40
LAPORAN KINERJA 2015 Direktorat Jenderal Multilateral Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia

LAPORAN KINERJA 2015 faktor-faktor penghambat kinerja Ditjen Multilateral, mulai dari adanya perbedaan kepentingan negara-negara dalam proses pembuatan kesepakatan pada tingkat multilateral,

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAPORAN KINERJA 2015 faktor-faktor penghambat kinerja Ditjen Multilateral, mulai dari adanya perbedaan kepentingan negara-negara dalam proses pembuatan kesepakatan pada tingkat multilateral,

LAPORAN KINERJA

2015

Direktorat Jenderal MultilateralKementerian Luar NegeriRepublik Indonesia

Page 2: LAPORAN KINERJA 2015 faktor-faktor penghambat kinerja Ditjen Multilateral, mulai dari adanya perbedaan kepentingan negara-negara dalam proses pembuatan kesepakatan pada tingkat multilateral,

RINGKASAN EKSEKUTIF

Dokumen Laporan Kinerja Direktorat Jenderal (Ditjen) Multilateral Tahun 2015 merupakan

pertanggungjawaban kinerja Ditjen Multilateral kepada seluruh pemangku kepentingan dan sebagai

bahan kajian untuk perbaikan dan peningkatan kinerja pada tahun-tahun mendatang.

Secara keseluruhan pada tahun 2015, Ditjen Multilateral telah berhasil menyampaikan posisi

dan rekomendasi Pemerintah Indonesia dalam sidang-sidang yang membahas isu-isu multilateral,

menyampaikan inisiatif Pemerintah Indonesia dalam memajukan kerja sama multilateral,

mengupayakan pemenangan pencalonan pemerintah/individu Indonesia dalam

keanggotaan/jabatan pada berbagai organisasi internasional, dan meng-upayakan tindak lanjut dari

kesepakatan multilateral di tingkat nasional. Keseluruhan kegiatan tersebut telah mencapai sasaran

peningkatan peran dan diplomasi Indonesia di bidang multilateral sebesar 113,54%.

Di bidang politik dan keamanan internasional, Indonesia secara aktif berkontribusi pada

upaya menciptakan dunia yang aman, stabil, damai, adil, dan makmur. Hal ini terlihat pada upaya

diplomasi Indonesia di berbagai belahan dunia, di antaranya melalui kontribusi Indonesia pada

pasukan pemeliharaan perdamaian PBB. Diplomasi Indonesia juga dilakukan pada forum PBB,

Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), dan Gerakan Non-Blok (GNB).

Dalam diplomasi ekonomi, Ditjen Multilateral telah bekerja keras untuk memperjuangkan

kepentingan Indonesia. Adapun strategi diplomasi yang digunakan yaitu senantiasa mengedepankan

kepedulian terhadap kepentingan negara-negara berkembang. Dalam berbagai forum, seperti di

forum PBB, G20, WTO, dan dalam pembahasan mengenai Post-2015 Development Agenda,

Indonesia senantiasa menekankan pentingnya pertumbuhan ekonomi yang kuat, berkelanjutan,

seimbang, dan inklusif untuk memastikan keadilan dan pemerataan pertumbuhan ekonomi global.

Kontribusi politik luar negeri Indonesia jelas dan nyata. Indonesia aktif berkontribusi dalam

berbagai isu transnasional dan global, seperti ancaman bencana alam, tantangan ketahanan pangan

dan energi, hingga kejahatan lintas batas seperti terorisme, trafficking, dan berbagai ancaman

lainnya.

Tingginya capaian bukan berarti pekerjaan Ditjen Multilateral tahun 2015 berjalan mulus

tanpa hambatan. Terdapat faktor-faktor penghambat kinerja Ditjen Multilateral, mulai dari adanya

perbedaan kepentingan negara-negara dalam proses pembuatan kesepakatan pada tingkat

multilateral, hingga perbedaan kepentingan di antara para pemangku kepentingan di dalam negeri

(yang mengakibatkan proses pembahasan kesepakatan memakan waktu lebih lama). Selain itu,

kendala-kendala teknis seperti adanya undangan menghadiri forum multilateral yang diterima

secara mendadak dan perubahan jadwal persidangan juga menjadi penyebab kurang optimalnya

kinerja Ditjen Multilateral. Keadaan ini membuat Ditjen Multilateral harus memilih berbagai

kegiatan/forum secara cermat sesuai dengan urgensinya terhadap kepentingan nasional.

Page 3: LAPORAN KINERJA 2015 faktor-faktor penghambat kinerja Ditjen Multilateral, mulai dari adanya perbedaan kepentingan negara-negara dalam proses pembuatan kesepakatan pada tingkat multilateral,

Dalam rangka mengatasi kendala-kendala tersebut, telah dilakukan langkah-langkah efisiensi

komunikasi dengan para pemangku kepetingan pada forum multilateral, dan memilih isu-isu yang

dianggap lebih prioritas dan strategis. Sebagai langkah antisipasi untuk tahun mendatang, Ditjen

Multilateral akan meningkatkan koordinasi dengan pemangku kepentingan sebelum menghadiri

forum multilateral guna menyamakan persepsi dan menyelaraskan kepentingan serta membuat

perencanaan kegiatan yang lebih matang.

Untuk menyelenggarakan program dan kegiatannya, pada tahun 2015 Ditjen Multilateral

memperoleh anggaran (setelah revisi) sebesar Rp544.584.669.000,00. Dari jumlah tersebut, Ditjen

Multilateral telah merealisasikan anggarannya sebesar Rp535.308.122.709,00 (98,30%).

Page 4: LAPORAN KINERJA 2015 faktor-faktor penghambat kinerja Ditjen Multilateral, mulai dari adanya perbedaan kepentingan negara-negara dalam proses pembuatan kesepakatan pada tingkat multilateral,
Page 5: LAPORAN KINERJA 2015 faktor-faktor penghambat kinerja Ditjen Multilateral, mulai dari adanya perbedaan kepentingan negara-negara dalam proses pembuatan kesepakatan pada tingkat multilateral,

LAKIP Direktorat Jenderal Multilateral 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyusunan dokumen Laporan Kinerja merupakan pelaksanaan amanat Peraturan Presiden

Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

Sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Perjanjian Kinerja, Pelaporan

Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, penyusunan Laporan Kinerja

bertujuan untuk memberikan informasi kinerja yang terukur kepada pemberi mandat atas kinerja

yang telah dan seharusnya dicapai, serta merupakan upaya perbaikan berkesinambungan bagi

instansi pemerintah untuk meningkatkan kinerjanya. Laporan Kinerja Ditjen Multilateral pada

gilirannya akan menjadi bahan masukan bagi penyusunan Laporan Kinerja Kementerian Luar Negeri

tahun 2015.

Selain menjabarkan pencapaian dari visi, misi, dan tujuan Ditjen Multilateral, Laporan Kinerja

ini juga menggambarkan perkembangan isu-isu multilateral dan penanganannya oleh Ditjen

Multilateral selama tahun 2015. Dengan demikian, Laporan Kinerja dapat dimanfaatkan oleh

kalangan internal Ditjen Multilateral sebagai mekanisme evaluasi kinerja, serta pedoman dalam

penyusunan kegiatan dan kebijakan, maupun dalam perbaikan kinerja Ditjen Multilateral pada

tahun-tahun mendatang.

Pengukuran capaian dilaksanakan dengan melakukan analisis dan perbandingan antara

capaian Ditjen Multilateral dengan sasaran yang ditetapkan dalam dokumen Penetapan Kinerja (PK)

dan Indikator Kinerja Utama (IKU). Capaian tersebut selanjutnya dibandingkan dengan sasaran yang

ditetapkan dalam dokumen Revisi Rencana Strategis (Renstra) Ditjen Multilateral Tahun 2015-2019

yang menggambarkan rencana pencapaian sasaran dan prioritas kebijakan Ditjen Multilateral selama

lima tahun.

B. Tugas dan Fungsi

Tugas dan fungsi Ditjen Multilateral dijabarkan dalam Peraturan Menteri Luar Negeri RI

Nomor 07 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Luar Negeri, yaitu

merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang hubungan politik

luar negeri multilateral.

Dalam melaksanakan tugasnya tersebut, Ditjen Multilateral menyelenggarakan fungsi:

1. Perumusan kebijakan di bidang hubungan politik luar negeri multilateral;

2. Pelaksanaan kebijakan di bidang hubungan politik luar negeri multilateral;

3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang hubungan politik luar negeri

multilateral;

Page 6: LAPORAN KINERJA 2015 faktor-faktor penghambat kinerja Ditjen Multilateral, mulai dari adanya perbedaan kepentingan negara-negara dalam proses pembuatan kesepakatan pada tingkat multilateral,

2 LAKIP Direktorat Jenderal Multilateral

4. Perundingan dalam rangka kerja sama multilateral;

5. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang hubungan politik luar negeri multilateral;

6. Perundingan dalam rangka kerja sama multilateral; dan

7. Pelaksanaan administrasi Ditjen Multilateral.

C. Struktur Organisasi

Ditjen Multilateral terdiri dari enam unit kerja eselon II, yaitu:

1. Sekretariat Direktorat Jenderal Multilateral

Sekretariat Ditjen Multilateral bertugas menyusun rencana program kerja, kepegawaian,

keuangan, perlengkapan, rumah tangga dan tata persuratan, data dan dokumentasi, serta

mengurus keanggotaan Indonesia di organisasi internasional, yang mencakup pembayaran

kontribusi/iuran keanggotaan Pemerintah RI, pencalonan Indonesia dan/atau individu

Indonesia, dan fasilitasi pengisian lowongan jabatan pada organisasi internasional bagi

Warga Negara Indonesia.

Dalam melaksanakan tugasnya, Setditjen Multilateral menyelenggarakan fungsi:

a. Pelaksanaan koordinasi penyusunan naskah kebijakan teknis, rencana dan program

kerja, serta evaluasi dan laporan Direktorat Jenderal Multilateral;

b. Pengelolaan urusan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, tata usaha, dan rumah

tangga Direktorat Jenderal Multilateral;

c. Penyiapan penyusunan pedoman peraturan perundang-undangan dan pemberian

pertimbangan hukum Direktorat Jenderal Multilateral;

d. Pelaksanaan urusan pembayaran kontribusi/iuran keanggotaan, pencalonan, dan

fasilitasi pengisian lowongan jabatan pada organisasi internasional;

e. Pelaksanaan pengolahan data dan dokumentasi Direktorat Jenderal Multilateral.

2. Direktorat Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata (KIPS)

Direktorat KIPS melaksanakan tugas Ditjen Multilateral di bidang keamanan internasional,

senjata pemusnah massal dan senjata konvensional, penanggulangan kejahatan lintas

negara, dan terorisme.

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat KIPS menyelenggarakan fungsi:

a. Penyiapan perumusan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang multilateral dalam

hal keamanan internasional, senjata pemusnah massal dan senjata konvensional,

kejahatan lintas negara, dan terorisme;

b. Koordinasi dan pelaksanaan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang multilateral

dalam hal keamanan internasional, senjata pemusnah massal dan senjata konvensional,

kejahatan lintas negara, dan terorisme;

Page 7: LAPORAN KINERJA 2015 faktor-faktor penghambat kinerja Ditjen Multilateral, mulai dari adanya perbedaan kepentingan negara-negara dalam proses pembuatan kesepakatan pada tingkat multilateral,

LAKIP Direktorat Jenderal Multilateral 3

c. Perundingan dalam kerangka kerja sama multilateral yang terkait dengan keamanan

internasional, senjata pemusnah massal dan senjata konvensional, kejahatan lintas

negara, dan terorisme;

d. Penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang multilateral

dalam hal keamanan internasional, senjata pemusnah massal dan senjata konvensional,

kejahatan lintas negara, dan terorisme;

e. Pemberian bimbingan teknis, informasi, evaluasi, dan pelaporan di bidang multilateral

dalam hal keamanan internasional, senjata pemusnah massal dan senjata konvensional,

kejahatan lintas negara, dan terorisme; dan

f. Pelaksanaan administrasi Direktorat.

3. Direktorat Hak Asasi Manusia dan Kemanusiaan (HAM & Kemanusiaan)

Direktorat HAM dan Kemanusiaan melaksanakan tugas Ditjen Multilateral di bidang hak-hak

sipil dan politik, ekonomi, sosial budaya, dan hak pembangunan, hak kelompok rentan serta

kemanusiaan.

