untuk usia kehamilan dan termasuk ke dalam bayi kecil untuk usia

    kehamilannya.

    Sedangkan klasifikasi menurut berat lahirnya yaitu :

    a. Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) yaitu bayi dengan berat badan kurang dari 2500gram.

    b. Berat Bayi Lahir Sangat Rendah (BBLSR) yaitu bayi dengan berat badan 1000-1500 gram.

    c. Berat Bayi Lahir Amat Sangat Rendah (BBLASR) yaitu bayi dengan berat badankurang dari 1000 gram.

    3. Tanda- Tanda BBLRTanda BBLR diantaranya adalah berat badan kurang dari 2500 gram, panjang

    badan kurang dari 45 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm, lingkar dada kurang dari

    30 cm, reflek menelan dan menghisap lemah atau tidak ada, suhu tubuh tidak stabil,

    kulit tipis, lemak bawah kulit tipis, banyak lanugo terutama di punggung, tangisan

    lemah, dan nafas tidak teratur (Idayanti, 2013).

    B. Infeksi Saluran PernafasanInfeksi saluran pernafasan terjadi ketika mikroorganisme memasuki saluran

    pernafasan. Mikroorganisme yang menyebabkan infeksi saluran pernafasan adalah virus,

    bakteri, jamur, aktinomisetes, riketsia, klamidia, mikoplasma dan protozoa (Hidayat,

    2008).

  • 5/25/2018 Laporan Kasus 1 Anakmk

    5/20

    Saluran pernafasan terbagi menjadi dua, yaitu saluran pernafasan atas dan saluran

    pernafasan bawah. Infeksi saluran pernafasan atas adalah infeksi yang menyerang

    saluran pernafasan bagian atas yang terdiri dari batuk, pilek, otitis media, sinusitis, dan

    faringitis. Sedangkan infeksi saluran pernafasan bawah adalah infeksi yang menyerang

    saluran pernafasan bagian bawah yaitu pneumonia (Muscari, 2001).

    C. Pneumonia1. Definisi Pneumonia

    Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus

    terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli yang mengakibatkan

    konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat (Misnadiarly, 2008).

    2. Tanda dan Gejala PneumoniTanda dan gejala pada pneumonia terbagi menjadi dua, yaitu :

    a. Gejala infeksi umum, yaitu demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan nafsumakan, keluhan Gastro Intestinal Tarcktus (GIT) seperti mual, muntah atau diare:

    kadang-kadang ditemukan gejala infeksi ekstrapulmoner (Misnadiarly, 2008).

    b. Gejala gangguan respiratori, yaitu batuk, sesak napas, retraksi dada, takipnea,napas cuping hidung, air hunger, merintih, dan sianosis. Pada pemeriksaan fisis

    dapat ditemukan tanda klinis seperti pekak perkusi, suara napas melemah, dan

    ronki, akan tetapi pada neonatus dan bayi kecil, gejala dan tanda pneumonia lebih

    beragam dan tidak selalu jelas terlihat. Pada perkusi dan auskultasi paru umumnya

    tidak ditemukan kelainan (Misnadiarly, 2008).

    3. Pemeriksaan Diagnosa PneumoniaPemeriksaan diagnosa untuk pneumonia terdiri dari pemeriksaan fisik,

    pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan radiologis.

    a. Pemeriksaan FisikDiagnosis pneumonia pada balita didasarkan pada adanya batuk atau

    kesukaran bernafas disertai peningkatan frekuensi nafas. Adanya nafas cepat ini

    ditentukan dengan cara menghitung frekuensi pernafasan. Batas nafas cepat adalah

    frekuensi pernafasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih pada anak usia 2 bulan

    sampai 1 tahun dan 40 kali per menit atau lebih pada anak usia 1 sampai 5 tahun

    (Hidayat, 2008).

