57
Laporan Kegiatan LAPORAN KEGIATAN DAN MATERI KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT & KEDOKTERAN KOMUNITAS DI RSUD KARANGANYAR Disusun Oleh: Kelompok 476 Periode 17 Mei 2014 – 22 Juni 2014 Arti Tyagita K G99122019 Priyanka Ganesa Utami G99122094 Martinus Nuherwan D G99122115 G99122115 Aldila Desy Kusumawaty G99122012 Atika Zahro Nirmala G99122021 Handayani Putri G99122055 Calista Giovani G99122027 Devina Noviani Pramono G99122031 Ichsanul Amy Himawan G99122059 Della Kusumaning Putri G99122030 Eko Dewi Ratna Utami G99141022 Wida Pratiwi Oktaria G99141023 Pristiawan Navy Endraputra G99141024 Nurul Wahda Aulia G99141025 Shinta Andi Sarasati G99141026

LAPORAN KEGIATAN+MATERI RSUD

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan

Citation preview

Laporan Kegiatan

Laporan KegiatanLAPORAN KEGIATAN DAN MATERI KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT & KEDOKTERAN KOMUNITAS DI RSUD KARANGANYAR

Disusun Oleh:Kelompok 476Periode 17 Mei 2014 22 Juni 2014

Arti Tyagita KG99122019

Priyanka Ganesa UtamiG99122094

Martinus Nuherwan DG99122115G99122115

Aldila Desy KusumawatyG99122012

Atika Zahro NirmalaG99122021

Handayani PutriG99122055

Calista GiovaniG99122027

Devina Noviani PramonoG99122031

Ichsanul Amy HimawanG99122059

Della Kusumaning PutriG99122030

Eko Dewi Ratna UtamiG99141022

Wida Pratiwi OktariaG99141023

Pristiawan Navy EndraputraG99141024

Nurul Wahda AuliaG99141025

Shinta Andi SarasatiG99141026

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT & KEDOKTERAN KOMUNITASFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET /

RSUD KARANGANYAR2014LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KEGIATAN DAN MATERI KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT & KEDOKTERAN KOMUNITAS DI RSUD KARANGANYAR

Telah diteliti, disetujui dan disahkan pada:

Hari

:

Tanggal

:

Mengetahui,

Pembimbing Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar dr. Iryani R. Ambarwati dr. G. MariyadiNIP. 19711006 200312 2 03NIP.19610914 199003 1 006KATA PENGANTARBerkat rahmat dan karunia Tuhan Yang Maha Esa penyusun dapat menyelesaikan Tugas Materi Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar.

Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besanya kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung terutama kepada:

1. dr. G Mariyadi, selaku direkturRumah Sakit Umum Daerah Karanganyar.2. dr. Iryani R. Ambarwati, yang telah memberikan bimbingan materi selama di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar.

3. Seluruh staf dan paramedis yang bertugas di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar beserta jajarannya.

Atas segala bantuan yang diberikan hingga penyusun dapat menyelesaikan tugas materi ini. Penyusun berharap semoga tugas materi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan semua pihak yang berkepentingan, kritik maupun saran sangat penyusun harapkan agar tugas materi ini dapat mendekati kesempurnaan.

Surakarta, Juni 2014 Penyusun

BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang sehingga tercipta derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya menyelenggarakan upaya kegiatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kehidupan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan pembangunan nasional. Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional yang harus terus diupayakan oleh pemerintah (Depkes RI, 2009).

Salah satu wujud pembangunan kesehatan adalah rumah sakit. Rumah sakit adalah tempat menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009. Rumah sakit sendiri terbagi menjadi beberapa yaitu yang dimiliki oleh pemerintah maupun swasta.

RSUD Karanganyar merupakan rumah sakit pemerintah yang bersifat BLUD sehingga memiliki otoritas dalam mengelola dan mengembangkan manajemen rumah sakitnya sendiri. Selain itu dalam menjalankan tugasnya RSUD Karanganyar juga memiliki sistem manajerial yang dikepalai oleh seorang direktur.

II. TUJUAN1. Tujuan UmumUntuk mengetahui sistem pelayanan kesehatan di rumah sakit2. Tujuan Khususa. Untuk mengetahui fungsi rumah sakit sebagai klinik utamab. Untuk mengetahui manajemen dan administrasi rumah sakitc. Untuk mengetahui sistem rujukan dan koordinasi antar sistem kesehatand. Untuk mengetahui penanggulangan bencana audit medikIII. MANFAAT1. Manfaat UmumDokter muda dapat mengetahui sistem pelayanan kesehatan di rumah sakit2. Tujuan Khususa. Dokter muda dapat mengetahui fungsi rumah sakit sebagai klinik utamab. Dokter muda dapat mengetahui manajemen dan administrasi rumah sakitc. Dokter muda dapat mengetahui sistem rujukan dan koordinasi antar sistem kesehatand. Dokter muda dapat mengetahui penanggulangan bencana audit medikBAB II

LAPORAN KEGIATAN & RINGKASAN MATERI

I. KEGIATAN PADA HARI IKegiatan dokter muda hari pertama di RSUD Karanganyar yaitu pada hari Senin, 19 Mei 2014 pukul 08.00 WIB. Kegiatan diawali dengan sambutan oleh dr. Ambar mengenai garis besar kegiatan yang akan dilakukan di RSUD Karangayar. Beliau juga memberikan tugas kepada kami untuk membuat ringkasan mengenai perbedaan tiap-tiap tipe rumah sakit dan tingkat layanan kesehatan. Tugas dikerjakan secara individu dan akan didiskusikan pada hari Selasa 20 Mei 2014. Setelah itu kegiatan dilanjutkan dengan bimbingan oleh Direktur RSUD Karangayar, yaitu dr. Mariyadi. Beliau membawakan materi mengenai sistem manajemen rumah sakit. II. MATERI HARI ISISTEM MANAJEMEN RUMAH SAKITA. Sistem Manajemen Rumah Sakit Karanganyar

Dalam sistem manajemen rumah sakit. Rsumah sakit dikepalai oleh seorang direktur. Terdapat bagian tata usaha yang membawahi sub bagian umum dan rumah tangga, sub bagian kepegawaian, sub bagian hukum informasi dan pengaduan. Selain itu terdapat tiga bidang yaitu bidang pelayanan medik dan keperawatan, bidang penunjang medik dan non medik, serta bidang pengelolaan keuangan. Hal tersebut terlihat pada bagan di bawah iniBagan Struktur Organisasi RSUD Karanganyar

