100
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017 i KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan karunia-Nya Laporan Kinerja OPD Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2017 sudah dapat disusun dengan baik sesuai dengan aturan/ketentuan yang berlaku. Sesuai Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata cara reviu atas laporan Kinerja Instansi Pemerintah dan Surat Edaran Gubernur Sumatera Barat Nomor. 065/2203/ED/GSB-2017, tanggal 6 Desember 2017 tentang Penyusunan dan Penyampaian Laporan Kinerja OPD Provinsi dan Hasil Pengukuran Kinerja Pemerintah Provinsi Sumatera Barat Tahun 2017, Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat sebagai salah satu Instansi Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dan unsur penyelenggara negara di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat diwajibkan menyampaikan Laporan Kinerja OPD Provinsi. Pelaksanaan tahun anggaran 2017 merupakan tahun kedua dari Renstra OPD Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021. Pelaksanaan pembangunan tahun 2017 telah menunjukan keberhasilan, hal tersebut berkat buah pikiran dan kerja bersama-sama seluruh stakeholders pembangunan bidang kesehatan di Provinsi Sumatera Barat. Namun demikian kami menyadari masih dijumpai tantangan dan masalah sehingga masih ada sasaran yang belum tercapai, tetapi optimisme yang tinggi senantiasa tetap dimiliki untuk lebih meningkatkan kinerja pada tahun-tahun mendatang Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan konstribusi dan dukungan dalam penyusunan Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat tahun 2017 ini, semoga laporan ini dapat bermanfaat dan menjadi media komunikasi penyampaian kinerja Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di lingkup Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dalam satu tahun anggaran kepada masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya. Padang, Januari 2018 Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat, Dr. Hj. Merry Yuliesday, MARS. NIP. 19600715 198803 2 005

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017dinkes.sumbarprov.go.id/images/2018/07/file/LAKIP_DINKES_SUMBAR... · Kinerja dan Tata cara reviu atas laporan Kinerja Instansi

  • Upload
    vuminh

  • View
    224

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan karunia-Nya Laporan Kinerja OPD Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2017 sudah dapat disusun dengan baik sesuai dengan aturan/ketentuan yang berlaku. Sesuai Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata cara reviu atas laporan Kinerja Instansi Pemerintah dan Surat Edaran Gubernur Sumatera Barat Nomor. 065/2203/ED/GSB-2017, tanggal 6 Desember 2017 tentang Penyusunan dan Penyampaian Laporan Kinerja OPD Provinsi dan Hasil Pengukuran Kinerja Pemerintah Provinsi Sumatera Barat Tahun 2017, Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat sebagai salah satu Instansi Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dan unsur penyelenggara negara di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat diwajibkan menyampaikan Laporan Kinerja OPD Provinsi. Pelaksanaan tahun anggaran 2017 merupakan tahun kedua dari Renstra OPD Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021. Pelaksanaan pembangunan tahun 2017 telah menunjukan keberhasilan, hal tersebut berkat buah pikiran dan kerja bersama-sama seluruh stakeholders pembangunan bidang kesehatan di Provinsi Sumatera Barat. Namun demikian kami menyadari masih dijumpai tantangan dan masalah sehingga masih ada sasaran yang belum tercapai, tetapi optimisme yang tinggi senantiasa tetap dimiliki untuk lebih meningkatkan kinerja pada tahun-tahun mendatang Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan konstribusi dan dukungan dalam penyusunan Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat tahun 2017 ini, semoga laporan ini dapat bermanfaat dan menjadi media komunikasi penyampaian kinerja Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di lingkup Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dalam satu tahun anggaran kepada masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya.

Padang, Januari 2018 Kepala Dinas Kesehatan Provinsi

Sumatera Barat,

Dr. Hj. Merry Yuliesday, MARS. NIP. 19600715 198803 2 005

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

ii

DAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI iii IKHTISAR EKSEKUTIF iv BAB I PENDAHULUAN 1

LATAR BELAKANG 1 KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI 3 STRUKTUR ORGANISASI 4 KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH 5 ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK 6 STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN 6

KESEHATAN BAB II PERENCANAAN KINERJA 10

TUJUAN PEMBANGUNAN KESEHATAN 12 SASARAN PEMBANGUNAN KESEHATAN 12 PERJANJIAN KINERJA 13 RENCANA KINERJA KEGIATAN 17

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 29

METODOLOGI PENGUKURAN CAPAIAN KINERJA 30 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) 31 ANALISIS CAPAIAN KINERJA 35 REALISASI ANGGARAN 75

BAB IV PENUTUP 88 LAMPIRAN

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 3

IKHTISAR EKSEKUTIF

Sebagai perwujudan dan pertanggungjawaban atas keberhasilan dan

kegagalan pelaksanaan visi, misi, tujuan dan sasaran SKPD yang telah

ditetapkan di dalam Rencana Kinerja Tahun 2017 dan RENSTRA 2016 –

2021 yang telah direvisi akhir tahun 2017 , maka Dinas Kesehatan Provinsi

Sumatera Barat sudah menyusun Laporan Kinerja SPKD Dinas Kesehatan

Sumatera Barat Tahun 2017.

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat merupakan Satuan Kerja

Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi

Sumatera Barat yang bertugas dan berwenang dalam mencapai

keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan yang tercantum dalam

RPJMD pada agenda Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia, Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi dengan prioritas pada Peningkatan Derajat

Kesehatan Masyarakat dengan tujuan terwujudnya Masyarakat Sumatera

Barat peduli sehat, mandiri, berkualitas dan berkeadilan yang sudah

tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA) 2016 – 2021.

Untuk mencapai tujuan dari Misi Pembangunan Kesehatan Provinsi

Sumatera Barat yang diidentifikasikan pada 5 (lima) Sasaran Strategis yang

diukur dengan 10 Indikator Kinerja Utama (IKU), sudah ditetapkan melalui

proses bertingkat oleh tim Penetapan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi

Sumatera Barat tahun 2017, yaitu : 1) Jumlah Puskesmas yang

terakreditasi (IKU) ,2) Jumlah Rumah Sakit Pemerintah yang terakreditasi

(IKU), 3) Persentase Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan di Fasilitas

Kesehatan (IKU), 4) Persentase Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) (IKU), 5)

Prevalensi Gizi Kurang (Berat Badan per Tinggi Badan) (IKU), 6) Jumlah

Kabupaten/Kota yang mencapai 80 % anak usia 0 sampai 18 bulan yang

mendapat imunisasi dasar lengkap (IKU), 7). Persentase Masyarakat yang

memiliki Jaminan Kesehatan (IKU), 8) Persentase capaian realisasi fisik

pelaksanaan program/kegiatan 9). Persentase capaian realisasi keuangan

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 4

pelaksanaan program/kegiatan 10). Evaluasi SAKIP (SKPD) (IKU),

Hasil pencapaian pengukuran kinerja dari 5 (lima) sasaran strategis

yang ditetapkan pada tahun 2017, diantaranya 4 (empat) Sasaran Strategis

hasil capaiannya > 100 %, yaitu : 1). Meningkatnya mutu pelayanan

kesehatan sesuai standar, 2) Meningkatnya Kesehatan Masyarakat, 3)

Meningkatnya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, 4) Meningkatnya

Kepesertaan Jaminan Kesehatan.

Sedangkan sasaran “Meningkatnya Tata kelola Organisasi“ capaiannya 96,5 % hal ini disebabkan karena kegiatan fisik dan keuangan

tidak mencapai persentase 100 % sedangkan untuk evaluasi kegiatan

perolehan nilainya C dari target C untuk tahun 2016 sedang untuk tahun

2017 belum dinilai.

Hasil capaian kinerja Sasaran diatas tersebut diukur dalam 10

Indikator Kinerja Utama (IKU) dengan hasil capaian sebagai berikut :

a. 7 (tujuh) indikator memperoleh capaian > 100 %,

b. 2 (dua) indikator capaiannya < 100 %, yaitu capaian Persentase

realisasi fisik prograM/kegiatan sebesar 98,47 % sedangankan capaian

Persentase realisasi keuangan program/kegiatan sebesar 90,65 %.

c. 1 (satu) indikator yaitu Nilai Evaluasi SAKIP (SKPD), Realisasi indikator

sasaran tahun 2017 menunggu hasil penilaian Laporaan Kinerja OPD

oleh Inspektorat Provinsi

Untuk pencapaian 5 (lima) sasaran strategis dan 10 (sepuluh)

indikator tersebut diatas didukung dengan 14 program dan 137 kegiatan

yang didanai oleh APBD dan APBN TA 2017.

Untuk kinerja keuangan realisasi penyerapan Belanja Langsung

anggaran APBD pada tahun 2017 adalah sebesar Rp. 112.534.487.571,-

(96.94%) dari jumlah anggaran sebesar Rp. 145.633.604.409,- dengan

capaian fisik kegiatan sebesar 98.47%, sedangkan realisasi penyerapan

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 5

anggaran APBN sebesar Rp. 23.759.488.901,- ( 89,67 %) dari jumlah

anggaran sebesar Rp. 26.495.337.000,- dengan capaian fisik kegiatan 99.2

%.

Secara umum pelaksanaan tugas pokok dan fungsi SKPD Dinas

Kesehatan Provinsi Sumatera Barat yang telah ditetapkan dalam Perjanjian

Kinerja tahun 2017 telah dapat dilaksanakan dengan baik dimana

sebagian besar capaian Indikator diatas sesuai target yang telah ditetapkan

Pada tahun 2017 yang menjadi prioritas dan tujuan yang ingin

dicapai Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat dan dituangkan dalam

Rencana strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat tahun 2016-

2021 dengan mengacu kepada visi, misi dan tujuan serta program prioritas

Gubernur yang terdapat dalam RPJMD 2016-2021.

Untuk beberapa indikator terutama terhadap beberapa indikator

yang masih belum tercapai dan masih menjadi issue dan permasalahan

ditengah- tengah masyarakat akan tetap akan ditindaklanjuti, antara lain :

1. Meningkatkan pelayanan kesehatan melalui upaya promotif dan

preventif, terutama dalam rangka meningkatkan Umur Harapan

Hidup (UHH) serta menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka

Kematian Bayi (AKB).

2. Untuk menurunkan kematian pada bayi dan Ibu melahirkan

beberapa kegiatan yang akan dilaksanakan antara lain :

- Meningkat akses pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta

mendorong persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas

kesehatan melalui pendampingan kepada Ibu hamil oleh kader

kesehatan di desa dan jorong.

- Meningkatkan universal access & coverage untuk pelayanan

Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).

- Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan emergensi PONEK

(Pelayanan Obstetri & Neonatal Komprehensif) dan PONED

(Pelayanan Pelayanan Obstetri & Neonatal Dasar)

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 6

3. Peningkatan kualitas pelayanan pada sarana kesehatan dengan

mendorong Kabupaten/Kota untuk melaksanakan Akreditasi

Puskesmas dan RS.

4. Untuk peningkatan capaian cakupan penduduk yang mempunyai

jaminan kesehatan akan dilaksanakan kembali sosialisasi ke seluruh

lapisan masyarakat dengan melibatkan Lintas Sektor dan stakeholder

terkait serta berkoordinasi dengan Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi terhadap kepatuhan Badan usaha melakukan

pendaftaran Jamkes pekerjanya. Selanjutnya juga akan

berkonsolidasi dengan kementerian Agama agar setiap pasangan yang

akan menikah untuk mendaftarkan diri menjadi peserta jamkes

mandiri.

5. Untuk meningkatkan cakupan Imunisasi pada anak perlu

mengampanyekan kembali manfaat vaksinasi ke masyarakat dengan

menggandeng tokoh- tokoh agama dan masyarakat lainnya, membuat

suatu kebijakan/peraturan daerah/edaran/himbauan yang

mewajibkan orang tua memberikan hak anak untuk mendapat

imunisasi.

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 7

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 (H) ayat 1 dijelaskan bahwa “setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan” dan pada Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal 14 menyatakan bahwa “Pemerintah bertanggungjawab merencanakan, mengatur, meyelenggarakan, membina dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat”. Landasan konstitusional dan landasan operasional tersebut secara nyata mengamanatkan bahwa upaya pemenuhan kebutuhan salah satu hak dasar masyarakat dalam hal ini atas pelayanan kesehatan adalah tanggung jawab negara. Negara bertanggungjawab untuk mengatur dan memastikan bahwa hak untuk hidup sehat bagi seluruh lapisan masyarakat dipenuhi termasuk bagi masyarakat miskin dan/atau tidak mampu. Dalam Peraturan Presiden Nomor 72 tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional disebutkan bahwa pengelolaan kesehatan diselenggarakan melalui pengelolaan adminsitrasi kesehatan, informasi kesehatan, sumber daya kesehatan, upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, peran serta dan pemberdayaan masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang kesehatan, serta pengaturan hukum kesehatan secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan setinggi-tingginya. Dalam pasal 3 Peraturan Presiden tersebut juga disebutkan bahwa komponen pengelolaan kesehatan dikelompokkan dalam sub sistem : (a) upaya kesehatan; (b) penelitian dan pengembangan kesehatan; (c) pembiayaan kesehatan; (d) sumber daya manusia kesehatan; (e) sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan; (f) manajemen, informasi dan regulasi kesehatan; dan (g) pemberdayaan masyarakat. Pembangunan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi. Pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan yaitu setiap kebijakan publik selalu memperhatikan dampak pada kesehatan. Pembangunan kesehatan dilaksanakan secara sistematis, berdayaguna, berhasilguna, bersih dan bertanggungjawab serta bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme sehingga tercipta Good Governance sesuai Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 serta Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 8

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat sebagai salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam Pemerintah Provinsi Sumatera Barat memiliki tugas dan fungsi untuk meingkatkan derajat kesehatan masyarakat di provinsi Sumatera Barat yang setinggi-tingginya yang dalam pelaksanaannya berlandaskan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Sumatera Barat. Laporan Akuntabilitas Kinerja Dinas Kesehatan tahun 2017 disusun sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat dalam melaksanakan tugas dan fungsi dalam rangka mencapai visi dan misi Pemerintah Provinsi Sumatera Barat secara umum dan visi dan misi Dinas Kesehatan secara khusus. Laporan Akuntabilitas Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat sebagai salah satu alat untuk mendapatkan masukan dari stakeholders demi perbaikan kinerja Dinas Kesehatan. Gambar dibawah ini menunjukkan keterkaitan posisi tanggung jawab Gubernur dibantu oleh SKPD Dinas Kesehatan dengan amanah dari rakyat/masyarakat. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran kemauan dan kemampuan hidup bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan pada perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan antara lain ibu, bayi, anak balita, lanjut usia (lansia) dan keluarga miskin. Pembangunan kesehatan dilaksanakan melalui peningkatan: 1) Upaya kesehatan, 2) Pembiayaan kesehatan, 3) Sumber Daya Manusia kesehatan, 4) Sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan, 5) Manajemen dan Informasi kesehatan, dan 6) Pemberdayaan masyarakat. Upaya tersebut dengan memperhatikan dinamika kependudukan, epidemiologi penyakit, perubahan ekologi dan lingkungan, kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), serta globalisasi dan demokratisasi dengan semangat kemitraan dan kerjasama lintas sektoral. Penekanan diberikan pada peningkatan perilaku dan kemandirian masyarakat serta upaya promotif dan preventif. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021 telah ditegaskan bahwa Pembangunan Kesehatan di Sumatera Barat merupakan bagian dari “misi ke 3 (tiga) Gubernur yaitu “Meningkatkan sumberdaya manusia yang cerdas, sehat, beriman, berkarakter, dan berkualitas tinggi “. Meningkatkan sumberdaya manusia yang cerdas, sehat, beriman, berkarakter, dan berkualitas tinggi dengan Prioritas pada Peningkatan Derajat Kesehatan Masyarakat. Sebagai salah satu pelaku pembangunan kesehatan, maka telah disusun Rencana Strategis (Renstra) Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021, yang memuat program-program pembangunan kesehatan, dengan

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 9

penekanan pada pencapaian sasaran Prioritas Nasional, Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan di Kab/Kota dan Millenium Development Goals (MDGs) yang sekarang menjadi Sustainable Development Goals (SDG’s) Berbagai isu yang berkembang di bidang kesehatan menimbulkan berbagai masalah, Inti dari upaya untuk menyelesaikan permasalahan terkait dengan isu tersebut salah satunya adalah untuk mewujudkan tata kepemerintahan yang baik. Berkaitan dengan upaya untuk mewujudkan tata kepemerintahan yang baik, juga dilakukan upaya melalui reformasi birokrasi dan azas akuntabilitas yang sudah menjadi bagian dari agenda yang akan terus dilanjutkan pada tahun-tahun berikutnya. Kewajiban instansi pemerintah untuk berakuntabilitas kinerja secara internal telah diamanatkan dalam Inpres Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP). Berdasarkan amanat tersebut, seluruh instansi pemerintah di tingkat pusat dan daerah, dari entitas (instansi) tertinggi hingga unit kerja setingkat eselon II, setiap tahun menyampaikan laporan informasi kinerjanya kepada unit kerja yang berada pada tingkat lebih tinggi secara berjenjang. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat sebagai instansi pemerintah juga memiliki kewajiban untuk menyampaikan Laporan Kinerja melalui Gubernur atau kepada Gubernur, laporan akuntabilitas kinerja ini menguraikan sejauhmana pencapaian tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran sebagaimana dituangkan dalam Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat 2016-2021 melalui program dan kegiatan yang telah dilaksanakan pada tahun 2017. Namun demikian, tahun ini merupakan tahun kedua dari pelaksanaan program dan kegiatan Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat yang telah tertuang pada Rencana Strategis Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat 2016-2021, juga diuraikan hasil-hasil yang telah diperoleh Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat dalam jangka waktu tersebut, sebagai bagian dari kontribusi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat pada penyelenggaraan pembangunan Provinsi Sumatera Barat. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat merupakan unsur pelaksana Pemerintah Daerah di Bidang Kesehatan (sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Sumatera Barat), yang telah diubah menjadi Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2016 tentang Organisasi Pemerintah Daerah (OPD) Provinsi Sumatera Barat. Dinas Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan kewenangan Desentralisasi dan Tugas Dekonsentrasi di bidang Kesehatan berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2016 tentang Pembentukan susunan Perangkat daerah Provinsi Sumatera Barat sesuai Peraturan Pemerintah (PP) No18. Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah.

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 10

Dinas Kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan sesuai dengan Peraturan Gubernur Nomor 52 Tahun 2017. Untuk menyelenggarakan tugas pokok Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat mempunyai fungsi adalah : 1. Perumusan kebijakan kesekretariatan, bidang kesehatan masyarakat,

pencegahan dan pengendalian penyakit, pelayanan kesehatan, kefarmasian, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) serta sumber daya kesehatan;

2. Pelaksanaan kebijakan kesekretariatan, di bidang kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengendalian penyakit, pelayanan kesehatan, kefarmasian, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) serta sumber daya kesehatan;

3. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kesekretariatan, di bidang kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengendalian penyakit, pelayanan kesehatan, kefarmasian, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) serta sumber daya kesehatan;

4. Pelaksanaan administrasi dinas sesuai dengan lingkup tugasnya 5. Pelaksanaan fungsi lain yang di berikan oleh Kepala Daerah terkait dengan

bidang kesehatan. Struktur Organisasi (Perda 8 Tahun 2016) Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah. Dalam melaksanakan tugasnya kepala Dinas dibantu oleh:

I. Sekretariat, terdiri dari: 1 Sub Bagian Hukum, Kepegawaian dan Hukum 2 Sub Bagian Keuangan dan Pengelolaan Aset 3 Sub Bagian Program, Informasi & Hukum

II. Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit terdiri dari:

1 Seksi Surveilans dan Imunisasi 2 Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular 3 Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular

III. Bidang Sumber Daya Kesehatan terdiri dari:

1 Seksi Kefarmasian 2 Seksi Alat kesehatan dan PKRT 3 Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan

IV. Bidang Kesehatan Masyarakat terdiri dari:

1 Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi 2 Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat 3 Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olah Raga

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 11

V. Bidang Pelayanan Kesehatan, terdiri dari: 1 Seksi Pelayanan Kesehatan Primer 2 Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan 3 Seksi Pelayanan Kesehatan Tradisional

VI. Dinas Kesehatan mempunyai 4 (empat) UPTD Dinas yaitu:

1 Balai Kesehatan Indra Masyarakat (BKIM) 2 Balai Laboratorium Kesehatan (Labkes) 3 Balai Kesehatan Olahraga Masyarakat dan Pelatihan Kesehatan 4 Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Lubuk Alung

VII. Selain itu terdapat juga 4 (empat) UPT (Unit Pelaksana Teknis) Pemda

yang langsung bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah Provinsi yaitu : 1 RSUD. Achmad Muchtar Bukittinggi. 2 RSUD Pariaman. 3 RSUD Solok. 4 RS. Jiwa HB Saꞌanin Padang

Kewenangan Pemerintah Daerah Sesuai dengan UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, pembagian urusan Pemerintahan Konkuren antara Pemerintah Pusat dan Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota, bidang kesehatan mempunyai kewenangan sebagai berikut : Kewenangan Daerah Provinsi 1. PengelolaanUpaya Kesehatan Perorangan rujukan tingkat daerah

Provinsi lintas daerah Kab/Kota. 2. Pengelolaan Upaya Kesehatan Masyarakat daerah Provinsi dan rujukan

tingkat daerah Provinsi lintas daerah Kab/Kota 3. Penerbitan izin Rumah Sakit kelas B dan fasilitas pelayanan kesehatan

tingkat daerah Provinsi. 4. Perencanaan dan pengembangan Sumber Daya Manusia

Kesehatan untuk UKM dan UKP daerah Provinsi. 5. Penerbitan pengakuan Pedagang Besar Farmasi (PBF) cabang dan cabang

Penyalur Alat Kesehatan (PAK) 6. Penerbitan izin usaha kecil obat tradisional (UKOT) 7. Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan melalui tokoh Provinsi,

kelompok masyarakat, organisasi swadaya masyarakat dan dunia usaha tingkat Provinsi.

Kewenangan Pemerintah Daerah Provinsi Bidang Kesehatan sesuai PP 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota, maka urusan pemerintah daerah Provinsi dalam bidang kesehatan mencakup :

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 12

1. Penyelenggaraan surveillans epidemiologi penyelidikan KLB skala Provinsi. 2. Penyelenggaraan pencegahan dan penanggulangan penyakit menular skala

provinsi. 3. Penyelenggaraan pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular

tertentu skala provinsi. 4. Pengendalian operasional penanggulangan masalah kesehatan akibat

bencana & wabah. 5. Penyelenggaraan pencegahan dan penanggulangan pencemaran

lingkungan skala provinsi. 6. Penyelenggaraan surveilens gizi buruk skala provinsi. 7. Pemantauan penanggulangan gizi buruk skala provinsi. 8. Bimbingan dan pengendalian pelayanan kesehatan jemaah haji. 9. Pengelolaan pelayanan kesehatan rujukan sekunder dan tersier tertentu. 10. Bimbingan dan pengendalian upaya kesehatan pada daerah perbatasan,

terpencil, rawan dan kepulauan. 11. Registrasi, akreditasi, sertifikasi sarana kesehatan sesuai peraturan

perundang-undangan. 12. Pemberian rekomendasi izin sarana kesehatan tertentu yang diberikan oleh

pemerintah. 13. Pemberian izin sarana kesehatan meliputi RS Kelas B Non Pendidikan,

Rumah Sakit khusus, Rumah Sakit Swasta serta sarana kesehatan penunjang lainnya.

