Upload
tamphatie-fuzie
View
229
Download
15
Embed Size (px)
Citation preview
PT. PINDAD (Persero)
Laporan Kerja Praktek
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
PT. Pindad adalah perusahaan industri dan manufaktur yang bergerak dalam
pembuatan produk militer dan komersial di Indonesia. Pada perkembangan global
saat ini PT. Pindad terus bersaing dengan perusahan-perusahan industri lain sejenis
dengan cara meningkatkan kualitas dan membangu kepercayaan terhadap konsumen.
Untuk mencapai hal tersebut penyelenggaraan proses produki yang ada harus
dilakukan secara terpadu yang didukung dengan mesin mesin yang saling
berintegerasi dengan manusia, sehingga peningkatan mutu sumber daya manusia
juga dlakukan terus menerus ke arah yang leih baik.
PT. Pindad menggunakan sistem produksi make to order, dimana perusahaan
akan melakukan produksi sesuai dengan permintaan yang ada dan waktu yang
disepakati. Penggunaan sistem produksi ini dikarenakan produk yang di produksi
oleh PT. Pindad bukan produk biasa yang ada di lingkungan masyarakat.
Kegiatan yada ada pada PT. Pindad yaitu shift dan non shift. Kegiatan non
shift adalah kegiatan diluar lantai produksi yaitu jam 07.00-16.00 dan kegitan shift
adalah kegiatan yang ada pada lantai produksi, pada lantai produksi PT. Pindad
persero terdapat 3 shift, yaitu shift 1 dengan jam operasi pukul 06.00-14.00 dan shift
2 dengan jam operasi pukul 14.00-22.00. Waktu kerja operator dalam tiap shift
cukup lama dan kegiatan tersebut dilakukan setiap hari kerja.
Melihat kondisi kerja yang ada, perusahaan perlu memikirkan kenyamanan,
kesehatan, dan keselamatan kerja operaor. Keselamatan dan kesehatan kerja
merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga kerja dan juga meningkatkan
produktivitas kerja. Pentingnya implementasi SMK3 (Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja) bagi perusahaan adalah tanggung jawab moral
pengusaha terhadap pekerjaannya, praktek manajemen perusahaan yang baik, dan
juga pemenuhan aspek hukum yang berlaku (UU no. 1 tahun 1970 tentang
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 1
PT. PINDAD (Persero)
Laporan Kerja Praktek
keselamatan kerja, Permenaker no. 05 tahun 1996 tentang Sistem Manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja, dan UU no. 13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan).
Fasilitas kerja juga memiliki peran penting terhadap produktivitas pekerja.
Dengan fasilitas dan sistem kerja yang ada pekerja cenderung mudah kelelahan dan
menimbulkan efek pegal-pegal pada badan pekerja, yang akhirnya menibulkan
potensi produktivitas berkurang dan kegiatan produksi menjadi tidak tepat target.
Seringkali operator tidak mematuhi atau memikirkan tentang keselamatan kerja
mesikpun operator tersebut mengetahui bahwa hal tersebut berbahaya, seperti tidak
menggunakan sarung tangan saat proses pemesinan karena tidak nyaman jika
menggunakan sarung tangan. Postur kerja yag kurang baik juga dapat menyebabkan
dampak yang berbahaya karena operator tidak akan merasakan sakit pada saat itu
juga melainkan sakit yang terjadi bersifat komularif dari pekerjaan yang dilakukan
secara terus menuerus.
Penerapan ergonomi yang masih kurang juga salah satu penyebab operator
melakukan pekerjaan berdasarkan naluri seseorang dan tidak melihat dari aspek
keselamatan kerja. Resiko kecelakaan cenderung dapat terjadi apabila operator tidak
memperhatikan keselamatan kerja.
Penerapan ergonomi yang dapat dimanfaatkan pada sistem kerja dapat berupa
penambahan fasilitas seperti meja, kursi dll yang dibuat berdarkan ergonomi
sehingga dapat membantu operator dalam proses produksi.
1.2 Perumusan Masalah
Dari beberapa permasalahan yang ada terkait degan keselamatan kerja dan
ergonomi, maka yang akan dibahas pada laporan kerja praktek ini, yaitu:
1. Postur kerja operator saat melakukan pekerjaan terutama material handling
secara manual perlu diamati dan dievaluasi guna mengetahui bahaya dari postur
kerja tersebut dengan menggunakan metode RULA.
2. Memberikan rekomendasi tentang postur kerja yang lebih aman (menambahkan
fasilitas bila diperlukan).
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 2
PT. PINDAD (Persero)
Laporan Kerja Praktek
1.3 Tujuan
Secara garis besar tujuan dari Kerja Praktek ini adalah untuk mengetahui
tentang kondisi kerja pada lantai produksi di PT. Pindad. Namun secara khusus
tujuan dari Kerja Praktek ini adalah untuk menganalisis dan memberikan
rekomendasi secara teoritis mengenai postur kerja operator dalam lantai produksi
khususnya material handling.
1.4 Batasan Masalah
Dalam penyusunan laporan kegiatan Kerja Praktek ini, batasan lingkup laporan
ini sebagai berikut :
1. Pengamatan dilakukan teradap 2 operator shift 1, yaitu pada proses pengelasan
base plate dan penghalusan external locking device, Departemen Prasarana
Kerata Api, Divisi Tempa & Cor, PT. Pindad (Persero).
2. Aktivitas yang di amati adalah postur kerja operator saat akan mengambil
material dan meletakan material.
3. Alat bantu atau fasilitas yang terdapat pada lingkungan kerja operator adalah
meja kerja untuk pengelasan, palet besar, dan kursi.
4. Metode yang digunakan dalam melakukan analisis dan pengolahan data adalah
RULA analysis dengan menggunakan perangkat lunak CATIA V5R18.
1.5 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek
Tempat dan waktu pelaksanaan kerja praktek yang dilakukan oleh penulis
dapat dirinci sebagai berikut:
Tempat : PT Pindad (Persero)
Tanggal Pelaksanaan : 22 Juli 2013 – 30 Agustus 2013
Hari Kerja : Senin – Jumat
Jam Kerja : 08.00 – 16.00 WIB
Departemen : Prasarana Kereta Api
Divis : Tempa & Cor
1.6 Metode Pengumpulan Data
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 3
PT. PINDAD (Persero)
Laporan Kerja Praktek
Pada kegiatan kerja praktek ini dlakukan pengambilan data dan informasi yang
berkaitan atau berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas, pengambilan
data dilakukan dengan menggunakan metode antara lain :
1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh berdasarkan pengamatan langsung
dilapangan, antara lain :
a. Pengukuran dan pengambilan gambar atau foto terhadap postur kerja
operator, pada saat material handling
b. Wawancara atau pengajuan pertanyaan kepada pihak pihak yang terkait,
seperti pembimbing lapangan dan operator.
2. Data Sekunder, yaitu data yang tidak berhubungan langsung dengan didang
permasalahan namun dapat menunjang dalam pengerjaam laporan kerja praktek.
Data yang didapat adalah studi literatur sebagai referensi.
1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam Laporan Kerja Praktek ini adalah
sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan,
batasan masalah, tempat dan waktu pelaksanaan kerja praktek, metode
pengumpulan data dan sistematika penulisan laporan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi teori teori yang dijadikan sebagai referensi pengerjaan laporan
berdasarkan bidang kajian yang dipilih.
BAB III TINJAUAN SISTEM
Pada bab ini akan menggambarkan profil perusahaan berupa sejarah singkat
perusahaan, visi misi, dan struktur organisasi perusahaan.
BAB IV METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan tentang bagaimana langkah langkah yang dilakukan
dalam proses penelitian dalam kerja praktek yang telah dilakukan.
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 4
PT. PINDAD (Persero)
Laporan Kerja Praktek
BAB V PEMBAHASAN DAN ANALISIS
Bab ini berisi tentang pengumpulan data, pengolahan data, analisisnya dan
rekomendasi yang diberikan oleh penulis dari permasalahan yang ada sesuai
dengan data yang diperoleh.
BAB VI PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan mengenai hasil dari kegiatan penelitian
yang telah dilakukan dan saran yang dapat dijadikan usulan agar lebih baik
dalam pengembangan penelitian selanjutnya.
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 5
PT. PINDAD (Persero)
Laporan Kerja Praktek
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Ergonomi
Ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu ergon (kerja) dan nomos (hukum
alam) yang artinya sebagai studi tentang aspek - aspek manusia dalam lingkungan
kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen
dan desain perancangan. Ergonomi berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi,
kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia di tempat kerja, di rumah dan
tempat rekreasi. Di dalam ergonomi dibutuhkan studi tentang sistem dimana
manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling berinteraksi dengan tujuan utama
yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya.
(Nurmianto, 2004)
Tujuan dari ergonomi ini adalah untuk menciptakan suatu kombinasi yang
paling serasi antara sub sistem peralatan kerja dengan manusia sebagai tenaga kerja.