B. BLUD

Badan layanan umum daerah (BLUD) dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas sesuai dengan Pasal 1 angka 23 UU No. 1 Tahun 2004,BLUD merupakan bagian dari perangkat pemerintah daerah yang memiliki fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan. Dalam BLUD upaya pengambilan keputusan diselenggarakan oleh instansi tersebut sehingga pemberian layanan kepada masyarakat menjadi lebih efisien dan efektif. Bentuk praktek bisnis yang sehat :

1. Merencanakan dan menetapkan kebutuhan sumberdaya yang dibutuhkan

2. Pengelolaan belanja BLUD diselenggarakan secara fleksibel berdasarkan kesetaraan antara volume kegiatan pelayanan dengan jumlah pengeluaran

3. Pengelolaan kas BLUD

4. Pengadaan barang/jasa oleh BLUD (prinsip efisiensi dan ekonomis)

5. Sistem informasi manajemen keuangan

Dalam BLU diberikan kesempatan untuk mempekerjakan tenaga profesional non PNS serta kesempatan pemberian imbalan jasa kepada pegawai sesuai dengan kontribusinya. Keuangan dikendalikan secara ketat dalam perencanaan dan penganggarannya, serta dalampertanggungjawabannya. Rumah sakit wajib menghitung harga pokok dari layanannya dengan kualitas dan kuantitas yang distandarkan oleh menteri teknis pembina. Dalam pertanggung-jawabannya, RS harus mampu menghitung dan menyajikan anggaran yang digunakannya dalam kaitannya dengan layanan yang telah direalisasikan.

Pada Rumah Sakit Pemerintah / non profit, terdapat dua unsur tarif yaitu tarif yang dibebankan pemerintah dan yang dibebankan masyarakat. Biaya pemerintah seperti misalnya biaya gaji karyawan dan biaya investasi. Biaya yang dibebankan masyarakat untuk biaya operasionalnya. Pola pengelolaan keuangan dalam BLUD memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan masyarakat umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagai pengecualian dari ketentuan pengelolaan keuangan daerah pada umumnya.

Penatausahaan keuangan diatur sebagai berikut :

a. Penerimaan dan pengeluaran RSUD, dibukukan di buku besar penerimaan dan buku besar pengeluaran berdasarkan SPM-GU nihil yang dilengkapi dengan bukti-bukti yang sah.

b. Penerimaan RSUD oleh pemegang kas dibukukan dalam buku kas umum atau buku kas pembantu dengan didukung bukti penerimaan yang sah.

c. Penerimaan RSUD setiap hari disetorkan secara bruto ke rekening rumah sakit umum daerah di bank yang ditunjuk

d. Pengeluaran RSUD pada pemegang kas dibukukan dalam buku kas umum/ Buku Kas Pembantu

Tarif pelayanan BLUD RSUD dapat memungut biaya kepada masyarakat sebagai imbalan atas barang dan atau jasa layanan yang diberikan yang ditetapkan dalam bentuk tarif yang disusun atas dasar perhitungan biaya satuan per unit layanan atau hasil per investasi dana.

Pengawasan operasional BLUD RSUD dilakukan oleh pengawas internal (internal auditor yang berkedudukan langsung di bawah direktur).Evaluasi dan penilaian kinerja BLUD RSUD dilakukan setiap tahun oleh bupati dan atau dewan pengawas terhadap aspek keuangan dan non keuangan yang bertujuan untuk mengukur tingkat pencapaian hasil pengeloaan BLUD sebagaimana ditetapkan dalam renstra bisnis.Kelebihan sistem BLUD

1. Kinerja RS menjadi lebih baik

2. Memperlancar proses pelayanan dengan mempercepat proses pengadaan barang dan jasa.

3. Insentif bagi karyawan menjadi lebih baik dan meningkat

4. Fleksibilitas dalam operasionalisasi RS termasuk efektif dalam pengadaan tenaga kerja

5. Motivasi dalam memberikan pelayanan menjadi lebih baik

6. Rumah sakit dapat lebih mudah menetapkan tarif di luar kelas III

Kekurangan sistem BLUD

1. RS harus menjalankan 2 sistem akuntansi secara bersamaan (Akuntansi Pemerintah dan Akuntansi Keuangan)2. Tanggung jawab sepenuhnya di pegang oleh RSUD

Aturan dalam BLUD

1. Setiap Rumah Sakit memiliki Standar Pelayanan Minimal

2. Sistem keuangan dikelola sendiri

Digunakan untuk keperluan rumah sakit sesuai dengan rencana bisnis anggaran

Disimpan di bank umum, minmal Bank Jateng

Tiap trimester harus membuat laporan keuangan sebagai pertanggungjawaban

3. Ketenagaan

Rumah Sakit diberi kebebasan untuk mempekerjakan tenaga kesehatan

Tidak boeh ada tenaga kontrak (tidak tetap)

Seluruh pegawai diberi gaji dengan anggaran BLUD

4. Kerja sama denganpihak tertentu

Dengan institusi pendidikan

Industri-industri

Laboratorium

Dll

5. Remunerasi

Berlaku untuk PNS. Dimana sistem pengajiannya adalah sesuai dengan penilaian kerja masing-masing individu.

6. Sumber pendapatan Rumah Sakit

Pelayanan kesehatan

Kerjasama dengan badan endidikan

Pendapatan dari bea yang dibayarkan oleh pedagang di kawasan RS

Dana dari DAK

Dana bantuan dari pusat

7. Sistem pengadaan barang dan jasa

III. KEGIATAN HARI II :Kegiatan dokter muda hari kedua di RSUD Karanganyar dimulai pada hari pukul 08.00 WIB. Pada hari kedua ini, dokter muda mendapat bimbingan dan juga berdiskusi mengenai rekam medis, sistem rujukan, dan penggunaan obat rasional. Semua materi disampaikan oleh dr. Ambar. Selain itu dilakukan juga presentasi dan pembahasan tugas yang diberikan oleh dr. Ambar yaitu mengenai perbedaan klinik pratama dan klinik utama dan juga tipe-tipe rumah sakit serta perbedaan dari masing-masing tipe. Presentasi diwakili oleh beberapa dokter muda.

