52
LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. G DENGAN POST OP SECTIO CAESAREA+MOW DI RUANG BOUGENVILLE RSUD ADHIYATMA,MPH SEMARANG TAHUN 2013 Disusun Oleh : DANIAR REZA HERMAWAN 13.0142.N PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI-NERS

LAPORAN KASUS KTI SC+MOW

  • Upload
    daniar

  • View
    177

  • Download
    23

Embed Size (px)

DESCRIPTION

LAPORAN KASUS KTI SC+MOW

Citation preview

Page 1: LAPORAN KASUS KTI SC+MOW

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. G DENGAN POST OP

SECTIO CAESAREA+MOW DI RUANG BOUGENVILLE RSUD

ADHIYATMA,MPH SEMARANG

TAHUN 2013

Disusun Oleh :

DANIAR REZA HERMAWAN

13.0142.N

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI-NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH

PEKAJANGAN-PEKALONGAN

2013

Page 2: LAPORAN KASUS KTI SC+MOW

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Kista ovarium yang bersifat ganas disebut juga kanker ovarium. Kanker

ovarium merupakan penyebab kematian dari semua kanker ginekologi. Di

Amerika Serikat pada tahun 2001 diperkirakan jumlah penderita kanker

ovarium sebanyak 623 .400 dengan angka kematian sebesar 13.900 orang.

Tingginya angka kematian karena penyakit ini sering tanpa gejala dan tanpa

menimbulkan keluhan, sehingga tidak diketahui dimana sekitar 60% - 70%

penderita datang pada stadium lanjut. Maka penyakit ini disebut juga silent

killer  Angka kejadian kanker ovarium di Indonesia belum diketahui secara

pasti karena pencatatan dan pelaporan di negeri kita kurang baik., kanker

dharmais ditemukan penderita kanker ovarium sebanyak 30 kasus setiap tahun.

Study epidemologie menyatakan beberapa faktor resiko nullipata, melahirkan

pertama kali pada usia di atas 35 tahun dan wanita yang mempunyai keluarga

dengan riwayat kehamilan pertama terjadi pada usia di bawah 25 tahun.

Penggunaan pil kontrasepsi dan menyusui akan menurunkan kanker ovarium

sebanyak 30–60%.(Dharmais,2007)

Walaupun penanganan dan pengobatan kanker ovarium telah dilakukan

dengan prosedur yang benar namun hasil pengobatannya sampai saat ini belum

menggembirakan termasuk pengobatan dan pengobatan yang dilakukan di

pusat kanker terkemuka di dunia sekalipun. Angka kelangsungan hidup 5 tahun

penderita kanker ovarium pada stadium lanjut berkisar 20 – 30 %.

B.Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan

Kista Ovarium

2. Tujuan Khusus Perawat

a. Untuk mengetahui pengkajian pada pasien dengan post

op Kista Ovarium.

Page 3: LAPORAN KASUS KTI SC+MOW

b. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan pada pasien

dengan post op Kista Ovarium

c. Untuk mengetahui nursing care plan pada pasien dengan

post op Kista Ovarium

d. Untuk mengetahui implementasi pada pasien dengan post

op Kista Ovarium

e. Untuk mengetahui evaluasi pada pasien pasien dengan

post op Kista Ovarium

3. Tujuan Khusus Klien

Klien dapat mengetahui tentang penyakit dan tindakan

keperawatan pada penyakitnya.

C.Manfaat Penulisan

1. Bagi Profesi Keperawatan

Memberikan gambaran bagi perawat mengenai

asuhan keperawatan pada pasien post op Kista Ovarium

sehingga dapat dijadikan sebagai acuan bagi perawat

dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien Post

Ovarium yang menjalani perawatan dan pengobatan di

rumah sakit

2. Bagi Institusi Pelayanan/Rumah Sakit

Memberikan wacana dalam meningkatkan mutu

pelayanan rumah sakit dengan salah satu caranya yakni

mengembangkan metode pendekatan mental/ psikologis

dan spiritual/ religi terhadap pasien post op Kista Ovarium

di unit pelayanannya.

3. Bagi Peneliti

Mengetahui perubahan fisik dan psikologi pada

pasien dengan post op Kista Ovarium yang menjalani

perawatan dan pengobatan di rumah sakit.

D. Metode dan Teknik Penulisan

Page 4: LAPORAN KASUS KTI SC+MOW

Metode yang digunakan dalam penulisan kasus askep adalah metode

deskriptif berbentuk studi kasus melalui pendekatan proses keperawatan.

Teknik-teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Wawancara

Mengumpulkan data dengan melakukan komunikasi lisan yang

didapat secara langsung dari klien maupun keluarga yang berhubungan

dengan masalah kesehatan yang sedang dirasakan klien saat ini.

2. Observasi

Mengamati keadaan klien dan respon klien untuk memperoleh

data objektif tentang masalah kesehatan dan masalah keperawatan.

3. Pemeriksaan fisik

Memeriksa keadaan fisik klien secara sistematis dan menyeluruh

dengan menggunakan teknik inspeksi, palpasi,  perkusi,  dan auskultasi

4. Studi Dokumentasi

Membaca catatan keperawatan dan catatan medis yang

berhubungan dengan klien, serta mendokumentasikan asuhan

keperawatan selama klien ada di rumah sakit.

5. Studi Kepustakaan

Mengumpulkan informasi dari bahan-bahan bacaan sebagai

literatur yang relevan dengan kasus yang diambil sebagai bahan dalam

pembuatan kasus askep kelolaan.

E.Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan terdiri dari V BAB, yaitu :

a. BAB I Pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan penulisan, manfaat

penulisan, metode dan teknik pengumpulan data, serta sistematika

penulisan.

b. BAB II Tinjauan teoritis yang berisi konsep kista ovarium : pengertian

kista ovarium,  etiologi, klasifikasi, tanda dan gejala, patofisiologi,

pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, komplikasi. Serta konsep dasar

asuhan keperawatan pada klien kista ovarium pengkajian, diagnosa

keperawatan, perencanaan.

Page 5: LAPORAN KASUS KTI SC+MOW

c. BAB III Tinjauan kasus yang berisi, pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

d. BAB IV Pembahasan yang berisi penjelasan apakah ada kesenjangan

antara teori dan kenyataan dalam kasus asuhan keperawatan kista ovari.

e. BAB V Penutup yang berisi, kesimpulan dan saran.

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Kista adalah suatu jenis tumor berupa kantong

abnormal yang berisi cairan atau benda seperti bubur (Dewa,

2000).

Kista ovarium secara fungsional adalah kista yang dapat

bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus menstruasi

( Lowdermilk, dkk. 2005 : 273 ).

