80
ANALISIS BEBAN KERJA MENTAL PEKERJA REAGENT AREA MENGGUNAKAN METODE NASA-TLX DI PT MEARES SOPUTAN MINING LAPORAN KERJA PRAKTIK Diajukan untuk memenuhi persyaratan kelulusan Matakuliah TI-700 Kerja Praktik Disusun oleh: Nama: Wienne Marthina Pahlevi Lua NIM: 1512005 DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI HARAPAN BANGSA BANDUNG 2015

Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Laparan kerja praktek di PT XXXbertujuan untuk menganalisis beban kerja mental yang dirasakan pegawai kemudian memberikan usulan upaya yang harus dilakukan perusahaan dalam rangka mengurangi beban kerja mental tersebut

Citation preview

Page 1: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

ANALISIS BEBAN KERJA MENTAL

PEKERJA REAGENT AREA

MENGGUNAKAN METODE NASA-TLX DI

PT MEARES SOPUTAN MINING

LAPORAN KERJA PRAKTIK

Diajukan untuk memenuhi persyaratan kelulusan

Matakuliah TI-700 Kerja Praktik

Disusun oleh:

Nama: Wienne Marthina Pahlevi Lua

NIM: 1512005

DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI

INSTITUT TEKNOLOGI HARAPAN BANGSA

BANDUNG

2015

Page 2: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI

INSTITUT TEKNOLOGI HARAPAN

BANGSA

LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS BEBAN KERJA MENTAL

PEKERJA REAGENT AREA

MENGGUNAKAN METODE NASA-TLX DI

PT MEARES SOPUTAN MINING

Disusun Oleh :

Nama : Wienne Marthina Pahlevi Lua

NIM : 1512005

Telah Diperiksa dan Disetujui

Sebagai Kerja Praktik Departemen Teknik Industri

Institut Teknologi Harapan Bangsa

Bandung, Oktober 2015

Disetujui

Anggoro Prasetyo Utomo, ST., MT.

Dosen Pembimbing

Diketahui

Eka Kurnia Asih Pakpahan, St., MT

Sekertaris Departemen Teknik Industri

PAS FOTO 3 X 4

Page 3: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI

INSTITUT TEKNOLOGI HARAPAN

BANGSA

PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Wienne Marthina Pahlevi Lua

NIM : 1512005

Dengan ini menyatakan bahwa laporan Kerja Praktik dengan Judul:

“ANALISIS BEBAN KERJA MENTAL PEKERJA REAGENT AREA

MENGGUNAKAN METODE NASA-TLX DI PT MEARES SOPUTAN

MINING” adalah hasil pekerjaan saya dan seluruh ide, pendapat, atau materi dari

sumber lain telah dikutip dengan cara penulisan referensi yang sesuai.

Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan jika pernyataan ini tidak

sesuai dengan kenyataan maka saya bersedia menanggung sanksi yang akan

dikenakan pada saya.

Bandung, Oktober 2015

Yang membuat pernyataan

Wienne Marthina Pahlevi Lua

Page 4: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

i

ABSTRAK

PT Meares Soputan Mining merupakan perusahaan yang bergerak dalam

bidang pertambangan emas setengah jadi atau bullion. Untuk mendapatkan bijih

emas yang baik, diperlukan penambahan zat-zat kimia sepanjang proses

berlangsung. Reagent area adalah sub-divisi pada Plant and Production

Department dengan jumlah pekerja adalah sembilan orang.

Pekerja reagent area mengalami kelelahan selama proses mixing reagent

berlangsung karena lingkungan dan suasana pekerjaan yang tidak aman, sehat dan

nyaman sehingga perlu dilakukan perhitungan beban kerja mental untuk

mengetahui berapa besar beban kerja mental yang dirasakan pekerja reagent area.

Perhitungan beban kerja mental menggunakan metode NASA-Tlx diawali dengan

membagikan kuisioner kepada sembilan pekerja reagent area untuk mendapatkan

bobot dan rating penilaian terhadap faktor penyebab beban kerja mental kemudian

menghitung beban kerja pekerja reagent area. Selanjutnya menganalisis penyebab

tingginya beban kerja mental pekerja reagent area dengan menggunakan fishbone

diagram.

Besarnya beban kerja ke-sembilan pekerja reagent area dikategorikan

sebagai beban kerja mental yang tinggi. Berdasarkan analisis yang dilakukan,

diketahui akar permasalahan penyebab tingginya beban kerja mental pekerja

reagent area yaitu forklift rusak, forklift dipakai bagian lain, tidak ada warehouse

khusus reagent area, pekerja tidak melakukan pekerjaan sesuai SOP dan

menggunakan APD dengan benar. Usulan untuk menyelesaikan akar permasalahan

dalam menurunkan beban kerja mental pekerja reagent area yaitu: pengadaan 1

forklift khusus reagent area, menggunakan container sebagai pengganti

warehouse untuk meletakkan reagent. Pekerja reagent area dipastikan untuk

mengikuti induksi site dan induksi process plant.

Kata kunci: Beban kerja, NASA-Tlx, Fishbone diagram, Pekerja reagent

Page 5: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

ii

KATA PENGANTAR

Pujian dan syukur patut di panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena

setia dan berkat-Nya sehingga kerja praktik di PT Meares Soputan Mining dapat

dilaksanakan dengan baik dan menyelesaikan laporan kerja praktik tepat pada

waktunya. Melalui pelaksanaan kerja praktik teori-teori yang dipelajari selama

mengikuti proses belajar di perkuliahan dapat diaplikasikan pada keadaan nyata di

perusahaan. Terdapat figure-figure yang luar biasa yang selalu memberikan

semangat dan motivasi selama masa kerja praktik maupun penyelesaian laporan

kerja praktik. Oleh karena itu, ucapan terimakasih yang sangat tulus disampaikan

kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus yang merupakan sumber harapan dan kekuatan

semasa kerja praktik.

2. Kedua orang tua dan juga kedua adik yakni Frans Lua, Joune Longdong,

Aditha Lua, Putri Lua serta mami Vera dan Papi Hery yang selalu

memberikan semangat dalam menyelesaikan laporan kerja pratek ini.

3. Bapak Anggoro Prasetyo, ST., MT selaku Pembimbing Kerja Praktik dan

yang sudah memberikan waktu untuk membimbing serta membantu

menyelesaikan laporan ini.

4. PT MSM yang sudah memberikan kesempatan melakukan kerja praktik

selama bulan Juni-Agustus 2015.

5. Pak Ade, kak Hilman, kak Trisnadi, pekerja reagent area, seluruh staff

pland and production dan selurh staff external relation yang sudah

memberikan waktu untuk membimbing serta membantu semasa kerja

praktik.

6. Keluarga bimbingan KP: pak Anggoro, cha, CP, dan Candra yang selalu

memenuhi pemberitahuan WA untuk selalu semangat dalam mengerjakan

laporan KP.

7. Keluarga PA (kak Karin, kak Devi, Cha, Gladis, Jaisi, Hana, Cory, Retsy,

Chealsea, Ayu, Anne) dan teman-teman Pemuda GII Dago yang senantiasa

Page 6: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

iii

mendoakan dan memberikan semangat kepada penulis agar tetap berharap

kepada Yesus semasa kerja praktik serta menjadi bukti kesetian Tuhan

semasa KP.

8. Teman-teman Teknik Industri angkatan 2012, teman-teman Kawanua

Harapan Bangsa angkatan 2012, teman-teman Terong & Cabe (Koten, ndut,

emir, kocon, deten, wawaw, cicans, youli, cha, ngeloli), teman-teman

Bebend (elsa, Anggel) dan Ignatius Kelvin yang sama-sama berjuang dalam

suka dan duka serta saling memberikan semangat satu sama lain untuk

menyelesaikan laporan kerja praktik ini.

9. Teman-teman Tfon-fon (nefhy, Riya, Okta, Stanly) dan juga Willer Maarisit

yang selalu menemani dan mendukung penulis dalam menyelesaikan

laporan kerja praktik selama di Manado.

10. Teman-teman teknik Industri angkatan 2011 yang selalu membagikan

pengalaman mereka selama kerja praktik dan teman-teman Teknik Industri

angkatan 2013 dan 2014 yang memberikan dukungan dan semangat kepada

penulis.

11. Pihak-pihak yang secara tidak langsung berkontribusi membantu

menyelesaikan laporan kerja praktik ini.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan menginspirasi para pembaca

dalam berkarya di dunia pendidikan dan kerja, serta dapat memberikan sumbangsih

ilmu pengetahuan untuk masyarakat terutama para generasi muda untuk

membangun Indonesia. Seluruh saran dan kritik yang membangun dari pembaca

akan penulis terima dengan senang hati.

Bandung, Oktober 2015

Hormat saya

Wienne Marthina Pahlevi Lua

Page 7: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

iv

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KERJA PRAKTIK

LEMBAR HASIL KARYA SENDIRI

ABSTRAK ............................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL ................................................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... I-1

I.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................. I-1

I.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... I-2

I.3 Tujuan Kerja Praktik ................................................................................... I-2

I.4 Batasan Masalah .......................................................................................... I-3

I.5 Waktu dan Tempat Kerja Praktik .............................................................. I-3

I.6 Metode Kerja Praktik .................................................................................. I-4

I.7 Sistematika Penulisan ................................................................................. I-5

BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................. II-1

II.1 Sumber Daya Manusia pada Perusahaan ................................................ II-1

II.2 Manusia dan Pekerjaan .............................................................................. II-1

II.3 Beban Kerja ................................................................................................. II-2

II.4 Pengukuran Beban Kerja Mental ............................................................. II-4

II.5 Metode NASA-Tlx ....................................................................................... II-5

II.5.1 Tahapan Pengolahan NASA-Tlx .................................................... II-6

Page 8: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

v

II.6 Analisis Penyebab Beban Kerja Mental – Diagram Fishbone ............. II-9

BAB III PROFIL PERUSAHAAN .................................................................... III-1

III.1 Logo Perusahaan ...................................................................................... III-1

III.2 Sejarah Perusahaan................................................................................... III-1

III.3 Visi dan Misi PT MSM ........................................................................... III-5

III.4 Struktur Organisasi ARL dan PT MSM ................................................. III-5

III.5 Tenaga Kerja ............................................................................................. III-5

III.6 Pengabdian Perusahaan Kepada Masyarakat........................................ III-7

III.7 Pengolahan Limbah Perusahaan ............................................................. III-9

III.8 Keselamatan Kerja Karyawan .............................................................. III-10

III.9 Struktur Organisasi Plant and Process Department ........................... III-10

III.10 Proses Pengelolaan Bijih Tambang ..................................................... III-10

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS ......................................... IV-1

IV.1 Resources Reagent Area .......................................................................... IV-1

IV.2 Proses pengolahan Reagent ..................................................................... IV-4

IV.3 Pengukuran Beban Kerja Mental dengan Metode NASA-Tlx ............. IV-7

IV.3.1 Pembobotan Hasil Kuesioner ....................................................... IV-8

IV.3.2 Pemberian Nilai atau Skala .......................................................... IV-9

IV.3.3 Perhitungan Weighted Workload (WWL) ................................... IV-10

IV.3.4 Pengkategorian Penilaian Beban Kerja ...................................... IV-10

IV.4 Analisis Penyebab Tingginya Beban Kerja Mental Pekerja Reagent

Area .......................................................................................................... IV-13

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. V-1

V.1 Kesimpulan ................................................................................................ V-1

V.2 Saran............................................................................................................ V-2

Page 9: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

vi

V.2.1 Saran Untuk Perusahaan .............................................................. V-2

V.2.1 Saran Untuk Laporan Kerja Praktik Selanjutnya ......................... V-2

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... xi

LAMPIRAN ......................................................................................................... xii

Page 10: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

vii

DAFTAR TABEL

Tabel II.1 Tabel perbandingan faktor.................................................................. II-7

Tabel III.1 Jumlah tenaga kerja PT MSM .......................................................... III-7

Tabel IV.1 Jadwal kerja bulan juli pekerja reagent area ................................... IV-1

Tabel IV.2 Data pembobotan kuesioner pekerja reagent area .......................... IV-8

Tabel IV.3 Data pemberian rating pekerja reagent area ................................... IV-9

Tabel IV.3 Data pemberian rating pekerja reagent area ................................. IV-11

Tabel IV.4 Perhitungan WWL pekerja reagent area ....................................... IV-10

Tabel IV.5 Ketegori penilaian beban kerja pekerja reagent area .................... IV-11

Tabel IV.6 Kecelakaan kerja yang umum terjadi di reagent area ................... IV-16

Tabel IV.7 Rekap penyebab tingginya beban kerja mental pekerja reagent area…..

