Upload
ditosaja
View
662
Download
33
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN KERJA PRAKTEK
Pada
PT. PERTAMINA UNIT BISNIS EP LIMAU
Tugas Khusus:
Monitoring dan Evaluasi Program CSR (Corporate Social Responsibility)
PT. PERTAMINA UBEP LIMAU
Disusun oleh:
Tito Parbowo
114080149
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2012
ii
iii
Lembar Pengesahan
Monitoring dan Evaluasi Program CSR (Corporate Social Responsibility)
PT. PERTAMINA UBEP LIMAU
Disusun oleh:
Tito Parbowo
114080149
disusun sebagai salah satu syarat untuk lulus Mata kuliah Kerja Praktek pada
Program Studi Teknik lingkungan, Fakultas Teknologi Mineral,
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakrta.
Telah disetujui oleh:
Tanggal: …………… Tanggal: ……………
Pembimbing Akademik 1 Pembimbing Akademik 1
Jaka Purwanta, S.T., M.Si Herwin Lukito, S.T., M.Si
NPY: 276101102981 NPY. 2700806024010
Ketua Program Studi
Ir. H. Suharwanto, MT
NIP: 19610916 199303 1 001
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur di panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan hidayah – Nya sehingga saya dapat melaksanakan Kerja
Praktek di PT. Pertamina UBEP Limau dengan Judul Monitoring dan Evaluasi
Program CSR (Corporate Social Responsibility) PT. PERTAMINA UBEP
LIMAU.
Kerja praktek ini berlangsung selama satu bulan. Pelaksanaan Kerja
Praktek ini merupakan syarat yang harus dipenuhi sebagai mahasiswa guna
mengambil gelar sarjana pada Program Studi Teknik Lingkungan UPN “Veteran”
Yogyakarta. Dengan terselesaikan laporan ini kami mengucapkan terima kasih
yang sebesar – besarnya kepada:
1. Kepada kedua orang tua kami yang selalu memberikan doa dan dukungan
selama kami melakukan kerja praktek.
2. Kepada bapak Laksmana. P. L sebagai pembimbing Kerja Praktek di PT.
Pertamina UBEP Limau.
3. Kepada bapak Pandu Sugarda, bapak Ali, dan Bapak Erwin sebagai
pembimbing lapangan.
4. Kepada bapak Jaka Purwanta, S.T., M.Si dan bapak Herwin Lukito, S.T.,
M.Si sebagai pembimbing akademik.
5. Teman-teman Kerja Praktek.
6. Teman-teman Teknik Lingkungan “Kebumian” UPN “Veteran” Yogyakarta
Angkatan 2008
7. Pihak-pihak lain yang turut membantu baik dalam Pelaksanaan Kerja
Praktek dan Penyusunan Laporan Kerja Praktek yang tidak dapat kami
sebutkan satu per satu.
Kami menyadari adanya keterbatasan kemampuan dan pengetahuan, oleh
karena itu segala kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan
Laporan ini.
Yogyakarta, 7 Juni 2011
Penyusun
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL …………………………………………………… i
HALAMAN PERSETUJUAN ………………………………………… ii
KATA PENGANTAR …………………………………………………. iv
DAFTAR ISI ……………………………………………………………. v
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………… vi
DAFTAR TABEL ………………………………………………………. vii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………. 1
1.1. Latar Belakang ……………………………………………………….. 1
1.2. Maksud dan Tujuan Kerja Praktek …………………………………… 1
1.3. Manfaat Kerja Praktek ……………………………………………….. 2
BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN ....................................... 3
2.1. Kondisi Umum ……………………………………………………….. 3
2.1.1. Lokasi dan Letak Perusahaan ………………………………………. 4
2.1.2. Profil Perusahaan …………………………………………………… 6
2.1.3. Budaya Organisasi ………………………………………………….. 6
2.1.4. Sruktur Organisasi ………………………………………………….. 7
2.2. Lingkup Rona Lingkungan Hidup ……………………………………. 8
2.2.1. Komponen Geofisik kimia ………………………………………….. 8
2.2.2. Komponen Biotis …………………………………………………… 10
2.2.3. Komponen Sosial …………………………………………………… 13
2.2.4. kesehatan Masyarakat ………………………………………………. 14
BAB III TUGAS KHUSUS ....................................................................... 16
3.1. Kondisi dan Profil ……………………………………………………. 16
3.1.1. Departemen HSE (Health, Safety and Environmental) ……………. 16
3.1.2. Struktur Organisasi …………………………………………………. 17
3.2. Tinjauan Pustaka ……………………………………………………… 17
3.2.1. Pengertian CSR …………………………………………………….. 17
3.2.2. Peraturan ……………………………………………………………. 19
3.3. Metodologi …………………………………………………………… 20
3.4. Hasil Pemantauan …………………………………………………….. 22
3.4.1. Program Peternakan Sapi Desa Karya Mulya ……………………… 23
3.4.2.Pelaksanaan dan Hasil Dari Program CSR …………………………. 25
BAB IV PENUTUP ................................................................................... 32
4.1. Kesimpulan …………………………………………………………… 32
4.2. Saran ………………………………………………………………….. 32
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 33
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 Peta wilayah kerja Pertamina EP Region Sumatera …………………. 4
2.2 Peta Prabumulih ………………………………………………………. 5
2.3 Struktur Organisasi PT. Pertamina EP Unit Bisnis Limau ………….. 7
3.1 Struktur Organisasi Departemen HSE ……………………………….. 17
3.2 Diagram Alir Kerja Praktek ………………………………………….. 20
3.3 Lokasi peternakan sapi, Desa Karya Mulya ………………………….. 23
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
3.1 Rencana Program peternakan sapi PT. Pertamina UBEP Limau di
Desa Karya Mulya …………………………………………………... 22
3.2 Pelaksanaan program peternakan sapi di
Desa Karya Mulya Tahun 2010 ……………………………………... 25
3.3 Pelaksannan Program peternakan sapi di
Desa Karya Mulya Tahun 2011 .......................................................... 25
3.4 Pelaksanaan Program peternakan sapi di
Desa Karya Mulya Tahun 2012 .......................................................... 26
3.5 Pelaksanaan Program peternakan ayam di
Desa Karangan ………………........................................................... 28
3.6 Perbandingan Program peternakan sapi dan ayam ………………….. 30
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kerja Praktek merupakan salah satu mata kuliah di jurusan Teknik
Lingkungan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta. Mata
kuliah ini merupakan mata kuliah wajib yang dapat diambil apabila mahasiswa
telah menempuh mata kuliah 90 SKS.
Era globalisasi saat ini merupakan sebuah tantangan yang berat bagi tiap
elemen yang ada di masyarakat. Perkembangan dunia yang begitu pesat memaksa
tiap individu terutama mahasiswa untuk meningkatkan kualitas diri baik secara
akademik maupun non-akademik. Sehingga kita semua dituntut untuk
mempersiapkan diri dengan baik agar mampu bersaing di era globalisasi.