Materi-materi yang didapat pada hari kedua adalah :

a. Rekam medisPenjelasan yang didapat yaitu mengenai definisi,sifat, jenis rekam medis, manfaat, isi dari rekam medis, serta tata cara pengisian rekam medis di RSUD Karanganyar.

b. Sistem rujukanDokter muda diberi penjelasan mengenai definisi, tujuan, jenis, alur, dan persiapan rujukan.

c. Penggunaan obat rasionalPenjelasan yang diperoleh meliputi syarat, tujuan, pengobatan tidak rasional beserta hal-hal yang mempengaruhi, strategi serta bentuk dan kontribusi informasi mengenai penggunaan obat rasional.IV. MATERI HARI IIA. REKAM MEDIS1. Pendahuluan

Rekam medis adalah berkas yang berisikan informasi tentang identitas pasien, anamnese, penentuan fisik laboratorium, diagnosa segala pelayanan dan tindakan medik yang diberikan kepada pasien dan pengobatan baik yang dirawat nginap, rawat jalan maupun yang mendapatkan pelayanan gawat darurat. Rekam medis digunakan sebagai acuan pasien selanjutnya, terutama pada saat pasien itu berobat kembali. Rekam medis pasien harus siap apabila pasien berobat kembali.

Tenaga kesehatan akan sulit dalam melakukan tindakan atau terapi sebelum mengetahui sejarah penyakit, tindakan atau terapi yang pernah diberikan kepada pasien yang terdapat di dalam berkas rekam medis. Hal penting dalam berkas rekam medis adalah ketersediaannya saat dibutuhkan dan kelengkapan pengisiannya. Kelengkapan pengisian berkas rekam medis oleh tenaga kesehatan akan memudahkan tenaga kesehatan lain dalam memberikan tindakan atau terapi kepada pasien.

Penyimpanan berkas rekam medis yang terkomputerisasi, menjadikan rekam medis tersebut mudah dan cepat diolah untuk memudahkan bagian rekam medis dalam pengolahan data rekam medis menjadi informasi dalam bentuk laporan-laporan maupun statistik perkembangan pelayanan kesehatan maupun statistik penyakit.

2. Definisi

Menurut Pasal 46 ayat (1) UU Praktik Kedokteran :Rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.

Menurut Permenkes Nomor749a/Menkes/Per/XII/1989:

Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan.

Kedua pengertian rekam medisdiatas menunjukkan perbedaan yaitu Permenkes hanya menekankan pada sarana pelayanan kesehatan, sedangkan dalam UU Praktik Kedokteran tidak. Ini menunjukan pengaturan rekam medispada UU Praktik Kedokteran lebih luas, berlaku baik untuk sarana kesehatan maupun di luar sarana kesehatan.

Yang berkewajiban membuat rekam medis adalah tenaga kesehatan:

Tenaga medis meliputi dokter dan dokter gigi

Tenaga keperawatan meliputi perawat dan bidan.

Tenaga kefarmasian meliputi apoteker, analis farmasi danasisten apoteker.

Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiologkesehatan, entomolog kesehatan, mikrobiologi kesehatan,penyuluh kesehatan, administrator kesehatan dansanitarian.

Tenaga gizi meliputi nutrisionis dan dietisien.

Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasiterapisdan terapis wicara.

Tenaga keteknisian medis meliputi radiografer, radioterapis,teknisi gigi, teknisi elektromedis, analisi kesehatan,refraksionis optisien, othotik prostetik, teknisi tranfusi danperekam medis.3. Kerahasiaan Rekam Medis

UU No.29 Th. 2004 pasal 47(2) rekam medis harus disimpan dan dijaga kerahasiaannya oleh dokter, dokter gigi dan pimpinan sarana kesehatan setempat

Permenkes RI No.269/Menkes/PER/III/2008 pasal 13 menyebutkan bahwa sarana kesehatan bertanggung jawab atas: hilangnya, rusaknya, atau pemalsuan rekam medis serta penggunaan oleh orang/badan yang tidak berhak.

UU No.29 Th 2004 pasal 48 (2) rekam medis dapat dibuka dalam hal:a. Rujukan, konsultasi dokter ahli, asuransi kesehatanb. Keperluan hukum

c. Permintaan dan/atau persetujuan pasien sendiri

d. Permintaan institusi/lembaga berdasarkan ketentuan perundang-undangan

e. Penelitian, Pendidikan, dan audit medis, sepanjang tidak menyebutkan identitas pasien

Permintaan rekam medis harus dilakukan secara tertulis kepada pimpinan sarana pelayanan kesehatan.

4. Kepemilikan Rekam Medis

Berdasarkan Permenkes No.749A/MENKES/PER/XII/1989, berkas rekam medis merupakan milik sarana pelayanan kesehatan. Sedangkan isi rekam medis milik pasien. Apabila pasien meminta isi rekam medis maka dapat diberikan dalam bentuk ringkasan.

5. Manfaat Rekam Medis

Pengobatan pasien yaitu bermanfaat sebagai dasar dan petunjuk untuk merencanakan dan menganalisis penyakit serta merencanakan pengobatan, perawatan dan tindakan medis yang harus diberikan kepada pasien.

Peningkatan kualitas pelayanan, dimana dalam pembuatanrekam medis bagi penyelenggaraan praktik kedokterandengan jelas dan lengkap akan meningkatkan kualitas pelayanan untukmelindungi tenaga medis dan untuk pencapaian kesehatan masyarakat yang optimal.

Dalam bidang pendidikan dan penelitian yaitu menyediakan data untuk penelitian dan pendidikan.

Dalam hal pembiayaan perawatan pasien sebagai dasar dalam perhitungan biaya pelayanan medis.

Bahan informasi statistik yaitu dapat digunakan sebagai bahan statistik kesehatan, khususnya untuk mempelajari perkembangan kesehatan masyarakat dan untuk menentukan jumlah penderita pada penyakit-penyakit tertentu.

Pembuktian masalah hukum, disiplin dan etik merupakan bukti tertulis utama, yang bermanfaat dalam penyelesaian masalah hukum, disiplin dan etik

6. Isi Rekam Medis

CatatanYaitu uraian tentang identitas pasien, pemeriksaan pasien, diagnosis, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain baik dilakukan oleh dokter dan dokter gigi maupun tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan kompetensinya.

DokumenYaitu kelengkapan dari catatan tersebut, antara lain foto rontgen, hasil laboratorium dan keterangan lain sesuai dengan kompetensi 7. Macam-Macam Rekam Medis

Rekam Medis Konvensional (paper based documents) lembar administrasi dan medis yang diolah, ditata dan disimpan secara manual.

Rekam medis manual dan registrasi komputerisasi (masih terbatas hanya pada pendaftaran, data pasien masuk, dan data pasien keluar termasuk yang meninggal).

Pelayanan Manajemen Informasi Kesehatan (MIK) terbatas

Pelayanan rekam medis yang diolah secara komputerisasi yang berjalan secara otomatis di unit kerja manajemen informasi kesehatan.