....................................................................................................... IV-22

Tabel IV.8 Jumlah tally setiap akar permasalahan penyebab tingginya beban kerja

mental pekerja reagent area berdasarkan diagram fishbone ........... IV-21

Tabel V.1 Besarnya beban kerja mental dan faktor dominan yang mempengaruhi

beban kerja mental pekerja reagent area ........................................... V-1

Page 11: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar I.1 Bagan metode laporan kerja praktik .................................................. I-4

Gambar II.1 Pembobotan kuesioner NASA-TLX ................................................. II-7

Gambar II.2 Pemberian rating pada ke-6 faktor ................................................. II-8

Gambar II.3a Diagram fishbone ........................................................................ II-11

Gambar II.3b Contoh permasalahan rendahnya kualitas lulusan diklat

menggunakan diagram fishbone ....................................................... II-11

Gambar III.1 Logo PT MSM ............................................................................. III-1

Gambar III.2 Struktur kepemilikan proyek ........................................................ III-2

Gambar III.3 Lokasi proyek toka tindung .......................................................... III-3

Gambar III.4 Struktur organisasi ARL dan PT MSM ......................................... III-6

Gambar III.5 Struktur organisasi plant and process department ..................... III-11

Gambar III.6 Procesess plant produksi emas .................................................. III-12

Gambar III.7 Proses pengolahan bijih emas .................................................... III-13

Gambar IV.1 APD yang engkap untuk pekerja reagent area ............................ IV-2

Gambar IV.2 Flowchart mixing reagent ............................................................ IV-5

Gambar IV.3 Tampilan level reagent ................................................................ IV-5

Gambar IV.4 Proses mixing reagent .................................................................. IV-6

Gambar IV.5 Proses house keeping ................................................................... IV-8

Gambar IV.6 Fishbone diagram yang menunjukan penyebab faktor effort tinggi

......................................................................................................... IV-14

Gambar IV.7 Fishbone diagram yang menunjukan penyebab faktor own

perfomance tinggi .................................................................... ……IV-15

Gambar IV.8 Fishbone diagram yang menunjukan penyebab faktor temporial

demand tinggi .............................................................................. …IV-17

Page 12: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

ix

Gambar IV.9 Fishbone diagram yang menunjukan penyebab faktor physical

demand tinggi .......................................................................... ……IV-18

Gambar IV.10 Fishbone diagram yang menunjukan penyebab faktor frustation

tinggi ....................................................................................... …….IV-19

Gambar IV.11 Fishbone diagram yang menunjukan penyebab faktor mental

demand tinggi .................................................................................. IV-20

Page 13: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. Kuisioner NASA-Tlx Pekerja Reagent Area A-1

Page 14: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan tenaga kerja, karyawan, buruh

atau pegawai yang bekerja pada sebuah perusahaan. SDM adalah salah satu aspek

penting dalam sebuah perusahaan selain faktor modal, mesin, informasi, dan lain

sebagainya sehingga SDM harus dikelola dengan baik untuk bisa meningkatkan

efektivitas dan efisiensi sebuah perusahaan.

PT Meares Soputan Mining (PT MSM) merupakan sebuah perusahaan

pertambangan di Sulawesi Utara. Produk yang ditawarkan oleh PT MSM berupa

emas murni setengah jadi atau sering disebut bullion. Untuk mendapatkan bijih

emas yang maksimal, diperlukan penambahan-penambahan zat kimia seperti lime,

copper sulfat, caustic soda/Sodium hydroxide (NaOH), cyanide, flocculent, carbon,

dan SMBS, sepanjang proses berlangsung. Pencampuran bahan kimia tersebut

dilakukan oleh bagian Reagent Area di Departemen Plant and Production. Total

pekerja reagent area adalah 9 orang.

Lingkungan pekerjaan di reagent area, tidak membuat pekerja nyaman

dalam bekerja. Lingkungan yang tidak nyaman tersebut menimbulkan beberapa

gejala kelelahan yang dirasakan oleh pekerja reagent saat melakukan pekerjaan di

reagent area. Gejala-gejala kelelahan tersebut antara lain adalah perasaan lesu,

kantuk, pusing, kurang waspada, tertekan dan kehilangan semangat dalam

melakukan pekerjaan. Beberapa gejala kelelahan yang dirasakan pekerja reagent

area tersebut mengindikasi pekerja mengalami beban kerja mental [DIS15].

Akumulasi beban kerja mental yang berlebihan ini harus dihindari karena apabila

terus berlanjut akan menyebabkan pekerja tidak konsentrasi dalam bekerja.

Penurunan kosentrasi kerja akan membuat pekerja rentan mengalami kecelakaan

kerja dan menghambat waktu produksi karena harus mengambil cuti untuk proses

pemulihan pasca kecelakaan kerja. Hal ini tentunya merugikan perusahaan karena

Page 15: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

Bab I - Pendahuluan I-2

selain perusahaan harus menanggung biaya kecelakaan kerja, perusahaan

kehilangan tenaga kerja untuk melakukan proses produksi yang kemudian dapat

berpengaruh pada target dan kualitas produksi.

Untuk menghindari proses akumulasi beban kerja mental yang terlalu

berlebihan, diperlukan adanya analisis persentase dan penyebab beban kerja mental

pekerja reagent area, sehingga dapat diketahui akar permasalahan yang membuat

kelelahan mental pekerja reagent area. Penyelesaian akar permasalahan tersebut

diharapkan dapat mengurangi proses akumulasi beban kerja mental pekerja reagent

sehingga pekerja dapat bekerja sesuai dengan beban kerja mental yang seharusnya

dirasakan pekerja.

Laporan ini difokuskan pada pengukuran beban kerja mental dengan

menggunakan metode NASA-Tlx. Metode NASA-Tlx dapat menganalisa persentase

beban kerja mental dari pekerja reagent area tersebut. Setelah mengetahui

persentase beban kerja mental, penyebab beban kerja mental tersebut kemudian

akan dianalisis menggunakan fishbone diagram untuk mengetahui akar

permasalahan dari penyebab tingginya beban kerja mental pekerja reagent area,

sehingga dapat di usulkan alternative terkait dengan pemecahan akar permasalahan

dari penyebab tingginya beban kerja mental pekerja reagent area. Diharapkan

laporan ini dapat membantu perusahaan dalam mengambil kebijakan tertentu untuk

menanggapi beban kerja mental yang dirasakan oleh pekerja reagent area.

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat diambil rumusan

masalah pada laporan kerja praktik ini adalah :

1. Berapa besar beban kerja mental pekerja reagent area?

2. Bagaimana mengurangi beban kerja mental pekerja reagent area?

I.3 Tujuan Kerja Praktik

Tujuan umum dari kerja praktik ini adalah untuk memenuhi tujuan-tujuan

sebagai berikut:

Page 16: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

Bab I - Pendahuluan I-3

1. Untuk memenuhi SKS yang ada di Departemen Teknik Industri Institut

Teknologi Harapan Bangsa

2. Mengaplikasikan ilmu TI khususnya ergonomi dan metode NASA-Tlx .

3. Mengetahui dan mempelajari dunia kerja secara nyata.

4. Mengamati proses produksi emas yang ada di PT MSM

Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam kerja praktik ini adalah

sebagai berikut:

1. Mengetahui seberapa besar beban kerja mental perkarja reagent area

2. Mengetahui faktor dominan apa yang mempengaruhi beban kerja mental

pekerja reagent area

3. Memberikan usulan terkait upaya penurunan beban kerja mental yang

diterima pekerja reagent area.

I.4 Batasan Masalah

Untuk memperoleh hasil kajian di bagian di PT MSM, maka ditentukanlah

beberapa batasan masalah sebagai berikut:

1. Laporan ini dilakukan di bagian Plant and Production Department,

khususnya di reagent area.

2. Laporan ini hanya dilakukan dalam masa kerja praktik selama bulan Juni-

Agustus 2015.

I.5 Waktu dan Tempat Kerja Praktik

Masa kerja praktik ini dilakukan pada:

Waktu : 3 Juni – 3 Agustus 2015

Kerja : Senin sd. Jumat pukul 08.00 – 17.00 WIB (Istirahat pukul 12.00 –

13.00 WIB)

Tempat : PT Meares Soputan Mining, Sulawesi Utara

Page 17: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

Bab I - Pendahuluan I-4

Pekerjaan yang dilakukan : input document masuk, membuat laporan

bulanan dan melakukan perhitungan rata-rata produksi.

I.6 Metode Kerja Praktik

Metode ini dilakukan dengan mengumpulkan data dan literature

berdasarkan jenis jurnal, artikel, diktat perkuliahan dan textbook dengan ruang

lingkup ergonomi. Kemudian melakukan brainstorming dengan pihak perusahaan

mengenai bagian mana yang diprioritaskan untuk diamati dengan langkah yang

dapat dilihat pada Gambar I.1. Pengumpulan data dilakukan dengan mewawancarai

pekerja untuk mengetahui keadaan pekerja saat bekerja.

Pembobotan

(weighted)

Pemberian nilai/

Skala

Hitung beban kerja /

Weighted workload

(WWL)

Analisis penyebab

beban kerja mental

Hitung rata-rata

WWL

Gambar I.1 Bagan Metode Laporan Kerja Praktik

Page 18: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

Bab I - Pendahuluan I-5

I.7 Sistematikan Penulisan

Sistematika penulisan pada penulisan laporan kerja praktik ini dipaparkan

sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, pembatasan masalah, waktu dan tempat kerja, metode dan teknik

pengumpulan data, serta sistematika penyajian laporan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini memuat tentang konsep-konsep dasar beban kerja mental dan teori

mengenai metode NASA-TLX dan Fishbone Diagram.

BAB III PENGUMPULAN DATA PERUSAHAAN

Bab ini menguraikan penjelasan singkat profil umum PT Meares Soputan

Mining dan Department Plant and Production.

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS

Bab ini memuat data-data yang kemudian diolah berdasarkan landasan teori

yang sesuai, serta menguraikan hasil analisis dari seluruh pengolahan data yang

telah dilakukan dengan merujuk pada permasalahan yang dikaji.

BAB V KESIMPULAN

Bab ini memuat kesimpulan berdasarkan hasil pembahasan dan pengolahan

data pada bab sebelumnya.

Page 19: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1 Sumber Daya Manusia pada Perusahaan

Sumber Daya Manusia merupakan kualitas seseorang atau sekelompok

orang untuk peningkatan management perusahaan dalam memproduksi suatu

barang dan jasa agar dapat memenuhui kebutuhan masyarakat. Faktor Sumber Daya

Manusia (SDM) banyak mendapat perhatian karena sebagai bagian dari sistem

kerja [SUT06]. Permasalahan SDM sangat berpengaruh pada pengembangan

kinerja perusahaan karena SDM merupakan variable hidup dengan berbagai sifat

dan kemampuannya memberi pengaruh yang sangat besar atas keberhasilan sistem

kerja yang bersangkutan dalam mencapai tujuannya. Sejak perang dunia ke II

berbagai penelitian dilakukan seperti tentang kemampuan dan daya tahan manusia

terhadap berbagai keadaan pekerjaan. Penelitian mengenai SDM telah dilakukan

jauh sebelumnya termasuk seperti yang dilakukan oleh Gilberth dan istrinya, tetapi

perhatian yang besar baru mulai diberikan di masa perang tersebut. Hal ini

berkembang terus dengan nama Human Factors Engineering atau Ergonomi.

Ergonomi ialah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-

informasi mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia dalam merancang

suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan

baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu, dengan efektif,

aman, sehat, nyaman, dan efisien [SUT06].

II.2 Manusia dan Pekerjaan

Jika seseorang bekerja, maka ada banyak faktor yang saling terlibat dan

saling mempengaruhi satu sama lain untuk mencapai sebuah keberhasilan kerja.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan kerja secara garis besar dibagi

dalam dua kelompok [SUT06] :

Page 20: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

Bab II – Landasan Teori II-2

1. Kelompok faktor-faktor diri (Individual)

Kelompok ini terdiri dari faktor-faktor yang datang dari diri sendiri si

pekerja itu sendiri dan seringkali sudah ada sebelum si pekerja yang

bersangkutan datang di pekerjaannya. Kecuali hal-hal seperti pendidikan

dan pengalaman semuanya adalah faktor-faktor yang tidak mudah bahkan

tidak dapat berubah. Artinya, faktor-faktor yang sudah tetap ini adalah hal-

hal yang sudah ada (given) dan harus dapat diterima apa adanya.

2. Faktor-faktor situasional

Kelompok yang kedua ini terdiri dari faktor-faktor yang hampir

sepenuhnya berada di luar diri pekerja dan umumnya dalam kendali

pimpinan perusahaan untuk mengubah-ubahnya. Hampir semua faktor ini

dapat diatur sehingga faktor-faktor situasional ini terbagi kedalam dua sub

kelompok, yaitu terdiri dari faktor-faktor sosial dan keorganisasian, serta

terdiri dari faktor-faktor fisik pekerjaan yang bersangkutan.

Interaksi faktor keseluruhan ini secara kesatuan memberikan pengaruh

kepada keberhasilan kerja. Hubungan antara manusia pekerja dengan mesin serta

peralatan - peralatan dan lingkungan kerja dapat dilihat sebagai hubungan yang

unik, karena interaksi antara hal-hal di atas yang membentuk suatu sistem kerja

tidak terlalu sederhana bahkan melibatkan berbagai disiplin ilmu.

II.3 Beban Kerja

Beban kerja yang dialami seorang pekerja dapat berupa beban fisik, beban

mental/psikologis ataupun beban sosial/moral yang timbul dari lingkungan kerja.

Beban kerja dirancang sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan baik fisik

maupun mental pekerja [DIG15]. Oleh karena itu informasi mengenai beban kerja

yang didapat melalui pengukuran menjadi penting.

Konsep dasar beban kerja mental mengarah kepada perbedaan antara

sumber-sumber pemrosesan yang tersedia untuk operator dan kebutuhan-kebutuhan

sumber yang dibutuhkan dalam tugas [DIG15]. Pada dasarnya, beban kerja

menjelaskan interaksi antara seorang operator yang melaksanakan tugas dan tugas

itu sendiri. Dengan kata lain, istilah beban kerja menggambarkan perbedaan antara

Page 21: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

Bab II – Landasan Teori II-3

kapasitas-kapasitas dan sistem pemrosesan informasi manusia yang diharapkan

memuaskan performansi harapan dan kapasitas itu tersedia untuk performansi

aktual.

Henry R. Jex mendefinisikan beban kerja mental sebagai” the operator’s

evaluation of the attentional load margin (between their motivated capacity and the

current task demands) while achieving adequate task performance in a mission-

relevant context”. (Hancock, 1988: 11).

Konsep yang ditekankan oleh Jex disini adalah beban kerja marginal yang

merupakan selisih antara tuntutan beban kerja dan suatu tugas dengan kapasitas

maksimum (termotivasi) beban mental seseorang dalam kondisi termotivasi.

Konsep dan pengukuran baban kerja mental merupakan hal yang kompleks

dan dipengaruhi berbagai faktor multi dimensi. Beban mental kerja seseorang

dalam menangani pekerjaan dipengaruhi oleh jenis aktivitas dan situasi kerjanya,

waktu respon dan waktu penyelesaian yang tersedia, faktor individu seperti tingkat

motivasi, keahlian, kelelahan/kejenuhan dan toleransi performansi yang diijinkan.

