230
laporan kelapa sawit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman kelapa sawit pertama kali ditemukan di negara Afrika Barat dan tanaman ini disebut sebagai tanaman tropikal. Selain di Afrika Barat tanaman kelapa sawit ini banyak juga di temukan di Afrika Selatan serta negara-negara tetangga seperti Malaysia, Pantai Gading, Thailand, Papua Nugini, Brazilia dan juga negara- negara lainnya. Indonesia merupakan produsen terbesar kedua kelapa sawit setelah malaysia, diperkirakan pada tahun 2008 Indonesia merupakan produsen kelapa sawit di dunia (Pahan, 2006). Keberhasilan pengembangan tanaman kelapa sawit di Indonesia tidak terlepas dari ketersediaan faktor pendukung, salah satu diantaranya ketersediaan bahan tanam unggul kelapa sawit. Sumber resmi benih kelapa sawit unggul antara lain: Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), PT Socfindo, PT London Sumatera (Anonim, 2007).

Laporan Kelapa Sawit

Embed Size (px)

DESCRIPTION

KUMPULAN MAKALAH DAN LAPORAN TENTANG KELAPA SAWIT

Citation preview

Page 1: Laporan Kelapa Sawit

laporan kelapa sawit

BAB I

PENDAHULUAN

            1.1 Latar Belakang

Tanaman kelapa sawit pertama kali ditemukan di negara Afrika Barat dan tanaman ini

disebut sebagai tanaman tropikal. Selain di Afrika Barat tanaman kelapa sawit ini banyak juga di

temukan di Afrika  Selatan serta negara-negara tetangga seperti Malaysia, Pantai Gading,

Thailand, Papua Nugini, Brazilia dan juga negara-negara lainnya. Indonesia merupakan produsen

terbesar kedua kelapa sawit setelah malaysia, diperkirakan pada tahun 2008 Indonesia

merupakan produsen kelapa sawit di dunia (Pahan, 2006).

Keberhasilan pengembangan tanaman kelapa sawit di Indonesia tidak terlepas dari

ketersediaan faktor pendukung, salah satu diantaranya ketersediaan bahan tanam unggul kelapa

sawit. Sumber resmi benih kelapa sawit unggul antara lain: Pusat Penelitian Kelapa Sawit

(PPKS), PT Socfindo, PT London Sumatera (Anonim, 2007).

Kelapa sawit termasuk produk yang banyak diminati oleh investor karena nilai

ekonominya cukup tinggi. Para investor mengivestasikan modalnya untuk membangun

perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit. Selama tahun  1990-2000, luas areal

perkebunan kelapa sawit mencapai 14.164.439 ha atau meningkat 21,5% jika dibandingkan akhir

tahun 1990 yang hanya 11.651.439 ha. Rata-rata produktivitas kelapa sawit mencapai 1,396

ton/ha/tahun untuk perkebunan rakyat dan 3,50 ton/ha/tahun untuk perkebunan besar.

Produktivitas kelapa sawit tersebut dinilai cukup tinggi bila dibandingkan dengan produktivitas

komoditas perkebunan lain (Fauzi, dkk, 2004).

Page 2: Laporan Kelapa Sawit

            Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) banyak tumbuh subur di daerah yang

memiliki iklim tropis. Pada daerah ini matahari bersinar sepanjang hari dengan curah hujan yang

cukup tinggi serta rata-rata suhu 22°C sampai 32°C pada ketinggian 500 m dari permukaan laut.

Kondisi ini memungkinkan kelapa sawit sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia dan

lahan yang cukup luas.

            Di Indonesia sendiri kelapa sawit tersebar di beberapa wilayah diantaranya pulau

Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya. Khusus untuk sulawesi, salah satunya terdapat di

daerah Gorontalo tepatnya di Kabupaten Gorontalo Kecamatan Pulubala Desa Molamahu yang

dikelola oleh PT. Lembah Hijau Group yang sementara ini masih dalam tahap pembibitan (Pre

Nursery dan Main Nursery) dengan jumlah 368.000 bibit. Varietas yang digunakan yakni

varietas sriwijaya yang berasal dari hasil persilangan antara varietas dura x pasifera.  PT.

Lembah Hijau Group yang bergerak di bidang budi daya tanaman kelapa sawit, telah

memberikan kontribusi nyata bagi pemerintah dan masyarakat Molamahu yang pada awalnya

hidup di bawah garis kemiskinan dan serba terbatas kini telah bisa merasakan kehidupan yang

tergolong sejahtera.

Melihat pentingnya tanaman kelapa sawit dewasa ini dan masa yang akan datang, seiring

dengan meningkatnya kebutuhan penduduk dunia akan minyak sawit, maka perlu dipikirkan

usaha peningkatan kualitas dan kuantitas produksi kelapa sawit secara tepat agar sasaran yang

diinginkan dapat tercapai. Salah satu diantaranya adalah bahan perbanyakan tanaman berupa

bibit, untuk itu perlu adanya pengawasan bibit yang baik antara lain di pembibitan awal (Pre

Nursery) dan di pembibitan utama (Main Nursery). Pada pembibitan ini, perlu adanya

pengamatan secara visual terhadap penampilan bibit dengan cara membandingkan bibit normal

dengan bibit abnormal yang diakibatkan oleh faktor kultur teknis dan faktor genetik.

Page 3: Laporan Kelapa Sawit

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah di atas adalah bagaimana penampilan bibit abnormal selama fase

pembibitan pada tahap Pre-Nursery ?

1.3     Tujuan

Untuk mengetahui penampilan bibit abnormal selama fase pada tahap Pre-Nursery.

1.4 Manfaat

1. Menambah wawasan tentang bagaimana menentukan bibit abnormal pada pada kelapa

sawit (Elaeis guineensis Jacq.) tahap Pre-Nursery

2. Memberikan kontribusi positif terutama bagi penulis sebagai bentuk pengembangan daya

kreatif di bidang ilmu pengetahuan khususnya tentang budidaya kelapa sawit (Elaeis

guineensis Jacq).

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Page 4: Laporan Kelapa Sawit

2.1 Morfologi Kelapa Sawit

Klasifikasi kelapa sawit sebagai berikut :

Divisi                     : Spermatophyta

Sub divisi             : Angiospermae

Kelas                     : Dicotyledonae

Keluarga                : Palmaceae

Sub keluarga         : Cocoideae

Genus                    : Elaeis

Spesies                  : Elaeis guineensis Jacq.

Varietas                 : Elaeis guineensis Jacg. Var.    

  Sriwijaya

  (http://id.wikipedia.org/wiki/Kelapa_sawit)

Menurut Maksi (2008), morfologi tanaman kelapa sawit adalah sebagai berikut:

2.1.1 Akar

Tanaman kelapa sawit memiliki jenis akar serabut. Akar utama akan membentuk akar

sekunder, tertier dan kuartener. Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan

samping. Selain itu juga terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas

untuk mendapatkan tambahan aerasi.

2.1.2 Batang

Batang kelapa sawit berbentuk silinder dengan diameter sekitar 20–75 cm. Tinggi batang

bertambah sekitar 45 cm per tahun. Dalam kondisi lingkungan yang sesuai pertambahan tinggi

dapat mencapai 100 cm per tahun. Batang tanaman diselimuti bekas pelepah hingga umur 12

Page 5: Laporan Kelapa Sawit

tahun. Setelah umur 12 tahun pelapah yang mengering akan terlepas sehingga penampilan

menjadi mirip dengan kelapa.

2.1.3 Daun

Seperti jenis palma lainnya, daunnya tersusun majemuk menyirip. Susunan ini

menyerupai susunan daun pada tanaman kelapa. Daun berwarna hijau tua dan pelepah berwarna

sedikit lebih muda.Panjang pelepah daun sekitar 7,5–9 m. Jumlah anak daun pada setiap pelepah

berkisar antara 250–400 helai. Produksi pelepah daun selama satu tahun mencapai 20–30

pelepah.

2.1.4 Bunga

Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu. Bunga jantan dan betina

terpisah namun berada pada satu pohon (monoecious diclin) dan memiliki waktu pematangan

berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Sehingga pada umumnya tanaman

kelapa sawit melakukan penyerbukan silang. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang

sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar.

2.1.5 Buah

Tanaman sawit dengan tipe cangkang pisifera bersifat female steril sehingga sangat

jarang menghasilkan tandan buah dan dalam produksi benih unggul digunakan sebagai tetua

jantan.

Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit

yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelapah. Minyak

dihasilkan oleh buah. Kandungan minyak bertambah sesuai kematangan buah. Setelah melewati

fase matang, kandungan asam lemak bebas (FFA, free fatty acid) akan meningkat dan buah akan

rontok dengan sendirinya.

Page 6: Laporan Kelapa Sawit

Buah terdiri dari tiga lapisan:

Eksoskarp : Bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.

Mesoskarp : Serabut buah

Endoskarp : Cangkang pelindung inti

Endosperm : Biji

Embrio       : Lembaga

Buah terkumpul di dalam tandan. Dalam satu tandan terdapat sekitar 1.600 buah.

Tanaman normal akan menghasilkan 20–22 tandan per tahun. Jumlah tandan buah pada tanaman

tua sekitar 12–14 tandan per tahun. Berat setiap tandan sekitar 25–35 kg.

Kelapa sawit memiliki banyak jenis, berdasarkan ketebalan cangkangnya kelapa sawit

dibagi menjadi 3 yakni :

  Dura,

  Pisifera, dan

  Tenera.

Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga dianggap

memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya besar-besar dan

kandungan minyak pertandannya berkisar 18%. Pisifera buahnya tidak memiliki cangkang

namun bunga betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah. Tenera adalah

persilangan antara induk Dura dan Pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul sebab melengkapi

kekurangan masing-masing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap

fertil. Beberapa tenera unggul persentase daging per buahnya dapat mencapai 90% dan

kandungan minyak pertandannya dapat mencapai 28% (Sastrosayono, 2003).

2.2 Syarat Tumbuh

2.2.1 Iklim

Page 7: Laporan Kelapa Sawit

Menurut Maksi (2008), kelapa sawit merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-

hutan, lalu dibudidayakan. Tanaman kelapa sawit memerlukan kondisi lingkungan yang baik

agar mampu tumbuh dan berproduksi secara optimal diantaranya :

a.   Kelapa sawit adalah tanaman daerah tropis yang tumbuh baik antara garis

lintang 130C Lintang Utara dan 120C Lintang Selatan, terutama di kawasan Afrika, Asia

dan Amerika.

b.   Persyaratan iklim yang dikehendaki oleh kelapa sawit secara umum adalah sebagai

berikut :

Curah hujan per tahun adalah 1500-4000 mm, optimal 2000-3000 mm.

Suhu optimum yang dikehendaki adalah 280C dan tinggi tempat optimal adalah 0 500

meter dari atas permukaan laut

Kelembaban rata-rata 75 %.

2.2.2 Tanah

Menurut Anonim (2006) meyebutkan bahwa ada beberapa tipe tanah yang baik untuk

budidaya kelapa sawit.

a. Kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, tetapi kelapa      sawit dapat

tumbuh optimal pada jenis tanah Latososl, Podsolik Merah Kuning dan Aluvial.

b. Sifat-sifat fisika dan kimia yang harus dipenuhi untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit

yang optimal adalah sebagi berikut :

         Drainase baik dan permukaan air tanah cukup dalam atau menghindari tanah

         tanah yang berdrainase jelek dengan permukaan air tanah yang dangkal.

Page 8: Laporan Kelapa Sawit

         Solum cukup dalam (sekitar 80 cm) dan tidak berbatu agar perkembangan akar

tidak terganggu.

         Reaksi tanah masam dan pH antara 4,0-6,5 ( pH optimumnya 5 – 5,5 ).

         Dapat tumbuh pada bermacam-macam tanah, asalkan gembur, aerasi dan

draenasenya baik, kaya akan humus dan tidak mempunyai lapisan padas

c. Tanah-tanah yang tidak memenuhi syarat untuk kelapa sawit adalah :

         Tanah pantai yang sangat berpasir

         Tanah gambut yang tebal, yang menyebabkan akar tidak dapat mencapai lapisan

mineral sehingga tanaman mudah tumbang atau pertumbuhannya miring.

2.3 Persiapan Lahan

Pembukaan lahan merupakan salah satu tahapan kegiatan dalam budidaya Kelapa Sawit

yang sudah ditentukan jadwalnya berdasarkan tahapan pekerjaan yang akan dilakukan sesuai

dengan jenis lahannya (areal) hutan, areal alang-alang, areal gambut.

Supaya areal tersebut dapat ditanami Kelapa sawit maka areal tersebut harus bersih dari

vegetasi atau semak belukar yang akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman

pokok. Sedangkan untuk memudahkan dalam pengelolaan tanaman Kelapa sawit dibutuhkan

suatu perencanaan tata ruang kebun yang direncanakan pada saat pembukaan lahan dan sebelum

penanaman Kelapa sawit (Setyamidjaja, 2003).

2.4 Pembibitan

Page 9: Laporan Kelapa Sawit

Bibit merupakan produk yang dihasilkan dari suatu proses pengadaan bahan tanaman

yang dapat berpengaruh terhadap pencapaian hasil produksi pada masa selanjutnya. Pembibitan

merupakan langkah awal dari seluruh rangkaian kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit.

Melalui tahap pembibitan sesuai standar teknis diharapkan dapat dihasilkan bibit yang baik dan

berkualitas. Bibit kelapa sawit yang baik adalah bibit yang memiliki kekuatan dan penampilan

tumbuh yang optimal serta berkemampuan dalam menghadapi kondisi cekaman lingkungan pada

saat pelaksanaan penanaman (transplanting).

Menurut Dirattanhun (2007), untuk menghasilkan bibit yang baik dan berkualitas seperti

tersebut di atas, diperlukan pedoman kerja yang dapat menjadi acuan, sekaligus kontrol selama

pelaksanaan di lapang.  Untuk itu berikut ini disampaikan tahapan pembibitan, mulai dari

persiapan, pembibitan awal dan pembibitan utama. 

2.4.1 Pemilihan Lokasi

Penentuan lokasi pembibitan perlu memperhatikan beberapa persyaratan sebagai

berikut:

Areal pembibitan harus terletak sedekat mungkin dengan daerah yang direncanakan

untuk ditanami dengan memperhitungkan biaya pengangkutan bibit

Areal diusahakan mempunyai topografi datar dan berada di tengah-tengah Kebun

Dekat dengan sumber air dan air tersedia cukup untuk penyiraman, dengan kualitas yang

memenuhi syarat.

Dekat dengan tempat pengambilan media tanam untuk pembibitan.

Drainase baik, sehingga pada musim hujan tidak tergenang air.

Lokasi Pembibitan mempunyai jalan yang mudah dijangkau dan mempunyai kondisi

baik.

Page 10: Laporan Kelapa Sawit

Dekat dengan tenaga kerja lapangan sehingga memudahkan dalam pengawasan.

Areal harus jauh dari sumber hama dan penyakit, serta mempunyai sanitasi yang baik.

2.4.2 Luas Pembibitan

Kebutuhan areal pembibitan umumnya 1,0–1,5% dari luas areal pertanaman yang

direncanakan. Luas areal pembibitan yang dibutuhkan bergantung pada jumlah bibit dan

jarak tanam yang digunakan. Dalam menentukan luasan pembibitan perlu diperhitungkan

pemakaian jalan, yang untuk setiap hektar pembibitan diperlukan jalan pengawasan

sepanjang 200 m dengan lebar 5 m.

2.4.3 Sistem Pembibitan

Pembibitan kelapa sawit dapat dilakukan dengan menggunakan satu atau dua tahapan

pekerjaan, tergantung kepada persiapan yang dimiliki sebelum kecambah dikirim ke lokasi

pembibitan. Untuk pembibitan yang menggunakan satu tahap (single stage), berarti

penanaman kecambah kelapa sawit langsung dilakukan ke pembibitan utama (Main

Nursery).  Sedangkan pada sistem pembibitan  dua tahap (double stage), dilakukan

pembibitan awal (Pre Nursery) terlebih dahulu selama ± 3 bulan pada polybag berukuran

kecil dan selanjutnya dipindah ke pembibitan utama (Main Nursery)  dengan polybag

berukuran lebih besar.

Sistem pembibitan dua tahap banyak dilaksanakan oleh perusahaan perkebunan,

karena memiliki beberapa keuntungan, antara lain:

Kemudahan dalam pengawasan dan pemeliharaan serta tersedianya waktu persiapan

pembibitan utama pada tiga bulan pertama.

Page 11: Laporan Kelapa Sawit

Terjaminnya bibit yang akan ditanam ke lapangan, karena telah melalui beberapa tahapan

seleksi, baik di pembibitan awal maupun di pembibitan utama.

Seleksi yang ketat (10%) di pembibitan awal dapat mengurangi keperluan tanah dan

polybag besar di pembibitan utama.

2.4.4 Media Tanam

Media tanam yang digunakan seharusnya adalah tanah yang berkualitas baik,

misalnya tanah bagian atas (top soil) pada ketebalan 10-20 cm. Tanah yang digunakan harus

memiliki struktur yang baik, gembur, serta bebas kontaminasi (hama dan penyakit, pelarut,

residu dan bahan kimia). Bila tanah yang akan digunakan kurang gembur dapat dicampur

pasir dengan perbandingan pasir : tanah = 3 : 1 (kadar pasir tidak melebihi 60%). Sebelum

dimasukkan ke dalam polybag, campuran tanah dan pasir diayak dengan ayakan kasar

berdiameter 2 cm. Proses pengayakan bertujuan untuk membebaskan media tanam dari sisa-

sisa kayu, batuan kecil dan material lainnya.

2.4.5 Kantong Plastik (Polybag)

Ukuran polybag tergantung pada lamanya bibit di pembibitan. Pada tahap pembibitan

awal (Pre-Nursery), polybag yang digunakan berwarna putih atau hitam dengan ukuran

panjang 22 cm, lebar 14 cm, dan tebal 0,07 mm. Setiap polybag dibuat lubang diameter 0,3

cm sebanyak 12-20 buah.

Pada tahap pembibitan utama (Main-Nursery) digunakan polybag berwarna hitam

dengan ukuran panjang 50 cm, lebar 37-40 cm dan tebal 0,2 mm. Pada setiap polybag dibuat

lubang diameter 0,5 cm sebanyak 12 buah pada ketinggian 10 cm dari bawah polybag.

2.4.6 Pembibitan Awal ( Pre-Nursery )

Page 12: Laporan Kelapa Sawit

 Benih yang sudah berkecambah dideder dalam polybag kecil, kemudian diletakkan

pada bedengan-bedengan yang lebarnya 120 cm dan panjang bedengan secukupnya. Ukuran

polybag yang digunakan adalah 12 x 23 cm atau  15 x 23 cm ( lay flat ). Polybag diisi dengan

1,5 – 2,0 kg tanah atas yang telah diayak. Tiap polybag diberi lubang untuk drainase.

 Kecambah ditanam sedalam ± 2 cm dari permukaan tanah dan berjarak 2 cm. Setelah

bibit dederan yang berada di prenursery telah berumur 3 – 4 bulan dan berdaun 4 – 5 helai,

bibit dederan sudah dapat dipindahkan ke pembibitan utama (main-nursery). Keadaan tanah

di polybag harus selalu dijaga agar tetap lembab tapi tidak becek. Pemberian air pada lapisan

atas tanah polybag dapt menjaga kelembaban yang dibutuhkan oleh bibit.

Penyiraman dengan sistem springkel irrigation sangat membantu dalam usaha

memperoleh kelembaban yang diinginkan dan dapat melindungi bibit terhadap kerusakan

karena siraman.

2.4.7 Pembibitan Utama ( Main-Nursery )

Untuk penanaman bibit pindahan dari dederan dibutuhkan polybag yang lebih besar,

berukuran 40 cm x 50 cm atau 45 cm x 60 cm (lay flat), tebal 0,11 mm dan diberi lubang

pada bagian bawahnya untuk drainase. Polybag diisi dengan tanah atas yang telah diayak

sebanyak 15 – 30 kg per polybag, disesuaikan dengan lamanya bibit yang akan dipelihara

(sebelum dipindahkan) di pesemaian bibit (Anonim 2007).

Bibit dederan ditanam sedemikian rupa sehingga leher akar berada pada permukaan

tanah polybag besar dan tanah sekitar bibit di padatkan agar bibit berdiri tegak. Bibit pada

polybag besar kemudian disusun di atas lahan yang telah diratakan, dibersihkan dan diatur

Page 13: Laporan Kelapa Sawit

dengan hubungan sistem segitiga sama sisi dengan jarak misalnya 100 cm x 100 cm x 100

cm (Anonim 2007).

2.4.8        Pemeliharaan (pada pembibitan)

Bibit yang yang telah ditanam di prenursery atau nursery perlu dipelihara dengan baik

agar pertumbuhannya sehat dan subur, sehingga bibit akan dapat dipindahkan ke lapang

sesuai dengan umur dan saat tanam yang tepat.

Pemeliharaan bibit meliputi :

  Penyiraman

  Penyiangan

  Pengawasan dan seleksi

  Pemupukan

a. Penyiraman

   Penyiraman bibit dilakukan dua kali sehari, kecuali apabila jatuh hujan lebih dari 7

– 8 mm pada hari yang bersangkutan.

   Air untuk menyiram bibit harus bersih dan cara menyiramnya harus dengan

semprotan halus agar bibit dalam polybag tidak rusak dan tanah tempat

tumbuhnya tidak padat.

   Kebutuhan air siraman 2 liter per polybag per hari, disesuaikan dengan umur bibit.

b. Penyiangan

   Gulma yang tumbuh dalam polybag dan di tanah antara polybag harus dibersihkan,

dikored atau dengan herbisida

Page 14: Laporan Kelapa Sawit

   Penyiangan gulma harus dilakukan 2-3 kali dalam sebulan atau disesuaikan dengan

pertumbuhan gulma.

c. Pengawasan dan seleksi

   Pengawasan bibit ditujukan terhadap pertumbuhan bibit dan perkembangan

gangguan hama dan penyakit

   Bibit yang tumbuh kerdil, abnormal, berpenyakit dan mempunyai kelainan genetis

harus dibuang.

   Pembuangan bibit (thinning out) dilakukan pada saat pemindahan ke main nursery,

yaitu pada saat bibit berumur 4 bulan dan 9 bulan, serta pada saat pemindahan

bibit ke lapangan.

Menurut Anonim (2007), seleksi dilakukan sebanyak tiga kali.  Seleksi pertama

dilakukan pada waktu pemindahan bibit ke pembibitan utama.  Seleksi kedua dilakukan

setelah bibit berumur empat bulan di pembibitan utama.  Seleksi terakhir dilakukan

sebelum bibit dipindahkan ke lapangan. Bibit dapat dipindahkan ke lapangan setelah

berumur 12-14 bulan. Tanaman yang bentuknya abnormal dibuang, dengan ciri-ciri:

a)  bibit tumbuh meninggi dan kaku

b)  bibit terkulai

c)  anak daun tidak membelah sempurna

d)  terkena penyakit

e)  anak daun tidak sempurna.

Menurut Buana, dkk (2004), seleksi bertujuan untuk menghindari terangkutnya

bibit abnormal ke tahap pembibitan selanjutnya. Bibit abnormal dapat disebabkan oleh

Page 15: Laporan Kelapa Sawit

faktor kultur teknis, dan faktor genetik atau serangan hama dan penyakit. Seleksi

dilaksanakan saat pindah tanam. Tanaman normal pada umur 3 bulan, biasanya telah

memiliki 3-4 helai daun dan telah sempurna bentuknya. Beberapa bentuk bibit abnormal

yang harus dibuang pada saat pelaksanaan seleksi, yaitu:

Anak daun sempit dan memanjang seperti daun lalang       (narrow-leaves).

Bibit yang pertumbuhannya terputar (twisted).

              Bibit yang tumbuh kerdil (dwarfish).

              Bibit yang anak daunnya bergulung (rolled-leaves)

Bibit yang anak daunnya kusut (crinkled)

              Bibit yang ujung daunnya membulat seperti mangkok (collante).

Bibit yang terserang penyakit tajuk (crown-disease)

d. Pemupukan

   Pemupukan bibit sangat penting untuk memperoleh bibit yang sehat, tumbuh cepat

dan subur.

   Pupuk yang diberikan adalah Urea dalam bentuk larutan dan pupuk majemuk.

   Dosis dan jenis pupuk yang diberikan dapat dilihat pada table berikut ini :

BAB III

TEKNIK PELAKSANAAN

3.1.Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Tempat pelaksanaan kajian ini dilaksanakan di PT Lembah Hijau Group Sejatera Dusun

Onggama Desa Molamahu Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo Waktu pelaksanaan kajian

ini sejalan dengan pelaksanaan magang dari Fakultas Ilmu-ilmu Pertanian Universitas Negeri

Gorontalo selama 2 bulan yaitu dari tanggal 23 februari sampai 24 juni 2008.

Page 16: Laporan Kelapa Sawit

3.2. Alat dan Bahan Yang Digunakan

1.                  Alat Tulis Menulis

2.                  Kamera

3.                  Buku Panduan Seleksi Bibit

4.                  Bibit kelapa sawit

3.3. Metode Pelaksanaan

Metode yang digunakan dalam kajian ini ialah metode observasi yakni pengamatan

langsung terhadap penampilan bibit kelapa sawit yang diakibatkan oleh faktor kultur teknis dan

faktor genetik.

3.4. Variabel Pengamatan

Variabel yang diamati yakni penampilan pertumbuhan bibit abnormal yang diakibatkan

oleh faktor kultur teknis dan faktor genetik. Faktor kultur teknis seperti pertumbuhan bibit

terhambat (stressed), daun berputar (twisted leaf), daun berkerut (crinkled leaf), layu (wilted),

daun tidak membuka (collante), sedangkan faktor genetik seperti pertumbuhan terhambat (runt),

daun alang-alang (grass leaf), daun kaku/tegak (erected), daun albino (chimaera), daun

menggulung (rolled leaf).

3.5. Prosedur Pelaksanaan

Pengamatan dilakukan terhadap seluruh variabel pertumbuhan bibit kelapa sawit dengan

cara membandingkan antara bibit normal dengan bibit abnormal. Selain itu penyebab bibit

abnormal dapat dikelompokkan atas faktor kultur teknis dan faktor genetik. Bibit dengan

penampilan menyimpang dari bibit normal yang telah ditentukan ( tinggi, jumlah pelepah, dan

besar bonggol ) serta beda populasi yang ada seperti pertumbuhan terhambat, pertumbuhan

berputar, albino, daun alang-alang dan daun tidak membuka.

Page 17: Laporan Kelapa Sawit
Page 18: Laporan Kelapa Sawit

contoh laporan praktikum Agronomi Tanaman Perkebunan

BAB I PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Program pengembangan dan pembangunan perkebunan kelapa sawit dengan pola

kemitraan sangat menguntungkan bagi berbagai aspek, baik ekonomi, social, maupun

lingkungan.Ditinjau dari aspek ekonomi, perkebunan kelapa sawit dapat mendukung industry

dalam negeri berbasis produk berbahan dasar kelapa sawit. Selain itu dengan terbangunnya

banyak sentra ekonomi di wilayah baru akan mendukung pembangunan ekonomi regional.

Ditinjau dari aspek social, terjadinya penyerapan tenaga kerja dalam jumlah besar dan

memperkecil kesenjangan pendapatan petani dengan pengusaha perkebunan.

Dari aspek lingkungan, adanya pengembangan dan pembanggunan perkebunan kelapa

sawit dilahan yang telah lama terbuka dan tidak produktif akan merehabilitasi lahan kritis

dan marginal dalam skala yang luas. Selain itu, terbangunnya perkebunan yang luas akan

menambah ketersediaan oksigen serta sekaligus menyerap karbon. Perkebunan kelapa sawit

yang luas juga dapat mendukug fungsi hidroorologis, yaitu kemampuan untuk menyerap air

pada musim hujan serta melepasnya secara bertahap pada musim kemarau.

B.     RUANG LINGKUP

1.      Budidaya Tanaman Kelapa Sawit

Budidaya tanaman kelapa sawit meliputi penyiapan bibit, persiapan lahan, pengolahan

lahan, pemeliharaan tanaman sampai panen.

2.      Pola Kemitraan dan Kelembagaan Petani

a.       Pola kemitraan perkebunan

1.      Kemitraan pola PIR (perkebunan inti rakyat)

Kemitraan perusahaan inti rakyat (PIR) merupakan kemitraan perkebunan

generasi pertamayang dimulai pada tahun 1980an. Program PIR merupakan pola

pengembangan perkebunan rakyat dengan menggunakan perkebunan besar

sebagai inti dan sekaligus sebagai pelaksana pengembangan kebun plasma.Pola

ini awalnya dibangun perusahaan perkebunan Negara untuk masyarakat di

wilayah pedesaan.

Page 19: Laporan Kelapa Sawit

2.      Kemitraan pola KKPA (kredit koperasi primer anggota)

Kemitraan pola KKPA merupakan pola kemitraan perusahaan inti dan petani

dalam wadah koperasi untuk meningkatkan daya guna lahan petani peeserta

dalam usaha meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan para anggota melalui

kredit jangka panjang dari bank.Perusahaan inti sebagai pengembang

melaksanakan pembangunan kebun kelapa sawit untuk petani peserta dengan

biaya pembangunan dari kredit bank hingga tanaman kelapa sawit

menghasilkan.Perusahaan inti juga membangun kelembagaan petani sebagai

wadah pembinaan dan bimbingan bagi petani peserta mengenai budidaya dan

manajemen perkebunan kelapa sawit.Pembinaan minimum dilakukan selama satu

siklus tanam.

3.      Kemitraan pola PRP (program revitalisasi perkebunan)

Pada pola PRP, pendampingan dan pemberdayaan petani menjadi lebih terencana

dengan kontrak manajemen selama satu siklusdan sistem manajemen satu atap.

Pengelolaan seluruh kebun, baik milik perusahaan inti maupun milik petani

plasma mendapat perlakuan yang sama, mulai dari persiapan penanaman,

pengelolaan kebun, hingga pengelolaan hasil. Pengelolaan kebun plasma selama

satu siklus tanam melibatkan petani semaksimal mungkin, sehingga stabilitas

produk usaha tani, dan pendapatan petani plasma lebih diproritaskan.

C.    TUJUAN PRAKTIKUM

1.      Untuk mengetahui teknik budidaya tanaman kelapa sawit

2.      Diharapkan dapat membedakan budidaya tanaman kelapa sawit yang baik dan yang

tidak baik.

3.      Diharapkan Bisa menerapkan budidaya tanaman kelapa sawit yang baik dan

berpotensi

D.    MANFAAT PRAKTIKUM

1.      Mengetahui teknik budidaya tanaman kelapa sawit yang baik

2.      Bisa membedakan teknik budidaya yang baik dan yang kurang baik

Page 20: Laporan Kelapa Sawit

3.      Dapat menerapkan teknik budidaya yang bagus

E.     TEMPAT DAN WAKTU

1.      Tempat Praktikum

Lokasi praktikum teletak di desa Bina Baru kecamatan Kampar kiri tengah kabupaten

Kampar provinsi Riau

2.      Waktu Praktikum

Praktikum dilaksanakan pada hari kamis 9 January 2014 mulai pukul 08.00 sampai

pukul 15.00.

F.     PELAKSANAAN

1.      SARANA

Sarana meliputi empat buah mobil mini bus yang menampung sekitar 125 orang

peserta praktikum, kantor koperasi yang digunakan sebagai pertemuan/ tatap muka antara

praktikan dengan karyawan instansi/lembaga.

2.      ALAT

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah kamera yang di gunakan untuk

mengambil poto sebagai dokumentasi, alat- alat tulis digunakan untuk mencatat semua

jawaban dari pertanyaan yang di lontarkan

BAB II LANGKAH-LANGKAH PRAKTIKUM

A.    Mendatangi lokasi praktikum

B.     Melakukan tatap muka/ ramah tamah sekaligus perkenalan di kantor instansi tempat praktikum

C.     Melakukan survey kelapangan

D.    Melakukan pengmatan dilapangan

E.     Melakukan Tanya jawab (wawancara) di lapangan

F.      Mengambil poto sebagai dokumentasi

G.    Penyerahan cendra mata sekaligus acara pamitan dan ucapan terima kasih

H.    Pulang ke kampus

Page 21: Laporan Kelapa Sawit

BAB III HASIL PENGAMATAN

Table 1.1 hasil wawancara di lapangan

NO PERTANYAAN JAWABAN KETERANGAN

1 Berapa luas perkebunan,? Luas kebun sekitar 9 hektar

2 Apa nama varietas yang di

tanam.?

Varietas yang kami gunakan

adalah tenera

3 Berapa umur tanaman.? Umur tanaman ini sekitar 15

tahun

4 Bagaimana sistem

pemupukannya.?

Pemupukan dilakukan 4 kali

dalm setahun

5 Apa nama pupuk yang di

gunakan.?

Npk mutiara, urea, tsp, kcl dan

tankos

6 Berapa dosis pupuk yang

di berikan.?

Untuk pupuk unorganik

sekitar 1 kg/batang, sedangkan

untuk tankos satu truk cold

diesel untuk 10 batang

tanaman

7 Kapan pemupukan

dilakukan.?

Pada waktu tanah dalam

keadaan lembab

8 Bagaimana cara

pengendalian hama dan

penyakit tanaman.?

Pengendalian hama dilakukan

dengan cara manual dan di

semprot

9 Hama apa yang paling

dominan menyerang

tanaman.?

Hama yang paling dominan

menyerang yaitu hama ulat

kumbang badak

10 Bagaimana cara

menanggulangi hama yang

dominan itu.?

Pengendaliannya dengan cara

mengikis bagian terserang

kemudia menyemprotnya

Page 22: Laporan Kelapa Sawit

dengan pestisida

11 apa nama pestisida yang di

gunakan.?

Merk dagang pestisida adalah

regen

12 Bagaimana sistem

pemanenan yang di

lakukan.?

Disini sistem pemanenannya

menggunkan sistem giring,,

yaitu ada yang mengawasi

pemanen.

13 Berapa produktivitas per

bulan.?

Produksinya sekitar 3

ton/ha/bulan

14 Bagaimana sistem rotasi

panennya.?

Panen dilakukan dua kali satu

bulan

15 Apa alat yang digunakan

dalam pemanenan.?

Alat yang di gunakan yaitu

egrek,, tapi masih ada

sebagian menggunakan dodos

16 Bagaimana tanggapan

bapak tentang brondolan.?

Untuk brondolan,, itu untuk si

pekerja

17 Bagaimana tentang

pengolahan hasil

tanamannya.?

Hasil yang di panen, itu

lansung di bawa ke pabrik,,

bukan kita yang mengolahnya,

pabriknya sekitar satu jam dari

sini.

BAB IV PEMBAHASAN

TEKNIK BUDIDAYA KELAPA SAWIT

Page 23: Laporan Kelapa Sawit

A.    PEMBIBITAN

Sasaran pembibitan adalah menyediakan bibit kelapa sawit yang superior dan siap

di tanam di perkebunan.Selain itu, kegiatan ini memastikan ketersediaan bibit dalam

jumlah yang cukup, berkualitas dan tepat waktu dengan biaya yang rasional.Kondisi

bibit yang superior, baik secara genetic maupun fenotipe, merupakan satu jaminan

untuk mendapatkan produktivitas yang tinggi.

Metode pembibitan kelapa sawit biasanya menggunakan polybag nursery (bibit

ditempatkan dalam polibag).

1.      Bahan Tanam

Bahan tanam merupakan faktor penentu keberhasilan pembibitan dan

pembangunan kebun secara keseluruhan. Bahan tanam adalah benih kelapa sawit

unggul.Calon bibit harus dihasilkan dan dikecambahkan oleh lembaga resmi yang

ditunjuk oleh pemerintah.

2.      Pembibitan Awal

Pembibitan awal (pre nursery) merupakan tempat kecambah kelapa sawit

(germinated seeds) di tanam dan di pelihara hingga umur tiga bulan.Selanjutnya, bibit

tersebut dipindahkan ke pembibitan utama (main nursery). Pembibitan pre nursery

dilakukan selama 2-3 bulan, sedangkan pembibitan pada main nursery selama 10-12

bulan. Bibit akan siap ditanam pada umur 12-14 bulan (3 bulan di pre nursery dan 9-

11 bulan di main nursery).

Kegiatan-kegiatan pre nursery meliputi:

a.       Pemilihan lokasi yang sesuai persyaratan

b.      Pemesanan kecambah

c.       Penyiapan babybag

d.      Penanaman kecambah

e.       Pembuatan naungan

f.       Penyiraman dan penyiangan

g.      Pemupukan

h.      Proteksi dan seleksi

i.        Pengangkutan bibit

Kegiatan-kegiatan main nursery meliputi:

Page 24: Laporan Kelapa Sawit

a.       Penentuan lokasi

b.      Pembuatan lay out dan pancang

c.       Pembuatan jaringan irigasi

d.      Penyiapan polybag

e.       Penanaman

f.       Penyiraman dan penyiangan

g.      Pemupukan

h.      Pengendalian hama dan penyakit

i.        Penyeleksian

j.        Pengangkutan bibit

B.     PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN KELAPA SAWIT

1.      Persiapan Lahan

Adapun hal-hal yang dilakukan dalam persiapan lahan adalah:

a.       Menentukan jenis lahan

b.      Menentukan system pembukaan lahan

c.       Menentukan tahapan pembukaan lahan

d.      Melakukan konservasi lahan

e.       Membuat manajemen waktu

2.      Penanaman

Adapun hal-hal yang berkaitan dengan penanaman adalah:

a.       Pembuatan ajir (tiang pancang)

b.      Pembuatan lobang tanam

c.       Penanaman bibit kelapa sawit

d.      Penanaman tanaman penutup tanah (kacang-kacangan)

C.    PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT

1.      Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)

Page 25: Laporan Kelapa Sawit

Adapun hal-hal yang perlu dikerjakan dalam pemeliharaan tanaman kelapa sawit pada

masa belum menghasilkan adalah:

a.       Penyulaman

b.      Penyiangan

c.       Pengendalian hama dan penyakit tanaman

d.      Pemupukan

e.       Kastrasi

2.      Tanaman Menghasilkan

Adapun hal-hal yang perlu dikerjakan pada tanaman menghasilkan adalah:

a.       Penyiangan

b.      Sanitasi

c.       Polinasi

d.      Pemupukan

e.       Pengendalian hama dan penyakit tanaman

D.    PANEN

Panen merupakan salah satu factor penting yang menetukan kualitas dan kuantitas

produksi.Tanaman kelapa sawit umumnya sudah mulai di panen pada umur tiga tahun

di kebun.Pekerjaan panen meliputi pemotongan tandan buah masak, pengutipan

brondolan, dan pengangkutan ke TPH.

1.      Persiapan Panen

Persiapan panen berkaitan dengan penyediaan tenaga kerja dan alat-alat panen

yang diperlukan, kegiatan awal lainnya dalam persiapan panen adalah pembuatan

atau peningkatan mutu jalan, karena jalan merupakan factor penunjang yang penting

dalam pengangkutan hasil dari kebun ke pabrik. Akses jalan yang perlu disiapkan

untuk proses panen diantaranya jalan penghubung (jalan utama), jalan produksi, jalan

control, dan jalan pikul (pasar).

Page 26: Laporan Kelapa Sawit

2.      Keberhasilan Panen

Keberhasilan penen sangat ditentukan dari hasil produksi kebun, meliputi tandan,

minyak dan inti sawit. Keberhasilan panen dipengaruhi oleh persiapan panen yang

baik dan efektif, mulai dari kodisi jalan, tenaga kerja, alat-alat yang digunakan,

waktu memulai panen, pemahaman kriteria matang tandan dan cara pemanenan.

3.      Pelaksanaan Panen

Sistem panen tergantung pada jenis tenaga kerja pemanen (harian atau borongan),

karyawan harian tetap (KHT) atau karyawan harian lepas (KHL). Pelaksanaan panen

dibedkan atas dua sistem

a.       Sistem Giring

Sistem panen yang seluruh hasil panennya ditempatkan disatu lokasi panen secara

bersamaan, sehingga masing-masing pemanen bias memanen di tempat yang berbeda.

Sistem ini cocok untuk pemanen dengan potensi produksi yang tinggi.Kelebihan

sistem giring adalah pekerjaan lebih cepat selesai karena selalu di awasi mandor.

b.      Sistem Tetap

Sistem yang masing-masing pemanennya ditempatkan dilokasi panen tertentu,

sehingga masing-masing pemanen selalu memanen di tempat yang sama. Sistem ini

lebih sesuai untuk pemanen borongan yang potensi produksinya rendah.Kelebihn

sistem tetap adalah lebih teliti dan tidak memengaruhi fisiologis tanaman.

Page 27: Laporan Kelapa Sawit

BAB V PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Tanaman kelapa sawit memilki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan, karna

keuntungannya yang sangat banyak, baik dari segi social, lingkunga, terutama dari segi

ekonomi.Budidaya tanaman kelapa sawit dengan menggukan teknik yang berdasarkan ilmu

pengetahuan sangat menguntungkan, karna produktivitas yang dihasilkan sangat memuaskan,

ditambah lagi dengan manajemen perkebunan yang baik.

Budidaya tanaman kelapa sawit harus didasari ilmu pengetahuan, baik dalam dalam bentuk teori

dan praktik, sehingga mendapatkan hasil yang memuaskan.

B.     SARAN

Untuk meningkatkan produktivitas didalam budidaya tanaman kelapa sawit, penggunaan

herbisida seharusnya diganti dengan menggunakan mesin potong rumput, karna herbisida sedikit

banyaknya mempengaruhi terhadap pertumbuhan tanaman budidaya, berbeda dengan

penggunaan mesin pemotong rumput yang tidak merugikan bagi tanaman, bahkan rumput yang

telah dipotong dapat menambah unsur hara bagi tanaman budidaya sekaligus penyubur tanah.

Page 28: Laporan Kelapa Sawit

irmairmaagro01.blogspot.com/2014/01/contoh-laporan-praktikum-agronomi.html

Page 29: Laporan Kelapa Sawit

PENDAHULUAN

Latar Belakang

            Kelapa sawit merupakan tanaman komoditas perkebunan yang cukup penting di

Indonesia dan masih memiliki prospek pengembangan yang cukup cerah. Komoditas kelapa

sawit, baik berupa bahan mentah maupun hasil olahannya, menduduki peringkat ketiga

penyumbang devisa nonmigas terbesar bagi negara setelah karet dan kopi. Kelapa sawit adalah

tanaman penghasil minyak nabati yang dapat diandalkan, karena minyak yang dihasilkan

memiliki keunggulan dibandingkan dengan minyak yang dihasilkan oleh tanaman lain.

Keunggulan tersebut diantaranya memiliki kadar kolesterol rendah bahkan tanpa kolesterol

(Sastrosayono, 2007).

            Luas areal perkebunan kelapa di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan

yang cukup berarti. Tahun 2002 luasnya 4.116.646 ha,meningkat menjadi 5.239.171 pada tahun

2003 (pertumbuhan 27,26%). Tahun 2004 luasnya 5,601.770 ha (pertumbuhan 6,9%) dan sampai

bulan Oktober 2007 luas lahan kelapa sawit di Indonesia telah mencapai 6,3 juta ha, bertambah

dari 6,07 juta ha pada tahun 2006. Riau menduduki posisi pertama dengan luas lahan 1,409 jutab

ha, disusul Sumatera Utara dengan luas 1,044 juta ha dan Sumatera Selatan dengan luas lahan

606.600 ha (Pardamean, 2008).

            Melihat pentingnya tanaman kelapa sawit dewasa ini dan masa yang akan datang, seiring

dengan meningkatnya kebutuhan penduduk dunia akan minyak sawit, maka perlu dipikirkan

usaha peningkatan kualitas dan kuantitas produksi kelapa sawit secara tepat agar sasaran yang

diinginkan dapat tercapai. Salah satu diantaranya adalah bahan perbanyakan tanaman berupa

bibit, untuk itu perlu tindakan kultur teknis atau perawatan bibit yang baik antara lain dengan

jalan pemupukan pada waktu di pembibitan awal dan di pembibitan utama (Khaswarina, 2001).

Page 30: Laporan Kelapa Sawit

            Tujuan utama dari pembibitan adalah untuk mempersiapkan bibit yang baik  dengan

kriteria sehat, kuat dan kokoh. Hal ini merupakan salah satu factor penentu dari keberhasilan

penanaman di lapangan dan untuk mendapatkan pertumbuhan dan hasil dikemudian hari.

Sebagai mana dijelaskan oleh Setyamidjaja (1996) bahwa tujuan dari pembibitan adalah untuk

mendapatkan bibit yang tumuh seragam dan bebas dari bibit yang abnormal sehingga diperoleh

bibit yang baik (Hartawan, 2006).

            Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq) merupakan salah satu tanaman penghasil

minyak nabati yang sangat penting. Dewasa ini tanaman kelapa sawit tumbuh sebagai tanaman

liar (hutan), setengah liar dan sebagai tanaman budi daya yang tersebar di berbagai negara

beriklim tropis bahkan mendekati subtropis di Asia, Amerika Selatan, dan Afrika. Tanaman

kelapa sawit dimasukkan pertama kali di Indonesia oleh bangsa Belanda dari Bourbon

(Rheunion) atau Mauritius sebanyak dua batang dan dari Amsterdam juga dua batang. Bibit

tersebut di tanam di Kebun Raya Bogor untuk dijadikan tanaman koleksi pada tahun 1848

(Setyamidjaja, 2006).