Kista ovarium merupakan perbesaran sederhana

ovarium normal, folikel de graf atau korpus luteum atau kista

ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan dari epithelium

ovarium ( Smelzer and Bare. 2002 : 1556 ).

Tumor ovarium sering jinak bersifat kista, ditemukan

terpisah dari uterus dan umumnya diagnosis didasarkan pada

pemeriksaan fisik ( Sjamsoehidayat. 2005: 729 ).

B. Etiologi

Penyebab dari kista belum diketahui secara pasti tapi ada

beberapa factor pemicu yaitu :

1. Gaya hidup tidak sehat diantaranya

a. Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat

b. Zat tambahan pada makanan

c. Kurang olah raga

d. Merokok dan konsumsi alcohol

e. Terpapar dengan polusi dan agen infeksius

f. Sering stress

Page 6: LAPORAN KASUS KTI SC+MOW

g. Zat polutan

2. Faktor genetic

            Dalam tubuh kita terdapat gen gen yang berpotensi

memicu kanker, yaitu yang disebut protoonkogen, karena

suatu sebab tertentu, misalnya karena makanan yang

bersifat karsinogen , polusi, atau terpapar zat kimia

tertentu atau karena radiasi, protoonkogen ini dapat

berubah menjadi onkogen, yaitu gen pemicu kanker.

C. Klasifikasi

Jenis kista indung telur meliputi:

1. Kista Fungsional

            Sering tanpa gejala, timbul gejala rasa sakit bila

disertai komplikasi seprti terpuntir/ pecah, tetapi

komplikasi ini sangat jarang. Dan sangat jarang pada

kedua indung telur. Kista bisa mengecil dalam waktu 1-3

bulan.

2. Kista Dermoid

            Terjadi karena jaringan dalam telur yang tidak

dibuahi kemudian tumbuh menjadi beberapa jaringan

seperti rambut, tulang, lemak. Kista dapat terjadi pada

kedua indung telur dan biasanya tanpa gejala. Timbul

gejala rasa sakit bila kista terpuntir/ pecah.

3. Kista Cokelat (Edometrioma)

Terjadi karena lapisan didalam rahim (yang biasanya

terlepas sewaktu haid dan terlihat keluar dari kemaluan

seperti darah); tidak terletak dalam ragim tetapi melekat

pada dinding luar indung telur. Akibat peristiwa ini setiap

kali haid, lapisan tersebut menghasilakan darah haid yang

akan terus menerus tertimbun dan menjadi kista. Kista ini

bisa 1 pada dua indung telur. Timbul gejala utama yaitu

rasa sakit terutama sewaktu haid/ sexual intercourse.

Page 7: LAPORAN KASUS KTI SC+MOW

4.  Kistadenoma

            Berasal dari pembungkus indung telur yang tumbuh

menjadi kista. Kista jenis ini juga dapat menyerang indung

telur kanan dan kiri. Gejala yang timbul biasanya akibat

penekanan pada bagian tubuh sekitar seperti VU sehingga

dapat menyebabkan inkontinensia. Jarang terjadi tetapi

mudah menjadi ganas terutama pada usia diatas 45 tahun

atau kurang dari 20 tahun.

Contoh Kistadenoma ;

Kistadenoma ovarii serosum

Berasal dari epitel germinativum. Bentuk umunya

unilokuler, bila multilokuler perlu dicurigai adanya

keganasan. Kista ini dapat membesar, tetapi tidak

sebesar kista musinosum.

Gambaran klinis pada kasus ini tidak klasik. Selain

teraba massa intraabdominal, dapat timbul asites.

Penatalaksanaan umumnya sama seperti Kistadenoma

ovarii musinosum.

Kistadenoma ovarii musinosum

Asal kista belum pasti. Menurut Meyer, kista ini

berasal dari teratoma, pendapat lain mengemukakan

kista ini berasal dari epitel germinatifum atau

mempunyai asal yang sama dengan tumor Brener.

Bentuk kista multilobuler, biasanya unilatelar dapat

tumbuh menjadi sangat bersar.

Gambaran klinis terdapat perdarahan dalam kista

dan perubahan degenerative sehingga timbul pelekatan

kista dengan omentum, usus dan peritoneum parietal.

Selain itu, bisa terjadi ileus karena perlekatan dan

produksi musin yang terus

bertambah akibat pseudomiksoma peritonei.

Page 8: LAPORAN KASUS KTI SC+MOW

Penatalaksanaan dengan pengangkatan kista

tanpa pungsi terlebih dahulu dengan  atau tanpa

salpingo ooforektomi tergantung besarnya kista.

D. Tanda dan gejala

            Kebayakan tumor ovarium tidak menunjukan tanda

dan gejala. Sebagian besar gejala yang ditemukan adalah

akibat pertumbuhan aktivitas hormone atau komplikasi

tumor tersebut.

Pada stadium awal gejalanya dapat berupa ; 

a. Gangguan haid

b. Jika sudah menekan rectum atau VU mungkin

terjadi  konstipasi atau sering berkemih.

c. Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah

panggul yang menyebabkan nyeri spontan dan sakit

diperut.

d. Nyeri saat bersenggama.

Pada stadium lanjut;

a. Asites

b. Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta oran organ

di dalam rongga perut (usus dan hati)

c. Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu

makan,

d. Gangguan buang air besar dan kecil.

e. Sesak nafas akibat penumpukan cairan di rongga dada.

E. Patofisiologi

1. Kista non neoplasma (Ignativicius, Bayne, 1991 )

a. Kista non fungsional

Kista serosa inklusi, di dalam kortek yang dalam

timbul invaginasi dari permukaan epitelium yang

berkurang. Biasanya tunggal atau multiple, berbentuk

variabel dan terbatas pada cuboidal yang tipis,

Page 9: LAPORAN KASUS KTI SC+MOW

endometri atau epitelium tuba. Berukuran 1 cm sampai

beberapa cm.

b.  Kista fungsional

1). Kista folikel. Kista dibentuk ketika folikel yang

matang menjadi ruptur atau folikel yang tidak

matang direabsorbsi cairan folikuler diantara siklus

menstruasi. Bila ruptur menyebabkan nyeri akut

pada pelvis. Evaluasi lebih lanjut dengan USG atau

laparaskopi. Operasi dilakukan pada wanita sebelum

pubertal, setelah menopause atau kista lebih dari 8

cm.

2). Kista korpus luteum. Terjadi setelah ovulasi

dikarenakan meningkatnya hormon progesteron.

Ditandai dengan keterlambatan menstruasi atau

menstruasi yang panjang, nyeri abdomen bawah

atau pelvis. Jika ruptur pendarahan intraperitonial,

terapinya adalah operasi oovorektomi.