Dalam melaksanakan tugas di atas, Direktorat HAM dan Kemanusiaan menyelenggarakan

fungsi:

a. Penyiapan perumusan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang multilateral

mengenai hak-hak sipil dan politik, ekonomi, sosial budaya, dan hak pembangunan, hak

kelompok rentan serta kemanusiaan;

b. Koordinasi dan pelaksanaan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang multilateral

mengenai hak-hak sipil dan politik, ekonomi, sosial budaya, dan hak pembangunan, hak

kelompok rentan serta kemanusiaan;

c. Perundingan dalam kerangka kerja sama hak-hak sipil dan politik, ekonomi, sosial

budaya, dan hak pembangunan, hak kelompok rentan serta kemanusiaan;

d. Penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang multilateral

mengenai hak-hak sipil dan politik, ekonomi, sosial budaya, dan hak pembangunan, hak

kelompok rentan serta kemanusiaan;

e. Pemberian bimbingan teknis, informasi, evaluasi, dan pelaporan di bidang multilateral

mengenai hak-hak sipil dan politik, ekonomi, sosial budaya, dan hak pembangunan, hak

kelompok rentan serta kemanusiaan; dan

f. Pelaksanaan administrasi Direktorat.

4. Direktorat Pembangunan, Ekonomi, dan Lingkungan Hidup (PELH)

Direktorat PELH melaksanakan tugas Ditjen Multilateral di bidang penanganan isu-isu,

kebijakan, dan kerja sama multilateral yang terkait dengan aspek-aspek pembangunan,

ekonomi, keuangan, dan lingkungan hidup.

Dalam melaksanakan tugasnya tersebut, Direktorat PELH menyelenggarakan fungsi:

Page 8: LAPORAN KINERJA 2015 faktor-faktor penghambat kinerja Ditjen Multilateral, mulai dari adanya perbedaan kepentingan negara-negara dalam proses pembuatan kesepakatan pada tingkat multilateral,

4 LAKIP Direktorat Jenderal Multilateral

a. Penyiapan perumusan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang multilateral

mengenai penanganan isu-isu, kebijakan, dan kerja sama multilateral yang terkait

dengan aspek-aspek pembangunan, ekonomi, keuangan, dan lingkungan hidup;

b. Koordinasi dan pelaksanaan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang multilateral

mengenai penanganan isu-isu, kebijakan, dan kerja sama multilateral yang terkait

dengan aspek-aspek pembangunan, ekonomi, keuangan, dan lingkungan hidup;

c. Perundingan dalam kerangka multilateral yang terkait dengan aspek-aspek

pembangunan, ekonomi, keuangan, dan lingkungan hidup;

d. Penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang multilateral

mengenai penanganan isu-isu, kebijakan, dan kerja sama multilateral yang terkait

dengan aspek-aspek pembangunan, ekonomi, keuangan, dan lingkungan hidup;

e. Pemberian bimbingan teknis, informasi, evaluasi, dan pelaporan di bidang multilateral

mengenai penanganan isu-isu, kebijakan, dan kerja sama multilateral yang terkait

dengan

f. Aspek-aspek pembangunan, ekonomi, keuangan, dan lingkungan hidup; dan

g. Pelaksanaan administrasi Direktorat.

5. Direktorat Perdagangan, Perindustrian, Investasi, dan Hak Kekayaan Intelektual (PPIH)

Direktorat PPIH melaksanakan tugas Ditjen Multilateral di bidang perdagangan barang dan

jasa, pembangunan industri, investasi, standardisasi barang dan jasa, dan hak kekayaan

intelektual.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut diatas Direktorat PPIHmenyelenggarakan

fungsi:

a. Penyiapan perumusan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang multilateral

mengenai perdagangan barang dan jasa, pembangunan industri, investasi, standardisasi

barang dan jasa, dan hak kekayaan intelektual;

b. Koordinasi dan pelaksanaan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang multilateral

mengenai perdagangan barang dan jasa, pembangunan industri, investasi, standardisasi

barang dan jasa, dan hak kekayaan intelektual;

c. Perundingan dalam kerangka kerja sama perdagangan barang dan jasa, pembangunan

industri, investasi, standardisasi barang dan jasa, dan hak kekayaan intelektual;

d. Penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang multilateral

mengenai perdagangan barang dan jasa, pembangunan industri, investasi, standardisasi

barang dan jasa, dan hak kekayaan intelektual;

e. Pemberian bimbingan teknis, informasi, evaluasi, dan pelaporan di bidang multilateral

mengenai perdagangan barang dan jasa, pembangunan industri, investasi, standardisasi

barang dan jasa, dan hak kekayaan intelektual; dan

f. Pelaksanaan administrasi Direktorat.

Page 9: LAPORAN KINERJA 2015 faktor-faktor penghambat kinerja Ditjen Multilateral, mulai dari adanya perbedaan kepentingan negara-negara dalam proses pembuatan kesepakatan pada tingkat multilateral,

LAKIP Direktorat Jenderal Multilateral 5

6. Direktorat Sosial Budaya dan Organisasi Internasional Negara Berkembang (Sosbud dan

OINB)

Direktorat Sosbud OINB melaksanakan tugas Ditjen Multilateral di bidang yang terkait

dengan isu-isu sosial budaya dan organisasi internasional negara-negara berkembang.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas Direktorat Sosbud OINB

menyelenggarakan fungsi:

a. Penyiapan perumusan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang multilateral yang

terkait dengan isu-isu sosial budaya dan organisasi internasional negara-negara

berkembang;

b. Koordinasi dan pelaksanaan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang multilateral

yang terkait dengan isu-isu sosial budaya dan organisasi internasional negara-negara

berkembang;

c. Perundingan dalam kerangka kerja sama multilateral yang terkait dengan isu-isu sosial

budaya dan organisasi internasional negara-negara berkembang;

d. Penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang multilateral

yang terkait dengan isu-isu sosial budaya dan organisasi internasional negara-negara

berkembang;

e. Pemberian bimbingan teknis, informasi, evaluasi, dan pelaporan di bidang multilateral

yang terkait dengan isu-isu sosial budaya dan organisasi internasional negara-negara

berkembang; dan

f. Pelaksanaan administrasi Direktorat.

Susunan Organisasi Ditjen Multilateral

Setditjen Multilateral

Direktorat Sosbud

OINB

Direktorat

KIPS

Direktorat HAM dan

Kemanusiaan

Direktorat

PPIH Direktorat

PELH

DIREKTORAT JENDERAL MULTILATERAL

Page 10: LAPORAN KINERJA 2015 faktor-faktor penghambat kinerja Ditjen Multilateral, mulai dari adanya perbedaan kepentingan negara-negara dalam proses pembuatan kesepakatan pada tingkat multilateral,

6 LAKIP Direktorat Jenderal Multilateral

D. Aspek Strategis Organisasi

Pada tahun-tahun terakhir, situasi politik dan ekonomi global terus mengalami berbagai

dinamika yang disebabkan oleh berbagai tantangan multidimensional. Perekonomian global masih

belum sepenuhnya pulih dari dampak krisis yang terjadi sejak beberapa tahun yang lalu, ancaman

ketahanan pangan dan eskalasi pemberlakuan hambatan-hambatan baru terhadap lalu lintas

perdangangan dunia. Di bidang politik dan keamanan, dunia juga masih menyaksikan konflik di

sejumlah kawasan, yang menimbulkan masalah baru seperti pengungsi, tindak kekerasan terhadap

rakyat sipil, serta pelanggaran HAM. Sementara, kejahatan lintas negara dan terorisme terus

berkembang dengan modus operandi baru yang semakin maju. Persoalan-persoalan tersebut tidak

dapat dihadapi oleh negara secara individu, melainkan harus melalui kerja sama konkret dalam

forum-forum internasional dan multilateral.

Indonesia senantiasa berkomitmen untuk aktif menjadi bagian dari solusi. Pada saat yang

sama, diplomasi dan politik luar negeri Indonesia senantiasa diabdikan untuk mengamankan dan

mencapai kepentingan nasional sebagaimana diamanatkan oleh Konstitusi. Dengan demikian, upaya

mencari solusi atas berbagai persoalan global tersebut harus sejalan dengan upaya untuk mencapai

kepentingan nasional. Dalam hal ini, Indonesia menerapkan konsep diplomasi total yang melibatkan

seluruh pihak dalam negeri. Kompleksitas persoalan yang dihadapi masyarakat dunia menuntut

keterlibatan semua kalangan masyarakat untuk menyelesaikannya.

Direktorat Jenderal Kerja Sama Multilateral merupakan bagian integral dari Kementerian

Luar Negeri yang bertugas merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis dalam

hubungan multilateral Indonesia guna meningkatkan peran dan kepemimpinan diplomasi Indonesia

di forum-forum multilateral, dalam rangka mewujudkan wibawa diplomasi demi kepentingan

nasional.Program dan kegiatan Ditjen Multilateral tahun 2015 disusun berdasarkan dengan prioritas

pembangunan nasional dalam RPJMN 2015-2019 dan Renstra Ditjen Multilateral 2015-2019.

Sementara itu, intensitas program dan kegiatannya disesuaikan dengan dinamika situasi nasional,

regional, dan global.

Page 11: LAPORAN KINERJA 2015 faktor-faktor penghambat kinerja Ditjen Multilateral, mulai dari adanya perbedaan kepentingan negara-negara dalam proses pembuatan kesepakatan pada tingkat multilateral,

LAKIP Direktorat Jenderal Multilateral 7

BAB II

PERENCANAAN KINERJA

•Terwujudnya Wibawa Diplomasi guna Memperkuat Jati Diti Bangsa sebagai Negara Maritim untuk Kepentingan Rakyat

VISI KEMLU

•Memperkuat peran dan kepemimpinan Indonesia sebagai negara maritim dalam kerja sama internasional untuk memajukan kepentingan nasional; •Memantapkan peran Kemlu sebagai penjuru

pelaksana hubungan luar negeri dengan dukungan dan peran aktif seluruh pemangku kepentingan nasional; •Mewujudkan kapasitas Kemlu dan Perwakilan RI

yang mumpuni.

MISI KEMLU

•Meningkatnya Peran dan Kepemimpinan Indonesia di Forum Multilateral

VISI DITJEN MULTILATERAL

•Memperjuangkan kepentingan nasional di forum multilateral. •Meningkatkan peran dan kepemimpinan Indonesia di

forum multilateral. •Mendorong pelaksanaan kesepakatan multilateral

oleh pemangku kepentingan nasional. •Memperkuat organisasi dan sumber daya.

MISI DITJEN MULTILATERAL

•Peningkatan peran Indonesia di forum multilateral. •Peningkatan kepemimpinan Indonesia di forum

multilateral. •Implementasi kesepakatan multilateral dengan

partisipasi pemangku kepentingan nasional.

SASARAN STRATEGIS DITJEN MULTILATERAL

•Persentase posisi Indonesia yang diterima dalam forum multilateral. •Persentase kepemimpinan Indonesia pada forum

multilateral. •Persentase rekomendasi untuk ditindaklanjuti

pemangku kepentingan nasional.

IKU

DITJEN MULTILATERAL

•Peningkatan Peran dan Diplomasi Indonesia di Bidang Multilateral.

PROGRAM DAN KEGIATAN

DITJEN MULTILATERAL

•Rp544.584.669.000,00 ANGGARAN

DITJEN MULTILATERAL

Page 12: LAPORAN KINERJA 2015 faktor-faktor penghambat kinerja Ditjen Multilateral, mulai dari adanya perbedaan kepentingan negara-negara dalam proses pembuatan kesepakatan pada tingkat multilateral,

8 LAKIP Direktorat Jenderal Multilateral

PENETAPAN KINERJA (PK) TAHUN 2015

UNIT ORGANISASI : DIREKTORAT JENDERAL MULTILATERAL

TAHUN ANGGARAN : 2015

SASARAN STRATEGIS INDIKATOR SASARAN TARGET

1 2 3

Peningkatan peran

Indonesia di forum

multilateral

Persentase posisi Indonesia yang diterima

dalam forum multilateral

90%

Peningkatan kepemimpinan

Indonesia di forum

multilateral

Persentase kepemimpinan Indonesia pada

forum multilateral

85%

Implementasi kesepakatan

multilateral dengan

partisipasi pemangku

kepentingan nasional

Persentase rekomendasi untuk ditindaklanjuti

pemangku kepentingan nasional

90%

Program : Program Peningkatan Peran dan Diplomasi Indonesia di Bidang Multilateral Total Anggaran : Rp544.584.669.000,00

C. Anggaran Tahun 2015

Untuk melaksanakan kegiatannya, Ditjen Multilateral memiliki anggaran sebagaimana tercantum

dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) awal tahun 2015, yaitu sebesar

Rp546.420.023.000,00.Dalam perkembangan selanjutnya, DIPA Ditjen Multilateral

berkurangmenjadi sebesar Rp544.584.669.000,00 karena program penghematan Pemerintah.

Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Anggaran

DIPA awal tahun 2015 Rp546.420.023.000,00

DIPA akhir tahun 2015 Rp544.584.669.000,00

Page 13: LAPORAN KINERJA 2015 faktor-faktor penghambat kinerja Ditjen Multilateral, mulai dari adanya perbedaan kepentingan negara-negara dalam proses pembuatan kesepakatan pada tingkat multilateral,

LAKIP Direktorat Jenderal Multilateral 9

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

A. Gambaran Umum

Di sepanjang tahun 2015, Ditjen Multilateral telah melaksanakan programpeningkatan peran

dan diplomasi Indonesia dalam penanganan isu multilateral.Pelaksanaan kegiatan-kegiatan di bawah

program tersebut diarahkan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan di dalam

Renstra Ditjen Multilateral 2015-2019.Renstra tersebut menjadi pedoman dalam perencanaan,

pelaksanaan, serta evaluasi program dan kegiatan di Ditjen Multilateral.

Capaian kinerja Ditjen Multilateral atas program Meningkatnya peran diplomasi Indonesia

dalam penanganan isu multilateral adalah sebesar 113,54%.Faktor pendorong pencapaian target ke angka tersebut adalah keberhasilan pelaksanaan koordinasi dengan berbagai pemangku kepentingan terkait. Besarnya capaian Ditjen Multilateral ini menunjukkan semakin berperannya Indonesia dalam memajukan kepentingan nasional melalui diplomasi multilateral.

Tingginya angka capaian bukan berarti pekerjaan Ditjen Multilateral tahun 2015 berjalan

mulus tanpa hambatan. Terdapat faktor-faktor penghambat kinerja Ditjen Multilateral, mulai dari

adanya perbedaan kepentingan negara-negara dalam proses pembuatan kesepakatan pada tingkat

multilateral, hingga perbedaan kepentingan di antara para pemangku kepentingan di dalam negeri

(yang mengakibatkan proses pembahasan kesepakatan memakan waktu lebih lama). Selain itu,

kendala-kendala teknis seperti adanya undangan menghadiri forum multilateral yang diterima

secara mendadak dan perubahan jadwal persidanganjuga menjadi penyebab kurang optimalnya

kinerja Ditjen Multilateral. Apabila sudah demikian, Ditjen Multilateral harus memilih berbagai

kegiatan/forum secara cermat sesuai dengan urgensinya terhadap kepentingan nasional.

Sesuai dengan Renstra Kemlu 2015-2019, sasaran yang hendak dicapai dalam pemantapan

politik luar negeri dan peningkatan kerja sama internasional dalam bidang multilateral adalah peran

Indonesia di tingkat global yang meningkat, dukungan dan komitmen nasional yang tinggi atas

kesepakatan internasional, serta penguatan diplomasi ekonomi.

Adapun sasaranyang hendak dicapai oleh Ditjen Multilateral pada selama tahun 2010-2014

adalah “Meningkatnya peran diplomasi Indonesia dalam penanganan isu multilateral”.Sasaran

strategis tersebut diturunkan ke dalam 4 IKU Ditjen Multilateral.Keempat IKU Ditjen Multilateral

memayungi IKU-IKU yang ada di unit-unit kerja Eselon II lingkungan Ditjen Multilateral.Adapun detail

capaian dan hambatan dijelaskan lebih mendalam pada Analisis IKU.

Page 14: LAPORAN KINERJA 2015 faktor-faktor penghambat kinerja Ditjen Multilateral, mulai dari adanya perbedaan kepentingan negara-negara dalam proses pembuatan kesepakatan pada tingkat multilateral,

10 LAKIP Direktorat Jenderal Multilateral

B. Capaian Indikator Kinerja Utama

SASARAN ESELON I

IKU ESELON II TARGET CAPAIAN INFORMASI KINERJA

JUMLAH % DATA DUKUNG (sesuai dengan sumber data

pada SK IKU atau data relevan lainnya)

Peningkatan peran Indonesia di forum multilateral

IKU 1: Persentase posisi Indonesia yang diterima dalam forum multilateral

90% 106,94% Jumlah posisi yang diterima dalam forum multilateral

694 96,25% Jumlah posisi yang diterima: dokumen-dokumen hasil sidang (laporan Delri, resolusi, keputusan, presidential/chairman statement, dll).

Jumlah posisi yang disampaikan: kertas posisi, statement Delri.

Jumlah posisi yang disampaikan dalam forum multilateral

721

Peningkatan

kepemimpinan

Indonesia di

forum

multilateral

IKU 2: Persentase kepemimpinan Indonesia pada forum multilateral

85% 129,03% Jumlah kepemimpinan yang dilaksanakan dalam forum multilateral

34 109,68% Laporan Delri, resolusi, keputusan, presidential/chairman statement, kertas posisi, statement Delri, dll.

Jumlah pencalonan yang berhasil (laporan Delri, resolusi, keputusan, presidential/chairman statement, dll).

Jumlah pertemuan atau event yang disepakati untuk dipimpin oleh Indonesia dalam forum multilateral

31

Implementasi

kesepakatan

multilateral

dengan

partisipasi

pemangku

kepentingan

nasional

IKU 3: Persentase rekomendasi untuk ditindaklanjuti pemangku kepentingan nasional

90% 104,65% Jumlah Implementasi Kesepakatan Multilateral pada tingkat nasional yang dilaksanakan

146 94,19% Dokumen kesepakatan hasil konferensi/pertemuan internasional di Indonesia (laporan Delri, laporan panitia, deklarasi, keputusan, agreed minutes, minutes of meeting, dll), ketentuan perundang-undangan yang disahkan untuk meratifikasi atau mengimplementasikan kesepakatan internasional di Indonesia (UU, PP, Perpres, dll), serta hasil-hasil lain dari aktivitas dalam rangka mengimplementasikan kesepakatan multilateral di Indonesia

Jumlah Implementasi Kesepakatan Multilateral pada tingkat nasional yang diusulkan

155

Capaian sasaran 113,54%

Page 15: LAPORAN KINERJA 2015 faktor-faktor penghambat kinerja Ditjen Multilateral, mulai dari adanya perbedaan kepentingan negara-negara dalam proses pembuatan kesepakatan pada tingkat multilateral,

LAKIP Direktorat Jenderal Multilateral 11

Perbandingan Capaian Ditjen Multilateral pada Periode 2013-2015

Indikator Kinerja Utama

2013 2014 2015

T R % T R % T R %

Persentase posisi Indonesia yang diterima

dalam forum multilateral

80% 92,84% 116,05% 80% 97,67% 122,08% 90% 96,25% 106,94%

Persentase kepemimpinan Indonesia pada

forum multilateral

80% 100% 125% 80% 130,77% 163,46% 85% 109,68% 129,03%

Persentase rekomendasi untuk

ditindaklanjuti pemangku kepentingan

nasional

145 91,03% 91,03% 132 88,96% 88,96% 90% 94,19% 104,65%

C. Analisis Pencapaian Sasaran

Direktorat Jenderal Multilateral pada tahun 2015 memiliki 3 sasaran program yaitu

peningkatan peran Indonesia di forum multilateral, peningkatan kepemimpinan Indonesia di

forum multilateral, dan Implementasi kesepakatan multilateral dengan partisipasi pemangku

kepentingan nasional. Pengukuran pencapaian sasaran tersebut menggunakan 3 indikator kinerja

utama, yaitu 1) Persentase posisi Indonesia yang diterima dalam forum multilateral, 2) Persentase

kepemimpinan Indonesia pada forum multilateral, dan 3) Persentase rekomendasi untuk

ditindaklanjuti pemangku kepentingan nasional.

Secara keseluruhan, hasil dari capaian diplomasi Ditjen Multilateral yang digambarkan

melalui IKU tersebut di atas adalah semakin diperhitungkannya kepemimpinan Indonesia di kancah

diplomasi multilateral. Pada tahun 2015,Indonesia telah bertindak sebagai tuan rumah dalam

beberapa pertemuan internasional, antara lain:

a. Pertemuan The Asia-Pacific Regional Meeting on Peacekeeping di Jakarta tanggal 27-28 Juli 2015

yang berhasil memperkuat dukungan negara-negara penyumbang personel di kawasan Asia-

Pasifik terhadap Misi Pemeliharaan Perdamaian PBB.

b. Pertemuan Jakarta Declaration Roundtable Meeting on Addressing the Root Causes of Irregular

Movement of Persons pada tanggal 27-28 November 2015 yang menghasilkan inisiatif bidang-

bidang kerja sama konkrit dalam rangka penanggulangan akar permasalahan migrasi ireguler.

c. Pertemuan International Seminar on Human Rights Education tanggal 12-13 Oktober 2015 di

Jakarta. Dalam pertemuan tersebut berhasil diadopsi IPHRC Jakarta Declaration on Human Rights

Education yang pada pokoknya memuat sejumlah rekomendasi terkait upaya pemajuan

pendidikan HAM di negara-negara anggota OKI. Bagi Indonesia, penyelenggaraan Seminar ini,

selain dalam rangka menjalankan salah satu agenda Nawacita Presiden Joko Widodo mengenai

keterlibatan aktif Indonesia dalam OKI, juga dapat menunjukkan kepada masyarakat internasional

bahwa nilai-nilai Islam, demokrasi, modernisasi, dan HAM dapat saling melengkapi dan berjalan

beriringan di tengah kemajemukan Indonesia.

Selain itu, secara umum, diplomasi multilateral Indonesia tetap memainkan peran aktifnya di

kancah internasional dengan terus memelihara dan menjalin kerjasama multilateral pada berbagai

Page 16: LAPORAN KINERJA 2015 faktor-faktor penghambat kinerja Ditjen Multilateral, mulai dari adanya perbedaan kepentingan negara-negara dalam proses pembuatan kesepakatan pada tingkat multilateral,

12 LAKIP Direktorat Jenderal Multilateral

organisasi internasional, di antaranya yaitu Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan badan-badan

subsider dibawahnya, Global Counter-Terrorism Forum (GCTF), Nuclear Security Summit (NSS),

Comprehensive Nuclear Test Ban Treaty (CTBT), International Atomic Energy Agency (IAEA), World

Trade Organization (WTO), G-20, MIKTA, Gerakan Non-Blok (GNB), Organisasi Kerja sama Islam

(OKI), Open Government Partnership (OGP), dan sebagainya.

Angka capaian Kinerja Direktorat Jenderal Multilateral sebesar 113,54% pada tahun 2015

merupakan langkah awal yang baik dalam mencapai target Renstra Kemlu 2015-2019 serta RPJMN

2015-2019. Capaian ini menunjukkan peningkatan kualitas kinerja Ditjen Multilateral serta semakin

baiknya tingkat perencanaan kinerja di Ditjen Multilateral sehingga capaian tidak terlalu jauh dari

target perencanaan kinerja 100%. Tingkat capaian kinerja ini juga menunjukkan keberhasilan Ditjen

Multilateral membangun koordinasi dengan pihak-pihak berkepentingan dan meningkatnya kualitas

diplomat Indonesia dalam memperjuangkan kepentingan nasional di ranah multilateral.

Perbandingan kinerja tahun 2014 dengan tahun-tahun sebelumnya yang menunjukkan

peningkatan peran diplomasi Indonesia dalam penanganan isu multilateral diantaranya didukung

oleh aspek sebagai berikut:

1. Peningkatan keberhasilan pencalonan Indonesia pada berbagai organisasi internasional

Pencalonan pemerintah/individu dalam keanggotaan/jabatan di organisasi internasional

pada periode 2012-2015 cenderung fluktuatif karena adanya perbedaan penetapan target setiap

tahunnya serta perbedaan kondisi dinamika hubungan internasional. Namun, pada tahun 2015

2010 2011 2012 2013 2014 2015

88.98%

109% 106.55% 109.21%

123.02%

113.54%

Capaian Kinerja Ditjen Multilateral

Page 17: LAPORAN KINERJA 2015 faktor-faktor penghambat kinerja Ditjen Multilateral, mulai dari adanya perbedaan kepentingan negara-negara dalam proses pembuatan kesepakatan pada tingkat multilateral,

LAKIP Direktorat Jenderal Multilateral 13

capaian keberhasilan pencalonan Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan dari 81,82%

pada tahun 2014 menjadi 90,90% di tahun 2015.