Tujuan utama ergonomi ada empat yaitu :
1. Memaksimalkan efisiensi karyawan.
2. Memperbaiki kesehatan dan keselamatan kerja.
3. Menganjurkan agar bekerja dengan aman, nyaman dan bersemangat.
4. Memaksimalkan bentuk kerja
(Santoso, 2004; Notoatmodjo, 2003)
Untuk dapat mempermudah pemahaman terhadap ergonomi, kita dapat
menggunakan konsep umum dari cara berfikir yang rasional yang biasa kita
gunakan. Mengadopsi istilah (5W + 1H) dapat mempermudah kita berfikir secara
sistematis di dalam memahami dan menerapkan ergonomi
a. What is ergonomics?
Istilah ergonomi berasal dari bahasa Yunani yang tediri dari dua kata
yaitu “ergos” berarti kerja dan “nomos” berarti aturan atau hukum. Jadi
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 6
PT. PINDAD (Persero)
Laporan Kerja Praktek
secara ringkas ergonomi adalah suatu aturan atau norma dalam sistem
kerja.
b. Why is ergonomics?
Dari pengalaman menunjukkan bahwa setiap aktivitas atau pekerjaan
yang dilakukan, apabila tidak dilakukan secara ergonomi akan
mengakibatkan ketidaknyamanan, biaya tinggi, kecelakaan dan penyakit
akibat kerja meningkat, performansi menurun yang berakibat pada
penurunan efisiensi dan daya kerja.
c. Where is ergonomics?
Secara umum penerapan ergonomi dapat dilakukan dimana saja, baik di
lingkungan rumah, di perjalanan, di lingkungan sosial maupun
dilingkungan di tempat kerja.
d. When is ergonomics applied?
Ergonomi dapat di terapkan dimana saja dan kapan saja sehingga kita
dapat merasa sehat, aman dan nyaman dalam melakukan aktivitas.
e. Who must apply ergonomics?
Setiap komponen masyarakat baik masyarakat pekerja maupun
masyarakat sosial dalam upaya menciptakan kenyamanan, kesehatan,
keselamatan dan produktivitas kerja yang setinggi-tingginya.
f. How is ergonomics applied?
Untuk dapat menerapkan ergonomi secara tepat dan benar, maka kita
harus mempelajari dan memahami ergonomi secara detail.
(Tarwaka, dkk, 2011)
2.2 Biomekanika
Biomekanika merupakan salah satu dari empat bidang penelitian informasi
hasil ergonomi. Yaitu penelitian tentang kekuatan fisik manusia yang mencakup
kekuatan atau daya fisik manusia ketika bekerja dan mempelajari bagaimana cara
kerja serta peralatan harus dirancang agar sesuai dengan kemampuan fisik manusia
ketika melakukan aktivitas kerja tersebut.
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 7
PT. PINDAD (Persero)
Laporan Kerja Praktek
Biomekanik adalah suatu ilmu yang menggunakan hukum-hukum fisika dan
konsep keteknikan untuk mempelajari gerakan yang dialami oleh beberapa segmen
tubuh dan gaya-gaya yang terjadi pada bagian tubuh tersebut selama aktivitas
normal.
Sebuah lembaga di Amerika yang bernama NIOSH (National Institute Of
Occopational Safety And Health) pada tahun 1981 melakukan analisa terhadap
kekuatan manusia dalam mengangkat atau memindahkan beban,
merekomendasikan batas beban yang dapat diangkat oleh manusia tanpa
menimbulkan cedera meskipun pekerjaan tersebut dilakukan secara berulang-ulang
dan dalam jangka waktu yang cukup lama.
Biomekanika dapat diterapkan pada:
1. Merancang kembali pekerjaan yang sudah ada.
2. Mengevaluasi pekerjaan.
3. Penyaringan pegawai.
4. Tugas-tugas penanganan manual.
Tujuan mempelajari ilmu biomekanika antara lain:
1. Untuk menjelaskan tiap komponen dari seluruh sistem tubuh dan
interaksinya.
2. Untuk mensimulasikan kondisi berbahaya, sulit untuk diukur atau waktu
dan biaya yang dikeluarkan untuk melakukan sebuah pekerjaan.
3. Untuk memperkirakan resiko yang mungkin muncul dari sebuah
pekerjaan dan memperkirakan beban maksimal yang aman untuk
diangkat.
Biomekanika diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
A. General Biomechanic
Adalah bagian dari biomekanika yang berbicara mengenai hukum-
hukum dan konsep-konsep dasar yang mempengaruhi organ tubuh
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 8
PT. PINDAD (Persero)
Laporan Kerja Praktek
manusia baik dalam posisi diam maupun bergerak. Dibagi menjadi 2,
yaitu
Biostatic adalah bagian dari biomekanika umum yang hanya
menganalisis tubuh pada posisi diam atau bergerak pada garis
lurus dengan kecepatan seragam (uniform).
Biodinamic adalah bagian dari biomekanika umum yang
berkaitan dengan gambaran gerakan-gerakan tubuh tanpa
mempertimbangkan gaya yang terjadi (kinematika) dan gerakan
yang disebabkan gaya yang bekerja dalam tubuh (kinetik).
B. Occupational Biomechanic
Didefinisikan sebagai bagian dari biomekanika terapan yang
mempelajari interaksi fisik antara pekerja dengan mesin, material, dan
peralatan dengan tujuan untuk meminimumkan keluhan pada sistem
kerangka otot agar produktifitas kerja dapat meningkat
(http://aguswibisono.com)
2.3 Biomekanika dan Manual Material Handling
Titik berat bahasan biomekanika adalah pada fisik manusia khususnya pada
saat manusia melakukan kegiatan penanganan material secara manual (Manual
Material Handling / MMH) yang biasanya tanpa menggunakan alat bantu apapun.
Contoh MMH adalah pengangkatan dan pemindahan secara manual, atau pekerjaan
lain yang dominan menggunakan otot tubuh. Pekerjaan penanganan material secara
manual (Manual Material Handling) yang terdiri dari mengangkat, menurunkan,
mendorong, menarik dan membawa merupakan sumber utama komplain karyawan
di industri (Ayoub & Dempsey, 1999). Meskipun kemajuan teknologi telah banyak
membantu aktivitas manusia, namun tetap saja ada beberapa pekerjaan manual
seperti MMH yang tidak dapat dihilangkan dengan pertimbangan biaya maupun
kemudahan. Pekerjaan ini membutuhkan usaha fisik sedang hingga besar dalam
durasi waktu kerja tertentu. Usaha fisik ini banyak mengakibatkan kecelakaan kerja
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 9
PT. PINDAD (Persero)
Laporan Kerja Praktek
ataupun low back pain, yang menjadi isu besar di negara-negara industri
belakangan ini.
Aktivitas MMH yang tidak tepat dapat menimbulkan kerugian bahkan
kecelakaan kerja. Akibat yang ditimbulkan dari aktivitas MMH yang tidak benar
salah satunya adalah keluhan muskoloskeletal. Keluhan muskoloskeletal adalah
keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari
keluhan yang sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis
secara berulang dalam jangka waktu yang lama akan dapat menyebabkan keluhan
berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan inilah yang biasanya
disebut sebagai muskoloskeletal disorder (MSDs) atau cedera pada sistem
muskuloskeletal.
Grandjean, 1993
Khusus saat melakukan MMH jenis pengangkatan, organ tubuh yang
mendapatkan pengaruh paling besar adalah pada bagian tulang belakang,
biomekanika pun membahas mengenai struktur tulang belakang pada tubuh
manusia. Pengangkatan manual yang dilakukan oleh operator akan membuat
struktur tulang belakang mengalami tekanan yang berlebihan, meskipun
pengangkatan manual tersebut dilakukan tidak terlalu sering atau dengan kata lain
frekuensinya jarang. Namun demikian, hal tersebut tetap saja memberikan
pengaruh buruk terhadap struktur tulang belakang.
Tingginya tingkat cidera atau kecelakaan kerja selain merugikan secara
langsung yaitu sakit yang diderita oleh pekerja, kecelakaan tersebut juga akan
berdampak buruk terhadap kinerja perusahaan yaitu berupa penurunan
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 10
PT. PINDAD (Persero)
Laporan Kerja Praktek
produktivitas perusahaan, baik melalui beban biaya pengobatan yang cukup tinggi
dan juga ketidakhadiran pekerja serta penurunan dalam kualitas kerja.