Beban kerja mental dipengaruhi oleh beberapa hal sebagai berikut:

1. Keharusan untuk tetap dalam kondisi kewaspadaan tinggi dalam waktu yang

lama

2. Kebutuhan untuk mengambil keputusan yang melibatkan tanggung jawab

yang besar.

3. Kosentrasi menurun akibat aktivitas yang monoton

4. Kurangnya kontak dengan orang lain

Beban kerja mental tersebut kemudian akan mengakibatkan kelelahan bagi

pekerja. Lelah mental, dimana dalam kasus ini datangnya kelelahan bukan

diakihatkan secara langsung oleh aktivitas fisik [DIG15]. Otot yang ditekan

berlebihan akan menghasilkan suatu fenomena yang menyakitkan yaitu kelelahan

otot. Kondisi ini adalah teliti dan terlokalisir. Pada sisi lain, dengan fungsi teori

kognisi pada saat memikul beban, manusia akan mengalami kelelahan pada mental,

disertai dengan perasaan lelah. Semuanya bersifat membosankan dan penggunaan

fungsi mental berlebihan yang akan menyebabkan gejala ini. Timbulnya rasa lelah

Page 22: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

Bab II – Landasan Teori II-4

dalam diri manusia merupakan proses yang terakümulasi dan berbagai faktor

penyebab dan mendatangkan ketegangan (stress) yang dirasakan oleh tubuh

manusa. Untuk menghindari akumulasi yang terlalu berlebihan, diperlukan adanya

keseimbangan antara masukan sumber datangnya kelelahan tersebut (faktor-faktor

penyebab kelelahan) dengan jumlah keluaran. Proses pemulihan dapat dilakukan

dengan cara antara lain memberikan waktu istirahat yang cukup baik yang

terjadwal/terstruktur atau tidak dan seimbang dengan tinggi-rendahnya tingkat

ketegangan kerja. Proses pemulihan akan memberikan kesempatan kerja fisik

maupun psikologis (mental) manusia untuk lepas dan beban yang menghimpitnya.

(Wignjosoebroto,1995:283-284) [DIG15].

II.4 Pengukan Beban Kerja Mental

Secara teoritis pengukuran beban kerja mental dapat diukur dengan dua

pendekatan yang berbeda, yaitu: pendekatan ergonomi-bio mekanik dan

pendekatan psikologis. Pendekatan pengukuran ergonomi mencakup pengukuran

proses persepsi, uromotorik dan bio-mekanik serta ‘level’ kelelahan kejenuhannya.

Sedangkan pengukuran pendekatan psikologis menggunakan atribut-atribut seperti

motivasi, antisipasi, ketrampilan dan batas marginal kelelahan.

Terdapat dua cara dalam melakukan pengukuran beban kerja mental yaitu

menggunakan metode objektif dan metode subjektif [DIG15].

1. Metode Objektif

Metode objektif didasarkan pada penilaian/pengukuran performansi

fisiologis dengan kondisi mental. Ide dasar dari pengukuran objektif ini

adalah kelelahan psikologis akibat dari reaksi fungsional di pusat kesadaran.

Sumber data yang diolah adalah berupa data-data kuantitatif. Beberapa

contoh pengukuran beban kerja mental dengan metode objektif adalah:

- Pengukuran denyut jantung. Cara mi operasionalnya sangat mudah,

karena denyut jantung relatif mudah diukur. Kompleks QRS dasar (basic

QRS complex) merupakan sinyal biologis yang besar, dan terdapat ‘noise’

listrik kecil yang berdenyut. Waktu antar denyut diperhitungkan sebagai

interval antar denyut dan dapat dikonyersikan ke dalam denyut per menit.

Page 23: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

Bab II – Landasan Teori II-5

Secara umum peningkatan denyut jantung berkaitan dengan eningkatnya

level pembebanan kerja.

- Pengukuran waktu kedipan mata. Proxy-data lain yang berkorelasi

dengan tingkat beban kerja mental adalah frekwensi kerdipan mata.

Secara embriologi, mata merupakan perpanjangan otak dalam

melaksanakan banyak pemrosesan informasi visual sebelum mencapai

otak (Remson dan Clark ,1959). Sejumlah variabeluntuk pengukuran

beban kerja, termasuk pergerakan mata , ukuran pupil dan kerdipan mata.

2. Metode Subjektif

Pengukuran beban kerja dimana sumber data yang diolah adalah data yang

bersifat kualitatif. Metode pengukuran yang digunakan adalah dengan

memilih faktor-faktor beban kerja mental yang berpengaruh dan memberikan

rating subjektif. Yang termasuk dalam pengukuran beban kerja mental secara

subjektif adalah:

- NASA-TLX

- SWAL

- Modified Cooper Harper Scaling

II.5 Metode NASA-TLX

Metode NASA-TLX dikembangkan oleh Sandra G. Hart dari NASA-Ames

Research Center dan Lowell E. Staveland dari san Jose State University pada tahun

1981. Metode ini dikembangkan berdasarkan munculnya kebutuhan pengukuran

subjektif yang lebih mudah namun lebih sensitif pada pengukuran beban kerja.

NASA-TLX adalah sebuah alat yang mengukur beban kerja operator secara

subjektif. NASA-TLX mengizinkan penggunanya untuk menampilkan pengukuran

beban kerja subjektif pada operator yang sedang bekerja dengan system manusia-

mesin yang beragam. NASA-TLX adalah sebuah prosedur penilaian multi-

dimensional yang memperoleh skor beban kerja secara keseluruhannya berdasarkan

kepada berat rata-rata penilaian enam sub skala. Subskala tersebut meliputi

Kebutuhan mental (Mental Demand), kebutuhan Fisik (Physical Demand),

Page 24: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

Bab II – Landasan Teori II-6

Kebutuhan Waktu (Temporal Demand), Performansi (Own Performance), Usaha

(Effort) dan Tingkat Stress (Frustration).

1. Faktor yang berhubungan dengan pekerjaan:

- Mental demands (MD). Aktifitas mental dan persepsi yang dibutuhkan

(berpikir, memutuskan, menghitung, mengingat, memperhatikan,

mencari). Apakah hal tersebut mudah atau sulit untuk dikerjakan,

sederhana atau kompleks, memerlukan ketelitian atau tidak.

- Physical demands (PD). Aktifitas fisik yang dibutuhkan (mendorong,

menarik, memutar, mengontrol, mengoperasikan). Apakah tugas tersebut

mudah atau sulit dikerjakan, gerakan yang dibutuhkan cepat atau lambat,

melelahkan atau tidak.

- Temporal demands (TD). Tekanan waktu yang diberikan untuk

menyelesaikan tugas. Apakah pekerjaan yang dilakukan cepat atau

lambat.

2. Faktor yang berhubungan dengan subyek/pekerja

- Own performance (OP). Seberapa sukses seorang pekerja menyelesaikan

pekerjaan yang ditetapkan oleh atasan pekerja tersebut. Apakah pekerja

tersebut puas dengan performansinya saat mengerjakan pekerjaannya.

- Effort (EF). Seberapa keras usaha pekerja harus bekerja untuk mencapai

tingkat performansi waktu dia bekerja.

- Frustation (FR). Tingkat keamanan, tidak bersemangat, perasaan

terganggu, dan stress bila dibandingkan dengan perasaan aman dan santai

selama pekerja bekerja.

II.5.1 Tahapan Pengolahan NASA-TLX

Dalam melakukan pengukuran beban kerja mental mengunakan metode

NASA-TLX terdapat langkah-langkah kerja sebagai berikut [DIG15]:

1. Pembobotan hasil kuesioner

Subjek memilih satu faktor yang dianggap lebih berpengaruh bagi dirinya

dibandingkan faktor lainnya, ketika bekerja melalui metode perbandingan

berpasangan. Pada bagian ini responden diminta untuk mengisi kuesioner

Page 25: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

Bab II – Landasan Teori II-7

yang berbentuk perbandingan berpasangan yang terdiri dari 15 perbandingan

berpasangan. Dari kuesioner ini dihitung jumlah tally dari setiap indikator

yang dirasakan yang paling berpengaruh. Jumlah tally ini akan menjadi bobot

untuk setiap indikator beban mental. Perbandingan faktor secara berpasangan

dapat dililhat pada Tabel II.1

Tabel II.1 Tabel perbandingan faktor

MD PD TD OP EF FR

MD

PD

TD

OP

EF

FR

Untuk mempermudah pekerja reangent area memberikan pembobotan pada

kuesioner, maka dibuat perbandingan faktor yang dapat membuat responden

lebih mudah dalam memilih salah satu faktor, yaitu dengan memberikan

tanda (√) pada kurung disetiap faktor. Pembobotan yang dimaksud dapat

dilihat pada Gambar II.1.

Mental Demand (_____) vs (_____) Physical Demand

Mental Demand (_____) vs (_____) Temporial Demand

Mental Demand (_____) vs (_____) Own Performance

Mental Demand (_____) vs (_____) Effort

Mental Demand (_____) vs (_____) Frustation

Physical Demand (_____) vs (_____) Temporial Demand

Physical Demand (_____) vs (_____) Own Performance

Physical Demand (_____) vs (_____) Effort

Physical Demand (_____) vs (_____) Frustation

Temporial Demand (_____) vs (_____) Own Performance

Page 26: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

Bab II – Landasan Teori II-8

2. Pemberian rating

Pada bagian ini responden diminta untuk memberi rating terhadap keenam

faktor beban kerja mental. Rating yang diberikan adalah subjektif tergantung

pada beban mental yang dirasakan oleh responden tersebut. Skala pemberian

bobot adalah 0-100. Pemberian rating setiap indikator dapat dilihat pada

Gambar II.2.

Gambar II.2 Pemberian rating pada ke-6 faktor

3. Perhitungan WWL

Menghitung beban kerja yang ditimbulkan oleh tiap faktor atau Weighted

Workload (WWL) dapat dilihat pada Persamaan II.1.

Temporial Demand (_____) vs (_____) Effort

Temporial Demand (_____) vs (_____) Frustation

Own Performance (_____) vs (_____) Effort

Own Performance (_____) vs (_____) Frustation

Effort (_____) vs (_____) Frustation

Gambar II.1 Pembobotan kuesioner NASA-TLX

Page 27: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

Bab II – Landasan Teori II-9

𝑊𝑊𝐿 = ∑(𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑖 x 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑖)

6

𝑖=1

(II.1)

Setelah mendapatkan total WWL, selanjutnya adalah menghitung rata-rata

WWL dengan membagi WWL dengan jumlah total bobot, yaitu 15.

Perhitungan rata-rata WWL dapat dilhat pada Persamaan II.2.

𝑊𝑊𝐿̅̅ ̅̅ ̅̅ ̅̅ = 𝑊𝑊𝐿

15 (II.2)

4. Pengkategorian penilaian beban kerja

Skor beban kerja terbagi dalam tiga bagian [HID13]:

- Skala 0-9 : Beban kerja mental rendah

- Skala 10-29 : Beban kerja mental sedang

- Skala 30 -49 : Beban kerja agak tinggi

- Skala 50-79 : Beban kerja tinggi

- Skala 80 – 100 : Beban kerja sangat tinggi

II.6 Analisis Penyebab Beban Kerja Mental – Diagram Fishbone

Penyebab beban kerja mental pekerja reagent area dianalisis menggunakan

cause and effect diagram. Diagram ini merupakan suata alat visual untuk

mengidentifikasi, mengeksplorasi, dan secara grafik menggambarkan secara detail

semua penyebab yang berhubungan dengan suatu permasalahan [ASM08]. Selain

itu juga kita dapat melihat faktor-faktor yang lebih terperinci yang berpengaruh dan

mempunyai akibat pada faktor utama tersebut yang dapat kita lihat dari panah-

panah yang berbentuk tulang ikan pada diagram fishbone tersebut. Diagram sebab

akibat ini pertama kali dikembangkan pada tahun 1950 oleh seorang pakar kualitas

dari Jepang yaitu Dr. Kaoru Ishikawa yang menggunakan uraian dari unsur-unsur

proses untuk menganalisa sumber-sumber potensial dari penyimpangan proses.

Faktor-faktor penyebab utama ini dapat dikelompokan dalam [ASM04]:

Page 28: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

Bab II – Landasan Teori II-10

1. Materials

2. Machine dan equipment

3. Manpower

4. Methods

5. Environment

6. Measurement

Penyebab lain dari masalah selain yang telah di jelaskan diatas dapat

dipilih jika diperlukan, dapat digunakan teknik brainstorming [ASM04]. Manfaat-

manfaat yang mungkin akan ditemukan setelah menerapkan diagram fishbone ini

adalah [ASM04]:

1. Memfokuskan individu, tim, atau organisasi pada permasalahan utama.

2. Memudahkan dalam mengilustrasikan gambaran singkat permasalahan

tim/organisasi.

3. Menentukan kesepakatan bersama mengenai penyebab suatu masalah.

4. Membangun dukungan anggota tim untuk menghasilkan solusi.

5. Mengurangi kondisi-kondisi yang menyebabkan ketidaksesuaian produk

dengan keluhan konsumen

6. Memfokuskan tim pada penyebab masalah.

7. Memudahkan tim beserta anggota tim untuk melakukan diskusi dan

menjadikan diskusi lebih terarah pada masalah dan penyebabnya.

Langkah-langkah dalam membuat diagram sebab akibat adalah sebagai

berikut [ASM04]:

1. Membuat kerangka diagram Fishbone.

2. Merumuskan masalah utama.

3. Mencari faktor-faktor utama yang berpengaruh atau berakibat pada

permasalahan

4. Menemukan penyebab untuk masing-masing kelompok penyebab masalah.

5. Setelah masalah dan penyebab masalah diketahui, kemudian digambarkan

dalam diagram fishbone. Diagram fishbone dapat dilihat pada Gambar II.3a

Page 29: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

Bab II – Landasan Teori II-11

dan contoh permasalahan yang diselesaikan menggunakan diagram fishbone

dapat dilihat pada Gambar II.3b.

