Upload
yulia-windarsih
View
259
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Istilah “etologi” diturunkan dari bahasa Yunani, sebagaimana ethos ialah kata
Yunani untuk "kebiasaan". Kata lain yang diturunkan dari kata Yunani ethos ialah:
etis dan etika. Pertama kali istilah ini diperkenalkan dalam bahasa Inggris oleh
Myrmekolog Amerika William Morton Wheeler pada 1902. Pada awalnya, sedikit
pandangan berbeda dari istilah itu diusulkan oleh John Stuart Mill dalam System of
Logic 1843nya. Ia menganjurkan pengembangan sains baru, "etologi," yang
tujuannya akan menjadi penjelasan dari perbedaan perseorangan dan nasional dalam
karakter, pada dasar psikologi asosiasionistik. Penggunaan kata ini tak pernah
dipakai,
Beberapa jenis hewan yang tergolong invertebrata, misalnya Echinodermata,
Annelida, Mollusca dan Cruatacea, memiliki system endokrin yang bervariasi. Pada
Coelenterate, Hidrozoa ditemukan petunjuk adanya regulasi hormon. Hipostoma dari
Hydra memiliki sejumlah sel yang berbeda dari yang lainnya. Sel-sel itu mempunyai
ciri-ciri neurosekretori yang mempunyai pengaruh pada pertumbuhan dan reproduksi.
Hasil studi endrokrinologi pada invertebrate memperlihatkan, bahwa pada umumnya
kendali dominant berasal dari neurosekretori. Barnest. D.R., (1987).
Perilaku adalah tindakan aksi yang mengubah hubungan antara organisme
dengan lingkungannya. Hal ini merupakan kegiatan yang diarahkan dari luar dan
tidak mencakup banyak perubahan dalam yang secara tetap terjadi pada semua
makhluk hidup.
Perilaku dapat terjadi sebagai akibat adanya suatu stimulus dari luar ataupun
sebagai stimulus dari dalam, misalnya seekor hewan yang lapar akan mencari
makanan
Semua hewan memakan makanannya dengan berbagai cara dengan
menggunakan berbagai macam perilaku mencari makan yang sangat erat dengan cirri
1
dari morfologi. Peniaian cara makan misalnya memerlukan perilaku yang berbeda-
beda dari yang diperlukan bagi semua pemangsa aktif.
Dari berbagai uraian di atas maka kami menganggap sangat perlu diadakan
pengamatan lebih lanjut dan mendalam lagi agar kami dapat mengetahui bagaiaman
perilaku hewan tertentu terhadap tekanan predator yang ada.
Deskripsi hubungan perilaku dan hormon sudah barang tentu tidak mungkin
menyangkut semua pola perilaku dan semua jenis hewan dengan menggunakan
sistematika Scott bahwa ada delapan perilaku yang di bahas yaitu perilaku agresi,
migrasi, perkawinan, pembuatan sarang, pemeliharaan anak, hibernasi dan sedikit
mengenai hormon yang kaitannya dengan intelegensi dan jam biologis. Akan tetapi
para ahi juga sering mengelompokkan tujuh perilaku pertama sebagai perilaku
insting.
Tingkat mortalitas dan natalitas suatu organisme tergantung dari dominansi dari
pada pemangsa ( predator ) yang tentunya juga memiliki mobilitas tinggi dan
menempati suatu daerah territorial yang cukup luas. Melihat fenomena yang ada di
atas maka kami termotivasi untuk melakukan pengamatan lebih mendalam lagi guna
menetahui tingkat mortalitas dan natalitas spesies tertentu pada suatu daerah.
Hal-hal inilah yang melatar belakangi kami melakukan pengamatan ini.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan kami dalam melakukan pengamatan ini yaitu :
1. Untuk mengetahui tanggapan/perilaku hewan yang telah diberikan bentuk
respon yang berbeda-beda.
2. Untuk mengetahui dan memahami perubahan perilaku hewan terhadap
tekanan predator.
