22
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas penting di dalam perdagangan dunia yang melibatkan beberapa negara produsen dan banyak negara konsumen. Kopi, meskipun bukan merupakan tanaman asli Indonesia, tanaman ini mempunyai peranan penting dalam industri perkebunan di Indonesia. Menurut Ditjen Perkebunan (2011), areal perkebunan kopi di Indonesia pada tahun 2010 mencapai lebih dari 1,210 juta hektar dengan total produksi sebesar 686.921 ton dimana 96% diantaranya adalah areal perkebunan kopi rakyat, dengan jumlah petani yang terlibat sebanyak 1.881.694 KK. Laju perkembangan areal kopi di Indonesia rata-rata mencapai sebesar 2,11 % per tahun. Perkembangan yang cukup pesat tersebut perlu di dukung dengan kesiapan teknologi dan sarana pascapanen yang cocok untuk kondisi petani agar mereka mampu menghasilkan biji kopi dengan mutu seperti yang dipersyaratkan oleh Standard Nasional Indonesia. Adanya jaminan mutu yang pasti, ketersediaan dalam jumlah yang cukup dan pasokan yang tepat waktu serta keberlanjutan merupakan beberapa persyaratan yang dibutuhkan agar biji

Laporan Kopi Robusta Fix

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan kopi

Citation preview

Page 1: Laporan Kopi Robusta Fix

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kopi merupakan salah satu komoditas penting di dalam perdagangan dunia

yang melibatkan beberapa negara produsen dan banyak negara konsumen. Kopi,

meskipun bukan merupakan tanaman asli Indonesia, tanaman ini mempunyai peranan

penting dalam industri perkebunan di Indonesia. Menurut Ditjen Perkebunan (2011),

areal perkebunan kopi di Indonesia pada tahun 2010 mencapai lebih dari 1,210 juta

hektar dengan total produksi sebesar 686.921 ton dimana 96% diantaranya adalah

areal perkebunan kopi rakyat, dengan jumlah petani yang terlibat sebanyak 1.881.694

KK. Laju perkembangan areal kopi di Indonesia rata-rata mencapai sebesar 2,11 %

per tahun.

Perkembangan yang cukup pesat tersebut perlu di dukung dengan kesiapan

teknologi dan sarana pascapanen yang cocok untuk kondisi petani agar mereka

mampu menghasilkan biji kopi dengan mutu seperti yang dipersyaratkan oleh

Standard Nasional Indonesia. Adanya jaminan mutu yang pasti, ketersediaan dalam

jumlah yang cukup dan pasokan yang tepat waktu serta keberlanjutan merupakan

beberapa persyaratan yang dibutuhkan agar biji kopi rakyat dapat dipasarkan pada

tingkat harga yang lebih menguntungkan.

Untuk memenuhi persyaratan di atas penanganan pascapanen kopi rakyat

harus dilakukan dengan tepat waktu, tepat cara dan tepat jumlah seperti halnya

produk pertanian yang lain. Buah kopi hasil panen perlu segera diproses menjadi

bentuk akhir yang lebih stabil agar aman untuk disimpan dalam jangka waktu

tertentu.

Oleh karena itu tahapan proses dan spesifikasi peralatan kopi yang menjadi

kepastian mutu harus didefinisikan dengan jelas. Untuk itu diperlukan suatu acuan

standar sebagai pegangan bagi petani/pengolah dalam menghasilkan produk yang

dipersyaratkan pasar. Seiring dengan meningkatnya tuntutan konsumen terhadap

Page 2: Laporan Kopi Robusta Fix

produk yang aman dan ramah lingkungan, maka acuan standar tersebut harus

mengakomodasi prinsip penanganan pascapanen yang baik dan benar.

Keberhasilan penanganan pascapanen sangat tergantung dari mutu bahan

baku dari kegiatan proses produksi/budidaya, karena itu penanganan proses produksi

di kebun juga harus memperhatikan dan menerapkan prinsip-prinsip cara budidaya

yang baik dan benar (Good Agricultural Practices/GAP). Penerapan GAP dan GHP

menjadi jaminan bagi konsumen, bahwa produk yang dipasarkan diperoleh dari hasil

serangkaian proses yang efisien, produktif dan ramah lingkungan. Dengan demikian

petani akan mendapatkan nilai tambah berupa insentif peningkatan harga dan jaminan

pasar yang memadai.

