22
TINJAUAN PUSTAKA Tumor adalah jaringan baru (neoplasma) yang timbul dalam tubuh akibat pengaruh berbagai faktor penyebab tumor yang menyebabkan jaringan setempat pada tingkat gen kehilangan kendali normal atas pertumbuhannya. Salah satu alternatif perawatan yang dapat dilakukan pada lesi tumor ialah dengan bedah eksisi. Bedah eksisi merupakan suatu tindakan pembedahan yang mengambil keseluruhan lesi meliputi jaringan normal yang berada sekitar 2-3 mm di sekeliling lesi. Indikasi dari tindakan eksisi yaitu lesi bersifat benigna atau jinak, dan bentukkan dari lesi sebisa mungkin tidak perlu dilakukan pengambilan dengan proses mutilasi. Bedah eksisi diawali dengan melakukan aseptik pada daerah eksisi menggunakan betadin, kemudian melakukan anestesi lokal dengan teknik infiltrasi menggunakan citoject di daerah sekeliling mucocele. Imobilisasi lidah dilakukan sebelum mengeksisi lesi menggunakan sponge atau melakukan penjahitan pada ujung lesi menggunakan benang 3-0/4-0. Berikut bentuk eksisi beberapa lesi di lidah yaitu: 1. Elips: lesi superfisial. 2. Elips modifikasi: lesi yang lebih dalam seperti mukokel, mioblastoma sel granular, lipoma, neurofibroma. 1

LAPORAN KASUS-Aisha Mutiara

Embed Size (px)

DESCRIPTION

dentistry

Citation preview

2

TINJAUAN PUSTAKA

Tumor adalah jaringan baru (neoplasma) yang timbul dalam tubuh akibat pengaruh berbagai faktor penyebab tumor yang menyebabkan jaringan setempat pada tingkat gen kehilangan kendali normal atas pertumbuhannya. Salah satu alternatif perawatan yang dapat dilakukan pada lesi tumor ialah dengan bedah eksisi. Bedah eksisi merupakan suatu tindakan pembedahan yang mengambil keseluruhan lesi meliputi jaringan normal yang berada sekitar 2-3 mm di sekeliling lesi. Indikasi dari tindakan eksisi yaitu lesi bersifat benigna atau jinak, dan bentukkan dari lesi sebisa mungkin tidak perlu dilakukan pengambilan dengan proses mutilasi. Bedah eksisi diawali dengan melakukan aseptik pada daerah eksisi menggunakan betadin, kemudian melakukan anestesi lokal dengan teknik infiltrasi menggunakan citoject di daerah sekeliling mucocele. Imobilisasi lidah dilakukan sebelum mengeksisi lesi menggunakan sponge atau melakukan penjahitan pada ujung lesi menggunakan benang 3-0/4-0. Berikut bentuk eksisi beberapa lesi di lidah yaitu:

1. Elips: lesi superfisial.

2. Elips modifikasi: lesi yang lebih dalam seperti mukokel, mioblastoma sel granular, lipoma, neurofibroma.

3. Segitiga dengan full thickness triangular wedge: lesi di bagian lateral lidah.

4. Bedah dengan elektrokauter: lesi berukuran kecil, diawali dengan melakukan sklerosis untuk lesi yang lebih besar.

5. Reduksi glosopasti: Limfangioma dengan adanya makroglosia & tidak dimungkinkan dilakukan sklerosis.

Ilustrasi dari tahapan eksisi dapat dilihat dari gambar 1.

(3) (2) (1)

(6) (5) (4)

Gambar 1. Eksisi lesi.

Penjahitan kemudian dilakukan setelah lesi dieksisi dengan teknik simple interrupted menggunakan benang chromic cat gut monofilament natural absorbable. Pemberian medikamentosa berupa antibiotik, analgetik, dan antiseptik kepada pasien.

Lidah merupakan kantung epitel yang berisi otot dan mudah bergerak. Lesi yang umumnya mengenai lidah yaitu lesi yang bersifat epitelial, muskular atau melibatkan suplai neurovaskular. Berbagai macam neoplasma epitel dan mesenkim jinak serta reaksi proliferasi dapat timbul di lidah, diantaranya:

1. Papiloma Lidah

a. Definisi.