Contoh dari penerapan ilmu biomekanika selain MMH adalah untuk
menjelaskan efek getaran dan dampak yang timbul akibat kerja, menyelidiki
karakteristik kolom tulang belakang, menguji penggunaan alat prosthetic, dll.
http://ergonomi-fit.blogspot.com/
2.4 Sistem Kerangka dan Otot Manusia (Musculoskeletal System)
Di dalam tubuh manusia terdapat beberapa sistem koordinasi, dan salah
satunya adalah sistem otot dan kerangka (Musculoskeletal system). Sistem ini
sebenarnya tersusun oleh dua buah sistem, yaitu otot dan tulang. Keduanya saling
berkaitan dalam menjalankan pergerakan tubuh manusia. Otot menempel pada
bagian tulang untuk menggerakkan tulang rangka. Organ-organ tubuh manusia
yang menyusun sistem ini meliputi :
a. Tulang
Bagian ini tersusun dari jaringan yang sangat keras berfungsi sebagai
pembentuk kerangka dan pelindung dari organ dalam. Tulang dalam sistem
gerak berfungsi pembentuk gerakan pasif. Tulang juga berperan penting proses
pembentukkan sel-sel darah merah di bagian sumsum.
b. Sambungan Tulang Rawan
Jaringan ini berfungsi sebagai penghubung antar tulang seperti pada setiap
sambungan. Dengan adanya jaringan ini pergerakan tulang relatif kecil,
sehingga melindungi dari pergeseran tulang.
c. Ligamen
Berfungsi sebagai penghubung bagian sambungan dan menempel pada
tulang pada ujungnya. Ligamen memiliki peranan penting dalam melindungi
persendian. Ligamen tersebut untuk membatasi rentang gerak dari tulang yang
dihubungkan.
d. Otot
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 11
PT. PINDAD (Persero)
Laporan Kerja Praktek
Penggerak utama dalam tubuh manusia adalah otot atau sering disebut
sabagai alat gerak aktif. Sel-sel otot menghasilkan panas tubuh untuk menjaga
kestabilan panas tubuh akibat pengaruh dari luar. Tendon merupakan otot
panjang dengan kekuatan elastis yang tinggi.
Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal
yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat
sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang
lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan
tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan
musculoskeletal disorders (MSDs) atau cedera pada 2 system muskuloskeletal.
Grandjean, 1993; Lemasters, 1996
Peter Vi(2000) menjelaskan bahwa, terdapat beberapa faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya keluhan otot skeletal (Grandjen, 1993; Manuaba, 2000) :
Peregangan otot yang berlebihan
Peregangan otot yang berlebihan (over exertion) biasanya dialami pekerja yang
mengalami aktifitas kerja yang menuntut tenaga yang besar. Apabila hal serupa
sering dilakukan, maka akan mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot,
bahkan dapat menyebabkan terjadinya cidera otot skeletal.
Peregangan otot yang berlebihan
Peregangan otot yang berlebihan (over exertion) biasanya dialami pekerja yang
mengalami aktifitas kerja yang menuntut tenaga yang besar. Apabila hal serupa
sering dilakukan, maka akan mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot,
bahkan dapat menyebabkan terjadinya cidera otot skeletal.
Sikap kerja tidak alamiah
Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi-posisi
bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiahnya. Semakin jauh posisi bagian
tubuh dari pusat gravitasi, semakin tinggi pula terjadi keluhan otot skeletal.
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 12
PT. PINDAD (Persero)
Laporan Kerja Praktek
Sikap kerja tidak alamiah ini pada umumnya karena karakteristik tuntutan kerja
tidak sesuai dengan kemmpuan dan keterbatasan pekerja.
Faktor penyebab sekunder
- Tekanan
Terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot lunak, seperti saat tangan
harus memegang alat dalam jangka waktu yang lama, akan dapat
menyebabkan keluhan pada otot tersebut akibat tekanan langsung yang
diterima. Apabila hal ini berlangsung terus menerus akan menyebabkan
keluhan yang menetap.
- Getaran
Getaran dengan frekuensi yang tinggi akan menyebabkan kontraksi otot
bertambah. Kontraksi statis ini akan menyebabkan peredaran darah tidak
lancar, penimbunan asam laktat meningkat dan akibatnya menimbulkan rasa
nyeri otot.
- Mikroklimat
Paparan suhu dingin yang berlebihan dapat menurunkan kelincahan,
kepekaan dan kekuatan pekerja, sehingga gerakannya menjadi lamban, sulit
bergerak yang disertai dengan menurunnya kekuatan otot
Faktor kombinasi
Resiko terjadinya keluhan otot skeletal akan semakin meningkat dengan tugas
yang semakin berat oleh tubuh. Beberapa hal yang mempengaruhi faktor
kombinasi tersebut adalah :
. - Umur
Chaffin(1979) dan Guo et al(1995) menyatakan bahwa keluhan otot skeletal
biasanya dialami orang pada usia kerja , yaitu 24-65 tahun. Biasanya
keluhan pertama dialami pada usia 35 tahun dan tingkat keluhan akan
meningkat seiring dengan bertambahnya umur.
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 13
PT. PINDAD (Persero)
Laporan Kerja Praktek
- Jenis Kelamin
Dalam pendesainan suatu beban tugas harus diperhatikan jenis kelamin
pemakainya, Astarnd dan Rodahl (1977) menjelaskan bahwa kekuatan otot
wanita hanya 60% dari kekuatan otot pria, keluhan otot juga lebih banyak
dialami wanita dibandingkan pria. Namun pendapat ini masih diperdebatkan
oleh para ahli
- Kebiasaan merokok
Sama halnya dengan jenis kelamin, kebiasaan merokok pun masih dalam
taraf perdebatan para ahli. Namun dari penelitian oleh para ahli diperoleh
bahwa meningkatnya frekuensi merokok akan meningkatkan keluahan otot
yang dirasakan.
- Kesegaran jasmani
Pada umumnya keluhan otot jarang dialami oleh seseorang yang dalam
aktifitas kesehariannya mempunyai cukup waktu untuk beristirahat.
Sebaliknya, bagi yang dalam pekerjaan kesehariannya memerlukan tenaga
besar dan tidak cukup istirahat akan lebih sering mengalami keluhan otot.
Tingkat kesegaran tubuh yang rendah akan mempertinggi resiko terjadinya
keluhan otot. Keluhan otot akan menongkat sejalan dengan bertambahnya
aktivitas fisik.
- Kekuatan Fisik
Chaffin dan Park (1977) seperti yang dilaporkan oleh NIOSH menemukan
keluhan punggung yang tajam pada para pekerja yang menuntut pekerjaan
otot diatas batas kekuatan otot maksimalnya. Dan pekerja yang memiliki
kekuatan otot rendah beresiko tiga kali lipat lebih besar mengalami keluhan
otot dibandingkan pekerja yang memiliki kekuatan otot yang tinggi. Namun
sama halnya dengan kebiasaan merokok dan jenis kelamin, pendapat ini
masih diperdebatkan.
- Ukuran Tubuh (Antropometri)
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 14
PT. PINDAD (Persero)
Laporan Kerja Praktek
Walaupun pengaruhnya relatif kecil, ukuran tubuh juga menyebabkan
keluhan otot skeletal. Vessy et al (1990) menyatakan bahwa wanita gemuk
memiliki risiko 3 kali lebih besar dibandingkan dengan wanita kurus.
Temuan lain menyatakan bahwa tubuh yang tinggi umumnya sering
mengalami keluhan sakit punggung, tetapi tubuh tinggi tak mempunyai
pengaruh terhadap keluhan pada leher, bahu, dan pergelangan tangan.
2.5 RULA (Rapid Upper Limb Assessment)
RULA merupakan sebuah metode dalam biomekanika yang bertujuan untuk
menilai postur, gaya dan gerakan suatu aktivitas kerja yang berkaitan dengan
penggunaan anggota tubuh bagian atas (upper limb). Metode ini dikembangkan
untuk menyelidiki resiko kelainan yang akan dialami oleh seorang pekerja dalam
melakukan aktivitas kerja yang memanfaatkan anggota tubuh bagian atas.
Faktor-faktor resiko yang diselidiki dalam metode ini adalah yang telah
dideskripsikan oleh McPhee’ sebagai faktor beban eksternal (external load factors)
yang meliputi :
• Jumlah gerakan
• Kerja otot statis
• Gaya
• Postur kerja yang ditentukan oleh perlengkapan dan perabotan
• Waktu kerja tanpa istirahat
Prosedur dalam pengembangan metode RULA meliputi tiga tahap. Tahap
pertama "pengembangan metode untuk merekam postur kerja", kedua
"pengembangan sistem penilaian dengan skor untuk pengelompokan bagian tubuh
", dan ketiga "pengembangan Grand Score dan Action List" .
McAtamney, 1993
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 15
PT. PINDAD (Persero)
Laporan Kerja Praktek
Jangkauan gerakan untuk lengan bagian atas (upper arm) dinilai dan diberi
skor berdasarkan studi yang telah dilakukan oleh Tichauer, Chaffin, Herberts et al,
Schuldt et al, dan Harms-Ringdahl & Schuldt. Skornya sebagai berikut:
• 1 untuk ekstensi 20° dan fleksi 20°
• 2 untuk ekstensi lebih dari 20° atau fleksi antara 20-45°;
• 3 untuk fleksi antara 45-90°;
• 4 untuk fleksi lebih dari 90°.