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui proses pengolahan kopi robusta di PTPN XII.

2. Untuk mengetahui proses biodiesel menggunakan minyak jarak.

3. Membandingkan proses pengolahan kopi di PTPN XII dengan pengolahan

kopi teori.

1.3 Manfaat

1. Menambah wawasan pengetahuan tentang cara menanam kopi robusta

yang benar.

2. Memberi informasi tentang cara menangani atau memperbaiki mutu kopi

robusta.

3. Menambah pengetahuan tentang bagaimana proses biodiesel dengan

minyak jarak.

Page 3: Laporan Kopi Robusta Fix

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kopi Robusta

Kopi robusta adalah Kopi robusta merupakan salah satu jenis kopi yang

diproduksi di Indonesia. Kopi robusta dapat ditanam pada dataran rendah (400-800

mdpl). Citarasa kopi robusta tidak lebih baik dari kopi arabika karena mimiliki

kandungan kafein yang lebih tinggi dan asam yang lebih rendah. Pengolahan kopi

robusta di Afdeling rayap kebun rayap PTPN XII menggunakan metode basah, kopi

ini tidak memerlukan adanya fermentasi karena taste yang diinginkan adalah pahit.

2.2 Pengolahan Kopi Robusta

Tempat Penerimaan

Pencucian + Sortasi basah + pengupasan

Pengeringan

Ruang

Penggerebusan

Ruang

Sortasi

Penggudangan

Page 4: Laporan Kopi Robusta Fix

a. Penerimaan

Penerimaan merupakan tahap awal dari proses pengolahan. Penerimaan

meliputi penimbangan dan penerimaan pada bak penerimaan (sipon). Sebelum masuk

ke sipon/bak penerimaan kopi gelondong terlebih dahulu ditimbang di jembatan

timbang untuk didata yang mencakup berat, afdeling asal kopi, varietas dan waktu

penerimaan. Data tersebut menjadi propil kopi selama proses pengolahan sampai

pengiriman, sehingga ketika terjadi penyimpangan dalam proses pengolahan akan

lebih cepat dan mudah diambil langkah penanggulangan. Selain itu penerimaan juga

bertujuan untuk mengetahui hasil panen gelondong tiap-tiap afdeling. Kopi

gelondong ditimbang bersamaan dengan truk pengangkut kopi. Untuk mengetahui

berat kopi, berat keseluruhan dikurangi berat truk pengangkut.

Setelah penimbangan di jembatan timbang kopi gelondong kemudian

ditampung sementara di sipon untuk persiapan tahapan proses selanjutnya. Kopi

gelondong yang telah ditampung di sipon kemudian dialirkan ke konishtank.

Kapasitas sipon adalah 265 ton kopi gelondong / hari. Pada tahapan ini juga

dilakukan uji petik. Uji petik adalah proses penganbilan sampel setiap kopi

gelondong yang masuk ke sipon dari masing-masing afdeling untuk diuji kualitasnya.

Sampel kopi gelondong untuk uji petik diambil 1 kg dari 5 ton kopi gelondong tiap

afdeling. Proses pengambilan sampel dilakukan secara acak (random). Parameter

yang diamati antara lain: persentase kopi yang berkualitas baik/kopi gelondong

merah, persentase kopi gelondong bancut, persentase kopi gelondong hijau,

persentase rembangan dan persentase benda asing.

b. Pencuci, sortasi dan pengupasan.

Pencucian dan pengupasan kulit buah kopi, dilakukan dengan mesin

pengupas. Selama pengupasan, dialirkan air secara terus menerus kedalam mesin

pengupas. Fungsi pengaliran air untuk melunakkan jaringan kulit buah agar mudah

terlepas dari bijinya. Hasil dari proses pengupasan kulit buah adalah biji kopi yang

masih memiliki kulit tanduk atau disebut juga biji kopi HS.