3. Untuk mengetahui tingkat mortalitas dan natalitas hewan pemangsa dan yang
dimangsa.
4. Untuk mengetahui respon cacing tanah terhadap garam dapur dan alcohol.
5. Untuk mengetahui tingkah laku semut mencari makanan.
2
6. Untuk mengetahui tingkah laku laba-laba dalam pembuatan sarang.
7. Untuk mengetahui aktivitas hewan nocturnal (bunyi hewan).
8. Untuk mengetahui adanya hormon pada sarang burung dengan merebus
sarang tersebut.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Langkah penting, dalam ilmu etologi dikemukakan oleh Konrad Lorenz,
1970, ialah pengenalan pola aksi tertentu. Lorenz membuatnya terkenal sebagai
tanggapan naluriah yang akan terjadi yang dapat dipercaya dalam kehadiran stimuli
yang dapat dikenali (disebut stimuli tanda atau stimuli pembebasan). Pola aksi
tertentu ini kemudian dapat dibandingkan melintasi spesies, serta persamaan dan
perbedaan antara perilaku yang dibandiangkan dengan persamaan dan perbedaan
dalam morfologi yang mana taksonomi berdasar. Para etolog mencatat bahwa stimuli
yang membebaskan pola aksi tertentu umumnya menonjolkan kemunculan atau
perilaku anggota lain spesies mereka sendiri, dan mereka dapat menunjukkan
bagaimana bentuk penting komunikasi hewan dapat ditengahi dengan pola aksi
tertentu yang sedikit sederhana. Pengamatan yang paling berpengalaman dalam
bidang ini ialah studi oleh Karl von Frisch dari yang disebut “bahasa tarian”
mendasari komunikasi lebah. Lorenz mengembangkan teori menarik dari evolusi
komunikasi binatang berdasarkan pada pengamatannya terhadap alam pola aksi
tertentu dan keadaan yang mana hewan memancarkannya (Anonim 1, 2010).
Menurut Drickamer dan vessy, agresi mencakup juga perilaku predator keluar
dari agresi dan menggolongkannya dalam perilaku makan. Selanjutnya Scott
menggunakan istilah Agonistic Behavior atau perilaku agresif., termasuk segala
bentuk konflik seperti adanya ancaman, membuat patuh, pemburuan, perkelahian dan
lain sebagainya. Kebanyakan perilaku Agonistik di sebabkan karena kompetisi dalam
memperebutkan makanan, air, dan tempat pembuatan daerah territorial guna
mempertahankan dirinya dari predator (Anonim 2, 2011).
Etologi modern tidak hanya terbatas pada pengamatan alami di alam bebas
seperti semula, akan tetapi sudah berkembang jauh dari pada itu dengan berbagai cara
eksperimen. Misalnya percobaan melalui fisiologis. Salah satu kontraversi klasik
dalam mempelajari perilaku hewan adalah apakah perilaku tersebut merupakan
4
kontinuitas ataukah merupakan kombinasi dari reaksi-reaksi sederhana terhadap
lingkungan. Mereka berkecimpung dalam kegiatan ilmu faal ialah beranggapan
bahwa semua perilaku adalah reaksi (Anonim 3, 2010).
Bentuk perilaku agresi mempunyai fungsi yang berbeda-beda, baik dalam
kelompok jenis maupun antar jenis karena hal ini di pengaruhi oleh factor-faktor
Eksternal (Anonim 4, 2010).
Perilaku adalah tindakan atau aksi yang mengubah hubungan antara
organisme dan lingkungannya. Hal ini merupakan kegiatan yang di arahkan dari luar
dan tidak mencakup banyak perubahan dalam yang secara tepat terjadi pada makhluk
hidup. Menurut Leishley pengaruh hormon pada perilaku dapat beragam tergantung
pendekatannya. Ia mengatakan bahwa ada empat kemungkinan cara mekanisme
hormone dalam mengendalikan perilaku hewan (Anonim 5, 2009).