Papiloma merupakan tumor jinak epitel yang cukup banyak ditemukan di daerah oral yaitu mewakili 3% dari sejumlah lesi oral. Lesi ini disebabkan oleh virus Human Papilloma yang menyerang epitel. Jenis epitel yang terserang ialah epitel berlapis pipih yang didukung oleh jaringan ikat di bawahnya. Lesi ini umumnya tidak menular, dapat terjadi pada semua kalangan usia khususnya usia 30-50 tahun. Lesi ini dapat ditemukan pada seluruh permukaan oral, berdasarkan laporan kasus area yang sering terkena yaitu lingual, labial, dan mukosa bukal. Jenis papiloma yang paling banyak menyebabkan masalah pada rongga mulut ialah jenis Papiloma Skuamosa. Human Papilloma Virus (HPV)-6 dan HPV-11 merupakan tipe virus yang paling banyak ditemukan pada Papiloma Skuamosa.

Gambar 2. Papiloma pada lidah dan bibir (kiri-kanan)

b. Gambaran Klinis

Gambaran khas pada lesi ini yaitu berupa massa lembut, pedunculated dengan permukaan yang seperti jari-jari dan ukuran bervariasi. Lapisan keratin terkadung pada sebagian lesi ini khususnya pada bagian permukaan lesi. Lapisan keratin dalam jumlah yang relatif banyak akan menyebabkan lesi berwarna putih dan berbentuk yang bulat pendek seperti kembang kol. Lesi yang mengandung keratin dalam jumlah sedikit akan berwarna merah muda. Konsistensi dari lesi ini ialah lunak dan bersifat asimptomatik.

c. Histopatologis

Gambaran mikroskopis dari lesi ini yaitu sebagai tonjolan eksofitik yang dapat keluar dari tangkai atau dasar sesil. Bagian tengah dari lesi yang fibrovaskular menyangga lapisan parakeratin tebal yang bertumpang tindih dengan lapisan spinosum papiler. Kondiloma yang berhubungan dengan virus papiloma manusia melapisi sebagian besar papiloma di rongga mulut dalam wujud penebalan epitel.

d. Terapi dan prognosis

Terapi yang paling efektif hingga saat ini ialah pengangkatan massa dengan bedah eksisi. Pemeriksaan patologis anatomis dapat dilakukan setelahnya untuk mengetahui kandungan dari lesi untuk dilakukan evaluiasi lesi nantinya.

Kekambuhan sangat jarang terjadi sehingga prognosis dari penyakit ini ialah cukup baik. Papiloma tidak menyebar ke bagian lain dari rongga mulut, atau berubah menjadi tumor ganas. Sifat-sifat tersebut menyebabkan papiloma digolongkan ke dalam neoplasma jinak.

2. Mukokel

Salah satu penyebab dari penyakit pada rongga mulut ialah glandula saliva. Kista merupakan salah satu penyakit yang mengenai glandula saliva yaitu berupa mukokel dan ranula. Mukokel merupakan suatu kista retensi/ekstravasasi dari glandula saliva minor. Mukokel menunjukkan jumlah prevalensi yang relatif sedikit berdasarkan data dari beberapa hasil penelitian. Dokter gigi harus tetap mengetahui gambaran klinis mukokel, mekanisme terjadinya, diagnosa banding dan perawatannya walaupun prevalensi lesi ini relatif sedikit. Hal tersebut ditujukan agar dampak buruk ataupun gangguan yang diakibatkan oleh mukokel dapat teratasi.

a. Definisi

Mukokel merupakan lesi pada mukosa (jaringan lunak) mulut yang diakibatkan oleh pecahnya saluran kelenjar liur dan keluarnya mucin ke jaringan lunak di sekitarnya. Lesi ini dapat terjadi di bibir, mukosa bukal, anterior lidah, dan dasar mulut. Lesi ini melibatkan glandula saliva mayor (glandula parotis, submandibula, sublingualis) dan glandula saliva minor.

Glandula saliva minor yang palimg umum terlibat pada kasus mukokel. Area glandula saliva minor yang dapat terkena antara lain yaitu lapisan mukosa rongga mulut, terutama di mukosa pipi, palatum, baik palatum durum maupun palatum molle, mukosa lingual, mukosa bibir, dan juga terdapat di uvula, dasar mulut, bagian posterior lidah, dasar atau ventral lidah, daerah sekitar retromolar, daerah peritonsillar, dan sistem lakrimal. Cairan mukus ialah hasil utama dari glandula saliva minor kecuali pada glandula Von Ebners yang berada pada papilla circumvalata lidah.

