Upload
daniyan11
View
34
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5/20/2018 laporan kasus liza (Repaired).docx
1/24
KKS ilmu kesehatan anak RSUD Bangkinang Page 1
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Kejang merupakan suatu manifestasi klinis yang sering dijumpai di ruang gawat darurat.
Hampir 5% anak berumur di bawah 16 tahun setidaknya pernah mengalami sekali kejang selama
hidupnya. Kejang penting sebagai suatu tanda ada tidaknya gangguan neurologis dan keadaan
tersebut merupakan keadaan darurat. Kejang mungkin sederhana, dapat berhenti sendiri dan
sedikit memerlukan pengobatan lanjutan, atau merupakan gejala awal dari penyakit berat, atau
cenderung menjadi status epileptikus.1,2
Tatalaksana kejang seringkali tidak dilakukan secara baik. Karena diagnosis yang salah
atau penggunaan obat yang kurang tepat dapat menyebabkan kejang tidak terkontrol, depresi
nafas dan rawat inap yang tidak perlu. Langkah awal dalam menghadapi kejang adalah
memastikan apakah gejala saat ini kejang atau bukan. Selanjutnya melakukan identifikasi
kemungkinan penyebabnya.3
Faktor resiko kejang demam yang penting adalah demam. Selain itu terdapat faktor
riwayat kejang demam pada orang tua atau saudara kandung, perkembangan terlambat, problem
pada masa neonatus, anak dalam perawatan khusus, dan kadar natrium rendah. Setelah kejang
demam pertama kira-kira 33% anak akan mengalami satu kali rekurensi (kekambuhan), dan kira
kira 9 % anak mengalami rekurensi 3 kali atau lebih, resiko rekurensi meningkat dengan usia
dini, cepatnya anak mendapat kejang setelah demam timbul, riwayat keluarga kejang demam,
dan riwayat keluarga epilepsi.5
5/20/2018 laporan kasus liza (Repaired).docx
2/24
KKS ilmu kesehatan anak RSUD Bangkinang Page 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Kejang Demam
Ada beberapa pendapat mengenai pengertian dari kejang demam yang di kemukakan oleh
beberapa ahli, diantara lain sebagai berikut :1,2
1. Kejang demam : bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu tubuh
rectal di atas 380 C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium (Mansjoer,
A.dkk. 2000: 434)
2. Kejang demam : kejang yang terjadi pada suhu badan yang tinggi yang disebabkan oleh
kelainan ekstrakranium (Lumban tobing, 1995: 1)
3. Kejang demam : gannguan sementara yang terjadi pada anak-anak yang ditandai
dengan demam (Wong, D.T. 1999: 182)
4.
Kejang demam adalah bangkitan kejang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal
di atas 38 c) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam sering
juga disebut kejang demam tonik-klonik, sangat sering dijumpai pada anak-anak usia di
bawah 5 tahun. Kejang ini disebabkan oleh adanya suatu awitan hypertermia yang
timbul mendadak pada infeksi bakteri atau virus. (Sylvia A. Price, Latraine M. Wikson,
1995).
2.2 Epidemiologi5,6
Pendapat para ahli tentang usia penderita sat terjadi bangkitan kejang demam tidak sama,
menurut the American academy of pediatrics (AAP) usia termuda bangkitan kejang demam 6
bulan. Anak yang menderita kejang demam mungkin berkembang menjadi penderita epilepsi.
Penelitian yang dilakukan oleh The American National Collaborative Perinatal Projectmengidentifikasi 3 faktor resiko, yaitu :
Adanya riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung
Terdapat kelainan neurologis sebelum KD pertama
Kejang demam bersifat kompleks (berlangsung lama atau fokal, atau multipel
selama 1 hari
5/20/2018 laporan kasus liza (Repaired).docx
3/24
KKS ilmu kesehatan anak RSUD Bangkinang Page 3
Mereka yang memiliki salah satu faktor resiko diatas kemungkinan menjadi epilepsi adalah
2%. Bila terdapat 2 atau lebih kemungkinan menjadi epilepsi adalah 10% . Bila tanpa faktor
resiko diatas kemungkinannya adalah 1,6%.