Pada tahun 2015 dari 11 kesempatan yang strategis bagi kepentingan Indonesia untuk

mencalonkan keanggotaan/jabatan di organisasi internasional, berhasil dimenangkan 10

pencalonan strategis Indonesia. Informasi kinerja sebagaimana tabel dan grafik berikut:

Kinerja 2012 2013 2014 2015

T R C (%) T R C (%) T R C (%) T R C (%)

Jumlah pencalonan

pemerintah/individu

dalam

keanggotaan/jabatan

di OI

10 9 90 15 11 73,34 9 11 81,82 11 10 90,90

Ket: T : Target; R : Realisasi; C: Capaian

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

60.00%

70.00%

80.00%

90.00%

100.00%

20122013

20142015

90.00%

73.34% 81.82%

90.90%

Keberhasilan Pencalonan

Page 18: LAPORAN KINERJA 2015 faktor-faktor penghambat kinerja Ditjen Multilateral, mulai dari adanya perbedaan kepentingan negara-negara dalam proses pembuatan kesepakatan pada tingkat multilateral,

14 LAKIP Direktorat Jenderal Multilateral

2. Peningkatan peran Indonesia di Misi Pemeliharaan Perdamaian (MPP) PBB

Saat ini, jumlah personel Indonesia yang berpartisipasi dalam berbagai UN PKO (sesuai data

United Nations Department of Peacekeeping Operations per 31 Desember 2015) adalah sejumlah

2.840 personel, yang menempatkan Indonesia di urutan ke-12 dari 125 Troops/Police

Contributing Countries (T/PCC). Pasukan tersebut bertugas di 10 (sepuluh) misi pemeliharaan

perdamaian PBB di 6 negara, yaitu MINUSTAH (Haiti); MONUSCO (Republik Demokratik Kongo);

UNAMID (Darfur, Sudan); UNIFIL (Lebanon); UNMIL (Liberia); UNMISS (Sudan Selatan), MINURSO

(Sahara Barat), MINUSCA (Arfrika Tengah), dan UNISFA (Abyei, Sudan).

Sesuai dengan amanat Konstitusi dan instruksi Presiden RI, Pemerintah Indonesia akan terus

meningkatkan partisipasinya dalam UN PKO sebagai net contributor dari perdamaian dunia. Visi

Indonesia dalam hal ini adalah mewujudkan penggelaran 4.000 Indonesian Peacekeepers pada

tahun 2019, yang diharapkan menempatkan Indonesia masuk ke dalam peringkat sepuluh besar

penyumbang pasukan (Troop/Police Contributing Countries) di UN PKO. Berikut data partisipasi

Indonesia selama 4 tahun terakhir:

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

2012 2013 2014 2015

1717 1546

1844

2840

Jumlah Personel Indonesia di UNPKO

TAHUN TOTAL PERSONEL KESELURUHAN Peringkat

2012 1.717 personel 16

2013 1.546 personel 21

2014 1.844 personel 16

2015 2.840 personel 12

Page 19: LAPORAN KINERJA 2015 faktor-faktor penghambat kinerja Ditjen Multilateral, mulai dari adanya perbedaan kepentingan negara-negara dalam proses pembuatan kesepakatan pada tingkat multilateral,

LAKIP Direktorat Jenderal Multilateral 15

3. Penyelenggaraan forum multilateral di Indonesia

Penyelenggaraan forum multilateral di Indonesia merupakan salah satu cermin keberhasilan

kepemimpinan Indonesia dan peran diplomasi Indonesia, khususnya dalam hal menjadi tuan

rumah. Selama tahun 2015, dilaksanakan 3 forum multilateral di dalam negeri, yaitu The Asia-

Pacific Regional Meeting on Peacekeeping (Jakarta, 27-28 Juli 2015), Jakarta Declaration

Roundtable Meeting on Addressing the Root Causes of Irregular Movement of Persons (Jakarta,

27-28 November 2015), dan International Seminar on Human Rights Education (Jakarta, 12-13

Oktober 2015).

Highlight Capaian Ditjen Multilateral 2015

Beberapa capain penting Ditjen Multilateral yang patut mendapat perhatian pada tahun 2015 antara lain adalah:

1. Partisipasi Indonesia dalam Misi Pemeliharaan Perdamaian PBB

Sejak tahun 2012, Pemri telah mencanangkan Visi 4.000 Peacekeepers guna menempatkan

Indonesia pada jajaran 10 besar negara penyumbang personel pada MPP PBB melalui kontribusi

4.000 personel. Visi 4.000 Peacekeepers ini bukan hanya berorientasi pada peningkatan

kuantitas personel, namun juga kualitas dari para personelnya. Peningkatan kontribusi

Indonesia pada MPP PBB di bawah kerangka Visi 4.000 Peacekeepers merupakan Program

Lanjutan Kabinet Kerja.

Berdasarkan data United Nations Department of Peacekeeping Operations per 31 Desember

2015, terdapat 2.840 personel Indonesia yang bertugas dalam 10 (sepuluh) dari 16 MPP PBB

yang aktif saat ini, yang menempatkan Indonesia di urutan ke-12 dari 125 Troops/Police

Contributing Countries (T/PCC). Jumlah tersebut merupakan peningkatan dari kontribusi

Indonesia per 31 Desember 2014, yaitu sebanyak 1.844 personel pada 10 MPP PBB (peringkat

ke-17 dari 126 negara).

Dari sisi regulasi, Tim Koordinasi Misi Pemeliharaan Perdamaian (TKMPP) yang

beranggotakan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Kementerian

Luar Negeri, Kementerian Pertahanan, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia,

Kementerian Keuangan, Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional, Sekretariat

Kabinet, Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan Badan Intelijen

Negara telah berhasil menyusun Roadmap Visi 4.000 Peacekeepers yang memuat langkah-

langkah strategis yang perlu dilakukan oleh Kementerian/Lembaga untuk mewujudkan Visi

4.000 Peacekeepers. Guna memberikan kekuatan hukum terhadap Roadmap dimaksud, telah

diterbitkan Permenlu No. 5 Tahun 2015 tentang Roadmap Vision 4,000 Peacekeepers.

2. Penuntasan Perpres No. 86 Tahun 2015 tentang Pengiriman Misi Pemeliharaan Perdamaian

Dalam rangka pencapaian Visi 4.000 Peacekeepers, Kemlu bersama dengan TKMPP juga telah

berhasil menuntaskan penerbitan Perpres No.86 Tahun 2015 tentang Pengiriman MPP yang

akan menjadi landasan hukum yang diharapkan dapat menjadi pedoman pengiriman personel

Indonesia ke berbagai MPP berdasarkan permintaan PBB, organisasi internasional dan regional.

Penuntasan Perpres No. 86 Tahun 2015 menjadi salah satu Quick Wins Pemerintahan Presiden

Page 20: LAPORAN KINERJA 2015 faktor-faktor penghambat kinerja Ditjen Multilateral, mulai dari adanya perbedaan kepentingan negara-negara dalam proses pembuatan kesepakatan pada tingkat multilateral,

16 LAKIP Direktorat Jenderal Multilateral

Joko Widodo pada tahun 2015. Pemri juga telah menerbitkan Peraturan Presiden No.78 Tahun

2015 tentang Kontingen Garuda Satuan Tugas Helikopter MI-17 Tentara Nasional Indonesia

pada MPP PBB di Mali.

3. Keberhasilan Indonesia dikeluarkan dari public statement/blacklist Financial Action Task Force (FATF)

Dalam kaitan dengan upaya penanggulangan pendanaan terorisme, atas peran aktif

diplomasi Kemlu khususnya Ditjen Multilateral, Indonesia telah dikeluarkan dari public

statement/blacklist Financial Action Task Force (FATF) dan dikategorikan dalam grey list atau

kategori “Improving Global AML/CFT Compliance: On Going Process” pada Sidang Pleno FATF di

Paris, 23-27 Februari 2015. Selanjutnya, pada Sidang Pleno FATF yang dilaksanakan di Brisbane,

Australia, 21-26 Juni 2015, Indonesia telah dikeluarkan secara keseluruhan dari daftar “negara

yang memiliki kelemahan strategis dalam rezim anti pencucian uang dan pemberantasan

pendanaan terorisme” atau dari proses reviu International Cooperation Review Group (ICRG)

FATF. Keberhasilan tersebut juga didukung dengan adanya upaya bersama antara Kementerian

Luar Negeri dengan Mahkamah Agung, Kepolisian RI, Badan Nasional Penanggulangan

Terorisme (BNPT), dan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK)

4. Presiden RI Joko Widodo terpilih menjadi duta “Impact Champion” dari gerakan “HeForShe”

Melalui diplomasi Indonesia di bidang kesetaraan gender, pada bulan Juni 2015, Presiden RI

Joko Widodo terpilih menjadi duta “Impact Champion” dari gerakan “HeForShe”. HeForShe

merupakan sebuah kampanye yang dimotori oleh UN Women untuk mendorong dukungan dan

keterlibatan laki-laki dalam upaya mencapai kesetaraan gender. Sebagai Impact Champion,

Presiden RI Joko Widodo menyampaikan komitmen Indonesia untuk (1) mencapai tingkat

representasi perempuan sebesar 30% di parlemen dan jajaran policy-makers lainnya, (2)

mengurangi angka kematian ibu dan memperbaiki akses layanan kesehatan reproduksi, serta

(3) mengakhiri kekerasan terhadap perempuan. Terpilihnya Presiden RI Joko Widodo sebagai

duta kampanye HeForShe menegaskan kembali pengakuan masyarakat internasional terhadap

komitmen dan kontribusi Indonesia bagi pemajuan dan perlindungan HAM pada umumnya,

serta hak-hak perempuan pada khususnya.

5. Implementasi Rekomendasi Komisi Kebenaran dan Persahabatan (KKP) Indonesia – Timor-

Leste

Sebagai tindak lanjut dari rekomendasi KKP Indonesia-Timor Leste guna menyelesaikan

residual issues antar kedua negara, telah diselenggarakan Pertemuan Tingkat Pejabat

Senior/Senior Officials Meeting (SOM) Indonesia-Timor Leste ke-7 pada tanggal 4-5 Agustus

2015, dan Pertemuan Teknis Pembayaran Tabungan Hari Tua (THT), Nilai Tunai Iuran Pensiun

(NTIP), Jaminan Hari Tua (JHT) dan Tabungan Perumahan (Taperum) pada tanggal 2 Desember

2015. Hasil penting dari pertemuan tersebut adalah (1) peresmian dua titik lintas batas

tambahan antar kedua negara, (2) penyelesaian pembayaran THT/JHT/Taperum kepada 22.336

orang warga eks Timor-Timur, (3) pendirian Pusat Budaya Indonesia di Dili yang akan mulai

beroperasi pada paruh pertama 2016, (4) diselesaikannya kegiatan peningkatan kapasitas dan

kerja sama di berbagai bidang, dan (5) pengembangan Regional Integrated Economic Approach.

Page 21: LAPORAN KINERJA 2015 faktor-faktor penghambat kinerja Ditjen Multilateral, mulai dari adanya perbedaan kepentingan negara-negara dalam proses pembuatan kesepakatan pada tingkat multilateral,

LAKIP Direktorat Jenderal Multilateral 17

6. Penyusunan database kebijakan perdagangan negara mitra

Sebagai negara yang aktif dalam melakukan perdagangan internasional, Indonesia memiliki

kepentingan untuk mempertahankan akses pasar bagi produk-produk ekspor Indonesia dan

menjaga pasar domestik dari serbuan barang-barang impor yang tidak sesuai dengan standar

maupun peraturan nasional. Dalam hal ini, secara khusus Ditjen Multilateral terus

memperjuangkan hambatan untuk akses pasar Indonesia melalui Dispute Settlement Body (DSB)

World Trade Organization (WTO).

Untuk memperjuangkan kepentingan Indonesia melalui forum WTO tersebut, Ditjen

Multilateral telah menyusun database kebijakan perdagangan negara mitra yang diharapkan

dapat memberikan informasi yang komprehensif dan menjadi bahan masukan bagi perumusan

kebijakan luar negeri dalam memperjuangkan kepentingan nasional di bidang perdagangan.

Hingga Desember 2015, telah terkumpul seluruh data mengenai kebijakan perdagangan para

anggota WTO sejumlah 162 anggota.