Bagi mahasiswa, kesiapan diri baik akademik maupun non akademik
sangatlah penting. Sebagai generasi penerus bangsa, mahasiswa tidak hanya
dituntut untuk memiliki kecerdasan akademik semata, tetapi juga kecerdasan non
akademik. Kecerdasan akademik yang dimiliki akan semakin sempurna jika
diimbangi dengan kecerdasan non-akademik yang baik pula. Oleh karena itu,
pengaplikasian teori yang telah diperoleh selama di bangku kuliah menjadi sangat
penting bagi mahasiswa agar dapat menjaga keseimbangan antara kecerdasan
akademik dan non-akademik. Untuk maksud itulah, kegiatan kerja praktek
dilaksanakan.
Menyadari akan hal ini, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta khususnya Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknologi
Mineral melengkapi kurikulumnya dengan Kerja Praktek berbobot 2 SKS, yang
wajib dilaksanakan oleh seluruh mahasiswa yang telah menyelesaikan 90 SKS
yang merupakan persyaratan kerja praktek.
1.2. Maksud dan Tujuan Kerja Praktek
Kerja praktek dilakukan agar mahasiswa mampu mengaplikasikan teori
pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan kondisi di lapangan dan dapat
2
mengenal alat–alat yang dipergunakan dalam pengambilan data serta dapat
menganalisis data lingkungan yang dipakai dalam perusahaan. mahasiswa
diharapkan mampu mengkorelasikan hasil pengamatan lapangan dengan analisa
mahasiswa berdasarkan teori yang didapat dari kegiatan perkuliahan. Oleh sebab
itu, penulis berharap memiliki kesempatan untuk dapat melakukan kerja praktek
di PT. Pertamina UBEP Limau, mengingat perusahaan ini merupakan sebuah
perusahaan global yang bergerak di bidang service untuk minyak dan gas.
Sedangkan tujuan kerja praktek yaitu mahasiswa dapat merespon
perkembangan lingkungan migas secara langsung, baik teori, praktek lapangan
maupun pengetahuan tentang lingkungan hidup.
1.3. Manfaat Kerja Praktek
Manfaat dari kerja praktek ini adalah dapat mengetahui program CSR
(Corporate Social Responsibility) yang di jalankan dan manfaatnya kepada
masyarakat sekitar serta dampaknya terhadap peningkatan proper PT. Pertamina
UBEP Limau.
3
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Kondisi Umum
Lapangan Limau berada di Prabumulih, sekitar 110 km Barat Daya Kota
Palembang dengan luas area lapangan lebih kurang 250 km2. Lapangan Limau ini
merupakan lapangan tua (old field) yang mulai dikembangkan pada awal tahun
1950 sampai 1956, dan merupakan depleted structurer karena lebih dari 300
sumur yang telah dibor. Hingga kini sumur yang masih aktif berproduksi
berjumlah 66 sumur dan diusahakan menggunakan teknologi tahap sekunder yaitu
Enhanced Oil Recovery (EOR) melalui sistem injeksi air ke dalam formasi.
Pengembangan lapangan Limau sebagai proyek EOR dimulai tanggal 5
Juli 1989, yaitu sejak ditandatangani perjanjian kerja sama antara Pertamina
dengan Husky Oil International Inc melalui kontrak EOR. Pada tahun 1997, Sea
Union Energy mengambil alih lapangan Limau menjadi JOB Pertamina Sea
Union Energy (Limau) Ltd. Bentuk perjanjian kerjasama antara Pertamina dengan
Sea Union tidak berubah seperti ketika perjanjian dengan Husky Oil International
Inc.
Selama tahun 1994-1995, Lapangan Limau telah dilakukan pengeboran
sebanyak enam kali dengan sukses rasio 100%. Namun, tahun 1996-1998
sebanyak 14 sumur dibor dan menunjukan sukses rasio 71%. Penurunan ini
menunjukkan bahwa semakin besarnya resiko pengeboran. Pada tahun 1999
dilakukan pengeboran satu sumur vertikal sebagai sumur injeksi. Dengan metode
artificial lift sebelum tahun 1996 terutama menggunakan gas lift dan beam pump.
Akan tetapi sejak 1997 Electric Submersible Pump (ESP) berhasil dipasang di
beberapa sumur. Hingga tahun 2003 sebanyak 13 sumur ESP telah dipasang dan
menghasilan produksi sebesar 2900 bopd.
Pada tanggal 4 Juli 2004 kerja sama dengan Sea Union Energy berakhir.
Tanggal 1 Januari 2005, Lapangan Limau dikelola kembali oleh Pertamina
sebagai Unit Bisnis Pertamina EP (UBEP) Limau dan beroperasi hingga sekarang.
Jumlah sumur yang berproduksi dibawah Unit Bisnis Limau sebanyak 66 sumur,
4
2 diantaranya adalah masih merupakan natural flow, sedangkan yang lainnya di
usahakan dengan pengangkatan buatan, yaitu 37 sumur dengan menggunakan
pompa ESP, 11 sumur dengan gas lift dan 16 sumur dengan sucker rod pump.
Besarnya produksi yang dihasilkan oleh lapangan Limau sampai saat ini (Maret
2007) sekitar 6672 bopd.
2.1.1. Lokasi dan Letak Perusahaan
Wilayah kerja Unit Bisnis PT. Pertamina EP Limau berada di lokasi
Lapangan Limau yang dibagi menjadi 8 blok, dimana minyak diproduksi dari
beberapa macam lapisan. Blok-blok tersebut meliputi Blok Belimbing, Niru,
Limau Barat, Limau Tengah, Seksi P, Blok Q22, Blok Q51 dan Karangan.
Gambar 2.1 Peta wilayah kerja Pertamina EP Region Sumatera
Sumber : Data Perusahaan
5
Gambar 2.2. Peta Prabumulih
Sumber : Data Perusahaan
6
2.1.2. Profil Perusahaan
Pertamina EP sebagai anak Perusahaan PT Pertamina (Persero) Direktorat
Hulu yang terbentuk pada tanggal 13 September 2005 merupakan implementasi
UU Migas No. 22/2001 dan PP. No. 35/2004. Unit Bisnis Limau merupakan salah
satu Unit Bisnis di lingkungan Pertamina EP berlokasi di sekitar Prabumulih yang
menghasilkan minyak. Wilayah kerja membentang dari Karangan Limau Timur
sampai Belimbing.
Produk utama (core product) PT. Pertamina EP Unit Bisnis Limau adalah
crude oil dengan jumlah produksi crude oil tahun 2009 sebesar 4.086.533 bbls.
Produksi crude oil disalurkan secara langsung melalui sistem pemipaan ke PPP
Prabumulih sebagai pelanggan PT. Pertamina EP Unit Bisnis Limau, dan dikirim
ke Kilang Refinery Unit III Plaju. Penyerahan produk crude oil ini berdasarkan
komitmen jual beli crude oil yang dibuat oleh Direktorat Pengolahan dengan
Pertamina EP.