3). Kista tuka lutein. Ditemui pada kehamilan mola,

terjadi pada 50 % dari semua kehamilan. Dibentuk

sebagai hasil lamanya slimulasi ovarium dari

berlebihnya HCG. Tindakannya adalah mengangkat

mola.

4).  Kista Stein Laventhal. Disebabkan kadar LH yang

berlebihan menyebabkan hiperstimulasi dari ovarium

dengan produksi kista yang banyak. Hiperplasia

endometrium atau koriokarsinoma dapat terjadi.

Pengobatan dengan kontrasepsi oral untuk menekan

produksi LH dan oovorektomi.

2. Kish neoplasma jinak (Wiknjosastro, et.all, 1999)

a. Kistoma ovarii simplek. Kista ini bertangkai dan dapat

menyebabkan torsi (putaran tangkai). Di duga kista ini

adalah jenis kistadenoma serosum yang kehilangan

Page 10: LAPORAN KASUS KTI SC+MOW

kelenjarnya karena tekanan cairan dalam kista.

Tindakannya adalah pengangkatan kista dengan reseksi

ovarium.

b. Kistadenoma ovarii musinosum. Asal tumor belum

diketahui secara pasti, namun diduga berasal dari

teratoma yang pertumbuhan satu elemen mengalahkan

elemen yang lain, atau berasal dari epitel

germinativum.

c. Kistadenoma ovarii serosum. Berasal dari epitel

permukaan ovarium (germinal ovarium). Bila kista

terdapat implantasi pada peritonium disertai asites

maka harus dianggap sebagai neoplasma yang ganas,

dan 30% sampai 35% akan mengalami keganasan.

d. Kista endometroid. Kista biasanya unilateral dengan

permukaan licin, pada dinding dalam terdapat satu

lapisan sel-sel yang menyerupai lapisan epitel

endometrium.

e. Kista dermoid. Adalah suatu teratoma kistik yang jinak

dimana struktur¬struktur ektoderma dengan

diferensiasi sempurna seperti epitel kulit, rambut, gigi

dan produk glandula sebasea putih menyerupai lemak

nampak lebih menonjol dari pada elemen-elemen

ektoderm dan mesoderm. Tumor berasal dari sel telur

melalui proses patogenesis.

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Laparaskopi

Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui

apakah sebuah tumor berasal dari ovarium atau tidak, dan

untuk menentukan silat-sifat tumor itu.

2. Ultrasonografi

            Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan

batas tumor apakah tumor berasal dari uterus, ovarium,

Page 11: LAPORAN KASUS KTI SC+MOW

atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau solid, dan

dapatkah dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut

yang bebas dan yang tidak.

3. Foto Rontgen

            Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan

adanya hidrotoraks. Selanjutnya, pada kista dermoid

kadang-kadang dapat dilihat gigi dalam tumor.

Penggunaan foto rontgen pada pictogram intravena dan

pemasukan bubur barium dalam colon disebut di atas.

4. Parasentesis

            Telah disebut bahwa fungsi pada asites berguna

menentukan sebab asites. Perlu diingatkan bahwa tindakan

tersebut dapat mencemarkan cavum peritonei dengan

kista bila dinding kista tertusuk. (Wiknjosastro, et.all, 1999)

5. Pap smear

            Untuk mengetahui displosia seluler menunjukan

kemungkinan adaya kanker/kista.

G. Penatalaksanaan

a. Pengangkatan kista ovarium yang besar biasanya adalah

melalui tindakan bedah, misal laparatomi, kistektomi atau

laparatomi salpingooforektomi.

b. Kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas

ovarium dan menghilangkan kista.

c. Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk

mengangkat kista ovarium adalah serupa dengan

perawatan setelah pembedahan abdomen dengan satu

pengecualian penurunan tekanan intra abdomen yang

diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar biasanya

mengarah pada distensi abdomen yang berat. Hal ini dapat

dicegah dengan memberikan gurita abdomen sebagai

penyangga.

Page 12: LAPORAN KASUS KTI SC+MOW

d. Tindakan keperawatan berikut pada pendidikan kepada

klien tentang pilihan pengobatan dan manajemen nyeri

dengan analgetik / tindakan kenyamanan seperti kompres

hangat pada abdomen atau teknik relaksasi napas dalam,

informasikan tentang perubahan yang akan terjadi seperti

tanda – tanda infeksi, perawatan insisi luka operasi.

( Lowdermilk.dkk. 2005:273 ).

i. Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang

tidak ganas ialah pengangkatan tumor dengan

mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang

mengandung tumor. Akan tetapi jika tumornya besar

atau ada komplikasi, perlu dilakukan pengangkatan

ovarium, bisanya disertai dengan pengangkatan tuba

(Salpingo-oovorektomi). (Wiknjosastro, et.all, 1999)

ii. Asuhan post operatif merupakan hal yang berat karena

keadaan yang mencakup keputusan untuk melakukan

operasi, seperti hemorargi atau infeksi. Pengkajian

dilakukan untuk mengetahui tanda-tanda vital, asupan

dan keluaran, rasa sakit dan insisi. Terapi intravena,

antibiotik dan analgesik biasanya diresepkan. Intervensi

mencakup tindakan pemberiaan rasa aman, perhatian

terhadap eliminasi, penurunan rasa sakit dan

pemenuhan kebutuhan emosional Ibu. (Hlamylton,

1995).

Efek anestesi umum. Mempengaruhi keadaan

umum penderita, karena kesadaran menurun. Selain itu

juga diperlukan monitor terhadap keseimbangan cairan

dan elektrolit, suara nafas dan usaha pernafasan, tanda-

tanda infeksi saluran kemih, drainese urin dan

perdarahan. Perawat juga harus mengajarkan

bagaimana aktifitas pasien di rumah setelah

pemulangan, berkendaraan mobil dianjurkan setelah

Page 13: LAPORAN KASUS KTI SC+MOW

satu minggu di rumah, tetapi tidak boleh mengendarai

atau menyetir untuk 3-4 minggu, hindarkan

mengangkat benda-benda yang berat karena aktifitas

ini dapat menyebabkan kongesti darah di daerah pelvis,

aktifitas seksual sebaiknya dalam 4-6 minggu setelah

operasi, kontrol untuk evaluasi medis pasca bedah

sesuai anjuran (Long, 1996).