Page 5: Laporan Kopi Robusta Fix

Sortasi buah kopi sebelum pengolahan sangat menentukan mutu fisik kopi

dan citarasa seduhan akhir. Tujuan sortasi adalah untuk memperoleh buah kopi yang

seragam mutunya dan dapat meningkatkan efisiensi proses berikutnya. Caranya

adalah pemisahan buah kopi sehat, segar, besar dan matang (mutu superior) dari buah

kopi kopong, mentah, busuk, terkena penyakit atau cacat lainnya (mutu inferior). 

Sortasi buah kopi dilakukan dua tahap, yaitu cara kering dan basah. Sortasi

kering disebut juga sebagai pra-sortasi dilakukan di kebun atau dipenerimaan hasil,

yaitu pemisahan buah matang dari buah hijau dan kotoran-kotoran yang mudah

dilihat dengan mata seperti daun, kayu dll. Sortasi basah dilakukan di pabrik dengan

prinsip dasar beda berat jenis antara buah superior dan inferior di dalam air. Peralatan

sortasi basah umumnya adalah siphon. Alat ini merupakan bak penampung air dengan

bentuk geometris lantai dasar kerucut. Campuran buah masuk ke dalam siphon lewat

kanal air. Buah kopi superior akan tenggelam, sedang yang inferior akan mengapung.

Kedua jenis mutu terpisah dan dikeluarkan dari bak lewat saluran yang berbeda.

Kotoran bukan kopi seperti tanah, batu atau serpihan kayu keluar lewat kasa di dasar

siphon. 

Buah kopi superior hasil sortasi basah segera diproses di mesin

pengupas. Pengupasan adalah proses pelepasan kulit buah dari kulit tanduk, dan

sangat menentukan mutu fisik dan citarasa seduhan akhir. Kualitas

pengupasan/pulping sangat menentukan proses pencucian lapisan lendir, proses

pengeringan dan hulling. Untuk kapasitas besar pengupasan dilakukan dengan alat

yang digerakkan listrik atau motor sedangkan untuk kapasitas kecil dapat dilakukan

dengan alat yang digerakkan manual atau listrik. 

Buah kopi dari tangki siphon diumpankan ke dalam mesin pengupas lewat

corong (feed hopper) dan jatuh di permukaan rotor. Gaya putaran silinder mendesak

buah kopi hingga terhimpit dan tergencet pada permukaan stator, sehingga kulit buah

terkelupas dari biji kopi, kemudian dipisahkan dengan pisau ke saluran yang

berbeda. 

Page 6: Laporan Kopi Robusta Fix

Buah kopi yang ukurannya terlalu besar akan terkelupas sampai kulit

tanduknya, sedang yang terlalu kecil akan lolos. Untuk menghindari hal tersebut,

maka mesin pengupas dilengkapi dengan beberapa rotor dan stator (umumnya tiga

pasang), yang disusun secara seri. Ukuran celah diatur berurutan mulai dari paling

besar sampai yang terkecil. Dengan demikian, buah kopi yang lolos dari silinder

pertama akan terperangkap pada silinder kedua dan seterusnya. menyemprotkan

sejumlah air ke dalam celah pengupas. Air berfungsi untuk membantu mekanisme

pengupasan, dan pembersihan. Pengupasan buah kopi umumnya dilakukan secara

basah, yaitu dengan awal lapisan lendir, mengurangi gaya geser silinder sehingga

kulit tanduk tidak pecah dan membantu pengangkutan ke mesin berikutnya. Mesin

pengupas silinder dengan putaran 120 - 200 rpm, berkapasitas 1,50 - 2 ton buah kopi

per jam membutuhkan air antara 7 - 9 m3/ jam. 

Buah kopi yang telah dipanen dikumpulkan, kemudian diseleksi dengan

meletakkannya di dalam air. Keberadaan buah di dalam air menjadi penentu kualitas

awalnya. Bila buah mengapung di permukaan air, maka buah memiliki kualitas yang

jelek. Sebaliknya, bila buah tenggelam di dasar air, maka hal ini berarti buah

berkualitas baik. 

Buah yang berkualitas baik menjalani prosedur selanjutnya, yaitu buah

dikupas secara mekanis untuk memisahkan biji berkulit tanduk [biji kopi HS] dan

kulit buah. Proses ini dilakukan dengan mesin dan tetap dilakukan di dalam air.