Kejang demam terjadi pada 2-4% populasi anak berumur 6 bulan 5 tahun. Paling sering
pada usia 17-23 bulan. Sedikit yang mengalami kejang demam pertama sebelum umur 5-6 bulan
atau setelah 5-8 tahun. Biasanya setelah usia 6 tahun pasien tidak kejang demam lagi. Kejang
demam diturunkan secara dominant autosomal sederhana. Faktor prenatal dan perinatal berperan
dalam kejang demam.
Sebanyak 80 % kasus kejang demam adalah kejang demam sederhana,dan 20 % nya kejang
demam kompleks. Sekitar 8% berlangsung lama (> 15 menit), 16 % berulang dalam waktu 24
jam.
2.3 Etiologi8,10
Hingga kini belum diketahui dengan pasti penyebab kejang demam. Demam sering
disebabkan infeksi saluran pernafasan atas, radang telinga tengah, infeksi saluran cerna dan
infeksi saluran kemih. Kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi. Kadang kadang demam
yang tidak begitu tinggi dapat menyebabkan kejang. Demam yang disebabkan oleh infeksi
saluran pernafasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih,
kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi.
Efek produk toksik daripada mikroorganisme
Respon alergik atau keadaan umum yang abnormal oleh infeksi.
Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan, yang tidak diketahui atau
enselofati toksik sepintas.
Menurut staf pengajar ilmu kesehatan anak FKUI (1985: 50), faktor presipitasi kejang
demam: cenderung timbul 24 jam pertama pada waktu sakit demam atau dimana demammendadak tinggi karena infeksi pernafasan bagian atas. Demam lebih sering disebabkan oleh
virus daripada bakterial.
5/20/2018 laporan kasus liza (Repaired).docx
4/24
KKS ilmu kesehatan anak RSUD Bangkinang Page 4
2.4 Klasifikasi Kejang Demam1,2,3
Kejang demam dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu kejang demam sederhana dan
kejang demam kompleks
Tabel 1perbedaan kejang demam simpleks dan kompleks
No Klinis Kd Simpleks Kd Kompleks
1
2
3
4
5
6
7
Durasi
Tipe Kejang
Berulang Dalam Satu Episode
Defisit Neurologi
Riwayat Keluarga Kejang Demam
Riwayat Keluarga Kejang Tanpa Demam
Abnormalitas Neurologis Sebelumnya
< 15 Menit
Umum
1 Kali
-
>15 Menit
Umum/Fokal
>1 Kali
Sebagian besar (63 %) kejang demam berupa kejang demam sederhana dan (35 %) berupa
kejang demam kompleks.
2.5 Potofisiologi Dan Patogenesis Kejang Demam2,6,7
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1 C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme
basal 10% 15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang anak berumur 3
tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang
hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari
membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion Kalium maupun ion
Natrium melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas mutan listrik
ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel
tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut dengan neurotransmiter dan terjadilah kejang.
Tiap anak mempunyai ambang kejng yang berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya
ambang kejang seseorang anak menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu. Pada anak dengan
ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38 C sedangkan pada anak dengan
ambang kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40 C atau lebih. Dari kenyataan ini
5/20/2018 laporan kasus liza (Repaired).docx
5/24
KKS ilmu kesehatan anak RSUD Bangkinang Page 5
dapat disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada ambang kejang
yang rendah sehingga dalam penanggulangannya perlu diperhatikan pada tingkat suhu berapa
penderita kejang. Sehingga beberapa hipotesa dikemukakan mengenai patofisiologi sebenarnya
dari kejang demam, yaitu:
a. Menurunnya nilai ambang kejang pada suhu tertentu.
b. Cepatnya kenaikan suhu.
c. Gangguan keseimbangan cairan dan terjadi retensi cairan.
d. Metabolisme meninggi, kebutuhan otak akan O2meningkat sehingga sirkulasi darah
bertambah dan terjadi ketidakseimbangan.
Dasar patofisiologi terjadinya kejang demam adalah belum berfungsinya dengan baik susunan
saraf pusat (korteks serebri).
Skema terjadinya kejang demam
1)
http://3.bp.blogspot.com/-inE4YBK72J4/TasXuKwm52I/AAAAAAAAAVI/TMGQsxc5eWI/s1600/patofisiologi-kejang-demam.jpg5/20/2018 laporan kasus liza (Repaired).docx
6/24
KKS ilmu kesehatan anak RSUD Bangkinang Page 6
2)
5/20/2018 laporan kasus liza (Repaired).docx
7/24
KKS ilmu kesehatan anak RSUD Bangkinang Page 7
2.6 Menifestasi Klinik1,2,3
1. Kejang umum biasanya diawali kejang tonik kemudian klonik berlangsung 10 s.d. 15
menit, bisa juga lebih.