5
BAB III
METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu Praktikum
Praktikum mata kuliah Etologi ini dilaksanakan pada :
Hari/Tanggal : Kamis-Minggu/17-20 Mei 2012
Tempat : Desa Tomado, Kecamatan Lindu, Kabupaten Sigi
Palu-Sulawesi Tengah
3.2 Alat dan Bahan
Adapun Alat dan bahan yang gunakan dalam praktikum ini yaitu :
a. Alat
a. Thermometer h. Parang
b. Higrometer i. Tali pancing
c. Teropong j. Kertas lilin
d. Kertas lakmus k. Alat tulis menulis
e. Kamera m. kandang tikus
f. Perangkap tikus
b. Bahan
1. Garam Dapur
2. Alkohol 70 %
3. Gula
4. Ikan kering
5. Tisue
6
3.3 Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja pada pengamatan ini adalah sebagai berikut :
a. Pengamatan tentang respon hewan vertebrata dan invertebrata, perubahan
prilaku pada mamalia, aves, dan reptile terhadap tekanan predator, dan tingkat
mortalitas, natalitas hewan pemangsa dan yand dimangsa.
1. Memberikan respon terhadap hewan yang ditemukan dengan berbagai macam
perlakuan sehingga ada tanggapan dari hewan tersebut. Sebelum memberikan
perlakuan , mengamati terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk memahami
tanggapan/respon dari stumulus yang diberikan pada hewan tersebut.
2. Mengamati perilaku-perilaku lain dari hewan yang ditemukan sebelum diberikan
stimulus.
3. Dalam mencari hewan khususnya hewan vertebrata kita bisa menelusuri
jejaknya. Jejak berupa kotoran (veses), bulu, sarang, jejak kaki. Dalam
mengamati jejak ini, kita juga bisa menentukan tingkat populasi suatu hewan.
4. Mengisi table pengamatan sesuai dengan pengamatan serta jenis hewan yang
ditemukan.
5. Menguraikannya dengan beberapa literature yang ada.
b. Komunikasi kimia cacing tanah
1. Memotong kertas tissue, kemudian meletakkan kertas tersebut diatas kertas lilin.
2. Menetesi kertas tissue dengan alcohol sampai tissue basah. Meletakkan cacing
diatas kertas lilin yang telah dilingkari dengan alcohol.
3. Mengamati respon cacing tanah tersebut.
4. Mengulangi langkah 1 sampai 3 dengan menggunakan garam dapur daan cairan
mucus.
5. Mengisi table pengamatan sesuai dengan pengamatan yang ditemukan.
c. Pengamatan konstruksi sarang laba-laba
1. Mengamati sarang laba-laba.
7
2. Mengukur ketinggian sarang laba-laba. Cara mengukurnya yaitu dari permukaan
tanah menuju kepusat sarang.
3. Mengukur diameter sarang. Kemudian memberikan perlakuan dengan cara
mendekatkan tangan pada sarang. Mengamati lama respon laba-laba tersebut.
4. Memberikan perlakuan dengan cara mendekatkan predator pada sarang.
Mengamati jarak respon terhadap predator.
5. Mengamati mekanisme tingkah laku laba-laba untuk menangkap mangsa dan
perlingdungan diri terhadap predator.
d. Tingkah laku social semut mencari makan
1. Mencari spesies semut disekitar pengamatan.
2. Meletakkan gula sekitar 15 cm dari habitat semut tersebut.
3. Mengamati perilaku semut seperti perilaku lama menemukan makanan, lama
terbentuk agregasi.
4. Menghitung jumlah semut dalam setiap agregasi tersebut.
e. Mengamati aktifitas hewan nocturnal
1. Mencari tempat yang sesuai untuk pengamatan.
2. Mendegar bunyi/suara hewan nocturnal.
3. Mencatat jumlah bunyi dan interval bunyi selang 1 jam.
4. Memasukkan data ke dalam table hasil pengamatan.
f. Mengamati ada tidaknya hormone pada sarang burung
1. Mencari sarang burung disekitar daerah pengamatan.
2. Merebus sarang burung dengan air yang terlebih dahulu diukur pH-nya. Dan
merebusnya hingga mendidih.