Sekalipun telah berhasil menghilangkan sebagian besar komponen penyelubung biji,

namun selaput biji terkadang masih menempel dan harus dihilangkan. Biji kopi HS

diolah lanjut sebagai bahan minuman, sedangkan kulit buah merupakan limbah yang

dapat digunakan sebagai bahan baku kompos, pakan ternak dan biogas. 

Page 7: Laporan Kopi Robusta Fix

Pada pengeringan hari pertama, biji kopi dihamparkan di atas lantai semen

dengan ketebalan antara 2 - 5 cm. Mekanisme pengeringan akan dimulai dari kulit

tanduk dan diakhiri di dalam biji (kernel). Jika pembalikan dilakukan secara intensif

sekali setiap ½ - 1 jam, pada ketebalan tersebut maka kulit tanduk dapat kering dalam

satu hari. Pada hari kedua, tebal lapisan biji dapat ditingkatkan tanpa ada resiko

pertumbuhan jamur.

c. Pengeringan

Pengering tipe ini di kalangan praktisi populer disebut VlS Dryer. Model

pengering ini relatif tua dan tidak efisien dari aspek efisiensi panas, kemudahan

pengoperasian, tenaga kerja dan mutu hasil. Mekanisme pemanasan udara pengering

berlangsung secara alamiah alas dasar beda suhu. Bangunan pengering mirip dengan

gedung berlantai dua. Lantai pertama untuk instalasi tungku dan pipa-pipa pemindah

panas, sedang lantai kedua untuk ruang pengering yang dibuat dari pelat besi

berlubang (perforated plate). Bahan bakar yang dipakai adalah kayu. 

Pengeringan kombinasi adalah mengkombinasikan berapa jenis pengeringan

yang ada, umumnya antara pengeringan tradisional dengan mekanis (Vis Dryer dan

Mason). Pengeringan kombinasi hanya dilakukan apabila lantai penjemuran sudah

mencukupi kapasitas dan faktor cuaca yang mendung atau hujan. Pengeringan

kombinasi dapat dilakukan dengan cacatan kadar air biji kopi +30%. Hal ini

dilakukan agar tidak terjadi penurunan kadar air yang signifikan pada biji kopi yang

dapat menurunkan mutu biji kopi yang dihasilkan.

Pengeringan konvensional yaitu pengeringan dengan sinar matahari

Biji kopi yang dijemur/dikeringkan dengan full sun drying memiliki mutu yang lebih

baik dibandingkan dengan jenis pengeringan yang lain. Hal ini diduga disebabkan

karena interval laju penurunan kadar air di lantai jemur lebih lambat menyebabkan air

keluar dengan merata dan teratur.

Pengeringan mekanis

Pada pengering mekanis, udara pengering dihembuskan dengan kipas dengan

laju aliran tertentu melewati pipa-pipa pindah panas. Dengan demikian mekanisme

Page 8: Laporan Kopi Robusta Fix

perpindahan panas lebih sempurna dan suhu udara yang dihasilkan lebih stabil. Udara

panas yang dihasilkan kemudian lewat ke dalam lapisan biji kopi. Jenis pengering

mekanis yang populer digunakan di perkebunan kopi adalah Mason.

d. Ruang penggerebusan

Penggerbusan adalah proses pemisahan biji kopi dengn kulit tanduk dan kulit

ari. Mekanisme pengupasan kulit tanduk hampir sama dengan pengupasan kulit buah,

yaitu adanya gesekan dan tekanan antara stator dan rotor yang mendesak permukaan

kulit hingga terkelupas. Greader atau pengayak merupakan rangkaian alat yang

terdapat dalam proses pengerebusan berfungsi memisah biji-biji kopi yang telah

digeerbus berdasarkan ukurannya. Terdapat 3 tingkatan alat pengayakan yang

memisahkan masing-masing ukuran. Ayakan pertama memisahkan ukuran atau L

besar (tidak lolos ayakan 6,5 mm), ayakan kedua memisahkan ukuran M atau sedang

(tidak lolos ayakan 6 mm) dan ayakan ketiga memisahkan ukuran S atau kecil (tidak

lolos ayakan 5 mm). Kapasitas greader adalah 1 ton kopi pasar / jam.

e. Ruang Sortasi

Pada ruang sortasi ini dilakukan secara manual dengan memisahkan biji

berdasarkan tingkat kecacatannya menggunakan beberapa variabel yaitu biji kopi

gosong, berlubang hitam, dan biji setengah. Sortasi secara manual membutuhkan

tenaga kerja yang terampil memiliki kejelian dan ketelitian yang cukup tinggi. Sortasi

dilakuan oleh ibu-ibu istri kariawan tetap yang bekerja dan menetap di arel pabrik.