Pelayanan Sistem Informasi Terpadu

Computerized Patient Record (CPR), yang disusun dengan mengambil dokumen langsung dari sistem image dan struktur sistem dokumen yang telah berubah.

8. Jenis RM

Berdasarkan Permenkes RI No.269/Menkes/PER/III/2008 ada beberapa jenis rekam medis, yaitu:

Rekam Medis Rawat JalanIsi rekam medis sekurang-kurangnya memuat catatan/dokumen tentang:

identitas pasien;

pemeriksaan fisik;

diagnosis/masalah;

tindakan/pengobatan;

pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Rekam Medis Rawat InapUntuk pasien rawat inap isi rekam medis sekurang-kurangnya memuat catatan/dokumen tentang:

identitas pasien;

pemeriksaan;

diagnosis/masalah;

persetujuan tindakan medis (bila ada); tindakan/pengobatan;

pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Rekam medis gawat darurat

Sama dengan rekam medis rawat jalan, ditambah:

Kondisi pasien saat tiba disarana pelayanan kesehatan Identitas pengantar pasien Ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan unit gawat darurat dan rencana tindak lanjut

Nama dan tandatangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan

Sarana transportasi yang digunakan pasien bila dipindahkan kesarana kesehatan yang lain

Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien Rekam medis bencana

Sama dengan pada pasien gawat darurat, ditambah dengan : Jenis bencana dan lokasi dimana pasien ditemukan Kategori kegawatan dan nomor pasien bencana masal Identitas orang yang menemukan pasien Rekam medis dokter spesialis

Sama dengan rekam medis rawat jalan dan dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan. Rekam medis untuk pengobatan massal atau dalam ambulans

Rekam medis pada pelayanan dalam ambulans atau pada pengobatan massal dapat dicatat dalam rekam medis sesuai ketentuan pada pasien gawat darurat dan disimpan pada sarana pelayanan kesehatan yang merawatnya.9. Tata Cara Penyelenggaraan Rekam Medis:

Pasal 46 ayat (1) UU Praktik Kedokteran menegaskan bahwa: dokter dan dokter gigi wajib membuat rekam medis dalam menjalankan praktik kedokteran. Setelah memberikan pelayanan praktik kedokteran kepada pasien, dokter dan dokter gigi segera melengkapi rekam medis dengan mengisi atau menulis semua pelayanan praktik kedokteran yang telah dilakukannya.

Selain dokter dan dokter gigi yang membuat / mengisi rekam medis, tenaga kesehatan lain yang memberikan pelayanan langsung kepada pasien dapat membuat / mengisi rekam medis atas perintah / pendelegasian secara tertulis dari dokter dan dokter gigi yang menjalankan praktik kedokteran.

Setiap catatan dalam rekam medis harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan petugas yang memberikan pelayanan atau tindakan. Apabila dalam pencatatan rekam medis menggunakan teknologi informasi elektronik, kewajiban membubuhi tanda tangan dapat diganti dengan menggunakan nomor identitas pribadi/personal identification number(PIN).

Bila terjadi kesalahan saat melakukan pencatatan pada rekam medis, catatan dan berkas tidak boleh dihilangkan atau dihapus dengan cara apapun. Perubahan catatan atas kesalahan dalam rekam medis hanya dapat dilakukan dengan pencoretan dan kemudian dibubuhi paraf petugas yang bersangkutan.

10. Penyimpanan Rekam Medis

Rekam medis harus disimpan dan dijaga kerahasiaan oleh dokter, dokter gigi dan pimpinan sarana kesehatan. Batas waktu lama penyimpanan menurut Peraturan Menteri Kesehatan paling lama 5 tahun dan resume rekam medis paling sedikit 25tahun.Untuk Pembinaan, Pengendalian danPengawasan tahaprekam medis dilakukan oleh pemerintah pusat, Konsil Kedokteran Indonesia, pemerintah daerah, organisasi profesi.

B. SISTEM RUJUKAN SISTEM RUJUKAN KESEHATAN DAN KOORDINASI ANTAR SISTEM KESEHATAN1. Definisi

Sistem rujukan kesehatan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal (dari unit yang lebih mampu menangani), atau secara horizontal. Sistem rujukan merupakan bagian dari sub sistem upaya kesehatan dalam sistem kesehatan nasional.2. Sub Sistem Upaya KesehatanSub Sistem Upaya Kesehatan adalah tatanan yang menghimpun Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

a. Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)

Adalah setiap kegiatan yang dilakukan pemerintah atau masyarakat serta swasta untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di masyarakat.b. Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP)

Adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah atau masyarakat serta swasta untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan.

3. Tingkatan dalam UKM dan UKP

UKM

a. Strata pertama adalah Puskesmas

b. Strata kedua adalah Dinas Kesehatan Kab/ Kota.

c. Strata ketiga adalah Dinas Kesehatan Propinsi

UKP

a. Strata pertama adalah Puskesmas , praktik dokter,dokter gigi , poliklinik, bidan

b. Strata Kedua adalah praktik dokter spesialis, RS tipe C dan B non pendidikan

c. Strata ketiga adalah praktik dr. spes. Konsultan, RS Tipe B pendidikan dan RS tipe A.

4. Tujuan Sub Sistem Upaya Kesehatan

Terselenggaranya kesehatan yang tercapai (accessible), terjangkau (affordable), dan bermutu (quality) untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

5. Jenis rujukan

a. Rujukan medik yaitu pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik atas satu kasus yang timbul baik secara vertical maupun horizontal kepada yang lebih berwenang dan mampu menangani secara rasional. Rujukan ini berkaitan dengan upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan pasien. Jenis rujukan medik antara lain:

Transfer of patient. Konsultasi penderita untuk keperluaan diagnostic, pengobatan, tindakan operatif dan lain lain. Transfer of specimen. Pengiriman bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap. Transfer of knowledge / personal. Pengiriman tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk meningkatkan mutu layanan setempat.b. Rujukan kesehatan yaitu hubungan dalam pengiriman, pemeriksaan bahan atau specimen ke fasilitas yang lebih mampu dan lengkap. Ini adalah rujukan uang menyangkut masalah kesehatan yang sifatnya pencegahan penyakit (preventif) dan peningkatan kesehatan (promotif). Rujukan ini mencakup rujukan teknologi, sarana dan operasional.6. Tingkat Pelayanan Kesehatan

Rujukan kesehatan berkaitan dengan sistem pelayanan kesehatan yang diselenggarakan. Berdasarkan dari tingkatan pelayanan kesehatan tersebut rujukan kesehatan dilakukan. Tingkatan pelayanan kesehatan antara lain :

a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama (primary health care)