H.  Komplikasi

Menurut manuaba ( 1998:417 ) komplikasi dari kista ovarium

yaitu :

a. Perdarahan intra tumor

Perdarahan menimbulkan gejala klinik nyeri

abdomen mendadak dan memerlukan tindakan yang

cepat.

b. Perputaran tangkai

             Tumor bertangkai mendadak menimbulkan nyeri

abdomen.

c.   Infeksi pada tumor

             Menimbulkan gejala: badan panas, nyeri pada

abdomen, mengganggu aktifitas sehari-hari.

d.   Robekan dinding kista

             Pada torsi tangkai ada kemungkinan terjadi robekan

sehingga isi kista tumpah kedalam rungan abdomen.

e.   Keganasan kista ovarium

            Terjadi pada kista pada usia sebelum menarche dan

pada usia diatas 45 tahun.

I. Pengkajian

a. Biodata Meliputi identitas pasien, identitas penanggung

jawab dan identitas masuk.

b. Riwayat kesehatan, meliputi keluhan utama, riwayat

kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu, riwayat

kesehatan keluarga dan riwayat sosial ekonomi.

Page 14: LAPORAN KASUS KTI SC+MOW

c. Status Obstetrikus, meliputi :

Menstruasi : menarche, lama, siklus, jumlah, warna dan

bau

Riwayat perkawinan : berapa kali menikah, usia

perkawinan

Riwayat persalinan

Riwayat KB

d.   Pengkajian pasca operasi rutin, menurut (Ingram,

Barbara, 1999)

Kaji tingkat kesadaran

Ukur tanda-tanda vital

Auskultasi bunyi nafas

Kaji turgor kulit

Pengkajian abdomen

Inspeksi ukuran dan kontur abdomen-

Auskultasi bising usus-

Palpasi terhadap nyeri tekan dan massa-

Tanyakan tentang perubahan pola defekasi-

Kaji status balutan-

Kaji terhadap nyeri atau mual

Kaji status alat intrusive

Palpasi nadi pedalis secara bilateral

Evaluasi kembajinya reflek gag

Periksa laporan operasi terhadap tipe anestesi yang

diberikan dan lamanya waktu di bawah anestesi.

Kaji status psikologis pasien setelah operasi

e.     Data penunjang

pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan darah lengkap

(NB, HT, SDP)

terapi : terapi yang diberikan pada post operasi baik

injeksi maupun peroral

J. Diagnosa Keperawatan

Page 15: LAPORAN KASUS KTI SC+MOW

a. Pre Oprerasi

1. Cemas b.d prosedur operasi, perubahan konsep diri.

2. Nyeri b.d proses penyakit (penekanan/kompresi)

jaringan pada organ ruang abdomen

3. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

b.d mual, muntah intake yang tidak adekuat.

4. Gangguan harga diri b.d masalah tentang

ketidaknyamanan mempunyai anak, perubahan

feminimitas dan efek hubungan seksual.

5. Disfungsi seksual, resiko tinggi terhadap kemungkinan

pola respon seksual

6. Eliminasi urinarius, perubahan / retensi b.d adanya

edema pada jaringan lokal

7. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan

kebutuhan pengobatan b.d kurang terpajan /

mengingat, salah interpretasi informasi.

b.  Post Operasi

1. Nyeri b.d prosedur pembedahan, trauma jaringan

2. Risiko infeksi b.d invasi kuman sekunder terhadap

pembedahan

3. Kerusakan integritas kulit b.d pengangakatan bedah

kulit.( jaringan, perubahan sirkulasi).

4. Kerusakan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskuler,

nyeri / ketidaknyamanan, pembentukan edema.

5. Resiko kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan

berlebih.

6. Gangguan harga diri b.d biofisikal prosedur bedah yang

mengubah gambaran tubuh, psikososial, masalah

tentang ketertarikan social.

K. Intervensi Keperawatan

a. Pre Operasi     

 Dx 1 : cemas b.d prosedur operasi perubahan konsep diri.

Page 16: LAPORAN KASUS KTI SC+MOW

Intervensi;

1. Yakinkan informasi klien tenteng diagnosis, harapan,

intervensi pembedahan dan terapi yang akan datang.

2. Jelaskan tujuan dan persipan untuk tes diagnostic

3. Berikan lingkungan perhatian, kterbukaan dan

penerimaan juga privasi untuk pasien / orang terdekat.

4. Dorong pertanyaan dan berikan waktu untuk

mengekspresikan takut.

5. Kaji tersedianya dukungan pada pasien.

6. Diskusikan / jelaskan peran rehabilitasi setelah

pembedahan.

Dx 2 : Nyeri berhubungan dengan prases penyakit

(penekanan/kompresi) jaringan pada organ ruang abdomen

Intervensi

1. Identifikasi karakteristik nyeri dan tindakan penghilang

nyeri

2. Berikan tindakan kenyamanan dasar (reposisi, gosok

punggung), hiburan dan lingkungan.

3. Ajarkan teknik relaksasi

4. Kembangkan rencana manajemen nyeri antara pasien

dan dokter

5. Berikan analgesic sesuai resep.

b. Post Operasi

      Dx 1 : Nyeri b.d prosedur pembedahan, trauma jaringan

Intervensi:

1. Kaji keluhan nyeri, perhataikan lokasi, lama dan

intensitas (skala 0-10), perhatikan petunjuk verbal dan

nonverbal

2. Bantu pasien menemukan posisi nyaman

3. Berikan tindakan kenyamanan dasar

4. Berikan obat nyeri yang tepat pada jadwal terakhir

5. Kolaborasi : berikan / analgetik sesuai indikasi

Page 17: LAPORAN KASUS KTI SC+MOW

Dx 2 : Resiko infeksi b.d invasi kuman sekunder terhadap

pembedahan

Intervensi :

1. Kaji tanda-tanda infeksi dan monitor TTV

2. Gunakan tehnik antiseptik dalam merawat pasien

3. Isolasikan dan instruksikan individu dan keluarga untuk

mencuci tangan sebelum mendekati pasien

4. Tingkatkan asupan makanan yang bergizi

5. Berikan terapi antibiotik sesuai program dokter

Dx 3 : kerusakan integritas kulit b.d pengangkatan bedah

kulit / jaringan, perubahan sirkulasi.

Intervensi:

1. Kaji balutan / untuk karakteristik drainase, kemerahan

dan nyeri pada insisi dan lengan.

2. Tempatkan pada posisi semi fowler pada punggung / sisi

yang tidak sakit dengan lengan tinggi dan disokong

dengan bantal.

3. Jangan melakukan pengukaran TD, menginjeksikan obat

/ memasukan IV pada lengan yang sakit.

4. Inspeksi donor/ sisi donor ( bila dilakukan ) terhadap

warna, pembentukan lepuh perhatikan drinase dan sisi

donor

5. Kosongkan drain luka, secara periodic( catat jumlah dan

karakeristik drainase)

6. Dorong klien untuk menggunakan pakaian yang tidak

sempit / ketat.