2.1.3. Budaya Organisasi
Karakteristik Utama dari Budaya Organisasi adalah menumbuhkan
semangat Kebersamaan dan Team Work di segenap jajaran fungsi untuk
mewujudkan visi dan misi PT. Pertamina EP Unit Bisnis Limau.Sejalan dengan
Visi dan Misi Pertamina EP secara korporat, PT. Pertamina EP Unit Bisnis Limau
sebagai unit menetapkan Visi, Misi dan Nilai-nilai, yaitu :
Visi :
Menjadi Entitas Bisnis Migas yang terbaik di Pertamina EP yang berkelas
dunia.
Misi :
Mengelola usaha hulu migas secara profesional, jujur, peduli terhadap
lingkungan dan mengutamakan keselamatan serta memberikan nilai tambah
bagi stakeholder.
Dengan tata nilai mengacu kepada tata nilai Pertamina EP yaitu
Sincere : Jujur dan Bersih
Strong : Mandiri dan Kompeten
7
Sensible : Peduli dan berwawasan luas
Tata Nilai tersebut lalu dijabarkan dalam lingkungan PT. Pertamina EP
Unit Bisnis Limau melalui Tim Manajemen. Kompetensi Inti organisasi dan
hubungannya dengan Misi PT. Pertamina EP Unit Bisnis Limau adalah Mengelola
Aset Bawah Tanah dengan menambah cadangan dan optimalisasi Fasilitas
Produksi yang fokus pada peningkatan produksi.
2.1.4. Sruktur Organisasi
Adapun struktur organisasi Unit Bisnis PT. Pertamina Limau adalah
sebagai berikut :
Gambar 2.3 Struktur Organisasi PT. Pertamina EP Unit Bisnis Limau
Sumber : Data perusahaan
Direktur Operasi
General Manager UBEP Limau
Field Manager Limau
Asman Perencanaan
Produksi
Asman Produksi
Asman Layanan Operasi
Kepala HSE Sekretaris
Manager Eksploitasi
Chief G&G
Chief Teknik Reservoir
Chief Teknik Produksi
Chief Perencanaan
Operasi
Manager Layanan Operasi
Asman Human Resources
Asman Layanan Umum
Asman Pengadaan
Staf Managemen Mutu
Sekretaris
8
2.2. Lingkup Rona Lingkungan Hidup
2.2.1. Komponen Geofisik kimia
A. Iklim
Berdasarkan tipe iklim di Sumatera Selatan umumnya dan di sekitar
wilayah studi termasuk ke dalam daerah yang beriklim tropis. Pernyataan iklim
tropis ini digambarkan oleh beberapa ahli dengan istilah:
1) Termasuk iklim Afa (iklim hujan tropis) menurut Koppen.
2) Termasuk iklim A (daerah sangat basah ) menurut Schmidt- Ferguson1950.
3) Termasuk iklim B1 (daerah dengan 7 sampai 9 bulan basah dan dua bulan
kering), menurut Oldeman 1979.
Data iklim diperoleh dari hasil pengamatan badan Meteorologi dan
Geofisika Stasiun Klimatologi Kelas II kenten Palembang.data yang tersedia
meliputi analisir curah hujan, hari hujan, temperatur udara dan kelembapan relatif
udara.
B. Geologi dan Fisiografi
1) Geologi
PT. Pertamina EP Unit Bisnis Limau berada di daerah Cekungan Sumatera
Selatan yang merupakan cekungan yang terbentuk asimetri. Cekungan ini terletak
di bagian Selatan Pulau Sumatera, di sebelah Timur Pengunungan Barisan yang
memanjang ke arah Barat Laut-Tenggara dan dari arah Timur Laut hingga ke
daerah lepas pantai dengan luas lebih kurang 117.000 km2.
Cekungan Sumatera
Selatan merupakan Cekungan Belakang Busur (Back Arc Basin). Cekungan ini
dibatasi oleh Bukit Barisan di sebelah Barat Daya, Paparan Sunda sebelah Timur,
Tinggian Lampung di sebelah Tenggara dan Pegunungan Tiga Puluh di Sebelah
Barat Laut.
Struktur geologi yang mempengaruhi terbentuknya perangkap hidrokarbon
sebagian besar merupakan antiklinal, patahan yang berorientasi Barat Laut
Tenggara sebagai akibat gaya kompresi. Pada cekungan Sumatera Selatan, minyak
dan gas terperangkap pada lapisan batu pasir, batu gamping, dan granit yang
berasosiasi dengan sesar geser. Sedimen-sedimen tersier yang umumnya kaya
akan hidrokarbon diendapkan tidak selaras diatasnya. Sedimen-sedimen tersier
9
tersebut diawali oleh endapan non-marine Formasi Lahat yang kemudian diikuti
dengan siklus transgresi dan redgresi dari Formasi Talang Akar sampai Formasi
Muara Enim.
Tektonik ini yang mempengaruhi terjebaknya minyak bumi dan
membentuk bentang alam saat ini di Sumatera. Hasil akhir dari tektonik ini adalah
perlipatan dan patahan dari sedimen tersier yang membentuk beberapa
antiklinorium yang paralel dengan arah umum Pulau Sumatera. Jebakan
hirdokarbon pada Lapangan Limau adalah fault block atau horst, dengan titik
tertinggi resevoir berada di ujung utama struktur. Produksi minyak dihasilkan dari
rangkaian tipis pada jalur-jalur yang berpotongan pada Formasi Talang Akar yang
berumur Oligence menjelang Miocene pada kedalaman sekitar 1300 m.
2) Fisiografi
Deskripsi resevoir Lapangan Limau dibagi menjadi zona S, T, U, W, X,
dan Y. Pada awalnya Lapangan Limau mengandung sebuah gas cap di atas zona
oil, tetapi produksi yang cepat untuk minyak dan gas dapat dihasilkan dengan
water drive yang kuat. Secara umum stratigrafi di Cekungan Sumatera Selatan
bagian dasar tersusun oleh basement berumur Pra-Tersier. Proses sedimentasi
dimulai pada Oligosen Awal, menghasilkan Formasi Lemat atau Formasi lahat
yang didominasi oleh batuan vulkanik, batu lempung dan serpih yang diendapkan
secar terbatas pada daerah kedalaman (graben). Kemudian pada Oligosen Atas,
diendapkan Formasi Talang Akar hampir diseluruh cekungan. Kedua Formasi itu
merupakan sekuen regresi yang diendapkan selama periode Oligosen Akhir
hingga Miosen Tengah. Sedangkan lapisan sedimen diendapakan pada periode
Miosen Tengah.
C. Hidrologi dan Kualitas Air
1) Karekteristik sungai
Lokasi kegiatan eksploitasi minyak dan gas bumi PT. Pertamina UBEP
Limau dilalui oleh cukup banyak sungai dengan debit yang cukup bervariasi.
Sungai terbesar dilokasi ini adalah sungai lematang. Sungai lematang merupakan
sungai terbesar diwilayah ini yang bersama-sama dengan anak sunagi terbesar di
suatu kesatuan yang disebut Daerah lairan Sungai Lematang dan bermuara ke
10
sungai Musi, aliran induk sungai Lematang bersumber di Bukit Barisan.