14. Pengelolaan/penyelenggaraan bimbingan pengendalian jaminan pemeliharaan kesehatan skala provinsi.

15. Penempatan tenaga kesehatan strategis, pemindahan tenaga tertentu antar Kab/ Kota.

16. Pendayagunaan tenaga kesehatan skala provinsi. 17. Pelatihan diklat fungsional dan teknis. 18. Penyediaan dan pengelolaan buffer stock obat propinsi, alat kesehatan,

reagensia dan vaksin lainnya. 19. Sertifikasi sarana produksi dan distribusi alat kesehatan Perbekalan

Kesehatan Rumah Tangga ( PKRT ) 20. Penyelenggaraan promosi kesehatan. 21. Penyelenggaran penelitian dan pengembangan kesehatan yang mendukung

perumusan kebijakan provinsi dan pengelolan survei kesehatan daerah. 22. Penyelenggaraan kerjasama luar negeri. 23. Pembinaan monitoring dan evaluasi dan pengelolaan SIK (Sistem Informasi

Kesehatan). Isu-Isu Strategis Berdasarkan Tugas Pokok Beberapa isu-isu pembangunan Kesehatan yang terkait dengan tugas pokok dan fungsi antara lain : 1. Peningkatan Kesehatan Ibu, Anak, Remaja dan Lansia 2. Percepatan Perbaikan Status Gizi Masyarakat 3. Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan 4. Peningkatan Akses terhadap Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan

yang Berkualitas

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 13

5. Pemenuhan Ketersediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Pengawasan Obat dan Makanan

6. Pemenuhan Sumber Daya Manusia Kesehatan 7. Peningkatan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat 8. Peningkatan Manajemen, Penelitian dan Pengembangan, dan Sistem

Informasi 9. Pengembangan dan Peningkatan Efektifitas Pembiayaan Kesehatan 10. Pengembangan SJSN – Kesehatan

Strategi dan Kebijakan Pembangunan Kesehatan Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menegah Daerah Tahun 2016-2021, terdapat 5 (lima) misi dan 10 (sepuluh) prioritas pembangunan di Sumatera Barat, dimana pembangunan kesehatan merupakan prioritas ke 4 (empat) yakni peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Pembangunan kesehatan Sumatera Barat ditujukan agar terwujudnya “Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat, Kualitas Kependudukan Dan Kesetaraan Gender Serta Pemenuhan Hak Anak ” dengan sasaran strategisnya Meningkatnya Derajat Kesehatan Masyarakat Secara Merata dengan indikator kinerja untuk Meningkatkan Umur Harapan Hidup. Prioritas Pembangunan Kesehatan pada tahun 2016-2021 difokuskan pada sepuluh fokus prioritas yaitu : 1). Peningkatan Kesehatan Ibu, Bayi, Balita dan Keluarga Berencana (KB);2) Perbaikan status gizi masyarakat; 3). Pengendalian penyakit menular serta penyakit tidak menular diikuti penyehatan lingkungan; 4). Pemenuhan, pengembangan, dan pemberdayaan SDM kesehatan; 5). Peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, keamanan, mutu dan penggunaan obat serta pengawasan obat dan makanan; 6). Pengembangan Sistem Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas); 7). Pemberdayaan masyarakat dan penanggulangan bencana dan krisis kesehatan, 8). Peningkatan pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier. Strategi pencapaian tujuan dan sasaran adalah merupakan strategi organisasi yang dijabarkan pada Rencana strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat tahun 2016-2021, yang berisi rencana menyeluruh dan terpadu mengenai upaya- upaya yang akan dilaksanakan secara operasional dengan memperhatikan ketersediaan sumber daya organisasi. Sebagai satu cara untuk mewujudkan tujuan dan sasaran, maka strategi yang ditetapkan terdiri atas: 1. Meningkatkan keterpaduan dalam pelayanan kesehatan masyarakat yang

lebih merata 2. Meningkatkan pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan; 3. Meningkatkan akses layanan kesehatan dasar dan rujukan yang

berkualitas; 4. Meningkatkan jumlah dan kualitas sumber daya kesehatan serta

kefarmasian dan alat kesehatan

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 14

5. Meningkatkan Komitmen Pemerintah Daerah dalam peningkatan pembiayaan promotif dan preventif untuk layanan kesehatan;

6. Meningkatkan jaminan kesehatan masyarakat kurang mampu.

Kebijakan Dinas Kesehatan didasarkan pada arah dan kebijakan yang tercantum Rencana Pembangunan Jangka Menegah Daerah (RPJMD) Tahun 2016-2021 dengan memperhatikan permasalahan kesehatan yang telah diidentifikasi melalui hasil review pelaksanaan pembangunan kesehatan sebelumnya. Dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan periode tahun 2016-2021, perencanaan program dan kegiatan secara keseluruhan telah dicantumkan di dalam Rencana Strategis Dinas Kesehatan. Kebijakan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat dalam mewujudkan Misi, Tujuan dan Sasaran yang akan dicapai sampai dengan akhir tahun 2021 dirumuskan sebagai berikut :

1. Peningkatan jumlah dan kualitas sumberdaya kesehatan yang memiliki kompetensi dan terstandarisasi

2. Peningkatan layanan kesehatan dengan lebih menitikberatkan pada upaya promotif dan preventif dibandingkan dengan upaya kuratif ;

3. Pemberdayaan masyarakat dan peningkatan upaya promosi kesehatan; 4. Penguatan gerakan masyarakat, lembaga pemerintah dengan swasta

dalam peningkatan upaya kesehatan masyarakat ; 5. Peningkatan pelayanan dasar dan rujukan yang berkualitas; 6. Peningkatan pelayanan kesehatan ibu dan anak ; 7. Peningkatan cakupan akses, keterjangkauan dan mutu pelayanan

kesehatan; 8. Peningkatan perbaikan gizi masyarakat. 9. Peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan dan gizi dengan

fokus utama pada 1000 hari kehidupan manusia 10. Peningkatan pemerataan dan kualitas kesehatan lingkungan. 11. Peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, pemeratan dan kualitas

farmasi dan alat kesehatan ; 12. Peningkatan akreditasi rumah sakit daerah; 13. Peningkatan pencegahan dan pengendalian penyakit menular terutama

HIV dan Tuberkulosis. 14. Peningkatan pelimpahan kewenangan, penyederhanaan prosedur

pelayanan dan perizinan. 15. Peningkatan kualitas aparatur pelayanan, peningkatan kompetensi dan

perubahan mentalitas/budaya melayani 16. Pengembangan inovasi pelayanan publik berbasis teknologi informasi

yang terintegrasi 17. Penguatan integrasi berbagai jenis pelayanan publik (pelayanan satu

pintu) 18. Peningkatan sarana dan prasarana pelayanan publik 19. Peningkatan akses informasi publik yang akurat dan up to date 20. Peningkatan efektifitas pengawasan pelayanan publik

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 15

21. Penguatan sistem pengaduan masyarakat yang efektif dan terintegrasi 22. Penerapan penghargaan dan sanksi terhadap kinerja pelayanan publik

Maksud dan Tujuan Penyusunan LAKIP Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 adalah : 1. Dapat diketahuinya kegiatan yang telah dilaksanakan selama satu tahun; 2. Dapat diketahuinya hasil program dan kegiatan yang telah

dilaksanakan serta evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan tersebut; 3. Sebagai dasar untuk perencanaan dan pelaksanaan kegiatan tahun

berikutnya; 4. Tertibnya pengadministrasian hasil kegiatan; 5. Sebagai bukti laporan program dan hasil kegiatan kepada Pemerintah

Daerah Sistematika Penyusunan LAKIP Berdasarkan pada PermenPAN dan RB nomor 53 tahun 2014 tentang maka sistematika penyusunan LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2016 adalah sebagai berikut : Bab I (Pendahuluan) menjelaskan gambaran umum Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat, aspek strategis Dinas Kesehatan serta permasalahan utama (strategic issued) yang saat ini. Bab II (Perencanaan Kinerja) menjelaskan tentang ikhtisar beberapa hal penting dalam perencanaan dan perjanjian kinerja (dokumen penetapan kinerja) Bab III (Akuntabilitas Kinerja) menjelaskan tentang pencapaian sasaran-sasaran Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat dengan pengungkapan dan penyajian hasil dari pengukuran kinerja. Bab IV (Penutup) berisi kesimpulan atas Laporan Akuntabilitas Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat. Lampiran berisi dokumen Penetapan Kinerja dan Pengukuran Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Barat.

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 16

BAB II PERENCANAAN KINERJA

Sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (SAKIP) dibangun dalam rangka upaya mewujudkan good govermance dan sekaligus result oriented goverment. SAKIP merupakan sebuah sistem dengan pendekatan manajemen berbasis kinerja (Performance-base Managemen) untuk penyediaan informasi kinerja guna pengelolaan kinerja. Upaya penguatan sistem akuntabilitas kinerja di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat dilakukan secara menyeluruh tertutama dengan dibentuknya Tim Penyusunan LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat dengan berkoordinasi setiap bidang di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat dalam rangka penguatan pada beberapa komponen antara lain perencanaan kinerja, pengukuran kinerja, pelaporan kinerja, evaluasi kinerja dan pencapaian sasaran/kinerja organisasi. Dengan kata lain SAKIP tidak hanya meliputi satu komponen saja sehingga penguatannya memerlukan upaya menyeluruh dari unit organisasi yang terkait. Berikut gambaran SAKIP secara umum.

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 17

Rencana Kinerja Dinkes Provinsi Sumatera Barat secara lengkap tertuang dalam Rencana Strategis (Renstra) yang disusun melalui suatu proses dengan orientasi pada hasil yang dicapai selama kurun waktu 5 (lima) tahun secara sistematik dan berkesinambungan dengan mempertimbangkan potensi, peluang, tantangan dan hambatan yang memuat, visi, misi, sasaran, kebijakan, program dan kegiatan serta indikator keberhasilan dan kegagalan dalam pelaksanaannya. Tujuan Dan Sasaran Jangka Menengah OPD Sesuai dengan Visi Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih, maka visi pembangunan daerah jangka menengah Provinsi Sumatera Barat tahun 2016-2021 adalah “ Terwujudnya Sumatera Barat yang Madani dan Sejahtera “, maka diharapkan akan mewujudkan keinginan dan amanat masyarakat Provinsi Sumatera Barat dengan tetap mengacu pada pencapaian tujuan nasional seperti diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 khususnya bagi masyarakat Sumatera Barat, memperhatikan RPJMN, RPJPD Provinsi Sumatera Barat tahun 2005-2025. Visi Pembangunan Provinsi Sumatera Barat tersebut harus dapat diukur keberhasilannya dalam rangka mewujudkan Provinsi Sumatera Barat yang Madani dan Sejahtera. Secara umum tujuan pembangunan dalam RPJMD Provinsi Sumatera Barat tahun 2016-2021 adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang salah satunya tergambar dari peningkatan derajat kesehatan. Untuk mencapai tujuan tersebut secara makro dikemukakan melalui proyeksi sejumlah indikator kesejahteraan sosial. Tujuan dan sasaran pembangunan menurut misi merupakan arahan bagi pelaksanaan setiap urusan wajib dan pilihan dalam mendukung pelaksanaan visi pembangunan daerah selama 5 (lima) tahun mendatang. Untuk Bidang Kesehatan tujuan dan sasaran terdapat pada misi 3 yaitu meningkatkan sumber daya manusia yang cerdas, sehat, beriman, berkarakter dan berkualitas tinggi dengan tujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan sasaran meningkatnya derajat kesehatan masyarakat secara merata.

Tabel 2.1 Hubungan antara Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran

dalam RPJMD 2016-2021 Visi Misi Tujuan Sasaran Terwujudnya Sumatera Barat yang Madani dan Sejahtera

Meningkatkan sumber daya manusia yang cerdas, sehat, beriman, berkarakter dan berkualitas tinggi

Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, kualitas kependudukan dan kesetaraan gender serta pemenuhan hak anak

Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat secara merata

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 18

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk). Indeks Pembangunan Manusia dibentuk oleh 3 dimensi dasar yaitu a). Umur panjang dan hidup sehat (a long and healthy life); b). Pengetahuan (knowledge); c). Standar hidup layak (decent standard of living). Angka Harapan Hidup merupakan salah satu indikator makro yang cukup penting dalam pembangunan sosial budaya dan sumber daya manusia dengan target awal 68,79 tahun menjadi 69,44 tahun pada tahun 2021. Tujuan Dalam upaya mencapai visi dan misi Kepala Daerah maka Dinas Kesehatan merumuskan suatu bentuk yang lebih terarah berupa tujuan dan sasaran yang strategis organsisasi. Tujuan dan sasaran adalah perumusan sasaran yang selanjutnya akan menjadi dasar penyusunan kinerja selama lima tahun. Tujuan yang akan dicapai Dinas Kesehatan adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan mutu dan ketersediaan SDM kesehatan sesuai standar yang

didukung ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan serta mutu pelayanan yang sesuai standar pelayanan.

2. Meningkatkan upaya kesehatan masyarakat melalui peningkatan upaya preventif dan promotif kesehatan serta pencegahan dan pengendalian penyakit.

3. Meningkatkan tata kelola pemerintah yang baik dengan pelayanan publik yang prima, transparan, aspiratif dan partisipatif.

4. Meningkatkan keikutsertaan masyarakat dalam program jaminan kesehatan nasional.

Sasaran Sasaran adalah hasil yang diharapkan dari suatu tujuan dan menggambarkan hal-hal yang ingin dicapai, diformulasikan secara terukur, spesifik, mudah dicapai melalui tindakan-tindakan yang akan dilakukan secara operasional. Berdasarkan hal tersebut, maka Dinas Kesehatan menetapkan sasaran sebagai berikut: Dalam mewujudkan tujuan pertama “Meningkatkan mutu dan ketersediaan SDM kesehatan sesuai standar yang didukung ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan serta mutu pelayanan yang sesuai standar pelayanan”, maka ditetapkan sasaran :

1. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan dengan indikator sasaran :

a. Jumlah Puskesmas yang terakreditasi sebanyak 195 puskesmas pada tahun 2021

b. Jumlah Rumah sakit yang terakreditasi sebanyak 7 rumah sakit pada tahun 2021

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 19

Dalam mewujudkan tujuan kedua yaitu “Meningkatkan upaya kesehatan masyarakat melalui peningkatan upaya preventif dan promotif kesehatan dan pencegahan dan pengendalian penyakit. “, maka sasaran yang ingin dicapai adalah : 1. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat dengan indikator sasaran:

a. Prevalensi stunting (pendek dan sangat pendek) pada anak bawah dua

tahun sebesar 25,6 % pada tahun 2021

b. Persentase Ibu Bersalin Mendapatkan Pelayanan Persalinan Sesuai Standar Di Faskes (PF) menjadi 90 % pada tahun 2021.

c. Persentase Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) Sesuai Standar menjadi

95 % pada tahun 2021.

2. Meningkatnya pencegahan dan pengendalian penyakit dengan indikator sasaran : a. Jumlah Kabupaten kota yang mencapai imunisasi dasar lengkap pada

anak usia 0-11 bulan menjadi 100 % pada tahun 2021

Dalam mewujudkan tujuan keempat yaitu “Meningkatkan tata kelola pemerintah yang baik dengan pelayanan publik yang prima, transparan, aspiratif dan partisipatif “, maka sasaran yang ingin dicapai adalah : 1. Meningkatnya tata kelola organisasi dengan indikator sasaran :

a. Nilai Evaluasi Akuntabilitas Kinerja menjadi B pada tahun 2021

b. Persentase Capaian Realisasi Fisik Pelaksanaan Program/ Kegiatan

menjadi 100% pada tahun 2021

c. Persentase Capaian Realisasi Keuangan Pelaksanaan Program/ Kegiatan menjadi 95% pada tahun 2021

Dalam mewujudkan tujuan keempat yaitu “Meningkatkan Keikutsertaan Masyarakat Dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional“, maka sasaran yang ingin dicapai adalah : 1. Meningkatnya Kepesertaan Jaminan Kesehatan dengan Indikator Sasaran :

a. Persentase Masyarakat yang Memiliki Jaminan Kesehatan menjadi 100% pada tahun 2021.

Perjanjian Kinerja Tahun 2017 Sebagai implementasi Sistem Akuntabilitas Instansi Pemerintah khususnya perencanaan kinerja, Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat telah membuat Perjanjian Kinerja yang ditandatangani oleh Gubernur dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2017. Perjanjian Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2017 telah ditetapkan dan dimuat dalam Buku Penetapan Kinerja Provinsi Sumatera Barat (terlampir).

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 20

Perjanjian Kinerja disesuaikan dengan susunan agenda, prioritas, sasaran pembangunan pada Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021. Secara ringkas, gambaran keterkaitan tujuan, sasaran, indikator kinerja dan target Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2017 adalah sebagai berikut :

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 21

Tabel. Tujuan, Sasaran, Indikator Sasaran, Target, Program dan Anggaran

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2017

OPD : DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN ANGGARAN : 2017

NO TUJUAN SASARAN INDIKATOR SASARAN

SATUAN TARGET PROGRAM ANGGARAN 2017 URUSAN KESEHATAN (Rp)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1.

Meningkatkan mutu dan ketersediaan SDM kesehatan sesuai standar yang didukung ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan serta mutu pelayanan yang sesuai standar pelayanan

1. Meningkat nya mutu pelayanan kesehatan

1. Jumlah

Puskesmas yang terakreditasi

2. Jumlah Rumah sakit yang terakreditasi

Pusk

RS

56

3

1. Program Obat Dan

Perbekalan Kesehatan 2. Program Upaya Kesehatan

Masyarakat 3. Program Pengadaan Dan

Peningkatan Prasarana RS, RSJ, Paru Dan Mata

4. Program Peningkatan SDM Kesehatan

5. Program Pemeliharaan Sarana Dan Prasarana RS, RSJ, Paru Dan Mata

6. Program Kebijakan & Manajemen Pembangunan Kesehatan

8.878.854.592

11.676.556.685

41.021.575.167

823.417.358

558.550.310

507.388.837

2.

Meningkatkan upaya kesehatan masyarakat melalui peningkatan upaya preventif dan promotif kesehatan dan pencegahan dan pengendalian penyakit.

1. . 2.

Meningkat nya derajat kesehatan masyarakat Meningkat nya pencegahan dan pengendalian penyakit

1. Prevalensi stunting (pendek dan sangat pendek) pada anak bawah dua tahun 2. Persentase Ibu Bersalin Mendapatkan Pelayanan Persalinan Sesuai Standar Di Faskes (PF) 3. Persentase Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) Sesuai Standar

%

%

%

30,5

79

81

1.Program Perbaikan Gizi

Masyarakat 2. Program Upaya Kesehatan

Masyarakat 3. Program Promosi

Kesehatan Dan Pemberdayaan Masyarakat

4.Program Pengembangan Lingkungan Sehat

1.050.787.170

203.448.547

1.420.707.112

489.508.050

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 22

3.

Meningkatkan Keikutsertaan Masyarakat Dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional

1 .

Meningkat nya Kepesertaan Jaminan Kesehatan

1. Persentase Masyarakat yang Memiliki Jaminan Kesehatan

%

70

Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin

34.095.450.205.

4.

Meningkatkan tata kelola pemerintah yang baik dengan pelayanan publik yang prima, transparan, aspiratif dan partisipatif

1. Meningkat nya tata kelola organisasi

1.Persentase Capaian Realisasi Fisik Pelaksanaan Program/ Kegiatan

%

100

1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

2. Program Peningkatan Sarana & Prasarana Aparatur

3. Program Peningkatan Disiplin

Aparatur 4. Program Peningkatan

Kapasitas sumber daya aparatur 5. Program Peningkatan

Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja Dan Keuangan

6. Program Perencanaan, Pengelolaan, Pengawasan Dan Pengendalian Kegiatan Dan Asset

7. Program Kebijakan & Manajemen Pembangunan Kes

5.523.727.628.

3.524.722.057.

289.324.000.

26.250.000.

522.275.350.

279.725.950.

507.388.837

2. Persentase Capaian Realisasi Keuangan Pelaksanaan Program/ Kegiatan

%

95

3. Hasil Penilaian Evaluasi Akuntabilitas Kinerja

Nilai

B

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 23

Rencana Kinerja Kegiatan Pengimplementasian Perjanjian Kinerja yang telah ditetapkan akan dapat dicapai dengan melaksanakan program/kegiatan pembangunan kesehatan, berikut dapat diringkas rencana kegiatan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2017 seperti tabel dibawah ini :

Tabel Rencana Kinerja Kegiatan Dinas Kesehatan

Provinsi Sumatera Barat Tahun 2017

NO

PROGRAM/ KEGIATAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN SATUAN

RENCANA CAPAIAN TARGET

I PROGRAM PELAYANAN ADMINISTRASI PERKANTORAN

Tercapainya pelayanan administrasi perkantoran untuk kepentingan dinas

% 20%

1 Penyediaan Jasa Surat Menyurat

Tersedianya jasa surat menyurat

bln 12

2 Penyediaan Jasa Komunikasi Sumber Daya Air dan Listrik

Tersedianya jasa untuk pembayaran listrik, telepon, air

bln 12

3 Penyediaan Jasa Jaminan Barang Milik Daerah

Tersedianya jasa untuk pembayaran PBB BMD

tahun, keg

1;1

4 Penyediaan Jasa Kebersihan dan Pegamanan Kantor

Tersedianya jasa tenaga kebersihan dan pengamanan kantor

Bln 12 26 org

5 Penyediaan Alat Tulis Kantor

Tersedianya alat tulis untuk adm kantor

bln 12

6 Penyediaan Barang Cetakan dan Penggandaan

Tersedianya barang cetak dan fotokopi

bln 12

7 Penyediaan Komponen Instalasi listrik/Penerangan bangunan kantor

Tersedianya komponen instalasi listrik kantor

bln 12

8 Penyediaan Bahan Bacaan dan Peraturan Per UU

Tersedianya bahan bacaan/ harian,

bh 23

9 Penyediaan Bahan Logistik Kantor

Tersedianya Peralatan dan perlengkapan kantor

tb;mtr;helai

292 , 30 , 4

10 Penyediaan Makanan & Minuman

Tersedianya makan minum rapat

bln 12

11 Rapat rapat Koordinasi dan Konsultasi Dalam dan Luar Daerah

Terikutinya rapat koordinasi di dalam keluar dan dalam propinsi

bln 12

13 Penyediaan Jasa Informasi, Dokumentasi dan Publikasi

Jumlah dokumenter dan publikasi

bln 12

14 Penyediaan Jasa Pembinaan Fisik dan Mental Aparatur

Terlaksananya peningkatan fisik dan mental aparatur

bln 12

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 24

NO

PROGRAM/ KEGIATAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN SATUAN

RENCANA CAPAIAN TARGET

II PROGRAM PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA APARATUR

Meningkatnya pelayanan sarana dan prasarana aparatur

20%

15 Pengadaan Peralatan Dan Perlengkapan Kantor

Tersedianya Peralatan Dan Perlengkapan Kantor

bln 12

16 Pengadaan Meubeleur Tersedianya sarana operasional unit ; set 46 ; 15 17 Pengadaan Komputer dan

jaringan Komputerisasi Terlaksananya pengadaan komputer, printer dan jaringan

unit 29

18 Pengadaan Alat Studio, Alat Komunikasi dan Alat Informasi

Tersedianya peralatan studio, alat komunikasi dan informasi

unit ; set 3;8

19 Pemeliharaan Rutin/Berkala Alat Studio, Alat Komunikasi dan Alat Informasi

Terlaksananya pemeliharaan Alat Studio, Alat Komunikasi dan Alat Informasi

unit 64

20 Pemeliharaan Rutin/Berkala Gedung Kantor

Terlaksananya pemeliharaan gedung dinas kesehatan dan UPT

keg 33

21 Pemeliharaan Rutin/Berkala Kendaraan Operasional/Dinas

Terlaksananya pemeliharaan kendaraan operasional/Dinas

unit 18

22 Pemeliharaan Rutin/Berkala Peralatan dan Perlengkapan kantor

Terlaksananya pemeliharaan peralatan dan perlengkapan kantor

unit 204

23 Pemeliharaan Rutin/Berkala Meubiler

Terlakasananya pemeliharaan mobiler

unit 261

24 Pemeliharaan Rutin/Berkala Komputer dan Jaringan Komputerisasi

Terpeliharanya komputer dan jaringan komputer

unit 134

25 Pengelolaan, Pengawasan dan Pengendalian Asset OPD

Terlakasananya pembayaran honor pengelola barang

org 21 org

III PROGRAM PENINGKATAN

DISIPLIN APARATUR Meningkatnya disiplin dan etos kerja aparatur

20%

26 Pengadaan pakaian dinas beserta perlengkapannya

Tersedianya pakaian dinas aparatur

set ; helai

435 ; 20

IV PROGRAM PENINGKATAN

KAPASITAS SUMBERDAYA APARATUR

Meningkatnya wawasan dan kemampuan/ kapasitas sumber daya aparatur

20%

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 25

NO

PROGRAM/ KEGIATAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN SATUAN

RENCANA CAPAIAN TARGET

27 Bimbingan Teknis Implementasi peraturan Perundang-undangan

Terlaksananya Bintek peraturan perUU dalam/luar Provinsi

org 12

V PROGRAM PENINGKATAN

PENGEMBANGAN SISTEM PELAPORANAN CAPAIAN KINERJA KEUANGAN

Meningkatnya tertib administrasi keuangan

20%

28 Penyusunan Lap. Capaian Kinerja dan Ikhtisar Realisasi Kinerja OPD

Terlaksananya penyusunan laporan kinerja OPD bulanan dan tahunan

Lap 3

29 Penatausahaan Keuangan OPD

Terlaksananya penatausahaan keuangan dan 12 buah laporan bulanan dan 1 buah laporan tahunan keuangan OPD

bln 12

VI PROGRAM PERENCANAAN,

PENGELOLAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN KEGIATAN DAN ASSET

Terlaksananya pengelolaan . Pengawasan, dan pengendalian aset OPD

bln 12

30 Penyusunan Perencanaan Dan Penganggaran OPD

Terlaksananya pengelolaan . Pengawasan, dan pengendalian aset OPD

Bln 12

31 Pengelolaan, Pengawasan dan Pengandalian Aset OPD

Terlaksananya Pengelolaan, Pengawasan dan Pengandalian Aset OPD

org 21

VII PROGRAM OBAT DAN

PEMBEKALAN KESEHATAN Meningkatnya Ketersediaan Obat esensial generik di sarana pelayanan kesehatan

20%

32 Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan (Buffer Stok)

Terlaksananya Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan (Buffer Stok) Dinas Kesehatan Provinsi

bln 18

33 Pengadaan Bahan Kimia dan Peralatan Labor Kesehatan

Tersedianya reagensia untuk pemeriksaan sampel laboratorium

keg 2

34 Pengadaan obat-obatan , bahan habis pakai BKIM.

Tersedianya obat-obatan dan peralatan dokter pakai habis

keg 2

35 Pengadaan obat-obatan dan perbekalan kesehatan BP4.

Tersedianya obat-obatan dan perbekalan kesehatan di BP4

keg 5

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 26

NO

PROGRAM/ KEGIATAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN SATUAN

RENCANA CAPAIAN TARGET

36 Workshop Program Obat dan Perbekalan Kesehatan

Terevaluasinya Kegiatan Obat dan Perbekalan Kesehatan di Kab/Kota dan Rumah Sakit

org 76

37 Pengelolaan Obat Buffer Stok Provinsi

Terlaksananya Pengelolaan Obat Buffer Stok Provinsi

bln 12

VIII

PROGRAM UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT

Meningkatnya Pelayanan Kesehatan yang Berkualitas melalui Koordinasi Pelayanan Kesehatan Ibu & Anak, Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan serta Pelayanan Kesehatan Lainnya

