Upload
fanny-akaira-scarlete
View
20
Download
10
Embed Size (px)
Citation preview
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teknik analisis kimia terus dikembangkan menjadi lebih canggih dan minimalis
ukurannya. Potensiometri merupakan salah satu metode elektroanalisis yang terus
dikembangkan. Elektroda yang digunakan dalam potensiometri harus berbeda agar dapat
menimbulkan beda potensial yang dapat terukur oleh voltmeter. Pengembangan dari teknik
analisis potensiometri berawal dari penggantian elektroda indikator dengan penggunaan dua
elektroda reference. Beda potensial yang muncul pada kedua elektroda disebabkan karena
membran yang berada pada salah satu elektrodanya. Elektroda reference yang digunakan harus
bekerja berdasarkan hukum Nernst. Potensial yang dihasilkan konstan dalam berbagai waktu dan
tidak terpengaruh temperatur. Selain itu elektroda reference yang digunakan harus reversibel dan
bersifat inert.
Elektroda indikator yang sering digunakan adalah pH meter. Sensitifitas elektroda ini
terhadap H+ dapat dimanfaatkan untuk menentukan konsentrasi dari suatu analit. Cara yang
ditempuh dengan titrasi menggunakan titran yang sesuai dan menggunakan elektroda indikator
yang sesuai juga. Praktikum ini akan mencoba suatu metode yang merupakan salah satu metode
potensiometri yang dilakukan secara tidak langsung atau biasa disebut titrasi potensiometri.
1.2 Tujuan
Mempelajari prinsip analisis dengan metode titrasi potensiometri
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Material Safety Data Sheet (MSDS)
2.1.1 HCl
HCl atau asam klorida merupakan golongan asam kuat. Asam ini memiliki massa molar
36,46 g/mol. Asam ini merupakan senyawa polar yang mudah larut dalam air. Wujudnya cair,
tidak berwarna, dan bau menyengat. Hal yang perlu diperhatikan adalah sifat korosifnya
terhadap jaringan tubuh dan beracun bila dikonsumsi. Asam klorida akan menimbulkan
permasalahan pada sistem pernapasan, mata, kulit, paru-paru. Jika terjadi kecelakaan pada
penggunaannya cari pertolongan medis profesional setelah tindakan pertolongan pertama
dilakukan. Jika mengenai mata segera siram mata dengan air berlebih selama 15 menit,
mengangkat kelopak mata bawah dan atas sesekali. Jika kontak dengan kulit maka segera siram
kulit dengan air mengalir selama 15 menit dan sesaat kemudian melepaskan pakaian yang
terkontaminasi. Jika tertelan hubungi pihak medis segera. Jangan memaksakan muntah. Bilas
mulut dengan air dingin. Berikan korban 1-2 cangkir air atau susu untuk diminum. Jika masuk ke
saluran pernafasan pindahkan ke udara segar. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan
(Anonim, 2012).
2.1.2 NaOH
Natrium hidroksida (NaOH) yang biasa disebut dengan soda api atau soda kaustik
merupakan basa kuat. Natrium hidroksida akan membentuk larutan alkali yang kuat ketika
dilarutkan dalam air. Dalam bidang industri senyawa ini digunakan sebagai basa dalam proses
produksi bubur kayu, kertas, tekstil, air minum, sabun, maupun deterjen. NaOH mempunyai
massa molar 39,99 gram/mol dan berwujud kristal putih padat. Kristal NaOH bersifat mudah
menyerap air atau uap air dalam keadaan terbuka (higroskopis). Massa jenis NaOH adalah 2,1
gram/cm3 pada wujud padat. Titik leleh dan titik didih dari natrium hidroksida berturut-turut
adalah 318oC dan 1390oC. NaOH sangat larut dalam air hingga 111 gram/100 mL air pada suhu
20oC. Tingkat kebasaan (pKb) dari senyawa ini adalah -2,43. Natrium hidroksida tersedia dalam
bentuk pellet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50 %. Senyawa ini bersifat lembab cair dan
secara spontan menyerap karbon dioksida dari udara bebas. Senyawa ini sangat larut dalam air
dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan, dan senyawa ini juga larut dalam etanol dan
metanol. Senyawa ini dapat menyebabkan luka bakar pada mata yang memungkinkan
menimbulkan kebutaan atau menyebabkan kornea mata rusak. NaOH juga bisa menyebabkan
luka bakar pada kulit. Ketika tertelan senyawa ini dapat menyebabkan gangguan perncernaan.