Pertumbuhan permukiman pada zaman dulu mengikuti aliran air sungai , karena
itu banyak penduduk yang masih tinggal si sepanjang sungai.
2) Kualitas badan air permukaan dan air sumur
Biasanya mengandung bahan-bahan metal terlarut seperti Na, Mg, Ca dan
Fe. Air yang mengandung komponen- komponen tersebut dalam jumlah tinggi
disebut air sadah. Air yang sangat bervariasi tergantung dari jenis air dan polutan
atau komponen yang mengakibatkan polusi.
D. Ruang, lahan dan tanah
Berdasarkan pengamatan lapangan, tanah di lokasi studi umumnya
terbentuk dari sedimen. Bagian atas terdiri dari batuan lanau dengan sisipan clay
kuarsa. Bagian atas umumnya lebih lunak dibandingkan dengan bagian bawah dan
banyak mengandung tufaan. Pada lapisan bawah seringkali dijumpai konkresi
oksida besi yang berintika lanau atau pasir kuarsa (yang lepas). Bagian atasnya
umumnya tersusun dari batuan lanau tufaan yang berwarna putih kecoklatan
/kemerahan.
Kondisi tropika basah di daerah studi yang dicirikan oleh rerata suhu dan
curah hujan tahunan relatif tinggi dann mempercepat proses penghancuran dan
pelapukan (mineralisasi) yang akan melepaskan kandungan mineral / unsur-unsur
yang terkandung dalam batuan induk tanah. Curah hujan yang tinggi akan
mengakibatkan tingginya proses pencucian (leaching) basa-basa yang dihasilkan
dari proses mineralisasi, sehingga kandungan basa-basa tanah di lokasi kegiatan
umumnya rendah. sebagai akibat dari proses podolisasi terbentuk tanah-tanah
podsolik yang mempunyai kesuburan tanah yang dicirikan oleh pH yang masam
dan kandungan hara yang rendah.
2.2.2. Komponen Biotis
A. Vegetasi kebun campuran dan kebun karet
Kualitas vegetasi pada suatu habitat dapat dilihat dari keanekaragaman
jenis habitat dan pertumbuhannya yang menunjukan kondisi lingkungan
tumbuhan disuatu daerah yang berkaitan erat dengan fungsi vegetasi tersebut di
11
dalam ekosistemnya. Keanekaragaman jenis tumbuhan dapat mnggambarkan
stabilitas dari suatu ekosistem yang mendukung kehidupan satwa liar sebagai
tempat tinggal, tempat berlindung dan berbiak sertatempat mencari makan habitus
atau perawakan dan kondisi pertumbuhan suatu tumbuhan dapat memberkan
peran dalam meningkat kualitas lingkungan baik sebagai pelindung/peneduh,
mengatur hidrologi, pelindung tanah dan peredam suara serta meningkatkan nilai
estetika.
Hasil pengamatan lapangan terlihat bahwa pertumbuhan vegetasi yang
terdapat disekitar kegiatan Pengembangan Lapangan Migas PT. Pertamina UBEP
Limau tidak mengalami kerusakan baik pada akar, batang dan daun tananman
sehingga pertumbuhan tanaman berlangsung baik. pertumbuhan tanaman pada
vegetasi kebun campuran dan kebun karet milik penduduk terlihat tumbuh subur.
Hal ini menggambarkan bahwa kegiatan Pengembangan Lapangan Migas PT.
Pertamina UBEP Limau tidak memberikan dampak negatif terhadap vegetasi yang
ada di sekitar kegiatan.
B. Vegetasi budidaya
Jenis- jenis tumbuhan budidaya yang ditemukan di dalam pekarangan
masyarakat sekitar lokasi kegiatan Pengembangan Lapangan Migas PT. Pertamina
UBEP Limau di masyarakat setempat untuk menanam jenis tananman yang
variatif meskipun jumlah individu setiap jenis tumbuhan terbatas dapat ditanam
dengan jenis tumbuhan yang beragam sehingga tumbuhan dapat dimanfaatkan
sesuai manfaat masing- masing tumbuhan, misalnya tumbuhan penghasil sayuran,
penghasil buah, tumbuhan pelindung dan peningkatan nilai estetika lingkungan
(tanaman hias).
C. Satwa liar
Hasil survei lapangan dan wawancara dengan beberapa masyarakat lokal
yang tinggal di lokasi kegiatan Pengembangan Lapangan Migas PT. Pertamina
UBEP Limau dapat diketaahui bahwa jenis- jenis satwa liar yang masih sering
dijumpai berada di sekitar lokasi kegiatan tergolong ke dalam 4 kelas yaitu
Amphibia, Reptilia, Aves, dan Mamalia. Secara umum disetiap lokasi kegitan
keanekaragaman jenis satwa liar relatif. Keanekaragaman satwa liar dilokasi
12
lingkungan yang sedang di sebabkan karena lokasi kegiatan sebagian berada dekat
pemukiman penduduk dan lahan sudah banyak yang dibuka untuk kegiatan
perkebunan oleh penduduk setempat terutama kebun karet dan kebun campuran.
Sedangkan vegetasi hutan sekunder dan semak belukar yang dapat berfungsi
sebagai tempat tinggal yang dapat digunakan sebagai habitat, tempat berbiak,
tempat mencari makan bagi satwa liar tersebut semakin berkurang.
D. Biota Perairan
1) Plankton
Plankton adalah organisme perairan yang hidup melayang dan terapung di
dalam badan perairan dimana pergerakannya dipengaruhi oleh gerakan air atau
gelombang. Komunitas plankton terdiri atas organisme yang heterogen dan
berukurn reltif kecil, bersifat mikroskopis dan bergerak pasif. Komunitas plankton
berperan sangat penting dalam ekosistem perairan, kareana kemanpuannya dalam
melakukan proses fotosintesis yang dapat menyuplai kandunga oksigen dalam
perairan dan karbohidrat sebagai bahan makanan bagi biota perairan lainnya.
2) Benthos
Benthos merupakan orgnisme perairan baik tumbuhan maupun hewan
yang hidup di dasar atau di atas sedimen di dasar suatu perairan atau melekat pada
batuan, tumbuhan atau kayu yang mati. Pada paerairan yang sudah tercemar baik
organik maupun anorganik maka komposisisi jenis hewan benthos dan
keanekaragamannyaakan rendah sebaliknya pada perairan yang tidak tercemar
maka komposisi dan keanekaragaman jenisnya akan tinggi.
3) Nekton
Kelompok nekton yang sering ditemukan pad perairan sungai disekitar
lokasi kegiatan Pengembangan Lapangan Migas PT. Pertamina UBEP Limau
diinventariskan berdasarkan hasil tangkapan nelayan dan wawancara dengan
nelayan setempat. Komposisi jenis ikan yang terdapat di sungai di sekitar lokasi
kegiatan tergolong keanekaragaman tinggi dan jenis ikan yang ditemukan
termasuk jenis ikan yang bernilai ekonomis , sebagai sumber protein dan sumber
penghasil bagi masyarakat setempat.