2.
Takikardia : pada bayi frekuensi sering diatas 150-200 per menit.
3. Pulsasi arteri melemah dan tekanan nadi mengecil yang terjadi sebagai akibat
menurunnya curah jantung
Untuk itu Livingston membuat kriteria dan membagi kejang demam atas 2 golongan, yaitu:
1. Kejang demam sederhana (Simple febril convulsion)
2. Epilepsi yang diprovokasi oleh demam (Epilepsi triggered off by fever)
A. Kriteria kejang demam menurut livingtoneadalah:
1. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun.
2. Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15 menit.
3. Kejang bersifat umum
4. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam.
5. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal.
6.
Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal tidak
menunjukkan kelainan.
7. Frekuensi bangkitan kejang didalam 1 tahun tidak melebihi 4x.
Kejang demam yang tidak memenuhi salah satu atau lebih dari ketujuh kriteria modifikasi
Livingston diatas digolongkan pada epilepsi yang diprovokasi oleh demam. Kejang kelompok
kedua ini mempunyai suatu dasar kelainan yang menyebabkan timbulnya kejang, sedangkan
demam hanya merupakan faktor pencetus saja.
B. Kriteria kejang demam menurut tesis Lumbang Tobingadalah:
1. Adanya kejang dan demam.
2. Tak ada defisi neurologik lain sebelum dan sesudah serangan kejang.
3. Likuor normal.
5/20/2018 laporan kasus liza (Repaired).docx
8/24
KKS ilmu kesehatan anak RSUD Bangkinang Page 8
Tanda dan gejala pada penyakit kejang demam biasanya didasarkan pada klasifikasi kejang
itu sendiri. Unit Kerja Koordinasi Neurologi IDAI membuat klasifikasi kejang demam pada anak
menjadi :
1. Kejang Demam Sederhana (Simple Febrile Seizure)
a. Berlangsung singkat
b. Durasi kurang dari 15 menit.
c. Kejang dapat umum, tonik, dan atau klonik.
d. Umumnya akan berhenti sendiri.
e. Tanpa gerakan fokal.
f. Tidak berulang dalam 24 jam.
g. Pemeriksaan EEG yang dibuat 10-14 hari setelah bebas panas tidak menunjukkan kelainan.
5% dari anak normal mempunyai gambaran EEG yang abnormal.
Gambar 4. Kejang Tonik Klonik.
2. Kejang Demam Kompleks (Complex Febrile Seizure)
a. Demam tinggi.
b.
Kejang yang lama.
c. Durasi lebih dari 15 menit.
d. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial.
e. Berulang lebih dari 1 kali dalam 24 jam.
5/20/2018 laporan kasus liza (Repaired).docx
9/24
KKS ilmu kesehatan anak RSUD Bangkinang Page 9
2.7 Anamnesis, Pemeriksaan Fisik dan Penunjang2,5,6
1 Anamnesis
Dari anamnesis ditanyakan :
a. Tampilan kejang, umum atau fokal, dan berapa lama durasi kejangnya
b.
Riwayat demam dan penyakit lain yang diderita oleh anak
c. Riwayat penyebab demam, misalnya penyakit virus dan gastroenteritis
d. Riwayat penggunaan obat pada anak
e. Riwayat kejang pada anak sebelumnya, masalah neurologik, keterlambatan tumbuh
kembang, atau penyebab lain dari kejang seperti trauma.
f. Tanyakan faktor risiko terjadinya kejang demam, seperti :
1) Riwayat keluarga yang pernah atau tidak menderita kejang demam
2)
Suhu tubuh yang tinggi3) Riwayat prenatal dan keterlambatan perkembangan
4) Penyakit perinatal (saat usia 28 hari pertama)
2 Pemeriksaan fisik
Kesadaran, suhu tubuh, tanda rangsang meningeal, tanda peningkatan tekanan intrakranial,
dan tanda infeksi di luar SSP. Pada umumnya tidak dijumpai adanya kelainan neurologis,
termasuk tidak ada kelumpuhan nervi kranialis.