7. Kolaborasi: berikan antibiotic sesuai indikasi

Page 18: LAPORAN KASUS KTI SC+MOW

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda juall. 2001. Dokumentasi Asuhan

Keperawatan Edisi 8. Jakarta : EGC.

Doenges, E, Marilyn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan

Maternal / Bayi. Jakarta : EGC.

Lowdermilk, perta. 2005. Maternity Women’s Health Care.

Seventh edition. Philadelphia : Mosby.

Sjamjuhidayat & Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah.

Edisi 2. Jakarta : EGC.

Smeltzer and Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal

Bedah. Edisi 8. Jakarta : EGC.

http://healthreference-ilham.blogspot.com/2008/07/kondas-

kista-ovarium.html 

Page 19: LAPORAN KASUS KTI SC+MOW

BAB III

TINJAUAN KASUS

I. PENGKAJIAN DATA

Riwayat Keperawatan

Tanggal pasien datang : 03 Oktober 2013

Jam pasien datang : 13.30 WIB

Tanggal pengkajian : 1 Oktober 2012

Jam pengkajian : 18.30 WIB

Diagnosa medis : Sectio

Caesarea+MOW

A. Biodata

1.Biodata Klien

Nama klien : Ny. L

Umur : 38 tahun

Suku/bangsa : Jawa/Indonesia

Agama : Islam

Pendidikan : D3

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Semarang

2.Biodata penanggung jawab

Nama : Tn. D

Umur : 46 tahun

Pekerjaan :

Alamat : Semarang

B.Riwayat kesehatan Umum

Page 20: LAPORAN KASUS KTI SC+MOW

1.Riwayat kesehatan dahulu

Klien mengatakan bahwa ia tidak pernah menderita penyakit DM,

jantung dan Hipertensi. Namun klien mengatakan sudah pernah dua kali

menjalani operasi caesar.

2.Riwayat penyakit sekarang

Klien mengatakan selama kehamilan ini selalu

memeriksakan kehamilannya di poli kandungan RS

Tugurejo. Pada saat periksa yang terakhir dokter poli

kandungan menganjurkan klien untuk opname di RS

Tugurejo sebelum muncul kenceng-kenceng karena klien

sudah dua kali menjalani operasi caesar. Klien dirawat di

ruang Bougenville kelas III. Karena klien akan menjalani

operasi caesar yang ketiga maka dokter menyarankan

untuk dilakukan tindakan MOW (steril), klien bersedia

dilakukan SC dan MOW.

3.Keluhan Utama

Klien mengeluh nyeri di bagian perut. P : post op SC

hari ke 0, Q : perih dan panas, R : abdomen, S : 6 (sedang),

T : menetap

Klien tampak meringis sambil mengusap-usap perutnya

4.Riwayat kesehatan keluarga (Genogram)

Keterangan

Laki-laki

Page 21: LAPORAN KASUS KTI SC+MOW

perempuan

meninggal

pasien

tinggal dalam satu rumah

5.Alergi

Pasien tidak memiliki alergi, baik pada udara, obat ataupun

makanan

6.Kebiasaan yang mengganggu kesehatan

Klien tidak pernah merokok, tidak pernah minum-minuman

keras.

7.Riwayat sosial

Hubungan dengan masyarakat baik, tidak ada masalah

dengan masyarakat tempat tinggalnya.

8.Personal hygiene

Sebelum hamil selama

hamil

Mandi 2x sehari 2x

sehari

Gosok gigi 2x sehari 2x sehari

Cuci rambut 3 hari sekali

2 hari sekali

Potong kuku jika panjang

jika panjang

Ganti pakaian sehari sekali

sehari sekali

Masalah/ keluhan: tidak ada keluhan

9.Riwayat keperawatan untuk pola nutrisi-metabolik

(porsi dan jenis)

Page 22: LAPORAN KASUS KTI SC+MOW

Klien menyatakan sebelum operasi makan 3x sehari, porsi

sedang, dengan nasi, lauk pauk, sayur, kadang-kadang

buah, dan minum air putih 7-8 gelas/hari. Setelah operasi

klien belum memiliki nafsu makan, makan malam cuma

habis satu sendok.

Masalah/keluhan: tidak nafsu makan.

10. Riwayat keperawatan untuk pola eliminasi

Klien mengatakan sebelum sakit BAB lancar setiap hari,

selama hamil ini BAB 2 hari sekali, konsistensi lunak, tidak

ada masalah dalam BAB. Sebelum sakit BAK 4-6 x/ hari,

warna kuning jernih. Selama sakit BAK 6-8x/ hari, lancar

tidak ada masalah/keluhan dan tidak terasa nyeri, warna

kuning jernih.

11. Riwayat keperawatan untuk pola aktivitas

latihan

Sebelum sakit klien bekerja sebagai buruh di Warung

makan, klien tidak merasa sakit ketika terasa kecapekan

12. Istirahat atau Tidur

Klien mengatakan sebelum sakit klien tidur siang 1 jam

(12.00-13.00) dan tidur malam 7 jam – (22.00-05.00)

nyenyak. Selama sakit klien tidur siang 1 jam, dan tidur

malam 6 jam, klien mengeluh nyeri saat tidur sehingga

sering terbangun.

C.Riwayat kebidanan Obstetrik

1.Riwayat menstruasi

Menstruasi siklus 28 hari, waktu menstruasi 5-6 hari tdak

nyeri pada saat menstruasi.menarche klien umur 13 tahun

2.Riwayat pernikahan

Klien mengatakan ini adalah pernikahan pertama.

3.Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Page 23: LAPORAN KASUS KTI SC+MOW

Klien mengatakan ini adalah kehamilan ketiga, anak

pertama lahir dengan SC karena panggul sempit, anak

kedua lahir dengan SC karena pengapuran plasenta, dan

anak ketiga secara otomatis dilahirkan dengan SC karena

sudah dua kali SC sebelumnya.