    Untuk kelompok umur < 2 bulan, diagnosis pneumonia ditandai dengan

    adanya nafas cepat, yaitu frekuensi pernafasan sebanyak 60 kali per menit, atau

  • 5/25/2018 Laporan Kasus 1 Anakmk

    6/20

    adanya penarikan yang kuat pada dinding dada sebelah bawah ke dalam

    (Misnadiarly, 2008).

    b. Pemeriksaan LaboratoriumPada pemeriksaan laboratorium, diagnosa pneumonia akan ditegakkan jika

    ditemukan adanya mikroorganisme penyebab pneumonia seperti Kleibsiella

    Pneumoniae. Selain itu, pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan sel darah

    putih (Muscari, 2001).

    c. Pemeriksaan RadiologisGambaran radiologis foto toraks yang khas pada pneumonia adalah terdapat

    konsolidasi pada satu atau lebih lobus paru. Terlihat patchy infiltrate para

    parenkim paru dengan gambaran infiltrasi kasar pada beberapa tempat di paru

    sehingga menyerupai bronchopneumonia. Pada foto toraks mungkin disertai

    gambaran yang menunjukkan ada cairan di pleura atau fisura interlober.

    Pneumonia biasanya menyebabkan suatu daerah persebulungan yang berbatas

    tegas yang di dalamnya terdapat daerah yang masih terisi udara (Muscari, 2001).

    D. Penatalaksanaan1. Terapi Oksigen

    Ekspansi paru yang memburuk merupakan masalah yang serius bagi bayi preterm

    BBLR, akibat tidak adanya surfaktan. Konsentrasi O2 yang diberikan sekitar 30-35%

    dengan menggunakan head box, konsentrasi O2 yang tinggi dalam masa panjang

    dapat menyababkan kerusakan jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan

    kebutaan. Kecepatan aliran head box 5-7 L/menit, bila kecepatan head box > 7

    L/menit maka bayi akan muntah dan berisik (Hariyono, 2010).

    Pemberian terapi oksigen dengan konsentrasi tinggi, akan menyebabkan

    kebutaan. Sebenarnya pemberian oksigen yang berlebih dapat menyebabkan

    kerusakan pada lapisan retina di mata, hal ini disebut Retinopati pada Prematuritas

    (ROP). Seperti namanya, ROP adalah kelainan retina yang ditemukan pada bayi yang

    lahir prematur dengan pembentukan pembuluh darah mata yang belum sempurna.

    Tingkat keparahannya bervariasi mulai dari tidak menunjukkan gejala sampai

    mengakibatkan kebutaan (Loretta, 2010).

    2. Terapi Farmakologia. Pelastin

    Kandungan obat pelastin yaitu imipenem 500 mg, cilastatin 500 mg.

    Indikasinya untuk pengobatan infeksi intra abdominal, saluran nafas bawah,

  • 5/25/2018 Laporan Kasus 1 Anakmk

    7/20

    ginekologika, saluran kemih, tulang, sendi, kulit, jaringan lunak & infeksi

    campuran. Kontraindikasi hipersensitif. Hal yang perlu diperhatikan riwayat

    penyakit gastrointestinal seperti kolitis, insufisiensi ginjal, gangguan SSP,

    kehamilan & laktasi. Efek samping tromboplebitis, nyeri, indurasi, eritema,

    gangguan gastrointestinal, ruam, urtikaria, pruritis (Muscari, 2001)

    b. MikasinKandungan obat mikasin, yaitu Amikacin sulfate. Indikasi Bakterimai,

    septikemia, infeksi sal nafas,tulang dan sendi berat, infeksi SSP, kulit

    intraabdominal, luka bakar terinfeksi, infeksi pasca operasi, ISK dengan

    komplikasi dan ISK berulang. Kontraindikasi hipersensitif hal yang perlu

    diperhatikan Gangguan fungsi ginjal, hamil, menyusui. Efek samping Ototoksik

    dan nefrotoksik (Muscari, 2001)

    1. TeofilinKandungan obat teofilin adalah Theophyllin / Teofilin anhidrat. Indikasi

    Penyakit sumbatan saluran pernafasan seperti asma bronkhial, radang disertai

    penyumbatan pada cabang-cabang tenggorok kronis, emfisema paru, kelainan

    sekitar pusat pernafasan dan kor pulmonal. Kontraindikasi Infak miokardial yang

    baru saja terjadi. Hal yang perlu diperhatikan trimester pertama kehamilan. Efek

    samping terjadi gangguan saluran pencernaan, rangsangan berlebihan pada sistem

    saraf pusat, vertigo, dan kejang pada dosis tinggi, hipersensifitas (Muscari, 2001).