3 Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium tidak dilakukan secara rutin, namun untuk mengevaluasi sumber
infeksi penyebab demam, atau keadaan lain. Pemeriksaan yang dapat dikerjakan:
Pemeriksaan darah lengkap, elektrolit dan gula darah
b. Pungsi lumbal untul melakukan pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk
menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis, dianjurkan pada:
1) Bayi kuang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan
2) Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan
3)
Bayi >18 bulan tidak rutin
Tes ini untuk memperoleh cairan cerebrospinalis dan untuk mengetahui keadaan lintas
likuor. Tes ini dapaat mendeteksi penyebab kejang demam atau kejang karena infeksi pada otak.
Pada kejang demam tidak terdapat gambaran patologis dan pemeriksaan lumbal pungsidanpada
kejang oleh infeksi pada otak ditemukan :
5/20/2018 laporan kasus liza (Repaired).docx
10/24
KKS ilmu kesehatan anak RSUD Bangkinang Page 10
1) Warna cairan cerebrospinal : berwarna kuning, menunjukan pigmen kuning santokrom
2) Jumlah cairan dalam cerebrospinal menigkat lebih dari normal (normal bayi 40-60ml, anak
muda 60-100ml, anak lebih tua 80-120ml dan dewasa 130-150ml)
3) Perubahan biokimia : kadar Kalium menigkat ( normal dewasa 3.5-5.0 mEq/L, bayi 3.6-
5.8mEq/L)
3. Elektroensefalografi (EEG), pemeriksaan ini tidak dapat memprediksi berulangnya kejang, atau
memprediksi berulangnya kejang, atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada
pasien kejang demam. Oleh karena itu tidak direkomendasikan
4. Pencitraan : Foto X-ray kepala dan pencitraan seperti CT-scan atai MRI jarang sekali
dikerjakan, tidak rutin dan hanya atas indikasi seperti:
a. Kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis)
b.
Paresis nervus VI
c. Papiledema
2.8 Penatalaksanaan Kejang Demam9,10,11
Penanggulangan kejang demam terdapat 4 faktor yang perlu dikerjakan yaitu:
1. Memberantas kejang secepat mungkin Bila pasien datang dalam keadaan status convulsifus,
obat pilihan utama adalah diazepam.
2. Pengobatan penunjang Sebelum memberantas kejang tidak boleh dilupakan perlunya
pengobatan penunjang;
a. Posisi kepala dimiringkan untuk mencegah aspirasi isi lambung
b. Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen; bila perlu
dilakukan intubasi atau trakeostomi
c. Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur
d. Diberikan oksigen
e. Semua pakaian ketat dibuka
f. Awasi secara ketat kesadaran
g. Kompres hangat
Menurut Greene, et all (2005) Anak yang mengalami panas tinggi dan berisiko terjadi kejang
demam, sebaiknya dilakukan:
5/20/2018 laporan kasus liza (Repaired).docx
11/24
KKS ilmu kesehatan anak RSUD Bangkinang Page 11
a. Buka pakaian samapai hanya tinggal celana dalamnya saja. Pastikan ia memperoleh banyak
udara segar tanpa menjadi kedinginan
b. Singkirkan benda-benda disekelilingnya agar ia terlindung dari cedera. Basuh tubuhnya
dengan air hangat dimulai dari kepala dan turun kea rah tubuhnya. Jangan biarkan tubuhnya
menjadi terlalu dingin
c. Setelah tubuh mendingin, kejangnya akan berhenti, letakkan recovery position / gulingkan
tubuhnya hingga ia berbaring miring dan jaga agar kepalanya tetap menengadah kebelakang.
Selimuti tubuhnya dengan selimut atau seprei tipis dan tenangkan dirinya. Jika suhu tubuhnya
naik lagi, basuhlah kembali.
3. Mencari dan mengobati penyebab
Tujuan penanganan kejang adalah untuk menghentikan kejang sehingga defek pernafasan dan
hemodinamik dapat diminimalkan.