4.Riwayat KB

Klien mengatakan sebelumnya menggunakan KB suntik

dengan jangka waktu satu bulan

5.Riwayat Kehamilan sekarang

Klien mengatakan hari pertama haid terakhir 28 Juni 2013, Hari perkiraan

lahir 31 Maret 2014. Usia kehamilan saati ini 12 minggu. Klien selalu

mengunjungi ANC tepat waktu

D. Pemeriksaan Fisik

1.Parameter umum

Kesadaran : composmentis

Keadaan Umum: lemah

TD : 110/70 mmHg

Suhu : 36ºC

Nadi : 80 x/menit

RR : 18 x/ menit

2.Pemeriksaan fisik

Kepala

Inspeksi : Rambut nampak bersih, tidak ada ketombe,

hitam, ikal

Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri

tekan dikepala

Muka

Inspeksi : tidak ada edema

Mata

Inspeksi : conjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus,

tidak ada sekret/bersih

Hidung

Page 24: LAPORAN KASUS KTI SC+MOW

Inspeksi : lubang hidung simetris kanan dan kiri, lubang

hidung bersih

Palpasi : tidak ada fraktur dan nyeri tekan

Telinga

Inspeksi : lubang telinga bersih tidak ada serumen,

simetris kanan dan kiri

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Pendengaran : masih berfungsi dengan baik

Mulut

Inspeksi : tidak ada stomatitis, tidak ada caries gigi :

Leher

Inspeksi : tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak

ada pembesaran kelenjar `tiroid

Dada

Inspeksi : simetris kanan dan kiri, pengembangan dada

sama antara kanan dan kiri

Palpasi : getaran dinding dada sama, konfigurasi

dada 1: 2

Perkusi : terdengar sonor pada paru-paru dan pekak

pada area jantung

Auskultasi : vesikuler pada paru-paru dan bunyi jantung I,

II terdengar reguler

Payudara

Inspeksi : bentuk simetris, puting susu kecil

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Abdomen

Inspeksi : terlihat luka post operasi kurang lebih 10 cm

Genitalia dan Anus

Inspeksi : tidak ada perdarahan

Ekstremitas atas dan bawah

Inspeksi : varises tidak ada, tidak ada edema

Kulit

Page 25: LAPORAN KASUS KTI SC+MOW

inspeksi : tidak sianosis, tidak kering

palpasi : teraba hangat, turgor kulit baik < 3

detik

E.Pemeriksaan Penunjang

1.Laboratorium

Hb 11, 2 g/dL

2.USG

Tanggal 23 September 2012

3.Terapi

Per oral:

Vomizol 2x500 mg

Amoxilin 3x500 mg

Fe 9

Vit B complek

Ranitidin

Per IV :

Cefotaxim

Novalgim

Semarang, 1 Oktober

2012

Yang Mengkaji

II. PENGELOMPOKAN DATA

Data Subyektif

1. Klien mengatakan nyeri pada perut, nyeri sedang perih dan

panas, nyeri terjadi pada bagian perut, skala nyeri 6, nyeri

menetap.

2. Klien mengatakan tidak nafsu makan

3. Klien mengatakan telah dilakukan operasi SC+steril, operasi

ke 3

Page 26: LAPORAN KASUS KTI SC+MOW

Data Obyektif

1. Ekspresi wajah tampak meringis

2. Klien makan habis 1 sendok

3. Tekanan darah 110/70 mmHg

4. Nadi 80 x/ menit

5. HB : 11, g/dl

6. USG tanggal 23 September 2012

III. ANALISA DATA

Data Fokus Masalah Etiologi

DS: Klien mengatakan yeri

pada perut, nyeri sedang

seperti disayat-sayat, nyeri

pada terjadi pada perut pada

luka insisi bedah, skala nyeri 7,

nyeri terjadi hilang timbul.

DO: ekspresi wajah tampak

meringis kesakitan,

Nyeri akut Luka insisi

bedah

DS: Klien mengatakan telah

dilakukkan pos op kista

ovarium, post op ke 3

DO: Luka post post bersih

Resiko infeksi dengan adnya

luka isisi

bedah

DS: Klien mengatakan tidak

nafsu makan

DO: Klien makan habis ½ porsi

Nutrisi kurang

dari kebutuhan

tubuh

Masukan

makanan

tidak cukup

untuk

memenuhi

kebutuhan

metabolik

Page 27: LAPORAN KASUS KTI SC+MOW

IV. PRIORITAS MASALAH

1. Nyeri akut berhubungan dengan luka insisi bedah

2. Resiko infeksi berhubungan dengan post op kista ovarium

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan Masukan

makanan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan

metabolik

V. INTERVENSI

Nama: Ny. P No. RM :

Umur : 18 THN DX. Medis : pot op Kista

ovarium

Tgl/

jam

No.

Dx

Rencana tujuan

dan kriteria hasil

Intervensi Rasional para

f

1/10/

12

22.0

0

1 Tujuan : pasien

setelah dilakukan

tindakan

keperawatan

selama 1x24 jam

diharapkan nyeri

berkurang dengan

kriteria hasil:

a. Pasien

mengatakan

nyeri berkurang

b. Skala nyeri 5

c. Ekspresi wajah

lebih rileks

a. Jelaskan pada

klien

penyebab

mules dan

nyeri perut

b. Anjurkan klien

mengatasi

nyeri dengan

teknik

relaksasi

c. Kolaborasi

dengan

dokter untuk

pemberian

obat-obat

mengurangi

Klien

mengerti dan

memahami

keadaan yang

kadang

dialaminya

Dengan

teknik

relaksasi otot

dan

pernafasan

akan

mengurangi

rasa nyeri

Analgesik

dapat

mempengaru

hi syarat yang

Page 28: LAPORAN KASUS KTI SC+MOW

rasa sakit dapat

menyebabkan

rasa nyeri

hilang

1/10/

12

Tujuan : setelah

dilakukan tindakan

keperawatan

selama 1x 24 jam

diharapkan luka

jaitan pasien tetap

bersih dengan

kriteria hasil:

Tidak terdapat

tanda tanda infeksi

a. Kaji luka

inssi bedah

b. Jaga

lingkungan

tetap bersih

c. Lakukan

perawatan

luka

Untuk

megetahui

tanda tanda

infeksi

Untuk

menghndari

infeksi

Untuk

meghidari

adaya ifeksis

1/10/

12

22.0

0

2 Tujuan : setelah

dilakukan tindakan

keperawatan

selama 1x 24 jam

diharapkan nafsu

makan pasien

bertabah dengan

kriteria hasil:

a. Klien makan

habis 1 porsi

b. Tidak ada mual

ndan muntah

a. Lakukan

observasi

keadaan

umum klien

b. Lakukan

observasi TTV

c. Beri

penyuluhan

tentang DIIT

TKTP

Untuk

mengetahui

keadaan klien

TTV dalam

batas normal

menandakan

keadaan

umum klien

Dengan

memberikan

penyuluhan

klien dan

keluarga

Page 29: LAPORAN KASUS KTI SC+MOW

d. Anjurkan klien

untuk

menghabiska

n

makanannya

diharapkan

mengerti dan

mau

melaksanakan

aa yang

diintervensika

n

Untuk

terpenuhi

kebutuhan

metabolisnya.