Gambar II.3a Diagram fishbone

Sumber : [ASM04]

Gambar II.3b Contoh permasalahan rendahnya kualitas lulusan diklat menggunakan

diagram fishbone

Sumber : [ASM04]

Page 30: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

BAB III

PROFIL PERUSAHAAN

III.1 Logo Perusahaan

Gambar III.1 Logo PT MSM

Sumber: PT Meares Soputan Mining

Arti dari dari logo PT MSM adalah simbol memvisualisasikan profil bumi

yaitu: langit biru yang jernih, lingkungan hijau, bentuk gunung (dimana tambang

berada) dan emas yang ada di bawahnya. Menjaga agar tampilan terlihat moderen

dan dengan nuansa simbol yang juga menggambarkan grafik pertumbuhan.

III.2 Sejarah Perusahaan

PT. Meares Soputan Mining (PT MSM) merupakan 95% kepemilikkan oleh

Archipelago Resources Pte Ltd (AR Pte Ltd) dan 5% oleh PT. Archi Indonesia. Pada

tahun 2014, Archipelago Resources Pte Ltd (AR Pte Ltd) diakuisisi sepenuhnya

(100%) oleh PT. Archi Indonesia (sebuah perusahaan Indonesia). Pada akhir tahun

2014 (sekitar Bulan Desember), PT.Archi Indonesia merencanakan go public di

Bursa Efek Indonesia (BEI). Pertemuan dan sosialisasi kepada masyarakat (Due

dililigent meeting and public expose) telah dilakukan di Jakarta, pada 12 November

2014. Struktur kepemilikan proyek PT MSM dapat dilihat pada Gambar III.2.

PT Meares Soputan Mining (PT MSM) adalah sebuah perseroan terbatas

yang didirikan di Indonesia berdasarkan Akta notaris Chufran Hamal, S.H. No. 52

tanggal 17 November 1986. PT MSM dibentuk dalam rangka Penanaman Modal

Asing. Tujuannya, membuka pertambangan emas di daerah Toka Tindung, berjarak

Page 31: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

Bab III – Profil Perusahaan III-2

35 km arah timur laut kota Manado, Sulawesi Utara, terletak di Minahasa Utara dan

Kota Bitung. Perusahaan menandatangani Kontrak Karya (KK) dengan Pemerintah

Republik Indonesia pada tanggal 2 Desember 1986.

AR Pte Ltd

(Singapore)

PT. Archi Indonesia Tbk

(Indonesia)

PT. Rajawali Corpora PT. Wijaya Anugrah

PT. MSM

(Indonesia)5 %

100 %

95%

0.01 %99.9 %

Gambar III.2 Struktur kepemilikan proyek

Sumber: PT Meares Soputan Mining

Wilayah Kontrak Karya PT. Meares Soputan Mining terletak di Kecamatan

Likupang Timur Kabupaten Minahasa Utara dan Kecamatan Bitung Utara,

Kotamadya Bitung Provinsi Sulawesi Utara, dengan koordinat 125002’58 -

1250’08’28” Bujur Timur san 1034’0” - 1038’45” Lintang Utara dengan luas

wilayah KK MSM 8,959 Ha. Lokasi proyek toka tindung dapat dilihat pada Gambar

III.3.

PT. Meares Soputan Mining mendapat hak untuk menambang emas dan

perak di wilayah tersebut selama 30 tahun terhitung sejak dimulainya periode

operasi tambang, atau waktu yang lebih panjang bila mendapatkan persetujuan dari

Pemerintah Indonesia. PT. Meares Soputan Mining menyelesaikan Studi

Kelayakan Tahap 1 pada bulan Oktober 1996 dan diajukan kepada Direktur Jendral

Page 32: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

Bab III – Profil Perusahaan III-4

Geologi dan Sumber Daya Mineral (DJGSDM) pada bulan November 1996. Pada

bulan Mei 1997 studi kelayakan tersebut disempurnakan sesuai tanggapan dari

DJGSDM. PT. MSM memasuki tahap Konstruksi setelah mendapat persetujuan

dari DJGSDM pada bulan Agustus 1998, dengan tanggal permulaan berlaku surut

ke bulan November 1996. Proyek ditempatkan pada status Penjagaan dan

Pemeliharaan pada bulan September 1999 dan semua karyawan lokal

diberhentikan, kecuali sejumlah kecil staf. DJGSDM memberi persetujuan untuk

menunda pelaksanaan kewajiban bagi PT. Meares Soputan Mining hingga

November 2000. Kontrak Karya diberikan ijin oleh ESDM setelah mengalami

Suspensi pada bulan Mei 2005. Perpanjangan tahap konstruksi untuk PT. Meares

Soputan Mining diberikan pada bulan Maret 2008 dan perpanjangan ketiga

diberikan pada bulan April 2010. Konstruksi proyek diselesaikan pada awal tahun

2011 dan Persetujuan Permulaan Tahap Produksi diberikan pada Agustus 2011

berlaku surut sejak 6 Maret 2011 dimana penuangan emas pertama dilakukan pada

tanggal 1 April 2011.

Selama kegiatan penambangan Proyek Toka Tindung berlangsung, terdapat

dampak negatif berupa penurunan kualitas lingkungan, terutama yang menyangkut

aspek fisik-kimia (tanah, lahan, air dan udara), dan aspek biologi (flora, fauna, dan

biota air). Berdasarkan batas sosial pada kajian Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan (Amdal) yang dilakukan oleh PT MSM, terdapat 8 desa dan 3

Kelurahan yang akan terkena dampak negative dari proyek tambang ini. 8 Desa dan

3 Kelurahan yang di maksud merupakan kelompok masyarakat yang secara

administrasi terkait dengan rencana kegiatan pertambangan yaitu perkampungan

penduduk di desa Maen, Winuri, Wineru, Kalinaun, Rinondoran, Morinsow,

Pinenek, dan Pulisan, yang termasuk kecamatan Likupang Timur Kabupaten

Minahasa Utara, serta Kelurahan Piasungkulan, Batu Putih Atas dan Batu Putih

Bawah di Kecamatan Ranowulu Kota Bitung.

Untuk mengurangi dampak negatife proyek pertambangan emas tersebut,

maka PT MSM mengadakan pengelolaan dan rehabilitasi lingkungan berkelanjutan

yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang terkait serta kewajiban

yang ditetapkan dalam Kontrak Karya. Fungsi utama upaya pelestarian lingkungan

Page 33: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

Bab III – Profil Perusahaan III-5

yang diterapkan oleh PT MSM mencakup; Pengawasan dan Pelaporan Lingkungan,

Pengelolaan Limbah, pengontrolan erosi dan sendimentasi, serta rehabilitasi Lahan

Terganggu.

III.3 Visi dan Misi PT MSM

1. Visi PT MSM

“Menjadi produsen emas yang selalu berkembang dan bertanggung jawab

yang menghasilkan nilai tambah terhadap semua pemangku kepentingan”

2. Misi PT MSM

Meningkatkan nilai pemangku kepentingan melalui optimalisasi produksi

dan penambahan cadangan

Menginspirasi, memberdayakan dan menjaga seluruh karyawan

Mendukung masyarakat dan pelestarian lingkungan hidup

Profesional dan praktek kerja terbaik

III.4 Struktur Organisasi ARL dan PT MSM

Struktur organisasi ARL dan PT MSM dapat dilihat pada Gambar III.4.

III.5 Tenaga Kerja

Pada akhir Desember tahun 2014 jumlah tenaga kerja PT. Meares Soputan

Mining beserta kontraktor sejumlah 1,802 orang seperti disajikan pada Tabel III.1.

Page 34: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

Bab III – Profil Perusahaan III-7

Tabel III.1 Jumlah tenaga kerja PT MSM

No. Posisi Tenaga Kerja

Tahun 2014

Realisasi

TKA TKI Total

1 Direktur 1 1 2

2 Manager/Superintendent 3 79 82

3 Supv/Enginer/Officer 5 28 33

4 Tenaga Terampil 0 297 297

5 Administrasi 0 44 44

6 Tidak Terampil 0 248 248

7 Sub Contractor 15 1081 1096

Total Tenaga Kerja 24 1778 1802

Sumber: PT Meares Soputan Mining

III.6 Pengabdian Perusahaan Kepada Masyarakat

Dalam kegiatan memproduksi kekayaan mineral di Kab. Minahasa Utara

dan Kota Bitung, perusahaan telah melakukan kegiatan produksinya secara aman.

Perusahaan juga mempunyai komitmen yang tinggi bagi pembangunan dan

pemberdayaan bagi pemangku kepentingan di area lingkar tambang melalui

Program Pengembangan Masyarakat, yaitu;

1. Hubungan Komunitas

Untuk membangun dan meningkatkan hubungan yang harmonis antar

masyarakat lingkar tambang dan perusahaan, maka pada Tahun 2015 PT.

Meares Soputan Mining mengalokasikan dana sebesar USD 194,760.97

untuk kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

- Keagamaan

Ada sekitar 14 Gereja yang berada di 3 Desa yang berada di wilayah PT.

Meares Soputan Mining. Untuk tahun 2015, perusahaan akan membantu

Page 35: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

Bab III – Profil Perusahaan III-8

sarana rumah ibadah dan kegiatan yang berhubungan dengan perayaan

agama.

- Sosial Budaya

Masyarakat sekitar tambang terdiri atas etnis Minahasa dan Sangihe dan

mempunyai budaya yang berbeda. Untuk melestarikan budaya dari

masing-masing etnis PT. Meares Soputan Mining akan turut

berpartisipasi baik dalam acara perayaan budaya tahunan daerah, juga

bekerjasama dengan Dinas Pariwisata Provinsi untuk memberikan

pelatihan kepada masyarakat sekitar tambang khususnya generasi muda,

agar mereka mau mencintai dan menghargai budaya daerahnya yang

telah terkikis oleh budaya luar.

- Olahraga dan Kepemudaan

Perusahaan turut mendukung kegiatan ini dengan melalui peringatan

Hari Pendidikan Nasional dan Hari Sumpah Pemuda dengan

menyelenggarakan lomba-lomba.

- Pemerintahan

Perusahaan akan mendukung kegiatan ulang tahun Desa atau Kecamatan

di wilayah area tambang. Dan juga memperingati HUT RI pada tanggal

17 Agustus bekerja sama dengan pemerintah Kecamatan dan pemerintah

Desa/Kelurahan.

- Kemasyarakatan

Perusahaan perlu berempati dengan keluarga-keluarga yang sedang

berduka di desa/kelurahan lingkar tambang. Baik dengan memberikan

uang duka, maupun dengan kehadiran karyawan yang mewakili

perusahan.

2. Pemberdayaan Masyarakat

- Bidang pendidikan

Perusahaan akan mendukung pengadaan komputer dan printer bagi

seluruh sekolah yang berada di wilayah lingkar tambang.

- Bidang Kesehatan

Page 36: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

Bab III – Profil Perusahaan III-9

Perusahaan memberikan perhatian yang lebih kepada penyelenggaraan

posyandu di desa wilayah lingkar tambang.

- Bidang Ekonomi

Perusahaan bekerjasama dengan Perkumpulan Tumoutou yang

merupakan perwakilan dari desa lingkar tambang untuk memobilisasi

masyarakatnya, mencari pembeli dan juga datang ke Pemerintah untuk

mencari bantuan dan informasi yang diperlukan bagi produk aren dan

kelapa.

- Bidang Pertanian

Perusahaan mendukung dalam kegiatan menanam jagung dan singkong.

- Bidang Peternakan/Perikanan

Perusahaan memberikan bantuan modal usaha untuk masyarakat yang

memiliki pekerjaan sebagai nelayan .

III.7 Pengolahan Limbah Perusahaan

Pengolahan limbah yang dilakukan oleh PT MSM adalah dengan

memanfaatkan teknologi TSF (Tailing Storage facility). TSF merupakan teknik

penempatan limbah yang dilakukan di darat. Limbah yang telah didetoksifikasi

akan di tampung di dalam suatu bendungan yang didesain secara khusus dengan

pengelolaan lingkungan yang mengikuti standar equator principle (standarisasi

persyaratan dunia). Limbah dari proyek pengolahan emas di Toka Tindung ini

berupa tanah halus atau lumpur yang berbentuk sedimen.

Design TSF di PT MSM mampu menampung 10 juta ton limbah, terletak di

bukit tertutup dan memiliki kolam-kolam sendimen pendukung dan lubang

tambang terbuka yang berada di bawah TSF. Sedangkan untuk mengantisipasi

terhadap kemungkinan terjadinya rembesan air ke tanah, maka TSF PT MSM yang

dirancang untuk mampu menahan gempa yang paling mungkin terjadi, hingga

tingkat gempa maksimum yaitu hingga 9 scala richer, dilapisi dengan lempung

kedap air (clay), geotekstil, dan batuan yang di padatkan di bawah TSF, sehingga

tidak akan terjadi rembesan air. TSF ini memiliki kemampuan menampung limbah

Page 37: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

Bab III – Profil Perusahaan III-10

pada kondisi curah hujan maksimal 750mm per hari, selama 48 jam berturut-turut.

Untuk mempertinggi tingkat keamanan, TSF ini ditopang oleh batuan setebal 600

meter.

III.8 Keselamatan Kerja Karyawan

Pihak perusahaan bekerja sama dengan Disnaker Kabupaten Minahasa

Utara telah melaksanakan pemeriksaan dan pengujian terhadap beberapa peralatan

angkat yang akan digunakan untuk pembangunan pabrik pengolahan. Pemahaman

terhadap keselamatan kerja, bukan saja diberlakukan terhadap pekerja di

lingkungan PT MSM namun juga bagi setiap pengunjung di areal Toka Tindung

dengan pelaksanaan Safety Induction. PT MSM menerapkan Positive Attitude

Safety System (PASS) disemua tempat untuk meningkatkan Budaya & Perilaku K3.

III.9 Struktur Organisasi Plant and Process Department

Struktur Organisasi Plant and Process Department dapat dilihat pada

Gambar III.5.