Sortasi dilakukan setiap ada pesanan.

f. Pengemasan dan Penggudangan

Pengemasan pada biji kopi menggunakan karung goni variable yang harus

diperhatikan saat penggudangan yaitu kelembapan, penerangan : sirkulasi udara,

jumlah tumpukan, kapasitas gudang dan sanitasi gudang .

Page 9: Laporan Kopi Robusta Fix

2.3 Penjelasan proses pengolahan biodiesel yang ada di rayap

Proses pembuatan Biodesel yang disebut transesterifikasi relatif sederhana :

Lemak atau minyak lemak yang diperoleh dari CJCO ( Jarak pagar) atau CPO

( kelapa sawit) di beri metanol ( bisa diperoleh dari gas bumi atau biomassa) atau

etanol dalam keadaan katalis ( yaitu diberi KOH) dan dipanaskan dengan suhu diatur

25 – 80oC maka akan menjadi ester metil/etil, dilakukan sentrifugasi dengan ukuran

6000 Rpm dengan dibantu air dan kotoran, asam-asam lemak ( biodesel).

     Apa tujuan dari proses transesterifikasi adalah untuk menurunkan viskositas atau

kekentalan CJCO sehingga akan menyamai petrodiesel ( solar atau ADO ) hingga

mencapai nilai 4,84 cst.

Selain itu, kondisi operasi esterifikasi dan transesterifikasi yang dipakai

kemungkinan tidak sesuai untuk menghasilkan biodiesel dari minyak kopi dengan

yield dan kemurnian yang tinggi. Salah satu contoh adalah tingginya kadar

trigliserida dalam metil ester yang diuji kemungkinan disebabkan perbandingan

methanol minyak yang sedikit berlebih.

Keberadaan gliserol yang tinggi dalam larutan alkil ester akan mendorong reaksi

berbalik kekiri, sehingga yield alkil ester menjadi berkurang. Kesalahan dalam

pemilihan kondisi operasi ini disebabkan oleh keterbatasan referensi yang akurat

mengenai pembuatan biodiesel dari minyak kopi.

2.4 Pengolahan Kopi menurut literatur

Pengolahan Kopi Cara Basah (Fully Washed) hanya digunakan untuk

mengolah kopi sehat yang berwarna merah, sedangkan kopi yang berwarna hijau dan

kopi yang rambang diolah secara kering.

a. Sortasi buah dilakukan untuk memisahkan buah yang superior (masak, bernas,

seragam) dari buah inferior (cacat, hitam, pecah, berlubang dan terserang

hama/penyakit). Sortasi buah kopi juga dapat menggunakan air untuk memisahkan

buah yang diserang hama. Kotoran seperti daun, ranting, tanah dan kerikil harus

dibuang, karena dapat merusak mesin pengupas.

Page 10: Laporan Kopi Robusta Fix

Buah kopi merah (superior) diolah dengan cara proses basah atau semi-basah,

agar diperoleh biji kopi HS kering dengan tampilan yang bagus. Sedangkan buah

campuran hijau, kuning dan merah diolah dengan cara proses kering. Hal yang harus

dihindari adalah menyimpan buah kopi di dalam karung plastik atau sak selama lebih

dari 12 jam, karena akan menyebabkan pra-fermentasi sehingga aroma dan citarasa

biji kopi menjadi kurang baik dan berbau tengik (stink) . (Sri Mulato.2012)

b. Pengupasan kulit buah dilakukan dengan menggunakan alat dan mesin

pengupas kulit buah (pulper). Pulper dapat dipilih dari bahan dasar yang terbuat dari

tembaga/logam dan atau kayu. Air dialirkan ke dalam silinder bersamaan dengan

buah yang akan dikupas. Sebaiknya buah kopi dipisahkan atas dasar ukuran sebelum

dikupas.

c. Fermentasi umumnya dilakukan untuk pengolahan kopi Arabika, bertujuan

untuk meluruhkan lapisan lendir yang ada dipermukaan kulit tanduk biji kopi.