  • 5/25/2018 Laporan Kasus 1 Anakmk

    8/20

    BAB III

    ANALISA KASUS

    BBLR DENGAN SESAK NAFAS

    Bayi J, perempuan, lahir spontan di bidan pada tanggal 22 Juli 2011 pada usia

    kehamilan 28 minggu, dengan berat badan lahir 1.700 gram. Anak menangis keras dengan

    APGAR skor menit pertama=7, menit kelima= 8, menit kesepuluh=9. Setelah usia 5 hari,

    bayi J mengalami sesak napas, batuk, pilek sehingga dibawa ke rumah sakit untuk menjalani

    perawatan. Saat masuk RS X, bayi J berusia 19 hari dan langsung dirawat di ruang

    perinatologi RSUD Banyumas. Berat badan saat pertama masuk diruang perinatologi = 1.080

    gram.

    Suster R,A,I adalah siswa mahasiswa profesi Jurusan Keperawatan Unsoed. Ketiga siswa

    ini mengkaji Bayi J pada tanggal 16 Agustus 2011, saat bayi J berusia 25 hari. Bayi J,

    terbaring lemah dalam posisi supinasi, dirawat di inkubator dengan suhu inkubator 34C.

    Bayi letargis, terlihat sesak nafas dengan frekuensi nafas 70 kali permenit, nafas cuping

    hidung, retraksi dada derajat 1, terpasang oksigen headbox5 liter permenit. Selain itu, bayi

    batuk, hasil auskultasi menunjukkan adanya bunyi ronkhi di bagian basal paru, bagian

    punggung.

    Hasil laboratorium menunjukkan nilai WBC 35,04 (103/UL), HGB 4,96 (106/UL.

    Pemeriksaan mikrobiologi ditemukanKlebsiella Pneumoniae. Bayi mendapat pelastin 3 x 35

    mg (iv), mikasin 1 x 45 mg (iv), dan teofilin 3 x 1 0,6 mg (peroral).

    A. Analisa Masalah 11. Identifikasi tanda BBLR pada kasus

    Bayi J lahir pada usia kehamilan 28 minggu dengan berat badan lahir 1700 gram.

    Dari data yang terdapat pada kasus, yang mengindikasikan bayi J termasuk BBLR

    adalah data berat badan lahir 1700 gram. Sebenarnya, untuk usia kehamilan 28

    minggu, berat badan bayi J termasuk baik karena berat badan janin saat usia 28

    minggu berkisar antara 700 gram hingga 1500 gram. Oleh karena itu, bayi J termasuk

    ke dalam klasifikasi prematur murni (Loretta, 2010).

    2. Etiologi BBLRMenurut Idayanti (2013) ada beberapa faktor yang menyebabkan BBLR

    diantaranya adalah :

    a. PlasentaBerat lahir sangat berhubungan dengan luas permukaan dari villus plasenta

    karena aliran darah yang membawa suplai oksigen dan nutrisi masuk ke dalam

  • 5/25/2018 Laporan Kasus 1 Anakmk

    9/20

    plasenta sehingga akan mempengaruhi nutrisi yang masuk ke bayi dan nantinya

    berpengaruh terhadap berat badan lahir bayi (Idayanti, 2013)

    b. MalnutrisiTerdapat dua faktor yang mempengaruhi yaitu berat badan ibu sebelum dan

    penambahan berat badan ibu setelah hamil. Pada trimester ketiga kehamilan,

    hipertrofi selular janin dimulai. Apabila ibu malnutrisi, maka akan

    mengakibatkan BBLR (Idayanti, 2013).

    d. InfeksiInfeksi yang mengakibatkan retardasi pertumbuhan janin dapat mengakibatkan

    BBLR. Sejumlah besar bakteri, protozoa, dan perinatal patogen (TORCH) seperti

    rubella dan CMV (Cyto Megalo Virus) dapat menyebabkan prematuritas dan

    BBLR (Idayanti, 2013).

    e. Faktor GenetikKontribusi genetik ibu dapat menyebabkan BBLR diperkirakan mencapai 40 %