            Tanah yang subur sebagai media tanam yaitu tanah yang mempunyai profil yang dalam

melebihi 150 cm, strukturnya gembur remah, pH sekitar 6-6,5 mempunyai aktivitas jasad renik

yang tinggi, kandungan unsure haranya  yang tersedia bagi tanaman adalah cukup dan tidak

terdapat pembatasan tanah untuk pertumbuhan tanaman (Soemantri, 2010).

Kompos tandan kelapa sawit telah diuji dan berpengaruh baik pada pembibitan kelapa

sawit. Pemberian kompos TKKS 50% dan tanah 50% mampu meningkatkan tinggi tanaman dan

jumlah pelepah pembibitan kelapa sawit sebesar 16,81 cm dan 3,17 pelepah. Aplikasi bahan

organic seperti kompos tandan kosong kelapa sawit (TKKS) adalah 100kg/pohon yang

diaplikasikan 2 tahap dalam setahun (Firmansyah, 2010).

Page 31: Laporan Kelapa Sawit

Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh media tanam dan

pemberian kompos TKKS (Tandan Kosong Kelapa Sawit) terhadap pertumbuhan kecambah

kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq) (DxP) di pre nursery.

Hipotesis Percobaan

Ada pengaruh media tanam dan pemberian kompos TKKS (Tandan Kosang Kelapa

Sawit) terhadap pertumbuhan kecambah                                         kelapa sawit (Elaeis guinensis

Jacq)  (DxP) di pre nursery serta adanya interaksi keduanya terhadap pertumbuhan kecambah

kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq)  (DxP) di pre nursery.

Kegunaan Penulisan

-       Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium Budidaya Tanaman Kelapa Sawit dan Karet  Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

-       Sebagai sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

            Adapun klasifikasi tanaman kelapa sawit (Elais guinensis Jacq) adalah sebagai berikut:

Kingdom         : Plantae

Divisio             : Spermatophyta

Subdivisio       : Angiospermae

Kelas               : Dicotyledonae

Famili              : Palmaceae

Subfamili         : Cocoideae

Page 32: Laporan Kelapa Sawit

Genus              : Elaeis

Spesies            : Elaeis guineensis Jacq

(Soemantri, 2010).

            Sebagai tanaman jenis palma, kelapa sawit tidak memiliki akar tunggang dan akar

cabang. Akar yang keluar dari pangkal batang sangat besar jumlahnya dan terus bertambah

banyak dengan bertambahnya umur tanaman. System perakaran kelapa sawit dapat diuraikan

sebagai berikut: (a). Akar Primer, yaitu akar yang keluar dari bagian bawah batang , tumbuh

secara vertical atau mendatar dan berdiameter 5-10 mm, (b). Akar Sekunder, yaitu akar yang

tumbuh dari akar primer, yang arah tumbuhnya mendatar ataupun ke bawah dan berdiameter 1-4

mm, (c). Akar Tertier, yaitu akar yang tumbuhnya mendatar, panjangnya mencapai 15 cm dan

berdiameter 0,5-1,5 mm, (d). Akar Kuarter, yaitu akar-akar cabang dari akar tertier yang

berdiameter 0,2-0-5 mm dan panjangnya rata-rata     3 cm (Setyamidjaja, 2006).

            Pada tahun-tahun pertama, sejak kecambah tumbuh menjadi tanaman kelapa sawit tidak

tampak adanya pertumbuhan memanjang. Awalnya terbentuk poros batang dan sekitar poros

tersebut terbentuk daun-daun yang ukurannya semakin bertambah besar. Setelah tanaman

berumur 4 tahun, batang mulai memperlihatkan pertumbuhan memanjang. Ketebalan batang

tergantung pada kekuatan pertumbuhan daun-daunnya. Tanaman yang tumbuh kurus memanjang

menandakan bahwa faktor-faktor tumbuhnya tidak sempurna. Tanaman yang masih muda dan

pertumbuhan batangnya cepat tinggi (dilihat dari lingkar bekas daun yang cepat menanjak) akan

memberikan hasil produksi dibawah normal (Sastrosayono, 2007).

            Daun terdiri dari tangkai daun (petiole) yang kedua sisinya terdapat dua baris . tangkai

daun bersambungan langsung dengan tulang daun utama (rachis) yang lebih panjang dari tangkai

daun. Pada kiri dan kanan tulang daun terdapat anak daun (pinnae). Tiap anak daun terdapat

Page 33: Laporan Kelapa Sawit

tulang daun (lidi) yang menghubungkan anak daun dengan tulang daun utama. Pada tanaman

kelapa sawit pembentukan daun kelapa sawit membutuhkan waktu 4 tahun dari awal

pembentukan daun hingga daun menjadi layu secara alami. Pada saat kuncup daun telah mekar,

daun kelapa sawit sudah berumur 2 tahun dari awal pembentukannya. Kelapa sawit dapat

menghasilkan 1-3 daun setiap bulannya (Lumbangaol, 2010).

            Tanaman kelapa sawit yang berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan mulai

mengeluarkan bunga jantan dan bunga betina. Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang,

sedangkan bunga betina agak bulat. Tanaman kelapa sawit mengadakan penyerbukan bersilang

(cross pollination), artinya bunga betina dari pohon yang satu dibuahi oleh bunga jantan dari

pohon yang lainnya dengan perantara angin dan serangga penyerbuk (Sunarko, 2007).

            Tandan buah tumbuh di ketiak daun. Daun kelapa sawit setiap tahun tumbuh sekitar 20-

24 helai. Semakin tua umur kelapa sawit, pertumbuhan daunnya semakin sedikit sehingga buah

yang terbentuk semakin menurun. Meskipun demikian, tidak berarti hasil produksi minyaknya

menurun. Hal ini disebabkan semaki tua umur tanaman, ukuran buah kelapa sawit semakin besar.

Kadar minyak yang dihasilkannya pun akan semakin tinggi. Berat tandan buah kelapa sawit

bervariasi dari beberapa ons hingga 30 kg (Sastrosayono, 2007).

Syarat Tumbuh

Iklim

            Komponen iklim yang berpengaruh terhadap pertumbuhan kelapa sawit adalah suhu

udara, curah hujan dan kelembaban udara. Lokasi penelitian yang terletak di sekitar khatulistiwa

yaitu 0°12’-0°20’ Lintang Utara dan           101°14’-101°24’ Bujur Timur serta ketinggian dari

muka laut antara 7-50 m, mempengaruhi jumlah dan pola komponen iklim tersebut. Hasil

pengamatan komponen iklim tersebut selama 10 tahun terakhir (1998-2007) disajikan pada Tabel

Page 34: Laporan Kelapa Sawit

2. Rata-rata jumlah curah hujan tahunan sebesar 2.339 mm/tahun, rata-rata suhu udara tahunan

sebesar 26,4°C dan kelembaban udara rata-rata 81,2% (Wigena dkk, 2008).

Daerah pengembangan tanaman kelapa sawit yang sesuai berada pada      15 °LU-15 °LS.

Ketinggian pertanaman kelapa sawit yang ideal berkisar antara     0-500 m dpl. Kelapa sawit

menghendaki curah hujan sebesar 2.000-2.500 mm/tahun. Suhu optimum untuk pertumbuhan

kelapa sawit adalah 29-30 °C. Intensitas penyinaran matahari sekitar 5-7 jam/hari. Kelembaban

optimum yang ideal sekitar 80-90 %. Bila semua syarat tersebut telah  terpenuhi maka lokasi

tersebut sudah bisa digunakan sebagai area pembibitan sekaligus budidaya kelapa sawit

(Soemantri, 2010).

Tanaman kelapa sawit membutuhkan intensitas cahaya matahari yang cukup tinggi untuk

dapat melakukan fotosintesis kecuali pada kondisi juvenile di pre nursery. Dengan semakin

menjauhnya suatu daerah dari khatulistiwa misalnya pada daerah 100 LU intensitas cahaya akan

turun berkisar 1218-1500 J/cm2/hari. Intensitas 1218 terjadi pada bulan Desember sedangkan

1500 terjadi pada periode Maret-September (Pahan, 2011).

Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah disekitar lintang

Utara-Selatan 120. Jumlah curah hujan yang baik adalah  sekitar 200-2500 mm/tahun, tidak

mempunyai defisit hujan relative lama sepanjang tahun. Temperature yang optimal bagi

pertumbuhan tanaman  kelapa sawit adalah 24-280C temperature teredah  180C dan tertinggi

320C. kelembaban 80% dan lama penyinaran matahari 5-7 jam/hari. Angin dengan kecepatan

rata-rata 5-6 km/jam (Soehardjo dkk, 1996).

Tanah

Tanah-tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit dan banyak terdapat di

daerah tropis diuraikan sebagai berikut: Latosol, tanah latosol di daerah tropis bisa berwarna

Page 35: Laporan Kelapa Sawit

merah, coklat dan kuning. Tanah latosol terbentuk di daerah yang iklimnya juga cocok untuk

tanaman kelapa sawit. Tanah latosol mudah tercuci dan melapisi sebagian besar tanah di daerah

tropkal basah. Tanah Aluvial sangat penting untuk tanaman kelapa sawit, meskipu kesuburannya

disetiap tempat berbeda-beda. Aluvial ditepi pantai dan sungai umum ditanami kelapa sawit 

(Sastrosayono, 2007).

            Tanah yang baik untuk budidaya kelapa sawit harus banyak mengandung lempung,

beraerasi baik dan subur. Tanah harus berdrainase baik, permukaan air tanah cukup dalam, solum

cukup dalam dan tidak berbatu. Tanah latosol, ultisol, dan aluvial yang meliputi tanah gambut,

dataran pantai dan muara sungai dapat dijadikan perkebunan kelapa sawit. Tanah memiliki

derajat kemasaman (pH) antara 4-6. Ketinggian tempat yang ideal bagi pertumbuhan kelapa

sawit antara     1-400 meter  diatas permukaan laut. Topografi datar, berombak dan hingga

bergelombang masih dapat dijadikan perkebunan kelapa sawit dan lereng antara 0-25%

(Lumbangaol, 2010).

            Kelapa sawit tumbuh pada beberapa jenis tanah seperti podsolik, latosol, hidromorfik

kelabu, regosol, andosol ,organosol  dan alluvial. Solum yang dalam lebih dari 80 cm, tekstur

lempung, dan lempung berpasir dengan komposisi 20-60% pasir, 10-40% dan 20-50% liat.

Struktur perkembangannya kuat, konsistensinya gembur sampai agak teguh dan permeabilitas

sedang      (Soehardjo dkk, 1996).

            Sebagian besar lahan-lahan yang digunakn sebagai perkebunan kelapa sawit termasuk

jenis-jenis tanah latosol (orisol), alluvial dan laterit (ultisol) sedangkan Purba dan Lubis mencatat

tujuh jenis tanah yang dapat dipakai untuk usaha tani kelapa sawit yaitu tanah organosol, regosol,

Andosol, Aluvial, Latosol, Podsolik merah kuning dan Podsolik Cokelat

(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008).

Page 36: Laporan Kelapa Sawit

Media Tanam

            Ada beberapa yang menjadi penentu kualitas bibit kelapa sawit yang akan di tanam, salah

satu yang terpenting adalah media tanam yang digunakan. Pada umumnya digunakan lapisan

tanah atas (top soil) yamg subur. Namun pada daerah tertentu top soil sulit didapatkan hal ini

disebabkan oleh penggunaannya yang makin terkikis akibat erosi. Tingkat kesuburan sub soil

yang tidak stabil dapat diperbaiki dengan menambahkan bahan bahan pembenah tanah

(amelioran) sehingga tanah sub soil benar-benar dapat menggantikan peran top soil sebagai

media tanam  pembibitan kelapa sawit (Soemantri, 2010).

            Media tanam untuk pembibitan  yang terpenting bahwa media tanam tersebut memiliki

sifat porous dan memiliki kesuburan tinggi. Tanah yang digunakan untuk mengisi polibag adalah

tanah dengan bebas dari akar-akaan, batu-batuan dan benda lain. Tanah yang dianjurkan adalah

mengandung cukup bahan organic berpasir 20-30% dan berliat (Pramana, 2010).

            Lapisan atas tanah atau topsoil cukup banyak mengandung bahan organic dan biasanya

berwarna gelap karena penimbunan bahan organic. Sedangkan tanah sub soil mengalami  cukup

pelapukan, mengandung lebih sedikit bahan organic. Produktivitasnya sedikit karena ditentukan

oleh keadaan sub soil tersebut (Soemantri, 2010).

            Tanah yang mengandung banyak lempung, beraerasi baik dan subur, berdrainase baik,

pemukaan air tanah cukup dalam, solum 80 cm pH tanah 4-6, dan tanah tidak berbatu. Tanah

latosol, ultisol,alluvial tanah gambut saprik. Tanah lapisan tanah sudah diayak, dan tanah dalam

polibag harus lembab          (Wahyudi, 2010).

            Pupuk kandang memang dapat menambah tersedianya bahan makanan (unsur hara) bagi

tanaman yang dapat diserapnya dari dalam tanah. Selain itu, pupuk kandang ternyata mempunyai

pengaruh yang positif (baik) terhadap sifat fisis dan kimiawi tanah, mendorong kehidupan

Page 37: Laporan Kelapa Sawit

(perkembangan) jasad renik. Dengan perkataan lain pupuk kandang mempunyai kemampuan

mengubah berbagai faktor dalam tanah, sehingga menjadi faktor-faktor yang menjamin

kesuburan tanah (Sutedjo, 2002).

            Horizon A dan Horizon B disebut dengan istilah solum yang merupakan tanah horizon A

disebut juga dengan istilah Top Soil atau tanah atas sedangkan horizon B disebut dengan Sub

Soil atau tanah bawah. Sub Soil merupakan penimbunan (illuviasi) dari bahan-bahan yang

tercuci diatasnya seperti bahan organik liat besi dan aluminium. Dengan berlangsungnya

pembentukan tanah maka tanah horizon B mengalami perkembangan dan berdiferensiasi menjadi

horizon-horizon B1, yakni peralihan dari horizon A ke horizon B                     (Wahyudi, 2010).

            Partikel-partikel pasir yang ukurannya jauh lebih besar dan memiliki permukaan yang

kecil dibandingkan debu dan liat. Oleh karena itu peranannya di dalam mengatur sifat-sifat kimia

tanah adalah kecil maka fungsi utamanya adalah untuk perbaikan sifat-sifat tanah. Bila jumlah

pasir tidak terlalu banyak dalam tanah, pengaruhnya akan baik karena cukup longgar air akan

mudah meresap dan jumlahnya cukup dikandung tanah, udara tanah mudah masuk dan tanah

mudah diolah (Sutedjo, 2002).      

Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS)

Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan  bahan organic yang mengandung

42,8% C, 2,90% K2O, 0,80% N, 0,22% P2O5, 0,30% MgO dan unsur-unsur mikro antara lain 10

ppm B, 23 ppm Cu, 51 ppm Zn. Namun menurut Darmoskoro dan Winarna (2001) tandan

kosong kelapa sawit mempunyai kadar C/N yang tinggi yaitu 45-55. Hal ini dapat menurunkan

ketersediaan N karena N termobilisasi dalam proses perombakan bahan organic dalam tanah.

Page 38: Laporan Kelapa Sawit

Hasil penelitian Hidayat, dkk (2007) menyimpan tanah top soil yang ditambahkan kompos

TKKS dengan perbandingan 8:2 dapat menggantikan bahkan lebih baik dari fungsi top soil

sebagai media tanam pembibitan utama kelapa sawit (Soemantri, 2010).

            Aplikasi kompos TKKS diperkaya mikroba pada pembibitan dapat meningkatkan

pertumbuhan bibit kelapa sawit. Aplikasi kompos TKKS pada TM mengurangi penggunaan

pupuk kimia 50% dan produksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian puuk kimia

standar 100%. Tanaman sawit yang diaplikasikan dengan kompos terlihat lebih tahan terhadap

kekurangan air kekurangan pupuk organic yaitu kandungan hara lambat tersedia diperlukan

dalam jumlah relative besar dibandingkan pupuk kimia serta butuh biaya angkut dan aplikasi

yang besar (Taniwiryono dan Isroi, 2008).

            Kompos TKS meningkatkan kandungan unsure hara N,P,K bahkan kandungan hara

tersebut lebih besar dari rekombinasi pemupukan kimia kompos. Kompos tandan kelapa sawit

telah diuji dan berpengaruh baik pada pembibitan kelapa sawit. Pemberian kompos TKS 50%

dan tanah 50% mampu meningkatkan tinggi tanaman dan jumlah pelepah pembibitan kelapa

sawit 16,81 cm dan 3,17 pelepah (Firmansyah, 2010).

            Tandan kosong kelapa sawit/janjang kosong merupakan produk pabrik sawit (PKS)

setelah TBS dip roses dari sterilizer dan stripper. Kompos tandan kosong/janjang kosong kaya

kandungan materi organic dan nutrisi bagi tanaman. Aplikasi JJK dapat meningkatkan proses

dekomposisi sehingga kandungan fisik, biologi dan kimia pada tanah meningkatkan peremajaan

tanah yang penting untuk jangka waktu yang lama dalam rangka mempertahankan produksi TBS

agar tetapa tinggi (Pahan, 2011).

            Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) banyak digunakan sebagai bahan baku pembuatan

pupuk organic karena diperoleh dalam jumlah besar dan murah. Tandan kosong kelapa sawit

Page 39: Laporan Kelapa Sawit

(TKKS) tidak dapat langsung terurai menjadi kompos. Agar dapat diubah menjadi unsur yang

lebih sederhana TKKS harus didegradasi terlebih dahulu proses degradasi secara alamiah

memakan waktu yang sangat lama, untuk itu dipakai jamur merang untuk mendegradasi

kandungan lignin dan selulosa (Ningtyas dkk, 2009).

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Percobaan

            Percobaan ini dilakukan setiap hari Senin dari bulan April sampai Mei 2012 di

Laboratorium Agronomi Tanaman Perkebunan, Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas

Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter diatas

permukaan laut.

Bahan dan Alat

            Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah benih kelapa sawit sebagai

objek percobaan, kompos TKKS (tandan kosong kelapa sawit) sebagai bahan campuran media

tanam, sub soil sebagai media tanam, subsoil sebagai campuran media tanam, polibag digunakan

sebagai wadah media tanam dan label sebagai penanda polibag.

Page 40: Laporan Kelapa Sawit

            Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah cangkul untuk mencampur media

tanam, gembor untuk menyiram benih, timbangan untuk menimbang kompos, buku data dan alat

tulis untuk menulis data.

Metode Percobaan

            Percobaan ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) factorial yang

terdiri dari 2 faktor perlakuan yaitu:

Faktor  I          : Media tanam (M) dengan 2 taraf

            M1       : Top soil + pasir (2:1)

            M2       : Sub soil + Pupuk kandang sapi (3:1)

Faktor  II         : Kompos TKKS dengan 3 taraf

            T0        : 10 gr

            T1        : 20 gr

            T3        : 30 gr

Sehingga didapat 6 kombinasi perlakuan yaitu

            M1TO             MIT2               M2T1

            M1TI               M2T0              M2T2

Jumlah ulangan                                   : 3

Jumlah plot per ulangan                      : 6

Jumlah bibit perpolibag                       : 1

Jumlah bibit perplot                            : 2       

Jumlah kecambah seluruhnya              : 36 bibit

Bagan Percobaan

Page 41: Laporan Kelapa Sawit

PELAKSANAAN PERCOBAAN

Persiapan Media Tanam

            Media tanam yang digunakan adalah sesuai dengan masing-masing perlakuan yaitu

campuran top soil dan pasir dengan perbandingan 2:1 (M1) dan campuran sub soil dan pupuk

kandang sapi dengan perbandingan 3:1 (M2).

Aplikasi Kompos TKKS

            Masing-masing perlakuan media tanam dicampur dengan kompos TKKS sesuai dengan

perlakuan masing-masing yaitu 10 gram (T0), 20 gram (T1) dan    30 gram (T2) kemudian

dimasukkan ke dalam polibag.

Penanaman

            Penanaman dilakukan dalam polibag, bibit kelpa sawit ditanam sedalam 1 cm dalam

polibag sebanyak 2 benih per polibag.

Pemeliharaan Tanaman

Penyiraman

            Penyiraman dilakukan setiap hari sampai kondisi kapasitas lapang dan selanjutnya

dikurangi bila keadaan tanah masih basah dan lembab.

Pengamatan Parameter

         Tinggi Tunas (cm)Tinggi tanaman yang berkecambah sudah berumur 3 bulan dihitung mulai dari

permukaan tanah sampai bagian tertinggi dari tanaman dengan interval 1 minggu.

         Jumlah Daun (Helai)                        Jumlah daun yang dihitung adalah daun yang telah membuka sempurna.

Perhitungan jumlah daun dilakukan dengan interval 1 minggu.

Page 42: Laporan Kelapa Sawit

         Diameter Batang (mm)                        Diameter batang dihitung dengan menggunakan jangka sorong setiap 1 minggu

sekali diukur dari 2 sisi batang diukur dari pangkal tanaman tersebut atau ± 1 cm diatas

permukaan tanah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tabel Tinggi Tunas Kelapa Sawit 8 MST (cm)

PerlakuanUlangan

Total RataanI II IIIM1A0 16,00 16,00 16,30 48,30 16,10M1A1 18,60 17,00 17,99 53,59 17,86M1A2 19,00 20,00 19,99 58,99 19,66M2A0 15,00 16,00 16,00 47,00 15,67M2A1 17,00 17,99 17,00 51,99 17,33M2A2 18,50 18,00 18,00 54,50 18,17Total 104,10 104,99 105,28 314,37 104,79

Rataan 17,35 17,50 17,55 52,40 17,47

Tabel Data Jumlah Daun Kelapa Sawit 8 MST (helai)

PerlakuanUlangan

Total RataanI II IIIM1A0 2,50 2,50 2,80 7,80 2,60M1A1 3,00 3,00 3,00 9,00 3,00M1A2 3,00 3,00 3,00 9,00 3,00M2A0 2,50 2,50 2,50 7,50 2,50M2A1 2,50 2,50 2,50 7,50 2,50M2A2 2,50 3,00 2,50 8,00 2,67Total 16,00 16,50 16,30 48,80 16,27

Rataan 2,67 2,75 2,72 8,13 2,71

Page 43: Laporan Kelapa Sawit

Tabel Data Diameter Batang Kelapa Sawit 8 MST (mm)

PerlakuanUlangan

Total RataanI II IIIM1A0 0,59 0,81 1,21 2,61 0,87M1A1 0,98 1,58 1,24 3,80 1,27M1A2 0,50 1,30 1,30 3,10 1,03M2A0 0,65 0,89 1,25 2,79 0,93M2A1 0,70 1,15 1,27 3,12 1,04M2A2 0,85 1,45 1,41 3,71 1,24Total 4,27 7,18 7,68 16,12 6,37

Rataan 0,71 1,20 1,28 3,19 1,06

Pembahasan

            Dari hasil percobaan diketahui bahwa tinggi tunas kelapa sawit 8 MST tertinggi adalah

pada perlakuan MIA2 yaitu top soil + pasir dengan pemberian 30 gr kompos TKKS (Tandan

Kosong Kelapa Sawit) yaitu sebesar 19,66 cm. Hal ini dikarenakan dibandingkan dengan

perlakuan lain pada perlakuan M1A2 diaplikasikan paling banyak kompos TKKS sehingga

kandungan hara N,P,K yang sangat penting terutama dalam meningkatkan tinggi tanaman cukup

tersedia dan dapat diserap tanaman kelapa sawit. Hal ini sesuai dengan literatur        Firmansyah

(2010) yang menyatakan bahwa kompos TKS meningkatkan kandungan unsur hara N,P,K

bahkan kandungan hara tersebut lebih besar dari rekombinasi pemupukan kimia kompos.

Pemberian kompos TKS 50% dan tanah 50% mampu meningkatkan tinggi tanaman dan jumlah

pelepah pembibitan kelapa sawit.

            Berdasarkan data pengamatan tinggi tunas kelapa sawit 8 MST diketahui bahwa data

terendah terdapat pada perlakuan M2A0 dengan sub soil, pupuk kandang sapi dan pemberian 10

gr kompos TKKS. Hal ini disebabkan karena jumlah kompos yang diaplikasikan sangat rendah

selain itu penggunaan sub soil sebagai media tanam juga kurang mendukung pertumbuhan

kecambah kelapa sawit sangat berbeda dengan penggunaan top soil yang subur sedangkan sub

Page 44: Laporan Kelapa Sawit

soil karena merupakan penimbunan dari bahan-bahan yang tercuci diatasnya seperti bahan

organik, liat besi dan aluminium yang kurang subur. Hal ini sesuai dengan literatur Wahyudi

(2010) yang menyatakan bahwa Sub Soil merupakan penimbunan (illuviasi) dari bahan-bahan

yang tercuci diatasnya seperti bahan organik liat besi dan aluminium sehingga tingkat

kesuburannya rendah.

            Dari hasil percobaan diketahui bahwa jumlah daun tertinggi pada 8 MST di dapat pada

perlakuan M1A1 (media tanam top soil + pasir (2:1), dicampurkan dengan 20 gr kompos TKKS)

dan M1A2 (media tanam top soil + pasir (2:1), dicampurkan dengan 30 gr kompos TKKS)

dengan jumlah daun masing-masing 3 helai. Pada perlakuan ini keduanya menggunakan top soil

dan pasir sebagai media tanam dengan aplikasi kompos TKKS 20 gr dan 30 gr. Pengaplikasian

kompos  TKKS tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun kelapa sawit. Peranan top soil

pada perlakuan ini sangat besar karena top soil cukup banyak mengandung bahan organik yang

dibutuhkan tanaman dalam melaksanakan proses pertumbuhannya. Hal ini sesuai dengan

literatur Soemantri (2010) yang menyatakan bahwa Lapisan atas tanah atau topsoil cukup banyak

mengandung bahan organic dan biasanya berwarna gelap karena penimbunan bahan organic.

Sedangkan tanah sub soil mengalami  cukup pelapukan, mengandung lebih sedikit bahan

organik.

            Data pengamatan jumlah daun kelapa sawit 8 MST terendah di dapatkan dari perlakuan

M2A0 (sub soil + pupuk kandang sapi (3:1) dicampur dengan 10 gr kompos TKKS) dan M2A1

(sub soil + pupuk kandang sapi (3:1) dicampur dengan 20 gr kompos TKKS) yang sama-sama

menggunakan subsoil sebagai media tanam. Penggunaan media tanam berupa top soil

sebenarnya masih kurang baik jika dibandingkan dengan penggunaan media tanam berupa

topsoil yang mengandung lebih banyak bahan organik sehingga jumlah daun yang dihasilkan

Page 45: Laporan Kelapa Sawit

akan lebih banyak dan pertumbuhan benih kelapa sawit menjadi lebih subur. Hal ini sesuai

dengan literatur Soemantri (2010) yang menyatakan bahwa Lapisan atas tanah atau topsoil cukup

banyak mengandung bahan organic dan biasanya berwarna gelap karena penimbunan bahan

organik. Sedangkan tanah sub soil mengalami  cukup pelapukan, mengandung lebih sedikit

bahan organik.

            Dari hasil pengamatan diketahui bahwa data             diameter batang kelapa sawit 8 MST

tertinggi adalah pada perlakuan M1A1 yaitu dengan media tanam top soil, pasir dan aplikasi 20

gr kompos TKKS. Kompos tandan kosong kelapa sawit yang diberikan mampu meningkatkan

bahan organik serta memberi nutrisi yang cukup bagi bibit kelapa sawit yang secara langsung

mempengaruhi pertumbuhan bibit kelapa sawit misalnya kearah peambahan diameter batang

kelapa sawit. Hal ini sesuai dengan literatur Pahan (2011) yang menyatakan bahwa Kompos

tandan kosong/janjang kosong kaya kandungan materi organic dan nutrisi bagi tanaman. Aplikasi

JJK dapat meningkatkan proses dekomposisi sehingga kandungan fisik, biologi dan kimia pada

tanah meningkatkan peremajaan tanah yang penting untuk jangka waktu yang lama.

Data pengamatan diameter batang kelapa sawit 8 MST terendah diperoleh dari perlakuan

M1A0 (top soil + pasir (2:1) dicampur dengan 10 gr kompos TKKS) karena pada perlakuan ini

pengaplikasian kompos TKKS terendah yaitu hanya sebesar 10 gr sehingga unsur hara yang

tersedia dari kompos TKKS tersebut juga sangat rendah. Kompos TKKS diketahui mengandung

unsure N,P,K tinggi bahkan kandungan hara tersebut lebih besar dari rekombinasi pemupukan

kimia kompos. Hal ini sesuai dengan literatur Firmansyah (2010) yang menyatakan bahwa

kompos TKS meningkatkan kandungan unsur hara N,P,K bahkan kandungan hara tersebut lebih

besar dari rekombinasi pemupukan kimia kompos. Kompos tandan kelapa sawit telah diuji dan

Page 46: Laporan Kelapa Sawit

berpengaruh baik pada pembibitan kelapa sawit karena mengandung unsur hara yang sangat

penting.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1.         Media Tanam berpengaruh terhadap pertumbuhan kecambah kelapa sawit. Hal ini dapat dilihat pada  tinggi tunas tertinggi pada perlakuan media tanam M1A2 sebesar 20 cm, Jumlah daun tertinggi pada perlakuan M1A2 sebesar 3 dan diameter batang tertinggi pada M1A1 sebesar 1,27.

2.         Pemberian kompos TKKS (Tandan Kosong Kelapa Sawit) berpengaruh terhadap pertumbuhan kecambah kelapa sawit. Hal ini dapat dilihat pada  tinggi tunas tertinggi pada perlakuan media tanam M1A2 sebesar 20 cm, Jumlah daun tertinggi pada perlakuan M1A2 sebesar 3 dan diameter batang tertinggi pada M1A1 sebesar 1,27.

3.         Interaksi antara Media Tanam dengan Pemberian kompos TKKS (Tandan Kosong Kelapa Sawit) berpengaruh terhadap pertumbuhan kecambah kelapa sawit. Hal ini dapat dilihat pada  tinggi tunas tertinggi pada perlakuan media tanam M1A2 sebesar 20 cm, Jumlah daun tertinggi pada perlakuan M1A2 sebesar 3 dan diameter batang tertinggi pada M1A1 sebesar 1,27.

Saran

            Sebaiknya pengambilan data dilakukan dengan hati-hati dan seksama sehingga

didapatkan data pengamatan yang akurat.

http://janganjurnalsaja.blogspot.com/2012/06/pengaruh-media-tanam-dan-pemberian.html

Page 47: Laporan Kelapa Sawit

BAB I PENDAHULUAN A . Latar Belakang Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) saat ini merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang menduduki posisi penting disektor pertanian umumnya, dan sektor perkebunan khususnya, hal ini disebabkan karena dari sekian banyak tanaman yang menghasilkan minyak atau lemak, kelapa sawit yang menghasilkan nilai ekonomi terbesar per hektarnya di dunia (Balai Informasi Pertanian, 1990). Melihat pentingnya tanaman kelapa sawit dewasa ini dan masa yang akan datang, seiring dengan meningkatnya kebutuhan penduduk dunia akan minyak sawit, maka perlu dipikirkan usaha peningkatan kualitas dan kuantitas produksi kelapasawit secara tepat agar sasaran yang diinginkan dapat tercapai. Salah satu diantaranya adalah pengendalian hama dan penyakit. (Sastrosayono 2003). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat menjadi andalan dimasa depan karena berbagai kegunaannya bagi kebutuhan manusia. Kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan nasional Indonesia. Selain menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumberdevisa negara. Penyebaran perkebunan kelapa sawit di Indonesia saat ini sudah berkembang di 22 daerah propinsi. Luas perkebunan kelapa sawit pada tahun 1968 seluas 105.808 hadengan produksi 167.669 ton, pada tahun 2007 telah meningkat menjadi 6.6 juta ha dengan produksi sekitar 17.3 juta ton CPO (Sastrosayono 2003). Tanaman kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan primadona Indonesia. Di tengah krisis global yang melanda dunia saat ini, industri sawit tetap bertahan dan memberi sumbangan besar terhadap perekonomian negara. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang luas, industri sawit menjadi salah satu sumber devisa terbesar bagi Indonesia. Data dari Direktorat Jendral Perkebunan (2008) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia, dari 4 713 435 ha pada tahun 2001 menjadi 7.363.847 ha pada tahun 2008 dan luas areal perkebunan kelapa sawit ini terus mengalami peningkatan. Peningkatan luas areal tersebut juga diimbangi dengan peningkatan produktifitas. Produktivitas kelapa sawit adalah 1.78 ton/ha pada tahun 2001 dan meningkat menjadi 2.17 ton/ha pada tahun 2005. Hal ini merupakan kecenderungan yang positif dan harus dipertahankan. Untuk mempertahankan produktifitas tanaman tetap tinggi diperlukan pemeliharaan yang tepat dan salah satu unsur pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM) adalah pengendalian hama dan penyakit. Sektor perkebunan merupakan salah satu potensi dari subsektor pertanian yang berpeluang besar untuk meningkatkan perekonomian rakyat dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Pada saat ini, sektor perkebunan dapat menjadi penggerak pembangunan nasional karena dengan adanya dukungan sumber daya yang besar, orientasi pada ekspor, dan komponen impor yang kecil akan dapat menghasilkan devisa non migas dalam jumlah yang besar. Produktivitas kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh teknik budidaya yang diterapkan. Pemeliharaan tanaman merupakan salah satu kegiatan budidaya yang sangat penting dan menentukan masa produktif tanaman. Salah satu aspek pemeliharaan tanaman yang perlu diperhatikan dalam kegiatan budidaya kelapa sawit adalah pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian hama dan penyakit yang baik dapat meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman. B . Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui cara budidaya tanaman kelapa sawit dan teknik pengendalian hama dan penyakit pada tanaman kelapa sawit. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kelapa sawit berakar serabut yang terdiri atas akar primer, skunder, tertier dan kuartier. Akar-akar primer pada umumnya tumbuh ke bawah, sedangkan akar skunder, tertier dan kuartier arah tumbuhnya mendatar dan ke bawah. Akar kuartier berfungsi menyerap unsur hara dan air dari dalam tanah. Akar-akar kelapa sawit banyak berkembang di lapisan tanah atas sampai kedalaman sekitar 1 meter dan semakin ke bawah semakin sedikit (Setyamidjaja, 2006). Tanaman kelapa sawit umumnya memiliki batang yang tidak bercabang. Pada pertumbuhan awal

Page 48: Laporan Kelapa Sawit

setelah fase muda (seedling) terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia (ruas). Titik tumbuh batang kelapa sawit terletak di pucuk batang, terbenam di dalam tajuk daun. Di batang terdapat pangkal pelepah-pelepah daun yang melekat kukuh (Sunarko, 2008). Pertumbuhan awal daun berikutnya akan membentuk sudut. Daun pupus yang tumbuh keluar masih melekat dengan daun lainnya. Arah pertumbuhan daun pupus tegak lurus ke atas dan berwarna kuning. Anak daun (leaf let) pada daun normal berjumlah 80-120 lembar (Setyamidjaja, 2006). Tanaman kelapa sawit berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan mulai mengeluarkan bunga jantan atau bunga betina. Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat. Tanaman kelapa sawit mengadakan penyerbukan bersilang (cross pollination). Artinya bunga betina dari pohon yang satu dibuahi oleh bunga jantan dari pohon yang lainnya dengan perantaan angin dan atau serangga penyerbuk (Sunarko, 2008). Tandan buah tumbuh di ketiak daun. Semakin tua umur kelapa sawit, pertumbuhan daunnya semakin sedikit, sehingga buah terbentuk semakin menurun. Hal ini disebabkan semakin tua umur tanaman, ukuran buah kelapa sawit akan semakin besar. Kadar minyak yang dihasilkannya pun akan semakin tinggi. Berat tandan buah kelapa sawit bervariasi, dari beberapa ons hingga 30 kg (Setyamidjaja, 2006). Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis yang umumnya dapat tumbuh di daerah antara 120º Lintang Utara 120º Lintang Selatan. Curah hujan optimal yang dikehendaki antara 2.000-2.500 mm per tahun dengan pembagian yang merata sepanjang tahun. Lama penyinaran matahari yang optimum antara 5-7 jam per hari dan suhu optimum berkisar 240-380C. Ketinggian di atas permukaan laut yang optimum berkisar 0-500 meter (Setyamidjaja, 2006). Di daerah-daerah yang musim kemaraunya tegas dan panjang, pertumbuhan vegetatif kelapa sawit dapat terhambat, yang pada gilirannya akan berdampak negatif pada produksi buah. Suhu berpengaruh pada produksi melalui pengaruhnya terhadap laju reaksi biokimia dan metabolisme dalam tubuh tanaman. Sampai batas tertentu, suhu yang lebih tinggi menyebabkan meningkatnya produksi buah. Suhu 200C disebut sebagai batas minimum bagi pertumbuhan vegetatif dan suhu rata-rata tahunan sebesar 22-230C diperlukan untuk berlangsungnya produksi buah (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005). Kelapa sawit dapat tumbuh baik pada sejumlah besar jenis tanah di wilayah tropika. Persyaratan mengenai jenis tanah tidak terlalu spesifik seperti persyaratan faktor iklim. Hal yang perlu ditekankan adalah pentingnya jenis tanah untuk menjamin ketersediaan air dan ketersediaan bahan organik dalam jumlah besar yang berkaitan dengan jaminan ketersediaan air (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005). Tanah yang sering mengalami genangan air umumnya tidak disukai tanaman kelapa sawit karena akarnya membutuhkan banyak oksigen. Drainase yang jelek bisa menghambat kelancaran penyerapan unsur hara dan proses nitrifikasi akan terganggu, sehingga tanaman akan kekurangan unsur nitrogen (N).Karena itu, drainase tanah yang akan dijadikan lokasi perkebunan kelapa sawit harus baik dan lancar, sehingga ketika musim hujan tidak tergenang (Sunarko, 2008). BAB III PEMBAHASAN 2.1 Syarat Tumbuh Sebagai tanaman yang dibudidayakan, tanaman kelapa sawit memerlukan kondisi lingkungan yang baik atau cocok, agar mampu tumbuh subur dan dapat berproduksi secara maksimal. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit antara lain keadaan iklim dan tanah. Selain itu, faktor yang juga dapat mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit adalah faktor genetis, perlakuan budidaya, dan penerapan teknologi. a) Iklim · Curah hujan dan kelembaban Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan di daerah tropik, dataran rendah yang panas, dan lembab. Curah hujan yang baik adalah 2.500-3.000 mm per tahun yang turun merata sepanjang tahun. Daerah pertanaman yang ideal untuk bertanam kelapa sawit adalah dataran rendah yakni antara 200-400 meter di atas permukaan laut. Pada ketinggian tempat lebih 500 meter di atas permukaan laut, pertumbuhan

Page 49: Laporan Kelapa Sawit

kelapa sawit ini akan terhambat dan produksinya pun akan rendah Penyinaran matahari Lama penyinaran matahari yang baik untuk kelapa sawit adalah 7-5 jam per hari.pertumbuhan kelapa sawit di Sumatera Utara terkanal baik karena berkat iklim yang sesuai yaitu lama penyinaran matahari yang tinggi dan curah hujan yang cukup. Umumnya turun pada sore atau malam hari. Suhu Suhu merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan hasil kelapa sawit. Suhu rata-rata tahunan daerah-daerah pertanaman kelapa sawit berada antara 25-27 0C, yang menghasilkan banyak tandan. Variasi suhu yang baik jangan terlalu tinggi. Semakin besar variasi suhu semakin rendah hasil yang diperoleh. Suhu, dingin dapat membuat tandan bunga mengalami merata sepanjang tahun. b) Tanah Pertumbuhan dan produksi kelapa sawit dalam banyak hal bergantung pada karakter lingkungan fisik tempat pertanaman kelapa sawit itu dibudidayakan. Jenis tanah yang baik untuk bertanam kelapa sawit adalah tanah latosol, podsolik merah kuning, hidromorf kelabu, aluvial, dan organosol/gambut tipis. Kesesuaian tanah untuk bercocok tanam kelapa sawit ditentukan oleh dua hal, yaitu sifat-sifat fisis dan kimia tanah. Sifat fisik tanah Pertumbuhan kelapa sawit akan baik pada tanah yang datar atau sedikit miring, solum dalam dan mempunyai drainase yang baik, tanah gembur, subur, permeabilitas sedang, dan lapisan padas tidak terlalu dekat dengan permukaan tanah. Tanah yang baik bagi pertumbuhan juga harus mampu menahan air yang cukup dan hara yang tinggi secara alamiah maupun hara tambahan. Tanah yang kurang cocok adalah tanah pantai berpasir dan tanah gambut tebal. Dalam menentukan batas-batas yang tajam mengenai kesesuaian sifat fisis tanah di antara tipe-tipe tanah memang relatif sulit. Sifat kimia tanah Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh baik pada tanah pH 4,0-6,5 dan pH optimumnya antara 5,0-5,5. Tanah yang memiliki pH rendah biasanya dijumpai pada daerah pasang surut, terutama tanah gambut. Tanah organosol atau gambut mengandung lapisan yang terdiri atas lapisan mineral dengan lapisan bahan organik yang belum terhumifikasi lebih lanjut memiliki pH rendah. 2.2 Teknik budidaya tanaman kelapa sawit 2.3 Persiapan Lahan Pembukaan lahan merupakan salah satu tahapan kegiatan dalam budidaya Kelapa Sawit yang sudah ditentukan jadwalnya berdasarkan tahapan pekerjaan yang akan dilakukan sesuai dengan jenis lahannya (areal) hutan, areal alang-alang, areal gambut. Supaya areal tersebut dapat ditanami Kelapa sawit maka areal tersebut harus bersih dari vegetasi atau semak belukar yang akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman pokok. Sedangkan untuk memudahkan dalam pengelolaan tanaman Kelapa sawit dibutuhkan suatu perencanaan tata ruang kebun yang direncanakan pada saat pembukaan lahan dan sebelum penanaman Kelapa sawit (Setyamidjaja, 2003). 2.4 Pembibitan Bibit merupakan produk yang dihasilkan dari suatu proses pengadaan bahan tanaman yang dapat berpengaruh terhadap pencapaian hasil produksi pada masa selanjutnya. Pembibitan merupakan langkah awal dari seluruh rangkaian kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit. Melalui tahap pembibitan sesuai standar teknis diharapkan dapat dihasilkan bibit yang baik dan berkualitas. Bibit kelapa sawit yang baik adalah bibit yang memiliki kekuatan dan penampilan tumbuh yang optimal serta berkemampuan dalam menghadapi kondisi cekaman lingkungan pada saat pelaksanaan penanaman (transplanting). Menurut Setyamidjaja, (2006), untuk menghasilkan bibit yang baik dan berkualitas seperti tersebut di atas, diperlukan pedoman kerja yang dapat menjadi acuan, sekaligus kontrol selama pelaksanaan di lapang. Untuk itu berikut ini disampaikan tahapan pembibitan, mulai dari persiapan, pembibitan awal dan pembibitan utama. 2.4.1 Pemilihan Lokasi Penentuan lokasi pembibitan perlu memperhatikan beberapa persyaratan sebagai berikut: Areal pembibitan harus terletak sedekat mungkin dengan daerah yang direncanakan untuk ditanami dengan memperhitungkan biaya pengangkutan bibit Areal diusahakan mempunyai topografi datar dan berada di tengah-tengah Kebun Dekat dengan sumber air dan air tersedia cukup untuk

Page 50: Laporan Kelapa Sawit

penyiraman, dengan kualitas yang memenuhi syarat. Dekat dengan tempat pengambilan media tanam untuk pembibitan. Drainase baik, sehingga pada musim hujan tidak tergenang air. Lokasi Pembibitan mempunyai jalan yang mudah dijangkau dan mempunyai kondisi baik. Dekat dengan tenaga kerja lapangan sehingga memudahkan dalam pengawasan. Areal harus jauh dari sumber hama dan penyakit, serta mempunyai sanitasi yang baik. 2.4.2 Luas Pembibitan Kebutuhan areal pembibitan umumnya 1,0–1,5% dari luas areal pertanaman yang direncanakan. Luas areal pembibitan yang dibutuhkan bergantung pada jumlah bibit dan jarak tanam yang digunakan. Dalam menentukan luasan pembibitan perlu diperhitungkan pemakaian jalan, yang untuk setiap hektar pembibitan diperlukan jalan pengawasan sepanjang 200 m dengan lebar 5 m. 2.4.3 Sistem Pembibitan Pembibitan kelapa sawit dapat dilakukan dengan menggunakan satu atau dua tahapan pekerjaan, tergantung kepada persiapan yang dimiliki sebelum kecambah dikirim ke lokasi pembibitan. Untuk pembibitan yang menggunakan satu tahap (single stage), berarti penanaman kecambah kelapa sawit langsung dilakukan ke pembibitan utama (Main Nursery). Sedangkan pada sistem pembibitan dua tahap (double stage), dilakukan pembibitan awal (Pre Nursery) terlebih dahulu selama ± 3 bulan pada polybag berukuran kecil dan selanjutnya dipindah ke pembibitan utama (Main Nursery) dengan polybag berukuran lebih besar. Sistem pembibitan dua tahap banyak dilaksanakan oleh perusahaan perkebunan, karena memiliki beberapa keuntungan, antara lain: Kemudahan dalam pengawasan dan pemeliharaan serta tersedianya waktu persiapan pembibitan utama pada tiga bulan pertama. Terjaminnya bibit yang akan ditanam ke lapangan, karena telah melalui beberapa tahapan seleksi, baik di pembibitan awal maupun di pembibitan utama. Seleksi yang ketat (10%) di pembibitan awal dapat mengurangi keperluan tanah dan polybag besar di pembibitan utama. 2.4.4 Media Tanam Media tanam yang digunakan seharusnya adalah tanah yang berkualitas baik, misalnya tanah bagian atas (top soil) pada ketebalan 10-20 cm. Tanah yang digunakan harus memiliki struktur yang baik, gembur, serta bebas kontaminasi (hama dan penyakit, pelarut, residu dan bahan kimia). Bila tanah yang akan digunakan kurang gembur dapat dicampur pasir dengan perbandingan pasir : tanah = 3 : 1 (kadar pasir tidak melebihi 60%). Sebelum dimasukkan ke dalam polybag, campuran tanah dan pasir diayak dengan ayakan kasar berdiameter 2 cm. Proses pengayakan bertujuan untuk membebaskan media tanam dari sisa-sisa kayu, batuan kecil dan material lainnya. 2.4.5 Kantong Plastik (Polybag) Ukuran polybag tergantung pada lamanya bibit di pembibitan. Pada tahap pembibitan awal (Pre-Nursery), polybag yang digunakan berwarna putih atau hitam dengan ukuran panjang 22 cm, lebar 14 cm, dan tebal 0,07 mm. Setiap polybag dibuat lubang diameter 0,3 cm sebanyak 12-20 buah. Pada tahap pembibitan utama (Main-Nursery) digunakan polybag berwarna hitam dengan ukuran panjang 50 cm, lebar 37-40 cm dan tebal 0,2 mm. Pada setiap polybag dibuat lubang diameter 0,5 cm sebanyak 12 buah pada ketinggian 10 cm dari bawah polybag. 2.4.6 Pembibitan Awal ( Pre-Nursery ) Benih yang sudah berkecambah dideder dalam polybag kecil, kemudian diletakkan pada bedengan-bedengan yang lebarnya 120 cm dan panjang bedengan secukupnya. Ukuran polybag yang digunakan adalah 12 x 23 cm atau 15 x 23 cm ( lay flat ). Polybag diisi dengan 1,5 – 2,0 kg tanah atas yang telah diayak. Tiap polybag diberi lubang untuk drainase. Kecambah ditanam sedalam ± 2 cm dari permukaan tanah dan berjarak 2 cm. Setelah bibit dederan yang berada di prenursery telah berumur 3 – 4 bulan dan berdaun 4 – 5 helai, bibit dederan sudah dapat dipindahkan ke pembibitan utama (main-nursery). Keadaan tanah di polybag harus selalu dijaga agar tetap lembab tapi tidak becek. Pemberian air pada lapisan atas tanah polybag dapt menjaga kelembaban yang dibutuhkan oleh bibit. Penyiraman dengan sistem springkel irrigation sangat membantu dalam usaha memperoleh kelembaban yang diinginkan dan dapat melindungi bibit terhadap kerusakan karena siraman.