Adalah pelayanan kesehatan untuk pasien yang sakit ringan dan masyarakat yang sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka atau promosi kesehatan. Jumlahnya suatu populasi sangat besar (+85%), pelayanan diberikan merupakan pelayanan kesehatan dasar (basic health services) atau juga merupakan pelayanan kesehatan primer atau utama (primary health care). Contoh pelayanan ini di Indonesia adalah puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling, dan balkesmas, dokter umum, dokter gigi, bidan, dll.

b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua (secondary health services)

Adalah pelayanan kesehatan yang diberikan pada masyarakat yang memerlukan perawatan inap, yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan primer. Bentuk pelayanan ini misalnya rumah sakit tipe D, C, B non pendidikan dan memerlukan tersedianya tenaga-tenaga spesialis.

c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (tertiary health services)

Adalah pelayanan kesehatan ini diperlukan oleh kelompok masyarakat atau pasien yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder. Pelayanan sudah kompleks dan memerlukan tenaga-tenaga super spesialis. Contoh pelayanan kesehatan tingkat tersier di Indonesia adalah rumah sakit tipe A dan B Pendidikan.

Tahapan Pelayanan Kesehatan

Menurut peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 159b/MENKES/H/1988 pasal 21, pelaksanaan rujukan kesehatan rumah sakit dilaksanakan berjenjang dari puskesmas, RSU kelas D, RSU kelas C, RSU kelas B1, RSU kelas B2 sampai dengan RSU kelas A atau sebaliknya. Pembinaan rujukan RS dilaksanakan berjenjang dari atas ke bawah di bidang perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian.

7. Persiapan rujukan

Persiapan yang harus diperhatikan dalam melakukan rujukan, dijabarkan sebagai berikut :a. Pasien harus dalam kondisi stabil (harus bernafas spontan).

b. Informed consent, dimana keluarga pasien diberitahu tentang kondisi pasien, alasan pasien dirujuk, dan pembiayaan.

c. Menyiapkan surat rujukan

d. Pastikan tempat rujukan sudah siap menerima rujukan

e. Menyiapkan transportasi beserta isinya (misal oksigen, alat untuk penanganan kegawatdaruratan)

f. Pasien didampingi tenaga kesehatan yang kompeten.

C. PENGOBATAN RASIONAL DAN IRASIONAL1. Definisi

Penggunaan obat rasional adalah pemberian obat yang sesuai dengan kebutuhan, dalam dosis yang sesuai, periode waktu yang tepat dan biaya yang serendah mungkin. Pengobatan yang tidak sesuai dengan definisi penggunaan obat rasional disebut pola pengobatan irasional.Pengobatan cost effective menjadi sangat penting mengingat saat ini lebih dari 50% obat-obatan di dunia diresepkan secara tidak tepat. Pengobatan yang cost effective dicapai dengan penggunaan obat rasional.

Penggunaan obat rasional adalah pemberian obat yang sesuai dengan kebutuhan, dalam dosis yang sesuai, periode waktu yang tepat dan biaya yang serendah mungkin.Pengobatan yang tidak sesuai dengan definisi penggunaan obat rasional disebut pola pengobatan irasional.

Penggunaan obat irasional terlihat dari perilaku di bawah ini :

Polifarmasi atau pemberian obat yang berlebihan

Pengobatan sendiri yang tidak tepat, misalnya pembelian obat di apotek tanpa resep dokter.

Penggunaan antimikroba atau antibiotik tidak sesuai dosisnya, tempatnya, maupun jenis penyakitnya. Contohnya penggunaan antibiotik untuk infeksi virus.

Penggunaan pengobatan injeksi berlebih dimana pengobatan oral sebenarnya masih bisa dilakukan

Pemberian resep yang tidak sesuai dengan indikasi klinis2. Tujuan Penggunaan Obat Rasional

Tujuan dari penggunaan obat secara rasional adalah:

Untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi belanja obat

Mempermudah akses masyarakat untuk memperoleh obat dengan harga terjangkau

Mencegah dampak penggunaan obat yang tidak tepat yang dapat membahayakan pasien

Meningkatkan kepercayaan masyarakat (pasien) terhadap mutu pelayanan kesehatan

3. Kriteria Pengobatan Rasional Menurut Badan Kesehatan Sedunia (WHO), kriteria pemakaian obat (pengobatan) rasional, antaralain : Sesuai dengan Indikasi PenyakitPengobatan didasarkan atas keluhan individual dan hasil pemeriksaan fisik yang akurat

Diberikan dengan Dosis yang TepatPemberian obat memperhitungkan umur, berat badan dan kronologis penyakit

Cara Pemberian dengan Interval Waktu Pemberian yang TepatJarak minum obat sesuai dengan aturan pemakaian yang telah ditentukan

Lama Pemberian yang TepatPada kasus tertentu memerlukan pemberian obat dalam jangka waktu tertentu

Obat yang Diberikan Harus Efektif, dengan Mutu TerjaminHindari pemberian obat yang kadaluarsa dan tidak sesuai dengan jenis keluhan penyakit

Tersedia Setiap Saat dengan Harga yang TerjangkauJenis obat mudah didapatkan dengan harganya relatif murah

Meminimalkan Efek Samping dan Alergi ObatBeri informasi standar tentang kemungkinan efek samping obat dan cara mengatasinya

4. Kunci untuk mempromosikan penggunaan obat secara lebih rasional menurut WHO adalah:

Pembentukan badan nasional multidisiplin untuk mengkoordinasikan peraturan penggunaan obat

Penggunaan panduan klinis

Pengembangan dan penggunaan daftar obat esensial nasional

Pembentukan komite obat dan terapeutik di daerah dan rumah sakit

Memasukkan pelatihan farmakoterapi berbasis pemecahan masalah dalam kurikulum sarjana

Melanjutkan edukasi medis mencakup pelayanan sebagai persyaratan lisensi

Supervisi, audit, dan umpan balik

Penggunaan informasi independen mengenai obat

Edukasi publik mengenai obat

Hindari insentif finansial tanpa alasan

Penggunaan regulasi yang cocok dan diperkuat Ekspenditur pemerintah yang cukup untuk memastikan adanya obat dan staff5. Faktor yang Menyebabkan pengobatan Irasional

Adanya pengobatan irasional disebabkan oleh berbagai macam faktor, antara lain: Kurangnya rasa percaya diri seorang dokter akibat kurangnya pengetahuan mengenai tatalaksana penyakit, dan perasaan khawatir akan pindahnya pasien ke dokter lain dapat menyebabkan seorang dokter memberikan pengobatan yang tidak rasional kepada pasiennya.