III.10 Proses Pengelolaan Bijih Tambang

Ada beberapa cara yang digunakan untuk memperoleh emas, salah satunya

adalah diperoleh melalui bebatuan mengandung emas yang disebut bijih emas. Bijih

emas yang berlualitas tinggi biasanya adalah bijih emas yang mengandung sekitar

30 gr emas untuk setiap ton bijih emas. Pada umumnya, proses yang digunakan

untuk mendapatkan dan menghancurkan bebatuan yang mengandung emas tersebut

adalah dengan cara peledakan (blasting) menggunakan bom untuk menghancurkan

batuan yang mengandung emas tersebut. Cara blasting adalah cara yang digunakan

oleh PT MSM untuk mendapatkan emas dari dalam perut bumi. Perencanaan proses

atau Processes plant produksi dari emas PT MSM secara detail dapat dilihat pada

Gambar III.6. Proses pengolahan bijih emas di PT MSM dapat dilihat melalui

Gambar III.7.

Page 38: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

Bab III – Profil Perusahaan III-13

MSM ROM

Ore Stockpile

TTN ROM

Ore Stockpile

Stockpile Reclaim

Stockpile ReclaimPrimary Ore

Crusher

Grinding

COS Coarse

Ore Stockpile

Carbon in Leach

Carbon

Regeneration

Mill Balls

Lime

Cyanide

Carbon

Fresh Water

Strip/Elution

Gold Room

Refinery

(Jakarta)

Tailing Thickener

Detoxification

Tailings Pond

CARBON WITH

GOLD/SILVER

Dore

Carbon

Reclaim Water

Carbon in Leach

Thickener

Gambar III.7 Proses pengolahan bijih emas

Sumber: PT Meares Soputan Mining

Primary Ore Crusher

Setelah proses blasting di pit milik TTN dan MSM, batu-batu hasil

ledakan tersebut dipilih dari sekian batu yang ada, batu mana yang akan

menjadi material mentah untuk diproses menghasilkan emas. Batu yang

disebut ore kemudian diangkut ke stockpile masing-masing. Ore ini kemudian

di umpan oleh loader dan dump Truck/ADT ke dalam ROM Bin crusher.

Dalam ROM Bin tersebut, ore yang ukurannya besar akan dihancurkan di

dalam Gyratory Crusher hingga menjadi ukuran kira-kira 15-20 cm. Setelah

Area yang diteliti

Area yang diteliti

Page 39: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

Bab III – Profil Perusahaan III-14

ore tersebut di hancurkan, ore akan diangkut oleh Conveyor 1 dan 2 ke

penampungan ke-2 yang disebut Helly pad Stockpile. Dalam penampungan

Helly Pad Stockpile material siap masuk dan diolah didalam Plant Mill.

Grinding

Melalui conveyor 3, ore yang berasal dari Helly pad Stockpile akan di

transfer ke proses Grinding untuk dihaluskan agar memenuhi standar yang

pengambilan emas yang diinginkan. Proses grinding dilakukan oleh 2 mesin,

yaitu SAG Mill dan Ball Mill. SAG Mill dan Ball Mill merupakan suatu

penggiling dengan bola-bola besi dengan ukuran tertentu. Ore yang diperoleh

nantinya akan dimasukkan kemudian akan sampai halus sehingga terlepas dari

tanah. Proses grinding ini menggunakan air dari sungai dan danau di sekitar

tambang dan juga menggunakan water recovery dari proses pengolahan emas

tersebut.

Setelah ore di grinding, proses selanjutnya adalah proses pengayakan.

Proses pengayakan ini membuat ore tersebut menjadi slurry. Slurry yang

keluar dari SAG Mill akan disaring melalui coarse Vibrating Screen. Slurry

yang dapat melewati coarse Vibrating Screen akan ditampung di SAG Mill

Discharge Hopper. Slurry yang tersisa di coarse Vibrating Screen disebut

scats. Scats akan di angkut oleh conveyor untuk diproses lagi di scats crusher,

sampai scats tersebut bisa melewati coarse vibrating screen.

Selanjutnya slurry yang ditampung di SAG Mill Discharge Hopper,

dipompa menuju fine vibrating screen. Slurry yang melewati fine vibrating

screen (undersize) akan di tampung di Ball Mill Discharge Hopper dan

dipompa menuju Cyclone Cluster. Slurry yang masih kasar (oversize), akan

dikembalikan lagi ke proses SAG Mill.

Dalam Cyclone Cluster, Slurry yang halus dan kasar akan dipisahkan

berdasarkan gaya sentrifugal yang terbentuk didalam cyclone cluster. Slurry

yang halus disebut overflow. Overflow akan diteruskan ke trash screen untuk

menyaring material-material yang tidak diperlukan selama proses seperti kayu,

Page 40: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

Bab III – Profil Perusahaan III-15

dls. Slurry yang masih kasar disebut underflow. Underflow akan di kembalikan

dan diproses lagi di mesin Ball Mill.

Underflow yang diproses di Ball Mill tersebut akan di masukkan ke

dalam ball mill discharge hopper dan dipisahkan lagi di cyclon cluster

kemudian di teruskan ke trash screen untuk menyaring material yang tidak

diperlukan selama proses.

Pusat utama penambahan lime ada di daerah ball mill hopper. Tapi bisa

juga ditambahkan saat material berada pada conveyor 3 pada proses primary

crusher. Penambahan lime tersebut berguna untuk mengatur pH yang terdapat

pada material yaitu sekitar 10,2 – 10,5.

Carbon in Leach

Overflow yang telah melalui trash screen, akan diproses di CIL

thickener untuk mengatur tingkat kepadatan material (density). Pada proses ini,

overflow akan diendapkan dan diambil airnya. Pengendapan overflow ini

dibantu oleh flocculant. Proses CIL Thickener menghasilkan air sebanyak kira-

kira 45-50 %. Air hasil prsoses CIL thickener disebut water recovery. water

recovery inilah yang akan digunakan pada proses grinding dan proses tailing.

Overflow yang telah diendapkan pada proses CIL thickner akan di

transfer ke CIL tanks. Total CIL tanks ada 8 buah. Alur tanks yang akan

dilewati oleh overflow adalah tanks 8, 7, 1, 2, 3, 4, 5, dan 6. Setiap tanks

berfungsi mengambil carbon dan membuang slurry dari overflow yang masuk

di setiap tanks tersebut. Pada tangki 8 ditambahkan cyanide yang berfungsi

untuk me-leaching emas dan perak. PH optimum pada proses leaching adalah

10,2-10,5. Pada setiap tangki di tambahkan carbon active yang fungsinya untuk

meng-absorb emas dan perak yang sudah di leaching oleh cyanide. Overflow

dari tangki 6 akan melewati trash screen sebelum ke tailing thickener.

Page 41: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

Bab III – Profil Perusahaan III-16

Strip/Elution

Carbon hasil dari proses CIL tanks disebut loaded carbon. Loaded

carbon tersebut kaya akan kandungan emas. Loaded carbon tersebut, dicuci

dengan menggunakan asam clorida/HCl didalam acid colum. Selanjutnya

loaded carbon dipindahkan ke dalam elution colum untuk dilakukan proses

elution.

Loaded carbon yang diproses elution dilakukan dengan menambahkan

cyanide kosentrasi tinggi dan caustic dalam suhu 130°C menggunakan heat

exchanger. Proses elution ini menghasilkan pregnant solution yang kaya akan

emas. Carbon yang telah diambil emasnya disebut barrent carbon. Barrent

carbon akan di-regenerated menggunakan kiln dengan suhu 600°C kemudian

dikembalikan ke tangki 6.

Tailing Thickner

Pada proses ini, overflow akan diendapkan dengan bantuan flocculant

untuk diambil airnya. Air hasil dari proses ini akan menjadi water recovery

sedangkan overflow yang diendapkan tadi akan didetoksifikasi.

Detoxification

Overflow yang keluar dari proses tailling thickener masih menyisahkan

cyanide. Cyanide tersebut sangat berbahaya bagi lingkungan sehingga perlu

dilakukan proses detoksifikasi. Proses detoksifikasi ini berfungsi untuk

mengurangi cyanide pada overflow menggunakan sodium metabisulfat

(SMBS) dan katalis cooper sulfat. Setelah proses pencampuran tersebut selesai,

maka limbah telah siap untuk diletakan pada tailing storage facility (TSF).

Gold Room

Pregnant solution dari proses elution, akan dialirkan ke electrowinning

cell selanjutnya emas akan mengendap di elektroda. Setelah proses

ellectrowinning cell selesai, pregnant solution tersebut akan menjadi barrent

Page 42: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

Bab III – Profil Perusahaan III-17

solution. Endapan yang ada di elektroda tadi disebut konsentrat. Konsetrat

tersebut akan di smelting dengan menambahkan borax, silica flour dan soda

ash untuk menghasilkan gold and silver dore.

Reagent Area

Dalam proses pengolahan bijih emas tersebut, diperlukan adanya

penambahan zat kimia/reagent seperti lime, cyanide, flocculant, carbon, HCL,

caustic, SMBS, dan Cooper Sulfat untuk mendapatkan hasil bijih emas yang

optimal. Penambahan reagent tersebut dilakukan pada bagian reagent area.

Page 43: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

BAB IV

PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS

IV.1 Resources Reagent Area

Berikut adalah rincian resources yang terdapat dan digunakan pada

reagent area:

1. Man

Pekerja regent area berjumlah sembilan orang

Pekerja yang bertugas mixing reagent setiap harinya berjumlah empat

orang. Dan lima orang lainya bertugas untuk membantu area lain dan

juga melakukan penambahan reagent di lokasi produksi lainnya atau

sedang off.

Pekerjaan kesembilan pekerja reagent area tersebut setiap harinya di

rolling berdasarkan jadwal kerja. Jadwal kerja reagent area dapat

dilihat pada Tabel IV.1

Tabel IV.1 Jadwal kerja bulan juli pekerja reagent area

Sumber: PT MSM – Plant and Production Department

2. Machine and Tools

Mesin yang digunakan di regent area antara lain:

Pekerja

reagent area 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

P1

P2

P3

P4

P5

P6

P7

P8

P9

Keterangan = Daily Shift

= Off

= Annual life

Jadwal Bulan Juli

Page 44: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

Bab IV – Pengolahan Data dan Analisis IV-2

a. Mesin produksi (operasional)

Gantry crane : Mesin ini berguna untuk mengangkat reagent dari lantai

dasar menuju mixing tank.

Mixing tank : Mesin ini berguna untuk melakukan proses mixing

reagent.

b. Tools

Forklift : forklift digunakan untuk mengangkut reagent dari tempat

reagent diletakan dan membersihkan area reagent.

Pisau : digunakan untuk menyobek bagian bawah karung reagent agar

reagent bisa dikeluarkan dari karung ke mixing tank.

Lifting jig : alat yang digunakan untuk membantu memposisikan

reagent ke dalam mixing tank.

Monitor reagent pribadi: setiap pekerja memiliki monitor reagent,

untuk memantau level reagent.

Safety shower : Safety shower merupakan salah satu dari alat standar

keselamatan kerja. Apabila pekerja terkena dengan reagent maka safety

shower adalah tujuan pertama untuk mencegah dampak dari terkena

regent semakin memburuk.

c. Alat Pelindung Diri. Alat pelindung diri di reagent area adalah: sarung

tangan PVC panjang, Full face respirator, PVC Apron, goggle bersih.

APD yang di reagent area dapat dilihat pada Gambar IV.1.

Gambar IV.1 APD yang lengkap untuk pekerja reagent area

Sumber: PT MSM – Plant and Production Department

Page 45: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

Bab IV – Pengolahan Data dan Analisis IV-3

3. Method

Dalam proses pengolahan bijih emas tersebut, diperlukan adanya

penambahan zat kimia/reagent seperti lime, copper sulfat, caustic

soda/Sodium hydroxide (NaOH), cyanide, flocculent, carbon, dan SMBS

untuk mendapatkan hasil bijih emas yang optimal. Penambahan reagent

tersebut dilakukan pada bagian reagent area. Adapun beberapa prosedur

yang harus di lakukan reagent area dalam menyelesaikan pekerjaannya,

yaitu:

Lime addition

Copper sulphate mixing

Caustic soda mixing

Transfer caustic soda

Transfer copper sulphate

Cyanide mixing

Flocculent mixing

Transfer cyanide

SMBSS mixing

Transfer SMBSS

House keeping

4. Material

Material yang digunakan di reagent area adalah merupakan bahan

pendukung untuk mendukung proses pengolahan emas yakni:

Copper Sulphate. Copper sulphate digunakan bersama dengan sodium

metabisulphite untuk proses detoksifikasi (pemusnahan racun) sianida

yang diproses di tailing slurry. Copper sulfat tidak terlalu beracun

asalkan tidak terpapar dalam jumlah yang banyak. Pekerja yang terkena

zat kimia ini akan mengalami iritasi pada sistem pencernaan seperti rasa

terbakar di dada, mual, diare, muntah dan sakti kepala.

Caustic soda/Sodium hydroxide (NaOH). Caustic adalah reagent

dengan pH yang tinggi dan digunakan saat proses pemisahaan emas dari

karbon aktif. Caustic juga digunakan untuk mengurangi kekentalan

slurry saat berada di SAG Mill. Bahaya yang diakibatkan dari zat kimia

ini adalah menyebabkan iritasi dan terbakar apabila terkena pada kulit

pekerja.

Page 46: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

Bab IV – Pengolahan Data dan Analisis IV-4

Cyanide. Larutan cyanide digunakan di sirkuit CIL dan Elution di plant

mill. Cyanide kering dilarutkan dalam air di tangki pencampuran

sianida dan kemudian ditransfer ke storage tank (tangki penyimpan).

Bahaya yang diakibatkan apabila pekerja terkena cyanide adalah berupa

luka bakar.

Flocculent. Flocculent merupakan reagent yang digunakan untuk

membantu proses pengendapan di dalam CIL feed thickener dan tailings

thickener. Bubuk flocculent perlu ditambahkan secara manual dan

dipantau secara teratur guna memastikan kelancaran operasi.

Sodium metabilsuphate (SMBSS). Sodium metabilsulphite (SMBS)

digunakan untuk detoksifikasi (pengurangan kadar racun) sianida di

dalam tailing slurry.