Page 51: Laporan Kelapa Sawit

2.4.7 Pembibitan Utama ( Main-Nursery ) Untuk penanaman bibit pindahan dari dederan dibutuhkan polybag yang lebih besar, berukuran 40 cm x 50 cm atau 45 cm x 60 cm (lay flat), tebal 0,11 mm dan diberi lubang pada bagian bawahnya untuk drainase. Polybag diisi dengan tanah atas yang telah diayak sebanyak 15 – 30 kg per polybag, disesuaikan dengan lamanya bibit yang akan dipelihara (sebelum dipindahkan) di pesemaian bibit (Setyamidjaja, 2006). Bibit dederan ditanam sedemikian rupa sehingga leher akar berada pada permukaan tanah polybag besar dan tanah sekitar bibit di padatkan agar bibit berdiri tegak. Bibit pada polybag besar kemudian disusun di atas lahan yang telah diratakan, dibersihkan dan diatur dengan hubungan sistem segitiga sama sisi dengan jarak misalnya 100 cm x 100 cm x 100 cm (Setyamidjaja, 2006). 2.4.8 Pemeliharaan (pada pembibitan) Bibit yang yang telah ditanam di prenursery atau nursery perlu dipelihara dengan baik agar pertumbuhannya sehat dan subur, sehingga bibit akan dapat dipindahkan ke lapang sesuai dengan umur dan saat tanam yang tepat. Pemeliharaan bibit meliputi : v Penyiraman v Penyiangan v Pengawasan dan seleksi v Pemupukan a. Penyiraman Ø Penyiraman bibit dilakukan dua kali sehari, kecuali apabila jatuh hujan lebih dari 7 – 8 mm pada hari yang bersangkutan. Ø Air untuk menyiram bibit harus bersih dan cara menyiramnya harus dengan semprotan halus agar bibit dalam polybag tidak rusak dan tanah tempat tumbuhnya tidak padat. Ø Kebutuhan air siraman ± 2 liter per polybag per hari, disesuaikan dengan umur bibit. b. Penyiangan Ø Gulma yang tumbuh dalam polybag dan di tanah antara polybag harus dibersihkan, dikored atau dengan herbisida Ø Penyiangan gulma harus dilakukan 2-3 kali dalam sebulan atau disesuaikan dengan pertumbuhan gulma. c. Pengawasan dan seleksi Ø Pengawasan bibit ditujukan terhadap pertumbuhan bibit dan perkembangan gangguan hama dan penyakit Ø Bibit yang tumbuh kerdil, abnormal, berpenyakit dan mempunyai kelainan genetis harus dibuang. Ø Pembuangan bibit (thinning out) dilakukan pada saat pemindahan ke main nursery, yaitu pada saat bibit berumur 4 bulan dan 9 bulan, serta pada saat pemindahan bibit ke lapangan. Menurut (Setyamidjaja, 2006), seleksi dilakukan sebanyak tiga kali. Seleksi pertama dilakukan pada waktu pemindahan bibit ke pembibitan utama. Seleksi kedua dilakukan setelah bibit berumur empat bulan di pembibitan utama. Seleksi terakhir dilakukan sebelum bibit dipindahkan ke lapangan. Bibit dapat dipindahkan ke lapangan setelah berumur 12-14 bulan. Tanaman yang bentuknya abnormal dibuang, dengan ciri-ciri: a) bibit tumbuh meninggi dan kaku b) bibit terkulai c) anak daun tidak membelah sempurna d) terkena penyakit e) anak daun tidak sempurna. d. Pemupukan Ø Pemupukan bibit sangat penting untuk memperoleh bibit yang sehat, tumbuh cepat dan subur. Ø Pupuk yang diberikan adalah Urea dalam bentuk larutan dan pupuk majemuk. 2.4.9 Panen Mulai berbuah setelah 2,5 tahun dan masak 5,5 bulan setelah penyerbukan. Dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya 60% buah telah matang panen, dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah matang panen. Ciri tandan matang panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih. 2.5 Hama dan Penyakit 2.5.1. Hama a. Hama Tungau Penyebabnya tungau merah (Oligonychus). Bagian diserang adalah daun. Gejala terlihat pada daun menjadi mengkilap dan berwarna bronz. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara Semprot Pestisida atau Natural BVR. b. Ulat Setora Penyebabnya adalah (Setora nitens). Bagian yang diserang adalah daun. Gejala yang terlihat pada daun dimakan sehingga tersisa lidinya saja. Pengendalian dengan cara penyemprotan dengan Pestisida 2.5.2. Penyakit a. Root Blast Penyebab dari penyakit ini yaitu (Rhizoctonia lamellifera) dan (Phythium Sp). Bagian diserang akar. Gejala dapat dilihat dari bibit di persemaian mati mendadak, tanaman dewasa layu dan mati, terjadi pembusukan akar. Pengendalian dengan cara pembuatan persemaian yang baik, pemberian air irigasi di musim

Page 52: Laporan Kelapa Sawit

kemarau, penggunaan bibit berumur lebih dari 11 bulan (Zaman, 2006). b. Garis Kuning Penyebab dari penyakit ini yaitu (Fusarium oxysporum). Bagian diserang daun. Gejala terdapat bulatan oval berwarna kuning pucat mengelilingi warna coklat pada daun, daun mengering. Pengendalian dengan cara inokulasi penyakit pada bibit dan tanaman muda. c. Dry Basal Rot Penyebab penyakit ini yaitu (Ceratocyctis paradoxa). Bagian diserang batang. Gejala terdapat pada pelepah mudah patah, daun membusuk dan kering; daun muda mati dan kering. Pengendalian dengan menanam bibit yang telah diinokulasi penyakit BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Tanaman kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat menjadi andalan dimasa depan karena berbagai kegunaannya bagi kebutuhan manusia. Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis yang umumnya dapat tumbuh di daerah antara 120º Lintang Utara 120º Lintang Selatan. Curah hujan optimal yang dikehendaki antara 2.000-2.500 mm per tahun dengan pembagian yang merata sepanjang tahun. Lama penyinaran matahari yang optimum antara 5-7 jam per hari dan suhu optimum berkisar 240-380C Tanaman kelapa sawit mulai berbuah setelah 2,5 tahun dan masak 5,5 bulan setelah penyerbukan. Dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya 60% buah telah matang panen, dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah matang panen. Ciri tandan matang panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih. Tanaman dengan umur kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan kuran lebih 10 butir dan tanaman dengan umur lebih 10 tahun, jumlah brondolan sekitar 15-20 butir. Tanaman kelapa sawit akan menghasilkan tandan buah segar (TBS) yang dapat dipanen pada saat tanaman berumur 3 atau 4 tahun DAFTAR PUSTAKA Sastrosayono, S., 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka, Jakarta. Setyamidjaja, D. 2006. Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta. 62 Hal. Sunarko, 2008. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka, Jakarta. Setyamidjaja dan Djoehana. 1991. Budidaya Kelapa sawit. Kanisius. Yogyakarta Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta. 410 hal. Perangin-angin, S.A. 2006. Pengendalian Gulma di Kebun Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jacq.) Kawan Batu Estate, PT. Teguh Sempurna, Minamas Plantation, Kalimantan Tengah. Zaman, F.F.S.B. 2006. Manajemen Pengendalian Hama dan penyakit pada Tanaman Belum Mengahasilkan di Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jacq.) PT. Make Money at : http://bit.ly/copy_win

Make Money at : http://bit.ly/copy_winhttp://newfachrulislami.blogspot.com/2013/10/makalah-budidaya-kelapa-sawit-elaeis_20.html

Page 53: Laporan Kelapa Sawit

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Indonesia, tanaman kelapa sawit merupakan tanaman yang banyak dikebunkan oleh perusahaan-perusahaan besar, baik pemerintah maupun swasta. Bahkan masyarakat pun banyak bertanam kelapa sawit secara kecil-kecilan. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman kelapa sawit sangat cocok tumbuh di Indonesia. Jika Indonesia ditargetkan untuk menjadi negara penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia, tentu orang-orang yang mengelolanya, mulai dari pembibitan, penanaman sampai ke teknik pengelolahan hasil panen harus berlaku profesional.

A. Sejarah Penyebaran Tanaman Kelapa Sawit

Pada awalnya bangsa Portugis mengenal tanaman kelapa sawit saat melakukan perjalanan ke Pantai Gading (Ghana). Mereka heran ketika menyaksikan penduduk setempat menggunakannya untuk memasak dan sebagai bahan kecantikan. Tanaman kelapa sawit masuk ke Indonesia dan daerah-daerah lain di Asia sebagai tanaman hias sekitar tahun 1848. Daerah pertama di Indonesia yang diketahui sangat cocok untuk membudidayakan tanaman kelapa sawit ini adalah Sumatera Utara.

Perkebunan kelapa sawit di Indonesia dilakukan oleh beberapa perusahaan perkebunan kelapa sawit. Di pulau Sumatera saja hingga tahun 1920 sudah puluhan perusahaan perkebunan yang menanam kelapa sawit. Masa suram bagi tanaman kelapa sawit sempat terjadi pada waktu penjajahan Jepang, yang mengakibatkan kebun kelapa sawit diganti dengan tanaman pangan. Hal itu menyebabkan pabrik-pabrik pengolahan tidak lagi berproduksi.

Potensi areal perkebunan Indonesia masih terbuka luas untuk tanaman kelapa sawit. Upaya perluasan perkebunan komoditas kelapa sawit dilaksanakan dengan jangkauan daerah penanaman meluas ke luar dari daerah serta kelapa sawit sebelumnya, yaitu dengan membangun perkebunan-perkebunan baru di Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Data menunjukkan kecendrungan peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit, khususnya perkebunan rakyat.

B. Perdagangan Kelapa Sawit

Kelapa sawit merupakan minyak nabati yang penting, di samping kelapa, kacang-kacangan, jagung, bunga matahari, dan sebagainya. Komoditas kelapa sawit merupakan komoditas perdagangan yang menjanjikan. Minyak kelapa sawit mampu menghasilkan berbagai hasil industri hilir yang dibutuhkan manusia, seperti minyak goreng, mentega, sabun, kosmetik, dan lain sebagainya.

Page 54: Laporan Kelapa Sawit

Minyak kelapa sawit yang mengandung asam lemak jenuh dan tidak jenuh dalam proses selanjutnya akan menghasilkan fraksi olein, stearin, dan fatty acid. Olein dipergunakan untuk pembuatan minyak goreng, stearin digunakan untuk pembuatan mentega, sedangkan fatty acid dalam pengembangannya dapat digunakan sebagai bahan dasar oleokimia.

Tanaman kelapa sawit merupakan komoditi yang sangat menguntungkan, sehingga perluasan areal sangat maju pesat. Industri pengolahan kelapa sawit di Indonesia terus mengalami peningkatan. Sejumlah pabrik dengan kapasitas produksi minyak sawit CPO (Crude Palm Oil) tersebar hampir di seluruh provinsi di Indonesia. Pemasaran produk kelapa sawit pada perkebunan besar negara dilakukan secara bersama melalui kantor pemasaran yang sudah ditunjuk bersama, sedangkan untuk perkebunan besar swasta, pemasaran dilakukan oleh masing-masing perusahaan. Pada umumnya perusahaan besar, baik negara maupun swasta menjual produk kelapa sawit dalam bentuk olahan, yaitu minyak sawit mentah (CPO) dan minyak inti sawit (PKO). Penjualan langsung kepada eksportir ataupun ke pedagang atau industri dalam negeri.

Perkebunan kelapa sawit yang dikelola oleh rakyat yang hasil produksinya terbatas, penjualan sulit dilakukan apabila ingin menjualnya langsung ke industri pengolah. Oleh karena itu, petani harus menjualnya melalui pedagang tingkat desa atau melalui KUD, kemudian berlanjut ke pedagang besar hingga ke industri pengolah. Penjangnya rantai pemasaran hasil perkebunan rakyat ini menyebabkan tingkat keuntungan yang diperoleh para petani relatif kecil.

A. Prospek Budidaya Kelapa Sawit

Permintaan yang cenderung terus meningkat menyebabkan harga minyak sawit dalam negeri pun terus menunjukkan peningkatan, walaupun perlu diperhatikan bahwa harga minyak sawit dalam negeri sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, terutama harga minyak goreng dari bahan lain di dunia.

Produksi minyak kelapa sawit (CPO) di dalam negeri diserap oleh industri pangan, terutama industri minyak goreng dan industri nonpangan seperti industri kosmetik dan farmasi. Potensi pasar yang lebih besar dipegang oleh industri minyak goreng. Potensi tersebut terlihat dari semakin bertambahnya jumlah penduduk yang membutuhkan minyak goreng dalam proses memasak bahan pangannya.

Komoditas kelapa sawit merupakan komoditas perdagangan yang sangat menjanjikan. Pada masa depan, minyak sawit diyakini tidak hanya mampu menghasilkan berbagai hasil industri hilir yang dibutuhkan manusia seperti minyak goreng, mentega, sabun, kosmetik, tetapi juga menjadi subtitusi bahan bakar minyak yang saat ini sebagian besar dipenuhi dengan minyak bumi.

A. Produk Kelapa Sawit dan Pemanfaatannya

Page 55: Laporan Kelapa Sawit

Hasil utama tanaman kelapa sawit adalah minyak sawit atau yang sering dikenal dengan nama CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit. Minyak sawit dapat dimanfaatkan di berbagai industri karena memiliki susunan dan kandungan gizi yang cukup lengkap. Industri yang banyak menggunakan minyak sawit sebagai bahan baku adalah industri pangan, industri kosmetik, dan farmasi. Bahkan minyak sawit telah dikembangkan sebagai sakah satu bahan bakar.

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa minyak sawit memiliki keuntungan dibandingkan dengan minyak nabati lainnya. Keunggulan tersebut antara lain:

1. Menjadi sumber minyak nabati termurah karena efisiensi minyak kelapa sawit ini tinggi;2. Dibanding minyak lainnya, minyak kelapa sawit mempunyai produktivitas yang tinggi;3. Dibanding minyak nabati lainnya, minyak kelapa sawit mempunyai manfaat yang lebih

luas, baik pada industri pangan, maupun pada industri non pangan;4. Kandungan gizi minyak kelapa sawit lebih unggul daripada minyak nabati lainnya.5. B. Teknik Budidaya Tanaman Kelapa Sawit6. 1. Syarat Tumbuh

Sebagai tanaman yang dibudidayakan, tanaman kelapa sawit memerlukan kondisi lingkungan yang baik atau cocok, agar mampu tumbuh subur dan dapat berproduksi secara maksimal. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit antara lain keadaan iklim dan tanah. Selain itu, faktor yang juga dapat mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit adalah faktor genetis, perlakuan budidaya, dan penerapan teknologi.

a. Iklim

Curah hujan dan kelembaban

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan di daerah tropik, dataran rendah yang panas, dan lembab. Curah hujan yang baik adalah 2.500-3.000 mm per tahun yang turun merata sepanjang tahun. Daerah pertanaman yang ideal untuk bertanam kelapa sawit adalah dataran rendah yakni antara 200-400 meter di atas permukaan laut. Pada ketinggian tempat lebih 500 meter di atas permukaan laut, pertumbuhan kelapa sawit ini akan terhambat dan produksinya pun akan rendah.

Penyinaran matahari

Lama penyinaran matahari yang baik untuk kelapa sawit adalah 7-5 jam per hari.pertumbuhan kelapa sawit di Sumatera Utara terkanal baik karena berkat iklim yang sesuai yaitu lama penyinaran matahari yang tinggi dan curah hujan yang cukup. Umumnya turun pada sore atau malam hari.

Suhu

Page 56: Laporan Kelapa Sawit

Suhu merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan hasil kelapa sawit. Suhu rata-rata tahunan daerah-daerah pertanaman kelapa sawit berada antara 25-27 0C, yang menghasilkan banyak tandan. Variasi suhu yang baik jangan terlalu tinggi. Semakin besar variasi suhu semakin rendah hasil yang diperoleh. Suhu, dingin dapat membuat tandan bunga mengalami merata sepanjang tahun.

b. Tanah

Pertumbuhan dan produksi kelapa sawit dalam banyak hal bergantung pada karakter lingkungan fisik tempat pertanaman kelapa sawit itu dibudidayakan. Jenis tanah yang baik untuk bertanam kelapa sawit adalah tanah latosol, podsolik merah kuning, hidromorf kelabu, aluvial, dan organosol/gambut tipis.

Kesesuaian tanah untuk bercocok tanam kelapa sawit ditentukan oleh dua hal, yaitu sifat-sifat fisis dan kimia tanah.

Sifat fisis tanah

Pertumbuhan kelapa sawit akan baik pada tanah yang datar atau sedikit miring, solum dalam dan mempunyai drainase yang baik, tanah gembur, subur, permeabilitas sedang, dan lapisan padas tidak terlalu dekat dengan permukaan tanah.

Tanah yang baik bagi pertumbuhan juga harus mampu menahan air yang cukup dan hara yang tinggi secara alamiah maupun hara tambahan. Tanah yang kurang cocok adalah tanah pantai berpasir dan tanah gambut tebal. Dalam menentukan batas-batas yang tajam mengenai kesesuaian sifat fisis tanah di antara tipe-tipe tanah memang relatif sulit.

Sifat kimia tanah

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh baik pada tanah pH 4,0-6,5 dan pH optimumnya antara 5,0-5,5. Tanah yang memiliki pH rendah biasanya dijumpai pada daerah pasang surut, terutama tanah gambut. Tanah organosol atau gambut mengandung lapisan yang terdiri atas lapisan mineral dengan lapisan bahan organik yang belum terhumifikasi lebih lanjut memiliki pH rendah.

2. Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman merupakan hal yang sangat penting dalam usaha budidaya tanaman karena menentukan masa perkembangan dan pertumbuhan tanaman. Perawatan tidak hanya ditujukan pada tanamannya, tetapi juga pada media tanah pada lahan pertanaman tersebut. Perawatan tanaman kelapa sawit meliputi penyulaman, pembuatan piringan, penanaman tanaman sela, pengendalian gulma, pemangkasan, pemupukan, dan penyerbukan buatan.

2.2 Tujuan

Page 57: Laporan Kelapa Sawit

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Sebagai bahan kajian mahasiswa mengenai panen dan penanganan pasca panen pada tanaman kelapa sawit.

2. Sebagai cara untuk mempelajari berbagai cara panen dan penanganan pasca panen pada tanaman kelapa sawit.

3. Sebagai syarat untuk melaksanakan tugas individu dari dosen.

BAB II

METODE PENULISAN2.1 Objek Penulisan

Objek penulisan mencakup gambaran/penjelasan, penentuan saat panen yang tepat, cara panen, perubahan-perubahan yang terjadi setelah panen, pemeliharaan kualitas selama penyimpanan dan pengangkutan dan penentuan kelas produk (grading).

2.2 Metode Pengumpulan Data

Dalam penulisan makalah ini, penulis secara umum mendapatkan bahan tulisan dari berbagai referensi, baik dari tinjauan kepustakaan berupa buku – buku atau dari sumber media internet yang terkait dengan budidaya kelapa sawit dengan panen dan penanganan pasca panennya.

2.3 Metode Analisis

Penyusunan makalah ini berdasarkan metode deskriptif analisis, yaitu dengan mengidentifikasi permasalahan berdasarkan fakta dan data yang ada, menganalisis permasalahan berdasarkan pustaka dan data pendukung lainnya, serta mencari alternatif cara panen dan penanganan pasca panen yang tepat.

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Manajemen Panen Kelapa Sawit

Tujuan manajemen budidaya kelapa sawit adalah untuk menghasilkan produksi kelapa sawit yang maksimal per hektar areal dengan biaya produksi serendah mungkin, menjaga perkebunan beserta infrastrukturnya dengan menggunakan teknologi yang ramah lingkungan dan secara sosial dapat dipertangung-jawabkan, mempertahankan produktivitas tinggi secara berkesinambungan dalam beberapa generasi pertanaman serta mempertahankan kesuburan tanah dalam jangka panjang.

Page 58: Laporan Kelapa Sawit

Tahapan akhir dari kegiatan budidaya kelapa sawit adalah panen tandan buah segar (TBS) yang menjadi salah satu kunci penentu produktivitas kelapa sawit. Produktivitas kelapa sawit ditentukan oleh seberapa banyak kandungan minyak yang diperoleh dan seberapa baik mutu minyak yang dihasilkan. Hasil minyak yang diperoleh dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satu diantaranya adalah tata cara panen kelapa sawit.

Pada makalah ini akan dibahas tentang bagaimana manajemen panen kelapa sawit agar diperoleh tingkat produktivitas yang tinggi.

A. Identifikasi Tanaman Siap Panen

Dalam budidaya kelapa sawit panen merupakan salah satu kegiatan penting dan merupakan saat-saat yang ditunggu oleh pemilik kebun, karena saat panen adalah indikator akan dimulainya pengembalian inventasi yang telah ditanamkan dalam budidaya. Melalui pemanenan yang dikelola dengan baik akan diperoleh produksi yang tinggi dengan mutu yang baik dan tanaman mampu bertahan dalam umur yang panjang.

Berbeda dengan tanaman semusim, pemanenan kelapa sawit hanya akanmengambil bagian yang paling bernilai ekonomi tinggi yaitu tandan buah yang menghasilkan minyak kelapa sawit dan inti kelapa sawit dan tetap membiarkan tanaman berproduksi secara terus menerus sampai batas usia ekonomisnya habis. Secara umum batas usia ekonomis kelapa sawit berkisar 25 tahun, dan dapat berkurang bergantung dari tingkat pemeliharaan yang dilakukan termasuk cara pemananen.

Pemanen kelapa sawit yang salah akan mengakibatkan rendahnya produksi dan pendeknya usia ekonomis. Oleh karena itu, pemanenan harus dilakukan dengan tepat agar tanaman tetap berproduksi baik dan diperoleh mutu yang baik. Selain itu setelah panen harus segera dilakukan penanganan pasca panen menginggat tandan buah kelapa sawit akan cepat mengalami penurunan mutu dalam waktu 24 jam setelah panen.

Pertanyaan yang pertama kali muncul dalam benak pemilik kebun kepala sawit adalah kapan panen pertama/perdana dilakukan agar segera diperoleh hasil (baca uang) dan tidak merusak tanaman kelapa sawit. Penentuan panen pertama secara umum dilakukan berdasarkan umur tanaman dan dikoreksi melalui performa tanaman. Hal ini bermakna meskipun tanaman telah memiliki umur yang cukup untuk menghasilkan tandan buah sawit, tetapi bilamana performa tanaman, khususnya bonggol dan ukuran tandan buah terlaku kecil (kurang ari 3 kg) maka umur pertama panen di tunda dengan membuang bunga dan bakal buah yang ada.

Kelapa Sawit sudah mulai berbunga, tetapi tandan buah segar yang dihasilkan belum mencapai 3 kg sehingga tanaman belum dapat dikategorikan sebagai tanaman menghasilkan. Bilamana performa/penampilan bonggol batang belum cukup kekar tetapi sudah berbunga, maka pada

Page 59: Laporan Kelapa Sawit

tanaman tersebut harus diablasi yaitu pembuangan bunga untuk membuang tandan kecil (kurang dari 3 kg) pada tanaman baru berbuah dan untuk mendorong pertumbuhan tanaman agar diperoleh pertumbuhan tanaman yang seragam. Secara normal kelapa sawit yang tumbuh subur sudah dapat menghasilkan buah serta siap dipanen pertama pada umur sekitar 3,5 tahun jika dihitung mulai dari penanaman biji kecambah di pembibitan. Namun jika dihitung mulai penanaman di lapangan maka tanaman berbuah dan siap panen pada umur 2,5 tahun.

B. Identifikasi Tandan Buah Masak

Jumlah dan mutu minyak yang dihasilkan kelapa sawit bergantung dariberbagai faktor, dan salah satu faktor terpenting adalah kematangan buahpada saat dipanen dan penangananya sampai di PKS. Panen harusmenghasilkan tandan buah segar pada kematangan optimal, pemanenanpada tandah buah mentah (belum optimal) cenderung akan mengakibatkanberkurangnya jumlah minyak yang dihasilkan, dan sebaliknya pemanenanyang terlalu matang dan penanganan yang lambat atau busuk akanmenghasilkan minyak dengan kandungan Free Fatty Acid (asam lemak bebas) yang tinggi.

Tanaman kelapa sawit rata-rata menghasilkan buah 20-22 tandan/tahun. Pada tanaman yang semakin tua produktivitasnya semakin menurun menjadi 12 14 tandan/tahun. Banyaknya buah yang terdapat dalam satu tandan tergantung pada faktor genetik, umur, lingkungan dan teknik budidaya. Jumlah buah pertandan pada tanaman yang cukup tua mencapai 1600 buah. Matang panen kelapa sawit dapat dilihat secara visual dan secara fisiologi. Secara visual dapat dilihat dari perubahan warna kulit buah menjadi merah jingga, sedangkan secara fisiologi dapat dilihat dari kandungan minyak yang maksimal dan kandungan asam lemak bebas yang minimal.

Pada saat matang tersebut dicirikan pula oleh membrondolnya buah. Kriteria tandan buah yang masak pada tanaman muda dan tanaman menghasilkan sedikit berbeda. Pada tanaman muda yang baru pertama kali dipanen, kriteria matang tandan matang panen berupa 1-2 brondolan per tandan perlu digunakan mengingat tandan masih kecil dan cepat masak. Standar ini harus disesuaikan berdasarkan kondisi iklim setempat dan pengalaman pekerja. Ciri tandan matang panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih.

Ciri-ciri lain yang digunakan adalah apabila sebagian buah sudah membrondol (jatuh di piringan). Secara alamiah dan bobot rata-rata tandan sudah mencapai 3 kg. Jumlah brondolan buah inilah yang dijadikan dasar untuk memanen tandan buah, yaitu tanaman dengan umur kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan kurang lebih 10 butir dan tanaman dengan umur lebih 10 tahun, jumlah brondolan sekitar 15-20 butir. Namun secara praktis digunakan kriteria umum yaitu pada setiap 1 kg tandan buah segar (TBS) terdapat 2 brondolan.

Page 60: Laporan Kelapa Sawit

Kriteria panen yang diharapkan adalah bila tingkat kematangan buah sudah mencapai fraksi kematangan 1–3 dimana persentase buah luar yang jatuh sekitar 12,5 %-75 %. Ada dua jenis sistem panen, yaitu sistem giring dan sistem tetap.

C. Persiapan Panen

Teknik panen yang baik bertujuan untuk memperoleh jumlah minyak maksimum dengan kualitas yang paling baik. Untuk mencapai maksud ini perlu kematangan buah yang optimum, selang panen yang tepat, metode pengumpulan buah, dan pengangkutan hasil yang baik ke pabrik pengolahan buah sawit.

Aspek yang paling penting diperhatikan dalam panen dan pengangkutan buah adalah hal-hal yang mempengaruhi kualitas akhir dari minyak sawit, khususnya menyangkut kadar asam lemak bebas. Jadi, untuk mendapatkan hasil panen yang berkualitas tinggi sebaiknya dibuat persiapan panen yang baik.

Tanaman kelapa sawit mulai berbunga dan membentuk buah setelah umur 2-3 tahun. Buah akan menjadi masak sekitar 5-6 bulan setelah penerbukan. Agar panenan berjalan lancar, tempat pengumpulan hasil (TPH) harus dipersiapkan dan jalan pengangkutan hasil (pasar pikul) diperbaiki untuk memudahkan pengangkutan hasil panen dari kebun ke pabrik. Para pemanen juga harus mempersiapkan peralatan yang akan digunakan. Pemanenan kelapa sawit perlu memperhatikan beberapa ketentuan umum agar tandan buah segar (TBS) yang dipanen sudah matang, sehingga minyak kelapa sawit yang dihasilkan bermutu baik.

A. Kriteria Tanaman Menghasilkan

Agar tanaman belum menghasilkan (TBM) dapat digolongkan menjadi tanaman menghasilkan (TM), maka perlu diperhatikan kriteria berikut.

a) Kerapatan panen telah mencapai 60% atau lebih

b) Bobot tandan rata-rata lebih berat daripada 3 kg.

c) Angka sebaran panen lebih banyak daripada 5.

1. Kerapatan

Kerapatan panen adalah angka persentase jumlah pohon yang memiliki tanda buah yang sudah matang panen dalam suatu areal pertanaman belum menghasilkan (TBM). Untuk mengetahui kerapatan panen tersebut, maka dilakukan pemeriksaan dan pencatatan jumlah pohon yang sudah memiliki tandan buah matang panen dari setiap petak tanaman yang terdapat dalam areal TBM tersebut. Bila terdapat lebih dari 60% atau lebih pohon yang mempunyai tandan matang panen, maka petak tersebut dinyatakan menjadi tanaman menghasilkan (TM).

Page 61: Laporan Kelapa Sawit

2. Bobot rata-rata tandan

Setiap tandan yang sudah matang panen diambil secara acak dari setiap hektar tanaman kemudian ditimbang. Jika rata-rata bobot telah lebih dari 3 kg maka panenan dapat dilakukan dan diteruskan dengan pemeriksaan penyebaran panen. Bila bobot rata-rata tandan masih di bawah 3 kg, panen harus ditangguhkan, karena tandan kecil secara teknik tidak dapat diolah pabrik sehingga tidak mempunyai nilai ekonomis.

Kriteria matang panen yang dijadikan patokan di perkebunan kelapa sawit adalah bila sudah ada 2 brondolan (buah yang lepas dari tandannya) untuk tiap kilogram tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau satu brondolan untuk tiap kilogram tandan beratnya lebih dari 10 kg. Melihat adanya brondolan yang jatuh ke piringan, maka panenan dapat dilakukan.

3. Kerapatan sebaran panen

Kerapatan sebaran panen adalah angka yang menyatakan jumlah pohon yang telah memiliki tandan matang panen dalam baris tanaman pada satu petak (blok) tanaman sawit. Angka ini penting diketahui untuk efisiensi pemanenan, karena menyangkut jarak (ruang) dan waktu yang dibutuhkan untuk memanen.

B. Derajat Kematangan Buah

Mutu minyak buah biasanya dinyatakan sebagai persentase minyak tandan. Untuk tujuan praktis disebut rendemen minyak atau nisbah ekstraksi. Rendemen minyak (RM) yang diperoleh di pabrik sangat dipengaruhi oleh standar kematangan buah yang mana buah berubah warna dari hitam menjadi merah oranye hingga terjadi kematangan penuh.

1. Kriteria matang panen

Faktor yang vital adalah konversi karbohidrat menjadi minyak di mesokrap berlangsung pada stadia akhir perkembangan buah. Seminggu sebelum masak hanya 80% minyak dari potensi total minyak dalam mesokrap, sintesis minyak berlangsung terus sebelum buah tanggal dari tandan (membrondol). Penurunan atau peningkatan yang nyata dari kandungan minyak setelah buah membrondol dan sebelum membusuk ditandai oleh perubahan ciri-ciri jaringan mesokrap.

Gambar 1. Kriteria matang yang siap dipanen

Kadar minyak tertinggi terdapat pada saat buah membrondol, seyogianya untuk mengoptimalkan hasil adalah mengutip buah yang membrondol, tetapi hal ini tidak praktis dan tidak ekonomis, karena tandan buah akan matang keseluruhannya selama 15 hari sesudah brondolan pertama. Karena tandan kecil yang lebih cepat membrondol daripada tandan yang besar. Maka jika panenan ditunggu hingga semua atau hampir semua buah membrondol, pembusukan buah yang terlebih

Page 62: Laporan Kelapa Sawit

dahulu masak mulai terjadi dan dapat menurunkan kualitas dan kuantitas. Di sisi lain, jika pemanenan dilakukan sejak buah yang pertama membrondol, maka kadar asam lemak bebas (ALB) rendah pada minyak maupun inti.

Gambar 2. Brondolan

Penentuan saat panen sangat mempengaruhi kandungan asam lemak bebas (ALB) minyak sawit yang dihasilkan. Apabilan pemanenan buah dilakukan dalam keadaan lewat matang, maka minyak yang dihasilkan mengandung asam lemak bebas (ALB) dalam persentase tinggi (lebih dari 5%). Sebaliknya, bila pemanenan dilakukan dalam keadaan buah belum matang, selain kadar ALBnya rendah, rendemen minyak yang diperoleh juga rendah.

Gambar 3. Buah sawit siap panen

Berdasarkan hal tersebut, ada beberapa tingkatan dari tandan buah segar (TBS) yang dipanen. Tingkatan TBS tersebut sangat mempengaruhi mutu panen, termasuk kualitas minyak sawit yang dihasilkan.

Tabel. Tingkatan TBS yang dipanen

Tingkat Jumlah Brondolan Kematangan

0.

1.

2.

3.

4.

5.

1-12,5% buah luar membrondol

12,5-25% buah luar membrondol

25-50% buah luar membrondol

50-75% buah luar membrondol

75-100% buah luar membrondol

Buah dalam juga membrondol, dan ada buah yang busuk

Mentah

Kurang matang

Matang I

Matang II

Lewat matang I

Lewat matang II

Sumber: Pusat Penelitan Marihat, 1983

Jadi, berdasarkan tingkat TBS yang dipanen tersebut di atas, maka derajat kematangan yang baik adalah jika tandan-tandan yang dipanen berada tingkat 1,2, dan 3.

Secara ideal dengan mengikuti ketentuan dan kriteria matang panen dan terkumpulnya brondolan serta pengangkutan yang lancar, maka dalam suatu panenan akan diperoleh komposisi tingkat tandan segar sebagai berikut.

Page 63: Laporan Kelapa Sawit

1) Jumlah brondolan di pabrik sekitar 25% dari berat tandan seluruhnya.

2) Tandan yang terdiri atas tingkat kematangan 2 dan 3 minimal 65% dari jumlah tandan.

3) Tandan yang terdiri atas tingkat kematangan 1 maksimal 20% dari jumlah tandan.

4) Tandan yang terdiri atas tingkat kematangan 4 dan 5 maksimal 15% dari jumlah tandan.

Untuk memperoleh tingkat kematangan tandan perlu diatur frekuensi panen atau putaran panen di suatu kebun. Dalam keadaan yang tidak terhindarkan, dapat saja hasil panenan dari tingkat kematangan tandan yang lebih tinggi, sehingga komposisi tandan buah segar (TBS) dengan tingkat kematangan (3 dan 4) : 65%, mulai matang (2) : 20%, dan lewat matang (5) : 15%. Dengan komposisi demikian akan diperoleh produksi minyak maksimum dengan biaya minimum dan asam lemak bebas (ALB) masih berada di bawah 5%.

2. Frekuensi panen

Untuk memperoleh keseragaman kematangan pada standar yang dikehendaki, maka suatu areal pertanaman harus dipanen setiap hari. Karena hal seperti ini tidak ekonomis, maka perlu diadakan putaran atau rotasi panen.

Untuk menentukan selang atau interval panen yang tepat perlu dievaluasi kekurangan setiap panen serta kualitas dan kuantitas maksimum. Sebaiknya memanen tidak perlu terlalu singkat dan terlalu lama untuk memperoleh kuantitas dan kualitas hasil serta biaya panen yang optimal. Umumnya putaran panen yang dianjurkan adalah 7-10 hari. Jika selang waktu kurang dari 7 hari, banyak buah kurang matang; tetapi jika selang waktu lebih dari 10 hari, maka banyak buah kelewat matang; sehingga tandan buah segar tidak merata matangnya.

1.1 Pengolahan Hasil Panen

Hasil panen dari kebun merupakan tandan buah segar (TBS) yang harus segera diangkut ke pabrik pengolahan untuk mendapatkan hasil minyak kelapa sawit yang bermutu tinggi. Proses pengolahan hasil panen ini berlangsung cukup panjang, dimulai dari pengangkutan TBS dari lahan pertanaman ke pabrik pengolahan sampai menghasilkan minyak kelapa sawit dan hasil sampingannya.

Hasil olahan utama TBS pada pabrik pengolahan adalah:

1) Minyak sawit yang merupakan hasil pengolahan daging buah,

2) Minyak inti sawit yang dihasilkan dari ekstraksi inti sawit.

A. Pengangkutan TBS ke Pabrik Pengolahan

Page 64: Laporan Kelapa Sawit

Tandan buah segar (TBS) yang baru dipanen harus segera diangkut ke pabrik dapat segera diolah. Buah yang tidak dapat segera diolah akan mengalami kerusakan atau akan menghasilkan minyak dengan kadar asam lemak bebas tinggi, sehingga sangat berpengaruh tidak baik terhadap kualitas minyak yang dihasilkan.

Salah satu upaya untuk menghindari terbentuknya asam lemak bebas adalah pengangkutan buah dari kebun ke pabrik harus dilakukan secepatnya dan menggunakan alat angkut yang baik, seperti lori, traktor gandengan, atau truk. Sebaiknya dipilih alat angkut yang besar, cepat, dan tidak terlalu banyak membuat guncangan selama dalam perjalanan. Hal ini untuk menjaga agar perlukaan pada buah tidak terlalu banyak.

Segera setelah sampai di pabrik, pengolahan harus secepatnya ditimbang dulu, kemudian memasuki tahap-tahap pengelolaan selanjutnya. Tandan buah segar yang diterima dari kebun harus ditimbang dengan cermat yang nantinya perlu di dalam proses pengendalian mutu, rendemen hasil yang diperoleh.

TBS yang sudah diterima dari kebun dan sudah ditimbang harus secepat mungkin masuk pengolahan tahap pertama agar gradasi mutu dapat ditekan sekecil mungkin, yaitu tahap perebusan atau sterilisasi tanda buah.

BAB IV

KESIMPULAN

Setelah ditinjau dari pembuatan makalah ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman yang dibudidayakan yang memerlukan kondisi lingkungan yang baik atau cocok, agar mampu tumbuh subur dan dapat berproduksi secara maksimal.

2. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit antara lain keadaan iklim dan tanah. Selain itu, faktor yang juga mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit adalah faktor genetis, perlakuan budidaya, dan penerapan teknolgi.

3. Untuk teknik panen yang baik bertujuan untuk memperoleh jumlah minyak yang maksimum dengan kualitas yang paling baik.

Page 65: Laporan Kelapa Sawit

4. Buah yang dipanen itu harus mencapai optimum kematangannya dengan selang panen yang tepat, sesuai kriteria matangnya dan pengangkutan hasil yang baik ke pabrik pengolahan buah sawit.

5. Rendemen minyak (RM) yang diperoleh di pabrik sangat dipengaruhi oleh standar kematangan buah yang mana buah berubah warna dari hitam menjadi merah oranye hingga kematangan penuh.

6. Hasil panen dari kebun merupakan tandan buah segar (TBS) yang harus segera diangkut ke pabrik pengolahan untuk mendapatkan hasil minyak kelapa sait yang bermutu tinggi.

Latar BelakangKelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan Indonesia yang sangat

diunggulkan saat ini sehingga masih bisa lebih dikembangkan, melihat dari prospek pasar dunia maupun dalam negeri. Luas areal perkebunan kelapa sawit selalu meningkat dari tahun ke tahun. Menurut data statistik tahun 2012 luas keseluruhan perkebunan kelapa sawit di Indonesia mencapai 9 271 039 ha sedangkan produksinya mencapai lebih dari 23 633 412 ton (Ditjenbun 2012). Perkembangan produktivitas kelapa sawit di Indonesia selama tahun 2003 sampai 2009 menunjukkan pola yang sama untuk ketiga status pengusahaan. Produktivitas tandan buah segar (TBS) kelapa sawit Indonesia mancapai 15 ton ha-1 tahun-1, sedangkan rata-rata produktivitas minyak kelapa sawit Indonesia selama periode tahun 2003 sampai 2009 adalah sebesar 3.27 ton ha-1 tahun-1. Rata-rata produktivitas minyak kelapa sawit terbesar pada perkebunan besar swasta (PBS) sebesar 3.59 ton ha-1 tahun-1 disusul perkebunan besar negara (PBN) sebesar 3.48 ton ha-1

tahun-1 dan perkebunan rakyat (PR) sebesar 2.97 ton ha-1 tahun-1 (Fauzi et al. 2012).

Teknik budidaya yang mulai berkembang memicu minat investasi kelapa sawit di Indonesia. Salah satu bagian dari budidaya yang paling penting adalah pembibitan. Pembibitan merupakan proses menumbuhkan dan mengembangkan biji atau benih menjadi bibit yang siap untuk ditanam (Pardamean 2008). Sasaran pembibitan ini adalah menyediakan bibit kelapa sawit unggul dan siap ditanam di perkebunan. Selain itu, kegiatan ini memastikan ketersediaan bibit dalam jumlah yang cukup, berkualitas, dan tepat waktu dengan biaya yang ekonomis. Kondisi bibit unggul, baik secara genetik maupun fenotipe merupakan modal perusahaan perkebunan kelapa sawit untuk mendapatkan produktivitas dan mutu minyak kelapa sawit yang tinggi (Sunarko 2007).

Kondisi bibit unggul dapat diperoleh melalui dua tahapan pembibitan, yaitu pembibitan awal (prenursery) dan pembibitan utama (main nursery). Pada sebagian jenis tanaman termasuk kelapa sawit, proses pembibitan diperlukan karena dipandang jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengan penanaman benih langsung dilapangan (Mangoensoekarjo dan Semangun 2005).

Tahapan pembibitan ini harus dilakukan dengan benar karena keberhasilan penanaman kelapa sawit di lapangan sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat media tanam dan bibit yang digunakan.

Page 66: Laporan Kelapa Sawit

Hal ini akan mempengaruhi keuntungan dan kerugian perusahaan baik berupa dana, waktu, maupun tenaga. Inilah yang menjadi alasan pentingnya peranan pembibitan dalam keberhasilan perkebunan kelapa sawit.

TINJAUAN PUSTAKA

Bibit Tanaman Kelapa SawitVarietas Bibit Kelapa Sawit

Bahan tanam yang banyak digunakan sebagai bibit kelapa sawit adalah benih. Pada umumnya benih yang akan ditanam berasal dari persilangan tanaman induk dura x pisifera (D x P) yang disebut tenera. Pahan (2011) menjelaskan bahwa tanaman induk dura berasal dari pohon kelapa sawit yang ditanam di Kebun Raya Bogor (1848) dan tanaman induk pisifera berasal dari berbagai sumber di Afrika. Perbedaan varietas tanaman dura, pisifera, dan tenera berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Deskripsi varietas kelapa sawit dura, pisifera, dan tenera

Varietas Deskripsi

Dura

Tempurung tebal (2 – 8 mm).

Daging buah relatif tipis, yaitu 35 – 50% terhadap buah. Kernel besar kandungan minyak rendah.

Dalam persilangan, dipakai sebagai pohon induk betina.

Pisifera

Ketebalan tempurung sangat tipis.

Daging buah tebal, lebih tebal dari daging buah dura. Daging biji sangat tipis.