20%

38 Penilaian Puskesmas Berprestasi Dan Tenaga Kesehatan Teladan

Terlaksananya Penilaian Puskesmas Berprestasi dan tenaga kesehatan teladan

Pusk ; Nakes Teladan

3 Pusk, 12 Tenaga Teladan

39 Workshop Program Kesmas Dan Rujukan

Terlaksananya Pertemuan koordinasi program Kesmas dan Rujukan

org 191

40 Peningkatan Pelayanan Siaga & Tindak Siaga Medik

Terlaksananya Peningkatan Pelayanan Siaga & Tindak Siaga Medik

bln 12

41 Pemantauan dan Pengamanan Makanan (Food Security)

Terlaksananya Pemantauan dan Pengamanan Makanan (Food Security)

kali 5

42 Monitoring dan Evaluasi Dalam Rangka Peningkatan Laboratorium Kesehatan sebagai Rujukan

Terlaksananya Monitoring dan Evaluasi program kesehatan keluarga

0 19

43 Bhakti Sosial Operasi Katarak di Kab/Kota

Terpantaunya Operasi Katarak di Kab/Kota

kl kunjungan

1

44 Pengambilan Sampel Lapangan Laboratorium

Terlaksananya Pemantauan kualitas laboratorium Puskesmas dan RS se Sumatera Barat

Kab/Kota

19

45 Pelatihan Manajemen Asfiksia Dan BBLR Bagi Perawat/ Bidan Puskesmas.

Terlaksananya Pelatihan Manajemen Asfiksia & BBLR bagi Perawat/Bidan

mata 100

46 Supervisi Terpadu Pencapaian SDGs

Tersedianya pembiayaan jaminan kesehatan Sumbar Sakato (JKSS)

jiwa 646.813

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 27

NO

PROGRAM/ KEGIATAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN SATUAN

RENCANA CAPAIAN TARGET

47 Pertemuan Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan

Terpantaunya kualitas udara dan air di Sumbar

ttk ; pelanggan

110 ; 65

48 Pendampingan Ibu Hamil Resiko Tinggi

Terlaksananya Pelatihan Manajemen Asfiksia & BBLR bagi Perawat/Bidan

org 80

49 Penjaringan dan Pengobatan Kesehatan Indera

Terlaksananya Supervisi Fasilitatif Terpadu Percepatan Pencapaian MDGs

Kab/Kota

19

50 Surveilence Standarisasi Pelayanan Kesehatan Indera

Terlaksananya Akselerasi Cakupan KB Dalam Rangka Pencapaian MDGs

Kab/Kota

19

51 Persiapan UPTD BKIM Menuju BLUD

Terlaksananya Pertemuan Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan

org 40

52 TOT Kelas Ibu Hamil Dan Balita

Terlaksananya Pendampingan Ibu Hamil Resiko Tinggi

org 180

53 Review Program KIA Dan Kunjungan Neonatus Dan Nifas Bagi Bidan

Terlaksananya penjaringan/pengobatan Indera Anak Sekolah & Referal Dokter ke 9 Kab/Kota

Kab/Kota

9

54 Review Peningkatan Kualitas Hidup Anak

Terlaksananya surveilance/monitoring standar pelayanan kesehatan indera di UPTD BKIM

org 40

55 Pelatihan Teknis Petugas Laboratorium Kab Kota Dan RS

Terlaksananya Bimtek Penyusunan Draft Dokumen BLUD BKIM

Dokumen

1

56 Workshop Program Teknologi Kesehatan Penunjang Dan Makmin

Terlaksananya TOT Kelas Ibu Hamil dan Balita

org 40

57 Penilaian Dan Pembinaan Rumah Sakit Sayang Ibu, Tenaga Medis Sub Spesialis Teladan

Terlaksananya Review Program KIA dan Kunjungan Neonatus dan Nifas bagi Bidan

org 131

58 Pertemuan Otopsi Verbal Dan Audit Maternal Perinatal & Medik KB

Terlaksananya Review Peningkatan Kualitas Hidup Anak

org 114

59 Workshop Pemantauan Dan Pengendalian Infeksi Dan Pasien Safety

terlaksananya Pelatihan Teknis Laboratorium bagi Petugas Laboratorium

org 59

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 28

NO

PROGRAM/ KEGIATAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN SATUAN

RENCANA CAPAIAN TARGET

60 Analisis Akselerasi Pembinaan Dan Pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah

Terlaksananya Pembinaan dan Pengelolaan Teknologi Kesehatan Pennjang dan Makan di RS/Kab/Kota

org 59

61 Review Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Remaja Esential Terpadu

Terlaksananya Lomab Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi, Tenaga Medis Sub Spesialis Teladan

RSSIB 3

62 Pengelolaan Badan Pengawas Rumah Sakit

Terlaksananya Pertemuan Otopsi Verbal dan Audit Maternal Perinatal & Medik KB

org 152

63 Pengadaan Logistik Pasien dan Petugas UPTD

Terlaksananya Pengadaan Logistik Pasien dan Petugas UPTD

UPTD 4

64 Pelayanan Medik Tim P3K Terlaksananya Pelayanan Medik Tim P3K

kali 25

65 Monitoring dan Evaluasi Program Akreditasi, Registrasi dan Sertifikasi

Monitoring dan Evaluasi Program Akreditasi, Registrasi dan Sertifikasi

Kab/kota 19

66 Evaluasi ISO 17025 dan ISO 15189 Laboratorium oleh KAN

Terlaksananya Evaluasi ISO 17025 dan ISO 15189 Laboratorium oleh KAN

keg 1

67 Bimtek Penyusunan Dokumen Akreditasi Institusi BKOM & Pelkes

Terlaksananya Bimtek Penyusunan Dokumen Akreditasi Institusi BKOM & Pelkes

Kab/kota 19

68 Kesiapsiagaan Bencana dan Pemantauan Daerah Pra dan pasca Bencana

Terlaksananya Kesiapsiagaan Bencana dan Pemantauan Daerah Pra dan pasca Bencana

Kab/kota 19

69 Workshop Pra & Pasca Bencana 19 Kab/Kota dan RS

Terlaksananya Workshop Pra & Pasca Bencana 19 Kab/Kota dan RS

Kab/kota 19

70 Workshop Program Akreditasi dan Perizinan

Terlaksananya Workshop Program Akreditasi dan Perizinan

org 40

71 Surveilance oleh Tim ISO Terlaksananya Surveilance oleh Tim ISO

keg 1

72 Pertemuan Koordinasi Pelayanan Darah

Terlaksananya Pertemuan Koordinasi Pelayanan Darah

org 50

73 TOT Diklat Olah Raga Terlaksananya TOT Diklat Olah Raga

org 50

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 29

NO

PROGRAM/ KEGIATAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN SATUAN

RENCANA CAPAIAN TARGET

74 Pemeriksaan Kebugaran Anak Sekolah dan PNS

Terlaksananya Pemeriksaan Kebugaran Anak Sekolah dan PNS

org 250

75 Workshop persiapan Akreditasi Paru

Terlaksananya Workshop persiapan Akreditasi Paru

keg 1

76 Workshop Service Excellent dan Komunikasi Efektif

Terlaksananya Workshop Service Excellent dan Komunikasi Efektif

org 71

77 Workshop Pelayanan Kesehatan Tradisional

Terlaksananya Workshop Pelayanan Kesehatan Tradisional

org 38

78 Penilaian Indeks Kepuasan Dinkes dan UPTD

Terlaksananya Penilaian Indeks Kepuasan Dinkes dan UPTD

Nilai 70

IX PROGRAM PROMOSI

KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (19)

Meningkatnya perencanaan dan penganggaran pembangunan kesehatan melalui pembinaan, monitoring penyediaan sarana promosi, pertemuan, pelatihan dan gerakan generasi muda dalam pembangunan kesehatan

20%

79 Pengembangan media promosi & Komunikasi, Informasi dan Edukasi.

Terlaksananya Pengembangan media promosi & Komunikasi, Informasi dan Edukasi.

media cetak & elektronik

14

80 Workshop Jambore Kader PKK KB/Kes

Terlaksananya Workshop Jambore PKK KB/kes

org 25

81 Kampanye Kesehatan Tingkat Provinsi dalam rangka pencapaian MDGs

Terlaksananya Kampanye Kesehatan Tingkat Provinsi

kl 1

82 Kampanye Dalam Rangka Bulan Promosi Kesehatan

Terlaksananya Kampanye Dalam Rangka Bulan Promosi Kesehatan

kl 2

83 Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS)

Terlaksananya Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS)

keg 4

84 Pertemuan Pengembangan Program Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS)

Terlaksananya Pertemuan Pengembangan Program Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS)

org 59

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 30

NO

PROGRAM/ KEGIATAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN SATUAN

RENCANA CAPAIAN TARGET

X PERBAIKAN GIZI

MASYARAKAT Meningkatnya status gizi masyarakat yang diukur dengan prevalensi gizi seimbang Balita dan meningkatnya proporsi keluarga yang mengkonsumsi gizi seimbang

20%

85 Workshop Program Gizi terintegrasi

Terlaksananya Evaluasi Program Gizi terintegrasi

org 90

86 Supervisi manajemen pemberian makanan bayi dan anak

Terlaksananya Supervisi manajemen pemberian makanan bayi dan anak

org 60

87 Peningkatan Kapasitas Petugas dalam pencegahan & penanggulangan kegemukan & obesitas pada anak sekolah

Terlaksananya Peningkatan Kapasitas Petugas dalam pencegahan & penanggulangan kegemukan & obesitas pada anak sekolah

org 60

88 Workshop Tata Laksana Gizi Buruk di Puskesmas Rawatan

Terlaksananya Pemantauan Pelaksanaan Therapeutic Food Center (TFC)

TFC 4

89 Pendidikan dan Pemulihan Gizi Berbasis Masyarakat (Positive Deviance)

Terlaksananya Pendidikan dan Pemulihan Gizi Berbasis Masyarakat (Positive Deviance)

org 40

90 Supervisi Status Gizi dan Intelegensia Lansia

Terlaksananya Supervisi Status Gizi dan Intelegensia Lansia

org 120

91 Workshop Pokja PMT-AS di sektor Kesehatan

Terlaksananya Workshop Pokja PMT-AS di sektor Kesehatan

org 60

92 Workshop Kemitraan Gizi dengan PKK

Terlaksananya PWorkshop Kemitraan Gizi dengan PKK

org 60

93 Pelatihan Konseling ASI dalam rangka mendukung Gerakan Pensejahteraan Ekonomi Masyarakat Pesisir (GEPEMP)

Terlaksananya Pelatihan Konseling ASI dalam rangka mendukung Gerakan Pensejahteraan Ekonomi Masyarakat Pesisir (GEPEMP)

org 80

94 Lomba Balita Sehat Terlaksananya Lomba Balita Sehat

org 38

95 Sosialisasi Proses Asuhan Gizi Terstandar dan Review Pelaksanaan Gizi Saat Bencana

Terlaksananya Sosialisasi Proses Asuhan Gizi Terstandar dan Review Pelaksanaan Gizi Saat Bencana

org 45

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 31

NO

PROGRAM/ KEGIATAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN SATUAN

RENCANA CAPAIAN TARGET

XI PROGRAM PENGEMBANGAN LINGKUNGAN SEHAT

Meningkatnya kualitas kesehatan lingkungan masyarakat

20%

96 Supervisi Pengawasan dan Pemantauan Hygiene Sanitasi Lingkungan

Diperolehnya Informasi permasahan dan solusi dalam pengawasan dan poemantaun Higiene dan sanitasi lingkungan

org 180

97 Verifikasi Kabupaten Kota Sehat

Terlaksananya verifikasi Kab/Kota sehat

Kab/kota 19

98 Workshop Sanitasi Rumah Sakit

Meningkatnya kemampuan petugas dalam pengelolaan sanitasi Rumah Sakit

org 72

99 Pemantauan Percepatan Sanitasi Permukiman dan Penilaian Lingkungan Bersih dan Sehat

Terpantaunya kegiatan penyehatan lingkungan dalam Dokumen PPSP (Buku Putih, SSK, MPSS) dan terlaksananya penilaian Lingkungan Bersih dan Sehat

org 38

100 Workshop Pamsimas dan Penyehatan Lingkungan lainnya

Terevaluasinya Program Pamsimas , Terevaluasinya Program Penyehatan Lingkungan Lainnya

org 166

101 Pengelolaan Pemantauan lingkungan UPTD

Terlaksananya pemantauan & monitoring BKIM

kl; keg ; kg

29 ; 2 ; 12

XII PROGRAM PENCEGAHAN

DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT (MENULAR/TIDAK MENULAR

Menurunya kesakitan dan kematian akibat penyakit menular dan tidak menular melalui pembinaan, monitroing dan peningkatan SDM Kesehatan di Porvinsi dan Kab/Kota

20%

102 Workshop Surveilance dan Kejadian Luar Biasa

Terlaksananya Workshop Surveilance dan Kejadian Luar Biasa

org 57

103 Penanggulangan HIV/AIDS Terlaksananya Penanggulangan HIV/AIDS

Kab/Kota

19

104 Penanggulangan & Pemberantasan Demam Berdarah Dengue (DBD)

Terlaksananya Penanggulangan & Pemberantasan Demam Berdarah Dengue (DBD)

fokus 12

105 Penanggulangan Flu Burung Terlaksananya Penanggulangan Flu Burung

Kab/Kota

19

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 32

NO

PROGRAM/ KEGIATAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN SATUAN

RENCANA CAPAIAN TARGET

106 Pelatihan Konselor HIV/AIDS

Terlaksananya Peltihan Konselor HIV/AIDS

org 40

107 Workshop Program Tuberculosis (TB)

Terlaksananya Pertemuan Monitoring dan Evaluasi Tuberculosis (TB)

org 76

108 Pelatihan Layanan HIV-AIDS Komprehensif Berkesinambungan

Terlaksananya Pelatihan Layanan HIV-AIDS Komprehensif Berkesinambungan

org 180

109 Pelayanan Kesehatan Jemaah Haji

Terlaksananya Pelayanan Kesehatan Jemaah Haji

2 kl 2

110 Pelatihan Teknis Program P2ML

Terlaksananya Pelatihan Teknis Program P2ML

org 80

111 Pelatihan Teknis Program Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang

Terlaksananya Pelatihan Teknis Program Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang

org 80

112 Workshop Imunisasi dan Penemuan Faktor Resiko Penyakit Tidak Menular (PTM)

Terlaksananya Workshop Imunisasi dan Penemuan Faktor Resiko Penyakit Tidak Menular (PTM)

org 114

113 Penanggulangan Filariasis Limfatik (kaki Gajah) dan Pemberantasan Penyakit Kecacingan

Terlaksananya Penanggulangan Filariasis Limfatik (kaki Gajah) dan Pemberantasan Penyakit Kecacingan

Kab/Kota

4

114 Sosialisasi Program Imunisasi dan Penemuan Kasus TB dengan Lintas Sektor & Lintas Program Terkait

Terlaksananya Sosialisasi Program Imunisasi dan Penemuan Kasus TB dengan Lintas Sektor & Lintas Program Terkait

org 240

115 Workshop TB MultiDrugs Resistance (MDR)

Terlaksananya Workshop TB MultiDrugs Resistance (MDR)

org 80

XIII

PROGRAM PENGADAAN, PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA RUMAH SAKIT / RUMAH SAKIT JIWA / RS. PARU / RS.MATA

Terpenuhinya sarana dan prasarana di Dinas Kesehatan Provinsi dan UPTD

20%

116 Studi Kelayakan UPTD BKIM.

Terlaksananya studi kelayakan UPTD BKIM.

keg 1

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 33

NO

PROGRAM/ KEGIATAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN SATUAN

RENCANA CAPAIAN TARGET

117 Pengadaan Sarana Perawatan Bagi Penderita Akibat Dampak Asap Rokok (DBHCHT)

Terlaksananya Pengadaan Sarana Perawatan Bagi Penderita Akibat Dampak Asap Rokok (DBHCHT)

unit 56

118 Pengadaan sarana prasarana RS Paru

Terlaksananya Pengadaan sarana prasarana RS Paru

unit 13

119 Pembangunan Lanjutan RS Khusus Paru

Terlaksananya Pembangunan Lanjutan IGD RS Khusus Paru

keg 1

XIV

PROGRAM PEMELIHARAAN SARANA DAN PRASARANA RUMAH SAKIT/RUMAH SAKIT JIWA/RS. PARU/RS.MATA

Meningkatnya sarana dan prasarna di dinas kesehatan /UPTD /RS melalui pemeliharaan sarana dan prasarana

20%

120 Pemeliharaan alat labor & alat kesehatan di UPTD Dinkes Provinsi.

Terpeliharanya alat labor dan kedokteran BP4, Labkes, BKMM

keg 6

XV PROGRAM SUMBER DAYA

KESEHATAN Meningkatnya mutu pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan, pemerataan dan pendayagunaan tenaga kesehatan di Kab/Kota dan RS serta Provinsi

20%

121 Penempatan dan penarikan dr/drg dan bidan PTT.

Terlaksananya Penempatan dan penarikan dr/drg dan bidan PTT.

org 25

122 Workshop Pembekalan dan Pendampingan Dokter Internsip

Terlaksanaya pembekalan dokter Internsip, terlaksannaya Pendampingan Internsip dokter

org 300

123 Workshop Peningkatan Kapasitas SDM Siaga Bencana

Terlaksananya Peningkatan Kapasitas SDM Siaga Bencana

org 88

124 Workshop Validasi Data SDM Kesehatan

Terevaluasi SDM Kesehatan org 114

125 MagangTenaga Laboratorium Kesehatan

Terlaksanya MagangTenaga Laboratorium Kesehatan

org 5

126 Magang Tenaga BKOM & Pelkes

Terlaksananya Magang Tenaga BKOM & Pelkes

org 3

127 Pelatihan KLB Keamanan Pangan

Terlaksananya Pelatihan KLB Keamanan Pangan

org 42

128 Peningkatan Sumberdaya BKIM

Terlaksananya Peningkatan Sumberdaya BKIM

org 20

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 34

NO

PROGRAM/ KEGIATAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN SATUAN

RENCANA CAPAIAN TARGET

XVI

PROGRAM KEBIJAKAN DAN MANAJEMEN PEMBANGUNAN KESEHATAN

Meningkatnya penrencanaan dan penganggaran pembangunan kesehatan melalui pembangunan kesehatan di Provinsi dan Kab/Kota

20%

129 Pertemuan Koordinasi Bidang Kesehatan Provinsi Sumatera Barat

Terlaksananya Pertemuan Koordinasi Bidang Kesehatan Provinsi Sumatera Barat

org 146

130 Sosialisasi Hukum Kesehatan dan Produk Hukum Lainnya

Terlaksananya Sosialisasi Hukum Kesehatan dan Produk Hukum Lainnya

org 48

131 Monitoring dan Evaluasi Perencanaan dan Hukum Kesehatan

Terlaksananya Monitoring dan Evaluasi Perencanaan dan Hukum Kesehatan

Kab/Kota

19

132 Workshop Asistensi Data Elektronik Dan Jaringan

Terlaksananya Asistensi Data Elektronik Dan Jaringan

org 46

133 Wokshop Analisis dan Verifikasi Data Kesehatan Berbasis Elektronik

Terlaksananya Pertemuan Analisis dan Verifikasi Data Kesehatan Berbasis Elektronik

org 92

134 Workshop verifikasi Data Pelayanan Kesehatan

Terlaksananya Workshop verifikasi Data Pelayaan Kesehatan

org 136

XVII

PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN PENDUDUK MISKIN

Meningkatnya Kepesertaan Program JKN/KIS

% 70

135 Pembiayaan dan Jaminan Pelayanan Kesehatan Sumbar Sakato(JKSS)

Pembiayaan dan Jaminan Pelayanan Kesehatan Sumbar Sakato(JKSS)

org 615.923

136 Workshop Program Jaminan Kesehatan Daerah

Terlaksananya Workshop Program Jaminan Kesehatan Daerah

org 55

137 Workshop Kemitraan Jaminan Kesehatan Mandiri

Terlaksananya Kemitraan Jaminan Kesehatan Mandiri

org 62

Sumber : Rencana Kerja (Renja) dan Penetapan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2017

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 35

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

Metode Pengukuran Pencapaian Kinerja Pengukuran Kinerja merupakan hasil dari suatu penilaian yang sistematik dan didasarkan pada kelompok indikator kinerja kegiatan yang berupa indikator- indikator masukan, keluaran, hasil, manfaat, dan dampak. Penilaian tersebut tidak terlepas dari proses yang merupakan kegiatan mengolah masukan menjadi keluaran atau penilaian dalam proses penyusunan kebijakan/program/kegiatan yang dianggap penting dan berpengaruh terhadap pencapaian sasaran dan tujuan. Pengukuran kinerja digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan dan kegagalan dalam pelaksanaan kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi. Pengukuran tingkat capaian kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2017 dilakukan dengan cara membandingkan antara target kinerja yang telah ditetapkan di awal tahun anggaran yang mengacu pada Rencana Strategis (Renstra) Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat tahun 2016 – 2021 dengan realisasi dari masing-masing indikator kinerja sasaran tersebut. . Untuk analisis atau penjelasan keberhasilan dan kegagalan pencapaian sasaran strategis, jika angka: a. Persentase pencapaian target kinerja dari masing-masing indikator

(Realisasi/Target x 100%) untuk capaian lebih besar menunjukan kinerja yang lebih baik dan/atau

b. [(2 x target – Realisasi) : Target x 100] untuk capaian lebih kecil menunjukan kinerja yang lebih baik.

Kerangka Pengukuran Kinerja Pengukuran kinerja dilakukan dengan menggunakan indikator kinerja kegiatan yang dilakukan dengan memanfaatkan data kinerja yang diperoleh melalui data internal yang ditetapkan oleh instansi, yaitu berasal dari Dinas Kesehatan maupun data eksternal yang berasal dari luar instansi. Pengumpulan data kinerja dilakukan untuk memperoleh data yang akurat, lengkap, tepat waktu, dan konsisten, yang berguna dalam pengambilan keputusan dan penyusunan rencana kegiatan untuk tahun berikutnya. Pengumpulan data kinerja untuk indikator kinerja kegiatan yang terdiri dari indikator-indikator masukan, keluaran, dan hasil, dilakukan secara terencana dan sistematis setiap tahun untuk mengukur kehematan, efektivitas, efisiensi, dan kualitas pencapaian sasaran. Sedangkan pengumpulan data kinerja untuk indikator manfaat dan dampak dapat diukur pada akhir periode selesainya suatu program atau dalam rangka mengukur pencapaian tujuan-tujuan instansi pemerintah, dalam hal ini

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 36

adalah Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat. Pengukuran kinerja mencakup kinerja kegiatan yang merupakan tingkat pencapaian target (rencana tingkat capaian) dari masing-masing kelompok indikator kinerja kegiatan dan tingkat pencapaian sasaran instansi pemerintah yang merupakan tingkat pencapaian target (rencana tingkat capaian) dan masing-masing indikator sasaran yang telah ditetapkan dalam dokumen rencana kerja. Pengukuran tingkat pencapaian sasaran didasarkan pada data hasil pengukuran kinerja kegiatan. Sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 tahun 2010, tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja Dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, maka pengukuran kinerja dilakukan terhadap pencapaian sasaran strategis yang ada, yang disampaikan dalam Formulir Pengukuran Kinerja (PK). Evaluasi Kinerja Berdasarkan hasil-hasil perhitungan pengukuran kinerja kegiatan, dilakukan evaluasi terhadap pencapaian setiap indikator kinerja kegiatan untuk memberikan penjelasan lebih lanjut tentang hal-hal yang mendukung keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan suatu kegiatan. Evaluasi bertujuan agar diketahui pencapaian realisasi, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam rangka pencapaian misi, agar dapat dinilai dan dipelajari guna perbaikan pelaksanaan program/kegiatan dimasa yang akan datang. Evaluasi kinerja dilakukan terhadap analisis efisiensi dengan cara membandingkan antara output dengan input baik untuk rencana maupun realisasinya. Evaluasi dilakukan pula pengukuran/penentuan tingkat efektivitas yang menggambarkan tingkat kesesuaian antara tujuan dengan hasil, manfaat, atau dampak. Evaluasi juga dilakukan terhadap setiap perbedaan kinerja yang terjadi, baik terhadap penyebab terjadinya kendala maupun strategi pemecahan masalah yang telah dan akan dilaksanakan. Dalam melakukan evaluasi kinerja, perlu juga digunakan pembandingan- pembandingan antara lain: a. Kinerja nyata dengan target kinerja yang direncanakan. b. Kinerja nyata dengan hasil kinerja tahun-tahun sebelumnya. c. Kinerja suatu instansi dengan kinerja instansi lain yang unggul di

bidangnya ataupun dengan kinerja sektor swasta. d. Kinerja nyata dengan kinerja di negara-negara lain atau dengan standar

internasional. Analisis Akuntabilitas Kinerja Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) harus menyajikan data dan informasi yang relevan bagi pembuat keputusan agar

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 37

dapat menginterpretasikan keberhasilan dan kegagalan secara lebih luas dan mendalam. Analisis akuntabilitas kinerja meliputi uraian keterkaitan pencapaian kinerja kegiatan dengan program dan kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi yang ditetapkan dalam rencana strategis. Dalam analisis ini dijelaskan pula perkembangan kondisi pencapaian sasaran dan tujuan secara efisien dan efektif, sesuai dengan kebijakan, program, dan kegiatan yang telah ditetapkan. Analisis dilakukan dengan menggunakan informasi/data yang diperoleh secara lengkap dan akurat, dan bila memungkinkan dilakukan pula evaluasi kebijakan untuk mengetahui ketepatan dan efektivitas baik untuk kebijakan itu sendiri maupun sistem dan proses pelaksanaannya. Dalam bab ini akan diuraikan Akuntabilitas Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat pada Tahun 2017 untuk mengukur pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan di dalam Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat 2016 - 2021 dan dituangkan lebih lanjut pada Rencana Kerja Tahunan 2017 dan Penetapan Kinerja 2017. Selain itu dibahas akuntabilitas keuangan dari seluruh anggaran yang diterima Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat baik yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dalam rangka pencapaian kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat. Pada tahun anggaran 2017 Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat mendapat alokasi anggaran pembangunan kesehatan sebesar Rp.145.633.604.409,- terdiri dari Belanja Tidak Langsung sebesar Rp. 33.099.116.838,- dan Belanja Langsung sebesar Rp. 112.534.487.571,- dengan 16 program dan 137 kegiatan. Untuk dana Dekonsentrasi dari APBN tersedia dana sebesar Rp. 26.495.337.000,- dengan 6 (enam) program dan 30 kegiatan. Kedua anggaran tersebut digunakan untuk mencapai 5 (lima) sasaran strategis Dinas Kesehatan yang tercantum dalam Rencana Strategis (renstra) Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016-2021 yaitu: Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Indikator Kinerja Utama dalam RPJMD yang menjadi target pembangunan Bidang Kesehatan adalah Indikator Angka Umur Harapan Hidup (UHH). Gambaran tentang perkembangan pencapaian Indikator UHH masing-masing kab/kota dari tahun 2010-2016 dapat dilihat pada tabel 2.7.