Pola pikir masyarakat yang menginginkan obat mujarab dengan hanya 1-2 kali minum, belum merasa puas apabila belum disuntik, dan banyaknya pengobatan sendiri yang tidak tepat dapat meningkatkan dampak penggunaan obat yang tidak tepat yang daoat membahayakan pasien.

Gencarnya promosi obat bebas melalui berbagai media, banyaknya obat yang beredar di pasaran dan kurangnya pengawasan dalam penjualan obat di apotik merupakan faktor-faktor lain yang sangat berpengaruh terhadap tingginya penggunaan obat yang tidak rasional.

V. KEGIATAN HARI KE IIIKegiatan hari ketiga dimulai pukul 08.00. Kegiatan diawali dengan pemberian materi mengenai jaminan kesehatan nasional oleh dr. Kasfi Hartati. Kemudian dilanjutkan dengan materi disaster plandi RSUD Karanganyar oleh dr. Ambar. VI. MATERI HARI KE IIIA. JAMINAN KESEHATAN NASIONALMateri yang kami terima mengenai sistem jaminan kesehatan dimulai dari pengertian, dasar hukum, azas, program, samapi kepesertaan. Jaminan Kesehatan Nasional di Indonesia sudah mulai di amanatkan melalui melalu Undang-Undang sejak tahun 2004 yaitu Undang - Undang No.40 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). UU 40/2004 ini mengamanatkan bahwa jaminan sosial wajib bagi seluruh penduduk termasuk Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melalui suatu Badan Penyeleng gara Jaminan Sosial (BPJS). Kemudian pada tahun 2011 undang- undang mengeni JKN dan BPJS dibentuk yaitu Undang -Undang No. 24 Tahun 2011 juga menetapkan, Jaminan Sosial Nasional akan diselenggarakan oleh BPJS, yang terdiri atas BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Khusus untuk Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) akan diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan yang implementasinya dimulai sejak 1 Januari 2014.Dimana sejak 1 Januari 2014 ini merupakan tahap awal menuju ke Universal Health Coverage. Proses pelaksanaan JKN sampai tercapainya tujuan dimana seluruh rakyat indonesia akan tergabung dalam BPJS direncanakan dilaksanakan dari tahun 2014- tahun 2019.1. Pengertian dan Tujuan JKNJaminan Kesehatan Nasional adalah salah satu bentuk perlindungan sosial di bidang kesehatan untuk menjamin pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan yang layak melalui penerapan sistem kendali biaya dan kendali mutu, dan diselenggarakan berdasarkan prinsip asuransi sosial dan equitas bagi seluruh penduduk di wilayah Republik Indonesia. Dimana Asuransi sosial merupakan mekanisme pengumpulan iuran yang bersifat wajib dari peserta, guna memberikan perlindungan kepada peserta atas risiko sosial ekonomi yang menimpa mereka dan atau anggota keluarganya (UU SJSN No.40 ta hun 2004).

Tujuan Jaminan Kesehatan Nasional secara umum yaitu mempermudah masyarakat untuk mengakses pelayanan kesehatan dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu.

Perbandingan Asuransi Sosial dan Komersial

2. Azas dan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

3 Azas Jaminan Kesehatan Nasional

a. Kemanusiaan

b. Manfaat

c. Keadilan sosial bagis seluruh rakyat Indonesia

5 Program Jaminan Kesehatan Nasional

a. Jaminan Kesehatan

b. Jaminan Kecelakaan

c. Jaminan Hari Tua

d. Jaminan Pensiun

e. Jaminan Kematian

3. Prinsip-prinsip Jaminan Kesehatan Nasional

Jaminan Kesehatan Nasional mengacu pada prinsip-prinsip Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) berikut:

Prinsip kegotongroyongan

Prinsip gotong royong berarti peserta yang mampu membantu peserta yang kurang mampu, peserta yang sehat membantu yang sakit atau yang berisiko tinggi, dan peserta yang sehat membantu yang sakit. Hal ini terwujud karena kepesertaan SJSN bersifat wajib untuk seluruh penduduk, tanpa pandang bulu.Dengan demikian, melalui prinsip gotong-royong jaminan sosial dapat menumbuhkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Prinsip nirlaba

Pengelolaandana amanat oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah nirlaba bukan untuk mencari laba (for profit oriented). Sebaliknya, tujuan utama adalah untuk memenuhi sebesar-besarnya kepentingan peserta.

Prinsip portabilitas

Prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk memberikan jaminan yang berkelanjutan kepada peserta sekalipun mereka berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Prinsip kepesertaan bersifat wajib

Kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta sehingga dapat terlindungi.Tahapan pertama dimulai dari pekerja di sektor formal, bersamaan dengan itu sektor informal dapat menjadi peserta secara mandiri, sehingga pada akhirnya Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dapat mencakup seluruh rakyat.

Prinsip dana amanat

Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan kepada badan-badan penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya dalam rangka mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan peserta.

Prinsip hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial

Dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta.

Prinsip keterbukaan, prinsip kehati-hatian, akuntabilitas, efisiensi, dan efektivitas. Prinsip-prinsip manajemen ini mendasari seluruh kegiatan pengelolaan dana yang berasal dari iuran peserta dan hasil pengembangannya.

4. Iuran (Perubahan PERPRES 12/2013) dan Sistem Rujukan JKN Pelaksanaan JKN di Indonesia menggunakan sistem rujukan berjenjang, dimana berarti peserta yang akan melakukan pengobatan harus dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat 1 (primer), jika PPT tinggat 1 tidak mampu menangani maka pasien akan dirujuk ke PPT tingkat 2 (sekunder) dan seterusnya sampai PPT tingkat 3 (Tersier).

PPT tingkat 1 (primer)Fasilitas kesehatan perorangan (praktek dokter), Puskesmas, klinik pratama.

PPT tingkat 2 (sekunder)Rumah sakit tipe C, tipe B, klinik Utama.

PPT tingkat 3 (tersier)Praktek dokter sub-spesialis/spesialis,Rumah Sakit tipe A, B

Pengklaiman biaya pengobatan oleh pemberi pelayanan kesehatan kepada BPJS berbeda antara PPT tingkat 1 dan PPT tinggat 2,3. Dimana untuk pembiayaan kesehatan untuk PPT tingkat 1 (primer) dibayarkan oleh BPJS secara Kapitasi. Sedangkan untuk PPT tingkat 2 dan 3 dibayarkan oleh BPJS dengan paket INA CBGs ( Indonesia Case Base Groups).