7. Penghargaan bagi Indonesia “Completing the MDGs Round: Recognizing Achievements in the Fight Against Hunger”

Atas peran aktif diplomasi multilateral, Pemerintah Indonesia mendapatkan penghargaan

“Completing the MDG Round: Recognizing Achievements in the Fight Against Hunger” dari

FAO atas keberhasilan memerangi kelaparan sesuai target MDGs ke-1. Pemerintah Indonesia

menerima penghargaan tersebut di Roma pada tanggal 7 Juni 2015. Penghargaan tersebut

diberikan karena Indonesia dinilai telah berhasil menurunkan secara signifikan jumlah

masyarakat yang mengalami kelaparan dan kekurangan gizi. Selain Indonesia, terdapat

beberapa negara lainnya seperti Angola, Bolivia, Tiongkok, Laos, Myanmar, Nepal, dan

Uzbekistan yang tahun ini juga mendapatkan penghargaan serupa.

8. Penyusunan Cetak Biru Peran Indonesia pada G20 tahun 2015-2019

Pada tahun 2015, Ditjen Multilateral berhasil menyusun “Cetak Biru Peran Indonesia pada

G20 tahun 2015-2019” yang menyajikan prioritas, target, dan kepentingan nasional Pemerintah

Indonesia di G20, serta menentukan arah kebijakan dan strategi partisipasi Indonesia di G20

dalam lima tahun ke depan. Tujuan Cetak Biru ini adalah untuk meningkatkan koordinasi

internal di dalam negeri dan memastikan komitmen Indonesia di G20 sejalan dengan kebijakan

nasional.

9. Adopsi dokumen “Transforming Our World: The 2030 Agenda for Sustainable Development”

Pada tahun 2015, di tingkat global, telah berhasil diadopsi Agenda Pembangunan Pasca 2015

yang merupakan kelanjutan Millennium Development Goals (MDGs). Agenda Pembangunan ini

memiliki arti penting untuk menjadi panduan pembangunan yang bersifat universal dan non-

legally binding dalam mencapai tujuan bersama, khususnya untuk pengentasan kemiskinan

melalui strategi pembangunan berkelanjutan sampai tahun 2030.

Indonesia telah terlibat dalam berbagai proses perumusan Agenda Pembangunan Pasca

2015 tersebut, antara lain:

Page 22: LAPORAN KINERJA 2015 faktor-faktor penghambat kinerja Ditjen Multilateral, mulai dari adanya perbedaan kepentingan negara-negara dalam proses pembuatan kesepakatan pada tingkat multilateral,

18 LAKIP Direktorat Jenderal Multilateral

i. High Level Panel of Eminent Persons on the Post-2015 Development Agenda

(2012-2013);

ii. Open Working Group on Sustainable Development Goals (2012-2013);

iii. Proses negosiasi antar pemerintah perumusan Agenda Pembangunan Pasca

2015 (Januari-Agustus 2015);

iv. KTT Agenda Pembangunan Berkelanjutan yang diselenggarakan 25-27

September 2015 yang dihadiri oleh 190 negara anggota PBB (Wakil Presiden RI,

Jusuf Kalla, hadir dalam KTT tersebut)

10. Adopsi Kesepakatan Baru Perubahan Iklim 2015

Konferensi Pengendalian Perubahan Iklim PBB (COP 21 UNFCCC) di Paris, Perancis, pada 30

November-11 Desember 2015 memiliki arti penting untuk mencapai Kesepakatan Baru yang

legally binding dan berlaku untuk semua negara dalam upaya mengatasi dampak pemanasan

global. Kesepakatan tersebut diharapkan dapat berlaku mulai tahun 2020.

Indonesia telah terlibat aktif dalam berbagai proses negosiasi pengendalian perubahan iklim

untuk memperjuangkan kepentingan nasional. Indonesia adalah negara yang rentan terhadap

dampak perubahan iklim sekaligus telah melakukan penurunan emisi secara sukarela di sektor

energi, lahan dan hutan, serta maritim. Target penurunan emisi Indonesia dengan upaya sendiri

sebesar 26% pada tahun 2020 dan menjadi 29% pada tahun 2030, serta dapat ditingkatkan

menjadi 41% dengan bantuan internasional.

Selain itu, Indonesia juga dipercaya menjadi anggota Board of Green Climate Fund periode

2012-2015 dan menjadi anggota Standing Comittee on Finance UNFCCC periode 2014-2016.

11. Peningkatan peran dan kepentingan Indonesia dalam OKI

Pada tahun 2015, terdapat peningkatan peran dan kepentingan Indonesia dalam OKI yang

tercermin pada penyelenggaraan Informal Gathering on Strengthening Solidarity yang dipimpin

oleh Presiden RI didampingi Wapres RI di sela-sela Peringatan ke-60 KAA, tanggal 22 April 2015.

Pertemuan dihadiri delegasi dari 47 negara anggota OKI yang terdiri dari sejumlah Kepala

Negara, Wakil Kepala Negara, Menteri Luar Negeri dan Pejabat Tinggi lainnya. Dalam

pertemuan tersebut, Presiden RI mengusulkan dibentuknya contact group dalam rangka

membangun kerangka strategi dan komunikasi yang jelas guna memberikan solusi untuk

tantangan-tantangan yang dihadapi oleh dunia Islam dalam tiga aspek yaitu isu Palestina, isu

terorisme dan radikalisme, serta isu konflik internal dan konflik antar negara di dunia Islam.

Menindaklanjuti usulan tersebut, Kementerian Luar Negeri telah melakukan penggalangan

dukungan kepada negara-negara anggota OKI dan telah diperoleh dukungan dari sejumlah

negara anggota OKI untuk pembentukan OIC Contact Group on Peace and Conflict Resolution.

12. Keberhasilan diplomasi kebudayaan Indonesia melalui forum UNESCO Diplomasi kebudayaan Indonesia melalui forum UNESCO pada tahun 2015 telah banyak

mencapai keberhasilan, antara lain dengan dihasilkannya berbagai pengakuan internasional

terhadap mata budaya dan alam Indonesia. Pengakuan tersebut khususnya berupa:

Page 23: LAPORAN KINERJA 2015 faktor-faktor penghambat kinerja Ditjen Multilateral, mulai dari adanya perbedaan kepentingan negara-negara dalam proses pembuatan kesepakatan pada tingkat multilateral,

LAKIP Direktorat Jenderal Multilateral 19

i. Perolehan dua sertifikat Man and Biosphere (MAB) UNESCO bagi Cagar Biosfer Bromo

Tengger-Semeru Arjuno dan Cagar Biosfer Taka Bonerate-Kepulauan Selayar tanggal 9 Juni

2015.

ii. Masuknya Tiga Golongan Tari Tradisional Bali ke dalam Representative List of the Intangible

Cultural Heritage of Humanity UNESCO tanggal 3 November 2015.

iii. Masuknya Arsip Konferensi Asia-Afrika ke dalam International Register Memory of the World

UNESCO.

iv. Masuknya Gunung Sewu, Pacitan, ke dalam Global Geopark Network UNESCO.

v. Keberhasilan Indonesia menjadi anggota Komite Man and Biosphere UNESCO periode 2015-

2019 serta World Heritage Committee (Komite Warisan Dunia) UNESCO periode 2015-2019.

13. Keberhasilan pencalonan Indonesia Pada tahun 2015 berbagai upaya pencalonan Indonesia di berbagai forum internasional

dalam rangka meningkatkan profil Indonesia dan peran serta Indonesia dalam mewujudkan

tatanan dunia yang damai, adil, dan sejahtera telah berhasil dimenangkan. Tercatat

kemenangan pencalonan Indonesia di forum internasional adalah sebagai berikut:

i. Terpilihnya Prof. Dr. Rosichon Ubaidillah sebagai anggota Multidisciplinary Expert Panel

pada Intergovernmental Science-Policy Platform on Biodiversity and Ecosystem Services

(IPBES) periode 2015-2017;

ii. Terpilihnya Indonesia sebagai anggota Governing Council pada Center for Alleviation of

Poverty through Sustainable Agriculture (CAPSA) periode 2015-2018;

iii. Terpilihnya Indonesia sebagai anggota Governing Council pada Center for Sustainable

Agricultural Mechanization (CSAM) periode 2015-2018;

iv. Terpilihnya Indonesia sebagai anggota Governing Council pada Asian and Pacific Training

Center for Information and Communication Technology for Development (APCICT) periode

2015-2018;

v. Terpilihnya Indonesia sebagai anggota Steering Committee pada Open Government

Partnership (OGP) periode 2015-2018;

vi. Terpilihnya Indonesia sebagai anggota International Coordinating Council (ICC) of the Man

and Biosphere (MAB) Programme of the UNESCO periode 2016-2020;

vii. Terpilihnya Indonesia sebagai anggota Intergovernmental Committee for the Protection of

the World Cultural and Natural Heritage (World Heritage Committee) periode 2015-2019;

viii. Terpilihnya Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Republik Indonesia sebagai External Auditor

pada International Atomic Energy Agency (IAEA) periode 2016-2017;

ix. Terpilihnya Indonesia sebagai anggota Dewan International Maritime Organization (IMO)

periode 2016-2017;

x. Terpilihnya Prof. Dr. Edvin Aldrian, B.Eng., MSc. sebagai Vice Chair Working Group I of the

Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) periode 2016-20219

Berbagai capaian sasaran strategis Ditjen Multilateral sepanjang tahun 2015 tersebut ditandai dengan 4 IKU yaitu:

1. Persentase posisi Indonesia yang diterima dalam forum multilateral

IKU 1 tersebut diperoleh dengan formulasi pengukuran:

Page 24: LAPORAN KINERJA 2015 faktor-faktor penghambat kinerja Ditjen Multilateral, mulai dari adanya perbedaan kepentingan negara-negara dalam proses pembuatan kesepakatan pada tingkat multilateral,

20 LAKIP Direktorat Jenderal Multilateral

Yang dimaksud dengan “posisi” adalah sikap Pemerintah Indonesia terhadap suatu masalah

yang sedang dibahas atau dinegosiasikan dalam penanganan isu multilateral. Data dukung

jumlah posisi yang disampaikan antara lain adalah kertas posisi, statement Delri, dll.

Sementara itu, yang dimaksud “posisi yang diterima” adalah Posisi yang berhasil dicatat

atau, dicantumkan atau disepakati dalam dokumen hasil sidang. Data dukung jumlah posisi

yang diterima antara lain adalah dokumen-dokumen hasil sidang (laporan Delri, resolusi,

keputusan, presidential/chairman statement,dan lain-lain).

2. Persentase kepemimpinan Indonesia dalam forum multilateral

Pengukuran kinerja pada IKU 2 diperoleh dengan formulasi penghitungan:

Adapun yang dimaksud dengan “kepemimpinan” adalah setiap event internasional

pembahasan isu-isu multilateral yang Indonesia menjadi chair, co-chair, host, atau co-host.

Dalam satu pertemuan internasional, Indonesia dapat menjadi chair atau co-chair dari

beberapa komite dan working group. Kepemimpinan juga termasuk Indonesia yang ditunjuk

sebagai chair atau co-chair dan Indonesia yang ditunjuk sebagai host atau co-host.

Target merupakan kemungkinan dan kesempatan bagi Indonesia dalam kepemimpinan.

Terdapat kemungkinan pertemuan yang telah disepakati untuk dipimpin oleh Indonesia batal

terlaksana, sehingga persentase antara “kepemimpinan yang terlaksana” terhadap

“kepemimpinan yang disepakati” dapat dijadikan ukuran keberhasilan. Data dukung pada IKU

2 dapat berasal dari Laporan Delri, resolusi, keputusan, presidential/chairman statement,

kertas posisi, statement Delri, dan lain-lain.

Termasuk di dalam pengukuran kinerja kepemimpinan adalah keberhasilan pencalonan

Indonesia di berbagai organisasi internasional. Pencalonan “Berhasil” dalam pengertian wakil

Indonesia berhasil terpilih untuk mengisi suatu jabatan melalui mekanisme pemilihan yang

berlaku pada organisasi internasional tersebut.

3. Jumlah implementasi kesepakatan multilateral pada tingkat nasional

Pengukuran kinerja pada IKU 3 diperoleh dengan formulasi penghitungan:

Jumlah posisi yang diterima x 100%

Jumlah posisi yang disampaikan dalam persidangan

Jumlah kepemimpinan Indonesia yang dilaksanakan x 100%

Jumlah pertemuan atau event yang disepakati untuk dipimpin oleh Indonesia

Page 25: LAPORAN KINERJA 2015 faktor-faktor penghambat kinerja Ditjen Multilateral, mulai dari adanya perbedaan kepentingan negara-negara dalam proses pembuatan kesepakatan pada tingkat multilateral,

LAKIP Direktorat Jenderal Multilateral 21

Yang dimaksud dengan “implementasi kesepakatan multilateral” adalah hal-hal yang

disepakati di forum multilateral yang menuntut implementasi di Indonesia. Implementasi juga

dapat diartikan sebagai tindak lanjut kesepakatan/perjanjian yang telah disetujui pada tingkat

multilateral. Hasil akhir implementasi dapat berupa kebijakan, rencana aksi, ataupun peraturan

perundang-undangan (termasuk UU untuk ratifikasi).