Grup B Leher, punggung dan kaki :
Jangkauan postur untuk leher (neck) didasarkan pada studi yang dilakukan
oleh Chaffin dan Kilbom et al. Skor dan jangkauannya sebagai berikut:
• 1 untuk fleksi 0-10°;
• 2 untuk fleksi 10-20°;
• 3 untuk fleksi lebih dari 20°;
• 4 bila dalam posisi ekstensi.
Tabel 2.1 Kategori Tindakan RULA
Kategori tindakan
Level Tindakan
1 – 2 Minimum Aman 3 – 4 Kecil Diperlukan beberapa waktu
ke Depan 5 – 6 Sedang Tindakan dalam waktu dekat 7 Tinggi Tindakan sekarang juga
Tampilan RULA Analysis dalam CATIA, ilustrasi skor di gambarkan
dengan warna yang berbeda dan masing – masing warna tersebut memiliki
rentang nilai tertentu menurut segment nya. Rentang skor untuk setiap warna
disajikan dalam Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Rentang skor untuk setiap warna
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 16
PT. PINDAD (Persero)
Laporan Kerja Praktek
Segment Score Range
Color associated to the score
1 2 3 4 5 6
Upper arm 1 to 6
Forearm 1 to 3
Wrist 1 to 4
Wrist twist 1 to 2
Neck 1 to 6
Trunk 1 to 6 Sumber: Pradanos (2011)
2.5.1 Aplikasi RULA
Selama periode RULA sedang diuji validasi, metode ini telah
digunakan di sistem kerja industri maupun perkantoran oleh ahli ergonomi
dari Institute for Ocupational Ergonomics dan oleh fisioterapis yang
menghadiri kursus pengenalan ergonomi. Operasi-operasi spesifik dimana
RULA dilaporkan sebagai piranti pengukuran yang berguna antara lain
sejumlah operasi pengepakan manual dengan mesin, pekerjaan berbasis
komputer, operasi pembuatan garmen. Operasi pengecekan supermarket,
pekerjaan mikroskopik dan pekerjaan di industri manufaktur mobil.
Sekali pengguna merasa familiar dengan RULA, mereka melaporkan
bahwa RULA cepat dan mudah digunakan. RULA sering kali dilaporkan
sangat berguna dalam mempresentasikan konsep pembebanan
musculoskeletal akibat kerja dalam pertemuan dengan manjemen. Para
manajemen cepat menyadari dan meningat skor final dan level tindakan
yang terkait. Hal ini sangat membantu dalam mengkomunikasikan masalah,
memutuskan prioritas investigasi dan perubahan yang harus dilakukan pada
tempat kerja. Sebagai tambahan, RULA ditemukan secara khusus berharga
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 17
PT. PINDAD (Persero)
Laporan Kerja Praktek
dalam pengukuran kembali perubahan dalam pembebanan musculoskeletal
setelah modifikasi telah diperkenalkan pada pekerjaan dan stasiun kerja.
Seperti telah dikatakan sebelumnya, jika pengukuran konprehensif
dari tempat kerja akan dilakukan, RULA sebaiknya digunakan sebagai
bagian dari studi ergonomi yang lebih besar yang meliputi faktor
epidemiologi, fisik, mental, lingkungan dan organisasi. Metodologi yang
lebih lengkap untuk mengidentifikasi dan menginvestigasi kelainan tubuh
bagian atas terkait kerja, termasuk RULA, telah dihasilkan oleh Institute for
Ocupational Ergonomics.
2.6 Aplikasi CATIA
Dikembangkan oleh Dassault Systèmes selama lebih dari 20 tahun, CATIA
(Computer-Aided Three-Dimensional Interactive Application) saat ini dikenal luas
sebagai software CAD/CAE/CAM papan atas tingkat dunia. Ribuan perusahaan
dari berbagai macam industri di seluruh dunia telah memilih untuk menggunakan
CATIA dalam memastikan keberhasilan produk mereka. Begitu juga dengan
perguruan tinggi di seluruh dunia yang menggunakan software ini untuk keperluan
pendidikan maupun penelitian.
CATIA adalah engineering software untuk aplikasi CAD (Computer Aided
Design), CAE (Computer Aided Engineering) dan CAM (Computer Aided
Manufacturing) yang saling terintegrasi satu dengan lainnya. Merupakan solusi
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 18
PT. PINDAD (Persero)
Laporan Kerja Praktek
yang sangat tepat dalam menangani proses pengembangan produk secara lengkap,
dari awal berupa konsep desain, analisa kekuatan sampai pengerjaan di work shop
(proses manufaktur).
Desain di CATIA mencakup gambar 2 dimensi (2D) maupun 3 dimensi (3D)
baik berupa model wireframe & surface maupun model berupa benda-benda solid.
Dengan tampilan yang sangat user friendly, merancang produk yang rumit di
CATIA dapat menjadi terasa lebih mudah mudah. Aplikasi ini juga bisa untuk
mendesain berbagai jenis barang (tidak spesifik satu barang saja) dengan tingkat
kerumitan yang tinggi, dan keunggulan utama dari aplikasi ini adalah mampu
mendesain ribuan part.
Perhitungan yang ditawarkan dalam CATIA ini adalah static linier, dynamic,
thermal, dan bukling. Namun pada studi ini hanya akan dilakukan perhitungan
static. CATIA V5 Release 14 merupakan program desain grafis tiga dimensi yang
dibuat oleh Dassault Sistem yang mampu membuat gambar dan analisis dalam
bidang teknik. Dalam perancangan benda kerja, peneliti menggunakan program
CATIA dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
a. Program CATIA V5 Release 14 mempunyai aplikasi yang lengkap yang
dapat digunakan dalam bidang pendidikan dan bidang industri yang meliputi
mechanical design, analysis, simulation, dan aplikasi lainnya.
b. Cara pembuatan atau pemodelan benda kerja dengan program CATIA V5
Release 14 relatif mudah dibandingkan dengan menggunakan program sejenis
serta mempunyai tingkat akurasi yang tinggi.
c. Design part (desain komponen) dengan CATIA V5 Release 14 akan
menghasilkan gambar yang sesuai dengan hasil produk sesungguhnya.
Sehingga produk yang telah didesain dapat dilihat secara nyata dalam
tampilan tiga dimensi, sehingga kita bisa mengetahui secara detail bagian dari
produk tersebut.
d. Dengan CATIA V5 Release 14 dapat juga dilakukan analisis statis dari
produk yang telah didesain, sehingga dapat dilihat bagian dari produk yang
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 19
PT. PINDAD (Persero)
Laporan Kerja Praktek
kurang aman sehingga akan mempermudah mendesain produk sampai didapat
produk sesuai yang diinginkan sebelum proses produksi dilakukan.
Untuk proses manufaktur dengan mesin CNC, CAM di CATIA saat ini
tersedia modul lathe programming (mencakup 2-axis dan multi-axis) serta milling
programming ( mencakup 2.5, 3 dan 5-axis).
CATIA dapat diterapkan di industri-industri dengan ruang lingkup yang sangat
luas, dari industri pesawat terbang (aerospace), otomotif, dan industri mesin-mesin,
juga pada industri elektronik, kapal, desain pabrik/ bangunan, dan bahkan barang-
barang yang sering digunakan sehari-hari (consumer goods). Dapat dikatakan, saat
ini CATIA digunakan untuk merancang apa saja, dari desain pesawat terbang
sampai barang-barang perhiasan.
http://www.3ds.com
2.7 Antropometri
Antropometri berasal dari kata antropos dan metricos. Antropos berarti
manusia dan metricos berarti ukuran. Antropometri adalah ukuran – ukuran tubuh
manusia secara alamiah baik dalam melakukan aktivitas statis (ukuran sebenarnya)
maupun dinamis (disesuaikan dengan pekerjaan) (Wignjosoebroto, 2003).
Antropometri adalah ilmu yang berhubungan dengan pengukuran dimensi dan
karakteristik tubuh manusia lainnya seperti volume, pusat gravitasi dan massa
segmen tubuh manusia. Ukuran – ukuran tubuh manusia sangat bervariasi,
bergantung pada umur, jenis kelamin, ras, pekerjaan dan periode dari masa ke
masa. Pengukuran dimensi – dimensi tubuh manusia merupakan bagian yang
terpenting dari antropometri karena akan menjadi data dasar untuk mempersiapkan
desain berbagai peralatan, mesin, proses dan tempat kerja Ukuran tubuh yang
penting untuk penerapan ergonomi, yaitu :
1. Pada sikap berdiri : tinggi badan berdiri, tinggi mata, tinggi bahu, tinggi
siku, tinggi pinggul, tinggi pangkal jari tangan, tinggi ujung – ujung jari.