    (Idayanti, 2013)

    f. Faktor Usia IbuUsia produktif ibu berkisar antara usia 20-35 tahun dan apabila kurang atau lebih

    dari usia tersebut, maka risiko melahirkan bayi dengan BBLR akan semakin

    tinggi. Pada usia kurang dari 20 tahun, rahim dan panggul ibu belum tumbuh

    mencapai ukuran dewasa sehingga membahayakan keselamatan dan kesehatan

    janin. Selain itu, secara mental, pada usia kurang dari 20 tahun keadaan

    mentalnya dinilai belum cukup matang sehingga kemungkinan merawat

    kehamilan belum mampu. Untuk usia lebih dari 35 tahun, terjadi perubahan pada

    jaringan alat- alat reproduksi dan jalan lahir sehingga tidak elastis dan tidak

    cukup kuat lagi mempertahankan janin sehingga kemungkina menyebabkan

    BBLR atau prematuritas (Idayanti, 2013)

    B. Analisa Masalah 21. Apa hubunganantara usia ibu dengan kejadian BBLR?

    Usia produktif ibu berkisar antara usia 20-35 tahun dan apabila kurang atau

    lebih dari usia tersebut, maka risiko melahirkan bayi dengan BBLR akan semakin

    tinggi. Pada usia kurang dari 20 tahun, rahim dan panggul ibu belum tumbuh

    mencapai ukuran dewasa sehingga membahayakan keselamatan dan kesehatan janin.

    Selain itu, secara mental, pada usia kurang dari 20 tahun keadaan mentalnya dinilai

  • 5/25/2018 Laporan Kasus 1 Anakmk

    10/20

    belum cukup matang sehingga kemungkinan merawat kehamilan belum mampu

    (Idayanti, 2013).

    Untuk usia lebih dari 35 tahun, terjadi perubahan pada jaringan alat- alat

    reproduksi dan jalan lahir sehingga tidak elastis dan tidak cukup kuat lagi

    mempertahankan janin sehingga kemungkina menyebabkan BBLR atau prematuritas

    (Idayanti, 2013).

    2. Masalah pada BBLRMenurut Hariyono (2010) terdapat beberapa masalah yang mungkin muncul pada

    BBLR antara lain :

    a. AsfiksiaBBLR berdampak pada adaptasi pernafasan pada saat kelahiran. Selain itu,

    kemampuan paru- paru belum sempurna dikarenakan survaktan yang berfungsi

    mengurangi tekanan permukaan paru-paru dan membantu menstabilkan dinding

    alveolus agar tidak kolaps belum bekerja optimal dikarenakan survaktan belum

    matur atau belum matang. Pembentukan survaktan pada janin dimulai pada usia

    kehamilan 20 minggu tetapi akan matang atau matur dalam usia kehamilan 34- 36

    minggu atau sampai lahir. Survaktan tersebut karena belum dapat berfungsi

    secara optimal, maka kemampuan paru- paru juga tidak optimal sehingga

    menyebabkan bayi menjadi sulit bernafas dan menjadi asfiksia.

    b. Gangguan NafasSalah satu gangguan nafas yang sering terjadi pada BBLR adalah penyakit

    membran hialin dan RDS (Respiratory Distress Syndrome). Salah satu

    komplikasi akibat defisiensi survaktan atau dengan kata lain komplikasi akibat

    tidak optimalnya kerja survaktan adalah susah bernafas, gejala ini disebut RDS.

    Selain itu paru- paru dapat kolaps karena tekanan permukaan paru tinggi dinding

    alveolus menjadi tidak stabil.

    c. HipotermiBayi dengan BBLR mempunyai lemak cokelat yang sedikit karena timbunan

    lemaknya sedikit, padahal fungsi lemak cokelat adalah untuk menjaga suhu tubuh

    bayi. Selain itu, kulit bayi dengan BBLR sangat tipis sehingga mudah untuk

    kehilangan panas tubuhnya.

    d. Masalah Pemberian ASISalah satu permasalahan BBLR adalah ketidakmampuan untuk menghisap,

    energinya lemah, kondisi bayinya juga lemas, dan ukuran lambungnya masih

  • 5/25/2018 Laporan Kasus 1 Anakmk

    11/20

    kecil dan belum matur sehingga akan menyebabkan masalah pada pemberian ASI

    karena bayi tidak bisa menghisap atau bahkan tidak bisa menelan dan susah untuk

    menetek.

    e. InfeksiBayi dengan BBLR organ- organnya belum matur, selain itu sistem

    kekebalan tubuhnya pun belum matur dan belum dapat bekerja optimal sehingga

    mudah untuk terinfeksi.

    f. IkterusKarena organ hepar belum matur, maka pada BBLR akan menjadi kuning

    atau joundice lebih awal dan lebih lama jika dibandingkan dengan bayi normal

    atau bayi cukup bulan.