5. Kepesertaan Jaminan Kesehatan NasionalPeserta tersebut meliputi: Penerima Bantuan Iuran (PBI) JKN dan bukan PBI JKN dengan rincian sebagai berikut:

a. Peserta PBI Jaminan Kesehatan meliputi orang yang tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu.

b. Peserta bukan PBI adalah Peserta yang tidak tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu yang terdiri atas:

1) Pekerja Penerima Upah dan anggota ke luarganya, yaitu:

a) Pegawai Negeri Sipil;

b) Anggota TNI;

c) Anggota Polri;

d) Pejabat Negara;

e) Pegawai Pemerintah Non Pegawai Ne geri;

f) Pegawai Swasta; dan

g) Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf f yang menerima Upah.

2) Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu:

a) Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri dan

b) Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang bukan penerima Upah.

c) Pekerja sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b, termasukwarga negara asing yang bekerja di Indonesia pa ling singkat 6 (enam) bulan.

3) Bukan Pekerja dan anggota keluarganya terdiri atas:

a) Investor;

b) Pemberi Kerja;

c) Penerima Pensiun;

d) Veteran;

e) Perintis Kemerdekaan; dan

f) Bukan Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf e

yang mampu membayar Iuran.

4) Penerima pensiun terdiri atas:

a) Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun;

b) Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengan hak pensiun;

c) Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun;

d) Penerima Pensiun selain huruf a, hu ruf b, dan huruf c; dan

e) Janda, duda, atau anak yatim piatu da ri penerima pensiun sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf d yang mendapat hak pensiun.B. DISASTER PLANDalam materi ini dijelaskan mengenai alur rencana yang dilakukan oleh suatu rumah sakit apabila terjadi bencana.

1. Definisi

Hospital Disaster Plan adalah persiapan dan perencanaan penanggulangan bencana di Rumah Sakit. Menurut UU No 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/ atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

2. Klasifikasi Bencana

Bencana terbagi atas 2 macam, antara lain :

Bencana internal, adalah bencana yang terjadi di sekitar lingkungan rumah sakit dan menimpa rumah sakit dengan segala obyek vitalnya yaitu pasien, pegawai, material dan dokumen.

Contoh : kebakaran, ancaman bom, keruntuhan gedung.

Bencana eksternal, adalah bencana yang terjadi di luar lingkungan rumah sakit yang dalam waktu singkat mendatangkan korban bencana dalam jumlah melebih rata-rata keadaan biasa sehingga memerlukan penanganan khusus dan mobilisasi tenaga pendukung lainnya.

Contoh : kecelakaan lalu lintas, keracunan makanan, bencana alam.

3. Tingkatan Bencana

Tingkatan bencana ditentukan oleh jumlah korban yang terjadi akibat bencana. Apabila jumlah korban yang datang mampu ditangani sendiri oleh IGD termasuk sistem bencana massal. Namun, apabila jumlah korban melebihi kuota rumah sakit sehingga tidak dapat ditangani oleh IGD termasuk dalam sistem penanggulangan bencana massal.

Pembagiannya antara lain :

Tingkat I: jumlah korban 10 - 49 orang

Tingakat II: jumlah korban 50 99 orang

Tingkat III: jumlah korban 100 299 orang

Tingkat IV: jumlahkorban>300 orang

4. Syarat Melakukan Penanganan Bencana

Tetap memperhatikan pelayanan individu

Tetap merawat pasien yang dating sebelum terjadinya bencana

Menangani masalah yang ada akibat terjadinya bencana

Membantu daerah bencana dengan logistik dan medias

5. Fase dan Tata Laksana Penanggulangan Bencana

Fase Informasi

Fase informasi adalah fase saat rumah sakit mendapat berita adanya bencana sehingga rumah sakit bisa segera mempersiapkan datangnya korban bencana.Pelaporan bencana yang terjadi saat jam kerja dilakukan oleh kepala IGD untuk diinformasikan kepada Direktur Rumah Sakit, Kabid Yanmed, Kasubid Perawat, Ketua Tim Siaga Bencana untuk menentukan status Siaga. Sedangkan, pelaporan bencana diluar jam kerja dilakukan oleh dokter jaga IGD, segera menghubungi direktur, ketua Tim Siaga Bencana, Kepala IGD.

Fase Siaga

Fase dimana rumah sakit siap untuk menangani korban bencana massal dimana jumlah korban melebihi kemampuan IGD. Apabila diperlukan bisa menghubungi tenaga kesehatan lini kedua atau ketiga.Fase Siaga segera ditetapkan saat ada informasi bencana dilaporkan kemudian informasi bencana diumumkan agar segenap petugas kesehatan di Rumah Sakit mempersiapkan diri dan sarana yang dibutuhkan.

Fase Triage

Fase dimana korban bencana sudah datang kerumah sakit sehingga petugas rumah sakit memulai penanganan korban bencana massal.Penempatan korban sesuai pelabelan triage.

Fase Evaluasi

Fase Evaluasi adalah evaluasi keseluruhan kegiatan penanganan korban bencana massal yang telah dilakukan.Evaluasi pelaksanaan penanganan bencana.

6. Triage

Triage adalah tindakan pemilahan korban sesuai dengan kondisi penyakitnya, perlukaannya, untuk mendapat label tertentu dan dikelompokkan untuk mendapatkan pertolongan sesuai dengan kebutuhan dan kegawatannya. Prinsip dasarnya adalah melakukan yang terbaik untuk sebanyak-banyaknya korban.Perhatian dititikberatkan pada pasien atau korban dengan kondisi medis paling urgent dan paling besar kemungkinannya untuk diselamatkan.

Kategori triage:

1. Label Biru adalah pasien sangat gawat, harapan hidup kecil

2. Label Merah (segera/ immediate) adalah pasien gawat darurat, perlu tindakan cepat.

3. Label Kuning (tunda/ delayed) adalah pasien darurat, tidak gawat.

4. Label Hijau adalah pasien tidak gawat dan tidak darurat. Pasien

5. Label Putih adalah pasien gawat tetapi tidak darurat

6. Label Hitam (expectant 0) adalah pasien dengan ancaman meninggal dunia, dilakukan resusitasi pun tidak akan menyelamatkan pasien.

Algoritme Triage metode START7. Organisasi Tim Disaster Rumah Sakit

a. Pimpinan DisasterPada saat jam kerja yang berperan sebagai pimpinan Tim Disaster adalah Direktur Rumah sakit, sedangkan di luar jam kerja yang bertindak sebagai pimpinan disaster adalah dokter jaga IGD yang bertugas saat itu sampai tim yang berwenang datang.