13
2.2.3. Komponen Sosial
A. Wilayah Administratif dan Geografis
Lokasi pengembangan lapangan migas terbatas PT. Pertamina UBEP
Limau secara administratif pemerintah melibatkan kabupaten Muara Enim dan
kabupaten Ogan Ilir serta kota Prabumulih. Secara keseluruhan lokasi tersebut
menyebar di beberapa desa atau kelurahan sebanyak 29 desa dalam 7 kecamatan.
Wilayah studi terdapat di kota Prabumulih terdiri dari kecamatan Prabumulih
barat, Prabumulih selatan dan Prabumulih timur
1) Mata Pencaharian
Mata pencaharian utama penduduk desa disekitar lokasi pengembangan
lapangan MIGAS terbatas PT. Pertamina UBEP Limau umumnya masih berada
pada sector primer. Sumber mata pencaharian penduduk pada sector primer sangat
tergantung pada kondisi sumber daya alam yang tersedia, khususnya kondisi lahan
yang dapat digunakan sebagai sumber mata pencaharian.
2) Tingkat Pendidikan
Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia adalah pendidikan, baik melalui pendidikan formal maupun informal.
Tujuan umum pendidikan adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan
sekaligus untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat karena tingkat
pendidikan seseorang berbanding lurus dengan lapangan kerja atau usaha baru
dengan tingkat produktivitas yang tinggi.
Sebagian besar penduduk melanjutkan pendidikan untuk tingkat SMU
maupun untuk mengikuti pendidikan tinggi, maupun kursus-kursus ke kota
prabumulih, selain di kecamatan tersebut. Hal itu disebabkan bahwa kota
prabumulih merupakan kota yang paling dekat dengan desa-desa maupun
kecamatan disekitar lokasi proyek dengan fungsinya sebagai pusat keramaian,
pusat perbelanjaan dan pusat kegiatan serta sering dijadikan kota transit bagi lalu
lintas orang maupun barang, ini sebanding dengan ibu kota Muara Enim sendiri.
3) Akitivitas Ekonomi
Perkembangan ekonomi lokal sangat erat keterkaitannya dengan
ketersediaan berbagai sarana dan prasarana seperti infrastruktur (lahan pertanian,
14
jaringan irigasi, lembaga keuangan, jaringan jalan, transportasi, pasar) dan lain
sebagainya.
4) Kondisi Sarana Prasarana Sosial Ekonomi, Budaya dan Keagamaan
Sarana Prasarana pendidikan, eknomi, pemerintah, mesjid dan langgar di
desa-desa lokasi pemantauan ini sudah ada dan jumlah cukup banyak ada di tiap-
tiap dusun. Perbaikan sarana pendidikan karena adanya program dari pihak
pemerintah, sementara untuk peralatan belajar mengajar masih kurang. Kondisi
sarana peribadatan lebih baik karena adanya kontribusi dari pihak perusahaan
khususnya PT. Pertamina UBEP Limau.
5) Sosial Budaya
Pada umumnya masyarakat local di pedesaan sumatera selatan
(prabumulih) sedikit tertutup, namun demikian masyarakat dilokasi studi yang
termasuk kecamatan prabumulih barat digolongkan dalam satuan komunitas yang
terbuka. Hal ini telah terjadi karena asimilasi dan pembauran dengan masyarakat
pendatang yang pada awalnya merupakan kelompok transmigrasi dari pulau jawa.
Adat istiadat yang menonjol di loaksi sehari-hari adalah melayu yang
dicirakn dengan prilaku yang masih islami. Masyarakat masih memegang budaya
melayu yang dicirikan dengan perilaku yang masih islami. Symbol kehidupan
dalam berbagai kehidupan sehari-hari seperti: upacara adat sewaktu pernikahan,
kelahiran bayi, kematian dan acara lainnya.
2.2.4. Kesehatan Masyarakat
Derajat kesehatan masyarakat dapat dipengaruhi oelh kondisi lingkungan
setempat dan lingkungan sehat dapat terwujud jika tersedia sarana dan prasarana
air bersih, system pengolahan limbah yang baik serta mendapatkan udara yang
bersih. Pada hal pemanfaatan air untuk keperluan MCK umumnya masyarakat
memanfaatkan air dari sungai keruh dan beberapa anak sungi, dan sebagian
menggunakan air sumur/air tanah. Sementara untuk sumber air minum dan
memasak sebagian penduduk menggunakan air PAM.
Untuk memelihara kebersihan lingkungan pemukiman sebagian penduduk
melakukan pembakaran sampah dan kotoran dan sebagian melakukan dengan
15
membuang ke sungai. Tersedianya selokan sebagai fungsi pengatur sanitasi masih
relatif sedikit, air pembuangan umumnya meresap langsung ke tanah dengan
membuat parit-parit kecil tanpa beton yang dialirkan ke lokasi yang lebih rendah.
Selokan atau parit sebagian besar dengan sistem terbuka. Hal ini dapat membuat
lingkungan sanitasi lebih mudah tercemar dan mengeluarkan bau yang dapat
mengganggu pernapasan manusia.
16
BAB III
TUGAS KHUSUS
Monitoring dan Evaluasi Program CSR (Corporate Social Responsibility)
PT. PERTAMINA UBEP LIMAU
3.1. Kondisi dan Profil
3.1.1. Departemen HSE (Health, Safety and Environmental)
Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan (HSE)
merupakan bagian yang sangat penting dari pencapaian efisiensi produksi dan
keberhasilan perusahaan dalam membina hubungan baik dengan masyarakat
sekitar. PT. Pertamina EP Unit Bisnis Limau berupaya secara terus-menerus untuk
memenuhi standar bidang HSE yang berlaku dan pencapaiannya melalui
kebijakan HSE sebagai berikut :
1. Menciptakan lingkungan industri yang aman dan sehat
PT. Pertamina EP Unit Bisnis Limau harus menciptakan kondisi kerja yang
aman, sehat dan nyaman bagi pekerja sehingga terhindar dari kecelakaan
dan penyakit akibat kerja serta menjamin kelayakan saran dan fasilitas
operasi secara berkesinambungan.
2. Melestarikan lingkungan
PT. Pertamina EP Unit Bisnis Limau dalam operasinya senantiasa bertindak
produktif di dalam melestarikan lingkungan dengan meningkatkan kualitas
pengelolaan lingkungan dan penghematan energi.
3. Meningkatkan citra perusahaan
PT. Pertamina EP Unit Bisnis Limau senantiasa membina hubungan
harmonis dengan masyarakat sekitar daerah operasi dan berpartisipasi dalam
upaya memecahkan permasalahan yang timbul sebagai akibat dari kegiatan
operasi perusahaan.