    C. Analisa Masalah 31. Apa hubungan sesak nafas dengan usia gestasi saat dilahirkan?

    BBLR berdampak pada adaptasi pernafasan pada saat kelahiran. Selain itu,

    kemampuan paru- paru belum sempurna dikarenakan survaktan yang berfungsi

    mengurangi tekanan permukaan paru-paru dan membantu menstabilkan dinding

    alveolus agar tidak kolaps belum bekerja optimal dikarenakan survaktan belum matur

    atau belum matang. Pembentukan survaktan pada janin dimulai pada usia kehamilan

    20 minggu tetapi akan matang atau matur dalam usia kehamilan 34- 36 minggu atau

    sampai lahir. Survaktan tersebut karena belum dapat berfungsi secara optimal, maka

    kemampuan paru- paru juga tidak optimal sehingga menyebabkan bayi menjadi sulit

    bernafas/ sesak nafas dan menjadi asfiksia (Arif & Kristiyanisari, 2009).

    2. Analisa Pneumonia pada KasusPada kasus disebutkan bahwa ditemukan Klebsiella pneumoniae saat dilakukan

    pemeriksaan mikrobologi. Klebsiella pneumoniae merupakan bakteri gram negatif

    yang berbentuk batang. Bakteri ini dapat mengakibatkan penyakit infeksi saluran

    pernafasan yaitu pneumonia. Gejala seseorang terinfeksi Klebsiella pneumoniae

    diantaranya nafas sesak dan cepat, adanya penarikan kuat pada dinding dada ke arah

    dalam, adanya perubahan karakteristik dahak, suhu tubuh naik dan biasanya disertai

    batuk (Ayuningtyas, 2009).

    Dari penjelasan di atas, bayi J pada kasus menderita pneumonia karena ditemukan

    bakteriKlebsiella pneumoniae saat pemeriksaan mikrobiologi, WBC 35.040 /Ul (nilai

    normal WBC 9000- 30.000 /uL) mengalami kenaikan yang mengindikasikan adanya

    proses infeksi pada tubuh bayi J oleh bakteri Klebsiella pneumoniae.Selain itu dapat

  • 5/25/2018 Laporan Kasus 1 Anakmk

    12/20

    terlihat juga dari terapi yang didapatkan bayi J yaitu terapi mikasin dan pelastin yang

    merupakan golongan antibiotik yang mengindikasikan juga bahwa bayi J mengalami

    infeksi bakteriKlebsiella pneumoniae sehingga menderita pneumonia.

    Pathway Kasus Anak BBLR dengan Pneumonia

    Faktor Ibu Faktor

    Plasenta

    Faktor Janin

    PrematurFungsi Organ Paru

    belum Matur

    Daya Tahan

    Tubuh Menurun

    Terdapat Bakteri

    Klebsiella

    Pneumonia

    Resiko Infeksi

    Mengalami Masalah

    Pernafasan

    Ketidakefektifan

    Pola Nafas

    Bersihan Jalan Nafas

    Tidak Efektif

    Pemeriksaan

    Laboratoriu

    Dilakukan

    Pemeriksaan

    Pemeriksaan

    Mikrobiologi

    Pemeriksaan

    Fisik

    HGB

    WBC

    RR

    70x/menit

    Nafas Cuping

    Hidung

    Retraksi Dada

    Derajat 1

    Bunyi

    Ronkhi

    BBLR

  • 5/25/2018 Laporan Kasus 1 Anakmk

    13/20

    ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK J DENGAN PNEUMONIA

    A. PENGKAJIAN

    Nama mahasiswa : - Tanggal Praktek: -.