Tugas pimpinan disaster :

Mengkoordinasi segenap unsur di rumah sakit yang bertugas menanggulangi bencana.

Berkoordinasi dengan unsur dari luar rumah sakit bilamana dipandang perlusetelah berkonsultasi dengan Direktur Rumah Sakit dan Ketua Tim Disaster

b. Tim EvakuasiTim evakuasi terdiri atas perawat, petugas kebersihan, petugas administrasi dan petugas keuangan.

Tugas Tim Evakuasi:

Membantu pasien dan keluarganya untuk keluar dari gedung rumah sakit menyelamatkan diri, menyelamatkan harta benda milik rumah sakit dan pasien.

c. Tim KeamananTim keamanan adalah Satuan Pengamanan dari rumah sakit.

Tugas Tim Keamanan :

Mengamankan lokasi bencana dari orang orang yang tidak bertanggungjawab.

Mengamankan jalur lalu lintas ambulans, tenaga medis, dokumen-dokumen dan harta benda

Mengamankan jalur transportasi intern rumah sakit

d. Tim MedisTim Medis dipimpin oleh dokter IGD yang bertugas saat itu dan dibantu oleh perawat IGD.

Wewenang :

Menentukan kondisi kegawatdaruratan korban

Menentukan penanganan lanjut untuk para korban misalnya dirujuk atau tidak.

Menentukan tempat rujukan yang tepat buat korban

Tugas Tim Medis:

Memberikan pertolongan medis pertama kepada korban bencana

e. Tim Logistik UmumTim logistik terdiri atas petugas dapur dan laundry

Tugas Tim Logistik Umum :

Melakukan perencanaan dan menyediakan logistik umum yang dibutuhkan oleh petugas maupun korban bencana yang dibutuhkan saat itu.

f. Tim PenunjangTim Penunjang ini terdiri dari:

D. Penunjang medik yaitu yang bertugas memberikan bantuan penunjang medis sesuai bidangnya. Contoh :radiologi, farmasi, laboratorium, ambulans, rekam medis.

E. Penunjang Umum yaitu petugas teknis yang akan memberikan bantuan penunjang yang sifatnya umum. Contoh : pengamanan kelistrikan, pemenuhantenagalistrik, bantuan komunikasi serta bantuan umum yang lain yang dibutuhkan saat bencana.

g. Tim KhususTim khusus terdiri dari petugas perawat di kamar operasi.

Bila ada operasi yang sedang berlangsung dan operasi harus diselasaikan maka operasi diselesaikan dan ditutup sementara.

Bila tidak ada operasi / operasi baru dimulai maka operasi dihentikan dan dilakukan evakuasi pasien oleh petugas kamar operasi sesuai ketentuan.

Bila korban bencana dari luar rumah sakit maka perawat kamar operasi berperan menyiapkan segala sesuatu untuk persiapan operasi baik kamar operasi yang akan digunakan tim operasi yaitu dokter anastesi dan dokter operator dll.

Tugas petugas kamar operasi :

Mengupayakan tenaga listrik tetap terjamin dengan berkoordinasi petugas teknik

Berkoordinasi dengan pimpinan disaster untuk kondisi dan situasi bencana

Wewenang :

Petugas kamar operasi berwenang menghentikan kegiatan operasi dan mengevakuasi pasien bilamana situasi bencana tidak memungkinkan lagi.

8. Skema Disaster Plan di RSUD Karanganyar

Setelah pemberian materi oleh dr.Ambar, beliau meminta kami ke ruang rekam medis untuk mendapatkan data tentang 10 besar penyakit baik rawat jalan maupun rawat inap di RSUD Karanganyar.BAB III

SIMPULAN SARANI. SIMPULAN

Dari kegiatan yang dilakukan oleh dokter muda kepaniteraan klinik ilmu kesehatan masyarakat universitas sebelas maret, dapat disimpulkan bahwa kegiatan ini membantu dokter muda dalam:

a. mengetahui sistem pelayanan kesehatan di rumah sakitb. mengetahui fungsi rumah sakit sebagai klinik utamac. mengetahui sistem rujukan dan koordinasi antar sistem kesehatand. mengetahui penanggulangan bencana audit medik

II. SARANa. RSUD Karanganyar sebagai pelayanan kesehatan tingkat sekunder diharapkan mampu meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.b. Sosialisasi BPJS diharapkan dapat lebih ditingkatkanDAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik KedokteranUU RI No.24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana

WHO, 2012, Medicines, WHO, Geneva, http://www.who.int/medicines/areas/rational_use/en/ Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI, 2006, 'Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004' Depkes RI, Jakarta

Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta.

Tim Skills Lab, 2013. Buku Pedoman Keterampilan Klinik Semester VI. Surakarta: FK UNS

Permenkes RI No. 340 tahun 2010 tentang Rumah SakitDIREKTUR

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

SEKSI PERENCANAA DAN ANGGARAN

BIDANG PENGELOLAAN KEUANGAN

BIDANG PENUNJANG MEDIK DAN NONMEDIK

BIDANG PELAYANAN MEDIK DAN KEPERAWATAN

SEKSI PERBENDAHARAAN DAN AKUTANSI

SUB BAGIAN UMUM DAN RUMAH TANGGA

BAGIAN TATA USAHA

SUB BAGIAN KEPEGAWAIAN

SUB BAGIAN HUKUM, INFORMASI DAN PENANGANAN PENGADUAN

Tingkat 3

RSUD Propinsi/Pusat

Depkes/Dinkes Propinsi

Tingkat 1 Tingkat 1

Puskesmas. Dokter Umum/Keluarga

Puskesmas. Dokter Umum/Keluarga

Individu Individu

Yankes

Individu

Sakabhakti

Masyarakat Masyarakat

Posyandu

Polindes

Posyandu

sakabhakti

Tingkat 2 Tingkat 2

RSUD Kab/Kota, BP4,

BKMM, BKKM. Sentra P3T,

Klinik Swasta

Dinkes kab/Kota

BP4, BKMM, BKKM

Sentra P3T

YA

TUNDA

Dapat berjalan?

Bernafas?

EXPECTANT

Bebaskan jalan nafas

Bernafas?

Tidak

Tidak

Tidak

tidak

Frekuensi?

Pengisian kapiler?

Dapat diperintah?

SEGERA

TUNDA

SEGERA

EXPECTANT

Kontrol perdarahan

YA

>30x/mnt

2 detik

YA

YA

Merah

Kuning

Hijau

Hitam

TRIAGE

KorbanBencana/ Musibah massal

34