Gambar 3. Glandula Saliva.

b. Etiologi

Etiologi dari mukokel antara lain:

i. Trauma, baik trauma lokal atau mekanik pada duktus glandula saliva minor, untuk tipe ini disebut mukus ekstravasasi. Trauma terjadi akibat pengunyahan, atau kebiasaan buruk seperti menghisap mukosa bibir diantara dua gigi yang jarang, menggigit-gigit bibir, kebiasaan menggesek-gesekkan bagian ventral lidah pada permukaan gigi rahang bawah (biasanya pada anak yang memiliki kebiasaan minum susu botol atau dot), dan lain-lain. Duktus glandula saliva minor rusak setelah terjadi trauma kemudian saliva keluar menuju lapisan submukosa, cairan mukus terdorong dan sekresinya tertahan lalu terbentuk inflamasi. Hal tersebut menyebabkna adanya penumpukan jaringan granulasi di sekeliling kista yang mengakibatkan penyumbatan pada daerah tersebut dan terbentuk pembengkakan lunak, berfluktuasi, translusen kebiruan pada mukosa mulut yang disebut mukokel.

ii. Terdapat genangan mukus dalam duktus ekskresi yang tersumbat dan melebar, tipe ini disebut mukus retensi. Plug mukus dari sialolith atau inflamasi pada mukosa yang menekan duktus glandula saliva minor menyebabkan genangan mukus dalam duktus ekskresi yang tersumbat dan melebar. Penyumbatan kemudian akan terjadi pada duktus glandula saliva minor tersebut dan dilatasi akibat cairan mukus yang menggenang serta menumpuk pada duktus glandula saliva. Duktus pada akhirnya ruptur dan lapisan subepitel akan digenangi oleh cairan mukus serta menimbulkan mukokel.

c. Gambaran Klinis

Gambaran klinis yang khas dari mukokel yaitu massa atau pembengkakan lunak yang berfluktuasi, berwarna translusen kebiruan atau terkadang berwarma seperti warna mukosa mulut, dan asimmatik. Ukuran lesi ini berdiameter 1 mm-1cm.

Gambar 4. Mukokel pada lidah.

d. Histopatologis

i. Mukokel tipe ekstrsavasasi mukus: glandula yang dikelilingi oleh jaringan granulasi

Gambar 5. Histologis mukokel tipe ekstrsavasasi mukus

ii. Mukokel tipe retensi mukus: gambaran glandula yang dikelilingi oleh epithelial lining.

Gambar 6. Histologis mukokel tipe retensi mukus.

e. Terapi dan prognosis

Perawatan mukokel dilakukan untuk mengurangi dan menghilangkan gangguan fungsi mulut yang dirasakan pasien akibat ukuran dan keberadaan massa. Perawatan yang dilakukan meliputi penanggulangan faktor penyebab dan pembedahan massa. Penanggulangan faktor penyebab dimaksudkan untuk menghindarkan terjadinya rekurensi. Pembedahan massa dibagi atas tiga jenis, yaitu eksisi, marsupialisasi, dan dissecting. Pemilihan teknik pembedahan tergantung kepada ukuran dan lokasi massa.

Eksisi mukokel dengan memakai modifikasi teknik elips, menebus mukosa, diluar batas permukaan dari lesi. Lesi dipotong dan kemudian dilakukan pengambilan glandula mukos asesoris, dan penutupan dengan jahitan interuptted.

LAPORAN KASUS

Tanggal Pemeriksaan : Rabu, 25 Maret 2015

A. IDENTITAS PASIEN

1. Nama: K

2. Jenis Kelamin : Perempuan

3. Umur: 48 tahun

4. No. RM: 12.37.93

B. Pemeriksaaan Subjektif

1. Status Umum Pasien

a. Kondisi Pasien: Compos mentis

b. Berat Badan: 70 kg

c. Tinggi Badan: 160 cm

d. Tekanan Darah: 140/80 mmHg

e. Nadi: 94 x/menit

f. Nafas: 24 x/menit

g. Suhu: 36,5 C

2. Anamnesa

a. Keluhan Utama:

Pasien wanita 48 tahun datang dengan keluhan yaitu terdapat benjolan di ujung lidah dan kepala agak pusing.

b. Riwayat Penyakit Sekarang:

Benjolan sudah ada 1 tahun, tidak sakit, membesar, memerah saat kondisi tubuh menurun, tidak pernah berdarah atau mengeluarkan nanah.

c. Riwayat Penyakit Gigi: tidak diketahui

d. Riwayat Penyakit Sistemik: tidak dicurigai adanya penyakit sistemik.

e. Riwayat Penyakit Keluarga: Tidak terdapat riwayat riwayat oenyakit keluarga yang terkait.

f. Riwayat Sosial Ekonomi : Pasien ialah seorang pegawai.