3. Mengukur pH air hasil dari rebusan sarang burung.
4. Memasukkan data ke dalam tabel hasil pengamatan.
8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan yang kami dapatkan setelah melakukan pengamatan
adalah sebagai berikut :
A. Tabel pengamatan tentang Respon Hewan Vertebrata dan Invertebrata
1. Pengamatan tentang respon hewan vertebrata
No Spesies/jenis dan gambar Bentuk respon Tanggapan prilaku
Habitat
1 Kadal Di dekati menghindar Tanah lembab
2 Kucing Di dekati Mendekat Pemukiman warga
3 Anjing Di dekat menjauh Pemukiman warga
4 Burung ___ Menjauh Di udara
5 Ayam Di dekati menjauh Pemukiman warga
2. Pengamatan tentang respon hewan anvertebrata
9
No Spesies/jenis dan gambar Bentuk respon Tanggapan prilaku
Habitat
1 Kupu-kupu Di dekati menghindar Taman
2 jangkrik Di dekati menghindar Rerumputan
3 capung Di dekat menghindar Rerumputan
4 luwing Di sentuh menggulung Tanah lembab
5 Semut Di dekati menghindar Tanah
10
B. Table perubahan perilaku pada mamalia, aves, dan reptile terhadap tekanan predator.
1. Perubahan perilaku pada mamalia terhadap predatorNo Spesies/ nama jenis dan
gambarPredator waktu memangsa
Formasi dalam kelompok
Aktifitas harian
1 Anjing Siang hari 11.30 wita
Soliter Mencari makan
2 Kucing Siang hari 11.40 wita
Soliter Mencari makan
2. Perubahan perilaku pada aves terhadap tekanan predatorNo Spesies/ nama jenis dan
gambarPredator waktu memangsa
Formasi dalam kelompok
Aktifitas harian
1 Ayam Siang hari 11.30 wita
Soliter Mencari makan
2 Burung geli Siang hari Berkoloni Mencari
11
11.00 wita makan
3 Burung elang Siang hari 11.30 wita
Soliter Mencari makan
3. Perubahan perilaku pada reptile terhadap tekanan predatorNo Spesies/ nama jenis dan
gambarPredator waktu memangsa
Formasi dalam kelompok
Aktifitas harian
1 Kadal Siang hari 11.00 wita
Soliter Berjemur dan mencari makan
2 bunglon Siang hari 11.30 wita
Soliter Mencari makanDan berkamuplase
12
C. Table tingkat mortalitas, natalitas hewan pemangsa dan yang dimangsa
1. Tingkat pemangsa karnivoraNo Spesies Perilaku
pemangsaSpesies/ jenis
Timgkat mortalitas/natalitas
populasi habitat
1 Anjing mengigit ikan Rendah/tinggi ± 15 ekor
Pemukiman warga
2 Kucing Mencakar ikan Rendah/tinggi 2 ekor Pemukiman warga
3 Bunglon Menjulurkan lidah
serangga Rendah/tinggi 1 ekor rumput
4 Kadal Menjulurkan lidah
serangga Rendah/tinggi banyak Tanah lembab
2. Tingkat pemangsa herbovoraNo Spesies Perilaku
pemangsaSpesies/ jenis
Timgkat mortalitas/natalitas
populasi habitat
1 Kerbau ___ ___ Rendah/tinggi 2 ekor Padang rumput
3. Tingkat pemangsa omnivoraNo Spesies Perilaku Spesies/ Timgkat populasi habitat
13
pemangsa jenis mortalitas/natalitas
1 Anjing mengigit ikan Rendah/tinggi ± 15 ekor
Pemukiman warga
2 Kucing Mencakar ikan Rendah/tinggi 2 ekor Pemukiman warga
D. Tabel komunikasi cacing tanah
1. Garam/alcoholNo Spesies Ukuran Warna keterangan
Sebelum Sesudah Sebelum sesudah1 Cacing
tanah A (Garam)
11 cm 10 cm Merah Putih kepucatan
mati
2 Cacing tanah B (alcohol)
8 cm 7,5 cm merah Pucat kemerahan
Hidup