5. Information

Informasi merupakan sebuah faktor yang dapat memberikan feedback

kepada reagent area mengenai kegiatan-kegiatan yang terjadi di reagent

area. Informasi yang dimaksud kemudian akan dicatat ke dalam lembar

log sheet reagent. Berikut adalah informasi yang dibutuhkan oleh pekerja

reagent area:

Informasi bahan baku

Informasi jumlah reagent/karung yang produksi

Informasi proses produksi reagent

IV.2 Proses pengolahan Reagent

Proses mixing reagent dapat dilihat pada Gambar IV.2 dan disusul dengan

penjelasan dari gambar tersebut

Page 47: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

Bab IV – Pengolahan Data dan Analisis IV-5

Start

Periksa Level Reagent

Tentukan Jumlah Regent yang

akan di Mixing (Satuan karung)

Transfer Reagent ke

Storage Tank

Mixing Regent

Cek Level Reagent.

Apakah sudah penuh?

Ya

Tidak

Catat aktivitas produksi

Finish

Catat aktivitas produksi

Gambar IV.2 Flow chart mixing reagent

Periksa level reagent

Pemeriksaan level reagent ini dilakukan untuk bisa memastikan berapa banyak

reagent yang masih tersisa dalam storage tank. Level reagent dapat

dilihat/diketahui melalui DCS di dalam control room dan juga pada multi ranger

display panel yang terletak disamping setiap mixing tank. Tampilan level reagent

dapat dilihat pada Gambar IV.3.

Gambar IV.3 Tampilan level reagent

Sumber: PT MSM – Plant and Production Department

Page 48: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

Bab IV – Pengolahan Data dan Analisis IV-6

Menentukan jumlah reagent

Setelah melakukan pengecekan level reagent, pekerja dan supervisor akan

menentukan berapa banyak karung reagent yang diperlukan untuk mengisi mixing

tank. Untuk mencapai persentase sebesar 100% (mixing tank kosong), dibutuhkan

karung reagent sebanyak empat puluh karung.

Mixing reagent

Karung reagent dikaitkan ke gantry crane dan diangkat menuju mixing tank.

Dengan menggunakan sebuah pisau, karung reagent disobek di sisi bawah karung

sehingga reagent dapat keluar dari karung dan terisi kedalam mixing tank. Pekerja

harus memastikan bahwa seluruh reagent yang berada pada karung telah

dikeluarkan dan terisi di mixing tank. Cara untuk memastikan bahwa reagent telah

dikeluarkan semuanya adalah dengan mengangkat dan menurunkan kantong

reagent beberapa kali. Setelah dipastikan semua reagent telah dikeluarkan,

pekerja mengoperasikan kembali gantry crane untuk menurunkan karung bekas

tadi ke atas lantai. Proses penurunan karung ini harus dipastikan tidak ada pekerja

yang sedang berada dibawah karung tersebut, agar pekerja tidak terkena oleh

reagent. Kemudian gantry crane tersebut diletakkan lagi ke tempat semula.

Pekerjaan mixing reagent dapat dilihat pada Gambar IV.4.

Gambar IV.4 Proses mixing reagent

Sumber: PT MSM – Plant and Production Department

Page 49: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

Bab IV – Pengolahan Data dan Analisis IV-7

Transfer reagent

Sebelum melakukan transfer reagent, proses mixing reagent harus dipastikan

terlebih dahulu sekurang-kurangnya berlangsung selama dua jam.

Pengecekan kembali level reagent

Pekerja reagent kemudian melakukan pengecekan apakah jumlah reagent

sudah sesuai dengan level reagent yang dibutuhkan. Bila tidak, maka proses

pencampuran akan diulang. Bila ya, maka proses mixing tank telah selesai.

Catat aktivitas produksi

Apabila proses mixing reagent telah selesai, maka tugas pekerja reagent

selanjutnya adalah mencatat proses mixing reagent pada log sheet reagent area.

Log sheet reagent berguna untuk mencatat semua aktivitas yang terjadi selama

proses mixing reagent yakni jumlah reagent yang di mixing, alur produksi, dls.

Setelah melakukan semua aktivitas di reagent area, seluruh pekerja harus

melakukan housekeeping. Housekeeping dilakukan setiap ada karung reagent di

jatuhkan dari gantry crane, setelah selesai proses mixing dan transfer reagent.

Karung dan papan penutup reagent yang telah kosong di bawah ke area

pembuangan menggunakan forklift. Setalah pembersihan sisa-sisa mixing reagent,

pekerja reagent harus menyiram bersih area reagent dari lantai atas ke lantai bawah

dan juga sekitar reagent area, dan yang terakhir adalah pekerja mengembalikan

semua peralatan dan APD ke tempatnya masing-masing. Housekeeping dapat

dilihat pada Gambar IV.5

IV.3 Pengukuran Beban Kerja Mental dengan Metode NASA-TLX

Untuk mengetahui persentase beban kerja mental setiap pekerja reagent

area, maka terlebih dahulu kuesioner NASA-TLX disebarkan kepada pekerja

reagent area sebanyak sembilan responden. Data beban kerja mental dengan

menggunakan metode NASA-TLX menggunakan enam faktor sebagai indikator

Page 50: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

Bab IV – Pengolahan Data dan Analisis IV-8

untuk mengetahui seberapa besar beban kerja yang dialami oleh pekerja reagent

area. Pengukuran beban kerja mental menggunakan metode NASA-TLX dilakukan

dengan tahap-tahap sebagai berikut:

Gambar IV.5 Proses house keeping

Sumber: PT MSM – Plant and Production Department

IV.3.1 Pembobotan Hasil Kuesioner

Pada tahap ini, pekerja reagent area diminta untuk memilih dengan cara

memberikan tanda centang (√) atau menulis salah satu dari dua faktor yang lebih

dominan mempengaruhi beban kerja mereka. Hasil pembobotan dapat dilihat pada

Tabel IV.2.

Tabel IV.2 Data pembobotan kuesioner pekerja reagent area

No Faktor P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 Total

1 Physical Demands 1 1 2 2 3 1 1 1 4 16

2 Mental Demands 1 1 1 1 1 4 1 0 1 11

3 Temporial Demands 1 2 2 3 3 2 4 4 1 22

4 Own Performance 3 4 4 2 5 5 3 2 4 32

5 Effort 4 5 5 2 3 3 5 5 5 37

6 Frustation 5 2 1 5 0 0 1 3 0 17

Total 15 15 15 15 15 15 15 15 15

Pada Tabel IV.2 diketahui bahwa hasil pembobotan tertinggi dari

keseluruhan pekerja ada pada faktor effort dan own performance. Pekerjaan

Page 51: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

Bab IV – Pengolahan Data dan Analisis IV-9

reagent area membutuhkan usaha dan performansi yang tinggi untuk

menyelesaikan pekerjaan. Bobot terendah dari hasil pembobotan adalah mental

demand karena pekerjaan tersebut tidak terlalu menuntut pekerja untuk berpikir,

menghitung, teliti, dls dalam menyelesaikan pekerjaan. Tetapi, faktor mental

demand tetap saja memberikan kontribusi penyebab tingginya beban kerja mental

pekerja reagent area.

IV.3.2 Pemberian Nilai atau Skala

Pemberian rating atau peringkat merupakan tahap setelah pembobotan di

tahap sebelumnya. Pada tahap ini, pekerja reagent area diminta untuk

memberikan rating antara 1-100 untuk setiap faktor sesuai dengan beban kerja

yang dirasakan oleh pekerja reagent area. Hasil pemberian rating dapat dilihat

pada Tabel. IV.3.

Tabel IV.3 Data pemberian rating pekerja reagent area

No Faktor P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9

1 Physical

Demands 70 70 90 45 80 75 60 75 80

2 Mental

Demands 70 60 60 70 90 85 65 95 95

3 Temporial

Demands 60 60 75 90 75 50 75 90 30

4 Own

Performance 90 70 60 95 80 90 90 90 90

5 Effort 90 70 70 90 70 95 80 80 80

6 Frustation 90 70 70 90 45 10 80 70 45

Total 470 400 425 480 440 405 450 500 420

Page 52: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

Bab IV – Pengolahan Data dan Analisis IV-10

IV.3.3 Perhitungan Weighted Workload (WWL)

Menghitung WWL bertujuan untuk mendapatkan nilai dari beban kerja

mental tiap faktor. Bobot dan rating (lihat Tabel IV.2 dan IV.3) pada setiap faktor

akan dikalikan. Kemudian nilai hasil perkalian dari masing-masing faktor

dijumlahkan dan di bagi 15 yang menghasilkan nilai rata-rata WWL, lihat

persamaan (II.1 dan II.2). Rekapitulasi perhitungan nilai 𝑾𝑾𝑳̅̅ ̅̅ ̅̅ ̅̅ dapat dilihat pada

Tabel IV.4.

Tabel IV.4 Perhitungan 𝑾𝑾𝑳̅̅ ̅̅ ̅̅ ̅̅ pekerja reagent area

No Faktor P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9

1

Physical

Demands 70 70 180 90 240 75 60 75 320

2

Mental

Demands 70 60 60 70 90 340 65 0 95

3

Temporial

Demands 60 120 150 270 225 100 300 360 30

4

Own

Performance 270 280 240 190 400 450 270 180 360

5 Effort 360 350 350 180 210 285 400 400 400

6 Frustation 450 140 70 450 0 0 80 210 0

Total WWL 1280 1020 1050 1250 1165 1250 1175 1225 1205

Skor 𝑾𝑾𝑳̅̅ ̅̅ ̅̅ ̅̅ 85.3 68 70 83.3 77.7 83.3 78.3 81.7 80.3

Nilai 𝑾𝑾𝑳̅̅ ̅̅ ̅̅ ̅̅ merupakan nilai beban kerja mental yang dirasakan oleh

pekerja reagent area. Penentuan skala tinggi atau rendah beban kerja mental bisa

berdasarkan subjektifitas seseorang, namun skala pembanding beban kerja mental

yang dipakai pada laporan ini adalah berdasarkan [HID14].

IV.3.4 Pengkategorian Penilaian Beban Kerja

Kategori penilaian beban kerja terdiri dari lima tingkatan yaitu beban kerja

mental rendah pada skala 0-9, beban kerja mental sedang pada skala 10-29, beban

kerja mental agak tinggi 30-49, beban kerja mental tinggi 50-79 dan beban kerja

Page 53: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

Bab IV – Pengolahan Data dan Analisis IV-11

mental tinggi pada skala 80-100 [HID13]. Ketegori penilaian beban kerja mental

pekerja reagent area dapat dilihat pada Tabel IV.5.

Tabel IV.5 Kategori penilaian beban kerja pekerja reagent area

Pekerja Beban Kerja Ketegori

P1 85.33 80 < Beban Kerja < 100 Beban Kerja Sangat Tinggi

P2 68.00 50 < Beban Kerja < 79 Beban Kerja Tinggi

P3 70.00 50 < Beban Kerja < 79 Beban Kerja Tinggi

P4 83.33 80 < Beban Kerja < 100 Beban Kerja Sangat Tinggi

P5 77.67 50 < Beban Kerja < 79 Beban Kerja Tinggi

P6 83.33 80 < Beban Kerja < 100 Beban Kerja Sangat Tinggi

P7 78.33 50 < Beban Kerja < 79 Beban Kerja Tinggi

P8 81.67 80 < Beban Kerja < 100 Beban Kerja Sangat Tinggi

P9 80.33 80 < Beban Kerja < 100 Beban Kerja Sangat Tinggi

Melalui Tabel IV.5 diketahui bahwa seluruh pekerja reagent area

memiliki beban kerja mental yang tinggi. Berikut adalah pembahasan beban kerja

mental setiap pekerja reagent area:

1. Beban kerja mental P1

Beban kerja mental pada P1 diketahui adalah sebesar 85.33%. Nilai beban

kerja mental P1 tersebut dikategorikan sebagai beban kerja mental yang

sangat tinggi. Faktor frustation adalah menjadi faktor dominan penyebab

beban kerja mental P1.

2. Beban kerja mental P2

Beban kerja mental pada P2 diketahui adalah sebesar 68.00%. Nilai beban

kerja mental P2 tersebut dikategorikan sebagai beban kerja mental yang

tinggi. Faktor effort adalah menjadi faktor dominan penyebab beban kerja

mental P2.

Page 54: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

Bab IV – Pengolahan Data dan Analisis IV-12

3. Beban kerja mental P3

Beban kerja mental pada P3 diketahui adalah sebesar 70.00%. Nilai beban

kerja mental P3 tersebut dikategorikan sebagai beban kerja mental yang

tinggi. Faktor effort adalah menjadi faktor dominan penyebab beban kerja

mental P3.

4. Beban kerja mental P4

Beban kerja mental pada P4 diketahui adalah sebesar 83.33%. Nilai beban

kerja mental P4 tersebut dikategorikan sebagai beban kerja mental yang

sangat tinggi. Faktor frustation adalah menjadi faktor dominan penyebab

beban kerja mental P4.

5. Beban kerja mental P5

Beban kerja mental pada P5 diketahui adalah sebesar 77.67%. Nilai beban

kerja mental P5 tersebut dikategorikan sebagai beban kerja mental yang

tinggi. Faktor own performance adalah menjadi faktor dominan penyebab

beban kerja mental P5.

6. Beban kerja mental P6

Beban kerja mental pada P6 diketahui adalah sebesar 83.33%. Nilai beban

kerja mental P6 tersebut dikategorikan sebagai beban kerja mental yang

sangat tinggi. Faktor own performance adalah menjadi faktor dominan

penyebab beban kerja mental P6.

7. Beban kerja mental P7

Beban kerja mental pada P7 diketahui adalah sebesar 78.33%. Nilai beban

kerja mental P3 tersebut dikategorikan sebagai beban kerja mental yang

tinggi. Faktor Effort adalah menjadi faktor dominan penyebab beban kerja

mental P7.

8. Beban kerja mental P8

Beban kerja mental pada P8 diketahui adalah sebesar 81.67%. Nilai beban

kerja mental P8 tersebut dikategorikan sebagai beban kerja mental yang

sangat tinggi. Faktor effort adalah menjadi faktor dominan penyebab beban

kerja mental P8.