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 20
PT. PINDAD (Persero)
Laporan Kerja Praktek
2. Pada sikap duduk : tinggi duduk, tinggi posisi mata, tinggi bahu, tinggi
siku, tebal paha, jarak bokong – lutut, jarak bokong – lekuk lutut, tinggi
lutut, lebar bahu, lebar pinggul
Harrianto, 2008
Penerapan data antropometri dapat dilakukan jika tersedia nilai rata – rata
(x) dan standar deviasi (SD) dari suatu distribusi normal. Sedangkan persentil
adalah suatu nilai yang menyatakan bahwa persentase tertentu dari sekelompok
orang yang ukurannya sama atau lebih rendah dari nilai tersebut (setelah
perhitungan persentil). Misalnya 95th persentil akan menunjukkan 95% populasi
akan berada pada atau berada di bawah ukuran tersebut; sedangkan 5th persentil
akan menunjukkan 5% populasi akan berada pada atau di bawah ukuran itu
(Wignjosoebroto, 2003). Pemakaian nilai – nilai persentil yang umum diaplikasikan
dalam perhitungan antropometri dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.1 Nilai Presentil
Alat antropometer dapat digunakan untuk mengetahui ukuran tubuh. Selain itu,
pengukuran tubuh dapat dilakukan dengan metode ukur tukang jahit menurut
Suma’mur (antropometry by Suma’mur’s tailor method).
Suma’mur, 1989
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 21
PT. PINDAD (Persero)
Laporan Kerja Praktek
BAB III
TINJAUAN SISTEM
3.1 Tinjauan Umum Perusahaan
3.1.1 Sejarah Perusahaan
PT. Pindad adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
memproduksi alat-alat persenjataan, munisi serta manufaktur alat industri.
Artillerie Contructie Winkel (ACW) menjadi embrio sebuah kecemerlangan.
Berdiri pada tahun 1808 di Surabaya, ACW kemudian berganti nama menjadi
Artillerie Inrichtingen (AI) pada tahun 1923 dan beralih tempat ke Bandung.
Setelah sempat berganti nama beberapa kali termasuk dinamai Pabrik senjata
dan Mesiu pada tanggal 29 April 1950 yang kemudian ditetapkan sebagai hari
jadinya. Perusahaan ini resmi bernama Perindustrian Angkatan Darat
(Pindad) di tahun 1962. tanggal 29 April 1983 menjadi titik balik bagi Pindad
dimana statusnya ditingkatkan menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
dengan nama PT. Pindad (Persero) yang menuntut dirinya untuk semakin
mandiri dan berorientasi bisnis. Pengalaman panjang dalam industri presisi,
menjadi bekal utama PT Pindad ketika memutuskan terjun ke dalam bisnis
produk komersial / non militer. Saat ini PT Pindad yang 100% dimiliki oleh
Negara mempunyai dua lokasi pabrik, di Turen, Malang seluas 160 hektar
dan di Bandung seluas 66 hektar.
3.1.2 Sejarah Perkembangan PT. Pindad (Persero)
a. Jaman Penjajahan Belanda Pada tahun 1808, Belanda mendirikan Bengkel Perbaikan Artileri
(ACW : Artillerie Construtie Winkel) di Semarang dan Surabaya,
kemudian kedua pabrik tersebut direlokasi ke Bandung pada tahun 1923,
dan berganti nama menjadi AI (Artillerie Inrichtingen) dibawah
Departemen Van Oorlog dengan kegiatannya meliputi senjata, munisi
dan perkakasnya.
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 22
PT. PINDAD (Persero)
Laporan Kerja Praktek
b. Jaman Penjajahan Jepang
Pada tahun 1942, Jepang masuk ke Indonesia, kemudian AI jatuh
ketangan tentara Jepang dan berganti nama menjadi Dai Ichi Kozo
dimana kegiatan intinya tetap meneruskan kebijakan yang dilaksanakan
Belanda.
c. Jaman Perjuangan – Sekarang
Pada tahun 1946, dengan bantuan tentara sekutu Belanda
mengambil alih kembali Dai Ichi Kozo, kemudian berganti nama menjadi
LPB (Leger Productie Bedrjiven) pada tahun 1947. Pada tanggal 27
Desember 1949, Konperensi Meja Bundar (KMB) ditandatangani yang
menghasilkan pengakuan kedaulatan Republik Indonesia Serikat.
Pada tanggal 29 April 1950, LPB diserahterimakan dari
Pemerintah Belanda kepada Pemerintah Republik Indonesia Serikat
(RIS) dan berganti nama menjadi PSM (Pabrik Senjata dan Mesiu).
Pada tahun 1962, berganti nama menjadi Perindustrian Angkatan
Darat (Pindad). Setelah beberapa kali berganti nama akhirnya pada
tanggal 29 April 1983, Pindad berubah status menjadi PT. Pindad
(Persero).
Pada tahun 1989, PT. Pindad menjadi salah satu industri strategis
dibawah BPIS. Pada tahun 1998, PT. Pindad menjadi anak perusahaan
PT. Pakarya Industri (Persero). Pada tahun 1999, PT. Pindad menjadi
anak perusahaan PT. Bahana Pakarya Industri Srategis (BPIS).
Sejak tahun 2002, PT. Pindad berada dibawah pembinaan
Kementrian BUMN hingga sekarang.
3.1.3 Tujuan dan Sasaran PT PINDAD (Persero)
1) Tujuan PT Pindad (Persero)
Berdasarkan anggaran dasar PT Pindad (Persero), tujuan
pendirian PT Pindad (Persero) adalah melaksanakan dan menunjang
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 23
PT. PINDAD (Persero)
Laporan Kerja Praktek
kebijakan dan program pemerintahan dibidang ekonomi dan
pembangunan nasional pada umumnya dan khususnya dalam bidang
industri alat / peralatan pertahanan dan keamanan, industri manufaktur,
jasa dan perdagangan dengan memperhatikan prinsip-prinsip yang
berlaku bagi perseroan terbatas.
2) Sasaran PT. PINDAD (Persero)
Meningkatkan potensi PT Pindad (Persero) untuk mendapatkan
peluang usaha yang menjamin masa depan PT Pindad (Persero) melalui
sinergi Internal.
3.1.4 Visi dan Misi PT. PINDAD (Persero)
PT. Pindad (Persero) mempunyai Visi yaitu menjadi perusahaan
sehat yang mempunyai inti usaha terpadu, beroperasi secara fleksibel serta
mandiri secara finansial.
Misi PT. Pindad adalah melaksanakan kegiatan usaha dalam bidang
alat dan peralatan untuk mendukung kemandirian pertahanan dan keamanan
negara serta melaksanakan kegiatan usaha dalam bidang alat dan peralatan
industri, dengan mendapatkan laba untuk pertumbuhan perusahaan melalui
keunggulan teknologi dan efisiensi
3.2 Struktur Organisasi
PT. Pindad (Persero) adalah perusahaan industri manufaktur dan satu-
satunya produsen dalam negeri untuk peralatan militer yang memiliki fasilitas
memadai ditambah sumber daya manusia yang berpengalaman yang berbasis
teknologi mekanik. Struktur organisasi PT. Pindad (Persero) merupakan wujud
sinergi dari kridebilitas para staf dengan fungsi manajer (Direktur Utama) yang
memiliki peranan penting dalam menentukan penggunaan kebijakan / keputusan
yang dibantu dengan beberapa staf dalam mewujudkan objek (tujuan) perusahaan.