    NIM : -

    Tanggal Pengkajian : -

    I. IDENTITAS DATA.

    Nomer Rekam Medis : 1173705 Tanggal masuk RS : 15 Maret 2006

    Nama Klien : An J

    Nama Panggilan : J

    Tempat/tgl lahir : -

    Umur : 19 hari

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Suku : -

    Bahasa yang dimengerti : Indonesia

    Orang tua / wali : -

    Nama Ayah/Ibu/Wali : -

    Pekerjaan Ayah/Ibu/wali : -

    Pendidikan : -

    Alamat ayah/ibu/wali : -

    II. KELUHAN UTAMA

    Sesak napas

    III. RIWAYAT KELUHAN SAAT INI

    Bayi J, terbaring lemah dalam posisi supinasi, dirawat di inkubator dengan suhu inkubator

    34C. Bayi letargis, terlihat sesak nafas dengan frekuensi nafas 70 kali permenit, nafas

    cuping hidung, retraksi dada derajat 1, terpasang oksigen headbox5 liter permenit. Selain itu,

    bayi batuk, hasil auskultasi menunjukkan adanya bunyi ronkhi di bagian basal paru, bagian

    punggung.

    IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

    a. Prenatal : Kehamilan normal, usia Ibu tidak terkaji.b. Perinatal dan post natal : Lahir pada usia kehamilan 28 minggu, dengan berat badan lahir

    1.700 gram

    c. Penyakit yang pernah diderita : -d. Hospitalisasi/tindakan operasi :-e. Injury/kecelakaaan : -

  • 5/25/2018 Laporan Kasus 1 Anakmk

    14/20

    f. Alergi : -g. Imunisasi dan tes laboratorium : -h. Pengobatan : Bayi mendapat pelastin 3 x 35 mg (iv), mikasin 1 x 45 mg (iv), dan teofilin 3

    x 1 0,6 mg (peroral)

    V. RIWAYAT PERTUMBUHAN

    Klien lahir premature dengan BB cukup. Saat ini bayi mengalami penurunan berat badan

    VI. RIWAYAT SOSIAL

    a. Yang mengasuh : -b. Hubungan dengan anggota keluarga : -c. Hubungan dengan teman sebaya : -d. Pembawaan secara umum : -VII. RIWAYAT KELUARGA

    a. Sosial Ekonomi : -b. Lingkungan rumah : -c. Penyakit keluarga : -d. Genogram : -VIII. PENGKAJIAN TINGKAT PERKEMBANGAN SAAT INI ( gunakan format

    Denver/DDST )

    a. Personal social : -b. Adaptif Motorik halus : -c. Bahasa : -d. Motorik kasar : -IX. PEMERIKSAAN FISIK

    a. Keadaan umumTingkat kesadaran : letargis

    Nadi : - x/mnt

    Suhu : 340 C

    RR : 70 x/mnt

    TD : -mmHg

    Respon nyeri : -

    BB : 1080 gram

    TB : - cm

    b. Pengkajian SistemikSistem Neurologis : kesadaran letargi,

  • 5/25/2018 Laporan Kasus 1 Anakmk

    15/20

    Sistem Respirasi : terpasang oksigen headbox5 liter permenit frek: 70 x/mnt

    terlihat sesak, nafas cuping hidung, retraksi dada derajat 1,

    Sistem Kardiovaskuler : -

    Sistem Muskuloskeletal : -

    Sistem Integumen : -

    Sistem Gastrointestinal : -

    Sistem Genitourinary : -

    Status nutrisi : Berat badam 1080 gram, berat badan bayi kurang dari normal

    X. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PENUNJANG

    Hasil Laboratorium :

    HGB :4,96 (106/UL

    WBC : 35,04 (103/UL)

    Pemeriksaan mikrobiologi : DitemukanKlebsiella Pneumoniae

    XI. INFORMASI LAIN ( mencakup rangkuman kesehatan klien dari gizi,

    fisioterapis, medis, dll )

    Bayi mendapat pelastin 3 x 35 mg (iv), mikasin 1 x 45 mg (iv), dan teofilin 3 x 1 0,6 mg

    (peroral).

    XII. ANALISA DATA

    I. Analisa Data

    No Data Penunjang Masalah Etiologi

    1

    2

    DS:

    DO:

    Suara napas ronkhi

    RR :70x/mnt

    Terdapat batuk, lender (+), putih,

    kental,

    sesak nafas,

    nafas cuping hidung

    retraksi dada derajat 1,

    DS :

    DO:

    Terpasang oksigen headbox

    Bersihan jalan napas

    Risiko infeksi

    Keberadaan secret

    pada jalan

    napas.