2. Cairan mucusNo Spesies Respon Keterangan1 Cacing tanah A (Garam) Mengeluarkan mucus negatif
2 Cacing tanah B (alcohol)
Mengeluarkan mukus positif
E. Table tingkah laku social semut mencari makanNo Spesies Kondisi sarang dan perlakuannya
makanan Lama menemukan
makanan
Lama pembentukan
agregasi
Jumlah semut dalam
agregasi
14
1 Semut Gula 0,5 menit 2 menit Banyak
F. Table konstruksi sarang laba-labNo Spesies
Tinggi Diameter Lama respon
Jarak respon terhadap predator
Mekanisme menangkap mangsa
Pertahana diri
1 Laba-laba 32 cm 8 cm 2 detik 2 cm Menggunakan jaringnya lalu membalutnya
Mengigit dan menghindar
G. Tabel aktivitas hewan nocturnal
No Jenis Jumlah bunyi Interval bunyi selang 1 jam
Keterangan
1 jangkrik 28 kali bunyi - 2 detik- 1 detik- 4 detik- 3 detik
Bersuara nyaring, panjang suara sedang.
2 Totoji 60 kali bunyi - 2 menit- 4 menit- 3 menit- 2 menit
Bersuara nyarinh, panjang suara panjang.
3 Njipi 5 kali bunyi - 6 detik Bersuara pelan, tidak nyaring, panjang suara pendek.
4 Anjing 1 kali bunyi - 3 detik Panjang, memggonggong.
5 tonggerek 32 kali bunyi - 2 menit- 8 menit- 6 menit- 4 menit- 3 menit- 2 menit- 2 detik- 1 menit
Serupa suara katak, bersuara pendek.
6 Burung 6 kali bunyi - 2 detik Bersuara keras, berpindah-pindah (terbang)
15
H. Tabel
No Sarang Kondisi sarang Air rebusan pH Keterangan1 Burung Utuh terdiri dari
rerumputanPanas, merah. 6 Terdapat hormone
dalam jumlah sedikit
4.2 Pembahasan
Perilaku adalah tindakan aksi yang mengubah hubungan antara organisme
dengan lingkungannya. Hal ini merupakan kegiatan yang diarahkan dari luar dan
tidak mencakup banyak perubahan dalam yang secara tetap terjadi pada semua
makhluk hidup. Perilaku dapat terjadi sebagai akibat adanya suatu stimulus dari luar
ataupun sebagai stimulus dari dalam, misalnya seekor hewan yang lapar akan mencari
makanan.
Adapun pada pengamatan pertama yang kami lakukan yaitu pengamatan
tentang respon hewan vertebrata dan invertebrata. Pada hewan vertebrata yang kami
dapat adalah kadal, kucing, anjing, burung, dan ayam. Bentuk respon yang diberikan
yaitu dengan cara mendekati hewan-hewan tersebut dan respon atau tanggapan yang
berikan hewan-hewan tersebut yaitu menghindar, dengan tujuan untuk melindungi
diri dari ancaman predator, namun pada kucing respon yang diberikan adalah
mendekat, hal ini disebabkan karena kucing yang kami amati merupakan hewan
domestic (rumahan) yang sudah jinak pada manusia. Adapun habitat hewan
vertebrata kebanyakan ditemukan pada pemukiman warga. Pengamtan kedua yang
kami lakukan yaitu tentang respon hewan invertebrate. Hewan invertebrata yang
kami temukan adalah kupu-kupu, jangkrik, capung, luwing, dan semut. Bentuk
16
respon yang diberikan dengan cara mendekati hewan-hewan tersebut, dan respon atau
tanggapan yang semua hewan adalah menghindar dengan tujuan untuk melindungi
diri dari ancaman predator, khusus pada luwing respon yang diberikan dengan cara
menyentuhnya dan tanggapan yang diberikan yaitu menggulung. Adapun habitat dari
hewan invertebrate yang kita temukan yaitu pada taman, rerumputan dan tanah.