Struktur organisasi PT. Pindad (Persero) merupakan suatu system, dimana
satu departemen dengan departemen lain memiliki keterkaitan dan saling
mempengaruhi dalam proses pencapaian objek perusahaan melalui kerjasama
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 24
PT. PINDAD (Persero)
Laporan Kerja Praktek
3.2.1 Jajaran Direksi PT. PINDAD (Persero)
Direktur Utama, membawahi 4 (empat) Direktur, yaitu :
a. Direktur Produk Komersial, yang bertanggung jawab terhadap 5
(lima) unit produksi yaitu :
1. Divisi Tempa dan Cor ( Komponen cor, Tempa dan Stamping)
2. Divisi Mesin Industri dan Jasa (Peralatan transportasi, mesin – mesin
& jasa pemeliharaan mesin)
3. Divisi Rekayasa Industri (Konstruksi pabrik : CPO, minyak goreng
dan bio diesel)
4. Unit Pengembangan Kendaraan Fungsi Khusus (Kendaraan militer :
truk, APR dan APS)
5. Unit Bahan Peledak Komersial (Detonator listrik dan Panfo)
b. Direktur Produk Militer, yang bertanggung jawab terhadap 2 (dua)
unit produksi, yaitu :
1. Divisi Senjata (Senjata bahu : SS1, SS2 berbagai variant, senjata
genggam : Revolver, pistol)
2. Divisi Munisi (Munisi : MKK, MKB, munisi khusus & pyroteknik)
dan dibantu oleh 2 Deputi, yaitu :
3. Deputi Direktur Produk Militer Bid. Penelitian & Pengembangan
4. Deputi Direktur Produk Militer Bid. Pemasaran & Penjualan
c. DirekturAdministrasi dan Keuangan, membawahi 2 (dua) Deputi
yaitu :
1. Deputi Direktur Administrasi & Keuangan Bid. Adminstrasi
2. Deputi Direktur Adminstrasi & Keuangan Bid. Keuangan
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 25
PT. PINDAD (Persero)
Laporan Kerja Praktek
d. Direktur Perencanaan dan Pengembangan, membawahi 2 (dua)
Deputi :
1. Deputi Direktur Bid. Perencanaan & Pengembangan Bid. Sumber Daya
2. Deputi Direktur Bid. Perencanaan & Pengembangan Bid. Bang. Usaha
KOMISARIS :
Jenderal TNI Agustadi Sasongko Purnomo : Komisaris Utama
Mayjen TNI (Purn) Sardan Marbun : Komisaris
Dr. Ir. Richard Mengko : Komisaris
Brigjen TNI RM. Abdul Rachman, S.IP : Komisaris
DIREKSI :
Ir. Adik Avianto Soedarsono, MSIE., Phd. : Direktur Utama
Ir. Slamet Irianto, MM : Direktur Produk Militer
Ir. Tri Hardjono, MM : Direktur Perencanaan &Pengembangan
Drs. Kemas Hasani : Direktur Administrasi dan Keuangan
Ir. Wahju Utomo, MBA : Direktur Produk Komersil
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 26
PT. PINDAD (Persero)
Laporan Kerja Praktek
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 27
PT. PINDAD (Persero)
Laporan Kerja Praktek
Gambar
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 28
PT. PINDAD (Persero)
Laporan Kerja Praktek
3.2.2 Logo PT. PINDAD (Persero)
Gambar
Makna Logo PT. Pindad (Persero) :
1. Pengertian
Logo PT. Pindad (Persero) adalah lambing perusahaan berupa senjata cakra
dengan bintang bersudut lima dan bertuliskan Pindad.
2. Arti dan Makna Logo
a. Cakra, adalah senjata pamungkas kresna
Keampuhannya memiliki kemampuan untuk menghancurkan dan atau
sebaliknya menambarkan (menetralisir) bahaya senjata yang datang
mengancamnya, sehingga dengan demikian memiliki potensi untuk
mendukung perang ataupun menciptakan kedamaian
b. Bintang bersudut lima
Melambangkan bahwa gerak dan laju PT. Pindad (Persero)
berlandaskan Pancasila, falsafah / dasar / ideology bangsa dan Negara
Indonesia di dalam ikut serta mewujudkan terciptanya masyarakat adil
dan makmur.
c. Pisau Frais, melambangkan industri, dengan :
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 29
PT. PINDAD (Persero)
Laporan Kerja Praktek
1. 4 (empat) buah lubang Spi
Melambangkan kemampuan teknologi untuk ; mengelola, meniru,
merubah, dan mencipta suatu bahan atau produk.
2. 8 (delapan) buah pisau (cakra)
Melambangkan kemampuan untuk memproduksi sarana militer /
hankam dan sarana sipil / komersil dalam rangka ikut serta
mendukung terciptanya ketahanan nasional bangsa Indonesia yang
bertumpu pada 8 (delapan) gatra (aspek).
d. Batang dan ekor
Melambangkan pengendalian gerak dan laju PT. Pindad (Persero)
secara berdaya dan berhasil guna, 4 (empat) helai sirip ekor,
melambangkan keserasian gerak antara unsure-unsur ; manusia, modal,
metoda, dan pemasaran.
e. Warna
1) Senjata Cakra : Biru Laut
2) Bintang : Kuning Emas
3) Tulisan “Pindad” : Kuning Emas
3.3. Deskripsi Kerja
PT. Pindad (Persero) adalah perusahaan multi bisnis / produk yang terdiri
dari bisnis / produk militer dan bisnis / produk komersial.
Kegiatan usaha dan produksi dilakukan di Turen Malang dan di Bandung
yang sekaligus sebagai kantor pusat.
3.3.1. Bisnis / Produk Militer
Bisnis / Produk Militer dilaksanakan oleh Divisi Munisi yang berlokasi
di Turen Malang dan Divisi Senjata yang berlokasi di Bandung Jawa Barat.
Alat dan peralatan yag diproduksi adalah berbagai senjata dan amunisi untuk
keperluan TNI dan Polri.
1. Divisi Senjata (Divjat)
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 30
PT. PINDAD (Persero)
Laporan Kerja Praktek
Divisi ini memproduksi dan menjual produk sebagai berikut :
a. Senjata Ringan, antara lain :
1. SS1 berbagai variant
2. SS2 berbagai variant
3. Sabhara
4. SPG
5. SPR-1
6. Shot Gun
b. Senjata Genggam, antara lain :
1. Pistol P2 Kal. 9 mm
2. Pistol P3 Kal. 7.65 mm
3. Revolver
4. Pistol P3A
5. Pistol Isyarat
c. Senjata Berat, antara lain :
1. Senapan Mesin-3 (SM-3)
2. Mortir 60 CO
3. Mortir 60 LR
4. Mortir 81
2. Divisi Munisi (Divmu)
Divisi ini memproduksi dan menjual berbagai macam munisi sebagai
berikut :
a. Munisi Kaliber Kecil (MKK), antara lain :
1. MU Kal. 9 mm
2. MU Kal. 7.62 mm
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 31
PT. PINDAD (Persero)
Laporan Kerja Praktek
3. MU Kal. 12.7 mm
4. MU Kal. 5.56 mm
5. MU Kal. 38 SP
6. MU Kal. 45 mm
7. MU Kal. 7.65 mm
b. Munisi Kaliber Besar (MKB), antara lain :
1. GL Kal. 40mm HE
2. GMO Kal. 60mm CO
3. GMO Kal. 60mm LR
4. GMO Kal. 81mm SB
c. Munisi Khusus (Musus), antara lain:
1. MU Kal. 5.56mm
2. MU Kal. 7.62mm
3. Gas Air Mata Super Seven
4. Granat Tangan Air mata
5. Granat Tangan asap
6. Detonator Listrik
7. Detonator Non Listrik
8. Sumbu Api
9. Sumbu Ledak
10. Booster serta TNT
3. Pelanggan Produk Militer :
1. TNT
2. POLRI
3. Departemen Kehakiman
4. Departemen Kehutanan
5. Dirjen Bea & Cukai
6. Ekspor
3.3.2. Bisnis / Produk Komersial
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 32
PT. PINDAD (Persero)
Laporan Kerja Praktek
Bisnis / Produk Komersial dilaksanakan oleh Divisi Mesin Industri dan
Jasa (Div. Mijas), Divisi Rekayasa Industri (Div. Rekin), Divisi Tempa dan
Cor (Div. T&C), Unit Kendaraan Fungsi Khusus (Unit KFK) dan Unit
Handakom.
1. Divisi Mesin Industri dan Jasa (Div. Mijas)
Divisi ini memproduksi dan menjual produk untuk kebutuhan :
a. Sarana Kereta Api
b. Peralatan Kapal Laut
c. Jasa Permesinan
d. Produk Dedicated Machines
e. Harsintrik, antara lain :
1. Generator
2. Traction Motor
3. Electrical Machinery
f. Jasa Laboratorium
2. Divisi Tempa dan Cor (Div. T&C) Divisi ini memproduksi dan menjual produk sebagai berikut :
a. Produk Casting, untuk kebutuhan :
1. Industri Pompa Air
2. Industri automotive
3. Industri Pertambangan dan Industri Baja
4. Militer, antara lain Bom
b. Produk Forging untuk kebutuhan :
1. Industri Pompa air
2. Industri Pupuk
3. Industri Semen
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 33
PT. PINDAD (Persero)
Laporan Kerja Praktek
4. Industri Kereta Api
5. Industri Migas
6. Militer, antara lain Sangkur
c. Produk Stamping, untuk kebutuhan Pompa air
d. Produk Praska antara lain Rail Fastering
3. Divisi Rekayasa Industri (Div. Rekin)
Divisi ini memproduksi dan menjual produk untuk kebutuhan sebagai
berikut:
a. EPC (Enginering Procurement dab Contruction) antara lain :
1. Palm Industri
2. PKS
3. Bio Diesel
b. Jasa Pabrikasi antara lain :
1. Pembuatan Peralatan Pabrik Beton Ringan
4. Unit Kendaraan Fungsi Khusus (Unit KFK)
Unit ini memproduksi dan menjual produk-produk sebagai berikut :
a. Panser 6x6 Pindad
b. Truk 2 ½ Ton
c. Ranpur Lapis Baja 6x6
5. Unit Handakom
Unit ini memproduksi dan menjual produk-produk bahan peledak
komersial antara lain :
a. Bahan Peledak dan Assesoris
b. Jasa Peledakan
c. Jasa Pemusnahan
d. Jasa Transportasi
6. Pelanggan Produk Komersial :
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 34
PT. PINDAD (Persero)
Laporan Kerja Praktek
1. PT. KAI (Persero)
2. PT. INKA (Persero)
3. PT. PLN (Persero)
4. Departemen Perhubungan
5. Galangan Kapal Nasional
6. Industri Pertambangan Nasional
7. Insdustri Perminyakan dan Gas Nasional
8. Industri Agro Nasional
9. Industri Elektronik Nasional
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 35
PT. PINDAD (Persero)
Laporan Kerja Praktek
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
Gambar
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 36
PT. PINDAD (Persero)
Laporan Kerja Praktek
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Pengumpulan Data
Aktivitas Manual Material Handling
Pengamatan yang dilakukan operator pada bagian pengelasan Base Plate :
Kegiatan Berat
Beban
(kg)
Posisi Tangan (cm) Frekuensi per
Menit
Coupling
Posisi Awal Posisi Akhir
V H V H
Proses
Pengelasan
Base Plate
29 28 50 38 30 0.1 Poor
Proses
Penghalusan
External
Locking Device
15 25 59 125 77 0.09 Poor
Fasilitas dan Benda kerja yang digunakan oleh Operator
a. Palet Pada Bagian Pengelasan
Palet ini digunakan untuk tempat menaruh material base plate
sebelum dan setelah dilakukan proses pengelasan, ukuran palet juga
disesuaikan dengan ukuran dilapangan yanga ada,
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 37
PT. PINDAD (Persero)
Laporan Kerja Praktek
Gambar
b. Mesin Milling
Dibawah ini merupakan gambar yang di asumsikan sebagai mesin
milling karena keperluan pengolahan data hanya membutuhkan tinggi
dari tempat material diletakan pada mesin tersebut.