Page 55: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

Bab IV – Pengolahan Data dan Analisis IV-13

9. Beban kerja mental P9

Beban kerja mental pada P9 diketahui adalah sebesar 80.33%. Nilai beban

kerja mental P9 tersebut dikategorikan sebagai beban kerja mental yang

sangat tinggi. Faktor effort adalah menjadi faktor dominan penyebab beban

kerja mental P9.

IV.4 Analisis Penyebab Tingginya Beban Kerja Mental Pekerja Reagent

Area

Untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang menjadi penyebab

tingginya beban kerja mental pekerja reagent area, tools yang digunakan adalah

diagram fishbone. Diagram ini dapat membantu untuk mengetahui akar

permasalahan penyebab tingginya beban kerja mental pekerja reagent area

berdasarkan aspek resources (5M + I), yaitu Material, Method, Money, dan

information. Berikut adalah diagram fishbone yang telah dirancang untuk

mendefinisikan akar permasalahan di setiap faktor penyebab tingginya beban kerja

mental pekerja reagent area:

1. Penyebab tingginya beban kerja mental berdasarkan faktor Effort

Pada faktor ini, dianalisis mengenai besarnya usaha yang dibutuhkan pekerja

untuk menyelesaikan pekerjaan. Kenapa pekerja membutuhkan usaha yang besar

dalam menyelesaikan pekerjaan dan apa penyebab hal itu terjadi. Penyebab

tingginya beban kerja mental dikarenakan faktor effort dapat dilihat pada Gambar

IV .6

Pada Gambar IV.6 diketahui bahwa target produksi yang belum tercapai

membuat pekerja harus mengeluarkan usaha yang lebih untuk melakukan proses

mixing reagent dengan kata lain adalah pekerja harus lembur untuk memenuhi

target tersebut. Dua hal yang menjadi penyebab pekerja harus lembur untuk

mencapai target produksi adalah karena forklift tidak tersedia disaat akan

melakukan proses mixing reagent dan reagent susah di mixing.

Page 56: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

Bab IV – Pengolahan Data dan Analisis IV-14

Faktor Effort tinggi

Tidak ada warehouse

khusus reagent

Gambar IV.6 Fishbone diagram yang menunjukan penyebab faktor effort tinggi

Tidak tersedianya forklift mengakibatkan proses mixing ikut tertunda. Salah

satu fungsi forklift adalah untuk mengangkut reagent dari tempat reagent

diletakkan ke area mixing reagent. Terdapat 1 buah forklift yang di sediakan

perusahaan untuk 2 sub divisi yaitu reagent area dan rigging. Pemakaian 1 buah

forklift untuk 2 sub-divisi, membuat pekerja harus bergantian dalam

menggunakan forklift. Penggunaan forklift secara bergantian bisa mencapai 1-3

jam, tergantung pemakaian dari setiap sub-divisi. Lamanya menunggu antrian

forklift membuat pekerja mixing reagent tidak bisa melakukan proses mixing

reagent. Apabila forklift rusak, maka secara langsung pekerjaan di reagent area

tertunda karena tidak ada forklift lain yang dapat digunakan untuk membantu

proses mixing reagent.

Selain tidak tersedianya forklift, faktor reagent susah di mixing merupakan

penyebab target produksi belum tercapai. Reagent area tidak memiliki warehouse

khusus untuk menampung reagent. Reagent hanya diletakkan di satu tempat yang

tidak jauh dari reagent area. Reagent diletakan pada tempat yang terbuka dan

sangat memungkinkan terkena air hujan. Hujan yang sangat deras dapat membuat

pembungkus reagent sobek. Sobeknya pembungkus reagent sangat

memungkinkan air hujan bisa merembes masuk ke dalam karung reagent, dan

Page 57: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

Bab IV – Pengolahan Data dan Analisis IV-15

membuat reagent menggumpal seperti bebatuan kecil. Reagent yang menggumpal

membuat reagent tersebut susah untuk di mixing. Bahkan dalam beberapa kasus,

jika curah hujan sangat deras dan cukup lama dapat membuat beberapa karung

reagent tidak bisa digunakan dan akhirnya dibuang/tidak bisa di pakai.

Pada Gambar IV.6 diketahui juga bahwa pekerjaan yang seharusnya dilakukan

menggunakan forklift dilakukan secara manual oleh pekerja. Pekerjaan yang

dilakukan secara manual membuat pekerja harus mengeluarkan usaha yang lebih

dari yang sebelumnya untuk melakukan pekerjaan seperti mengangkat karung

reagent dan melakukan housekeeping.

2. Penyebab tingginya beban kerja mental berdasarkan faktor Own

Performance

Pada faktor ini, dianalisis mengenai besarnya tingkat keberhasilan pekerja

reagent area dalam menyelesaikan pekekerjaan. Kenapa penyelesaian pekerjaan

mixing reagent dapat terhambat dan apa yang menyebabkan hal itu terjadi.

Penyebab tingginya beban kerja mental dikarenakan faktor own performance

dapat dilihat pada Gambar IV.7

Faktor Own Performance tinggi

Forklift rusak

Tidak mematuhi SOP

Forklift dipakai oleh area lain

Gambar IV.7 Fishbone diagram yang menunjukan penyebab faktor own performance

tinggi

Page 58: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

Bab IV – Pengolahan Data dan Analisis IV-16

Untuk mendapatkan performansi yang baik, maka seharusnya dalam

melakukan pekerjaan, reagent haruslah mudah di mixing dan alat yang digunakan

harus selalu ada. Namun pada kenyataannya reagent susah di mixing dan

terkadang alat yang dibutuhkan seperti forklift tidak tersedia. Penyebab reagent

susah di mixing adalah karena reagent terkena hujan dan menggumpal seperti

bebatuan kecil yang awalnya adalah berupa serbuk. Reagent terkena hujan karena

tidak tersedianya warehouse khusus untuk reagent. Warehouse di PT MSM hanya

dikhususkan untuk bullion saja.

Selain ke-2 hal tersebut, hal yang menghambat tingkat keberhasilan pekerja

mixing reagent dalam menyelesaikan pekerjaan adalah karena kecelakaan kerja

yang terjadi saat pekerjaan berlangsung. Kecelakaan kerja tersebut membuat

pekerjaan tertunda, karena pekerja harus berhenti sejenak untuk melaporkan

bahaya yang terjadi, bahkan harus mengevaluasi penyebab kecelakaan tersebut.

Kecelakaan kerja yang umum terjadi di reagent area dapat dilihat pada Tabel

IV.6.

Tabel IV.6 Kecelakaan kerja yang umum terjadi di reagent area

No Jenis Kecelakaan

1 Terkena bahan kimia

2 Tertimpa material

3 Tersandung

4 Tergenlincir

5 Terjatuh dari ketinggian

6 Terluka (terjepit)

2 hal yang menyebabkan kecelakaan kerja terjadi adalah karena pekerja tidak

mematuhi SOP yang diterapkan dan tidak menggunakan APD dengan benar.

Salah satu contoh pekerja tidak mematuhi SOP adalah berjalan di bawah benda-

benda yang sedang diangkut menggunakan hoist crane. Berdasarkan [SOP-04],

[SOP-05], [SOP-07] dan [SOP-10] diketahui bahwa tidak ada personil yang

berdiri dibawah muatan atau meninggalkan muatan tanpa pengawasan. Benda-

benda yang dapat menimpa pekerja berupa reagent dan karung-karung bekas

Page 59: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

Bab IV – Pengolahan Data dan Analisis IV-17

reagent. Secara fisik karung bekas reagent tidak bisa membuat pekerja reagent

area terluka, namun dapat membuat pekerja terkontaminasi dengan reagent,

karena karung bekas reagent tersebut masih menyisihkan serbuk-serbuk reagent.

Contoh pekerja tidak menggunakan APD dengan baik dan benar adalah ketika

melakukan mixing reagent, pekerja tidak menggunakan full face respirator.

Tetapi hanya memakai masker standar. Dibandingkan full face respirator, masker

standar sangat tidak menjamin bahwa pekerja tidak terkontaminasi reagent

melalui alat pernapasan. Hal ini tidak baik untuk kesehatan karena dapat

menyebabkan pekerja mengalami gagal pernapasan.

3. Penyebab tingginya beban kerja mental berdasarkan faktor Temporial

Demand

Pada faktor ini, dianalisis mengenai tekanan waktu yang dirasakan pekerja

untuk menyelesaikan pekerjaan. Kenapa proses mixing reagent lama dan apa yang

menyebabkan hal itu terjadi. Penyebab tingginya beban kerja mental dikarenakan

faktor temporial demand dapat dilihat pada Gambar IV.8

Faktor Temporial Demand tinggi

Forklift rusak

Forklift di pakai oleh area lain

Gambar IV.8 Fishbone diagram yang menunjukan penyebab faktor temporial demand

tinggi

Page 60: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

Bab IV – Pengolahan Data dan Analisis IV-18

Pada Gambar IV.8 diketahui tekanan waktu yang dirasakan oleh pekerja adalah

dikarenakan reagent yang susah dimixing dan pekerja lama menunggu forklift

tersedia. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa reagent susah dimixing

karena reagent terkena air hujan. Reagent terkena hujan karena tidak tersedia

warehouse khusus untuk reagent. Lama menunggu forklift tersedia disebabkan

karena pekerja mixing reagent harus antri dalam menggunakan forklift mengingat

forklift yang tersedia hanya berjumlah 1 untuk 2 sub-divisi. Forklift yang rusak

juga membuat pekerja harus menunggu sampai forklift selesai di perbaiki. Forklift

akan selesai diperbaiki kurang dari 1 jam apabila teknisi yang dibutuhkan tersedia.

Apabila forklift rusak, dan disaat yang bersamaan teknisi yang dibutuhkan tidak

tersedia, maka kemungkinan terbesar adalah pekerja harus menunggu sekitar 2-3

jam sampai forklift selesai diperbaiki.

4. Penyebab tingginya beban kerja mental berdasarkan faktor Physical

Demand

Pada faktor ini, dianalisis mengenai hal-hal fisik yang membuat pekerja

menjadi lelah dan apa yang menyebabkan hal itu terjadi. Penyebab tingginya

beban kerja mental dikarenakan faktor physical demand dapat dilihat pada

Gambar IV.9

Faktor Physical Demand tinggi

Gambar IV.9 Fishbone diagram yang menunjukan penyebab faktor physical demand

tinggi

Page 61: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

Bab IV – Pengolahan Data dan Analisis IV-19

Pada Gambar IV.9 diketahui bahwa penyebab utama pekerja meresa lelah

secara fisik adalah karena pekerjaan dilakukan secara manual. Tidak tersedianya

forklift karena digunakan oleh rigging atau karena forklift sedang rusak,

mengakibatkan pekerjaan yang seharusnya dilakukan menggunakan forklift

menjadi manual. Bukan hanya pengangkutan reagent saja, tetapi juga saat

melakukan housekeeping seperti mengangkut sampah harus dilakukan secara

manual.

5. Penyebab tingginya beban kerja mental berdasarkan faktor Frustation

Pada faktor ini, dianalisis mengenai tingkat kecemasan, stress, tekanan dan

semangat pekerja dalam menyelesaikan pekerjaan. Kenapa pekerja mengalami

frustasi dalam bekerja dan apa yang menyebabkan hal itu terjadi. Penyebab

tingginya beban kerja mental dikarenakan faktor frustration dapat dilihat pada

Gambar IV.10

Faktor Frustation tinggi

Tidak ada warehouse

khusus reagent

Gambar IV.10 Fishbone diagram yang menunjukan penyebab faktor frustration tinggi

Pada Gambar IV.10 diketahui bahwa pekerja tertekan karena target belum

tercapai. Target produksi yang belum tercapai merupakan pemicu tingginya beban

kerja mental berdasarkan faktor frustration. Reagent yang masih belum tersedia

padahal kebutuhan reagent pada setiap proses sudah mulai meningkat, membuat

pekerja menjadi tertekan. Target produksi belum tercapai dikarenakan reagent

Page 62: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

Bab IV – Pengolahan Data dan Analisis IV-20

susah di mixing, dan tidak tersedianya alat dalam menunjang proses mixing

reagent yakni forklift.

6. Penyebab tingginya beban kerja mental berdasarkan faktor Mental

Demand

Pada faktor ini, dianalisis mengenai besarnya usaha mental dan persepsi

yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan mixing reagent. Kenapa

pekerjaan tersebut memerlukan usaha mental, dan apa yang membuat hal itu

terjadi. Penyebab tingginya beban kerja mental dikarenakan faktor frustration

dapat dilihat pada Gambar IV.11

Faktor Mental Demand tinggi

Gambar IV.11 Fishbone diagram yang menunjukan penyebab faktor mental demand

tinggi

Pada Gambar IV.11 diketahui bahwa terjadi overload pekerjaan pada

beberapa pekerja yang melakukan housekeeping. Pekerjaan yang seharusnya

dikerjakan oleh semua pekerja, hanya dilakukan oleh beberapa pekerja saja.

Beban tanggung jawab pekerjaan dari pekerja yang tidak melakukan

housekeeping akhirnya dipikul oleh pekerja lainnya yang melakukan

housekeeping. Beban tanggung jawab ini memicu pekerja mengalami tekanan

secara mental karena pada satu sisi, pekerja akan merasa sangat dirugikan dan

bertanya kenapa pekerja lainnya tidak mengerjakan pekerjaan housekeeping

bahkan berniat untuk melakukan hal yang sama, namun pada sisi lain pekerja yang

melakukan housekeeping tersebut berfikir apabila ia sendiri tidak melakukan

pekerjaan housekeeping maka siapa yang akan melakukanya. Apabila tidak ada

Page 63: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

Bab IV – Pengolahan Data dan Analisis IV-21

yang melakukan pekerjaan housekeeping tersebut, sanksi apa yang akan diberikan

perusahaan kepadanya dan tim.