Tidak dapat diperbanyak tanpa dengan jenis lain.

Tenera Hasil dari persilangan dura dan pisifera. Ketebalan tempurung tipis

Page 67: Laporan Kelapa Sawit

(0.5 – 4 mm).

Daging buah sangat tebal (60 – 96% dari buah).

Tandan buah lebih banyak.

Sumber: Fauzi et al. (2012)

Bibit kelapa sawit dapat juga dikembangkan dengan metode kultur jaringan (tissuee culture). Metode ini menghasilkan benih secara massal. Teknologi kultur jaringan merupakan satu cara untuk mendapatkan klon kelapa sawit dengan perlakuan khusus dari bahan biakan berupa jaringan muda. Jaringan muda yang digunakan sebagai bahan perbanyakan (eksplan) tanaman kelapa sawit adalah daun muda (janur) atau ujung akar (Fauzi et al. 2012).

Morfologi Bibit Kelapa Sawit

Benih yang telah berkecambah sempurna dapat dilihat setelah kecambah berumur kira-kira 14 sampai 21 hari. Benih yang telah berkecambah sempurna memiliki plumula (bakal daun) dan radikula (bakal akar). Bentuk plumula meruncing sedangkan bentuk radikula agak tumpul dan saling bertolak belakang. Pertumbuhan bibit pada minggu-minggu pertama sangat tergantung pada cadangan makanan di dalam endosperma (minyak inti). Daun pertama, kedua bahkan ketiga masih berbentuk tabung dan belum mempunyai helaian. Daun selanjutnya mulai membentuk helaian yang lanceolate (secara konvensional disebut daun pertama). Daun-daun selanjutnya mempunyai helaian yang lanceolate, bifid, dan akhirnya baru secara lengkap menjadi pinnate (Pahan 2012).

Pengecambahan Kelapa Sawit

Pengecambahan Bibit Kelapa Sawit

Menurut Sunarko (2007), benih kalapa sawit untuk calon bibit harus dihasilkan dan dikecambahkan oleh lembaga resmi yang ditunjuk oleh pemerintah. Proses pengecambahan umumnya dilakukan sebagai berikut.

1. Tangkai tanda buah dilepaskan dari spikeletnya.2. Tandan buah diperam selama tiga hari dan sekali-kali disiram air. Pisahkan buah dari tandannya

dan peram lagi selama tiga hari.

Page 68: Laporan Kelapa Sawit

3. Buah dimasukkan ke mesin pengaduk untuk memisahkan daging buah dari biji. Biji dicuci dengan air, lalu direndam dalam air selama 6 sampai 7 hari. Air rendaman diganti setiap hari. Selanjutnya biji tadi direndam dalam Dithane M-45 konsentrasi 0.2% selama 2 menit, lalu dikering anginkan.

4. Biji kelapa sawit dimasukkan dalam kaleng pengecambahan dan disimpan dalam ruangan bertemperatur 390 C dengan kelembapan 60 - 70% selama 60 hari. Setiap tujuh hari, benih dikering anginkan selama tiga menit.

5. Setelah 60 hari, benih direndam dalam air sampai kadar air 20 - 30% dan dikering anginkan lagi. Benih dimasukkan kedalam larutan Dithane M-45 0.2% selama 1 - 2 menit. Kemudian disimpan di ruangan bertemperatur 270 C. Setelah 10 hari, benih berkecambah. Biji yang berkecambah pada hari ke-30 tidak digunakan lagi.

Seleksi Kecambah Kelapa SawitSebelum ditanam ke polybag, seleksi kecambah yang abnormal, patah, busuk, dan rusak.

Cara yang mudah dan cepat untuk menentukan kualitas kecambah yang baru diterima salah satunya dengan “uji berat jenis”. Caranya seluruh kecambah dimasukkan ke dalam wadah berisi air jernih. Kecambah yang abnormal biasanya mengambang (Lubis dan Widanarko 2011).

Menurut Tim Bina Karya Tani (2009), ciri-ciri kecambah yang baik dan layak untuk ditanam antara lain:

a. Warna radikula kekuning-kuningan, sedangkan warna plumula keputih-putihan.b. Ukuran radikula lebih panjang daripada plumula.c. Pertumbuhan radikula dan plumula lurus dan berlawanan arah.d. Panjang maksimum radikula 5 cm, sedangkan panjang plumula 3 cm.

Persiapan PembibitanSistem Pembibitan

Sistem pembibitan kelapa sawit meliputi perkecambahan, persemaian, dan pembibitan. Metode persemaian dapat dilakukan dengan dua cara yaitu persemaian dalam bentuk bedengan dan persemaian dengan polybag (Tim Bina Karya Tani 2009).

Sistem pembibitan kelapa sawit menggunakan polybag dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pembibitan dua tahap (prenursery dan main nursery) dan pembibitan cara satu tahap (Setyamidjaja 2006).

Page 69: Laporan Kelapa Sawit

Lokasi Pembibitan

Menurut Hartanto (2011), menyebutkan bahwa lokasi pembibitan perlu memperhatikan beberapa persyaratan antara lain :

1. Areal memiliki topografi yang rata (kurang dari 15%) dan berada ditengah kebun.2. Dekat dengan sumber air.3. Memiliki akses jalan yang baik sehingga memudahkan dalam pengawasan. Untuk 1 ha pembibitan

diperlukan jalan pengawasan sepanjang 200 m x 5 m.4. Terhindar dari gangguan hama, penyakit, ternak, dan manusia.5. Tidak jauh dari areal yang akan ditanami.6. Tidak terlalu jauh dengan sumber tanah (top soil) untuk mengisi polybag.

Persiapan Areal pembibitan

Menurut Pahan (2012), persiapan areal dan program pembibitan dapat dibagi menjadi 3 bagian utama antara lain :

1. Pembersihan tapak pembibitan : Tapak harus dibersihkan dari semak belukar selebar 50 m. Luas tapak pembibitan tergantung pada rencana penanaman di lapangan, jarak tanam bibit, dan umur bibit yang akan ditanam.

2. Tata letak dan jadwal operasional persemaian : Areal persemaian harus satu kompleks dengan pembibitan utama, tetapi harus di luar jangkauan siraman sprinkler atau sistem irigasi lain di pembibitan utama. Kegiatan pembangunan dan perawatan persemaian meliputi membangun bedengan dan naungan, membangun gudang, memasang sistem instalasi air, mengisi dan menyusun polybag di bedengan, menanam kecambah, perawatan semai.

3. Persiapan rencana tata letak dan jadwal operasional pembibitan utama : Program operasional pembibitan direncanakan dengan mempertimbangakan beberapa faktor yang harus diperhatikan meliputi pemilihan sistem irigasi yang akan dipakai, tata letak dari sistem irigasi yang dipilih, jarak tanam bibit, lebar jalan dalam hubungannya dengan populasi bibit per petak.

Kebutuhan Kecambah

Page 70: Laporan Kelapa Sawit

Kebutuhan kecambah adalah 140% dari jumlah bibit yang akan ditanam meliputi seleksi kecambah 2.5%, seleksi di prenursery 10%, seleksi di main nursery 15%, cadangan penyisipan 5% sehingga kebutuhan kecambah yang diperlukan untuk pembibitan adalah 1.40 x jumlah pohon ha -1

(Hartanto 2011).

Penyiapan Polybag dan Media Tanam

Media tanam yang digunakan seharusnya adalah tanah yang berkualitas baik misalnya tanah bagian atas (top soil). Tanah yang digunakan harus memiliki struktur yang baik, gembur, serta bebas kontaminasi (hama dan penyakit, pelarut, residu, bahan kimia). Pada tahap pembibitan pendahuluan polybag yang digunakan berwarna putih atau hitam dengan ukuran panjang 22 cm, lebar 14 cm, dan tebal 0.07 mm. Disetiap polybag dibuat lubang berdiameter 0.3 cm sebanyak 12 samapi 20 lubang. Pada tahap pembibitan utama digunakan polybag warna hitam dengan ukuran panjang 50 cm, lebar 37 sampai 40 cm dan tebal 0.2 mm. Pada setiap polybag dibuat lubang diameter 0.5 cm sebanyak 12 buah pada ketinggian 10 cm dari bawah polybag (PPKS 2003).

Pembibitan Awal (Prenursery)

Bedengan. Bedengan dibuat dengan cara meninggikan permukaan tanah atau membuat parit drainase pembatas selebar 50 cm dan dalam 15-20 cm sehingga terbentuk bedengan berukuran lebar yang dapat memuat 12 polybag dan panjang 10 sampai 12 m (Syakir et al. 2010).

Naungan. Naungan di pembibitan awal berfungsi untuk mencegah bibit kelapa sawit terhadap sinar matahari secara langsung, menghindari terbongkarnya tanah di polybag akibat terpaan air hujan. Dalam pembuatan naungan perlu diatur intensitas penerimaan cahaya matahari yang masuk. Persentase penaungan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Pengaturan naungan di prenursery

Page 71: Laporan Kelapa Sawit

Umur (bulan) Naungan (%)

0 - 1.5 100

1.5 - 2.5 50

> 2.5 Naungan dihilangkan secara bertahap

Sumber: PPKS (2003)

Penanaman Kecambah. Dua hari menjelang penanaman kecambah, polybag yang berisi media tanam harus disiram. Permukaan media tanamnya digemburkan dengan jari telunjuk atau ibu jari, lalu dibuat lubang untuk meletakkan kecambah. Ketika menanam, radikula harus mengarah ke bawah dan plumula mengarah ke atas. Kecambah diletakkan sedalam 2 cm di bawah permukaan tanah, kemudian tanahnya diratakan kembali hingga menutup kecambah tersebut (Sunarko 2007).

Pembibitan Utama (Main Nursery)

Persiapan dan Pengolahan Tanah. Persiapan dilakukan dengan meratakan areal menggunakan buldozer. Tanah dikikis setebal ± 10 cm dikumpulkan ke bagian tepi areal. Tanah hasil kikisan dapat digunakan sebagai media tanam (PPKS 2003).

Instalasi Penyiraman. Faktor yang sangat penting untuk menjamin keberhasilan pembibitan adalah kemampuan menyediakan air untuk bibit dalam jumlah yang cukup dengan jaringan irigasi yang baik. Sistem penyiraman dengan sprinkler dianjurkan pada areal dengan ketersediaan air yang cukup.untuk menjamin distribusi air yang merata diperlukan juga pompa air yang baik. Selain itu, penataan sprinkler yang baik sangat diperlukan guna memenuhi kebutuhan penyiraman (PPKS 2003).

Pemancangan. Pola tanam yang digunakan adalah pola tanam segitiga sama sisi misal dengan jarak tanam 90 cm x 90 cm x 90 cm. Jumlah bibit yang diperlukan tergantung pada jarak tanam yang digunakan (PPKS 2003).

Pengisian Tanah ke Polybag. Tanah yang digunakan untuk pengisian polybag diusahakan tanah yang kering untuk memudahkan pengayakan. Pengisian tanah dilakukan sampai 3 cm dari permukaan polybag. Rata-rata bobot tanah untuk setiap polybag ± 20 kg. Setelah pengisian, media perlu disiram setiap hari selama 7 sampai 10 hari sebelum penanaman (PPKS 2003).

Page 72: Laporan Kelapa Sawit

Pembuatan Lubang pada Polybag. Media tanam perlu disiram air sampai jenuh sehari sebelumnya, lubang tanam dibuat ditengah polybag dengan kedalaman disesuaikan dengan ukuran polybag kecil. Pada setiap lubang diberi pupuk NPKMg 15:15:6:4 sebanyak 5 g (PPKS 2003).

Penanaman Bibit. Bibit dimasukkan ke dalam lubang tanam setelah kantong polybag kecil dibuang. Tanah disekeliling lubang ditekan padat merata, selanjutnya dilakukan penambahan tanah sampai sebatas leher akar. Penanaman bibit harus terorganisasi dengan baik, setiap jenis persilangan ditanam mengelompok. Jenis persilangan satu sama lain harus diberi tanda yang jelas dan diberi papan nama dilapangan (PPKS 2003).

Pemeliharaan PembibitanMenurut Pahan (2012), pemeliharaan pembibitan merupakan faktor utama yang

menentukan keberhasilan program pembibitan. Tanpa pemeliharaan yang baik, bibit yang unggul sekali pun tidak akan bisa mengekspresikan keunggulan dan semuanya akan sia-sia.

Pemeliharaan Prenursery

Persemaian merupakan periode kritis. Kecerobohan dalam pemeliharaan penyemaian dapat menyebabkan kecambah mati (tidak tumbuh).

a. Penyiraman: Penyiraman dilakukan secara manual, disiram dua kali sehari pagi dan sore. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor (Pahan 2012).

b. Penyiangan Gulma: Penyiangan gulma dalam polybag dilakukan dua minggu sekali, termasuk menambah tanah ke kantong bibit yang miring dan tersembul akarnya (Pahan 2012).

c. Pemupukan: Pemberian pupuk majemuk dan urea dalam bentuk larutan dilakukan setelah semai berumur 1 bulan dengan interval waktu setiap minggu dengan dosis 50 cc larutan 0.2% urea pada minggu 1 dan 3, 50 cc larutan 0.2% NPK 15:15:6:4 pada minggu 2 dan 4. Aplikasi pupuk NPK coated yang controlled-release seperti Meister MX 20 – 6 – 14 + 3 Mg + TE sebanyak 5 g/semai dapat memecahkan masalah karena cukup diberikan sekali pada saat tanam kecambah dan sekali pada saat alih tanam ke pembibitan utama (Pahan 2012).

d. Hama dan Penyakit: Serangan hama dan penyakit selama di prenursery umumnya belum ada. Jika ada, dapat diberantas dengan hand picking (diambil menggunakan tangan) (Sunarko 2007).

e. Seleksi Semai: Bibit yang tumbuh abnormal (kerdil, daun tegak kaku, memanjang, atau daun tidak berkembang baik), patah, busuk, atau terserang penyakit dicabut dan dimusnahkan. Seleksi

Page 73: Laporan Kelapa Sawit

dilakukan dua kali yaitu pada umur sekitar 1.5 bulan dan pada saat pemindahan ke pembibitan utama (Syakir et al. 2010).

f. Pemindahan dan Pengangkutan Bibit: Pemindahan bibit dari pembibitan awal dilakukan pada saat bibit berumur 2.5 sampai 3 bulan dengan jumlah daun 3 sampai 4 daun. bila areal pembibitan awal berdekatan dengan pembibitan utama maka bibit yang akan ditanam dapat diangkut menggunakan kotak kayu dengan ukuran 70 cm x 50 cm x 20 cm (PPKS 2003).

Pemeliharaan Main Nursery

Menurut Pahan (2012), pemeliharaan pembibitan utama (main nursery) merupakan kelanjutan dari pemeliharaan penyemaian (prenursery). Pemeliharaan pembibitan utama harus tetap dilakukan dengan hati-hati. Perawatan yang baik akan meningkatkan vigor bibit yang nantinya akan berdampak pada peningkatan produksi pada tahun pertama menghasilkan.

a. Pengisian dan Penyusunan Polybag: Tempat yang digunakan untuk pembibitan utama adalah kantong plastik polythene hitam tahan sinar ultra violet dengan ukuran 42.5 cm × 50 cm. Kantong diisi sekitar 20 kg tanah lapisan atas (top soil) yang telah dicampur pupuk kandang dengan perbandingan 3 : 1 sampai setinggi sekitar 1 cm dari bibit kantong. Kantong disusun di areal pembibitan yang telah dibersihkan dengan jarak tanam 90 cm × 90 cm × 90 cm berbentuk segi tiga sama sisi diukur dari pusat kantong (Pahan 2012).

b. Transplanting: Pemindahan semai ke kantong besar dilakukan pada umur 3 sampai 4 bulan. Sebelum diecer ke dekat kantong besar, semai disiram terlebih dahulu. Kantong plastik semai dipotong (dikoyak) pada bagian dasarnya dan dimasukkan ke dalam lubang yang telah dibuat dalam kantong besar. Tanah di sekitar semai dipadatkan dengan jari sehingga permukaan tanah antara semai harus rata dengan tanah dalam kantong besar (Pahan 2012).

c. Penyiraman: Rata-rata kebutuhan air di pembibitan setara dengan curah hujan 3.4 mm hari -1

(2.25 liter per polybag). Penyiraman tidak perlu dilakukan jika turun hujan pada hari tersebut dengan curahan minimum 8 mm (Pahan 2102).

d. Mulching: Untuk menghindari memadatnya permukaan tanah, mencegah penguapan air, dan mengatur kelembaban tanah pada musim kemarau, permukaan tanah harus ditutup dengan mulsa. Mulsa yang digunakan bisa berupa cangkang biji sawit (limbah pabrik) sebayak 1 kg polibag -1 atau cacahan daun alang-alang dan sejenisnya (Sunarko 2007).

e. Pengendalian Gulma: Dilakukan satu bulan sesudah penanaman di pembibitan utama dan dilakukan terus-menerus sampai bibit berumur 11 bulan karena pertumbuhan gulma sudah tertekan oleh pengaruh naungan bibit. Pengendalian gulma secara manual dilakukan dua rotasi per bulan. Pada umumya pengendalian gulma di pembibitan utama dilakukan di dalam kantong dan diantara kantong (Pahan 2012).

Page 74: Laporan Kelapa Sawit

f. Pemupukan: Pada umumnya pemupukan bibit kelapa sawit dilakukan menggunakan pupuk majemuk NPKMg. Penambahan unsur lain dilakukan jika terdapat gejala defisiensi. Jenis pupuk yang dipakai ialah jenis pupuk majemuk NPKMg 15:15:6:4 sampai umur ± 5 bulan dan selanjutnya dipakai pupuk majemuk NPKMg 12:12:17:2. Jadwal dan dosis pemupukan dapat dilihat pada Tabel 3 (PPKS 2003).

Tabel 3 Rekomendasi pemupukan bibit kelapa sawit

Umur (minggu)

Jenis dan Dosis Pupuk

Urea15:15:6:4

(g/bibit)

12:12:7:2

(g/bibit)

Kieserite

(g/bibit)

Pembibitan awal :

4 – 122 g/liter air/100

bibit2.5 - -

Pembibitan utama :

14 dan 15 - 2.5 - -

15 dan 16 - 5.0 - -

17 dan 18 - 7.5 - -

20 dan 22 - 10.0 - -

24, 26, 30, 32 - - 10.0 5.0 (pada 26, 32 MST)

34, 36, 38, 40 - - 15.0 7.5 (pada 36, 40 MST)

42, 44, 46, 48 - - 20.0 10.0 (pada 44,48 MST)

Page 75: Laporan Kelapa Sawit

50 dan 52 - - 25.0 10.0 (pada 52 MST)

Sumber : PPKS (2003)

g. Pengendalian Hama dan Penyakit: Tindakan preventif untuk mengendalikan hama dan penyakit di pembibitan kelapa sawit umumnya tidak dianjurkan sehingga sangat penting untuk mengetahui hama dan penyakit umum di pembibitan (Pahan 2012).

h. Seleksi Bibit: Seleksi bibit di pembibitan utama merupakan pekerjaan untuk menyingkirkan atau memusnahkan bibit yang abnormal dan mempertahankan bibit yang bermutu baik dan sehat untuk dialihtanamkan ke lapangan. Persentase seleksi dari persemaian sampai dengan ditanam di lapangan tergantung dari jenis bibit dan rekomendasi dari institusi penghasil benihnya. Jadwal seleksi di pembibitan utama harus tepat dan umumnya dilakukan 3 sampai 4 kali. Semakin ketat seleksi yang dilakukan, mutu bibit yang dihasilkan juga akan semakin baik. Jadwal seleksi dan umur tanaman dilakukan sebagai berikut.

Seleksi I : umur 3 sampai 4 bulan (saat alih-tanam).

Seleksi II : umur 6 bulan.

Seleksi III : umur 8 bulan.

Seleksi IV : saat akan dialihtanamkan ke lapangan (Pahan 2012).

PEMBIBITAN UTAMA KELAPA SAWITPembibitan utama merupakan tahap kedua dari sistem pembibitan dua tahap. Pada tahap ini bibit dipelihara dari umur 3 bulan hingga 12 bulan. Pelaksanaan pembibitan utama dan kualitas bibit yang dihasilkan sangat menentukan keberhasilan rencana penanaman di lapangan dan capaian tingkat produksi dikemudian hari. Tahapan kegiatan pembibitan utama meliputi:1) Persiapan dan pengolahan tanah, dilakukan dengan meratakan areal menggunakan builldozer. Tanah dikikis setebal ± 10 cm dikumpulkan ke bagian tepi areal. Tanah hasil kikisan dapat digunakan sebagai media tanam, prosedur pembukaan areal pembibitan sama seperti prosedur pembukaan areal untuk pertanaman kelapa sawit.2) Kebutuhan air dan instalasi penyiraman, faktor yang sangat penting untuk menjamin keberhasilan pembibitan adalah kemampuan menyediakan air untuk bibit dalam jumlah yang cukup dengan jaringan irigasi yang baik. Kebutuhan air di pembibitan bertambah sejalan dengan pertambahan umur bibit. Di pembibitan utama, bibit akan tumbuh secara normal bila kebutuhan airnya terpenuhi, yaitu sebesar 12,5 mm (ekivalen hujan) setiap 2 hari. Volume air yang diberikan

Page 76: Laporan Kelapa Sawit

dengan sistem sprinkler di pembibitan utama harus memenuhi kebutuhan tersebut. Sistem penyiraman dengan sprinkler dianjurkan pada areal dengan ketersediaan sumber air yang cukup. Pada sumber air yang terbatas, penyiraman dianjurkan menggunakan pipa dan selang plastik yang dilengkapi dengan kepala gembor. Sistem ini dapat menghemat pemakaian air sesuai kebutuhan bibit di dalam polybag. 3) Pemasangan pipa untuk penyiraman sistem gembor, pipa primer dipasang di tengah-tengah yaitu di pinggir jalan utama (Ø 6 inch), dari pipa primer ini dibuat cabang-cabang dengan pipa ukuran Ø 2 inch, kemudian dari pipa Ø 2 inch dibuat cabang lagi dengan ukuran Ø 1 inch. Dari ujung pipa ini dibuat kran yang disambung dengan slang plastik yang panjangnya 25 m dan pada ujung selang diberi kepala gembor untuk penyiraman.4) Penyiraman dengan sprinkler, terdiri dari beberapa komponen utama meliputi jaringan pipa (pipa induk, pipa utama dan pipa distribusi), nozzle sprinkler dan pompa air. Penyiraman dengan sistem sprinkler memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari sistem sprinkler adalah distribusi air yang merata pada setiap bibit dan biaya operasional penyiraman lebih murah. Sedangkan kekurangannya dilihat dari mahalnya biaya investasi, kebutuhan air lebih banyak dan memungkinkan terjadinya penggenangan di areal pembibitan bila sistem drainasenya kurang berfungsi.5) Pemancangan, dilaksanakan bila pembuatan jaringan pipa penyiraman telah selesai. Pola tanam yang digunakan adalah pola tanam segitiga sama sisi dengan jarak tanam 90 cm x 90 cm x 90 cm. Jarak antar barisan di pembibitan adalah 0,867 x 90 cm = 77,9 cm ~ 78 cm. Pemancangan dapat menggunakan metode empat persegi panjang dengan sisi 90 cm x 156 cm. Empat titik sudut empat persegi panjang dan titik temu diagonalnya adalah titik tanam. 6) Pengisian tanah ke polybag, tanah yang digunakan untuk pengisian p[olybag diusahakan tanah yang kering. Hal ini bertujuan untuk mempermudah proses pengayakan. Pengisian tanah dilakukan sampai 3 cm dari permukaan polybag. Rata-rata bobot tanah untuk setiap polybag ± 20 kg. Setelah pengisian tanah, media perlu disiram setiap hari selama 7 - 10 hari sebelum penanaman. Pemilihan jenis tanah sebagai media tanam merupakan faktor penentu untuk keberhasilan pembibitan. Tanah yang berasal dari lokasi dengan tingkat kesuburan yang baik akan sangat membantu pertumbuhan vegetatif bibit.7) Pembuatan lubang pada polybag, untuk mempercepat dan mempermudah pembuatan lubang pada media tanam di polybag perlu dibantu dengan alat khusus seperti sekop kiecil, tugal, bor dan tanah. Kedalaman lubang disesuaikan dengan ukuran polybag kecil. Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat persiapan transplanting adalah :- Media tanam pada polybag perlu disiram air sampai jenuh sehari sebelumnya untuk mempermudah pembuatan lubang;- Pembuatan lubang dengan alat tanam diusahakan pada bagian tengah permukaan tanah polybag, agar pertumbuhan akar tanaman merata.- Pada setiap lubang diberi pupuk NPKMg (15-16-6-4) sebanyak 5 gram.

Page 77: Laporan Kelapa Sawit

8) Penanaman bibit, kelancaran penanaman bibit ke main nursery bergantung pada kecepatan membuat lubang tanaman di pembibitan utama, kecepatan mengangkut bibit dari pembibitan awal ke pembibitan utama dan kecepatan serta ketrampilan menanam bibit. Bibit dimasukkan ke dalam lubang tanam setelah kantong polybag kecil dibuang. Tanah di sekeliling lubang ditekan hingga padat merata, selanjutnya dilakukan penambahan tanah sampai sebatas leher akar. Bagian atas kantong plastik setinggi 2-3 cm dibiarkan kosong sebagai tempat meletakkan pupuk, air ataupun mulsa pada saat diperlukan.9) Pemeliharaan pembibitan utama meliputi penyiraman, penyiangan, pemberian mulsa, pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit. Kebutuhan air di pembibitan utama 2 ltr/hari/polybag, disiram 2x sehari pagi dan sore hari. Penyiraman dilakukan dengan selang berkepala gembor atau sprinkler, bila curah hujan >8 mm tidak dilakukan penyiraman. Penyiangan dilakukan di sekitar dan di dalam polybag dengan tujuan membersihkan pembibitan dari vegetasi selain bibit kelapa sawit dan mencegah terbentuknya lapisan kedap air di permukaan tanah yang dapat menurunkan kemampuan menerima air siraman. Pemberian mulsa dilakukan untuk mengurangi penguapan air maupun pupuk, diberikan dalam bentuk sisa tanaman atau cangkang sawit disekeliling bibit pada saat berumur 2 bulan dengan ketebalan 1-2 cm. Pemupukan menggunakan pupuk majemuk NPKMg (15-15-6-4) sampai umur ± 5 bulan dan selanjutnya dipakai pupuk majemuk (12-12-17-2), penambahan unsur lain jika terdapat gejala defisiensi. Beberapa hama umum yang dijumpai adalah Kumbang Apogonia, belalang dan ulat api, keong dan tikus. Pengendalian kumbang Apogonia, belalang dan ulat api dilakukan dengan menyemprotkan Sevin 0,15% (1,5 g bahan aktif/liter air) ketanaman dengan interval 10 hari sekali hingga hama menghilang. Pengendalian tikus dengan racun tikus sedangkan keong secara manual atau menggunakan racun. Sedangkan penyakit yang dijumpai adalah penyakit daun Anthracnosa dan Culvularia. Pengendalian Curvularia dilakukan melalui penyemprotan fungisida Kaptafol 0,2% dengan rotasi 2 minggu. Kegiatan pengendalian tidak menggunakan fungisida yang mengandung tembaga (copper), air raksa (mercury) dan timah.10) Seleksi bibit, dilaksanakan bertahap pada umur bibit 4 bulan, 8 bulan dan saat akan dipindahkan ke lapangan(12 bulan), karena munculnya gejala bibittidak normal sejalan dengan bertambahnya umur. Beberapa faktor yang dapat memperbesar bibit tidak normal antara lain: kesalahan menanam saat pindah tanam dari pembibitan awal ke pembibitan utama, terlalu cepat sehingga terjadi scorching atau terlambat sehingga terjadi penumbuhan meninggi (etiolasi), penyiraman kurang merata, terlalu deras atau air tidak cukup, kesalahan pemberian pupuk, herbisida atau pemakaian obat-obatan serta jarak tanam terlalu rapat.11) Persiapan bibit untuk penanaman, umur 10-12 bulan bibit siap untuk dipindahkan ke lapangan, pada 15 - 20 hari sebelum diangkut dilakukan pemutusan akar-akar bibit yang menembus polybag dan untuk menjaga kondisi agar tetap baik perlu dilakukan penyiraman yang intensif. Bibit dikelompokkan berdasarkan persilangan, diatur sesuai dengan kapasitas angkut mobil. Bibit diangkut tegak lurus dengan dipegang bagian polybag, bukan bagian daun atau batang untuk

Page 78: Laporan Kelapa Sawit

menghindari pecahnya tanah dalam polybag dan rusaknya polybag sebelum ditanam. Sebelum diangkut disiram dengan air sebanyak-banyaknya menghindari kekeringan jika beberapa hari setelah ditanam tidak turun hujan. Disusun kembali oleh : Siti Hafsah HusasSumber : Pedoman Teknis Pembangunan Kebun Kelapa Sawit, Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Perkebunan, Jakarta, 2006

Langkah Langkah Pembibitan Kelapa Sawit

Langkah I

Tujuan Pembibitan Kelapa Sawit adalah untuk menghasilkan bibit kelapa sawit yang berkwalitas tinggi yang harus tersedia sesuai dengan kebutuhan tahapan penanaman oleh kebun itu sendiri, ataupun untuk dijual kembali.

PENENTUAN LOKASI BIBITAN :

Faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan lokasi pembibitan:

1. Ketersediaan air yang bermutu baik dan bersih dengan pH minimum 4 yang cukup untuk mengairi minimal 80.000 liter/ha/hari (sesuai dengan jumlah bibit yang ada).

2. Lokasi diusahakan datar, berdrainase baik dan tidak terkena banjir.3. Tersedia Top Soil (lapisan atas tanah/humus) dalam jumlah yang cukup untuk

pengisian polybag.4. Aman dari segala gangguan termasuk pohon tinggi di sekitar lokasi pembibitan.

PENENTUAN LUAS BIBITAN:

Umur bibit siap tanam yang optimum adalah 11 s/d 13 bulan. Sedangkan jarak antara polybag pada Main Nursery harus 90 cm, dengan bentuk segitiga sama sisi, sehingga luas 1 Ha bibitan dapat menampung lebih kurang 12.000 bibit.

PERSIAPAN LAHAN DAN PELAKSANAAN PEMBIBITAN :

Lahan bibitan harus sudah dalam kondisi bersih lengkap dengan instalasi air dan jaringan jalan sebelum penanaman kecambah dimulai, dan untuk Perusahaan Besar biasanya pembibitan dilakukan dengan 2 tahapan, dan untuk kebun pribadi lebih sering melakukan satu tahapan saja (untuk hemat cost/biaya). Tetapi pembahasan kita kali ini menggunakan 2 tahapan yaitu Pre Nursery dan Main Nursery.

Sistem Irigasi

Tujuan penerapan sistem irigasi yang tepat adalah untuk memastikan bahwa masing-masing polybag bibit dilapangan memperoleh air yang cukup setiap hari untuk mendapatkan pertumbuhan yang optimal.

Page 79: Laporan Kelapa Sawit

Penyiraman bibit menggunakan sistem pengairan berkabut (mist irrigation), dengan demikian air yang digunakan juga harus bermutu baik dan bersih dengan pH air minimum 4.

Ukuran Mesin dan Pompa Air

Kapasitas mesin dan pompa air yang digunakan dengan sistem Mist Irrigation (pengairan berkabut) dan menggunakan Sumizansui sesuai dengan kondisi di lapangan, dan dapat dilihat dalam tabel berikut :

Luas Plot Bibitan

Ukuran Pompa Ukuran Mesin

s/d 15 Ha 270 USGM @ 150 FT Head

20 HP @ 1.250 RPM

>15 s/d 25 Ha 540 USGM @ 150 FT Head

35 HP @ 1.300 RPM

Demikian belajar kita tentang persiapan pembibitan, dan saya akan melajutkan dengan bahan PRE NURSERY di PEMBIBITAN KELAPA SAWIT (Kedua)

Langkah II

PRE NURSERY

Tujuan Pre Nursery adalah memberikan waktu lebih longgar untuk membuat persiapan areal bibitan dan mempersempit tempat pemeliharaan bibit selama 3 bulan pertama (pada saat bibit memilii 4-5 helai daun) untuk memudahkan pemeliharaan yang optimal.

Ukuran Polybag

Ukuran polybag kecil (babybag) adalah 0,075 mm x 15 cm x 23 cm lay flat (setelah diisi akan berdiameter +/- 10 cm dan tinggi +/- 17,5 cm) berwarna hitam dengan dua baris lubang perforasi berjarak 5 cm x 5 cm. Letak lubang dimulai dari tengah kantong plastik bagian bawah.

Media Tanam

Media tanam menggunakan top soil (kedalaman 20-30 cm) tanah mineral dengan tekstur lempung, kecuali di areal gambut dapat menggunakan tanah gambut. Media tanah tersebut sebaiknya diayak (disaring) memakai saringan 1 cm x 1 cm untuk mencegah masuknya gumpalan-gumpalan tanah, serta bersih dari sampah dan kotoran lainnya. Media tanam harus dicampur dengan 50 kg pupuk Rock Posphate (RP) +/- 2 m3 tanah (+/- 1.000 polybag kecil).

Pengisian Polybag

Cara pengisian polybag kecil :

1. Empat minggu sebelum penanaman kecambah, polybag harus sudah diisi tanah dalam jumlah cukup.

Page 80: Laporan Kelapa Sawit

2. Guncang polybag pada waktu pengisian untuk memadatkan tanah dan diisi sampai mencapai ketinggian 1 cm dari bibir polybag (hampir penuh).

3. Polybag disiram air setiap hari sampai tanah jenuh sebelum dilakukan penanaman dan isi kembali dengan tanah bila diperlukan.

Penempatan dan Penyusunan Polybag

1. Persiapkan bedengan dengan lebar 120 cm dan panjang yang disesuaikan dengan kondisi areal (10-15 m), jarak antar bedengan 70 cm. Tanah bedengan ditinggikan +/- 6 cm dengan mengikis tanah dari daerah antar bedengan, sehingga air tidak akan tergenang di bedengan. Dipasang papan lebar 10 cm atau bambu disepanjang pinggir bedengan, untuk menahan agar polybag tidak tumbang.

2. Polybag disusun secara rapat pada bedengan. Dalam satu bedengan areal pre nursery dapat disusun sebanyak 1.200 s/d 1.800 polybag kecil.

Sementara dah dulu, akan kita lanjutkan tetap di Pre Nursery tetapi dengan sub topick yang lebih seru lagi.

Langkah III

Perlakuan Terhadap Kecambah

Pada waktu penerimaan, peti harus diletakkan di tempat yang terlindung dari sinar matahari langsung, dibuka dan tiap-tiap kantong harus diperiksa. Setiap kantong kecambah harus dibiarkan terbuka selama beberapa menit untuk memungkinkan terjadinya pergantian udara. Kecambah harus segera ditanam pada hari diterima. Pada waktu akan dilakukan penanaman, kecambah harus diperiksa dan dipisahkan yang abnormal dan double tone (kembar).

Kriteria kecambah abnormal:

1. Belum jelas radicula (berwarna putih) dan atau plumula (berwarna kuning)2. Radicula atau plumula yang busuk3. Radicula atau plumula searah4. Adanya pertumbuhan jamur5. Bentuk yang tidak normal atau rusak.

Embrio yang sedang berkembang masih terlampau lemah dan harus diperlakukan dengan hati-hati. Kecambah harus selalu berada pada tempat yang terlindung sejak diterima sampai selesai tanam. Apabila plumula kembar, maka yang lemah harus dibuang dan kecambah ditanam seperti biasa.

Penanaman Kecambah

Prosedur yang dilakukan :

Page 81: Laporan Kelapa Sawit

1. Siram tanah di polybag sampai jenuh sebelum kecambah ditanam2. Kantong plastik kecambah dibuka dengan hati-hati dan letakkan

kecambah di baki yang beralaskan karung yang basah yang telah direndam air dalam larutan fungisida Thiram dengan konsentrasi 0,2 %.

3. Kemudian kecambah diseleksi dan dihitung4. Penanaman kecambah harus memperhatikan posisi radicula yang akan

diposisikan arak kebawah dan plumula yang akan diposisikan ke atas.5. Kecambah ditanam dengan kedalaman sekitar 2 cm dibawah permukaan

tanah polybag. Hindarkan penanaman kecambah yang terlalu dalam atau terbalik.

6. Polybag disiram sampai jenuh setelah penanaman kecambah7. Pemberian naungan disesuaikan dengan iklim setempat.

Naungan

Pada tahap awal bibit dapat diletakkan dibawah naungan, setelah dua daun keluar naungan dapat dikurangi sebesar 50 % dan setelah daun ketiga keluar naungan harus sudah dihilangkan. Luas naungan minimal sebesar luas bedengan dengna tinggi naungan lebih kurang 2 m. Kini banyak perusahaan besar tidak lagi menggunakan naungan sebagai standard yang baku.

Penyiraman

8. Penyiraman dilakukan setiap pagi dan sore hari selama 30 menit atau setara dengan 6 mm curah hujan untuk setiap penyiraman.

9. Bila malam harinya ada curah hujan > 10 mm, tidak perlu penyiraman pada keesokan pagi harinya, dan penyiraman sore harinya bergantung pada kelembaban tanah di polybag.

10. Bila pagi hari turun hujan > 10 mm, maka tidak perlu penyiraman pagi dan sore.

11. Bila ada genangan air yang bertahan di polybag setelah penyiraman, maka buat tambahan lubang polybag dengan cara menusuknya menggunakan tusuk bambu berdiameter 5 mm.

Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma di dalam polybag dan diluar polybag dilakukan secara manual (mencabut) dan tidak boleh menggunakan herbisida, karena pada saat bibit di Pre Nursery (3 bulanan) bibit sangat rentan terhadap bahan kimiawi utamanya herbisida.

Seleksi

Seleksi bibit dilakukan pada umur 2 bulan dan pada saat transpalanting. Bibit yang telah afkir harus dimusnahkan agar bibit afkir tidak terkirim ke lapangan ataupun terjual karena menyangkut masa depan kebun selama 25 tahun.

Ciri Fisik Bibit yang afkir di Pre Nursery

Page 82: Laporan Kelapa Sawit

12. Pucuk bengkok dan daun berputar, disebabkan karena pada saat penanaman terbalik.

13. Daun lalang atau daun sempit (narrow grass leaf), disebabkan faktor genetik.

14. Daun kerdil dan sempit (stum/little leaf)15. Daun menyempit dan tegak (acute/eret leaf)16. Daun yang menggulung (rolled leaf)17. Daun berkerut/keriput (crinkle leaf)18. Daun melipat (collante)19. Bibit kerdil (stunted)20. Chimaera, Sebagian atau seluruh daun secara seragam berubah pucat

atau bergaris kuning terang yang sangat kontras dengan warna hijau gelap dan jaringan yang normal

21. Bibit dengan serangan penyakit berat, Sebagian tambahan dari karakteristik yang telah dikemukakan di atas, bibit yang terserang penyakit bercak daun yang disebabkan jamur curvularia dan penyakit antracnose (daun membusuk dari pinggir) disebabkan jamur boitrodiplodia, melaconium elaidis dan glomerella singulata harus afkir.

Langkah IV

Main Nursery ( MN )

Transpalanting (perpindahan dari Pre Nursery ke Main Nursery) dilakukan pada bibit yang berumur 3 s/d 4 bulan atau memiliki 4 s/d 5 helai daun.

Polybag

Ukuran Polybag besar adalah 0,15 mm x 35 cm x 50 cm lay flat (setelah diisi tanah diameter +/- 23 cm dan tinggi +/- 39 cm) berwarna hitam dengan empar garis lubang perforasi 5 cm x 5 cm.Ketebalan polybag harus merata, hal ini dapat dilihat dengan cara mengamati dibalik sinar matahari, todak ada bagian terang karena tipis. Kelenturan polybag harus baik agar tidak rusak atau mudah merobek karena terik matahari.

Media Tanam

Sama dengan di Pre Nursery.

Pengisian Polybag

Polybag harsu sudah selesai diisi tanah minimal 4 minggu sebelu pemindahan bibit dari Pre Nursery, untuk mendapatkan tingkat kepadatan tanah yang stabil setelah dilakukan penyiraman setiap hari.

Cara Pengisian Polybag Besar (Large Bag) :

1. Polybag harus dibalik sebelum diisi tanah agar polybag dapat berdiri tegak dan silendris.

2. Media tanah harus disaring melalui saringan 1,5 cm x 1,5 cm untuk menghindari adanya gumpalan-gumpalan tanah, sampah, akar tanaman.

Page 83: Laporan Kelapa Sawit

3. Persiapkan media tanam dan isikan ke dalam polybag, hindarkan pemadatan tanah dalam polybag dengan cara menekan kuat ke arah bawah, tetapi dengan cara mengguncang hingga ketinggian tanah 2,5 cm dari bibir polybag.

Penempatan Polybag

Polybag disusun dengan jarak 90 cm segitiga sama sisi. Untuk dapat menempatkan polybag dengan rapi, terlebih dahulu dilakukan pemancangan didua sisi petak memakai alat meteran dan tali dengan menggunakan bahan cat dan anak pancang. Pada saat menyusun polybag, tidak dibenarkan meyengkram bibir polybag, tetapi memindahkan dengan cara memegang dasar dari polybag tersebut, agar polybag tidak robek.

Transpalanting di Polybag Besar

Prosedur pelaksanaan transpalanting dari polybag kecil ke polybag besar adalah :

1. Untuk temapt pemindahan bibit polybag kecil dibutuhkan cutter untuk menyayat polybag kecil tersebut, dan dibutuhkan angkong untuk memindahkan ke areal Manin Nursery.

2. Pastikan polybag besar sudah tersusun benar dengna posisi tegak dan telah diisi dengan tanah.

3. Satu hari sebelum tranpalanting, siram tanah di polybag besar sampai jenuh air, guna memudahkan pembuatan lubang tanam pada keesokan harinya.

4. Buat lubang di tengah polybag dengna menggunakan alat pelubang yang sudah dipersiapkan, kedalaman lubang dibuat +/- 20 cm atau disesuaikan dengan tinggi tanah di polybag kecil.

5. Siram bibit di prenursery sebelum dipindahkan6. Setelah bibit yang akan ditranspalanting berada disamping polyubag besar,

maka sayat polybag kecil secara vertikal disepanjang sisinya dengan cutter, keluarkan bibit lengkap dengan tanahnya dari polybag kecil dengan hati-hati dan masukkan ke dalam lubang tanam di polybag besar, da dipastikan saat memindahkannya tidak ada rongga diantara tanah yang baru dipindahkan.

7. Lakukan penyiraman secukupnya segera sesudah transpalanting.

Langkah V

Perawatan

Perawatan bertujuan membersihkan gulma yang tumbuh di dalam maupun di luar di antara polybag.

Seua peralatan yang dipakai untuk kegiatan perawatan seperti alat semprot, ember, takaran dan pengaduk, harus diberi tulisan "khusus herbisida" secara jelas dengan warna merah, dan disimpan terpisah dari peralatan lainnya (gudang herbisida),

Page 84: Laporan Kelapa Sawit

sehingga dipastikan perlatan tersebut tidak dapat digunakan untuk kegiatan penyemprotan pupuk daun maupun pengendalian hama penyakit.

Penyiraman

Penyiraman setiap polybag memerlukan 2 liter air perhari atau dengan sumisansui kebutuhan air ini dapat dipenuhi dengan penyiraman selama 60 menit.

Pemberian Mulsa

Mulsa diberikan secara merata di atas permukaan tanah dalam polybag segera setelah penanaman. Mulsa yang dianjurkan adalah cangkang, apabila tidak tersedia dapat juga digantikan oleh fiber atau potongan lalang kering.

"Pengendalian hama penyakit dan Pemupukan akan dijelaskan di post yang akan datang"

Seleksi Bibit di Main Nursery

Tahapan Seleksi :

1. Pada umur bibit 6 bulan2. Pada umur bibit 9 bulan3. Pada umur bibit 12 bulan4. Pada saat persiapan pengiriman bibit ke lapangan.

Ciri-ciri Bibit Abnormal di Main Nursery

1. Kerdil (runt/stunted)2. BIbit erect, akibat faktor genetik, daun tumbuh dengan sudut yang sangat

sempit/tajam terhadap sumbu vertikal sehingga tumbuh tegak.3. Bibit yang layu dan lemah (limp)4. Bibit Flat top,akibat faktor genetik, daun yang baru tumbuh dengan ukuran yang

makin pendek dari daun yang lebih tua, sehingga tajuk bibit terlihat rata.5. Short Internode, Jarak antara daun dan tulang pelepah (rakhis) terlihat sangat

dekat dan bentuk pelepah tampak pendek.6. Wide Internode, Jarak antara daun pada rakhis terlihat sangat lebar. Bibit terlihat

sangat terbuka dan lebih tinggi dari normal.7. Anak daun yang sempit dan melidi (narrow leaf)8. Anak daun tidak pecah (Ijuvenile)9. Daun berkerut (crinkle leaf)10. Chimaera, Sebagian atau seluruh daun secara seragam berubah menjadi pucat

atau bergaris kuning terang yang sangat kontras dengan warna hijau gelap dari jaringan normal.

11. Terserang crown disease, akibat faktor genetik, pelepah menjadi bengkok, melintir dan mudah patah.

12. Blast, bibit biasanya berubah secara progressif ke arah cokelat dan mati perlahan-lahan dimulai dari daun yang lebih tua  dan bergerak ke atas daun yang lebih muda.