1. Pengobatan saat terjadi kejang
1. Pemberian diazepam supositoria pada saat kejang sangat efektif dalam
menghentikan kejang. Dosis pemberian:
1. 5 mg untuk anak 3 tahun,
2. atau 5 mg untuk BB 10 kg,
3. 0,5-0,7 mg/kgBB/kali
2. Diazepam intravena juga dapat diberikan dengan dosis sebesar 0,2-0,5 mg/kgBB.
Pemberian secara perlahan-lahan dengan kecepatan 0,5-1 mg per menit untuk
menghindari depresi pernafasan. Bila kejang berhenti sebelum obat habis,
hentikan penyuntikan. Diazepam dapat diberikan 2 kali dengan jarak 5 menit bila
anak masih kejang. Diazepam tidak dianjurkan diberikan per IM karena tidak
diabsorbsi dengan baik.
3.
Bila tetap masih kejang, berikan fenitoin per IV sebanyak 15 mg/kgBB perlahan-lahan. Kejang yang berlanjut dapat diberikan pentobarbital 50mg IM dan pasang
ventilator bila perlu.
5/20/2018 laporan kasus liza (Repaired).docx
12/24
KKS ilmu kesehatan anak RSUD Bangkinang Page 12
2. Setelah kejang berhenti
Bila kejang berhenti dan tidak berlanjut, pengobatan cukup dilanjutkan dengan
pengobatan intermitten yang diberikan pada anak demam untuk mencegah terjadinya kejang
demam. Obat yang diberikan berupa:
1. Antipiretik
Parasetamol atau asetaminofen 10-15 mg/kgBB/kali diberikan 4 kali atau tiap 6
jam. Berikan dosis rendah danpertimbangkan efek samping berupa hiperhidrosis.
Ibuprofen 10 mg/kgBB/kali diberikan 3 kali
2. Antikonvulsan
Berikan diazepam oral dosis 0,3-0,5 mg/kgBB setiap 8 jam pada saat demammenurunkan risiko berulangnya kejang, atau
Diazepam rektal dosis 0,5 mg/kgBB/hari sebanyak 3 kali perhari
3. Bila kejang berulang
Berikan pengobatan rumatan dengan fenobarbital atau asam valproat dengan dosis
asam valproat 15-40 mg/kgBB/hari dibagi 2-3 dosis, sedangkan fenobarbital 3-5
mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis.
Indikasi untuk diberikan pengobatan rumatan adalah:
Kejang lama >15 menit
Anak mengalami kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang
misalnya hemiparese, cerebral palsy, hidrocefalus.
Kejang fokal
Bila ada keluarga sekandung yang mengalami epilepsi
Disamping itu, terapi rumatan dapat dipertimbangkan untuk
Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam
Kejang demam terjadi pada bayi
5/20/2018 laporan kasus liza (Repaired).docx
13/24
KKS ilmu kesehatan anak RSUD Bangkinang Page 13
2.9 Prognosis5,7
Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan.
Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang sebelumnya
normal. Penelitian lain secara retrospektif melaporkan kelainan neurologis pada sebagian kecil
http://1.bp.blogspot.com/-2Ce_mGACvWg/TasXsm68b9I/AAAAAAAAAVA/MezunFfwbTE/s1600/tatalaksana-kejang-demam.jpg5/20/2018 laporan kasus liza (Repaired).docx
14/24
KKS ilmu kesehatan anak RSUD Bangkinang Page 14
kasus, dan kelainan biasanya terjadi pada kasus dengan kejang lama atau kejang berulang baik
umum maupun fokal
Resiko yang mungkin terjadi pada anak kejang demam:
a. 30-40% berulang kejang demam
b. Sebagian kecil menjadi epilepsi.
Resiko epilepsi di kemudian hari tergantung faktor:1
a. Riwayat epilepsi dalam keluarga
b. Kelainan perkembangan atau saraf sebelum menderita kejang demam.
c. Kejang lama atau kejang fokal
5/20/2018 laporan kasus liza (Repaired).docx
15/24
KKS ilmu kesehatan anak RSUD Bangkinang Page 15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kejang demam : bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
tubuh rectal di atas 380C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang merupakan
suatu manifestasi klinis yang sering dijumpai di ruang gawat darurat. Hampir 5% anak berumur
di bawah 16 tahun setidaknya pernah mengalami sekali kejang selama hidupnya. Faktor resiko
kejang demam yang penting adalah demam. Selain itu terdapat faktor riwayat kejang demam
pada orang tua atau saudara kandung, perkembangan terlambat, problem pada masa neonatus,
anak dalam perawatan khusus, dan kadar natrium rendah.Langkah awal dalam menghadapi
kejang adalah memastikan apakah gejala saat ini kejang atau bukan. Selanjutnya melakukan
identifikasi kemungkinan penyebabnya.