Fermentasi ini dapat dilakukan secara basah dengan merendam biji kopi dalam

genangan air, atau fermentasi cara kering dengan cara menyimpan biji kopi HS

basah di dalam wadah plastik yang bersih dengan lubang penutup dibagian bawah

atau dengan menumpuk biji kopi HS di dalam bak semen dan ditutup dengan karung

goni. Agar fermentasi berlangsung merata, pembalikan dilakukan minimal satu kali

dalam sehari. Akhir fermentasi ditandai dengan meluruhnya lapisan lendir yang

menyelimuti kulit tanduk. Waktu fermentasi berkisar antara 12 sampai 36 jam. .

(Soetriono.2007)

d. Pencucian dengan cara yang lebih sederhana lagi bisa dilakukan dalam bak

yang di bawahnya diberi lubang pengatur keluarnya air. Di dalam bak yang

memanjang atau pada bak yang lebih sederhana ini, kopi diaduk-aduk dengan tangan

atau dengan kaki untuk melepaskan sisa lendir yang masih melekat. Bila kopi sudah

bersih dan tidak licin dapat diangkat dari bak dan ditiriskan

e. Pengeringan bertujuan mengurangi kandungan air biji kopi HS dari 60 – 65 %

menjadi maksimum 12,5 %. Pengeringan dilakukan dengan cara penjemuran,

mekanis, dan kombinas keduanya. Profil lantai jemur dibuat miring lebih kurang 5 –

Page 11: Laporan Kopi Robusta Fix

7o dengan sudut pertemuan di bagian tengah lantai. Ketebalan hamparan biji kopi HS

dalam penjemuran sebaiknya 6 – 10 cm lapisan biji. Pembalikan dilakukan setiap jam

pada waktu kopi masih basah. (Soetriono,dkk.2010)

Pengeringan biji kopi (drying) adalah upaya menurunkan kadar air sampai

pada batas tertentu. Pengeringan mekanis untuk biji kopi menggunakan tipe

pemanasan tidak langsung (indirect system) untuk mencegah kontaminasi asap dari

pembakaran bahan bakar ke permukaan/ke dalam biji kopi. (Edy Suharyanto.2012)

f. Pengupasan dimaksudkan untuk memisahkan biji kopi dari kulit tanduk untuk

menghasilkan biji kopi beras dengan menggunakan mesin pengupas. Biji kopi HS

yang baru selesai dikeringkan harus terlebih dahulu didinginkan sampai suhu ruangan

sebelum dilakukan pengupasan. Sedangkan biji kopi yang sudah disimpan di dalam

gudang dapat dilakukan proses pengupasan kulit. (M. Nasir.1989)

g. Sortasi biji dimaksudkan untuk membersihkan kopi beras dari kotoran

sehingga memenuhi syarat mutu, dan mengklasifikasikan kopi tersebut menurut

standar mutu yang ditetapkan. Mesin produksi pada pengolahan kopi basah terdiri

dari 4 jenis mesin yang masing-masing memiliki fungsi berbeda. Pulper berfungsi

mengupas kulit dan daging buah kopi gelondong, washer berfungsi mencuci biji kopi

HS yang keluar dari pulper, dryer berfungsi mengeringkan kopi untuk mengurangi

kadar air yang terkandung di dalamnya, dan grader berfungsi menggolongkan ukuran

kopi sesuai standar mutu yang ditetapkan. (Soejono.2010)

h. Pengemasan dan penggudangan bertujuan untuk memperpanjang daya simpan

hasil. Pengemasan biji kopi harus menggunakan karung yang bersih dan baik, serta

diberi label sesuai dengan ketentuan SNI 01-2907-2008 kemudian simpan tumpukan

kopi dalam gudang yang bersih, bebas dari bau asing dan kontaminan lainnya. Hal

yang harus diperhatikan dalam pengemasan dan penggudangan adalah :

Karung diberi label yang menunjukkan jenis mutu dan identitas produsen.