Natrium hidroksida juga menyebabkan iritasi saluran pernapasan, susah bernafas, dan
memungkinkan terjadinya koma. Jika terkena kulit secara terus menerus dan jangka waktu lama
dapat menyebabkan dermatitis. Pertolongan yang seharusnya diberikan adalah segera membilas
mata dan kulit dengan air bersih selama kurang lebih 15 menit. Jika terkena pakaian segera
dilepas dan diganti dengan pakaian yang bersih. Jika tertelan berikan segelas air namun jangan
berikan makanan lewat mulut sebelum ada perintah dari petugas medis. Jika terhirup, korban
dibawa ke udara terbuka dan jika tidak bernafas maka diberikan oksigen untuk membantunya.
Penyimpanannya seharusnya diletakkan pada tempat yang tertutup agar tidak terkontaminasi
dengan udara luar kemudian diletakkan pada tempat yang sejuk dan kering (Anonim, 2012).
2.2 Titrasi Potensiometri
Metode elektroanalitik dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Potensiometri merupakan aplikasi langsung dari persamaan Nernst dengan cara pengukuran
potensial dua elektroda tidak terpolarisasi pada kondisi arus nol.
Voltametri dan polarografi merupakan metode penelaahan komposisi larutan elektrolit encer
dengan mengalurkan kurva arus-tegangan. Voltametri adalah nama umum, sedangkan
polarografi khusus mengacu pemakaian elektroda tetes merkuri. Pada amperometri kedua
elektroda dapat terpolarisasi.
Coulometri merupakan metode analisis yang meliputi pemakaian hukum elektrolisis Faraday.
Konduktometri merupakan metode yang menggunakan due elektroda inert dan konduktansi
elektrolit antara kedua elektroda ini diukur.
Oscillometri meruapak metode yang menggunakan sumber arus bolak-balik berfrekuensi tinggi,
perubahan konduktansi dan tetapan dialektrikum.
Kronopotensiometri merupakan metode menguunakan arus yang konstan dan diketahui dilewatkan
melalui larutan, potensial terbentuk antara dua elektroda dan larutan yang diamati sebagai fungsi
waktu.
Pemisahan dengan logam terkendali merupakan metode dengan bermacam spesies dapat
dipisahkan secara kuantitatif dengan oksidasi atau reduksi elektrolitik pada suatu elektroda
dengan potensial yang benar-benar terkendali (Khopkar, 1990).
Potensiometri adalah suatu teknik analisis yang didasari oleh pengukuran potensial suatu
sensor atau elektroda. Dalam teknik ini suatu membran Sensor atau permukaan sensor berfungsi
sebagai setengah sel elektrokimia, yang menimbulkan potensial yang sebanding dengan
logaritma dari aktivitas atau konsentrasi ion yang dianalisis. Potensial sel diperoleh dengan
mengukur pada keadaan tidak ada arus melalui sel. Sel elektrokimia yang lengkap, potensial sel
dapat ditentukan dengan persamaan :
Esel = Eind - Eref + Ej
dengan:
Esel = potensial sel
Eind = potensial elektroda indikator
Eref = potensial elektroda referensi
Ej = potensial dari liquid juntion
Sedangkan potensial dari elektroda indikator mengikuti persamaan:
Eind = Konstanta + 2,303RT/zF log a
dengan:
2,303RT/zF= faktor Nernst
z = muatan dari ion
a = aktivitas ion
(Tim Kimia Analitik, 2012).
Prinsip potensiometri didasarkan pada pengukuran potensial listrik antara elektroda
indikator dan elektroda yang dicelupkan pada larutan. Untuk mengukur potensial pada elektroda
indikator harus digunakan elektroda standar yaitu berfungsi sebagai pembanding yang
mempunyai harga potensial tetap selama pengukuran. Elektroda indikator ini sebagai elektroda
pengukur dan elektroda yang dicelupkan merupakan elektroda pembanding. Elektroda indikator
merupakan elektroda yang potensialnya bergantung pada konsentrasi ion yang akan ditetapkan
dan proses pemilihannya berdasarkan jenis senyawa yang hendak ditentukan (Gandjar, 2007).