Gambar
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 38
PT. PINDAD (Persero)
Laporan Kerja Praktek
c. Palet Pada Bagian Penghalusan
Palet ini digunakan untuk tempat menaruh material External
Locking Device sebelum dan setelah dilakukan proses penghalusan,
ukuran palet juga disesuaikan dengan ukuran dilapangan yanga ada,
Gambar
d. Meja Pengelasan
Dibawah ini ada meja yang digunakan pada saat proses
pengelasan, dan dimensi yang digunakan disesuaikan berdasarkan data
lapangan,
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 39
PT. PINDAD (Persero)
Laporan Kerja Praktek
Gambar
e. Base Plate
Dibawah ini adalah gambar dari material base plate yang
ukurannya disesuaikan dengan data lapangan yang di dapat,
Gambar
f. External Locking Device
Dibawah ini adalah gambar dari material External Locking
Device yang ukurannya disesuaikan dengan data lapangan yang di dapat,
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 40
PT. PINDAD (Persero)
Laporan Kerja Praktek
Gambar
Gambar Postur Kerja Operator saat Manual Material Handling
1. Pengelasan Base Plate
Manual Material Handling pada Proses Pengelasan
Gambar postur kerja di Posisi awal
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 41
PT. PINDAD (Persero)
Laporan Kerja Praktek
Gambar postur kerja di Posisi Akhir
2. Penghalusan External Locking Device
Manual Material Handling Pada Proses Penghalusan
Gambar postur kerja di Posisi Awal
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 42
PT. PINDAD (Persero)
Laporan Kerja Praktek
Gambar postur kerja di Posisi Akhir
5.2 Pengolahan Data
Pengolahan data yang dilakukan adalah membuat postur kerja operator
mengunnakan Softaware CATIA V5R18 yang disesuaikan dengan foto dan data
data yang didapat saat pengamatan.
Dalam analisis RULA pada software CATIA terdapat empat kategori warna
yaitu merah untuk kondisi paling membutuhkan tindakan, orange untuk kondisi
perlu tindakan dalam waktu dekat, kuning untuk kondisi yang masih perlu diamati
beberapa waktu ke depan, dan warna hijau untuk kodisi aman
Manual Material Handling pada Proses Pengelasan
a. Posisi Awal
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 43
PT. PINDAD (Persero)
Laporan Kerja Praktek
Gambar
Gambar diatas menampilkan postur kerja operator yang hampir
disesuaikan semirip mungkin dengan data yang didapat di lapangan.
Dapat dilihat juga Horizontal Location = 500 mm dan Vertical Location
= 280 mm, Coupling Condition Poor. Data yang didapat dari lapangan
Horizintal location = 50 cm dan Vertical location = 28 cm. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa gambar postur kerja diatas sama dengan
kejadian nyata dilapangan.
Gambar
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 44
PT. PINDAD (Persero)
Laporan Kerja Praktek
Gambar
Pada hasil RULA yang didapat cidera yang mungkin dapat terjadi
pada operator dengan postur kerja seperti ini dengan rincian sebagai
berikut :
Merah : wrist twist
Orange : wrist
Kuning: forearm, upper arm, trunk
Hijau: Neck
Final score yang diperoleh berdasarkan analisis RULA adalah 7
dan berwarna merah, sehingga diberitahukan bahwa operator dengan
postur kerja tersebut dibutuhkan tindakan saat itu juga.
b. Posisi akhir
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 45
PT. PINDAD (Persero)
Laporan Kerja Praktek
Gambar
Gambar diatas menampilkan postur kerja operator yang hampir
disesuaikan semirip mungkin dengan data yang didapat di lapangan.
Dapat dilihat juga Horizontal Location = 300 mm dan Vertical Location
= 370 mm, Coupling Condition Poor. Data yang didapat dari lapangan
Horizintal location = 30 cm dan Vertical location = 38 cm. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa gambar postur kerja diatas hampir sama
dengan kejadian nyata dilapangan.
Gambar
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 46
PT. PINDAD (Persero)
Laporan Kerja Praktek
Gambar
Pada hasil RULA yang didapat cidera yang mungkin dapat terjadi
pada operator dengan postur kerja seperti ini dengan rincian sebagai
berikut :
Kuning: forearm, upper arm, trunk, neck
Hijau: wrist dan wrist twist
Final score yang diperoleh berdasarkan analisis RULA adalah 7
dan berwarna merah, sehingga diberitahukan bahwa operaor dengan
postur kerja tersebut dibutuhkan tindakan saat itu juga.
Manual Material Handling pada Proses Penghalusan
a. Posisi Awal
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 47
PT. PINDAD (Persero)
Laporan Kerja Praktek
Gambar
Gambar diatas menampilkan postur kerja operator yang hampir
disesuaikan semirip mungkin dengan data yang didapat di lapangan.
Dapat dilihat juga Horizontal Location = 570 mm dan Vertical Location
= 250 mm, Coupling Condition Poor. Data yang didapat dari lapangan
Horizintal location = 59 cm dan Vertical location = 25 cm. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa gambar postur kerja diatas hampir sama
dengan kejadian nyata dilapangan.
Gambar 5. Analisis RULA Postur kerja posisi awal (Right)
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 48
PT. PINDAD (Persero)
Laporan Kerja Praktek
Gambar 5. Hasil RULA Postur kerja posisi awal (Right)
Gambar 5. Analisis RULA Postur kerja posisi awal (Leftt)
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 49
PT. PINDAD (Persero)
Laporan Kerja Praktek
Gambar 5. Hasil RULA Postur kerja posisi awal (Left)
Dari kedua gambar analisis RULA di atas (Right dan Left), terlihat
perbedaan antara tangan kanan dan kiri Operator. Pada wrist kanan
warnanya adalah Kuning yang mana berisiko cedera lebih besar daripada
wrist kiri yang memiliki warna Hijau.
Untuk segmen tubuh lainnya yang dianalisis memiliki
indikator warna yang sama, yaitu:
Forearm: Kuning
Upper arm, neck , Trunk: kuning
Wrist Twist: hijau
Final score yang diperoleh berdasarkan analisis RULA adalah
7 dan berwarna merah, sehingga diberitahukan bahwa operaor
dengan postur kerja tersebut dibutuhkan tindakan saat itu juga.
b. Posisi Akhir
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 50
PT. PINDAD (Persero)
Laporan Kerja Praktek
Gambar
Gambar diatas menampilkan postur kerja operator yang hampir
disesuaikan semirip mungkin dengan data yang didapat di lapangan.
Dapat dilihat juga Horizontal Location = 770 mm dan Vertical
Location = 1260 mm, Coupling Condition Poor. Data yang didapat
dari lapangan Horizintal location = 77 cm dan Vertical location =
125 cm. Sehingga dapat disimpulkan bahwa gambar postur kerja
diatas hampir sama dengan kejadian nyata dilapangan.
Gambar
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 51
PT. PINDAD (Persero)
Laporan Kerja Praktek
Gambar
Pada hasil RULA yang didapat cidera yang mungkin dapat
terjadi pada operator dengan postur kerja seperti ini dengan rincian
sebagai berikut :
Kuning: forearm, upper arm, trunk, Neck
Hijau: wrist twist, wrist
Final score yang diperoleh berdasarkan Analisis RULA adalah
7 dan berwarna merah, sehingga diberitahukan bahwa operaor
dengan postur kerja tersebut dibutuhkan tindakan saat itu juga.