17
3.1.2. Struktur Organisasi
Adapun struktur organisasi depaertemen HSE adalah sebagai berikut:
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Departemen HSE
Sumber : Data Perusahaan
3.2. Tinjauan Pustaka
3.2.1. Pengertian CSR
Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau CSR (Corporate Social
Responsibility) adalah suatu konsep bahwa organisasi, khususnya namun bukan
hanya perusahaan adalah memiliki suatu tanggung jawab terhadap konsumen,
karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek
operasional perusahaan.
CSR berhubungan erat dengan pembangunan berkelanjutan, di mana suatu
perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya
tidak semata berdasarkan faktor keuangan, misalnya keuntungan atau deviden
melainkan juga harus berdasarkan konsekuensi sosial dan lingkungan untuk saat
ini maupun untuk jangka panjang.
Field Manager
Kepala HSE(Budi Artono)
Pws. Ut. Lindungan Lingkungan
(Pandu Sugarda)
Staf LL(Laksmana Putra)
Inspector(Solihin)
Pws. Ut. KKK(Erry W.)
Staf KKK(Mulyadi)
18
Menurut UU No. 40 Tahun 2007 Bab V Pasal 74 tentang Perseroan
Terbatas komitmen perseroan untuk berperan seta dalam pembangunnan ekonomi
berkelanjutan guna peningkatan kualitas hidup dan lingkungan yang bermanfaat,
baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada
umumnya.
Sony Keraf (2002) menjelaskan konsep pembangunan berkelanjutan
dimaksudkan untuk mensinkronkan dan memberi bobot yang sama bagi tiga aspek
utama pembangunan yaitu aspek ekonomi, aspek sosial-budaya dan aspek
lingkungan hidup. Gagasan tersebut mengandung maksud bahwa pembangunan
ekonomi, sosial-budaya dan lingkungan hidup harus terkait satu sama lain,
sehingga unsur dari kesatuan yang saling terkait ini tidakk boleh dipisahkan dan
dipertentangkan satu sama lain.
Sejalan dengan hal tersebut, konsep yang mengkaitkan antara kepentingan
ekonomi, sosial-budaya dan lingkungan hidup sering menjadi bahan pembicaraan
bersama, yang dikenal dengan istilah corporate social responsibility (CSR). Sejak
awala tahun 2000, banyak perusahaan swasta yang mengembangkan program
CSR tersebut. CSR merupakan integrasi antara bisnis dan nilai-nilai dimana
kepentingan stake-holder, costumer, pegawai , investor dan lingkungan tercermin
dalam kebijakan dan tindakan perusahaan.
Beberapa hal yang berkaitan dengan CSR, yaitu bahwa CSR merupakan
tindakan sukarela yang bertujuan mendekatkan perusahaan dengan persoalan
nyata di masyarakat sehingga dapat ditawarkan solusi yang harus dilakukan
perusahaan. Adapun bentuk-bentuk CSR antara lain pengelolaan lingkungan kerja
secara baik, membentuk kemitraan perusahaan bersangkutan dengan masyarakat
lokal melalui berbagai kegiatan yang bersifat pemberdayaan. Selain itu wujud
CSR bisa berbentuk Community development (pemberdayaan masyarakat) dengan
mempersiapkan kemampuan masyarakat lokal setelah perusahaan beroperasi atau
membantu peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal. Berkaitan dengan
lingkungan, CSR bisa dimulai dari lingkungan perusahaan itu sendiri syang antara
lain mencakup penanganan limbah, pengelolaan industri yang tidak mencemari
lingkungan.
19
Konsep CSR (corporate social responsibility) menuntut perusahaan tidak
hanya mengembangkan keuntungan bagi dirinya tetapi juga ikut bertanggung
jawab terhadap peningkatan kualitas dan masyarakat sekitarnya. CSR juga bukan
hanya kegiatan amal yang dilakukan kepada masyarakat sekitar, tetapi lebih pada
pengambangan masyarakat. Suatu perusahaan seharusnya tidak hanya mengeruk
keuntungan sebanyak mungkin, tetapi juga mempunyai etika dalam bertindak
menggunakan sumber daya manusia dan lingkungan guna turut mewujudkan
pembangunan berkelanjutan.
Menurut Ashoke K Roy (2006), CSR mencakup dua konsep utama yang
sejalan dengan pembangunan berkelanjutan yaitu accountability and
transparancy. Stakeholder diharapkan tidak hanya memikirkan keuangan, tetapi
pelaksanaan yang baik ditunjukan dengan perhatian pada isu hak asasi manusia,
etika bisnis, kebijakan lingkungan, kontribusi perusahaan, pengembangan
masyarakat dan maslah pada tempat kerja. Perusahaan mengkomunikasikan
kebijakan dan tindakan mengenai dampak yang akan diterima masyarakat, pekerja
dan lingkungan secara transparan.
3.2.2. Peraturan
1. Undang - Undang No. 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup
2. Undang – Undang No. 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi
3. Undang – Undang No. 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara
4. Undang – Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah
5. Undang – Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
6. Undang – Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
7. Peratuan Pemerintah No. 42 Tahun 2002 Tentang Badan Pelaksana
Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi
8. Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 2004 Tentang Kegiatan Usaha Hulu
Minyak dan Gas Bumi
20
9. KEPMEN. BUMN No. KEP - 117/M-MBU/2002 Tentang Praktek Good
Corporate Governance Pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
10. KEPMEN. BUMN No. KEP - 236/MBU/2003 Tentang Program Kemitraan
Badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha kecil dan Program Bina
Lingkungan
11. PERMEN. LH No. 7 Tahun 2008 Tentang Program Penilaian Peringkat
Kinerja Perusahaan Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup
12. PERMEN. ESDM No. 22 Tahun 2008 Tentang Jenis – Jenis Biaya Kegiatan
Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi Yang Tidak Dapat Dikembalikan
Kepada Kontraktor Kontrak Kerja Sama
13. PTK No. 017/PTK/III/2005 Tentang Pedoman Pemberian Keterangan
Keadaan Darurat, Pedoman Program Pengembangan Masyarakat, dan
Pedoman Kehumasan Untuk Kontraktor Kontrak Kerja Sama di Lingkungan
Kegiatan Usaha Hulu MIGAS
3.3. Metodologi
Gambar 3.2 Diagram Alir Kerja Praktek
Pemberian
Tugas Khusus
Studi Pustaka
Pengumpulan
Data dan
Informasi
Sekunder
Tinjauan
Lapangan Pengumpulan
Data Lapangan
Analisis Data Evaluasi
Program CSR
21
Metodologi dalam Kerja Praktek pertama melakukan studi pustaka dengan
membaca referensi dan peratururan perundang-undangan yang berkaitan dengan
CSR (Corporate Social Responsibiilty). Setelah membaca studi pustaka di
lanjutkan dengan melakukan pengumpulan data dan informasi sekunder. Setelah
mengumpulkan data dan di lanjutkan dengan melakukan tinjauan lapangan.
Setelah semua data sudah dikumpulkan selanjutnya dilakukan analisis data dengan
melakukan evaluasi program CSR (Corporate Social Responsibility) milik PT.
Pertamina UBEP Limau.