Data dukung pada IKU 3 dapat berasal dari Dokumen kesepakatan hasil konferensi/

pertemuan internasional di Indonesia (laporan Delri, laporan panitia, deklarasi keputusan,

agreed minutes, minutes of meeting, dan lain-lain), ketentuan perundang-undangan yang

disahkan untuk meratifikasi atau mengimplementasikan kesepakatan internasional di Indonesia

(UU, PP, Perpres, dan lain-lain), serta hasil-hasil lain dari aktivitas dalam rangka

mengimplementasikan kesepakatan multilateral di Indonesia.

Secara keseluruhan, hasil dari capaian diplomasi Kementerian Luar Negeri yang digambarkan

melalui sasaran “Meningkatnya peran Indonesia dalam menangani isu-isu multilateral adalah

penegasan tentang peran dan kepemimpinan Indonesia di fora multilateral.

Capaian sasaran berdasarkan hasil perhitungan dari indikator kinerja utama sebagaimana tabel dibawah ini:

Kendala-kendala pada tahun 2014

Meskipun capaian kinerja sasaran Ditjen Multilateral pada tahun 2015 sangat baik, tetapi

dalam pelaksanaannya, Ditjen Multilateral menghadapi beberapa kendala utama, yaitu:

No Indikator Kinerja Utama (IKU) Tahun 2014

Target Realisasi Capaian

1 Persentase posisi Indonesia yang diterima dalam forum multilateral

90% 96,25% 106,94%

2 Persentase kepemimpinan Indonesia pada forum multilateral

85% 109,68% 129,03%

3 Persentase rekomendasi untuk ditindaklanjuti pemangku kepentingan nasional

90% 94,19% 104,65%

Capaian Sasaran: 113,54%

Jumlah implementasi kesepakatan multilateral pada tingkat nasional yang terlaksana x 100%

Jumlah implementasi kesepakatan multilateral pada tingkat nasional yang diusulkan

Page 26: LAPORAN KINERJA 2015 faktor-faktor penghambat kinerja Ditjen Multilateral, mulai dari adanya perbedaan kepentingan negara-negara dalam proses pembuatan kesepakatan pada tingkat multilateral,

22 LAKIP Direktorat Jenderal Multilateral

Salah satu kendala utama yaitu adanya penjadwalan ulang sejumlah pertemuan

internasional dan bilateral, maupun kegiatan implementasi kesepakatan multilateral pada tingkat

nasional. Hal ini disebabkan oleh masih diperlukannya pembahasan lebih lanjut mengenai waktu

penyelenggaraan kegiatan maupun isu yang akan dibahas, serta faktor koordinasi dan komitmen

para pemangku kepentingan yang masih perlu ditingkatkan lagi.

Selain itu, perubahan dinamika internasional yang sangat cepat diantaranya juga

menyebabkan banyaknya pertemuan internasional yang tidak masuk dalam perencanaan, harus

dihadiri dengan mempertimbangkan aspek kepentingannya bagi Indonesia.

Hal lain yang menjadi kendala adalah adanya pemotongan anggaran di awal tahun dan

terdapat kegiatan prioritas yang muncul secara mendadak, menyebabkan sumber daya yang tersedia

harus dialihkan untuk menyelenggarakan kegiatan prioritas yang mendadak tersebut.

Kendala bersifat logistik juga ditemui, antara lain akibat terbatasnya jumlah SDM, sehingga

beberapa kegiatan yang direncanakan untuk dilakukan pada tahun 2015 belum sepenuhnya berjalan

secara optimal.

Pada usaha pencalonan pemerintah/individu Indonesia dalam keanggotaan/jabatan pada

Organisasi Internasional, terdapat kendala yang menyebabkan tidak berhasilnya beberapa

pencalonan, di antaranya adalah koordinasi antara focal point yang kurang, yang kemudian

menyebabkan tidak selarasnya pandangan antara Setditjen Multilateral dengan focal point

Kementerian atau Lembaga RI. Hal tersebut kemudian menyebabkan upaya penggalangan dukungan

menjadi tidak efektif. Selain itu, notifikasi akan majunya Indonesia dalam beberapa pemilihan

diinformasikan pada waktu yang sangat dekat dengan hari pemilihan. Hal tersebut menyebabkan

pula kurang efektifnya penggalangan dukungan, walaupun Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan

RI di luar negeri telah mengupayakan kampanye seoptimal mungkin, yang mengakibatkan tidak

berhasilnya pencalonan.

Pemecahan Masalah

Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, telah dilakukan langkah-langkah pemecahan masalah

sebagai berikut:

1. Melakukan optimalisasi pelaksanaan kegiatan berdasarkan prioritas dan urgensi serta menjadwal ulang beberapa kegiatan atau pertemuan yang tertunda.

2. Lebih mempertajam perencanaan kegiatan dan meningkatkan koordinasi dengan para pemangku kepentingan baik di dalam maupun di luar negeri.

3. Memperkuat kerjasama dan dialog dengan berbagai stakeholders,khususnya pemangku kepentingan terkait di dalam negeri dalam perumusan dan implementasi kebijakan luar negeri sesuai dengan sistem politik Indonesia yang demokratis.

4. Membuat perencanaan anggaran sebaik mungkin dan membuat skala prioritas yang mengantisipasi kemungkinan terjadinya kegiatan atau pertemuan di luar perencanaan dengan memperhatikan juga tujuan jangka panjang yang ingin dicapai.

Page 27: LAPORAN KINERJA 2015 faktor-faktor penghambat kinerja Ditjen Multilateral, mulai dari adanya perbedaan kepentingan negara-negara dalam proses pembuatan kesepakatan pada tingkat multilateral,

LAKIP Direktorat Jenderal Multilateral 23

5. Mempertahankan dan memperkuat kepempimpinan (leadership) Indonesia di berbagai isu terkait hubungan dan politik luar negeri di berbagai fora multilateral, khususnya di PBB, sejalan dengan kepentingan nasional.

“Persentase Posisi Indonesia yang Diterima dalam Forum Multilateral”

IKU

ESELON I

TARGET CAPAIAN INFORMASI

KINERJA

JUMLAH % DATA

DUKUNG

IKU 1: Persentase posisi

Indonesia yang diterima

dalam forum multilateral

90%

106,94%

Jumlah posisi

yang diterima

dalam forum

multilateral

694 96,25 Laporan

Delri,

resolusi,

keputusan

Presidensial/

Chairman

statement,dll

Jumlah posisi

yang

disampaikan

dalam forum

multilateral

721

Pada forum-forum multilateral, negara-negara menyampaikan posisi atau usulannya terkait

suatu isu tertentu. Posisi suatu negara mencerminkan kepentingan nasional negara tersebut.

Begitu pula dengan Indonesia, seluruh posisi yang Indonesia sampaikan di forum multilateral

merupakan cerminan kepentingan nasional Indonesia. Dengan demikian, diterimanya posisi

Indonesia dalam forum multilateral berarti Indonesia mampu memperjuangkan kepentingan

nasionalnya. Semakin banyak posisi yang diterima, dapat disimpulkan bahwa semakin besar

pengaruh Indonesia di dalam forum tersebut.

Sepanjang tahun 2015, Direktorat Jenderal Multilateralmencatat bahwa dari target sebanyak

90% posisi yang disampaikan dalam forum multilateral, sebanyak 96,25%posisi Indonesia

diterima (694 posisi diterima dibandingkan dengan 721 posisi yang disampaikan).Capaian

posisi yang diterima dalam persidangan di forum-forum multilateral adalah sebanyak

106,94%. Inilah beberapa posisi Indonesia yang diterima di forum:

1. Diterimanya inisiatif Indonesia mengenai pembentukan Regional Capacity Building

Initiative (RCBI) guna mengembangkan kapasitas di bidang aplikasi teknologi nuklir bagi

negara-negara di kawasan Asia dan Pasifik. Inisiatif tersebut telah memperoleh

dukungan penuh dari IAEA, negara-negara Asia-Pasifik, serta negara-negara donor

seperti Amerika Serikat, Perancis dan Inggris.

2. Diterimanya posisi Indonesia dalam rancangan resolusi, rancangan keputusan dan

presidential statement pada sesi persidangan Dewan HAM PBB, Komite III SMU PBB

serta badan PBB lainnya, sesuai dengan posisi Indonesia sebagai anggota Dewan HAM

untuk periode 2015-2017, yang terkait dengan penanganan berbagai isu HAM dan

kemanusiaan yang bersifat strategis dan sejalan dengan kepentingan nasional

Indonesia.

Analisis IKU 1

Page 28: LAPORAN KINERJA 2015 faktor-faktor penghambat kinerja Ditjen Multilateral, mulai dari adanya perbedaan kepentingan negara-negara dalam proses pembuatan kesepakatan pada tingkat multilateral,

24 LAKIP Direktorat Jenderal Multilateral

3. Penanganan dan penyelesaian terkait isu pengungsi dan migran ireguler dari Myanmar dan Bangladesh di kawasan.

4. Diterimanya posisi Indonesia dalam pertemuan Konsultasi Regional Negara-Negara Asia-Pasifik dengan High-Level Independent Panel on Peace Operations di Dhaka, Bangladesh, 20-21 Januari 2015, yaitu penggunaan kekuatan bersenjata dalam sebuah misi pemeliharaan perdamaian PBB membutuhkan konsultasi lebih lanjut dengan negara anggota PBB, khususnya di bawah kerangka C-34.

5. Diterimanya posisi Indonesia dalam pertemuan Leaders' Summit on Peacekeeping, New York, 28 September 2015, yaitu penyampaian rencana kontribusi Pemerintah RI untuk mengirimkan Satgas Yonsit TNI, Satgas FPU POLRI , dan 100 personel polisi, termasuk 40 polisi wanita, pada tahun 2016, serta komitmen Pemerintah RI untuk terus mengupayakan pengiriman pakar-pakar sipilnya ke misi-misi PBB sejalan dengan Roadmap Vision 4,000 Peacekeepers. Delri juga telah menyampaikan sejumlah rekomendasi yang mengemuka dari The Asia-Pacific Regional Meeting on Peacekeeping di Jakarta, 27-28 Juli 2015, termasuk pentingnya mendorong institusionalisasi kerja sama triangular antara DK PBB, Sekretariat dan T/PCCs dalam penyusunan mandat misi pemeliharaan perdamaian PBB, dan perlunya penyusunan mandat misi yang jelas, khususnya terkait perbedaan antara peacekeeping dan peace-enforcement.

6. Diterimanya usulan Indonesia di forum MIKTA agar negara-negara Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, Turki, Australia dapat bekerjasama dalam implementasi SDGs.

Dirjen Multilateral dalam forum MIKTA

Page 29: LAPORAN KINERJA 2015 faktor-faktor penghambat kinerja Ditjen Multilateral, mulai dari adanya perbedaan kepentingan negara-negara dalam proses pembuatan kesepakatan pada tingkat multilateral,

LAKIP Direktorat Jenderal Multilateral 25

7. Diterimanya usulan Indonesia dalam isu perubahan iklim, terutama dalam mendorong terealisasinya secara penuh prinsip common but differentiated responsibility. Hal ini penting agar negara berkembang dapat berkontribusi lebih besar dalam isu perubahan iklim.

8. Diterimanya proposal Pemri terkait tema dan sub tema Konferensi UNCTAD ke-14 khususnya terkait penambahan kata “equitable”. Wakil Pemri juga turut menjadi salah satu narasumber dalam High Level Segment mengenai reformasi rezim investasi internasional (IIA) yang diadakan di sela-sela sidang.

9. Pada Konferensi Tingkat Menteri (KTM) ke-10 WTO di Nairobi, Kenya, 15 - 18 Desember 2015, Pemri berhasil mempertahankan posisi pada isu-isu runding yang menjadi kepentingan RI, khususnya di bidang pertanian (special safeguard mechanism/SSM dan public stockholding for food security purposes/PSH), dan menjadi bagian dari Nairobi Package.

10. Penanganan dan penyelesaian terkait isu pengungsi dan migran ireguler dari Myanmar dan Bangladesh di kawasan.

11. Diterimanya usulan Pemri pada Konferensi Tingkat Menteri (KTM) OKI ke-42 di Kuwait

City agar OKI mengambil langkah kongkret dalam meningkatkan toleransi dan

mengatasi violent extremism dengan mengedepankan konsep Islam sebagai rahmat

bagi semesta alam (Rahmatan ‘lil Alamin) dan mendorong terus interfaith dialogue .