VI. CATATAN PERKEMBANGAN

Nama : Ny. P No. RM :

Umur : 18 THN DX. Medis : pot op Kista ovarium

Tgl/

jam

No.

Dx

Implementasi Respon Klien Para

f

1/10/

12

22.00

05.15

1,

2, 3

1

Mengukur tekanan darah,

suhu menghitung nadi

Menjelaskan penyebab

nyeri/ sakit klien

S: klien mengatakan

lemes

O: TD 110/70 mmHg, s:

36ºC, N: 80 x/menit, RR

18 x/ menit

S: klien mengatakan

sudah mengerti tentang

Page 30: LAPORAN KASUS KTI SC+MOW

05.30

06.30

07.00

07.30

1

2

3

1,2,

3

Menganjurkan klien

mengatasi nyeri dengan

teknik relaksasi yaitu

teknik nafas dalam

Memberikan informasi

tentang maksud, tujuan

tentang menjaga

kepersihan luka post op

Menganjurkan kepada

klien untuk makan habis

dalam 1 porsi

Memberika obat per oral

Amoxilin

Fe

kondisi/ sakitnya

O: ekspresi klien tampak

nyeri

S: klien mengungkapkan

lebih nyaman, nyeri

berkurang

O: ekspresi rileks, skala

nyeri 6

S: klien mengungkapkan

cemas

O: klien tampak tegang

S: klien mengatakan iya

O: klien klien terlihat

hbs ½ porsi

2/10/

12

21.00

05.00

1

1,2,

3

Mengkaji nyeri pasien

Mengobservasi keadaan

klien, mengukur vital sign

S: klien mengatakan

nyeri pasien sedikit

berkurang

O: skala 7

S : klien mengatakan iya

O : TD 110/ 80 mmHg, S

Page 31: LAPORAN KASUS KTI SC+MOW

05.30

06.00

07.00

07.30

07.35

3

1

3

3

, 3

1,2,

3

Memberikan terapi infus

RL

Menganjurkan relaksasi

nafas dalam

Memberikan penyuluhan

pendidikan kesehatan

tentang penyakit kista

ovarium, dan diit

Mengajurkan klien untuk

makan habis 1 porsi

Memberikan obat oral

Amoxilin 3x500

Ranitidin

Paracetamol

Vit. B complek

Fe

: 38ºc, N : 82 x/ menit,

S: klien mengatakan iya

O: Infus RL

S: klien mengatakan

nyeri pada pada perut

bagian kiri

O: terlihat adanya luka

insisi, ekspresi menahan

nyeri, skala nyeri 6

S: klien mengatakan iya

O: klien terlihat

mendengrkannya

S: klien mengatakan iya

O: terlihat habis 1 porsi

S: klien mengatak iya

O: sudah diminum

3/10/

12

14.30

1,2,

3

Mengobservasi keadaan

klien, mengukur tekanan

darah, nadi dan suhu klien

S: klien mengatakan iya

O: TD 120/80 mmHg, S

36,7ºc, N 88x/ menit

Page 32: LAPORAN KASUS KTI SC+MOW

15.00

17.00

17.30

1

3

1,2,

3

Megobservasi nyeri klien

Mengobservasi nutrisi

makan klien

Memberikan obat per oral

Amoxilin 3x500

Raitidin

S: klien mengatakan

nyerinya sudah sedikit

O: skala nyeri 5,

ekspresi nampak rileks

S: Klien mengatakan

sekarang makan habis 1

porsi

O: habis 1 porsi

S: klien mengatak iya

O: sudah diminum

4/10/12

10.00

11.00

1,2,3

-

Mengobservasi keadaan klien,

mengukur tekanan darah, nadi

dan suhu klien

Klien berpamitan/ meninggalkan

ruang rawat inap cempaka

S: klien mengatakan tidak

nyeri,

O: TD 120/80 mmHg, S

36,7ºc, N 88x/ menit

S: klien mengatakan mau

pulang

O: ekspresi klien tampak

senang

VII. EVALUASI

Nama : Ny. P No. RM :

Umur : 18 THN DX. Medis : post op Kista ovarium

Tgl/

jam

N

o

Evaluasi Keperawatan Paraf

Page 33: LAPORAN KASUS KTI SC+MOW

D

x

1/10/

12

21.30

14.30

1

2

3

S: Klien mengatakan yeri pada perut, nyeri

sedang seperti disayat-sayat, nyeri pada

terjadi pada perut pada luka insisi bedah,

skala nyeri 7, nyeri terjadi hilang timbul.

O: ekspresi wajah tampak meringis

kesakitan,

A: masalah belum teratasi

P: lanjutkan intervensi

- anjurkan klien untuk relaksasi nafas

dalam jika nyeri terjadi

S: Klien mengatakan telah dilakukkan pos

op kista ovarium, post op ke 3

O: Luka post post bersih

A: masalah belum teratasi

P: pertahankan intervensi

- pertahankan klien utuk menjga

kebersihan lukanya

S: Klien mengatakan tidak nafsu makan

O: Klien makan habis ½ porsi TD 120/ 80

mmHg, S 37,1ºC, Nadi 82 x/ menit

A: masalah belum teratasi

P: lanjutkan intervensi

- pertahankan maukan makanan

- anjurkan klien makan-makanan yang

bergizi

Page 34: LAPORAN KASUS KTI SC+MOW

2/10/

12

21.00

21.00

1

2

3

S: klien mengatakan nyeri berkurang

O: ekspresi tampak rileks, skala nyeri 6

A : masalah teratasi sebagian

P: lanjutkan intervensi

- anjurkan klien untuk relaksasi nafas

dalam jika nyeri

S: Klien mengatakan telah dilakukkan pos

op kista ovarium, post op ke 4

O: Luka post post bersih

A: masalah belum teratasi

P: pertahankan intervensi

- pertahankan klien utuk menjga

kebersihan lukanya

- lakukakan perawatan luka

S: Klien mengatakan iya

O: Klien makan habis 1 porsi TD 120/ 80

mmHg, S 38,1ºC, Nadi 82 x/ menit

A: masalah teratasi

P: pertahankan intervensi

- pertahankan maukan makanan

- anjurkan klien makan-makanan yang

bergizi

Page 35: LAPORAN KASUS KTI SC+MOW

5/10/

12

14.45

1

2

3

S : klien mengatakan nyeri berkurang

O: ekspresi tampak rileks, skala nyeri 5

A : masalah teratasi

P: lanjutkan intervensi

- anjurkan klien untuk relaksasi nafas

dalam jika nyeri

S: Klien mengatakan telah dilakukkan pos

op kista ovarium, post op ke 5

O: Luka post post bersih

A: masalah teratasi

P: pertahankan intervensi

- pertahankan klien utuk menjga

kebersihan lukanya

- lakukakan perawatan luka

S: Klien mengatakan iya

O: Klien makan habis 1 porsi TD 120/ 80

mmHg, S 38,1ºC, Nadi 82 x/ menit

A: masalah teratasi

P: pertahankan intervensi

- pertahankan maukan makanan

- anjurkan klien makan-makanan yang

Page 36: LAPORAN KASUS KTI SC+MOW

bergizi

BAB IV

Page 37: LAPORAN KASUS KTI SC+MOW

PEMBAHASAN

Asuhan keperawatan dikelola pada Ny. P 18 tahun dengan

diagnosa kista ovarium. Dari USG tanggal 23 september 2012

didapatkan hasil terdapat kesan adanya krista ovarium sebelah

kiri yang belum disingkirkan. Mochtar (2006, h. 404)