C. Pemeriksaan Objektif

1. Pemeriksaan Ekstra Oral

a. Wajah: Pemeriksaan inspeksi yaitu simetris, bengkak (-); palpasi

benjolan (-)

b. Mata: Sejajar

1) Warna Kulit: Normal

2) Warna Sklera: Normal

3) Warna Kelopak Mata Bagian Dalam: Normal

c. Leher: Normal

d. Bibir: dalam batas normal

e. Lymphonodi:

1) Ln. Occipitalis: Normal

2) Ln. Post Auricular: Normal

3) Ln. Pre Auricular: Normal

4) Ln. Parotid: Normal

5) Ln. Submandibula: Normal

6) Ln. Submentalis: Normal

7) Ln. Superficial Cervical Anterior: Normal

8) Ln. Cervical Posterior: Normal

9) Ln. Supracavicula: Normal

f. TMJ: Normal

2. Pemeriksaan Intra Oral

a. Mukosa : licin, hiperemis (-), edem (-)

b. Perdarahan Interdental: tidak ada

c. Gingiva Rahang Atas : hiperemis (-), edema (-), abses (-)

d. Gingiva Rahang bawah: hiperemis (-), edema (-), abses (-)

e. Palatum: normal

D. Status lokalis

Mukosa anterior atau apeks lidah

Inspeksi: Tampak benjolan berwarna lebih pucat dari daerah sekitar, dan permukaan tampak licin.

Palpasi: Benjolan berukuran 1 cm, konsistensi lunak, permukaan tidak berbenjol-benjol, tidak mudah berdarah, dan nyeri tekan (-).

Gambar 1. Gambaran klinis nodula pada lidah.

Peta mukosa rongga mulut

Gambar 2. Peta Mukosa Rongga Mulut

Keterangan:

1. Sudut mulut dekstra

2. Mukosa bukal dekstra

3. Sudut mulut sinistra

4. Mukosa bukal sinistra

5. Bibir permk. dalam; Atas

6. Bibir permk. dalam; Bawah

7. Mukobukofold maksila posterior dekstra

8. Mukobukofold maksila anterior

9. Mukobukofold maksila posterior sinistra

10. Mukobukofold mandibula posterior dekstra

11. Mukobukofold mandibula anteror

12. Mukobukofold mandibula posterior sinistra

13. Gingiva bukalis posterior-dekstra maksila

14. Gingiva labialis anterior maksila

15. Gingiva bukalis posterior sinistra maksila

16. Gingiva bukalis posterior dekstra mandibula

17. Gingiva labialis anterior mandibula

18. Gingiva bukalis posterior sinistra mandibula

19. Gingiva lingualis posterior dekstra maksila

20. Gingiva lingualis anterior maksila

21. Gingiva lingualis posterior sinistra maksila

22. Gingiva lingualis posterior dekstra mandibula

23. Gingiva lingualis anterior mandibula

24. Gingiva lingualis posterior sinistra mandibula

25. Dasar mulut posterior dekstra

26. Dasar mulut anterior

27. Dasar mulut posterior sinistra

28. Ventral lidah dekstra

29. Ventral lidah sinistra

30. Lateral dekstra lidah

31. Lateral sinistra lidah

32. Anterior/ apeks lidah

33. 2/3 anterior dorsum lidah dekstra

34. 2/3 anterior dorsum lidah sinistra

35. 1/3 posterior lidah

36. Palatum durum dekstra

37. Palatum durum sinistra

38. Palatum mole dekstra

39. Palatum mole sinistra

40. Arcus palatoglosus dekstra

41. Arcus palatoglosus sinistra

42. Labium superior

43. Labium Inferior

Deskripsi lesi/ kelainan yg ditemukan:

No 32: Terdapat lesi primer berupa nodula berbentuk bulat berwarna putih kemerahan berdiameter 1 cm, lokasi di mukosa anterior/ apeks lidah, dan tidak sakit, konsistensi lunak, pada penekanan lesi tidak menjadi cekung, permukaan tidak berbenjol-benjol, tidak mudah berdarah, fluktuasi (+), nyeri tekan (-), tidak terfiksasi pada Apeks lidah. Mukosa yang menutupi benjolan teraba tegang.