Meskipun capaian kinerja IKU 1 mencapai 106,94%, dalam pelaksanaannya Ditjen Multilateral menghadapi beberapa kendala utama. Kendala-kendala tersebut yaitu:

1. Adanya penjadwalan ulang sejumlah pertemuan internasional secara mendadak. 2. Kurangnya koordinasi dan komitmen para pemangku kepentingan di dalam negeri. 3. Adanya pertemuan-pertemuan internasional yang mendadak, tidak tercantum pada

perencanaan dan penganggaran 2015, namun harus dihadiri karena sifatnya yang penting bagi Indonesia.

4. Adanya forum-forum yang tidak dapat dihadiri, utamanya disebabkan oleh optimalisasi anggaran pada tahun 2015 dan jadwal persidangan yang saling tumpang tindih.

Untuk menghadapi kendala-kendala dimaksud, Ditjen Multilateral telah melakukan langkah-

langkah solutif. Langkah-langkah tersebut di antaranya adalah meningkatrkan intensitas

komunikasi dan memperluas jaringan untuk lebih mengefektifkan koordinasi dan melancarkan

kerja sama dengan pihak terkait, mengoptimalkan sumber daya manusia yang dimiliki,

membuat prioritas kegiatan secara cermat, dan menajamkan perencanaan di tahun

mendatang.

“Persentase kepemimpinan Indonesia dalam forum multilateral”

Analisis IKU 2

Page 30: LAPORAN KINERJA 2015 faktor-faktor penghambat kinerja Ditjen Multilateral, mulai dari adanya perbedaan kepentingan negara-negara dalam proses pembuatan kesepakatan pada tingkat multilateral,

26 LAKIP Direktorat Jenderal Multilateral

IKU

ESELON I

TARGET CAPAIAN INFORMASI

KINERJA

JUMLAH % DATA

DUKUNG

IKU 2: Persentase

kepemimpinan Indonesia

pada forum multilateral

85%

129,03%

Jumlah

kepemimpinan

yang

dilaksanakan

dalam forum

multilateral

34 109,68% Laporan

Delri,

resolusi,

keputusan

Presidensial

/Chairman

statement,d

ll.

Jumlah

pertemuan atau

event yang

disepakati untuk

dipimpin oleh

Indonesia dalam

forum

multilateral

31

Sebagaimana posisi, kepemimpinan Indonesia di forum multilateral juga dapat meningkatkan peranan di dunia internasional. Apabila peran Indonesia sudah meningkat, pelaksanaan diplomasi untuk melindungi kepentingan nasional menjadi lebih mudah.

Sepanjang tahun 2015, Direktorat Jenderal Multilateral mencatat bahwa dari target sebanyak 85% forum internasional yang direncanakan dipimpin oleh Indonesia, seluruhnya berjalan sesuai rencana. Bahkan, ada forum-forum yang tidak direncanakan di awal tahun tetapi tetap terlaksana, sehingga realisasi IKU ini melebihi target. Dengan demikian, capaian untuk IKU tersebut adalah sebesar 129,03%.

Sepanjang tahun 2015, Indonesia telah memimpin forum-forum strategis sebagai bukti kepemimpinan Indonesia dalam forum multilateral yang bisa membantu peningkatan citra dan pencapaian kepentingan nasional, di antaranya adalah:

1. Wapres RI menjadi co-host dalam Leaders Summit on Peacekeeping yang

diselenggarakan di sela-sela Sidang Majelis Umum (SMU) PBB ke-70 di New York, AS, 28

September 2015. Pertemuan tersebut telah berhasil menjaring komitmen kontribusi

baru untuk memperkuat MPP PBB dari berbagai negara. Dalam Leaders Summit on

Peacekeeping, Wapres RI selaku Ketua Delri juga telah menyampaikan komitmen Pemri

untuk mengirimkan Satgas Yonsit TNI dan Satgas Formed Police Unit (FPU) pada tahun

2016, dan selanjutnya 100 personel polisi, termasuk 40 polisi wanita.

2. Menlu RI sebagai salah satu co-chair dari Article XIV Conference on Facilitating the Entry

into Force of the Comprehensive Nuclear Test Ban Treaty (CTBT) bersama Menlu

Hungaria, untuk periode 2013-2015. Program utama keketuaan bersama tersebut

secara khusus bertujuan untuk mendorong universalisasi dan berlakunya Traktat

Pelarangan Uji Coba Nuklir (CTBT) dan menyerukan agar negara-negara yang belum

melakukan ratifikasi untuk segera meratifikasi CTBT. Selama masa keketuaan bersama

Indonesia-Hungaria, tercatat lima negara baru telah menjadi pihak CTBT yakni Guinea-

Bissau, Irak, Niue, Kongo, dan Angola.

Page 31: LAPORAN KINERJA 2015 faktor-faktor penghambat kinerja Ditjen Multilateral, mulai dari adanya perbedaan kepentingan negara-negara dalam proses pembuatan kesepakatan pada tingkat multilateral,

LAKIP Direktorat Jenderal Multilateral 27

3. Terpilihnya kembali Indonesia sebagai anggota Dewan Penasehat Pusat

Penanggulangan Terorisme PBB (Advisory Board UN Counter-Terrorism Center/UN CCT)

periode 2015-2018, setelah sebelumnya memegang jabatan yang sama pada tahun

2012-2014. Selain itu, Indonesia juga dipercaya untuk menjabat sebagai Ketua Bersama

Global Counter-Terrorism Forum Detention and Reintegration Working Group (GCTF

DRWG) bersama dengan Australia untuk periode 2014-2016, dan berencana untuk

memperpanjang status Keketuaan Bersama tersebut untuk periode 2016-2018.

4. Terpilihnya kembali Indonesia sebagai Anggota Komite Pengarah Open Government

Partnership (OGP) periode 2015-2018. Terpilihnya Indonesia sebagai anggota Komite

Pengarah OGP tersebut menunjukkan kepercayaan dunia internasional kepada

Indonesia untuk turut memimpin gerakan OGP dan sekaligus menjadi duta OGP di

kawasan Asia Pasifik yang selama ini masih kurang terwakili di OGP.

5. Indonesia dipercaya menjadi anggota Board of Green Climate Fund periode 2012-2015

dan menjadi anggota Standing Comittee on Finance UNFCCC periode 2014-2016.

6. Penunjukan Indonesia sebagai Ketua Working Group of Women and Children dalam

sidang sesi ke-7 IPHRC, Jeddah. 19-23 April 2015.

7. Kepemimpinan Indonesia sebagai tuan rumah International Seminar on Human Rights

Education, Jakarta, 12-13 Oktober 2015. Pertemuan yang merupakan hasil kerjasama

dengan IPHRC OKI tersebut berhasil mengadopsi IPHRC Jakarta Declaration on Human

Rights Education yang pada pokoknya memuat sejumlah rekomendasi terkait upaya

pemajuan pendidikan HAM di negara-negara anggota OKI.

Menteri Luar Negeri, Retno L.P Marsudi, memberikan Sambutannya dalam sesi pembukaan International Seminar on Human Righs Education, Jakarta, 12-13

Oktober 2015

Page 32: LAPORAN KINERJA 2015 faktor-faktor penghambat kinerja Ditjen Multilateral, mulai dari adanya perbedaan kepentingan negara-negara dalam proses pembuatan kesepakatan pada tingkat multilateral,

28 LAKIP Direktorat Jenderal Multilateral

“Persentase rekomendasi untuk ditindaklanjuti pemangku kepentingan nasional”

IKU

ESELON I

TARGET CAPAIAN INFORMASI

KINERJA

JUMLAH % DATA

DUKUNG

IKU 3: Persentase

rekomendasi untuk

ditindaklanjuti

pemangku kepentingan

nasional

90%

104,65%

Jumlah

Implementasi

Kesepakatan

Multilateral pada

tingkat nasional

yang

dilaksanakan

146 94,19

%

Dokumen

kesepakatan

hasil

konferensi/p

ertemuan

internasional

di Indonesia,

ketentuan

perundang-

undangan

yang

disahkan

untuk

meratifikasi

atau

mengimplem

entasikan

kesepakatan

internasional

di Indonesia

(UU, PP,

Perpres, dll),

serta hasil-

hasil lain dari

aktivitas

dalam rangka

mengimplem

entasikan

kesepakatan

multilateral

di Indonesia.

Jumlah

Implementasi

Kesepakatan

Multilateral pada

tingkat nasional

yang diusulkan

155

Sepanjang tahun 2015, Direktorat Jenderal Multilateral mencatat bahwa dari target sebanyak 90% kesepakatan multilateral yang diimplementasikan pada tingkat nasional, pada realisasinya tercapai 94,19% kesepakatan yang benar-benar diimplementasikan. Dengan demikian, capaian untuk IKU tersebut adalah sebesar 104,65%.

Bentuk kegiatan dan program dari IKU yang ke-3 ini beragam, mulai dari sosialisasi ke masyarakat luas mengenai kesepakatan multilateral tertentu, penerbitan buku, hingga keikutsertaan dalam implementasi kesepakatan multilateral. Beberapa di antaranya adalah:

Analisis IKU 3

Page 33: LAPORAN KINERJA 2015 faktor-faktor penghambat kinerja Ditjen Multilateral, mulai dari adanya perbedaan kepentingan negara-negara dalam proses pembuatan kesepakatan pada tingkat multilateral,

LAKIP Direktorat Jenderal Multilateral 29

1. Penyelenggaraan Simposium Nasional mengenai Bisnis dan HAM di Jakarta, tanggal 8

September 2015, guna mensosialisasikan ketentuan-ketentuan UN Guiding Principles on

Business and Human Rights kepada seluruh pemangku kepentingan nasional terkait.

2. Penyelenggaraan Peringatan 25 Tahun Konvensi Hak Anak tanggal 20 September 2015

di Jakarta. Kegiatan ini diikuti dengan dialog anak dari berbagai latar belakang dengan

pemangku kepentingan terkait dengan implementasi Konvensi Hak Anak di Indonesia

selama 25 tahun.

3. Proses penyusunan laporan nasional mengenai implementasi konvensi HAM

internasional (CMW, CERD, dan CRPD) baik melalui penyelenggaraan rapat koordinasi

antar kementerian/lembaga maupun sosialisasi ke sejumlah daerah guna menjaring

masukan dan memperoleh informasi secara langsung dari stakeholders setempat.

Dalam hal ini, Kemlu juga telah termasuk membentuk Sistem Terpadu Pelaporan

Berkala Indonesia pada Badan Badan Traktat HAM dan dan Dewan HAM PBB sehingga

instansi terkait dapat memberikan masukan secara online.

4. Penanganan pengungsi dan imigran asing yang masuk ke Indonesia, termasuk

penyusunan Perpres dan Protap Terpadu bagi Pengungsi, Orang Asing dan Pencari

Suaka yang hingga saat ini sudah berada dalam tahap harmonisasi dengan peraturan

perundang-undangan terkait.

5. Penyelenggaraan Seminar Nasional Penanggulangan Maritime Transnational Organized

Crime Menuju Visi Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia, tanggal 2 Maret 2015 di

Jakarta. Pertemuan telah dapat meraih sasaran yang ditetapkan dan telah diperoleh

banyak masukan-masukan guna merumuskan kebijakan Pemri terkait pengarusutamaan

Sistem Terpadu Pelaporan Berkala Indonesia pada Badan Badan Traktat HAM dan Dewan HAM PBB

Page 34: LAPORAN KINERJA 2015 faktor-faktor penghambat kinerja Ditjen Multilateral, mulai dari adanya perbedaan kepentingan negara-negara dalam proses pembuatan kesepakatan pada tingkat multilateral,

30 LAKIP Direktorat Jenderal Multilateral

Maritime Transnational Organized Crime, khususnya illegal fishing pada berbagai forum

multilateral.

6. Penyelenggaraan Rapat Koordinasi Penanganan Perdagangan Orang dalam rangka

Penyusunan Masukan Indonesia pada Global Report on Trafficking in Persons 2016 di

Bandung, 12-14 Agustus 2015. Rakor tersebut telah berjalan dengan lancar dan baik

serta dapat mengkonsolidasikan data dan informasi mengenai kemajuan yang telah

dicapai oleh Indonesia dalam penanganan trafficking in persons.

7. Penyelenggaraan Simposium Proses Perumusan Agenda Berkelanjutan Global dan

Diplomasi Perubahan Iklim, serta Keterkaitannya dengan Kebijakan Pembangunan di

Tingkat Daerah, di Universitas Sebelas Maret , Solo, 7 April 2015.