5.3 Saran Perbaikan
Berdasarkan hasil dari pengolahan data di atas semua postur kerja operator
dalam proses manual material handling memiliki scro 7 dan berwarna merah yang
berarti perlu dirubah dan ditindaklajuti saat itu juga untuk mengurangi resiko cidera
yang terjadi pada operator.
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 52
PT. PINDAD (Persero)
Laporan Kerja Praktek
Salah satu cara untuk mengurangi resiko cidera yang mungkin terjadi pada
operator adalah dengan menambahkan atau merancang ulang fasilitas pendukung
kerja untuk meletakan palet yang berisis material yang selanjutnya akan diproses.
Fasilats kerja yang diberikan akan disesuaikan dengan data antropometri manusia
(populasi Indonesia)
1. Perbaikan Manual Material Handling Pada bagian Proses Pengelasan
Posisi Awal
Penambahan Fasilitas Meja pada nagian proses Pengelasan Base Plate
Berikut Ukuran dimensi pada meja yang disarankan :
Panjang dan lebar meja akan disesuaikan dengan ukuran palet yaitu : 77 cm
dan 130 cm. Untuk tinggi meja akan disesuaikan dengan antropometri tubuh
manusia yaitu Tinggi genggaman tangan pada posisi relaks ke bawah
persentil 5% - tinggi palet, jadi 655 mm – 160 mm = 495 mm.
Meja diberikan agar posisi material yang akan dijangkau lebih tinggi
dari sebelumnya sehingga operator tidak membungkukkan badan saat
menjangkau material tersebut. Setelah menggunakan fasilitas pembantu meja
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 53
PT. PINDAD (Persero)
Laporan Kerja Praktek
ini maka postur kerja yang didapat adalah sebagai berikut beserta hasil
analisis RULA
Gambar
gambar
Dari hasil analisis RULA diatas menunjukan perbaikan dari yg sebelum
menggunakan fasilitas tambahan meja memiliki final scor 7 dan setelah
menggunakan alat bantu meja memiliki final score 5. Namun hasil dari
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 54
PT. PINDAD (Persero)
Laporan Kerja Praktek
analisis RULA ini postur kerja tersebut belum termasuk kedalam zona aman
(warna hijau atau kuning), namun pembuatan alat bantu tersebut berdasarka
dimensi penyesuain terhadap ukuran anthropometri populasi di Indonesia,
sehingga bila fasilitas yang diberikan berdasarkan anthropometri maka masih
terdapat resiko cidera yang akan dialami oleh operator dengan berat beban
yang akan dipindahkan (berat beban tidak dapat dikurangi).
Rekomendasi lain untuk fasilitas pembantu juga dapat dibuat agar
operator dapat meminimalisir resiko cidera, namun perhitungan dari ukuran
fasilitas bantu meja tersebut tidak memiliki dasar dasar apapun melainkan
hanya bersifat spekulasi, berikut design fasilitas meja pembantu, postur kerja
dan Hasil Nanalisis RULAnya :
gambar
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 55
PT. PINDAD (Persero)
Laporan Kerja Praktek
Gambar
Gambar
Dari hasil analisis RULA diatas memiliki Final score 4 yang berarti
bahwa psotur kerja dari operator tersebut masih dapat dikatakan aman atau
resiko cidera yang mungkin dialami lebih kesil.
Posisi Akhir
Redesign Meja Kerja saat Proses Pengelasan
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 56
PT. PINDAD (Persero)
Laporan Kerja Praktek
Pada postur kerja ini adalah postur kerja operator saat meletekan base
plate pada meja kerja proses pengelasan, agar postur kerja operator dapat
lebih baik maka disarankan untuk merancang ulang meja tersebut berdasarkan
ukuran anthropometri, yaitu sebagai berikut :
Panjang dan lebar meja akan tetap disesuaikan berdasarkan aslinya.
Tinggi dari meja tersebut adalah tinggi genggam tangan pada posisi relax
kebawah persentil 5% yaitu 655 mm.
gambar
Meja dengan ukuran seperti diatas untuk memudahkan operator saat
meletakan material tersebut operator tidak perlu terlalu membungkukkan
badan saat meletakan material tersebut. Setelah merancang ulang fasilitas
meja ini maka postur kerja yang didapat adalah sebagai berikut beserta hasil
analisis RULA
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 57
PT. PINDAD (Persero)
Laporan Kerja Praktek
Gambar
Gambar
Dari hasil analisis RULA diatas menunjukan perbaikan dari yg sebelum
menggunakan fasilitas tambahan meja memiliki final score 7 dan setelah
merancang ulang meja memiliki final score 4. Dapat dilihat postur kerja
operaotr setelah merancang ulang meja untuk meletakkan material tidak
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 58
PT. PINDAD (Persero)
Laporan Kerja Praktek
terlalu membungkung sehingga resiko cidera yang mungkin dapat terjadi
lebih sedikit dibanding dengan postur kerja operator yang ada saat ini.
2. Perbaikan Manual Material Handling Pada bagian Proses Penghalusan
Posisi Awal
Penambahan Fasilitas Meja pada Bagian proses Penghalusan
External Locking Device
Berikut Ukuran dimensi pada meja yang disarankan :
Panjang dan lebar meja akan disesuaikan dengan ukuran palet yaitu : 77
cm dan 130 cm. Untuk tinggi meja akan disesuaikan dengan
antropometri tubuh manusia yaitu Tinggi genggaman tangan pada posisi
relaks ke bawah persentil 5% - tinggi palet, jadi 655 mm – 100 mm = 555
mm.
gambar
Meja dengan ukuran seperti diatas untuk memudahkan operator saat
menjangkau material tersebut operator tidak perlu terlalu membungkukkan
badan saat akan mengambil material tersebut. Setelah menambahkan fasilitas
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 59
PT. PINDAD (Persero)
Laporan Kerja Praktek
meja ini maka postur kerja yang didapat adalah sebagai berikut beserta hasil
analisis RULA
Gambar
Dari hasil analisis RULA diatas menunjukan perbaikan dari yg sebelum
menggunakan fasilitas tambahan meja memiliki final score 7 dan setelah
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 60
PT. PINDAD (Persero)
Laporan Kerja Praktek
merancang ulang meja memiliki final score 4. Dapat dilihat postur kerja
operaotr setelah merancang ulang meja untuk meletakkan material tidak
terlalu membungkung sehingga resiko cidera yang mungkin dapat terjadi
lebih sedikit dibanding dengan postur kerja operator yang ada saat ini.
Tambahan Pijakin kaki ditambahkan pada gambar diatas agar operator tidak
perlu naik turun pijakan saat manual material handiling, karena pijakan
tersebut diberikan untuk membantu operator untuk meletakan material pada
ragum di mesin milling, karena tinggi dari mesin milling tersebut tidak dapat
diubah.
Posisi Akhir
Penambahan Fasilitas Pijakan pada Bagian proses Penghalusan
External Locking Device
Berikut ukuran dimensi pada pijakan kaki yang disarankan :
Panjang dan lebar meja akan disesuaikan dengan kebutuhan yaitu : 77 cm
dan 130 cm. Untuk tinggi pijakan akan disesuaikan dengan antropometri
tubuh manusia yaitu tinggi ragum pada mesin milling - Tinggi
genggaman tangan pada posisi relaks ke bawah persentil 5% - tinggi
palet, jadi 1200 mm – 655 mm = 545 mm.
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 61
PT. PINDAD (Persero)
Laporan Kerja Praktek
Gambar
Pijakan kaki dengan ukuran seperti diatas untuk memudahkan operator
saat meletakkan material tersebutke ragum pada mesin milling sehingga
operator tidak perlu terlalu membungkukkan badan saat akan meletakkan
material tersebut. Setelah menambahkan fasilitas pijakan kaki ini maka postur
kerja yang didapat adalah sebagai berikut beserta hasil analisis RULA
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 62
PT. PINDAD (Persero)
Laporan Kerja Praktek
gambar
Gambar
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 63
PT. PINDAD (Persero)
Laporan Kerja Praktek
Dari hasil analisis RULA diatas menunjukan perbaikan dari yg sebelum
menggunakan fasilitas tambahan meja memiliki final score 7 dan setelah
merancang ulang meja memiliki final score 4. Dapat dilihat postur kerja
operator setelah menambahkan fasilitas pijakan kaki untuk membantu
saat meletakkan material tidak terlalu membungkung sehingga resiko
cidera yang mungkin dapat terjadi lebih sedikit dibanding dengan postur
kerja operator yang ada saat ini. Menambahkan pijakan kaki karena
tinggi dari ragum mesin milling tidak dianjurkan untuk dirubah, sehingga
cara lain adalah menambahkan pijakan kaki seperti gambar diatas.
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 64