Tabel Umur Harapan Hidup (UHH) Menurut Kabupaten/Kota

di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010 – 2016 (Metoda Baru)

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 38

Kabupaten/Kota Angka Harapan Hidup ( Tahun ) 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

1 Kabupaten Kep. Mentawai

63,49 63,51 63,53 63,53 63,55 64,05 64.36

2 Kabupaten Pesisir Selatan

69,23 69,30 69,36 69,43 69,46 69,96 70.11

3 Kabupaten Solok 66,60 66,70 66,80 66,9 66,95 67,35 67.5 4 Kabupaten Sijunjung 64,68 64,70 64,72 64,72 64,72 65,22 65.33 5 Kabupaten Tanah

Datar 67,88 68,02 68,15 68,28 68,35 68,75 68.93

6 Kabupaten Pdg Pariaman

66,85 66,96 67,07 67,18 67,24 67,64 67.8

7 Kabupaten Agam 70,62 70,67 70,73 70,78 70,80 71,30 71.44 8 Kabupaten Lima

Puluhkota 69,02 69,08 69,13 69,19 69,22 69,23 69.27

9 Kabupaten Pasaman 65,55 65,61 65,67 65,73 65,76 66,26 66.4 10 Kabupaten Solok

Selatan 65,93 65,97 65,99 66,02 66,04 66,64 66.78

11 Kabupaten Dharmasraya

69,45 69,54 69,63 69,72 69,76 70,16 70.3

12 Kabupaten Pasaman Barat

66,73 66,79 66,85 66,90 66,93 67,03 67.09

13 Kota Padang 73,17 73,17 73,18 73,18 73,18 73,19 73.19 14 Kota Solok 72,29 72,30 72,32 72,33 72,34 72,74 72.83 15 Kota Sawahlunto 68,97 69,04 69,08 69,14 69,17 69,27 69.33 16 Kota Pdg Panjang 72,42 72,43 72,44 72,44 72,44 72,45 72.45 17 Kota Bukitinggi 73,11 73,12 73,12 73,12 73,12 73,52 73.6 18 Kota Payakumbuh 72,43 72,43 72,43 72,43 72,43 72,93 73.03 19 Kota Pariaman 69,38 69,41 69,45 69,48 69,49 69,59 69.63 SUMATERA BARAT 67,59 67,79 68,00 68,21 68,32 68,66 68,73

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Barat

Grafik Capaian Umur Harapan Hidup (UHH) Provinsi Sumatera Barat

Tahun 2010-2016 (Metoda Baru)

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 39

Trend pencapaian umur harapan hidup di Provinsi Sumatera Barat terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, karena adanya perubahan metode penghitungannya sejak tahun 2015 maka terlihat bahwa pencapaiannya jauh dari target yang ditetapkan tetapi pada tahun 2016 setelah dilakukan penyesuaian terhadap target pada RPJMD tahun 2016-2021 maka dari target 68,79 tahun maka pencapaiannya adalah 68,73 tahun (99,9%). Pada Tahun 2017, Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat menetapkan 10 IKU dari 5 (lima) sasaran strategis yang merupakan ukuran keberhasilan atau menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran strategis yang ditetapkan. Pencapaian menyeluruh terhadap 10 IKU tersebut dapat ditabulasikan sebagai berikut:

TABEL.

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TARGET DAN REALISASI CAPAIAN TAHUN 2017

NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET

KINERJA REALI- SASI

% CAPAIAN KET

1 2 3 5 6 7 8

I Meningkatnya Mutu Pelayanan Kesehatan

1. Jumlah Puskesmas Yang Terakreditasi

56,00 103,00 183,93

2. Jumlah Rumah Sakit 3,00 12,00 400,00

69,50

71,1271,48

71,84

71,1271,48

68,79

67,59 67,7968,00 68,21

68,3268,66 68,73

65,00

66,00

67,00

68,00

69,00

70,00

71,00

72,00

73,00

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Target

Realisasi

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 40

Yang Terakreditasi

II Meningkatnya Kesehatan Masyarakat

1. Prevalensi Stunting (Pendek & Sangat pendek) pada Baduta (bawah dua tahun)

30,50 18,60 163,98

2. Persentase ibu bersalin mendapatkan pelayanan persalinan sesuai standar di faskes (PF)

79,00 80,37 101,73

3.Persentase kunjungan neonatal pertama (KN1) sesuai standar

81,00 85,85 105,99

III Meningkatnya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Jumlah Kabupaten/ Kota Yang Mencapai 80 % Imunisasi Dasar Lengkap Pada Anak Usia 0 - 11 Bln

9,00 11,00 122,22

IV Meningkatnya

Kepesertaan Jaminan Kesehatan

Persentase Masyarakat Yang Memiliki Jaminan Kesehatan

70,00 70,59 100,56

V Meningkatnya

Tata Kelola Organisasi

1. Persentase Capaian Realisasi Fisik Pelaksanaan Program/ Kegiatan

100,00 98,47 98,47

2. Persentase Capaian Realisasi Keuangan Pelaksanaan Program/ Kegiatan

95,00 90,65 95,42

3. Hasil Penilaian Evaluasi Akuntabilitas Kinerja

B Belum dinilai

Sumber data : Laporan Kabupaten/Kota Tahun 2017 Dari uraian tabel Indikator Kinerja Utama (IKU) tahun 2017 tergambarkan bahwa dari 10 indikator kinerja Utama tersebut. secara umum 7 (tujuh) indikator berhasil dicapai sesuai dengan target yang telah ditetapkan, dengan pencapaiannya ada yang melebihi 100 %. Sedangkan 2 (dua) indikator belum tercapai sesuai target yaitu Jumlah Tenaga kesehatan yang mendapat sertifikat pelatihan terakreditasi Persentase Capaian Realisasi Fisik Pelaksanaan Program/ Kegiatan (98,47 %), Persentase Capaian Realisasi Keuangan Pelaksanaan Program/ Kegiatan (90,67 %) Hasil Penilaian Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Tahun 2017 belum ada karena belum dilakukan penilaian, sedangkan hasil penilaian target

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 41

tahun 2016 dari target C didapatkan hasil penilaian C. Analisis Capaian Kinerja Analisis Capaian kinerja dilakukan dengan menggunakan formulir pengukuran kinerja sesuai Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Review atas Laporan Kinerja Pemerintah. Adapun seluruh capaian tujuan yang diuraikan dalam capaian sasaran dapat dilihat sebagai berikut: Tujuan 1. Meningkatkan Mutu Dan Ketersediaan SDM

Kesehatan Sesuai Standar Yang Didukung Ketersediaan Sarana Dan Prasarana Kesehatan Serta Mutu Pelayanan Yang Sesuai Standar Pelayanan

Sasaran Strategis 1. Meningkatnya Mutu Pelayanan Kesehatan

Pencapaian indikator dari sasaran strategis ini terlihat pada tabel dibawah ini:

TABEL : CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA JUMLAH PUSKESMAS YANG TERAKREDITASI DAN

JUMLAH RUMAH SAKIT YANG TERAKREDITASI TAHUN 2017

NO SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA

TARGET KINERJA REALISASI %

CAPAIAN KET

I Meningkatnya Mutu Pelayanan Kesehatan

1. Jumlah Puskesmas Yang Terakreditasi

56 103 184

2. Jumlah Rumah Sakit Yang Terakreditasi

3 12 400

Gambaran pencapaian kinerja dari indikator kinerja utama diatas dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

TABEL CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 42

JUMLAH PUSKESMAS YANG TERAKREDITASI TAHUN 2016-2017

Indikator Kinerja Utama

2016 2017 Target Realisasi Capaian Target Realisasi Capaian

Jumlah Puskesmas yang terakreditasi

23 30 130,43 56 103 183,9

Tabel diatas memperlihatkan hasil realisasi Jumlah Puskesmas yang terakreditasi tahun 2017 adalah 183,9 %, hal ini mengalami peningkatan dari hasil realisasi tahun 2016 sebesar 130,43 %. Hal ini sangat dimungkinkan karena ada komitmen bagi Puskesmas sebagai Pemberi Pelayanan Kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, dimana persyaratan akreditasi puskesmas sampai tahun 2019akan menjadi salah satu syarat credensialing dari BPJS Kesehatan untuk bekerja sama dengan Puskesmas Permasalahan yang dihadapi : Secara garis besar tidak terdapat permasalahan, hal ini dibuktikan dengan capaian tahun 2016 dan 2017 yang melebihi 100 %. Akan tetapi masih terdapat 136 Puskesmas yang belum terakreditasi dari total 269 Puskesmas. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal diantaranya kurangnya tim pendamping akreditasi puskesmas di kabupaten terutama untuk kabupaten yang memiliki puskesmas banyak dan terpencar, pimpinan atau tim pendamping yang pindah tugas ke tempat lain Upaya yang harus dilakukan : Mengadakan pelatihan tim pendamping akreditasi puskesmas 2018, mengadvokasi kepala daerah untuk tetap berkomitmen mempersiapkan akreditasi puskesmas melalui penyediaan sarana, prasarana dan tenaga sesuai Permenkes 75 tahun 2014.

TABEL 3.1 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA JUMLAH RUMAH SAKIT YANG TERAKREDITASI TAHUN 2017

Indikator Kinerja

Utama

2016 2017 Target Realisasi Capaian Target Realisasi Capaian

Jumlah Rumah Sakit yang terakreditasi

2 2 100 3 12 400

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 43

Tabel diatas memperlihatkan hasil realisasi Jumlah Rumah Sakit yang terakreditasi tahun 2017 adalah 300 %, hal ini mengalami peningkatan dari hasil realisasi tahun 2016 sebesar 200 %. Hal ini sangat dimungkinkan karena adanya komitmen RS di Kabupaten/Kota dalam pelaksanaan program akreditasi Rumah Sakit karena dipersyaratkan untuk dapat bekerjasama dengan BPJS Kesehatan dalam memberikan Pelayanan Kesehatan tingkat lanjut sesuai level pelayanannya. Adanya ketentuan ini memacu RS Kab/Kota untuk dapat mewujudkan persyaratan akreditasi sarana pelayanannya karena pelayanan dari peserta BPJS kesehatan merupakan penghasilan yang utama bagi kebanyak RS.

Akreditasi Rumah Sakit dilaksanakan untuk menilai kepatuhan rumah sakit terhadap standar yang merupakan standar pelayanan fokus pada pasien untuk meningkatkan mutu dan keselamatan pasien dengan pendekatan manajemen resiko di Rumah Sakit.

Grafik 5 : Klasifikasi RS di Sumatera Barat yang Terakreditasi dan Belum

terakreditasi Tahun 2017

Permasalahan yang dihadapi : 1. Koordinasi antara pengelola Program Rujukan Dinas Kesehatan

Kab/Kota dan Akreditasi Rumah Sakit Kab/Kota dengan Dinas Kesehatah Provinsi belum berjalan maksimal. Sedangkan untuk memobilisasi potensi kegiatan Akreditasi Rumah Sakit masih banyak kendala.

Series1; Jumlah Rumah Sakit; 73

Series1; Terakreditasi; 42 Series1; Belum

Akreditasi; 31

JUMLAH RUMAH SAKIT TERAKREDITASI TAHUN 2017

Jumlah Rumah Sakit

Terakreditasi

Belum Akreditasi

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 44

2. Jaringan kemitraan dengan berbagai pihak termasuk sektor pemerintah dan swasta belum optimal. Kemitraan yang telah dibangun belum menampakan kepekaan, kepedulian dan rasa memiliki terhadap permasalahan dan upaya dalam penyelenggaraan Akreditasi Rumah Sakit.

3. Pengorganisasian Akreditasi Rumah Sakit di Kab/Kota masih perlu diperhatikan keberadaannya, termasuk dana, sarana, peralatan serta upaya pelaksanaan yang masih rendah.

4. Kebijakan yang terkait dengan Akreditasi Rumah Sakit belum mantap dan inplementasinya dilapangan belum konsisten, sehingga pelaksanaan kegiatan Akreditasi Rumah Sakit belum berjalan maksimal.

Upaya yang harus dilakukan : 1. Perlu komitmen yang kuat antara lintas program sehingga

koordinasi dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan. 2. Perlu mengoptimalkan kemitraan dengan berbagai pihak termasuk

sektor pemerintah dan swasta. Kemitraan yang telah dibangun bisa menampakan kepekaan, kepedulian dan rasa memiliki terhadap permasalahan dan upaya Penyenggaraan Akreditasi Rumah Sakit

3. Adanya perhatian yang serius terhadap Akreditasi Rumah Sakit di Kab/Kota, termasuk dana, sarana, peralatan serta upaya penyelenggaraan Akreditasi sesuai dengan standart yang ada

4. Mengoptimalkan kegiatan Seksi Rujukan Kab/Kota. Memantapkan kebijakan yang terkait dengan upaya pelaksaanaan Akreditasi Rumah Sakit dan inplementasinya dilapangan harus konsisten

5. Menghimbau agar mengusahakan adanya dana perbaikan / pemeliharaan alat dari APBD II.

6. Rujukan Dokter Spesialis sebagian sudah dapat dipenuhi terutama untuk RSUD Kelas D, sehingga pencapaian rata-rata BOR meningkat walaupun masih ada beberapa RS Kabupaten Kota yang pencapaian BOR nya masih berada dibawah nilai yang diharapkan. Untuk itu rumah sakit Kab/Kota tetap menganggarkan dana APBD II untuk melaksanakan Rujukan Dokter Spesialis tertentu ke RSUD yang belum mempunyai Dokter Spesialis, terutama RSUD Mentawai yang belum mempunyai spesialis.

7. Pembinaan dan bimbingan akreditasi Rumah Sakit oleh tim Akreditasi. Untuk RS yang belum dan sudah terakreditasi namun sudah habis masa berlakunya

Tujuan 2. Meningkatkan upaya kesehatan masyarakat

melalui peningkatan upaya preventif dan promotif kesehatan dan pencegahan dan pengendalian penyakit.

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 45

Sasaran Strategis 1. Meningkatnya Kesehatan Masyarakat

Dengan indikator sasaran yang terdiri dari :

TABEL : CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA PREVALENSI STUNTING PADA BADUTA, PERSENTASE IBU BERSALIN

YANG MENDAPATKAN PELAYANAN BERSALIN, DAN PERSENTASE KUNJUNGAN NEONATAL PERTAMA SESUAI STANDAR TAHUN 2017

NO SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA

TARGET KINERJA REALISASI %

CAPAIAN KET

II Meningkatnya Kesehatan Masyarakat

1. Prevalensi Stunting (Pendek & Sangat pendek) pada Baduta (bawah dua tahun)

30,5 19 164

2. Persentase ibu bersalin mendapatkan pelayanan persalinan sesuai standar di faskes (PF)

79 80 102

3.Persentase kunjungan neonatal pertama (KN1) sesuai standar

81 86 106

TABEL CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA

PREVALENSI STUNTING PADA ANAK BADUTA PADA TAHUN 2016 - 2017

Indikator Kinerja

Utama 2016 2017

Target Realisasi Capaian Target Realisasi Capaian Prevalensi stunting pada anak baduta

31,7 17,6 180 30,45 18,6 163,71

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 46

Tabel diatas memperlihatkan hasil realisasi Prevalensi stunting pada anak baduta tahun 2017 adalah 163,71 %, hal ini merupakan pencapaian yang sangat baik, namun jika dibandingkan dari tahun sebelumnya maka terjadi peningkatan prevalensi stunting pada anak Baduta sebanyak 1 %.

Status gizi merupakan salah satu faktor penentu kualitas sumber daya manusia. Badan Kesehatan Dunia (WHO, 2009) mengemukakan bahwa anak dengan status gizi baik akan memiliki daya tahan tubuh yang lebih kuat, kemampuan belajar yang lebih baik serta produktifitas kerja yang lebih tinggi di masa yang akan datang. Sebaliknya gizi kurang tidak hanya meningkatkan angka kesakitan dan kematian, tapi juga menurunkan produktivitas, menghambat sel-sel otak yang mengakibatkan kebodohan & keterbelakangan. Status gizi yang rendah juga akan berdampak terhadap rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang merupakan indikator status suatu bangsa.

Prevalensi Kekurangan Gizi pada Balita adalah keadaan status gizi

Balita yang diperoleh dengan membandingkan antara balita berstatus kurang gizi dengan Balita seluruhnya dengan nilai Z Score <-2 SD (Antropometri WHO). Prevalensi status gizi balita dapat diperoleh melalui pengukuran Berat Badan menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) dan Berat Badan menurut Tinggi Badan atau Panjang Badan (BB/TB atau BB/PB). Dari ketiga jenis indikator pengukuran status gizi Balita tersebut, pengukuran Berat Badan menurut Tinggi Badan lebih bisa menggambarkan permasalahan gizi di masyarakat karena Berat Badan/Tinggi Badan menggambarkan status gizi yang sifatnya akut sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung dalam waktu yang pendek, seperti menurunnya nafsu makan akibat sakit atau karena menderita diare. Dalam keadaan demikian berat badan anak akan cepat turun sehingga tidak proporsional lagi dengan tinggi badannya dan anak menjadi kurus. Pengukuran Berat Badan menurut Tinggi Badan juga dapat menggambarkan permasalahan gizi yang sifatnya kronis akibat keadaan yang berlangsung dalam waktu yang lama seperti terjadinya Balita Gemuk yang diakibatkan oleh pola asuh yang tidak sesuai dengan kebutuhan anak.

Upaya perbaikan gizi melalui intervensi spesifik yang dilakukan secara langsung terhadap sasaran yang rawan akan efektif apabila cakupannya ditingkatkan. Untuk meningkatkan cakupan intervensi gizi diperlukan adanya dukungan dari sektor lainnya yang dalam hal ini disebut sebagai intervensi sensitif. Permasalahan yang diselesaikan oleh selain sektor kesehatan adalah permasalahan mendasar yang mempengaruhi penyebab langsung kurang gizi, seperti kemiskinan, kerawanan pangan, akses terhadap pelayanan kesehatan (jaminan sosial), sanitasi dan akses

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 47

terhadap air bersih, pendidikan anak usia dini, pemberdayaan perempuan, pendidikan di dalam kelas, dan perlindungan anak. Upaya Perbaikan Gizi Spesifik a) Masalah gizi bersifat antar-generasi dan akibat yang ditimbulkannya

bersifat trans-generasi. Artinya status gizi pada umur tertentu dipengaruhi oleh status gizi pada umur sebelumnya, artinya status gizi anak berusia 5 tahun dipengaruhi oleh status gizi pada umur yang lebih muda, yang selanjutnya dipengaruhi oleh pertumbuhan dan perkembangannya di dalam kandungan. Pertumbuhan dan perkembangan bayi didalam kandungan ibunya dipengaruhi oleh status gizi ibu sebelum dan selama masa kehamilannya. Dengan demikian status gizi anak berusia 5 tahun merupakan hasil dari proses pertumbuhan dan perkembangan sebelumnya, yang dipengaruhi oleh status gizi ibu pra-hamil, selama hamil, dan usia dini bayi pasca lahir. Oleh karena itu, mengatasi stunting pada anak balita, tidak cukup hanya pada periode setelah periode 1000 HPK, tetapi harus secara komprehensif, termasuk remaja puteri sebagai calon ibu. Oleh karena masalah gizi berkesinambungan dan lintas generasi, maka penaganannya tidak bisa terfragmentasi, memerlukan sinergitas dan koordinasi yang memadai.

b) Indonesia sudah dihadapkan pada beban ganda masalah gizi, yaitu gizi kurang dan stunting yang prevalensinya masih tinggi, dan gizi lebih yang prevalensinya semakin tinggi. Beban ganda tersebut tidak hanya berimplikasi pada status gizi tetapi juga terhadap penyakit. Penyebab kematian utama di Indonesia telah bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit tidak menular (PTM). Selain itu, masalah PTM tidak hanya akibat dari masalah gaya hidup, tetapi merupakan akibat dari salah gizi pada usia 1000 HPK dan pra-kehamilan. Oleh karenanya, penanganannya semakin kompleks.

c) Masih rendahnya pengetahuan, dan kesadaran gizi masyarakat akan pentingnya gizi, menyebabkan kurang memadainya pola asuh keluarga. Hal ini dikarenakan kurangnya cakupan komunikasi dan edukasi gizi secara berkelanjutan untuk mempromosikan perilaku gizi dan kesehatan yang benar, seperti pemberian ASI eksklusif untuk bayi 0-6 bulan dan pola pemberian MP-ASI pada bayi dan anak usia dini. Pendidikan dan penyuluhan kesehatan dan gizi perlu dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan yang memerlukan peran aktif berbagai pemangku kepentingan. Di sisi lain, rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pangan yang aman perlu diperhatikan sehingga makanan yang dikonsumsi tidak menimbulkan potensi penyakit.

d) Rendahnya konsumsi buah dan sayur, tingginya konsumsi garam dan makanan tinggi lemak serta rendahnya aktivitas fisik pada sebagian masyarakat, terutama di perkotaan, yang meningkatkan angka berat

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 48

badan lebih dan obesitas. Diketahui 93,5 persen masyarakat Indonesia kurang mengkonsumsi sayur dan buah. Sementara itu, data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan sebagian besar masyarakat berperilaku konsumsi berisiko yaitu mengkonsumsi bumbu penyedap (77,3 persen), makanan dan minuman manis (53,1 persen), dan makanan berlemak (40,7 persen).

Upaya perbaikan Gizi Sensitif Untuk meningkatkan cakupan intervensi gizi diperlukan adanya dukungan dari sektor lainnya yang dalam hal ini disebut sebagai intervensi sensitif. Permasalahan yang diselesaikan oleh selain sektor kesehatan adalah permasalahan mendasar yang mempengaruhi penyebab langsung kurang gizi, seperti kemiskinan, kerawanan pangan, akses terhadap pelayanan kesehatan (jaminan sosial), sanitasi dan akses terhadap air bersih, pendidikan anak usia dini, pemberdayaan perempuan, pendidikan di dalam kelas, dan perlindungan anak. a) Kebijakan dan program terkait perbaikan gizi masih terfragmentasi

akibat kurangnya gizi spesifik saja tidak dapat menyelesaikan masalah gizi tanpa adanya intervensi gizi sensitif dan dukungan lingkungan yang menjadi faktor pemungkin tercapainya perbaikan gizi

b) Kendala dalam diversifikasi konsumsi pangan antara lain : 1) masih rendahnya pendapatan dan daya beli sebagian masyarakat; 2) masih terbatasnya ragam komoditas pangan yang ditunjukkan dengan sumber karbohidrat masyarakat yang masih didominasi oleh beras, 3) akses pangan yang rendah disebabkan oleh kemiskinan, 4) masih melembaganya sikap dan kebiasaan konsumen yang belum mengutamakan kandungan gizi dalam memilih pangan yang dikonsumsi disebabkan oleh rendahnya pendidikan masyarakat terutama ibu atau pengasuh anak dan usia menikah yang terlalu muda. Oleh karena itu, diperlukan adanya kebijaksanaan harga dan sistem distribusi pangan yang efektif dan efisien serta pendidikan dan penyuluhan kepada para konsumen.

Beberapa Indikator yang mendukung penjelasan tentang Indikator Kinerja Utama Prevalensi stunting pada anak baduta adalah Indikator Kinerja Pembinaan Gizi Masyarakat yang telah dicapai pada tahun 2017 dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Persentase Kasus Balita Gizi Buruk yang Mendapat Perawatan Dalam upaya mengatasi masalah gizi buruk dan gizi kurang pada balita, telah ditetapkan kebijakan meliputi pencegahan, promosi/edukasi dan penanggulangan balita gizi buruk dan gizi kurang. Namun masyarakat dapat pula berperan serta melakukan upaya yang berbasiskan masyarakat dalam menanggulangi masalah gizi balita yang ada di sekitar mereka. Penanggulangan kasus gizi buruk yang ditemukan di masyarakat

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 49

berbasiskan institusi adalah tatalaksana gizi buruk di Therapeutic Feeding Center (TFC) yang dilaksanakan di Puskesmas rawatan. Hal ini sesuai dengan target indikator dimana 100% balita gizi buruk yang ditemukan harus ditangani dan mendapat perawatan. Kasus balita gizi buruk dirawat yang dilaporkan selama tahun 2017 adalah 361, kasus terbanyak di kota Padang (66 orang) dan terendah adalah Kota Padang Panjang (0 orang) yang dapat dilihat pada grafik berikut:

2. Persentase balita yang ditimbang berat badannya Indikator persentase balita ditimbang berat badannya (D/S) adalah jumlah balita yang ditimbang di seluruh Posyandu yang melapor di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Indikator ini menunjukkan tingkat kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita. Kunjungan balita ke posyandu juga merupakan realisasi dari upaya kesehatan dalam bentuk promotif sekaligus preventif guna meningkatkan status gizi dan kesehatan balita. Pencapaian D/S tahun 2017 Provinsi Sumatera Barat adalah sebesar 68,9%. Angka ini belum mencapai dari target yang ditetapkan yaitu 86%. Pencapaian tertinggi di Kab. Pesisir Selatan (85,9%), sedangkan terendah di Kab. Kepulauan Mentawai (41.7%)

3. Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI Eksklusif Upaya peningkatan cakupan pemberian ASI Ekslusif dilakukan

dengan berbagai strategi , mulai dari penyusunan kerangka regulasi, peningkatan kapasitas petugas dan promosi ASI ekslusif. Pada tahun 2014 Peraturan Daerah (PERDA) ASI Provinsi Sumatera Barat sudah terbit

-50

100 150 200 250 300 350 400

Pada

ng

Siju

njun

g

Kep.