13. Bibit yang terserang busuk pada pucuk daun.

Page 85: Laporan Kelapa Sawit

14. dll, diamati kira-kira mana bibit yang tidak normal, atau beda dari teman-temannya.

Setelah itu ditanam deh.....

Mungkin teknis pembibitan sekian dulu, dan bila ada sesuatu yang ketinggalan, maka akan kami posting kembali sesuai dengan kemajuan dan perkembangan teknis bibitan terbaru...

Selamat mencoba.

BAB I PENDAHULUAN A . Latar Belakang Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) saat ini merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang menduduki posisi penting disektor pertanian umumnya, dan sektor perkebunan khususnya, hal ini disebabkan karena dari sekian banyak tanaman yang menghasilkan minyak atau lemak, kelapa sawit yang menghasilkan nilai ekonomi terbesar per hektarnya di dunia (Balai Informasi Pertanian, 1990). Melihat pentingnya tanaman kelapa sawit dewasa ini dan masa yang akan datang, seiring dengan meningkatnya kebutuhan penduduk dunia akan minyak sawit, maka perlu dipikirkan usaha peningkatan kualitas dan kuantitas produksi kelapasawit secara tepat agar sasaran yang diinginkan dapat tercapai. Salah satu diantaranya adalah pengendalian hama dan penyakit. (Sastrosayono 2003). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat menjadi andalan dimasa depan karena berbagai kegunaannya bagi kebutuhan manusia. Kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan nasional Indonesia. Selain menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumberdevisa negara. Penyebaran perkebunan kelapa sawit di Indonesia saat ini sudah berkembang di 22 daerah propinsi. Luas perkebunan kelapa sawit pada tahun 1968 seluas 105.808 hadengan produksi 167.669 ton, pada tahun 2007 telah meningkat menjadi 6.6 juta ha dengan produksi sekitar 17.3 juta ton CPO (Sastrosayono 2003). Tanaman kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan primadona Indonesia. Di tengah krisis global yang melanda dunia saat ini, industri sawit tetap bertahan dan memberi sumbangan besar terhadap perekonomian negara. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang luas, industri sawit menjadi salah satu sumber devisa terbesar bagi Indonesia. Data dari Direktorat Jendral Perkebunan (2008) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia, dari 4 713 435 ha pada tahun 2001 menjadi 7.363.847 ha pada tahun 2008 dan luas areal perkebunan kelapa sawit ini terus mengalami peningkatan. Peningkatan luas areal tersebut juga diimbangi dengan peningkatan produktifitas. Produktivitas kelapa sawit adalah 1.78 ton/ha pada tahun 2001 dan meningkat menjadi 2.17 ton/ha pada tahun 2005. Hal ini merupakan kecenderungan yang positif dan harus dipertahankan. Untuk mempertahankan produktifitas tanaman tetap tinggi diperlukan pemeliharaan yang tepat dan salah satu unsur pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM) adalah pengendalian hama dan penyakit. Sektor perkebunan merupakan salah satu potensi dari subsektor pertanian yang berpeluang besar untuk meningkatkan perekonomian rakyat dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Pada saat ini, sektor perkebunan dapat menjadi penggerak pembangunan nasional karena dengan adanya

Page 86: Laporan Kelapa Sawit

dukungan sumber daya yang besar, orientasi pada ekspor, dan komponen impor yang kecil akan dapat menghasilkan devisa non migas dalam jumlah yang besar. Produktivitas kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh teknik budidaya yang diterapkan. Pemeliharaan tanaman merupakan salah satu kegiatan budidaya yang sangat penting dan menentukan masa produktif tanaman. Salah satu aspek pemeliharaan tanaman yang perlu diperhatikan dalam kegiatan budidaya kelapa sawit adalah pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian hama dan penyakit yang baik dapat meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman. B . Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui cara budidaya tanaman kelapa sawit dan teknik pengendalian hama dan penyakit pada tanaman kelapa sawit. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kelapa sawit berakar serabut yang terdiri atas akar primer, skunder, tertier dan kuartier. Akar-akar primer pada umumnya tumbuh ke bawah, sedangkan akar skunder, tertier dan kuartier arah tumbuhnya mendatar dan ke bawah. Akar kuartier berfungsi menyerap unsur hara dan air dari dalam tanah. Akar-akar kelapa sawit banyak berkembang di lapisan tanah atas sampai kedalaman sekitar 1 meter dan semakin ke bawah semakin sedikit (Setyamidjaja, 2006). Tanaman kelapa sawit umumnya memiliki batang yang tidak bercabang. Pada pertumbuhan awal setelah fase muda (seedling) terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia (ruas). Titik tumbuh batang kelapa sawit terletak di pucuk batang, terbenam di dalam tajuk daun. Di batang terdapat pangkal pelepah-pelepah daun yang melekat kukuh (Sunarko, 2008). Pertumbuhan awal daun berikutnya akan membentuk sudut. Daun pupus yang tumbuh keluar masih melekat dengan daun lainnya. Arah pertumbuhan daun pupus tegak lurus ke atas dan berwarna kuning. Anak daun (leaf let) pada daun normal berjumlah 80-120 lembar (Setyamidjaja, 2006). Tanaman kelapa sawit berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan mulai mengeluarkan bunga jantan atau bunga betina. Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat. Tanaman kelapa sawit mengadakan penyerbukan bersilang (cross pollination). Artinya bunga betina dari pohon yang satu dibuahi oleh bunga jantan dari pohon yang lainnya dengan perantaan angin dan atau serangga penyerbuk (Sunarko, 2008). Tandan buah tumbuh di ketiak daun. Semakin tua umur kelapa sawit, pertumbuhan daunnya semakin sedikit, sehingga buah terbentuk semakin menurun. Hal ini disebabkan semakin tua umur tanaman, ukuran buah kelapa sawit akan semakin besar. Kadar minyak yang dihasilkannya pun akan semakin tinggi. Berat tandan buah kelapa sawit bervariasi, dari beberapa ons hingga 30 kg (Setyamidjaja, 2006). Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis yang umumnya dapat tumbuh di daerah antara 120º Lintang Utara 120º Lintang Selatan. Curah hujan optimal yang dikehendaki antara 2.000-2.500 mm per tahun dengan pembagian yang merata sepanjang tahun. Lama penyinaran matahari yang optimum antara 5-7 jam per hari dan suhu optimum berkisar 240-380C. Ketinggian di atas permukaan laut yang optimum berkisar 0-500 meter (Setyamidjaja, 2006). Di daerah-daerah yang musim kemaraunya tegas dan panjang, pertumbuhan vegetatif kelapa sawit dapat terhambat, yang pada gilirannya akan berdampak negatif pada produksi buah. Suhu berpengaruh pada produksi melalui pengaruhnya terhadap laju reaksi biokimia dan metabolisme dalam tubuh tanaman.

Page 87: Laporan Kelapa Sawit

Sampai batas tertentu, suhu yang lebih tinggi menyebabkan meningkatnya produksi buah. Suhu 200C disebut sebagai batas minimum bagi pertumbuhan vegetatif dan suhu rata-rata tahunan sebesar 22-230C diperlukan untuk berlangsungnya produksi buah (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005). Kelapa sawit dapat tumbuh baik pada sejumlah besar jenis tanah di wilayah tropika. Persyaratan mengenai jenis tanah tidak terlalu spesifik seperti persyaratan faktor iklim. Hal yang perlu ditekankan adalah pentingnya jenis tanah untuk menjamin ketersediaan air dan ketersediaan bahan organik dalam jumlah besar yang berkaitan dengan jaminan ketersediaan air (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005). Tanah yang sering mengalami genangan air umumnya tidak disukai tanaman kelapa sawit karena akarnya membutuhkan banyak oksigen. Drainase yang jelek bisa menghambat kelancaran penyerapan unsur hara dan proses nitrifikasi akan terganggu, sehingga tanaman akan kekurangan unsur nitrogen (N).Karena itu, drainase tanah yang akan dijadikan lokasi perkebunan kelapa sawit harus baik dan lancar, sehingga ketika musim hujan tidak tergenang (Sunarko, 2008). BAB III PEMBAHASAN 2.1 Syarat Tumbuh Sebagai tanaman yang dibudidayakan, tanaman kelapa sawit memerlukan kondisi lingkungan yang baik atau cocok, agar mampu tumbuh subur dan dapat berproduksi secara maksimal. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit antara lain keadaan iklim dan tanah. Selain itu, faktor yang juga dapat mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit adalah faktor genetis, perlakuan budidaya, dan penerapan teknologi. a) Iklim · Curah hujan dan kelembaban Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan di daerah tropik, dataran rendah yang panas, dan lembab. Curah hujan yang baik adalah 2.500-3.000 mm per tahun yang turun merata sepanjang tahun. Daerah pertanaman yang ideal untuk bertanam kelapa sawit adalah dataran rendah yakni antara 200-400 meter di atas permukaan laut. Pada ketinggian tempat lebih 500 meter di atas permukaan laut, pertumbuhan kelapa sawit ini akan terhambat dan produksinya pun akan rendah Penyinaran matahari Lama penyinaran matahari yang baik untuk kelapa sawit adalah 7-5 jam per hari.pertumbuhan kelapa sawit di Sumatera Utara terkanal baik karena berkat iklim yang sesuai yaitu lama penyinaran matahari yang tinggi dan curah hujan yang cukup. Umumnya turun pada sore atau malam hari. Suhu Suhu merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan hasil kelapa sawit. Suhu rata-rata tahunan daerah-daerah pertanaman kelapa sawit berada antara 25-27 0C, yang menghasilkan banyak tandan. Variasi suhu yang baik jangan terlalu tinggi. Semakin besar variasi suhu semakin rendah hasil yang diperoleh. Suhu, dingin dapat membuat tandan bunga mengalami merata sepanjang tahun. b) Tanah Pertumbuhan dan produksi kelapa sawit dalam banyak hal bergantung pada karakter lingkungan fisik tempat pertanaman kelapa sawit itu dibudidayakan. Jenis tanah yang baik untuk bertanam kelapa sawit adalah tanah latosol, podsolik merah kuning, hidromorf kelabu, aluvial, dan organosol/gambut tipis. Kesesuaian tanah untuk bercocok tanam kelapa sawit ditentukan oleh dua hal, yaitu sifat-sifat fisis dan kimia tanah. Sifat fisik tanah Pertumbuhan kelapa sawit akan baik pada tanah yang datar atau sedikit miring, solum dalam dan mempunyai drainase yang baik, tanah gembur, subur, permeabilitas sedang, dan lapisan padas tidak terlalu dekat dengan permukaan tanah. Tanah yang baik bagi pertumbuhan juga harus mampu menahan air

Page 88: Laporan Kelapa Sawit

yang cukup dan hara yang tinggi secara alamiah maupun hara tambahan. Tanah yang kurang cocok adalah tanah pantai berpasir dan tanah gambut tebal. Dalam menentukan batas-batas yang tajam mengenai kesesuaian sifat fisis tanah di antara tipe-tipe tanah memang relatif sulit. Sifat kimia tanah Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh baik pada tanah pH 4,0-6,5 dan pH optimumnya antara 5,0-5,5. Tanah yang memiliki pH rendah biasanya dijumpai pada daerah pasang surut, terutama tanah gambut. Tanah organosol atau gambut mengandung lapisan yang terdiri atas lapisan mineral dengan lapisan bahan organik yang belum terhumifikasi lebih lanjut memiliki pH rendah. 2.2 Teknik budidaya tanaman kelapa sawit 2.3 Persiapan Lahan Pembukaan lahan merupakan salah satu tahapan kegiatan dalam budidaya Kelapa Sawit yang sudah ditentukan jadwalnya berdasarkan tahapan pekerjaan yang akan dilakukan sesuai dengan jenis lahannya (areal) hutan, areal alang-alang, areal gambut. Supaya areal tersebut dapat ditanami Kelapa sawit maka areal tersebut harus bersih dari vegetasi atau semak belukar yang akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman pokok. Sedangkan untuk memudahkan dalam pengelolaan tanaman Kelapa sawit dibutuhkan suatu perencanaan tata ruang kebun yang direncanakan pada saat pembukaan lahan dan sebelum penanaman Kelapa sawit (Setyamidjaja, 2003). 2.4 Pembibitan Bibit merupakan produk yang dihasilkan dari suatu proses pengadaan bahan tanaman yang dapat berpengaruh terhadap pencapaian hasil produksi pada masa selanjutnya. Pembibitan merupakan langkah awal dari seluruh rangkaian kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit. Melalui tahap pembibitan sesuai standar teknis diharapkan dapat dihasilkan bibit yang baik dan berkualitas. Bibit kelapa sawit yang baik adalah bibit yang memiliki kekuatan dan penampilan tumbuh yang optimal serta berkemampuan dalam menghadapi kondisi cekaman lingkungan pada saat pelaksanaan penanaman (transplanting). Menurut Setyamidjaja, (2006), untuk menghasilkan bibit yang baik dan berkualitas seperti tersebut di atas, diperlukan pedoman kerja yang dapat menjadi acuan, sekaligus kontrol selama pelaksanaan di lapang. Untuk itu berikut ini disampaikan tahapan pembibitan, mulai dari persiapan, pembibitan awal dan pembibitan utama. 2.4.1 Pemilihan Lokasi Penentuan lokasi pembibitan perlu memperhatikan beberapa persyaratan sebagai berikut: Areal pembibitan harus terletak sedekat mungkin dengan daerah yang direncanakan untuk ditanami dengan memperhitungkan biaya pengangkutan bibit Areal diusahakan mempunyai topografi datar dan berada di tengah-tengah Kebun Dekat dengan sumber air dan air tersedia cukup untuk penyiraman, dengan kualitas yang memenuhi syarat. Dekat dengan tempat pengambilan media tanam untuk pembibitan. Drainase baik, sehingga pada musim hujan tidak tergenang air. Lokasi Pembibitan mempunyai jalan yang mudah dijangkau dan mempunyai kondisi baik. Dekat dengan tenaga kerja lapangan sehingga memudahkan dalam pengawasan. Areal harus jauh dari sumber hama dan penyakit, serta mempunyai sanitasi yang baik. 2.4.2 Luas Pembibitan Kebutuhan areal pembibitan umumnya 1,0–1,5% dari luas areal pertanaman yang direncanakan. Luas areal pembibitan yang dibutuhkan bergantung pada jumlah bibit dan jarak tanam yang digunakan. Dalam menentukan luasan pembibitan perlu diperhitungkan pemakaian jalan, yang untuk setiap hektar pembibitan diperlukan jalan pengawasan sepanjang 200 m dengan lebar 5 m. 2.4.3 Sistem

Page 89: Laporan Kelapa Sawit

Pembibitan Pembibitan kelapa sawit dapat dilakukan dengan menggunakan satu atau dua tahapan pekerjaan, tergantung kepada persiapan yang dimiliki sebelum kecambah dikirim ke lokasi pembibitan. Untuk pembibitan yang menggunakan satu tahap (single stage), berarti penanaman kecambah kelapa sawit langsung dilakukan ke pembibitan utama (Main Nursery). Sedangkan pada sistem pembibitan dua tahap (double stage), dilakukan pembibitan awal (Pre Nursery) terlebih dahulu selama ± 3 bulan pada polybag berukuran kecil dan selanjutnya dipindah ke pembibitan utama (Main Nursery) dengan polybag berukuran lebih besar. Sistem pembibitan dua tahap banyak dilaksanakan oleh perusahaan perkebunan, karena memiliki beberapa keuntungan, antara lain: Kemudahan dalam pengawasan dan pemeliharaan serta tersedianya waktu persiapan pembibitan utama pada tiga bulan pertama. Terjaminnya bibit yang akan ditanam ke lapangan, karena telah melalui beberapa tahapan seleksi, baik di pembibitan awal maupun di pembibitan utama. Seleksi yang ketat (10%) di pembibitan awal dapat mengurangi keperluan tanah dan polybag besar di pembibitan utama. 2.4.4 Media Tanam Media tanam yang digunakan seharusnya adalah tanah yang berkualitas baik, misalnya tanah bagian atas (top soil) pada ketebalan 10-20 cm. Tanah yang digunakan harus memiliki struktur yang baik, gembur, serta bebas kontaminasi (hama dan penyakit, pelarut, residu dan bahan kimia). Bila tanah yang akan digunakan kurang gembur dapat dicampur pasir dengan perbandingan pasir : tanah = 3 : 1 (kadar pasir tidak melebihi 60%). Sebelum dimasukkan ke dalam polybag, campuran tanah dan pasir diayak dengan ayakan kasar berdiameter 2 cm. Proses pengayakan bertujuan untuk membebaskan media tanam dari sisa-sisa kayu, batuan kecil dan material lainnya. 2.4.5 Kantong Plastik (Polybag) Ukuran polybag tergantung pada lamanya bibit di pembibitan. Pada tahap pembibitan awal (Pre-Nursery), polybag yang digunakan berwarna putih atau hitam dengan ukuran panjang 22 cm, lebar 14 cm, dan tebal 0,07 mm. Setiap polybag dibuat lubang diameter 0,3 cm sebanyak 12-20 buah. Pada tahap pembibitan utama (Main-Nursery) digunakan polybag berwarna hitam dengan ukuran panjang 50 cm, lebar 37-40 cm dan tebal 0,2 mm. Pada setiap polybag dibuat lubang diameter 0,5 cm sebanyak 12 buah pada ketinggian 10 cm dari bawah polybag. 2.4.6 Pembibitan Awal ( Pre-Nursery ) Benih yang sudah berkecambah dideder dalam polybag kecil, kemudian diletakkan pada bedengan-bedengan yang lebarnya 120 cm dan panjang bedengan secukupnya. Ukuran polybag yang digunakan adalah 12 x 23 cm atau 15 x 23 cm ( lay flat ). Polybag diisi dengan 1,5 – 2,0 kg tanah atas yang telah diayak. Tiap polybag diberi lubang untuk drainase. Kecambah ditanam sedalam ± 2 cm dari permukaan tanah dan berjarak 2 cm. Setelah bibit dederan yang berada di prenursery telah berumur 3 – 4 bulan dan berdaun 4 – 5 helai, bibit dederan sudah dapat dipindahkan ke pembibitan utama (main-nursery). Keadaan tanah di polybag harus selalu dijaga agar tetap lembab tapi tidak becek. Pemberian air pada lapisan atas tanah polybag dapt menjaga kelembaban yang dibutuhkan oleh bibit. Penyiraman dengan sistem springkel irrigation sangat membantu dalam usaha memperoleh kelembaban yang diinginkan dan dapat melindungi bibit terhadap kerusakan karena siraman. 2.4.7 Pembibitan Utama ( Main-Nursery ) Untuk penanaman bibit pindahan dari dederan dibutuhkan polybag yang lebih besar, berukuran 40 cm x 50 cm atau 45 cm x 60 cm (lay

Page 90: Laporan Kelapa Sawit

flat), tebal 0,11 mm dan diberi lubang pada bagian bawahnya untuk drainase. Polybag diisi dengan tanah atas yang telah diayak sebanyak 15 – 30 kg per polybag, disesuaikan dengan lamanya bibit yang akan dipelihara (sebelum dipindahkan) di pesemaian bibit (Setyamidjaja, 2006). Bibit dederan ditanam sedemikian rupa sehingga leher akar berada pada permukaan tanah polybag besar dan tanah sekitar bibit di padatkan agar bibit berdiri tegak. Bibit pada polybag besar kemudian disusun di atas lahan yang telah diratakan, dibersihkan dan diatur dengan hubungan sistem segitiga sama sisi dengan jarak misalnya 100 cm x 100 cm x 100 cm (Setyamidjaja, 2006). 2.4.8 Pemeliharaan (pada pembibitan) Bibit yang yang telah ditanam di prenursery atau nursery perlu dipelihara dengan baik agar pertumbuhannya sehat dan subur, sehingga bibit akan dapat dipindahkan ke lapang sesuai dengan umur dan saat tanam yang tepat. Pemeliharaan bibit meliputi : v Penyiraman v Penyiangan v Pengawasan dan seleksi v Pemupukan a. Penyiraman Ø Penyiraman bibit dilakukan dua kali sehari, kecuali apabila jatuh hujan lebih dari 7 – 8 mm pada hari yang bersangkutan. Ø Air untuk menyiram bibit harus bersih dan cara menyiramnya harus dengan semprotan halus agar bibit dalam polybag tidak rusak dan tanah tempat tumbuhnya tidak padat. Ø Kebutuhan air siraman ± 2 liter per polybag per hari, disesuaikan dengan umur bibit. b. Penyiangan Ø Gulma yang tumbuh dalam polybag dan di tanah antara polybag harus dibersihkan, dikored atau dengan herbisida Ø Penyiangan gulma harus dilakukan 2-3 kali dalam sebulan atau disesuaikan dengan pertumbuhan gulma. c. Pengawasan dan seleksi Ø Pengawasan bibit ditujukan terhadap pertumbuhan bibit dan perkembangan gangguan hama dan penyakit Ø Bibit yang tumbuh kerdil, abnormal, berpenyakit dan mempunyai kelainan genetis harus dibuang. Ø Pembuangan bibit (thinning out) dilakukan pada saat pemindahan ke main nursery, yaitu pada saat bibit berumur 4 bulan dan 9 bulan, serta pada saat pemindahan bibit ke lapangan. Menurut (Setyamidjaja, 2006), seleksi dilakukan sebanyak tiga kali. Seleksi pertama dilakukan pada waktu pemindahan bibit ke pembibitan utama. Seleksi kedua dilakukan setelah bibit berumur empat bulan di pembibitan utama. Seleksi terakhir dilakukan sebelum bibit dipindahkan ke lapangan. Bibit dapat dipindahkan ke lapangan setelah berumur 12-14 bulan. Tanaman yang bentuknya abnormal dibuang, dengan ciri-ciri: a) bibit tumbuh meninggi dan kaku b) bibit terkulai c) anak daun tidak membelah sempurna d) terkena penyakit e) anak daun tidak sempurna. d. Pemupukan Ø Pemupukan bibit sangat penting untuk memperoleh bibit yang sehat, tumbuh cepat dan subur. Ø Pupuk yang diberikan adalah Urea dalam bentuk larutan dan pupuk majemuk. 2.4.9 Panen Mulai berbuah setelah 2,5 tahun dan masak 5,5 bulan setelah penyerbukan. Dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya 60% buah telah matang panen, dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah matang panen. Ciri tandan matang panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih. 2.5 Hama dan Penyakit 2.5.1. Hama a. Hama Tungau Penyebabnya tungau merah (Oligonychus). Bagian diserang adalah daun. Gejala terlihat pada daun menjadi mengkilap dan berwarna bronz. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara Semprot Pestisida atau Natural BVR. b. Ulat Setora Penyebabnya adalah (Setora nitens). Bagian yang diserang adalah daun. Gejala yang terlihat pada daun dimakan

Page 91: Laporan Kelapa Sawit

sehingga tersisa lidinya saja. Pengendalian dengan cara penyemprotan dengan Pestisida 2.5.2. Penyakit a. Root Blast Penyebab dari penyakit ini yaitu (Rhizoctonia lamellifera) dan (Phythium Sp). Bagian diserang akar. Gejala dapat dilihat dari bibit di persemaian mati mendadak, tanaman dewasa layu dan mati, terjadi pembusukan akar. Pengendalian dengan cara pembuatan persemaian yang baik, pemberian air irigasi di musim kemarau, penggunaan bibit berumur lebih dari 11 bulan (Zaman, 2006). b. Garis Kuning Penyebab dari penyakit ini yaitu (Fusarium oxysporum). Bagian diserang daun. Gejala terdapat bulatan oval berwarna kuning pucat mengelilingi warna coklat pada daun, daun mengering. Pengendalian dengan cara inokulasi penyakit pada bibit dan tanaman muda. c. Dry Basal Rot Penyebab penyakit ini yaitu (Ceratocyctis paradoxa). Bagian diserang batang. Gejala terdapat pada pelepah mudah patah, daun membusuk dan kering; daun muda mati dan kering. Pengendalian dengan menanam bibit yang telah diinokulasi penyakit BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Tanaman kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat menjadi andalan dimasa depan karena berbagai kegunaannya bagi kebutuhan manusia. Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis yang umumnya dapat tumbuh di daerah antara 120º Lintang Utara 120º Lintang Selatan. Curah hujan optimal yang dikehendaki antara 2.000-2.500 mm per tahun dengan pembagian yang merata sepanjang tahun. Lama penyinaran matahari yang optimum antara 5-7 jam per hari dan suhu optimum berkisar 240-380C Tanaman kelapa sawit mulai berbuah setelah 2,5 tahun dan masak 5,5 bulan setelah penyerbukan. Dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya 60% buah telah matang panen, dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah matang panen. Ciri tandan matang panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih. Tanaman dengan umur kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan kuran lebih 10 butir dan tanaman dengan umur lebih 10 tahun, jumlah brondolan sekitar 15-20 butir. Tanaman kelapa sawit akan menghasilkan tandan buah segar (TBS) yang dapat dipanen pada saat tanaman berumur 3 atau 4 tahun Make Money at : http://bit.ly/copy_win

Make Money at : http://bit.ly/copy_win

Cara Menanam Kelapa Sawit

Page 92: Laporan Kelapa Sawit

Cara Menanam Kelapa Sawit adalah judul Post kali ini akan membahas tentang bagaimana cara menanam kelapa sawit yang benar. Secara teori penanaman Kelapa sawit bisa dikatakan gampang-gampang susah lah, bagi petani yang telah memiliki jam terbang yang panjang tentu mereka lebih tahu tentang cara penanaman yang benar secara praktis. Namun untuk mendapatkan hasil yang bagus, anda tidak perlu trial and error. Berkut ini kami sampaikan proses penanaman Kelapa Sawit yang menurut kami sudah cukup sistematis.

Pertama, Persiapan lahanBiasanya kelapa sawit sering ditanam pada lahan bekas hutan yang baru akan dibuka untuk pertanian, ada juga lahan bekas perkebunan karet atau lainnya, ataupun bekas tanaman kelapa sawit yang sudah tua dan akan dilakukan peremajaan kembali. Sekarang kenali dulu calon lahan yang akan anda tanami..

Untuk persiapan lahan perlu dilaksanakan proses pembukaan lahan yang secara mekanis, pada bekas hutan atau bekas tanaman lain seperti karet dan sebagainya terdiri dari beberapa pekerjaan, yakni: a) menumbang, yaitu memotong pohon besar dan kecil dengan mengusahakan agar tanahnya terlepas dari tanah; b) merumpuk, yaitu mengumpulkan dan menumpuk hasil tebangan untuk memudahkan pembakaran. c) merencek dan membakar, yaitu memotong dahan dan ranting kayu yang telah ditumpuk agar dapat disusun sepadat mungkin, setelah kering lalu dibakar. d) pengolahan tanah secara mekanis.Sedangkan pada pada tanah bukaan ulangan terdiri dari pekerjaan, yakni: a) pengolahan tanah secara mekanis dengan menggunakan traktor. b) meracun batang pokok kelapa sawit dengan cara membuat lubang sedalam 20 cm pada ketinggian 1 meter pada pokok tua. Lubang diisi dengan Natrium arsenit 20 cc

Page 93: Laporan Kelapa Sawit

per pokok, kemudian ditutup dengan bekas potongan lubang; c) membongkar, memotong dan membakar. Dua minggu setelah peracunan, batang pokok kelapa sawit dibongkar sampai akarnya dan telah kering lalu dibakar; d) pada bukaan ulangan pembersihan bekas-bekas batang harus diperhatikan dengan serius karena sisa batang, akar dan pelepah daun dapat menjadi tempat berkembangnya hama (misalnya kumbang Oryctes) atau penyakit ( misalnya cendawan Ganoderma).

Kedua, PemancanganMaksud pemancangan adalah untuk menentukan tempat yang akan ditanami kelapa sawit sesuai dengan jarak tanam yang dipakai. Ajir harus tepat letaknya, sehingga lurus bila dilihat dari segala arah, kecuali di daerah teras dan kontur. System jarak yang digunakan adalah segitiga sama sisi, dengan jarak 9 m x 9 m x 9 m yang nantinya populasi tanaman sekitar 122 pohon. Ada juga petani yang menggunakan teknik mata lima atau anda langung mengukur jarak tanam 8m x 9m atau bahkan 8m x 8m. Berapanpun ukuran jarak yang akan akan jadikan patokan dalam penanam seharusnya tidak terlalu rapat karena akan mempengaruhi produksifitas pohon tersebut. Jadi jangan memaksakan untuk menanam populasi pohon sawit terlalu banyak dengan mempersempit jarak tanam, hal ini yang akan berakibat fatal. 

Ketiga, Pembuatan lubang tanamanLubang tanaman dibuat beberapa hari sebelum menanam. Ukuran lubang, panjang x lebar x dalam adalah 50 cm x 40 cm x 40 cm. Pada waktu menggali

Page 94: Laporan Kelapa Sawit

lubang, tanah atas dan bawah dipisahkan, masing-masing di sebelah Utara dan Selatan lubang.

Keempat, MenanamCara menanam bibit yang ada pada polybag, yaitu:- Siapkan bibit yang siap tanam pada masing-masing lubang tanam yang sudah dibuat.- Siramlah bibit yang ada pada polybag sehari sebelum ditanam agar kelembaban tanah dan persediaan air cukup untuk bibit.- Sebelum penanaman dilakukan pupuklah dasar lubang dengan menaburkan secara merata pupuk fosfat seperti Agrophos dan Rock Phosphate sebanyak 250 gram per lubang.- Buatlah keratin vertical pada sisi polybag dan lepaskan polybag dari bibit dengan hati-hati, kemudian masukkan ke dalam lubang.- Timbunlah bibit dengan tanah galian bagian atas (top soil) dengan memasukkan tanah ke sekeliling bibit secara berangsur-angsur dan padatkan dengan tangan agar bibit dapat berdiri tegak.- Penanaman bibit harus diatur sedemikian rupa sehingga permukaan tanah polybag sama ratanya dengan permukaan lubang yang selesai ditimbun, dengan demikian bila hujan, lubang tidak akan tergenang air.- Pemberian mulsa sekitar tempat tanam bibit sangat dianjurkan.- Saat menanam yang tepat adalah pada awal musim hujan.Inilah cara penanaman kelapa sawit, semoga bermanfaat. Lanjutkan membaca untuk pemeliharaan Tananaman Kelapa Sawit...

A. Pendahuluan

Budidaya kepala sawit di lahan gambut mempunyai suatu tantangan tersediri. Lahan gambut merupakan lahan yang berpotensi tinggi, namun dalam kondisi tidur. Hal ini dapat diketahui bahwa kandungan bahan organik di dalam lahan gambut sangat tinggi, bahan tersebut merupakan sumber unsur hara yang sangat potensial.

Namun lahan gambut merupakan lahan yang bermasalah beberapa masalahan pada umumnya terjadi di lahan gambut adalah sebagai berikut:

1. Permasalahan bahwa unsur hara tersebut dalam kondisi tidak dapat diserap oleh tanaman dikarenakan adanya keasaman tanah, dan beberapa unsur terikat dampak dari proses penimbunan dan perendaman yang beratus-ratus tahun.

2. Kandungan unsur hara tertentu yang berasal dari tanah relatif sangat sedikit. Walaupun dibutuhkan tanaman relatif sedikit, namun karena ketersediaan di lahan tidak

Page 95: Laporan Kelapa Sawit

mencukupi maka tanaman yang ada di atasnya sering mengalami kekurangan unsur tersebut yang berdampak pada proses metabolisme dan kesehatan tanaman.

3. Kandungan unsur-unsur racun bagi tanaman dan hewan yang merupakan dampak dari keasaman tanah tersebut. Secara proses kimiawi hidroksida akan diikat, sedangkan unsur-unsur kation yang biasanya berupa logam menjadi terlepas yang menjadi senyawa racun bagi tanaman, hewan dan manusia.

4. Kandungan air yang ada di lahan gambut. Struktur lahan gambut tidak padat, yaitu terdiri dari sisa-sisa tanaman yang tidak membusuk secara total. Sehingga antara satu bagian dengan bagian lainnya mempunyai rongga. Pada saat lahan digenangi air maka seluruh lapisan terisi air. Kondisi ini terjadi beratus tahun karena lahan gembut biasanya pada lahan yang tergenang air yang tidak teralirkan. Upaya membuat drainase dan mengalirkan air yang menggenang akan berdampak pada mengalirnya seluruh air yang ada di lahan tersebut. Sehingga lahan menjadi kering kerontang.

5. Ketebalan gambut berpengaruh terhadap tanaman. Tekstur lahan tidak mantap, banyak rongga, bahan berasal dari materi tanaman, kandungan tanah alam sangat sedikit atau bahka tidak ada. Untuk tanaman tahunan yang dapat tumbuh dengan besar, maka ketebalan gambut menjadi masalah. Lahan gambut pada umumnya tidak padat, sehingga tanaman besar dapat miring atau bahkan rubuh jika ditanam di lahan gambut.

6. Banyak lagi permasalahan yang ada di lahan gambut yang tidak seluruhnya dituliskan di sini.

B. Pemanfaatan Lahan Gambut Untuk Lahan Pertanian

Pemanfaatan lahan gambut untuk lahan pertanian yang subur telah terjadi di berbagai daerah, di luar negeripun lahan-lahan subur di benua Amerika, Canada, dan Amerika Tengah dan Amerika Selatan (Argentina, Brazil dan Chili) sebagian berasal dari lahan gambut. Demikian pula lahan di Indonesia sendiri sebagian berasal dari lahan gambut. Khusus untuk budidaya tanaman sawit sudah banyak lahan gambut yang digunakan.

Adanya inovasi baru di bidang teknologi pertanian sangat memungkinkan penanganan lahan gambut dengan hasil yang optimal. Selama ini penanganan lahan gambut di Indonesia masih menggunakan sederhana, namun hasilnya cukup menggembira-kan. Proses sederhana ini akan lebih optimal dengan menambah atau menyempurnakan dengan menggunakan inovasi teknologi yang saat ini telah ditemukan. Beberapa proses penanganan lahan gambut menjadi lahan pertanian khususnya untuk budidaya kelapa sawit adalah:

1. Proses fisik: dilakukan dengan membangun/menata lahan sehingga drainase dan pembentukan lahan untuk media tanaman tersedia. Lahan yang semula digenangi air, maka dilakukan drainase yang membuat lahan tidak tergenang lagi. Jika ada tanaman di atasnya maka tanaman dapat tumbuh dan tidak terganggu dengan adanya air yang tergenang. Pembangunan drainase ini dinamakan tata air makro dan tata air mikro. Proses ini tetap dilakukan karena pembenahan fisik sangat diperlukan.

2. Proses kimia: dilakukan pada lahan-lahan yang mempunyai keasaman tinggi atau pH rendah, maka berpengaruh pada pertumbuhan tanaman. Dalam kondisi tertentu membuat tanaman tidak

Page 96: Laporan Kelapa Sawit

dapat tumbuh. Upaya perlakukan yang digunakan adalah memberikan kapur tohor dan dolomit.Proses ini membutuhkan waktu yang relatif lama dan membutuhkan materi kapur dan dolomit relatif banyak. Sedangkan hasil yang dicapai masih meragukan, jika kondisi keasaman sangat kuat justru kapur menggumpal dan lahan tidak berubah.

Penanganan lahan asam menjadi netral dapat dilakukan dengan cara memproduksi bahan katalisator yang mengubah sifat asam tanah menjadi netral, dan bahan tersebut dapat diproduksi dari bahan gambut bersangkutan. Proses tersebut hanya dapat dilakukan oleh makluk hidup mikroba/ jasat renik.Ada jenis mikroba yang dapat menghasilkan enzym bersifat katalisator yang mampu mengubah senyawa asam menjadi netral. Mikroba tersebut ditemukan pada tanaman yang seharusnya tidak tumbuh di lahan gambut, tetapi ditemukan tumbuh. Setelah diteliti ternyata terdapat mikroba yang bersifat seperti yang dijelaskan di atas. Pada saat ini mikroba tersebut telah dikembangkan dengan mikroba lain dalam produk dari”Teknologi Bio Perforasi” (pupuk hayati ”Bio P 2000 Z”, pupuk organik granul ”Bio Alami” dan pupuk organik cair ”Phosmit”

3. Proses alami: biasanya penanganan lahan gambut ini dengan cara alami yaitu ditanami dengan jenis tanaman yang cocok. Dengan berjalannya waktu dicoba dengan tanaman lainnya dan semakin beragam. Biasanya menunggu antara 5 tahun untuk lahan gambut jenis D dan E, sedangkan pada lahan gambut C dan B membutuhkan antara 5 sampai 10 tahun. Bahkan untuk lahan A dan sebagian B membutuhkan waktu lebih dari 10 tahun.Lamanya proses tersebut dikarenakan kondisi dan kandungan unsur-unsur kimia yang perlu diubah menjadi kondisi yang cocok dengan pertumbuhan tanaman.

Misalnya: Tanah asam perlu dinetralkan; kandungan unsur yang bersifat penghambat tanaman (logam-logam berat) perlu diubah persenyawaannya menjadi tidak beracun, bahan organik yang belum busuk perlu dibusukkan.Proses ini sebenarnya secara alami dilakukan oleh mikroba. Lamanya waktu yang dibutuhkan dalam proses ini karena keberadaan mikroba relatif sedikit, dan bahkan tidak ada. Dengan jumlah relatif sedikit tingkat pencapaian hasil menjadi lambat dan kurang sempurna sesuai harapan.Inovasi yang dilakukan ”Teknologi Bio Perforasi” (pupuk hayati ”Bio P 2000 Z”, pupuk organik granul ”Bio Alami” dan pupuk organik cair ”Phosmit” adalah gabungan penyediaan unsur hara siap serap dan mikroba-mikroba digunakan sebagai pengelola tanah dan tanaman yang terdiri dari:

(a) Mikroba pengelola kondisi lahan, yang mempunyai kemampuan sebagai pengubah keasaman tanah, mikroba yang mampu mengubah unsur racun bagi tanaman menjadi senyawa tidak beracun.(b) Mikroba pengelola unsur hara tanaman yang mempunyai kemampuan: menyerap unsur N2,O2, H20, CO dari udara; mempunyai kemampuan menguraikan ikatan Phospat di tanah. Mengubah zat-zat kimia termasuk pupuk an organik menjadi organik dan menyimpannya dalam tubuh yang siap diserap tanaman.Dari dua kemampuan tersebut maka lahan gambut dapat dipercepat paling lambat 2 tahun sudah sama dengan kondisi secara biasa mencapai 10 tahun.

Page 97: Laporan Kelapa Sawit

4. Proses pembakaran: Proses ini sering dilakukan untuk penanganan lahan gambut. Proses ini diawali dengan mengalirkan air yang tergenang dengan membuat saluran drainase. Setelah kering lahan dibakar.Dampak yang ditimbulkan dengan proses pembakaran ini adalah:

Hilangnya timbunan unsur hara (gambut) yang bernilai milyaran jika dikonversikan dengan harga pupuk an organik.

tanah menjadi sangat miskin, dan biasanya jika digunakan untuk lahan pertanian memerlukan unsur tambahan termasuk nitrogen yang seharusnya melimpah di lahan gambut.

berpengaruh terhadap emisi carbon yang sangat ini semarak dibicarakan. Penggunaan teknologi bio perforasi yaitu memfungsikan Mikroba dekomposer yang

mempunyai kemampuan menguraikan/ membusukkan baik bahan organik maupun membongkar bahan-bahan an organik dari tanah maupun batuan lunak.

Dengan demikian lahan gambut yang berasal dari tanaman yang tidak diuraikan karena tergenang, dengan bantuan mikroba pada proses teknologi bio perforasi akan terdekomposing (teruraikan) atau mengalami proses pembusukan menjadi bahan organik yang tidak beracun bagi tanaman dengan kandungan unsur hara tidak hilang baik oleh pembakaran maupun tercuci air.C. Teknik Budidaya Tanaman Sawit di Lahan Gambut.

1. Penyiapan Lahan. Kondisi lahan di setiap tempat berbeda-beda, sebagian terdiri dari genangan air yang

membenami lahan bersangkutan (kondisi ini ditemukan paling banyak), lahan yang tidak tergenangi lahan dan banyak ditumbuhi semak belukar, lahan yang banyak ditumbuhi pohon bakau atau pohon yang tumbuh di rawa, dll. Kondisi gambut juga berlain-lainan ketebalannya mulai dari ketebalan kurang dari 50 cm sampai pada ketebalan lebih dari 3 meter.

Teknik penyiapan lahan perlu dilihat dari secara makro dan mikro. Penanganan makro adalah:

(1) Pembuatan Saluran.

(a) Pembuatan saluran primer, yaitu saluran yang dibuat antar wilayah yang digunakan untuk drainase, Saluran ini digunakan mengalirkan air yang ada di lahan antar wilayah. Pembuatannya basanya didasarkan pada countur tanah, dan dibuat pada tanah yang paling rendah diantara lahan di sekelilingnya.

(b) Pembuatan saluran sekunder,yaitu saluran yang dibuat di dalam wilayah antar area. Saluran ini mengarah ke saluran primer diupayakan air diusahakan tidak menggenang namun air tanah jangan langsung habis mengalir. Jika langsung mengalir habis pada umumnya lahan kering kerontang karena air mudah mengalir diantara gambur yang mempunyai struktur longgar.

(c) Pembuatan saluran tersier, yaitu saluran-saluran kecil sebagai saluran untuk mengalirkan kebelihan air yang ada di lahan. Diusahakan bahwa saluran ini selain dighunakan sebagai saluran drainase juga dapat digunakan sebagai saluran pengairan

Page 98: Laporan Kelapa Sawit

(2) Penanganan Lahan.

Pada penanganan lahan sering menjadi suatu dilema. Jika dilakukan secara manual seperti pembersihan dari semak belukar, dan tanaman baik besar maupun kecil maka memerlukan biaya yang relatif besar dan hasil yang diperoleh berkejaran dengan waktu. Pada umumnya para pengusaha melakukan dengan cara pembakaran, dengan demikian biaya yang digunakan untuk penanganan lahan menjadi lebih kecil, dengan hasil terlihat dengan segera. Namun dampak negatif yang diperolehnya dari proses pembakaran adalah:

1. humus di lahan gambut menjadi hilang,2. adanya penambahan emisi carbon di udara yang pada saat ini banyak mendapatkan

sorotan dari dunia.3. kesuburan hanya bertahan beberapa tahun, yang dampaknya pada perawatan tanaman

yang memerlukan cost ( biaya ) lebih tinggi4. kerusakan tanah cepat terjadi.

Cara natural merupakan cara yang bijaksana yaitu dengan membuat lahan tersebut dilakukan penanganan secara alami. Artinya bahwa proses-proses yang dilakukan untuk mengubah dari lahan yang sifatnya gambut menjadi lahan pertanian dilakukan dengan cara alami. Sebenarnya, alam telah memberikan suatu proses alam yang maha dasyat, yang mampu mengubah suatu kondisi yang ekstrim menjadi kondisi yang dapat diterima. Namun untk mencapai hal tersebut diperlukan waktu yang relatif lama dengan dukungan kondisi lingkungan yang memadai.

Penanganan fisik yang selama ini dilakukan oleh para pengusaha, petani seperti pembuatan guludan, pembuatan mencampurkan lahan yang padat dengan lahan dari gambut, dan lain-lain seluruhnya dapat diterima. Hanya saja proses tersebut perlu disertai dengan proses alami yang mendasar dalam perbaikan kondisi tanah yaitu proses jasat renik/ mikroba sebagai pengelola alami.

Di alam terdapat jutaan mikroba, namun hanya sedikit yang mempunyai kemampuan untuk mengubah lahan gambut menjadi lahan yang subur untuk tanaman. Dalam hal ini kandungan beberapa mikroba yang terkandung di dalam Bio P 2000 Z memang specialis mikroba untuk kebutuhan tersebut.

Lahan yang telah dilakukan pengolahan secara fisik maka dapat dilakukan perubahan dengan mikroba yang ada di dalam proses”Teknologi Bio Perforasi” (pupuk hayati ”Bio P 2000 Z”, pupuk organik granul ”Bio Alami” dan pupuk organik cair ”Phosmit” dengan cara sebagai berikut:

a) Pada lahan gambut tebal di awal pembukaan.

Pada lahan ini dilakukan berbagai usaha fisik seperti dilakukan di atas diantaranya pembuatan saluran, pembentukan teras sesuai dengan kultur.

Lahan yang sudah kering disemprotkan dekomposer yang sesuai dengan lahan gambut dengan dosis 2 hingga 3 liter per hektar disiramkan.

Page 99: Laporan Kelapa Sawit

Setiap 2 bulan diulangi dengan merata, dari perlakukan tersebut selama 1 tahun maka lahan banyak mengalami perubahan terutama dalam kondisi keasaman dan tekstur tanah. pH tanah menjadi mengarah ke netral, sedangkan teksturnya mengalami kepadatan karena banyak yang mengalami dekomposi (pelapukan).

Pada lahan yang sudah dapat ditanami maka dilakukan penanaman dengan tanaman yang sesuai dengan kondisi tersebut seperti jenisnya seperti pohon yang dapat tumbuh di daerah rawa, akasia, nangka, mangga, dll.

Bersamaan itu dilakukan pengelolaan lahan dengan memberikan penyemprotan/ penyiraman menggunakan larutan pupuk hayati ”Bio P 2000 Z” + pupuk organik cair ”Phosmit”

Setelah lahan sudah mengalami perubahan baik secara tekstur/ struktur maupun kimia tanam maka tanaman siap untuk dilakukan penamanan komoditi utama (mis: Sawit, karet, tanaman pangan, dll).