Selama pengamatan keseluruhan hewan ini tidak memiliki aktivitas induk, perilaku
kawin , dan formasi dalam kelompok, hal ini disebabkan karena hewan-hewan yang
kita temukan hidupnya soliter dan kebanyakan hewan peliharaan. Pada prilaku
mencarikan makan setiap hewan yang kami amati berbeda-beda, karena morfologi
yang berbeda pula.
Pada pengamatan perubahan prilaku pada mamalia, aves, dan reptil terhadap
tekanan predator. Pada mamalia kami menemukan anjing dan kucing, pada anjing
predator waktu pemangsa yaitu pada siang hari pada pukul 11.30 siang, hal ini
disebabkan karena aktifitas harian mencari makan hewan ini pada siang hari, sama
halnya pada kucing namun waktu pemangsanya selang 10 menit tepatnya pukul
11.40, kedua hewan ini tidak ditemukan formasi dalam kelompok karena hidupnya
soliter. Pada aves ditemukan ayam, burung geli, dan burung elang. Ketiganya
merupakan hewan yang aktif mencari makan pada siang hari, ayam dan burung
formasi dalam kelompok tidak ditemukan karena hidupnya soliter sedangkan burung
geli formasi dalam kelompok tidak beraturan. Pada reptile hewan yang ditemukan
kadal dan bunglon. Keduanya merupakan hewan yang aktif mencari makan pada
siang hari dan tidak ditemukan formasi dalam kelompok karena keduannya hewan
soliter.
Pada pengamatan tingkat mortalitas dan natalitas hewan pemangsa dan yang
dimangsa, pertama yang diamati adalah tingkat pemangsa carnivora. Spesies yang
diamati yaitu anjing, kucing, bunglon dan kadal. Pada anjing perilaku pemangsa
dengan cara menggigit. Populasi anjing ± 15 ekor dengan tingkat mortalitas rendah
dan natalitas tinggi serta habitatnya tersebar dipemukiman warga. Pada kucing
perilaku pemangsa dengan cara mencakar, populasi yang ditemukan 2 ekor dengan
17
tungkat mortalitas rendah dan natallitas tinggi. Pada bunglon perilaku memangsa
dengan cara menjulurkan lidah, populasi yang ditemukan 1 ekor dengan tingkat
mortalitas rendah dan natalitas tinggi. Pada kadal perilaku memangsa dengan cara
menjulurkan lidah, populasi banyak dengan tingkat mortalitas rendah dan natalitas
tinggi. Tingkat pemangsa herbivore yang ditemukan hanya kerbau dengan tingkat
populasi sebanyak 2 ekor pada daerah padang rumput. Tingkat pemangsa omnivore
ditemukan kucing dan anjing. Perilaku pemangsa sama halnya pada pengamatan
carnivore.
Pada pengamatan komunikasi cacing tanah dengan cara memberikan garam
dan larutan alcohol. Pada pemberian garam, terjadi perubahan warna tubuh cacing
dari merah menjadi pucat keputihan dan akhirnya mati. Hal ini disebabkan karena
ketika salah satu sisi bagian ntubuh cacing diberikan stimulus maka seluruh bagian
tubuhnya memberikan respon. Ketika diberi garam cairan mucus yang ada pada tubuh
cacing keluar, ditandai dengan adanya cairan kental berwarna putih kecoklatan.