5/20/2018 laporan kasus liza (Repaired).docx
16/24
KKS ilmu kesehatan anak RSUD Bangkinang Page 16
STATUS PASIEN
A.
Identitas pasien :
No rekam medik :101006
Nama Anak : M. Hadira Kenzy
Umur :2 tahun
Jenis kelamin :Laki-laki
Nama Ayah / Ibu : Hadi Lukman Hakim
Pekerjaan ayah / Ibu :PNS
Alamat :langgini
Agama :Islam
Tanggal masuk :31 Maret 2014
Tanggal keluar : 02 A pril 2014
B. Anamnesis : autoanamnesis/ alloanamnesis
Keluhan Utama :Kejang seluruh tubuh sejak 20 menit sebelum masuk rumah sakit.
RPS : Os datang ke RSUD Bangkinang dengan keluhan kejang seluruh
tubuh sejak 20 menit sebelum masuk rumah sakit, kejang 5 menit,
kejang tidak berulang dalam 24 jam, kejang seluruh tubuh kaku,
mata melotot, tidak ada keluar busa dr mulut, lidah tidak tergigit,
setelah kejang Os sadar. Os langusng diberi stesolid supp di rumah.
Sebelumnya Os demam sejak tadi pagi, suhu tubu
naik turun, Os meminum obat penurun panas sanmol sirup, demam
5/20/2018 laporan kasus liza (Repaired).docx
17/24
KKS ilmu kesehatan anak RSUD Bangkinang Page 17
menurun. Os sedang pilek. Tidak muntah, tidak batuk. BAB dan
BAK normal tidak ada gangguan.
RPD :Tidak pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya
RPK : Tidak ada keluarga yang mengalami sakit seperti ini
Riwayat Kelahiran : anak pertama, lahir di klinik dan ditolong oleh bidan, lahir cukup
bulan, spontan dan langsung menangis, tidak ada cacat. Berat badan
lahir 2800 gram.
Riwayat Imunisasi : Imunisasi lengkap
C. Pemeriksaan Fisik :
Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Komposmentis kooperatif
BB : 10 kg
Vital sign : Respirasi : 24x/i
Nadi : 180x/i
Temperature : 39,90C
Kepala : Dalam batas normal, lingkar kepala 47 cm, UUB tidak cekung,
tidak menonjol, riwayat trauma (-), mata: konjungtiva anemis -/-,
sklera ikterik -/-, mukosa bibir lembab, faring hyperemis (-), tonsil
T1-T1, lidah kotor (-) pembesaran kelenjar getah bening (-), kaku
kuduk (-)
Thorax : Inspeksi: gerakan dinding dada simetris, scar (-), retraksi dinding
dada (-)
Palpasi: vocal fremitus sama kanan dan kiri
5/20/2018 laporan kasus liza (Repaired).docx
18/24
KKS ilmu kesehatan anak RSUD Bangkinang Page 18
Perkusi: sonor di semua lapangan paru
Auskultasi : suara nafas vesikuler, rhonki -/-, wheezhing -/-, bunyi
jantung I dan II normal
Abdomen : Inspeksi: Bentuk datar, scar (-)
Auskultasi: bunyi usus (+) normal
Perkusi: thympani semua lapangan perut
Palpasi : supel, hepatomegali (-), splenomegali (-)
Ekstremitas atas : akral hangat (ka/ki), CRT < 2 detik.
Ekstremitas bawah :akral hangat (ka /ki), CRT < 2 detik.
Reflek fisiologis (+/+), refleks patologis (-/-)
D. Pemeriksaan penunjang:
Pemeriksaan laboratorium darah lengkap:
Hb: 10,6 gr%
Leukosit: 6.700 mm3
Hematokrit: 30,4 %
Trombosit: 165.000 mm3
E. Diagnosa kerja : Kejang demam simplek
F. Diagnosa Banding :kejang demam simpleks, kejang demam kompleks
G. Penatalaksanaan :
- T. Medikamentosa : - O21-2 Lpm
- IVFD RL 40 tpm (mikro)
- proris supp jika suhu >C
- stesolid supp 5 mg/kgbb, jika kejang
- Edukasi : jika kejang berulang kembali berikan O2 2 l/m, stesolid supp 5
mg, berikan posisi nyaman pada anak.