Men

taw

ai

Tana

h Da

tar

Pasa

man

Bar

at

Pada

ng P

aria

man

Pesis

ir Se

lata

n

Saw

ahlu

nto

Lim

a Pu

luh

Kota

Kab

Agam

Kota

Sol

ok

Paya

kum

buh

Dhar

mas

raya

Kab.

Solo

k

Pasa

man

Buki

ttin

ggi

Solo

k Se

lata

n

Paria

man

Pada

ng P

anja

ng

Sum

ater

a Ba

rat

66 42 40 38 28 26 26 13 12 10 10 9 8 8 8 7 6 4 -

361

Kasus Gizi Buruk tahun 2017

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 50

dengan No. 15 Tahun 2014 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif. Dalam Perda ASI tersebut diatur tanggungjawab pemerintah daerah dalam pengembangan program ASI, menetapkan kebijakan daerah, melaksananakan advokasi dan sosialisasi serta pengawasan terkait program pemberian ASI eksklusif.

Cakupan pemberian ASI Ekslusif pada tahun 2017 dalah 67.8% , angka ini sudah mencapai target yang ditetapkan sebesar 44%. Cakupan tertinggi di Kota Solok (89.8%) dan terendah di Kota Padang Panjang (56.6

4. Persentase rumah tangga mengonsumsi garam beriodium Upaya penangggulangan masalah GAKI mengutamakan kegiatan

promosi garam beryodium. Untuk daerah yang endemik masalah GAKI, upaya yang dilakukan yaitu menjamin garam yang di konsumsi adalah garam yang beryodium. Hasil pemantauan garam beryodium rumah tangga tahun 2017 menunjukkan pencapaian cakupan sebesar 96,5%, angka ini sudah melewati target yang ditetapkan sebesar 94%. Cakupan tertinggiKota Solok dan Kota Sawahlunto (100%) dan terendah Mentawai (88,3%). Hanya Kab. Mentawai yang belum mencapai target.

5. Persentase balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A Strategi penanggulangan kurang vitamin A dilaksanakan secara

konprehensif, terdiri dari pemberian suplementasi kapsul vitamin A dosis tinggi setiap bulan Februari dan Agustus, penyuluhan gizi seimbang untuk meningkatkan konsumsi vahan pangan sumber vitamin A dan fortifikasi pangan.

Pencapaian cakupan Vitamin A pada balita tahun 2017 sebesar 87.0%, angka ini belum mencapai target yang ditetapkan sebesar 88%. Pencapaian tertinggi di kab. Agam (97.8%) dan terendah di Kota Bukittinggi (70.5%).

6. Persentase ibu hamil yang mendapatkan Tablet Tambah Darah (TTD) minimal 90 tablet selama masa Kehamilan

Kegiatan penanggulangan anemia gizi pada ibu hamil dengan pendistribusian Tablet Tambah Darah (TTD) atau tablet Fe. TTD merupakan suplementasi gizi mikro khususnya zat besi folat yang diberikan kepada ibu hamil untuk mencegah kejadian anemia gizi besi selama hamil. Secara cakupan ibu hamil mendapat 90 tablet Fe tahun 2017 sebesar 80.7%. Angka ini belum memenuhi target yang ditetapkan sebesar 86%, tertinggi di kota Payakumbuh (97.4%) dan terendah di kab. Kep. Mentawai (49.2%)

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 51

7. Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) yang mendapat Makanan Tambahan

Pemberian makanan tambahan pada ibu hamil bertujuan untuk meningkatkan asupan gizi ibu hamil KEK. PMT diberikan pada awal trimester kedua kehamilan kepada ibu hamil dari keluarga miskin terutama di wilayah kabupaten/kota yang mengalami rawan gizi.. PMT dilakukan minimal selama 90 hari berturut-turut . Bentuk PMT dapat berupa PMT pabrikan maupun PMT berbasis pangan lokal. PMT bentuk pabrikan seperti biskuit lapis, susu ibu hamil dan bihun.

Secara cakupan ibu hamil Kurang Energi kronik (KEK) tahun 2017 sebesar 84.7%. Angka ini sudah memenuhi target yang ditetapkan sebesar 65%. Kab/kota yang belum mencapai target adalah : Agam (56%), Bukittinggi (36,2%), dan Kota Solok (25,7%)

8. Persentase balita kurus yang mendapat makanan tambahan

Penanggulangan kurang gizi pada balita kurus dilakukan dengan pemberian maknan tambahan (MP-ASI) pada pada anak baduta ( 12 – 24 bln ) dalam bentuk pemberian biskuit MP-ASI. Secara cakupan persentase balita kurus mendapatkan makanan tambahan tahun 2017 sebesar 77.4%.

9. Persentase remaja puteri mendapat TTD

Anemia Gizi adalah kekurangan kadar hemoglobin dalam darah yang disebabkan karena kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan Hb tersebut. Remaja putri adalah masa peralihan dari anak menjadi dewasa , ditandai dengan perubahan fisik dan mental. Perubahan fisik ditandai dengan berfungsinya alat reproduksi seperti menstruasi (umur 10-19 th). Wanita usia subur adalah wanita pada masa atau peroide dimana dapat mengalami proses reproduksi . Ditandai masih mengalami menstruasi (umur 15-45 th).

Penanggulangan anemia pada remaja putri yaitu dengan pemberian tablet tambah darah sebagai persiapan untuk menjadi ibu hamil, karena wanita yang menikah atau hamil lebih banyak membutuhkan zat besi untuk pertumbuhan dan perkembangan janinnya. Akibat kekurangan zat besi pada ibu hamil antara lain akan mengalami keguguran, BBLR dan perdarahan, yang menjadi penyebab tertinggi kematian ibu melahirkan.

Secara cakupan Remaja Puteri mendapat TTD tahun 2017 sebesar 41,9%. Angka ini sudah memenuhi target yang ditetapkan sebesar 20%. Kab/kota yang belum mencapai target adalah : Kab. Tanah Datar (19.0%), Pesisir Selatan (17.5%), Mentawai (15.2%) dan Pasaman (7.3%)

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 52

10. Persentase ibu nifas mendapat kapsul vitamin A

Pemberian kapsul vitamin A pada ibu nifas sangat berpengaruh untuk meningkatakan kwalitas vitamin A pada bayi, karena ASI yang diberikan merupakan sumber utama vitamin A pada bayi pada enam bulan pertama kehidupan. Pemberian kapsul vitamin A pertama dilakukan segera setelah melahirkan tablet kedua diberikan sedikitnya satu hari setelah pemberian tablet pertama dan tidak lebih dari 6 minggu kemudian.

Pencapaian cakupan Vitamin A pada ibu nifas tahun 2017 sebesar 81.2%, angka ini sudah mencapai target yang ditetapkan sebesar 80%. Pencapaian tertinggi di kota Pariaman (95.8%) dan terendah di kab. Kep. Mentawai (55.3%)

11. Persentase bayi baru lahir yang mendapat IMD Inisiasi Menyusu Dini, sebagai proses ketika bayi menyusu segera

setelah dilahirkan, di mana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak disodorkan ke puting susu). Inisiasi Menyusu Dini akan sangat membantu dalam keberlangsungan pemberian ASI eksklusif (ASI saja) dan lama menyusui, sehingga diharapkan terpenuhinya kebutuhan gizi bayi hingga usia 2 tahun, dan mencegah anak kurang gizi.

Pencapaian Persentase bayi baru lahir mendapat IMD tahun 2017 sebesar 78.2%, angka ini sudah mencapai target yang ditetapkan sebesar 41%. Seluruh kab/kota sudah memenuhi target, Pencapaian tertinggi di Padang Pariaman (93,8%) dan terendah di Bukittinggi (49,0%).

12. Persentase bayi dengan berat badan lahir rendah (berat badan < 2500 gram)

Berat Badan Bayi Lahir Rendah adalah bayi yang lahir mempunyai berat badan Kurang dari 2,5 Kg (atau 2500 gram) yang ditimbang pada saat lahir sampai dengan 24 jam pertama setelah lahir. Adanya Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) karena disebabkan Kekurangan gizi pada masa kehamilan dan akan mempunyai resiko tinggi terhadap kematian pada umur yang sangat dini atau lebih lanjut cenderung mengalami pertumbuhan dan perkembangan di bawah normal. Berbagai studi mengungkapkan bahwa anak yang dilahirkan dengan BBLR mengalami gangguan fungsi kognitif dan kecerdasan inteletual pada masa usia sekolah sehingga mengalami kesulitan belajar.

Pemenuhan kebutuhan gizi pada masa kehamilan dan/atau janin merupakan modal dasar bagi tumbuh kembang anak pada usia

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 53

selanjutnya. Terpenuhinya zat gizi bagi pertumbuhan janin tergantung pada konsumsi zat gizi, status gizi dan kesehatan ibu hamil. Selain faktor gizi, pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan juga dipengaruhi oleh faktor psikososial ibu hamil.

Pencapaian Persentase bayi dengan BBLR tahun 2017 sebesar 2,1%, angka ini sudah dibawah target yang ditetapkan sebesar 6.9%. Angka terendah di Solok Selatan (0,5%) dan tertinggi di Sawahlunto (5.4%).

13. Persentase balita mempunyai buku KIA/KMS

Penerapan Buku KIA secara benar akan berdampak pada peningkatan pengetahuan ibu dan keluarga akan kesehatan ibu dan anak, menggerakan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat, meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas serta meningkatkan system survailance, monitoring dan informasi kesehatan.

Dengan berjalannya waktu dirasakan pemanfaatan Buku KIA belum optimal dalam mendukung kelangsungan dan kualitas hidup ibu dan anak. Belum semua tenaga kesehatan, kader, ibu dan keluarga berperan sebagaimana yang diharapkan dalam penerapan Buku KIA. Tenaga kesehatan diharapkan lebih berperan aktif memfasilitasi kader dan ibu,keluarga/pengasuh anak untuk memahami dan menerapkan isi Buku KIA. Beberapa studi menunjukan bahwa peningkatan pemahaman dan penerapan Buku KIA oleh kader dan ibu/keluarga memberi dampak yang signifikan terhadap peningkatan cakupan pelayanan dan status kesehatan ibu dan anak

Pencapaian Persentase balita mempunyai buku KMS/KIA tahun 2017 sebesar 91.3%, angka ini masih dibawah target yang ditetapkan sebesar 100%. Seluruh kab/Kota belum mencapai target 100%.

14. Persentase balita ditimbang yang naik berat badannya

Untuk meningkatkan status gizi Balita dilakukan dengan memantau pertumbuhan Balita melalui penimbangan balita yang dilaksanakan setiap bulannya di semua posyandu. Kegiatan ini, disamping untuk mengetahui status pertumbuhan balita juga untuk mendeteksi awal penjaringan kasus gizi buruk. Indikator yang digunakan untuk melihat keberhasilan tersebut adalah N/D’ yaitu jumlah balita yang ditimbang dan naik berat badannya (N) dibandingkan dengan seluruh balita yang datang & ditimbang dikurangi Balita yang tidak datang pada bulan sebelumnya dan Balita baru ditimbang pertama kali (D’) diwilayah Posyandu.

Salah satu kegiatan yang telah dilaksanakan untuk meningkatan cakupan N/D’ adalah melalui Posyandu Paud terintegrasi serta pelaksanaan Penimbangan Massal secara rutin 1 kali dalam setahun di

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 54

seluruh Kabupaten/Kota. Diharapkan dengan integrasi Lintas Program dan Lintas Sektoral dapat meningkatkan partisipasi masyarakat (D/S) sertapeningkatan N/D’ karena balita dengan gangguan pertumbuhan dapat diketahui sedini mungkin untuk dapat diintervensi sehingga pada kunjungan berikutnya pertumbuhannya akan meningkat yang dapat diketahui melalui N/D’.

Pencapaian Persentase balita ditimbang yang naik berat badannya tahun 2017 sebesar 79.7%, angka ini masih dibawah target yang ditetapkan sebesar 86%. Hanya ada 2 (dua) kab/kota yang sudah mencapai target : Kota Payakumbuh (87.8%) dan Kab. Solok Selatan (86.1)

15. Persentase balita ditimbang yang tidak naik berat badannya (T)

Pencapaian Persentase balita ditimbang yang tidak naik berat badannya tahun 2017 sebesar 14.4%, angka ini masih belum tercapai dengan target yang ditetapkan sebesar 8%. Hanya Ada 7 (tujuh) kab/kota yang sudah mencapai target : Pasaman Barat (5,6%), Padang (7,5%), Pesisir Selatan (8.6%), Solok Selatan (10.9%), Bukittinggi (11.9%), Payakumbuh (12.2%) dan Padang Pariaman (12.7%).

16. Persentase balita ditimbang yang tidak naik berat badannya dua

kali berturut-turut (2T) Pencapaian Persentase balita ditimbang yang tidak naik berat

badannya dua Kali berturut turut tahun 2017 sebesar 1.7%, angka ini sudah tercapai dengan target yang ditetapkan sebesar 2,2%. Ada 7 (tujuh) kab/kota yang belum mencapai target : Bukittinggi (2.4%), 50 Kota (2.4%), Mentawai (2.8%), Tanah Datar (2.8%), Dharmasraya (4.1%), Sawahlunto (5.6%), dan Padang Panjang (7.9%)

17. Persentase balita di Bawah Garis Merah (BGM)

Pencapaian Persentase balita dibawah Garis Merah (BGM) tahun 2017 sebesar 0,6%, angka ini sudah tercapai dengan target yang ditetapkan sebesar 0,5%. Ada 9 (sembilan) kab/kota yang belum mencapai target : 50 Kota (0.6%), Pariaman (0.7%), Pesisir Selatan (0.7%), Padang Pariaman (0.7%), Sawahlunto (0,7%), Sijunjung (0,9%), Mentawai (1.0%), Dharmasraya (1,3%), dan Tanah datar (2.1%).

18. Persentase ibu hamil anemia

Pencapaian Persentase ibu hamil anemia tahun 2017 sebesar 18.1%, angka ini sudah dibawah target yang ditetapkan sebesar 22%. Ada 7 (tujuh) kab/kota yang belum mencapai target : Pariaman (22.2%), Sijunjung (24.1%), 50 Kota (26.3%), Pesisir Selatan (27,7%). Pasaman (29,6%), Pasaman Barat (30.1%) dan Padang Panjang (62.1%). Pemantauan Status Gizi (PSG)

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 55

Untuk mengetahui status gizi pada Balita dilakukan dengan Pemantauan Status Gizi (PSG). PSG merupakan bagian dari monitoring dan evaluasi kegiatan pembinaan gizi berupa kegiatan penilaian status gizi berdasarkan hasil pengukuran antropometri untuk menggambarkan besar dan luasnya masalah gizi, baik akut maupun kronis. Metodologi yang digunakan adalah Cross Sectional atau potong lintang dengan teknik pengambilan sampel secara random/acak. PSG ini dilakukan oleh tenaga gizi yang sudah dilatih oleh Tim Ahli dari Poltekes Kementerian Kesehatan Padang. Alokasi anggaran untuk pelaksanaan kegiatan ini pada tahun 2010 sampai 2012 bersumber dari APBD dengan sasaran seluruh kabupaten/kota. Tahun 2013,PSG dilakukan oleh masing-masing Kabupaten/Kota dengan alokasi anggaran berasal dari APBD kabupaten/kota atau dari dana BOK, dan tahun 2014 dan 2015pelaksanaan PSG dilakukan dengan alokasi dari APBN Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat. Berdasarkan laporan hasil PSG tersebut terlihat penurunan prevalensi gizi kurang berdasarkan Berat Badan menurut Tinggi Badan. Prevalensi Gizi kurang mengalami penurunan dari 8,3% pada tahun 2010, 7,3 pada tahun 2011, 6,5 pada tahun 2012 dan 2013 menjadi 5,9 (target 7) pada tahun 2014 dengan capaian realisasi tahun 2014 sebesar 115,71%.Prevalensi Gizi Kurang berdasarkan BB/TB ini mengalami penurunan pada tahun 2015 menjadi 4.8 (target 6.6).

1. Status gizi balita berdasarkan indeks TB/U :

Sementara itu Status gizi balita berdasarkan indeks TB/U (stunting) menggambarkan status gizi yang sifatnya kronis, artinya muncul akibat dari keadaan yang berlansung lama seperti kemiskinan, perilaku pola asuh yang tidak tepat, sering menderita penyakit berulang karena higiene dan sanitasi yang kurang baik Status gizi balita berdasarkan indeks TB(PB)//U seperti disajikan pada grafik berikut .

2. Status gizi balita berdasarkan indeks BB/TB : Sedangkan berdasarkan indeks BB/TB diketahui prevalensi balita

kurus (wasting) sebesar 4,8%, tertinggi di Kab. Mentawai (14,5%) dan terendah di Kab. Solok Selatan (0,3%). Indeks BB/TB menggambarkan status gizi yang bersifat akut sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung dalam waktu pendek , seperti menurunnya nafsu makan akibat sakit atau menderita diare. Dalam keadaan demikian berat badan anak akan cepat turun sehingga tidak persentaseonal lagi dengan tinggi badannya dan anak menjadi kurus. Salah satu indiator untuk menentukan anak harus dirawat dalam manajemen gizi buruk adalah indicator sangat kurus

TABEL CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA

PREVALENSI IBU BERSALIN MENDAPAT PELAYANAN PERSALINAN SESUAI STANDAR DI FASYANKES TAHUN 2017

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 56

Indikator Kinerja

Utama 2016 2017

Target Realisasi Capaian Target Realisasi Capaian Prevalensi ibu bersalin mendapat pelayanan Persalinan sesuai standar di fasyankes

87 86,80 99,77 79 80,3 101,65

Tabel diatas memperlihatkan Prevalensi ibu bersalin mendapat pelayanan Persalinan sesuai standar di fasyankes tahun 2017 adalah 101,65 %, hal ini mengalami peningkatan dari hasil realisasi tahun 2016 sebesar 99,77 %. Pada masa kehamilan, program ditujukan untuk menjaga kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya, dan apabila terdapat komplikasi atau faktor risiko diupayakan dapat dideteksi secara dini dan dilakukan intervensi. Kegiatan yang dilakukan meliputi Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), pelayanan antenatal terpadu (HIV, malaria, gizi, dll), dan pelaksanaan kelas ibu hamil. Pada tahap persalinan dan nifas, diupayakan agar setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan. Upaya tersebut antara lain dilakukan melalui pengembangan rumah tunggu kelahiran di daerah dengan akses sulit dan kemitraan bidan dan dukun untuk daerah dengan proporsi persalinan oleh dukun masih tinggi. Setelah melahirkan, diupayakan agar setiap ibu mendapat pelayanan nifas, termasuk KB pasca persalinan. Apabila terjadi komplikasi pada masa kehamilan, persalinan, dan nifas, maka perlu dirujuk dan mendapatkan penanganan tepat waktu di fasyankes dasar (Puskesmas PONED) maupun fasyankes lanjutan (RS PONEK).

Kematian Ibu menurut ICD 10 didefinisikan sebagai Kematian seorang wanita yang terjadi saat hamil atau dalam 42 hari akhir kehamilannya, tanpa melihat usia dan letak kehamilannya yang disebabkan oleh sebab apapun yang terkait dengan atau diperburuk oleh kehamilannya atau penanganannya, bukan disebabkan oleh insiden atau kecelakaan. Secara global, Kematian Ibu disebabkan oleh penyebab langsung maupun tidak langsung yang dapat terjadi pada masa kehamilan, pada saat persalinandan pada masa nifas. Penyebab langsung langsung sangat dipengaruhi oleh Persalinan oleh Tenaga Kesehatan yang kompeten di Fasilitas Kesehatan yang disebut dengan Persalinan di Fasilitas Kesehatan (PF). Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di fasilitas kesehatan (PF) adalah cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di suatu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu. Informasi mengenai cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di faskes ini akan bermanfaat untuk menggambarkan kemampuan manajemen program KIA dalam pertolongan persalinan yang sesuai standar. Diharapkan jika semua

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 57

persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan yang kompeten terutama jika dilakukan di fasilitas kesehatan akan mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi yang dikandungnya, dan meningkatkan derajat kesehatan reproduksi. Terjadi peningkatan cakupan persalinan di faskes dari (79,64%) tahun 2016 meningkat menjadi 80,37% pada tahun 2017, walaupun masih ada persalinan normal dengan tenaga kesehatan tapi belum di fasilitas kesehatan, namun sudah di atas target yang ditetapkan sebesar (79%) dengan cakupan tertinggi di Kota Pariaman (96,77%), dan terendah di Kabupaten Kepulauan Mentawai (17,28%), sebagai mana terlihat pada grafik dibawah ini.

Grafik Cakupan Persalinan (PF) Provinsi Sumatera Barat Tahun 2017

Di Provinsi Sumatera Barat secara rata-rata cakupan persalinan oleh

tenaga kesehatan (linakes) dari tahun ketahun menunjukan peningkatan secara bermakna, berdasarkan laporan dari kabupaten/kota, trend peningkatan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (linakes) setiap tahunnya mulai dari 86% pada tahun 2011, menjadi 88.25 % tahun 2012,

96,77 96,71 96,39 95,67 92,72 91,25 89,94 89,8680,37 78,32 77,95 75,6974,85 74,62 73,12 72,32 71,66 70,30 65,09

17,28

0,0020,0040,0060,0080,00

100,00

Cakupan Persalinan di Faskes Di Prov Sumatera Barat Tahun 2017

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 58

89.00 % pada tahun 2013, 90.02 % pada tahun 2014 dan menjadi 90.0% pada tahun 2015 namun terjadi penurunan menjadi 83.3% pada tahun 2017, seperti terlihat pada grafik dan grafik dibawah ini :

Grafik.2.5

Trend Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2011-2016

Sumber Data: Laporan Kabupaten Kota Tahun 2011-2015

Masih rendahnya persalinan oleh tenaga kesehatan di beberapa kabupaten/kota, karena masih adanya dukun yang menolong persalinan, adanya kepercayaan masyarakat, sedangkan di Kabupaten Mentawai disebabkan faktor geografis dan terbatasnya tenaga kesehatan strategis seperti bidan di daerah pelosok sehingga persalinan masih dilakukan oleh dukun (Sikerei).

Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan cakupan persalinan oleh

tenaga kesehatan adalah : 1. Meningkatkan akses pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan KB

melalui penempatan bidan desa dan bidan jorong. 2. Melengkapi sarana dan prasarana.

Saat ini di Sumatera Barat terdapat 264 Puskesmas (172 non rawatan, 92 dengan fasilitas rawatan) dengan 907 unit Puskesmas Pembantu dan 2379 unit Pos Kesehatan Desa/Nagari/Kelurahan, 64 rumah sakit (38 rumah sakit swasta, 26 rumah sakit pemerintah) yang tersebar di 19 Kabupaten/Kota. Disamping itu sebanyak 87 puskesmas rawatan sudah mampu PONED dan 18 rumah sakit dengan kemampuan untuk gawat darurat pada ibu dan bayi baru lahir (PONEK).

3. Untuk meningkatkan kemampuan mendeteksi sedini mungkin kelainan pada ibu hamil, tahun 2015 Dinas Kesehatan melalui dana Dekon

86

88,25 8990,02 90

83,24

80,3

74767880828486889092

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 59

melengkapi alat deteksi bumil Risiko Tinggi untuk 1340 bidan di desa tertingal/terpencil

4. Peningkatan kompetensi tenaga kesehatan melalui pelatihan-pelatihan dan pertemuan/seminar. Saat ini, jumlah dokter umum di Puskesmas dan Dinas Kesehatan se-Sumatera Barat adalah 508 orang, di rumah sakit sebanyak 268 orang, tenaga bidan berjumlah 4968 orang, perawat 3462 orang, dokter spesialis anak 54 orang, dokter spesialis Obgyn 65 orang Sedangkan tenaga kesehatan yang sudah dilatih adalah: a. Bidan terlatih Asuhan Persalinan Normal sebanyak 974 orang. b. Bidan, dokter dan perawat mampu PONED sebanyak 363 orang. c. Bidan mampu PONEK sebanyak 58 orang.

5. Kemitraan bidan dukun. Dengan kemitraan bidan dengan dukun diharapkaan dapat meningkatkan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan, karena dengan kemitraan tersebut, dukun diharapkan dapat memotivasi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan & melahirkan di fasilitas kesehatan dengan didampingi oleh dukun.

6. Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) yang melibatkan seluruh unsur yang ada di masyarakat dalam perencanaan persalinan bagi ibu hamil, terkait tempat Ibu akan melahirkan, perencanaan transportasi dan alokasi dana jika si Ibu hamil akan dirujuk dll. Saat ini seluruh kabupaten/kota telah melaksanakan program P4K.

7. Pembentukan Kelas Ibu hamil.

Kelas Ibu hamil sudah terbentuk di 264 Puskesmas di Sumatera Barat. Kelas ibu hamil ini melibat suami/keluarga dengan tujuan supaya suami/keluarga dapat memastikan ibu hamil telah mendapatkan pelayanan yang sesuai standar dan melahirkan di fasilitas kesehatan

8. Pendampingan Ibu hamil Risti oleh Kader Tahun 2015, pendampingan Ibu Hamil Risti difokuskan di 3 Kabupaten/Kota yaitu Kota Padang, Kabupaten Pesisir Selatan dan Pasaman Barat.