Potensiometri merupakan metode analisis kimia berdasar hubungan antara potensial
elektroda relatif dengan konsentrasi larutan dalam suatu sel kimia. Metode ini berguna untuk
menentukan titik setara suatu titrasi secara instrumental sebagai pengganti indikator visual.
Contoh, pada titrasi asam-basa, redoks, kompleksometri, dan pengendapan. Alat yang digunakan
untuk melakukan percobaan ini adalah potensiometer atau pH meter dengan elektroda kerja dan
referensi yang tercelup dalam larutan yang diukur (Hendayana, 1994).
Proses titrasi potensiometri dapat dilakukan dengan bantuan elektroda indikator dan
elektroda pembanding yang sesuai. Dengan demikian, kurva titrasi yang diperoleh dengan
menggambarkan grafik potensial terhadap volume pentiter yang ditambahkan, mempunyai
kenaikan yang tajam di sekitar titik kesetaraan. Dari grafik itu dapat diperkirakan titik akhir
titrasi. Cara potensiometri ini bermanfaat bila tidak ada indikator yang cocok untuk menentukan
titik akhir titrasi, misalnya dalam hal larutan keruh atau bila daerah kesetaran sangat pendek dan
tidak cocok untuk penetapan titik akhir titrasi dengan indikator (Rivai, 1995).
Reaksi-reaksi yang berperan dalam pengukuran titrasi potensiometri yaitu reaksi
pembentukan kompleks reaksi netralisasi dan pengendapan dan reaksi redoks. Pada reaksi
pembentukan kompleks dan pengendapan, endapan yang terbentuk akan membebaskan ion
terhidrasi dari larutan. Umumnya digunakan elektroda Ag dan Hg, sehingga berbagai logam
dapat dititrasi dengan EDTA. Reaksi netralisasi terjadi pada titrasi asam basa dapat diikuti
dengan elektroda indikatornya elektroda gelas. Tetapan ionisasi harus kurang dari 10-8.
Sedangkan reaksi redoks dengan elektroda Pt atau elektroda inert dapat digunakan pada titrasi
redoks. Oksidator kuat (KMnO4, K2Cr2O7, Co(NO3)3) membentuk lapisan logam-oksida yang
harus dibebaskan dengan reduksi secara katoda dalam larutan encer (Khopkar, 1990).
Potensial dalam titrasi potensiometri dapat diukur sesudah penambahan sejumlah kecil
volume titran secara berturut-turut atau secara kontinu dengan perangkat automatik. Presisi dapat
dipertinggi dengan sel konsentrasi. Elektroda indikator yang digunakan dalam titrasi
potensiometri tentu saja akan bergantung pada macam reaksi yang sedang diselidiki. Jadi untuk
suatu titrasi asam basa, elektroda indikator dapat berupa elektroda hidrogen atau sesuatu
elektroda lain yang peka akan ion hidrogen, untuk titrasi pengendapan halida dengan perak
nitrat, atau perak dengan klorida akan digunakan elektroda perak, dan untuk titrasi redoks
(misalnya, besi(II)) dengan dikromat digunakan kawat platinum semata-mata sebagai elektroda
redoks (Khopkar, 1990).
Salah satu metode potensiometri adalah potensiometri tidak langsung atau lebih dikenal
sebagai titrasi potensiometri. Dimana komponen yang akan ditentukan konsentrasinya dtitrasi
cengan titran yang sesuai dan elektroda indicator digunakan untuk mengikuti perubahan
potensial akibat titrasi. Plot antara potensial elektroda dengan volume titrasi akan berupa kurva
sigmold, dimana titik ekivale dapat ditentukan dari kurva tersebut (Tim Kimia Analitik, 2012).
Titik akhir titrasi dalam titrasi potensiometri dideteksi dengan menetapkan volume pada
saat terjadi perubahan potensial yang relatif besar ketika ditambah titran. Untuk titrasi yang
menggunakan suatu elektroda kaca dapat digunakan untuk semua reaksi titrimetri, misalnya
asam basa, redoks, pengendapan dan pembentukan kompleks. Titrasi ini dapat dilakukan dengan
tangan, ataupun prosedur itu diotomatiskan. Dalam titrasi tidak otomatis, potensial diukur setelah
penambahan tiap tetes berurutan dari titran dan pembacaan yang diperoleh dari volume titran
dibuat kurva titrasi. Jika digunnkan elektoda kaca, diperlukan piranti ukur dengan impedansi
masukan yang tinggi karena resistan kaca yang tinggi. Namun sebagian besar telah
menggunakan pH meter. Karena pH meter ini digunakan secara meluas untuk semua jenis titrasi,
bahkan dalam hal-hal tertentu penggunaannya tidak diwajibkan (Underwood,1986).
Titrasi potensiometri biasanya tidak diperlukan potensial–potensial mutlak ataupun
potensial relatif terhadap suatu separuh sel standar, dan pengukuran dilakukan sementara titrasi
berlangsung. Titik ekuivalensi reaksi akan ditunjukkan oleh perubahan potensial e.m.f. suatu
elektroda haruslah konstan potensialnya meskipun tidak perlu diketahui, elektroda lain harus
berperan sebagai indikator perubahan konsentrasi ion dan haruslah merespons dengan cepat
(Basset, 1994).
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat 3.2.1 Kalibrasi pH meter
- Labu Erlenmeyer - Larutan NH4OH 0,01 N
- Neraca analitik - HCl 0,1 N
- Gelas beaker - Aquades
- Buret 50 mL
- Botol Semprot
- Labu Ukur 100 ml
- Pipet volume 25 ml
- Pipet tetes
- Gelas ukur 10 ml
- Batang pengaduk
- Alat ukur pH
3.2 Metode Kerja
1. Di pipet 25 ml NH4OH 0,01 N, dimasukan ke dalam masing-masing 3 labu Erlenmayer.
2. Ditambahkan indikator fenoftalein, sindur merah kedalam masing-masing labu
Erlenmayer a dan b sebanyak 3 tetes.
3. Di titrasi dengan HCl 0,1 N masing-masing labu Erlenmayer. Di catat titik akhir titrasi
dengan perubahan warna yang terjadi untuk fenoftalein dari pink ke merah muda seulas,
sindur merah dari kuning ke sindur.
4. Di titrasi labu erlenmayer c dengan HCl 0,1 N sebanyak 0,1 N sebanyak 1,0 ml dengan
menggunakan pH meter. Di lakukan 5 x untuk penambahan 1,0 ml di lanjutkan dengan
0,5 ml sampai pH 6,5 kemudian di tambahkan 0,1 ml sampai di dapat penurunan pH
paling besar di lanjutkan dengan penambahan 0,5 ml dan 1,0 ml, masing-masing
sebanyak 5 x.
5. Dari data yang di peroleh (volume saat penurunan pH paling besar), hitunglah %
kesalahan indikator.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Tabel Titrasi NH4OH dengan HCl
Penambahan
HCl ke-
pH larutan
Awal (0) 9
0,5 9
1,0 8
1,5 8
2,0 7
2,2 4
2,4 3
4.1.3 Presentase kesalahan Indikator
Indikator fenoftalein 23,81%
Indikator sindur merah 2,38%
4.2 Pembahasan
Potensiometri adalah suatu teknik analisis yang didasari oleh pengukuran potensial suatu
sensor atau elektroda. Suatu membran sensor atau permukaan sensor berfungsi sebagai setengah
sel elektrokimia yang menimbulkan potensial sebanding dengan logaritma dari aktivitas atau
konsentrasi ion yang dianalisis. Potensial sel diperoleh dengan mengukur pada keadaan tidak
ada arus melalui sel. Potensiometri ini bekerja berdasarkan hukum Nernst.
Prinsip dasar dari metode potensiometri adalah pengukuran potensial suatu larutan
dengan menggunakan elektroda dengan zerro current. Sementara titrasi potensiometri
merupakan salah satu bentuk pengembangan dari metode ini dengan penggunaan titrasi dalam
penambahan suatu larutan.
Titrasi potensiometri pada umumnya sama seperti titrasi yang lainnya oleh karena itu
reaksi yang terjadi pada titrasi potensiometri ini harus berlangsung cepat, sehingga titrasi dapat
dilakukan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Selanjutnya, reaksi harus sederhana dan
diketahui dengan pasti, sehingga didapat kesetaraan yang pasti dari reaktan. Reaksi harus
berlangsung secara sempurna sehingga akan memudahkan dalam penetapan konsentrasi ataupun
perhitungan.