8. Penyelenggaraan seminar “Evaluasi Hasil KTT G20 Antalya 2015: Peluang dan

Tantangan Inklusivitas Pertumbuhan Global bagi Pembangunan Nasional dan Daerah”,

Semarang, 10 Desember 2015.

9. Penyelenggaraan Seminar "WTO dan Pemanfaatan bagi Pembangunan Ekonomi dan

Perdagangan Nasional", Pekanbaru, Riau, 8-10 Maret 2015. Kegiatan berhasil

menghimpun masukan mengenai pemanfaatan forum WTO oleh Indonesia, yang

diarahkan untuk meningkatkan akses pasar, pengamanan pasar dalam negeri dan

pengembangan sumber daya manusia serta kapasitas perdagangan pelaku usaha.

10. Penyelenggaraan Lokakarya Mengenai Optimazing Indonesia's Participation in Global

Value Chains, Bogor, 26-27 Agustus 2015. Kegiatan menghasilkan rekomendasi

mengenai upaya optimalisasi partisipasi industri nasional dalam GVCs, antara lain

melalui analisis cost and benefit yang komprehensif, minimalisasi resiko FTA melalui

reservation scheme dan provinsi mengenai re-negosiasi, pemanfaatan keanggotaan

Indoensia dalam UNIDO dalam menyusun stragei pembangunan industri yang efektif,

serta mendorong penyelesaian Doha Development Agenda.

Page 35: LAPORAN KINERJA 2015 faktor-faktor penghambat kinerja Ditjen Multilateral, mulai dari adanya perbedaan kepentingan negara-negara dalam proses pembuatan kesepakatan pada tingkat multilateral,

LAKIP Direktorat Jenderal Multilateral 31

11. Pengembangan Sistem Database Kebijakan Perdagangan Negara Anggota WTO dalam

rangka Peningkatan Akses Pasar Produk Indonesia. Terkait hal ini, tim telah

menyelesaikan target pengembangan sistem database kebijakan perdagangan dan

mengolah informasi kebijakan perdagangan dari 163 negara (160 di antaranya adalah

anggota WTO) hingga Desember 2015.

12. Dalam rangka Registrasi dan Penanganan INGO/Ormas Asing dalam tahun 2015 telah

dilakukan 5 (lima) kali Rapat Koordinasi dengan Kementerian/Lembaga anggota Tim

Perizinan dan Penanganan Ormas Asing yang dilaksanakan bulan Februari, April, Juni,

Oktober, dan Desember 2015 di Jakarta dan Bogor. Tujuan Rapat Koordinasi tersebut

adalah untuk menyelesaikan masalah-masalah pending registrasi Ormas Asing. Sampai

tahun 2015 telah tercapai 63 (enam puluh tiga) Ormas Asing teregistrasi dan 11

(sebelas) implementing agency.

Rapat Koordinasi Tim Perizinan dan Penanganan Ormas Asing

13. Sesuai UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, khususnya untuk memberikan

pemahaman kepada seluruh pemangku kepentingan dan masyarakat luas mengenai

kebijakan Pemri terkait penanganan Ormas Asing termasuk mengenai aspek perizinan

dan penanganannya, pada tahun 2014 telah dibangun website Ormas Asing yang

memuat mekanisme prosedur registrasi dan kegiatan Ormas Asing di Indonesia.

Website tersebut telah diluncurkan pada tanggal 29 April 2015.

14. Lokakarya Penguatan Diplomasi Ekonomi melalui Kerja Sama Developing Eight (D-8) di

Bandung, 4-5 Desember 2015. Lokakarya bertujuan untuk mengkaji perkembangan

pelaksanaan program-program D-8 selama tahun 2014-2015 terkait 5 (lima) bidang

prioritas kerja sama D-8, yaitu (i) Agriculture and Food Security, (ii) Trade, (iii)

Transportation, (iv) Industry and SMEs, dan (v) Renewable Energy and Mineral.

Disamping itu, juga dilakukan kajian mengenai capaian dan rencana penguatan program

D-8 serta pembahasan rencana penyelenggaraan the 2th Meeting of Consular

Authorities of D-8 Members States on Simplification of Visa Procedures di Indonesia.

Page 36: LAPORAN KINERJA 2015 faktor-faktor penghambat kinerja Ditjen Multilateral, mulai dari adanya perbedaan kepentingan negara-negara dalam proses pembuatan kesepakatan pada tingkat multilateral,

32 LAKIP Direktorat Jenderal Multilateral

Berdasarkan hasil pembahasan lokakarya tersebut, terapat sejumlah rekomendasi yang

dapat ditindaklanjuti a.l.:

a. Pentingnya pemutakhiran database yang mencakup data-data yang terkait dengan 5

bidang prioritas kerjasama D-8 tersebut di atas.

b. Perlunya Sekretariat D-8 memfasilitasi peningkatan komunkasi antara national focal

points Negara-negara D-8 untuk berabgai isu.

c. Guna efektivitas kerja working group, Sekretariat dapat menganalisa kemungkinan

membentuk working group yang lebih spesifik ketimbang bersifat umum

Dalam pelaksanaan kegiatan di bawah IKU 3 ini, Ditjen Multilateral tidak lepas dari kendala-kendala. Kendala utama yang muncul dalam pencapaian kinerja IKU 3 ini adalah:

Kurangnya komitmen dari pemangku kepentingan terkait dengan penetapan waktu penyelenggaraan serta isu-isu yangakan dibahas yang disesuaikan dengan perkembangan yang ada.

Kurangnya personil untuk melakukan perencanaan dan persiapan. Oleh karena itu, persiapan kegiatan dilakukan dalam waktu yang singkat dan dengan jumlah personil yang kurang memadai.

Sulitnya dilakukan pengaturan waktu dengan pejabat di kementerian lain terlebih bila

tidak ada komitmen honorarium. Hal ini berakibat pada minimnya tingkat kehadiran dan

menyebabkan pertemuan menjadi tidak efektif.

Terbenturnya waktu kegiatan dengan komitmen baru yang muncul setelah

dirumuskannya rencana kegiatan tahunan.

Untuk menghadapi kendala-kendala dimaksud, Ditjen Multilateral telah melakukan langkah-

langkah solutif. Langkah-langkah tersebut di antaranya adalah meningkatkan intensitas

komunikasi dan memperluas jaringan untuk lebih mengefektifkan koordinasi dan

memperlancar kerja sama dengan unit/Kementerian/Instansi/counterpart terkait, melakukan

koordinasi di dalam Kementerian Luar Negeri untuk menambah jumlah personil,

melakukanpenjadwalan ulang kegiatan serta mengajukan proses pengajuan sejak jauh hari

sehingga perubahan dapat diminimalkan.

D. Akuntabilitas Keuangan Tahun 2015

Pada tahun 2015, Ditjen Multilateral telah merealisasikan anggaran sebesar

Rp535.308.122.709,00 atau mencapai 98,30% dari pagu anggaran revisi sebesar

Rp544.584.669.000,00 dengan Sisa Anggaran Rutin (SIAR) sebesar Rp9.276.546.291,00. Jika

ditelusuri secara lebih detil hingga ke tingkat unit eselon II, serapan anggaran terbesar dilaksanakan

oleh Sekretariat Direktorat Jenderal Multilateral sebesar 99,23% dan Direktorat Pembangunan

Ekonomi dan Lingkungan Hidup (PELH) sebesar 91,41%, diikuti berturut-turut oleh Direktorat

Perdagangan, Perindustrian, Investasi, dan HAKI (PPIH) sebesar 90,55%, Direktorat Sosial Budaya dan

OI Negara Berkembang sebesar 87,58%, Direktorat Hak Asasi Manusia dan Kemanusiaan (HAM &

Page 37: LAPORAN KINERJA 2015 faktor-faktor penghambat kinerja Ditjen Multilateral, mulai dari adanya perbedaan kepentingan negara-negara dalam proses pembuatan kesepakatan pada tingkat multilateral,

LAKIP Direktorat Jenderal Multilateral 33

Kemanusiaan) sebesar 79,40%, dan Direktorat Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata

sebesar 77,89%. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Unit Eselon II /

Ditjen

Multilateral

Pagu

(Rp)

Realisasi

(Rp)

% Realisasi Anggaran

Dit. HAM &

Kemanusiaan

6.386.353.000 5.070.790.438 79,40%

Dit. KIPS 11.867.115.000 9.243.764.280 77,89%

Dit. PELH 4.596.702.000 4.201.911.852 91,41%

Dit. PPIH 3.769.994.000 3.413.571.925 90,55%

Dit. Sosbud &

OINB

5.296.843.000 4.638.833.611 87,58%

Setditjen

Multilateral

512.667.662.000 508.739.250.603 99,23%

DITJEN

MULTILATERAL

544.584.669.000 535.308.122.709 98,30%

Grafik perincian realisasi anggaran unit kerja pada Ditjen Multilateral tahun 2015 adalah sebagai berikut:

Page 38: LAPORAN KINERJA 2015 faktor-faktor penghambat kinerja Ditjen Multilateral, mulai dari adanya perbedaan kepentingan negara-negara dalam proses pembuatan kesepakatan pada tingkat multilateral,

34 LAKIP Direktorat Jenderal Multilateral

Jika dibandingkan dengan lima tahun sebelumnya (2010-2015), serapan anggaran Ditjen

Multilateral tahun 2012-2015 relatif stabil yaitu selalu di atas 95% sebagaimana tampak pada grafik

berikut:

0%

20%

40%

60%

80%

100%

% Realisasi Anggaran

75.03 81.97

99.51 97.95 98.95 98.3

0

20

40

60

80

100

120

2010 2011 2012 2013 2014 2015

% Serapan Anggaran Ditjen Multilateral

Page 39: LAPORAN KINERJA 2015 faktor-faktor penghambat kinerja Ditjen Multilateral, mulai dari adanya perbedaan kepentingan negara-negara dalam proses pembuatan kesepakatan pada tingkat multilateral,

LAKIP Direktorat Jenderal Multilateral 35

Tahun Anggaran Realisasi %

2010 347.688.701.000 260.889.224 75,03

2011 343.962.899.000 281.935.306.849 81,97

2012 304.344.565.000 302.844.814.549 99,51

2013 394.892.895.000 385.364.785.098 97,95

2014 545.701.086.000 539.946.653.963 98,95

2014 544.584.669.000 535.308.122.709 98,30

Page 40: LAPORAN KINERJA 2015 faktor-faktor penghambat kinerja Ditjen Multilateral, mulai dari adanya perbedaan kepentingan negara-negara dalam proses pembuatan kesepakatan pada tingkat multilateral,

36 LAKIP Direktorat Jenderal Multilateral

BAB IV

PENUTUP

Secara umum, dapat disimpulkan bahwa seluruh unit kerja di lingkungan Ditjen Multilateral

dapat merealisasikan program dan kegiatannya dengan baik, yang dilihat dengan keberhasilan

pelaksanaan sejumlah kegiatan yang merupakan capaian-capaian penting di tahun 2015, baik di

tingkat regional maupun global. Hasil diplomasi multilateral di tahun 2015 telah menjadi bagian dari

upaya Indonesia untuk berperan aktif dalam pergaulan internasional, dengan menyampaikan

sejumlah prakarsa, inisiatif, dan gagasan untuk membantu menciptakan masyarakat internasional

yang lebih stabil, aman, damai, dan sejahtera.

Pengakuan internasional atas kiprah Indonesia tersebut di antaranya terlihat dengan adanya

dukungan masyarakat internasional kepada Indonesia untuk menjadi tuan rumah atas sejumlah

pertemuan dan konferensi internasional di tahun 2015, baik yang berskala besar maupun kecil.

Dalam upaya mengkomunikasikan kiprah diplomasi Indonesia tersebut kepada seluruh

pemangku kepentingan di tanah air, Ditjen Multilateral telah menyelenggarakan berbagai kegiatan,

baik secara mandiri maupun secara bersama-sama dengan badan/instansi lainnya, dalam bentuk

seminar, rapat koordinasi antar kementerian/instansi, diskusi, brainstorming, dan lain-lain. Di

samping itu, terdapat pula kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Ditjen Multilateral yang

disponsori oleh pihak ketiga.

Dalam pelaksanaan keseluruhan kegiatan tersebut, Ditjen Multilateral senantiasa berupaya

meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja melalui upaya perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan, dan pengendalian serta evaluasi, sebagai bagian dari benah diri untuk mewujudkan

reformasi birokrasi Kementerian Luar Negeri.