TABEL CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA

PREVALENSI KUNJUNGAN NEONATAL PERTAMA (KN1) SESUAI STANDART

TAHUN 2017

Indikator Kinerja Utama

2016 2017 Target Realisasi Capaian Target Realisasi Capaian

Prevalensi kunjungan

87 87,10 100,11 81 84,67 104,53

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 60

neonatal pertama (KN1) sesuai standart

Tabel diatas memperlihatkan Prevalensi kunjungan neonatal pertama (KN1) sesuai standar tahun 2017 adalah 104,53 %, hal ini mengalami peningkatan dari hasil realisasi tahun 2016 sebesar 100,11%. Cakupan Pelayanan Neonatus Pertama (KN1) adalah cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar pada 6-48 Jam setelah lahir di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Indikator ini merupakan indikator yang digunakan untuk memantau keberhasilan program penurunan AKB karena bayi baru lahir merupakan kelompok usia yang sangat sensitif terhadap berbagai kondisi yang terjadi disekitarnya seperti penyakit menular, kecukupan gizi serta perubahan yang terjadi disekitar lingkungan tempat orang tua si bayi tinggal yang sangat erat kaitannya dengan status sosial orang tua si bayi. Kondisi ini mengakibatkan bayi baru lahir rentan terhadap penyakit yang dapat berakibat terjadinya kematian. Indikator ini juga menunjukkan akses atau jangkauan pelayanan kesehatan neonatal. Cakupan KN1 di Sumatera Barat berdasarkan laporan rutin dari kabupaten kota telah mencapai target yang telah ditetapkan yaitu 85,85% dari target 81%, meningkat sebesar 1,35% dari pencapaian tahun 2016 (84,50%)

Grafik Cakupan Kunjungan Neonatusl Pertama (KN1) Provinsi Sumatera Barat Tahun 2017

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 61

Berdasarkan grafik diatas, cakupan Kunjungan Neonatus yang pertama (KN1) tertinggi adalah Padang (100%), dan terendah adalah Kabupaten Mentawai (53,94%). Ada 6 (enam) Kab/Kota yang cakupannya di bawah target yaitu, Kab Sijunjung (78,26%), Kab Pasaman Barat (77,81%), Kab Agam (75,04%), Kab Dharmasraya (70,65%), Kab Tanah Datar (68,26%) dan Kep Mentawai (53,94%). Rendahnya cakupan KN1 ini antara lain disebabkan karena keterbatasan geografis dan keterbatasan tenaga kesehatan di daerah Kep Mentawai dan kurangnya pemahaman definisi operasional oleh petugas kesehatan yang baru sebagai pengelola kesehatan dan belum terlatihnya petugas kesehatan dalam pemakaian form MTBM dalam melakukan kunjungan neonatal.

Berdasarkan laporan rutin dari kabupaten/kota, cakupan pelayanan neonatus yang pertama (KN1) telah mengalami peningkatan dari 87,32% pada tahun 2010, menjadi 88% pada tahun 2011, namun tahun 2012 terjadi sedikit penurunan menjadi 87,95 % dan tahun 2013 kembali meningkat menjadi 91,14% kemudian tahun 2014 menjadi 91,59% dan tahun 2015 terjadi penurunan menjadi 90.85 % serta pada tahun 2017 terjadi penurunan menjadi 84.0 %, namun jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan tahun 2017 capaian cakupan sudah melebih target tersebut, seperti terlihat pada grafik dibawah ini :

100,0099,89 99,80 99,54 99,27 96,79 96,08 93,55 90,97 87,48 85,85 81,59 81,52 81,34 78,26 77,81 75,04 70,65 68,26

53,94

0,0010,0020,0030,0040,0050,0060,0070,0080,0090,00

100,00

Cakupan Kunjungan Neonatus Pertama (KN) per Kab/KotaDi Prov Sumatera Barat Tahun 2017

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 62

Grafik Trend Pelayanan Neonatus Pertama (KN1) di Provinsi Sumatera Barat

Tahun 2011 – 2017

Sumber Data: Laporan Kabupaten Kota Tahun 2011-2017

Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan Cakupan Pelayanan Neonatus pertama (KN1) adalah: 1. Meningkat akses pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan KB

melalui penempatan bidan desa dan bidan jorong. 2. Melengkapi sarana dan prasarana. Saat ini di Sumatera Barat terdapat

264 Puskesmas (172 non rawatan, 92 dengan fasilitas rawatan) dengan 907 unit Puskesmas Pembantu dan 2379 unit Pos Kesehatan Desa/Nagari/Kelurahan, 64 rumah sakit (38 rumah sakit swasta, 26 rumah sakit pemerintah) yang tersebar di 19 Kabupaten/Kota. Disamping itu sebanyak 87 puskesmas rawatan sudah mampu PONED dan 18 rumah sakit dengan kemampuan untuk gawat darurat pada ibu dan bayi baru lahir (PONEK).

3. Peningkatan kompetensi tenaga kesehatan melalui pelatihan-pelatihan dan pertemuan/seminar seperti Pelatihan Manajemen Terpadu Bayi Muda/Balita Sakit, Pelatihan Asfiksia BBLR, Pelatihan Penanganan Bayi Baru Lahir, Pelatihan Neonatal Essensial, Pelatihan Skrining Hypothiroid Kongenital, Pelatihan manajemen KIA dll.

4. Pembiayaan kunjungan neonatus melalui dana BOK 5. Pelaksanaan Kelas Ibu hamil

Pada kegiatan kelas Ibu Hamil, disamping pembelajaran tentang kesehatan ibu selama hamil, juga memuat materi tentang perawatan bayi baru lahir dan neonatus. Dengan meningkatnya pengetahuan tentang perawatan BBL tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesadaran ibu dan keluarga memeriksakan kesehatan bayinya.

6. Pemberian buku KIA bagi ibu hamil dan memanfaatkannya untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak mulai dari dalam kandungan sampai berusia 5 tahun.

88 87,9591,14 91,59 90,85

788180

8284

8688

80,584

70

75

80

85

90

95

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Target KN1

KN1

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 63

7. Meningkatkan Peran serta Organisasi Profesi dalam pemantaun kualitas pelayanan terhadap bayi baru lahir.

8. Peningkatan peran serta Lembaga Swadaya Masyarakat, tokoh masyarakat melalui kader sahabat ibu dan lain-lain.

Upaya lain yang dilakukan untuk meningkatkan cakupan

persalinan oleh tenaga kesehatan di Fasilitas Kesehatan (PF) dan KN1 bagi Kab/kota yang belum mencapai target adalah :

1) Peningkatan akses dan kualitas pelayanan kes. Ibu, bayi baru lahir melalui pendekatan siklus kehidupan dengan Fokus pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) melalui:

a. Pemenuhan tenaga strategis sampai ke perifer melalui penempatan Bidan Jorong, Program Nusantara Sehat untuk daerah terpencil (Kepulauan Mentawai). Saat ini, jumlah dokter umum di Puskesmas dan Dinas Kesehatan se-Sumatera Barat adalah 508 orang, di rumah sakit sebanyak 268 orang, tenaga bidan berjumlah 4968 orang, perawat 3462 orang, dokter spesialis anak 54 orang, dokter spesialis Obgyn 65 orang

b. Peningkatan kompetensi tenaga kesehatan melalui pelatihan-pelatihan dan pertemuan/seminar. Tenaga kesehatan yang sudah dilatih adalah: • Bidan terlatih Asuhan Persalinan Normal sebanyak 974 orang. • Bidan, dokter dan perawat mampu PONED sebanyak 363

orang. • Bidan mampu PONEK sebanyak 58 orang. • Nakes terlatih tatalaksana asfiksia BBLR sebanyak 1727 orang

c. Melengkapi sarana dan prasarana. Saat ini di Sumatera Barat terdapat 264 Puskesmas (172 non rawatan, 92 dengan fasilitas rawatan) dengan 907 unit Puskesmas Pembantu dan 2379 unit Pos Kesehatan Desa/Nagari/Kelurahan, 64 rumah sakit (38 rumah sakit swasta, 26 rumah sakit pemerintah) yang tersebar di 19 Kabupaten/Kota. Disamping itu sebanyak 87 puskesmas rawatan sudah mampu PONED dan 18 rumah sakit dengan kemampuan untuk gawat darurat pada ibu dan bayi baru lahir (PONEK). Untuk meningkatkan kemampuan mendeteksi sedini mungkin kelainan pada ibu hamil, tahun 2015 Dinas Kesehatan melalui dana Dekon telah melengkapi alat deteksi bumil Risiko Tinggi untuk 1340 bidan di desa tertingal/terpencil

2) Penguatan Sistem Rujukan Maternal Neonatal. Dalam mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi baru lahir, perlu dilakukan pemantapan sistem jejaring rujukan maternal neonatal di kabupaten/kota. Penguatan sistem rujukan maternal neonatal ini dilakukan mengadop Program EMAS (Expanding

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 64

Maternal dan Nonatal Survival) dari kementerian Keshatan RI. Penguatan sistem rujukan ini merupakan tindak lanjut dari Peraturan Gubernur Nomor 39 tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem Rujukan Kesehatan. Tahun 2017, pemantapan Sistem Rujukan di Kabupaten 50 Kota

3) Membangun kemiteraan yang efektif Peningkatan Cakupan PF dalam rangka menurunkan AKI & AKB memerlukan penguatan dari mitra bestari kesehatan. Kemiteraan tersebut dilakukan melalui kerjasama dengan organisasi profesi, LSM dan Perguruan Tinggi pada berbagai kegiatan seperti dengan POGI (perhimpunan Obstetri Ginekologi Indonesia), IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia, IDI (Ikatan Dokter Indonesia), IBI (Ikatan Bidan Indonesia), dengan LSM (PKK, PKBI dll), Perguruan Tinggi Kesehatan (Poltekes, UNAND) dll . Kegiatan ini juga dipererat melalui MOU seperti MOU Ketua Umum PKK Propinsi Sumatera Barat dengan Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat dan Ketua IBI cabang Propinsi Sumatera Barat.Dengan Organisasi profesi seperti POGI, IDAI, IDI, IBI, PPNI bentuk kerjasama yang telah dilakukan adalah melalui peningkatan kapasitas tenaga kesehatan serta melalui bakti sosial di Kabupaten/Kota dengan permasalahan kesehatan ibu dan anak. Disamping itu, juga dilakukan kemitran bidan dengan dukun. Dengan kemitraan bidan dengan dukun diharapkan dapat meningkatkan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan, karena dengan kemitraan tersebut, dukun diharapkan dapat memotivasi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan & melahirkan di fasilitas kesehatan dengan didampingi oleh dukun.

4) Pemberdayaan perempuan, keluarga dan masyarakat. Pemberdayaan perempuan , keluarga dan masyarakan dilakukan melalui: a. Pembentukan kelas ibu

Kelas Ibu sudah terbentuk di 264 Puskesmas di Sumatera Barat dengan total klas ibu sebanyak 2606. Kelas ibu hamil ini melibat suami/keluarga dengan tujuan supaya suami/keluarga dapat memastikan ibu hamil telah mendapatkan pelayanan yang sesuai standar dan melahirkan di fasilitas kesehatan. Tahun 2017 sudah dilakukan pelatihan Kelas Ibu yang sudah direvisi terhadap fasilitator kelas ibu di 19 Kabupaten/kota.

b. Pemantauan Terhadap Pemantapan Program Perencanaan Persalinan Pencegahan Komplikasi (P4K). Tahun 2017 dengan alokasi Dana Dekon, dilakukan pemantauan pemantapan Program P4K dengan menunjuk 7 Kabupaten sebagai Percontohan yaitu Kabupaten Pasaman, Pasaman Barat, Solok

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 65

Selatan, Solok, Dharmasraya, Lima Puluh Kota, Sijunjung. Pembentukan Nagari Peduli Ibu dan Nagari Peduli Keluarga.di 7 kabupaten Kota yaitu Kabupaten Pasaman, Pasaman Barat, Solok Selatan, Solok, Dharmasraya, Lima Puluh Kota, Sijunjung.

c. Kader Pendamping Keluarga Tahun 2017, pendampingan Ibu Hamil Risti difokuskan di 3 Kabupaten/Kota yaitu Kab Pasaman, Kab Lima Puluh Kota dan Kab Sijunjung.

5) Penguatan manajemen program Gzi & KIA melalui pertemuan-pertemuan yang dilakukan di Provinsi Sumatera Barat

Beberapa indikator yang dapat memberikan penjelasan tentang Indikator kinerja utama pada sasaran peningkatan kesehatan masyarakat antara lain : 1. Pencapaian Indikator Angka Kematian Ibu

Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh dan lain-lain, per 100.000 kelahiran hidup.

AKI merupakan salah satu indikator dari derajat kesehatan yang juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium (MDGs) yaitu tujuan MDGs 5a yakni Menurunkan Angka Kematian Ibu hingga 3/4 dalam kurun waktu 1990-2015 dimana ditargetkan AKI pada tahun 2015 sebesar 102/100.000 KH.

Angka Kematian Ibu ditetapkan berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh BPS setiap 5 (lima) tahun sekali.

Jika dilihat perkembangan AKI dari tahun ke tahun di Indonesia cendrung mengalami penurunan, pada tahun 1994, AKI sebesar 394/100.000 KH, berdasarkan data SDKI 2007, AKI sebesar 228/100.000 KH, SDKI tahun 2012, AKI sebesar 359/100.000 KH, namun SDKI 2012 tersebut tidak melakukan perhitungan AKI per Provinsi di Indonesia, sedangkan berdasarkan data WHO tahun 2010, AKI di Indonesia sebesar 220/100.000 KH, namun angka tersebut masih jauh dibawah target Millenium Development Goals (MDGs) yang harus dicapai pada tahun 2015 yaitu menjadi 102/100.000 Kelahiran Hidup.

Jika dilihat dengan jumlah kematian ibu dari tahun ke tahun

berdasarkan data dari Kabupaten/Kota terjadi penurunan, pada tahun 2011 jumlah kematian sebanyak 129 kasus, pada tahun 2012 jumlah kematian menurun sebanyak 104 kasus, pada tahun 2013 turun sebanyak 90 kasus, pada tahun 2014 jumlah kematian naik menjadi 116 kasus dan pada tahun 2015 turun kembali menjadi 110 kasus dan pada tahun 2017

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 66

kembali naik menjadi 113 kasus seperti terlihat pada grafik dibawah ini :

Grafik Trend Penurunan Jumlah Kematian Ibu di Provinsi Sumatera Barat

Tahun 2011 – 2017

Sumber Data: Laporan Profil Kesehatan Kabupaten Kota

Upaya dalam menurunkan angka kematian Ibu dan bayi harus

dilaksanakan secara komprehensif dan saling berkaitan untuk itu penjelasan upaya-upaya yang dilakukan Pemerintah dalam menurunkan AKI dan AKB dijelaskan pada analisis upaya penurunan angka kematian Bayi sebagaimana analisa berikut ini. Analisis Pencapaian Indikator Menurunnya Angka Kematian Bayi

Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya kematian bayi berusia dibawah satu tahun, per 1000 kelahiran hidup pada tahun tertentu atau dapat dikatakan juga sebagai probabilitas bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun (dinyatakan dengan per seribu kelahiran hidup).

AKB ditetapkan melalui survey yang dilakukan setiap 5 (lima) tahun sekali oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Angka kematian bayi merupakan

129

10490

116 110 108 113

0

20

40

60

80

100

120

140

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 67

indikator yang penting untuk mencerminkan keadaan derajat kesehatan di suatu masyarakat, karena bayi yang baru lahir sangat sensitif terhadap keadaan lingkungan tempat orang tua si bayi tinggal dan sangat erat kaitannya dengan status sosial orang tua si bayi.

Disamping itu, AKB merupakan salah satu indikator yang berpengaruh terhadap Umur Harapan Hidup yang nantinya akan menentukan derajat kesehatan dan merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium yaitu MDGs 4 yaitu mengurangi kematian Bayi menjadi 23/1000 kelahiran hidup.

Angka Kematian Bayi di Indonesia dari tahun ke tahun sudah mengalami penurunan, menurut hasil SDKI 2007 dari 34/1000 KH menjadi 32/1000 KH pada tahun 2012 (SDKI tahun 2012).

Sedangkan Angka Kematian Bayi di Provinsi Sumatera Barat dibandingkan Provinsi lain di Indonesia sudah memperlihatkan penurunan yang cukup bermakna yakni dari 47/1000 KH pada tahun 2007 menjadi 27/1000 KH pada tahun 2012, meskipun secara target yang telah ditetapkan hanya mencapai 85,19%.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan kematian ibu dan bayi tersebut. Kebijakan teknis yang dilakukan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat dalam upaya menurunkan kematian ibu, bayi dan balita adalah: 1. Meningkatkan universal access dan coverage untuk pelayanan

Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) termasuk Keluarga Berencana (KB) 2. Intervensi prioritas untuk mengatasi penyebab utama kematian ibu,

bayi dan balita 3. Mendorong persalinan tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan 4. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan emergensi PONEK

(Pelayanan Obstetri dan Neonatal Komprehensif) dan PONED (Pelayanan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Dasar)

5. Meningkatkan kualitas in service training dan distribusi tenaga kesehatan: bidan PTT (Pegawai Tidak Tetap), perawat, dokter PTT (dokter dengan kewenangan tambahan), dokter spesialis (tugas belajar, pengiriman residen, sister hospital)

6. Meningkatkan ketersediaan sumber daya kesehatan: obat program dan bahan habis pakai, sarana/alat PONED dan PONEK

7. Menerapkan standar pelayanan kesehatan di Poskesdes/Polindes, Pustu (Puskesmas Pembantu, Puskesmas dan Rumah Sakit).

8. Memberdayakan keluarga dam masyarakat dalam KIA untuk meningkatkan health care seeking.

9. Pengaturan taskshifting dan perlindungan hukum bagi tenaga kesehatan.

10. Peningkatan pemanfaatan pembiayaan kesehatan yang ada melalui dana dekonsentrasi, Tugas Pembantuan, Dana Alokasi Khusus, Jamkesmas dan Jampersal.

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 68

11. Penguatan jejaring KIA. 12. Peningkatan kerja sama dengan organisasi profesi, LSM (Lembaga

Swadaya Masyarakat), Perguruan Tinggi dan swasta.

Sasaran Strategis 2.

Meningkatnya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Dengan indikator sasaran : Jumlah Kabupaten/Kota Yang Mencapai 80 % Imunisasi Dasar Lengkap Pada Anak Usia 0-11 Bulan, sasaran strategi ini terlihat pada tabel dibawah ini :

TABEL : CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA JUMLAH KABUPATEN/KOTA YANG MENCAPAI 80 % IMUNISASI DASAR

LENGKAP PADA ANAK USIA 0 – 11 BULAN TAHUN 2017

NO SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA

TARGET KINERJA REALISASI %

CAPAIAN KET

II Meningkatnya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Jumlah Kabupaten/ Kota Yang Mencapai 80 % Imunisasi Dasar Lengkap Pada Anak Usia 0 - 11 Bulan

9 11 122

TABEL CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA JUMLAH KABUPATEN/KOTA YANG MENCAPAI 80 % IMUNISASI DASAR

LENGKAP PADA ANAK USIA 0 -11 BULAN TAHUN 2017 Indikator Kinerja Utama

2016 2017 Target Realisasi Capaian Target Realisasi Capaian

Jumlah Kabupaten/Kota yang mencapai

8 9 112,5 9 11 122

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 69

80 % imunisasi dasar lengkap pada anak usia 0 -11 bulan tahun Tabel diatas memperlihatkan Jumlah Kabupaten/Kota yang mencapai 80 % imunisasi dasar lengkap pada anak usia 0 -11 bulantahun 2017 adalah 122 %, hal ini mengalami peningkatan dari hasil realisasi tahun 2016 sebesar 112,5%.

1. Pencapaian Imunisasi Dasar Lengkap Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Imunisasi, bahwa imunisasi merupkan hak anak, imunisasi diberikan kepada anak usia 0 – 11 bulan, yang dilanjutkan dengan booster pada usia 18 – 24 bulan, dan dilanjutkan dengan imunisasi anak sekolah. Target Imunisasi Dasar Lengkap secara nasional Tahun 2017 adalah 92%, Cakupan imunisasi dasar lengkap Sumatera Barat Tahun 2017 adalah 81,4%, sedangkan cakupan nasional 84,3%. Jika dibandingkan dengan cakupan Tahun 2016 yaitu 78,9%, angka cakupan tahun 2017 lebih tinggi. Cakupan imunisasi belum dapat memenuhi target nasional maupun target RPJMD hal ini disebabkan masih ada masyarakat yang belum mau memberikan imunisasi terhadap anaknya karena kesadaran akan pentingnya imunisasi masih belum optimal, ada permasalahan tentang halal dan haram imunisasi serta adanya kelompok anti vaksin.

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 70

Analisis Pencapaian Indikator Meningkatnya Cakupan Imunisasi dasar lengkap bayi usia 0 – 11 bulan Cakupan Imunisasi dasar lengkap bayi usia 0-11 bulan adalah Jumlah bayi usia 0 – 11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap dibagi jumlah sasaran bayi pada wilayah tertentu dikali 100 Data pencapaian indikator ini diperoleh dari laporan bulanan kabupaten kota secara elektronik dalam Soft Ware Pelaporan Imunisasi, yang berjenjang dari puskesmas sampai ke pusat dan kemudian dilakukan validasi per triwulan dalam pertemuan monitoring dan evaluasi. Tujuan program imunisasi adalah untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan yang disebabkan oleh penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Tujuan ini baru dapat terwujud jika cakupan imunisasi dasar lengkap bayi 0-11 bulan dapat tercapai.

Di Provinsi Sumatera Barat capaian realisasi cakupan imunisasi dasar lengkap bayi usia 0-11 bulan dari tahun ketahun menunjukan fluktuasi, berdasarkan laporan dari kabupaten/kota, trend capaian realisasi cakupan setiap tahunnya mulai dari 89% pada tahun 2011, pada tahun 2012, capaiannya tetap pada 89 %, tahun 2013 naik menjadi 91% pada tahun 2014, turun menjadi 85.90% dan pada tahun 2015 ini turun lagi menjadi 74.46%, namun tahun 2016 meningkat menjadi 82,85 % dan 2017menjadi 81,4 % seperti terlihat pada grafik dibawah ini :

Grafik Trend Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap Bayi usia 0-11

di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2011 – 2017

Sumber Data: Laporan Kabupaten/Kota Tahun 2016

Salah satu penyebab rendahnya pencapaian imunisasi lengkap ini adalah karena kebijakan Kemenkes untuk menggunakan data Pusdatin sebagai pembagi (denominator) sedangkan jumlah sasaran tersebut berbeda dengan pendataan kabupaten kota, jika dibantingkan dengan pencapaian

89 89 91 85,974,6

82,85 81,4

0

20

40

60

80

100

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 71

hasil pendataan adalah 80.5% (81.759 dari 102.040 anak terimunisasi lengkap).

Dalam mencapai indikator cakupan imunisasi dasar lengkap bayi 0-11 bulan, terdapat indikator-indikator penilaian per antigen yaitu HbO, kontak pertama, dan kontak lengkap.

Untuk cakupan imunisasi Hepatitis B0 diberikan pada bayi 0-7 hari, yang memberikan kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis B mencapai 77,9% (target 80%).

Untuk cakupan imunisasi kontak pertama (target 95%), BCG: 81,2%, Polio 1: 82,0%, DPT-HB1: 84,0%. Untuk cakupan imunisasi kontak lengkap (Target 90%), Polio 4: 80,3%, DPT-HB3: 80,9%, Campak: 77,9%. Keenam cakupan antigen ini tidak mencapai target disebabkan karena mitos bahwa anak kecil tidak boleh keluar rumah dan disuntik, di samping itu isue halal-haram dan tidak efektifnya imunisasi masih menurunkan mempengaruhi capaian imunisasi kontak pertama tahun ini. Namun jika dibandingkan dengan capaian 2014 capaian tahun ini sudah jauh meningkat. Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengcounter ise negatif imunisasi di masyarakat kita sepanjang tahun ini sudah mulai menunjukkan hasil. Perlahan cakupan imunisasi Sumatera Barat mulai berjalan mendekati target kembali. Kegiatan dan inovasi dalam usaha pencapaian target indikator program di 2017: 1) Melaksanakan refreshing dan update informasi terkait imunisasi

kepada jurim koordinator dan bidan desa 2) Melaksanakan sosialisasi pengelolaan coldchain imunisasi kepada

DPS dan pengelola RS swasta dalam upaya menjaga kualitas vaksin 3) Melakukan talkshow TV dan radio spot tentang pentingnya imunisasi,

imunisasi lanjutan dan vaksin pentavalen untuk memperluas jangkauan sosialisasi bagi masyarakat umum.

4) Memberikan akses (pelayanan) kepada masyarakat dan swasta melalui imunisasi rutin dan terus menerus yang dilakukan pada periode waktu yang telah ditentukan berdasarkan kelompok usia sasaran, imunisasi rutin dibagi menjadi : rutin pada bayi, wanita usia subur, dan anak sekolah

5) Mengadakan Pekan Posyandu Tingkat Provinsi Sumatera Barat untuk kembali mengkampanyekan dan membangun kesadaran dan peran serta masyarakat akan pentingnya posyanduu

6) Membangun kemitraan dan jejaring kerja 7) Menjamin ketersediaaan dan kecukupan vaksin, peralatan rantai

vaksin dan alat suntik 8) Menerapkan sistem pemantauan wilayah setempat (PWS) untuk

menentukan prioritas kegiatan serta tindakan perbaikan 9) Pelayanan imunisasi dilaksanakan oleh tenaga profesional/terlatih 10) Pelaksanaan sesuai dengan standard

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 72

11) Memanfaatkan perkembangan methoda dan tekhnologi yang lebih efektif berkualitas dan efisien

12) Advokasi, fasilitasi dan pembinaan program terutama dalam hal pemetaan masalah capaian program dan kualitas data imunisasi per kab/kota melalui kegiatan Data Quality Assesment (DQS), Efecttive Vaksin Supply Management (EVSM) dan supervisi suportif imunisasi.