22
3.4. Hasil Pemantauan
Table 3.1 Rencana Program peternakan dan pengembang biakan sapi Desa Karya Mulya
Tahun 2010 2011 2012 2013 2014
Program Pembuatan fasilitas
dan pemberian
hewan sapi.
Program
penggemukan
hewan sapi dengan
menambah nutrisi
untuk sapi.
Program
Pengembangan/
pembiakan sapi.
Program pemasaran
& pengembangan
ke desa lainnya (Ds.
Tj. Menang)
Persiapan
insfratuktur.
Program
pengembangan di
desa Tj. Menang.
Sasaran 10 Ekor sapi. Diharapkan
menghasilkan 15
ekor sapi.
Diharapkan
menghasilkan 25
ekor sapi.
Hasil peranakan
sapi tsb di siapkan
untuk
pengembangan
desa.
10 Ekor sapi.
23
Program unggulan dari PT. Pertamina UBEP Limau berupa peternakan
dan pengembang biakan sapi bekerjasama dengan Kelompok Tani Gapoktan Desa
Karya Mulya. Program ini di pilih karena memiliki beberapa kelebihan di
antarannya :
a. Nilai jual tinggi.
b. Pakan mudah di dapatkan
c. Pemeliharaan yang tidak membutuhkan waktu banyak
d. Biaya pemeliharan murah
e. Efisiensi dalam pengembangan sapi karena tidak ada satupun yang terbuang
(dari kulit, daging susu, hingga kotoran)
f. Investasi Mikro s/d Besar (UMKM)
g. Perkembangan sapi yang mudah di control
h. Menambah kegiatan warga yang umumnya berkebun sawit dan karet
Selain peternakan/pengembang biakan sapi juga terdapat pengolahan
kotoran sapi untuk digunakan sebagai biogas, dan Pupuk kandang yang digunakan
untuk kebun masyarakat untuk skala rumah tangga.
3.4.1. Program Peternakan Sapi Desa Karya Mulya
Program CSR peternakan sapi di Desa Karya Mulya merupaka program
peternakan sapi kerjasama antara PT. Pertamina UBEP Limau dengan kelompok
Tani Gapoktan Desa Karya Mulya.
Gambar 3.3 Lokasi peternakan sapi, Desa Karya Mulya
24
Program ini menjadi salah satu program unggulan milik PT. Pertamina
UBEP Limau, Kelompok Tani Gpoktan ini terdapat 5 orang masyarakat Desa
Karya Mulya yang bertanggung jawap dalam merawat dan mengembangbiakan
sapi, program ini sekaligus menjadi program percontohan untuk desa lain yang
akan di laksanakan pada tahap selanjutnya.
Program yang di mulai sejak tahun 2010 dengan penyerahan pertama 10
ekor sapi terdiri dari 3 ekor sapi jantan dan 7 ekor sapi betina dan pembangunan
fasilitas berupa kandang sementara pada tahap awal, tahap berikutnya sampai
2011 adalah program penggamukan sapi dan penambahan nutrisi di harapkan
dengan begitu dapat menghasilkan anak sapi dari masing – masing indukan
sehingga taotal menjadi 15 ekor sapi namun pada tahun 2011 satu ekor sapi betina
mati karena sakit.
Program ini terus di lanjutkan hingga 2012 untuk terus pengmbangbiakan
sapi. Saat indukan telah menghasilkan anak sapi dri kelompok tani menjual sapi
jantan dan membeli sapi jantan baru untuk menghasilkan anakan sapi baru dengat
target total sapi yang ada mencapai 25 ekor sapi. Sapi dalam program ini selalu
mendapat pemeriksaan dari dinas peternakan setiap 3 sampai 4 bulan sekali dari
dokter hewan, untuk pakan ternak kelompok tani memberikan daun jagung yang
diambil dari tempat lain dalam sekali pengambilan pakan tersebut cukup untuk 5
hari.
Selama program ini berlangsung mulai dari tahun 2010 sampai 2012 biaya
yang di keluarkan oleh kelompok tani ini hanya untuk pengambilan pakan dari
luar desa dengan biaya Rp 100.000 untuk sekali pengambilan pakan dan biayanya
di peroleh dari kelompok tani itu sendiri.
25
3.4.2. Pelaksanaan dan Hasil Dari Program CSR
Table 3.2 Program peternakan sapi Desa Karya Mulya tahun 2010
Program Sasaran Realisasi Identifikasi Saran
Pembuatan fasilitas dan
pemberian hewan sapi.
10 ekor sapi. Pembuatan kandang
sementara.
Pemberian 10 ekor sapi
terdiri dari 3 jantan dan
7 betina.
Belum ada pengejuan
proposal dari kelompok
tani.
PT. Pertamina UBEP
menunggu Pengajuan
Proposal.
PT. Pertamina harus
mengambil ini siatif
lebih dulu untuk
pembangunnan kandang
permanen.
Table 3.3 Program peternakan sapi Desa Karya Mulya tahun 2011
Program Sasaran Realisasi Identifikasi Saran
Program penggemukan
hewan sapi dengan
menambah nutrisi untuk
sapi.
Diharapkan
menghasilkan 15 ekor
sapi.
Dari hasil
penggemukan, dan
pengembang biakan sapi
hanya menghasilkan 6
ekor sapi.
Adanya 1 ekor sapi
betina yang mati.
Setahun sapi betina
hanya bisa
menghasilkan 1 ekor
anak sapi.
PT. pertamina harus
rutin melakukan
pemantauan kesehatan,
perawatan, dan proses
pengembang biakan ke
lokasi peternakan untuk
mengetahui kondisi sapi
dan tidak hanya
menunggu laporan rutin
dari peternak.
26
Table 3.4 Program peternakan sapi Desa Karya Mulya tahun 2012
Program Sasaran Realisasi Identifikasi Saran
Program
Pengembangan/
pembiakan sapi.
Diharapkan
menghasilkan 25 ekor
sapi.
Dalam tahap
pengembang biakan sapi
ini baru 1 sapi betina
yang bunting.
Pengembang biakan sapi
di lakukan secara alami.
Untuk memprcepat
pengembang biakan sapi
sebaiknya meminta
bantuan dinas
peternakan untuk
melakukan inseminasi
buatan untuk
mempercepat sapi betina
bunting.
27
A. Program peternakan sapi
Pada awal program peternakan dan pengembang biakan sapi di mulai pada
tahun 2010 pertamina memberikan 10 ekor sapi dan pembangunan kandang
sementara, selanjutnya sapi di kembang biakan oleh masyarakat Desa Karya
Mulya.
Diharapkan dari hasil pengembang biakan di peroleh 15 ekor sapi pada
tahun 2011 namun sampai tahun 2011 sapi yang di peroleh dari pengembang
biakan hanya berjumlah 6 ekor sapi. Untuk awal tahu 2012 ini terus di usahakan
oleh para peternak untuk pengembang biakan sapi dan saat ini sudah ada beberapa
induk sapi yang bunting.