  • 5/25/2018 Laporan Kasus 1 Anakmk

    16/20

    Hasil Laboratorium, WBC 35,04

    (103/UL), HGB 4,96 (106/UL)

    DitemukanKlebsiella Pneumoniae

    B. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d keberadaan secret pada jalan napas.

    2. Risiko infeksi

  • 5/25/2018 Laporan Kasus 1 Anakmk

    17/20

    C. RENCANA KEPERAWATANNo.Dx NOC NIC

    1

    2

    Setelah dilakukan tindakan

    keperawatan selama 3 x 24

    jam, ventilasi spontan dapat

    dipertahankan, kriteria hasil:

    - Status respiratori: ventilasi.

    - Status respiratori: kepatenan

    jalan nafas.

    - Kontrol aspirasi.

    - Kontrol respirasi:pertukaran

    gas.

    Klien outcome:

    - Suara nafas bersih.

    - Bebas sianosis dan dipsnea.

    - Jalan nafas paten.

    - Sekret dapat dikeluarkan.

    1 : tidak ada

    2 : jarang

    3 : kadang-kadang

    4 : sering

    5 : selalu

    Setelah dilakukan Tindakan

    keperawatan selama 3 x 24

    jam tidak terdapat faktor

    risiko infeksi pada klien

    kriteria hasil :

    - status imune klien

    adekuat

    - klien mengetahui cara

    mengontrol nyeri

    Manajemen jalan nafas.

    1. Bersihkan/ suction sekret.2. Monitor status respiratori dan

    oksigenasi.

    3. Auskultasi suara nafas.4. Berikan oksigen sesuai program.5. Atur posisi klien aman sesuai terapi.Suctioning jalan nafas.

    1.

    Tentukan kebutuhan oral/ trachealsuction.

    2. Auskultasi pernafasan sebelum dansesudah suction.

    3. Informasikan pada klien tentangtindakan suction.

    4. Gunakan peralatan steril setiap kalitindakan suction.

    5. Observasi sekret yang keluar.Monitoring pernafasan.

    1. Monitor kecepatan, ritme, kedalamandan sesak nafas.

    2. Monitor pola nafas.3. Monitor kepatenan jalan nafas.Konrol infeksi :

    1. Bersihkan lingkungan setelah dipakaipasien lain.

    2. Batasi pengunjung bila perlu.3. Intruksikan kepada pengunjung untuk

    mencuci tangan saat berkunjung dan

    sesudahnya.

    4. Gunakan sabun anti mikroba untukmencuci tangan.

  • 5/25/2018 Laporan Kasus 1 Anakmk

    18/20

    - konsisten

    menggambarkan perilaku

    mendeteksi risiko dan

    mengontrol risiko1 : tidak pernah

    2 : jarang

    3 : kadang-kadang

    4 : sering

    5 : selalu

    5. Lakukan cuci tangan sebelum dansesudah tindakan keperawatan.

    6. Gunakan baju dan sarung tangansebagai alat pelindung.

    7. Pertahankan lingkungan yang asepticselama pemasangan alat.

    8. Lakukan perawatan luka dan dressinginfus setiap hari.

    9. Tingkatkan intake nutrisi.0. Berikan antibiotik sesuai program.Proteksi terhadap inf eksi

    1. Monitor tanda dan gejala infeksisistemik dan lokal.

    2. Monitor hitung granulosit dan WBC.3. Monitor kerentanan terhadap infeksi.4. Saring pengunjung terhadap penyakit

    menular.

    5. Pertahankan teknik aseptik untuksetiap tindakan.

    6. Pertahankan teknik isolasi bila perlu.7. Inspeksi kulit dan mebran mukosa

    terhadap kemerahan, panas, drainase.

    8. Ambil kultur.9. Dorong masukan nutrisi adekuat.0. Dorong masukan cairan adekuat.1. Dorong istirahat yang cukup.2. Monitor perubahan tingkat energi.3. Dorong peningkatan mobilitas dan

    latihan.

    4. Instruksikan klien untuk minumantibiotik sesuai program.

    5. Ajarkan keluarga/klien tentang tandadan gejala infeksi.

  • 5/25/2018 Laporan Kasus 1 Anakmk

    19/20

    BAB IV

    KESIMPULAN

    Bayi J lahir pada usia kehamilan 28 minggu dengan berat badan lahir 1700 gram.