13) Sosialisasi dan advokasi penerapan kebijakan vaksin pentavalen (DPT –Hb-Hib) dan imunisasi tambahan di 2017

Kendala dalam pelaksanaan program adalah: 1) Komitmen daerah tentang pentingnya imunisasi masih rendah di

beberapa kabupaten/kota 2) Menurunnya motivasi petugas 3) Dukungan dana terhadap program imunisasi semakin berkurang 4) Masih rendahnya peran lintas sektor dan lintas program terhadap

program imunisasi 5) Kunjungan ke posyandu relatif menurun terutam di daerah perkotaan 6) Promosi aktif terhadap program imunisasi mulai ditinggalkan di

beberapa daerah karena dianggap program rutin dan program lama 7) Sistim Pencatatan dan Pelaporan khususnya untuk skreening status

TT bumil dan WUS dilapangan belum optimal. 8) Cakupan BIAS yang tidak mencapai target 9) Masih berkembangnya isue halal haram dan vaksin inefektif

dibeberapa wilayah yang menurunkan kepercayaan dan keinginan masyarakat untuk memberikan imunisasi dasar kepada bayi mereka.

Upaya yang sudah dilakukan saat ini untuk memecahkan masalah yang ada adalah: 1) Validasi data jumlah sasaran per Jorong/Desa/Kelurahan dan

membandingkan dengan pencapaian akhir tahun 2015 ( angka absolut).

2) Penyebaran luasan informasi lebih awal kepada orang tua murid tentang manfaat Imunisaisi DT dan Campak dan TT sehingga pada saat pelaksanaan BIAS tidak ada alasan orang tua murid menolak anaknya untuk diimunisasi.

3) Mengalokasikan dana swepping untuk imunisasi rutin dan BIAS. 4) Perencanaan program yang melibatkan Pemda Kab/Kota khusunya

dalam mengalokasikan anggaran. 5) Memprioritaskan kegiatan tambahan dan memperkuat kegiatan rutin 6) Kesepakatan dengan program KIA agar pencatatan Status T bagi

Bumil & WUS agar mengacu ke pencatatan TT5 dosis. 7) Meningkatkan promosi tentang imunisasi 8) Refreshing kemampuan teknis petugas secara bertingkat

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 73

9) Mengampanyekan kembali manfaat vaksinasi ke masyarakat dengan menggandeng rokoh-tokoh agama dan masyarakat lainnya

10) Membuat suatu kebijakan/peraturan daerah/edaran/himbauan yang mewajibkan orang tua memberikan hak anak untuk mendapat imunisasi

11) Advokasi, fasilitasi dan pembinaan program terutama dalam hal pemetaan masalah capaian program dan kualitas data imunisasi per kab/kota melalui kegiatan Data Quality Assesment (DQS), Efecttive Vaksin Supply Management (EVSM) dan supervisi suportif imunisasi.

Tujuan 3. Meningkatkan Keikutsertaan Masyarakat Dalam

Program Jaminan Kesehatan Nasional

Sasaran Strategis 1.

Meningkatnya Kepesertaan Jaminan Kesehatan

Dengan indikator sasaran : Persentase Masyarakat Yang Memiliki Jaminan Kesehatan, capaian dari sasaran ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

TABEL : CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA PERSENTASE MASYARAKAT YANG MEMILIKI JAMINAN KESEHATAN

TAHUN 2017

NO SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA

TARGET KINERJA

REALI-SASI

% CAPAIAN KET

I Meningkatnya Kepesertaan Jaminan Kesehatan

Persentase Masyarakat Yang Memiliki Jaminan Kesehatan

70 71 101

Capaian kinerja dari indikator kinerja utama diatas dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

TABEL CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA

PERSENTASE MASYARAKAT YANG MEMILIKI JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2017

Indikator Kinerja

Utama 2016 2017

Target Realisasi Capaian Target Realisasi Capaian Persentase masyarakat yang memiliki jaminan kesehatan

73,96 69,27 93,66 70 73,52 105,02

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 74

Tabel diatas memperlihatkan Persentase masyarakat yang memiliki jaminan kesehatan tahun 2017 adalah 105,02 %, hal ini mengalami peningkatan dari hasil realisasi tahun 2016 sebesar 93,66%. Dalam mencapai indikator kinerja maka ditetapkan program dan kegiatan agar pencapaian target tepat sasaran. Untuk Menuju Universal Coverage JPKM maka ditetapkan dengan Indikator Kinerja Program Persentase masyarakat yang memiliki jaminan kesehatan pada sumber dana APBD Bantuan Keuangan untuk Peningkatan Pelayanan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin dengan indikator Persentase PBI yang tercover Jaminan Kesehatan. Kegiatan ini secara umum merupakan upaya meningkatkan akses masyarakat miskin dan tidak mampu terhadap pelayanan kesehatan. Secara khusus tujuannya adalah agar tersedianya biaya pelayanan kesehatan bagi Penerima Bantuan Iuran (PBI) Daerah Provinsi Sumatera Barat di kabupaten/Kota. Kegiatan ini juga ditunjang secara sinergisoleh Program Manajemen Kesehatan 3.1.1. Sasaran Strategis 5. Meningkatnya Penduduk Yang Mempunyai

Jaminan Kesehatan Dalam pencapaian sasaran strategis Meningkatnya Penduduk yang

mempunyai Jaminan Kesehatan diidentifikasikan dengan 1 (satu) Indikator Kinerja Utama yaitu : Penduduk yang mempunyai Jaminan Kesehatan.

Persentase Penduduk yang mempunyai Jaminan Kesehatan adalah jumlah penduduk yang mempunyai kaminan kesehatan dibagi jumlah keseluruhan penduduk pada kurun waktu tertentu dilkali 100 .

Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yg diberikan kepada setiap orang yg telah membayar iuran/iurannya dibayar oleh Pemerintah.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Kesehatan Nasional dan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial diselenggarakan Jaminan Kesehatan Nasional terhitung 1 Januari 2014. Berdasarkan hal tersebut Program Jaminan Kesehatan Sumatera Barat Sakato berintegrasi dengan Program Jaminan Kesehatan Nasional melalui kebijakan Peraturan Gubernur Nomor 50 Tahun 2014 tentang Integrasi Jaminan Kesehatan Sumatera Barat Sakato ke dalam Jaminan Kesehatan Nasional melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan.

Program Jamkesda telah dilaksanakan sejak tahun 2007 berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 40 Tahun 2007 dan ditindaklanjuti dengan Peraturan Daerah Nomor 10 tahun 2011 tentang penyelenggaraan program Jaminan Kesehatan Sumatera Barat Sakato.

Sesuai dengan roadmap Jaminan Kesehatan dan Peraturan Presiden

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 75

Nomor 111 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan bahwa target pencapaian jaminan kesehatan semesta (Indonesian Total Coverage) yaitu tahun 2019. Sehingga Propinsi Sumatera Barat merubah target RPJMD yang telah ditetapkan sebelumnya dengan menyesuaikan dengan pentahapan Nasional.

Di Provinsi Sumatera Barat secara rata-rata Cakupan penduduk yang mempunyai jaminan kesehatan dari tahun ketahun menunjukan peningkatan secara bermakna, berdasarkan laporan dari kabupaten/kota, trend peningkatan cakupan setiap tahunnya mulai dari 53.8% pada tahun 2011, menjadi 65.07 % tahun 2012, 70.16 % pada tahun 2013, 73.52 % pada tahun 2014 dan menjadi 75.55% pada tahun 2015, tahun 2017 menjadi 69.14% seperti terlihat pada grafik dan grafik dibawah ini :

Grafik

Trend Cakupan penduduk yang mempunyai Jamkes di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2011 – 2017

Sumber Data: Laporan Kabupaten/Kota Tahun 2017

Cakupan kepesertaan Jaminan Kesehatan Sumatera Barat sebesar

tahun 2017 sudah sebesar 69,41 % (3.766.470 jiwa) terjadi penurunan dari tahun 2015 75,55 % hal ini terjadi karena terjadinya peningkatan penghitungan jumlah penduduk di Sumatera Barat pada tahun 2017 menjadi 5.462.129 orang dari tahun 2015 sebesar 5.196.300 jiwa dan penghitungan kepesertaan Jaminan Kesehatan Sumatera Barat sudah memperhitungkan kepesertaan asuransi asuransi kesehatan lainnya seperti PT Sanjung Husada Mandiri, JPKM Sawahlunto, Asuransi swasta dan Jaminan Kesehatan Sabiduak Sadayuang. Beberapa kendala yang ditemukan dalam pencapaian jaminan kesehatan antara lain :

53,8

65,0770,16 73,52 75,55

69,27 70,39

0

10

20

30

40

50

60

70

80

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 76

1) Masih banyaknya badan usaha yang belum mendaftarkan pekerjanya sebagai peserta jaminan kesehatan,

2) Kesadaran masyarakat sebagai peserta mandiri masih rendah. 3) Berkurangnya kepesertaan jaminan kesehatan sumatera barat sakato

karena duplikasi dan tidak tepat sasaran hasil rekonsiliasi data. 4) Perubahan definisi operasional cakupan jaminan kesehatan oleh

pemerintah pusat yaitu kepesertaan sistem jaminan sosial nasional, tentu berdampak pada perubahan target dan sasaran cakupan jaminan kesehatan Sumatera Barat, karena tahun 2017 kepesertaan jaminan kesehatan sebagai peserta BPJS Kesehatan Sumatera Barat baru 69,14%.

Upaya yang dilakukan dalam peningkatan cakupan pencapaian jaminan kesehatan antara lain : 1) Mengintegrasikan program Jaminan Kesehatan Sumatera Barat Sakato

(Jamkes Sumbar Sakato) ke dalam Jaminan Kesehatan Nasional, program ini merupakan program pemberian jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu yang tidak masuk kuota peserta penerima bantuan iuran bersumber APBN. Iuran Jaminan Kesehatan peserta Program Jaminan Kesehatan Sumatera Barat Sakato didanai dari sharing dana Pemerintah Propinsi Sumatera Barat 40% dan Pemerintah Kabupaten/Kota 60%.

2) Melakukan pelaksanaan sosialisasi tentang Jaminan Kesehatan Mandiri dengan melibatkan lintas sektor dan stake holder terkait.

Hal-hal yang mendukung didalam pelaksanaan kegiatan jaminan kesehatan antara lain :

1) Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan, terhitung 1 Januari 2015, badan usaha besar dan menengah wajib mendaftarkan diri dan pekerja sebagai peserta jaminan kesehatan nasional.

2) Peraturan Gubernur Nomor 50 Tahun 2014 tentang Integrasi Jaminan Kesehatan Sumatera Barat Sakato ke dalam Jaminan Kesehatan Nasional melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan.

3) Peraturan Gubernur Nomor 40 Tahun 2007 dan ditindaklanjuti dengan Peraturan Daerah Nomor 10 tahun 2011 tentang penyelenggaraan program Jaminan Kesehatan Sumatera Barat Sakato.

4) Komitmen Pemda Sumatera Barat dalam mendukung pelaksanaan kegiatan Jamkes dengan terus meningkatnya anggaran pembiayaan. Pembiayaan Jaminan Kesehatan Sumatera Barat Sakato dari tahun

ke tahun terjadi peningkatan pembiayaan cukup signifikan seiring dengan peningkatan kepesertaan yang didaftarkan oleh kabupaten/kota, tetapi

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 77

pada tahun 2013 sampai 2015 peningkatan kepesertaan juga diiringi dengan peningkatan besaran premi. Pada tahun 2013 besaran premi Rp 12.000,- untuk tahun 2014 sejak diselenggarakan jaminan kesehatan nasional, program jaminan kesehatan Sumatera Barat Sakato berintegrasi ke Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) dengan premi Rp 19.225,- . Namun pada tahun 2017 terjadi perubahan premi menjadi Rp. 23.000,- dan aturan pemindahan beberapa urusan ynag menjadi kewajiban pemerintah kabupaten kota ke pemerintah provinsi sehingga hal tersebut berdampak pada pembiayaan daerah sehingga diterbitkan kebijakan pemerintah provinsi untuk merubah sharing pemerintah provinsi dari 40 % menjadi 20 % dan pemerintah kabupaten kota dari 60% menjadi 80%, r seperti pada tabel dibawah ini :

Tabel 2.12

Pembiayaan Jaminan Kesehatan Sumbar Sakato Tahun 2011 – 2017

No Tahun Anggaran Premi Sharing

1 2011 10,099,534,026 6,000 50 : 50 2 2012 15,291,171,757 6,000 60 : 40 3 2013 33,476,052,000 12,000 60 : 40 4 2014 72,841,540,980 19,225 60 : 40 5 2015 65,708,942,940 19,225 60 : 40 6 2016 72,971,916,000 19,225 60 : 40 7 2017 34,138,329,600 23,000 80 : 20

Sumber data : Laporan Dinas Kesehatan Provinsi dan Kab/Kota Tahun 2011-2017 Pada tahun 2015 Pemerintahan Provinsi Sumatera Barat mendapatkan penghargaan dari pemerintah pusat yaitu JKN Award atas partisipasi pemerintah daerah mengintegrasikan program Jaminan Kesehatan Sumatera Barat Sakato ke Jaminan Kesehatan Nasional. Tujuan 4. Meningkatkan tata kelola pemerintah yang baik

dengan pelayanan publik yang prima, transparan, aspiratif dan partisipatif

Sasaran Strategis 1.

Meningkatnya Tata Kelola Organisasi

Dengan indikator sasaran sebagai berikut : 1. Persentase Capaian Realisasi Fisik Pelaksanaan Program/ Kegiatan

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 78

2. Persentase Capaian Realisasi Keuangan Pelaksanaan Pelaksanaan Program/ Kegiatan 3. Hasil Penilaian Evaluasi Akuntabilitas Kinerja sasaran strategi ini terlihat pada tabel dibawah ini :

TABEL : CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA PERSENTASE CAPAIAN REALISASI FISIK/KEUANGAN PELAKSANAAN

KESEHATAN TAHUN 2017

NO SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA

TARGET KINERJA REALISASI %

CAPAIAN KET

V Meningkatnya Tata Kelola Organisasi

1. Persentase Capaian Realisasi Fisik Pelaksanaan Program/ Kegiatan

100 98 98

2. Persentase Capaian Realisasi Keuangan Pelaksanaan Program/ Kegiatan

95 91 95

3. Hasil Penilaian Evaluasi Akuntabilitas Kinerja

B Belum dinilai

Capaian kinerja dari indikator kinerja utama pertama dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

TABEL CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA PERSENTASE CAPAIAN REALISASI FISIK PELAKSANAAN

PROGRAM/KEGIATAN TAHUN 2017

Indikator Kinerja Utama

2016 2017 Target Realisasi Capaian Target Realisasi Capaian

Persentase Capaian Realisasi Fisik Pelaksanaan Program/ Kegiatan

100 99,61

99,61 100 97 97

Capaian realisasi fisik tahun 2017 mengalami penurunan dari tahun 2016

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 79

Faktor-faktor penyebab penurunan ini antara lain : Adanya perubahan aturan-aturan pelaksanaan kegiatan sehingga kegiatan

tidak dapat dilakukan secara maksimal. Adanya kegiatan yang tidak terlaksana.

Implikasi yang timbul terhadap target capaian program Renstra SKPD. Terhadap target capaian program Renstra SKPD tidak berpengaruh karena kegiatan tersebut merupakan salah satu kegiatan pendukung yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap pencapaian indikator renstra SKPD. Kebijakan/tindakan perencanaan dan penganggaran untuk mengatasi faktor-faktor penyebab tersebut diatas al: Mengupayakan pelaksanaan kegiatan fisik dan keuangan sejalan Seluruh program dan kegiatan yang diusulkan betul-betul ditujukan untuk

pencapaian indikator Renstra Dinas Kesehatan Provinsi. Meningkatkan koordinasi perencanaan program antara Pusat, Provinsi dan

Kabupaten/Kota. Meningkatkan kualitas perencanaan dan penganggaran Capaian kinerja dari indikator kinerja utama kedua dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

TABEL CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA PERSENTASE CAPAIAN REALISASI KEUANGAN PELAKSANAAN

PROGRAM/KEGIATAN TAHUN 2017

Indikator Kinerja Utama

2016 2017 Target Realisasi Capaian Target Realisasi Capaian

Persentase Capaian Realisasi Keuangan Pelaksanaan Program/ Kegiatan

100 96,19 96,19 100 91 91

Capaian Indikator Kinerja Utama untuk realisasi Keuangan dari pelaksanaan program/kegiatan adalah sebesar 91 % menurun dibandingkan realisasi tahun 2016 sebesar 96,19 %. Capaian realisasi keuangan tahun 2017 mengalami penurunan dari tahun 2016 Faktor-faktor penyebab penurunan ini antara lain : Sisa dan efisiensi dari kegiatan pelatihan/Workshop/pertemuan berupa

selisih biaya akomodasi, honor, transport, makan/minum peserta dan nara sumber.

Efisiensi dari perjalanan dinas dalam daerah dan luar daerah. Efisiensi pemeliharaan kendaraan, premium dan pemeliharaan gedung

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 80

kantor. Efisiensi biaya air, listrik dan telepon serta sewa jaringan internet. Sisa dari pelaksanaan tender dan pengadaan barang dan jasa. Adanya perubahan aturan-aturan pelaksanaan kegiatan sehingga kegiatan

tidak dapat dilakukan secara maksimal Adanya kegiatan yang tidak terlaksana.

Implikasi yang timbul terhadap target capaian program Renstra SKPD. Terhadap target capaian program Renstra SKPD tidak berpengaruh karena kegiatan tersebut merupakan salah satu kegiatan pendukung yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap pencapaian indikator renstra SKPD. Kebijakan/tindakan perencanaan dan penganggaran untuk mengatasi faktor-faktor penyebab tersebut diatas al: Mengupayakan pelaksanaan kegiatan fisik dan keuangan sejalan Peningkatan pemahaman dan pengetahuan terhadap aturan-aturan danlam

penyusunan perencanaan dan penganggaran sebuah kegiatan. Seluruh program dan kegiatan yang diusulkan betul-betul ditujukan untuk

pencapaian indikator Renstra Dinas Kesehatan Provinsi. Meningkatkan koordinasi perencanaan program antara Pusat, Provinsi dan

Kabupaten/Kota. Meningkatkan kualitas perencanaan dan penganggaran Capaian kinerja dari indikator kinerja utama ketiga dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

TABEL CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA HASIL PENILAIAN EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA

TAHUN 2017

Indikator Kinerja Utama

2016 2017 Target Realisasi Capaian Target Realisasi Capaian

Hasil Penilaian Evaluasi Akuntabilitas Kinerja

C B- 100 B - -

Realisasi untuk penilaian Akuntabilitas belum terlaksana, hal ini menunggu penilaian dari Inspektorat Provinsi Sumatera barat

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 81

Akuntabilitas Keuangan Secara detail alokasi anggaran dan realisasi anggaran serta persentase capaian menurut Program dan Kegiatan pembangunan kesehatan pada tahun anggaran 2017 di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel Belanja Langsung Program/Kegiatan Tahun 2017

NO PROGRAM/KEGIATAN PAGU SETELAH PERUBAHAN REALISASI %

I PROGRAM PELAYANAN ADMINISTRASI PERKANTORAN

5,523,727,628 3,289,245,920 59.55

1 Penyediaan Jasa Surat Menyurat

56,334,096 52,121,836 92.52

2 Penyediaan Jasa Kom. Sumber Daya Air & Listrik

1,892,780,000 1,444,333,613 76.31

3 Penyediaan Jasa Jaminan Barang Milik Daerah

130,350,000 128,499,335 98.58

4 Penyediaan Jasa Kebersihan Kantor

965,424,780 886,480,404 91.82

5 Penyediaan Alat Tulis Kantor 313,034,200 312,824,410 99.93 6 Penyediaan Barang Cetakan

dan Penggandaan 381,287,600 365,977,465 95.98

7 Penyediaan Komponen Instalasi Listrik/ Penerangan Bangunan Ktr

105,052,107 104,960,231 99.91

8 Penyediaan Peralatan dan Perlengkapan Kantor

395,798,800 388,668,600 98.2

9 Penyediaan Bahan Bacaan dan Peraturan Perundang-Undangan

27,406,000 23,262,000 84.88

10 Penyediaan Bahan Logistik Kantor

134,205,000 133,068,000 99.15

11 Penyedian Makanan dan Minuman

67,392,000 55,663,000 82.6

12 Rapat-rapat koordinasi dan Konsultasi Dalam Daerah

720,683,045 636,277,475 88.29

13 Penyediaan Jasa Informasi, Dokumentasi dan Publikasi

265,900,000 253,565,000 95.36

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 82

NO PROGRAM/KEGIATAN PAGU SETELAH PERUBAHAN REALISASI %

14 Penyediaan Jasa Pembinaan Fisik dan Mental Aparatur

68,080,000 45,950,000 67.49

PROGRAM PENINGKATAN SARANA & PRASARANA APARATUR

3,524,722,057 3,036,512,443 86.15

15 Pengadaan Mebeluer 15,000,000 15,000,000 100 16 Pengadaan Peralatan Dan

Perlengkapan Kantor 609,358,825 607,444,400 99.69

17 Pemeliharaan Rutin/ Berkala Gedung Kantor

1,496,618,097 1,149,878,328 76.83

18 Pemeliharaan Rutin/ Berkala Kendaraan Dinas/ Operasional

532,169,046 477,319,706 89.69

19 Pemel. Rutin/ Berkala Peralatan & Perlengkapan Gedung Kantor

195,128,650 172,281,909 88.29

20 Pemel. Rutin/ Berkala meubiler 59,647,439 59,584,000 99.89 21 Pemel. Rutin/ Berkala

Komputer dan Jaringan 269,000,000 243,982,600 90.7

22 Pemeliharaan rutin/ berkala alat studio, alat komunikasi dan alat informasi

39,500,000 37,361,500 94.59

23 Pemeliharaan rutin/ berkala komputer dan jaringan komputerisasi..

194,300,000 161,860,000 83.3

24 Pengadaan Komputer dan Jaringan Komputerisasi

37,000,000 37,000,000 100

25 Pengadaan Peralatan Studio Komunikasi dan Informasi

77,000,000 74,800,000 97.14

PROGRAM PENINGKATAN

DISIPLIN APARATUR 289,324,000 270,643,000 93.54

26 Pengadaan Pakaian Dinas

Beserta Perlengkapannya 289,324,000 270,643,000 93.54

PROGRAM PENINGKATAN

KAPASITAS SUMBER DAYA APARATUR

26,250,000 24,150,000 92

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 83

NO PROGRAM/KEGIATAN PAGU SETELAH PERUBAHAN REALISASI %

27 Bimtek Implementasi Peraturan

Perundang-Undangan 26,250,000 24,150,000 92

PROGRAM PENINGKATAN

PENGEMBANGAN SISTEM PELAPORAN CAPAIAN KINERJA DAN KEUANGAN

522,275,350 509,509,300 97.56

28 Penyusunan Laporan Capaian

Kinerja dan Ikhtisar Realisasi Kinerja SKPD

55,268,850 55,224,200 99.92

29 Penatausahaan Keuangan SKPD

467,006,500 454,285,100 97.28

PROGRAM PERENCANAAN,

PENGELOLAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN KEGIATAN DAN ASSET

279,725,950 241,725,300 86.42

30 Penyusunan Perencanaan Dan

Penganggaran SKPD 87,491,450 87,491,000 100

31 Pengelolaan, Pengawasan dan Pengandalian Aset SKPD

192,234,500 154,234,300 80.23

PROGRAM KEBIJAKAN &

MANAJEMEN PEMBANGUNAN KES

507,388,837 223,433,850 44.04

32 Pertemuan Koordinasi Bidang

Kesehatan Provinsi Sumatera Barat

91,545,100 88,393,100 96.56

33 Sosialisasi Hukum Kesehatan Dan Produk Hukum Lainnya

23,916,600 17,472,400 73.06

34 Monitoring Dan Evaluasi Perencanaan Dan Hukum Kesehatan

123,344,662 117,568,350 95.32

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 84

NO PROGRAM/KEGIATAN PAGU SETELAH PERUBAHAN REALISASI %

PROGRAM OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN

8,878,854,592 13,865,691,583 156.17

35 Pengadaan Obat & Perbekalan

Kes (Buffer Stock) 3,123,239,750 2,765,609,762 88.55

36 Pengadaan Bahan Kimia dan Perbekalan Labkes

1,806,554,500 1,777,372,500 98.38

37 Pengadaan Obat-Obatan Bahan Habis Pakai BKMM

1,982,843,000 1,803,966,768 90.98

38 Pengadaan Obat-obatan dan Perbekalan Kesehatan BP4

1,747,820,700 1,703,349,913 97.46

39 Workshop Program Obat dan Perbekalan Kesehatan

91,138,642 81,773,207 89.72

40 Pengelolaan Obat Buffer Stock Provinsi

127,258,000 87,006,650 68.37

PROGRAM UPAYA

KESEHATAN MASYARAKAT (UKM)

11,676,556,685 10,189,595,045 87.27

41 Penilaian Puskesmas

Berprestasi Dan Tenaga Kesehatan Teladan

166,638,650 152,714,850 91.64

42 Workshop Program Kesmas Dan Rujukan

107,963,450 94,589,550 87.61

43 Peningkatan Pelayanan Siaga & Tindak Siaga Medik

5,661,959,656 5,032,202,758 88.88

44 Monitoring dan Evaluasi Dalam Rangka Peningkatan Laboratorium Kesehatan sebagai Rujukan

95,259,478 91,236,551 95.78

45 Bhakti Sosial Operasi Katarak di Kab/Kota

118,213,400 104,982,422 88.81

46 Pengambilan Sampel Lapangan Laboratorium

178,414,500 174,885,405 98.02

47 Pelatihan Manajemen Asfiksia Dan BBLR Bagi Perawat/ Bidan Puskesmas.

128,666,650 122,136,400 94.92

48 Supervisi Terpadu Pencapaian SDGs

82,028,800 76,594,500 93.38

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 85

NO PROGRAM/KEGIATAN PAGU SETELAH PERUBAHAN REALISASI %

49 Pertemuan Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan

31,742,100 28,967,100 91.26

50 Pendampingan Ibu Hamil Resiko Tinggi

877,165,100 840,949,100 95.87

51 Penjaringan dan Pengobatan Kesehatan Indera

165,571,223 147,706,878 89.21

52 Surveilence Standarisasi Pelayanan Kesehatan Indera

182,358,800 167,880,198 92.06

53 Persiapan UPTD BKIM Menuju BLUD

105,102,050 -

54 TOT Kelas Ibu Hamil Dan Balita 59,092,300 56,059,300 94.87 55 Review Program KIA Dan

Kunjungan Neonatus Dan Nifas Bagi Bidan

188,736,600 180,979,850 95.89

56 Review Peningkatan Kualitas Hidup Anak

67,839,150 63,693,150 93.89

57 Pelatihan Teknis Petugas Laboratorium Kab Kota Dan RS

275,836,950 266,803,700 96.73

58 Workshop Program Teknologi Kesehatan Penunjang Dan Makmin

139,326,350 103,247,750 74.1

59 Penilaian Dan Pembinaan Rumah Sakit Sayang Ibu, Tenaga Medis Sub Spesialis Teladan

89,221,100 72,602,470 81.37

60 Pertemuan Otopsi Verbal Dan Audit Maternal Perinatal & Medik KB

81,376,375 74,269,375 91.27

61 Workshop Pemantauan Dan Pengendalian Infeksi Dan Pasien Safety

61,517,750 43,679,850 71

62 Analisis Akselerasi Pembinaan Dan Pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah

84,252,375 77,989,375 92.57

63 Review Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Remaja Esential Terpadu

67,694,100 65,174,050 96.28

64 Pengelolaan Badan Pengawas Rumah Sakit

144,087,400 139,870,050 97.07

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 86

NO PROGRAM/KEGIATAN PAGU SETELAH PERUBAHAN REALISASI %

65 Pengadaan Logistik Pasien dan Petugas UPTD

944,580,000 905,126,270 95.82

66 Pelayanan Kesehatan Tim P3K 150,845,950 143,199,864 94.93 67 Monitoring dan evaluasi

program akreditasi, registrasi dan sertifikasi.