Sedangkan untuk program pupuk dan biogas yang baru terealisasi adalah
pupuk kandang hasil dari kotoran sapi sedangkan untuk biogas belum terealisasi
karena belum di mulainya pembangunna reaktor biogas.
28
Table 3.5 Program peternakan ayam Desa Karangan
Program Sasaran Realisasi Identifikasi Saran
Pengembangan
peternakan ayam.
Menghasilkan telur dan
daging untuk di jual.
Telur hasil peternakan
mampu menghasilkan
peningkatan pendapatan
masyarakat.
Kurang profesionl dalam
pegelolaan peternakan
ayam karena masih
sebagai kegiatan
sampingan.
PT. Pertamina UBEP
Limau perlu melakukan
pelatihan peternakan
seperti pemilihan bibit
unggul, perawatan yang
efektif, dan manajemen
pengelolaan peternakan
agar mendapat hasil
yang maksimal.
29
B. Program peternakan ayam Desa Karangan
Program CSR peternakan ayam di Desa Karangan merupaka program
peternakan ayam dari masyarakat bekerja sama dengan PT. Prtamina UBEP
Limau dan Rumah Zakat. Program ini menjadi salah satu program yang menjadi
tren senter di masyarakat Desa Karangan dan cukup menjadi inspirasi untuk
masyarakat sekitar sehingga PT. Pertamina UBEP Limau dan Rumah Zakat ikut
dalam pengembangan dan peningkatan perekonomian masyarakat melalui usaha
peternakan ayam. Maka dibuatlah program pembudidayaan ayam secara
professional di harapkan mampu meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar.
Program ini di anggap cocok di kembangkan di Desa Karangan karena masih
banyak terdapat lahan yang luas dan dapat di jadikan lokasi peternakan selain itu
untuk peternakan ayam juga tidak memerlukan waktu yang lama Sehingga
masyarakat tetep dapat menjalankan aktifitas berkebun dan bertani seperti biasa
sehngga program tersebut menjadi salah satu program rekomendasi dari Rumah
Zakat yang melakukan pemetaan sosial di Desa Karangan.
Program peternakan ayam di desa karangan dapat menjadi salah satu
program CSR unggulan PT. Pertamina UBEP Limau karena peternakan ayam
sedang menjadi isu positf di masyarakat sekitar dalam peningkatan perekonomian,
Sehinga program ini dapat menjadi program yang berkelanjutan untuk jangka
panjang dan dapat di terapkan di desa – desa sekitar kegiatan PT. Pertamina
UBEP Limau.
30
Table 3.6 Perbandingan program peternakan sapi dan ayam
Perbandingan Peternakan sapi Peternakan ayam
Keunggulan Memiliki harga jual tinggi terutama saat
hari besar / hari raya.
Sapi mampu beradaptasi dengan berbagai
iklim.
Ayam bertelur tiap 4,5 bulan sekali
sehingga cepat mendapat keuntungan.
Pengembang bikan tidak membutuhkan
waktu yang lama.
Kelemahannya Pengembang biakan sapi butuh waktu
lama.
Untuk mendapatkan pakan sapi peternak
harus mencari ke luar desa.
Ayam lambat dalam beradaptasi terhadap
iklim.
Biyaya pakan ayam mahal.
31
C. Perbandingan peternakan sapi dan ayam
Pada pengembangan program peternakan sapi dan peternakan ayam yang
menjadi bagian dari program CSR PT. Pertamina UBEP Limau masing – masing
memiliki kelebihan dan kekurangan namun program tersebut dapat menjadi
program jangka panjang dan berkelanjutan sehingga saat PT. Pertamina UBEP
Limau sudah tidak lagi melakukan kegiatan eksplorasi dan produksi masyarakat
telah mandiri untuk megembangkan perekonomian mereka sendiri.
32
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
1. Masyarakat memperoleh kegiatan tambahan yang dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat dari beternak sapi, yang sebelummnya hanya
memperoleh pendapatan dari berkebun.
2. Dalam program ini masih ada beberapa hal yang belum terealisasikan dan
belum mencapai target yang di inginkan, di antaranya hasil pengembang
biakan sapi yang tidak mencapai target.
3. Peternakan ayam dan peternakan sapi dapat meningkatkan perekonomian
masyarakat karena dapat di manfaatkan telur dan dagingnya.
4. Program CSR yang di lakukan oleh PT. Pertamina UBEP Limau dalam
mewujudkan kemandirian masyarakat telah membuat masyarakat menerima
keberadaan perusahanan dan mencegah munculnya konflik antar masyarakat
dan perusahaan dimana program tersebut dapat di gunakan dalam
peningkatan proper.
4.2. Saran
1. Perlu adanya pendampingan untuk mengetahui kondisi dan kebutuhan
peternak dalam merawat sapi.
2. Perlu adanya pelatihan beternak sapi kepada para peternak agar dalam
pemeliharaan dan pengembang biakan sapi dapat di peroleh hasil maksimal.
3. Untuk program biogas sebaiknya PT. Pertamina UBEP Limau ikut
mementau untuk mengetahui sudah sampai dimana kegiatan tersebut
berlangsung, dan ikut membantu dengan mendatangkan ahli dalam
pembangunan reactor biogas.
4. Perlu dibangunya kandang permanen untuk memudahkan perawatan dan
pemeliharaan sapi.
33
DAFTAR PUSTAKA
Anonim Undang - Undang No. 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup
Anonim Undang – Undang No. 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi
Anonim Undang – Undang No. 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik
Negara
Anonim Undang – Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah
Anonim Undang – Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
Anonim Undang – Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
Anonim Peratuan Pemerintah No. 42 Tahun 2002 Tentang Badan Pelaksana
Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi
Anonim Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 2004 Tentang Kegiatan Usaha Hulu
Minyak dan Gas Bumi
Anonim KEPMEN. BUMN No. KEP - 117/M-MBU/2002 Tentang Praktek Good
Corporate Governance Pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
Anonim KEPMEN. BUMN No. KEP - 236/MBU/2003 Tentang Program
Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha kecil dan Program
Bina Lingkungan
Anonim PERMEN. LH No. 7 Tahun 2008 Tentang Program Penilaian Peringkat
Kinerja Perusahaan Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup
Anonim PERMEN. ESDM No. 22 Tahun 2008 Tentang Jenis – Jenis Biaya
Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi Yang Tidak Dapat
Dikembalikan Kepada Kontraktor Kontrak Kerja Sama
Anonim PTK No. 017/PTK/III/2005 Tentang Pedoman Pemberian Keterangan
Keadaan Darurat, Pedoman Program Pengembangan Masyarakat, dan
Pedoman Kehumasan Untuk Kontraktor Kontrak Kerja Sama di
Lingkungan Kegiatan Usaha Hulu MIGAS
Keraf, Sonny A, 2002, Etika Lingkungan, penerbit buku kompas, Jakarta., 2007,
Pelaksanaan Perijinan dan kedudukan Amdal / UKL UPL Untuk Kegiatan
PMA / PMDN Dipropinsi Jawa Tengah.
34
LAMPIRAN
35
36