E. Diagnosis Sementara

Pengambilan data laporan kasus yang dilakukan ialah sebelum pasien dilakukan pemeriksaan patologi anatomi terhadap lesi yang dikeluhkannya, sehingga penulis hanya dapat membuat diagnosa sementara yang memiliki karateristik yang sesuai dengan pemeriksaan yang telah dilakukan. Penulis telah berdiskusi dengan operator yang langsung menanangani pasien ini. Diagnosa sementara yang ditetapkan ialah sebagai berikut:

1. Oral Papiloma Skuamosa atau Oral Wart di Apeks lingual

2. Mukokel Lingual

F. Diagnosa Banding

Diagnosa banding dari lesi tersebut antara lain:

1. Lipofibroma, Miofibroma, Neurofibroma, dan Fibroma Traumatik

2. Rhabdomyoma

3. Hemangioma

4. Lipoma

5. Keratoacanthoma

6. Granuloma pyogenicum

7. Granular cell tumor

G. Pemeriksaan Penunjang

Berikut pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosa, antara lain:

1. Radiografi Panoramik, Tomografi, CT-Scan, dan MRI

2. Radionuclide Imaging

3. Biopsi untuk patologis anatomi

4. Sialografi

H. Penatalaksanaan

Kunjungan ke I : 15/03/2015

Anamnesa, pemeriksaan intra oral dan ekstra oral, menetapkan diagnosa sementara dan perujukan kepada drg. Handoko, Sp. BM.

Kunjungan ke II : 16/03/2015

Anamnesa, pemeriksaan intra oral dan ekstra oral, menetapkan diagnosa dan tatalaksana berupa eksisi biopsi, serta pemberian medikasi sebagai berikut:

R/ Paracetamol 500 mg X

p.r.n. tab I

Kunjungan ke III : 25/03/2015

Kontrol lesi yang terdapat di lidah. Keadaan umum pasien baik, benjolan masih ada, sedikit membesar, namun tidak nyeri. Penjadwalan tatalaksana berupa pro eksisi lesi dan melakuakn pemeriksaan patologi anatomi tanggal 25 April 2015.

J. Prognosis

Quo ad vitam : ad bonam

Quo ad functionam : ad bonam

Quo ad sanationam : ad bonam

PEMBAHASAN

Riwayat keluhan yang didapatkan dari anamnesis dalam kasus ialah terdapat benjolan di ujung lidah dan kepala agak pusing. Benjolan sudah ada 1 tahun, tidak sakit, tidak membesar, memerah saat kondisi tubuh menurun, tidak pernah berdarah atau mengeluarkan nanah. Pada pemeriksaan ekstraoral, tidak didapatkan asimetri wajah maupun pembesaran limfonodi. Pada pemeriksaan intraoral, pada bagian ujung bagian anterior lidah didapatkan benjolan dengan warna lebih pucat dari daerah sekitar, tampak berisi jaringan padat, permukaan tampak licin. Benjolan berukuran 1 mm, konsistensi lunak, pada penekanan lesi tidak menjadi cekung, permukaan tidak berbenjol-benjol, tidak mudah berdarah, dan nyeri tekan (-).

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik sebelum pemeriksaan patologi anatomi paska eksisi biopsi dapat ditarik diagnosis sementara pasien tersebut adalah papiloma dan mukokel. Rencana terapi pada pasien ini adalah eksisi, yakni dengan mengangkat keseluruhan dari lesi.

DAFTAR PUSTAKA

Bruch dkk., 2010,Clinical Oral Medicine And Pathology, Humana Press, London.

Eversole,L.R., 2011,Clinical Outline Of Oral Pathology: Diagnosis And Treatment. Ed.4, PMPH, USA.

Farissa, P., 2015, Papiloma, diunggah tanggal 25 Maret 2015 pada https://id.scribd. com/doc/48854468/papiloma-css.

Fraqiskos,. 2011,Oral Surgery, Ed, 1, Springer, Berlin.

Greenberg dkk., 2008,Burkets Oral Medicine, Ed.11, BC Decker Inc, India.

Langlais & Miller., 1998, Atlas Berwarna Kelainan Rongga Mulut Yang Lazim, Alih bahasa, Budi Susetyo. Editor Lilian Juwono, Jakarta. Hipokrates.

Nitiyoso, N., Nugroho, N. Y., Donny, N. B. D., dan Oktaviati, 2009, Tumor Gigi dan Mulut, dengan Narasumber drg. C. Rini Supriati, Sp. BM, diunggah tanggal 25 Maret 2015 pada http://www.docstoc.com/docs/111699936/0c4b25993efcb013 8b21694447a310240cca5a03.

Pedersen, GW., 1996, Buku Ajar Praktis Bedah Mulut, Alih bahasa Purwanto & Basoeseno, Jakarta: EGC.

Robbins dan Kumar, 2002, Buku ajar Patologi II, Edisi 7, Jakarta. EGC.

1