200,809,100 199,766,789 99.48

68 Penilaian Laboratorium Oleh KAN Dalam Rangka Evaluasi ISO 17025 dan ISO 15189

175,088,550 171,111,000 97.73

69 Bimtek Penyusunan Dokumen Akreditasi Institusi Bkom & Pelkes.

41,072,150 27,999,200 68.17

70 Kesiapsiagaan Bencana dan Pemantauan Daerah Pra dan Pasca Bencana

78,443,500 44,690,095 56.97

71 Workshop Pra Dan Pasca Bencana 19 Kab/Kota Dan Rs

27,107,900 26,415,600 97.45

72 Workshop Program Akreditasi Dan Perizinan

92,421,200 80,979,850 87.62

73 Surveilance Oleh Tim ISO 43,851,750 - 74 Pelatihan Pelayanan Darah 51,020,900 44,444,900 87.11 75 TOT Diklat Olah Raga 103,618,481 92,357,057 89.13 76 Workshop Persiapan Akreditasi

Paru 119,534,350 62,490,000 52.28

77 Workshop Service Exellent Dan Kominikasi Efektif

59,163,450 47,784,238 80.77

78 Workshop Pelayanan Kesehatan Tradisional

71,284,350 64,935,550 91.09

79 Penilaian Indek Kepuasan Dinkes dan UPTD

100,000,000 99,080,000 99.08

PROGRAM PENINGKATAN

SDM KESEHATAN 823,417,358 725,563,190 88.12

80 Penampatan dan penarikan Dr/

Drg PTT dan Bidan PTT 83,062,208 76,575,045 92.19

81 Workshop Pembekalan Dan Pendampingan Dokter Internsip

126,179,650 120,804,150 95.74

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 87

NO PROGRAM/KEGIATAN PAGU SETELAH PERUBAHAN REALISASI %

82 Pelatihan Teknis Peningkatan Kapasitas SDM Siaga Bencana

205,537,500 199,556,900 97.09

83 Workshop Validasi Data SDM Kesehatan

129,871,700 121,961,250 93.91

84 Magang Tenaga Laboratorium Kesehatan

74,248,000 61,040,345 82.21

85 Magang Tenaga Bkom & Pelkes 69,504,000 30,502,200 43.89 86 Pelatihan KLB Keamanan

Pangan 104,510,300 99,174,300 94.89

87 Peningkatan Sumber Daya BKIM

30,504,000 15,949,000 52.28

88 Pemantauan Dan Pengamanan Makanan (Food Secrity)

203,448,547 67,852,000 33.35

PROGRAM PENGADAN,

PENINGKATAN DAN PRASARANA RS/ RUMAH SAKIT JWA/ RS PARU-PARU/ RS MATA

41,021,575,167 33,355,501,574 81.31

89 Pembangunan Lanjutan RS

Khusus Paru 30,005,087,317 26,670,551,545 88.89

90 Studi Kelayakan BKIM 90,970,850 88,880,650 97.7 91 Pengadaan Sarana Perawatan

Bagi Penderita Akibat Asap Rokok (DBHCTH)

7,695,050,000 5,932,727,200 77.1

92 Pengadaan Sarana Dan Prasarana RS Paru (DAK)

3,230,467,000 663,342,179 20.53

PROGRAM PEMELIHARAAN

SARANA DAN PRASARANA RS/ RSJ/ RS PARU-PARU/ RS MATA

558,550,310 -

0

93 Pemeliharaan Alat labor & dan

alkes UPTD 558,550,310 556,593,400 99.65

PROGRAM KEBIJAKAN &

MANAJEMEN PEMBANGUNAN KES

507,388,837 227,259,450 44.79

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 88

NO PROGRAM/KEGIATAN PAGU SETELAH PERUBAHAN REALISASI %

94 Workshop Asistensi Data

Elektronik Dan Jaringan 34,450,050 27,802,400 80.7

95 Workshop Analisis Dan Verifikasi Data Kesehatan Berbasis Elektronik

197,082,325 163,730,500 83.08

96 Workshop Verifikasi Data Pelayanan Kesehatan

37,050,100 35,726,550 96.43

PROGRAM PERBAIKAN GIZI

MASYARAKAT 1,050,787,170 6,618,108,500 629.82

97 Workshop Program Gizi

Terintegrasi 111,842,950 95,652,000 85.52

98 Supervisi Manajemen Pemberian Makanan Bayi Dan Anak

151,454,350 146,654,300 96.83

99 Peningkatan Kapasitas Petugas Dalam Pencegahan & Penanggulangan Kegemukan & Obesitas Pada Anak Sekolah.

78,213,100 75,613,100 96.68

100 Workshop Tatalaksana Gizi Buruk Di Puskesmas Rawatan

87,833,200 82,922,700 94.41

101 Pendidikan Dan Pemulihan Gizi Berbasis Masyarakat (Positif Devience)

153,675,070 148,515,060 96.64

102 Supervisi Fasilitatif Status Gizi Dan Intelegensia Lansia

78,532,900 70,746,150 90.08

103 Evaluasi Kesehatan Pokja PMT - AS Di Sektor Kesehatan

31,417,200 30,927,200 98.44

104 Workshop Kemitraan Gizi Dengan PKK

99,076,750 97,101,750 98.01

105 Pelatihan Konseling Asi Bagi Petugas Dalam Rangka Program Gerakan Pensejahteraan Masyarakat Pesisir (GEPEMP).

155,436,250 150,836,250 97.04

106 Lomba Balita Sehat 50,393,900 50,013,900 99.25

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 89

NO PROGRAM/KEGIATAN PAGU SETELAH PERUBAHAN REALISASI %

107 Sosialisasi Proses Asuhan Gizi Terstandar Dan Review Pelaksanaan Gizi Saat Bencana

52,911,500 52,041,500 98.36

PROGRAM PROMOSI

KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

1,420,707,112 1,339,392,100 94.28

108 Pengembangan Media Promosi

& Komunikasi Informasi Dan Edukasi

798,584,800 756,459,400 94.72

109 Workshop Jambore Kader PKK KB/ KES

32,254,659 28,766,350 89.19

110 Kampanye Kesehatan Tingkat Provinsi Dalam Rangka Pencapaian MDGs

330,950,469 312,717,750 94.49

111 Kampanye Dalam Rangka Bulan Promosi Kesehatan

118,543,234 104,792,000 88.4

112 Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS)

108,680,000 107,150,000 98.59

113 Pertemuan Pengembangan Program Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS).

31,693,950 29,506,600 93.1

114 Pemeriksaan Kebugaran Anak Sekolah Dan PNS

54,202,200 51,402,200 94.83

PROGRAM PENGEMBANGAN

LINGKUNGAN SEHAT 489,508,050 414,997,455 84.78

115 Supervisi Pengawasan Dan

Pemantauan Hygiene Sanitasi Lingkungan

95,699,900 83,091,900 86.83

116 Verifikasi Kabupaten Kota Sehat

34,401,000 27,276,000 79.29

117 Workshop Sanitasi Rumah Sakit

57,188,350 55,622,550 97.26

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 90

NO PROGRAM/KEGIATAN PAGU SETELAH PERUBAHAN REALISASI %

118 Workshop Percepatan Sanitasi Pemukiman Dan Penilaian Lingkungan Bersih Dan Sehat

58,176,800 57,124,550 98.19

119 Workshop Pamsimas Dan Penyehatan Lingkungan Lainnya

206,838,000 165,978,455 80.25

120 Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan UPTD

37,204,000 25,904,000 69.63

PROGRAM PENCEGAHAN &

PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR

1,845,667,100 1,613,888,449 87.44

121 Workshop Surveilance Dan

Kejadian Luar Biasa 102,878,800 80,871,831 78.61

122 Penanggulangan HIV/ AIDS 97,080,300 89,410,650 92.1 123 Penanggulangan Dan

Pemberantasan Demam Berdarah Dengue (DBD)

149,083,000 134,377,900 90.14

124 Penanggulangan Flu Burung 31,873,700 26,384,850 82.78 125 Pelatihan Konselor HIV/ AIDS 85,243,700 83,808,700 98.32 126 Workshop Program

Tubercolusis (TB) 57,385,000 55,678,800 97.03

127 Pelatihan Layanan HIV/ AIDS Komprehensif Berkesinambungan

302,319,650 290,401,500 96.06

128 Peningkatan Pelayanan Kesehatan Haji

160,043,700 151,263,772 94.51

129 Pelatihan Teknis Program P2ML 195,659,100 174,487,735 89.18 130 Pelatihan Teknis Program

Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang

142,369,300 140,804,900 98.9

131 Workshop Imunisasi Dan Penemuan Faktor Resiko Penyakit Tidak Menular (PTM)

325,595,150 310,639,600 95.41

132 Penanggulangan Filariasis Limfatik (Kaki Gajah) Dan Pemberantasan Penyakit Kecacingan

62,460,300 53,607,600 85.83

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 91

NO PROGRAM/KEGIATAN PAGU SETELAH PERUBAHAN REALISASI %

133 Sosialisasi Imunisasi Dan Penemuan Kasus TB Dengan Lintas Sektor Dan Lintas Program Terkait

68,706,600 62,706,250 91.27

134 Workshop TB Multi Drug Resistance (MDR).

64,968,800 40,316,192 62.05

PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN PENDUDUK MISKIN

34,095,450,205 33,774,147,400 99.06

135 Pembiayaan Dan Jaminan

Pelayanan Kesehatan Sumbar Sakato (JKSS).

33,964,862,700 33,663,635,390 99.11

136 Workshop Kemitraan Jaminan Kesehatan Mandiri

48,661,850 43,267,850 88.92

137 Workshop Program Jaminan Kesehatan Daerah

81,925,655 67,244,160 82.08

Realisasi APBD Tahun 2017 : Secara keseluruhan realisasi APBD secara fisik mencapai 98,47 % dan realisasi keuangan mencapai 90,65 %, dengan Belanja Tidak langsung (BTL) realisasi fisik mencapai 100 % dan realisasi keuangan mencapai 94,43 % sedangkan Belanja Langsung (BL) realisasi fisik mencapai 96,94 % dan realisasi keuangan mencapai 89,53 %. Jika dilihat dari tahun ke tahun anggaran dan realisasi penyerapan anggaran APBD Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat terjadi peningkatan yang sebagian besar dialokasikan untuk program Jaminan Kesehatan Nasional bagi masyarakat Sumatera Barat yang mendekati miskin. Perkembangan pagu anggaran Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat dari Tahun 2011 sampai dengan Tahun 2017 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel

Trend Anggaran dan Realisasi Belanja Langsung APBD Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat

Tahun 2011 – 2015 No Tahun Anggaran Realisasi % 1. 2011 30.631.336.250 27.245.865.876 88.95 3. 2012 53.088.755.058 50.744.071.949 95.58 3. 2013 66.605.476.520 54.500.132.151 81.83 4. 2014 109.085.037.261 107.197.332.483 98.27

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 92

No Tahun Anggaran Realisasi % 5. 2015 111.362.187.219 109.482.176.740 98,31 6. 2016 157.621.914.653 151.615.303.211 96,19 7. 2017 145.633.604.409 132.009.945.210 90,65 Sumber data Laporan APBD Dinas Kesehatan Tahun 2017

Total Anggaran Tahun 2017 Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat untuk urusan wajib sebesar Rp. 112.534.487.571,- secara fisik realisasi 96,94% dan keuangan realisasi Rp. 100.754.792.066,- (89,53%) dengan rincian sbb : Pendapatan 4 UPTD Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2017 target Pendapatan Rp. 10.500.000.000,- realisasi Rp. 12.001.182.182,- (114,39%). Belanja Tidak Langsung jumlah Dana Rp. 33.099.166.838,- realisasi fisik 100%, realisasi Keuangan Rp. 31.255.153.144,- (94,43%) Belanja Langsung jumlah Dana Rp. 112.534.487.571,- realisasi fisik 96,94%, realisasi Keuangan Rp. 100.754.792.066,- (89,53%). Program dan kegiatan APBD yang telah memenuhi target kinerja hasil/ keluaran yang direncanakan, dari realisasi penyerapan anggaran Tahun 2017 terdapat sisa anggaran sebesar Rp. 13,623,659,199,- yang terdiri dari sisa anggaran Belanja Langsung APBD sebesar Rp. 1,843,963,694,- dan Belanja Tidak Langsung Rp.11,779,695,505,- Merujuk hasil serapan anggaran dibandingkan dengan realisasi fisik per indikator kinerja kegiatan (output) dan tiap sasaran (Outcome) maka secara keseluruhan pencapaian kinerja dapat diwujudkan dengan baik. Dari 132 kegiatan pada APBD, 12 kegiatan realisasi fisiknya mencapai 100 %. Sedangkan 11 kegiatan lainnya realisasi fisik berkisar antara 0 % - 90 %. Untuk realisasi keuangan kisaran realisasi dapat dilihat seperti uraian berikut : 3 (tiga) kegiatan realisasi keuangannya mencapai 100 %, 123 kegiatan realisasi keuangannya mencapai > 75 % - 99.99 %, 16 (lima) kegiatan yang realisasi keuangannya < 75 % Untuk kegiatan yang realisasi fisiknya tidak mencapai 100 % (< 100 %), terdapat 2 kegiatan yang tidak terlaksana sebagai berikut : 1. Persiapan UPTD BKIM Menuju BLUD Kegiatan ini tidak terlaksana karena pada perubahan anggaran sudah di diusulkan untuk tidak dilakukan pada proses perubahan anggaran tetapi tidak disetujui, namun secara tujuan dokumen yang dibutuhkan BKIM untuk menuju BLUD sudah dapat diselesaikan. 2. Surveilance oleh tim ISO

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 93

Kegiatan ini tidak terlaksana karena pada perubahan anggaran sudah di diusulkan untuk tidak dilakukan pada proses perubahan anggaran tetapi tidak disetujui sehingga tetap ada, kegiatan tidak terlaksana karena tidak tersedianya waktu yang cukup dalam memproses jasa konsultansi untuk Surveilance oleh tim ISO Faktor-faktor penyebab tidak tercapainya, terpenuhinya program/kegiatan al : Secara umum program dan kegiatan yang telah dialokasikan melalui APBD tahun 2017 telah dapat terlaksana dengan baik. Hal ini terlihat dengan pencapaian realisasi fisik yang mencapai 96.94 % dan realisasi keuangan 89,53 %. Terjadinya Silpa sebesar Rp. Rp. 13,623,659,199,- pada tahun 2017 untuk program / kegiatan sisa anggaran yang tidak terealisasi tersebut disebabkan antara lain : Sisa dan efisiensi dari kegiatan pelatihan/Workshop/pertemuan berupa

selisih biaya akomodasi, honor, transport, makan/minum peserta dan nara sumber.

Efisiensi dari perjalanan dinas dalam daerah dan luar daerah. Efisiensi pemeliharaan kendaraan, premium dan pemeliharaan gedung

kantor. Efisiensi biaya air, listrik dan telepon serta sewa jaringan internet. Sisa dari pelaksanaan tender dan pengadaan barang dan jasa. Adanya kegiatan yang tidak terlaksana.

Implikasi yang timbul terhadap target capaian program Renstra SKPD. Terhadap target capaian program Renstra SKPD tidak berpengaruh karena kegiatan tersebut merupakan salah satu kegiatan pendukung yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap pencapaian indikator renstra SKPD. Kebijakan/tindakan perencanaan dan penganggaran untuk mengatasi faktor-faktor penyebab tersebut diatas al: Mengupayakan pelaksanaan kegiatan fisik dan keuangan sejalan Seluruh program dan kegiatan yang diusulkan betul-betul ditujukan untuk

pencapaian indikator Renstra Dinas Kesehatan Provinsi. Meningkatkan koordinasi perencanaan program antara Pusat, Provinsi dan

Kabupaten/Kota. Meningkatkan kualitas perencanaan dan penganggaran

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 94

BAB IV

PENUTUP Laporan Kinerja Dinas Kesehatan disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan pada tahun 2016 sebagai bahan pengambilan keputusan dalam perencanaan tahun berikutnya. Dari hasil evaluasi terhadap kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat dapat disimpulkan bahwa sasaran pada setiap Tujuan dari Misi, yang merupakan capaian kinerja dari pengukuran Indikator Kinerja Utama yang ditetapkan pada Rencana Strategi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat berhasil dicapai dengan Sangat Baik, karena sebagian besar realisasi capaiannya diatas target yang telah ditetapkan sebagai komitmen kinerja, hal ini dapat diuraikan sebagai berikut : Analisis Capaian kinerja dilakukan dengan menggunakan formulir pengukuran kinerja sesuai Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Review atas Laporan Kinerja Pemerintah. Adapun seluruh capaian tujuan yang diuraikan dalam capaian sasaran dapat dilihat sebagai berikut: Tujuan 1. Meningkatkan Mutu Dan Ketersediaan SDM

Kesehatan Sesuai Standar Yang Didukung Ketersediaan Sarana Dan Prasarana Kesehatan Serta Mutu Pelayanan Yang Sesuai Standar Pelayanan

Sasaran Strategis 1. Meningkatnya Mutu Pelayanan Kesehatan

INDIKATOR KINERJA TARGET KINERJA

REALI- SASI

% CAPAIAN

KET

1. Jumlah Puskesmas Yang Terakreditasi

56 103 184

2. Jumlah Rumah Sakit Yang Terakreditasi

3 12 400

Tujuan 2. Meningkatkan upaya kesehatan masyarakat

melalui peningkatan upaya preventif dan promotif kesehatan dan pencegahan dan pengendalian penyakit.

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 95

Sasaran Strategis 1. Meningkatnya Kesehatan Masyarakat

INDIKATOR KINERJA TARGET KINERJA

REALI- SASI

% CAPAIAN KET

1. Prevalensi Stunting (Pendek & Sangat pendek) pada Baduta (bawah dua tahun)

30,5 19 164

2. Persentase ibu bersalin mendapatkan pelayanan persalinan sesuai standar di faskes (PF)

79 80 102

3.Persentase kunjungan neonatal pertama (KN1) sesuai standar

81 86 106

Sasaran Strategis 2. Meningkatnya Pencegahan dan Pengendalian

Penyakit

INDIKATOR KINERJA TARGET KINERJA

REALI- SASI

% CAPAIAN KET

Jumlah Kabupaten/ Kota Yang Mencapai 80 % Imunisasi Dasar Lengkap Pada Anak Usia 0 - 11 Bulan

9 11 122

Tujuan 3. Meningkatkan Keikutsertaan Masyarakat Dalam

Program Jaminan Kesehatan Nasional

Sasaran Strategis 1.

Meningkatnya Kepesertaan Jaminan Kesehatan

INDIKATOR KINERJA TARGET KINERJA

REALI-SASI

% CAPAIAN KET

Persentase Masyarakat Yang Memiliki Jaminan Kesehatan

70 71 101

Tujuan 4. Meningkatkan tata kelola pemerintah yang baik

dengan pelayanan publik yang prima, transparan, aspiratif dan partisipatif

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 96

Sasaran Strategis 1.

Meningkatnya Tata Kelola Organisasi

INDIKATOR KINERJA TARGET KINERJA REALISASI %

CAPAIAN KET

1. Persentase Capaian Realisasi Fisik Pelaksanaan Program/ Kegiatan

100 98 98

2. Persentase Capaian Realisasi Keuangan Pelaksanaan Program/ Kegiatan

95 91 95

3. Hasil Penilaian Evaluasi Akuntabilitas Kinerja

B - - Belum dinilai

Seluruh target kinerja dari sasaran Meningkatnya Mutu Pelayanan Kesehatan, Meningkatnya Kesehatan Masyarakat, Meningkatnya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Meningkatnya Kepesertaan Jaminan Kesehatan sudah tercapai dengan baik sudah melebihi dari target yang telah ditentukan, namun untuk sasaran Meningkatnya Tata Kelola Organisasi belum mencapai hasil maksimal. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut : Secara umum program dan kegiatan yang telah dialokasikan melalui APBD tahun 2017 telah dapat terlaksana dengan baik. Hal ini terlihat dengan pencapaian realisasi fisik yang mencapai 96.94 % dan realisasi keuangan 89,53 %. Merujuk hasil serapan anggaran dibandingkan dengan realisasi fisik per indikator kinerja kegiatan (output) dan tiap sasaran (Outcome) maka secara keseluruhan pencapaian kinerja dapat diwujudkan dengan baik. Dari 132 kegiatan pada APBD, 12 kegiatan realisasi fisiknya mencapai 100 %. Sedangkan 11 kegiatan lainnya realisasi fisik berkisar antara 0 % - 90 %. Untuk realisasi keuangan kisaran realisasi dapat dilihat seperti uraian berikut :

- (tiga) kegiatan realisasi keuangannya mencapai 100 %, - 123 kegiatan realisasi keuangannya mencapai > 75 % - 99.99 %, - 16 (lima) kegiatan yang realisasi keuangannya < 75 %

Untuk kegiatan yang realisasi fisiknya tidak mencapai 100 % (< 100 %), terdapat 2 kegiatan yang tidak terlaksana sebagai berikut :

1. Persiapan UPTD BKIM Menuju BLUD Kegiatan ini tidak terlaksana karena pada perubahan anggaran sudah di diusulkan untuk tidak dilakukan pada proses perubahan anggaran tetapi tidak disetujui, namun secara tujuan dokumen yang dibutuhkan BKIM untuk menuju BLUD sudah dapat diselesaikan. 2. Surveilance oleh tim ISO Kegiatan ini tidak terlaksana karena pada perubahan anggaran sudah di

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 97

diusulkan untuk tidak dilakukan pada proses perubahan anggaran tetapi tidak disetujui sehingga tetap ada, kegiatan tidak terlaksana karena tidak tersedianya waktu yang cukup dalam memproses jasa konsultansi untuk Surveilance oleh tim ISO

Faktor-faktor penyebab tidak tercapainya, terpenuhinya program/kegiatan al :

- Sisa dan efisiensi dari kegiatan pelatihan/Workshop/pertemuan berupa selisih biaya akomodasi, honor, transport, makan/minum peserta dan nara sumber.

- Efisiensi dari perjalanan dinas dalam daerah dan luar daerah. - Efisiensi pemeliharaan kendaraan, premium dan pemeliharaan gedung

kantor. - Efisiensi biaya air, listrik dan telepon serta sewa jaringan internet. - Sisa dari pelaksanaan tender dan pengadaan barang dan jasa. - Adanya kegiatan yang tidak terlaksana.

Implikasi yang timbul terhadap target capaian program Renstra SKPD.

Terhadap target capaian program Renstra SKPD tidak berpengaruh karena kegiatan tersebut merupakan salah satu kegiatan pendukung yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap pencapaian indikator renstra SKPD. Kebijakan/tindakan perencanaan dan penganggaran untuk mengatasi faktor-faktor penyebab tersebut diatas al: Mengupayakan pelaksanaan kegiatan fisik dan keuangan sejalan Seluruh program dan kegiatan yang diusulkan betul-betul ditujukan untuk pencapaian indikator Renstra Dinas Kesehatan Provinsi. Meningkatkan koordinasi perencanaan program antara Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota. Meningkatkan kualitas perencanaan dan penganggaran

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 98

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Prov. Sumbar Tahun 2017

Hal. 99