Cairan mucus berfungsi sebagai sarana komunikasi pada cacing tanah juga untuk
mempermudah pergerakan cacing di dalam tanah. Sedangkan pada pemberian
alcohol, cacing dapat menembusnya dan cacing tidak mati karena alcohol bersifat
semipolar sehingga tidak membahayakan bagi cacing.
Pada pengamatan semut, digunakan gula sebagai umpan. Setelah diberikan
umpan, semut menemukan makanannya setengah menit kemudian. Lamanya
terbentuk agregasi 2 menit dan jumlah semut dalam agregasi tersebut banyak.
Agregasi pada semut karena adanya hormone feromon yang membantu komunikasi
dalam mencari makanan.
Pada pengamatan laba-laba, ditemukan sarang laba-laba dengan tinggi 32 cm
di atas permukaan tanah, berdiameter 8 cm. Setelah diberikan stimuylus dengan
menyentuh sarangnya, maka lama respon yang diberikan untuk menghindar yaitu 2
detik. Jarak stimulus yang diberikan 2 cm dari laba-laba. Dalam mekanisme
menangkap mangsanya, laba-laba menggunakan jaringnya sebagai perangkap dan
18
membalaut mangsanya. Pertahanan diri laba-laba dengan cara menggigit dan
menghindar dari predatornya.
Pada pengamatan aktivitas hewan nocturnal(bunyinya) jenis hewan yang
didapatkan yaitu jangkrik, totoji, njipi, anjing, tonggerek, dan bururng. Bunyi suara,
jumlah bunyi yang dihasilkan, dan interval bunyi selang 1 jam berbeda-beda. Bentuk
perilaku tersebut disebabkan oleh adanya jam biologis dari masing-masing jenis
hewan baik hewan invertebrate maupun vertebrata. Selain itu di sebabkan pula
dengan adanya pengaruh suhu dan kelembaban pada daerah pengamatan dan terlebih-
lebih lagi karena gangguan dari pada pengamat yang mengamati bentuk perilaku
daripada hewan-hewan yang ada.
Pada pengamatan perebusan sarang burung, kondisi sarang burung yang
ditemukan dalam keadaan utuh terdiri dari rerumputan yang kering. Air rebusan yang
dihasilkan berwarna merah dengan pH 6 (suasana asam). Tujuan dari perebusan
sarang burung ini yaitu untuk mengetahui ada tidaknya hormone yang terkandung
pada sarang burung tersebut. pH 6 menunujukkan hormon yang terkandunng sedikit,
karena sarang tersebut sudah tidak digunakan lagi karena masa pemeliharaan anak
telah selesai dan burung tersebut pergi dan membuat sarang baru.
19
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka ditarik kesimpulan
yaitu
1. Bahwa bentuk perilaku hewan pada umumnya hewan vertebrata berbeda-beda
tergantung dari bentuk stimulus yang diberikan, begitu juga hewan-hewan yang
tergolong invertebrata.
2. Perilaku adalah tindakan atau aksi yang mengubah hubungan antara organisme
dan lingkungannya.
3. Cacing tanah mengeluarkan cairan mucus yang berfungsi sebagai alat
komunikasi dan alat gerak.
4. Laba-laba menggunakan sarangnya untuk menangkap mangsa, dengan cara
menggulung atau membungkus mangsa yang terjerat dalam sarangnya.
5. Pada semut terdapat hormone feromon yang berfungsi sebagai alat komunikasi
semut dalam mencari makan.
20
6. Aktivitas hewan nocturnal dipengaruhi oleh jam biologis dan pengaruh suhu
serta kelembaban.
7. Pada sarang burung ditemukan pH 6 yang berarti kandungan hormone pada
sarang sedikit.
5.2 SaranAdapun saran dari praktikum ini yaitu dibutuhkan kerjasama dalam kelompok,
serta ketelitian dalam mengamati terutama pada pengamati aktivitas hewan nocturnal
agar hasil yang diperoleh maksimal.
21