Pemupukan an organik yang diperlukan pada lahan gambut adalah pupuk Kalium (KCl), Phospat (SP36, atau sejenisnya) dan Calsium (Ca) dari kapur, dolomit dan sejenisnya.

b) Pada lahan gambut tipis di awal pembukaan.

Pada lahan gambut tipis yang belum dilakukan budidaya maka caranya dilakukan suatu petakan sesuai dengan counture permukaan bumi. Tujuannya untuk pengaturan baik draenasi maupun pengairan.

Penggunaan pupuk Mikroba Bio P 2000 Z pada 3 bulan sebelum melakukan penanaman lahan disiramkan/ didsemprotkan dengan Bio P 2000 Z dengan dosis 2 hingga 3 liter per hektar. Diulangi lagi 2 bulan berikutnya, 1 minggu sebelum tanam maka dilakukan lagi penyemprotan dengan dosis 1 liter per hektar.

Pemupukan an organik yang diperlukan pada lahan gambut adalah pupuk Kalium (KCl), Phospat (SP36, atau sejenisnya) dan Calsium (Ca) dari kapur, dolomit dan sejenisnya.

c) Pada lahan gambut yang telah mengalami pelapukan atau yang telah dilakukan budidaya pertanian.

Lahan gambut yang telah mengalami pelapukan biasanya bermasalah terhadap kandungan unsur hara yang kurang seimbang bagi pertumbuhan tanaman. Hal tersebut terjadi karena kandungan unsur hara yang baik perlu keseimbangan antara unsur-unsur organik dan an organik sebagai bahan untuk enzym mineral dan vitamin.

Untuk menyeimbangkan kebutuhan tersebut harus dilakukan pembongkaran zat-zat yang masih terikat secara persenyawaan menjadi zat yang dapat terserap oleh tanaman. Proses tersebut hanya dapat dilakukan oleh mikroba tertentu.Pupuk Bio P 2000 Z berisikan mikroba tersebut selain mikroba yang berfungsi lainnya.

Penggunaan pupuk Mikroba Bio P 2000 Z pada 3 bulan sebelum melakukan penanaman lahan disiramkan/ didsemprotkan dengan Bio P 2000 Z dengan dosis 2 hingga 3 liter per hektar. Diulangi lagi 2 bulan berikutnya, 1 minggu sebelum tanam maka dilakukan lagi penyemprotan dengan dosis 1 liter per hektar.

Page 100: Laporan Kelapa Sawit

Pemupukan an organik yang diperlukan pada lahan gambut adalah pupuk Kalium (KCl), Phospat (SP36, atau sejenisnya) dan Calsium (Ca) dari kapur, dolomit dan sejenisnya, dan Nitrogen (N) seperti Urea dan sejenisnya.

Pemeliharaan Tanaman. Selama pemeliharaan maka dilakukan penyemprotan / penyiraman ( pada beberapa

lobang yang dibuat sekitar tanaman) dengan dosis 1 liter per hektar per aplikasi. Periodik pemberian periodik 5 kali yaitu pada bulan Januari, Maret, Mei, Juli, Nopember.

CARA MENGGUNAKAN PUPUK HAYATI BIO P 2000 ZA. Dengan cara fermentasi.

Siapkan air 20 liter di ember, berikan 1 kg gula dan 1 kg urea. Aduk hingga merata, dan tuangkan 1 liter pupuk bio P 2000 Z. Diamkan 48 jam, setiap 1 liter air fermentasi tambahkan 6 liter air Gunakan semprotkan untuk 1 ha ke tanah dan tanaman. Waktu pagi sebelum pkl. 10.00 atau sore sesudah pkl 16.00.

B. Dengan cara menggunakan dicampur “PHOSMIT”Phosmit berfungsi sebagai zat yang mampu membangunkan mikroba dari kondisi tidur, dan sekaligus sebagai bahan makanan untuk tanaman maupun mikroba. Dengan demikian, daya kerja penggabungan Bio P 2000 Z dan Phosmit dibuat saling mendorong pertumbuhan tanaman.

siapkan air 200 liter air tambahkan pupuk Bio P 2000 Z 1 liter dan 1 liter phosmit dan siap digunakan untuk lahan 1 ha ke tanah dan tanaman.

Waktu pagi sebelum pkl. 10.00 atau sore sesudah pkl 16.00.

SEJARAH KELAPA SAWIT Tanaman kelapa sawit adalah sumber utama minyak nabati sesudah kelapa di

Indonesia. Tanaman ini dikenal di dunia barat setelah orang Portugis berlayar ke Afrika tahun 1466. Dalam perjalanan ke Pantai Gading (Ghana), penduduk setempat terlihat menggunakan kelapa sawit untuk memasak maupun untuk bahan kecantikan. Pada tahun 1970 untuk yang pertama kali dikapalkan sejumlah biji kelapa sawit ke Inggris dan memasuki daratan benua Eropa tahun 1844. Beberapa tahun kemudian Eropa mengimport inti sawit.

Tahun 1848 tanaman kelapa sawit masuk ke Indonesia dan daerah-daerah lain di Asia sebagai tanaman hias. Ada 4 tanaman yang ditanam di Kebun Raya bogor (Botanical Garden) Bogor, dahulu bernama Buitenzorg, dua berasal dari Bourbon (Mauritius) dan dua lainnya dari Hortus Botanicus, Amsterdam (Belanda). Pada tahun 1853 keempat tanaman tersebut telah berbuah dan bijinya disebarkan secara gratis. Pada pengamatan tahun 1858, ternyata keempat tanaman tersebut tumbuh subur dan berbuah lebat. Walaupun berbeda waktu penanaman (asal Bourbon lebih dulu dua bulan), tanaman tersebut berbuah dalam waktu yang sama, mempunyai tipe yang sangat beragam, kemungkinan diperoleh dari sumber genetik yang sama (Rutgers,

Page 101: Laporan Kelapa Sawit

1922). Kira-kira 10 tahun kemudian, diadakan uji coba penanaman kelapa sawit pertama di Indonesia yang dilakukan di karesidenan Banyumas 14 acre dan di karesidenan Palembang 3 acre (Sumatera Selatan). Hasil uji coba tersebut menunjukkan bahwa tanaman kelapa telah berbuah pada tahun keempat setelah ditanam dengan tinggi batang 1,5 m, sedangkan di negeri asalnya baru berbuah pada tahun keenam atau ketujuh. Selanjutnya uji coba dilakukan di Muara Enim tahun 1869, Musi Ulu 1870 dan Biliton 1890 (Van Heurn, 1948) tetapi tidak begitu baik pertumbuhannya. Hal ini baru disadari kemudian, bahwa iklim daerah Palembang kurang sesuai untuk pertumbuan kelapa sawit. Kemudian dikembangkan ke Sumatera Utara, ternyata sungguh baik. Keunggulan kelapa sawit Sumatera Utara sudah dikenal sejak sebelum perang dunia ke II dengan varietas Dura Deli (bahasa Inggris: Deli Dura) yakni tanaman kelapa sawit yang ditanam di Tanah Deli (Medan dan sekitarnya).

Selama 40 – 50 tahun sesudah tanaman kelapa sawit masuk ke Indonesia hanya digunakan sebagai tanaman hias, barulah pada tahun 1911 diperkebunkan di Sumatera Utara, hanya 9,1% di Lampung dan 4,1 % di Aceh (Daswir dan Panjaitan, 1981). Sekarang ini sudah tersebar luas di berbagai propinsi lain termasuk di Pulau Jawa melalui proyek PIR atau perluasan usaha Perusahaan Perkebunan Negara (PPN) ataupun Perseoran Terbatas Perkebunan Nusantara (PTPN) yang kebanyakan berpusat di Sumatera Utara, dan Riau serta pembukaan lahan baru oleh perusahaan asing maupun swasta nasional.

Pada awal tahun 80-an, tanaman kelapa sawit digelari sebagai komoditi primdona karena memberi keuntungan yang melimpah. Dengan adanya hal ini, perluasan areal dapat terealisasi dengan kemajuan yang pesat. Kalau sebelum perang dunia ke II, Sumatera Utara dan Aceh adalah penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia, tetapi setelah perang, Malaysia adalah penghasil minyak sawit yang utama. Ini berkat kemajuan Malaysia mengelola perkebuna sawit secara efisien dan didukung oleh penelitian dan pengembangan

JENIS-JENIS KELAPA SAWIT Jenis kelapa sawit yang di budidayakan terdiri dari dua jenis yaitu : 1) Elaeis Guineensis

2) Elaeis Oleifera Kedua jenis ini pertama kali yang terluas di budidayakan orang. Dari kedua jenis

spesies kelapa sawit ini memiliki keunggulan masing-masinga) Elaeis Guineensis memiliki produksi yang sangat tinggi.b) Elaeis Oleifera memiliki tingkat ketinggian batang yang rendah.Banyak orang sedang menyilangkan kedua jenis kelapa sawit ini. Dengan tujuan untuk mendapatkan kelapa sawit yang tinggi produksi dan mudah di

Page 102: Laporan Kelapa Sawit

panen. Elaeis oleifera saat ini mulai di budidayakan untuk menambah keanekaragaman sumber daya genetik.

Penangkaran kelapa sawit sering kali dilihat berdasakan dari ketebalan cangkang yang terdiri dari.-Dura-Pisifera-Tenera

* Dura merupakan jenis kelapa sawit yang memiliki cangkang tebal sehingga produksi CPO-nya sangat rendah. Dan di anggap cepat merusakan mesin pengolahanya. Jenis ini memiliki ciri yaitu tandan buahnya besar-besar dan memiliki bobot yang sangat berat, dengan kandungan minyak pertandan berkisar 18%*Pisifera merupakan jenis kelapa sawit yang tidak memiliki cangkang. Sehingga tidak memiliki inti(karnel) tetapi menghasilkan minyak sangat ekonomis. Pada bunga betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah.* Tenera adalah hasil persilangan induk dura dan jantan fisifera. Jenis tenera di anggap bibit unggul karena melengkapi masing-masing induk. Dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa jenis tenera unggul memiliki persentase daging setiap butir buah mencapai 90%. Dan kandungan minyak pertandannya mencapai 28%. Untuk pembibitan massal digunakan tenik kultur jaringan. Hasil olahan produksi minyak kelapa sawit digunakan sebagai bahan baku minyak makan, margarin, sabun, kosmetik,industri baja kawat, radio, kulit dan industri farmasi. Minyak kelapa sawit sangat beragam kegunaanya. Karena keunggulan sifat yang dimiliki adalah tahan oksidasi dengan tekanan tinggi. Mampu melarutkan bahan kimia, yang tidak larut oleh bahan pelarut lainya. Mempunyai daya melapis yang tinggi dan tidak menimbulkan iritasi pada tubuh untuk kosmetik.

Page 103: Laporan Kelapa Sawit

ASAL USUL KELAPA SAWIT Tanaman penghasil minyak nabati terdapat 3 jenis, yaitu Elaeis guinensis jacq,

Elaeis oleifera atau Elaeis melanocca dan Elaeis odora atau Barcella odora (Corley, 1976). Kelapa sawit yang banyak ditanam di Indonesia adalah berasal dari Afrika.Beberapa varietas kelapa sawit adalah: Dura, Pisifera, Tenera, Macro carya, dan Dwikka wakka.

Penggolongan varietas berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah menurut Hutgers dan Yampolski:1. Varietas Macrocarya = type Congo• tebal tempurung 4-8 mm• daging buah 30-50 %• tempurung/buah 20-40 %• inti 10 %

2. Varietas Dura = type Deli• tebal tempurung 2-5 mm• daging buah 50-70 %• tempurung/buah 20-40 %• inti 10 %

3. Varietas Tenera = type Lesobe• tebal tempurung 0,5-2,5 mm• daging buah 70-85 %• tempurung/buah 5-20 %• inti 8-10 %

4. Varietas Pisifera• tebal tempurung +- 0 mm• daging buah 85-100 %• tempurung/buah +- 0 %• inti 0-5 %

Penggolongan kelapa sawit berdasakan warna buah menurut Vanderwejn:1. NigrescensBuahnya berwana hitam pada saat masih muda dan berubah menjadi orange kehitam-hitaman pada saat buah matang.

2. VirescensBuahnya berwana hijau pada saat masih muda dan berubah menjadi orange

Page 104: Laporan Kelapa Sawit

pada saat buah matang.

3. AlbescensBuahnya berwana keputih-putihan pada saat masih muda dan berubah menjadi kekuning-kuningan pada saat buah matang.

Page 105: Laporan Kelapa Sawit

EKOLOGI KELAPA SAWIT Tanaman kelapa sawit dapat hidup dengan baik pada daerah 15"LU-15"LS,

yaitu dekat daerah edar garis khatulistiwa. Ketinggian lahan yang ideal adalah pada ketinggian 0-500 m dpl. Curah hujan yang sesuai adalah 2.000-2.500 mm/tahun. Suhu optimum adalah 29-30"C. Intensitas penyinaran adalah 5-7 jam/hari. Kelembaban yang ideal adalah 80-90%. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada jenis tanah Podsolik, Latosil, Hidromorfik kelabu, Alluvial atau Regosol. Nilai pH optimum adalah 5-5,5. Perkebunan kelapa sawit baik dibangun pada tanah yang gembur, subur, datar (tidak lebih dari 15", berdrainase yang baik, dengan lapisan solum yang dalam.

Page 106: Laporan Kelapa Sawit

BUDIDAYA SAWIT Pembibitan Untuk memperoleh tanaman kelapa sawit yang berkualitas, salah satunya

adalah dengan melaukan pembibitan yang benar. Karena proses pembibitan ini aka sangat berpengaruh terhadap kualitas dan rpoduksi dari tanaman kelapa sawit dikemudian harinya. Oleh karena itu berikut adalah cara pembibitan kelapa sawit yang baik.

I. Persyaratan Benih Benih yang baik untuk bibit kelapa sawit harus berasal dari indukan yang jelas

dan berkualitas baik. Saat ini di Indonesia terdapat 6 (enam) produsen benih resmi dalam negeri yang menyediakan benih untuk bibit kelapa sawit yaitu Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, PT London Sumatera (Lonsum), PT Socfin, PT Tunggal Yunus Estate, PT Dami Mas Sejahtera dan PT Bina Sawit Makmur.

Benih-benih yang dihasilkan oleh produsen resmi ini telah mengalami proses introduksi yang sedemikian rupa dan berulang-ulang sehingga menghasilkan kualitas sangat baik, berasal dari indukan yang jelas asal usulnya seperti Delidura dan bapak Pisifera.

II. Pengecambahan Benih

1. Cara yang biasa dilakukan oleh PPKS Medan a. Melepaskan tangkai buah dari spikeletnya. b. Waktu pemeraman tandan buah dilakukan selama tiga hari dan sekali-sekali

disiram air. Kemudian pisahkan buah dari tandannya dan diperam lagi selama tiga hari.

c. Proses yang dilakukan untuk memisahkan daging buah dari bijinya, buah dimasukkan kedalam mesin pengaduk. Kemudian cuci biji yang dihasilkan dengan menggunakan air, setelah itu masukkan kedalam larutan Dithane M-45 0,2% selama kira-kira tiga menit. Keringkan dan seleksi untuk memperoleh biji yang berukuran seragam.

d. Proses selanjutnya semua benih yang telah ditreatment disimpan di dalam suatu ruangan tertentu yang telah diatur bersuhu berkisar 27ºC dan kelembaban berkisar 60-70% sebelum dikecambahkan.

2. Cara lainnya

Page 107: Laporan Kelapa Sawit

a. Melakukan perendaman biji dalam air selama 6 – 7 hari, penggantian air dilakukan secara rutin setiap hari, lalu rendam dalam larutanDithane M - 45 0,2% selama lebih kurang dua menit, selanjutnya biji dikeringanginkan.

b. Biji yang telah selesai ditreatment dimasukkan kedalam kaleng pengecambahan dan

ditempatkan dalam ruangan dengan temperatur berkisar 39ºC dan kelembaban berkisar 60 – 70% selama enampuluh hari. Selanjutnta setiap tujuh hari benih dikeringanginkan selama tiga menit.

c. Setelah enampuluh hari rendam benih dalam air sampai kadar air 20 – 30% dan dikeringanginkan lagi. Masukkan biji ke dalam larutanDithane M – 45 0,2% selama lebih kurang dua menit.

d. Selanjutnya benih disimpan diruangan dengan suhu yang sudah diatur berkisar 27ºC. Setelah sepuluh hari benih berkecambah, pada hari ke 30 tidak digunakan lagi.

III. Teknik Pembibitan Benih Berkecambah Secara umum terdapat dua teknik pembibitan yaitu cara dua tahap melalui

dederan (prenursery) dan cara langsung tanpa dederan. Lahan pembibitan dibersihkan, diatur perataannya dan dilengkapi dengan instalasi penyiraman. Ada beberapa model jarak tanam biji dipembibitan yaitu 50 x 50 cm, 60 x 60 cm, 65 x 65 cm, 70 x 70 cm, 80 x 80 cm, 85 x 85 cm, 90 x 90 cm atau 100 x 100 cm dalam bentuk segitiga sama sisi. Kebutuhan bibit per hektar dapat diketahui berkisar antara 12.500 sampai 25.000 butir tergantung jarak tanam yang akan digunakan. Sebelumnya agar disiapkan dan disesuaikan segala persyaratan yang diperlukan seperti yang sudah disampaikan dalam gambaran umumpersyaratan tumbuh dalam tulisan sebelumnya.

1. Cara tak langsung a. Dederan Kecambah dimasukkan ke dalampolybag 12 x 23 cm atau 15 x 23 cm berisi 1,5

– 2,0 kg tanah lapisan atas yang telah diayak. Kecambah di tanam dan dibenamkan sedalam dua cm. Tanah di polybag harus selalu terjaga kelembabannya. Simpanpolybag dibedengan dengan diameter berkisar 120 cm. Setelah berumur 3 – 4 bulan dan berdaun emapat sampai lima helai bibit dipindahkan kemudian ditanam ke pembibitan.

b. Pembibitan Bibit dari dederan dipindahkan ke dalam polybag 40 x 50 cm atau 45 x 60 cm

setebal 0,1 mm yang berisi 15 – 30 kg tanah lapisan atas yang diayak. Sebelum bibit ditanam, siram tanah di dalam polybag sampai lembab. Polybag disusun

Page 108: Laporan Kelapa Sawit

diatas lahan yang telah diratakan dan diatur dalam posisi segitiga sama sisi dengan jarak seperti disebutkan diatas.

2. Cara langsung Cara ini pada prinsipnya untuk melakukan penghematan terutama dalam hal

penggunaan tenaga dan biaya. Kkecambah langsung ditanam di dalam polybag ukuran besar seperti pada cara pembibitan.

IV. Pemeliharaan pembibitan

1. Tindakan pemeliharaan dilakukan pada bibit di dederan dan di pembibitan. a. Penyiraman dilakukan dua kali sehari kecuali jika ada hujan lebih dari 7 – 8

mm. Kebutuhan air sekitar 2 liter untuk setiappolybag. b. Gulma yang tumbuh dicabut atau disemprot dengan herbisida setiap tiga

bulan. Penyiangan dilakukan 2 – 3 kali dalam sebulan atau disesuaikan dengan pertumbuhan gulma. Pemulsaan adalah cara lain untuk mencegah gulma dengan cara menaburkan serasah di polybagsekaligus upaya mempertahankan kelembaban.

c. Proses penyeleksian bibit yang tumbuh abnormal, berpenyakit dan mempunyai kelainan genetis harus dibuang. Proses seleksi dilakukan pada saat berumur 4 dan 9 bulan.

d. Pemupukan dilakukan berapa kali selama masa pembibitan, diberikan urea atau pupuk majemuk.

2. Pemberian pupuk di pembibitan a. Umur bibit 4 – 5 minggu larutan urea 0,2%, 3 – 4 liter larutan/100 bibit dalam

satu minggu rotasi. b. Umur bibit 6 – 7 larutan urea 0,2%, dosis 4 – 5 liter larutan/100 bibit dalam

satu minggu rotasi. c. Umur bibit 8 – 16 minggu ;rustica 15.15.6.4 dosis 1 gram/bibit dalam 2

minggu rotasi. d. Umur bibit 17 – 20 minggu,rustica 12.12.17.2 dosis 5 gram/bibit dalam 2

minggu rotasi. e. Umur bibit 21 – 28 minggu,rustica 12.12.17.2 dosis 8 gram/bibit dalam 2

minggu rotasi. f. Umur bibit 29 – 40 minggu,rustica 12.12.17.2 dosis 15 gram/bibit dalam 2

minggu rotasi. g. Umur bibit 41 – 48 minggu,rustica 12.12.17.2 dosis 17 gram/bibit dalam 2

minggu rotasi.

Page 109: Laporan Kelapa Sawit

V. Pembiakan dengan Kultur Jaringan Bahan pembiakan berupa sel akar biasa disebut sebagai metode Inggris dan

sel daun biasa disebut sebagai metode Perancis. Metode ini mampu memperbanyak bibit tanaman dengan tingkat produksi tinggi dengan skala yang besar dan pertumbuhan tanaman seragam. 

VI. Seleksi Bibit Proses penyeleksian bibit dilakukan sebanyak dua kali yaitu penyeleksian di

pembibitan pendahuluan/dederan dan pembibitan utama. Tanaman-tanaman yang tidak memenuhi standar kebutuhan seperti bentuknya yang abnormal dibuang, ciri-ciri :

a. Postur bibit terkulai b. Postur bibit kerdil, tidak tumbuh sempurna c. Postur bibit meninggi dan kaku d. Terkena serangan penyakit e. Bentuk anak daun tidak tumbuh sempurna f. Anak daun tidak membelah dengan sempurna

Page 110: Laporan Kelapa Sawit

Penyemaian Agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukan penanaman maka perlu

diketahui mana bagian daun dan mana bagian akar dari bibit/ kecambah kelapa sawit. Plumula atau calon daun biasanya berwarna kehijauan, sedangkan radikula atau calon akar umumnya berwarna lebih kekuningan dan berbulu.

Sebelum kecambah ditanam di polibeg yang telah diisi tanah, terlebih dahulu dibuat lubang di dalam polibeg sedalam + 3 cm ( umumnya dengan cara menekan tanah pada polibeg dengan ibu jari). Kemudian kecambah dimasukkan ke dalam polibeg dengan radikula di bagian bawah, setelah itu kecambah ditutup dengan tanah (plumula harus tertutup tanah). Kecambah harus disiram segera setelah penanaman selesai.

Tahapan pekerjaan dalam penyemaian benih meliputi:1. Benih yang sudah berkecambah disemai dalam polybag kecil, kemudian diletakkan pada bedengan-bedengan yang lebarnya 120 cm dan panjang bedengan secukupnya.2. Ukuran polybag yang digunakan adalah 12 cm x 23 cm atau 15 cm x 23 cm (lay flat).3. Polybag diisi dengan 1,5-2,0 kg tanah atas yang telah diayak. Tiap polybag diberi lubang untuk drainase.4. Kecambah ditanam sedalam ± 2 cm dari permukaan tanah dan berjarak 2 cm.5. Setelah bibit dederan yang berada di prenursery telah berumur 3-4 bulan dan berdaun 4-5 helai, bibit dederan sudah dapat dipindahkan ke pesemaian bibit (nursery).6. Keadaan tanah di polybag harus selalu dijaga agar tetap lembab tapi tidak becek. Pemberian air pada lapisan atas tanah polybag dapat menjaga kelembaban yang dibutuhkan oleh bibit.7. Penyiraman dengan sistem springkel irrigation sangat membantu dalam usaha menghasilkan kelembaban yang diinginkan dan dapat melindungi bibit terhadap kerusakankarena siraman.8. Untuk penanaman bibit pindahan dari dederan dibutuhkan polybag yang lebih besar, berukuran 40 cm x 50 cm atau 45 cm x 60 cm (lay flat), tebal 0,11 mm dan diberi lubang pada bagian bawahnya untuk drainase.9. Polybag diisi dengan tanah atas yang telah diayak sebanyak 15-30 kg/polybag, disesuaikan dengan lamanya bibit yang akan dipelihara (sebelum dipindahkan) di pesemaian bibit.10. Bibit dederan ditanam sedemikian rupa sehingga leherakar berada pada

Page 111: Laporan Kelapa Sawit

permukaan tanah polybag besar dan tanah sekitar bibit dipadatkan agar bibit berdiri tegak. Bibitpada polybag besar kemudian disusun di atas lahan yang telah diratakan, dibersihkan dan diatur dengan hubungan sistem segitiga sama sisi dengan jarak misalnya 100 cm x100 cm x100 cm

Persiapan Lahan Biasanya kelapa sawit sering ditanam pada lahan bekas hutan yang baru akan

dibuka untuk pertanian, ada juga lahan bekas perkebunan karet atau lainnya, ataupun bekas tanaman kelapa sawit yang sudah tua dan akan dilakukan peremajaan kembali. Sekarang kenali dulu calon lahan yang akan anda tanami..

Untuk persiapan lahan perlu dilaksanakan proses pembukaan lahan yang secara mekanis, pada bekas hutan atau bekas tanaman lain seperti karet dan sebagainya terdiri dari beberapa pekerjaan, yakni

a) menumbang, yaitu memotong pohon besar dan kecil dengan mengusahakan agar tanahnya terlepas dari tanah.

b) merumpuk, yaitu mengumpulkan dan menumpuk hasil tebangan untuk memudahkan pembakaran.

c) merencek dan membakar, yaitu memotong dahan dan ranting kayu yang telah ditumpuk agar dapat disusun sepadat mungkin, setelah kering lalu dibakar.

d) pengolahan tanah secara mekanis. Sedangkan pada pada tanah bukaan ulangan terdiri dari pekerjaan, yakni: a) pengolahan tanah secara mekanis dengan menggunakan traktor. b) meracun batang pokok kelapa sawit dengan cara membuat lubang sedalam

20 cm pada ketinggian 1 meter pada pokok tua. Lubang diisi dengan Natrium arsenit 20 cc per pokok, kemudian ditutup dengan bekas potongan lubang.

c) membongkar, memotong dan membakar. Dua minggu setelah peracunan, batang pokok kelapa sawit dibongkar sampai akarnya dan telah kering lalu dibakar.

d) pada bukaan ulangan pembersihan bekas-bekas batang harus diperhatikan dengan serius karena sisa batang, akar dan pelepah daun dapat menjadi tempat berkembangnya hama (misalnya kumbang Oryctes) atau penyakit ( misalnya cendawan Ganoderma).

Kedua, Pemancangan Maksud pemancangan adalah untuk menentukan tempat yang akan ditanami

kelapa sawit sesuai dengan jarak tanam yang dipakai. Ajir harus tepat letaknya, sehingga lurus bila dilihat dari segala arah, kecuali di daerah teras dan kontur.

Page 112: Laporan Kelapa Sawit

System jarak yang digunakan adalah segitiga sama sisi, dengan jarak 9 m x 9 m x 9 m yang nantinya populasi tanaman sekitar 122 pohon. Ada juga petani yang menggunakan teknik mata lima atau anda langsung mengukur jarak tanam 8m x 9m atau bahkan 8m x 8m. Berapanpun ukuran jarak yang akan akan jadikan patokan dalam penanam seharusnya tidak terlalu rapat karena akan mempengaruhi produksifitas pohon tersebut. Jadi jangan memaksakan untuk menanam populasi pohon sawit terlalu banyak dengan mempersempit jarak tanam, hal ini yang akan berakibat fatal. 

Ketiga, Pembuatan lubang tanaman Lubang tanaman dibuat beberapa hari sebelum menanam. Ukuran

lubang, panjang x lebar x dalam adalah 50 cm x 40 cm x 40 cm. Pada waktu menggali lubang, tanah atas dan bawah dipisahkan, masing-masing di sebelah Utara dan Selatan lubang.

Keempat, MenanamCara menanam bibit yang ada pada polybag, yaitu:- Siapkan bibit yang siap tanam pada masing-masing lubang tanam yang sudah dibuat.- Siramlah bibit yang ada pada polybag sehari sebelum ditanam agar kelembaban tanah dan persediaan air cukup untuk bibit.- Sebelum penanaman dilakukan pupuklah dasar lubang dengan menaburkan secara merata pupuk fosfat seperti Agrophos dan Rock Phosphate sebanyak 250 gram per lubang.- Buatlah keratin vertical pada sisi polybag dan lepaskan polybag dari bibit dengan hati-hati, kemudian masukkan ke dalam lubang.- Timbunlah bibit dengan tanah galian bagian atas (top soil) dengan memasukkan tanah ke sekeliling bibit secara berangsur-angsur dan padatkan dengan tangan agar bibit dapat berdiri tegak.- Penanaman bibit harus diatur sedemikian rupa sehingga permukaan tanah polybag sama ratanya dengan permukaan lubang yang selesai ditimbun, dengan demikian bila hujan, lubang tidak akan tergenang air.- Pemberian mulsa sekitar tempat tanam bibit sangat dianjurkan.- Saat menanam yang tepat adalah pada awal musim hujan.

Page 113: Laporan Kelapa Sawit

Penanaman Cara menanam kelapa sawit yang benar Berikut saya berikan beberapa tips dan cara dalam menanam kelapa sawit. Tips

ini dirangkum dari pengalaman saya selama belajar, membuat bibit dan bertanam kelapa sawit yang benar. 

1. Pada lahan daerah kering, menanam sawit sebaiknya dengan sistem lembah tangkapan air. Maksudnya tanah digali dahulu berbentuk bulat berdiameter 150cm sedalam 30cm,baru ditengahnya digali lagi lubang petak ukuran 50×50x50cm untuk lubang penanaman bibit. 

Ini akan sangat membantu asupan air, karena sawit adalah tanaman yang sangat banyak membutuhkan air. Selain itu akan membantu efisiensi pemupukan, karena akan menghidari hanyutnya pupuk dibawa air hujan. Akan tetapi tentu biayanya cukup besar. Namun dalam jangka panjang, perlakuan ini akan jauh lebih menguntungkan.

2. Pada lahan yang ada serangan hama tikusnya, balutlah pangkal pohon sawit yang baru ditanam dengan kawat ram atau kawat kandang ayam setinggi 50 cm. Bagian bawah kawat harus kandas ke tanah. Bisa juga memakai jala bekas. Pembalutan dilakukan dengan tidak terlalu ketat, agar pertumbuhan batang sawit tidak terganggu.

3. Bila ada pohon sawit yang berbuah jarum, atau durinya saja yang banyak namun buahnya kecil, jangan ditebang atau diganti. Kumpulkan sampah daunan kering disekitar pangkal batangnya lalu bakar sampai daun pada pelepah terbawah pohon sedikit layu. Lakukan setiap 20 hari sekali atau setiap pemanenan sawit sekitarnya. Selain itu, buah jarumnya harus tetap dipanen, dibuang. Pelepahnya juga dibersihkan sesuai rotasi pembersihan pelepah sawit lainnya. Secara perlahan pohon sawit ini akan berubah buahnya menjadi bagus layaknya sawit yang normal.

4.Lahan yang terlalu tinggi kandungan asam dan/atau aluminiumnya (AL), maka dapat dinetralkan dengan menaburkan pupuk abu, atau pupuk Dotani, atau tanah kapur sebanyak 30 kg perpohon. Perlakuan ini juga dapat diterapkan untuk lahan gambut dalam.

5. Ciri sawit jenis dura : sabut buahnya tipis, kernel ( tempurung bijinya ) besar dan tebal. Biji ( intinya ) juga besar atau berjumlah sampai tiga biji dalam satu tempurung atau cangkang. Jenis ini banyak ditanam petani rakyat, karena bobot TBS-nya yang lebih berat. Sebaliknya sawit jenis tenera, sabut kelapanya

Page 114: Laporan Kelapa Sawit

tebal, kernelnya kecil dan kulit kernelnya tipis. Bobot tbsnya lebih ringan dibanding sawit jenis dura Jenis tenera ini banyak ditanam perkebunan besar karena rendemen atau pesentase CPO nya yang tinggi. Juga kulit bijinya yang tipis dan lunak akan sangat menghemat usia peralatan pabrik kelapa sawit.

6. Jarak tanam pohon sawit sebaiknya tak kurang dari 9×8 meter. Kecuali anda menggunakan bibit sawit unggul pelepah pendek. Sawit unggul pelepah pendek ini memang dapat ditanam lebih rapat dari pada sawit lokal. Dan lebih menguntungkan dalam jangka pendek dan menengah. Tetapi dalam jangka panjang, maka hasilnya akan kalah sedikit dibanding sawit lokal, karena usia sawit lokal yang lebih panjang 3-4 tahun. Selain itu, sawit unggul tandan buahnya akan sedikit mengecil bila sudah berusia di atas 18 tahun dibanding sawit lokal. Dan batang pohon sawit unggul tidaklah sekokoh sawit lokal, sehingga sering patah atau tumbang jika ada angin besar. 

Ini yang membuat banyak perkebunan besar pohon sawitnya tinggal 60-75 persen saja saat akan peremajaan. Bandingkan dengan sawit lokal yang biasanya bertahan pada kisaran 90 persen pohon masih berdiri. Selain faktor bibit, faktor pemupukan juga ikut menentukan kekokohan pohon. Pupuk yang banyak akan membuat batang dan akar pohon sawit menjadi rapuh. Ciri pohon sawit yang kebanyakan pupuk adalah batangnya gundul, sedikit sekali sisa pangkal pelepah yang masih menempel.

7. Saat ini beberapa perkebunan melakukan planting inter planting saat peremajaan tanaman sawit. Maksudnya, tiga tahun sebelum sawit tua diafkir atau ditumbang, bibit sawit baru berumur dua tahun telah ditanam tepat diantara jarak tanak lama. Setelah tanaman baru berumur tiga tahun, baru sawit lama ditumbang dengan buldozer. Ada juga yang membunuh pohon tua itu dengan racun. Caranya adalah batang pohon sawit tua dibor dengan bor listrik mata panjang sampai pertengahan batangnya, lalu disuntikkan racun ke dalam lubang hasil bor tadi. kemudian lubang ditutup dengan tanah liat. Posisi lubang adalah mengarah ke bawah, sehingga racun tidak tumpah. Jumlah racun berkisar 150 cc.

8. Bibit sawit yang umur dua tahun, sebelum dibawa ke lapangan, dipotong dulu semua pelepahnya setengah, kecuali bagian pucuk. Ini untuk mencegah stress akibat penguapan air pohon yang berlebihan. Ingat, jangan membuang tanah yang ada dalam polibag. Dan polibag harus dibuka sebelum bibit ditanamkan. Hentikan penyiraman bibit dua hari sebelum dipindahkan ke lapangan, guna mencegah pecahnya tanah saat

diangkut.

Page 115: Laporan Kelapa Sawit

9. Waktu membongkar bibit besar dari tempat tanam pembibitannya, miringkanlah bibit lalu potonglah akarnya yang menembus polibag dengan arit/sabit. Jangan pernah menariknya dengan paksa. Demikian sedikit tips tentang cara bertanam sawit.

Page 116: Laporan Kelapa Sawit

Pemupukan

Dosis dan Cara Pemupukan Kelapa Sawit :

Jenis pupuk yang diberikan adalah pupuk N, P, K, Mg dan B (Urea, TSP, KCl, Kiserit dan Borax). Pemupukan tambahan dengan pupuk Borax pada tanaman muda sangat penting, karena kekurangan Borax (Boron deficiency) yang berat dapat mematikan tanaman kelapa sawit. Dosis pupuk yang digunakan disesuaikan dengan umur tanaman atau sesuai dengan anjuran Balai Penelitian Kelapa Sawit. Dosis pemupukan pada tanaman kelapa sawit yang sudah menghasilkan : 1. Urea 2,0-2,5 diberikan 2x aplikasi 2. KCl 2,5-3,0 diberikan 2x aplikasi 3. Kiserit 1,0-1,5 diberikan 2x aplikasi4. SP-36 0,75-1,0 diberikan 1x aplikasi5. Borax 0,05-0,1 diberikan 2x aplikasi

Pupuk N ditaburkan merata mulai jarak 50 cm dari pokok sampai di pinggir luar piringan. Pupuk P, K dan Mg harus ditaburkan merata pada jarak 1-3 m dari pokok. Pupuk B ditaburkan merata pada jarak 30-50 cm dari pokok. Waktu pemberian pupuk sebaiknya dilaksanakan pada awal musim hujan (September-Oktober), untuk pemupukan yang pertama dan pada akhir musim hujan (Maret-April) untuk pemupukan yang kedua. Untuk tanaman yang belum menghasilkan, yang berumur 0-3 tahun, dosis pemupukan per pohon per tahunnya adalah sebagai berikut : 1. Urea 0,40-0,60 diberikan 2 x aplikasi2. KCl 0,20-0,50 diberikan 2 x aplikasi3. Kiserit 0,10-0,20 diberikan 2x aplikasi 4. SP-36 0,25-0,30 diberikan 1 x aplikasi 5. Borax 0,02- 0,05 diberikan 2 x

Aplikasi Pupuk N, P, K, Mg, B ditaburkan merata dalam piringan mulai jarak 20 cm dari pokok sampai ujung tajuk daun. Waktu pemupukan sebaiknya dilaksanakan pada awal musim hujan (September-Oktober), untuk pemupukan yang pertama dan pada akhir musim hujan (Maret- April) untuk pemupukan yang kedua. Demikian dulu informasi tentang dosis dan cara pemupukan kelapa sawit.

Page 117: Laporan Kelapa Sawit

Pemeliharaan a. Cara perawatan Pada daerah tertentu harus dilakukan perawatan yang berbeda seperti di

daerah gambut dibutuhkan unsur hara mikro seperti cu dan fe dan juga harus dibuat drainase yang baik sedangkan di daerah mineral dan rata hal ini mungkin tidak di perlukan.

b. Adopsi teknologi Peralatan pertanian selalau mengalami kemajuan dari manual ke mekanis dan

biasanya mekanis akan meningkatkan produktifitas sehingga biaya akan lebih murah. Jadi selalu harus di cari jenis tehnologi terbaru yang sesuai karena beberapa tehnologi pertanian yang terbaru tidak cocok di pakai dalam perkebunan kelapa sawit.

Adapun kegiatan pemeliharaan atau perawatan tanaman kelapa sawit adalah :

1. Pengendalian gulma Gulma yang harus di kendalikan dalam perkebunan kelapa sawit adalah gulma

kelas A seperti lalang, bambu, pisang, anak kayu, senduduk dan lain – lain.

2. Pemupukan Pupuk yang dibuthkan kelapa sawit adalah Urea/ZA, MOP/KCl,

Dolomit/Kieserite, RP/TSP/SP-36 dan Borate serta Cuprum dan Ferrit.

3. Tunas Dalam penunasan hal yang harus di perhatikan adalah jumlah pelepah.  a. Tanaman kelapa sawit berumur < 9 tahun tunasan harus songgo 3 b. Tanaman kelapa sawit berumur  9 - 15 tahun tunasan songgo 2 c. Tanaman kelapa sawit berumur  > 15 tahun tunasan songgo 1

4. Hama dan Penyakit Ada banyak hama dan pekait kelapa sawit terutama adalah hama pemakan

daun yang sangat memerlukan perhatian yang serius

5. Cara Panen Panen yang salah menyebabkan tanaman menjadi stress sehingga kegiatan

panen saya masukkan kedalam perawatan kelapa sawit.

Page 118: Laporan Kelapa Sawit

NAMA-NAMA PERUSAHAAN KELAPA SAWIT DI KABUPATEN SEKADAU

1. PT Kalimantan Sanggar Pusaka (KSP) di Kecamatan Nanga Belitang*

2. PT Kalimantan Bina Permai (KBP) di Kecamatan Belitang Hulu**

3. PT Multi Jaya Perkasa (MJP) di Kecamatan Sekadau Hilir dan Sekadau Hulu*

4. PT Surya Deli di Kecamatan Sekadau Hilir*

5. PT Sumatra Makmur Lestari di Kecamatan Sekadau Hulu**

6. PT Arvena Sepakat di Kecamatan Sekadau Hulu**

7. PT Agrindo Prima Niaga di Kecamatan Sekadau Hulu

8. PT Multi Prima Entakai (MPE) di Kecamatan Sekadau Hilir*

9. PT Multi Prima Entakai 2 di Kecamatan Sekadau Hulu** 10. PT Multi Prima Entakai Pemubuh di Kecamatan Sekadau Hulu** 11. PT Agro Plankan Lestari di Kecamatan Sekadau Hilir** 12. PT Permata Hijau Sarana di Kecamatan Sekadau Hilir** 13. PT Agro Andalan di Kecamatan Sekadau Hulu*** 14. PT Agro Anugerah Lestari di Kecamatan Sekadau Hilir** 15. PT Seguri Serasam Sejahtera di Kecamatan Sekadau Hulu** 16. PT Parna Agro Mas – LG di Kecamatan Belitang Hilir** 17. PT Tintin Boyok Sawit Makmur (TBSM) di Kecamatan Sekadau Hulu** 18. PT Grand Utama Mandiri di Kecamatan Belitang Hulu** 19. PT Bintang Sawit Lestari di kecamatan Sekadau Hulu** 20. Koperasi Perkebunan Tirta Sejahtera di kecamatan Sekadau Hilir

*PIR-Trans (Perkebunan Inti Rakyat Transmigrasi) **Kemitraan Program Revitalisasi Pemerintah ***Perkebunan Besar Swasta

Page 119: Laporan Kelapa Sawit

CARA PEMBIBITAN KELAPA SAWIT YANG BAIK

Untuk memperoleh tanaman kelapa sawit yang berkualitas, salah satunya adalah dengan melaukan pembibitan yang benar. Karena proses pembibitan ini aka sangat berpengaruh terhadap kualitas dan rpoduksi dari tanaman kelapa sawit dikemudian harinya. Oleh karena itu berikut adalah cara pembibitan kelapa sawit yang baik.

I. Persyaratan Benih

Benih yang baik untuk bibit kelapa sawit harus berasal dari indukan yang jelas dan berkualitas baik. Saat ini di Indonesia terdapat 6 (enam) produsen benih resmi dalam negeri yang menyediakan benih untuk bibit kelapa sawit yaitu Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, PT London Sumatera (Lonsum), PT Socfin, PT Tunggal Yunus Estate, PT Dami Mas Sejahtera dan PT Bina Sawit Makmur.

Benih-benih yang dihasilkan oleh produsen resmi ini telah mengalami proses introduksi yang sedemikian rupa dan berulang-ulang sehingga menghasilkan kualitas sangat baik, berasal dari indukan yang jelas asal usulnya sepertiDelidura dan bapak Pisifera.

II. Pengecambahan Benih

1. Cara yang biasa dilakukan oleh PPKS Medan

Page 120: Laporan Kelapa Sawit

a. Melepaskan tangkai buah dari spikeletnya.

b. Waktu pemeraman tandan buah dilakukan selama tiga hari dan sekali-sekali disiram air. Kemudian pisahkan buah dari tandannya dan diperam lagi selama tiga hari.

c. Proses yang dilakukan untuk memisahkan daging buah dari bijinya, buah dimasukkan kedalam mesin pengaduk. Kemudian cuci biji yang dihasilkan dengan menggunakan air, setelah itu masukkan kedalam larutan Dithane M-45 0,2% selama kira-kira tiga menit. Keringkan dan seleksi untuk memperoleh biji yang berukuran seragam.

d. Proses selanjutnya semua benih yang telah ditreatment disimpan di dalam suatu ruangan tertentu yang telah diatur bersuhu berkisar 27ºC dan kelembaban berkisar 60-70% sebelum dikecambahkan.

2. Cara lainnya

a. Melakukan perendaman biji dalam air selama 6 – 7 hari, penggantian air dilakukan secara rutin setiap hari, lalu rendam dalam larutan Dithane M - 45 0,2% selama lebih kurang dua menit, selanjutnya biji dikeringanginkan.

b. Biji yang telah selesai ditreatment dimasukkan kedalam kaleng pengecambahan dan ditempatkan dalam ruangan dengan temperatur berkisar 39ºC dan kelembaban berkisar 60 – 70% selama enampuluh hari. Selanjutnta setiap tujuh hari benih dikeringanginkan selama tiga menit.

c. Setelah enampuluh hari rendam benih dalam air sampai kadar air 20 – 30% dan dikeringanginkan lagi. Masukkan biji ke dalam larutan Dithane M – 45 0,2% selama lebih kurang dua menit.

d. Selanjutnya benih disimpan diruangan dengan suhu yang sudah diatur berkisar 27ºC. Setelah sepuluh hari benih berkecambah, pada hari ke 30 tidak digunakan lagi.

III. Teknik Pembibitan Benih Berkecambah

Secara umum terdapat dua teknik pembibitan yaitu cara dua tahap melalui dederan (prenursery) dan cara langsung tanpa dederan. Lahan pembibitan dibersihkan, diatur perataannya dan dilengkapi dengan instalasi penyiraman. Ada beberapa model jarak tanam biji dipembibitan yaitu 50 x 50 cm, 60 x 60 cm, 65 x 65 cm, 70 x 70 cm, 80 x 80 cm, 85 x 85 cm, 90 x 90 cm atau 100 x 100 cm dalam bentuk segitiga sama sisi. Kebutuhan bibit per hektar dapat diketahui berkisar antara 12.500 sampai 25.000 butir tergantung jarak tanam yang akan digunakan. Sebelumnya agar disiapkan dan disesuaikan segala persyaratan yang diperlukan seperti yang sudah disampaikan dalam gambaran umum persyaratan tumbuh dalam tulisan sebelumnya.

Page 121: Laporan Kelapa Sawit

1. Cara tak langsung

a. Dederan

Kecambah dimasukkan ke dalam polybag 12 x 23 cm atau 15 x 23 cm berisi 1,5 – 2,0 kg tanah lapisan atas yang telah diayak. Kecambah di tanam dan dibenamkan sedalam dua cm. Tanah di polybag harus selalu terjaga kelembabannya. Simpan polybag dibedengan dengan diameter berkisar 120 cm. Setelah berumur 3 – 4 bulan dan berdaun emapat sampai lima helai bibit dipindahkan kemudian ditanam ke pembibitan.

b. Pembibitan

Bibit dari dederan dipindahkan ke dalam polybag 40 x 50 cm atau 45 x 60 cm setebal 0,1 mm yang berisi 15 – 30 kg tanah lapisan atas yang diayak. Sebelum bibit ditanam, siram tanah di dalam polybag sampai lembab. Polybagdisusun diatas lahan yang telah diratakan dan diatur dalam posisi segitiga sama sisi dengan jarak seperti disebutkan diatas.

2. Cara langsung

Cara ini pada prinsipnya untuk melakukan penghematan terutama dalam hal penggunaan tenaga dan biaya. Kkecambah langsung ditanam di dalam polybag ukuran besar seperti pada cara pembibitan.

IV. Pemeliharaan pembibitan/penyemaian 

1. Tindakan pemeliharaan dilakukan pada bibit di dederan dan di pembibitan.

a. Penyiraman dilakukan dua kali sehari kecuali jika ada hujan lebih dari 7 – 8 mm. Kebutuhan air sekitar 2 liter untuk setiap polybag.

b. Gulma yang tumbuh dicabut atau disemprot dengan herbisida setiap tiga bulan. Penyiangan dilakukan 2 – 3 kali dalam sebulan atau disesuaikan dengan pertumbuhan gulma. Pemulsaan adalah cara lain untuk mencegah gulma dengan cara menaburkan serasah di polybag sekaligus upaya mempertahankan kelembaban.

Page 122: Laporan Kelapa Sawit

c. Proses penyeleksian bibit yang tumbuh abnormal, berpenyakit dan mempunyai kelainan genetis harus dibuang. Proses seleksi dilakukan pada saat berumur 4 dan 9 bulan.

d. Pemupukan dilakukan berapa kali selama masa pembibitan, diberikan urea atau pupuk majemuk.

2. Pemberian pupuk di pembibitan

a. Umur bibit 4 – 5 minggu larutan urea 0,2%, 3 – 4 liter larutan/100 bibit dalam satu minggu rotasi.

b. Umur bibit 6 – 7 larutan urea 0,2%, dosis 4 – 5 liter larutan/100 bibit dalam satu minggu rotasi.

c. Umur bibit 8 – 16 minggu ; rustica 15.15.6.4 dosis 1 gram/bibit dalam 2 minggu rotasi.

d. Umur bibit 17 – 20 minggu, rustica 12.12.17.2 dosis 5 gram/bibit dalam 2 minggu rotasi.

e. Umur bibit 21 – 28 minggu, rustica 12.12.17.2 dosis 8 gram/bibit dalam 2 minggu rotasi.

f. Umur bibit 29 – 40 minggu, rustica 12.12.17.2 dosis 15 gram/bibit dalam 2 minggu rotasi.

g. Umur bibit 41 – 48 minggu, rustica 12.12.17.2 dosis 17 gram/bibit dalam 2 minggu rotasi.

V. Pembiakan dengan Kultur Jaringan

Bahan pembiakan berupa sel akar biasa disebut sebagai metode Inggris dan sel daun biasa disebut sebagai metode Perancis. Metode ini mampu memperbanyak bibit tanaman dengan tingkat produksi tinggi dengan skala yang besar dan pertumbuhan tanaman seragam. 

VI. Seleksi Bibit

Proses penyeleksian bibit dilakukan sebanyak dua kali yaitu penyeleksian di pembibitan pendahuluan/dederan dan pembibitan utama. Tanaman-tanaman yang tidak memenuhi standar kebutuhan seperti bentuknya yang abnormal dibuang, ciri-ciri :

a. Postur bibit terkulai

b. Postur bibit kerdil, tidak tumbuh sempurna

c. Postur bibit meninggi dan kaku

Page 123: Laporan Kelapa Sawit

d. Terkena serangan penyakit

e. Bentuk anak daun tidak tumbuh sempurna

f. Anak daun tidak membelah dengan sempurna

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN DI KEBUN HIKMAH 2

Tanggal Pelaksanaan : 20 – 24 Nopember 2009Jam Pelaksanaan : 07. 00 – 16. 00 wibLokasi Pelaksanaan : Divisi BibitanA. Persiapan Areal Bibitan1. Definisi : Suatu kegiatan yang dilakukan agar dapat melaksanakan kegiatan pembibitan.

2. Tujuan Pekerjaan : Untuk mempersiapkan areal pembibitan.3. Alat dan Bahan :a. Alat yang digunakan adalah :- Top con- Excavator, Buldozer, Road Grader.b. Bahan yang digunakan adalah :- Pipa instalasi air- selang kirico- kawat duri, tiang kayu dan pompa air.4. Cara Pelaksanaan :1. Penentuan areal. Lokasi kemiringan maksimal 5%. Tidak banjir pada saat musim hujan. Dekat sumber air dan tersedia dalam jumlah yang cukup. Aman dari gangguan binatang liar. Dekat dengan lokasi penanaman.2. Pengukran Areal Pembibitan.3. Pembersihan lahan.4. Pembuatan jalan dan parit keliling.5. Pembuatan waduk penampung air.6. Pembuatan instalasi penyiraman.7. Pembuatan pagar kawat prenursery

Tanggal Pelaksanaan : 20 – 24 Nopember 2009Jam Pelaksanaan : 07. 00 – 16. 00 wibLokasi Pelaksanaan : Divisi BibitanB. Kegiatan di Prenusery1. Definisi : Suatu kegiatan tahap awal pembibitan kelapa sawit dengan caraPenanaman kecambah di ploybag kecil.2. Tujuan Pekerjaan : Menanam kecambah untuk dijadikan bibit kelapa sawit.3. Alat dan Bahan :

Page 124: Laporan Kelapa Sawit

a. Alat yang digunakan adalah :- Cangkul, ayakan tanah.- Kayu pelubang (tugalan).b. Bahan yang digunakan adalah :- Polibag kecil ( 15 x 23 cm ).- Kecambah- Tanah top soil yang sudah diayak dan pupuk RP.4. Cara Pelaksanaan :1. Persiapan media tanah. Tanah top soil diayak agar bebas dari sampahlalu dicampur dengan pupuk RP 10 kg/4,5 m3 tanah dan dikeringkan selama 4 minggu.2. Pengisian polibag dengan tanah hingga penuh dan disusun pada bedengan dengan cara :- Utara – Selatan 8 polibag, Timur – Barat 125 polibag (1000 polibag) Utara – selatan 10 polibag, Timur – Barat .Dengan jarak antar bedengan 0,5 m.3. Penerimaan atau seleksi kecambah.- Kecambah yang tidak lolos seleksi atau abnormal dimusnahkan dengan membuat berita acara.4. Penanaman kecambah.- Polybag yang telah diisi tanah disiram terlebih dahulu agar lembab, kemudian dibuat lubang tepat ditengah sedalam 2 cm dengan kayu tugal atau dengan jari.- lalu kecambah dimasukan dalam lubang dengan flumula diatas dan radikula dibawah, lalu ditutup dengan tanah.- Setiap bedeng diberi papan identitas berisikan varietas, maleprogeny dan number, tanggal dan jumlah kecambah tertanam.5. Perawatan.- Penyiraman dengan ciriko 2 liter/hari.- Merumput- Konsolidasi.- Pemupukan- Pengendalian hama penyakit6. Seleksi bibit dipre nursery.

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN DI KEBUN HIKMAH 2

Tanggal Pelaksanaan : 20 – 24 Nopember 2009Jam Pelaksanaan : 07. 00 – 16. 00 wibLokasi Pelaksanaan : Divisi BibitanC. Kegiatan di Main Nursery1. Definisi : Kegiatan setelah Pre Nurseri sebelum bibit siap di tanam di lahan.

2. Tujuan Pekerjaan : Mempersiapkan bibit sebelum di pindahkan kelahan.3. Alat dan Bahan :a. Alat yang digunakan adalah :- Cangku, ayakan tanah, kayu pelubang.- Handsprayer.b. Bahan yang digunakan adalah :

Page 125: Laporan Kelapa Sawit

- Tanah topsoil.- Polibag (40 x 50)- Pupuk RP, Herbisida dan Insektisida.4. Cara Pelaksanaan :1. Persiapan media tanah. Tanah topsoil yang setelah di ayak di campur dengan pupuk RP (10 Kg / 4,5 m3) lalu di keringkan (dibiarkan dalam 4 minggu)2. Pengisian dan penyusunan polybag Polybag diisi tanah sampai penuh lalu disusun dengan jarak tanam 0,9×0,9×0,9 m.3. Pemindahan dan penanaman bibit Pemindahan bibit dilakukan pada umur 3 bulan sesuai dengan tanggal tanam, varietas no male pisifera. Penanaman bibit.4.Pemeliharaan bibit di main nursery ._ Mulsa : pembarian mulsa berupa fiber dan cangkang untukmenjaga kelembapan tanah dan tumbuhnya rumput– Penyiraman untuk main nursery sekitar 2-3 liter/ hari.– Konsolidasi, pertama dilakukan 1 minggu setelah tanam danselanjutnya dilakukan setiap bulan.– Merumput, didalam polybag dengan cara dicabut ( rotasi 2minngu sekali ) dan merumput diantara polybag dengan bahankimia.5. Pemupukan.- Pemupukan ditaburkan dipermukaan tanah melingkar 4-5 cmdari batang tanaman dan tidak dibenarkan mengenai daun dan taman.6. Pengendalian hama penyakit.– Menggunakan insektisida atau fungisida.7. Seleksi bibit di Main Nursery

Page 126: Laporan Kelapa Sawit

CARA PEMBIBITAN KELAPA SAWIT Pembibitan Kelapa Sawit

Lokasi/areal untuk pelaksanaan pembibitan dengan pesyaratan : harus datar dan rata, dekat dengan sumber air, dan letaknya sedapat mungkin di tengah-tengah areal yang akan ditanami dan mudah diawasi. Lahan pembibitan harus diratakan dan dibersihkan dari segala macam gulma dan dilengkapi dengan instalasi penyiraman (misalnya tersedia springkle irrigation), serta dilengkapi dengan jalan-jalan dan parit-parit drainase. Luas kompleks pembibitan harus sesuai dengan kebutuhan.

Terdapat dua teknik pembibitan yaitu: (a) cara langsung tanpa dederan dan (b) cara tak langsung dengan 2 tahap (double stages system), yaitu melalui dederan/pembibitan awal (prenursery) selama 3 bulan dan pembibitan utama(nursery)selama 9 bulan.

a) Cara langsung

Kecambah langsung ditanam di dalam polibag ukuran besar seperti pada cara pembibitan. Cara ini menghemat tenaga dan biaya.

(b) Cara tak langsung

Cara tak langsung dilakukan dengan 2 tahap (double stages system), yaitu melalui dederan/pembibitan awal (prenursery) selama 3 bulan dan persemaian bibit(nursery)selama 9 bulan.

Tahap pendederan (prenursery)

Benih yang sudah berkecambah di deder dalam polybag kecil, kemudia diletakkan pada bedengan-bedengan yang lebarnya 120 cm dan panjang bedengan secukupnya.

Ukuran polybag yng digunakan adalah 12 x 23 cm atau 15 x 23 cm (lay flat).

Polybag diisi dengan 1,5 – 2,0 kg tanah atas yang telah diayak. Tiap polybag diberi lubang untuk drainase.

Kecambah ditanam sedalam ± 2 cm dari permukaan tanah dan berjarak 2 cm.

Setelah bibit dederan yang berada di prenursery telah berumur 3 – 4 bulan dan berdaun 4 – 5 helai, bibit dederan sudah dapat dipindahkan ke pesemaian bibit (nursery).

Keadaan tanah di polybag harus selalu dijaga agar tetap lembab tapi tidak becek. Pemberian air pada lapisan atas tanah polybag dapt menjaga kelembaban yang dibutuhkan oleh bibit.

Page 127: Laporan Kelapa Sawit

Penyiraman dengan sistem springkel irrigation sangat membantu dalam usaha memperoleh kelembaban yang diinginkan dan dapat melindungi bibit terhadap kerusakan karena siraman.

Pesemaian bibit (nursery)

Untuk penanaman bibit pindahan dari dederan dibutuhkan polybag yang lebih besar, berukuran 40 cm x 50 cm atau 45 cm x 60 cm (lay flat), tebal 0,11 mm dan diberi lubang pada bagian bawahnya untuk drainase.

Polybag diisi dengan tanah atas yang telah diayak sebanyak 15 – 30 kg per polybag, disesuaikan dengan lamanya bibit yang akan dipelihara (sebelum dipindahkan) dipesemaian bibit.

Bibit dederan ditanam sedemikian rupa sehingga leher akar berada pada permukaan tanah polybag besar dan tanahsekitar bibit dipadatkan agar bibit berdiri tegak. Bibit pada polybag besar kemudian disusun di atas lahan yang telah diratakan, dibersihkan dan diatur dengan hubungan sistem segitiga sama sisi dengan jarak misalnya 100 cm x 100 cm x 100 cm.Kegiatan pemeliharaan bibit Kelapa Sawit di pembibitan

1) Penyiraman; kegiatan penyiraman di pembibitan utama dilakukan dua kali dalam sehari, yaitu pada pagi dan sore hari. Jumlah air yang diperlukan sekitar 9–18 liter per minggu untuk setiap bibit.

2) Pemupukan; untuk pemupukan dapat digunakan berupa pupuk tunggal atau pupuk majemuk (N,P,K dan Mg) dengan komposisi 15:15:6:4 atau 12:12:7:2.

3) Seleksi bibit; seleksi dilakukan sebanyak tiga kali. Seleksi pertama dilakukan pada waktu pemindahan bibit ke pembibitan utama. Seleksi kedua dilakukan setelah bibit berumur empat bulan di pembibitan utama. Seleksi terakhir dilakukan sebelum bibit dipindahkan ke lapangan. Bibit dapat dipindahkan ke lapangan setelah berumur 12-14 bulan. Tanaman yang bentuknya abnormal dibuang, dengan ciri-ciri: a) bibit tumbuh meninggi dan kaku, b) bibit terkulai, c) anak daun tidak membelah sempurna, d) terkena penyakit, e) anak daun tidak sempurna.Penanaman Kelapa Sawit

1) Persiapan lahan

Tanaman kelapa sawit sering ditanam pada areal / lahan : bekas hutan (bukaan baru, new planting), bekas perkebunan karet atau lainnya ( konversi), bekas tanaman kelapa sawit (bukaan ulangan, replanting).

Pembukaan lahan secara mekanis pada areal bukaan baru dan konversi terdiri dari beberapa pekerjaan, yakni: a) menumbang, yaitu memotong pohon besar dan kecil dengan mengusahakan agar tanahnya terlepas dari tanah; b) merumpuk, yaitu mengumpulkan dan menumpuk hasil tebangan untuk memudahkan pembakaran. c) merencek dan membakar, yaitu memotong dahan dan ranting kayu yang telah ditumpuk agar dapat disusun sepadat mungkin, setelah kering lalu dibakar. d) pengolahan tanah secara mekanis.

Page 128: Laporan Kelapa Sawit

Pembukaan lahan secara mekanis pada tanah bukaan ulangan terdiri dari pekerjaan, yakni: a) pengolahan tanah secara mekanis dengan menggunakan traktor. b) meracun batang pokok kelapa sawit dengan cara membuat lubang sedalam 20 cm pada ketinggian 1 meter pada pokok tua. Lubang diisi dengan Natrium arsenit 20 cc per pokok, kemudian ditutup dengan bekas potongan lubang; c) membongkar, memotong dan membakar. Dua minggu setelah peracunan, batang pokok kelapa sawit dibongkar sampai akarnya dan swetelah kering lalu dibakar; d) pada bukaan ulangan pembersihan bekas-bekas batang harus diperhatikan dengan serius karena sisa batang, akar dan pelepah daun dapat menjadi tempat berkembangnya hama (misalnya kumbang Oryctes) atau penyakit ( misalnya cendawan Ganoderma).

2) Pengajiran ( memancang)

Maksud pengajiran adalah untuk menentukan tempat yang akan ditanami kelapa sawit sesuai dengann jarak tanam yang dipakai. Ajir harus tepat letaknya, sehingga lurus bila dilihat dari segala arah, kecuali di daerah teras dan kontur. System jarak yang digunakan adalah segitiga sama sisi, dengan jarak 9 m x 9 m x 9 m. Dengan system segi tiga sama sisi ini, pada arah Utara – Selatan tanaman berjarak 8,82 m dan jarak untuk setiap tanaman adalah 9 m. Populasi (kerapatan) tanaman per hektar adalah 143 pohon.

3) Pembuatan lubang tanaman

Lubang tanaman dibuat beberapa hari sebelum menanam. Ukuran lubang, panjang x lebar x dalam adalah 50 cm x 40 cm x 40 cm. Pada waktu menggali lubang, tanah atas dan bawah dipisahkan, masing-masing di sebelah Utara dan Selatan lubang.

4) Menanam

Cara menanam bibit yang ada pada polybag, yaitu:

- Sediakan bibit yang berasal dari main nursery pada masing-masing lubang tanam yang sudah dibuat.

- Siramlah bibit yang ada pada polybag sehari sebelum ditanam agar kelembaban tanah dan persediaan air cukup untuk bibit.

- Sebelum penanaman dilakukan pupuklah dasar lubang dengan menaburkan secara merata pupuk fosfat seperti Agrophos dan Rock Phosphate sebanyak 250 gram per lubang.

- Buatlah keratin vertical pada sisi polybag dan lepaskan polybag dari bibit dengan hati-hati, kemudian masukkan ke dalam lubang.

- Timbunlah bibit dengan tanah galian bagian atas (top soil) dengan memasukkan tanah ke sekeliling bibit secara berangsur-angsur dan padatkan dengan tangan agar bibit dapat berdiri tegak.

- Penanaman bibit harus diatur sedemikian rupa sehingga permukaan tanah polybag sama ratanya dengan

Page 129: Laporan Kelapa Sawit

permukaan lubang yang selesai ditimbun, dengan demikian bila hujan, lubang tidak akan tergenang air.

- Pemberian mulsa sekitar tempat tanam bibit sangat dianjurkan.

- Saat menanam yang tepat adalah pada awal musim hujan.Pemeliharaan tanaman kelapa sawit

a. Penyulaman

- Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang mati atau tumbuh kurang baik.

- Saat menyulam yang baik adalah pada musim hujan.

- Bibit yang digunakan harus seumur dengan tanaman yang disulam yaitu bibit berumur 10 – 14 bulan.

- Banyaknya sulaman biasanya sekitar 3 – 5 % setiap hektarnya.

- Cara melaksanakan penyulaman sama dengan cara menanam bibit.

b. Penanaman tanaman penutup tanah

- Tanaman penutup tanah (tanaman kacangan, Legume Cover Crop atau LCC) pada areal tanaman kelapa sawit sangat penting karena dapat memperbaiki sifat-sifat fisika, kimia dan biologi tanah, mencegah erosi dan mempertahankan kelembaban tanah, menekan pertumbuhan gulma.

- Penanaman tanaman kacangan sebaiknya dilaksanakan segera setelah persiapan lahan selesai.

- Jenis-jenis tanaman kacangan yang umum di perkebunan kelapa sawit adalh Centrosema pubescens, Colopogonium mucunoides dan Pueraria javanica.

- Biasanya penanaman tanaman kacangan ini dilakukan tercampur (tidak hanya satu jenis).

c. Membentuk piringan (bokoran, circle weeding)

- Piringan di sekitar pokok (pohon kelapa sawit) harus tetap bersih. Oleh karena itu tanah di sekitar pokok dengan jari-jari 1 – 2 meter dari pokok harus selalu bersih dan gulma yang tumbuh harus dibabat, disemprot dengan herbisida.

d. Pemupukan

- Jenis pupuk yang diberikan adalah pupuk N,P,K,Mg dan B (Urea, TSP, Kcl, Kiserit dan Borax).

Page 130: Laporan Kelapa Sawit

- Pemupukan ekstra dengan pupuk Borax pada tanaman muda sangat penting, karena kekurangan Borax (Boron deficiency) yang berat dapat mematikan tanaman kelapa sawit.

- Dosis pupuk yang digunakan disesuaikan dengan anjuran Balai Penelitian untuk TBM (Tanaman Belum Menghasilkan).

- Untuk tanaman menghasilkan dosis yang digunakan berdasarkan analisis daun.

- Dosis pemupukan tergantung pada umur tanaman.

- Contoh dosis pemupukan pada tanaman yang sudah menghasilkan adalah sebagai berikut :

Urea : 2,0 – 2,5 kg/ph/th → diberikan 2 x aplikasi

KCl : 2,5 – 3,0 kg/ph/th → diberikan 2 x aplikasi

Kiserit : 1,0 – 1,5 kg/ph/th → diberikan 2 x aplikasi

TSP : 0,75 – 1,0 kg/ph/th → diberikan 1 x aplikasi

Borax : 0,05 – 0,1 kg/ph/th → diberikan 2 x aplikasi

Untuk tanaman yang belum menghasilkan, yang berumur 0 – 3 tahun, dosis pemupukan per pohon per tahunnya adalah sebagai berikut :

Urea : 0,40 – 0,60 kg

TSP : 0,25 – 0,30 kg

KCl : 0,20 – 0,50 kg

Kiserit : 0,10 – 0,20 kg

Borax : 0,02 – 0,05 kg

- Pada tanaman belum menghasilkan pupuk N,P,K,Mg,B ditaburkan merata dalam piringan mulai jarak 20 cm dari pokok sampai ujung tajuk daun.

- Pada tanaman yang sudah menghasilkan: pupuk N ditaburkan merata mulai jarak 50 cm dari pokok sampai di pinggir luar piringan. Pupuk P,K dan Mg harus ditaburkan merata pada jarak 1 – 3 meter dari pokok. Pupuk B ditaburkan merata pada jarak 30 – 50 cm dari pokok.

Page 131: Laporan Kelapa Sawit

- Waktu pemberian pupuk sebaiknya dilaksanakan pada awal musim hujan (September – Oktober), untuk pemupukan yang pertama dan paada akhir musim hujan (Maret – April) untuk pemupukan yang kedua.

e. Pemangkasan daun

Maksud pemangkasan daun adalah untuk memperoleh pokok yang bersih, jumlah daun yang optimal dalam satu pohon dan memudahkan panenan. Memangkas daun dilaksanakan sesuai dengan umur / tingkat pertumbuhan tanaman.

Macam-macam pemangkasan :

- Pemangkasan pasir, yaitu pemangkasan yang dilakukan terhadap tanaman yang berumur 16 – 20 bulan dengan maksud untuk membuang daun-daun kering dan buah-buah pertama yang busuk. Alat yang digunakan adalah jenis linggis bermata lebar dan tajam yang disebut dodos.

- Pemangkasan produksi, yaitu pemangkasan yang dilakukan pada umur 20 – 28 bulan dengan memotong daun-daun tertentu sebagai persiapan pelaksanaan panen. Daun yang dipangkas dalah songgo dua (yaitu daun yang tumbuhnya saling menumpuk satu sama lain), juga buah-buah yang busuk. Alat yang digunakan adalah dodos seperti pada pemangkasan pasir.

- Pemangkasan pemeliharaan, adalah pemangkasan yang dilakukan setelah tanaman berproduksi dengan maksud membuang daun-daun songgo dua sehingga setiap saat pada pokok hanya terdapat daun sejumlah 28 – 54 helai. Sisa daun pada pemangkasan ini harus sependek mungkin (mepet), agar tidak mengganggu dalam pelaksanaan panenan.Hama dan Penyakit Kelapa Sawit

Hama

a. Hama Tungau

Penyebab: tungau merah (Oligonychus). Bagian diserang adalah daun. Gejala: daun menjadi mengkilap dan berwarna bronz. Pengendalian: Semprot Pestona atau Natural BVR.

b. Ulat Setora

Penyebab: Setora nitens. Bagian yang diserang adalah daun. Gejala: daun dimakan sehingga tersisa lidinya saja. Pengendalian: Penyemprotan dengan Pestona.

Penyakit

a. Root Blast

Page 132: Laporan Kelapa Sawit

Penyebab: Rhizoctonia lamellifera dan Phythium Sp. Bagian diserang akar. Gejala: bibit di persemaian mati mendadak, tanaman dewasa layu dan mati, terjadi pembusukan akar. Pengendalian: pembuatan persemaian yang baik, pemberian air irigasi di musim kemarau, penggunaan bibit berumur lebih dari 11 bulan. Pencegahan dengan pengunaan Natural GLIO.

b. Garis Kuning

Penyebab: Fusarium oxysporum. Bagian diserang daun. Gejala: bulatan oval berwarna kuning pucat mengelilingi warna coklat pada daun, daun mengering. Pengendalian: inokulasi penyakit pada bibit dan tanaman muda. Pencegahan dengan pengunaan Natural GLIO semenjak awal.

c. Dry Basal Rot

Penyebab: Ceratocyctis paradoxa. Bagian diserang batang. Gejala: pelepah mudah patah, daun membusuk dan kering; daun muda mati dan kering. Pengendalian: adalah dengan menanam bibit yang telah diinokulasi penyakit.

Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki. Penyemprotan herbisida (untuk gulma) agar lebih efektif dan efisien dapat di campur Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki .Panen

Tanaman kelapa sawit mulai berbuah setelah berumur 2,5 tahun dan proses pemasakan buah berkisar 5 - 6 bulan setelah terjadinya penyerbukan. Buah kelapa sawit dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya 60% buah telah matang panen, dari 5 pohon kelapa sawit rata-rata terdapat 1 tandan buah matang panen. Ciri tandan buah matang panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih.Sumber: Rangkuman dari berbagai sumber.

Page 133: Laporan Kelapa Sawit

pembibitan kelapa sawit

BAB.1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah Belanda pada tahun 1848,

saat itu ada 4 batang bibit kelapa sawit yang dibawa dari Mamitius dan Amsterdam lalu ditanam di kebun

Raya Bogor.Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial. Perintis

usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien Hallet (orang Belgia). Bididaya yang dilakukannya

diikuti oleh K.Schadt yang menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang.

Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Luas areal

perkebunan mencapai 5.123 Ha.

Kelapa sawit merupakan tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak industri,

maupun bahan bakar (biodiesel) dan berbagai jenis turunannya seperti minyak alkohol, margarin, lilin,

sabun, industri kosmetika, industri baja, kawat, radio, kulit, dan industri farmasi. Sisa pengolahannya dapat

dimanfaatkan menjadi kompos dan campuran pakan ternak

Minyak sawit merupakan sumber karotenoid alami yang paling besar. Kadar karotenoid dalam

minyak sawit yang belum dimurnikan berkisar antara 500-700 ppm dan lebih dari 80%-nya adalah α dan β

karoten. Dilihat dari kadar aktivitas provitamin A, kadar karotenoid minyak sawit mempunyai aktivitas 10

kali lebih besar dibanding wortel dan 300 kali lebih besar dibanding tomat

Perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang pesat pada tahun 1969. Pada saat itu

luas areal perkebunan kelapa sawit adalah 119.500 hektar dengan total produksi minyak sawit mentah(CPO

dan KPO) 189 .000 ton per tahun.pada tahun 1988 luas areal perkebunan kelapa sawit bertambah menjadi

862.859 hektar dengan produksi CPO sebanyak 1.713.000 ton,pada tahun 1995 luas nya mencapai 2.025

juta hektar,terdiri dari 656 ribu hektar perkebunan rakyat (33%),404 ribu hektar perkebunan

negara/PTPN(20%),dan 962 ribu hektar perkebunan besar swasta Nasional(47%),dengan total produksi

minyak kelapa sawit 4.480.000 ton.angka ini di perkirakan akan terus meningkat seiring semakin banyak nya

investor yang menanamkan modal secara besar-besaran pada perkebunan kelapa sawit di Riau, Jambi,

Bengkulu, Kalimantan,dan kawasan tengah maupun Timur Indonesia.

Page 134: Laporan Kelapa Sawit

Kebutuhan akan ketersediaan bibit kelapa sawit berkualitas dengan kuantitas yang terus meningkat

sejalan dengan meningkatnya kebutuhan penduduk dunia akan minyak sawit. Perawatan bibit yang baik di

pembibitan awal dan pembibitan utama melalui dosis pemupukan yang tepat merupakan salah satu upaya

untuk mencapai hasil yang optimal dalam pengembangan budidaya kelapa sawit

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui teknik pemeliharaan pembibitan main nursery pada kelapa sawit.

2. Untuk mengetahui teknik pemindahan kelapa sawit dari main nursery ke lapang.

Page 135: Laporan Kelapa Sawit

BAB.2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Morfologi Tanaman Kelapa Sawit

Sejak pertengahan 2000, kelapa sawit telah menyusul kacang kedelai menjadi tanaman minyak yang

paling penting di dunia. Produksi minyak sawit terutama didukung oleh penanaman intensif selama dua

dekade terakhir di Malaysia dan Indonesia yang sejauh dua utama produsen minyak sawit (Frank,2013).

Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga terdapat beberapa

akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk mendapatkan tambahan aerasi.Seperti jenis

palma lainnya, daunnya tersusun majemuk menyirip. Daun berwarna hijau tua dan pelepah berwarna

sedikit lebih muda. Batang tanaman diselimuti bekas pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun

pelapah yang mengering akan terlepas sehingga penampilan menjadi mirip dengan kelapa. Masa umur

ekonomis kelapa sawit yang cukup lama sejak mulai tanaman mulai menghasilkan, yaitu sekitar 25 tahun

menjadikan jangka waktu perolehan manfaat dari investasi di sektor ini menjadi salah satu pertimbangan

yang ikut menentukan bagi kalangan dunia (Krisnohardi,2011).

bahan tanam utama biasanya pada kelapa sawit adalah Tenera, ia memiliki banyak varietas. Hal ini

bisa terjadi karena Pisifera dan dura. Jenis mungkin asal yang berbeda, genetik dan kriteria seleksi. Itu

berbagai jenis dura dan Pisifera dapat mempengaruhi varietas Tenera selama proses hibrida (Hazir,2011).

Bunga jantan dan betina terpisah namun berada pada satu pohon (monoecious diclin) dan memiliki waktu

pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Buah sawit mempunyai warna

bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam

tandan yang muncul dari tiap pelapah. Minyak dihasilkan oleh buah. Kandungan minyak bertambah sesuai

kematangan buah. Setelah melewati fase matang, kandungan asam lemak bebas (FFA, free fatty acid) akan

meningkat dan buah akan rontok dengan sendirinya

2.2 Syarat Tumbuh

Habitat aslinya adalah daerah semak belukar. Sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis (15°

LU - 15° LS). Tanaman ini tumbuh sempurna di ketinggian 0-500 m dari permukaan laut dengan kelembaban

Page 136: Laporan Kelapa Sawit

80-90%. Sawit membutuhkan iklim dengan curah hujan stabil, 2000-2500 mm setahun, yaitu daerah yang

tidak tergenang air saat hujan dan tidak kekeringan saat kemarau. Pola curah hujan tahunan memengaruhi

perilaku pembungaan dan produksi buah sawit. Minyak sawit ditanam sebagai industri tanaman

perkebunan, sering (terutama di Indonesia) pada hutan hujan baru dibersihkan atau hutan rawa gambut

bukan pada lahan yang sudah terdegradasi atau bekas lahan pertanian (Mukherjee,2009).

2.3 Pembibitan Kelapa Sawit

Pembibitan merupakan kegiatan awal di lapangan bertujuan untuk mempersiapkan bibit saiap

tanam. Pembibitan harus sudah dipersiapkan sekitar 1 tahun sebelum penanaman di lapangan agara bibit

yang di tanam memenuhi syarat baik umur maupun ukurannya (Setyamidjaja,2006). Pemilihan bibit sangat

penting. Perusahaan harus memilih bibit unggul agar produktivitas dan kualitas tanaman kelapa sawit tinggi

(Pardamean,2008). Pembibitan tanaman kelapa sawit dilakukan dengan sistem dua tahap yaitu pembibitan

awal (Prenursery) dan pembibitan utama (Main nursery) (Sastrosayono, 2010).

Pembibitan Awal (Pre nursery)

Persiapan pembibitan akan menentukan sistem pembibitan yang aka dipakai dengan melihat

keuntungan dan kerugian komprehensif (Pahan, 2008). Membuat naungan dengan tinggi + 1,8 – 2 m.

Setelah itu bedengan dibuat dengan ukuran panjang 10 m dan lebar 1,2 m, sedangkan jarak antar bedengan

adalah 0,5 m. Dalam 1 bedengan bisa memuat polybag sebanyak 1200 polybag. Kemudian, polybag kecil

yang berukuran 15 x 20 cm dengan tebal 0,07 mm disiapkan. Lalu media tanah disiapkan dengan pupuk

yang digunakan.

Pengisian tanah dilakukan 1 bulan sebelum kecambah ditanam. Semua polybag yang sudah diisi

kemudian disusun ke dalam bedengan. Kemudian benih ditanam satu persatu ke dalam polybag dengan

sebelumnya benih di seleksi dan polybag disiram terlebih dahulu. Benih ditanam dengan posisi radikula

pada bagian bawah dan plumula pada bagian atas. Lahan pre nursery ini harus dipelihara selama 3 bulan

agar bibit menjadi sehat dan subur. Setelah ditanam, polybag diberi mulsa tangkos (sabut buah kelapa

sawit) dengan tujuan agar air siraman atau air hujan tidak langsung mengenai permukaan tanah dalam

polybag serta untuk menjaga kelembapan tanah (Kasno,2011). Pemeliharaan pada tahap ini adalah

penyiraman, penyiangan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit dan seleksi bibit.

1. Perlakuan Penyiraman dan Penyiangan

Page 137: Laporan Kelapa Sawit

Penyiraman dilakukan 2 kali sehari dengan volume siraman 150 cc/polybag. Penyiraman dilakukan

pagi dan sore. Namun, apabila turun hujan pada hari itu juga dan curah hujan mencapai diatas 8 mm, maka

keesokan harinya tidak dilakukan penyiraman selama 1 hari penuh dan apabila curah hujannya hanya

mencapai 4 mm maka penyiraman dilakukan sekali saja pada pagi hari atau sore hari. Peranan air pada

tanaman sebagai pelarut berbagai senyawa molekul organik (unsur hara) dari dalam tanah kedalam

tanaman, transportasi fotosintat dari sumber (source) ke limbung (sink), menjaga turgiditas sel diantaranya

dalam pembesaran sel dan membukanya stomata, sebagai penyusun utama dari protoplasma serta

pengatur suhu bagi tanaman (Maryani, 2012).

Penyiangan yaitu membersihkan gulma – gulma yang ada di dalam polybag dan diluar polybag

dengan cara manual, yaitu dengan rotasi kerja 2 kali dalam 1 bulan.

2. Perlakuan Pemupukan

Respon tanaman terhadap pemberian pupuk tergantung pada keadaan tanaman dan ketersediaan

hara di dalam tanah, Semakin besar respon tanaman, semakin banyak unsur hara dalam tanah (pupuk) yang

dapat diserap oleh tanaman untuk pertumbuhan dan produksi (Arsyad,2012). Penggunaan pupuk anorganik

di pembibitan sangat dianjurkan pada pembibitan tanaman tahunan seperti kelapa sawit, dan sangat

berpengaruh terhadap pertumbuhan dan mutu bibit kelapa sawit (Jannah, 2012). Selama tiga bulan

di prenursery biasanya bibit tidak dipupuk. Namun, jika tampak gejala kekurangan hara dengan gejala

seperti daun menguning, bibit perlu dipupuk menggunakan pupuk N dalam bentuk cair. Konsentrasi pupuk

urea atau pupuk majemuk sekitar 0,2% atau 2 gram per liter air untuk 100 bibit. Pupuk diaplikasikan melalui

daun dengan cara disemprot pada bibit berumur lebih dari satu bulan atau telah memiliki tiga helai daun.

Frekuensi pemupukan dilakukan seminggu sekali. Pemberian pupuk pada tanaman kelapa sawit

pasca genangan sangat diperlukan, mengingat berkurangnya ketersediaan unsur hara akibat genangan

tersebut. Pemberian pupuk biasanya dirancang untuk mengoptimumkan efisiensi penggunaan pupuk (Dewi,

2009).

3. Perlakuan Proteksi dan Seleksi

Serangan hama dan penyakit selama di prenursery biasanya belum ada. Jika ada, dapat diberantas

dengan diambil menggunakan tangan (hand picking). Serangan penyakit yang berasal dari sejenis jamur

dapat dikendalikan dengan fungisida dengan dosis sesuai yang dianjurkan. Penyakit saat ini yang paling

lazim dan menghancurkan penyakit dalam budidaya kelapa sawit (Azahar, 2010). Kemudian seleksi

Page 138: Laporan Kelapa Sawit

atau thinning out (TO) bibit disini adalah membuang bibit yang mati atau tidak normal atau juga terserang

hama dan penyakit sehingga tidak menular ke bibit yang lain. Sekaligus dilakukan sebelum transplanting

bibit main nursery.

4. Pengangkutan Bibit

Pengangkutan atau pengiriman bibit dari dari prenursery ke main nursery dengan

memasukkan babybag ke dalam peti kayu berukuran 66,5 x 42 x 27,5 cm. Setiap peti kayu dapat memuat 35

bibit. Pengangkutan harus berhati-hati dan bibit harus segera ditanam dimain nursery.

Pembibitan Main Nursery

Pemilihan lokasi main nursery merupakan faktor yang sangat penting. Lokasi yang tepat akan

memudahkan pekerjaan di pembibitan dalam menghasilkan bibit yang memenuhi syarat kualitas dan

kuantitas. Kriteria lokasi pembibitan main nursey yaitu letak pre nursery dekat dengan main nursery, areal

harus rata, dekat dengan sumber air dan bebas dari hama penyakit.

Setelah lokasi pembibitan diperoleh, maka bahan – bahan untuk media tanam harus disiapkan, yaitu

penyiapan tanah yang berasal dari lapisan top soil. Kemudian tanah diayak menggunakan ayakan dari kawat

agar tanah bersih dari kotoran seperti batu atau bekas akar. Lalu tanah dicampur dengan pupuk RP

sebanyak 5 kg/ton tanah.

Kemudian polybag berukuran 45 x 50 cm dan tebal 0,2 mm disediakan dan dilubangi sebanyak 60 –

80 lubang. Polybag lalu diisi tanah tadi hingga setengah polybag, dipadatkan dan setelah itu diisi hingga

penuh dan sisakan + 2 cm dari bibir polybag. Setelah itu, areal sebelumnya harus telah dipancang

menggunakan jarak tanam 90 x 90 x 90 cm atau segitiga sama sisi. Jarak antar barisan 0.867 x 90 cm = 77,9

cm (78 cm) atau menyesuaikan dengan luas areal. Pancang lurus ke semua arah, bertujuan untuk

keseimbangan pertumbuhan dan kemudahan pemeliharaan. Tiap petak disusun 5 baris polybag dan per

barisnya 40 atau 50 bibit. Antara 2 petak dipisah dengan membuang barisan ke 6 dan kelipatannya.

Pemindahan bibit dari pre nursery ke main nursery dilakukan saat bibit berumur antara bulan yaitu

pada saat bibit berdaun 2 – 3 helai. Bibit yang dipindah lebih dahulu diseleksi. Pengangkutan bibit

menggunakan kotak papan yang memuat 30 – 35 polybag. Sehari sebelum dipindahkan (transplanting) ke

polybag besar, bibit daripre nursey harus disiram terlebih dahulu. Pembibitan di main nursery ini juga

membutuhkan pemeliharaan yang meliputi sebagai berikut.

1. Perlakuan Penyiraman dan Penyiangan

Page 139: Laporan Kelapa Sawit

Penyiraman dilakukan setiap hari secara teratur dengan jumlah yang cukup. Jika musim kemarau,

siram bibit dua kali sehari, yakni pada pagi dan sore hari. Kebutuhan air penyiramann sebanyak 2 liter

air/bibit/hari. Penyiangan dilakukan dengan mencabut gulma yang tumbuh dalam polibag, sekaligus

menggemburkan tanah dengan cara menusukkan sepotong kayu. Penyiangan lahan pembibitan(diluar

polibag) dilaksanakan secaraclean weeding, yakni menggunakan garuk. Rotasi penyiangan 20-30 hari,

tergantung dari pertumbuhan gulma.

2. Perlakuan Pemupukan

Biaya pupuk dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit secara intensif sekitar 50-70% dari biaya

pemeliharaan dan 25% dari seluruh biaya produksi (Kasno,2011). Dosis dan jadwal pemupukan sangat

tergantung pada umur dan pertumbuhan bibit. Dimain nursery, lebih dianjurkan untuk menggunakan pupuk

mejemuk N-P-K-Mg dengan komposisi 15-15-6-4 atau 12-12-17-2, serta ditambah Kieserite (pupuk yang

mengandung unsur Ca dan Mg).

3. Pemberian Mulsa

Pemberian mulsa adalah pemberian penutup tanah pada polybag. Pemberian mulsa ini brfungsi

untuk mengurangi penguapan, menekan pertumbuhan gulma dan mencegah terkikisnya tanah pada

polybag akibat percikan air saat penyiraman ataupun air hujan. Mulsa berupa tandan kosong sawit dan

setiap polybag membutuhkan 500 gr mulsa yang diletakkan di sekeliling permukaan polybag.

4. Pengendalian Hama dan Penyakit

Hama yang sering menyerang di pembibitan main nursery adalah hama ulat, seperti ulat kantong.

Pengendalian menggunakan Sevin 85 ES dengan konsentrasi 2 gr/liter air. Sedangkan penyakit yang sering

menyerang adalah penyakit bercak daun dan dikendalikan dengan menggunakan Dithane M 45 dengan

konsentrasi 1 gr/liter air dengan rotasi 2 kali sebulan.

5. Perlakuan Seleksi

Seleksi atau Thinning Out (TO) dilakukan berdasarkan ukuran pertumbuhan dan kondisi

tanamannya. Pada kegiatan seleksi bibit, ciri-ciri bibit yang jelek adalah bibit kerdil, daun bergulung, anak

daun rapat dan pendek karena teserang hama atau penyakit. Bibit seperti inilah yang harus di buang

6. Pengangkutan Bibit

Page 140: Laporan Kelapa Sawit

Pengangkutan bibit harus dapat menjamin bibit tidak rusak dan tidak layu karena terkena panas

atau angin kencang. Proses pengangkutan bibit dari lokasi pembibitan main nursery ke lokasi penanaman

dapat berjalan efisien melalui pembagian tugas. Pekerjaan berikut ini seharusnya dibebankan kepada tenaga

kerja yang terpisah.

Tips Terbaik Dan Mudah Budidaya Kelapa Sawit : Kelapa sawit atau Elaeis ini adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak Seperti, Minyak Masak, Minyak Industri, Maupun bahan bakar (Biodiesel) Yang perkebunanya menghasilkan keuntungan yang besar sehingga banyak hutan dan perkebunan yang lama di komversi menjadi perkebunan buah kelapa sawit. Nah... Negara indonesia kita ini adalah lumayan banyak penghasil minyak kelapa sawit terbesar di Dunia. Di negara indonesia penyebaranya di daerah Aceh, Pantai timur Sumatra, Jawa juga Sulawesi.

Cara penanaman kelapa sawit yang baik dan benar berikut ini saya berikan beberapa tips dalam menanam kelapa sawit tersebut. Tips ini di rangkum dari pengalaman penulis selama belajar dan bertanam tanaman kelapa sawit. Berikut di bawah ini tips terbaik mudah dan benar budidaya kelapa sawit.

1. Pada lahan daerah yang kering, Dan menanam kelapa sawit dengan sistem lembah tangkapan air. Maksutnya : Tanah di gali terlebih dahulu yang berbentuk bulat berdiameter (150 cm Sedalam 30 cm) Kemudian di Tengah-tengahnya di gali lubang petak yang berukuran (50 x 50 x 50 cm) Untuk lubang penanaman Bibit. Hal ini akan sangat membantu asupan Air, Karena sawit adalah tanaman yang sangat banyak membutuhkan air. Selain dari itu akan membantu Efisiensi pemupukan. Karena akan menghindari hanyutnya pupuk yang terbawa air hujan. Akan tetapi tentu biayanya lumayan besar, Namun dalam jangka panjang perlakuan ini akan jauh lebih menguntungkan anda.

2. Pada lahan yang ada serangan hama tikusnya, Balutlah pangkal pohon sawit yang baru di tanam dengan kawat ram atau kawat kandang ayam setinggi (50 cm). Dan bagian bawah kawat haruslah kandas ke tanah, Dan bisa juga memakai Jala bekas. Kemudian pembalutan dilakukan dengan tidak terlalu ketat dan kuat, Agar pertumbuhan batang kelapa sawit tidak terganggu.

Tips Terbaik Dan Mudah Budidaya Kelapa Sawit

Page 141: Laporan Kelapa Sawit

3. Apabila ada pohon kelapa sawit yang berbuah Jarum, Atau durinya saja yang banyak namun buah nya terlalu kecil, Stop, jangan di tebang atau di ganti, Kumpulkan sampah dedaunan kering sekitar pangkal batangnya kemudian bakar sampai daun pada pelapah terbawah pohon yang sedikit layu. Anda lakukan setiap 20 hari sekali atau setiap pemanenan buah kelapa sawit Sekitarnya. Selain dari itu buah jarumnya haruslah tetap di panen, Di buang, Dan pelapahnya juga di bersihkan sesuai rotasi pembersihan pelapah kelapa sawit yang lainya. Kemidian secara Berlahan-lahan pohon kelapa sawit ini akan berubah buahnya menjadi normal dan bagus layaknya buah sawit yang Normal.

4. Lahan yang terlalu tinggi kandungan asam/Aluminiumnya (AL) Maka bisa di netralkan dengan meneburkan Pupuk Abu atau pupuk Dotani dan tanah kapur sebanyak (30 kg Perpohon). Hal seperti ini bisa juga di terapkan untuk lahan yang gambut dalam.

5. Ciri-ciri sawit jenis dura : Sabut buahnya tipis, Kernel (Tempurung bijinya) Besar dan tebal. Biji (Intinya) Juga besar atau berjumlah sampai 3 biji dalam satu tempurung atau cangkang. Jenis ini banyak di tanam oleh rakyat petani, Karena Bobot TBS nya yanglebih berat. Sebaliknya sawit jenis Tenera, Sawit tenera ini sabut kelapanya tebal, Kernelnya kecil dan kulit kernelnya tipis. Bobot TBSnya lebih ringan di banding sawit jenis dura,Jenis tenera ini paling banyak di tanam di perkebunan besar karena rendemen atau pesentase CPO Nya yang tinggi. Juga kulit bijinya yang tipis dan lunak akan sangat menghemat usia peralatan pabrik buah kelapa sawit.

6. Jarak tanaman pohon buah sawit sebaiknya tidak kurang dari (9 x 8 Meter) Kecuali anda menggunakan bibit sawit unggul pelepah pendek. Sawit unggul pelepah pendek tersebut memang bisa di tanam lebih rapat dari pada sawit lokal. Dan lebih menguntungkan dalam jangka pendek dan menengah. Tetapi dalam jangka panjang maka hasilnya akan kalah sedikit di banding sawit lokal. Karena usia sawit lokal yang lebih panjang hingga (3-4 Tahun). Nah selain dari itu sawit unggul tandan buahnya akan sedikit mengecil apabila telah berusia diatas lokal. Sehingga sering patah atau tumbang jika datang badai atau angin besar.

Page 142: Laporan Kelapa Sawit

Hal ini yang membuat banyak perkebunan besar pohon sawitnya tinggal (60-75%) saja pada saat peremajaan. Bandingkan dengan sawit lokal yang biasanya bertahan pada kisaran (90%) pohon masih berdiri.Selain dari faktor bibit, Faktor pemupukan juga ikut menetukan kekokohan pohon. Pupuk yang banyak akan membuat batang dan akar pohon sawit menjadi rapuh.Ciri-ciri pohon sawit yang kebanyakan pupuk adalah, Batangnya Gundul, Sedikit sekali sisa pangkal pelapah yang masih menempel.

7. Pada saat ini perkebunan melakukan Planting inter planting pada saat peremajaan tanaman buah sawit. Maksutnya : 3 tahun sebelum sawit tua diafkir atau di tumbang,Bibit sawit baru berumur 2 tahun setelah di tanam tepat diantara jarak tanak yang lama. Setelah tanaman baru berumur 3 tahun, Baru sawit lama di tumbang dengan (Buldozer) Dan ada juga membunuh pohon tua tersebut dengan meracun. Caranya : adalah batang di suntikkan racun kedalam lubang hasil pemboran tadi. Kemudian lubang di tutup lagi dengan tanah liat, Dan posisi lubang adalah mengarah ke bawah, Sehingga racun tidak tumpah, Dan jumlah racun berkisar (150 cc).

8. Bibit sawit yang berumur 2 tahun, Sebelum di bawa ke kebun sawit, Di potong terlebih dahulu semua pelapahnya Setengah, Kecuali di bagian Pucuk. Hal ini untuk mencegah Stress akibat penguapan air pohon yang berlebihan, Perhatikan, Jangan membuang tanah yang ada di dalam (Polibag) Dan polibag haruslah di buka sebelum bibit di tanamkan. Dan hentikan penyiraman bibit 2 hari sebelum di pindahkan ke kebun atau kelapangan Guna mencegah pecahnya tanah pada saat diangkut.

9. Waktu membongkar bibit besar dari dari tempat tanam pembibitanya, Lalu miringkan bibit kemudian potong akarnya yang menembus polibag dengan arit/sabit. Peringatan, jangan pernah menariknya dengan paksa,demikian saja sedikit tips dengan bertanam buah sawit. Apabila ada komentar atau yang ingin di perjelas silahkan saja anda hubungi No Hp (0812 6307 6562) Terimakasih atas postingan bapak http://peuyeumcipatat.blogspot.com.

Teknik Budidaya Sawit

1. Syarat pertumbuhan

Iklim : Lama penyinaran matahari Rata-rata (5-7 jam/hari) Curah hujan tahunan (1.500-4.000 mm) Dan temperatur optimal (24-28 OC) Juga ketinggian tempat yang ideal antara (1-500 m dpl) Kecepatan angin (5-6 km/jam) Untuk membantu proses penyerbukan.

2. Media tanam

Tanah yang baik mengandung banyak lempung, Beraerasi baik dan subur. Berdrainase baik, Permukaan air tanah cukup dalam, Dan solum juga cukup dalam (80 cm) pH tanah 4-6,Dan tanah tidak berbatu,Tanah

Page 143: Laporan Kelapa Sawit

Latosol, Ultisol dan Aluvial,Tanah gambut saprik, Dataran pantai dan muara sungai dapat di jadikan perkebunan kelapa sawit.

3.Pedoman teknis budidaya kelapa sawit

Pembibitan dan penyemaian : Kecambah di masukkan polibag (12 x 23 atau 15 x 23 cm berisi 1,5-2,0kg) Tanah lapisan atas yang telah diayak. Kecambah di tanam sedalam (2 cm) Dan tanah di polibag harus berumur sampai 3-4 bulan dan berdaun 4-5 helai, Dan bibit di pindah tanamkan. Bibit dari dederan di pndahkan kedalam polibag (40 x 50 cm) setebal (0,11 mm) yang berisi (15-30 kg) tanah lapisan atas yang diayak, Dan sebelum bibit di tanam siram tanah dengan POC NASA 5 ml atau 0,5 tutup/liter air. Polibag diatur dalam posisi segitiga sama sisi dengan jarak (90 x 90 cm).

4. Pemeliharaan pembibitan

Penyiraman di lakukan 2 kali sehari, Dan penyiangan 2-3 kali sebelum atau di sesuaikan dengan pertumbuhan gulma. Bibit tidak normal, Berpenyakit dan mempunyai kelainan genetis harus di buang. Seleksi di lakukan pada umur 4 dan 9 bulan. Pemupukan pada saat pembibitan sebagai berikut di bawah ini :

1. Pupuk makro

Minggu pertama : (15-15-6-4)Minggu kedua dan tiga : (2 gram)

Minggu keempat dan lima : (4 gr)Minggu enam dan delapan : (6 gr)Minggu ke sepuluh dan dua belas : (8 gr)Mingu ke 14, 15, 16 & 20 (8 g)Minggu 22, 24, 26 & 28 (12gr)Minggu 30, 32, 34 & 36 (17gr)Minggu 38 & 40 (20gr).Minggu 12-12-17-2 Minggu 19 & 21 (4gr) Minggu 23 & 25 (6gr)Minggu untuk 27, 29 & 31 (8gr)POC NASA minggu mulai 1-40 (air memercik 1-2cc/lt perbibit 1-2 minggu).

Dengan Catatan: Akan lebih baik pembibitan diselingi / SUPER NASA 1-3 kali digabungkan dengan dosis 1 botol + 400 bibit. 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 4 liter (4000 ml) air digunakan sebagai larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman

Teknik Penanaman

Page 144: Laporan Kelapa Sawit

Penentuan Pola TanamanPola tanam monokultur atau tumpangsari dapat. Tanaman penutup tanah (legume penutup tanaman LCC) di bidang perkebunan kelapa sawit sangat penting karena dapat memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah, mencegah erosi, menjaga kelembaban tanah dan menekan pertumbuhan tanaman pengganggu ( gulma). Kacang-kacangan Penanaman harus dilaksanakan secepat persiapan lahan selesai.3.2.2. Tanaman Lubang pembuatan

Lubang tanam dibuat beberapa hari sebelum tanam dengan ukuran 50 × 40 cm sedalam 40 cm. Sisa tanah digali (20 cm) dipisahkan dari tanah di bawah. 9 × 9x9 m jarak. Daerah perbukitan, membuat teras melingkari bukit dan lubang berjarak 1,5 m dari sisi lereng.3.2.3. Penanaman Metode

Penanaman di awal musim hujan, setelah hujan turun terus. Sehari sebelum tanam, bibit dalam polybag flush. Lepaskan plastik polybag dengan hati-hati dan menaruh benih ke dalam lubang. Taburkan Natural GLIO yang telah tumbuh di kotoran selama 1 minggu + sekitar akar tanaman. Segera ditimbun dengan tanah digali. Tuang merata dengan dosis ± POC NASA 5-10 ml / liter air setiap pohon atau semprot (dosis 3-4 tutup / tangki). Hasilnya akan lebih baik jika Anda menggunakan SUPER NASA. Adapun cara menggunakan SUPER NASA adalah sebagai berikut: 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air digunakan sebagai larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap pohon.

Pemeliharaan Tanaman

Jahitan dan SpasiDisulam dengan bibit tanaman mati berusia 10-14 bulan. Populasi 1 hektar + 135-145 pohon agar tidak ada sinar matahari kompetisi.3.3.2. PenyianganTanah di sekitar pohon harus bersih dari gulma.3.3.3. PemupukanAnjuran pemupukan sebagai berikut:Pupuk MakroUrea 1. Bulan 6, 12, 18, 24, 30 & 362. Bulan ke 42, 48, 54, 60 dll225 kg / ha1000 kg / haTSP 1. Bulan 6, 12, 18, 24, 30 & 362. Bulan ke 48 & 60115 kg / ha750 kg / haMOP / KCl 1. Bulan 6, 12, 18, 24, 30 & 362. Bulan ke 42, 48, 54, 60 dll200 kg / ha1.200 kg / haKieserite 1. Bulan 6, 12, 18, 24, 30 & 362. Bulan ke 42, 48, 54, 60 dll75 kg / ha600 kg / haBorax 1. Bulan 6, 12, 18, 24, 30 & 362. Bulan ke 42, 48, 54, 60 dll20 kg / ha40 kg / haNB. : Pupuk pertama harus di awal musim hujan (September-Oktober) dan kedua di akhir musim hujan (Maret-April).

POC NASAa. Dosis POC NASA mulai awal tanam:0-36 bln 2-3 tutup / diencerkan secukupnya dan tuangkan di sekitar pangkal batang, setiap 4-5 bulan> 36 bln 3-4 tutup / diencerkan secukupnya dan tuangkan di sekitar pangkal batang, setiap 3-4 bulanb. Dosis POC NASA produksi di pabrik yang ada tetapi tidak dari awal memakai POC NASATahap 1: Aplikasikan 3-4 kali berturut-turut dengan interval 1-2 bulan. Dosis 3-4 tutup / pohonTahap 2: Aplikasikan setiap 3-4 bulan. Dosis 3-4 tutup / pohonCatatan: Akan lebih baik pemberian diselingi / ditambah SUPER NASA 1-2 kali / tahun dengan dosis 1 botol 200 + tanaman. Bagaimana untuk melihat Teknik Penanaman (Titik 3.2.3.)3.3.4. Daun pemangkasanAda tiga jenis pemangkasan adalah:a. Pemangkasan pasirMembuang daun kering, buah atau buah busuk pertama kalinya 16-20 tanaman bulan.b. Penurunan produksiPotong daun yang tumbuh tumpang tindih (songgo dua) untuk persiapan panen umur 20-28 bulan.c. Pemeliharaan

Page 145: Laporan Kelapa Sawit

pemangkasanBuang daun songgo dua secara teratur sehingga jumlah tanaman pokok hanya ada 28-54 helai.3.3.5. Bunga pengebirianBunga potong tumbuh pria dan wanita pada 12-20 bulan tanaman tua.3.3.6. Buatan PenyerbukanUntuk mengoptimalkan jumlah tandan buah, penyerbukan dibantu dibuat oleh manusia atau serangga.a. Penyerbukan oleh manusiaSelesai saat tanaman 2-7 minggu pada bunga betina sedang represif (bunga betina siap untuk diserbuki oleh serbuk sari jantan). Karakteristik bunga represif adalah kepala putik terbuka, warna stigma kemerahan dan berlendir. Penyerbukan cara:1. Mandi bunga selubung.2. Campur serbuk sari dengan murni bedak (1:2). Serbuk sari diambil dari pohon yang baik dan biasanya sudah dipersiapkan di laboratorium, semprotkan serbuk sari pada stigma menggunakan lap bayi / puffer.b. Penyerbukan oleh serangga penyerbuk Kelapa SawitCamerunicus Elaeidobius serangga penyerbuk tertarik pada bau bunga jantan. Serangga dirilis menjadi bunga betina sebagai represif. Keuntungan ini adalah tandan buah cara yang lebih besar, bentuk buah lebih sempurna, lebih produksi minyak 15% dan produksi inti (minyak inti) meningkat sampai 30%.

Hama dan Penyakit

3.4.1. Hamaa. Hama MitePenyebab: tungau merah (Oligonychus). Bagian diserang adalah daun. Gejala: daun bronz mengkilap dan berwarna. Pengendalian: Semprotkan Pestona atau BVR.b. Ulat SetoraPenyebab: Setora Nitens. Bagian yang diserang adalah daun. Gejala: daun dimakan sehingga lidinya ditinggalkan sendirian. Pengendalian: Penyemprotan dengan Pestona.3.4.2. Penyakita. Akar LedakanPenyebab: Rhizoctonia lamellifera dan Phythium Sp. Menyerang bagian akar. Gejala: Kematian mendadak di persemaian bibit, tanaman dewasa layu dan mati, terjadi pembusukan akar. Pengendalian: membuat persemaian yang baik, penyediaan air irigasi pada musim kemarau, penggunaan bibit berumur lebih dari 11 bulan. Pencegahan dengan penggunaan Natural GLIO.b. Garis kuningPenyebab: Fusarium oxysporum. Daun diserang. Gejala: kuning pucat oval lingkaran di sekitar warna coklat pada daun, daun kering. Pengendalian: inokulasi penyakit pada bibit dan tanaman muda. Pencegahan dengan penggunaan Natural GLIO sejak awal.c. Dry Rot BasalPenyebab: Ceratocyctis paradoxa. Rods diserang. Gejala: kulit rapuh, daun dan busuk kering, daun muda mati dan kering. Pengendalian: adalah dengan menanam bibit yang telah diinokulasi penyakit.Catatan: Jika pengendalian hama dengan menggunakan pestisida alami tidak dapat mengatasi dengan pestisida kimia yang dianjurkan digunakan. Agar lebih merata penyemprotan pestisida kimia dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup) / tangki.

Page 146: Laporan Kelapa Sawit

Penyemprotan herbisida (untuk gulma) agar lebih efektif dan efisien dapat dicampur Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup) / tangk

Panen

Harvest TimeMulai berbuah setelah 2,5 tahun dan 5,5 bulan setelah penyerbukan masak. Dapat dipanen ketika tanaman telah berusia 31 bulan, setidaknya 60% dari buah itu masak panen, pohon-pohon 1 dari 5 tandan buah panen matang. Karakteristik tandan matang dipanen minimal 5 bagian lepas / jatuh dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau setidaknya 10 buah tandan longgar seberat 10 kg atau lebih.

Sekian terimakasih karena anda telah menyimak dan membaca artikel Tips Terbaik Dan Mudah Budidaya Kelapa Sawit tersebut, Semoga banyak manfaatnya untuk anda tentunya pengunjung saya http://sabdaalamnusantara.blogspot.com/2013/06/tips-terbaik-dan-mudah-budidaya-kelapa.html

ARA MENANAM KELAPA SAWIT

Berikut ini adalah langkah-langkah cara menanam kelapa sawit :

1. Sediakan bibit yang berasal dari main nursery pada masing-masing lubang tanam yang sudah dibuat.

2. Siramlah bibit yang ada pada polybag sehari sebelum ditanam agar kelembaban tanah dan persediaan  air cukup untuk bibit.

3. Sebelum penanaman dilakukan pupuklah dasar lubang dengan menaburkan secara merata pupuk fosfat seperti Agrophos dan Rock Phosphate sebanyak 250 gram per lubang.

4. Buatlah keratin vertical pada sisi polybag dan lepaskan polybag dari bibit dengan hati-hati, kemudian masukkan ke dalam lubang.

5. Timbunlah bibit dengan tanah galian bagian atas (top soil) dengan memasukkan tanah ke sekeliling bibit secara berangsur-angsur dan padatkan dengan tangan agar bibit dapat berdiri tegak.

6. Penanaman bibit harus diatur sedemikian rupa sehingga permukaan    tanah polybag sama ratanya dengan permukaan lubang yang selesai ditimbun, dengan demikian bila hujan, lubang tidak akan tergenang air.

7. Pemberian mulsa sekitar tempat tanam bibit sangat dianjurkan.8. Saat menanam yang tepat adalah pada awal musim hujan.

PENDAHULUAN

Page 147: Laporan Kelapa Sawit

Kelapa sawit cocok ditanam di kawasan tanah yang gembur, tanah liat gembur dan tanah gambut (kurang dari satu meter dalam).Tanah gambut (lebih satu meter dalam), tanah asam  kurang sesuai bagi tanaman kelapa sawit. Walau bagaimanapun dengan pengurusan sistem pengairan dan penataan yang sempurna, jenis-jenis tanah ini bisa juga ditanam dengan kelapa sawit.

PERLAKSANAAN KERJAPembersihan, pengajiran dan penanaman kacang penutup tanah dikawasan areal hendaklah disempurnakan sebelum menanam bibit kelapa sawit.Pembersihan:  membersihkan areal hendaklah memperhitungkan biaya dan target, keadaan tanah (curam atau rata), hutan atau kawasan peremajaan.Sangatlah penting operasi pembersihan areal dijalankan serentak dengan masa pembibitan atau dapat diperolehi dari penyedia. Jika mempunyai areal pembibitan sendiri, waktu persiapan areal tanam hendaklah disesuaikan dengan waktu mengeluarkan bibit yang telah cukup umur untuk ditanam diareal. Perancangan jadwal kerja adalah sangat penting untuk keberhasilan penanaman diareal.Pengajiran: Barisan tanaman dibuat mengikut arah Utara-Selatan supaya pohon-pohon mendapat cahaya matahari yang maksimal.kacangan penutup tanah: Menanam kacangan penutup tanah dapat dilakukan setelah proses pengajiran selesai dilaksanakan. (Kawasan gambut tidak perlu tanam kacangan)Masa menanam hendaklah pada musim hujan dan hindari menanam pada musim kemarau.Biasanya jarak tanaman yang dipilih adalah 9 meter segi tiga yang menghasilkan 136 pohon per hektar. Kepadatan pohon perhektar dengan jarak tanaman yang berbeda dapat dilihat seperti dibawah : Jarak : Jumlah PohonMeter  Pohon PerHektar 8.5        160  8.7        148  9.0        136 Buang pohon-pohon yang mati pada saat pemeriksaan sekurang-kurangnya 6 bulan.

Page 148: Laporan Kelapa Sawit

Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan yang mempunyai manfaat pada buahnya sebagai bahan baku pembuatan minyak. Minyak yang dihasilkan oleh kelapa sawit berbeda dengan minyak yang dihasilkan dari kelapa.Minyak sawit berwarna kuning keemasan dengan bau dan rasa yang tawar. Teksturnya mirip air bila diolah dengan benar. Seperti yang sudah umum kita tahu, minyak sawit sering sekali digunakan sebagai media menggoreng bahan masakan. Dalam minyak sawit mengandung beberapa vitamin dan omega sehingga sangat baik untuk tubuh. Bila dilihat dari sisi lain, perkebunan kelapa sawit mempunyai prosprek yang sangat besar dan menjanjikan bila ditekuni. Sebab permintaan akan sawit baik untuk ekspor maupun lokal sangat meningkat tajam setiap tahunya. Jadi jika Anda ingin memulainya, perhatikan panduannya berikut ini:

Pembibitan

Pemilihan bibit yang unggulbisa menentukan hasil dari panen nanti. Bibit bisa dibeli dari kebun pembibitan yang sudah terpercaya. Bibit yang sudah dibeli kemudian dikecambahkan dalam polybag 12×23 atau 15×23 cm yang sudah diisi 1,5-2 kg tanah halus. Benamkan kecambah sedalam 2 cm, jaga agar tanah selalu lembab. Setelah 3-4 bulan (berdaun 4-5 helai) maka bibit dipindah dalam polybag 40×50 cm yang sudah diisi 15-30 kg tanah halus. Atur dalam posisi segitiga sama sisi dengan jarak antar tanaman 90×90 cm. Lakukan penyiangan 2-3 kali sebulan Buang bbit berpenyakit dan cacat saat umur 4 dan 9 bulan. Lakukan pemupukan dengan POC secara berkala selama 2-3 minggu sekali.

Penanaman

Tanaman ditanam pada lahan yang telah disiapkan dengan cara membuat lubang tanam ukuran 50×40 cm sedalam 40 cm dengan jarak tanam 9x9x9 m. Jika lahan berupa areal berbukit, maka dibuat terasering dan lubang berjarak 1,5 m dari sisi lereng. Penanaman dilakukan awal musim hujan. Lepaskan plastik polybag secara hati-hati dan masukkan bibit ke dalam lubang tanam. Basahi tnaman dengan air.

Perawatan

Lakukan penyulaman pada tanaman yang mati dengan bibit berumur 10-14 bulan. Lakukan penjarangan, usahakan dalam 1 hektar lahan hanya terdapat 135-145 pohon agar tidak ada persaingan sinar matahari. Jaga agar tanaman terhindar dari kepungan gulma dan rumput liar. Berikan pupuk urea, TSP, dan KCL setiap 6 bulan sekali dimulai dari usia tanam 6 bulan dengan dosis urea:TSP:KCL adalah 225 kg/ha:1000 kg/ha:1200kg/ha. Lakukan juga pemangkasan pasir untuk membuang daun kering, buah pertama/ buah busuk pada umur 16-20 bulan. Selanjutnya pemangkasan produksi dengan memotong daun yang tumbuhnya menumpukpada umur 20-28 bulan. Terakhir pemangkasan pemeliharaan dengan membuang daun-daun menumpuk secara rutin sampai tanaman pokok hanya mempunyai 28-54 helai. Potong bunga-bunga jantan dan betina pada umur 12-20 bulan. Agar hasil panen bisa maksimal, lakukan penyrbukan buatan pada umur 2-7 minggu pada bunga dengan kepala putik terbuka berwarna kemerah-merahan dan berlendir. campurkan serbuk sari dari pohon yang baik lalu Kibaskibaskan pada kepala putik. Jika hanya mengandalkan penyerbukan dariserangga maka hasilnya tidak akan maksimal.

Page 149: Laporan Kelapa Sawit

Pemanenan

Kelapa sawit mulai berbuah setelah 2,5 tahun dan masak 5,5 bulan setelah penyerbukan. Pemanenan dilakukan setelah berumur 31 bulan. Buah yang siap panen adalah buah yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang lebih 10 kg.

1. BUDIDAYA KELAPA SAWIT

syarat tumbuh  Daerah pengembangan tanaman kelapa sawit yang sesuai berada pada 15 °LU-15 °LS. Ketinggian pertanaman kelapa sawit yang ideal berkisar antara 1-500 m dpl. Lama penyinaran matahari rata-rata 5-7 jam/hari. Curah hujan tahunan 1.500-4.000 mm. Temperatur optimal 24-280C. Kecepatan angin 5-6 km/jam untuk membantu proses penyerbukan. Kelembaban optimum yang ideal sekitar 80-90 %. Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah Podzolik, Latosol, Hidromorfik Kelabu, Alluvial atau Regosol. Nilai pH yang optimum adalah 5,0–5,5. Kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, datar, berdrainase baik dan memiliki lapisan solum yang dalam tanpa lapisan padas. Kondisi topografi pertanaman kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari 15 derajat.

Penyediaan benih 1) Diperoleh Sumber Benih Kelapa Sawit   

1) Diperoleh Sumber Benih Kelapa Sawit

Sumber benih yang baik dapat diperoleh dari balai-balai penelitian kelapa sawit, terutama oleh Marihat Research Station dan Balai Penelitian Perkebunan Medan (RISPA). Dalam penyediaan benih kelapa sawit, balai-balai penelitian tersebut mempunyai kebun induk yang baik dan terjamin dengan pohon induk tipe Delidura dan pohon bapak tipe Pisifera terpilih.

2) Penyediaan benih sendiri

Untuk memperoleh buah / benih yang baik, penyerbukan yang terjadi pada bunga betina dari pohon induk harus dilakukan secara terkontrol. Untuk maksud tersebut, penyerbukan harus dilaksanakan secara buatan. Dalam penyerbukan secara buatan, pohon induk untuk bunga betina yang digunakan adalah tipe Dura atau Delidura terpilih seperti terdapat di Marihat research Station, sedangkan sebagai pohon induk bunga jantan digunakan tipe Pisifera yang juga tersedia di Marihat Research Station. Penyerbukan

Page 150: Laporan Kelapa Sawit

buatan diawali dengan penyediaan serbuk sari. Beberapa saat sebelum bunga matang, bunga jantan dari pohon induk terpilih dibungkus dengan kantung plastik transparan. Setelah bunga jantan tersebut matang, lalu dipotong dan dibawa ke laboratorium untuk dipisahkan dari tandannya, kemudian diangin-anginkan. Serbuk sari ini dimasukkan ke dalam tube dengan mencampurkan 0,25 gram serbuk sari dengan 1 gram talk. Tube yang telah berisi serbuk sari dimasukkan ke dalam sebuah botol kemudian divakumkan. Sambil menunggu saat penggunaannya botol serbuk sari harus disimpan di dalam almari pendingin (freezer). Pada pohon induk untuk bunga betina terpilih, tandan bunga betina ditutup dengan kantung plastik transparan dan diberi label. Amati bunga sampai mencapai tingkat matang reseptif. Ciri-ciri bunga betina yang telah matang adalah : warna kepala putik menjadi kemerah-merahan dan telah

terbuka dan berlendir. Setelah bunga betina reseptif, serbukilah dengan serbuk sari yang telah disiapkan. Satu tube campuran serbuk sari (0,25 gram serbuk sari + 1 gram talk) cukup untuk menyerbuki satu tandan bunga betina. Bunga betina yang telah diserbuki diberi label dan ditutup dengan plastik transparan. Empat hari kemudian penutup dibuka dan tandan bunga betina dibiarkan untuk pertumbuhannya lebih lanjut. Setelah 6 bulan, tandan buah umumnya telah masak. Panen buah dan benih dilakukan bila pada satu tandan telah terdapat paling sedikit satu buah telah lepas dari tandannya.

Pengecambahan benih

1) Tangkai tandan buah dilepaskan dari spikeletnya.

2) Tandan buah diperam selama tiga hari dan sekali-kali disiram air. Pisahkan buah dari tandannya dan peram lagi selama 3 hari.

3) Masukkan buah ke mesin pengaduk untuk memisahkan daging buah dari biji. Cuci biji dengan air dan masukkan ke dalam larutan Dithane M-45 0,2% selama 3 menit. Keringanginkan dan seleksi untuk memberoleh biji yang berukuran seragam. Semua benih disimpan di dalam ruangan bersuhu 22 derajat C dan kelembaban 60-70% sebelum dikecambahkan.

4) Untuk mengecambahkan benih, dilakukan perendaman terlebih dahulu. Benih direndam dalam ember berisi air bersih selama 5 hari dan setiap hari air harus diganti dengan air yang baru.

5) Setelah benih direndam, benih diangkat dan dikering anginkan di tempat

Page 151: Laporan Kelapa Sawit

teduh selama 24 jam dengan menghamparkannya setebal satu lapis biji saja. Kadar air dalam biji harus diusahakan agar tetap sebesar 17 %.

6) Selanjutnya benih disimpan di dalam kantong plastik berukuran panjang 65 cm yang dapat memuat sekitar 500 sampai 700 benih. Kantong plastik ditutup rapat-rapat dengan melipat ujungnya dan merekatnya. Simpanlah kantong-kantong plastik tersebut dalam peti berukuran 30 x 20 x 10 cm, kemudian letakkan dalam ruang pengecambahan yang suhunya 39 0C.

7) Benih diperiksa setiap 3 hari sekali ( 2 kali per minggu ) dengan membuka kantong plastiknya dan semprotlah dengan air (gunakan hand mist sprayer) agar kelembaban sesuai dengan yang diperlukan yaitu antara 21 – 22 % untuk benih Dura dan 28 – 30 % untuk Tenera.

8) Setelah melewati masa 80 hari, keluarkan kantong dari peti di ruang pengecambahan dan letakkan di tempat yang dingin. Kandungan air harus diusahakan tetap seperti semula. Dalam beberapa hari benih akan mengeluarkan tunas kecambahnya. Selama 15 – 20 hari kemudian sebagian besar benih telah berkecambah dan siap dipindahkan ke pesemaian perkecambahan (prenursery ataupun nursery). Benih yang tidak berkecambah dalam waktu tersebut di atas sebaiknya tidak digunakan untuk bibit

Pembibitan   Lokasi/areal untuk pelaksanaan pembibitan dengan pesyaratan : harus datar dan rata, dekat dengan sumber air, dan letaknya sedapat mungkin di tengah-tengah areal yang akan ditanami dan mudah diawasi. Lahan pembibitan harus diratakan dan dibersihkan dari segala macam gulma dan dilengkapi dengan instalasi penyiraman (misalnya tersedia springkle irrigation), serta dilengkapi dengan jalan-jalan dan parit-parit drainase. Luas kompleks pembibitan harus sesuai dengan kebutuhan.

Terdapat dua teknik pembibitan yaitu: (a) cara langsung tanpa dederan dan (b) cara tak langsung dengan 2 tahap (double stages system), yaitu melalui dederan/pembibitan awal (prenursery) selama 3 bulan dan pembibitan utama(nursery)selama 9 bulan.

a) Cara langsung

Kecambah langsung ditanam di dalam polibag ukuran besar seperti pada cara pembibitan. Cara ini menghemat tenaga dan biaya.

Page 152: Laporan Kelapa Sawit

(b) Cara tak langsung

Cara tak langsung dilakukan dengan 2 tahap (double stages system), yaitu melalui dederan/pembibitan awal (prenursery) selama 3 bulan dan persemaian bibit(nursery)selama 9 bulan.

Tahap pendederan (prenursery)

Benih yang sudah berkecambah di deder dalam polybag kecil, kemudia diletakkan pada bedengan-bedengan yang lebarnya 120 cm dan panjang bedengan secukupnya.

Ukuran polybag yng digunakan adalah 12 x 23 cm atau 15 x 23 cm (lay flat).

Polybag diisi dengan 1,5 – 2,0 kg tanah atas yang telah diayak. Tiap polybag diberi lubang untuk drainase.

Kecambah ditanam sedalam ± 2 cm dari permukaan tanah dan berjarak 2 cm.

Setelah bibit dederan yang berada di prenursery telah berumur 3 – 4 bulan dan berdaun 4 – 5 helai, bibit dederan sudah dapat dipindahkan ke pesemaian bibit (nursery).

Keadaan tanah di polybag harus selalu dijaga agar tetap lembab tapi tidak becek. Pemberian air pada lapisan atas tanah polybag dapt menjaga kelembaban yang dibutuhkan oleh bibit.

Penyiraman dengan sistem springkel irrigation sangat membantu dalam usaha memperoleh kelembaban yang diinginkan dan dapat melindungi bibit terhadap kerusakan karena siraman.

Persemaian bibit  Untuk penanaman bibit pindahan dari dederan dibutuhkan polybag yang lebih besar, berukuran 40 cm x 50 cm atau 45 cm x 60 cm (lay flat), tebal 0,11 mm dan diberi lubang pada bagian bawahnya untuk drainase.

Polybag diisi dengan tanah atas yang telah diayak sebanyak 15 – 30 kg per polybag, disesuaikan dengan lamanya bibit yang akan dipelihara (sebelum dipindahkan) dipesemaian bibit.

Page 153: Laporan Kelapa Sawit

Bibit dederan ditanam sedemikian rupa sehingga leher akar berada pada permukaan tanah polybag besar dan tanahsekitar bibit dipadatkan agar bibit berdiri tegak. Bibit pada polybag besar kemudian disusun di atas lahan yang telah diratakan, dibersihkan dan diatur dengan hubungan sistem segitiga sama sisi dengan jarak misalnya 100 cm x 100 cm x 100 cm.

Kegiatan Pemeliharaan Bibit Kelapa Sawit di Pembibitan

1) Penyiraman; kegiatan penyiraman di pembibitan utama dilakukan dua kali dalam sehari, yaitu pada pagi dan sore hari. Jumlah air yang diperlukan sekitar 9–18 liter per minggu untuk setiap bibit.

2) Pemupukan; untuk pemupukan dapat digunakan berupa pupuk tunggal atau pupuk majemuk (N,P,K dan Mg) dengan komposisi 15:15:6:4 atau 12:12:7:2.

3) Seleksi bibit; seleksi dilakukan sebanyak tiga kali. Seleksi pertama dilakukan pada waktu pemindahan bibit ke pembibitan utama. Seleksi kedua dilakukan setelah bibit berumur empat bulan di pembibitan utama. Seleksi terakhir dilakukan sebelum bibit dipindahkan ke lapangan. Bibit dapat dipindahkan ke lapangan setelah berumur 12-14 bulan. Tanaman yang bentuknya abnormal dibuang, dengan ciri-ciri: a) bibit tumbuh meninggi dan kaku, b) bibit terkulai, c) anak daun tidak membelah sempurna, d) terkena penyakit, e) anak daun tidak sempurna.

Penanaman Kalapa sawit

1) Persiapan lahan

Tanaman kelapa sawit sering ditanam pada areal / lahan : bekas hutan (bukaan baru, new planting), bekas perkebunan karet atau lainnya ( konversi), bekas tanaman kelapa sawit (bukaan ulangan, replanting).

Pembukaan lahan secara mekanis pada areal bukaan baru dan konversi terdiri dari beberapa pekerjaan, yakni: a) menumbang, yaitu memotong pohon besar dan kecil dengan mengusahakan agar tanahnya terlepas dari tanah; b) merumpuk, yaitu mengumpulkan dan menumpuk hasil tebangan untuk memudahkan pembakaran. c) merencek dan membakar, yaitu memotong dahan dan ranting kayu yang telah ditumpuk agar dapat disusun sepadat mungkin, setelah kering lalu dibakar. d) pengolahan tanah secara mekanis.

Page 154: Laporan Kelapa Sawit

Bibit dipindahkan ke dalam polibag besar, dipelihara selama 9 – - 12 bulan sampai siap untuk dapat ditanam.

Main Nursery

Persiapan fasilitas Penyiraman harus sudah selesai  1 bulan sebelum pemindahan bibit dari pre nursery ke main nursery.

Pengisian tanah di polybags  harus sudah  selesai  untuk menerima pemindahan bibit dari pre nursery sesuai jumlah bibit yang akan dipindahkan dan terus berlanjut sampai siap untuk menampung semua kecambah.

Ukuran Polybag  50 cm x 40 cm x 0,2 cm, 500 lubang , jenis black UV stabilized) Pompa dan mesin berkapasitas 30 kva untuk melayani  10 ha bibit di main nursery Jumlah pipa dan perlengkapannya harus di hitung sesuai design di lapangan.

1. Persiapan Areal

Areal Pembibitan dekat dengan sumber air atau sungai Areal datar dengan penggunaan areal 1 ha untuk 14.000 bibit Dibuat parit drainase mengikuti pipa sekunder dari jaringan pipa penyiraman Ukuran parit lebar dasar 30 cm, lebar atas 70 cm, dalam 40 cm Bila penyiraman dengan sprinkler hendaknya dibuat dulu desainnya dan penempatan

pipa-pipanya

Page 155: Laporan Kelapa Sawit

Bila diperlukan buat pagar keliling 150 m dengan kawat. Jarak antara tiang 3 m, tinggi pagar 1,5 m

Jumlah tenaga kerja untuk membuat pagar 100 m/HK Transplanting ke main nursery dilakukan pada bibit berumur 3-4 bulan atau memiliki 4-5

helai daun

2. Memancang

Umur bibit 8-10 bulan : jarak pancang 70 x 70 x 70 cm (23.000 bibit/ha) Umur bibit ≥ 10 bulan : jarak pancang 90 x 90 x 90 cm (14.000 bibit/ha) Kebutuhan tenaga kerja memancang 1.000 pancang/HK

3. Mengumpulkan Tanah

Metode sama dengan pembibitan Pre-Nursery Tanah di polybag besar harus dilubangi dan selanjutnya dimasukkan 100 g pupuk RP ke

lubang polybag besar sebelum bibit ditanam

4. Ukuran Polybag

Ukuran polybag besar adalah 0,15 mm x 35 cm x 50 cm lay flat Setelah diisi tanah diameter ± 23 cm dan tinggi ± 39 cm ; warna hitam Lubang empat baris perforasi berjarak 5 cm x 5 cm Tebal polibag harus merata tidak ada tebal tipis

5. Mengisi Polybag

Polybag harus sudah siap diisi tanah minimal 4 minggu sebelum transplanting dari PN untuk mendapatkan tingkat kepadatan tanah yang stabil.

Polybag harus dibalik sebelum diisi tanah agar polybag dapat berdiri tegak dan silindris Persiapan media tanam dan isikan ke dalam polybag. Hindarkan pemadatan tanah dalam

polybag dengan cara menekan kuat ke arah bawah Guncang polybag pada waktu pengisian untuk memadatkan tanah dan mencegah agar

tidak ada bagian yang mengkerut atau terlipat sehingga ketinggian tanah dapat mencapai 2,5 cm dari bibir polybag.

Jumlah polybag 1 kg = 18 lembar; 1 plb ± 20 kg Jumlah tenaga kerja yang diperlukan 100 unit/HK

6. Menyusun Polybag

Polybag disusun di areal bibitan yang sudah dipancang Menyeragamkan cara peletakan (contoh di selatan pancang). Pancang tidak boleh dicabut Setiap 5 baris dikosongkan 1 baris untuk jalan pemeliharaan bibit Kedua tangan pekerja harus berada pada dasar polybag dan tidak dibenarkan 1 tangan

menyengkeram bibit polybag bagian atas Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan adalah 100 – 150 unit/HK

Page 156: Laporan Kelapa Sawit

7. Menanam/Transplanting di Polybag Besar

Tanah di polybag dilubangi sebesar ukuran polybag kecil dengan alat berupa bor tanah atau yang dibuat dari pipa 4 inch

Jumlah tenaga kerja untuk melubangi 250 unit/HK Bibit yang telah memenuhi syarat (umur 3 bulan, daun 3-4, bentuk sempurna) diangkut

dengan kotak papan, diecer ke tempat polybag Jumlah tenaga kerja untuk mengecer 700 bibit/HK Penanaman dilakukan : bibit di polybag kecil dipegang miring, dasarnya disayat keliling

kemudian dilepas. Dimasukkan ke dalam lubang polybag besar. Sambil menahan bibit polybagnya ditarik/dilepas. Tanah diratakan dan dipadatkan

Jumlah tenaga kerja untuk menanam 100 bibit/HK

8. Penyiraman Bibit

Bibit disiram 2 kali/sehari : pagi; jam 7.00 – selesai selambat lambatnya jam 11.00, sore jam 15.00 – selesai

Jumlah tenaga kerja 2.500 bibit/HK Apabila malam sebelumnya turun hujan dan tanah di polibag masih basah maka

penyiraman hanya dilaksanakan sore hari. Bila hujan pagi hari cukup lebat (> 10 mm) maka sampai sore bibit tidak perlu disiram.

Kebutuhan air bibit : 1-3 bl = 1.0 ltr; 3-6 bl = 1.5 ltr; > 6 bl = 2 ltr

9. Pengendalian Gulma

Dilakukan 2 minggu sekali Penyiangan dilakukan dalam polibag dan di luar polibag Dalam polibag penyiangan dilakukan secara manual Di antara polibag rumput-rumput disemprot dengan 2 kg karmex + 2,2 ltr gramoxone/450

ltr air/ha bibitan Tenaga kerja diperlukan untuk penyiangan 0,7 ha/HK atau 8.000 bibit/HK

10. Pemberian Mulsa

Pada daerah yang terlalu kering/panas, bibit dalam polybag harus diberi mulsa Mulsa diberikan secara merata di atas permukaan tanah dalam polybag segera setelah

bibit ditanam Mulsa yang dianjurkan adalah cangkang, jerami ataupun lalang kering Jumlah cangkang sawit yang diperlukan 0,5 kg/polibag Jumlah tenaga kerja diperlukan adalah 2.500 bibit/HK

11. Konsolidasi Bibit

Konsolidasi bibit dilakukan 1x/bulan Menegakkan polibag-polibag yang miring Mengganti/membalut polibag yang pecah

Page 157: Laporan Kelapa Sawit

Menambah tanah di polybag (hanya sampai umur 6 bulan) Jumlah tenaga kerja diperlukan 2.000 bibit/HK

12. Pemeliharaan Parit drainase

Mengalirkan air yang tergenang 1 kali/minggu Mendalamkan parit pada ukuran semula Jumlah tenaga kerja yang diperlukan 6-8 ha/HK

13. Pemupukan

Dimulai pada minggu ke 2 setelah bibit di transplanting Jenis pupuk : pupuk majemuk NPK 15.15.6.4 dan NPK 12.12.17.2 serta pupuk Kieserite

atau Dolomit Jumlah tenaga kerja yang diperlukan 3.000 bibit/HK atau 5 HK/ha bibit

Cara pemupukan

Buat takaran pupuk sesuai dengan dosis Pupuk ditaburkan merata pada permukaan tanah di polybag melingkar/keliling sejauh 10

cm dari bibit Pupuk tidak boleh menyentuh bibit Pelaksanaan setelah penyiraman pertama

Page 158: Laporan Kelapa Sawit

Keterangan :R I = NPK 15.15.6.4R II = NPK 12.12.17.2K = KieseriteD = DolomitSumber data : Lembaga Pendidikan Perkebunan : Kelapa sawit (2004)14. Seleksi Bibit

Seleksi dilaksanakan dengan tahapan umur bibit 6, 9, 12 bulan dan pada persiapan pengiriman bibit ke lapangan

Tata cara pelaksanaan seleksi bibit : Berikan tanda dengan cat warna putih di polybag setiap bibit afkir/abnormal Catat dan dibuat berita acara semua bibit afkir Bibit afkir dikeluarkan dari blok bibitan dan dimusnahkan, jumlah bibit afkir selama di

main nursery antara 10-15 % Jumlah tenaga kerja dibutuhkan 3.000 bbt/HK

15. Ciri bibit abnormal di Main Nursery

Page 159: Laporan Kelapa Sawit

Kerdil (runt/stunted) Bibit yang pertumbuhan vegetatifnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan bibit sehat seumurnya

Bibit erect Faktor genetis, daun tumbuh dengan sudut yang sangat sempit/tajam terhadap sumbu vertikal sehingga seperti tumbuh tegak.

Bibit yang layu dan lemah (limp) Penampilan pucat dan pertumbuhan daun muda cenderung lebih pendek dari yang seharusnya

Bibit flat top, Faktor genetik, daun yang baru tumbuh dengan ukuran yang makin pendek dari daun tua, sehigga tajuk bibit terlihat rata

Short internode, Jarak antara anak daun pada tulang pelepah (rakhis) terlihat dekat dan bentuk pelepah tampak pendek

Page 160: Laporan Kelapa Sawit

Wide internode, Jarak antara anak daun pada rakhis terlihat sangat lebar. Bibit terlihat sangat terbuka dan lebih tinggi dari normal

Anak daun yang sempit (narrow leaf) Bentuk helai daun tampak sempit dan tergulung sepanjang alur utamanya (lidi) sehingga bentuknya seperti jarum

Anak daun tidak pecah (juvenile) Helai anak daun tetap bersatu seluruhnya atau tidak pecah

Page 161: Laporan Kelapa Sawit

Daun berkerut (crinkle leaf) Daun terlihat berkerut. Gejala berat akibat factor genetic, gejala ringan disebabkan karena kekurangan air

Chimaera Sebagian atau seluruh daun secara seragam berubah menjadi pucat atau bergaris kuning terang yang sangat kontras dengan warna gelap dari jaringan yang normal

Crown Diseases Faktor genetik, pelepah bengkok dan mudah patah Blast Bibit berubah secara progresif ke arah coklat dan perlahan dimulai dari daun yang

tua bergerak ke daun yang lebih muda

Page 162: Laporan Kelapa Sawit

Terserang hama dan penyakit Terserang busuk pucuk dan hama/penyakit yang harus dipisahkan

16. Persiapan Pemindahan Bibit ke Lapangan

Pemutaran bibit (rotating) Bibit diputar pada tempatnya dua minggu sebelum dikirim ke lapangan. Setelah bibit diputar harus disiram air dengan cukup setiap hari sampai waktu pengiriman ke lapangan

Perlakuan Bibit untuk Persiapan Pengangkutan Menjelang persiapan tanam bibit dikumpulkan rapat, setiap kelompok terdiri 100-200 bibit. Bibit disusun satu lapis di atas truk dan disiram sebelum berangkat ke lapangan