Overload pekerjaan terjadi karena pekerjaan yang dilakukan tidak sesuai

dengan SOP. Berdasarkan [SOP-12] diketahui bahwa pemeliharaan kebersihan

process plant merupakan tanggung jawab semua operator setiap waktu. Namun

pada kenyataanya tidak semua pekerja melakukan housekeeping, sehingga

operator yang melakukan housekeeping mengalami overload pekerjaan

dibandingkan dengan pekerja yang tidak melakukan housekeeping. Pekerjaan

housekeeping adalah membuang semua sampah yang ada, membersihkan reagent

area, membersihkan seluruh peralatan yang digunakan saat proses mixing reagent

berlangsung, mengembalikan forklift, dan mengembalikan selang yang digunakan

untuk pembersihan area reagent pada tempatnya.

Setiap faktor yang menjadi penyebab tingginya beban kerja mental memiliki

akar permasalahan. Dengan mengetahui akar permasalah tersebut, maka dapat

dengan mudah menemukan solusi yang tepat dalam memecahkan akar

permasalahan tersebut, sehingga dapat mengurangi beban kerja mental para pekerja

reagent area. Rekap penyebab tingginya beban kerja mental pekerja reagent area

dapat dilihat di Tabel IV.7 dan Jumlah dari setiap akar permasalahan dari keenam

faktor penyebab tingginya beban kerja mental pekerja reagent area dapat dilihat

pada Tabel IV.8.

Tabel IV.8 Jumlah tally setiap akar permasalahan penyebab tingginya beban kerja mental

pekerja reagent area berdasarkan diagram fishbone

Akar Permasalahan Jumlah Tally Jumlah

Forklift rusak ///// / 6

Forklift dipakai bagian lain ///// / 6

Tidak ada Warehouse //// 4

Tidak mematuhi SOP // 2

APD tidak digunakan dengan benar / 1

Page 64: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

Bab IV – Pengolahan Data dan Analisis IV-22

Tabel IV.7 Rekap penyebab tingginya beban kerja mental pekerja reagent area

Berdasarkan akar permasalahan pada Tabel IV.8, maka dapat diusulkan

berbagai upaya dalam mengurangi beban kerja mental pekerja reagent area agar

pekerja dapat merasakan lingkungan kerja yang aman, sehat dan nyaman bagi

pekerja. Upaya untuk menyelesaikan akar permasalahan agar dapat mengurangi

beban kerja mental pekerja reagent area adalah sebagai berikut:

1. Pengadaan 1 forklift khusus untuk reagent area

Pengaruh tidak tersedianya forklift sangat besar pada tingginya beban kerja

mental karena selain mental demand, tidak tersedianya forklift mempengaruhi

semua faktor penyebab tingginya beban kerja metal pekerja reagent area

yakni faktor effort, own performance, temporial demand, physical demand

dan frustration. Hal ini di karenakan tidak tersediannya forklift saat pekerjaan

berlangsung merupakan penyebab terbesar terganggunya pekerjaan mixing

reagent. Tidak tersedianya forklift membuat pekerjaan tertunda baik karena

rusak ataupun di pakai oleh bagian lain, sehingga membuat pekerja harus

lembur untuk memenuhi target produksi reagent dan pekerjaan yang

seharusnya menggunakan forklift akhirnya harus di kerjakan secara manual.

Faktor Penyebab pertama Penyebab kedua Penyebab ketiga Akar Permasalahan

Upaya yang dikeluarkan untuk Forklift rusak

menyelesaikan target produksi Forklift dipakai bagian lain

lebih lama dari yang seharusnya Reagent susah di mixing Reaagent terkena hujan Tidak ada Warehouse

Dibutuhkan usaha yang lebih untuk Forklift rusak

mengangkat karung reagent dan me-

lakukan housekeeping karena peker-

jaan tersebut dilakukan manual

Proses mixing reagent terhambat ka- Forklift rusak

rena forklift tidak tersedia untuk

mengangkat karung reagent

Proses mixing reagent lama, karena Reagent terkena hujan

reagent susah dimixing

Pekerjaan tertunda karena terjadi ke- Tidak mematuhi SOP

celakaan kerja APD tidak digunakan dengan benar

Proses mixing reagent lama, karena

reagent susah dimixing

Forklift rusak

Forklift dipakai bagian lain

Pekerjaan housekeeping dan Forklift rusak

pengangkatan karung reagent dilaku-

kan secara manual

Pekerja tertekan karena target pro- Forklift rusak

duksi belum tercapai, sementara ke- Forklift dipakai bagian lain

butuhan reagent sudah banyak Reagent susah di mixing Reaagent terkena hujan Tidak ada Warehouse

Ada pekerja reagent yang tidak me-

lakukan pekerjaan housekeeping se-

hingga tanggung jawab pekerjaan di

limpahkan ke pekerja lainnya

Forklift dipakai bagian lain

Forklift dipakai bagian lain

Frustation

Mental Demand Pekerjaan tidak dilakukan sesuai SOP

Tidak ada Warehouse

Tidak ada Warehouse

forklift tidak tersedia

Forklift dipakai bagian lain

Effort forklift tidak tersedia

forklift tidak tersedia

Own Performance

Temporial Demand Reagent terkena hujan

Lama menunggu forklift tersedia

Physical Demand

forklift tidak tersedia

Page 65: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

Bab IV – Pengolahan Data dan Analisis IV-23

Berdasarkan hal tersebut, pengadaan forklift khusus reagent area sangat

baik dilakukan karena selain mengurangi beban kerja mental, dapat

meningkatkan produktivitas pekerja reagent area karena mengurangi waktu

idle yang disebabkan menunggu forklift tersedia.

Pengadaan 1 forklift khusus untuk reagent area juga dapat memberikan

dampak yang baik pada bagian rigging karena dengan adanya forklift khusus

reagent area, bagian rigging dan reagent area tidak perlu antri dalam

menggunakan forklift karena ke-duanya memiliki forklift di masing-masing

area.

2. Menggunakan container kosong sebagai pengganti warehouse untuk

meletakan reagent

Ada beberapa container kosong di area sekitar produksi. Biasanya container

tersebut digunakan untuk mengisi karung bekas reagent. Container kosong

tersebut dapat digunakan untuk meletakkan reagent. Container-container

yang tidak terpakai lebih baik digunakan sebagai tempat penyimpanan

reagent, tidak hanya menjadi tempat penampungan sampah.

Dengan meletakkan reagent di dalam container, maka tidak ada lagi

kemungkinan reagent akan terkena hujan yang menyebabkan reagent

menggumpal dan susah di mixing.

Pemanfaat container sebagai tempat penyimpanan reagent dapat

mengurangi beban kerja mental pekerja reagent area yakni pada faktor effort,

own performance, dan frustation karena membantu mengurangi akar masalah

reagent susah di mixing.

3. Memastikan pekerja reagent area mengikuti induksi site dan induksi

plant and process plant

Memastikan bahwa setiap pekerja secara rutin mengikuti induksi site dan

induksi process plant. Induksi site dilakukan oleh OHS department yang

bertujuan untuk memperkenalkan keadaan lokasi pertambangn (site) baik

keadaan, bahaya, penganggulangan bahaya, dan APD yang digunakan secara

umum. Induksi process plant dilakukan oleh department plant and production

karena pada induksi ini diperkenalkan mengenai semua keadaan, bahaya,

Page 66: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

Bab IV – Pengolahan Data dan Analisis IV-24

penganggulangan bahaya dan APD yang digunakan secara spesifik di

department plant and production. Untuk memastikan bahwa pekerja

mengikuti induksi sesuai jadwal induksi masing-masing pekerja, perlu

adanya control dari supervisor dalam mengingatkan pekerja.

Keikutsertaan pekerja reagent dalam induksi berguna untuk mengingatkan

semua potensi bahaya, APD yang harus digunakan dan cara pengendalian

bahaya berdasarkan SOP. Dengan rutin mengikuti induksi sesuai dengan

jadwal yang telah di tetapkan, maka pekerja dengan sendirinya akan

menyadari bahaya-bahaya yang terjadi di reagent area, cara menanggulangi

bahaya tersebut, bahkan dapat mencegah dengan menggunakan APD yang

baik dan benar. Untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja seperti yang

telah di bahas pada Tabel IV.6, maka dapat dilakukan pencegahan dengan

terlebih dahulu membaca kembali SOP, melakukan penilaian resiko

terjadinya kecelakan saat melakukan pengecekan awal untuk semua

peralatan, material, dan APD yang digunakan saat produksi mixin reagent.

Page 67: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

1. Dengan menggunakan metode NASA-Tlx, diketahui bahwa terdapat faktor

dominan yang mempengaruhi tingginya beban kerja mental pekerja reagent

area yang dapat dilihat pada Tabel V.1

Tabel V.1 Besarnya beban kerja mental dan faktor dominan yang mempengaruhi

beban kerja mental pekerja reagent area

Pekerja Beban Kerja Kategori Faktor dominan

P1 85.33% Sangat Tinggi Frustation

P2 68.00% Tinggi Effort

P3 70.00% Tinggi Effort

P4 83.33% Sangat Tinggi Frustation

P5 77.67% Tinggi Own performance

P6 83.33% Sangat Tinggi Own performance

P7 78.33% Tinggi Effort

P8 81.67% Sangat Tinggi Effort

P9 80.33% Sangat Tinggi Effort

2. Dengan menggunakan diagram fishbone, diketahui akar permasalahan yang

menjadi penyebab tingginya beban kerja mental pekerja reagent area yaitu:

forklift rusak, forklift dipakai bagian lain, tidak ada warehouse khusus reagent

area, pekerja tidak melakukan pekerjaan sesuai SOP dan menggunakan APD

dengan benar.

3. Upaya untuk menyelesaikan akar permasalahan dalam menurunkan beban

kerja mental pekerja reagent area yaitu: pengadaan 1 forklift khusus reagent

area, menggunakan container sebagai pengganti warehouse untuk meletakkan

reagent. Pekerja reagent area dipastikan untuk mengikuti induksi site dan

induksi process plant.

Page 68: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

Bab V – Kesimpulan dan Saran V-2

V.2 Saran

V.2.1 Saran Untuk Perusahaan

Dalam upaya penyelesaian akar permasalahan untuk menurunkan beban

kerja mental pekerja reagent area seperti yang telah di usulkan, maka perusahaan

perlu melakukan:

1. Processing Manager dapat mendiskusikan mengenai pengadaan 1 forklift

khusus untuk reagent area dengan departemen yang tarkait.

2. Sampah yang berada dalam container dibersihkan dari container kemudian

reagent yang berada di tempat reagent biasa diletakkan dimasukkan ke

dalam container yang telah kosong tersebut.

3. Untuk menjaga area reagent tetap bersih, sampah yang tadinya dikeluarkan

dari reagent area diletakkan di tempat reagent biasa diletakkan selama

proses mixng regent berlangsung. Kemudian setelah pekerjaan telah

dilakukan, sampah langsung di bawah ke area penampungan sampah

menggunakan forklift.

4. Untuk memastikan pekerja reagent area mengikuti semua jadwal induksi

tersebut, maka supervisor perlu adakan absensi kehadiran induksi setiap

pekerja dan juga bisa diberikan reward seperti predikat orang rajin dan malas

selama 1 periode pekerja-pekerja tersebut mengikuti induksi. Predikat

tersebut dapat berupa pin. Hal tersebut dapat mendorong pekerja untuk ikut

berpartisipasi aktif dalam mengikuti induksi.

V.2.1 Saran Untuk Laporan Kerja Praktek Selanjutnya

1. Cakupan unit yang dianalisis tidak hanya pada sub-divisi reagent area, tapi

juga dapat dilakukan di semua plant and production department.

2. Cakupan pembahasan tidak hanya beban kerja mental, tapi ditambah dengan

analisis beban kerja fisik.

Page 69: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

xi

DAFTAR PUSTAKA

[SUT06] Sutalaksana, Iftikar Z. 2006. Teknik Perncangan Sistem Kerja.

Bandung: Penerbit ITB

[DIG15] Bab 2 Landasan teori

Tersedia:

http://digilib.unpas.ac.id/download.php?id=2456 [21 Oktober 2105]

[ASM04] Asmoko, Hindri. 2004. Teknik Ilustrasi Masalah. [Online].

Tersedia:

http://bppk.depkeu.go.id/bdpimmagelang/images/unduh/teknik_ilustr

asi_masalah.pdf [01 Oktober 2015]

[HID13] Hidayat F. T., Pujangkoro Sugiharto, Anizar. 2013. Pengukuran beban

kerja perawat menggunakan metode NASA-Tlx, E-Jurnal Teknik

Industri, Vol 2, No.1, pp. 42-47 [Online]

Tersedia:

http://jurnal.usu.ac.id/index.php/jti/article/download/3699/pdf [18

September 2015]

NASA Ames Sesearch Center Group. Human Performance Research Group. NASA

Task Load Index (TLX). V.10. California [Online]

Tersedia:

http://humansystems.arc.nasa.gov/groups/tlx/downloads/TLX_comp

_manual.pdf [20 September 2015]

Andhika Cendyda, Rahadiani Inzalya. 2015. Perancangan Sistem Informsi

Pengelolaan Sampel Kain Di Perusahaan Tekstil Spesialis Kain

Interior. Bandung: ITHB

Page 70: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

xii

[SOP-04] 71-OPS-SOP-04 Copper Sulphate Mixing Draft B

[SOP-05] 71-OPS-SOP-05 Sodium Hydroxide Mixing Draft B

[SOP-07] 71-OPS-SOP-07 Cyanide Mixing Draft B

[SOP-10] 71-OPS-SOP-10 SMBS Mixing Draft B

[SOP-12] 71-OPS-SOP-12 Housekeeping Draft B

Page 71: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

Lampiran A-1

Kuesioner NASA-TLX

Page 72: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

A-2

Page 73: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

A-3

Page 74: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

A-4

Page 75: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

A-5

Page 76: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

A-6

Page 77: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

A-7

Page 78: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

A-8

Page 79: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

A-9

Page 80: Laporan KP - Analisis Beban Kerja Mental Pekerja Reagent Area

A-10