5/20/2018 laporan kasus liza (Repaired).docx
19/24
KKS ilmu kesehatan anak RSUD Bangkinang Page 19
Prognosis : Dubia ad bonam
Follow up : Tgl 01 April 2014
Subjek : Demam (-) kejang (-), pilek (+), batuk (-), mual (-), muntah (-)
Objek Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Komposmentis kooperatif
BB : 10 kg
Vital sign: Respirasi : 20x/I,
Nadi : 91x/I
Temperature : 36,50C
Kepala : Dalam batas normal, lingkar kepala 47 cm, UUB tidak cekung,
tidak menonjol, riwayat trauma (-), mata: konjungtiva anemis -/-,
sklera ikterik -/-, mukosa bibir lembab, faring hyperemis (-), tonsil
T1-T1, lidah kotor (-) pembesaran kelenjar getah bening (-), kaku
kuduk (-)
Thorax : Inspeksi: gerakan dinding dada simetris, scar (-), retraksi dinding
dada (-)
Palpasi: vocal fremitus sama kanan dan kiri
Perkusi: sonor di semua lapangan paru
Auskultasi : suara nafas vesikuler, rhonki -/-, wheezhing -/-, bunyi
jantung I dan II normal
Abdomen : Inspeksi: Bentuk datar, scar (-)
Auskultasi: bunyi usus (+) normal
Perkusi: thympani semua lapangan perut
Palpasi: supel, hepatomegali (-), splenomegali (-)
5/20/2018 laporan kasus liza (Repaired).docx
20/24
KKS ilmu kesehatan anak RSUD Bangkinang Page 20
Ekstremitas atas : akral hangat (ka/ki), CRT < 2 detik.
Ekstremitas bawah :akral hangat (ka /ki), CRT < 2 detik.
Reflek fisiologis (+/+), refleks patologis (-/-)
Asesmen: Kejang Demam Simpleks
Planning: T. Medikamentosa: - IVFD RL 40 tpm (mikro)
- inj. Ceftriaxone 2x200 mg
-p/o: - proris sirup 3x 1 cth
- Diazepam 3x1,3 mg
Follow up: Tgl 02 April 2014
Subjek : demam (-), mual (-), muntah (-), kejang (-), batuk (+), pilek (+), bab dan bak
normal, nafsu makan baik.
Objek: Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Komposmentis kooperatif
BB : 10 kg
Vital sign Respirasi: 20x/i
Nadi : 80x/i
Temperature: 37,00C
Kepala : Dalam batas normal, lingkar kepala 47 cm, UUB tidak cekung,
tidak menonjol, riwayat trauma (-), mata: konjungtiva anemis -/-,sklera ikterik -/-, mukosa bibir lembab, faring hyperemis (-), tonsil
T1-T1, lidah kotor (-) pembesaran kelenjar getah bening (-), kaku
kuduk (-)
5/20/2018 laporan kasus liza (Repaired).docx
21/24
KKS ilmu kesehatan anak RSUD Bangkinang Page 21
Thorax : Inspeksi: gerakan dinding dada simetris, scar (-), retraksi dinding
dada (-)
Palpasi: vocal fremitus sama kanan dan kiri
Perkusi: sonor di semua lapangan paru
Auskultasi : suara nafas vesikuler, rhonki -/-, wheezhing -/-, bunyi
jantung I dan II normal
Abdomen : Inspeksi: Bentuk datar, scar (-)
Auskultasi: bunyi usus (+) normal
Perkusi: thympani semua lapangan perut
Palpasi : supel, hepatomegali (-), splenomegali (-)
Ekstremitas atas : akral hangat (ka/ki), CRT < 2 detik.
Ekstremitas bawah :akral hangat (ka /ki), CRT < 2 detik.
Reflek fisiologis (+/+), refleks patologis (-/-)
Asesmen: Kejang Demam Simpleks
Planning: T. medikamentosa: - IVFD RL 40 tpm (mikro)
- inj. Ceftriaxone 2x200 mg
-p/o: - proris sirup 3x 1 cth
- Diazepam 3x1,3 mg
- Sporetik sirup 2x1 cth
Pasien di ACC pulang
5/20/2018 laporan kasus liza (Repaired).docx
22/24
KKS ilmu kesehatan anak RSUD Bangkinang Page 22
ANALISIS KASUS
Diagnosis kejang demam kompleks atau sederhana pada pasien ini ditegakkan berdasarkan:
1. Anamnesis:
Demam tinggi sejak tadi pagi, demam sampai 39,80C
Anak mengalami kejang
Lama kejang < 15 menit
Kejang seluruh tubuh, mata melotot, tidak ada keluar busa dari mulut, lidah tidak
tergigit
Setelah kejang anak sadar
Dalam 1 hari baru 1 kali kejang.