mengungkapkan USG digunakan untuk menilai keadaan embrio

atau janin serta luasnya daerah perdarahan intrauterin. Pada

abortus incomplitus gambarannya tidak spesifik tergantung dari

usia gestasi dan banyaknya sisa jaringan konsepsi. Selain

pemeriksaan penunjang dengan USG, diagnosa kista ovarium

ditegakkan oleh karena munculnya tanda gejala yang khas pada

kista ovarium tersebut. Tanda dan gejala kista ovarium meliputi:

Pada stadium awal gejalanya dapat berupa : Gangguan haid, Jika

sudah menekan rectum atau VU mungkin terjadi  konstipasi atau

sering berkemih, Dapat terjadi peregangan atau penekanan

daerah panggul yang menyebabkan nyeri spontan dan sakit

diperut, nyeri saat bersenggama. Pada stadium lanjut

diantaranya : asites, penyebaran ke omentum (lemak perut)

serta oran organ di dalam rongga perut (usus dan hati), perut

membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan, gangguan

buang air besar dan kecil, Sesak nafas akibat penumpukan

cairan di rongga dada.

Pada Ny. p tanda yang dijumpai adanya sakit diperut atau

nyeri, nyeri sedang yang dirasakan Ny. P Asuhan keperawatan

dilakukan selama 4 hari di ruang cempaka RSUD Kraton

Kabupaten Pekalongan. Asuhan keperawatan pada Ny. P dengan

post kista ovarium diperoleh 3 masalah keperawatan prioritas

yaitu nyeri akut, resiko infeksi dan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh

Wilkinson (2006, h. 338) menyebutkan nyeri akut adalah

pengalaman sensori serta emosi yang tidak menyenangkan dan

Page 38: LAPORAN KASUS KTI SC+MOW

meningkat akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau

potensial dengan durasi kurang dari 6 bulan. Dari pengkajian

didapatkan data: klien mengatakan mules dan nyeri pada perut

bagian bawah, nyeri sedang seperti disayat-sayat, nyeri pada

terjadi pada perut bagian bawah/ diatas kemaluan, skala nyeri 7,

nyeri terjadi hilang timbul. Ekspresi wajah tampak meringis

kesakitan, USG: kista ovarium.

Risiko terhadap infeksi adalah Keadaan dimana seorang

individu berisiko terserang oleh agen patogenik dan oportunistik

(virus, jamur, bakteri, protozoa, atau parasit lain) dari sumber-

sumber eksternal, sumber-sumber eksogen dan endogen. Klien

mengatakan telah dilakukkan pos op kista ovarium, post op ke 3

DO: Luka post post bersih

Wilkinso (2007) mengungkapkan Nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh adalah keadaaan dimana individu yang

mengalami kekurangan asupan nutrisi untuk memenuhi

kebutuhan metabolic. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

adalah intake nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi

kebutuhan metabolic. Dari pengkajian pada Ny. W didapatkan

Klien mengatakan tidak nafsu makan DO: Klien makan habis ½

porsi

Kista ovarium termasuk suatu tumor/benjolan yang tumbuh abnormal

namun kista ovarium tumbuhnya di ovarium/indung telur. Kista ovarium berupa

tumor yang berisi cairan bukan berisi jaringan padat dengan kata lain kista ini

perabaannya lunak bukan padat. Karena asalnya dari ovarium/indung telur maka

kista ovarium dapat terjadi pada ovarium/indung telur yang sebelah kiri atau

kanan atau bahkan keduanya (kiri dan kanan). Saat ini yang dianjurkan hanyalah

kista-kista ovarium dilakukan melalui operasi laparoskopi Selain itu dengan

laparoskopi, dimana cara operasi dengan menggunakan lensa/teleskop yang

memiliki pembesaran objek sekitar 5-10x maka laparoskopi mempunyai akurasi

yang lebih tinggi dibandingkan laparotomi untuk memisahkan jaringan kista

(jaringan abnormal/patologi) dengan jaringan ovarium yang normal sehingga

dengan laparoskopi kemampuan untuk melakukan reservasi sel telur dan jaringan

Page 39: LAPORAN KASUS KTI SC+MOW

ovarium normal sangat efektif. Setelah dilakukkan tindakan pembedahan maka

selanjutnya diakukkan perawatan luka akibat insisi bedah untuk menghindari

resiko infeksi.Untuk mengatasi terjadinya infeksi dilakukkan perawatan

luka yang dilakukkan setiap pagi hari. Setelah mendapat

perawatan di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan selama 2

miggu klien mengalami perubahan kondisi. Masalah keperawatan

pada Ny. A ada yang sudah teratasi. Implementasi keperawatan

yang sudah dilakukan selama 4x24 jam, masalah keperawatan

dapat teratasi semua. Intervensi dan implementasi yang sudah

dilakukan realatif sama dengan text book.

Page 40: LAPORAN KASUS KTI SC+MOW

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Kelolaan kasus asuhan keperawatan yang dilakukan pada Ny.

P dengan kista ovarium berlangsung selama 4 hari. Masalah

keperawatan yang muncul yaitu nyeri akut, resiko infeksi,

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Dari tindakan

keperawatan yang telah dilakukan pada Ny. P masalah

keperawatan yang muncul dapat teratasi.

B. Saran

Bagi tugas keperawatan di maternitas, penanganan kista

ovarium segera dilakukkan krena nantinya bisa mabortus

perlu dilakukan dengan cepat dan tepat. Karena bisa

mengakibatkan komplikasi Diharapkan bagi tenaga

keperawatan/ kebidanan di ruang nifas bisa tanggap

menangani atau mengurangi masalah yang terjadi. dengan

tindakan keperawatan yang sesuai.