    Dari data yang terdapat pada kasus, yang mengindikasikan bayi J termasuk BBLR adalah

    data berat badan lahir 1700 gram. Sebenarnya, untuk usia kehamilan 28 minggu, berat badan

    bayi J termasuk baik karena berat badan janin saat usia 28 minggu berkisar antara 700 gram

    hingga 1500 gram. Oleh karena itu, bayi J termasuk ke dalam klasifikasi prematur murni

    (Loretta, 2010). Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan bayi lahir dengan berat badan

    rendah antaralain : Plasenta yang kurang luas, malnutrisi, infeksi, faktor genetik dan, faktor

    usia ibu. Usia produktif ibu berkisar antara usia 20-35 tahun dan apabila kurang atau lebih

    dari usia tersebut, maka risiko melahirkan bayi dengan BBLR akan semakin tinggi.

    Pada usia kurang dari 20 tahun organ reproduksi belum siap untuk melahirkan bayi

    dan biasanya ibu dengan usia kurang dari 20 tahun keadaan psikologisnya belum stabil

    sedangkan ibu yang hamil di usia lebih dari 35 tahun mempunyai risiko melahirkan BBLR

    karena organ reproduksinya sudah tidak berfungsi secara optimal lagi. Bayi dengan berat

    badan rendah memiliki beberapa masalah yang sering terjadi antaralain : Asfiksia, gangguan

    nafas, hipotermi, masalah pemberian asi, infeksi, dan ikterus. BBLR berdampak pada

    adaptasi pernafasan pada saat kelahiran. Selain itu, kemampuan paru- paru belum sempurna

    dikarenakan survaktan yang berfungsi mengurangi tekanan permukaan paru-paru dan

    membantu menstabilkan dinding alveolus agar tidak kolaps belum bekerja optimal

    dikarenakan survaktan belum matur atau belum matang.

    Pada kasus disebutkan bahwa ditemukan Klebsiella pneumoniae saat dilakukan

    pemeriksaan mikrobologi. Klebsiella pneumoniae merupakan bakteri gram negatif yang

    berbentuk batang. Bakteri ini dapat mengakibatkan penyakit infeksi saluran pernafasan yaitu

    pneumonia. Dari hasil pengkajian terhadap kasus Bayi J, dapat ditenttukan diagnosa

    keperawatan : Bersihan jalan napas b.d Keberadaan secret pada jalannapas dan Risiko

    infoksi, diharapkan setelah dilakukan intervensi keperawatan terhadao bayi J masalah

    tersebut dapat teratasi.

  • 5/25/2018 Laporan Kasus 1 Anakmk

    20/20

    DAFTAR PUSTAKA

    Arif, & Kristiyanisari. (2009).Neonatus dan Asuhan Keperawatan Anak.Yogyakarta: Nuha

    Medika.

    Ayuningtyas, F. (2009).Klebsiella pneumoniae.Jakarta: Sanata Dharma University.

    Hariyono, T. (2010).Buku Acuan Modul Manajemen BBLR.Jakarta: Salemba Medika.

    Hidayat, A. A. (2008).Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan.

    Jakarta: Salemba Medika.

    Idayanti, N. (2013). Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Penyebab Berat Badan Lahir

    Rendah (BBLR) di BPM Sang Timur Klaten Tahun 2013.Surakarta: STIK

    Kusuma Husada.

    Kemenkes RI. (2012).Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2011.Jakarta: DepartemenKesehatan.

    Loretta, M. (2010).Pediatricia.Yogyakarta: TOSCA Enterprise.

    Misnadiarly. (2008).Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia pada Anak, Orang Dewasa,

    dan Usia Lanjut.Jakarta: Pustaka Obor Populer.

    Muscari, M. E. (2001).Panduan Belajar Keperawatan Pediatrik.Jakarta: EGC.

    Prawirohardjo, S., Wiknjosastro, H., & Sumapraja, S. (2007).Ilmu kandungan.Jakarta:

    Yayasan Bina Pustaka Sarwono.

    Proverawati, A., & Ismawati, C. (2010).Berat Badan Lahir Rendah.Yogyakarta: Nuha

    Medika.