2.
Pemeriksaan fisik
Kepala: dalam batas normal, lingkar kepala 47 cm, UUB tidak cekung, tidak menonjol,
riwayat trauma (-), kaku kuduk (-)
Thorax dan abdomen dalam batas normal, pada pemeriksaan reflek patologis hasil
negatif
3. Pemeriksaan penunjang:
Pemeriksaan laboratorium darah lengkap:
-
Hb: 10,6 gr%
- Leukosit: 6.700 mm3
- Hematokrit: 30,4 %
- Trombosit: 165.000 mm3
4. Penatalaksanaa pada pasien ini yaitu
- T. Medikamentosa : - O2 1-2 Lpm
- IVFD RL 40 tpm (mikro)
-
- stesolid supp 5 mg/kgbb, jika kejang
- p/o: - proris sirup 3x1 cth
- diazepam 2x3 mg
5/20/2018 laporan kasus liza (Repaired).docx
23/24
KKS ilmu kesehatan anak RSUD Bangkinang Page 23
- sporetik sirup 2x1 cth
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik serta penunjang di tegakkan
diagnosis kejang demam simpleks pada pasien tersebut, pada pemeriksaan fisik tidak di dapatkan
kelainan yang menunjukkan adanya kelainan atau defisit neurologi, sehingga dapat
menyingkirkan kejang yang di sebabkan oleh kelainan cranial. Pada terapi di berikan infuse 40
tpm mikro, dimana kenaikan suhu tubuh sebesar 1 derajat celcius, maka kebutuhan cairan
meningkat sebanyak 12,5%. Pemberian stesolid supp 5mg (BB < 10 kg) untuk menghentikan
kejang jika kejang sedang berlangsung.
5/20/2018 laporan kasus liza (Repaired).docx
24/24
KKS ilmu kesehatan anak RSUD Bangkinang Page 24
Daftar Pustaka
1. Hardiono D pusponegoro, Dwi putro W. Konsensus penatalaksanaan kejang demam. Unit
kerja koordinasi Neurologi, IDAI. Jakarta: 2006
2.
Richard EB, Robert MK. Editor. Nelson esensi pediatric, edisi 4. Penerbit buku
kedokteran. EGC. Jakarta: 2010
3. Soetomenggolo TS. Kejang demam dan Penghentian kejang. Dalam. Pusponegoro HD,
Passat J, dll. Editor. Neurologi Anak dalam Praktek sehari-hari. Balai penerbit fakultas
kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: 1995
4. ProF dr corry SM, Prof dr iskandar W, Prof dr sudigdo S. diagnosis Fisis pada anak.
Penyunting. Edisi ke-2. Sagung Seto. Jakarta: 2000
5. Arif M, suprohaita, wahyu IK. Editor. Kapita selekta kedokteran. Edisi ketiga, jilid 2.
Fakultas kedokteran universitas Indonesia. Jakarta: 2000
6. Westbrook GL. Seizures and epilepsy. Dalam: Kandel ER, Scwartz JH, Jessel TM, ed.
Principal of neural science. New York: MCGraw-Hill, 2000.
7. American academy of pediatric. Practice parameter: long-term treatment of the child whit
simple febrile seizure pediatric: 2000.
8. Hassan Rusepto, dr , dkk,Ilmu Kesehatan Anak. Infomedika, Jakarta : 1997
9. Greene, et all, Pertolongan Pertma Untuk Anak, alih bahasa susi purwoko, Gramedia,
Jakarta: 2005
10.The ORION Medical Journal 2007 Jan; 26:422-424Management Of Febrile Convulsion:
An update Khan MAS, Murad MAU, Rahman AKMS, Hossain MM
11.Guidelines & Protocol Sadvisory Committee Febrile Seizures Effective. Date September
1: Guidelines British Columbia Medical Association: 2001