Cat untuk label menggunakan pelarut non minyak.

Karung yang digunakan bersih dan jauh dari bau asing.

Page 12: Laporan Kopi Robusta Fix

Tumpukan karung kopi diatur di atas landasan kayu dan diberi batas dengan

dinding atau jarak dengan dinding sekitar 50 cm, supaya memudahkan

inspeksi terhadap hama gudang. Tinggi tumpukan karung kopi maksimal 150

cm dari atap gudang penyimpanan.

Kondisi biji dimonitor selama disimpan terhadap kadar airnya, keamanan

terhadap organisme pengganggu (tikus, serangga, jamur, dll) dan faktor-

faktor lain yang dapat merusak biji kopi.

Kondisi gudang dimonitor kebersihannya dan kelembaban sekitar 70 %

Untuk menjaga kelembaban gudang tersebut perlu dilengkapi ventilasi yang

memadai. (Dedi.2012)

Page 13: Laporan Kopi Robusta Fix

BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Kopi robusta adalah Kopi robusta merupakan salah satu jenis kopi yang

diproduksi di Indonesia.

2. Kopi robusta dapat ditanam pada dataran rendah (400-800 mdpl).

3. Pengolahan kopi robusta di Afdeling rayap kebun rayap PTPN XII dilakukan

secara basah, kopi ini tidak memerlukan adanya fermentasi dikarenakan taste

yang diinginkan adalah pahit.

4. Pengolahan kopi robusta di Afdeling rayap kebun rayap PTPN XII memiliki

delapan tahap pemrosesan yaitu penanaman, pencucian, sortasi basah,

pengupasan, pengeringan, ruang penggerebusan, ruang sortasi dan

penggudangan.

5. Proses pembuatan Biodesel yang disebut transesterifikasi relatif sederhana :

Lemak atau minyak lemak yang diperoleh dari CJCO ( Jarak pagar) atau CPO

( kelapa sawit) di beri metanol ( bisa diperoleh dari gas bumi atau biomassa)

atau etanol dalam keadaan katalis ( yaitu diberi KOH) dan dipanaskan dengan

suhu diatur 25 – 80oC maka akan menjadi ester metil/etil, dilakukan sentrifugasi

dengan ukuran 6000 Rpm dengan dibantu air dan kotoran, asam-asam lemak

( biodesel).

6. pengolahan kopi robusta secara basah menurut literature terdapat 8 tahap

pemrosesan yaitu sortasi buah, pengupasan, fermentasi, pencucian, pengeringan,

pengupasan, sortasi biji dan pengemasan

3.2 Saran

Suara penjelasan dari pemateri perusahaan kurang, dan anggota kunjungan

lapang juga banyak. Banyak materi yang kurang jelas.

Page 14: Laporan Kopi Robusta Fix

DAFTAR PUSTAKA

1. Dedi.2012. Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Kopi. Direktorat

Pascapanen Dan Pembinaan Usaha Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian

Pertanian. Jakarta

2. Edy Suharyanto.2012. Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Kopi. Direktorat

Pascapanen Dan Pembinaan Usaha Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian

Pertanian. Jakarta

3. Soejono. 2010. Laporan Akhir Lokakarya Pengembangan Industri Hulu-Hilir.I-

MHERE Program Universitas Jember: Jember

4. Soetriono, dkk, 2010, Pemodelan dan Pengukuran Dayasaing Komoditas Kopi

Robusta Dengan Pendekatan “Three Five”, Lembaga Penelitian Universitas

Jember, Jember.

5. Soetriono, 2007, Strategi Pengentasan Keterpurukan Petani Kedelai Melalui

Rancang Bangun Hulu Hilir dan Kebijakan Pemerintah (2007, 2008,

2009) Laporan Penelitian, Lembaga Penelitian Universitas Jember

6. Sri Mulato.1999.Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Kopi. Direktorat

Pascapanen Dan Pembinaan Usaha Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian

Pertanian. Jakarta

7. M. Nasir, 1989, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta