63
LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. KHARIMA PARWITEX Disusun oleh: Tri Setianingsih NPM : 14 06 07689 PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA 2017

LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. KHARIMA PARWITEX · Contoh Beberapa Produk Serbet 15 Tabel 4.1. NE Benang untuk Mesin X 36 Tabel 4.2. NE Benang untuk Mesin Y 36 ... f. Menambah wawasan

  • Upload
    hadiep

  • View
    244

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. KHARIMA PARWITEX · Contoh Beberapa Produk Serbet 15 Tabel 4.1. NE Benang untuk Mesin X 36 Tabel 4.2. NE Benang untuk Mesin Y 36 ... f. Menambah wawasan

LAPORAN KERJA PRAKTEK

DI PT. KHARIMA PARWITEX

Disusun oleh:

Tri Setianingsih

NPM : 14 06 07689

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

2017

Page 2: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. KHARIMA PARWITEX · Contoh Beberapa Produk Serbet 15 Tabel 4.1. NE Benang untuk Mesin X 36 Tabel 4.2. NE Benang untuk Mesin Y 36 ... f. Menambah wawasan
Page 3: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. KHARIMA PARWITEX · Contoh Beberapa Produk Serbet 15 Tabel 4.1. NE Benang untuk Mesin X 36 Tabel 4.2. NE Benang untuk Mesin Y 36 ... f. Menambah wawasan
Page 4: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. KHARIMA PARWITEX · Contoh Beberapa Produk Serbet 15 Tabel 4.1. NE Benang untuk Mesin X 36 Tabel 4.2. NE Benang untuk Mesin Y 36 ... f. Menambah wawasan

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena atas anugerah

dan kasih karunia-Nya penulis dapat melaksanakan Kerja Praktek di PT.

Kharisma Parwitex serta dapat menyelesaikan penyusunan laporan Kerja

Praktek dengan baik. Kerja Praktek dilaksanakan dengan tujuan untuk

memperkenalkan mahasiswa akan dunia kerja sebelum mahasiswa

menyelesaikan perkuliahan pada program studi Teknik Industri. Kerja Praktek

kemudian dilanjutkan dengan menyusun laporan sebagai salah satu syarat untuk

mahasiswa dapat menyelesaikan studi di program studi Teknik Industri.

Penyusunan laporan Kerja Praktek ini dapat terselesaikan tidak lepas dari

bantuan berbagai pihak. Dengan itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima

kasih sedalam-dalamnya kepada :

1. Saudari Anika Yoga Pratiwi A.Md.Kom selaku admin pajak PT. Kharisma

Parwitex yang telah mendampingi dan membantu selama pelaksanaan Kerja

Praktek.

2. Bapak Dr. Parama Kartika Dewa, S.T.,M.T selaku dosen pembimbing Kerja

Praktek yang telah membimbing selama pelaksanaan dan penyusunan

Laporan Kerja Praktek.

3. Kedua orang tua dan kedua saudara saya yang telah mendukung, memberi

semangat serta doa.

4. Semua karyawan PT. Kharisma Parwitex yang telah membantu selama

pelaksanaan Kerja Praktek.

5. Stefan dan sahabat-sahabat saya yang telah memberi semangat dan doa.

Penulis mengharapkan laporan ini dapat berguna bagi penulis dan semua pihak

yang terkait.

Yogyakarta, 15 November 2017

Penyusun

Tri Setianingsih

Page 5: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. KHARIMA PARWITEX · Contoh Beberapa Produk Serbet 15 Tabel 4.1. NE Benang untuk Mesin X 36 Tabel 4.2. NE Benang untuk Mesin Y 36 ... f. Menambah wawasan

v

DAFTAR ISI

Halaman Judul i

Halaman Pengesahan ii

Surat Keterangan Perusahaan iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi v

Daftar Tabel vii

Daftar Gambar viii

1 Pendahuluan 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Tujuan 1

1.3. Tempat dan Waktu Pelaksaan Kerja Praktek 2

2 Tinjauan Umum Perusahaan 3

2.1. Sejarah Singkat Perusahaan 3

2.2. Struktur Organisasi 4

2.3. Manajemen Perusahaan 6

2.3.1. Visi 6

2.3.2. Pemasaran 6

2.3.3. Ketenagakerjaan 7

2.3.4. Denah Lokasi dan Fasilitas 8

3 Tinjauan Sistem Perusahaan 12

3.1. Proses Bisnis Perusahaan 12

3.2. Produk yang Dihasilkan 13

3.3. Proses Produksi 16

3.4. Fasilitas Produksi 30

4 Tinjauan Pekerjaan Mahasiswa 25

4.1. Tinjauan Pekerjaan Mahasiswa di Perusahaan 32

4.1.1. Lingkup Pekerjaan 32

Page 6: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. KHARIMA PARWITEX · Contoh Beberapa Produk Serbet 15 Tabel 4.1. NE Benang untuk Mesin X 36 Tabel 4.2. NE Benang untuk Mesin Y 36 ... f. Menambah wawasan

vi

4.1.2. Tanggung Jawab dan Wewenang dalam Pekerjaan 34

4.1.3. Metodoli Pelaksanaan Pekerjaan 35

4.1.4. Hasil Pekerjaan 36

4.2. Tinjauan Khusus Mahasiswa 42

4.2.1. Lingkup Pekerjaan 42

4.2.2. Tanggung Jawab dan Wewenang dalam Pekerjaan 44

4.2.3. Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan 44

4.2.4. Hasil Pekerjaan 46

5 Kesimpulan 53

Daftar Pustaka 55

Lampiran

Page 7: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. KHARIMA PARWITEX · Contoh Beberapa Produk Serbet 15 Tabel 4.1. NE Benang untuk Mesin X 36 Tabel 4.2. NE Benang untuk Mesin Y 36 ... f. Menambah wawasan

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Contoh Beberapa Nama Produk Selimut 14

Tabel 3.2. Contoh Beberapa Produk Serbet 15

Tabel 4.1. NE Benang untuk Mesin X 36

Tabel 4.2. NE Benang untuk Mesin Y 36

Tabel 4.3. RPM Mesin Twist 36

Tabel 4.4. Data TPI 37

Tabel 4.5. Severity Ranting 43

Tabel 4.6. Occurrence Rating 43

Tabel 4.7. Detection Rating 43

Tabel 4.8. Failure Mode and Effect Analysis Warehouse Benang 48

Tabel 4.9. Failure Mode and Effect Analysis Warehouse Barang Jadi 50

Tabel 4.10. Failure Mode and Effect Analysis Warehouse Spare Part 52

Page 8: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. KHARIMA PARWITEX · Contoh Beberapa Produk Serbet 15 Tabel 4.1. NE Benang untuk Mesin X 36 Tabel 4.2. NE Benang untuk Mesin Y 36 ... f. Menambah wawasan

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT. Kharisma Parwitex 4

Gambar 2.2. Denah Perusahaan 8

Gambar 2.3. Tempat Ibadah 9

Gambar 2.4. Instalansi Pengolahan Limbah PT. Kharisma Parwitex 10

Gambar 3.1. Proses Bisnis PT. Kharisma Parwitex 12

Gambar 3.2. Selimut Lurik 14

Gambar 3.3. Selimut Rumah Sakit 15

Gambar 3.4. Serbet TP01 16

Gambar 3.5. Serbet 16

Gambar 3.6. Persiapan Benang Pertama 17

Gambar 3.7. Proses Twist Benang 17

Gambar 3.8. Penyusunan Benang Sesuai Desain 18

Gambar 3.9. Pencucukan Benang ke Beam 18

Gambar 3.10. Benang Selesai Dicucuk 18

Gambar 3.11. Proses Tenun 19

Gambar 3.12. Proses Inspection dan Perbaikan 19

Gambar 3.13. Proses Garuk 20

Gambar 3.14. Proses Pemotongan 20

Gambar 3.15. Proses Penjahitan 21

Gambar 3.16. Peta Proses Operasi Selimut 1 23

Gambar 3.17. Peta Proses Operasi Selimut 2 25

Gambar 3.18. Peta Proses Operasi Serbet 1 27

Gambar 3.19. Peta Proses Operasi Serbet 2 29

Gambar 3.20. Material Handling Manual Hand Truck 30

Gambar 3.21. Hand Strack Forklift 31

Gambar 3.21. Layout Mesin Tenun 31

Gambar 4.1. Diagram Alir Pelaksanaan Pekerjaan Tinjauan Umum 35

Gambar 4.2. Diagram Alir Pelaksanaan Pekerjaan Tinjauan Khusus 45

Page 9: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. KHARIMA PARWITEX · Contoh Beberapa Produk Serbet 15 Tabel 4.1. NE Benang untuk Mesin X 36 Tabel 4.2. NE Benang untuk Mesin Y 36 ... f. Menambah wawasan

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Atma Jaya

Yogyakarta (PSTI UAJY) mewajibkan semua mahasiswanya untuk melaksanakan

kerja praktek sesuai dengan Kurikulum di PSTI UAJY. PSTI UAJY memandang

kerja praktek sebagai wahana atau sarana bagi mahasiswa untuk mengenali

suasana di industri serta menumbuhkan, meningkatkan, dan mengembangkan

etos kerja profesional sebagai calon sarjana Teknik Industri.

Kerja praktek dapat dikatakan sebagai ajang simulasi profesi mahasiswa teknik

industri. Paradigma yang harus ditanamkan adalah bahwa selama kerja praktek

mahasiswa bekerja di perusahaan yang dipilihnya. Bekerja, dalam hal ini

mencakup kegiatan perencanaan, perancangan, perbaikan, penerapan dan

pemecahanan masalah. Karenanya dalam kerja praktek kegiatan yang dilakukan

oleh mahasiswa adalah:

a. Mengenali ruang lingkup perusahaan

b. Mengikuti proses kerja di perusahaan secara kontinu

c. Melakukan dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh atasan, supervisor

atau pembimbing lapangan

d. Mengamati perilaku sistem

e. Menyusun laporan dalam bentuk tertulis

1.2.Tujuan

Hal-hal yang ingin dicapai melalui pelaksanaan Kerja Praktek ini adalah:

a. Melatih kedisiplinan.

b. Melatih kemampuan berinteraksi dengan bawahan, rekan kerja, dan atasan

dalam perusahaan.

c. Melatih kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan kerja.

d. Melihat secara langsung aktivitas perusahaan dalam berproduksi dan

menjalankan bisnisnya.

e. Melengkapi teori yang diperoleh di perkuliahan dengan keadaan sebenarnya

yang ada di pabrik.

f. Menambah wawasan mengenai sistem produksi dan sistem bisnis.

Page 10: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. KHARIMA PARWITEX · Contoh Beberapa Produk Serbet 15 Tabel 4.1. NE Benang untuk Mesin X 36 Tabel 4.2. NE Benang untuk Mesin Y 36 ... f. Menambah wawasan

2

1.3. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek

Kerja Praktek dilaksanakan terhitung mulai tanggal 19 Juni 2017 sampai dengan

1 Agustus 2017 di PT. Kharisma Parwitex, Dukuh Benowo, Desa Ngringo,

Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Indonesia.

Pelaksanaan Kerja Praktek akan dilanjutkan dengan penyusunan laporan Kerja

Praktek dan penilaian serta ujian Kerja Praktek.

Dalam hal ini, penulis diberi kesempatan untuk mengetahui pekerjaan diseluruh

departemen yang ada. Dimana penulis akan berpindah dari satu departemen ke

departemen yang lain sesuai waktu yang telah ditentukan dari perusahaan. Hal ini

dimaksudkan agar mahasiswa mampu mengetahui tugas dan pekerjaan yang

dilakukan pada setiap departemen yang ada pada PT. Kharisma Parwitex. Selain

itu, membantu mahasiswa untuk dapat menyelesaikan tugas yang telah diberikan

oleh dosen pembimbing.

Page 11: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. KHARIMA PARWITEX · Contoh Beberapa Produk Serbet 15 Tabel 4.1. NE Benang untuk Mesin X 36 Tabel 4.2. NE Benang untuk Mesin Y 36 ... f. Menambah wawasan

3

BAB 2

TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Kharisma Parwitex berdiri pada tahun 1974 yang dipimpin oleh Bapak Sheng

Tjie (Bayu). Lokasi pertama PT. Kharisma Parwitex berada di Pedan-Klaten.

Produk yang pertama kali diproduksi adalah sarung, dibuat menggunakan Alat

Tenun Bukan Mesin (ATBM) yang berjumlah 15 buah. Pada tahun 1980, mesin

produksi diganti dengan Alat Tenun Mesin (ATM) sebanyak 110 buah. Mesin-

mesin tersebut merupakan buatan Taiwan, Jepang dan Indonesia. Produk yang

dihasilkan juga semakin berkembang sehingga tidak hanya sarung tetapi juga

selimut dan serbet.

Pada tahun 1987, PT. Kharisma Parwitex berpindah lokasi ke Benowo, Palur,

Karanganyar yang merupakan lokasi perusahaan hingga saat ini. Luas lokasi yang

baru sebesar 6300 m2. Perusahaan memperluas lokasi sehingga luas lokasi saat

ini sebesar 7300 m2. Mesin yang digunakan saat ini berjumlah 44 buah. PT.

Kharisma Parwitex sejak tahun 2008 dipimpin oleh ibu Silviana, SE, Ak yang

merupakan anak dari Bapak Sheng Tjie. Produk yang dihasilkan semakin beragam

dengan berbagai jenis selimut dan serbet dan perusahaan terus semakin

berkembang hingga saat ini.

Page 12: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. KHARIMA PARWITEX · Contoh Beberapa Produk Serbet 15 Tabel 4.1. NE Benang untuk Mesin X 36 Tabel 4.2. NE Benang untuk Mesin Y 36 ... f. Menambah wawasan

4

2.2. Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan susunan serta hubungan antar bagian-bagian,

komponen dan posisi yang ada dalam suatu perusahaan (Stoner, 1992). Struktur

organisasi ini mencakup berbagai aspek penting antara lain pembagian kerja,

departementalisasi, bagan organisasi formal, rantai dan kesatuan perintah, tingkat

hierarki manajemen, saluran komunikasi, penggunaan komite, rentang

manajemen dan kelompok informal yang tak terhindari. Adapun struktur organisasi

PT. Kharisma Parwitex adalah sebagai berikut.

Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT. Kharisma Parwitex

Tugas dan wewenang dari setiap bagian dari struktur organisasi PT. Kharisma

Parwitex sebagai berikut:

a. Direktur

Direktur merupakan pemilik dari perusahaan yang memiliki tugas dan

wewenangan seperti:

1. Mengatur dan mengendalikan aktivitas-aktivitas yang ada di perusahaan

2. Membuat keputusan dan menetapkan peraturan perusahaan

3. Memimpin rapat umum yang dilaksanakan

4. Mengelola pendapatan dan kekayaan perusahaan

Page 13: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. KHARIMA PARWITEX · Contoh Beberapa Produk Serbet 15 Tabel 4.1. NE Benang untuk Mesin X 36 Tabel 4.2. NE Benang untuk Mesin Y 36 ... f. Menambah wawasan

5

b. Manager Produksi

Manager produksi memiliki tugas dan wewenang sebgai berikut:

1. Membuat planning produksi

2. Berintegrasi dengan departemen lain yang berkaitan dengan produksi

3. Melakukan inovasi dalam proses pembuatan produk

4. Memberikan sanksi terhadap karyawan yang melakukan kesalahan

5. Menilai dan memberi saran terhadap kinerja karyawan

c. Manager Keuangan

Tugas dan wewenang dari manager keuangan adalah:

1. Melakukan perencanaan, pengaturan dan pengawasan terhadap arus kas,

anggaran dan analisis keuangan perusahaan

2. Menggambil keputusan berkaitan dengan investasi, pembelanjaan dan dividen

d. Manager Pemasaran

Manager pemasaran memiliki tugas dan wewenang seperti:

1. Merencanakan strategi pemasaran

2. Bertanggung jawab terhadap hasil pemasaran

3. Memperluas jaringan pasar

4. Membuat laporan pemasaran kepada direktur

5. Membina, mengatur dan mengawasi salesman

e. Manager Personalia

Tugas dan wewenang manager personalia adalah sebagai berikut:

1. Menjadi penghubung antara bagian manajemen dan karyawan

2. Merekrut dan memilih karyawan baru

3. Memberikan pelatihan kerja kepada karyawan baru

4. Memberikan penjelasan terkait peraturan perusahaan, pengupahan, tugas

karyawan baru

f. Supervisior

Tugas dan wewenang supervisior adalah:

1. Menyampaikan kebijakan dari manager ke karyawan

2. Mengawasi dan mengevaluasi kinerja karyawan produksi

3. Memberi training kepada karyawan

4. Mengatur kerja karyawan dalam grup

5. Mendisiplinkan karyawan

Page 14: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. KHARIMA PARWITEX · Contoh Beberapa Produk Serbet 15 Tabel 4.1. NE Benang untuk Mesin X 36 Tabel 4.2. NE Benang untuk Mesin Y 36 ... f. Menambah wawasan

6

g. Salesman

Salesman memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut:

1. Menawarkan produk kepada konsumen

2. Membuat dan memberikan laporan hasil penjualan

h. Pekerja Produksi

Tugas dan wewenang pekerja produksi adalah:

1. Mengoperasikan mesin atau alat yang digunakan

2. Mengerjakan proses produksi

2.3. Manajemen Perusahaan

Manajemen perusahaan merupakan sekumpulan aktivitas pada perusahaan

seperti perencanaan dan pengambilan keputusan, pengaturan, kepemimpinan

dan pengawasan yang mengarah pada sumber daya perusahaan baik manusia,

uang, barang secara fisik serta informasi untuk mencapai tujuan perusahaan

secara efektif dan efisien.

2.3.1. Visi

Visi merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan di masa yang akan

datang. Sehingga visi dapat menyatakan perusahaan akan dibawa menjadi seperti

apakah dikemudian hari. Visi dari PT. Kharisma Parwitex adalah best quality,

quantity and price. Diharapkan visi ini akan membawa PT. Kharisma Parwitex

menjadi perusahaan yang dipercaya oleh konsumen karena mampu memberikan

kualitas yang baik, dengan kuantitas dan harga yang tepat.

2.3.2. Pemasaran

Pemasaran produk yang tepat akan membawa perusahaan berkembang dan

mampu menjual produknya dengan sangat baik. PT. Kharisma Parwitex

melakukan pemasaran secara online melalui web serta market place lain seperti

Indotrading. Memanfaatkan pemasaran secara online membuat produk tidak

hanya dikenal dalam negeri namun juga dikenal hingga luar negeri. Selain

melakukan pemasaran secara online, PT. Kharisma Parwitex memiliki beberapa

karyawan yang bekerja sebagai salesman. Setiap hari salesman akan berkeliling

pada wilayah yang telah ditentukan dengan membawa contoh produk untuk

ditawarkan kepada konsumen.

Page 15: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. KHARIMA PARWITEX · Contoh Beberapa Produk Serbet 15 Tabel 4.1. NE Benang untuk Mesin X 36 Tabel 4.2. NE Benang untuk Mesin Y 36 ... f. Menambah wawasan

7

Perusahaan ini telah banyak melayani permintaan antara lain dari instansi-instansi

pemerintah, swasta, hotel, restoran baik dari pasar domestik maupun

internasional. Produk yang dihasilkan juga berkualitas baik dengan harga yang

kompetitif serta layanan pengiriman yang tepat waktu. Perusahaan juga menerima

pesanan sesuai dengan kebutuhan konsumen.

2.3.3. Ketenagakerjaan

Jumlah tenaga kerja pada PT. Kharisma Parwitex berjumlah 202 pekerja yang

terdiri dari 185 pekerja bagian produksi dan 17 pekerja staff. Jam kerja staff mulai

pukul 08.00 hingga pukul 16.30 pada hari Senin hingga Jumat dan mulai pukul

08.00 hingga pukul 13.00 pada hari Sabtu. Untuk jam kerja pekerja bagian

produksi terbagi menjadi tiga shift yaitu shift pertama mulai pukul 07.00 hingga

15.00, shift kedua mulai pukul 15.00 hingga 23.00 dan shift ketiga mulai pukul

23.00 hingga 07.00. Pekerja produksi bekerja dari hari Senin hingga Minggu.

PT. Kharisma Parwitex memberikan para pekerja gaji tetap dengan standar UMR

kota Solo. Selain itu, perusahaan memfasilitasi pekerja dengan mengikut sertakan

pada Jamsostek dan BPJS. Hal ini dilakukan perusahaan sebagai bentuk

tanggung jawab dalam menjamin keselamatan dan kesehatan kerja.

Page 16: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. KHARIMA PARWITEX · Contoh Beberapa Produk Serbet 15 Tabel 4.1. NE Benang untuk Mesin X 36 Tabel 4.2. NE Benang untuk Mesin Y 36 ... f. Menambah wawasan

8

2.3.4. Denah Lokasi dan Fasilitas

Gambar 2.2. Denah Perusahaan

Berdasarkan denah perusahaan pada gambar 2.2, terdapat fasilitas-fasilitas yang

ada untuk menunjang aktivitas para pekerjanya seperti:

a. Asrama

PT. Kharisma Parwitex menyediakan asrama bagi para pekerja baik pekerja

perempuan maupun laki-laki. Asrama laki-laki terletak di dalam perusahaan seperti

yang tampak pada gambar 2.2 sedangkan asrama putri berada di samping

perusahaan. Fasilitas ini diberikan kepada pekerja yang berasal dari luar kota

Solo.

b. Tempat Ibadah

Perusahaan menyediakan tempat ibadah bagi pekerja agar pekerja tetap dapat

melaksanakan ibadah. Tempat ibadah yang tersedia masih berukuran kecil namun

dapat digunakan secara bergantian oleh pekerja.

1. Pos Satpam

2. Tempat Parkir Motor

3. Tempat Parkir Motor dan Taman

4. Tempat Parkir Motor

5. Kantor (2 Lantai)

6. Kamar Mandi

7. Ruang Twist dan Bordir

8. Gudang Barang Jadi

9. Gudang Kain dan Ruang Jahit

10. Ruang Garuk dan Asrama

Putra (lantai 2)

11. Tempat Parkir Motor

12. Bengkel

13. Ruang Garuk

14. Gudang Benang

15. Bak Kapuk

16. Gudang Spare Part

17. Gudang Spare Part

18. Ruang Produksi

19. Ruang Persiapan

20. Ruang Hank & Ruang Meeting

(Lantai 2)

21. Ruang Laborat & Kantor

(Lantai 2)

22. Kantor (Lantai 2)

23. Ruang Boiler

24. Bak Air

25. Tanki Solar

26. Ex Ruang Hank

27. Bak Lumpur Hasil Endapan

Limbah

28. Kolam Penetralan Limbah

29. Kolam Enceng Gondok

Penetralan Limbah

30. Kolam Ikan Hasil Akhir

Penetralan Limbah

Page 17: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. KHARIMA PARWITEX · Contoh Beberapa Produk Serbet 15 Tabel 4.1. NE Benang untuk Mesin X 36 Tabel 4.2. NE Benang untuk Mesin Y 36 ... f. Menambah wawasan

9

Gambar 2.3. Tempat Ibadah

c. Kamar Mandi

Pt. Kharisma Parwitex menyediakan kamar mandi yang tersebar dibeberapa lokasi

seperti pada kantor depan, kantor belakang, ruang jahit.

d. Area Parkir

Terdapat 2 area parkir sepeda motor yang disediakan oleh perusahaan. Area

parkir ini mampu menampung kendaraan para pekerja pada setiap shift.

e. Pengolahan Limbah Pabrik

Untuk tetap menjaga kelestarian alam sekitar, PT. Kharisma Parwitex

menyediakan pengelolaan limbah pabrik. Limbah pabrik yang lebih banyak berupa

zat kimia ini diolah sedemikian rupa sehingga menjadi air yang memiliki keamaan

untuk dibuang ke sungai. Sehingga aman untuk makhluk hidup seperti ikan,

tanaman air dan nantinya bagi aktivitas manusia pula.

Page 18: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. KHARIMA PARWITEX · Contoh Beberapa Produk Serbet 15 Tabel 4.1. NE Benang untuk Mesin X 36 Tabel 4.2. NE Benang untuk Mesin Y 36 ... f. Menambah wawasan

10

Keterangan Gambar:

1. Equalisasi 6. Bak Biologi / Aerasi

2. Filtrasi 7. Sedimentasi Kedua / Clarifier

3. Koagulasi 8. Kontrol

4a. Flokulasi 9. Kolam Ikan

4b. PH Treatment 10. Sludge Storage / Lumpur

5. Sedimentasi Pertama 11. Sand Bed

Gambar 2.4. Instalansi Pengolahan Limbah PT. Kharisma Parwitex

Proses pengolahan pada instalansi pengolahan limbah PT. Kharisma Parwitex

terdiri dari:

1. Pengolahan Fisik

Pengolahan yang dimaksudkan adalah limbah masuk ke dalam bak equalisasi

kemudian dilakukan pencampuran secara fisik melalui desain bak serta pipa. Hasil

pengolahan ini adalah menjadikan air limbah menjadi homogen.

2. Pengolahan Kimia

Pengolahan kimia terbagi menjadi beberapa tahap seperti:

i. Air limbah akan masuk ke dalam bak equalisasi kemudian masuk ke bak filtrasi

untuk disaring kandungan kotoran yang ada pada air limbah seperti kapas.

ii. Setelah masuk bak filtrasi maka selanjutnya air limbah masuk e bak koagulasi.

Pada bak koagulasi ini air limbah diolah dengan menggunakan chemical Ferro

Sulfat dan kapur dengan dosis yang tepat sehingga diperoleh koagulasi larutan

yang sesuai keinginan.

iii. Dari hasil koagulasi akan masuk ke bak flokulasi dengan ditambahkan chemical

polimer (PE) dan dicampur sehingga terbentuk flok dengan sempurna.

iv. Hasil dari bak flokulasi kemudian dilakukan penurunan PH dengan melakukan

PH treatment. Setelah itu secara mekanis akan masuk ke bak sedimentasi

sehingga terjadi pemisahan antara flok dengan air jernih.

v. Air jernih yang dihasilkan pada bak sedimentasi pertama akan masuk ke bak

tamping biologi.

1

2

1

3 4a

4b

5

3

6 7

8 9

10

11

Page 19: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. KHARIMA PARWITEX · Contoh Beberapa Produk Serbet 15 Tabel 4.1. NE Benang untuk Mesin X 36 Tabel 4.2. NE Benang untuk Mesin Y 36 ... f. Menambah wawasan

11

vi. Dari bak biologi, air akan mengalir ke clarifier sehingga zat padat tersuspensi

dapat turun dan mampu memperoleh air jernih yang memenuhi baku mutu air

limbah yang akan dibuang ke sungai melalui bak control.

vii. Sludge / lumpur dari bak sedimentasi dan clarifier ditampung pada sludge

storage. Kemudian akan dilakukan pengeringan pada bak sand bed.

Page 20: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. KHARIMA PARWITEX · Contoh Beberapa Produk Serbet 15 Tabel 4.1. NE Benang untuk Mesin X 36 Tabel 4.2. NE Benang untuk Mesin Y 36 ... f. Menambah wawasan

12

BAB 3

TINJAUAN SISTEM PERUSAHAAN

3.1. Proses Bisnis Perusahaan

Proses bisnis didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam

suatu organisasi untuk mencapai tujuan bisnis. Implementasi business process ini

membantu mengurangi gap yang terjadi antara area bisnis dan teknologi informasi

dengan mempermudah komunikasi dan memahami kebutuhan bisnis.

Direktur Marketing Warehouse Produksi Accounting

Menerima order

Cek order yang melalui

email

Admin

Ada Order?

Konfirmasi order

Melakukan koordinasi

pembuatan SPK

Memeriksa dan mengurus PO

dari email

Membuat SPK

Cek data order

Membuat surat pengeluaran

Melakukan pengiriman

Membuat invoice

payment

Mengirim invoice

payment

Menerima SPK

Membuat perencanaan

produksi

Melakukan produksi

Packing hasil produksi

Menyimpan hasil produksi

Ya

Tidak

Menerima payment

Membuat laporan

keuangan

Menyerahkan laporan

keuangan

Menerima laporan

keuangan

Cek ketersediaan bahan baku

Ada order

Menanyakan ketersediaan bahan baku

Input Data Order

Cek produk

Ada produk

Menulis order pada buku

Melakukan pengecekan

bon

Ada hutang

Menunda Pengiriman

Ada bahan baku

Melakukan pembelian bahan baku

Menerima bahan baku

Mengeluarkan bahan baku

Koordinasi Pengiriman

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Ya

Ya

Ya

Ya

START

END

Gambar 3.1. Proses Bisnis PT. Kharisma Parwitex

Pada PT. Kharisma Parwitex proses bisnis dimulai dari penerimaan order baik

yang diterima oleh direktur secara langsung maupun dari bagian marketing melalui

email. Ketika ada order bagian marketing dan direktur akan melakukan konfirmasi

adanya order tersebut. Kemudian marketing akan melakukan penginputan data

order pada sistem. Bagian warehouse akan melakukan pengecekan data order,

jika diperoleh adanya order maka warehouse akan menulis order ulang pada buku

kemudian melakukan pengecekan ketersediaan produk. Jika tidak ada akan

melakukan pengecekan lagi. Ketika produk tersedia maka warehouse akan

berkoordinasi dengan bagian accounting apakah dapat melakukan pengiriman

Page 21: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. KHARIMA PARWITEX · Contoh Beberapa Produk Serbet 15 Tabel 4.1. NE Benang untuk Mesin X 36 Tabel 4.2. NE Benang untuk Mesin Y 36 ... f. Menambah wawasan

13

atau tidak. Bagian accounting akan memeriksa bon apakah ada hutang atau tidak.

Jika tidak terdapat hutang maka warehouse dapat mengeluarkan surat

pengeluaran dan melakukan pengiriman. Jika terdapat hutang maka pengiriman

akan ditunda hingga konsumen melunasi hutang. Pada bagian accounting akan

membuat invoice payment kemudian mengirimkannya kepada konsumen. Setelah

konsumen membayar maka accounting menerima payment atau pembayaran.

Accounting kemudian membuat laporan keuangan dan setelah selesai akan

memberikannya kepada direktur.

Ketika dalam pengecekan produk warehouse menemukan bahwa produk habis

maka akan berkoordinasi dengan administrasi untuk menyusun surat perintah

kerja (SPK) yang akan diserahkan kepada bagian produksi. Bagian produksi mulai

menyusun perencanaan produksi dan melakukan konfirmasi ketersediaan bahan

baku ke bagian warehouse. Bagian warehouse akan melakukan pengecekan

ketersediaan bahan baku. Jika tidak terdapat bahan baku maka warehouse akan

melakukan pembelian bahan baku, jika terdapat bahan baku maka akan

mengeluarkan bahan baku untuk produksi. Bagian produksi kemudian akan

melakukan produksi. Setelah produk selesai diproduksi maka akan dipackaging

kemudian dikirim ke bagian warehouse untuk disimpan.

3.2. Produk yang Dihasilkan

Produk merupakan suatu barang atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan.

Produk PT. Kharisma Parwitex merupakan berbagai macam selimut dan serbet.

Produk-produk di bagi menjadi dua kategori yaitu produk yang diproduksi secara

terus menerus dan produk khusus yang diproduksi sesuai dengan permintaan

konsumen. Produk yang diproduksi secara terus menerus ini merupakan produk

yang diproduksi dengan standar dari perusahaan sendiri. Produksi yang terus

menerus dilakukan untuk menjaga stock agar tidak kehabisan ketika ada order.

Untuk produk khusus merupakan produk yang diproduksi sesuai standar pemesan

misalnya penggunaan jenis benang, warna dan ukuran. Adapun produk-produk

yang dihasilkan PT. Kharisma Parwitex adalah sebagai berikut:

a. Selimut

Produk selimut yang dihasilkan PT. Kharisma Parwitex memiliki berbagai macam

jenis yang dibedakan dari bahan, desain dan ukuran.

Page 22: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. KHARIMA PARWITEX · Contoh Beberapa Produk Serbet 15 Tabel 4.1. NE Benang untuk Mesin X 36 Tabel 4.2. NE Benang untuk Mesin Y 36 ... f. Menambah wawasan

14

Tabel 3.1. Contoh Beberapa Nama Produk Selimut

No NAMA PRODUK

1 AA8 ACL/P ACLI

2 AA8 BULAT HIJAU

3 AA8 BULAT HITAM

4 DAUN KUNING

5 DAUN KUNING HIJAU

6 DAUN KUNING MERAH

7 DAUN KUNING NH/RS

8 AA8 BULAT MERAH

9 DAUN MAS BIASA ( DM-2 )

10 DAUN MAS BRRS ( 120 CM X 200 CM )

11 DAUN MAS HIJAU ( DM-2A )

12 DAUN MAS HT ( BOLA MAS )

13 DAUN MAS MERAH ( DM-2B )

14 DAUN MAS RS ( DM-2 RS )

15 DAUN UNGU

16 DAUN UNGU HJ

17 DAUN UNGU MERAH

18 DAUN UNGU RS

19 AA8 BULAT RB

20 DK KEMSOS

Tabel diatas merupakan beberapa jenis produk selimut yang dihasilkan oleh PT.

Kharisma Parwitex. Selimut yang banyak diproduksi adalah selimut lurik.

Pemesanaan selimut lurik biasanya untuk bantuan sosial atau rumah sakit.

Gambar 3.2 meruapakan contoh selimut lurik yang dipesan untuk bantuan sosial.

Gambar 3.2. Selimut Lurik

Selain itu terdapat selimut rumah sakit yang dibuat khusus untuk rumah sakit

dengan memberi nama sesuai rumah sakit yang memesan. Tidak hanya rumah

Page 23: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. KHARIMA PARWITEX · Contoh Beberapa Produk Serbet 15 Tabel 4.1. NE Benang untuk Mesin X 36 Tabel 4.2. NE Benang untuk Mesin Y 36 ... f. Menambah wawasan

15

sakit yang ada di kota Solo namun juga banyak dari berbagai daerah yang

memesan selimut rumah sakit ini pada PT. Kharisma Parwitex.

Gambar 3.3. Selimut Rumah Sakit

b. Serbet

Serbet yang dihasilkan PT. Kharisma Parwitex terdiri dari banyak jenis yang

dibedakan berdasarkan ukuran, bahan, kualitas dan desain.

Tabel 3.2. Contoh Beberapa Produk Serbet

No NAMA PRODUK

1 DAMAS MERAH TOMAT

2 DAMAS MR MARUN 55 X 55

3 DAMAS MRH CABE

4 DAMAS MRH MARUN

5 DAMAS MRH MARUN TUA

6 DAMAS ORANGE 55 X 55

7 DAMAS ORANGE KAKU

8 DAMAS ORANGE LEMES

9 DAMAS PUTIH 55 X 55

10 DAMAS PUTIH 90 CM X 90 CM

11 DAMAS PUTIH KAKU

12 DAMAS PUTIH KEMILAU

13 DAMAS PUTIH LEMES

14 DAMAS SALEM

15 DAMAS TNI

16 DAMAS UNGU

17 FLANEL P 30 X 30

18 FLANEL P 40 X 40

19 FLANEL P 50 X 50

20 FLANNEL FANTA 30 X 30

Dari sekian banyak jenis serbet, jenis TP 01 merupakan serbet yang banyak

diproduksi. Desain serbet seperti itu tidak hanya satu namun banyak dengan

Page 24: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. KHARIMA PARWITEX · Contoh Beberapa Produk Serbet 15 Tabel 4.1. NE Benang untuk Mesin X 36 Tabel 4.2. NE Benang untuk Mesin Y 36 ... f. Menambah wawasan

16

kualitas yang berbeda. Kualitas dari desain tersebut dapat diketahui dari kode

nama seperti TP 01, serbet TP 01 merupakan serbet berkualitas kurang baik untuk

desain seperti pada gambar 3.4.

Gambar 3.4. Serbet TP 01

Serbet pada gambar 3.5 dibawah ini merupakan salah satu jenis serbet lainnya

yang didesain dengan kualitas baik. Target pemasaran untuk serbet ini adalah

kalangan menengah yang senang membeli serbet-serbet cantik.

Gambar 3.5. Serbet

3.3. Proses Produksi

Proses produksi merupakan serangkaian kegiatan atau operasi yang mengubah

bahan baku menjadi produk setengah jadi atau produk jadi. Untuk menghasilkan

sebuah produk selimut atau serbet, PT.Khrisma Parwitex memerlukan serangkain

proses yang harus dilalui. Pada bagian produksi ini dibagi menjadi beberapa

departemen, seperti:

a. Persiapan

Pada bagian persiapan ini kegiatan yang dilakukan adalah mempersiapkan

desain serta benang yang akan digunakan. Benang mentah digulung dengan

jumlah putaran yang telah ditentukan seperti pada gambar 3.6.

Page 25: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. KHARIMA PARWITEX · Contoh Beberapa Produk Serbet 15 Tabel 4.1. NE Benang untuk Mesin X 36 Tabel 4.2. NE Benang untuk Mesin Y 36 ... f. Menambah wawasan

17

Gambar 3.6. Persiapan Benang Pertama

Kemudian benang ditwist menggunakan mesin twist. Pada bagian twist,

bertujuan untuk mendouble benang yang semula hanya terdiri dari satu helai

menjadi dua helai. Setelah bahan baku benang siap maka akan dibawa ke

bagian tenun

Gambar 3.7. Proses Twist Benang

b. Tenun

Pada bagian tenun ini, benang disusun sesuai desain dengan bantuan alat

seperti pada gambar 3.8.dan dicucukan ke beam sesuai dengan desain

produk. Lalu benang mulai ditenun dengan menggunakan mesin Rapier.

Setelah selesai ditenun, kemudian difolding atau dilipat dan dibawa ke bagian

inspecting.

Page 26: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. KHARIMA PARWITEX · Contoh Beberapa Produk Serbet 15 Tabel 4.1. NE Benang untuk Mesin X 36 Tabel 4.2. NE Benang untuk Mesin Y 36 ... f. Menambah wawasan

18

Gambar 3.8. Penyusunan Benang Sesuai Desain

Lalu benang akan dicucukan oleh pekerja ke beam sebagai persiapan untuk

dilakukan penenunan. Proses ini biasanya dilakukan dua orang per beam dan

dibutuhkan waktu yang cukup lama karena jumlah benang yang cukup banyak

untuk setiap produknya.

Gambar 3.9. Pencucukan Benang ke Beam

Gambar 3.10. Benang Selesai Dicucuk

Setelah benang selesai dicucuk maka proses berikutnya adalah penenunan.

Penenunan menggunakan mesin Rapier seperti pada gambar 3.11 dibawah

ini.

Page 27: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. KHARIMA PARWITEX · Contoh Beberapa Produk Serbet 15 Tabel 4.1. NE Benang untuk Mesin X 36 Tabel 4.2. NE Benang untuk Mesin Y 36 ... f. Menambah wawasan

19

Gambar 3.11. Proses Tenun

c. Inspecting

Pada bagian inspecting, produk diinspeksi satu per satu secara manual.

Inspeksi ini untuk memotong benang sisa dipinggir serta melihat hasil tenun

apakah ada benang yang kurang atau tidak. Jika terdapat benang kurang

maka pekerja akan menambahkan benang secara manual.

Gambar 3.12. Proses Inspection dan Perbaikan

d. Finishing Garuk dan Celup

Setelah diinpeksi, terdapat beberapa jenis yang akan melalui proses finishing

garuk. Proses tersebut adalah menggaruk selimut atau serbet dengan

menggunakan mesin garuk yang bertujuan untuk membuat selimut atau

serbet menjadi lebih halus dan menghilangkan kotoran-kotoran yang ada.

Page 28: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. KHARIMA PARWITEX · Contoh Beberapa Produk Serbet 15 Tabel 4.1. NE Benang untuk Mesin X 36 Tabel 4.2. NE Benang untuk Mesin Y 36 ... f. Menambah wawasan

20

Gambar 3.13. Proses Garuk

Selain itu ada beberapa jenis produk yang harus melalui pencelupan, dimana

pencelupan ini untuk memberi warna pada produk. Pada bagian ini juga

terdapat proses pemerasan dengan menggunakan alat, disamping itu juga

memberi cairan agar daya serap serbet atau selimut baik.

e. Jahit

Setelah melalui serangkaian proses diatas maka produk dibawa ke bagian

jahit. Disini produk akan dipotong menjadi per bagian sesuai dengan garis

potong yang ada.

Gambar 3.14. Proses Pemotongan

Setelah dipotong-potong maka produk akan dijahit satu per satu sesuai

ketentuan yang dibutuhkan. Kemudian produk akan dipack sesuai jenis dan

jumlah tertentu yang telah ditetapkan.

Page 29: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. KHARIMA PARWITEX · Contoh Beberapa Produk Serbet 15 Tabel 4.1. NE Benang untuk Mesin X 36 Tabel 4.2. NE Benang untuk Mesin Y 36 ... f. Menambah wawasan

21

Gambar 3.15. Proses Penjahitan

Terdaapat beberapa perbedaan dalam melakukan proses produksi baik itu

serbet maupun selimut. Hal ini berdasarkan tipe yang akan dibuat. Dibawah

ini merupakan peta proses operasi pembuatan serbet dan selimut secara

umum.

Untuk dapat memahami lebih lanjut mengenai proses produksi dari produk, maka

dibawah ini akan diperjelas dengan menggunakan peta proses operasi. Peta

proses operasi dibuat berdasarkan waktu dan proses yang rata-rata secara umum

dilakukan untuk produksi berbagai jenis selimut dan serbet. Selimut dengan jenis

seperti pada peta proses operasi gambar 3.16 merupakan jenis selimut 1 yang

tidak memelukan proses jigger dan drying. Proses jigger merupakan proses

pencelupan warna. Sedangkan proses dryer merupakan proses pemberian zat

untuk meningkatkan daya serap pada kain dan proses pengeringan.

Urutan proses untuk jenis selimut gambar 3.16 adalah benang yang akan

digunakan ditwist atau dilakukan pendoublean. Setelah selesai, benang-benang

yang akan digunakan masuk pada bagian sectional warping. Pada sectional

warping benang disusun sesuai warna dan jumlah berdasarkan desain yang telah

dibuat. Kemudian benang yang telah tersusun sesuai desain akan dilakukan

proses cucuk atau drawing. Pencucukan ini dilakukan untuk mempersiapkan

benang masuk ke proses weaving atau tenun. Penenunan dilakukan dengan

menggunakan mesin Rapier. Proses tenun merupakan proses mengubah benang

menjadi kain. Kain selimut yang telah jadi kemudian dikeluarkan dari beam dan

dilipat atau folding menggunakan alat folding sederhana yang dioperasikan secara

manual. Setelah kain dilipat maka dilakukan inspeksi untuk melihat apakah produk

cacat atau tidak. Kecacatan yang banyak terjadi adalah masih ada benang yang

kurang sehingga ada rongga. Pada bagian inspeksi juga dilakukan perbaikan

Page 30: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. KHARIMA PARWITEX · Contoh Beberapa Produk Serbet 15 Tabel 4.1. NE Benang untuk Mesin X 36 Tabel 4.2. NE Benang untuk Mesin Y 36 ... f. Menambah wawasan

22

dengan memasukkan benang secara manual oleh pekerja pada bagian yang

kurang. Kemudian kain selimut kembali ke proses folding untuk dilipat.

Selanjutnya, selimut akan digaruk dengan mesin garuk. Penggarukan ini bertujuan

agar permukaan bagian dalam selimut halus serta membersihkan kotoran yang

menempel. Selimut kemudian dipotong sesuai ukuran yang diinginkan dan dijahit

pada bagian pinggirnya. Setelah selesai dijahit maka proses terakhir adalah

packaging. Packaging dilakukan sekaligus untuk memeriksa produk apakah cacat

atau tidak. Produk dimasukkan ke plastik dan diberi label nama produk.

Page 31: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. KHARIMA PARWITEX · Contoh Beberapa Produk Serbet 15 Tabel 4.1. NE Benang untuk Mesin X 36 Tabel 4.2. NE Benang untuk Mesin Y 36 ... f. Menambah wawasan

23

I-1

O-1

PETA PROSES OPERASI SELIMUT 1PT. KHARISMA PARWITEX

O-2

O-3

O-4

Twisting, benang di double

Mesin Twist

Sectional Wraping, warna benang disusun sesuai desain dan digulungkan langsung

pada beam

Mesin Wraping

Drawing/cucuk, benang pada beam dicucuk satu per satu

Manual

Weaving / tenun, benang pada beam ditenun

Mesin Tenun Rapier

O-5

O-7

Folding, kain dilipat

Mesin Folding

Inspekting, melakukan inspekting dan perbaikan apabila cacat produk berupa

kurang benangManual

O-8

O-10

O-11I-2

Folding, kain dilipat

Mesin Folding

Raising, kain digaruk

Mesin Garuk

Jahit

Mesin Jahit

Packaging, memberi label sekaligus mengecek produk dan memasukkan

produk pada plastik

Manual

Disimpan

10.5 jam

I-1O-6

0%

12 jam

0%

10.5 jam

0%

315 jam

2-5%

0.25 jam

0%

20 jam

0%

0.25 jam

O-9

Pemotongan kain menjadi per selimut

Manual

0%

0.5 jam

0%

0.25 jam

2%

0.03 jam

0%

0.03 jam

Nama Produk : SelimutNomor Peta : 01Dipetakan oleh : Tri SetianingsihTanggal Dipetakan : 21 Juli 2017

Sekarang Usulan

Ringkasan

Kegiatan Jumlah Waktu

Total

11

2

1

14

373.81

20.03

-

393.84

Gambar 3.16. Peta Proses Operasi Selimut 1

Page 32: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. KHARIMA PARWITEX · Contoh Beberapa Produk Serbet 15 Tabel 4.1. NE Benang untuk Mesin X 36 Tabel 4.2. NE Benang untuk Mesin Y 36 ... f. Menambah wawasan

24

Untuk peta proses operasi selimut jenis 2 dapat diketahui dari gambar 3.17, selimut

ini memerlukan proses jigger dan dryer. Proses awal dimulai dengan twist benang

seperti pada selimut jenis 1. Setelah benang ditwist maka masuk ke bagian

sectional warping untuk disusun sesuai warna dan jumlah berdasarkan dengan

desain yang diinginkan. Kemudian benang hasil penyusunan pada sectional

warping dicucuk. Proses kemudian dilanjutkan ke bagian tenun untuk

menghasilkan kain selimut. Kain dikeluarkan dari beam dan dilipat dengan alat

folding. Kemudian dilanjutkan proses inspeksi untuk melihat apakah terdapat

produk cacat dan memperbaiki kecacatan tersebut apabila masih dapat diperbaiki.

Kain selimut kembali dilipat untuk masuk ke proses berikutnya yaitu raising atau

garuk. Pada jenis ini setelah melalui proses garuk, kain selimut akan diberi warna

atau prosesnya disebut jigger. Setelah selesai dijigger, kain selimut masuk ke

proses dryer untuk pengeringan. Setelah selesai, kain selimut dipindahkan ke

bagian penjahitan untuk pemotongan, pemotongan dilakukan sesuai ukuran yang

diinginkan dan kemudian dijahit. Produk yang telah jadi kemudian dipacking.

Proses packaging dilakukan dengan melipat, memasukkan ke plastik dan diberi

label nama produk.

Page 33: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. KHARIMA PARWITEX · Contoh Beberapa Produk Serbet 15 Tabel 4.1. NE Benang untuk Mesin X 36 Tabel 4.2. NE Benang untuk Mesin Y 36 ... f. Menambah wawasan

25

PETA PROSES OPERASI SELIMUT 2PT. KHARISMA PARWITEX

Nama Produk : SelimutNomor Peta : 02Dipetakan oleh : Tri SetianingsihTanggal Dipetakan : 21 Juli 2017

Sekarang Usulan

Ringkasan

Kegiatan Jumlah Waktu

Total

11

2

1

14

O-1

O-2

O-3

O-4

Twisting, benang di double

Mesin Twist

Sectional Wraping, warna benang disusun sesuai desain dan digulungkan langsung

pada beam

Mesin Wraping

Drawing/cucuk, benang pada beam dicucuk satu per satu

Manual

Weaving / tenun, benang pada beam ditenun

Mesin Tenun Rapier

O-5

O-7

Folding, kain dilipat

Mesin Folding

Inspekting, melakukan inspekting dan perbaikan apabila cacat produk berupa

kurang benang

Manual

O-8

O-12

O-13I-2

Folding, kain dilipat

Mesin Folding

Raising, kain digaruk

Mesin Garuk

Jahit

Mesin Jahit

Packaging, memberi label sekaligus mengecek produk dan memasukkan produk pada plastik

Manual

Disimpan

10.5 jam

I-1O-6

0%

12 jam

0%

10.5 jam

0%

315 jam

2-5%

0.25 jam

0%

20 jam

0%

0.25 jam

O-11

Pemotongan kain menjadi per selimut

Manual

0%

0.5 jam

0%

0.25 jam

2%

0.03 jam

0%

0.03 jam

O-9

O-10

Jigger, kain melalui proses celup/pewarnaan

Mesin Jigger

7 jam

0%

Drying, proses pemberian zat untuk meningkatkan daya serap dan pengeringan

Mesin pengering / silinder dryer

0.25 jam

0%

387.14

-

20.03

367.11

Gambar 3.17. Peta Proses Operasi Selimut 2

Page 34: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. KHARIMA PARWITEX · Contoh Beberapa Produk Serbet 15 Tabel 4.1. NE Benang untuk Mesin X 36 Tabel 4.2. NE Benang untuk Mesin Y 36 ... f. Menambah wawasan

26

Pada produk serbet juga terdapat 2 jenis proses produksi yang dilalui. Peta proses

produksi untuk serbet dapat dilihat pada gambar 3.18 dan 3.19. Gambar 3.18

merupakan peta proses operasi untuk serbet jenis 1. Urutan proses pembuatan

serbet tersebut adalah dimulai dengan metwist benang yang akan digunakan

dengan mesin twist. Kemudian benang tersebut masuk ke proses sectional

warping, proses ini menyusun benang sesuai warna dan jumlah berdasarkan

desain produk yang akan dibuat. Proses dilanjutlan dengan pencucukan/drawing.

Setelah itu, benang mulai ditenun dengan menggunakan mesin tenun. Selesai

ditenun maka jadilah kain serbet. Kain serbet lalu dilipat dengan menggunakan

mesin lipat/folding. Kemudian kain tersebut dibawa ke bagian inspeksi untuk

dilakukan pengecekan apakah produk cacat atau tidak. Apabila ada kecacatan

yang masih dapat diperbaiki maka bagian inspeksi akan memperbaikinya. Kain

serbet lalu dilipat kembali dengan menggunakan mesin folding. Kemudian, kain

serbet dibawa ke bagian pemotongan untuk dipotong sesuai ukuran yang telah

ditentukan. Proses selanjutnya adalah penjahitan. Setelah selesai dijahit maka

produk siap dipackaging. Pada bagian packaging pekerja juga melakukan inspeksi

apakah masih ada produk yang cacat yang lolos. Jika tidak ada produk akan

dimasukkan pada plastik dan diberi label. Produk kemudian disimpan pada

gudang.

Page 35: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. KHARIMA PARWITEX · Contoh Beberapa Produk Serbet 15 Tabel 4.1. NE Benang untuk Mesin X 36 Tabel 4.2. NE Benang untuk Mesin Y 36 ... f. Menambah wawasan

27

PETA PROSES OPERASI SERBET 1PT. KHARISMA PARWITEX

Nama Produk : SerbetNomor Peta : 03Dipetakan oleh : Tri SetianingsihTanggal Dipetakan : 21 Juli 2017

Sekarang Usulan

Ringkasan

Kegiatan Jumlah Waktu

Total

10

2

1

13 388.84

-

20.03

368.81

O-1

O-2

O-3

O-4

Twisting, benang di double

Mesin Twist

Sectional Wraping, warna benang disusun sesuai desain dan digulungkan langsung

pada beam

Mesin Wraping

Drawing/cucuk, benang pada beam dicucuk satu per satu

Manual

Weaving / tenun, benang pada beam ditenun

Mesin Tenun Rapier

O-5

O-7

Folding, kain dilipat

Mesin Folding

Inspekting, melakukan inspekting dan perbaikan apabila cacat produk berupa

kurang benang

Manual

Folding, kain dilipat

Mesin Folding

10.5 jam

I-1O-6

0%

12 jam

0%

10.5 jam

0%

315 jam

2-5%

0.25 jam

0%

20 jam

0%

0.25 jam

0%

O-9

O-10I-2

Jahit

Mesin Jahit

Packaging, memberi label sekaligus mengecek produk dan memasukkan produk pada plastik

Manual

Disimpan

O-8

Pemotongan kain menjadi per selimut

Manual

0.25 jam

2%

0.03 jam

0%

0.03 jam

Gambar 3.18. Peta Proses Operasi Serbet 1

Page 36: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. KHARIMA PARWITEX · Contoh Beberapa Produk Serbet 15 Tabel 4.1. NE Benang untuk Mesin X 36 Tabel 4.2. NE Benang untuk Mesin Y 36 ... f. Menambah wawasan

28

Peta proses operasi pada gambar 3.19 merupakan jenis serbet 2. Urutan proses

untuk serbet jenis ini adalah sama dengan selimut dan serbet jenis 1 yang diawali

dengan proses twist benang dengan mesin twist. Kemudian proses dilanjutkan

dengan menyusun benang sesuai warna dan jumlah berdasarkan desain pada

proses sectional warping. Proses selanjutnya adalah pencucukan dan setelah

selesai kemudian ditenun. Tenun menghasilkan kain serbet yang kemudian

dibawa ke bagian folding untuk dilipat dengan mesin folding. Kain serbet kemudian

diinspeksi untuk mengetahui apakah terdapat produk cacat. JIka ada dan masih

dapat diperbaiki maka akan diperbaiki oleh pekerja inspeksi. Setelah selesai

dilakukan inspeksi, kain serbet dilipat kembali menggunakan mesin folding lalu

masuk ke proses drying. Proses drying sendiri adalah proses pengeringan

sekaligus memberi zat kimia agar meningkatkan daya serap kain. Semakin tinggi

daya serap kain maka kualitas produk semakin bagus. Setelah selesai melalui

proses tersebut, kain serbet kemudian dipotong sesuai ukuran yang diharapkan,

Kain serbet tersebut kemudian dijahit dan dipack sekaligus dilakukan inspeksi

kembali. Perbedaan serbet jenis 1 dan 2 adalah jenis 1 tidak melalui proses drying

sedangkan jenis 2 melalui proses drying.

Page 37: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. KHARIMA PARWITEX · Contoh Beberapa Produk Serbet 15 Tabel 4.1. NE Benang untuk Mesin X 36 Tabel 4.2. NE Benang untuk Mesin Y 36 ... f. Menambah wawasan

29

PETA PROSES OPERASI SERBET 2PT. KHARISMA PARWITEX

Nama Produk : SerbetNomor Peta : 04Dipetakan oleh : Tri SetianingsihTanggal Dipetakan : 21 Juli 2017

Sekarang Usulan

Ringkasan

Kegiatan Jumlah Waktu

Total

11

2

1

14 389.09

-

20.03

369.06

O-1

O-2

O-3

O-4

Twisting, benang di double

Mesin Twist

Sectional Wraping, warna benang disusun sesuai desain dan digulungkan langsung

pada beam

Mesin Wraping

Drawing/cucuk, benang pada beam dicucuk satu

per satu

Manual

Weaving / tenun, benang pada beam

ditenun

Mesin Tenun Rapier

O-5

O-7

Folding, kain dilipat

Mesin Folding

Inspekting, melakukan inspekting dan perbaikan apabila cacat produk berupa

kurang benang

Manual

Folding, kain dilipat

Mesin Folding

10.5 jam

I-1O-6

0%

12 jam

0%

10.5 jam

0%

315 jam

2-5%

0.25 jam

0%

20 jam

0%

0.25 jam

0%

O-10

O-11I-2

Jahit

Mesin Jahit

Packaging, memberi label sekaligus mengecek produk dan memasukkan produk pada plastik

Manual

Disimpan

O-9

Pemotongan kain menjadi per selimut

Manual0.25 jam

2%

0.03 jam

0%

0.03 jam

O-8

Drying, proses pemberian zat untuk meningkatkan daya serap dan pengeringan

Mesin pengering / silinder dryer

0.25 jam

0%

Gambar 3.19. Peta Proses Operasi Serbet 2

Page 38: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. KHARIMA PARWITEX · Contoh Beberapa Produk Serbet 15 Tabel 4.1. NE Benang untuk Mesin X 36 Tabel 4.2. NE Benang untuk Mesin Y 36 ... f. Menambah wawasan

30

3.4. Fasilitas Produksi

Fasilitas produksi merupakan suatu kebutuhan untuk menunjang proses produksi.

Fasilitas ini berkaitan dengan mesin, material handling dan peletakaannya. PT.

Kharisma Parwitex menggunakan beberapa mesin untuk beroperasi memproduksi

poduk seperti mesin tenun, mesin twist, mesin jahit, mesin potong dan lain-lain.

Tata letak yang baik bagi setiap mesin merupakan tata letak yang dapat

menunjang sistem material handling dengan baik. Pada PT. Kharisma Parwitex

material handling yang digunakan adalah berupa manual hand truck, manual

stacker forklif selain itu juga diangkat langsung oleh pekerja. Manual hand truck ini

biasanya digunakan untuk memindahkan gulungan-gulungan kain dari bagian

produksi satu ke bagian produksi lainnya.

Gambar 3.20. Material Handling Manual Hand Truck

Hand stacker forklift merupakan material handling yang mampu digunakan untuk

memindahkan sekaligus mengangkat beban dengan kapasitas yang tinggi. Cara

kerja dari hand stacker forklift ini dilakukan dengan memompa manual pada saat

menaikkan dan menurunkan beban. Meskipun masih manual tetapi sangat

membantu memudahkan pekerja dalan melakukan pemindahan barang. Pada PT.

Kharisma Parwitex alat ini biasanya digunakan untuk memindahkan beam.

Page 39: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. KHARIMA PARWITEX · Contoh Beberapa Produk Serbet 15 Tabel 4.1. NE Benang untuk Mesin X 36 Tabel 4.2. NE Benang untuk Mesin Y 36 ... f. Menambah wawasan

31

Gambar 3.21. Hand Strack Forklift

Tata letak mesin di PT. Kahrisma Parwitex dikelompokan berdasarkan jenis dan

kegunaannya. Tidak semua mesin berada pada satu lokasi atau dibagi per

departemen. Departemen produksi yang ada adalah departemen twist, tenun,

finishing (jigger dan dryer), raising dan jahit. Pada gambar 3.22 merupakan contoh

tata letak mesin untuk mesin tenun. Setiap mesin memiliki jarak tertentu yang

cukup untuk operator mesin melakukan pengecekan selama proses produksi serta

cukup untuk mengangkut beam. Ketika ada satu lokasi yang terdiri dari beberapa

jenis mesin, PT. Kharisma Parwitex tidak mencampurnya begitu saja namun tetap

mengelompokkan dan memberikan jarak yang cukup jauh dan lebih luas dibanding

jarak antar mesin yang sejenis.

R 70 R 70R 70

R 70 R 70R 70

R 9

8

R 120 R 120

R 120 R 120

JV 0

3

JV 01 JV 02R 120 R 120 R 120 R 120 R 120

R 120 R 120 R 120 R 120 R 120

R 120 R 120 R 120 R 120 R 120

R 120 R 120 R 120 R 120 R 120

R 98

R 98

R 90

R 90

R 90

R 90

R 90

R 90

R 90

R 90

Gambar 3.21. Layout Mesin Tenun

Page 40: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. KHARIMA PARWITEX · Contoh Beberapa Produk Serbet 15 Tabel 4.1. NE Benang untuk Mesin X 36 Tabel 4.2. NE Benang untuk Mesin Y 36 ... f. Menambah wawasan

32

BAB 4

TINJAUAN PEKERJAAN MAHASISWA

4.1. Tinjauan Pekerjaan Mahasiswa di Perusahaan

Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai tinjauan berkaitan pekerjaan yang

dilakukan mahasiswa di perusahaan.

4.1.1. Lingkup Pekerjaan

Pelaksanaan kerja praktek pada PT. Kharisma Parwitex, penulis diberi

kesempatan untuk belajar diseluruh departemen dan memiliki pembimbing yang

berbeda pada setiap departemennya. Penulis memiliki pembimbing utama yaitu

saudari Anika selaku pekerja yang memahami hampir keseluruhan pekerjaan yang

ada di perusahaan. Saudari Anika bekerja pada bagian administrasi terutama

menangani masalah perpajakan, membuat purchase order, membantu

implementasi software yang mengintegrasikan seluruh kegiatan di perusahaan.

Penulis diberikan penjelasan dan diberi tugas membantu membuat faktur pajak

serta purchase order.

Kegiatan dilanjutkan dengan dibimbing oleh bapak Iwan selaku konsultan

perusahaan. Penulis diberi penjelasan mengenai bagaimana perusahaan dapat

berdiri. Beberapa tugas diberikan untuk membantu penulis memahami jalannya

suatu perusahaan.

Penulis juga diberi kesempatan untuk belajar pada bagian marketing. Pembimbing

pada bagian marketing adalah bapak Biyan. Penulis diberi penjelasan singkat

mengenai sistem marketing pada PT. Kharisma Parwitex. Tugas yang diberikan

kepada penulis adalah membuat dan mengirimkan penawaran kepada berbagai

konsumen melalui email perusahaan serta mengupload dan membuat kata-kata

yang menarik untuk memasarkan produk pada indotracking.

Penulis kemudian mempelajari mengenai limbah produksi yang dibimbing oleh

bapak Puji. Limbah pabrik berupa air yang mengandung berbagai zat-zat kimia.

Pengolahan limbah melalui beberapa proses yang akan membuat air yang sudah

terkontaminasi dengan zat-zat kimia menjadi aman saat dibuang ke sungai. Pada

bagian ini penulis diberi penjelasan mengenai tahap-tahap dalam pengolahan

limbah tersebut.

Page 41: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. KHARIMA PARWITEX · Contoh Beberapa Produk Serbet 15 Tabel 4.1. NE Benang untuk Mesin X 36 Tabel 4.2. NE Benang untuk Mesin Y 36 ... f. Menambah wawasan

33

Warehouse pada PT. Kharisma Pairwitex terbagi menjadi tiga yaitu warehouse

sparepart, warehouse kain dan barang jadi serta warehouse benang. Pada

warehouse sparepart penulis dibimbing oleh ibu Tutik selaku kepala gudang

sparepart. Tugas yang diberikan kepada penulis adalah menyelesaikan laporan

transaksi penggunaan sparepart pada beberapa bulan terakhir yang belum

terselesaikan. Pada warehouse kain dan barang jadi, penulis dibimbing oleh bapak

Johan selaku kepala warehouse kain dan barang jadi. Penulis diberikan

penjelasan mengenai alur pekerjaan yang ada dibagian warehouse kain dan

barang jadi. Pembimbing penulis pada warehouse benang adalah ibu Wati, penulis

dijelaskan mengenai pekerjaan yang dilakukan di warehouse benang.

Pada bagian produksi, penulis dibimbing oleh bapak Agus. Tugas dari bapak Agus

adalah melakukan perencanaan produksi, konstruksi bahan, penentuan biaya

yang dikeluarkan. Bersama pak Agus penulis diberi berbagai penjelasan mengenai

produksi serta melihat langsung setiap proses produksi yang dilakukan. Selain itu,

penulis juga belajar menghitung efisiensi mesin. Pada bagian ini penulis akan

mengulas mengenai perhitungan efisiensi salah satu mesin produksi yaitu mesin

twist.

Efisiensi mesin merupakan salah satu faktor yang penting dalam produksi. Hal ini

karena dengan mengetahui efisiensi mesin, dapat membantu melihat produktivitas

suatu mesin. Dengan begitu, perusahaan harus menjaga mesin agar dapat

memiliki efisiensi mesin yang tinggi. Mesin-mesin dijaga dengan selalu melakukan

perawatan. Dengan perawatan yang baik maka akan mengoptimalkan

penggunaan mesin sehingga mengurangi waste karena mesin berhenti atau

adanya gangguan lain yang menghambat kelancaran proses produksi.

Perhitungan efisiensi mesin twist dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai

berikut ini.

TPM= 100

in x TPI ………………………………………………………………… (4.1)

Efisiensi mesin =

RPM mesin

TPM x waktu x jumlah spindel x

efisiensi

100%

NE benang yang diproses x 1693 ……………....... (4.2)

Keterangan:

RPM : rotasi per menit mesin

TPI : twist per in

Page 42: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. KHARIMA PARWITEX · Contoh Beberapa Produk Serbet 15 Tabel 4.1. NE Benang untuk Mesin X 36 Tabel 4.2. NE Benang untuk Mesin Y 36 ... f. Menambah wawasan

34

TPM : twist per meter

NE : satuan ukuran benang

Berdasarkan rumus diatas diketahui bahwa cara perhitungan efisiensi mesin twist

adalah dengan membagi RPM mesin dengan TPM kemudian dikali dengan waktu

dikali dengan jumlah spindle dan dikali dengan efisiensi (dalam persen) dan semua

dibagi dengan NE benang dikali 1693. Waktu pada rumus menunjukkan lama

waktu efisiensi mesin yang ingin dihitung. Contohnya adalah perhitungan efisiensi

untuk satu shift maka 60 menit dikali 7 menjadi 420 menit. Kemudian untuk

efisiensi pada rumus adalah efisiensi yang ingin dihitung. Pada umumnya

perusahaan akan memberi nilai efisiensi tersebut sebesar 85%. Untuk NE

merupakan satuan ukuran benang yang akan diproses. Perhitungan efisiensi

mesin twist pada PT. Kharisma Parwitex ini digunakan untuk mengevaluasi kinerja

atau produktivitas mesin.

4.1.2. Tanggung Jawab dan Wewenang dalam Pekerjaan

Penulis selama melakukan kerja praktek di PT. Kharisma Parwitex melakukan

observasi pada berbagai departemen seperti departemen produksi, marketing,

warehouse, limbah. Saat ini penulis akan mengulas pekerjaan di bagian produksi.

Adapun wewenang yang diberikan pada bagian ini adalah:

a. Penulis diperbolehkan mengetahui setiap proses pekerjaan yang ada pada

bagian produksi

b. Penulis diperbolehkan bertanya kepada setiap karyawan bagian produksi

mengenai pekerjaan yang dilakukan

c. Penulis diperbolehkan melihat dan menyimpan beberapa data yang ada

d. Penulis hanya diperbolehkan menuliskan data tertentu yang diizinkan untuk

ditulis pada laporan

Page 43: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. KHARIMA PARWITEX · Contoh Beberapa Produk Serbet 15 Tabel 4.1. NE Benang untuk Mesin X 36 Tabel 4.2. NE Benang untuk Mesin Y 36 ... f. Menambah wawasan

35

4.1.3. Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Dalam melakukan perhitungan efisiensi mesin sebagai cara untuk melakukan

evaluasi produktivitas mesin dilakukan dengan cara dibawah ini.

Melakukan Observasi pada

Departemen Twist

Studi Literatur tentang Efisiensi

Mesin

Mengumpulkan Data NE, RPM, TPI

Melakukan Pengolahan Data

Berupa Perhitungan Efisiensi Mesin

Menarik Kesimpulan dari Hasil Pengolahan

Data

Mulai

Selesai

Gambar 4.1. Diagram Alir Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan Tinjauan

Umum

Page 44: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. KHARIMA PARWITEX · Contoh Beberapa Produk Serbet 15 Tabel 4.1. NE Benang untuk Mesin X 36 Tabel 4.2. NE Benang untuk Mesin Y 36 ... f. Menambah wawasan

36

Proses awal dalam melaksanakan pekerjaan perhitungan efisiensi mesin twist

untuk mengevaluasi produktivitas mesin adalah dengan melakukan observasi.

Penulis melihat proses dan cara kerja dari mesin twist serta belajar beberapa hal

terkait proses pada mesin tersebut. Kemudian penulis melakukan studi literatur

mengenai efisiensi mesin. Proses berikutnya adalah mengumpulkan data yang

dibutuhkan dalam melakukan perhitungan efisiensi mesin. Setelah data terkumpul

maka penulis mulai mengolah data tersebut atau menghitung efisiensi mesin

berdasarkan rumus perhitungan yang ditetapkan perusahaan. Dengan hasil

tersebut, dapat ditarik kesimpulan mengenai produktivitas tiap mesin twist dalam

waktu yang diharapkan untuk dievaluasi.

4.1.4. Hasil Pekerjaan

Sub sub bab ini akan menjelaskan hasil pekerjaan mahasiswa mengenai

perhitungan efisiensi mesin.

4.1.4.1. Data

Mesin twist yang digunakan oleh PT. Kharisma Parwitex ada dua yaitu mesin X

dan mesin Y. RPM yang digunakan mesin X biasanya lebih besar dibanding mesin

Y. Selain itu NE benang yang diproses mesin X juga lebih besar dibanding mesin

Y. Sehingga penggunaan mesin tergantung kebutuhan benang yang akan

diproses. Adapun data NE Mesin X dan Y adalah tabel dibawah ini.

Tabel 4.1. NE Benang untuk Mesin X

NE Benang untuk Mesin X

40/2 45/2 30/2 20/2 16/2 12/2 10/2

Tabel 4.2. NE Benang untuk Mesin Y

NE Mesin Y

10/2 12/2 10/3 10/5 20/10 20/20

Penggunaan NE tergantung pada jenis benang yang akan diproses. Untuk nilai

RPM yang digunakan oleh PT. Kharisma Parwitex antara lain adalah sebagai

berikut.

Tabel 4.3. RPM Mesin Twist

RPM

6000 7000 8000 9000 10000

Page 45: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. KHARIMA PARWITEX · Contoh Beberapa Produk Serbet 15 Tabel 4.1. NE Benang untuk Mesin X 36 Tabel 4.2. NE Benang untuk Mesin Y 36 ... f. Menambah wawasan

37

Selain itu, berdasarkan rumus 4.1, untuk memperoleh nilai twist per meter (TPM)

dibutuhkan data twist per inch (TPI). Berikut adalah data TPI yang digunakan.

Tabel 4.4. Data TPI

TPI

1 1.98 5.01 7.85 11.9

2 2.12 5.15 7.95 12.05

3 2.28 5.2 8.02 12.22

4 2.43 5.29 8.16 12.47

5 2.59 5.31 8.23 12.82

6 2.73 5.36 8.33 13.08

7 2.9 5.49 8.49 13.38

8 3.06 5.54 8.54 13.6

9 3.13 5.63 8.66 14.65

10 3.25 5.72 8.83 15.41

11 3.3 5.84 9.04 16.59

12 3.47 5.97 9.2 16.87

13 3.53 6.1 9.43 17.58

14 3.63 6.19 9.54 18.09

15 3.71 6.26 9.74 18.53

16 3.76 6.31 9.81 18.75

17 3.89 6.49 9.98 18.94

18 3.99 6.62 10.05 19.57

19 4.1 6.75 10.16 20.28

20 4.21 6.87 10.31 20.71

21 4.27 7.01 10.39 21.29

22 4.42 7.06 10.61 21.88

23 4.51 7.2 10.7 22.21

24 4.66 7.36 10.9 22.59

25 4.7 7.41 11.05 23.15

26 4.75 7.44 11.29 23.84

27 4.82 7.53 11.48 24.55

28 4.83 7.67 11.53 25.66

29 4.97 7.76 11.75 25.75

4.1.4.2. Hasil Perhitungan

Perhitungan efisiensi mesin akan dihitung untuk mengetahui efisiensi mesin

selama satu shift atau 420 menit. Perhitungan dilakukan berdasarkan rumus 4.1

dan 4.2. Data yang digunakan dalam perhitungan merupakan data yang sering

digunakan.

a. Proses perhitungan mesin X untuk proses twist benang adalah sebagai berikut

ini.

Page 46: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. KHARIMA PARWITEX · Contoh Beberapa Produk Serbet 15 Tabel 4.1. NE Benang untuk Mesin X 36 Tabel 4.2. NE Benang untuk Mesin Y 36 ... f. Menambah wawasan

38

i. Perhitungan efisiensi mesin untuk satu shift dengan twist per inch 8.66, nilai

RPM yang digunakan sebesar 10000 dan benang yang akan diproses memiliki

NE 40/2.

TPM = 100/ 2.54 x 8.66

= 340.95

Efisiensi Mesin =

10000

340.95 x 420 x 1921 x 85%

40

2x 1693

= 594.04 kg

Berdasarkan perhitungan dengan rumus diperoleh efisiensi mesin X dalam

melakukan twist benang tersebut sebanyak 594.04 kg.

ii. Perhitungan efisiensi mesin untuk satu shift dengan twist per inch 9.04, nilai

RPM yang digunakan sebesar 10000 dan benang yang akan diproses memiliki NE

45/2.

TPM = 100/ 2.54 x 9.04

= 355.91

Efisiensi Mesin =

10000

355.91 x 420 x 1921 x 85%

45

2x 1693

= 505.84 kg

Adapun hasil dari perhitungan dengan rumus menunjukkan efisiensi mesin dalam

memproses twist benang sebanyak 505.84 kg.

iii. Perhitungan efisiensi mesin untuk satu shift dengan twist per inch 9.2, nilai RPM

yang digunakan sebesar 10000 dan benang yang akan diproses memiliki NE 30/2.

TPM = 100/ 2.54 x 9.2

= 362.21

Efisiensi Mesin =

10000

362.21 x 420 x 1921 x 85%

30

2x 1693

= 745.57 kg

Hasil perhitungan menunjukkan efisiensi mesin X dalam melakukan proses twist

benang tersebut sebanyak 745.57 kg.

iv. Perhitungan efisiensi mesin untuk satu shift dengan twist per inch 9.54, nilai

RPM yang digunakan sebesar 10000 dan benang yang akan diproses memiliki NE

20/2.

Page 47: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. KHARIMA PARWITEX · Contoh Beberapa Produk Serbet 15 Tabel 4.1. NE Benang untuk Mesin X 36 Tabel 4.2. NE Benang untuk Mesin Y 36 ... f. Menambah wawasan

39

TPM = 100/ 2.54 x 9.54

= 375.59

Efisiensi Mesin =

10000

375.59 x 420 x 1921 x 85%

20

2 x 1693

= 1078.51 kg

Adapun hasil perhitungan efisensi mesin X dalam melakukan proses twist benang

diatas sebanyak 1078.51 kg.

v. Perhitungan efisiensi mesin untuk satu shift dengan twist per inch 8.02, nilai

RPM yang digunakan sebesar 10000 dan benang yang akan diproses memiliki NE

16/2.

TPM = 100/ 2.54 x 8.02

= 315.75

Efisiensi Mesin =

10000

315.75 x 420 x 1921 x 85%

16/2 x 1693

= 1603.63 kg

Hasil perhitungan efisiensi mesin X dalam melakukan proses twist benang tersebut

sebanyak 1603.63 kg.

vi. Perhitungan efisiensi mesin untuk satu shift dengan twist per inch 10.05, nilai

RPM yang digunakan sebesar 10000 dan benang yang akan diproses memiliki NE

12/2.

TPM = 100/ 2.54 x 10.05

= 395.67

Efisiensi Mesin =

10000

395.67 x 420 x 1921 x 85%

12

2 x 1693

= 1706.30 kg

Hasil perhitungan efisiensi mesin X dalam melakukan proses twist benang tersebut

sebanyak 1706.30 kg.

vii. Perhitungan efisiensi mesin untuk satu shift dengan twist per inch 11.48, nilai

RPM yang digunakan sebesar 10000 dan benang yang akan diproses memiliki NE

10/2

TPM = 100/ 2.54 x 11.48

= 451.97

Page 48: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. KHARIMA PARWITEX · Contoh Beberapa Produk Serbet 15 Tabel 4.1. NE Benang untuk Mesin X 36 Tabel 4.2. NE Benang untuk Mesin Y 36 ... f. Menambah wawasan

40

Efisiensi Mesin =

10000

451.97 x 420 x 1921 x 85%

10

2 x 1693

= 1792.50 kg

Hasil perhitungan efisiensi mesin X dalam melakukan proses twist benang tersebut

sebanyak 1792.50 kg.

b. Perhitungan efisiensi mesin Y adalah sebagai berikut.

i. Perhitungan efisiensi mesin untuk satu shift dengan twist per inch 10.05, nilai

RPM yang digunakan sebesar 6000 dan benang yang akan diproses memiliki NE

10/2.

TPI = 10.05

RPM = 6000

NE = 10/2

TPM = 100/ 2.54 x 8.66

= 395.67

Efisiensi Mesin =

6000

395.67 x 420 x 1921 x 85%

10

2 x 1693

= 1228.53 kg

Hasil perhitungan efisiensi mesin Y dalam melakukan proses twist benang tersebut

adalah sebanyak 1228.53 kg.

ii. Perhitungan efisiensi mesin untuk satu shift dengan twist per inch 10.7, nilai

RPM yang digunakan sebesar 6000 dan benang yang akan diproses memiliki NE

12/2.

TPM = 100/ 2.54 x 10.7

= 421.26

Efisiensi Mesin =

6000

421.26 x 420 x 1921 x 85%

12

2 x 1693

= 961.59 kg

Hasil perhitungan efisiensi mesin Y dalam melakukan proses twist benang tersebut

adalah sebanyak 961.59 kg.

iii. Perhitungan efisiensi mesin untuk satu shift dengan twist per inch 11.05, nilai

RPM yang digunakan sebesar 6000 dan benang yang akan diproses memiliki NE

10/3.

Page 49: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. KHARIMA PARWITEX · Contoh Beberapa Produk Serbet 15 Tabel 4.1. NE Benang untuk Mesin X 36 Tabel 4.2. NE Benang untuk Mesin Y 36 ... f. Menambah wawasan

41

TPM = 100/ 2.54 x 11.05

= 435.04

Efisiensi Mesin =

6000

435.04 x 420 x 1921 x 85%

10

3 x 1693

= 1676.03 kg

Hasil perhitungan efisiensi mesin Y dalam melakukan proses twist benang tersebut

adalah sebanyak 1676.03 kg.

iv. Perhitungan efisiensi mesin untuk satu shift dengan twist per inch 11.9, nilai

RPM yang digunakan sebesar 6000 dan benang yang akan diproses memiliki NE

10/5.

TPM = 100/ 2.54 x 11.9

= 468.50

Efisiensi Mesin =

6000

468.5 x 420 x 1921 x 85%

10

5 x 1693

= 2593.88 kg

Hasil perhitungan efisiensi mesin Y dalam melakukan proses twist benang tersebut

adalah sebanyak 2593.88 kg.

v. Perhitungan efisiensi mesin untuk satu shift dengan twist per inch 12.05, nilai

RPM yang digunakan sebesar 6000 dan benang yang akan diproses memiliki NE

20/10.

TPM = 100/ 2.54 x 12.05

= 474.41

Efisiensi Mesin =

6000

474.41 x 420 x 1921 x 85%

20

10x 1693

= 2561.57 kg

Hasil perhitungan efisiensi mesin Y dalam melakukan proses twist benang tersebut

adalah sebanyak 2561.57 kg.

vi. Perhitungan efisiensi mesin untuk satu shift dengan twist per inch 12.82, nilai

RPM yang digunakan sebesar 6000 dan benang yang akan diproses memiliki NE

20/20.

TPM = 100/ 2.54 x 12.82

= 504.72

Page 50: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. KHARIMA PARWITEX · Contoh Beberapa Produk Serbet 15 Tabel 4.1. NE Benang untuk Mesin X 36 Tabel 4.2. NE Benang untuk Mesin Y 36 ... f. Menambah wawasan

42

Efisiensi Mesin =

6000

504.72 x 420 x 1921 x 85%

20

20x 1693

= 4815.48 kg

Hasil perhitungan efisiensi mesin Y dalam melakukan proses twist benang tersebut

adalah sebanyak 4815.48 kg.

Berdasarkan perhitungan diatas dapat diketahui efisiensi mesin dalam satu shift

dengan bermacam NE, TPI dan RPM. Hasil ini digunakan untuk evaluasi

produktivitas mesin twist baik jenis X maupun Y.

4.2. Tinjaun Khusus Mahasiswa

Pada sub bab ini, penulis akan membahas hasil tinjauan khusus mahasiswa

berkaitan dengan tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing.

4.2.1. Lingkup Pekerjaan

Failure mode and effect analysis (FMEA) adalah analisis kualitatif yang membantu

mengidentifikasi dan menangani titik yang lemah dan rentan dalam suatu produk

atau pada proses perencanaan (Ookalkar et al, 2009). Selain itu, metode ini dapat

didefinisikan sebagai suatu cara yang sistematis untuk mengidentifikasi dan

mengevaluasi efek kesalahan dari berbagai komponen yang berbeda untuk

menentukan kesalahan apa yang dapat dihilangkan atau dikurangi (Chang et al,

2010). Analisis FMEA saat ini banyak digunakan untuk membantu memperbaiki

sistem. Berdasarkan penelitian Ookalkar (2010), langkah dalam melakukan

analisis FMEA dapat disimpulkan sebagai berikut ini:

a. Mengidentifikasi potensi kesalahan yang terjadi

Tahap awal pencarian potensi kesalahan dilakukan dengan mengetahui

setiap proses yang ada. Berdasarkan pengetahuan pada setiap proses

tersebut, maka dapat diidentifikasi proses mana yang mungkin terjadi

kesalahan.

b. Menilai dampak potensial dari kesalahan dan mengevaluasi tingkat

keparahan (Severity). Proses ini menilai separah apa dampak yang

diberikan oleh potensi kesalahan yang ada. Tingkat keparahan dinilai dari

skala 1 sampai 10, mulai dari tidak ada efek sampe memiliki efek yang

berbahaya.

Page 51: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. KHARIMA PARWITEX · Contoh Beberapa Produk Serbet 15 Tabel 4.1. NE Benang untuk Mesin X 36 Tabel 4.2. NE Benang untuk Mesin Y 36 ... f. Menambah wawasan

43

Tabel 4.5. Severity Ranting

Ranking Kriteria

1 Tidak ada efek

2-3 Kecil

4-6 Sedang

7-8 Tinggi

9-10 Bahaya

c. Menentukan potensi penyebab kegagalan dan memeriksa kejadian

(Occurrence). Occurrence merupakan peluang terjadinya kesalahan,

ditentukan berdasarkan kurun waktu tertentu dengan skala 1 sampai

sepuluh dari yang tidak pernah ke sering sekali terjadi.

Tabel 4.6. Occurrence Ranting

Ranking Kriteria

1 Tidak Pernah

2-3 Jarang

4-6 Sedang

7-8 Sering

9-10 Sangat Sering

d. Melakukan pengendalian untuk pencegahan dan memverifikasi kefektifan

pengendalian untuk mendeteksi (Detection). Tahap ini adalah menilai

sejauh mana potensi kesalahan yang ditimbulkan dapat dicegah. Penilaian

dilakukan dari nilai 1 sampai 10, dari hampir pasti terdeteksi sampai hampir

pasti tidak terdeteksi kesalahan akan terjadi.

Tabel 4.7. Detection Ranting

Ranking Kriteria

1 Hampir pasti terdeteksi

2-3 Tinggi

4-6 Sedang

7-8 Kecil

9-10 Hampir pasti tidak terdeteksi

e. Menghitung risk priority number (RPN). RPN berguna untuk mengevaluasi

resiko kesalahan yang diperoleh dari mengalikan ketiga faktor yaitu

severity, occurrence dan detection.

RPN = S x O x D ………………………………………………………… (4.3)

Page 52: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. KHARIMA PARWITEX · Contoh Beberapa Produk Serbet 15 Tabel 4.1. NE Benang untuk Mesin X 36 Tabel 4.2. NE Benang untuk Mesin Y 36 ... f. Menambah wawasan

44

f. Mengevaluasi potensi kesalahan yang memiliki nilai RPN tertinggi.

Potensial kesalahan yang memiliki nilai RPN tertinggi merupakan

kesalahan yang perlu diperbaiki.

4.2.2. Tanggung Jawab dan Wewenang dalam Pekerjaan

Penulis selama melakukan kerja praktek di PT. Kharisma Parwitex melakukan

observasi pada berbagai departemen seperti departemen produksi, marketing,

warehouse, limbah namun penulis lebih berkonsentrasi pada proses kerja di

bagian warehouse untuk menyelesaikan tugas khusus yang diberikan dosen

pembimbing. Adapun wewenang yang diberikan kepada penulis selama

melakukan kerja praktek adalah sebagai berikut:

a. Penulis diperbolehkan mengetahui setiap proses pekerjaan yang ada

b. Penulis diperbolehkan bertanya kepada setiap karyawan mengenai pekerjaan

dan hal-hal yang belum dipahami oleh penulis

c. Penulis diperbolehkan melihat dan menyimpan beberapa data yang ada

d. Penulis diperbolehkan berkonsultasi mengenai tugas untuk laporan kerja

praktek kepada karyawan yang bersangkutan

4.2.3. Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Penulis berfokus pada penyelesaian masalah yang telah diberikan oleh dosen

pembimbing berupa perencanaan dan operasi pada warehouse dengan

menemukan human error pada proses yang terjadi pada warehouse. Kemudian

akan dianalisis dengan metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA). Adapun

metodologi pelaksaannya adalah sebagai berikut.

Page 53: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. KHARIMA PARWITEX · Contoh Beberapa Produk Serbet 15 Tabel 4.1. NE Benang untuk Mesin X 36 Tabel 4.2. NE Benang untuk Mesin Y 36 ... f. Menambah wawasan

45

Melakukan Observasi pada Warehouse

Melakukan Studi Literatur mengenai

Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)

Melakukan Pengambilan Data

berupa Kegiatan yang Merupakan Potential

Failure

Menganalisis Data dengan Metode FMEA

Melakukan Diskusi Hasil Analisis Data bersama

Kepala Warehouse

Menarik Kesimpulan Hasil Analisis

Mulai

Selesai

Gambar 4.2. Diagram Alir Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan Tinjauan

Khusus

Page 54: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. KHARIMA PARWITEX · Contoh Beberapa Produk Serbet 15 Tabel 4.1. NE Benang untuk Mesin X 36 Tabel 4.2. NE Benang untuk Mesin Y 36 ... f. Menambah wawasan

46

Pada tahap awal, penulis melakukan observasi ke bagian warehouse yang ada

pada PT. Kharisma Parwitex untuk mengetahui keadaan dan proses secara umum

yang terjadi. Kemudian penulis melakukan studi literatur berkaitan dengan topik

permasalahan. Penulis lalu mengambil data dengan mewawancarai kepala bagian

masing-masing warehouse serta melakukan beberapa kegiatan yang ada pada

warehouse sehingga mampu memperoleh data dengan baik. Data yang diperoleh

kemudian dianalisis. Setelah melakukan analisis awal maka penulis berdiskusi

dengan kepala bagian masing-masing warehouse mengenai hasil analisis awal

dan berdiskusi untuk menganalisis hasil yang dapat disimpulkan. Kesimpulan akhir

kemudian dapat diambil dan penulis dapat memberikan saran yang sesuai.

4.2.4. Hasil Pekerjaan

Pada kasus untuk PT. Kharisma Parwitex, analisis FMEA akan dilakukan untuk

menganalisis proses yang ada pada warehouse. Proses yang dianalisis adalah

proses dengan kemungkinan adanya human error. Terdapat 3 bagian warehouse

pada PT. Kharisma Parwitex yaitu warehouse benang, warehouse produk jadi dan

warehouse spare part.

Hasil analisis FMEA untuk mengidentifikasi proses pada warehouse benang yang

memungkinkan menimbulkan human eror ditunjukkan pada tabel 4.8. Diketahui

bahwa nilai RPN terbesar adalah 105 yang diperoleh dari hasil perkalian tingkat

severity, occurrence dan detection. RPN terbesar adalah untuk potential failure

benang yang dikeluarkan dicatat berbeda oleh pekerja. Contoh dari potential

failure ini adalah ukuran benang yang akan diproses terdapat ukuran yang hampir

sama misalnya 30/1 dan 30/2, pekerja menulis kedua ukuran pada salah satu

ukuran, 30/1 ditulis pada bagian 30/2 sehingga pada catatan tidak ada untuk

ukuran benang 30/1. Nilai severity bedasarkan tabel 4.5 untuk potential failure ini

diberi nilai 3 karena memiliki dampak yang masih kecil, dampak yang diberikan

adalah menunda perhitungan penyusutan karena harus melacak kesalahan yang

terjadi. Nilai occurrence ditentukan berdasarkan tabel 4.6, pada potential failure ini

diperoleh nilai sebesar 5 karena tingkat kejadian ini berulang masih sedang.

Sedangkan untuk nilai detection yang dinilai berdasarkan tabel 4.7 diperoleh nilai

sebesar 7 karena masih kecil kesalahan ini dapat terdeteksi karena bergantung

pada pekerja yang menulis benang yang keluar dan diproses. Hasil diskusi dengan

kepala bagian warehouse benang, kesalahan ini karena pekerja kurang

memperhatikan perbedaaan ukuran atau hanya melihat kesamaannya. Dengan

Page 55: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. KHARIMA PARWITEX · Contoh Beberapa Produk Serbet 15 Tabel 4.1. NE Benang untuk Mesin X 36 Tabel 4.2. NE Benang untuk Mesin Y 36 ... f. Menambah wawasan

47

begitu, perbaikan yang dapat diberikan adalah memberi dokumen yang telah

ditulis jenis benang yang harus keluar saat itu sedangkan pekerja produksi cukup

menuliskan hasil dari proses. Diharapkan hal ini dapat mengurangi kesalahan

yang dibuat pekerja produk

Page 56: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. KHARIMA PARWITEX · Contoh Beberapa Produk Serbet 15 Tabel 4.1. NE Benang untuk Mesin X 36 Tabel 4.2. NE Benang untuk Mesin Y 36 ... f. Menambah wawasan

48

Tabel 4.8. Failure Mode and Effect Analysis Warehouse Benang

Process Potential Failure Mode Potential Causes of

Failure Potential Effect of Failure Severity Occurrence Detection RPN

Penerimaan Jumlah muatan benang tidak sesuai surat jalan

Kesalahan perhitungan dari pihak supplier

Jumlah benang yang diterima tidak sesuai

2 3 8 48

Penyimpanan Benang rusak Kondisi ruang lembab Benang dimakan rayap 5 1 8 40

Pengiriman

Netto yang tertera tidak sesuai

Kesalahan perhitungan petugas

Harus membuka kardus untuk menghitung netto

ulang 5 3 5 75

Benang keluar ke produksi dicatat

berbeda

Petugas menulis dijadikan satu dengan ukuran yang

hampir sama

Menunda perhitungan penyusutan

3 5 7 105

Ada benang tidak seharusnya keluar

Kesalahan petugas dalam mengeluarkan produk

Harus membuat surat pengeluaran untuk produk

tersebut 3 4 8 96

Page 57: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. KHARIMA PARWITEX · Contoh Beberapa Produk Serbet 15 Tabel 4.1. NE Benang untuk Mesin X 36 Tabel 4.2. NE Benang untuk Mesin Y 36 ... f. Menambah wawasan

49

Tabel hasil FMEA pada warehouse produk jadi ditunjukkan pada tabel 4.9.

Didapati nilai RPN hasil perkalian nilai severity, occurrence dan detection terbesar

adalah 96. Potential failure dari RPN terbesar adalah kesalahan penamaan produk

yang hampir mirip. Jadi pekerja bagian gudang salah menamai seperti misalnya

jenis serbet kotak-kotak seperti pada gambar 3.4 yang memiliki berbagai jenis

yang menunjukkan tingkat kualitasnya. Produk yang ditulis misal jenis TP01

padahal seharusnya TP02. Hal ini dapat mengakibatkan kesalahan pemberian

produk saat packing untuk pengiriman. Berdasarkan diskusi dengan kepala bagian

warehouse barang jadi, nilai severity yang ditentukan berdasarkan tabel 4.5 untuk

potential failure ini adalah 3 karena memiliki dampak yang masih kecil. Nilai

occurrence yang ditentukan berdasarkan tabel 4.6 sebesar 4 karena tingkat

kejadian ini terjadi sedang. Dan untuk nilai detection yang ditentukan berdasarkan

tabel 4.7 sebesar 9 karena kesalahan ini dapat terdeteksi kecil. Kesalahan ini

biasanya terdeteksi ketika sudah packing dengan melakukan pencocokan

terhadap data order. Dengan begitu, perbaikan yang dapat diberikan adalah

melakukan pencocokan terlebih dahulu dengan data order sebelum packing.

Page 58: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. KHARIMA PARWITEX · Contoh Beberapa Produk Serbet 15 Tabel 4.1. NE Benang untuk Mesin X 36 Tabel 4.2. NE Benang untuk Mesin Y 36 ... f. Menambah wawasan

50

Tabel 4.9. Failure Mode and Effect Analysis Warehouse Barang Jadi

Potential Failure Mode Potential Causes of Failure Potential Effect of Failure Severity Occurrence Detection RPN

Jumlah order yang ditulis pada surat berbeda/ terbalik misal

118 menjadi 181 Kesalahan pekerja dalam penulisan Terjadi selisih saat pencocokan 2 3 8 48

Salah penamaan produk yang hampir mirip

Kesalahan pekerja dalam menulis produk

Terjadi kesalahan pemberian produk saat akan packing

3 4 8 96

Pencatatan order salah Karyawan bagian penerimaan

order lupa menulis/meberitahukan Produk yang akan dikirim masih

kurang 4 2 6 48

Stock yang tertulis berbeda dengan kenyataan

Pekerja lupa menulis ketika ada pengeluaran

Ketika ada order diperkirakan masih ternyata sudah habis atau

kurang 5 2 8

80

Kurangnya jumlah produk yang dikirim

Kesalahan perhitungan saat hendak dikirim

Mengirim sisa produk sehingga mengeluarkan 2 kali biaya ongkos

kirim 6 2 7 84

Kesalahan waktu pengiriman Karyawan lupa ada pengiriman

pada tanggal tersebut

Mendapatkan komplain dari konsumen dan harus melakukan

pengiriman segera 5 2 8 80

Page 59: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. KHARIMA PARWITEX · Contoh Beberapa Produk Serbet 15 Tabel 4.1. NE Benang untuk Mesin X 36 Tabel 4.2. NE Benang untuk Mesin Y 36 ... f. Menambah wawasan

51

Pada warehouse spare part tidak terdapat banyak aktivitas sehingga hanya

memperoleh satu kemungkinan proses yang terjadi human error. Hasil FMEA

warehouse spare part dapat dilihat pada tabel 4.10. Potential failure yang terjadi

adalah nama/kode sparepart yang ditulis berbeda dengan database. Dikarenakan

kemiripan hal ini membuat kesalahan dalam memasukkan laporan sehingga pada

akhir pengecekan mendapati jumlah minus karena tidak ada stock namun

dikeluarkan atau ada kelebihan pengeluaran pada spare part itu sehingga saldo

akhir saat dilakukan pencocokan dengan bagian accounting berbeda. Oleh karena

hal itu, membuat pekerja harus mencocokan ulang data-data dan mencari

kesalahan yang ada berasal darimana. Berdasarkan tabel 4.5, nilai severity pada

kasus ini diperoleh sebesar 2 karena dampaknya masih kecil. Nilai occurrence

yang ditentukan berdasarkan tabel 4.6 diperoleh sebesar 4 karena tingkat

keseringan kejadian ini sedang. Dan berdasarkan tabel 4.7, nilai detection

diperoleh sebesar 7 karena kecil untuk terdeteksi saat awal. Perbaikan yang dapat

diberikan adalah meningkatkan ketelitian dan pemeriksaan ketika akan

memasukkan data ke laporan.

Page 60: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. KHARIMA PARWITEX · Contoh Beberapa Produk Serbet 15 Tabel 4.1. NE Benang untuk Mesin X 36 Tabel 4.2. NE Benang untuk Mesin Y 36 ... f. Menambah wawasan

52

Tabel 4.10. Failure Mode and Effect Analysis Warehouse Sparepart

Process Potential Failure Mode Potential Causes of

Failure Potential Effect of

Failure Severity Occurrence Detection RPN

Pengeluaran Sparepart

Nama/kode sparepart yang ditulis berbeda

dengan database

Kesalahan pekerja dalam menulis

Salah memasukan ketika membuat

laporan 2 4 7 56 Harus mengecek ketika

membuat laporan sehingga waktu selesai

lebih lama

Page 61: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. KHARIMA PARWITEX · Contoh Beberapa Produk Serbet 15 Tabel 4.1. NE Benang untuk Mesin X 36 Tabel 4.2. NE Benang untuk Mesin Y 36 ... f. Menambah wawasan

53

BAB 5

KESIMPULAN

Evaluasi produktivitas mesin twist pada PT. Kharisma Parwitex dilakukan dengan

menghitung efisiensi mesin. Hasil perhitungan efisiensi mesin X adalah 594.04 kg,

505.84 kg, 745.57 kg, 1078.51 kg, 1603.63 kg, 1706.30 kg, 1792.50 kg. Untuk hasil

perhitungan efisiensi mesin Y adalah 1228.53 kg, 961.59 kg, 1676.03 kg, 2593.88

kg, 2561.57 kg, 4815.48 kg. Dengan melihat hasil tersebut, pekerja akan

melakukan pengecekan terhadap mesin yang produktivitasnya menurun atau

kurang baik.

Selain dilakukan evaluasi produktivitas mesin twist, penulis melakukan evaluasi

kegiatan pada setiap warehouse dengan menggunakan metode failure mode and

effect analysis (FMEA). Hasil analisis FMEA pada warehouse benang

menunjukkan bahwa potential failure dengan nilai RPN tertinggi adalah benang

yang dikeluarkan dicatat berbeda oleh pekerja. Potential failure ini memperoleh

nilai severity sebesar 3 yang berarti dampak dari potential failure tersebut kecil.

Kemudian untuk nilai occurrence diperoleh sebesar 5 yang berarti peluang

terjadinya potential failure tersebut masih berada ditingkat yang sedang dan nilai

detection diperoleh sebesar 7 yang berarti tingkat kemampuan mendeteksi

kemungkinan terjadinya potential failure tersebut adalah kecil. Perbaikan yang

dapat diberikan adalah memberi dokumen berisi daftar jenis benang yang harus

keluar sehinggga pekerja produksi cukup menuliskan hasil dari proses.

Hasil pemetaan FMEA pada warehouse barang jadi diperoleh potential failure

dengan nilai RPN terbesar yaitu kesalahan penamaan produk yang hampir sama.

Nilai severity untuk potential failure ini adalah 3 yang berarti dampak dari potential

failure tersebut kecil. Untuk nilai occurrence diperoleh sebesar 4 yang berarti

peluang terjadinya potential failure tersebut masih berada ditingkat yang sedang

dan nilai detection sebesar 9 yang berarti tingkat kemampuan mendeteksi

kemungkinan terjadinya potential failure tersebut adalah hampir pasti tidak

terdeteksi. Perbaikan yang dapat diberikan adalah melakukan pencocokan terlebih

dahulu dengan data order sebelum packing.

Pada warehouse spare part, hasil FMEA karena tidak memiliki banyak proses yang

terjadi maka hanya dapat menemukan satu kegiatan yang merupakan potential

Page 62: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. KHARIMA PARWITEX · Contoh Beberapa Produk Serbet 15 Tabel 4.1. NE Benang untuk Mesin X 36 Tabel 4.2. NE Benang untuk Mesin Y 36 ... f. Menambah wawasan

54

failure yaitu pencatatan nama/kode berbeda dengan database sehingga

mengakibatkan kesalahan dalam pembuatan laporan dan memerlukan waktu

untuk mencari kesalahan. Nilai severity pada potential failure ini sebesar 2 yang

berarti dampak dari potential failure tersebut kecil. Untuk nilai occurrence diperoleh

sebesar 4 yang berarti peluang terjadinya potential failure tersebut masih berada

ditingkat yang sedang dan nilai detection 7 yang berarti tingkat kemampuan

mendeteksi kemungkinan terjadinya potential failure tersebut adalah kecil.

Perbaikan yang dapat diberikan adalah meningkatkan ketelitian dan pemeriksaan

ketika akan memasukkan data ke laporan.

Dengan hasil analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa masih

terdapat proses-proses yang memungkinkan terjadinya human error. Kesalahan-

kesalahan yang ada dapat memberikan dampak tersendiri bagi perusahaan. Oleh

sebab itu, perlu adanya perbaikan untuk memajukan proses pada sistem yang ada

sehingga kesalahan yang berdampak pada perusahaan dapat dikurangi bahkan

dihilangkan.

Page 63: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. KHARIMA PARWITEX · Contoh Beberapa Produk Serbet 15 Tabel 4.1. NE Benang untuk Mesin X 36 Tabel 4.2. NE Benang untuk Mesin Y 36 ... f. Menambah wawasan

55

DAFTAR PUSTAKA

Budiasih, Y. (2012). Struktur Organisasi, Desain Kerja, Budaya Organisasi dan

Pengaruhnya Terhadap Produktivitas Karyawan (Studi Kasus pada PT. XX di

Jakarta). Jurnal liquidity, 1(2), 99-105.

Chang, K. H., & Cheng, C. H. (2010). A risk assessment methodology using

intuitionistic fuzzy set in FMEA. International Journal of Systems Science, 41(12),

1457-1471.

Delgado, A., Ruiz, F., Garcia-Rodriguez, d. G., & Piattini, M. (2010). A model-

driven and service-oriented framework for the business process

improvement. Journal of Systems Integration, 1(3), 45-56. Retrieved from

https://search.proquest.com/docview/1690666769?accountid=44396

Ookalkar, A. D., Joshi, A. G., & Ookalkar, D. S. (2009). Quality improvement in

haemodialysis process using FMEA. International Journal of Quality & Reliability

Management, 26(8), 817-830.

Stoner et al., 1992, Manajemen”, Jilid 2, Edisi Bahasa Indonesia, Penerbit,

Prehallindo, Jakarta.