Pada praktikum kali ini, percobaan yang dilakukan adalah titrasi potensiometri, dimana titik ekuivalennya di bantu dengan adanya indikator, dalam hal ini digunakan indikator fenoftalein dan sindur merah.
Dari percobaan yang di lakukan, terlihat bahwa pada titrasi NH4OH 0,01 N dengan HCl 0,1 N menggunakan indikator fenoftalein, memerlukan volume HCl 0,1 N sebesar 1,6 ml, sedangkan saat menggunakan indikator sindur merah memerlukan HCL 0,1 N sebanyak 2,05 ml, untuk mencapai titik akhir titrasi.
Pada titrasi NH4OH 0,01 N dengan HCl 0,1 N tanpa penambahan indikator, sebelum di lakukan titrasi, pH yang terukur pada kertas universal adalah 9. Saat penambahan HCl 0,1 N sebanyak 0,5 ml pH tetap 9, pada volume HCl 0,1 N 1,0 ml pH turun menjadi 8, volume 1,5 ml pH terukur tetap 8, volume HCl 0,1 N 2,0 ml pH turun menjadi 7. Saat volume HCl 0,1 2,05 ml, terjadi penurunan pH yang cukup signifikan, yaitu dari 7 menjdi 5, yang menandakan terjadi titik akhir titrasi. Saat volume HCl 0,1 N di tingkatkan menjadi 2,2 ml penurunan pH kembali sedikit demi sedikit yaitu menjadi 4 sampai pada penambahan 2,4 ml penurunan pH menjadi 3.
Kesalahan yang mungkin terjadi saat praktikum dilakukan adalah ketidakbersihan alat
untuk titrasi, alat yang kurang bersih dapat menyebabkan adanya zat sisa yang menempel. Selain
itu, larutan NaOH bersifat higroskopis. Jika dibiarkan terlalu lama maka kemungkinan akan
engikat uap air di udara sehingga konsentrasinya dimungkinkan turun dari semula.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. prinsip dasar titrasi potensiometri adalah pengukuran potensial suatu larutan dengan
menggunakan elektroda dengan zerro current secara titrasi.
2. Titik akhir titrasi NH4OH 0,01 N penitar HCl 0,1 N indikator fenoftalein adalah 1,6
ml.
3. Titik akhir titrasi NH4OH 0,01 N penitar HCl 0,1 N indikator sindur merah adalah
2,05 ml.
4. Titik akhir titrasi NH4OH 0,01 N penitar HCl 0,1 N tanpa indikator pembantu adalah
2,01 ml pada pH 5.
5.2 Saran
1. Sebaiknya pembuatan larutan dari sampel di perhatikan betul jumlah pelarut yang
ditambahkan karena akan mempengaruhi konsentrasi.
2. Sebaiknya pencucian alat-alat yang hendak digunakan dengan bersih dan dikeringkan
terlebih dahulu sebelum digunakan kembali.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Hidrochloride Acid (http://www.scienelab.com/msds/php? msdsld=9223456) diakses 14
April 2012 pukul 12.57 WIB.
Anonim. 2012. Sodium Hidroxyde (http://www.scienelab.com/msds/php? msdsld=9924120) diakses 14
April 2012 pukul 12.45 WIB.
Anonim. 2012. Sodium Bicarbonate (http://www.scienelab.com/msds/php? msdsld=9776623) diakses
14 April 2012 pukul 12.57 WIB.
Basset, J. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis dan Kuantitatif Anorganik. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Gandjar, Gholib Ibnu. 2007. Kimia Analisis Farmasi. Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Hendayana, Sumar. 1994. Kimia Analitik Instrumen. Semarang: IKIP Semarang Press.
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.
Rivai, Harizul. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: Universitas Indonesia.
Tim Kimia Analtik. 2012. Penuntun Praktikum Elektroanalisis. Jember: Universitas Jember.
Underwood, Day. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA FARMASI ANALISIS II
PRAKTIKUM KE 1
JUDUL MATERI PRAKTIKUM
“POTENSIOMETRI”
NAMA :
Siti Ishafani (11010056)
KELOMPOK I
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI DAN FARMASI BOGOR
2012